Journal Pkp Hernayati
Transcript of Journal Pkp Hernayati
1
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BENTUK GEOMETRI
MELALUI KEGIATAN MEMBENTUK PLASTISIN DI TK HARAPAN IBU
PALEMBANG
HERNAYATINIM.820482479
ABSTRAK
Peningkatan kemampuan dasar kognitif pada anak usia TK sangat penting untuk mendukung perkembangan selanjutnya. Perkembangan kognitif dapat dilihat dari kemampuan baca tulis, mengenal angka, sains, konsep mengelompokkan, meningkatkan kreativitas, dan lain-lain. Kelima bidang pengembangan tersebut diberi stimulasi agar perkembangannya optimal sehingga anak akan mendapatkan ketrampilan hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal konsep bentuk geometri melalui kegiatan membentuk plastisin di TK Harapan Ibu Palembang. Manfaat dari penelitian ini yaitu Anak TK dapat mengembangkan kemampuan kognitif melalui kegiatan bermain plastisin di TK Harapan Ibu Palembang.. Penelitian ini dilakukan di TK Harapan Ibu kelompok B dan Waktu pelaksanaan perbaikan siklus 1 dari tanggal 01 April 2014 sampai dengan 05 April 2014. Pada siklus ke 2 dari tanggal 14 April 2014 s/d 19 April 2014. Subjek penelitian ini adalah anak TK Harapan Ibu sebanyak 20 orang siswa. Hasil pelaksanaan perbaikan dari pra siklus, siklus I dan II diperoleh hasil bahwa dari 20 orang anak sebanyak pada saat pra siklus ketuntasan mencapai 23% selanjutnya pada siklus I meningkat menjadi 64% dan pada siklus kedua mencapai 77% tingkat ketuntasan siswa dalam belajar.
Kata Kunci : Kemampuan kognitif, mengenal konsep geometri.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Identifikasi Masalah
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
2
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa
lainnya) sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak 4-6 tahun.
Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil
belajar atau belajar seraya bermain. Dengan bermain anak memiliki kesempatan
untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi belajar
secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya
sendiri, orang lain dan lingkungan (id.wikipedia.org/wiki/
Pendidikan_anak_usia_dini).
Peningkatan kemampuan dasar kognitif pada anak usia TK sangat penting
untuk mendukung perkembangan selanjutnya. Sistem pendidikan pada saat ini,
menurut pendapat dari Supriyono (2009: 16) dalam bukunya (Cooperative
Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM) ditandai oleh kompetisi antara pencapaian
standart akademik dan tuntutan masyarakat. Hal ini terjadi karena selama ini
proses pembelajaran di negara Indonesia hanyalah proses-proses pengondisian-
pengondisian yang tidak menyentuh realitas alami.
Perkembangan kognitif pada anak usia dini berada pada periode
praoperasional usia 2-6 tahun, yaitu tahapan dimana anak belum mampu
menguasai mental secara logis. Yang dimaksud dengan operasi disini adalah
kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental dan fisik. Periode ini ditandai
dengan berkembangnya representasional, atau “symbol funetion” yaitu
kemampuan menggunakan simbol-simbol (kata-kata, benda atau peristiwa).
Pemberian stimulasi pendidikan untuk anak usia dini adalah hal sangat penting
mengingat 80% pertumbuhan otak berkembang pada anak sejak usia dini.
Elastisitas perkembangan otak anak usia dini lebih besar pada usia lahir hingga
sebelum 8 tahun kehidupannya, 20% siasanya ditentukan selama sisa
kehidupannya setelah masa kanak-kanak dan tentu saja bentuk stimulasi yang
diberikan harusnya dengan cara yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan
anak usia dini.(http://primazip.wordpress.com /2014/04/03/hakikat-
perkembangan-anak-usia-dini/)
Perkembangan kognitif dapat dilihat dari kemampuan baca tulis, mengenal
ruang bangun, sains, konsep mengelompokkan, meningkatkan kreativitas, dan
3
lain-lain. Kelima bidang pengembangan tersebut diberi stimulasi agar
perkembangannya optimal sehingga anak akan mendapatkan ketrampilan
hidupnya.
Kemampuan kognitif anak pada tahap pengembangan geometri merupakan
kemampuan yang berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk dan ukuran.
Adapun kemampuan yang akan dikembangkan pada tahap ini, yaitu: memilih
benda menurut warna, bentuk, dan ukurannya, mencocokkan benda menurut
warna, bentuk, dan ukurannya, membandingkan benda menurut ukurannya (besar,
kecil, panjang, lebar, tinggi, dan rendah), mengukur benda secara sederhana,
mengerti dan menggunakan bahasa ukuran, seperti besar-kecil, tinggi-rendah, dan
panjang-pendek, menciptakan bentuk dari kepingan geometri, menyebut benda-
benda yang ada di kelas sesuai dengan bentuk geometri, mencontoh bentuk-
bentuk geometri, menyebut, menunjukkan, dan mengelompokkan segi empat,
menyusun menara dari delapan kubus, mengenal ukuran panjang, berat, dan isi,
meniru pola dengan empat kubus (http://kurikulumpaud.blogspot.com/2013/07
/pengertian-kognitif-pada-paud.html).
