KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi … · v K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama...
Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi … · v K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama...
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Jambi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Triwulan I - 2014
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
v
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi
triwulan I-2014 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi
dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun
eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan
terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh
masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup
beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan
sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini
juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan I-2014
menunjukkan peningkatan yaitu dari 6,93% (yoy) menjadi 8,37% (yoy). Pergerakan pertumbuhan
ekonomi di Jambi lebih tinggi dibandingkan dengan perekonomian nasional yang tumbuh 5,21%.
Perekonomian Jambi selama tahun I-2014 menghasilkan output Rp23,39 triliun atau 0,96% dari
perekonomian Indonesia (Rp2.401,2 triliun). Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 7,51%
(yoy) lebih rendah dari triwulan lalu 8,74% (yoy) namun lebih tinggi dari inflasi nasional 7,32%
(yoy).Sementara itu sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi
dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan inflasi Bungo pada
triwulan I-2014 tercatat sebesar 6,28% (yoy). Perkembangan perbankan juga menunjukkan
peningkatan dari sisi aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit. Loan to Deposits Ratio (LDR)
perbankan berdasarkan bank pelapor juga cukup baik yaitu sebesar 119,22% Sementara itu,
kualitas kredit masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan
(NPL) sebesar 2,06%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya
akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi
rumah tangga dan konsumsi pemerintah.
Dalam penyusunan KEKR triwulan I-2014 kami banyak memperoleh support dari dinas-
dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu,
kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga
kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam
meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk
kemakmuran masyarakat Jambi.
Jambi, Mei 2014
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI JAMBI
V. Carlusa
Kepala Perwakilan
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
i
DAFTAR ISI Daftar Isi ... ............................................................................................... i
Daftar Tabel ......................................................................................... iii
Daftar Grafik ......................................................................................... iv
Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1
BAB I. Ekonomi Makro Regional ......................................................... 5
A. Umum ............................................................................. 5
B. PDRB Sisi lapangan Usaha .................................................. 7
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan.................................................................. ... 8
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)............ 11
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ... 12
4. Sektor Industri Pengolahan........................................ ... 12
5. Sektor-sektor Lain .................................................... ... 13
C. PDRB Sisi Pengeluaran ........................................................ 16
1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 17
2. Investasi ................................................................... ... 19
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ... 21
3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... .. 22
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... .. 24
Boks 1 Perkembangan Kinerja Sektor Pertambangan serta Dampak Ketentuan
Minerba terhadap Sektor Pertambangan Jambi ................................... 27
BAB II. Inflasi ....................................................................................... 35
A. Kajian Umum ................................................................. 35
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. 37
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ... 40
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 42
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
Bakar....................................................................... .... 42
4. Kelompok Sandang.................................................. .... 43
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ... 43
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ .. 43
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 44
C. Inflasi Kota Bungo ............................................................... 45
Boks 2. Potensi El Nino di Provinsi Jambi . ..................................................... 47
BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran .......................................... 53
A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 53
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I -2014
ii
B. Bank Umum ................................................................... 54
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ... 54
2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... .. 55
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ . 58
4. Undisbursed Loan...................................................... .. 60
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing
Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi.............. 61
6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... .. 63
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 64
D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ...... 65
1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... . 65
2. Penyediaan Uang Layak Edar..................................... .. 66
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. .. 66
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ... 67
5. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS).............. . 68
BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 69
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I Tahun 2014 ......... . 69
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I Tahun 2014 .................. 70
C. Keuangan Pemerintah Daerah ............................................ 71
BAB V Ketenagakerjaan Daerah Dan Kesejahteraan ......................... 73
A. Ketenagakerjaan Daerah ................................................... 73
B. Kesejahteraan .................................................................... 75
C. Kemiskinan ............................................................... ........ 76
BAB VI Prospek Perekonomian ............................................................. 77
A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 78
B. Proyeksi Inflasi ................................................................... 80
C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. .. 82
Lampiran
Glosary
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
iii
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (q-t-q) 6
1.2 Andil PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (yoy) 7
1.3 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang 13
1.4 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (yoy) 17
1.5 Indeks Tendensi Konsumen 18
1.6 Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi 20
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 38
2.2 Sumbangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 38
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode Triwulan I - 2014 39
3.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi 54
3.2 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 56
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 57
3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 58
3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 58
3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi
Jambi 60
3.7 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 61
3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi
Jambi 62
3.9 Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi
Jambi 65
3.10 Perkembangan Transaksi RTGS 68
4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan 1-2014 70
4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I-2014 71
5.1 Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja 73
5.2 Pekerja berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama 74
5.3 Pekerja berdasarkan status pada Lapangan Pekerjaan Utama (dalam ribuan) 75
5.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Persub-sektor (2012=100) 75
6.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 79
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I -2014
iv
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 5
1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (q-t-q) 5
1.3 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Triwulan I Tahun 2014 8
1.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 9
1.5 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 tahun di Provinsi Jambi 10
1.6 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 10
1.7 Tingkat Hunian Hotel 11
1.8 Perkembangan Produksi Karet Jambi 13
1.9 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 14
1.10 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 14
1.11 Perkembangan Indeks Air Bersih 14
1.12 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 15
1.13 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 15
1.14 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal 16
1.15 Perkembangan Total Arus Barang 16
1.16 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran
Triwulanan I Tahun 20146
17
1.17 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 19
1.18 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 19
1.19 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 19
1.20 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick-Up Baru 21
1.21 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 21
1.22 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 21
1.23 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 22
1.24 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 23
1.25 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 23
1.26 Volume Ekspor Non Migas Provinsi Jambi 24
1.27 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 24
1.28 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 24
1.29 Lima komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 25
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 35
2.2 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (y-o-y) 36
2.3 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau Sumatera
per Maret 2014 37
2.4 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 40
2.5 Perkembangan Harga Jagung 40
2.6 Perkembangan Harga Daging 40
2.7 Perkembangan Harga Beras 41
2.8 Perkembangan Harga Tepung Terigu 41
2.9 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 41
2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 43
2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 44
3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 55
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 56
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
v
3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 61
3.4 Perkembangan Suku Bunga rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito
Bank Umum di Provinsi Jambi 63
3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 63
3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 64
3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi
Jambi 66
3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 67
4.1 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 72
5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 76
6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2010
s.d April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014 81
6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2010
s.d April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014 81
6.3 Perkembangan Inflasi Tahun kalender (y-o-d) Kota Jambi Periode Tahun
2010 s.d April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014 81
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
a. Inflasi dan PDRB
2014TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I
MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 139,12 133,90 137,41 138,68 139,12 110,41 142,02 144,61 149,71 110,41 111,51
Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4)
110,62
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 4,22 3,90 6,80 4,43 4,22 8,74 6,06 5,24 7,95 8,74 7,51
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4)
6,28
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 20.373.533 4.867.497 5.010.243 5.174.524 5.321.268 21.979.277 5.274.525 5.433.021 5.581.630 5.690.102 5.716.154
- Pertanian 6.004.284 1.451.187 1.491.500 1.518.732 1.542.865 6.449.193 1.561.623 1.600.976 1.637.790 1.648.803 1.673.331
- Pertambangan dan Penggalian 2.713.435 632.818 664.546 691.806 724.265 2.755.755 631.830 673.057 722.805 728.063 693.938
- Industri Pengolahan 2.532.924 602.129 621.508 645.624 663.663 2.677.094 655.488 671.715 664.068 685.824 701.020
- Listrik, Gas, dan Air Bersih 172.609 41.538 42.222 43.115 45.734 188.614 46.271 46.979 47.410 47.953 49.207
- Bangunan 1.031.629 232.286 241.825 263.095 294.423 1.245.510 300.356 307.980 314.196 322.978 330.094
- Perdagangan Hotel dan Restoran 3.673.985 879.489 899.172 939.087 956.236 4.123.669 979.292 1.008.494 1.043.019 1.092.864 1.110.716
- Pengangkutan dan Komunikasi 1.473.275 352.177 361.214 375.484 384.400 1.598.822 382.249 392.716 409.808 414.048 409.695
- Keuangan, Persewaan dan Jasa 1.172.817 282.678 290.388 295.250 304.502 1.265.251 308.798 315.069 321.116 320.268 314.357
- Jasa 1.598.574 393.196 397.868 402.330 405.179 1.675.370 408.617 416.035 421.418 429.300 433.796
Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2)
1.290.820 330.267 379.947 285.237 295.369 859.266 261.826 295.320 302.121 283.939 263.619
Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 5.313.927 1.507.099 1.561.561 872.828 1.372.439 3.119.930 814.244 1.161.680 1.144.006 994.049 860.882
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3)
107.610 34.070 16.962 26.040 30.537 137.978 16.689 39.052 82.238 115.056 71.736
Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 107.841 10.440 33.658 24.426 39.317 122.793 41.980 32.722 48.091 47.459 26.274
Catatan
1)
Angka sementara berdasarkan tahun dasar 2000
20122012
20132013
4)
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan
cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari
sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota
Jambi dan Muara Bungo
INDIKATOR
2)
Pengklasifikasian komoditi menggunakan
21 kelompok barang berdasarkan SITC 2
digit yang berlaku.
3)
Pengklasifikasian komoditi dalam statistik
impor menggunakan SITC 2 digit
vii
b. Perbankan
2014Tw.I-1 Tw.II-12 Tw.III-12 Tw.IV-12 Tw.I-13 Tw.II-13 Tw.III-13 Tw.IV-13 Tw.I-13
PERBANKANA. Bank Umum :Total Aset (Rp Juta) 23.052.408 23.780.624 24.163.959 24.475.084 26.618.428 27.833.632 28.538.630 28.676.080 29.691.060
DPK(Rp Juta) 17.255.120 17.611.536 17.917.502 17.945.194 18.376.298 19.154.658 19.520.974 19.415.015 20.069.436 - Tabungan 8.754.559 9.207.801 9.141.330 10.132.421 9.492.101 9.646.142 10.070.264 3.343.467 3.179.483
- Giro 3.866.278 3.373.061 3.687.655 3.762.667 3.753.003 4.120.387 3.744.864 11.429.775 10.703.386
- Deposito 4.634.284 5.030.674 5.088.518 4.050.106 5.131.194 5.388.129 5.705.847 4.641.773 6.186.567
21.339.606 23.116.929 23.608.285 25.707.902 26.471.507 28.211.297 29.925.232 26.955.932 31.946.454 - Modal Kerja 8.956.344 9.761.212 9.281.782 9.935.402 10.115.811 9.822.930 10.124.382 8.103.793 10.158.229
- Konsumsi 3.671.188 4.211.014 9.574.000 10.289.952 10.543.228 11.256.968 11.816.000 8.410.345 9.527.809
- Investasi 8.712.074 9.144.703 4.752.503 5.482.548 5.812.468 7.131.399 7.984.850 10.441.794 12.260.417
- Dana 16.867.872 17.236.728 17.075.570 17.799.606 18.732.803 19.527.917 19.916.444 19.898.809 20.473.410
- LDR 126,51 134,11 138,26 144,43 141,31 144,47 150,25 135,47 156,04
15.710.619 16.843.087 17.951.066 19.287.676 20.162.558 22.223.927 23.138.260 23.621.083 23.927.298 - Modal Kerja 6.483.171 7.075.722 6.914.923 7.326.502 7.484.277 7.365.449 7.453.703 7.548.969 7.558.597
- Konsumsi 6.534.233 6.921.191 7.784.459 8.237.555 8.644.788 9.376.743 9.931.771 10.207.932 5.959.299
- Investasi 2.693.215 2.846.175 3.251.684 3.723.619 4.033.494 5.481.736 5.752.786 5.864.182 10.409.402
- LDR (%) 91,05 95,64 100,19 107,48 109,72 116,02 118,53 121,66 119,22
- NPL Gross (%) 274.616 301.173 319.845 328.384 454.021 473.625 521.247 466.983 492.240
- NPL Gross nominal 1,75 1,79 1,78 1,70 2,25 1,93 2,25 1,98 2,06
Kredit MKM (Rp Juta)
Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3.058.451 3.118.341 3.439.722 3.388.031 3.389.186 3.729.806 3.537.483 3.302.277 3.289.142 - Kredit Modal Kerja 1.171.534 1.266.632 1.464.483 1.464.794 1.498.112 1.313.147 1.309.646 1.260.845 1.317.572
- Kredit Investasi 203.093 226.438 246.076 265.709 282.423 623.343 608.907 597.628 618.466
- Kredit Konsumsi 1.683.825 1.625.270 1.729.163 1.657.528 1.608.652 1.793.316 1.618.930 1.443.804 1.353.104
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta) 7.245.244 8.169.666 8.582.895 9.193.184 9.738.670 10.428.595 11.175.062 11.642.097 11.946.461 - Kredit Modal Kerja 2.100.859 2.324.547 2.014.978 2.084.917 2.147.246 1.827.369 1.887.664 1.914.038 1.895.776
- Kredit Investasi 824.744 952.979 1.028.456 1.117.634 1.203.160 1.714.598 1.782.084 1.829.234 1.853.755
- Kredit Konsumsi 4.319.640 4.892.140 5.539.461 5.990.633 6.388.264 6.886.628 7.505.314 7.898.825 8.196.931
3.153.428 3.252.103 3.368.116 2.588.797 3.874.659 4.259.169 4.451.803 4.563.050 4.488.941 - Kredit Modal Kerja 2.047.667 2.237.132 2.235.693 1.655.435 2.515.038 2.762.995 2.810.877 2.853.406 2.808.005
- Kredit Investasi 584.976 613.395 654.497 452.035 748.131 831.987 879.018 899.870 876.907
- Kredit Konsumsi 520.786 401.576 477.927 481.328 611.490 664.187 761.909 809.774 804.029
Total Kredit MKM (Rp Juta) 13.457.123 14.540.110 15.390.733 15.170.012 17.002.515 18.417.570 19.164.348 19.507.424 19.724.544 NPL MKM gross (%) 1,76 3,85 1,30 2,13 2,45 2,30 2,70 2,31 2,43
- NPL MKM Gross Nominal 236.264 559.480 200.255 322.875 416.426 423.813 516.557 450.912 480.211
B. BPR :Total Aset (Rp Juta) 460.613 534.589 622.101 644.378 685.560 691.959 760.030 739.510 736.730
DPK (Rp Juta) 349.774 410.115 431.198 481.763 501.520 506.701 551.278 532.417 532.554 - Tabungan (Rp Juta) 63.909 69.101 71.206 80.701 80.242 76.783 81.355 86.236 83.924
- Deposito (Rp Juta) 285.865 341.013 359.992 401.062 421.278 429.918 469.923 446.181 448.630
Kredit (Rp Juta) 337.067 410.499 463.125 487.782 520.039 554.233 567.445 545.175 539.956 - Modal Kerja 87.282 102.479 114.570 123.865 127.272 141.934 156.969 172.919 170.820
- Investasi 73.586 87.528 98.433 95.547 101.531 110.867 111.650 94.718 93.510
- Konsumsi 176.199 220.492 250.123 268.370 291.236 301.432 298.826 277.538 275.626
Kredit UMKM (Rp Juta) 160.868 190.007 213.003 219.412 228.803 218.597 233.076 202.844 224.892
Rasio NPL Gross (%) 4,23 3,69 3,63 2,82 4,37 5,01 5,96 6,30 7,08
- NPL Gross (Nominal) 14.246 15.131 16.822 13.762 22.726 27.743 33.804 34.367 38.212
- PPAP 7.257 8.131 8.582 8.560 7.927 11.272 13.653 14.278 15.475
Rasio NPL Net (%) 2,07 1,71 1,78 1,07 2,85 2,97 3,55 3,68 4,21
LDR (%) 77,71 83,22 81,00 80,71 80,43 87,12 81,21 84,26 83,65
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
INDIKATORTAHUN 2012 TAHUN 2013
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤ Rp5 miliar)
((Rp Juta)
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor
cabang
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek1)
viii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
c. Sistem Pembayaran
2014Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
KliringNilai Kliring (juta Rp) 2.488.938 2.347.560 2.380.495 2.548.121 2.519.686 2.800.410 2.577.906 2.714.032 2.512.180
Volume Kliring (lembar warkat) 70.971 65.514 62.775 70.972 72.639 76.559 71.104 70.456 68.334
Cek dan BG KosongLembar 856 1.164 1.150 1.134 1.463 1.811 1.837 1.635 1.505
Nominal (juta Rp) 36.225 33.051 40.025 35.192 83.121 64.290 56.120 63.174 57.543
RTGSRTGS dari Jambi (miliar Rp) 10.339 15.139 15.677 18.270 15.535 19.666 20.189 22.181 19.684
RTGS ke Jambi (miliar Rp) 51.804 54.010 29.104 29.431 22.244 22.658 26.876 33.327 22.514
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 2.653 3.543 3.350 4.702 4.032 4.695 7.422 6.521 5.072
Transaksi TunaiAliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 518.106 418.971 805.987 393.685 846.548 1.031.722 1.453.196 810.929 880.393
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 771.960 1.187.425 1.387.811 1.565.493 1.034.718 1.682.989 2.605.130 2.836.373 1.734.894
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (253.854) (768.454) (581.824) (1.171.808) (188.170) (651.267) (1.151.935) (2.025.444) (854.501)
Uraian2012 2013
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 8,37% (yoy),
meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar
6,93% (yoy), serta lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional 5,21% (yoy).
Namun demikian, secara triwulanan perekonomian Jambi pada triwulan I-2014
tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari 1,94% (qtq) menjadi
0,46% (qtq).
Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output Rp23,39
triliun atau 0,96% dari perekonomian Indonesia (Rp2.401,2 triliun). Struktur
perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 menunjukkan bahwa sektor primer
masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 45,20%, diikuti
sektor jasa-jasa (tersier) 37,38% dan sektor sekunder sebesar 17,42%.
Dari sisi permintaan, peningkatan perekonomian Provinsi Jambi utamanya
disebabkan oleh meningkatnya ekspor sebesar 18,33% (qtq) dan konsumsi
lembaga swasta nirlaba sebesar 15,05% (qtq). Sementara itu, pengeluaran
konsumsi pemerintah pada triwulan laporan menunjukkan adanya perlambatan
yang cukup signnifikan sebesar -19,48% (qtq) sejalan dengan masih banyaknya
proyek pemerintah yang berada dalam tahap pengadaan (belum memasuki tahap
pembayaran).
Dari sisi penawaran, masih tingginya pertumbuhan sektor listrik, air, dan
gas, sektor industri pengolahan, serta sektor bangunan masing-masing sebesar
2,61% (qtq), 2,22% (qtq) dan 2,20% (qtq), menjadi pendorong pertumbuhan
perekonomian Jambi. Namun demikian, sektor pertambangan dan penggalian
yang tumbuh negatif sebesar -4,69% (qtq) menyebabkan tingkat pertumbuhan
Jambi pada triwulan laporan menjadi relatif terbatas.
II. Inflasi
Pada triwulan I-2014, inflasi kota Jambi tercatat 7,51%(yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (8,74%), namun lebih tinggi dari inflasi
nasional (7,32%) dan rata-rata inflasi triwulan I dalam tiga tahun terakhir (5,85%).
Perekonomian Provinsi
Jambi triwulan I- 2014
mengalami peningkatan
yaitu dari 6,93 (yoy)
menjadi 8,37% (yoy)....
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI I-2014
2
Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 6,28% (yoy) dan berada di bawah
inflasi nasional1
.
Faktor utama meningkatnya inflasi kota Jambi disebabkan oleh
meningkatnya inflasi administered prices sebesar 19,13% (yoy), sementara inflasi
inti dan volatile foods tercatat masing-masing sebesar 4,18% (yoy) dan 3,86%
(yoy). Sumber utama peningkatan inflasi administered prices adalah meningkatnya
tarif angkutan udara sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 2 Tahun 2014
tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi
Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri yang diberlakukan per tanggal 1
Maret 2014, serta meningkatnya harga elpiji ukuran 12 kg sesuai kebijakan yang
diberlakukan oleh Pertamina2
.
Perkembangan harga di kota Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar
1,00%, sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (1,04%).
Pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Januari, Februari, dan Maret
2014 masing-masing sebesar 1,56%, -0,78% dan 0,22%. Sementara itu,
perkembangan harga di Bungo tercatat sebesar 1,26%, sedikit lebih tinggi
dibandingkan kota Jambi dengan pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada
bulan Januari, Februari, dan Maret 2014 masing-masing sebesar 1,11%, 0,51%
dan -0,35%.
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan pada triwulan I-2014 secara umum menunjukkan
peningkatan, baik dari sisi aset, dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit.
Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor turun sebesar
244 bps menjadi 119,22%. Aset perbankan pada triwulan laporan sebesar
Rp29,69triliun. Outstanding kredit bank umum meningkat Rp306,22 miliar
(1,30%) menjadi Rp23,93 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) meningkat
Rp654,42 miliar (3,37%) menjadi Rp20,07 triliun. Kualitas kredit yang diberikan
masih relatif terjaga tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank
umum yaitu sebesar 2,06% yang masih di bawah ketentuan 5%, meskipun sedikit
menurun (memburuk) dibandingkan triwulan sebelumnya (1,98%).
1
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari
sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari
66 kota menjadi 82 kota. 2
Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang.
Pada triwulan I-2014,
Kota Jambi mengalami
inflasi sebesar 7,51%
(yoy) dan Kota Bungo
6,28% (yoy)..........
Kinerja perbankan
meningkat ditandai
dengan meningkatnya
jumlah aset,
penyaluran kredit dan
penghimpunan
dana....
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN I-2014 I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
Pada periode triwulan I-2014, aktivitas pembayaran mengalami penurunan
yang tercermin dari menurunnya transaksi kas dan nilai kliring serta RTGS
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Aliran kas masuk Bank Indonesia
Jambi mencapai Rp880,39 miliar (meningkat 8,57%) sementara aliran kas keluar
mencapai Rp1,73 triliun (menurun 38,83%) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Meskipun pada triwulan laporan aliran kas keluar mengalami penurunan dan
aliran kas masuk mengalami peningkatan, Jambi tetap mengalami net outflow
sebesar Rp854,50 miliar atau turun sebesar 57,51% (qtq) dibandingkan triwulan
IV-2013.
Untuk pembayaran non tunai, nilai kliring turun sebesar 7,44%
dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi Rp2,51 triliun. Nilai RTGS dari, ke,
serta dari dan ke Jambi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya,
masing-masing sebesar 11,26%, 32,45%, dan 22,22%.
IV. Keuangan Pemerintah Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan I
tahun 2014 mencapai Rp343,97 miliar (terealisasi sebesar 11,53% dari APBD
2014), sementara itu realisasi belanja sebesar Rp45,87 triliun (baru terealisasi
1,40%). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai realisasi tersebut jauh lebih
rendah, masing-masing turun sebesar 50,55% dan 87,27%.
V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Pada bulan Februari 2014, jumlah pekerja di Jambi mengalami penurunan yaitu
dari 1,56 juta orang di Februari 2013 menjadi 1,53 juta orang di Februari 2014.
Jumlah pengangguran juga menunjukkan penurunan menjadi 39,27 ribu orang
dibandingkan Februari 2013 (45,80 ribu). Kondisi serupa juga dialami tingkat
pengangguran terbuka yang turun menjadi 2,50% dari 2,86%. Nilai Tukar Petani
(NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu menjadi 98,17 dari 97,21pada triwulan lalu.
VI.Prospek Perekonomian
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 1,8%-2,3%(qtq),
tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan (0,46%). Sementara itu, pertumbuhan
ekonomi tahunan Jambi diperkirakan akan meningkat yaitu pada kisaran 7,2%
7,7%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan laporan yang tumbuh 8,37%
Aktivitas pembayaran
mengalami penurunan
yang tercermin dari
menurunnya transaksi
kas dan nilai kliring
dibandingkan periode
yang sama tahun lalu.....
Realisasi pendapatan
triwulan I -2014
mencapai 11,53%
dari APBD sementara
realisasi belanja
mencapai 1,40%...
Jumlah pengangguran
Februari 2014 menurun..
Sementara Nilai Tukar
Petani (NTP) mengalami
peningkatan
Laju pertumbuhan PDRB
triwulan II-2014
diperkirakan berkisar 7,2
7,7% (yoy).....
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULANI I-2014
4
(yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan berada
pada kisaran 7,3%-7,8%.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama perekonomian
di triwulan mendatang. Adanya momen Pemilu Presiden dan bulan puasa
diperkirakan akan berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat pada
triwulan mendatang. Selain mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga,
pelaksanaan Pemilu Presiden juga diperkirakan akan meningkatkan konsumsi
pemerintah sehingga akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi. Membaiknya
harga komoditas di pasar global, khususnya CPO, diperkirakan berimbas pada
membaiknya pendapatan masyarakat sehingga mendorong peningkatan konsumsi
rumah tangga.
Inflasi pada triwulan II-2014 diperkirakan akan sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2014 yaitu berada pada kisaran 6,75%-7,25% (yoy) dari
sebelumnya 7,51% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini utamanya disebabkan
oleh inflasi administered price dan volatile foods.
Faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan
mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)
Masih berlanjutnya tekanan nilai tukar rupiah, 2) Potensi terjadinya El Nino
(kekeringan) di Provinsi Jambi meskipun dalam skala rendah, 3) Potensi terjadinya
kabut asap seiring mulai masuknya musim kemarau yang berpotensi mengganggu
jalur distribusi barang, serta 4.) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih
terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang akan meningkatkan biaya
distribusi dan transportasi barang dan jasa. Beberapa hal tersebut diperkirakan
akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan II tahun 2014.
Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok cukup mampu
meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-waktu. Stok beras di BULOG
Divre Jambi juga diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan I 2014 serta proyeksi ekonomi
triwulan II 2014 beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:
1. Penguatan fungsi Tim Pengendalian Inflasi Daerah
2. Memperkuat Kerjasama Antar Daerah
3. Pengembangan Sistem Pusat Informasi Harga Pangan Strategis secara
Berkelanjutan
4. Program ketahanan pangan (khusunya komoditas penyumbang inflasi
terbesar)
5. Penurunan produksi migas
Inflasi pada triwulan II-
2014 diperkirakan
berada pada kisaran
6,75%-7,25%
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN I-2014 I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
6. Peningkatan produksi dan nilai tambah batubara dan mineral lainnya
7. Menurunnya tren harga karet
8. Permasalahan distribusi barang
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
5
BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 8,37% (yoy),
meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
sebesar 6,93% (yoy), serta lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional
5,21% (yoy). Namun demikian, secara triwulanan perekonomian Jambi pada
triwulan I-2014 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya dari
1,94% (qtq) menjadi 0,46% (qtq) (Grafik 1.1. dan 1.2.).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (yoy)
Dari sisi penggunaan, peningkatan perekonomian Provinsi Jambi utamanya
disebabkan oleh meningkatnya ekspor sebesar 18,33% (qtq) dan konsumsi
lembaga swasta nirlaba sebesar 15,05% (qtq). Sementara itu, pengeluaran
15.1 15.6 16.2 16.5 16.817.6 18.7 19.6 19.9
20.83 22.022.9 23.4
6.5 6.56.5 6.5
6.3
6.376.17 6.11 6.02 5.81
5.62
5.72
5.21
9.048.56 8.74
7.86
6.15
7.15
7.29
9.098.36
8.447.87 6.93 8.37
4
5
6
7
8
9
10
0
5
10
15
20
25
30
Q1-11 Q2-11 Q3-11 Q1V-
11
Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q1V-
12
Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14
Sumber: BPS (diolah)
%
Output Jambi (Rp Triliun) Pertumbuhan Indonesia Pertumbuhan Jambi
Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (qtq)
4.87 5.01 5.17 5.32 5.27 5.43 5.58 5.69 5.72
(0.22)
2.93 3.28
2.84
(0.88)
3.00 2.74 1.94
0.46
1.402.80
3.21
-1.45
1.41
2.61 2.96
-1.42
0.95
(2.0)
(1.0)
-
1.0
2.0
3.0
4.0
0
1
2
3
4
5
6
Q I-12 Q II-12 Q III-12 Q IV-12 Q I-13 Q II-13 Q III-13 Q IV-13 Q I-14
%Rp triliun Nominal (aksis kiri) Pertumbuhan Jambi (aksis kanan) Pertumbuhan Nasional
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
6
konsumsi pemerintah pada triwulan laporan menunjukkan adanya perlambatan
yang cukup signifikan yaitu sebesar -19,48% (qtq) sejalan dengan masih
banyaknya proyek pemerintah yang berada dalam tahap pengadaan (belum
memasuki tahap pembayaran) (Tabel 1.1.).
Dari sisi lapangan usaha, masih tingginya pertumbuhan sektor listrik, air,
dan gas, sektor industri pengolahan, serta sektor bangunan masing-masing
sebesar 2,61% (qtq), 2,22% (qtq) dan 2,20% (qtq), menjadi pendorong
pertumbuhan perekonomian Jambi (Tabel 1.1.). Namun demikian, sektor
pertambangan dan penggalian yang tumbuh negatif sebesar -4,69% (qtq)
menyebabkan tingkat pertumbuhan Jambi pada triwulan laporan menjadi relatif
terbatas.
Perekonomian Jambi pada triwulan laporan menghasilkan output
Rp23,39 triliun atau 0,96% dari perekonomian Indonesia (Rp2.401,2 triliun).
Struktur perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 menunjukkan bahwa sektor
primer masih menjadi penyumbang terbesar PDRB Provinsi Jambi yaitu 45,20%,
diikuti sektor jasa-jasa (tersier) sebesar 37,38% dan sektor sekunder sebesar
17,42%.
I II III IV I II III IV QTQ (%) Andil
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 0.47 1.06 2.42 0.73 0.46 0.93 2.27 0.71 0.53 0.34
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (5.27) 2.68 3.22 1.11 (7.15) 2.00 1.76 23.75 (19.48) (4.06)
Lembaga Swasta Nirlaba 1.63 1.97 2.56 1.67 1.02 2.38 2.45 1.52 15.05 0.10
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 1.21 4.22 6.84 6.42 1.05 2.11 1.94 3.08 (1.09) (0.20)
Perubahan Stok 0.54 2.27 (2.01) 7.66 3.46 3.76 (5.69) 5.72 8.39 0.27
-8.77 11.58 -2.62 11.63 -15.68 14.07 3.17 -7.47 18.33 11.08
-8.17 8.99 -2.26 9.45 -14.20 10.44 1.86 -2.29 10.45 7.06
(0.22) 2.93 3.28 2.84 (0.88) 3.00 2.74 1.94 0.46 0.46
2013 Triwulan I - 20142012
PDRB
JENIS PENGELUARAN
Ekspor
Impor
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq)
I II III IV I II III IV QTQ (%) Andil
2.38 2.78 1.83 1.59 1.22 2.52 2.30 0.67 1.49 0.43
Pertambangan dan Penggalian (7.92) 5.01 4.10 4.69 (12.76) 6.52 7.39 0.73 (4.69) (0.60)
Industri Pengolahan (1.42) 3.22 3.88 2.79 (1.23) 2.48 (1.14) 3.28 2.22 0.27
Listrik, Air dan Gas 1.11 1.65 2.12 6.07 1.17 1.53 0.92 1.15 2.61 0.02
1.52 4.11 8.80 11.91 2.02 2.54 2.02 2.80 2.20 0.13
Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.07 2.24 4.44 1.83 2.41 2.98 3.42 4.78 1.63 0.31
Pengangkutan dan Komunikasi 0.07 2.57 3.95 2.37 (0.56) 2.74 4.35 1.03 (1.05) (0.08)
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 1.45 2.73 1.67 3.13 1.41 2.03 1.92 (0.26) (1.85) (0.10)
0.34 1.19 1.12 0.71 0.85 1.82 1.29 1.87 1.05 0.08
(0.22) 2.93 3.28 2.84 (0.88) 3.00 2.74 1.94 0.46 0.46
Triwulan I - 20142012 2013
Pertanian
Bangunan
Jasa-Jasa
LAPANGAN USAHA
PDRB
Sumber: BPS (diolah)
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
7
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi tahunan Jambi di
triwulan laporan utamanya disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran 13,42% (yoy) dan sektor bangunan 9,90% (yoy). Tingginya
pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut utamanya terjadi
pada sub sektor perdagangan besar dan eceran (13,96%(yoy)) sejalan dengan
momen/masa Pemilu Legislatif.
Sementara itu, pertumbuhan pada sektor bangunan yang cukup
signifikan utamanya disebabkan oleh peningkatan investasi properti, seperti
pengembangan perumahan, pusat bisnis, dan perhotelan oleh perusahaan swasta
berskala nasional/internasional termasuk juga peningkatan kapasitas bandara dan
pembangunan beberapa proyek pemerintah lainnya.
Tabel 1.2. Andil PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (yoy)
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
Rp23,39triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian
sebesar 29,55%,sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 17,74% serta
sektor pertambangan dan penggalian sebesar 15,65%. Dengan demikian,
struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami
perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.3).
I II III IV I II III IV Growth Andil
6.22 7.72 7.56 8.85 7.61 7.34 7.84 6.87 7.15 2.12
1.57 1.98 1.68 5.39 (0.16) 1.28 4.48 0.52 9.83 1.18
6.51 8.16 8.19 8.65 8.86 8.08 2.86 3.34 6.95 0.86
4.11 4.90 5.97 11.32 11.40 11.27 9.96 4.85 6.35 0.05
7.54 10.21 17.54 28.68 29.30 27.36 19.42 9.70 9.90 0.56
10.21 10.30 9.54 9.89 11.35 12.16 11.07 14.29 13.42 2.49
5.06 6.42 7.91 9.22 8.54 8.72 9.14 7.71 7.18 0.52
6.64 7.80 7.45 9.28 9.24 8.50 8.76 5.18 1.80 0.11
4.34 4.32 3.39 3.39 3.92 4.57 4.74 5.95 6.16 0.48
6.15 7.15 7.29 9.09 8.36 8.44 7.87 6.93 8.37 8.37
2013 Triwulan I - 20142012
Pertanian
Bangunan
Jasa-Jasa
PDRB
LAPANGAN USAHA
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Air dan Gas
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
8
Grafik 1.3. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2014
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Produksi sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan
perikanan menunjukkan kinerja yang baik dengan tumbuh 7,15% (yoy) atau
1,49% (qtq), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu (6,87% (yoy)
atau 0,67% (qtq)). Meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian tersebut
disebabkan oleh meningkatnya produksi tanaman bahan makanan serta tanaman
perkebunan. Cuaca yang kondusif selama triwulan laporan menjadi faktor yang
mempengaruhi peningkatan kuantitas dan kualitas hasil produksi tanaman bahan
makanan. Sementara itu, peningkatan produksi tanaman perkebunan disebabkan
oleh meningkatnya produktivitas dan meningkatnya harga jual komoditas sawit
sehingga menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi.
Produksi tabama di triwulan laporan menunjukkan pertumbuhan sebesar
1,03% (qtq) atau 9,40% (yoy). Peningkatan produksi tersebut memberikan
insentif positif bagi petani, hal tersebut tercermin pada peningkatan Nilai Tukar
Petani (NTP). Rata-rata NTP Triwulan I-2014 dibandingkan NTP Triwulan IV-2013
naik 720 bps dari 90,94 menjadi 98,14. Meningkatnya NTP tersebut disebabkan
mulai membaiknya harga jual terutama pada tanaman perkebunan serta insentif
positif yang diperoleh petani dari terdepresiasinya nilai tukar rupiah. Selain faktor
tersebut, perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP per Desember 2013
(menggunakan tahun dasar 2012=100) yang dilakukan oleh BPS turut
memberikan andil dalam peningkatan NTP.
Pertanian,
29.55
Pertambanga
n dan
Penggalian,
15.65Industri
Pengolahan,
10.64
Listrik, gas &
air, 0.96
Bangunan,
5.81
Perdagangan
, Hotel dan
restauran,
17.74
Pengangkuta
n dan
Komunikasi,
6.14
Keuangan,
Persewaan
dan Jasa
Perusahaan,
5.03
Jasa-jasa,
8.46
EKONOMIMAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
9
Meskipun NTP triwulan laporan mengalami peningkatan, ketergantungan
petani hanya pada satu sumber pendapatan saja, menjadi faktor resiko yang
perlu diperhatikan karena penurunan harga komoditas yang disertai dengan
penurunan tingkat produksi akan berdampak pada penurunan kesejahteraan
mereka. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan kepada petani untuk
memulai menjalankan program pertanian terpadu.
Grafik 1.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
Sub sektor perkebunan yang menyumbangkan output sebesar Rp3,86
triliun dengan pangsa 16,48% dari total PDRB Jambi mengalami pertumbuhan
positif sebesar 6,09% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan produksi
perkebunan tumbuh relatif lebih tinggi yakni 2,17% (qtq) dibandingkan triwulan
lalu (0,12%(qtq)). Membaiknya harga jual komoditas perkebunan terutama sawit
mampu memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan sektor perkebunan.
Harga kelapa sawit di Jambi pada triwulan laporan terus mengalami
peningkatan yang cukup signifikan sehingga mencapai harga tertinggi selama 3
(tiga) tahun terakhir. Harga rata-rata TBS usia 10 tahun Rp2.005,80/kg,
meningkat 9,83% dari harga triwulan lalu. Sementara itu harga CPO di Jambi
sebesar Rp8.724,12/kg atau meningkat 5,61%. Sejalan dengan harga di Jambi,
harga rata-rata CPO di tingkat internasional, juga menunjukkan perbaikan yakni
sebesar USD 801,25/metric ton atau meningkat 2,43% dibandingkan triwulan
sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2013, harga TBS Jambi saat ini
meningkat signifikan 49,48%, sejalan dengan harga CPO dunia yang juga
meningkat sebesar 6,07%.
85
90
95
100
105
110
115
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014
Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100
indeks terima indeks bayar NTP
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
10
Relatif meningkatnya harga kelapa sawit di Jambi disebabkan oleh
beberapa hal: 1.) melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD sehingga harga di
dalam negeri menjadi meningkat, 2.) meningkatnya jumlah pabrik kelapa sawit
(PKS) sehingga terjadi peningkatan permintaan terhadap TBS.
Meskipun harga CPO lokal maupun internasional terus mengalami
peningkatan, kebijakan anti dumping duties biofuel di Uni Eropa perlu menjadi
perhatian karena berpotensi menurunkan ekspor CPO ke negara-negara anggota
Uni Eropa serta berpotensi menurunkan kembali harga CPO internasional.
Grafik 1.5 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
Sumber: Disbun Provinsi Jambi
Berbanding terbalik dengan harga kelapa sawit, harga bokar di Jambi
justru mengalami penurunan dari rata-rata Rp23.205/kg menjadi Rp21.176/kg
(turun8,74%(qtq)). Hal ini sejalan dengan penurunan harga karet di tingkat
internasional sebesar 16,28% menjadi USD 216,17/cent. Apabila dibandingkan
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012 2013 2014
Harga (Rp)
CPO INTI TBS 10 TAHUN CPO Int'l
Grafik 1.6 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
-
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012 2013 2014
USD cent/KgRp/Kg
Harga Bokar (Rp/kg)
Harga Karet Internasional (USD cent/kg)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
dengan harga tahun 2013, harga bokar di Jambi turun lebih dalam dan mencapai
16,44% (yoy). Tren menurunnya harga karet internasional serta melimpahnya
stok karet di pasar global menjadi salah satu faktor penyebab turunnya harga
bokar tersebut.
Sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh 4,85% (yoy), turun
dibandingkan triwulan lalu (5,58% (yoy)). Sejalan dengan itu, sub sektor
kehutanan menunjukkan pertumbuhan relatif stabil dibanding triwulan lalu yaitu
dari sebesar 4,65% (yoy) menjadi 4,46% (yoy) dan hasil liaison pun menunjukkan
peningkatan produksi. Sementara itu, sub sektor perikanan tumbuh 7,42% (yoy),
lebih tinggi dari triwulan lalu (7,34%yoy)).
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbangkan output
perekonomian sebesar Rp4,15 triliun (pangsa 17,74%) yang terdiri atas tiga sub
yaitu perdagangan besar dan eceran (93,26%), hotel (1,20%) dan restoran
(5,53%). Pertumbuhan sektor ini mencapai 13,42% (yoy), dengan andil
pertumbuhan 2,49% yang utamanya didukung oleh tingginya perkembangan
perdagangan besar dan eceran di Jambi (13,96% (yoy) atau 1,24% (qtq)).
Maraknya kampanye menjelang Pemilu Legislatif mendorong tumbuhnya sub
sektor perdagangan tersebut.
Sementara itu, sub
sektor hotel menunjukkan
peningkatan sebesar 1,26%
(qtq) atau 10,70% (yoy). Sejalan
dengan pertumbuhan sub sektor
perdagangan, maraknya
kegiatan kampanye menjelang
Pemilu Legislatifdi Provinsi Jambi
berdampak pada tingginya
tingkat hunian hotel. Rata-rata tingkat hunian hotel di triwulan laporan sebesar
44,87%, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu
(42,56%). Jumlah tamu menginap pada triwulan laporan juga meningkat
Grafik 1.7. Tingkat Hunian Hotel
50,954
60,511
54,126 56,688
50,821
57,930
47,293
58,288 55,338
72,902
62,409
66,748 65,742
0
10
20
30
40
50
60
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I Tw II Tw IIITw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Jumlah Tamu Menginap T. Hunian Hotel (RHS)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
12
signifikan sebesar 18,80% (yoy) menjadi 65.742 orang. Peningkatan jumlah tamu
menginap terbesar terjadi pada bulan Maret bersamaan dengan masa kampanye
yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia.
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian menyumbangkan nilai tambah
sebesar Rp3,66 triliun (15,65%), merupakan sektor ketiga terbesar di Jambi.
Produksi pertambangan dan penggalian selama triwulan laporan turun sebesar
4,69% (qtq). Penurunan itu utamanya disebabkan oleh penurunan produksi yang
tajam pada sub sektor tanpa migas (9,13% (qtq)) dan sub sektor minyak dan gas
bumi (4,55% (qtq)).
Namun secara tahunan, produksi pertambangan dan penggalian
meningkat cukup signifikan sebesar 9,83% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini
utamanya didorong oleh peningkatan produksi pertambangan minyak bumi dan
gas bumi serta penggalian masing-masing tumbuh sebesar 13,00% (yoy) dan
6,28% (yoy). Sementara itu sub sektor pertambangan tanpa migas mengalami
penurunan sebesar 1,71% (yoy). Turunnya produksi pertambangan non migas di
Provinsi Jambi utamanya disebabkan oleh turunnya produksi batubara karena
pengaruh melemahnya harga internasional. Selain itu, adanya Perda yang
mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai
turut menjadi penyebab turunnya produksi.
4. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan yang menyumbang output terhadap
perekonomian Jambi sebesar Rp2,49 triliun (10,64%), meningkat sebesar 6,95%
(yoy), dengan andil pertumbuhan 0,86%. Secara triwulanan, sektor industri
pengolahan juga mengalami peningkatan sebesar 2,22% (qtq). Industri
pengolahan di Jambi terdiri dari industri migas dengan total output Rp218,63
miliar (8,78%) serta industri non migas dengan total output Rp2,27 triliun
(91,22%).
Pertumbuhan sub sektor industri non migas salah satunya didorong oleh
produksi karet yang menunjukkan peningkatan sebesar 4,31% (yoy). Peningkatan
EKONOMIMAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
produksi karet tersebut sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan ke perusahaan
karet yang menunjukkan peningkatan produksi dan ekspor karet seiring dengan
kondusifnya cuaca untuk melakukan penyadapan karet selama triwulan I-2014.
Sedikit berbeda, data indeks produksi BPS menunjukkan secara triwulanan terjadi
penurunan indeks industri karet dan barang dari karet dan barang dari plastik
sebesar 1,10% (qtq).
Berdasarkan data
Gapkindo (Gabungan
Pengusaha Karet Indonesia)
cabang Jambi, produksi karet
dalam triwulan I 2014
mencapai 91.329 ton,
meningkat signifikan sebesar
20,96% dibandingkan
triwulan lalu.3
Namun
demikian, peningkatan produksi tersebut sedikit tertahan dengan turunnya harga
karet internasional serta adanya kebijakan Gapkindo untuk menurunkan produksi
dan ekspor karet sebesar 10% sebagai upaya mendongkrak harga karet.
Tabel 1.3. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang
5. Sektor-sektor Lain
Sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) tumbuh sebesar 6,35% (yoy)
dengan sumbangan pertumbuhan 0,05%, lebih tinggi dibandingkan laju
pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,85%(yoy)). Peningkatan tersebut
disebabkan oleh meningkatnya produksi listrik dan air bersih masing-masing
sebesar 6,49% (yoy) dan 5,36% (yoy).
3
Terdapat 10 (sepuluh) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
Trw I-13 Trw II-13 Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14 Trw I-13 Trw II-13 Trw III-13 Trw IV-13 Trw I-14
Industri Makanan -8.06 2.09 4.44 8.10 -21.79 17.55 4.05 1.02 7.13 -6.35
Industri Minuman 0.30 3.80 -1.12 -0.27 -2.75 0.72 9.97 7.68 2.04 -1.09
Industri Karet dan Barang dari
Karet dan Barang dari Plastik
2.25 0.32 4.36 1.15 -1.10 15.49 3.37 2.57 7.73 4.31
I B S -2.71 1.39 1.70 0.74 -6.57 16.27 9.35 4.58 0.19 -0.76
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Pertumbuhan
Jenis Industri q-to-q y-o-y
Grafik 1.8. Perkembangan Produksi Karet Jambi
Sumber: Gapkindo Cabang Jambi
88,713 85,867
81,805
68,679 74,585
77,418
76,065
75,165
74,563
94,647 92,488
75,504
91,329
-30
-20
-10
0
10
20
30
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Volume Produksi Bokar (Ton) Pertumbuhan (%qtq)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
14
Meningkatnya sub sektor listrik dimaksud tercermin dari meningkatnya
jumlah konsumsi listrik serta jumlah pelanggan di Jambi masing-masing sebesar
5,74% (yoy) dan 9,74% (yoy). Jumlah konsumsi listrik di Jambi selama triwulan
laporan mencapai 341,68 MWH dengan jumlah pelanggan mencapai 568.025
rekening. Berdasarkan penggunanya, mayoritas pelanggan PLN di Jambi adalah
kelompok rumah tangga yang mencapai 521.974 rekening (91,89%) dengan
konsumsi daya listrik mencapai 227,50 MWH (66,58%).
Grafik 1.9 Perkembangan Total Pemakaian Listrik
Grafik 1.10 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
Sementara itu,
pemakaian air bersih yang
dicatat oleh PDAM Tirta
Mayang menunjukkan
penurunan di triwulan
laporan. Rata-rata konsumsi
air bersih bulanan melalui
PDAM Kota Jambi pada
triwulan laporan sebesar 837,29ribu M3
, sedikit lebih rendah dari tahun lalu
(852,75 ribu M3
).
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 7,18% (yoy)
dengan andil pertumbuhan 0,52%, menurun dibanding pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya (7,71% yoy). Pertumbuhan tersebut utamanya disebabkan
oleh pertumbuhan sektor angkutan sebesar 7,10% (yoy), meskipun relatif
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (7,62% yoy).
282 301
328 319 323 337 342 338 342
-
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo (diolah)
KWH (dalam Juta)
461 483 493 506 518 530 542 531
568
-
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
550
600
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
ribu
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo (diolah)
Grafik 1.11. Perkembangan Indeks Air Bersih
861
872
858 852
863
857 853
867
854
847
837
-0.61
1.33
-1.64
-0.68
1.34
-0.73 -0.50
1.69
-1.49
-0.90 -1.09
(3)
(1)
1
3
5
800
820
840
860
880
900
Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1
2012 2013 2014
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2014
ribu M3
Total Konsumsi Air (LHS) Pertumbuhan (RHS)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
Jumlah penumpang, baik yang datang maupun berangkat dari Bandara
Sultan Thaha Jambi, menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan yang
sama tahun lalu. Momen libur imlek dan banyaknya kunjungan juru kampanye
nasional ke Provinsi Jambi selama masa kampanye Pemilu Legislatif menjadi
faktor utama peningkatan jumlah penumpang tersebut. Jumlah penumpang
(total berangkat dan datang) di bandara Sultan Thaha Jambi sebanyak 302.240
orang,meningkat8,18% dari tahun lalu. Secara umum, jumlah penumpang yang
meninggalkan Jambi sedikit lebih tinggi dibandingkan yang datang ke Jambi.
Sub sektor angkutan laut mengalami penurunan sebesar 2,88% (yoy)
atau 3,98% (qtq), relatif lebih buruk dibandingkan triwulan lalu yang juga
mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,02% (yoy). Penurunan tersebut
sejalan dengan jumlah kunjungan kapal di Jambi yang juga mengalami
penurunan dibandingkan triwulan lalu. Pada triwulan I 2014, jumlah kunjungan
kapal sebanyak 1.064 unit, sementara triwulan lalu sebanyak 1.335 unit. Sejalan
dengan hal tersebut, jumlah arus barang perdagangan juga turun dari triwulan
lalu sebesar 1.535,40 kilo ton, menjadi 1.229,92 kilo ton4
seiring dengan
penurunan volume impor alat berat.
4
Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat.
Grafik 1.12. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan
Penumpang
Grafik 1.13. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Sumber: PT Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
ribu orang
Kedatangan Penumpang Keberangkatan Penumpang
0
500
1000
1500
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
Sumber: PT.Angkasa Pura II (PERSERO) Sultan Thaha Jambi
ton
Jumlah Bongkar Jumlah Muat
EKONOMIMAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
16
Grafik 1.14 Perkembangan Jumlah Kunjungan Kapal
Grafik 1.15 Perkembangan Total Arus Barang
Sub sektor komunikasi tumbuh 7,96% (yoy) yang didukung oleh
pertumbuhan pos dan telekomunikasi sebesar 7,97% (yoy) dan jasa penunjang
komunikasi sebesar 7,48% (yoy).
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar
1,80% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,18% yoy).
Pertumbuhan sektor ini utamanya didukung oleh pertumbuhan sub sektor
lembaga keuangan tanpa bank dan jasa penunjang keuangan masing-masing
sebesar 8,08% (yoy) dan 7,17% (yoy). Sementara pertumbuhan sub sektor bank
yang relatif rendah (1,36% (yoy)) menjadi penahan laju pertumbuhan sektor ini.
Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tumbuh 6,16% (yoy), sedikit lebih
tinggi daripada pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,95%yoy). Pertumbuhan
sektor jasa didorong oleh tumbuhnya jasa pemerintahan umum dan swasta
masing-masing sebesar 6,12% (yoy) dan 6,34% (yoy). Sektor ini didukung oleh
sub sektor jasa pemerintahan umum dengan output sebesar Rp1,69 triliun dan
diikuti oleh sub sektor swasta sebesar Rp287,92 miliar.
C. PDRB Sisi Penggunaan
Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi
Jambi utamanya didorong oleh meningkatnya ekspor dan konsumsi lembaga
swasta nirlaba masing-masing sebesar 28,86% (yoy) dan 22,51% (yoy).
Berdasarkan strukturnya, 55,74% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi
rumah tangga, diikuti dengan investasi fisik 18,41% dan konsumsi pemerintah
15,76%. Pangsa struktur tersebut cenderung mengalami penurunan dari waktu
ke waktu. Pada tahun 2013, pangsa konsumsi rumah tangga, investasi fisik dan
konsumsi pemerintah masing-masing sebesar 55,81%, 18,51%, dan 16,82%.
