JURNAL PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN PRAKTIK PMS.pdf

8
1 Jurnal Keperawatan Oleh Rosidin-Tahun 2015 STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI KALANGAN WARIA KOTA BANDUNG Ns. Efri Widianti, M.Kep.,Sp.Kep Jiwa 1 , Ns. Asri Handayani, S.Kep.,M.Kep 2 , Rosidin,S.Kep 3 1,2,3 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung, Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung ABSTRAK Keberadaan waria di Indonesia khususnya Kota Bandung menempati posisi pertama yaitu 29,5%, selain dianggap perilaku yang menyimpang dalam kehidupan waria sangat rentan dan beresiko terjadinya kekerasan psikologis yang berhubungan dengan seksual sehingga berdampak terjadinya penularan pada Praktik Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS). Kasus penyakit menular seksual (PMS) di Jawa Barat pada tahun 2001-2011 sebanyak 19.769 kasus. Tingginya prevalensi Penyakit Menular Seksual (IMS) menyebabkan HIV pada waria sebesar 29%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Praktik Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS) di Kalangan Waria Kota Bandung. Jenis penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan waktu cross sectional, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 80 orang. Analisa data berbentuk distribusi frekuensi dan lambda. Hasil analisa data berdasarkan pengetahuan didapatkan baik sebanyak 28 (35,0%), sikap positif sebanyak 48 (60,0%), dan berdasarkan praktik baik sebanyak 43 (53,8%). Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan praktik pencegahan penyakit menular seksual (PMS). Disarankan kepada Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) untuk dapat meningkatkan kembali jadwal pembinaan yang teratur dalam bentuk konseling dan penyuluhan. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Praktik Pencegahan Penyakit The existence of transvestites in Indonesia, especially Bandung occupies the first position that is 29.5%, One form of deviant behavior in the lives of transvestites are very vulnerable and at risk of psychological violence associated with the transmission of sexually so the impact on the practice of Prevention Sexually Transmitted Disease (STD). Cases of sexually transmitted diseases (STD) in West Java in the year 2001 to 2011 as many as 19 769 cases. The high prevalence of Sexually Transmitted Diseases (STDs) HIV on transgender causes by 29%. The of research to find out the relationship with the Knowledge and Attitude Practice Prevention of Sexually Transmitted Diseases (STD) Among Transgender Bandung. Correlative descriptive of research with cross sectional approach, the amount of samples used as many as 80 people. Analysis of data in the form of frequency distribution and chi-square. The analysis used in the form of a frequency distribution table and chie-square test. The Results of analysis of data based on knowledge obtained either by 28 (35.0%), obtained by the positive attitude as much as 48 (60.0%), based on good practice by 43 (53.8%). The results showed a significant relationship between knowledge and attitudes to practice prevention of sexually transmitted diseases (STD). Suggested to the National AIDS Commission (KPA) to improve coaching schedule regular back in the form of counseling and education.

Transcript of JURNAL PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN PRAKTIK PMS.pdf

Page 1: JURNAL PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN PRAKTIK PMS.pdf

1

Jurnal Keperawatan Oleh Rosidin-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK

PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

DI KALANGAN WARIA KOTA BANDUNG

Ns. Efri Widianti, M.Kep.,Sp.Kep Jiwa1, Ns. Asri Handayani, S.Kep.,M.Kep 2, Rosidin,S.Kep3

1,2,3Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung,

Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung

ABSTRAK

Keberadaan waria di Indonesia khususnya Kota Bandung menempati posisi pertama yaitu

29,5%, selain dianggap perilaku yang menyimpang dalam kehidupan waria sangat rentan

dan beresiko terjadinya kekerasan psikologis yang berhubungan dengan seksual sehingga

berdampak terjadinya penularan pada Praktik Pencegahan Penyakit Menular Seksual

(PMS). Kasus penyakit menular seksual (PMS) di Jawa Barat pada tahun 2001-2011

sebanyak 19.769 kasus. Tingginya prevalensi Penyakit Menular Seksual (IMS)

menyebabkan HIV pada waria sebesar 29%. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Praktik Pencegahan Penyakit

