Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

19
1 PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS BANKALTIM SAMARINDA Tika Handayani ([email protected]) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Drs. Rande Samben, M.Si, Ak, CA Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman Iskandar, SE, M.Si, Ak Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman ABSTRACT The Influence of LDR (Loan to Deposit Ratio), CAR (Capital Adequacy Ratio), and BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) towards the Profitability on Bankaltim Samarinda Supervised by : Drs. Rande Samben, M.Si, Ak.CA. and Iskandar, SE, M.Si, Ak. The purpose of this research is to observe the influence of LDR (Loan to Deposit Ratio), CAR (Capital Adequacy Ratio) and BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) as independent variables in this research towards the profitability of Bankaltim Samarinda as dependent variable, measured by ROA (Return on Assets). Clasiccal assumption tests (Normality, Multicoliniearity, Heteroscedastisity, Autocorrelation) are used to check the feasibility of the data and multiple regression analysis is utilized in this research as an analysis tool. The result of this research indicate that LDR (Loan to Deposit Ratio), CAR (Capital Adequacy Ratio) haven’t siginificant influence toward Profitability (ROA) of Bankaltim Samarinda, partially. Only BOPO (Biaya Operasonal terhadap Pendapatan Operasional) have significant influence toward Profitability (ROA) of Bankaltim Samarinda partially. Key Words : Return on Assets, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, BOPO

Transcript of Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

Page 1: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

1

PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), DAN BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OP ERASIONAL

(BOPO) TERHADAP PROFITABILITAS BANKALTIM SAMARINDA

Tika Handayani ([email protected]) Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Drs. Rande Samben, M.Si, Ak, CA

Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

Iskandar, SE, M.Si, Ak Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman

ABSTRACT

The Influence of LDR (Loan to Deposit Ratio), CAR (Capital Adequacy Ratio), and BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) towards the Profitability on Bankaltim Samarinda Supervised by : Drs. Rande Samben, M.Si, Ak.CA. and Iskandar, SE, M.Si, Ak.

The purpose of this research is to observe the influence of LDR (Loan to Deposit Ratio), CAR (Capital Adequacy Ratio) and BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) as independent variables in this research towards the profitability of Bankaltim Samarinda as dependent variable, measured by ROA (Return on Assets). Clasiccal assumption tests (Normality, Multicoliniearity, Heteroscedastisity, Autocorrelation) are used to check the feasibility of the data and multiple regression analysis is utilized in this research as an analysis tool.

The result of this research indicate that LDR (Loan to Deposit Ratio), CAR (Capital Adequacy Ratio) haven’t siginificant influence toward Profitability (ROA) of Bankaltim Samarinda, partially. Only BOPO (Biaya Operasonal terhadap Pendapatan Operasional) have significant influence toward Profitability (ROA) of Bankaltim Samarinda partially.

Key Words : Return on Assets, Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, BOPO

Page 2: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

2

I. Pendahuluan A. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi pada saat ini tidak terlepas dari peran suatu bank. Bank sebagai lembaga intermediasi berperan penting dalam mobilisasi dana-dana masyarakat untuk diputar sebagai satu sumber pembiayaan utama dunia usaha, baik untuk investasi maupun produksi, dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bank juga memberikan pelayanan dalam lalu lintas sistem pembayaran sehingga kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan lancar. Dengan sistem pembayaran yang efisien, aman, dan lancar maka perekonomian dapat berjalan dengan baik. Selain itu, bank juga berfungsi dalam media dalam mentarnsmisikan kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral karena kebijakan moneter sendiri bertujuan untuk menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi. Karena manfaat suatu bank begitu penting bagi perekonomian, maka setiap negara berupaya agar perbankan selalu berada dalam kondisi yang aman, sehat, dan stabil.

Industri perbankan sebagai lembaga perantara (financial intermediary) memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Falsafah yang mendasari kegiatan suatu bank adalah kepercayaan. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan pokok suatu bank yaitu menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan berupa tabungan, giro, dan deposito berjangka dan menyalurkan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.

Tingkat kesahatan bank adalah penilaian atas suatau kondisi laporan keuangan bank pada saat periode tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesia. Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan non bank merupakan kepentingan semua pihak, baik pemilik, pengelola (manajemen bank) masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank dan pihak lainnya. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dan manajemen resiko (risk management).

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode. Penilaian kesehatan akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah yang bersangkutan. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan menggunakan analisis CAMEL ( Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity), aspek Capital (Permodalan) meliputi CAR, aspek Assets meliputi NPL, aspek Earning meliput ROA dan BOPO, dan aspek Liquidity (Likuiditas) meliputi LDR. Aspek- aspek tersebut kemudian dinilai dengan menggunakan rasio keuangan sehingga dapat menilai kondisi suatu perusahaan perbankan (Kasmir :2011).

Salah satu tujuan didirikannya suatu perusahaan yaitu untuk memperoleh laba. Hal ini berlaku pula pada bank. Profitabilitas bagi suatu bank merupakan masalah penting karena pendapatan bagi bank merupakan masalah yang penting karena pendapatan bagi bank menjadi sasaran utama bagi bank karena bank didirikan untuk mendapatkan profit/laba. Tanpa profitabilitas yang memadai suatu perusahaan akan sulit untuk mempertahankan konsistensinya hal ini juga berlaku pada bank. Profitabilitas merupakan indikator yang paling penting untuk mengukur suatu kesehatan bank. Return on assets (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan dalam memperoleh earning dalam kegiatan operasi dengan memanfaatkan aset yang dimiki perusahaan. Profitabiitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan income. Semakin besar ROA suatu bank maka

Page 3: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

3

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

Oleh karena Return on Assets (ROA) sangat penting dalam mengukur profitabilitas suatu bank, dimana menggambarkan kemampuan bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Maka faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank menurut Defri (2012) adalah manajemen. Salah satunya mencakup manajemen permodalan (CAR), manajemen umum, manajemen rentabilitas (BOPO), dan manajemen likuiditas (LDR) pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba (profitabilitas ) suatu bank.

Permodalan dalam industri perbankan sangat penting karena sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya resiko. Besar kecilnya modal sangat berpengaruh terhadap kemampuan bank dalam menjalankan kegiatan operasinya. Selain itu modal juga berfungsi untuk menjaga kepercayaan terhadap aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi atas dana yang diterima oleh nasabah. sehingga permodalan bank harus selalu dipantau agar tidak terlalu kecil yang yang akan mengakibatkan bank tidak dapat membiayai kegiatannya. Modal sebuah bank diukur dengan CAR (Capital Adequacy Ratio).

CAR adalah rasio yang mengukur seberapa besar aktiva bank yang mengandung resiko ( kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Dengan kata lain capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimilki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. Standar besaran rasio CAR yaitu 8 %.

Selain masalah CAR yang dialami oleh bisnis perbankan di Indonesia adalah adanya persaingan tajam yang tidak seimbang yang dapat menimbulkan ketidakefisienan manajemen yang berakibat pada pendapatan hingga munculnya kredit bermasalah yang dapat menimbulkan penurunan laba. Kredit bermasalah akan mempengaruhi permodalan yang juga menyebabkan bank mengalami masalah likuiditas. Pertumbuhan kredit yang belum optimal dapat dicerminkan dari angka LDR ( Loan to Deposit Ratio). Rasio LDR merupakan perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank bersangkutan.

Sebagai perantara antara likuiditas dengan biaya yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan bank, maka BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional). BOPO merupakan indikator bank dalam mengefisiensikan pendapatan dari biaya yang dikeluarkan. Semakin rendah BOPO maka dapat dikatakan bahwa bank semakin efisien dalam memanfaatkan biaya untuk menghasilkan keuntungan.

Perusahaan Daerah Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur (disingkat BPD Kaltim) atau saat ini lebih dikenal dengan Bankaltim adalah sebuah Badan Usaha Milik Daerah Kalimantan Timur yang bergerak dibidang keuangan. Dengan kantor-kantor cabang yang tersebar luas di beberapa daerah di Kalimantan Timur bahkan di daerah terisolasi dan kurang memilki potensi keuntungan bisnis yang cukup besar menjadikan Bankaltim sebagai lembaga keuangan yang berkontribusi besar terhadap perkembangan perekonomian daerah.

Dengan landasan hukum Perda 02 Tahun 2006 disertai surat BI No. 5/48/ KEP.DGS/2003 tanggal 13 November 2003, Bank BPD Kaltim meningkatkan status operasionalnya menjadi Bank Umum Devisa. Fungsi Bankaltim selain sebagai alat kelengakapan otonomi daerah juga memiliki fungsi sebagai bank umum yang tujuan dari kegiatannya untuk mendapatkan laba. Dari segi profitabilitas, Bankaltim mengalami fluktuasi dari tahun 2005 hingga 2012. Secara rinci profitabilitas Bankaltim selama periode pengamatan nampak pada tebel berikut:

Page 4: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

4

Tabel 1.1 Fluktuasi Return on Assets pada Bankaltim

Tahun Return on Assets

2005 3,50 % 2006 3,38 % 2007 3,25 % 2008 4,64 % 2009 3,81 % 2010 5,23 % 2011 3,70 % 2012 2,99 % Sumber : www.bankaltim.co.id

Berdasarkan tabel 1.1 diatas diketahui bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets mengalami fluktuasi. Fluktuasi Return on Assets sebagian periode mengalami penurunan. Pada periode tahun 2011 terjadi penurunan Return on Assets yang cukup signifikan.Berdasarkan tabel 1.1 diatas diketahui bahwa rasio ROA Bankaltim mengalami tren yang berfluktuasi selama kurun waktu 2005 hingga 2012. ROA Bankaltim pada tahun 2005 sebesar 3,50% mengalami penurunan menjadi 3,38% dan pada tahun 2006 diikuti pula penurunan ROA pada tahun selanjutnya yaitu pada tahun 2007 kembali mengalami penurunan ROA menjadi 3,25%. Akan tetapi pada tahun 2008 mengalami kenaikan kembali yaitu sebesar 4,64% kemudian kembali mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 3,81%. Pada tahun 2010 Bankaltim berhasil memperoleh ROA sebesar 5,23% akan tetapi pada tahun selanjutnya mengalami penurunan ROA yaitu pada tahun 2011 ROA sebesar 3,70% dan 2012 ROA sebesar 2,99%.

Untuk tetap mempertahankan profitabilitas perlu pengawasan rasio keuangan bank diantaranya Capital Adequacy Ratio (CAR) dimana CAR mencerminkan rasio kecukupan modal, Loan to Deposit Ratio (LDR) yang mencerminkan seberapa besar dana pihak ketiga yang dimilki oleh bank disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) yang merupakan efisiensi bank dalam mengelola pendapatan dari biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional bank.

Penelitian-penelitian terdahulu memberikan gambaran bagaimana rasio keuangan bank Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan BOPO berpengaruh terhadap Return on Assets (ROA). Penelitian yang dilakukan oleh Nusantara (2009) menunjukan adanya pengaruh positif yang signifikan antara CAR dan LDR terhadap ROA. Hal yang sama juga ditunjukan oleh penelitian yang dilakukan oleh Prastiningtyas (2010) yang menunjukan pengaruh postif signifikan antara LDR dengan ROA tetapi CAR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Defri (2012) menunjukan hasil LDR dan CAR meliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap ROA. Penelitian-penelitian ini memiliki hasil yang konsisten terhadap BOPO terhadap ROA, yaitu BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

Sehubungan dengan hal yang telah dikemukakan diatas maka penulis ingin mengetahui sejauh mana pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Capital Adquacy Ratio (CAR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA) pada Bankaltim Samarinda.

Page 5: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

5

B.Perumusan Masalah Dari uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang di atas, maka dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Loan to Deposit Ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Bankaltim Samarinda?

2. Apakah Capital Adequacy Ratio berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Bankaltim Samarinda?

3. Apakah Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Bankaltim Samarinda?

C. Tujuan Penellitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan pada Bankaltim samarinda adalah

1. Menguji pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda. 2. Menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Profitabiitas Bankaltim Samarinda. 3. Menguji pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap

Profitabilitas Bankaltim Samarinda.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Bankaltim samarinda,penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan/informasi bagi pihak manajemen bank dalam menetapkan kebijakan. 2. Bagi penelitian lebih lanjut, penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan

referensi untuk peneliti lain yang mungkin melakukan penelitian selanjutnya mengenai topik-topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.

II. Tinjauan Teoritis A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan referensi terhadap analisis hasil penellitian ini, maka diperlukan penelitian terdahulu diantaranya Ahmad Buyung Nusantara (2009) yang menguji pengaruh CAR,NPL,LDR, dan BOPO Bank (Perbandingan Bank Umum Go Public di Indonesia Periode tahun 2005-2007) yang mengungkapkan hasil penelitian bahwa CAR, LDR berpengaruh positif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA), sedangkan NPL dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA).

B. Dasar Teori 1. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan merupakan salah satu diantara fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan suatu usaha. Adanya pelaksanaan fungsi manajemen yang efektif dan efisisen sangat menunjang tercapainya tujuan perusahaan.Manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan. Pada dasarnya kegiatan – kegiatan didalam perusahaan dikelompokan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana dan mencari pendanaan. Dua kegiatan utama tersebut disebut fungsi keuangan.Agar lebih mudah memahami tujuan manajemen keuangan, perlu diingat kembali mengenai pengertian manajemen keuangan. Banyak yang mengemukakan pengertian manajemen keuangan dimana pada dasanya pengertian-pengertian tersebut mempunyai makna yang sama.

Page 6: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

6

Sutrisno (2008:3) manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan diartikan sebagai seluruh aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.Konsep manajemen keuangan menurut Keown (2005:4) adalah :Financial management is concerned with the maintenance and creation of economic value or wealth. Artinya manajemen keuangan mempunyai kaitan dengan memelihara dan kreasi nilai ekonomis atau kekayaan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen keuangan adalah bagaimana cara mengatur, mendapatkan, mengelola dan merencanakan dana untuk membiayai seluruh pengeluaran perusahaan agar dapat bertahan didalam menjalankan operasinya secara efektif dan efisien.

2. Tingkat Kesehatan Bank Bank Indonesia sebagai otoritas yang bertugas dalam mengatur dan mengawasi bank

mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia dalam PBI No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia dalam SE No. 3/30/DPNP/2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan terentu yang disampaikan kepada Bank Indonesia. Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut kemudian dikenal dengan Metode CAMEL.

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP (Dewan Pengawas Perbankan Nasional) mengenai Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan metode CAMELS yaitu :

1. Capital (Permodalan)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitaif faktor permodalan antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a. Kecukupan Pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) terhadap

ketentuan yang berlaku. b. Komposisi Permodalan. c. Trend ke depan/proyeksi KPMM. d. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan modal Bank. e. Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari

keuntungan (laba ditahan). f. Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha. g. Akses kepada sumber permodalan. h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank.

2. Assets (Kualitas Aset) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas asset antara lain dilakukan

melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a. Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif. b. Perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dibandingkan

dengan aktiva produktif. c. Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).

d. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif. e. Asisten kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif. f. Dokumentasi aktiva produktif. g. Kinerja penangan aktiva produktif bermasalah.

Page 7: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

7

3. Management (Manajemen)

Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

a. Manajemen umum. b. Penerapan sistem manajemen resiko dan

c. Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.

4. Earnings ( Rentabilitas) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan

melaui peniaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a. Return On Assets (ROA). b. Return On Equity (ROE).

c. Net Interest Margin (NIM). d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasioanal (BOPO). e. Perkembangan laba operasional f. Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan. g. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya. h. Prospek laba operasional.

5. Liquidity (Likuiditas)

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut :

a. Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid dari 1 bulan. b. Loan to Deposit Ratio (LDR). c. Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang. d. Ketergantungan pada dana antar bank dan deposit inti. e. Kebijakan dan pengelolaan likuiditas ( Assets and Liabilities Management/ALMA). f. Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau

sumber-sumber pendanaan lainnya. g. Stabilitas Dana Pihak Ketiga (DPK).

6. Sensitivity (Sensitivitas)

Sensitivitas terhadap resiko pasar penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap resiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut : a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga

dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi suku bunga. b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar

dibandingkan dengan potensial loss sebagai akibat fluktuasi nilai tukar. c. Kecukupan penerapan sistem manajemen resiko pasar.

Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor penilaian pada faktor CAMELS yaitu faktor Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity, kita dapat melakukan proses analisis untuk menetapkan peringkat komposit bank yang merupakan peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank.

Page 8: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

8

3. Return on assets (ROA) Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang sering

digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Kasmir (2007:259) mengemukakan bahwa Return on Assets (ROA) merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam menilai kesahatan baik dalam sisi rentabilitas. Menurut Rose dan Hudgins (2005:151). “Return on Assets (ROA) is primarily an indicator of managerial efficiency, it indicates how capably the management of the bank has been converting the institutions asset into net earnings.”Yang dapat diartikan sebagai berikut “Return on Assets (ROA) terutama adalah indikator efisiensi manajerial, yang mengindikasikan kecakapan manajemen bank dalam mengubah asset yang dimiliki menjadi penerimaan bersih”.

Rumus yang digunakan untuk menghitung ROA menurut Lukman (2009 : 118) : Laba Sebelum Pajak ROA = X 100%

Total Aset

4. Loan to deposit Ratio (LDR) Salah satu alat analisis yang biasanya digunakan untuk mengukur komposisi atau

keseimbangan antara jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah dana yang diterima adalah Loan to Deposit Ratio (LDR)Menurut Bastian dan Suhardjono (2006:302) Loan to Deposit Ratio adalah “Rasio yang memberikan gambaran sejauh mana simpanan dihimpun dapat mendukung pinjaman yang dikeluarkan.

Rumus untuk menghitung Loan to Deposit Ratio menurut Kasmir (2011:272)

Total Loans Loan to Deposit Ratio = X 100 % Total Deposit + Equity

Berdasarkan definisi diatas Loan to Deposit Ratio menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio Loan to Deposit Ratio juga dapat digunakan digunakan sebagai alat ukur terhadap fungsi intermediasi perbankan. Semakin tinggi rasio ini maka dapat dikatakan semakin tinggi pula fungsi bank sebagai lembaga intermediasinya, kemudian sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin rendah pula bank melakukan fungsi intermediasinya.

5. Capital Adequacy Ratio (CAR) Modal merupakan sumber dana pihak pertama, yaitu sejumlah dana yang

diinvestasikan oleh pemilik untuk pendirian suatu bank. jika bank telah beroperasi maka modal merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Agar perbankan dapat berkembang secara sehat dan mampu bersaing dalam perbankan internasional maka permodalan bank harus senantiasa mengikuti ukuran yang berlaku. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.9/13/PBI/2007 tentang “Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan memperhitungkan risiko pasar, bahwa bank wajib memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan baik risiko pasar maupun risiko kredit adalah sebesar 8%. CAR memperlihatkan seberapa besar seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-

Page 9: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

9

sumber diluar bank seperti dana dari masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Dengan kata lain Capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus (Lukman,2009 : 144) : Modal sendiri (Modal inti+Modal pelengkap ) CAR = X 100% Aktiva tertimbang menurut resiko

6. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Menurut Kasmir (2011:306), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional) yang juga dikenal sebagai Cost of Efficiency Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur besarnya biaya bank yang digunakan untuk memperoleh earning asset. Semakin kecil rasio BOPO maka semakin efisien biaya yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan dan setiap peningkatan pendapatan operasi maka akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Lukman:2005) Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia besarnya BOPO yang normal berkisar antara 94%-96% (Lukman:2005). Perhitungan untuk rasio BOPO adalah sebagai berikut : Biaya Operasional BOPO = X 100% Pendapatan Operasional

C. Kerangka Konsep Berdasarkan Rumusan Masalah, model penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

D. Pengembangan Hipotesis H1 = LDR berpengaruh positif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) H2 = CAR berpengaruh positif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) H3 = BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA)

LDR

CAR

BOPO

ROA

Page 10: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

10

III. Metode Penelitian 1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Ada dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independen dan variabel dependen.

a) Variabel Terikat (Independent Variabel) yaitu Profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan kinerja bank dalam menghasilkan laba atau keuntungan. ROA dapat dihitung dengan rumus (Sutrisno, 2009 : 222):

Laba Sebelum Pajak Return on asset (ROA) = x 100

Total Aset

b) Variabel bebas ( Dependent Variabel) yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). a. Loan to Deposit Ratio(LDR) merupakan rasio yang menggambarkan

besarnya simpanan yang digunakan untuk pemberian pinjaman. LDR mengukur seberapa besar kredit atau pinjaman yang disalurkan kepada masyarakat dibandingkan dengan dana yang diperoleh dari dana pihak ketiga. LDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Kasmir,2011:272) : Total Loans Loan to Deposit Ratio = X 100% Total Deposit + Equity

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa besar aktiva bank yang mengandung risiko ikut dibiayai dari dana-dana modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat (pinjaman). Dengan kata lain CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. CAR dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Lukman,2009 : 144) : Modal sendiri (Modal inti+Modal pelengkap ) CAR = X 100% Aktiva tertimbang menurut resiko

c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan biaya diukur dengan rasio BOPO. Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional menunjukan secara umum seberapa besar biaya operasional yang diperlukan untuk memperoleh pendapatan operasional. BOPO dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Kasmir,2011 : 306) :

Page 11: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

11

Biaya Operasional BOPO = X 100% Pendapatan Operasional

2. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Regresi Linier Berganda

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel bebas mempengaruhi variabel terikat dan lebih dari satu variabel bebas. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program IBM SPSS Statistic 20. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah profitabilitas (ROA), sedangkan yang menjadi variabel bebas adala Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Pada penelitian ini model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = a + bıXı +b2X2 +b3X3 e

Keterangan:

Y = Return on assets (ROA) a = Konstanta b = Koefesien Regresi X1 = Loan to Deposit Ratio (LDR) X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR) X3 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) e = Error (tingkat kesalahan) b. Uji Asumsi Klasik Syarat agar model regresi berganda tepat dan akurat maka digunakan beberapa uji asumsi klasik diantaranya :

a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,variabel

terikat dan variabel bebas memiliki distribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk mendeteksi uji normalitas adalah dengan melihat analisis grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah bahwa kesalahan standar estimasi akan cenderung

meningkat sehingga nilai populasi tersebut dapat ditaksir dengan tepat. Multikoliniertias diuji dengan menghitung nilai variance inflating factor (VIF). Bila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Pemeriksaan terhadap gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola grafik scatterplot. Jika grafik scatterplot ada yang membentuk pola-pola tertentu

Page 12: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

12

yang teratur, regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas. Jika grafik scatterplot tidak membentuk pola atau acak, regresi tidak mengalami gangguan heteroskedasstisitas.

d. Uji Otokorelasi Metode yang digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar variabel

bebas dalam penelitian. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat dilihat dari nilai uji Durbin Watson. Paduan mengenai angka D-W untuk mendeteksi autokorelasi dapat menggunakan tabel klasifikasi nilai d yaitu:

< 1,10 = Ada otokorelasi 1,10-1,54 = Tidak ada kesimpulan 1,55-2,46 = Tidak ada otokorelasi 2,46-2,90 = Tidak ada kesimpulan >2,91 = Ada otokorelasi

c. Pengujian Hipotesis Setelah melaukan pengujian asumsi klasik dan analisis linier berganda, maka

setelah itu dilakukan pengujian hipotesis untuk menguji apakah hipotesis dapat diterima atau tidak. Dalam analisis regresi terdapat 3 jenis criteria ketepatan untuk mengukur hipotesis yaitu, uji statistik F, uji statistik t, dan koofisien determinasi (Kuncoro, 2009:238).

1. Uji Kelayakan Model (Uji F) Uji F statistik digunakan untuk melihat kelayakan model regresi yang akan dibuat

(goodness to fit). Jika nilai signifikansi pada output spss lebih kecil dibandingkan nilai probabilitasnya yaitu 0,05 maka model regresi dapat dikatakan layak untuk diestimasi. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model regresi linier tidak layak untuk diestimasi.

2.Uji Signifikan Parsial (Uji-t) Uji statistik t digunakan untuk menguji koofisien regresi secara parsial dari

variabel independennya. Uji t dapat dilakukan dengan melihat masing-masing variable yang terdapat pada output SPSS. Jika angka koofisien beta lebih kecil dari α (0.05) artinya terdapat pengaruh yang kuat antara variabel independen dengan variable dependen secara parsial. Artinya Ho ditolak dan menerima Ha yang menunjukan bahwa LDR, CAR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap profitabilias (ROA).Namun sebaliknya jika nilai signifikansi koofisien beta lebih besar dari α (0.05) maka artinya variabel independen tidak memiliki pengaruh yang kuat terhadap variable dependen. Artinya Ha ditolak dan menerima Ho yang menunjukan bahwa LDR, CAR dan BOPO tidak beroengaruh signifikan terhadap profitabilittas (ROA).

Sedangkan arah hubungan variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai koofisien. Nilai koofisien positif menunjukan arah hubungan yang positif. Sebaliknya, nilai koofisien negatif menunjukan bahwa variabel independen berpengaruh negatif terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006:89).

H1 : Hipotesis diterima jika nilai koofisien LDR positif dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, sedangkan hipotesis ditolak jika nilai koofisien LDR negatif dan signifikansi lebih besar dari 0,05.

H2 : Hipotesis diterima jika nilai koofisien CAR positif dan signifikansi lebih kecil

Page 13: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

13

dari 0,05, sedangkan hipotesis ditolak jika nilai koofisien CAR negatif dan signifikansi lebih besar dari 0,05.

H3 : Hipotesis diterima jika nilai koofisien BOPO negatif dan signifikansi lebih kecil dari 0,05, sedangkan hipotesis ditolak jika nilai koofisien BOPO positif dan signifikansi lebih besar dari 0,05.

3 Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur proporsi (presentase)

sumbangan variabel independen (bebas) yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinan berkisar antara nol sampai satu (0≤R²≤1). Nilai R²=0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R² semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila R² semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecil pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

IV. Analisis dan Pembahasan

Sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan BOPO terhadap profitabilitas (ROA) pada Bankaltim periode 2005-2012, serta untuk mengetahui faktor yang lebih signifikan pengaruhnya. Untuk mengetahui tujuan tersebut maka perlu diketahui masing-masing variabel dan data yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut disajikan mengenai hasil data penelitian pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Hasil Data Penelitian Tahun LDR CAR BOPO ROA 2005 22.94 % 24.88 % 63.97 % 3.50 % 2006 17.09 % 27.83 % 68.49 % 3.38 % 2007 24.05 % 20.42 % 64.82 % 3.25 % 2008 33.68 % 23.68 % 55.34 % 4.64 % 2009 69.11 % 21.98 % 63.69 % 3.81 % 2010 81.69 % 18.58 % 55.29 % 5.23 % 2011 59.95 % 18.37 % 63.86 % 3.70 % 2012 56.78 % 20.82 % 73.90 % 2.99 %

Sumber : www.Bankaltim.com

A. Hasil Uji Asumsi Klasik : 1. Uji Normalitas

Distribusi normal dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan analisis normal probability plot. Distribusi-distribusi normal akan membentuk satu garis lurus digonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Pada grafik P-Plot juga dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mendekati garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi data terdistribusi normal.

Page 14: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

14

Gambar 4.2 Normal Probability Plot

2. Uji Multikolinieritas Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas

Model Correlations Collinearity Statistics

Partial Part Tolerance VIF

1

(Constant) LDR .455 .165 .435 2.298

CAR .484 .178 .454 2.202

BOPO -.936 -.852 .860 1.162

Hasil perhitungan menunjukan bahwa masing-masing variabel independen memiliki

nilai VIF < 10, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi kolinieritas yang tinggi diantara variabel-variabel independen tersebut.

3. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.3 Uji Heterosdiksitas

Page 15: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

15

4. Uji Autokorelasi

Tabel 4.4 hasil uji Autoklerasi

Model Summaryb

Model Change Statistics Durbin-Watson

df2 Sig. F Change

1 4a .019 1.859

Berdasarkan hasil output didapat nilai DW yang dihasilkan dari model regresi adalah sebesar 1,859 dan nilai ini berada di antara 1,55-2,46, oleh karenanya model regresi tidak terdapat autokolerasi.

B. Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda: Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 11.465 2.464 4.652 .010

LDR .009 .008 .249 1.023 .364

CAR .069 .062 .264 1.105 .331

BOPO -.153 .029 -.919 -5.297 .006

Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan Regresi Linier Berganda sebagai berikut: Y’ = a+ b1X1 + b2X2+ b3X3 + e Y’= 11,465 + 0,009 + 0,069 – 0,153+e C. Uji F ( Kelayakan Model)

Tabel 4.7 Hasil Uji perhitungan Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 4.483 3 1.494 11.540 .019b

Residual .518 4 .129 Total 5.000 7

nilai signifikansi uji F sebesar 0,019 dan berada dibawah 0,05, artinya hasil dari persamaan analisis regresi linier berganda pada penelitian ini layak untuk diestimasi. D. Uji t (Parsial)

Tabel 4.8 Hasil perhitungan Uji t

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 11.465 2.464 4.652 .010

LDR .009 .008 .249 1.023 .364

CAR .069 .062 .264 1.105 .331

BOPO -.153 .029 -.919 -5.297 .006

Page 16: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

16

nilai signifikansi dari variabel independen LDR sebesar 0364, artinya nilai signifikansi

variabel LDR lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan variabel LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Untuk variabel CAR nilai signifikansinya sebesar 0,331, artinya nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan variabel CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dan variabel BOPO nilai signifikansinya 0,006 artinya nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. E. Uji R2 (Koofisien Determinasi)

Tabel 4.9 Hasil Uji R2 Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .947a .896 .819 .35984

Adjusted R2 dalam tabel menunjukan niai sebesar 0,819 atau 81,9% yang menunjukan bahwa LDR, CAR, dan BOPO dapat menjelaskan 81,9% dari seluruh fenomena atau keadaan dari ROA. F. Pembahasan

Dari hasil analisis diatas maka diperoleh persamaan Regresi Linier Berganda sebagai

berikut :

ROA=11,465 + 0,009 LDR + 0,069 CAR– 0,153 BOPO

a) Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA) Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi yang terlihat dari output

SPSS IBM 20 untuk variabel LDR sebesar 0,364, nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis (H1) yang diajukan dalam penelitian ini ditolak.

Loan to Deposit Ratio (LDR) mengindikasikan seberapa besar dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit (pinjaman) kepada masyarakat. Tinggi maupun rendahnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) menggambarkan kinerja bank dalam menyalurkan kredit (pinjaman). Jika angka Loan to Deposit Ratio (LDR) tinggi maka dapat dikatakan bahwa bank telah optimal dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat. Begitu pula sebaliknya jika angka rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) rendah artinya bank belum optimal dalam menyalurkan kredit.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada Bankaltim Samarinda, rasio LDR tidak ikut meningkatkan ROA. Hal ini dapat disebabkan oleh tingkat penyaluran kredit kepada masyarakat yang belum optimal dapat dilihat dari rata-rata angka rasio LDR Bankaltim yang rendah dan masih belum sesuai dengan anjuran BI yaitu minimal sebesar 85%. Kemudian besarnya dana pihak ketiga yang diperoleh bankaltim tidak sebanding dengan besarnya pinjaman yang diberikan kepada masyarakat. Dimana banyaknya dana yang menganggur (idle money). Penelitian ini sesuai dengan penilitan yang dilakukan oleh Defri (2012). Tidak signifikannya LDR dalam mempengaruhi ROA juga dapat dikarenakan dalam meningkatkan profitabilitas (ROA) Bankaltim tidak hanya

Page 17: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

17

mengandalkan kredit. Pengelolaan aset produktif lain seperti penempatan pada bank lain, surat berharga,dll, juga ikut berperan serta dalam meningkatkan ROA.

b) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on assets (ROA)

Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi yang terlihat dari output SPSS IBM 20 untuk variebel CAR sebesar 0,331, nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis (H2) yang diajukan dalam penelitian ini ditolak.

Hasil penelitian menunjukan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA. CAR merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank. CAR juga merupakan indikator terhadap kemampuan bank dalam menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. kondisi CAR Bankaltim dapat dikatakan baik yaitu berada di atas 8% dimana 8% merupakan batasan ukuran kecukupan modal (CAR) yang dianjurkan oleh Bank Indonesia. Pada Bankaltim alokasi dana dominan dialokasikan kepada Bank Indonesia dalam bentuk Giro pada Bank Indonesia dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Jumlah dana yang ada pada BI termasuk didalamnya Giro pada BI dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pada beberapa tahun rata-rata tinggi terutama pada tahun 2006 mencapai sekitar Rp 7.360.407.000.000 dan jika dibandingkan dengan dana yang disalurkan untuk dana kredit yaitu sekitar Rp 1.936.626.000.000, penempatan pada bank lain sekitar Rp 965.470.000, Dimana bobot dari aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) untuk penempatan pada Bank Indonesia adalah 0. Dengan demikian aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) relatif kecil, sehingga Capital Adequacy Ratio (CAR) tetap besar. Ini artinya bank hanya membiayai sedikit aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Giro pada (BI) termasuk dalam non earning assets atau disebut juga loanable funds (aktiva tidak produktif) yang dapat diartikan tidak menghasilkan pendapatan bagi bank (Rivai, Veitzhal : 2013). Besarnya dana yang ada pada BI menyebabkan tingkat keuntungan kecil. Hal tersebut menyebabkan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Penelitian in konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2009) yang menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Return on assets (ROA).

c) Pengaruh BOPO terhadap Return on assets (ROA) Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa nilai signifikansi yang terlihat dari output

SPSS IBM 20 untuk variabel BOPO sebesar 0,006, nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis (H3) yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Hasil dari perhitungan menyatakan bahwa setiap BOPO mengalami kenaikan sebesar 1%, maka diperkirakan akan terjadi penurunan terhadap ROA sebesar 0,153%.

