JURNAL FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA.pdf

6
1 Jurnal Keperawatan Oleh Novia,S.Kep-Tahun 2015 STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DI PUSKESMAS JAYAGIRI KABUPATEN BANDUNG BARAT Drs. H. Supriadi, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom 1 , Dra. Hj. Laelasari, MARS 2 , NOVIA, S.Kep 3 1,2,3 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung, Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung ABSTRAK Permasalahan yang sering dihadapi lansia dengan berjalannya waktu, akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh salah satunya penurunan fungsi kognitif. Perubahan fungsi kognitif yaitu penurunan daya ingat, kurangnya kemampuan dalam mengambil keputusan dan bertindak lamban. Hal ini salah satu faktor terjadi karena kurangnya aktivitas fisik lansia yang mengalami fungsi kognitif didunia terbesar dua kali lipat di tahun 2030 sebanyak 66 juta orang. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Jayagiri Kabupaten Bandung Barat 2015. Jenis penelitian deskriptif dengan cara pendekatan waktu cross sectional. Metode pengumpulan data primer mengunakan kuesioner. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 51 orang dengan teknik accidental sampling. Analisa data yang digunakan secara distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan diketahui tingkat kognitif dari 51 lansia didapatkan sebagian lansia memiliki fungsi kognitif sedang sebanyak (54,9%), karakteristik usia lansia rata- rata antara 60-70 tahun yaitu.(62,7%), karakteristik jenis kelamin paling banyak didapatkan perempuan yaitu (58,8%), karakteristik pendidikan paling banyak Perguruan Tinggi (PT) yaitu (47,1%). Disarankan bagi pihak puskesmas dapat memantau para lansia agar melakukan aktivitas fisik sehingga dapat mengurangi fungsi kognitif pada lansia dapat teratasi. Kata Kunci : Fungsi Kognitif, Lansia The problems faced by the elderly often as time passes, there will be a decrease in various organ functions one of decline in cognitive function. Changes in cognitive function are memory loss, lack of ability to make decisions and act sluggish. It is one of the factors come about due to lack of physical activity elderly who have cognitive function in the world's largest two-fold in 2030 as many as 66 million people. The of research Descriptive with cross sectional approach. Methods of collecting primary data using questionnaires. The samples used were 51 people with accidental sampling technique. Analysis of the data used in the distribution of frequencies. The results, note the cognitive level of 51 elderly obtained the majority of elderly have cognitive function was as much (54.9%), the characteristics of an average age of elderly people between 60- 70 years old that is. (62.7%), the characteristics of the most widely available sex namely women (58.8%), the characteristics of education at most universities (47.1%). Expected by It is advisable for the clinic to monitor the elderly in order to perform physical activity so as to reduce cognitive function in the elderly can be resolved.

Transcript of JURNAL FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA.pdf

Page 1: JURNAL FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA.pdf

1

Jurnal Keperawatan Oleh Novia,S.Kep-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

GAMBARAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DI PUSKESMAS JAYAGIRI

KABUPATEN BANDUNG BARAT

Drs. H. Supriadi, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kom1, Dra. Hj. Laelasari, MARS2, NOVIA, S.Kep3 1,2,3 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung,

Jl. Terusan Jakarta 75 Bandung

ABSTRAK

Permasalahan yang sering dihadapi lansia dengan berjalannya waktu, akan terjadi

penurunan berbagai fungsi organ tubuh salah satunya penurunan fungsi kognitif.

Perubahan fungsi kognitif yaitu penurunan daya ingat, kurangnya kemampuan dalam

mengambil keputusan dan bertindak lamban. Hal ini salah satu faktor terjadi karena

kurangnya aktivitas fisik lansia yang mengalami fungsi kognitif didunia terbesar dua kali

lipat di tahun 2030 sebanyak 66 juta orang. Tujuan penelitian untuk mengetahui

gambaran fungsi kognitif pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Jayagiri Kabupaten

Bandung Barat 2015. Jenis penelitian deskriptif dengan cara pendekatan waktu cross

sectional. Metode pengumpulan data primer mengunakan kuesioner. Jumlah sampel yang

digunakan sebanyak 51 orang dengan teknik accidental sampling. Analisa data yang

digunakan secara distribusi frekuensi.

