kajian potensi dan evaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria ...
Transcript of kajian potensi dan evaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria ...
TESIS
KAJIAN POTENSI DAN EVALUASI PENERAPAN
PRINSIP – PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA
DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH
IJEN, DESA TAMAN SARI, KABUPATEN
BANYUWANGI
SRI WIDOWATI
NIM 0991061008
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
TESIS
KAJIAN POTENSI DAN EVALUASI PENERAPAN
PRINSIP – PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA
DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH
IJEN, DESA TAMAN SARI, KABUPATEN
BANYUWANGI
SRI WIDOWATI
NIM 0991061008
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
ii
KAJIAN POTENSI DAN EVALUASI PENERAPAN
PRINSIP – PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA
DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN,
DESA TAMAN SARI, KABUPATEN BANYUWANGI
Tesis untuk memperoleh Gelar Magister
pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
SRI WIDOWATI
NIM 0991061008
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN PARIWISATA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2012
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 19 JANUARI 2012
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. N.K.Mardani, MS Ir. A.A. G.Raka Dalem, MSc (Hons) NIP. 130289173 NIP. 1965.0708.1992.031004
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Direktur
Kajian pariwisata Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH.,MS Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP. 194409291973021001 NIP 19590215 198510 2001
iv
Tesis Ini Telah Diuji pada
Tanggal 18 Januari 2012
Panitia Penguji Tesis, Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas
Udayana
No. 117/ UN/ 14. 4 / HK/ 2012 Tanggal 16 Januari 2012
Ketua : Prof. Dr. N.K.Mardani, MS
Sekretaris : Ir. A.A.G. Raka Dalem, MSc (Hons)
.
Anggota:
1. Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH, MS.
2. Dr. Ir Syamsul Alam Paturusi, MSP
3. Drs. I Nyoman Sunarta, MSi.
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa / Allah
Maha Besar, berkat rahmat-Nyalah maka penyusunan tesis yang berjudul “Kajian
Potensi dan Evaluasi Penerapan Prinsip prinsip dan Kriteria Ekowisata di
Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Desa Taman Sari, Kabupaten
Banyuwangi ” akhirnya dapat diselesaikan.
Dalam proses penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
berupa dorongan, petunjuk, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis memberikan penghargaan dan mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada.
1. Prof. Dr. N. K. Mardani, MS selaku pembimbing I dan Dosen Program
Studi Magister (S2) Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas
Udayana yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam
penyusunan tesis ini.
2. Ir. A. A. G. Raka Dalem, MSc ( Hons ) selaku pembimbing II dan
Dosen Program Magister (S2) Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana
Universitas Udayan yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan
dalam penelitian.
3. Bapak Rektor Universitas Udayana,atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis penulis untuk mengikuti pendidikan S2 pada Program
Magister (S2) Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas
Udayana.
vi
4. Prof. Dr.dr.A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) selaku Direktur Pascasarjana
Universitas Udayana.
5. Bapak Prof. Nyoman Sirtha, SH, MS. selaku Ketua Program Studi Magister
(S2)
Kajian pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana yang telah
banyak
memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tesis ini.
6. Bapak/ibu staf pengajar Program Magister (S2) Kajian pariwisata, Program
Pascasarjana Universitas Udayana yang telah membimbing penulis selama
mengikuti kuliah.
7. Ucapan terima kasih juga perlu penulis sampaikan kepada teman
mahasiswa Program Studi Kajian Pariwisata Pascasarjana Universitas
Udayana Angkatan 2009 turut memotivasi sehingga akhirnya tesis ini
berhasil penulis susun.
8. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada teman sejawat di Politeknik
Negeri Bali yang sudah mendukung pelaksanaan penelitian ini.
9. Rasa terima kasih penulis sampaikan kepada suami tercinta Hamong
Suharsono dan anak yang tersayang, yang telah memberikan dukungan
moral, perhatiannya sehingga tesis ini berhasil disusun untuk memenuhi
tugas akhir pendidikan Magister Pariwisata.
10. Terakhir terima kasih penulis sampaikan kepada segenap staf administrasi
dan perpustakaan Program Studi Kajian Pariwisata, Program Pascasarjana
Universitas Udayana dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu yang telah membantu secara langsung atau tidak langsung
sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Semoga budi baik dan segala
partisipasi yang telah diberikan mendapat imbalan yang pantas serta rahmat
dari Tuhan Yang Maha Esa
vii
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Namun
demikian, penulis berharap mudah-mudahan tesis ini dapat memberi
sumbangan ilmiah bagi pembaca pada umumnya dan bagi ilmuwan sosial
yang mengkaji masalah Pengkajian Potensi dan Penerapan Prinsip dan
Kreteria Ekowisata.
Denpasar, 10 November 2011
Penulis
viii
ABSTRAK
KAJIAN POTENSI DAN EVALUASI PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP
DAN KRITERIA EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM
KAWAH IJEN, DESA TAMAN SARI, KABUPATEN BANYUWANGI
Pengembangan Pariwisata harus menguntungkan secara ekonomi, tidak
merugi-kan sosial budaya masyarakat,menjaga kelestarian alam. Banyuwangi
memiliki keindahan panorama kawah gunung Ijen dan potensi pendukung yaitu
flora dan fauna sebagai daya tarik wisata. Pemanfaatan potensi ekowisata belum
memberikan keuntungan perekonomian masyarakat lokal, karena belum adanya
keterlibatan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi serta evaluasi penerapan
prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata serta upaya yang dilakukan di Kawasan
Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari. Metode yang digunakan
adalah: observasi lapangan serta mengajukan pertanyaan kepada para pengunjung.
Selain itu, data tentang flora dan fauna dikumpulkan dari observasi lapangan dan
inventarisasi yang diambil di kawasan taman wisata alam kawah Ijen dan KSDA.
Untuk evaluasi penerapan prinsip dan criteria ekowisata, teknik yang digunakan
adalah mengevaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria hasil lokakarya dan
pelatihan ekowisata Nasional tahun 2006 di Bali. Berdasarkan hasil tersebut,
maka rekomendasi diberikan untuk perbaikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Kawah Ijen memiliki potensi besar
bagi pengembangan ekowisata, meskipun belum sepenuhnya dikembangkan.
Sumber wisata yang paling utama adalah panorama / pemandangan kawah
Gunung Ijen dengan tiga warna berbeda, yaitu: hijau, biru, dan kuning emas.
Selain itu, aktivitas manusia mengambil belerang dari kawah, potensi lain yang
mendukung yaitu flora dan fauna yang beragam di wilayah tersebut. Daya tarik
lain yang mendukung ekowisata yaitu potensi budaya yang unik dari komunitas
yang berdekatan dengan Gunung Ijen. Hasil evaluasi atas pelaksanaan ekowisata
menunjukkan bahwa beberapa indikator yang diamati memenuhi kriteria
ekowisata, seperti nomor kriteria 1,2, 7 dan 9. Kriteria yang belum terpenuhi
seperti nomor 3, 4, 5, 6 dan 8. Untuk meningkatkan implementasi konsep
ekowisata atau kriteria, diperlukan pelatihan. Selain itu masyarakat setempat harus
dilibatkan dalam program. Desa harus mendirikan fasilitas pesinggahan untuk
mengakomodasi pengunjung yang melewati desa Taman Sari menuju ke Kawah
Ijen.
Kata kunci : ekowisata,Gunung Ijen, konservasi alam, ekonomi lokal, kriteria
ekowisata
ix
ABSTRACT
STUDIES ON POTENTIALS AND EVALUATION OF IMPLEMENTATION
OF PRINCIPALS AND CRITERIA OF ECOTOURISM IN KAWAH IJEN
NATURAL TOURISM PARK, TAMAN SARI VILLAGE, BANYUWANGI
REGENCY
Tourism development should bring benefits economically. In addition, it
should in line with socio-culture of local community, as well as conserve the
environment. Banyuwangi has a scenic view of volcano called Kawah Ijen. In
addition it has a wide ranges of flora and fauna that could be used as tourist
attractions. The benefit gain from ecotourism businesses in this regency however
has not been significant for the local because of low involvements from local
community.
This research is aimed to find out the potentials as well as to evaluate
implementations of principals and criteria of ecotourism. In addition, it was also
aimed to find out effort which should be performed to improve development of
ecotourism based on those two factors. The methods utilized including: field
observation on the attractions as well as asking questions to the visitors. In
addition, data on flora and fauna were collected from field observation and
records taken by local authority (forestry department). For evaluation of
implementation of principals and criteria of ecotourism, the techniques utilized
were evaluating them using the criteria established from national (Indonesian)
workshop of ecotourism year 2006 in Bali. Based on those results, then
recommendations given for improvements.
Result of this research showed that: Kawah Ijen has a great potentials for the
development of ecotourism, despite the fact it has not been fully developed. It
main source of attractions was the panorama/view of the crater of Mt. Ijen with
three distinctive colours, namely: green, blue, and golden yellow. In addition,
human activities taking sulvur from crater provided additional attractions, as well
as flora and fauna that varied in the region. The attraction as the potentials for the
development of ecotourism was also supported by availability of unique culture of
the community adjacent to Mount Ijen. Result of the evaluation on
implementation of ecotourism showed that some of the observed indicators fulfill
the criteria of the ecotourism, such as criteria number 1, 2, 7 and 9. The criteria
which have not been fulfilled such as number 3, 4, 5, 6 and 8. To improve of
implementation of ecotourism concepts or criteria, trainings are needed. In
addition local community should be involved in the programmes. The village
should established a stop over facility to catch visitors passing the site.
Key words : ecotourism, Mount Ijen, natural conservation, local economy,
ecotourism criteria.
x
RINGKASAN PENELITIAN
Pengembangan Pariwisata harus menguntungkan secara ekonomi, adil
secara etika dan sosial terhadap masyarakat. Pada dasarnya penyelenggaraan
ekowisata menjaga kelestarian alam, kelestarian kebudayaan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sehingga terjadinya suatu keseimbangan
Kabupaten Banyuwangi memiliki flora dan fauna sebagai daerah tujuan
ekowisata, pemanfaatan potensi desa belum menyentuh pada tingkat kesejahteraan
masyarakat lokal. Dengan pengelolaan belum optimal. Pariwisata belum
memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi masyarakat maupun Pemerintah.
Kawah Ijen adalah sebuah Kawasan Wisata yang telah di tetapkan sebagai
Kawasan Taman Wisata Alam, memiliki panorama yang indah yaitu berupa
kawah yang memiliki air tiga warna yaitu hijau, biru dan kuning keemasan,
sumber belerang dan munculnya api biru (bluefire),disamping flora dan fauna.
Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah (1)Apa potensi
Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi sebagai daya tarik
ekowisata ? (2) Bagaimana evaluasi penerapan prinsip - prinsip dan kriteria
ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi? (3) Serta
upaya-upaya yang dilakukan dari hasil identifikasi potensi dan hasil evaluasi
penerapan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata.
Penelitian bertujuan untuk mengkaji potensi dan evaluasi penerapan prinsip-
prinsip dan kriteria ekowisata serta upaya apa yang dilakukan di Kawasan Taman
Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi.
Lokasi Penelitian ini di desa Taman Sari kabupaten Banyuwangi. Tepatnya
di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen.
Jenis dan Sumber Data, yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah dari
lingkungan Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen dan dari luar Kawasan
yaitu instansi terkait. Sedangkan instrumen penelitian yang dipergunakan adalah
quesioner, wawancara, observasi dan dokumen. Adapun metode dan Teknik
Analisis Data dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data untuk mengetahui
potensi kawah Ijen berupa informasi dari wisatawan maupun berupa dokumentasi
fotokemudian dianalisis dan dideskrepsikan. Potensi flora dan fauna dilakukan
pendataan (inventarisasi) terhadap jumlah jenis flora dan fauna serta apa yang
langka dan unik merupakan faktor potensial. Potensi kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat yaitu dengan analisis deskripsi. Potensi Sumber Daya Manusia
dengan analisis deskripsi dan menggambarkan kondisi masyarakat. Pengumpulan
data dari evaluasi menerapkan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata hasil
Lokakarya dan pelatihanan Ekowisata Nasional tahun 2006 di Kawasan Taman
Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari.
Hasil Penelitian ini kemudian Pembahasan yaitu 1.Potensi Kawah Ijen yaitu
keindahan kawah dengan tiga warna air yang dimiliki yaitu hijau, biru dan kuning
keemasan, sumber belerang dan api biru atau bluefire pada malam hari. Potensi
Flora jumlah jenis flora ada >31 jenis. Kriteria kualitas keanekaragaman flora
termasuk dalam skala 5(lima). Maksudnya bahwa jenis flora yang ada, termasuk
dalam kategori sangat baik. Data ini menggambarkan khasanah kekayaan potensi
dengan keanekaragaman flora yang dimiliki. Potensi Fauna berdasarkan data
xi
berjumlah >15 jenis spesies. Jika dimasukkan dalam kriteria kualitas
keanekaragaman fauna termasuk dalam skala 5 (lima) . Maksudnya bahwa jenis
fauna yang ada, termasuk dalam kategori sangat baik.. Data ini menggambarkan
khasanah kekayaan potensi dengan keanekaragaman fauna yang dimiliki. Faktor
lain yang sangat mendukung potensi flora, fauna yang langka dan unik, seperti
flora kelompok angrek sebagai primadona dan fauna yaituwalek kepala ungu
maupun burung cekakak. Potensi Kebudayaan berdasarkan hasil observasi dan
analisis masyarakat memiliki seni budaya yang cukup unik dan merupakan ciri
khas Banyuwangi. Berupa tarian yang dipentaskan merupakan tradisi yang
sifatnya turun temurun dinyakini oleh masyarakat. Potensi Sumber Daya Manusia
berdasarkan hasil observasi dan analisis yang telah dilakukan bahwa, masyarakat
memiliki potensi yaitu berasal dari sumber daya manusia itu sendiri yang cukup
unik. Keunikannya adalah sebuah kegiatan penambangan belerang yang masih
tradisional dengan alat yang sederhana. (2) Evaluasi Penerapan Prinsip – Prinsip
dan Kriteria Ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Desa
Taman Sari Banyuwangi. Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang telah
dilakukan, bahwa pada dasarnya Secara rinci yaitu : pada kriteria 1,2,7 dan 9
sudah ada kesesuaian, yaitu masyarakat berupaya melakukan untuk
penyeimbangan alam dan menjaga alam sesuai dengan keyakinanan mereka,
mengikuti UU yang berlaku Kriteria berikutnya adalah kriteria 3, 4, 5, 6, dan 8
yang berkaitan dengan kunjungan wisatawan, persetujuan dengan masyarakat
dalam mengambil keputusan pengembangan maupun dalam hal keterlibatan
masyarakat dan dalam hal pelayanan terhadap wisatawan. Ini semua tidak sesuai
dengan rumusan hasil pelatihan dan lokakarya Ekowisata Nasional tahun 2006.
Hal ini dikarenakan secara prinsip belum adanya pengembangan ekowisata.
Karena keterlibatan masyarakat dalam pariwisata tidak ada, atau hanya sebagian
kecil saja yang bisa menikmatinya. Pengembangan pariwisata belum optimal,
secara managemen pengembangan belum mengarah pada ekowisata. Sehingga
tujuan pengembangan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
belum tercapai. Karena keterlibatan masyarakat tidak ada.(3). Upaya yang
dilakukan dari pengkajian potensi dan penerapan prinsip - prinsip dan kriteria
ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari
Kabupaten Banyuwangi.
Untuk mencapai suatu tujuan dalam pengelolaan pariwisata yang optimal
maka, dalam pengelolaan diperlukan yang komprehensif dan terpadu serta
dilaksanakan secara konsisten. Adapun upaya yang dilakukan adalah :
(a).Meningkatkan pemahaman masyarakat desa Taman Sari tentang ekowisata
yaitu dengan cara memberikan penyuluhan, membuat kelompok sadar wisata
(DARWIS), sadar lingkungan (DARLING) dan sadar budaya (DARBUD) yang
mengarah pada pelestarian budaya.(b). Meningkatkan pengetahuan dalam
pengelolaan ekowisata untuk masyarakat desa Taman Sari. Dalam hal ini
pengetahuan yang diberikan berkaitan dengan pengelolaan ekowisata mulai
dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Pengelolaan objek wisata yang
dilakukan oleh masyarakat desa Taman Sari, diupayakan adanya pelatihan yang
didukung dan difasilitasi oleh dinas Pariwisata daerah maupun pemerintah
Kabupaten Banyuwangi. Pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan sarana
xii
pariwisata dan pelayanan jasa (c). Meningkatkan ketrampilan pada masyarakat
desa Taman Sari.seperti pembuatan kerajinan tangan untuk dijadikan souvenir
Potensi yang lain yang dimiliki oleh masyarakat yaitu pembuatan makanan
tradisional dan menu lain serta cara penyajiannya. Pentingnya meningkatkan
kemampuan berbahasa untuk melayani wisatawan dari mancanegara. Mengingat
bahwa Taman Wisata Alam yang sudah dikenal di manca negara.
Simpulan 1. Potensi alam kawah Ijen dengan keindahan kawah, sumber
belerang, dan api biru yang sudah terkenal. Potensi flora jenis flora ada >31 jenis,
kriteria kualitas keanekaragaman flora termasuk skala 5(lima). Berkisar 21 sampai
31 jenis tumbuhan, termasuk dalam kategori sangat baik. Potensi fauna jumlah
spesies fauna >15 jenis spesies. Kriteria kualitas termasuk skala 5 (lima) yaitu
lebih dari 15 jenis fauna, termasuk dalam kategori sangat baik.Potensi seni budaya
ini sering dipentaskan sebagai tradisi yang sifatnya turun temurun dinyakini
masyarakat. Seperti tari grandung, tari jaranan dan tari kebo-keboan. Potensi
sumber daya manusia itu sendiri yang berupa kegiatan penambangan belerang
dengan cara tradisional dan peralatan sederhana. Kreatifitas penduduk dalam
mengolah makanan yaitu rujak soto.(2) Beberapa hal penerapan prinsip dan
kriteria rumusan hasil lokakarya dan pelatihan Ekowisata Nasional 2006. Secara
rinci yaitu : pada kriteria 1,2,7 dan 9 sudah ada kemiripan, sedangkan kriteria
3,4,5,6,dan 8 tidak sesuai dengan rumusan hasil pelatihan dan lokakarya
Ekowisata Nasional tahun 2006. Secara manajemen belum mengarah pada
ekowisata dan belum optimal.Dengan demikian prinsip pengembangan pariwisata
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, belum tercapai. Karena
keterlibatan masyarakat tidak ada(3) Upaya yang dilakukan dari hasil potensi dan
hasil evaluasi penerapan prinsip dan kriteria ekowisata yaitu peningkatan
pemahaman tentang pariwisata, pengetahuan tentang pengelolaan ekowisata,
meningkatkan ketrampilan pada masyarakat. Saran 1.Pengelola sebaiknya dalam
pengembangan mengarah pada ekowisata,keterlibatan masyarakat diperlukan.
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh pihak Pemda untuk masyarakat dalam
jangka waktu pendek adalah :1.Diadakan pelatihan memandu, berbahasa Inggris
sebagai media komunikasi, pelatihan kewirausahaan.Jika dilakukan swadaya
masyarakat sepenuh, masyarakat tidak mampu, jangka waktu pendek adalah
berupaya membuat desa sebagai stop over.
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM
PRASYARAT GELAR .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI .............................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRAC ..................................................................................................... ix
RINGKASAN PENELITIAN ....................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN
MODEL PENELITIAN ............................................................ 7
2.1. Kajian Pustaka .................................................................. 7
2.2. Konsep .............................................................................. 10
2.3. Landasan Teori ................................................................. 16
xiv
2.4. Model Penelitian ............................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 28
3.1. Rancangan Penelitian ....................................................... 28
3.2. Lokasi Penelitian .............................................................. 28
3.3. Jenis Data dan Sumber Data ............................................. 29
3.4. Instrumen Penelitian .......................................................... 29
3.5. Metode dan Teknik Analisis Data .................................... 31
3.6. Penyajian Hasil Analisis Data ........................................... 36
BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN .......................................... 37
4.1 Gambaran Umum Desa Taman Sari ...................................... 37
4.1.1 Sejarah Desa Taman Sari ............................................... 37
4.1.2 Kondisi Geografis .......................................................... 38
4.1.3 Kondisi Demografis, Sosial, dan Ekonomi .................... 40
4.1.4 Komposisi Warga Desa Menurut Umur dan Jenis Kelamin 41
4.1.5 Komposisi Warga Desa Menurut Pendidikan ................ 42
4.1.6 Komposisi Warga Desa Menurut Matapencaharian ...... 43
4.1.7 Sarana ............................................................................. 44
4.2 Gambaran Umum Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen 45
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 47
5.1 Potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Desa
Taman Sari Sebagai Daya Tarik Ekowisata .......................... 47
5.1.1 Potensi Alam ................................................................... 46
5.1.2 Potensi Kebudayaan ....................................................... 68
xv
5.1.3 Potensi Sumber Daya Manusia ....................................... 73
5.2 Evaluasi Penerapan Prinsip – Prinsip dan Kriteria Ekowisata
Menurut Rumusan Hasil Lokakarya dan Pelatihan Ekowisata
Nasional 2006........................................................................... 80
5.3 Upaya yang dilakukan untuk memberikan rekomendasi berdasarkan
hasil kajian Potensi dan Penerapan Prinsip dan Kriteria
Ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa
Taman Sari Kabupaten Banyuwangi ...................................... 97
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 103
6.1 Simpulan ................................................................................ 103
6.2 Saran ....................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 107
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Peta Orientasi Kawah Ijen ................................................................... 111
2. Pedoman Wawancara ........................................................................... 101
3. Penerapan Prinsip – Prinsip dan Kriteria Ekowisata Nasional ............. 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan pariwisata mendorong timbulnya kesadaran untuk mengembang
kan pariwisata yang ramah terhadap lingkungan. Tahun 1996 pembangunan
pariwisata alternatif muncul sebagai kritik terhadap berbagai penyimpangan
praktik pariwisata massal (mass tourism). Konsep baru inilah yang populer
dengan sebutan ekowisata. Selain itu piagam pariwisata berkelanjutan
(Insula,1995) menekankan bahwa pariwisata harus didasarkan pada kriteria yang
berkelanjutan yang intinya adalah pengembangan harus menguntungkan secara
ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat . Perlu adanya
alternatif pendekatan kegiatan pariwisata yang ramah lingkungan dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat lokal.
