Jurnal
Click here to load reader
-
Upload
wahyou-utomo -
Category
Documents
-
view
1.892 -
download
1
Transcript of Jurnal
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD
TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI
DI SMA NEGERI 1 PURWOSARI
Oleh
Wahyu Adi Utomo
Jurusan Geografi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang
Abstrak
Pembelajaran merupakan proses transfer ilmu kepada siswa. Seiring
dengan perkembangan jaman, pembelajaran bermakna menjadi tuntutan bagi
setiap guru dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu cara untuk membuat
pembelajaran dalam kelas bermakna adalah dengan penerapan model STAD.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran STAD
(Student Team Achievement Division) terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas
XI Ilmu Sosial SMA Negeri 1 Purwosari. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan mengambil subjek penelitian dua
kelas yaitu kelas XI Ilmu Sosial 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI Ilmu
Sosial 3 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa tes berbentuk uraian
untuk prates dan pascates. Teknik analisis yang digunakan adalah uji t tidak
berpasangan (Independent Samples t Test). Dari hasil uji t didapatkan nilai
probabilitas sebesar 0,000 yang berarti bahwa Ho ditolak, berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model STAD
terhadap hasil belajar geografi siswa kelas XI Ilmu Sosial. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD lebih efektif daripada metode
konvensional, kondisi ini dapat dilihat dari rata-rata kedua kelas yang berbeda.
Kelas eksperimen mempunyai rata-rata kelas lebih tinggi yaitu 54,02 sedangkan
kelas kontrol sebesar 32,15. Disarankan bagi guru Geografi untuk menggunakan
model pembelajaran STAD sebagai variasi model pembelajaran karena dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : Model STAD, Hasil belajar geografi
Abstract
Learning is the process of transfering knowledge to students. Along with
growth of the era, meaningsfull learning becoming demands for every teacher in
the class. One of the way to make meaningfulls learning on the class by applying
STAD learning model. This research aims to knows the effect of Student Teams
Achievement Divisions (STAD) learning model to the students assesment in SMA
Negeri 1 Purwosari. This research including in quasy experiment research wich
the subject of the research are two class. The class are grades XI social sience 1 as
a eksperiment class and grade XI social science 3 as a control class. The
instrumen of the research is essay test wich is to consist of pretest and posttest.
The technics of analisys used independent sample t test. From the results of t test
are got probability value 0,000 wich is means Ho is rejected, it can be concluded
that implementation of STAD learning model having an effect on learning
assesment of social science student grade XI. The results shows that STAD
learning model more effective than conventional method, it can be seen from the
difference of average value both of class. Experiment class have average value
more higher than control class wich is 54,02, while the control class only 32,15.
the research, it is suggested that for geography teachers can be used STAD
learning model for the variation in the learning process.
Keywords : STAD Models, Learning assesment
1. Pendahuluan
Pembelajaran merupakan suatu proses transfer ilmu kepada siswa. Proses
transfer ilmu akan berhasil apabila proses tersebut memberikan makna terhadap
siswa. Pembelajaran seperti ini disebut dengan pembelajaran bermakna.
Pembelajaran bermakna adalah pembelajaran yang mengaitkan informasi-
informasi baru dengan pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat suatu
pembelajaran bermakna adalah dengan membawa situasi dunia nyata ke dalam
pembelajaran. Situasi dunia nyata yang di bawa ke dalam kelas saat pembelajaran
dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami dan menerapkan konsep
tersebut. Kemudahan dalam memahami dan penerapan konsep dalam
pembelajaran tentunya akan berpengaruh positif pada hasil belajar siswa itu
sendiri.
Menurut Suprijono (2009:viii) ”pembelajaran selama ini hanyalah suatu
proses pengondisian-pengondisian yang tidak menyentuh realitas alami.
Pembelajaran berlatar realitas artifisial”. Pembelajaran yang berlatar realitas
artifisial hanyalah pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa untuk
melakukan hafalan terhadap materi. Mata Pelajaran Geografi sebagai mata
pelajaran yang mempelajari alam haruslah melibatkan lingkungan sekitar dalam
pembelajarannya. Namun dalam kenyataannya, guru mata pelajaran geografi
banyak yang kurang memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai media dan sumber
belajar. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar siswa mempunyai motivasi yang
rendah dan berakibat pada hasil belajar yang kurang dalam pelajaran geografi di
banyak sekolah.
