UU No.5 Th.1999 Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Tidak Sehat
KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
-
Upload
devica-rully -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
Transcript of KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 1/21
JURNAL ILMIAH
KAJIAN YURIDIS PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA
TIDAK SEHAT
(Study Terhadap Pasal 50 UU Nomor 5 Tahun 1999 Pada Lisensi atas
Kekayaan Intelektual)
Oleh;
oleh :
AHDA BUDIANSYAH
D1A . 106 . 009
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2013
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 2/21
Halaman Pengesahan Jurnal
KAJIAN YURIDIS PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHATIDAK SEHAT
(Study Terhadap Pasal 50 UU Nomor 5 Tahun 1999 Pada Lisensi atas
Kekayaan Intelektual)
Oleh :
AHDA BUDIANSYAH
D1A.106.009
Menyetujui,
Pada Tanggal : ____________________
Pembimbing Utama,
Dr.H. Zaenal asikin, SH., SU
NIP. 19550815 198104 1001
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 3/21
KAJIAN YURIDIS PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA
TIDAK SEHAT (Study Terhadap Pasal 50 UU Nomor 5 Tahun 1999 Pada Lisensiatas Kekayaan Intelektual)
ABSTRAK
AHDA BUDIANSYAH: DIA 106.009
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan pengecualian pada Pasal50 Huruf (b) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat dan hubunganya dengan perjanjian lisensi atas Hak
kekayaan intelektual. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Normatif dengan
pendekatan Perundang-undangan dan konseptual.Hasil penelitian ini menunjukan Perjanjian yang berkaitan dengan Hki tidak
termasuk monopoli, akan tetapi pengecualian ini tidak berlaku mutlak, ketentuantersebut ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia
dagang. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, perjanjian lisensi yang terindikasi
persaingan usaha tidak sehat dapat dikenakan ketentuan dalam Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999. Oleh karena itu dapat direkomendasikan Pengecualian padaPasal 50 Huruf (b) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 perlu lebih dijelaskan agar
memperoleh kepastian hukum.
Kata Kunci : monopoli dan Persaingan usaha tidak sehat
JURIDICAL STUDY OF MONOPOLY PRACTICES AND UNFAIR
BUSINESS COMPETITION
(study against article 50 of law no. 5 of 1999 of the intellectual property license)
ABSTRAC
AHDA BUDIANSYAH : DIA 106 009
The purpose of this study was to determine why the exception in Article 50
Clause (b) of Act No. 5 of 1999 concerning Prohibition of monopolistic and unfairbusiness competition and relation to the license agreement on intellectual propertyrights. This study uses the Normative research approaches and conceptual legislation.
These results indicate that the Agreement relating to Hki not include
monopoly, but this exception does not apply absolute, terms defined in the Act No.30 Year 2000 on trade secret. So it can be deduced, which indicated the license
agreement unfair competition may be subject to the provisions of Law No. 5 of 1999.
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 4/21
Therefore it can be recommended in Section 50 Clause Exemption (b) of Act No. 5 of
1999 needs to be explained in order to obtain legal certainty.
Keywords: Monopoly and unhealthy business competition
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 5/21
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sepintas mungkin terlihat bahwa keberadaan konsepsi HKI dengan
Hukum Persaingan sepertinya berposisi diametris atau seakan-akan saling
bertentangan (saling beroposisi) satu sama lain. Padahal meskipun kedua
domain hukum tersebut sekilas saling beririsan, namun sebenarnya keduanya
bersifat komplementer atau saling mengisi untuk keharmonisan sistem hukum
itu sendiri yakni untuk meningkatkan efisiensi dan memajukan sistem
perekonomian. Keharmonisan antara HKI dan hukum persaingan diakui dalam
sistem hukum Indonesia, hal ini dapat terlihat dari beberapa ketentuan dalam
peraturan perundangan nasional terkait HKI yang mengutamakan perekonomian
nasional dan persaingan yang sehat sebagai batasan ekploitasi hak ekslusif yang
dimiliki oleh pemegang HKI .