Dasa warsa terakhir ini ekowisata telah berkembang sebagai salah satu
industri yang potensial untuk kepentingan pembangunan yang berkelanjutan.
Ekowisata mempunyai kekhususan, yaitu mengedepankan konservasi lingkungan,
pendidikan lingkungan dan menguntungkan penduduk lokal (meningkatkan
perekonomian penduduk lokal). Penyelenggaraan ekowisata pada dasarnya
dilakukan dengan kesederhanaan, memelihara keasliaan alam dan lingkungan,
memelihara keaslian adat istiadat, kebiasaan hidup atau the way of life, menjaga
kelestarian flora dan fauna, serta melestarikan lingkungan hidup sehingga
2
terjadinya suatu keseimbangan antara kehidupan manusia dengan lingkungan
alam ( Sukma, 2009 )
Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang
terletak di ujung paling timur Pulau Jawa, sebagai pintu gerbang Pulau Jawa
menuju ke Bali. Kabupaten Banyuwangi memiliki alam cukup bagus terutama
untuk flora dan faunanya. Yaitu kawasan hutan seluas 31,72 % sedangkan lahan
persawahan meliputi 11,44 % dari keseluruhan lahan yang ada ( Kabupaten
Banyuwangi Dalam Angka, 2009 ; 3 ). Disamping itu kondisi pedesaan yang
masih alami juga sangat mendukung jika Banyuwangi dikembangkan sebagai
daya tarik wisata alam.
Pemanfaatan alam pedesaan seperti Desa Wisata Using yang terletak di desa
Kemiren, Alas Purwo, perkebunan kopi Kalibaru, Kali Klatak serta Taman
Wisata Alam Kawah Ijen, sebagai daerah tujuan ekowisata merupakan target
spesial. Hal ini dikarenakan alam pedesaan sebagai daerah yang relatif masih asli
atau alami. Daerah ini semuanya masih alami, namun dalam tahap pemanfaatan
potensi desa belum menyentuh pada tingkat kesejahteraan masyarakat lokal.
Bahkan untuk menuju pada tahap ekowisata yang berkelanjutan masih belum pada
sasarannya.
Pengelolaan daerah yang belum optimal ini, dengan demikian sehingga
pariwisata belum memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi masyarakat
maupun Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Daya tarik wisata di Banyuwangi
masih relatif belum banyak dikunjungi wisatawan manca negara maupun
domestik. Indikatornya antara lain terlihat, dari segi Pendapatan Daerah Regional
3
Bruto (PDRB) sektor pariwisata masih relatif rendah kontribusinya dibandingkan
dari sektor lain. Misalnya yang cukup tinggi kontribusinya yaitu pendapatan dari
pelabuhan laut, karena Kabupaten Banyuwangi sebagai pintu gerbang Pulau Jawa
menuju ke Bali. Disamping itu, Muncar merupakan salah satu daerah penghasil
ikan terbesar di Banyuwangi, juga tidak sedikit memberikan kontribusi terhadap
pemerintah maupun masyarakat. ( Banyuwangi Dalam Angka, 2009 ).
Kawah Ijen adalah sebuah Kawasan Wisata yang telah di tetapkan sebagai
Kawasan Taman Wisata Alam yaitu tanggal 10 Desember 1981 oleh Mentri
Pertanian dengan SK. 1017/Kpts-II/Um/12/198. Ide penataan Kawasan Taman
Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi telah dilaksanakan oleh Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jawa Timur Seksi Konservasi Wilayah
V Banyuwangi. KSDA berperan sebagai pengelola Kawah Ijen dalam rangka
untuk melindungi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Ide penataan
kawasan sudah ada, namun belum secara keseluruhan yang mengena. Upaya yang
telah dilaksanakan oleh KSDA yaitu pelestarian alam, pengembangan kawasan,
namun belum meningkatkan perekonomian masyarakat lokal maupun pelestarian
budaya. Walaupun pemerintah daerah telah berupaya untuk mengembangkan
Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, sebagai wisata alam. Disamping itu
juga pemerintah daerah mengharapkan adanya peningkatan pendapatan daerah
dan peningkatan perekonomian masyarakat setempat . (Balai Besar KSDA Jawa
Timur, Wilayah V Banyuwangi ).
Taman Wisata Alam Kawah Ijen memiliki kawah yang berupa danau, yang
memiliki warna biru, hijau dan kuning keemasan jika terkena sinar matahari.
4
Kawah Gunung Ijen sebagai sumber belerang, yang mana belerang ini harus
diambil agar tidak terjadi penumpukan. Mengakibatkan terjadinya pemanasan
yang berlebihan didalam bumi, yaitu dengan cara pengeboran, sehingga
akan keluar asap belerang dan terjadilah sublimasi (pengkristalan). Asap
belerang begitu terkena angin berubah menjadi kristal. Kristal belerang inilah
yang kemudian menumpuk dan harus diambil. Agar terjadi keseimbangan alam
(Balai Besar KSDA Jawa Timur).
Kegiatan ini merupakan salah satu daya tarik untuk dikunjungi oleh
wisatawan, karena menggunakan alat yang sangat sederhana dan dengan cara
tradisional. Selain hutan tropis dengan aneka flora didalamnya, juga perkebunan
sebelum sampai pada lokasi Kawah pada gunung Ijen
Berdasarkan hal – hal tersebut diatas dan dukungan pemerintah daerah, maka
perlu diadakan penelitian, yaitu dengan judul “ Kajian Potensi Dan Evaluasi
Penerapan Prinsip - Prinsip dan Kriteria Ekowisata Di Kawasan Taman Wisata
Alam Kawah Ijen, Desa Taman Sari, Kabupaten Banyuwangi “.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan diatas, maka masalah yang diangkat adalah :
1.2.1 Apa potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi
sebagai daya tarik ekowisata ?
1.2.2 Bagaimana evaluasi penerapan prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata di
Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen Banyuwangi ?
1.2.3 Upaya apa yang dilakukan untuk memberikan rekomendasi berdasarkan
hasil kajian potensi dan evaluasi penerapan prinsip-prinsip dan kriteria
5
1.2.4 ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, desa Taman Sari
Kabupaten Banyuwangi ?
1.3. Tujuan Penelitiaan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dibagi
menjadi tujuan umum dan tujuan khusus yaitu :
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji potensi dan evaluasi
penerapan prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata serta upaya apa yang dilakukan
untuk memberikan rekomendasi berdasarkan hasil evaluasi penerapan ekowisata
di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, desa Taman Sari Banyuwangi
dalam rangka menuju Pariwisata berkelanjutan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
Desa Taman Sari Banyuwangi sebagai daya tarik ekowisata.
2. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi penerapan prinsip - prinsip dan
kriteria Ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa
Taman Sari Banyuwangi.
3. Untuk memberikan rekomendasi berdasarkan hasil kajian potensi maupun
evaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan
Taman Wisata Alam Kawah Ijen, di desa Taman Sari Kabupaten
Banyuwangi.
6
Dari ketiga hal tersebut diharapkan dapat memberikan rekomendasi, dengan
demikian akan memberikan suatu masukan apakah penerapan prinsip - prinsip
dan kriteria ekowisata sudah sesuai dengan acuan yang ada, sehingga dapat
dipergunakan di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari
Kabupaten Banyuwangi.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat yaitu sebagai berikut :
1.4.1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini dapat menambah pemahaman tentang pentingnya mengetahui
potensi serta evaluasi penerapan prinsip – prinsip, kriteria ekowisata dan upaya
apa yang harus dilakukan dari hasil kajian potensi maupun evaluasi penerapan
prinsip – prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah
Ijen desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi.
1.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat desa Taman
Sari dalam mengelola pariwisata menuju ekowisata pada khususnya, dan
Kabupaten Banyuwangi pada umumnya dalam membuat pertimbangan
maupun kebijakan dalam pengembangan pariwisata khususnya ekowisata.
Mengingat bahwa Kabupaten Banyuwangi memiliki alam maupun budaya yang
cukup potensial untuk dijadikan sebagai daya tarik ekowisata.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP,
LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Penelitian Terdahulu
Dalam kajian pustaka ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang
penulis anggap cukup relefan dengan penelitian ini, khususnya tentang ekowisata
dan Pariwisata berkelanjutan. Adapun tujuannya yaitu sebagai pembanding antara
peneliti terdahulu dengan penelitian yang penulis angkat, sehingga akan
menghasilkan penelitian yang lebih akurat.
Penelitian Astiti (2003) tentang “Penerapan Tri Hita Karana Dalam
Pengembangan Ekowisata Pada Waka Gangga Resort Tabanan”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan Tri Hita Karana dalam pengembangan ekowisata
lebih banyak mempunyai kekuatan (sawah, yang luas berterasering, pemandangan
laut), peluang (kegiatan penanaman padi, perahu dan memancing), kelemahan
(tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan alam, social budaya masyarakat
setempat).
8
Penelitian Sutiarso (2004) dalam kajiannya tentang “ Ekowisata Di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru Jawa Timur”. Hasil penelitian ini menyebutkan
bahwa pariwisata di Bromo (TNBTS) berakar pada masyarakatnya. Yaitu
masyarakat Tengger menikmati hasil pariwisata melalui keterlibatan mereka
dalam usaha-usaha yang terkait dengan pariwisata (kepemilikan kuda, jeep, dan
homestay) . Pada penelitian ini yang menarik bahwa masyarakat lokal (suku
Tengger) tetap mendapatkan keuntungan ekonomi langsung dari periwisata di
daerahnya dengan cara mengontrol dengan ketat terhadap kepemilikan jasa-jasa
pariwisata. Hal ini merupakan kunci utama mereka untuk mendapatkan
kesejahteraannya. Pemanfaatan Taman Nasional untuk tujuan pariwisata secara
finansial dan ideologis dapat didukung sepanjang tidak merusak lingkungan.
Pemanfaatan pariwisata itu penting untuk mendukung eksistensi taman nasional
dan juga eksistensi masyarakat lokal yang tinggal di kawasan tersebut.
Peneliti Latupapua (2008) dalam kajiannya tentang ”Study Potensi Kawasan
Dan Pengembangan Ekowisata Di Tual Kabupaten Maluku Tenggara”. Dalam
penelitiannya menyebutkan bahwa di Tual Maluku Tenggara potensi untuk
dikembangkan sebagai ekowisata. Adapun sebagai pertimbangan karena memiliki
potensi aneka flora yaitu sekitar 11 sampai 20 jenis tumbuhan hal ini akan
menambah daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Adapun keanekaragaman
fauna memiliki keragaman yang tinggi, sehingga bisa digunakan sebagai
penunjang ekowisata.
9
Dari hasil penelitian diketahui 68% pengunjung merasa puas atas
kunjungannya karena panorama alam. Hal ini dikaitkan dengan respon masyarakat
yaitu 75,7% baik sekali karena pengembangan objek wisata ini mampu
menyediakan peluang pekerjaan.
Manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian tersebut adalah pariwisata
terutama ekowisata perlu dikembangkan agar terjadi konservasi alam, budaya
maupun meningkatkan perekonomian masyarakat. Ini semua bisa terrealisasi
dengan baik, dan PAD juga akan meningkat.
Penelitian – penelitian lainnya tentang ekowisata telah banyak dilakukan oleh
Raka Dalem, dkk. Dari kelompok studi ekowisata Fakultas MIPA Universitas
Udayana dan PUSLIT UDBAR UNUD serta Bali Greenery Denpasar . Hasil
penelitian tersebut antara lain yaitu :
1. Desa Sumbangan Suka Sada Buleleng ( Raka Dalem, dkk, 2005).
2. Perkebunan Pulukan Jembrana ( Raka Dalem, dkk,2003 )
3. Di Beberapa Destinasi Ekowisata Berbasis Kera di Bali ( Suryawan dan
Raka Dalem, 2010 ), ( Raka Dalem dan Astini, 2000).
4. Taman Nasional Gunung Leuser ( Sumatra Utara ), ( Suryawan dkk,
2009)
10
2.2 Konsep Penelitian
Konsep penelitian merupakan terminologi teknis yang merupakan komponen
dari kerangka teori. Penelitian ini berawal dari asumsi bahwa penerapan prinsip
dan kriteria ekowisata mengacu pada potensi yang dimiliki oleh Kawasan Taman
Wisata Alam Kawah Ijen. Adapun konsep tersebut adalah :
2.2.1 Ekowisata
Definisi ekowisata yang digunakan untuk standar internasional adalah seperti
yang dipakai NEAP, serta EAA, yaitu : Ecologically sustainable tourism with a
primacy focus on experience natural areas that foster enviromental and cultural
understanding, appreciation and conservation (pariwisata yang berkelanjutan
secara ekologis dengan fokus utama pada pengalaman pada daerah alami yang
membantu meningkatkan pemahaman, apresiasi serta konservasi terhadap
lingkungan serta budaya) (Crabtree dkk., 2002:4 dalam Raka-Dalem, 2006)
Sementara itu menurut versi Indonesia yaitu, hasil Lokakarya dalam Pelatihan
Ekowisata Nasional di Bali 25-26 Agustus 2006, ekowisata didefinisikan sebagai
penyelenggara kegiatan wisata yang bertanggungjawab di tempat-tempat alami
dan/atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaedah alam, yang mendukung
upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat (Anonim, 1996 dalam Raka Dalem, 2006).
Definisi ini kemudian dijabarkan dalam sembilan prinsip yaitu :
11
1. Peka dan menghormati nilai - nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan
masyarakat setempat.
2. Memiliki kepedulian, komitmen dan tangung jawab terhadap konservasi alam
dan warisan budaya.
3. Menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk
menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam.
4. Edukasi : Ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan
wisatawan.
5. Pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat
melalui musyawarah.
6. Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan
kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat.
7. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku
8. Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen.
9. Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan
harapan (pemasaran yang bertanggung jawab).
Secara umum ada kemiripan dalam definisi serta prinsip-prinsip tersebut,
tetapi kelihatannya prinsip ekowisata Internasional lebih menonjol daripada
definisi nasional dalam hal memberikan penekanan pada kepuasan konsumen
serta responsible marketing. Di samping itu unsur interprestasinya juga lebih
eksplisit sehingga memberikan peluang pada mereka lebih mengerti, lebih mampu
12
berapresiasi serta lebih menikmati alam itu sendiri serta secara tidak langsung
akan menggugah kesadaran akan perlunya konservasi lebih baik (Dalem,2006:3)
Pada dasarnya dalam pengembangan ekowisata keterlibatan masyarakat harus
ada bahkan masyarakat sebagai pengelola dan pemerintah dalam hal ini sebagai
mitra. Untuk menuju kearah yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat WWF
Internasional (2001) dalam Guidelines for community-based ecotourism
development ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai bahan
pertimbangan yaitu : (1). Menyediakan kehidupan yang berkelanjutan untuk
masyarakat lokal.(2). Mendorong masyarakat secara langsung melakukan
ekowisata. (3). Mendapatkan keuntungan langsung dari pelestarian alam
(4). Produk yang dikembangkan harus berdasarkan pengetahuan masyarakat,
serta nilai dan kemampuan mereka. (5). Masyarakat bisa menentukan budaya
wisatawan yang perlu disaring.
2.2.2 Kawasan Wisata
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.10 tahun 2009 Bab I pasal 10
menjelaskan tentang Kawasan strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki
fungsi utama Pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan Pariwisata
yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
13
Kemudian dipertegas di dalam Bab V pasal 12 yaitu :
1. Penetapan kawasan strategis pariwisata dilakukan dengan memperhatikan :
(a). Sumber daya pariwisata alam dan budaya yang potensial menjadi daya tarik
pariwisata. (b). Potensi pasar. (c). Lokasi strategis yang berperan menjaga
persatuan bangsa dan keutuhan wilayah.(d). Perlingdungan terhadap lokasi
tertentu yang mempunyai peran strategis dalam menjaga fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup. (e). Lokasi yang strategis yang mempunyai peran dalam usaha
pelestarian dan pemanfaatan aset budaya. (f). Kesiapan dan dukungan
masyarakat. (g). Kekhususan dari wilayah.
2. Kawasan strategis pariwisata dikembangkan untuk berpartisipasi dalam
terciptanya persatuan dan kesatuan bangsa, keutuhan negara Republik
Indonesia serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
3. Kawasan strategis pariwisata harus memperhatikan aspek budaya, sosial, dan
agama masyarakat setempat.
2.2.3 Pariwisata Berkelanjutan
Konsep pembangunan Pariwisata berkelanjutan yang dirumuskan oleh The
World Commissions for Environmental and Development (WCED) mendefisikan
pembangunan Pariwisata berkelanjutan sebagai pembangunan yang dapat
menjamin pemenuhan kebutuhan generasi sekarang, tanpa mempertaruhkan
kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya mereka sendiri.
14
Dengan tujuan adalah memadukan pembangunan dengan lingkungan sejak awal
proses penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan yang strategis sampai
kepada penerapannya di lapangan.
Adapun Federation of Nature and National Parks (1993) memberikan batasan
tentang pariwisata berkelanjutan yaitu semua bentuk pembangunan, pengelolaan
dan aktivitas pariwisata yang memelihara integritas lingkungan, sosial, ekonomi,
dan kesejahteraan dari sumber daya alam dan budaya yang ada untuk jangka
waktu yang lama.
Dari definisi pariwisata berkelanjutan tersebut di atas maka, suatu kegiatan
wisata yang dianggap berkelanjutan apabila memenuhi syarat diantaranya :
1.Berkelanjutan secara ekologis artinya bahwa pembangunan pariwisata tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem setempat, dan kegiatan
konservasi dilaksanakan sebagai upaya untuk melindungi sumber daya alam dan
lingkungan.
2.Berkelanjutan secara sosial dan budaya yaitu kemampuan masyarakat
lokal dalam menerima kegiatan Pariwisata tanpa menimbulkan konflik sosial.
Sedangkan berkelanjutan budaya artinya bahwa masyarakat lokal mampu
beradaptasi dengan budaya wisatawan yang memiliki latar belakang berbeda.
3. Berkelanjutan secara ekonomi artinya bahwa kegiatan pariwisata akan
memberikan keuntungan secara ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan pada
masyarakat.
15
2.2.4 Potensi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992:345), potensi Pariwisata dapat
didefinisikan sebagai daya tarik, keunikan, kekuatan dan kesanggupan yang
dimiliki oleh suatu obyek yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan
sesuatu yang menjadi aktual atau nyata. Atau dengan perkataan lain potensi
pariwisata adalah segala sesuatu yang dimiliki daerah tujuan wisata yang berguna
untuk pengembangan industri pariwisata di daerah tersebut.
Menurut Soekadijo (1996:57), potensi pariwisata yang merupakan suatu
modal nantinya menjadi daya tarik dan dikembangkan menjadi atraksi wisata ada
tiga macam, yaitu : potensi alam, potensi kebudayaan, dan potensi manusia.
Adapun jenis atraksi tersebut adalah :
1. Potensi Alam
Potensi alam yang dimaksud adalah alam fisik (gua, sungai, danau, topografi
yang menantang, dan pemandangan), fauna, dan floranya. Meskipun sebagai
atraksi wisata ketiga - tiganya selalu bersama-sama dengan potensi kebudayaan
dan manusia, akan tetapi tentu ada salah satu yang menonjol.
2. Potensi Kebudayaan
Potensi kebudayaan disini adalah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya
meliputi kebudayaan tinggi, tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan
yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat.
16
3. Potensi Manusia
Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata yang menarik kedatangan
wisatawan seperti akrobatik dan atraksi loncat batu di Nias.
Menurut Yoeti (1996:158) potensi Pariwisata adalah suatu aset yang dimiliki oleh
suatu daerah tujuan wisata atau obyek wisata yang dimanfaatkan untuk
kepentingan ekonomi dengan tidak mengesampingkan aspek sosial budaya.