Dalam usaha mengatasi masalah di atas maka diperlukan suatu
pembelajaran yang bermakna dan efektif. Salah satu model pembelajaran tersebut
adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat menciptakan suatu
pembelajaran bermakna bagi siswa sebab dalam pembelajaran kooperatif
menuntut terjadinya interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan salah satu cara
untuk pengembangan pemikiran. Suprijono (2009:55) menyebutkan bahwa
”keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi mereka mengevaluasi
dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam konteks sosial
memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran peserta didik”.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah STAD (Student Team
Achievement Division). STAD mempunyai beberapa faktor yang menjadikan
model ini mampu menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna bagi siswa.
Faktor tersebut adalah karakter STAD sebagai model pembelajaran yang
menuntut kerja sama, adanya pemberian penghargaan bagi tim terbaik, dan posisi
siswa yang ditempatkan sebagai subjek dalam pembelajaran. Ketiga faktor
tersebut membuat STAD mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, dan menyenangkan bagi siswa selama proses pembelajaran. Pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan merupakan pembelajaran yang
mampu menghadirkan makna bagi siswa.
STAD juga mempunyai beberapa keuntungan. Menurut Soewarso
(1998:22) keuntungan menggunakan model STAD adalah.
a. Pembelajaran kooperatif STAD membantu siswa mempelajari
isi materi pelajaran yang dibahas
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan
siswa mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan
siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar
berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan
mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-
sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa
yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki
hubungan dengan teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan
dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu
pengetahuannya.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru
untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
Selain itu menurut Hasanah (2007:4) ”kelebihan STAD yaitu sangat sesuai
dengan materi yang mempunyai bahasan dengan subtopik yang banyak”.
Seperti halnya dengan model pembelajaran yang lain, model STAD juga
mempunyai komponen tersendiri. ”STAD terdiri atas lima komponen utama-
presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim” (Slavin,
2005:143). Presentasi kelas dalam model STAD sama halnya dengan
pembelajaran langsung oleh guru, dimana guru menjelaskan materi secara verbal
ataupun dengan menggunakan media dan alat pembelajaran. Perbedaan antara
model STAD dan pembelajaran biasa adalah ”bahwa presentasi tersebut haruslah
benar-benar berfokus pada unit STAD” (Slavin, 2005:144).
Dengan uraian di atas tentunya STAD merupakan pilihan yang tepat dalam
suatu pembelajaran. STAD dirasa dapat menghidupkan suasana pembelajaran
dalam kelas. STAD juga mampu membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Selain itu, karakter STAD menjadikan siswa sebagai pusat dalam proses
pembelajaran (student centered). Sehubungan dengan uraian di atas ingin
dilakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran STAD
terhadap Hasil belajar geografi di SMA negeri 1 Purwosari.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian quasy experimen atau penelitian
eksperimen semu. Penelitian ini membandingkan satu kelompok eksperimen yang
diberi perlakuan berupa pembelajaran model STAD dan satu kelompok
pembanding yang tidak diberi perlakuan model STAD (pembelajaran
konvensional). Penilaian dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat sebelum
perlakuan dan sesudah perlakuan.
Adapun skema model penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Skema Model Penelitian
Kelompok Prates Perlakuan Pascates
A O1 X O2
B O1 - O2
(Arikunto, 2006: 87)
Keterangan :
A = Kelas eksperimen yaitu kelas dengan penerapan model pembelajaran
STAD
B = Kelas kontrol
X = Perlakuan dengan memberikan model pembelajaran STAD
O1 = Pre test kelas eksperimen
O1 = Pre test kelas kontrol O2 = Pascates kelas eksperimen
O2 = Pascates kelompok kontrol
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1
Purwosari semester genap tahun ajaran 2011/2012. Subjek yang diambil untuk
penelitian ini adalah 2 kelas. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes bentuk
essay. Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen
yang meliputi 4 hal yaitu validitas, reliabilitas, ij beda, dan tingkat kesukaran.
