Judul KAK (PROP OSAL) : BIOLOGI DAN DINAMIKA POPULASI...
-
Upload
truongthuy -
Category
Documents
-
view
251 -
download
1
Transcript of Judul KAK (PROP OSAL) : BIOLOGI DAN DINAMIKA POPULASI...
LAPORAN TEKNIS / AKHIRTAHUN ANGGARAN 2013
Judul KAK (PROPOSAL) :BIOLOGI DAN DINAMIKA POPULASI BEBERAPA JENIS IKAN
DI RAWA PENING JAWA TENGAH
Oleh :
Agus Djoko Utomo, Siti Nurul Aida, Taufiq Hidayah, Muhamad Ali, Elva D Hamilia,
Gatot Subroto, Busyrol Waroh , Prijadi Sudarsono.
BALAI PENELITIAN PERIKANAN PERAIRAN UMUMPUSAT PENELITIAN PENGELOLAAN PERIKANAN
DAN KONSERVASI SUMBERDAYA IKANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANANTAHUN 2013
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Penelitian BIOLOGI DAN DINAMIKA POPULASI BEBERAPA JENIS IKAN
DI RAWA PENING JAWA
2. Tim Peneliti 1 Agus Djoko Utomo
2 Siti Nurul Aida
3 Taufiq Hidayah
4 Muhamad Ali
5 Elva D Hamilia
6 Gatot Subroto
7 Busyrol Waro
8 Prijadi Sudarsono
Palembang, Desember 2013
Mengetahui,Kepala Balai Penelitian Perikanan PerairanUmum Palembang
Koordinator Kegiatan,
Drs. Budi Iskandar Pri SantosoNIP. 19580918 198603 1 003
Dr Ir. Agus Djoko Utomo, M.SiNIP. 19571014 198403 1 004
BIOLOGI DAN DINAMIKA POPULASI BEBERAPA JENIS IKANDI RAWA PENING JAWA TENGAH
ABSTRAK
Rawa Pening adalah merupakan Danau Rawa Air Tawar di Jawa Tengah merupakan tempathidup organisme air, sumber air untuk pertanian. Termasuk dari 15 danau prioritas Indonesia.Perlu pelestarian SDI dan mempertahankan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbanganekosistem dan keberlanjutan SDI. Tekanan ekologis yang sangat menonjol yaitu adanyablooming eceng gondok yang menimbulkan pendangkalan dan penurunan potensi sumberdayaikan, disambing itu juga kegiatan penangkapan yang semakin meningkat. Kajian biologi,dinamika populasi dan kapasitas penangkapan ikan beberapa spesies kunci diharapkan akanmemberikan masukan bagi pengelolaan sumberdaya ikan di Rawa pening. Dinamika populasimeliputi pertumbuhan, mortalitas dan tingakat eksplotasi penngkapan. Pendugaan parameterdinamika populasi dan ruaya ikan dengan menggunakan metode penandaan ikan. Ada tujuhalat tangkap utama di perairan rawa pening yaitu Beranjang (lift net), Jaring (gill net),Midik/Kere (Active Barrier, with FAD), Ngetrol (Active Seine, no FAD), Jaring Ecek (ActiveSeine,with FAD), Seser udang (Scop net), Seser remis (Scop net), Jala (Cast net), Rawai (Longline), Pancing (Hook line), Wuwu (Pot traps), Kicir (Pot traps). Para meter populasi ikanGabus: Panjang maksimal (L)= 66 cm, konstante percepatan pertumbhan (K) = 1,1,Mortalitas total (Z) = 3,162, mortalitas alami (M) = 1,2, mortalitas penangkapan (F) = 1,64,Laju penangkapan (E) = 0,52. Para meter populasi ikan Gabus: Panjang maksimal (L)= 25cm, konstante percepatan pertumbhan (K) = 1,6, Mortalitas total (Z) = 3,378, mortalitas alami(M) = 2,501, mortalitas penangkapan (F) = 0,878, Laju penangkapan (E) = 0,26. Populasiikan Gabus = 2.700.000 ekor atau 945 ton, populasi ikan Melem = 4.446.000 ekor atau 667ton, populasi ikan Nila = 7645990 ekor atau 1529.2 ton
Kata kunci : Biologi, dinamika populasi, Penangkapan, Rawa.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya Laporan Teknis Penelitian
Tahun Anggaran 2013 yang berjudul ” BIOLOGI DAN DINAMIKA POPULASI BEBERAPA JENIS
IKAN DI RAWA PENING JAWA TENGAH“ Tujuan akhir penelitian adalah untuk memberikan
masukkan bagi pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Rawa Pening. Tujuan
penelitian pada tahun 2013 yaitu mendapatkan data dan informasi tentang tingkat pemanfaatan
kegiatan penangkapan ikan di rawa pening, membuat rekomendasi pengelolaan perikanan
tangkap di Rawa Pening
Dengan berakhirnya kegiatan penelitian tahun anggaran 2013, kami mengucapkan
terima kasih Kepada Bapak Kepala Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum atas fasilitas
dan kelancaran yang telah diberikan selama ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa Laporan
ini masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu masukan dan saran sangat diperlukan guna
penyempurnaan laporan ini.
Palembang, Desember 2013
Tim Penulis
D A F T A R I S I
ISI: HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2.
1.3.
Justifikasi
Tujuan dan Sasaran
2
3
1.4. Keluaran 4
1.5. Hasil yang diharapkan 4
1.5. Manfaat dan Dampak 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karateristik Waduk
2.2. Biologi Perairan
2.3. Fisika Kimia Perairan
2.4. Kegiatan Perikanan Tangkap
2.5. Kegiatan Perikanan Budidaya
6
6
10
13
16
16
BAB III. BAHAN DAN METODE 18
3.1. Waktu dan lokasi penelitian 18
3.2. Kebutuhan Data Penelitian 18
3.3. Teknik Pengumpulan Data 20
3.3.1. Analisis Data
A. Fisika Kimia Air
B. Dinamika Populasi
C. Ruaya Ikan
20
20
20
22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Daerah.
4.2. Hasil Tahun 2012
4.3. Kualitas Air
4.4. Ruaya Ikan
4.5. Pertumbuhan dan Mortalitas
4.6. Kegiatan Penangkapan
4.7. Populasi Ikan
4.8. Plankton
23
23
26
27
33
35
43
52
53
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 66
DAFTAR PUSTAKA 68
LAMPIRAN 69
DAFTAR TABEL
NO: TABEL Halaman
Tabel 1 Parameter dan Metode Analisis Sampel Air 18
Tabel 2 Metode Analisis Dinamika Populasi 19
Tabel 3 Pertumbuhan dan Mortalitas 36
Tabel 4 Frekuensi Panjang Ikan Gabus 37
Tabel 5 Frekuensi Panjang Ikan Nila 39
Tabel 6 Frekuensi Panjang Ikan Melem (O. hasselti) 41
Tabel 7 Hasil Tangkapan Anggota Kelompok Nelayan 47
Tabel 8 Hasil Tangkapan Berbagai Macam Alat. 48
Tabel 9 Jumlah Produksi Penangkapan dan Nilai Produksi Berdasarkan
Jenis Ikan Di Rawa Pening 2006
50
Tabel 10 Kelimpahan, Keanekaragaman dan Dominansi Plankton WadukGajah Mungkur Bulan Mei 2013
60
Tabel 11 Kelimpahan, Keanekaragaman dan Dominansi Plankton WadukGajah Mungkur Bulan Juni 2013
63
DAFTAR GAMBAR
NO GAMBAR HALAMAN
Gambar 1 Peta DAS di Rawa Pening 10
Gambar 2 Gambaran umum Rawa Pening, sebagian besar tertutup
oleh tanaman air
22
Gambar 3 Pemanfaatan Eceng Gondok untuk kerajinan 25
Gambar 4 Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring Apung 25
Gambar 5 Alat Tangkap Beranjang 26
Gambar 6 Kadar Oksigen Berdasarkan lokasi dan Kedalaman 29
Gambar 7 Suhu berdasarkan Lokasi dan Kedalaman 30
Gambar 8 Peta Ruaya Ikan 35
Gambar 9 Kura Pertumbuhan Ikan Gabus 37
Gambar 10 Mortalitas Ikan Gabus (Z) 38
Gambar 11 Mrtalitas Alami Ikan Gabus (M) 38
Gambar 12 Kurva Pertumbuhan Ikan Nila 39
Gambar 13 Mortalitas Ikan Nila (Z) 40
Gambar 14 Mortalitas Ikan Alami Ikan Nila (M) 40
Gambar 15 Kurva Pertumbuhan Ikan Melem 41
Gambar 16 Mortalitas Ikan Melem (Z) 42
Gambar 17 Mortalitas Alami Ikan Melem (M) 42
Gambar 18 Trend Penurunan Hasil Tangkapan Alat Tangkap Trawl 50
Gambar 19 Penurunan Hasil Tangkapan Alat Tangkap Beranjang 51
Gambar 20 Trend Penurunan Hasil Tangkapan Alat Tangkap Jala 51
Gambar 21 Kelimpahan Fitoplankton Trip I dan Trip II 54
Gambar 22 Kelimpahan Zooplankton Trip I dan Trip II 55Gamba2 23 Indeks Keanekaragaman H’ Fitoplankton Trip I dan Trip II 56Gambar 24 Indeks Keanekaragaman H’ Zooplankton Trip I dan Trip II 57Gambar 25 Indeks Dominansi Fitoplankton Trip I dan Trip II 58Gambar 26 Indeks Dominansi Zooplankton Trip I dan Trip II 59
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1 Kualitas Trip I Perairan di Rawa Pening (Mei 2013). 69
2 Kualitas Trip II Perairan di Rawa Pening (Juni 2013). 78
3 Kualitas Trip III Perairan di Rawa Pening (Agustus 2013). 87
4 Kualitas Trip IV Perairan di Rawa Pening (Oktober 2013). 97
5 Pelepasan Ikan Bertanda Trip I, Mei 2013 di Rawa Pening 108
6 Pelepasan Ikan Bertanda Trip II, Juni 2013 di Rawa Pening 112
7 Pelepasan Ikan Bertanda Trip III, Agustus 2013 di Rawa Pening 115
8 Pelepasan Ikan Bertanda Trip IV, Oktober 2013 di Rawa Pening 117
9 Contoh Ikan Bertanda Tertangkap Kembali. 119
10 Gambar Cara dan Posisi Penandaan Ikan 120
11 Penjelasan Cara Pencatatan dan Pengembalian Ikan Bertanda 121
12 Cara Penngkuran Ikan Bertanda 122
13 Foto pengamatan kualitas air dan pengambilan sample air. 123
14 Kegiatan Penangkapan Ikan. 124
1
I. PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang.
Pemerintah Belanda pada tahun 1912 – 1916 membangun dam di Kali Tuntang
sebagai satu-satunya pintu keluar Rawa Pening, sehingga terbentuk Danau Buatan Rawa
Pening. Pada tahun 1936 Danau ini kemudiaan diperluas mencapai 2.667 Ha pada musim
penghujan dan pada musim kemarau 1.650 ha. Danau Rawapening terletak pada
Astronomi 704‘ LS - 7030‘ LS dan 1100 24‘46‘‘ BT – 110049‘06‘‘ BT, berada di
ketinggian antara 455 – 465 meter di atas permukaan laut (dpl) serta dikelilingi oleh tiga
Gunung: Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Letak Danau Rawa Pening strategis karena
berada di tepian jalan raya Nasional Semarang - Solo dan Semarang – Yogyakarta, serta
berada di jalan antar Ambarawa – Kota Salatiga (htp://file.wordpress.com/,2011).
Rawa Pening terletak di Kabupaten Semarang Jawa Tengah, mempunyai luas 2.020
ha. Perairan Rawa Pening berbatasan dengan empat kecamatan yaitu Ambarawa, Tuntang,
Bawen dan Banyubiru. Rawa Pening merupakan tipe perairan danau yang di bendung
untuk keperluan pembangkit tenaga listrik dan irigasi pertanian. Sekitar 19 sungai
bermuara di Rawa Pening dan 1 sungai yang menjadi outletnya yaitu sungai Tuntang.
Debit air yang banyak menjadikan Rawa Pening sebagai irigasi untuk pertanian, pemutar
turbin PLN, perikanan dan wisata air (Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Semarang,
2007).
Hasil penelitian menunjukkan ada 14 jenis ikan yang mudah ditemui di Rawa
pening yaitu : Rasbora lateristriata, Rasbora jacopsoni, Mystacoleusus marginatus,
Barbus conchonius, Puntius binotatus, Osteochilus hasseltii, Anabas testudineus,
Trichogaster trichopterus, Trichogaster pectoralis, Oreocromis niloticus, Oreocromis
mossambica, Trorichthys meeki, Channa melasoma, Aplocheilus panchax. Plus ikan belut
& bulus (http://rowopening.blogspot.com/2009). Ikan tebaran yang tumbuh dengan baik
yaitu Bandeng air tawar, Nila, Karper dan Mujair. Keunikan potensi sumberdaya alam
yang dimiliki oleh perairan Rawa Pening maka Wilayah Rawa Pening dijadikan salah satu
dari sebelas kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET), kawasan sentra produksi
(KPS) di Wilayah Kabupaten Semarang . Visi dari pemda setempat tentang Wilayah Rawa
Peing yaitu mewujudkan peternakan dan perikanan yang mandiri, maju, tangguh, efisien,
dan berkelanjutan untuk mendukung tercapainya kesejahteraan masyarakat (Dinas
Peternakan dan Perikanan Kab. Semarang, 2007).
2
Rawa Pening merupakan salah satu dari 15 danau prioritas Indonesia. Perlu
pelestarian SDI dan mempertahankan fungsi danau berdasarkan prinsip keseimbangan
ekosistem dan keberlanjutan SDI. Fungsi Rawa Pening yang sangat vital seolah menjadi
jantung kehidupan bagi masyarakat sekitarnya. Rawa Pening sebagai Danau alam yang
menjadi sumber kehidupan disekitar dan sepanjang aliran yang dilaluinya. Memiliki fungsi
sebagai penyangga ekosistem dan menjadi habitat bagi beraneka ragam mahluk hidup.
Rawa Pening adalah salah satu danau yang berperan penting dalam menjaga
kesinambungan kehidupan. Seolah tidak tergantikan perannya, sehingga perlu adanya
konservasi, tetapi yang terjadi saat ini adalah exploitasi yang terus-menerus. Keluhan
adanya goncangan keseimbangan alam seperti; berkurangnya kwalitas dan kwantitas ikan,
pendangkalan dan pengurangan luasan danau (http://wisata.kompasiana.com, 2010).
Kementerian kelautan dan perikanan untuk mengembangkan ekonomi perikanan
akan menggunakan pendekatan konsep Blue economy. Pembangunan sektor kelautan dan
perikanan memberikan jaminan bahwa mampu mensejahterakan masyarakat, sekaligus
memberikan jaminan bagi keberlangsungan sumberdaya yang digunakan. Guna
mendorong percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan, maka Kementerian
Kelautan dan perikanan mempunyai program industrialisasi perikanan. Salah satu butir
dalam kegiatan industrialisasi perikanan dari ke tujuh butir, yaitu butir ke enam
menyatakan pentingnya pembangunan perikanan yang berkelanjutan. Pemanfaatan
sumberdaya perikaan secara optimal disatu sisi dan perlindungan terhadap sumberdaya
perikanan dan lingkungan di sisi lain (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012). Kajian
tentang, lingkungan perairan, biologi ikan dan dinamika populasi di Rawa Pening
diharapkan dapat mendukung pemanfaatan sumberdaya ikan yang berkelanjutan di Rawa
Pening.
1.2. Justifikasi
Penelitian biologi terutama yang menyangkut ruaya, food habits dan bilogi
reproduksi merupakan komponen yang penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.
Ruaya merupakan salah satu mata rantai daur hidup bagi ikan untuk menentukan habitat
dengan kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan suatu tahapan kehidupan ikan. Studi
mengenai ruaya ikan menurut Cushing, dalam Effendi 1992, merupakan hal yang
fundamental untuk dunia perikanan karena dengan mengetahui lingakaran ruaya ikan akan
diketahui daerah dimana stok atau sub populasi itu hidup. Ruaya ini mempunyai arti
3
penyesuaian, peyakinan terhadap kondisi yang menguntungkan untuk eksistensi dan untuk
reproduksi.
Biologi reproduksi merupakan komponen yang menentukan keberadaan stok ikan.
Pada saat ikan matang gonad mau memijah harus dapat menemukan habitat yang sesuai
untuk pemijahan (spawning ground). Musim pemijahan juga memegang peran penting
bagi keberadaan stokm ikan, pada umumnya ikan memijah pada saat musim penghujan.
Dengan diketahuinya informasi tentang biologi reproduksi ikan maka kita dapat
pengaturan daerah larangan untuk dilakukan penangkapan atau waktu penangkapan saat
ikan memijah.
Pola kebiasaan makan (food habits) merupakan komponen biologi perikanan yang
penting diketahui, karena dengan mempelajari food habits bisa mengetahui preferensi
pakan alami ikan dan habitat tempat mencari pakan (feeding ground). Dengan diketahui
feeding ground maka kita dapat melindungi habitat sebagai tempat mencari makanan.
Dengan diketahui prferensi makanan ikan maka dalam pengembangan budidaya ikan maka
kita dapat membuat komposisi pakan yang sesuai dengan pakan alami.
Dinamika populasi mempelajari pertumbuhan, mortalitas alami dan mortalitas
penangkapan. Dengan diketahuinya parameter dinamika populasi beberapa jenis ikan yang
dominan di Rawa Pening maka diharapkan dapat dijadikan landasan untuk pengelolaan
perikanan tangkap.
1.3. Tujuan dan Sasaran
Tujuan
Tujuan akhir mendapatkan informasi kualitas perairan, pola ruaya, biologi dan
dinamika populasi beberapa jenis ikan, sebagai bahan masukkan pengelolaan sumberdaya
perikanan tangkap di Rawa Pening.
Tahun 2012 :
Mendapatkan data dan informasi tentang biologi, ruaya, pertubumhan dan populasi
beberapa jenis ikan ekonomis penting dan dominan.
Mendapatkan data dan infromasi Fisika Kimia perairan
Tahun 2013 :
Mendapatkan data dan informasi tentang tingkat pemanfaatan kegiatan
penangkapan ikan di rawa pening
Membuat rekomendasi pengelolaan perikanan tangkap di Rawa Pening
4
Sasaran
Bahan kebijakan pemerintah daerah untuk pengelolaan sumberdaya perikanan
tangkap di rawa pening.
1.4. Keluaran
Tahun pertama (2012)
Data dan informasi tentang biologi ikan ekonomis penting dan dominant di rawa
Pening (Nila, Melem, Gabus)
Ruaya , pertumbuhan dan populasi ikan Nila
Data dan informasi tentang Fisika Kimia
Data dan informasi kualitas air dan biologi perairan (Plankton, bentos)
Tahun ke dua (2013):
Data dan informasi tentang ruaya, pertumbuhan dan populasi ikan Melem dan
Gabus
Data dan informasi tingkat pemanfaatan kegiatan penangkapan ikan di rawa
pening
Data dan informasi ikan bertanda tertangkap kembali (recapture)
1.5. Hasil yang diharapkan
Laporan ilmiah tentang biologi dan pertumbuhan beberapa jenis ikan di rawa
pening (Nila, Melem, Gabus)
Laporan ilmiah tentang populasi beberapa jenis ikan ekonomis penting dan
dominant (Nila, Melem, Gabus).
Laporan ilmiah tentang Fisika Kimia dan biologi perairan Rawa Pening
Laporan ilmiah tentang sebaran dan ruaya beberapa jenis ikan di rawa pening
Laporan ilmiah tentang tingkat pemanfaatan perikanan tangkap beberapa jenis ikan
Rekomendasi pengelolaan sumberdaya ikan di rawa pening
5
1.6. Manfaat dan dampak
Manfaat
Kajian biologi, dinamika populasi beberapa spesies kunci dan lingkungan perairan
diharapkan akan memberikan masukan bagi pengelolaan sumberdaya ikan di Rawa pening
Dampak
Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai landasan dalam pengelolaan sumberdaya
ikan di Rawa Pening sehingga dapat lestari dan berkelanjutan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik perairan.
Berdasarkan terbentuknya waduk maka secara umum waduk ada tiga macam yaitu
waduk Lapangan, waduk irigasi dan waduk serba guna. Waduk lapangan terbentuk karena
pembendungan sungai episodic (berisi air hanya saat hujan), luasan kurang dari 10 ha,
kedalaman maksimal 5 m, masa berisi air krang dari 9 bulan, funsi irigasi lokal. Waduk
irigasi terbentuk karena pembendungan sungai intermiten (berisi air saat musim
penghujan), luasan 10–500 ha, kedalaman maksimal 25 m, masa simpan air 9- 12 bulan,
fungsi irigasi. Waduk serba guna terbentuk karena pembendungan sungai permanen,
luasan lebih besar 500 ha, kedalam maksimal 100 m, masa berisi air 12 bulan; mempunyai
funsgi sebagai irigasi, pembangkit tenaga listrik, sumber air minum, pengendali banjir.
Waduk mempunyai ciri fisik sebagai berikut; banyak teluk, daerah tangkap hujan luas,
garis pantai panjang, pengeluaran air dari bawah, fluktuasi air besar (5-25 m), masa simpan
air sebentar karena sering diperlukan untuk irigasi, daerah litoral luas, tidak terjal seperti
danau (Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Sumberdaya air, 2006.).
Tepian pantai (litoral) waduk yang cukup luas merupakan habitat biota air termasuk
ikan dan banyak sumber makanan dari daratan. Perairan yang dalam memungkinkan
adanya stratifikasi perairan berdasarkan suhu dan cahaya. Daerah tangkap hujan luas
menyebabkan banyak nutrien yang masuk terbawa air masuk waduk. Garis pantai yang
panjang juga menyebabkan banyak nutrien yang masuk dari daratan. Banyak teluk
merupakan daerah yang tenang, terlindung dan stabil
Rawa pening merupakan perairan sungai rawa banjiran yang dibendung. Sekitar 9
sungai bermuara di Rawa Pening dan 1 sungai yang menjadi outletnya yaitu sungai
Tuntang. Beberapa anak sungai yang masuk ke Rawa Pening antara lain Sungai Torong,
Sungai Bejalen/Sungai Panjang, Sungai Kedung Ringin, Sungai Muncul, Sungai Blolok,
Sungai Ngalik, Sungai Galeh, Sungai Legi. Debit air yang banyak menjadikan Rawa
Pening sebagai irigasi untuk pertanian, pemutar turbin PLN, perikanan dan wisata air.
Berdasarkan sejarah terbentuknya Rawa Pening maka perairan Rawa Pening merupakan
waduk (bendungan) yang sudah mengalami pendangkalan dan sudah banyak ditumbuhi
oleh tanaman eceng gondok, sehingga menyerupai rawa. Sedimentasi yang masuk ke
waduk cukup tinggi, permukaan yang tertutup eceng gondok mencapai 70 %, dan banyak
7
kegiatan budidaya ikan keramba jaring apung (Dinas Peternakan dan Perikanan Kab.
Semarang, 2007).
Rawa Pening merupakan danau semi alami yang terbentuk setelah pembangunan
bendungan di sungai Tuntang antara tahun 1912-1916 pada tanah gambut yang berawa-
rawa. Luasan danau menjadi bertambah setelah dibangun untuk yang ke dua pada tahun
1939, selanjutnya diperbaiki pada tahun 1962 dan 1966 dengan luas maksimum 2.500 Ha.
Kapasitas air danau berkisar antara 25 juta m3- 65 juta m3 yang banyak digunakan untuk
kebutuhan irigasi sawah, pembangkit tenaga listrik, perikanan, kebutuhan rumah tangga
dan wisata (Guritno,2003). Luas dan kapasitas air danau semakin berkurang akibat sungai-
sungai yang bermuara ke danau membawa endapan lumpur dan materi organik sehingga
menyebabkan pendangkalan di dasar danau. Pendangkalan tersebut mendukung
pertumbuhan Hydrilla verticillata karena penetrasi cahaya matahari sampai ke dasar
danau.
