KAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan)...
Transcript of KAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan)...
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
417
KAJIAN PRA PANEN JERUK SIAM (Citrus suhuiensis Tan)
UNTUK EKSPOR
Retna Qomariah, Agus Hasbianto, Susi Lesmayati, dan Hikmah Hasan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
ABSTRAK
Jeruk siam (Citrus suhuiensis Tan) merupakan salah satu jenis jeruk yang banyak
dikembangkan di Indonesia karena produksinya tinggi dan disukai konsumen. Pengembangan
jeruk siam di lahan rawa pasang surut Kalimantan Selatan dalam lima tahun terakhir ini
semakin pesat karena permintaan pasar terhadap komoditas ini cukup baik. Tetapi karena
pengelolaannya mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan penanganan pasca
panen masih dilakukan secara ekstensif dan sederhana, menyebabkan buah jeruk siam
produksi Kalimantan Selatan sulit dapat memenuhi persyaratan standar mutu untuk buah
ekspor. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan paket teknologi pra panen (umur petik, tingkat
kematangan, dan cara petik) jeruk siam yang memenuhi standar kualitas ekspor. Metodenya
dengan cara pengamatan terhadap buah jeruk siam umur ke-24, 26, 28, 30, dan 32 minggu
setelah berbunga (MSB). Parameter yang diamati adalah umur petik, tingkat kematangan, dan
cara petik. Data-data yang terkumpul dianalisa dengan analisa sidik ragam dengan tingkat
kepercayaan 95% serta dilanjutkan dengan uji beda Duncan. Hasil kajian menunjukkan paket
teknologi pra panen jeruk siam yang bisa memenuhi standar kualitas ekspor adalah: waktu
petiknya mulai pada umur buah 28 MSB karena diameter buah sudah lebih dari 6 cm dan
kandungan TPT-nya sudah lebih dari 10°Brix, pada tingkat kematangan I (hijau) dan II (hijau
kekuningan) karena rasanya manis segar, dan cara petiknya dengan menggunakan alat
(gunting pangkas) dan menyisakan sedikit tangkai untuk memperlambat penurunan kualitas
buah secara fisik dan kimia.
Kata kunci: pra panen, jeruk siam, ekspor.
PENDAHULUAN
Jeruk merupakan salah satu dari sepuluh komoditas hortikultura terpilih
untuk dikembangkan. Jeruk siam (Citrus suhuiensis Tan) merupakan salah satu
jenis jeruk keprok yang sangat digemari dan disenangi hampir semua orang
(Balitbu 1996), dan secara ekonomi menguntungkan untuk diusahakan (Sunarmani
dan Soedibyo 1992). Jenis jeruk ini paling banyak dibudidayakan di lahan rawa
dibandingkan jenis-jenis jeruk lainnya, dan budidaya tanaman ini sudah dikenal
dengan baik oleh petani (Balittra 2006).
Prospek pengembangan buah jeruk siam di Indonesia memang sangat bagus,
baik untuk pasar lokal maupun untuk pasar luar negeri. Secara nasional, produksi
jeruk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, meskipun
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
418
dalam segi luas panen masih mengalami fluktuasi. Produktivitas usahatani jeruk
cukup tinggi yaitu berkisar 17 - 25 ton/ha dari potensi 25 - 40 ton/ha. Pada tahun
2004, sebanyak 62 kabupaten di 18 provinsi di Indonesia mempunyai program
pengembangan agribisnis jeruk (Badan Litbang Pertanian, 2005), salah satunya
adalah Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan provinsi sentra jeruk siam
Banjar. Akan tetapi ternyata produktivitas buah jeruk siam Banjar masih relatif
rendah dibanding potensi produktivitasnya, yakni hanya sekitar 6,8 ton/ha (BPS
Kalsel 2005). Rendahnya produktivitas tersebut terutama disebabkan oleh
kurangnya kegiatan pemeliharaan tanaman oleh petani-pekebun jeruk. Padahal,
kegiatan pemeliharaan tanaman dalam kebun yang meliputi pemupukan,
penyiraman, pemangkasan, penjarangan buah dan pengendalian hama penyakit
lainnya jika dilakukan secara optimal akan dapat meningkatkan produktivitas
tanaman (Arry S. 2007).
