Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008
-
Upload
rachyupurbowati -
Category
Documents
-
view
1.384 -
download
25
Transcript of Jurnal Eksis Vol III Nomor 1 Peb 2008
VOL III Nomor 1 Feb 2008
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi(STIE) PGRI DewantaraJombang
EKSISJurnal riset ekonomi dan bisnis
JURNAL EKSISSEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
PGRI DEWANTARA JOMBANGVOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 2008
DAFTAR ISI
Willy Sugianto Pentingnya Pelayanan Prima Pada Lembaga Perguruan Tinggi
Rachyu Purbowati Pengaruh Variabel-Variabel Determinan Terhadap Audit Delay(ADE) dan Dampaknya Pada Reaksi Investor(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dan Financial yang Listing di Bursa Efek Jakarta
Mey Juliana Penerapan Metode Kontrak Selesai pada Perusahaan Jasa Konsultan Teknik (Studi pada Konsultan CV. Sinduraya)
Titik Inayati Analisis Laporan Arus Kas Besar Seabagai Salah Satu Alat Bantudalam Pengambilan Keputusan Investasi Pada PT. IndofoodSukses Makmur, Tbk. (Studi Kasus di Butsa Efek Jakarta)
Abdul Rohim Pengaruh Perilaku Konsumen Terhadap Keputusan Berwisata(Studi pada Obyek Wisata Ubalan Pacet Mojokerto)
Nurdiana Pengaruh Kompetensi, Kreativitas, Persepsi dan Kondisi, PotensiWajib Pemungut Terhadap Efektivitas Penerimaan Retribusi Pasar
Siti ZuhrohArief Suprihono
Analisis Perilaku Konsumen Penggguna Produk Rokok LA Light di Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang
Erminati Pancaningrum, Suhariani *
Analisis Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan di MasyarakatDalam Mengambil Keputusan Kredit di PD. “BANK PASAR”Jombang
1
Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis EKSIS Volume III Nomor 1 Tahun 2008, yang diterbitkan oleh
STIE PGRI Dewantara Jombang hadir dengan memuat sejumlah artikel pilihan, baik artikel konseptual
maupun artikel laporan hasil penelitian.
Jurnal EKSIS ini dapat terbit karena adanya komitmen pemimpin STIE PGRI Dewantara
Jombang dan kerjasama berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih kami sampaikan. Penulis artikel
dalam terbitan kali ini tidak hanya dari kalangan internal maupun eksternal. Semoga misi utama jurnal ini
sebagai media informasi dan komunikasi dapat tercapai.
Semoga kehadiran jurnal ini bermanfaat bagi kita semua.
Jombang, 2008Ketua Jurnal Riset Ekonomi dan BisnisEKSIS
KATA PENGANTAR
2
Pelayanan yang baik selalu dimulai dari sikap
baik dan antusias pimpinan dosen dan karyawan yang
ada di lembaga Perguruan Tinggi untuk menjadi orang
baik, yang bisa memberikan kebahagiaan kepada
orang lain termasuk mahasiswa dan masyarakat
secara utuh dan total.
Untuk melakukan itu memang tidak mudah,
tetapi jika lembaga perguruan tinggi ingin eksis dan
dapat bersaing dengan perguruan tinggi lain untuk
mendapatkan mahasiswa, maka Pelayanan Prima
mutlak harus dilaksanakan.
Menurut berbagai survey, kajian dan
penelitian banyak yang menunjukkan bahwa baik
buruknya kualitas layanan merupakan salah satu
faktor yang menentukan maju atau mundurnya
eksistensi sebuah organisasi apakah itu organisasi
dalam perusahaan, pemerintahan, atau sebuah
lembaga.
Di berbagai Negara yang sudah maju juga
menunjukkan bahwa kemajuan ekonomi dan
kemampuan berkompetisi dalam percaturan ekonomi
global juga ditentukan oleh adanya layanan public
yang baik.
Bila kita masih menginginkan lembaga
Perguruan Tinggi eksis, maka kita berkewajiban untuk
terus mendorong dan mengarah agar layanan
berkualitas kepada mahasiswa dan masyarakat di
sekitar kita dapat dihadirkan.
Setaiap Perguruan Tinggi sudah saatnya
berbenah diri menuju kepada pelayanan yang
memuaskan mahasiswa yang tidak hanya sebatas
memuaskan panca indera mahasiswa, tetapi lebih
dalam lagi memuaskan indera pikiran, spiritual,
emosi, dan intelektual mahasiswa.
Sebenarnya bila baru sekarang kita
menyadari tentang pentingnya layanan prima yang
berkualitas termasuk sudah terlambat, karena dengan
adanya perubahan masyarakat yang begitu cepat
tentang kebutuhan dan keinginan untuk mendapatkan
pelayanan yang baik dan memuaskan jelas sangat
besar pengaruhnya dan membuat kita tertantang untuk
PENTINGNYA PELAYANAN PRIMA PADA LEMBAGA PERGURUAN TINGGI
Willy Sugianto
segera bersikap, jikalau kita tidak mau tertinggal,
apalagi mahasiswa dan masyarkat sekarang sudah
berpikir kritis dan kreatif bisa membedakan mana
lembaga yang bisa memberikan pelayanan yang
memuaskan dan mana yang tidak, semua itu untuk
menentukan pilihannya.
Oleh karena itu Lembaga Perguruan Tinggi
harus terus menerus berinovasi untuk meningkatkan
citra pelayanannya.
Seluruh karyawan harus bisa menjadi Public
Relation ( PR ) yang terbaik di dalam melayani setiap
karyawan harus bisa memberikan informasi,
penjelasan dan keterangan yang memuaskan hati dan
pikiran mahasiswa maupun masyarakat.
Setiap karyawan dan dosen harus memiliki
mindset untuk menjadi pribadi yang mampu berbicara
tentang segala kekuatan / keunggulan dan kebaiankan
lembaga kepada mahasiswa maupun masyarakat,
dengan demikian barulah pelayanan yang memuaskan
indera mahasiswa dan masyarakat bisa dimulai.
Masing-masing pribadi karyawan dan dosen
haruslah memiliki keunggulan diri yang unik yang
bisa menyentuh hati terdalam mahasiswa.
Keunggulan-keunggulan yang spesifik dan
pribadi ini harus menjadi nilai tambah setiap pribadi
buat baktinya kepada pelayanan mahasiswa terbaik.
Lembaga harus memiliki rasa peduli yang
tinggi untuk membina karyawan dengan nilai-nilai
kebaikan dalam setiap nafas kehidupan karyawan agar
karyawan terbiasa bersikap baik, hormat, sopan
santun dan selalu memberikan senyuman yang tulus
kepada mahasiswa dan semua orang yang kita jumpai.
Komitmen untuk melayani dengan baik
supaya mahasiswa puas harus ada, mulai dari
karyawan yang paling rendah sampai dengan
pimpinan perguruan tinggi , mulai dari satpam,
bagian-bagian perpustakaan, BAU, BAAK, LP4M,
keuangan, jurusan, dosen maupun pimpinan sesuai
dengan profesi dan pekerjaanya masing-masing, baik
itu pembayaran SPP, pembuatan kartu identitas, surat-
surat, KRS, KHS, Peminjaman Buku, dll.
Willy Sugianto, dosen STIE PGRI Dewantara
3
Setiap unit kerja di Lembaga Perguruan
Tinggi haruslah memperlihatkan produktivitas kerja
yang sempurna, lalu menciptakan mutu pelayanan
terbaik agar mampu memuaskan mahasiswa.
Pelayanan yang memuaskan mahasiswa,
wajib dibarengi dengan kebaikan sistem, prosedur,
teknologi, etika, mindset dan infrastruktur yang
memadai dan siap melayani mahasiswa dengan segala
sikap baik yang professional dan total, karena produk
yang berupa ilmu dan jasa pelayanan yang dijual
kepada mahasiswa haruslah disesuaikan dengan
manfaat dan kebutuhan mahasiswa, dengan harga
yang berdaya saing dan kualitasnya harus dapat
dipertanggungjawabkan.
Dari waktu ke waktu secara bertahap lembaga
perlu melakukan reposisi untuk meningkatkan
kualitas, reputasi, dan kredibilitas pelayanannya.
Apakah Pelayanan Prima pada Lembaga Perguruan
Tinggi ?
1. Pelayanan Prima adalah melayani
mahasisiwa dengan ramah,tepat dan
cepat.
2. Pelayanan Prima adalah pelayanan
opt imal dengan mengutamakan
kepuasan mahasiswa.
3. Pelayan Prima adalah kepedulian kepada
maha sisiw untuk memberikan rasa puas.
4. Pelayanan Prima adalah menempatkan
mahasiswa sebagai mitra.
5. Pelayanan Prima adalah upaya layanan
terpadu untuk kepuasan mahasiswa
Cara – cara yang dipakai untuk menimbulkan
kesan menerik dan simpatik bagi orang lain :
·Berpenampilan bersih dan rapi
·B e r t u t u r k a t a y a n g b a i k d a n
menyenangkan
·Membuat orang merasa penting
·Membicarakan kesukaan dan kesuksesan
orang lain yang sedang diajak bicara
·Tidak merasa rendah diri dan siap mental
untuk menerima kritikan
Menurut Asep Adya Barata ( 2004 )
Keberhasilan di dalam melayani tidak hanya
sekedar bertumpu pada kempuan saja tetapi juga
harus pula di dasarkan pada Power, Ability , Morality ,
Integrity dan Total Accountability.
1. Kekuatan ( Power )
Kekuatan ( Power ) adalah yang berkaitan
dengan kewenangan (otoritas) untuk
melakukan tindaka-tindakan yang yang
berkaitan dengan suatu dan kekuatan
kepribadian seseorang yang mejalankannya.
2. Kemampuan (Ability)
Seseorang yang melukan pelayananharus
mempunyai kemampuan yang baik juga harus
mengetahui pengetahuan dan ketrampilan
yang memadai dalam bidangnya.
3. Moral (Morality)
Moral dari seseorang yang melakukan
tindakan pelayanan harus baik karena
pelayanan yang baik hanya muncul dari
seseorang yang bermoral baik.
4. Integritas (Integrity)
Untuk menghasilkan pelayan prima
seseorang harus mempunyai integritas yang
tinggi terhadap pekerjaan dan organisasi
lembaga dimana ia bekerja
5. Tanggung jawab total (Total Accountability)
Seseorang harus dapat menjalankan tugas
pekerjaannya dengan sungguh-sungguh,
karena kesungguhan kerja merupakan wujud
tanggung jawab total baik bagi diri sendiri
organisasi / lembaga maupun mahasiswa.
Unsur-unsur kualitas pelayanan :
1. Penampilan , Personal dan Fisik
Penampilan harus menarik,bersih dan rapi
tutur kata dengan bahasa yang baik,familier
dalam perilaku,percaya diri.
2. Tepat waktu dalam janji
Da lam menyampaikan j an j i ha rus
diperhitungkan waktunya, jangan suka
mengumbar janji tetapi tidak pernah ditepati,
ini akan membuat orang tidak percaya.
4
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 20084
3. Kesediaan melayani
Konsekuensi logis petugas harus benar-benar
bersedia melayani.
4. Kesopanan dan Ramah Tamah
Di tuntut adanya keramah tamahan yang
standart dalam melayani, sabar, tidak egois
dan santun dalam bertutur kata.
5. Kejujuran dan kepercayaan
Dalam penyelenggaraan pelayanan harus
transparan jujur dalam bentuk aturan,
pembiayaan dan penyelasaian waktu
sehingga dapat percayai dari segi sikap, tutur
katanya, dalam menyelesaikan akhir
pelayanannya dengan demikian ,akan
membuat orang puas.
6. Pengetahuan Dan Keahlian
Sebagai syarat untuk bisa melayani dengan
baik. Petugas harus mempunyai pengetahuan
dan keahlian. Oleh karna itu perlu pendidikan
dan pelatihan tertentu yang di syaratkan
dalam jabatan serta memiliki pengalaman
yang luas di bidangnya
Pelaksanaan pelayanan prima berdasarkan
konsep sikap, perhatian dan tindakan menurut Asep
Adya Barata ( 2004 ) adalah:
1. Pelayanan Prima berdasarkan konsep Sikap
Sikap mencerminkan perilaku atau gerak gerik
yang terlihat pada diri seseorang ketika ia menghadapi
suatu situasi tertentu atau ketika berhadapan dengan
orang lain atau bisa diartikan sebagai alur
pengekspresian perasaan dari seseorang kepada pihak
lain. Sikap bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir
sebab pemunculannya dapat terbentuk karena adanya
interaksi orang yang bersangkutan dengan berbagai
hal dalam lingkungan hidupnya atau melalui proses
sosial.
Sikap seseorang sangat di pengaruhi oleh berbagai
faktor termasuk wawasan pengatahuannya dan
ketrampilannya yang dapat meningkatkan
kemampuan diri seseorang antara lain :
·Mampu berkomunikasi dengan baik
·Mampu memposisikan diri dan beradaptasi
dengan lingkungan
·Memiliki daya kreatifitas
·Memahami pengetahuan dasar hubungan
interpersonal dan psikologi sosial.
·Memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
sesuai dengan bidang tugasnya.
·Mampu mengendalikan emosi
Eagly dan Himmerfalb ( 1978 ) mendefisinikan
sikap sebagai kumpulsn perasaan , keyakinan dan
kecenderungan perilaku yang secara relative
berlangsung lama yang ditujukan kepada orang, ide ,
obyek dan kelompok orang tertentu.
Jadi sikap meliputi 3 aspek yaitu Keyakinan ( Aspek
Kognitif ) , Perasaan ( Aspek Afektif ) dan Perilaku (
Aspek Konitif ).
Pelayanan Prima berdasarkan konsep sikap
Attitude adalah Suatu layanan dengan menonjolkan
sikap yang baik dan menarik meliputi :
1. Melayani dengan penampilan yang serasi
2. Melayani dengan berfikir positif
3. Melayani pelangganm dengan sikap
menghargai
2. Pelayanan Prima berdasarkan konsep Perhatian
Perhatian atau atensi ( attention ) adalah sikap
yang menunjukkan kepedulian terhadap sesuatu atau
minat seseorang terhadap sesuatu. Pada umumnya
orang suka diperhatikan dan dihargai
Pelayanan Prima berdasarkan konsep perhatian
meliputi :
1. Mendengarkan dan memahami kebutuhan
seseorang
2. Mengamati perilaku seseorang
3. Mencurahkan perhatian penuh kepada orang lain
3. Pelayanan Prima berdasarkan konsep Tindakan
Selain sikap dan perhatian tindakan perlu
dilakukan,sebab semua tanpa tindakan adalah bohong
dan percuma.
3. Pelayanan prima berdasarkan konsep tindakan
meliputi :
5
1. Mencacat mempertegas dan mewujudkan
semua apa yang di butuhkan , diharapkan
dan di inginkan oleh seseorang baik
customer, pelanggan maupun relasi kita
supaya mereka puas.
2. Pernyataan terimakasih dengan ungkapan
yang tulus, dengan suatu harapan tetap
terjalin hubungan yang baik dengan
costomer, pelanggan maupun relasi dengan
kita.
Kepuasan Pelanggan
Pelanggan disebuah lembaga perguruan
tinggi adalah mahasiswa dan masyarakat , karena
apabila kita memberikan pelayanan yang baik dan
mambuat mereka puas meka akan merekomendasikan
kepada orang lain yang mereka jumpai untuk masuk
ke lembaga kita. Yang di maksud dengan kepuasan
menurut Ricard Oliver adalah hasil dari penilaian
customer atau pelanggan bahwa produk atau
pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan
dimana tingkat pemenuhan harapan bisa dilakukan,
dan dirasakan , oleh karena itu kita harus bisa
memenuhi harapan dari konsumen kita, peran
karyawan sangat panting dalam menciptakan
kepuasan pelanggan.
Kualitas pelayanan yang baik sering kali
hanya dapat di mungkinkan apabila terdapat
teamwork yang baik. Banyak kesalahan yang
menyebabkan pelanggan tidak puas dalam sebuah
perusahaan karna tidak adanya teamwork antara
bagian klaim dan bagian penjualan atau dengan
bagian pengiriman (Handi Irawan .D,MBA, M Com.
2002). Pentingnya pelayanan prima dalam sebuah
lembaga perguruan tinggi .
Mengingat begitu pentingnya pelayanan
prima yang dapat berpengaruh terhadap kepuasan dan
berdampak pada relasi , maka saat ini baik itu
perusahaan swasta, instansi pemerintah di organisasi
dan lembaga pendidikan, pelayanan prima menjadi
prioritas utama yang harus dilaksanakan.
Mengapa di lembaga perguruan tinggi
penting karena begitu ketatnya persaingan untuk
mendapatkan mahasiswa, demikian juga masyarakat
sekarang sudah sangat kritis untuk menentukan
pikiran akan kuliah di perguruan tinggi yang
berkualitas baik secara fisik baik itu berupa gedung,
sarana prasarana maupun dalam memberikan
pelayanan,
Kalau lembaga ingin eksis dan di minati oleh
masyarakat sebagai calon mahasiswa maka kunci
utama adalah memberikan pelayanan prima baik
kepada mahasiswa maupun masyarakat sekitar
kampus maupaun luar kampus.
6
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 20086
Atep Adya Barata (2004) ”Dasar-Dasar Pelayanan Prima”, Penerbit PT. Elex Media Komputindo,
Kelompok Gramedia Jakarta.
Abdurrachman Oemi (1995) “Dasar-Dasar Public Relation”, Bandung : Citra. Aditya Bakti
Burnet. Ken (1987) “Strategi Kemitraan Pelanggan, (Strategi Customer. Allianees)”, Jakarta PT. Elex. Media
Komputindo.
Foster, R.v, Timothy (1999). “101. Ways to BOOST Customer Satisfaction (VOI, Cara Meningkatkan
Kepusan Konsumen)”, PT.Elex. Media kompuitindo: Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
PENGARUH VARIABEL- VARIABEL DETERMINAN TERHADAP AUDIT
DELAY (ADE) DAN DAMPAKNYA PADA REAKSI INVESTOR
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur dan Financial yang Listing di Bursa
Efek Jakarta)
RACHYU PURBOWATI
Abstract
This study analyzes the influence of these variables to the audit delay determinan(ADE) based considerations
that researchers want to know what factors cause the company's internal settlement of the audit period, which
can affect the accuracy of the information. Testing techniques by using the software Visual Partial Least
Squart version 1.04 (visual PLS 1.04)
Based on the findings of the first test shows the size of the company affect the ADE, the second type of auditor
opinion the effect to ADE, the third type of effect on the company ADE, ADE, and the fourth effect on investor
reaction. Thus, the results can be concluded that the four lines is significant, while the second path that is not a
significant variable loss/income and debt variables.
Keywords: Audit delay, investor reaction
PENDAHULUAN
Dengan semakin berkembangnya pasar
modal di Indonesia pada saat ini yang ditandai dengan
berkembangnya perusahaan-perusahaan yang go
publik maka hal ini mengakibatkan permintaan akan
audit laporan keuangan semakin meningkat. Hasil
audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi
dan tanggung jawab yang besar. Adanya tanggung
jawab yang besar ini memacu auditor untuk bekerja
secara profesional.
Laporan keuangan auditan merupakan
media yang dipakai manajemen dalam berkomunikasi
dengan masyarakat lingkungannya. Auditor dituntut
untuk menyelesaikan laporan auditan tepat waktu
(Mulyadi, Kanaka, 1988). Ketepatan waktu
pengungkapan laporan keuangan adalah hal yang
penting mengingat adanya bukti yang menunjukkan
bahwa kewajaran laporan keuangan merupakan
sumber informasi bagi investor di pasar modal
(Louder, 1992).
Ketepatan waktu (timelines) penyajian laporan
keuangan auditan menjadi prasyarat utama bagi
peningkatan harga pasar saham perusahaan tersebut.
Agar investor dapat lebih cepat memperoleh
informasi keuangan sebagai dasar pengambilan
k e r p u t u s a n s e r t a m e n y e s u a i k a n d e n g a n
perkembangan pasar modal khususnya di Indonesia,
Badan pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
mengadakan penyempurnaan peraturan mengenai
penyampaian laporan keuangan tahunan. Keputusan
Ketua
BAPEPAM No. Kep-36/ PM/ 2003, No.
Peraturan X. K.2 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala, menyatakan bahwa
laporan keuangan berkala disertai dengan laporan
Akuntan disampaikan kepada BAPEPAM selambat-
lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal
laporan keuangan tahunan atau tanggal neraca.
Dengan adanya perubahan peraturan tersebut auditor
dituntut untuk lebih cepat dalam menyelesaikan
laporan auditannya.
Perbedaan waktu antara tanggal laporan
keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan
keuangan mengindikasikan tentang lamanya waktu
penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor.
Perbedaan waktu ini dalam audit sering dinamai audit
delay (ADE). Dalam penelitian-penelitian lain audit
delay disebut dengan istilah durasi audit (Givoly dan
Palmon,1982) dan Audit report lag (Knechel dan
Payne, 2001)
Rachyu Purbowati, dosen STIE PGRI Dewantara
7
Halim (2000), Dyer dan McHugh (1975)
membagi keterlambatan penyajian laporan keuangan
auditan atau lag menjadi:
1. Preliminary lag, yaitu antara berakhirnya
tahun fiskal sampai dengan tanggal
diterimanya laporan keuangan pendahulu
oleh pasar modal.
2. Auditor signature lag, yaitu interval antara
berakhirnya tahun fiskal sampai dengan
tanggal yang tercantum dalam laporan
auditor.
3. Total lag, yaitu interval antara berakhirnya
tahun fiskal sampai dengan tanggal
diterimanya laporan keuangan tahunan
publikasi oleh pasar modal.
Lamanya waktu penyelesaian audit ini dapat
mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut
dipublikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar
t e rhadap ke te r l amba tan in fo rmas i dan
mempengaruhi tingkat ketidak pastian keputusan
yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan.
Penelit ian Chambers dan Penman (1984)
menunjukkan bahwa pengumuman laba yang
terlambat menyebabkan abnormal return sedangkan
yang lebih cepat menyebabkan yang sebaliknya.
Dengan berdasarkan uraian di atas latar
belakang penelitian yang diuraikan sebelumnya,
penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris
pengaruh ukuran perusahaan, rugi atau laba usaha,
rasio utang, jenis opini auditor, dan jenis perusahaan
terhadap audit delay (ADE), dan pengaruh audit
delay (ADE) terhadap reaksi investor.
TINJAUAN PUSTAKA
Agency Theory
Teori ini menyatakan bahwa dalam
pengelolaan perusahaan, selalu ada konflik
kepentingan. Pertama, manager dan pemilik
perusahaan, kedua manager dan bawahannya dan
ketiga pemilik perusahaan dan kreditor. Oleh karena
itu, dibutuhkan pihak yang melakukan proses
pemeriksaan. Dalam agency theory, pemilik
perusahaan membutuhkan audi to r un tuk
memverifikasi informasi yang diberikan manajemen
kepada pihak perusahaan dan sebaliknya manajemen
memerlukan auditor untuk memberikan legitimasi
atas kinerja yang mereka lakukan dalam bentuk
laporan keuangan sehingga mereka layak
mendapatkan insentif atas kinerja tersebut. Di sisi
lain, kreditor membutuhkan auditor untuk
memastikan bahwa uang yang mereka kucurkan untuk
membiayai kegiatan perusahaan, benar-benar
digunakan sesuai dengan persetujuan yang ada
sehingga kreditor bisa menerima bunga dari prinsipal
dari pinjaman yang diberikan.
Information Theory
Alasan tentang audit bisa dijawab dengan
Information Theory (shanen Claude dalam Novieta,
2008). Teori ini menyatakan bahwa informasi
keuangan yang diaudit sangat bermanfaat bagi
keputusan investasi. Oleh karena itu, permintaan akan
adanya audit timbul dari kebutuhan akan adanya
informasi yang berkualitas karena hal tersebut pada
akhirnya dipercaya akan meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan. Walaupun tidak secara
eksplisit dinyatakan, studi Blackwell et.al (1998)
mendokumentasikan keterakitan antara teori ini
dengan permintaan adanya audit. Blackwell et.al
(1998) memeriksa keterkaitan antara penggunaan jasa
audit oleh perusahaan privat yang meminjam dana
dari bank dengan rendahnya bunga pinjaman yang
dikenakan terhadap perusahaan tersebut .
Kebermanfaatan informasi akan menentukan
keefektifan pencapaian tujuan pelaporan keuangan,
informasi akuntansi dikatakan bermanfaat apabila
informasi tersebut benar-benar dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan investasi. Laporan
keuangan merupakan salah satu sumber informasi
yang berperanan penting dalam bisnis investasi di
pasar modal. Setiap perusahaan yang go public
diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan.
Givoly dan Palmon (1982) menilai
ketepatan waktu laporan keuangan merupakan
determinan penting bagi tingkat kemanfaatan laporan
itu sendiri. Mereka meneliti ketepatan waktu dari
berbagai aspek seperti implikasi ketepatan waktu
untuk tindakan pengaturan (regelation action) dan
desain penelitian. Untuk tujuan pengaturan, ketepatan
waktu pelaporan keuangan merupakan hal yang
8
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 20088
penting untuk menentukan persyaratan batas waktu
yang cukup wajar (misalnya 90 hari).
Hubungan kedua teori tersebut adalah
menjelaskan fenomena permintaan audit yang dapat
dipakai untuk proses pemantauan dan pemeriksaan
terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak
dinilai lewat kinerja keuangannya dan kebutuhan akan
adanya informasi yang berkualitas karena hal tersebut
pada akhirnya dapat dipakai sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi investor.
Peranan Akuntan dalam Pasar Modal
Sesuai dengan lampiran ketua BAPEPAM,
maka setiap perusahaan yang akan go public
diharuskan untuk menyajikan laporan keuangan yang
telah diaudit oleh akuntan publik. Akuntan publik
bertanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan
berdasarkan prinsip akuntan yang berlaku umum yang
telah disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Pada hasil akhir dari auditing ini, akuntan
publik harus membuat laporan audit yang memuat
suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan yang telah diauditnya secara keseluruhan
atau asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Pernyataan yang diberikan oleh akuntan
publik di dalam laporan auditnya sangat memberikan
peranan penting di dalam pasar modal dikarenakan
seorang investor dalam mengambil keputusan di pasar
modal akan mempertimbangkan semua informasi
yang didapatnya, termasuk salah satunya adalah
pendapat yang telah diberikan akuntan publik.
Audit Delay (ADE)
Ketepatan waktu penerbitan laporan
keuangan auditan merupakan hal yang sangat penting
khususnya untuk perusahaan-perusahaan publik yang
menggunakan pasar modal sebagai salah satu sumber
pendanaan. Beaver (1968) dalam Givoly dan Palmon
(1982) memberikan bukti empiris berkaitan dengan isi
informasi keuangan yang berupa pengumuman laba
sehingga investor akan menunda pembelian atau
penjualan sekuritasnya sampai dengan diterbitkannya
laporan keuangan auditan perusahaan. Manajer
perusahaan akan sangat menghargai jika auditor
mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Namun, auditor memerlukan waktu yang cukup untuk
dapat mengumpulkan bukti-bukti kompeten yang
dapat mendukung opininya.
Audit Delay (ADE) atau dalam penelitian
sebagai audit reporting lag (ARL) dapat diartikan
sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal
sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit.
Definisi ini digunakan oleh Carslaw dan Kaplan
(1991), Ansah (2000), Hossain dan Taylor (1998),
Halim (2000), serta Ahmad dan Kamarudin (2001).
Di Indonesia Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) dan Bursa Efek Indonesia (BEI)
menetapkan bahwa laporan keuangan tahunan harus
teraudit dalam waktu 90 hari serta harus diserahkan ke
BAPEPAM dan BEI untuk dipublikasikan. Hal ini
dapat dijadikan pedoman oleh auditor dan pihak
manajemen perusahaan publik bahwa batas waktu
minimal audit delay (ADE) adalah 90 hari (3 bulan).
Apabila ketepatan ini dilanggar, Bapepam akan
mengenakan sanksi bagi perusahaan yang tidak
mematuhinya.
Perusahaan yang menyampaikan informasi
lebih awal secara umum lebih menguntungkan dari
pada perusahaan yang menerbitkan informasi laporan
keuangan terlambat (Givoly dan Polman; 1982).
Beberapa faktor yang mempengaruhi penyampaian
informasi termasuk ketepatan laporan audit tahunan.
Wermet, et.al. (2000) memberi gambaran bahwa
seluruh perusahaan akan menunggu laportan audit
tahunan sebelum mengumumkan labanya. Walaupun
demikian, ketepatan laporan audit dan informasi laba
memiliki peran dalam menentukan waktu
penyampaian informasi.
Banyak perusahaan mempelajari waktu
menyajikan informasi audit tahunan untuk
mengetahui reaksi pasar berkaitan dengan keputusan
mengenai isu-isu atau perubahan pada kualifikasi
audit atas penyajian laporan keuangan perusahaan.
Hasil penelitian Halim (2000) menunjukan
rata-rata audit delay yang terjadi diIndonesia adalah
84 hari. Rata-rata ini tergolong lebih panjang bila
dibandingkan dengan hasil penelitian Givoly dan
Palmon (1982) dan Aston et.al (1987); Carslaw dan
Kaplan (1991), Ansah (2000), Hosain dan Taylor
(1998) serta Ahmad dan Kamarudin (2001).
Faktor–faktor yang diduga mempengaruhi audit delay
(ADE) antara lain ukuran perusahaan, laba atau rugi,
rasio utang, jenis opini auditor, dan jenis perusahaan.
9
Kerangka Konsep Penelitian
Gambaran mengenai konsep penelitian ini terlihat
dalam diagram berikut :
Gambar 3.1 Rerangka Konsep Penelitian
Lamanya waktu penyelesaian audit ini
dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi
tersebut dipublikasikan sehingga berdampak pada
reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi
tersebut dan mempengaruhi tingkat ketidak pastian
keputusan yang didasarkan pada informasi yang
dipublikasikan.
3.1 Pengaruh variabel-variabel determinan
terhadap audit delay (ADE).
Pengaruh variabel-variabel determinan
terhadap audit delay (ADE) dilandasi
pertimbangan untuk mengetahui apa saja faktor-
faktor internal perusahaan yang menyebabkan
lamanya penyelesaian audit yang mana dapat
mempengaruhi ketepatan waktu informasi
tersebut. Berdasarkan penelitian-penelitian
terdahulu yang telah dilakukan seperti Courtis di
New Zaeland (1976) penelitian Gilling (1977),
penelitian Davies dan Whittred di Australia
(1980) menunjukan bahwa (ADE) memiliki
hubungan negatif dengan ukuran perusahaan,
indikator yang digunakan adalah total aktiva. Ini
berarti semakin besar nilai asset perusahaan
maka akan lebih cepat (ADE).
Pengaruh audit delay (ADE) terhadap reaksi
investor.
Laporan keuangan adalah salah satu
sumber potensial yang lazim digunakan oleh
para investor sebagai dasar pengambilan
keputusan penanaman modal, adanya informasi
10
yang dipublikasikan akan merubah keyakinan
para investor, hal ini dapat dilihat dari reaksi
pasar, harga saham dan reaksi tingkat
keuntungan. Laporan keuangan dikatakan
mempunyai kandungan informasi apabila
dengan dipublikasikannya laporan keuangan
akan menyebabkab para investor bereaksi untuk
melakukan penjualan atau pembelian saham,
selanjutnya reaksi tersebut akan tercermin dalam
perubahan return saham diseputar tanggal
publikasi laporan keuangan. Reaksi investor
diproksikan dengan abnormal retur dan trading
volume activity. Investor merupakan pihak yang
berkepentingan terhadap laporan tahunan
sebagai salah satu sumber informasi dalam
melakukan keputusan investasi.