Batasan eksploitasi Hak ekslusif tersebut ditentukan pada Pasal 9 ayat
(1) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000 1, Pasal 36 Undang – undang
Nomor 31 Tahun 20002, Pasal 28 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2000
3
sebagai berikut :
Perjanjian Lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat
menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia
1Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang
2Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain industri
3Undang-undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Tata Letak Sirkuit Terpadu
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 6/21
atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha
tidak sehat sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Disisi lain dalam undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
persaingan usaha pada pasal 50 menentukan :
Yang dikecualikan dari ketentuan undang-undang ini adalah :
Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual sepertilisensi, paten, merek dagang, hak cipta, disain produk industry,
rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang
berkaitan dengan waralaba4
Mengingat kesamaan tujuan dan asas antara Hak kekayaan intelektual
dengan Persaingan usaha yang bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi
nasional serta kesejahteraan rakyat,agar tidak menimbulkan kekeliruan
penafsiran,maka dipandang perlu adanya penjelasan yang lebih rinci terhadap
ketentuan- ketentuan tersebut.
4Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha secara tidak sehat
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 7/21
PEMBAHASAN
1. Alasan diadakanya Pengecualian pada Pasal 50 (b) Undang-undang No.5
Tahun 1999 tentang Persaingan Usaha
Sebelum mengkaji alasan pengecualian Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 pada pasal 50 ( b ) tersebut, terlebih dahulu kita lihat konsep-konsep yang
terdapat pada Pasal 50 ( b ) , yaitu :
a. Perjanjian : Menurut Ketentuan umum Undang-undang Nomor 5 .Tahun 1999
pada Pasal 1 huruf (g) merumuskan pengertian Perjanjian adalah suatu
perbuatan satu atau lebih pelaku usaha lain mengikatkan diri terhadap satu
atau lebih pelaku usaha lain dengan nama apapun tertulis maupun tidak
tertulis. Pengertian tersebut tidak jauh beda dengan pengertian yang diberikan
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 8/21
pada Buku III Kuh Perdata dan tentunya tunduk pada Pasal 1320 dan 1338
Kuh perdata, tentang syarat sahnya perjanjian dan kebesan berkontrak.
5
b. Perjanjian yang berkaitan dengan haki : Pada Pasal 3 Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2002, Tentang Hak cipta, Pasal 66 dan 68 Undang-undang Nomor
14 Tahun 2001, Pasal 40 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001, Pasal 5
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000, Tentang Merek dan Rahasia Dagang,
Pasal 31 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000, Pasal 23 Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Desain Industri dan Tata Letak Sirkuit
Terpadu, yang menyatakan sebagai berikut : hak cipta, Paten, Merek, Rahasia
Dagang, Desain Industri dan Tata Letak Sirkuit Terpadu dapat beralih atau
dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena : 1) Pewarisan, 2) Hibah,
3) Wasiat, 4) Perjanjian tertulis, 5) Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang-undangan.
Maksud dari ketentuan tersebut adalah Pengalihan hak pada hak atas
kekayaan intelektual melalui Pewarisan, Hibah, Wasiat, Perjanjian tertulis, dan
Sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh Undang-undang, karena Hki adalah benda
bergerak, yang di dalamnya terdapat Hak milik yang Dapat Beralih atau
5Kitab Undang-undang Hukum Perdata
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 9/21
Dialihkan,ketentuan ini menjelaskan bahwa salah satu cara mengalihkan hak atas
kekayan intelektual dengan cara perjanjian
6
.
A. Prinsip umum atau Karakter dari Hak atas Kekayaan intelektual
Perlu diketahui HKI mempunyai beberapa ciri atau karakter khusus,
beberapa diantaranya adalah :
1. Mempunyai Jangka Waktu Tertentu atau Terbatas.
Apabila telah habis masa perlindungannya ciptaan atau penemuan
tersebut akan menjadi milik umum, tetapi ada pula yang setelah habis masa
perlindungannya dapat diperpanjang lagi, misalnya hak merek.