Terbatasnya kegiatan pemeliharaan tanaman jeruk terutama setelah
tanaman menghasilkan merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas
dan mutu buah jeruk yang dihasilkan. Pemahaman yang baik mengenai jaminan
mutu diperlukan agar para petani agribisnis jeruk dapat meningkatkan mutu
produknya (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2004).
Jeruk bermutu diperoleh dari kebun yang terpelihara dengan baik.
Di Kalimantan Selatan, kebun-kebun jeruk yang ditanam secara monokultur
maupun tumpang sari dengan padi umumnya tidak dipelihara dengan baik oleh
petani. Kegiatan pemeliharaan tanaman jeruk cenderung kurang diperhatikan
dengan baik oleh petani-pekebun jeruk. Tanaman dibiarkan tumbuh seadanya, tidak
dilakukan pemangkasan meskipun mereka mengetahui manfaat dari pemangkasan
tersebut. Akibatnya kualitas buah yang dihasilkan juga tidak optimal, ukuran kecil
dan tidak seragam.
Pada tahun 2012, pemerintah mulai menerapkan wajib SNI bagi semua produk
hortikultura, maka mau tidak mau petani jeruk siam di Kalimantan Selatan juga harus
mulai berbenah untuk meningkatkan mutunya. Namun demikian, hingga tahun 2009 ini
Badan Standardisasi Nasional (BSN) belum memiliki SNI untuk jeruk siam. Sehingga
pengklasifikasian jeruk siam hingga saat ini masih mengacu pada SNI Jeruk keprok
(SNI 3165.2009). Berdasarkan SNI ini, pengklasifikasian buah jeruk keprok didasarkan
pada berat tiap buah. Berdasarkan pengklasifikasian ini, buah jeruk keprok
digolongkan menjadi 4 kelas/grade, yaitu grade A, B, C, dan D. Spesifikasi untuk
masing-masing grade ditampilkan pada Tabel 1. Untuk selanjutnya, pada masing-
masing kelas ini, digolongkan dalam 2 jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
419
Tabel 1. Klasifikasi jeruk siam
Kelas Diameter (cm) Berat (gram)
A ≥ 7.1 ≥ 151
B 6.1 – 7.0 101 - 150
C 5.1 – 6.0 51 - 100
D 4.0 – 5.0 ≤ 50
Sumber: BSN (2009).
Kualitas buah jeruk, selain ditentukan oleh ukuran buah (grade) juga ditentukan
oleh kandungan komponen kimia buah (kadar gula/TPT). Perbedaan kandungan
komponen kimia tersebut juga dipengaruhi oleh umur buah dan tingkat kematangan
buah, selain faktor lingkungan tumbuhnya. Buah yang dipanen terlalu cepat, akan
memiliki kandungan TPT yang rendah dan tidak memenuhi kadar TPT yang
dipersyaratkan.
Oleh sebab itu untuk mengantisipasi peningkatan produksi jeruk siam akibat
perluasan areal tanam di Kalimantan Selatan, dan terkait dengan perluasan pasar
jeruk siam dari Kalimantan Selatan terutama untuk ekspor, maka kualitas jeruk yang
dihasilkan harus yang bermutu atau memenuhi standar sehingga disukai konsumen
dan mudah dipasarkan. Sebab dari hasil karakterisasi buah jeruk siam yang ditanam di
beberapa lokasi lahan pasang surut Kalimantan Selatan oleh Antarlina et al. (2006a),
menunjukkan karakteristik fisik buah dan rasa yang berbeda.
Untuk mendapatkan buah jeruk berkualitas sesuai persyaratan ekspor dan
mengantisipasi perluasan pasar, serta dan anjloknya harga jeruk siam segar karena
kualitasnya rendah di Kalimantan Selatan, maka dilakukan kajian pra panen jeruk siam
untuk memenuhi standar kualitas ekspor.
