KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS PADA SURAT KABAR...
Transcript of KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS PADA SURAT KABAR...
0
KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS
EDISI OKTOBER 2012
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
Iqlima Monica Wardani
A 310090224
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
0
1
KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS PADA SURAT KABAR SOLOPOS
EDISI OKTOBER 2012
IQLIMA MONICA WARDANI (A 310090224)
PENDIDIKAN BAHASA SATRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Email: [email protected]
Abstrak
Iqlima Monica Wardani, A 310090224, Pendididikan Bahasa Sastra Indonesia
dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2013
Penelitian ini membahas bentuk pemakaian deiksis dan distribusi deikis dalam pada surat kabar Solopos edisi Oktober 2012. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bentuk pemakaian deiksis yang berupa deiksis luar-tuturan (eksofora) dan deiksis dalam-tuturan (endofora). Deiksis luar-tuturan (eksofora) meliputi deiksis persona, deiksis ruang dan deiksis waktu. Deiksis persona yang ditemukan berupa, deiksis persona pertama tunggal dan jamak, deiksis persona kedua hanya berbentuk tunggal yang terbagi menjadi leksem jabatan dan kekerabatan, serta deiksis ketiga tunggal dan jamak. Deiksis ruang yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata di sini (dekat dengan penutur) dan di situ, di tempat itu, lokasi itu, di atas dan dari luar (jauh dengan penutur). Deiksis waktu yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata saat ini, saat itu, hari ini, hari itu, besok, tadi, dini hari, semalam, delapan tahun lalu, nanti, kini, beberapa waktu terakhir dan waktu itu. Deiksis dalam-tuturan (endofora), meliputi pemarkah anafora dan pemarkah katafora. Pemarkah anafora yang ditemukan berupa kata atau frase hal itu, hal ini, hal tersebut, itu, dia, ia dan mereka. Pemarkah katafora berupa kata yakni, merupakan, yaitu , adalah dan nya. Distribusi pemakaian deiksis pada surat kabar Solopos edisi Oktober 2012 terletak di awal, di tengah dan di akhir kalimat. Pada hasil penelitian ini juga ditemukan pemakaian deiksis yang lebih dari satu deiksis dalam kalimat. Distribusi deiksis lebih banyak terletak di awal kalimat, sedangkan untuk deiksis yang berada di tengah dan di akhir
2
hanya sebagian yang ditemukan. Dengan demikian, distribusi deiksis pada surat kabar Solopos edisi Oktober 2012 tidak merata. Kata kunci: deiksis, surat kabar
A. PENDAHULUAN
Deiksis salah satu bagian dari cabang ilmu pragmatik yang berarti
penunjukkan atau hal penunjuk. Kata yang dapat disebut sebagai deiksis apabila
referennya berganti-ganti, tergantung dari situasi atau tempat dituturkannya kata itu.
Cahyono (1995: 217) meyatakan deiksis adalah suatu cara untuk mengacu pada kata
tertentu yang hanya ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan
dipengaruhi oleh situasi tutur.
Penggunaan deiksis sering dijumpai pada wacana ataupun tuturan. Namun, hal
itu tidak membuat pembaca atau lawan tutur memahaminya. Untuk dapat menafsirkan
maksud deiksis, harus dikaitkan dengan penafsiran penutur dan pendengar dalam
konteks yang sama. Penafsiran deiksis pada wacana diperlukan pemahaman lebih
karena konteks penutur tidak diketahui secara jelas. Berbeda dengan deiksis dalam
ujaran pada percakapan lisan mudah dipahami.
Penggunaan deiksis juga sering digunakan dalam surat kabar atau koran. Surat
kabar merupakan media komunikasi yang berisikan informasi yang aktual dari
berbagai aspek kehidupan dan berupa fakta atau peristiwa (Suryawati, 2011: 40).
Media cetak ini tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, karena dengan
jenis media cetak manusia dapat memperoleh informasi secara akurat.
Pembaca terkadang mengalami kekaburan makna pada wacana yang
dibacanya. Hal ini dapat disebabkan banyaknya penggunaan deiksis pada wacana.