2. Bersifat Eksklusif dan Mutlak
HKI yang bersifat eksklusif dan mutlak ini maksudnya hak tersebut
dapat dipertahankan terhadap siapapun. Pemilik hak dapat menuntut
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh siapapun. Pemilik atau pemegang
HKI mempunyai suatu hak monopoli, yaitu pemilik atau pemegang hak
dapat mempergunakan haknya dengan melarang siapapun tanpa
persetujuannya untuk membuat ciptaan atau temuan ataupun
menggunakannya. Hal tersebut yang dimaksud dengan monopoli pada
bidang hukum Hki, dan hak kekayaan intelektual tersebut mendapat
perlindungan hukum pada Undang-Undang atas pengakuan dan
6Ahda budiansyah, Kajian yuridis Terhadap Pengecualian Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
Pada lisensi hak kekayaan intelektual , Hasil Seminar skripsi, 23 Februari 2013
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 10/21
penghargaan yang diberikan oleh Negara kepada Pemegang hak atas
pikiran, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan.karena alasan ini Undang-
Undang Persaingan usaha memberikan pengecualian pada perjanjian pada
bidang HKI.
2. Hubungan Pengecualian Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Pasal 50 (b)
Dengan Lisensi Pada Hak atas kekayaan intelektual.
lisensi merupakan hak privilege yang bersifat komersial, dalam arti kata
memberikan hak dan kewenagan untuk memanfaatkan paten maupun merek
dagang atau teknologi yang dilindungi secara ekonomis7 .
Perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang langsung maupun tidak
langsung dapat menimbulkan akibat yang merugikan perekonomian Indonesia
atau memuat ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat
sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000 8, Pasal (36) Undang –
undang Nomor 31 Tahun 20009, Pasal (28) Undang-undang Nomor 32 Tahun
2000)10. Pendaftaran dan permintaan pencatatan perjanjian lisensi yang memuat
7Gunawan widjadja Lisensi atau Waralaba; suatu panduan praktis, Jakarta ; PT Rajagravindo
persada, hlm 9.8
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang9
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri10
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2000 Tentang Tata Letak Sirkuit Terpadu
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 11/21
ketentuan atau memuat hal yang demikian harus ditolak oleh Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan Intelektual.
Akan tetapi dari beberapa Perundang-undangan yang mengatur ketentuan
Lisensi HKI tersebut tidak menjelaskan secara rinci ketentuan-ketentuan yang
dapat menimbulkan persaingan usaha dan merugikan perekonomian Negara serta
pembatasan menghambat pengembangan tekhnologi tersebut. Oleh karena itu
untuk menjelaskan ketentuan tersebut mari kita lihat pada ketentuan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999, pada bab III Tentang Perjanjian yang dilarang,
sebagai berikut :
a. Perjanjian Oligopoli
Dari rumusan Pasal 4 dari Undang-Undang Anti Monopoli tersebut
terlihat, bahwa suatu perjanjian yang menimbulkan Oligopoli dilarang jika
terpenuhinya unsur-unsur sebagai berikut : 1) Adanya suatu perjanjian, 2)
Perjanjian tersebut dibuat antar Pelaku Usaha, 3) Tujuan dibuatnya Perjanjian
tersebut adalah untuk secara bersama-sama melakukan produksi dan atau
pemasaran barang atau jasa, 4) Perjanjian tersebut dapat mengakibatkan praktek
monopoli dan atau persaingan curang, 5) Praktek Monopoli atau persaingan
curang patut diduga telah terjadi jika dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen ) pangsa pasar
dari satu jenis barang.11
11Kurniawan, Hukum Persaingan usaha Dan Perlindungan Konsumen, Diktat Kuliah Fakultas
Hukum Universitas Mataram, 2008
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 12/21
b. Penetapan Harga
Dengan demikian, perjanjian penetapan harga yang dilarang oleh Undang-
Undang Persaingan Usaha adalah sebagai berikut12
:
1. Penetapan Harga AntarPelaku Usaha : Penetapan Harga ( price fixing )
antar Pelaku Usaha dilarang oleh Pasal 5 dari Undang-Undang Anti
Monopoli. Sebab, penetapan harga secara bersama-sama di kalangan
pelaku usaha ini akan menyebabkan tidak berlakunya hukum pasar tentang