METODOLOGI
Pengkajian dilaksanakan pada bulan Pebruari – Oktober 2011, di kebun jeruk
milik petani Desa Sungai Kambat Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala Provinsi
Kalimantan Selatan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling, sebab
Desa Sungai Kambat merupakan wilayah pertama/rintisan usahatani jeruk siam
Banjar dan menjadi salah satu wilayah pengembangan jeruk siam Banjar di
Kabupaten Barito Kuala, sedangkan Kabupaten Barito Kuala sendiri merupakan sentra
penghasil buah jeruk siam terbesar di Kalimantan Selatan. Selain itu pengkajian ini
juga dilakukan di Laboratorium Pasca Panen BPTP Kalimantan Selatan (Banjarbaru).
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
420
Sebelum dilakukan pengamatan terhadap buah jeruk siam, tanaman jeruk yang
buahnya menjadi objek penelitian dipelihara/dibudidayakan berdasarkan SPO jeruk
siam Banjar Kabupaten Barito Kuala, yang meliputi pembersihan gulma, pemupukan,
pemangkasan, dan pengendalian HPT (hama penyakit tanaman). Pengamatan
dilakukan terhadap buah jeruk siam yang masak optimum pada umur buah ke-24, 26,
28, 30, dan 32 minggu setelah berbunga (MSB). Parameter yang diamati adalah umur
petik, tingkat kematangan, dan cara petik.
Buah jeruk siam yang dipanen berdasarkan umur petik tersebut dianalisa untuk
mengukur kadar TPT-nya dengan alat hand refractometer, dilakukan pengukuran
diameter buah dan sari buah, penimbangan berat buah, serta uji preferensi konsumen
terhadap rasa dan fisik buah. Sebab salah satu persyaratan kualitas ekspor buah jeruk
adalah kandungan atau kadar TPT (total padatan terlarut/kadar gula) minimal 100Brix
(Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2004).
Kriteria atau tingkat kematangan buah jeruk yang dipanen oleh petani di
Kalimantan Selatan bervariasi. Menurut Hidayat Djumhara Noor et al. (2006), buah
jeruk ada yang dipanen setelah matang fisiologi (kulit buah masih hijau mengkilat)
sampai benar-benar matang (kulit buah seluruhnya kuning).
Jika kulit buah jeruk siam berwarna hijau seluruhnya/matang muda termasuk
dalam kreteria tingkat kematangan I, jika warna kulit buah kuning kehijauan/matang
termasuk dalam kreteria tingkat kematangan II, dan jika warna kulit buah kuning
seluruhnya/benar-benar matang termasuk dalam kreteria tingkat kematangan III.
selanjutnya buah jeruk siam tersebut dilakukan uji TPT dan uji preferensi konsumen
untuk menentukan tingkat kematangan buah yang disukai konsumen.
Perlakuan cara petik buah jeruk siam yang diamati adalah (1) cara petik secara
manual/langsung dengan tangan, (2) cara petik menggunakan alat/gunting pangkas
dan menyisakan sedikit tangkai. Data yang dikumpulkan adalah waktu yang diperlukan
oleh pekerja/petani menggunakan kedua cara petik buah tersebut dan perubahan fisik
dan kimia buah jeruk yang dipetik dengan kedua cara tersebut (tingkat
kematangan/warna kulit, berat buah, diameter dan kadar TPT). Selain itu juga
dilengkapi dengan data kecenderungan petani setempat dalam memetik jeruk.
Data-data yang terkumpul dianalisa dengan analisa sidik ragam tingkat
kepercayaan 95% serta dilanjutkan dengan uji beda Duncan.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
421
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Umur Petik Buah
Hasil pengamatan terhadap kualitas buah jeruk siam Banjar berdasarkan umur
petik pada umur buah 24, 26, 28, 30, dab 32 minggu setelah berbunga (MSB) disajikan
pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil pengamatan berat buah, diameter dan TPT buah jeruk siam Banjar
pada beberapa perlakuan umur buah
Perlakuan
(minggu setelah
berbunga/MSB)
Parameter
Berat buah
(gr)
Diameter
(cm)
TPT
(0 Brix)
24 99,23 b 5,80 d 10,09 b
26 107,17 a 5,91 c 10,28 ab
28 110,68 a 6,02 b 10,34 ab
30 110,13 a 6,06 ab 10,58 a
32 104,85 ab 6,06 a 10,48 a
Ket.: Angka pada kolom yang sama yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada uji DMRT taraf kepercayaan 95%
Umur petik buah jeruk berdasarkan berat buah
Tabel 2 menunjukkan bahwa berat buah jeruk (gram) yang di petik pada umur
26, 28 dan 30 MSB berbeda nyata dengan berat buah umur 24 MSB. Pada tabel
tersebut dapat dilihat bahwa berat buah sejak umur 24 MSB terus meningkat hingga
buah berumur 28 MSB, selanjutnya menurun.