Hasil penelitian didapatkan diketahui tingkat kognitif dari 51 lansia didapatkan sebagian

lansia memiliki fungsi kognitif sedang sebanyak (54,9%), karakteristik usia lansia rata-

rata antara 60-70 tahun yaitu.(62,7%), karakteristik jenis kelamin paling banyak

didapatkan perempuan yaitu (58,8%), karakteristik pendidikan paling banyak Perguruan

Tinggi (PT) yaitu (47,1%).

Disarankan bagi pihak puskesmas dapat memantau para lansia agar melakukan aktivitas

fisik sehingga dapat mengurangi fungsi kognitif pada lansia dapat teratasi.

Kata Kunci : Fungsi Kognitif, Lansia

The problems faced by the elderly often as time passes, there will be a decrease in

various organ functions one of decline in cognitive function. Changes in cognitive

function are memory loss, lack of ability to make decisions and act sluggish. It is one of

the factors come about due to lack of physical activity elderly who have cognitive

function in the world's largest two-fold in 2030 as many as 66 million people. The of

research Descriptive with cross sectional approach. Methods of collecting primary data

using questionnaires. The samples used were 51 people with accidental sampling

technique. Analysis of the data used in the distribution of frequencies. The results, note

the cognitive level of 51 elderly obtained the majority of elderly have cognitive function

was as much (54.9%), the characteristics of an average age of elderly people between 60-

70 years old that is. (62.7%), the characteristics of the most widely available sex namely

women (58.8%), the characteristics of education at most universities (47.1%). Expected

by It is advisable for the clinic to monitor the elderly in order to perform physical activity

so as to reduce cognitive function in the elderly can be resolved.

Page 2: JURNAL FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA.pdf

2

Jurnal Keperawatan Oleh Yuliana Novia,S.Kep-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

PENDAHULUAN

WHO memperkirakan tahun 2025

jumlah lansia di seluruh dunia akan

mencapai 1,2 miliar orang yang akan

terus bertambah hingga 2 miliar orang di

tahun 2050. Data WHO juga

memperkirakan 75% populasi lansia di

dunia pada tahun 2025 berada di negara

berkembang. Data Proporsi lansia di

dunia diperkirakan mencapai 22 persen

dari penduduk dunia atau sekitar 2

miliar pada tahun 2020, sekitar 80%

lansia hidup di negara berkembang.

Rata-rata usia harapan hidup di negara-

negara kawasan Asia Tenggara adalah

70 tahun, sedangkan di Indonesia

termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun

(Profil Data Kesehatan Indonesia tahun,

2011). Jumlah penduduk di 11 negara

anggota WHO kawasan Asia Tenggara

yang berusia di atas 60 tahun berjumlah

142 juta orang dan diperkirakan akan

terus meningkat hingga 3 kali lipat di

tahun 2050. Sedangkan Jumlah lansia di

seluruh dunia dapat mencapai jumlah 1

miliar orang dalam kurun 10 tahun

mendatang (Dana Kependudukan PBB,

6/2013 ). Pertumbuhan penduduk usia

lanjut (lansia) di dunia yang semakin

meningkat (ledakan) tersebut

diperkirakan akan menjadi masalah baru

bagi dunia kesehatan, untuk hal ini maka

WHO telah mencanangkan program

peningkatan kesehatan agar seseorang

memiliki usia yang lebih panjang dan

tetap produktif. (Depsos RI. 2009).

Hasil sensus penduduk tahun 2010

menunjukkan bahwa Indonesia termasuk

5 besar negara dengan jumlah penduduk

lansia terbanyak di dunia. Pada tahun

2010 jumlah lansia di Indonesia

mencapai 18,1 juta orang. Sementara itu

Data Susenas BPS 2012 menunjukkan

lansia di Indonesia sebesar 7,56% dari

total penduduk Indonesia. Menurut data

tersebut sebagian besar lansia di

Indonesia berjenis kelamin perempuan.