2.3. Landasan Teori
Landasan teori yang yang dimaksud adalah teori – teori relevan yang dapat
digunakan untuk menjelaskan tentang vareabel yang akan diteliti. Sebagai dasar
untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan
(hipotesis) serta penyusunan instrumen penelitian Teori yang digunakan bukan
sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang benar –
benar telah teruji kebenarannya (Riduwan, 2004 : 19)
Untuk menganalisis hasil penelitian yang dibahas pada bab berikut, maka
perlu adanya beberapa teori dan pendekatan sebagai acuan. Untuk menjawab pada
permasalahan yang pertama yaitu tentang potensi apa yang ada di Taman Wisata
Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi yaitu :
2.3.1. Teori potensi.
Menurut Soekadijo (1996:57), potensi pariwisata yang merupakan suatu
17
modal nantinya menjadi daya tarik wisata dan bisa dikembangkan menjadi atraksi
wisata. Ada tiga macam potensi wisata yang bisa dikembangkan menjadi atraksi
wisata yaitu :
1. Potensi Alam
Potensi alam yang dimaksud adalah alam fisik (gua, sungai, danau, topografi
yang menantang, dan pemandangan), fauna, dan floranya. Meskipun sebagai
atraksi wisata ketiga - tiganya selalu bersama-sama dengan potensi kebudayaan
dan manusia, akan tetapi tentu ada salah satu yang menonjol.
a.Potensi Sumber Daya Alam
Potensi sumber daya alam disini dimaksudkan sumber daya alam yang
memiliki daya tarik secara alami. Kawasan taman wisata alam kawah Ijen,
memiliki daya tarik alami yaitu berupa kaldera Ijen disamping sebagai sumber
belerang air kawah ini memiliki tiga warna yaitu hijau, biru dan kuning keemasan.
Pada malam hari di kawah Ijen terdapat cahaya yang sangat unik yaitu api biru
atau bluefire.
b. Potensi Flora
Menurut Fandeli 1992 dalam Latupapua 2008 bahwa, potensi flora terdiri
dari keanekaragaman jenis merupakan salah satu aset wisata yang potensial,
sebagai daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Adapun kriteria kualitas
keanekaragaman ragaman flora sebagai dasar pengukuran apakah bisa dikatakan
berpotensi atau tidak yaitu sebagai berikut :
18
- Skala 1 jumlah jenis < 5 jenis berarti buruk
- Skala 2 jumlah jenis 6 - 10 jenis berarti agak buruk
- Skala 3 jumlah jenis 11 - 20 jenis berarti sedang
- Skala 4 jumlah jenis 21 - 31 jenis berarti baik
- Skala 5 jumlah jenis > 31 jenis berarti sangat baik.
c.Potensi fauna
Menurut Fandeli 1992 dalam Latupapua 2008 bahwa, potensi fauna terdiri
dari keanekaragaman jenis merupakan aset wisata yang potensial. Bisa sebagai
daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Adapun kriteria kualitas
keanekaragaman fauna yaitu :
- Skala 1 jumlah jenis 1 - 2 jenis satwa berarti buruk
- Skala 2 jumlah jenis 3 - 5 jenis satwa agak buruk
- Skala 3 jumlah jenis 6 - 10 jenis satwa berarti sedang
- Skala 4 jumlah jenis 11 -15 jenis satwa berarti baik
- Skala 5 jumlah jenis >15 jenis satwa berarti sangat baik.
2. Potensi Kebudayaan
Potensi kebudayaan disini adalah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya
Meliputi kebudayaan tinggi, tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan
yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat. Adapun untuk mengetahui
potensi kebudayaan pada masyarakat menggunakan analisis deskripsi dengan
19
menggambarkan keadaan budaya, adat istiadat maupun tradisi masyarakat.
3.Potensi Sumber Daya Manusia
Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata yang menarik kedatangan
wisatawan seperti akrobatik dan atraksi loncat batu di Nias. Sedangkan untuk
mengetahui potensi manusia yaitu menggunakan analisis deskripsi dengan
menggambarkan kondisi, kegiatan masyarakat.
2.3.2 Penerapan prinsip – prinsip dan kriteria ekowisata rumusan hasil
Lokakarya dan Pelatihan tahun 2006
Untuk menjawab pada permasalahan yang kedua yaitu tentang penerapan
prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata, yaitu menggunakan evaluasi formatif.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam hal ini yaitu menggunakan alat
evaluasi dari prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata menurut rumusan Hasil revisi
Lokakarya Nasional di Bali 2006. Yang mana telah mengacu pada TIES (The
International Ecotourism Society) yang sudah dipasarkan oleh Green Globe 21
(Raka Dalem dkk, 2006 : 41).
Sebagai dasar pertimbangan menggunakan rumusan tersebut sebagai alat
evaluasi adalah :
1. Credible maksudnya bahwa organisasi ekowisata tersebut dapat dipercaya
oleh konsumen dan diyakini kebenarannya. Hal ini terbukti sudah
diterapkan di wilayah Indonesia seperti Bali, Kalimantan dll.
20
2. Affordable maksudnya bahwa produk ekowisata terjangkau oleh
konsumen atau wisatawan.
3. Accessible maksudnya bahwa produk ekowisata mudah dipahami atau
mudah dipakai.
4. Instantly recognizable maksudnya bahwa produk ekowisata mudah
dikenali oleh konsumen. (Dalem dkk, 2006).
Adapun rumusan, prinsip dan kriteria ekowisata Nasional perspektif teori
tersebut adalah :
Prinsip-prinsip dan kreteria ekowisata nasional (1996) telah berhasil
diperbaharui atau direvisi berdasarkan hasil lokakarya dan pelatihan yang
dilaksanakan di Sanur tahun 2006. (Dalem dkk, 2006). Menghasilkan rumusan
sebagai berikut :
Prinsip Ekowisata:
1. Peka dan menghormati nilai - nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan
masyarakat setempat.
2. Memiliki kepedulian, komitmen dan tangung jawab terhadap konservasi alam
dan warisan budaya.
3. Menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk
menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam.
4. Edukasi ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan wisatawan
21
5. Pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat setempat
melalui musyawarah.
6. Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan
kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat.
7. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku
8. Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen.
9. Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan
harapan (pemasaran yang bertanggung jawab).
Prinsip I : Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan
masyarakat setempat.
Kriteria-kriteria:
1. Sistem pengolahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan konsep masyarakat
setempat, atau seperti Tri Hita Karana: memperhatikan keselarasan hubungan
antara manusia dengan Tuhan ( parahyangan ), hubungan antara manusia
dengan manusia (pawongan), hubungan antara manusia dengan lingkungan
(palemahan)
2. Pembangunan dan operasional disesuaikan dengan tata krama, norma setempat
dan kearifan lokal.
3. Keberadaan dan kegiatan obyek ekowisata tidak mengganggu aktivitas
keaagamaan masyarakat setempat.
22
Prinsip II : Memiliki kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab terhadap
konservasi alam dan warisan budaya
Kriteria-kriteria :
1. Tercapainya keseimbangan pemanfaatan lahan.
2. Penggunaan teknologi ramah lingkungan.
3. Pemanfaatan areal warisan budaya sebagai objek ekowisata disesuaikan
dengan peruntukan dan fungsinya.
4. Melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya disesuaikan dengan
daya dukung setempat.
5. Memperhatikan keberadaan endemisitas.
Prinsip III : Menyediakan interpretasi yang memberikan peluang kepada
wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam.
Kriteria-kriteria :
1. Menyediakan pramuwisata profesional dan berlisensi.
2. Menyediakan fasilitas pendukung dan infomasi yang memadai terkait dengan
objek ekowisaata.
3. Melibatkan lembaga adat setempat.
Prinsip IV : Edukasi : Ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat
dengan wisatawan
23
Kriteria-kriteria :
1. Melibatkan unsur akademis, pemerhati lingkungan serta lembaga terkait
(langsung atau tidak langsung).
2. Memberikan pemahaman mengenai keanekaragaman hayati, cagar budaya dan
nilai-nilai budaya lokal. Menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap alam
dan budaya.
Prinsip V: Pengembangannya harus didasarkan atas persetujuan masyarakat
setempat melalui musyawarah
Kriteria-kriteria :
1. Perencanaa , pengembanga , pengelolaan , dan pengawasannya perlu mendapat
persetujuan masyarakat setempat.
2. Melakukan koordinasi dengan masyarakat setempat dalam setiap tahap
pengembangannya
3. Melibatkan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan yang
berdampak luas terhadap masyarakat, lingkungan, dan perusahaan.
Prinsip VI : Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta
sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat
setempat.
24
Kriteria-kriteria :
1. Memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian.
2. Memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional objek ekowisata
3. Melibatkan lembaga adat atau tradisional serta tokoh masyarakat setempat.
Prinsip VII : Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku kriterianya:
Kriteria-kriteria :
1. Mentaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Mentaati dan menghormati kearifan lokal yang dianut masyarakat setempat.
Prinsip VIII : Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen
Kriteria-kriteria :
1. Membrikan pelayanan informasi yang akurat kepada konsumen.
2. Menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada konsumen.
3. Memanfaatkan masyarakat setempat sebagai local guide
4. Menyediakan fasilitas dan media untuk memperoleh umpan balik dari
konsumen.
Prinsip IX : Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga
sesuai dengan harapan/pemasaran yang bertanggung jawab.
25
Kriter1ia-kriteria :
1. Materi pemasaran harus akurat, jelas, berkualitas, dan sesuai dengan
kenyataan.
2. Meteri pemasaran harus melalui media promosi yang dipilih sesuai dengan
target mark.
2.4. Model
Dalam menjawab dan memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan
dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu kerangka konsep atau model
penelitian yang dapat digunakan sebagai kerangka kerja dalam penelitian ini.
Hal utama yang dilakukan untuk mengawali penelitian ini adalah Kawasan
Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang di kelola oleh Konservasi Sumber Daya
Alam ( KSDA ) maupun pemerintah Kabupaten Banyuwangi, hal ini perlu
dilestarikan untuk menuju pariwisata berkelanjutan. Adapun konsep utama dalam
program pariwisata berkelanjutan yaitu menggunakan konsep ekowisata. Sebelum
menerapkan konsep dan kriteria ekowisata yang diperlukan adalah
mengidentifikasi vareabel sesuai dengan permasalahan secara logis. Yaitu
diawali dengan mengidentifikasi potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah
Ijen di desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi sebagai daya tarik ekowisata.
Adapun untuk menganalisis potensi mengukurnya menggunakan tiga vareabel
26
yaitu potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia. Dari potensi yang
ada kemudian diterapkan prinsip dan kriteria ekowisata yaitu menurut
rumusan dari hasil lokakarya dan Pelatihan Nasional yang diselenggarakan di
Bali tahun 2006.
Untuk menganalisis penerapan ekowisata ini peneliti menggunakan metoda
evaluasi formatif, merupakan suatu proses untuk membuat keputusan, dengan
memanfaatkan potensi alam, potensi kebudayaan dan potensi manusia yang ada.
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mendukung dalam melaksanakan evaluasi
prinsip-prinsip dan kriteria ekowisata yang digunakan dari rumusan hasil
Pelatihan dan Lokakarya Ekowisata Nasional tahun 2006 serta upaya apa yang
dilakukan hasil identifikasi potensi maupun hasil evaluasi . Dari analisis tersebut
adanya suatu rekomendasi peneliti yang ditujukan kepada pemerintah dan
masyarakat mupun pihak pengelola kawasan taman wisata alam kawah Ijen dan
desa Taman Sari dalam rangka penerapan ekowisata.
27
Model Penelitian : Kajian Potensi dan Penerapan Prinsip - Prinsip serta Kriteria
Ekowisata Di Taman Wisata Alam Kawah Ijen Desa Taman Sari
Banyuwangi.
Ekowisata
Prinsip-prinsip dan Kriteria
Ekowisata Rumusan hasil
pelatihan dan Lokakarya
Ekowisata Nasional(2006)
Potensi Kawasan Taman
Wisata Alam Kawah
Ijen di desa TamanSari
- Alam -Manusia
- Kebudayaan
Hasil Penelitian
Pariwisata Berkelanjutan
Pengelola Kawasan Taman
Wisata Alam Kawah Ijen
Rekomendasi
Upaya yang dilakukan dari
potensi dan evaluasi prinsip
dan penerapan ekowisata
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif serta interpretatif,
dengan melakukan pengamatan atau observasi, wawancara, quesioner dan
dokumen. Metode tersebut digabungkan untuk mendeskripsikan apa yang terjadi
dan mendapatkan fakta yang terkait dengan mengidentifikasi potensi alam,
kebudayaan, SDM dan mengevaluasi terhadap penerapan prinsip-prinsip dan
kreteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari.
Metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah evaluasi
formatif dan identifikasi.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Taman Sari kabupaten Banyuwangi Jawa
Timur. Tepatnya di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Untuk mencapai
ke lokasi, jarak dari Banyuwangi kota yaitu 37 Km. Pemilihan lokasi penelitian
ini dilakukan berdasarkan atas pertimbangan - pertimbangan tertentu. Yaitu atas
dukungan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi yang direkomendasi dari
Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) wilayah V Banyuwangi. Untuk lebih
jelasnya peta orientasi lokasi penelitian dapat dilihat pada (Lam.1).
29
3.3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang di pergunakan yaitu
1. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan
gambar hanya berupa uraian dan informasi, namun bisa dijabarkan
secara rinci yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
2. Data kuantitatif adalah data yang dalam bentuk angka dan dapat dihitung
atau diolah dengan menggunakan matematik atau statistik.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bersumber dari dalam
lingkungan Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen dan dari luar Kawasan
yaitu instansi terkait. Ada dua sumber data yang dipergunakan yaitu :
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi
dan data tentang potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen yang
dijadikan sebagai sumber informasi dalam memformulasikan antara
kriteria dan prinsip - prinsip ekowisata menurut hasil Lokakarya dan
Pelatihan Ekowisata tahun 2006.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh berupa dokumentasi dan arsip
resmi dari Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Banyuwangi, Balai
Pusat
Pusat Statistik ( BPS ) Kabupaten Banyuwangi, Konservasi Sumber Daya
Alam ( KSDA ) Kabupaten Banyuwangi maupun dari desa Taman Sari.
3.4. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang akan dipakai dalam pengumpulan data
30
adalah quesioner, pedoman wawancara, observasi serta panduan dokumen.
Pedoman wawancara digunakan pada saat wawancara sehingga pertanyaan akan
lebih terfokus. Jenis pertanyaan yang digunakan adalah wawancara tersetruktur .
Hasil wawancara akan dicatat dan menggunakan alat bantu berupa buku catatan.
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke obyek penelitian
untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan ( Riduwan, 2004 : 104 ).
Panduan pengamatan digunakan saat melakukan observasi di lapangan sehingga
informasi yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Dalam observasi juga
diperlukan kamera untuk mengambil gambar-gambar sehingga dapat menunjang
penyajian informasi.
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian, meliputi buku – buku yang relevan, peraturan – peraturan, foto,
dokumenter serta data yang relevan dengan penelitian.
3.4.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah kawasan Taman
Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi.
Adapun teknik pengambilan sampel yaitu dengan cara purposive sampling
peneliti mempunyai pertimbangan – pertimbangan tertentu di dalam pengambilan
sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Hanya mereka yang ahli
dan mengetahui secara pasti tentang obyek yang diteliti atau memberikan
31
pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan (Riduwan, 2004:63).
Dalam hal ini berperan sebagai informan, yang mengetahui lebih banyak tentang
obyek. Adapun yang menjadi sampel dengan teknik purposive sampling yaitu :
- Kepala Bappeda Kabupaten Banyuwangi 1 orang.
- Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi 1 orang
- Lurah desa Taman Sari 1 orang.
- Tokoh masyarakat setempat (tokoh agama Islam/Kyai desaTaman Sari )1 orang
- Pengelola perkebunan cengkeh, kopi, coklat dan karet 4 orang.
- Akademisi yang berkaitan dengan Pariwisata 2 orang
- Kepala KSDA Banyuwangi 1 orang
- Kepala Lingkungan Hidup Banyuwangi 1 orang
3.5. Metode dan Teknik Analisis Data
3.5.1. Metode Penelitian
Metoda pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.5.1.1 Pengumpulan data yang digunakan untuk mengetahui potensi yaitu :
1. Potensi Kawah Ijen
Untuk mengetahui potensi kawah Ijen yaitu menggunakan analisis
deskripsi dengan menggambarkan kondisi maupun keadaan alam di
kawasan taman wisata alam kawah Ijen. Didukung dengan data berupa
dokumentasi yaitu foto kawah Ijen sebagai data yang autentik.
32
2. Potensi Flora
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data potensi
flora. Adapun untuk mengetahui potensi flora dilakukan pendataan
(inventarisasi) terhadap jumlah, jenis flora yang terdapat di kawasan taman
wisata alam kawah ijen desa Taman Sari. Sedangkan cara inventarisasi
dilakukan dengan teknik sampling yang mempergunkan sistem jalur yaitu
dengan pertimbangan adanya faktor kemudahan pencapaian jalur yang
diambil sebagai sampel (purposive line transect) Fandeli (2000) dalam
Latupapua (2008).
Tabel 1. Kriteria Kwalitas Keanekaragaman Flora
Skala Jumlah Jenis Arti
1 Terdapat < 5 jenis tumbuhan Buruk
2 Terdapat 6 – 10 jenis tumbuhan Agak brk
3 Terdapat 11-20 jenis tumbuhan Sedang
4 Terdapat 21-31 jenis tumbuhan Baik
5 Terdapat > 31 jenis tumbuhan Sgt Baik
Sumber : Fandeli 2000
2. Potensi Fauna
Potensi fauna juga sangat penting untuk diketahui, dalam penelitian ini
adalah melakukan penjelajahan dan menginvetarisasi vegetasi yang ada.
Pengamatan terhadap jenis satwa dilakukan dengan mengamati secara
33
langsung maupun tidak langsung. Potensi obyek wisata mempunyai nilai
tinggi jika mempunyai keanekaragaman jenis fauna yang tinggi, maka
dibuat kriteria keanekaragaman fauna seperti pada tabel 2. ( Fandeli 2000
dalam Latupapua 2008)
Tabel 2. Kriteria Kwalitas Keanekaragaman Fauna
Skala Jumlah Jenis Arti
1 Jumlah 1 – 2 jenis satwa Buruk
2 Jumlah 3 – 5 jenis satwa Agak Brk
3 Jumlah 6 - 10 jenis satwa Sedang
4 Jumlah 11 - 15 jenis satwa Baik
5 Jumlah > 15 jenis satwa Sgt Baik
Sumber : Fandeli 2000
3. Potensi Kebudayaan
Untuk mencari potensi kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yaitu
dengan menggunakan analisis deskripsi dengan menggambarkan kondisi
maupun keadaan budaya, adat istiadat maupun tradisi masyarakat.
4. Potensi Manusia
Sedangkan untuk mengetahui potensi manusia yaitu menggunakan analisis
deskripsi dengan menggambarkan kondisi masyarakat.
34
3.5.1.2 Pengumpulan data untuk mengevaluasi dari penerapan prinsip-prinsip
dan kriteria ekowisata
Penelitian evaluasi dapat dinyatakan juga sebagai evaluasi, tetapi dalam hal
lain juga dapat dinyatakan sebagai penelitian. Sebagai evaluasi berarti hal ini
merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan yaitu untuk membandingkan
suatu kejadian, kegiatan, produk dengan standar dan program yang telah
ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi untuk menjelaskan
fenomena.
Adapun jenis dalam penelitian evaluasi ini yaitu evaluasi formatif (Kidder,
1981:84) maksudnya adalah ingin mendapatkan umpan balik dari suatu aktifitas
dalam proses tersebut, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan program
atau produk tertentu.
Disini diterapkan prinsip - prinsip dan kriteria ekowisata dari hasil pelatihan
Lokakarya Ekowisata Nasional tahun 2006 (Lam.2), di Kawasan Taman Wisata
Alam Kawah Ijen desa Taman Sari. Yang nantinya ada respon dari pemerintah,
steakholder, masyarakat maupun wisatawan. Proses ini bisa dipakai sebagai
keputusan untuk mengambil kebijakan.
Adapun upaya – upaya real yang akan dilakukan, mengacu pada hasil
identifikasi potensi dan hasil evaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria
ekowisata rumusan hasil pelatihan dan lokakarya tahun 2006.
35
3.5.2 Teknik Analisis Data
1. Analisis (a) Potensi Alam ( Flora,Fauna dan kawah Ijen ), Kebudayaan dan
SDM, dari hasil analisis potensi kawah Ijen kemudian dideskripsikan dan hasil
analisis flora,fauna kemudian diberikan deskripsi pada masing – masing jenis
atau kelompoknya. Sehingga akan menjadi jelas untuk diketahui apakah
dengan adanya keragaman flora dan fauna mampu menjadi potensi pendukung
sebagai obyek dan daya tarik ekowisata. Disamping itu keunikan dan
kelangkaan jenis flora maupun fauna akan menjadi salah satu faktor potensi
kawasan tersebut, karena faktor ini sangat mendukung suatu kawasan akan
menjadi daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Sedangkan hasil analisis (b)
potensi kebudayaan dan sumber daya manusia, kemudian diberikan
deskripsinya untuk masing – masing kelompoknya. Sehingga akan jelas
diketahui apakah dengan kebudayaan dan adat istiadat yang unik
mampu menjadi potensi pendukung bahwa desa Taman Sari dijadikan
sebagai obyek wisata dan daya tarik ekowisata.