Berdasarkan klasifikasi Oldeman, Danau Rawapening termasuk zone C, dan zone D,
dan berdasarkan klasifikasi iklim Koppen beriklim Af sehingga klasifikasi iklimnya
memiliki ciri sebagai iklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Suhu rata-rata antara
25OC - 29OC serta kelembaman udara antara 70-90%. Berdasarkan data dari Biro Pusat
Statistik Kabupaten Semarang, jumlah curah hujan pada tahun 2005 ada 133 hari, dengan
curah hujan rata-rata 2.387 mm per tahun. Musim penghujan terjadi selama enam bulan
(bulan basah) terjadi pada bulan November sampai dengan April, dan musim kemarau
selama enam bulan (bulan kering) terjadi pada Mei sampai dengan Oktober dan puncak
masa kekeringan terjadi antara bulan Agustus sampai dengan September. Lebih jelasnya
lihat hydrograph curah hujan harian dua stasiun rata-rata tahun 2003 – 2007.
Kondisi hidrologi meliputi kondisi air permukaan dan air tanah. Kondisi ini sangat
dipengaruhi oleh topografi, vegetasi dan jumlah curah hujan. Berdasarkan topografi Danau
Rawapening terletak di daerah yang rendah dan merupakan lembah yang dikelilingi oleh
daerah yang tinggi (pegunungan dan perbukitan) serta terbendung di Kali Tuntang.
Kondisi ini menyebabkan jumlah air di danau mengalami penambahan terus-menerus,
sementara air yang keluar hanya sedikit. Namun penambahan air juga membawa material-
material yang diendapkan di danau sehingga memberi sumbangan endapan yang cukup
besar.
Jenis tanah atau jenis endapan di danau adalah kedap air, sehingga danau mampu
menampung air. Vegetasi yang ada disekeliling danau cukup banyak sehingga mampu
untuk menyimpan air dan mengeluarkannya melalui mata air-mata air yang mengalir ke
8
danau melalui sungai dan mata air. Dengan demikian jumlah air di Danau Rawapening
dipengaruhi langsung oleh banyaknya curah hujan, air tanah yang muncul sebagai mata air
(spring), aliran permukaan (air sungai), dan secara tidak langsung oleh kondisi topografi
dan aktifitas manusia. Oleh karena sedimentasi terjadi secara terus-menerus, maka sejak
tahun 1970 pada saat musim penghujan danau ini sering di landa banjir terutama di DAS
Tuntang Hilir, yaitu di Kabupaten Demak dan Grobogan.
Aliran air sungai yang masuk ke Danau Rawapening berasal dari pemasukan air
tanah yang terdapat di tempat yang lebih tinggi, yakni aliran influen dengan tipe
konsekuen. Sungai-sungai yang mengalir ke Danau Rawapening terdiri dari:
(1) Sub-DAS Galeh, terdiri dari Sungai Galeh dan Sungai Klegung
Sub DAS Galeh melewati daerah di Kecamatan Banyubiru (Desa Wirogomo, desa
Kemambang, Desa Rowoboni, Desa Tegaron, desa Kebondowo, Desa Banyubiru dan desa
Ngrapah) dan Kecamatan Jambu (Desa Bedono, Kelurahan, Brongkol, Rejosari dan Desa
Banyukuning). Luas sub DAS Galeh mencapai 6.121 ha.
(2) Sub-DAS Torong, yaitu Sungai Torong
Sub DAS Torong melewati daerah di Kecamatan Ambarawa dan Bandungan (desa
Ngampin, Panjang dan Pojoksari). Berdasarkan letaknya sub DAS Torong berada di
sebelah barat danau Rawapening, dengan luas wilayah 2.687 ha. Sub DAS Torong juga
melewati daerah Kecamatan Jambu (Desa Jambu, Gondoriyo, Kuwarasan, Kebondalem
dan Genting). DAS Torong berada di sebelah barat danau Rawapening, dengan luas
wilayah 2.687 ha.
(3) Sub-DAS Panjang, terdiri dari Sungai Panjang dan Sungai Kupang
Sub DAS Panjang melewati daerah di Kecamatan Ambarawa dan Bandungan
(Kelurahan Bejalen, Desa Lodoyong, Kranggan, Pasekan, Baran, Jetis, Duren, Bandungan,
Kenteng dan Candi). Berdasarkan letaknya sub DAS Panjang berada di sebelah utara
danau Rawapening, dengan luas wilayah 4.893,24 ha.
(4) Sub-DAS Legi, yaitu Sungai Legi
Sub DAS Legi melewati daerah di Kecamatan Banyubiru (Desa Sepakung dan
sebagian desa Rowoboni) yang wilayahnya memanjang dari bagian hulu di lereng gunung
Telomoyo hingga bermuara ke danau Rawapening.
(5) Sub-DAS Parat, yaitu Sungai Parat
Sub DAS Parat melewati daerah di Kecamatan Banyubiru (Desa Gedong dan desa
Kebumen), Kecamatan Tuntang (Desa Gedangan, Desa Kalibeji dan desa Rowosari). Sub
DAS Parat berada di sebelah selatan danau Rawapening, dengan luas wilayah 4.638,35 ha
9
yang meliputi 16 desa dari 3 Kecamatan (Banyubiru, Getasan dan Tuntang) Kabupaten
Semarang. Sungai utamanya adalah sungai Parat dan sungai Muncul dengan mata air di
punggung Gunung Merbabu dan Gunung Gajah Mungkur.
Kecamatan Getasan menjadi wilayah sub-DAS Parat yang wilayahnya meliputi Desa
Kopeng, Polobogo, Manggihan, Getasan, Wates, Tolokan, Ngrawan, dan Desa Nogosaren.
(6) Sub-DAS Sraten, yaitu Kali Sraten
Sub DAS Sraten hanya melewati daerah di Kecamatan Getasan, yaitu; Desa Batur,
Tajuk, Jetak, Samirono, dan Desa Sumogawe.
(7) Sub-DAS Rengas, terdiri dari Sungai Rengas dan Sungai Tukmodin
Sub DAS Rengas hanya melewati daerah di Kecamatan Ambarawa dan Bandungan
meliputi kelurahan Tambakboyo, Kelurahan Kupang dan desa Mlilir. Berdasarkan letaknya
sub DAS Rengas berada di sebelah utara Danau Rawapening, dengan luas wilayah 1.751
ha.
(8) Sub-DAS Kedung Ringin, yaitu Sungai Kedung Ringin
Sub DAS Kedungringin melewati daerah Kecamatan Tuntang (Desa Kesongo,
Lopait dan Desa Tuntang). Sub DAS Kedungringin berada di sebelah timur Danau Rawa
Pening, dengan luas catchment area 774,86 ha. Di sub-sub DAS Kedungringinmengalir
sungai Ngreco, Ndogbacin dan sungai Praguman, yang ketiganya bermuara di Danau
Rawapening. Sub DAS Kedungringin merupakan sub DAS yang paling kecil, dengan mata
air di sekitar Gunung Kendil.
(9) Sub-DAS Ringis, yaitu Sungai Ringis
Sub DAS Ringis melewati daerah Kecamatan Tuntang tepatnya di Desa Jombor,
Kesongo dan Desa Candirejo serta Kecamatan Sidorejo (Kelurahan Sidorejo, Blotongan),
dan Kecamatan Argomulyo (Kelurahan Pulutan dan Mangunsari) Kota Salatiga. Sub DAS
Ringis berada di sebelah timur Danau Rawapening luas catchment area 1.584,84 ha yang
terdiri dari 7 desa/Kelurahan 3 Kecamatan (Tuntang Kabupaten Semarang, Sidomukti dan
Sidorejo Kota Salatiga). Di sub-sub DAS Ringis mengalir Sungai Tengah dan Sungai
Tapen, yang keduanya bermuara di danau Rawapening.
10
Gambar 1. Peta DAS di Rawa Pening
2.2. Biologi Perairan.
Perairan waduk merupakan habitat bagi organisme air, ada lima kelompok utama
organisme perairan di waduk yaitu yaitu:
2.2.1. Plankton
Plankton merupakan organisme air yang hidupnya melayang di perairan, arah
peregerakanya sangat ditentukan oleh arus. Ada dua macam plankton yaitu fitoplankton
dan zooplankton. Fitoplankton merupakan plankton nabati (tumbuhan) sedang zooplankton
merupakan plankton hewani. Plankton merupakan organisme yang penting dalam rantai
makanan di perairan yaitu sebagai pakan alami bagi larva ikan. Plankton nabati
11
merupakan jenis plankton yang punya zat hijau daun, dapat melakukan proses fotosintesa
mengasilkan oksigen dan bahan organik (Effendie, 1997). Beberapa genera fitoplankton
ditemukan di Rawa Pening sebagai indikator bahwa perairan tersebut sudah masuk
katagori eutrofik yaitu Fragillaria, Melosira, Stepanidiscus, Anabaena, Mycrocystis,
Oscilatoria, Asterionela. Menurut Leyli (2009) ada 10 jenis fitoplankton yaitu: Closterium
sp, Cooneis sp, Microcytis sp, Navicula sp, Nitzchia sp, Perinidium sp, Actinastrum sp,
Scenedesmus sp, Staurastrum sp, Synendra sp. Menurut Wijaya dan Hariyati (2009)
kelimpahan fitoplankton tertinggi di daerah Asinan 122 ind./L yang didominansi oleh
Melosira. Nilai rata-rata produktivitas primer di Rawapening adalah 7,17 g C/m2/hari
dengan kisaran 6,2 – 9,2 g C/m2/hari. Dari kriteria kualitas air untuk kesuburan perairan
maka berdasarkan nilai tersebut dinyatakan berkesuburan tinggi sampai sangat tinggi
(eutropik) (Suparjo, 2005). Kelimpahan suatu populasi fitoplankton di perairan akan
cenderung menarik zooplankton dalam proses pemangsaan, sebaliknya dibagian perairan
yang lain dimana jumlah zooplankton relatif sedikit (adanya migrasi) maka akan terjadi
perkembangan populasi fitoplankton kembali apabila didukung oleh potensi unsur hara
yang cukup. Oleh karena itu kompetisi untuk menggunakan oksigen, ruang, makanan,
maupun cahaya matahari, akan berpengaruh terhadap kelimpaha planton diperairan
tersebut. Dari dasar tropodinamik didalam ekosistem perairan yang tergenang seperti
Rawapening pendugaan tingkat kesuburan dapat dilakukan melalui evaluasi jumlah
populasi fitoplankton yang ada. Jenis dari zooplankton air tawar terdiri dari protozoa,
rotifera, cladocera, dan capepoda.
Menurutwinner (1975), untuk perairan tergenang yang telah mantap pada
komunitas zooplanktonnya akan didominer oleh udang-udangan kecil
(cladocera/copepoda), rotifera dan protozoa yang tidak berpigmen serta beberapa larva dari
insekta. Oleh karena itu Landner (1976) memberikan penilaian kualitas perairan
berdasarkan komonitas zooplankton yang kriterianya dinyatakan dalam jumlah per liter
zooplankton rotifera dan udang-udangan kecil (cladodera, copepoda) yang dihubungkan
dengan tingkat kesuburan dan produktivitas perairannya. Kandungan rotifera di perairan
Rawapening rata-rata sebanyak 422 ind/l dengan kisaran 316 – 586 ind/l, sedangkan
udang-udangan kecil (cladosera, copepoda) rata-rata sebanyak 96 ind/l dengan kisaran 66 –
133 ind/l. Dari kriteria yang diberikan Landner (1976) berdasarkan 183 kelimpahan rotifer
dan udang-udangan kecil, maka perairan Rawapening dikatakan sangat subur.
12
2.2.2. Bentos
Bentos yaitu organisme air yang hidupnya di dasar perairan, bersifat menetap tidak
banyak mengadakan perpindahan. Bentos memakan bahan organik yang mengendap di
dasar perairan. Peran bentos dalam rantai makanan yaitu sebagai pakan alami ikan yang
hidupnya di dasar seperti ikan Lele (Clarias). Beberapa macam bentos yang terdapat di
perairan Rawa Pening yaitu: a).Cacing (Tubificidae) dari genus: Aulodrilus, Limnodrilus,
b). Serangga air (Insect) dari genus: Parachironomus, Clinotypus.
2.2.3. Macrophyta (tanaman air)
Tanaman air ada yang mengapung contoh eceng gondok (Ecornia), ada yang
tenggelam contoh Hydrilla, ada yang mencuat contoh teratai. Tanaman air mempunyai
zat hijau daun dapat melakukan fotosintesa menghasilkan oksigen dan bahan organik.
Dalam biologi perairan, tanaman air berperan sebagai makanan ikan, tempat naungan anak
ikan, tempat menempel perifyton, tempat pemijahan ikan. Gulma air seperti Eichhornia
crassipes dan Salvinia cucullata tumbuh dengan subur yang menyebabkan
ketidakseimbangan ekosistem Danau Rawa Pening. Sementara itu di sisi yang lain H.
verticillata merupakan habitat bagi berkembang biaknya Caridina laevis. Keberadaan C.
laevis di danau Rawa Pening memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan
ekologis yaitu sebagai pemakan alga, sisa materi organik dan juga makanan bagi ikan dan
udang air tawar lainnya. C. laevis merupakan salah satu jenis udang air tawar dan
masyarakat sekitar Rawa Pening cenderung menggunakan istilah “rebon” untuk menyebut
C. laevis yang jauh lebih kecil dari udang biasa (Sulistyo 2003). Tanaman air yang
berkembang pesat di Rawa Pening yaitu Eceng Gondok, Hidriola dan Nayas. Keberadaan
tanaman air tersebut trutama eceng gondok yang telah menutup 70 % luas perairan sangat
mengganggu transportasi air dan menghambat penetrasi sinar matahari ke perairan
(Wibowo 2004).
Menurut Balai PSDA Jragung Tuntang (2010) laju pertumbuhan eceng dondok di
Rawa Pening dan sekitarnya telah meningkat tajam dan mulai mengganggu pasokan air ke
PLTA Jelok. Saat ini eceng gondok telah menutupi kanal dari Rawa Pening menuju PLTA
Jelok mencapai 1.800 m2. Debit air yang mengalir dari Rawa Pening menuju Jelok saat ini
sebesar 8,36 m3/detik. Sedangkan yang mengalir di saluran irigasi sekitar 0,5 m3/detik.
Dengan debit air sebesar itu, hanya mampu menggerakkan tiga dari empat turbin yang ada.
Untuk memperlancar aliran air, eceng gondok tersebut dibuang lewat pintu dam Jelok.
13
2.2.4. Nekton
Nekton adalah jenis organisme air yang dapat bergerak bebas di perairan contoh
ikan, udang. Nekton merupakan jenis organisme air yang mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi dibanding organisme air lainnya. Beberapa jenis ikan ekonomis penting dan
dominan yang terdapat di perairan Rawa Pening yaitu: Nila (Oreochromis niloticus, Linn),
Gabus (Channa striata). Menurut Leyli (2009) ada 14 jenis ikan yang mudah ditemui di
Rawa pening Kabupetan Semarang yaitu: Rasbora lateristriata, Rasbora jacopsoni,
Mystacoleusus marginatus, Barbus conchonius, Puntius binotatus, Osteochilus hasseltii,
Anabas testudineus, Trichogaster trichopterus, Trichogaster pectoralis, Oreocromis
niloticus, Oreocromis mossambica, Trorichthys meeki, Channa melasoma, Aplocheilus
panchax, belut, bulus.
2.2.5. Neuston
Neuston adalah organisme air yang mengapung di permukaan air termasuk
serangga air yang berada di permukaan perairan. Peran neuston dalam rantai makanan
yaitu sebagai makanan ikan. Serangga air termasuk dalam neuston, banyak terdapat di
perairan yang banyak tumbuhan air. Beberapa jenis ikan yang memakan serangga air yaitu
Nila (Oreochromis niloticus, Linn), Mujair (Oreochromis, mussambicu), Melem
(Osteochilus spp).
2.3. Fisika Kimia Perairan.
Danau Rawa Pening merupakan daerah yang dikelilingi lahan pertanian berupa
sawah, Pada setiap musim penghujan dan kemarau sawah tersebut selalu dimanfaatkan
petani untuk ditanami berbagai macam tanaman pertanian seperti padi. Untuk
memaksimalkan produksi padi dari serangan hama pertanian, banyak petani di sekitar
perairan ini menggunakan pestisida sebagai salah satu upaya pemberantasannya.
Keberadaan pestisida di lingkungan pertanian memang sangat efektif membantu petani
dalam pemberantasan hama. Peredaran pestisida yang mudah didapat dan tidak terkontrol
penjualannya memudahkan petani bebas memilih berbagai macam pestisida yang di
butuhkan. Pestisida adalah bahan kimia yang mencakup bahan-bahan beracun yang
berfungsi mengendalikan hama. Racun dalam pestisida dapat membunuh organisme
sasaran, dengan cara masuk ke dalam tubuh organism secara fisis/ kontaminasi secara
langsung melalui mulut yang kemudian menghambat proses metabolisme. Pada
konsentrasi sublethal dampak yang ditimbulkan antara lain perubahan fisiologi organisme,
14
tingkah laku organisme yang berbeda dari kondisi normal, serta kerusakan organ
organisme ( Djojosumarto, 2008).
Furadan 3G adalah salah satu jenis dari pestisida yang sering digunakan para petani
di lahan pertanian sekitar Danau Rawa Pening. Furadan 3G termasuk jenis insektisida-
akarisida-nematisida karbamate, dengan bahan aktif karbofuran 3% dan berbentuk butiran,
pestisida ini efektif memberantas hama khususnya serangga. Cara penggunaan Furadan 3G
dengan menyebarkan disekitar tanaman, dan jika sudah berada dalam lingkungan memiliki
waktu paruh 30-60 hari. Sifat racun dalam karbofuran sebagai racun kontak dan racun
perut, yang berpengaruh terhadap jalannya impuls syaraf, yakni pada tranmisi aksonal,
reseptor asetilkholin atau asetilkholinesterase ( Djojosumarto, 2008 ). Furadan 3G masuk
ke perairan Rawa Pening dalam konsentrasi kecil dan bersifat sublethal atau
mempengaruhi secara perlahan, tetapi dari efek sublethal tersebut kemungkinan akan
mempengaruhi kemampuan Caridina laevis untuk menetaskan telurnya dan keberhasilan
persentasennya kira-kira 85% dari jumlah telur yang dihasilkan. Dari sifat sublethal
tersebut kemudian dilakukan penelitian dengan tujuan penelitian pada berbagai macam
konsentrasi Furadan 3G terhadap kemampuan penetasan Caridina laevis.
Menurut Wibowo 2004, Perairan Rawa Pening sudah dalam kondisi eutrofik
(kesuburan tinggi). Kecerahan rata rata 118,07 cm, kandungn nitrogen 0,746 – 2,88 mg/L,
total fosfor rata rata 0,260 mg/L, klorofil 4,47 – 21,72 µg/L. Menurut Effendi, 2000,
menyatakan bahwa perairan oligotrophic mempunyai kadar Fospor total kurang dari
10 (µg/ l), Nitrogen total kurang dari 200 (µg/ l),Klorofil-a kurang dari 4 (µg/ l).
Perairan Mesotrophic mempunyai kadar Fospor total 10-20 (µg/l), Nitrogen total 200-500
(µg/ l ), Klorofil a 4-10 (µg/l ). Sedangkan perairan eutrophic mempunyai kadar Fospor
total lebih besar 20 ( µg/ l ), Nitrogen total lebih besar 500 ( µg/ l ), Klorofil-a lebih besar
10 ( µg/ l ).
Konsentrasi phosphat pada akhir tahun 2017di perairan Rawa Pening lebih dari 0,2
mg/L. Kadar phosphat ini melebihi baku mutu kualitas air kelas II yang mempunyai fungsi
peruntukan untuk perikanan (PP No. 82 tahun 2001). Oleh karena itu apabila tidak ada
perbaikan kualitas air, pada masa sepuluh tahun mendatang Danau Rawa Pening tidak
layak untuk dijadikan tempat budidaya ikan. Selain itu kandungan phosphat dalam perairan
lebih dari 0,01 mg/L akan menyebabkan pertumbuhan ganggang yang tidak terkendali
pada badan air atau disebut eutrofik. Meskipun kadar nitrat masih di bawah baku mutu
kualitas air kelas II yaitu di bawah 10 mg/L, keberadaannya bersama dengan phosphat
15
kadar tinggi akan menyebabkan tumbuhnya ganggang dan kekurangan oksigen dalam air
(Budiarjo dan Haryono, 2007).
Waduk merupakan perairan yang tergenang dan relatip dalam maka berdasarkan
suhu air di permukaan panas dan makin dalam secara bertahap suhu makin dingin.
Namun pada kedalaman tertentu akan terjadi penurunan suhu yang menyolok.
Berdasarkan lapisan suhu secara vertikal maka ada lapisan Epilimnion, termoklin dan
hypolimnion. Lapisan Epilimnion yaitu lapisan yang berada permukaan, suhu panas.
Lapisan termoklin yaitu lapisan dibawah epilimnion terjadi penurunan suhu yang tajam.
Lapisan hypolimnion yaitu lapsan dibawah termoklin yang suhunya lebih dingin (Mitsch
and Jorgensen 2004).
Perairan waduk yang dalam berdasarkan cahaya matahari yang masuk maka
lapisan Fotik dan Afotik. Lapisan fotik berada di permukaan, banyak cahaya matahari yang
masuk, tumbuhan maupun phyto-plankton dapat melakukan proses fotosintesa, kondungan
oksigen relatip tinggi. Sedangkan lapisan afotik merupakan lapisan yang berdada di dasar
perairan, tidak ada sinar matahari yang masuk, tidak ada aktivitas fotosintesa. Lapisan
afotik banyak terdapat gas CO2, H2S, NH3, NH4 sebagai hasil proses dekomposisi bahan
organik yang mengendap di dasar perairan. Batas diantara lapisan fotik dan afotik disebut
titik kompensasi, yaitu oksigen hasil fotosintesa impas untuk kebutuhan respirasi
organisme yang ada di lapisan tersebut.
Pada saat musim penghujan apabila beberapa hari terjadi hujan terus menerus maka
suhu permukaan menjadi dingin, berat jenis air menjadi besar, maka akan terjadi
perputaran air secara vertikal, lapisan atas turun ke bawah dan lapisan bawah naik ke atas.
Peristiwa ini disebut ”UP-WELLING” (Odum, 1996). Teraduknya air menyebabkan
nutrient bisa merata, sehingga perairan menjadi subur. Namun sering juga terjadi gas
beracun sperti CO2, NH3, NH4, H2S di dasar perairan juga ikut teraduk ke atas sehingga
akan menyebabkan kematian ikan, terutama ikan yang dipelihara di Keramba Jaring
Apung. Kejadian ini telah menimpa beberapa kali di Waduk Jatiluhur dan Cirata, peristiwa
tersebut oleh masyarakat setempat dinamakan ”UMBALAN”.
Selanjutnya dikatakan oleh Krismono, 2003 bahwa terjadinya Upwelling di waduk
mempunyai indikasi sebagai berikut transpiransi air mengecil, kelimpahan Microcytis sp,
menurunnya kadar oksigen, menurunnya kedalaman air di inlet. Penurunan kadar
oksigen dan teraduknya gas beracun dari dasar perairan akan menyebabkan kematian
masal bagi ikan.
16
2.4. Kegiatan Perikanan Tangkap.
Kegiatan perikanan meliputi kegiatan penangkapan ikan dan budidaya ikan.
Kelompok nelayan di perairan Rawa Pening ada 46 kelompok, masing masing kelompok
mempunyai anggota antara 15 – 150 orang, jumlah nelayan . Di Kecamatan Ambarawa ada
11 kelompok, Bawen 5 kelompok, Banyubiru 12 kelompok, Tuntang 18 kelompok.
Kelompok nelayan ini tergabung dalam GAPOKYAN, mempunyai jadwal pertemuan rutin
1-3 bulan sekali. Pertemuan semacam ini dapat digunakan oleh petugas perikanan untuk
melakukan pembinaan.