Menular Seksual (PMS) di Kalangan Waria Kota Bandung. Jenis penelitian deskriptif

korelatif dengan pendekatan waktu cross sectional, jumlah sampel yang digunakan

sebanyak 80 orang. Analisa data berbentuk distribusi frekuensi dan lambda. Hasil analisa

data berdasarkan pengetahuan didapatkan baik sebanyak 28 (35,0%), sikap positif

sebanyak 48 (60,0%), dan berdasarkan praktik baik sebanyak 43 (53,8%). Hasil penelitian

menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan

praktik pencegahan penyakit menular seksual (PMS). Disarankan kepada Komisi

Penanggulangan AIDS (KPA) untuk dapat meningkatkan kembali jadwal pembinaan yang

teratur dalam bentuk konseling dan penyuluhan.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Praktik Pencegahan Penyakit

The existence of transvestites in Indonesia, especially Bandung occupies the first position

that is 29.5%, One form of deviant behavior in the lives of transvestites are very

vulnerable and at risk of psychological violence associated with the transmission of

sexually so the impact on the practice of Prevention Sexually Transmitted Disease (STD).

Cases of sexually transmitted diseases (STD) in West Java in the year 2001 to 2011 as

many as 19 769 cases. The high prevalence of Sexually Transmitted Diseases (STDs) HIV

on transgender causes by 29%. The of research to find out the relationship with the

Knowledge and Attitude Practice Prevention of Sexually Transmitted Diseases (STD)

Among Transgender Bandung. Correlative descriptive of research with cross sectional

approach, the amount of samples used as many as 80 people. Analysis of data in the form

of frequency distribution and chi-square. The analysis used in the form of a frequency

distribution table and chie-square test. The Results of analysis of data based on

knowledge obtained either by 28 (35.0%), obtained by the positive attitude as much as 48

(60.0%), based on good practice by 43 (53.8%). The results showed a significant

relationship between knowledge and attitudes to practice prevention of sexually

transmitted diseases (STD). Suggested to the National AIDS Commission (KPA) to

improve coaching schedule regular back in the form of counseling and education.

Page 2: JURNAL PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN PRAKTIK PMS.pdf

2

Jurnal Keperawatan Oleh Rosidin-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

PENDAHULUAN

Waria dalam konteks psikologis

termasuk dalam transeksualisme, yakni

seseorang yang secara jasmani jenis

kelaminnya jelas dan sempurna, namun

secara psikis cenderung menampilkan

diri sebagai lawan jenis (Koeswinarno,

2005). Menurut Carroll dalam Davidson,

Neale dan Kring (2006) Transeksual

merupakan individu dengan gangguan

identitas gender yang umumnya dimulai

sejak kecil dimana ia merasa dan

meyakini bahwa dirinya adalah jenis

kelamin yang berkebalikan dengan

keadaannya yang sebenarnya perasaan

ini terus berlanjut hingga masa dewasa.

Kinsey (dalam Hawari, 2010)

menyatakan bahwa di Amerika Serikat,

prevalensi mereka yang homoseksual

murni (100%) berkisar antara 2% sampai

4%, sementara yang lebih menonjol

homoseksual dari pada heteroseksual

berkisar antara 7% hingga 13% atau

dengan kata lain diperkirakan terdapat

10% dimensi homoseksual yang cukup

berarti dalam kehidupan masyarakat

modern dan industri. Kinsley (dalam

Kaplan & Sadock, 2010) juga

menyebutkan bahwa 10% laki-laki

adalah homoseksual dan untuk wanita

angka tersebut adalah 5%.