Menurut teori belajar Van Hielle (Matematika; Pembelajaran uniy 4.0),
mengenai mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam memahami
geometri. Pada tahap awal atau pengenalan, anak usia dini hanya baru mengenal
bangun-bangun geometri seperti bola, kubus, segitiga, persegi dan bangun-bangun
geometri lainnya. Seandainya kita hadapkan pada bangun-bangun geometri, anak
dapat menunjukkan bentuk segitiga. Namun pada tahap pengenalan anak belum
dapat menyebutkan sifat-sifat dari bangun-bangun geometri yang dikenalnya.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengamatan peneliti dan diskusi dengan para guru, diperoleh
data awal bahwa Di TK Harapan Ibu Palembang dalam penyampaian materi
mengenai pengenalan bentuk geometri pada anak masih mengalami kesulitan.
Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu :
Pertama, dari tahun ke tahun hasil evaluasi belajar anak belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Kelas B sendiri sebagian besar siswa belum
4
memahami kompetensi dasar materi konsep Geometri . Oleh karena itu guru
dituntut untuk dapat mengaktifkan anak agar benar-benar memahami materi dan
dapat menentukan konsep dengan tepat.
Kedua, kurang tersedianya media dalam pembelajaran menjadi salah satu
permasalahan yang menyebabkan kurang berhasilnya proses pembelajaran di TK
Harapan Ibu Palembang. Hal ini teridentifikasi dengan kondisi anak yang terlihat
pasif. Anak belum mampu mengenal bentuk-bentuk yang menyerupai geometri.
Ketiga, di TK Harapan Ibu Palembang, dalam pengenalan bentuk geometri
masih ditemukan banyak anak yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
tugas dari guru. Namun, terdapat beberapa anak yang sudah mengenal bentuk
geometri, tetapi anak tersebut masih mengalami kebingungan. Guru dalam
mengajarkan konsep-konsep mengenal bentuk geometri cenderung menekankan
pada praktek menulis di papan tulis. Tidak ada media yang digunakan, anak hanya
diberikan lembar kerja yang berisi gambar-gambar ruang atau geometri secara
bersama kemudian anak ditugaskan untuk menyebutkan bentuk dari gambar
tersebut. Hal ini mengakibatkan anak cepat bosan dan tidak tertarik dalam belajar
bilangan.
3. Analisis Masalah
Berdasarkan fakta yang ada, maka peneliti berkeinginan untuk mencoba
meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri dengan
pendekatan lain. Berdasarkan observasi awal dan diskusi dengan para guru, media
bermain dengan plastisin dengan membentuk segitiga, segi empat, bola dan lain-
lain ini sangat dimungkinkan dilaksanakan di TK tersebut karena anak secara
langsung dapat melihat dan merasakan bentuk-bentuk geometri secara dasar.
4. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dengan melalui kegiatan pengembangan kognitif anak dalam mengenal
konsep bentuk geometri melalui kegiatan membentuk plastisin di TK Harapan
Ibu Palembang ".
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan kemampuan
5
kognitif anak dalam mengenal konsep bentuk geometri melalui kegiatan
membentuk plastisin di TK Harapan Ibu Palembang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan kognitif
anak dalam mengenal konsep bentuk geometri melalui kegiatan membentuk
plastisin di TK Harapan Ibu Palembang.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
1. Memperoleh gambaran tentang pengenalan konsep bentuk geometri anak
usia dini di TK Harapan Ibu Palembang.
2. Memperoleh gambaran tentang penggunaan model pembelajaran
kooperatif, bermain plastisin untuk meningkatkan pengenalan konsep
bentuk geometri di TK Harapan Ibu Palembang.
b. Bagi Guru
1) Mengembangkan model pembelajaran yang menyenangkan sehingga
siswa dapat mengenal konsep bentuk geometri dengan baik.
2) Meningkatkan minat untuk melakukan penelitian dalam upaya
pengembangan profesionalisme guru.
c. Bagi Lembaga Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangsih dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran di lembaga penyelenggaraan pendidikan pada umumnya
dan TK Harapan Ibu Palembang pada khususnya.
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Kognitif Anak
1. Pengertian Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan dasar bagi kemampuan anak untuk
berpikir. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2011: 48) dalam
bukunya Perkembangan Anak Usia Dini, menjelaskan bahwa kognitif adalah
suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai,
6
dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Jadi proses kognitif
berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang
dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide belajar.
Perkembangan kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak
dalam belajar karena sebagian aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan
masalah berpikir. Menurut Ernawulan Syaodih dan Mubair Agustin (2008: 20)
dalam bukunya Bimbingan Konseling untuk Anak, menerangkan bahwa
perkembangan kognitif menyangkut perkembangan berpikir dan bagaimana
kegiatan berpikir itu bekerja. Dalam kehidupannya, mungkin saja anak
dihadapkan pada persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan.
Menyelesaikan suatu persoalan merupakan Langkah-langkah yang lebih
kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan anak
perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.
Husdarta dan Nurlan (2010: 169) dalam bukunya Pertumbuhan dan
Perkembangan Peserta Didik berpendapat bahwa perkembangan kognitif adalah
suatu proses menerus, namun hasilnya tidak merupakan sambungan (kelanjutan)
dari hasil-hasil yang telah dicapai sebelumnya.
2. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Tahapan perkembangan kognitif anak menggambarkan tingkat kemampuan
anak dalam berpikir. Menurut Piaget yang dikutip dalam Yudha M. Saputra dan
Rudyanto (2005: 162) dalam bukunya Pembelajaran Kooperatif
UntukMeningkatkan Keterampilan Anak TK, menerangkan bahwa
“perkembangan kognitif anak terbagi menjadi 4 tahapan yaitu, sensorimotor (0-2
tahun), praoperasional (2-7 tahun), operasional konkrit (7-11 tahun) dan
operasional formal (11-6 tahun)”.
Sedangkan menurut Slamet Suyanto (2005: 55) dalam bukunya Dasar-dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. pada tahapan praoperasional anak mulai
menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas. Anak sudah belajar nama-nama
benda, menggolong-golongkan, dan menyempurnakan kecakapan panca
inderanya. Sifat egosentrisnya sangat menonjol. Anak menunjukkan
kemampuannya melakukan permainan simbolis, misalnya anak menggerakkan
7
balok kayu sambil menirukan bunyi mobil seakan-akan balok itu mobil. Pada
tahapan praoperasional, anak sudah menggunakan memorinya tentang mobil dan
menggunakan balok untuk mengekspresikan pengetahuannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan
perkembangan kognitif anak Usia Dini berada pada tahap praoperasional. Pada
tahap ini aktivitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasi tetapi
anak mulai bisa memahami realitas di lingkungannya. Kemampuan kognitif sering
disebut juga sebagai daya pikir.
B. Konsep Mengenal Bentuk Geometri
1. Pengertian
Geometri adalah bagian dari matematika yang membahas mengenai titik,
bidang dan ruang. Sudut adalah besarnya rotasi antara dua buah garis lurus;
ruang adalah himpunan titik- titik yang dapat membentuk bangun- bangun
geometri; garis adalah himpunan bagian dari ruang yang merupkan
himpupnan titik- titik yang mempunyai sifat khusus; bidang adalah himpunan-
himpunan titik- titik yang terletak pada permukaan datar, misalnya permukaan
meja (Negoro, 2003: 18). http://duniaanakbalita.
blogspot.com/2014/01/pengenalan-bentuk-geometri-pada-anak.html
Mengenal bentuk geometri anak usia dini adalah kemampuan anak
mengenal, menunjuk, menyebutkan serta mengumpulkan benda-benda di
sekitar berdasarkan bentuk geometri.
2. Tahap-Tahap Belajar Geometri
Tahap pertama anak belajar geometri adalah topologis. Mereka belum
mengenal jarak, kelulusan dan yang lainnya, karena itu mulai belajar geometri
supaya tidak mulai dengan lurus- lurus, tetapi denga lengkung, misalnya
lengkungan tertutup, lengkungan terbuka daerah lengkungan, lengkungan
sederhana dan lainnya. Van Hiele dalam Ruseffendi, (1991 : 161-163) dalam
bukunya Dasar-Dasar Matematika Modern Untuk Guru berpendapat bahwa
ada lima tahapan anak belajar geometri, yaitu sebagai berikut.
8
a. Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa sudah mengenal bentuk- bentuk geometri,
seperti segitiga, kubus, bola, lingkaran, dan lian-lain, tetapi ia belum
memehami sifat- sifatnya.
b. Tahap Analisis
Pada tahap ini, siswa sudah dapat memahami sifat- sifat konsep atau
bentuk geometri. Misalnya, siswa mengetahui dan mengenal bahwa sisi
panjang yang berhadapan itu sama panjang, bahwa panjang kedua
diagonalnya sama panjang dan memotong satu sama lain sama panjang
dan lain- lain.
c. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini, siswa sudah dapat mengenal bentuk- bentuk
geometri dan memahami sifat- sifat dan ia sudah dapat mengurutkan
bentuk- bentuk geometri yang satu sama lain berhubungan.
d. Tahap Dedukasi
Pada tahap ini, berpikir deduktifnya sudah mulai tumbuh, tetapi
belum berkembang dengan baik. Matematika adalah ilmu deduktif, karena
pengambilan kesimpulan, pembuktian dalil yang harus dilakukan secara
deduktif.
Pada tahap ini, siswa sudah dapat memehami pentingnya
pengambilan kesimpulan secara deduktif itu, karena misalnya ia dapat
melihat bahwa kwsimpulan yang diambil secara induktif itu mungkin bisa
keliru.
e. Tahap Keakuratan
Pada tahap ini, siswa dapat memahami bahwa adanya ketepatan
(presisi) dari yang mendasar itu penting. Van Hiele (Rueefendi, 1991: 163-
164) berpendapat mengenai pengajaran geometri ada tiga dalil, yaitu:
Kombinasi yang baik antar waktu, materi pelajaran, dan metode
mengajar yang dipergunakan untuk tahap tertentu dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa kepada tahap yang lebih tinggi.
9
Dua orang yang tahap berpikirnya berbeda dan bertukaran pikiran,
satu sam lain tidak akan mengerti.
Kegiatan belajar siswa harus memahami dengan pengertian untuk
memperluas pengalaman dan berpikir siswa, untuk meningkatkan berpikir
ke tahap yang lebih baik.
