JUPE KLASIFIKASI.docx

5
KLASIFIKASI OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu: 1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen. Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, di samping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas: i) Penyakit aktif Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang di mana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dan jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel- sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi.

Transcript of JUPE KLASIFIKASI.docx

Page 1: JUPE KLASIFIKASI.docx

KLASIFIKASI

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu:

1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala

klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang

mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas

atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan

tubuh yang rendah, di samping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan

derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Secara klinis

penyakit tubotimpani terbagi atas:

i) Penyakit aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh

perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang di

mana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai

mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dan jarang ditemukan polip yang besar

pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid mengakibatkan

penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila

tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi.

Page 2: JUPE KLASIFIKASI.docx

ii) Penyakit tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa

telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain

yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, and atau suatu rasa penuh dalam telinga.

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit

atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya

kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih,

terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat dibagi atas 2

tipe yaitu kolesteatom kongenital dan kolesteatom didapat.

a. Kolesteatom kongenital.

Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan Clemis

(1965) adalah:

1. Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.

2. Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.

3. Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel

undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan.

Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau tulang

temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis parese, tuli saraf

berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

b. Kolesteatom didapat.

1. Primary acquired cholesteatoma.

Koelsteatom yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida

2. Secondary acquired cholesteatoma.

Page 3: JUPE KLASIFIKASI.docx

Berkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan kronis

biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi marginal pada

bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel kanal aurikula eksterna yang masuk

ke kavum timpani melalui perforasi membran timpani atau kantong retraksi membran

timpani pars tensa.

Oleh karena tuba tertutup terjadi retraksi dari membrane plasida, akibat pada

tempat ini terjadi deskuamasi epitel yang tidak lepas, akan tetapi bertumpuk di sini.

Lambat laun epitel ini hancur dan menjadi kista. Kista ini tambah lama tambah besar

dan tumbuh terus kedalam kavum timpani dan membentuk kolesteatom.

Ini dinamakan “primary acquired cholesteatom” atau genuines cholesteatom”. Mula-

mula belum timbul peradangan, lambat laun dapat terjadi peradangan. Primary dan

secondary acquired cholesteatom ini dinamakan juga “pseudo cholesteatoma, oleh

karena ada pula congenital kolesteatom. Ini juga merupakan suatu lubang dalam

tenggorok terutama pada os temporal. Dalam lubang ini terdapat lamel konsentris

terdiri dari epitel yang dapat juga menekan tulang sekitarnya. Beda kongenital

kolesteatom, ini tidak berhubungan dengan telinga dan tidak akan menimbulkan

infeksi. Bentuk perforasi membran timpani adalah:

1. Perforasi sentral

Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,

kadang-kadang sub total.

2. Perforasi marginal

Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.

Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi

pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom

3. Perforasi atik

Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma

(Ballenger JJ, 1997).