Jumlah waria di Indonesia adalah

Bandung menempati posisi pertama

yaitu 29,6%, diikuti DKI Jakarta 28.8%,

Surabaya 26,8%, Semarang 23,5% dan

Malang sebesar 19% sebagai posisi

kelima yang memiliki jumlah waria

terbesar (STBP, 2007). 2

Keberadaan waria memiliki banyak

permasalahan, disamping masih

menghadapi berbagai tekanan sosial

termasuk stigma (anggapan) yaitu ciri

negatif yang menempel pada pribadi

seseorang karena pengaruh lingkungan

berupa citra jorok, menjijikkan, kotor,

identitik dengan kriminalitas, perilaku

yang mencolok dan setempel hitam lain

terutama Praktik seksual yang

menyimpang (Puspitosari, 2005). Dari

kondisi yang telah dipaparkan tersebut,

selain dianggap perilaku menyimpang

oleh masyarakat dan keluarga mereka,

kehidupan waria sangat rentan dan

beresiko dengan terjadinya kekerasan

psikologis ataupun berhubungan seksual

yang berdampak kemungkinan penularan

dan penyebaran penyakit menular

seksual (PMS) dan HIV/AIDS

(Puspitosari, 2005).

Menurut Daili (2010) pada dekade

terakhir ini, insidens penyakit menular

seksual (PMS) diberbagai negara di

seluruh dunia mengalami peningkatan

yang cukup cepat. PMS dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti perubahan

demografik, fasilitas kesehatan yang

tersedia kurang memadai, pendidikan

kesehatan dan pendidikan seksual

kurang tersebar luas, atau kontrol PMS

yang belum dapat berjalan baik serta

adanya perubahan sikap dan perilaku.

Penyakit Menular Seksual (PMS)

merupakan salah satu infeksi saluran

reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui

hubungan kelamin. Kuman penyebab

infeksi tersebut dapat berupa jamur,

virus dan parasit. Yang termasuk

kelompok PMS adalah gonorhoe, sifilis,

ulkus molle, kondiloma akuminata,

herpes genetalis dan HIV/AIDS. PMS

dapat disebabkan oleh kuman yang

berbeda, namun sering memberikan

keluhan dan gejala yang sama,

contohnya cairan nanah yang keluar dari

saluran kencing laki-laki atau dari liang

senggama perempuan, dan borok pada

kelamin, merupakan keluhan sekaligus

gejala PMS yang umum dijumpai

(Widiastuti, 2009).

Menurut Surveilans Terpadu Biologis

Perilaku (STBP) (2011) menjelaskan

bahwa telah mengumpulkan data

perilaku dari Waria dilaksanakan di 22

kabupaten atau kota pada 11 provinsi.

Diperkirakan terdapat antara 384.320

dan 1.349.270 Waria (rata-rata 779.800)

Page 3: JURNAL PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN PRAKTIK PMS.pdf

3

Jurnal Keperawatan Oleh Rosidin-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

di Indonesia . Angka Penyakit Menular

Seksual (PMS) sangat tinggi pada waria

di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan

Denpasar terutama pada yang aktif

dalam melakukan tindakan seks

komersil. Hal ini disebabkan karena

kebanyakan waria melakukan anal seks

(hubungan seks dengan penetrasi ke

dalam anus) pada pasangannya. Perilaku

tersebut merupakan perilaku berisiko

karena kemungkinan luka yang

memudahkan terjadinya PMS dan HIV.

Selain anal seks, waria juga melakukan

aktivitas oral seks.

Kasus penyakit menular seksual (PMS)

di Jawa Barat pada tahun 2001 s/d 2011

sebanyak 19.769 kasus, dimana

diantaranya diketahui bahwa kasus

Gonorhoe (GO) dan Sifilis sebanyak

2.189 orang dan kasus HIV/AIDS

14.934 kasus. Sedangkan di Kota

Bandung diketahui bahwa kasus PMS

dari tahun 2007-2011 sebanyak 10.956

kasus, dimana kasus HIV/AIDS di

daerah Bandung tahun 2011 mencapai

2.541 orang (DinSos Pemerintah

Provinsi Jawa Barat, 2011). Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan Dewi

(2008), dengan judul pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap

perubahan pengetahuan dan sikap dalam

pencegahan penyakit menular seksual

(PMS) pada waria di resosialisasi

Semarang, diketahui bahwa terdapat

perbedaan pengetahuan pada kelompok

waria yang diberikan pendidikan

kesehatan dengan kelompok yang tidak.

