jurnal jahe
-
Upload
sri-kuspartianingsih -
Category
Documents
-
view
816 -
download
1
description
Transcript of jurnal jahe
-
PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI
TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH
DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGAFAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008
-
RINGKASAN
DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS. Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale)sebagai Tablet Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah.Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat produk suplemen untukmeminimalisasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil denganmemanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe sebagai pencegah mual danmuntah. Penelitian ini dilakukan melalui empat bagian yaitu pengambilan dataprimer, pembuatan tepung ekstrak jahe, pembuatan tablet isap jahe, serta ujikesukaan dan penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe. Pengambilan dataprimer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pembuatan tepung ekstrakjahe meliputi proses ekstraksi, pengeringan (spray dryer, vaccum dryer, danfreeze dryer), analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe, danpemilihan tepung ekstrak jahe terbaik. Pembuatan tablet isap jahe meliputiformulasi, analisis mutu fisik, dan penilaian organoleptik terhadap produk. Ujidaya terima tablet meliputi penilaian hedonik dan penerimaan secara umum olehibu hamil. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan SAS 6.12., SPSS versi11.5 for Windows dan Microsoft Excell 2003. Pengaruh perlakuan dianalisissecara non-parametrik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Jika perlakuanberbeda nyata maka dilakukan uji lanjut multiple comparisson (Gaspersz 1994). Menurut sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan, terdapat 75%contoh yang mengalami kondisi mual dan muntah, 40% dari contoh yangmengalami mual dan muntah tersebut merasa mengalami mual dan muntahpada tingkatan sedang. Sebanyak 80% contoh berusia antara 20-35 tahun.Kisaran frekuensi kehamilan dengan proporsi terbesar (30%) pada contoh adalahantara 1-5 kali. Menurut riwayat kehamilan, sebanyak 70% contoh mengalamipersalinan normal, sedangkan sisanya mengalami keguguran (15%), melahirkanBayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (10%), dan prematur (5%). Menurut jenispenyakit yang diderita, baik 6 bulan sebelum hamil maupun selama hamil,proporsi terbesar (40%) pada contoh menderita influenza. Sebanyak 70%contoh tidak menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan 30% menderitaKEK Berdasarkan tingkat konsumsi, konsumsi energi pada pada separuh ibuhamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tingkat konsumsi protein pada lebihdari separuh (55%) ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tujuh puluhpersen dari contoh mengalami defisit kalsium. Sebagian besar contoh (75%)mengalami defisit zat besi. Sebanyak 60% contoh juga memiliki tingkat konsumsiyang kurang terhadap vitamin A. Pengetahuan ibu hamil contoh tentang konsumsi jahe selama hamil telahcukup baik (85%). Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan permintaannyaterhadap produk pereda mual berbentuk tablet isap, 10% contoh menginginkanproduk berbentuk susu, dan 25% menyatakan variasi produk lainnya. Sebagianbesar jahe yang sudah dikembangkan di Indonesia diolah dalam bentukminuman serbuk instan dengan berbagai merk. Digunakan tiga jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jaheyaitu: spray drying, vaccum drying, dan freeze drying. Berdasarkan hasil sidikragam, jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe tidak memberipengaruh yang signifikan (>0,05) terhadap persentase rendemen, estimasi
-
kehilangan, dan kelarutan tepung ekstrak jahe namun berpengaruh signifikan(0,05) namun berpengaruh signifikan(50%) menerima setiap formula tablet isap. Aspek yang banyakdisukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap adalah rasa dan aroma jahenyayang segar. Sedangkan aspek yang kurang disukai ibu hamil contoh terhadaptablet isap jahe adalah rasa pedasnya, warnanya yang kurang menarik, danukurannya yang besar (diameter 2.5 cm dengan bobot 4 gram). Pemanfaatanjahe sebagai tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilaisangat baik oleh ibu hamil contoh. Secara keseluruhan, ibu hamil contohmenyatakan kesediaannya untuk membeli tablet isap jahe jika produk tersebutbenar-benar dikembangkan dan dipasarkan.
-
PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI
TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH
DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGAFAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008
-
Judul : Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet
Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah
Nama Mahasiswa : Devita Kusuma Rahingtyas
Nomor Pokok : A54104080
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S.NIP 131 667 778
Diketahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 131 124 019
Tanggal lulus:
-
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet Isap untuk Ibu
Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah. Penulis mengucapkan terima kasih tak
terhingga kepada berbagai pihak atas bantuan yang diberikan kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini antara lain :
1. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S. selaku dosen pembimbing atas segala arahan,
masukan, bimbingan, kesabaran, dukungan, dan waktu luang yang
diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si. selaku dosen pemandu seminar dan penguji
atas segala saran membangun yang diberikan kepada penulis.
3. Keluarga besar penulis (Ibu, Bapak, Mbak Wita, Mbah Putri, Mas Aji, dan
lain-lain) atas kasih sayang, inspirasi, bantuan, dukungan dan doanya.
4. Sahabat dan teman-teman GMSK 41 (Adin, Rizka, Ima, Nurlaela, Dekus,
Rika, Yulia, Marissa, Ari, Nova, Alfinda, Curly Kun, Eka, Edo, Aqsa, Ida,
Angel, Venny, Ratna, Devi, Any, Rena, Daru, Achi, Retno, dan lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu per satu) untuk selalu ada, menguatkan,
mengingatkan, dan menghibur dengan semangat dan canda tawanya.
5. Bapak Mashudi, Bapak Dian, Ibu Nina, Ibu Rizky, Bapak Nurwanto, Kak
Sigit (GMSK 36), Ibu Yuli (LAFIAL), Bapak Albert (Takasago), dan
laboran lainnya atas bantuan dan nasihat yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini tidaklah sempurna. Namun
terlepas dari segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga penelitian
ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 1 Mei 1986. Penulis adalah
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan R. Hari Purwadi dan Rr. Dewi
Runantari.
Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD Negeri
Pengasinan Bintara 1, Bekasi. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri
138, Jakarta pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan
di SMU Negeri 21, Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB).
Selama di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Forum
Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2005/2006 dan Badan Eksekutif
Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode 2006/2007 serta
berbagai kegiatan kepanitiaan kampus. Penulis juga sering terlibat dalam
berbagai kompetisi di bidang ilmiah seperti Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang
Kewirausahaan (PKMK), Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang
pendidikan dan ilmu pengetahuan sosial, Kontes Kreativitas dan Forum IPTEK
Mahasiswa Nasional (KONTEKNAS), dan lain sebagainya.
Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis antara lain Finalis Meat and
Lifestock Assosiation (MLA)s Project Proposal tahun 2006, Finalis Lomba Karya
Tulis Mahasiswa (LKTM) Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007, dan
Juara II Lomba Opini Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007.
Penulis juga pernah terlibat langsung sebagai relawan posko tumbuh kembang
anak korban gempa usia prasekolah di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten
pasca peristiwa gempa di Bantul dan Yogyakarta tahun 2006.
