JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS...
Transcript of JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS...
PERILAKU BERBOHONG DI FACEBOOK
(STUDI KASUS: IBU RUMAH TANGGA DI KAMPUNG RAWA DOMBA
DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
SYIFA AWALIYAH
NIM. 1111051000001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara 1 (S1) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang belaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini hasil plagiat atau hasil
jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,07 juli 2015
Syifa Awaliyah
i
ABSTRAK
Syifa Awaliyah
Perilaku Berbohong Di Facebook (Studi Kasus: Ibu Rumah Tangga Di Kampung
Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur).
Beberapa tahun belakangan ini, kehadiran facebook yang merupakan salah
satu media sosial terbesar menjadi sebuah fenomena besar yang mampu menarik
perhatian para ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta
Timur untuk menggunakannya. Ketika ibu rumah tangga mulai mengenal dan
menggunakan facebook, hal positif yang didapat adalah bertambahnya wawasan
dan pengetahuan ibu rumah tangga dan ia pun tidak buta akan perkembangan
tekhnologi. Selain hal positif, hal negatif yang di dapatpun tidak sedikit, salah
satunya adalah meningkatnya perilaku berbohong ibu rumah tangga tentang
aktifitas yang mereka lakukan di facebook sehingga dapat menimbulkan
permasalahan-permasalahan baru di dalam kehidupan berumah tangganya.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana strartegi
berbohong ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta
Timur di facebook. Adapun rumusan masalahnya adalah pertama bagaimana
strategi berbohoong ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit
Jakarta Timur di facebook? Dan kedua mengapa mereka melakukan perilaku
berbohong ketika menggunakan facebook? Penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif studi lapangan dengan metode penelitian studi kasus. Sedangkan teknik
pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara mendalam, dokumentasi
dan observasi.
Teori yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah teori interpersonal
deception oleh David Buller dan Judee Burgoon. Alasan seseorang melakukan
kebohongan menurut Buller dan Burgoon adalah karena beberapa hal, mulai dari
untuk menghindari konflik, agar tidak menyakiti hati orang lain, untuk
menunjukan kualitas diri pada orang lain, dan untuk memperlambat atau
mempercepat sebuah hubungan, oleh karena itu perilaku berbohong dilakukan.
Strategi berbohong yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dikampung
Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur adalah dengan cara memanfaatkan
waktu senggang yang mereka miliki yaitu ketika sang suami tidak sedang berada
dirumah sehingga tidak ada yang memantau kegiatan mereka. Perilaku berbohong
yang mereka lakukan karena kurangnya kebebasan yang diberikan oleh suami
sehingga mereka merasa tertekan dan mencari kebahagiaannya sendiri dengan
melakukan perilaku berbohong tersebut.
Keyword : Perilaku Berbohong, Ibu Rumah Tangga, Facebook, Strategi, dan
Keluarga.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, berkah, pertolongan, hidayah serta kemudahannya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shawalat serta salam juga tak lupa senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan seluruh keluarga, para sahabat,
serta para pengikutnya sampai akhir zaman.
Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perilaku Berbohong Di Facebook (Studi Kasus: Ibu Rumah Tangga
Di Kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur) yang disusun untuk
memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1), di lingkungan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama masa penelitian, penyusunan, penulisan, sampai masa
penyelesaian skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Suparto, M. Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Dr. Hj.
Raudhonah, M.A, serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Drs.
Suhaimi, M.Si
iii
2. Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Drs. Masran, MA.
3. Dosen Pembimbing, Fita Fathurokhmah, M.Si. yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, memberikan
banyak pelajaran, dan menyemangati penulis dengan kesabaran untuk dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
4. Seluruh dosen pengajar, dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi
penulis.
5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi yang telah
menyediakan buku serta fasilitas lainnya sehingga penulis mendapat banyak
referensi dalam penelitian ini
6. Kedua orang tua terhebat, Ibu Robiyatul Adawiyah dan Bapak Subagio serta
Kakak terbaik Ikhsan Awali atas segala ketulusan doa dan dukungannya
kepada penulis, serta cinta dan kasih sayangnya yang selalu menjadi
penyemangat utama dalam penulisan skripsi ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
7. Partner tersetia, Sulaiman, yang selalu menjadi penampungan segala
kepusingan dikala penulis mengerjakan skripsi, yang selalu mau direpotkan
secara tenaga maupun waktu oleh penulis dan yang selalu memberikan
dukungan yang tulus.
8. Para ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam proses penelitian ini.
iv
9. Seluruh Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011, khususnya rekan-rekan dari KPI A,
yang telah memberikan banyak kenangan, motivasi, serta bantuannya selama
proses perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini.
10. Seluruh Keluarga besar Kokong H. Basri, yang selalu menyayangi dan
menyemangati penulis untuk mendapatkan gelar sarjana yang menjadi gelar
pertama dan pencetus yang di dapatkan dari keluarga besar kokong, semoga
setelah ini akan muncul banyak sarjana-sarjana yang lebih baik lagi.
11. Sahabat L2nstar Bocor (Lala, Lina, Nana, Rahma, dan Tiah) yang selalu
memberikan semangat yang tak putus-putus kepada penulis semenjak penulis
baru berniat ingin menggarap skripsi hingga hari ini.
12. Sahabat Dunia Akhirat (Anis, Riva, dan Muthmainnah, Muslih) yang selalu
mau berbagi tentang pengalaman hidup dan ilmu-ilmu agamanya.
13. Al-Fawwaz dan Greenwich yang juga selalu memberikan semangat secara
batin serta motivasi kepada penulis untuk bisa selalu menyelesaikan skripsi.
14. Sahabat Lailatul Qodar (Fitri, Dewi, Ziah, Putri, Bani, Tia, Adul, Erte, dan
Angki) yang selalu setia menemani hari-hari penulis selama duduk di bangku
perkuliahan hingga hari ini, yang selalu mau meluangkan waktunya untuk
menemani penulis menghilangkan segala kepenatan. Penulis bukan siapa-
siapa di kampus tanpa adanya kalian yang selalu berbeda.
15. Anak-anak Kosan Pak Ma’us (Kak Kun, Fitri, Dede, Tia, Putri, dan Eman)
yang selalu setia menemani dan menghibur penulis siang dan malam dalam
menyelesaikan skripsi ini.
v
16. Semua pihak yang telah berjasa dalam proses penelitian yang tidak bisa di
sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan,
ketulusan dan bantuan semua pihak yang banyak.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Ciputat, 06 Juli 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... viv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Penelitian ............................................ 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9
E. Metodologi Penelitian .................................................................. 9
F. Tinjauan Pustaka......................................................................... 15
G. Sistematika Penulisan................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................. 18
A. Teori Interpersonal Deception ...................................................... 18
1. Strategi Berbohong ................................................................. 19
2. Cara Mendeteksi Kebohongan................................................ 20
3. Macam-Macam Bentuk Kebocoran Informasi ......................... 24
B. Media Sosial ................................................................................ 27
C. Perilaku Berbohong ..................................................................... 30
BAB III GAMBARAN UMUM ....................................................................... 34
A. Gambaran Umum Kampung Rawa Domba ................................... 34
B. Gambaran Umum RT 07 RW 07 Kampung Rawa Domba .......... 41
C. Gambaran Umum RT 08 RW 07 Kampung Rawa Domba ........... 41
vii
D. Gambaran Umum RT 09 RW 07 Kampung Rawa Domba ............ 42
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ......................................... 44
Analisis Strategi Perilaku Berbohong Ibu Rumah Tangga Di
Kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur .................... 44
1. Akun Facebook Responden A....................................... 46
2. Akun Facebook Responden B........................................... 51
3. Akun Facebook Responden C........................................... 56
4. Akun Facebook Responden D........................................... 60
5. Akun Facebook Responden E............................................ 63
BAB V PENUTUP ................................................................................. 68
A. Kesimpulan .................................................................................. 68
B. Saran .......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 3.1 Wilayah Kecamatan Duren Sawit ....................................... 34
GAMBAR 4.1 Akun Facebook Responden A .......................................... 46
GAMBAR 4.2 Status Responden A Di Facebook Yang Menunjukan
Falsification ...................................................................... 47
GAMBAR 4.3 Gambar Responden A Di Akun Facebook miliknya yang
Menunjukan Concealment ................................................. 48
GAMBAR 4.4 Akun Facebook Responden B ........................................... 51
GAMBAR 4.5 Status Responden B Di Facebook Yang Menunjukan
Equivication ...................................................................... 53
GAMBAR 4.6 Akun Facebook Responden C ........................................... 56
GAMBAR 4.7 Status Responden C Di Facebook Yang Menunjukan
Falsification ...................................................................... 57
GAMBAR 4.8 Akun Facebook Responden D .......................................... 60
GAMBAR 4.9 Foto Yang Di Unggah Responden D Yang Menunjukan
Concealment ...................................................................... 62
GAMBAR 4.10 Akun Facebook Responden E ............................................ 63
GAMBAR 4.11 Status Facebook Responden E Yang Menunjukan
Falsification........................... .............................................. 64
GAMBAR 4.12 Status Facebook Responden E Yang Menunjukan
Concealment ...................................................................... 65
ix
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Data Statistik Kampung Rawa Domba Duren Sawit ............... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang semakin canggih seiring berkembanganya
zaman, membuat teknologi mencapai pada tingkat tertinggi selama
perkembangannya yaitu dengan kemunculan internet. Seperti yang sudah di
ramalkan oleh Marshall McLuhan sebelumnya dengan mengeluarkan teori global
village, beliau berpendapat bahwa hilir mudik informasi di dunia ini karena
adanya bantuan satelit di udara dan akan menjadikan dunia ini sebagai global
village. Global village secara harfiah berarti sebagai kampung global dan yang
dimaksud oleh Mc Luhan sebagai kampung global yaitu kecanggihan teknologi
membuat manusia mampu menjelajahi dunia tanpa harus bepergian kemana-mana.
Seolah-olah seluruh manusia tinggal dalam satu kampung karena dengan
mudahnya mereka mendapatkan informasi dari belahan dunia manapun tanpa
harus mendatangi tempatnya. Saat ini seluruh manusia sedang berada dalam
keadaan itu, dimana kehidupan mereka sudah banyak sedikitnya bergantung
kepada internet untuk mendapatkan informasi.
Internet sendiri muncul dipertengahan 1990-an sebagai medium massa
baru yang amat kuat. Internet adalah jaringan kabel dan telepon dan satelit yang
menghubungkan komputer. Hampir semua orang di planet ini yang memiliki
komputer bisa masuk ke jaringan. Perbedaan signifikan lain dari media massa
2
adalah internet bersifat interaktif. Internet punya kapasitas untuk memampukan
orang berkomunikasi, bukan sekedar menerima pesan belaka, dan mereka bisa
melakukannya secara real time.1
Ketika internet sudah merajalela saat ini maka muncullah berbagai macam
bentuk media sosial, mulai dari facebook, twitter, BBM, dan masih banyak lagi
macamnya. Menurut Andreas Kaplan dan Michael Haelein mendefinisikan media
sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di
atas dasar ideology dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan
dan pertukaran user – generated content.2 Sedangkan pendapat lain mengatakan
bahwa media sosial berbasis internet bersifat dua arah dan terbuka bagi siapa saja,
yang memungkinkan para penggunanya dengan mudah berinteraksi,
berpartisipasi, berdiskusi, berkolaborasi, berbagi, serta menciptakan dan berbagi
isi3.
Banyaknya media sosial yang hadir ditengah kehidupan masyarakat
membuat masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan informasi dan
pengetahuan. Selain itu dengan adanya media sosial yang menggunakan jaringan
internet memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi dengan siapa saja
dibelahan dunia ini yang juga menggunakan media sosial sehingga banyak
keuntungan yang bisa didapatkan dari interaksi tersebut seperti pertukaran budaya
atau berbagi tentang pengetahuan. Banyak dampak positif dari adanya media
sosial, namun dampak negatif dari adanya media sosial pun tidak sedikit. Berapa
1 John Vivian, Teori Komunikasi Massa, edisi 8 (Jakarta: Kencana, 2008), h. 262-263.
2 Andreas M Kaplan, Haenlein Michael, Users Of The World Unite! The Challenges And
Opportunities Of Social Media (Business Horizons,2010).
3 Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia.
Pedmoan Pemanfaatan Media Sosial Instansi Pemerintah ( 2012), h. 2.
3
banyak kita saksikan kasus penculikan bahkan pembunuhan yang disebabkan
karena dampak dari media sosial ini. Kriminalitas yang terjadi dengan
menggunakan media sosial dikarenakan minimnya pengetahuan masyarakat
tentang pemanfaatan pada media sosial itu sendiri. Yang terjadi di Indonesia
adalah penggunaan media sosial atas dasar sekedar mengikuti agar terlihat lebih
eksis dan tidak terkesan kampungan, bukan berdasarkan pengetahuan mereka
sendiri, oleh karena itulah penggunaan media sosial banyak disalah gunakan dari
kegunaan aslinya.
Banyaknya macam dari media sosial maka peneliti memfokuskan
penelitian kali ini hanya pada satu media sosial saja, yaitu Facebook. Facebook
merupakan jaringan sosial yang paling diminati oleh banyak orang. Popularitas
facebook semakin tumbuh dari hari ke hari. Dari berbagai penjuru, warga dunia
menggunakan fasilitas ini. Facebook juga mengklaim sebagai situs nomor satu
dalam hal layanan berbagai gambar di internet, dan pada jam-jam ramai mereka
juga menduduki peringkat kedua, ketiga, dan empat. Pergerakan facebook di
Indonesia memang bagaikan sebuah fenomena. Situs buatan Mark Zuckerberg ini
berhasil melampaui friendster, situs jejaring sosial yang lebih dulu tenar di tanah
air.4
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa kehadiran media sosial
memiliki dampak positif dan negatif, begitu juga dengan facebook. Kehadiran
facebook juga menghadirkan dampak positif dan negatif bagi para penggunanya.
Menurut Yuniardi Syukur dampak positif dari kehadiran facebook ada tiga, yaitu
4 Yuniardi Syukur, Facebook Sebelah Surga Sebelah Neraka (Yogyakarta, Diva Press,
2009), h. 19-21.
4
facebook sebagai sarana mencari teman, facebook sebagai sarana dakwah, dan
yang terakhir facebook sebagai wadah untuk menyimpan file/tulisan. Sedangkan
dampak negatif dari kehadiran facebook adalah membuat pengguna facebook
menjadi kecanduan, lalai, dan mengganggu pekerjaan.
Pada kesempatan kali ini peneliti tertarik untuk meneliti ibu rumah tangga
dalam penyalahgunaan media sosial berupa facebook, alasannya karena
perkembangan pesat teknologi dari hari ke hari yang melahirkan berbagai macam
media sosial membuat orang-orang berlomba-lomba untuk menggunakannya dari
semua golongan dengan alasan penggunaan yang berbeda-beda. Salah satu yang
ikut berlomba dalam penggunaan media sosial berupa facebook adalah ibu rumah
tangga. Ibu rumah tangga biasanya tidak memiliki pergaulan yang luas, ruang
lingkup pergaulan mereka hanya berkisaran dilingkungan rumah mereka saja
karena waktu mereka lebih banyak dihabiskan dirumah dan dilingkungan sekitar
rumah tanpa adanya kesibukan lain oleh karena itu pengetahuan mereka terbatas
dan wawasan mereka cenderung tidak luas apalagi ditambah yang menjadi objek
penelitian adalah ibu-ibu rumah tangga yang tingkat pendidikan tertingginya yaitu
pada Sekolah Menengah Atas (SMA). Kehadiran media sosial yaitu facebook
dianggap sebagai sesuatu yang baru bagi mereka karena tidak ada sebelumnya
pada saat masa remaja mereka. Selain itu, selama beberapa tahun terakhir ini
facebook bukan hanya digunakan oleh kaum muda saja melainkan juga ibu rumah
tangga banyak yang menggunakannya. Oleh karena itu dengan kehadiran
facebook di kalangan ibu rumah tangga menghadirkan berbagai macam
permasalahan.
5
Dilema yang dirasakan saat ini ketika ibu rumah tangga sudah mulai
mengenal media sosial berupa facebook yaitu terbengkalainya pekerjaan rumah
tangga dan kurangnya perhatian terhadap anak karena sang ibu lebih asik dan
fokus dengan facebook nya dibanding dengan keadaan sekitarnya. Tidak hanya
sampai disitu permasalahan yang timbul dari kehadiran facebook dikalangan ibu
rumah tangga. Permasalahan lain yang lebih berbahaya lagi dengan kehadiran
facebook dikalangan ibu rumah tangga yaitu maraknya terjadi kebohongan kepada
lingkungan sekitar bahkan terhadap suami.