Berdasarkan data STBP (2011)

menunjukkan tingkat pengetahuan waria

terhadap upaya-upaya pencegahan PMS

ini cenderung rendah. Waria cenderung

menyadari adanya manfaat dari kondom,

namun mereka tidak selalu tahu

bagaimana cara untuk menggunakan

kondom dengan benar. Peningkatan

pengetahuan mengenai PMS sangat

penting dalam membentuk suatu Praktik

dalam meningkatkan indikator kesehatan

waria. Menurut hasil penelitian

Margaret, Heru, dan Maya (2013)

dengan metode wawancara, berdasarkan

pengetahuan waria pekerja sek komersial

(PSK) terhadap pemakaian kondom pada

pelanggan paling banyak pada kategori

pengetahuan kurang yaitu 28 responden

(44,4%) dan paling sedikit pada kategori

baik yaitu 8 responden (28,6%).

Kemudian berdasarkan sikap waria PSK

terhadap kemampuan menyakinkan

pelanggan untuk menggunakan kondom

paling banyak pada kategori buruk yaitu

39 responden (61,9%) dan paling sedikit

pada kategori baik yaitu 24 responden

(38,1%) terhadap pencegahan penyakit

penyakit menular (PMS) dan

menyakinkan pelanggan. Pada kelompok

waria, prevalensi Gonorrhae ditemukan

lebih tinggi yaitu 19,8% sampai 37,4%

sedangkan sifilis 25,% sampai 28,8%.

Tingginya prevalensi Penyakit Menular

Seksual (IMS) menyebabkan penularan

HIV semakin meningkat pada kedua

kelompok tersebut. Berdasarkan hasil

prevalensi HIV pada kelompok laki-laki

suka laki-laki (LSL) sebesar 7%,

sedangkan pada waria sebesar 29%

(KPAN, 2009). Peran perawat komunitas

dituntut untuk dapat merancang program

penyelesaian masalah kesehatan pada

kelompok waria, hal ini sesuai dengan

pendapat Noor. N (2006) penyakit

menular sekasual pada kelompok waria.

Perawat komunitas dalam hal ini,

pertama dapat melaksanakan asuhan

keperawatan dengan mempertahankan

keadaan kebutuhan dasar manusia yang

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

keperawatan dengan melalui proses

keperawatan. Kedua peran sebagai

edukator dilakukan dengan membantu

pasien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit

bahkan tindakan yang diberikan,

sehingga terjadi perubahan sikap dan

prakrik dari klien setalah dilakukan

pendidikan kesehatan khususnya pada

kelompok waria.

Page 4: JURNAL PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN PRAKTIK PMS.pdf

4

Jurnal Keperawatan Oleh Rosidin-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

Pada tanggal 4 April bertempat di

Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)

Kota Bandung, di lakukan studi

pendahuluan dengan mewawancara 10

orang waria, mengenai Pencegahan

Penyakit Menular Seksual (PMS).

Sebanyak empat orang waria

mengatakan cukup tahu tentang

pengetahuan pencegahan PMS dan enam

orang waria tidak mengerti tentang

pencegahan PMS. Selain itu dari

sebagian waria mengatakan Praktik

dalam pemakaian kondom kurang

dilakukan pada saat berhubungan

seksual sesama jenis. Dinas Kesehatan

Kota Bandung sudah memberikan

penyuluhan tentang PMS kepada para

waria, namun sebagian waria tidak

mengikuti penyuluhan tersebut sehingga

ada beberapa waria yang masih memiliki

pengetahuan kurang tentang PMS.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Nur, Bagoes, Laksmono

(2011) di Kota Ternate dengan

menggunakan metode wawancara,

didapatkan dari 30 orang waria 26

(83,9%) sering melakukan hubungan

seks tanpa menggunakan kondom, 25

(80,6%) mengatakan malu untuk

membeli kondom, 28 (90,3%) pernah

mengalami kencing nanah, 26 (83,9%)

diobati dengan cara tradisional atau

mengkonsumsi antibiotik tanpa resep

dokter, dan 27(87,1%) sering berganti-

ganti pasangan. Waria-waria tersebut

bekerja sebagai pekerja salon yang

memiliki mobilitas tinggi ( berpindah-

pindah tempat dari pulau satu ke pulau

yang lain karena kota Ternate

merupakan kota kepulauan). Hal tersebut

mereka lakukan karena alasan ekonomi

dan kepuasan biologis. Aktivitas seks

mereka umumnya adalah seks anal dan

oral. Partner seks mereka yakni

heteroseksual baik yang belum

berkeluarga maupun yang sudah

berkeluarga. Perilaku seksual tersebut

merupakan pintu masuk bagi penularan

Penyakit Menular Seksual (PMS) dan

HIV pada kelompok waria. Berdasarkan

paparan latar belakang di atas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul Hubungan