Pengaruh variabel-variabel terhadap audit delay
(ADE).
a. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan mempengaruhi lamanya
audit delay (ADE) karena kegiatan pengauditan
sangat bergantung pada ukuran perusahaan yang
diaudit Boyton dan Kell (2003) menyatakan
bahwa audit delay (ADE) akan semakin lama
apabila ukuran perusahan yang akan diaudit
semakin besar. Hal ini berkaitan dengan
banyaknya sampel yang harus diambil dan
semakin luasnya prosedur yang harus ditempuh.
Alasan lain adalah perusahaan berskala besar
juga memiliki sumber daya untuk membayar fee
yang relatif tinggi sehingga dapat menekan
auditor untuk memulai pekerjaannya lebih awal
dan menyelesaikan audit tepat waktu bila
dibandingkan perusahaan kecil (Ahmad dan
Kamarudin 2001)
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat
rumusan hipotesis alternatif sebagai berikut:
Ha1 = Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
audit delay (ADE).
b. Rugi atau Laba
Penelitian ADE (Bamber et al. 1993) dalam
Wermet et al (2000) telah menemukan bahwa
perusahaan yang mengalami kerugian
mempunyai pengalaman untuk menyelesaikan
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200810
audit lebih lama. Selanjutnya perusahaan yang
mengalami rugi bersih akan selalu
mengantisipasi kerugian dalam akhir tahun
fiskal dengan melakukan suatu penggabungan
isu-isu yang komplek dengan suatu kerugian dan
juga sumber untuk pendapatan yang tidak
tercatat dilakukan sebelum akhir tahun. Audit
delay (ADE) cenderung lebih panjang bagi
perusahaan yang menggunakan tahun buku 31
Desember memiliki hubungan yang lama
dengan KAP atau mengumumkan rugi usaha
(Naim 1998). Berdasarkan penelitian Kaplan
(1991) perusahaan yang melaporkan kerugian
mungkin akan meminta auditor untuk mengatur
waktu auditnya lebih lama dibandingkan
biasanya.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dibuat
rumusan hipotesis yang akan diajukan terhadap
laba atau rugi usahanya ini adalah: Ha2 = Rugi
laba berpengaruh terhadap audit delay (ADE).
c. Rasio utang
Rasio utang terhadap total aktiva diduga
memiliki hubungan yang positif dengan audit
delay . Tingginya rasio utang terhadap total
aktiva akan meningkatkan kemungkinan
bangkrutnya sebuah perusahaan dan akan
membuat auditor berpikir bahwa laporan
tersebut kurang dapat diandalkan dari pada
perusahaan yang memiliki rasio utang normal.
Pengauditan terhadap utang lebih
memakan waktu dan lebih rumit dari pada
pengauditan ekuitas ( Carslaw dan Kaplan,
1991), sedangkan Husain dan Taylor
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki
rasio utang yang tinggi ingin menyamarkan
tingkat resikonya dan mungkin akan menunda
pegauditan.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
dibuat rumusan hipotesis yang akan diajukan
terhadap rasio utang: Ha3 = rasio utang
berpengaruh terhadap audit delay(ADE).
d. Jenis Opini Auditor
Whittred (1980) menyelidiki dampak
laporan audit dengan opini wajar dengan
11
pengecualian terhadap ketepatan pelaporan
tahunan perusahaan di Australia. Auditor akan
mengeluarkan kualifikasi laporan audit jika
d a l a m m e n j a l a n k a n a u d i t n y a g a g a l
mengkonfirmasi kepatuhan klien terhadap
peraturan yang berlaku dan standar professional
yang relevan dan hasilnya kualifikasi audit dapat
mengakibatkan penundaan pelaporan karena dua
hal pertama, kualifikasi masih jarang di Australia
dan kualifikasi dianggap sebagai tanda akan
k i n e r j a m a n a j e m e n y a n g b u r u k .
Konsekuensinya, manajemen merasa enggan
untuk menerima kualifikasi audit dan auditor
juga enggan memberikannya .
Hasil penelitian Ahmad dan Kamarudin
(2003), serta Subekti dan Widiyanti (2003)
menemukan bukti bahwa jenis pendapat auditor
(unqualified opinion) berpengaruh positif
terhadap audit delay. Laporan keuangan yang
memperoleh opini wajar tanpa pengecualian
(unqualified) memiliki audit delay lebih pendek.
Indikasi kearah pemberian pendapat selain
unqualified opinion menyebabkan audit delay
lebih lama. Whittred (1980) dalam Naim (1999)
menyatakan bahwa auditor akan mengeluarkan
kualifikasi laporan audit jika dalam menjalankan
auditnya gagal mengkonfirmasikan kepatuhan
klien terhadap peraturan yang berlaku.
Kualifikasi ini bisa diberikan dalam beberapa
bentuk, yaitu pendapat dengan pengecualian,
pendapat penolakan, dan pernyataan tidak
mampu untuk memberi pendapat.
Berdasarkan bukti-bukti empiris dan
argumen yang telah disebutkan dapat dibuat
dugaan bahwa perusahaan yang menerima
pendapat non standart opinion yaitu perusahaan
yang menerima pendapat wajar dengan
pengecualian, pernyataan tidak memberi
pendapat, pernyataan tidak memberikan
pendapat dan pendapat tidak wajar akan
terlambat dalam mempublikasikan laporan
keuangannya.
Ha4 = Jenis opini auditor berpengaruh terhadap
audit delay (ADE).
12
e. Jenis perusahaan
Yang dimaksud jenis perusahaan adalah
mengelompokan perusahaan pada bidang
tertentu. Dalam penelitian ini kelompok industri
dibagi dua yaitu kelompok perusahaan
manufaktur ( yang mempunyai persediaan
barang dan kelompok perusahaan finansial yang
tidak mempunyai persediaan barang) sejalan
dengan penelitian Ashton et al (1987), Cartslaw
dan Kaplan (1991), Ahmad dan Kamarudin
(2001), dan penelitian Halim (2000), klasifikasi
penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu
perusahaan manufaktur dan finansial.
Penelitian-penelitian yang menguji pengaruh
jenis perusahaan terhadap audit delay
menemukan bukti bahwa audit delay pada
perusahaan manufaktur lebih panjang dibanding
perusahaan finansial. Alasan yang mendasar
adalah perusahaan-perusahaan manufaktur
memiliki saldo persediaan (inventory) yang
signifikan sehingga audit yang dilakukan
cenderung membutuhkan waktu lebih lama,
dilain pihak perusahaan-perusahaan finansial
memiliki aktiva yang kebanyakan berbentuk
moneter sehingga mudah diukur bila
dibandingkan dengan aktiva tidak berwujud
sehingga audit atas aktiva ini cukup sulit
dilakukan dan kesalahan material sering terjadi
Anthoni dan Govidarajani, 2000 :629 (dalam
Widiyanti, 2003).
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
dibuat rumusan hipotesis yang akan diajukan
terhadap Jenis perusahaan ini adalah:
Ha5 = Jenis perusahaan berpengaruh terhadap
audit delay (ADE).
Pengaruh audit delay (ADE) terhadap reaksi
investor
Abnormal return merupakan kelebihan dari
return yang sesungguhnya terjadi terhadap return
normal. Abnormal return berfungsi sebagai alat
pengukur reaksi pasar. Suatu pengumuman dinilai
mempunyai kandungan informasi jika memberikan
abnormal return kepada pasar, dan sebaliknya
pengumuman yang tidak memiliki kandungan
informasi tidak akan memberikan abnormal return
kepada pasar (Hartono, 2004: 410).
Audit delay dapat dipakai untuk menjelaskan
relevansi kegunaan informasi pada laporan
keuangan sehingga mempengaruhi pengambilan
keputusan diidasarkan pada informasi yang
dipublikasikan. Perusahaan yang menerbitkan
informasi lebih awal secara umum lebih
menguntungkan dari pada perusahaan yang
menerbitkan laporan keuangan terlambat.
Salah satu informasi yang dianggap relevan
oleh para investor adalah ketepatan laporan
keuangan perusahaan. Laporan keuangan adalah
salah satu informasi publik yang dapat digunakan
untuk merevisi dan mendeteksi harga sekuritas
seperti saham, obligasi dan sekuritas lainnya jika
pelaku pasar modal menggunakan laporan
keuangan sebagai informasi yang relevan dalam
pengambilan keputusan investasi, seharusnya
laporan keuangan yang diumumkan pada publik
mampu mempengaruhi harga sekuritas. Dengan
kata lain pasar bereaksi terhadap pengumuman
laporan keuangan.
Pengujian terhadap reaksi pasar melalui
indikator harga dan volume perdagangan saham
lebih dikaitkan dengan pengujian terhadap
hipotesis efisiensi pasar yang efisien akan
tercermin dari cepatnya investor bereaksi terhadap
masuknya informasi baru, yang mana bila pelaku
pasar modal menganggap informasi tersebut
sebagai informasi yang baik (god news), maka akan
ada reaksi investor yang tercermin melalui
peningkatan harga saham maupun volume
perdagangan saham (Hartono, 2003; 374).
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis
selanjutnya dalam penelitian ini adalah:
Ha6 = Audit delay (ADE) berpengaruh terhadap
reaksi investor
METODE PENELITIAN
Populasi Penelitian.
Populasi penelitian adalah perusahaan-
perusahaan manufaktur di Indonesia yang listed di
BEI pada tahun 2006, Penelitian memanfaatkan
data sekunder dalam bentuk laporan keuangan yang
diterbitkan oleh perusahaan publik dan catatan
lainnya, sampel dipilih dengan menggunakan
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200812
No Kriteria Jumlah perusahaan
1
2
3
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ
per 31 Desember 2006
Perusahaan manufaktur dan financial
Perusahaan manufaktur dan financial yang
tidak memenuhi kriteria
342
170
111
Jumlah akhir sampel 59
Tabel 4.1 kriteria pemilihan objek penelitian:
4.2. Objek Penelitian
Objek penelitian menurut Hartono (2004: 61)
merupakan suatu entitas yang akan diteliti. Penentuan
objek penelitian disesuaikan dengan tema penelitian.
Oleh karena itu, daftar perusahaan dalam penelitian
ini telah diseleksi sedemikian rupa sehingga layak
dijadikan objek penelitian.
13
Berdasarkan seleksi yang telah dilakukan,
diperoleh 59 perusahaan sebagai objek penelitian
dengan kriteria sebagai berikut:
1. Obyek penelitian merupakan perusahaan yang
terdaftar di BEI per 31 Desember 2006.
Perusahaan yang terdaftar di BEI adalah
perusahaan publik yang wajib untuk melaporkan
Laporan Keuangan Auditan.
2. Obyek penelitian harus merupakan perusahaan
yang termuat dalam daftar direktori laporan
tahunan per 31 Desember 2006.
3. Obyek penelitian merupakan perusahaan sampel
dalam perusahaan bidang manufaktur dan
finansial. Perusahaan sampel memiliki total
asset di atas Rp500 milyard.
Metode Pengumpulan Data dan Sumber Datanya
Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah strategi arsip, yaitu data
dikumpulkan dari catatan basis data yang sudah ada
(Hartono, 2004: 81). Sumber data dalam penelitian ini
adalah sumber data sekunder. Data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh orang lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan historis yang telah
disusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
(Indriantoro dan Supomo,2002:147).
Waktu amatan penelitian ditentukan pada tahun 2006
dengan alasan bahwa tahun 2006 merupakan peneliti
bisa mendapatkan data terbaru berupa laporan
tahunan. Penelitian ini dilakukan tahun 2006, sedang
data base BEI terakhir dimutakhirkan tahun 2007
yang berisi laporan tahunan dan laporan keuangan
tahun 2006. Pengamatan terhadap reaksi investor
menggunakan periode 11 hari, yaitu hari-5 sampai
dengan hari +5 tanggal publikasi laporan tahunan.
Penentuan waktu amatan tersebut merujuk pada
penelitian Dwi (2004).
Metode Statistik Yang digunakan
Sebagaimana telah dijelaskan dalam
rerangka konsep penelitian bahwa tema penelitian ini
membahas tentang audit delay yang menyangkut
faktor internal dan eksternal perusahaan kedua aspek
metode purposive sampling didasari pertimbangan
agar sampel data yang dipilih memenuhi kriteria
untuk diuji (Indriantoro dan Supomo, 2002: 131).
Perusahaan sampel diseleksi dengan kiriteria sebagai
berikut:
1. Mempublikasikan laporan keuangan auditan
periode 2006. Publikasi laporan keuangan
auditan 2006 didasarkan pada ketentuan
BAPEPAM bahwa setiap emiten atau
perusahaan publik wajib menyampaiakan
laporan keuangan yang disertai dengan
laporan akuntan (laporan auditor independen)
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan
per 31 Desember. Ketentuan ini diambil
karena sebagaian besar perusahaan di
Indonesia memakai 31 Desember sebagai
tanggal penutupan laporan keuangan.
3. Perusahaan sampel adalah perusahaan
manufaktur dan financial. Kelompok
perusahaan financial adalah terdiri atas
perusahaan yang bergerak dalam bidang
perbankan. Pengelompokan ini didasarkan
pada penelitian sebelumnya (Ashton,
et.al.,1987, Carslaw dan Kaplan, 1991).
Penelitian mereka tidak memasukan bidang
real estate dan property dalam sampel
penelitian. Perusahaan real estate dan
property ini memiliki karakteristik operasi
dalam dua bidang usaha sekaligus, yaitu
memproduksi barang dan penyedia jasa
14
4.7.7 Reaksi Investor (RI)
Reaksi investor diukur dengan menggunakan
indikator abnormal Return dan perdagangan saham
1. Abnormal Return (AR)
Abnormal Return adalah selisih antara return
sesungguhnya (actual return) dengan expected
return. Abnormal return digunakan untuk melihat
harga saham pada event window untuk tiap-tiap
hari sekitar tanggal peristiwa. Abnormal return
Gambar 4.1 Model Penelitian
ADE
RIDEB
T
UO/NUO
M/F
AR
TVA
R/L
Rut
OP
JP
R/L
TA
UP
tersebut, yaitu pengaruh variabel-variabel
determinan terhadap audit delay (ADE) dan pengaruh
audit delay (ADE) terhadap reaksi investor.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, yaitu
tema penelitian dan nilai data maka metode statistik
yang digunakan adalah menggunakan salah satu
software untuk menyelesaikan persamaan struktural
selain Amos dan Lisrel yaitu software Partial Least
Squart (PLS). PLS selain dapat digunakan sebagai
konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk
membangun hubungan yang belum ada landasan
teorinya atau untuk pengujian proposisi.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel.
Penelitian ini menggunakan 7 variabel dan
tiap-tiap variabel diukur dengan menggunakan
indikator tertentu. Berikut ini tabel 4.2 yang berisi
ringkasan variabel penelitian beserta indikatornya:
4
Jenis Opini
Jenis Opini ( UO/NUO)
1=unqualified opinion
0=selain unqualified opinion
5
Jenis perusahaan
Jenis perusahaan (M/F)
1= manufaktur
0= financial
6 Audit Delay Jumlah hari antara akhir tahun fiskal (31
Desember) sampai diterbitkannya tanggal
laporan audit perusahaan
7 Reaksi Investor a. abnormal Return (AR)
b. Trading Volume Activ ity (TVA)
Tabel 4.2 Variabel dan indikator Penelitian
No
Variabel
Indikator
1
Ukuran perusahaan
Log
TA
2
Rugi/laba
(R/L)
1= laba
0= rugi
3 Rasio utang DEBT
Total utang/total assetX100%
dihitung dengan persamaan: (Hartono,2000:416)
ARit = Rit-E [Rit]
Keterangan :
Arit = abnormal return saham ke-i pada
periode hari ke-t
R = Return sesungguhnya yang terjadi it
untuk saham ke-i pada hari ke-t
E [Rit] = Return yang diharapkan saham ke-i
untuk hari ke-t
2. Volume perdagangan (TVA)
Aktivitas volume perdagangan digunakan
untuk melihat apakah investor individual menilai
informasi untuk membuat keputusan perdagangan
yang normal. Perubahan Volume perdagangan
saham diukur berdasarkan volume perdagangan
saham harian diperdagangkan sampai batas akhir
pada satu hari tertentu dan pengukuran ini
digunakan dengan didasarkan pada suply-demand
analysis dengan menggunakan Trading Volume
Activity (TVA) dengan rumus sebagai berikut:
Menghitung aktivitas volume perdagangan (TVA)
saham.
TVA = Ó saham i yangdiperdagangkan i,t
Ó saham i beredar pada hari t
Model Empiris
Terdapat 6 hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini. Keenam hipotesis tersebut melibatkan 7
variabel dan 8 indikator. Bentuk model indikator
dalam penelitian ini adalah refleksif. Menurut Gozali
(2006.7) model refleksif mengasumsikan bahwa
konstruk atau variabel laten mempengaruhi indikator
(arah hubungan kausalitas dari kontruk keindikator
atau manifest). Bentuk model hubungan antar
variabel dan indikator dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200814
16
Tabel 5.3 Jenis Perusahaan
frequency Percent Valid Percent Cumulatif
Percent
Valid financial
Manufaktur
Total
23
36
59
39,0
61,0
100,0
39,0
61,0
100,
39,0
100,0
Sumber : Data diolah
Audit Delay (ADE) atau dalam penelitian
sebagai audit reporting lag (ARL) dapat diartikan
sebagai selisih waktu antara berakhirnya tahun fiskal
sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit.
Hasil penelitian deskriptif menunjukkan bahwa rata-
rata audit delay dalam penelitiian ini adalah 76,70
hari, sedangkan yang paling rendah adalah 29 hari dan
paling lama adalah 107 hari dengan standar
deviasi16.87
Reaksi Investor merupakan Variabel yang
keenam digunakan dalam penenelitian ini, reaksi
investor diukur dengan menggunakan dua indikator,
Model empiris yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
ADE = á0+á1UP+á2R/L+á3RuT + á4OP +á5JP+å1
RI = Y0+ Y1ADE+ å2
Keterangan
ADE = Audit delay
UP = Ukuran perusahaan
R/L = Rugi/laba
RUT = Rasio utang
OP = Opini auditor
JP = Jenis perusahaan
RI = Reaksi investor
á0 = Intercept
á1...... á5 = Koefisien regresi
å = error
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Data
Sampel dalam penelitian ini adalah 59
perusahaan yang terdiri dari perusahaan
Manufaktur dan Financial.
Deskripsi data dapat dijelaskan sebagai berikut: Nilai total asset minimum adalah 26,956 dan nilai total asset maksimum adalah 33.220 dengan standar deviasi sebesar 1.710. Dari sampel 59 perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini, mayoritas perusahaan yang diteliti tergolong laba, yaitu sebanyak 54 perusahaan atau 91.5 %. Sedangkan 5 perusahaan yang diteliti tergolong rugi dengan prosentase 8.5%. Berikut adalah tabel yang menunjukkan deskripsi data indikator
R/L.
frequency
Percent
Valid Percent Cumulatif
Percent
Valid
rugi
Laba
total
5
54
59
8,5
91.5
100
8,5
91,5
100
8,5
100,0
Tabel 5.1 Rugi/ Laba
Sumber : Data diolah
Rasio utang merupakan variabel ketiga dalam
penelitian ini diduga memiliki hubungan yang positif
dengan ADE. Variabel ini diukur dengan
menggunakan rumus yaitu :
DEBT =:∑total utang X 100%
∑total asset
DEBT minimum adalah .110 dan nilai DEBT
maksimum adalah .1980 dengan standar deviasi
sebesar .352 dan mean .656
Jenis Opini Auditor merupakan variabel
keempat yang diteliti, perusahaan yang diberikan
opini selain unqualified, yaitu sebanyak 3 perusahaan
atau 5,1 % Sedangkan perusahaan yang dan diberikan
opini unqualified sebanyak 56 dengan prosentase
94,9%. Variabel ini merupakan variabel dummy, yaitu
1 untuk perusahaan yang diberikan opini unqualified
dan 0 untuk perusahaan yang diberikan opini selain
unqualified. Berikut adalah tabel yang menunjukkan
deskripsi data.
Jenis perusahan merupakan variabel ke lima
yang diteliti, yang tergolong manufaktur, yaitu
sebanyak 36 perusahaan atau 61% Sedangkan
perusahaan yang tergolong financial sebanyak 23
perusahaan dengan prosentase 39 %. Variabel ini
merupakan variabel dummy, yaitu 1 untuk perusahaan
manufaktur dan 0 untuk perusahaan financial. Berikut
adalah tabel yang menunjukkan deskripsi data
indikator M/F
yaitu Abnormal return (AR) dan Trading Volume
Activity (TVA). Berikut penjelasan deskripsi tiap-tiap
indikator tersebut: Dari 59 perusahaan yang diteliti,
nilai AR terendah adalah -177 dan nilai tertinggi
adalah 0,91 Rata-rata nilai AR dari 59 perusahaan
yang diteliti adalah 0,03 dengan standart deviasi
sebesar .041 Trading Volume activity (TVA) Dari 59
perusahaan yang diteliti nilai TVA terendah adalah
.000 nilai dan nilai tertinggi adalah .147 dengan
standart deviasi sebesar .029 dan rata-rata (mean)
sebesar 0.15.
Hasil Uji Hipotesis
Pengujian outer model (measurement)
Terdapat tiga kriteria yang digunakan dalam
penilaian outer model yaitu convergent validity,
discriminant validity, dan composite realibilitty,
Berikut penjelasan untuk tiap-tiap penilaian tersebut:
a. Convergent validity
Convergent validity dari model pengukuran
dengan indicator refleksi dinilai berdasarkan
korelasi antar item score/component score dengan
construct score yang dihitung dengan PLS.
Ukuran refleksi individual dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0,50 dengan konstruk yang
ingin diukur pada penelitian ini menunjukkan
bahwa seluruh nilai loading factor tiap-tiap
indicator adalah lebih dari 0.5 sehinggga hasil
tersebut telah memenuhi convergent validity.
b. Discriminant validity.
Langkah selanjutnya adalah menilai discriminant
validity indicator refleksi. Discriminant validity
dari model pengukuran dengan refleksi indicator
dinilai berdasarkan cross loading pengukuran
lebih besar dari pada konstruk. Jika imperelasi
konstruk dengan item pengukuran lebih besar
daripada ukuran konstruk lainnya, hal tersebut
menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi
ukuran pada blok mereka lebih baik dari pada
penilaian cross loading tersebut. Pada penelitian
ini menunjukan bahwa seluruh nilai loading
factor tiap-tiap indicator adalah lebih dari 0.5
sehinggga hasil tersebut telah memenuhi
Discriminant validity
18
c. Composite realibilty
Langkah selanjutnya adalah uji composite
reliability dari blok indicator yang mengukur
konstruk. Hasil composite realibility menunjukan
nilai yang memuaskan yaitu tiap-tiap kontruk,
menunjukkan bahwa model yang dibentuk adalah
baik karena nilai composite realibility lebih besar
dari 0,7
Pengujian Inner model atau model structural
Model s t ruc tura l d ieva luas i dengan
menggunakan R-square test untuk predictive
relevance, dan uji t serta signifikansi dari koefisien
parameter jalur structural.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai R-
Square konstruk RI 0.209 dan ADE 0.262 lebih besar
dari cut-off value PLS sebesar 0.2 sehingga bisa
dikatakan model layak untuk diestimasi.
Berikut tabel yang menunjukan hasil uji hipotesis
Kriteria HasilNilai
Kritis
Evaluasi
Model
Outer Model
AR 0.676Convergent Validity
TVA
0.973?0,5 Baik
UP
1.000
LR
1.000
DEBT
1.000
OP
1.000
JP
1.000
ADE
1.000
RI
1.000
AR 0.676
Discriminant validity
(Average Variance Extracted
(AVE) setiap konstruk lebih
besar daripada nilai korelasi
antara konstruk)
TVA 0.973
?0,5 Baik
UP
1.000
LR
1.000
DEBT
1.000
OP 1.000
JP 1.000
ADE 1.000
Composite Reliability (rc)
RI 0.715
?0,7 Baik
Inner Model
RI 0.209R-Square
ADE 0.262?0,2 Baik
Tabel 5.4 Evaluasi Kriteria Indeks Kesesuaian Model Struktural
Sumber: Hasil olahan data primer (2008)
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200816
Sumber: Hasil olahan data primer (2008)
Tabel 5.5. Hasil Pengujian Hipotesis
H
Pengaruh
Koef
PathT hitung Simpulan
Ha1
ukuran perusahaan (UP)
à
Audit Delay (ADE) 0.333 1.788 Dierima
Ha2
rugi laba (R/L)
à
Audit Delay (ADE) -0.057 0.486 Ditolak
Ha3
rasio utang (DEBT)
à
Audit Delay (ADE) 0.049 0.428 Ditolak
Ha4 jenis opini auditor (OP) àAudit Delay (ADE) -0.289 2.194 Diterima
Ha5 Jenis perusahaan (JP) àAudit Delay (ADE) 0.416 2.191 Diterima
Ha6 Audit Delay (ADE) àReaksi Investor (RI) -0.330 2.074 Diterima
* signifikan pada level 5%, nilai t Tabel pada level 5%= 2.001
** signifikan pada level 10%, nilai t Tabel pada level 10%= 1.671
19
Gambar 5.1 Hasil Pengujian Model Struktural
Sumber: Hasil olahan data primer (2008)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat
bahwa terdapat empat jalur yang memiliki nilai t
statistik lebih dari 1,67, yaitu pengaruh ukuran
perusahaan terhadap ADE, pengaruh jenis opini
auditor terhadap ADE, pengaruh jenis perusahaan
rehadap ADE, dan pengaruh ADE terhadap reaksi
investor. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keempat jalur tersebut signifikan pada pada 0,05 serta
serta memiliki koefisien parameter masing-masing
0.333, -0.289, 0.416, dan -0.330 sedangkan kedua
jalur yang lain memperoleh nilai t statistik kurang
dari 1,67.
Hipotesis yang diterima adalah:
a. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap ADE
b. Jenis opini auditor berpengaruh terhadap ADE
c. Jenis Perusahaan berpengaruh terhadap ADE
d. Audit Delay (ADE) berpengaruh terhadap reaksi
investor
Hipotesis yang ditolak adalah:
a. Rugi laba (R/L) berpengaruh terhadap ADE
b. Rasio utang (DEBT berpengaruh terhadap ADE
Berdasarkan Tabel 5.5, maka persamaan
strukturalnya sebagai berikut:
ADE = 0.333UP – 0.057LR + 0.049 DEBT –
0.289OP + 0.416JP
RI = - 0.330ADE
Keterangan:
UP = ukuran perusahaan, RL = rugi laba, DEBT =
rasio utang, OP=jenis opini auditor, JP=Jenis
perusahaan, ADE = Audit Delay, RI = Reaksi
Investor, AR = Abnormal Return, dan TVA=Trading
Volume Activities.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil analisis yang telah dilakukan terhadap uji
pengaruh antar konstruk tersebut seperti diuraikan
memperhatikan diagram jalur hasil analisis PLS pada
tahap akhir maka untuk mempermudah melihat secara
sederhana, dapat digambarkan hubungan antar
konstruk tersebut. Berikut ini Gambar model yang
menunjukkan hasil pengujian model Struktural:
Pembahasan.
Berdasarkan analisis data, dari 6 hipotesis yang
diajukan 4 hipotesis yang diterima dan 2 hipotesis
yang ditolak. Berikut ini ringkasan hasil pengujian
hipotesis yang telah dilakukan:
Simpulan
1. Variabel-variabel yang terbukti berpengaruh
terhadap ADE adalah ukuran perusahaan,
jenis opini auditor, jenis perusahaan,
sedangkan dua variabel lainnya tidak terbukti
berpengaruh terhadap ADE, yaitu variabel
rugi laba dan variabel rasio utang.
2. Terdapat reaksi investor atas audit delay
melalui pengujian abnormal return dan
volume perdagangan saham
Implikasi Penelitian
Penelitian ini telah memberikan temuan
positif bagi berbagai pihak yang berkepentingan
yaitu:
1. Investor
Investor merespon dengan baik informasi-
informasi yang disajikan oleh perusahaan dalam
laporan tahunan terutama laporan keuangan. Semakin
lambat l aporan keuangan yang te raud i t
dipublikasikan maka ternyata memberikan pengaruh
positif terhadap abnormal return dan volume
21
perdagangan saham yang ditunjukkan dengan
terjadinya perubahan jumlah perdagangan saham dan
abnormal return pada seputar publikasi laporan
tahunan . Hal ini berarti kelambatan dalam publikasi
laporan keuangan yang teraudit memberikan signal
yang buruk bagi investor dalam menilai kinerja
perusahaan sehingga bisa mempengaruhi keputusan
investasi. Simpulan ini juga dapat mengindikasikan
semakin lama penyelesaian audit semakin buruk
investor menilai kinerja perusahaan.
2. Perusahaan
Sebaiknya perusahaan memperhatikan
penyebab faktor-faktor yang bisa mempengaruhi
kelambatan laporan keuangan, karena kelambatan
laporan keuangan yang teraudit dipublikasi bisa
berdampak terhadap keputusan investasi.
Saran
1. Sebaiknya pihak direksi yang bertanggung
jawab atas laporan keuangan memperhatikan
sungguh-sungguh mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi audit delay, dengan cara
merencanakan pekerjan audit dengan sebaik-
baiknya agar audit delay dapat ditekan
seminimal mungkin.
2. Jangka waktu penerbitan yang diberikan
Bapepam yaitu selama sembilan puluh hari,
sebaiknya diperpendek agar lebih relevan
mengingat penerbitan laporan keuangan diluar
negeri lebih pendek dari Indonesia.
3. Kepada pihak perusahaan sebaiknya dalam
penunjukkan penugasan audit dilakukan jauh
hari sebelum tahun buku berakhir dan memberi
keleluasan kepada pihak auditor agar pihal
auditor dapat merencanakan waktu sebaik
mungkin sehingga laporan keuangan auditan
dapat diterbitkan secepat mungkin yang berarti
memperpendek audit delay.
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200818
REFERENSI
Ahmad, R.A.R ; Kamarudin (2001) Audit Delay and
The Timeliness of Corporate Reporting :
M a l a y s i a n e v i d e n c e h t t p :
/ /www.Hibucbusiness .org/b i 2003
proceeding/ Khairul 20 Kamarudin202.pdf
Arens, AA ; JK Loebbeck, (1996) Auditing, Abadi, Y.
(adaptasi) Pendekatan terpadu Edisi
Indonesia Jakarta Salemba
Arixs, (2008) Skripsi Teori Akuntansi dan Manajemen
Keuangan ht tp: /ar i sx thecooles t .
blogspot.com/ 2008/03
Ashton, R.H; P.R. Willingham; R.K. Elliott (1987),
An Empirical Analysis of Audit Delay
.Journal of Accounting Research .(Autumn)
275-292
Belkaoui, A (2006) Accounting Theori. Fifth edition.
T h o m s o n L e a r n i n g S i n g a p o r e .
Diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto:
Teori Akuntansi Buku satu, Edisi Kelima.
Salemba Empat , Jakarta.
