KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi - … · bank umum juga masih berada pada level...
Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi - … · bank umum juga masih berada pada level...
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
Triwulan I 2016
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI Telp : 0741 - 62445 Fax : 0741 – 62112 Webiste : http://www.bi.go.id
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Profesionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Jambi triwulan I-2016 dapat diselesaikan dengan baik. KEKR merupakan salah satu terbitan periodik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KEKR mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, PDRB Jambi atas dasar harga berlaku pada triwulan laporan menghasilkan output Rp.40,34 triliun, tumbuh sebesar 3,42% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I-2016 sebesar 4,92% (yoy) maupun triwulan yang sama di tahun 2015 (5,90% (yoy)) namun meningkat bila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (3,18% (yoy)). Dari sisi harga, kota Jambi mengalami inflasi 4,99% (yoy) lebih tinggi dari triwulan lalu 1,37% (yoy) dan inflasi nasional 4,45% (yoy). Sementara itu inflasi Bungo pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 4,58% (yoy). Kinerja perbankan mengalami kenaikan ditandai dengan pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun DPK mengalami perlambatan. Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan berdasarkan bank pelapor berada pada posisi yaitu sebesar 122,06% yang mengindikasikan masih derasnya aliran dana dari perbankan dari luar Provinsi Jambi. Kualitas kredit bank umum juga masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,19%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Dalam penyusunan KEKR triwulan I-2016 kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KEKR ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi.
Jambi, Mei 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI JAMBI
V. Carlusa Kepala Perwakilan
vii
DAFTAR ISI Daftar Isi ... ............................................................................................... vii Daftar Tabel ......................................................................................... ix Daftar Grafik ......................................................................................... xi Tabel Indikator Ekonomi Terpilih ..................................................................... xiv Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 6 BAB I. Ekonomi Makro Regional ........................................................ 7
A. Umum ............................................................................. 7
B. PDRB Sisi lapangan Usaha .................................................. 9
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan
Perikanan.................................................................. ... 9
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian....................... ... 9
3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran ; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor........................................ ...................... 12
4. Sektor Industri Pengolahan .......................................... 12
5. Sektor-sektor Lain .................................................... ... 13
C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ 15
1. Pengeluaran Konsumsi ............................................. ... 16
2. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto ................. 17
3. Perdagangan Eksternal.............................................. ... 19
3.1 Ekspor Luar Negeri Provinsi Jambi ....................... .. 19
3.2 Impor Luar Negeri Provinsi Jambi......................... 21
BAB II. Inflasi ....................................................................................... 23
A. Kajian Umum ................................................................. 23
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang ............... 25
1. Kelompok Bahan Makanan....................................... ... 28
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan
Tembakau ........... ....................................................... 32
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan
Bakar....................................................................... .... 33
4. Kelompok Sandang.................................................. .... 34
5. Kelompok Kesehatan ............................................... ... 34
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga............ .. 35
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 35
C. Inflasi Kota Bungo ............................................................... 36
BAB III. Perbankan Dan Sistem Pembayaran .......................................... 43
A. Bank Umum .................................................................... 44
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I-2016
viii
1. Perkembangan Aset Bank ........................................ ... 44
2. Perkembangan Dana Masyarakat............................... .. 44
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana........................ . 49
4. Undisbursed Loan...................................................... .. 55
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing
Loans (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi............... 57
6. Perkembangan Kredit UMKM ................................... .. 61
B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ........................................... 63
C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai ....... 64
1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi....... . 65
2. Penyediaan Uang Layak Edar........................................ 66
3. Perkembangan Jumlah Uang palsu yang Ditemukan.. .. 66
4. Perkembangan Kliring Lokal...................................... ... 66
Boks 1 Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah Dalam
Mendukung Prospek Ekonomi Islam di Kota Jambi ................... 69
BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 75
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I Tahun 2016............. 75
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I Tahun 2015 .................. 76
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ................................. 78
D. Keuangan Pemerintah Daerah ................................. .......... 81
BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Daerah ............................ 93
A. Ketenagakerjaan Daerah .................................................... 93
B. Kesejahteraan Petani ......................................................... 97
BAB VI Prospek Perekonomian ............................................................. 101
A. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................... 102
B. Proyeksi Inflasi ................................................................... 104
C. Rekomendasi Kebijakan .................................................. .. 106
Lampiran Glosary
TRIWULAN I -2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
ix
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (yoy) 8
1.2 Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan Terhadap Pertumbuhan (yoy) 16
1.3 Indeks Tendensi Konsumen 16
1.4 PMA dan PMDN Provinsi Jambi 19
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 26
2.2 Sumbangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi
Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 27
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode Triwulan I-2016 28
2.4 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kabupaten Bungo Tahun 2014-2016 37
2.5 Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kabupaten Bungo berdasarkan
kelompok dan sub kelompok barang dan jasa 38
2.6 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kabupaten Bungo berdasarkan
komoditi periode triwulan I-2016 41
3.1 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 46
3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 48
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek 49
3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 49
3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi di Proyek
Provinsi Jambi 55
3.6 Tabel Undisbursed loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan dan
Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi 56
3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi
Jambi 60
3.8 Perkembangan System Pembayaran Melalui KPw Bank Indonesia Provinsi
Jambi 65
4.1 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi Triwulan I-2016 76
4.2 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi Triwulan I-2016 78
4.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 79
4.4 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 80
5.1 Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja 94
5.2 Jumlah Pekerja Berdasarkan Sektor Usaha 96
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I-2016
x
5.3 Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama 96
5.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor 98
6.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha 103
TRIWULAN I -2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
xi
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 7 1.2 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I-Tahun 2016 9 1.3 Perkembangan Harga Bokar di Provinsi Jambi 10 1.4 Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 11 1.5 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 12 1.6 Produksi Karet Gapkindo Jambi 13 14 1.7 Tingkat Hunian Hotel 13 1.8 Perkembangan Konsumsi Listrik 14 1.9 Perkembangan Konsumsi Air di Kota Jambi 14 1.10 Perkembangan Kunjungan Kapal dan Arus Barang di Pelabuhan Talang Duku Jambi 14 1.11 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 15 1.12 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 15 1.13 Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut pengeluaran Triwulanan I-Tahun 2016 15 1.14 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di Provinsi Jambi 17 1.15 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 18 1.16 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 18 1.17 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 20 1.18 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi 20 1.19 Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditi Utama 21 1.20 Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Triwulan I-2016 21 1.21 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 21 1.22 Perkembangan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi berdasarkan Negara Tujuan 21 1.23 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 22 1.24 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 22 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 23 2.2 Perbandingan Inflasi Core, Volatile Foods, dan Administered Price (yoy) 24 2.3 Perbandingan Inflasi tahunan Kota Jambi dan kota lainnya di Pulau
Sumatera per Maret 2016 24 2.4 Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan 29 2.5 Perkembangan Harga Jagung 30 2.6 Perkembangan Harga Beras 30 2.7 Perkembangan Harga Tepung Terigu 31 2.8 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 31 2.9 Perkembangan Harga Daging 32 2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 34 2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 36 2.12 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Bungo Tahun 2014-2016 37 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 44 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 45 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum di Provinsi Jambi 57
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI | TRIWULAN I-2016
xii
3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi 61 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 61 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 63 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 65 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring 67 4.1 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%) 79 4.2 Pangsa (share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 80 4.3 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi 81 5.1 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 100 6.1 Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d.
serta Perkiraan Mei s.d Juni 2016 105 6.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2016 105
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
A. Inflasi dan PDRB
2016TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV Total TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV Total TRW.I
MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 111.51 112.09 113.91 120.04 120.04 116.95 119.33 119.94 121.69 121.69 122.79
Indeks Harga Konsumen Kota Bungo 4) 110.62 110.63 113.13 119.06 119.06 116.06 117.29 119.20 120.60 120.60 121.38
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 7.51 6.47 4.31 8.72 8.72 4.88 6.46 5.29 1.37 1.37 4.99
Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Bungo 4) 6.28 4.58 5.21 8.99 8.99 4.92 6.02 5.37 1.29 1.29 4.58
PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 29,262,512.3 29,932,218.3 30,164,704.4 30,625,282.0 119,984,716.9 30,724,577.6 31,228,862.7 31,485,898.7 31,599,373.6 125,038,712.6 31,776,235.8
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7,726,006.6 7,893,740.5 7,651,931.0 7,873,750.5 31,145,428.6 8,238,487.7 8,278,595.8 8,197,095.3 8,101,708.8 32,815,887.7 8,403,790.1
Pertambangan dan Penggalian 7,529,794.9 7,804,012.7 7,822,281.4 7,790,897.0 30,946,985.9 7,662,402.2 7,807,953.5 7,800,888.1 7,608,653.2 30,879,897.0 7,960,718.9
Industri Pengolahan 3,336,918.3 3,407,286.5 3,475,015.3 3,411,514.8 13,630,734.9 3,388,166.4 3,525,359.3 3,513,827.3 3,521,477.0 13,948,830.0 3,441,104.6
Pengadaan Listrik, Gas 13,207.4 13,832.0 14,036.6 15,830.6 56,906.6 14,119.2 14,511.0 14,701.6 15,951.7 59,283.5 15,012.3
Pengadaan Air 40,210.0 40,683.1 41,235.0 41,343.1 163,471.1 40,795.9 41,742.2 43,122.7 44,485.9 170,146.7 42,088.7
Konstruksi 2,041,220.9 2,050,461.0 2,160,639.2 2,307,296.1 8,559,617.2 2,034,367.5 2,076,841.2 2,273,908.9 2,420,926.1 8,806,043.7 2,118,853.8
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,554,491.8 2,579,776.8 2,736,617.2 2,791,077.5 10,661,963.2 2,895,811.9 2,961,541.5 2,989,064.5 2,990,170.7 11,836,588.6 2,990,719.5
Transportasi dan Pergudangan 896,696.9 909,096.2 924,769.5 938,881.1 3,669,443.7 952,879.8 974,869.2 981,680.1 1,001,753.7 3,911,182.8 997,336.8
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 298,493.6 303,158.5 310,095.5 314,874.4 1,226,622.0 315,495.8 322,805.1 331,435.2 336,502.9 1,306,239.2 325,507.9
Informasi dan Komunikasi 942,422.3 955,153.6 979,936.9 998,788.9 3,876,301.8 1,029,422.7 1,032,684.5 1,079,443.8 1,115,924.3 4,257,475.4 1,090,326.9
Jasa Keuangan 676,099.7 686,805.7 690,740.6 704,083.6 2,757,729.7 706,251.9 687,296.8 705,688.8 716,590.4 2,815,827.9 755,872.8
Real Estate 425,582.2 430,233.9 436,358.9 440,620.4 1,732,795.4 449,595.4 450,575.1 452,321.4 452,856.0 1,805,347.9 464,240.1
Jasa Perusahaan 298,975.4 304,466.2 310,600.2 316,366.3 1,230,408.0 321,898.1 327,290.8 328,170.0 330,834.1 1,308,193.0 333,751.6
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 984,345.8 1,028,687.6 1,044,349.1 1,083,774.8 4,141,157.3 1,056,847.6 1,067,817.3 1,069,712.1 1,228,024.1 4,422,401.1 1,111,585.7
Jasa Pendidikan 905,384.1 924,678.4 952,025.5 970,511.5 3,752,599.5 976,535.4 1,001,707.3 1,026,504.9 1,028,633.2 4,033,380.8 1,037,538.3
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 308,834.0 313,942.8 321,742.4 325,957.4 1,270,476.6 334,498.1 344,440.7 358,909.3 360,295.3 1,398,143.4 362,998.9
Jasa lainnya 283,828.6 286,202.9 292,330.0 299,714.0 1,162,075.4 307,001.9 312,831.2 319,424.6 324,586.2 1,263,844.0 324,789.0
Nilai Ekspor Non Migas ( ribu USD) 2) 263,619 278,279 223,628 255,033 1,020,560 248,706 247,150 242,613 192,651 931,120 190,008 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 860,882 1,107,025 840,332 1,006,563 3,814,802 1,089,055 1,046,327 529,392 458,224 3,122,998 580,684
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD ) 3) 71,736 53,767 38,560 20,918 184,980 25,667 28,113 23,589 24,987 102,357 16,893 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 26,274 31,946 33,758 23,999 115,977 27,200 74,696 36,740 30,352 168,988 31,954
Sumber: BPSCatatan1) Tahun dasar 2010 angka sangat sementara, sumber : BPS Provinsi Jambi 2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan
SITC 2 digit yang berlaku.3) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit
4) Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi
Jambi dari sebelumnya hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo
INDIKATOR2014 2015
xiii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
B. Perbankan
2,016 TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I
PERBANKANA. Bank Umum :Total Aset (Rp Juta) 29,691,060 34,853,104 34,345,898 32,675,144 34,622,605 37,671,417 36,946,500 35,699,374 37,641,431 DPK(Rp Juta) 20,069,436 22,307,397 22,527,139 21,964,903 22,733,986 24,205,221 24,702,501 23,444,032 23,896,694
- Tabungan 10,703,386 10,969,816 11,290,961 12,044,292 10,847,414 11,316,696 11,817,508 13,099,752 4,422,563 - Giro 3,179,483 4,051,589 3,707,342 3,008,463 3,842,142 3,619,074 3,708,267 2,885,355 11,674,692 - Deposito 6,186,567 7,285,993 7,528,836 6,912,149 8,044,430 9,269,451 9,176,726 7,458,925 7,799,438
31,946,454 32,458,037 33,257,510 34,124,108 34,107,025 35,199,342 37,194,044 37,021,752 37,085,798 - Modal Kerja 10,158,229 10,671,200 11,084,121 11,419,932 11,049,817 11,327,405 12,339,123 11,741,672 11,789,330 - Konsumsi 9,527,809 9,164,037 9,187,047 9,439,228 9,679,800 10,216,942 10,886,602 11,176,153 11,148,084 - Investasi 12,260,417 12,622,800 12,986,343 13,264,947 13,377,408 13,654,995 13,968,319 14,103,926 14,148,384 - Dana 20,473,410 22,719,313 22,958,027 22,508,985 23,275,384 24,596,162 25,160,245 23,940,094 24,472,416 - LDR 156.04 142.87 144.86 151.60 146.54 143.11 147.83 154.64 151.54
23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115 - Modal Kerja 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 8,772,809 8,869,811 9,049,452 9,195,982- Konsumsi 5,959,299 10,762,104 6,134,277 6,430,084 6,663,743 6,881,249 6,976,421 7,326,643 7,471,117- Investasi 10,409,402 6,071,136 11,050,256 11,281,919 11,414,666 11,700,976 11,974,568 12,359,713 12,500,015
- LDR (%) 119.22 111.48 112.63 119.42 116.86 113.01 112.62 122.57 122.06- NPL Gross nominal 492,240 612,619 620,912 654,329 769,060 879,166 892,091 811,104 930,215- NPL Gross % 2.06 2.46 2.45 2.49 2.89 3.21 3.21 2.82 3.19
Kredit MKM (Rp Juta)Kredit Mikro (< Rp 50 juta) (Rp Juta) 3,289,142 3,368,912 3,306,533 3,279,728 3,327,809 3,506,146 3,511,797 3,405,187 3,559,126
- Kredit Modal Kerja 1,317,572 1,415,511 1,376,943 1,424,349 1,457,647 1,537,153 1,555,357 1,501,564 1,638,283 - Kredit Investasi 618,466 638,798 636,627 647,195 669,772 683,815 691,783 717,077 756,730 - Kredit Konsumsi 1,353,104 1,314,602 1,292,963 1,208,184 1,200,391 1,285,178 1,264,656 1,186,546 1,164,113
Kredit Kecil (Rp 50 < x ≤ Rp500 juta) (Rp Juta)11,946,461 12,445,976 12,807,687 13,124,113 13,333,741 13,601,753 13,777,763 14,282,793 14,614,745 - Kredit Modal Kerja 1,895,776 1,949,111 2,015,340 2,020,090 1,998,536 2,025,697 1,948,250 2,086,405 2,165,164 - Kredit Investasi 1,853,755 1,912,349 1,925,125 1,990,458 2,055,800 2,129,599 2,093,978 2,143,840 2,112,702 - Kredit Konsumsi 8,196,931 8,584,516 8,867,222 9,113,566 9,279,404 9,446,457 9,735,535 10,052,548 10,336,880
4,488,941 4,669,116 4,743,308 4,945,156 4,965,324 5,044,331 5,038,407 5,241,789 5,111,674 - Kredit Modal Kerja 2,808,005 3,038,812 3,096,118 3,226,807 3,229,753 3,279,252 3,266,149 3,388,552 3,295,800 - Kredit Investasi 876,907 814,947 808,236 836,608 848,942 849,820 851,026 879,234 856,908 - Kredit Konsumsi 804,029 815,357 838,954 881,741 886,629 915,259 921,231 974,003 958,966
Total Kredit MKM (Rp Juta) 19,724,544 20,484,004 20,857,528 21,348,998 21,626,874 22,152,229 22,327,966 22,929,768 23,285,546 NPL MKM gross (%) 2.43 2.90 2.95 2.78 3.22 3.45 3.55 3.23 3.64- NPL MKM Gross Nominal 480,211 595,039 614,782 593,170 697,392 765,150 791,695 741,370 846,851
B. BPR : Total Aset (Rp Juta) 742,646 731,857 739,748 758,995 766,796 759,582 750,518 744,844 765,796DPK (Rp Juta) 541,824 539,797 550,872 566,501 580,220 583,279 578,450 572,778 594,062 - Tabungan (Rp Juta) 82,543 83,869 84,072 84,864 84,947 85,648 88,876 90,237 92,108- Deposito (Rp Juta) 459,281 455,928 466,800 481,637 495,273 497,631 489,574 482,541 501,953
Kredit (Rp Juta) 544,849 541,885 535,557 524,672 524,425 531,051 525,067 509,941 507,915 - Modal Kerja 164,194 171,394 178,183 180,501 189,211 204,080 205,604 210,834 225,549 - Investasi 104,588 105,345 107,637 107,056 107,172 106,844 103,563 99,270 97,394 - Konsumsi 276,067 265,146 249,737 237,115 228,042 220,127 215,900 199,837 184,972
Kredit UMKM (Rp Juta) 227,858 237,051 245,608 248,842 259,465 270,286 270,992 273,377 282.68 Rasio NPL Gross (%) 7.99 10.09 11.13 12.21 14.50 15.65 17.80 15.81 14.75- NPL Gross (Nominal) 43,534 54,692 59,612 64,046 76,061 83,127 93,447 80,633 74,893LDR (%) 82.57 85.60 84.13 79.40 80.46 82.38 80.52 76.70 77.55
Sumber: LBU Bank Indonesia
2015
Kredit Menengah (Rp500 juta < x ≤
Rp5 miliar) ((Rp Juta)
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi
Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi
kantor cabang
2014INDIKATOR
viii
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
c. Sistem Pembayaran
2016Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I
KliringNilai Kliring (juta Rp) 2,519,833 2,707,328 2,534,343 2,571,965 2,412,348 2,662,816 2,628,672 2,599,490 2,284,108 Volume Kliring (lembar warkat) 68,552 74,520 70,240 69,012 67,623 74,693 69,881 72,452 69,594 Cek dan BG KosongLembar 1,472 1,974 1,847 1,783 1,229 1,692 1,580 1,752 1,502 Nominal (juta Rp) 56,789 83,457 71,186 99,967 41,570 57,632 51,768 66,346 52,095
Transaksi TunaiAliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 880,393 976,622 1,948,349 921,379 1,445,865 892,023 2,573,657 1,563,340 1,354,519 Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 1,734,894 1,861,714 2,788,527 2,309,258 1,285,175 2,354,181 2,545,103 2,170,933 1,159,492 Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (854,501) (885,091) (840,178) (1,387,878) 160,690 (1,462,158) 28,555 (607,593) 195,027 Sumber : Bank Indonesia Provinsi Jambi
2015Uraian
2014
xv
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
Perekonomian Jambi pada triwulan I-2016 tumbuh sebesar 3,42%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya
(3,18% (yoy)) tetapi masih lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi
nasional triwulan I-2016 yang tercatat sebesar 4,92% (yoy).
Berdasarkan klasifikasi lapangan usaha, kenaikan pertumbuhan
ekonomi Jambi pada triwulan laporan utamanya disebabkan meningkatnya
pertumbuhan sektor pertambangan dari -2,34% (yoy) pada triwulan IV-
2015 menjadi 3,89% (yoy) pada triwulan I-2016.
Dari sisi penggunaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jambi
pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan
konsumsi sebesar 4,39% dari 4,30% pada triwulan sebelumnya dan
kontraksi impor barang dan jasa (antar daerah maupun antar negara)
sebesar 6,97% (yoy), menurun cukup tajam dibandingkan triwulan
sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 10,07%(yoy). Kontraksi
impor terutama disebabkan penurunan impor mesin-mesin seperti mesin
industri dan perlengkapannya (-76,46% (yoy)) dan mesin industri
tertentu/khusus (-50,94% (yoy)) sejalan dengan melambatnya aktivitas
produksi dan kinerja perekonomian Jambi.
Berdasarkan andilnya, sektor pertambangan dan penggalian
memberikan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi triwulan laporan
yakni 0,97% diikuti oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
sebesar 0,54% dan sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil
dan sepeda motor sebesar 0,31%. Sedangkan dari sisi penggunaan,
pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan disumbangkan oleh
konsumsi rumah tangga dengan andil 1,89% dan pembentukan modal
tetap domestik bruto dengan andil 1,90%.
II. Inflasi
Pada triwulan I-2016, inflasi kota Jambi tercatat 4,99 %(yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya (1,37%(yoy)) dan inflasi nasional
(4,45%(yoy)). Namun demikian, realisasi inflasi tersebut masih lebih rendah
bila dibandingkan rata-rata inflasi tahunan triwulan I dalam kurun waktu
tiga tahun terakhir yang tercatat 6,15%. Secara bulanan (month to month),
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi triwulan I 2016 mengalami kenaikan yaitu dari 3,18% (yoy) menjadi 3,42% (yoy) .......
Pada triwulan I-2016, Kota Jambi mengalami inflasi sebesar 4,99% (yoy) dan Kota Bungo 4,58% (yoy) .......
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I- 2016
2
inflasi pada bulan Januari, Februari dan Maret 2016 masing-masing sebesar
0,42%, 0,22% dan 0,26%.
Kenaikan tingkat inflasi di Kota Jambi pada triwulan laporan
utamanya disebabkan oleh meningkatnya inflasi kelompok volatile food
dari -3,05% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 10,67% (yoy) pada
triwulan I-2016. Tingginya curah hujan di sentra produksi cabai dan
bawang merah di Jambi dan Jawa berdampak negatif bagi hasil panen
serta menyebabkan banjir yang mengganggu jalur distribusi. Sementara itu,
inflasi yang terjadi pada kelompok administered price sebesar 2,05% (yoy),
sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (1,60% yoy).
Inflasi inti tercatat relatif stabil yaitu sebesar 4,11% pada triwulan laporan.
Inflasi Bungo tercatat sebesar 4,58% (yoy), lebih tinggi bila
dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (1,29% qtq) dengan pergerakan
angka inflasi bulanan (mtm) Januari, Februari dan Maret 2016 masing-
masing sebesar 0,78%, 0,18% dan -0,31%.
III. Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kinerja perbankan pada triwulan I-2016 secara umum menunjukkan
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring meningkatnya
pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 9,8% (yoy) meskipun DPK
mengalami perlambatan pertumbuhan dari 6,7% (yoy) pada triwulan IV-
2015 menjadi 5,1% (yoy) pada triwulan laporan. Mulai meningkatnya
kinerja perbankan Jambi sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan
ekonomi Jambi dari 3,18% (yoy) pada triwulan IV-2015 menjadi 3,42%
(yoy) pada triwulan laporan.
Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah
5% (3,19%) atau memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya (2,82%).
Risiko likuiditas mengalami peningkatan yang terindikasi dari meningkatnya
Loan to Deposits Ratio (LDR) di atas 100%. LDR perbankan berdasarkan
bank pelapor mengalami sedikit penurunan sebesar 52 bps menjadi sebesar
122,06% dari triwulan sebelumnya 112,57%.
Aliran kas masuk (cash inflow) tercatat mengalami penurunan 6,3%
(yoy), hal yang sama juga terjadi pada aliran kas keluar (cash outflow) yang
mengalami penurunan 9,8% (yoy) sehingga menyebabkan net inflow
meningkat sebesar 21,4%. Kenaikan net inflow tersebut disebabkan belum
membaiknya keadaan perekonomian seiring dengan belum pulihnya harga
Kinerja perbankan menunjukkan peningkatan seiring meningkatnya penyaluran kredit meskipun DPK mengalami perlambatan pertumbuhan ..............
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN I-2016| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
3
komoditi utama Provinsi Jambi pada triwulan laporan yang mempengaruhi
daya beli masyarakat.
IV. Keuangan Pemerintah Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan
triwulan I-2016 mencapai Rp908,9 miliar (terealisasi sebesar 26,42% dari
target pendapatan APBD 2016). Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
mencapai Rp261,1 miliar (28,72% dari total pendapatan), tumbuh
6,0%(yoy) dibandingkan realisasi PAD triwulan I-2015. Pendapatan terbesar
disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp204,25 miliar (22,5%
dari total pendapatan atau 78,2% dari total PAD).
Sementara itu realisasi belanja mengalami kenaikan sebesar 14,1%
(yoy) dari Rp420,3 miliar pada triwulan I-2015 menjadi Rp479,7 miliar pada
triwulan I-2016. Nilai realisasi belanja tersebut mencapai 12,82% dari
target belanja APBD 2016 Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang
bertujuan untuk pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi pada APBD 2015 hanya sebesar 29,1%, jauh lebih
kecil dibandingkan share belanja operasi yang mencapai 57,9%.
V.Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Pada Februari 2016, jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi tercatat
sebesar 1,70 juta orang, meningkat 3.800 orang dibandingkan posisi bulan
Februari 2015. Namun, pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan laporan
(3,42%, yoy) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi
triwulan I-2015 (5,90%, yoy) menyebabkan jumlah penduduk bekerja
mengalami penurunan dari 1,65 juta orang di bulan Februari 2015 menjadi
1,62 juta orang di bulan Februari 2016. Hal tersebut menyebabkan
pengangguran bertambah sekitar 32.800 orang dan tingkat pengangguran
terbuka naik tajam dari 2,73% (Februari 2015) menjadi 4,66% pada
Februari 2016.
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami
peningkatan 127 bps yaitu dari 95,72 pada triwulan IV-2015 menjadi 96,93
pada triwulan laporan sejalan dengan peningkatan NTP pada sub sektor
perkebunan rakyat (4,24%) dan perikanan (0,81%) yang disebabkan oleh
kenaikan harga jual Tandan Buah Segar (TBS) dan harga bahan olahan
karet yang sedikit mengalami kenaikan.
Realisasi pendapatan triwulan I-2016 mencapai 26,42% dari APBD sementara realisasi belanja mencapai 12,82%...
Jumlah angkatan kerja Februari 2016 meningkat 3.800. Namun, jumlah penduduk bekerja menurun 5,90% (yoy) sehingga tingkat pengangguran terbuka naik dari 2,73% (Feb 2015) menjadi 4,66%(Feb 2016)..............
NTP mengalami kenaikan 127 bps seiring kenaikan NTP perkebunan rakyat..................
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I- 2016
4
Sementara itu, penyaluran raskin selama triwulan I-2016 mengalami
peningkatan sebesar 124,57% (yoy) dengan total raskin yang disalurkan
mencapai 9.328 ton.
VI.Prospek Perekonomian
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan II-2016
diperkirakan pada kisaran 3,71%-4,21%(yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan I-2016 (3,42% (yoy)). Dari sisi lapangan usaha, sektor
pertambangan diperkirakan akan menjadi sumber utama pertumbuhan
ekonomi Jambi seiring dimulainya penambangan gas di Tanjung Jabung
Timur. Sektor lain yang diperkirakan tumbuh diantaranya sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan, sektor perdagangan besar, eceran, reparasi
mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum
dan sektor transportasi dan pergudangan
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan konsumsi
pemerintah diperkirakan menjadi penyumbang utama pertumbuhan
ekonomi Jambi disamping ekspor yang tumbuh seiring meningkatkanya
ekspor migas ke luar negeri pasca eksploitasi blok gas baru di Tanjung
Jabung Timur.