2.Evaluasi terhadap penerapan prinsip dan kriteria ekowisata menurut rumusan
Hasil Pelatihan dan Lokakarya Nasional Ekowisata tahun 2006. Hasil evaluasi
kemudian di rekomendasi sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
36
3.Analisis upaya – upaya yang akan dilakukan dari hasil potensi yang telah
diidentifikasi serta hasil evaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria
ekowisata di kawasan taman wisata alam kawah Ijen desa Taman Sari.
3.6 Penyajian Hasil Analisis Data
Penyajian hasil analisis data dilakukan dengan cara formal yaitu dalam
bentuk tabel maupun dengan cara informal yaitu dalam bentuk naratif. Secara
formal teknik penyajian akan menggunakan beberapa tabel, sedangkan secara
informal hasil penelitian disajikan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat
verbal sebagai sarana dengan ragam bahasa maupun menggunakan foto sebagai
salah satu data autentik yang bisa kemukakan.
37
BAB IV
DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Desa Taman Sari
4.1.1 Sejarah Desa Taman Sari
Desa Taman Sari adalah sebuah desa yang terletak di Kawasan Taman Wisata
Alam Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi. Secara administratif pemerintahan,
kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen terletak dalam dua wilayah Kabupaten
yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso. Namun dalam hal ini yang
menjadi pokok utama yaitu wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Keberadaan desa Taman Sari ini memiliki asal usul yang cukup mengesankan,
yaitu sejak peninggalan pada zaman Belanda kurang lebih 128 tahun yang lalu. Pada
masa itu ada seorang Belanda yang bertempat tinggal di Taman Sari tepatnya di
Dusun Kranjan bernama Tuan Van Ort Lander atau Tuan Pancur panggilan akrab
oleh masyarakat setempat. Kemudian Tuan Pancur menikah dengan penduduk
pribumi yang bernama Ny. Mince / Astiyah.
Nama Taman Sari diambil dari sebuah taman, yang dipergunakan sebagai tempat
penginapan yang dimiliki oleh Tuan Pancur berada di Dusun Krajan, dengan jarak
tempuh 200 m dari kantor Kepala Desa Taman Sari. Sebagai salah satu bukti
keberadaan Tuan Pancur yaitu puing bangunan dan makam yang berada di desa
Taman Sari.
38
Pada awalnya secara administratif desa Taman Sari masuk wilayah Kecamatan
Glagah. Namun diperbantukan oleh kantor perwakilan Licin yang berlokasi di
wilayah desa Licin. Pada tanggal 11 November 2004 terjadi pemekaran wilayah
menjadi dua bagian yaitu Kecamatan Glagah sebagai Kecamatan induk dan
Kecamatan Licin sebagai Kecamatan pemekaran. Kecamatan Licin memiliki wilayah
8 desa yaitu : desa Taman Sari, desa Licin, desa Pakel, desa Kluncing, desa
Segobang, desa Banjar, desa Blimbingsari, desa Gumuk.
4.1.2. Kondisi Geografis
Desa Taman Sari merupakan daerah dataran tinggi dengan rata-rata curah hujan
per tahun sebesar 1.500 – 3.000 mm ( sumber KSDA Banyuwangi ). Hal ini akan
mempengaruhi jenis vegetasi yang tumbuh di daerah ini. Seperti perkebunan tumbuh
subur dan berbuah dengan di desa ini.
Letak desa Taman Sari cukup potensial karena dikelilingi oleh perkebunan karet,
cengkeh, kopi dan coklat, serta berbagai macam flora maupun fauna seperti yang
ada di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
Adapun batas – batas wilayah Desa Taman Sari adalah :
Sebelah Utara : Desa Kampung Anyar
Sebelah Selatan : Desa Banjar
Sebelah Barat : Kabupaten Bondowoso
Sebelah Timur : Desa Licin
39
Tabel 4.1
Tata Guna Tanah Desa Taman Sari Tahun 2010
No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) (%)
1. Tanah Sawah 164 24,114
2. Tanah Tegalan 310,97 45,723
3. Tanah Pekarangan 42,47 6,245
4. Tanah Perkebunan 76,62 11,266
5. Tanah Hutan Produktif 75 11,028
6. Tanah Jalan, Sungai, pemukiman 11,05 1,625
J u m l a h 680,1 100
Sumber : Monografi Desa Taman Sari tahun 2010
Melihat jenis penggunaan tanah atau lahan diatas menunjukkan bahwa di desa
Taman Sari yang termasuk Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen masih cukup
luas untuk penghijauan. Lahan yang ada masih cukup untuk lahan hijau atau jalur
hijau, yang selama ini dipelihara oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari lahan yang ada
yaitu 1,625 % untuk pemukiman penduduk. Sedangkan sisanya yaitu 98,375% lahan
persawahan, hutan, pekarangan, perkebunan dan tegalan.
Lahan seluas ini, masyarakat bisa memanfaatkan sebagai matapencaharian
mereka, yaitu berupa pertanian maupun perkebunan dengan hasil yang cukup untuk
kehidupan dalam keluarga
40
4.1.3 Kondisi Demografis, Sosial dan Ekonomi
Penduduk desa Taman Sari secara keseluruhan berjumlah 6996 jiwa dan yang
produktif dalam hal ini mempunyai matapencaharian sebanyak 1321 jiwa. Sebagai
pegawai 285 jiwa, pedagang 139, dan sebagai petani 897 jiwa. (Statistik Desa Taman
Sari tahun 2010)
Tabel 4.2
Komposisi Warga desa Taman Sari menurut jenis pekerjaan tahun 2010
No Jenis Matapencaharian Jumlah (orang) (%)
1. Petani 897 67,9
2. Pegawai 285 21,6
3. Pedagang 139 10,5
Jumlah 1321 100
Sumber : Monografi Desa Taman Sari tahun 2010
Berdasarkan Tabel 4.2 , bahwa masyarakat desa Taman Sari sementara 67,9 %
adalah sebagai petani. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian di desa Taman Sari ini
cukup menjajikan, dengan luas lahan yang juga cukup luas. Jadi cukup berimbang
antara lahan yang tersedia dengan jumlah penduduk sebagai petani.
Mereka pada umumnya belum mengarah pada kegiatan pariwisata. Karena
belum dikembangkan secara optimal dan masyarakat masih kurangnya pengetahuan
tentang pariwisata.
41
4.1.4 Komposisi Warga Desa Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Komposisi warga desa Taman Sari menurut umur dan jenis kelamin pada tahun
2010. Terlihat pada tabel berikut secara rinci dan jelas, masing-masing kelompok
umur dan jenis kelamin. Dengan demikian akan bisa diprediksi kelompok umur yang
produktif di desa Taman Sari
Tabel 4.3
Komposisi Warga desa Taman Sari Menurut Umur dan Jenis Kelamin tahun 2010
No Umur (tahun) L (jiwa) % P (jiwa) % Jml(jiwa) %
1. 0 - 4 341 10,1 338 9,3 679 9,7
2. 5 - 14 630 18,7 640 17,7 1270 18,2
3. 15 - 24 1103 32,7 1207 33,3 2310 33,1
4. 25 - 54 647 19,2 803 22,2 1450 20,6
5. 55 ke atas 654 19,3 633 17,5 1287 18,4
Jumlah 3375 100 3621 100 6996 100
Sumber : Monografi Desa Taman Sari tahun 2010
Dari Tabel 4.3 tampak terdapat perbedaan jumlah penduduk dari jenis kelamin
yang berhubungan dengan usia produktif. Yaitu pada usia antara 25 – 54 tahun kaum
wanita yang jumlahnya lebih besar dari pada kaum laki-laki. Namun disini kaum
wanita tetap tidak mendominasi dalam suatu pekerjaan. Hanya kaum laki-laki yang
aktif melakukan pekerjaan atau untuk mencari nafkah keluarga.
42
4.1.5 Komposisi Warga Desa Menurut Pendidikan
Komposisi warga desa Taman Sari menurut jenjang pendidikannya diperlihatkan
dalam Tabel 4.4 berikut. Hal ini akan menggambarkan bahwa pada tingkat
pendidikan semakin tinggi dalam suatu komunitas, maka ada kecenderungan dalam
hal tingkat kemajuan sebuah desa.
Tabel 4.4
Komposisi Warga desa Taman Sari menurut pendidikan tahun 2010
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) (%)
1. TK - -
2. Tidak Tamat SD 1130 28,34
3. SD 931 23,34
4. SLTP 1054 26,43
5. SMU 671 16,82
6. Perguruan Tinggi 202 5,07
Jumlah 3988 100
Sumber : Monografi Desa Taman Sari tahun 2010
Dari Tabel 4.4 dapat diketahui jumlah warga Desa Taman Sari yang sudah dapat
mengeyam pendidikan sampai perguruan tinggi adalah 202 orang atau 5,07% dari
keseluruhan jumlah warga yang sudah tamat pendidikan. Pendidikan tinggi di Desa
Taman Sari pada dasarnya masyarakat sudah mengenal, namun mereka belum
mampu menjakau dikarenakan dari segi biaya tidak mampu.
43
4.1.6. Komposisi Warga Desa Menurut Matapencaharian
Matapencaharian masyarakat desa Taman Sari cukup vareasi, hal ini karena
belum terfocus pada kegiatan pariwisata. Pengembangan pariwisata belum optimal.
Hal ini terlihat pada Tabel sebagai berikut :
Tabel 4.5
Komposisi Warga desa Taman Sari menurut jenis pekerjaan tahun 2010
No Jenis Matapencaharian Jumlah (orang) (%)
4. Petani 897 67,9
5. Pegawai 285 21,6
6. Pedagang 139 10,5
Jumlah 1321 100
Sumber : Monografi Desa Taman Sari tahun 2010
Jika dilihat dari data pada Tabel 4.5, bahwa masyarakat desa Taman Sari
sementara ini kebanyakan sebagai petani yaitu sebesar 67,9%. Apabila dibandingkan
dengan lahan persawahan maupun hutan yang cukup luas, masih cukup sebagai
matapencaharian mereka.
Jumlah pedagang menduduki peringkat paling rendah yaitu hanya sebesar 10,5%,
hal ini dikarenakan pekerjaan mereka atau sebagai petani merupakan turun temurun
dari nenek monyang mereka.
44
4.1.7 Sarana
Desa Taman Sari telah memiliki sarana sebagai penunjang untuk kelancaran
kegiatan masyarakat. Yaitu jalan desa atau jalan utama di tengah-tengah desa yang
sudah beraspal sepanjang 9,5 Km dan jalan tanah sepanjang 10 Km. Jalan antar desa
atau kecamatan sebagai penghubung antar desa yang beraspal sepanjang 5 Km dan
jalan tanah sepanjang 15 Km. Disamping itu sebagai penghubung lain yaitu jembatan
desa yang terbuat dari beton ada 6 buah yang mana fungsinya sangat penting yaitu
untuk memperlancar kegiatan masyarakat desa Taman Sari. Sedangkan jembatan
yang berfungsi sebagai penghubung antar desa atau antar kecamatan, yang terbuat
dari beton berjumlah 6 buah. Jalan untuk menuju ke kawasan taman wisata alam
kawah Ijen juga sudah relatif cukup memadai yaitu 17 km sudah menggunakan aspal
kasar, kurang lebih 10 km jalan menggunakan koral.
Disamping jalan, air yang fungsinya sangat penting sekali bagi kehidupan.
Adapun air yang ada yaitu dari sumber mata air yang kemudian ditampung pada
sebuah tempat, kemudian dialirkan ke rumah, sawah. Desa Taman Sari memiliki
sumber mata air di 5 lokasi. Fungsinya sangat penting untuk kepentingan masyarakat
disamping untuk air minum, mencuci maupun pengairan sawah.
Sedangkan untuk penerangan di Desa Taman Sari sudah menggunakan listrik
yaitu PLN. Dengan demikian masyarakat sudah bisa menggunakan peralatan
elektronik untuk menunjang kegiatan sehari – hari. Namun karena daya listrik masih
relatif rendah sehingga masyarakat menggunakan juga terbatas.
45
Adanya listrik masuk desa, sehingga peralatan telekomunikasi juga sudah relatif
lancar. Peralatan telekomunikasi mudah diperoleh, karena di era globalisasi saat ini
yang diimbangi dengan perkembangan teknologi dituntut berfikir maju satu langkah
kedepan. .
Adapun sarana pendidikan yang ada hanya sebatas tingkat Sekolah Dasar yaitu
berjumlah 5 buah. Sedangkan untuk tingkat Taman Kanak – Kanak berjumlah 3 buah .
Untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi belum ada. Disamping sarana
pendidikan juga sarana kesehatan untuk masyarakat. PUSKESMAS (Pusat Kesehatan
Masyarakat) di desa Taman Sari belum sersedia. Yang ada Posyandu Balita
berjumlah 8 buah, dan Posyandu Lansia berjumlah 8 buah. Dengan demikian
masyarakat jika sakit harus periksa ke PUSKESMAS yang ada di Kecamatan.
4.2 Gambaran Umum Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
4.2.1 Kondisi Umum Gunung Ijen
Gunung api Ijen adalah gunung api bertipe strato, salah satu generasi kerucut
vulkanik setelah pembentukan kaldera Ijen. Gunung api ini terdapat di daerah
perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. Adapun
tinggi kurang lebih 2.400 m diatas permukaan laut. Posisi geografinya terletak pada
8o 3’30’ Lintang Selatan dan 114o 14’30’ Bujur Timur (KSDA, Banyuwangi)
Gunung api Ijen dicirikan oleh danau kawah berukuran kurang lebih 960 x 600
m2 dengan kedalaman air danau kurang lebih 200 m. Di batasi oleh pematang kawah
46
berketinggian antara 2.145 m sampai dengan 2.386 m, sedangkan volume air kawah
sekitar 36 juta m3. (KSDA Banyuwangi)
Secara geologi taman wisata alam kawah Ijen terdiri dari batuan kwartier muda
yang membentuk tanah regosol. Sedangkan jenis tifosol terbentuk dari batuan abu
atau pasir tuf-fulkan yang bersifat intermedier sampai dengan pasir.
Taman Wisata Alam Kawah Ijen secara geografis terletak pada 8o 3’ 30” Lintang
Selatan dan 114o 14’ 30” Bujur Timur. Di sebelah utara dibatasi oleh hutan lindung
Gunung Remuk dan sebelah barat dibatasi oleh jalan lintas Banyuwangi–Bondowoso.
Aliran sungai Banyulinu merupakan batas sebelah selatan, sedangkan batas timurnya
adalah lereng gunung Merapi. Hal ini akan berpengaruh pada angin musim yang
termasuk daerah kering dengan curah hujan tahunan rata - rata berkisar antara 1500 –
3000 mm serta suhu udara berkisar antara -2o sampai 23oC.
Iklim yang demikian akan mempengaruhi pada jenis vegetasi maupun binatang
yang mendiami, disamping itu karena gas belerang juga sangat berpengaruh pada
jenis tumbuhan maupun binatang yang ada.
47
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari
sebagai daya tarik Ekowisata.
5.1.1 Potensi Alam
5.1.1.1 Potensi Kawah Gunung Ijen
Berdasarkan peta tanah, Lembaga penelitian tanah Bogor tahun 1966 taman
wisata alam kawah Ijen terdapat jenis tanah yang merupakan endapan dari bahan-
bahan piroklastik, abu scorea dan lava dari letusan gunung berapi.
Walaupun pertumbuhan gunung api ini relatif bersamaan dengan kerucut
vulkanik lain seperti gunung Merapi, gunung Rante dan gunung Suket di bagian sisi
tenggara, selatan dan baratdaya kaldera. Namun karena letusan magmatik dan freatik
terakhir, sehingga muncul kawah ini yang disebut Ijen.
Kawah gunung Ijen yang telah di tetapkan sebagai kawasan taman wisata alam
ini, telah banyak kejadian fenomena alam sehingga sampai terjadinya sebuah kawah
yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Berikut beberpa gambar kawah Ijen sebagai
penghasil belerang.
48
Gambar : 5.1. Gunung Ijen
Sumber : Google 2000
Kawasan taman wisata alam kawah Ijen, merupakan kawasan yang dilindungi.
Dibandingkan dengan gunung yang lain disekeliling gunung Ijen, karena gunung Ijen
memiliki jenis flora maupun fauna yang lebih vareatif, disamping itu karena gunung
Ijen merupakan gunung vulkanik yang cukup aktif. Gunung Ijen juga sebagai sumber
belerang yang cukup aktif pula, sehingga kawasan itu dilindungi, ada kemungkinan
kadar belerang meningkat, maka akan membahayakan bagi kehidupan disekitarnya.
49
Gambar : 5.2. Gunung Ijen
Sumber : Google 2010
Terlihat pada gambar 5.2 , bahwa gunung Ijen juga dikelilingi oleh gunung-
gunung lain. Seperti gunung Blaos, gunung Pawenan, dan gunung Remuk. Diantara
gunung di sekeliling gunung Ijen, gunung Ijenlah yang aktif dan menghasilkan
belerang ( sumber belerang ).
Belerang juga bermanfaat bagi kehidupan manusia, namun jika kadar belerang
tersebut tinggi, maka akan membahayakan bagi kehidupan, karena kadar belerang
yang cukup tinggi akan mengeluarkan gas beracun. Dicirikan dengan berubahnya air
kawah, yaitu menjadi warna hitam dan berbusa, dan bau sangat menyengat, sehingga
akan mengganggu saluran pernafasan ( KSDA Banyuwangi).
50
Gambar : 5.3 Kaldera Ijen
Sumber : Google 2010
Gambar 5.3. menunjukkan kaldera Ijen dengan diameter 200 m dan
disekelilingnya menghasilkan belerang. Gumpalan belerang ini merupakan proses
dari sublimasi. Adapun proses sublimasi tersebut dari lobang yang berada di tepi
kawah gunung. Lobang ini secara sengaja dibuat yaitu dengan cara pengeboran yang
kemudian mengeluarkan asap belerang. Asap terkena angin maupun sinar matahari
kemudian menggumpal ( terjadi pengkristalan ).
Disamping sebagai sumber belerang, kawah ini memiliki tiga warna yaitu hijau,
biru dan kuning keemasan. Keunikan inilah yang merupakan salah satu faktor
51
sehingga wisatawan tertarik untuk berkunjung. Hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan sepuluh wisatawan asing berasal dari Eropa yang berkunjung ke gunung Ijen,
berkomentar bahwa gunung Ijen merupakan pemandangan yang luar biasa bagusnya.
Belum pernah melihat fenomena alam seperti ini. Berbeda dengan group lain,
wisatawan yang berkunjung sampai mengadakan kemping di lereng gunung karena
ingin menyaksikan api biru atau bluefire. Fenomena seperti ini hanya bisa disaksikan
pada malam hari yaitu sekitar jam 02.00 waktu setempat. Fenomena alam seperti
inilah yang menjadi daya tarik tersendiri, walaupun dengan perjalanan yang susah
payah untuk menjakau ke lokasi.
Gumpalan belerang merupakan salah satu faktor daya tarik wisatawan untuk
berkunjung. Demikian banyaknya yang di produksi, sehingga setiap harinya harus
ditambang, dalam hal ini dilakukan kerja sama antara stakeholders ( pemerintah,
KSDA dan geologi ) dengan masyarakat. Jadi pihak pemerintah secara tidak langsung
membuka padat karya yaitu masyarakat menggali belerang atau menambang yang
kemudian dijual kepada pengepul. Penambangan ini dilakukan setiap hari jika tidak
dilakukan maka, gumpalan ini akan menumpuk dan menyumbat lobang untuk keluar
asap. Sehingga akan terjadi pemanasan di dalam gunung, yamg mengakibatkan
peledakan. Jadi tujuan dari pada penambangan ini adalah untuk menyeimbangkan
kondisi gunung agar tetap stabil.
Gunung Ijen sebagai sumber belerang, di satu sisi akan menguntungkan untuk
kehidupan manusia. Hal ini jika kadar gas belerang dalam kondisi yang stabil bisa
52
sebagai daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan, dan bisa dimanfaatkan untuk
bahan baku kesehatan maupun sebagai bahan baku kosmetik setelah mengalami
prosesi. Adapun sisi negatifnya jika kadar belerang tinggi, maka akan mengeluarkan
gas beracun sehingga akan membahayakan bagi kehidupan manusia maupun
lingkungan disekitarnya.
Informasi yang telah disampaikan oleh Kades Taman Sari, bahwa kejadian
keluarnya gas beracun yang membahayakan bagi kehidupan manusia pernah terjadi
yaitu sekitar tahun 1962. Kemudian muncul kembali kadar belerang tinggi akibatnya
mengeluarkan gas beracun yaitu terjadi pada pertengahan desember 2011. Kejadian
fenomena alam ini sangat berbahaya bagi kehidupan khususnya untuk manusia,
sehingga kawasan ini di tutup sementara untuk pengunjung dan penambang
5.1.1.2 Potensi Flora
Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen secara fisik berpotensi yaitu memiliki
aneka ragam jenis flora. Penyebaran flora di kawasan seluas 2.560 ha cukup merata
dan beraneka ragam tipe vegetasi yang ada. Berdasarkan hasil inventarisasi yang
telah dilakukan dan yang diperoleh dari KSDA tentang macam flora yang ada dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Daerah dengan ketinggian 700 – 1000 m yang disebut dengan Montane Rain
Forest atau hutan hujan pegunungan.