Boyton WC ; SH Kell (2003) Modern Auditing Edisi
(Ketujuh).Jakarta Erlangga
Carslaw, C.A.P.N ; S.E. Kaplan (1991) An Empirical
Analyisis Of Audit Delay .Further evidence
from New Zealand. Accounting and
Busness research, (Winter), 21 -32
Davies B ; Whittred G.P, (1980) : The Association
Between Selected Corporate Atribute and
Timelines Incoporate Reporting: Further
Analysis, Abacus, p.48-60
Dwi ,S (2004).Dampak Publikasi Laporan Keuangan
Terhadap Perilaku Return Saham Di Bursa
Efek Jakarta http:/Dwi thecoolest.
blogspot.com/ 2008/03
Dyer, J.D.; A. J. MCHugh (1975).The Timeliness of
The Australian Report ,Journal of
Accounting Research (Autums),p.204-219.
22
Givoly, D ; Palmon. (1982) Timeliness of Annual
Earnings Announcement : some Empirical
Evidence, The accounting Review (July),p
486-508
Ghozali I, 2001 Aplikasi Analisis Multivariate
Dengan Program SPSS, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Halim, Varianada (2000). Faktor-faktor yang
mempengaruhi Audit Delay , Jurnal Bisnis
dan Akuntansi .No.1, p.63-75
Hossain, M.A. ; P.J. Taylor (1998) An Examination
Of Audit Delay:Evidence From Pakistan .
http //www3.bus.osaka-cu.ac.jp /apira 98 /
archives / pdf.
Hartono, J (2000 ) Teori portopolio dan analisis
investasi, Edisi 3. BPFE UGM, Jogjakarta
Hakanson, D.M,1977, Timeslines in Corporate
reporting: Some further comment,
accounting and Bissiness Research, Winter,
p34-36
Ikatan Akuntansi Indonesia, (2000). Standar
Akuntansi Keuangan Jakarta : PT Salemba
Empat.
Indriantono, N. ; Bambang, S. (2002) Metodologi
Penelitian Bisnis : Untuk akuntansi Dan
Manajemen, Jogjakarta :BPFE Fakultas
Ekonomi UGM
Jakarta Stock Exchange (JSX) fack Book 2005-20,
www.jsx.co.id pokok BEI Universitas
Brawijaya Malang .
Jusup, A (2001) Auditing (Pengauditan) Buku I.
Yogjakarta STIE YKPN.
Knechel ,W.R. ; Payne, J.L.(2001), Research Notes
additional Evidence on Audit Report
Lag.Auditing A Journal of Practise &
Theory.20(1):137-146
Na'im, A .1999. Nilai Informasi Ketepatan Waktu
Penyampaian Laporan keuangan: Analisis
Empirik Regulasi Informasi di Indonesia
,jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, No.
2,p.85-100
N u n i n g . T ( 2 0 0 5 ) ; ” F a k t o r - f a k t o r y a n g
mempengaruhi audit delay : Studi Empiris
pada Peusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Jakarta, Skripsi S1, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Dewantara , Jombang
Novieta, (2008) Kenapa Ada Audit Penjelasan Dari
Sisi Permintaan. http/File /local host/F)
Santoso, S (2003) Mengatasi bebagai masalah
Statistik dengan SPSS versi 12.0. Jakarta :
Elex Media Kompitindo
Sovie, Riskia Meita. (2005) Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi Audit Delay:
Suad Husnan (1998) Dasar-dasar Teori Portofolio
d a n A n a l i s S e k u r i t a s . C e t a k a n
pertama,UPP AMP YKPN.
Sudrajad, MSW. (1998) Ekonometrika Pemula.
Cetakan kedua .Bandung CV Amico.
Subekti, I. ; Widiyanti N.W. (2003). Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay
Di Indonesia, Prosiding Simposium
Nasional Akuntansi VII.p.1004-1015
Wermet, J.G, Dodd, J.L.; Doucet, T.A.(2000). An
Empirical Examinatuin of Audit Report
Lag Using Client And Audit Firm Cycle
Times, Working paper
23
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200820
Indonesia saat ini sedang giat-giatnya
melakukan pembangunan di segala bidang, banyak
aktivitas yang dilakukan di bidang politik, ekonomi,
sosial dan budaya yang semuanya menunjang
berhasilnya pembangunan. Sejalan dengan ini maka
makin meningkat pula kebutuhan akan sarana dan
prasarana sebagai tempat aktivitas tersebut.
Pen ingka tan t a r a f keh idupan dan
kesejahteraan merupakan indikator keberhasilan
pembangunan. Ketersediaan sarana dan prasarana
fisik yang memadai akan semakin mempermudah
pencapaiannya. Pembangunan prasarana transportasi
harus dilaksanakan guna memenuhi tuntutan
peningkatan taraf ekonomi dan kecerdasan
masyarakat. Semua itu akan tercapai jika perencanaan
yang matang digunakan. Perencanaan teknis yang
benar dan akurat yang diimbangi dengan pengawasan
pelaksanaan pembangunan akan menjadikan umur
konstruksi lebih lama atau sesuai dengan rencana
berdasarkan kaidah teknis perencanaan.
Untuk memenuhi sarana dan prasarana di
suatu desa yang beberapa tahun ini sangatlah kurang
terutama jalan lingkungan, dalam konteks
pembangunan ekonomi perlu ditingkatkan jalan
tersebut sehingga kelancaran komunikasi dan arus
Abstract
The politic situation in Indonesia force the government to care the and responsive to its citizen, hear what they
need and try to make it become true and those can be read as good chance for the property's company, one of
them is CV.Sinduraya technique consultant. From the research known that finishing percentage contract is
compatible for long-term project and for one finishing contract is compatible for short-term project.
PENERAPAN METODE KONTRAK SELESAI
PADA PERUSAHAAN JASA KONSULTAN TEKNIK
(STUDI PADA KONSULTAN CV. SINDURAYA)
distribusi dapat berjalan dengan baik dengan
demikian kegiatan masyarakat dapat terpenuhi.
Perusahaan konsultan adalah perusahaan-
perusahaan yang ikut berperan dalam pembangunan
sarana dan prasarana tersebut. Dan dalam kaitannya
dengan pembangunan dan perkembangan ekonomi
mempunyai peran sangat besar dalam tersedianya
sarana dan prasarana pembangunan seperti pada
sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor
pertambangan, dan sektor-sektor lainnya.
Seperti badan usaha lainnya, perusahaan
konsultan teknik juga harus melaporkan keberhasilan
manajemennya dalam bentuk laporan keuangan pada
setiap periode akuntansi. Dalam hal ini perusahaan
akan menghitung laba rugi operasional dan akan
dibandingkan antara pendapatannya dan biaya-biaya
yang terjadi dan telah dikeluarkan selama periode
tersebut.
Perusahaan memerlukan metode pengakuan
pendapatan yang tepat supaya laporan keuangan akan
mencerminkan hasil usaha yang layak dan wajar
dalam periode berjalan. Laporan keuangan yang
disajikan juga harus sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku agar tidak menyesatkan para
pemakai laporan tersebut dalam proses pengambilan
keputusan.
Mey Juliana
24
Proyek-proyek yang dikerjakan oleh
konsultan teknik yang bersangkutan merupakan
proyek-proyek dari pemerintah Kabupaten Jombang.
Proyek dari Pemerintah harus selesai dikerjakan pada
akhir tahun, karena setiap melakukan tutup buku juga
harus menutup anggaran pemerintah. Oleh karena itu
untuk perusahaan konsultan ini menggunakan metode
kontrak selesai.
TINJAUAN TEORI
Pengertian Perusahaan Jasa Konsultansi
Konstruksi
Jasa konstruksi merupakan salah satu
kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya
yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian
berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya
pembangunan nasional. Berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku belum
berorientasi baik kepada kepentingan pengembangan
jasa konstruksi sesuai dengan karakteristiknya yang
mengakibatkan kurang berkembangnya iklim usaha
yang mendukung peningkatan daya saing secara
optimal, maupun bagi kepentingan masyarakat.
Dengan dasar pertimbangan tersebut, akhirnya
Pemerintah menetapkan Undang-undang yang
mengatur tentang jasa konstruksi yaitu UU No. 18
Tahun 1999.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia
No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, yang
dimaksud dengan jasa konstruksi adalah layanan jasa
konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan
layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan
konstruksi. Bidang usaha jasa konstruksi tersebut
mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal dan atau tata lingkungan, masing-masing
beserta kelengkapannya.
a. Perencana Konstruksi
Adalah penyedia jasa orang perseorangan atau
badan usaha yang dinyatakan ahli yang
profesional dibidang perencanaan jasa konstruksi
yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam
bentuk dokumen perencanaan bangunan atau
bentuk fisik lain.
b. Pelaksana Konstruksi
Adanya penyedia jasa orang perseorangan atau
badan usaha yang dinyatakan ahli yang
profesional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi
yang mampu menyelenggarakan kegiatannya
untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan
menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain.
c. Pengawas Konstruksi
Adalah penyedia jasa orang perseorangan atau
badan usaha yang dinyatakan ahli yang
profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi
yang mampu mewujudkan pekerjaan pengawasan
terhadap hasil perencanaan menjadi bentuk
bangunan atau bentuk fisik lain.
Metode Pengakuan Pendapatan
Dasar-dasar pengakuan pendapatan yang
dijelaskan pada bagian-bagian terdahulu, yang
relevan dengan pengakuan pendapatan untuk
perusahaan konsultansi adalah pengakuan pendapatan
selama berlangsungnya produksi.
Para ahli akuntansi telah menciptakan dua
metode pengakuan pendapatan yang digunakan pada
perusahaan konsultan. Metode tersebut disusun oleh
The AICPA Issuance pada tahun 1955, disitu
disebutkan bahwa dua metode yang umumnya
digunakan adalah :
1. The Percentage of Completion Method atau
Metode Persentase Penyelesaian.
M e n u r u t m e t o d e p e r s e n t a s e
penyelesaian, perusahaan akan mengakui
pendapatan dan beban sesuai dengan tingkat
kemajuan penyelesaian kontrak dan tidak
menunggu sampai kontrak selesai. Jumlah
pendapatan yang diakui didasarkan pada ukuran
tertentu dan kemajuan penyelesaian kontrak.
Pengukuran ini memerlukan suatu taksiran
mengenai biaya-biaya yang masih harus
dikeluarkan. Biaya-biaya yang sebenarnya
dikeluarkan dan laba yang akan diakui selama
periode pembangunan dibebankan pada
persediaan, yaitu bangunan dalam pelaksanaan.
Jika suatu perusahaan memproyeksikan suatu
kerugian atas kontrak sebelum penyelesaian,
jumlah seluruh kerugian harus segera diakui.
25
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200822
Inti dari metode ini adalah bahwa
pendapatan diakui secara proporsional dengan
kemajuan dari pekerjaan di bawah perjanjian
suatu kontrak. Yang menjadi titik perhatian dari
metode persentase penyelesaian adalah
bagaimana mengukur tingkat atau persentase
penyelesaian yang mendekati kenyataannya.
2. The Completed Contract Method atau Metode
Kontrak Selesai
Menurut metode kontrak selesai,
pendapatan baru diakui setelah suatu kontrak
selesai dikerjakan. Maksudnya disini bahwa
pendapatan baru diakui hanya jika penjualan
barang atau jasa telah selesai. Dengan demikian
jika dalam suatu periode akuntansi tidak ada
satupun kontrak yang diselesaikan maka tidak ada
pencatatan atas rugi laba kontrak.
Metode kontrak selesai sebaiknya
digunakan apabila suatu perusahaan terutama
mempunyai kontrak-kontrak jangka pendek,
apabila kondisi-kondisi untuk menggunakan
akuntansi persentase penyelesaian tidak dipenuhi,
atau apabila ada ketidakpastian yang melekat
dalam kontrak diluar resiko-resiko usaha yang
normal.
Kebaikan dari metode kontrak selesai
adalah laporan pendapatan didasarkan pada hasil
akhir, bukan merupakan taksiran pekerjaan yang
belum pasti, serta tidak dikenal adanya unsur
biaya tidak terduga juga tidak adanya
kemungkinan kerugian yang tidak dapat
diperhitungkan pada saat penetapan laba.
Sedangkan kelemahannya yaitu bahwa
metode itu tidak mencerminkan prestasi kerja
masa berjalan bila periode kontrak lebih dari satu
periode akuntansi, artinya bahwa pendapatan
belum akan dilaporkan sampai tingkat pekerjaan
terselesaikan, meskipun pekerjaan yang
dilakukan ada pada beberapa periode akuntansi.
Dari kedua macam metode pengakuan
p e n d a p a t a n t e r s e b u t , p e m b a h a s a n a k a n
dititikberatkan pada metode kontrak selesai dengan
anggapan bahwa bentuk tersebut lebih relevan dengan
permasalahan yang akan dibahas, yaitu pengakuan
pendapatan pada proyek yang memakan waktu tidak
lebih dari satu periode akuntansi.
KERANGKA KONSEPTUAL
Setiap perusahaan mempunyai metode dalam
pengakuan pendapatan untuk menentukan laba atau
rugi perusahaan. Metode yang diterapkan oleh
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain
berbeda-beda. Semuanya tergantung dari kebijakan
yang diambil oleh manajemen perusahaan dan juga
disesuaikan dengan kondisi perusahaan masing-
masing.
Dalam sebuah perusahaan jasa konsultansi
konstruksi, pengakuan pendapatannya dilakukan
setelah kontrak selesai dikerjakan. Hal tersebut
dikarenakan metode tersebut sesuai dengan kondisi
perusahaan yang pekerjaannya tidak lebih dari satu
periode akuntansi. Pekerjaan jasa konsultansi
konstruksi meliputi pekerjaan perencanaan dan
pengawasan. Setelah pekerjaan perencanaan selesai
dilakukan, perusahaan bisa meminta pembayarannya
dengan dasar berita acara penyelesaian pekerjaan
yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
Berita acara tersebut menjelaskan bahwa pekerjaan
perencanaan yang dilakukan oleh konsultan yang
bersangkutan telah mencapai 100 % atau pekerjaan
tersebut telah selesai dikerjakan. Dengan berita acara
tersebut, perusahaan bisa mencairkan dana termin I
yaitu sebesar 100 % dari nilai kontrak perencanaan.
Setelah melakukan pekerjaan perencanaan,
konsultan harus melakukan pekerjaan pengawasan
terhadap proses realisasi dari semua perencanaan
yang telah dibuat oleh konsultan. Proses realisasi
tersebut dilakukan oleh pelaksana konstruksi atau
yang lebih dikenal dengan sebutan kontraktor. Jadi
tugas dari konsultan adalah mengawasi pekerjaan
yang dilakukan oleh kontraktor agar kontraktor yang
bersangkutan tidak melakukan kecurangan-
kecurangan yang bisa merugikan semua pihak.
Jika proses dari realisasi perencanaan atau
pembangunan proyek telah selesai maka secara
otomatis pekerjaan pengawasan juga dianggap telah
selesai. Sehingga konsultan yang melakukan
pekerjaan pengawasan tersebut boleh melakukan
permohonan pembayaran atau pencairan dana dari
pekerjaan yang telah selesai dikerjakan. Untuk
pembayaran pekerjaan pengawasan merupakan
pencairan termin II.
26
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian sangat tergantung dari sudut
mana penelitian tersebut ditinjau. Penelitian yang
penulis lakukan tergolong penelitian deskriptif
kuantitatif. Dalam penelitian deskriptif pengukuran
variabel yang diperoleh berasal dari data masa lalu
dan data yang terjadi pada masa sekarang. Penelitian
deskriptif bermanfaat untuk mengetahui nilai-nilai
dari variabelnya tetapi tidak membuat perbandingan
dari variabel-variabel tersebut.
Obyek Penelitian Dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini adalah studi kasus pada sebuah
perusahaan jasa konsultansi konstruksi. Obyek yang
diambil dalam penelitian ini adalah metode
pengakuan pendapatan kontrak selesai yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan jasa konsultansi
konstruksi.
Penentuan Populasi Dan Sampel
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
a. Kontrak
b. Laporan Keuangan
c. Laporan Pajak
Dari data-data diatas telah didapatkan
populasi dari proses penelitian ini. Sedangkan
sampelnya diambil tahun 2008. Dari populasi dan
sampel di atas akan diolah sesuai kebutuhan penelitian
sehingga akan menghasilkan penelitian yang
diharapkan.
Jenis Data
Berdasarkan jenis penelitian yang telah
diuraikan di atas, maka jenis data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data-data
yang telah diperoleh oleh peneliti merupakan data
yang sudah jadi, sehingga tidak perlu lagi
menggunakan statistik untuk mengolah data tersebut.
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini
merupakan data sekunder. Karena data yang diperoleh
adalah berupa laporan keuangan sehingga tidak perlu
lagi menggunakan statistik untuk mendapatkan hasil
penelitian.
Sumber Data
Dilihat dari judul penelitian ini, maka data-
data yang didapatkan untuk proses penelitian ini
bersumber dari laporan keuangan yaitu neraca dan
laporan laba rugi. Neraca dan laporan laba rugi
diperoleh dari perusahaan yang menjadi objek
penelitian langsung karena perusahaan yang diteliti
tidak termasuk perusahaan yang go public sehingga
neraca dan laporan laba ruginya tidak diterbitkan di
media. Semua neraca dan laporan laba rugi tersebut
merupakan laporan keuangan tahunan yang diambil
satu tahun terakhir.
Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan da t a penu l i s
menggunakan metode field research yang berarti
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara
penelitian langsung pada obyek yang akan diteliti.
Adapun teknik pengumpulan data dengan
menggunakan metode field research yang dipakai
adalah :
a. Interview/ Wawancara
Suatu alat atau cara untuk mengumpulkan data
informasi dengan cara mengajukan pertanyaan
kepada responden.
b. Dokumenter
Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari
tulisan atau gambar yang berhubungan dengan
variabel yang diukur.
Teknik Analisis Data
Untuk penyusunan penelitian yang penulis
lakukan yaitu tentang pengakuan pendapatan pada
perusahaan konsultan lebih menekankan pada metode
kuantitatif, dimana data yang berhasil dikumpulkan
dari riset lapangan dan riset pustaka akan diolah,
disimpulkan, dan kemudian dianalisa.
HASIL PENELITIAN
CV. SINDURAYA merupakan konsultan yang
dalam melaksanakan kegiatannya berdasarkan
kontrak-kontrak yang diterimanya dari Pemerintah
Kabupaten Jombang. Kontrak-kontrak tersebut
berjangka waktu kurang dari satu tahun atau satu
27
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200824
periode akuntansi, karena sistem dari Pemerintah
Kabupaten Jombang, setiap tutup buku akhir tahun
maka anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah
j u g a h a r u s s e l e s a i . D i d a l a m m e n g a k u i
pendapatannya, perusahaan menggunakan metode
kontrak selesai sebagai dasar pembayaran termin yang
diterima, dimana pembayaran tersebut telah diatur
dalam kontrak.
Kontrak konsultan yang diterima oleh CV.
SINDURAYA selama tahun 2008 antara lain dari :
1. Dinas Prasarana Jalan
- Pembangunan Drainase Jalan Ds. Sentul Kec.
Tembelang
- Pembangunan Ta lud Ja lan Keboan
Kedungbogo Kec. Ngusikan
- Rehabilitasi Jalan Bareng – Kayen Kec.
Bareng
2. Dinas Pengairan
- Rehabilitasi Dam Ingaskerep dan Jaringannya
Kec. Kesamben
- Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Tanjungwadung Kec. Kabuh
3. Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
- Pembt. Dinding RM, Pondasi RM, & Rabat
Lantai Kec. Jombang
- Pemb. Gedung 3R Kec. Jombang
4. Dinas Pendidikan
- Pemb. Taman Lapangan Upacara dan Fasilitas
Parkir
5. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
- Pemb. Jalan Lingkungan Ds. Kepuhkajang
Kec. Perak
- Pemb. Jalan Lingkungan Dsn. Slombok Ds.
Plemahan Kec. Sumobito
- Pemb. Jalan Lingk. Dsn. Caruk dan Dsn.
Jambu Ds. Jabon Kec. Jombang
- Pemb. Jalan Lingkungan Makam Agung Ds.
Sengon Kec. Jombang
- Pemb. Jalan Lingkungan Kapten Tendean -
Sudirohusodo Ds. Sengon Kec. Jombang
Dalam menghitung pendapatan dengan
metode kontrak selesai ini ada beberapa aturan yang
ditetapkan oleh masing-masing dinas yaitu :
1. Untuk Dinas Prasjal hanya dilakukan satu termin
saja karena kontraknya dibuat menjadi dua
kontrak.
2. Untuk Dinas-Dinas yang lainnya sama yaitu
menjadi dua termin
28
29
Dari data yang disajikan di atas, terdapat
perhitungan laporan laba rugi perusahaan selama
tahun 2008. Pendapatan yang diperoleh perusahaan
selama tahun 2008 dari Dinas Prasarana Jalan adalah
sebesar Rp 47.912.000,00; Dinas Pengairan sebesar
Rp 30.685.000,00; Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan sebesar Rp 12.840.000,00; Dinas
Pendidikan sebesar Rp 13.100.000,00; dan dari Dinas
Permukiman dan Pengembangan Wilayah sebesar Rp
43.893.300,00 dan dibulatkan menjadi Rp
43.893.000,00.
Biaya operasional perusahaan sebesar Rp
79.200.000,00 yaitu terdiri dari biaya gaji sebesar Rp
66.000.000,00; biaya listrik sebesar Rp 780.000,00;
biaya transportasi sebesar Rp 1.800.000,00; biaya
komunikasi sebesar Rp 900.000,00; biaya ATK (alat
tulis kantor) sebesar Rp 5.720.000,00; dan biaya lain-
lain sebesar Rp 4.000.000,00. Sehingga total biaya
operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar
Rp 79.200.000,00.
Biaya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan
adalah sebesar nilai pajak yang dipotong oleh BPKD
Jombang yaitu Rp 18.891.132,00 atau dibulatkan
menjadi Rp 18.892.000,00. Seperti yang telah
dijelaskan di atas, pada saat penerimaan pendapatan
sudah dikurangi pajak, tetapi dalam pelaporannya
pendapatan dilaporkan sebesar nilai kontrak dan pajak
yang dipotong akan menjadi biaya pajak bagi
perusahaan.
AKTIVA PASIVA
AKTIVA LANCAR HUTANG LANCAR
Kas 2,588 Hutang Bank -
Bank 82,000 Hutang Pajak -
Piutang -
Hutang Lain-lain -
Pek dalam proses -
Total Hutang -
Total Aktiva Lancar 84,588
AKTIVA TETAP MODAL
Tanah 10,000 Modal Dodik Urianto 104,000
Akm peny tanah (4,500) 5,500 Modal Kholisoh 26,000
Gedung 30,000 Laba Ditahan 50,338
Akm peny gedung (13,500) 16,500 Total Modal 180,338
Kendaraan 80,000
Akm peny kendaraan (20,000) 60,000
Inventaris 25,000
Akm peny inventaris (11,250) 13,750
Total Aktiva Tetap 95,750
TOTAL AKTIVA 180,338 TOTAL PASIVA 180,338
Sumber : CV. SINDURAYA Jombang
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200826
31
Dari data yang disajikan di atas, terdapat
penyajian neraca tahun 2008. Nilai uang tunai yang
ada di bagian keuangan sebesar Rp 2.588.000,00;
sedangkan total uang yang ada di Bank sebesar Rp
82.000.000,00. Jadi total aktiva lancar CV.
SINDURAYA sebesar Rp 84.588.000,00.
Aktiva tetapnya terdiri dari tanah yang
diperoleh pada tahun 1999 senilai Rp 10.000.000,00;
sebuah gedung yang didirikan pada tahun 1999 senilai
Rp 30.000.000,00 ; kendaraan yaitu sebuah mobil
yang diperoleh pada tahun 2003 senilai Rp
80.000.000,00; dan inventaris kantor senilai Rp
25.000.000,00.
CV. SINDURAYA tidak mempunyai hutang
dalam bentuk apapun. Modal awal perusahaan sebesar
Rp 130.000.000,00. Modal tersebut dimiliki oleh 2
(dua) orang pemegang saham yaitu Dodik Urianto
dengan persentase sebesar 80 % yaitu Rp
104.000.000,00; dan Kholisoh dengan persentase
sebesar 20 % yaitu Rp 26.000.000,00.
Dampak Dar i Pengakuan Pendapatan
Berdasarkan Metode Kontrak Selesai
Dampak yang lebih signifikan jika
perusahaan memakai metode kontrak selesai yaitu
perusahaan ini tidak mempunyai piutang dan
pekerjaan dalam proses. Hal tersebut dikarenakan
pekerjaan diselesaikan dalam satu periode akuntansi
sehingga pendapatannya sudah diterima semua pada
saat akhir tahun. Oleh karena itu, dalam perusahaan
ini tidak terjadi piutang dan tidak adanya pekerjaan
dalam proses.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang
dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan :
1. Metode kontrak selesai yang digunakan oleh
perusahaan pada saat ini lebih sesuai karena
semua kontrak yang diterima oleh perusahaan
memiliki jangka waktu tidak melebihi satu tahun
anggaran sehingga sangat sesuai jika perusahaan
menggunakan metode kontrak selesai.
2. Penyajian dari laporan laba rugi dan neraca dari
CV. SINDURAYA dapat dinyatakan wajar karena
penyajiannya telah sesuai dengan SAK. Dalam
laporan keuangan tersebut tidak akan terjadi
perubahan laba ataupun rugi karena semua
pendapatannya sudah diterima semua pada akhir
periode sehingga tidak ada penundaan pengakuan
pendapatan yang mengakibatkan kerugian.
3. Semua metode pengakuan pendapatan yang
digunakan oleh perusahaan akan menimbulkan
akibat terhadap laporan keuangan perusahaan
terutama dalam neraca perusahaan. Akibat dari
penerapan metode kontrak selesai terhadap
neraca perusahaan yaitu perusahaan ini tidak
mempunyai piutang dan pekerjaan dalam proses.
Hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang diterima
oleh perusahaan diselesaikan dalam satu periode
akuntansi sehingga pendapatannya sudah
diterima semua pada saat akhir tahun. Oleh karena
itu, dalam perusahaan ini tidak terjadi piutang dan
tidak adanya pekerjaan dalam proses.
SARAN
1. Apabila perusahaan mendapatkan kontrak jangka
panjang maka perusahaan disarankan
menggunakan metode persentase penyelesaian
sedangkan untuk kontrak jangka pendek
perusahaan disarankan menggunakan metode
kontrak selesai.
2. Dalam membuat laporan keuangan (neraca dan
laporan laba rugi) perusahaan konsultan teknik
yang menggunakan metode persentase
penyelesaian dan metode kontrak selesai telah
sesuai dengan SAK asalkan prosesnya benar dan
wajar menurut ketentuan tersebut.
32
Harnanto, 1992. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : BPFE
Haula Rosdiana & Rasin Tarigan, 2005. Perpajakan.
Jakarta : Rajagrafindo Persada
Jaja Zakaria, 1986. Pajak Pertambahan Nilai, ed.3.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Masri Singarimbun, 1985. Metode Penelitian Survei.
Jakarta : P3ES
SAK (Standar Akuntansi Keuangan) per 1 Juni 1999,
PT. Salemba Empat
Soemarso S. R., 1999. Akuntansi Suatu Pengantar
Jilid 1, ed.4. Jakarta : PT. Rineka Cipta
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200828
Sofyan Safri Harahap, 1993. Teori Akuntansi. Jakarta :
PT. Rajagrafindo Persada
Sophar Lumbantoruan, 1996. Akuntansi Pajak.
Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia
Sugiyono, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis.
Bandung : Alfabeta
Theodorus M. Tuanakotta, 1992. Teori Akuntansi,
ed.1. Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI
Zaki Baridwan, 2000. Intermediate Accounting, ed.7.
Yogyakarta : BPFE
DAFTAR PUSTAKA
ANALISIS LAPORAN ARUS KAS SEBAGAI SALAH SATU ALAT BANTU DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI PADA PT INDOFOOD
SUKSES MAKMUR, Tbk.(Studi kasus di Bursa Efek Jakarta)
Titik Inayati
Abstract
Cash Flow Statement is one of financial report which can influence the investor attitude because giving
information for investor and creditor and also another user of financial potency in taking invest decision. If
the Cash Flow of one industry is good, so it will be able to interest the investor attention to invest.
This research aims to know how the implementation of the condition of Cash Flow Statement Ratio Analysis
in an industry based on the Cash Flow Ratio Analysis as the instrument in taking invest decision at PT
Indofood Sukses Makmur, Tbk in BEI. This research is descriptive quantitative. The technique analysis of
this research use Cash Flow Ratio Analysis which consist of Liquidity Ratio, Solvability Ratio, Capital
Expenditure and Investing Ratio, and Cash Flow Return Ratio. In view of ratio accounting analysis above, it
can take conclusion that the industry gets the invest from investor candidate properly.
Key Word : Cash Flow Statement, Invest Decision.
Salah satu fungsi pasar modal adalah sebagai
sarana memobilisasi dana yang bersumber dari
masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan
investasi. Syarat utama yang diinginkan oleh para
investor untuk bersedia menyalurkan dananya adalah
perasaan aman akan investasi dan tingkat return yang
akan diperoleh dari investasi tersebut. Perasaan aman
ini diantaranya diperoleh karena para investor
memperoleh informasi yang jelas, wajar dan
ketepatan waktu sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan investasinya. Suatu informasi dianggap
informatif jika informasi tersebut mampu mengubah
kepercayaan para pengambil keputusan.
Dalam pasar modal yang efisien, harga-harga
saham mencerminkan semua informasi yang relevan
dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi
baru. Salah satu informasi tersebut adalah informasi
akuntansi khususnya laporan keuangan perusahaan.
Laporan keuangan ini merupakan hasil akhir dari
proses akuntansi yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan informasi dalam pengambilan keputusan
investasi, karena dalam laporan keuangan tersebut
dapat diperoleh informasi mengenai posisi keuangan
perusahaan, aliran kas, dan informasi lainnya yang
terkait dengan keputusan investasi. Para investor
berkepentingan terhadap resiko yang melekat dan
hasi l pengembangan dari investasi yang
dilakukannya. Investor membutuhkan informasi
untuk membantu dalam pengambilan keputusan
untuk menentukan apakah harus membeli, menahan
atau menjual investasi tersebut.
Salah satu alat untuk memenuhi kebutuhan
informasi investor dapat dipenuhi oleh arus kas, bukan
laba akuntansi karena laba sangat rentan terhadap
praktek manipulasi dan perubahan metode akuntansi.
Laporan arus kas merupakan salah satu laporan dari
laporan keuangan yang dapat berpengaruh terhadap
perilaku investor karena menyediakan informasi bagi
investor dan kreditor maupun pemakai potensial
lainnya dalam pengambilan keputusan investasi dan
kredit, serta dalam penaksiran mengenai jumlah,
waktu, dan ketidakpastian dari penerimaan arus kas
bersih yang akan dicapai. Di samping itu arus kas juga
berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus
Titik Inayati, dosen Univ Islam Majapahit Mojokerto
34
kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya. Suatu
perusahaan apabila arus kasnya baik maka akan dapat
menarik perhatian investor untuk berinvestasi.
Sehingga dapat dikatakan, bahwa informasi arus kas
merupakan informasi penting yang dibutuhkan
investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan kas bagi investor, maupun untuk
membayar kewajiban perusahaan yang jatuh tempo
serta kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
Laporan Keuangan
Definisi laporan keuangan menurut SAK (2004:4) :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan, laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan”.
Sedangkan menurut Munawir (2000:2):
“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat
untuk komunikasi antara data keuangan atau aktivitas
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut”.