Kehadiran facebook adalah untuk memudahkan berkomunikasi dan
bertukar informasi dari jarak jauh tanpa harus bertemu. Karena keterlenaan para
ibu rumah tangga dalam menggunakan facebook, maka banyak sekali timbul
permasalahan-permasalahan dalam diri mereka masing-masing maupun dalam
hubungan rumah tangganya. Salah satu permasalahan yang paling sering terjadi
adalah adanya perilaku berbohong yang dilakukan oleh ibu rumah tangga,
berbohong kepada publik mengenai data diri mereka yang sebenarnya, seperti
berbohong mengenai status hubungan mereka yang seharusnya sudah bersuami
tetapi yang dicantumkan adalah status single, berbohong tentang pekerjaan
mereka ataupun kebohongan lainnya mengenai identitas diri mereka. Selain
berbohong tentang identitas diri mereka, kehadiran facebook juga membuat
mereka berbohong kepada suami tentang aktifitas yang mereka lakukan di
facebook. Mulai dari bepergian tanpa sepengetahuan suami, berbelanja online
tanpa sepengetahuan suami, bahkan banyak ibu rumah tangga yang menggunakan
facebook untuk mencari-cari kenalan baru layaknya remaja-remaja labil yang
6
ingin mencari pasangan melalui facebook, padahal hakikatnya para ibu rumah
tangga ini sudah memiliki pasangan, sehingga terjadilah perselingkuhan. Dari
banyaknya kasus tersebut tingkat kebohongan yang dilakukan ibu rumah tangga
pun meningkat untuk menutupi kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan dari
sang suami. Padahal dalam Islam disebutkan bahwa berbohong merupakan pokok
pangkal dari dosa, apalagi berbohong kepada suami yang derajatnya lebih tinggi
daripada orang tua. Selain itu Islam pun melarang seorang istri keluar rumah tanpa
izin suami ataupun tanpa ada mahram mendampinginnya, namun pada
kenyataannya sekarang banyak istri yang memanfaatkan ketidak hadiran suami
dirumah untuk bermaksiat.
Dari sekian banyak kasus yang di atas, penelitian kali ini akan dilakukan
kepada ibu rumah tangga yang berada di kampung Rawa Domba Duren Sawit
Jakarta Timur yang memiliki facebook. Beberapa tahun belakangan ini fenomena
facebook sangat menarik banyak perhatian para ibu rumah tangga di kampung ini.
Hampir seluruh ibu rumah tangga di kampung ini memiliki facebook agar tidak
terlihat kampungan dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Namun yang
disayangkan, penggunaan facebook pada ibu rumah tangga di kampung Rawa
Domba Duren Sawit Jakarta Timur ini tidak tepat sasaran. Maksud awal
menggunakan facebook untuk mengikuti trend saat ini, namun yang terjadi justru
penyalahgunaan penggunaan facebook oleh ibu rumah tangga. Semenjak
maraknya kemunculan facebook dikalangan ibu rumah tangga di kampung Rawa
Domba Duren Sawit Jakarta Timur ini, banyak dari mereka yang melalaikan
kewajiban mereka sebagai ibu rumah tangga. Facebook lebih menarik perhatian
7
mereka dibandingkan dengan kewajiban mereka untuk mengurus rumah tangga
sehingga banyak pekerjaan rumah tangga yang tak terurus dan terbengkalai dan
menimbulkan banyak permasalahan dalam rumah tangga mereka. Para ibu rumah
tangga ini menganggap kehadiran facebook sebagai sarana hiburan bagi mereka
untuk mengisi waktu luang mereka. Namun siapa sangka justru kehadiran
facebook ini membuat mereka terlena sehingga melampaui batas kewajaran dalam
menggunakan facebook. Para ibu rumah tangga ini jadi lebih sering mengontrol
akun facebook miliknya daripada pekerjaan rumah tangganya dan lebih asik
memperhatikan akun facebook mereka daripada anak-anak mereka. Dari semua
perilaku tersebut banyak sekali menimbulkan permasalahan-permasalahan yang
disebabkan oleh kehadiran facebook tersebut. Salah satu masalah yang paling
sering muncul adalah perilaku berbohong dikalangan ibu rumah tangga di
kampung Duren Sawit Jakarta Timur ini meningkat. Banyak macam perilaku
berbohong yang mereka lakukan untuk menutupi setiap kesalahan mereka akibat
akun facebook mereka masing-masing mulai dari menutupi data diri mereka di
facebook sampai dengan berbohong dengan lingkungan sekitar mereka.
Oleh karena itu, melihat tingkat kebohongan akibat facebook di kalangan
ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur yang
terus meningkat, maka penelitian ini diberi judul “Perilaku Berbohong Di
Facebook (Studi Kasus: Ibu Rumah Tangga Di Kampung Rawa Domba
Duren Sawit Jakarta Timur)”.
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini fokus dan tidak meluas hingga
pembahasan yang lain, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada ibu-ibu
rumah tangga yang aktif menggunakan facebook di kampung Rawa Domba Duren
Sawit Jakarta Timur. Alasannya karena beberapa tahun belakangan ini kehadiran
facebook sangat marak sekali digunakan dikalangan ibu rumah tangga di kampung
ini sehingga facebook menjadi tolak ukur pergaulan mereka saat ini. Kehadiran
facebook juga merubah perilaku sosial para ibu rumah tangga sehingga banyak
terjadi perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang ada di
masyarakat, salah satunya yaitu tingkat kebohongan para ibu rumah tangga
meningkat semenjak mereka mengadopsi facebook.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah
yang berkaitan menjadi sebagai berikut :
a. Bagaimana strategi berbohong ibu rumah tangga di kampung Rawa
Domba Duren Sawit Jakarta Timur di facebook?
b. Mengapa ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit
Jakarta Timur melakukan perilaku berbohong ketika menggunakan
facebook?
9
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui cara ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba
Duren Sawit Jakarta Timur berperilaku bohong melalui facebook.
2. Untuk mengetahui alasan para ibu rumah tangga di kampung Rawa
Domba Duren Sawit Jakarta Timur melakukan perilaku manipulatif
ketika menggunakan facebook.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata dan
positif dalam bidang ilmu akademik dan khususnya ilmu komunikasi
bagi mahasiswa atau mahasiswi terutama jurusan komunikasi dan
penyiaran islam agar mengetahui dampak dari facebook terhadap ibu
rumah tangga .
2. Manfaat Praktis
Adapun secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
dan memperluas wawasan keilmuan serta dapat dijadikan sebagai
bahan masukan bagi para ibu rumah tangga dalam menggunakan
media sosial yang baik dan benar.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
10
Penelitian ini menggunakan paradigma klasik. Paradigma klasik ini
menempatkan ilmu pengetahuan menyelidiki sebab akibat fenomena. Sebagai
metode yang terorganisir untuk mengkombinasikan logika deduktif dengan
pengamatan empiris, guna secara probabilistik menemukan atau memperoleh
konfirmasi tentang hukum sebab akibat yang bisa digunakan untuk memprediksi
pola-pola umum gejala sosial tertentu5. Penelitian klasik bersifat objektif dimana
keseluruhan penelitian hanya dilakukan dan difokuskan pada objek penelitian saja
tanpa adanya ikut campur tangan dari sang peneliti sebagai subjek penelitian.
2. Pendekatan Penelitian
Peneliti ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Creswell (2008)
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu pendekatan atau penelusuran
untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala
sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan
mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan
oleh partisipan kemudian dikumpulkan kemudian dianalisis.6
Bogdan dan Taylor (1975:5) misalnya, mengatakan bahwa metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Dari
kajian tentang definisi-definisi yang ada dapatlah diintesiskan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, presepsi, motivasi,
5 Egon G. Guba, The Paradigm Dialog (Newbury Park, CA: Sage, 1990), h. 17.
6 J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Kegunaanny (Jakarta:
Grasindo, 2010), h. 7
11
tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiyah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiyah7
Berdasarkan metode penelitian tersebut, penulis dapat menganalisis dan
menelaah lebih dekat, mendalam, dan menyeluruh untuk mendapatkan gambaran
yang jelas mengenai perilaku berbohong ibu rumah tangga di Kampung Rawa
Domba Duren Sawit Jakarta Timur di facebook.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalan penelitian deskriptif. Data deskriptif
mengandaikan bahwa data tersebut berupa teks. Analisis data yang baik haruslah
sedekat mungkin dengan tempat dimana data itu diambil. Tempat pengambilan
data digambarkan dengan luas dan makin terperinci serta berusaha untuk
menempatkan pembaca dalam konteks. Dalam penyajiannya, metode ini biasanya
menggunakan kata kerja aksi dan kata keterangan yang hidup, karena dengan
demikian pembaca terbantu untuk turut merasa dan membayangkan keadaan yang
sebenarnya.8
4. Metode Penelitian
Peneliti memilih untuk menggunakan metode penelitian studi kasus dalam
penelitian kali ini. Patton (2002) mendefinisikan studi kasus adalah studi tentang
kekhususan dan kompleksitas suatu kasus tunggal dan berusaha untuk mengerti
7Lexy J Moleong, MetodologiPenelitianKualitatifEdisiRevisi, (Bandung : PT
RemajaRodaskarya, 2009), cet. Ke 26, h.6
8 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, h. 6.
12
kasus tersebut dalam konteks, situasi dan waktu tertentu. Dengan metode ini
peneliti diharapkan menangkap kompleksitas kasus tersebut. Kasus ini haruslah
tunggal dan khusus. Ditambahkannya juga bahwa studi ini dilakukan karena kasus
tersebut begitu unik, penting dan bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada
umumnya.9 Jadi dalam penelitian kali ini peneliti melakukan wawancara kepada
objek penelitian yang telah dipilih oleh peneliti untuk kemudian ditinjau kembali
hasil jawaban dari wawancara mendalam untuk bisa mendapatkan sebuah
kesimpulan tentang permasalahan penelitian.
5. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah media sosial berupa facebook, sedangkan
yang menjadi objek penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga di kampung Rawa
Domba Duren Sawit Jakarta Timur yang memiliki facebook.
6. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada rentang waktu bulan Maret 2015 sampai
bulan Juli 2015 di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur.
7. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data-data dan informasi sesuai dengan
permasalahan penelitian ini, penulis mengadakan komunikasi secara langsung dan
tidak langsung dengan menggunakan alat pengumpulan data sebagai berikut:
9 J. R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik,dan Kegunaannya, h. 49.
13
1. Wawancara Mendalam
Peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada lima
orang ibu rumah tangga pengguna facebook di kampung Rawa Domba
Duren Sawit Jakarta Timur.
2. Dokumentasi
Pengamatan dan wawancara juga dilengkapi dengan dokumentasi.
Yaitu dengn cara mengambil data-data dari catatan, dokumentasi,
administrasi yang sesuai dengan masalah yang diteliti, serta hal-hal
lain yang berkaitan dengan penelitian untuk memperkuat tentang
perilaku berbohong ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba
Duren Sawit Jakarta Timur di facebook.
3. Observasi
Peneliti melakukan observasi dengan cara berteman dengan para
ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta
Timur yang memiliki akun facebook.
8. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada metode penelitian studi kasus kualitatif adalah:
- Description
Selama beberapa tahun terakhir ini fenomena facebook di kalangan
ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta
Timur sangat marak sekali. Hampir mayoritas dari mereka baik yang
muda maupun yang tua memiliki akun facebook hanya untuk sekedar
14
trend dikalangannya walaupun banyak diantara mereka tidak bisa
mengoperasikan facebook dengan baik. Fenomena facebook ini
berhasil menarik perhatian banyak ibu rumah tangga sehingga
kesibukan mereka dialihkan hanya untuk facebook dan menelantarkan
pekerjaan rumah tangga lainnya. Mereka terlena dengan kecanggihan
yang disediakan facebook sehingga mereka melupakan kodrat diri
mereka sebagai ibu rumah tangga yang bertugas untuk mengurus
rumah tangga.
- Themes
Karena keterlenaan mereka dalam menggunakan facebook, maka
banyak sekali timbul permasalahan-permasalahan dalam diri mereka
masing-masing maupun dalam hubungan rumah tangganya. Salah satu
permasalahan yang paling sering terjadi adalah adanya perilaku
berbohong yang dilakukan oleh ibu rumah tangga, berbohong kepada
publik mengenai data diri mereka yang sebenarnya, bahkan berbohong
kepada suami tentang aktifitas yang mereka lakukan di facebook.
Mulai dari bepergian tanpa sepengetahuan suami, berbelanja online
tanpa sepengetahuan suami, bahkan sampai ada yang melakukan
perselingkuhan dengan teman di facebook nya.
- Assertions
Dari semua kejadian diatas, hal yang harus dilakukan untuk
menghindari penyimpangan sosial yang dilakukan oleh ibu rumah
tangga adalah memberikan pengertian yang mendalam tentang tata
15
cara menggunakan facebook dengan baik agar tidak disalahgunakan,
bahwa sebenarnya kehadiran facebook adalah untuk membantu
berkomunikasi dan bertukar informasi dengan semua orang di
mukabumi ini yang juga menggunakan facebook. Dan juga kita
hendaknya memberikan pengertian tentang bahaya yang akan terjadi
apabila kita terlalu mempercayai orang yang baru kita kenal hanya
melalui media sosial saja tanpa bertemu langsung di dunia nyata.
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum peneliti mengadakan penelitian ini lebih lanjut, peneliti
mengadakan tinjauan pustaka terlebih dahulu terhadap judul-judul yang sudah ada
sebelumnya yang berkaitan dengan judul penelitian saat ini untuk memperoleh
informasi yang banyak dari beberapa hasil penelitian yang ditemukan. Oleh
karena itu, peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu.
Pertama penelitian dari Siti Hanifah mahasiswi Jurusan Komunikasi dan
Prnyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul penelitian “Media Internet Di Kalangan
Siswa Sekolah Dasar (Studi Perbandingan Antara Siswa Dan Siswi Sekolah Dasar
Islam Al-Azhar 5 Kemandoran Jakarta). Persamaan penelitian ini adalah sama-
sama meneliti tentang media internet dikalangan masyarakat luas, sedangkan
perbedaannya dari teori yang digunakan serta objek penelitiannya.
16
Selanjutnya penelitian dari Siti Nuril Fitriyah mahasiswi Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Respon Ibu
Rumah Tangga Di Desa Cihuni Serpong Terhadap Tayangan Sinetron Ta‟aruf Di
TPI”. Persamaan penelitian kali ini terletak pada objek penelitian yaitu ibu rumah
tangga sebagai objek karena ruang lingkup pergaulan yang cenderung tidak luas,
sedangkan perbedaannya terletak pada teori yang digunakan dalam penelitian kali
ini.
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini tersusun dengan rapi, maka diperlukan
sistematika penulisan. Penulisan skripsi ini terdari dari enam bab dan setiap bab
memiliki sub bab. Adapun sistematika penulisannya yaitu:
Dimulai dari BAB I Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah
yang membahas mengenai keterkaitan antara media sosial berupa facebook
terhadap perilaku berbohong ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren
Sawit Jakarta Timur. Pada bab I ini, penulis menjabarkan secara singkat gambaran
keseluruhan skripsi kepada pembaca dengan menyertakan jawaban sementara
(hipotesis).
Selanjutnya, kajian teori pada BAB II yang membahas mengenai teori
yang terkait dengan penelitian ini, yaotu teori Interpersonal Deception (Penipuan
Antarpdibadi) yang membahas tentang bagaimana individu melakukan perilakua
berbohong untuk menutupi kesalahan mereka. Kemudian dilanjutkan dengan
17
penjelasan tentang Media Cyber dan diakhiri dengan penjelasan tentang perilaku
berbohong.
Disusul oleh BAB III Gambaran Umum yang menjelaskan gambaran
umum kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur serta penjelasan
tentang banyaknya penduduk yang berada di kampung itu serta jumlah
keseluruhan ibu rumah tangga dan juga menjelaskan bagaimana kondisi para ibu
rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur.
Dilanjutkan pada BAB IV yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Semua
data yaitu, wawancara mengenai indikator perilaku berbohong ibu rumah tangga
dikumpulkan, kemudian diolah dan dianalisis menggunakan teori yang terdapat
pada bab II. Pada bab ini pun dijelaskan mengenai keterbatasan penelitian.
Akhirnya pada BAB V yaitu, penutup dimuat kesimpulan, implikasi
penelitian, dan rekomendasi untuk penelitian yang akan datang.
Penelitian ini pun dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran sebagai
bahan pendukung dan penjelas.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Interpersonal Deception Oleh David Buller Dan Judee Burgoon
Teori interpersonal deception untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh
David Buller dan Judee Burgoon pada tahun 1996. Dalam penelitiannya Buller
dan Burgoon mengatakan bahwa alasan seseorang melakukan perilaku berbohong
karena beberapa hal, yaitu, pertama, untuk menghindari agar tidak menyakiti hati
orang lain, kedua, untuk menunjukan kemampuan atau kualitas diri mereka
dihadapan orang lain, ketiga, untuk menghindari konflik serta untuk mempercepat
atau memperlambat seuatu hubungan.