-
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................. 1
Tujuan ............................................................................................. 2
Kegunaan ........................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKAKondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil.............................................. 4
Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil ....................................................... 5
Energi ....................................................................................... 5
Vitamin A .................................................................................. 5
Zat Besi .................................................................................... 5
Kalsium ..................................................................................... 6
Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil .......... 6
Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................ 7
Jahe (Zingiber officinale) .................................................................. 9
Kandungan Gizi Jahe ....................................................................... 10
Manfaat Jahe ................................................................................... 11
Jahe dan Kehamilan ........................................................................ 12
Gingerol ........................................................................................... 13
Produk Olahan Jahe di Indonesia .................................................... 13
Tablet Isap ....................................................................................... 14
Bahan Penyusun Tablet Isap ........................................................... 15
Metode Ekstraksi ............................................................................. 17
Metode Pengeringan ........................................................................ 18
Spray Dryer ............................................................................... 18
Vaccum Dryer ........................................................................... 18
Freeze Dryer ............................................................................ 19
Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC)........... ...... 19
METODE .................................................................................................. 21
Waktu dan Tempat ........................................................................... 21
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ................................................ 21
-
Jenis dan Cara Pengumpulan Data.................................................. 22
Bahan dan Alat ................................................................................ 24
Tahapan Penelitian .......................................................................... 25
Pembuatan Produk .......................................................................... 25
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe ............................................. 25
Pembuatan Tablet Isap Jahe ................................................... 26
Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 32
Profil Ibu Hamil ................................................................................ 32
Karakteristik Ibu Hamil .............................................................. 32
Riwayat Kehamilan dan Penyakit .............................................. 33
Status Gizi ................................................................................ 34
Perilaku dan Kebiasaan Makan ................................................. 35
Frekuensi Konsumsi Pangan .................................................... 37
Tingkat Konsumsi Zat Gizi ....................................................... 38
Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................ 40
Kejadian MMK ........................................................................... 40
Frekuensi MMK ......................................................................... 41
Jangka Waktu Kejadian MMK .................................................. 41
Penyebab MMK ........................................................................ 42
Pemeriksaan Kesehatan dan Obat Khusus MMK ...................... 43
Pengetahuan Mengenai Jahe dan Pilihan Produk MMK Ibu Hamil ... 43
Konsumsi Jahe selama Hamil ................................................... 43
Pengolahan Jahe sebagai Produk Pereda MMK ....................... 44
Pilihan Produk Pereda MMK .................................................... 44
Produk Olahan Jahe yang Sudah Dikembangkan ............................ 45
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe .................................................... 45
Analisis Fisik dan Penilaian Organoleptik Tepung Ekstrak Jahe ...... 46
Kadar Air ................................................................................... 46
Rendemen ................................................................................ 47
Estimasi Kehilangan selama Pengeringan ................................ 47
Kelarutan .................................................................................. 48
Kandungan Gingerol ................................................................. 49
Uji Hedonik ............................................................................... 49
-
Tepung Ekstrak Jahe Terbaik .......................................................... 51
Formulasi Tablet Isap Jahe .............................................................. 51
Karakteristik Fisik dan Mutu Organoleptik Tablet Isap Jahe ............. 53
Kekerasan ................................................................................. 53
Waktu Larut............................................................................... 54
Derajat Keasaman (pH) ............................................................ 54
Uji Mutu Hedonik ....................................................................... 55
Formula Tablet Isap Jahe Terbaik .................................................... 57
Uji Hedonik dan Penerimaan Ibu Hamil terhadap Tablet Isap Jahe .. 58
Kontribusi Gingerol dan Estimasi Harga per Tablet .......................... 59
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 61
Kesimpulan ...................................................................................... 61
Saran ............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 63
LAMPIRAN ............................................................................................... 67
-
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamil.... 7
2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah) ........................... 11
3 Cara pengategorian dan analisis varibel .......................................... 11
4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristik .......................................... 32
5 Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan ................................. 33
6 Sebaran ibu hamil menurut riwayat penyakit .................................... 34
7 Sebaran ibu hamil berdasarkan LILA ............................................... 35
8 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan utama dan makan
selingan.............................................................................................. 36
9 Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergi.............. 37
10 Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat gizi ....................... 39
11 Sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan.............................. 41
12 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut frekuensinya.............. 41
13 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut jangka waktu kejadian 41
14 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut penyebab kejadian . 42
15 Sebaran pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi jahe selama hamil 43
16 Sebaran persetujuan ibu hamil terhadap pengolahan jahe sebagai
produk pereda mual dan muntah kehamilan........... .......................... 44
17 Sebaran jenis pilihan produk pereda mual dan muntah
kehamilan.................................................... ..................................... 44
18 Estimasi pemakaian Bahan Tambahan Pangan (BTM).. 52
19 Formulasi tablet isap jahe 52
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Jahe ................................................................................................. 10
2. Struktur senyawa gingerol ................................................................ 13
3. Spray dryer ...................................................................................... 24
4. Vaccum dryer ................................................................................... 24
5. Freeze dryer .................................................................................... 24
6. Skema tahapan penelitian ................................................................ 25
7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe......................................... 26
8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe ............................................... 26
9. Beberapa produk olahan jahe yang telah dikembangkan di Indonesia 38
10. Penampakan tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan 45
11. Persentase kadar air dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan ........................................................................ 46
12. Persentase rendemen dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan........................................................................... 47
13. Persentase estimasi kehilangan dalam tepung ekstrak jahe pada
berbagai metode pengeringan ......................................................... 48
14. Persentase kelarutan dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan ........................................................................ 49
15. Persentase kadar gingerol sebagai senyawa aktif dalam tepung
ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan 49
16. Modus penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan ........................................................................ 50
17. Persentase penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada
berbagai metode pengeringan ........................................................ 51
18. Penampakan tablet isap jahe pada berbagai formulasi . ................... 52
19. Kekerasan tablet isap jahe pada berbagai formula .......................... 53
20. Waktu larut tablet isap jahe pada berbagai formula .......................... 54
21. Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe pada berbagai formula.. 55
22. Sebaran modus penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe .... 56
23. Sebaran persentase penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe 57
24. Sebaran modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe ..... 58
25. Sebaran persentase penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe 59
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman1 Kuesioner profil ibu hamil .................................................................... 68
2 Metode analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe......................... 72
3 Kuesioner uji organoleptik tepung ekstrak jahe 74
4 Kuesioner uji organoleptik tablet isap jahe .......................................... 75
5 Kuesioner uji organoleptik dan penerimaan tablet isap jahe. 77
6 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi pangan . 79
7 Hasil analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai
pengeringan ........................................................................................ 80
8 Hasil analisis mutu fisik tablet isap jahe pada berbagai formula .......... 81
9 Hasil sidik ragam karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai
pengeringan ........................................................................................ 82
10 Hasil sidik ragam mutu fisik tablet isap pada berbagai formula ........... 83
11 Perhitungan kontribusi kandungan gingerol per tablet 84
12 Estimasi harga tablet isap jahe 85
13 Kromatogram analisis kadar gingerol .................................................. 86
-
PENDAHULUAN
Latar BelakangKondisi kesehatan ibu hamil di Indonesia saat ini masih belum seperti
yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan di negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan,
angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia merupakan yang tertinggi
di Asia Tenggara. Beberapa wilayah di Indonesia yang angka kematiannya
masih tinggi (400 orang) antara lain Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur. Angka kematian ibu hamil dapat ditekan dengan
mencegah berbagai risiko kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan sejak awal masa kehamilan.
Beberapa masalah rawan kesehatan pada ibu hamil terjadi di awal masa
kehamilan. Mual dan muntah merupakan gangguan yang umum terjadi di
trimester pertama masa kehamilan namun tidak tertutup kemungkinan gejala
tersebut akan tetap dialami oleh ibu hamil pada trimester berikutnya. Mual dan
muntah kehamilan dapat menurunkan kemampuan dan stamina ibu hamil dalam
porsi besar. Menurut Smith et al. (2004), sebanyak 25% ibu hamil yang
mengalami masalah mual dan muntah memerlukan waktu untuk beristirahat dari
pekerjaannya.
Mual dan muntah yang terus menerus dan berlebihan dapat menjadi
berbahaya apabila tidak segera dilakukan penanganan. Tubuh ibu hamil akan
kekurangan protein dan energi sehingga kebutuhan kalori ibu hamil akan tidak
tercukupi. Ibu hamil juga terancam kekurangan gizi jika ia sudah tidak dapat
menelan makanan dan tidak dapat minum sehingga diperlukan infus cairan dan
makanan. Menurut Nadesul (2005), mual dan muntah yang hebat juga banyak
dipengaruhi oleh unsur kejiwaan sehingga perasaan ibu harus ditenangkan.
Perawatan di rumah sakit disarankan untuk dilakukan agar tidak terjadi Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurang gizi pada bayi.
Sebab mual dan muntah pada kehamilan masih belum diketahui dengan
pasti oleh para ahli namun kerap dihubungkan dengan beragam faktor seperti
perubahan hormonal selama kehamilan serta pengaruh psikologis. Penggunaan
obat untuk mengatasi gangguan mual dan muntah masih terbatas. Produk-
produk alami seperti jahe, rasberry merah, dan umbi liar telah disarankan di
Amerika sebagai alternatif penanggulangan. Ibu hamil juga menggunakan
pertolongan medis dan melakukan berbagai macam strategi untuk meredakan
-
gejala mual dan muntah yang mereka hadapi (Vutyavanich et al. 2001). Mual dan
muntah kehamilan relatif akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan.
Spesialis kebidanan dan kandungan, dr. Boy Abidin, SpOG., menyatakan
ada beberapa langkah yang dapat dilakukan ibu hamil untuk meringankan gejala
mual dan muntah kehamilan agar tidak sampai mengganggu proses kehamilan
dan pertumbuhan janin, salah satunya adalah mengonsumsi jahe (Anonim 2008).
Konsumsi jahe untuk mengatasi mual dan muntah sebenarnya sudah lama
menjadi tradisi di beberapa negara. Walaupun beberapa sumber dari pusat
informasi pengobatan di Amerika pada awalnya menyatakan bahwa jahe,
sebagai obat antiemetik dan ayurvedik dari Cina, memiliki pengaruh kontradiktif
selama masa kehamilan, namun penelitian lanjutan yang dilakukan di beberapa
negara membuktikan bahwa jahe efektif dan tidak membawa efek buruk bagi ibu
hamil dan bayinya (Kimura et al. 2005). Penelitian ini dilakukan berdasarkan
berbagai keterangan dan hasil observasi terdahulu sebagai upaya aplikatif untuk
menindaklanjuti manfaat jahe sebagai pereda gejala mual dan muntah kehamilan
dengan mengolah jahe ke dalam bentuk produk yang dapat dikonsumsi secara
aman oleh ibu hamil.
Tujuan PenelitianTujuan Umum :
Membuat suplemen untuk meminimalisasi terjadinya mual dan muntah
pada ibu hamil dengan memanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe
sebagai pencegah mual dan muntah sehingga membantu terpenuhinya
kebutuhan gizi ibu hamil sejak awal.