Dari kedua pendapat di atas maka dapat di
simpulkan definisi laporan keuangan merupakan
bentuk informasi yang dapat dipakai sebagai dasar
untuk penerapan kebijakan perusahaan dimasa yang
akan datang.
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut SAK (2004:4) tujuan laporan keuangan
adalah:
a) Menyediakan informasi yang menyangkut kinerja
keuangan serta posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan kepurusan ekonomi.
b) Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini
memenuhi sebagian besar pemakai. Namun
demikian laporan keuangan tidak menyediakan
semua laporan informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi, karena secara umum
menggambarkan pengaruh kejadian keuangan
dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan.
c) Menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen, atau pertanggung jawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2000:6), berdasarkan sifat-sifat
dari laporan keuangan tersebut di atas, adapun
keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan, antara
lain;
a Laporan keuangan yang dibuat secara periodik
pada dasarnya hanya merupakan laporan yang
sifatnya sementara dan bukan merupakan
laporan keuangan akhir.
b Laporan keuangan menunjukkan nilai dalam
rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan
tepat. Tetapi dasar penyusunan dengan (standar
nilai) yang mungkin berbeda atau berubah-
ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan
going concern atau anggapan bahwa
perusahaan akan berjalan sehingga aktiva tetap
dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau
harga perolehannya dan penggunaannya
dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar
akumulasi depresiasinya, oleh karena itu angka
yang tercantum dalam laporan keuangan hanya
nilai buku yang belum tentu sama dengan nilai
pasar.
c Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil
pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah
dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,
dimana daya beli uang tersebut makin menurun
dibandingkan tahun sebelumnnya. Maka suatu
analisa hanya dengan membandingkan data
tahun lalu tanpa membuat penyesuaian
terhadap perubahan tingkat harga akan
diperoleh kesimpulan yang keliru.
d Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan
berbagai faktor yang mempengaruhi posisi atau
keadaan keuangan perusahaan, karena faktor-
faktor tersebut tidak dapat dengan satu uang.
35
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200830
Unsur Laporan Keuangan
Laporan keuangan menggambarkan dampak
keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok
besar menurut karakteristik ekonominya.
Kelompok besar ini merupakan unsur-unsur
laporan keuangan yang berkaitan secara
langsung dengan pengukuran posisi keuangan
(SAK, 2004:7), unsur-unsur tersebut adalah:
a) Aktiva
Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh
perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari manfaat ekonomi dari masa depan
yang diharapkan oleh perusahaan.
b) Kewajiban
Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa
kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan
arus keluar dari sumber daya perusahaan yang
mengandung manfaat ekonomi.
c) Ekuitas
Ekuitas merupakan hak residu atas aktiva
perusahaan setelah dikurangkan semua
kewajiban, sedang unsur yang berkaitan
dengan kinerja perusahaan dalam laporan laba
rugi adalah penghasilan dan beban.
1) Penghasilan (income) meliputi baik
pendapatan maupun keuntungan.
Pendapatan timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan yang biasa dan
dikenal dengan sebutan yang berbeda
seperti penjualan., penghasilan jasa,
deviden, royalty, dan sewa.
2) Beban yang mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk atas keluar atau berkurangnya aktiva seperti, kas (setara kas), persediaan dan aktiva tetap.
Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Menurut Dwi Prastowo (2005 : 14) proses yang
menyangkut dasar pengukuran adalah :
a. Biaya Historis, Pada dasar pengukuran ini,
aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau
setara kas) yang dibayarkan atau sebesar nilai
wajar dari imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aktiva tersebut pada saat
perolehan. Sedangkan kewajiban dicatat
sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar
kewajiban atau (dalam keadaan tertentu) dalam
jumlah kas (atau setara kas) yang diharapkan
akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha normal.
b. Biaya Kini (Current Cost)
Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinilai dalam
jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya
dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva
diperoleh sekarang. Sedangkan kewajiban
dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas)
yang tidak didiskontokan yang mungkin akan
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban
sekarang.
c. Nilai Realisasi / Penyelesaian
Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinyatakan
dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat
diperoleh sekarang dengan menjual aktiva
dalam pelepasan normal. Sedagkan kewajiban
dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu
jumlah kas (atau setara kas) yang tidak
didiskontokan yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam
pelaksanaan usaha normal.
d. Nilai Sekarang
Pada dasar pengukuran ini, aktiva dinyatakan
sebesar arus kas masuk bersih di masa depan
yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos
yang diharapkan dapat memberikan hasil
dalam pelaksanaan usaha normal. Sedangkan
kewajiban dinyatakan sebesar arus kas bersih di
masa depan yang didikontokan ke nilai
sekarang yang diharapkan akan diperlukan
untuk menyelesaikan kewajiban dalam
pelaksanaan usaha normal.
Pent ingnya Laporan Keuangan dalam
Pengambilan Keputusan Investasi
Laporan arus kas merupakan salah satu informasi
akuntansi yang dapat digunakan oleh para investor
untuk menilai kinerja dari suatu perusahaan dalam
memberdayakan asset-aset yang dimilikinya secara
36
maksimal. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu
perusahaan yang mempunyai laba bersih yang cukup
tetapi memiliki kas yang rendah, menyebabkan
diperlukannya informasi arus kas. Gambaran
menyeluruh mengenai penerimaan dan pengeluaran
kas hanya dapat diperoleh dari laporan arus kas, tetapi
bukan berarti laporan arus kas menggantikan neraca
ataupun laporan laba rugi, melainkan saling
melengkapi sebagai sarana pengambilan keputusan
yang lebih baik.
Analisis Laporan Keuangan
Menurut Harahap (1998:190): “Analisis
laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos
laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat
signifikan atau yang mempunyai makna antara satu
dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun
non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui
kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting
dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.
Menurut Bernstein (1983:3): “Analisis
laporan keuangan mencakup penerapan metode dan
teknik analisis atas laporan keuangan dan data lainnya
untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan
hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses
pengambilan keputusan”.
Dari kedua pendapat tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah
suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke
dalam unsur-unsurnya, menelaah unsur-unsur
tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-
unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh
pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas
laporan keuangan itu sendiri.
Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk
menambah informasi yang ada dalam suatu laporan
keuangan. Dwi Prastowo (2005:52) mengemukakan
pendapat sebagai berikut:
a) Memberikan informasi yang lebih luas dari pada
yang terdapat pada laporan keuangan yang
biasa, b) Menggali informasi yang tidak tampak
secara kasat mata dari suatu laporan keuangan.
a) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya
melahirkan model-model dan teori yang
terdapat pada laporan sepert i untuk
memprediksi peningkatan.
b) Dapat memberikan informasi yang digunakan
oleh para pengambil keputusan.
c) Dapat menentukan peringkat (rating)
perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah
dikenal dalam dunia bisnis.
d) Dapat membandingkan situasi perusahaan
dengan perusahaan lain dengan periode
sebelumnya atau dengan standar industri normal
atau ideal.
e) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan,
yang dialami perusahaan baik posisi keuangan,
hasil usaha, struktur keuangan, dan lainnya.
f) Memprediksi apa yang mungkin di alami
perusahaan di masa yang akan datang.
Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan
Metode dan teknik analisis laporan keuangan
digunakan untuk menentukan dan mengukur
hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan
keuangan.
Menurut Dwi Prastowo (2005 : 59) metode analisis
laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua
klasifikasi, yaitu : 1) Metode analisis horisontal
(dinamis) adalah metode analisis yang dilakukan
dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk
beberapa tahun (periode), sehingga dapat diketahui
perkembangan dan kecenderungannya. Disebut
metode analisis horisontal karena analisis ini
membandingkan pos yang sama untuk periode yang
berbeda, 2) Metode analisis vertikal (statis) adalah
metode analisis yang dilakukan dengan cara
menganalisis laporan keuangan pada tahun tertentu,
yaitu dengan membandingkan antara pos yang satu
dan pos lainnya pada laporan keuangan yang sama
untuk tahun (periode) yang sama.
Prosedur Analisis Laporan Keuangan
Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis
37
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200832
laporan keuangan.
Menurut Dwi Prastowo (2005 : 58) langkah yang
harus ditempuh dalam menganalisis laporan
keuangan adalah : Memahami latar belakang data
keuangan perusahaan, Memahami kondisi-kondisi
yang berpngaruh pada perusahaan, Mempelajari dan
me-review laporan keuangan, Menganalisis laporan
keuangan
Keterbatasan Analisis Laporan Keuangan
Menurut Sanurat (1998:36) keterbatasan analisis
laporan keuangan adalah: Data yang dicatat dan
dilaporkan oleh laporan keuangan mendasar pada
harga perolehan, Penyusunan laporan keuangan juga
didasarkan pada beberapa altenatif metode akuntansi,
Upaya perbaikan barang kali bisa dilakukan oleh
pihak manajemen untuk memperbaiki laporan
keuangan sehingga nampak bagus, Banyak
perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau
anak perusahaan yang bergerak pada beberapa bidang
usaha sehingga analisis kesulitan memilih
pembandingnya, Inflasi atau deflasi akan
mempengaruhi laporan keuangan terutama berkaitan
dengan rekening jangka panjang, Rata-rata industri
merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam
industri.
Laporan Arus KasMenurut SAK Nomor 2 Tentang Laporan Arus Kas (2004):
Informasi tentang arus kas suatu
perusahaan berguna bagi pemakai laporan
keuangan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
kas dan setara kas serta menilai kebutuhan
perusahaan untuk menggunakan arus kas
tersebut.
Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC)
No. 1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus
dapat menyediakan informasi untuk membantu
investor sekarang, investor potensial, kreditor, dan
pengguna lain dalam menilai jumlah, waktu,
ketidakpastian prospek penerimaan kas dari deviden
atau bunga dan pendapatan dari penjualan, pelunasan
dari sekuritas atau utang (FASB, [1978]).
Sedangkan PSAK No. 2 (IAI, [2002]) menjelaskan
bahwa jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas
operasi merupakan indikator yang menentukan
apakah dari operasinya perusahaan dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi
pinjaman, memelihara kemampuan operasi
perusahaan, membayar deviden dan melakukan
investasi baru tanpa mengandalkan sumber
pendanaan dari luar.
Kas dan Setara Kas
Pengertian kas dan setara kas menurut Dwi Prastowo
adalah ( 2005:34) adalah :
“Kas merupakan konsep dana yang paling
berguna karena keputusan para investor, kreditor dan
pihak lainnya terfokus pada penilaian arus kas dimasa
dating. Perusahaan akan memanfaatkan kas
menganggur dengan menanamkannya pada investasi
jangka pendek yang sangat likuid. Sedangkan setara
kas adalah unvestasi yang sifatnya sangat likuid,
berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat
dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa
menghadapi risiko perubahan yang signifikan”.
Setara kas biasanya dimiliki dengan tujuan
untuk memenuhi komitmen jangka pendek dan bukan
untuk investasi atau tujuan lain. Suatu investasi baru
dapat memenuhi syarat sebagai setara kas jika segera
akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang
dari tanggal perolehan.
Rasio Laporan Arus Kas
Perhitungan dan interprestasi rasio
merupakan salah satu alat yang banyak dipakai, yang
dapat digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan dan laporan arus kas. Terdapat 3 (tiga) area
kepentingan yang akan di perhatikan oleh para
pengguna laporan arus kas, yaitu likuiditas dan
solvabilitas (liquidity and solvency), pengeluaran
modal dan investasi (capital expenditure and
investing), dan cash flow return.
38
Rasio likuiditas adalah kemampuan
membayar kewajiban jangka pendek, dan rasio
solvabilitas adalah kemampuan membayar kewajiban
jangka panjang. Rasio capital expenditure and
investing memberikan sinyal tentang kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan investasi dalam
capital asset. Sedangkan rasio cash flow return
merupakan komplemen dari pengukuran profitabilitas
berbasis akrual.
Jenis-Jenis Rasio Laporan Arus Kas
Dwi Prastowo (2005:153). Adapun jenis rasio laporan
arus kas adalah sebagai berikut : Rasio likuiditas yaitu
Current cash debt coverage dan Cash dividend
coverage, Rasio solvabilitas yaitu Cash long-term
debt coverage dan Cash interest coverage, Ratio
capi ta l expendi ture and inves t ing yai tu
Invesment/CFO Plus Finance Ratio dan Operations/
Investment ratio, Cash flow return Ratio yaitu Overall
cash flow ratio, Cash flow to net income ratio, Quality
of sales ratio dan Cash return on stockholders equity
ratio
Dasar Pembanding Rasio Laporan Arus Kas
Penentuan standar rasio sebagai pembanding
tidak dapat digunakan sebagai ukuran yang pasti
karena standard rasio untuk industri merupakan hasil
rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis yang
mempunyai kondisi keuangan yang berbeda-beda
(mathematical standard), ada yang kondisi
keuangannya ba ik dengan operas i yang
menguntungkan dan ada yang sebaliknya. Dengan
membandingkan angka rasio dari beberapa periode (
trend dari angka rasio) akan diketahui perubahan
angka ratio yang dimiliki perusahaan dan akan
diketahui tendensi atau kecenderungan kondisi
keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Tujuan dan Kegunaan Laporan Arus Kas
Laporan arus kas disusun dengan tujuan untuk
memberikan informasi historis mengenai perubahan
kas dan setara kas dari suatu perusahaan, dengan
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas
operasi, investasi dan pendanaan selama periode
akuntansi tertentu. Dengan demikian, tujuan utama
laporan arus kas adalah untuk memberikan kepada
para pengguna, informasi tentang mengapa posisi kas
perusahaan berubah selama periode akuntansi.
Menurut Dwi Prastowo, (2005:33), Laporan arus kas
mempunyai kegunaan memberikan informasi untuk:1. Mengetahui perubahan aktiva bersih,
struktur keuangan dan kemampuan
mempengaruhi arus kas
2. Menilai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas
3. Mengembangkan model untuk menilai
dan membandingkan nilai sekarang arus
kas masa depan dari berbagai perusahaan
4. Dapat menggunakan informasi arus kas
historis sebagai indikator jumlah waktu,
dan kepastian arus kas masa depan
5. Meneliti kecermatan taksiran arus kas
masa depan dan menentukan hubungan
antara profitabilitas dan arus kas bersih
serta dampak perubahan harga.
Teori Investasi
Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan
perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan melalui
distribusi hasil investasi (seperti bunga, royalti,
dividen. Dan sewa guna), untuk manfaat lain bagi
perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang
diperoleh melalui hubungan perdagangan.(SAK :
2004 nomor 13 tentang Akuntansi Investasi).
Menurut Paul A. Samuelson dan William D.
Nordhaus, (1993:183).
aus, (1993:183).
Investasi adalah pengeluaran yang
dilakukan oleh para penanaman modal yang
menyangkut penggunaan sumber-sumber
seperti peralatan, gedung, peralatan produksi
dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan
yang diharapkan akan memberikan keuntungan
dari investasi tersebut.
Komarudin (1993), memberikan pengertian investasi
yaitu :
a) Suatu tindakan membeli barang-barang modal
b) Pemanfaatan dana yang tersedia untuk
39
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200834
produksi dengan pendapatan di masa yang akan datang
c) Suatu tindakan untuk membeli saham,
obligasi atau surat berharga lainnya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
investasi adalah pengeluaran dana yang dikeluarkan
oleh para investor dengan harapan akan mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang atas
investasinya tersebut.
Pentingnya Investor Dalam Pertumbuhan
Pada setiap kesempatan, persediaan modal adalah
determinan output perekonomian yang penting,
karena persediaan modal bisa berubah sepanjang
waktu, dan perubahan itu bisa mengarah ke
pertumbuhan ekonomi. Biasanya, terdapat dua
kekuatan yang mempengaruhi persediaan modal:
investasi dan depresiasi. Investasi mengacu pada
pengeluaran untuk perluasan usaha dan peralatan
baru, dan hal itu menyebabkan persediaan modal
bertambah. Depresiasi mengacu pada penggunaan
modal, dan hal itu menyebabkan persediaan modal
berkurang. Pertumbuhan ekonomi sangat tergantung
pada tenaga kerja dan jumlah kapital. Investasi akan
menambah jumlah daripada kapital. Tanpa investasi
maka tidak akan ada pabrik/mesin baru, dan dengan
demikian tidak ada ekspansi. Pengertian investasi
mencakup investasi barang-barang tetap pada
perusahaan (business fixed investment),persediaan
(inventory) serta perumahan (residential).
Faktor-Faktor yang Perlu diperhatikan Dalam
Berinvestasi
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
berinvestasi, (www.perencanaankeuangan.com,
15/08/09) adalah :
1. Tujuan dalam berinvestasi, yaitu
Pendapatan (income), Pertumbuhan
m o d a l ( c a p i t a l g r o w t h ) ,
Mempertahankan modal (capital
preservation)
2. Jangka waktu investasi
Secara umum pembagian waktu itu
adalah Jangka pendek, maksimum 1
tahun, Jangka menengah, 1-3 tahun dan
Jangka panjang lebih dari 3 tahun
40
3. Profil resiko investor
Secara umum profil resiko investor
s ebaga i be r iku t Conserva t i ve ,
Moderate dan Aggressive
4. Likuiditas dari investasi
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Dari penjelasan sebelumnya, dapat
digambarkan dalam suatu model teori mengenai
perbandingan analisa rasio laporan arus kas sebagai
salah satu alat bantu untuk mempertimbangkan
pengambilan keputusan investasi pada PT. Indofood
Sukses Makmur, Tbk
Gambar 3.1Model teori
Cash flow return ratio:Overall cash flow ratioCash flow to net income ratioQuality of sale sratioCash return on stockholders equity ratio
Analisis rasio arus kas
Rasio
solvabilitas:
Cash long-term debt coverage
Cash interest coverage
Ratio capital expenditure & investing :Invesment/CFO plus finance ratioOperations/ Investment ratio
Rasio
likuiditas:
Current cash debt coverage
Cash dividend coverage
Keputusan Investasi
Laporan keuanganNeraca
Laba /rugiArus Kas
Lokasi Penelitian
Obyek yang digunakan dalam
penelitian adalah laporan keuangan dari
perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Definisi Operasional dan Pengukuran
Pengukuran atau sering disebut
variabel adalah segala sesuatu yang dijadikan
sebagai obyek dari suatu penelitian, yang
berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang
dapat didefinisikan, diamati, dan di observasi.
Pengukur yang digunakan adalah:
Analisis Rasio Laporan Arus Kas antara lain :
a) Rasio likuiditas
1. Current cash debt coverage
2. Cash dividend coverage
b) Rasio solvabilitas
1. Cash long-term debt coverage
2. Cash interest coverage
c) Ratio capital expenditure and investing
1. Investment/CFO plus finance ratio
2. Operations / Investment ratio
d) Cash flow return Ratio
1. Overall cash flow ratio
2. Cash flow to net income ratio
3. Quality of sales ratio
4. Cash return on stockholder's equity
ratio
Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan PT. Indofood
Sukses Makmur, Tbk dan sampel yang dipakai
dalam penelitian adalah laporan keuangan
dengan menggunakan data time series mulai
tahun 2004 sampai 2007.
Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang penulis gunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diterbitkan oleh organisasi yang
bukan pengelolahnya. (Anto Dajan, 1993 : 19).
Yaitu berupa laporan keuangan perusahaan
yang tersedia pada PT. Bursa Efek Indonesia.
Dari laporan keuangan tersebut yang nantinya
akan dianalisis dengan model teori yang sudah
ada. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode
dokumentasi. Dimana metode dokumentasi
adalah suatu metode dalam pengumpulan data
yang menggunakan dokumentasi perusahaan
yang ada pada BEI yang berupa laporan
keuangan dan data lainnya.(Bungin,2007:121).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis rasio.
Analisis rasio arus kas terdiri dari :
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200836
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berikut ini hasil analisis terhadap laporan
k e u a n g a n P T. I N D O F O O D S U K S E S
MAKMUR, Tbk tahun 2004-2007.
43
42
Simpulan
1. Berdasarkan analisis rasio likuiditas,
kondisi keuangan perusahaan mengalami
fluktuasi, yaitu adanya kenaikan serta
penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan kurang mampu dalam
penyediaan dana untuk utang jangka
pendek yang jatuh tempo. Sedangkan
berdasarkan analisis rasio solvabilitas,
kondisi keuangan perusahaan tidak terjadi
perubahan yang cukup signifikan dari tahun
ke tahun. Yang menggambarkan bahwa
perusahaan ini tidak terlalu mengandalkan
utang dalam pembayaran operasionalnya.
Hal ini juga menunjukkan terdapat
perlindungan bagi kreditor jangka panjang.
Berdasarkan analisis Ratio Capital
Expenditure and Investing, kondisi
keuangan perusahaan mengalami fluktuasi
dari tahun ke tahun, dengan kata lain yaitu
mengalami kenaikan dan penurunan. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang
mampu dalam mempertahankan investasi
dan aktiva modalnya. Berdasarkan analisis
Cash Flow Return Ratio, kondisi keuangan
perusahaan tidak mengalami perubahan
yang cukup s ign i f ikan . Ha l in i
menunjukkan bahwa perusahaan mampu
dalam menghasilkan laba perusahaan.
2. Jika dilihat dari beberapa analisis rasio di
atas, maka perusahaan ini layak untuk
mendapatkan investasi dari calon investor.
Saran
1. Perusahaan hendaknya meningkatkan
penjualan secara tunai dan melakukan
penagihan piutang yang jatuh tempo
sehingga terdapat kas lancar yang cukup
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
dan mampu mempertahankan aktiva
modalnya.
2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan
untuk lebih memperluas ruang lingkup
penelitian, dengan menambah jumlah
variabel yakni laporan keuangan lainnya
seperti Neraca dan Laporan Laba Rugi
yang menunjukkan kondisi perusahaan
serta melakukan uji validitas untuk menilai
kevalidan hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Bernstein, Leopold A. 1989. Financial statement Analysis , Theory Appl icat ion and Intepretation, Fourth Edition. Homewood, Illionois : Richard D. Irwir, Inc.
Bungin, Burhan. 2002. Penelitian Kuantitatif. Surabaya. Prenada Media
Dajan, Anto. 1993. Pengantar Metode Statistik, Jilid II. Yogyakarta : LP3ES
Harahap, Sofyan. 1998. Analisa Kritis Atas Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Grafindon Persada.
IKAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.
Marzuki. 2005. Metodologi Riset, Edisi Kedua. Yogyakarta. Ekonosia
Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta :Liberty
Prastowo, Dwi & Rifka Yulianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Ps, Djarwanto. 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta. BPFE
Sanurat. 1998. Pengantar Akuntansi. Jakarta : IPWI
Sugiyanto. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alphabeta.
Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Berinvestasi(http://www.perencanaankeuangan.com, diakses pada tanggal 15 agustus 2009).
46
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200838
DAFTAR PUSTAKA
Bernstein, Leopold A. 1989. Financial statement Analysis, Theory Application and Intepretation, Fourth Edition. Homewood, Illionois : Richard D. Irwir, Inc.
Bungin, Burhan. 2002. Penelitian Kuantitatif. Surabaya. Prenada Media
Dajan, Anto. 1993. Pengantar Metode Statistik, Jilid II. Yogyakarta : LP3ES
Harahap, Sofyan. 1998. Analisa Kritis Atas Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Grafindon Persada.
IKAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.
Marzuki. 2005. Metodologi Riset, Edisi Kedua. Yogyakarta. Ekonosia
Munawir, S. 2000. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Empat. Yogyakarta :Liberty
Prastowo, Dwi & Rifka Yulianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi Kedua. Yogyakarta : UPP AMP YKPN
Ps, Djarwanto. 2001. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta. BPFE
Sanurat. 1998. Pengantar Akuntansi. Jakarta : IPWI
Sugiyanto. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alphabeta.
Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Berinvestasi(http://www.perencanaankeuangan.com, diakses pada tanggal 15 agustus 2009).
PENDAHULUANMenentukan suatu keputusan pembelian,
menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1994:31) umumnya konsumen melalui lima tahap proses pemecahan masalah, diantaranya pengenalan
kebutuhan yaitu suatu proses dimana konsumen
mulai mengenali suatu kebutuhan, pencarian
informasi yaitu pencarian data yang berkaitan
dengan kebutuhan, evaluasi alternatif yaitu
melakukan perbandingan yang menyeluruh
terhadap banyak alternatif pilihan, keputusan
pembelian yaitu konsumen mulai memutuskan
alternatif mana yang paling diinginkan, dan hasil
yaitu mengenai perasaan puas atau tidak puas mengenai perilaku konsumen setelah pembelian.
Tanpa disadari ternyata proses pengambilan keputusan itu berjalan sedemikian rupa. Karena pengambilan keputusan konsumen merupakan suatu proses dimana konsumen melakukan penilaian terhadap berbagai alternatif pilihan, dan memilih salah satu atau lebih alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbangan-
PENGARUH PERILAKU KONSUMEN TERHADAP KEPUTUSAN BERWISATA
(STUDI PADA OBJEK WISATA UBALAN PACET MOJOKERTO)
ABDUL ROHIM
Abstract
This research was done in Ubalan Pacet Tourism Resort – Mojokerto, to know what factors influenced the
visitors to choose its place. It was important to know because consumers are unique part in marketing and
their behaviour must be understood by company in order to be fulfilled. This research was explanatory
research, involved 96 respondents, visiting Ubalan Tourism resort, with Simple random sampling technique.
The analyzing methods were : (1) Validity and reliability test based on questionnaire, (2) classic assumption
test, (3) double – linear regression test, and finally being test together using F-test and t-test to know the most
dominant variable. From the analysis known that consumer behavior simultaneity had effect to influence the
decision of consumers to choose Ubalan Tourism resort about 81,140 and looking from Adjusted R Square
about 85,5 %. And partiality, variable: social, cultural, personal, motivation, perception, learn and attitude
had influenced the respondents to choose Ubalan Tourism resort. Looking from Regression coefficient, the
most dominant variable from the visitors is cultural variable that is 5,255.
Keywords : Consumer's behavior, social, cultural, personal, motivation, perception, learn and attitude's
variable.
pertimbangan tertentu (Amirullah,2002:61-62). Faktor terpenting dalam proses pengambilan keputusan dalam problema yang harus dihadapi. Dalam kehidupan diperlukan kemampuan utuk
melihat, mengenal dan mengintegrasikan
problema. Untuk meraih keberhasilan, pemasar
harus melihat lebih jauh dari macam-macam
faktor yang mempengaruhi pembelian dan
mengembangkan pemahaman mengenai
bagaimana konsumen melakukan keputusan
pembelian. Dengan dasar tersebut perusahaan
sudah seharusnya memahami benar-benar
perilaku konsumen agar perusahaan mengetahui apa yang diinginkan konsumen dan sebagai dasar perencanaan pengembangan perusahaan dalam menguasai pasar.
Prilaku konsumen yang selalu dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya adalah lingkungan, dalam hal ini pacet pada tahun 2003 telah mengalami sebuah kejadian yang dapat mempengaruhi konsumen dalam memilih tempat berwisata di areal wilayah pegunungan juga
Abd. Rochim, dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
47
mempunyai pengaruh yang minus, sehingga dalam
proyeksi pengembangan potensi yang ada diwilayah
Pacet tentu masih mempunyai nilai tawar yang tinggi
ini disebabkan oleh letak yang strategis dan
merupakan salah satu pilihan berwisata wilayah di
Mojokerto, oleh karena itu pola pengembangan dalam
konteks kasuistis tersebut pengelola masih dapat
memainkan strategi yang baru dalam rangka
meningkatkan jumlah pendatang dalam areal wisata
Ubalan Pacet Mojokerto.
Kondisi pariwisata Mojokerto dalam kerangka
maksimalisasi galian potensi yang dilakukan masih
mengalami kelemahan, dalam konteks ini pariwisata
merupakan tawaran jasa bagi konsumen maupuin
calon konsumen, sehingga pola-pola yang perlu
dikembangakan adalah dalam kerangka teoritis telah
dideskripsikan dalam pola marketting mix yang
didalam aspek-aspek tersebut terdapat 4p, secara
universal kondisi pariwisata Ubalan Pacet merupakan
potensi yang masih dipengaruhi oleh beberapa image
dalam hal ini letak yang di daerah pegunungan berada
didaerah Pacet yang merupakan daerah yang
menawarkan kenaturalan alam pegunungan. Pola
manajemen yang di terapkan dalam pengelolaan
obyek Wisata Ubalan Pacet adalah pola manajemen
swasta dan peran pemerintah dalam pengembangan
obyek wisata lepas tanggan, sehingga dalam strategi
pengembangan dalam meningkatkan nilai tawar dari
tempat pariwisata tersebut perlu ditingkatkan
meskipun sistem pengelolaanya bersifat sementara
namun mengingat potensi yang ditawarkan dalam
aspek lingkungan sangat strategis untuk itu
pengembangan guna memajukan daerah sekitar
Obyek Wisata Ubalan Pacet sanggat dibutuhkan
karena dengan popularitasnaya Obyek Wisata
tersebut, maka secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat daerah
sekitar obyek wisata, atas dasar persepsi pemikiran
peneliti bahwa prilaku konsumen sebagai dasar
memahami apa yang diinginkan konsumen dalam
rangka pengembangan Obyek Wisata Ubalan Pacet.
Perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
Apakah Prilaku konsumen secara simultan
berpengaruh terhadap keputusan berwisata pada
obyek Wisata Ubalan Pacet dan Apakah perilaku
konsumen secara parsial (Budaya, Sosial , Pribadi,
Motivasi, Persepsi, Belajar, Sikap, berpengaruh
terhadap keputusan berwisata pada obyek Wisata
Ubalan Pacet ?
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk
mengetahui pengaruh prilaku konsumen secara
simultan terhadap keputusan konsumen berwisata.
Dan untuk mengetahui perilaku konsumen secara
parsial yang berpengaruhnya terhadap keputusan
konsumen berwisata.
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku konsumen
Kotler dan Amstrong dalam Simamora
(2004:2) mengartikan perilaku konsumen sebagai
perilaku konsumen akhir, baik individu maupun
rumah tangga, yang membeli produk untuk konsumsi
personal.
Sementa ra , menuru t Enge l da lam
Mangkunegara (2002:3) berpendapat bahwa: perilaku
konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam usaha
memperoleh dan menggunakan barang dan jasa
ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan
yang mendahului dan menetapkan tindakan-tindakan
tersebut.
Sementara American Marketing Association
dalam Amirullah, (2002:2), menyatakan : “Consumer
behavior as the dynamic interaction of affect and
cognition, behavior and environtmental events by
which human being conduct the exchange of their
lives”.
Jadi Perilaku Konsumen didefinisikan
sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan
kognisi, perilaku dan kejadian disekitar kita, dimana
manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup
mereka.
Loudon dan Della Bitta, yang dikutip oleh
Mangkunegara, (2002:3), mengemukakan :
“Consumer behavior may be defined as decision
process and physical activity individuals engage in
when evaluating, acquairing, using or disposing of
goods and services”.
Berdasarkan pendapat di atas perilaku
48
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200840
konsumen dapat disimpulkan bahwa adalah tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok
atau organisasi yang berhubungan dengan proses
pengambilan keputusan dalam mendapatkan,
menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang
dapat internal dan eksternal.
Model Perilaku Konsumen
Ada beberapa model yang diungkapkan para ahli
tentang pengalompokan faktor perilaku yang ikut
mempengaruhi keputusan membeli konsumen.
1. Model Faktor Perilaku Kotler
Kotler (1995:202) mengungkapkan pentingnya
mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, dan
perilaku belanja pelanggan sasaran mereka.
Sehubungan dengan perilaku konsumen, kotler
membagi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dalam empat kelompok besar, yaitu
budaya, sosial, kepribadian, dan kejiwaan. Perincian
bentuk faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen dapat dilihat pada gambar berikut.
