Jurnal Perikanan dan Kelautan 08-04-2016 FISH...
Transcript of Jurnal Perikanan dan Kelautan 08-04-2016 FISH...
Jurnal Perikanan dan Kelautan 08-04-2016
FISH COMMUNITY STRUCTURE IN SEAGRASS ECOSYSTEMS DUARA
VILLAGE DISTRICT NORTH LINGGA RIAU ISLAND PROVINCE
SUPRIZAL
College Student of Marine Science, FIKP UMRAH, [email protected]
Arief Pratomo
Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH, [email protected]
Risandi Dwirama Putra
Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH, [email protected]
ABSTRACT
Community structure of target fishes was analyzed to understand their response to
different conditions of coral reefs in several places of Hugow and Putus-Putus
islands. This study focused on species abundance and diversity including Shannon-
Wiener’s species diversity (H’), species richness (SR), species evenness (J’) and
dominance (d) indices, respectively. A multivariate analysis was used for the
classification or correspondence factorial analyses. The result recorded 4,501
individuals belonging to 52 species of target fishes. Both cluster and correspondence
analyses clearly recognized 3 groups of target fish with 2 major controlling factors for
the development of these 3 ecological groups, i.e. coral reef conditions and
geographic position to the hydrodynamic condition.
Keywords : Community Structure, Fishes, Ekosistem Seegres
STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DI EKOSISTEM PADANG LAMUN DESA
DUARA KECAMATAN LINGGA UTARA KABUPATEN LINGGA
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
SUPRIZAL
College Student of Marine Science, FIKP UMRAH, [email protected]
Arief Pratomo
Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
Risandi Dwirama Putra
Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH, [email protected]
Abstrak
Padang lamun sebagai suatu habitat di daerah pesisir pantai akan terus
mengalami perubahan oleh berbagai sebab, sehingga penelitian struktur komunitas
ikan yang merupakan indikator stabilitas ekosistem juga terus dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas ikan di
padang lamun di Perairan Desa Duara Kecamatan Lingga Utara Kabupater Lingga
provinsi Kepulauan Riau. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 dengan
menggunakan jaring Tagak untuk menangkap ikan – ikan di padang lamun. Ikan yang
tertangkap dari tiga stasiun di Perairan Desa Duara selama penelitian berjumlah 563
individu yang meliputi 5 spesies dari 5 famili. Valamugil engcli adalah spesies yang
umum ditemukan dengan Komposisi keseluruhan sebesar 42 %. Lebih jauh, indeks
keanekaragaman, keseragaman, dominansi, kelimpahan, dan biomassa ikan dibahas.
Kata kunci : padang lamun, komunitas ikan, Desa Duara, Provinsi Kepulauan
Riau.
1. Staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas maritim raja ali
haji
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Ekosistem padang lamun dapat berfungsi sebagai penyuplai energi dan
nutrien. yang akan dimanfaat untuk pertumbuhan fitoplankton,dan lamun itu sendiri.
(Dahuri 2003).Menurut Rostika (2014) jenis ikan yang paling umum ditemui di
lamun antara lain adalah Ambassis nalua (Ambassidae), Geres erythourus, dan Geres
oyena (gerridae) choerodon anchorago (Labridae), Lethrinus lentjan (Lethrinidae),
Acreichthys tomentosus (Monachantidae), Plotos canius (Plotosidae), Sillago sihama
(Sillangidae) dan Siganus canaliculatus (Siganidae). Lingkungan padang lamun akan
menentukan struktur komunitas ikan yang berasosiasi dengannya. Semakin banyak
ikan yang berasosiasi menandakan bahwa kondisi kesehatan padang lamun di
perairan dalam keadaan baik.
Jurnal Perikanan dan Kelautan 08-04-2016
A. Struktur Komunitas Ikan
Struktur komunitas ikan merupakan suatu konsep yang mempelajari susunan atau
komposisi spesies dan kelimpahan ikan dalam suatu komunitas, struktur komunitas
menggambarkan interaksi antar usaha memperebutkan sumberdaya yang tersedia
(Soedibjo, 2006 dalam Rostika, 2014).
Tingkah Laku dan Siklus Hidup Ikan di Lamun
Tingkah laku dan siklus hidup ikan merupakan suatu hal yang kompleks dan
sangat luas, karena setiap jenis ikan memiliki tingkah laku dan siklus hidup
tersendiri. Tingkah laku ikan akan mengalami perubahan sesuai dengan fase
kehidupan ikan tersebut, misalnya pada fase juvenil ikan senang dilamun, pada fase
dewasa derada dilaut, (Bell dan Pollard,1998).