Tujuan Khusus :
1. Mempelajari besar sebaran terjadinya mual dan muntah ibu hamil
pada masa kehamilan
2. Mempelajari karakteristik, perilaku dan kebiasaan makan, riwayat
kesehatan, status gizi, dan tingkat konsumsi zat gizi pada ibu hamil
3. Mempelajari seberapa baik jahe dikenal di masyarakat sebagai
pereda mual dan muntah kehamilan serta pilihan bentuk produk
pereda mual bagi ibu hamil
4. Mempelajari ragam produk olahan jahe yang sudah dikembangkan
-
5. Membuat produk pereda mual dan muntah terbuat dari jahe yang
aman dikonsumsi oleh ibu hamil dengan gejala mual dan muntah
dalam bentuk tablet
6. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan metode pengeringan terhadap
karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe (kadar air, kelarutan,
kandungan senyawa gingerol, rendemen, estimasi kehilangan selama
pengeringan, dan aspek-aspek hedonik) serta menyeleksi tepung
ekstrak jahe dengan kualitas paling baik
7. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan formula terhadap mutu fisik
(kekerasan, pH, waktu larut) tablet isap jahe dan mengetahui mutu
hedonik tablet isap jahe yang dihasilkan
8. Menganalisis kontribusi gingerol dan biaya produksi per tablet
9. Mempelajari daya terima ibu hamil terhadap tablet isap jahe sebagai
pereda mual dan muntah kehamilan
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif untuk
meningkatkan peran masyarakat terutama yang berkecimpung di bidang gizi dan
kesehatan agar terpacu dan lebih peka terhadap masalah gizi dan kesehatan di
Indonesia. Kemudahan akses informasi terhadap penemuan-penemuan baru di
bidang penelitian dan pengembangan gizi diharapkan dapat lebih dimanfaatkan
serta diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi pemerintah dan para pengusaha di bidang industri pangan dan obat-
obatan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk membuat produk
bagi ibu hamil, khususnya yang menderita mual dan muntah, sebagai langkah
preventif penanggulangan masalah kekurangan gizi sejak dini di Indonesia.
Diharapkan agar lembaga atau instansi terkait juga lebih tanggap terhadap
penggunaan bahan baku yang mengandalkan sumberdaya lokal sehingga sektor
ekonomi di Indonesia dapat lebih ditingkatkan pula.
-
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1999
menunjukan terjadinya peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI). Tahun 1997
terdapat 318 orang jumlah ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup. AKI
meningkat pada tahun 1999 menjadi 380 orang ibu meninggal per 100.000
kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2001, terdapat 377 orang ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup
(Departemen Kesehatan 2005). Kematian ibu hamil disebabkan oleh beberapa
faktor seperti faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, maupun faktor
kesehatan (Rahman 2003).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada
masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi
yang sehat, cukup bulan, dengan berat badan normal sehingga kualitas bayi
yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama
hamil (Lubis 2003).
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi karena
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan
energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi, dan
metabolisme tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil
dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada
dasarnya, semua zat gizi memerlukan tambahan terutama pada intake energi
protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium (Lubis 2003).
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira
80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan
ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution
1988 dalam Lubis 2003). Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara
minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus
meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II
diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Energi tambahan
digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta selama trimester III
(Hardinsyah & Martianto 1992).
-
Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang
berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan
konsentrasi protein pengikat nutrisi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan
penurunan nutrisi mikro. Perubahan ini, di kebanyakan negara berkembang,
dapat diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak
pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu
hamil dan bayi baru lahir (Parra et al. 2005 dalam Andotopo & Arifin 2006).
Menurut Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan (maternal) pada saat
terjadinya proses pembuahan janin dapat berakibat pada kelahiran prematur dan
efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin. Sekitar 40 % wanita yang
melahirkan prematur disebabkan oleh faktor yang tak diketahui (idiopatik).
Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil Menurut Gizi dalam Angka, masih banyak anggota masyarakat yang
mengabaikan pentingnya masa kehamilan meskipun kehamilan sudah
merupakan bagian dari daur hidup kehidupan pada wanita. Kehamilan
membutuhkan tambahan asupan pangan karena adanya peningkatan kebutuhan
zat-zat gizi (Departemen Kesehatan 2005). Beberapa zat gizi yang penting dan
sangat dibutuhkan selama masa kehamilan antara lain:
Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Kebutuhan energi selama ibu hamil adalah untuk membentuk atau
membangun jaringan baru (fetus, plasenta, uterus, cairan amniotik, payudara),
peningkatan volume darah, dan menyuplai jaringan baru. Pangan yang kaya
akan sumber energi adalah pangan sumber lemak (lemak atau minyak, buah
berlemak, dan biji berminyak), pangan sumber karbohidrat (beras, jagung, oat,
serealia), dan pangan sumber protein (daging, ikan, telur susu dan aneka produk
turunannnya) (Departemen Kesehatan 2005).
Vitamin A
Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan
pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur
pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun, ibu tidak dianjurkan
untuk mengkonsumsi suplementasi vitamin A selama hamil karena dosis tinggi
vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Mengkonsumsi buah-
buahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, akar dan umbi-
-
umbian sehari-hari, akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A
(Departemen Kesehatan 2005).
Zat Besi Kekurangan zat besi akan menghambat pembentukan hemoglobin yang
berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu
menyusui merupakan kelompok yang beresiko tinggi terhadap anemia yang
disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah
yang dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak
mengandung zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun
hijau, dan rumput laut (Departemen Kesehatan 2005).
KalsiumKalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung
yang sehat, syaraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan
pertumbuhan tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak
mengandung kalsium adalah susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian,
dan ikan (Departemen Kesehatan 2005).
Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil Perilaku terhadap gizi dan makanan merupakan respon seseorang
terhadap makanan yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau
praktek seseorang terhadap makanan. Kebiasaan makan merupakan pola
perilaku konsumsi pangan yang diperoleh dari pola praktek yang dilakukan
berulang-ulang. Tindakan manusia terhadap makan dan makanan yang
dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan serta persepsi tentang hal tersebut.
Cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengonsumsi, dan
menggunakan makanan yang tersedia didasarkan pada faktor-faktor sosial
budaya di mana manusia tersebut hidup (Guthe & Mead 1979 dalam Suhardjo
1989).
Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan meningkat sebagai
akibat proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini
digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk
memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitasnya bagi ibu maupun energi
pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992).
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan dan gizi
yang kurang selama masa kehamilan berdampak buruk pada bayi yang
dilahirkan maupun bagi ibu. Bayi yang kurang mendapat suplai zat gizi dari ibu
-
seringkali mengalami kelahiran prematur, lahir dengan berat badan rendah, atau
lahir dalam keadaan meninggal. Bayi yang mengalami kurang gizi selama di
kandungan, pada umumnya, mengalami hambatan pertumbuhan setelah
kelahiran meskipun bayi lahir selamat. Hambatan pertumbuhan tersebut
khususnya pertumbuhan volume otak yang erat kaitannya dengan kecerdasan
anak. Anak yang mengalami keadaan demikian biasanya mempunyai tingkat
kecerdasan dan perkembangan mental yang rendah, terjadi pula kelambatan
dalam sosialisasi dan kepekaan terhadap rangsangan. Akibat yang sering
membahayakan ibu sendiri adalah terjadinya pendarahan selama melahirkan
(Hardinsyah & Martianto 1992).
Konsumsi pangan sebelum kehamilan dan selama masa kehamilan
berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang cukup konsumsi
pangan dan gizi sebelum hamil, pada umumnya, kurang mengalami masalah
yang berarti selama kehamilan. Konsumsi pangan dan gizi yang mencukupi
kebutuhan serta diiringi dengan latihan fisik ringan memberi dampak yang baik
pada ibu hamil (Hardinsyah & Martianto 1992).
Tabel 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamilNo Syarat Mutu Satuan AKG 2005 Hamil (Tambahan)
Trimester I Trimester II Trimester III123456789
101112131415161718
EnergiProteinVitamin AVitamin B1Vitamin B2Vitamin B3Vitamin B6Vitamin B9Vitamin B12Vitamin CKalsiumBesiSengMagnesiumManganIodiumSeleniumFluor
Kkalg
mcg/REmgmgmgmgmcgmcgmgmgmgmgmgmgmcgmcgmg
+100+17+300+0.3+0.3+4
+0.4+200+0.2+10+150+0
+1.1+30+0.2+50+5
+0.2
+100+17+300+0.3+0.3+4
+0.4+200+0.2+10+150+6
+4.2+30+0.2+50+5
+0.2
+100+17+300+0.3+0.3+4
+0.4+200+0.2+10+150+13+9.0+30+0.2+50+5
+0.2
Mual dan Muntah selama Kehamilan Gejala mual dan muntah banyak dialami oleh hampir semua wanita hamil.
Delapan puluh persen wanita hamil mengalami gejala mual dan muntah pada
bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang dilakukan di
-
Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness atau mual
dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada minggu ke-6
hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering terjadi pada
kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar (Anonim
2007).
Mual dan muntah terjadi karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar
hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen. Kedua hormon ini
diproduksi oleh plasenta dan janin, yang menyebabkan perut kosong lebih lama.
Hal ini mengakibatkan terjadinya gejala mual dan muntah. Teori lainnya adalah
karena pengaruh hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan.
Hormon ini berperan dalam "melembutkan" otot-otot tubuh, terutama di bagian
rahim, untuk mencegah kelahiran prematur. Progesteron juga
mengistirahatkankan kerja saluran pencernaan sehingga proses pengosongan
perut berjalan lebih lambat, dan mengakibatkan meningkatnya asam lambung
penyebab munculnya mual (Anonim 2007).
Berat ringannya gejala mual dan muntah kehamilan berbeda-beda pada
setiap wanita. Ada yang hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai
muntah-muntah berat sampai tak bisa melakukan apa pun. Gejala mual dan
muntah yang parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual
dan muntah terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas
yang jelas antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada namun apabila keadaan umum penderita terpengaruh,
maka dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005).
Beberapa teori menekankan penyebab mual dan muntah pada ibu hamil
adalah ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B,
hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolisme
karbohidrat, meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan, dan lain
sebagainya. Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada penyakit ini
antara lain takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua, kesulitan
sosioekonomi, dan lainnya. Faktor ini dapat menyebabkan beban mental yang
dapat memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkanbahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah
pada ibu hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya,
-
kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mualdan muntah berat sebelumnya (Lestari 2005).