Inflasi pada triwulan II-2016 diperkirakan berada di kisaran 2,96%-
3,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan laporan (4,99%)
yang disebabkan menurunnya inflasi komoditas administered price dan
proyeksi kestabilan inflasi komoditas volatile food.
Penurunan inflasi komoditas administered price disebabkan
penurunan harga bensin dan solar pada 1 April 2016 yang lalu serta tariff adjustment PLN pada bulan April 2016. Sementara menurunnya inflasi
volatile food utamanya disebabkan menurunnya harga cabai merah dan
beras seiring pasokan yang melimpah pasca panen raya.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi
lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) anomali cuaca yang mengganggu
produksi dan 2) rencana pengalihan pelanggan listrik 900 VA ke 1.300 VA.
Namun demikian, masih berlanjutnya penurunan harga komoditas karet
dapat menahan laju konsumsi masyarakat terutama petani karet dan dapat
mengurangi tekanan inflasi selama bulan puasa.
Laju pertumbuhan PDRB triwulan II -2016 diperkirakan berkisar 3,65% (yoy).....
Inflasi triwulan II -2016 diperkirakan berkisar 2,96%-3,46% (yoy) .......
RINGKASAN EKSEKUTIF
TRIWULAN I-2016| KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
5
Menyikapi kondisi ekonomi dan inflasi terkini, beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah adalah:
Akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah:
1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui:
a) Optimalisasi Percepatan realisasi anggaran modal pemerintah untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka mendorong konektivitas
dan perdagangan antar daerah.
b) Pemerintah perlu memperhatikan rantai nilai sektor-sektor unggulan
yang belum dikembangkan secara optimal seperti pertambangan
batu bara dalam hal penciptaan sumber pembangkit listrik tenaga
uap yang menggunakan batu bara dan perkebunan pinang dalam
hal pengembangan jaringan pemasaran ke industri pengolahan/hilir.
c) Meningkatkan investasi swasta di Provinsi Jambi melalui :
1. Pemetaan dan promosi potensi investasi di Provinsi Jambi di
tingkat nasional maupun internasional.
2. Peraturan daerah (Perda) yang bersifat insentif bagi penanaman
modal di Provinsi Jambi seperti: kemudahan izin, relaksasi pajak
daerah bagi investor dan pembuatan Perda RTRW untuk industri.
3. Insentif bagi calon investor yang membangun industri hulu
penunjang komoditas unggulan di Jambi.
4. Pemerintah perlu memonitor komitmen investasi dari swasta dan
memberikan bantuan/pendampingan apabila terjadi masalah.
5. Optimalisasi peranan SMK dalam pengembangan perekonomian
melalui peningkatan kompetensi guru, penambahan jurusan/jenis
keahlian, pengembangan jiwa entrepreneurship dan program
insentif untuk lulusan yang mengembangkan usaha. Hal ini
mengingat pengangguran lulusan SMK yang terus bertambah
setiap tahunnya.
2. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian,
perkebunan dan kehutanan melalui :
1) Program replanting tanaman kelapa sawit dan karet rakyat;
2) Program edukasi kepada petani dalam rangka pemanfaatan
tanaman dan lahan serta penggunaan teknologi tepat guna;
3) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor;
RINGKASAN EKSEKUTIF
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I- 2016
6
4) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri
untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;
5) Sosialisasi dan penguatan kelembagaan pasar komoditas (pasar
lelang spot dan forward untuk tanaman perkebunan dan pasar
agribisnis untuk tanaman hortikultura)
6) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama
lainnya yang mudah diakses sampai ke level petani.
7) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi
industri inti, penunjang, dan industri terkait lainnya dengan
memberikan kemudahan izin, pembiayaan, dan
pengembangan;
Menyikapi pengendalian Inflasi
Pemerintah perlu memperhatikan proyeksi penurunan inflasi selama
triwulan mendatang serta potensi risiko yang perlu diwaspadai dengan:
1. Mitigasi risiko inflasi hingga akhir tahun 2016 dan tahun mendatang
melalui program kerja dan alokasi anggaran yang tepat sasaran.
2. Pemanfaatan forum TPID sebagai tempat untuk mematangkan konsep dan
koordinasi pelaksanaan program kerja pengendalian inflasi antar SKPD.
3. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui:
a. Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka
panjang di seluruh Kabupaten/Kota;
b. Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap
Kabupaten/Kota;
c. Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi
Jambi untuk memantau arus barang yang masuk dan keluar
Jambi sebagai modal untuk penyusunan peta surplus/defisit
Provinsi Jambi;
d. Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem
pasar lelang forward, resi gudang dll.
e. Percepatan kerjasama antar daerah melalui SKPD terkait dalam
rangka pemenuhan stok bahan makanan.
7
BAB I
EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perekonomian Jambi pada triwulan I-2016 tumbuh sebesar 3,42% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya (3,18%,yoy) tetapi masih lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I-2016 (4,92%,yoy) (Grafik
1.1). Apabila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDRB provinsi Jambi pada triwulan I-2016
tercatat sebesar Rp40,34 triliun.
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (yoy)
Menurut klasifikasi lapangan usaha, meningkatnya pertumbuhan ekonomi provinsi
Jambi pada triwulan I-2016 utamanya disebabkan membaiknya kinerja pertumbuhan sektor
utama pertambangan dan penggalian dari -2,34% (yoy) pada triwulan IV-2015 menjadi
3,89% (yoy) pada triwulan I-2016. Sementara itu, sektor utama lainnya seperti sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan
sepeda motor dan sektor industri pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan pada
triwulan laporan.
Menurut andil terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I-2016, sektor
pertambangan dan penggalian menyumbangkan andil tertinggi pada pertumbuhan
ekonomi sebesar 0,97% diikuti oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar
0,54% dan sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar
0,31%.
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
8
Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, 3 (tiga) sektor yang mengalami
pertumbuhan cukup tinggi pada triwulan I-2016 adalah sektor jasa kesehatan dan kegiatan
sosial (8,52%,yoy), sektor jasa keuangan (7,03%,yoy) dan sektor pengadaaan listrik dan gas
(6,33%,yoy) (Tabel 1.1).
Dari sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan I-
2016 utamanya disebabkan meningkatnya pertumbuhan konsumsi dari 4,30%(yoy) pada
triwulan IV-2015 menjadi 4,39%(yoy) pada triwulan laporan dan kontraksi impor barang
dan jasa (antar daerah maupun antar negara) sebesar 6,97%(yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 10,07%(yoy) (Tabel 1.1).
I II III IV I II III IV I
4.30 4.35 4.40 4.41 4.07 4.30 4.25 4.30 4.3913.90 21.43 13.38 8.61 3.06 (0.68) 6.38 8.93 1.845.13 3.12 5.75 3.71 1.08 (17.18) (5.00) 16.46 2.18
61.21 26.80 (8.85) (28.20) (11.52) (4.30) (0.42) 13.45 8.9412.73 (385.93) 18.76 (61.94) (39.52) 0.49 (18.76) (35.13) (8.57)(5.11) (0.93) 10.51 16.42 15.51 12.03 10.64 (0.44) (4.83)0.44 8.70 0.90 2.07 6.91 7.28 7.69 10.07 (6.97)9.06 6.65 6.74 7.05 5.90 4.33 4.38 3.18 3.42
Sumber: BPS (diolah)
2014 2016
PDRB
Ekspor Impor
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Domestik BrutoPerubahan Inventori
JENIS PENGELUARAN
Pengeluaran Konsumsi Rumah TanggaPengeluaran Konsumsi Rumah Tangga LNPRT
2015
Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Jambi (% yoy)
I II III IV I II III IV I
18.05 12.11 8.67 5.77 6.63 4.88 7.12 2.90 2.013.16 4.41 2.24 7.20 1.76 0.05 -0.27 -2.34 3.897.52 5.04 5.05 1.82 1.54 3.47 1.12 3.22 1.562.55 6.86 8.36 20.86 6.90 4.91 4.74 0.77 6.335.67 5.22 2.63 4.00 1.46 2.60 4.58 7.60 3.17
10.79 -0.04 12.37 13.05 -0.34 1.29 5.24 4.92 4.15
7.73 5.38 10.26 11.73 13.36 14.80 9.22 7.13 3.28
10.81 8.48 6.40 7.23 6.27 7.23 6.15 6.70 4.6723.69 22.49 19.31 10.73 5.70 6.48 6.88 6.87 3.17
6.81 6.86 7.01 7.34 9.23 8.12 10.15 11.73 5.923.12 3.47 2.77 6.00 4.46 0.07 2.16 1.78 7.031.08 1.33 1.88 4.52 5.64 4.73 3.66 2.78 3.262.70 4.21 5.39 7.67 7.67 7.50 5.66 4.57 3.68
14.63 11.51 20.58 7.81 7.37 3.80 2.43 13.31 5.18
-2.48 -0.60 -0.02 8.54 7.86 8.33 7.82 5.99 6.2518.40 16.08 20.13 7.28 8.31 9.71 11.55 10.53 8.52
4.88 4.83 5.41 7.04 8.16 9.30 9.27 8.30 5.799.06 6.65 6.74 7.05 5.90 4.33 4.38 3.18 3.42
20162014
Jasa PendidikanJasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
2015
Jasa Lainnya
Informasi dan KomunikasiJasa KeuanganReal EstateJasa PerusahaanAdministrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Pertanian, Kehutanan & PerikananPertambangan dan PenggalianIndustri PengolahanPengadaan Listrik Dan GasPengadaan AirKonstruksiPerdagangan Besar, Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda MotorTransportasi dan PergudanganPenyediaan Akomodasi dan Makan Minum
PDRB
LAPANGAN USAHA
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
9
B.PDRB Sisi Lapangan Usaha
Perekonomian Jambi pada triwulan I-
2016 tercatat mengalami pertumbuhan
sebesar 3,42% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya
(3,18%,yoy). Meningkatnya pertumbuhan
ekonomi utamanya disebabkan
pertumbuhan sektor pertambangan dan
penggalian yang melonjak drastis dari
kontraksi sebesar 2,34% (yoy) pada triwulan
IV-2015 menjadi 3,89% pada triwulan
laporan.
Menurut andilnya, sumber utama pertumbuhan Jambi pada triwulan I-2016 adalah
sektor pertambangan dan penggalian dengan andil pertumbuhan sebesar 0,97%, sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan dengan andil pertumbuhan sebesar 0,54% dan diikuti
sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,31%.
Sementara dari sisi tingkat pertumbuhan, pertumbuhan tahunan tertinggi pada triwulan
laporan terjadi pada sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (8,52%,yoy), sektor jasa
keuangan (7,03%,yoy) dan sektor pengadaan listrik dan gas (6,33%,yoy).
Menurut pangsanya, perekonomian Jambi selama triwulan I-2016 didominasi oleh
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (30,06%), sektor pertambangan dan penggalian
(16,77%), sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (11,79%)
serta sektor industri pengolahan (10,66%) (Grafik 1.2).
1. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2016 menyumbangkan nilai
tambah sebesar Rp6,77 triliun (pangsa 16,77%), tumbuh 3,89%(yoy) dan menjadi
kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi provinsi Jambi pada triwulan laporan (0,97%).
Grafik 1.2. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2016
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
10
Pertumbuhan positif sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan
merupakan awal yang baik bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi setelah pada dua
triwulan sebelumnya mengalami kontraksi. Berdasarkan informasi BPS Jambi, pertumbuhan
sektor ini terutama didorong oleh eksplorasi gas bumi di Provinsi Jambi seiring dimulainya
eksplorasi sumur Tiung di Blok Jabung, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
2. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
Produksi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan I-2016
mengalami pertumbuhan sebesar 2,01% (yoy), melambat jika dibandingkan pertumbuhan
triwulan IV-2015 (2,90% (yoy)). Meskipun demikian, sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan masih menjadi salah satu kontributor utama pertumbuhan ekonomi Jambi pada
triwulan laporan dengan andil pertumbuhan 0,54%.
Indikator sub sektor perkebunan karet masih belum menunjukkan perbaikan. Masih
lemahnya harga komoditas karet di tingkat internasional dan lokal berdampak pada
menurunnya harga karet lokal. Harga rata-rata bokar di Jambi pada triwulan laporan
tercatat mengalami penurunan sebesar 15,81%(yoy), semakin jatuh dibandingkan triwulan
sebelumnya yang juga mengalami kontraksi 10,53% (yoy) (Grafik 1.3). Melemahnya harga
bokar tersebut sejalan dengan tren penurunan harga karet di tingkat internasional sebesar
24,60%(yoy) dari harga rata-rata USD1,84/kg menjadi USD1,38/kg (Grafik 1.3). Musim
hujan yang terjadi selama triwulan I 2016 berdampak pada penurunan frekuensi
penyadapan karet oleh petani. Disamping itu, makin rendahnya harga bahan olah karet
(bokar) menyebabkan petani enggan menyadap tanaman karetnya.
Grafik 1.3. Perkembangan Harga Bokar di provinsi Jambi
12,865
154.27 100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
7,500
17,500
27,500
37,500
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2012 2013 2014 2015 2016
USD cent/KgRp/Kg
Harga Bokar (Rp/kg)
Harga Karet Internasional, aksiskanan (USD cent/kg)
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan provinsi Jambi dan Bloomberg
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
11
Kondisi sub sektor perkebunan kelapa sawit juga menunjukkan hal yang sama.
Harga rata-rata TBS usia 10 tahun pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 1.476,29/kg,
terkontraksi sebesar 14,35%(yoy) bila dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015. Hal
ini sejalan dengan harga rata-rata CPO internasional yang mengalami penurunan sebesar
7,88%(yoy) dari USD625,44/metric ton pada triwulan I-2015 menjadi USD576,18/metric ton
pada triwulan I-2016. (Grafik 1.4). Masih rendahnya harga TBS merupakan dampak dari
belum membaiknya harga minyak mentah dunia yang mendorong melemahnya harga CPO
global sebagai salah satu produk substitusi minyak mentah.
Grafik 1.4. Perkembangan Harga CPO Internasional dan lokal,
Harga Inti dan TBS 10 Tahun di provinsi Jambi
Namun demikian, perlambatan yang terjadi pada sub sektor perkebunan sedikit
tertahan oleh meningkatnya kinerja sub sektor pertanian tanaman pangan seiring panen
raya komoditas tanaman bahan makanan (tabama) di Provinsi Jambi pada akhir triwulan
laporan yang dilaporkan lebih baik dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015.
Hal tersebut terindikasi dari kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) tanaman pangan yang
pada triwulan I-2016 tercatat sebesar 96,93, lebih tinggi dibandingkan NTP pada triwulan
IV-2015 (95,72) dan triwulan I-2015 (95,81). Kenaikan NTP terjadi karena kenaikan indeks
diterima petani sebesar 6,49% (yoy) yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks dibayar
petani sebesar 5,25%(Grafik 1.5).
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2012 2013 2014 2015 2016
Harga (Rp)
CPO Int'l CPO INTI TBS 10 TAHUNUSD/Metric
Sumber: Dinas Perkebunan provinsi Jambi dan Bloomberg
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
12
Grafik 1.5. Nilai Tukar Petani (NTP) provinsi Jambi
3. Sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor
menyumbangkan Rp4,76 triliun terhadap PDRB triwulan I-2016, tumbuh sebesar 3,28%
(yoy) dengan andil pertumbuhan 0,31%. Namun demikian, sektor ini cenderung mengalami
perlambatan sejak triwulan III-2015. Hasil liaison Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi pada
pusat perbelanjaan di Jambi menyatakan bahwa penjualan pada triwulan laporan
mengalami penurunan dibandingkan triwulan yang sama di tahun 2015. Disamping itu,
harga jual beberapa produk juga tidak mengalami kenaikan berarti seiring penurunan
penjualan pada produk-produk yang bukan merupakan produk consumer goods.
4. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan menyumbangkan Rp4,30 triliun terhadap PDRB triwulan I-
2016 dan tumbuh sebesar 1,56% (yoy) dengan andil pertumbuhan 0,17%, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya (3,22% (yoy)).
Perlambatan terindikasi dari hasil Liaison Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi ke
beberapa pabrik pengolahan kelapa sawit. Responden menyatakan produksi CPO tidak
mengalami kenaikan berarti seiring kelangkaan bahan baku TBS akibat musim kemarau
2015 yang mengurangi produktivitas tanaman. Data produksi pabrik pengolahan karet
(crumb rubber) yang tergabung dalam GAPKINDO1 (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia)
cabang Jambi juga menunjukkan kontraksi sebesar 10,51% (yoy) pada triwulan laporan,
lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 9,26%(yoy) (Grafik 1.6). 1 Terdapat 11 (sebelas) perusahaan pengolah crumb rubber yang tergabung dalam Gapkindo
92.00
93.00
94.00
95.00
96.00
97.00
98.00
99.00
90
95
100
105
110
115
120
125
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2014 2015
Penghitungan NTP menggunakan tahun dasar baru 2012=100
indeks terima indeks bayar NTP (aksis kanan)
Sumber: BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
13
Grafik 1.6. Produksi Karet GAPKINDO Jambi
Sumber : GAPKINDO provinsi Jambi
5. Sektor-sektor Lain
Sektor penyediaan
akomodasi dan makan minum
tumbuh 3,17%(yoy), melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mampu tumbuh sebesar
6,87%(yoy) maupun triwulan yang
sama di tahun 2015 (5,70%,yoy).
Perlambatan ini ditengarai
disebabkan menurunnya
permintaan makan minum
(catering) untuk acara hajatan dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pemerintah
selama triwulan laporan.
Namun demikian, data rata-rata tingkat hunian hotel di Jambi selama triwulan
laporan mengalami kenaikan dari 45,52% pada triwulan IV-2015 menjadi 48,04% pada
triwulan laporan. Kenaikan tingkat hunian hotel juga tercermin dari kenaikan jumlah tamu
menginap hotel di Jambi selama triwulan laporan sebesar 6,95%(yoy) (Grafik 1.7).
73,974
86,652
67,123 69,892
-9.26
-10.51
-20
-10
0
10
20
30
40
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I Tw II TwIII
TwIV
Tw I
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Volume Produksi Crumb Rubber (Ton) G (%yoy)
Grafik 1.7. Tingkat Hunian Hotel
56,219 63,514
60,125
37.62
45.5248.04
0
10
20
30
40
50
010,00020,00030,00040,00050,00060,00070,00080,00090,000
100,000
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I TwII
TwIII
TwIV
Tw I
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Tamu Menginap T. Hunian Hotel (RHS)
Sumber : BPS (diolah)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
14
Sektor pengadaan listrik
dan gas serta sektor pengadaan air
masing-masing tumbuh sebesar
6,33%(yoy) dan 3,17%(yoy).
Pertumbuhan sektor pengadaan
listrik dan gas mengalami kenaikan
bila dibandingkan pertumbuhan
triwulan sebelumnya (0,77%
(yoy)). Hal ini terindikasi dari
kenaikan pemakaian tenaga listrik
sebesar 6,68%(yoy) dan kenaikan
jumlah pelanggan listrik sebesar
8,47%(yoy) selama triwulan laporan
(Grafik 1.8). Namun demikian,
pertumbuhan konsumsi air di Kota
Jambi justru mengalami penurunan
dibandingkan triwulan sebelumnya
(7,60%,yoy) yang diindikasikan
oleh kontraksi konsumsi air bersih
di Kota Jambi sebesar 1,56%(yoy)
(Grafik 1.9).
Sektor transportasi dan
pergudangan tumbuh sebesar
4,67% (yoy) dengan andil
pertumbuhan 0,14%, melambat
dibandingkan pertumbuhan
triwulan IV-2015 (6,70%(yoy)). Perlambatan tersebut terindikasi dari data arus bongkar
muat barang di Pelabuhan Talang Duku Jambi dan Bandara Sultan Thaha Jambi. Kunjungan
kapal dan Arus barang di pelabuhan Talang Duku Jambi tercatat mengalami tren penurunan
(Grafik 1.10).
Grafik 1.8. Perkembangan Konsumsi Listrik Prov. Jambi
Grafik 1.9. Perkembangan Konsumsi Air di Kota Jambi
Grafik 1.10. Perkembangan Kunjungan Kapal dan Arus Barang di Pelabuhan Talang Duku Jambi
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
15
Data arus barang di Bandara Sultan Thaha Jambi juga menunjukkan tren
penurunan. Jumlah barang yang dibongkar dan dimuat tercatat mengalami penurunan
masing-masing sebesar 11,78%(yoy) dan 14,10%(yoy) (Grafik 1.12). Namun demikian,
jumlah penumpang yang berangkat maupun datang mengalami kenaikan signifikan
masing-masing sebesar 31,98%(yoy) dan 30,73%(yoy) (Grafik 1.11) yang utamanya
disebabkan beroperasinya terminal baru Bandara Sultan Thaha Jambi yang mampu
menampung pesawat dan penumpang yang lebih banyak pada triwulan I-2016.
Sektor lain yang tumbuh tinggi pada triwulan laporan adalah sektor jasa kesehatan
dan kegiatan sosial sebesar 8,52%(yoy) dan sektor jasa keuangan sebesar 7,03% (yoy).
C. PDRB Sisi Pengeluaran
Ditinjau dari sisi pengeluaran,
meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jambi
pada triwulan laporan disebabkan oleh
meningkatnya pertumbuhan konsumsi
sebesar 4,39% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya (4,30%,yoy) dan kontraksi impor
barang dan jasa (antar daerah maupun antar
negara) sebesar 6,97% (yoy) yang menurun
cukup tajam dibandingkan triwulan
sebelumnya yang masih mampu tumbuh sebesar 10,07%(yoy). Berdasarkan andil
pertumbuhan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan masih disumbangkan oleh
Grafik 1.11. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang
Grafik 1.12. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
Grafik 1.13. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 2016
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
16
konsumsi rumah tangga dengan andil 1,93% dan pembentukan modal tetap domestik
bruto (PMTDB) dengan andil sebesar 1,90% (Tabel 1.2). Berdasarkan strukturnya,
perekonomian provinsi Jambi pada triwulan laporan masih didominasi oleh konsumsi rumah
tangga sebesar 46,48%, diikuti PMTDB sebesar 23,33% dan net ekspor sebesar 22,88%
(Grafik 1.13).
1. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga berdasarkan harga berlaku memberikan kontribusi Rp18,75
triliun atau 46,48% terhadap PDRB Jambi pada triwulan I-2016. Konsumsi rumah tangga
tumbuh 4,39% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya
(4,30% yoy).
Angka indeks tendensi konsumen (ITK) triwulan I-2016 tercatat 100,53, yang
mengindikasikan bahwa persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi triwulan laporan
relatif baik dibandingkan triwulan sebelumnya. ITK beberapa komoditi makanan dan bukan
makanan tercatat sebesar 100,58 pada triwulan laporan yang mengindikasikan stabilnya
tingkat konsumsi masyarakat pada triwulan laporan (Tabel 1.3).
Tabel 1.3. Indeks Tendensi Konsumen
Tabel 1.2. Kontribusi PDRB Sisi Penggunaan terhadap Pertumbuhan (yoy)
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
17
Namun demikian, data indikator konsumsi menunjukkan tren perlambatan.
Penyaluran kredit real estate tercatat tumbuh 2,7%(yoy) pada triwulan laporan, sedikit lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya (2,9%(yoy)) (Grafik 1.14).
Grafik 1.14. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Real Estate di provinsi Jambi
Pengeluaran konsumsi pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan laporan
sebesar Rp2,26 triliun, tumbuh 2,18%(yoy). Hal tersebut didukung oleh data realisasi
belanja operasi Pemerintah provinsi Jambi pada triwulan I-2016 yang tumbuh 12,69% (yoy).
Kenaikan belanja utamanya disebabkan meningkatnya belanja hibah yang mencapai
49,83% (yoy). Sementara itu, belanja pegawai dan barang oleh pemerintah pusat di Provinsi
Jambi tercatat mengalami kenaikan masing-masing sebesar 13,50%(yoy) dan
117,09%(yoy).
2. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)
PMTDB triwulan I-2016 yang mencerminkan nilai investasi di Provinsi Jambi mencapai
Rp9,41 triliun dengan pangsa 23,33% dari total PDRB Jambi pada triwulan laporan (Grafik
1.14) dan tumbuh sebesar 8,94% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya
(13,45%(yoy)).
Perlambatan investasi terindikasi dari perlambatan pertumbuhan kredit investasi dari
13,94%(yoy) pada triwulan IV-2015 menjadi 12,12%(yoy) pada triwulan laporan (Grafik
1.15).
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
18
Grafik 1.15.Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di provinsi Jambi
Perlambatan investasi juga terindikasi dari data konsumsi semen yang menunjukkan
kontraksi sebesar 4,70%(yoy) pada triwulan laporan yang lebih dalam dibandingkan
kontraksi pada triwulan sebelumnya (2,84%,yoy) (Grafik 1.16).
Grafik 1.16.Konsumsi Semen provinsi Jambi
Adapun menurut data BKPM, investasi yang ditanamkan di provinsi Jambi dari dalam
negeri (PMDN) pada triwulan laporan mencapai Rp197,0 miliar (Tabel 1.4) yang utamanya
diinvestasikan pada industri makanan (Rp104,38 miliar) dan peternakan (Rp44,35 miliar).
Nilai investasi tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan hingga 232,65%(yoy)
bila dibandingkan dengan triwulan I-2015.
Sumber : LBU Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
19
Sementara itu, Investasi dari luar negeri (PMA) yang ditanamkan di Jambi pada
laporan tercatat US$16,9 juta, terkontraksi sebesar 5,59%(yoy) bila dibandingkan realisasi
PMA triwulan I-2015 (US$17,9 juta).
Tabel 1.4 PMA dan PMDN provinsi Jambi
3. Perdagangan Eksternal
Data BPS menunjukkan, ekspor provinsi Jambi baik ke negara lain maupun daerah
lain pada triwulan I-2016 mencapai Rp25,65 triliun, terkontraksi sebesar 4,83% (yoy), jauh
lebih dalam dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya (0,44%,yoy). Nilai ekspor luar
negeri Provinsi Jambi (data BPS) menunjukkan kontraksi 47,03% pada triwulan laporan.
Turunnya ekspor utamanya dipengaruhi oleh turunnya ekspor minyak dan gas (migas)
provinsi Jambi yang terkontraksi hingga 57,10%(yoy) dan ekspor karet dan olahannya yang
terkontraksi 19,83%(yoy).
Impor provinsi Jambi (dari luar daerah dan luar negeri) pada triwulan I 2016 tercatat
sebesar Rp16,41 triliun, terkontraksi 6,97% (yoy), dan merosot bila dibandingkan triwulan
sebelumnya yang masih mampu tumbuh positif 10,07% (yoy)). Namun demikian, impor dari
luar negeri (data BPS) tercatat tumbuh sebesar 18,72% (yoy) yang didorong meningkatnya
nilai impor bahan kimia dan sejenisnya hingga 202,15% (yoy).
3.1. Ekspor Luar Negeri Non Migas Provinsi Jambi.
Menurut indikator ekspor dan impor luar negeri non migas, kinerja ekspor dan impor
luar negeri non migas Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami penurunan.
Penurunan ekspor terjadi pada hampir semua komoditas unggulan Jambi seperti karet, CPO
dan batubara. Sementara ekspor komoditas kertas dan bubur kertas tercatat mengalami
pertumbuhan.
Menurut dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri non-
migas Jambi pada triwulan laporan sebesar US$190,00 juta, terkontraksi 23,6% (yoy) dari
triwulan I-2015 (US$248,70 juta). Sementara itu, impor luar negeri non migas sebesar
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
20
US$16,89 juta, terkontraksi
34,19%(yoy) dibandingkan
impor triwulan I-2015 (US$
25,66 juta). Dengan kondisi
tersebut, Jambi mengalami net
ekspor sebesar US$173,11 juta
(Grafik 1.17).
Menurut jenis
komoditasnya, nilai ekspor
terbesar masih disumbangkan komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar US$67,20
juta atau 35% dari total ekspor non migas Jambi, diikuti oleh komoditas kertas dan bubur
kertas (pulp and paper) serta buah-buahan dan sayuran masing-masing US$38,71 juta dan
US$19,89 juta (Grafik 1.18). Sementara itu, nilai ekspor CPO tercatat sebesar US$17,04
juta, menurun bila dibandingkan triwulan sebelumnya (US$ 39,17 juta) dan triwulan I-2015
(US$52,66 juta). Apabila dilihat dari struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor
produk industri pengolahan dari sub sektor perkebunan dan kehutanan masih mendominasi
ekspor Jambi pada triwulan laporan (Grafik 1.20).
Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jambi
Grafik 1.17. Perkembangan Ekspor dan Impor Luar Negeri Non-
Migas di provinsi Jambi
EKONOMI MAKRO REGIONAL
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
21
Menurut negara tujuan (Grafik 1.21 dan 1.22), ekspor Jambi pada triwulan laporan
sebagian besar ditujukan ke Tiongkok dengan nilai US$37,10 juta, diikuti Amerika Serikat
sebesar US$26,11 juta. Ekspor ke Tiongkok utamanya berupa komoditas kertas dan bubur
kertas.
3.2. Impor Luar Negeri Non-Migas Provinsi Jambi
Impor non migas provinsi Jambi selama triwulan laporan tercatat sebesar US$16,89
(Grafik 1.23) juta, terkontraksi sebesar 34,19%(yoy). Penurunan impor yang cukup dalam
utamanya terjadi pada mesin industri dan perlengkapannya (-76,46%,yoy), mesin industri
tertentu/khusus (50,94%,yoy) dan kertas dan bubur kertas (-37,03%,yoy). Menurunnya
impor mesin-mesin industri sejalan dengan melambatnya aktivitas produksi dan kinerja
Grafik 1.21. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I 2016
Grafik 1.22. Perkembangan Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
Grafik 1.19. Perkembangan Volume Ekspor Lima Komoditas Utama
Grafik 1.20. Pangsa Nilai Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Tw I 2016
Sumber : SEKDA Bank Indonesia Sumber : SEKDA Bank Indonesia
EKONOMI MAKRO REGIONAL
KAJIAN EKONOMI DAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
22
ekonomi Sementara itu, impor yang melonjak cukup tajam adalah mesin pembangkit
tenaga (164,29%, yoy). Menurut pangsanya, impor Jambi pada triwulan laporan didominasi
oleh mesin industri tertentu/khusus sebesar US$3,81 juta atau 23% dari total impor dan
bahan kimia inorganis sebesar US$2,83 juta atau 17% dari impor Jambi) (Grafik 1.24).
Grafik 1.23. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
Grafik 1.24. Lima Komoditas Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
Sumber : SEKDA Bank Indonesia
23
BAB II INFLASI
A. Kajian Umum
Pada Triwulan I-2016, inflasi kota Jambi tercatat 4,99% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya (1,37% yoy), serta lebih tinggi dari inflasi
nasional (4,45% yoy), namun lebih rendah dari rata-rata inflasi Triwulan I dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir (6,15% yoy) (Grafik 2.1). Sementara itu inflasi
Bungo tercatat sebesar 4,58% (yoy) dan juga lebih tinggi dari inflasi nasional2.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan asesmen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi,
kenaikan tingkat inflasi di Kota Jambi utamanya disebabkan oleh inflasi pada
kelompok volatile food yang relatif tinggi yaitu sebesar 10,99% (yoy), setelah
mengalami deflasi pada triwulan sebelumnya (3,20% yoy). Tingginya curah hujan
baik di Jambi maupun di Jawa berdampak negatif bagi panen cabai dan bawang
merah serta menyebabkan banjir yang mengganggu jalur distribusi. Sementara
itu, inflasi yang terjadi pada kelompok administered price sebesar 2,05% (yoy),
2 Sejak Januari 2014 terdapat penambahan cakupan kota inflasi di Provinsi Jambi dari sebelumnya
hanya Kota Jambi menjadi Kota Jambi dan Muara Bungo dan nasional dari 66 kota menjadi 82 kota.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
24
sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (1,60% yoy) (Grafik
2.2). Penurunan inflasi kelompok tersebut utamanya disebabkan hilangnya base
effect dampak kebijakan menaikkan harga BBM pada tanggal 1 dan 28 Maret
2015. Inflasi inti tercatat relatif stabil yaitu sebesar 4,11% (yoy) pada triwulan
laporan.
Grafik 2.2. Perbandingan Inflasi Core, Volatile Food, dan Administered Price(yoy)
Tingkat inflasi tahunan (yoy) di Kota Jambi berada di urutan ke-13 (tiga
belas) terendah dari 23 kota yang dihitung tingkat inflasinya di Sumatera.
Sementara Bungo menempati urutan ke-8 (delapan) terendah. Inflasi tertinggi
pada Triwulan I-2016 terjadi di Kota Sibolga (7,89%), sedangkan inflasi terendah
terjadi di Kota Banda Aceh (3,10%) (Grafik 2.3)3.
Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Kota Jambi dan Kota Lainnya di Pulau Sumatera per Maret 2016
3 Sumber: BPS Provinsi Jambi
INFLASI
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
25
Berdasarkan penghitungan triwulanan, perkembangan harga di Kota
Jambi pada triwulan laporan tercatat mengalami inflasi 0,90% (qtq), meningkat
cukup signifikan bila dibandingkan deflasi yang terjadi pada triwulan yang sama
tahun sebelumnya (2,57% qtq). Pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada
bulan Januari, Februari, dan Maret 2016 masing-masing sebesar 0,42%, 0,22%,
dan 0,26%.
Sementara itu, perkembangan harga di Bungo tercatat mengalami inflasi
sebesar 4,58% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya
(1,29% yoy) namun sedikit menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu
(4,92% yoy) dengan pergerakan angka inflasi bulanan (mtm) pada bulan Januari,
Februari, dan Maret 2016 masing-masing sebesar 0,78%, 0,18%, dan -0,31%.
B. Inflasi Kota Jambi Berdasarkan Kelompok Barang
Berdasarkan kelompoknya, tingginya inflasi kota Jambi utamanya
disebabkan oleh inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan 10,67%
(yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 2,59%, dari sebelumnya mengalami deflasi
3,05% (yoy) pada Triwulan IV-2015, dan inflasi triwulanan sebesar 2,14% (qtq)
(Tabel 2.1). Kenaikan inflasi kelompok tersebut dipicu oleh inflasi sub kelompok
bumbu-bumbuan sebesar 83,93% (yoy) dan secara triwulanan mengalami inflasi
sebesar 28,83% (qtq), inflasi sub kelompok ikan segar sebesar 8,41% (yoy) dan
secara triwulanan mengalami inflasi sebesar 3,27% (qtq), serta inflasi sub
kelompok sayur-sayuran 8,61% (yoy) meskipun secara triwulanan masih
mengalami deflasi sebesar 8,13% (qtq).
Sementara itu, deflasi terjadi pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya
dari -6,00% (yoy) dan 2,98% (qtq) pada Triwulan IV-2015 menjadi -0,77% (yoy)
dan -5,97% (qtq).
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi yang cukup tinggi mencapai 8,82% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar
1,52% dan inflasi triwulanan mencapai 2,94% (qtq) dengan kontribusi inflasi
sebesar 0,52%. Inflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub kelompok
makanan jadi yang didorong oleh kenaikan harga produk makanan jadi berupa
mie, dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol seiring kenaikan
harga rokok kretek filter dan rokok kretek.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
26
Kelompok perumahan, air, listrik & bahan bakar mengalami inflasi 2,18%
(yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,48% dan inflasi triwulanan sebesar
0,66% (qtq) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,15%. Inflasi kelompok ini
didominasi inflasi sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok bahan
bakar, penerangan dan air.
Kelompok sandang mengalami deflasi 0,27% (yoy) dengan kontribusi
deflasi sebesar 0,02% dan deflasi triwulanan sebesar 0,10% (qtq) dengan
kontribusi sebesar 0,01%. Deflasi kelompok ini didominasi deflasi sub kelompok
sandang anak-anak dan sub kelompok sandang wanita.
Kelompok kesehatan mengalami inflasi 4,76% (yoy) dengan kontribusi
inflasi sebesar 0,21% dan inflasi triwulanan sebesar 2,28% (qtq) dengan
kontribusi inflasi sebesar 0,10%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi sub
kelompok perawatan jasmani dan kosmetika.
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 3,88%
(yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,26% dan inflasi triwulanan 0,37% (qtq)
dengan kontribusi inflasi sebesar 0,02%. Inflasi kelompok ini didominasi inflasi
sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan.
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi
sebesar 0,51% (yoy) dengan kontribusi inflasi sebesar 0,10% dan secara
triwulanan mengalami deflasi sebesar 2,01% (qtq) dengan kontribusi deflasi
sebesar 0,39%. Deflasi pada kelompok ini utamanya disumbangkan sub
kelompok transpor seiring dampak penurunan tarif BBM dan turunnya tarif
angkutan udara selama off season awal tahun.
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn Inflasi Smbgn
I Bahan Makanan -1.44 -0.32 0.76 0.18 3.86 0.90 -3.05 -0.73 2.14 0.51 10.67 2.59
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 1.66 0.28 9.25 1.58 1.30 0.22 8.29 1.41 2.94 0.50 8.82 1.53
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0.23 0.05 6.68 1.49 0.78 0.17 2.90 0.64 0.66 0.15 2.18 0.48
IV Sandang 0.41 0.03 1.44 0.09 -1.26 -0.08 0.39 0.02 0.10 0.01 -0.27 -0.02
V Kesehatan 1.12 0.05 3.50 0.09 0.33 0.01 2.88 0.13 2.28 0.10 4.76 0.21
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 3.23 0.21 3.87 0.26 0.10 0.01 3.62 0.24 0.37 0.02 3.88 0.26
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.22 0.24 8.44 1.64 1.12 0.22 -1.04 -0.20 -2.01 -0.39 0.51 0.10
0.51 0.54 5.29 5.34 1.46 1.45 1.37 1.52 0.90 0.90 4.99 5.16 INFLASISumber: BPS (diolah)
Triwulan III-2015(q-t-q, %)
Triwulan IV-2015(q-t-q, %)
Triwulan III-2015(y-o-y, %)
Triwulan I-2016(q-t-q, %)
Triwulan I-2016(y-o-y, %)
Triwulan IV-2015(y-o-y, %)KELOMPOK
INFLASI
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
27
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan komoditasnya, inflasi bulanan pada Triwulan I-2016 (Januari,
Februari, dan Maret 2016) utamanya disumbangkan oleh inflasi cabai merah,
bawang merah, tukang bukan mandor, dan udang basah. Sedangkan
penyumbang deflasi adalah komoditas bensin, tarif listrik, angkutan udara,
daging dan telur ayam ras.
qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN -10.52 -0.20 5.84 4.62 -1.44 0.76 3.86 -3.05 2.14 10.67a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 0.14 7.10 -5.64 3.06 4.63 4.39 1.67 0.53 0.99 1.38b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA -10.93 -13.45 8.66 -19.12 -5.69 -22.38 2.98 -6.00 -5.97 -0.77c. IKAN SEGAR -1.91 3.44 5.57 2.81 -3.38 -0.40 2.92 2.98 3.27 8.41d. IKAN DIAWETKAN 2.37 0.30 0.72 2.27 -0.31 -0.54 -0.85 1.92 2.88 2.43e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA -1.00 9.36 5.47 7.18 1.10 5.41 -0.03 5.54 -2.06 4.41f. SAYUR-SAYURAN -14.12 -17.54 20.52 15.55 15.63 26.55 -15.17 1.53 -8.13 8.61g. KACANG-KACANGAN -3.76 -2.41 1.38 -1.31 0.07 -2.07 -0.43 -2.78 -0.26 0.76h. BUAH-BUAHAN -6.82 -2.24 11.36 5.37 -6.95 0.66 15.36 11.38 -8.08 9.87i. BUMBU-BUMBUAN -48.64 4.28 25.97 51.71 -18.75 2.85 39.50 -26.67 28.83 83.93j. LEMAK DAN MINYAK 0.74 -3.04 -2.01 -3.84 -5.31 -6.20 0.17 -6.36 2.42 -4.80k. BAHAN MAKANAN LAINNYA -0.05 11.37 -0.39 8.26 0.91 7.49 0.77 1.24 1.27 2.58II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 2.43 6.86 2.65 8.95 1.66 9.25 1.30 8.29 2.94 8.82a. MAKANAN JADI 2.67 6.32 2.52 8.18 1.81 8.97 0.87 8.10 1.79 7.18b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 1.94 5.06 4.47 9.71 0.10 8.71 1.14 7.82 3.21 9.16c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 2.25 9.39 1.74 10.23 2.38 10.28 2.38 9.05 5.35 12.35III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 1.37 9.59 0.49 9.30 0.23 6.68 0.78 2.90 0.66 2.18a. BIAYA TEMPAT TINGGAL -0.15 3.87 0.04 3.09 0.18 2.00 0.89 0.95 1.93 3.06b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 3.89 22.79 0.97 23.50 -0.31 15.58 0.91 5.53 -1.02 0.53c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.49 4.84 0.99 5.05 1.16 5.16 0.58 4.27 0.59 3.35d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 0.92 5.63 0.70 4.77 1.25 5.19 0.16 3.06 0.08 2.20IV. SANDANG 0.76 0.73 0.49 1.25 0.41 1.44 -1.26 0.39 0.10 -0.27a. SANDANG LAKI-LAKI 0.01 -0.64 0.96 0.24 0.40 0.39 -0.60 0.76 0.88 1.64b. SANDANG WANITA 0.01 1.30 0.04 0.63 1.24 1.89 -2.16 -0.90 -3.39 -4.27c. SANDANG ANAK-ANAK 0.14 1.14 -0.41 0.31 -0.47 -0.63 0.39 -0.36 -0.31 -0.81d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 2.55 1.08 1.22 3.40 0.54 3.76 -2.48 1.79 2.54 1.77V. KESEHATAN 0.44 2.81 0.96 3.13 1.12 3.50 0.33 2.88 2.28 4.76a. JASA KESEHATAN 1.35 1.35 0.61 1.97 0.00 1.97 0.03 2.00 2.84 3.50b. OBAT-OBATAN -1.24 3.87 1.51 4.77 2.32 3.87 -0.83 1.72 0.01 3.00c. JASA PERAWATAN JASMANI 1.29 2.54 0.00 1.29 0.00 1.29 0.00 1.29 3.13 3.13d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0.29 3.89 1.19 3.85 1.89 5.39 1.36 4.81 2.76 7.39VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 0.11 1.46 0.16 1.56 3.23 3.87 0.10 3.62 0.37 3.88a. JASA PENDIDIKAN 0.00 1.72 0.00 1.72 3.63 3.63 0.00 3.63 0.00 3.63b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 3.84 0.00 3.84 9.25 9.25 0.00 9.25 2.38 11.86c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.93 2.59 1.03 3.01 1.22 6.60 0.13 3.35 1.08 3.50d. REKREASI -0.26 -1.71 -0.21 -1.62 0.68 -0.91 0.23 0.44 -0.15 0.55e. OLAHRAGA 0.00 0.52 2.17 2.70 2.51 5.28 2.70 7.56 0.00 7.56VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN -3.52 7.46 0.22 7.85 1.22 8.44 1.12 -1.04 -2.01 0.51a. TRANSPOR -5.06 10.29 -0.15 10.28 1.54 10.71 1.42 -2.37 -3.04 -0.30b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.26 -0.97 0.02 -0.59 0.17 0.33 0.49 0.95 -0.10 0.58c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 1.71 2.63 4.83 7.10 1.18 8.05 0.07 7.96 1.91 8.17d. JASA KEUANGAN 0.00 16.67 0.00 16.67 0.00 16.67 0.00 0.00 3.35 3.35
INFLASI (UMUM) -2.57 4.88 2.02 6.46 0.51 5.29 1.46 1.37 0.90 4.99Sumber: BPS (diolah)
TW III-2015TW I-2015 TW II-2015 TW I-2016TW IV-2015KELOMPOK/SUBKELOMPOK
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
28
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan I-2016
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 10,67% (yoy)
dengan sumbangan mencapai 2,59%, setelah mengalami deflasi pada triwulan
sebelumnya 3,05% (yoy).
Secara triwulanan, kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar
2,14% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 3,86
(qtq). Meningkatnya inflasi bahan makanan dipicu meningkatnya inflasi yang
TW I-2016 TW I-2016
Sumbangan Sumbangan
JANUARI JANUARI
1 Tarip Listrik 0.2380 1 Bensin -0.1953
2 Daging Ayam Ras 0.1996 2 Angkutan Udara -0.1552
3 Udang Basah 0.1230 3 Kacang Panjang -0.1017
4 Gabus 0.0998 4 Cabai Merah -0.0772
5 Bawang Merah 0.0760 5 Ketimun -0.0485
6 Rokok Kretek Filter 0.0737 6 Pepaya -0.0460
7 Bawang Putih 0.0559 7 Bahan Bakar Rumah Tangga -0.0392
8 Beras 0.0525 8 Solar -0.0353
9 Kue Kering Berminyak 0.0339 9 Sawi Hijaui -0.0330
10 Telur Ayam Ras 0.0324 10 Cabai Rawit -0.0334
0.9848 -0.7648
FEBRUARI FEBRUARI
1 Cabai Merah 0.1343 1 Tarip Listrik -0.2086
2 Nanas 0.1262 2 Daging Ayam Ras -0.1650
3 Gabus 0.0841 3 Bawang Merah -0.1342
4 Tukang Bukan Mandor 0.0760 4 Tomat Buah -0.0749
5 Udang Basah 0.0684 5 Tomat Sayur -0.0723
6 Rokok Kretek 0.0636 6 Bensin -0.0375
7 Pisang 0.0535 7 Jeruk -0.0311
8 Kangkung 0.0491 8 Wortel -0.0295
9 Rokok Kretek Filter 0.0458 9 Nila -0.0274
10 Kacang Panjang 0.0401 10 Semangka -0.0250
0.7411 -0.8055
MARET MARET
1 Cabai Merah 0.3579 1 Gabus -0.2102
2 Bawang Merah 0.2954 2 Daging Ayam Ras -0.1731
3 Tukang Bukan Mandor 0.1516 3 Nanas -0.1260
4 Ikan Bakar 0.0485 4 Telur Ayam Ras -0.1153
5 Tarip Puskesmas 0.0452 5 Beras -0.0855
6 Cabai Rawit 0.0426 6 Pepaya -0.0810
7 Bawang Putih 0.0426 7 Tarip Listrik -0.0495
8 Tomat Sayur 0.0389 8 Udang Basah -0.0341
9 Rendang 0.0339 9 Sepatu -0.0333
10 Rokok Kretek Filter 0.0272 10 Kangkung -0.0322
1.0838 -0.9402
Sumber: BPS Provinsi Jambi
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
INFLASI
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
29
cukup tinggi pada sub kelompok bumbu-bumbuan yang tinggi (28,83% qtq) di
triwulan laporan, setelah sebelumnya juga mengalami inflasi (39,05% qtq) di
Triwulan IV-2015.
Bumbu-bumbuan, terutama komoditas cabai merah, pada triwulan
laporan mengalami
inflasi yang tinggi
(Grafik 2.4). Harga rata-
rata cabai merah
selama Triwulan I-2016
menunjukkan tren
meningkat yang cukup
signifikan dari
Rp28.938/kg pada
Januari 2016, lalu naik
ke level Rp35.825/kg di bulan Februari 2016 hingga menjadi Rp38.754/kg pada
Maret 2016. Bank Indonesia Jambi menganalisis tren meningkatnya harga cabai
merah tersebut sebagai berikut:
1. Tingginya curah hujan dan banjir di beberapa wilayah sentra produksi
di Jambi dan Jawa, sehingga mengakibatkan petani mengalami gagal
panen dan membusuknya hasil panen cabai.
2. Banjir juga mengganggu jalur distribusi komoditas hortikultura dari
daerah pemasok ke Jambi.
3. Pasokan yang mulai berkurang seiring masih berlangsungnya masa
tanam di daerah produsen di Jawa.
Meningkatnya harga bumbu-bumbuan juga terjadi pada komoditas
bawang merah dari harga rata-rata Rp30.222/kg di bulan Desember 2015
menjadi Rp37.072/kg di bulan Maret 2016.
Sub kelompok yang mengalami peningkatan tingkat inflasi cukup tajam
pada Triwulan I-2016 adalah sub kelompok ikan segar yaitu sebesar 8,41% (yoy),
jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 2,98% (yoy)
seiring dengan inflasi yang terjadi pada komoditas ikan nila (6,78% yoy), udang
basah (16,47% yoy), dan ikan patin (9,6% yoy). Tingginya curah hujan
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Bumbu-bumbuan
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
30
menyebabkan angka kematian ikan tinggi sehingga mengganggu pasokan ikan
hasil budidaya dalam kolam.
Sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya mengalami inflasi
sebesar 1,38% (yoy) yang utamanya disebabkan inflasi mie kering instan sebesar
8,36% (yoy). Sementara itu, secara rata-rata harga beras lokal medium di Jambi
pada Triwulan I-2016 mengalami penurunan dibandingkan Triwulan IV-2015.
Harga rata-rata beras medium pada bulan Maret 2016 tercatat Rp10.848/kg,
lebih rendah dibandingkan harga beras medium pada bulan Desember 2015
sebesar Rp10.984/kg (Grafik 2.5). Penurunan harga beras utamanya disebabkan
dua hal utama:
1. Panen raya padi di Jambi sudah berlangsung sejak Februari 2016 dan,
2. Realisasi impor beras oleh Bulog sebesar 1.1 juta ton (hingga Februari
2016) yang dapat mendorong kestabilan harga beras.
Penurunan harga beras lokal tersebut berbanding terbalik dengan tren naiknya
harga beras internasional dari rata-rata USD 331,84/metric ton pada triwulan
sebelumnya menjadi USD 341,43/metric ton pada Triwulan I-2016.
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beras
Komoditas jagung internasional, secara rata-rata sedikit mengalami
penurunan harga, dari USD 3,58/bushel pada Triwulan IV-2015 menjadi USD
3,51/bushel pada Triwulan I-2016. Berbanding terbalik dengan hal tersebut,
harga rata-rata jagung pipilan mengalami kenaikan dari Rp7.810/kg pada
Triwulan IV-2015 menjadi rata-rata Rp8.0000/kg pada Triwulan I-2016. (Grafik
2.6).
4000
5000
6000
7000
8000
9000
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2013 2014 2015 2016
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/Bushel)
Jagung internasional (aksis kiri) Jagung pipilan kering (aksis kanan)
150 160 170 180 190 200 210 220 230 240
300.00
350.00
400.00
450.00
500.00
550.00
600.00
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3
2013 2014 2015 2016
(Rp ribu/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD/CWT)
Beras internasional (aksis kiri) Beras King (aksis kanan)
INFLASI
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
31
Perkembangan harga
tepung terigu pada
triwulan laporan juga
cenderung mengalami
peningkatan cukup tajam
dari rata-rata harga
Rp7.627/kg pada
Desember 2015 menjadi
Rp8.040/kg pada bulan Januari 2016. Namun demikian, harga rata-rata gandum
internasional mengalami sedikit penurunan dari USD 4,1/bushel pada bulan
Desember 2015 menjadi USD 4,0/bushel pada bulan Januari 2016 (Grafik 2.7)4.
Kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi 5,97% (qtq). Tren
penurunan harga terjadi
pada komoditas daging
ayam ras. Pada triwulan
laporan harga rata-rata
daging ayam di pasar
mengalami penurunan
dari Rp26.619/kg pada
bulan Desember 2015
menjadi Rp24.261/kg
pada bulan Maret 2016. Melimpahnya stok daging ayam ras hasil panen bulan
Desember 2015-Januari 2016 menyebabkan penurunan harga komoditas
tersebut.
Sementara itu, harga rata-rata daging sapi pada Triwulan I-2016 tidak
mengalami perubahan yang berarti dari Rp Rp120.158/kg pada bulan Desember
2015 menjadi Rp120.000/kg pada bulan Maret 2016 (Grafik 2.8).
4Satu bushel setara dengan 27 kg.
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 2.8. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
7,000
8,000
9,000
10,000
11,000
12,000
13,000
0
500
1000
123456789101112123456789101112123456789101112123456789101112123
2012 2013 2014 2015 2016
(Rp/Kg)
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
(USD / Metric Ton)
CPO internasional (aksis kiri) Minyak goreng lokal (aksis kanan)
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
32
Grafik 2.9. Perkembangan Harga Daging
Sub kelompok lemak dan minyak mengalami deflasi 4,80% (yoy) pada
triwulan laporan, lebih rendah dibandingkan deflasi triwulan sebelumnya sebesar
6,38% (yoy) yang utamanya disebabkan deflasi komoditas minyak goreng
sebesar 7,98% (yoy). Sementara itu, pemantauan harga Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jambi justru menunjukkan kecenderungan kenaikan harga
minyak goreng dari rata-rata Rp9.000/liter pada bulan Desember 2015 menjadi
Rp9.942/liter pada bulan Januari 2016. Hal ini sejalan dengan harga rata-rata
Crude Palm Oil (CPO) di tingkat internasional pada triwulan laporan meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari USD 505/metric ton menjadi USD
625/metric ton (Grafik 2.9).
2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 8,82% (yoy) dengan sumbangan inflasi 1,53% dan mengalami
kenaikan bila dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya (8,29% (yoy)).
Apabila dilihat secara triwulanan, inflasi makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau tercatat 2,94% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,50%.
Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi tercatat pada sub
kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 12,35% (yoy) atau
5,35%(qtq) yang disebabkan kenaikan harga yang terjadi pada produk rokok
80000
85000
90000
95000
100000
105000
110000
115000
120000
125000
130000
0
10000
20000
30000
40000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
2013 2014 2015 2016
(Rp/Kg)
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
Daging Ayam Broiler, LHS Daging Sapi Murni, RHS
INFLASI
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
33
kretek filter dan rokok kretek masing-masing sebesar 14,10% (yoy) dan 12,13%
(yoy) seiring penyesuaian harga berkala produk rokok selama Triwulan I-2016.
Sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 7,18% (yoy) atau
1,79% (qtq) yang didorong oleh kenaikan harga produk makanan jadi berupa
mie 9,78% (yoy). Sementara itu, inflasi sub kelompok minuman yang tidak
beralkohol sebesar 9,16% (yoy) atau 3,21% (qtq).
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada Triwulan I-
2016 mengalami inflasi sebesar 2,18% (yoy) dengan sumbangan 0,48%, lebih
rendah dari triwulan sebelumnya (2,90% yoy) dan secara triwulanan mengalami
inflasi 0,66% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,15%. Penurunan inflasi tahunan
utamanya disebabkan penurunan inflasi sub kelompok bahan bakar, penerangan
dan air dari 5,53% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 0,53% (yoy) pada
triwulan laporan seiring penurunan harga LPG 12 Kg pada Januari 2016 dan
penurunan tarif listrik berturut-turut sejak bulan Januari hingga Maret 2016
sesuai kebijakan tariff adjustment oleh PLN.
Sub kelompok perlengkapan rumah tangga juga mengalami penurunan
inflasi dari 4,27% (yoy) pada Triwulan IV-2015 menjadi 3,35% (yoy) pada
triwulan laporan yang utamanya disebabkan penurunan inflasi permadani dari
Triwulan IV-2015 sebesar 0,03% (yoy) menjadi deflasi sebesar 2.88% (yoy) pada
Triwulan I-2016.
Selanjutnya, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami
inflasi sebesar 2,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan
sebelumnya (3,06% yoy) yang utamanya disebabkan deflasi pada
pengharum/pelembut cucian dan pembasmi nyamuk elektrik.
Sementara itu, sub kelompok biaya tempat tinggal mengalami kenaikan
inflasi dari 0,95% (yoy) pada Triwulan IV-2015 menjadi 3,06% (yoy) pada
Triwulan I-2016 yang utamanya disebabkan kenaikan biaya tukang bukan
mandor dari triwulan sebelumnya sebesar 0,00% (yoy) menjadi sebesar 11,77%
(yoy).
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
34
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada Triwulan I-2016 secara tahunan mengalami
deflasi sebesar 0,27% (yoy) dengan sumbangan deflasi 0,02%, setelah pada
triwulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,39% (yoy). Secara triwulanan,
kelompok sandang mengalami inflasi 0,10% (qtq) dengan sumbangan 0,01%.