Produksi hasil tangkapan ikan di Rawa Pening berkisar antara 1.042 ton – 1.134
ton/tahun. Hasil tangkapan didominansi oleh ikan Nila, Mujair, Wader dan udang air
tawar. Jenis alat tangkap yang digunakan yaitu Jaring, Bubu, Pancing, Branjang. Kegiatan
penagkapan ikan di Rawa Pening telah diatur oleh Perda Kabupaten Semarang Nomor 25
tahun 2001. Alat tangkap yang diatur dalam Perda tersebut antara lain: Alat Beranjang
Kerap, Jala, Jaring.
Ketentuan penangkapan ikan dengan alat Beranjang Kerap. Beranjang Kerap
ukuran mata jaring minimal 0,5 inch, luas lahan per unit maksimal 20 m x 20 m, jarak
antar beranjang minimal 20 m, ukuran beranjang maksimal 2 m x 2 m, pemasangan
beranjang harus pada alur sungai di Rawa Pening. Ketentuan kegiatan penangkapan ikan
dengan Jala yaituukuran mata jaring minimal 2 inch. Ketentuan penangkapan ikan dengan
alat Jaring yaitu ukuran mata jaring minimal 2 inch, tinggi jaring maksimal 1 m, panjang
jaring maksimal 1.000 m.
Perda Kabupaten Semarang Nomor 25 tahun 2001 juga mengatur tentang zona
penagkapan ikan. Perairan Rawa Pening dibagi dalam tiga zona yaitu zona suaka, zona
penangkapan dan zona budidaya. Zona suaka yaitu zona tertutup untuk umum, mupakan
tempat berkembang biak ikan. Zona penangkapan merupakan zona untuk usaha
penangkapan ikan. Zona penangkapan dibagi menjadi tiga yaitu untuk alat tangkap
beranjang, alat tangkap sodo tarik, alat tangkap lainnya (jaring, jala dll).
2.5. Kegiatan Perikanan Budidaya.
Kegiatan budidaya ikan di Rawa Pening berupa pemeliharaan ikan dalam keremba
jaring apung. Menurut perda Nomor 25 tahun 2001 luas maksimal lahan yang dapat
diusahakan oleh per orangan atau kelompok yaitu 400 m2, luas lahan yang diusahakan oleh
17
badan maksimal yaitu 1.500 m2, Jumlah kelompok pembudidaya ikan ada 124 kelompok
terdiri dari 2.193 orang. Jenis ikan yang dibudidayakan yaitu ikan Nila, Karper dan Lele.
Zona budidaya Keramba Jaring Apung juga sudah diatur dalam Perda yaitu Sub
zona Muncul 1,5 ha, Sub zona Talang Alit 1,5 ha, Sub zona Puteran 1,5 ha, Sub zona
Cobening 1,5 ha, Sub zona Sagalok 1,5 ha, sub zona Sumenep 1,5 ha, Sub zona Nglonder
1,5 ha, Sub zona Serondo 1,5 ha, Sub zona Sumurup 1,5 ha dan sub zona Tuntang 1,5 ha.
Ikan mas/tombro/waderbang/bader (Cyprinus carpio)pada umumnya dipelihara di karamba
sungai maupun di danau pada umumnya di berbagai tempat di Jawa. Budidaya jenis ikan
mas menggunakan karamba di rawa pening tidaklah cocok, kenapa?
Menurut Leyli (2010) budidaya ikan mas di rawa pening dengan karamba akan
meningkatkan kandungan organik dalam air yang memperkeruh air. Hal ini akan
mempengaruhi kemampuan sinar matahari untuk menembus air dan mengurangi intesitas
fotosintesis ganggang dan tumbuhan air lainnya, sehingga mengarah ke penurunan
produktifitas rawa, dimana kandungan oksigen air rawa yang disuplay dari alga dan
tumbuhan rawa seperti Hydrilla otomatis akan berkurang. Produktivitas sejumlah species
juga akan terganggu, dan juga budidaya karamba ikan mas ini akan menghilangkan sumber
makanan di bawah atau didasar rawa sekitar karamba. Akan banyak sisa makanan karamba
yang jatuh ke dasar rawa, makanan sisa yang tidak terkonsumsi menyebabkan
pembusukan, meningkatkan suspensi yang memperkeruh dan mengurangi akses mahatari
ke dasar rawa dan ini merupakan sebab utama penurunan oksigen dirawa.
Ikan mas termasuk ikan yang membutuhkan oksigen continyu siang dan malam, sementara
di rawapening, tinggkat oksigen dimalam hari akan mendekati 0.
Alasan lain adalah; rawapening pada umumnya dangkal.
18
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan lokasi
Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari-Desember 2013 di Rawa Pening, Kab.
Semarang Jawa Tengah
3.2. Kebutuhan data
A. Fisika kimia perairan
Sebagai data dukung lainnya maka diamati pula beberapa parameter kualitas air
yaitu: Suhu, Kecerahan, Conductivity (DHL), pH, CO2, alkalinitas, TSS, TDS berdasarkan
metode APHA 1986 (Tabel 1).
Tabel 1. Parameter dan Metode Analisis Sampel Air
Parameter Satuan Metode dan peralatan
1. Suhu 0 C Insitu. Termometer
2. Kecerahan Cm Insitu. Piring sechi
3. DHL µS/ cm Insitu. SCT meter
4. pH pH unit Insitu. pH universal indicator
5. Karbondioksida mg/L Insitu,metode Winkler, titrimetri dengan NaOH
sebagai titrant
6. Oksigen terlarut mg/L Insitu,metode Winkler, titrimetri dengan larutan
thiosulfat sebagai titrant.
7. Alkalinitas mg/L Insitu, metode Winkler, titrimetri dengan larutam
H2SO4 sebagai titrant
9. TP µg/L Metode Vanadate molibdate,
Spectrophotometric
10. TN mg/L Metode Nessler, Spectrophoto metric.
11. TDS mg/L TDS meter
12. Klorofil µg/L Spectrophoto metric.
Sumber (Source): APHA 1986
19
B. Dinamika Populasi.
Tabel 2. Metode Analisis Dinamika Populasi
Data / Parameter Metoda/Peralatan Penyajian/Analisa
Parameter Pertumbuhan Data release dan recapture tagging - VBGF
- Regresi analisis
Mortalitas Alami Length frequency, FISAT Empiris Pauliy, D
Mortalitas Penangkapan
(F) dan Total (Z)
Length frequency, FISAT Jones and Van
Zalinge analisis Plot
Tingkat eksploitasi (E) Length frequency, FISAT Pauliy, D
Pendugaan populasi Pelepasan dan penangkapankembali ikan bertanda
Petersen
C. Ruaya
Penelitian tentang ruaya ikan dilakukan percobaan penandaan (tagging experiment)
pada ikan untuk mengetahui pola ruaya dan pertumbuhannya di Rawa Pening. Sebelum
dilakukan percobaan, terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada masyarakat dan
nelayan di sekitar waduk Rawa Pening tentang hal hal yang berkaitan dengan penelitian
tersebut.
Alat atau bahan penandaan yang digunakan dengan menggunakan “Gun tags” dan
“TBA dan PDS” (Hoggarth, 1994). Bahan penandaan tusukan pada punggung ikan
diantara sirip keras (contoh pada gambar Lampiran1). Ikan bertanda dicatat nomornya,
ukuran ikan panjang (cm) dan berat (gram), dicatat tempat pelepasannya dan posisi
geografis (GPS) selanjutnya dilepas di perairan. Nelayan yang menemukan ikan bertanda
tersebut diwajibkan mencatat tanggal ditemukan, nomor tanda, tempat penangkapan,
ukuran ikan yang tertangkap (Lampiran 2), selanjutnya dilaporkan kepada tim peneliti saat
melakukan penelitian dilapangan atau kepada petugas dilapangan yang telah ditunjuk
sebagai pengumpul catatan dari nelayan. Tempat pelepasan ikan bertanda harus sama
dengan tempat tertangkapnya ikan tersebut, ukuran ikan harus mewakili dari ukuran kecil
sampai ke yang besar. Percobaan penandaan ikan harus mewakili saat musim kemarau dan
20
musim penghujan. Monitoring ikan bertanda ini akan dilakukan terus dan dilanjutkan ke
tahun berikutnya.
3.3. Teknik pengumpulan data
Sampling dan observasi lapangan akan dilakukan sebanyak 4 kali yang mewakili
musim kemarau dan penghujan yaitu pada bulan April, Juni, September, Nopember 2013.
Penelitian bersifat survei lapangan dan studi kasus di Rawa Pening, Kabupaten Semarang
3.4. Analisis data
A. Analisis Fisika-Kimia Perairan
Data fisika-kimia perairan yang diperoleh selama survei lapangan akan ditabulasikan
kemudian diuraikan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk grafik, tabel, dan lain-lain.
B. Analisis Dinamika Populasi
a. Analisis Data Pertumbuhan Ikan
Pendugaan pertumbuhan berdasarkan persamaan Vont Batalanfy dalam Pauly
1984: Lt = L∞ ( 1- e -k( t – to ) )
Lt = Panjang ikan pada saat t (Cm)
L∞ = Panjang infinity (Cm).
k = Koefisien pertumbuhan.
t0 = Umur pada saat panjangnya = 0 Cm.
Dari percobaan penandaan ikan akan didapatkan nilai ∆L (perubahan ukuran,
selisih ukuran saat dilepas dan tertangkap kembali) dan ∆t (perubahan waktu, selang waktu
saat dilepas dan tertangkap kembali). Untuk mencari parameter pertumbuhan (L∞) dan k
dengan cara membuat analisis regresi ∆L/∆t = a + b.L’ (Gulland and Holt 1959 dalam
Spare 1992).
∆L/∆t = perubahan ukuran/ perubahan waktu.
L’ = ukuran rata rata panjang antara saat dilepas dan tertangkap kembali.
Besarnya koefisien pertumbuhan yaitu K = -b, sedangkan L∞ = -a/b, besarnya t0
diduga berdasarkan persamaan empiris Pauly, 1984:
Log (-t0) = - 0,3922-0,2752 Log L ∞ - 1,038 Log K.
b. Mortalitas dan Tingkat eksploitasi penangkapan.
Berdasarkan data contoh frekuensi ukuran panjang yang di dapat dari bulan ke
bulan dengan bantuan program ELEFAN dalam paket program FISAT II (Gayanilo et al,
1996), contoh ikan diambil dari alat non selektif yaitu beranjang (lift net). Parameter
21
mortalitas penangkapan total ( Z) diduga dengan metoda Jones and Van Zalinge dalam
Spare and Venema (1992) yang berdasarkan basis kelompok ukuran panjang dan
parameter pertumbuhan yang telah didapatkan, dikerjakan dengan bantuan paket program
FISAT II. Metode tersebut menggunakan persamaan regresi sebagai berikut:
Log C (L , L) = a +Z/K * Log (L - L)
Z/K = b (sudut regresi)
Keterangan:
1. C (L , L) = Hasil tangkapan kumulatif pada ukuran panjang L cm
2. L = panjang infiniti, K = konstanta percepatan pertumbuhan, Z = parameter
mortalitas total.
Pendugaan parameter mortalitas alami ( M ) berdasarkan persamaan empiris Pauly,
(1984) yaitu: Log ( M) = - 0, 0152 – 0,2790 Log (L ) + 0,6543 Log ( K ) + 0, 4634 Log (
T), rata rata suhu perairan pada lokasi penelitian. Sedangkan parameter mortalitas
penangkapan ( F ) = Z – M dan laju penangkapan E = F/ Z.
c. Analisis Pendugaan Populasi
Pendugaan populasi dilakukan dengan mengguakan metode Petersen, metode ini
merupakan metode sensus tunggal dengan cara melaskan ikan bertanda dan menangkap
kembali. Sebelum dilakukan percobaan, terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada
Masyarakat di sekitar tentang hal hal yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Alat
atau bahan penandaan yang digunakan dengan menggunakan “T. tags” dan “PDS Tags”
(Hoggarth, 1994). Bahan penandaan dimasukan ke ikan pada punggungnya. Ikan bertanda
dicatat nomornya, ukuran ikan panjang (cm) dan berat (gram), dicatat tempat pelepasannya
dan posisi geografis (GPS) selanjutnya dilepas di perairan (Lampiran 1 dan 2). Nelayan
yang menemukan ikan bertanda tersebut diwajibkan mencatat jenis ikan, nomor tanda,
tempat penangkapan, ukuran ikan yang tertangkap, selanjutnya dilaporkan kepada tim
peneliti saat melakukan penelitian dilapangan.
Hasil tangkapan ikan dari Nelayan ada yang bertanda dan ada yang tidak ada
tandanya. Berdasarkan metode Petersen maka populasi ikan dapat dihitung sebagai berikut
(Effedie 1992) :
22
MxCN = ______
RKeterangan:
N = Popuasi ikan yang akan di hitung
M = Jumlah ikan bertanda yang dilepas keperairan
C = Jumlah ikan yang tertangkap (tidak bertanda dan bertanda)
R = Ikan bertanda tertangkap kembali.
C. Analisis Ruaya
Data yang diperoleh dari hasil monitoring ikan bertanda yang tertangkap kembali
(recapture) akan ditabulasi, diuraikan secara deskriptif dan dibuat peta ruaya.
23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Daerah.
Rawa Pening terletak di Kabupaten Semarang Jawa Tengah, mempunyai luas 2.020
ha. Perairan Rawa Pening berbatasan dengan empat kecamatan yaitu Ambarawa, Tuntang,
Bawen dan Banyubiru. Rawa Pening merupakan tipe perairan danau yang di bendung
untuk keperluan pembangkit tenaga listrik dan irigasi pertanian. Sekitar 19 sungai
bermuara di Rawa Pening dan 1 sungai yang menjadi outletnya yaitu sungai Tuntang.
Debit air yang banyak menjadikan Rawa Pening sebagai irigasi untuk pertanian, pemutar
turbin PLN, perikanan dan wisata air (Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Semarang,
2007). Danau Rawapening terletak pada Astronomi 704‘ LS - 7030‘ LS dan 1100 24‘46‘‘
BT – 110049‘06‘‘ BT, dan berada di ketinggian antara 455 – 465 meter di atas permukaan
laut (dpl) serta dikelilingi oleh tiga Gunung: Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Letak
Danau ini strategis karena berada di tepian jalan raya Nasional Semarang - Solo dan
Semarang – Yogyakarta, serta berada di jalan antar Ambarawa – Kota Salatiga.
Rawa Pening merupakan danau semi alami yang terbentuk setelah pembangunan
bendungan di sungai Tuntang antara tahun 1912-1916 pada tanah gambut yang berawa-
rawa. Luasan danau menjadi bertambah setelah dibangun untuk yang ke dua pada tahun
1939, selanjutnya diperbaiki pada tahun 1962 dan 1966 dengan luas maksimum 2.500 Ha.
Kapasitas air danau berkisar antara 25 juta m3- 65 juta m3 yang banyak digunakan untuk
kebutuhan irigasi sawah, pembangkit tenaga listrik, perikanan, kebutuhan rumah tangga
dan wisata (Guritno,2003). Luas dan kapasitas air danau semakin berkurang akibat sungai-
sungai yang bermuara ke danau membawa endapan lumpur dan materi organik sehingga
menyebabkan pendangkalan di dasar danau. Pendangkalan tersebut mendukung
pertumbuhan Hydrilla verticillata karena penetrasi cahaya matahari sampai ke dasar
danau.
24
Gambar 2. Gambaran umum Rawa Pening, sebagian besar tertutupoleh tanaman air
Danau Rawa Pening merupakan daerah yang dikelilingi lahan pertanian berupa
sawah, Pada setiap musim penghujan dan kemarau sawah tersebut selalu dimanfaatkan
petani untuk ditanami berbagai macam tanaman pertanian seperti padi. Untuk
memaksimalkan produksi padi dari serangan hama pertanian, banyak petani di sekitar
perairan ini menggunakan pestisida sebagai salah satu upaya pemberantasannya.
Keberadaan pestisida di lingkungan pertanian memang sangat efektif membantu petani
dalam pemberantasan hama. Peredaran pestisida yang mudah didapat dan tidak terkontrol
penjualannya memudahkan petani bebas memilih berbagai macam pestisida yang di
butuhkan. Pestisida adalah bahan kimia yang mencakup bahan-bahan beracun yang
berfungsi mengendalikan hama. Racun dalam pestisida dapat membunuh organisme
sasaran, dengan cara masuk ke dalam tubuh organism secara fisis/ kontaminasi secara
langsung melalui mulut yang kemudian menghambat proses metabolisme. Pada
konsentrasi sublethal dampak yang ditimbulkan antara lain perubahan fisiologi organisme,
tingkah laku organisme yang berbeda dari kondisi normal, serta kerusakan organ
organisme ( Djojosumarto, 2008).
25
Gambar 3. Pemanfaatan Eceng Gondok untuk kerajinan
Kegiatan perikanan meliputi kegiatan penangkapan ikan dan budidaya ikan.
Kelompok nelayan di perairan Rawa Pening ada 46 kelompok, masing masing kelompok
mempunyai anggota antara 15 – 150 orang, jumlah nelayan . Di Kecamatan Ambarawa ada
11 kelompok, Bawen 5 kelompok, Banyubiru 12 kelompok, Tuntang 18 kelompok.
Kelompok nelayan ini tergabung dalam GAPOKYAN, mempunyai jadwal pertemuan rutin
1-3 bulan sekali. Pertemuan semacam ini dapat digunakan oleh petugas perikanan untuk
melakukan pembinaan.
Gambar 4. Budidaya Ikan dengan Keramba Jaring Apung
26
Gambar 5. Alat Tangkap Beranjang
Produksi hasil tangkapan ikan di Rawa Pening berkisar antara 1.042 ton – 1.134
ton/tahun. Hasil tangkapan didominansi oleh ikan Nila, Mujair, Wader dan udang air
tawar. Jenis alat tangkap yang digunakan yaitu Jaring, Bubu, Pancing, Branjang. Kegiatan
penagkapan ikan di Rawa Pening telah diatur oleh Perda Kabupaten Semarang Nomor 25
tahun 2001. Alat tangkap yang diatur dalam Perda tersebut antara lain: Alat Beranjang
Kerap, Jala, Jaring. Kegiatan budidaya ikan di Rawa Pening berupa pemeliharaan ikan
dalam keremba jaring apung. Menurut perda Nomor 25 tahun 2001 luas maksimal lahan
yang dapat diusahakan oleh per orangan atau kelompok yaitu 400 m2, luas lahan yang
diusahakan oleh badan maksimal yaitu 1.500 m2, Jumlah kelompok pembudidaya ikan ada
124 kelompok terdiri dari 2.193 orang. Jenis ikan yang dibudidayakan yaitu ikan Nila,
Karper dan Lele.
4.2. Hasil Tahun 2012.
Data dan informasi tentang keanekaragaman bentos dan plankton, dapat
disimpulkan perairan Rawa Pening mempunyai keanekaragaman bentos dan
plankton yang rendah.
Data dan informasi tentang kualitas perairan, dapat disimpulkan bahwa perairan
rawa pening mempunyai kualitas perairan kurang baik dan sudah dalam kondisi
kesuburan sedang sampai tinggi
27
Data dan informasi tentang biologi ikan Nila, Melem dan Gabus. Ikan Nila dan
Melem termasuk ikan herbivora pemakan tumbuhan dan plankton, dapat memijah
sepanjang tahun. Ikan Nila menyebar disemua tipe perairan Rawa Pening, sedang
Ikan Melem banyak di daerah inlet. Ikan Gabus termasuk ikan karnivora, hampir
menyebar di semua tipe perairan.
Data dan informasi tentang ruaya dan pertumbuhan ikan Nila (L∞ = 30, k = 0,6)
Data dan informasi tentang populasi ikan Nila = 1.529 ton.
4.3. Kualitas Air
4.3.1. Kecerahan dan Kekeruhan.
Berdasarkan data pada Lampiran 1 -4 bahwa; nilai kecerahan perairan Rawa Pening
sangat rendah, berkisar antara 27 – 102 cm, kecerhan terendah ada di inlet sungai torong
dan tertinggi di daerah tengah yang tidak banyak eceng gondok. Inlet sungai torong
banyak membawa sedimen dari hulu sungai sehingga perairan menjadi keruh. Daerah
tengah yang jauh dari pengaruh daratan umumnya mempunyai kecerahan yang tinggi,
apalagi tidak banyak tumbuhan air.
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan menurut banyaknya
cahaya yang diserap dan dipencarkan oleh bahan bahan yang terdapat dalam air. Nilai
kekeruhan di Rawa Pening berkisar antra 2 – 48 NTU, nilai terttinggi di inlet Kedung
Ringin 48 NTU dan di inlet Ngaglik 40 NTU (Lampiran1), inlet tersebut kecil dan banyak
dipengaruhi oleh limbah pertanian di sekitarnya. Kekeruhan pada perairan tergenang
seperti Rawa Pening lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi berupa koloid dan
partikel halus. Nilai kekeruhan juga menunjukkan banyaknya partikel anorganik dari hasil
erosi dan juga dari bahan organik yang terlarut bisa berasal dari limbah budidaya ikan
maupun limbah rumah tangga.
Kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan terganggunya sistem osmoregulasi
seperti pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi
cahaya ke dalam air. Peningkatan kekeruhan 25 NTU di perairan yang dangkal seperti
pada inlet Keduang dapat mengakibatkan berkurangnya produktivitas primer sebanyak 13
– 50 %. Peningkatan kekeruhan 5 NTU di perairan tergenang seperti Waduk Gajah
Mungkur dapat mengurangi produktivitas primer sebanyak 75 % (Effendi, 2000).
4.3.4. Oksigen.
Kedalaman pada stasiun pengamatan berkisar antara 1,5 – 7 m. Semakin ke dasar
perairan kandungan oksigen semakin rendah, hal tersebut disebabkan karena dasar perairan
banyak banhan organik yang membusuk mereduksi oksigen. Lapisan air bagian dasar yang
28
banyak bahan organik dan kandungan oksigen rendah, suatu saat akan membahayakan, bila
terjadi upwelling maka akan mematikan ikan (Gambar 6).
Kandungan oksigen pada lapisan permukaan pada semua lokasi nilainya lebih besar
3 mg/L (Lampiran 1-4), dengan demikian kandungan oksigen pada lapisan permukaan
perairan Rawa Pening masih bisa memenuhi syarat minimal kebutuhan ikan. Bila
kandungan oksigen minimal 3 mg/L maka ikan dapat tumbuh, namun bila kandungan
oksigen kurang 3 mg/L hingga 2 mg/L maka ikan masih dapat bertahan hidup namun
pertumbuhannya terganggu, sedangkan bila kurang dari 2 mg/L dapat menyebabkan
kematian bagi ikan (Boyd, 1988). Kandungan oksigen terlarut (DO) di perairan merupakan
parameter yang sangat penting untuk organisme air terutama ikan. Pernafasan oleh ikan
memerlukan oksigen yang cukup untuk proses pembakaran yang akan menghasilkan
energi. Oksigen di perairan selain diperlukan oleh organisme air juga diperlukan dalam
proses dekomposisi bahan organik menjadi bahan anorganik. Sumber oksigen di perairan
berasal dari hasil proses fotosintesa tumbuhan air terutama oleh fitoplankton, juga dari
difusi oksigen dari atmosfer (Effendi, 2000).
Gambar 6, mempelihatkan bahwa kandungan oksigen pada semua lokasi penelitian
semakin ke arah dasar perairan semakin menurun, hal tersebut disebabkan semakin ke arah
dasar perairan aktivitas fotosintesa semakin mengecil, di dasar perairan pada umumnya
juga banyak bahan organik yang mengendap dan membusuk sehingga mereduksi oksigen.