53
Wilayah ini meliputi daerah sekitar Totokan dan hutan lindung. Daerah ini pada
umumnya di dominasi oleh pohon-pohon dari famili Fagaceae, Magnoliaceae,
Ericaceae, Hamamelidaceae dan Coniferae. Kawasan Taman Wisata Alam Kawah
Ijen memiliki vegetasi dengan ciri khusus hal ini dikarenakan akibat efek keluarnya
gas belerang dari dalam kawah. Sehingga memiliki formasi yang berbeda jika
dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki ketinggian yang sama.
Perbedaan formasi inilah yang merupakan salah satu keunikan dan kelangkaan
yang jarang ditemui pada daerah lain ( KSDA Banyuwangi ).
2. Daerah dengan ketinggian 1000 – 2.500m dpl yang di sebut dengan High
Montane Rain Forest ( Hutan Hujan Pegunungan Tinggi ).
Daerah ini merupakan daerah yang dominan, oleh karena itu tipe vegetasi ini
yang paling banyak ditemui. Merupakan peralihan antara hatan hujan pegunungan
dengan hutan hujan sub alpin. Jadi jenis tumbuhan yang bisa dijumpai di ketinggian
ini adalah kombinasi antara famili yang ditemui di hutan hujan pegunungan da
formasi hutan hujan sub alpin yang didominasi oleh Compositae ( Eidelweiss ) dan
Ericaceae ( Vaccinium ).
3. Daerah dengan ketinggian 2500 – 4000 m dpl disebut dengan Sub Alpin Rain
Forest ( hutan hujan sub Alpin ).
Hanya sebagian kecil saja yang merupakan tipe vegetasi hutan hujan sub alpin di
kawasan taman wisata alam kawah Ijen ini, yaitu di daerah gunung Merapi yang
mempunyai ketinggian sekitar 2800 m dpl. Vegetasi di dominasi oleh tumbuhan yang
54
mempunyai habitat semak dan perdu. Mengingat kondisi yang kurang mendukung
dan semakin besarnya pengaruh gas belerang terhadap daerah ini, sehingga vegetasi
yang ada sangat berbeda dengan vegtasi yang tumbuh di daerah lain dalam kondisi
lingkungan yang sama.
Hutan hujan tropis pegunungan yang ada di kawasan taman wisata alam kawah
Ijen juga terdapat hutan pegunungan kering dan semak Alpin. Hutan pegunungan
kering didominasi oleh cemara gunung ( Casuarina Junghuhniana ) dengan rumput
penutup di dasar yang mudah terbakar. Sedangkan semak alpin berada diatas garis
tumbuh pohon pada gunung – gunung yang paling tinggi. Semak seperti ini biasanya
didominasi oleh suku Ericaceae, misalnya Vaccinium, ditambah tumbuhan seperti
Schima, Potentilla dan Hypericum.
Potensi flora di kawasan taman wisata alam kawah Ijen setelah diidentifikasi
secara menyeluruh ada 86 jenis yang terdiri dari semak / perdu, epifit, tumbuhan
bawah, pohon dan rumput. Dari beberapa pengelompokan tersebut, masing – masing
mempunyai penyebaran yang tidak merata karena kondisi vegetasi yang tidak sama
antara satu kawasan dengan kawasan yang lainnya. Paling banyak ditemui adalah
jenis semak, yaitu sampai 29 jenis yang didominasi oleh Euphatorium dan Eidelweiss.
Untuk banyaknya spesies yang dijumpai pada peringkat kedua adalah rumput, yaitu
telah teridentifikasi sebanyak 24 jenis. Selanjutnya berturut – turut adalah
herba/ terna ( 13 jenis), pohon (12 jenis), Epifit ( 9 jenis) dan semak/perdu (7 jenis ).
55
Untuk jenis pohon yang mendominasi adalah pohon cemara gunung ( Casuarina
junghuhniana) yang sebarannya merata dan merupakan ciri khas dari tegakan dataran
tinggi. Kelompok tumbuhan epifit merupakan tumbuhan yang paling indah diantara
tumbuhan yang lainnya. Kelompok ini didominasi oleh jenis anggrek yang sudah
dikenal oleh masyarakat secara umum sebagai primadona tanaman hias. Vaccinium
merupakan tanaman khas yang hanya di jumpai pada dataran tinggi. Jenis perdu ini
juga dapat hidup di daerah yang tumbuhan lainnya tidak bisa hidup. Kelebihan dari
tumbuhan ini adalah mampu membentuk kayu yang keras di daerah yang minim
dengan unsur hara yang terkandung dalam tanah.
Disamping jenis pohon yang hidup secara merata di dataran tinggi tersebut, juga
beberapa pohon didalam perkebunan. Pohon ini potensi untuk tanaman agro wisata.
Adapun jenis pohon yang memungkinkan sebagai agrowisata yaitu, perkebunan
cengkeh, perkebunan kopi, perkebunan coklat maupun perkebunan karet.
Berdasarkan hasil inventarisasi jenis flora yang ada, secara kasad mata bahwa
di kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari berpotensi sebagai
ekowisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisataawan. Disamping itu
perkebunanan juga sangat potensial jika dikembangkan sebagai agrowisata,
disamping hasil perkebunan juga merupakan potensi pendukung ekowisata.
Dari jumlah hasil inventarisasi tersebut yang mengacu pada teori di bab
sebelumnya yaitu menurut Fandeli (1992) dalam Latupapua (2008) jika dimasukkan
dalam kriteria kualitas keanekaragaman flora termasuk dalam skala 5 (lima), yaitu
56
jumlah jenis > 31 jenis. Maksudnya bahwa jenis flora yang ada, termasuk dalam
kategori sangat baik. Data ini menggambarkan khasanah kekayaan potensi dengan
keanekaragaman flora yang dimiliki, dengan demikian dapat menambah daya tarik
wisatawan untuk melihat dan menikmatinya keindahan alam serta keanekaragaman
flora. Namun ada yang lebih menarik lagi yaitu dengan adanya jenis flora yang
termasuk kategori langka dan sangat spesifikasi karena pengaruh gas belerang inilah
walaupun dalam ketinggian yang sama, sehingga perlu dilindungi.
Dengan peringkat masuk dalam kategori sangat baik secara kasad mata
bahwa di kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari berpotensi
sebagai ekowisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisataawan. Disamping itu
perkebunanan juga sangat potensial jika dikembangkan sebagai agrowisata disamping
merupakan potensi pendukung ekowisata. Jika berdasarkan data monografi desa
Taman Sari yang memiliki luas wilayah 680 ha, menunjukkan 98,375 % merupakan
perkebunan, hutan, sawah, tegalan. Dari prosensatese yang sangat besar ini,
menggambarkan bahwa desa Taman Sari merupakan lahan hijau sebagai pendukung
ekowisata sangat potensial.
Berdasarkan data kondisi geografi, desa Taman Sari merupakan daerah dataran
tinggi dengan rata – rata curah hujan per tahun sebesar 1.500 – 3.000 mm (sumber
KSDA Banyuwangi ). Hal ini akan mempengaruhi jenis fegetasi yang tumbuh di
daerah ini. Jadi jenis vegetasi yang ada pengaruh dari iklim, tingkat kesuburan
tanah, cuaca dan yang sangat berpengaruh efek dari pada gas belerang akan
57
mempengaruhi jenis vegetasi yang ada di yang desa Taman Sari, sehingga akan
menambah khasanah kekayaan jenis flora.
Jika dikembangkan ekowisata di desa Taman Sari sangat mendukung dengan
adanya keanekaragam flora yang dimiliki, keunikan jenis vegetasi yang ada maupun
dengan luasnya perkebunan. Hal ini terlihat pada gambar berikut yang menunjukkan
sebagian keanekaragaman flora.
Gambar : 5.4 Pemandangan Aneka Vegetasi
Sumber : Google 2011
58
Gambar 5.4 menunjukkan aneka flora yang ada, jadi sebelum wisatawan
menuju ke puncak kawah Ijen akan melewati pemandangan ini. Terlihat juga pada
gambar jenis pohon dari famili fagaceae, Magnoliaceae. Pohon – pohon seperti ini
jarang kita jumpai pada dataran rendah. Sehingga merupakan salah satu keunikan
tersendiri yang bisa dinikmati. Apalagi bagi wisatawan yang menyenangi dunia flora,
akan benar – benar bisa melihat secara langsung keanekaragaman yang ada.
Wisatawan yang peduli lingkungan, senang untuk mengamati dengan dekat
tentang flora yang ada. Bahkan wisatawan bisa ikut serta dalam program pelestarian
alam yang dilakukan oleh masyarakat. Misalnya dengan penghijauan kembali pada
hutan – hutan di kawasan taman wisata alam kawah ijen.
Program penghijauan yang dilakukan masyarakat yang didukung oleh
pemerintah, dilakukan juga oleh wisatawan. Terutama bagi wisatawan yang konsen
terhadap lingkungan. Kegiatan dilakukan di kawasan taman wisata alam kawah ijen.
59
Gambar : 5.5 Perkebunan Cengkeh
Sumber : Dokumentasi Penelitian 2011
Gambar 5.5 merupakan perkebunan cengkeh yang terdapat di desa Taman Sari.
Perkebunan ini juga cukup potensial jika dikembangkan sebagai wisata agro, yang
bisa dinikmati oleh wisatawan yang mau menuju ke puncak Ijen. Jadi sebelum
mendaki gunung Ijen, wisatawan akan melewati perkebunan cengkeh sepanjang jalan
Ijen kurang lebih dengan luas 21,2 ha.
60
Luas perkebunan cengkeh diatas, sangat mendukung sebagai tempat wisata
menuju ekowisata. Apalagi didukung dengan hawanya yang sejuk, dan rimbun
disekelilingnya dengan pepohonan yang lain.
Gambar : 5. 6 Perkebunan Kopi
Sumber : Dokumentasi Penelitian 2011
Gambar 5.6 menunjukkan perkebunan kopi, yang terbentang sepanjang jalan
menuju ke kawasan taman wisata alam kawah Ijen. Tidak hanya perkebunan cengkeh
tetapi perkebunan kopi juga merupakan salah satu daya tarik sebagai agro wisata.
Wisatawan bisa berkunjung ke perkebunan sebelum naik ke puncak kawah Ijen.
Berdasarkan data monografi desa Taman Sari, perkebunan kopi dengan luas lahan
61
kurang lebih 24,1 ha sangat potensial sebagai daya tarik wisata karena dengan
pemandangan yang hijau dan sejuk apalagi jika sebagai agrowisata. Bahkan hal ini
bisa dijadikan sebagai pendukung ekowisata.
Wisatawan bisa menikmati pemandangan sambil berrsantai menikmati udara
yang sejuk di sekitar perkebunan kopi.
Gambar : 5.7. Hutan Semak/ Perdu
Sumber : Google 2011
Pada gambar 5.7 menunjukkan hutan dengan pohon-pohon semak yang
beranekaragam jenisnya. Memang jika di lihat sepintas hanya sekedar semak yang
kurang bermanfaat. Namun ternyata begitu ditelusuri sampai ke dalam banyak jenis
62
flora yang tidak pernah dijumpai pada dataran rendah. Seperti , semak, Epifit,
tumbuhan bawah, pohon dan rumput gunung. Dengan perbedaan jenis pohon ini
merupakan daya tarik ekowisata yang bisa dikembangkan.
5.1.1.3. Potensi Fauna
Secara fisik potensi yang dimiliki Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
desa Taman Sari berupa aneka ragam jenis flora disamping itu juga fauna.
Penyebaran fauna di kawasan seluas 2.561 ha cukup merata dan beraneka ragam
spesies yang ada. Berdasarkan hasil inventarisasi dan pengamatan yang telah
dilakukan yaitu macam fauna yang ditemui, berdasarkan klasifikasinya adalah :
1.Klas Mamalia
Mamalia yang ada di kawasan taman wisata alam kawah Ijen, cukup sulit ditemui
secara langsung, namun data – data yang dibutuhkan dapat dikumpulkan, walaupun
beberapa adalah menggunakan data sekunder. Berdasarkan dari pengumpulan data
yang diperoleh adalah sebanyak 16 jenis Jenis tersebut adalah : macan kumbang /tutul
( Panthera pardus ), kucing hutan/ macan rembah ( Felis bengalensis ), ajag ( Cuon
alpinus ), lutung jawa ( Trachypithecus auratus ), lutung jawa merah
( Trachypithecus auratus phyrha ), tupai terbang ( Petaurista elegan), Kijang
(Muntiacus muntjak ), Jelarang ( Ratufa bicolor ) babi hutan ( Sus verrucosus ),
luwak biasa (Paradoxurus hermaphroditus ).
63
2. Klas Aves / Burung
Hasil pengamatan yang dilaksanakan baik di dalam maupun luar kawasan taman
wisata alam kawah Ijen, ditemukan 124 ( tahun 2001). Dari jumlah tersebut 21 jenis
diantaranya termasuk jenis burung endemik. Burung – burung endemik yang
dimaksud antara lain ayam hutan hijau ( Gallus varius ), walek kepala ungu
(Ptylinopus porphyreus ), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris ), sepah gunung
(Pericrocotus miniatus ), cucak gunung ( Pycnonotus bimaculatus ) dan kipasan
bukit (Rhipidura euryura). Burung tersebut secara merata menyebar pada masing –
masing tipe habitat yang ada. Beberapa merupakan jenis burung yang langka seperti
walek kepala ungu (Ptylinopus porphyreus ), Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris ),
disamping langka juga unik tidak ada di daerah lain
Beberapa jenis burung migran ada juga di kawasan taman wisata alam kawah
Ijen. Ada dua jenis burung yang melewatkan musim dingin di belahan bumi bagian
utara dan menjadikan kawasan pegunungan Ijen sebagai salah satu lintasannya guna
menuju sisi bumi bagian selatan. Kedua jenis burung tersebut yaitu sikatan emas
( Ficedula zanthopygia ) dan sikatan bubik ( Muscicapa daurica ).
Kaitannya dengan aspek perlindungan, sebanyak 21 jenis burung yang masuk
dalam kategori dilindungi. Tercatat selama pengamatan ada dua jenis burung yang
terancam punah dan dua jenis yang mendekati terancam punah. Yang tergolong
terancam punah adalah elang jawa ( Spizaetus bartels ) pada kondisi endangered
64
( genting ) dan walet gunung ( collocalia vulcanorum ) pada kondisi vulnerable
(rentan ). Sedangkan dua jenis lainnya yang mendekati terancam punah yaitu tulung
tumpuk (Megalaima javensis) dan kipasan bukit ( Rhipidura euryura ).
Berdasarkan hasil inventarisasi jenis fauna yang ada di Kawasan Taman
Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari fauna yang ada berjumlah > 15 jenis
satwa. Dari jumlah tersebut menurut Fandeli (1992) dalam Latupapua (2008) jika
dimasukkan dalam kriteria kualitas keanekaragaman fauna termasuk dalam skala 5
(lima). Maksudnya bahwa jenis fauna yang ada, termasuk dalam kategori sangat baik.
Data ini menggambarkan khasanah kekayaan potensi dengan keanekaragaman fauna
yang dimiliki, dengan demikian dapat menambah daya tarik wisatawan untuk melihat
dan menikmati keanekaragaman fauna.
Peringkat skala 5, dan kategori sangat baik secara kasad mata bahwa di
kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari berpotensi, jika
dikembangkan sebagai ekowisata. yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan.
Salah satu faktor yang mendukung kawasan berpotensi sebagai ekowisata yaitu antara
lain kelangkaan dan keunikan suatu daerah sehingga berbeda dengan daerah lain.
Terlihat pada gambar berikut yang menunjukkan sebagian keanekaragaman fauna dan
kelangkaan serta keunikan.
65
Gambar : 5.8. Kijang (Muntiacus muntjak)
Sumber : Google 2011
Pada gambar 5.8. menunjukkan spesies rusa hutan, gambar ini hanya
menunjukkan sebagian rusa yang ada di kawasan taman wisata alam kawah Ijen.
Ratusan jenis rusa hutan mendiami pada kawasan gunung Ijen. Hal ini merupakan
salah satu daya tarik wisatawan untuk melihat pada habitat tersebut.
Satu jenis spesies yang jumlahnya tidak sedikit ini merupakan salah satu
pendukung untuk dikembangkannya ekowisata.
66
Gambar : 5.9 Walik Kepala Ungu (Ptylinopus porphyreus)
Sumber : Google 2010
Gambar 5.9. menunjukkan spesies walik kepala ungu, jenis ayam hutan ini
sangat unik. Disamping suaranya yang unik lain dengan ayam kampung, secara fisik
jenis ayam hutan walik ini memiliki bulu yang terbalik. Disamping itu jenis ayam
hutan ini kecil (kate). Spesies ini cukup banyak mendiami di kawasan gunung Ijen.
Dengan bentuk fisiknya yang unik pada ayam hutan walek ini, sehingga akan
menambah daya tarik wisatawan untuk mengujunginya. Apabila wisatawan sudah
mengetahui pasti akan penasaran ingin melihatnya. Disamping keunikannya jenis
67
spesies ini termasuk fauna yang dilindungi karena termasuk langka. Dengan demikian
dengan adanya ayam hutan walek ini akan mendukung ekowisata di kawasan taman
wisata alam kawah ijen.
Gambar : 5.10. Banteng Hutan
Sumber : Google 2009
Gambar 5.10. menunjukkan sekelompok banteng hutan yang mendiami pada
kawasan taman wisata alam kawah ijen. Jenis spesies ini jumlahnya tidak sedikit
yang berada pada kawasan ini. Binatang ini cenderung lebih menyukai
menggerombol bersama sejenisnya, dan biasanya kelihatan pada waktu sore hari.
68
Banteng hutan ini merupakan daya tarik tersendiri untuk dikunjungi oleh
wisatawan. Hal ini merupakan potensi wisata untuk menarik wisatawan berkunjung,
selain mengunjungi gunung Ijen.
5.1.2 Potansi Kebudayaan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat desa Taman Sari cukup vareatif sehingga menarik perhatian
pengunjung namun hal ini kurang diperhatikan oleh masyarakat maupun pemeritah
kabupaten. Adapun kebudayaan tersebut berupa peninggalan sejarah yang sudah
ratusan tahun umurnya, peninggalan ini berkaitan dengan sejarah keberadaan nama
desa Taman Sari, yaitu diambil dari sebuah taman yang dipergunakan sebagai tempat
penginapan. Pemiliknya adalah Tuan Pancur pada jaman penjajahan Belanda yang
terletak di Dusun Krajan. Jarak tempuh 200 m dari kantor Kepala Desa Taman Sari.
Salah satu bukti keberadaan Tuan Pancur yaitu puing bangunan dan makam yang
berada di desa Taman Sari, dengan usia 128 tahun. Peninggalan seperti ini merupakan
daya tarik tersendiri, apalagi posisi puing bangunan ini berada di bawah tanah yang
perlu dilestarikan. Merupakan peninggalan dari bersejarah dengan nilai sejarah yang
tinggi. Adanya peninggalan – peninggalan bersejarah ini, perlu kiranya penggalian
budaya yang mulai tenggalam ternyata juga menarik perhatian pengunjung, tidak
hanya alamnya yang indah.
69
Masyarakat desa Taman Sari juga memiliki berbagai kesenian yang sangat
menarik perhatian pengunjung. Seperti tarian untuk acara – acara tertentu, yang
dibawakan oleh masyarakat. Berikut ini beberapa tarian yang cukup mengesankan
diantaranya
Gambar : 5.11. Tari Gandrung Banyuwangi
Sumber : Google 2011
Seni Tari Gandrung seperti pada gambar 5.11. diatas merupakan salah satu seni
tari tradisional yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Gandrung Banyuwangi berasal
dari kata Gandrung, yang berarti tergila-gila atau cinta habis-habisan. Tarian ini
70
masih satu generasi dengan tarian seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa
Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di Cilacap dan Banyumas dan Joged
Bumbung di Bali. Gandrung adalah sebuah tarian ciri khas Banyuwangi, merupakan
tarian untuk penyambutan tamu. Keunikan dari tarian ini adalah penarinya di
lakukan oleh orang tertentu yaitu merupakan turun menurun dalam sebuah keluarga.
Penarinya dilakukan oleh laki-laki namun berbusana wanita (bencong) . Hal ini tidak
sembarangan orang bisa sebagai penari. Hal ini tidak sembarangan orang bisa sebagai
penari. Namun budaya ini sudah mulai hilang, sekarang ini penarinya adalah wanita,
bahkan tidak sedikit wanita bisa menari gandrung. Dalam tarian grandrung yakni
melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu
(terutama pria) dengan iringan musik atau gamelan.
Tarian ini populer di wilayah Banyuwangi, hingga tak salah jika Banyuwangi
selalu diidentikkan dengan Gandrung, bisa dijumpai patung penari Gandrung di
berbagai sudut wilayah Banyuwangi. Tidak hanyal lagi Banyuwangi sering dijuluki
Kota Gandrung.
Tari Gandrung ini sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan,
pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi. Tari
Gandrung memiliki ciri khas , penari dengan kipas dan ketika penari menyentuh
kipasnya kepada salah satu penonton biasanya laki – laki kemudian di ajak menari.
Tari Gandrung dalam pementasannya didukung oleh berbagai unsur, yaitu penari,
pemusik, alat musik, nyanyian, gerak tari, dan arena atau panggung. Masing-masing
71
unsur mempunyai tugas dan peranannya sendiri-sendiri. Selain itu dalam pementasan
juga didukung oleh pemaju, yaitu penonton yang menari bersama penari Gandrung.