Dari hasil uji validitas terhadap 4 soal yang telah dilakukan didapatkan hasil
bahwa keempat soal valid. Nilai r dari keempat soal berturut-urut dari no 1 sampai
4 adalah 0,649, 0,756, 0,731, dan 0,639, sedangkan nilai r tabel adalah 0,325.
Untuk Uji Reliabiltas didapatkan nilai alpha sebesar 0,772. Sedangkan nilai r tabel
untuk taraf signifikansi 0,05 dengan jumlah data 37 adalah 0,325. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa butir-butir instrumen reliabel. Sedangkan untuk
tingkat kesukaran adalah soal no 1 tingkat kesukarannya sebesar 50%, soal no 2
tingkat kesukarannya sebesar 48%, soal no 3 tingkat kesukarannya sebesar 48%,
dan soal no 4 mempunyai tingkat kesukaran 40%. Dari hasil tersebut keempat
soal dapat dikatakan mempunyai tingkat kesukaran yang baik. Untuk uji yang
terakhir yaitu daya beda hasilnya yaitu soal no 1 mempunyai nilai daya beda
sebesar 0,37 (baik), soal no 2 mempunyai nilai 0,55 (baik sekali), soal no 3
mempunyai nilai daya beda 0,8 (baik sekali), dan soal no 4 mempunyai nilai daya
beda sebesar 0,22 (cukup).
Analisis data yang digunakan adalah independent sample t test. Data yang
diuji dengan menggunakan statistik adalah nilai gain score. Sebelum dilakukan uji
t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Uji statistik
ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS12.0 for windows.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian
a) Deskripsi Data
Data hasil penelitian ini meliputi: 1) data kemampuan awal siswa yang
diperoleh dari skor pretest kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberi
perlakuan dan sebelum materi diberikan, 2) data kemampuan akhir siswa
yang diperoleh dari skor pascatest kelas eksperimen dan kontrol setelah
diberikan perlakuan dan materi disampaikan.
1) Data Kemampuan Awal
Data kemampuan awal berasal dari dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas
ekperimen. Data kemampuan awal kelas kontrol adalah sebagai berikut
yaitu sebagian besar siswa (89,9%) mempunyai kemampuan sangat
kurang, sisanya 10,81% siswa berkemampuan kurang.. Nilai rata-rata
kemampuan awal kelompok kontrol adalah 27,39 yang termasuk dalam
kategori sangat kurang, Sedangkan modus dan median untuk kelas kontrol
masing-masing yaitu 25 dan 28,30. Sedangkan untuk kelas eksperimen
sebagian besar (86,49%) mempunyai kemampuan sangat kurang,
sedangkan sisanya yaitu 13,51% mempunyai kemampuan yang kurang.
Nilai rata-rata yang didapat dari kemampuan awal kelompok eksperimen
adalah 26,15 yang tergolong sangat kurang, Sedangkan modus dan
median untuk kelas eksperimen yaitu 20 dan 25.
2) Data Kemampuan Akhir
Untuk data kemampuan akhir kelas kontrol adalah sebagian besar
(70,27%) mempunyai kemampuan pada kelompok cukup sampai baik.
Sisanya, sekitar 29,74% berada di kelompok kurang. Nilai rata-rata
kemampuan akhir kelas kontrol adalah 59,54 yang dapat diklasifikasikan
pada kelompok cukup. Sedangkamn untuk kelas eksperimen adalah
sebagian besar atau sebesar 86,49% berada di kategori baik sampai sangat
baik. Sisanya yaitu sekitar 10,81% berada di kategori cukup dan 2,7%
berada di kategori kurang. Nilai rata-rata yang didapat dari kemampuan
akhir kelompok eksperimen adalah 80,16.
b) Analisis Data
a. Uji Normalitas
Dari hasil uji normalitas yang telah dilakukan dengan bantuan
program SPSS 12.00 for Windows didapatkan hasil sebagai berikut.