Faktor psikis dapat memicu dan memperburuk muntah. Berat badan
penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan
perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam.
Muntah yang terus terjadi akan dapat menyebabkan kerusakan hati. Komplikasi
lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya
tekanan darah ketika penderita muntah. Penderita dirawat dan mendapatkan
cairan, glukosa, elektrolit, serta vitamin melalui infus. Penderita berpuasa selama
24 jam. Dapat pula diberikan obat anti-mual dan obat penenang. Jika dehidrasi
telah berhasil diatasi, penderita dapat mulai memakan makanan lunak dalam
porsi kecil. Biasanya muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kembali
kambuh maka pengobatan akan diulang kembali (Kaem 2006).
Jahe (Zingiber officinale)Jahe merupakan akar-akaran segar atau kering dari Zingiber officinale.
Ahli botani Inggris William Roscoe (1753-1831) mempopularkan nama Zingiber
officinale pada tahun 1807. Keluarga jahe merupakan kelompok tanaman tropis,
terutama yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Terdiri atas lebih dari 1200
spesies tanaman dalam 53 genera. Genus Zingiber terdiri dari 85 spesies
tanaman obat aromatik yang berasal dari Asia Timur dan Australia tropis. Nama
genus tersebut diturunkan dari kata Sanskrit yang menunjukkan bentuk tanduk,
yang menerangkan tonjolan keluar pada bagian rimpang. Tanaman jahe tumbuh
tegak selama bertahun-tahun dengan ketinggian 1-3 kaki. Cabangnya dikelilingi
pelepah sebagai tempat tinggal daun-daunan bertingkat dua. Kayunya
menyerupai paku kekuningan dengan bunga-bunga bertepi ungu yang menjadi
penguat di bagian bawahnya yang berwarna kuning kehijauan, namun, jahe
jarang berbunga dalam pembudidayaan (Foster 2000 dalam Aminah 2004).
Jahe merupakan tanaman jenis rimpang yang sejak dulu digunakan
manusia sebagai bahan rempah dan obat-obatan. Cabang dari rimpang jahe,
biasanya berbentuk jari manusia dan memiliki bau harum, karena memiliki
kandungan minyak atsiri. Kandungan ilmiah lain yang dimiliki jahe adalah
gingerol, minyak terbang, dan limonene. Tanaman ini juga mengandung zat aktif
shogaol dan gingerol yang berfungsi untuk membangkitkan energi. Bahkan, para
ahli menyebutnya sebagai jenis tanaman antioksidan terkuat sedunia (Anonim
2007). Rasa dominan pedas pada jahe disebabkan senyawa keton bernama
-
zingeron. Aroma jahe disebabkan oleh minyak atsiri sedangkan kandungan
oleoresinnya menyebabkan rasa pedas (Koswara 1995). Klasifikasi tanaman
jahe adalah sebagai berikut:
Dunia : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Musales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
Gambar 1. Jahe
Kandungan Gizi Jahe
Komponen yang terkandung dalam jahe antara lain adalah air 80.9%,
protein 2.3%, lemak 0.9%, mineral 1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12.3%.
Kandungan kimia tersebut berbeda-beda tergantung dari faktor genetik dan
faktor lingkungan tumbuh yang meliputi iklim, ketinggian, cuaca, jenis tanah,
pemupukan, dan pengolahan pasca panen. Menurut Young et al. (2003) dalam
Amalia (2004), rimpang jahe mengandung dua bagian utama yaitu minyak volatil
yang membawa aroma dan gingerol sebagai pembawa rasa pedas. Jahe
mengandung 1-2% minyak volatil, 5-8% bahan damar, zat tepung, dan getah.
Friedli (2002) dalam Aminah (2004) menjelaskan kandungan jahe meliputi
minyak volatil, oleoresin (gingerol, shogaol, zingeron), fenol, enzim proteolitik,
vitamin B6, vitamin C, kalsium, magnesium, fosfor, natrium, dan asam linolenik.
Menurut Ketaren dan Djatmiko (1980) dalam Khairani (2002), jahe kering
mengandung oleoresin yang terdiri dari gingerol, zingiberol, shogaol, dan
zingeberen sekitar 0,5-5,3%. Sedangkan menurut Burkill (1953) dalam Khairani
(2002), kandungan oleoresin dalam jahe segar 0,4-3,1%, tergantung umur panen
dan tumbuhnya. Semakin tua umur umbi akar jahe semakin besar kandungan
oleoresinnya. Terdapat persenyawaan kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan
-
rasa pedas dan zingiberol sekitar 0,04% di dalam oleoresin (Whiteley et al. 1951
dalam Khairani 2002).
Menurut Rukmana (2000), minyak atsiri pada jahe menimbukan aroma
khas, sedangkan cita rasa jahe yang pedas dan agak pahit dipengaruhi oleh
oleoresin yang merupakan komponen jahe. Komposisi kimia jahe dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah)
Komponen JumlahJahe segar Jahe keringEnergi (KJ)Protein (g)Karbohidrat (g)Lemak (g)Kalsium (mg)Fosfor (mg)Besi (mg)Vitamin A (SI)Vitamin C (mg)Serat kasar (g)Total abu (g)
184,01,51,0
10,121394,3304
7,533,7
1424,09,16,070,811614812147
-5,94,7
Sumber : Koswara (1995)
Manfaat JaheBerdasarkan sejumlah penelitian, jahe memiliki manfaat antara lain untuk
merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah
sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar. Hal tersebut mengakibatkan
tekanan darah menjadi turun. Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang
penting. Pertama, protease yang berfungsi memecah protein. Kedua, lipase yang
berfungsi memecah lemak. Kedua enzim ini membantu tubuh mencerna dan
menyerap makanan. Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen bioaktif yang
berguna bagi tubuh. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang bersifat
antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Gingerol diperkirakan juga
membantu menurunkan kadar kolesterol. Jahe dapat menghambat serotonin
sebagai senyawa kimia pembawa pesan yang menyebabkan perut berkontraksi
dan menimbulkan rasa mual (Sahelian 2007 dalam Amalia 2004).
Menurut Schuler (1990) dalam Aminah (2004), jahe mempunyai beberapa
manfaat yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Jahe adalah salah satu bahan
pangan yang mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan.
Jahe juga termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam pencegah
-
kanker karena terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker
(antikarsinogenik) yang tinggi.
Menurut Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari
University of Naples Frederico mengulas beberapa literatur medis untuk
mempelajari jahe, mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe pada
wanita hamil. Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan plasebo atau
vitamin B6 dan dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam beberapa
penelitian, dapat mengatasi mual, muntah, bahkan hiperemesis gravidarum.
Mengonsumsi jahe dapat merangsang pengeluaran air liur dan memperlancar
cairan pencernaan.
Jahe dan Kehamilan Jahe efektif untuk mengurangi derita mual dan muntah selama hamil.
Penggunaan jahe untuk mengatasi mual dan muntah tidak akan meningkatkan
risiko negatif pada janin. Beberapa penelitian yang dipublikasikan dua puluh
tahun terakhir menerangkan klaim tradisional dalam penggunaan jahe sebagai
anti muntah dan agen anti pembawa penyakit (Sripramote et al. 2006).
Jahe, dalam dosis sedikitnya 1 gram, efektif mencegah mual dan muntah
yang sering menimpa pasien setelah menjalani operasi. Jahe telah digunakan
sebagai obat tradisional di Cina untuk menghilangkan mual, muntah, dan gejala
lambung dan usus lainnya. Beberapa penelitian dalam sepuluh tahun ini telah
mengevaluasi efek jahe dalam mencegah mual dan muntah setelah operasi.
Dibandingkan plasebo, jahe mengurangi risiko mual dan muntah dalam 24 jam
setelah operasi sebanyak 31%. Persentase harapan pasien meningkat sampai
35% dalam mengatasi mual dan muntah. Satu-satunya efek yang terlihat dari
pemberian jahe tersebut adalah ketidaknyamanan di bagian perut (Sripramote et
al. 2006).
Rasmussan et al. (1991) dalam Kimura et al. (2005), dengan
menggunakan percobaan double-blind randomized cross-over, menemukan
bahwa 1 gram jahe per hari efektif dalam mengurangi gejala mual dan muntah
kehamilan dan tidak terlihat memiliki efek samping atau efek yang buruk
terhadap kehamilan. Smith et al. (2004) dalam penelitiannya menyatakan
konsumsi tepung jahe dalam dosis 1 gram per hari selama 4 hari terbukti lebih
baik dibanding plasebo dalam mengurangi dan mengatasi gejala mual dan
muntah dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi.
-
Keating dan Chez (2003) dalam Kimura et al. (2005), menggunakan sirup
jahe dalam air untuk mempelajari efek perbaikan jahe pada rasa mual di awal
kehamilan. Penelitian double-blind tersebut menunjukkan perbaikan positif terjadi
pada 77% kasus yang diujikan. Kemudian disimpulkan bahwa 1 gram jahe dalam
bentuk sirup per hari bermanfaat bagi pasien pada beberapa kasus mual dan
muntah selama trimester pertama kehamilan. Vutyavanich et al. (2001)
menyimpulkan pada beberapa penelitian double-blind lainnya bahwa jahe
bekerja efektif untuk mengatasi gejala mual dan muntah yang timbul selama
masa kehamilan tanpa efek buruk yang menyertai. Fulder dan Tenne (1996)
dalam Kimura et al. (2005), melaporkan bahwa jahe direkomendasikan sebagai
obat alternatif untuk menangani kehamilan yang berhubungan dengan mual dan
muntah di banyak negara bagian barat.