Secara sub kelompok, penurunan inflasi kelompok ini didorong penurunan
inflasi sub kelompok sandang wanita dari triwulan sebelumnya deflasi sebesar
0,90% (yoy) menjadi deflasi 4,27% (yoy), serta deflasi yang terjadi pada sub
kelompok sandang anak-anak sebesar 0,81% (yoy) sedikit lebih tinggi dari deflasi
0,36% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Sementara itu sub kelompok sandang
laki-laki mengalami inflasi 1,64% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi 0,76%
(yoy) pada triwulan sebelumnya. Inflasi sub kelompok barang pribadi dan
sandang lainnya tercatat sebesar 1,77% (yoy) utamanya disebabkan kenaikan
inflasi emas perhiasan
menjadi 1,92% (yoy)
sejalan dengan tren
naiknya harga emas
internasional. Harga rata-
rata emas global pada
triwulan laporan tercatat
USD 1.243,96/troy ounce,
lebih tinggi dibandingkan
harga rata-rata pada Triwulan IV-2015 sebesar USD 1.068,82/troy ounce5 (Grafik
2.10).
5. Kelompok Kesehatan
Harga komoditi yang tergabung dalam kelompok kesehatan mengalami
inflasi tahunan sebesar 4,76% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,21%,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (2,88% (yoy)). Sementara itu,
inflasi triwulanan tercatat sebesar 2,28% (qtq). Kenaikan inflasi yang terjadi
utamanya bersumber dari tingkat inflasi perawatan jasmani dan kosmetika
5Sumber: Bloomberg.1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
800
1000
1200
1400
1600
1800
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2013 2014 2015 2016
Sumber: Bloomberg
(USD/troy ounce)
INFLASI
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
35
(7,39% (yoy)) yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (4,81% (yoy))
serta jasa kesehatan yang mengalami inflasi sebesar 3,50% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan inflasi sebesar 2,00% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga mengalami inflasi tahunan
sebesar 3,88% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,26%, sedikit lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya (3,62% (yoy)). Sementara itu, inflasi secara
triwulanan sebesar 0,37% (qtq) dengan sumbangan inflasi 0,02%. Kenaikan
Inflasi utamanya terjadi pada sub kelompok kursus-kursus/pelatihan dari triwulan
sebelumnya sebesar 9,25% (yoy) menjadi sebesar 11,86% (yoy) yang utamanya
disebabkan kenaikan biaya bimbingan belajar. Sementara itu sub kelompok
perlengkapan/peralatan pendidikan mengalami inflasi sebesar 3,50% (yoy) atau
1,08% (qtq) seiring dengan kenaikan buku tulis bergaris.
7. Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Secara tahunan, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
mengalami inflasi sebesar 0,51% (yoy) dengan kontribusi sebesar 0,10%, naik
setelah mengalami deflasi pada triwulan sebelumnya (1,04% (yoy)). Sementara
secara triwulanan tercatat mengalami deflasi 2,01% (qtq) dengan sumbangan
deflasi 0,39%. Deflasi tersebut didorong oleh deflasi yang terjadi pada sub
kelompok transport 0,30% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan deflasi
pada triwulan sebelumnya (2,37% (yoy)), yang utamanya disebabkan oleh
hilangnya base effect dampak kebijakan menaikkan harga bensin dan solar
pada tanggal 1 dan 28 Maret 2015.
Sub kelompok sarana dan penunjang transport mengalami sedikit
peningkatan inflasi dari triwulan sebelumnya sebesar 7,96% (yoy) menjadi
8,17% (yoy) yang didorong meningkatnya biaya pemeliharaan/service. Sub
kelompok jasa keuangan juga mengalami inflasi sebesar 3,35% (yoy) yang
disebabkan kenaikan biaya administrasi kartu ATM. Sementara itu sub
kelompok komunikasi dan pengiriman mengalami sedikit penurunan inflasi dari
triwulan sebelumnya sebesar 0,95% (yoy) menjadi 0,58% (yoy) yang didorong
sedikit menurunnya harga telepon selular.
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
36
Selanjutnya, harga rata-rata minyak di pasar internasional pada triwulan
laporan tercatat mengalami sedikit kenaikan dibandingkan Triwulan IV-2015
yaitu dari USD 37,23/barrel, menjadi USD 37,76/barrel (Grafik 2.11). Harga
minyak sedikit terdongkrak naik Maret 2016 disebabkan beberapa faktor,
antara lain pelemahan kurs dolar Amerika dan berlanjutnya kekhawatiran atas
kebakaran hutan besar-besaran di wilayah pasir minyak Kanada. Kebakaran
hutan mengamuk di bagian barat Kanada yang telah memaksa evakuasi besar-
besaran di Fort McMurray. Kebakaran yang meluas tampak belum secara
langsung merusak lokasi-lokasi tambang minyak, namun evakuasi lebih dari
100.000 orang di kawasan itu memaksa perusahaan-perusahaan untuk
memangkas produksi mereka.
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
C. Inflasi Kabupaten Bungo Berdasarkan Kelompok Barang
Sejak Januari 2014, Bungo termasuk sebagai kota indikator inflasi di
Provinsi Jambi. Inflasi Bungo pada Triwulan I-2016 berada pada urutan 8 (ke
delapan) terendah dari 23 (dua puluh tiga) kota di Sumatera yang dihitung
tingkat inflasinya. Inflasi tahunan Bungo pada Triwulan I-2016 tercatat 4,58%
(yoy), lebih tinggi bila dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya (1,29% yoy).
Sementara itu, inflasi triwulanan Bungo pada Triwulan I-2016 tercatat 0,65%
(qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulanan pada triwulan sebelumnya
(1,17% (qtq)).
0.00
25.00
50.00
75.00
100.00
125.00
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2012 2013 2014 2015 2016Sumber: Bloomberg
Harga Minyak (USD/Barrel)
INFLASI
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
37
Inflasi bulanan (mtm) Bungo pada Triwulan I-2016 adalah sebagai berikut -
0,78%(mtm) pada Januari 2016, 0,18% (mtm) pada Februari 2016, dan deflasi
0,31% (mtm) pada Maret 2016.
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo tahun 2014-2016
Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Bungo
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
38
Tabel 2.5. Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (yoy) Bungo Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
Berdasarkan kelompoknya, penyumbang inflasi terbesar Bungo pada
Triwulan I-2016 terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 9,80% (yoy)
dengan sumbangan inflasi 2,56% dan secara triwulanan mengalami inflasi
1,07% (qtq). Inflasi kelompok tersebut didominasi oleh peningkatan harga sub
kelompok bumbu-bumbuan sebesar 64,33% (yoy) dan sub kelompok makanan
jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 5,52% (yoy). Inflasi pada sub
kelompok bumbu-bumbuan didorong oleh naiknya harga cabai merah dan
bawang merah. Kenaikan inflasi juga terjadi pada sub kelompok daging dan
hasil-hasilnya 18,10% (yoy) serta sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya
sebesar 5,47% (yoy).
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami
inflasi sebesar 5,52% (yoy) dengan sumbangan inflasi sebesar 1,14% atau secara
triwulanan mengalami inflasi sebesar 1,13% (qtq). Inflasi kelompok ini utamanya
disebabkan oleh inflasi sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol yang
INFLASI
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
39
mencapai 13,00% (yoy) seiring kenaikan berkala harga rokok kretek filter dan
harga rokok putih. Sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami
inflasi 5,85% (yoy) yang didorong kenaikan harga gula pasir 14,66% (yoy) dan
teh 11,24% (yoy). Sementara sub kelompok makanan jadi cenderung tidak
mengalami inflasi berarti.
Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar mengalami inflasi
sebesar 2,12% (yoy) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,39% dan secara
triwulanan mengalami inflasi 0,62% (qtq). Inflasi kelompok ini didominasi oleh
sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air sebesar 2,22% (yoy), dan sub
kelompok biaya tempat tinggal sebesar 1,89% (yoy). Inflasi kedua kelompok
tersebut utamanya disebabkan kenaikan bahan bakar rumah tangga 2,92% (yoy),
dan tukang bukan mandor 13,86% (yoy). Sementara itu sub kelompok
perlengkapan rumah tangga mengalami inflasi 3,52% (yoy) sedangkan sub
kelompok penyelenggaraan rumah tangga mengalami inflasi 0,97% (yoy) yang
dipicu inflasi sabun cair/cuci piring sebesar 8,60% (yoy).
Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 2,06% (yoy) dengan
sumbangan inflasi 0,17% dan secara triwulanan mengalami inflasi 1,81% (qtq).
Inflasi pada kelompok ini disebabkan oleh inflasi sub kelompok sandang anak-
anak sebesar 5,89% (yoy) seiring kenaikan harga baju muslim sebesar 100,0%
(yoy). Sub kelompok sandang laki-laki mengalami inflasi 0,82% (yoy), sementara
sub kelompok sandang wanita mengalami deflasi 0,72% (yoy). Sub kelompok
barang pribadi dan sandang lainnya mengalami 1,63% (yoy).
Inflasi pada kelompok kesehatan pada triwulan laporan tercatat sebesar
2,17% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,10% dan secara triwulanan mengalami
inflasi sebesar 0,46% (qtq). Inflasi terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani
dan kosmetika sebesar 3,86% (yoy) seiring kenaikan harga pasta gigi sebesar
10,11% (yoy). Sub kelompok obat-obatan mengalami inflasi sebesar 1,77% (yoy)
dan sub kelompok jasa perawatan jasmani sebesar atau 1,57% (yoy).
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi 2,85%
(yoy) dengan sumbangan inflasi 0,21% dan secara triwulanan terjadi inflasi
sebesar 0,71% (qtq). Inflasi pada kelompok ini terutama dipicu oleh sub
kelompok kursus-kursus/pelatihan dengan inflasi 11,76% (yoy) dan sub kelompok
INFLASI
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
40
jasa pendidikan dengan inflasi 1,64% (yoy). Inflasi kedua sub kelompok tersebut
dipicu kenaikan biaya bimbingan belajar 18,63% (yoy) dan biaya taman kanak-
kanak 5,80% (yoy). Sementara itu, sub kelompok rekreasi mengalami inflasi
12,50% (yoy), sedangkan harga pada sub kelompok perlengkapan/peralatan
pendidikan mengalami deflasi 0,28% (yoy).
Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi
0,79% (yoy) dengan sumbangan inflasi 0,11% namun secara triwulanan
mengalami deflasi sebesar deflasi 1,39% (qtq). Berdasarkan sub kelompoknya,
transpor adalah adalah penyumbang deflasi tertinggi pada sub kelompok ini yaitu
2,45% (qtq) yang didorong oleh turunnya harga bensin dan solar namun masih
mengalami inflasi sebesar 0,74% (yoy). Sub kelompok komunikasi dan
pengiriman mengalami inflasi 1,14% (yoy) yang utamanya disebabkan kenaikan
harga telepon seluler sebesar 7,25% (yoy). Sementara itu sub kelompok sarana
dan penunjang transpor serta jasa keuangan tidak mengalami perubahan harga
secara triwulanan walaupun sub kelompok sarana dan penunjang transpor secara
tahunan mengalami inflasi sebesar 0,25% (yoy).
INFLASI
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
41
Tabel 2.6. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Bungo Berdasarkan Komoditi Periode Triwulan I-2016
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.6), penyumbang pembentukan inflasi terbesar
Bungo pada Triwulan I-2016 adalah cabai merah, bawang merah, rokok kretek filter, dan
daging sapi. Sementara itu, komoditas penyumbang utama deflasi Bungo pada Triwulan I-
2016 adalah ikan nila, bensin, jeruk, solar, kentang, beras, wortel, kacang panjang, dan
tarip listrik.
Sumber: BPS
43
BAB III PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
Kinerja perbankan pada triwulan I-2016 secara umum menunjukkan
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan peningkatan kredit
yang diberikan meskipun DPK mengalami perlambatan. Kredit tumbuh sebesar 9,8%
(yoy) menjadi Rp29,1 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 9,6% (yoy). DPK
tumbuh 5,1% (yoy) menjadi Rp23,8 triliun atau melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya 6,7% (yoy). Mulai bergeraknya kinerja perbankan ini sejalan dengan
pertumbuhan Provinsi Jambi pada triwulan berjalan sebesar 3,42% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya 3,18% (yoy).
Kualitas kredit masih terjaga yang tercermin dari rasio NPL di bawah 5%
(3,19%) atau memburuk dengan triwulan sebelumnya yang berada di posisi 2,82%.
Risiko likuiditas meningkat terindikasi oleh meningkatnya Loan to Deposits Ratio
(LDR) di atas 100%. LDR perbankan berdasarkan bank pelapor mengalami sedikit
penurunan sebesar 52 bps menjadi sebesar 122,06% dari triwulan sebelumnya
122,57%.
Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,
untuk aliran kas masuk (cash inflow) dan kas keluar (cash outflow) mengalami
penurunan masing-masing 6,3% (yoy) dan 9,8% (yoy) sehingga net inflow meningkat
sebesar 21,4%. Peningkatan inflow tersebut disebabkan belum membaiknya keadaan
perekonomian seiring dengan belum pulihnya harga komoditi utama Provinsi Jambi
pada triwulan laporan yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
44
A.Bank Umum
1. Perkembangan Aset Bank
Aset perbankan pada triwulan I-2016 mengalami pertumbuhan sebesar
8,7%(yoy) menjadi Rp37,6 triliun, namun mengalami perlambatan dibandingkan
triwulan IV-2015 (9,3% (yoy)). (Grafik 3.1.). Peningkatan tersebut seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan aset bank swasta sebesar 9,2% (yoy) dan bank syariah
16,4% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya dimana bank swasta tumbuh 5,2%
(yoy) dan bank syariah mengalami sedikit penurunan 0,6% (yoy). Sementara itu bank
pemerintah tumbuh sebesar 7,9% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,8% (yoy).
Berdasarkan pangsanya, aset perbankan terbesar adalah dari bank pemerintah
Rp25,8 triliun (68,6%), diikuti oleh bank swasta Rp9,4 triliun (25,2%) dan bank
syariah Rp2,3 triliun (6,3%)
Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam satuan triliun rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Pada triwulan berjalan, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh
bank umum sebesar Rp23,8 triliun tumbuh sebesar 5,1% (yoy) atau melambat
dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 6,7% (yoy) (Grafik 3.2.).
Perlambatan tersebut didorong penurunan simpanan berjangka sebesar 3,0% (yoy)
menjadi Rp7,7 triliun atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
30
35 34 33
35
38 37 36
38
3,5
17,4
-1,5
-4,9
6,0
8,8
-1,9-3,4
5,4
11,5
25,2
20,3
13,916,6
8,1
7,69,3 8,7
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
-
5
10
15
20
25
30
35
40
Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15 Q4-15 Q1-16
Persen
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%) Pertumbuhan y-o-y (%)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
45
7,9% (yoy) dan tabungan hanya tumbuh 7,6% (yoy) menjadi Rp11,6 triliun atau
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 8,8% (yoy). Sementara itu giro
mengalami peningkatan dengan tumbuh 15,1% (yoy) menjadi Rp4,4 triliun dibanding
triwulan sebelumnya yang menurun 4,1% (yoy)).
Komposisi dana pihak ketiga posisi triwulan berjalan didominasi tabungan
48,9%, deposito berjangka 32,6% dan giro 18,5%. Dominasi tabungan tersebut
sejalan dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia bahwa produk perbankan yang
paling banyak dimiliki oleh konsumen Jambi adalah tabungan diikuti kredit tanpa
agunan dan kredit lainnya.
Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
3.179 4.052 3.707 3.008 3.842 3.619 3.708 2.885 4.423
6.187 7.286 7.529
6.912 8.044 9.269 9.177
7.459 7.799
10.703
10.970 11.291 12.044
10.847 11.317 11.818
13.100 11.675
20.069 22.307 22.527 21.965 22.734
24.205 24.703 23.444 23.897
-
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15 Q4-15 Q1-16
Rp (dalam miliar)Tabungan Simp Berjangka Giro DPK
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
46
Tabel 3.1. Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan kelompok bank, penghimpunan DPK mayoritas berasal dari
bank pemerintah dan mencapai Rp16,0 triliun (67,0%), diikuti oleh bank swasta
nasional Rp6,8 triliun (28,5%) dan bank syariah Rp1,0 triliun (4,6%) (Tabel 3.1).
Pertumbuhan DPK bank pemerintah sebesar 1,4% (yoy ) melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 5,0% (yoy), sedangkan DPK bank syariah
dan bank swasta masing-masing mengalami peningkatan 15,7% (yoy) dan 13,3%
(yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 11,0% (yoy) dan 10,1% (yoy)).
DPK pada bank pemerintah didominasi oleh tabungan (46,9%), diikuti
simpanan berjangka (30,0%) dan giro (23,1%). Perlambatan DPK pada bank
pemerintah didorong oleh penurunan simpanan berjangka sebesar 11,3% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 3,8% (yoy) dan
tabungan yang mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 4,1% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 7,4% (yoy).
Sedangkan giro mengalami peningkatan 17,1% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mengalami penurunan 1,0% (yoy). Peningkatan giro tersebut
terkait dengan siklus tahunan APBD dimana pada awal triwulan penyerapan APBD
yang releatif kecil terkait dengan realisasi proyek.
2016
Trw IV Trw I Trw II Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I
12.422.771 13.244.757 15.422.489 14.754.448 15.784.692 16.779.660 16.996.760 15.497.379 16.002.262
1 2.459.884 2.446.629 3.253.415 2.170.558 3.151.412 2.851.543 3.032.504 2.149.396 3.689.854
2 7.365.988 6.811.479 7.016.344 8.017.609 7.213.510 7.350.104 7.589.424 8.608.158 7.506.337
3 Simpanan Berjangka 2.596.900 3.986.649 5.152.731 4.566.281 5.419.770 6.578.014 6.374.833 4.739.825 4.806.071
6.101.268 5.916.091 5.957.636 6.219.164 6.004.004 6.436.017 6.639.462 6.845.956 6.800.697
1 745.775 679.344 749.585 728.768 639.409 713.105 611.598 643.224 679.017
2 3.543.220 3.371.287 3.400.929 3.390.026 3.036.639 3.366.466 3.597.620 3.825.531 3.551.046
3 Simpanan Berjangka 1.812.272 1.865.460 1.807.122 2.100.369 2.327.956 2.356.446 2.430.244 2.377.200 2.570.633
890.976 908.588 927.272 991.292 945.290 989.544 1.066.279 1.100.697 1.093.735
1 137.808 53.510 48.589 109.137 51.321 54.427 64.165 92.735 53.693
2 520.567 520.620 552.542 636.657 597.265 600.126 630.464 666.062 617.309
3 232.601 334.458 326.140 245.499 296.705 334.991 371.649 341.899 422.734 1.693.139 3.152.739
19.415.015 20.069.436 22.307.397 21.964.903 22.733.986 24.205.221 24.702.501 23.444.032 23.896.694 1 3.343.467 3.179.483 4.051.589 3.008.463 3.842.142 3.619.074 3.708.267 2.885.355 4.422.563 2 11.429.775 10.703.386 10.969.816 12.044.292 10.847.414 11.316.696 11.817.508 13.099.752 11.674.692 3 4.641.773 6.186.567 7.285.993 6.912.149 8.044.430 9.269.451 9.176.726 7.458.925 7.799.438
Tabungan
Tabungan
Bank Swasta Nasional
2014
Bank Konvensional
URAIAN20152013
GiroTabungan
Giro
Giro
Simpanan Berjangka
Simpanan Berjangka
Jumlah
Bank Syariah
Tabungan
Giro
Bank Pemerintah
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
47
DPK bank swasta nasional pada laporan triwulan tercatat sebesar Rp6,8 triliun
yang terdiri dari tabungan 52,2%, deposito berjangka 37,8% dan giro sebesar
10,0%. DPK tersebut mengalami kenaikan 13,3% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya 10,1% (yoy). Kenaikan tersebut didorong kenaikan tabungan
dan giro masing-masing sebesar 16,9%(yoy) dan 6,2%(yoy) atau meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,8% (yoy) dan menurun
11,7%(yoy). Simpanan berjangka mengalami perlambatan yaitu sebesar 10,4% (yoy)
setelah triwulan sebelumnya mampu tumbuh 13,2%(yoy).
DPK bank syariah pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar
15,7%(yoy) menjadi Rp1,0 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
11,0% (yoy). Komposisi DPK bank syariah didominasi tabungan sebesar 56,4%,
deposito sebesar 38,7% dan giro sebesar 4,9%. Peningkatan DPK bank syariah
tersebut didorong kenaikan deposito berjangka sebesar 42,5% (yoy) jauh lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya 39,3% (yoy) dan giro yang tumbuh 4,6%(yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun 15,0%(yoy). Tabungan
mengalami perlambatan dengan hanya tumbuh 3,4% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 4,6% (yoy).
Berdasarkan golongan pemilik, perlambatan DPK terutama didorong oleh
penurunan semua golongan pemilik kecuali golongan Pemda dan golongan Lembaga
Keuangan Non Bank yang mengalami peningkatan. Perlambatan tersebut didominasi
perlambatan DPK golongan perseorangan sebesar 10,1% (yoy) menjadi Rp16,8
triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,2% (yoy). Perlambatan
golongan perseorangan tersebut didorong penurunan giro sedangkan tabungan dan
deposito mengalami peningkatan. Perlambatan tersebut juga didorong golongan
pemilik BUMN dan Pemerintah Campuran dan golongan Bukan Lembaga Keuangan
yang mengalami penurunan 14,9% (yoy) dan 0,6% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya tumbuh 2,7% (yoy) dan 5,8% (yoy). Penurunan golongan pemilik BUMN
dan Pemerintah Campuran didorong penurunan deposito sedangkan golongan Bukan
Lembaga Keuangan disebabkan menurunnya tabungan dan deposito.
Sebaliknya terdapat golongan pemilik yang menunjukkan peningkatan yaitu
golongan pemilik Pemda dan Lembaga Keuangan Non Bank mengalami perbaikan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
48
kinerja dengan hanya mengalami penurunan 4,2% (yoy) dan 10,1% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang jauh mengalami penurunan 35,7% (yoy) dan
20,2% (yoy). Peningkatan kedua golongan pemilik tersebut didorong tabungan dan
simpanan berjangka. (Tabel 3.2.).
Tabel 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Berdasarkan lokasi, perlambatan DPK terjadi di sebagian besar
kota/kabupaten yaitu Kota Jambi, Kabupaten Kerinci, Kabupaten Merangin,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten Muaro Jambi
dimana masing-masing hanya tumbuh sebesar 1,9% (yoy), 12,8% (yoy), 2,8% (yoy),
9,3% (yoy), 33,8% (yoy) dan 48,7% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya 6,0%
(yoy), 19,2% (yoy), 4,2% (yoy), 133,7% (yoy), 35,8% (yoy) dan 108,5% (yoy). Namun
terdapat juga kabupaten yang mengalami kenaikan yaitu Kabupaten Bungo,
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Sarolangun
masing masing sebesar 0,7% (yoy), 11,7% (yoy), 19,6% dan 26,1% (yoy), dari
triwulan sebelumnya mengalami penurunan 9,5% (yoy), 1,8% (yoy), 8,7% (yoy) dan
Sarolangun yang tumbuh 23,2% (yoy). (Tabel 3.3.). Berdasarkan pangsanya,
mayoritas penghimpunan DPK berlokasi di Kota Jambi (66,8%) dan mencapai Rp15,9
triliun diikuti oleh Kerinci Rp1,6 triliun (6,8%) dan Bungo sebesar Rp1,3 triliun (5,5%).
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Share yoy Andil
Penduduk/Residents
1 Pemerintah Pusat 36.967 50.973 66.667 105.146 76.528 69.288 0,3% 35,9% 0,1%
2 Pemerintah Daerah (Pemda) 1.370.397 3.537.138 4.061.422 3.977.099 880.624 3.388.018 14,2% -4,2% -0,6%
3 Badan Dan Lembaga Pemerintah 30.811 23.604 134.135 63.582 44.278 8.711 0,0% -63,1% 0,0%
4 BUMN Atau Pemerintah Campuran 860.883 865.923 849.587 713.538 884.231 736.694 3,1% -14,9% -0,5%
5 BUMD 112.541 112.609 305.753 312.919 118.638 99.041 0,4% -12,0% 0,0%
6 Lembaga Keuangan Non Bank 423.224 441.793 474.869 465.087 337.587 396.975 1,7% -10,1% -0,2%
7 Bukan Lembaga Keuangan 2.874.686 2.358.029 2.409.426 2.547.973 3.041.492 2.344.855 9,8% -0,6% -0,1%
8 Sektor Swasta Lainnya 75.647 63.344 51.974 62.305 68.382 27.818 0,1% -56,1% -0,1%
9 Perseorangan 16.178.221 15.278.982 15.850.085 16.453.420 17.990.142 16.822.640 70,4% 10,1% 7,1%
Jumlah 21.963.379 22.732.395 24.203.919 24.701.070 23.441.903 23.894.040
Bukan Penduduk/Non-Residents 1.525 1.593 1.432 1.432 2.129 2.653 0,0% 66,5% 0,0%
21.964.903 22.733.988 24.205.351 24.702.501 23.444.032 23.896.694 100,0% 5,1% 5,1%
Trw .I-2015
Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan PemilikTrw .IV-2014 Trw .I-2016Trw .IV-2015Trw .III-2015Trw .II-2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
49
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Proyek (dalam jutaan rupiah)
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Pertumbuhan kredit triwulan I-2016 tercatat sebesar 9,80% (yoy) dengan
jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp29,1 triliun, meningkat dibandingkan
pertumbuhan triwulan IV-2015 (9,6% (yoy)). Peningkatan kredit sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan (3,42% (yoy)) yang meningkat
dibandingkan sebelumnya (3,18% (yoy)). Berdasarkan, hasil liaison yang dilakukan
Bank Indonesia Jambi menyatakan bahwa pelaku usaha masih membutuhkan
pembiayaan perbankan untuk modal kerja dan investasi meskipun pada triwulan I-
2016 masih menahan diri untuk berinvestasi sebagai dampak belum membaiknya
harga karet, kelapa sawit dan pertambangan batu bara.