Buller dan Burgoon melihat kebohongan dan juga deteksi terhadap
kebohongan sebagai bagian dari interaksi terus-menerus diantara para
komunikator yang melibatkan proses yang saling bergantian.10
Kebohongan
adalah manipulasi disengaja terhadap informasi, perilaku, dan image dengan
maksud mengarahkan orang lain pada kepercayaan atau kesimpulan yang salah.
Ketika seseorang berbohong maka ia membutuhkan strategi untuk berbohong agar
kebohongan itu meyakinkan. Perilaku strategis inilah yang membuat kebenaran
informasi menjadi menyimpang, tidak lengkap, tidak berhubungan, tidak jelas,
atau tidak langsung.11
10 David Buller dan Jude K. Burgoon, Interpersonal Deception Theory (Communication
Theory, 1996), h. 6.
11 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Kencana, 2013), h. 220.
19
1. Strategi Berbohong
Strategi berbohong yang biasa dilakukan menurut Buller dan Burgoon
dibagi menjadi tiga, yaitu kamu akan berbohong, kamu akan mengatakan yang
sebenarnya tapi kamu akan menyembunyikan bagian penting atau pokok dari
informasi yang akan kamu sampaikan, dan terakhir kamu akan mengatakan
sesuatu yang tidak jelas atau mengelak. Dari ketiga strategi tersebut, Buller dan
Burgoon merangkumnya menjadi tiga istilah12
,
1. Falsification¸ yaitu menyalahkan orang lain
2. Concealment, menyembunyikan rahasia
3. Equivication, mengalihkan perhatian
Biasanya ketika seseorang berbohong maka akan terlihat dari perilaku
yang ditunjukan kepada lawan bicaranya, yaitu terlihat lebih cemas dan tidak bisa
tenang dalam memyampaikan pesan. Kebiasaan yang ada di masyarakat apabila
ingin mengetahui kebohongan secara nonverbal bisa di lihat dari sorotan matanya,
apabila ia tidak berani menatap mata, maka diasumsikan bahwa ia memiliki
sesuatu yang disembunyikan. Tertawa secara gugup dan berbicara dengan cepat
juga mengindikasikan bahwa seseorang itu sedang berbohong. Belum lagi
perilaku-perilaku aneh yang tidak disadari yang dilakukan ketika sedang berbicara
dengan lawan bicaranya seperti menggaruk garuk kepala atau badan yang
sebenarnya tidak gatal dan tidak ingin digaruk.
Bukan hanya komunikator saja yang merasakan kecemasan ketika ia
menyampaikan pesan yang berisi tentang kebohongan, tetapi komunikan juga bisa
12 Griffin, Emory A, A First Look At Communication Theory (New York: McGraw-Hill
Higher Education), h. 96.
20
merasakan kecurigaan terhadap informasi yang disampaikan oleh komunikator
tersebut dengan melihat indikator-indikator yang disebutkan tadi. Ketika
komunikator dan komunikan melakukan komunikasi bersama maka mereka akan
saling mengamati satu sama lain, sang komunikator mengamati apakah pesan
bohong yang disampaikan olehnya berhasil diterima oleh komunikan atau tidak,
begitupun komunikan yang mengamati bahwa kecurigaannya terhadap pesan
bohong yang disampaikan oleh komunikan itu benar atau tidak.
2. Cara Mendeteksi Kebohongan
Buller dan Burgoon menyatakan bahwa adanya kebohongan karena
adanya motivasi dari dalam diri sendiri untuk berbohong sehingga akan
menimbulkan keinginan untuk terus mengulangi kebohongan secara terus
menerus dan sulit untuk berkata jujur. Buller dan Burgoon mengatakan ada empat
cara untuk mendeteksi kebohongan, yaitu: 13
1. Uncertainty and vagueness, yaitu menjawab sebuah pertanyaan secara
ringkas atau singkat dan datar karena keringkasan dalam menjawab sebuah
pertanyaan membuat tidak akan adalagi pertanyaan yang muncul.
2. Nonimmediacy, reticence, and withdrawal, yaitu apabila seseorang terus
bertanya kepada kita, kita bisa melakukan aktifitas yang menunjukan
bahwa kita tidak tertarik dengan pertanyaannya atau tidak ingin menjawab
pertanyaannya. Seperti ketika seseorang bertanya kepada kita, tapi kita
13Griffin Emory A, A First Look At Communication Theory, h. 100.
21
justru meninggalkannya untuk membuat kopi, atau berpindah ke tempat
duduk yang lebih jauh darinya.
3. Disassociation, apabila nonimmediacy adalah strategi untuk menghindari
diri dari situasi yang tidak di inginkan, maka disassociation adalah cara
untuk menjauhi diri dari apa yang sudah di lakukan. Apabila berbicara
mengenai sesuatu, orang tersebut cenderung untuk memilih bahasa yang
sangat berbeda jauh daripada kenyataan yang dialami oleh nya. Oleh
karena itu, Disassociation ini terbagi menjadi tiga macam, (1) Levelers
yaitu mengatakan sesuatu yang sudah umum dilakukan oleh semua orang
(2) Group References yaitu mengatakan bahwa dalam melakukan
kebohongan, ia tidak sendiri melainkan bersama-sama dengan yang
lainnya (3) Modifies yaitu menyepelekan kabar yang tidak di sukai.
4. Image- and relationship-protecting behavior , ketika seseorang melakukan
kebohongan, komunikan biasanya mengenali tanda-tanda secara nonverbal
yang dilakukan oleh komunikator bahwa itu bukan merupakan pesan yang
sebenanrnya. Ketika komunikator sudah mulai menyadari bahwa
kebohongan yang ia lakukan akan merusak reputasi dan hubungannya
dengan komunikan, maka sang komunikator akan mengontrol body
language nya yang menunjukkan sikap kebohongan. Untuk menutupi
kebohongan yang hampir terbongkar, biasanya komunikator menunjukan
sikap tulusnya dalam berkomunikasi. Komunikator yang menyampaikan
pesan kebohongan ini biasanya cenderung memperhatikan dengan baik
sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju ketika komunikan
22
sedang berbicara kepadanya, tidak menyela apa yang disapaikan oleh
komunikan kepadanya, serta selalu memberikan senyuman kepada
komunikan untuk menutupi kebohongannya. Sebagaimana yang dikatakan
Buller dan Burgoon bahwa munculnya senyuman untuk menutupi
kebohongan.
Kecurigaan dan kecemasan karena adanya kebohongan ini dapat terwujud
dalam bentuk perilaku yang terkontrol (strategi), namun kecurigaan dan
kecemasan itu lebih sering muncul dalam bentuk perilaku yang tidak terkontrol
(nonstrategi) atau perilaku yang tidak dimanipulasi. Proses ini disebut dengan
“kebocoran” (leakage). Anda merasa curiga sedang dibohongi karena adanya
perilaku yang ditunjukkan pembicara namun ia tidak menyadarinya, dan
sebaliknya jika anda mencoba untuk membohongi orang lain maka anda akan
mengalami kecemasan karena khawatir orang itu dapat mendeteksi kebohongan
anda melalui perilaku anda yang tidak terkontrol. Misal, anda dapat mengatur
suara dan raut wajah anda secara sempurnya yang mendukung kebohongan anda,
namun kaki dan tangan anda yang bergetar tidak membantu anda.14
Ketika seseorang memiliki kedekatan yang baik terhadap seorang lainnya,
maka kemungkinan untuk adanya kebohongan sangatlah kecil, sekalipun akan
terjadi kebohongan maka rasa curiga terhadap komunikator yang menyampaikan
kebohongan sangatlah kecil karena asumsi mereka akan selalu berkata jujur satu
sama lain dan rasa kepercayaan yang ada diantara mereka lebih besar
dibandingkan rasa kecurgiaan untuk dibohongi. Akan tetapi, apabila suatu hari
14 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, h. 221.
23
kebohongan itu terkuak maka akan timbul rasa kekecewaan yang amat sangat
besar sehingga sulit sekali untuk membangun kepercayaan ulang dan kondisi pun
berbalik menjadi selalu curiga dan sulit untuk percaya.
Ada dua faktor yang memengaruhi proses kebohongan dan deteksinya
adalah level motivasi dan keahlian, yaitu level motivasi untuk berbohong dan
level motivasi untuk mendeteksi adanya kebohongan, serta keahlian berbohong
dan keahlian mendeteksi kebohongan. Ketika motivasi untuk berbohong tinggi
maka keinginan untuk berbohong melebihi kecemasan untuk ketahuan. Pada saat
yang sama, jika penerima pesan mengetahui bahwa motivasi kita tinggi maka
kecurigaannya juga akan ditingkatkan. Sebagian orang lebih ahli berbohong dari
yang lainnya karena mereka dapat berperilaku secara lebih luas, dengan kata lain
mereka lebih dapat ber-acting atau bersandiwara. Orang yang seperti ini hanya
dapat diatasi oleh orang lain yang memiliki kemapuan lebih baik untuk
mengetahui atau mendeteksi kebohongan.15
Dalam kasus ini, peneliti memperkirakan kehadiran media sosial berupa
facebook kedalam lingkungan ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren
Sawit Jakarta Timur menimbulkan dampak negatif yaitu adanya perilaku
berbohong yang dilakukan oleh ibu rumah tangga yang menggunakan facebook di
kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur.
15 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, h. 223.
24
3. Macam-Macam Bentuk Kebocoran Informasi
Beberapa abad lalu seorang psikiater yaitu Sigmund Freud mengeluarkan
statemennya mengenai tanda untuk mengetahui isyarat secara nonverbal yang
menunjukan sebuah kebohongan. Mengacu kepada seorang responden yang tidak
mau mengakui kebohongannya, Freud mengatakan “...if his lips are silent, he
chatters with his fingertips; betrayal oozes out of him at every pore”. Maksud dari
ucapan tersebut yaitu apabila seseorang berkata bohong, maka kebohongan itu
dapat dilihat dari gerak-gerik dan bahasa tubuhnya yang secara tidak sadar ia
tunjukkan.
Buller dan Burgoon pun setuju, bahwa perilaku diluar kontrol kesadaran si
pembohong dapat mengisyaratkan sebuah kebohongan. Oleh karena itu, Buller
dan Burgoon mencetuskan sebuah konsep yang dikenal dengan sebutan Four
Factor Model Of Deception yang kemudian dikembangkan oleh seorang psikolog
sosial dari University of Roachester yaitu Miron Zuckerman untuk menjelaskan
bahwa kebocoran sebuah pesan diakibatkan oleh 4 faktor model penipuan,
diantaranya adalah16
:
a. Ketika seseorang mencoba untuk mengontrol sebuah informasi yang
akan disampaikan, namun secara tidak sengaja semua informasi
tersampaikan semuanya tanpa dikontrol dan disaring terlebih dahulu,
atau biasa kita menyebutnya dengan istilah “keceplosan”.
b. Terbongkarnya sebuah kebohongan yang disebabkan oleh faktor
psikologis. Pada dasarnya ketika seseorang melakukan sebuah
16 Griffin Emory A, A First Look At Communication Theory, h. 101
25
kebohongan maka ada beberapa bagian tubuh yang tidak bisa
menerima kebohongan itu sehingga menimbulkan ciri-ciri yang
menunjukkan bahwa orang tersebut sedang berbohong. Seperti
keluarnya keringat yang lebih banyak dari biasanya, ataupun detakan
jantung yang berdetak lebih cepat daribiasanya.
c. Ketika seseorang melakukan sebuah kebohongan, maka perasaan yang
paling dominan muncul adalah perasaan gelisah dan perasaan bersalah
atas apa yang telah dilakukannya.
d. Duping delight, yaitu sebuah pembodohan yang dianggap
menyenangkan. Maksudnya yaitu pembodohan terhadap orang lain
dengan menyampaikan informasi palsu, namun perilaku berbohong
tersebut dirasa menyenangkan bagi diri si pembohong. Sikap seperti ini
kemungkinan dimiliki oleh seseorang, ketika banyak orang yang
merasa bersalah ketika berbohong, namun beberapa orang lainnya ada
yang menyukai untuk menunjukkan kebohongannya.
Dalam sebuah hitungan statistik, yang disebut dengan meta-analisis,
Zuckerman mengkombinasikan hasil studi dari 35 macam bentuk kebocoran
informasi yang berbeda-beda yang dilakukan oleh berbagai peneliti untuk melihat
perilaku nonverbal apasaja yang biasanya dilakukan secara bersamaan dengan
sebuah kebohongan.
Freud membuat sebuah list sebagai bagian dari kategori berbohong yang
disebut dengan self adapters – contohnya seperti kegelisahan yang menyebabkan
26
pergerakan tangan yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan – tanda-tanda
lainnya menurut Freud adalah sebagai berikut:17
a. Meningkatnya frekuensi kedipan pada mata dan membesarnya pupil
pada mata.
b. Frekuensi berbicara yang tidak beraturan. Seperti kesalahan dalam
penyusunan kata, mengulang kata, atau terpelesetnya lidah.
c. Meningkatnya keraguan dalam berucap. Seperti, banyaknya muncul
kata „hmm‟ atau „eeh‟ dan lain sebagainya.
d. Meningginya nada suara.
e. Meningkatnya perbedaan antara ucapan yang disampaikan dengan
gerakan tubuh.
Freud mengatakan bahwa senyum dan ekspresi wajah tidak masuk
kedalam daftar kategori berbohong, seperti yang disampaikan oleh seorang
psikolog sosial dari University of Virginia yaitu Bella De Paulo, ia mengatakan
bahwa raut wajah merupakan sebuah isyarat palsu dan tidak bisa dipercaya.
Kiranya, banyak dari kita yang menyadari bahwa raut wajah kita bisa membentuk
berbagai macam ekspresi, serumit apapun permasalahan itu. Oleh karena itu, Bella
dan kawan-kawannya membuat sebuah strategi untuk mengamati dan mengontrol
bahwa penampilan berupa raut wajah lebih sulit untuk di deteksi kebohongannya
dibandingkan dengan nada suara dan gerakan tubuh.
17 Griffin Emory A, A First Look At Communication Theory, h. 101
27
B. Media Sosial
Media sosial adalah media yang menggunakan jaringan internet sebagai
salurannya. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein menyatakan bahwa media
sosial adalah seperangkat aplikasi yang berjalan dalam jaringan internet dan
memiliki tujuan dasar ideologis serta penggunaan teknologi web 2.0 yang dapat
berfungsi untuk saling tukar menukar konten.18
Media sosial muncul setelah kemunculan internet. Internet muncul di era
informasi setelah sebelumnya dunia mengalami era industri atau mesin uap lalu
berkembang menjadi era elektrik barulah hadir era informasi dimana pada era
informasi ini banyak media-media bermunculan dan internet pun terbentuk
sehingga memudahkan untuk mendapatkan informasi darimanapun. Oleh sebab
itu era ini disebut dengan era informasi. Internet sendiri muncul di pertengahan
1990-an sebagai medium massa baru yang amat kuat. Internet sendiri merupakan
jaringan kabel dan satelit yang menghubungkan komputer. Jaringan dasar yang
membawa pesan adalah internet. Ia berasal dari sistem komunikasi militer yang
dibuat pada 1969. Internet generasi awal hanya memuat teks.19
Kehadiran media sosial sudah diramalkan oleh McLuhan sebelumnya
bahwa dengan kehadiran internet dan media sosial akan menghadirkan kampung
global dimana semua orang bisa mengetahui banyak informasi dari belahan dunia
manapun tanpa harus berada di lokasi kejadian karena dengan kehadiran jaringan
internet maka segala informasi dapat menyebar dengan cepat. Media sosial sudah
menjadi bagian penting dalam hidup kita. Disadari atau tidak kehidupan kita saat
18 Andreas M. Kaplan dan Michael Haenlein, Social Media: ack To The Roots And Back
To The Future (Paris: ESCP Europe), h. 101.
19 John Vivian, Teori Komunikasi Massa (Jakarta: Kencana, 2008), h. 262-263.
28
ini banyak sedikitnya sudah bergantung kepada media sosial karena hampir setiap
hari kita mendengar orang-orang disekitar kita baik yang muda maupun yang tua
pasti membicarakan tentang media sosial dan pastinya mereka memiliki media
sosial. Ada banyak macam bentuk dari media sosial itu sendiri mulai dari blog,
google, yahoo, facebook, twitter, dan masih banyak lagi yang lainnya sesuai
dengan kapasitasnya masing-masing. Dari sekian banyak media sosial yang hadir
disekitar kita, facebook-lah yang menjadi salah satu media sosial terbanyak
diminati oleh masyarakat karena dianggap sebagai media sosial terlengkap yang
didalamnya terdapat banyak aplikasi yang lengkap dibandingkan dengan media
sosial lainnya. Oleh karena itu peneliti memilih facebook untuk dijadikan objek
penelitian kali ini.
Facebook didirikan oleh seorang pemuda yang bernama Mark Zuckerberg
dan dibantu oleh teman-temannya yaitu Andrew McCollum, Dustin Moskovitz
serta Crish Hughes. Awal mula kemunculan facebook hanya ditujukan untuk para
mahasiswa di Universitas Harvard tempat dimana Mark dan teman-temannya
menimba ilmu. Lalu beberapa bulan kemudian facebook dikembangkan ke
sekolah-sekolah lainnya yang berada dekat dengan Universitas Harvard dan terus
dikembangkan lagi sehinggaa semakin banyak perguruan-perguruan tinggi yang
ikut bergabung menggunakan facebook.