GingerolInti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul radikal bebas yang
kuat dan dapat beraksi sebagai antioksidan. Gingerol menurunkan produk
oksidatif dalam saluran pencernaan yang menyebabkan munculnya rasa mual.
Gingerol juga dapat menyebabkan pembuluh darah membesar yang biasanya
ditandai dengan efek hangat dan menghambat penerimaan serotonin di dalam
lambung yang memicu terjadinya rasa mual. Dikenal beberapa jenis jahe, tapi
yang dianggap berkhasiat sebagai obat adalah jahe merah, karena kandungan
minyak atsiri pada jahe merah lebih banyak (Megawati 2007).
Gambar 2. Struktur senyawa gingerol
Produk Olahan Jahe di Indonesia
Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di Indonesia. Jahe
merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas
dipakai, antara lain sebagai bumbu masak serta pemberi aroma dan rasa pada
makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe
juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe
muda dimakan sebagai lalaban, juga diolah menjadi asinan dan acar. Jahe dapat
-
memberi efek rasa panas dalam perut sehingga juga digunakan sebagai bahan
minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup (Koswara 1995).
Terdapat produk hasil olahan jahe yang dikenal di masyarakat, di
antaranya bandrek, sekoteng, wedang jahe, ronde atau STMJ (susu, telur, madu,
jahe). Minuman ini selain cocok untuk mengatasi keluhan mual juga memberikan
rasa hangat dan menyegarkan karena jahe bersifat memperlancar aliran darah
sehingga vitalitas meningkat dan orang merasa lebih sehat. Jahe di India
biasanya dikonsumsi dalam bentuk teh (Koswara 1995).
Tablet Isap Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan, digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal
maupun sistemik (Anief 2007). Tablet isap (troches dan lozenges) biasanya
dibuat dengan menggabungkan obat/ bahan aktif seperti antibiotik, antiseptik,
analgesik, atau bahkan vitamin yang diinginkan, dalam suatu bahan dasar
kembang gula yang keras dan beraroma menarik. Troches dan lozenges
merupakan bentuk dari tablet yang dimaksudkan untuk pemakaian rongga mulut.
Tablet isap dirancang agar tidak mengalami kehancuran dalam mulut, tetapi larut
atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu kurang dari 30 menit
(Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Lozenges adalah bentuk sediaan obat atau bahan aktif yang memunyai
cita rasa serta ditujukan untuk diisap dan bertahan dalam rongga mulut atau
tenggorokan (Museum of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain
2008) Dua bentuk utama lozenges adalah pemen kembang gula keras dan tablet
kempa.
Persyaratan mutu fisik tablet isap berbeda dengan tablet yang biasa,
perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi (>10 mg) dan
melarut perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit). Namun, kekerasan dari tablet
isap bukan merupakan persyaratan mutlak. Kekerasan tablet isap dipersyaratkan
lebih tinggi dari tablet yang lain dengan harapan bahwa waktu melarutnya akan
lebih lama. Oleh karena itu, selama waktu melarut masih memenuhi persyaratan
(>5 menit) maka tablet isap diharapkan menghasilkan efek terapi yang memadai
(Sugiartono 2003).
-
Bahan Penyusun Tablet Isap
Bahan-bahan utama yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet isap
adalah bahan dasar tablet (pengisi dan gula), pengikat, pencitarasa, pewarna,
pelumas atau pelincir, dan bahan aktif yang diinginkan (Peters 1989 dalam
Fardinatri 2007). Tablet tertentu mungkin memerlukan suatu pemacu aliran.
Sedangkan yang lainnya mungkin memerlukan zat pewarna, zat perasa, dan zat
pemanis pada tablet kunyah (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Maltodekstrin terbuat dari hidrolisis pati dengan asam atau enzim.
Kelompok polimer utama yang menyusun maltodekstrin seperti halnya pati
adalah amilosa dan amilo pektin, sedangkan lipid, protein, fosfor, abu, dan air
merupakan komponen penyusun lain dalam jumlah kecil. Maltodekstrin
mempunyai Dekstrose Equivalent (DE) kurang dari 20. Semakin tinggi nilai DE
maka produk akan semakin manis. Maltodekstrin digunakan pada produk yang
berbentuk cair untuk memberi mouthfeel pada produk pengisi pada saat
pengeringan dan sebagai bahan pengental (Luallen 2002 dalam Fardinatri 2007).
Sukralosa merupakan pemanis dengan tingkat kemanisan sangat tinggi,
mencapai 600 kali dibanding sukrosa. Sukralosa, dengan tingkat kemanisan
yang begitu besar, tidak memberikan kontribusi energi tambahan pada produk
yang mempergunakannya. Berdasarkan lebih dari 100 penelitian pada hewan
dan manusia, Food and Drugs Association (FDA) menyimpulkan bahwa
sukralosa tidak bersifat karsinogenik dan tidak menyebabkan gangguan
reproduksi maupun risiko neurologik. Salah satu keunggulan sukralosa adalah
tahan panas sehingga tingkat kemanisan yang diperoleh tidak menurun. Selain
itu, karena tingkat kemanisannya yang sangat tinggi, jumlah sukralosa yang
diperlukan untuk mencapai tingkat kemanisan yang diinginkan sangat sedikit
(Anonim 2008).
Sukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena
tidak terurai sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna
dan langsung dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut
menempatkan sukralosa dalam golongan Generally Recognized as Safe (GRAS)
sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta anak-anak segala
usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi, perubahan genetik, cacat
bawaan, dan kanker. Sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap perubahan
genetik, metabolisme karbohidrat, reproduksi pria dan wanita, serta terhadap
sistem kekebalan. Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
-
(JECFA) menyatakan sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman
untuk dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 10 sampai dengan 15 mg/ kg
berat badan. Corporate Affairs Commission (CAC) mengatur maksimum
penggunaan sukralosa pada berbagai produk pangan berkisar antara 120
sampai dengan 5.000 mg/ kg produk (Badan Standardisasi Nasional 2000).
Sorbitol merupakan isomer optik dari mannitol. Sorbitol bersifat
higroskopis (menyerap air) pada kelembaban lebih dari 65% dan memiliki kalori
(2,5 Kal/ gram) dan kemanisan (0,6 kali) yang relatif kurang dibandingkan
dengan gula (sukrosa) (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Sorbitol merupakan
gula alkohol yang dikenal dapat termetabolisme secara lambat di dalam tubuh.
Sorbitol merupakan gula pengganti yang sering digunakan dalam makanan diet
dan bebas gula. Sorbitol terdapat secara alami pada banyak buah-buahan.
Sorbitol juga direferensikan sebagai pemanis karena memberi energi makanan
2,6 Kal/ gram dengan rata-rata 4 Kal gula dan tepung (Anonim 2008).
Sorbitol cocok digunakan dalam tablet isap yang terkikis di mulut secara
lambat. Sorbitol juga memberikan rasa dingin pada mulut, memilki tekstur licin,
dan memiliki kualitas kompresi yang baik. Selain itu, sorbitol tidak bersifat
kariogenik pada gigi dan tidak bereaksi dengan bahan aktif dalam tablet (Peters
1989 dalam Fardinatri 2007).
Aerosil merupakan bahan yang berfungsi sebagai pelincir sekaligus
adsorban pada pembuatan tablet. Pelincir berfungsi untuk melancarkan masuk
dan keluarnya bahan pada die (tempat cetakan tablet) sehingga banyak bahan
yang masuk seragam serta berat tablet cetakan pertama dan selanjutnya tetap
sama. Sebagai adsorban, aerosil dapat mengikat dan mempertahankan bahan
yang agak basah tanpa membuat tablet menjadi basah. Adsorban biasanya
ditambahkan pada bahan aktif yang basah atau berminyak (seperti vitamin E)
sebelum dicampurkan pada bahan lainnya (Peck, Baley, McCurdy & Banker
1989 dalam Fardinatri 2007).
Magnesium stearat mudah terbakar langsung dengan bahan-bahan yang
terbuat dari minyak. Merupakan bubuk sabun putih dengan pH basa. Magnesium
stearat diperoleh dari asam stearit yang banyak diturunkan dari sumber tanaman
(Morgan 2008). Magnesium stearat digunakan sebagai pencegah lengket antara
tablet dengan peralatan yang digunakan di pabrik-pabrik dalam bidang teknologi
farmasi selama proses pengempaan (Anonim 2008). Magnesium stearat
berperan sebagai pelumas dalam pembuatan tablet. Penggunaannya dianjurkan
-
untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada saat
tablet ditekan keluar. (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Sodium benzoat merupakan bahan pengawet makanan yang tersebar
luas dan umumnya digunakan di bawah 0.1% pada berbagai makanan.
Pembatasan sodium benzoat pada makanan bukan dikarenakan toksisitasnya
namun pada level penggunaan lebih tinggi dari 0.1% akan meninggalkan
aftertaste yang tidak enak pada makanan (Anonim 2008).