Probabilitas (sig) kelas kontrol = 0,200
Probabilitas (sig) kelas eksperimen = 0,161
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa untuk kelas kontrol
mempunyai probabilitas lebih besar dari 0,05 atau dengan kata lain bahwa
data hasil belajar geografi kelas kontrol berdistribusi normal. Sedangkan
untuk kelas eksperimen juga mempunyai nilai probabilitas yang lebih
besar dari 0,05 atau dengan kata lain data hasil belajar geografi kelas
eksperimen berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Dari hasil uji homogenitas yang dilakukan dengan bantuan
program SPSS 12.00 for Windows didapatkan nilai probabilitas (sig)
sebesar 0,785. Karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa data mempunyai varian yang sama atau homogen.
c. Uji Hipotesis
Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis diatas adalah
dengan menggunakan uji t independen (Indepenent sample t test) dua sisi
dengan bantuan program SPSS 12 for Windows. Adapun kriteria
pengujiaannya yaitu:
Apabila nilai probabilitas (sig 2-tailed) > 0,05 maka Ho diterima
Apabila nilai probabilitas (sig 2-tailed) < 0,05 maka Ho ditolak
Dari hasil analisis uji t terhadap hasil belajar geografi didapatkan
bahwa nilai probabilitas (sig 2-tailed) adalah 0,000. Dari hasil tersebut
maka nilai probabilitas < 0,05, karena rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen (54,02) lebih besar daripada kelas kontrol (32,15) maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak atau dengan kata lain bahwa Hi yang
berbunyi ada pengaruh penerapan model pembelajaran STAD terhadap
hasil belajar geografi di SMA Negeri 1 Purwosari diterima.
Pembahasan
Hasil belajar geografi siswa pada kelas yang menerapkan model
pembelajaran STAD lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menerapkan
metode konvensional. Kondisi ini terjadi karena dalam model pembelajaran
STAD terdapat beberapa kelebihan yang membuat model ini lebih efektif.
Kelebihan STAD yang dapat terlihat dengan jelas antara lain yaitu (1) proses
pembelajaran kerja sama menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, (2)
posisi siswa dalam pembelajaran merupakan subjek sehingga pemahaman
yang didapatkan siswa lebih mendalam, (3) Pemberian penghargaan terhadap
kelompok terbaik memacu siswa untuk menjadikan kelompoknya sebagai
kelompok terbaik, (4) Model STAD yang dalam sintaksnya terdapat tahapan
mengerjakan LKS dan kuis memberikan pengalaman bagi siswa untuk
mengerjakan soal-soal.
Dalam penerapan model STAD, proses kerja sama dalam kelompok
adalah pusat pemrosesan pengetahuan siswa. Siswa dalam kelompok saling
bekerja sama, berdiskusi, dan saling membantu untuk bersama-sama
memecahkan permasalahan. Proses kerja sama dalam kelompok ini dapat
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Suprijono (2009:xi)
menyatakan bahwa ”pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran
dengan suasana emotional climate positif”. Proses dalam model STAD yang
melibatkan sesama siswa membuat mereka lebih nyaman dalam berdiskusi
tanpa ada rasa takut akan salah, malu, dan canggung. Kondisi yang positif ini
menyebabkan siswa menjalani pembelajaran tanpa ada rasa tertekan sehingga
mereka dengan ikhlas mengikuti pembelajaran sampai selesai seperti yang
terlihat pada saat penelitian di kelas eksperimen.
Kelebihan selanjutnya dari model STAD yang terlihat dalam
penelitian adalah siswa yang menjadi subjek dalam pembelajaran. Posisi
siswa sebagai subjek dalam pembelajaran akan menumbuhkan kesadaran
mereka untuk belajar berpikir dan menyelesaikan masalah yang diberikan
oleh guru. Pengalaman dalam proses belajar tersebut akan memberikan
pemahaman yang mendalam bagi siswa.
Kelebihan STAD selanjutnya adalah kemauan dari tiap-tiap siswa
untuk mengantar kelompoknya menjadi kelompok terbaik dan mendapatkan
penghargaan. Menjadi kelompok terbaik dan mendapatkan penghargaan
merupakan faktor yang menyebabkan pembelajaran dengan penerapan model
STAD sangat efektif. Seperti yang disebutkan oleh Slavin (2005:12) ”jika
para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus
membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya”. Kondisi ini
terlihat pada saat penelitian, dimana siswa yang telah memahami materi
dengan semangat membantu temannya yang belum memahami mengenai
materi. Dengan waktu yang relatif singkat mereka mencoba untuk memberi
pengertian terhadap teman kelompok mereka agar dapat menjawab soal kuis
dengan baik.