harga yang terbentuk dari adanya penawaran dan permintaan. Akan tetapi
undang-undang memberikan pengecualian terhadap larangan membuat
perjanjian tentang penetapan harga antarpelaku usaha ini, yaitu jika
perjanjian tentang penetapan harga tersebut dibuat dalam hal : a) Dalam
suatu usaha patungan, b) Didasarkan pada undang-undang yang berlaku
2. Penetapan harga yang berbeda terhadap barang dan atau jasa yang sama :
Dalam hal ini yang dilarang adalah membuat perjanjian yang
memberlakukan diskriminasi terhadap kedudukan konsumen yang satu
dengan konsumen yang lainnya dengan jalan memberikan harga yang
berbeda-beda . Dalam melarang suatu diskriminasi harga, hukum anti
monopoli harus secara bijak mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut : a) Kesamaan Marginal cost , b) Kesamaan kualitas dan kuantitas
barang yang dijual, c) Kesamaan ost untuk memproduksi, menjual dan
12Ibid, hal 60
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 13/21
delivery, d) Tidak ada perubahan harga karena perubahan atau perbedaan
waktu, e) Marketability dari barang tersebut harus sama, f ) Komponen
harga yang berbeda, termasuk juga jika ada allowance, bonus, atau
kemudahan/jasa dari penjual yang diberikan berbeda-beda kepada satu
pembeli dengan pembeli lain.
3. Penetapan Harga Di Bawah Harga Pasar dengan Pelaku Usaha lain :
Penetapan Harga ini dilarang oleh Pasal 7 dari Undang-Undang anti
monopoli. Larangan tersebut berlaku apabila penetapan harga di bawah
harga pasar tersebut dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat.
Larangan pembuatan yang berisikan penetapan harga barang dan atau jasa
atau yang dikenal dengan istilah “ anti dumping” ini dimaksudkan agar
pihak pesaingnya tidak dirugikan karena barang atau jasanya tidak laku,
padahal harga barang/jasanya sesuai dengan harga pasar.
4. Penetapan harga jual kembali adalah bahwa seorang pelaku usaha dilarang
untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha lainnya bahwa pihak
pembeli barang/jasa tersebut di bawah harga yang telah ditetapkan
bersama.
c. Pembagian Wilayah
Pasal 9
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya yang bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran atau
alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa sehingga dapat
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 14/21
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.13
Agar diterapkan larangan terhadap pelaku usaha yang melakukan
perjanjian pembagian wilayah, haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :
1) Dibuatnya suatu perjanjian, 2) Perjanjian tersebut dibuat dengan pelaku usaha
pesaing, 3) Tujuanya adalah untuk membagi wilayah pemasaran atau alokasi
pasar, 4) Tindakan tersebut dapat mengakibatkan praktek monpoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.
Seperti dijelaskan dalam penjelasan atas Pasal 9 Undang-Undang anti
monopoli, maka yang dimaksud dengan pembagian wilayah pemasaran atau
alokasi pasar disini adalah : a) Membagi wilayah untuk memperoleh atau
memasok barang dan atau jasa b) Menetapkan dari siapa saja dapat memperoleh
atau memasok barang dan atau jasa
d. Pemboikotan
Pasal 10
1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha
pesaingnya, yang dapat menghalangi pelaku usaha lain untuk
melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negerimaupun pasar luar negeri.
13Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
usaha tidak sehat
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 15/21
2) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha
pesaingnya, untuk menolak menjual setiap barang dan atau jasa dari
pelaku usaha lain sehingga perbuatan tersebut:a. merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain;
atau
b. membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap
barang dan atau jasa dari pasar bersangkutan.
Salah satu bentuk strategi yang dilakukan di antara pelaku usaha untuk
mengusir pelaku usaha lain dari pasar yang sama, atau juga untuk mencegah
pelaku usaha yang berpotensi menjadi pesaing untuk masuk ke dalam pasar yang
sama, yang kemudian pasar tersebut dapat terjaga hanya untuk kepentingan
pelaku usaha yang terlibat dalam perjanjian pemboikotan tersebut.