Komposisi buah menentukan berat buah jeruk. Berdasarkan data dari
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan dalam Anonim (2006), kandungan terbesar
dalam buah jeruk adalah air yaitu antara 86 – 87 % pada beberapa jenis buah jeruk.
Hasil pengamatan yang menunjukkan menurunnya buah jeruk setelah dipanen
melewati umur 28 MSB (yaitu umur 30 dan 32 MSB) diduga diakibatkan oleh
menurunnya kandungan air dalam buah.
Umur petik buah jeruk berdasarkan diameter
Pada Tabel 2 di atas diameter buah jeruk yang dipetik pada umur 32 MSB
berbeda nyata dengan diameter buah umur 24, 26 dan 28 MSB. Diameter buah terus
meningkat seiring dengan bertambahnya umur buah. Namun demikian, buah jeruk
yang dipanen di lokasi pengkajian berada pada klasifikasi buah klas C (diameter antara
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
422
5,1 – 6,0 cm) sehingga belum memungkinkan untuk dijual ke pasar ekspor. Kecilnya
diameter buah jeruk antara lain disebabkan karena petani tidak melakukan
penjarangan buah atau mempertahankan semua buah yang ada di pohon. Sebab
menurut petani jeruk, pasar tetap menyerap buah yang berukuran kecil dan tidak
seragam seperti pada Gambar 1. Selain itu alasannya karena petani jeruk tidak ada
waktu untuk mengerjakannya atau tenaga kerja terbatas, dan jika mereka
mengupahkan untuk melakukan penjarangan buah maka akan mengeluarkan biaya
lagi.
Gambar 1. Buah jeruk siam Banjar yang dipanen di Desa Sungai Kambat
Kecamatan Cerbon Kabupaten Barito Kuala
Umur petik buah jeruk berdasarkan kandungan total padatan terlarut (TPT)
Hasil pengamatan terhadap kadar TPT jeruk siam dengan menggunakan hand
refraktometer menunjukkan bahwa kadar TPT buah jeruk siam yang dipetik pada umur
32 MSB tidak berbeda nyata dengan umur buah 30, 28 dan 26 MSB, namun berbeda
sangat nyata dengan jeruk yang dipetik umur 24 MSB.
Kadar TPT jeruk sejak umur 24 MSB telah melebihi kadar minimum yang
dipersyaratkan untuk buah jeruk ekspor, yaitu 10 0Brix. Hasil pengamatan juga
menunjukkan bahwa kadar TPT berbanding lurus dengan umur buah dan mencapai
kadar tertinggi pada umur 32 MSB. Berdasarkan pengamatan di tingkat petani, panen
telah dilakukan sejak umur buah 24 MSB, pada saat buah masih hijau untuk memenuhi
permintaan pasar. Namun demikian, rasa buah jeruk dari Sungai Kambat sudah
dikenal manis meskipun kulit buah masih hijau seperti pada Gambar 2. Grafik
hubungan kadar TPT dengan umur buah seperti terlihat pada Gambar 3.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
423
Gambar 2. Warna buah jeruk siam Banjar yang dipetik pada umur 24 MSB
terlihat berwarna orange cerah dengan rasa yang manis.