3. Tahap-Tahap Pengenalan Geometri Khusus Anak Usia Dini
Anak dapat memahami konsep melalui pengalaman bermain dan
guru membantu dalam mengenalkan konsep geometri. Membangun
konsep geometri anak usia dini dimulai dengan mengidentifikasi bentuk,
menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar. Anak dalam usia
dini mulai berusaha untuk mengenal dan memahami bentuk dasar (bentuk-
bentuk geometri) yang memiliki nama-nama tertentu seperti lingkaran,
persegi, segitiga, persegi panjang, dan lain sebagainnya menurut Wahyudi
(2005: 115) (yhanapratiwi.files.wordpress.com/2014/03/puzzle.pdf) yaitu:
a. Pengenalan bentuk dasar: lingkaran, persegi, segitiga
b. Membedakan bentuk
c. Memberi nama: menghubungkan bentuk dengan namanya
d. Menggolongkan bentuk dalam suatu kelompok sesuai dengan
bentukknya
e. Mengenali bentuk-bentuk benda yang ada di lingkungannya sendiri.
4. Manfaat Pengenalan Geometri
Pengenalan merupakan aspek yang sangat penting, karena salah satu
tujuan kegiatan pembelajaran adalah anak mengenal apa yang telah anak
pelajari. Pengenalan yang dimaksud berupa konsep-konsep, teori dan
hokum yang ada. Pada saat guru menjelaskan tentang bentuk-bentuk
geometri, sebaiknya guru menggunakan media yang ril dan dekat dengan
anak, sehingga anak dapat melihat dan memanipulasi benda-benda yang
mempunyai bentuk geometri tersebut. Perkembangan anak berlangsung
secara berkesinambungan. Tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu
tahap diharapkan meninggkat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif,
10
pada tahap selanjutnya. Menurut Wahyudi (2005: 109) bahwa pengenalan
geometri memberikan manfaat pada anak yaitu:
a. Anak akan mengenali bentuk-bentuk dasar seperti lingkaran, segitiga,
persegi dan persegi panjang
b. Anak akan membedakan bentuk-bentuk
c. Anak akan mampu menggolongkan benda sesuai dengan ukuran dan
bentuknya
d. Akan akan memberi pengertian tentang ruang, bentuk, dan ukuran.
C. Membuat Bentuk Dengan Media Bermain Plastisin
1. Konsep Dasar Media Plastisin
Seperti telah dijelaskan pengembangan kreativitas dapat
dikembangkan dengan pusat anak (area) salah satu area yang dibutuhkan
adalah area seni. Anna Suhaenah,S 1998 dalam Badru Zaman (2009: 2.7)
berpendapat bahwa sumber belajar adalah manusia, bahan, kejadian,
peristiwa, setting, tehnik yang membangun, kondisi yang memberikan
kemudahan bagi anak didik untuk belajar memperoleh pengetahuan,
ketrampilan dan sikap.
Dengan media yang mudah didapat dan area yang dibutuhkan,
penulis mengambil plastisin dari tanah liat sebagai salah satu media
pembelajaran. Menurut Sumanto,(2005: 186) pembelajaran seni rupa di
TK harus sejalan dengan hakekat dan fungsi seni sebagai alat pendidikan
adalah dengan mempertimbangkan aspek edukatif, psikologis,
karakteristik materi dan ketersediaan sumber belajar.
Adapun aspek edukatif adalah pembelajaran yang dikembangkan
hendaknya dapat mendidik anak sejalan dengan perkembangannya. Aspek
psikologis yang dimaksud adalah perkembangan pikir, rasa dan emosional
yang berkaitan dengan karakteristik /sifat dasar anak yang serba ingin
tahu.
Aspek karakteristik materi disesuaikan dengan kurikulum yang ada,
sedangkan aspek ketersediaan sumber belajar adalah sumber / bahan yang
digunakan menarik bagi anak, mudah didapat, praktis, dan aman
11
penggunaannya. Di sini tersedia macam–macam alat / media bermain
salah satunya media plastisin dari tanah liat. Dengan media plastisin ini
anak dapat bermain sesuka hati sesuai dengan keinginan/ imajinasi anak
didik.
2. Tujuan Dan Manfaat Plastisin
Menurut Sumanto (2005: 191) dalam bukunya Pengembangan
Kreativitas Senirupa Anak TK tujuan dimanfaatkannya lingkungan alam
dan budaya dalam pembelajaran seni rupa di TK adalah:
a. Agar pembelajaran bisa lebih efektif, dengan lingkungan yang sudah
dikenal anak maka anak dapat menerima dan menguasai dengan baik
b. Agar pelajaran jadi relefan dengan kebutuhan siswa sesuai dengan
minat dan perkembangannya.
c. Agar lebih efisien murah dan terjangkau yakni dengan menggunakan
bahan alam, seperti tanah liat.
d. Karena pembelajaran yang disukai anak adalah melalui bermain maka
metode bermain plastisin sangat tepat untuk Langkah-langkah awal
pembentukan kreativitas karena diawali dengan proses melemaskan
plastisin dengan meremas, merasakan, menggulung, memipihkan.
III. PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak usia dini kelas B TK Harapan
Ibu sebanyak 22 orang.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini beralamat di Palembang, nama sekolah tempat
penelitian TK Harapan Ibu Palembang Kelas B dengan tema "Pekerjaan".
3. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan perbaikan tanggal 01 April s/d 19 April 2014.
Waktu pelaksanaan untuk siklus 1 mulai tanggal 01 April 2014 s/d 05 April
2014 dan Siklus II mulai tanggal 14 April 2014 s/d 19 April 2014, mulai dari
Senin sampai Jum'at dengan rentang waktu mulai jam 7.30 - 10.00 WIB.