Perairan yang ada pemanenan eceng gondok, dekat KJA dan inlet torong pada kedalaman
kurang dari 2 m kandungan oksigen kurang dari 3 mg/L, bahkan di inlet Torong pada
kedalaman 1 m sudah mendekati nol. Lokasi dekat KJA banyak sisa pakan dan kotoran
ikan yang lepas ke perairan mengndap di dasar perairan, sehingga kandungan oksigen di
lapisan dasar rendah. Pemanenan eceng gondok yang sisanya juga dibuang ke perairan
akan membusuk mengndap di dasar perairan dan menyebabkan kandungan oksigen pada
lapisan dasar perairan rendah. Inlet Torong, sangat keruh dan banyak limbah dari hulu
sungai menuju muara torong, mengendap di dasar perairan sehingga kandungan oksigen di
lapisan perairan rendah.
29
Gambar 6. Grafik kadar oksigen berdasarkan kedalaman di Rawa Pening
05
1015
20
0. 1. 2..
3..
4..
5..
(m)
Oks
igen
(mg/
L)
KJA,LIPI Puteran KJA BejalenInlet Torong Inlet Muncul TengahPemanenan EG Pemanenan EG2 Puteran 2
4.3.5. Suhu.
Suhu merupakan salah satu faktor fisika perairan yang penting bagi proses
metabolisme organisme air. Perubahan suhu yang ekstrim dan mendadak akan
nenyebabkan stres bagi organisme air bahkan dapat menyebabkan kematian. Suhu sangat
dipengaruhi oleh perubahan musim, wilayah, ketinggian tempat, kedalaman air, waktu
pengukuran (Effendi, 2000).
Suhu perairan di Rawa Pening berkisar antara 26 - 31 0C (Lampiran 1-4). Suhu dapat
mempengaruhi metabolisme dan respirasi ikan, peningkatan suhu akan mempengaruhi
konsumsi oksigen bagi ikan. Bila suhu perairan tinggi dan kadar oksigen rendah maka
akan menimbulkan permasalahan bagi ikan terutama ikan pada KJA yang terkurung,
karena peningkatan konsumsi oksigen oleh ikan tidak diimbangi dengan ketersediaan
oksigen di perairan (Haslam, 1995). Suhu yang optimum bagi budidaya ikan Nila
(Oreochromis niloticus) pada KJA yaitu atara 26 – 280 C (Schmittou, 1991). Pada saat
suhu tinggi di atas 300C, maka konsumsi oksigen ikan meningkat.
30
Ada kecenderungan semakin ke arah dasar maka suhu semakin menurun
(Gambar 7). Apa bila suhu permukaan lebih rendah dari bagian dasar perairan maka massa
air di permukaan akan lebih berat, dapat menyebabkan perputaran air dari atas ke bawah
dan dari bawah ke atas (Upwelling). Perputaran air tersebut akan membawa akibat
teraduknya bahan organik di dasar perairan yang banyak gas beracun seperti H2S, NH3
dan CO2, sehingga dapat menyebabkan kematian ikan terutama yang ada pada KJA karena
tidak dapat meloloskan diri. Peristiwa Upwelling dapat terjadi apabila ada hujan lebat yang
lama sehingga lapisan perairan permukaan turun ke bawah.
Gambar 7. Grafik Suhu berdasarkan kedalaman di Rawa Pening
4.3.6. Total Fosfor (TP).
Kandungan total P berkisan antara 0,03 – 1, 6 mg/L, hal tersebut menunjukkan
perairan dengan kesuburan tinggi (eotrofik) Menurut Novotny dan Olem (1994); perairan
oligotrofik (kesuburan rendah) bila kandungan total fosfor kurang dari 10 μg/L, mesotrofik
(kesuburan sedang) bila kandungan fosfor total antara 10 – 35 μg/L, eutrofik (kesuburan
tinggi) bila kandungan fosfor total lebih dari 35 – 100 μg/L, hipertrofik bila kandungan
fosfor total > 100 μg/L. Sumber fosfor secara alami sangat sedikit, sehingga fosfor
31
merupakan faktor pembatas bagi kesuburan perairan, apa bila kadar fosfor diperairan tinggi
merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik. Sumber pencemaran bahan
organik di Rawa Pening yaitu sisa buangan pemanenan eceng gondok, budidaya ikan pada
KJA, rumah tangga dan pertanian. Keberadaan fosfor yang tinggi di perairan dapat
menstimulir pertumbuhan fitoplankton, selanjutnya dapat menghambat penetrasi sinar
matahari masuk ke perairan sehingga tidak menguntungkan bagi ekosistem perairan. Salah
satu penyebab berkembangnya eceng gondok di Rawa Pening yaitu tingginya kandungan
fosfor. Eceng gondok sudah menutup perairan sekitar 60 % dari luasan perairan.
4.3.7. Total nitrogen (T N).
Kandungan total nitrogen di perairan Rawa Pening berkisar antara 0,19-0,6mg/L
(Lampiran 1-4). Menurut Novotny dan Olem (1994); perairan oligotrofik bila kandungan
total N < 0,2 mg/L, mesotrofik bila kandungan total N antara 0,2- 0,5 mg/L, eutrofik bila
kandungan total N > 0,5mg/L. Perairan Rawa Pening berdasarkan pada kandungan total
nitrogen, secara umum sudah masuk katagori perairan mesotrofik (kesuburan sedang)
sampai dengan eutrofik (kesuburan tinggi. Keberadaan nitrogen yang berlebihan di
perairan dapat menimbulkan pencemaran, kandungan nitrogen yang tinggi dapat diebabkan
karena limbah organik. Sumber nitrogen di perairan banyak yaitu bisa dari atmosfir, bahan
anorganik dan organik yang masuk ke perairan.
4.3.8. Klorofil.
Klorofil merupakan zat hijau daun yang sangat berperan dalam proses fotosintesis, di
perairan yang mempunyai klorofil adalah fitoplankton. Banyaknya nilai klorofil
bergantung pada banyaknya fitoplankton di perairan, dan banyaknya fitoplankton sangat
ditentukan oleh kandungan nutrien di perairan terutama fosfor. Kandungan total klorofil-a
di perairan Rawa Pening berkisar antara 10 -174 μg/L (Lampiran 1-4). Menurut Novotny
dan Olem (1994); perairan oligotrofik bila kandungan klorofil < 4 μg/L, mesotrofik bila
kandungan klorofil antara 4-10 μg/L, eutrofik bila kandungan klorofil >10 μg/L. Menurut
kandungan klorofil, secara umum perairan Waduk Gajah Mungkur sudah masuk katagori
perairan eutrofik (kesuburan tinggi). Kandungan klorofil yang tinggi tersebut dikarenakan
jumlah fitoplankton sudah cukup tinggi yang disebabkan karena adanya pengkayaan unsur
hara (eutrofikasi) terutama unsur fosfor di perairan (Utomo et al., 2010).
4.3.9. Karbondioksid (CO2)
Sumber karbondioksida di perairan dapat berasal dari hasil respirasi organisme
perairan dan hasil dekomposisi bahan organik. Saat siang hari di lapisan permukaan
perairan kadar karbon dioksida sangat rendah bahkan bisa mencapai 0 mg/L, hal tersebut
32
disebabkan pada siang hari aktivitas fotosintesa oleh fitoplankton sangat intensif banyak
memerlukan karbondioksida, sedangkan sebaliknya saat malam hari kadar karbon dioksida
relatip lebih tinggi (lampiran 1-4).
Keberadaan karbon dioksida di perairan diperlukan oleh fitoplankton untuk proses
fotosintesa, namun dalam jumlah yang besar maka keberadaan karbondioksida di perairan
bersifat racun, bila kandungan karbon dioksida yang diserap ke dalam darah ikan
terlampau banyak maka daya serap haemoglobine terhadap oksigen akan menurun. Kadar
karbondioksida di perairan sangat dipengaruhi oleh bahan organik dan kadar oksigen di
perairan. Bila kandungan oksigen rendah maka pada umumnya kandungan karbondioksid
akan tinggi, dan akan terjadi sebaliknya. Karbondioksid akan menghambat pernafasan
organisme air terutama bila kandungan oksigen rendah (DO<2 mg/L), pada kondisi
demikian maka ikan akan keracunan karbondioksida, daya serap oksigen oleh hemoglobin
akan menurun (methemoglobinemia) (Marganof, 2007). Kadar karbondioksid melebihi 10
mg/L diikuti dengan kadar oksigen yang rendah maka ikan akan stres dan dapat
membahayakan kehidupan ikan (Boyd, 1988). Kadar karbondioksida pada lapisan
permukaan nilainya kurang dari 10 mg/L.
4.3.10. Total alkalinitas dan pH.
Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau
kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH. Alkalinitas dihasilkan dari
karbondioksida dan batuan karbonat, kalsium karbonat (CaCO3) merupakan sumber nilai
alkalinitas dan kesadahan di air tawar. Dari hasil pemeriksaan parameter fisika-kimia
perairan, didapatkan bahwa kandungan total alkalinitas dan pH yaitu kisaran nilai pH
antara 5,5 – 8,8, kisaran nilai alkalinitas antara 17- 85 mg/L. (Lampiran 1). Perairan
kadang nilai pH rendah dibawah 6, hal tersebut disebabkan karena bahan organik yang
membusuk menyebabkan perairan menjadi asam. Sebagian besar organisme air tawar
hidup dengan baik pada kisaran pH 7 – 8,5 (Novotny dan Olem, 994).
Nilai alkalinitas perairan yang melebihi 40 mg/L termasuk perairan yang sadah (hard
water), sedangkan perairan dengan nilai alkalinitas kurang dari 40 mg/L disebut perairan
lunak (soft water) (Boyd, 1988). Secara tidak langsung nilai alkalinitas berhubungan erat
dengan kehidupan ikan yaitu bila perairan mempunyai alkilinitas yang relatif tinggi maka
perairan tersebut tidak akan banyak mengalami perubahan pH yang drastis karena
alkalinitas merupakan penyangga terhadap perubahan pH, bila pH tidak banyak mengalami
perubahan maka kehidupan ikan tidak banyak mengalami stres (Effendi, 2000). Sedangkan
33
perairan Rawa Pening termasuk perairan yang banyak mengalami perubahan pH dan
perubahan alkalinitas.
4.3.11. Total Disssolved Solid (TDS) dan Total Suspended Solid (TSS).
Padatan terlarut total (TDS) adalah bahan terlarut berupa senyawa kimia dan bahan
lainnya yang tidak tersaring oleh kertas saring berdiameter 0,45 μm, penyebab TDS
biasanya adalah bahan anorganik berupa ion. Nilai TDS di Rawa Pening berkisar antara
100 – 121 mg/L. TDS dapat bersumber dari antropogenic yaitu pencemaran bahan
organik, bisa dari limbah rumah tangga ataupun KJA (Effendi, 2000).
TSS adalah bahan-bahan tersuspensi, terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad
jasad renik. Penyebab utama TSS adalah erosi tanah yang terbawa ke badan air. Nilai TSS
cenderung lebih tinggi saat musim penghujan dari pada saat musim kemarau, hal tersebut
disebabkan karena saat musim penghujan banyak materi dari hasil erosi. Nilai TSS di
Rawa Pening berkisar antara 2 – 16 mg/L (Lampiran 1-4).Nilai TSS pada satsiun dekat
inlet cenderung lebih tentinggi bila dibanding stasiun lain, hal tersebut merupakan indikasi
bahwa daerah inlet banyak membawa materi hasil erosi dari daerah huluan.
4.4. Ruaya Ikan.
Selama penelitian telah dilepaskan ikan Gabus sebanyak 90, ikan Melem sebanyak
259 ekor, Nila 365 ekor. Ikan bertanda yang tertangkap lagi oleh nelayan ada ikan Melem
sebanyak 6 ekor, ikan Gabus sebanyak 4 ekor, ikan nila 40 ekor. Pelepasan ikan Gabus dan
Melem di perairan Bejalen, Kampung Rawa,Tuntang, Kesongo. Ikan Melem cenderung
beruaya ke tepi mencari air yang mengalir seperti inlet dan outlet. Ikan Gabus cenderung
beruaya ke tepi mencari perairan yang dangkal. Pelepasan ikan Nila sekitar perairan
Rowoboni, Puteran, Kebundowo, dan Selumbu. Pelepasan ikan Nila di sekitar daerah
Rowo Boni, Bayny Biru, Bukit Cinta. Arah ruaya ikan Nila menyebar ke berbagai penjuru,
ada yang ke tengah dan ada yang ke tepi.
Ikan Melem tertangkap kembali dalam selang waktu 19 – 98 hari, jarak ruaya 500 –
1000 m. Ikan Gabus tertangkap kembali dalam selang waktu 7- 29 hari, jarak ruaya 500 –
1000 m. Ikan Nila dalam selang waktu 9 – 65 hari ikan beruaya sejauh 800 m hingga
4200 m dari lokasi pelepasan ikan bertanda. Arah ruaya menyebar ada yang ke arah barat,
ke arah timur, ke arah selatan dari tempat pelepasannya. Ikan mulai menyebar ke lokasi
lebih tengah dan juga ke tepi hingga mencapai inlet sungai Torong, inlet sungai
Muncul.(Gambar 8).
34
Ikan bertanda saat musim penghujan lebih banyak tertangkap dari pada saat musim
kemarau, hal ini disebabkan saat musim penghujan ikan lebih menyebar ke seluruh bagian
perairan hingga ke tepi. Dan bergerak mengikuti volumen air yang meningkat keseluruh
bagian perairan. Ikan tertangkap oleh nelayan jauh dari tempat pelepasan. Ikan bertanda
yang masuk ke zona suaka dan ikan yang lain yang berada dalam zona suaka juga akan
keluar kembali mengikuti penyebaran volumen air yang meningkat. Hal ini berarti bahwa
dengan adanya daerah yang dilindungi di Waduk Rawa Pening mempunyai arti penting
bagi peningkatan produksi perikanan tangkap di daerah sekitarnya, untuk ketersediaan stok
calon induk. Ikan yang ada di daerah perlindungan dapat merupakan cadangan produksi
ikan dan dapat menyumbangkan produksi ikan di daerah sekitarnya.
Pada saat hujan maka air baru masuk dari inlet ke waduk membawa air baru yang
banyak membawa nutrisi dan pakan alami, hal ini merangsang ikan untuk mencari air baru.
Daerah yang ditetapkan sebagai zona suaka yang berada di tengah perairan di depan muara
sungai atau inlet waduk mempunyai peran penting untuk tempat pemijahan ikan terutama
saat musim penghujan. Hal ini menjadi salah satu yang menyebabkan ikan Nila dapat
berkembang biak di waduk Rawa Pening adalah tersedianya daerah pemijahan dan tempat
banyak tersedia makanan alami. Selain itu jika daerah yang ditetapkan sebagai suaka di
pertahankan akan menjadi daerah feeding ground yang merupakan daerah stok calon induk
untuk perkembangbiakan selanjutnya.
35
Gambar 8 Peta Ruaya Ikan di Rawa Pening
Keterangan:
Ruaya ikan Gabus:
Ruaya ikan Melem:
Ruaya ikan Nila :
4.5. Pertumbuhan dan Mortalitas.
Ikan Gabus merupakan contoh ikan yang berukuran besar, ikan Nila merupakan
contoh ikan berukuran sedang dan Melem contoh ikan berukuran kecil. Berdasarkan
analisis pertumbuhan dengan FISAT II didapatkan parameter pertumbuhan ikan Gabus:
panjang maksimal (L) = 66 cm, percepatan pertumbuhan (K) = 1,1/th, mortalitas total (Z)
= 3,162/th , mortaitas alam (M) = 1,52/th, mirtalitas penangkapan (F) = (Z-M) =1,64, laju
penangkapan (E) = F/Z = 0,52. Hasil analisis parameter pertembuhan Ikan Nila didapatkan
(L) = 35cm, percepatan pertumbuhan (K) = 1,5/th, mortalitas total (Z) = 3,081/th ,
mortaitas alam (M) = 2,19/th, mirtalitas penangkapan (F)= (Z-M) =0,891, laju
penangkapan (E) = F/Z = 0,26. Sedangkan hasil analisis parameter pertembuhan Ikan
36
Melem didapatkan (L) = 25 cm, percepatan pertumbuhan (K) = 1,6/th, mortalitas total
(Z) = 3,378/th , mortaitas alam (M) = 2,501 /th, mirtalitas penangkapan (F)= (Z-M)
=0,878, laju penangkapan (E) = F/Z = 0,26
Ikan Gabus contoh ikan ukuran besar, nilai F (mortalitas penangkapan) lebih tinggi.
Ikan yang berukuran besar cenderung tidak akan lolos dari alat tangkap, ikan gabus
mempunyai ukuran kepala yang besar dapat tertangkap oleh berbagai macam alat tangkap.
Ikan Nila dan Ikan Melem merupakan contoh ikan berukuran sedang dan kecil, nilai
mortalitas penangkapan (F) kecil namun mortalitas alami (M) lebih besar. Sedangkan ikan
berukuran kecil akan banyak lolos dari alat tangkap, apa lagi ikan Melem yang bentuknya
pipih mudah lolos dari alat tangkap beranjang dan jarring gill net ukuran >2 inch yang
banyak beroperasi di perairan Rawa Pening. Ikan berukuran kecil melakukan reproduksi
lebih dari satu kali dalam satu tahun dan mempunyai fekunditas yang tinggi. Namun ikan
kecil terutama melem mempunyai nilai mortalitas alami yang besar, ikan berukuran kecil
kurang tahan terhadap perubahan lingkungan. Khusus ikan melem hidupnya di perairan
yang mengalir, airnya relatif jernih, air tidak asam. Lingkungan perairan Rawa Pening
sudah banyak mengalami perubahan kualitas airnya jelek, airnya keruh, asam, banyak
pendangkalan sehingga menyebabkan mortalitas alami lebih besar dan populasi ikan
terutama ikan melem berkurang.
Tabel 3 Pertumbuhan dan Mortalitas
Jenis Ikan (L) K Z M F E
Gabus (Channa striata) 66 1,1 3,162 1,52 1,64 0,52
Nila (Oreochromis. niloticus) 35 1,5 3,081 2,19 0,891 0,26
Melem (Ostiechilus hasselti) 25 1.6 3,378 2,501 0,878 0,26
37
A.Pertumbuhan dan mortalitas Ikan Gabus
Tabel 4 Frekuensi Panjang Ikan Gabus
Gambar 9 Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy terhadap frekuensi panjang totalikan Gabus (C. striata)
38
Gambar 10. Analisis parameter mortalitas (Z) ikan Gabus ( C. striatus )
Gambar 11. Analisis parameter mortalitas alami (M) ikan Gabus ( C. striatus),berdasarkan persamaan empiris Pauly.
39
B. Pertumbuhan dan mortalitas Ikan Nila.
Tabel 5 Frekuensi Panjang Ikan Nila
Gambar 12. Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy terhadap frekuensi panjang totalikan Nila
40
Gambar 13. Analisis parameter mortalitas (Z) ikan Nila
Gambar 14. Analisis parameter mortalitas alami (M) ikan Nila berdasarkanpersamaan empiris Pauly
41
Tabel 6 Frekuensi Panjang Ikan Melem (O. hasselti)
Gambar 15. Kurva pertumbuhan Von Bertalanffy terhadap frekuensi panjang totalikan Melem (O. hasselti)
42
Gambar 16. Analisis parameter mortalitas (Z) ikan Melem (O.hasselti)
Gambar 17. Analisis parameter mortalitas alami (M) ikan Melem berdasarkanpersamaan empiris Pauly
43
4.6. Kegiatan Penangkapan ikan
Perikanan tangkap mempunyai peran penting di Rawa Pening, merupakan mata
pencaharian nelayan di sekitar Danau Rawa Pening. Produksi perikanan tangkap di rawa
pening 1000-1200 ton/tahun, jumlah nelayan ada 1650 RTP. Alat tangkap utama yang
digunakan untuk menangkap ikan di rawa pening yaitu Beranjang (lift net), Jaring (gill
net), Jala (Cast Net), Pancing (hook line), Rawai (Long line), Seser udang (scop net), Seser
Remis (scop net) Kere/Midi (Active Barrier, with FAD), Ngetrol (Active Seine, no FAD),
Jaring Ecek (Seine, with FAD), Wuwu (Pot traps), Kicir (Pot traps)
a). Alat tngkap Beranjang (lift net)
Alat tangkap utama terbuat dari waring (nilon), mesh size 2,5 inch , bentuk persegi
ukuran 8 m x 8 m sampai dengan 12,5 m x 12,5 m. Alat bantu berupa tiang bambu (Antro)
sebagai tempat bergantungnya baranjang dengan dibantu tali (tali brabutan), . Empat tiang
brabutan satu sama lain dihubungkan oleh bambu mendatar (Klakaran) sehingga
membentuk bangunan persegi. Masing masing antro dipasang kerekan untuk tempat tali
brabutan tempat berenjang bergantung. Gubuk, bangunan rumah kecil terbuat dari bambu
ukuran 2,5 m x 2,5 m untuk tempat pemilik beranrjang menjaga alat dan megoperasikan
alat saat mengambil hasil. Ontel, fungsinya untuk mengangkat beranjang dengan cara
memutar ontel yang dihubungkan dengan tali (tali pengerat) ke tali beranjang (brabut),
setelah ontel diputar maka benjang akan terangkat. Setelah beranjang terangkat maka ikan
diambil dengan cerok (Lampiran 8).
Hasil tangkapan Beranjang 4- 7 kg/hari; komposisi hasil tangkapan Beranjang yaitu
Mujair, lohan Redevil, Wader, Gabus. Hasil tangkapan Beranjang didominansi oleh Mujair
yang mmencapai 70 %. Penangkapan dengan Beranjang umumnya dilakukan di Tengah
Danau pada kedalaman 3- 5 m, disekitar beranjang banyak tumbuhan eceng gondok. Hasil
tangkapan pada saat musim penghujan umumnya akan lebih banyak dari pada musim
kemarau.
b). Alat tangkap Kere/Midi (Avtive Barrier, with FAD)
Alat tangkap ini terbuat dari bilah bambu yang dianyam. Ukuran satu set kere
panjang 15 m , tinggi 1,5 m, jarak natar anyaman 0,5 cm. Penangkapan ikan dengan kere
memerlukan empat set kere, dioperasikan pada perairan dangkal 1- 1,5 m, pada perairan
yang banyak tumbuhan air eceng gondok. Prinsip cara operasional alat tangkap kere yaitu
mengurung ikan, menggiring dan menangkap. Alat tangkap kere dipasang melingkar pada
44
perairan yang banyak eceng gondok dengan tujuan mengurung ikan yang bersembunyi di
eceng gondok, kemudian eceng gondok dikeluarkan dari area lingkaran alat kere, area
lingkaran alat tangkap kere diperkecil, setelah area lingkaran kere mengecil kurang lebih
diameter lingkaran tinggal 2 m maka ikan yang ada dalam lingkaran area tersebut diambil
dengan cerok (Lampiran 8).
Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap Kere di Rawa Pening hanya nelayan di
Desa Kesongo. Jumlah nelayan yang ikut dalam operasional sebaanyak 6 – 15 orang.
Hasil tangkapan 14 – 35 kg/hari; komposisi hasil tangkapan yaitu Mujair (22 %), Gabus
(25 %), Wader (40 %), lain lain 13 % (Sepat, Pisau/Putak, Grass Carp). Berdasarkan hasil
wawancara dengan nelayan bahwa hasil tangkapan dengan alat tangkap kere semakin lama
semakin menurun, sepuluh tahun yang lalu hasil tangkapan kere bisa mencapai 50 kg/hari
dan didominansi oleh wader ijo (melem).
c). Jaring Ecek (Active Seine, with FAD)
Alat utama terbuat dari jaring nilon, mesh size 2 inch, panjang 200 m, tinggi 2 m.
Alat tangkap dioperasikan pada perairan yang dangkal antara 1,5 - 2 m dan banyak
tanaman air seperti eceng gondok. Prinsip cara operasional alat tangkap jaring ecek hampir
sama dengan alat tangkap kere yaitu mengurung ikan, menggiring dan menangkap. Alat
tangkap ecek dipasang melingkar pada perairan yang banyak eceng gondok dengan tujuan
mengurung ikan yang bersembunyi di eceng gondok, kemudian eceng gondok dikeluarkan
dari area lingkaran alat ecek, area lingkaran alat tangkap ecek diperkecil, setelah area
lingkaran ecek mengecil kurang lebih diameter lingkaran tinggal 2 m maka ikan yang ada
dalam lingkaran area tersebut diambil dengan cerok, kemudian diperkecil lagi jaring di
tarik ke atas untuk mengambil ikan yang tersisa (Lampiran 8).
Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap jaring ecek yaitu di daerah Bejalen dan
Asinan, Jumlah nelayan yang ikut dalam operasional ada 2 – 4 orang, hasil tangkapan
mencapai 5 – 30 kg/hari. Komposisi hasil tangkapan teridiri atas Nila/Mujair 50 %, Gabus
20 %, lain lain 30 % ( Melem/Karper, sepat, lohan)
d). Alat Ngetrol (Active Seine, no FAD).
Alat utama terbuat dari jaring nilon tiga lapis yaitu jaring ukuran 9 inc, 9 inc dan 2
inch. Ukuran panjang 100 m, tinggi 2 m. Pelampung terbuat dari karet berbentuk bulat
memanjang dengan diameter 1 cm dipasang di tali ris atas, jarak antar pelampung kurang
lebih 30 cm, Pemberat terbuat dari timah berbentuk bulat berdaimeter 1 cm dipasang di
tali ris bagian bawah, jarak antar pemberat sekitar 15 cm. Dioperasikan di perairan yang
dangkal dengan kedalaman 1,5 – 2 m, bersih dari tanaman air.
45
Prinsip cara operasional alat tangkap ngetrol hampir sama dengan alat tangkap
jaring ecek yaitu mengurung ikan, menggiring dan menangkap. Alat tangkap ngetrol
dipasang melingkar pada perairan tepi danau yang dangkal dengan tujuan mengurung ikan,
Setelah ikan terkurung area lingkaran jaring diperkecil dengan cara menarik jaring, setelah
area lingkaran ecek mengecil kurang lebih diameter lingkaran tinggal 2 m maka ikan yang
ada dalam lingkaran area tersebut diambil dengan cerok, kemudian diperkecil lagi jaring
di tarik ke atas untuk mengambil ikan yang tersisa.(Lampiran 8)
Nelayan yang mengoperasikan alat ngetrol berjumlah 3 – 5 orang. Dalamsi
memerlukan waktu 1,5 – 2 jam satu hari dapat mengoperasikan alat 6 kali operasi
berpindah tempat, satu kali oper hasil tangkapan mencapai 10-20 kg/hari. Komposisi hasil
tangkapan terdiri dari Gabus (60 %), Nila (20 %), lain lain 20 % (Wader , sepat, loan).
Sepuluh tahun yang lalu yang punya trawl hanya 2 kelompok hasil tangkapan 60 -80
kg/kelompok/hari, tahun 2008 20-25 kg/kelompok/hari, sekarang tahun 2013 yang punya
alat trawl ada 15 kelompok hasil tangkapan 15 kg/kelompok/hari. Sepuluh tahuan yang
lalu ikan asli Danau seperti Gabus dan Wader ijo (Melem) mendominansi hasil tangkapan,
sekarang hasil tangkapan didominansi oleh ikan tebaran seperti Nila dan Mujair.
e). Alat Tangkap Jaring (gill net)
Bahan utama yaitu jaring nilon. Jaring gill net merupakan alat tangkap yang terbuat
tali nilon, dianyam membentuk mata jaring dalam jumlah banyak. Rangkaian anyaman
mata jaring dalam jumlah banyak berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang
panjang 10 - 50 m lebar 1,5 -2 m. Jaring yang dioperasikan di rawa pening pada umumnya
mempunyai ukuran mata jaring 2- 2,5 inch, satu potong jaring panjangnya 35 m dan lebar
2 m, mempunyai tali ris atas dan tali ris bawah. Pelampung terbuat dari karet berbentuk
bulat memanjang dengan diameter 1 cm, dipasang pada tali ris atas jarak antar pelampung
30 cm. Pemberat terbuat dai timah berbentuk bulat memanjang, diameter 1 cm, dipasang
pada tali ris bawah jarak antar pemberat 15 cm.
Alat tangkap jaring gillnet termasuk alat tangkap yang pasif, menunggu ikan agar
masuk terjerat di mata jaring. Cara opersi alat tangkap yaitu jaring gillnet dipasang vertikal
memanjang di perairan dengan tali ris atas mengapung di permukaan air, dan tali ris bawah
tenggelam di perairan. Maksud dari cara operasi membentangkan jaring secara vertikal di
perairan yaitu agar ikan yang berenang di perairan masuk pada mata jaring, sehingga ikan
terjerat di bagian insangnya oleh mata jaring. Pemasangan jaring di perairan pada
umumnya dilakukan sore hari kemudian dibiarkan jaring terapung di air satu malam,
selanjutnya pagi harinya dilakukan pemgambilan ikan yang terjerat di mata jaring. Ada
46
juga yang memasang pagi hari kemudian sorenya dilakukan pengmbilan hasil tangkapan.
Pada umumnya nelayan memasang jaring gillnet sebanyak 20 potong, hasil tangkapan
mencapai 2- 5 kg/hari. Komposisi hasil tangkapan terdiri dari Nila/Mujair 60 %, Wader
40 %. Menagkap ikan dengan jaring biasanya hanya dilakukan oleh satu orang.
f). Alat tangkap Jala (Cast Net)
Alat utama jala terbuat dari tali nilon yang dianyam membentuk mata jaring
berukuran kecil yaitu kurang dari 2 inch. Kemudian jaring tersebut dibuat jala berbentuk
kerucut. Cara operasi jala yaitu dengan menebarkan jala ke perairan kemudian di tarik ke
atas perahu, tertangkapnya ikan karena ikan terkurung dan terjerat oleh mata jaring jala
(Lampiran 7). Hasil tangkapan jala 5- 6 kg/hari; komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan
Mujair/Nila 70 %, Gabus 20 % lain lain (Wader, sepat, lohan) 10 %.
g). Seser Remis (Scop Net).
Alat utama terbuat dari waring (net) berbentuk kerucut terpancung, dengan alat
bantu satang bambu sepanjang 5 m diameter 4 cm untuk pegangan saat dioperasikan.
Garis tengah kerucut 40 cm, panjang 0,5 m. Kerangka seser terbuat dari plat besi
(Lampiran 7). Cara operasi seser remis yaitu di tarik dengan satang bambu di dasar
perairan yang banyak lumpur. Remis yang ada didasar perairan akan masuk dalam seser,
kemudian satang dangkat dan diambil hasilnya. Penangkapan dilakukan di perairan tengah
maupun teti pada kedalaman 2- 4 m, dasar perairan berlumpur. Hasil tangkapan 7- 10
kg/hari, bila dasar perairan banyak lumpur hasil tangkapan bisa mencapai 30 kg/hari.
h). Seser udang (Scop Net)
Alat utama terbuat dari waring (net) berbentuk kerucut dengan alat bantu satang
bambu untuk pegangan. Kerangka seser terbuat dari deruji besi berdiameter 0,5 cm. Seser
kecil berukuran diameter seser 30 cm, panjang satang 1m. Seser terdiri dari dua lapis, lapis
pertama waring dengan mesh size 2,5 inc untuk menyaring tumbuhan air, lapis ke dua
waring dengan mesh size 1,25 inch untuk hasil udang yang tertangkap. Cara operasi alat
yaitu alat tersebut di serokkan di perairan yang banyak tumbuhan hidrila, kemudian seser
diangkat diambil hasilnya engan cara membuka tali yang terdapat di kantong seser, hasil
tangkapan 2- 5 kg/hari (Lampiran 8).
i). Wuwu (Pot traps)
Bahan utama wuwu yaitu bilah bambu dibuat menjadi perangkap ikan. Bagian
utama dari wuwu yaitu badan wuwu dan injab. Injab adalah pintu depan wuwu berbentuk
huruf V untuk masuk ikan ke dalam wuwu, ikan yang sudah masuk ke dalam wuwu tidak
dapat keluar lagi melalui injab. Pengambilan hasil tangkapan ikan yang sudah trperangkap
47
dengan cara membuka pintu belakang wuwu yang terbuat dari tempurung kelapa. Bentuk
wuwu hampir silindris, tinggi 50 cm diameter 20 cm. Pada umumnya nelayan
mengoperasikan wuwu sebanyak 100 buah, hasil tangkapan 4-5 kg/hari. Komposisi hasil
tangkapan terdiri dari Gabus 80 %, lain lain 20 % (sepet, nila). Wuwu dpat dioperasikan di
perairan tepi maupun tengah danau yang banyak vegetasi seperti eceng gondok, wuwu
diletakkan diantara tumbuhan eceng gondok yang lebat.
j). Kicir (Pot traps).
Bahan utama kicir yaitu botol aqua. Dua buah botol aqua ukuran 1 liter dipotong
disusun menjadi satu, botol tersebut dilobangi kecil kecil agar air yang masuk ke botol
dapat keluar. Bagian ujung botol diotong dan diasang ke dalam botol dalam posisi terbalik
fungsinya sebagai pengganti injab (pintu masuk ke dalam alat). Pemasangan alat ini
dengan menggunakan umpan yaitu bekatul dimasukkan dalam kicir. Alat tangkap kicir
dirangkai pada ikatan tali sepanjang 100 m yang ujung talinya diikatkan pada tiang bambu
tinggi 2 m, tiang tersebut di tancapkan di dasar perairan. Tiap satu meter tali terdapat 5
kecir. Kicir umumnya dipasang di perairan yang banyak eceng gondok, hasil tangkapan
kicir adalah 100 % udang kecil. Musim penangkapan sepanjang tahun, dipasang sore dan
diambil hasil tangkapan pagi atau dipasang pagi diambil sore. Pada umumnya nelayan
memasang 500 – 600 buah kicir, hasil tngkapan udang sebanyak 1- 3 kg/hari.
Tabel 7. Hasil Tangkapan Anggota Kelompok NelayanAlat Tangkap Kere di Waduk Rawa Pening.
No NamaNelayan/
Ikan
Juni(kg/hari)
Juli(kg/hari)
Agustus(kg/hari)
1 Arifin
Gabus 16 14.5 11,5
Melem 28,5 13 20,2
Nila/Mujahir 12 6 10,6
Total/hari 56,5 33,5 42,3
2 Badhoi
Gabus 6,3 4,1 5,5
Melem 6,6 7,5 7
Nila/Mujahir 6,5 3,3 6,6
Total/hari 19,4 15,3 19,1
48
Tabel 8. Hasil Tangkapan Berbagai Macam Alat.
NamaNelayan/Tanggal
Alat Tangkap JumlahAlat
Hasil(kg)
Keterangan
Jumadi,21-6-2013
Icir 600 2 Udang manis
20-6-2013 Icir 600 1Eko22-6-2013
Jaring 1 3 Mujair, setengah hari
21-6-2013 Jaring 1 5 Setengah hariWidodo21-6-2013
Beranjang 1 4 Mujair
20-6-203 Beranjang 1 3,5 Mujair 3 kg, kutuk 0,5 kg21-6-2013 Beranjang 1 1 Mujair20-6-2013 Beranjang 1 1,5 Mujair22-6-2013 Beranjang 1 3 MujairMulyadi,23-8-2013
Jaring Ecek 1 5 Mujahir 3 kg, lain lain lain 2 kg(karper, sepat)P= 30 m, mesh= 3 cm, L=1,25 m.Bahan nilon.
Midi,23/8/2013
Jaring Ecek 1 27 Grass-Carp 14 kg, kutuk 3,5 kg,mujahir 7,5 kg, lain lain 2 kg (wader,sepat)
20-8-2013 Idem 1 3 Mujahir21-8-2013 Idem 1 7 Mujahir 5,5 kg, kutuk 1,5 kg22-8-2013 Idem 1 23 Mujahir
P=200 m, L 2m, mesh 2 inch, dalamair 1,5 m. Cara operasi jaringdikecilkan dipersempit, ditarik.
Suproyadi,25-8-2013
Jala 1 3 Mujahir, Gabus
25-8-2013 Jaring 9 pice 8 Karper 60 %, Mujahir 40 %. 1 Pice =5 m. L=1,25 m, 1,75 inch.
Kasno,24-8-2013
Beranjang 2 bh 15 kg Mujahir
25-8-2013 Idem 2 bh 3 kg Mujahir25-8-2013 Jala 1 2 3 jam, Mujahir.25-8-2013 Jala 1 3 3 jam, mujahir25-8-2013 Jala 1 2 3 jm, mujahir23-8-2013 Jala 1 4 Satu hari, mujahirSuradi,25-8-2013
Jaring ecek 1 4 Grass carp 1 kg, gabus 0,3 kg, nila 2,5,lohan 0,6 kg.
24-8-2013 Idem 1 519-10-013 Seser 1 3 Mujahir 1, Wader 2 kg17-10-013 Seser 1 5 Mujahir 2 kg, Wader 3 kg19-10-013 Jaring 3 Mujahir. P=50 m, L=80 cm, 3,5 inc18-10-013 Jaring 5 Mujahir19-10-013 Kere 1 20 Mujahir 6 kg, gabus 5 kg, wader 9 kg
49
19-10-013 Icir B=30,K=30
1kg B=Icir besar, K=Icir kecil. Lobster =o.5 kg, udang kecil 0.5 kg
18-10-013 Icir 0,8 Lobser=0,5, udang kecil 0,3 kg. Tiappagi ambil dan pasang alat.
18-10-013 Jaring 6 Redevil 2, betutu 2 kg, dll 2 kg.P=50,L=0,5 m mesh= 2 inch
17-10-013 Jaring 1120-10-013 Icir 50 1,5 Lobster19-10-013 Icir 50 1,5 LobsterNawawi,18-10-2013
Jala 1 2 Mujair
17-10-2013 Jala 1 5 Mujair, Redevil16-10-2013 Jala 1 6 Mujair, RedevilYani, 18-10-203
Seser 1 2 Mujair
19-10-2013 Seser 1 1,5 Mujair19-10-2013 Jala 1 3 Mujair19-10-2013 Jaring P50 m, 3
inch3 Mujair
18-10-2013 Jaring Idem 3,5 MujairIchsan, 17-10-2013
Susuk 1 4 Mujair
18-10-2013 Icir 500 bh 3 Dari botol aqua, unpan bekatul bakar,keong dihancurkan. hasil: udang
17-10-2013 Icir 500 bh 3,5 udang19-10-2013 Jala 1 4 Mujair 90 %, kutuk 10 %18-10-2013 Jala 1 7 Mujair 6,5 kg, kutuk 0,5 kg19-10-2013 Brabudan 1 5 Mujair 4,5 kg. Kutuk 0,5 kg. Cara
operasi: alat tangkap beranjangdioperasikan di eceng gondok, ecenggondok diangkat jaring ditarik
Ahmad, 19-10-2013
Jaring P=10 m,L=1m
6 2,5 inch. di penjalen/ngaglik. Mujahir
Hadi, 19-10-2013
Seser ikan 1 3 Mujair
19-10-2013 Jala 1 6 Mujair20-10-2013 Jala 1 2 kg Operasi setengah hari. Mujair.Gaotot, 21-10-2013
Beranjang 1 10,5 Nila, Melem
20-10-2013 Beranjang 1 15 Nila 14,5 kg, melem 0,5 kg.20-10-2103 Pancing kolor 200 bh.
Panjang100 m
2 - 5 Umpan: cacing, ikan kecil. Pasangsore ambil pagi. Gabus, betutu.
Pancing lempar 1 Umpan katak buatan dari karet.Perairan yang ada ganggang
Pancing ulur 1 Nila. Umpan lumut, roti. Pancingrekreasi
50
Tabel 9 . Jumlah Produksi Penangkapan dan Nilai Produksi BerdasarkanJenis Ikan Di Rawa Pening 2006
No. Jenis IkanJumlah
Produksi(Ton)
PersentaseDari Total
Nilai ProduksiDalam
(Rp. 1000,-)
1 Tawes 0.3 0.0 1200
2 Nila Hitam 346.1 45.9 2131100
3 Wader Ijo 63.3 8.4 281500
4 Mujair 191.4 25.4 997050
5 Gabus 40.2 5.3 321600
6 Nila Merah 0.5 0.1 3000
7 Sepat Siam 24.3 3.2 89350
8 Betutu 9.7 1.3 194000
9 Lele 6.9 0.9 46100
10 Ikan Lainnya 72 9.5 360000
Jumlahproduksi 754.7 100 4424900
Sumber: Dinas Peternakan dan perikanan kabupaten Semarang. 2007.
Gambar 18 Trend Penurunan Hasil Tangkapan Alat Tangkap Trawl
51
Gambar 19. Trend Penurunan Hasil Tangkapan Alat Tangkap Beranjang
Gambar 20 Trend Penurunan Hasil Tangkapan Alat Tangkap Jala
Hasil tangkapan dari berbagai macam alat tangkap secara umum dari tahun ketahun
mengalami penurunan, hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor antara lain:
1). Kegiatan penangkapan semakin bertambah, misal yang punya alat tangkap trwal pada
tahun 1990 hanya 2 orang sedangkan pada tahun 2013 menjadi 15 orang.
2). Eceng gondok semakin berkembang menutup perairan 60 %, menyulitkan kegiatan
penangkapan.
52
3). Penurunan kualitas air. Banyak limbah yang masuk ke rawa pening, sekarang perairan
menjadi asam. Dampaknya beberapa jenis ikan sangat berkurang karena air menjadi asam.
Sebagai contoh ikan Wader Ijo dulu tahun 1990 banyak tertangkap sekarang sangat jauh
berkurang, hanya terdapat di perairan yang jernih dekat inlet.
4.7. Populasi Beberapa Jenis Ikan.
Ikan Gabus.
Jumlah ikan bertanda yang dilepas ke perairan selama penelitian berjumlah 90
ekor, ikan gabus bertanda tertangkap kembali 4 ekor, semua ikan gabus yang tertangkap
120.000 ekor. Dengan demikian berdasarkan persamaan Petersen dapat dihitung populasi
ikan Nila sebagai berikut: N = (M.*C)/ R= 90* (120.000)/ 4 = 2.700.000 ekor, dengan
asumsi jumlah rata rata ikan 350 gram per ekor, maka biomasa ikan Gabus di Waduk Rawa
Pening adalah ekor 2.700.000 x 0,250 kg/ekor = 945.000 kg/waduk sama dengan 945 ton.
Populasi ikan Gabus di Waduk Rawa Pening tidak tinggi, namun masih mempunyai arti
penting bagi kehidupan nelayan setempat, dapat tertangkap oleh nelayan tiap hari
walaupun hasilnya tidak banyak. Berdasarkan data hasil pengamatan yang dikumpulkan
enumerator di waduk Rawa Pening, maka produksi hasil tangkapan ikan Gabus masih
menempati urutan ke tiga.
Ikan Melem/Wader
Jumlah ikan Melem bertanda yang dilepas ke perairan selama penelitian berjumlah
259 ekor, ikan Melem bertanda tertangkap kembali 6 ekor, semua ikan Melem yang
tertangkap 103.000 ekor. Dengan demikian berdasarkan persamaan Petersen dapat
dihitung populasi ikan Nila sebagai berikut: N = (M.*C)/ R= 259* (103.000)/ 6 =
4.446.000 ekor, dengan asumsi berat rata-rata 150 gram per ekor, maka biomasa ikan
Melem di Waduk Rawa Pening adalah 4.446.000 ekor x 0,150 kg/ekor = 666.900 kg/waduk
sama dengan 667 ton.
Populasi ikan Melem di Waduk Rawa Pening tidak tinggi, namun masih mempunyai arti
penting bagi kehidupan nelayan setempat, dapat tertangkap oleh nelayan tiap hari
walaupun hasilnya tidak banyak. Berdasarkan data hasil pengamatan yang dikumpulkan
enumerator di waduk Rawa Pening, maka produksi hasil tangkapan ikan Melem masih
menempati urutan ke dua.
53
Ikan Nila/Mujahir.
Jumlah ikan bertanda yang dilepas ke perairan selama penelitian berjumlah 365
ekor. Berdasarkan data hasil produksi ikan Nila hasil tangkapan nelayan adalah = 837916
ekor dan ikan bertanda yang tertangkap selama 5 bulan ada 40 ekor. Dengan demikian
berdasarkan persamaan Petersen dapat dihitung populasi ikan Nila sebagai berikut: N =
(M.*C)/ R. N = 365* (837916.6667+40)/ 40 = 7645990 ekor, dengan asumsi berat rata-
rata 200 gram per ekor, maka biomasa ikan Nila di Waduk Rawa Pening adalah ekor
7645990 x 0,20 kg/ekor = 1529198 kg/waduk sama dengan 1529.2 ton.
Populasi ikan Nila di Waduk Rawa Pening cukup tinggi, sehingga mempunyai arti
penting bagi kehidupan nelayan setempat. Berdasarkan data hasil pengamatan yang
dikumpulkan enumerator di waduk Rawa Pening, maka produksi hasil tangkapan ikan Nila
termasuk dominan dan menempati urutan pertama. Tingginya populasi ikan Nila di Waduk
Rawa Pening karena ikan Nila termasuk mempunyai kemampuan untuk beradaptasi pada
kondisi habitat yang terjadi di rawa pening, selain itu banyaknya daerah kaya pakan,
daerah pemijahan dan asuhan bagi anak ikan, sehingga menunjang perkembangbiakan
ikan Nila di Rawa Pening.
4.8. Plankton
Dari hasil penelitian ditemukan 36 spesies plankton, terdiri atas kelompok
fitoplankton 23 spesies dan zooplankton 13 spesies lebih sedikit bila dibandingkan dengan
Hariati (2009) yang menemukan 77 spesies plankton (65 fitoplankton dan 12 zooplankton).
Namun kelimpahan secara umum pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan Hariati
(2009) yang hanya mencapai 1500-4.000 sel/L, sedangkan kelimpahan fitoplankton dalam
penelitian mencapai 5000- 80.000 sel/L(Gambar 21 dan 22). Hal tersebut menununjukkan
bahwa adanya perubahan struktur komunitas plankton, yaitu terjadi penurunan jumlah
spesies dan peningkatan kelimpahan/kepadatan plankton. Hal ini dimungkinkan karena
adanya perbedaan stasiun pengamatan dan waktu pengambilan. Dari jenis-jenis
fitoplankton yang paling sering dijumpai adalah Kelompok diatomae Bacillaryophyceae
yaitu Synedra sp. Merupakan indikasi tingginya produktifitas suatu danau dan kebanyakan
dari beberapa genera tersebut umum ditemukan pada danau/waduk oligitrofik dan eutrofik.
Tertutupnya sebagian besar permukaan air oleh tumbuhan air merupakan salah satu
sebab rendahnya kelimpahan pada Stasiun I (Tempat Pemanenan Enceng gondok).
Menurut Odum (1993), beberapa jenis ganggang yang dijumpai terapung pada zona litoral
54
dan limnetik akan berasosiasi atau terikat dengan tanaman yang berakar, ini merupakan ciri
utama zona litoral. Beberapa tipe ganggang yang utama pada keadaan tersebut adalah
kelompok Bacillaryophyceae yang meliputi Asterionella, Navicula, Synedra dan
Fragillaria.
Gambar 21. Kelimpahan Fitoplankton Trip I dan Trip II 2013
55
Gambar 22. Kelimpahan Zooplankton Trip I dan Trip II 2013
56
Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener pada penelitian selengkapnya
disajikan pada Gambar 23 dan 24
Gambar 23. Indeks Keanekaragaman H’ Fitoplankton Trip I dan Trip II 2013
57
Gambar 24. Indeks Keanekaragaman H’ Zooplankton Trip I dan Trip II 2013
Berdasarkan Gambar 23 dan 24 tersebut maka dapat diasumsikan bahwa
keanekaragaman jenis plankton (fitooplankton dan zooplankton) baik pada Trip I maupun
pada Trip II rawa pening termasuk rendah - sedang. Maguran (1988) menyatakan bahwa
indeks keanekaragaman berkisar antara 0-1,0 termasuk rendah dan 1,0-3,0 termasuk
sedang. Stasiun VI (daerah sekitar KJA LIPI) memiliki nilai Indeks keanekaragaman
terendah pada zooplankton Trip II. KJA LIPI ini hanya merupakan rangkaian kegiatan riset
bukan karamba komersial, sehingga tidak banyak aktivitas pemberian pakan dan lain-lain
pada stasiun ini menyebabkan nutrien yang ada (unsur N dan P).