Minggu Setelah Berbunga (MSG)
10,08
10,28 10,34
10,5510,58
8,00
8,40
8,80
9,20
9,60
10,00
10,40
10,80
11,20
24 26 28 30 32
BPTP Kalimantan Selatan - Kajian Pra Panen Jeruk Siam, 2010
Kan
du
ng
an P
adat
an T
erla
rut,
TP
T (
% B
rix)
Gambar 3. Grafik hubungan kadar TPT buah jeruk siam Banjar
dengan umur buah
Umur petik buah jeruk berdasarkan kandungan sari buah
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar sari buah jeruk siam Banjar
semakin menurun seiring semakin tuanya umur buah jeruk di pohon, dan kandungan
sari buah yang paling tinggi pada umur buah 24 MSB, seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Persentase sari buah jeruk siam Banjar pada beberapa umur buah
Parameter
Umur Buah (MSB)
24 26 28 30 32
Kandungan
sari buah (%) 54,01 53,69 49,27 45,70 46,24
Sumber: data primer
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
424
Pada Tabel 3 menunjukkan kandungan sari buah jeruk siam Banjar yang
dipanen pada umur buah 24 MSB yang paling tinggi dibanding dengan waktu panen
lainnya, yaitu 54,01%, sedangkan yang terendah pada buah jeruk yang dipanen pada
umur 30 MSB, yaitu 45,70%. Menurut Antarlina dan Noor (2006a), bahwa kandungan
sari buah jeruk siam Banjar siap panen sekitar 40-50%. Hal ini berarti buah jeruk siam
Banjar pada umur panen 24 MSB memang sudah siap dipanen untuk dikonsumsi
segar atau dijadikan produk olahan.
Karena larutannya tinggi, maka jika jeruk siam Banjar yang ingin dijadikan ,
sebaiknya buah dipetik pada umur buah 24 MSB. Sebab menurut Antarlina dan Noor (2006b),
kadar sari buah jeruk dapat menunjukkan jumlah larutan, sangat cocok apabila akan
digunakan sebagai produk olahan seperti minuman segar.
Uji preferensi konsumen terhadap rasa buah jeruk siam
Hasil uji preferensi konsumen terhadap rasa buah jeruk yang dipetik pada
beberapa umur buah setelah berbunga disajikan pada Tabel 4, memperlihatkan bahwa
buah jeruk di Desa Sungai Kambat memang telah terasa manis meskipun masih
berumur 24 MSB dan warna kulit masih hijau. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian
kadar TPT jeruk yang dipanen pada umur buah 24 MSB telah melebihi kadar minimum
yang dipersyaratkan untuk ekspor, yaitu 100Brix.
Tabel 4. Persentase panelis dalam uji organoleptik (rasa) buah jeruk siam Banjar yang
dipanen pada beberapa umur buah
Kriteria rasa buah jeruk
siam Banjar
Panelis (%)
24 MSB 26 MSB 28 MSB 30 MSB 32 MSB
manis sekali 10 15 5 5 15
manis 75 75 60 90 60
agak manis - 5 30 - 10
asam manis 15 5 5 - 15
agak asam - - - - -
asam - - - - -
asam sekali - - - - -
hambar - - - 5 -
Sumber: data primer
Buah jeruk yang dipanen pada umur buah 24 dan 26 MSB, sebanyak 15
panelis (75%) menilai rasa buah jeruk manis. Pada umur buah 30 MSB, sebanyak 18
panelis (90%) menilai buah jeruk manis, 1 panelis (5%) menilai manis sekali dan 1
panelis (5%) hambar. Data ini menunjukkan bahwa pada umur tersebut buah jeruk
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
425
mencapai tingkat rasa atau kemanisan yang optimal berdasarkan selera konsumen,
namun pada umur tersebut juga mulai terjadi penurunan rasa buah (1 panelis menilai
hambar atau terasa “kapau”). Karena buah diambil secara acak dari semua pohon
contoh, maka sebaiknya petani jeruk telah menghabiskan panen buah jeruknya pada
umur buah 30 MSB, untuk menghindari buah jeruk siam Banjar yang bermutu rendah
karena sudah ada penurunan kadar gulanya, meskipun rasa buah jeruk pada umur 32
MSB dinyatakan oleh 3 orang panelis (15%) manis sekali dan 12 orang panelis (60%)
menyatakan manis. Hal ini juga sesuai dengan hasil pengujian kadar TPT jeruk yang
dipanen mulai umur 24 MSB sampai 32 MSB, kadar kadar TPT-nya berbanding lurus
dengan umur buah dan mencapai kadar tertinggi pada umur 32 MSB.