Bappenas memperkirakan pada tahun

2050 akan ada 80 juta lansia di

Indonesia dengan komposisi usia 60-69

tahun berjumlah 35,8 juta, usia 70-79

tahun berjumlah 21,4 juta dan 80 tahun

ke atas ada 11,8 juta. Banyaknya jumlah

lansia di Indonesia bisa dimaknai

sebagai keberhasilan pembangunan

manusia dengan indikator bertambahnya

usia harapan hidup. Di sisi lain hal itu

juga menghadirkan tantangan mengenai

angka ketergantungan hidup yang akan

berkorelasi dengan beban ekonomi yang

ditanggung penduduk usia produktif

untuk membiayai penduduk lansia.

Apalagi permasalahan lansia tidak hanya

sebatas produktivitas tapi juga

menyangkut hal lain seperti pendidikan

dan kesehatan.(Depsos RI. 2009).

Berdasarkan data Pemkot Bandung,

yang masuk kategori lansia jumlahnya

terbilang cukup banyak yaitu sekitar

360.000 jiwa atau 15% dari jumlah total

penduduk Kota Bandung. Penyebabnya,

ada yang tidak memiliki keluarga,

ditelantarkan oleh keluarganya,

kekurangan ekonomi, dan penyebab

lain. . (Depsos RI. 2009).

Menua merupakan proses yang terus

menerus berlanjut secara alamiah.

Permasalahan yang sering dihadapi

lansia seiring dengan berjalannya

waktu, akan terjadi penurunan berbagai

fungsi organ tubuh. Penurunan fungsi ini

disebabkan karena berkurangnya jumlah

sel secara anatomis serta berkurangnya

aktivitas, asupan nutrisi yang kurang,

polusi dan radikal bebas, hal tersebut

mengakibatkan semua organ pada proses

menua akan mengalami perubahan

struktural dan fisiologis, begitu juga

otak. Otak akan mengalami perubahan

fungsi kognitif yaitu kesulitan di dalam

mengingat kembali, berkurangnya

kemampuan di dalam mengambil

keputusan dan bertindak lebih lamban.

Meskipun gejala penurunan otak ini

merupakan hal yang dianggap sebagai

Page 3: JURNAL FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA.pdf

3

Jurnal Keperawatan Oleh Novia,S.Kep-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

suatu keadaan yang fisiologi, namun

penurunan fungsi otak yang

berhubungan dengan gangguan kognitif

pada manusia lansia ini menyebabkan

menurunnya kemampuan memori atau

daya ingat (Bandiah, S.,2009).

Penurunan kemampuan memori atau

daya ingat berhubungan dengan

penurunan fungsi belahan kanan otak

yang berlangsungnya lebih cepat

daripada yang kiri hal ini disebabkan

karena kebanyakan orang hanya

menggunakan otak kiri saja dan jarang

menggunakan otak kanan. Padahal untuk

mencapai fungsi otak yang maksimal,

kerja otak kanan maupun kiri harus

seimbang (AntoSurya Prasetya, 2010).

Para lansia mengalami penurunan

berupa kemunduran daya ingat visual

(misalnya, mudah lupa wajah orang),

sulit berkonsentrasi, cepat beralih

perhatian. Juga terjadi kelambanan pada

tugas motorik sederhana seperti berlari,

mengetuk jari, kelambanan dalam

persepsi sensoris serta dalam reaksi

tugas kompleks. Sifat gangguan ini

sangat individual, tidak sama tingkatnya

satu orang dengan orang lain. (Bandiah,

S.,2009).

Terjadi penurunan daya ingat yang

masih wajar pada beberapa lansia

disebut sebagai sifat pelupa keadaan ini

tidak menyebabkan gangguan pada

aktifitas hidup sehari-hari, biasanya

dikenali oleh keluarga atau teman karena

sering mengulang pertanyaan yang sama

atau lupa kejadian yang baru terjadi.