12
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran/ Kegiatan Pengembangan
1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Rancangan penelitian menggunakan jenis penelitian tindakan kelas
(PTK). Desain Perbaikan Pembelajaran digunakan desain PTK (Penelitian
Tindakan Kelas) atau CAR (Classroom Action Research). Pada
Pelaksanaan PTK ini terdiri dari beberapa siklus dan setiap siklus terdiri
dari : perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pada perbaikan
pembelajaran ini dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan teman
sejawat.
2. Prosedur Perbaikan Pembelajaran / Kegiatan Pengembangan
Prosedur penelitian yang telah dilakukan meliputi dua siklus, dan
setiap siklus terdiri dari 4 pertemuan. Pada tiap siklus diterapkan langkah-
langkah berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi, dan
evaluasi. Adapun gambaran masing-masing siklus meliputi :
Siklus I
a. Perencanaan
1) Rencana Tindakan
Mengadakan perbaikan untuk meningkatkan pemahaman anak
mengenal konsep mengenal bentuk geometri melalui penggunaan
media bermain plastisin .
2) Langkah-langkah-Langkah-langkah perbaikan
Perencanaan pada siklus I terdiri atas beberapa Langkah-langkah
yaitu:
a) Peneliti bersama guru menyiapkan instrumen pengamatan
tingkat minat baca anak dan pengamatan kegiatan guru;
b) Para guru mengidentifikasi alat-alat yang sudah dan belum
tersedia yang berkaitan dengan keaksaraan;
c) Peneliti bersama para guru mencari data awal tingkat
kemampuan mengenal bentuk geometri seperti segiempat,
segitiga dan lingkaran pada anak TK melalui lembar
pengamatan.
13
d) Guru bersama peneliti merancang pembuatan dan pemajangan
media bermain plastisin serta berbagai kegiatan bermain
menggunakan media tersebut di sentra-sentra yang ada. Melalui
tema ‘pekerjaan’ pada siklus 1, pada sentra bahasa dilakukan
kegiatan mewarnai gambar ruang bangun, membaca puisi dua
mata, dan mencocokkan Gambar ruang bangun.
Berikut ini Rancangan Pembelajaran untuk siklus I :
RKH 1yang meliputi; Menceritakan pengalaman jalan-jalan
ke Mall (B.7,) Membentuk segitiga, segiempat dan lingkaran
dengan media bermain plastisin (K.5) dan Mencetak bentuk-bentuk
segitiga, segiempat dan lingkaran dengan plastisin(S.4)
RKH 2 yaitu Menceritakan pengalaman "Naik Kendaraan"
(B.7) Mewarnai gambar mobil dan menyebutkan bentuk geometri
pada mobil(K.6), Meronce "kalung" dari media pipet (S.8)
RKH 3 yaitu Mendengarkan dan menceritakan kembali
tentang "pergi tamasya" (B.5), Menyusun bentuk geometri dengan
leggo(F.8) dan Mencocok gambar geometri (S.11)
RKH 4 yaitu Menunjuk dan memberikan keterangan posisi
tempat "benda-benda yang ada didalam kelas (B.10), Mengukur
panjang papan tulis dengan penggaris (K.23) dan Menggunting
bentuk pola segitiga, segiempat dan lingkaran (F.6).
RKH 5 yaitu Mencocok bentuk berbagai ukuran (S.17,
menghubungkan gambar geometri dengan benda sekitarnya
(K.23), Menirukan kembali 4-5 kata pergi tamasya bersama ibu
(B.2)
b. Pelaksanaan PTK
Prosedur pelaksanaan PTK yaitu untuk penilai I, Ibu Elly
Marlina, S. Ag. Sedangkan tugas Penilai I adalah menilai SKH/RK
yang dibuat oleh mahasiswa dan pelaksanaannya dengan menggunakan
APKG PKP 1 dan 2 kepada pratikan. Dan tugas supervisor adalah
memberi orientasi PKP ke mhasiswa dan membuat rekapitulasi nilai
14
praktik perbaikan kegiatan searah menyerahkan nilai praktek dan
laporan ke UPBJJ Universitas Terbuka Palembang.
Prosedur kegiatan pengembangan adalah :
1) Tahap Pengembangan
a. Guru melakukan kegiatan persiapan, yaitu menyusun RK/SKH
b. Guru harus dapat bertanggungjawab terhadap kegiatan
pengembangan yang dibuatkan atau dikelolanya.
c. Merencanakan tahap-tahap kegiatan yang akan dilakukan pada
kegiatan.
2) Tahap Pelaksanaan
Ada 4 kegiatan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
pengembangan :
a. Pembukaan
Kegiatan pembukaan dilakukan secara klasikal, setelah anak
masuk kelas selesai berbaris kegiatan di awali dengan berdoa,
berbagi cerita, mengucapkan tata tertib kelas, absen dan
seterusnya
b. Kegiatan inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan kelompok dan individu yang
mencakup pengembangan ranah kognitif, psikomotor, dan
afektif yang terdiri dari :
1) Bidang pengembangan pembentukan perilaku melaui
pembahasan yaitu, moral, nilai-nilai agama, sosial,
emosional dan kemandirian
2) Bidang pengembangan kemampuan dasar, meliputi
kemampuan bahasa, kognitif, fisik dan motorik dan seni.
c. Istrirahat
Pada waktu istirahat, biasanya anak mencuci tangan karena
akan makan bekalnya, dan kemudian anak dapat bermain di
luar atau di dalam kelas. Sebagai guru jangan lupa meminta
kepada anak untuk mengucapkan doa sebelum dan sesudah
makan. Walaupun istirahat guru masih harus tetap berada di
15
antara anak-anak untuk mengawasi anak bermain, antri pada
alat permainan yang disukai.
d. Kegiatan Akhir / Penutup
Dalam kegiatan penutup, ada baiknya bila anak diajak
mereview kegiatan sehari-tadi dengan bercerita secara bergilir.