2. Tingkat Kematangan Buah
Kriteria atau tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar yang dipanen oleh
petani di Kalimantan Selatan bervariasi. Hasil pengamatan terhadap tingkat
kematangan buah jeruk siam Banjar yang dipetik pada beberapa umur buah (MSB)
berdasarkan kematangan fisiologinya (warna kulit) disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar berdasarkan warna kulit buah
yang dipanen pada beberapa umur buah
Tingkat kematangan
buah
Jumlah buah berdasarkan tingkat kematangan
24 MSB 26 MSB 28 MSB 30 MSB 32 MSB
Hijau / I 118 37 79 52 68
Hijau kekuningan/II 2 83 38 68 52
Kuning kehijauan/III - - 3 - -
Sumber: data primer
Pada Tabel 5, jumlah buah pengamatan dikelompokkan berdasarkan warna
kulit buah sebagai indikator tingkat kematangan buah jeruk yang dipanen. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa warna kulit buah jeruk yang dipanen tidak
memperlihatkan adanya hubungan dan saling terkait dengan umur buah yang dipetik.
Karena pada tingkat kematangan III, kadar TPTnya lebih rendah dari tingkat
kematangan I dan II, serta beratnya ringan. Hal ini sesuai dengan hasil uji preferensi
konsumen yang menyatakan tingkat kematangan buah yang dipetik pada setiap umur
buah 24 MSB sampai 32 MSB adalah berwarna hijau dan hijau kekuningan terasa
manis atau manis sekali, sedang yang berwarna kuning ada yang menyatakan terasa
kurang manis. Tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar berdasarkan tingkat
kematangan fisiologinya seperti terlihat pada Gambar 4.
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
426
(a) (b) (c)
Gambar 4. Tingkat kematangan fisiologi buah jeruk siam Banjar (a) Tingkat
kematangan I, (b) Tingkat kematangan II, (c) Tingkat kematangan III
Uji Preferensi Terhadap Tingkat Kematangan Buah Jeruk Siam
Hasil uji preferensi konsumen terhadap tingkat kematangan buah jeruk yang
diindikasikan oleh warna kulit buah, disajikan pada Tabel 6.
Hasil uji preferensi konsumen terhadap tingkat kematangan buah jeruk
menunjukkan bahwa data tingkat kematangan dari hasil penilaian panelis berhubungan
dengan umur buah, dimana buah jeruk yang dipanen pada umur 24 dan 26 MSB dinilai
50% - 65% berada pada tingkat kematangan I (hijau), dan buah yang dipanen umur 28,
30 serta 32 MSB berada pada tingkat kematangan II (hijau kekuningan). Menurut
penilaian panelis, jeruk siam Banjar yang seluruh kulitnya kuning (tingkat kematangan
III) dan diameternya besar terasa hambar dan beratnya ringan. Orang Banjar
menyebut jeruknya terasa ”kapau”.
Tabel 6. Hasil uji preferensi terhadap tingkat kematangan buah jeruk siam Banjar
yang dipetik pada beberapa umur buah
Tingkat Kematangan Panelis (%)
24 MSB 26 MSB 28 MSB 30 MSB 32 MSB
Hijau/ I 50 65 5 20 10 Hijau kekuningan/II 35 15 65 50 75 Kuning kehijauan/III 15 20 30 30 15
Sumber: data primer
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa panen
buah jeruk siam Banjar untuk dipasarkan ke luar daerah atau ekspor selambatnya
dilakukan pada umur buah 28 MSB, sehingga ketika sampai ke konsumen buah tetap
memperlihatkan tampilan fisik yang menarik dengan rasa manis yang menyegarkan.