27.46
34.69
76.23
101.74
11.92
-0.51
-7.58
7.60
-30.40
-15.95
-1.64
-2.84
8.57
-50
0
50
100
150
-
500
1,000
1,500
2,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
persen(%)
Sumber: Pelindo II Cabang Jambi
unit
Unit Pertumbuhan (yoy)
-3.28
25.2039.24
28.81
-5.39
123.60
88.86
-31.98
-17.57
-56.71
-45.56
17.50
0.69
-100
-50
0
50
100
150
200
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
persen(%)
Sumber: Pelindo II Cabang Jambi
unit
Jumlah Total Arus Barang Pertumbuhan (yoy)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
Tabel 1.4. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (yoy)5
Grafik 1.16. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 2014
6
1. Pengeluaran Konsumsi
Pengeluaran konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku mencapai
Rp12,87 triliun atau 55,03% dari total PDRB Jambi. Mayoritas konsumsi
masyarakat Jambi (61,19%) diperuntukkan untuk membeli makanan yaitu
sebesar Rp7,88 triliun. Pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat 4,51%
(yoy) atau 0,53% (qtq), sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan
sebelumnya (4,43% (yoy)). Tingginya aktivitas perdagangan seiring dengan
perayaan imlek dan masa kampanye Pemilu Legislatif menyebabkan konsumsi
masyarakat dapat tumbuh tinggi. Namun, meningkatnya harga barang/jasa
seiring dengan tingginya laju inflasi paska kenaikan BBM bersubsidi serta tren
5
dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika
bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 6
Pangsa (share) net impor sebesar -,66% merupakan pengurangan dari total share PDRB sisi
pengeluaran.
I II III IV I II III IV Growth Andil
4.88 5.05 5.29 4.75 4.74 4.60 4.45 4.43 4.51 2.98
10.55 9.27 5.50 1.52 (0.49) (1.15) (2.55) 19.27 3.43 0.60
11.72 11.31 6.92 8.05 7.41 7.84 7.73 7.57 22.51 0.15
13.47 11.87 15.53 19.93 19.75 17.32 11.94 8.42 6.13 1.16
21.65 19.74 14.49 8.47 11.63 13.25 9.00 7.04 12.13 0.41
(9.61) (1.14) (9.80) 10.66 2.28 4.56 10.78 (8.17) 28.86 17.28
(6.34) (0.25) (8.49) 7.07 0.04 1.37 5.64 (5.69) 21.41 14.19
6.15 7.15 7.29 9.09 8.36 8.44 7.87 6.93 8.37 8.37
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Stok
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Lembaga Swasta Nirlaba
Impor
PDRB
JENIS PENGELUARAN
Ekspor
2012 2013 Triwulan I - 2014
Konsumsi
rumah
tangga ,
55.03
Lembaga
Swasta
Nirlaba, 0.71
Konsumsi
pemerintah ,
15.76
PMTDB,
18.41
Perubahan
Stok, 2.78
Net Impor, -
7.31
EKONOMIMAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
18
menurunnya harga komoditas karet menjadi faktor penahan laju pertumbuhan
konsumsi masyarakat.
Kondisi ini juga tercermin dari angka indeks tendensi konsumen pada
triwulan I-2014 yang mencapai 105,667
. Angka indeks tingkat konsumsi komoditi
makanan dan bukan makanan juga masih berada pada level optimis yaitu sebesar
109.
Tabel 1.5 Indeks Tendensi Konsumen
Masih baiknya pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan laporan
juga tercermin dari masih tingginya penjualan kendaraan bermotor. Penjualan
sepeda motor meningkat 6,18% (yoy) dari tahun lalu menjadi rata-rata 7.627
unit/bulan. Meskipun di sisi lainnya penjualan kendaraan roda empat seperti
sedan, jeep dan minibus mengalami penurunan sebesar 14,47% (yoy) menjadi
rata-rata 999 unit/bulan. Penurunan penjualan kendaraan bermotor roda empat
tersebut terjadi karena meningkatnya suku bunga kredit serta adanya kebijakan
minimum down payment pembelian kendaraan bermotor pertengahan tahun
lalu. Hal ini sejalan dengan hasil liaison yang menunjukkan penurunan penjualan
kendaraan roda empat terkait kebijakan minimum down payment tersebut.
Sementara itu, penyaluran kredit real estate masih terus meningkat
sebesar 26,38% (yoy) menjadi sebesar Rp3,84triliun. Pangsa kredit real estate di
Jambi mencapai 15,07% dari total kredit.
7
Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang
dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan
indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan
perkiraan pada triwulan mendatang. Angka yang masih diatas 100, menunjukkan bahwa
masyarakat masih optimis memandang perekonomian Jambi.
Variabel PembentukTriwulan
I - 2013
Triwulan
II - 2013
Triwulan
III - 2013
Triwulan
IV - 2013
Triwulan
I - 2014
Pendapatan rumah tangga kini 101.7 106.85 112.21 108.42 104.52
Pengaruh inflasi terhadap tingkat
konsumsi 106.87 108.46 109.09 105.24 105.17
Tingkat konsumsi beberapa komoditi
makanan dan bukan makanan 100.72 104.16 116.8 106.20 109.00
Indeks Tendensi Konsumen 102.89 106.70 112.33 107.07 105.66
EKONOMIMAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
Grafik 1.17. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor
Grafik 1.18. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru
Grafik 1.19. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan
laporan mencapai Rp3,69 triliun. Pengeluaran tersebut meningkat 3,43% dari
tahun lalu, namun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (-19,48% (qtq)).
Hal ini sejalan dengan realisasi belanja APBD yang cenderung menumpuk di akhir
tahun. Realisasi belanja APBD provinsi Jambi Triwulan I 2014 sebesar Rp45,87
miliar (1,40%), jauh lebih rendah dari posisi yang sama tahun lalu Rp360,29
miliar (13,58%).
2. Investasi
Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang mencerminkan
nilai investasi di Jambi mencapai Rp4,30 triliun dengan pangsa 18,41% dari total
PDRB Jambi, relatif sama dengan pangsanya pada triwulan yang sama tahun
2013 (18,61%). Investasi mengalami pertumbuhan 6,13% (yoy) dengan andil
pertumbuhan mencapai 1,16%.
1,414 1,158
1,459
3,264 3,503
2,902 2,823 3,061 2,996
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unit
Sedan, Jeep, Minibus
30,913
36,299
27,851
20,081 21,550 20,421
25,689
17,836
22,882
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
I II III IV I II III IV I
2012 2013 2014
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unit
SEPEDA MOTOR
16.52
5.16
11.27
40.30
40.13
49.79
27.1115.44
16.80 16.04
33.44
28.1826.38
0
10
20
30
40
50
60
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2011 2012 2013 2014
Rp
Milia
r Kredit Real Estate Pertumbuhan
EKONOMIMAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
20
Namun demikian, secara triwulanan, investasi mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan kecenderungan tingginya
realisasi investasi di akhir tahun dan banyaknya proyek investasi yang masih
dalam tahap pengadaan di awal tahun.
Sejak tahun 2012 lalu, investasi di Jambi terus menunjukkan peningkatan
yang disebabkan oleh tingginya pembangunan fisik baik oleh pemerintah
ataupun swasta. Kondisi ini juga didukung oleh peningkatan kredit investasi yang
mencapai 47,75% (yoy). Sementara menurut pendapat pengusaha melalui hasil
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), optimisme pengusaha dalam memandang
kondisi bisnis masih cukup baik. Hal ini terlihat dari masih positifnya indeks situasi
bisnis yaitu sebesar 23,40%8
. Dari 150 responden yang disurvei, 68,09%
responden menyatakan bahwa situasi bisnis kedepan relatif stabil, sementara
27,66% menyatakan akan baik dan hanya 4,26% yang menyatakan akan
memburuk.
Tabel 1.6 Realisasi Investasi PMA dan PMDN Jambi
Jumlah investasi Jambi yang dicatat oleh Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) menunjukkan realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN)
sebesar Rp162 miliar. Investasi tersebut meningkat dibandingkan posisi yang
sama tahun lalu yang realisasinya sebesar Rp 0. Sejalan dengan hal tersebut,
investasi asing melalui penanaman modal asing (PMA) juga meningkat 48,21%
dari tahun lalu menjadi USD 24,24 juta. Investasi Jambi sebagian besar
dialokasikan pada sektor pertanian.
8 Indeks yang positif menandakan optimisme dunia usaha
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1
PMA (USD juta) 48.95 96.41 5.34 5.63 16.36 6.11 11.24 0.59 24.24
PMDN (Rp miliar) 356 228 466 395 - 1,303 288 1,208 162
2014Keterangan
2012 2013
EKONOMIMAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
Grafik 1.20.Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru
Grafik 1.21.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Grafik 1.22. Konsumsi Semen Provinsi Jambi
Sementara itu, perubahan stok mengalami pertumbuhan tahunan sebesar
12,13%, dengan andil sebesar 0,41%.
3. Perdagangan Eksternal
Ekspor provinsi Jambi baik ke negara maupun daerah lain pada triwulan I
2014 mencapai Rp11,40 triliun. Perkembangan ekspor Provinsi Jambi (keluar
daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 28,86% (yoy) pada triwulan
laporan utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor luar negeri sebesar
65,69%. Berdasarkan tujuannya, komposisi ekspor Jambi terdiri dari ekspor ke
luar negeri sebesar Rp6,32 triliun (55,43%) serta ekspor ke luar daerah yang
mencapai Rp5,08 triliun (44,57%). Tingginya ekspor ke luar negeri salah satunya
disebabkan oleh meningkatnya ekspor migas dari Provinsi Jambi.
Impor provinsi Jambi pada triwulan I 2014 mencapai Rp9,69 trliun atau
lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi Jambi
-100
-50
0
50
100
150
200
250
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
2010 2011 2012 2013 2014
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unit
TRUCK/PICK UP Pertumbuhan (qtq)
12.83
6.65
46.91
41.27
43.25
33.17
41.92
48.91 49.77
92.60
76.92
57.49
47.75
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-
1
2
3
4
5
6
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2011 2012 2013 2014
Rp
Tri
liu
n
Kredit Investasi (juta Rp) Pertumbuhan (%)
11.95
20.02
1.84
(10.45)
8.80
10.26 12.36
37.89
(4.83)
12.84
(1.27)
41.29
4.93
-20
-10
0
10
20
30
40
50
-
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I
2011 2012 2013 2014
(%)
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
KTonKonsumsi Semen Pertumbuhan (yoy)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
22
mengalami net eskpor sebesar Rp1,71 triliun. Impor jambi didominasi oleh impor
antar daerah yang mencapai Rp8,76 triliun (90,38%) sementara impor luar negeri
sebesar Rp932,22miliar (9,62%). Perkembangan impor Provinsi Jambi (dari luar
daerah dan luar negeri) mengalami peningkatan 21,41% (yoy) pada triwulan
laporan. Peningkatan impor tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya
impor luar negeri (310,13% (yoy)) dan impor antar daerah (14,59% (yoy)).
3.1. Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi
Berdasarkan dokumen
pemberitahuan ekspor barang
(PEB), ekspor luar negeri Provinsi
Jambi pada triwulan laporan
sebesar USD 263,62 juta,
meningkat 0,69% dari triwulan
yang sama tahun 2013 (USD
261,83 juta). Sementara itu,
impor luar negeri sebesar USD 71,74 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi
Jambi mengalami net ekspor sebesar USD191,88 juta.
Berdasarkan jenis komoditinya, nilai ekspor terbesar dicapai oleh
komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 160,25 juta atau 60,79%
dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh pulp and paper serta batu bara,
kokas dan briket masing-masing USD 22,89 juta dan USD 19,19 juta.
Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk
primer masih mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun pertambangan.
Di sisi lain, ekspor batu bara tumbuh sebesar 14,49% (yoy) di triwulan
laporan, namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya nilai ekspor
batubara turun 27,80% (qtq). Dari sisi volume, ekspor batubara mengalami
peningkatan 19,02% (yoy), namun jika dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, volume ekspor tersebut mengalami penurunan sebesar 7,59% (qtq).
Menurunnya permintaan global serta merosotnya harga batubara internasional
menyebabkan penurunan kegiatan produksi pada perusahaan batubara.
Grafik 1.23. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
(dalam satuan juta USD)
561 550489
398330
380
285 295262
295 302 284 264
2183
28 39 34 17 26 31 17 39 82 115 72
539
467462
359
296
363
259 265245 256 220 169 192
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I
2011 2012 2013 2014
Ekspor Impor Net Ekspor
EKONOMIMAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
23
Rendahnya kualitas batu bara di Jambi yang memiliki kadar energi yang rendah
turut menyebabkan terbatasnya harga jual.
Selain itu, adanya peraturan mengenai distribusi batu bara di Jambi juga
menjadi disinsentif bagi pengusaha untuk mengembangkan produksi batu bara di
Jambi. Adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur
khusus atau jalur sungai membuat margin keuntungan semakin menipis.
Sementara dari sisi pemerintah, pendapatan yang didapatkan dari batu bara juga
relatif rendah sementara biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan jalan angkutan
relatif lebih tinggi.
Selanjutnya, nilai ekspor minyak dan lemak sayur menunjukkan penurunan
sebesar 26,46% (yoy) atau 32,50% (qtq) sejalan dengan berkurangnya volume
ekspor sebesar 56,25% (yoy) atau 48,55% (qtq). Musim kemarau yang terjadi di
Provinsi Jambi selama triwulan laporan menyebabkan produktivitas kelapa sawit
menurun sehingga mempengaruhi kinerja ekspor CPO.
Grafik 1.24. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi
Grafik 1.25. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama
148.90
77.89
42.75
-20.30-41.10
-30.95-41.71
-25.77
-20.72-22.275.92
-3.87 0.69
-100
-50
0
50
100
150
200
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I Trw II Trw III Trw
IV
Trw I
2011 2012 2013 2014
Lainnya Batu Bara, Kokas dan Briket
Fixed Vegetable Oil Crude Rubber
G. Ekspor
0
500
1,000
1,500
2,000
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I
2011 2012 2013 2014
Crude Rubber Fixed Vegetable Oil
Batu Bara, Kokas dan Briket Lainnya
Pulp dan Paper
(%) juta USD
Volume (ton)
EKONOMIMAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I - 2014
24
Grafik 1.26. Volume Ekspor Non Migras Provinsi Jambi
Grafik 1.27. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi didominasi oleh negara
Jepang yang mencapai USD 45,79 juta (10,40%) dan diikuti oleh Amerika Serikat
sebesar USD 43,39 juta (9,85%). Menurunnya ekspor Jambi disebabkan oleh
menurunnya ekspor ke RRC, Singapura, dan Malaysia terutama ekspor komoditas
CPO.
Infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi
merupakan salah satu kendala yang dihadapi pelaku usaha untuk dapat
mengekspor secara langsung ke negara tujuan.
3.2. Impor Luar Negeri Provinsi Jambi
Impor non migas provinsi Jambi tercatat sebesar USD 71,74 juta, turun
sebesar 37,65% (qtq). Namun secara tahunan, impor non migas Provinsi Jambi
meningkat signifikan sebesar 329,84% (yoy). Berdasarkan pangsanya, impor
Jambi didominasi oleh mesin pembangkit tenaga (USD 40,62 juta atau 56,62%).
Grafik 1.28. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
Karet Mentah, 160,253
Pulp dan Kertas (25),
22,885
Minyak, lemak sayur, 18,940
Batu bara, briket, 19,187
Lainnya, 42,355
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I
2012 2013 2014
Lainnya India
Eropa RRC
Jepang Malaysia
34
17
26 31
17
39
82
72 72
-12.16
-50.21
53.52
17.27
-45.35
134.00
110.59
-11.88-1.01
-100
-50
0
50
100
150
200
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I
2012 2013 2014
Impor (juta USD) g. Impor (RHS)
juta USD
EKONOMIMAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
Grafik 1.29. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I
2012 2013 2014
Lainnya
Alat Pengangkutan Lainnya
Mesin Pembangkit Tenaga
Mesi Industri dan Perlengkapannya
Besi dan Baja
Mesin Industri Tertentu/Khusus
Impor (juta USD)
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
27
27
BOKS. 1 DAMPAK KETENTUAN MINERBA TERHADAP
PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Boks.1
PERKEMBANGAN KINERJA SEKTOR PERTAMBANGAN SERTA
DAMPAK KETENTUAN MINERBA TERHADAP SEKTOR PERTAMBANGAN
JAMBI (Sumber: Liaison ke Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jambi dan Asosiasi Pengusaha
Batubara Indonesia tanggal 7 dan 11 April 2014)
Batubara merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting
dalam kehidupan manusia yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit
tenaga listrik dan industri pengolahan disamping BBM. Batubara merupakan
salah satu energi alternatif karena lebih hemat dibandingkan solar.
Indonesia adalah salah satu negara pengekspor batubara dan Provinsi
Jambi merupakan salah satu provinsi yang memiliki sumber daya batubara. Di
Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan
Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera
dan Kalimantan), sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batu bara
walaupun dalam jumlah kecil dan belum dapat ditentukan keekonomisannya,
seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi.
Pada tahun 2014, Kementerian ESDM menerbitkan Peraturan Menteri
ESDM No.1 tahun 2014. Peraturan tersebut berpotensi memberikan dampak
terhadap sektor pertambangan Jambu terutama dari sisi produksi dan ekspor.
Profil sektor Pertambangan di Jambi
Terdapat 398 izin pertambangan yang terdiri dari 379 izin batubara dan
9 biji besi yang terbit sejak tahun 2007. Dari 379 izin batubara yang telah
diterbitkan, baru 43 perusahaan (izin) yang telah melakukan aktivitas produksi.
Untuk biji besi, dari 9 izin yang telah diterbitkan, baru 2 perusahaan (izin) yang
telah melakukan produksi biji besi.
Lokasi izin batu bara yang diterbitkan berada di wilayah Bungo,
Sarolangun dan Batanghari sedangkan lokasi biji besi berada di wilayah
Merangin. Penerbitan izin baru batubara saat ini belum bisa dilakukan karena
sesuai UU yang baru, penerbitan izin baru harus melalui proses lelang.
28
28
BOKS. 1 DAMPAK KETENTUAN MINERBA TERHADAP
PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Produksi dan Distribusi Sektor Pertambangan Jambi
Berdasarkan data PDRB Provinsi Jambi, sektor pertambangan dan
penggalian selama tahun 2010 sampai triwulan I -2014 memberikan kontribusi
rata-rata sekitar 12,8% atau keempat terbesar setelah pertanian, perdagangan,
hotel dan restoran dan industri pengolahan.
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
2010 2011 2012 2013 2014
9. JASA-JASA
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH.
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN
5. BANGUNAN
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
1. PERTANIAN
Rata-rata produksi batubara di Provinsi Jambi selama tahun 2011 2012
mencapai 7,4 juta ton per tahun. Namun demikian pada tahun 2013, kapasitas
produksi batubara di Provinsi Jambi turun menjadi 6,9 juta ton per tahun.
Penurunan produksi pada tahun 2013 dipengaruhi oleh menurunnya harga
batubara serta masih adanya stok yang melimpah sisa produksi tahun
sebelumnya.
Harga jual batubara sangat tergantung pada harga pasar dunia dan
selama tahun 2013 dan perkiraan tahun 2014, harga batubara menurun
menjadi hanya sebesar 50% (menjadi US$ 22/metrik kubik) dibanding harga
tahun 2010 (US$42/metrik kubik). Penurunan harga batubara dan produksi
mempengaruhi ekspor batubara Provinsi Jambi yang menunjukkan tren
penurunan sebagaimana grafik berikut:
29
29
BOKS. 1 DAMPAK KETENTUAN MINERBA TERHADAP
PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Menyikapi penurunan harga tersebut, Pemerintah Provinsi Jambi
berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten akan mengeluarkan kebijakan
pembatasan kuota produksi batubara pada tahun 2015. Adapun kuota produksi
yang diusulkan adalah 10,2 juta ton per tahun (kesepakatan antara pemerintah
provinsi dan kabupaten dengan memperhatikan realisasi produksi kuota saat ini)
Selain bertujuan untuk menyikapi penurunan harga, pemberlakuan kuota
tersebut juga bertujuan untuk menjaga persediaan batubara di pasar.
Sampai dengan tahun 2013, dari 2 perusahaan yang melakukan izin
usaha tambang biji besi tinggal 1 yang melakukan izin usaha dan 1 perusahaan
lainnya vacum/stagnan karena kualitas biji besi di wilayah penambangannya
rendah sehingga mempengaruhi marjin keuntungan perusahaan tersebut dan
lokasi cadangan biji besi yang memiliki karakter menyebar (tidak mengumpul
pada satu area) juga mempengaruhi biaya produksi perusahaan tersebut.
2013 2014
TW I TW I *) **)
1 Batu Bara, Kokas dan Briket (32)
- NilaiNilai 24,819 66,576 247,647 165,967 111,983 16,759 19,187
- VolumeVolume 525,025 1,538,786 4,828,824 4,383,040 3,153,234 558,507 664,740
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, data diolah.
*) data sementara Februai 2014
**) data sangat sementara Maret 2014
EKSPOR NONMIGAS BATUBARA MENURUT KODE SITC 2 DIGIT DI PROPINSI JAMBI
Kelompok SITC 2009 2010 2011 2012 2013
30
30
BOKS. 1 DAMPAK KETENTUAN MINERBA TERHADAP
PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Batubara yang diproduksi di Provinsi Jambi memiliki kualitas menengah
ke bawah sehingga pangsa ekspornya sebagian besar ke negara-negara di Asia.
Hanya batubara yang diproduksi di Rantau Pandan yang memiliki kualitas tinggi.
Orientasi permintaan/penjualan batubara adalah 80% ekspor dengan tujuan
India (75%) dan Malaysia, Cina, Korea dan Jepang (5%) serta 20% domestik.
Ekspor batubara sebesar 70% melalui Pelabuhan Talang Duku dan 20% melalui
Pelabuhan Tanjung Jabung dan sisanya melalui Pelabuhan Teluk Bayur.
Produksi batubara terbesar di Provinsi Jambi terdapat di Kabupaten
Bungo dengan pangsa ekspornya ke negara Cina, Korea, Jepang, Malaysia dan
India. Proses ekspor batubara dari Kabupaten Bungo tersebut dilakukan melalui
Pelabuhan Teluk Bayur dengan pertimbangan efisiensi biaya distribusi.
Selain Bungo, Kabupaten Sarolangun juga memiliki tambang batubara
yang hasil produksinya sebagian besar diekspor ke India. Produksi di Kabupaten
Sarolangun tersebut berada pada level konstan karena terikat kontrak dengan
jangka di atas 1 tahun dan jenis batubara yang dihasilkan di Provinsi Jambi
adalah jenis low calori yang digunakan untuk kegiatan PLTU di India sesuai
dengan spesifikasi mesin yang mereka miliki.
Ke depan, permintaan batubara dari pasar domestik diperkirakan akan
meningkat seiring dengan rencana pembangunan 5 (lima) pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU) di wilayah Provinsi Jambi dengan rencana wilayah di Tebo ( 2
unit) dan antara Sarolangun dan Batanghari (Kecamatan Batin 24 dan
Mandiangin direncanakan dibangun 3 unit). Saat ini terdapat 1 (satu) PLTU yang
beroperasi di Desa Samaran, Kabupaten Sarolangun. PLTU tersebut dikelola oleh
PT Permatan Prima Elektrindo (PPE) berdaya 7 Mega Watt dengan konsumsi
5.000 ton batu bara per bulan.
Kendala yang dihadapi
1. Penurunan margin keuntungan akibat rendahnya harga batubara
internasional sementara biaya produksi terus meningkat. Margin
keuntungan berkurang sebesar 60% sehingga mempengaruhi usaha
pertambangan. Penurunan margin akan semakin dalam jika wacana
31
31
BOKS. 1 DAMPAK KETENTUAN MINERBA TERHADAP
PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
peningkatan royalti kepada pemerintah yang sebelumnya 7,5% menjadi
13,5% direalisasikan.
2. Isu dampak lingkungan penggunaan batubara.
3. Keterbatasan Infrastruktur
Untuk mengatur jalur pengangkutan batubara di Provinsi Jambi, Pemerintah
Provinsi Jambi telah menerbitkan ketentuan Perda No.13 tahun 2012 dan
Peraturan Gubernur Jambi No.18 tahun 2013. Dalam ketentuan tersebut
dijelaskan bahwa jalur yang diperbolehkan untuk pengangkutan batubara
hanya melalui jalan darat yang diatur khusus dan angkutan sungai. Jalur
darat khusus sebagaimana dimaksud dalam ketentuan tersebut sampai saat
ini belum tersedia, sedangkan jalur sungai memiliki tingkat ketergantungan
yang tinggi terhadap debit air sungai (dalam keadaan air pasang muatan
kapal mencapai 2.000 ton, sedangkan dalam kondisi surut muatan kapal
hanya sebesar 800 ton). Dengan demikian, keberadaan ketentuan tersebut
saat ini masih menjadi kendala yang cukup mengganggu bagi bisnis
perusahaan batubara.
Solusi sementara yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi dalam
menyiasati keterbatasan infrastruktur jalan tersebut adalah:
a. Pembentukan konsorsium pengusaha batubara Provinsi Jambi untuk
membangun jalan khusus batubara. Namun demikian, rencana tersebut
belum dapat direalisasikan karena terkendala biaya.
b. Memaksimalkan angkutan sungai
c. Menggunakan jalan provinsi
d. Usulan pemberlakuan waktu khusus bagi distribusi batubara via jalan
darat.
4. Keterbatasan pelabuhan yang mempengaruhi ekspor yang tercatat sebagai
ekspor Provinsi Jambi
Saat ini Provinsi Jambi belum memiliki pelabuhan samudera sehingga
sebagian besar ekspor batubara dari Provinsi Jambi dilakukan melalui
pelabuhan Provinsi lain (Teluk Bayur). Apabila kondisi ini tidak segera
32
32
BOKS. 1 DAMPAK KETENTUAN MINERBA TERHADAP
PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
ditindaklanjuti, maka akan berpengaruh terhadap penghitungan neraca
perdagangan dan PDRB Provinsi Jambi.