58
Gambar 25. Indeks Dominansi Fitoplankton Trip I dan Trip II
59
Gambar 26. Indeks Dominansi Zooplankton Trip I dan Trip II
Indeks Dominansi pada Gambar 25 dan 26, terlihat bahwa fitoplankton pada Trip I
dan Trip II tergolong dominansi rendah, yaitu dibawah 0,5. Sedangkan pada Indeks
dominansi zooplankton pada Trip I tergolong tinggi yaitu pada stasiun I dan II
mendekati/sama dengan 1 yaitu stasiun Tempat pemanenan enceng gondok dan stasiun
Puteran. Pada Trip II yang tergolong sedang adalah pada stasiun KJA LIPI (0,5<C<0,75).
60
Tabel 10. Kelimpahan, Keanekaragaman dan Dominansi Plankton Waduk Gajah Mungkur Bulan Mei 2013
No Kelas Jenis
Tempat PemanenanEnceng Gondok
PuteranTengah, tidak adaEnceng Gondok
Inlet SungaiMuncul
MuaraSungaiTorong
KJA LIPIOutlet (Sungai
Tuntang)
Mei-13
A FITOPLANKTON
1
Bacillariophyceae
Synedra 220 80 340 170 80 140 470
2 Melosira 10 0 10 10 0 0 0
3 Cyclotella 20 0 0 10 10 0 0
4 Pinnularia 0 10 0 0 0 0 0
5 Cymbella 0 0 0 0 0 10 0
6 Nitschia 0 0 0 0 0 0 0
7
Chlorophyceae
Scenedesmus 0 0 0 10 10 10 20
8 Closterium 0 0 0 10 0 0 0
9 Coelastrum 0 0 10 0 20 0 0
10 Staurastrum 0 0 40 0 0 10 20
11 Cosmarium 0 10 0 0 0 10 0
12 Phormidium 0 0 10 0 0 0 0
13 Pediastrum 0 0 0 10 0 0 0
14 Oocystis 0 0 0 0 10 0 0
15 Asterococcus 40 40 20 40 0 50 40
16 Ulothrix 40 0 0 0 30 0 70
17 Ekalonthorix 0 0 0 0 0 0 0
18 Crucigenia 10 0 10 0 0 0 0
19 Spaerocystis 0 0 40 0 0 0 0
20 Pleodorina 10 20 0 0 0 0 0
61
Lanjutan Tabel 10.
21Cyanophyceae
Chrococcus 0 0 10 0 10 10 0
22 Merismopedia 0 0 0 10 0 0 0
23Euglenophycaea
Phacus 10 40 20 0 30 20 10
24 Euglena 0 0 0 0 10 0 10
25 Trachelomonas 70 110 20 50 300 170 90
26 Dinophyceae Peridinium 50 370 140 260 270 360 790
27Crustaceae
Nauplius 0 0 0 10 0 0 0
28 Brachionus 0 0 0 10 0 0 0
29Sarcodina
Difflugia 0 0 10 20 20 0 0
30 Acanthocystis 0 0 0 0 10 0 0
31
Monogononta
Polyartha 10 10 0 0 0 0 0
32 Anuraeopsis 0 0 0 10 0 0 0
33 Pleuronema 0 0 0 10 0 0 0
34 Spyrogira 0 0 30 20 0 0 0
490 690 710 660 810 790 1520
Indeks Keanekaragaman (H') 1.536 1.438 1.636 1.535 1.592 1.539 1.287
Indeks Dominansi 0.249 0.334 0.279 0.235 0.262 0.29 0.372
62
Lanjutan Tabel 10.
B ZOOPLANKTON
1Crustaceae
Nauplius 0 0 0 200 0 0 0
2 Brachionus 0 0 0 200 0 0 0
3Sarcodina
Difflugia 0 0 200 400 400 0 0
4 Acanthocystis 0 0 0 0 200 0 0
5
Monogononta
Polyartha 200 200 0 0 0 0 0
6 Anuraeopsis 0 0 0 200 0 0 0
7 Pleuronema 0 0 0 200 0 0 0
8 Spyrogira 0 0 600 400 0 0 0
200 200 800 1600 600 0 0
Indeks Keanekaragaman (H') 0 0 0.562 1.732 0.636 0 0
Indeks Dominansi 1 1 0.625 0.187 0.555 0 0
63
Tabel 11. Kelimpahan, Keanekaragaman dan Dominansi Plankton Waduk Gajah Mungkur Bulan Juni 2013
No Kelas Genus
TempatPemanenan
Enceng GondokPuteran
Tengah,tidak adaEncengGondok
Inlet SungaiMuncul
MuaraSungaiTorong
KJALIPI
Outlet(Sungai
Tuntang)
Jun-13
A FITOPLANKTON
1
Chlorophyceae
Ulothrix 8200 20600 10600 1000 5600 7200 4600
2 Staurastrum 0 3400 0 0 0 0 600
3 Closterium 0 0 0 0 0 200 0
4 Tetraedron 0 0 1200 200 0 0 200
5 Actinastrum 0 0 0 0 200 0 200
6 Pediastrum 600 0 600 0 600 2400 200
7 Scenedesmus 2200 0 6000 400 3800 0 600
8 Mougeotia 0 4800 800 400 4600 0 0
9
Cyanophyceae
Aphanocapsa 400 0 2200 0 800 400
10 Mycrocystis 0 0 0 0 0 0 200
11 Merismopedia 0 3800 0 0 0 0 0
12 Gomphosphaeria 0 5800 3000 0 0 1200 0
13 Oscillatoria 0 0 0 0 0 0 0
14 Selenastrum 0 5600 1200 400 6600 0 0
64
Lanjutan Tabel 11.
15
Bacillariophyceae
Cyclotella 5400 3400 0 0 1600 1000 2600
16 Coconeis 0 0 1400 0 1800 0 800
17 Cosmarium 0 2000 0 1800 3600 200 400
18 Synedra 5800 12400 4200 400 2400 2600 2800
19 Diatoma 2400 2400 20800 200 4400 0 600
20 Navicula 4400 1400 2800 0 0 6000 1600
21 Coscinodiscus 0 11400 8400 0 0 0 0
22 Fragilaria 0 2200 0 400 400 200 0
23 Asterionella 600 2000 4000 0 2800 400 0
30000 81200 67200 5200 39200 21400 15800
Indeks Keanekaragaman (H') 1.87 2.314 2.173 1.921 1.618 2.369 2.125
Indeks Dominansi 0.178 0.129 0.157 0.189 0.277 0.106 0.162
65
Lanjutan Tabel 11.
B ZOOPLANKTON
1
Mastigophora
Phacus 1000 2200 0 1200 600 200 600
2 Trachelomonas 0 2800 1200 800 1800 2800 0
3 Euglena 0 0 200 0 0 0 0
4 Lepocinclis 0 0 0 1400 0 0 0
5 Peridinium 1400 14000 2600 1600 5000 17800 400
6
Monogononta
Trichocerca 0 1200 200 0 0 200 0
7 Keratela 400 600 200 0 200 200 400
8 Polyartha 0 3800 0 0 200 0 200
9 Anureopsis 0 800 0 200 0 0 0
10 Brachionus 0 800 0 0 0 0 0
11 Mytilina 0 0 0 0 200 0 0
12 Sarcodina Difflugia 0 0 0 200 0 0 0
13 Crustacea Nauplius 0 0 0 200 0 0 0
2800 26200 4400 5600 8000 21200 1600
Indeks Keanekaragaman (H') 1.32 1.352 1.669 1.502 0.992 1.086 1.1
Indeks Dominansi 0.397 0.329 0.429 0.214 0.5 0.722 0.281
66
V. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN.
1. Kualitas perairan Rawa Pening kurang baik karena kecerahan rendah kurang dari 1m,
kandungan oksigen dibeberapa lokasi pada kedalaman 2 m sudah mendekati nol,
kandungan klorofil cukup tinggi (10 -174 μg/L), kandungan total P tinggi (0,030 – 1,6
mg/L) sudah termasuk tingkat eutrofik.
2. Selama penelitian didapatkan 36 jenis plankton. Fitoplankton yang mendominansi dari
kelompok diatomae Bacillaryophyceae yaitu Synedra sp.
3. Rawa Pening mempunyai Nilai indeks keanekaragaman (H’) plankton dengan kisaran
1- 2,5 (keanekaragaman sedang). Kelimpahan fitoplankton 5.000 – 80.000 sel/L,
kelimpahan zooplankton 1500 - 30.000 sel/L
4. Ikan Melem cenderung beruaya ke tepi mencari air yang mengalir seperti inlet dan
outlet. Ikan Gabus cenderung beruaya ke tepi mencari perairan yang dangkal. Arah
ruaya ikan Nila menyebar ke berbagai penjuru, ada yang ke tengah dan ada yang ke
tepi.
5. Parameter pertumbuhan ikan Nila: L∞ (panjang maksimal = 35 cm, konstante
percepatan pertumbuhan 1,5. Total mortality (Z) = 3,081. Mortalitas alami (M) = 2,19.
Mortalitas penangkapan (F) = 0,891. Laju penangkapan (E) = 0,26.
6. Parameter pertumbuhan ikan Gabus L∞ (panjang maksimal = 66 cm, konstante
percepatan pertumbuhan 1,1. Total mortality (Z) = 3,162. Mortalitas alami (M) = 1.52.
Mortalitas penangkapan (F) = 1,64. Laju penangkapan (E) = 0,52.
7. Parameter pertumbuhan ikan Melem L∞ (panjang maksimal = 25 cm, konstante
percepatan pertumbuhan 1,6. Total mortality (Z) = 3,378. Mortalitas alami (M) =
2,051. Mortalitas penangkapan (F) = 0,878. Laju penangkapan (E) = 0,26.
8. Populasi ikan Gabus 2.700.000 ekor atau 945 ton, populasi ikan Melem adalah 4.446.000
ekor atau 667 ton. Populasi ikan Nila 7.645.990 atau 1529 ton.
9. Secara umum sudah terjadi penurunan produksi perikanan yang disebabkan oleh penurunan
kualitas air, berkembangnya eceng gondok yang telah menutupi luas perairan 60 %,
berkembangnya kegiatan penangkapan ikan.
67
SARAN.
Agar supaya potensi produksi perikanan tangkap di Rawa Pening tidak turun terus,
maka harus dlakukan beberapa upaya sebagai berikut:
1. Pengendalian lingkungan.
Untuk mengurangi penurunan kualitas perairan maka hendaknya dilakukan
pelarangan pembuangan sisa panenan eceng gondok ke perairan yang jumlahnya
mencapai lebih dari 20 ton/hari.
Untuk mengurangi kelimpahan eceng gondok di perairan yang menutupi 60 %
perairan maka harus dilakukan pengendalian secara bijaksana: a). pemanfaatan
eceng gondok untuk kesejahteraan masyarakat (industri rumah tangga/kerajinan,
biogas, pakan ternak dll), b). Penebaran ikan yang dapat memakan eceng gondok
(Grass-Carp) secara kontinyu.
Tata ruang untuk semua pemangku kepentingan di Danau Rawa Pening dan daratan
sekelilingnya.
2. Pengendalian Penangkapan.
Pembatasan kegiatan penangkapan dengan alat tangkap Beranjang yang semakin
lama semakin berkembang.
Perlu adanya pengaturan zona penangkapan dan zona suaka/reservat yang
terpelihara dan terawasi dengan baik
68
DAFTAR PUSTAKA
APHA, 1986. Standard methods for the examinations of water and wastewater. APHAinc, Washington DC.
Danau Rawa Pening. BIOMA, Vol.11, No.2 Hal. 76-81.
Dinas Peternakan dan Perikanan Kab. Semarang, 2007. Data Statistik PerikananKabupaten Semarang
Effendi, M.I. 1992. Metoda biologi perikanan. Fakultas Perikanan. Bagian Ichtiology IPB.112 halaman.
Hariyati R, E. Wiryani & Y.K. Astuti. 2009. Struktur Komunitas Plankton di Inlet danOutlet
Hoggarth, D 1994. Survey methodologies. Fisheries Dynamics of modified floodplains inSouthern Asia. MRAG, London. 46 p.
http://.files.wordpress.com/2011. Menyelamatkandanaulimboto. 12 Nevember 2012
http://wisata.kompasiana.com, 2010. Rawa Pening yang Makin Pening akan MasaDepannya. 15 Nopember 2012.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012. Blue Economy: Pembangunan KelautanPerikanan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan Masyarakat.
Kottelat, M; A.J Whitten; S.N Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo, 1993. Freshwater Fishesof Western Indonesia and Sulawesi (Ikan Air tawar Indonesia Bagian Barat danSulawesi ). Periplus Editions- Proyek EMDI. Jakarta.
Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Thrid Edition. W.B. Sounders Company,Toronto. 574 p.
Nikolsky, G.V. 1963. The scology of fishes. Academia Press. 325 p.
Pauly, D 1984. Some Simple Methods for The Assessment of Tropical Fish Stock.ICLARM. Makati, Metro manila – Philiphines. 52 p.
Sparre, P and S. C Venema 1992. Introduction to tropical fish stock assessment. FAO –DANIDA. Rome. 306(1). 375 p.
Weber, M and De Beaufort, 1916. The fishes of the Indo-Australian Archipelago. E.J BrillLtd. Leiden. 2: 404 pp
69
Lampiran 1. Kualitas Trip I Perairan di Rawa Pening (Mei 2013).
Lokasi : KJA,
GPS : S : 07⁰.16'.40,525" / E : 110⁰.25'.23.502"
Pukul : 12.15
Hari /
Tgl : Jum'at / 10 Mei 2013
No Parameter Kedalaman (m)0 1 2 3
1 Suhu ( ⁰C ) 30.3 28.6 28.12 27.7
2 Kecerahan (cm) 95
3 Kedalaman (m) 3.1
4 pH 6.97 6.9 6.88 6.9
5 CO2 (mg/l) 4,4
6 DO (ppm) 3.93 3.3 2.05 0.6
7 Total Alkalinitas (mg/l) 20.05
8 DHL (ms/cm) 0.212 0.204 0.203 0.212
9 TDS (mg/l) 100
10 Klorofil-a (µg/L) 40.46
11 Turbidity 2.9
12 PO4-P (mg/l) 0.035
13 NO3-N (mg/l) 0.57
14 TSS (mg/l) 5
15 TP (mg/l) 0.053
16 TN (mg/l) 0.908
17 NH3-N (mg/l) 3.17
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
70
Lanjutan Lampiran 1.
Lokasi : Mendekati Puteran
GPS : S : 07⁰.16'.53,396" / E : 110⁰.25'.46,271"
Pukul : 12.00
Hari /
Tgl : Jum'at / 10 Mei 2013
No ParameterKedalaman (m)
0 1 2 31 Suhu ( ⁰C ) 30 28.7 28.3 27.7
2 Kecerahan (cm) 62
3 Kedalaman (m) 4
4 pH 7.4 6.8 6.79 6.79
5 CO2 (mg/l) 696.96
6 DO (ppm) 5.38 1.6 0.3 0.25
7 Total Alkalinitas (mg/l) 19
8 DHL (ms/cm) 0.215 0.207 0.206 0.208
9 TDS (mg/l)
10 Klorofil-a (µg/L) 55.93
11 Turbidity 0.9
12 PO4-P (mg/l) 0.018
13 NO3-N (mg/l) 0.492
14 TSS (mg/l) 15
15 TP (mg/l) 0.074
16 TN (mg/l) 0.286
17 NH3-N (mg/l) 5.293
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
71
Lanjutan Lampiran 1.
Lokasi : KJA Pejalen dekat LIPI
GPS : S : 07⁰.16'.39,332" / E : 110⁰.25'.22,183"
Pukul : 11.10
Hari /
Tgl : Jum'at / 10 Mei 2013
No ParameterKedalaman (m)
0 1 21 Suhu ( ⁰C ) 29 28.4 28.7
2 Kecerahan (cm) 76
3 Kedalaman (m) 2.9
4 pH 8.8 8.39 8.1
5 CO2 (mg/l) 0
6 DO (ppm) 8.48 7.13 2.3
7 Total Alkalinitas (mg/l) 19
8 DHL (ms/cm) 0.208 0.205 0.208
9 TDS (mg/l) 100
10 Klorofil-a (µg/L) 13.09
11 Turbidity 2.2
12 PO4-P (mg/l) 0.079
13 NO3-N (mg/l) 0.754
14 TSS (mg/l) 12
15 TP (mg/l) 0.043
16 TN (mg/l) 0.336
17 NH3-N (mg/l) 4.014
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
72
Lanjutan Lampiran 1.
Lokasi : Muara S.Torong
GPS : S : 07⁰.17'.00.336" / E : 110⁰.25'.43.387"
Pukul : 10.30
Hari /
Tgl : Jum'at / 10 Mei 2013
No Parameter Kedalaman (m)0 1 2 3
1 Suhu ( ⁰C ) 29 28.41 28.3 27.8
2 Kecerahan (cm) 75
3 Kedalaman (m) 3
4 pH 5.85 6.91 7 7.09
5 CO2 (mg/l) 0
6 DO (ppm) 4 0.4 0.37 0.37
7 Total Alkalinitas (mg/l) 20
8 DHL (ms/cm) 0.214 0.215 0.212 0.238
9 TDS (mg/l) 101
10 Klorofil-a (µg/L) 46.41
11 Turbidity 2
12 PO4-P (mg/l) 0.066
13 NO3-N (mg/l) 0.648
14 TSS (mg/l) 10
15 TP (mg/l) 0.06
16 TN (mg/l) 0.361
17 NH3-N (mg/l) 3.626
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
73
Lanjutan Lampiran 1.
Lokasi : Muara Muncul (Inlet)
GPS : S : 07⁰.18'.30,565" / E : 110⁰.25'.58,823"
Pukul : 14.30
Hari /
Tgl : Kamis / 9 Mei 2013
No ParameterKedalaman (m)
0 1 2 3
1 Suhu ( ⁰C ) 31 31 29.7 28
2 Kecerahan (cm) 81
3 Kedalaman (m) 5.2
4 pH 5.8 5.8 5.6 5.2
5 CO2 (mg/l) 3.52
6 DO (ppm) 10.6 14.2 4.3
7 Total Alkalinitas (mg/l) 21
8 DHL (ms/cm) 0.234 0.233 0.226 0.221
9 TDS (mg/l)
10 Klorofil-a (µg/L) 38.08
11 Turbidity 5.6
12 PO4-P (mg/l) 0.053
13 NO3-N (mg/l) 0.771
14 TSS (mg/l) 12
15 TP (mg/l) 0.047
16 TN (mg/l) 0.619
17 NH3-N (mg/l) 3.973
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
74
Lanjutan Lampiran 1.
Lokasi : Tidak Ada Enceng Gondok
GPS : S : 07⁰.17'.37,607" / E : 110⁰.26'.14,506"
Pukul : 13.45
Hari /
Tgl : Kamis / 9 Mei 2013
No ParameterKedalaman (m)
0 1 2 3
1 Suhu ( ⁰C ) 30.75 30 28.1 28
2 Kecerahan (cm) 75
3 Kedalaman (m) 4.6
4 pH 5.66 5.7 5.36 5.2
5 CO2 (mg/l) 5.28
6 DO (ppm) 11.63 14.4 6.8 5.8
7 Total Alkalinitas (mg/l) 22
8 DHL (ms/cm) 0.226 0.222 0.218 0.221
9 TDS (mg/l)
10 Klorofil-a (µg/L) 36.89
11 Turbidity 4.4
12 PO4-P (mg/l) 0.048
13 NO3-N (mg/l) 0.419
14 TSS (mg/l) 209
15 TP (mg/l) 0.047
16 TN (mg/l) 0.363
17 NH3-N (mg/l) 3.898
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
75
Lanjutan Lampiran 1.
Lokasi : Penambangan Enceng Gondok II
GPS : S : 07⁰.17'.15,415" / E : 110⁰.26'.32,331"
Pukul : 12.50
Hari /
Tgl : Kamis / 9 Mei 2013
No ParameterKedalaman (m)
0 1 2 3
1 Suhu ( ⁰C ) 30.19 28.7 29 28.4
2 Kecerahan (cm) 89.5
3 Kedalaman (m) 3.4
4 pH 5.4 5.04 5 4.7
5 CO2 (mg/l) 29.92 2.5
6 DO (ppm) 5.2 1.96 4.2 1.4
7 Total Alkalinitas (mg/l) 20
8 DHL (ms/cm) 0.219 0.214 0.214 0.28
9 TDS (mg/l)
10 Klorofil-a (µg/L) 32.13
11 Turbidity 4
12 PO4-P (mg/l) 0.088
13 NO3-N (mg/l) 0.883
14 TSS (mg/l) 6
15 TP (mg/l) 0.053
16 TN (mg/l) 0.447
17 NH3-N (mg/l) 5.286
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
76
Lanjutan Lampiran 1.
Lokasi : Penambangan Enceng Gondok I
GPS : S : 07⁰.16'.43,798" / E : 110⁰.26'.45,569"
Pukul : 12.45
Hari / Tgl : Kamis / 9 Mei 2013
No ParameterKedalaman (m)
0 1 2
1 Suhu ( ⁰C ) 30 28.29 28
2 Kecerahan (cm) 86.5
3 Kedalaman (m) 2.4
4 pH 5.4 5.39 5.32
5 CO2 (mg/l) 26.4
6 DO (ppm) 9.13 6 4.2
7 Total Alkalinitas (mg/l) 17
8 DHL (ms/cm) 0.212 0.201 0.201
9 TDS (mg/l)
10 Klorofil-a (µg/L) 9.52
11 Turbidity 3.1
12 PO4-P (mg/l) 0.022
13 NO3-N (mg/l) 0.575
14 TSS (mg/l) 16
15 TP (mg/l) 0.032
16 TN (mg/l) 0.437
17 NH3-N (mg/l) 3.497
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
77
Lanjutan Lampiran 1.
Lokasi : Tuntang (Outlet)GPS : S : 07⁰.15'.54,725" / E : 110⁰.26'.59.138"Pukul : 12.00Hari /Tgl : Kamis / 9 Mei 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu ( ⁰C ) 292 Kecerahan (cm) 97.53 Kedalaman (m) 1.84 pH 5.35 CO2 (mg/l) 39.66 DO (ppm) 8.57 Total Alkalinitas (mg/l)8 DHL (ms/cm)9 TDS
10 Klorofil-a (mg/l)11 Turbidity12 PO4-P13 NO3-N14 TSS15 TP16 TN17 NH3-N18 Sedimen (C-Organik)19 H2S20 Plankton
78
Lampiran 2. Kualitas Trip II Perairan di Rawa Pening (Juni 2013).
Lokasi : KJA Pejalen (LIPI)
GPS :S : 07⁰.16'.35,8" / E :110⁰.25.23,06"
Pukul : 13.30Tanggal : 21 Juni 2013
No Parameter Kedalaman (m)0 1 2
1 Suhu ( ⁰C ) 28.47 27.69 27.3
2 Kecerahan (cm) 79
3 Kedalaman (m) 3.1
4 pH 7.87 7.71 7.66
5 CO2 (mg/l) 1.408
6 DO (ppm) 5.45 5.27 4.02
7 Total Alkalinitas (mg/l) 38
8 DHL 0.275 0.272 0.271
9 TDS 103
10 Klorofil-a (µg/L) 174.93
11 Turbidity 10.72
12 PO4-P 0.003
13 NO3-N 0.64
14 TSS 8
15 TP 0.063
16 TN 0.193
17 NH3-N 0.26
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
79
Lanjutan Lampiran 2.