2. Asosiasi Ikan dan Ekosistem Lamun
Hutomo dan Martosewojo (1977) membagi kumpulan ikan yang berasosiasi
dengan lamun menjadi 3 kategori, yaitu :
1) Penghuni tetap,
2) Menetap dengan menghabiskan hidupnya di padang lamun dari juvenile
sampai siklus hidup dewasa, tetapi memijah di luar padang lamun
3) Menetap sewaktu-waktu atau singgah hanya mengunjungi padang lamun
B. Ekosistem Padang Lamun
lamun dapat berperan sebagai habitat biota, berfungsi sebagai tempat menempel
berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga), serta berperan sebagai daerah asuhan
(nursery ground), tempat mencari makan ikan (feeding ground), dan sebagai
makanan (food) dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral
fishes), (Kikuchi dan Peres 1977; Hutomo 1985 dalam Azkab, M.H. 1999).
1. Lamun
Lamun atau seagrass merupakan tumbuhan berbunga yang sepenuhnya
menyesuaikan diri dengan hidup terbenam dalam laut (Nainggolan, 2011).
2.Jenis-Jenis Lamun
a. Enhalus acoroides
Gambar 1. Enhalus acoroides (Waycott et al., 2004)
b. Halophila decipiens
Gambar 2. Halophila decipiens (waycot et,al 2004)
c. Halophila oval
Gambar 3. Halophila ovalis (Waycott et al., 2004)
3.Fungsi Lamun
Menurut Philips dan Menez (1988) dalam Azkab (2000), Ekosistem lamun
perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:
1) Menstabilkan dan menahan sedimen-sedimen yang dibawa melalui tekanan-
tekanan dari arus dan gelombang;
2) Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta
mengembangkan sedimentasi;
3) Memberikan perlindungan terhadap hewan-hewan muda dan dewasa yang
berkunjung ke padang lamun;
c.Ikan di Ekosistem Padang Lamun
Padang lamun mempunyai peranan penting bagi kehidupan ikan, lamun
berfungsi sebagai daerah asuhan (nursery ground), sebagai tempat mencari makan
ikan (feeding ground), dan sebagai makanan ikan (food).
D. Kelompok Ikan Karang Yang Bermigrasi di Ekosistem Padang Lamun
a. Ikan Target
b. Ikan Indikator
c. Ikan Mayor
E. Parameter Lingkungan Perairan Yang Berpengaruh Terhadap Ikan
1. Suhu
2. Salinitas
3. Arus
4. Derajat Keasaman (pH)
5.DO (Dissolved Oxygen)
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat survey atau observasi yang tidak
melakukan perlakuan khusus terhadap objek yang akan diteliti. Penelitian ini akan
dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai dengan Januari 2016 di Kawasan
Ekositem Padang Lamun Perairan Desa Duara, Kecamatan Lingga utara, Kabupaten
Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.
d. Teknik Penyamplingan dan Pengamatan data
a. Lamun
Data lamun yang diambil dengan metode observasi langsung adalah jenis
lamun, dan kerapatan, Pada setiap stasiun pengamatan diletakkan 4 buah transek garis
tegak lurus dengan garis pantai, masing-masing transek garis mempunyai panjang
100 m dan jarak antara transek garis 10m. Pada tiap transek garis ditempatkan sebuah
transek kuadrat dengan ukuran 0,5 x 0,5 m.
Tubir
20
15
10 10 20 30
20m 5
0
Pantai
Gambar 8. Plot Pengamatan Lamun
b. Ikan
Pengambilan data ikan dilakukan dengan cara observasi langsung terhadap
ikan sebagai makrofauna yang hidup di lamun dilakukan melalui cara penangkapan
menggunakan jaring tagak yang biasa digunakan oleh masyarakat lokal (Desa
Duara), Jaring yang digunakan memiliki spesifikasi panjang 100 m, lebar 1,5 m dan
ukuran mata jaring 1 inch. Pengambilan data ikan di setiap stasiun dilakukan
pengulangan temporal 2 wakru (pasang,surut), 3 hari yang berbeda,dan 3 stasiun yang
berbeda sehingga total ulangan menjadi 18 kali. Hasil yang didapatkan selanjutnya
dipilah dan diidentifikasi menurut Allen, G.R. (2003),
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
a. Parameter Lingkungan Perairan
Pengukuran parameter perairan dilakukan secara langsung di lokasi penelitian
(Insitu). Pengukuran parameter perairan meliputi pengukuran suhu, oksigen terlarut,
salinitas, dan pH. Hasil pengukuran parameter kualitas perairan diolah dengan
merata- ratakan setiap ulangan pada setiap lokasi penelitian kemudian dibandingkan
dengan Baku Mutu Air Laut (Kep.Men LH, no. 51 tahun 2004).