Pada bulan Juli 2007, situs facebook ini memiliki jumlah pengguna
terdaftar paling besar diantara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan ;ebih
dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari bulan
September 2006 hingga September 2007 peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke
29
posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan merupakan situs untuk foto nomor
satu di Amerika Serikat, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, yang
memuat 8,5 juta foto setiap harinya.20
Menurut statistik, pada 16 Maret 2009 jam 14.00 WIB, ada 2.235.280
orang yang menyatakan diri sebagai warga Indonesia di Facebook. Sebagai
perbandingan, ada 55.312.580 orang di Amerika Serikat telah terdaftar sebagai
anggota Facebook, termasuk presiden Barack Obama. Popularitas Facebook
semakin tumbuh dari hari ke hari. Facebook mengklaim bahwa mereka memiliki
lebih dari 57 juta anggota aktif (anggota yang login ke Facebook selama 30 hari
terakhir). Sejak 2007, rata-rata jumlah pendaftar perhari adalah 250.000 orang.
Selain itu, facebook juga mengatakan bahwa jumlah aktif menjadi dua kali lipat
setiap enam bulannya. Pengguna terbesar facebook berasal dari Amerika,
selanjutnya disusul Kanada dan Inggris.21
Dalam islam kehadiran facebook ini diperbolehkan karena dianggap bisa
digunakan sebagai ajang silaturahim. Sudah banyak terjadi, seseorang bertemu
dengan teman lamanya ataupun sanak saudaranya yang sudah lama tidak
dijumpai, dengan adanya facebook mereka bisa saling bertemu kembali. Selain
dampak positif, ada juga dampak negatif dari kehadiran facebook yaitu seperti
menjadi lalai akan tugas sehari-hari karena terlalu asik bermain facebook bahkan
sampai tindakan kriminal yang disebabkan oleh facebook. Penyalah gunaaan
facebook inilah yang dianggap haram oleh para ulama.
20 Yuniardi Syukur, Facebook: Sebelah Surga Sebelah Neraka (Yogyakarta: Diva Press,
2009), h. 13.
21 Yuniardi Syukur, Facebook: Sebelah Surga Sebelah Neraka, h. 18-20.
30
C. Perilaku Berbohong Oleh Garry Martin dan Joseph Pear
Perilaku berbohong adalah usaha seseorang untuk merekayasa tindakan
atau perkataan untuk mengelabuhi orang lain guna menutupi sesuatu dari orang
tersebut. Tindakan berbohong ini biasanya dilakukan ketika seseorang melakukan
kesalahan, namun kesalahan tersebut tidak ingin diketahui oleh orang lain maka
tindakan berbohong pun terbentuk.
Perilaku berbohong merujuk pada percobaan untuk mempengaruhi
perilaku atau tindakan seseorang secara tidak langsung. Sebagai manusia, emosi
kita seringkali mengaburkan penilaian kita, sehingga kita kesulitan untuk melihat
kenyataan dibalik agenda atau motif tersembunyi dalam berbagai bentuk perilaku.
Kelihaian atau aspek pengontrol yang berhubungan dengan manipulasi terkadang
sangat halus dan tidak bisa dideteksi, terkubur dalam-dalam dibawah kewajiban,
rasa cinta, atau kebiasaan.22
Perilaku berbohong terbentuk karena adanya suatu hal yang ingin
disembunyikan. Pada awal perilaku berbohong terbentuk biasanya seseorang
belum terlalu lihai dalam melakukannya karena hati kecil akan menolak untuk
melakukannya, namun apabila perilaku berbohong itu dilakukan secara terus
menerus maka akan timbul kesempurnaan dalam melakukan perilaku tersebut dan
terlihat biasa dalam melakukannya, tidak ada lagi penolakan dari hati kecil.
Adapun faktor yang mempengaruhi keefektifan pembentukan perilaku adalah:23
1. Memilih tingkah laku terakhir yang dikehendaki.
22 Diakses dari http://id.wikihow.com/Mengenali-Perilaku-Manipulatif pada tanggal 29
Maret 2015 pukul 19.38 WIB.
23 Anthony Robbins, Modifikasi Perilaku, terj. Mahasiswa FAI Universitas Al-Azhar
2001, hal. 5
31
Tahap awal dalam pembentukan perilaku adalah memilih dengan jelas
tingkah laku terakhir yang dikehendaki, yang sering disebut dengan
“terminal behavior”.
2. Memilih tingkah laku awal.
Sebelum menuju ke tingkah laku terakhir yang dikehendaki, maka
haruslah memilih tingkah laku yang ditentukan sebagai langkah awal.
3. Memilih langkah-langkah pembentukan.
Yang dimaksud adalah menentukan program apa yang akan diberikan
dalam proses melangkah kepada pola-pola tingkah baru.
4. Bergerak dalam langkah-langkah yang benar.
Langkah-langkah yang dimaksud misalnya lakukanlah dengan langkah-
langkah kecil tetapi memadai, jangan melakukan langkah kecil yang tidak
perlu.
Selanjutnya, bahaya dari pembentukan perilaku itu sendiri ada dua yang
mungkin muncul, yaitu:24
1. Seseorang tidak menyadari akan bahaya atas apa yang telah ia lakukan.
2. Dorongan lingkungan yang memungkinkan seseorang untuk melakukan
tingkah laku yang salah.
Dalam islam sendiri berbohong dianggap sebagai sebuah penyakit yang
apabila dilakukan secara terus menerus maka akan menjadi sebuah makanan
sehari-hari. Sekali saja seseorang melakukan perilaku berbohong dan kebohongan
itu berhasil dilakukannya maka ia akan mengulanginya untuk yang kedua kalinya,
24 Anthony Robbins, Modifikasi Perilaku, terj. Mahasiswa FAI Universitas Al-Azhar
2001, hal. 6
32
dan ketika setiap kebohongan yang dilakukannya selalu berhasil maka
kebohongan itu akan mendarah daging didalam tubuhnya sehingga sulit untuk
berkata jujur dan ia akan terus berkata bohong. Dalam pepatah Arab pun
dikatakan bahwa berbohong adalah pangkal daripada dosa yang berarti dosa yang
didapatkan ketika seseorang melakukan perilaku berbohong tidaklah sedikit
karena berbohong merupakan pangkal atau inti atau kepala daripada dosa.
Para ulama sendiri sepakat bahwa hukum daripada berbohong itu adalah
haram karena dapat menimbulkan banyak bahaya terutama bagi diri sendiri.
Ketika kita sekali berkata bohong maka pasti kita akan berbicara bohong lagi
untuk menutupi kebohongan kita yang pertama dan begitu seterusnya. Selain itu
dengan berkata bohong kita akan dijauhi oleh orang-orang disekitar kita, rasa
kepercayaan orang lain terhadap kita akan hilang sekalipun kita akan berkata
jujur. Dengan berbohong dapat merusak tali persaudaraan atau pertemanan kita
dengan orang lain. Rasulullah SAW bersabda25
:
: سام و عليه هللا صالى هللا رسول قال : قال عنه هللا رضي هريرة ابى عن و
(عليه متفق )خان ائتمن اذا و اخلف وعد اذا و كذب حدث اذا : ثالث المنافق اية
“Pertanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta,
apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila ia dipercaya maka ia
mengkhianati” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Selain itu, Allah pun berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 9-10 yang berarti:
25 Mahmud Amin An-Nawawi, Bulughul Maram, h. 336
33
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit (Yakni keyakinan mereka terdahap
kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu,
menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w.,
agama dan orang-orang Islam), lalu ditambah Allah penyakitnya; dan
bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”
Mengingat dampaknya yang sangat negatif dan membahayakan
masyarakat, maka islam melarang berbohong dan menganggap perbuatan ini
sebagai perbuatan dosa besar sampai-sampai Allah sendiri pun berfirman akan
memberikan adzab yang pedih bagi siapa yang melakukan perilaku berbohong.
Bukan tanpa sebab Allah dan Rasulullah sangat tidak menyukai kebohongan
karena perilaku berbohong itu tidak ada untungnya sama sekali baik bagi orang
lain, bahkan bagi diri kita sendiri. Buah dari kebohongan hanyalah akan
mencelakai diri kita sendiri. Berhati-hatilah ketika kita melakukan perilaku
berbohong karena berbohong merupakan sebuah penyakit, jadi ketika perilaku
berbohong sudah mendarah daging dalam diri kita maka bukan kesembuhan yang
akan Allah berikan kepada kita apabila kita tidak bertaubat melainkan Allah akan
terus menambah penyakit tersebut seperti yang sudah dijelaskan pada surat Al-
baqarah ayat 9 dan 10 tadi.
34
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur
Kampung Rawa Domba berada di Kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur.
Wilayah Duren Sawit dahulunya merupakan bagian dari kecamatan Jatinegara,
namun pada tahun 1990-an wilayah Duren Sawit memisahkan diri dan
membentuk kecamatan sendiri yaitu kecamatan Duren Sawit dan salah satu dari
kelurahannya yaitu kelurahan Duren Sawit. Kelurahan Duren Sawit memiliki
penduduk sebesar 55.758 jiwa dan luas 455,55 h km², dan terbagi atas 17 rukun
warga dan 181 rukun tetangga. Kelurahan ini berbatasan dengan kelurahan
Klender di sebelah utara, kelurahan Pondok Bambu di sebelah barat, kelurahan
Pondok Kelapa di sebelah Timur, dan kelurahan Cipinang Melayu di sebelah
selatan.26
(Gambar 3.1. Wilayah Kecamatan Duren Sawit)
26 Data Statistik Kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur pada 20 September 2014.
35
Sedangkan kampung Rawa Domba sendiri dahulunya merupakan bagian
dari wilayah Bekasi Jawa Barat, namun pada tahun 1970-an kampung Rawa
Domba memisahkan diri dari Jawa Barat dan akhirnya bergabung dengan wilayah
Jakarta Timur. Asal mula kampung ini disebut dengan nama Rawa Domba karena
ketika itu ada sebuah rawa besar di kampung ini dan di tepi rawa tersebut selalu
digunakan sebagai tempat untuk mengadu domba. Tempat tersebut sudah banyak
dikenal oleh banyak orang yang menyukai adu domba sehingga banyak orang dari
segala penjuru ikut berpartisipasi untuk mengikuti ajang adu domba tersebut
ataupun hanya untuk sekedar menonton saja. Dalam setiap pertandingan, domba-
domba yang dimiliki oleh kampung ini selalu memenangkan perlombaan dan
mengalahkan domba-domba dari kampung lainnya. Oleh karena itu kampung ini
disebut dengan kampung Rawa Domba, dimana ajang adu domba yang diadakan
di tepi rawa dan selalu dimenangkan oleh domba-domba kampung ini.27
Pada saat Jepang masih menjajah Indonesia, kampung Rawa Domba juga
ikut dikuasai oleh penjajah Jepang. Saat itu, ketika terdengar suara sorak sorai dan
hentakkan sepatu dari kejauhan, itu menandakan bahwa tentara Jepang akan
melewati kampung Rawa Domba dengan menggunakan mobil truk dan dengan
membawa persenjataan yang lengkap, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh
masyarakat kampung Rawa Domba kecuali lari ketempat persembunyian untuk
menyelamatkan diri masing-masing. Saat itu wilayah Rawa Domba masih
menjadi satu dengan Kalimalang yang dulu dikenal dengan sebutan Kebon Karet.
27 Wawancara dengan ibu Hj. Khodijah dikediamannya pada hari Minggu tanggal 31 Mei
2015 pukul 20.36 WIB.
36
Disebut Kebon Karet karena ketika itu wilayah Kalimalang dipenuhi dengan
pohon karet, dan pohon karet tersebut digunakan oleh tentara Jepang sebagai
tempat eksekusi pribumi yang ditahan oleh mereka. Tidak mau kalah, warga
pribumi pun membuat markas kecil yang jaraknya tidak jauh dari Kebon Karet itu,
yang sekarang dikenal dengan sebutan Kodam, sebagai tempat pemberontakkan
warga pribumi kepada tentara sekutu. Karena tentara sekutu mengetahui bahwa
para pejuang dari Kampung Rawa Domba dan sekitarnya membuat markas kecil,
maka tentara sekutu sering menjatuhkan bom di daerah Kebon Karet itu alias
Kalimalang. Saat tentara sekutu menjatuhkan bom, maka para wanita dan anak
kecil semua lari ketempat persembunyian masing-masing yaitu disebuah lubang
yang sudah mereka gali masing-masing, dan lubang itu cukup untuk menampung
hingga 7 orang di dalamnya. Tidak hanya bermodalkan lubang, namun di atas
lobang itu diletakkan kedebong pisang dan disusun secara rapih agar setiap
tembakan yang diluncurkan oleh tentara sekutu tidak tembus kedalam lubang
yang telah mereka buat. Serangan yang dilontarkan oleh tentara sekutu pun tidak
berlangsung sesaat, melainkan selama berhari-hari. Oleh karena itu, setiap
masyarakat Rawa Domba bersembunyi selalu membawa persediaan makanan
untuk mencukupi hidup selama berhari-hari tinggal di dalam lobang, walaupun
terkadang makanan yang dibawa tidak mencukupin, tapi para lelaki yang berjuang
melawan penjajah bergantian pulang untuk memberikan makanan kepada anak
istrinya.28
28 Wawancara dengan Ibu Mani di kediamannya pada hari Minggu, tanggal 7 Juni 2015
pada pukul 15.00 WIB.
37
Selama Indonesia dijajah oleh tentara asing, ada satu rumah di daerah
Rawa Domba yang menjadi markas besar para pejuang dari kampung Rawa
Domba, yaitu rumah bapak H. Dogol. H. Dogol ini dikenal dengan kesaktiannya
kala itu, dengan kesaktiannya beliau bisa membuat rumahnya tidak terlihat oleh
para penjajah sehingga pesawat-pesawat penjajah hanya berterbangan di atap
rumah H. Dogol tanpa bisa melihat rumah tersebut, oleh karena itu sulit sekali
untuk menghancurkan rumah H. Dogol yang merupakan markas besar para
pejuang Rawa Domba. Sekalipun tembakan itu mengenai rumah H. Dogol, hanya
terasa seperti letupan kembang api di atap rumah bukan seperti tembakan dan bom
yang sedang mengenai atap rumah. Dan hebatnya lagi tidak ada kerusakan pada
rumah itu apalagi jatuhnya korban jiwa dari dalam rumah itu. semuanya selamat
saat itu. Kesaktian H. Dogol yang lainnya yaitu ia bisa menyembuhkan orang
sakit. Dimasa penjajahan, sangat sulit sekali ditemukan dokter terlebih lagi
kampung Rawa Domba masih merupakan kampung pedalaman yang belum
banyak terjamah manusia kala itu. jadi, bagi setiap warga kampung Rawa Domba
yang sedang sakit akan berobat ke H. Dogol sebagai wasilah pemberi
kesembuhan.29
Setelah kemerdekaan Indonesia, mayoritas pekerjaan dari warga Rawa
Domba adalah berkebun dan bertani karena hampir seluruh wilayah kampung
Rawa Domba diisi oleh kebun kacang dan sawah. Tingkat ekonomi warga Rawa
Domba saat itu diukur dari berapa jumlah dan luas tanah yang dimiliki. Jika ia
memiliki banyak sawah dan kebun maka segala kebutuhannya akan tercukupi,
29 Wawancara dengan Ibu Mani di kediamannya pada hari Minggu, tanggal 7 Juni 2015
pada pukul 15.00 WIB.
38
sedangkan yang hanya memiliki sedikit kebun dan sawah maka ia akan mencari
pekerjaan lain seperti membuat lemari dan di jual ke pasar terdekat untuk bisa
mendapatkan uang. Di kampung Rawa Domba ini juga terdapat satu tempat untuk
penampungan ikan yang cukup besar namun tempat itu bukanlah milik warga
Rawa Domba karena jarak Rawa Domba sendiri dengan laut sangat jauh jadi tidak
memungkinan untuk warganya berlaut. Hingga saat ini pun belum diketahui
darimana ikan-ikan itu berasal dan siapa pemilik penampungan ikan tersebut. Ada
juga satu buah warung besar yang dimiliki oleh warga dari Rawa Domba, yaitu H.
Nain. Warung yang dimiliki oleh H. Nain ini merupakan satu satunya warung
terbesar di seperempat wilayah Jakarta Timur kala itu jadi, semua orang dari
segala penjuru datang kesana untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari layaknya
warung-warung saat ini.
Saat itu kampung Rawa Domba hanya dikuasai oleh beberapa orang saja
yang dianggap sebagai sesepuh di Rawa Domba karena saat itu Rawa Domba
masih di penuhi oleh kebun dan sawah sehingga jarang sekali rumah di temukan,
oleh karena itu kampung Rawa Domba kala itu hanya didiami oleh beberapa
orang saja yang saat ini namanya di abadikan sebagai nama jalan di kampung
Rawa Domba.