Setiap penonton mempunyai kesempatan untuk menari bersama Gandrung.
Gambar : 5.12. Tari Jaranan
Sumber : Google 2011
Pada gambar 5.12. menunjukkan seorang warga desa Taman Sari sedang menari
Jaranan, yaitu sebuah tarian tradisional Jaranan dari Banyuwangi Jaranan adalah
72
salah satu tarian kebudayaan yang hampir selalu ada disetiap pesta perkawinan di
daerah Banyuwangi.
Tarian jaranan merupakan tarian tradisional yang cukup menarik wisatawan. Di
sebut tarian jaranan karena penarinya berbusana seperti layaknya jaran ( kuda ). Yang
unik dari tarian ini adalah penarinya seperti kuda dan diikuti dengan busananya
seperti kuda. Tarian ini potensial untuk dikembangkan (perlu dilestarikan).
Gambar : 5.13. Tari Kebo-Keboan
Sumber : Google 2011
73
Gambar 5.13. menunjukkan sebuah tarian kebo-keboan, tarian ini sangat unik
yaitu dilakukan pada saat sebelum menanam padi. Penari setelah mendengar irama
musik (gendang) kemudian menari, dan nantinya ada yang sampai kerasukan. Begitu
kerasukan seperti layangnya seekor kerbau yaitu bermandikan lumpur yang ada di
sawah. Seperti pada gambar diatas menunjukkan penari sudah kerasukan, sehingga
dia berperilaku seperti layaknya kerbau, yang suka pada lumpur.
Tarian tradisional ini sangat menarik, karena tidak ada didaerah lain. Dan tradisi
ini selalu dilaksanakan oleh warga desa, karena merupakan tradisi yang turun
temurun. Jadi masyarakat berupaya melestarikan tradisi ini.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang telah dilakukan bahwa, di desa
Taman Sari masyarakat memiliki seni budaya yang cukup unik dan merupakan ciri
khas Banyuwangi. Seni budaya ini sering dipentaskan sebagai suatu pertunjukkan
yang sudah merupakan sebuah tradisi yang sifatnya turun temurun dinyakini oleh
masyarakat, secara tidak langsung berupaya melestarikan seni budaya ini. Sehingga
bisa dikatakan cukup potensi jika dikembangkan sebagai daya tarik wisata.
5.1.3 Potensi Sumber Daya Manusia.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, bahwa masyarakat desa Taman Sari
cukup berpotensi dalam seni budaya yang dimiliki. Yaitu yang merupakan hasil budi
daya masyarakat misalnya kerajinan tangan. Seperti kebutuhan peralatan rumah
tangga yang terbuat dari pelepah pisang.
74
Disamping itu kegiatan menggali belerang yang masih dengan cara tradisional
dengan menggunakan alat yang sangat sederhana di kerjakan oleh masyarakat sehari–
hari. Pengambilan belerang ini harus dilakukan setiap hari. Karena jika tidak
diambil maka akan terjadi penumpukan, yang mengakibatkan terjadinya pemanasan
di dalam gunung. Dengan jalan menyeimbangkan ini maka, akan mengurangi
terjadinya pemanasan dalam gunung.
Mengacu pada hasil observasi tersebut, maka berikut beberapa potensi sumber
daya manusia desa Taman Sari yang masih perlu diperhatikan. Dengan demikian
akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih optimal.
Sumber daya manusia juga merupakan potensi wisata, sebagai daya tarik untuk
dikunjungi oleh wisatawan. Namun jika dilihat dari data monografi tingkat
pendidikan desa Taman Sari rata-rata tingkat pendidikan mereka yaitu tingkat
menengah. Sedangkan yang sudah mengenyam pendidikan tinggi masih di bawah
rata-rata, bahkan masih bisa dihitung.
Pendidikan yang masih relatif rendah, namun masyarakat memiliki ketrampilan
dalam pembuatan kerajinanan tangan, yang terbuat dari pelepah pisang. Hasilnya
dipergunakan untuk taplak meja, hiasan dinding dan lainnya. Saat ini masyarakat
sedang berupaya membuat kerajinan tangan dengan bahan dasar yaitu belerang.
Masyarakat mencoba memanfaatkan bahan baku yang melimpah yaitu belerang.
dengan harapan akan mengoptimalkan sumber daya manusia, karena desa Taman
Sari memang banyak menghasilkan belerang yang berasal dari kawah gunung Ijen.
75
Disamping kerajinan tangan masyarakat juga memiliki makanan khas berupa
rujak Soto. Makanan ini merupakan masakan khas Banyuwangi, merupakan makanan
masyarakat Banyuwangi sehari – hari. Berikut adalah sumber daya manusia yang
cukup potensial sebagai daya tarik ekowisata.
Gambar : 5.14. Rujak Soto
Sumber : Google 2011
Gambar 5.14. yaitu menu masakan yang disebut rujak soto. Masakan
tradisional ini sangat populer di Banyuwangi karena merupakan masakan khas
76
Banyuwangi. Ramuannya yaitu layaknya rujak cingur kemudian ditambahkan kuah
soto, yang kemudian dimakan bersamaan, sehingga di sebut rujak soto.
Masakan khas seperti ini merupakan kreatifitas masyarakat Banyuwangi dalam
mengolah sebuah masakan. Hal ini memungkinkan merupakan suatu potensi yang
perlu di pertahankan, bahkan ada kala perlu di gali lagi potensi yang lain. Sehingga
bisa merupakan daya tarik wisata kuliner.
Gambar : 5.15. Situasi Penggalian Belerang
Sumber : Google 2011
77
Gambar 5.15. menunjukkan kegiatan masyarakat sedang menggali belerang
dengan cara tradisional. Gumpalan – gumpalan asap disekelilingnya dan bau belerang
yang begitu keras tidak membuat patah semangat para penggali. Hal ini merupakan
kegiatan yang sudah menjadi rutinitas sehingga saluran pernafasan tidak bermasalah,
jadi sudah memiliki kekebalan tersendiri.
Penggalian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyeimbangkan alam, yaitu
mengurangi panas di dalam gunung. Penggalian ini merupakan tanggung jawab
pihak KSDA dan Geologi sebagai pihak pengelola. Karena setiap harinya terjadi
penumpukan belerang hasil dari sublimasi, maka penambangannyapun dilakukan
setiap hari. Jika tidak dilakukan seperti pada hari raya Idul Fitri, maka terjadi
penumpukan. Sehingga pihak pengelola berusaha menyingkirkan gumpalan belerang
agar tidak menutupi lubang asap.
Penambangan yang masih tradisional dan menggunakan alat yang sangat sederha
inilah merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung. Justru
wisatawan melihat aktifitasnya dan dengan cara yang masih sederhana dengan
peralatan apa adanya.
78
Gambar : 5.16. Mengangkut Belerang
Sumber : Google 2011
Gambar 5.16. menunjukkan situasi masyarakat dalam pengangkutan hasil
penggalian belerang yang kemudian dibawa ke pabrik. Adapun rata – rata
pengangkutan perorang berkisar 70 – 100 kg sekali angkut per hari. Karena melihat
medannya yang begitu berat sehingga tidak memungkinkan untuk pengangkutan
dilakukan berulang kali. Sesampainya di pabrik kemudian diproses, didistribusikan
79
sesuai dengan kebutuhan. Hasil pemrosesan inilah masyarakat mencoba membuat
kerajinan tangan seperti hiasan untuk diruang tamu yang terbuat dari bahan dasar
belerang.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang telah dilakukan, bahwa
masyarakat desa Taman Sari memiliki potensi yaitu berasal dari sumber daya
manusia itu sendiri yang cukup unik dan tidak dimiliki oleh daerah lain. Sehingga
membuat daya tarik tersendiri untuk dikunjungi oleh wisatawan. Keunikannya itu
adalah sebuah kegiatan penambangan belerang yang semua serba sederhana dan
tradisional, jadi situasi inilah membuat daya tarik tersendiri. Disamping itu,
kreatifitas masyarakat dalam mengolah sebuah makanan sehingga memiliki rasa
tersendiri yang di sebut rujak soto.
80
5.2 Penerapan Prinsip-Prinsip dan Kriteri Ekowisata menurut rumusan dari
hasil Lokakarya dan Pelatihan Ekowisata Nasional 2006.
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA
NASIONAL
Hasil Lokakarya dalan Pelatihan Ekowisata Nasional di Bali 25-26 Agustus 2006
Nama : Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
Tanggal : 12 Agustus 2011
Asesor/Evaluator : Sri Widowati
N
o
Prinsip dan Kriteria Tem
uan
di
Lapa
ngan
Rekomendasi
1 Peka & menghormati nilai-
nilai sosial budaya dan
tradisi keagamaan
masyarakat setempat.
Y
A
T
I
D
A
K
(a).Sistem pengelolaan yang
serasi dan seimbang sesuai
dengan konsep masyarakat
setempat, seperti Tri Hita
Karana:memperhatikan
keselaran hubungan antara
manusia(parahyangan),
hubungan antara manusia
dengan manusia(pawongan
hubungan antara manusia
dengan lingkungan
(palemahan).
V
V
Masyarakat berusaha semaksimal
mungkin dalam rangka
menyeimbangkan alam dan
menjaganya sesuai dengan kenyakinan
yaitu dengan cara menggali belerang
setiap hari.Dengan tujuan mengurangi
pemanasan yang terjadi di dalam bumi,
seperti filosofi masyarakat Bali yaitu
Tri Hita Karana.
81
(b) Pembangunan dan
operasional disesuaikan
dengan tata krama,
norma setempat ,dan
kearifan lokal.
V
Pembangunan telah disesuaikan
dengan tatakrama maupun kearifan
lokal. Seperti yang ada dilapangan
bahwa pembangunan tetap
menghormati adat istiadat yang ada.
(c). Keberadaan kegiatan objek
ekowisata tidak
mengganggu aktifitas
keagamaan masyarakat
setempat.
V
Temuan di lapangan pembangunan
pariwisata tidak mengganggu aktifitas
keagamaan masyarakat lokal.
2 Memiliki kepedulian,
komitmen, dan tanggung
jawab terhadap konservasi
alam dan warisan budaya.
(a). Tercapainya keseimbangan
pemanfaatan lahan.
V
Dengan cara melakukan pengeboran di
sekitar kawah, sehingga akan keluar
asap kemudian terjadi proses sublimasi
dan terjadilah pengkristalan belerang.
Belerang tersebut setiap hari di
tambang agar tidak terjadi
penyumbatan
(b) Penggunaan teknologi
ramah lingkungan.
V
Masyarakat menambang berlerang
dengan tujuan untuk menyeimbangkan
alam. Pengambilan belerang dilakukan
dengan cara tradisional (teknologi
ramah lingkungan telah dilakukan).
(c) Pemanfaatan areal warisan
budaya sebagai objek
ekowisata disesuaikan
dengan peruntukan dan
fungsinya.
V
Sementara konsep pelestarian budaya
merupakan salah satu aset ekowisata
menuju pariwisata berkelanjutansecara
tidak langsung sudah berjalan, dengan
seringnya mementaskan tarian yang
khas dan unik.
(d) Melestarikan
keanekaragaman hayati
dan cagar budaya
disesuaikan dengan daya
dukung setempat
V
Hasil evaluasi dilapangan yang telah
dilakukan bahwa, kegiatanpenghijauan
merupakan salah satu program
pelestarian alam yang dilaksanakan
KSDA Banyuwangi telah dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan program
yang dimiliki oleh kawasan taman
wisata alam kawah ijen.
82
(e) Memperhatikan keberadaan
Endemisitas
V
Keberadaan endemisitas sudah
dilaksanakan
3
.
Menyediakan interprestasi
yang memberikan peluang
kepada wisatawan untuk
menikmati alam dan
meningkatkan kecintaannya
terhadap alam.
(a) Menyediakan pramuwisata
yang profesional dan
berlisensi.
V
karena dalam pengelolaan belum
optimal yaitu terlihat pada
pemanfaatan sumber daya manusia
yang belum maksimal dalam
penyelenggaraannya.
(b)Menyediakan fasilitas
pendukung dan informasi
yang memadai terkait
dengan objek wisata.
V
sudah menyediakan fasilitas pendu
kung misalnya paltuding, sebagai
tempat peristirahatan sebelum
wisatawan mulai mendaki gunung Ijen
(c) Melibatkan lembaga adat
setempat
V
Adapun yang berkaitan dengan
fasilitas maupun daya tarik
pendukung sebelum mencapai pada
kawah gunung Ijen aparat desa tidak
dilibatkan. Berdasarkan konsep
ekowisata bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan hal yang
utama, karena untuk menambah
lapangan kerja dan meningkatkan
perekonomian masyarakat, namun
belum terrealisasi.
4 Edukasi : Ada proses
pembelajaran dialogis antara
masyarakat dengan wisatawan
83
(a)Melibatkan unsur akademis,
pemerhati lingkungan dan
informasi yang memadai
terkait dengan objek
ekowisata.
V
Jadi selama ini hanya wisata alam
yang ditonjolkan. Unsur akademisi
maupun pemerhati lingkungan tidak
terlibat, untuk ke depan perlu adanya
keterlibatan ke dua unsur tersebut
untuk menuju ke ekowisata dan
pariwisata berkelanjutan.
(b)Memberikan pemahaman
mengenai keanekaragaman
hayati, cagar budaya dan
nilai-nilai budaya lokal.
V
Bentuk dialogis lain antara
wisatawan dengan masyarakat yaitu
memberikan pemahaman kepada
wisatawan tentang keanekaragaman
hayati yang di miliki kawasan taman
wisata alam kawah Ijen. Hal ini bisa
terlaksanakan dengan baik jika
wisatawan menggunakan pemandu
lokal, atau petugas perhutani.
(c) Menumbuhkan kesadaran
dan kecintaan terhadap
alam dan budaya.
V
dilakukan oleh masyarakat kepada
wisatawan yaitu dengan
mengadakan penghijauan yang
dilakukan wisatawan. Terkadang ada
beberapa group wisatawan yang
memang pecinta alam, sehingga mau
mengadakan penghijauan.
5 Pengembangannya harus dida-
sarkan persetujuan masyarakat
setempat melalui musyawarah.
(a) Perencaan, pengembangan,
pengelolaan dan pengawasa
pengawasan pada mendapat
mendapat persetujuan
masyarakat setempat.
V
Pengelolaan kawasan taman wisata
alam kawah ijen sepenuhnya dilakukan
oleh KSDA. Masyarakat hanya
mengelola fasilitas – fasilitas
pendukung, sebelum wisatawan
menuju kawah. Dalam hal ini untuk
pengembangan dikoordinasikan
dengan masyarakat setempat.
84
(b)Melakukan koordinasi
dengan masyarakat setemp
setempat dalam setiap
tahap pengembangannya
V dalam hal pengembangan masyarakat
tidak dilibatkan, dikarenakan
pengelolaan ekowisata belum ada.
(c)Melibatkan masyarakat
dalam setiap proses
pengambilan keputusan yang
berdampak luas terhadap
masyarakat,lingkungan dan
perusahaan
V
pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan masyarakat
luas selalu melibatkan kepala desa
sebagai perwakilan masyarakat.
6 Memberdayakan dan
mengoptimalkan partisipasi
serta sekaligus memberikan
kontribusi secara kontinyu
terhadap masyarakat setempat
(a)Memprioritaskan
Pemanfaatan tenaga kerja
lokal sesuai dengan
keahlian
V
sumber daya manusia lokal belum
bisa diandalkan karena untuk
pengembangan pariwisata maupun
yang menuju ekowisata masih
terlalu jauh dari harapan.
(b)Memprioritaskan
pemanfaatan produk lokal
untuk operasional objek
ekowisata.
V
Berkaitan dengan SDM yang
dimiliki,
untuk produk lokal juga belum bisa
dimanfaatkan secara optimal
misalnya
seperti hasil perkebunan hanya bisa
memetik hasilnya sampai pada tahap
pengelolaan belum ada.
(c) Melibatkan lembaga adat/
tradisional serta tokoh
masyarakat setempat.
V
Pengembangan pariwisata selama ini
tidak pernah ada secara formal, baik
tokoh masyarakat maupun lembaga
desa, selalu diajak duduk bersama
sebagai tanggung jawab bersama.
7
Mentaati peraturan perundang-
udangan yang berlaku
85
(a)Mentaati peraturan
perundang- udangan
yang berlaku
V
Di dalam pengembangan maupun
operasional sehari – hari dari pihak
pengelola yaitu KSDA selalu mengacu
pada perundang - undanganan yang
berlaku.
(b) Mentaati dan menghormati
kearifan lokal yang dianut
oleh masyarakat setempat.
V
Kearifan lokal yang telah dilakukan
oleh masyarakat desa Taman Sari
dalam hal penambangan belerang
yaitu sudah merupakan suatu
ketentuan dalam masyarakat bahwa
menambang itu merupakan suatu
kewajiban dalam masyarakat. Jadi
para penambang merupakan tradisi
turun temurun sampai generasi
sekarang, sehingga mereka sudah
menyatu dengan alam.
8 Secara koasisten memberikan
kepuasan kepada konsumen
(a)Memberikan pelayanan
informasi yang akurat
kepada konsumen
V
pihak pengelola selalu memberikan
informasi yang akurat kepada
pengunjung, hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan para pengunjung
dalam melakukan pendakian atau
kegiatan yang lainnya. Sudah
melaksanakan sesuai dengan prinsip
ekowisata
(b) Menyediakan fasilitas dan
memberikan pelayanan
prima kepada konsumen
V
Berarti tidak sesuai dengan prinsip
dan kriteria ekowisata.
Ketidaksesuaian ini dikarenakan
desa Taman Sari dalam pengelolaan
potensi wisata yang dimiliki belum
optimal.Apalagi sampai mengarah
pada ekowisata.
(c) Memanfaatkan masyarakat
lokal sebagai local guide
V
Belum ada, hanya beberapa yang
menggunakan masyarakat. Sementara
ini group wisatawan selalu membawa
guide sendiri. Sehingga pemanfaatan
masyarakat belum optimal.
86
(d) Menyediakan fasilitas dan
media untuk memperoleh
umpan balik dari
konsumen.
V
Hal ini dikarenakan pengembangan
pariwisata belum optimal. Apalagi
sampai mengarah kepada ekowisata,
belum dikenal.
9 Dipasarkan dan dipromosikan
dengan jujur dan akurat
sehingga sesuai dengan
harapan (pemasaran yang
bertanggungjawab)
(a)Materi pemasaran harus
akurat, jelas, berkualitas,
dan sesuai dengan
kenyataan.
V
temuan di lapangan bahwa pada
prinsip
ke 9 dengan 2 kriteria sudah sesuai
dengan kenyataan. Namun dalam
pemasarannya belum optimal, secara
khusus dan dengan target pasar yang
jelas. Hal ini dikarenakan memang
pada Kawasan ini belum
dikembangkan secara profesional
sesuai dengan potensi
yang dimiliki pada kawasan.
Pengenalan
(b)Materi pemasaran harus
melalui media promosi
yang dipilih sesuai
dengan target market
V
Sumber : Hasil Penelitian 2011
Berdasarkan hasil evaluasi tabel di atas bahwa prinsip dan kriteria ekowisata
di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari beberapa hal
ada kesesuaian dengan prinsip - prinsip dan kriteria dari rumusan hasil
Lokakarya dan Pelatihan Ekowisata 2006 yang mana rumusan ini sebagai acuan
87
untuk mengukur standar ekowisata yang telah diakui secara Nasional dan telah
mengacu pada Green Globe, yang telah diakaui dan dipercaya dalam tingkat
Internasional.
Adapun analisis dari masing – masing prinsip dan kriteria yang ada di Kawasan
Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari adalah sebagai berikut :
Prinsip 1 yang terdiri dari 3 kriteria bahwa dalam pelaksanaan pariwisata yang
mengacu pada ekowisata ada beberapa hal yang sesuai dengan rumusan hasil
Lokakarya dan Pelatihan Ekowisata Nasional 2006. Namun yang membedakan yaitu
dari struktur masyarakatnya. Desa Taman Sari masyarakatnya mayoritas beragama
Islam, namun filosofi kehidupan masyarakat juga ternyata sama dengan masyarakat
Bali yaitu dalam menjaga dan memelihara keseimbangan alam.
a. Temuan di lapangan setelah dilakukan evaluasi bahwa konsep Tri Hita Karana
yang merupakan filosofi kehidupan orang Bali dalam menjaga dan
memperhatikan keseimbangan alam, hal serupa juga terlihat dalam pengelolaan
kawasan taman wisata alam kawah Ijen yang tidak terlepas dari ajaran Islam
karena mayoritas penduduk beragama Islam yaitu bagaimana menjalin hubungan
antara manusia (habluminanas) hubungan manusia dengan Sang Pencipta dalam
hal ini Allah (habluminAllah) yang tidak lepas menciptakan bumi dan isinya.