Pengetahuan dan Sikap dengan

Praktik Pencegahan Penyakit

Menular Seksual (PMS) di Kalangan

Waria Kota Bandung Tahun 2015.

METODELOGI PENELITIAN

Jenis penelitian dalam penelitian ini

yaitu deskriptif korelatif, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk

menemukan ada tidaknya hubungan

(Sugiyono, 2014). Metode korelatif yang

bertujuan untuk mengetahui tingkat

hubungan antara dua variabel atau lebih.

Tanpa melakukan perubahan, tambahan

atau manipulasi terhadap data yang

memang sudah ada (Sugiyono, 2014).

Pada penelitian dilakukan untuk

mengetahui Hubungan Pengetahuan dan

Sikap dengan Praktik Pencegahan

Penyakit Menular Seksual (PMS) di

Kalangan Waria Kota Bandung Tahun

2015.

Pendekatan waktu dalam pengumpulan

data menggunakan pendekatan cross

sectional. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini

Proportional Random Sampling.

Cara pengumpulan data dilakukan

dengan cara langsung mendatangi setiap

LSM untuk memperoleh data tersebut.

Kemudian peneliti memberikan lembar

pernyataan persetujuan dan membagikan

kuesioner pada waria, kemudian

menjelaskan tentang cara pengisian.

Hasil analisis yang digunakan yaitu

univariat dan bivariate menggunakan uji

lamda.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kuesioner yang

dibagikan sebelumnya kepada 80

responden yang meliputi : pengetahuan,

sikap dan raktik pencegahan penyakit

menular seksual (PMS) yaitu sebagai

berikut :

Page 5: JURNAL PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN PRAKTIK PMS.pdf

5

Jurnal Keperawatan Oleh Rosidin-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi

Pengetahuan Waria Dalam Praktik

Pencegahan Penyakit Menular

Seksual (PMS) (n=80)

Pengetahuan F %

Baik 28 35.0

Cukup 25 31.3

Kurang 27 33.8

Total 80 100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas

memperlihatkan bahwa pengetahuan

waria terhadap pencegahan penyakit

menular seksual (PMS) didapatkan dari

80 responden yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 28 (35,0%),

pengetahuan cukup sebanyak 25

(31,3%), sedangkan pengetahuan kurang

sebanyak 27 (33,8%)

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi sikap

Waria Dalam Praktik Pencegahan

Penyakit Menular Seksual (PMS)

(n=80)

Sikap F %

Positif 48 60.0

Negatif 32 40.0

Total 80 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas

memperlihatkan bahwa sikap waria

terhadap pencegahan penyakit menular

seksual (PMS) didapatkan dari 80

responden yang memiliki sikap positif

sebanyak 48 (60,0%), sedangkan sikap

negatif sebanyak 32 (40,0%).

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Praktik

Pencegahan Penyakit Menular

Seksual (PMS) di Kalangan Waria

(n=80)

Praktik F %

Baik 43 53.8

Buruk 37 46.3

Total 80 100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas

memperlihatkan bahwa praktik

pencegahan penyakit menular seksual

(PMS) di kalangan waria didapatkan dari

80 responden yang memiliki praktik baik

sebanyak 43 (53,8%), sedangkan praktik

buruk sebanyak 37 (46,3).

Tabel 4.4 Hubungan antara

Pengetahuan dengan Praktik

Pencegahan Penyakit Menular

Seksual (PMS) (n=80)

Berdasarkan tabel 4.4 diatas

memperlihatkan paling banyak

pengetahuan baik dengan praktik baik

sebanyak 25 (58,1%) sedangkan

pengetahuan yang kurang dengan praktik

buruk sebanyak 22 (59,5%), dan

didapatkan nilai uji lambda p-value

0,000 artinya α ≤0,05 yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan praktik pencegahan

penyakit menular seksual (PMS).