Padahal pembaca dari media cetak berasal dari berbagai jenjang sosial. Bagi pembaca
yang memiliki pengetahuan tentang bahasa, hal ini merupakan masalah yang dapat
diatasi. Namun, pembaca yang tidak atau kurang paham dengan permaianan bahasa
akan merasa kesulitan dalam memahami deiksis pada wacana.
Deiksis tidak akan terlepas dengan bahasa, sehingga dalam sebuah wacana atau
ujaran akan selalu ditemukan pemakain deiksis baik dalam wacana maupun ujaran.
3
Dengan demikian, seorang pembaca harus benar-benar memahami deiksis, supaya
mereka memahami isi dari wacana yang disampaikan. Dengan memahami deiksis
pembaca akan lebih mudah untuk memahami sebuah wacana.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti mengambil judul penelitian “ Kajian
Pemakaian Deikis pada Surat Kabar Solopos Edisi Oktober 2012”. Dengan judul
penelitian di atas dapat diambil permasalahan 1) bagaimana bentuk pemakaian deiksis
pada surat kabar Solopos edisi Oktober 2012. 2) bagaimana distribusi deiksis pada
surat kabar Solopos edisi Oktober 2012. Penelitian ini memiliki batasan permasalahan
yang dikaji, yaitu pada hard news, yaitu Hard news merupakan desain utama dari
sebuah pemberitaan yang berisikan hal-hal penting yang langsung terkait dengan
kehidupan pembaca, pendengar, atau pemirsa. Kisah atau peristiwa yang dianggap
penting langsung dilaporkan melalui media massa. Pada koran, beritanya berada di
halaman depan (Santa, 2008:21). Jadi data penelitian diperoleh dari hard news pada
surat kabar Solopos edisi Oktober 2012.
Dari permasalahan yang ada akan mencapai tujuan penelitian yaitu untuk
mendeskripsikan bentuk pemakaian deiksis dan distribusi deiksis dalam berita utama
paa surat kabar Solopos edisi Oktober 2012. Dengan adanya penelitian ini diharap
dapat menambah khasanah ilmu pengatahuan khusunya dibidang pragmatik yang
ditekankan pada deiksis dalam wacana.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis wacana tulis pada surat
kabar Solopos edisi Oktober 2012. Waktu penelitian direncanakan mulai bulan
September-Januari 2013. Jenis penelitiana yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Hal ini disebabkan penelitian ini memaparkan atau memberikan gambaran tentang
bentuk pemakaian deiksis dan distribusi deiksis pada surat kabar Solopos edisi
Oktober 2012.
Objek penelitian ini sendiri ialah penggunaan deiksis pada surat kabar Solopos
edisi Oktober 2012. Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah surat kabar
4
Solopos edisi Oktober 2012. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
simak dan catat. Dalam teknik simak penulis melakukan pengamatan terhadap surat
kabar Solopos edisi Oktober 2012 mengenai kata-kata yang bersifat deiksis. Setelah
itu, dilanjutkan dengan teknik catat yaitu dengan mencatat bentuk pemakaian deiksis
dan dilanjutkan dengan mengklasifikasi data.
Sebelum data dianalisis perlu dilakukan pengecekkan valid atau tidak data
yang akan dianalisis. Pada validitas data atau keabsahan data peneliti menggunakan
teknik triangulasi teori. Data diuji dengan mengecek derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian berdasarkan teori tentang deiksis. Untuk teknik analisis data peneliti
menggunakan metode padan ekstralingual yaitu analisis data dengan cara
menghubungkan bahasa dengan diluar bahasa (Mahsun, 2011: 120). Masalah diluar
bahasa berupa referen, konteks penutur dan konteks pemakaian bahasa. Dalan analisis
ini peneliti membandingkan pemakaian deiksis pada surat kabar Solopos edisi Oktober
2012, kemudian mengelompokkan atau mengklasifikasikan berdasarkan bentuk dan
distribusi deiksis.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Bentuk Pemakaian Deiksis dalam Berita Utama Pada Surat Kabar Solopos
Edisi Oktober 2012
Bentuk pemakaian deiksis pada berita utama dalam surat kabar solopos
edisi Oktober 2012 ialah deiksis luar-tuturan (eksofora) dan deiksis dalam-
tuturan (endofora). Deiksis luar-tutran (eksofora) meliputi deiksis persona,
deiksis ruang dan deiksis waktu. untuk deiksis dalam-tuturan (endofora) meliputi
pemarkah anafora dan pemarkah katafora.