Model pembelajaran STAD yang didalam sintaksnya terdapat
tahapan bekerja sama untuk mengerjakan LKS dan secara individu
mengerjakan kuis memberikan pengalaman bagi siswa untuk mengerjakan
soal-soal. Semakin sering siswa mendapatkan latihan soal akan memberikan
pengetahuan tersendiri bagi siswa. Kondisi ini akan memudahkan siswa
dalam menghadapi tes akhir, diamana materi soal tidak jauh dari materi yang
siswa kerjakan pada saat kuis dan kerja sama dalam mengerjakan LKS.
Dari beberapa bukti kelebihan model STAD pada penelitian ini,
setidaknya membuktikan bahwa model STAD merupakan model yang dapat
membawa suasana pembelajaran dalam iklim emosional siswa yang positif.
Kondisi ini kemudian akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang baik.
Berbeda halnya dengan metode ceramah yang selama ini masih sering
digunakan dalam pembelajaran di sekolah-sekolah.
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran STAD
terhadap hasil belajar geografi di SMA Negeri 1 Purwosari. Dengan kata lain rata-
rata skor hasil belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan model STAD
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan
model konvensional.
Saran
Sesuai dengan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diajukan
adalah:
1. Bagi guru bidang geografi disarankan untuk menggunakan model
pembelajaran STAD
2. Bagi sekolah disarankan untuk memberikan informasi mengenai model
pembelajaran STAD kepada para guru dengan memberikan fasilitas dan
pelatihan-pelatihan
3. Bagi Peneliti lanjut yang ingin meneliti tentang model STAD
disarankanuntuk meneliti di sekolah lain selain SMA negei 1 Purwosari
dan menambahkan variabel lain dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Manajemen Penelitian. Jakarta: Depdikbud.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Dimyati dkk. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud
Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik. Yogyakarta: Andi Offset.
Hasanah, Y. P. 2007. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
dan JIGSAW Dalam Materi Pokok Klasifikasi Makhluk Hidup di MTs
NU Ungaran. Skripsi. Semarang: UNNES.
Kurniawan, Wahyu Adie. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Student Team Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar
Geografi di SMA Laboratorium. Skripsi. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Madjid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurhayati, Titis. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran TGT (Teams Games
Tournament) terhadap Hasil Belajar Geografi Di MTs Negeri
Pulosari, Ngunut Kabupaten Tulungagung. Skripsi. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Nurmaningsih, Rusmi. 2008. Keefektifan Penggunaan Cooperative Learning
Model STAD (Students Teams Achievement Division) pada Siswa
Kelas VIII SMP Negeri I Lawang Kabupaten Malang. Skripsi.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Permadani, Septi Enggar. 2006. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD Berbasis Contextual Teaching And Learning (CTL) Dibanding
Model Pembelajaran CTL terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Pokok Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas VIII Semester I
SMP Negeri 3 Ungaran. Skripsi. Semarang: UNNES.
Permatasari, Wulan Dwi. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Cooperative Script terhadap Hasil Belajar Geografi Pada Topik
Hidrosfer Kelas X SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek. Skripsi.
Malang: Universitas Negeri Malang
Raharjo, Rizal Septa Dwi. 2009. Efektifitas Pembelajaran Modul Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas X Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMAN 1
Karangan Trenggalek Pada Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Sari, Intan Novita. 2011. Komparasi Hasil Belajar Geografi Pokok Bahasan
Hidrosfer Model Pembelajaran Ceramah Bervariasi Dan Student
Team Achievement Division (Stad) Kelas X Sma Negeri 1 Batang
Kabupaten Batang. Skripsi. Semarang:Universitas Negeri Semarang.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.
(terjemahan: Lita). Bandung: Nusa Media.
Solihatin, Etin. Raharjo. 2005. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajran
IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharto, Yusuf. 2006. Perkembangan Peserta Didik dan Manajemen Kelas.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Arif. 2010. Analisis Teks pada Materi Litosfer dan Pedosfer dalam Buku
Teks Pelajaran Geografi SMA Kelas X Terbitan PT Phibeta Aneka
Gama. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Soewarso. 1998. Menggunakan Strategi komparatif Learning di dalam
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial : Edukasi. No 01. Hal. 16-25.