Benzoat bekerja secara optimal pada kisaran pH 2.5-4.0 pada makanan
yang asam atau diasamkan. Sodium benzoat efektif digunakan untuk mencegah
kontaminasi khamir dan bakteri. Menurut FDA, sodium benzoat aman
(UDA/GRAS) dan dapat digunakan sampai 0.2% atau 0.3% dalam bahan
makanan karena mekanisme detoksifikasi benzoat dalam tubuh. Syarat
ketetapan tersebut terdapat juga di dalam UU no.235/Menkes/Per/VI/1979. Rasa
sweetish atau astringent yang tertinggal dapat diatasi dengan mengurangi
penggunaannya atau mengombinasikannya dengan kalium sorbat atau ester dari
asam parahidroksibenzoat (Fardiaz et al. 1988).
Asam sitrat dengan rumus molekul C6H8O7 adalah asam trikarboksilat
berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat merupakan asam organik kuat
yang memiliki sifat-sifat kimia antara lain mudah larut dalam air, kelarutannya
dalam alkohol sedang, dan sedikit larut dalam eter (Branen, Davidson &
Salminen 1990). Asam sitrat banyak digunakan pada makanan sebagai asidulan
atau zat pengasam. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna
atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat
mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet.
Derajat keasaman rendah pada buffer yang dihasilkannya mempermudah proses
pengolahan. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah
untuk memberikan rasa asam karena asam dapat mengintensifkan penerimaan
rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion H3O+
(Winarno 1997). Asam sitrat digunakan dalam industri makanan karena
kelarutannya yang tinggi, memberi rasa asam yang enak, dan tidak bersifat
racun.
Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah pemindahan selektif suatu senyawa dari bentuk cair fase
air ke bentuk cair lainnya (fase organik) atau dari bentuk padat ke bentuk cair.
Prosesnya disebut ekstruksi cairan. Ekstraksi cairan dapat berupa cairan dan
-
padatan cair. Prinsip dari suatu metode ekstraksi adalah pemisahan suatu
komponen tersebut. Efektivitas suatu ekstraksi dipengaruhi oleh ukuran partikel,
tekstur bahan, dan pelarut yang digunakan (Wikandari 1994).
Metode PengeringanPengeringan merupakan penghilangan kelembaban pada bahan
makanan. Tujuan utama pengeringan adalah untuk memelihara produk selama
penyimpanan dengan mengurangi uap air sehingga mikroorganisme tidak mudah
tumbuh dan mempertahankan kualitas dan nilai gizi. Pengeringan juga
mengurangi volume produk sehingga distribusi dan penyimpanan produk mudah
dilakukan (Hariyadi 2006). Beberapa jenis pengering di industri pangan antara
lain:
Spray Dryer (Pengering Semprot)Pengeringan semprot secara luas digunakan pada produksi pengenziman
skala besar karena biayanya yang lebih rendah (Yamato & Sano 1992 dalam
Pilosof & Terebiznik 2000). Pengeringan produk makanan cair sering dilakukan
dengan menggunakan pengering jenis ini. Terjadi perpindahan kelembaban dari
produk cair setelah cairan diatomisasi atau disemprot ke dalam udara panas oleh
kamar-kamar pengering. Jenis pengatomisasi adalah aspek penting karena
digunakan untuk menilai energi yang diperoleh dari penyemprotan, ukuran dan
distribusi tetesan yang terdapat pada area pemindah panas, tingkat pengeringan,
kecepatan dan jalur tetesan, serta jenis ukuran produk akhir (pemercik hidrolik
dan pemercik putar) (Hariyadi 2006).
Tekanan pengatom digunakan untuk menghasilkan tetesan dengan
menekan cairan melalui lubang kecil (0.4-4 mm). Tingkat alir maksimal adalah 1
liter/ jam dengan kisaran tekanan antara 300-4000 psig. Alat ini jarang digunakan
pada bahan makanan dengan konsentrasi tinggi. Umumnya digunakan pada
produk susu, krim, kopi, teh, sari buah, telur, dan hasil ekstrak. Diameter sebaran
tetesan dan konsistensi lapisan rongga produk yang dikeringkan akan
menyempit. Biaya operasional lebih rendah dengan menggunakan pemercik
putar (Hariyadi 2006).
Vacuum Dryer (Pengering Vakum)
Dehidrator jenis ini menggunakan vakum untuk mempertahankan tekanan
uap paling rendah dalam ruang di sekeliling produk. Penurunan tekanan juga
menurunkan suhu kelembaban produk sehingga penguapan kelembaban produk
akan meningkat dan menghasilkan perbaikan dalam kualitas produk. Uap
-
dipindah dan didifusikan terhadap peningkatan kelembaban dengan vakum.
Peralatan yang digunakan digambarkan sebagai rak-rak yang bekerja memutar,
berbentuk kerucut, dan beku (Hariyadi 2006).
Beberapa jenis enzim diketahui menginaktivasi secara sebagian atau
keseluruhan selama proses pengeringan sehingga pengeringan vakum
merupakan metode yang baik untuk melindungi enzim-enzim tersebut dari
degradasi atau oksidasi termal. Umumnya, pengering beroperasi pada kisaran
temperatur 10-500C pada daerah kontak langsung (Strumillo et al. 1991 dalam
Pilosof & Terebiznik 2000).
Freeze Dryer (Pengering Beku)
Pengeringan beku biasanya digunakan untuk mengeringkan enzim-enzim
yang bersifat labil terhadap suhu dalam jumlah sedikit (Yamato & Sano 1992
dalam Pilosof & Terebiznik 2000). Terjadi penurunan suhu produk sehingga
sebagian besar kelembaban produk berada dalam level padatan dan
menurunkan tekanan sekeliling produk dengan sublimasi es yang didapatkan.
Pengering beku memegang peranan penting untuk digunakan pada berbagai
jenis makanan, terutama pada produk dengan hasil kualitas yang diterima
dengan baik oleh konsumen. Umumnya digunakan pada produk sari buah,
sayuran, buah-buahan, udang, kopi, dan flakes (Hariyadi 2006).
Pengeringan beku secara industri memiliki 20 m3 daerah berbuku-buku.
Kamar pengeringan dihubungkan dengan kondensor es silinder yang terpisah
melalui klep tertutup. Sistem pendingin termasuk kompresor pendingin air dan
seri penukar panas terhadap pendinginan atau pemanasan sirkulasi air asin.
Kamar pengering bagian depan dapat disegel ke dalam dinding pada area yang
bersih (Hariyadi 2006).
Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC) Metode kromatografi adalah metode pemisahan suatu komponen, di
mana komponen yakan dipisahkan dan didistribusikan di antara dua fase yaitu
fase diam dan fase bergerak. Fase bergerak berupa gas atau cairan, sedangkan
fase diam berupa padatan atau cairan (Meloan 1999). Berdasarkan prinsip
pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi 4 yaitu kromatografi partisi,
kromatografi adsorbansi, kromatografi penukar, dan kromatografi eksklusi.
Kromatografi cair meliputi metode kromatografi sederhana dan metode
kromatografi modern. Metode kromatografi modern terdiri atas metode HPLC
(High Pressure Liquid Chrometography) dan metode TLC (Thin-Layer
-
Chromatography) (Tissue 1996). Thin-Layer Chromatography (TLC) adalah
teknik kromatografi yang berguna untuk memisahkan komponen organik yang
terpisah. TLC sering digunakan untuk mengamati reaksi organik yang terjadi dan
untuk mengetahui kemurnian produk karena kepraktisan dan kecepatannya.
TLC terdiri atas fase diam yang terhenti pada media plastik dan pelarut.
Jumlah contoh dapat diidentifikasi dengan standar yang simultan. Media
ditempatkan dalam wadah pelarut dan pelarut bergerak ke atas secara kapiler.
Saat pelarut di depan mencapai tepi lain dari fase diam, media tersebut
berpindah dari wadah pelarut. Titik-titik terpisah divisualisasikan dengan cahaya
ultraviolet atau dengan menempatkannya pada media dalam iodin yang
menguap. Perbedaan komponen campuran bergerak ke atas dengan tingkat
berbeda karena perbedaaan reaksi partikel antara fase cair bergerak dan fase
diam (Tissue 1996).
-
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai Juli 2008.
Pengambilan contoh ibu hamil dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan
Dramaga. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena letak yang mudah
dijangkau sehingga memudahkan akses antara lokasi pembuatan produk dengan
tempat tinggal ibu hamil. Pembuatan produk yang meliputi pembuatan ekstrak
jahe, pembuatan tepung ekstak jahe, pembuatan tablet isap jahe, sampai proses
analisis dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan dan Laboratorium
Analisis Zat Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia
(FEMA), Institut Pertanian Bogor; Pilot Plant Southeast Asian Food and
Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian
Bogor; Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Tropis, Bogor; serta Laboratorium
Lembaga Tenaga Farmasi TNI AL (LAFIAL), Jakarta. Penilaian organoleptik
tepung ekstrak jahe dan tablet isap jahe dilakukan di Laboratorium Organoleptik,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut
Pertanian Bogor. Sedangkan, penilaian organoleptik dan uji penerimaan produk
dilakukan di Puskesmas dan rumah ibu hamil yang menjadi contoh.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh yang digunakan sebagai profil untuk mengetahui penerimaan
produk adalah ibu hamil. Jumlah ibu hamil di Desa Babakan adalah 42 orang.
Kriteria pemilihan contoh antara lain: 1) tinggal di Desa Babakan, 2) dapat
berkomunikasi dengan baik, dan 3) bersedia dijadikan contoh. Jumlah ibu hamil
yang terpilih sebagai contoh utama dalam penelitian ini adalah 20 orang dengan
usia kehamilan antara 12-30 minggu. Sedangkan, untuk uji daya terima produk
dipilih 20 orang ibu hamil yang terdiri atas 2 contoh utama yang tersisa (drop out
karena melahirkan dan pindah rumah) dan 18 orang ibu hamil lain di Desa
Darmaga sebagai pengganti contoh utama yang drop out. Data ibu hamil
diperoleh dari Puskesmas serta rekapitulasi data kader Posyandu Desa
Babakan.