a. Deiksis Luar-Tuturan (Eksofora)
1) Deiksis Persona
Deiksis persona merupakan deiksis yang mengacu pada orang atau
persona yang acauan atau referensinya berganti-ganti, tergantung pada
peran yang dibawakan.
5
a) Deiksis Persona Pertama
Persona pertama atau orang pertama merupakan kata yang
menunjuk atau mengacu pada orang yang berbicara (Rohmadi dkk,
2009: 175). Untuk persona pertama terdapat kata saya dengan jumlah
18 data, kata kami dengan jumlah 14 data dan kata kita dengan satu
data.
(1) Saya rasa masalah ini menjadi pertimbangan penting PDIP siapa
nanti yang akan mendampingi Rudy. Dan partai tentu tidak akan
gegabah menentukannya. (Data 1, Solopos, 2 Oktober 2012)
(2) “Perkiraan saya tadi hanya pemberhentian saya. Ternyata tadi
langsung sekaligus pengusulan Pak Rudy menjadi Walikota,”
tuturnya. (Data 2, Solopos, 2 Oktober 2012)
Kata saya pada kalimat (1) mengacu pada pengamat politik dari
UNS yaitu Didik G Suharto. Pada kalimat (2) terdapat kata saya
mengacu pada Joko Widodo. Kedua data ini merupakan bentuk deiksis
persona pertama tunggal yang mengacu pada orang yang berbicara.
(3) Jokowi optimistis Rudy bisa bekerja lebih baik darinya. “Kami sudah lama berdua, saya tahu beliau. Pak Rudy juga orang lapangan, sama seperti saya. (Data 18, Solopos, 1 Oktober 2012).
(4) “Kami masih menunggu hasil siding paripurna DPRD Kota Solo yang membahas Usulan pengunduran diri tersebut,” kata Asisten Bidang Pemerintahan Sekretariat Daerah Provinsi Jateng, siswo Laksono, di Semarang, Minggu. (Data 19, Solopos, 1 Oktober 2012)
(5) Presiden juga mengatakan revisi UU KPK belum perlu dilakukan. “Menurut pendapat saya lebih baik kita meningkatkan upaya pemberantasan korupsi dan lebih baik memperkuat lembaga pemberantasan korupsi dari pada perhatian, energi, waktu kita terkuras untuk melakukan revisi UU KPK, katanya. (Data 30, Solopos, 9 Oktober 2012)
Pada kalimat (3-4) merupakan deiksis persona pertama bentuk
jamak. Kalimat (3) terdapat kata kami mengacu pada Joko Widodo
6
(Jokowi) dengan pak Rudy. Pada kalimat (4) terdapat kata kami
mengacu pada pemerintah daerah Provinsi Jateng. Pada kalimat (5)
kata kita mengacu pada pemerintah baik presiden, para mentri, anggota
DPR, dll.
b) Deiksis Persona Kedua
Deiksi persona kedua merupakan penggunaan kata yang
mengacu pada lawan bicara atau orang yang diajak bicara. Deiksis ini
dapat berupa kata kau, kalian, kamu, engkau, dll. Selain kata kau, pada
pada data ditemukan deiksis persona kedua dengan bentuk leksem
jabatan dan kekerabatan.
(6) Di bagian lain, Wakapolri tidak mempermasalahkan KPK mengangkat 28 personel Polri yang ditugaskan di KPK sebagai pegawai tetap. (Data 34, Solopos, 06 Oktober 2012) Pemakaian kata wakapolri pada kalimat (6) mengacu pada wakil
kepala kepolisian republik Indonesiia yaitu Bapak Nana Sukarna.
Deiksis persona kedua ini selain mengacu pada seseorang (lawan
bicara), tetapi juga menyatakan pada leksem jabatan lawan bicara.