Page 6: JURNAL PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN PRAKTIK PMS.pdf

6

Jurnal Keperawatan Oleh Rosidin-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

Tabel 4.5 Hubungan antara Sikap

dengan Praktik Pencegahan Penyakit

Menular Seksual (PMS) (n=80)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas

memperlihatkan paling banyak sikap

positif dengan praktik baik sebanyak 38

(88,4%) sedangkan sikap negatif dengan

praktik buruk sebanyak 27 (73,0%), dan

didapatkan nilai uji lambda p-value

0,000 artinya α ≤0,05 yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara sikap

dengan praktik pencegahan penyakit

menular seksual (PMS).

SIMPULAN DAN SARAN

Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan

hasil penelitian tentang Hubungan

Pengetahuan dan Sikap dengan Praktek

Pencegahan Penyakit Menular Seksual

(PMS) di Kalangan Waria Kota

Bandung Tahun 2015, dapat

disimpulkan bahwa dari 80 responden

pada penelitian ini yaitu :

1. Pengetahuan baik waria tentang

pencegahan penyakit menular

seksual (PMS) di kalangan waria

kota bandung tahun 2015 sebanyak

28 (35,0%).

2. Sikap positif waria tentang

pencegahan penyakit menular

seksual (PMS) di kalangan waria

kota bandung tahun 2015 sebanyak

48 (60,0%).

3. Praktik baik pencegahan penyakit

menular seksual (PMS) di

kalangan waria kota bandung tahun

2015 sebanyak 43 (53,8%).

Saran 1. Diharapkan kepada responden agar

lebih aktif dalam memperoleh

informasi, konseling dan

penyuluhan sehingga bagi

responden yang memiliki

pengetahuan yang kurang dan

sikap negatif lebih mengetahui

dampak yang terjadi pada praktek

pencegahan penyakit menular

seksual (PMS).

2. Untuk tenaga kesehatan dapat

memberikan pencegahan primer

yang dilakukan dilokasi berupa

penyuluhan serta konseling yang

diberikan oleh tenaga kesehatan,

sehingga praktek pencegahan

penyakit menular seksual (PMS)

bisa dilakukan dengan lebih baik.

3. Bagi penanggulangan KPA

diharapkan dapat meningkatkan

kembali jadwal pembinaan yang

teratur yang telah dibuat oleh

Komisi Penanggulangan AIDS

(KPA) sehingga semua waria

memperoleh pengetahuan dalam

bentuk konseling dan penyuluhan

yang diberikan.

4. Peneliti selanjutnya dapat meneliti

lebih lanjut mengenai faktor-faktor

yang dapat mencegah Praktek

4. Terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan dengan praktik

pencegahan penyakit menular

seksual (PMS) di kalangan waria

kota bandung tahun 2015 dengan

didapatkan nilai uji lambda p-value

0,000.

5. Terdapat hubungan yang signifikan

antara sikap dengan praktik

pencegahan penyakit menular

seksual (PMS) di kalangan waria

kota bandung tahun 2015 dengan

didapatkan nilai uji lambda p-value

0,000.

Page 7: JURNAL PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN PRAKTIK PMS.pdf

7

Jurnal Keperawatan Oleh Rosidin-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

Penyakit Menular Seksual (PMS),

sehingga risiko penularan penyakit

menurun.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori

dan Pengukurannya.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

_______. 2009. Metodologi

penelitian. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

BKKBN. 2005. Gambaran

Penularan Infeksi Menular

Seksual dan kasus HIV/AIDS

pada Waria.

http://repository.maranatha.edu

/1622/3/0310093 Chapter1.pdf.

(diakses 02/04/2015).

Dahlan Sopiyudin, M. 2011. Statistik

untuk Kedokteran dan

Kesehatan : Deskriptif,

Bivariat, dan Multivariat. Edisi

5. Jakarta : Salemba Medika.

Daili, SF. 2010. Infeksi Menular

Seksual dalam Ilmu Penyakit

Kulit dan Kelamin, Edisi ke-6.