Perlu observasi beberapa bulan untuk

membedakannya dengan demensia yang

sebenarnya. Bila gangguan daya ingat

bertambah progresif disertai gangguan

intelektual yang lain maka kemungkinan

besar diagnosis demensia dapat

ditegakkan. (AntoSurya Prasetya, 2010)

World Alzheimer Reports mencatat

demensia akan menjadi krisis kesehatan

terbesar di abad ini yang jumlah

penderitanya terus bertambah. Data

Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2010

menunjukkan, di tahun 2010 jumlah

penduduk dunia yang terkena demensia

sebanyak 36 juta orang. Jumlah

penderitanya diprediksi akan melonjak

dua kali lipat di tahun 2030 sebanyak 66

juta orang.4Jumlah penyandang

demensia di Indonesia hampir satu juta

orang pada tahun 2011.

Salah satu upaya untuk mencegah

penurunan fungsi kognitif butuh peran

perawat dan keluarga dalam membantu

lansia dengan menumbuhkan dan

membina hubungan saling percaya,

saling bersosilisai dan selalu

mengadakan kegiatan yang bersifat

kelompok. Selain itu untuk

mempertahankan fingsi kognitif lansia

adalah dengan cara menggunakan otak

secara terus menerus dan diistirahatkan

dengan tidur, kegiatan seperti membaca,

mendengarkan berita dan cerita melalui

media sebaiknya dijadikan sebuah

kebiasaan. Hal ini bertujuan agar otak

tidak beristirahat secara terus menerus

(Departemen Kesehatan Republik

Indonesia 2010).

Pemberdayaan dan pelayanan terhadap

lansia sesuai dengan peraturan Undang-

Undang RI No. 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lansia. Pelayanan lansia

meliputi pelayanan yang berbasiskan

pada keluarga, masyarakat dan lembaga.

Pelayanan kesehatan untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan

yang dilakukan di Puskesmas Jayagiri

berupa posyandu lansia. Kegiatan yang

sudah dilakukan untuk memaksimalkan

aktivitas lansia yaitu dengan

melaksanakan senam lansia setiap

minggu, mengadakan kegiatan sebagai

sarana hiburan dan keakraban bagi para

lansia serta melaksanakan kerja bakti

meskipun hanya di sekitar lingkungan.

(Depsos RI. 2009).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian

deskriptif yaitu suatu metode penelitian

untuk mendeskriptifkan atau

menguraikan suatu keadaan di dalam

suatu komunitas atau masyarakat

Page 4: JURNAL FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA.pdf

4

Jurnal Keperawatan Oleh Novia,S.Kep-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

(Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui gambaran

fungsi kognitif lansia di Puskesmas

Jayagiri Kabupaten Bandung Barat

Tahun 2015.

Pendekatan waktu dalam pengumpulan

data menggunakan pendekatan cross

sectional, yaitu suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara

faktor-faktor resiko dengan efek, dengan

cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat (point time approach)

(Notoatmodjo, 2012). Data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu

yang meliputi : Fungsi Kognitif, usia,

pendidikan, jenis kelamin. Dengan cara

pengumpulan data yaitu data primer

dimana data yang diambil secara

langsung menggunakan kuesioner.

Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode pengumpulan data

kuantitatif yaitu penelitian dengan

menggunakan data primer untuk

mengkaji fungsi kognitif, usia,

pendidikan, jenis kelamin, yang

ditentukan berdasarkan kuesioner

kemudian didampingi oleh peneliti,

untuk mempertanyakan kepada lansia

mengenai item kuesoner didalamnya.

Setelah data terkumpul kemudian

dianalisis berdasarkan univariat.

Variabel independen atau yang sering

disebut variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen (Notoatmodjo, 2012). Dalam

penelitian ini yang berperan sebagai

variabel independen adalah tingkat

kognitif, usia, jenis kelamin, pendidikan.

Populasi adalah keseluruhan objek

dengan karakteristik tertentu yang akan

diteliti.Populasi dalam penelitian ini

adalah semua Lansia yang berkunjung

ke Puskesmas Jayagiri. Jumlah Lansia

yang berkunjung ke puskesmas Jayagiri

selama bulan Maret– April 2015

sebanyak 112 orang.