5. Peraturan minerba yaitu Undang-Undang No.4 tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan dan Batubara diterbitkan tanggal 12 Januari
2009 dan sampai dengan saat ini baru terdapat 7 petunjuk teknis yang
dikeluarkan dari 22 petunjuk teknis yang rencananya akan keluar (masih
dapat menggunakan ketentuan yang lama sepanjang tidak saling
bertentangan). Namun perubahan petunjuk teknis tersebut mempengaruhi
rencana jangka panjang perusahaan.
Dampak Undang-undang Minerba
Dengan terbitnya Peraturan Menteri ESDM No.7 tahun 2012 mengenai
peningkatan nilai tambah mineral terkait ekspor dalam bentuk bahan mentah
mineral, 1 perusahaan izin usaha tambang biji besi mengajukan permohonan ke
Kementerian ESDM guna mendapatkan kuota ekspor 240 ribu ton biji besi ke
Cina dengan kadar biji besi 62% (Permen ESDM mewajibkan ekspor dengan
kadar biji besi 92% sehingga untuk memperoleh pengecualian kadar biji besi
melalui pengajuan ke Kementerian ESDM).
Pada tahun 2014, Kementerian ESDM menerbitkan Peraturan Menteri
ESDM No.1 tahun 2014 untuk melengkapi Peraturan Menteri ESDM No.7 tahun
2012. Berdasarkan ketentuan baru tersebut, perusahaan yang memperoleh izin
usaha tambang biji besi di atas diperbolehkan untuk melakukan ekspor biji besi
dikarenakan kadar biji besi yang diproduksi memiliki kadar 66% (memenuhi
syarat minimal 62%) sampai dengan bulan Januari 2017 dan tidak diterapkan
kuota.
Karena masih banyaknya izin pertambangan yang belum dioptimalkan,
implementasi Minerba belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
produksi batubara di Provinsi Jambi.
Terkait ketentuan mengenai pembangunan smelter (pengolahan dan
pemurnian mineral), perusahaan tersebut belum memiliki rencana bisnis untuk
membangun smelter karena faktor biaya investasi yang cukup besar dan rencana
33
33
BOKS. 1 DAMPAK KETENTUAN MINERBA TERHADAP
PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI
TRIWULAN I - 2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
jangka pendek yang akan dilakukan adalah menjalin kerjasama dengan
perusahaan lain di Cilegon.
Rekomendasi
1. Dukungan infrastruktur dari pemerintah daerah terhadap angkutan
batubara berupa kemudahan dalam pengurusan pembebasan tanah untuk
fasilitas jalan menuju tempat pertambangan sejalan dengan Peraturan
Gubernur Provinsi Jambi No. 18 tahun 2013 tentang jalur khusus
pengangkutan batubara.
2. Percepatan pembangunan pelabuhan samudera Ujung Jabung untuk
memperlancar kegiatan ekspor dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jambi.
3. Peraturan minerba yang jelas dan dikomunikasikan kepada asosiasi
pertambangan batubara.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
35
BAB II INFLASI
A. Kajian Umum
Pada triwulan I-2014, inflasi kota Jambi tercatat 7,51%(yoy), menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya (8,74%), namun lebih tinggi dari inflasi
nasional (7,32%) dan rata-rata inflasi triwulan I dalam tiga tahun terakhir
(5,85%) (gambar 2.1). Sementara itu inflasi Bungo tercatat sebesar 6,28% (yoy)
dan berada di bawah inflasi nasional13
.
Gambar 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Berdasarkan asesmen Bank Indonesia, faktor utama meningkatnya inflasi
kota Jambi disebabkan oleh meningkatnya inflasi administered prices sebesar
19,13% (yoy). Sumber utama peningkatan inflasi administered prices adalah
meningkatnya tarif angkutan udara sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No.
PM 2 Tahun 2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Pelayanan
Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri yang diberlakukan
per tanggal 1 Maret 2014, serta meningkatnya harga elpiji ukuran 12 kg sesuai
kebijakan yang diberlakukan oleh Pertamina14
.
13
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari
sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66
kota menjadi 82 kota. 14
Perhitungan disagregasi inflasi berdasarkan sub kelompok barang.
7.99
4.45
5.31
2.76 3.90
6.80
4.43
4.22
6.06
5.24
7.96
8.74 7.58
6.655.54
4.613.79
3.97
4.53 4.31
4.305.90
5.90
8.40
8.387.32
0
5
10
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2011 2012 2013 2014
Persen (%)
Kota Jambi Nasional
INFLASI
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
36
Gambar 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy)
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di kota
Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar 1,00%, sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya (1,04%). Pergerakan angka inflasi bulanan
(m-t-m) pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2014 masing-masing sebesar
1,56%, -0,78% dan 0,22%. Sementara itu, perkembangan harga di Bungo
tercatat sebesar 1,26%, sedikit lebih tinggi dibandingkan kota Jambi dengan
pergerakan angka inflasi bulanan (m-t-m) pada bulan Januari, Februari, dan
Maret 2014 masing-masing sebesar 1,11%, 0,51% dan -0,35%.
Tingkat inflasi di Kota Jambi berada di urutan ke-7 (tujuh) dari daftar kota
dengan tingkat inflasi tertinggi di Sumatera. Sementara Bungo menempati urutan
ke-11 (sebelas). Inflasi tertinggi terjadi di kota Tanjung Pinang, sedangkan inflasi
terendah terjadi di Kota Lhokseumawe (gambar 2.3).15
15
Sumber: DSM, Bank Indonesia.
6.155.50
9.09 8.52 8.84
3.72 3.12 2.623.27 3.86
11.47
9.89
15.38
11.93
4.185.73 5.94
16.24
18.73 19.13
-5
-3
-1
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2013 2014
%(y-o-y) Umum Inflasi Inti Volatile Foods Administered Prices
INFLASI
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
37
Gambar2.3. Perbandingan Inflasi (yoy) Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per Maret 2014
Sumber :DSM Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jambi
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan kelompoknya, sumbangan terbesar inflasi di kota Jambi pada
triwulan ini bersumber dari kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan
dengan kontribusi sebesar 0,29% (qtq) (tabel 2.1). Tingginya inflasi kelompok
transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (1,56%) disebabkan oleh perayaan
Imlek dan kenaikan tarif pesawat udara seiring dengan Peraturan Menteri
Perhubungan No 2 tahun 2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif
Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam Negeri (tabel
2.2).
Selain itu, kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar juga
memberikan sumbangan inflasi yang cukup besar, yaitu sebesar 0,27%, seiring
dengan kebijakan Pertamina menaikkan harga jual elpiji ukuran 12 kg walaupun
telah dilakukan koreksi oleh Pertamina dari semula Rp 3.900,00 per kg menjadi
Rp 1.000 per kg. Selain itu, kenaikan harga elpiji ukuran 12 kg secara tidak
langsung juga memicu kenaikan harga elpiji ukuran 3 kg karena banyaknya
masyarakat yang beralih menggunakan elpiji dari ukuran 12 kg menjadi 3 kg.
Tidak meratanya distribusi elpiji di kota Jambi juga mempengaruhi pembentukan
harga pasar.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau memberikan
kontribusi 0,19% yang disumbangkan oleh sub kelompok makanan jadi berupa
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
Lhok
seum
awe
Band
ar La
mpu
ng
Pale
mba
ng
Pang
kal P
inan
g
Sibo
lga
Band
a Ac
eh
Bung
o
Pada
ng Si
dem
puan
Dum
ai
Peka
nbar
u
Jam
bi
Bata
m
Med
an
Beng
kulu
Pada
ng
Pem
atan
g Sia
ntar
Tanj
ung P
inan
g
Inflasi Nasional
INFLASI
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
38
nasi dengan lauk, empek-empek dan siomay, sebagai imbas dari kenaikan elpiji.
Kelompokbahan makanan juga memberikan kontribusi sumbangan terhadap
inflasi sebesar 0,14% karena pada awal tahun terdapat penurunan kualitas dan
kuantitas hasil panen akibat tingginya curah hujan. Tingginya curah hujan
tersebut juga mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah longsor yang
mengganggu jalur distribusi (jalur lintas Sumatera).
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy
I. BAHAN MAKANAN 7.15 11.58 0.03 9.87 9.10 15.39 -4.14 12.10 0.51 5.15
a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 0.15 8.36 -1.96 5.97 4.75 5.89 2.21 5.12 0.36 5.34
b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 8.82 1.81 5.24 3.18 5.57 11.45 -8.30 10.88 -0.71 1.16
c. IKAN SEGAR 2.40 2.53 -2.15 2.39 7.53 8.43 -1.62 6.00 4.30 7.96
d. IKAN DIAWETKAN 1.27 7.82 4.49 2.44 2.49 7.82 2.43 11.09 10.08 20.74
e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 3.27 7.17 -3.00 5.26 5.49 4.23 0.11 5.78 0.81 3.27
f. SAYUR-SAYURAN 2.51 16.53 1.42 13.90 22.26 26.44 -11.77 12.13 9.31 19.57
g. KACANG-KACANGAN 2.16 23.73 -0.55 21.63 0.60 3.79 22.97 25.69 0.24 23.32
h. BUAH-BUAHAN 9.29 15.97 -6.63 12.21 8.86 6.42 -7.11 3.18 7.67 1.66
i. BUMBU-BUMBUAN 57.85 69.91 6.33 57.01 24.17 97.12 -22.08 62.39 -22.17 -19.94
j. LEMAK DAN MINYAK -0.59 -6.54 -2.22 -6.71 2.77 -4.29 3.98 3.87 7.50 12.33
k. BAHAN MAKANAN LAINNYA 0.67 6.02 4.80 12.68 0.48 5.03 -1.71 4.20 1.00 4.54
II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0.88 4.77 1.59 5.12 1.44 4.56 2.30 6.34 1.18 6.66
a. MAKANAN JADI 0.83 2.90 1.99 4.70 2.11 5.66 3.57 8.75 1.67 9.66
b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.34 9.35 0.31 5.18 -0.40 -0.22 -0.46 -0.22 0.60 0.05
c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 1.31 6.58 1.40 6.09 0.95 4.87 0.92 4.66 0.41 3.73
III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 0.50 5.38 1.78 4.89 1.08 3.73 3.03 6.52 1.24 7.31
a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.10 6.86 0.46 5.36 1.49 3.60 1.34 3.43 0.59 3.93
b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.80 3.56 4.98 5.12 0.75 4.62 7.01 14.08 2.48 15.98
c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 0.67 0.94 0.18 1.16 0.26 1.03 2.21 3.34 1.05 3.73
d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 1.95 5.92 1.15 4.37 0.31 3.85 1.01 4.49 1.26 3.78
IV. SANDANG -0.04 2.81 -2.36 -0.05 0.79 -0.41 0.76 -0.89 0.69 -0.17
a. SANDANG LAKI-LAKI 0.29 1.82 0.71 3.15 0.92 2.02 0.70 2.64 -0.12 2.23
b. SANDANG WANITA 0.12 -0.34 0.62 1.38 1.09 2.18 -0.72 1.11 0.65 1.64
c. SANDANG ANAK-ANAK 0.58 7.57 0.14 1.13 0.60 1.19 0.57 1.91 0.77 2.10
d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA -0.88 2.77 -9.10 -4.75 0.55 -5.78 2.30 -7.32 1.30 -5.28
V. KESEHATAN 0.55 1.69 0.39 2.06 0.17 1.62 0.93 2.06 0.58 2.09
a. JASA KESEHATAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.18 0.18
b. OBAT-OBATAN 1.15 4.46 0.48 4.77 0.13 1.77 0.89 2.68 0.33 1.84
c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 5.78 1.85 7.52 0.00 7.39 6.61 8.57 0.00 8.57
d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0.97 1.05 0.37 1.51 0.43 1.81 0.40 2.18 1.30 2.51
VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0.33 1.91 -0.10 1.70 0.92 1.27 0.29 1.44 0.56 1.67
a. JASA PENDIDIKAN 0.00 1.73 0.00 1.73 1.06 1.06 0.05 1.11 0.00 1.11
b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 3.44 0.00 0.76 4.02 4.02 0.00 4.02 1.28 5.34
c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 1.18 3.59 -0.74 2.30 -0.97 -0.24 1.19 0.64 3.37 2.82
d. REKREASI 0.94 0.48 0.09 1.46 1.40 2.91 0.41 2.87 -0.49 1.41
e. OLAHRAGA 0.00 0.93 0.17 0.23 0.00 0.17 0.21 0.38 0.17 0.56
VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.38 4.90 0.20 4.59 17.14 18.95 -0.55 18.34 1.56 18.55
a. TRANSPOR 2.05 6.63 0.29 6.37 25.27 27.50 -0.84 27.12 2.07 27.14
b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.19 0.19
c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 0.00 4.24 0.00 2.94 0.91 3.88 0.59 1.50 1.06 2.58
d. JASA KEUANGAN 0.00 0.71 0.41 1.12 0.00 0.41 0.00 0.41 0.00 0.41
INFLASI (UMUM) 2.08 6.06 1.82 5.24 3.53 7.96 1.04 8.74 1.00 7.58
Sumber: BPS (diolah)
Triwulan I-2014Triwulan I-2013 Triwulan II-2013 Triwulan III-2013 Triwulan IV-2013KELOMPOK/SUBKELOMPOK
Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn
I Bahan Makanan 7.15 1.46 0.03 0.57 9.10 0.76 -4.14 0.13 0.51 0.14
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.88 0.27 1.59 0.27 1.44 0.52 2.30 0.30 1.18 0.19
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.50 0.17 1.78 0.34 1.08 0.43 3.03 0.48 1.24 0.27
IV Sandang -0.04 -0.04 -2.36 -0.10 0.79 0.11 0.76 -0.01 0.69 0.05
V Kesehatan 0.55 0.02 0.39 0.02 0.17 0.02 0.93 0.04 0.58 0.02
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.33 0.02 -0.10 0.00 0.92 0.05 0.29 0.01 0.56 0.03
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.38 0.17 0.20 0.72 17.14 1.64 -0.55 0.11 1.56 0.29
INFLASI 2.08 2.08 1.82 1.82 3.53 3.53 1.04 1.04 1.00 1.00
Sumber: BPS (diolah)
Triwulan I-2014
(q-t-q, %)
Triwulan IV-2013
(q-t-q, %)
Triwulan III-2013
(q-t-q, %)
Triwulan II-2013
(q-t-q, %)KELOMPOK
Triwulan I-2013
(q-t-q, %)
INFLASI
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
39
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar adalah cabe merah; bahan bakar rumah tangga; dan daging ayam ras
(Januari2014), angkutan udara dan (Februari 2014) dan udang basah (Maret
2014).
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I-2014
TW I-2014 TW I-2014
Sumbangan Sumbangan
JANUARI JANUARI
1 Cabe Merah 0.4593 1 Bawang Merah -0.1533
2 Bahan Bakar RT 0.2467 2 Udang Basah -0.0277
3 Daging Ayam Ras 0.2191 3 Angkutan Udara -0.0227
4 Cabe Rawit 0.0801 4 Gabus -0.0202
5 Telur Ayam Ras 0.0781 5 Cumi-Cumi -0.0168
6 Nila 0.0715 6 Pepaya -0.0115
7 Bayam 0.0458 7 Papan -0.0076
8 Mobil 0.0453 8 Sawi Putih -0.0073
9 Kangkung 0.0420 9 Nanas -0.0058
10 Teri 0.0356 10 Cabe Hijau -0.0050
1.3235 -0.2779
FEBRUARI FEBRUARI
1 Angkutan Udara 0.1076 1 Cabe Merah -0.4191
2 Pisang 0.0502 2 Daging Ayam Ras -0.2129
3 Daun Singkong 0.0356 3 Bawang Merah -0.1688
4 Minyak Goreng 0.0301 4 Bahan Bakar RT -0.1146
5 Nasi dengan Lauk 0.0277 5 Gabus -0.0672
6 Emas Perhiasan 0.0225 6 Bayam -0.0459
7 Cumi-cumi 0.0202 7 Udang Basah -0.0447
8 Terong Panjang 0.0169 8 Lambak -0.0340
9 Upah Pembantu RT 0.0145 9 Jeruk -0.0222
10 Keramik 0.0120 10 Ketimun -0.0217
0.3373 -1.1511
MARET MARET
1 Angkutan Udara 0.0999 1 Cabe Merah -0.4324
2 Udang Basah 0.0977 2 Telur Ayam Ras -0.0117
3 Nila 0.0731 3 Daging Ayam Ras -0.0407
4 Nasi dengan Lauk 0.0552 4 Kangkung -0.0275
5 Minyak Goreng 0.0475 5 Tomat Buah -0.0220
6 Jeruk 0.0354 6 Emas Perhiasan -0.0215
7 Sawi Hijau 0.0229 7 Gabus -0.0150
8 Bahan Bakar RT 0.0216 8 Tomat Sayur -0.0150
9 Patin 0.0209 9 Cabe Hijau -0.0111
10 Kelapa 0.0205 10 Kerang -0.0077
0.4947 -0.6046
Sumber : BPS (diolah)
10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI
Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas
INFLASI
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
40
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan
makanan mengalami
inflasi sebesar 0,51%(qtq)
dengan sumbangan inflasi
mencapai 0,14%. Tren
harga bahan makanan
mengalami kenaikan yang
signifikan di awal tahun
karena berkurangnya pasokan akibat turunnya kuantitas dan kualitas hasil panen
seiring dengan tingginya curah hujan di Jambi dan daerah penghasil hortikultura
lainnya. Harga cabe merah meningkat tajam dari Rp 25.200,00 per kg di bulan
Desember 2013 menjadi Rp 39.074,00 per kg di bulan Januari 2014. Namun
demikian, mulai membaiknya cuaca di Pulau Sumatera memberikan efek positif
bagi kelancaran jalur distribusi (jalur lintas Sumatera) sehingga harga cabe merah
turun cukup signifikan di bulan Maret 2014 menjadi Rp 18.393 per kg.
Harga daging-dagingan pada triwulan I-2014 cenderung stabil meskipun
terdapat perayaan Imlek pada bulan Januari 2014. Harga daging ayam ras pada
bulan Januari 2014 meningkat dari Rp22.433,00 per kg di bulan Desember
2013menjadi Rp 26.204,00 per kg di bulan Januari 2014, lalu turun menjadi
23.333,00 per kg di bulan Februari 2014 dan Maret 2014 Rp22.583,00.
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.6. Perkembangan Harga Daging
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
9000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012 2013 2014
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Jagung internasional (aksis kiri)
Jagung pipilan kering (aksis kanan)
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
110,000
120,000
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014
(Rp/Kg)
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
Daging Ayam Broiler, LHS Daging Sapi Murni, RHS
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2013 2014
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/kg)
Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa Bawang Merah
INFLASI
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
41
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Beras
Harga beras di tingkat internasional menunjukkan penurunan sebesar
2,41%. Sejalan dengan hal tersebut, harga beras di Jambi pada triwulan laporan
juga menurun sebesar 0,36% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Perkembangan
harga tepung terigu merk
Segitiga Biru pada triwulan
laporan relatif stabil di level
Rp10.000/kg. Sementara di
tingkat internasional, harga
gandum yang merupakan
bahan baku tepung terigu
mengalami penurunan
sebesar 5,54% (qtq).16
Harga rata-rata Crude
Palm Oil(CPO) di tingkat
internasional pada triwulan
laporan meningkat 4,35%
dibandingkan triwulan
sebelumnya, yaitu dari USD
783,83/metric ton meningkat
menjadi USD 817,94/metric
16
Satu bushel setara dengan 27 kg.
150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
0
100
200
300
400
500
600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012 2013 2014
Th
ou
san
ds
(Rp ribu/Kg)
Sumber: Bloomberg, indexmundi.com & Disperindag Prov. Jambi
(USD/CWT)
Beras internasional (aksis kiri)
Beras King (aksis kanan)
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 2.9. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012 2013 2014
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Wheat/Gandum (aksis kiri) Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
0
500
1000
1500
2000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012 2013 2014
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(Ringgit/Ton)
CPO internasional (aksis kiri)
Minyak goreng lokal (aksis kanan)
INFLASI
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
42
ton. Sejalan dengan harga internasional, harga minyak goreng lokal juga
meningkat dari Rp10.500/liter triwulan lalu menjadi Rp11.817/liter.
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi 1,18% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi
tercatat pada sub kelompok makanan jadi yaitu sebesar 1,67% (qtq) yang
disebabkan oleh kenaikan jenis barang seperti nasi dengan lauk, kopi bubuk,
ayam goreng, teh manis, roti manis, empek-empek dan siomay pada bulan Maret
2014. Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar
0,60% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami
deflasi sebesar 0,46%. Inflasi kedua sub kelompok tersebut mengikuti kenaikan
harga bahan bakar elpiji dan UMP.
Sub kelompok makanan terakhir yaitu tembakau dan minuman
beralkohol mengalami inflasi 0,41% (qtq), dipengaruhi oleh kenaikan harga
rokok kretek filter terkait pajak rokok sesuai dengan Undang-Undang No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berlaku mulai 1
Januari 2014.
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I-
2014 mengalami inflasi sebesar 1,24% (qtq), lebih rendah dari triwulan
sebelumnya (3,03% (qtq)), dengan laju inflasi tahunan 7,31%(yoy). Berdasarkan
sub kelompoknya, inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga pada sub
kelompok bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 2,48% (qtq),
penyelenggaraan rumah tangga sebesar 1,26% (qtq), perlengkapan rumah
tangga sebesar 1,05% (qtq), serta biaya tempat tinggal sebesar 0,59% (qtq).
Pemicu terjadinya inflasi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air
adalah kenaikan harga elpiji 12 kg oleh Pertamina yang berefek pada kenaikan
harga elpiji 3 kg serta adanya faktor distribusi yang tidak merata.
INFLASI
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
43
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang
pada triwulan I-2014 secara
tahunan mengalami deflasi
sebesar sebesar 0,17%(yoy)
setelah pada triwulan
sebelumnya juga mengalami
deflasi sebesar 0,89% (yoy).
Secara triwulanan, kelompok
sandang mengalami inflasi
sebesar 0,69% (qtq). Terjadinya inflasi pada kelompok ini terutama
disumbangkan oleh inflasi barang yang tergolong barang pribadi dan sandang
lainnya (1,30% (qtq)). Terjadinya krisis di Krimea akibat pengambilalihan
(aneksasi) oleh Rusia dikhawatirkan akan memicu konfrontasi paling serius paska
perang dingin yang pada akhirnya berpotensi mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi global. Kondisi tersebut mendorong investor untuk kembali memegang
emas sehingga mempengaruhi peningkatan harga emas internasional. Namun
demikian pemangkasan stimulus sebesar US$ 10 miliar oleh The Fed serta adanya
rencana The Fed untuk meningkatkan suku bunga menjadi faktor penahan
meningkatnya harga emas internasional.17
5. Kelompok Kesehatan
Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami
inflasi sebesar 0,58% (qtq), menurun dari triwulan sebelumnya (0,93% (qtq)).
Inflasi yang terjadi utamanya bersumber dari meningkatnya harga produk
perawatan jasmani dan kosmetika (1,30% (qtq)) sedangkan tarif jasa perawatan
jasmani relatif stabil.
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi sebesar
0,56% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (0,29% (qtq)). Kenaikan
17
Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram
(http://en.wikipedia.org)
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
0
500
1000
1500
2000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2012 2013 2014
Sumber: Bloomberg
(USD/troy ounce)
INFLASI
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
44
inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga perlengkapan/peralatan
pendidikan (3,37% (qtq)) serta tarif kursus-kursus/pelatihan (1,28% (qtq)).
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami
peningkatan harga sebesar 1,56% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami deflasi sebesar 0,55% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi
pada kelompok ini utamanya bersumber dari sub kelompok transpor sebesar
2,07% (qtq) atau 27,14% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh permintaan
transportasi udara yang meningkat sehubungan perayaan Imlek dan kenaikan
tarif pesawat udara seiring dengan Peraturan Menteri Perhubungan No 2 tahun
2014 tentang Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Kelas Ekonomi
Angkutan Udara Niaga Berjadwal dalam Negeri. Tambahan biaya (surcharge)
tersebut akibat kenaikan harga avtur.
Sementara itu, harga rata-rata minyak di pasar internasional naik sebesar
1,52% dibandingkan periode triwulan IV-2013 yaitu dari USD 97,38/barrel,
menjadi USD 98,87/barrel yang dipengaruhi oleh penurunan pasokan minyak
dari negara-negara OPEC dan memanasnya kondisi politik di Ukraina.
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
0,00
25,00
50,00
75,00
100,00
125,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2012 2013 2014
Sumber: Bloomberg
Harga Minyak (USD/Barrel)
INFLASI
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
C. INFLASI KOTA BUNGO
Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi
Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo
dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Kota Bungo
Berdasarkan kelompoknya, sumbangan terbesar sampai dengan posisi
Maret 2014 adalah kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar dengan
inflasi 3,04% (qtq) dan 10,24% (yoy) disumbangkan jenis barang bahan bakar
rumah tangga terkait kenaikan elpiji 12 kg oleh Pertamina dan permintaan sewa
rumah yang meningkat sejalan dengan usaha pertambangan batubara di Kota
Bungo. Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan berkontribusi sebesar
6,51% (yoy) disebabkan oleh perayaan Imlek dan kenaikan tarif pesawat udara
seiring dengan Peraturan Menteri Perhubungan No 2 tahun 2014 tentang
Besaran Biaya Tambahan Tarif Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga
Berjadwal dalam Negeri (tabel 2.4) dan angkutan udara ini pada bulan Februari
2014 mengalami deflasi seiring dengan berakhirnya musim liburan Tahun Baru.
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 1,87% (qtq) atau 5,61% (yoy) yang didominasi sub kelompok
minuman yang tidak beralkohol akibat kenaikan kopi manis pada bulan Februari
2014 seiring dengan kenaikan bahan bakar elpiji oleh Pertamina dan sub
kelompok tembakau dan minuman beralkohol akibat kenaikan harga rokok
kretek filter.