Kehidupan masyarakat Rawa Domba saat itu masih jauh sekali dari
kemakmuran, tidak seperti sekarang ini. Saat itu, pakaian terbagus yang dimiliki
oleh wanita di kampung Rawa Domba adalah adalah baju gotong royong. Baju
gotong royong merupakan baju yang dibikin dari hasil kumpulan bahan-bahan
kemudian disambung sehingga berbentuk menjadi baju. Selain baju gotong
39
royong, pakaian yang biasa digunakan adalah karung goni yang terbuat dari
karung dan digunakan menjadi pakaian dengan bahannya yang begitu tebal dan
kadang kala terdapat kutu busuk yang hinggap disela-sela karung tesebut. Kala
itu, untuk membuat bahagia anak-anak kecil sangat mudah sekali, setelah
kemerdekaan Indonesia sudah banyak masyarakat Indonesia yang meningkat
ekonomi dan kesejahteraan hidupnya, namun tidak bagi kampung Rawa Domba,
saat ada mobil yang akan melewati kampung Rawa Domba, para anak kecil sudah
mulai berancang-ancang dipinggir jalan. Bukan untuk ikut meniki mobil tersebut,
melainkan untuk menciumi jejak bekas ban mobil yang menempel disana. Ketika
sang anak bisa mencium aroma ban mobil maka ia pun merasa sangat senang
sekali saat itu. berbeda dengan anak-anak zaman sekarang yang hidupnya sudah
lebih dari enak dibandingkan pada saat awal-awal kemerdekaan Indonesia.30
Tokoh yang paling berpengaruh di kampung Rawa Domba saat itu ada 2
yaitu H. Muhammad dan H. Misin. H. Muhammad di kenal dengan kesaktiannya
dan juga beliau dikenal sebagai tabib saat itu karena dengan ilmunya beliau bisa
menyembuhkan orang sakit. Sedangkan H. Misin adalah seorang pelopor
pendidikan di kampung Rawa Domba. Saat itu Rawa Domba tidak memiliki
sarana pendidikan sehingga jarang sekali anak-anak di kampung Rawa Domba
saat itu yang mengenyam pendidikan. Jarang tempuh sekolah dengan kampung
Rawa Domba pun jauh sekali sedangkan saat itu belum ada kendaraan sehingga
semua harus ditempuh dengan berjalan kaki. Oleh karena itu, H. Misin berinisiatif
untuk membangun sebuah madrasah tingkat dasar di kampung Rawa Domba dan
30 Wawancara dengan Ibu Mani di kediamannya pada hari Minggu, tanggal 7 Juni 2015
pada pukul 15.00 WIB.
40
mendapat sambutan baik dari warga Rawa Domba saat itu sehingga sudah mulai
banyak anak-anak yang bersekolah. Perkembangan madrasah yang di bangun
oleh H. Misin terus meningkat, dan hingga saat ini madrasah yang di bangun oleh
H. Misin masih terus beroperasi dengan baik bahkan madrasah ini sudah memiliki
madrasah tsanawiyah dan aliyah. Sejak saat itu pula sudah mulai banyak
bermunculan sarana-sarana pendidikan lainnya di Rawa Domba.
Saat ini wajah kampung Rawa Domba sudah jauh berbeda dengan Rawa
Domba saat itu, di kampung Rawa Domba sendiri sudah tidak kita temukan
perkebunan dan persawahan, semua itu sudah berganti dengan perumahan dan
banyaknya kontrakan. Banyak juga pendatang yang berdomisili di Rawa Domba
sehingga perkembangan penduduk di kampung Rawa Domba terus meningkat.
Pekerjaan penduduk kampung Rawa Domba pun sudah beraneka ragam, sudah
bukan berkebun dan bertani lagi seperti dulu kala.
Wilayah Rawa Domba berada di Rukun Warga (RW) 07 Kelurahan Duren
Sawit, RW 07 sendiri memiliki 9 Rukun Tetangga (RT) namun, yang masuk
kedalam wilayah Rawa Domba ada 3 RT, yaitu RT 07,08 dan 09. Oleh karena itu
penelitian kali ini berfokuskan pada wilayah RT 07, 08, dan 09 Kampung Rawa
Domba Duren Sawit Jakarta Timur.
Tabel 3.1
(Data Statistik Kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur)
Keterangan RT. 07 RT. 08 RT. 09
Jumlah KK 70 111 195
41
Status
Pernikahan
Janda 8 11 31
Duda 11 6 11
Berkeluarga 44 94 144
Lajang - - 9
Pekerjaan IRT 33 54 107
Selain IRT 18 16 37
Tingkat
Pendidikan
IRT
SD 9 2 23
SLTP 5 3 32
SLTA 18 44 44
DIII / S1 1 5 8
Jumlah IRT Yang Menjadi
Objek Penelitian 33 54 107
B. Gambaran Umum RT 07 RW 07 Kampung Rawa Domba Duren Sawit
Jakarta Timur
Wilayah RT 07 merupakan wilayah terkecil di RW 07. RW 07 hanya
memiliki 70 kepala keluarga. Dari 70 kepala keluarga yang berdomisili di RT 07
tercatat ada 11 duda dan 8 janda disana, sisanya yaitu 44 orang kepala keluarga
yang bersuami isteri. Namun, karena penelitian kali ini hanya berfokuskan pada
ibu rumah tangga saja, maka dari 44 kepala keluarga yang ada, dikerucutkan lagi
yaitu memisahkan antara ibu-ibu yang bekerja atau wanita karir dengan ibu-ibu
yang hanya berstatus sebagai ibu rumah tangga saja. Dari 44 KK yang ada, jumlah
ibu-ibu yang bekerja sebanyak 18 orang dengan berbagai macam profesi, mulai
dari PNS, guru, ataupun karyawan swasta dan lain-lainnya. Sedangkan yang
berprofesi sebagai ibu rumah tangga berjumlah 33 orang dengan tingkat
pendidikan yang berbeda-beda, dengan perincian sebagai berikut, S1 sebanyak 1
42
orang, DIII tidak ada, SLTA/sederajat sebanyak 18 orang, SLTP/sederajat
sebanyak 5 orang, tamat SD sebanyak 8 orang, dan yang tidak sekolah sebanyak
1 orang.31
C. Gambaran Umum RT 08 RW 07 Kampung Rawa Domba Duren Sawit
Jakarta Timur
Wilayah RT 08 memiliki 111 kepala keluarga. Dari 111 kepala keluarga
yang berdomisili di RT 08 tercatat ada 6 orang duda dan 11 janda, tersisa
sebanyak 94 orang kepala keluarga yang bersuami isteri. Namun, karena
penelitian kali ini hanya berfokuskan pada ibu rumah tangga saja, maka dari 94
kepala keluarga yang ada, dikerucutkan lagi yaitu memisahkan antara ibu-ibu
yang bekerja atau wanita karir dengan ibu-ibu yang hanya berstatus sebagai ibu
rumah tangga saja. Dari 94 KK yang ada, jumlah ibu-ibu yang bekerja sebanyak
16 orang dengan berbagai macam profesi, mulai dari PNS, guru, ataupun
karyawan swasta dan lain-lainnya. Sedangkan yang berprofesi sebagai ibu rumah
tangga berjumlah 54 orang dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda, dengan
perincian sebagai berikut, S1 sebanyak 2 orang, DIII sebanyak 3 orang,
SLTA/sederajat sebanyak 44 orang, SLTP/sederajat sebanyak 3 orang, dan tamat
SD sebanyak 2 orang. 32
D. Gambaran Umum RT 09 RW 07 Kampung Rawa Domba Duren Sawit
Jakarta Timur
31 Data Statistik RT 07 RW 07 Duren Sawit Jakarta Timur tahun 2015
32 Data Statistik RT 08 RW 07 Duren Sawit Jakarta Timur tahun 2015
43
Wilayah RT 09 merupakan wilayah terbesar diantara kedua RT diatas, RT
09 memiliki 195 kepala keluarga. Dari 195 kepala keluarga yang berdomisili di
RT 09 tercatat ada 11 duda, 31 janda, dan 9 lajang yang belum berkeluarga, tersisa
sebanyak 144 orang kepala keluarga yang bersuami isteri. Namun, karena
penelitian kali ini hanya berfokuskan pada ibu rumah tangga saja, maka dari 144
kepala keluarga yang ada, dikerucutkan lagi yaitu memisahkan antara ibu-ibu
yang bekerja sebanyak 37 orang dengan berbagai macam profesi, mulai dari PNS,
guru, ataupun karyawan swasta dan lain-lainnya. Sedangkan yang berprofesi
sebagai ibu rumah tangga berjumlah 107 orang dengan tingkat pendidikan yang
berbeda-beda, mulai dari S1 hingga tamat SD pun ada.33
33 Data Statistik RT 09 RW 07 Duren Sawit Jakarta Timur tahun 2015.
44
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Analisis Strategi Perilaku Berbohong Ibu Rumah Tangga Di
Kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur Di Facebook.
Dengan marak munculnya berbagai macam dampak facebook terhadap
perilaku berbohong ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit
Jakarta Timur, maka penulis menganalisis perilaku berbohong apa saja yang
dilakukan oleh para ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit
Jakarta Timur. Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat berupa hasil
wawancara dan observasi pada ibu rumah tangga dan akun facebook milik ibu
rumah tangga tersebut, maka selanjutnya penulis akan melakukan analisis data
dengan menggunakan teori interpersonal deception yang dicetuskan oleh David
Buller dan Judee Burgoon yang mengatakan bahwa alasan seseorang berbohong
karena beberapa hal, yakni untuk menghindari agar tidak menyakiti hati orang
lain, untuk menunjukan kemampuan atau kualitas diri mereka dihadapan orang
lain, untuk menghindari konflik, serta untuk mempercepat atau memperlambat
sutu hubungan.
Di dalam teori ini, Buller dan Burgoon juga menjelaskan tentang strategi
berbohong lalu dilanjutkan dengan bagaimana cara untuk mendeteksi kebohongan
tersebut, dan terakhir Buller dan Burgoon menjelaskan pula tentang faktor-faktor
yang menyebabkan kebocorannya suatu kebohongan. Pada bab ini kita akan
mengungkap kebohongan-kebohongan apa saja yang terjadi selama ini yang
45
dilakukan oleh para ibu rumah tangga dengan akun facebook nya dengan
menerapkan teori di atas.
Setelah mewawancarai 5 ibu rumah tangga yang memiliki facebook di
kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur, peneliti mendapatkan banyak
informasi mengenai perilaku berbohong yang mereka lakukan. Wawancara kali
ini peneliti lakukan tidak dalam kondisi yang formal dimana ada seseorang yang
mewawancari dengan membacakan pertanyaan lalu responden pun menjawabnya.
Akan tetapi, wawancara yang peneliti lakukan yaitu dengan pendekatan selama
beberapa bulan terakhir karena peneliti sadar topik yang peneliti angkat
merupakan hal yang sensitif. Apabila tidak dilakukan pendekatan sebelumnya
maka akan sulit untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Pada saat waktu
penelitian, akhirnya peneliti pu mengunjungi rumah responden dengan alasan
ingin bermain bukan ingin mewawancarai karena itu peneliti anggap akan
membuat responden menjadi takut dan tegang melihat tingkat common sense di
kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur masih tinggi sehingga nanti
menyulitkan peneliti untuk mendapatkan informasi, maka peneliti berkunjung
dengan alasan ingin bermain ke rumah-rumah para responden, kemudian disana
peneliti mengobrol santai dengan responden mengenai berbagai macam topik pada
awalnya dan tidak serta merta langsung menuju ke pokok pembahasan yang
peneliti butuhkan. Pada akhirnya, karena sudah adanya rasa kekitaan dalam diri
respoden sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan informasi yang
dibutuhkan bahkan wawancara kali ini terkesan lebih sebagai sesi curhat
responden kepada peneliti ketimbang wawancara.
46
Tingkat kesulitan dalam mendapatkan informasi pun peneliti anggap
rendah karena peneliti bisa dengan mudah mendapatkan informasi terkait
pembahasan yang peneliti butuhkan. Walaupun tidak semua responden menerima
baik kehadiran peneliti, namun itu tidak menghambat peneliti dalam melakukan
wawancara. Dari ke 5 responden yang peneliti pilih, hanya 4 orang mengakui
bahwa mereka pernah melakukan perilaku berbohong di facebook dengan alasan
yang berbeda-beda.
1. Akun Facebook Responden A
(Gambar 4.1. Akun Facebook Responden A)
Responden A sudah selama hampir satu tahun belakangan ini
menggunakan facebook banyak aktifitas yang ia lakukan di akun facebook
miliknya mulai dari memposting foto, update status, sharing informasi dan
sebagainya. Ia menggunakan facebook hanya sebagai sarana hiburan. Dari
hasil wawancara dengan responden A megenai perilaku berbohong di
facebook yang ia lakukan, ia mengaku pernah melakukan perilaku tersebut
yaitu dengan chatting bersama mantan pacarnya semasa SMA tanpa
47
sepengetahuan suaminya. Hanya itu perilaku berbohong yang ia lakukan
menurutnya. Namun, setelah melihat ke akun facebook miliknya, ada
beberapa status yang menunjukan bahwa apa yang ia tulis itu merupakan
strategi berbohong kepada publik yang ia lakukan.
a) Strategi Berbohong
Dari hasil analisis pada akun facebook milik responden A dan juga
mewawancarainya, peneliti menemukan ada beberapa strategi berbohong
yang dilakukan oleh responden A. Diantaranya adalah:
1) Falsification
Dari hasil analisis pada akun facebook milik responden A, peneliti
menemukan ada status yang menunjukan bahwa apa yang ia katakan
itu merupakan starteginya untuk mengalihkan perhatian orang lain atau
mengelak apa yang orang lain katakan terhadapnya.
(Gambar 4. 2. Status Responden A di facabook yang menunjukan
falsification)
Dari status responden A pada tanggal 8 Februari 2015 pukul 19.48,
menunjukan bahwa untuk menunjukan kualitas dirinya dihadapan
publik dengan cara menyuruh orang-orang yang dimaksud olehnya
untuk mengkoreksi dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum menjelek-
jelekannya di publik.
48
2) Concealment
Dari hasil pemaparan responden A ketika wawancara, dapat ditarik
kesimpulan bahwa strategi berbohong kedua yang dilakukan
responden A di akun facebook miliknya adalah concealment34
yaitu
melakukan perilaku berbohong dengan cara menyembunyikan rahasia.
Terbukti dari perkataannya ketika wawancara, ia mengatakan sebagai
berikut:
“Waktu itu saya pernah chattingan sama mantan
saya waktu SMA tanpa sepengetahuan suami saya
pastinya.”35
Diperkuat lagi dengan kiriman gambar yang di unggah oleh responden
A yang menunjukan bahwa saat itu ia sedang merindukan orang lain
selain suaminya.
(Gambar 4.3. gambar Responden A di akun facebook miliknya yang
menunjukan concelament)
34 Griffin Emory A, A First Look At Communication, h. 96.
35 Wawancara dengan Responden A pada tanggal 27 Juni 2015 pukul 14.35 WIB di
kediamannya.
49
Disini terlihat bahwa menyembunyikan rahasia yang ia miliki
kepada suaminya dan dalam perkataannya pun meyakini bahwa
rahasia itu memang harus dan pantas dilakukan kepada suaminya dan
berharap agar rahasia itu tidak akan terbongkar selamanya.
b) Macam-Macam Faktor Model Kebocoroan Informasi
Ketika responden A menggunakan strategi berbohong dengan cara
falsification dan concealment, namun ada juga tingkah laku yang
sebenarnya menunjukan bahwa dirinya sedang berbohong yang diakuinya
ketika wawancara berlangsung, yaitu dengan merasakan kegelisahan dan
timbulnya rasa bersalah dalam diri.
“Tapi sekarang sih saya udah gak berhubungan lagi sama
mantan saya itu, saya takut ketauan suami saya soalnya, gak enak
juga hati ngebohong mulu, gak tenang rasanya.”36
Rasa takut ketahuan dan tidak enaknya hati yang dialami oleh
Masfufah itu muncul ketika seseorang melakukan kesalahan maka hati
kecil akan menolak sehingga timbullah rasa gelisah dan rasa bersalah.
Buller dan Burgoon mengatakan bahwa rasa yang paling dominan muncul
ketika seseorang melakukan kebohongan adalah gelisah dan perasaan
bersalah atas apa yang telah di lakukannya.37
c) Alasan Responden A Melakukan Perilaku Berbohong
36 Wawancara dengan Responden A pada tanggal 27 Juni 2015 pukul 14.35 WIB di
kediamannya.