Kebudayaan
Kultur
Sub-kultur
Kelas sosial
Sosial
Kelompok acuan
Keluarga
Peranan dan status
KepribadianUsia dan tingkatkehidupan
jabatan
Kondisi ekonomi
gaya hidup
Kepribadian dan
konsep diri
Kejiwaan
Motivasi
pandangan
belajar
kepercayaan dansikap
Gambar 1 : Perincian faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen
Sumber : Kotler, (1995), dalam Amirullah, (2002:33)
1. Model Faktor Perilaku
Engel,Blackwell,Miniard Engel, (1994:47),
menyebutkan variasi di dalam proses
keputusan konsumen dengan sebutan
Determinan. Determinan yang dimaksud
dibagi kedalam tiga kategori yaitu pengaruh
lingkungan, perbedaan individu dan proses
psikologis yang masing-masing dari kategori
tersebut adalah sebagai berikut
1. Pengaruh Lingkungan, dalam perilaku
konsumen pengaruh lingkungan ini
dipengaruhi oleh budaya, kelas sosial,
pengaruh individu, keluarga, dan situasi.
2. Perbedaan individu, dalam perilaku
konsumen, perbedaan individu ini
d ipengaruhi o leh Sumber daya
konsumen, motivasi, dan keterlibatan,
pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya
hidup dan demografi.
3. Proses Psikologis, dalam perilaku
konsumen, proses psikologis ini
dipengaruhi karena adanya Pengolahan
Informasi, pembelajaran, perubahan
sikap dan perilaku.
Gambar 2 :
Model faktor perilaku Engel, Blackwell, dan Miniard
PENGARUHLINGKUNGAN
budayakelas social
pribadikeluarga
sosial
PROSESKEPUTUSAN
pengenalan kebutuhan
pencarian informasi
evaluasi alternatif
pembelian
hasil
PERBEDAANINDIVIDU
- sumber daya konsumen- motivasi dan keterlibatan- pengetahuan- sikap- kepribadian, gaya hidup, demografi
FAKTORPSIKOLOGIS
- pengolahan informasi- pembelajaran- perubahan sikap dan perilaku
Dengan adanya beberapa kekuatan yang
berpengaruh tersebut maka dapatlah dirumuskan
secara sederhana bahwa faktor yang mempengaruhi
keputusan membeli konsumen dapat dibagi dalam dua
kekuatan, yaitu; a) kekuatan internal, seperti;
pengalaman belajar, kepribadian dan konsep diri,
motivasi dan keterlibatan, sikap dan keinginan, b)
kekuatan eksternal, seperti; faktor budaya, sosial,
lingkungan, dan marketing mix. Penjelasan hubungan
antara dua kekuatan utama yang mempengaruhi
keputusan membeli dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber : Engel, Blackwell, dan Miniard, (1994),
dalam Amirullah, (2002:34)
49
Gambar 2.4 : Kekuatan Utama
Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
KEKUATAN
INTERNAL
- Pengalaman belajar dan memori
- Kepribadian dan konsep diri
- Motivasi dan keterlibatan
- sikap- Persepsi
KEPUTUSANMEMBELI
KEKUATAN
EKSTERNAL
- Budaya (sub-budaya dan klas social)
- Sosial (kelompok referensi dan
keluarga)- Lingkungan ekonomi
- Marketing mix
Sumber : Amirullah, (2002:35)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen
1. Faktor eksternal
Faktor eksternal dapat didefinisikan sebagai
kekuatan-kekuatan yang ada di luar yang
mempeengaruhi internal didalam diri individu
(konsumen), dimana faktor tersebut di
pengaruhi oleh lingkungan, berbagai faktor
akan dijelaskan sebagai berikut diluar
marketing mix yang dilakukan perusahaan
meliputi :
a. Faktor Budaya
Faktor Budaya ini terdiri dari budaya,
sub-budaya dan kelas sosial yang
merupakan hal yang sangat penting
dalam perilaku pembelian.
b. Faktor Sosial
Faktor ini sangat mempengaruhi
tanggapan konsumen, oleh karena itu
p e m a s a r h a r u s b e n a r - b e n a r
mempertimbangkannya untuk menyusun
strategi pemasaran.
2. Faktor Internal
Faktor internal dapat didefinisikan
sebagai kekuatan-kekuatan yang ada didalam
diri individu (konsumen), yang meliputi:
a. Faktor Pribadi
Kepribadian merupakan sistem yang
penting dalam mengetahui perbedaan
perilaku setiap individu. Ada beberapa
devinisi mengenai kepribadian seperti
yang diungkapkan oleh Mangkunegara
(2002:46) kepribadian dapat diartikan
sebagai suatu bentuk dari sifat-sifat yang
ada pada diri individu yang sangat
menentukan perilakunya.
b. Faktor Psikologis
faktor psikologis merupakan faktor yang
berada di dalam diri manusia yang tidak
berbentuk fisik tetapi pemicu dari faktor
psikologis bisa dari faktor eksternal yang
mempengaruhi psikis seseorang untuk
melakukan pembelian seseorang, faktor
psikologi berdasarkan teori para ahli
dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
1. Motivasi
Perilaku manusia ditimbulkan atau
dimulai dengan adanya motif.
Swastha dan Handoko (2000:78)
b e r p e n d a p a t b a h w a m o t i f
merupakan sua tu do rongan
kebutuhan dan keinginan individu
yang di arahkan pada tujuan untuk
memperoleh kepuasan. Menurut
Schiffman dan Kanuk (1991:69),
mengemukakan bahwa motivasi
dapat digambarkan sebagai daya
penggerak dalam diri individu yang
m e n d o r o n g m e r e k a u n t u k
melakukan tindakan. Disisi lain
Sperling dalam mangkunegara
(2002:11) mengemukakan bahwa
motif di devinisikan sebagai
kecenderungan untuk beraktivitas,
dimulai dengan dorongan dalam diri
(drive) dan diakhiri dengan
penyesuaian diri. Berdasarkan
pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa motivasi merupakan kondisi
(dorongan) yang menggerakan
konsumen un tuk memenuhi
kebutuhan dalam dirinya, agar
k o n s u m e n t e r s e b u t d a p a t
menyesuaikan dir i terhadap
lingkungannya .
2. Persepsi
Menurut Amirullah (2002:42)
persepsi diartikan sebagai proses
50
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200842
d i m a n a i n d i v i d u m e m i l i h ,
mengelola, dan menginterpretasi
kan stimulus kedalam bentuk arti
dan gambar. Persepsi di bentuk oleh
tiga pasang pengaruh, yaitu
karakteristik fisik dari stimuli,
h u b u n g a n s t i m u l i d e n g a n
sekelilingnya, dan kondisi-kondisi
di dalam diri kita sendiri.
Schifman dan Kanuk (1991:146)
mengemukakan bahwa “perception
is defined as the process by which an
individual selects, organizes, and
interprets stimuli into a meaningful
and coherent picture of the word”.
Jadi persepsi adalah proses dimana
individu memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan rangsangan
menjadi suatu gambaran dunia yang
berarti dan logis.
Assael (1992 : 127) menyatakan
bahwa “perception is the selection,
organization and interpretation of
marketing and environmental
stimuli into a coherent picture”.
Berdasarkan devinisi Assael, dapat
d i p a h a m i b a h w a p e r s e p s i
m e r u p a k a n p r o s e s s e l e k s i ,
organisasi dan interpretasi dari
r a n g s a n g a n p e m a s a r a n d a n
lingkungan kedalam gambaran yang
jelas.
Berdasarkan pernyataan di atas
dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses pemilihan,
pengorganisasian dan peng-
inteprestasian atas stimuli yang
diterima oleh konsumen melalui
lima indra, menjadi sesuatu yang
bermakna untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang berarti.
3. Sikap
Menurut Schiffman dan Kanuk
(1991:226) mengartikan sikap
sebagai ekspresi dari perasaan dalam
diri yang mencerminkan apakah
seseorang cenderung suka atau tidak
terhadap beberapa objek (merek,
jasa, perusahaan riteil). Sikap
menurut Swastha dan Irawan
( 1 9 9 7 : 1 1 4 ) y a i t u s u a t u
kecenderungan yang dipelajari
untuk bereaksi terhadap penawaran
produk dalam masalah yang baik
ataupun kurang baik secara
konsisten.
Berdasarkan kenyataan diatas dapat
d i s i m p u l k a n b a h w a s i k a p
merupakan suatu evaluasi konsep
secara menyeluruh tentang kesiapan
seseorang dalam melakukan suatu
tindakan terhadap suka atau tidak
suka, perasaan emosional yang
tindakannya cenderung ke arah
berbagai ide
Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Menurut Amirullah, (2002:61), “pengambilan
keputusan merupakan suatu proses penilaian dan
pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan
kepent ingan-kepent ingan ter tentu dengan
menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling
menguntungkan”. Sedangkan dalam konteks perilaku
konsumen, “pengambilan keputusan konsumen
sebagai suatu proses dimana konsumen melakukan
penilaian terhadap berbagai alternatif yang diperlukan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu”.
Definisi ini ingin menegaskan bahwa suatu keputusan
tidak harus memilih satu dari sejumlah alternatif, akan
tetapi keputusan harus didasarkan pada relevansi
antara masalah dengan tujuannya.
Proses pengambilan keputusan pembelian
dapat dipandang sebagai sebuah arus dari riset sampai
perancangan yang akhirnya menentukan alternatif
yang dipandang relevan. Proses pengambilan
keputusan pembelian melalui beberapa tahap yang
harus dilakukan. Amirullah (2002:65) menyebutkan
bahwa proses pengambilan keputusan pembelian
meliputi lima tahap utama, yaitu : pemahaman adanya
masalah, pencarian alternatif pemecahan, evaluasi
alternatif pembelian, penggunaan pasca pembelian
dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih. Adapun
penjabarannya sebagai berikut :
51
1. Pemahaman Adanya Masalah
Proses pengambilan keputusan konsumen
pertama kali diawali dengan adanya kesenjangan
antara apa yang diinginkan dengan kenyataan
yang sebenarnya. Sehingga konsumen menyadari
adanya suatu masalah dan merasa dia
membutuhkan dan menginginkan sesuatu.
2. Pencarian Alternatif Pemecahan
Setelah menyadari adanya masalah maka langkah
berikutnya adalah mencari informasi yang
relevan dari lingkungan luar untuk memecahkan
masalah atau mengaktifkan ingatan dari
pengetahuan. Adapun sumber informasi tersebut
dapat berasal dari : sumber pribadi (keluarga,
teman, tetangga), sumber komersial (iklan,
wiraniaga, penyalur kemasan, pajangan, sumber
publik, media masa), dan sumber pengalaman
(penanganan, pengkajian, dan pemakaian produk.
3. Evaluasi Alternatif
Dalam tahap ini konsumen dihadapkan pada
bagaimana memilih beberapa alternatif merek
atau nama produk yang tersedia. Dari berbagai
informasi yang diperoleh oleh konsumen, maka
konsumen melakukan seleksi atas alternatif-
alternatif yang tersedia.
4. Pembelian atau Pemilihan
Keputusan untuk membeli pada hakekatnya
terdiri dari sekumpulan keputusan. Ada dua faktor
yang mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu
sikap orang lain dan faktor tidak terduga. Sikap
orang lain akan mempengaruhi satu alternatif
yang disukai tergantung pada intensitas sikap
negatif pihak lain terhadap pilihan alternatif
konsumen dan motivasi konsumen tunduk pada
keinginan orang lain. Makin kuat intensitas sikap
negatif orang lain, dan makin dekat dengan orang
lain itu dengan konsumen, maka makin besar pula
kemungkinan konsumen untuk mengurungkan
niatnya untuk membeli sesuatu barang atau jasa.
Pada saat keputusan membeli itu datang, maka
faktor situasi tidak terduga muncul untuk
mengubah maksud pembelian.
5. Pasca Pembelian dan Evaluasi Ulang
Alternatif Yang Dipilih
Setelah membeli produk atau jasa, konsumen
akan mengalami beberapa tingkat kepuasan dan
ketidakpuasan. Kepuasan dan ketidakpuasan
konsumen dengan suatau produk atau jasa akan
mempengaruhi perilaku selanjutnya. Konsumen
yang merasakan kepuasannya akan menunjukkan
probabilitas yang lebih tinggi untuk membeli
produk atau jasa tersebut dan mengatakan
kebaikan produk atau jasa tersebut. Sebaliknya
orang yang tidak puas akan produk atau jasa yang
telah dikonsumsinya tersebut mereka akan
menghilangkan ketidakpuasannya dengan
membuang atau mengembalikan produk atau jasa
dan juga berusaha mengurangi ketidakpuasan
dengan mencari informasi yang mungkin
memperkuat nilai tinggi produk atau jasa tersebut.
Proses Pengambilan Keputusan Dalam
Perjalanan Berwisata
Menurut Maclntos dalam bukunya Yoeti (1996:85-87)
motivasi perjalanan wisata dapat di kelompokkan
sebagai berikut :
(1.) Physical Motivations
Hal ini banyak berhubungan dengan hasrat
untuk mengembalikan kondisi f is ik,
beristirahat, santai, berola raga atau
pemeliharaan kesehatan kegairahan bekerja
timbul kembali.
(2.) Cultural Motivations
Motivasi ini erat kaitannya dengan keinginan
pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan
wisata agar dapat melihat dan mengetahui
Negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya
serta adat istiadatnya yang berbeda dengan
Negara lainnya.
(3.) Interpersonal Motivations
Motivasinya didorong oleh keinginan
seseorang untuk mengunjungi sanak-keluarga,
kawan-kawan atau ingin menghindarkan diri
dari lingkungan kerja, ingin mencari teman-
teman baru dan lain-lain. Secara singkat untuk
melarikan diri dari kebutuhan rutin sehari-hari.
52
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200844
(4.) Status dan Prestige Motivations
Di sini motivasinya, suatu show, maksudnya
seseorang ingin untuk memperlihatkan siapa
dia, kedudukannya, statusnya dalam msyarakat
tertentu demi prestige pribadinya. Jadi sifat
perjalanan di sini sangat emosional dan
adakalanya dihubungkan dengan perjalanan
business, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan
lain-lain.
Kerangka Konseptual
Gambar 2.7 : Model Perilaku Konsumen
Keputusan Berwisata
(Y)
Faktor Budaya (X1)Kebiasaan
Kedaerehan
Faktor Sosial (X2)
Kelompok Acuan
Keluarga
Faktor Pribadi (X3)
Usia
Gaya Hidup
Perasaan diri
Faktor Psikologis (X4)Motivasi (X4.a)Persepsi (X4.b)Belajar (X4.c)Sikap (X4.d)
Hipotesis:
Hipotesis 1 : Terdapat pengaruh
secara Simultan prilaku
konsumen terhadap keputusan
berwisata.
Hipotesis 2 : Terdapat pengaruh secara
parsial prilaku konsaumen
terhadap keputusan berwisata.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
explanatory research atau penelitian penjelasan.
Menurut Singarimbun dalam Singarimbun dan
Effendi, (1995:5), penelitian penjelasan (explanatory
research) adalah penelitian yang menjelaskan
pengaruh dan hubungan kausal antara variabel-
variabel melalui pengujian hipotesis. Sedangkan
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei. Menurut Singarimbun dan Effendi,
(1995:3), penelitian survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data yang pokok.
Data dan sumber data
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh melalui
pengamatan langsung dari sumbernya, diamati,
diwawancarai dan dicatat dari responden yang
menjadi sasaran. Untuk data primer diperoleh
dengan menjaring sejumlah responden melalui
kuesioner yang secara langsung diisi atau di jawab
oleh responden yang bersangkutan. Responden
untuk data primer dalam penelitian ini adalah
pengunjung Obyek Wisata Ublan Pacet
Mojokerto.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan
dari sumber-sumber lain selain sumber data
primer. Data sekunder dalam penelitian ini berupa
dokumen-dokumen mengenai gambaran umum
perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan
informasi lain yang dapat melengkapi proses
penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan data secara
langsung.
2. Dokumentasi
Dalam melaksanakan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, cacatan harian, dan
sebagainya (Arikunto, 2002:135). Teknik ini
digunakan untuk mengambil data internal
perusahaan Seperti sejarah singkat, stuktur
organisasi, kegiatan perusahaan.
53
3. Interview
Merupakan teknik pengumpulan data dalam
metode survei yang menggunkan pertanyaan
secara lesan kepada subyek penelitian. Teknik
wawancara dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
melalui tatap muka atau melalui telepon. Sugiono
(2001:130) Dalam penelitian ini, interview
dilakukan kepada responden yang berwisata ke
Wisata Ubalan Pacet dan interview berkaitan
dengan alsan responden berwisata tersebut guna
untuk mendukung data penelitian.
4. Kuesioner
Untuk memperoleh kuesioner dengan hasil
mantap adalah dengan proses uji coba. Sampel
yang diambil untuk keperluan uji coba haruslah
sampel dari populasi di mana sampel peneliti akan
diambil. Arikunto (2002:201). Adapun menurut
Sugiono (2001:135) merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis pada responden untuk dijawabnya. Dalam
penelitian ini, koesioner dibagikan kepada
responden yang berwisata ke Wisata Ubalan
Pacet.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Nasir (1999:144),“ populasi merupakan
kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-
ciri yang telah ditetapkan”.Dalam penelitian ini
populasinya adalah wisatawan yang berkunjung
di Obyek Wisata Ubalan Pacet Mojokerto.
Tabel 3.1 :
Data Pengunjung Obyek Wisata Ubalan Pacet
18 Agustus – 31 Agustus 2007
TANGGAL-
BULAN-
TAHUN
PENGUNJUNG
18 - 08 - 2008
19 - 08 - 2008
85
79
20 - 08 - 2008
21 - 08 - 2008
22 - 08 - 2008
23 - 08 - 2008
24 - 08 - 2008
25 - 08 - 2008
26 - 08 - 2008
27 - 08 - 2008
28 - 08 - 2008
29 - 08 - 2008
30 - 08 - 2008
31 - 08 - 2008
69
96
36
109
567
98
103
123
108
46
136
634
Jumlah 2289
Sumber : Wisata Ubalan Pacet
2. Sampel Dan Teknik Sampling
Untuk menentukan jumlah sampel yang dipilih
digunakan rumus Slovin dalam (Husein Umar,
2002:141) yaitu sebagai berikut:
( )2+1
=eN
Nn
Dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persentase kelonggaran yaitu sebesar 10%
Dengan menggunakan rumus tersebut maka dapat
dihitung jumlah sampel sebagai berikut:
96
85,95)1,0(22631
22892
=
=+
=n
Jadi dalam penelitian ini jumlah populasi yang di
jadikan sempel dibulatkan menjadi sebanyak 96
orang.
54
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200846
Teknik Sampling
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan
adalah dengan menggunakan metode Simple Random
Sampling. Dalam metode simpel random sampling
populasi yang diteliti dianggap homogen.
Pengambilan sampel anggota populasi dilakukan
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu (Sugiono, 2004:74).
Skala Pengukuran
Dalam penelitian ini digunakan Skala Likert.
Menurut Singarimbun dan Effendi, (1995:111),
“Skala Likert merupakan cara pengukuran yang
berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap
seseorang (Responden) terhadap sesuatu.”
Tingkat dan skala pengukuran yang digunakan
adalah Tingkat Ukuran Ordinal dengan menggunakan
Skala Likert, dimana responden diminta mengisi
daftar pertanyaan dengan jumlah kategori sebanyak
lima dan semua jawaban responden dihitung
menggunakan skor yaitu. Umumnya, masing-masing
item scale mempunyai kategori yang berkisar antara
”sangat setujuh” dan sangat tidak setujuh”. Menurut
Singarimbun dan Effendi (1989: 111) menentukan
skor atas setiap pertanyaan dalam kuesioner yang
disebarkan dengan menggunkan skala. cara
pengukuran adalah dengan menghadapkan seorang
responden dengan sebuah pertanyaan dan kemudian
diminta untuk memberi jawaban:
a. Jawaban sangat setuju diberi skor 5
b. Jawaban setuju diberi skor 4
c. Jawaban ragu-ragu diberi skor 3
d. Jawaban tidak setuju diberi skor 2
e. Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1
Definisi Operasional Variabel
55
Tekhnik Analisis Yang Digunakan.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Ada syarat penting yang berlaku pada sebuah
kuesioner, yaitu valid dan reliable. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika item-item pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut. Sedangkan kuesioner tersebut
reliabel apabila jawaban responden terhadap variable-
variabel tersebut konsisten dari waktu ke waktu atau
jawaban yang diberikan yang satu dengan yang lain
akan sama. Jika item-item kuesioner tersebut bisa
dijadikan prediktor variabel yang diteliti.
Item-item tersebut jika mempunyai nilai validitas
> dari 0,03 maka item-item tersebut dikatakan valid
dan probailitas lebih kecil dari 0,05, Sedangkan jika
variabel-variabel tersebut mempunyai cronbach's
alpha (a) > 60% (0,06) maka variabel tersebut
Uji validitas dan relibilitas variabel bebas (X)
Tabel 4.14: Variabel X1 (Budaya)
Tabel 4.15: Variabel X2 (Sosial)
Tabel 4.16 Variabel X3 (Pribadi)
Tabel 4.17: Motivasi (X4)
Tabel 4.17:Persepsi (X5)
Tabel 4.18 :Belajar (X6)
Tabel 4.19: Sikap (X7)
Berdasarkan tabel diatas pertanyaan
variabel beb\as (X) dapat disimpulkan bahwa
setiap item kuesioner yang diberikan kepada
responden sudah valid dan reliabel. Hal ini
terbukti bahwa validitasnya > 0,030 dan
probabilitasnya kurang dari 0,05 yaitu 0,000
sedangkan cronbach's alphanya > 60% (0,06).
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y
(Keputusan Berwisata)
Tabel 4.20: Pengenalan kebutuhan (Y1)
Tabel 4.21: Pencarian informasi (Y2)
57
dikatakan reliabel. Dalam penelitian ini kevalidan dan
kereliabelan dapat diuraikan sebagai berikut :
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200848
Tabel 4.21: Alternative pilihan (Y3)
Tabel 4.22: Pilihan pembelian (Y4)
Tabel 4.22: Evaluasi pembelian (Y5)
Berdasarkan tabel diatas pertanyaan variabel terikat
(Y) dapat disimpulkan bahwa setiap item kuesioner
yang diberikan kepada responden sudah valid dan
reliabel. Hal ini terbukti bahwa validitasnya > 0,030
dan probabilitasnya kurang dari 0,05 yaitu 0,000
sedangkan cronbach's alphanya > 60% (0,06).
Metode Siccessive Interval (MSI)
Multi regresi linier merupakan statistik parametrik
yang pengolahan datanya harus berbentuk interval,
karena data dari pengisian kuisioner merupakan data
yang berskala ordinal maka perlu adanya tranformasi
data dari data ordinal ke data interval. Metode yang
digunakan dalam tranformasi data adalah Metode
Siccessive Interval (MSI), dalam metode ini
diharapkan jawaban dari responden akan
mencerminkan yang sebenarnya dengan cara
menghitung proporsi, proporsi kumulatif nilai batas
atas (bondary value) nilai rataan interval (mean value
of interval) dari setiap pertanyaan dan selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran. Setelah data berbentuk
interval maka dapat dilakukan Multi regresi linier.
1. Uji Normalitas Data
Dilihat dari uji kolmogorov-smirnov test nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) > á (0,05). Data
menunjukan normalitas.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
1. Uji Heteroskedastisitas
Coefficients
a Dependent Variable: ABRES
58
Untuk mengetahui ada tidaknya heterodastisitas
pola yang terjadi pada nilai residu pada model
diatas mengunakan metode park gleyser, gejala
heteroskedastisitas akan ditunjukkan dengan
koefisien regresi dari masing-masing variabel
independent terhadap nilai absolut residunya (e),
jika nilai probabilitasnya lebih besar dari nilai
alphanya (0,05), maka dapat dipastikan model
tidak mengandung heteroskedastisitas.
2.Uji Multikolinieritas
Coefficients
a Dependent Variable: (Y)
Uji multikol dengan metode VIF (Varian Inflator
Faktor), menurut Algafari jika nilai VIF tidak
lebih dari 5, maka model tidak terdapat
multikolinieritas atau tidak ada hubungan antar
variabel bebas, selain menggunakan VIF, dapat
pula dengan melihat besarnya nilai koifisien
korelasi antar variabel bebas tidak lebih dari 0,5
maka model tersebut tidak mengalami
multikolinieritas. Dilihat dari tabel dibawah ini
bahwa nilai yang menunjukan lebih dari lima
adalah yaitu budaya (X1) dan motivasi (X4a)
kedua variabel tersebut mengalalami multikol.
Dan berdasarkan output pada coeficients model
dikatakan tidak terjadi multikolinier, karena nilai
korelasi antarvariabel bebasnya < 0,5.
3.Uji Linieritas
Scatterplot
Dependent Variable: Berwisata
Regression Standardized Predicted Value
210-1-2-3
Re
gre
ss
ion
Sta
nd
ard
ize
dR
es
idu
al
3
2
1
0
-1
-2
-3
Asumsi linieritas terpenuhi jika plot antara nilai
residual terstandarisasi tidak membentuk suatu
pola tertentu (acak). Dari print out diatas, nampak
bahwa plot antara nilai residual terstandarisasi
dengan nilai prediksi terstandarisasi tidak
membentuk suatu pola tertentu, namun demikian,
cara mendeteksi linieritas dengan mengunakan
gambar diangap masih kurang objektif, sehingga
masih dibutuhkan alat analisis Mackinnon-White-
Davidson (MWD).
Coefficients
a Dependent Variable: Berwisata
59
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200850
Coefficients
a Dependent Variable: Berwisata
Model dikatakan linier jika :
t test untuk variabel Z1 < t-tabel, sig. Z1 = á
t test untuk variabel Z2 < t-tabel, sig. Z2 = á
Kesimpulan :
Jika Z1 dan Z2 linier, maka model menggunakan
persamaan linier.
Jika Z1 dan Z2 non linier, maka model
menggunakan persamaan non linier .
Jika salah satau non linier, maka model boleh
menggunakan persamaan linier dan non linier
Data diatas menunjukkan bahwa nilai Z1
signifikanya lebih besar dari á 0,05 atau dapat
diakatakan linier dan Z2 signifikanya lebih kecil
dari á 0,05 atau dapat dikatakan linier, melihat
dari kesimpulan diatas menggunakan Mackinnon-
White-Davidson (MWD), maka model
mengunakan linier karena melihat kesimpulan
diatas.
4. Uji Autocorrelation
Digunakan untuk mencari apakah ada pengaruh
autocorrellatian, jika Durbin Watson lebih dara 2,
maka model regresinya tidak mengalami auto
korelasi dari hasil regresi linier dibawah ini nuilai
Durbin Watson menunjukkan 1.823, kurang dari
2, jadi model regresi mengalami autocorrelation.
Model Summary
a Predictors: (Constant), Sikap, Budaya, Persepsi, Sosial, Belajar, b Dependent Variable: Berwisata
Dari tabel diatas dapat disimpulkan nilai dari
durbin watson 1,839 denga N= 96 , K = 7,
maka akan diperoleh dL = 1,515 dan dU =
1,825 sehingga nilai 4 - dL sebesar 4 - 1,515 =
2,485, sedangkan nilai 4 – dU sebesar 4 –
1,825 = 2,175. Dari penjabaran diatas nilai
Durbin-Watson diantara 1,825 - 2,175
sehingga nilai Durbin Watson 1,839 di daerah
tidak ada autokorelasi.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur
seberapa besar pengaruh dari variabel bebas yakni
perilaku konsumen (X) terhadap variabel terikat yakni
keputusan berwisata (Y). Agar diperoleh hasil
perhitungan koefisien regresi yang tepat dalam
pengolahan data digunakan bantuan komputer
program SPSS 15.00 for Windows. Hasil uji regresi
linier berganda dapat dilihat sebagaimana berikut :
60
a Predictors: (Constant), Sikap, Budaya,
Persepsi, Sosial, Belajar, Motivasi,
Pribadi
b Dependent Variable : Berwisata
Coefficients
a Dependent Variable: Berwisata
Di ketahui bahwa besarnya korelasi atau keeratan
hubungan antara Variabel Budaya (X1), Sosial (X2),
Pribadi (X3), Psikologi (X4), terhadap keputusan
dalam berwisata (Y) ditunjukkan dengan koefisien
korelasi sebesar 0,931 sehingga dapat diartikan
terdapat tingkat koerelasi yang sangat kuat antara
variabel prilaku konsumen dengan variabel
keputuasan berwisata.
Besarnya kontribusi variabel (X1), (X2), (X3),
dan (X4) terhadap keputusan berwisata (Y)
ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Sequere sebesar
0,861 Angka ini menunjukkan bahwa variabel (X)
memberikan kontribusi terhadap variabel keputusan
berwisata (Y) sebesar 85,5% sedang sisanya sebesar
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Dari hasil analisis regresi linier berganda
diformulasikan sebagai berikut :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e
Y = 4,337 + 1,023 X + 0,880 X + 0,361 X + 1 2 3
+ 0,348 X + 0,243 X + 0,691X + 0,677 X4 5 6 7
Berdasarkan model regresi diatas dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Konstanta intersep sebesar 4,337 meruapakan
perpotongan garis regresi dengan sumbu Y, yang
berarti menganggap konstanta sama dengan nol
maka, akan mempengaruhi keputusan berwisata
(Y) sebesar 4,337.
2. Untuk konstribusi dari (X1), apabila faktor
budaya meningkat 1 satuan maka, akan
mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar
1,023 satuan dengan asumsi bahwa faktor yang
lainya konstan.
3. Untuk konstribusi dari (X2), apabila faktor sosial
meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi
keputusan berwisata (Y) sebesar 0,880 satuan
dengan asumsi dengan asumsi bahwa faktor yang
lainya konstan.
4. Untuk konstribusi dari (X3), apabila faktor
Pribadi meningkat 1 satuan maka, akan
mempengaruhi keputusan berwisata (Y) sebesar
0,361 satuan dengan asumsi bahwa faktor yang
lainya konstan.
5. Untuk konstribusi (X4), apabila faktor motivasi
meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi
keputusan berwisata (Y) sebesar 0,348 satuan
dengan asumsi bahwa faktor yang lain konstan.
6. Untuk konstribusi (X5), apabila faktor persepsi
meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi
keputusan berwisata (Y) sebesar 0,243 satuan
dengan asumsi bahwa faktor yang lain konstan.
7. Untuk konstribusi (X6), apabila faktor belajar
meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi
keputusan berwisata (Y) sebesar 0,691 dengan
asumsi bahwa faktor yang lain konstan.
8. Untuk konstribusi (X7), apabila faktor sikap
meningkat 1 satuan maka, akan mempengaruhi
keputusan berwisata (Y) sebesar 0,677 dengan
asumsi bahwa faktor yang lain konstan.
Pengujian Hipotesis
1. Uji F (Simultan)
Untuk menguji ada tidaknya peran variabel
independent secara bersama-sama terhadap
dependent dapat diketahui dengan menggunakan
uji F. Uji F dilakukan dengan membandingkan
nilai F hitung > F tabel dengan signikansi 0,05,
Hasil F tabel atau nilai kritis uji F, dengan tingkat
signifikansi 5% dan df = (n – k - 1) = (96-7-1) = 88
dan dk 7
61
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200852
Dari hasil regresi linier berganda dapat diketahui
bahwa F hitung sebesar 81.140 sedangkan
signifikansi 0,000 < 0,05, dan F tabel dalam tabel
tidak ada maka dilakukan interpolasi.