E. Analisis Data
1. Struktur Komunitas Lamun
a. Jenis Lamun
Melihat jenis lamun yang ditemukan dalam satu unit area pengamatan
(transek kuadran). Pengamatan lamun dilakukan secara langsung pada masing-masing
transek disetiap stasiun, yang kemudian dilakukan identifikasi dan pencatatan
terhadap jenis lamun yang ditemukan. Identifikasi lamun dilakukan berdasarkan
pedoman identifikasi oleh Waycott et al., (2004).
b. kerapatanLamun
Menghitung kerapatan lamun dengan menggunakan metode seagrass percent
cover standards (McKenzie et al, 2003).
2.Struktur Komunitas Ikan
a. Komposisi Spesies
Komposisi spesies adalah perbandingan antara jumlah individu setiap spesies
dengan jumlah individu seluruh spesies yang tertangkap, dengan formula yang
dimodi fikasi dari Fachrul (2006) :
Ks = 𝑛𝑖
𝑁x 100 %
b. Indeks Dominansi
Nilai indeks Dominansi memberikan gambaran tentang dominansi ikan dalam
suatu komunitas ekologi,. Rumus indeks dominansi Simpson (C) (Odum, 1983 dalam
Heriman, 2006) yaitu :
C = {𝑛𝑖
𝑁}
𝑛
𝑖=1²
c. Indeks Keanekaragaman
. Nilai indeks keanekaragaman Shannon (H’) menurut Shannon and Wiener
(1949) dalam Heriman (2006) dihitung menggunakan rumus :
H’ = − Pi log2𝑛𝑖=1 Pi
d. Indeks Keseragaman
Keseragaman jenis didapat dengan membandingkan indeks keanekaragaman dengan
nilai maksimumnya,
E= 𝐻 ′
𝐻𝑚𝑎𝑥
e.Kelimpahan Ikan
Kelimpahan ikan di hitung dengan persamaan N =𝑛
𝐴
Dimana n=Jumlah individu ikan
A= luas daerah penangkapan
g. Biomasa Ikan
Rumus yang digunakan dalam menghitung biomasa yaitu rumus yang
dimodifikasi dari Effendi(1997):
𝑩 =𝑾 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒇𝒂𝒎𝒊𝒍𝒊(𝒈𝒓𝒂𝒎)
𝒕𝒓𝒂𝒏𝒔𝒆𝒌(𝟔𝟎𝟎𝒎𝟐)
Keterangan: B= Biomassa(gram/m²)
W= Berat individu ikan target / luas area
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Desa Duara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Lingga Utara
Kabupaten Lingga. memiliki tiga penampang ekosistem yaitu ekosistem terumbu
karang, ekosistem padang lamun, dan ekosistem mangrove. Penelitian yang dilakukan
diperairan Desa Duara ini terdapat tiga titik stasiun penelitian yang ditentukan
dengan metode purposive sampling dengan menggunakan citra landsat 8, yaitu di
daerah intertidal dan berada pada ekosistem lamun di Desa Duara.
.