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal Nominal S hare Nominal yoy
1 Kota J ambi 15, 758, 165 15, 650, 453 16, 227, 486 16, 804, 236 16, 710, 423 15, 951, 841 66. 8 301, 388 1. 9 2 Kab. Kerinci 1, 287, 077 1, 441, 853 1, 496, 942 1, 612, 738 1, 533, 979 1, 627, 024 6. 8 185, 172 12. 8 3 Kab. Bungo 1, 438, 515 1, 304, 995 1, 360, 464 1, 354, 929 1, 301, 548 1, 314, 440 5. 5 9, 446 0. 7 4 Tanjung J abung Barat 1, 127, 828 1, 161, 155 1, 275, 431 1, 211, 166 1, 107, 941 1, 296, 965 5. 4 135, 810 11. 7 5 Kab. Merangin 895, 078 973, 374 1, 066, 829 1, 090, 145 932, 708 1, 000, 491 4. 2 27, 117 2. 8 6 Kab. Batanghari 693, 234 656, 017 885, 135 717, 222 633, 201 784, 666 3. 3 128, 649 19. 6 7 Kab. S arolangun 354, 016 486, 306 554, 387 640, 734 436, 150 613, 469 2. 6 127, 163 26. 1 8 Kab. Tebo 209, 323 565, 926 696, 390 612, 709 489, 259 618, 374 2. 6 52, 447 9. 3 9 Tanjung J abung Timur 167, 343 303, 041 362, 789 391, 511 227, 265 405, 556 1. 7 102, 515 33. 8 10 Kab. Muaro J ambi 34, 325 190, 869 279, 368 267, 110 71, 558 283, 868 1. 2 92, 999 48. 7
21,964,903 22,733,988 24,205,221 24,702,501 23,444,032 23,896,694 100 1,162,706 5.1 Sumbe r : L BU Bank I ndones i a ( di ol ah)
Trw. I-2016 P ertumbuhan (yoy) Trw. I-15Trw. IV-14
J UML AH
No. Kota/KabupatenTrw. II-15 Trw. VI 15Trw. III 15
2016TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
Kelompok Bank 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115 1 Bank P emerintah 15,394,481 16,092,175 16,541,833 17,223,936 17,545,224 18,256,586 18,697,924 19,545,989 19,645,9532 Bank S was ta*) 6,503,079 6,749,181 6,832,952 7,028,372 7,100,958 7,217,127 7,246,371 7,263,283 7,520,0463 Bank S yariah 2,029,739 2,027,277 1,997,604 1,977,167 1,920,127 1,881,321 1,876,505 1,926,537 2,001,116
J enis P enggunaan 23,927,298 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,566,309 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115 1 Modal Kerja 7,558,597 8,035,392 8,187,856 8,517,472 8,487,900 8,772,809 8,869,811 9,049,452 9,195,9822 Inves tas i 5,959,299 6,071,136 6,134,277 6,430,084 6,663,743 6,881,249 6,976,421 7,326,643 7,471,1173 Kons ums i 10,409,402 10,762,104 11,050,256 11,281,919 11,414,666 11,700,976 11,974,568 12,359,713 12,500,015
S ektor Ekonomi 18,149,036 24,868,632 25,372,389 26,229,475 26,563,556 27,355,034 27,820,801 28,735,809 29,167,115 1 P ertanian 4,231,411 4,551,324 4,623,883 4,844,114 5,052,401 5,171,866 5,265,773 5,332,562 5,488,8722 P ertambangan dan P enggalian 114,741 136,051 149,907 137,590 131,001 151,834 140,685 130,725 94,0713 Indus tri 787,946 804,571 820,967 974,021 944,211 1,083,490 1,154,720 1,144,555 1,118,2604 L GA 4,126 3,177 3,922 3,660 6,099 8,141 9,944 10,348 8,6395 Kons truks i 746,132 876,089 880,225 859,266 818,603 842,362 839,402 783,348 753,2416 P erdagangan Hotel dan R es toran 6,165,280 6,287,606 6,491,044 6,544,280 6,780,454 6,922,825 7,482,305 7,674,5487 P engangkutan dan Komunikas i 310,465 333,691 320,157 333,392 338,174 342,338 306,489 285,497 325,028
8Keuangan,R eal es tate dan J as a P erus ahaan 1,135,751 704,085 674,747 674,966 700,696 682,401 667,614 680,836 646,632
9 J as a-jas a 409,063 403,233 482,693 544,056 597,609 580,733 529,700 517,922 551,14610 Bukan L apangan Us aha 10,409,402 10,891,132 11,128,283 11,367,367 11,430,482 11,711,415 11,983,649 12,367,711 12,506,678
20152014URAIAN
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
50
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan didorong oleh peningkatan
pembiayaan perbankan syariah sebesar 4,2% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang menurun 2,6% (yoy). Sementara itu perbankan konvensional
mengalami perlambatan dengan tumbuh 9,8% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya 9,6% (yoy). Perlambatan kredit bank konvesional tersebut seiring
dengan melambatnya kredit yang diberikan bank pemerintah yang pada triwulan
laporan tumbuh 12,0% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 13,5% (yoy). (Tabel
3.4.). Pangsa kredit bank konvensional mencapai 93,1% sementara bank syariah
sebesar 6,9%.
Berdasarkan Jenis Penggunaan, kredit terbesar adalah kredit konsumsi yang
mencapai 42,9%, diikuti oleh kredit modal kerja (31,5%) dan kredit investasi
(25,6%). Peningkatan kredit dialami oleh kredit modal kerja dan konsumsi masing
masing tumbuh 8,3% (yoy) dan 9,5% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
6,2% (yoy) dan 9,5% (yoy). Sementara itu kredit investasi mengalami perlambatan
dengan tumbuh 12,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 13,9% (yoy).
Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia Provinsi Jambi,
pertumbuhan kredit investasi yang melambat disebabkan investasi yang dilakukan
dunia usaha saat ini sebagian besar merupakan lanjutan investasi tahun sebelumnya
dan untuk investasi tahun kedepan dengan mempertimbangkan perkembangan
harga karet dan kelapa sawit.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, peningkatan kredit disebabkan oleh
peningkatan kredit pada sektor industri, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan
sektor bukan lapangan usaha. Kredit sektor industri tumbuh 18,4% (yoy) menjadi
Rp1,1 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 17,5% (yoy) yang didorong oleh
kredit modal kerja dan investasi sub sektor industri minyak mentah (minyak makan)
dari nabati dan hewani, sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah
dan sub sektor industri pengolahan lainnya. Sementara itu sub sektor industri yang
mengalami penurunan adalah kredit modal kerja dan investasi sub sektor industri
barang-barang logam siap pasang untuk bangunan, pembuatan tangki, dan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
51
generator, kredit modal kerja sub sektor industri karet remah (crumb rubber) dan
kredit modal kerja sub sektor industri barang-barang dari batubara.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 17,3% (yoy) menjadi Rp7,6
triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 15,3% (yoy). Peningkatan tersebut
didorong peningkatan kredit modal kerja sub sektor perdagangan dalam negeri yang
tidak diklasifikasikan di tempat lain, kredit modal kerja dan investasi sub sektor
perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman
dan tembakau, sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit dan sub sektor hotel
bintang. Kenaikan kredit modal kerja dan investasi ini didorong tingkat hunian hotel
selama triwulan I 2016 menunjukkan trend peningkatan yaitu 34,73% di Januari
2016, 54,09% di Februari 2016 dan 55,31% pada Maret 2016. Selain itu juga
terdapat sub sektor yang mengalami penurunan yaitu kredit modal kerja dan investasi
sub sektor perdagangan eceran kaki lima tekstil, pakaian jadi, alas kaki, dan barang
keperluan, kredit investasi sub sektor perdagangan besar tekstil, pakaian jadi, dan
kulit dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor perdagangan karet. Penurunan
kredit yang diberikan atas sektor industri sub sektor perdagangan karet sejalan
dengan hasil liaison yang dilakukan Bank Indonesia bahwa industri pengolahan
terkena imbas belum membaiknya harga komoditas karet yang mempengaruhi
ketersediaan bahan baku karet dan investasi yang akan dilakukan.
Sektor bukan lapangan usaha mengalami pertumbuhan 9,4% (yoy) menjadi
Rp12,5 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya 8,8% (yoy) yang didorong
peningkatan kredit yang diberikan atas sub sektor rumah tangga untuk keperluan
multiguna, sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe 22 s.d. 70
dan sub sektor rumah tangga untuk keperluan yang tidak diklasifikasikan di tempat
lain. Selain itu juga terdapat sub sektor yang mengalami penurunan yaitu sub sektor
rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 dan sub sektor rumah
tangga untuk pemilikan kendaraan bermotor lainnya. Penurunan sub sektor rumah
tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 ini sejalan dengan liaison yang
dilakukan Bank Indonesia bahwa hingga triwulan I-2016 terdapat penurunan
penjualan hunian non subsidi hingga 50%. Hunian non subsidi merupakan tipe 45
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
52
keatas dimana tipe-tipe ini merupakan wadah investasi yang khususnya menyasar
kalangan menengah keatas.
Selain itu terdapat sektor yang mengalami perlambatan yaitu sektor pertanian
dan sektor listrik, gas dan air. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan 8,6% (yoy)
menjadi Rp5,4 triliun atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 10,1% (yoy).
Perlambatan tersebut didorong penurunan kredit modal kerja dan investasi sub sektor
perkebunan karet dan penghasil getah lainnya dan kredit modal kerja sub sektor
budidaya biota laut rumput laut. Penurunan kredit tersebut seiring dengan belum
membaiknya harga karet selama triwulan I-2016 dengan rata-rata harga bokar
Rp12.413/kg dibandingkan rata-rata harga triwulan I-2015 yang mencapai
Rp14.874/kg. Selain terdapat juga sub sektor yang mengalami kenaikan kredit modal
kerja dan investasi sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sub sektor pengusahaan
hasil hutan selain kayu. Kenaikan kredit sub sektor perkebunan kelapa sawit terkait
dengan kecendrungan kenaikan harga TBS selama tahun 2016 yang didorong
keterbatasan pasokan TBS disebabkan musim trek (imbas dari bencana kabut asap di
Provinsi Jambi) sehingga perbankan masih optimis akan sub sektor tersebut.
Sektor listrik, gas dan air tumbuh 41,6% (yoy) menjadi Rp8,6 miliar atau
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 182,8% (yoy). Perlambatan tersebut
didorong penurunan kredit modal kerja dan investasi sub sektor gas dan kredit
investasi sub sektor uap dan air panas, Sebaliknya terdapat juga sub sektor yang
mengalami peningkatan yaitu sub sektor ketenagalistrikan pedesaan dan sub sektor
pengadaan dan penyaluran air bersih.
Sektor yang mengalami penurunan yaitu sektor pertambangan dan
penggalian, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa.
Sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan yang semakin dalam
sebesar 28,2% (yoy) menjadi Rp94,0 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang
menurun 5,0% (yoy). Penurunan tersebut didorong penurunan kredit modal kerja
dan investasi sub sektor jasa pertambangan minyak dan gas bumi dan sub sektor
penggalian batu-batuan, tanah liat dan pasir serta kredit investasi sub sektor
pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara. Belum
membaiknya harga batu bara dan ketentuan Minerba sangat mempengaruhi kinerja
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
53
sub sektor pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara.
Belum membaiknya kinerja pertambangan batu bara sejalan dengan liaison yang
dilakukan Bank Indonesia bahwa penurunan harga batu bara hingga 70% dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya sejalan dengan anjloknya harga batubara dunia
hingga 65%, dari USD.45,- ke USD.16,- akibat penurunan harga minyak dunia. Selain
itu, pasokan batubara murah dari Afrika Selatan dan negara tujuan ekspor India mulai
memberlakukan izin eksplorasi batubara di negaranya turut memperparah iklim bisnis
batubara sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak terkait. Sementara
itu terdapat juga sub sektor yang mengalami peningkatan yaitu kredit modal kerja
sub sektor pertambangan emas, kredit modal kerja sub sektor pengusahaan tenaga
panas bumi dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor pertambangan dan
penggalian lainnya.
Sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan mengalami penurunan
sebesar 7,7% (yoy) menjadi Rp646,6 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang
masih tumbuh 0,9% (yoy). Penurunan tersebut didorong penurunan kredit modal
kerja sub sektor perantara keuangan lainnya (non bank) leasing dan kredit investasi
sub sektor perantara keuangan lainnya (non bank) selain leasing, kredit investasi sub
sektor persewaan mesin lainnya dan peralatannya yang tidak diklasifikasikan di
tempat lain, kredit modal kerja dan investasi sub sektor persewaan alat transportasi
air dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor jasa perusahaan lainnya yang tidak
diklasifikasikan di tempat lain. Selain terdapat penurunan pada sektor ini juga
terdapat sub sektor yang mengalami peningkatan yaitu kredit modal kerja sub sektor
real estate gedung perbelanjaan (mal, plaza), kredit modal kerja sub sektor persewaan
mesin konstruksi dan teknik sipil dan peralatannya dan kredit investasi sub sektor real
estate gedung rumah toko (ruko) atau rumah kantor (rukan).
Sektor jasa semakin mengalami penurunan 7,8% (yoy) menjadi Rp551,1 miliar
dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun 4,8% (yoy). Penurunan tersebut
didorong kredit modal kerja sub sektor jasa kegiatan lainnya, kredit modal kerja dan
investasi sub sektor jasa pendidikan lainnya, kredit modal kerja dan investasi sub
sektor administrasi pemerintahan, dan kebijaksanaan ekonomi dan sosial, kredit
modal kerja dan investasi sub sektor perpustakaan, arsip, museum, dan kegiatan
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
54
kebudayaan lainnya dan kredit investasi sub sektor jasa kebersihan. Selain itu juga
terdapat sub sektor yang menunjukkan peningkatan yaitu kredit investasi sub sektor
rumah sakit, kredit modal kerja dan investasi sub sektor jasa perorangan yang
melayani rumah tangga, kredit modal kerja dan investasi sub sektor jasa kesehatan
manusia - poliklinik / rumah bersalin dan kredit modal kerja dan investasi sub sektor
jasa kesehatan manusia - tempat perawatan / pengobatan.
Berdasarkan lokasi proyek, jumlah kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi
oleh perbankan sebesar Rp37,0 triliun, atau lebih tinggi dibandingkan kredit yang
disalurkan oleh perbankan Jambi (Rp29,1 triliun) dan menunjukkan bahwa terdapat
Rp7,9 triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di luar Provinsi Jambi. Jumlah
kredit yang disalurkan ke Provinsi Jambi pada triwulan berjalan hanya tumbuh 8,7%
(yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (8,5% (yoy)).
Peningkatan kredit terjadi di beberapa kota/kabupaten di Provinsi Jambi yang
didominasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kota Jambi dan Kabupaten Batanghari
masing masing tumbuh 50,5% (yoy) menjadi Rp3,0 triliun, 6,5% (yoy) menjadi
Rp15,8 triliun, dan 37,6% (yoy) menjadi Rp2,9 triliun dibandingkan triwulan
sebelumnya 48,0% (yoy), 5,7% (yoy), dan 35,8% (yoy).
Perlambatan kredit yang diberikan terjadi di Kabupaten Tebo, Kota Sungai
Penuh, dan Kabupaten Kerinci masing-masing tumbuh 17,6% (yoy) menjadi Rp2,5
triliun, 285,8% (yoy) menjadi Rp173,9 miliar, dan 4,6% (yoy) menjadi Rp1,6 triliun
dibandingkan triwulan sebelumnya 27,8% (yoy), 421,2% (yoy), dan5,6% (yoy).
Penurunan kredit yang diberikan terjadi di Kabupaten Bungo yang semakin
mengalami penurunan sebesar 9,1% (yoy) menjadi Rp3,0 triliun dibandingkan
triwulan sebelumnya yang menurun 8,3% (yoy) dan Kabupaten Sarolangun yang
menurun sebesar dan 0,8% (yoy) menjadi Rp1,6 triliun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 2,2% (yoy).
Secara sektor ekonomi peningkatan tersebut didorong oleh membaiknya
kinerja sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, sektor pengangkutan dan
komunikasi dan sektor jasa-jasa.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
55
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum dan BPR Berdasarkan Lokasi Proyek di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi (diolah)
4. Undisbursed Loan
Jumlah undisbursed loan (kredit yang belum ditarik) pada triwulan berjalan
mengalami peningkatan sebesar 8,0% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya
mengalami penurunan 9,7% (yoy) . (Tabel 3.7.). Peningkatan undisbursed loan
tersebut didominasi kenaikan kelonggaran tarik kredit modal sebesar 17,5% (yoy)
menjadi Rp268,4 miliar atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 7,6%
(yoy). Peningkatan undisbursed loan modal kerja ini seiring dengan meningkatnya
kredit modal kerja yang diberikan pada triwulan berjalan. Sub sektor yang
mendorong kenaikan undisbursed loan tersebut yaitu sektor pertanian, perdagangan
dan sektor perantara keuangan. Pada sektor pertanian undisbursed loan didorong
meningkatnya sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sub sektor pengusahaan hasil
hutan selain kayu, pada sektor perdagangan didorong sub sektor perdagangan dalam
negeri yang tidak diklasifikasikan di tempat lain, sub sektor perdagangan dalam
negeri beras, sub sektor perdagangan besar barang-barang keperluan rumah tangga
lainnya sedangkan pada sektor perantara keuangan didorong sub sektor perantara
keuangan lainnya (non bank) leasing.
Sementara itu, undisbursed loan kredit investasi menurun sebesar 32,8% (yoy)
menjadi Rp158,1 miliar atau semakin menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
yang menurun 31,4% (yoy). Penurunan tersebut didorong oleh sektor pertanian,
Nomina l Nomina l Nomina l Nomina l Nomina l S hare Nomina l %Batanghari 2,177,564 2,311,350 2,903,325 2,999,462 2,996,037 8.1 818,472 37.6S arolangun 1,623,578 1,597,502 1,592,802 1,637,229 1,610,065 4.3 -13,512 -0.8Kerinci 1,571,827 1,603,035 1,586,727 1,616,311 1,643,570 4.4 71,743 4.6Muaro Jambi 2,701,710 2,649,706 2,964,801 2,701,003 2,712,094 7.3 10,384 0.4Tanjung Jabung Barat 2,012,352 2,303,911 2,711,775 2,954,834 3,027,808 8.2 1,015,456 50.5Tanjung Jabung Timur 739,897 759,156 773,061 788,522 806,789 2.2 66,892 9.0Tebo 2,137,947 2,191,066 2,457,114 2,521,725 2,513,183 6.8 375,236 17.6Merangin 2,796,085 2,866,103 2,569,387 2,618,719 2,633,938 7.1 -162,147 -5.8Bungo 3,378,293 3,483,694 3,574,119 3,056,303 3,071,773 8.3 -306,520 -9.1S ungai P enuh 45,102 49,188 109,445 137,820 173,981 0.5 128,879 285.8Kota Jambi 14,922,669 15,384,630 15,951,488 15,989,823 15,896,560 42.9 973,891 6.5T O T A L 34,107,025 35,199,342 37,194,044 37,021,752 37,085,798 100.0 2,978,773 8.7
Kabupaten/Kota Tw I yoy2016 P ertumbuhan
Tw I I I Tw IV2015
Tw I ITw I
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
56
sektor konstruksi, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi dan sektor real
estate, usaha persewaan, dan jasa perusahaan. Pada sektor pertanian didorong oleh
menurunnya undisbursed loan sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah
lainnya dan sub sektor perkebunan kelapa sawit. Sektor konstruksi didorong oleh sub
sektor bangunan jalan jembatan dan landasan. Sektor transportasi, pergudangan dan
komunikasi didorong oleh sub sektor jasa pengiriman dan pengepakan dan sub
sektor angkutan jalan rel. Penurunan undisbursed loan pada sektor real estate, usaha
persewaan, dan jasa perusahaan disebabkan menurunnya sub sektor persewaan
mesin konstruksi dan teknik sipil dan peralatannya dan sub sektor persewaan mesin
lainnya dan peralatannya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
Undisbursed loan kredit konsumsi masih menurun sebesar 66,5% (yoy)
menjadi Rp22,3 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang jauh menurun 98,7%
(yoy). Penurunan tersebut didorong oleh sektor bukan lapangan usaha sub sektor
rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 dan sub sektor rumah
tangga untuk keperluan yang tidak diklasifikasikan di tempat lain. Penurunan tersebut
seiring dengan menurunnya kredit yang diberikan terhadap sub sektor rumah tangga
untuk pemilikan rumah tinggal tipe diatas 70 dan imbas belum membaiknya harga
komoditas utama yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
Tabel 3.6 Tabel Undisbursed Loan Bank Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan
dan Berdasarkan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
2016
TW I TW II TW III TW IV TW I Nominal %
1 Inves tas i 235,459 234,106 276,994 249,514.8 158,128.2 (77,331) (32.8)
2 Kons ums i 66,937 65,170 1,931 2,626.6 22,393.6 (44,543) (66.5)
3 Modal kerja 1,535,554 1,511,650 1,537,010 1,575,263.4 1,804,012.2 268,458 17.5
1,837,950 1,810,925 1,815,935 1,827,405 1,984,534 146,584 8.0
P ertumbuhan (yoy) I 20162015
J enis P enggunaan
Total
Kategori
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
57
5. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL) gross
Bank Umum di Provinsi Jambi
Loan to Deposits Ratio (LDR)6 pada triwulan laporan mengalami
penurunan sebesar 52 bps dikarenakan kenaikan kredit yang diberikan ( (9,8%
(yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 9,6% (yoy)) lebih besar
dibandingkan kenaikan DPK (5,1% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya 9,7% (yoy)). LDR berdasarkan bank pelapor tercatat sebesar
122,06% (Grafik 3.3.). LDR bank umum yang sudah melebihi 100% tersebut
mengindikasikan masuknya dana dari luar perbankan Provinsi Jambi yang perlu
diimbangi dengan pemantauan terhadap risiko kredit sesuai dengan prinsip
kehati-hatian dan meningkatnya risiko likuiditas perbankan di Provinsi Jambi.
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Kualitas kredit yang diberikan tergolong baik, tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) gross bank umum yaitu sebesar 3,19% (Rp930,2 miliar) (di
bawah ketentuan 5%), atau memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya
(2,82% atau Rp811,0 miliar) (Tabel 3.8.).
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor
pertambangan dan penggalian, sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan
dan sektor konstruksi masing-masing 35,35%, 6,93% dan 5,67%. Tingginya
6LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang
dihimpun bank umum pada triwulan laporan.
1.2
1.1 1.1
1.2
1.2
1.1 1.1
1.2 1.2
104%106%108%110%112%114%116%118%120%122%124%
0
5
10
15
20
25
30
35
Q1-14 Q2-14 Q3-14 Q4-14 Q1-15 Q2-15 Q3-15 Q4-15 Q1-16
Rp triliun
Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juta) LDR Perbankan Jambi (persen)
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
58
NPL sektor pertambangan sebesar 35,35% menjadi Rp33,2 miliar dibandingkan
triwulan sebelumnya 25,57%. NPL tersebut masih didominasi sub sektor
pertambangan batubara, penggalian gambut, dan gasifikasi batubara seiring
belum membaiknya harga batu bara dan penerapan Undang-Undang Mineral
dan Batubara yang melarang ekspor bahan mentah hasil tambang terhitung sejak
tanggal 12 Januari 2014 serta adanya Perda yang mengharuskan pengangkutan
batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai, yang mengakibatkan sebagian
besar perusahaan pertambangan batubara menghentikan sementara aktivitas
kegiatan tambang.
NPL sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan pada triwulan
laporan adalah 6,93% menjadi Rp44,8 miliar atau memburuk dibandingkan
triwulan sebelumnya 4,79%. Memburuknya NPL tersebut disumbangkan oleh
sub sektor real estate perumahan sederhana - selain Perumnas s.d. tipe 22 s.d.
70, sub sektor real estate lainnya, sub sektor persewaan mesin lainnya dan
peralatannya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain dan sub sektor jasa
perusahaan lainnya yang tidak diklasifikasikan di tempat lain.
NPL sektor konstruksi sebesar 5,67% menjadi Rp42,7 miliar atau
memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya 4,89%. Hal tersebut didorong
meningkatnya NPL kredit yang diberikan atas sub sektor konstruksi perumahan
menengah, besar, mewah (tipe diatas 70), sub sektor konstruksi perumahan
sederhana - lainnya tipe 22 s.d. 70 dan sub sektor konstruksi gedung
perbelanjaan lainnya. NPL yang menunjukkan peningkatan tersebut
mempengaruhi kredit yang diberikan atas sektor ini dimana pada triwulan
berjalan sektor konstruksi masih menunjukkan penurunan 8,0% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga menurun 8,8% (yoy).
Sementara itu penyumbang NPL tertinggi adalah sektor pertanian
peternakan kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan hotel dan restoran
dan sektor bukan lapangan usaha. NPL sektor pertanian peternakan kehutanan
dan perikanan pada triwulan berjalan sebesar 3,65% menjadi Rp200,2 miliar
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
59
atau memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya 3,11%. NPL tersebut
disumbangkan oleh sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya,
sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sub sektor jasa perikanan lainnya.
Kondisi sektor ini akibat belum membaiknya harga komoditas karet dan
keterbatasan pasokan kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan hasil Survei Kegiatan
Dunia Usaha triwulan I-2016 yang dilakukan Bank Indonesia bahwa kegiatan
usaha sektor pertanian, sektor perdagangan hotel dan restoran pada triwulan I-
2016 relatif mengalami penurunan. Salah satu faktor yang mempengaruhi
penurunan pada sektor-sektor tersebut adalah faktor pelemahan ekonomi lokal
yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat, dampak musim kemarau
dan kabut asap beberapa waktu lalu.
NPL sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 4,48% menjadi
Rp343,4 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya 3,90%. NPL tersebut didorong
kenaikan NPL sub sektor perdagangan karet, sub sektor perdagangan kelapa dan
kelapa sawit, sub sektor perdagangan eceran berbagai macam barang yang
didominasi makanan, minuman dan tembakau, sub sektor perdagangan dalam
negeri bahan-bahan konstruksi lainnya dan sub sektor jasa akomodasi lainnya.
NPL sektor bukan lapangan usaha pada triwulan berjalan adalah 1,81%
menjadi Rp226,5 miliar atau memburuk dibandingkan triwulan sebelumnya
1,58%. Hal tersebut didorong sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah
tinggal tipe 22 s.d. 70, sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah tinggal
tipe diatas 70, sub sektor rumah tangga untuk pemilikan rumah toko (ruko) atau
rumah kantor (rukan) dan sub sektor rumah tangga untuk keperluan multiguna.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
60
Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam jutaan rupiah)
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.4), terlihat bahwa margin rata-rata
tertimbang antara suku bunga kredit dengan suku bunga deposito perbankan di
Provinsi Jambi kembali meningkat dari 5,4% menjadi 5,5% seiring dengan
penurunan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan penurunan suku
bunga kredit. (Grafik 3.4.). Suku bunga rata-rata tertimbang deposito pada periode
laporan tercatat sebesar 7,50% atau menurun dibandingkan triwulan IV 2015
(7,68%) dan suku bunga rata-rata tertimbang kredit yang disalurkan pada periode
laporan tercatat di level 12,98% sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya
(13,08%).
Berdasarkan liaison yang dilakukan KPw BI Provinsi Jambi, bahwa suku bunga
rata-rata tertimbang kredit yang berada di kisaran 13% masih dianggap tinggi
meskipun telah terjadi trend penurunan suku bunga kredit sejak triwulan I 2015
seiring dengan penurunan BI rate. Namun dunia usaha tetap berharap penurunan
suku bunga kembali terjadi sehingga dunia usaha memperoleh tingkat suku bunga
yang lebih rendah ditengah kondisi belum membaiknya harga komoditas utama saat
ini.
Kredit NP L (%) Kredit NP L (%) Kredit NP L (%) Kredit NP L (%) Kredit Nomina l NP L NP L (%)1. P ertanian P eternakan Kehutanan dan P erikanan 5,052,401 2.67 5,171,866 2.94 5,265,773 2.99 5,332,562 3.11 5,488,872 200,253 3.65 2. P ertambangan dan P enggalian 131,001 27.13 151,834 23.37 140,685 24.36 130,725 25.57 94,071 33,253 35.35 3. Indus tri 944,211 2.09 1,083,490 1.53 1,154,720 1.51 1,144,555 1.61 1,118,260 11,780 1.05 4. LGA 6,099 4.46 8,141 2.32 9,944 1.90 10,348 1.28 8,639 75 0.87 5. Kons truks i 818,603 7.68 842,362 8.70 839,402 6.77 783,348 4.89 753,241 42,710 5.67
6. P erdagangan Hotel dan Res toran 6,544,280 4.21 6,780,454 4.60 6,922,825 4.88 7,482,305 3.90 7,674,548 343,437 4.48
7 P engangkutan dan Komunikas i 338,174 1.71 342,338 7.49 306,489 5.60 285,497 3.48 325,028 5,006 1.54
8. Keuangan,Real es tate dan Jas a P erus ahaan 703,449 2.84 682,401 4.16 667,614 3.54 680,836 4.79 646,632 44,803 6.93 9. J as a-jas a 597,609 2.64 580,733 3.70 529,700 5.12 517,922 5.06 551,146 22,324 4.05
10. Bukan Lapangan Us aha 11,430,482 1.74 11,711,415 1.83 11,983,649 1.84 12,367,711 1.58 12,506,678 226,573 1.81 26, 566, 309 2.89 27, 355, 034 3.21 27, 820, 801 3.21 28, 735, 809 2.82 29, 167, 115 930, 215 3.19
T riwulan I-2016TW VI- 2015TW II- 2015TW I- 2015 TW II I- 2015
J U M L A H
No S ektor Ekonomi
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
61
Grafik 3.4 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
(dalam satuan %)
6. Perkembangan Kredit UMKM
Kredit UMKM Jambi pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp10,7 triliun,
mengalami perlambatan dengan tumbuh 7,7% (yoy) dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 10,8% (yoy) dan lebih rendah jika dibandingkan dengan
pertumbuhan total kredit (9,8% (yoy)) (Grafik 3.5.).
Grafik 3.5 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit di Jambi mengalami penurunan
yaitu dari 37,2% di triwulan lalu menjadi 36,9% pada triwulan berjalan (Grafik 3.6.).