37 Graffin Emory A, A First Look At Communication Theory, h. 101.
50
Mengenai perilaku berbohong yang dilakukan oleh responden A,
hal tersebut ia lakukan bukan tanpa sebab, tetapi karena ia merasa bahwa
sikap suaminya yang begitu over protective terhadap hal apapun itu,
membuatnya merasa tertekan dan tidak bebas melakukan hal yang ia
inginkan. Sehingga ketika ia mengenal facebook ia merasa mendapat
sebuah hiburan baru, ditambah ia menemukan sosok yang dikatakannya
belum bisa berpaling darinya semenjak duduk di bangku SMA, yaitu
mantan pacarnya. Oleh karena itu, perilaku berbohong dengan chatting
bersama mantan pacarnya tanpa sepengetahuan suami pun terjadi ketika
sang suami tidak sedang berada di rumah karena ia merasa bisa
mendapatkan apa yang ia mau, yang selama ini tidak diberikan oleh
suaminya.
2. Akun Facebook Responden B
51
(Gambar 4.4. Akun Facebook Responden B)
Sudah hampir 6 bulan terakhir responden B menggunakan
facebook. Tidak banyak aktifitas yang ia lakukan di facebook nya, hanya
terlihat beberapa ponstingan tentang berita islami. Menurut
pengakuannyam ia menggunakan facebook hanya untuk mencari-cari
informasi dan banyak hal mengenai keislaman. Ia merasa bahwa setelah
memiliki facebook pengetahuannya tentang keislaman bertambah sehingga
membuat dirinya lebih religius dibanding seblumnya. Terkait dengan tema
penelitian kali ini yaitu tentang perilaku berbohong, responden B sangat
meyakinkan peneliti bahwa dirinya bukanlah orang yang suka melakukan
kebohongan, apalagi di facebook. Untuk mencari-cari kenalan juga dia pun
enggan.
Keunikan penelitian terhadap responden B adalah ketika ia sudah
berusaha meyakinkan peneliti bahwa ia tidak pernah melakukan perilaku
berbohong dengan facebooknya, namun setelah wawancara berakhir dan
kami pun melanjutkan pembahasan dengan topik lain, tiba-tiba responden
B membuat pernyataan bahwa sebenarnya facebook yang ia miliki saat ini
tanpa sepengetahuan suaminya. Sang suami tidak mengizinkan responden
B untuk menggunakan facebook karena takut hal-hal yang tidak di
inginkan terjadi, akan tetapi karena responden B merasa tidak mau
tertinggal dengan teman-temannya yang sudah lebih dulu memiliki
facebook jadi, ia pun akhirnya membuat facebook tanpa sepengetahuan
suaminya. Namun begitu, walaupun ia menggunakan facebook tanpa
52
sepengetahuan suami, ia tetap menjaga kepercayaan suami untuk tetap
menjaga kesetiaan yang ditunjukannya melalui foto profil dan background
facebooknya menggunakan fotonya bersama sang suami agar orang-orang
tahu bahwa responden B sudah bukan wanita singel lagi.
a) Strategi Berbohong
Dari hasil wawancara dengan responden B dan analisis peneliti
pada akun faceboook milik responden B, peneliti menemukan ada
beberapa strategi berbohong yang dilakukan oleh responden B di akun
facebook miliknya, yaitu:
1) Concealment
Dari hasil wawancara peneliti dengan responden B,
ditemukan bahwa strategi berbohong responden B di facebook
adalah concelament yaitu menyembunyikan rahasia. Ketika
orang lain dalam menggunakan facebook menyembunyikan
rahasia kepada publik, tetapi responden B ini
menyembunyikan rahasia terhadap suaminya tentang
kepemilikan akun facebook ini dengan alasan suaminya tidak
mengizinkan responden B untuk menggunakan facebook
karena di khawatirkan akan berbuat yang tidak baik.
2) Equivication
Dari hasil pantauan peneliti pada akun facebook milik
responden B, peneliti menemukan adanya strategi berbohong
yang dilakukannya walaupun sebenarnya ia tidak pernah
53
mengirim sesuatu di akun miliknya. Seusai dengan hasil
wawancara dan hasil survey pada akun facebook miliknya,
responden B sering memposting tentang berita-berita islami
dan memasang foto bersama suami karena untuk menunjukan
kepada suaminya kelak apabila nanti sang suami mengetahui
akun facebook miliknya bahwa sebenarnya ia menggunakan
akun facebook hanya untuk mencari berita islami saja tanpa
memanfaatkan fasilitas yang lainnya.
(Gambar 4.5. Status Responden B di facebook yang
menunjukan equivication)
Sesuai dengan teori yang digunakan, perlakuan seperti ini
disebut sebagai equivication yaitu mengalihkan perhatian
untuk menjaga kualitas diri responden B dihadapan suami
bahwa ia menggunakan facebook hanya untuk membaca
tentang berita-berita islami saja.
b) Macam-Macam Faktor Model Kebocoran Informasi
Berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh responden B di atas yang
pada awalnya sangat meyakinkan peneliti bahwa tidak ada kebohongan
54
yang ia lakukan di facebook, namun pada akhirnya ia dengan tidak sengaja
membuat pernyataan yang menunjukkan bahwa ia juga pernah melakukan
perilaku berbohong di facebook, maka ini semua termasuk kedalam salah
satu macam faktor model kebocoran informasi.
“Sebenernya sih suami saya gak ngizinin saya Syif buat
punya facebook, makanya ini juga saya diem-diem mainin
facebooknya kalau suami saya lagi gak ada dirumah aja. Yaa
abisnya gimana ya kan, orang-orang pada punya facebook masa
saya enggak.”38
Kebocoran informasi yang dilakukan oleh responden B ini
termasuk kepada kategori „keceplosan‟. Zuckerman menjelaskan ketika
seseorang mencoba untuk mengontrol sebuah informasi yang akan
disampaikan, namun secara tidak sengaja semua informasi tersampaikan
semuanya tanpa dikontrol dan disaring terlebih dahulu.39
Inilah yang
dilakukan oleh responden B saat itu, tanpa sadar dan di luar kontrolnya ia
menyampaikan semua informasi tanpa disaring terlebih dahulu.
c) Alasan Responden B Melakukan Perilaku Berbohong
Sesuai dengan pernyataan dari responden B, bahwa perilakua
berbohong yang ia lakukan yaitu memiliki akun facebook tanpa
sepengetahuan suaminya karena suami dari responden B ini tidak
mengizinkannya untuk memiliki akun facebook karena dikhawatirkan akan
38 Wawancara dengan Responden B pada tanggal 28 Juni 2015 pukul 14.13 WIB di
kediamannya.
39 Graffin Emory A, A First Look At Communication Theory, h. 101.
55
berbuat yang tidak diinginkan, namun karena responden B tidak mau kalah
saing dengan teman-teman sebayanya, maka dengan tanpa sepengetahuan
sang suami, responden B pun membuat akun facebook dengan syarat akun
facebook miliknya hanya digunakan untuk mencari informasi seputar
keislaman dan informasi-informasi lainnya bukan sebagai tempat
mencurahkan isi hatinya, agar ketika kelak sang suami mengetahui akun
facebook miliknya, maka sang suami pun percaya bahwa akun facebook
miliknya digunakan untuk hal-hal yang positif bukan negatif
3. Akun Facebook Responden C
(Gambar 4.6. Akun Facebook Responden C)
Responden C merupakan responden termuda yang peneliti
wawancarai. Responden C merupakan satu-satunya responden peneliti
yang berpendidikan terakhir D3 kebidanan dan ia adalah satu-satunya
56
responden yang memiliki tingkat common sense yang rendah
dibandingkan dengan responden yang lainnya.
Responden C sudah termasuk lama dalam kepemilikan facebook.
Ia memiliki akun facebook semenjak ia masih duduk dibangku kuliah dulu
sampai saat ini. Ia mengaku setelah menikah tidak banyak aktifitas yang ia
lakukan di akun facebook miliknya. Ia lebih sering mebaca berita di
facebook kemudian ia share kembali agar berita itu juga bisa dibaca oleh
orang lain ketimbang update status mengungkapan apa yang dirasa seperti
apa yang ia lakukan dulu ketika masih lajang. Bisa dilihat dari akun
facebook miliknya saat ini yang sudah jauh berbeda isinya dengan yang
dulu.
Terkait tentang perilaku berbohong di facebook, menurut
pengakuannya pada saat wawancara ketika itu, ia mengaku pernah
melakukan perilaku berbohong di facebook kepada suaminya. Ada dua
kebohongan yang diakui olehnya saat itu, pertama perilaku berbohong saat
berbelanja online tanpa sepengetahuan suaminya, kedua perilaku
berbohong saat chatting dengan sahabat lelakinya ketika di SMA dulu.
a) Strategi Berbohong
Setelah peneliti menelusuri akun facebook milik responden C dan
untuk menutupi kesalahan yang perbuat olehnya kepada sang suami,
ada beberapa strategi berbohong yang dilakukan olehnya, yaitu:
1) Falsification
57
Dalam akun facebook milik responden C, ada beberapa
statusnya yang menunjukan bahwa itu merupakan strategi
berbohong dengan cara menyalahkan orang lain karena
menurutnya, orang itu sudah menyalahi dirinya.
(Gambar 4.7. Status Responden C di facebook yang menunjukan
falsification)
Kedua status yang ditulis oleh responden C, menunjukan
bahwa saat itu ia sedang menyalahkan orang lain yang saat itu juga
menyalahkan dirinya karena suatu hal sehingga kedua status ini
masuk kedalam falsification dalam teori interpersonal decception.
2) Concealment
Strategi berbohong kedua yang dilakukan oleh responden C
adalah concealment yaitu menyembunyikan rahasia. Dari hasil
pengakuannya ketika peneliti mewawancarinya, ia mengaku
membuat kebohongan tanpa diketahui oleh suaminya. Berikut
pernyataannya pada saat wawancara ketika itu.
58
“Waktu itu saya pernah chattingan sama sahabat
deket saya waktu di SMA, dia itu cowo kan makanya saya
chattingan tanpa sepengetahuan suami saya”40
“Saya juga sering chattingan dengan penjual-
penjual online tanpa sepengetahuan suami saya.”
Pernyataan responden C tersebut menunjukkan sikap bahwa ia
menyembunyikan kebohongan dari suaminya karena beberapa
alasan suaminya yang terlalu pencemburu ketika ia dekat dengan
lelaki lain, dan juga suaminya yang tidak menyukainya apabila ia
berbelanja terlalu sering.
b) Macam-Macam Faktor Kebohongan Informasi
Sesuai dengan pernyataan yang dinyatakan oleh responden C pada
saat wawancara berlangsung bahwa ia sering berbelanja online tanpa
sepengetahuan suaminya dan pada saat membuat pernyataan tersebut ia
menunjukan sikap tanpa adanya rasa gelisah ataupun bersalah justru ia
tertawa pada saat menyampaikannya.
“Selain chattingan sama sahabat cowo saya diem-
diem, saya juga sering chattingan dengan penjual-penjual
online tanpa sepengetahuan suami saya. Namanya wanita
kan pasti suka kan belanja sana-sini (sambil tertawa).”41
40 Wawancara dengan Responden C pada tanggal 3 Juli 2015 pukul 13.05 WIB di
kediamannya.
41 Wawancara dengan Responden C pada tanggal 3 Juli 2015 pukul 13.05 di
kediamannya.
59
Sikap seperti ini, dikatakan oleh Buller dan Burgoon sebagai
duping delight, yaitu sebuah pembodohan yang dianggap
menyenangkan.42
Perilaku berbohong yang dilakukan oleh responden C
terlihat tidak membuatnya gelisah apalagi merasa bersalah, justru ia seperti
menyukai perilakunya tersebut terlihat dari sikapnya yang begitu senang
saat memberikan pernyataan kepada peneliti.
c) Alasan Responden C Melakukan Perilaku Berbohong
Ada dua alasan mengapa responden C melakukan perilaku
berbohong, alasan pertama ia berbohong untuk berbelanja online tanpa
sepengetahuan suaminya karena ia menganggap sang suami tidak
menyukainya jika responden C berbelanja terlalu sering walaupun untuk
kebutuhannya sendiri, oleh karena itu ia memilih untuk diam apabila ia
berbelanja tentang kebutuhannya ketimbang harus melapor kepada
suaminya. Lagipula ia berfikir bahwa yang ia gunakan adalah uang
miliknya sendiri bukan dari sang suami, jadi ia merasa tidak harus
memberi tahu semuanya yang ia belanjakan.
Alasan kedua ia melakukan kebohongan yaitu untuk menjalin
silaturahim dengan sahabat lamanya, walaupun tidak ada unsur
perselingkuhan dan hanya ingin menjalin silaturahim yang sudah lama
tidak saling sapa, responden C tetap tidak mau memberi tahu suaminya
dikarenakan ia tahu bahwa sang suami sangat pencemburu dan tidak suka
42 Griffin Emory A, A First Look At Coomunication Theory, h. 101.
60
melihat responden C berinteraksi dengan lelaki lain selain yang dikenal
dekat dengan sang suami.
4. Akun Facebook Responden D
(Gambar 4.8. Akun Facebook Responden D)
Responden D merupakan responden tertua pada penelitian kali ini.
walaupun diusianya yang sudah tidak begitu muda, yaitu kisaran 40 tahun
keatas, ia pun tidak mau ketinggalan dengan yang lainnya dalam
kepemilikan akun facebook. Responden D sudah hampir setengah tahun
bahkan lebih dalam menggunakan facebook. Walaupun ia tidak terlalu
banyak mengerti tentang facebook, tapi setidaknya untuk update status dan
upload foto responden D ini mengerti.
Ada cerita menarik dibalik wawancara peneliti dengan responden
D ini. Suami dari responden D ini mengatakan bahwa semenjak responden
D mengenal facebook, banyak perkerjaan rumah tangga yang terbengkalai
karena responden D terlalu asik mengaplikasikan facebook miliknya.
Bahkan, suaminya melanjutkan ceritanya, ketika sang suami meminta
61
bantuannya, responden D tidak bergegas datang melainkan hanya
menjawab “iya sebentar lagi, tanggung”. Dan yang lebih parahnya lagi
ketika sang suami memintanya untuk memjiat, ia hanya memijat dengan
satu tangan saja sedangkan tangan yang satunya lagi lebih fokus kepada
facebook.
a) Strategi Berbohong
Dari hasil wawancara dengan responden D dan analisis pada akun
facebooknya, peneliti menemukan satu kebohongan yang diungkap
oleh responden D pada saat penelitian. Strategi berbohong yang
dilakukan oleh responden D adalah
1) Concealment
Strategi berbohong yang dilakukan oleh responden D adalah
concealment yaitu menyembunyikan rahasia dari publik mengenai
aktifitasnya di facebook miliknya.
(Gambar 4.9. Foto yang di unggah responden D yang menunjukan
concealment)
62
Sebenarnya apabila diperhatikan, tidak ada yang salah pada foto yang
di unggah pada tanggal 31 Januari 2015 tersebut, namun menurut
pengakuan responden D, bahwasannya foto tersebut di ambil sudah
dari lama yaitu beberapa waktu yang lalu, namun ia baru
mengunggahnya pada tanggal 31 Januari 2015 dengan alasan agar
orang-orang berfikir ia sedang berada ditempat itu saat itu padahal
pada saat ia mengunggah foto tersebut, ia sedang berada dirumah.
Alasan dari responden D ini lah yang menunjukan bahwa concealment
atau menyembunyikan rahasia dari publik adalah strategi yang ia
gunakan agar orang lain mengira bahwasannya ia sedang berada disitu
kala itu.
b) Alasan Responden D Melakukan Perilaku Berbohong
Sesuai dengan pengakuan responden D, bahwa perilaku berbohong
yang ia lakukan saat itu dikarenakan ingin terlihat oleh publik
bahwasannya pada malam itu ia sedang pergi bersama anaknya
ketempat yang dimaksud olehnya, namun pada kenyataannya malam
itu ia sedang berada di rumah dan tidak berpergian kemana-mana.
Unggahan foto di akun facebooknya hanya untuk terlihat keren dimata
publik.
63
5. Akun Facebook Responden E
(Gambar 4.10. Akun facebook Responden E)
Tidak seperti responden yang lainnya. Wawancara kepada
responden E ini tidaklah semudah dan seenak seperti keempat responden
lainnya. Peneliti sangat sulit sekali mendapatkan informasi terkait dengan
pembahasan penelitian peneliti, karena dari awal peneliti datang
mengunjungi rumah responden E ini sudah mendapat respon yang kurang
baik dari responden E.
Pada saat peneliti menanyakan pertanyaan seputar penelitian,
responden E hanya menjawab seadanya dan sangat singkat sehingga
membingungkan peneliti untuk mendapatkan data yang akurat terkait
masalah penelitian. Ia mengatakan bahawa ia mengenal facebook baru
beberapa bulan ini sehingga pengetahuan yang ia miliki tentang facebook
sangatlah minim. Padahal ketika peneliti melihat langsung pada akun
facebook miliknya, ia sudah sejam tahun 2013 menggunakan facebook.
a) Strategi Berbohong
64
Walaupun dalam pengakuannya responden E tidak pernah
melakukan perilaku berbohong, namun, ketika peneliti melihat akun
facebook yang dimilikinya, ia menemukan banyak sekali kebohongan serta
strategi kebohongan yang ia lakukan disana.