Sebab pada umur buah 30 MSB rasa manisnya sudah berkurang atau terasa hambar.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
427
3. Cara Petik Buah
Hasil Uji Fisik Jeruk Siam Berdasarkan Cara Petik Buah
Buah jeruk siam yang dipetik dengan kedua cara tersebut (menggunakan
gunting pangkas dan secara manual) setelah disimpan beberapa hari menyebabkan
perubahan berat buah, kandungan padatan terlarut (kadar TPT), dan warna kulit buah
jeruk, sedangkan diameter buah cenderung tetap sampai pengamatan hari kesembilan
Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil pengamatan perubahan diameter, berat buah, TPT dan warna kulit
buah jeruk siam Banjar yang dipetik dengan dua cara (alat/gunting
pangkas dan langsung/tangan)
Parameter Dipanen dengan gunting Dipanen dengan tangan
H1 H3 H6 H9 H1 H3 H6 H9
Diameter (cm) 5,97 5,97 5,97 5,97 6,04 6,04 6,04 6,04
Berat buah (gr) 108,70 107,19 104,04 100,69 103,10 101,86 98,25 88,92
TPT (0Brix) 10,80 10,80 12,00 11,60 10,2 10,40 11,4 11,2
Warna kulit hijau hijau
keku-
ningan
hijau
keku-
ningan
hijau
keku-
ningan
hijau hijau
keku-
ningan
hijau
keku-
ningan
hijau
keku-
ningan
Keterangan: H1, 1 hari setelah buah dipetik, H3 : 3 hari setelah buah dipetik, H6 : 6 hari
setelah buah dipetik, H9 : 9 hari setelah buah dipetik
Sumber: data primer
Dari hasil analisa statistik, ternyata tidak ada korelasi antara cara petik buah
dengan umur buah jeruk pada setiap waktu pengamatan atau umur buah 24, 26, 28,
30, dan 32 MSB, tetapi cara petik buah jeruk berdasarkan hasil uji fisik buah
berpengaruh terhadap perubahan fisik dan kimia buah.
Pada Tabel 7 di atas diketahui bahwa diameter buah tidak mengalami
perubahan selama sembilan hari pengamatan untuk kedua cara petik. Parameter
pengamatan yang memperlihatkan perubahan adalah berat buah dan kandungan total
padatan terlarut (TPT). Buah jeruk siam yang dipetik menggunakan tangan mengalami
penurunan berat yang lebih besar setelah hari keenam pengamatan, dibandingkan
buah yang dipetik menggunakan gunting pangkas. Sedangkan total kandungan
padatan terlarut untuk buah dengan dua cara petik mengalami peningkatan pada hari
keenam dan turun lagi pada hari ke sembilan.
Dengan demikian buah jeruk siam Banjar yang dipetik secara manual/langsung
menggunakan tangan menyebabkan perubahan fisik dan kimia atau penurunan
kualitas buah pada hari ke-6 setelah dipetik, sedangkan buah yang dipetik
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
428
menggunakan alat gunting pangkas dan menyisakan sedikit tangkai baru terjadi pada
hari ke-9 setelah dipetik.
Hasil Simulasi Efektifitas Cara Panen Buah Jeruk
Hasil simulasi kecepatan memetik buah jeruk siam Banjar oleh tenaga kerja
upahan yang biasa bekerja memetik buah jeruk dengan menggunakan alat/gunting
pangkas dan secara manual/langsung dengan tangan seperti terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil simulasi cara petil buah jeruk siam Banjar
Petani
waktu yang diperlukan untuk memetik buah jeruk
sesuai cara petik
Gunting (detik) Tangan (detik)
Petani 1 0,69 0,46
Petani 2 0,96 0,46
Petani 3 0,49 0,33
Petani 4 0,52 0,35
Rata-rata 0,67 0,40
Ket.: Setiap petani memetik sebanyak 10 buah jeruk yang masak optimal
(hijau kekuningan) dan dimasukkan ke dalam kantong penampung
kemudian diletakkan ditempat penampungan diantara dua pohon jeruk.