Lokasi : Kali Kedung Ringin 2 (Pangkal)
GPS : S : 07⁰.17'.53,5" / E : 110⁰.27.03,9"
Pukul : 10.50
Tanggal : 21 Juni 2013
Ket : Banyak sampah domestic
No ParameterKedalaman (m)0
1 Suhu ( ⁰C ) 25.55
2 Kecerahan (cm) 27
3 Kedalaman (m) 1.9
4 pH 7.36
5 CO2 (mg/l) 2.816
6 DO (ppm) 0.66
7 Total Alkalinitas (mg/l) 68
8 DHL 0.286
9 TDS 105
10 Klorofil-a (µg/L) 17.85
11 Turbidity 49.5
12 PO4-P 0.01
13 NO3-N 1.487
14 TSS 13
15 TP 1
16 TN 0.357
17 NH3-N 0.079
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
80
Lanjutan Lampiran 2.
Lokasi : Kali Kedung Ringin 1
GPS : S : 07⁰.17'.46,4" / E : 110⁰.26'.58,5"
Pukul : 10.30
Tanggal : 21 Juni 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu ( ⁰C ) 27.58
2 Kecerahan (cm) 87
3 Kedalaman (m) 2.5
4 pH 7.34
5 CO2 (mg/l) 2.221
6 DO (ppm) 6.59
7 Total Alkalinitas (mg/l) 65
8 DHL 0.527
9 TDS 101
10 Klorofil-a (µg/L) 67.83
11 Turbidity 11.37
12 PO4-P 0.003
13 NO3-N 0.878
14 TSS 8
15 TP 0.938
16 TN 0.327
17 NH3-N 0.407
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
81
Lanjutan Lampiran 2.
Lokasi : Bebas Enceng Gondok
GPS : S : 07⁰.17'.09,7" / E : 110⁰.26'.04,7"
Pukul : 11.35
Tanggal : 20 Juni 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu ( ⁰C ) 28.32
2 Kecerahan (cm) 102
3 Kedalaman (m) 2.6
4 pH 7.78
5 CO2 (mg/l) 3.168
6 DO (ppm) 7.66
7 Total Alkalinitas (mg/l) 72
8 DHL 0.266
9 TDS 108
10 Klorofil-a (µg/L) 40.46
11 Turbidity 7
12 PO4-P 0.003
13 NO3-N 0.286
14 TSS 8
15 TP 0.188
16 TN 0.252
17 NH3-N 0.041
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
82
Lanjutan Lampiran 2.
Lokasi : Pemanenan Enceng Gondok
GPS : S : 07⁰.17'.35,2" / E : 110⁰.25'.57,2"
Pukul : 11.06
Tanggal : 20 Juni 2013
No Parameter Kedalaman (m)0
1 Suhu ( ⁰C ) 27.52
2 Kecerahan (cm) 91
3 Kedalaman (m) 2.6
4 pH 7.52
5 CO2 (mg/l) 3.696
6 DO (ppm) 5.66
7 Total Alkalinitas (mg/l) 85
8 DHL 0.262
9 TDS 106
10 Klorofil-a (µg/L) 47.6
11 Turbidity 7.45
12 PO4-P 0.002
13 NO3-N 0.479
14 TSS 8
15 TP 1.625
16 TN 0.353
17 NH3-N 0.063
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
83
Lanjutan Lampiran 2.
Lokasi : Puteran
GPS : S : 07⁰.16'.43,6" / E : 110⁰.25'.52,3"
Pukul : 10.35
Tangga
l : 20 Juni 2013
No ParameterKedalaman (m)
0 1 2 3 4 51 Suhu ( ⁰C ) 28.03 27.56 27.02 26.6 26.28 26.24
2 Kecerahan (cm) 87
3 Kedalaman (m) 6.8
4 pH 7.52 7.4 7.42 7.44 7.43 7.36
5 CO2 (mg/l) 1.584
6 DO (ppm) 7.07 7.16 6.76 3.32 1.28 0.72
7 Total Alkalinitas (mg/l) 75
8 DHL 0.267 0.262 0.26 0.266 0.268 0.272
9 TDS 109
10 Klorofil-a (µg/L) 54.74
11 Turbidity 11.72
12 PO4-P 0.003
13 NO3-N 0.434
14 TSS 2
15 TP 0.188
16 TN 0.196
17 NH3-N 0.207
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
84
Lanjutan Lampiran 2.
Lokasi : Kali NgadlikGPS : S : 07⁰.16'.23,6" / E : 110⁰.25'.45,0"
Pukul : 10.25
Tanggal : 20 Juni 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu ( ⁰C ) 27.8
2 Kecerahan (cm) 51
3 Kedalaman (m) 1.4
4 pH 7.25
5 CO2 (mg/l) 3.872
6 DO (ppm) 5.22
7 Total Alkalinitas (mg/l) 65
8 DHL 0.292
9 TDS 121
10 Klorofil-a (µg/L) 27.37
11 Turbidity 38.9
12 PO4-P 0.007
13 NO3-N 0.765
14 TSS 9
15 TP 0.625
16 TN 0.243
17 NH3-N 0.285
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
85
Lanjutan Lampiran 2.
Lokasi : Kali Gempol (Sungai Ngasinan)
GPS : S : 07⁰.15'.54,8" / E : 110⁰.26'.59,2"
Pukul : 10.05
Tanggal : 20 Juni 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu ( ⁰C ) 27.18
2 Kecerahan (cm) 88
3 Kedalaman (m) 1.4
4 pH 7.2
5 CO2 (mg/l) 3.344
6 DO (ppm) 4.68
7 Total Alkalinitas (mg/l) 84
8 DHL 0.268
9 TDS 110
10 Klorofil-a (µg/L) 17.85
11 Turbidity 8.1
12 PO4-P 0.001
13 NO3-N 0.278
14 TSS 3
15 TP 1.188
16 TN 0.456
17 NH3-N 0.398
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
86
Lanjutan Lampiran 2.
Lokasi : Tuntang (Outlet)
GPS : S : 07⁰.15'.54,4" / E : 110⁰.26'.58,6"
Pukul : 09.40
Tanggal : 20 Juni 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu ( ⁰C ) 27.15
2 Kecerahan (cm) 73
3 Kedalaman (m) 2.4
4 pH 7
5 CO2 (mg/l) 4.224
6 DO (ppm) 6.35
7 Total Alkalinitas (mg/l) 76
8 DHL 0.05
9 TDS 104
10 Klorofil-a (µg/L) 53.55
11 Turbidity 9.85
12 PO4-P 0.004
13 NO3-N 0.156
14 TSS 2
15 TP 1.688
16 TN 0.385
17 NH3-N 0.392
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
87
Lampiran 3. Kualitas Air Trip 3, Bulan Agustus 2013
Lokasi :Tuntang(Outlet)
GPS S:070 15’ 47. E:1100 27’ 4,17Pukul : 11.20
Keterangan warna air/cuaca : Cokelat/cerah
Tanggal :24 Agustus2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu (0 C) 24
2 Kecerahan (cm) 65
3 Kedalaman (m) 1.5
4 pH 7
5 CO2 (mg/l) 10.56
6 DO (ppm) 4.8
7 Total Alkalinitas (mg/l) 75
8 DHL (ms/cm) 174
9 TDS (mg/l) 128
10 Klorofil-a (μg/l) 42.8411 Turbidity (NTU)
12 PO4-P (mg/l)
13 NO3-N (mg/l)
14 TSS (mg/l)
15 TP (mg/l)
16 TN (mg/l)
17 NH3-N (mg/l)
18 Sedimen (C-Organik)
19 H2S
20 Plankton
Rumus Total Alkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/V sampel
Rumus CO2(ml titran*0,02*1000*44)/V sampel
88
Lanjutan Trip 3.
Lokasi :Kali Gempol (SungaiNgasinan)
GPS S: 070 16’ 15,42”. E: 1100 26’ 2,3”Pukul : 12.00Keterangan warna air/cuaca : Cokelat/cerahTanggal : 24 Agustus 2013
No ParameterKedalaman (m)0
1 Suhu (0C) 26
3 Kecerahan (cm) 404 Kedalaman (m) 1.35 pH 76 CO2 (mg/l) 5.287 DO (ppm) 6.48 Total Alkalinitas (mg/l) 859 DHL (ms/cm) 20510 TDS (mg/l) 12811 Klorofil-a (μg/l) 29.7512 Turbidity (NTU)
13 PO4-P (mg/l)
14 NO3-N (mg/l)
15 TSS (mg/l)
16 TP (mg/l)
17 TN (mg/l)
18 NH3-N (mg/l)
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus Total Alkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/vsampel
Rumus CO2(ml titran*0,02*1000*44)/V sampel
89
Lanjutan Trip 3.
Lokasi :tengah/Tanpa EncengGondok
GPS S: 07 16’ 30,9”. E: 110, 26’, 4”Pukul : 12.35Keterangan warna air/cuaca : Cokelat/ cerahTanggal : 24 Agustus 2013
No ParameterKedalaman (m)
01 Suhu ( C) 25
3 Kecerahan (cm) 554 Kedalaman (m) 3.85 pH 7.56 CO2 (mg/l) 8.87 DO (ppm) 6.728 Total Alkalinitas (mg/l) 879 DHL (ms/cm) 20210 TDS (mg/l) 12911 Klorofil-a (μg/l) 48.7912 Turbidity (NTU)
13 PO4-P (mg/l)
14 NO3-N (mg/l)
15 TSS (mg/l)
16 TP (mg/l)
17 TN (mg/l)
18 NH3-N (mg/l)
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
90
Lanjutan Trip 3.
Lokasi :Tempat Pemanenan Enceng Gondok(Semurup)
GPS S: 07 16’ 87”. E: 110 26’ 33,56”Pukul : 10.30Keterangan warna air/cuaca : Cokelat/cerahTanggal : 25 Agustus 2013
No ParameterKedalaman (m)
01 Suhu ( C) 25
3 Kecerahan (cm) 604 Kedalaman (m) 0.75 pH 76 CO2 (mg/l) 14.087 DO (ppm) 4.88 Total Alkalinitas (mg/l) 809 DHL (ms/cm) 18010 TDS (mg/l) 13011 Klorofil-a (μg/l) 35.712 Turbidity (NTU)
13 PO4-P (mg/l)
14 NO3-N (mg/l)
15 TSS (mg/l)
16 TP (mg/l)
17 TN (mg/l)
18 NH3-N (mg/l)
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
91
Lanjutan Trip 3.
Lokasi : Sungai Torong
GPS :S : 07⁰.17'.08,75" / E :110⁰.25'.36,13"
Pukul : 08.30Keterangan warna air/cuaca : Kuning Kecoklatan/CerahTanggal : 28 Agustus 2013
01 Suhu Udara (
⁰C ) 23
2 Suhu Air (
⁰C ) 25
3 Kecerahan (cm) 1004 Kedalaman (m) 275 pH 76 CO2 (mg/l) 21.127 DO (ppm) 48 Total Alkalinitas (mg/l) 909 DHL (ms/cm) 178
10 TDS (mg/l) 13211 Klorofil-a (μg/l) 29.7512 Turbidity (NTU)
13 PO4-P (mg/l)
14 NO3-N (mg/l)
15 TSS (mg/l)
16 TP (mg/l)
17 TN (mg/l)
18 NH3-N (mg/l)
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus Total Alkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
No ParameterKedalaman (m)
92
Lanjutan Trip 3.
Lokasi :Sungai Ngaglik atauNgicikK
GPS :S : 07⁰.16'.50,14" / E :110⁰.25'.31,48"
Pukul : 09.05Keterangan warna air/cuaca : Kuning Kecoklatan/ CerahTanggal : 28 Agustus 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) 252 Suhu Air ( ⁰C ) 253 Kecerahan (cm) 534 Kedalaman (m) 3.65 pH 76 CO2 (mg/l) 22.887 DO (ppm) 2.888 Total Alkalinitas (mg/l) 559 DHL (ms/cm) 18510 TDS (mg/l) 13111 Klorofil-a (μg/l) 48.7912 Turbidity (NTU)
13 PO4-P (mg/l)
14 NO3-N (mg/l)
15 TSS (mg/l)
16 TP (mg/l)
17 TN (mg/l)
18 NH3-N (mg/l)
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
93
Lanjutan Trip 3.
Lokasi : Pejalen
GPS :S : 07⁰.16'.43,42" / E :110⁰.25'.25,13"
Pukul : 10.30Keterangan warna air/cuaca : Kuning Kecokelatan /cerahTanggal : 28 Agustus 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) 272 Suhu Air ( ⁰C ) 253 Kecerahan (cm) 454 Kedalaman (m) 2.45 pH 7.56 CO2 (mg/l) 19.367 DO (ppm) 4.648 Total Alkalinitas (mg/l) 559 DHL (ms/cm) 18410 TDS (mg/l) 13111 Klorofil-a (μg/l) 46.4112 Turbidity (NTU)
13 PO4-P (mg/l)
14 NO3-N (mg/l)
15 TSS (mg/l)
16 TP (mg/l)
17 TN (mg/l)
18 NH3-N (mg/l)
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
94
Laanjutan Trip 3.
Lokasi : KJA LIPIGPS : S : 07⁰.16.34,40" / E : 110⁰.25.23,85"Pukul : 10.00Keterangan warna air/cuaca : Cokelat kehijauan / CerahTanggal : 28 Agustus 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) 262 Suhu Air ( ⁰C ) 253 Kecerahan (cm) 504 Kedalaman (m) 1.55 pH 76 CO2 (mg/l) 0.667 DO (ppm) 688 Total Alkalinitas (mg/l) 0.2869 DHL (ms/cm) 10510 TDS (mg/l) 17.8511 Klorofil-a (μg/l) 49.512 Turbidity (NTU) 0.0113 PO4-P (mg/l) 1.48714 NO3-N (mg/l) 1315 TSS (mg/l) 116 TP (mg/l) 0.35717 TN (mg/l) 0.07918 NH3-N (mg/l)
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
95
Lanjutan Trip 3.
Lokasi : PuteranGPS : S : 07⁰.17'.33,5" / E : 110⁰.25.41,81"Pukul : 12.30Keterangan warna air/cuaca : Kuning kecokelatan / cerahTanggal : 28 Agustus 2013
Kedalaman (m)0
1 Suhu Udara (
⁰C ) 28
2 Suhu Air (
⁰C ) 28
3 Kecerahan (cm) 654 Kedalaman (m) 1.35 pH 86 CO2 (mg/l) 07 DO (ppm) 12.168 Total Alkalinitas (mg/l) 709 DHL (ms/cm) 187
10 TDS (mg/l) 12911 Klorofil-a (μg/l) 35.712 Turbidity (NTU)
13 PO4-P (mg/l)
14 NO3-N (mg/l)
15 TSS (mg/l)
16 TP (mg/l)
17 TN (mg/l)
18 NH3-N (mg/l)
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S21 Plankton
Rumus Total Alkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
No Parameter
96
Lanjutan Trip 3.
Lokasi :MuaraMuncul
GPS : S : 07⁰.18'.16,47" / E : 110⁰.26.28,07"Pukul : 13.10
Keterangan warna air/cuaca :Cokelat kehijauan /cerah
Tanggal : 28 Agustus 2013
No ParameterKedalaman(m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) 292 Suhu Air ( ⁰C ) 273 Kecerahan (cm) 504 Kedalaman (m) 2.35 pH 86 CO2 (mg/l) 3.527 DO (ppm) 12.968 Total Alkalinitas (mg/l) 789 DHL (ms/cm) 17210 TDS (mg/l) 13111 Klorofil-a (μg/l) 52.3612 Turbidity (NTU)
13 PO4-P (mg/l)
14 NO3-N (mg/l)
15 TSS (mg/l)
16 TP (mg/l)
17 TN (mg/l)
18 NH3-N (mg/l)
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
97
Lampiran 4. Kualitas Air Trip 4, Bulan Oktober 2013
Lokasi : Muara Kedung RinginGPS : S : 07⁰.18'.00,0" / E : 110⁰.26'.56,1"Pukul : 11.20Keterangan warna air/cuaca :Tanggal : 20 Oktober 2013
No ParameterKedalaman(m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) -2 Suhu Air ( ⁰C ) 303 Kecerahan (cm) 434 Kedalaman (m) 1.65 pH
6 CO2 (mg/l) 17.2487 DO (ppm) 11.368 Total Alkalinitas (mg/l) 59 DHL (ms/cm) 0.31110 TDS (mg/l) 10711 Klorofil-a (μg/l) 54.7412 Turbidity (NTU) 4.513 PO4-P (mg/l) 0.8514 NO3-N (mg/l) 0.17415 TSS (mg/l) 2516 TP (mg/l) 1.34217 TN (mg/l) -18 NH3-N (mg/l) 0.46619 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
98
Lanjutan Lampiran 4.
Lokasi : Sungai MunculGPS : S : 07⁰.18'.13,5" / E : 110⁰.26'.35,1"Pukul : 11.00Keterangan warna air/cuaca :Tanggal : 20 Oktober 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) -2 Suhu Air ( ⁰C ) 26
3 Kecerahan (cm)Tidak dapat diukur karena arus cukupderasdari sumber ke waduk
4 Kedalaman (m) 15 pH
6 CO2 (mg/l) 29.927 DO (ppm) 7.28 Total Alkalinitas (mg/l) 59 DHL (ms/cm) 0.24410 TDS (mg/l) 10811 Klorofil-a (μg/l) 012 Turbidity (NTU) 0.9913 PO4-P (mg/l) 0.114 NO3-N (mg/l) 0.27815 TSS (mg/l) 4916 TP (mg/l) 1.2517 TN (mg/l) -18 NH3-N (mg/l) 0.10219 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
99
Lanjutan Lampiran 4.
Lokasi : PuteranGPS : S : 07⁰.18'.06,8" / E : 110⁰.26'.04,5"Pukul : 10.10Keterangan warna air/cuaca : CerahTanggal : 20 Oktober 2013
No ParameterKedalaman (m)
0 3 5
1 Suhu Udara ( ⁰C ) - - -2 Suhu Air ( ⁰C ) 29 29 293 Kecerahan (cm) 82 - -4 Kedalaman (m) 5.5 - -5 pH
6 CO2 (mg/l) 3.344 22.88 29.927 DO (ppm) 11.2 5.92 48 Total Alkalinitas (mg/l) 5 4 69 DHL (ms/cm) 0.286 0.245 0.42710 TDS (mg/l) 13211 Klorofil-a (μg/l) 7.14 40.46 51.1712 Turbidity (NTU) 2.19 2.87 1.913 PO4-P (mg/l) 0.45 0.25 0.414 NO3-N (mg/l) 0.173 0.199 0.23515 TSS (mg/l) 8 9 6716 TP (mg/l) 1.383 1.367 1.16717 TN (mg/l) - - -18 NH3-N (mg/l) 0.126 0.128 0.14419 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/vsampel
100
Lanjutan Lampiran 4.
Lokasi : Pemanenan Enceng Gondok di Muara MunculGPS : S : 07
⁰.18'.12,0" / E : 110
⁰.26'.32,4"
Pukul : 14.15Keterangan warna air/cuaca :Tanggal : 19 Oktober 2013
No ParameterKedalaman(m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) -2 Suhu Air ( ⁰C ) 303 Kecerahan (cm) 624 Kedalaman (m) 1.35 pH
6 CO2 (mg/l) 0.887 DO (ppm) 13.768 Total Alkalinitas (mg/l) 69 DHL (ms/cm) 0.25310 TDS (mg/l) 12811 Klorofil-a (μg/l) 14.2812 Turbidity (NTU) 3.4213 PO4-P (mg/l) 0.5514 NO3-N (mg/l) 0.13715 TSS (mg/l) 1016 TP (mg/l) 0.88317 TN (mg/l) -18 NH3-N (mg/l) 0.24519 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
101
Lanjutan Lampiran 4.
Lokasi : Tengah (Tidak Enceng Gondok)GPS : S : 07⁰.17'.01,7" / E : 110⁰.26'.10,3"Pukul : 13.45Keterangan warna air/cuaca :Tanggal : 19 Oktober 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) -2 Suhu Air ( ⁰C ) 313 Kecerahan (cm) 674 Kedalaman (m) 1.85 pH
6 CO2 (mg/l) 07 DO (ppm) 9.68 Total Alkalinitas (mg/l) 69 DHL (ms/cm) 0.2610 TDS (mg/l) 13411 Klorofil-a (μg/l) 29.7512 Turbidity (NTU) 4.0613 PO4-P (mg/l) 0.9514 NO3-N (mg/l) 0.11515 TSS (mg/l) 1316 TP (mg/l) 1.41717 TN (mg/l) -18 NH3-N (mg/l) 0.24419 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
102
Lanjutan Lampiran 4.
Lokasi : Kali TorongGPS : S : 07⁰.17'.11,5" / E : 110⁰.25'.23,6"
Pukul : 11.15Keterangan warna air/cuaca :Tanggal : 19 Oktober 2013
No ParameterKedalaman (m)
0 2 4
1 Suhu Udara ( ⁰C ) - - -
2 Suhu Air ( ⁰C ) 30 29 29
3 Kecerahan (cm) 64 - -
4 Kedalaman (m) 4.8 - -
5 pH
6 CO2 (mg/l) 1.76 9.68 16.192
7 DO (ppm) 8 4.16 2.24
8 Total Alkalinitas (mg/l) 6 6 6
9 DHL (ms/cm) 0.27 0.268 0.383
10 TDS (mg/l) 148
11 Klorofil-a (μg/l) 1.19 22.61 27.37
12 Turbidity (NTU) 2.72 14.8 8.06
13 PO4-P (mg/l) 0.95 1.4 3.55
14 NO3-N (mg/l) 0.105 0.085 0.195
15 TSS (mg/l) 9 20 38
16 TP (mg/l) 1.317 1.408 1.275
17 TN (mg/l) - - -
18 NH3-N (mg/l) 0.126 0.285 0.215
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus Total Alkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
103
Lanjutan Lampiran 4.
Lokasi : BejalenGPS : S : 07⁰.16'.56,8" / E : 110⁰.25'.37,3"Pukul : 10.50Keterangan warna air/cuaca :Tanggal : 19 Oktober 2013
No ParameterKedalaman (m)
0 2
1 Suhu Udara ( ⁰C ) - -2 Suhu Air ( ⁰C ) 29 283 Kecerahan (cm) 58 -4 Kedalaman (m) 2.4 -5 pH
6 CO2 (mg/l) 2.816 16.8967 DO (ppm) 8.48 3.848 Total Alkalinitas (mg/l) 6 79 DHL (ms/cm) 0.094 0.2910 TDS (mg/l) 148 14811 Klorofil-a (μg/l) 38.08 35.712 Turbidity (NTU) 2.63 6.7613 PO4-P (mg/l) 0.05 1.3514 NO3-N (mg/l) 0.101 0.09915 TSS (mg/l) 7 816 TP (mg/l) 1.317 1.30817 TN (mg/l) - -18 NH3-N (mg/l) 0.119 0.12819 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
104
Lanjutan Lampiran 4.
Lokasi : KJA LIPI di Tambak RejoGPS : S : 07⁰.16'.34,2" / E : 110⁰.25'.23,8"Pukul : 10.30Keterangan warna air/cuaca : Cokelat/cerahTanggal : 19 Oktober 2013
No ParameterKedalaman(m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) -2 Suhu Air ( ⁰C ) 293 Kecerahan (cm) 694 Kedalaman (m) 1.15 pH
6 CO2 (mg/l) 5.4567 DO (ppm) 6.728 Total Alkalinitas (mg/l) 69 DHL (ms/cm) 0.29310 TDS (mg/l) 14511 Klorofil-a (μg/l) 21.4212 Turbidity (NTU) 3.7813 PO4-P (mg/l) 0.6514 NO3-N (mg/l) 0.12315 TSS (mg/l) 1216 TP (mg/l) 0.99217 TN (mg/l) -18 NH3-N (mg/l) 0.119 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
105
Lanjutan Lampiran 4.