Panelis semi terlatih yang dipilih berjumlah 25 orang. Panelis semi terlatih
ini dipilih untuk melakukan penilaian organoleptik terhadap tepung ekstrak jahe.
Kriteria pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian
-
Bogor (IPB), 2) memahami cara melakukan penilaian organoleptik atau pernah
melakukan penilaian organoleptik sebelumnya, dan 3) bersedia menjadi panelis.
Panelis terlatih yang dipilih berjumlah 20 orang. Panelis terlatih ini dipilih
untuk melakukan penilaian mutu organoleptik terhadap tablet isap jahe. Kriteria
pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB), 2) pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai
penilaian organoleptik atau berpengalaman dalam melakukan penilaian
organoleptik, dan 3) bersedia menjadi panelis.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer. Data primer tersebut meliputi
data ibu hamil serta data pembuatan dan analisis produk. Data ibu hamil
diperoleh melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner dengan
kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup. Data ibu hamil tersebut meliputi
karakteristik ibu hamil, status gizi ibu hamil, riwayat kehamilan dan penyakit ibu
hamil, kebiasaan makan ibu hamil, frekuensi konsumsi pangan ibu hamil, recall
konsumsi pangan ibu hamil 1x24 jam, riwayat mual dan muntah kehamilan
(MMK), serta pengetahuan tentang jahe.
Data status gizi ibu hamil dilakukan dengan pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA). Wanita Usia Subur (WUS) dikatakan menderita Kekurangan Energi
Kronis (KEK) jika ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23.5 cm dan
akan berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Data riwayat
kehamilan meliputi riwayat keguguran, aborsi, melahirkan bayi dengan berat
kurang dari 2500 gram, melahirkan bayi kurang dari 37 minggu, melahirkan bayi
mati, melahirkan bayi sungsang, melahirkan secara ceasar, dan persalinan
normal. Data riwayat penyakit ibu hamil meliputi penyakit anemia, jantung,
hipertensi, diabetes, typus, diare, batuk, influenza, dan lain-lain. Data kebiasaan
makan meliputi frekuensi makan makanan utama dalam sehari, frekuensi makan
makanan selingan dalam sehari, makanan pantangan selama hamil, dan
makanan yang menyebabkan alergi.
Data MMK meliputi frekuensi MMK selama hamil, tingkat keparahan
MMK, jenis makanan yang dikonsumsi selama MMK, jangka waktu terjadinya
MMK, frekuensi kehamilan dengan MMK terparah, pemeriksaan diri terhadap
gangguan MMK, sebab MMK, dan konsumsi obat MMK. Sedangkan data
pengetahuan tentang jahe meliputi pendapat apabila jahe diberikan pada saat
kehamilan, pilihan produk MMK yang dikehendaki, pendapat apabila jahe diolah
-
sebagai produk pereda MMK, dan kesediaan ibu untuk mencoba produk pereda
MMK yang terbuat dari jahe.
Data pembuatan produk meliputi data pembuatan, analisis, dan penilaian
organoleptik tepung ekstrak jahe; data pembuatan, analisis, dan penilaian mutu
organoleptik tablet isap jahe; serta data penilaian organoleptik dan uji
penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil. Data analisis tepung ekstrak jahe
meliputi analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe. Karakteristik
fisik meliputi kadar air, rendemen, estimasi kehilangan selama pengeringan, dan
kelarutan, sedangkan karakteristik kimia meliputi kandungan senyawa gingerol.
Data penilaian organoleptik tepung ekstrak jahe oleh panelis semi terlatih
meliputi parameter rasa jahe, rasa pedas, aroma, tekstur, warna, dan
penampakan keseluruhan. Skala penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori
sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak
suka.
Data analisis tablet isap jahe meliputi analisis mutu fisik tablet yang terdiri
dari kekerasan, waktu larut, dan derajat keasaman (pH). Data penilaian mutu
organoleptik tablet isap jahe oleh panelis terlatih meliputi parameter rasa manis,
rasa flavor, rasa pedas, rasa jahe, rasa keseluruhan, aroma jahe, aroma flavor,
aroma keseluruhan, mouthfeel, tekstur saat isap, dan warna. Masing-masing
parameter tersebut diuji mutu organoleptiknya karena memegang peranan
penting terhadap kesan pertama konsumen terhadap produk dan lebih lanjut
berpengaruh terhadap penerimaan konsumen terhadap produk. Skala penilaian
adalah 1-9 yang meliputi kategori amat sangat suka, sangat suka, suka, agak
suka, biasa, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka, dan amat sangat
tidak suka.
Data penilaian organoleptik tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi
parameter rasa jahe, rasa manis, rasa pedas, rasa keseluruhan, aroma jahe,
aroma keseluruhan, warna, tekstur isap, dan penampakan keseluruhan. Skala
penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori sangat suka, suka, agak suka, agak
tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka. Seluruh skala dalam penilaian
organoleptik dan mutu organoleptik diubah menjadi skala numerik dengan angka
menaik berdasarkan tingkat kesukaan.
Data penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi pertanyaan
tentang pendapat ibu hamil tentang produk tablet isap yang terbuat dari jahe
untuk mengatasi MMK, tanggapan ibu hamil setelah mencoba produk, aspek-
-
aspek produk yang disukai, aspek-aspek produk yang tidak disukai, dan
kemungkinan ibu hamil membeli produk apabila produk beredar di pasaran.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah jahe merah segar sebagai bahan
baku utama, maltodekstrin sebagai bahan pengisi, aerosil sebagai adsorban,
sukralosa dan sorbitol bubuk sebagai pemanis, magnesium stearat dan talk
sebagai pelincir dan pelicin, sodium benzoat sebagai pengawet, asam sitrat, dan
flavour bubuk rasa teh hijau. Jahe merah diperoleh dari Pasar Bogor;
maltodekstrin diperoleh dari Toko Kimia Setia Guna, Bogor; aerosil, magnesium
stearat dan talk diperoleh dari Toko Kimia Bratachem, Bogor; sukralosa diperoleh
dari PT Halim Sakti Pratama, Jakarta; green tea powder diperoleh dari Takasago
Internasional Singapore, Jakarta; sorbitol bubuk diperoleh dari PT Kimia Farma,
Jakarta; dan sodium benzoat diperoleh dari LAFIAL, Jakarta.
Alat-alat yang digunakan antara lain spray dryer, vacuum dryer, dan
freeze dryer dari Pilot Plant SEAFAST Center, IPB. Alat analisis antara lain
neraca analitik, oven, penetrometer, cawan porselen, stopwatch, termometer,
dan erlenmeyer diperoleh dari Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan
Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Sedangkan alat pengempa diperoleh dari
LAFIAL, Jakarta.
Gambar 3. Spray dryer Gambar 4. Vacuum dryer
Gambar 5. Freeze dryer
-
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yang disajikan melalui
skema di bawah ini :
Pengambilan data ibu hamil ?
Pembuatan tepung ekstrak jahe?
Uji karakteristik fisik dan kandungan senyawa kimia (gingerol)?
Pemilihan tepung ekstrak jahe terbaik?
Pembuatan tablet isap jahe?
Analisis mutu fisik dan organoleptik?
Uji kesukaan dan daya terima tablet isap oleh ibu hamilGambar 6. Skema tahapan penelitian
Pembuatan Produk
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe Tahapan ini dimaksudkan untuk memperoleh tepung ekstrak jahe terbaik
dari 3 jenis pengeringan yang dilakukan dengan menganalisis karakteristik fisik
dan penilaian organoleptis penelis. Pemilihan jahe merah sebagai bahan baku
zat aktif dilakukan dengan pertimbangan kandungan oleoresinnya yang tinggi.
Semakin banyak kandungan oleoresin dalam bahan tersebut, semakin
memungkinkan diperoleh gingerol dalam jumlah yang lebih besar pula.
Pemilihan prosedur ekstraksi dengan campuran air menggunakan
blender dilakukan atas pertimbangan harga, keamanan, efektivitas, dan
kepraktisan dalam proses pengekstrakan. Berdasarkan hasil penelitian
Wikandari (1994), metode ekstraksi jahe segar dengan cara refluk menggunakan
soxhlet dan penghancuran dengan blender memberikan hasil yang relatif sama,
hanya waktu ekstraksi dengan metode penghancuran menggunakan blender
jauh lebih singkat dan sederhana. Jumlah senyawa gingerol optimal diperoleh
dengan kecepatan maksimum (skala 7) dalam waktu 7.5 menit dengan
perbandingan pelarut dan jahe adalah 20:1.
Menurut Schubert (1981) dalam Wikandari (1994), metode blender
menghasilkan partikel yang lebih halus daripada soxhlet. Luas permukaan
terhadap volume menjadi lebih luas dan mempunyai daya kapilaritas yang lebih
besar dari pelarut. Menurut Wikandari (1994), pelarut juga lebih mudah dan lebih
banyak berdifusi ke dalam partikel-partikel jahe sehingga proses ekstraksi
-
berjalan lebih singkat. Pengaruh perputaran rotor akan memperkuat dan
mempercepat kontak antara pelarut dengan partikel-partikel jahe dan
mempercepat kontak antara pelarut dengan patikel-partikel bahan.