(7) Tak hanya jokowi yang dibuat sibuk pada senin kemarin. Sang istri, Iriana Jokowi juga langsung didapuk menjadi Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) DKI Jakarta.(Data 40, Solopos¸16 Oktober 2012)
Pada kalimat (7) terdapat kata istri yang mengacu pada istri
Jokowi yaitu Iriana Jokowi. Pada kalimat ini kata istri termasuk leksem
kekerabatan, yang memiliki hubungan dengan lawan bicara. Lawan
bicara dalam wacana ini adalah jokowi, sedangkan pemakain kata istri
mengacu pada istri Jokowi sebagai lawan bicara dalam wacana.
c) Deiksis Persona Ketiga
Persona ketiga atau orang ketiga merupakan orang yang menjadi
rujukan yang dibicarakan antara orang pertama pembicara dan orang
kedua sebagai lawan bicara (Rohmadi dkk, 2009:182).
7
(8) Menurut dia, lahar itu datangnya tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi, sehingga para warga harus melakukan pemantauan secara berkala, khususnya saat hujan deras mengguyur. (Data 50, Solopos, 19 Oktober 2012)
(9) “Beliau lebih berpengalaman, umur lebih senior,” ujar Jokowi yang pagi itu mengenakan jas hitam dengan dasi. (Data 56, Solopos, 20 Oktober 2012)
(10) Hanya saja ia tak mengetahui isinya. Meskipun saat itu ia diminta polisi menyaksikan penggeledahan. (Data 58, Solopos, 4 Oktober 2012)
Pada kalimat (8) terdapat kata dia yang menunjukkan pada
orang yang dibicarakan. Kata dia mengacu pada Joko Rukminto selaku
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD). Untuk kalimat (9) terdapat kata beliau yang
mengacu pada Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. Kaliamat (10)
terdapat kata ia mengacu pada Sriyadi kerabat pemilik tempat indekos
Najman. Ketiga kalimat tersebut merupakan persona ketiga yang
berbentuk tunggal.
(11) Mereka membawa surat penangkapan salah seorang penyidik KPK Novel Baswedan. (Data 67, Solopos, 6 Oktober 2012)
(12) Diantara demonstrasi itu ada sejumlah aktivis antara lain Usman Hamid, Haris Azhar serta aktivis ICW, Donal Faridz. Mereka membentangkan spanduk panjang berwarna putih bertuliskan “Selamat KPK!” di depan lobi Gedung KPK. (Data 68, Solopos, 6 Oktober 2012)
Pemakaian kata mereka pada kalimat (11) mengacu pada
Personel Kepolisian Daerah Bengkulu dan Polda Metro Jaya serta
Markas Besar Polri. Pada kalimat (12) mengacu pada para demonstrasi
dan para aktivis yaitu Usman Hamid, Haris Azhar serta aktivis ICW,
Donal Faridz.mengacu pada mentor-mentor teroris yang ada di kota
Bengawan. Penggunaan kata mereka tidak hanya mengacu pada satu
orang, tetapi beberapa orang, sehingga kata tersebut berbentuk jamak.
2) Deiksis Ruang
8
Deiksis ruang merupakan penggunaan kata yang mengacu pada
suatu lokasi atau tempat yang berkaitan dengan peserta tutur dalam
situasi tuturan. deiksis ruang yang dotemukan dalam penelitian ini berupa
kata di sini, di situ, di tempat itu, dari luar dan lokasi itu.
(13) Ada juga di sini Denny Indrayana (Wamenkum HAM), ada juga mantan pimpinan, tapi tidak tahu siapa, ujar seorang sumber. (Data 76, Solopos, 5 Oktober 2012)
(14) Kita berkompetisi di situ untuk melakukan counter. Namun, cara yang dilakukan bukan dengan kekerasan, maelainkan dengan cara-cara persuasif. (Data 79, Solopos, 13 Oktober 2012)
(15) Lokasi pertama adalah dirumah milik Bahrun, 70, di RT 005/RW 009, Marengan, Mojosongo. Di tempat itu, selain densus, petugas Brimob juga mengamankan lokasi. (Data 80, Solopos, 28 Oktober 2012)
Pada kalimat (13) terdapat kata di sini yang mengacu pada
ruang KPK. Kata di situ pada kalimat (14) mengacu pada dunia internet
atau media maya. Pemakaian kata di tempat itu pada kalimat (15)
mengacu pada lokasi milik Bahrun di Marengan, Mojosong.