Dengan terusirnya pelaku usaha pesaing dan tidak bisa masuknya pelaku
usaha yang berpotensial menjadi pesaing ke dalam pasar yang sama, berakibat
terhadap semakin menurunnya tingkat persaingan, Agar praktek pemboikotan
yang dilakukan para pelaku usaha yang berada di pasar dapat berjalan sukses,
diperlukan partisipasi yang seluas mungkin dari pelakuusaha yang ada di dalam
pasar yang bersangkutan, karena apabila tidak adanya dukungan atau keterlibatan
secara luas para pelaku usaha yang ada di dalam pasar biasanya pemboikotan
akan sulit untuk berhasil.
e. Kartel
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 16/21
Yang dimaksud dengan “kartel” ( dalam bahasa inggris disebut dengan
“cartel”) adalah suatu kerjasama dari produsen-produsen produk tertentu yang
bertujuan untuk mengawasi produksi, penjualan dan harga, dan untuk melakukan
monopoli terhadap komoditas atau industry tertentu.
f. Trust
Trust merupakan wadah antar perusahaan yang didisain untuk membatasi
persaingan dalambidang usaha atau industri tertentu. Gabungan antara beberapa
perusahaan dalam bentuk trust dimaksudkan untuk secara kolektif mengendalikan
pasokan, dengan melibatkan trustee sebagai koordinator penentu harga.
g. Oligopsoni
Dari ketentuan diatas dapat disimpulkan bahwa perjanjian oligopsoni
adalah keadaan pasar dimana hanya ada dua atau tiga perusahaan saja yang
menjadi pembeli yang membeli produk tertentu.
Oligopsoni adalah struktur pasar yang didominasi oleh sejumlah
konsumen yang memiliki kontrol atas pembelian Struktur pasar ini memiliki
kesamaan dengan struktur pasar oligopoli hanya saja struktur pasar ini terpusat di
pasar input. Dengan adanya praktek oligopsoni produsen atau penjual tidak
memiliki alternatif lain untuk menjual produk mereka selain kepada pihak pelaku
usaha yang telah melakukan perjanjian oligopsoni Mengakibatkan produsen atau
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 17/21
penjual hanya dapat menerima saja harga yang sudah ditentukan oleh pelaku
usaha yang melakukan praktek oligopsoni.
h. Integrasi Vertikal
pengertian Integrasi vertical adalah suatu penguasaan serangkaian proses
produksi atas barang tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau proses yang
berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh pelaku usaha tertentu.
Ketika suatu pelaku usaha ingin agar pangsa pasar yang dimilikinya
menjadi lebih besar, pertumbuhan perusahaan dan perolehan laba yang semakin
meningkat, tingkat efesiensi yang semakin tinggi dan juga untuk mengurangi
ketidak pastian akan pasokan bahan baku yang dibutuhkan dalam berproduksi dan
pemasaran hasil produksi, biasanya perusahaan akan menempuh jalan untuk
melakukan penggabungan dengan pelaku-pelaku usaha lain yang mempunyai
kelanjutan proses produksi (integrasi vertikal).
Integrasi antar pelaku usaha juga dengan sendirinya dapat juga dikaitkan
dengan pengurangan resiko dalam bisnis mengakibatkan meningkatnya hambatan
masuk(entry barriers) bagi pelaku usaha lain yang ingin masuk ke dalam pasar
Integrasi vertikal ke arah hulu (downstream integration) dapat memfasilitasi
diskriminasi harga, dimana integrasi sampai di tingkat retailer dapat
memungkinkan perusahaan manufaktur mempraktekan diskriminasi
i. Perjanjian Tertutup
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 18/21
Dapat kita simpulkan Perjanjian Tertutup adalah Perjanjian yang
dapat membatasi kebebasan pelaku usaha tertentu untuk memilih sendiri
pembeli, penjual atau pemasok.