Setelah anak berkemas, doa bersama, dan pulang.
c. Rencana Pengamatan dan Pengumpulan Data
Penyempurnaan dilaksanakan bersama dalam diskusi antara
peneliti dengan para guru. Sementara itu, Langkah-langkah observasi
pada Siklus I adalah:
1) Peneliti bersama guru yang tidak mengajar mengamati kegiatan
guru yang sedang mengajar dan kegiatan anak di sentra-sentra, lalu
mencatat hasil pengamatannya dalam format catatan lapangan;
2) Peneliti mengambil data tentang kemampuan mengenal konsep
mengenal bentuk geometri anak melalui lembar pengamatan ceklis
dan data tentang kegiatan penggunaan media melalui analisis
dokumen dan diskusi dengan guru Prosedur penelitian yang telah
dilakukan meliputi dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 kali
pertemuan.
d. Rencana Refleksi
Tahap yang terakhir yaitu evaluasi dan refleksi pada siklus I
meliputi Langkah-langkah berikut:
1) Para guru bersama peneliti mendiskusikan hasil pengamatan data
tingkat kemampuan anak dalam mengenal konsep mengenal bentuk
geometri dan data perubahan sikap dan aktivias anak setelah
tindakan I;
2) Para guru bersama peneliti mendiskusikan kelemahan dan
kelebihan pelaksanaan tindakan I dilanjutkan dengan Langkah-
langkah perbaikan yang diperlukan.
16
Siklus II
a. Perencanaan
1) Rencana Tindakan
Mengadakan perbaikan untuk meningkatkan pemahaman anak
mengenal konsep mengenal bentuk geometri melalui penggunaan
media bermain plastisin .
2) Langkah-langkah-Langkah-langkah perbaikan
Perencanaan pada siklus II terdiri atas beberapa Langkah-langkah
yaitu:
a) Peneliti bersama guru menyiapkan instrumen pengamatan
tingkat minat baca anak dan pengamatan kegiatan guru;
b) Para guru mengidentifikasi alat-alat yang sudah dan belum
tersedia yang berkaitan dengan keaksaraan;
c) Peneliti bersama para guru mencari data awal tingkat minat
membaca anak TK melalui lembar pengamatan; dan
d) Guru bersama peneliti merancang pembuatan dan pemajangan
media bentuk alat peraga dari plastisin serta berbagai kegiatan
bermain menggunakan media tersebut di sentra-sentra yang
ada. Melalui tema ‘pekerjaan’ pada siklus II, pada sentra
bahasa dilakukan kegiatan mewarnai gambar ruang bangun,
membaca puisi dua mata, dan mencocokkan Gambar ruang
bangun.
Berikut ini Rancangan Pembelajaran untuk siklus II :
RKH 1yang meliputi; Menceritakan tentang pak tani
menanam jagung (B.7) Menyebutkan ruang bangun segitiga,
segiempat, lingkaran sesuai dengan media bermain plastisin (K.5)
dan Melipat berbagai bentuk geometri dengan kertas origami (S.4)
RKH 2 yaitu Menceritakan "Pengalaman naik Bus" (B.7)
Menyebutkan ruang bangun sesuai dengan gambar (K.6),
Mewarnai gambar pesawat terbang (S.8)
17
RKH 3 yaitu Mengungkapkan cita-cita anak (B.5), Menyusun
balok ruang bangun (F.8) dan Mencocok gambar ruang bangun
(S.11)
RKH 4 yaitu Menunjuk jumlah benda yang lebih banyak atau
lebih sedikit(B.10), Menghitung jumlah ternak pak tani (K.23) dan
Menggunting bentuk pola ruang bangun (F.6).
RKH 5 yaitu Mencocok bentuk ruang bangun (S.17),
menghubungkan ruang bangun dengan jumlah benda yang ada di
media bermain plastisin (K.23), Menggambar rumah dengan
konsep ruang bangun (B.2)
b. Prosedur Pelaksanaan PTK
Prosedur pelaksanaan PTK yaitu untuk penilai II, Ibu Rusmiyati,
S. Pd. Sedangkan tugas Penilai II adalah menilai SKH/RK yang dibuat
oleh mahasiswa dan pelaksanaannya dengan menggunakan APKG
PKP 1 dan 2 kepada pratikan. Dan tugas supervisor adalah memberi
orientasi PKP ke mhasiswa dan membuat rekapitulasi nilai praktik
perbaikan kegiatan searah menyerahkan nilai praktek dan laporan ke
UPBJJ Universitas Terbuka Palembang.
Prosedur kegiatan pengembangan adalah :
1) Tahap Pengembangan
a. Guru melakukan kegiatan persiapan, yaitu menyusun RK/SKH
b. Guru harus dapat bertanggungjawab terhadap kegiatan
pengembangan yang dibuatkan atau dikelolanya.
c. Merencanakan tahap-tahap kegiatan yang akan dilakukan pada
kegiatan.