3) Deiksis Waktu
Deiksis waktu merupakan penggunaan kata yang mengacu pada
rentan waktu yang masih berkaitan dengan maksud penutur dalam situasi
tuturan. Di bawah ini merupakan penggunaan deiksis waktu.
(16) Saat ini Novel merupakan penyidik kasus simulator yang memeriksa inspektur Jendaral Pol Djoko Susilo, Jumat siang. (Data 84, Solopos, 6 Oktober 2012)
(17) Evaluasi yang dimaksudkan tersebut adalah melihat sejauh mana alat bukti terkait yang terjadi delapan tahun lalu saat Novel menjabat Kasat Serse Polres Bengkulu dan berpendapat inspektur satu (Iptu). (Data 93, Solopos, 11 Oktober 2012)
(18) Terpisah, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, mengaku tidak tahu rekan jejak Novel karena belum menjadi pemimpin KPK. “Saya waktu itu belum menjadi pemimpin . (Data 94, Solopos, 11 Oktober 2012)
9
Pada kalimat (16) terdapat kata saat ini mengacu pada waktu
Novel ditangkap karena kasus pelanggaran saat dinas di Polres Bengkulu,
tepatnya pada tanggal 5 Oktober 2012. Kata delapan tahun lalu pada
kalimat (17) mengacu pada waktu 2004 lalu saat Novel dituduh
melakukan penganiyaan terhadap pencuri sarang burung wallet di
Bengkulu. Pada kalimat (18) terdapat kata waktu itu yang mengacu pada
saat pengangkatan Novel menjadi penyidik KPK.
b. Deiksis Dalam-Tuturan (Endofora)
1) Bentuk Anafora
Bentuk anafora kata yang mengacu pada kalimat yang sudah
disebutkan sebelumnya. Anafora dapat berupa penggunaan kata ia ataupun
dia yang merujuk pada orang ketiga (Nadar, 2009:59). Bentuk anafora yang
ditemukan berupa kata hal ini, hal itu, hal tersebut, dia, ia dan mereka.
(19) DPRD juga mengusulkan Wakil Walikota FX Hadi Rudyatmo (Rudy) menjadi Walikota ke Menteri dalam Negeri (Mendagri). Hal itu terungkap saat rapat paripurna yang digelar, Senin (1/10) malam, di Graha paripurna DPRD Solo membahas permohonan pemberhentian diri Jokowi serta pengususlan Rudy menjadi Walikota. (Data 99, Solopos, 2 Oktober 2012)
Pada kalimat (19) terdapat kata hal itu yang mengacu pada kalimat
yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu mengacu pada DPRD juga
mengusulkan Wakil Walikota FX Hadi Rudyatmo.
2) Bentuk Katafora
Deiksis endofora bentuk katafora merupakan penggunaan kata atau
frase yang mengacu pada kalimat selanjutnya. Bentuk katafora bisa berupa
ialah, adalah, yakni, nya, dll.
(20) Dalam sambutanya saat rapat paripurna, Jokowi mengungkapkan sejumlah keberhasilan selama tujuh tahun memimpin Kota Solo bersama Rudy. (Data 114, Solopos, 2 Oktober 2012)
(21) Kesembilan tersangka tersebut yakni, Badri Hartono, Rudi Kurnia Putra, alias Joko Jihad, Wendi alias Hasan dan Fajar Novianto. (Data 116, Solopos, 3 Oktober 2012)
10
Pada kalimat (19) terdapat kata nya yang mengacu pada penjelas
yaitu Jokowi yang mengungkapkan sejumlah keberhasilannya selama tujuh
tahun memimpin Kota Solo. Pemakaian kata yakni juga mengacu pada
penjelas yang memberikan rincian tersangka teroris Badri Hartono, Rudi
Kurnia Putra, alias Joko Jihad, Wendi alias Hasan dan Fajar Novianto.