8,0 8,3 8,3 8,2 8,0 7,8 7,46,3 5,6 5,1 4,9 4,7
4,85,0 5,2 5,4
0
5
10
15
20
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
Trw
II
Trw
III
Trw
IV
Trw
I
2012 2013 2014 2015 2016
Margin Deposito Kredit BI-rate
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)
9,9
5,07,2
9,2
13,5
11,48,6
10,8
7,7
18,7
11,99,7
11,0 11,0
10,0 9,79,6
9,8
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
-
2
4
6
8
10
12
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2014 2015 2016
Rp
Tri
liun
Mikro Kecil Menengah Pertumbuhan UMKM (%) yoy Pertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor yoy
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
62
Berdasarkan distribusinya, kredit kecil memiliki pangsa terbesar yaitu 35,3%, kredit
mikro 33,1% dan kredit menengah sebesar 31,6% dari total kredit UMKM. Kredit
UMKM tersebut didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, sektor
pertanian, perburuan dan kehutanan serta sektor konstruksi masing-masing sebesar
50,8%, 27,2% dan 3,7%.
Kredit UMKM sektor perdagangan didominasi kredit sub sektor perdagangan
eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau,
sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau
tembakau),sub sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit, sub sektor perdagangan
karet, sub sektor pedagangan kelapa, sub sektor industri furnitur, sub sektor
perdagangan eceran bahan konstruksi dan sub sektor yang berkaitan dengan
kendaraan roda 2 dan 4 (sub sektor penjualan suku cadang dan aksesoris sepeda
motor, sub sektor penjualan mobil, sub sektor penjualan suku cadang dan aksesoris
mobil dan sub sektor penjualan motor). Bergeraknya UMKM sektor perdagangan ini
turut menggerakkan pertumbuhan sektor perdagangan dalam perekonomian Provinsi
Jambi.
Kredit UMKM sektor pertanian, perburuan dan kehutanan didominasi kredit
kepada sub sektor perkebunan kelapa sawit, sub sektor perkebunan karet dan
penghasil getah lainnya, sub sektor jasa pertanian, perkebunan dan peternakan dan
sub sektor pembibitan dan budidaya unggas . Dominasi kredit UMKM komoditas
karet dan kelapa sawit ini menunjukkan pentingnya kedua komoditas dalam
perekonomian Provinsi Jambi sehingga mendapatkan perhatian khusus dari pihak
terkait. Sedangkan kredit UMKM sektor konstruksi didominasi oleh kredit UMKM sub
sektor bangunan jalan raya, sub sektor konstruksi khusus, dan sub sektor penyiapan
lahan lainnya.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
63
Grafik 3.6 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia (diolah)\
B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Secara umum. kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami penurunan.
Penurunan tersebut terlihat dari aset yang sedikit menurun sebesar 0,1% (yoy)
menjadi Rp765,7 miliar dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,5% (yoy).
Penurunan aset tersebut didorong penurunan kembali kredit sebesar 3,1% (yoy)
menjadi Rp507,9 miliar setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami penurunan
sebesar 2,8% (yoy). Sementara itu dana pihak ketiga mengalami peningkatan dengan
hanya tumbuh 2,4% (yoy) menjadi Rp594,0 miliar dibanding triwulan sebelumnya
yang tumbuh 1,1%(yoy).
Peningkatan dana pihak ketiga didorong oleh pertumbuhan simpanan
berjangka sebesar 1,3% (yoy) menjadi Rp501,9 miliar atau meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya tumbuh 0,2% (yoy). Sementara itu, tabungan mengalami
peningkatan pertumbuhan dengan tumbuh 8,4% (yoy) menjadi Rp92,1 miliar
dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 6,3% (yoy).
Kredit yang diberikan masih mengalami penurunan 3,1%(yoy) menjadi
Rp507,9 miliar yang didominasi oleh penurunan kredit konsumsi dan investasi
masing-masing sebesar 18,9% (yoy) dan 9,1% (yoy) menjadi Rp184,9 miliar dan
Rp97,3 miliar setelah pada triwulan sebelumnya juga menurun masing-masing
sebesar 15,7% (yoy) dan 7,3% (yoy). Kredit modal kerja mengalami peningkatan
11,1 12,5 11,8 12,4 12,3 12,3 11,6 12,0 12,2
13,7 12,0 12,6 11,9 12,0 12,1 12,5 12,5 13,0
12,0 12,6 12,8 12,5 13,2 13,0 12,8 12,6 11,6
63,2 63,0 62,8 63,3 62,4 62,5 63,2 62,8 63,1
0%
20%
40%
60%
80%
100%
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2014 2015 2016Mikro Kecil Menengah Kredit Bukan UMKM
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
64
pertumbuhan dengan tumbuh 19,2% (yoy) menjadi Rp225,5 miliar dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya 16,8% (yoy).
Kualitas kredit BPR pada triwulan laporan menunjukkan perbaikan yang
ditandai dengan menurunnya persentase Non Performing Loan (NPL) gross menjadi
14,75% dibandingkan 15,81% pada triwulan sebelumnya.
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dan penyumbang NPL terbesar
adalah sektor bukan lapangan usaha diikuti sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan serta sektor perdagangan hotel dan restoran. Dominasi sektor tersebut
didorong belum membaiknya harga komoditi karet dan keterbatasan pasokan TBS
mempengaruhi kemampuan membayar debitur. Hal tersebut sejalan dengan hasil
liaison, bahwa belum membaiknya harga komoditas karet dan sawit turut
mempengaruhi pendapatan konsumen dan daya beli (konsumsi).
Kinerja BPR dalam menjalankan fungsi intermediasinya masih cukup baik, yang
tercermin dari LDR BPR yang berada pada level 77,55% sedikit meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya (76,70%).
C. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai dan Non Tunai
Sistem pembayaran merupakan salah satu komponen terintegrasi dengan
fungsi Bank Indonesia lainnya yaitu moneter dan stabilitas sistem keuangan.Kebijakan
dan pelaksanaan sistem pembayaran mempunyai keterkaitan dengan efektivitas
pengendalian moneter dan kestabilan sistem keuangan.
Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan
kinerja sistem pembayaran di Provinsi Jambi antara lain peningkatan jumlah transaksi
keuangan tunai yang terdiri atas aliran uang masuk dari perbankan ke Bank Indonesia
(inflow) dan aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke perbankan (out flow) dan
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)).
Kinerja pembayaran tunai dari sisi aliran kas masuk (cash inflow) meningkat
69,7% (yoy) sedangkan kas keluar (cash outflow) mengalami penurunan 6,0% (yoy)
sehingga terjadi net outflow setelah pada triwulan sebelumnya terjadi net inflow.
Sementara itu kinerja pembayaran non tunai melalui kliring mengalami sedikit
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
65
kenaikan dimana nilai dan volume kliring mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,1%
(yoy) dan 5,0% (yoy) menjadi Rp2,6 triliun dan 72.452 lembar warkat.
Tabel 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KPw Bank Indonesia Provinsi Jambi
Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
C.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Perkembangan aliran uang kartal di Provinsi Jambi pada triwulan laporan,
untuk aliran kas masuk (cash inflow) dan kas keluar (cash outflow) mengalami
penurunan masing-masing 6,3% (yoy) dan 9,8% (yoy) sehingga net inflow meningkat
sebesar 21,4%. Peningkatan inflow tersebut disebabkan oleh keadaan perekonomian
yang relatif melambat meskipun pada triwulan berjalan mengalami sedikit
pertumbuhan seiring dengan belum pulihnya harga komoditi karet dan batu bara
serta keterbatasan pasokan TBS yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
Grafik 3.7 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
Sumber: Bank Indonesia Jambi
2016
Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw VI Tw I Nominal PersenKliringNilai Kliring (juta Rp) 2.571.965 2.202.247 1.765.978 2.628.672 2.599.490 2.284.108 81.861 3,7 Volume Kliring (lembar warkat) 69.012 62.245 50.179 69.881 72.452 69.594 7.349 11,8 Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 921.379 1.445.865 892.023 2.573.657 1.563.340 1.354.519 (91.347) (6,3) Aliran Uang Keluar/Outflows (juta Rp) 2.309.258 1.285.175 2.354.181 2.545.103 2.170.933 1.159.492 (125.683) (9,8) Net Inflows/Net Outflows (juta Rp) (1.387.878) 160.690 (1.462.158) 28.555 (607.593) 195.027 34.337 21,4
- Cek dan BG KosongLembar 1.783 1.229 1.692 1.580 1.752 1.502 273 22,2 Nominal (juta Rp) 99.967 41.570 57.632 51.768 66.346 52.095 10.526 25,3
Pertumbuhan (yoy)Uraian
2014 2015
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
66
C.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Sebagai salah satu upaya terpenuhinya kebutuhan uang layak edar bagi
masyarakat, secara rutin Bank Indonesia Provinsi Jambi melayani penukaran uang
tidak layak edar dengan uang layak edar melalui layanan kas dalam kantor dan kas
keliling ke daerah terpencil yang akses perbankannya terbatas. Selain itu, secara
berkala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi melaksanakan pemusnahan
uang yang tidak layar edar (UTLE).Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kelayakan
uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, pemusnahan UTLE di
Provinsi Jambi sebesar Rp259,4 miliar, atau 19,2% dari total inflow Provinsi Jambi,
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (16,2%).
Dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang tidak layak edar yang
dimusnahkan, Bank Indonesia terus melakukan upaya sosialisasi kepada masyarakat
mengenai pentingnya perlakuan yang tepat terhadap uang melalui pamflet dan
edukasi perbankan sehingga diharapkan usia uang dapat lebih panjang dan volume
UTLE dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya percetakan uang baru.
C.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan ditemukan uang rupiah tidak asli yang mencapai 326
lembar yang beredar di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
atau sama dibandingkan triwulan sebelumnya (326 lembar). Dalam rangka
mengantisipasi peredaran uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Jambi secara berkala terus mensosialisasikan Ciri-ciri Keaslian Uang
Rupiah kepada seluruh lapisan masyarakat.
C.4. Perkembangan Kliring Lokal
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) merupakan sarana transfer
dana non tunai selain RTGS dengan nominal yang lebih kecil. Lalu lintas pembayaran
non tunai melalui kliring lokal pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,2 triliun,
mengalami penurunan (3,7% (yoy)) dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya.
(Grafik 3.8.). Sejalan dengan nilai kliring, volume kliring juga mengalami peningkatan
sebesar 11,8% (yoy), yaitu menjadi 69.594 lembar.
PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
67
Grafik 3.8 Perkembangan Transaksi Kliring
Sumber: Bank Indonesia Jami
Sejalan dengan aktivitas pembayaran non tunai melalui kliring, nilai cek dan
BG kosong pada triwulan laporan juga masih mengalami peningkatan (25,3% (yoy))
menjadi Rp52,0 miliar. Demikian juga halnya dari sisi jumlah lembar warkat cek dan
BG kosong terjadi peningkatan (22,0%(yoy)) menjadi 1.502 lembar warkat.
-
20.000
40.000
60.000
80.000
1.000.000 1.200.000 1.400.000 1.600.000 1.800.000 2.000.000 2.200.000 2.400.000 2.600.000 2.800.000
Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw VI Tw I
2015 2016
Nilai Kliring (juta Rp) Volume Kliring (lembar warkat)
BOKS 1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG PROSPEK EKONOMI ISLAM DI KOTA JAMBI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
69
BOKS 1
Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah Dalam
Mendukung Prospek Ekonomi Islam Di Kota Jambi
Dalam mengembangkan dan menerapkan ekonomi Islam di Provinsi Jambi khususnya Kota Jambi, masih banyak kendala dan tantangan yang dihadapi. Tantangan utama dan mendasar ialah kondisi obyektif masyarakat, dimana tingkat kesadaran tentang pengetahuan dan pengamalan ekonomi Islam masih
rendah. Kesadaran masyarakat khususnya kaum muslim masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan, baik kesadaran pemimpin, tokoh agama, dan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari market share lembaga keuangan syariah secara kuantitatif masih kecil, salah satunya yaitu Perbankan Syariah.
Keberadaan bank syariah di Kota Jambi hingga saat ini belum menunjukkan perkembangan yang signifikan jika dilihat dari proporsi aset, pembiayaan dan kredit antara bank konvensional dengan bank syariah.
Perkembangan aset, penyaluran pembiayaan dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari masyarakat di Kota Jambi sendiri masih jauh jika dibandingkan dengan bank konvensional.
Oleh karena itu, riset yang lebih mendalam mengenai fenomena tersebut di atas diperlukan untuk memberikan informasi yang lebih komprehensif sebagai bahan pertimbangan strategis dalam mendukung perkembangan perbankan syariah sebagai salah satu pilar ekonomi Islam di Provinsi Jambi.
Berdasarkan uraian diatas, dilakukanlah penelitian melalui metode survei di
Kota Jambi dengan memilih Kecamatan dalam Kota Jambi yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, yang berdasarkan data statistik dari BPS Kota Jambi tahun 2015, adalah Kecamatan Kota Baru, yaitu sebanyak 157.648 jiwa. Dari Kecamatan Kota Baru ini diambil 2 (dua) Kelurahan, yaitu Kelurahan Kenali Besar dan Kelurahan Simpang III Sipin. Di Kelurahan Kenali Besar diambil 2 (dua) RT, yaitu RT 03 dan RT 35, sedangkan di Kelurahan Simpang III Sipin diambil 1 (satu) RT, yaitu RT. 03. Adapun hasil penelitian dimaksud menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1. Tingkat Pemahaman Masyarakat Kota Jambi terhadap Perbankan
Syariah
a. Hubungan Agama Responden dengan Jenis Bank
BOKS 1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG PROSPEK EKONOMI ISLAM DI KOTA JAMBI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
70
Jika dilihat dari hasil silang data antara agama reponden dengan bentuk
tabungan di bank, diketahui bahwa semua pengguna produk perbankan
syariah adalah masyarakat yang beragama Islam, sedangkan yang
menggunakan produk perbankan konvensional dan syariah 96%
beragama Islam dan 4% beragama Budha. Dari data ini terlihat bahwa
ada kepercayaan masyarakat non Islam untuk menggunakan jasa
perbankan syariah.
b. Hubungan Pendidikan Responden dengan Jenis Bank
Jika dilihat dari hasil silang data antara pendidikan reponden dengan
bentuk tabungan di bank, diketahui bahwa 74% pengguna bank syariah
merupakan masyarakat berpendidikan minimal SLTA. Dari silang data ini
dapat interpretasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
masyarakat maka akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman
masyarakat terhadap bank syariah.
c. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Jenis Bank
Hasil silang data antara jenis pekerjaan dengan bentuk tabungan di bank
menunjukkan pengguna jasa perbankan syariah adalah masyarakat yang
memiliki pekerjaan lainnya, yaitu sebesar 59%, diikuti PNS sebesar 22%,
dan wiraswasta 11%. Sedangkan pada bank konvensional, pengguna
tertinggi merupakan masyarakat yang berprofesi sebagai wiraswasta,
yaitu sebesar 42%, diikuti masyarakat yang bekerja lainnya dan PNS,
masing-masing sebesar 24% dan 15%.
d. Hubungan Pendapatan per Bulan Responden dengan Jenis Bank
Dari sisi pendapatan, hasil silang data pendapatan perbulan responden
dengan jenis bank menunjukan bank syariah lebih banyak diminati oleh
masyarakat yang berpendapatan menengah (2 juta – 4 juta per bulan),
yaitu sebesar 56%, dan masyarakat yang berpendapatan rendah (kurang
dari 2 juta per bulan) hanya 41%. Sedangkan bank konvensional,
peminat paling banyak produknya adalah masyarakat yang
berpendapatan rendah (kurang dari 2 juta per bulan), mencapai angka
BOKS 1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG PROSPEK EKONOMI ISLAM DI KOTA JAMBI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
71
45%, dan masyarakat yang berpendapatan menengah (2 juta – 4 juta
per bulan) 35%.
2. Faktor yang Menahan Laju Perkembangan Perbankan Syariah di Kota
Jambi.
Berdasarkan hasil survei, dapat diuraikan faktor penghambat laju
perkembangan bank syariah di Kota Jambi sebagai berikut:
a. Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat pendidikan masyarakat sangat mempengaruhi laju
perkembangan perbankan syariah di Kota Jambi. Semakin tinggi
tingkat pendidikan masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat
pemahamannya terhadap perbankan syariah. Hal ini tercermin dari
74% pengguna bank syariah di Kota Jambi merupakan masyarakat
berpendidikan minimal SLTA.
b. Tingkat Pendapatan Masyarakat
Pengguna produk perbankan syariah lebih banyak masyarakat
berpendapatan menengah keatas (2 juta – 4 juta per bulan), yaitu
sebesar 56%, sedangkan bank konvensional lebih banyak didominasi
oleh masyarakat berpendapatan menengah kebawah (dibawah 2 juta
per bulan), yaitu sebesar 45%. Hal ini mencerminkan, Semakin tinggi
tingkat pendapatan masyarakat, maka semakin tinggi pula minat
masyarakat untuk menggunakan produk perbankan syariah.
c. Sosialisasi dan Iklan Produk Perbankan Syariah
Dewasa ini dominasi kampanye produk perbankan konvensional tidak
dapat dipungkiri, baik melalui media elektronik, cetak hingga
merambah ke media sosial. Begitu familiarnya produk perbankan
konvensional di tengah masyarakat memberikan dampak positif
terhadap perkembangan industri perbankan konvensional. Di sisi lain,
mayoritas masyarakat belum banyak mengenal produk perbankan
syariah bahkan masyarakat Kota Jambi yang beragama muslim belum
dapat membedakan antara bank konvensional dengan bank syariah.
BOKS 1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG PROSPEK EKONOMI ISLAM DI KOTA JAMBI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
72
Pengetahuan masyarakat yang masih kurang mengenai
perbankan syariah menjadi salah satu faktor dalam menghambat
perkembangan perbankan syariah di Kota Jambi. Hal ini menjadi
tantangan sendiri bagi penggiat industri perbankan syariah untuk
dapat mensosialisasikan perbankan syariah beserta produk-produknya
agar lebih dikenal oleh masyarakat luas, terutama di kalangan
masyarakat yang berpendidikan SLTA kebawah dan masyarakat yang
berpendapatan rendah yang notabene merupakan masyarakat
mayoritas, sehingga mereka dapat mengerti tentang produk
perbankan syariah dan berminat untuk menggunakannnya.
d. Fasilitas Bank Syariah
Masih minimnya fasilitas bank syariah menjadi salah satu
penghambat minat masyarakat untuk menggunakan produk
perbankan syariah itu sendiri. 42,4% responden yang mengerti
tentang produk perbankan syariah mengutarakan faktor minimnya
fasilitas perbankan syariah memberikan keenggan tersendiri bagi
mereka untuk menggunakan jasa perbankan syariah.
Fasilitas seperti kantor cabang bank syariah yang jumlahnya
masih sedikit, yaitu hanya 44 kantor cabang di Provinsi Jambi. Bagi
masyarakat yang kurang memahami tentang perbankan syariah tentu
akan memilih menggunakan produk/menyimpan uangnya pada bank
yang mudah dijumpai, yaitu bank konvensional karena memang
jumlah kantor cabangnya mencapai 408 kantor. Selain letak kantor
bank syariah yang jauh dari tempat tinggal masyarakat, masalah ATM
juga menjadi alasan untuk menentukan bank pilihan.
3. Langkah-langkah untuk Mendukung Perkembangan Ekonomi Islam di
Kota Jambi
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh perbankan syariah agar dapat
berkembang lebih pesat lagi adalah:
a. Memperbanyak Sosialisasi dan Iklan
BOKS 1. PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DALAM MENDUKUNG PROSPEK EKONOMI ISLAM DI KOTA JAMBI
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
73
Sosialisasi dan iklan dimaksudkan untuk memperkenalkan perbankan
syariah beserta produk-produknya kepada masyarakat luas dan lebih
difokuskan kepada masyarakat yang berpendidikan SLTA kebawah
dan masyarakat yang berpendapatan rendah. Sosialisasi dan iklan ini
dapat dilakukan baik melalui media elektronik seperti televisi lokal,
media cetak, maupun dengan cara turun langsung ke masyarakat
dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang ekonomi
dan perbankan syariah yang dibarengi dengan penawaran produk
perbankan syariah.
b. Memperbanyak Fasilitas Bank Syariah
Memperbanyak fasilitas perbankan syariah dapat dilakukan dengan
cara penambahan/pembukaan kantor-kantor cabang bank syariah
minimal 1 (satu) kantor cabang per jenis bank syariah dalam setiap
kecamatan. Dengan banyaknya kantor-kantor cabang dan dengan
jarak yang lebih dekat dengan tempat tinggal masyarakat maka dapat
meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan produk
perbankan syariah. Selain penambahan kantor cabang, penambahan
jumlah ATM di berbagai tempat yang strategis juga menjadi hal yang
tak kalah penting dalam menarik minat masyarakat terhadap bank
syariah.
c. Mempermudah Proses Pembiayaan dan Pencairan Dana
Proses pelayanan yang dirasa oleh masyarakat cukup sulit perlu untuk dilakukan
peninjauan ulang oleh manajemen bank syariah guna mempermudah masyarakat
dalam proses pembiayaan. Penambahan jumlah plafon pembiayaan dan
memperpanjang jangka waktu pengembalian juga menjadi hal yang dapat
meningkatkan minat masyarakat terhadap pembiayaan bank syariah. Hal ini perlu
dilakukan untuk lebih menarik minat nasabah dalam mengajukan pembiayaan
pada bank syariah agar dapat bersaing dengan bank konvensional.
75
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Jambi sampai dengan Triwulan I-
2016 mencapai Rp908,9 miliar (terealisasi sebesar 26,42% dari APBD 2016).
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp261,1 miliar (28,72% dari
total pendapatan), naik 65,5% dibandingkan realisasi PAD Triwulan I-2015
(Rp157,76 miliar atau 30,14% dari total pendapatan). Pendapatan terbesar
disumbangkan oleh pajak daerah yang mencapai Rp204,25 miliar (22,5% dari
total pendapatan dan 78,2% dari total PAD), naik 60,6% dibandingkan periode
yang sama tahun 2015. Pendapatan dari retribusi daerah mencapai Rp2,20 miliar,
mengalami penurunan 3,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
Rp2,28 miliar. Hal ini sejalan dengan perlambatan perkonomian provinsi Jambi
dari 5,9% (yoy) pada Triwulan I-2015 menjadi 3,42% (yoy) pada Triwulan I-2016.
Sementara itu realisasi belanja mengalami kenaikan dibanding triwulan
yang sama pada tahun sebelumnya, dari Rp420,3 miliar pada Triwulan I-2015
(terealisasi 11,26%) menjadi Rp479,7 miliar pada Triwulan I-2016 (terealisasi
12,82%). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai realisasi
realisasi belanja mengalami peningkatan sebesar 14,1%.
Akan tetapi, pangsa (share) belanja modal yang bertujuan untuk
pembangunan infrastruktur dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi
pada APBD 2016 hanya sebesar 29,1%, jauh lebih kecil dibandingkan share
belanja operasi yang mencapai 57,9%.
A. Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan I-2016
Pada Triwulan I-2016, realisasi pendapatan Provinsi Jambi sebesar Rp908,9
miliar atau mencapai 26,4% dari APBD tahun 2016 (Rp3,44 triliun). Berdasarkan
jenisnya, pendapatan terbesar masih tergantung dari transfer pemerintah pusat
KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
76
yang mencapai Rp647,4 triliun (71,2% dari total pendapatan). Adapun proporsi
terbesar dalam pendapatan transfer dari APBN tersebut adalah dalam bentuk
Dana Alokasi Umum (DAU) yang mencapai Rp356,8 miliar (39,3% dari total
pendapatan Jambi) (Tabel 4.1).
Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang didapatkan melalui
pajak, retribusi, serta pengelolaan kekayaan daerah dan lainnya sebesar Rp261,1
miliar (28,7% dari total pendapatan). Angka pendapatan tersebut meningkat
65,5% dibanding Triwulan I-2015. Pendapatan terbesar disumbangkan oleh
pajak daerah yang mencapai Rp204,2 triliun hingga Triwulan I-2016 (22,5% dari
total pendapatan dan 78,2% dari total PAD), meningkat 60,6% dibandingkan
triwulan yang sama pada tahun 2015. Pendapatan dari retribusi daerah mencapai
Rp2,20 miliar, mengalami penurunan 3,5% dari periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar Rp2,28 miliar.
Tabel 4.1. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan I-2016 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
B. Realisasi Belanja Daerah Triwulan I-2016
Hingga Triwulan I-2016, realisasi belanja Provinsi Jambi mencapai Rp479,7
miliar atau mencapai 12,8% dari APBD 2016 (Rp3,7 triliun). Nilai realisasi tersebut
relatif meningkat sebesar Rp59,4 miliar atau 14,1% dibanding triwulan yang
sama tahun sebelumnya. Berdasarkan jenisnya, realisasi belanja operasional masih
Nominal (Rp. Miliar)
PersenNominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal (Rp. Miliar)
Persen
PENDAPATAN 3,259.50 522.55 16.03 3,207.13 98.39 3,440.05 908.91 26.42 Pendapatan Asli Daerah 1,253.62 157.76 12.58 1,244.03 99.23 1,273.89 261.09 20.50 Pajak Daerah 1,051.87 127.20 12.09 1,010.32 96.05 1,062.32 204.25 19.23Retribusi Daerah 18.83 2.28 12.11 21.13 112.23 20.61 2.20 10.68Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan 33.20 0.23 0.69 35.40 106.61 33.50 0.48 1.42Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 149.72 28.05 18.73 177.18 118.34 157.47 54.16 34.40
Pendapatan Transfer 2,004.45 364.79 18.20 1,955.89 97.58 2,164.81 647.36 29.90 Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,527.55 252.29 16.52 1,487.92 97.41 1,548.00 496.24 32.06
Dana Bagi Hasil Pajak 247.99 - - 134.46 54.22 198.82 21.74 10.93Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 212.45 - - 286.34 134.78 126.01 117.69 93.40Dana Alokasi Umum 1,009.17 252.29 25.00 1,009.17 100.00 1,070.45 356.82 33.33Dana Alokasi Khusus 57.94 - - 57.94 100.01 152.72 - 0.00
Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 476.90 112.50 23.59 467.97 98.13 616.81 151.12 24.50Dana Penyesuaian 476.90 112.50 23.59 467.97 98.13 616.81 151.12 24.50
Lain-lain Pendapatan yang Sah 1.43 - - 7.22 504.59 1.34 0.45 33.95 Pendapatan Hibah 1.43 - - 2.61 182.73 1.34 0.45 33.95Pendapatan Lainnya - 4.60 100.00 - - -
S.D TW IV-2015
URAIAN APBD 2015
S.D TW I-2015
APBD 2016
S.D TW I-2016
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah
TRIWULAN I-2016|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
77
menjadi yang terbesar, yaitu sebesar Rp286,3 triliun atau 59,7% dari total belanja
Triwulan I-2016 (terealisasi sebesar 13,2% dari target APBD 2016) (Tabel 4.2).
Komponen belanja operasional terbesar adalah untuk belanja hibah yang
mencapai Rp167,7 miliar (58,6% dari belanja operasional) dan diikuti oleh
belanja pegawai Rp85,7 miliar (29,9% dari belanja operasional). Kedua jenis
komponen belanja tersebut merupakan belanja rutin.
Terdapat lonjakan yang relatif tinggi dalam realisasi belanja modal pada
Triwulan I-2016 dibanding Triwulan I-2015 (meningkat Rp35,9 miliar atau
51,8%). Alokasi belanja modal dalam APBD 2016 sebesar 29,1%, lebih tinggi
dibandingkan alokasi pada APBD 2015 (22,2%).
Nilai realisasi belanja modal terbesar adalah belanja jalan, irigasi dan
jaringan dengan total Rp102,5 miliar (terealisasi 13,3% dari target pada APBD
2016). Belanja ini digunakan untuk membangun infrastruktur yang paling
berdampak pada kehidupan masyarakat Provinsi Jambi. Secara tahunan, nilai
realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan meningkat cukup tinggi sebesar 57,8%
dibandingkan realisasi pada Triwulan I-2015. Dengan tingkat inflasi di Provinsi
Jambi sebesar 4,99% (yoy), nilai realisasi belanja modal yang lebih tinggi tersebut
mengindikasikan lebih banyaknya kuantitas pembangunan jalan, irigasi, dan
jaringan dibandingkan tahun lalu. Ini merupakan indikasi semakin kuatnya
komitmen Pemerintah Provinsi Jambi dalam mendorong percepatan
pembangunan infrastruktur. Infrastruktur yang dibangun beserta sarana dan
prasarananya tersebut diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi sehingga
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di tahun 2016.
KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
78
Tabel 4.2. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi s.d Triwulan I-2016 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Setda Provinsi Jambi (diolah)
C. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Realisasi pendapatan pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan I-
2016 mencapai Rp651,1 miliar, meningkat 9% (yoy) dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya (Rp597,6 miliar) (Tabel 4.3). Peningkatan tersebut
disebabkan oleh naiknya Pendapatan Pajak Dalam Negeri (9,84% yoy) yang
utamanya disebabkan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai sebesar 24,9% seiring
mulai meningkatnya transaksi perekonomian masyarakat yang didorong
meningkatnya harga komoditas. Sementara itu, Pajak Penghasilan tercatat
meningkat sebesar Rp11,9 miliar atau tumbuh 3,7% (yoy) dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya.
Nominal (Rp. Miliar)
PersenNominal
(Rp. Miliar) Persen
Nominal (Rp. Miliar)
Persen
BELANJA 3,734.04 420.29 11.26 3,409.98 91.32 3,742.02 479.74 12.82 Belanja Operasi 2,339.65 254.07 10.86 2,151.11 91.94 2,167.79 286.31 13.21 Belanja Pegawai 714.40 107.32 15.02 654.52 91.62 756.89 85.74 11.33Belanja Barang 859.78 34.83 4.05 752.66 87.54 766.81 32.88 4.29Belanja Subsidi - - - - - - - - Belanja Hibah 630.85 111.92 17.74 624.61 99.01 633.86 167.68 26.45Belanja Bantuan Sosial 0.62 - - - - - - -Belanja Bantuan Keuangan 134.00 - - 119.32 89.05 10.23 - 0.00Belanja Tidak Terduga - - - - - -
Belanja Modal 830.03 69.37 8.36 790.11 95.19 1,087.38 105.27 9.68 Belanja Tanah 15.79 - - 14.93 94.56 43.18 0.12 0.27Belanja Peralatan dan Mesin 90.24 3.53 3.91 80.57 89.28 116.92 2.17 1.86Belanja Bangunan dan Gedung 154.29 0.89 0.58 147.55 95.63 157.17 0.50 0.32Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 567.01 64.93 11.45 544.37 96.01 767.77 102.49 13.35Belanja Aset Tetap Lainnya 2.70 0.02 0.74 2.69 99.60 2.33 - 0.00Belanja Aset Lainnya - - - - - - -
Belanja Tak Terduga 3.50 - - 1.05 29.89 5.10 0.15 2.94 Belanja Tak Terduga 3.50 - - 1.05 29.89 5.10 0.15 2.94
Transfer 560.86 96.85 17.27 467.71 83.39 481.76 88.01 18.27 Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 560.86 96.85 17.27 467.71 83.39 481.76 88.01 18.27
Bagi Hasil Pajak 560.86 96.85 17.27 467.71 83.39 481.76 88.01 18.27Bagi Hasil Retribusi - - - - - - - -
S.D TW IV-2015
URAIAN APBD 2015
S.D TW I-2015
APBD 2016
S.D TW I-2016
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah
TRIWULAN I-2016|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
79
Tabel 4.3. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat
di Provinsi Jambi (Juta Rupiah)
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan komposisinya, penerimaan pendapatan terbesar adalah dari
pendapatan Pajak Dalam Negeri yang mencapai Rp560,27 miliar (86%) dan
diikuti oleh PNPB lainnya sebesar Rp77,4 miliar (11,9%) (Grafik 4.1).
Grafik 4.1. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (%)
Sementara itu, belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi hingga Triwulan
I-2016 terealisasi sebesar Rp650,69 miliar meningkat 42,2% (yoy)
dibandingkan total realisasi belanja periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel
4.4). Kenaikan angka realisasi belanja didorong oleh naiknya Belanja Modal
sebesar Rp134,9 miliar (3.840,11%) dan Belanja Barang sebesar Rp69,7 miliar
Nominal (%)I Pajak Dalam Negeri 510,077 1,303,433 560,272 50,196 9.84%
PPh 319,863 619,870 331,803 11,941 3.7%PPN 172,718 618,835 215,678 42,960 24.9%PBB 6,340 51,961 1,529 (4,811) -75.9%Pendapatan BPHTB 0.00 5 - - -Cukai 0.00 40 - - -Lainnya 11,156 12,724 11,261 105 0.9%Pengembalian Pendapatan Pajak dan Cukai 0.00 - - - -
II Pajak Perdagangan Internasional 10,632 28,113 13,153 2,521 23.71%III Penerimaan SDA - - 335 335 -IV PNPB Lainnya 76,882 30,592 77,353 471 0.61%V Pendapatan Hibah - - - - -VI Pendapatan Bagian Laba BUMN - - - - -VII Pendapatan Badan Layanan Umum - 17,114 - - -VIII Pendapatan Penyesuaian 25 (4) - (25) -100.0%
597,616 1,379,247 651,113 53,497 8.95%
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
REALISASI PENDAPATAN Tw I-2015Pertumbuhan (yoy)
Tw I-2016Tw IV-2015
Total Realisasi Pendapatan
86,0%
2,0%0,1% 11,9%
Pajak Dalam Negeri Pajak Perdagangan InternasionalPenerimaan SDA PNPB Lainnya
KEUANGAN PEMERINTAHDAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
80
(91,06% yoy) sementara Belanja Pegawai hanya naik sebesar Rp22,4 miliar
(6,51% yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Tabel 4.4. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
dalam jutaan rupiah
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Berdasarkan pangsanya, belanja tertinggi pemerintah pusat sebagian besar
untuk Belanja Pegawai yaitu sebesar Rp365,8 miliar dengan pangsa mencapai
56,2%, relatif menurun dibandingkan pangsa pada periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 75%. Selanjutnya Belanja Barang menjadi belanja kedua
terbesar yaitu sebesar Rp146,2 miliar, dengan pangsa yang cukup meningkat dari
16,7% pada periode yang sama tahun 2015 menjadi 22,5% pada Triwulan I-
2016 (Grafik 4.3).
Grafik 4.2. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
Sumber: Dirjen Perbendaharaan Kemenkeu RI Kanwil Provinsi Jambi (diolah)
Nominal (%)I Belanja Pegawai 343,408 535,032 365,775 22,367 6.51%
II Belanja Barang 76,499 791,296 146,157 69,658 91.06%
III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan - - - 0.00%
III Belanja Bantuan Sosial 34,181 127,413 360 (33,821) -98.95%
IV Belanja Lain-Lain - - - - 0.00%
V Belanja Modal 3,513 1,243,161 138,405 134,892 3840.11%
457,601 2,696,901 650,697 193,096 42.20%Total Realisasi Belanja
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Pertumbuhan (yoy )Tw I-2016Tw I-2015 Tw IV-2015REALISASI BELANJA
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHKeuangan Pemerintah Dareah
TRIWULAN I-2016|KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONALPROVINSI JAMBI
81
Sementara itu Belanja Modal mencapai sebesar Rp138,4 miliar dengan
pangsa mencapai 21,3%, sangat jauh meningkat dibandingkan pangsa pada
periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,8%. Peningkatan Belanja Modal
ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur di
Provinsi Jambi, dimana infrastruktur adalah salah satu komponen utama yang
berperan dalam kemajuan perekonomian.
D. Keuangan Pemerintah Daerah
Jumlah simpanan Pemerintah Daerah di perbankan Jambi pada Triwulan I-
2016 adalah sebesar Rp3,39 triliun, atau turun 4,21% dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,54 triliun (Grafik 4.5). Penurunan
simpanan terbesar utamanya disebabkan oleh turunnya simpanan deposito dari
Rp1,37 triliun pada Triwulan I-2015 menjadi Rp1,04 triliun pada triwulan laporan,
serta turunnya simpanan dalam bentuk tabungan dari Rp21,4 miliar pada
Triwulan I-2015 menjadi Rp16,7 miliar pada triwulan laporan. Sementara itu
simpanan dalam bentuk giro mengalami sedikit peningkatan dari Rp2,15 triliun
pada Triwulan I-2015 menjadi Rp2,33 triliun pada triwulan laporan atau naik
sebesar 8,8% (yoy).
Grafik 4.3. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
Sumber: LBU Bank Indonesia
-
1
2
3
4
5
6
7
8
0
1
2
3
Tw I-13 4 5 Tw II-13 Tw III-13 TW IV-13 Tw I-14 Tw II-14 Tw III-14 Tw IV-14 Tw I-15 Tw II-15 Tw III-15 Tw IV-15 Tw I-16
(Rp triliun)(Rp triliun)Tabungan Deposito Giro Total (LHS)
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
82
BOKS 2
Kota Jambi menuju Smart City 2018
1. LATAR BELAKANG
Kawasaan perkotaan adalah pusat pertumbuhan ekonomi dan inovasi yang
menawarkan berbagai pilihan jenis usaha, lapangan pekerjaan, hiburan,
kesehatan, dan pendidikan. Dengan segala pilihan ini, kawasan perkotaan
akan selalu menarik minat penduduk dari desa yang menginginkan
kesempatan lebih baik. Inilah yang mendorong tren urbanisasi dan
pertumbuhan kelas menengah.
Berdasarkan data statistik tahun 2015, saat ini 59,35% penduduk Indonesia
tinggal di kota. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat hingga 82,37%
akan tinggal di kota pada tahun 2045. Selain menguntungkan, urbanisasi dan
pertumbuhan penduduk di perkotaan yang tidak ditangani dengan baik juga
dapat menimbulkan ekses negatif seperti kemacetan dan polusi lingkutan.
Berbagai permasalahan dan tantangan yang dapat muncul antara lain:
Begitupun halnya di Kota Jambi, yang sedang mengalami perkembangan
cukup pesat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Untuk menyediakan kondisi
hidup yang layak, baik untuk generasi sekarang dan masa mendatang,
kawasan perkotaan perlu didukung oleh tata kelola dan standar pelayanan
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
83
perkotaan yang baik. Selain itu, kawasan perkotaan juga harus ditata dengan
mempertimbangkan aspek keberlanjutan jangka panjang sehingga dapat siap
merespon perubahan struktur ekonomi, sosial, dan lingkungan.
2. INDIKATOR
Studi Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED) 2011 yang dilakukan oleh Komite
Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) terhadap 245
kabupaten/kota di 19 provinsi di Indonesia dapat memberikan gambaran
mengenai kualitas tata kelola ekonomi di daerah.
Akses lahan, prasyarat dasar yang dibutuhkan untuk berusaha, masih dinilai
bermasalah. Satu dari tiga pelaku usaha mengaku kesulitan untuk
mendapatkan lahan. Waktu yang dibutuhkan pelaku usaha untuk mengurus
sertifikat tanah di Jambi mencapai 10,6 minggu, lebih lama dari rata-rata
sekitar 8,3 minggu.
Salah satu infrastruktur mendasar yang paling penting dalam menentukan
kualitas hidup adalah ketersediaan air bersih dan listrik. Berdasarkan persepsi
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
84
pelaku usaha, rata-rata air minum tidak mengalir di Indonesia bagian barat
hanya 0,8 kali dalam seminggu, sementara di Indonesia timur mencapai 2 kali
seminggu. Dari 11 provinsi yang disebut memiliki frekuensi aliran air berhenti
lebih tinggi dari rata-rata keseluruhan, hanya Babel dan Jambi yang mewakili
Indonesia bagian barat.
Sementara dari sisi energi, Jambi termasuk provinsi yang sering mengalami
pemadaman listrik mencapai 3,1 kali dalam seminggu, sedikit lebih tinggi dari
rata-rata 2,9 kali dalam seminggu. Kondisi ini diperburuk dengan relatif masih
minimnya kepemilikan genset oleh para pelaku usaha.
Biaya transaksi resmi mencakup pajak, retribusi, dan sumbangan pihak ketiga
(SP3) yang ditetapkan melalui peraturan di daerah. Mayoritas pelaku usaha
tidak merasa terhambat oleh biaya transaksi. Di Jambi, hanya 4,3% pelaku
usaha yang merasa terhambat oleh biaya transaksi, baik resmi maupun tidak
resmi. Meski demikian, porsi ini masih sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-
rata.
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
85
3. SMART CITY
Smart City merupakan sebuah konsep perencanaan kota dengan
memanfaatkan perkembangan teknologi untuk membuat hidup lebih mudah
dan sehat dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Inti dari konsep
kota cerdas adalah memecahkan masalah dari tiga aspek utama daerah
perkotaan yaitu fisik, sosial, dan ekonomi dengan menggunakan teknologi
dan sumber daya yang ada pada kota tersebut secara efisien dan efektif.
Smarty City didefinisikan juga sebagai kota yang mampu menggunakan SDM,
modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi,
dengan manajemen sumber daya yang efisien melalui pemerintahan berbasis
partisipasi masyarakat.
Pada dasarnya smart city harus menyediakan infrastruktur inti yang baik,
memberikan kualitas hidup yang memadai bagi warganya, menyediakan
lingkungan yang bersih, sehat dan berkelanjutan, serta pemanfaatan aplikasi
berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Infrastruktur inti yang dimaksud
adalah:
• Sumber air bersih
• Pasokan listrik yang cukup
• Sanitasi termasuk pengelolaan limbah pada
• Sistem transportasi publik yang efisien
• Perumahan yang terjangkau, terutama bagi masyarakat miskin
• Digitalisasi, infrastruktur IT, dan konektivitas yang reliable
Smart City mengoptimalkan pemanfaatan teknologi beserta infrastruktur yang
ada untuk menyediakan kualitas hidup yang lebih baik bagi penduduk,
sekaligus menciptakan iklim yang kondusif untuk melakukan usaha berbasis
pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
Negara-negara di seluruh dunia telah menyepakati sekumpulan target
pembangunan yang harus dicapai dalam kurun waktu 30 tahun, yaitu sejak
tahun 2015 sampai dengan 2045. Target pembangunan yang dinamakan
Sustainable Development Goals (SDG) itu memiliki 17 goals dengan 169
indikator dari berbagai aspek, antara lain ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Salah satu agenda yang tertuang dalam goal nomor 11 adalah “Make cities inclusive, safe, resilient, and sustainable”. Agenda ini diterjemahkan oleh
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
86
pemerintah Indonesia ke dalam visi pembangunan kota berkelanjutan dan
berdaya saing 2015-2045, yaitu kota yang:
• Kota layak yang aman dan nyaman (lingkungan yang sehat, ramah
bagi pejalan kaki, terjangkau, nyaman, berbasis kebudayaan,
konektivitas tinggi)
• Kota hijau yang berketahanan iklim dan bencana (banyak ruang
terbuka hijau, pengelolaan sampah dan limbah yang baik,
transportasi ramah lingkungan, pasokan air bersih, energi
terbarukan)
• Kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi
(perekonomian maju, sumber daya manusia berkompetensi tinggi,
pemerintahan berbasis teknologi)
4. UPAYA KOTA JAMBI MEWUJUDKAN SMART CITY
Transformasi kawasan perkotaan membutuhkan kepemimpinan yang kuat
dan pemerintahan yang inovatif dan mampu terus belajar. Pemerintah Kota
Jambi telah menggulirkan program perubahan untuk meningkatkan layanan
publik dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dan seluruh stakeholder
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
87
dalam merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijakan kota. Hal-hal yang
telah dilakukan pemerintah Kota Jambi untuk mendorong pembangunan
infrastruktur, mengembangkan perekonomian, dan green living antara lain:
• Program Kampung Bantar (bersih, aman, dan pintar). Program yang
diimplementasikan pada tahun 2015 ini bertujuan untuk meningkatkan
semangat bekerja sama dan gotong royong, mempercepat
pengembangan infrastruktur, mengurangi kesenjangan antar RT, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program yang digulirkan di
1.537 RT ini mendorong masyarakat untuk bersaing dalam
mempromosikan kebersihan, keamanan, dan pendidikan dalam tatanan
lokal serta menciptakan kawasan hijau bagi masyarakat. Pemenang
Kampung Bantar akan mendapatkan bantuan finansial untuk memperbaiki
kondisi infrastruktur lingkungannya.
• Program Bangkit Berdaya (Bangun Kecamatan Secara Intensif dan
Terpadu, Secara Swadaya). Program ini mendorong pembangunan
infrastruktur melalui kemandirian daerah. Pemerintah kota hanya
menyediakan material konstruksi yang dibutuhkan, sementara
pembangunan dilakukan swadaya oleh penduduk setempat secara
gotong-royong. Program ini telah menghasilkan banyak hasil yang positif,
antara lain:
o Pengurangan biaya pembangunan hingga 45%.
o Pekerjaan dapat lebih cepat dengan keterlibatan seluruh lapisan
masyarakat.
o meningkatkan rasa kepemilikan oleh masyarakat setempat.
• Program Kampung Iklim. Kampung iklim dipersiapkan untuk merespon
perubahan iklim dengan adaptasi dan mitigasi lokal, antara lain melalui
pengelolaan sampah, pengelolaan air, pengurangan pencemaran
lingkungan, dan penggunaan sumber energi alternatif. Kota Jambi akan
membuat 10 (sepuluh) Kampung Iklim hingga tahun 2018.
• Kota Jambi mendorong pembentukan bank sampah di seluruh kelurahan
dan sekolah tingkat menengah dan atas. Saat ini Kota Jambi memiliki 49
bank sampah aktif dan satu bank sampah utama yang berkontribusi
terhadap 5% dari pengurangan sampah kota. Bank Sampah adalah
organisasi yang didirikan oleh masyarakat untuk mengurangi sampah
sambil memberikan penghasilan tambahan bagi rumah tangga.
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
88
• Kota Jambi juga memiliki kebijakan pelestarian lingkungan lokal seperti
pengelolaan sumber air (dengan melarang pembuatan sumur dalam),
program sejuta Bio Pori (meningkatkan penyerapan air oleh tanah,
mengubah sampah menjadi kompos dan pupuk organik), program Sejuta
Pohon (menanam pohon melalui kerjasama dengan swasta), dan program
membangun sejuta taman untuk mencapai target 11% Ruang Terbuka
Hijau (RTH).
• Meningkatkan layanan kesehatan yang fokus pada masyarakat miskin,
antara lain:
o Asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin
o Puskesmas yang buka 24 jam sebanyak 20 unit dengan sistem
kesehatan online
o Dukungan untuk Unit Pelayanan Terpadu dengan memberikan
insentif pada sukarelawan tenaga kesehatan
• Dari 3 pilar teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pendukung smart city
yaitu: konektivitas, konten, dan komunitas, pengembangan smart city di
Kota Jambi saat ini baru menyentuh pilar konektivitas. Pembangunan
infrastruktur yang telah dilakukan Kota Jambi di bidang TIK antara lain:
o Pemasangan lampu jalan pintar
o Pelaporan keluhan masyarakat melalui Whatsapp.
o E-Planning untuk mengumpulkan dan memonitor usulan masyarakat
secara bottom up pada saat Musrenbang tahunan.
o Sistem pembayaran pajak online untuk mengurangi waktu antrian,
yang meningkatkan pendapatan daerah.
o Sistem pengadaan online
o Sistem pendaftaran pendidikan online
o Pembangunan taman di berbagai sudut kota dengan akses Wi-Fi
gratis.
o Pembangunan pedestrian yang nyaman bagi para pejalan kaki.
• Untuk rencana berikutnya, Kota Jambi telah membuat roadmap
pembangunan smart city sebagai berikut. Namun sebelum itu, Kota Jambi
akan mempersiapkan infrastruktur jaringan internet terlebih dahulu
melalui kolaborasi dengan penyedia jasa internet untuk meningkatkan
konektivitas.
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
89
5. KERJASAMA DAN KOLABORASI INTERNASIONAL
Sebagai salah satu upaya mewujudkan Smart City, pemerintah Kota Jambi
juga terus aktif belajar salah satunya dengan menjadi anggota United Cities
and Local Governments (UCLG) regional Asia Pasifik, sebuah lembaga
internasional beranggotakan pemerintah daerah dan kota-kota di seluruh
dunia yang bekerja sama dan bertukar pikiran dalam rangka memecahkan
permasalahan dalam tata kelola kawasan perkotaan. UCLG adalah satu-
satunya organisasi pemerintah daerah yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB).
Pada bulan Mei 2016, UCLG-Aspac melaksanakan Smart City Summit di New
Delhi, India. Pada kegiatan yang berlangsung selama tiga hari tersebut, para
walikota, ahli perkotaan, dan organisasi donor dari berbagai belahan dunia
saling berdiskusi dengan sejumlah topik, antara lain “Accelerating the Pace of Urban Rejuvenation - Building Efficient Urban Infrastructure”, “Leveraging Technology for Smart Cities”, “Innovative Urban Governance and Empowered City Leadership - A Requisite for Urban Transformation”, “Moving in Cities with Ease and Comfort”, “Rural Urban Continuum – The Inclusive Future”,
“Sustainable Urban Management”, dan “Clean Cities”. Di akhir kegiatan,
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
90
mereka menandatangani deklarasi bersama untuk membuat kota yang
inklusif, dikelola dengan baik, cerdas, dan berkelanjutan sebagai berikut.
• Berkomitmen untuk membangun smart city melalui inovasi, perbaikan
manajemen, teknologi mutakhir, reformasi kelembagaan, dan langkah-
langkah lain menuju pemanfaatan sumber daya berkelanjutan dengan
mengadopsi prinsip good governance yaitu transparansi, akuntabilitas,
dan partisipasi.
• Fokus pada pembangunan yang berorientasi pada masyarakat,
memastikan bahwa kearifan lokal, budaya, dan norma umum telah
dimasukkan dalam perencanaan dan investasi dilakukan kepada
sumber daya manusia, khususnya kaum muda.
• Membangun kota secara inklusif dengan fokus pada keterlibatan
masyarakat, terpadu, perencanaan yang terkoordinasi, dan
memperhatikan kaum termarjinalkan termasuk perempuan, anak-anak,
orang berkebutuhan khusus, dan orang tua.
• Pembangunan berkelanjutan dengan menyediakan lingkungan yang
layak ditinggali dan terjangkau, sistem transportasi terintegrasi,
bangunan hemat energi, pemanfaatan sumber daya air yang optimal,
dan mendorong upaya mengurangi sampah dan limbah.
• Pengembangan kota melalui visi, perencanaan jangka panjang, dan
memitigasi efek perubahan iklim, mempromosikan keanekaragaman
hayati, dan meningkatkan kesiapan menghadapi bencana alam di
masa depan
• Meningkatkan kesejahteraan, produktivitas, dan tingkat kebahagiaan
dalam pengembangan kota-kota di Asia Tenggara melalui kolaborasi
dan pertukaran informasi antar pemerintah daerah di tingkat nasional,
regional, dan global.
• Pengembangan kawasan perkotaan melalui kemitraan pemerintah dan
swasta yang adil dan saling menguntungkan dalam penyediaan
layanan infrastruktur publik.
• Pembangunan akan memperhatikan aspek budaya melalui upaya
menjaga peninggalan sejarah serta warisan kota di masa lalu serta
mengintegrasikannya dengan pengembangan kawasan perkotaan
secara luas.
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
91
• Meningkatkan kapasitas koordinasi kelembagaan dan sektoral melalui
pengembangan sumber daya manusia, baik di tingkat administrasi
maupun pimpinan lembaga.
• Kemauan politik para pengambil kebijakan yang murni ingin
melakukan pembangunan berorientasi pada manusia dan kota.
• Mengumpulkan dan berbagi data terkait kinerja pemerintah untuk
mendorong partisipasi publik yang lebih besar, baik dalam
pengembangan infrastruktur, meningkatkan layanan, tata kelola
pemerintah, perencanaan, dan pengambilan kebijakan.
6. REKOMENDASI
a. Meningkatkan partisipasi warga dalam mengelola kawasan perkotaan.
Seringkali pemerintah kota memiliki keterbatasan sumber daya melakukan
pengelolaan. Dengan perkembangan teknologi perangkat seluler, sosial
media, dan konektivitas internet, masyarakat kini lebih aware dengan
perkembangan lingkungan dan lebih vokal menyuarakan aspirasinya. Tren
ini perlu digarap oleh pemerintah kota dalam memperoleh input
permasalahan dan solusi sekaligus menjadi alat monitoring proyek-proyek
pembangunan yang sedang dilakukan.
b. Membuka data untuk transparansi dan meningkatkan kualitas layanan.
Membuka data akan mendorong transparansi di seluruh sistem,
mendorong partisipasi warga dalam pemerintahan, dan memastikan
efektivitas terlaksananya sebuah proyek. Selain itu, data yang terbuka
akan menjadi pemicu munculnya berbagai layanan inovatif yang memiliki
nilai komersial maupun sosial.
c. Melibatkan peran swasta. Sektor swasta memiliki dalam hal inovasi dan
efisiensi, dua modal utama yang dibutuhkan untuk mewujudkan visi
sebuah kota pintar dan berkelanjutan. Dari perusahaan start-up hingga
pemain besar skala global, dengan kekayaan pengetahuan dan sumber
daya, dapat dirangkul oleh pemerintah daerah untuk menghasilkan
berbagai solusi kreatif. Model Public-Private Partnership (PPP) telah
menjadi pilihan utama untuk mengembangkan proyek-proyek kota pintar
dan berkelanjutan di seluruh dunia.
d. Menggali sumber pembiayaan inovatif. Untuk kebutuhan tertentu,
tergantung pada sifat dari investasi yang dibutuhkan, kota mungkin dapat
BOKS 2. KOTA JAMBI MENUJU SMART CITY 2018
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jambi I Triwulan I-2016
92
memanfaatkan beberapa sumber pendanaan lainnya. Sebagai contoh,
proyek Smart City yang fokus pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim
dapat mengakses Green Climate Fund (GCF) dari United Nations
Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Proyek smart city
juga dapat dibiayai menggunakan dana CSR perusahaan atau
crowdfunding.
e. Pembentukan lembaga khusus yang terpadu. Pembangunan Smart City
merupakan proyek skala besar yang melibatkan berbagai instansi lintas
sektor. Sementara instansi-instansi dalam birokrasi pemerintah kota
dibentuk hanya untuk memenuhi misi tertentu. Dengan demikian, banyak
pemerintah kota menemui kesulitan saat harus melakukan koordinasi
antar instansi. Agar lebih efektif, pemerintah kota dapat membentuk
sebuah badan khusus yang akan bekerja sama dengan pejabat kota dan
pembuat kebijakan, dalam rangka memastikan bahwa strategi kota dan
target perencanaan kota benar-benar selaras dengan keseluruhan visi
Smart CIty. Lembaga ini akan mampu mendorong kolaborasi aktif dan
dapat berfungsi sebagai layanan satu pintu untuk semua pemangku
kepentingan.
f. Meningkatkan komunikasi untuk menghasilkan kemitraan dan
keterlibatan dengan para stakeholder dalam mewujudkan proyek smart city. Pemerintah daerah perlu melakukan diskusi-diskusi kecil secara
konsisten dengan masyarakat untuk membangun awareness dan
keterlibatan serta menangkap aspirasi mereka.
93
BAB V KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada bulan Februari 2016, jumlah angkatan kerja di Provinsi Jambi
mengalami peningkatan 3,8 ribu orang menjadi 1,70 juta orang dibandingkan
Februari 2015 (1,69 juta orang). Namun, pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan
laporan (3,42%, yoy) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi
triwulan I-2015 (5,90%, yoy) menyebabkan jumlah penduduk bekerja mengalami
penurunan dari 1,65 juta orang di bulan Februari 2015 menjadi 1,62 juta orang
di bulan Februari 2016. Sejalan dengan hal tersebut jumlah pengangguran
mengalami peningkatan dari 46,2 ribu orang pada Februari 2015 menjadi 79,0
ribu orang pada Februari 2016 sehingga tingkat pengangguran terbuka naik
tajam menjadi 4,66% dari sebelumnya 2,73%.