F tabel 80 diperoleh 2,12 dan F tabel 100
diperoleh 2,10. maka
F
80100
10,212,2
-
-=
F = 0,1
F tabel = nilai interval N x F rata-rata (88 - 80 = 8)
0,1 x 8 = 0,8, jadi nilai F tabel = 2,12 - 0,8 = 2,11
(penentuan -/+ ditentukan karakteristik F tabel)
Karena nilai F hitung 81.140 > F tabel 2,11, maka
hipotesis ha terbukti berpengaruh dan ho tidak
terbukti maka ha diterima dan ho ditolak, bahwa
secara simultan perilaku konsumen berpengaruh
significan terhadap keputusan berwisata.
2. Uji t (Parsial)
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independent
terhadap variabel dependent . Cara
p e n g u j i a n n y a a d a l a h d e n g a n
membandingkan nilai signifikansi t hitung dan t tabel dengan signifikansi 0,05, jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan ha diterima ataupun sebaliknya. Hasil t tabel, dengan tingkat signifikansi 5% dan df = (n – 1) = (96 - 1) = 95, karena t tabel tidak ada maka dilakukan interpolasi :t tabel 60 diperoleh 2,000 dan t tabel 120 diperoleh 1,980.
600120
980,100,2
-
-=t
t = 0,333
t tabel = nilai interval N x t rata-rata (95 - 60 =
35)
0,333 x 35 = 11,65. jadi nilai t tabel = 1,980
+11,65 = 1,992 (penentuan -/+ ditentukan
karakteristik t tabel)
a) Faktor Budaya (X1)
Hasil pengolahan data menunjukan nilai t
hitung 5,255 > 1,992 t tabel, apabila melihat
angka signifikansi yakni sebesar 0,00 < 0,05,
Budaya mempunyai pengaruh (signifikan) terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.
b) Faktor Sosial (X2)Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 4,214 > 1,992 t tabel. Sedangkan
apabila melihat angka signifikansi yakni
sebesar 0,000 < 0,05 maka variabel faktor
sosial mempunyai pengaruh (signifikan)
terhadap keputusan konsumen,artinya bahwa
Ho ditolak dan Ha diterima.
c) Faktor Pribadi (X3)
Hasil pengolahan data menunjukan nilai t
hitung 2,194 > 1,992 t tabel, Sedangkan
apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,031 < 0,05 maka variabel pribadi mempunyai pengaruh (signifikan) terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.
d) Faktor Motivasi (X4)Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 1,694 < 1,992 t tabel, Sedangkan
apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,094 > 0,05 maka faktor motivasi
tidak berpengaruh terhadap keputusan
konsumen artinya bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak.
e) Faktor Persepsi (X5)
Hasil pengolahan data menunjukan nilai t
hitung 1,493 < 1,992 t tabel, Sedangkan
apabila melihat angka signifikansi yakni
sebesar 0,139 > 0,05 maka faktor persepsi
tidak berpengaruh terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ho diterima dan Ha ditolak.
f) Faktor Belajar (X6)Hasil pengolahan data menunjukan nilai t hitung 4,170 > 1,992 t tabel, Sedangkan
apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar 0,00 < 0,05 maka faktor Belajar berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ha diterima dan Ho
ditolak.
g) Faktor Sikap (X4)
Hasil pengolahan data menunjukan nilai t
hitung 3,098 > 1,992 t tabel, Sedangkan
62
apabila melihat angka signifikansi yakni sebesar
0,003 < 0,05 maka faktor siakap berpengaruh
terhadap keputusan konsumen artinya bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak. Hasil dari penelitian kali
ini ternyata mampu memantapkan teori tentang
perilaku konsumen yang telah diungkapkan oleh
Philip Kotler, Engel dan Blackweel dan kanu dan
scifman dimana perilaku konsumen merupakan
sejumlah tindakan-tindakan nyata individu
(konsumen) yang dipengaruhi oleh faktor internal
d a n e k s t e r n a l d a l a m m e m i l i h d a n
m e m p e rg u n a k a n b a r a n g - b a r a n g y a n g
diinginkannya dan faktor yang paling signifikan
adalah faktor budaya mempengaruhi perilaku
konsumen dalam berwisata.
Simpulan
Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumen berpengaruh secara simultan
signifikan terhadap keputusan konsumen dalam
berwisata ini berarti teori yang ditulis oleh para ahli
terbukti bahwa prilaku konsumen sebagai dasar untuk
mengelola dan mengembangkan bisnis, dan secara
parsial factor yang mempunyai pengaruh significan
adalah faktor budaya, factor social, factor pribadi,
factor belajar dan factor sikap, pengaruh perilaku
konsumen yang terbesar mempengaruhi adalah factor
budaya, sedangkan factor yang tidak mempunyai
pengaruh adalah motivasi dan persepsi dikarenakan
internal perusahaan tidak cukup menstimulasi
konsumen dalam berwisata dan yang paling besar
pengaruhnya adalah factor budaya dikarenakan
pengaruh tempat yang strategis.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
penulis, maka ada beberapa saran yang perlu menjadi
pertimbangan antara lain dari hasil perhitungan uji t
(parsial) diketahui bahwa faktor budaya, faktor sosial,
faktor pribadi, faktor belajar dan faktor sikap
berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam
berwisata sedangkan dari hasi uji parsial faktor
motivasi dan faktor persepsi terhadap internal
perusahaan tidak cukup mempengaruhi konsumen
dalam berwisata. berdasarkan hasil penelitaian diatas
maka tidak lain yang harus dilakukan oleh pihak
manajemen obyek Wisata Ubalan Pacet harus bisa
memaksimalkan potensi-potensi yang dapat di
jadikan stimulator konsumen dalam berwisata, agar
motivasi dan persepsi terhadap Obyek Wisata Ubalan
Pacet tidak mempunyai nilai negatif, maka yang harus
dilakukan manajemen yaitu dengan melakukan
inovasi-inovasi fasilitas, inovasi pemasaran dan yang
paling penting harapan dari penulis buatlah obyek
Wisata Ubalan sebagai obyek wisata yang mempunyai
peranan dalam mengembangkan segi keilmuan
dangan membuat fasilitas yang dapat mencerdaskan
bangsa tidak hanya untuk menyenangkan pengunjung
tetapi juga mendidik pengunjung agar prilaku hidup
konsumen sesuai dengan budaya bangsa dan harapan
bangsa ini.
63
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200854
Amirullah, 2002. Perilaku Konsumen. Penerbit
Gema Ilmu, Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi
V. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Engel, James, dkk, 1994. Perilaku Konsumen Jilid !
dan 2. Penerbit Bina Rupa Aksara,
Jakarta.
Al Rasyid, Harun (1993), Teknik Penarikan Dan
Penyusunan skala, Universitas Padjajaran
Bandung,
Hadinoto, Kusudianto, 1996. Perencanaan
Pengembangan Destinasi Pariwisata.
Penerbit UI Press, Jakarta.
Kotler, Philip, 2002. Manajemen Pemasaran.
Penerbit Prenhallindo, Jakarta.
Kuncoro, Mudajat, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis
Dan Ekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Malhotra, Naresh K, 2005. Riset Pemasaran
Pendekatan Terapan. Penerbit Indeks,
Jakarta.
64
Pendit, Nyoman s, 1986. Ilmu Pariwisata Sebuah
Pengantar Perdana. Penerbit Pradnya Paramita,
Jakarta.
Prabu Mangkunegara, Anwar, 2002. Perilaku
Konsumen. Edisi Revisi, Penerbit PT.
Refika Aditama, Bandung.
Singarumbun, Masri dan Sofyan Effendi, 1989.
Metode Penelitian Survey. Penerbit LP3ES,
Jakarta.
Simamora, Bilson, 2004. Panduan Riset Perilaku
Konsumen. Penerbit PT. Gramedika
Pustaka Utama, Jakarta.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit
Alfabeta, Bandung.
Swastha, Basu Dharmesta Dan T. Hani Handoko,
2000. Manajemen Pemasaran Analisa
Perilaku Konsumen. Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
Yoeti, Oka A, 1978. Pemasaran Pariwisata.
Penerbit Angkasa, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdiana, dosen Univ Islam Majapahit Mojokerto
PENGARUH KOMPENTENSI, KREATIVITAS, PERSEPSI DAN KONDISI, POTENSI WAJIB PEMUNGUT TERHADAP EFEKTIVITAS
PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR.
Abstract
As one of the micro economy unit, traditional market has enough contribution to back up the economic
condition especially for grass root citizen. One of the energy of traditional market is from daily retribution
which is taken from the seller using the blocks in market. The problem is about seller perception that
retribution is not an energy to make synergy between seller and market itself but as black fare which is to hard
for seller. Here needed a way to socialite to all seller in the market.
Kebijaksanaan keuangan yang dilakukan oleh
pemerintah dibedakan ke dalam kebijaksanaan
moneter, fiskal, dan keuangan internasional (Ibnu
Syamsi ) , Kebi jaksanaan moneter ada lah
kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan
jumlah uang yang beredar dalam suatu negara.
Kebijaksanaan fiskal adalah kebijaksanaan
pemerintah yang berkenaan dengan penerimaan dan
pengeluaran uang oleh pemerintah. Sedangkan
kebijaksanaan keuangan internasional adalah
kebijaksanaan pemerintah yang berhubungan dengan
perdagangan dan pembayaran internasional.
Kebijaksanaan moneter, fiskal, dan keuangan
internasional dilakukan oleh pemerintah pusat,
sedangkan bagi pemerintah daerah kebijaksanaan
fiskal memegang peranan penting. Realisasi
kebijaksanaan ini berupa kebijaksanaan anggaran.
Dari UU RI Nomor 22 tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan dua prinsip
keuangan daerah, yaitu : 1) Untuk menyelenggarakan
otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung
jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan
menggali sumber keuangan sendiri, yang didukung
oleh perimbangan keuangan antar pemerintah pusat
d a n d a e r a h s e r t a a n t a r a p r o p i n s i d a n
kabupaten/Kabupaten yang merupakan prasyarat
dalam sistem pemerintahan daerah, 2) Dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah kewenangan-
kewenangan yang melekat pada setiap kewenangan-
kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan
daerah.
Sedangkan perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah ditemui pada pasal 1 UU
RI Nomor 20 tahun 1999 yang menyebutkan bahwa
perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan
daerah adalah suatu sistem pembiayaan dalam rangka
negara kesatuan, yang mencakup pembagian
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta
pemerataan antar daerah. Selain proporsional,
demokrat is , adi l , dan t rasparan dengan
memperhatikan potensi, kondisi, dan kebutuhan
daerah, sejalan dengan kewajiban dengan pembagian
kewenangan serta tata cara penyelenggaraan
kewenangan tersebut termasuk pengolahan dan
pengawasan keuangannya.
Konsep dan Pengukuran Efektifitas Organisasi
Konsep efektifitas maka pencapaian tujuan
organisasi (Pemda) harus didasarkan pada konsep
pengelolaan. Oleh sebab itu manajemen atau
pengelolaan ada dimana saja dan kapan saja,
menyangkut berbagai aspek kehidupan dan
penghidupan. Kegiatan pemerintahan yang
dilaksanakan oleh para Manajemen di bidang apapun
selalu mengikuti ilmu dan seni. Oleh karena itu,
pemanfaatan teori-teori manajemen dalam
pemerintahan merupakan keharusan. Disamping itu
bersama-sama dengan seni bertindak yang sebaik-
baiknya tidak boleh ditinggalkan dan didukung
kebenaran sumber daya manusia maupun material
Nurdiana
65
melalui kegiatan yang terencana, terarah, dan terpadu
sanpai pada proses penganggaran.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas
Pengelolaan Restribusi
Susilo (1996:42) menyatakan pengelolaan
PAD (termasuk di dalamnya adalah retribusi pasar)
pada dasarnya di samping dipengaruhi oleh potensi
ekonomi daerah juga dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Faktor lain yang dimaksud adalah faktor internal
(yang dikontrol) dan faktor eksternal (yang tidak
dapat dikontrol). Adapun faktor internal terdiri dari
(1) organisasi dan perencanaan, (2) sistem dan
prosedur, (3) koordinsi dan kemampuan personil, (4)
sarana dan prasarana yang dimiliki, (5) insentid dan
data dasar. Sedangkan faktor eksternal (1) kesadaran
wajib pajak/retribusi, (2) pertumbuhan obyek
penerimaan, (3) kondisi obyek penerimaan, (4)
kebijakan pemerintah pusat, (5) perekonomian
daerah.
Konsep Desentralisasi dan Otonomi
Tentang konsep desentralisasi telah banyak
definisi yang diberikan misalnya dari United Nation
(1992 :30, Rondinelli (1981) dalam Solichin
(1995:11), Riggs (1996:407), Bryant (1989:213),
Smith (1985), Shabbir Cheema (1983) dan R. Meddic
(1983), Tordoff (1994:556) yang pada prinsipnya
mendefinisikan desentralisasi sebagai pelimpahan
wewenang dan tanggung jawab atau kekuasaan untuk
penyelenggarakan sebagian atau seluruh fungsi
manajemen dan administrasi pemerintahan dari
pemerintah pusat dan lembaga-lembaganya kepada
unit pelaksana pusat di daerah, unit sub nasional atau
pemerintah bawahannya, pejabat pemerintah atau
perusahaan yang bersifat semi otonom, kewenangan
fungsional lingkup regional daerah, lembaga non
pemerintahan lembaga swadaya masyarakat.
Desentralisasi di Indonesia, secara yuridis
bersumber dari pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945
beserta penjelasan, diantara disebutkan bahwa
wilayah Indonesia dibagi ke dalam daerah-daerah,
baik bersifat otonom maupun yang bersifat
administratif (Ichsan, 1997:17). Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa Republik Indonesia adalah
negara kesatuan yang didesentralisasikan (Kaho,
1997:5). Menurut Koswara (1998:151) pemberian
otonomi kepada daerah manifestasinya berupa
penyerahan sebagian urusan pemerintahan dan
sumber-sumber pembiayaan kepada daerah yang pada
dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab
darah sepenuhnya dalam pelaksanaannya dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Menurut Kaho (2997:60) bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
otonomi darah adalah : (1) manusia pelaksanaannya
harus baik, (2) keuangan harus cukup dan baik, (3)
peralatannya harus cukup dan baik, (4) organisasi dan
manajemennya harus baik.
Arti dan Peranan Keuangan Daerah
Pengertian keuangan, menurut Friedlaender
(1983) adalah segala bentuk kekayaan atau harta
benda yang dapat dinilai dengan uang, atau segala
kekayaan dalam bentuk apapun baik yang terpisah
maupun tidak. Menurut M. Ichsan (1997:16)
keuangan adalah segala sesuatu yang mempunyai
harga (uang atau yang dapat disamakan dengan itu)
yang dimiliki dan dikelola oleh organisasi tersebut.
Sedangkan menurut Mamesh (1995:16) keuangan
adalah rangkaian kegiatan dan prosedur dalam
mengelola keuangan baik pembiayaan secara tertib,
sah, hemat, berdaya guna dan berhasil guna.
Bertolak dari pengertian keuangan di atas, maka
akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pemgertian
daerah, menurut Nurpratiwi (1997:17) daerah adalah
lingkungan atau wilayah tertentu yang merupakan
bagian dari pada negara. Sementara itu menurut J.
Wayong (1988) kata daerah pada dasarnya
mempunyai dua arti suatu kesatuan lingkungan yang
lebih besar. Dalam istilah selanjutnya daerah
dipertegas dengan kata otonom, yang berasal dari kata
autos yaitu sendiri dan nomos yang berarti
memerintah.
Sehubungan dengan itu keuangan daerah
merupakan salah satu faktor penting dalam mengukur
secara nyata kemampuan daerah dalam melaksanakan
otonomi. Menurut Kaho (1997:123) salah satu kriteria
penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan
daerah dalam mengatur dan mengurus rumah
66
tangganya adalah kemampuan “self-supporting”
dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain,
faktor keuangan daerah merupakan faktor essensial
dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam
melaksanakan otonominya.
Sumber-Sumber Penerimaan Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS)
sebagai sumber penerimaan murni daerah, maka yang
menjadi sumber penerimaan daerah diluar subsidi
adalah : pajak daerah, retribuai daerah, bagian laba
BUMD, penerimaan dinas-dinas dan penerimaan
lainnya (UU NO. 5 tahun 1974, pasal 55). Pendapatan
ini sering disebut sebagai “pendapatan asli daerah
sendiri (PADS)”. Sementara itu, Kaho (1997:126)
membagi pendapatan asli daerah dalam (1) hasil pajak
daerah, (2) hasil retribusi daerah, (3) hasil perusahaan
daerah, dan (4) lain-lain usaha daerah yang sah. Pada
pasal 79 Undang-Undang RI No. 22 tahun 1999
disebutkan sumber pendapatan asli daerah terdiri atas
: a. Pendapatan asli daerah, yaitu : 1) hasil pajak
daerah, 2) hasil retribusi daerah, 3) hasil perusahaan
milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan dan 4) lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah, b. Dana perimbangan, c. Pinjaman
daerah; dan d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pada pasal 12 PP No. 5 tahun 1975 dilandaskan
bahwa Kepala Daerah harus menjaga terhadap
Peraturan-Peraturan Daerah dan ketentuan lain
mengenai penghasi lan daerah di ja lankan
sebagaimana mestinya. Keharusan ini terkandung
maksud bahwa fungsi pemerintahan yang menjadi
tugas pejabat atau instansi pelaksana atau yang
menjalankan pimpinan sehari-hari harus memelihara
dan melaksanakan ketentuan pasal 12 PP No. 5 tahun
1975 dalam melaksanakan pemungutan Pendapatan
Daerah. Maka dari pasal 12 di atas mencirikan bahwa
realitas hubungan fiskal antara pusat daerah ditandai
dengan tinggi kontrol pusat terhadap proses
pembangunan daerah. Keadaan ini jelas terlihat dari
rendahnya proporsi PAD terhadap total pendapatan
daerah dibandingkan dengan besarnya subsidi
(grants) yang dirop dari pysat. Hal ini penting
mengingat indikator sentralisasi fiskal adalah rasio
antara PAD dengan total pendapatan daerah.
Sebagaimana dinyatakan oleh Andrews (1995: 118)
mengartikan pendapatan asli daerah adalah sebagai
proporsi pendapatan propinsi dan kabupaten yang
diperoleh darei sumber-sumber diluar subsidi dari
pemerintah atasnya. Dalam versi lain Kristiadi
(1992:47) menyatakan bahwa pendapatan daerah
merupakan penyerahan sumber pajak kepada daerah
untuk dipungut pajak daerah termasuk retribusi
daerah dan pendapatan lain.
Retribusi dan Ciri-Ciri Kendala-Kendala
Pelaksanaannya
Retribusi daerah tercantum dalam pasal 3
Undang-Undang Darurat Nomor 12 tahun 1957 yang
berisi : Retribusi daerah ialah pungutan daerah
sebagai pembayaran pemakaian atau karena
memperoleh jasa pekerjaan usaha atau milik daerah
bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang
diberikan oleh daerah. Dengan retribusi tidak
dimasukkan pembayaran yang dipungut oleh daerah
sebagai penyelenggaraan perusahaan atau usaha yang
dapat dianggap sebagai perusahaan.
Definisi lain (Soedargo, 1964:1) menyebutkan
bahwa retribusi adalah suatu pungutan sebagai
pembayaran untuk jasa yang oleh negara secara
langsung diberikan kepada yang berkepentingan.
Semula kerangka ketentuan mengenai retribusi
daerah ini diatur dalam Pasal 58 Undang-undang
Nomor 5/74 yang menekankan bahwa dengan
Undang-Undang ditetapkan Ketentuan Pokok tentang
pajak dan retribusi daerah. Karena Undang-Undang
sebagaimana yang dimaksudkan dalam ketentuan ini
sampai saat ini belum ada, maka dalam bidang
keuangan daerah ini masih diberlakukan peraturan
yang lama seperti Undang-Undang No. 32/1956.
Undang-Undang Nomor 122/1957 tentang Retribusi
daerah dan berbagai macam peraturan pemerintah
serta peraturan pelaksanaan lainnya dari semua
undang-undang tersebut. Namun dengan adanya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun
1997 secara tegas telah diketahui kejelasan dari
retribusi seperti dituangkan dalam butir 26 pasal 1
disebutkan bahwa retribusi daerah, yang selanjutnya
disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu
67
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200858
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan. Sedangkan pada butir 6 disebutkan Pajak
Daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang
yang dapat dipaksanakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Soedargo, retribusi ialah suatu
pungutan sebagai pembayaran untuk jasa yang oleh
negara secara langsung diberikan kepada yang
berkepentingan. Sedangkan Munawir (1980:5),
retribusi ialah iuran kepada pemerintah yang dapat
dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat
ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena
siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari
pemerintah, dia tidak dikenakan iuran itu.
Dari pengertian di atas, dapat diketahui ciri-ciri
yang mendasar dari retribusi, seperti disebutkan oleh
Kaho (1988:47), yaitu : Retribusi dipungut oleh
negara, Dalam pemungutannya terdapat paksaan
secara ekonomis, Adanya kontraprestasi (balas jasa)
yang secara langsung dapat ditunjuk, Dikenakan pada
setiap orang atau badan yang menggunakan atau
mengeyam jasa-jasa yang disiapkan oleh negara.
Disebutkan pula bahwa sifat-sifat retribusi
antara lain 1) Paksaannya bersifat ekonomis, 2) Ada
imbalan langsung kepada pembayar dan 3) Walaupun
memenuhi persyaratan-persyaratan formal dan
material tetapi tetap ada alternatif untuk mau atau
tidak mau membayar.
Retribusi merupakan pungutan yang umumnya
budgetingnya tidak menonjol. Dalam hal-hal tertentu
retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan
tertentu, tetapi dalam banyak hal lebih dari
pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan
anggota masyarakat.
Model Hipotesis
Aspek-aspek manajerial adalah bersumber dari
dalam organisasi atau dengan kata lain disebut dengan
faktor intern. Sedangkan faktor ekstern yang paling
berperan adalah kondisi dan potensi wajib pungut
retribusi. Oleh karena itu dapat dikembangkan model
hipotesis sebagai berikut :
Variabel
Bebas
KONDISI DAN POTENSI WAJIB
PUNGUT RETRIBUSI
KOMPETENSI KEPALA PASAR
KREATIVITAS
KEPALA PASAR
PERSEPSIKEPALA PASAR
EFEKTIVITASPENERIMAAN
RETRIBUSI PASAR
Variabel Tidak Bebas
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan untuk
penelitian ini adalah penelitian eksplanatif, hal ini
sesuai dengan tujuan penelitian dalam
kompleksitas masalah serta kepenadan teori yang
digunakan seperti dikatakan oleh Faisal (1992)
d imaksudkan un tuk menemukan dan
mengembangkan teori, sehingga hasilnya dapat
menjelaskan terjadinya suatu gejala atau
kenyataan sosial tertentu. Serta acuan dari Babbie
(1979) dikatakan bahwa penekanan pada penelitian expalanation adalah the discovery and reporting of relationships among different aspect of the phenomena under study.
Sumber Data dan RespondenPenelitian ini dilakukan dengan bersandar
dari 2 sumber data yaitu Primer dari kepala pasar yang terkena sebagai sampel responden dan data sekunder yang menyangkut perkembangan jumlah target, realisasi, jumlah pedagang, besar
retribusi serta peraturan daerah dan surat-surat
keputusan Bupati Kabupaten Jombang yang
berkenaan dengan Pengelolaan Pasar.
Variabel dan Pengukurannya
Berdasarkan teorisasi dan permasalahan yang
ada maka dapat ditetapkan konsep-konsep dan
variabel-variabel berikut indikator dan item-
itemnya sebagai berikut : Konsep I : Faktor-
68
Faktor yang Mempengaruhi
1. Variabel Kompetensi Kepala Pasar
Variabel kompetensi kepala pasar yang dimaksud
adalah kewenangan dan kemampuan kepala pasar
dalam menjalankan dan melaksanakan tugas
administrator untuk merumuskan kebijaksanaan
teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta
koordinasi teknis di bidang retribusi.
2. Variabel Kreativitas Kepala Pasar
Variabel kreativitas kepala pasar yaitu
kemampuan kepala pasar untuk menciptakan cara
baru dalam melaksanakan tugas administratif
perumusan kebijaksanaan teknis, pemberian
bimbingan dan pemibanaan serta koordinasi teknis di
bidang retribusi pasar yang diserahkan kepada kepala
pasar dan perangkatnya serta tidak menyimpang dari
peraturan perundang-undangan.
3. Variabel Persepsi Kepala Pasar
Variabel persepsi kepala pasar yaitu kemampuan
kepala pasar dalam menanggapi pelaksanaan tugas
administratif dalam merumuskan kebijaksanaan
teknis, pemberian bimbingan dan pembinaan serta
koordinasi di bidang retribusi pasar yang diserahkan
kepadanya dan perangkatnya dengan berpedoman
pada peraturan perundang-undangan.
4. Kondisi dan Potensi Wajib Pungut Retribusi
Variabel kondisi dan potensi wajib pungut
retribusi yaitu keberadaan para pedagang menurut
klasifikasi pasar dan penjelasan barang-barang yang
diperdagangkan.
Konsep II : Efektivitas Penerimaan Restribusi
Pasar
Secara operasional konsep ini didefinisikan
hasil penerimaan restribusi di masing-masing pasar
dalam preiode waktu tertentu. Mengingat konsep ini
telah mendekati hal yang konkrit maka langsung
ditetapkan sebagai variabelnya.
1. Variabel Penerimaan Retribusi pasar
Variabel penerimaan retribusi pasar adalah
sejumlah hasil penerimaan retribusi pasar yang
diperoleh secara optimal oleh masing-msaing Dinas
Pendapatan Kabupaten Jombang dalam setiap periode
tahun penerimaan dan tahun perolehan. Indikator
yang digunakan untuk variabel ini adalah Prosentase
realisasi penerimaan dengan item-item yaitu
Penetapan angka target penerimaan, Penetapan angka
realisasi penerimaan.
Tingkat Pengukuran Variabel
Terhadap beberapa variabel-variabel bebas :
kompetensi administrator, kreativitas administrator,
dan persepsi administrator dinyatakan dalam
tingkatan skala ordinal pada skala likert dengan 5
pilihan jawaban. Sedangkan untuk variabel kondisi
dan potensi wajib pungut restribusi dinyatakan dalam
skala rasio.
Pengambilan Sampel
Yang menjadi satuan penelitian dalam
penelitian ini adalah para Kepala Pasar di Wilayah
Kabupaten Jombang. Berdasarkan data dari Dinas
Pasar daerah tahun 2009 diketahui bahwa jumlah
pasar adalah sebanyak 10 buah. Mengikuti Formula
Yamane (1986) maka dapat ditetapkan besarnya
sampel dengan prestasi 5% yaitu sebesar :
1)( 2 +=
aN
Nn
1)05,0(10
102 +
=
= 10 kepala pasar
Analisis Data
Analisa regresi berganda
Yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara laba akuntansi dan laba fiskal
terhadap persistensi laba dan arus kas sebagai variabel
terikat. Adapun rumus dari analisis regresi berganda
menurut Sugiyono (2007:277) adalah sebagai berikut
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
Dimana :
Y = Efectivitas Penerimaan Retribusí Pasar
bo = Koefisien (intercept)
X1 = Kompetensi
X2 = Kualitas
X3 = Persepsi X4 = Kondisi
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi dari laba akuntansi
69
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200860
Coefficientsa
11200,123 20626,131 ,543 ,600 -35459,426 57859,672
179,304 42,318 1,655 4,237 ,002 83,575 275,033 ,983 ,816 ,143 ,007 134,688
-1164,862 525,392 -,878 -2,217 ,054 -2353,380 23,657 ,975 -,594 -,075 ,007 138,381
23,878 7,041 ,171 3,391 ,008 7,950 39,806 ,767 ,749 ,114 ,448 2,233
-8,542 3,143 -,122 -2,718 ,024 -15,653 -1,432 -,715 -,671 -,091 ,559 1,790
(Constant)
X1
X2
X3
X4
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval for B
Zero-order Partial Part
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Interpretasi Data
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan
disajikan di atas, maka data tersebut dapat
diinterpretasikan dan dianalisis dengan menggunakan
uji – uji sebagai berikut :
Analisa Regresi Berganda
Analisa regrasi berganda adalah digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian
ini hasil perhitungan regresi berganda dihasilkan
dengan menggunakan program SPSS. Dan hasil
perhitungannya disajikan sebagai berikut :
Model Summaryb
,995a ,990 ,985 10281,58451 ,990 218,561 4 9 ,000 2,414
Model
1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange
F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics Durbin-Watson
Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yb.
Angka R square adalah 0,995 , hal ini berarti sebesar
99,5% dari X1, X2, X3 dan X4 dapat dijelaskan oleh
variabel Y. Sedangkan sisanya 0,5% dijelaskan oleh
sebab-sebab lain. Semakin besar nilai R square
semakin kuat hubungan ke variabel tersebut.
Coefficientsa
11200,123 20626,131 ,543 ,600 -35459,426 57859,672
179,304 42,318 1,655 4,237 ,002 83,575 275,033 ,983 ,816 ,143 ,007 134,688
-1164,862 525,392 -,878 -2,217 ,054 -2353,380 23,657 ,975 -,594 -,075 ,007 138,381
23,878 7,041 ,171 3,391 ,008 7,950 39,806 ,767 ,749 ,114 ,448 2,233
-8,542 3,143 -,122 -2,718 ,024 -15,653 -1,432 -,715 -,671 -,091 ,559 1,790
(Constant)
X1
X2
X3
X4
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval for B
Zero-order Partial Part
Correlations
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung adalah
218,561 dengan tingkat signifikansi 0,0000. Karena
probabilitas (0,000) mendekati 0 atau jauh dari 0,05,
maka model regresi ini bisa digunakan untuk
memprediksi Y :
Y = 11200,123 + 179,304X1 - 1164,862X2 + 23,878X3 – 8,542X4 +e
70
Tabel selanjutnya menggambarkan persamaan
regresi yaitu :
Konstanta sebesar 11200,123 menyatakan bahwa jika
akan ada sebesar
11200,123. Koefisien regresi sebesar
setiap penambahan / peningkatan
X1, X2, X3, X4 sebesar 1 (karena positif) maka
Kualitas akan naik sebesar 11200,123.
11200,123
Xtidak ada 1, X2, X3, X4 maka Y
menyatakan bahwa
Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan
variabel bebas. Terlihat bahwa nilai probabilitas
signikansi adalah 0,000 atau jauh dibawah 0,05.
Sehingga koefisien regresi signifikan atau variabel X1
lebih berpengaruh dengan T hit sebesar 4,237
kemudian X3 dengan T hit sebesar 3,391, X4 dan T hit
sebesar -2,718 dan masing-masing variabel X1, X3
dan X4 nilai á tidak melebih 0,05. sedangkan untuk
varibel X2 T hit -2,217 tidak signifikan karena á
melebih 0,05
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
yang telah dikemukakan pada bab – bab
sebelumnya, maka dapat penulis simpulkan inti
dari pembahasan, dan simpulan tersebut adalah
sebagai berikut untuk variabel X1, X2 dan X3
perlu adanya peningkatan sehingga kebijakan
penerimaan retribusi pasar bisa dilaksanakan
dengan baik. Sedangkan untuk variabel X4 masih
perlu peningkatan karena kondisi wajib pajak
yang memang dianggap bahwa kurang adanya
sosialisasi tentang retribusi pasar.