Perjanjian tertutup yang dilarang oleh Undang-Undang Anti Monopoli dan
Persaingan Usaha tersebut ( vide Pasal 15 ) adalah sebagai berikut : 1) Penerima
produk hanya akan memasok kembali produk tersebut kepada pihak tertentu saja,
2) Penerima produk tidak akan memasok kembali produk tersebut kepada pihak
tertentu saja, 3) Penerima produk hanya akan memasok kembali produk tersebut
pada tempat tertentu saja, 4) Penerima produk tidak akan memasok kembali
produk tersebut pada tempat tertentu, 5) Penerima produk harus bersedia
membeli produk dari pelaku pemasok tersebut. Inilah yang disebut dengan Tie-in
Arrangement atau Tying Arrangement, 6) Penerima produk diberi potongan harga
jika bersedia membeli produk lain dari pelaku pemasok, 7) Penerima produk
diberikan potongan harga jika tidak membeli produk dari pelaku pesaing dari
pelaku pemasok.
j. Perjanjian Dengan Pihak Luar Negeri
Yang termasuk ke dalam perjanjian tersebut adalah contoh-contoh
perjanjian yang disebutkan dalam pasal-pasal sebelum Pasal 16 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999, yaitu Perjanjian dengan pihak luar negri yang
menyebabkan sebagai berikut :1) Perjanjian oligopoly, 2) Perjanjian penetapan
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 19/21
harga, 3) Perjanjian pembagian wilayah, 4) Perjanjian kartel, 5) Perjanjian trust,
6) Perjanjian oligopsoni, 7) Perjanjian integrasi vertical, 8) Perjanjian tertutup
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) Monopoli dalam bidang Hak atas Kekayaan Intelektual adalah Hak dari
Pemegang Hak atas Kekayaan Intelektual untuk memberikan ijin atau
melarang penggunaan dari Hak atas Kekayaan Intelektual sedangkan
Monopoli dalam bidang Persaingan Usaha adalah penguasaan atas produksi
dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh suatu
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 20/21
pelaku usaha atau suatu kelompok pelaku usaha dengan cara melawan hukum
sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat, dengan alasan ini
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, memberikan pengecualian pada perjanjian
yang berkaitan dengan HKI. 2). Lisensi atas kekayaan intelektual yang
memuat ketentuan-ketentuan yang menimbulkan persaingan usaha tidak sehat
dapat dikenai ketentuan-ketentuan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999,
serta sanksi-sanksi yang berlaku pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
B. Saran
1) Agar tidak menimbulkan kekeliruan dalam menafsirkan Tentang Pengecualian
terhadap ketentuan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999, maka makna
Pengecualian perlu dijelaskan agar memperoleh kepastian hukum, khususnya
pada Pasal 50 ( b ) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999. 2.) KPPU sebagai
lembaga yang berwenang dalam mengawasi Persaingan Usaha dan Direktorat
Jendral Hak Kekayaan Intelektual saling berkoordinasi menilai dan mengkaji
ketentuan-ketentuan Lisensi yang menimbulkan Persaingan Usaha tidak sehat,
dan buat para pelaku usaha agar memperhatikan aspek hukuk persaingan
usaha dalam membuat ketentuan pada lisensi atas kekayaan intelektual.
7/25/2019 KAJIAN-YURIDIS-PRAKTEK-MONOPOLI-DAN-PERSAINGAN-USAHA-TIDAK-SEHAT.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/kajian-yuridis-praktek-monopoli-dan-persaingan-usaha-tidak-sehatpdf 21/21
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Makalah, Artikel
Budiansyah, Ahda. Kajian Yuridis terhadap Pengecualian Hukum Persaingan Usaha
pada Lisensi atas Hak kekayaan intelektual. Hasil Seminar Skripsi 23
February 2013.
Kurniawan, Hukum Persaingan Usaha Dan Perlindungan Konsumen. Diktat kuliah
Fakultas Hukum Universitas Mataram 2008.
Widjadja, Gunawan. Lisensi atau Waralaba; suatu panduan praktis, Jakarta PT Rajagravindo persada.
Undang-undang
Indonesia, Undang-Undang Nomor 31 dan 32 Tahun 2000 Tentang DesainIndustri dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak cipta
Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Indonesia, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
Indonesia,Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten
Indonesia, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang