Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

10
ISTI'DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 2 No. 1, Januari-Juni2015,ISSN 2356-0150 KONSEP KELUARGA DALAM AL-QUR'AN; Pendekatan Linguistik dalam Hukum Perkawinan Islam Umar tr'aruq Thohir Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong, Probolinggo Email: bani [email protected] Keyrvords The Family Conception, Qur'an, Linguistic Approach, Marriage Abstract This paper has a purpose to find the family conception idealized by Islam through Qur'an. As a guidance for the Islamic religion, Qur'an has a concept or their own provision which is related to the family matters. The conclusion thatdrawn here is that Qur'an use the word"al-ahl" to explain about family, and do not use the words "al-usrah","al-af', ar,'d"al-dzurriyah" . Besides that, the shape of the family according to the Qur'an perspective is devided into two. First, in the matter of reproduction function, Qur'an tends to the format of nuclear family, because humans need a couple to share, to complete each other and love each other, where in this matter could not be realized unless human build a nuclear family. Second, as a social function, family is shaped by the format of extended family. This are shown from the concept ofguardianship, childcare, and the distribution of inheritance that is not only for the nuclear family, but also for the extended family that has been specifically set forth in the Qur'an. Qur'an also concept:ualize this matters below: ( I ) families can pacif,i the soul, (2) families can avoid immoral acts, (3) families can help to facilitate the collection of treasures, (4) marriage is performedto obtain legitimate offspring, (5) marriage is apart ofaworship. Abstrak Tulisan ini berfujuan untuk menemukan konsepsi keluarga yang diidealkan oleh Islam melalui al-Qur'an. Sebagai pedoman bagi agama Islam, al-Qur'an memiliki konsep atau ketentuan tersendiri yang berkaitan dengan keluarga. Kesimpulan yang didapat adalah bahwa al-Qur'an menggunakankata"ql- crhl" unltk menj elaskan keluarga, tidak rn enggunakan.kata " a l -u s r ah", " a l - af', dan"al-dntrriyyah".Di samping itu, bentuk keluarga dalam perspektif al-Quran terbagi menjadi dua. Pertama, dalam hal fungsi reproduksi, al- Qur'an cenderung pada format keluarga inti (nuclear family), di samping karena manusia juga rnernbutuhkan pasangan untuk berbagi yang saling melengkapi dan mencintai, di mana hal ini tidak mungkin didapatkan kecuali dalam keluarga inti. Kedua, sebagai fungsi sosial, keluarga dibentuk dengan format keluarga be s ar (ex t e n d e d fa m i ly) . Hal itu terlihat dari konsep perwalian, pengasuhan anak, dan pernbagian warisan yang tidak hanya diperuntukkan bagi anggota keluarga inti, tetapijuga keluarga besar yang secara khusus telah ditetapkan dalam al-Qur'an. Al-Qur'an juga mengkonsepsikan bahwa: (1) Keluarga dapat menenteramkam jiwa, (2) Keluarga dapat menghindarkan perbuatan maksiat, (3) Keluarga dapat mempemrudah dalam pengumpulan harta, (4) Pernikahan dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang sah, (5) Pemikahan merupakan ibadah.

Transcript of Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Page 1: Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

ISTI'DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 2 No. 1, Januari-Juni2015,ISSN 2356-0150

KONSEP KELUARGA DALAM AL-QUR'AN;Pendekatan Linguistik dalam Hukum Perkawinan Islam

Umar tr'aruq ThohirInstitut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong, Probolinggo

Email: bani [email protected]

Keyrvords

The Family Conception,

Qur'an, LinguisticApproach, Marriage

AbstractThis paper has a purpose to find the family conception idealized by Islamthrough Qur'an. As a guidance for the Islamic religion, Qur'an has a conceptor their own provision which is related to the family matters. The conclusionthatdrawn here is that Qur'an use the word"al-ahl" to explain about family,and do not use the words "al-usrah","al-af', ar,'d"al-dzurriyah" . Besidesthat, the shape of the family according to the Qur'an perspective is devidedinto two. First, in the matter of reproduction function, Qur'an tends to theformat of nuclear family, because humans need a couple to share, tocomplete each other and love each other, where in this matter could not berealized unless human build a nuclear family. Second, as a social function,family is shaped by the format of extended family. This are shown from the

concept ofguardianship, childcare, and the distribution of inheritance that isnot only for the nuclear family, but also for the extended family that has beenspecifically set forth in the Qur'an. Qur'an also concept:ualize this mattersbelow: ( I ) families can pacif,i the soul, (2) families can avoid immoral acts,(3) families can help to facilitate the collection of treasures, (4) marriage isperformedto obtain legitimate offspring, (5) marriage is apart ofaworship.

Abstrak

Tulisan ini berfujuan untuk menemukan konsepsi keluarga yang diidealkanoleh Islam melalui al-Qur'an. Sebagai pedoman bagi agama Islam, al-Qur'anmemiliki konsep atau ketentuan tersendiri yang berkaitan dengan keluarga.Kesimpulan yang didapat adalah bahwa al-Qur'an menggunakankata"ql-crhl" unltk menj elaskan keluarga, tidak rn enggunakan.kata " a l -u s r ah", " a l -af', dan"al-dntrriyyah".Di samping itu, bentuk keluarga dalam perspektifal-Quran terbagi menjadi dua. Pertama, dalam hal fungsi reproduksi, al-

Qur'an cenderung pada format keluarga inti (nuclear family), di sampingkarena manusia juga rnernbutuhkan pasangan untuk berbagi yang salingmelengkapi dan mencintai, di mana hal ini tidak mungkin didapatkankecuali dalam keluarga inti. Kedua, sebagai fungsi sosial, keluarga dibentukdengan format keluarga be s ar (ex t e n d e d fa m i ly) . Hal itu terlihat dari konsepperwalian, pengasuhan anak, dan pernbagian warisan yang tidak hanyadiperuntukkan bagi anggota keluarga inti, tetapijuga keluarga besar yangsecara khusus telah ditetapkan dalam al-Qur'an. Al-Qur'an jugamengkonsepsikan bahwa: (1) Keluarga dapat menenteramkam jiwa, (2)Keluarga dapat menghindarkan perbuatan maksiat, (3) Keluarga dapatmempemrudah dalam pengumpulan harta, (4) Pernikahan dilakukan untukmendapatkan keturunan yang sah, (5) Pemikahan merupakan ibadah.

Page 2: Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Umar Faruq Thohir; Konsep Keluarga dalam Al-Qur'an | 2

PendahuluanKeluarga adalah salah satu mata

rantai kehidupan yang paling esensial dalam

sejarah perjalanan hidup manusia. Keluarga juga

membuat mozaik kehidupan yang memberikankenyamanan dan ketenteraman bagi manusia,

sehingga menimbulkan kepuasan anggotanya

sertarahmat Tuhan yang mahapencipta (Rakhmat

dan Gandaatmaja, 1993: 5). Tentunya, mozaik

kehidupan tersebut tidak terlepas dari spektrum

dasar, yaitu sakinah, mawaddah, dan rahmah(Sabiq, 1983:5).

"Rumahku adalah tamar sorgaku",begitulah ungkapan paling lazim tentangbangunan keluarga ideal. Memang membangun

"sorga" di dunia ini tidak semudah diucapkan,

karena di dalamnya mesti dilandasi fondasi yang

kokoh berupa iman, kelengkapan bangunan

dengan Islam, dan pengisian ruang kehidupan

dengan ihson. Di samping itu juga tidak bisa

mengabaikan tuntutan kebutuhan hidupsebagaimana layaknya manusia yang tidakterlepas dari hajat keduniaan, baik yang bersifatmateri maupun non-materi (Dachlan, 1969:57)."Rumah" juga tidak hanya dimaknai secara fisik,tetapi lebih bernilai fungsional dalam membentukkepribadian anak manusia untuk mencapaikedewasaan dan kesempumaan hidup, yaitukehidupan rumah tangga yang dilandasi dengan

pemenuhan unsur keagamaan, ekonomis,biologis, kerohanian, pendidikan, perlindungan,keamanan, serta sosial dan budaya yang terjalinsecara terpadu dan harmonis (Az-Zrthaili, 1989:

YII:29).Sebagai pranata sosial pertama dan

utama, keluarga mempunyai arti paling strategisdalam mengisi dan membekali nilai-nilaikehidupan yang dibutuhkan oleh putra-putri yangtengah mencari makna kehidupannya. Keluargaadalah titik awal keberangkatan sebagai modalawal perjalanan hidup mereka yang kemudiandilengkapi dengan norma-norma sosial dilingkungan pergaulan sehari-hari(Koentjoroningrat, 1987 : 36-37; Bachofen, I 861 :

224-241).Sebagai pedoman bagi agama Islam,

al-Qur'an memiliki konsep atau ketentuantersendiri yang berkaitan dengan keluarga.Meski keluarga dalam bahasa Arab dapatditerjertrahkan ke dalam berbagai kata, sepertial-us rah, al-al, dan adz-dzurriyy ah, namttn al-

Qur'an menggunakan kata al-ahl untuk

Membahas keluarga. Mengapa al-Qur'anmenggunakan kata al-ahl dan tidaksinonimitas yang lain untuk menjelaskankeluarga? Bagaimanakah konsep-konsepkeluarga dalam al-Qur'an? Bagaimanaformatrya (keluarga inti atau keluarga besar),dan bagaimana pula al-Qur'an menjelaskantentang fungsi dan tujuan pebentukankeluarga? Menyadari hal itu semua, makalahini ditulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.TerminologiKeluarga

Penelaahan secara mendalam atas

terminologi keluarga dapat dirunut denganmelakukan perbandingan antara maknakeluarga di kalangan bangsa Barat denganmakna keluarga di kalangan bangsa Timur.1. Makna Keluarga di Timur

Istilah keluarga dalam bahasa Arabrremakai kata a I - u s r ah (keluar ga) merup akan

kata jadian dari al-asru. Al-asru secara

etimologis berarti ikatan (al-qaid). Katatersebut dapat dikatakan dengan memakaikata asarahu asran wa isaran artinyamengikatnya (qayadah), asarah, artinyamenjadikannya sebagai tawanan (akhadzahuasiran) (Musthofa dkk,1960: l7).Tentang pokok kata al-asru ini, al-Razimengatakan'. 'Asara qitbah, artinya syaddahbil isar menurut wazan al-.izar, yartu al-aqad(tali); maksudnya dia mengikat perutnyadengan tali. Dari situlah terjadi kata al-Asir(tawanan), karena mereka (orang-orang Arab)mengikat tawanan dengan tali. Maka semuatawanan dinarnakan asir, sekalipun tidakdiikat (al-Razi, 1950 27).

Al-asru maknanya mengikat dengantali, kemudian meluas menjadi segala sesuatuyang diikat, baik dengan tali atau yanglainnya. Namun, terkadang ikatan ini bersifatalami yang tidak bisa diputuskan, seperti kitalihat dalam penciptaan di mana manusiadilahirkan sebagai tawanan bagi sekumpulansifat-sifat fisiologi, misalnya tinggi danrendah, kurus dan gemuk, wama kulit, keduamata, dan seterusnya. Oleh karena itu, dapatdikatakan bahwa asarahullah artinyakhalaqahu yang berarti Allah telahmenciptakannya. Dan syadadna asrahumartinya khalaqahum yang berarti Dia telahmenciptakan mereka, (al-Razi, 1950:27) atau

ISTI'DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 2 No. 1, Januari-Juni20L5,ISSN 2356-0150

Page 3: Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

3 | Umar Faruq Thohir; Konsep Keluarga dalam Al-Qur'an

sfaddallahu asrah artinya ahkama khalqahyang berarti Allah telah membaguskanpenciptaannya (Musthofa dkk, I 960: I: l7).

Terkadang ikatan atau tawanan itubersifat artifisial atau dibuat manusia, sepertipenawanan musuh di medan p erarLg,sehinggasebelum ditawan ia adalah manusia merdekadan sesudah ditawan kemerdekaannya bisasaja diberikan kepadanya di setiap saat danbisatidak.

Terkadang pula ikatan atau tawananini bersifat paksaan yang tidak bisa dilepasoleh manusia, seperti kita lihat pada keduamak,na al - asr di atas. Dan terkadang ikatan, itubersifat pilihan (ikhtiari), yang dipilih olehmanusia untuk dirinya, dan bahkandiusahakannya; sebab tanpa ikatan tadidirinya akan terancam (Abud, L99 5 : 2-3).

Dari ikatan (al-asru) yang bersifatpilihan ini, terbentuklah al-usraft (keluarga)dengan arti ad-dir' al-hashinafr (baju besiyang kokoh), al-usrah dengan arti ahl ar-rajulwct 'asyiratuh (ahli dari seseorang dankeluarganya) dan al-usrah berarti al-Jama'ah(kelompok), yang diikat oleh kepentinganbersama (Musthofa dkk ,1960: I: 17).

Al - us r ah dalam arti sempit merupakansemacam ikatan atau belenggu, yaitu ikatanatau belenggu yang bersifat pilihan yangdiusahakan oleh manusia, karena diamendapatkan perlindungan yang kokoh didalam ikatan tersebut, dan dengannya diadapat mewujudkan kepentingan bersama,yang tidak dapat dia wujudkan secarasendirian, tanpa meletakkan dirinya (secaraikhtiari) pada ikatan atau belenggu ini. Kitadapati puLa usrah ar-rajul yang berarti rahtuh(golongannya), sebab dia berlindung padagolongannya itu (al-Razi, 1950: 27).

Oleh karena itulah, isteri dalam budayakeluarga Timur' cenderung 'dikekang' danlebih sering menghabiskan waktunya dirumah sebagai ibu rumah tangga, karenakeluarga dalam budaya Timur dikonotasikansebagai tempat perlindungan, dan yang biasamelindungi adalah laki-laki (suami)(Koentjaraningrat, 1999: 38-39; Anderson,1976:39).2. Makna Keluarga di Barat

Kata keluarga di Barat diambil darikesenangan dan perkenalan, maka, unhlk

menunjukkan keluarga, di dalam bahasaInggris dipergunakan kata family, yangberasal dari kata familiar y angberarti dikenaldengan baik atau terkenal (Fowler, 1951:428).

Apabila inti dari keluarga itupengetahuan atau perkenalan di antaraanggota- anggotanya. Oleh sebab itu, makakita dapati dalam bahasa Inggris bahwa katafamily tidak terbatas pada keluarga manusiasaja; akan tetapi membentang dan meluassehingga meliputi setiap kelompok yanganggotanya saling mengenal. Maka kitajumpai bahwa pengertian keluarga akanmenjadi beragam, antara lain: Kumpulan darianggota yang dipersatukan oleh satu rumah,berupa ayah, anak dan pembantu, (Fowler,1951: 428) atau ayah, ibu dan anak-anak, atausekumpulan manusia yang menghubungkandiri dengan ayah yang sama pada masa lalu,(West & Gareth, 1947 : ll 6) atau pula keluargaitu berarti anak-istri, kefurunan, golongan,kelas, nasab, hubungan kerabat (Mazhir, t.t: I:55 1).

Terkadang pengertian keluarga dibarat berarti sekumpulan hewan yafigdisatukan dalam sebuah sangkar, (Fowler,l95l: 428) atau pula berarti keluarga tumbuh-tumbuhan (West & Gareth, 1947: 116).

Terkadang makna keluarga itumempunyai cakupan luas, yaitu sekurnpulanummat dan negara yang berdekatan (Fowler,l95l:428).

Individu di dalam keluarga barat itubisa jadi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,atau urnmat, sebab, istilah keluarga itu berasaldari aso.ra yang berarti mengikat dengan tali(Ilyas, 1970: 30). Menurut barat, nampaknyaindividu terikat dengan keluarganyaberdasarkan kepentingan, dan kapan saja iasiap untuk mengubah ikatan ini bila adakepentingan baru, atau bila situasi dan kondisidi sekitarnya berubah. Dengan demikian, didalam ikatan seperti ini tidak terdapatperasaan manusiawi yang luhur

Adapun di dalam bahasa Perancis,keluarga itu dinamakan famille. Sepertihalnya family, makna famille pun tidakterbatas pada keluarga (manusia), tetapimeliputi keluarga apa saja, seperti keluargabahasa yang berarti kata-kata yang

ISTI'DAL; Jumal studi Hukum Islam, YoL2 No. 1, Januari-Juniz0l5,ISSN 2356-0150

Page 4: Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Umar Faruq Thohir; Konsep Keluarga dalam Al-Qur'an | 4

mempunyaisam asal(ISkandar9 195 1:151).

Asal υ力“

J〃θ, sepcrti halnya asal

力閉jケ,kembali kepada malma pengenalandan pcngetahuan.la kcmbali kcpada asahya

力所′Jαr yang artinya mcnycnang、 an ttau

dikcnal (Iskandar, 1951: 151)。 Adapun'mcnyenangkan dan dikCnar b01chjadi dapat

mcncakllp hcing,痢ing bahkan istti,anak

pcrcmpuan dan ttatl anak laki… laki(Abud,

1995:7).

C)lch karcna im,tidaklah anch, bila

scckor atting, misal,ya, mcnempatikedudukan khas dalaIIl kehidupan istrimelebihi kcdudukan sualni di dalammasyarakat barat inasa kini.Dcnlikian pula,

kucing mcnempati kedudukan istilnewadalanl kchidupan para suami mclebihikcdudukan para istri di dalam masyarakat

Barat tcrscbut. Dan yang dcmikian inidisebabkan karena anJlng tadi bcrgaul dan

hidup bersatta si istri lebih banyak daripada

sang suami bcrgaul dan hidup bcrsalna siis■ i

ittl,sehingga kehidupan mcllllalcsa sallg sualmi

untuk meninggalkan rumah dalaln ⅥZaktu

yang pan」 ang,dan dia tidak pulang ke rulnah

itu kecuali untuk tidur, karena sakinglclahnya.

Ketika sang sllalni pulang ke ruinah

yang mcl■■perhatikannya bukan sang istri,

mclainkan kucingnya yang menyambutnyadengan rasa senang,lneringankan kepenatan

hariini dcnganineongan dan gerakan ekOmya

serta senttlhannya.

Demikianlah kita dapati balwakeluarga di barat ittltidalc meilШ ゴuklcan suattlhubungan dan interaksi serta tidak pulamcngisyaratkan rasa tanggung jawab,sckalipunsekedartangttngjaWabyangwaibdan ditulltut seperti yang ditunJukkan oleh

keluarga di Timur(Abud, 1995: 7;Minuchin&Fishman,1981:18-22).

ⅣIakna Keluarga dalanl Perspektif al…

Qur'anⅣlengidentiikasi keluarga dalam al―

Qurian dengan kata αみνsκ力(sebagaimalladalam budaya Timut tcmprat al― Qur'an diturunkan)tCmyatatidakditemukan,karena al―

Quran mcnggunakan kata αみα乃′Иみα力7

artinya ahli rLImぬ ,keluarga,familia(Yullus

1989: 52). Sebenarnyajuga terdapat kata-katalain yang merujuk kepada keluarga,diantaranya adz-dzurriyyah, namun adz'dzurriyyah ini lebih cenderung padaketurunan (Al-Furqon l25l: 14) bukankeluarga. Pengulang an kata adz-dzurriyyahdalam al-Qur'an ditemukan sebanyak 32kali(Faidullah, t.t: 158-159; Baiquni dkk, 1996:

157). Kemudian kata ar-rahth, kendati kata

ar-rohth ini lebih cenderung bermakna kaum,

bahkan dalam ayat yang lain bermaknapemuda. Kata ar-r ahth ini diulang sebanyak 3

kali dalam al-Qur'an (Faidullah, t.t: 189;

Kemenag, 1999: 599&.341). Selain itu, juga

terdapat kata al-qurbd atal dzaw al-qurba,namun kata al-qurba memilikikecenderungan makna pada kerabat atau

keluarga besar (extended family), sedangkanyang dimaksud dengan keluarga di sini adalah

keluarga inti (nuclear family). Pengulangankata al-qurba dan dzaw al-qurba dalam al-

Qur'an sebanyak 15 kali (Faidullah, t.t: 360).Kata al-ahl yang meruPakan

transliterasi lebih sesuai dengan kata keluarga(nuclear family) diulang dalam al-Qur'ansebanyak 113 kali. Dari 113 kata al-ahltersebut ada yang berarti penduduk, pemilik,dan keluarga (Faidullah, t.t: 42-44; Baiqunidkk, I 996: I 57). Seperti firmanAllah:

O#S-++.:;ullcJli ebg"Dan datanglah penduduk kota itLI (ke

rumah L0th) dengan gembira (karenakedatangan tamu-tamu itu)" (QS A1-

Hijr Is]:67).rdoi ,Jt cruLyr lj.rji c.,i #y! at ot

"sesungguhnya Allah menyuruhkamu menyampaikan amanat kePadayang berhak menerimafiya...." (QS

An-Nisa'16l:48).lJu r+lai s t';:i lJe lJj^i Or.rJt l,€+i l+

"Hai orang-orang yang beriman,peliharalah dirimu dan keluargamudari api neraka" (QS At-Tahrim 166l:6).

Adanya anggapan bahwa al-usrahsebagai ikatan berat yang membebanimanusia sehingga mengganggu gerakannya,hanyalah layak bagi orang-orang Arab Baduiyang keras dan kasar yang ingin melepaskandiri dari segala ikatan untuk mendapatkan

ISTI'DAL; Jumal Studi Hukum Islam, Vol. 2 No. 1, Januari-JuniZ0l5,ISSN 2356-0150

Page 5: Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

5 | Umar Faruq Thohir; Konsep Keluarga dalamAl-Qur'an

kemerdekaan dan kebebasan. Dan anggapanterhadap al-usrah seperti itu hanya sesuai bagikehidupan badawi (nomaden) di timursebelum Is1am. Setelah Islam datanganggapar' itu tidak sesuai lagi, sebab menurutIslam tidak ada kebebasan tanpa tanggungjawab, kebebasan itu adalah teman daritanggung jawab, dan kadar tanggung jawabitulah yang menentukan kebebasan. Bila tidakdemikian, kebebasan akan mengubahkehidupan ini menjadi hutan, yang layakbagihewan, tetapi tidak layakbagi manusia (Abud,1995:3).

Sekalipun al-Qur'an menj auhkan kataal-usrah dan memakaikata al-ahl, itu bukankarena sia-sia dan main-main, akan tetapikarena hikmah yang dikehendaki oleh AllahSWT. Keluarga menurut pandangan Islambukanlah belenggu dan beban, akan tetapiadalah kepastian j iwa. Oleh sebab itu, tepatlahbila la diungkapkan dengan kata al-ahl,bukandengan kata al-usrah. Al-usrah, merupakankata jadian dari al-asrw dan al-qaid (ikatandan belenggu), menunjukkan kepada beban,kesempitan dan kesusahan. Sedang keluargadi dalam Islam bukanlah belenggu, melainkankesenangan, ketenangan dan ketentramanjiwa, sehingga tanpa keluarga, orang tidakdapat menyelami kehidupan manusiawi yangsebenarnya, akan tetapi dia akan mengalamikehidupan yang lebih menyerupai kehidupanhewaniah.

Kata al-ahlu berasal dari kata kerjaahila, menurut wazan radhiya, yang artinyaanisa yaitu senang, tenang dan tentram,sehingga ketika dikatakan anasahu-muanasatan maka artinya diamenyenangkannya dan menghilangkankesepiannya (Musthofa, 1960: I: 31).

Kesenangan, ketenangan danketentraman jiwa itu bukanlah urusan yangdapat diperoleh dengan angan-angan semata,

akan tetapi ia diperoleh sesuai dengankesulitan yang dicurahkan seseorang untukmendapatkannya dan tanggung jawab yangdipikulnya (Aj ij ola, 200 6 : 13 - 17 ).

Oleh sebab itu, maka al-ahliyah jugaber-arti al-maqdirah (kemampuan,kesanggupan), sehingga ketika dikatakanista'hala asy-syai' maka afiinya istaujabah

danお″乃αα?α力 (dia pantas dan berhak atassesuatu im), dan α乃′ クッー ッαj′ a五inya

″乃乃αbグ乃 (orang― orang yang berhak atassesuatt itu),sehingga kctika dikratakan bahwa

力νwα α乃′′Jたαttα artinya“ νs″乃J7?″4 ルみ

(dia berllak atasnya).Dan αみα乃′″α乃′Jαみα″ar

artinya αs乃―sttα′α乃ッ́να乃 (kelayakan,kepantasan dengan urllsan itu)(勾 101a)2006:13-17).

E)ari sudut pandang scperti ini,maka

seorang istri dinalnakan pula′ 乃J′α乃,schinggaketika dikatakan α乃′ル/3J″″α力maka artinya

′彪αン、々ッタα乃 (dia menikahi fulanah);αみα乃′

attinya αJ―α9∂′′b Wa′ セおッirα力(kaunl kCrabat

dan keluarg→;dan αみα力′juga dapat diartikan

彪―Zaηα乃(iStri)(ノ筍101a,2006:13… 17).

Pcmakaian istilah terscbut,disebabkan bah、va tidak setiap p五a mampuuntuk mettadi SeOrang suami, sebabpcrkawinan itu inenuntut kcmampuan flsik,

materi,k●iWaan,akal dan moral.01ch karena

itu,maka orangyang melnpunyaikcmampuan

atasnya discbut ahli.

C)leh karena itu, kita mendapatkan

bahWa ketika lslam mengarahkan peゴ alanan

αみνsrαtt ke arall ini,lmaka ia sesungguhnya

meletakkan urusan pada tOmpat yangseharusn】β.Al―Q■lr'an mcttadikan keluatta

scbagai salah satu tanggung jawab manusia,

dan manusia mcncrima tallggllllg jawab itu

secara suka rela,llnttlk lnencari kesenangan,

ketenangan dan ketentraman sebagai tuntutan

manusiawi yang mulia.Arallan terseblltmenll」 u kcpada keluarga yang alalni dan

manusia、vi atau yang scsuai dengan flthrah

Allall, dikandung maksud yang atas dasar

fithrah itll Dia ciptakan manusia(Abud,1960:

5).

Format Keluarga;放 ″″`セ

グ Fα″J夕 atau

iV″εルαrFα″′夕2

Berbicara tcntang forlnat kcluarga,

apakahkeluarga inti ataukeluargabcsaち Inaka

halitu tidakbolch dilepaskan dari pemahaman

tentang 輸 gsi kcluarga yang sccara garis

bcsar terbagl mcn」 adi dua yaitt■ fLIngsi

reproduksi dan fungSi Sosial(Nasution,2005:

38-54;Sabiq,t.t:ヽ rI:21;AInit 1991:218;Al―

Bahi,1977:304;NIIuchtaち 1997:12).

Adapun kaitan dcngan fungsi

ISTI'DAL;Jmal Studi Hukum lslam,ヽ bl.2 No.1,Jalluari― Juni 2015,ISSN 2356-0150

Page 6: Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Umar Faruq Thohir; Konsep Keluarga dalam Al-Qur'an | 6

reproduksi, al-Qur'an cenderung pada formatkeluarga inti (nuclear family), karena tidakdibenarkan hal itu dilakukan dengan kerabat

dekat masing-masing pasangan, selain suami

isteri sendiri. Selain itu, manusia juga

membutuhkan pasangan untuk berbagi yang

saling melengkapi dan mencintai, dimana hal

ini tidak mungkin didapatkan kecuali dalam

keluarga inti. Allah berfirman:r kJ b!L.,tl r+tr;l s."oi ,-" # 6li oi^il+i (.,,^ -,

|JJJsiiJ arEJ,:L) A}j u+ O! i-=J 3 ;:.e.,(+ Ll:Adapun keluarga sebagai fungsi

sosial, makakeluarga dibentuk dengan formatkeluarga besar (extended family).Hal yang

demikian itu terlihat dari konsep pembagian

warisan yang tidak hanya diperuntukkan bagianggota keluarga inti, tetapi juga keluarga

besar yang secara khusus telah ditetapkan

dalam al-Qur'an. Allah berfirman:OS-JIJ G-+l:.+-,,iil1 liJii--"iJl :,;,-= li! -e

tiy-r- Y-f # l3I9 3 ai. 31nj-tLiMenurut Ismail al-Faruqi, format

keluarga besar (extended family) ini berguna

untuk memperkuat solidaritas antar keluarga

dengan memenuhi hak-hak mereka (A1-

Faruqi, 1982:165)- Format keluarga besar iniberguna untuk mencegah kemungkinanterjadinya jurang pemisah antar generasi,

memberikan perlindungan terhadap semua

anggota keluarga, dan memberikankeragaman nuansa psikologis dan sosial

dalam kebersamaan bagi orang dewasamaupun anak-anak (Al-Faruqi, 1 997: 1 05).

Tuj uan Pembentukan KeluargaMakna hakikat berkeluarga dalam

Islam, dapat dikaji secara khusus dengan

ajaran-alaran yang terdapat di dalamnya.Dalam al-Qur'an terdapat beberapa konsepterkait dengan keluarga, mulai dari awalpembentukan keluarga, hak dan kewajibanmasing-masing unsur dalam keluarga hinggamasalah kewarisan dan perwalian. MenurutIvan Nye (1976 III: 17), dalam lingkungankeluarga yang berperan aktif adalah pasangan

suami-istri. Mereka memainkan kompetensiperan pada sekup yang lebih luas, mulai daripasangan lain sampai pada kelompokmasyarakat yarg lebih besar. NYemencontohkan peran suami dalam keluargayang berperan untuk menguPaYakan

pemberian nafkah materi kepada anak dan

istrinya. Peran tersebut disisipitanggungjawab moral yang relatif, tergantungpada kemampuan masing-masing individusuami atau isteri.

Kehadiran anak dalam keluargamerupakan buah hati yang menyejukkan(qurrah a'yun (QS. Al-Furqon,l25f:74) dan

perhiasan kehidupan dunia (zinah hayah ad-

dunya [QS. Al-Kahfi [18]: 46). Namun, tentu

saja seorang anak akan menjadi buah hati dan

perhiasan dunia jika ia tumbuh menjadimanusia yang baik dan berkualitas. Al-Qur'anjuga mengingatkan bahwa anak juga dapat

menjadi musuh dan ujian (fitnah), maksudnya

adalah terdapat kemungkinanmenjerumuskan orang tua melakukanperbuatan yang dilarang agama akibat cintayang berlebihan terhadap anak (QS At-Taghabun 164l: 14-15). Anak juga merupakan

sebuah amanah, dan menjaga amanah adalah

kewajiban orang yang beriman (Ali Imran [3]:58; Al-Mu'minun [23]: 8). Oleh karena itu,orang tua berkewajiban memberi nafkah dan

memenuhi kebutuhan anak, baik materimaupun non materi, dalam bentuk kasih

sayang, perhatian, pemenuhan sandang,pangan,'tempat trnggal, pendidikan dan

kesehatan, sampai anak itu mencapai usia

dewasa.

Hidup berkeluarga meruPakandambaan semua manusia, setiap orang akan

berusaha untuk mendapat pasangan hidupyang sesuai dengannya, untuk menjaga

keharmonisan hidup berkeluarga. Pembinaan

sebuah keluarga betmula dari perkawinan,

dalam hal ini, terbentuknya sebuah keluarga

merupakan salah satu cara untuk menerapkan

salah satu dari lima tujuan syari'ah Islam yangjamak disebut dengan maqashid asy-syar'iyyah sebagaimana telah dirumuskan

oleh al-Syatibi, dengan tujuan menjaga limahal (dharuriyah al-khams), yaitu: agamqjiwa, keturunan, harta benda, dan akal

(Mahfudh, 2004: xiv; SYah, 1992: 6l;Wahyudi, 2007:26).

Terkait dengan hal itu adalah dengan

tujuan menjaga keturunan melalui proses

perkawinan yang sah. Artinya, dari proses

tersebut diharapkan mendapat keturunan yang

ISTI'DAL;Jumal Studi Hukum lslanl,ヽ bl.2No l,Januari=Juni 2015,ISSN 2356-0150

Page 7: Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

7 | Umar Faruq Thohir; Konsep Keluarga dalamAl-Qur'an

baik dan benar sesuai ajaran Islam. Maka,hakikat berkeluarga sebenarnya adalahmembentuk suatu keluarga trelalui suatu

perkawinan yang sah (suami-istri) untukmendapatkan keturunan yang baik, benar, dan

berkualitas. S elanjutnya, elemen penting yang

ada dalam keluarga tentunya melibatkanbapak, ibu, dan anak (Muhammad, 2002: ll4-1 15).

Dari beberapa literatur yang penulis

dapatkan, secara garis besar daPatdisimpulkan bahwa tujuan pernikahan adalah:

1. Pernikahan dapat menentramkan jiwaPernikahan dapat menenteramkanseseorang karena dapat memenuhituntutan nafsu seksualnya dengan rasa

aman dan tenang dalam suasana salingmemberikan cinta dan kasih sayangsehingga dengan demikian dapat terciptaketentraman di dalam jiwa (Sabiq, L994:

VI: l9). Rasa tenang dan tentram yang ada

pada setiap manusia merupakan idamanyang selalu didambakan bagi setiap insan.

Nafsu seksual yang tidak dapat disalurkandengan semestinya sering menimbulkantekanan jiwa dan gangguan kesehatansehingga seseorang menjadi gelisah dantidak tenang jiwanya. Dengan demikian,maka pernikahan merupakan salah satu

sarana untuk memperoleh ketentramanjiwa sebagaimana dinyatakan dalam al-

Qur'an:lls*il6tr3i #,--,,".1i * #.;li Oi rjli ,r. _r

cil+Y clli j;l a*-=-.13 613^ ,S+*,J,+: kJ!.tyJsd]:|e;il

Kata litaskunuberasal dari kata cf- yangberarti tenang; tidak bergerak; diam(Yunus, 1989: 174). Oleh karena itulah,menurut Khoiruddin Nasution (2005: 39),pernikahan adalah pertemuan antara priadan wanita yang kemudian rnenjadikan(beralih) kerisauan antara keduanyamenjadi ketentraman atau sakinahmenurut bahasa al-Qur'an dalam surat Ar-Rum ayat 21. Oleh karena itujuga menurut

Quraish Shihab (1996:192), pisau disebutsikkin karena pisau adalah alat sembelihyang dapat menjadikan binatang yangdisembelih tenang. Pada ayat tersebutmendeklarasikan bahwa pernikahan

seseorang akan memperoleh ketentramanjiwa, karena pada dasarnya, manusiarrembutuhkan pasangan sebagaipendampinghidupnya.

2. Pernikahan dapat menghindarkanperbuatanmaksiatPernikahan pada dasarnya daPatmenghalalkan pergaulan antata seorang

laki-laki dengan perempuan yang telah

dinikahinya. Bagi laki-laki yang telah

mengikat tali pernikahan sangatdimungkinkan untuk tidak mengadakan

penyelewengan terhadap perempuan lain(kecuali ada faktor lain). MenurutMuhammad al-Bahi, bahwa tujuanpernikahan adalah untuk mengalahkanarus-arus penyelewengan dan dorongan-dorongan yang menyimpang di dalammewujudkan kemanusiaan.Orang yang sudah melakukan pernikahan,hatinya dapat terjaga dari perbuatan

melakukan'hubungan' dengan perempuan

lain yang tidak melalui tali pernikahan.Dengan demikian tali pernikahan ini dapat

menghindarkan seseorang dari perbuatanzina dan hal-hal lain yang berkaitandengan hubungan antara laki-laki dan

perempuan yang dilarang oleh agama.

Nabi Sawbersabda:*--rX g:ai a:Li ,ioll. ! f$c.,e.lljJl J-^l- L

+;l*i;c\Jl -S,^ etj.+ J ",o ,e >X a':-i3

(g-JXl "13;) oS.3 aJ,3Jl Ols e:4"Wahai sekalian pemuda, hendaklahkalian nikah, karena hal itu lebih dapat

mengendalikan penglihatan dan menjagakemaluan, barangsiap a y aflgtidak mampunikah maka hendaklah berpuasa, karenaitu (puasa)dapat menjadi obat"(At-Tirmidzi, t.t: II: 373).

3. Pernikahan mempermudah dalampengumpulan hartaTali pernikahanyang dijalin oleh seoranglaki-laki dengan perempuan akan menjadipendorong yang kuat untukmengumpulkan harta kekayaan. Karenaharta kekayaan ini dapat dimanfaatkandalam kehidupan rumah tangga mereka.

Orang yang sudah menikah dan membinarumah tangga memerlukan biaYa Yangcukup banyak untuk membiaYai rumah

ISTI'DAL;J‐nal Studi Huktlln lslalll,Vol.2 No.1,Januari― Juni 2015,ISSN 2356-0150

Page 8: Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Umar Faruq Thohir; Konsep Keluarga dalam Al-Qur'an | 8

4.

tangga memerlukan biaya yang cukupbanyak untuk membiayai rumah tangga itu.

Oleh sebab itu, seseorang yang sudah

menikah akan lebih giat berusaha untukmemenuhi keperluan mereka. Dengan usaha

yang giat inilah seseorang yang sudah

berkeluarga akan lebih mudahmengumpulkan harta kekayaannya (Sabiq,

1994: YI 2l). Bahkan sebuah keluarga

seharusnya jangan takut menikah karena

takut semakin miskin, karena Allah berjanjimemberikan mereka kecukupan. Allah Swtberfirman:

6siLl3 psrl-o ,-p Or'-ltJl J esr. .=-l+)l I +-SlJ

aJe e-l, nlr 4J;i g," nl #+ * l_!i l3i;g gl

Pernikahan dilakukan untuk mendapatkan

keturunan yang sah (Amir,1997 :219)Budaya tulis-menulis seperti sekarang inimengharuskan semua perjanjian dilakukansecara tertulis, demikian pula pernikahan.Pernikahan yang dilakukan sesuai denganaturan pemerintah (dicatatkan), sangatlahberguna bagi kehidupan masa depan anakkelak. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal42 Undang-Undang No. I Tahun 1974tentang Perkawinan bahwa "Anak yang sah

adalah anak yang dilahirkan dalam atausebagai akibat perkawinan yang sah". Anakyang lahir di luar pemikahan sulit untukditentukan siapa bapaknya dan siapa yangbertanggung-jawab terhadap kelahirannya(secara hukum). Dan hal ini tentunya akanberpengaruh terhadap psikis sang anak kelak.Dengan pernikahan akan membentuk sebuahkeluarga yang akan melahirkan keturunan-keturunan yang sah yang akan menjadigenerasi penerus orang tuanya. MenurutKamal Muchtar (1997: 12), "Generasi-generasi yang lahir dari keluarga tersebutakan membenfuk suatu umat, yaitu umat NabiMuhammad Saw." Allah Swt berfitman:

$+l-:-,i cr S.J,+: brr;i s--si i,s.lJ,; lr,..13-g &LilL1i 6t ,rl^t1 ;r.S-i;;;;,; -, J++

, 'o GS.a rirl i.-ro .vJJ 4\

Nabi juga menganjurkan kepada umatnya

untuk menikahi wanita yang subur dan

penyayang terhadap anaknya, sebagairnana

dijelaskan dalam suatu riwayat dari Mu'aqqalbin Yasar bercerita (Abu Dawud, 1 99 4 : 220) :

5. MengikutisunnahRasul(ibadah)Nabi Muhammad sangatlah melarang merekayang tidak mau menikah, bahkan Nabi Sawmenganjurkan umatnya untuk menikah, bukanhanya sholat, puasa, atau ibadah lainnya. NabiSaw bersabda (Al-Bukhari, t.t: VI: 142):

Keluarga mempunyai peranan penting,karena dipandang sebagai sumber pertamadalam proses sosialisasi. Keluarga jugaberfungsi sebagai transmitter budaya, atau

mediator sosial budaya anak. Keluarga jugadipandang sebagai instansi (lembaga) yangdapat memenuhi kebutuhan insani(manusiawi), terutama kebutuhan bagipengembangan kepribadiannya, danpengembangan ras manusia (Yusuf, HarianPikiran Rakyat: 29 Maret 2005). Jikadihubungkan dengan peranan keluarga danupaya memenuhi kebutuhan individu,keluarga merupakan lembaga pertama yangdapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melaluiperawatan dan perlakuanyangbaik dari orangtua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis,maupun sosio-psikologisnya (Istiadah, 1999:s2-s4).

Kesimpula.nAl-Qur'an menggunakan kata al-ahl untuk

menjelaskan keluarga, karena keluarga dalamperspektif al-Qur'an adalah sebuah ikatan dengantanggung jawab yang diambil secara sukarelayang terdiri dari bapak, ibu, dan anak dengantujuan mendapatkan perlindungan, mencarikesenangan, ketenangan dan ketentraman sebagaituntutan manusiawi yang mulia.

Al-Qur'an menggunakan kata al-ahl dantidak menggunakan kata al-usrah karena konotasial-usrah (seperti istilah dalam budaya Timur)cenderung negatif yaitu sebuah ikatan yangmemaksa dan membelenggu, padahal seharusnyakeluarga dibentuk secara sukarela, dan hal inimerupakan interpretasi d ari al - oh I.

Mengikuti sunnah Rasul (ib adah)l .

Nabi Muhammad sangatlah melarang

mereka yang tidak mau menikah,bahkan Nabi Saw menganjurkanumatnya untuk menikah, bukan hanya

sholat, puasa, atau ibadah lainnya. NabiSaw bersabda (Al-Bukhai, t.t: VI:142):

Jl j.AJ ijX oB :.J "+ a; .&l .*--aJ cllL d+ u-i uo

t, t+ii i"tl ,o-+Jl ;:L-,c J. ,f-ilL-"J,,oaJl 613-1i og

ISTI'DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Yol.2 No. 1, Januari-Juni2015,ISSN 2356-0150

Page 9: Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

9 | Umar Faruq Thohir; Konsep Keluarga dalamAl-Qur'an

Bentuk keluarga dalam perspektif al-

Quran terbagi menjadi dua, keluargainti (nuclear

family) dan keluarga besar (extended family).Pertama, dalam hal fungsi reproduksi, al-Qur'an

cenderung pada format keluarga inti (nuclear

family), karena tidak dibenarkan hal itu dilakukan

dengan kerabat dekat masing-masing pasangan,

selain suami dan isteri sendiri. Selain itu, manusia

juga membutuhkan pasangan untuk berbagi yang

saling melengkapi dan mencintai, dimana hal initidak mungkin didapatkan kecuali dalam keluarga

inti. Kedua, sedangkan sebagai fungsi sosial,

keluarga dibentuk dengan format keluarga besar

(extended family\. Hal itu terlihat dari konsep

pembagian warisan yang tidak hanyadiperuntukkan bagi anggota keluarga inti, tetapijuga keluarga besar yang secara khusus telah

ditetapkan dalam al-Qur'an.

Karena semua keluarga dalam Islam

dibentuk dari pernikahan yang sah, maka tujuan

pernikahan adalah ( 1) Keluarga dapatmenentramkam jiwa, (2) Keluarga dapat

menghindarkan perbuatan maksiat, (3) Dengan

keluarga, manusia dapat mempermudah dalam

pengumpulan harta, (4) Pernikahan dilakukan

untuk mendapatkan keturunan yang sah, (5)

P ernikahan merup akan ib adah.

DAFTAR PUSTAKAAbud, Abdul Ghani, 1995, Keluarga Muslim dan

Berbagai Masalahnya, Bandung:Penerbit Pustaka.

Ajijola, A.D., 2006, The Concept of Family inIslam, New Delhi: Adam Publishers andDistributors.

Ilyas, Anthon Ilyas & Edward A. Ilyas, 1970, Al-Qamus al-'Ashriy, cet VII, ttP.: al-llathba'ah al-'Ashriyyah.

Amir, Dj a'far, 199 l, I lmu F iq ih,Solo: IKAPI.Anderson, Norman, 1976, Law Reform in the

Muslim World, London: The AthlonePress.

Al-Bahi, Muhammad, 197 7, al-Islam fi Hayah al-Mus lim, cet VI, ttp. : Maktabah Wahbah.

Al-Bukhari, Muhammad Ibn Ismail, t.t., SahihB ukh ar i, Beirut: Dar al-Fikr.

Al-Famqi, Isma'il Raji', 1982, Tawhid; ItsImplication for Thought and Life, Kuala

, Lumpur: The International Institute ofIslamicThought.

Al-Faruqi, Lamya', 1997, 'Ailah; Masa DepanKaum Wanitq Model Masyarakat ldealTawaran Islam (Studi Kasus Amerika

dan Masyarakat Modern), diterjemahkanoleh: MasyhurAbadi Surabaya: Al-Fikr.

Al-Razi, Muhammad bin Abu Bakar bin 'AbdulQadir, 1950, Mukhtar ash-Shihhah,Kairo: Mushthafa al-Babi al-Halabi waAuladuh.

At-Tirmidzi, Abu Isa Muhammad Ibnu Isa, t.t.,Sunan At-Tirmidzi,Beirut: Dar al-Fikr.

Az-Zthaili, Wahbah, 1.989, al-Fiqh al-Islami waadil I atuh,Beirut: Dar al-Fikr, cet. IIl.

Bachofen, J.J., 1861, Das Mutterrecht, Basel:.

Benno Schwalbe.Baiquni, N.A., el al., 1996, Indeks al-Qur'an;

Cara Mencari,4yat al-Qur' an, Surabaya:

Arkola.Dachlan, NJ. Aisjah, 1969, Membina Rumah

Tangga Bahagia dan Peranan AgamaDalam Rumah Tangga, Jakafia: Jamunu'

Faidullah, t.t., Fath ar-Rahmdn li Thalib ayah al-

Qur' an, ttp.: CV. DiPonegoro.Fowler, H.W. & F.G. Fowler, 1957, The Concise

Oxford Dictionary of Current English,H.W. Fowler dan F.G. Fowler, cet- IYOxford: Clarendon Press,.

Istiadah, 1999, Pembagian Kerja Rumah Tangga

dalqm Islatn, Jakarta: Lembaga KajianAgama dan Jender, SolidaritasPerempuan, dan The Asia Foundation.

_,1999, Pembagian Keria Rumah Tangga

dalam Islam, Jakarta: Lembaga KajianAgama dan Jender, SolidaritasPerempuan, dan The Asia Foundation.

Iskandar, Saisse Louis et Chata, VocabulaireFrqncais-Arabe, London: Longman,GreenandCo. Ltd.

Koentj araningra, . 1987 , Sei arah TeoriAn t rop o I o gi, J akarta: UI Pre ss.

Kemenag, 1999, Al-Qur'qn dan Teriemahannya,Semarang: CV. Asy-Syifa'.

Lapidrus, Ira M., 1999, Sejarah Sosial UmmatI s I a m, J akarta: PT. Raj a Grafindo Persada.

Mahfudh, Sahal, 2004, Nuansa Fiqh Sosial, Cet.IV,Yogyakarta: LkiS.

Minuchin, Salvador & H. Charles Fishman, l98 1 ,

Family Therapy Techniques, Cambridge:Harvard University Press.

Muchtaq Kamal, 1997, Asas-Asas Hukum IslamTentang Perkawinan, Jakarta'. BulanBintang.

Muhammad, Husein, 2002, Fiqh Pererupuan:Refleksi Kiai atas Wacana Agama danG en der,Y o gyakarta: Lki S.

Mushthafa, Ibrahim, et al., 1960, al'Mu'jam al-Wdsh ith,ttp. : Abdus Salam Harun.

Mazhir, Ismail, t.t, Qdmfis an-Nahdhah, -fi ol-Lughatain al-InjiliziYYah wa al-'Arabiyyah, Isma'il Mazhhir, Mesir:

ISTI'DAL; Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 2 No. 1, Januari-Juniz}1'S,ISSN 2356-0150

Page 10: Jurnal Online Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara

Umar Faruq Thohir; Konsep Keluarga dalam Al-Qur'an I 10

Maktabah an-Nahdhah al-Mishriyyah,cet. L

Nasution, Khoiruddin, 2005, Hukum P erkawinanI: Dilengkapi Perbandingan UU NegaraMuslim Kontemporer, Yogyakarta:AcademiaTazzafa.

Nye, F. Iv an, 197 6, Ro I e C on s tu c t s : Me a s urem en t,

dalam F. Ivan Nye el a/., Role Stuctureand Analysis of The Family, Cet. III, USA:Sage Publications.

Proyek Pembinaan Prasarana dan SaranaPTAI/IAIN di Jakarta, 1985, Ilmu Fiqh,Jakarta: DEPAG, cetII.

Rakhmat, Jalaluddin dan Muhtar Gandaatmaja(ed.), 1993, Keluarga Muslim dalamMasyarakat Modern, Bandung: PT.RemajaRosdakarya.

Sabiq, Sayid, 1994, Fiqh as-Sunnah,diterjemahkan oleh: Moh. Thalib, cet.IV,Bandung: al-Ma'arif.

, 1983, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Daral-Fikr.

Shihab, Quraish, 1996, Wawasan al-Qur'an:Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai persoalanUmma, Bandung: Mizan.

Syah, Ismail Muhammad,1992, Filsafat HukumIslam,, cet. Il, Iakarta: BumiAksara.

Yunus, Mahmud, 7989, Kamus Yunus, Jakarta:HidakaryaAgung.West, Michael Philip, 1947, The New Method

English Dictionary, London: Green andCo.

Wahludi, Yu dian, 2007, Ma q as hi d Sy qr i' ah d a I amPergumulan Politik; Berfilsafat HukumIslam dari Harvard ke Sunan Kalijaga,Yogyakarta: Nawesea Press.

ISTI'DAL; Jumal Studi Hukum Islam, Vol. 2 No. 1, Januari-Juni2015,ISSN 2356-0150