2) Tahap Pelaksanaan
Ada 4 kegiatan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan
pengembangan :
a) Pembukaan
18
Kegiatan pembukaan dilakukan secara klasikal, setelah anak
masuk kelas selesai berbaris kegiatan di awali dengan berdoa,
berbagi cerita, mengucapkan tata tertib kelas, absen dan
seterusnya
b) Kegiatan inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan kelompok dan individu yang
mencakup pengembangan ranah kognitif, psikomotor, dan
afektif yang terdiri dari :
1) Bidang pengembangan pembentukan perilaku melaui
pembahasan yaitu, moral, nilai-nilai agama, sosial,
emosional dan kemandirian
2) Bidang pengembangan kemampuan dasar, meliputi
kemampuan bahasa, kognitif, fisik dan motorik dan seni.
c) Istrirahat
Pada waktu istirahat, biasanya anak mencuci tangan karena
akan makan bekalnya, dan kemudian anak dapat bermain di
luar atau di dalam kelas. Sebagai guru jangan lupa meminta
kepada anak untuk mengucapkan doa sebelum dan sesudah
makan. Walaupun istirahat guru masih harus tetap berada di
antara anak-anak untuk mengawasi anak bermain, antri pada
alat permainan yang disukai.
d) Kegiatan Akhir / Penutup
Dalam kegiatan penutu, ada baiknya bila anak diajak mereview
kegiatan sehari-tadi dengan bercerita secara bergilir. Setelah
anak berkemas, doa bersama, dan pulang.
c. Kegiatan Pengamatan dan Pengumpulan data
Selanjutnya, pada tahap observasi Siklus II, peneliti bersama
salah satu guru yang sedang tidak mengajar melakukan pengamatan
dengan catatan lapangan dan instrumen pengamatan terhadap
19
kemampuan anak dalam mengenal konsep mengenal bentuk geometri
yang telah diperbaharui sesuai tindakan baru yang disepakati.
d. Refleksi
Tahap yang terakhir yaitu refleksi pada Siklus II meliputi Langkah-
langkah-Langkah-langkah:
(1) Para guru bersama peneliti mendiskusikan hasil pengamatan
data tingkat minat baca anak dan perubahan perilaku mereka
setelah Tindakan II; dan
(2) Peneliti dibantu guru meninjau ulang dampak dari Tindakan
Siklus II tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus
Berdasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam
peningkatan kemampuan kognitif anak dalam mengenal geometri melalui
pengenalan ruang bangun, dilakukan serangkaian tindakan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Tindakan penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan
prosedur meliputi : penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan, pengamatan
dan refleksi. Adapun deskripsi masing-masing siklus adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Awal
Sebelum melakukan perbaikan pembelajaran, terlebih dahulu
peneliti melakukan observasi kemampuan awal anak dalam mengenal
konsep geometri melalui pretest secara langsung kepada anak dengan
menyebutkan bentuk ruang bangun sesuai dengan media gambar yang
ditunjukkan oleh guru. Adapun tingkat kemampuan anak dalam mengenal
konsep ruang bangun sebelum perbaikan adalah sebagai berikut :
Tabel. 4.2REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP
GEOMETRI
No Kategori Frekuensi Persentase
20
1. Baik 5 23 %
2. Cukup 2 9 %
3. Kurang 15 68 %
Jumlah 22 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan
mengenal konsep geometri pada Anak Kelas B di TK Harapan Ibu
Palembang masih sangat kurang dimana anak yang sudah dapat mengenal
konsep Geometri masih sangat kurang yaitu hanya 5 orang anak atau 23%
yang mampu mengenal dan membedakan bentuk geometri berupa ruang
bangun segitiga, persegi panjang dan segiempat, sedangkan anak yang
memiliki kemampuan cukup yaitu hanya mampu membedakan bentuk
geometri tetapi belum mengenal konsep ruang bangun ada sebanyak 2
orang anak (9%). Sedangkan anak yang sama sekali belum mampu
menyebutkan serta membedakan bentuk ruang bangun yaitu sebanyak 15
orang anak (68%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut ini
GAMBAR 4.1
GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GEOMETRI PADA SAAT PRA SIKLUS
2. Deskripsi Siklus I
21
Implementasi kegiatan peningkatan kemampuan kognitif anak dalam
mengenal konsep Geometri geometri di Taman Kanak-Kanak Harapan Ibu
Palembang melalui media gambar sederhana terdiri dari dua siklus.
TABEL. 4.4
REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GEOMETRI PADA SIKLUS I
No Kategori Frekuensi Persentase
1. Baik 14 64 %
2. Cukup 6 27 %
3. Kurang 2 9 %
Jumlah 22 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan
mengenal konsep geometri pada Anak Kelas B di TK Harapan Ibu
Palembang pada siklus pertama masih rendah dimana kategori anak yang
sudah mampu mengenal konsep Geometri baru mencapai 14 orang atau 64
%, kategori cukup sebanyak 6 orang atau 27% dan dengan kategori kurang
sebanyak 2 orang (9%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut
ini :
GAMBAR 4.2
GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GEOMETRI PADA SAAT SIKLUS PERTAMA
Siklus II
22
Tabel. 4.6REKAPITULASI KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP
GEOMETRI PADA SIKLUS II
No Kategori Frekuensi Persentase
1. Baik 17 77 %
2. Cukup 5 23 %
3. Kurang 0 0 %
Jumlah 22 100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan
mengenal konsep geometri pada Anak Kelas B di TK Harapan Ibu
Palembang pada siklus kedua sudah menunjukkan terjadinya peningkatan
dimana kategori anak yang sudah mampu memahami konsep Geometri dan
menyusun bentuk bangun ruang sebanyak 17 orang atau 77%, dengan
kategori cukup sebanyak 5 orang atau 23 % dan dengan kategori kurang
sudah tidak ada lagi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik berikut ini
:
GAMBAR 4.3
GRAFIK PERSENTASE KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GEOMETRI PADA SIKLUS II
23
A. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2
siklus untuk mengetahui tingkat kemampuan anak didik kelompok B dalam
mengenal konsep geometri melalui media gambar. Dari penelitian ini terjadi
peningkatan hasil belajar anak usia dini dalam mengenal konsep geometri, karena
media yang digunakan cukup menarik perhatian anak didik sehingga tertarik
untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar selain itu konsep ruang bangun yang
diterapkan hanya merupakan konsep dasar bentuk segitia, segiempat dan persegi
panjang.