Maret
2014
mtm Sumbangan mtm Sumbangan mtm Sumbangan ytd Sumbangan yoy
I Bahan Makanan 2.19 0.59 0.11 0.03 -1.61 -0.44 0.66 0.18 5.88
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0.78 0.16 1.18 0.24 -0.09 -0.02 1.87 0.37 5.61
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 2.08 0.36 0.61 0.11 0.33 0.06 3.04 0.54 10.24
IV Sandang 0.08 0.01 0.52 0.04 0.04 0.00 0.64 0.05 5.33
V Kesehatan -0.45 -0.02 0.68 0.03 0.56 0.03 0.78 0.04 4.28
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.25 0.02 0.00 0.00 0.09 0.01 0.35 0.02 2.52
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.03 0.00 0.35 0.05 0.04 0.01 0.41 0.05 6.51
INFLASI 1.11 1.11 0.51 0.51 (0.35) (0.35) 1.26 1.26 6.28
Sumber: BPS (diolah)
KELOMPOKJanuari 2014 Februari 2014 Maret 2014 Maret 2014
INFLASI
KAJIANEKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
46
Tabel 2.5. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm)Kota Bungo Berdasarkan Komoditi Periode triwulan I-2014
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.5.), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar adalah cabe merah; bahan bakar rumah tangga; dan nila (Januari2014),
ketupat/lontong sayur dan kopi manis (Februari 2014) dan udang basah (Maret 2014).
Sedangkan komoditi penyumbang deflasi adalah bawang merah (Januari 2014), cabe
merah, daging ayam ras dan angkutan udara (Februari 2014) dan cabe merah (Maret
2014).
TW I-2014 TW I-2014
Sumbangan Sumbangan
JANUARI JANUARI
1 Cabe Merah 0.3890 1 Bawang Merah -0.0447
2 Bahan Bakar RT 0.1726 2 Sekolah Menengah Pertama -0.0445
3 Tukang Bukan Mandor 0.1604 3 Daun Singkong -0.0334
4 Bayam 0.0885 4 Gabus -0.0321
5 Mie 0.0770 5 Emas Perhiasan -0.0304
6 Rokok Kretek Filter 0.0752 6 Tongkol/Ambu-Ambu -0.0280
7 Cabai Rawit 0.0558 7 Udang Basah -0.0254
8 Nila 0.0517 8 Daging Ayam Ras -0.0207
9 Kangkung 0.0484 9 Gula Pasir -0.0183
10 Teri 0.0397 10 Semangka -0.0179
1.1583 -0.2954
FEBRUARI FEBRUARI
1 Nila 0.1328 1 Bawang Merah -0.2386
2 Ketupat/Lontong Sayur 0.1073 2 Cabe Merah -0.0511
3 Kopi Manis 0.0960 3 Bawang Putih -0.0353
4 Pemeliharaan/Service 0.0805 4 Daging Ayam Ras -0.0311
5 Bahan Bakar RT 0.0554 5 Angkutan Udara -0.0302
6 Cabai Rawit 0.0531 6 Teri -0.0300
7 Jengkol 0.0400 7 Bayam -0.0280
8 Kentang 0.0304 8 Tomat Buah -0.0208
9 Sewa Rumah 0.0261 9 Gula Pasir -0.0142
10 Telur Ayam Ras 0.0253 10 Kembung/Gembung/Banyar/Gembolo/Aso-Aso -0.0089
0.6469 -0.4882
MARET MARET
1 Udang Basah 0.0750 1 Cabe Merah -0.6880
2 Nila 0.0610 2 Bawang Merah -0.0814
3 Daging Sapi 0.0379 3 Kelapa -0.0255
4 Bahan Bakar RT 0.0300 4 Gula Pasir -0.0230
5 Daging Ayam Ras 0.0226 5 Telur Ayam ras -0.0186
6 Serai 0.0182 6 Baju Kaos Berkerah -0.0133
7 Kentang 0.0177 7 Bedak -0.0057
8 Minyak Goreng 0.0164 8 Televisi Berwarna -0.0040
9 Ketimun 0.0114 9 Pembasmi Nyamuk Bakar -0.0033
10 Sabun Mandi 0.0113 10 Teri -0.0030
0.3015 -0.8658
Sumber : BPS (diolah)
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
47
47
BOKS. 2 POTENSI EL NINO DI PROVINSI JAMBI
TAHUN 2014
TRIWULAN I - 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Boks.2
POTENSI EL NINO DI PROVINSI JAMBI (Sumber: Liaison ke Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi jambi
tanggal 7 April 2014)
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) pada tahun 2014 diprediksi akan terjadi El Nino dengan intensitas lemah
yang akan menyebabkan terjadinya cuaca kering. El Nino dapat memberikan
dampak terhadap produksi tanaman baik pangan dan perkebunan serta
berpotensi menyebabkan gangguan transportasi apabila terjadi kabut asap
akibat kebakaran hutan dan kedangkalan sungai. Dampak tersebut sedikit
banyak akan berpengaruh terhadap perekonomian dan inflasi di Jambi.
Meskipun cuaca Pulau Sumatera lebih banyak dipengaruhi oleh Indeks Dipole
Mode walaupun potensi El-Nino tetap perlu diwaspadai dan diantisipasi.
Apa itu El Nino?
El Nino adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan oleh naiknya suhu
permukaan laut Samudera Pasifik sekitar khatulistiwa bagian tengah dan timur.
Naiknya suhu di Samudera Pasifik ini mengakibatkan perubahan pola angin dan
curah hujan yang ada di atasnya. Pada saat normal hujan banyak turun di
48
48
BOKS. 2 POTENSI EL NINO DI PROVINSI JAMBI
TAHUN 2014
TRIWULAN I - 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Australia dan Indonesia, namun akibat El Nino ini hujan banyak turun di
Samudera Pasifik sedangkan di Australia dan Indonesia menjadi kering. Kejadian
El Nino menunjukkan siklus 4-7 tahun sekali, namun setelah tahun 1940-an
frekuensinya cenderung meningkat menjadi 3-5 tahun dengan intensitas
semakin kuat.
Standardized Southern Oscilliation Index (SOI)
Index NINO
49
49
BOKS. 2 POTENSI EL NINO DI PROVINSI JAMBI
TAHUN 2014
TRIWULAN I - 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Apa Dampak El Nino?
Di Indonesia, El Nino 1997/1998 memperburuk kebakaran hutan dan merusak
terumbu karang. Dampak terparah yang langsung dirasakan manusia adalah
kekeringan yang dapat mempengaruhi produksi pangan, berkurangnya pasokan
air untuk pembangkit listrik, keperluan industri, rumah tangga serta ternak. El
Nino yang cukup signifikan biasanya diikuti oleh produksi beras yang rendah
sehingga mengakibatkan inflasi beras menjadi tinggi. Hal ini pernah terjadi di
Indonesia pada 2005-2006 dan 2009-2010.
Apa itu Dipole Mode Event?
Dipole Mode Event (DME) adalah perbedaan anomali dua kutub suhu
permukaan laut (SPL) di Samudera Hindia bagian timur (perairan Indonesia
sekitar Sumatera dan Jawa) dan Samudera Hindia bagian tengah sampai barat
(perairan pantai timur benua Afrika). Di pantai timur Afrika terjadi Dipole Mode
positif karena temperatur air lautnya lebih hangat sementara di barat Sumatera
yang temperaturnya lebih dingin terjadi Dipole Mode negatif. Akibatnya uap air
yang terbentuk di wilayah Indonesia terbawa ke Afrika sehingga sebagian
wilayah Indonesia mengalami kekeringan.
Inflasi Beras dan Pertumbuhan Produksi Beras
50
50
BOKS. 2 POTENSI EL NINO DI PROVINSI JAMBI
TAHUN 2014
TRIWULAN I - 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
Historis Kejadian El-Nino di Provinsi Jambi
a) Tahun 1997
El Nino 1997 merupakan kejadian el-nino dengan level tinggi dimana
dalam bulan Agustus hanya terjadi 4 kali hujan dengan intesitas rendah.
Puncak El Nino terjadi pada bulan September, dimana pada bulan
tersebut tidak terjadi hujan dan disertai dengan cuaca panas dan
munculnya kabut asap akibat kebakaran lahan. Transportasi baik itu via
udara maupun laut/sungai terhalang oleh jarak pandang dan
kedangkalan sungai. Transportasi yang tidak lancar tersebut mengganggu
distribusi barang komoditas pangan sehingga mengakibatkan kenaikan
harga barang atau inflasi.
b) Tahun 2012
Kejadian El-Nino pada tahun 2012 berada pada skala normal, terjadi pada
bulan Agustus 2012 dan ditandai dengan cuaca kering dan munculnya
kabut asap.
Prakiraan Cuaca Provinsi Jambi 2014
Pada tahun 2014, diprakirakan akan terjadi El-Nino dalam skala rendah dengan
indikasi sifat hujan dalam beberapa bulan ke depan di bawah normal. Awal
musim kemarau di Provinsi Jambi diprakirakan terjadi pada akhir bulan Mei 2014
dan puncak musim kemarau diprakirakan akan terjadi pada bulan Agustus dan
September (sesuai siklus El-Nino dengan puncak pada bulan Agustus s.d.
September).
Potensi Dampak El Nino di Jambi
Walaupun diprediksi dengan skala rendah, namun perlu diwaspadai hal-hal
sebagai berikut :
1. Kekeringan berpotensi memunculkan titik api yang memicu kebakaran
hutan
2. Transportasi udara dan laut terganggu terkait kabut asap yang
mempengaruhi jarak pandang serta tingkat kedalaman sungai.
51
51
BOKS. 2 POTENSI EL NINO DI PROVINSI JAMBI
TAHUN 2014
TRIWULAN I - 2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3. Distribusi komoditas pangan tidak lancar sehingga mengakibatkan
bertambahnya biaya transportasi
4. Resiko gagal panen pada tanaman pangan. Kekeringan mengancam
sektor pertanian. Keterlambatan dan musim hujan yang pendek serta
curah hujan yang minim mempengaruhi pembentukan bulir padi hingga
produksi. Suhu udara yang meningkat dan kelembaban udara yang
rendah akan menaikkan aktifitas hama seperti wereng dan tikus serta
penyakit.
5. Resiko inflasi akibat terjadinya penurunan pasokan bahan pangan dan
terganggunya jalur distribusi
Tindakan Antisipasi Dampak El Nino tahun 2014
Upaya antisipasi dampak El Nino di tahun 2014 diantaranya dapat dilakukan
melalui:
1. Mensosialisasikan kepada petani mengenai perubahan iklim terhadap
masa tanam oleh dinas terkait.
2. Menjadwal ulang saat pemupukan, menyesuaikan pola tanam serta
memilih benih tanaman yang berusia pendek dan membutuhkan sedikit
air.
3. Untuk peternakan, perikanan dan rumah tangga perkotaan dilakukan
dengan cara menghemat air termasuk penghematan penggunaan air
tanah.
4. Pemerintah daerah mempertimbangkan pembangunan waduk untuk
menampung air hujan dan sekaligus sebagai objek wisata.
5. Mensiagakan dinas terkait resiko kebakaran hutan.
6. Memastikan ketersediaan beras dan distribusi pemenuhan beras oleh
dinas terkait termasuk komoditas pangan lainnya.
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
53
BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan I-2014 secara umum menunjukkan
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya baik dari sisi aset, penghimpunan
dana maupun penyaluran kredit. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang lebih
besar daripada pertumbuhan kredit menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR)
perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami sedikit penurunan (244 bps)
menjadi sebesar 119,22%. Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin
dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,06% (di
bawah ketentuan 5%), meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu
(1,98%)
A.Perkembangan Kelembagaan20
Secara kelembagaan, jumlah bank dan kantor bank yang beroperasi di wilayah
kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi selama Triwulan I-2014
mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya. Jumlah bank meningkat dari 49
bank menjadi 50 bank yang terdiri dari 32 (tiga puluh dua) bank umum dan 18
(delapan belas) Bank Perkreditan Rakyat (BPR), seiring dengan beroperasinya BPR
Buana Mandiri. Jumlah kantor bank meningkat dari 379 kantor bank menjadi 408
kantor bank. Secara lebih rinci dari 408 kantor bank di Provinsi Jambi tersebut, 378 di
antaranya merupakan kantor bank umum sementara 30 lainnya merupakan kantor
BPR.
Dari 32 (tiga puluh dua) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi
tersebut, 27 (dua puluh tujuh) di antaranya merupakan bank konvensional dengan 3
(tiga) di antaranya memiliki Unit Usaha Syariah (Bank Jambi Unit Usaha Syariah, Bank
20
Rincian jumlah Kantor Bank Umum dan BPR per-kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dapat dilihat
pada halaman lampiran.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
54
CIMB Niaga Unit Usaha Syariah, dan Bank Sinarmas Unit Usaha Syariah), sedangkan 5
(lima) bank lainnya merupakan bank syariah.
Berdasarkan sebaran jumlah kantor bank umum dan BPR, sebagian besar yaitu
34,07% atau 139 (seratus tiga puluh sembilan) berada di kota Jambi, diikuti oleh
Kabupaten Merangin dan Bungo masing-masing sebanyak 41 (empat puluh satu)
kantor (10,05%) dan 39 (tiga puluh sembilan) kantor (9,56%) (Tabel 3.1.). Sementara
kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kota Sungai Penuh,
yaitu hanya sebanyak 8 (delapan) kantor atau sebesar 1,96%.
Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR ProvinsiJambi
Sumber: LBU Bank Indonesia
B.Bank Umum
1. Perkembangan Aset Bank
Total aset bank umum di Provinsi Jambi tumbuh 3,54% dari Rp28,68 triliun
pada triwulan sebelumnya menjadi Rp29,69 triliun yang utamanya didorong oleh
meningkatnya aset bank pemerintah dan bank syariah masing-masing sebesar Rp1,03
triliun (5,65%) dan Rp92,10 miliar (4,27%) (Grafik 3.1.). Pertumbuhan tersebut lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (0,48%). Namun demikian,
secara tahunan, pertumbuhan aset perbankan pada triwulan I-2014 (11,54% (yoy))
mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2013 (15,48% (yoy))
2014
Trw 1 Trw 2 Trw 3 Trw 4 Trw 1
Kota Jambi 133 135 137 138 139 34.07
Bungo 36 36 36 36 39 9.56
Muara Jambi 36 36 36 36 36 8.82
Sarolangun 31 31 31 31 38 9.31
Merangin 31 31 31 31 41 10.05
Batanghari 24 24 24 24 25 6.13
Tebo 23 23 23 23 27 6.62
Tanjung Jabung Barat 22 22 22 22 27 6.62
Kerinci 23 23 23 20 17 4.17
Tanjung Jabung Timur 10 10 10 10 11 2.70
Sungai Penuh 5 5 5 8 8 1.96
T O T A L 374 376 378 379 408 100
JUMLAH BANKPangsa
(%)
2013
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah
Rp19,18 triliun (64,60%), diikuti oleh bank swasta Rp8,26 triliun (27,82%) dan bank
syariah Rp2,25 triliun (7,58%).
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam satuan triliun rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum sebesar
Rp20,07 triliun, meningkat 3,37% (Rp654,42 miliar) dari triwulan sebelumnya
(Rp19,42 triliun) seiring dengan meningkatnya simpanan berjangka yang cukup
signifikan yaitu sebesar 33,28% (qtq). Sementara tabungan dan giro mengalami
penurunan masing-masing sebesar 6,36% (qtq) dan 4,90% (qtq) (Grafik 3.2. dan
tabel 3.2.). Secara tahunan, DPK tumbuh sebesar 8,19% (Rp1,69 triliun), lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan tahun 2013 (6,50%). Berdasarkan komposisinya,
peningkatan terbesar disebabkan oleh meningkatnya penempatan pada deposito dan
tabungan masing-masing sebesar 20,57% (yoy) dan 12,76% (yoy). Sementara itu,
penempatan dana pada giro mengalami penurunan sebesar 15,28% (yoy).
19 20 21 21
23 24 24 24 27 28 29 29
30
8.64 7.65
3.71
1.51
9.76
3.17
1.61 1.29
8.76
4.57
2.53
0.48
3.54
23.61
27.67
25.94
23.12 24.38
19.20 16.80
16.54 15.48
17.04 18.10 17.16 11.54
0
5
10
15
20
25
30
-
5
10
15
20
25
30
35
Q1-11 Q2-11 Q3-11 Q4-11 Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14
Persen
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
56
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Tabel 3.2. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari
bank pemerintah dan mencapai Rp13,24 triliun (65,99%), diikuti oleh bank swasta
nasional Rp5,92 triliun (29,48%) dan bank syariah Rp908,59 miliar (4,53%) (Tabel
3.2). DPK pada bank syariah dan bank pemerintah mampu tumbuh masing-masing
sebesar 6,62% (qtq) dan 1,98% (qtq). Sementara DPK bank swasta mengalami
penurunan sebesar -3,04% (qtq). Namun demikian, secara tahunan, bank swasta
nasional mengalami akselerasi pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai 13,69%
(yoy), sementara bank pemerintah dan bank syariah masing-masing sebesar 7,84%
(yoy) dan 1,98%(yoy).
3,866 3,373 3,688 3,763 3,753 4,120 3,745 3,343 3,179
4,634 5,031 5,089 4,050 5,131 5,388 5,706 4,642 6,187
8,755 9,208 9,141 10,132 9,492 9,646 10,070
11,430 10,703
17,255 17,612 17,918 17,945 18,376
19,155 19,521 19,415 20,069
-
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
24,000
Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14
Rp (dalam jutaan)
Tabungan Simp Berjangka Giro DPK
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I q-t-q y-o-y
11,619,065 11,845,086 11,782,102 11,521,957 12,281,783 12,922,185 12,809,164 12,422,771 13,244,757 6.62% 7.84%
1 2,998,739 2,564,066 2,761,820 2,854,884 2,966,564 3,221,551 2,717,057 2,459,884 2,446,629 -0.54% -17.53%
2 5,693,620 6,033,199 5,802,879 6,560,565 5,989,720 6,074,794 6,292,275 7,365,988 6,811,479 -7.53% 13.72%
3 Simpanan Berjangka 2,926,706 3,247,821 3,217,403 2,106,508 3,325,500 3,625,840 3,799,833 2,596,900 3,986,649 53.52% 19.88%
4,966,221 5,062,932 5,358,250 5,584,108 5,203,578 5,097,258 5,573,083 6,101,268 5,916,091 -3.04% 13.69%
1 721,162 698,067 782,894 690,317 613,758 660,092 750,965 745,775 679,344 -8.91% 10.69%
2 2,746,874 2,828,346 2,974,148 3,155,100 3,080,196 3,043,183 3,270,743 3,543,220 3,371,287 -4.85% 9.45%
3 Simpanan Berjangka 1,498,185 1,536,519 1,601,209 1,738,691 1,509,624 1,393,983 1,551,375 1,812,272 1,865,460 2.93% 23.57%
669,834 703,517 777,150 839,129 890,936 1,135,215 1,138,726 890,976 908,588 1.98% 1.98%
1 146,376 110,927 142,941 217,466 172,681 238,744 276,842 137,808 53,510 -61.17% -69.01%
2 314,065 346,257 364,303 416,756 422,185 528,165 507,246 520,567 520,620 0.01% 23.32%
3 209,393 246,333 269,906 204,907 296,070 368,306 354,638 232,601 334,458 43.79% 12.97%
17,255,120 17,611,536 17,917,502 17,945,194 18,376,298 19,154,658 19,520,974 19,415,015 20,069,436 3.37% 9.21%
1 3,866,278 3,373,061 3,687,655 3,762,667 3,753,003 4,120,387 3,744,864 3,343,467 3,179,483 -4.90% -15.28%
2 8,754,559 9,207,801 9,141,330 10,132,421 9,492,101 9,646,142 10,070,264 11,429,775 10,703,386 -6.36% 12.76%
3 4,634,284 5,030,674 5,088,518 4,050,106 5,131,194 5,388,129 5,705,847 4,641,773 6,186,567 33.28% 20.57%
Giro
Tabungan
Giro
Giro
Simpanan Berjangka
Simpanan Berjangka
Jumlah
Bank Syariah
Tabungan
Giro
Bank Pemerintah
Bank Konvensional
PertumbuhanURAIAN
2012 2013
Tabungan
Bank Swasta Nasional
2014
Tabungan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
Berdasarkan golongan pemilik, tumbuhnya DPK secara tahunan terutama
berasal dari penempatan oleh perseorangan dan Pemerintah Daerah. DPK
perseorangan meningkat Rp1,57 triliun dalam setahun ini menjadi Rp13,85 triliun
(meningkat 12,81%) (Tabel 3.3.). Meningkatnya suku bunga simpanan bank
mengikuti kenaikan BI-rate menjadi salah satu faktor tumbuhnya DPK perseorangan.
Sementara itu meskipun DPK milik Pemerintah Daerah memiliki pangsa terbesar
kedua setelah perseorangan, namun pertumbuhan tahunannya mengalami
penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 22,34% menjadi Rp2,97 triliun.
Tabel 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan lokasi proyek, peningkatan DPK secara tahunan utamanya
disebabkan oleh meningkatnya penghimpunan DPK di hampir seluruh wilayah Jambi,
kecuali Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Batanghari, dan Tanjung Jabung Timur
(Tabel 3.4.). Pertumbuhan penghimpunan DPK tahunan terbesar terjadi di wilayah
Kabupaten Sarolangun serta Kabupaten Merangin masing-masing sebesar Rp105,89
miliar (34,41%) dan Rp145,28 miliar (20,32%). Berdasarkan pangsanya, mayoritas
penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi yang mencapai Rp13,89 triliun (69,19%)
diikuti oleh Bungo sebesar Rp1,41 triliun (7,04%).
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy
Penduduk/Residents
1 Pemerintah Pusat 138,194 128,807 123,306 143,604 35,692 127,212 0.63 -1.24%
2 Pemerintah Daerah (Pemda) 2,087,516 3,821,755 4,227,594 3,950,762 1,701,695 2,967,960 14.79 -22.34%
3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 26,433 30,978 30,149 31,195 32,249 24,238 0.12 -21.76%
4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 527,207 352,535 407,528 379,712 553,401 997,696 4.97 183.01%
5 BUMD 47,853 35,389 58,419 40,173 47,010 119,318 0.59 237.16%
6 Lembaga Keuangan Non Bank 121,675 134,383 161,774 173,501 187,916 234,135 1.17 74.23%
7 Bukan Lembaga Keuangan 1,993,759 1,503,361 1,627,833 1,691,289 2,285,904 1,632,625 8.14 8.60%
8 Sektor Swasta Lainnya 69,194 80,742 329,109 375,263 113,914 110,337 0.55 36.65%
9 Perseorangan 12,925,202 12,278,358 12,184,119 12,729,279 14,452,207 13,850,893 69.03 12.81%
Jumlah 17,937,033 18,366,310 19,149,832 19,514,780 19,409,987 20,064,415 100 9.25%
Bukan Penduduk/Non-Residents 8,160 9,988 4,826 6,193 5,026 5,022 -49.72%
17,945,194 18,376,298 19,154,658 19,520,972 19,415,013 20,069,436 9.21%
Trw.IV-2012 Trw.I-2014
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan PemilikTrw.I-2013 Trw.II-2013 Trw.III-2013 Trw.IV-2013
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
58
Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi meningkat Rp306,22
miliar (1,30%) yaitu dari Rp23,62 triliun pada triwulan sebelumnya menjadi Rp23,93
triliun (Tabel 3.5.). Namun demikian, pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (2,09% (qtq)). Secara
tahunan, pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan I-2014 hanya mencapai
18,67%, melambat dibandingkan tahun 2013 yang dapat mencapai 28,34%, sejalan
dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi daerah.
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share Nominal Persen
1 Kota Jambi 12,485,079 12,224,040 12,668,320 13,175,628 13,666,724 13,886,280 69.19 1,662,241 13.60
2 Kab. Bungo 1,335,840 1,357,670 1,346,772 1,372,958 1,416,378 1,413,445 7.04 55,774 4.11
3 Kab. Kerinci 965,779 1,108,471 1,147,320 1,203,577 1,112,837 1,170,097 5.83 61,626 5.56
4 Tanjung Jabung Barat 1,166,645 1,268,320 1,377,031 1,357,655 1,159,956 1,165,207 5.81 (103,113) (8.13)
5 Kab. Merangin 742,265 715,083 730,486 767,783 761,310 860,365 4.29 145,282 20.32
6 Kab. Batanghari 730,007 785,137 825,672 660,154 532,202 596,299 2.97 (188,838) (24.05)
7 Kab. Sarolangun 177,266 307,734 377,066 357,268 325,766 413,629 2.06 105,895 34.41
8 Kab. Tebo 158,797 290,326 281,687 263,216 243,659 308,651 1.54 18,325 6.31
9 Tanjung Jabung Timur 183,516 319,517 400,302 362,735 196,183 255,464 1.27 (64,053) (20.05)
17,945,194 18,376,298 19,154,658 19,520,974 19,415,015 20,069,436 100 1,693,139 9.21
Trw. I-14 Pertumbuhan (yoy)
JUMLAH
Trw. IV-12 Trw. I-13 Trw. II-13 Trw. III-13 Trw. IV-13No. Kota/Kabupaten
TW I TW II TW III TW IV TW I q-t-q y-o-y
Kelompok Bank 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 1.30% 18.67%
1 Bank Pemerintah 12,768,570 14,129,012 14,694,069 15,048,876 15,394,481 2.30% 20.57%
2 Bank Swasta*) 5,560,810 6,152,437 6,436,729 6,525,991 6,503,079 -0.35% 16.94%
3 Bank Syariah 1,833,179 1,942,478 2,007,462 2,046,216 2,029,739 -0.81% 10.72%
Jenis Penggunaan 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 1.30% 18.67%
1 Modal Kerja 7,484,277 7,365,449 7,453,703 7,548,969 7,558,597 0.13% 0.99%
2 Investasi 4,033,494 5,481,736 5,752,786 5,864,182 5,959,299 1.62% 47.75%
3 Konsumsi 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 10,409,402 1.97% 20.41%
Sektor Ekonomi 20,162,558 22,223,927 23,138,260 23,621,083 23,927,298 1.30% 18.67%
1 Pertanian 3,236,828 3,760,313 3,995,028 4,031,009 4,231,411 4.97% 30.73%
2 Pertambangan dan Penggalian 155,226 109,958 99,822 96,338 114,741 19.10% -26.08%
3 Industri 587,518 771,262 832,608 859,670 787,946 -8.34% 34.11%
4 LGA 3,537 6,622 6,197 5,610 4,126 -26.46% 16.64%
5 Konstruksi 651,557 830,433 847,873 804,912 746,132 -7.30% 14.52%
6 Perdagangan Hotel dan Restoran 4,959,617 5,575,797 5,602,869 5,775,325 5,778,262 0.05% 16.51%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 303,945 301,212 329,769 326,683 310,465 -4.96% 2.15%
8
Keuangan,Real estate dan Jasa
Perusahaan 986,614 1,137,928 1,134,966 1,132,014 1,135,751 0.33% 15.12%
9 Jasa-jasa 632,928 353,660 357,355 381,591 409,063 7.20% -35.37%
10 Bukan Lapangan Usaha 8,644,788 9,376,743 9,931,771 10,207,932 10,409,402 1.97% 20.41%
*) Termasuk bank asing dan campuran
2014URAIAN
2013 Pertumbuhan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami baik oleh
bank konvensional maupun bank syariah. Penyaluran kredit bank konvensional
membukukan pertumbuhan yang sedikit lebih tinggi (19,47% (yoy)) dibandingkan
bank syariah (10,72% (yoy)). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 91,52%
sementara bank syariah sebesar 8,48%.
Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang
mencapai 43,50%, diikuti dengan kredit modal kerja (31,59%) dan kredit investasi
(24,91%). Namun demikian kredit investasi masih menunjukkan akselerasi
pertumbuhan yang tinggi yaitu mencapai 47,75% (yoy) meskipun secara triwulanan
hanya tumbuh sebesar 1,62% (qtq). Kredit investasi di Jambi utamanya dialokasikan
pada sektor pertanian yang share-nya mencapai 52,68%. Pada triwulan laporan,
kredit investasi pertanian menunjukkan peningkatan sebesar 5,80% (qtq) seiring
dengan mulai membaiknya harga komoditas serta insentif positif dari terdepresiasinya
nilai tukar rupiah. Meskipun masih sangat tergantung akan kondisi ekonomi global,
para pengusaha berpendapat bahwa prospek perkebunan di Jambi masih akan baik
ke depannya.
Sementara itu, kredit modal kerja, yang menunjukkan perputaran kredit dalam
jangka pendek, juga menunjukkan sedikit peningkatan dengan tumbuh 0,99% (yoy)
atau 0,13% (qtq) menjadi Rp7,56 triliun. Mulai membaiknya harga komoditas
berpengaruh juga terhadap peningkatan aktivitas ekonomi termasuk kebutuhan akan
kredit modal kerja. Kredit konsumsi juga masih menunjukkan pertumbuhan yang
cukup tinggi yaitu sebesar 20,41% (yoy) menjadi Rp10,41 triliun atau meningkat
sebesar 1,97% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, pertumbuhan kredit terbesar terjadi pada
sektor industri yang mencapai 34,11% (yoy) dan diikuti oleh sektor pertanian
(30,73%) serta sektor bukan lapangan usaha (20,41%). Sementara itu, pangsa
penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit kepada bukan lapangan usaha, yaitu
sebesar 43,50%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (24,15%) dan
sektor pertanian (17,65%). Dominasi penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut
mencapai 85,34% dari total outstanding kredit.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
60
Berdasarkan lokasi Proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi
oleh perbankan sebesar Rp31,42 triliun, lebih tinggi dibandingkan kredit yang
disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp23,93 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat
Rp7,49 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar provinsi Jambi.
Dibandingkan triwulan lalu, kredit tersebut sedikit meningkat sebesar 0,04% dari
sebelumnya Rp31,40 triliun (Tabel 3.6.). Secara tahunan, terjadi kenaikan penyaluran
kredit sebesar 18,68%. Kenaikan kredit tersebut terutama disebabkan oleh
meningkatnya kredit di Kota Jambi sebesar Rp2,79 triliun (23,70%), Kabupaten
Batanghari sebesar Rp716,90 miliar (47,54%), Kabupaten Merangin sebesar
Rp464,22 miliar (22,38%) dan Kabupaten Tebo sebesar Rp362,96 miliar (30,09%).
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Bank Umum Berdasarkan Sektor Ekonomi di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) sebesar Rp2,08 triliun atau
turun sebesar Rp65,15 miliar (3,01%) dari triwulan sebelumnya (Rp2,14 triliun) (Tabel
3.7.). Penurunan undisbursed loan tersebut disebabkan oleh menurunnya
kelonggaran tarik kredit investasi sebesar Rp40,54 miliar (14,60% (qtq)) dan kredit
modal kerja sebesar Rp24,95 miliar (1,34% (qtq)).
TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I*)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 4,812,579 5,050,026 5,268,361 6,156,208 6,122,088 6,163,689
Pertambangan dan Penggalian 882,807 934,232 879,927 947,095 1,121,206 1,136,805
Industri Pengolahan 1,591,661 1,422,625 1,620,015 1,681,763 2,549,874 2,431,336
Listrik, Gas dan Air Bersih 35,738 206,162 204,363 201,141 352,665 357,485
Konstruksi 685,138 668,028 859,463 894,478 845,652 800,102
Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,155,566 5,321,382 5,918,952 5,986,615 6,066,964 6,045,020
Pengangkutan dan Komunikasi 375,842 449,349 445,403 487,441 529,611 477,072
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 701,746 669,082 701,423 688,769 727,846 784,290
Jasa-jasa 1,176,874 1,207,393 1,056,421 1,065,722 1,053,136 1,049,801
Pinjaman Kepada Bukan Lapangan Usaha 10,289,952 10,543,228 11,256,968 11,816,000 12,034,617 12,172,056
TOTAL 25,707,902 26,471,507 28,211,296 29,925,232 31,403,658 31,417,654
Sektor Ekonomi2013 2014
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
61
Tabel 3.7 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Sementara itu, kelonggaran kredit konsumsi meningkat sebesar Rp899 juta
(44,72% (qtq)). Peningkatan kelonggaran kredit konsumsi tersebut mencerminkan
tingginya persetujuan kredit untuk jenis kredit ini selama triwulan laporan serta
menandakan masih berpeluangnya peningkatan kredit tersebut pada triwulan
mendatang.
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)
gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR)21
pada triwulan laporan mengalami penurunan
sebesar 244 BPS menjadi 119,22% karena pertumbuhan DPK yang cukup signifikan
tidak diiringi dengan tingginya pertumbuhan kredit (Grafik 3.3.). Semenjak triwulan III
tahun 2012 lalu, LDR bank umum sudah melebihi 100% yang menandakan lebih
tingginya kredit yang disalurkan dibandingkan dengan penghimpunan dananya.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
21
LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK)
yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
TW I TW II TW III TW IV TW I Nominal %
1 Investasi 230,045 477,751 438,163 277,568 237,033 (40,535) (14.60)
2 Konsumsi 14,883 2,543 2,099 2,009 2,908 899 44.72
3 Modal kerja 1,527,558 1,541,494 1,767,269 1,862,807 1,837,862 (24,945) (1.34)
1,772,485 2,021,788 2,207,531 2,142,384 2,077,803 (65,147) (3.01)
Jenis Penggunaan
Total
KategoriPertumbuhan (qtq)2013 2014
91.05%95.64% 100.19%
107.48% 109.72%116.02% 118.53%
121.66% 119.22%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0
5
10
15
20
25
30
Q1-12 Q2-12 Q3-12 Q4-12 Q1-13 Q2-13 Q3-13 Q4-13 Q1-14
Rp triliun
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
62
Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 2,06% (di bawah
ketentuan 5%), meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu (1,98%)
(Tabel 3.8.).
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor listrik, gas,
dan air serta sektor pertambangan dan penggalian, masing-masing sebesar
17,14% dan 7,94% (berada di atas ketentuan 5%). Tingginya NPL pada sektor
listrik, gas, dan air salah satunya masih disebabkan karena penghentian
sementara proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN
di kawasan TPI Parit Tujuh oleh Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Penghentian proyek tersebut dilakukan untuk menyikapi keresahan warga yang
merasa terganggu dengan aktivitas distribusi tanah galian menggunakan truk
bertonase besar yang melalui kawasan padat penduduk sehingga mengakibatkan
kerusakan jalan, polusi debu dan suara, serta kemacetan.
Sedangkan untuk sektor pertambangan dan penggalian, peningkatan NPL
sejalan dengan kembali menurunnya harga jual sektor pertambangan, dalam hal
ini batu bara, yang berdampak pada menurunnya kemampuan bayar debitur di
sektor ini. Selain itu, penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara yang
melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak tanggal 12 Januari
2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan batubara melalui
jalur khusus atau jalur sungai turut menjadi penyebab tingginya NPL sektor ini.
Tabel 3.8 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Kredit Nominal NPL NPL (%) Kredit Nominal NPL NPL (%)
1. Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perikanan 4,031,009 60,359 1.50 4,231,411 64,636 1.53
2. Pertambangan dan Penggalian 96,338 8,681 9.01 114,741 9,111 7.94
3. Industri 859,670 4,321 0.50 787,946 4,648 0.59
4. LGA 5,610 706 12.58 4,126 707 17.14
5. Konstruksi 804,912 24,148 3.00 746,132 23,597 3.16
6. Perdagangan Hotel dan Restoran 5,775,325 194,061 3.36 5,778,262 197,571 3.42
7 Pengangkutan dan Komunikasi 326,683 2,285 0.70 310,465 2,331 0.75
8. Keuangan,Real estate dan Jasa Perusahaan 1,132,014 36,684 3.24 1,135,751 40,186 3.54
9. Jasa-jasa 381,591 8,576 2.25 409,063 9,868 2.41
10. Bukan Lapangan Usaha 10,207,932 127,161 1.25 10,409,402 139,586 1.34
23,621,083 466,983 1.98 23,927,298 492,240 2.06J U M L A H
No Sektor EkonomiTW I-14TW IV-13
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin keuntungan
(margin rata-rata tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito)
perbankan di Provinsi Jambi kembali menurun dari 6,26% menjadi 5,61% seiring
dengan adanya tren peningkatan suku bunga pinjaman dalam beberapa bulan
terakhir mengikuti kenaikan BI Rate (Grafik 3.4.).
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam satuan %)
6. Perkembangan Kredit UMKM
Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan turun 0,34% (qtq) dibandingkan
triwulan sebelumnya, namun demikian secara tahunan mengalami peningkatan
sebesar 9,93% (yoy), meskipun jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total
kredit (18,67% (yoy)) (Grafik 3.5.). Menurunnya harga komoditas menyebabkan
melambatnya aktivitas perdagangan di masyarakat yang berdampak pada
menurunnya penyaluran kredit UMKM.
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
10.127.18 7.17 7.71 7.95 8.26 8.31 8.21 8.02 7.77 7.37 6.26 5.61
0
5
10
15
20
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
2011 2012 2013 2014
Margin Deposito Kredit BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
31.55
35.20
25.74
18.72 18.64
16.63
18.97
12.95
9.93
27.11
25.32
25.94 27.68
28.34
31.95
28.90
22.47
18.67
0
5
10
15
20
25
30
35
40
-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV-13
TW I
2012 2013 2014
Rp Tr
iliun Mikro Kecil
Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy
Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
64
Sejalan dengan itu, pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi juga
menunjukkan sedikit penurunan yaitu dari 37,86% di triwulan lalu menjadi 37,37%
(Grafik 3.6.). Berdasarkan distribusinya, kredit kecil memiliki pangsa terbesar yaitu
36,82% dari total kredit UMKM, diikuti kredit menengah sebesar 33,49%, serta
kredit mikro sebesar 29,70%.
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
C.Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kinerja BPR pada triwulan laporan (cut off data per Januari 2014) mengalami
perlambatan dibanding triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset dan
penyaluran kredit yang mengalami penurunan sedangkan DPK mengalami sedikit
kenaikan. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi sebesar Rp736,73 miliar atau
turun 0,38% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya (Rp739,51 miliar). Sementara itu,
jumlah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi sedikit naik
sebesar Rp0,13 miliar (0,03% (qtq)) menjadi Rp532,554 miliar.
Pada triwulan laporan, jumlah penyaluran kredit juga mengalami penurunan
sebesar Rp5,21 miliar (0,96% (qtq)) menjadi Rp539,95 miliar. Penurunan jumlah
penyaluran kredit tersebut utamanya disebabkan oleh meningkatnya suku bunga
pinjaman seiring dengan kenaikan BI-rate. Kualitas kredit juga menunjukkan
penurunan yang ditandai dengan meningkatnya persentase Non Performing Loan
(NPL) dari 6,30% menjadi 7,08%. Rasio NPL BPR sejak triwulan II-2013 telah
melampaui ketentuan maksimal NPL sebesar 5% sehingga memerlukan perhatian
13.60 14.35 12.42 11.95 11.89 11.43 11.25 11.10 11.11
15.68 15.19 14.24 14.08 13.89 13.84 13.63 13.76 13.67
13.66 15.1014.36 14.49 13.92 14.18 12.98 12.51 11.99
57.07 55.37 58.98 59.48 60.31 60.55 62.14 62.63 63.24
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2012 2013 2014
Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
khusus. Salah satu faktor penyebab penurunan kualitas kredit tersebut adalah
kenaikan suku bunga kredit.
Meskipun secara umum kinerja BPR pada triwulan laporan menunjukkan
penurunan, BPR masih menjalankan fungsinya intermediasinya dengan baik yang
terlihat dari LDR yang tercatat sebesar 83,65%.
D. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai
Pada periode triwulan I-2014, kebutuhan pembayaran tunai mengalami
penurunan yang tercermin dari turunnya kas keluar dan net kas keluar dibandingkan
triwulan lalu. Sejalan dengan pembayaran tunai, pembayaran non tunai juga
mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dengan rincian
sebagai berikut:
Nilai kliring turun sebesar 7,44% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi
Rp2,51 triliun. Sejalan dengan hal tersebut volume kliring juga mengalami
penurunan sebesar 3,01% (Tabel 3.9.).
Nilai RTGS dari, ke, serta dari dan ke Jambi mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 11,26%, 32,45%,
dan 22,22%.
Tabel3.9 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
D.1.Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,
untuk aliran kas keluar (cash outflow) sebesar Rp1,73 triliun, turun 38,83%
dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik 3.7.). Sementara aliran kas masuk (cash
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Nominal Persen
Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) 2,519,686 2,800,410 2,577,906 2,714,032 2,512,180 (201,852) (7.44)
Volume Kliring (lembar warkat) 72,639 76,559 71,104 70,456 68,334 (2,122) (3.01)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 846,548 1,031,722 1,453,196 810,929 880,393 69,463 8.57
Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,034,718 1,682,989 2,605,130 2,836,373 1,734,894 (1,101,479) (38.83)
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (188,170) (651,267) (1,151,935) (2,025,444) (854,501) 1,170,943 (57.81)
RTGS dari Jambi (miliar Rp) 15,535 19,666 20,189 22,181 19,684 (2,498) (11.26)
RTGS ke Jambi (miliar Rp) 22,244 22,658 26,876 33,327 22,514 (10,813) (32.45)
RTGS dari dan ke Jambi (miliar Rp) 4,032 4,695 7,422 6,521 5,072 (1,449) (22.22)
Cek dan BG Kosong
Lembar 1,463 1,811 1,837 1,635 1,505 (130) (7.95)
Nominal (juta Rp) 83,121 64,290 56,120 63,174 57,543 (5,631) (8.91)
UraianPertumbuhan (qtq)2013
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
66
inflow) sebesar Rp880,39 miliar, meningkat 8,57%. Meskipun pada triwulan laporan
aliran kas keluar mengalami penurunan dan aliran kas masuk mengalami
peningkatan, Jambi tetap mengalami net outflow sebesar Rp854,50 miliar atau turun
sebesar 57,51% (qtq) dibandingkan triwulan IV-2013.
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
D.2.Penyediaan Uang Layak Edar
Secara berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
melaksanakan pemusnahan uang yang tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga
kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemberian
tanda tidak berharga (PTTB) di Provinsi Jambi sebesar Rp455,78 miliar, atau mencapai
51,77% dari total inflow provinsi Jambi.
D.3.Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu yang beredar di wilayah
kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi. Dalam rangka mengantisipasi
peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
(2,500,000)
(2,000,000)
(1,500,000)
(1,000,000)
(500,000)
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2013 2014
Rp (juta)
Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp)
Net Inflows/Net Outflows (juta Rp)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
67
Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang Rupiah kepada
seluruh lapisan masyarakat.
D.4.Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp2,51triliun atau turun 7,44% dibandingkan triwulan sebelumnya
(Grafik 3.8.). Sejalan dengan nilainya, volume kliring juga mengalami penurunan
sebesar 3,01%, yaitu dari 70.456 menjadi 68.334 lembar warkat. Hal tersebut sejalan
dengan kebijakan Bank Indonesia (Surat Edaran No. 11/13/DASP tanggal 4 Mei 2009
perihal Batas Nilai Nominal Nota Debet dan Transfer Kredit dalam Penyelenggaraan
SKNBI) yang mengubah ketentuan batas nominal transfer kredit melalui Sitem Kliring
Nasional Bank Indonesia dari Rp 100 juta menjadi Rp 500 juta sehingga dengan
volume warkat yang lebih sedikit, masyarakat dapat melakukan transfer dengan
nominal yang lebih besar.
Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
Nominal serta jumlah lembar cek dan BG kosong pada triwulan laporan juga
mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp63,17 miliar
(1.635 lembar) menjadi Rp57,54 miliar (1.505 lembar).
60,000
80,000
2,200,000
2,400,000
2,600,000
2,800,000
3,000,000
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
2013 2014
Perkembangan Transaksi Kliring
Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
68
D.5.Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)22
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi secara total
(keluar dan masuk/dari dan ke) naik sebesar Rp 5,46triliun (13,05%) dibandingkan
periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp41,81 triliun menjadi Rp47,27 triliun (Tabel
3.10.). Aliran transfer masuk ke Provinsi Jambi merupakan yang terbesar dan
mencapai Rp22,51 triliun, diikuti oleh transfer ke luar Jambi Rp19,68 triliun dan
transfer di dalam provinsi Jambi Rp5,07 triliun. Aliran RTGS menunjukkan bahwa
uang masuk ke Jambi lebih tinggi daripada yang keluar.
Tabel 3.10 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliarrupiah)
22
Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang
penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time).
Nilai Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Tw 1 - 11 12,383 16,923 23,289 19,391 2,756 5,487 38,428 41,801
Tw 2 - 11 11,499 17,064 19,826 19,311 2,768 5,570 34,093 41,945
Tw 3 - 11 14,353 18,840 22,515 20,637 3,291 6,009 40,159 45,486
Tw 4 - 11 14,986 21,865 23,761 21,639 3,723 6,665 42,470 50,169
Tw 1 - 12 10,339 16,644 51,804 17,758 2,653 4,966 64,796 39,368
Tw 2 - 12 15,139 19,391 54,010 19,519 3,543 5,720 72,692 44,630
Tw 3 - 12 15,677 19,313 29,104 19,344 3,350 5,662 48,131 44,319
Tw 4 - 12 18,270 21,580 29,431 20,622 4,702 6,449 52,403 48,651
Tw 1 - 13 15,535 16,648 22,244 17,183 4,032 4,973 41,811 38,804
Tw 2 - 13 19,666 18,860 22,658 18,685 4,695 5,773 47,019 43,318
Tw 3 - 13 20,189 18,663 26,876 17,988 7,422 5,691 54,487 42,342
Tw 4 - 13 22,181 22,643 33,327 21,351 6,521 6,711 62,029 50,705
Tw 1 - 14 19,684 19,031 22,514 22,854 5,072 5,347 47,269 47,232
Periode
TOTAL
Volume
Dari Provinsi Jambi Ke Provinsi Jambi
Volume Volume
Dari dan Ke Provinsi
Jambi
Volume
69
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan I
tahun 2014 mencapai Rp343,97 miliar (terealisasi sebesar 11,53% dari APBD
2014), sementara itu realisasi belanja sebesar Rp45,87 triliun (baru terealisasi
1,40%). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, nilai realisasi tersebut jauh lebih
rendah, masing-masing turun sebesar 50,55% dan 87,27%.
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I Tahun 2014
Pada Triwulan I tahun 2014, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar
Rp343,97 miliar atau mencapai 11,53% dari APBD tahun 2014 (Rp2,98 triliun).
Berdasarkan jenisnya, pendapatan terbesar (93,74%) masih tergantung dari
transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp322,45 miliar. Lebih lanjut,
pendapatan transfer dari APBN tersebut utamanya dalam bentuk Dana Alokasi
Umum (DAU) yang mencapai Rp237,08 miliar (68,93%) (Tabel 4.1.).
Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui
pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah sebesar Rp21,50 miliar
(6,25%). Angka pendapatan tersebut turun signifikan (90,91%) dibandingkan
triwulan yang sama tahun 2013. Pajak daerah, yang merupakan sumber
kemandirian suatu provinsi, belum memberikan kontribusi bagi pendapatan
Jambi di triwulan laporan. Melemahnya pendapatan masyarakat sejalan dengan
menurunnya harga komoditas berpengaruh terhadap menurunnya aktivitas
perekonomian dan pendapatan pajak.
Keuangan Pemerintah Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
70
Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan I Tahun -2014 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I Tahun2014
Pada triwulan I tahun 2014, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai
Rp45,87 miliar atau baru mencapai 1,40% dari APBD 2014 (Rp3,27 triliun). Nilai
realisasi tersebut turun Rp314,43 miliar atau 87,27% dibanding triwulan yang
sama tahun 2013 (Rp360,29 miliar).
Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja terbesar (78,81%) masih ditujukan
untuk belanja operasional yaitu sebesar Rp36,15 miliar, sementara nilai realisasi
untuk belanja modal masih relatif kecil yaitu sebesar Rp9,72 miliar atau sebesar
21,19% (Tabel 4.2.). Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk
belanja pegawai yang mencapai Rp30,81 miliar dan diikuti oleh belanja barang
Rp5,33 miliar. Kedua jenis komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin.
Sementara itu, realisasi belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan baru terealisasi Rp9,72 miliar (1,12% dari APBD 2014). Masih
relatif kecilnya realisasi jenis belanja ini disebabkan oleh relatif lamanya proses
lelang pekerjaan dan belum diambilnya uang muka proyek oleh pemenang
lelang. Nilai realisasi belanja modal terbesar (95,68%) berada pada belanja jalan,
irigasi dan jaringan yang merupakan belanja modal yang paling berdampak pada
kepentingan masyarakat yaitu sebesar Rp9,30 miliar. Namun demikian, jika
Nominal Persen Nominal Persen
PENDAPATAN 2,446.37 695.54 28.43 2,981.99 343.97 11.53
Pendapatan Asli Daerah 804.41 236.58 29.41 973.07 21.50 2.21
Pajak Daerah 672.44 201.77 30.01 808.44 0.00 0.00
Retribusi Daerah 12.51 2.18 17.46 16.38 1.28 7.81
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan28.61 1.09 3.80 40.00 0.23 0.56
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 90.86 31.54 34.72 108.25 20.00 18.48
Pendapatan Transfer 1,640.96 458.74 27.96 2,007.92 322.45 16.06
Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan1,299.93 377.86 29.07 1,631.45 237.08 14.53
Dana Bagi Hasil Pajak 172.94 82.18 47.52 239.09 0.00 0.00
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 239.37 1.51 0.63 394.66 0.00 0.00
Dana Alokasi Umum 836.58 278.86 33.33 948.34 237.08 25.00
Dana Alokasi Khusus 51.04 15.31 30.00 49.36 0.00 0.00
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 341.03 80.89 23.72 376.47 85.36 22.67
Dana Penyesuaian 341.03 80.89 23.72 376.47 85.36 22.67
Lain-lain Pendapatan yang Sah 1.00 0.22 22.02 1.00 0.02 1.85
Pendapatan Hibah 1.00 0.22 22.02 1.00 0.02 1.85
URAIAN APBD 2013S.D TRW I-2013
APBD 2014S.D TRW I-2014
Keuangan Pemerintah Dareah
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
71
dibandingkan dengan APBD 2014, belanja jalan, irigasi, dan jaringan tersebut
masih cukup kecil, yaitu baru mencapai 1,74%. Pada triwulan selanjutnya,
realisasi belanja jalan, irigasi, dan jaringan perlu ditingkatkan agar memberikan
kontribusi positif bagi perekonomian Provinsi Jambi terutama dalam efisiensi
biaya distribusi barang dan jasa.
Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I Tahun -2014 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
C. Keuangan Pemerintah Daerah
Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada triwulan I
2014 meningkat sebesar 74,41% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi
Rp2,97 triliun yang disebabkan karena realisasi pendapatan Pemda pada triwulan
laporan jauh lebih besar daripada realisasi belanjanya. Peningkatan terbesar
disebabkan oleh meningkatnya simpanan dalam bentuk deposito dari 20 miliar
pada triwulan sebelumnya menjadi 1,53 triliun pada triwulan laporan atau
meningkat signifikan sebesar 6.123,40%. Faktor lain yang menyebabkan
simpanan Pemda dalam bentuk deposito meningkat signifikan adalah tingginya
suku bunga deposito yang ditawarkan perbankan sejalan dengan BI-rate yang
stabil pada angka yang cukup tinggi, yaitu 7,5%.