Jakarta: Penerbit FKUI.

Daili, Sjaiful Fahmi. (2007). Infeksi

Menular Seksual. Jakarta:

FKUI.

Davison, Gerald C; john M. Neale;

Ann M. Kring. 2006. Psikologi

abnormal (Edisi ke-9). Jakarta

: PT. Raja Grafindo Persada.

DepKes RI. 2009. Surveilans

Terpadu Biologis Perilaku

Pada Kelompok Beresiko

Tinggi di Indonesia.

Rangkuman Surveilans Waria.

Kerjasama Depkes, BPS, KPA

dan LSM Peduli AIDS.

Jakarta.

Dewi, Tri Buana T. 2008. pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap

perubahan pengetahuan dan

sikap dalam pencegahan

(PMS). Semarang : Universitas

Diponegoro.

Engel, J.F, Blackwell, R.D., and

Miniard, P.W., 1995. Perilaku

Konsumen (6th ed) Jilid I (F.X

Budiyanto, penerjemah).

Jakarta: Binarupa Aksara.

Fauza, Rizka. 2014.Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan

Penggunaan Kondom Untuk

Pencegahan Pms Pada WPS

Di Lokalisasi Sukosari Bawen

Kabupaten

Semarang.http://jurnal.unimus.

ac.id/index.php/psn12012010/a

rti cle/view/1139/1193.

(diakses 24/06/2015).

Glasier, A. 2006. Keluarga

Berencana Dan Kesehatan

Reproduksi. Jakarta: EGC.

Hartadi. 2001. Prospek penyakit

menular seksual di Indonesia

dalam kaitannya dengan era

globalisasi. Semarang :

Universitas Diponegoro.

Herdiyanto, Joko. 2014. Gambaran

Tingkat Pengetahuan dan

Sikap Waria Tentang Infeksi

Menular Seksual Di Kota

Pontianak

http://jurnal.untan.ac.id/index.

php/jfk/article/download/8101/

8090. (diakses 24/06/2015).

Hidayat, 2007. Metodologi

penelitian. Jakarta : Pustaka

pelajar

Hidayat, A. A. A. 2007. Metode

Penelitian Kebidanan dan

Teknik Analisis Data. Jakarta:

Salemba Medika.

Iswati, Erna. 2010. Awas Bahaya

Penyakit Kelamin.Yogyakartav

: Diva Press.

Kaplan H.I, Sadock B. J, Grebb J. A.

2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2.

Terjemahan Widjaja Kusuma.

Jakarta : Binarupa Aksara.

Page 8: JURNAL PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN PRAKTIK PMS.pdf

8

Jurnal Keperawatan Oleh Rosidin-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

KemenKes. 2011. Pedoman Umum

Pelayanan Sosial Waria. Profil

Kesehatan Kabupaten atau

Kota Tahun 2010-2011 dan

Draft Tabel Profil Kesehatan

Kabupaten atau Kota Tahun

2010-2014. Jakarta:

Departemen Sosial.

Koeswinarno. 2005. Hidup Sebagai

Waria. Yogyakarta : Kanisius.

KPA Jawa Barat. Strategi

Penanggulangan HIV AIDS

Jawa Barat Tahun 2001-2008.

Bandung. 2010.

http://www.Fe-

journal.jurwidyakop3.com,

(diakses 02 /04/2015).

KPAN. 2009. Situasi HIV dan AIDS

di Indonesia. Depkes RI. KPA

Lass, Roger. 1974. “Linguistic

Orthogenesis : Scots vowel

length and the English length

conspiracy.” Dalam : Anderson

and Jones (eds.). Historical

Linguistics. Amsterdam :

North Holland.

Margaret, Heru dan Maya. 2013.

Pengetahuan dan Sikap Waria

PSK dalam Pencegahan

Penyakit Menular Seksual dan

Menyakinkan Pelanggan

Menggunakan Kondom di

Doloksanggul Kabupaten

Hubang Hasundutan Sumatra

Utara.

http://journal.usu.ac.id/index.p

hp/kre. (diakses 26/04/2015).