Gambar 10. Kondisi lokasi penelitian di Desa Duara, Kecamatan Lingga
Utara, Kabupaten Lingga
B. Lamun
1. Identifikasi Jenis Lamun
Jenis lamun yang ditemukan pada 3 (tiga) stasiun pengamatan, yaitu Enhalus
acoroides, dan Thalissia hemprichii
1.1.Enhalus acoides
Gambar 11. Lamun Enhalus acoroides yang di dapat di perairan Desa Duara
1.2.Thallasia hemprichi
seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
Gambar12 Lamun Thallasia hemprichi yang ditemukan di perairan desa duara
2. Kerapatan Jenis Lamun (ind/m2)
Stasiun 1
Gambar 13. Kerapatan Jenis Lamun pada stasiun 1 pengamatan
Kerapatan lamun di Desa Duara pada stsiun 1 pengamatan didominasi oleh
jenis Thalassia hemprici dengan kerapatan jenis lamun sebesar 202.8 ind/m2. Besar
nya nila ini dikarenakan lamun Thalassia hemprchi mudah berdaptasi dengan kondisi
lingkungan peraiaran di Desa Duara. Menurut Yulianda (2002) terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan suatu jenis lamun dapat tumbuh dengan subur di suatu
perairan, antara lain adalah kesesuaian substrat dan kondisi lingkungan
Stasiun 2
Kerapatan Jenis Lamun
pada Stasiun 2 Pengamatan
Gambar 14. Kerapatan Jenis Lamun pada stasiun 2 pengamatan
25.6
202.8
0
50
100
150
200
250
Enhallus accoroides Thalassia hemprichii
ke
rap
ata
n (
ind
/m2)
Jenis lamun
Kerapatan Jenis Lamun pada Stasiun 1
Pengamatan
0
50
100
150
200
250
Enhallus accoroides Thalassia hemprichii
Ke
rap
atan
ind
/m²
Jenis lamun
Kerapatan lamun di Desa Duara pada stsiun 2 pengamatan juga dominasi oleh
jenis Thalassia hemprici dengan kerapatan jenis lamun sebesar 202.8 ind/m2.
Sementara enhallus accoroides kerapatan nya sebesar 25.4 ind/m2
Stasiun 3
Kerapatan Jenis Lamun
pada Stasiun 3 Pengamatan
Gambar 15. Kerapatan Jenis Lamun pada stasiun 3 pengamatan
Kerapatan lamun di Desa Duara pada stsiun 3 pengamatan juga dominasi oleh
jenis Thalassia hemprici dengan kerapatan jenis lamun sebesar 198.8 ind/m2.
Sementara Enhallus accoroides kerapatannya sebesar 25.6 ind/m2.
C. Struktur Komunitas Ikan
1. Jenis ikan yang didapatkan di perairan Desa Duara
Penelitian di perairan desa duara didapatkan ikan pada stasiun 1 dengan jumlah
tertinggi yaitu 233 individu dari 5 spesies, diikuti Stasiun 2 dengan jumlah 187
individu dari 5 spesies ,dan Stasiun 3 dengan jumlah terendah yaitu 143 individu dari
5 spesies
Deskripsi Spesies Ikan
a. Mempinang (Lethrinus lentjan)
0
50
100
150
200
250
Enhallus accoroides Thalassia hemprichii
Ke
rap
atan
ind
/m²
Jenis lamun
Gambar19 Lethrinus lentjan (Suprizal 2016)
Lethrinus lentjan Hidup soliter atau membentuk kelompok-kelompok kecil
didaerah padang lamun dan di daerah berpasir serta pada puing- puing dari terumbu
dan lagun hingga kedalaman 30 m.berukuran 14 cm.(Allen, G.R, et al, 2003).
b. Seriding (Apogon ceramensis)
Gambar 20. Apogon ceramensisi (Suprizal 2016)
Apogon ceramensis yang hidup hingga pada kedalaman 10m.ukutan 13 cm.
(Allen, G.R, et al, 2003).
c. Mentimah (Geres acinaces)
Gambar 21. Geres acinaces (Suprizal 2016)
Geres acinaces bewarna silver ditandai dengan skala yang jelas Umum
dijumpai disepanjang pantai berpasir dekat terumbu hingga kedalaman 10 m. ukuran
13 cm. (Allen, G.R, et al,2003).
d. Lebam (Siganus guttatus)
Gambar 22. Siganus gutatus (Suprizal 2016)
Siganus gutatus bewarna abu-abu pucat dengan banyak bintik –bintik keemassan
dibagian tubuh,dan memiliki garis-garis pada tutuh dengan besar garis yang sama.
Terdapat dilagun terumbu pesisir, dan mangrove hingga pada kedalaman 20 m
spesies ini masih ditemukan. Ukuran 11 cm. (Allen, g.r, et al, 2003).
e. Belanak (Valamugil engcli)
Gambar 23. Valamugil engcli (Suprizal 2016)
Valamugil engcli berwarna silver dengan garis abu-abu disetiap garis berskala
sempit,. Ditemukan hingga kedalaman 10 m. ukuran 17 cm. (Allen, G.R, et al, 2003).
2. Komposisi Jenis
Komposisi jenis ikan yang di dapatkan pada stasiun 1
Ikan yang tertangkap pada stasiun I sebanyak 233 individu yang terdiri dari 5
spesies dari 5 famili.