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan mengalami peningkatan
127 bps yaitu dari 95,72 pada triwulan IV-2015 menjadi 96,93 pada triwulan
laporan sejalan dengan peningkatan NTP pada sub sektor perkebunan rakyat
(4,24%) dan perikanan (0,81%) yang disebabkan oleh kenaikan harga jual
Tandan Buah Segar (TBS) dan harga bahan olahan karet yang sedikit mengalami
kenaikan. Sementara itu, penyaluran raskin selama triwulan I-2016 mengalami
peningkatan sebesar 124,57% (yoy) dengan total raskin yang disalurkan
mencapai 9.328 ton.
A. KETENAGAKERJAAN DAERAH
Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik Provinsi Jambi, angkatan kerja pada Februari 2016 adalah sebesar
1,70 juta orang atau bertambah 3,8 ribu jiwa dibandingkan Februari 2015
dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 68,53%.
Namun demikian, seiring dengan masih melemahnya kondisi perekonomian dan
melambatnya pertumbuhan di provinsi Jambi, meningkatnya jumlah angkatan
kerja tersebut diikuti oleh menurunnya jumlah pekerja bekerja sebanyak 29,20
ribu orang dan meningkatnya pengangguran sebanyak 32,80 ribu orang
sehingga tingkat pengangguran terbuka meningkat tajam dari sebelumnya
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
94
2016
FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI1 Angkatan Kerja 1.570,3 1.570,8 1.692,4 1.620,8 1.696,2
- Bekerja 1.531,1 1.491,0 1.646,2 1.550,4 1.617,0 - Penganggur 39,3 79,8 46,2 70,3 79,0
2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 66,51 65,59 69,92 66,14 68,53 3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,50 5,08 2,73 4,34 4,66 4 Pekerja penuh 840,5 812,6 932,6 893,5 908,6 5 Pekerja tidak penuh 690,6 678,4 713,6 656,9 708,4
Setengah penganggur 164,3 143,6 191,5 155,9 208,6 Paruh waktu 526,3 534,8 522,1 501,0 499,8
Sumber: BPS Provinsi Jambi
KEGIATAN UTAMA2014 2015
sebesar 2,73% pada Februari 2015 menjadi 4,66% pada Februari 2016. Hal ini
sejalan dengan hasil liaison yang dilakukan Kantor Perwakilan Provinsi Jambi
bahwa sebagian besar responden menyatakan terdapat penurunan jumlah
tenaga kerja yang disebabkan oleh pengunduran diri dan pensiun karyawan
meskipun sebagian lainnya menyatakan bahwa tingkat tenaga kerja di triwulan I-
2016 relatif tetap dibandingkan tahun sebelumnya.
Tabel 5.1. Jumlah Partisipasi Angkatan Kerja (ribu orang)
Jumlah pekerja penuh mengalami penurunan menjadi 908,6 ribu orang pada
Februari 2016 dari sebelumnya 932,6 ribu orang pada Februari 2015. Pekerja
tidak penuh juga menurun dari 713,6 ribu orang pada Februari 2015 menjadi
708,4 ribu orang pada Februari 2016.
Berdasarkan jenis lapangan pekerjaan, penyerapan tenaga kerja di provinsi
Jambi masih didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai
sumber utama pertumbuhan perekonomian Jambi. Penyerapan tenaga kerja pada
sektor ini mencapai 760,6 ribu orang (47,09%), namun sedikit menurun bila
dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang mampu menyerap sebanyak
821,1 ribu orang (49,88%), sejalan dengan melambatnya aktivitas ekonomi dan
kinerja pertumbuhan pada sektor pertanian.
Penurunan jumlah tenaga kerja pada triwulan laporan selain didominasi
oleh sektor pertanian juga berasal dari penurunan tajam tenaga kerja sektor
industri yang mencapai 36,74% yaitu dari 90,1 ribu orang pada Februari 2015
menjadi 57,0 ribu orang pada Februari 2016. Berdasarkan hasil liaison penurunan
tenaga kerja terutama terjadi akibat keterbatasan produksi karet yang turut
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
95
mempengaruhi ketersediaan bahan baku karet pada industri pengolahan crumb
rubber disebabkan karena masih terbatasnya pasokan bahan produksi untuk
kegiatan proses bisnis dan melambatnya kinerja sektor industri pengolahan yang
akhirnya berdampak pada efisiensi berupa pengurangan jumlah pekerja.
Sementara sektor perdagangan menyerap tenaga kerja sebanyak 283,5 ribu
orang (17,55%) sejalan dengan pertumbuhan sektor perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan I-2016 yang mampu
tumbuh 0,02% (qtq) atau 3,28% (yoy) dan memberikan kontribusi pertumbuhan
0,31% atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan I-2016 (yoy).
Terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja sektor perdagangan pada Februari 2016
dibandingkan Februari tahun lalu sebesar 2,53%.Peningkatan pekerja sektor ini
diduga disebabkan oleh mulai dibukanya beberapa pusat perdagangan baru
(Supermarket dan Departement Store) di provinsi Jambi. Selanjutnya kontribusi
lapangan kerja terbesar di provinsi Jambi adalah sektor Jasa Kemasyarakatan yang
mencapai 281,5 ribu orang (17,43%).
Selain sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda
motor, sektor yang mengalami kenaikan jumlah tenaga kerja adalah sektor
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi serta sektor Jasa Kemasyarakatan.
Kenaikan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi disebabkan oleh
adanya peralihan pekerja sektor pertanian ke sektor transportasi seperti tukang
ojek serta meningkatnya jumlah angkutan taksi seiring mulai aktifnya Bandara
Sultan Thaha Syaifuddin Jambi sejak akhir triwulan IV-2015, yang berdampak
terhadap berkembangnya arus moda transportasi. Sementara munculnya aktivitas
perdagangan baru juga berimbas terhadap aktivitas pergudangan di provinsi
Jambi.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
96
Tabel 5.2 Pekerja Berdasarkan Sektor Usaha (ribu orang)
Berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar pekerja bekerja sebagai
buruh/karyawan yaitu sebanyak 612,4 ribu orang, menurun dibandingkan
Februari 2015 sebesar 662,7 ribu orang, dengan pangsa sebesar 37,87%. Pekerja
dengan berusaha sendiri sebanyak 329,7 ribu orang (20,4%), pekerja berusaha
dibantu buruh tidak tetap sebanyak 260,1 ribu orang (16,01%) dan pekerja
keluarga/tak dibayar sebanyak 232,2 ribu orang (14,4%).
Tabel 5.3 Pekerja Berdasarkan Status Pada Lapangan Pekerjaan Utama (dalam ribuan)
Menurunnya jumlah pekerja di bulan laporan utamanya disebabkan oleh
menurunnya pekerja dengan status buruh/karyawan pada sektor formal seiring
berkurangnya pekerja pada sektor pertanian dan sektor industri akibat dampak
adanya efisiensi yang dilakukan pihak perusahaan sejalan dengan melambatnya
kinerja kedua sektor tersebut.
2016FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
Pertanian 755,6 736,2 821,1 819,5 760,6 Industri 44,0 52,5 90,1 62,0 57,0 Konstruksi 54,3 61,8 82,1 65,0 83,3 Perdagangan 287,2 251,8 276,5 261,6 283,5 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 54,5 55,5 55,1 55,0 75,0 Keuangan 37,3 25,4 19,2 21,3 25,5 Jasa Kemasyarakatan 272,5 269,6 250,5 236,8 281,5 Lainnya ***) 25,6 38,2 51,6 29,1 50,8
1.531,0 1.491,0 1.646,2 1.550,3 1.617,2 Sumber: BPS Provinsi Jambi
***) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari: sektor pertambangan, listrik, gas dan air
2015Lapangan Pekerjaaan Utama
2014
TOTAL
2016FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI AGUSTUS FEBRUARI
A Pekerja Formal1 Berusaha dibantu buruh tetap 75,1 61,9 69,8 61,2 64,42 Buruh / karyawan 541,7 496,3 662,7 579,9 612,4
Total Pekerja Formal 616,8 558,2 732,5 641,1 676,8
B Pekerja Informal1 Berusaha Sendiri 338,3 319,9 329,3 324,4 329,72 Berusaha dibantu buruh tidak tetap 241,3 263,2 231,5 223,9 260,13 Pekerja bebas 78,2 99,3 99,1 130,4 118,44 Pekerja keluarga / tak dibayar 256,4 250,5 253,7 230,6 232,2
Total Pekerja Informal 914,2 932,9 913,6 909,3 940,4
1.531,1 1.491,0 1.646,2 1.550,4 1.617,2 TOTAL
Lapangan Pekerjaaan Utama2014 2015
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
97
Sementara pada sektor informal khususnya pekerja berusaha dibantu
buruh tidak tetap dan pekerja bebas mengalami peningkatan yang relatif besar,
yang juga tercermin pada meningkatnya jumlah pekerja sektor perdagangan dan
jasa kemasyarakatan pada triwulan laporan. Menurunnya jumlah pekerja
khususnya pekerja sektor formal di sektor utama pertumbuhan provinsi Jambi
seperti sektor industri dan sektor pertanian, merupakan dampak dari perlambatan
ekonomi yang terjadi di provinsi Jambi. Komposisi angkatan kerja yang sebagian
melakukan peralihan pekerjaan dari sektor formal yang cenderung lebih produktif
ke sektor informal yang jauh lebih rendah dari sisi penciptaan output dan nilai
tambah serta dari sisi penghasilan membawa implikasi negatif bagi pertumbuhan
provinsi jambi dan juga kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan tidak akan
optimal karena ditopang oleh sektor informal. Tingkat pendapatan masyarakat
yang bekerja pada sektor informal tersebut juga cenderung lebih rendah
sehingga akhirnya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat.
B. KESEJAHTERAAN PETANI
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan,
antara lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi. Pada
bulan Maret 2016, NTP sebesar 96,93 atau naik 127 bps dibandingkan Des
2015 (tabel 5.3.).7 Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima
petani (2,39%) lebih besar dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani
(1,11%) seiring dengan cukup terjaganya tingkat inflasi pada triwulan I-2016.
7Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Sejak Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
98
Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2012=100)
Kenaikan NTP di bulan Maret 2016 didorong kenaikan NTP petani tanaman
perkebunan rakyat serta perikanan. Sedangkan NTP petani tanaman pangan,
hortikultura dan peternak mengalami penurunan.
NTP perkebunan rakyat meningkat menjadi 95,94 dibandingkan triwulan
sebelumnya 92,04. Kenaikan NTP ini disebakan oleh harga jual TBS dan Karet
yang mulai sedikit membaik di bulan Februari dan Maret 2016. Sedikit
membaiknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit didorong oleh faktor
keterbatasan produksi yang disebabkan oleh dampak lanjutan kabut asap pada
tahun 2015. Sementara harga karet sedikit membaik seiring skema pembatasan
kuota ekspor karet yang disepakati (Agreed Export Tonnage Scheme) yang
mampu sedikit mendongkrak harga karet dunia.
NTP perikanan mengalami kenaikan menjadi 100,55 dibandingkan triwulan
sebelumnya (99,73). Kenaikan NTP Perikanan selama triwulan laporan sejalan
Des Mar Jun Sep Des Jan Feb Mar
1
a Indeks Diterima Petani 114,47 119,52 115,57 119,39 124,88 123,42 124,06 124,28 -0,48
b Indeks Dibayar Petani 120,87 117,50 120,07 121,18 122,83 122,92 122,92 124,47 1,34Nilai Tukar Petani (NTP-P) 94,71 101,72 99,26 98,52 101,67 100,41 100,93 99,85 -1,79
2
a Indeks Diterima Petani 113,11 108,73 110,57 114,29 116,76 115,71 114,62 115,36 -1,20
b Indeks Dibayar Petani 120,18 117,21 119,50 120,47 121,87 121,63 121,71 122,77 0,74Nilai Tukar Petani (NTP-H) 94,11 92,76 92,53 94,87 95,81 95,13 94,17 93,96 -1,92
3
a Indeks Diterima Petani 113,29 109,04 114,30 109,59 112,50 114,50 115,87 118,64 5,46
b Indeks Dibayar Petani 121,10 117,36 119,64 120,87 122,23 122,34 122,51 123,66 1,17Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 94,31 92,91 95,54 90,67 92,04 93,59 94,58 95,94 4,24
4
a Indeks Diterima Petani 112,92 113,86 116,02 119,86 117,35 117,89 117,52 117,82 0,40
b Indeks Dibayar Petani 115,11 113,51 115,45 116,32 117,58 117,97 118,20 119,10 1,29Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 98,10 100,31 100,50 103,05 99,80 99,93 99,42 98,93 -0,88
5
a Indeks Diterima Petani 118,18 117,40 119,06 120,31 120,41 120,57 120,99 121,24 0,69
b Indeks Dibayar Petani 118,78 116,74 118,65 119,88 120,73 119,70 119,94 120,58 -0,12Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 99,50 100,56 100,35 100,36 99,73 100,73 100,88 100,55 0,81
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 113,57 111,86 114,38 113,94 116,34 116,99 117,56 119,12 2,39b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 119,47 116,76 119,03 120,15 121,54 121,60 121,73 122,89 1,11c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 95,06 95,81 96,09 94,83 95,72 96,21 96,57 96,93 1,27
PROVINSI JAMBI
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
PERUBAHAN (%) (Des ke Mar 2016 )
Tanaman Pangan
Hortikultura
Tanaman Perkebunan Rakyat
Peternakan
Perikanan
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK
2014 20162015
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
99
dengan inflasi pada beberapa komoditas ikan diantaranya gabus, nila, patin dan
lele mengalami inflasi pada triwulan I-2016. Selain itu terjadi penurunan biaya
produksi seiring dengan turunnya harga bahan bakar solar pada triwulan I-2016.
Nilai tukar petani tanaman pangan berupa padi dan palawija menurun
menjadi 99,85 dibandingkan triwulan sebelumnya 101,67 disebabkan indeks
yang dibayar petani lebih besar dibandingkan dengan indeks yang diterima
petani, khususnya pada petani di sektor tanaman padi. Penurunan tersebut
didorong oleh kurang baiknya kondisi musim saat triwulan laporan dimana
lahan pertanian yang telah memasuki masa panen dihantam banjir sehingga
mempengaruhi produktivitas dan pendapatan petani tanaman pangan.
Nilai tukar petani hortikultura menurun menjadi 93,96 dari 95,81 pada
triwulan sebelumnya yang disebabkan oleh menurunnya indeks yang diterima
oleh petani tanaman sayur-sayuran, buah-buahan dan obat-obatan. Penurunan
tersebut didominasi oleh penurunan harga cabai merah yang pada Desember
2015 sebesar Rp44.111/kg menurun menjadi Rp38.754/kg. Penurunan cabai
merah tersebut disebabkan persediaan pasokan yang melimpah masuk dari luar
provinsi Jambi.
Nilai tukar petani peternak juga mengalami penurunan menjadi 98,93
dibandingkan sebelumnya 99,80. Penurunan tersebut karena indeks yang yang
dibayar petani mengalami kenaikan yang jauh lebih tinggi (1,29%)
dibandingkan indeks yang diterima petani (0,40%) akibat naiknya beberapa
input produksi.
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah melalui BULOG dalam
hal penanggulangan kemiskinan yaitu secara rutin membagikan beras miskin
(raskin) kepada masyarakat yang berhak. Pada triwulan laporan, penyaluran
raskin mencapai sebesar 9.328 ton, meningkat 124,57% (yoy) bila dibandingkan
triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (4.154 ton) (Grafik 5.1). Secara
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
100
umum penyaluran raskin triwulan laporan relatif lebih baik dibandingkan triwulan
yang sama pada tahun sebelumnya. Namun sesuai pola historisnya, penyaluran
raskin pada triwulan I-2016 relatif lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena pada awal tahun masing-masing
pemerintah kabupaten/kota masih menyusun juknis penyaluran raskin.
Grafik 5.1. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
8,7
2,6
4,2
8,57,3
14,3
9,3
(200,00)
(100,00)
-
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
-
2
4
6
8
10
12
14
16
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
2012 2013 2014 2015 2016
Rib
u t
on
Pertumbuhan Raskin (% yoy)
101
BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan II-2016
diperkirakan berada pada kisaran 3,71% - 4,21%(yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan I-2016 (3,42%,yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun
2016 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,06% - 4,56%, sedikit lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 (4,21%).
Berdasarkan sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
pada triwulan II-2016 akan disumbangkan oleh sektor pertambangan dan
penggalian seiring dimulainya penambangan ladang gas baru di Jambi. Sektor
lain yang diperkirakan berkontribusi pada triwulan mendatang adalah sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan besar, eceran, reparasi
mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum serta
sektor transportasi dan pergudangan.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan
ekspor diperkirakan masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi
Jambi triwulan II-2016.
Inflasi Provinsi Jambi pada triwulan II-2016 diperkirakan berada pada
kisaran 2,96% - 3,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi triwulan
sebelumnya (4,99%). Penurunan inflasi pada triwulan II-2016 utamanya
disebabkan penurunan harga komoditas kelompok administered price dan
proyeksi kestabilan harga bahan makanan.
Sampai dengan bulan April 2016, inflasi year to date tercatat -0,56%.
Secara tahunan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
memproyeksikan inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2016 akan berada pada
kisaran 4,05%-4,55% dan berada dalam target inflasi nasional 2016 pada
kisaran 4 ±1%.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
102
Ke depan, beberapa potensi risiko yang dapat menyebabkan tekanan
inflasi yang lebih tinggi dari prakiraan (upside risk) antara lain anomali cuaca yang
mengganggu produksi dan rencana pengalihan pelanggan listrik 900 VA ke
1.300 VA. Namun demikian, masih berlanjutnya penurunan harga komoditas
karet dapat menahan laju konsumsi masyarakat terutama petani karet dan dapat
mengurangi tekanan inflasi selama bulan puasa.
A. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan tahunan Provinsi Jambi pada triwulan II-2016
diperkirakan berada pada kisaran 3,71% - 4,21%(yoy), lebih tinggi dibandingkan
triwulan I-2016 (3,42%,yoy). Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun
2016 diperkirakan akan berada pada kisaran 4,06% - 4,56%, sedikit lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan tahun 2015 (4,21%).
Berdasarkan sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi
pada triwulan II-2016 akan disumbangkan oleh sektor pertambangan dan
penggalian seiring dimulainya penambangan ladang gas baru di Jambi. Sektor
lain yang diperkirakan berkontribusi pada triwulan mendatang adalah sektor
pertanian, kehutanan dan perikanan yang diindikasikan dari meningkatnya harga
kelapa sawit dan masa panen raya padi yang masih berlangsung pada awal dan
pertengahan triwulan laporan. Sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor juga diperkirakan tumbuh sebagai dampak tidak langsung
membaiknya kinerja sub sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan
(kelapa sawit) yang dapat mendorong aktivitas perdagangan. Disamping itu,
proyeksi kenaikan konsumsi seiring pembayaran THR bagi karyawan dan PNS (gaji
ke-14) diperkirakan turut mendorong aktivitas perdagangan selama puasa dan
menjelang lebaran. Sektor lain yang diperkirakan tumbuh dan berkontribusi
terhadap perekonomian Jambi adalah sektor penyediaan akomodasi dan makan
minum serta sektor transportasi dan pergudangan.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih akan
menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan II-2016 seiring
pertumbuhan sektor pertanian, perikanan dan kehutanan. Kenaikan konsumsi
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
103
juga didorong oleh pembagian THR untuk karyawan dan PNS (gaji ke-14) selama
bulan Juni 2016 (bulan puasa dan menjelang lebaran). Konsumsi pemerintah juga
diperkirakan mengalami tren kenaikan seiring realisasi belanja pemerintah pusat
dan provinsi yang cukup baik pada triwulan laporan. Ekspor diperkirakan sedikit
membaik sejalan dengan membaiknya kinerja sub sektor pertambangan gas dan
masih berlanjutnya tren kenaikan ekspor pulp and paper.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-2016 menunjukkan
optimisme pelaku usaha dalam memandang perekonomian pada triwulan
mendatang yang tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) positif sebesar
6,64%. Pelaku sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel
dan restoran, sektor jasa serta sektor listrik dan air minum memandang optimis
perekonomian pada triwulan mendatang yang tercermin dari nilai SBT positif
(Tabel 6.1). Namun demikian, hasil sebaliknya terjadi pada sektor pertanian,
industri pengolahan dan jasa keuangan dimana pelaku usaha di sektor tersebut
memandang pesimis pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang yang
tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) negatif pada sektor-sektor
tersebut. Sementara pelaku usaha pertambangan dan penggalian serta bangunan
memandang kondisi perekonomian pada triwulan mendatang relatif sama
dibandingkan triwulan laporan.
Tabel 6.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkiraan Perkembangan Dunia Usaha
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
104
Risiko perlambatan konsumsi terindikasi dari hasil Survei Konsumen (SK)
Jambi bulan April 2016 yang menunjukkan pesimisme konsumen selama bulan
April 2016 (Indeks Keyakinan Konsumen: 98,8). Konsumen memandang pesimis
terhadap kondisi ekonomi saat ini yang tercermin dalam dari Indeks Kondisi
Ekonomi (IKE) yaitu 82,3. Namun demikian, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
tercatat positif sebesar 115,3 yang menunjukkan optimisme konsumen terhadap
perbaikan ekonomi di triwulan mendatang..
B. Proyeksi Inflasi
Inflasi Provinsi Jambi pada triwulan II-2016 diperkirakan berada pada
kisaran 2,96% - 3,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi triwulan
sebelumnya (4,98%). Penurunan inflasi pada triwulan II-2016 utamanya
disebabkan penurunan harga komoditas kelompok administered price seperti
bensin dan solar pada bulan April 2016 dan tarif tenaga listrik pada bulan April
dan Mei 2016. Penurunan inflasi juga diperkirakan dipengaruhi oleh kestabilan
harga cabai merah dan beras seiring pasokan yang cukup pasca panen raya.
Program pemerintah daerah dalam menyambut bulan puasa dan lebaran seperti
operasi pasar beras, daging, pasar murah dan panen cabai kelompok binaan
SKPD juga diperkirakan dapat mengurangi tekanan inflasi pada triwulan
mendatang.
Sampai dengan bulan April 2016, inflasi year to date tercatat -0,56%.
Secara tahunan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi
memproyeksikan inflasi Provinsi Jambi pada tahun 2016 akan berada pada
kisaran 4,05%-4,55% dan berada dalam target inflasi nasional 2016 pada
kisaran 4±1%.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
105
Grafik 6.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d. 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2016
Grafik 6.2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Kota Jambi Periode Tahun 2013 s.d. 2015 serta Perkiraan Mei s.d Juni 2016
Ke depan, beberapa potensi risiko yang dapat menyebabkan tekanan
inflasi yang lebih tinggi dari prakiraan (upside risk) antara lain anomali cuaca
seperti hujan angin dan banjir yang dapat mengganggu produksi tanaman bahan
makanan, sayuran dan hasil budidaya/tangkapan ikan. Selain itu, rencana
pemerintah untuk mengurangi subsidi listrik dengan mengalihkan pelanggan
listrik 900 VA ke 1.300 VA dapat berpotensi meningkatkan inflasi. Namun
demikian, masih berlanjutnya penurunan harga komoditas karet dapat menahan
laju konsumsi masyarakat terutama petani karet dan dapat mengurangi tekanan
inflasi selama bulan puasa.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
106
C. Rekomendasi Kebijakan
Menyikapi kondisi ekonomi dan inflasi terkini serta potensi risiko perlambatan
pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi, Pemerintah perlu memperhatikan
beberapa hal berikut:
Akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah:
1. Percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui:
a) Percepatan realisasi anggaran modal pemerintah untuk pembangunan
infrastruktur (jalan, jembatan, saluran irigasi dan pelabuhan) dalam
rangka mendorong konektivitas dan perdagangan antar daerah.
b) Pemerintah perlu memperhatikan rantai nilai (value chain) sektor-sektor
unggulan yang belum dikembangkan secara optimal seperti sub sektor
pertambangan batu bara dalam hal penciptaan sumber pembangkit
listrik tenaga uap yang menggunakan batu bara dan sub sektor
perkebunan pinang dalam hal pengembangan jaringan pemasaran ke
industri pengolahan/hilir.
c) Meningkatkan investasi swasta di Provinsi Jambi dengan cara:
1. Pemetaan dan promosi potensi investasi di Provinsi Jambi di
tingkat nasional maupun internasional.
2. Peraturan daerah (Perda) yang bersifat insentif bagi penanaman
modal di Provinsi Jambi seperti: kemudahan izin, relaksasi pajak
daerah bagi investor dan pembuatan Perda RTRW untuk industri.
3. Insentif bagi calon investor yang membangun industri hulu
penunjang komoditas unggulan di Jambi.
4. Pemerintah perlu memonitor komitmen investasi swasta dan
memberikan bantuan/pendampingan apabila terjadi masalah.
d) Optimalisasi peranan SMK dalam pengembangan perekonomian
melalui peningkatan kompetensi guru, penambahan jurusan/jenis
keahlian, pengembangan jiwa entrepreneurship lulusan dan program
pemerintah yang bersifat insentif untuk lulusan SMK yang
mengembangkan usaha. Hal ini mengingat pengangguran lulusan
SMK yang terus bertambah setiap tahunnya.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
TRIWULAN I-2016 | KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI
107
2. Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian,
perkebunan dan kehutanan melalui.
a) Program revitalisasi/replanting tanaman kelapa sawit dan karet rakyat;
b) Program edukasi kepada petani dalam rangka pemanfaatan tanaman
dan lahan serta penggunaan teknologi tepat guna;
c) Menggalakkan penertiban praktek karet kotor;
d) Membangun jaringan kelembagaan petani dengan industri pengolahan
untuk mengurangi rantai perdagangan yang tidak sehat;
e) Sosialisasi dan penguatan kelembagaan pasar komoditas (pasar lelang
spot dan forward untuk tanaman perkebunan dan pasar agribisnis
untuk tanaman hortikultura)
f) Membangun pusat informasi harga karet dan komoditas utama lainnya
yang mudah diakses sampai ke level petani.
g) Mengembangkan industri karet yang terintegrasi meliputi industri inti,
penunjang, dan industri terkait lainnya dengan memberikan
kemudahan izin, pembiayaan, dan pengembangan;
Menyikapi pengendalian inflasi:
Pemerintah perlu memperhatikan proyeksi penurunan inflasi selama triwulan
mendatang serta potensi risiko yang perlu diwaspadai dengan:
1. Mitigasi risiko inflasi hingga akhir tahun 2016 dan tahun mendatang
melalui program kerja dan alokasi anggaran yang tepat sasaran.
2. Pemanfaatan forum TPID sebagai tempat untuk mematangkan konsep dan
koordinasi pelaksanaan program kerja pengendalian inflasi antar SKPD.
3. Penguatan fungsi dan Peran TPID Provinsi Jambi serta TPID
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dalam pengendalian inflasi melalui:
a) Pembentukan roadmap/blue print pengendalian inflasi jangka panjang
di seluruh Kabupaten/Kota;
b) Penyusunan peta surplus/defisit komoditas pangan di setiap
Kabupaten/Kota;
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAMBI |TRIWULAN I-2016
108
c) Optimalisasi dan penguatan fungsi jembatan timbang di Provinsi Jambi
untuk memantau arus barang yang masuk dan keluar Jambi sebagai
modal untuk penyusunan peta surplus/defisit Provinsi Jambi;
d) Sosialisasi dan memperkenalkan perdagangan melalui sistem pasar
lelang forward, resi gudang dll.
e) Percepatan kerjasama antar daerah melalui SKPD terkait dalam rangka
pemenuhan stok bahan makanan.
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
V. Carlusa (Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi)
Meily Ika Permata (Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Bidang Ekonomi dan Keuangan) ([email protected])
KOORDINATOR PENYUSUN
Ihsan Wahyu Prabawa (Kepala Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan) ([email protected])
TIM PENULIS
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Galih Riyandi Chandra Apriyanto ([email protected])
Nurcahaya Elisabet Sitinjak ([email protected])
Muhammad Firmansyah ([email protected])
KONTRIBUTOR
Unit Statistik, Survei dan Liaison
Unit Operasional Kas
Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan & Pengawasan Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI JAMBI
Tim Ekonomi dan Keuangan
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura, Jambi 36122
No. Telp. (0741) 62245, Fax No.(0741) 62112
Softcopy dapat diunduh di http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/Jambi