2. Distribusi Deiksis dalam Berita Utama Pada Surat Kabar Solopos Edisi
Oktober 2012
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bentuk-
bentuk pemakaian deiksis dan distribusi deiksis pada surat kabar Solopos edisi
Oktober 2012. Penyebaran deiksis dalam kalimat dapat tersebar di awal, di
tengah dan diakhir kalimat. Dalam kalimat terkadang terdiri lebih dari satu
pemakaian deiksis.
Dilihat dari distribusi atau persebaran deiksis pada surat kabar Solopos
edisi Oktober 2012. Distribusi atau persebaran deiksis lebih banyak terletak pada
awal kalimat, sedangkan deiksis yang berada di tengah dan di akhir hanya
sebagian yang ditemukan. Total deiksis yang berada di awal kalimat berjumlah
88 data, sedangkan deiksis yang berada di tengah berjumlah 34 dan yang berada
di akhir berjumlah 13 data. Dari jumlah yang diperoleh tadi dapat di katakan
bahwa distribusi deiksis pada surat kabar Solopos edisi Oktober 2012 tidak
merata. Hal ini dikarenakan selisih yang begitu banyak antara persebaran deiksis
di awal, di tengah dan di akhir kalimat.
3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bentuk pemakaian
deiksis yang diperoleh berupa deiksis luar-tuturan (eksofora) dan dalam-tuturan
(endofora). Deiksis eksofora yang ditemukan pada surat kabar Solopos edisi
Oktober 2012 meliputi deiksis persona, deiksis waktu dan deiksis ruang,
sedangkan deiksis endofora meliputi deiksis anafora dan deiksis katafora.
Deiksis persona merupakan deiksis yang merujuk atau mengacu pada
orang. Deiksis ini juga dapat disebut dengan kata ganti. Bentuk deiksis persona
11
yang ditemukan dalam penelitian ini adalah persona pertama, kedua dan ketiga.
Seperti yang dikemukakan Cahyono (1995: 218) yang menyatakan deiksis
persona atau orang dibagi menjadi tiga yaitu persona pertama, kedua dan ketiga.
Deiksis persona pertama yang ditemukan berupa kata saya yang
berbentuk tunggal dan kata kami, kita yang berbentuk jamak. Ini sesuai dengan
yang dikatakan Cahyono (1995: 218) bahwa deiksis pertama merupakan deiksis
yang merujuk atau mengacu pada dirinya sendiri atau kelompok yang melibatkan
dirinya.
Deiksis persona kedua yang ditemukan leksem jabatan yang berupa
bupati, presiden, bapak kapolri, kapolresta dan wakapolri. Leksem kekerabatan
berupa kata istri dan anak. Pada penelitian ini juga ditemukan kata kau, pria dan
pak. Sejalan dengan yang dikemukakan Cahyono (1995: 218) deiksis persona
kedua mengacu pada lawan bicara. Ini sesuai dengan data yang diperoleh bahwa
kata tersebut mengacu pada lawan bicara.
Deiksis persona ketiga ditemukkannya kata ia, dia, beliau dan mereka.
penggunaan kata ia, dia dan beliau merupakan deiksis persona yang berbentuk
tunggal, sedangkan kata mereka merujuk pada bentuk jamak. Kata tersebut dapat
dikatakan sebagai persona ketiga karena penggunaannya mengacu pada orang
yang dibicarakan.
Deiksis ruang yang ditemukan dalam penelitian ini berupa kata atau
frase di sini, di situ, di tempat itu, dari luar, di atas dan lokasi itu. Kata tersebut
merupakan kata yang bersifat deiksis ruang. Hal ini seperti yang dikemukakan
Cahyono (1995: 218) deiksis ruang merupakan pemberian bentuk pada lokasi
menurut peserta dalam peristiwa berbahasa.