Nominal Persen Nominal Persen
BELANJA 2,652.83 360.29 13.58 3,265.33 45.87 1.40
Belanja Operasi 1,673.65 233.03 13.92 2,143.79 36.15 1.69
Belanja Pegawai 583.78 82.17 14.08 678.81 30.81 4.54
Belanja Barang 546.43 18.40 3.37 870.62 5.33 0.61
Belanja Hibah 356.27 85.25 23.93 405.58 0.00 0.00
Belanja Bantuan Sosial 29.95 0.23 0.75 36.06 0.00 0.00
Belanja Bantuan Keuangan 157.23 46.99 29.89 152.73 0.00 0.00#DIV/0! #DIV/0!
Belanja Modal 710.22 31.11 4.38 869.54 9.72 1.12
Belanja Tanah 11.50 0.00 0.00 43.44 0.00 0.00
Belanja Peralatan dan Mesin 56.26 3.87 6.88 140.10 0.32 0.23
Belanja Bangunan dan Gedung 153.96 0.72 0.46 147.93 0.10 0.07
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 483.50 26.52 5.49 533.13 9.30 1.74
Belanja Aset Tetap Lainnya 4.995 0.00 0.00 4.18 0.00 0.00
Belanja Aset Lainnya 0.00 0.77 0.001.41 0.00 #DIV/0!
Belanja Tak Terduga 3.00 1.35 45.00 2.00 0.00 0.00
Belanja Tak Terduga 3.00 1.35 45.00 2.00 0.00 0.000.75 0.75 100.00 #DIV/0!
Transfer 265.96 94.80 35.64 250.00 0.00 0.00
Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 265.96 94.80 35.64 250.00 0.00 0.00
URAIAN APBD 2013S.D TRW I-2013
APBD 2014S.D TRW I-2014
Keuangan Pemerintah Daerah
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
72
Gambar 4.1. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
3.57 3.56 3.67
2.09
3.82 4.23 3.95
1.70
2.97
0
1
2
3
4
5
Tw I-12 Tw II-12 Tw III-12 TW IV-12 Tw I-13 Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13 Tw I-14
(Rp triliun)
Giro Deposito Tabungan
73
BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada bulan Februari 2014, jumlah pekerja di Jambi mengalami penurunan
yaitu dari 1.556,73 ribu orang di Februari 2013 menjadi 1.531,06 ribu orang.
Jumlah pengangguran juga menunjukkan penurunan menjadi 39,27 ribu orang
dibandingkan Februari 2013 (45,80 ribu). Kondisi serupa juga dialami tingkat
pengangguran terbuka yang turun menjadi 2,50% dari 2,86%. Nilai Tukar
Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan jika dibandingkan
triwulan sebelumnya yaitu menjadi 98,17 dari 97,21 pada triwulan lalu.
A. Ketenagakerjaan Daerah
Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Badan Pusat
Statistik Provinsi Jambi, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi
Jambi pada bulan Februari 2014 menurun dibandingkan Februari tahun lalu
(71,92%). Pada bulan Februari 2014, TPAK mencapai 66,51% menurun dari
periode sebelumnya. Jumlah pekerja di Jambi juga menunjukkan penurunan
1,60% menjadi 1.531,06 ribu orang. Jumlah pengangguran Provinsi Jambi pada
bulan laporan sebanyak 39,27 ribu orang lebih rendah dari bulan Februari 2013
yang sebanyak 45,80 ribu orang dan bulan Agustus 2013 sebanyak 69,76 ribu
orang sementara tingkat pengangguran turun dari 2,86% pada Februari 2013
menjadi 2,50%.
Tabel 5.1. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja
2014**)
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
1 Angkatan Kerja 1,577.85 1,494.98 1,602.53 1,467.01 1,570.33
- Bekerja 1,521.42 1,447.96 1,556.73 1,397.25 1,531.06
- Penganggur 56.43 47.02 45.80 69.76 39.27
2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 69.28 65.05 71.92 62.68 66.51
3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 3.56 3.50 2.86 4.76 2.50
4 Pekerja tidak penuh 656.53 1,152.51 802.72 698.68 690.59
Setengah penganggur 254.52 470.62 187.37 125.35 164.29
Paruh waktu 402.01 681.89 615.35 573.33 526.30
Sumber: BPS Provinsi Jambi
*)
**) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
2012*) 2013*)
Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk yang digunakan
pada Februari 20014
KEGIATAN UTAMA
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I-2014
74
Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di Jambi
didominasi oleh sektor pertanian yang mencapai 753,61 ribu orang (49,29%)
diikuti dengan sektor perdagangan yang mencapai 287,25 ribu orang (18,79%)
dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar yang mencapai 272,51 ribu orang
(17,82%).
Sementara itu, menurunnya jumlah pekerja di bulan laporan disebabkan
oleh menurunnya pekerja di sektor pertanian sebanyak 93,33 ribu orang
(11,02%), industri 8,68 ribu orang (1,02%) dan konstruksi 8,59 ribu orang
(1,01%). Namun terdapat kenaikan jumlah pekerja di sektor perdagangan dan
jasa kemasyarakatan masing-masing 36,05 ribu orang (4,26%) dan 29,88 ribu
orang (3,53%).
Tabel 5.2. Pekerja Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja
sebagai buruh/karyawan yaitu sebanyak 541,65 ribu orang dengan pangsa
35,38%, berusaha sendiri sebanyak 338,26 ribu orang (22,09%) dan pekerja
keluarga/tak dibayar 256,44 ribu (16,75%). Menurunnya jumlah pekerja di bulan
laporan utamanya disebabkan oleh menurunnya pekerja bebas di pertanian,
pekerja bebas di non pertanian dan pekerja keluarga/tak dibayar.
2014**)
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
1 Pertanian 858.31 798.76 846.94 753.82 753.61
2 Industri 47.23 47.90 52.65 53.54 43.97
3 Konstruksi 50.97 62.90 62.84 60.70 54.25
4 Perdagangan 239.74 233.80 251.20 233.50 287.25
5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 44.31 45.33 49.93 52.79 54.54
6 Keuangan 27.34 22.64 25.00 21.93 37.30
7 Jasa Kemasyarakatan 229.65 205.68 242.63 212.20 272.51
8 Lainnya ***) 23.86 30.94 25.54 27.76 25.63
TOTAL 1,521.41 1,447.95 1,556.73 1,416.24 1,529.06
Sumber: BPS Provinsi Jambi
*)
**) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air
2012*) 2013*)
Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi penduduk yang digunakan pada
Februari 20014
Lapangan Pekerjaaan Utama
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I-2014 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
75
Tabel 5.3. Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama
(dalam ribuan)
B. Kesejahteraan
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Nilai Tukar
Petani (NTP) sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
NTP Maret 2014 naik 93 bps menjadi 98,17 dari 97,21 pada Desember 2013.
Meningkatnya NTP tersebut disebabkan oleh meningkatnya indeks petani
tanaman padi dan palawija (2,99%) sejalan dengan kenaikan harga komoditi ini
yaitu sebesar 3,68% sementara biaya yang timbul dari usaha ini hanya 1,02% .
Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)
2014**)
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
1 Berusaha Sendiri 287.78 283.49 283.68 335.13 338.26
2 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 230.73 230.17 240.99 206.37 241.34
3 Berusaha dibantu buruh tetap 68.25 66.26 72.63 62.12 75.12
4 Buruh/karyawan 558.59 517.02 541.63 511.13 541.65
5 Pekerja bebas di pertanian 68.55 75.15 76.33 56.49 53.90
6 Pekerja bebas di non pertanian 32.98 30.39 48.30 36.52 24.35
7 Pekerja keluarga /tak dibayar 274.54 245.48 293.17 189.48 256.44
TOTAL 1,521.42 1,447.96 1,556.73 1,397.24 1,531.06
Sumber: BPS Provinsi Jambi
*)
**) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil proyeksi penduduk
Lapangan Pekerjaaan Utama2012*) 2013*)
Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang proyeksi
penduduk yang digunakan pada Februari 2014
Mar Juni Sept Des Maret
1 Tanaman Padi Palawija
a Indeks Diterima Petani 102.80 102.13 104.73 105.74 109.42 3.68
b Indeks Dibayar Petani 104.58 105.91 110.14 111.08 112.10 1.02
Nilai Tukar Petani (NTP-P) 98.30 96.43 95.09 95.19 98.18 2.99
2 Hortikultura
a Indeks Diterima Petani 102.97 103.24 104.70 105.74 105.28 -0.46
b Indeks Dibayar Petani 104.50 105.81 110.08 111.08 111.52 0.44
Nilai Tukar Petani (NTP-H) 98.54 97.56 95.11 95.19 94.40 -0.79
3 Tanaman Perkebunan Rakyat
a Indeks Diterima Petani 102.45 102.83 104.06 108.63 111.23 2.60
b Indeks Dibayar Petani 103.50 104.72 109.74 110.58 111.87 1.29
Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 99.00 98.21 94.93 98.24 99.43 1.19
4 Peternakan
a Indeks Diterima Petani 105.38 107.14 110.20 105.89 106.66 0.77
b Indeks Dibayar Petani 96.10 97.13 100.22 108.64 109.47 0.83
Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 109.67 110.31 109.96 97.47 97.43 -0.04
5 Perikanan
a Indeks Diterima Petani 102.38 104.02 106.76 107.25 110.75 3.50
b Indeks Dibayar Petani 103.36 104.39 108.35 109.49 108.59 -0.90
Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 99.07 99.67 98.53 97.95 100.10 2.15
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 102.40 102.64 104.52 107.26 109.42 2.16
b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 103.70 104.95 109.40 110.33 111.46 1.13
c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 98.73 97.78 95.52 97.21 98.17 0.96
2013
PROVINSI JAMBI
PERUBAHAN (%)
( Des 13 ke
Maret 14)
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
2014
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I-2014
76
C. Kemiskinan
Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan, pemerintah Provinsi Jambi (melalui Bulog Divre
Jambi) secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang
berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 8.145,49 ton,
turun 66,24% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 12.458,45 ton.
Penyaluran raskin tersebut baru terealisasi 66,72% dari rencana 12.208,42 ton
karena penyaluran Januari 2014 hanya terealisasi 18,81% disebabkan terdapat
perubahan data rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM).
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
6.12
3.27
7.78
12.37
4.18
9.27
10.76
12.46
8.15
(100.00)
(50.00)
-
50.00
100.00
150.00
-
2
4
6
8
10
12
14
TW I TW II TW III TRW IV TW I TW II TW III TRW IV TW I
2012 2013 2014
Rib
u t
on Pertumbuhan Raskin (%)
77
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan II-2014
diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan triwulan I-2014. Meningkatnya
pengeluaran konsumsi rumah tangga sejalan dengan datangnya momen Pemilu
Presiden serta bulan puasa diperkirakan masih menjadi kontributor utama
pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran,
kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih akan didominasi sektor pertanian,
serta perdagangan, hotel dan restoran.
Inflasi pada triwulan II-2014 diperkirakan akan sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2014 yaitu berada pada kisaran 6,75%-7,25% (yoy) dari
sebelumnya 7,51% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini utamanya disebabkan
oleh inflasi administered price dan volatile foods. Penyebab utama meningkatnya
harga-harga di triwulan II-2014 diperkirakan berasal dari kenaikan harga pada
bahan makanan karena faktor cuaca. Masuknya musim kemarau serta adanya
potensi El Nino dalam skala rendah (sesuai data prakiraan BMKG) berpotensi
menganggu kalender tanam tanaman bahan makanan. Kondisi tersebut akan
berdampak pada berkurangnya pasokan dan berpotensi menaikkan harga jual.
Selain itu, tingginya permintaan sejalan dengan momen bulan puasa juga
berpotensi menaikkan harga jual.
Dari sisi administered price, keputusan PLN untuk menaikkan tarif tenaga
listrik (TTL) untuk industri menengah dan industri besar per tanggal 1 Mei 2014
juga akan berpotensi memberikan tekanan inflasi. Beberapa faktor lain yang
dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan antara lain: gejolak
nilai tukar serta meningkatnya permintaan di awal ramadhan serta menjelang
pelaksanaan Pemilu Presiden.
PROSPEK PEREKONOMIANDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
78
A. Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jambi pada triwulan mendatang diperkirakan pada kisaran 1,8%-2,3%(qtq),
tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan (0,46%). Sementara itu, pertumbuhan
ekonomi tahunan Jambi pada triwulan III-2014 diperkirakan akan tumbuh pada
kisaran 7,2 7,7%(yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan laporan yang
tumbuh 8,37% (yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014
diperkirakan berada pada kisaran 7,3%-7,8%.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi sumber utama
perekonomian di triwulan mendatang. Adanya momen Pemilu Presiden dan
bulan puasa diperkirakan akan berkontribusi meningkatkan konsumsi masyarakat
pada triwulan mendatang. Selain mendorong peningkatan konsumsi rumah
tangga, pelaksanaan Pemilu Presiden juga diperkirakan akan meningkatkan
konsumsi pemerintah sehingga akan lebih mendorong pertumbuhan ekonomi.
Membaiknya harga komoditas di pasar global, khususnya CPO, diperkirakan
berimbas pada membaiknya pendapatan masyarakat sehingga mendorong
peningkatan konsumsi rumah tangga.
Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan mendatang
yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari triwulan laporan, hasil SKDU triwulan
I-2014 juga menyatakan bahwa responden memandang bahwa perekonomian
triwulan mendatang cenderung meningkat dibandingkan triwulan laporan. Hal ini
tercermin dari nilai SBT perkiraan perkembangan dunia usaha pada triwulan II
2014 yang positif (SBT 20,79). Peningkatan perkembangan usaha tersebut
diperkirakan terjadi pada sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan
restoran.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULANI-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI
79
Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
Sektor pertanian diperkirakan tumbuh terbatas pada triwulan mendatang
terutama disebabkan oleh penurunan sub sektor tanaman bahan makanan
(tabama) karena potensi terjadinya musim paceklik dan El Nino. Namun demikian,
masih membaiknya produksi sub sektor tanaman perkebunan, terutama kelapa
sawit, mampu mendorong sektor pertanian tetap tumbuh meskipun terbatas.
Tren harga CPO intrenasional yang terus membaik bahkan melewati fase tertinggi
dalam beberapa bulan terakhir diperkirakan akan memicu peningkatan produksi
sawit.
Sejalan dengan hal tersebut, produksi perkebunan karet diperkirakan juga
akan meningkat seiring dengan cuaca yang kondusif untuk melakukan
penyadapan. Faktor nilai tukar rupiah juga dapat menjadi insentif bagi petani
untuk meningkatkan produksi. Meskipun cuaca pada triwulan mendatang
diprakirakan cukup kondusif untuk meningkatkan produksi karet, tren harga
karet internasional yang terus menurun serta adanya himbauan Gabungan
Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) untuk menurunkan produksi dan ekspor
karet sebesar 10% sebagai salah satu upaya mendongkrak harga karet dapat
menjadi faktor penghambat peningkatan produksi karet di triwulan mendatang.
Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan belum dapat kembali
menghasilkan tingkat produksi seperti sebelumnya karena terjadinya penurunan
produksi dari sumur-sumur minyak bumi eksisting (faktor usia) serta masih
Triwulan
I-2013
Triwulan
II-2013
Triwulan
III-2013
Triwulan
IV-2013
Triwulan
I-2014
Triwulan
II-2014*)
1 Pertanian 0.73 (0.73) 1.46 - (6.92) 7.84
2 Pertambangan dan Penggalian (3.13) (1.04) - (1.04) (1.38) 1.38
3 Industri Pengolahan - - 1.11 - (0.52) 0.67
4 Listrik dan Air Minum 0.32 0.13 (0.16) - 0.47 0.47
5 Bangunan - - (0.69) - (3.43) -
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.85) - (0.85) 0.85 (4.58) 1.84
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.95 1.30 (0.65) - 7.12 7.12
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.37 1.37 1.37 1.82 1.17 1.17
9 Jasa-jasa (1.03) - (1.55) (0.52) 1.16 0.28
(0.64) 1.05 0.05 1.11 (6.90) 20.79
Saldo Bersih Tertimbang
No Sektor/Subsektor
Total
Keterangan : *) Angka perkiraan
PROSPEK PEREKONOMIANDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
80
maraknya pencurian minyak pada jalur pipa penyaluran Tempino-Plaju.
Pertambangan non migas juga berpotensi mengalami perlambatan seiring
dengan adanya ancaman pencabutan izin usaha pertambangan ilegal pada
kawasan konservasi dan hutan lindung (temuan KPK). Implementasi Perda
tentang pengaturan jalur khusus pengangkutan batubara yang tidak segera
diikuti dengan pembangunan jalur khusus tersebut menurunkan produktivitas
pertambangan non migas di Provinsi Jambi.
Sementara itu, pertumbuhan sektor bangunan di bulan mendatang masih
akan meningkat yang didukung oleh meningkatnya pembangunan perumahan
rakyat, pusat bisnis dan perhotelan oleh perusahaan swasta berskala
nasional/internasional dan investasi pemerintah daerah.
Meningkatnya produksi perkebunan kelapa sawit akan diikuti oleh
peningkatan produksi pada sector industri pengolahan.
Selanjutnya, tingginya konsumsi di triwulan mendatang dan
meningkatnya permintaan menjelang Pemilu Presiden dan bulan puasa akan
diikuti juga dengan meningkatnya perdagangan dan penggunaan jasa
transportasi sehingga mendorong pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan
Restoran serta sector pengangkutan dan komunikasi.
B. Proyeksi Inflasi
Inflasi pada triwulan II-2014 diperkirakan akan sedikit lebih rendah
dibandingkan triwulan I-2014 yaitu berada pada kisaran 6,75%-7,25% (yoy) dari
sebelumnya 7,51% (yoy) pada triwulan laporan. Kondisi ini utamanya disebabkan
oleh inflasi administered price dan volatile foods.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULANI-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI
81
Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014
Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (ytd) Kota Jambi Periode Tahun 2010 s.d. April 2014 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2014
Dari sisi volatile foods, Masuknya musim kemarau serta adanya potensi El
Nino dalam skala rendah (sesuai data prakiraan BMKG) berpotensi mengganggu
kalender tanam tanaman bahan makanan. Kondisi tersebut akan berdampak
pada berkurangnya pasokan dan berpotensi meningkatkan harga jual. Selain itu,
-3
-2
-1
0
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Mei - Juni 2014 adalah angka perkiraan dengan deviasi 1%
m-t-m (%)
2010 2011 2012 2013 2014
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Mei - Juni 2014 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1%
y-o-y (%)
2010 2011 2012 2013 2014
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Mei-Juni 2014 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1%
y-t-d (%)
2010
2011
2012
2013
2014
PROSPEK PEREKONOMIANDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
82
tingginya permintaan sejalan dengan momen bulan puasa juga berpotensi
menaikkan harga jual. Dari sisi administered price, keputusan PLN untuk
menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) untuk industri menengah dan industri besar
per tanggal 1 Mei 2014 juga akan berpotensi memberikan tekanan inflasi.
Beberapa komoditi yang berpeluang menjadi penyumbang utama inflasi di
triwulan mendatang adalah tarif listrik, tarif angkutan udara, serta beberapa
komoditas bahan makanan seperti cabe merah, beras, cabe hijau, bawang merah
dan bayam.
Faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama triwulan
mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)
Masih berlanjutnya tekanan nilai tukar rupiah, 2) Potensi terjadinya El Nino
(kekeringan) di Provinsi Jambi meskipun dalam skala rendah, 3) Potensi terjadinya
kabut asap seiring mulai masuknya musim kemarau yang berpotensi
mengganggu jalur distribusi barang, serta 4.) Kondisi infrastruktur (jalan,
jembatan) yang masih terkendala serta terhambatnya arus di pelabuhan yang
akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi barang dan jasa. Beberapa
hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya angka inflasi pada periode
triwulan II tahun 2014.
Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok cukup
mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-waktu. Stok beras
di BULOG Divre Jambi juga diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga
beras.
C. Rekomendasi Kebijakan
Menyikapi kondisi perekonomian triwulan I 2014 serta proyeksi ekonomi
triwulan II 2014 beberapa hal yang patut menjadi perhatian adalah:
1. Penguatan fungsi Tim Pengendalian Inflasi Daerah
Inflasi kota Jambi pada Triwulan I-2014 masih tercatat pada level yang
cukup tinggi, yaitu sebesar 7,51%(yoy). Tingginya laju inflasi tersebut
memberikan dampak bagi meningkatnya angka garis kemiskinan di
Provinsi Jambi. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya penguatan
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULANI-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI
83
peran TPID dalam menahan laju inflasi melalui tindakan yang intens dan
nyata. Salah satu hal yang perlu segera mendapatkan respon dari
Pemerintah Daerah adalah percepatan pembentukan TPID tingkat
Kabupaten/Kota sesuai amanat Inmendagri No. 27 Tahun 2013. Sampai
dengan triwulan laporan, di Provinsi Jambi telah terbentuk 11 (sebelas)
TPID, yaitu TPID Provinsi Jambi, Kota Jambi, Kabupaten Merangin,
Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Kota Sungai Penuh, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Tanjung Jabung
Timur, Kabupaten Sarolangun, dan Kabupaten Kerinci. Ke depan, selain
memiliki tugas untuk mengendalikan laju inflasi daerah, TPID diharapkan
dapat menjadi wadah/forum untuk melakukan evaluasi program kerja dan
pemantauan realisasi anggaran masing-masing anggota TPID karena
penumpukan realisasi anggaran di akhir tahun anggaran menjadi salah
satu penyebab tingginya laju inflasi di akhir tahun.
2. Memperkuat Kerjasama Antar Daerah
Salah satu penyebab utamanya inflasi di Provinsi Jambi pada triwulan
laporan adalah tekanan inflasi volatile food. Ketergantungan yang besar
akan bahan makanan dari daerah lain menyebabkan tingginya peluang
bagi kartel-kartel besar untuk membentuk harga pasar sesuai ekspektasi
mereka. Oleh sebab itu, perlu segera dilakukan penyusunan data/peta
surplus defisit bahan makanan masing-masing kabupaten/kota sebagai
modal awal pelaksanaan kerjasama antar daerah. Setelah data surplus
defisit tersebut tersedia, perlu segera ditindaklanjuti dengan Memorandum
of Understanding (MoU) terkait kerjasama dengan daerah lain (prioritas
dalam satu provinsi) dalam mencukupi kebutuhan bahan makanan.
3. Pengembangan Sistem Pusat Informasi Harga Pangan Strategis secara
Berkelanjutan
Sebagai upaya untuk mengendalikan ekspektasi inflasi masyarakat
terhadap harga barang/jasa khususnya komoditas sembako, perlu adanya
peran aktif Pemerintah Daerah melalui Dinas Perindustrian dan
Perdagangan dan instansi terkait lainnya untuk secara rutin
PROSPEK PEREKONOMIANDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
84
menyampaikan perkembangan harga sembako kepada masyarakat melalui
media cetak atau elektronik. Salah satu media yang kami rekomendasikan
adalah website Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
Selain itu, saat ini Kantor Perwakilan Bank Indonesia sedang melakukan
pengembangan Sistem Informasi yang akan menampilkan informasi harga
komoditas harian di setiap pasar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi
Jambi. Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengharapkan adanya
dukungan penyediaan data perkembangan harga komoditas masing-
masing kabupaten/kota secara harian agar kegiatan pengendalian
ekspektasi inflasi dapat berjalan maksimal.
4. Program ketahanan pangan (khusunya komoditas penyumbang inflasi
terbesar)
Untuk menekan laju inflasi Jambi khususnya dari kelompok volatile foods,
perlu dikembangkan sinergi yang baik antara Pemerintah melalui dinas
terkait dengan instansi-instansi lainnya untuk menggalakkan program
ekstensifikasi dan intensifikasi tanaman pangan di lahan-lahan yang
selama ini tidak produktif untuk mencukupi kebutuhan domestik Provinsi
Jambi. Tanaman pangan yang menjadi prioritas untuk dikembangkan di
Provinsi Jambi antara lain cabe merah, bawang merah, dan padi. Program
ketahanan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi program kawasan
pertanian terpadu dengan menggabungkan pertanian dan peternakan.
Selain mengendalikan laju inflasi, program tersebut juga dapat menjadi
pendorong pertumbuhan ekonomi serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
5. Penurunan produksi migas
Penurunan produksi migas di Provinsi Jambi yang berdampak pada
turunnya PDRB salah satunya disebabkan oleh usia sumur minyak yang
sudah tua dan tidak optimal. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
dilakukan pencarian dan pengeboran sumur-sumur minyak yang baru agar
produksi migas kembali meningkat. Kegiatan pengeboran sumur-sumur
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULANI-2014 | KAJIANEKONOMI DAN KEUANGANREGIONAL PROVINSI JAMBI
85
migas yang baru tersebut perlu mendapatkan dukungan dari Pemerintah
Daerah khususnya terkait kelancaran perizinan.
6. Peningkatan produksi dan nilai tambah Batu Bara dan Mineral Lainnya
Terkait penerapan kebijakan ekspor mineral, perlu diupayakan
pembangunan PLTU dan industri pengolahan yang menggunakan batu
bara sebagai bahan baku sehingga dapat memberikan nilai tambah
ekonomi baik secara domestik maupun ekspor sehingga mendorong
peningkatan kinerja ekonomi secara keseluruhan. Dari sisi distribusi dan
transportasi batubara, penerapan Perda tentang jalur khusus
pengangkutan batubara perlu segera diimbangi dengan ketersediaan jalur
khusus tersebut (darat maupun sungai) agar pertumbuhan ekonomi dari
sisi pertambangan dan penggalian dapat terus berkembang.
