Jurnal Rahmat Fajar

15
JOURNAL Indentifkasi Forensik Berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Skunder Sebagai Penentu indetitas korban pada dua kasus bencana Massal Oleh : 1. T. Rahmad Setia Budi 2. Fajar Akbar 3. Fadil Arsad Pembimbing : dr. Nett !era"ati# $.%ed &F'r( S).F

description

UploadBrowseLibraryUploadTop ResultsBooksAudiobooksDocumentsAuthorsUsersCollections10,003 results found matching 'ver hidup'. Choose a tab to filter your results.Books matching 'ver hidup'Documents matching 'ver hidup'VER HIDUPLemari Kunover hidupinjoellVER HIDUPEvita AdiningtyasVER HIDUPFanny Rizka KamalVER HIDUPFanny Rizka KamalView more documents found9k resultsAbout Browse books Browse documents About Scribd Team Blog Join our team! Contact UsMemberships Join today Invite Friends GiftsAdvertise with us AdChoicesSupport Help FAQ Press Purchase helpPartners Publishers Developers / APILegal Terms Privacy CopyrightScribd on AppstoreScribd on Google Play© Copyright 2015 Scribd Inc.Mobile SiteLanguageEnglishscribd

Transcript of Jurnal Rahmat Fajar

pendahuluan

JOURNALIndentifikasi Forensik Berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Skunder Sebagai Penentu indetitas korban pada dua kasus bencana Massal

Oleh : T. Rahmad Setia BudiFajar AkbarFadil Arsad

Pembimbing :dr. Netty Herawati, M.Ked (For) Sp.F

pendahuluanBencana dapat diakibatkan baik oleh alam maupunmanusia. Kondisi alam memegang peran pentingakan timbulnya suatu bencana, termasukIndonesia. Indonesia merupakan negara kepulauanyang sangat luas dengan luas keseluruhan lima jutakilometer persegi. Terletak pada pertemuan tigalempeng tektonik utama dunia yang memilikisetidaknya 400 gunung berapi dengan 150diantaranya adalah gunung berapi aktif. Disampingitu iklim tropis membuat beberapa bagian daerahbasah oleh curah hujan yang melimpah sehinggaberesiko timbul bencana banjir dan longsor

Definisi dvi DVI Adalah suatu definisi yang diberikan sebagai sebuah prosedur untuk mengidentifikasi korban mati akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat diper tanggung jawabkan dan mengacu pada standar baku Interpol. Proses DVI meliputi 5 fase yang pada setiap fase memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Proses DVI menggunakanbermacam-macam metode dan teknik.danDNA serta yang terdiri dari medical dengan prinsip identifikasi adalah membandingkan Data antemortem dan postmortem.mempunyai nilai yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan secondary indetifers

Pemeriksaan identifikasi primer berdasarkan sidik jari akan sulit dilakukan, maka dapat digantikan dengan pemeriksaan gigi geligi karena gigi bersifat lebihtahan lama terhadap proses pembusukan. Namun keadaan gigi tersebut juga dipengaruhi faktor lingkungan tempat jenazah itu berada. Fakta pengalaman di lapangan menunjukkan bahwaidentifikasi korban meninggal massal melalui gigi-geligi mempunyai kontribusi yang tinggi dalam menentukan identitas seseorang.

laporanLaporan kasus ini menyajikan proses identifikasi korban bencana pada kejadian kapal tenggelam dan pesawat udara yang terbakar didarat.Jenazah korban tenggelam nya KM Senopati Nusantara,jenazah mengalami pembusukan lanjut yang berarti disertai dengan tidak utuhnya jaringan tubuh.Sebaliknya pada jenazah korban terbakarnya Pesawat Garuda GA200PKGZCBoeing 737400 jurusan JakartaYogyakarta,jenazah ditemukan terpanggang menjadi separuh arang. Mempelajari dua kasus yang berbeda tersebut dapat dijadikan dasar dalam menentukan prioritas identifikasi primer akibat perbedaan keutuhan jaringan tubuh sesuai dengan modus kejadian kecelakaan Perbedaan ini akan sangat mempengaruhi pelaksanaan fase rekonsiliasi dalam upaya pelepasan dan penyerah terimaan jenazah kepada keluarga yang bersangkutan. Meskipun terdapat skala prioritas pemeriksaan namun prosedur dan tahap pemeriksaan harus dikerjakan seluruhnya baik pemeriksaan primer dan pemeriksaa skunder.