Pemilihan pengering dari jenis spray dryer, vacuum dryer, dan freeze
dryer dilakukan dengan pertimbangan ketiganya umum digunakan sebagai
pengering bahan pangan yang diambil ekstrak atau sarinya. Sebelum dilakukan
pengeringan, ditambahkan bahan pengisi maltodekstrin ke dalam ekstrak jahe
dan dihomogenisasi. Perbandingan ekstrak jahe dan bahan pengisi adalah 9:1.
Rimpang jahe segar dicuci dan dikupas?
Jahe dipotong kecil-kecil dan diekstraksi bersama air dengan perbandingan 1:20menggunakan blender dengan skala 7 selama 7,5 menit
?Ditambahkan bahan pengisi 10% dan dihomogenisasikan
?Dikeringkan dengan 3 jenis pengering
?Dianalisis karakteristik fisik dan kandungan senyawa gingerol
?Dipilih tepung ekstrak jahe terbaik
Gambar 7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe (Wikandari 1994)
Pembuatan Tablet Isap Jahe
Tepung ekstrak jahe dengan karakteristik terbaik selanjutnya digunakan
dalam tablet isap. Metode pembuatan tablet isap merupakan trial and eror dari
metode kempa langsung dengan tahapan: penimbangan bahan, pencampuran,
pengocokan, dan pengempaan. Bahan yang digunakan adalah tepung ekstrak
jahe, bahan pengisi tablet yang berfungsi juga sebagai pengisi tablet dan
pemanis (sukralosa dan sorbitol bubuk), bahan anti lengket (magnesium stearat,
aerosil, dan bubuk talk), serta bahan pengawet (sodium benzoat) dan bahan
perasa (asam sitrat dan green tea powder).
Penimbangan bahan-bahan?
Pencampuran dalam kantung plastik ?
Pengocokan dalam kantung plastik ?
Pengempaan dengan metode kempa langsung ?
Tablet isap jaheGambar 8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe
-
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan mulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan
selanjutnya dianalisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book
sebagai panduan entry dan pengolahan data. Entry dan cleaning data dilakukan
kemudian untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.
Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell
2003, Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 11.5 for Windows,
dan Statistical Analysed System (SAS).
Data frekuensi konsumsi pangan melalui metode food frequency
questionnaire secara berturut-turut dikonversikan ke dalam satuan energi (Kal),
protein (g), zat besi (mg), kalsium (mg), dan vitamin A (RE), dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 1994. Berdasarkan
Hardinsyah dan Briawan (1994), konversi dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Kgij = (Bj/100) x Gij x BDDj/100)
Keterangan:
Kgij = kandungan zat gizi dalam bahan makanan j
Bj = berat makanan j yang dikonsumsi (g)
Gij = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j
BDDj = bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Kecukupan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan zat gizi yang
dianjurkan menurut umur dan berat badan sehat. Tingkat konsumsi energi dan
protein dikategorikan menjadi cukup (?70%) dan tidak cukup (
-
percobaan pembuatan tepung ekstrak jahe adalah metode pengeringan ekstrak
jahe dengan 3 taraf yaitu menggunakan spray dryer, menggunakan vacum dryer,
dan menggunakan freeze dryer. Peubah yang diamati adalah karakteristik fisik
(kadar air, rendemen, estimasi kehilangan, kelarutan) dan kandungan senyawa
gingerol dari tepung ekstrak jahe. Model matematisnya (Sudjana 1995) adalah
sebagai berikut :
Yij = + Ai + ?ijKeterangan :
Yij =Nilai pengamatan pengaruh taraf ke-i metode pengeringan ekstrak jahe
pada ulangan ke-j
= Nilai rata-rata pengamatan
Ai = Pengaruh metode pengeringan : ekstrak jahe pada taraf ke-i
?ij =Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari metode pengeringan :
ekstrak jahe pada ulangan ke-j
i = Banyaknya taraf metode pengeringan : ekstrak jahe
j = Banyaknya ulangan (j = 2)
Rancangan percobaan yang digunakan dalam pembuatan tablet isap jahe
adalah RAL dengan dua kali ulangan (Sudjana 1995). Unit percobaan yang
diamati adalah formula tablet isap jahe terpilih. Perlakuan yang diberikan pada
unit percobaan adalah penambahan flavor yang terdiri dari tiga taraf yaitu
dengan penambahan asam sitrat (formula 1), dengan penambahan green tea
powder (formula 2) dan tanpa penambahan asam sitrat maupun green tea
powder (formula 3). Peubah yang diamati adalah mutu fisik (kekerasan, waktu
larut, pH) dari tablet isap jahe. Model matematisnya adalah sebagai berikut :
Yij = + Ai + ?ijKeterangan :
Yij = Nilai pengamatan respon karena pengaruh taraf ke-i formula pada
ulangan ke-j
= Nilai rata-rata pengamatan
Ai = Pengaruh formula pada taraf ke-i
?ij =Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari formulasi pada ulangan
ke-j
i = Banyaknya taraf formula
j = Banyaknya ulangan (j = 2)
-
Data hasil uji organoleptik dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan skor modus dan rata-rata persentase panelis yang dapat
menerima dari masing-masing taraf perlakuan. Jika perlakuan yang dianalisis
dengan uji nonparametrik Kruskal Wallis signifikan, maka dilakukan uji lanjut
multiple comparisson (Gaspersz 1994).
Tabel 3 Cara pengategorian dan analisis variabelNo Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis1. Karakteristik ibu
hamil1. Usia ibu hamil
2. Usia kehamilan3. Kehamilan ke-
1. Usia reproduksiaman dan sehat(20-35 tahun)
2. Usia reproduksiyang kurang amandan sehat (35tahun)
Deskriptif
2. Status gizi ibuhamil
Lingkar Lengan Atas(LILA)
1. Tidak KEK (?23.5cm)
2. KEK (
-
Tabel 3 (Lanjutan)No Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis7. Riwayat mual dan
muntah kehamilan1. Frekuensi MMK2. Tingkat keparahan
MMK3. Makanan yang
dikonsumsi padasaat MMK
4. Jangka waktu terjadiMMK
5. Frekuensi kehamilandengan MMKterparah
6. Pemeriksaan diriterhadap MMK
7. Sebab MMK8. Konsumsi obat MMK
Deskriptif
8. Pengetahuantentang Jahe danpilihan produkMMK
1. Pemberian jahe saatkehamilan
2. Pilihan produk MMK3. Pengolahan jahe
sebagai produkpereda MMK
4. Kesediaan mencobaproduk pereda MMKdari jahe
Deskriptif
9. Karakteristik fisiktepung ekstrakjahe
1. Kadar air2. Rendemen3. Estimasi kehilangan4. Kelarutan
KruskalWallis
10. Karakteristik kimiatepung ekstrakjahe
Kandungan senyawagingerol
Deskriptif
11. Penilaianorganoleptiktepung ekstrakjahe
1. Rasa jahe2. Rasa pedas3. Aroma4. Tekstur5. Warna6. Keseluruhan
1. Kategori disukai(skor 4-6)
2. Kategori tidakdisukai (skor 1-3)
Deskriptif
12. Mutu fisik tabletisap jahe
1. Kekerasan
2. Waktu larut
3. Derajat keasaman(pH)
1. Memenuhiprasyaratkekerasan tabletisap (?10 mg)
2. Belum memenuhiprasyaratkekerasan tabletisap (
-
Tabel 3 (Lanjutan)No Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis13. Penilaian mutu
organoleptik tabletisap jahe
1. Rasa manis2. Rasa flavor3. Rasa pedas4. Rasa keseluruhan5. Aroma jahe6. Aroma flavor7. Aroma keseluruhan8. Mouthfeel9. Tekstur isap
10. Warna
1. Kategori bermutubaik (skor 5-9)
2. Kategori belumbermutu baik (skor1-4), untukparameter rasapedas, skor 8 dan9 juga termasukke dalam kategoribelum bermutubaik
Deskriptif
14. Penilaianorganoleptik tabletisap jahe
1. Rasa jahe2. Rasa manis3. Rasa pedas4. Rasa keseluruhan5. Aroma jahe6. Aroma keseluruhan7. Warna8. Tekstur isap9. Keseluruhan
1. Kategori diterima(skor 4-6)
2. Kategori belumditerima (skor 1-3)
Deskriptif
15. Penerimaanproduk tablet isapjahe
1. Produk tablet isapjahe untuk MMK
2. Tanggapan setelahmencoba
3. Aspek-aspek yangdisukai
4. Aspek-aspek yangtidak disukai
5. Kemungkinanmembeli produk
Deskriptif
-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Ibu HamilKarakteristik Ibu Hamil
Sebaran ibu hamil menurut karakteristik usia ibu hamil, usia kehamilan,
dan frekuensi kehamilan disajikan dalam Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristikKarakteristik Ibu
Hamiln %
Usia Ibu Hamil (tahun)35
1163
58015
Total 20 100Min-maks 18-37 tahunRata-rataSD 28.75.6Usia Kehamilan (trimester)II (12-28 minggu)III (28-40 minggu)
191
955
Total 20 100Min-maks 12-30 mingguRata-rataSD 20.55.5Kehamilan ke-12345
65531
302525155
Total 20 100
Usia ibu hamil dikategorikan menjadi tiga menurut sebarannya, yaitu
kurang dari 20 tahun, 20-35 tahun, dan lebih dari 35 tahun. Usia ibu hamil
berkaitan dengan perkembangan alat-alat reproduksinya. Usia reproduksi yan