Penggunaan deiksis waktu yang ditemukan dalam penelitian ini berupa
kata atau frase saat ini, saat itu, hari ini, hari itu, besok, tadi, dini hari, semalam,
delapan tahun lalu, nanti, kini, beberapa waktu terakhir dan waktu itu. Seperti
yang dikemukakan Cahyono (1995: 218) deiksis waktu ialah penggunaan kata
yang mengacu pada rentang waktu yang dimaksud dalam situasi tuturan. Nadar
12
(2009:58) mengatakan bahwa deiksis waktu berupa bentuk leksem adverbial
yaitu memberikan keterangan pada adjektiva, verba, nomina predikatif, dll.
Pemarkah anafora yang ditemukan berupa kata atau frase hal ini, hal
itu, itu, ia¸dia¸dan mereka sedangkan pemarkah katafora berupa kata adalah,
merupakan, yakni, yaitu, adalah dan nya. Hal ini seperti yang dikemukakan
Kaswanti Purwo (dalam Nadar, 2009: 59) yang menyatakan deiksis endofora
pemarkah anafora ialah deiksis yang mengacu pada kalimat sebelumnya
(mengacu pada konstituen di sebelah kiri), sedangkan katafora ialah deiksis yang
mengacu pada kalimat seterusnya atau selanjutnya (mengacu pada kontituen di
sebelah kanan). Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa data-data
yang diperoleh sesuai dengan apa yang dikatakan para ahli seperti menurut
Cahyono (1995), menurut Nadar (2009) dan menurut Kaswanti Purwo (dalam
Nadar, 2009).
D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Bentuk pemakaian deiksis pada surat kabar Solopos edisi Oktober 2012 dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu deiksis eksofora (luar-tuturan) dan deiksis
endofora (dalam-tuturan). Deiksis eksofora dibagi lagi menjadi deiksis
persona, deiksis ruang dan deiksis waktu. Deiksis persona dibagi menjadi tiga
bentuk lagi. Pertama, deiksis persona pertama dengan bentuk tunggal (saya)
dan jamak (kami dan kita). Kedua, deiksis persona kedua bentuk tunggal (pria,
pak dan kau); bentuk tunggal dengan leksem jabatan (bupati, bapak kapolri,
presiden, wakapolri dan kapolresta); bentuk tunggal dengan leksem
kekerabatan (anak dan istri). Deiksis persona ketiga bentuk tunggal (dia, ia
dan beliau) dan bentuk jamak (mereka). Deiksis ruang juga ditemukan dalam
penelitian ini berupa kata atau frase di sini, di situ, di tempat itu, dari luar, di
atas dan lokasi itu. Deiksis waktu juga digunakan dalam penulisan berita
13
utama dalam surat kabar Solopos edisi Oktober 2012. Kata atau frase yang
digunakan berupa saat ini, saat itu, hari ini, hari itu, besok, tadi, dini hari,
semalam, delapan tahun lalu, nanti, kini, beberapa waktu terakhir dan waktu
itu. Bentuk deiksis endofora (dalam-tuturan) juga ditemukan dalam penelitian
ini yaitu anafora dan katafora. Pemarkah anafora yang ditemukan dalam
penelitian ini berupa hal itu, hal ini, hal tersebut, itu, ia, dia, dan mereka.
Pemarkah katafora yang digunakan berupa kata yakni, merupakan, yaitu,
adalah dan nya.
2. Distribusi pemakaian deiksis pada surat kabar Solopos edisi Oktober 2012
terletak di awal, di tengah dan di akhir kalimat. Dalam suatu kalimat tidak
hanya ditemukan satu deiksis, tetapi ada beberapa kalimat yang didalamnya
mengandung lebih dari satu deiksis. Distribusi atau letak pemakaian deiksis
lebih banyak ditemukan di awal kalimat, sedangkan untuk deiksi yang terletak
di tengah dan di akhir hanya sebagian yang ditemukan. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa distribusi deikis pada surat kabar Solopos
edisi Oktober 2012 tidak merata.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Malang: Airlangga University Press.
Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahatsa Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Rohmadi, Muhammad, dkk. 2009. Morfologi: Telaah Morfem dan Kata. Surakarta: Yuma Pustaka.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suryawati, Indah. 2011. Jurnalistik Suatu Pengantar Teori dan Praktik. Bogor: Ghalia Indonesia.