Lokasi : NgaglikGPS : S : 07⁰.16'.29,0" / E : 110⁰.25'.45,7"Pukul : 10.15Keterangan warna air/cuaca : Cokelat/CerahTanggal : 19 Oktober 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) -2 Suhu Air ( ⁰C ) 303 Kecerahan (cm) 684 Kedalaman (m) 1.35 pH
6 CO2 (mg/l) 0.5287 DO (ppm) 88 Total Alkalinitas (mg/l) 69 DHL (ms/cm) 0.27210 TDS (mg/l) 14711 Klorofil-a (μg/l) 4.7612 Turbidity (NTU) 4.7613 PO4-P (mg/l) 0.414 NO3-N (mg/l) 0.13115 TSS (mg/l) 716 TP (mg/l) 1.28317 TN (mg/l) -18 NH3-N (mg/l) 0.13419 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
106
Lanjutan Lampiran 4.
Lokasi :Kali Gempol (SungaiNgasinan)
GPS : S : 07⁰.16.23,8" / E : 110⁰.26'.00,6"Pukul : 09.55Keterangan warna air/cuaca : Kehijauan/cerahTanggal : 19 Oktober 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) -2 Suhu Air ( ⁰C ) 293 Kecerahan (cm) 674 Kedalaman (m) 1.15 pH
6 CO2 (mg/l) 0.887 DO (ppm) 7.528 Total Alkalinitas (mg/l) 5.59 DHL (ms/cm) 0.29110 TDS (mg/l) 14211 Klorofil-a (μg/l) 5.9512 Turbidity (NTU) 4.5813 PO4-P (mg/l) 0.914 NO3-N (mg/l) 0.07315 TSS (mg/l) 816 TP (mg/l) 1.29217 TN (mg/l) -18 NH3-N (mg/l) 0.21119 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus TotalAlkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/v sampel
Rumus CO2(ml titran*0,02*1000*44)/V sampel
107
Lanjutan Lamoiran 4.
Lokasi : Tuntang (Outlet)
GPS : S : 07⁰.21'.59,07" / E : 111⁰.36'.36,00"
Pukul : 09.30
Keterangan warna air/cuaca : Cokelat/cerah
Tanggal : 19 Oktober 2013
No ParameterKedalaman (m)
0
1 Suhu Udara ( ⁰C ) -
2 Suhu Air ( ⁰C ) 27
3 Kecerahan (cm) 40
4 Kedalaman (m) 1
5 pH
6 CO2 (mg/l) 7.92
7 DO (ppm) 4.32
8 Total Alkalinitas (mg/l) 6
9 DHL (ms/cm) 0.281
10 TDS (mg/l) 144
11 Klorofil-a (μg/l) 8.6812 Turbidity (NTU) 6.32
13 PO4-P (mg/l) 0.8
14 NO3-N (mg/l) 0.149
15 TSS (mg/l) 8
16 TP (mg/l) 1.367
17 TN (mg/l) -
18 NH3-N (mg/l) 0.216
19 Sedimen (C-Organik)
20 H2S
21 Plankton
Rumus Total Alkalinitas(ml titran*0,02*50*1000)/V sampel
Rumus CO2(ml titran*0,02*1000*44)/V sampel
108
Lampiran 5. Pelepasan Ikan Bertanda Trip I, Mei 2013 di Rawa Pening
Tanggal Loksai/GPS Jenis Ikan No Panjang(Cm)
Berat(Gram)
9 Mei 2013 Tuntang Melem BRPPU 751 13.2 50S: 070 16 ‘ 10,9” Melem BRPPU 753 15.5 100E: 1100 26’ 50,8” Melem BRPPU 754 15.5 80
Melem BRPPU 755 13.2 50Melem BRPPU 756 13.3 50Melem BRPPU 757 12.5 50Melem BRPPU 758 12 50Melem BRPPU 759 11 40Melem BRPPU 763 9.5 20Melem BRPPU 764 10 20Melem BRPPU 765 9.5 20Melem BRPPU 768 9.5 20Melem BRPPU 769 8.5 20Melem BRPPU 770 8 15Gabus BRPPU 772 20 90Gabus BRPPU 773 22.6 100Gabus BRPPU 774 16.5 20Gabus BRPPU 775 45.5 650Gabus BRPPU 777 42 500Gabus BRPPU 778 34 270
S= 070 16’ 19” Melem BRPPU 779 13.5 80E = 1100 26’ 49” Melem BRPPU 780 14 80
Melem BRPPU 781 12.5 50Melem BRPPU 782 11 40Melem BRPPU 783 13 50Melem BRPPU 784 15.5 80Melem BRPPU 785 14 60Melem BRPPU 786 13 50Melem BRPPU 787 10.8 30Melem BRPPU 788 12.5 50Melem BRPPU 789 14 60Melem BRPPU 790 12.8 50Melem BRPPU 791 14 50Melem BRPPU 792 11.5 20Melem BRPPU 793 12.5 40Melem BRPPU 794 11.2 30Melem BRPPU 795 11.5 25Melem BRPPU 796 11.5 30Melem BRPPU 797 11.7 30Melem BRPPU 798 10.5 30
109
Lanjutan Lampiran 5
Tanggal Loksai/GPS Jenis Ikan No Panjang(Cm)
Berat(Gram)
9 Mei 2013 Tuntang Melem BRPPU 799 11 30S: 070 16 ‘ 10,9” Melem BRPPU 851 10.4 20E: 1100 26’ 50,8” Melem BRPPU 853 9.7 20
Melem BRPPU 854 8.3 15Melem BRPPU 856 17.5 80Melem BRPPU 857 9.2 15Melem BRPPU 858 8.5 15Melem BRPPU 859 8.5 15Melem BRPPU 860 8.5 15Melem BRPPU 861 8.6 10Melem BRPPU 862 8.2 10Melem BRPPU 863 10.3 30Melem BRPPU 864 8.3 20Melem BRPPU 865 8.5 15Melem BRPPU 866 9 15Melem BRPPU 867 8.8 15Melem BRPPU 868 8.5 15Melem BRPPU 869 9.5 20Melem BRPPU 870 9.5 20Melem BRPPU 871 9.4 20Melem BRPPU 872 8 15Melem BRPPU 873 8 15Melem BRPPU 874 6.5 8Melem BRPPU 875 8 10Gabus BRPPU 876 31.5 240Gabus BRPPU 877 31 200Gabus BRPPU 878 30.5 150Gabus BRPPU 879 25.5 140Gabus BRPPU 880 26 120Gabus BRPPU 881 29 100Gabus BRPPU 882 23 100
10 Mei 2013 Asinan Gabus BRPPU 883 29.5 300S: 070 16’ 28,6” Gabus BRPPU 884 26.7 250E: 1100 26’ 8,3” Gabus BRPPU 885 24.3 200
Depan S. TuntangS = 07.16' 9.6"E = 110.26' 50.3"
Gabus BRPPU 886 32.5 250
110
Lanjutan Lampiran 5
Tanggal Loksai/GPS Jenis Ikan No Panjang(Cm)
Berat(Gram)
11 Mei 2013Depan DermagaTuntang
Ikan Gabus BRPPU 88733.5
S = 07.16'.14,9" Ikan Gabus BRPPU 888 41E= 110.26'.43,2" Ikan Gabus BRPPU 889 30
Ikan Gabus BRPPU 890 30Ikan Gabus BRPPU 891 31.5Ikan Gabus BRPPU 892 41Ikan Gabus BRPPU 893 33Ikan Gabus BRPPU 900 34.3Ikan Gabus BRPPU 899 33.8Ikan Gabus BRPPU 898 38Melem BRPPU 897 7Melem BRPPU 896 16.5Melem BRPPU 901 14Melem BRPPU 902 14.5Melem BRPPU 904 13Melem BRPPU 905 13.5Melem BRPPU 906 12Melem BRPPU 907 10.5Melem BRPPU 908 11Melem BRPPU 909 12.5Melem BRPPU 910 12.5Melem BRPPU 911 12Melem BRPPU 912 11.7Melem BRPPU 913 10.5Melem BRPPU 914 12Melem BRPPU 915 11Melem BRPPU 916 10Melem BRPPU 917 10.8Melem BRPPU 918 12Melem BRPPU 919 10.5Melem BRPPU 920 9.5Melem BRPPU 922 8.7Melem BRPPU 923 10.5Melem BRPPU 924 11.5Melem BRPPU 925 9Melem BRPPU 926 9Melem BRPPU 927 10Melem BRPPU 928 9
111
Lanjutan Lampiran 5
Tanggal Loksai/GPS Jenis Ikan No Panjang(Cm)
Berat(Gram)
11 Mei 2013Depan DermagaTuntang
Gabus BRPPU 929 37
S = 07.16'.14,9" Gabus BRPPU 930 35.5E= 110.26'.43,2" Gabus BRPPU 931 29
Gabus BRPPU 932 22
Melem BRPPU 933 10.5Melem BRPPU 934 14.5Melem BRPPU 935 10.5Melem BRPPU 936 13Melem BRPPU 937 14.8Melem BRPPU 938 11.5Melem BRPPU 939 12Melem BRPPU 940 14Melem BRPPU 941 14Melem BRPPU 942 11Gabus BRPPU 943 19Melem BRPPU 944 9Melem BRPPU 945 9.5Melem BRPPU 946 11.3
112
Lampiran 6. Pelepasan Ikan Bertanda Trip II, Juni 2013 di Rawa Pening
PELEPASAN IKAN BERTANDALOKASI : KJA LIPI DESA PENJALENTANGGAL 22-Jun-13S = 07.16'.34.4" E = 110.25' 28.88"(DESA PENJALEN)
JENIS IKAN NOMOR PANJANG(CM) BERAT(GRAM)
IKAN MELEM BRPPU 1377 17.3 95IKAN MELEM BRPPU 1378 16.8 94IKAN MELEM BRPPU 1380 11.3 26IKAN MELEM BRPPU 1382 10.2 19IKAN MELEM BRPPU 1383 15.4 69IKAN MELEM BRPPU 1384 13.4 41IKAN MELEM BRPPU 1385 14.9 65IKAN MELEM BRPPU 1386 15.2 72IKAN MELEM BRPPU 1387 15.5 69IKAN MELEM BRPPU 1388 14.3 52IKAN MELEM BRPPU 1389 12.2 33IKAN MELEM BRPPU 1390 11.6 29IKAN MELEM BRPPU 1391 10.4 19IKAN GABUS BRPPU 1392 27.5 183IKAN GABUS BRPPU 1393 25.5 142IKAN GABUS BRPPU 1394 28.5 203IKAN GABUS BRPPU 1395 28 190IKAN GABUS BRPPU 1396 40 474IKAN GABUS BRPPU 1397 34 306IKAN GABUS BRPPU 1398 30 250IKAN GABUS BRPPU 1399 17 43IKAN GABUS BRPPU 1400 16.8 38IKAN GABUS BRPPU 1301 17 38IKAN GABUS BRPPU 1302 18.5 55IKAN MELEM BRPPU 1303 15.7 62IKAN MELEM BRPPU 1304 32.5 267IKAN MELEM BRPPU 1305 15.8 78IKAN MELEM BRPPU 1306 13.3 44IKAN MELEM BRPPU 1307 11.2 27IKAN MELEM BRPPU 1308 14.7 62IKAN MELEM BRPPU 1309 12 33IKAN MELEM BRPPU 1310 11.5 26IKAN MELEM BRPPU 1311 19.3 144
113
Lanjutan Lampiran 6.
IKAN MELEM BRPPU 1312 11.8 35IKAN MELEM BRPPU 1313 13.6 47
IKAN MELEM BRPPU 1314 9.9 20IKAN MELEM BRPPU 1315 13.5 43IKAN MELEM BRPPU 1316 12 27IKAN GABUS BRPPU 1317 25 130IKAN GABUS BRPPU 1318 50.5 850IKAN GABUS BRPPU 1320 27 160IKAN GABUS BRPPU 1321 29 247IKAN GABUS BRPPU 1322 31.5 249IKAN GABUS BRPPU 1323 25.2 142IKAN MELEM BRPPU 1324 13.5 44IKAN MELEM BRPPU 1325 12 29IKAN MELEM BRPPU 1326 20.8 193IKAN MELEM BRPPU 1327 12.2 35IKAN MELEM BRPPU 1328 12.3 30IKAN MELEM BRPPU 1329 12.3 36IKAN MELEM BRPPU 1330 13.5 38IKAN MELEM BRPPU 1331 11 25IKAN MELEM BRPPU 1332 11.7 29IKAN MELEM BRPPU 1333 11.5 20IKAN MELEM BRPPU 1334 11.5 29IKAN MELEM BRPPU 1335 13 37IKAN MELEM BRPPU 1336 13.2 41IKAN MELEM BRPPU 1337 11.1 27IKAN MELEM BRPPU 1338 10.5 19IKAN MELEM BRPPU 1339 10 20IKAN MELEM BRPPU 1340 9.6 18IKAN MELEM BRPPU 1341 11.1 30IKAN MELEM BRPPU 1342 10 17IKAN MELEM BRPPU 1343 9.5 16IKAN MELEM BRPPU 1344 10 16IKAN MELEM BRPPU 1345 8.6 14IKAN MELEM BRPPU 1346 9 13IKAN MELEM BRPPU 1347 10.5 21IKAN MELEM BRPPU 1348 9.8 17
114
Lanjutan Lampiran 6.
IKAN MELEM 0 8.6 13IKAN MELEM 0 10 16IKAN MELEM 0 9.1 14IKAN MELEM 0 9 12IKAN MELEM 0 9 13IKAN MELEM 0 8.4 10IKAN MELEM 0 8 9IKAN MELEM 0 13.5 43IKAN MELEM BRPPU 1251 10.1 18IKAN MELEM BRPPU 1252 8.5 13IKAN MELEM 0 8 10IKAN MELEM 0 9.1 15IKAN MELEM 0 9.4 13IKAN GABUS BRPPU 1253 31 247IKAN GABUS BRPPU 1254 30.5 253IKAN GABUS BRPPU 1257 28 172IKAN GABUS BRPPU 1258 28.5 172IKAN GABUS BRPPU 1259 22 80IKAN GABUS BRPPU 1260 20.1 67IKAN GABUS BRPPU 1261 34 308IKAN GABUS BRPPU 1264 36 361
115
Lampiran 7. Pelepasan Ikan Bertanda Trp III, Agustus 2013.
Tanggal Loksai/GPS Jenis Ikan No Panjang Berat(Cm) (Gram)
26-Aug-13 Desa Mbaan Melem BRPPU 1019 16 66S = 07.16'.19,72" Melem BRPPU 1020 14.5 58E= 110.26'.28,66" Melem BRPPU 1022 19 125
Melem BRPPU 1023 15 61Melem BRPPU 1024 18.5 127Melem BRPPU 1025 12.6 30Melem BRPPU 1026 20 160Melem BRPPU 1027 12 28Melem BRPPU 1028 16 73Melem BRPPU 1029 14 55Melem BRPPU 1030 9.5 13Melem BRPPU 1031 11.5 27Melem BRPPU 1032 12.5 33Melem BRPPU 1034 11 24Melem BRPPU 1035 11 23Melem BRPPU 1037 10 17Melem BRPPU 1038 13.8 48Melem BRPPU 1039 16.8 97Melem BRPPU 1040 16 82Melem BRPPU 1041 20 138Melem BRPPU 1042 12 30Melem BRPPU 1043 15 59Melem BRPPU 1044 16.7 87Melem BRPPU 1045 13 37Melem BRPPU 1046 12.6 40Melem BRPPU 1047 14 48Melem BRPPU 1048 11.4 24Melem BRPPU 1049 14 52Melem BRPPU 1050 11.5 26Melem BRPPU 1051 10 17Melem BRPPU 1052 10 13Melem BRPPU 1054 11 22Melem BRPPU 1055 13.5 46Melem BRPPU 1056 13 39
116
Lanjutan Lampiran 7
Tanggal Lokasi Jenis Ikan NomorPanjang
(Cm)Berat
(Gram)8/27/2013 Tuntang Gabus BRPPU 1067 40 490
S = 07.16'.03,71" Melem BRPPU 1068 12.5 18E= 110.26'.54,16" Gabus BRPPU 1069 40 482
8/28/2013 KJA LIPI Gabus BRPPU 1070 32.1 355Gabus BRPPU 1071 33.6 305Gabus BRPPU 1072 38.8 437Gabus BRPPU 1074 32.5 298Gabus BRPPU 1075 35 173Gabus BRPPU 1076 51 1300Gabus tidak ditanda 28 200
8/28/2013 Puteran Melem BRPPU 1102 20 191Melem BRPPU 1103 16 71Melem BRPPU 1107 18.5 86Melem BRPPU 1108 17.5 84
8/28/2013 Tuntang Gabus BRPPU 1113 33.2 299Gabus BRPPU 1114 25 120Gabus BRPPU 1115 30 214Gabus BRPPU 1117 28 175Gabus BRPPU 1118 21.5 84Gabus BRPPU 1120 48.6 902Gabus BRPPU 1121 36.8 369Gabus BRPPU 1122 49.5 636Gabus BRPPU 1123 40.5 493
117
Lampiran 8. Pelepasan Ikan Bertanda Trip 4, Oktober 2013
Tanggal Loksai/GPS Jenis Ikan No Panjang Berat(Cm) (Gram)
21-Oct-13 KJA LIPI Melem BRPPU 1345 11.7 27S = 07.16'.35,4" Melem BRPPU 903 13.5 44E= 110.25'.27,7" Melem BRPPU 776 15.5 70
Melem BRPPU 1224 13.5 43Melem BRPPU 1319 14.3 55Melem BRPPU 1122 12 31Melem BRPPU 762 17 80Melem BRPPU 1036 21.5 181Melem BRPPU 1032 17.3 100Melem BRPPU 1119 15.3 60Melem BRPPU 994 15.3 70Melem BRPPU 1057 15.7 68Melem BRPPU 1053 7.5 99Melem BRPPU 1243 15.7 68Melem BRPPU 1018 18 112Melem BRPPU 1125 16 71Melem BRPPU 1250 16 73Melem BRPPU 921 13 37Melem BRPPU 752 13.5 46Melem BRPPU 894 13.2 42Melem BRPPU 1256 16 74Melem BRPPU 1021 17.3 104Melem BRPPU 1350 13.8 47Melem BRPPU 767 14 45Melem BRPPU 1262 12.8 38Melem BRPPU 1126 14.5 57Melem BRPPU 1127 13 63Melem BRPPU 1128 15.5 70Melem BRPPU 1130 13.9 45Melem BRPPU 1131 14 53Melem BRPPU 1132 14 50Melem BRPPU 1133 14 38Melem BRPPU 1134 14 52Melem BRPPU 1135 13.5 42Melem BRPPU 1136 14 50Melem BRPPU 1137 12.5 33Melem BRPPU 1138 14 47Melem BRPPU 1139 14.6 58Melem BRPPU 1140 14.2 53
118
Lanjutan Lampiran 8
Tanggal LokasiJenis Ikan Nomor Panjang
(Cm)Berat
(Gram)Melem BRPPU 1141 13.2 42Melem BRPPU 1142 13.6 47Melem BRPPU 1150 12.3 36Melem BRPPU 1143 48.2 875Gabus BRPPU 1144 24.6 124Gabus BRPPU 1145 28.5 185Gabus BRPPU 1146 26 156Gabus BRPPU 1147 34 299Gabus BRPPU 1148 25 128Gabus BRPPU 1149 29.3 210Melem BRPPU 1129 12.9 34
21-Oct-13 KJA LIPI Gabus BRPPU 800 49 1020S : 07o16'35.4" Gabus BRPPU 1265 35.3 362E : 110o25'27.7" Gabus BRPPU 895 35.2 330
Gabus BRPPU 766 42.2 645Gabus BRPPU 1086 29.1 211Gabus BRPPU 1379 37.3 387Gabus BRPPU 1078 27.5 163Gabus BRPPU 1073 27.7 175Melem BRPPU 1285 12.5 33Melem BRPPU 1381 12.7 38Melem BRPPU 847 14 47Melem BRPPU 1116 11.3 26Melem BRPPU 1263 11.7 29Melem BRPPU 1241 12.7 37melem BRPPU 1222 13.5 43
119
Lampiran 9. Contoh Ikan Bertanda Tertangkap Kembali.
No Tanggal Ikan No. TaggingPanjang(cm) Lokasi
1 21/7/2013 Gabus BRPPU 1254 33 Bejalen2 21/7/2013 Melem BRPPU 1327 13 Bejalen3 30/5/2013 Melem BRPPU 906 12 Semurup4 16/5/2013 Gabus BRPPU 880 26 Cikal5 20/10/2012 Nila BRPPU 387 16 Tereng alit6 10/12/2012 Nila BRPPU 266 16 Rw.Pening7 20/10/2012 Nila BRPPU 412 19 Grajen8 12/10/2012 Nila BRPPU 335 16 Rw.Pening9 11/10/2012 Nila BRPPU 334 15 Tereng alit10 11/10/2012 Nila BRPPU 341 24 Panggang Doyong11 11/12/2012 Nila BRPPU 346 17 Tereng alit12 11/12/2012 Nila BRPPU 346 17 Tereng alit13 11/10/2012 Nila BRPPU 333 15 Slumbu14 10/10/2012 Nila BRPPU 330 12 Tereng alit15 14/10/2012 Nila BRPPU 198 8 Selembang16 12/10/2012 Nila BRPPU 347 18 Rw.Pening17 20/10/2012 Nila BRPPU 342 16 Tereng alit18 19/8/2013 Melem BRPPU 901 15 Kanal Tuntang19 14/10/2012 Nila BRPPU 235 16.5 Panggang Doyong20 10/10/2012 Nila BRPPU 385 11 Tereng alit21 10/10/2012 Nila BRPPU 314 13 Tereng alit
120
Lampiran 10. Gambar Cara dan Posisi Penandaan Ikan
(a) (b)“T-Bar Tags “ Cara penandaan ikan
Possisi penendaan ikan (Nila, Melem, Gabus) : dibawah sirp punggung
121
LAMPIRAN 11. PENJELASAN CARA PENCATATAN DAN PENGIRIMANTANDA NOMOR PADA IKAN YANG TERTANGKAP KEMBALI.
Barang siapa menangkap ikan bertanda di Rawa Pening dan sekitarnya harap
mencatat keterangan yang diperlukan sebagai berikut:
Lepaskan nomor yang melekat pada badan ikan, kemudian nomor beserta catatan
tersebut serahkan kepada petugas Dinas Perikanan atau rombongan penelitian pada saat
datang ke Rawa Pening dan sekitarnya.
Jenis ikan yang dilakukan percobaan penandaan (Tagging Experiment) yaitu ikan
Nila/ Mujair, Gabus, dan Nilem. Bagian yang diukur untuk ikan Nilem yaitu panjang
lekuk (Fork Length), sedangkan untuk ikan Gabus dan Nila/Mujair yaitu panjang total
(lihat Gambar).
Setiap penyerahan satu nomor yang disertai dengan catatan yang lengkap akan
diberi hadiah berupa baju Kaos atau uang Rp50.000. Ikannya kalau perlu disimpan dalam
formalin atau almari es, namun bila mendapat kesulitan teknis dalam penyimpanan ikan
maka hanya nomor tanda dan catatan yang diserahkan.
Jenis Ikan :
Nomor :
Tanggal: Panjang (Cm):
Lokasi tertangkap: Alat tangkap: Nama:
Alamat
122
LAMPIRAN 12. CARA PENGUKURAN IKAN BERTANDA
Panjang Lekuk
NILEM
Panjang Total
NILA/MUJAIR
Panjang Total
GABUS
123
Lampiran 13. Foto pengamatan kualitas air dan pengambilan sample air.
Pengamatan kualitas air, titrasi Hasil Tritrasi
Pengamatan kualitas air dengan long cable Pengambilan contoh air dengan watersampler
124
Lampiran 14. Kegiatan Penangkapan Ikan.
Alat Tangkap kere (Active Barrier, withFAD)
Jaring ecek (Active Seine, with FAD)
Ngetrol (Active Seine, no FAD) Bagan (Lief Net)
125
Lanjutan Lampiran 14
SESER UDANG (Scop Net) WUWU ( Pot Traps)
JALA (Cast Net) Jaring (Gill Net)