Gambar 16. komposisi jenis ikan yang terdapat pada stasiun 1 pengamatan
Komposisi jenis ikan yang di dapatkan pada stasiun 2
38%
19%15%
22%6%
Komposisi jenis ikanValamugil engcli (Belanak)
Siganus guttatus (Debam)
Geres acinaces (Mentimah)
Apogon ceramensis (Seriding)
Ikan yang tertangkap pada stasiun II sebanyak 187 individu yang terdiri dari
5 spesies dari 5 famili.
Gambar 17. Komposisi Jenis Ikan Yang Tertangkap di Stasiun II
Komposisi jenis ikan yang di dapatkan pada stasiun 3
Ikan yang tertangkap pada stasiun III sebanyak 143 individu yang terdiri dari
5 spesies dari 5 famili dengan.
Gambar 18. Komposisi Jenis Ikan Yang Tertangkap di Stasiun III
4.4 Kelimpahan Ikan yang didapat diperairan Desa Duara
54%
17%
7%
14%8%
Komposisi jenis ikanValamugil engcli (Belanak)Siganus guttatus (Debam)Geres acinaces (Mentimah)Apogon ceramensis (Seriding)Letrinus lentjan (Mempinang)
38%
19%15%
22%6%
Komposisi jenis ikan
Valamugil engcli (Belanak)
Siganus guttatus (Debam)
Geres acinaces (Mentimah)Apogon ceramensis (Seriding)Letrinus lentjan (Mempinang)
Kelimpahan ikan di stasiun 1
Gambar 24. Kelimpahan ikan pada stasiun 1 pengamatan
Jumlah total spesies yang didapatkan di stasiun 1 dengan 3 kali pengulangan
yaitu 233 individu ikan.
0
5
10
15
20
25
PERTAMA
PASANG
PERTAMA
SURUT
KEDUA
PASANG
KEDUA
SURUT
KETIGA
PASANG
KETIGA
SURUT
ke
lim
pa
ha
n
stasiun penelitian
Apogon
ceramensis
Geres acinaces
Kelimpahan ikan di stasiun 2
Gambar 25. kelimpahan ikan pada stasiun 2
Jumlah spesies ikan yang didapatkan di stasiun 2 dengan 3 kali pengulangan
yaitu 5 spesies dari 187 individu ikan. Pada gambar diatas memperlihatkan spesies
tertinggi adalah valamugil engcli dengan jumlah kelimpahan rata–rata 300 ind/ha.
Kelimpahan ikan di stasiun 3
0
5
10
15
20
25
PERTAMA PASANG
PERTAMA SURUT
KEDUA PASANG
KEDUA SURUT
KETIGA PASANG
KETIGA SURUT
keim
pah
an
stasiun penelitian
Apogon ceramensis
Geres acinaces
Lethrinus Lentjan
Siganus guttastus
Valamugil engcli
Gambar 26.Kelimpahan ikan pada stasiun 3
Jumlah spesies ikan yang didapatkan di stasiun 3 dengan 3 kali pengulangan
yaitu 5 spesies dari 143 individu ikan. Habitat lamun pada umumnya mendukung
kelimpahan dan keanekaragaman ikan lebih tinggi dibandingkan dengan habitat tanpa
lamun (hanya substrat) yang berdekatan (Tolan et al., 1997) dalam (Rahmawati dkk,
2012).
3. Indeks Keanekaragaman(H’), Indeks Keseragaman (E), Indeks
Dominansi (C) di Perairan Desa Duara
0
5
10
15
20
25
30
PERTAMA PASANG
PERTAMA SURUT
KEDUA PASANG
KEDUA SURUT
KETIGA PASANG
KETIGA SURUT
kelim
pah
an
stasiun penelitian
Apogon ceramensisGeres acinaces
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
keanekaragaman keseragaman dominansi
Nila
i (H
),(E
),(C
)
Gambar 27. nilai indeks H, E, C pada stasiun 1
Nilai indeks keanekaragaman jenis yang diperoleh selama pengamatan yaitu
stasiun 1 sebesar 2.12 Nilai indeks keseragaman (E) yang diperoleh yaitu stasiun 1
sebesar 0,91.
Nilai indeks domiansi (C) pada stasiun 1 sebesar 0,26.
Gambar Indeks Keanekaragaman(H’), Indeks Keseragaman (E), Indeks
Dominansi (C) Pada Stasiun 2
Grafik 28. nilai indek H, E, C pada stasiun 2
Nilai indeks keanekaragaman jenis yang diperoleh selama pengamatan yaitu
stasiun 2 sebesar 1.88. Nilai indeks keseragaman (E) yang diperoleh yaitu stasiun 2
sebesar 0.81.