1) Falsification
(Gambar 4.11 Status facebook Responden E yang menunjukan
Falsification)
Gambar di atas menunjukan bahwa apa yang di tulis oleh
responden E merupkana strategi dengan cara falsification yaitu
menyalahkan orang lain yang menganggap dirinya bersalah
namun, ia sama sekali tidak merasa bersalah sedikit pun apalagi
mengintrospeksi dirinya.
2) Concealment
65
(Gambar 4.12 Status facebook Responden E yang menunjukan
concealment)
Strategi berbohong kedua yang dilakukan oleh responden E, yaitu
concelament atau menyembunyikan rahasia. Kedua status di atas,
menunjukan bahwa ia menyembunyikan rahasianya kepada publik, di
sana, ia menuliskan seolah-olah ia adalah seorang wanita lajang, padahal
sebenarnya ia adalah seorang ibu yang mempunyai seorang anak.
Kebohongan kedua dengan menyembunyikan rahasia yang
dilakukan oleh responden E adalah nama akun facebook nya yang bukan
menggunakan nama sebenarnya melainkan dengan nama lain, yaitu Hana
Nafisah.
(Gambar 4.7. Nama akun facebook Responden E yang menunjukan
concealment)
Tidak sampai disitu, kebohongan ketiga yang dilakukan oleh
responden E adalah kebohongan kepada peneliti yaitu dengan
menyembunyikan rahasianya berupa waktu penggunaan facebook.
66
“Baru kok belum lama kenal sama fb, tapi lupa dari
kapannya”43
Pernyataan di atas terbukti bukan pertanyaan yang sebenarnya,
karena pada kenyataannya ketika peneliti menelusuri akun facebook
miliknya, ia sudah dari tahun 2013 mengenal facebook.
b) Cara Mendeteksi Kebohongan
Pada saat berhadapan dengan responden E, peneliti banyak sekali
mendeteksi kebohongan dalam diri responden E yang berlandaskan dengan
teroi interpersonal deception. Sikap dan perilaku responden E selama
berhadapan dengan peneliti sangat menunjukan sekali perilaku berbohong,
yaitu uncertainty and vagueness dan nonimmediacy, reticence, and
withdrawal.44
Uncertainty and vagueness yaitu menjawab pertanyaan
secara ringkas dan singkat. Karena keringkasan dalam menjawab
pertanyaan akan membuat tidak timbulnya lagi pertanyaan, dan ini terbukti
oleh responden E yang sangat ringkas menjawab setiap pertanyaan yang
peneliti ajukan. Selanjutnya nonimmediacy, reticence, and withdrawal,
yaitu usaha seseorang untuk menjauhi dan menjaga jarak dari kita karena
tidak ingin diketahui kebohongannya. Begitu pun responden E yang
menyibukan dirinya untuk menjauhi diri peneliti.
c) Alasan Responden E Melakukan Perilaku Berbohong
43 Wawancara dengan Responden E pada tanggal 4 Juli 2015 pukul 13.17 WIB di
kediamannya.
44 Griffin Emory A, A First Look At Communication Theory, h. 100.
67
Tidak banyak yang peneliti ketahui tentang alasan responden E
melakukan perilaku berbohong karena sedikitnya informasi yang
didapatkan oleh peneliti pada saat wawancara. Namun, peneliti terus
mencari tahu alasan responden E melakukan perilaku berbohong dengan
mendekatkan diri dengan orang-orang terdekat responden E. Darisana,
peneliti mendapatkan hasil bahwasannya, suami dari responden E ini
jarang sekali berada dirumah, sehingga dipastikan bahwa responden E
kurang mendapatkan perhatian hingga akhirnya ia menjadikan facebook
sarana untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Oleh karena itu, ia
sering membuat status yang dapat menarik perhatian banyak orang.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian mengenai perilaku berbohong ibu rumah
tangga di facebook di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur yang
terkait dengan bagaimana strategi berbohong mereka di facebook dan mengapa
ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur
melakukan perilaku berbohong ketika menggunakan facebook adalah sebagai
berikut:
1. Strategi Berbohong Ibu Rumah Tangga Di Facebook
Dapat diperoleh kesimpulan bahwa strategi berbohong ibu rumah tangga
di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur di facebook yaitu dengan
cara concealment yaitu menyembunyikan rahasia kepada publik agar tidak
diketahui fakta yang sebenarnya. Kemudian equivication mengalihkan perhatian
untuk menutupi kesalahan yang diperbuat olehnya dengan cara falsification atau
menyalahkan orang lain. Dari ketiga strategi tersebut, strategi concealment atau
menyembunyikan rahasia adalah strategi yang paling banyak dilakukan oleh para
ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur.
Mayoritas dari mereka menyembunyikan rahasia dari suami-suami mereka dengan
alasan yang hampir sama, yaitu suami yang over protective namun ada juga yang
69
menyembunyikan rahasia dari publik demi pencitraan dirinya dihadapan publik
dan untuk mencari perhatian publik.
2. Alasan Ibu Rumah Tangga Melakukan Perilaku Berbohong Ketika
Menggunakan Facebook
Hasil dari mewawancarai lima ibu rumah tangga yang aktif menggunakan
facebook, mereka menyatakan alasan utama mereka melakukan perilaku
berbohong karena mereka meresa dirinya tertekan dengan sikap dan perilaku
suami yang terlalu posesif namun minim akan perhatian sehingga satu-satunya
cara untuk mendapatkan kebebasan yaitu dengan berbohong kepada sang suami
demi bisa mendapatkan hiburan yang tidak bisa diberikan oleh suami mereka.
Selain itu, ada juga yang menyatakan bahwa alasan mereka melakukan perilaku
berbohong yaitu demi mendapatkan pengakuan dari kelompok tertentu yang sudah
memiliki facebook, jadi agar bisa mendapatkan pengakuan dari mereka, salah satu
dari ibu rumah tangga ini rela berbohong kepada suaminya dengan membuat akun
facebook tanpa sepengetahuan sang suami. Selain itu alasan terakhir ibu rumah
tangga melakukan perilaku berbohong yaitu karena ingin mendapatkan perhatian
dari orang lain yang selama ini tidak ia dapatkan dari sang suami. Sehingga
facebook menjadi sarana baginya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain
dengan membuat status-status yang dapat menarik perhatian orang banyak.
B. Saran
Setelah menyatakan kesimpulan mengenai dampak facebook terhadap
perilaku berbohong ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba Duren Sawit
70
Jakarta Timur, peneliti mempunyai beberapa saran terkait dengan penelitian ini.
Saran ini ditunjukan untuk para ibu rumah tangga dan untuk penelitian
selanjutnya.
Peneliti memberikan saran kepada para ibu rumah tangga terutama yang
berada di kampung Rawa Domba Duren Sawit Jakarta Timur, sadarilah bahwa
sebenarnya perilaku berbohong itu sangat dilarang oleh agama apalagi berbohong
di dalam rumah tangga dan terhadap suami. Karena imbas dari berbohong itu akan
fatal sekali bahkan bisa sampai memecah belah rumah tangga. Di awal melakukan
kebohongan memang terlihat nikmat dan aman, namun suatu saat kebohongan itu
akan terbongkar dengan sendirinya sehingga akan menimbulkan bahaya yang
besar bagi para ibu rumah tangga. Dari pembahasan sebelumnya pun telah dibahas
bahwa sebenarnya diri manusia tidak bisa menyembunyikan kebohongan, oleh
karena itu ketika diri ini terus menerus melakukan kebohongan, maka hidup dan
hati kita tidak akan tenang kerena menyembunyikan sesuatu yang benar dan
menampakan sesuatu yang salah. Dalam berumah tangga suami adalah pengganti
orang tua, ketika seorang istri melakukan perilaku yang tidak disukai oleh
suaminya maka dosalah yang ia dapatkan, karena ridho Allah terletak pada ridho
suami. Mulai dari saat ini, sadarilah bahwa tidak ada gunanya berbohong bagi diri
sendiri apalagi orang banyak. Perbanyaklah mendekatkan diri kepada Allah SWT
untuk bisa mendapatkan ketenangan hati agar tidak mencari kesenangan lain
selain pada apa yang di ridhoi oleh Allah. Sayangi suami dengan sepenuh hati dan
dengan segala kekurangannya, jadikan kejujuran sebagai pondasi keutuhan
71
berumah tangga, dan jangan jadikan kebohongan sebagai kebutuhan dalam
berumah tangga.
Untuk masalah kurangnya perhatian, ataupun kurangnya kebebasan yang
diberikan suami, semua itu bisa dikomunikasikan dengan baik. Sampaikan semua
apa yang ada di hati secara baik-baik maka akan sampai ke hati juga sehingga
menghasilkan respon yang baik dan positif bukan mengedepankan emosi.
Yakinkan suami bahwa ketika ibu rumah tangga terjun ke dunia facebook bukan
pengaruh negatif yang akan didapat melainkan dampak positif yang didapat.
Karena bagaimana pun selalu ada sisi positif dan negatif dari apaapun itu
bagaimana kita pandai memilih dan memilih yang terbaik untuk diri kita sendiri.
Kemudian untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan untuk
meneliti dampak facebook ataupun media sosial lainnya dari sisi yang berbeda
karena dampak yang diberikan oleh media sosial itu sangat banyak sekali baik
secara positif maupun negatif. Dampak yang didapatkan dari setiap orang bahkan
kelompok pun berbeda-beda. Banyak faktor yang mengakibatkan terbentuknya
dampak yang berbeda-beda, mulai dari tingkat pendidikan, ekonomi, lingkungan
sekitar, dan masih banyak lagi faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu peneliti
berharap agar penelitian tentang dampak dari media sosial bisa lebih diperluas lagi
jangkauannya mencangkup semua golongan, dan tentunya peneliti berharap agar
penelitian selanjutnya bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dari penelitian kali
ini.
DAFTAR PUSTAKA
A Griffin Emory. A First Look At Communication Theory. New York: Mc-Graw
Hill Higher Education, 2003.
Amin An-Nawawi, Mahmud. Bulughul Maram.
Anthony Robbins. Modifikasi Perilaku, terj. Mahasiswa FAI Universitas Al-
Azhar, 2001.
David Buller. dan Burgoon, Judee K. Interpersonal Deception Theory
(Communication Theory), 1996.
Egon G. Guba. The Paradigm Dialog. Newbury Park: CA: Sage, 1990.
John Vivian. Teori Komunikasi Massa, edisi 8. Jakarta: Kencana, 2008.
Kaplan, Andreas M. dan Haenlein Michael. Users Of The World Unite! The
Challenges And Opportunities Of Social Media. Business Horizons, 2010.
Kaplan, Andreas M. dan Haenlein Michael. Social Media: ack To The Roots And
Back To The Future. Paris: ESCP Europe, 2010.
Moleong Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT
RemajaRodaskarya. cet. Ke 26, 2009.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia. Pedmoan Pemanfaatan Media Sosial Instansi Pemerintah,
2012.
Morissan. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana, 2013.
Raco, J.R . Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Kegunaannya.
Jakarta: Grasindo, 2010
Yuniardi Syukur. Facebook Sebelah Surga Sebelah Neraka. Yogyakarta: Diva
Press, 2009.
Dokumentasi
Data Statistik Kelurahan Duren Sawit Jakarta Timur pada 20 September 2014.
Data Statistik RT 07 RW 07 Duren Sawit Jakarta Timur tahun 2015.
Data Statistik RT 08 RW 07 Duren Sawit Jakarta Timur tahun 2015.
Data Statistik RT 09 RW 07 Duren Sawit Jakarta Timur tahun 2015.
Wawancara dengan ibu Hj. Khodijah dikediamannya pada hari Minggu tanggal 31
Mei 2015 pukul 20.36 WIB.
Wawancara dengan Ibu Mani di kediamannya pada hari Minggu, tanggal 7 Juni
2015 pada pukul 15.00 WIB.
Wawancara dengan Responden A pada tanggal 27 Juni 2015 pukul 14.35 WIB di
kediamannya.
Wawancara dengan Responden B pada tanggal 28 Juni 2015 pukul 14.13 WIB di
kediamannya.
Wawancara dengan Responden C pada tanggal 3 Juli 2015 pukul 13.05 WIB di
kediamannya.
Wawancara dengan Responden E pada tanggal 4 Juli 2015 pukul 13.17 WIB di
kediamannya.
Website
Diakses dari http://id.wikihow.com/Mengenali-Perilaku-Manipulatif pada tanggal
29 Maret 2015 pukul 19.38 WIB.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran Hasil Wawancara
- Nama : Responden A
Responden A adalah seorang ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba
Duren Sawit Jakarta Timur. Wawancara dengan responden A dilakukan pada
tanggal 27 Juni 2015 pukul 14.35 WIB di kediamannya.
Pertanyaan 1 :Sudah berapa lama menggunakanfacebook?
Jawaban 1 :Sudah beberapa bulan terakhir semenjak akhir tahun 2014 sampai
saat ini
Pertanyaan 2 :Apa yang anda pahami tentang facebook?
Jawaban 2 :Facebook merupakan sarana untuk menemukan teman baru dan
juga teman lama yang sudah lama tidak berjumpa. Facebook juga sebagai hiburan
buat para ibu rumah tangga
Pertanyaan 3 : Seberapa seringkah anda membuka akun facebook anda dalam
satu hari?
Jawaban 3 : Lumayan sering, dalam sehari saya bisa buka facebook lebih dari
tiga kali perasaan. Pokoknya lumayan sering deh.
Pertanyaan 4 : Aktifitas apa saja yang anda lakukan dalam menggunakan
facebook?
Jawaban 4 : Aktifitas yang biasa saya lakukan dalam menggunakan facebooki
yaitu untuk mencari-cari informasi, informasi tentang berita yang lagi hits, kalau
gak informasi tentang keadaan teman-teman saya (tertawa). Saya itu orang yang
jarang menulis status di facebook saya, saya lebih sering baca status-status orang
terus ikutan komentar, kalau gak membaca artikel-artikel yang menurut saya
menarik untuk dibaca.
Pertanyaan 5 : Pernahkan anda melakukan perilaku berbohong dengan
menggunakan facebook sebagai medianya?
Jawaban 5 : Pernah kok (tersipu malu).
Pertanyaan 6 : Kebohongan apa saja yang anda lakukan selama menggunakan
facebook? Dan kepada siapa anda berbohong?
Jawaban 6 : Waktu itu saya pernah chatting sama mantan saya waktu SMA
tanpa sepengetahuan suami saya pastinya. Awal mula bisa chatting sama dia itu
karena waktu itu saya gabung di grup facebook alumni SMA saya, naah...disana
itu awal mula kita ketemu lagi syif, terus akhirnya kita berteman dah di facebook.
Gak Cuma sampai disitu sih, akhirnya kita juga sering ngobrol lewat facebook.
Tukeran kabar tentang kita, cerita masalah-masalah hidup kita, banyak lagi deh
pokoknya. Disitu saya senang banget kan bisa ketemu lagi sama dia, soalnya dulu
kita pacaran cukup lama, dia juga pacar pertama saya kan. Dia orangnya baik
banget syif, pengertian banget sama saya waktu pacaran tapi karena waktu itu
orang tua gak ngerestuin hubungan kita gitu, akhirnya mau gak mau kita terpaksa
harus putus secara baik-baik walaupun sebenarnya kita masih saling sayang waktu
itu. Semenjak putus itu kita udah mulai gak pernah ketemu sampai ujung-
ujungnya kita gak tau kabar satu sama lain selama bertahun-tahunkan dan
akhirnya dipertemukan lagi deh di facebook ini, serasa kaya cinta lama bersemi
kembali gitu deh rasanya syif, seneeeeng banget rasanya bisa ketemu dia lagi.
Tapi sekarang keadaannya udah berubah, udah gak kaya dulu lagi kan pastinya.
Akhirnya kita sempet ketemu pas di acara reuni alumni SMA kita kan, disitu jg
saya gak bilang sama suami saya kalau saya mau ada reunian alumni SMA. Pas
ketemu akhirnya kita banyak cerita juga, dia juga udah nikah dan punya anak
banyak, keadaan ekonominya juga gak sebaik yang dibayangin dah pokoknya,
sedih kisah hidup dia sekarang mah tapi tetep aja ada rasa gimanaa gitu di hatinya
bisa ketemu sama dia lagi. Tapi sekarang sih saya udah gak berhubungan lagi
sama mantan saya itu, saya takut ketauan suami saya soalnya, gak enak juga hati
ngebohong mulu, gak tenang rasanya. Waktu itu aja suami saya tau saya
komentar-komentaran sama teman cowo saya dia langsung marah banget sama
saya, serem deh pokoknya kalau suami saya udah marah. Sampe-sampe akun
facebook saya di ganti passwordnya sama dia dan saya gak tau dan kadang dia
juga lupa sama passwordnya makanya saya sering banget bikin facebook baru
karna suami saya. Akun facebook yang sekarang aja itu akun ke tiga saya kalo gak
salah.