BOPO adalah rasio yang membandingkan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. BOPO mengindikasikan efisiensi operasional bank. BOPO memiliki hubungan yang negatif terhadap Return on Assets (ROA). semakin tinggi rasio BOPO semakin mengurangi Return on Assets (ROA). Hasil dari perhitungan statistik menunjukan bahwa jika BOPO Bankaltim meningkat , Return on Assets (ROA) diprediksikan akan menurun. Dengan menekan biaya yang digunakan untuk memperoleh pendapatan pada Bankaltim maka Return on Assets (ROA) akan meningkat. Hal ini cukup

Page 18: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

18

lazim karena semakin kecil biaya dalam suatu kegiatan usaha untuk memperoleh pendapatan dengan jumlah tertentu, semakin besar keuntungan yang diperoleh, dan hal ini juga berlaku dalam aktivitas operasional Bankaltim.

Hasil dari penelitian ini mendukung hasil penelitian dari Nusantara (2009), Ariyani (2010) dan Prastiningtyas (2010) dimana BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.

V. Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan

pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan mengenai pengaruh dari Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Oerasonal (BOPO) terhadap Profitabilitas (ROA) pada Bankaltim yang menjadi objek penelitian, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada identifikasi masalah yang menjadi acuan dasar dari maksud dan tujuan penelitian ini, antara lain sebagai berikut : 1. H1 menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan terhadap ROA pada Bankaltim Samarinda, dan berdasarkan perhitungan statistik diketahui bahwa LDR berdampak positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA pada Bankaltim Samarinda sehingga H1 dalam penelitian ini ditolak.

2. H2 menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA, dan berdasarkan perhitungan statistik diketahui bahwa CAR berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap ROA pada Bankaltim Samarinda sehingga H2 dalam penelitian ini ditolak.

3. H3 menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, dan berdasarkan perhitungan statistik diketahui bahwa BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA sehingga H3 dalam oeneltian ini diterima.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diambil maka saran-saran yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut : 1.) Bankaltim hendaknya memperhatikan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) karena nilai

angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bankaltim masih jauh dari ketentuan dan anjuran oleh Bank Indonesia. Untuk meningkatkan nilai Loan to Deposit Ratio yaitu dengan mengoptimalkan penyaluran kredit dari dana pihak ketiga kepada masyarakat sehingga profitabilitas dapat lebih optimal.

2.) Bankaltim dalam hal permodalan dapat terus menjaga rasio keuangannya karena rasio permodalan pada Bankaltim dapat dikatakan sudah baik.

3.) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) harus diperhatikan oleh Bankaltim. Dengan melakukan efisiensi terutama efisiensi biaya maka akan memperoleh tingkat keuntungan yang optimal.

4.) Untuk penelitian mendatang , disarankan untuk memasukkan indikator lainnya dalam pengambilan sampel. Sebaiknya menambah jumlah periode pengamatan dan menggunakan lebih banyak variabel independen sebagai prediktor pencapaian laba bank.

Page 19: Jurnal Pengaruh Ldr, Car, Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bankaltim Samarinda

19

DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, Desi. 2010. Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO dan LDR terhadap ROA pada Bank Devisa di Indonesia tahun 2003-2006. Skripsi. Universitas Diponogoro. Semarang.

Bastian, indra dan suhardjono. 2006. Akuntansi Perbankan, Edisi Pertama, Buku Kedua, Salemba Empat, Jakarta.

Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta. Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta. Hery, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama, Bumi Aksara, Jakarta. Ismail, 2010. Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam Rupiah, Kencana, Jakarta. Kasmir, 2011. Manajemen Perbankan, Edisi Revisi, Cetakan ke Sepuluh, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta. Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu. 2006. Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi, Volume 3, Nomor 2, Juli Tahun 2006, Halaman 46. Universitas Diponogoro. Semarang.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Lukman, Syamsudin. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan (Konsep Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mahardian, Pandu. 2008. Analisis Pengaruh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Perbankan (Studi Kasus Perusahaan Perbankan yang tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni 2007). Tesis. Universitas Diponogoro. Semarang

Nusantara, Ahmad Buyung. 2009. Analisis Pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas Bank. Tesis. Universitas Diponogoro. Semarang.

Ponco, Budi. 2008. Analisis Pengaruh CAR, NPL, NIM, LDR, dan BOPO terhadap Return on Assets (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2007). Tesis. Universitas Diponogoro. Semarang.

Prastiyaningtyas, Fitriani. 2010. Faktor-Faktor yang mempengaruhi profitabilitas Perbankan (Studi pada Bank Umum Go Public yang listed di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2008). Skripsi. Unicersitas Diponogoro. Semarang.

Rivai, Veitzhal. 2013. Comercial Bank Management (Dari Teori ke Praktik), Cetakan kedua. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Rose, Peter S. and Sylvia C. Hudgains, 2005. Bank Management and Financial Service, Sixth Edition, McGraw-hill Companies, inc, New York.

Sawir, Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, Cetakan Kelima, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sutrisno. 2008. Manajemen Keuangan, Cetakan Keenam, Ekonisisa, Yogyakarta. Undang-undang Bank No. 10 Tahun 2002 tentang Perbankan, Jakarta. www.bankaltim.co.id