Nilai indeks domiansi (C) pada stasiun 2 sebesar 0.35
Gambar Indeks Keanekaragaman(H’), Indeks Keseragaman (E), Indeks
Dominansi (C) Pada Stasiun 3
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
keanekaragaman keseragaman dominansi
Nila
i In
dek
(h
),(e
),(c
)
Gambar 29. nilai indeks H, E, C pada stasiun 3
Nilai indeks keanekaragaman jenis yang diperoleh pada stasiun 3 sebesar
2.10. Nilai indeks keseragaman (E) yang diperoleh pada stasiun 3 yaitu sebesar 0.90
Nilai indeks domiansi (C) pada stasiun 3 sebesar 0.26
Asosiasi ikan dengan lamun
kumpulan ikan yang berasosiasi dengan lamun yaitu :
I. Menetap dengan menghabiskan hidupnya di padang lamun dari juvenil
sampai siklus hidup dewasa, tetapi memijah diluar padang lamun yaitu
apogon ceramensis, valamugil engeli
2. Menetap hanya pada saat tahap juvenile yaitu siganus gutatus
3. Menetap sewaktu-waktu atau singgah hanya mengunjungi padang lamun
untuk berlindung atau mencari makan yaitu blotched phase , geres
acinaces .
Organisme disuatu ekosistem hidup secara alami dengan membentuk
keterkaitan lingkungan. Keterkaitan hidup masing-masing jenis ikan membentuk
suatu asosiasi, dimana setiap jenis ikan berusaha mendapatkan lingkungan yang tepat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Khouw (2008) dalam Paillin (2009)
mengatakan adanya interaksi spesies akan menghasilkan suatu asosiasi
4.Biomasa ikan
Biomasa (sediaan ikan per luasan sensus)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
keanekaragaman keseragaman dominansi
Nila
i In
de
k (H
),(E
),(C
)
Gambar 30. Biomasa ikan pada stasiun 1
pada stasiun 1 jumlah total biomassa sebesar 234 kg/ha, jumlah biomasa ikan
pada stasiun 1 ini lebih unggul dari pada stasiun 2 dan 3 hal ini disebabkan karna
pada stasiun satu ini ekosistem padang lamunnya cukup padat
Grafik 31. biomassa ikan yang didapatkan pada stasiun 2
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
hari pertama pasang
hari pertama
surut
hari kedua pasang
hari kedua surut
hari ketiga pasang
hari ketiga surut
Jum
lah
Bio
mas
sa (
kg/h
a)
Stasiun pengamatan
Biomassa ikan Stasiun 1
Apogon ceramensis
Geres acinaces
0.000
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
hari pertama pasang
hari pertama
surut
hari kedua pasang
hari kedua surut
hari ketiga pasang
hari ketiga surut
jum
lah
bio
mas
sa
stasiun pengamatan
Biomassa ikan di Stasiun 2
Apogon ceramensisGeres acinaces
Pada stasiun 2 jumlah total biomassa ikan adalah 107kg/ha, total jumlah
biomassa ikan ini tidak jauh berbeda dengan jumlah total ikan yang didapatkan pada
stasiun 1, menurunnya jumlah total biomassa ikan pada stasiun ini di pengaruhi oleh
kerapatan lamun juga
Gambar 32. biomassa ikan yang didapatkan pada stasiun 3
Jumlah boimassa ikan pada stasiun 3 adalah 48 kg/ha jumlah ini berbeda
dengan jumlah boimassa ikan yang didapatkan pada stasiun 1 dan 2 hal ini
disebabkan karna ikan lebih memilih pada stasiun yang memiliki kepadatan lamun
tinggi ,pada stasiun 3 ini ekosistem padang lamun memiliki kepadatan yang lebih
jarang
5. Karakteristik Parameter Perairan Desa Duara
a. Suhu
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
hari pertama pasanghari pertama suruthari kedua pasanghari kedua suruthari ketiga pasanghari ketiga surut
Jum
lah
bio
mas
a
Stasiun pengamatan
Biomassa ikan di Stasiun 3
Apogon ceramensis
Geres acinaces
Gambar 33. Suhu perairan desa duara
Nilai rata-rata suhu perairan yang diamatipada pagi, siang, dan sore hari
sebesar 30.8 ˚c. Menurut Kordi dan tancung (2007) dalam lotu cosine (2012), bahwa
kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan diperairan tropis adalah antara 28˚c-32˚c.