7. Menurunnya tren harga karet
Menurunnya tren harga karet pada triwulan laporan perlu mendapatkan
perhatian khusus dari pemerintah dan instansi terkait lainnya agar
kesejahteraan petani tetap terjaga. Adanya himbauan GAPKINDO untuk
menurunkan produksi dan ekspor karet sebagai upaya untuk
mendongkrak harga karet perlu mendapatkan dukungan. Selain itu,
Pemerintah dan pihak-pihak terkait harus lebih menggiatkan sosialisasi
kepada petani karet agar memproduksi karet yang bersih dan berkualitas
tinggi. Selama ini produksi karet di Indonesia termasuk Jambi terkenal
dengan karetnya yang kotor. Dengan adanya pemahaman yang baik dari
petani, diharapkan akan menambah nilai jual produksi karet sehingga
memicu pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi yang semakin baik. Selain
program sosialisasi karet bersih, perlu dilakukan peremajaan kembali
tanaman karet yang sudah tua dan tidak produktif lagi.
8. Permasalahan distribusi barang
a) Peningkatan kualitas infrastruktur dan pengurangan biaya tak terduga.
b) Perbaikan kondisi pasar untuk efisiensi biaya serta meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pasar. Termasuk didalamnya
PROSPEK PEREKONOMIANDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2014
86
mengenai modernisasi pasar tradisional sehingga spekulasi harga di
pasar tradisional dapat berkurang.
LAMPIRAN
KAJIAN EKONOMI DAM KEUANGAN REGIONAL
PROVINSI JAMBI
Halaman ini sengaja dikosongkan.
This page is intentionally blank.
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 5,016,585.12 5,298,376.79 5,565,256.28 5,683,086.48 5,971,772.56 6,217,875.04 6,522,244.93 6,686,797.43 6,913,152.99
a. Tanaman Bahan Makanan 1,485,640.95 1,569,823.92 1,607,751.37 1,632,962.43 1,727,770.15 1,827,424.70 1,895,281.71 1,935,848.81 1,995,512.44
b. Tanaman Perkebunan 2,733,902.47 2,898,991.92 3,080,312.24 3,134,775.37 3,296,856.36 3,418,269.66 3,614,425.67 3,702,361.58 3,855,022.72
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 267,500.37 277,128.02 300,515.43 312,898.36 332,875.20 338,505.33 356,074.73 363,242.25 366,735.60
d. K e h u t a n a n 302,634.01 316,348.28 329,476.68 350,662.21 355,399.40 366,836.69 376,599.81 397,857.15 401,643.31
e. P e r i k a n a n 226,907.33 236,084.65 247,200.55 251,788.11 258,871.45 266,838.66 279,863.01 287,487.63 294,238.91
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2,935,154.71 3,034,593.08 3,245,437.92 3,411,489.41 3,068,263.29 3,231,945.66 3,593,267.19 3,776,936 3,660,260.42
a. Minyak dan Gas Bumi 2,332,061.80 2,409,027.70 2,624,181.78 2,754,472.08 2,422,411.90 2,554,075.81 2,877,768.89 3,057,245.53 2,968,421.71
b. Pertambangan Tanpa Migas 438,407.62 453,857.56 440,730.24 468,001.07 446,195.32 472,808.69 501,689.75 497,291.64 460,061.47
c. Penggalian 164,685.29 171,707.82 180,525.91 189,016.27 199,656.07 205,061.16 213,808.55 222,398.70 231,777.23
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,805,130.75 1,923,125.81 2,039,002.81 2,156,261.53 2,172,087.06 2,261,908.33 2,291,839.68 2,410,652.36 2,489,885.74
a. Industri Migas 161,500.72 169,733.29 178,000.68 187,314.17 183,327.55 188,330.74 208,463.51 220,697.16 218,627.49
1). Pengilangan Minyak Bumi 161,500.72 169,733.29 178,000.68 187,314.17 183,327.55 188,330.74 208,463.51 220,697.16 218,627.49
2). Gas Alam cair - - - - - - - - 0.00
b. Industri Tanpa Migas 1,643,630.03 1,753,392.53 1,861,002.13 1,968,947.36 1,988,759.51 2,073,577.59 2,083,376.17 2,189,955.20 2,271,258.25
1). Makanan, Minuman dan Tembakau 657,642.55 702,597.51 760,450.57 810,168.68 806,626.40 841,375.63 844,470.51 883,187.47 944,357.71
2). Tekstil, Brg.Kulit & Alas Kaki 8,648.80 9,525.38 10,165.68 10,363.53 10,689.07 11,274.45 11,376.11 12,269.61 12,900.59
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya 770,631.62 825,932.08 861,532.53 912,456.49 928,380.17 964,935.40 969,402.60 1,012,252.85 1,022,395.37
4). Kertas dan Barang cetakan 84,781.50 86,950.04 92,019.44 94,268.28 93,396.63 98,986.66 97,796.86 116,093.62 121,009.29
5). Pupuk, Kimia & Brg. dari karet 40,096.87 43,399.10 46,232.48 46,583.82 49,869.66 52,071.48 52,817.81 53,980.98 56,185.85
6). Semen & Brg. galian bukan logam 55,958.44 58,194.94 62,463.26 66,347.81 70,329.82 74,663.41 75,472.38 79,618.56 81,692.78
7). Logam dasar Besi dan baja - - - - - - - - 0.00
8). Brg.dari Logam, Mesin & Peralatannya 8,303.14 8,805.37 9,263.57 9,525.61 9,717.90 9,934.58 10,086.44 10,190.94 10,406.63
9). Barang Lainnya 17,567.12 17,988.09 18,874.60 19,233.15 19,749.85 20,335.97 21,953.45 22,361.16 22,310.03
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 157,350.08 161,960.15 169,859.09 182,347.73 194,379.77 202,297.99 208,004.86 216,046.33 224,707.65
a. L i s t r i k 134,936.23 138,845.24 145,080.39 155,791.31 166,886.62 174,363.66 178,987.32 185,972.95 193,395.74
b. G a s - - - - - - - - 0.00
c. Air Bersih 22,413.85 23,114.90 24,778.70 26,556.42 27,493.15 27,934.33 29,017.54 30,073.38 31,311.90
5. B A N G U N A N 758,442.88 827,389.16 917,311.62 1,079,268.04 1,129,112.93 1,194,460.17 1,246,655.98 1,303,343.74 1,360,162.13
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 2,603,995.21 2,751,169.47 2,972,192.36 3,132,381.05 3,314,540.62 3,517,359.19 3,737,606.36 3,955,679 4,150,596.13
a. Perdagangan Besar dan eceran 2,398,001.45 2,533,184.76 2,743,300.22 2,896,370.48 3,070,246.47 3,262,163.67 3,475,753.61 3,684,782.45 3,870,988.52
b. H o t e l 36,258.81 38,316.91 40,338.37 42,318.81 41,890.91 44,893.11 46,599.70 47,982.27 49,946.90
c. Restoran 169,734.95 179,667.80 188,553.77 193,691.77 202,403.23 210,302.40 215,253.04 222,914.41 229,660.71
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 1,067,045.08 1,113,783.59 1,197,357.40 1,243,347.42 1,252,501.63 1,319,243.93 1,399,242.22 1,428,029 1,436,191.55
a. P e n g a n g k u t a n 980,846.57 1,024,306.75 1,103,333.24 1,145,998.00 1,151,503.14 1,215,526.91 1,290,672.72 1,315,925 1,318,434.15
1). Angkutan Rel - - - - - - - - 0.00
2). Angkutan Jalan Raya 676,559.19 706,652.40 753,972.50 786,783.27 808,948.93 843,612.07 903,824.42 920,118.17 940,473.02
3). Angkutan Laut 114,097.78 118,145.33 121,442.26 123,969.35 121,378.93 125,810.75 124,558.91 126,660.50 122,021.44
4). Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan 43,624.84 44,186.13 44,452.13 44,739.56 45,059.81 45,752.76 46,448.37 46,713.71 46,348.09
5). Angkutan Udara 95,149.68 101,738.58 127,525.70 133,492.23 116,106.83 138,527.30 151,592.01 157,064.54 143,128.99
6). Jasa Penunjang Angkutan 51,415.09 53,584.32 55,940.64 57,013.59 60,008.65 61,824.03 64,249.01 65,368.36 66,462.60
b. K o m u n i k a s i 86,198.51 89,476.84 94,024.16 97,349.43 100,998.49 103,717.01 108,569.50 112,104 117,757.41
1). Pos & Telekomunikasi 84,863.43 88,088.49 92,581.09 95,856.24 99,446.37 102,121.60 106,902.60 110,426.94 115,995.84
2). Jasa Penunjang Komunikasi 1,335.08 1,388.34 1,443.07 1,493.19 1,552.11 1,595.41 1,666.90 1,677.26 1,761.57
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 872,106.31 914,231.16 958,069.53 1,004,025.23 1,044,375.39 1,100,958.73 1,151,165.14 1,171,046 1,177,123.07
a. B a n k 391,502.56 415,728.13 443,397.29 479,823.74 496,968.65 533,072.73 561,418.57 578,985.11 566,172.01
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 57,695.33 60,969.28 66,147.63 68,972.92 71,650.88 75,441.55 80,595.51 82,329.14 86,043.03
c. Jasa Penunjang Keuangan 4,062.37 4,256.01 4,585.93 4,766.54 4,911.47 5,134.08 5,422.42 5,599.71 5,700.16
d. Sewa bangunan 406,117.70 420,213.85 430,545.20 436,675.01 456,482.03 472,557.24 488,614.95 488,742.04 503,366.47
e. Jasa Perusahaan 12,728.33 13,063.90 13,393.48 13,787.02 14,362.36 14,753.14 15,113.69 15,389.66 15,841.39
9. JASA-JASA 1,536,501.56 1,586,501.82 1,638,020.93 1,675,915.91 1,718,010.24 1,782,578.22 1,852,455.96 1,913,630 1,978,753.55
a. Pemerintahan Umum 1,316,359.78 1,360,850.41 1,401,344.46 1,430,047.24 1,465,920.70 1,518,446.71 1,579,361.73 1,632,285 1,690,833.28
1). Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 923,464.04 957,392.98 983,235.65 998,307.85 1,024,118.26 1,060,773.49 1,118,184.66 1,158,604.93 1,181,683.21
2). Jasa Pemerintahan Lainnya 392,895.74 403,457.43 418,108.82 431,739.39 441,802.44 457,673.22 461,177.07 473,680.40 489,150.08
b. S w a s t a 220,141.78 225,651.41 236,676.46 245,868.67 252,089.54 264,131.50 273,094.23 281,345 287,920.27
1). Sosial Kemasyarakatan 154,344.59 158,243.64 166,285.45 174,513.61 179,224.48 188,802.93 196,420.44 203,597.21 208,655.74
2). Hiburan dan Rekreasi 9,966.83 10,307.00 10,938.37 11,167.10 11,548.42 11,980.05 12,315.47 12,523.76 12,929.07
3). Perorangan dan Rumah Tangga 55,830.37 57,100.76 59,452.64 60,187.96 61,316.64 63,348.52 64,358.32 65,224.18 66,335.46
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 16,752,312 17,611,131 18,702,508 19,568,123 19,865,043 20,828,627 22,002,482 22,862,160 23,390,833
P D R B TANPA MIGAS 14,258,749 15,032,370 15,900,325 16,626,337 17,259,304 18,086,221 18,916,250 19,584,218 20,203,784
Jumlah Migas 2,493,563 2,578,761 2,802,182 2,941,786 2,605,739 2,742,407 3,086,232 3,277,943 3,187,049
LAPANGAN USAHA20132012
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
2013 2014
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN & PERIKANAN 1,451,186.57 1,491,500.03 1,518,732.27 1,542,865.25 1,561,622.94 1,600,976.02 1,637,790.29 1,648,803.26 1,673,331.14
a. Tanaman Bahan Makanan 532,026.15 545,148.73 541,828.02 543,671.66 550,766.84 576,307.19 590,278.38 596,391.24 602,561.83
b. Tanaman Perkebunan 702,512.85 725,854.91 751,429.73 768,966.73 779,128.38 790,735.90 808,013.24 808,976.11 826,554.64
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 95,456.39 96,459.78 98,481.08 99,710.99 100,714.53 101,556.19 103,672.99 105,273.26 105,600.92
d. K e h u t a n a n 64,936.63 66,745.15 68,202.32 71,814.36 71,551.90 72,021.82 73,364.72 75,150.61 74,741.30
e. P e r i k a n a n 56,254.56 57,291.46 58,791.11 58,701.52 59,461.29 60,354.93 62,460.97 63,012.03 63,872.45
2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 632,817.93 664,546.24 691,806.04 724,265.28 631,830.47 673,057.36 722,804.98 728,062.59 693,938.43
a. Minyak dan Gas Bumi 462,989.81 489,491.91 517,084.93 540,846.09 459,862.28 496,262.73 539,759.52 544,443.46 519,661.10
b. Pertambangan Tanpa Migas 110,446.89 114,365.25 111,902.99 119,013.97 106,265.49 110,214.77 115,406.96 114,944.91 104,449.46
c. Penggalian 59,381.24 60,689.08 62,818.11 64,405.22 65,702.71 66,579.87 67,638.50 68,674.22 69,827.87
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 602,128.98 621,508.05 645,624.17 663,662.58 655,487.55 671,714.98 664,067.51 685,824.41 701,020.02
a. Industri Migas 33,678.54 34,590.07 35,713.38 37,079.35 36,014.75 36,241.09 39,495.13 40,385.34 39,418.25
1). Pengilangan Minyak Bumi 33,678.54 34,590.07 35,713.38 37,079.35 36,014.75 36,241.09 39,495.13 40,385.34 39,418.25
2). Gas Alam cair - - - - - - - - 0.00
b. Industri Tanpa Migas 568,450.44 586,917.98 609,910.79 626,583.23 619,472.80 635,473.89 624,572.37 645,439.07 661,601.77
4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 41,537.78 42,221.57 43,115.20 45,734.43 46,271.02 46,979.14 47,410.20 47,953.26 49,207.23
a. L i s t r i k 36,271.74 36,925.09 37,714.74 40,062.65 40,515.14 41,202.85 41,585.53 42,032.20 43,142.67
b. G a s - - - - - - - - 0.00
c. Air Bersih 5,266.04 5,296.48 5,400.47 5,671.78 5,755.88 5,776.29 5,824.67 5,921.06 6,064.56
5. B A N G U N A N 232,285.95 241,824.86 263,095.05 294,422.77 300,356.07 307,979.73 314,195.58 322,978.16 330,093.84
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 879,489.33 899,172.48 939,087.21 956,235.86 979,291.92 1,008,493.90 1,043,019.15 1,092,863.60 1,110,715.71
a. Perdagangan Besar dan eceran 809,836.44 827,576.34 865,079.09 881,149.06 903,418.02 930,714.61 964,381.64 1,012,942.08 1,029,545.58
b. H o t e l 15,380.24 15,888.05 16,276.04 16,877.10 16,375.11 17,317.72 17,562.37 17,901.04 18,126.70
c. Restoran 54,272.65 55,708.09 57,732.09 58,209.70 59,498.79 60,461.57 61,075.15 62,020.48 63,043.44
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 352,177.09 361,213.60 375,484.18 384,400.33 382,249.09 392,716.44 409,808.35 414,048.08 409,694.63
a. P e n g a n g k u t a n 319,522.49 327,861.55 341,287.30 349,732.30 346,530.18 356,529.80 372,732.32 376,374.75 371,132.41
1). Angkutan Rel - - - - - - - - 0.00
2). Angkutan Jalan Raya 202,129.19 208,254.26 214,552.84 221,067.56 224,062.31 226,597.48 239,937.46 242,800.99 244,127.63
3). Angkutan Laut 43,026.37 43,653.82 44,232.08 44,760.25 44,241.72 45,247.66 44,736.85 44,751.21 42,968.35
4). Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan 17,879.40 17,962.09 18,006.22 18,075.94 18,162.57 18,282.07 18,439.89 18,461.37 18,211.30
5). Angkutan Udara 36,365.42 37,566.59 43,416.58 44,610.77 38,031.78 43,983.81 46,633.85 47,067.80 42,384.87
6). Jasa Penunjang Angkutan 20,122.11 20,424.78 21,079.58 21,217.78 22,031.78 22,418.78 22,984.28 23,293.37 23,440.27
b. K o m u n i k a s i 32,654.60 33,352.05 34,196.88 34,668.03 35,718.91 36,186.64 37,076.03 37,673.33 38,562.22
1). Pos & Telekomunikasi 32,298.19 32,990.95 33,829.07 34,295.59 35,337.00 35,800.43 36,681.76 37,277.28 38,151.72
2). Jasa Penunjang Komunikasi 356.41 361.10 367.81 372.43 381.91 386.21 394.27 396.05 410.49
8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 282,677.58 290,388.04 295,249.61 304,502.14 308,798.33 315,069.03 321,115.57 320,267.90 314,356.92
a. B a n k 154,075.06 160,109.54 162,965.44 170,696.98 172,940.80 177,524.95 181,928.21 182,766.57 175,286.40
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 14,872.36 15,233.60 15,799.13 16,017.25 16,194.92 16,518.91 17,056.46 17,108.18 17,504.16
c. Jasa Penunjang Keuangan 1,549.81 1,581.31 1,643.40 1,665.75 1,688.50 1,724.75 1,779.71 1,801.27 1,809.57
d. Sewa bangunan 108,019.05 109,258.77 110,592.95 111,803.39 113,565.33 114,841.98 115,844.02 114,023.62 115,108.52
e. Jasa Perusahaan 4,161.30 4,204.82 4,248.68 4,318.77 4,408.78 4,458.45 4,507.17 4,568.27 4,648.27
9. JASA-JASA 393,196.05 397,868.41 402,330.21 405,179.46 408,617.24 416,034.56 421,417.92 429,300.38 433,796.15
a. Pemerintahan Umum 325,992.49 329,898.89 332,812.45 334,914.83 337,487.49 343,451.14 348,061.75 354,687.04 358,157.37
1). Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 210,188.92 212,765.30 213,973.78 215,015.72 216,216.29 219,810.41 224,421.03 229,241.21 231,347.15
2). Jasa Pemerintahan Lainnya 115,803.57 117,133.59 118,838.67 119,899.11 121,271.20 123,640.72 123,640.72 125,445.82 126,810.21
b. S w a s t a 67,203.56 67,969.52 69,517.76 70,264.63 71,129.74 72,583.42 73,356.16 74,613.34 75,638.79
1). Sosial Kemasyarakatan 43,251.78 43,753.04 44,776.97 45,240.45 45,854.26 47,173.58 47,594.98 48,731.07 49,391.27
2). Hiburan dan Rekreasi 3,755.93 3,796.16 3,893.68 3,963.74 4,007.08 4,063.63 4,148.92 4,200.15 4,269.28
3). Perorangan dan Rumah Tangga 20,195.85 20,420.32 20,847.12 21,060.44 21,268.41 21,346.20 21,612.27 21,682.12 21,978.24
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 4,867,497 5,010,243 5,174,524 5,321,268 5,274,525 5,433,021 5,581,630 5,690,102 5,716,154
P D R B TANPA MIGAS 4,370,829 4,486,161 4,621,726 4,743,343 4,778,648 4,900,517 5,002,375 5,105,273 5,157,075
Jumlah Migas 496,668 524,082 552,798 577,925 495,877 532,504 579,255 584,829 559,079
LAPANGAN USAHA2012
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014
1. Konsumsi Rumah Tangga 9,990,279 10,249,899 10,741,320 11,153,704 11,250,422 11,627,325 12,311,042 12,564,506 12,872,493.89
1.1. Makanan 6,307,122 6,417,265 6,691,116 6,778,506 7,010,477 7,210,065 7,587,242.18 7,705,912.70 7,877,281.02
1.2. Non Makanan 3,683,157 3,832,634 4,050,203 4,375,198 4,239,945 4,417,259 4,723,800 4,858,593 4,995,212.87
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 108,741 113,045 118,368 121,909 125,668 130,729 137,699 141,301 166,698.93
3. Konsumsi Pemerintah 3,055,002 3,172,848 3,303,815 3,352,018 3,195,439 3,308,439 3,473,798 4,412,263 3,685,972.00
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 2,967,706 3,115,877 3,336,579 3,564,142 3,697,774 3,841,367 4,041,221 4,259,987 4,305,290.38
5. Perubahan Stok 455,403 475,637 473,567 505,644 531,668 559,834 540,113 583,985 650,765.19
6. Ekspor Barang dan Jasa 7,860,365 8,825,751 8,941,641 9,368,967 8,377,767 9,588,588 10,098,444 9,587,223.86 11,397,124.90
6.1. Ekspor Luar Negeri 4,061,251 4,938,620 3,664,121 4,876,696 3,336,128 4,325,871 4,419,738.71 4,381,496.58 6,317,417.27
6.2. Ekspor Antar Daerah 3,799,114 3,887,130 5,277,520 4,492,271 5,041,639 5,262,717 5,678,705.71 5,205,727.28 5,079,707.63
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 7,685,184 8,341,925 8,212,781 8,498,261 7,313,694 8,227,655 8,599,835 8,687,106 9,687,512.07
7.1. Impor Luar Negeri 310,932 218,818 330,659 386,981 204,991 381,682 1,007,555.51 1,580,387.88 932,219.53
7.2. Impor Antar Daerah 7,374,252 8,123,107 7,882,122 8,111,280 7,108,703 7,845,974 7,592,279.59 7,106,717.67 8,755,292.53
PDRB 16,752,312 17,611,131 18,702,508 19,568,123 19,865,043 20,828,627 22,002,482 22,862,160 23,390,833
Komponen
Komponen I-2012 II-2012 III-2012 IV-2012 I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 I-2014
1. Konsumsi Rumah Tangga 3,325,263 3,360,579 3,441,819 3,467,011.76 3,482,976 3,515,299.35 3,594,996 3,620,634.99 3,639,924.09
1.1. Makanan 2,170,556 2,186,117 2,231,223 2,240,359.79 2,248,046 2,263,389.29 2,309,314 2,320,167.89 2,330,028.60
1.2. Non Makanan 1,154,707 1,174,462 1,210,596 1,226,651.97 1,234,930 1,251,910.05 1,285,682 1,300,467.10 1,309,895.49
2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 33,059 33,712 34,574 35,149.54 35,508 36,355.02 37,246 37,811.85 43,502.54
3. Konsumsi Pemerintah 928,533 953,418 984,147 995,088.87 923,965 942,489.77 959,093 1,186,877.75 955,616.95
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 830,605 865,690 924,886 984,300.06 994,613 1,015,599.42 1,035,282 1,067,196.92 1,055,602.09
5. Perubahan Stok 158,221 161,820 158,560 170,711.44 176,618 183,262.62 172,835 182,721.14 198,043.49
6. Ekspor Barang dan Jasa 3,086,957 3,444,534 3,354,134 3,744,327.55 3,157,363 3,601,737.06 3,715,760.59 3,438,332.48 4,068,683.09
6.1. Ekspor Luar Negeri 1,846,286 2,224,168 1,655,700 2,218,567.11 1,509,279 1,933,219.86 1,922,832 1,806,682.82 2,500,706.06
6.2. Ekspor Antar Daerah 1,240,671 1,220,366 1,698,435 1,525,760.44 1,648,084 1,668,517.19 1,792,929 1,631,649.66 1,567,977.03
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 3,495,140 3,809,509 3,723,597 4,075,321.11 3,496,519 3,861,722.08 3,933,583.21 3,843,473.49 4,245,218.17
7.1. Impor Luar Negeri 127,848 89,566 132,542 153,172.82 80,748 149,119.37 388,328 585,097.16 331,174.02
7.2. Impor Antar Daerah 3,367,292.48 3,719,943.49 3,591,056 3,922,148.29 3,415,770.97 3,712,602.71 3,545,256 3,258,376.33 3,914,044.14
PDRB 4,867,497.25 5,010,243.27 5,174,523.98 5,321,268.11 5,274,524.62 5,433,021.16 5,581,629.55 5,690,101.64 5,716,154.07
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Jambi dan Bungo Tahun Dasar 2012=100
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
1 UMUM / TOTAL 103.02 103.55 103.65 103.58 104.16 105.55 108.98 110.28 109.27 110.21 109.98 110.41 112.13 111.26 111.51
2 BAHAN MAKANAN 102.17 106.76 107.18 107.18 106.95 107.22 109.19 114.51 116.97 111.76 113.82 112.13 117.32 113.12 112.70
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 103.19 103.64 104.10 104.60 104.67 105.75 106.01 106.78 107.27 108.90 109.05 109.74 109.90 110.19 111.03
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 101.85 101.88 102.59 102.70 102.87 104.42 104.45 104.80 105.54 106.76 108.24 108.74 110.14 109.66 110.09
5 SANDANG 103.12 103.39 103.02 102.51 101.65 100.59 100.79 100.52 101.38 102.82 102.36 102.15 102.78 103.13 102.85
6 KESEHATAN 101.16 101.15 101.60 101.61 101.68 102.00 102.03 102.18 102.18 102.48 102.51 103.13 103.56 103.71 103.73
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 101.58 101.66 101.96 102.02 101.87 101.86 101.95 102.76 102.80 102.89 102.91 103.09 103.09 103.27 103.67
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 101.21 101.29 102.37 102.42 102.43 102.58 107.50 118.31 120.17 119.25 119.43 119.51 119.90 120.73 121.37
2013 2014URAIAN KOTA JAMBI
Jan Feb Mar
1 UMUM / TOTAL 110.45 111.01 110.62
2 BAHAN MAKANAN 113.33 113.46 111.63
3 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 109.75 111.04 110.94
4 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 113.39 114.08 114.46
5 SANDANG 109.85 110.42 110.46
6 KESEHATAN 105.46 106.18 106.77
7 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 106.44 106.44 106.54
8 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 106.98 107.35 107.39
2014URAIAN KOTA BUNGO
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
V. Carlusa, Poltak Sitanggang
KOORDINATOR PENYUSUN
Meily Ika Permata
TIM PENULIS
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Yuliuskhris Bintoro
Nurcahaya Elisabet Sitinjak
KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Operasional Kas
Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI
Tim Ekonomi dan Keuangan
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122
No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112
Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi
Email : [email protected], [email protected], [email protected]