Sampel adalah sebagian yang diambil

dari keseluruhan subjek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi

(Notoatmodjo, 2012). Jumlah sampel

ditentukan menggunakan rumus:N = 112

Rumus perhitungan sampel :

𝑛 =𝑁𝑍(1 − α/2)2 𝑃(1 − 𝑃)

𝑁𝑑2 + 𝑍 (1 − α/2)2 𝑃(1 − 𝑃)

𝑛

=112 (1,96)2. 0,5(1 − 0,5)

112 (0,1)2 + (1,96)2 0,5(1 − 0,5)

𝑛 =106,56

2,08

𝑛 = 51,23 dibulatkan menjadi 51 orang

Keterangan :

n = besar sampel (51

lansia)

N = jumlah populasi (112

lansia)

Z(1-α/2) = nilai sebaran normal

baku dengan tingkat kepercayaan 95%

(1,96)

d = besar penyimpangan

10% (0,1)

P = proporsi kejadian 50%

(0,5)

Berdasarkan perhitungan didapatkan

bahwa sampel dalam penelitian ini

adalah sebanyak 51 lansia. Teknik

sampling dalam penelitian ini

menggunakan cara accidental sampling.

Accidental sampling yaitu pengambilan

sampel dengan mengambil kasus atau

responden yang kebetulan ada atau

tersedia di suatu tempat sesuai dengan

konteks penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Instrumen penelitian adalah suatu alat

yang digunakan oleh peneliti untuk

mengobservasi, mengukur atau menilai

suatu fenomena.(Notoatmodjo, 2012).

Data yang diperoleh dari suatu

pengukuran kemudian dianalisis dan

dijadikan sebagai bukti (evidence) dari

suatu penelitian. Kuisioner adalah suatu

bentuk atau dokumen yang berisi

beberapa item pertanyaan atau

pernyataan yang dibuat berdasarkan

indikator-indikator suatu variabel.

Instrumen penelitian ini menggunakan

kuesioner data diri responden dan

kuesioner yang mengacu pada kuesioner

Page 5: JURNAL FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA.pdf

5

Jurnal Keperawatan Oleh Novia,S.Kep-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

Mini Mental Status Eximintation

(MMSE) ..intrumen ini tidak dilakukan

uji validitas dan reabilitis karena telah

banyak digunakan untuk meniliti tentang

fungsi kognitif lansia, dan usia,

pendidikan, jenis kelamin.

Menurut (Notoatmodjo, 2010) dalam

melakukan analisis data terlebih dahulu

data harus diolah dengan tujuan

mengubah data menjadi informasi.

Dalam statistik, informasi yang

diperoleh dipergunakan untuk peroses

pengambilan keputusan, terutama dalam

pengujian hipotesis.

Analisa data dilakukan dengan cara

univariat yaitu untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian, yaitu tingkat

kognitif, usia, pendidikan, dan jenis

kelamin.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap

variabel,(Notoatmodjo, 2012). Adapun

analisis dalam penelitian ini yaitu

menggunakan rumus persentase

frekuensi sebagai berikut: Rumus :

𝑃 =𝑓

𝑁 100%

Keterangan :

P : presentase untuk setiap kategori

f : jumlah setiap kategori

N : jumlah total responden

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Tingkat Fungsi Kognitif

pada Lansia Di Puskesmas Jayagiri

Kabupaten Bandung Barat

Fungsi Kognitif F (N=51) %

Baik 20 39.2

Sedang 28 54.9

Rendah/Demensia 3 5.9

Total 51 100

Berdasarkan hasil penelitian yang

diperlihatkan pada tabel 4.1 diatas

bahwa dari 51 lansia dengan fungsi

kognitif baik sebanyak 20 (39,2%),

fungsi kognitif sedang sebanyak 28

(54,9%) dan fungsi kognitif

rendah/demensia sebanyak 3 (5,9%)

Fungsi kognitif lansia berdasarkan

Pendidikan

Tabel 4.2 Fungsi Kognitif Lansia

berdasarkan Pendidikan Di

Puskesmas Jayagiri Kabupaten

Bandung Barat (N=51)

Berdasarkan tabel 4.2 diatas

menunjukan bahwa tingkat pendidikan

yang dimiliki oleh lansia yang

mengalami Fungsi Kognitif dari 51

orang sebagian lansia memiliki

pendidikan PT dengan fungsi kognitif

sedang sebanyak 12 (42,9%).

Tabel 4.3 Fungsi Kognitif Lansia

berdasarkan Usia Di Puskesmas

Jayagiri Kabupaten Bandung Barat

(N=51)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas

menunjukan bahwa tingkat usia lansia

antara 60-70 tahun dengan fungsi

kognitif sedang sebanyak 19 (67,9%).

Sedangkan fungsi kognitif baik dengan

usia 60-70 tahun sebanyak 12 (60%).

Tabel 4.4 Fungsi Kognitif Lansia

berdasarkan Jenis Kelamin Di

Puskesmas Jayagiri Kabupaten

Bandung Barat (N=51)

Pendidikan

Fungsi Kognitif

Baik Sedang Rendah/

Demensia Total

F % F % F % F %

SD 0 .0% 2 7.1% 0 .0% 2 3.9%

SMP 1 5.0% 6 21.4% 0 .0% 7 13.7%

SMA

PT

8

11

40.0%

55.0%

8

12

28.6%

42.9%

2

1

66.7%

33.3%

18

24

35.3%

47.1%

Total 20 100.0

%

28 100.0

%

3 100.0

%

51 100.0

%

Usia

Fungsi Kognitif

Baik Sedang Rendah/

Demensia Total

F % F % F % F %

60-70 th 12 60 19 67,9 1 33,3 32 62,7

>70 th 8 40 9 32,1 2 66,7 19 37,3

Total 20 100% 28 100% 3 100% 51 100.0%

Page 6: JURNAL FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA.pdf

6

Jurnal Keperawatan Oleh Novia,S.Kep-Tahun 2015

STIKes DHARMA HUSADA BANDUNG

Berdasarkan tabel 4.4 diatas

menunjukan bahwa tingkat jenis

kelamin paling banyak yaitu perempuan

dengan fungsi kognitif sedang 17

(60,7%).

SIMPULAN DAN SARAN

Pada penelitian ini yang berjudul

gambaran fungsi kognitif lansia di

wilayah kerja Puskesmas Jayagiri

Kabupaten Bandung Barat dapat

disimpulkan yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan tingkat kognitif dari 51

lansia didapatkan sebagian lansia

memiliki fungsi kognitif sedang

sebanyak 54,9%.

2. Berdasarkan karakteristik usia lansia

rata-rata antara 60-70 tahun

yaitu.62,7%

3. Berdasarkan karakteristik jenis

kelamin paling banyak didapatkan

perempuan yaitu 58,8%

4. Berdasarkan karakteristik

pendidikan paling banyak Perguruan

Tinggi (PT) yaitu 47,1%

Saran

1. Disarankan bagi pihak puskesmas

dapat memantau para lansia agar

melakukan aktivitas fisik sehingga

dapat mengurangi fungsi kognitif

pada lansia dapat teratasi.

2. Menyarankan bagi praktisi

kesehatan khususnya perawat dapat

lebih baik lagi dalam melakukan

asuhan keperawatan terhadap lansia

dengan melihat berbagai macam

karakteristik lansia dalam upaya

penanganan dan pencegahan

penurunan fungsi kognitif serta

fungsi kognitif terganggu.

3. Dapat meneliti lebih lanjut dengan

faktor karakteristik yang lain yaitu

faktor-faktor aktivitas fisik yang

dapat mempengaruhi para lansia

yang memiliki fungsi kognitif yang

berat/demensia.

Jenis

Kelamin

Fungsi Kognitif

Baik Sedang Rendah/

Demensia Total

F % F % F % F %

Laki-laki 7 35.0% 11 39.3% 3 100.0% 21 41.2%

Perempuan 13 65.0% 17 60.7% 0 .0% 30 58.8%

Total 20 100.0% 28 100.0% 3 100.0% 51 100.0%