Hubungan manusia dengan alam, dalam hal ini manusia diwajibkan memelihara
keseimbangan bumi. Yang intinya adalah bahwa Allah menciptakan bumi dan
isinya untuk dinikmati oleh manusia, namun diwajibkan juga untuk memelihara
88
dan menjaga. Bukan hanya diambil hasilnya, jika tidak diindahkan maka akan
terjadi bencana dengan berpegang itulah dalam pengelolaan Kawasan Taman
Wisata Alam Kawah Ijen berjalan dengan baik. Masyarakat berusaha semaksimal
mungkin dalam rangka menyeimbangkan alam yaitu dengan cara menggali
belerang setiap hari. Dengan tujuan mengurangi pemanasan yang terjadi di
dalam bumi
b. Pembangunan dan operasional disesuaikan dengan tata krama, norma setempat,
dan kearifan lokal.
Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan bahwa pembangunan pariwisata,
walaupun belum optimal, maupuun operasional sudah terlaksana yaitu
menyesuaikan tata krama maupun norma setempat. Menyesuaikan adat istiadat
masyarakat. Banyuwangi yang tidak lepas dari ajaran Islam dan tradisi yang masih
kental dari peninggalan nenek moyang. Gunung Ijen dan hutan sebagai
sumber mata pencaharian mereka, sebagai tempat kelangsungan kehidupan
sampai anak cucu turun temurun dengan demikian filosofi yang mereka
pergunakan cukup bijak yaitu bahwa Tuhan menciptakan bumi sudah indah
diperuntukan kesejahteraan manusia. Bagaimana merawat keindahan ini untuk
kelangsungan hidup manusia dibumi.
c. Keberadaan kegiatan ekowisata tidak mengganggu aktifitas keagamaan
masyarakat setempat. Berdasarkan hasil evaluasi di lapangan bahwa kegiatan
yang mengarah pada pariwisata khususnya yang menyangkut tentang
89
kegiatan ekowisata cukup beralasan untuk menjaga maupun memelihara alam,
masyarakat cukup antusias dan kegiatan ini tidak mengganggu aktifitas
keagamaan masyarakat setempat.Secara prinsip kegiatan ekowisata belum
terkoordinir, namun kegiatan ini tidak mengganggu aktifitas keagamaan
masyarakat setempat.
2. Memiliki kepedulian, komitmen, dan tanggung jawab terhadap konservasi
alam dan warisan budaya.
a. Tercapainya keseimbangan pemanfaatan lahan.
Temuan di lapangan setelah dilakukan evaluasi bahwa di desa Taman Sari dalam
pemanfaatan lahan, sudah memperhatikan untuk menyeimbangkan alam, yaitu
dengan cara melakukan pengeboran di sekitar kawah, sehingga akan keluar asap
kemudian terjadi proses sublimasi dan terjadilah pengkristalan belerang. Belerang
tersebut setiap hari di tambang agar tidak terjadi penyumbatan. Hal ini akan sangat
berbahaya jika dibiarkan, karena akan terjadi pemanasan di dalam gunung.
b Penggunaan teknologi ramah lingkungan.
Temuan di lapangan setelah dilakukan evaluasi bahwa di desa Taman Sari
Masyarakat menambang berlerang dengan tujuan untuk menyeimbangkan alam.
Pengambilan belerang dilakukan dengan cara tradisional, dan hasil penambangan
di jual ke pabrik. Jadi teknologi ramah lingkungan masih diterapkan dalam
penggalian belerang .
90
c Pemanfaatan areal warisan budaya sebagai ekowisata disesuaikan dengan
peruntukan dan fungsinya. Setelah dilakukan evaluasi temuan yang didapat bahwa
di desa Taman Sari karena pemanfaatan untuk pariwisata pada umumnya belum
optimal, sehingga warisan budaya maupun peninggalan budaya belum di kelola
dengan baik. Sementara konsep pelestarian budaya merupakan salah satu aset
ekowisata menuju pariwisata berkelanjutan secara tidak langsung sudah berjalan,
dengan seringnya mementaskan tarian yang khas dan unik.
d Melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya disesuaikan dengan daya
dukung setempat. Hasil evaluasi dilapangan yang telah dilakukan bahwa, kegiatan
penghijauan merupakan salah satu program pelestarian alam yang dilaksanakan
KSDA Banyuwangi telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan program yang
dimiliki oleh kawasan taman wisata alam kawah ijen.
3. Menyediakan interprestasi yang memberikan peluang kepada wisatawan
untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam.
a Menyediakan pramuwisata yang profesional dan berlisensi.
Pada kriteria ini belum sesuai dengan temuan di lapangan setelah dilakukan
evaluasi di Kawasan taman wisata alam kawah Ijen, karena dalam pengelolaan
belum optimal yaitu terlihat pada pemanfaatan sumber daya manusia yang belum
maksimal dalam penyelenggaraannya. Misalnya untuk memandu wisatawan yang
berkunjung tidak menggunakan pemandu lokal, karena belum adanya kerja sama
antara tour leader dengan masyarakat sebagai pemandu lokal. Sebenarnya
91
masyarakat berperan sebagai pemandu lokal akan lebih menguasai daerahnya dari
pada pemandu dari luar. Di samping itu juga perlu pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat.
b Menyediakan fasilitas pendukung dan informasi yang memadai terkait dengan
obyek wisata. Temuan dilapangan dari hasil evaluasi di Kawasan taman wisata
alam kawah Ijen sudah menyediakan fasilitas pendukung misalnya paltuding,
sebagai tempat peristirahatan sebelum wisatawan mulai mendaki gunung Ijen.
c Melibatkan lembaga adat setempat
Hasil evaluasi di lapangan bahwa dalam kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan kawasan taman wisata alam kawah Ijen tidak melibatkan aparat
pedesaan. Namun disini fungsi dari pada lembaga desa, yaitu hanya dalam hal
pengembangan wilayah desa. Adapun yang berkaitan dengan fasilitas maupun
daya tarik pendukung sebelum mencapai pada kawah gunung Ijen aparat desa
tidak dilibatkan. Berdasarkan konsep ekowisata bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan hal yang utama, karena untuk menambah lapangan kerja
dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
4. Edukasi : Ada proses pembelajaran dialogis antara masyarakat dengan
wisatawan
a Melibatkan unsur akademis, pemerhati lingkungan dan informasi yang memadai
terkait dengan ekowisata.
92
Dalam hal pengembangan terkait dengan ekowisata di kawasan taman wisata
alam kawah Ijen berdasarkan hasil evaluasi di lapangan masih kurang optimal
dalam melibatkan unsur akademis maupun pemerhati lingkungan. Hal ini
dikarenakan pada kawasan ini baik pemerintah maupun masyarakat belum
mengetahui tentang ekowisata secara menyeluruh. Jadi selama ini hanya wisata
alam yang ditonjolkan. Unsur akademisi maupun pemerhati lingkungan tidak
terlibat, untuk ke depan perlu adanya keterlibatan ke dua unsur tersebut untuk
menuju ke ekowisata dan pariwisata berkelanjutan.
b. Memberikan pemahaman mengenai keanekaragaman hayati, cagar budaya dan
nilai-nilai budaya lokal.
Bentuk dialogis lain antara wisatawan dengan masyarakat yaitu memberikan
pemahaman kepada wisatawan tentang keanekaragaman hayati yang di miliki
kawasan taman wisata alam kawah Ijen. Hal ini bisa terlaksanakan dengan baik
jika wisatawan menggunakan pemandu lokal, atau petugas perhutani.
c Menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap alam dan budaya.
Menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap alam, yang dilakukan oleh
masyarakat kepada wisatawan yaitu dengan mengadakan penghijauan yang
dilakukan wisatawan. Terkadang ada beberapa group wisatawan yang memang
pecinta alam, sehingga mau mengadakan penghijauan.
93
5. Pengembangannya harus didasarkan persetujuan masyarakat setempat
melalui musyawarah.
Berdasarkan dari hasil evaluasi bahwa selama ini setiap ada kegiatan yang
berkaitan dengan kepariwisataan selalu ada persetujuan dengan masyarakat, hal
ini di karenakan masyarakat inilah yang mengetahui lebih jauh tentang daerahnya.
a. Perencanaan, pengembangan, pengelolaan dan pengawasan mendapat persetujuan
masyarakat setempat.
Pengelolaan kawasan taman wisata alam kawah ijen sepenuhnya dilakukan oleh
KSDA. Masyarakat hanya mengelola fasilitas – fasilitas pendukung, sebelum
wisatawan menuju kawah. Dalam hal ini untuk pengembangan dikoordinasikan
dengan masyarakat setempat.
b. Melakukan koordinasi dengan masyarkat setempat dalam setiap tahap
pengembangannya.
Berdasarkan hasil evaluasi dalam hal pengembangan masyarakat tidak dilibatkan,
dikarenakan pengelolaan ekowisata belum ada.
c. Melibatkan masyarakat dalam setiap proses pengambilan keputusan yang
berdampak luas terhadap masyarakat, lingkungan dan perusahaan.
Hasil evaluasi bahwa pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat luas selalu melibatkan kepala desa sebagai perwakilan masyarakat.
6. Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus
memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat
94
a Memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian.
Berdasarkan hasil evaluasi bahwa sumber daya manusia lokal belum bisa
diandalkan karena untuk pengembangan pariwisata maupun yang menuju
ekowisata masih terlalu jauh dari harapan.
b. Memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional obyek ekowisata.
Berkaitan dengan SDM yang dimiliki, untuk produk lokal juga belum bisa
dimanfaatkan secara optimal misalnya seperti hasil perkebunan hanya bisa
memetik hasilnya sampai pada tahap pengelolaan belum ada.
c. Melibatkan lembaga adat/ tradisional serta tokoh masyarakat setempat.
Pengembangan pariwisata selama ini tidak pernah ada secara formal, baik tokoh
masyarakat maupun lembaga desa, selalu diajak duduk bersama sebagai
tanggung jawab bersama. Berdasarkan dari kriteria no 6 dan ke tiga prinsip-
prinsipnya bahwa ekowisata di kawasan taman wisata alam kawah ijen desa
Taman Sari belum masuk dalam kriteria ekowisata. Hal ini dikarenakan memang
kawasan taman wisata alam kawah ijen desa Taman Sari dalam pengelolaannya
belum ekowisata secara totalitas
7. Mentaati peraturan perundang-udangan yang berlaku
a. Mentaati peraturan perundang - udangan yang berlaku
Di dalam pengembangan maupun operasional sehari – hari dari pihak
pengelola yaitu KSDA selalu mengacu pada perundang - undanganan yang
berlaku.
95
b. Mentaati dan menghormati kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat setempat
Kearifan lokal yang telah dilakukan oleh masyarakat desa Taman Sari dalam hal
penambangan belerang yaitu sudah merupakan suatu ketentuan dalam masyarakat
bahwa menambang itu merupakan suatu kewajiban dalam masyarakat. Jadi
para penambang merupakan tradisi turun temurun sampai generasi sekarang,
sehingga mereka sudah menyatu dengan alam.
8. Secara koasisten memberikan kepuasan kepada konsumen
a. Memberikan pelayanan informasi yang akurat kepada konsumen
Berdasarkan hasil evaluasi bahwa pihak pengelola selalu memberikan informasi
yang akurat kepada pengunjung, hal ini dimaksudkan untuk memudahkan para
pengunjung dalam melakukan pendakian atau kegiatan yang lainnya. Sudah
melaksanakan sesuai dengan prinsip ekowisata
b. Menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada konsumen.
Berdasarkan hasil evaluasi dan temuan dilapangan, bahwa Kawasan Taman
Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari belum menyediakan fasilitas maupun
pelayanan yang prima terhadap konsumen. Berarti tidak sesuai dengan prinsip
dan kriteria ekowisata. Ketidaksesuaian ini dikarenakan desa Taman Sari dalam
pengelolaan potensi wisata yang dimiliki belum optimal.Apalagi sampai
mengarah pada ekowisata.
96
c. Memanfaatkan masyarakat lokal sebagai local guide.
Pemanfaatan masyarakat sebagai local guide belum ada, hanya beberapa yang
menggunakan masyarakat. Sementara ini group wisatawan selalu membawa guide
sendiri. Sehingga pemanfaatan masyarakat belum optimal.
d. Menyediakan fasilitas dan media untuk memperoleh umpan balik dari konsumen
Berdasarkan pada prinsip nomor 8 yang terdiri dari 4 kriteria tersebut, bahwa hasil
evaluasi tidak ada yang sesuai hanya pada kriteria a. saja. Hal ini dikarenakan
pengembangan pariwisata belum optimal. Apalagi sampai mengarah kepada
ekowisata, belum dikenal.
9. Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan
harapan ( pemasaran yang bertanggung jawab )
a. Materi pemasaran harus akurat, jelas, berkualitas, dan sesuai dengan kenyataan.
b. Materi pemasaran harus melalui media promosi yanng dipilih sesuai dengan
target market. Berdasarkan hasil evaluasi, temuan di lapangan bahwa pada
prinsip ke 9 dengan 2 kriteria sudah sesuai dengan kenyataan. Namun dalam
pemasarannya belum optimal, secara khusus dan dengan target pasar yang jelas.
Hal ini dikarenakan memang pada Kawasan ini belum dikembangkan secara
profesional sesuai dengan potensi yang dimiliki pada kawasan. Pengenalan
kawasan yang dilakkukan oleh pihak swasta masih kurang adanya dukungan
dari pemerintah.
97
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, bahwa
pada dasarnya di kawasan taman wisata alam kawah Ijen desa Taman Sari,
beberapa hal sudah sesuai dengan prinsip dan kriteria yang telah dirumuskan oleh
hasil lokakarya dan pelatihan Ekowisata Nasional 2006. Secara rinci yaitu : pada
kriteria 1,2, 7 dan 9 sudah ada kesesuaian, yaitu masyarakat berupaya melakukan
penyeimbangan alam dan menjaga alam sesuai dengan keyakinanan yang dianut.
Kriteria berikutnya adalah kriteria 3, 4, 5, 6, dan 8 yang berkaitan dengan kunjungan
wisatawan, persetujuan dengan masyarakat dalam mengambil keputusan
pengembangan maupun dalam hal keterlibatan masyarakat dan dalam hal pelayanan
terhadap wisatawan. Ini semua tidak sesuai dengan rumusan hasil pelatihan dan
lokakarya Ekowisata Nasional tahun 2006. Hal ini dikarenakan secara prinsip belum
adanya pengembangan ekowisata. .
Konsep pengembangan ekowisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
juga belum tercapai. Karena keterlibatan masyarakat dalam pariwisata tidak ada, atau
hanya sebagian kecil saja yang bisa menikmatinya. Secara manejemen pariwisata di
kawasan taman wisata alam kawah Ijen desa Taman Sari, juga belum tertata.
Masyarakat belum berorientasi pada pariwisata, walaupun dari segi alam, maupun
budaya sangat mendukung. Sehingga yang terjadi pariwisata terkesan belum terjamah,
sementara kunjungan wisatawan dari mancanegara sudah cukup banyak.
98
5.3. Upaya yang dilakukan dari pengkajian potensi dan penerapan prinsip -
prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah
Ijen desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi.
Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi berperan dalam meningkatkan
kegiatan pariwisata bersama-sama dengan masyarakat maupun stakeholders dan
instansi terkait. Namun terkadang pariwisata dianggap sebagai salah satu sektor
unggulan yang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Oleh karena itu
pengembangan pariwisata di daerah lebih menekankan pada wisata yang memberikan
manfaat ekonomi lebih tinggi. Sehingga konsep pengembangan ekowisata dianggap
kurang memadai karena secara ekonomis tidak memberikan keuntungan yang
maksimum, karena harus memperhatikan manfaat ekologi, sosial dan budaya.
Mengacu pada data hasil penelitian maupun pengamatan, bahwa potensi di
kawasan taman wisata alam kawah Ijen desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi dari
segi alam sangat baik, kebudayaan maupun sumber daya manusia juga baik, sehingga
secara teori bisa dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Bahkan sangat
memungkinkan pada pengembangan yang mengarah pada ekowisata.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ini adalah disamping
potensi alam, budaya, sumber daya manusia memiliki peran yang cukup besar.
Bahkan bisa merupakan suatu kendala dalam faktor internal. Dalam hal ini yang
berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM), yaitu dengan keterbatasan kualitas
99
SDM yang bergerak di sektor pariwisata. Kurangnya pemahaman masyarakat desa
Taman Sari tentang pariwisata khususnya tentang ekowisata. Sehingga selama ini
didominasi oleh orang luar dalam penanganan pariwisata seperti sebagai pemandu
wisata , sehingga yang terjadi pada mereka kurang memahami ekosistem dan budaya
lokal. Sebaliknya jika menggunakan pemandu lokal yang terjadi yaitu terbatasnya
pengetahuan serta penguasaan bahasa, meskipun memiliki pemahaman akan kondisi
lokal yang sangat penting dalam pengembangan ekowisata.
Pencapaian suatu tujuan dalam pengelolaan pariwisata agar lebih optimal maka,
dalam pengelolaan diperlukan yang komprehensif dan terpadu serta dilaksanakan
secara konsisten. Mengingat bahwa pariwisata di desa Taman Sari merupakan hal
yang baru, akan lebih baik langsung pada pengembangan ekowisata karena melihat
potensi baik alam, budaya maupun sumber daya manusia yang di miliki oleh
masyarakat desa Taman Sari. Sesuai dengan prinsip dasar ekowisata, keterlibatan
masyarakat setempat sangat penting dan mutlak diperlukan untuk menjalankan
kegiatan ekowisata. Kegiatan ekowisata harus mengakomodasi dan terintegrasi
dengan budaya lokal serta harus memberikan manfaat ekonomi dalam kehidupan
masyarakat. Adapun upaya yang dilakukan adalah :
1.Peningkatan pemahaman masyarakat desa Taman Sari
Untuk meningkatkan pemahaman tentang ekowisata pada masyarakat desa
Taman Sari yaitu dengan cara memberikan penyuluhan, membuat kelompok sadar
wisata (DARWIS) untuk kelompok tingkat muda mudi desa Taman Sari. Kelompok
100
sadar lingkungan (DARLING) yang mengarah pada pelestarian lingkungan dan
kelompok sadar budaya (DARBUD) yang mengarah pada pelestarian budaya.
2. Pengetahuan dalam pengelolaan ekowisata untuk masyarakat desa Taman
Sari.
Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan berkaitan dengan pengelolaan
ekowisata mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Hal ini juga
memungkinkan perlu antisipasi dari dampak ekowisata yaitu pengelolaan dampak
lingkungan dan dampak budaya. Kegiatan ini terdiri dari pengelolaan objek wisata
dan sarana wisata.
Pengelolaan objek wisata yang dilakukan oleh masyarakat desa Taman Sari,
diupayakan adanya pelatihan yang didukung dan difasilitasi oleh dinas Pariwisata
daerah maupun pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pengelolaan ini mengacu pada
pelestarian alam pelestarian budaya.
Pengelolaan sarana Pariwisata yang berkaitan dengan pelayanan jasa maupun
pemenuhan kebutuhan wisatawan selama berada di Taman Wisata Alam Kawah Ijen
desa Taman Sari. Seperti misalnya penginapan atau home stay yang diadakan dari
rumah penduduk dan layanan jasa yang bisa diberikan kepada wisatawan seperti
warung, cafe, toko. Pelayanan jasa transportasi yang dibutuhkan oleh wisatawan
untuk melihat kawah Ijen, seperti kendaraan roda empat yaitu sejenis jeep, karena
jika menggunakan kendaraan jenis lain tidak mampu sampai ke Paltuding ( tempat
peristirahatan untuk wisatawan yang akan melanjutkan pendakiannya ).
101
Saat ini masyarakat mulai merintis untuk pengadaan pelayanan ini. Misalnya
seperti yang dilakukan oleh keluarga bapak kepala desa membuat cafe untuk
wisatawan yang singgah. Jasa lain yang bisa di pertontonkan kepada wisatawan yaitu
membuat atraksi seperti traking, maupun haiking menuju ke gunung Ijen, maupun
melihat secara langsung flora dan fauna yang masuk kategori langka, unik maupun
yang dilindungi karena mendekati kepunahan. Disamping itu kegiatan yang bisa
dipertotonkan kepada wisatawan yaitu membentuk sanggar tari untuk para muda-
mudi yang memang mempunyai bakat untuk menari
3.Meningkatkan ketrampilan pada masyarakat desa Taman Sari.
Kegiatan meningkatkan ketrampilan ini seperti pembuatan kerajinan tangan
untuk dijadikan souvenir dari hasil pengamatan bahwa masyarakat pada saat ini
sedang berupaya membuat souvenir dengan bahan baku belerang. Masyarakat ingin
memanfaatkan belerang karena hasil belerang melimpah. Disamping itu juga perlu
diupayakan usaha masyarakat dalam pembuatan souvenir yang terbuat dari bahan
dasar pelepah pisang, yaitu di buat untuk taplak meja, hiasan dinding. Potensi yang
lain yang dimiliki oleh masyarakat yaitu pembuatan makanan tradisional dan menu
lain serta cara penyajiannya. Makanan yang menjadi pavorit masyarakat bahkan
sudah di kenal di daerah lain yaitu rujak soto, hal ini perlu dipertahankan sehingga
bisa dijadikan daya tarik wisata. Pentingnya meningkatkan kemampuan berbahasa
102
untuk melayani wisatawan dari mancanegara. Mengingat bahwa Taman Wisata Alam
Kawah Ijen sudah di kenal dunia dan banyak wisatawan manca negara yang
berkunjung.