Sumber: Data primer
Hasil simulasi cara petik buah jeruk siam menunjukkan bahwa untuk memilih 10
biji jeruk masak optimum sekaligus memetik, waktunya lebih cepat dilakukan dengan
cara memetik langsung menggunakan tangan yaitu 0,40 detik dibandingkan
menggunakan gunting yang memerlukan waktu rata-rata 0,67 detik. Jika memetik jeruk
siam menggunakan gunting memerlukan waktu dua kali lebih lama dibandingkan
menggunakan tangan, sehingga penggunaan gunting menjadi tidak efektif untuk
memetik dalam jumlah besar karena memerlukan waktu yang lama seperti terlihat
pada Gambar 6.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013
429
(a) (b)
Gambar 6. Cara petik buah jeruk siam Banjar (a) langsung/tangan
(b) menggunakan alat/gunting pangkas
Berdasarkan informasi dari petani dan pedagang pengumpul setempat tidak
ada perbedaan harga antara jeruk yang dipanen menggunakan gunting pangkas dan
menyisakan sedikit tangkai dengan yang dipetik secara manual/langsung dengan
tangan (tanpa tangkai). Sehingga cara petik yang paling banyak dilakukan oleh petani
jeruk di lokasi penelitian adalah dengan memetik buah jeruk siam secara
manual/langsung menggunakan tangan meskipun mereka tahu bahwa buah akan lebih
cepat menurun kualitasnya dibanding yang dipetik dengan alat/gunting pangkas. Cara
ini dilakukan karena dinilai lebih cepat (hemat waktu) dengan hasil pemetikan lebih
banyak. Dari 10 petani jeruk setempat yang ditanya, semuanya menjawab selalu
panen menggunakan tangan. Tetapi meskipun demikian, cara petik yang terbaik
adalah cara petik buah jeruk siam dengan menggunakan alat/gunting pangkas dan
menyisakan sedikit tangkai agar kualitas buah tidak cepat menurun.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Untuk mendapatkan buah jeruk siam Banjar yang memenuhi standar kualitas
ekspor, maka teknologi pra panen yang harus dilakukan adalah :
- Waktu petiknya pada umur buah 28 minggu setelah berbunga (MSB) dengan
diameter buah lebih dari 6 cm, dan kandungan TPT-nya sudah melebihi 100Brix.
- Tingkat kematangan fisiologinya (warna kulit) pada tingkat kematangan I (hijau) dan
II (hijau kekuningan), sebab rasanya manis segar.
- Cara petiknya dengan menggunakan alat (gunting pangkas) dan menyisakan
tangkai sedikit untuk memperlambat penurunan kualitas buah secara fisik maupun
kimia.
Saran
Retna Qomariah et al.: Kajian Pra Panen Jeruk Siam ….
430
Untuk mendapatkan buah jeruk siam berkualitas ekspor, selain memperhatikan
teknik pra panen yang benar, faktor penting yang perlu diperhatikan adalah teknik
budidaya yang baik dan benar selama masa pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina, SS. dan Noor I. 2006a. Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Buah
Jeruk Siam dalam Monograf Jeruk Siam di Lahan Pasang Surut Pengelolaan
dan Pengembangannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber
Daya Lahan Pertanian. Balittra. Banjarbaru.
Antarlina, SS. dan Noor I. 2006b. Kualitas Jeruk Siam di Lahan Rawa Pasang Surut
dalam Monograf Jeruk Siam di Lahan Pasang Surut Pengelolaan dan
Pengembangannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya
Lahan Pertanian. Balittra. Banjarbaru.
Arry Supriyanto dan Anang Triwiratno, 2007, Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk
Sehat, makalah pada Lokakarya peningkatan hub penelioti - penyuluh tangal
29 Nopember 2007 Barabai).
Balai Besar Dumber Daya Lahan dan Penelitian, http://bbsdlplitbang .deptan.go.id
Balai Penelitian Buah. 1996. Peningkatan Efisiensi Teknologi Usahatani. Monografi
Jeruk. Balitbu. Solok. Sumbar.
Balittra. 2006. Jeruk Siam di Lahan Rawa Pasang Surut, Pengelolaan dan
Pengembangannya. Balai Besar Pengembangan Sumberdaya Lahan
Pertanian.
Balai Penelitian Buah. 1996. Peningkatan Efisiensi Teknologi Usahatani. Monograf
Jeruk. Balitbu, Solok-Sumbar.
Badan Pusat Statistik Kalsel. http://bps.go.id
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2004. Panduan
Teknologi Pasca Panen dan Pengolahan Jeruk. Jakarta. 42 hal.
Noor, Hidayat Dj. 2006. Penataan Lahan untuk Tanaman Jeruk dalam Laporan Akhir
Penelitian TA.2005. Banjarbaru
Pantastico, Er.B., 1989. Faktor-faktor Prapanen yang Mempengaruhi Mutu dan
Fisiologi Pascapanen dalam Fisiologi Pascapanen. Cetakan kedua. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Sunarmani dan Soedibyo. 1992. Pembuatan Konsentrat Sari Buah Jeruk Dengan
Evaporator Vakum. Jurnal Hortikultura 2(3): 67-71. Puslitbang Hortikultura.
Jakarta.