b. Salinitas
Grafik 34. Salinitas perairan desa duara
Untuk nilai salinitas rata-rata yang diamati selama priode pasang dan surutait
laut yaitu sebesar 28.8 ‰. Nilai kisaran salinitas perairan desa Duara dalam kondisi
labil karena dipengaruhi oleh musim dan adanya anak sungai yang bermuara kelaut.
c. Oksigen terlarut (DO)
28
29
30
31
32
st1 st2 st3
suh
u r
ata-
rata
Stasiun pengamatan
grafik suhu perairan desa duarapagi
siang
sore
26.5
27
27.5
28
28.5
29
29.5
30
30.5
st1 st2 st3
salin
itas
Stasiun pengamatan
grafik salinitas perairan desa duara
pasang
surut
Gambar 35. Oksigen terlarut perairan desa duara
Nilai rata-rata oksigen terlarut yang diamati pada pagi, siang, dan sore hari
sebesar 6.9 mg/l. Nilai oksigen terlarut sangat optimal bagi pertumbuhan ikan.
Menurut Boyd (1995) dalam Latucosina (2012) kisaran oksigen terlarut yang optimal
bagi pertumbuhan ikan adalah diatas 5 mg/l
Drajat keasaman (pH)
Gambar 36. pH perairan desa duara
pH rata-rata yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 7.1. Menurut Effendi
(2000), air laut umumnya memiliki kisaran pH antara 7 – 8,5 ,dan menurut Dawson
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3
DO
stasiun pengamatan
grafik DO perairan desa duara
pagi
siang
sore
6.4
6.6
6.8
7
7.2
7.4
st1 st2 st3
pH
Stasiun pengamatan
grafik ph perairan desa duara
pas…
dalam Reswara 2010 ikan dapat tumbuh optimal jika berada dalam kisaran pH antara
7,0 – 8,5.
Kecepatan arus
Gambar 37. Kecepatan arus perairan desa duara
Kecepatan arus yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0.31 m/s saat
pasang dan, 0,12 m/s kecepatan arus berpengaruh besar dalam transportasi telur, larva
dan ikan-ikan kecil (Laevastu dan Hayes 1981 dalam Merryanto 2000).
KESIMPULAN
Hasil penelitian yang di lakukan di perairan desa duara didapatkan dua jenis
lamun yaitu Enhalus acaroides dan Thalasia hemprichi, kerapatan. Jenis ikan yang
didapat yaitu valamugil engcli, siganus gutatus, geres acinaces, apogon ceramensis,
lethrinus lentjan., kelimpahan ikan tertinggi yaitu spesies valamugil engcli dan
kelimpahan ikan terendah yaitu letrinus lentjan. Pengukuran parameter perairan, suhu
salinitas,Ph, DO, keceparan arus di perairan desa duara menunjukkan keadaan stabil.
B. Saran
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
st1 st2 st3
kece
pat
an a
rus
Stasiun pengamatan
grafik kecepatan arus perairan desa duara
pasang
surut
Untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang kekayaan jenis ikan dan
sebarannya diekositem padang lamun perairan Desa Duara, Kepulauan Riau, maka
perlu penelitian secara kontinyu terutama berdasarkan musim.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanto, H.S. 2014 Struktur Komunitas Ikan di Ekosistem Padang Lamun
Kabupaten Bintan, Skripsi, Universitas Maritim Raja Ali Haji,Tanjungpinang
Aswandy,1 dan M.H.Azkab.2000 Hubungan fauna denganpadang lamun. Oseana,
25(3):19-24.
Azkab, M.H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun. OSEANA, Volume XXIV,
Nomor 1. Hal 1-16. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta25(3):19-24.
Azkab M.H., 2000, Produktivitas Lamun, Oseana, XXV (1) : 1-11, Balitbang
Biologi Laut, Pustlibang Biologi Laut- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Jakarta.
Azkab, M.H., 2000, Struktur dan Fungsi Komunitas Lamun, Oseana, XXV (3) : 9-
17, Balitbang Biologi Laut, Pustlibang Biologi Laut- Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Azkab. 2006, Ada Apa dengan Lamun., Bidang Sumberdaya Laut, Pusat Penelitian
Oseanografi-Lembaga Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Bell, J.D. and D.A. Pollard. 1989. Ecology of Fish Assemblages and Fisheries
Associated with Seagrasses.In: Larkum, A.W.D., McComb, A.J., and
Shephard, S.A. (Eds.). Biology of Seagrasses: A Treatise on the Biology
of Seagrasses with Special Reference to the Australasian Region.