Kasus kecelakaan yang dilaporkan disebabkan karena kelalaian manusia disertai dengan kondisi alam yang tidak bersahabat dengan jumlah korban yang cukup banyak. Perbedaan terletak pada lokasi tempat terjadinya musibah bencana massal, yakni di laut dan di darat dengancara yang berbeda pula yaitu tenggelam dan terbakar. Dari tempat dan cara kejadian yang berbeda ternyata memberikan keberhasilan identifikasi yang berbeda. Hal ini selain dipengaruhi oleh media, juga dipengaruhi oleh kondisi kekuatan jaringan ikat yang masih intak terhadap proses pembusukan, serta lamanya jenazah terpapar dengan media pembusukan

Keberhasilan Indetifikasi Jenazah Korban Tenggelamnya Kapal Senopati Nusantara Dari data diatas dapat diketahui bahwa jenazah dengan keadaan membusuk awal yaitu ditemukan 2hari setelah kejadian,memiliki kemudahan dalam proses identifikasi antara lain karena masih dapatdilakukan teknik sederhana melalui visual yaitu fotokeluarga yang ditunjukkan. Data tersebut tetap dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan sekunder yang lain, yaitu ditemukannya sikatrik pada kaki korban, kumis dan tahi lalat.Kondisi pembusukan awal juga masih memungkinkan diidentifikasi melalui proses pemeriksaan primer yang bersifat ekonomis danefisien yaitu pemeriksaan gigi, meskipun keluarga tidak dapat merinci kondisi gigi korban dengan tepat.

Metode indetifikasi jenazahKeterangan:Jenazah dapat diidentifikasi sederhana secara visualPemeriksaan sekunder medis: sikatrik;Pemeriksaan sekunder medis: kumis, tahi lalat

Pemeriksaan primer gigi tidak akurat akibat avulsi gigi post mortem dan hilang jaringan lunakPemeriksaan sekunder.Keterangan: Pemeriksaan sekunder medis dari sex dan tinggi BadanPemeriksaan sekunder properti dari KTP yang melekatPemeriksaan sekunder medis dari tatoo sebagai saran

Pemeriksaan primer DNA sebagai alternatif penentu terakhirKeberhasilan identifikasi jenazah korban terbakar pesawat garuda indonesia dapat dilakukan proses identifikasi tepat berdasarkan gigi geligi. Meskipun demikian tetap harus dilakukan pemeriksaan sekunder lain, sepertipemeriksaan fotografi dan. Pemeriksaan sekunder medis justru mengalami keterbatasan evaluasi akibat pada jenazah yang terbakar maka akan terjadi perubahan fisik secara nyata baik tinggi badan dan ciri khas lain, kecuali jenis kelamin yang dapat dilakukan dengan membedah jenazah. Pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan primer mempunyai nilai yang sangat tinggi(95%) bila dibandingkan dengan pemeriksaan sekunder yaitu melalui pemeriksaan primer gigi.

Pemeriksaan gigiPemeriksaan Gigi Keterangan : Kondisi jenazah terbakar hangus,sidik gigi yang tetap utuh dan merupakan ciri khas masing-masing.

Pemeriksaan sekunder fotografi,gigi dapat dijadikan bahan identifikasi superimposed Pemeriksaan primer gigi disertai dengan gigi palsSkema Pemeriksaan Post MortemJenazah

Bila ditemukan jenazah korban bencana massal maka tim pemeriksa jenazah atau tim post mortemakan melakukan komparasi data dengan tim pengumpul fakta orang hilang atau tim ante mortem yang datanya diperoleh dari laporan keluarga. Berdasarkan komparasi pemeriksaan masing- masing tim bila terdapat tiga macam primary identifiers, pemilihan sebaiknya dilakukan terlebihdahulu pemeriksaan yang bersifat: cepat, akurat efektif terutama dalam hal ekonomiHasil Prioritas Identifikasi Jenazah pada Korban Tenggelam dan Pesawat Terbakar

Pemeriksaan primer tidak dapat diprioritaskan. Apabila pemeriksaan sekunder yang seharusnya dapatdijadikanbahan untuk mengidentifikasi individu dianggap meragukan,dapat dilakukan pemeriksaan DNA sebagai prioritas berikutnya13kesimpulanPerbedaan dua kejadian bencana massal menunjukkan karakter yang berbeda terutama keadaan kondisi jenazah, proses pemeriksaan jenazah sehingga mempengaruhi keberhasilan identifikasi jenazah. Kondisi utama jenazah yang semakin tidak utuh akan semakin mempersulit proses identifikasi jenazah sehingga pemeriksaan gigi dibandingkan dengan skunder

Sekian dan terimakasihWassalamualaikum warahmatulla hiwabarakatu