Saran
Perlu adanya sosialisasi pada masyarakat terkait
dengan adanya retribusi pasar sehingga petugas
dapat melaksanakan penarikan pajak dengan baik
dan para wajib pajak juga akan menyadari bahwa
mereka memang dikenakan pajak terkait dengan
penyewaan pasar tersebut
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200862
Anthony, Robert N., John Dearden, 1979,
Management Control System, Dialihbahasakan
oleh Ir. Agus Maulana, MBA, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Davey, K., 1988, Pembiayaan Pemerintah Daerah, Terjemahan Ammanullah, UI-Press, Jakarta.
Devas N., dkk, 1989, Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia, terjemahan Masri Maris, UI-Press, Jakarta.
Djojosubroto, D.I, 1992, Masalah dan Prospek Pembiayaan Pembangunan Daerah, Makalah pada Munas ESEI 7,8 September 1992, di Banjarmasin.
Friedlaender dan Due, 1994, Keuangan Negara : Perekonomian Sektor Publik, terjemahan Rudi Sitompul, Erlangga, Jakarta.
Gibson, ivancevich, Donnely, 1991, Organisasi dan Manajemen : Perilaku, Struktur, dan Proses, Diterjemahkan oleh Djoerban Wahid, Erlangga , Jakarta.
Gulo, D., 1982, Psykologi, Penerbit Tonis, Bandung.
Harits, B., 1995, Peran Administrator Pemerintah Daerah, dalam Prisma No. 4, April 1995, LP3ES, Jakarta, hal. 81-95.
Hersey, P., dan Blanchard, 1982, Manajemen Perilaku Organisasi Pendayagunaan Sumver Daya Manusia (Terjemahan), Erlangga.
Kaho, J.R., 1991, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.
Kristiadi, J.B., 1991, Mencari Kriteria Alokasi Dana Regional, Prospek Kebijakan Yang Ideal, dalam Prisma No. 8 Agustus 1991, LP3ES, Jakarta, hal. 44-48.
71
__________, 1992, Administrasi Pembangunan dan Administrasi Keuangan Daerah, dalam JIIS2, PAU Ilmu Sosial UI dengan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 37-60.
Kuncoro, M., 1995, Desentralisasi Fiskal di Indonesia, dalam Prisma No. 4 April 1995, LP3ES, Jakarta, hal. 3-17.
Lains, A., 1985, Pendapatan Daerah dalam Ekonomi Orde-Baru, dalam Prisma No. 4 April 1985, LP3ES, Jakarta, hal. 40-57.
Langulung, H, 1964, Kreativitas dan Pendidikan Islam, Analysis Psikologis dan Falsafah (Jakarta Pustaka Al Husna).
Lehler, S., 1980, Leader, Teacher, and Learner in Acedeme, Meridith Cooperation, New York.
M a d d i c k , R . , 1 9 8 3 , D e m o c r a c y , Decentralisation, and Development, Asia Publishing House, Bombay.
Mamesah, D.J., 1995, Sistem Administrasi Keuangan Daerah, Gramedia, Jakarta.
Maskun., S., 1993, Otonomi Daerah adalah Program Pemerintah, Prisma
Mawhood, P., (ed), 1983, Lical Governmenbt in The third World : The Experience of Tropical Africa, John Wiley & Dons, New york.
Munawir, 1980, Pokok-Pokok Perpajakan, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Pontjowinoto, D., M.P, 1991, Alternatif Reformasi Kebijakan dan Manajemen Keuangan Daerah, dalam Prisma No. 8 Agustus 1991, LP3ES, Jakarta, hal 40-60.
DAFTAR PUSTAKA
Radianto, E., 1997, Otonomi Keuangan Dati II, Suatu Studi di Maluku, dalam Prisma No. 3 Tahun XXVI Maret 1997, LP3ES, jakarta, hal. 39-50.
Rao, T.V., 1996, Penilaian Prestasi Kerja (Teori dan Praktek), PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Robbin, S.O, 1978, The Administration Process, Integrating Theory and Practice Hall of India, New Delhi.
Santoso, B., 1995, Restribusi Pasar sebagai Pendapatan Asli Daerah, dalam Prisma No. 4 April 1995, LP3ES, Jakarta, hal. 19-35.
Siagian, P.S., 1995, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Singarimbun M dan S. Efendi, 1989, Metode Penelitian Survey, LP3ES, jakarta
Solichin, A.W, 1990, Pengendalian Analisis Kebijakan Negara, Rineka Cipta, Jakarta.
__________, 1991, Analisis Kebijakan dan Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara, Bumu Aksara, Jakarta.
_______, 1994, Kebijakan Desentralisasi untuk Menjangkau Kaum Miskin dalam Pelapor BPP FIA Unisma, Jombang, hal. 9 –22.
72
Soedargo, 1964, Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, Penerbit Eresco, Bandung
Supriatna, T., 1993, Sistem Administrasi Pemerintahan di Daerah, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Syamsi, I., 1988, Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara, Bina Aksara, Jakarta.
Terry, G.R., 1980, Principles of Management, Richard D. Irwin, Inc., Homewood, Illionis.
Timple, D., 1992, Seri Ilmu dan Seri Manajemen Bisnis, Kreativitas Terjemahan Sofyan Cikmat, Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.
Winardi, 1990, Pengantar Metodologi Riset, Penerbit Alumni, Bandung
Ya'kub, H., 1984, Menuju Keberhasilan M a n a j e m e n d a n K e p e m i m p i n a n Diponegoro, Bandung.
Zauhar, S., 1995, Reformasi Administrasi : Konsep Dimensi dan Strategi, Bumi Aksara, Jakarta.
Dewasa ini, dinamika kehidupan masyarakat
telah banyak mengalami kemajuan yang cukup pesat,
didukung oleh kemajuan dan perubahan sosial
antropologis masyarakat itu sendiri. Semua aspek
kehidupan masyarakat tidak terlepas dari persaingan
yang semakin ketat, terutama pada bidang ekonomi
dan segala jenis bidang usaha. Semua pelaku ekonomi
dituntut untuk mampu berfikir kritis, evaluatif,
analitis dan mempertimbangkan semua informasi
perkembangan dunia termasuk didalamnya
mengetahui banyak tentang konsumennya.
Kegiatan pemasaran dalam suatu perusahaan
penting karena melalui kegiatan pemasaran inilah
suatu perusahaan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Basu
Swasta dan T. Hani Handoko (2000:4), bahwa
pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya,
berkembang dan mendapatkan laba.
Pesatnya perkembangan ekonomi yang penuh dengan
persaingan menjadikan suatu perusahaan
membutuhkan alternatif strategi agar bisa menguasai
pasar dan memberikan keuntungan yang maksimal.
Keberhasilan suatu perusahaan dalam memenangkan
persaingan ditentukan oleh hubungan baik yang
terjalin dengan konsumen.
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN PENGGUNA PRODUK ROKOK LA LIGHT DI KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JOMBANG
Siti ZuhrohArief Suprihono
Abstract
The aim of this research is knowing the group of LA Light cigarettes' users in Jombang. This research used Cluster analysis to 60 respondents, with main aim to group the population into 2 (two) or more based on the similarity of characteristics in each group. From the research known that LA Light cigarettes is consumed by teenager and adult, with the most population is in second cluster ( 51 respondents), dominated by teenagers and for the first cluster has 9 (nine) respondents and consisted of adults.
Keywords: Cluster, teenager, adult.
James F. Engel (1995:28) mendefinisikan
perilaku konsumen adalah sebagai berikut: “Perilaku
konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang
dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan
keputusan dalam persiapan dan penentuan pada
kegiatan-kegiatan tersebut. Sedangkan Winardi
(1991:28) menjelaskan perilaku konsumen sebagai
berikut: “Perilaku konsumen dapat dirumuskan
sebagai perilaku yang ditunjukan oleh orang-orang
dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan
barang-barang ekonomi dan jasa”. Mempelajari
perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yng
dibeli atau dikonsumsi, tetapi juga dimana, bagaimana
biasanya dan dalam kondisi apa barang-barang
ekonomi atau jasa-jasa tersebut di butuhkan.
Tahap dalam proses pengambilan keputusan
menurut Philip Kotler (2002:54) adalah sebagai
berikut ; 1) pengenalan masalah adalah proses
pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu
masalah atau kebutuhan. Analisa kebutuhan dan
keinginan ditujukan terutama untuk mengetahui
kebutuhan dan keinginan yang tak terpenuhi. Pada
tahap inilah pengambilan keputusan mualai
dilakukan, 2) Pencarian informasi dapat bersifat aktif
(berupa kunjungan terhadap beberapa kantor
Arief Suprihono, Mahasiswa STIE PGRI Dewantara, Siti Zuhroh, dosen STIE PGRI Dewantara Jombang
74
pemasaran untuk membuat perbandingan harga dan
kualitas produk), pencarian informasi dapat bersifat
pasif (hanya dengan membaca periklanan), pencarian
informasi dapat bersifat intern (dapat berasal dari
informasi perorangan), pencarian informasi yang
bersifat ekstern (dapat berasal dari media massa)
sumber-sumber pembelian yang diperoleh dari
perusahaan (periklanan), 3) evaluasi alternative
setelah konsumen dapat mengumpulakan informasi
maka ia akan membuat pertimbangan terhadap
produk-produk yang akan dibeli yang diharapkan
dapat memuaskan kebutuhannya. Disini konsumen
akan mengevaluasi beberapa alternative atau pilihan
produk yang mampu memberikan manfaat sesuai
dengan keinginan, 4) pengambilan keputusan dalam
tahap evaluasi konsumen membentuk referensi
diantara merk-merk dalam kelompok pilihan.
Konsumen akan bermaksud membeli merk yang
paling disukai. Namun ada dua faktor yang
mempengaruhi maksud dan keputusan membeli.
Faktor tersebut adalah sikap atau pendirian orang lain
dan situasi yang tidak diantisipasi, dimana faktor ini
dapat mengubah maksud pembelian tersebut, 5)
perilaku setelah pengambilan keputusan, setelah
memilih suatu produk konsumen akan mengalami
suatu kepuasan. Kepuasan pembeli merupakan fungsi
dari seberapa dekat antara harapan pembeli akan
produk dengan daya guna yang dirasakan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen menurut Philip Kotler (1997;153) ada
empat faktor yaitu :
a. Faktor budaya, kaktor kebudayaan memiliki
pengaruh yang paling luas dan mendalam
terhadap perilaku. Faktor ini dari budaya, sub
budaya dan kelas sosial. budaya merupakan
penentu keinginan dan perilaku yang paling
mendasar. Setiap budaya terdiri dari sub-budaya
yang lebih kecil. Sub-budaya terdiri dari bangsa,
agama, kelompok ras, dan daerah geografis.
Banyak sub-budaya yang membentuk segmen
pasar penting, dan pemasar sering merancang
produk dan program pemasaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
b. Faktor sosial, Perilaku seorang konsumen
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti
kelompok acuan, keluarga, serta peran dan
status konsumen. Kelompok acuan terdiri dari
semua kelompok yang memiliki pengaruh
langsung (tatap muka) atau tidak langsung
terhadap sikap atau perilaku seseorang.
Kelompok acuan menghadapkan seseorang
pada perilaku dan gaya hidup baru. Mereka juga
mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi
seseorang. Mereka menciptakan tekanan untuk
memenuhi apa yang mungkin mempengaruhi
pilihan produk dan merek aktual seseorang.
Keluarga adalah organisasi pembelian
konsumen yang paling penting dalam
masyarakat. Anggota keluarga merupakan
kelompok acuan primer yang paling penting
berpengaruh. Peran dan status, peran meliputi
kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh
seseorang, dan setiap peran memiliki status.
Orang-orang memilih produk produk yang
mengkomunikasikan peran dan setatus mereka
dalam masyarakat.
b. Faktor pribadi, faktor ini yang mempengaruhi
perilaku konsumen adalah karena faktor usia
dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan
konsep diri.
c. Faktor Psikologis, Faktor-faktor ini meliputi
beberapa unsur, diantaranya motivasi, persepsi,
pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian.
Produk rokok LA Lights merupakan jenis rokok
mild yang dikonsumsi oleh semua kalangan
konsumen dengan atribut-atribut yang melekat,
seperti kemasan, rasa, image, harga, promosi
dan merk terkenal. Oleh karena itu peneliti
tertarik meneliti " Analisis Perilaku Konsumen
Produk Rokok LA Light Di Kecamatan
Jombang Kabupaten Jombang ".
Sesuai dengan judul, berbicara mengenai
perilaku konsumen tidak lepas dari segmentasi
konsumen (remaja, anak muda dan dewasa) yang
mengkonsumsi produk rokok LA Lights. Identifikasi
konsumen penting karena persaingan Industri rokok
telah meningkat dewasa ini, sehingga bisnis rokok
yang sukses harus memiliki strategi pemasaran yang
tepat. Hasil penelitian ini dapat menggambarkan
segmentasi konsumen dari kalangan konsumen yang
berbeda, sehingga hasil penelitian ini dapat berguna
75
bagi industri rokok dalam menyusun strategi.
Kerangka Konseptual
Variabel mendorong konsumen untuk membeli produk rokok LA Lights : - Kemasan/Pack - Rasa (taste)
- Image - Harga
- Promosi - Merk Terkenal
Cluster 2
(Kelompok 2)
Cluster 1
(Kelompok 1)
Segmentasi Konsumen
Penentuan Kebijakan
METODE
Penelitian ini menggunakan analisis
“cluster” yang mempunyai tujuan utama untuk
menempatkan sekumpulan objek ke dalam dua atau
lebih grup (kelompok) berdasarkan kesamaan-
kesamaan objek atas dasar berbagai karakteristik,
Simamora (2005:200). Melalui penelitian ini ingin
mengetahui kalangan konsumen (kalangan remaja,
kalangan anak muda dan kalangan dewasa) yang membeli produk rokok LA Lights.
Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner, sehingga
penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian
survey. Menurut Singarimbun (2006:3)
penelitian survey adalah penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dengan
menggunakan kues ioner sebagai a la t
pengumpulan data yang pokok. Dengan demikian
lingkungan penelitian ini ada pada lingkungan yang sebenarnya (lapangan).
Variabel-variabel yang dipakai yang terkait dengan produk rokok LA light dan variabel-variabel tersebut antara lain : 1. Kemasan (Pack)
Yaitu bentuk dan model kemasan (limited edition) dirancang sedemikian rupa sehingga menjadikan seseorang bangga
untuk membawa produk rokok LA Light.
2. Rasa (taste)
Adalah cita rasa konsumen untuk
mengkonsumsi produk rokok LA Light
Light
3. Image
Merupakan nama baik yang ada di
masyarakat atas kepuasannya salama ini
dalam mengkonsumsinya4. Harga
Menurut Kotler (1997:339) harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat yang dimiliki dengan menggunakan produk atau menggunakan produk atau jasa.
5. Promosi Menurut Payne (2000:189) promosi
merupakan alat yang digunakan perusahaan
untuk berkomunikasi dengan pasar sasaran.
Dalam bauran komunikasi terdapat variasi
luas dari alternatif alat komunikasi yang
dapat dipergunakan dalam suatu program
komunikasi.
6. Merk terkenal
Adalah merk Djarum sudah terkenal di
masyarakat kota maupun desa
Populasi penelitian ini merupakan
populasi target adalah seluruh konsumen perokok LA Light di kawasan Alun – alun Jombang yang berada di Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Berdasarkan pertimbangan diatas peneliti mengambil sampel perokok LA Light yang ada di kawasan alun-alun Jombang yang memiliki karakteritik yang sama, dengan
76
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200866
mengambil sampel sebanyak 60, Hal ini sesuai dengan
pendapat Roscoe dalam Sugiyono (2007:102),
”ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah
antara 30 sampai dengan 500.
Sesuai dengan tujuan penelitian, Dalam
penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis
multivariate, menurut Umar (2000:349) analisis
Multivariate yaitu merupakan teknik-teknik statistika
yang memusatkan perhatian pada struktur hubungan
simultan diantara tiga atau lebih fenomena. Dan alat
analisis yang digunakan adalah analisi gerombol
(Cluster).
HASIL
Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian yang dilakukan
sejumlah responden sebanyak 60 orang yang menjadi
membeli produk rokok LA Lights sebagai sampel
penelitian, diperoleh diskripsi karakteristik konsumen
sebagai berikut :
Tabel 1 : Karakteristik Konsumen Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi Prosentase
13-20 tahun
21-28
37
24
29
5
2
40%
48,3%
8,3%
3,4%
60 100%
tahun
29-36 tahun
tahun keatas
Jumlah
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa, dari 60
responden yang berumur antara 13-20 tahun
sebanyak 24 orang atau 40%, umur 21-28 tahun
sebanyak 29 orang atau 48,3%, 29-36 tahun
sebanyak 5 orang atau 8,3% dan 37 tahun keatas
sebanyak 2 orang atau 3,4%.
Tabel 2 :
Karakteristik konsumen
berdasarkan pekerjaan
Sumber : Data Primer Diolah (2009)
Berdasarkan pekerjaan, diperoleh
gambaran bahwa responden teranyak adalah pelajar
yaitu sebanyak 21 orang atau 35%, mahasiswa
sebanyak 20 orang atau 33,3 %, pekerjaan swasta
sebanyak 16 orang atau 26,7% dan sisanya responden
3 orang atau 5%.
Penyajian Data Analisis Cluster
A. Analisis Tabel Anova
Analisa cluster dari enam variabel berisi
dua klaster untuk membagi 60 responden berdasarkan
sikap konsumen untuk membeli produk rokok LA
Lights di Kecamatan Jombang. Untuk mengetahui
terhadap kesamaan maupun perbedaan diantara dua
kelompok tersebut dapat dilihat pada tabel 3 , dan
untuk mempermudah pembahasan.
Tabel 3 Anova
Sumber : Lampiran SPSS
77
Berdasarkan tabel 3, terlihat ada satu
variable dengan angka signifikan lebih dari 0,05, yaitu
variable satu (V1) atau kemasan, dengan demikian
variabel kemasan tidak membedakan cluster 1 dengan
cluster 2. sehingga tinggal 5 variabel yang dapat
dianalisis lebih lanjut.
Dari tabel 3 tabel Anova semakin besar
angka F, maka semakin besar perbedaan cluster 1 dan
cluster 2, terlihat angka F terbesar 93,418 atau
variabel merk terkenal. Hal ini berarti reponden
cluster 1 mempunyai persepsi yang sangat berbeda
tentang kemasan produk rokok LA Lights, jika
dibandingkan dengan sikap reponden di cluster 2.
Kemungkinan responden cluster 2 menganggap merk
terkenal tidak begitu penting dalam membeli produk
rokok LA Lights, sebaliknya reponden cluster 1
menganggap merk terkenal justru mendorong
konsumen untuk membeli rokok LA Lights. Variable
yang paling mebedakan selanjutnya secara berurutan
adalah promosi dengan nilai F sebesar 55,795, image
dengan nilai F sebesar 24,494, harga dengan nilai F
sebesar 21,992, cita rasa dengan nilai F sebesar 11,377
dan kemasan dengan nilai F sebesar 8,096.
A. Final Cluster Center
Dari 5 variabel yang relevan untuk
membedakan isi cluster dapat dianalisis sikap
konsumen yang termasuk cluster 1 dan cluster 2. Pada
penelitian ini skala pengujuran yang digunakan dari 1
samapai 5, maka rata-rata adalah (5+1)/2 = 3,
sehingga :
·Jika angka tabel di bawah 3, berarti
sikap konsumen yang mendorong
untuk membeli rokok LA Lights
cenderung negatif.
·Jika angka tabel di atas 3, berarti sikap
konsumen yang mendorong untuk
membeli rokok LA Lights cenderung
positif.
- Variabel rasa, terlihat rasa untuk cluster 1 dan cluster 2 diatas 3, hal ini berarti reponden cluster 1 dan cluster 2 relatif terdorong terhadap rasa untuk membeli produk rokok LA Lights.
- Variabel image, terlihat image untuk cluster
2 (4) > cluster 1 (3). Hal ini berarti
reponden cluster 2 relatif lebih terdorong
terhadap image untuk membeli produk
rokok LA Lights.
- Variabel Harga, terlihat Harga untuk cluster
2 (4) > cluster 1 (3). Hal ini berarti
reponden cluster 2 relatif lebih terdorong
terhadap Harga untuk membeli produk
rokok LA Lights.- Variabel Promosi, terlihat Promosi untuk
cluster 2 (4) > cluster 1 (2). Hal ini berarti reponden cluster 2 relatif lebih terdorong terhadap Promosi untuk membeli produk rokok LA Lights. Karena cluster 1 dibawah 3, maka sikap responden cluster 1 terhadap variabel promosi adalah cenderung negatif yang menganggap promosi t idak mendorong konsumen dalam membeli
rokok LA Lihgts.
- Variabel Merk Terkenal, terlihat Merk
Terkenal untuk cluster 2 (4) > cluster 1 (2).
Hal ini berarti reponden cluster 2 relatif
lebih terdorong terhadap Merk Terkenal
untuk membeli produk rokok LA Lights.
Karena cluster 1 dibawah 3, maka sikap
responden cluster 1 terhadap variabel Merk
Terkenal adalah cenderung negatif yang menganggap Merk Terkenal tidak mendorong konsumen untuk membeli rokok LA Lihgts.
78
C. Jumlah Responden Tiap Cluster
Number of Cases in each Cluster
9,000
51,000
60,000
,000
1
2
Cluster
Valid
Missing
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200868
Berdasarkan tabel 5, terlihat bahwa dari 60
responden, cluster 1 berisi 9 orang sedangkan cluster
2 berisi 51 orang. Atau dapat dianggap bahwa
presentase cluster 1 adalah 9/60 x 100% = 15 % dan
presentase cluster 2 adalah 51/60 x 100% = 85 %. Dari
hasil diatas dapat dianggap bahwa konsumen rokok
LA Lights kebanyakan di cluster 2.
D. Komposisi Usia Cluster
USIA * Cluster Number of Case Crosstabulation
% within Cluster Number of Case
22,2% 19,6% 20,0%
22,2% 21,6% 21,7%
55,6% 58,8% 58,3%
100,0% 100,0% 100,0%
dewasa
muda
remaja
USIA
Total
1 2
Cluster Number ofCase
Total
Tabel 6 Komposisi usia Cluster
Pada tabel komposisi usia cluster (tabel 6)
terlihat cluster 1 dan cluster 2 didominasi oleh kaum
remaja sekitar 50 %-an kaum dewasa dan muda
sekitar 20%.
PEMBAHASAN
Sesuai dengan rumusan masalah pada bab
sebelumnya, dan berdasarkan analisis yang dilakukan
pada 60 responden dengan menggunakan analisis
cluster diperoleh hasil dari enam variabel untuk dua
cluster tentang sikap konsumen untuk membeli
produk rokok LA Lights di Kecamatan Jombang,
variable satu (V1) atau kemasan, tidak membedakan
cluster 1 dengan cluster 2 karena memiliki angka
signifikansi lebih dari 0,05. Terdapat 5 variabel yang
membedakan cluster 1 dengan cluster 2, yaitu variabel
taste, image, harga, promosi dan merk terkenal.
Cluster 1 adalah responden yang terdorong
terhadap rasa (taste) untuk membeli rokok LA Lights.
Responden cluster 1 juga cukup memperhatikan
variable image, harga, promosi dan merk terkenal
untuk membeli rokok LA Lights. Cluster 2 adalah
responden yang terdorong terhadap variable image,
harga, promosi dan merk terkenal untuk membeli
rokok LA Lights. Responden cluster 2 juga punya
perhatian terhadap variabel rasa (taste) untuk
membeli rokok LA Lights. Pada cluster 2 memiliki
jumlah konsumen lebih banyak dari cluster 1, dan
komposisi usia didominasi oleh kaum remaja sekitar
50 %-an, sehingga konsumen yang membeli produk
rokok LA Lights kebanyakan kaum remaja dan
sisanya kaum dewasa dan muda. Berdasarkan analisis
tersebut pihak manajemen dalam menentukan
kebijakan pemasaran lebih berfokus pada cluster 2.
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan analisis cluster dari enam variabel
untuk dua klaster pada 60 responden berdasarkan
sikap konsumen untuk membeli produk rokok LA
Lights di Kecamatan Jombang ternyata produk rokok
LA Lights dikonsumsi oleh kalangan remaja,
kalangan muda dan kalangan dewasa. Pengujian
dengan dua cluster, cluster 2 memiliki jumlah sampel
yang terbanyak yaitu 51 orang dan cluster 1 sebanyak
9 oarang, dan didominasi oleh kaum remaja sekitar,
hal ini berarti konsumen yang membeli produk rokok
LA Lights kebanyakan kaum remaja dan sisanya
kaum dewasa dan muda.
Saran
Adapun saran-saran yang peneliti uraikan
berdasarkan analisis pada bab sebelumnya adalah
sebagai berikut :
1. Karena komposisi konsumen lebih banyak di
cluster 2 hendaknya pihak perusahaan lebih
memperhatikan variabel image, harga, promosi
dan merk terkenal dalam menentukan kebijakan
di masa datang.
2. Pada cluster 2 komposisi usia lebih didominasi
kaum remaja, hendaknya pihak perusahaan
menentukan kebijakan terutama pemasaran
dengan melakukan promosi yang tepat untuk
kaum remaja, misalnya dengan festival musik.
3. Cluster 1 yang membedakan konsumen adalah
variabel rasa, juga perlu mendapat perhatian
dengan mempertahankan cita rasa produk LA
Lights meskipun memiliki komposisi
konsumen yang kecil, karena variabel ini juga
mendorong konsumen untuk membeli produk
rokok LA Lights.
79
4. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya menggunakan variabel-variabel yang tidak diteliti dalam
penelitian ini, misalnya segmentasi pasar berdasarkan persepsi konsumen produk rokok LA Lights.
DAFTAR PUSTAKA
Basu Swastha, Irawan, 2002. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta : Liberty Offset
Basu Swastha, Hani Handoko, 2000. Manajemen Pemasaran Analisa perilaku Konsumen. Yogyakarta : BPFE.
Husein, Umar, 2002.Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.
James F. Engel, 1995. Perilaku Konsumen jilid I, ed VBI. Cetakan I. Jakarta ; Binarupa Aksara.
Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol, edisi
kesembilan, terjemahan Ancella Anitawati Hermawan, PT Prenhallindo, Jakarta.
Kotler Philip, 2002. Manajemen Pemasaran (analisis, perencanaan dan peegendalian) terjemahan oleh Elen
Gunawan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Malhotra Naresh K, 1996. Marketing Research and Applied Orientation. Prentice Hall, Inc.
Masri, Singarimbun,Sofian Efendi, 2006, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Yogyakarta
Singgih S, Fandi T, 2002. Riset Pemasaran Konsep Aplikasi dengan SPSS. Jakarta : Penerbit PT Elex Media
Komputindo.
Simamora, Bilson, 2005. Analisis Multivariate Pemasaran, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Suharsimi, Arikunto.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi vi. Reineka Cipta.
Jakarta
80
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200870
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN MASYARAKAT
DALAM MENGAMBIL KREDIT DI PD. BPR “BANK PASAR” JOMBANG
Erminati PancaningrumSuhariani
Abstract
Learning the behavior of consumers, on the substance involved in our studies on human behavior. Term
behavior of consumers in general, focus on the behavior of specific individuals, who choose the product
concerned, even though they were not involved in the case plan or select a product using the product. Society
would be very selective in choosing a bank that will serve as the place to do the activities and financial needs
will be. The decision to become a customer of a bank is influenced by many factors, both internal or external
bank itself. Thus factors that influence the decision to become a customer of a bank is not a decision that is
temporary but the decision is a long-term needs because of the relationship and the expected benefit.
In this research the purpose of research is to understand factors that people consider to take the credit in the
PD. BPR “Bank Pasar” Jombang and to know the factors considered the most dominant community to take
the credit in the PD. BPR “Bank Pasar” Jombang.
The form of this research used the form of research eksploratif [it] of it is open, still looking for – search and
not have the hypothetical in which the research it as a first step to a more in-depth research, good research is
descriptive research or explanation. Through research eksploratif the research problem can be formulated
more clearly and in detail. The analysis tool used in this research, namely factor analysis with the help of
SPSS computer program.
From the results of the research shows that most factors that influence people to take the credit in the PD. BPR
“Bank Pasar” Jombang is because PD. BPR “Bank Pasar” is owned by the Local Government of Jombang. As
is know that some of the customers in the PD. BPR “Bank Pasar” is from Civil Public Servant. In the era of
global crisis such as now, the banking sector is experiencing a lot of bankruptcy. There is an assurance from
the Local Government of Jombang. make sense of security for our customers. As one of the assets owned by
the local Governmet of Jombang. then the PD is due. BPR “Bank Pasar” Jombang more attention to the
welfare of the people down to medium, given the results of the respondents indicate that most of the
customers in the PD. BPR “Bank Pasar” is a handsome middle to bottom, especially in the Civil Servant in the
Local Government of Jombang.
Keywords : behavior of consumers, credi,t bank, factors considered the most dominant
* Erminati Pancaningrum, dosen STIE PGRI Dewantara Jombang Suhariani. alumni STIE PGRI Dewantara Jombang
81
Mempelajari perilaku konsumen, pada
hakekatnya melibatkan kita pada studi tentang
perilaku manusia. Istilah perilaku konsumen pada
umumnya memusatkan perhatian pada perilaku
individu khusus, yang membeli produk yang
bersangkutan, sekalipun orang itu tidak terlibat dalam
hal merencanakan pembelian produk tersebut ataupun
menggunakan produk tersebut.
Masyarakat tentunya akan sangat selektif
dalam memilih bank yang akan dijadikan sebagai
tempat untuk melakukan aktivitas dan kebutuhan akan
keuangannya. Masyarakat sebagai nasabah dalam
p e l a k s a n a a n n y a m e r u p a k a n p e n d u k u n g
perkembangan suatu bank, oleh sebab itu berbagai
penawaran di tawarkan oleh bank melalui product,
price, promotion dan place misalnya, pemberian
82
hadiah, potongan bunga serta kemudahan dalam
memperoleh kredit. sehingga diharapkan masyarakat
menjadi tertarik untuk nasabah bank tersebut.
Keputusan untuk menjadi nasabah suatu bank
dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari intern bank
maupun dari ekstern bank itu sendiri. Dengan
demikian faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan untuk menjadi nasabah suatu bank
bukanlah merupakan keputusan yang bersifat
sementara tetapi merupakan keputusan jangka
panjang karena menyangkut kebutuhan dan hubungan
yang diharapkan menguntungkan.
Semakin ketatnya persaingan antar bank tersebut
muncul persoalan yang baru yaitu kebutuhan
produsen dipasar adalah perebutan tempat di hati
konsumen yang merupakan salah satu aspek yang
mulai cukup mendasar bagi sektor perbankan untuk
dapat tetap survive. Sehubungan dengan masalah
tersebut kepuasan konsumen merupakan hal penting
dan perlu diperhatikan dan bank hendaknya tanggap
dengan keadaan-keadaan atau kondisi pasar yang ada.
Dengan mempelajari perilaku konsumen,
akan diketahui kesempatan baru yang berasal dari
belum terpenuhinya kebutuhan dan kemudian
diidentifikasi untuk mengadakan segmentasi pasar.
Dan dalam mempelajari perilaku konsumen dalam
mengadakan transaksi untuk memahami mengapa dan
bagaimana tingkah laku konsumen dalam memenuhi
kebutuhannya. Perilaku konsumen secara umum
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara
individu maupun secara bersama-sama yang dapat
berpengaruh terhadap keputusan seseorang
melakukan transaksi, baik dalam memilih produk atau
jasa.