Elsevier, Amsterdam, 565-609pp
Effendie, M.I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 105 hal.
Fachrul, 2006, Metode Sampling Bioekologi, Penerbit Bumi Aksara Fahmi dan
Adrim, M., 2009 Deversitas pada Komunitas Padang Lamun di Periran
Pesisir Kepulauan Riau, Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 35 (1) : 75-
90, Pusat Penelitian Oceanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Jakarta.
Heriman, M., 2006, Struktur Komunitas Ikan yang Berasosiasi dengan Ekosistem
Padang Lamun di Perairan Tanjung Merah Sulawesi Utara, Skripsi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Hutomo, M dan Djamali, 1977. Komunitas Ikan pada Padang Lamun (Seagrass,) di
Pantai Selatan Pulau Tegah, Gugusan Pulau Pari. LIPI, Jakarta
Hutomo, M. 1985. Telaah Ekologik Komunitas Ikan padang lamun (Seagrass,
Antophyta) di perairan Teluk Banten.Disertasi Fakultas Pasca Sarjana IPB.
Bogor. 299 pp.
Juwana, S., dan Romimohtarto, K., 2001, Biologi Laut, Ilmu Pengetahuan Tentang
Biologi Laut, Djambatan, Jakarta.
Juhara, A., 2012, Struktur Komunitas Polychaeta pada Lima Muara Sungai di
TeluJakarta, Universitas Indonesia
Krebs, 1978.Ecology.The Experimental Analysis of Distribution and Abundance.
Third Editin. Harper and Row Distribution.New York
Kordi, K.,M.,G.,H., 2011, Ekositem Lamun (Seagrass), Rineka Cipta, Yogyakarta.
Kordi, K.,M.,G.,H., 2011, Buku Pintar Budi Daya 32 Ikan Laut Ekonomis, Lily
Publisher, Yogyakarta.
Manik, N., 2007, Struktur Komunitas Ikan Padang LamunTanjung Merah, Bitung,
Oseanologidan Limnologi di Indonesia, 33 : 81-95, UPT Loka Konservasi
Biota Laut Bitung, PusatPenelitian Oseanografi- Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Jakarta.
Nainggolan, P., 2011, Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) di Teluk
Bakau Kepulauan Riau, Skripsi, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Cetakan ke-2. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Odum. 1997. Biologi umum. Jakarta: Gramedia.
Phillips, R, C, and E, G, Menez. 1988. Seagrasses. Smithsonion Institution Press.
Washington DC, 104 pp.
Rahmawati, S, Fahmi, dan Yusup, S.D., 2012, Komunitas Padang Lamun dan Ikan
Pantai di Perairan Kendari Sulawesi Tenggara, Ilmu Kelautan, 17 (4) : : 190-
198, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Rostika, 2014 Struktur Komunitas Ikan Padang Lamun di Perairan Teluk Baku Pulau
Bintan Kepulauan Riau, Skripsi, Universitas Maritim Raja Ali Haji,
Tanjungpinang.
Rappe, Rohani A., 2010, Struktur Komunitas Ikan Padang Lamun yang Berbeda di
PulauBarang Lompo, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2 (2) : 62-
73, Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan Departemen Ilmu dan Teknologi
Kelautan,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Suharti, S. R. 1999. Keanekaragaman Jenis dan Kelimpahan Pomacentridae
diTerumbu Karang Perairan Selat Sunda.Tanda L. 2002.Coral Reef
Fish Stock Assessment in the Togean and Banggai Islands, Sulawesi,
Indonesia.RAPbulletin of biological assessment.
Sutika, N., 1989. Ilmu Air. Universitas Padjadjarang. BUNPAD Bandung. Bandung.
Soeseno, 1982.Dasar Perikanan Umum. Jasa Guna, Jakarta.
Umaly, R.C., dan L.A Cuvin. 1988. Lymnology : Laboratory And Field Guide,
Physico-Chemical Factors, Biological Factors. National BookStore,
Inc..Publishers.Metro Manila.322 p.
Widodo E. 2013 Keanekaragaman Jenis dan Pola Sebaran Lamun di Perairan Teluk
Dalam Kabupaten, Bintan, Skripsi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang.
Waycott, M., McMahon K, J. Mellors, A. Calladine, and D. Kleine. 2004. A Guide to
Tropical Seagrasses of the Indo-West Pacific. James Cook University,
Queensland-Australia.