Mengacu pada potensi yang dimiliki maupun upaya yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di kawasan taman wisata alam kawah
Ijen desa Taman Sari perlu dukungan dari stakeholders. Upaya ini pada dasarnya juga
merupakan salah satu cara yang dilskuksn untuk mengantisipasi, karena aktifnya
kawah gunung Ijen. Meningkatnya kadar belerang yang pernah terjadi, sehingga
upaya yang dilakukan oleh pemerintah menutup sementara, baik untuk kegiatan
penambangan maupun kunjungan wisatawan. Kadar belerang yang meningkat sangat
berbahaya bagi pernafasan manusia, bahkan bisa membuat kematian.
Adapun upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam sehari-hari secara
rutin adalah adanya pemantauan yang dilakukan bagian geologi. Namun selama ini
yang dipantau adalah tentang keaktifan gunung Ijen itu sendiri, juga tentang
keseimbangan panas yang dikandung di dalam gunung. Fenomena yang terjadi
belakangan ini yaitu tanggal 15 Desember 2011 yang lalu, dengan meningkatnya
kadar belerang, sehingga terjadi penutupan sementara untuk kawasan ini. Fenomena
seperti ini tidak bisa dipredeksikan kapan akan terjadi atau jika bagaimana fenomena
ini terjadi. Menurut tokoh masyarakat fenomena ini terjadi terakhir yaitu sekitar pada
tahun 1962, kemudian baru sekarang ini muncul kembali
103
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan analisis diatas maka dapat di tarik simpulan bahwa :
1. Potensi Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi
sebagai daya tarik ekowisata.
Potensi yang ada yaitu potensi alam berupa kawah Ijen yang memiliki air tiga
warna, sumber belerang dan yang unik adanya api biru atau bluefire, serta panorama
kawah Ijen. Potensi flora yang berjumlah >31 jenis, termasuk dalam kategori sangat
baik. Fauna yang berjumlah >15 jenis spesies termasuk dalam kategori sangat baik.
Menggambarkan khasanah kekayaan potensi dengan keanekaragaman flora dan fauna
yang dimiliki.
Faktor lain untuk flora yaitu dari kelangkaan tumbuhan sebagai daya tarik.
Seperti kelompok tumbuhan epifit didominasi oleh jenis anggrek sebagai primadona
tanaman hias. Vaccinium merupakan tanaman khas yang hanya di jumpai pada
dataran tinggi. Jenis perdu ini juga dapat hidup di daerah yang tumbuhan lainnya
tidak bisa hidup. Kelebihan dari tumbuhan ini adalah mampu membentuk kayu yang
keras di daerah yang minim dengan unsur hara yang terkandung dalam tanah.
Potensi yang lain pada fauna beberapa merupakan jenis burung yang langka
seperti walek kepala ungu (Ptylinopus porphyreus ), disamping langka juga unik
104
tidak ada di daerah lain yaitu Cekakak Jawa (Halcyon cyanoventris ) hanya berada di
Jawa dan Bali (Raka Dalem).
Beragam seni budaya yang dimilki seperti tari gandrung, tari jaranan dan tari
kebo-keboan. Disamping itu potensi yang sangat menarik yaitu dari sumber daya
manusia berupa kegiatan penambangan belerang dengan cara tradisional dengan
menggunakan peralatan yang sederhana. Potensi ini dapat menambah daya tarik
wisatawan untuk melihat dan menikmatinya keindahan alam dengan keanekaragaman
flora, fauna, kebudayaan maupun sumber daya manusia, serta panorama kawah Ijen
sebagai daya tarik utama dan sebagai kunjungan utama para wisatawan.
2. Evaluasi penerapan prinsip – prinsip dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman
Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman Sari Banyuwangi.
Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan, bahwa pada
dasarnya Secara rinci yaitu : pada kriteria 1,2,7 dan 9 sudah ada kesesuaian, yaitu
masyarakat berupaya melakukan untuk penyeimbangan alam dan menjaga alam
sesuai dengan keyakinanan mereka, mengikuti UU yang berlaku Kriteria berikutnya
adalah nomor 3, 4, 5, 6, dan 8 yang berkaitan dengan kunjungan wisatawan,
persetujuan dengan masyarakat dalam mengambil keputusan pengembangan maupun
dalam hal keterlibatan masyarakat dan dalam hal pelayanan terhadap wisatawan. Ini
semua tidak sesuai dengan rumusan hasil pelatihan dan lokakarya Ekowisata
Nasional tahun 2006. Hal ini dikarenakan secara prinsip belum adanya
pengembangan ekowisata. .
105
Prinsip pengembangan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
belum tercapai. Karena keterlibatan masyarakat dalam pariwisata tidak ada, atau
hanya sebagian kecil saja yang bisa menikmatinya. Pengembangan pariwisata belum
optimal, secara manejemen pengembangan belum mengarah pada ekowisata.
3.Upaya yang dilakukan dari pengkajian potensi dan penerapan prinsip - prinsip
dan kriteria ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen desa Taman
Sari Kabupaten Banyuwangi.
Untuk mencapai suatu tujuan dalam pengelolaan pariwisata yang optimal maka,
dalam pengelolaan diperlukan yang komprehensif dan terpadu serta dilaksanakan
secara konsisten. Adapun upaya yang dilakukan adalah
a.Peningkatan pemahaman masyarakat desa Taman Sari
Untuk meningkatkan pemahaman tentang ekowisata pada masyarakat desa
Taman Sari yaitu dengan cara memberikan penyuluhan, membuat kelompok sadar
wisata (DARWIS), sadar lingkungan (DARLING) dan sadar budaya (DARBUD)
yang mengarah pada pelestarian alam maupun budaya.
b. Pengetahuan dalam pengelolaan ekowisata untuk masyarakat desa Taman Sari
Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan berkaitan dengan pengelolaan
ekowisata mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Diupayakan adanya
pelatihan yang didukung dan difasilitasi oleh dinas Pariwisata daerah maupun
pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan
sarana pariwisata dan pelayanan jasa
106
c. Meningkatkan ketrampilan pada masyarakat desa Taman Sari.
Kegiatan meningkatkan ketrampilan ini seperti pembuatan kerajinan tangan
untuk dijadikan souvenir Potensi yang lain yang dimiliki oleh masyarakat yaitu
pembuatan makanan tradisional dan menu lain serta cara penyajiannya. Pentingnya
meningkatkan kemampuan berbahasa maupun memandu, untuk melayani wisatawan
dari mancanegara.
6.2. Saran
Mengacu pada data hasil observasi maupun penelitian, bahwa flora, fauna,
kebudayaan maupun sumber daya manusia di kawasan taman wisata alam kawah
Ijen desa Taman Sari sangat potensial. Namun baik pemerintah maupun masyarakat
kurang memahaminya. Dengan demikian pihak pengelola ( KSDA ) sebaiknya dalam
pengembangan mengarah pada ekowisata. Disamping itu keterlibatan masyarakat
diperlukan.
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh pihak Pemerintah Kabupaten untuk
masyarakat dalam jangka waktu pendek adalah :
1. Diadakan pelatihan memandu wisatawan untuk menjadi local guide
2. Pelatihan berbahasa Inggris sebagai media komunikasi dengan wisatawan.
3. Pelatihan kewirausahaan.
Diharapkan pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, karena
ketidakmampuan masyarakat jika dilakukan swadaya dari masyarakat.
107
Sedangkan hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk pemerintah desa, maupun
kecamatan dalam jangka waktu pendek adalah :
1.Mengupayakan agar desa Taman Sari sebagai desa stop over ( persinggahan )
wisatawan sebelum atau sesudah dari Ijen. Sehingga desa ini tidak semata - mata
hanya sebagai jalan yang dilewati saja.
2.Dalam kegiatan ini pemerintah harus melibatkan masyarakat, jadi percayakan
masyarakat untuk mengelolanya. Sehingga keuntungan bisa secara langsung
diterima oleh masyarakat.
108
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sudiarso 2004, “Ekowisata di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Jawa Timur”, (tesis) Universitas Udayana. Denpasar
Agung Suryawan W dan A. A. G. Raka Dalem, 2010, Implementation of Local
Knowledge “ Tri Hita Karana “ in Ecotourism Management in Bali, soca 10 (1)
: 94 - 99
Anonim. 2003. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam. Jawa Timur
Anonim. 1992. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
Anonim. 1996. dalam Raka-Dalem, Ayu Astarini, Denny S. Yusup, Ria Defiani,
Ginantra, 2006. Ekoturisme. F.MIPA Universitas Udayana
Anonim. 1997. dalam Raka-Dalem, Ayu Astarini, Denny S. Yusup, Ria Defiani,
Ginantra, 2006. Ekoturime. Universitas Udayana
Anonim. 2001. Direktorat Jendral Pengendalian Kerusakan Keanekaragaman
Hayati, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Anonim. 2001. WWF International 2001, Guidelines For Community – Based
Ecotourism Development
Anonim. 2007. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2007, Kerjasama
BAPPEDA dengan Kabupaten Banyuwangi
Anonim. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
Anonim. 2009. Balai Pusat Statistik. Banyuwangi
Anonim. 2009. UU RI No. 10 Tahun 2009, Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata
Anonim. 2009. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka 2009, Kerjasama
BAPPEDA dengan Kabupaten Banyuwangi.
Anonim. 2010. Balai Pusat Statistik. Banyuwangi
109
Crabtree et.al. 2002. dalam Raka Dalem, Ayu Astarini, Denny S. Yusup, Ria
Defiani, Ginantra, 2006. Ekoturisme. Universitas Udayana
Emas Oka A. Yoeti, 1996, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa Bandung
Fandeli, 2000, dalam Latupapua, 2008, “Study Potensi Kawasan dan Pengembangan
Ekowisata Di Tual Kabupaten Maluku Tenggara”
Federation of Nature and National Parks 1993, dalam Janianton Damanik 2006,
Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi, PUSPAR Kerjasama
dengan Andi, Yogyakarta
Insula 1995 dalam Sukma Ariada, Nyoman, 2009, Meretas Jalan Ekowisata Bali :
PressUdayana UGM Kerjasama dengan Andi, Yogyakarta.
Kidder 1981, dalam Riduwan, 2004. ” Metode Dan Teknik Menyusun Tesis”,
Bandung
Kusmayadi dan Sugiarto, 2000 dalam Riduwan, 2004. ” Metode Dan Teknik
Menyusun Tesis”, Bandung
Lembaga Penelitian Tanah Bogor (1966), dalam dokumen Konservasi Sumber Daya
Alam Jawa Timur Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi (2010)
Nata Wirawan. 2001. Statistik Deskriptif Untuk Ekonomi Dan Bisnis, Keramas
Pitana, I Gede. 2005. Sosiologi Pariwisata, Yogyakarta : Andi
Putri Dewi Astiti. 2003. ” Penerapan Tri Hita Karana Dalam Pengembangan
Ekowisata PadaWaka Gangga Resort Tabanan ”,(tesis) Universitas Udayana,
Denpasar.
Raka Dalem, A..A. G dan I.A. Astini, 2000. Significant Achiesments or the
Development of Ecotourism in Bali, Indonesia Annals World Ecotour, 2000,
Brazil 221 – 222.
Raka Dalem, A. A. G., I. B. G. Pujaastawa, I W. Sandi Adyana, I M. Sudarsana, 2003,
Studi Sertifikasi Potensi dan Prospek Pengembangan Kepariwisataan di Kawasan
Perkebunanan Pulukan, Jembrana, Puslitbudpar UNUD dan Disparda Bali.
Raka Dalem, A. A. G.,dkk, 2005, Identifikasi Potensi dan Prospek Pengembangan
Ekowisata di Desa Sambangan Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng
110
Raka Dalem, A. A. G., 2006, ” Ekoturisme ”, Fakultas MIPA Universitas Udayana
Riduwan, 2004. ” Metode Dan Teknik Menyusun Tesis”, Bandung
Sukandarrumidi. 1999. Metodologi Penelitian, Petunjuk Praktis Untuk Peneliti
Pemula, Bandung : Angkasa
Surakhmad, 1994 dalam Riduwan, 2004. “Metode Dan Teknik Menyusun Tesis”,
Bandung
Suryawan, A. A. P. A, A.A. G. Raka Dalem, I. B. Pujastawa dan Nym. Madiun, 2009,
Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Lesuser, di Kabupaten
Langkat, Sumatra Utara, Bali Greenery Denpasar.
Sukma Ariada, Nyoman, 2009, Meretas Jalan Ekowisata Bali : Press Udayana
UGM Kerjasama dengan Andi, Yogyakarta
The World Commissions For Evironmental and Development, dalam Janianton
Damanik 2006, Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi, PUSPAR
The International Ecotourism Society ( TIES ) 1990 , dalam Janianton 2006,
Perencanaan Ekowisata Dari Teori ke Aplikasi, PUSPAR UGM Kerjasama
Kerjasama dengan Andi, Yogyakarta.
111
Lampiran 1
Peta Orintasi Kawah Ijen
Sumber : KSDA Banyuwangi 2009
112
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
(UNTUK PEJABAT : Bappeda, DIPARDA, KSDA, Akdemisi, LPPH )
POTENSI DAN PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP DAN KRITERIA
EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN DI DESA
LICIN KABUPATEN BANYUWANGI
BAGIAN PERTAMA : (Identitas)
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis kelamin : L / P
4. Pekerjaan :
5. Alamat :
6. Kebangsaan :
BAGIAN KE DUA : (Profesi)
1. Pekerjaan/profesi khusus apa yang anda tekuni saat ini ?
2. Sudah berapa lama anda menekuni pekerjaan / profesi anda ?
BAGIAN KE TIGA : (Pendapat)
A. Potensi
1. Apa yang anda ketahui tentang pariwisata?
2. Bagaimana menurut anda jika Banyuwangi dijadikan sebagai daerah tujuan
pariwisata?
3. Banyuwangi memiliki alam yang bagus dengan aneka flora maupun fauna,
serta kebudayaan yang masih kental dengan adat istiadat yang masih
113
terpelihara sampai sekarang, begitu juga sumber daya manusia juga cukup
potensial. Menurut anda wisata apa yang cocok untuk memajukan
Banyuwangi ?
4. Bagaimana menurut pendapat anda tentang kebudayaan, adat istiadat yang
ada di desa Taman Sari merupakan warisan dari nenek moyang yang
masih terpelihara dengan baik ? Apakah harus dilestarikan untuk pariwisata
untuk menambah kekayaan budaya Indonesia ?
a. Jika ya, mengapa?
b. Jika tidak, mengapa?
5. Bagaimana menurut pendapat anda tentang daya tarik Kawasan Taman Wisata
Alam Kawah Ijen?
a. Apa yang menarik di Kawasan Kawah Ijen?
b. Apakah perlu ada pengembangan di Kawasan Kawah Ijen?
c. Pengembangan yang bagaimana yang diperlukan?
6. Menurut anda apakah perlu ada pelestarian untuk kawasan Taman Wisata
Alam Kawah Ijen ?
a. Jika ya, mengapa ?
b. Jika tidak, mengapa ?
7. Sepanjang kawasan Taman Wisata Alam menuju ke kawah Ijen kita temui
perkebunan, Bagaimana menurut anda apakah hal itu merupakan salah satu daya
tarik wisata ?
114
8. Fasilitas- fasilitas apa saja yang harus disediakan untuk wisatawan yang
berkunjung ke Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen ?
10. Apakah perlu adanya fasilitas / infrastruktur yang berhubungan dengan
pendidikan lingkungan bagi pengunjung ? (contoh : papan interprestasi pada
setiap jalur, brosur informasi pada pusat pengunjung, video-video)
11. Menurut anda, apakah perlu keterlibatab masyarakat untuk pariwisata ke
depan ?
12. Dengan adanya pariwisata yang telah berkembang sampai pada kondisinya saat
ini, Bagaimana prediksi anda untuk Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
ke depan?
13. Jika anda adalah manager/pengelola Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen,
apa saja yang anda akan lakukan untuk perubahan ?
14. Bagaimana komentar/penilaian anda terhadap fasilitas yang ada di Kawasan
Taman Wisata Alam Kawah Ijen ?
- Penginapan ?
- Alat transportasi ?
- Jalan ?
- Toilet ?
- Pusat informasi pengunjung ?
15. Apa harapan anda untuk pengembangan pariwisata di Kawasan Taman Wisata
Alam Kawah Ijen ?
115
16. Menurut anda apakah kegiatan di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
menekankan kegiatan konservasi ?
a. Jika ya, mengapa ?
b. Jika tidak, mengapa ?
17. Menurut anda, apakah kegiatan di Kawasan Taman Wisata Alam Kawah
Ijen mengakomodasi budaya lokal ?
18. Menurut anda apakah kegiatan pariwisata di Kawasan Taman Wisata Alam
Kawah Ijen memberi mafaat ekonomi bagi masyarakat lokal ?
a. Jika ya, apa bentuk yang secara nyata ?
b. Jika tidak, apa yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat agar bermanfaat.
116
Lampiran 3
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP DAN KRITERIA EKOWISATA
NASIONAL
Hasil Lokakarya dalan Pelatihan Ekowisata Nasional di Bali 25-26 Agustus 2006
Nama : Kawasan Taman Wisata Alam Kawah Ijen
Tanggal : .............................
Asesor/Evaluator : .............................
No Prinsip dan Kriteria Temuan di
Lapangan
Rekomendasi
1 Peka & menghormati nilai-nilai
sosial budaya dan tradisi
keagamaan masyarakat setempat.
YA TIDAK
(a).Sistem pengelolaan yang serasi
dan seimbang sesuai dengan
konsep masyarakat
setempat, seperti Tri Hita
Karana: memeperhatikan
keselaran hubungan antara
manusia (parahyangan),
hubungan antara manusia
dengan manusia
(pawongan), hubungan
antara manusia dengan
lingkungan (palemahan).
(b). Pembangunan dan operasional
disesuaikan dengan tata krama,
norma setempat ,dan kearifan
lokal.
(c). Keberadaan kegiatan objek
ekowisata tidak mengganggu
aktifitas keagamaan masyarakat
setempat.
2 Memiliki kepedulian, komitmen,
dan tanggung jawab terhadap
konservasi alam dan warisan
budaya.
117
(a). Tercapainya keseimbangan
pemanfaatan lahan.
(b)Penggunaan teknologi ramah
lingkungan.
(c)Pemanfaatan areal warisan budaya
sebagai objek ekowisata
disesuaikan dengan peruntukan dan
fungsinya.
(d) Melestarikan keanekaragaman
hayati dan cagar budaya
disesuaikan dengan daya dukung
setempat
(e) Memperhatikan keberadaan
Endemisitas
3. Menyediakan interprestasi yang
memberikan peluang kepada
wisatawan untuk menikmati alam dan
meningkatkan kecintaannya terhadap
alam.
(a)Menyediakan pramuwisata yang
profesional dan berlisensi.
(b) Menyediakan fasilitas pendukung
dan informasi yang memadai
terkait dengan objek wisata.
(c) Melibatkan lembaga adat setempat
4 Edukasi : Ada proses pembelajaran
dialogis antara masyarakat dengan
wisatawan
(a)Melibatkan unsur akademis,
pemerhati lingkungan dan
informasi yang memadai terkait
dengan objek ekowisata.
(b)Memberikan pemahaman
mengenai keanekaragaman hayati,
cagar budaya dan nilai-nilai
budaya lokal.
(c) Menumbuhkan kesadaran dan
kecintaan terhadap alam dan
budaya.
5 Pengembangannya harus didasarkan
Persetujuan masyarakat setempat
118
melalui musyawarah.
(a) Perencaan, pengembangan,
pengelolaan dan pengawasan pada
mendapat persetujuan masyarakat
setempat.
(b) Melakukan koordinasi dengan
masyarkat setempat dalam setiap
tahap pengembangannya
(c) Melibatkan masyarakat dalam set
iap proses pengambilan keputusan
yang berdampak luas terhadap
masyarakat,lingkungan dan
perusahaan
6 Memberdayakan dan mengoptimalkan
partisipasi serta sekaligus memberikan
kontribusi secara kontinyu terhadap
kat setempat
(a) Memprioritaskan pemanfaatan
tenaga kerja lokal sesuai dengan
keahlian.
(b) Memprioritaskan pemanfaatan
produk lokal untuk operasional
objek ekowisata.
(c) Melibatkan lembaga adat/
tradisional serta tokoh masyarakat
setempat.
7 Mentaati peraturan perundang-
udangan yang berlaku
(a) Mentaati peraturan perundang-
udangan yang berlaku
(b) Mentaati dan menghormati
kearifan lokal yang dianut oleh
masyarakat setempat.
8 Secara koasisten memberikan
kepuasan kepada konsumen
(a) Memberikan pelayanan informasi
yang akurat kepada konsumen
(b) Menyediakan fasilitas dan
memberikan pelayanan prima
kepada konsumen
(c) Memanfaatkan masyarakat lokal
sebagai local guide
119
(d) Menyediakan fasilitas dan media
untuk memperoleh umpan balik
dari konsumen.
9 Dipasarkan dan dipromosikan dengan
jujur dan akurat sehingga sesuai
dengan harapan (pemasaran yang
bertanggungjawab)
(a) Materi pemasaran harus akurat,
jelas, berkualitas, dan sesuai
dengan kenyataan.
(b) Materi pemasaran harus melalui
media promosi yanng dipilih
sesuai dengan target market