Seperti diketahui bahwa masalah permodalan
seringkali menjadi hambatan bagi usaha kecil. Dalam
rangka ikut serta menunjang suksesnya pembangunan
daerah Kabupaten Jombang, salah satu kendala yang
dihadapi untuk pengembangan usaha kecil adalah
masalah permodalan. Untuk itu pemerintah
Kabupaten Jombang mendirikan Perusahaan Daerah
Bank pasar dengan tujuan menolong pedagang-
pedagang kecil, bakul-bakul di bidang permodalan.
Untuk mencapai tujuan dimaksud Bank Pasar
berusaha memberikan pinjaman atau kredit kepada
pedagang kecil dan bakul-bakul serta memberi
pinjaman atau kredit untuk meningkatkan usaha para
pengusaha kecil, para pengrajin, industri rumah
tangga dan karyawan (PNS) yang ada di Jombang.
TINJAUAN UMUM TENTANG BANK
Ada beberapa pengertian tentang bank yang
akan dikemukakan oleh beberapa ahli. Istilah bank
berasal dari bahasa Italia “banca” yang berarti meja
yang digunakan oleh para penukar penitipan atau
penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan
juga perantara di dalam lalu lintas pembayaran
(Iswardono SP, 1990).
Sedangkan menurut Undang-Undang Pokok
Perbankan No. 7 tahun 1992 didefinisikan : Bank
sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Di dalam definisi
tersebut diatas, disebut lembaga keuangan. Adapun
pengertian dari lembaga keuangan adalah semua
badan yang melalui kegiatan-kegiatan di bidang
keuangan menarik uang dari dan menyalurkannya ke
dalam masyarakat.
Dalam Undang-Undang perbankan Nomor 7 tahun
1992 pasal 5, menurut jenisnya bank terdiri dari :
1. Bank umum, adalah bank yang dapat
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang
menerima simpanan, hanya dalam bentuk
deposito berjangka, tabungan dan bentuk
lainnya yang disamakan dengan itu.
Tugas pokok perbankan adalah :
1. Memberikan pinjaman (kredit) kepada orang
atau badan usaha (perusahaan) yang
membutuhkan uang.
P in jaman yang d iber ikan in i l eb ih
dititikberatkan pada masalah peningkatan
produksi bukan untuk memenuhi kebutuhan
yang bersifat konsumtif (pinjaman yang sekali
pakai habis). Jangka waktu pinjaman yang
diberikan ini dapat berupa Kredit jangka
pendek, Kredit jangka menengah dan Kredit
jangka panjang. Disamping bantuan bank yang
bersifat pinjaman kepada pengusaha, bank juga
ikut berpartisipasi dalam permodalan untuk
perusahaan yang membutuhkan modal.
2. Penyertaan modal saham dalam perusahaan
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200872
83
yang sehat, agar terbuka kemungkinan
pengembangannya yang lebih cepat atas dasar
pertimbangan keuangan yang sehat.
3. Menarik uang dari masyarakat. Masyarakat
dapat memanfaatkan jasa bank-bank ini berupa
menerima uang dari masyarakat. Bentuk-
bentuk simpanan ini antara lain berupa :
rekening koran, deposito berjangka dan
tabungan .
4. Memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang. Jasa-jasa ini
antara lain : pengeluaran cek, deposito
berjangka, lalu lintas uang giral dan sebagainya.
Sedangkan fungsi pokok perbankan yaitu
menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya
menyalurkan kembali dalam bentuk kredit.
PERILAKU KONSUMEN
Dengan mempertimbangkan konsumen
melakukan tindakan pembelian terhadap suatu barang
tertentu, maka perusahaan harus mempelajari dan
menyelidiki mengapa seseorang memilih untuk
menabung tersebut. Di samping itu juga harus
diperhatikan bahwa seseorang melakukan pembelian
terhadap barang atas pertimbangan yang irasional.
Atas dasar hal-hal tersebut diatas maka perusahaan
mengerti perilaku konsumen sebelum memasarkan
barang produksinya.
Perilaku konsumen (costumer behavior)
didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk
didalamnya proses pengambilan keputusan dalam
persiapan dan penentuan pada kegiatan-kegiatan
tersebut. (James F Engel , 1995).
Perilaku konsumen dapat dirumuskan
sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang
dalam hal merencanakan, membeli dan menggunakan
barang-barang ekonomi dan jasa-jasa (Winardi, 199l,
28). Mempelajari perilaku konsumen tidak hanya
mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi, tetapi
juga dimana, bagaimana biasanya dan dalam kondisi
apa barang-barang dan jasa yang dibeli.
Bagi konsumen, pembelian bukanlah
merupakan satu tindakan saja, melainkan terdiri dari
beberapa tindakan yang meliputi keputusan tentang
jenis produk, bentuk, merk, jumlah dan waktu serta
cara pembayarannya. Untuk memahami mengapa dan
bagaimana konsumen membeli barang dan jasa
tersebut maka diperlukan analisa perilaku konsumen,
karena dengan mengetahui kesempatan baru yang
berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen
maka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERILAKU KONSUMEN
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen menurut Berkowits, dkk (1992 ; 117) ada
empat yaitu faktor marketing mix, sosial budaya,
psikologi dan situasi.
1. Faktor Marketing mix
Merketing mix adalah kombinasi dari
empat variabel atau kegiatan yang merupakan
inti dari sistem pemasaran perusahaan yakni
produk, struktur harga, kegiatan promosi dan
sistem distribusi. (Basu Swasta dan
Irawan,1990 ; 23)
Unsur yang dikombinasikan dalam
marketing mix, lebih terkenal dengan sebutan 4
P yaitu Product, Price, Place (distributor) dan
Promotion. Jadi untuk keberhasilan pemasaran
suatu barang, harus ada keterpaduan unsur-
unsur itu, misalnya barang X produknya
bermutu baik, harga bersaing, reklame gencar,
dan distribusi lancar, jelas pemasaran barang X
tersebut akan sukses. Yang penting disini
pengusaha harus mencari kombinasi mana yang
terbaik dari 4 P tersebut.
2. Faktor sosial budaya
Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang
paling luas dan pengaruhnya selalu berubah
se t iap waktu sesuai kemajuan a tau
perkembangan jaman dari masyarakat tersebut.
Faktor ini dari budaya, sub budaya dan kelas
sosial. Faktor sosial dapat mempengaruhi
perilaku konsumen seperti kelompok referensi,
keluarga serta status sosial konsumen.
keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi
oleh pribadi yang tampak, khususnya umur dan
spesifik dan siklus hidup, kepribadian dan
konsep diri, disamping dipengaruhi oleh
psikologi seperti motivasi.
84
3. Faktor Psikologis
Adalah sifat khas dari kepribadian manusia.
Faktor ini sangat mempengaruhi terhadap
keputusan pembelian, apa yang dibeli sesuai
dengan kebutuhannya, untuk apa barang
tersebut dibeli, bagaimana persepsi dan
kepercayaan terhadap suatu produk. Faktor-
faktor ini meliputi beberapa unsur yaitu :
- Motivasi : Dorongan kebutuhan dan
keinginan individu yang diarahkan pada
tujuan untuk memperoleh kepuasan.
- Kepribadian : menyangkut kebiasaan,
sikap dan ciri-ciri sifat atau watak yang
menentukan kepribadian perilaku.
- Persepsi : penilaian seseorang terhadap
sesuatu sehingga dia bisa menyeleksi dan
menginterpretasikan informasi.
- Nilai, Kepercayaan : penilaian subyektif
seseorang terhadap kebaikan suatu
produk, merk pada atribut-atribut yang
berbeda dalam mengkonsumsi suatu
produk.
- Gaya Hidup ; Pong dalam menghabiskan
waktu dan aktifitas.
4. Faktor Situasi
Adalah pengaruh yang timbul dari faktor yang
khusus untuk waktu dan tempat yang spesifik
dan lepas dari karakteristik konsumen dan
produk antara lain lingkungan fisik, lingkungan
sosial (ada atau tidaknya orang lain), waktu
(sifat sementara dari situasi ketika perilaku
terjadi), tugas dan keadaan antesenden (suasana
hati sementara seperti kecemasan).
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku
konsumen menurut Philip Khotler (1984) yakni : 1)
Pribadi meliputi : usia dan sikap hidup, Jabatan dan
keadaan ekonomi, Gaya hidup, dan Kepribadian dan
konsep diri. 2) Psikologi meliputi : Motivasi, Persepsi,
Belajar dan Kepercayaan dan Sikap (Kotler, 1984)
KREDIT
Kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi
yaitu “Credere” yang yang berarti kepercayaan (Truth
atau faith). Jadi kredit artinya kepercayaan yang
mengandung ketidakpastian. Pengertian kredit
menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun
1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam memimjam antara bank
dengan pihak lain mewajibkan pihak peminjam
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
Adapun pengerian kredit dalam praktek
sehari-hari menurut Irianto (1995) adalah pemberian
uang atau barang/jasa kepada pihak lain tanpa
menerima imbalan langsung bersama, tetapi dengan
'percaya' bahwa pihak yang menerima uang atau
barang tersebut akan mengembalikan atau melunasi
hutangnya sesudah jangka waktu tertentu.
Dari pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa dalam
pengertian kredit itu ada sifat-sifat yang menonjol
antara lain :
1. Adanya unsur waktu yang memisahkan antara
prestasi dan imbalan prestasi
2. Kredit terjadi karena adanya kepercayaan
3. Kredit terjadi karena adanya perjanjian
/persetujuan atau pemberian kredit itu adalah
pergerakan hak kekuasaan atas benda (prestasi)
dengan di berikannya janji bahwa pada masa
yang akan datang atau waktu yang telah di
tentukan.
Kebijaksanaan perkreditan merupakan
kebijaksanaan moneter yaitu sebagai salah satu sarana
untuk meningkatkan program ekonomi dan
pembangunan sesuai dengan disebutkan dalam
Trilogi pembangunan yang terdiri dari : meningkatkan
pendapatan dan produksi, stabilitas harga dan
pemerataan pendapatan. Secara makro kredit
merupakan suatu alat atau sarana yang digunakan
untuk mencapai suatu perkembangan seperti yang
diinginkan. Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga
kredit didasarkan atas suatu kepercayaan, sehingga
dengan demikian pemberian kredit merupakan
pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu
lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia
betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan
mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai
dengan jangka waktu dan sarat-sarat yang disetujui
oleh kedua belah pihak.
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200874
85
Unsur-unsur kredit adalah :
1. Kepercayaan
Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa
prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk
uang, barang atau jasa akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu
tertentu di masa yang akan datang.
2. Waktu
Yaitu masa yang memisahkan antara
pembayaran prestasi dengan kontrak prestasi
yang akan diterima pada masa yang akan
datang.
3. Degree of Risk
Yaitu suatu tingkat resiko yang akan dihadapi
sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang
memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontra prestasi yang akan diterimanya
kemudian hari. Semakin lama kredit yang
diberikan semakin tinggi tingkat resiko, karena
sejauh-jauh kemampuan manusia untuk
menerobos hari depan itu, maka masih selalu
terdapat unsur ketidak pastian yang tidak dapat
diperhitungkan. Inilah yang menyebabkan
timbulnya unsur resiko. Dengan adanya unsur
resiko inilah maka timbullah jaminan dalam
pemberian kredit.
Prestasi atau obyek kredit itu tidak saja diberikan
dalam bentuk uang tetapi juga bisa dalam bentuk
barang atau jasa. Namun demikian, karena kehidupan
ekonomi modern sekarang ini didasarkan pada uang,
maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut
uanglah yang sering kita jumpai.
JENIS-JENIS KREDIT BANK
Dalam praktek saat ini, secara umum terdapat
beberapa jenis kredit yang diberikan oleh bank kepada
para nasabahnya, menurut H. Malayu S. P Hasibuan
(1999) : Jenis kredit dapat dibedakan berdasarkan
jangka waktunya, tujuan/kegunaannya, sektor
perekonomian, cara penggunaannya, dan berdasarkan
jaminannya.
1. Berdasarkan jangka waktu, dibagi menjadi
kredit jangka pendek, kredit jangka menengah,
kredit jangka panjang. Ketiga macam kredit
tersebut diatur dalam pasal 1 huruf d Undang-
undang Perbankan Nomor 14 Tahun 1967:
1) Kredit jangka pendek yaitu kredit yang
jangka waktunya paling lama satu tahun
saja.
2) Kredit jangka menengah yaitu kredit
yang jangka waktunya antara satu sampai
tiga tahun.
3) Kredit jangka panjang yaitu kredit yang
jangka waktunya lebih dari tiga tahun.
2. Berdasarkan tujuan kegunaannya
1) Kredit Investasi
Yaitu kredit yang dipergunakan untuk
investasi produktif, tetapi bank akan
menghasilkan dalam jangka waktu yang
relatif lama. Biasanya kredit ini diberikan
grace period, misalnya kredit untuk
perkebunan kelapa sawit, dan lain-lain.
2) Kredit Modal Kerja
Kredit yang akan dipergunakan untuk
menambah modal usaha debitur. Kredit
ini produktif.
3) Kredit Konsumtif
Yaitu kredit yang dipergunakan untuk
kebutuhan sendiri bersama keluarganya,
seperti kredit rumah atau mobil yang
akan digunakan sendiri bersama
keluarganya. Kredit ini tidak produktif.
3. Berdasarkan sektor perekonomian
Merupakan kredit yang dipandang dan sektor
perekonomian dibagi menjadi kredit pertanian,
kredit perindustrian, kredit pertambangan,
kredit eksporimpor, kredit koperasi, kredit
profesi.
4. Berdasarkan cara penggunaanya
1) Kredit tunai (cash credit)
Yaitu kredit yang penggunaanya
dilakukan tunai atau dengan jalan
pemindah-bukuan ke dalam rekening
debitur atau yang ditunjuk olehnya.
2) Kredit bukan tunai (non cash credit)
Kredit yang tidak diberikan langsung
pada saat perjanjian dibuat, melainkan
KERANGKA KONSEPTUAL
Gambar 1. Kerangka Konseptual
86
diperlukan adanya tenggang waktu
t e r t e n t u s e s u a i d e n g a n y a n g
dipersyaratkan.
Yang termasuk dalam kelompok kredit
ini adalah :
a. Bank bergaransi (jaminan bank)
yaitu : berupa kesediaan tertulis
dan bank untuk membayar kepada
seseorang atau suatu pihak yang
ditunjuk atas beban kredit
pemohon jaminan bank.
b. Letter of credit (L/C)
L/C adalah surat yang dikeluarkan
oleh bank (opening bank) atas
permintaan pembeli (inportir) atau
d i te ruskan kepada penjua l
(eksportir) sebagai suatu jaminan
dan pembeli kepada penjual, atas
pembayaran terhadap sejumlah
barang yang dikirimkannya kepada
pembeli.
5. Berdasarkan Jaminannya
1) Kredit dengan jaminan
Merupakan kredit yang diberikan dengan
suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut
dapat berbentuk barang berwujud atau
tidak berwujud. Artinya setiap kredit
yang dikeluarkan akan dilindungi senilai
jaminan yang diberikan si calon debitur.
2) Kredit tanpa jaminan
Yaitu kredit yang diberikan tanpa
jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit jenis ini diberikan dengan melihat
prospek usaha, karakter serta loyalitas si
calon debitur selama berhubungan
dengan bank yang bersangkutan.
JENIS KREDIT YANG DITAWARKAN PD. BPR
BANK PASAR
Penyaluran kredit di PD. BPR ”Bank Pasar” Jombang
diarahkan pada :
1. Kredit modal kerja (kredit pasar dan kredit
umum), disalurkan kepada pedagang-pedagang
kecil atau usaha-usaha kecil di pasar-pasar dan
masyarakat umum khususnya mereka yang
memiliki usaha-usaha kecil potensial di
wilayah kabupaten Jombang.
2. Kredit konsumtif (kredit pegawai)
Kredit ini diarahkan kepada pegawai di lingkup
pemerintah Kabupaten Jombang
3. Kredit program
Kredit ini diarahkan pada usaha-usaha sektor
informal lainnya seperti peternakan dan
perikanan, perkebunan dan kehutanan serta
industri dan kehutanan serta industri kecil
lainnya yang dibina oleh Dinas terkait.
METODE
Bentuk Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam bentuk penelitian
eksploratif (penjajakan). Penelitian penjajakan
bersifat terbuka, masih mencari-cari dan belum
mempunyai hipotesis dimana penelitian penjajakan
sebagai langkah pertama untuk penelitian yang lebih
mendalam, baik itu penelitian penjelasan atau
penelitian diskriptif.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan pada Perusahaan Daerah
BPR “Bank Pasar” yang berlokasi di Jl. Wahid
Hasyim no. 26 Kabupaten Jombang.
Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer, yakni
data yang diperoleh langsung dari sumbernya oleh
peneliti dengan bantuan kuisioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200876
Populasi Dan Sampel
Populasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang mengambil kredit di PD. BPR “Bank
Pasar” Jombang. Jumlah sampel atau responden
paling sedikit adalah sebanyak 4 atau 5 kali jumlah
variabel (Malhotra,1993). Karena variabel yang
digunakan sebanyak 8 maka sampel yang diambil
sebanyak 5 kalinya (40 responden).
Analisa Data
Analisa data yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah model analisa faktor, yang
digunakan untuk menguj i var iabel yang
dipertimbangkan jika variabel-variabel tersebut
dibakukan maka model analisa faktornya adalah
sebagai berikut : Xi = Ai1F1 + Ai2F2 + Ai3F3 .... +
AimFm + ViUi
Faktor-faktor khusus tidak berkorelasi satu
sama lain juga tidak ada korelasinya dengan faktor-
faktor common. Faktor-faktor common dapat juga
dinyatakan sebagai kombinasilinier dan variabe-
variabel yang dapat diamati dengan formula sebagai
berikut : F1 = W11 X1 + W12 X2 + W13 X3 + .........
W1k + Wk
HASIL
Jumlah responden 40 orang nasabah yang mengambil
kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang sebagai
sample diperoleh diskripsi mengenai karakteristik
konsumen sebagai berikut :
Tabel 1. Karakteristik Nasabah PD. BPR “Bank pasar” Jombang Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Sumber : Data primer diolah (2009)
Dari gambaran diatas menujukkan bahwa sebagian
besar nasabah yang mengambil kredit di PD. BPR
“Bank Pasar” Jombang adalah para Pegawai Negeri
Sipil di lingkungan pemerintah daerah kabupaten
Jombang.
Berdasarkan tingkat pendapatan masyarakat yang
mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang
terlihat pada tabel berikut :
PEMBAHASAN
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, analisis
statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis faktor. Dan dengan bantuan software
computer SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Analisis Ketetapan Penggunaan Alat
Untuk mengetahui cocok tidaknya alat analisis
faktor yang digunakan dalam menganalisis data
penelitian ini, dapat dilihat baik dari nilai
Barlett Test of Sphericity maupun Kaiser Mayer
Olkin measure of sampling adequacy.
Berdasarkan uji diatas diperoleh hasil sebagai
berikut :
a. Kaiser-Mayer-Olkin (KMO) maesure of
sampling Adequacy = 0,653. KMO
adalah indeks yang digunakan analisis
faktor bila volume tinggi (antara 0,5
sampai 1) menunjukkan bahwa sampling
dalam penelitian ini memiliki tingkat
kecukupan. Dengan demikian analisis
faktor dapat digunakan.
b. Barlett Test of Sphericity = 85,800
Significancy = 0,00000
Bartlett's test of Sphericity adalah test
statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesa nol (Ho) yang menyatakan
bahwa antara variabel dalam populasi
tidak berkorelasi, dengan nilai Bartlett's
tes t o f Spher ic i ty yang t inggi
mengidentifikasikan ditolaknya Ho,
87
sehingga dengan demikian berarti antara
variabel dalam populasi berkorelasi. Dari
hasil perhitungan diperoleh nilai
Bartlett's test of Spheriety sebesar 85,800
dengan significance sebesar 0,000. Dari
hasil ini maka Ho yang menyatakan
bahwa antara variabel di dalam populasi
yang tidak saling berhubungan ditolak.
Dengan hasil tersebut dimana KMO
nilainya cukup besar (>0,5) dapat
dikatakan bahwa analisis faktor cocok
digunakan. Demikian pula bila dilihat
dari nilai Barlett Test of Sphericity 85,800
dan signifikan menunjukkan bahwa
ketetapan anal is is faktor dapat
dipertanggung jawabkan.
c. Total Variance dan Componen Matrix
Untuk mengetahui seberapa besar
prosentase dari faktor-faktor (dimensi)
yang digunakan dalam analisis faktor
mampu menjelaskan variasi, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 3. Total Variance Explained
Sumber : Data SPSS
Sesuai dengan tabel 4.3. maka dapat dilihat
bahwa berdasarkan besarnya nilai eigenvalue dari
sebanyak 8 variabel, yang mempunyai nilai
Eigenvalue lebih besar dari 1 (satu) sebanyak 3
Tabel 4. Componen Matrix
Sumber : Data SPSS
88
componen. Dengan pendekatan ini dapat dikatakan
bahwa 3 faktor tersebut mewakili semua variabel yang
diuji. Output tersebut dapat diinterpretasikan pada
ketiga komponen dan kolom % of variance adalah
sebesar 68,909 %, yang artinya faktor-faktor
(dimensi) yang digunakan dalam analisis faktor
mampu menjelaskan variasi sebesar 68,909 %.
Sedangkan output SPSS yang memperlihatkan
faktor-faktor (dimensi) yang merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi nasabah dalam pengambilan
keputusan mengambil kredit di PD BPR “Bank Pasar”
Jombang dapat dilihat pada tabel komponen matrik
sebagai berikut :
Suatu faktor mendukung sebuah definisi atau
variabel jika memiliki nilai komponen lebih besar atau
sama dengan 50%. Dari hasil perhitungan tersebut,
yang menjadi faktor pendukung dalam pengambilan
keputusan nasabah mengambil kredit di PD BPR
“Bank Pasar” Jombang :
1. Milik Pemerintah Daerah dengan nilai
component 83,5%
2. Hadiah / Bonus Bunga dengan nilai component
67,5%
3. Persyaratan mudah dengan nilai component
65,9%
4. Keramahan pegawai dengan nilai component
63,9%
5. Adiministrasi dengan nilai component 59,4%
6. Informasi dengan nilai component 52,8%
7. Bunga dengan nilai component 51%
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200878
Keterangan
1. Variabel milik Pemerintah Daerah merupakan
faktor yang paling mempengaruhi masyarakat
untuk mengambil kredit di PD. BPR “Bank
Pasar”
Jombang yang ditunjukkan dengan nilai
komponen 83,5%.
2. Hadiah atau bonus potongan bunga merupakan
faktor kedua yang mempengaruhi konsumen
dalam pengambilan keputusan mengambil
kredit di PD. BPR Bank pasar Jombang yang
ditunjukkan dengan nilai komponen sebesar
67,5%. Adanya hadiah berupa potongan bunga
atau penghapusan bunga pinjaman apabila
nasabah tersebut menutup pinjaman sebelum
jatuh tempo merupakan salah satu bentuk
perhatian dari pihak PD.
3. Variabel persyaratan yang mudah merupakan
faktor ketiga yang mempengaruhi nasabah
mengambil kredit di PD. BPR “Bank Pasar”
Jombang dengan nilai component 65,9%.
4. Keramahan pegawai merupakan faktor ke
empat yang mempengaruhi nasabah mengambil
kredit di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang
dengan nilai component 63,9%. Di bisnis jasa
perbankan faktor pelayanan merupakan bagian
penting bagi kepuasan nasabah.
5. Adiministrasi merupakan faktor kelima yang
mempengaruhi nasabah mengambil kredit di
PD. BPR “Bank Pasar” Jombang dengan nilai
component 59,4% Hal ini menunjukkan bahwa
keringanan biaya administrasi merupakan
faktor yang menjadi pertimbangan nasabah.
6. Faktor Informasi merupakan faktor ke enam
yang mempengaruhi nasabah mengambil kredit
di PD. BPR “Bank Pasar” Jombang dengan nilai
component 52,8%. Hal ini dikarenakan banyak
masyarakat yang belum tahu tentang
keberadaan PD. BPR Bank Pasar Jombang.
7. Bunga dengan nilai component 51%. Untuk
masalah tingkat suku bunga, apabila
dibandingkan dengan bank yang sejenis, maka
sebenarnya tingkat suku bunga di PD. BPR
“Bank Pasar” Jombang adalah cukup menarik.
89
Hal ini sesuai dengan tujuan utama daripada
PD. BPR “Bank Pasar” Jombang adalah ikut
ser ta memberdayakan perekonomian
masyarakat Jombang umumnya, khususnya
adalah para nasabah di PD. BPR “Bank Pasar”
Jombang.
8. Proses cepat bukan merupakan faktor
pendukung dalam pengambilan keputusan
nasabah mengambil kredit di PD BPR “Bank
Pasar” Jombang, karena memiliki nilai
komponen kurang dari 50% atau hanya sebesar
20,7%. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi
pihak manajemen PD.BPR “ Bank Pasar”
Jombang.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
lambatnya proses pencairan kredit adalah dikarenakan
prinsip kehati-hatian dari pihak bank dalam
penyaluran kredit. Para analis kredit berprinsip bahwa
proses kehati-hatian ini sangat penting agar tidak
terjadi kredit macet, sehingga nasabah yang menerima
adalah benar-benar telah teruji dan mempunyai
prospek yang bagus dimasa yang akan datang.
Salah satu faktor yang tak kalah pentingnya
adalah faktor pelayanan. Dengan adanya pelayanan
yang cepat dan tanggap serta adanya keramahan
pegawai, diharapkan keinginan dan kebutuhan dari
para nasabah akan terpuaskan, sehingga akan tercipta
loyalitas nasabah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Faktor utama yang mempengaruhi masyarakat
untuk mengambil kredit di PD. BPR “Bank
Pasar” Jombang adalah keyakinan masyarakat
bahwa PD. BPR “Bank Pasar” Jombang sebagai
bank resmi yang kegiatan operasionalnya
dijamin oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Jombang.
2. Faktor-faktor lain yang perlu mendapat
perhatian dari pihak pengelola PD. BPR “Bank
Pasar” Jombang adalah faktor pelayanan
kepada masyarakat, kemudahan prosedur, serta
keramahan pegawai serta tingkat suku bunga,
karena faktor-faktor tersebut mempengaruhi
masyarakat mengambil keputusan menjadi
nasabah PD. BPR “Bank Pasar” Jombang.
3. Lambatnya proses pencairan kredit adalah
dikarenakan prinsip kehati-hatian dari pihak
bank dalam penyaluran kredit. Para analis
kredit berprinsip bahwa proses kehati-hatian ini
sangat penting agar tidak terjadi kredit macet.
Saran
Dari kesimpulan tersebut diatas, maka saran-saran
yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Sebagai badan yang bergerak di bidang jasa
keuangan, maka hendaknya PD. BPR “Bank
Pasar” Jombang perlu memahami dan
melakukan pendekatan terhadap perilaku dari
masyarakat sesuai dengan latar belakang sosial
dan budaya.
2. Hal lain yang perlu dilaksanakan oleh pihak PD.
BPR “Bank Pasar” Jombang adalah adanya
pemeliharaan hubungan baik diantara nasabah
yang ada selama ini, sehingga ke depan mereka
nantinya akan jadi mitra yang saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
3. Faktor lain yang tak kalah pentingnya adalah
peningkatan pelayanan yang baik kepada
masyarakat, karena hal tersebut akan
berhubungan langsung dengan para nasabah.
4. Perlu sosialisasi kepada masyarakat tentang
keberadaan serta fungsi dari PD. BPR “Bank
Pasar” Jombang yaitu memberikan informasi
yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat,
sebagai upaya untuk menghindarkan
masyarakat dari para renternir yang sangat
merugikan masyarakat.
5. Diberikan kemudahan atau prosedur untuk
menjadi nasabah PD. BPR “Bank Pasar”
Jombang. Pemberlakukan tingkat suku bunga
yang tidak memberatkan kepada masyarakat,
karena sesuai dengan tujuannya yaitu untuk
membantu masyaraka t da lam usaha
memberdayakan perekonomian masyarakat
desa.
90
DAFTAR RUJUKANAA. Anwar Prabu Mangkunegara, Prilaku Konsumen, PT. Eresco, Bandung,1998
Alex Nitisemito, Marketing, Jilid I, Jakarta, 1997
Anto Dajan, Pengantar Metode Statistrik Jilid II, Cetakan Kesebelasan, LP3ES, Jakarta ,1996
Basu swastha, Prilaku Konsumen, Penerbit PT. Eresco, Bandung, 1987
Buchori Alma, Manajemen Pemasaran dan pemasaran Jasa, IKAPI, Bandung, 1998.
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Penerbit Intermedia,Jakarta,1995.
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode P e n e l i t i a n S u r v e y , E d i s i R e v i s i , LP3ES,Jakarta,1989
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1992
Rambat Lupiyodi,2001, Manajemen Pemasaran Jasa , Teori dan Praktek, Penerbit Salemba,Empat, Jakarta.
Suharsmi Arikunto,1990, Metode Penelitian Lapangan, Edisi II, BPFE UGM, Yogyakarta.
Subagyo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Bagian Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta, 1997.
T. Hani Handoko, ConsumerBehavior (Prilaku Konsumen), Jilid I, YKPN, Yogyakarta, 1987.
William J.Stanton, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Jakarta,1997.
Peraturan Menteri dalam Negeri No. 22 Tahun 2006, TentangPengelolan Bank Perkreditan rakyat Milik Pemerintahan Daerah.
Peraturan Bank Indonesia No.8/19/PBI/2006 Tentang Kualitas Aktiva Produktif BPR.
Perda No.26 Tahun 1994 Tentang PD BPR”Bank Pasar” Jombang.
JURNAL EKSIS, VOLUME III NOMOR 1, FEBRUARI 200880
DAFTAR RUJUKAN
AA. Anwar Prabu Mangkunegara, Prilaku Konsumen, PT. Eresco, Bandung,1998
Alex Nitisemito, Marketing, Jilid I, Jakarta, 1997
Anto Dajan, Pengantar Metode Statistrik Jilid II, Cetakan Kesebelasan, LP3ES, Jakarta ,1996
Basu swastha, Prilaku Konsumen, Penerbit PT. Eresco, Bandung, 1987
Buchori Alma, Manajemen Pemasaran dan pemasaran Jasa, IKAPI, Bandung, 1998.
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Penerbit Intermedia,Jakarta,1995.
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi, LP3ES,Jakarta,1989
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1992
Rambat Lupiyodi,2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Teori dan Praktek, Penerbit Salemba,Empat, Jakarta.
Suharsmi Arikunto,1990, Metode Penelitian Lapangan, Edisi II, BPFE UGM, Yogyakarta.
Subagyo, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Bagian Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta, 1997.
T. Hani Handoko, ConsumerBehavior (Prilaku Konsumen), Jilid I, YKPN, Yogyakarta, 1987.
William J.Stanton, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Jakarta,1997.
Peraturan Menteri dalam Negeri No. 22 Tahun 2006, TentangPengelolan Bank Perkreditan rakyat Milik Pemerintahan Daerah.
Peraturan Bank Indonesia No.8/19/PBI/2006 Tentang Kualitas Aktiva Produktif BPR.
Perda No.26 Tahun 1994 Tentang PD BPR”Bank Pasar” Jombang.