Pertanyaan 7 : Faktor apa saja yang menyebabkan anda melakukan perilaku
berbohong tersebut?
Jawaban 7 : Sebenarnya saya sadar ko kalau perbuatan saya ini salah, tapi
saya kaya begini kan karena saya kesal, suami saya yang over protective, selalu
memantau setiap kegiatan saya, setiap malam aja handphone saya selalu di cek
sama dia. Padahal sebenarnya suami saya juga punya akun facebook tapi saya gak
pernah otak-atik akun facebook punya dia kan karena saya percaya sama dia. Saya
itu gak boleh keluar rumah kalo gak sama dia, saya juga gak bisa bebas bergaul,
jadi gimana pinter-pinternya saya aja buat curi-curi kesempatan pas dia lagi gak di
rumah. Itu dia yang bikin saya susah move on sama mantan saya itu soalnya dia
kan perhatian banget ya, pengertian banget sama saya beda banget sama suami
saya yang sekarang ini. Dia mah gak ada perhatian-perhatiannya sama saya,
padahal saya kan juga mau di perhatiin. Ampun deh saya. Walaupun dalam segi
ekonomi emang sih suami saya lebih baik daripada dia. Tapi kan kalau begini
terus-terusan bisa stres juga saya gak bisa bebas bergaul dan main sama teman-
teman saya, kemana-mana ditelponin terus malah sampe saya lagi rapat
disekolahan anak saya juga di telponin terus. Itu yang bikin saya kadang tertekan,
jadi saya anggap facebook itu buat hiburan saya, buat saya bisa bergaul sama
teman-teman saya.
Pertanyaan 8 : Bagaimana cara anda menutupi kebohongan anda kepada
suami anda agar kebohongan anda tidak terbongkar?
Jawaban 8 : Cara saya supaya gak kebongkar paling saya bilang lebih
sering aktif di facebook pas suami saya sedang kerja, terus kalau sudah jam-jam
pulang kerja suami saya, semua pesan yang kiranya bisa bikin dia marah saya
hapus-hapusin dulu biar nanti pas dia cek hp saya sudah bersih. Soalnya kalau
suami saya sudah pulang kerja, hp saya lebih sering dipegang sama dia dan saya
sibuk ngurusin pekerjaan rumah, paling megang hp kalau ada sms aja.
Catatan :
Wawancara ini dilakukan secara empat mata dimana dilokasi wawancara
tersebut hanya ada saya dan responden A ini, waktu wawancara pun dilaksanakan
pada siang hari ketika sang suami sedang bekerja sehingga sesi wawancara ini
berubah menjadi sesi curhat atas apa yang selama ini responden A rasakan
sehingga untuk mendapatkan informasi yang saya butuhkan sangat mudah sekali
didapatkan karena hanya dengan satu pertanyaan sebagai pancingan, responden A
dengan ringan langsung menceritakan semuanya.
- Nama : Responden B
Responden B adalah seorang ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba
Duren Sawit Jakarta Timur. Wawancara dengan responden B pada tanggal 28 Juni
2015 pukul 14.13 WIB di kediamannya.
Pertanyaan 1 :Sudah berapa lama menggunakan facebook?
Jawaban 1 : Hmm....(menghitung) baru 6 bulan terakhir ini.
Pertanyaan 2 :Apa yang anda pahami tentang facebook?
Jawaban 2 :Facebook itu dunia maya, dunia khayalan. Dunia semu deh
pokoknya facebook itu. Dunia yang bukan dunia sebenernya.
Pertanyaan 3 : Seberapa seringkah anda membuka akun facebook anda dalam
satu hari?
Jawaban 3 : Gak sering kok, Cuma sering aja gak sering-sering banget.
Pertanyaan 4 : Aktifitas apa saja yang anda lakukan dalam menggunakan
facebook?
Jawaban 4 : di facebook itu saya sekarang lebih suka baca berita-berita sama
informasi tentang islam, sama tentang tutorial hijab gitu. Soalnya alhamdulillah
akhir-akhir ini saya jadi lebih religius, lebih suka banyak baca tentang islam
ketimbang bikin status apalagi curhat di facebook. Alhamdulillah sekarang saya
juga udah merasa mantap buat berhijab makanya sekarang saya suka ngeliat
tutorial hijab di facebook.
Pertanyaan 5 : Pernahkan anda melakukan perilaku berbohong dengan
menggunakan facebook sebagai medianya?
Jawaban 5 : Alhamdulillah saya gak pernah bohong syif selama menggunakan
facebook ini, karena saya juga gak berani kan bohong sama suami saya, gini-gini
juga saya tau ajaran agama walaupun saya belum paham secara mendalam, baru
dasar-dasarnya aja tapi saya paham kok kalau berbohong itu gak boleh.
Pernyataan : Berarti apabila pertanyaan nomor 5 di jawab dengan jawaban
tidak pernah, maka pertanyaan cukup sampai disini dan tidak berlanjut ke
pertanyaan pada nomor 6, 7 dan 8. Karena pertanyaan nomor 6 dan 7 membahas
tentang kebohongan apa saja yang dilakukan dan faktor apa saja yang
menyebabkan kebohongan itu, apabila pertanyaan nomor 5 dijawab dengan
jawaban ‘pernah’.
Jawaban : Iya, berarti jawaban nomor 6, 7 dan 8 dari saya ya gak pernah
semua, soalnya saya memakai facebook ini pure buat baca-baca berita bukan buat
gonta-ganti status, curhat di facebook apalagi sampai cari-cari kenalan baru di
facebook, gak berani saya mah.
Catatan :
Wawancara ini juga dilakukan secara eksklusif di rumah responden B.
Hanya ada saya dan responden B disana. Disela-sela percakapan kami tentang
permasalahan keluarga yang sedang dihadapi oleh responden B ini, tiba-tiba
responden B mengatakan seperti ini
Responden B : Sebenernya sih suami saya gak ngizinin saya Syif buat punya
facebook, makanya ini juga saya diem-diem mainin facebooknya kalau suami saya
lagi gak ada dirumah aja. Yaa abisnya gimana ya kan, orang-orang pada punya
facebook masa saya enggak. Lagian saya kan di facebook gak ngapa-ngapain
cuman buat baca-baca berita islami doang buat nambah-nambah ilmu, bukan
macem-macem apalagi buat genit-genitan. Gak apa apa kan ya kalau hasilnya
positif mah makanya saya selalu pasang foto berdua sama suami saya di foto
profilnya sama di backgroundnya. Jadi walaupun suami saya gak tau kalau saya
punya facebook, tapi kan orang-orang tau kalau saya udah punya suami biar gak
ada yang gangguin ya gak. Terus juga kalo misalnya nanti dia tau saya punya
facebook saya kan nanti dia juga tau kalau saya gak macem-macem di facebook.
- Nama : Responden C
Responden C adalah seorang ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba
Duren Sawit Jakarta Timur. Wawancara dengan responden C pada tanggal 3 Juli
2015 pukul 13.05 WIB di kediamannya.
Pertanyaan 1 :Sudah berapa lama menggunakan facebook?
Jawaban 1 : Udah lama banget dari saya waktu masih remaja sebelum nikah.
Pertanyaan 2 :Apa yang anda pahami tentang facebook?
Jawaban 2 :Facebook itu sebuah media untuk berkomunikasi dan bertukar
informasi.
Pertanyaan 3 : Seberapa seringkah anda membuka akun facebook anda dalam
satu hari?
Jawaban 3 : Gak kehitung pokoknya, dimana ada waktu luang disitu saya
pasti buka akun facebook saya.
Pertanyaan 4 : Aktifitas apa saja yang anda lakukan dalam menggunakan
facebook?
Jawaban 4 : Banyak, update status, baca-baca berita, ngepoin orang, yaa gitu
deh pokoknya mencari-cari informasi. Tapi sekarang-sekarang ini saya udah
jarang bahkan gak pernah lagi update status. Udah gak alay lagi kaya dulu waktu
masih muda, sekarang sih lebih ke cari-cari informasi aja buat nambah-nambah
wawasan sama pengetahuan kan.
Pertanyaan 5 : Pernahkan anda melakukan perilaku berbohong dengan
menggunakan facebook sebagai medianya?
Jawaban 5 : Pernah kok.
Pertanyaan 6 : Kebohongan apa saja yang anda lakukan selama menggunakan
facebook? Dan kepada siapa anda berbohong?
Jawaban 6 : waktu itu saya pernah chattingan sama sahabat deket saya waktu
di SMA, dia itu cowo kan makanya saya chattingan tanpa sepengetahuan suami
saya, dulu sih waktu sebelum nikah emang sering chattingan sama dia tanpa
diketahui sama pacar saya yang sekarang jadi suami saya. Soalnya suami saya itu
orangnya gampang banget cemburunya apalagi sama orang-orang yang pernah
deket sama saya. Selain cemburuan dia juga curigaan, mungkin karna takut
kehilangan saya makanya dia begitu, padahal saya gak bermaksud macem-macem
kok. Saya cuma mau menjalin tali silaturahim aja biar gak terlalu lost contact
banget lah kan yaa. Selain chattingan sama sahabat cowo saya diem-diem, saya
juga sering chattingan dengan penjual-penjual online tanpa sepengetahuan suami
saya. Namanya wanita kan pasti suka kan belanja sana-sini (sambil tertawa).
Pertanyaan 7 : Faktor apa saja yang menyebabkan anda melakukan perilaku
berbohong tersebut?
Jawaban 7 : ya itu tadi, kalo chattingan sama temen cowo saya itu ya karena
saya gak berani bilang sama suami saya, kalo dia tau pasti marah bangetlah
padahal gak ada maksud lain selain buat menjalin silaturahmi kan sesama temen
waktu di SMA apalagi ini temen deket yang dulu kita kemana-mana selalu bareng
jadi gak enak kalau kita terlalu cuek sama dia. Kalau masalah belanjan online
memang sering tanpa sepengetahuan suami saya, uang yang saya pake buat
belanja juga bukan uang suami saya, tapi uang hasil dari kontrakan yang saya
punya. Kenapa saya diem diem kalau belanja online? Biasalah syif, tau sendiri
kan laki-laki jarang yang suka belanja sama kaya suami saya, selalu banyak protes
kalau tau saya abis belanja ini itu padahal kalau dilihat cocok dia gak akan
komplen tapi kalau denger kata belanja kupingnya kaya sensitif gitu kalau bukan
dia yang ngajak belanja duluan, makanya saya lebih baik belanja online secara
diam-diam tanpa sepengetahuan suami saya daripada harus kesel-keselan dulu
sama dia.
Pertanyaan 8 : Bagaimana cara anda menutupi kebohongan anda kepada
suami anda agar kebohongan anda tidak terbongkar?
Jawaban 8 : saya jarang mainin facebook kalau di depan dia biar dia
gak curiga, selama dia gak curiga kan aman jadinya, dia gak buka-buka
handphone saya jadi dia gak tau banyak tentang aktifitas saya di facebook.
Sebenarnya dia juga punya facebook tapi karena sibuk kerja, pergi pagi pulang
malem jadi dia gak sempet buat buka-buka fb dia apalagi buka-buka fb saya.
Catatan :
Responden C ini merupakan ibu muda yang baru mau menginjak usia 2
tahun pernikahan pada awal tahun nanti, ia merupakan satu-satunya ibu rumah
tangga yang saya wawancarai yang bergelar D3 dibidang kebidanan, namun
setelah lulus studinya, ia lebih memilih untuk bekerja di kantoran lalu kemudian
menjadi ibu rumah tangga setelah menikah. Wawancara ini juga sama seperti
wawancara-wawancara sebelumnya yang saya lakukan dirumahnya ketika sang
suami sedang bekerja. Sehingga responden C bisa bebas menceritakan semua
aktifitasnya di akun facebook miliknya.
Nama : Responden D
Responden D adalah seorang ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba
Duren Sawit Jakarta Timur. Wawancara dengan responden D dilakukan pada
tanggal 3 Juli 2015 pukul 16.00 di kediamannya.
Pertanyaan 1 :Sudah berapa lama menggunakan facebook?
Jawaban 1 : Baru berjalan 6 bulan dari awal tahun ini.
Pertanyaan 2 : Apa yang anda pahami tentang facebook?
Jawaban 2 :Yang saya pahami tentang facebook itu yaa dunia maya, saya bisa
mengunggah foto sesuka hati saya, saya juga bisa bebas menggonta-ganti foto
profil. Facebook juga kayaknya sebagai tempat curhat soalnya saya sering lihat
banyak orang yang curhat di facebook dari status-statusnya.
Pertanyaan 3 : Seberapa seringkah anda membuka akun facebook anda dalam
satu hari?
Jawaban 3 : Gak sering kok, paling dua sampai tiga kali sehari.
Pertanyaan 4 : Aktifitas apa saja yang anda lakukan dalam menggunakan
facebook?
Jawaban 4 : Saya sih paling baca-baca berita doang dari facebook kalau gak
paling ngomentarin status-status orang doang.
Pertanyaan 5 : Pernahkan anda melakukan perilaku berbohong dengan
menggunakan facebook sebagai medianya?
Jawaban 5 : Pernah dulu sekali doang tapinya
Pertanyaan 6 : Kebohongan apa saja yang anda lakukan selama menggunakan
facebook? Dan kepada siapa anda berbohong?
Jawaban 6 : waktu itu pernah ngirim foto lagi makan di bakso lapangan
tembak senayan sama anak saya ke facebook, padahal itu makannya udah lama
banget tapi saya kirim aja di facebook
Pertanyaan 7 : Faktor apa saja yang menyebabkan anda melakukan perilaku
berbohong tersebut?
Jawaban 7 :gak ada faktor apa-apa sih cuman iseng aja biar disangka orang-
orang lagi makan disana gitu (tertawa)
Catatan :
Ketika saya sedang berbincang-bincang dengan responden D di rumahnya,
kebetulan wawancara itu dilakukan dirumahnya, suami dari responden D ini
datang menghampiri kami. Ternyata suami dari responden D ini sudah menguping
pembicaraan kami. Ketika suaminya menghampiri kami, lalu suami dari
responden D ini mengatakan bahwa semenjak memiliki akun facebook, banyak
pekerjaan rumah yang terbengkalai, responden D ini lebih sering dan lebih fokus
membuka facebooknya dibanding menyelesaikan pekerjaan rumah. Ketika sang
suami memanggil dan butuh bantuan dari responden D ini, responden D hanya
menjawab “iyaa, tunggu sebentar lagi nanggung ini”. Kejadian seperti itu tidak
terjadi sekali ataupun dua kali melainkan sering, bahkan, suaminya mengatakan,
sampai ketika sang suami dari responden D ini lelah setelah seharian bekerja,
kemudian ia minta pijat kepada responden D, responden D pun memijatnya
namun hanya dengan satu tangan, sedangkan satu tangan yang lainnya sibuk
memegang handphone fokus pada facebook miliknya.
- Nama : Responden E
Responden E adalah seorang ibu rumah tangga di kampung Rawa Domba
Duren Sawit Jakarta Timur. Wawancara dengan responden E pada tanggal 4 Juli
2015 pukul 13.17 WIB di kediamannya.
Pertanyaan 1 : Sudah berapa lama menggunakan facebook?
Jawaban 1 :Baru kok belum lama kenal sama fb, tapi lupa dari kapannya
Pertanyaan 2 : Apa yang anda pahami tentang facebook?
Jawaban 2 :aduuh...pengetahuan saya tentang facebook minim banget, lagian
saya make facebook juga cuma buat iseng-iseng doang kok.
Pertanyaan 3 : Seberapa seringkah anda membuka akun facebook anda dalam
satu hari?
Jawaban 3 : Kurang tau ya sehari berapa kali buka facebook, gak ngitungin
juga soalnya. Jarang si pas lagi ada waktu kosong aja.
Pertanyaan 4 : Aktifitas apa saja yang anda lakukan dalam menggunakan
facebook?
Jawaban 4 : Yaa...paling update status doang sama upload foto ke facebook.
Pertanyaan 5 : Pernahkan anda melakukan perilaku berbohong dengan
menggunakan facebook sebagai medianya?
Jawaban 5 : Gak pernah laah, lagian saya juga kan make facebook cuma buat
iseng-isengan aja kok.
Pernyataan : Baiklah, berarti wawancara saya cukupkan sampai disini tidak
berlanjut lagi ke pertanyaan nomor 6, 7 dan 8.
Jawaban : (Diam)
Catatan :
Ketika mewawancarai responden E ini sangat terlihat sekali rasa
keberatannya untuk di wawancarai, mungkin ia merasa risih dengan tema
pertanyaan yang saya angkat atau entahlah apa yang ia rasakan saat saya
mewawancarainya karena terlihat dari sikapnya yang cuek saat menghadapi saya,
lebih suka menonton televisi dirumahnya ketimbang memperhatikan saya. Sedikit
sekali hasil wawancara yang saya dapatkan. Namun untuk lebih lanjutnya saya
akan menganalisis isi dari akun facebook nya.
FOTO DOKUMENTASI SIDANG MUNAQOSYAH