Pembahasan Siklus I
a. Analisis
Dari hasil data yang didapat oleh penulis, dari proses belajar mengajar
yang telah dilakukan dapat dapat dianalisis bahwa proses pembelajaran kurang
lancar karena anak didik kurang bersemangat dalam menerima pelajaran, hal
ini kemungkinan disebabkan oleh media gambar yang kurang menarik.
Disamping itu juga, guru kurang memberikan arahan dan motivasi kepada
anak.
b. Sintetis
Pada siklus ini dari proses pembelajaran yang telah dilakukan mulai dari
perencanaan sampai pada akhir kegiatan, ternyata belum dapat meningkatkan
pemahaman anak didik dalam memahami konsep geometri sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh penulis. Hal ini disebabkan karena masih adanya
kelemahan yang menjadi rintangan dalam mencapai peningkatan pemahaman
siswa sehingga perlu dilakukan pembelajaran pada siklus II selanjutnya.
Dimana anak mengalami kesulitan dalam membedakan konsep persegi panjang
dengan segi empat, karena bentuk ruang bangun yang sama.
c. Evaluasi
Berdasarkan hasil data penelitian yang telah diperoleh, pada proses
pembelajaran siklus I ini memperlihatkan bahwa proses pembelajaran
memperlihatkan bahwa tingkat pemahaman siswa secara klasikal masih di
bawah standar, yaitu dari 22 orang anak didik kelompok B di TK Harapan Ibu
Palembang hanya 64% atau 14 orang anak yang mampu memahami konsep
24
Geometri dengan baik dan mampu membedakan antara segiempat dengan
persegi panjang maupun segitiga serta lingkaran.
Pembahasan Siklus II
Hasil observasi proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan hal-
hal sebagai berikut :
a. Anak didik lebih aktif, hal ini disebabkan karena guru sudah banyak
memberikan bimbingan dan pengayaan tambahan atau penjelasan.
b. Anak didik lebih cepat menerima materi pelajaran karena guru telah
mencoba menerapkan model pembelajaran dengan media atau alat peraga
dipersiapkan lebih menarik lebih besar, konsep penggunaan materi gambar
serta kegiatan menyusun berbagai bentuk geometri menjadi sebuah bentuk
rumah atau mobil, secara tidak langsung menarik minat anak untuk
mengenal bentuk geometri, mereka mulai mampu membedakan berbagai
bentuk geometri yang ditunjukkan oleh guru.
Refleksi terdiri dari :
1. Analisis
Setelah diadakan siklus II yang diikuti, dengan kelas yang dilakukan
sesuai dengan perencanaan dan skenario pembelajaran,maka proses
pembelajaran berjalan dengan baik dan sempurna serta suasana kelas yang
kondusif.
2. Sintetis
Dari hasil analisis di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan-
kelemahan dan kekurangan pada proses pembelajaran siklus I telah dapat
diatasi dengan baik. Dengan kata lain proses kegiatan belajar dan mengajar
sudah mulai baik dan terarah. Anak didik sudah mampu mengikuti
pembelajaran dengan media gambar yang menarik.
3. Evaluasi
Hasil evaluasi proses perbaikan pembelajaran pada siklus II ini sudah
mencapai ketuntasan minimal 75% karena dari hasil penilaian pada akhir
kegiatan diketahui bahwa 77 % anak didik (17orang) sudah mampu
mengenal konsep Geometri sedangkan 5 orang baru dalam kemampuan
cukup baik.
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian di atas,
dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan media gambar yang dilaksanakan
di TK Harapan Ibu Palembang telah dapat meningkatkan kemampuan kognitif
anak dalam mengenal konsep geometri. Hal ini dapat diketahui dari setiap
siklus perbaikan terjadi peningkatan yang cukup signifikan.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan pembahasan pada hasil penelitian tersebut, dapat
disarankan hal-hal sebagai berikut:
(1) Guru TK diharapkan terus mengikuti perkembangan tentang dunia
pendidikan anak usia dini, sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajarannya;
(2) Penerapan media gambar perlu dilakukan secara konsisten untuk
menstimulasi minat dan aktifitas anak di TK dalam mengikuti proses
pembelajaran, tidak hanya pada sentra atau bidang pengembangan tertentu
tetapi pada semua bidang pengembangan;
(3) Penerapan media gambar perlu disosialisasikan pada para pendidik anak
usia dini, baik guru maupun orang tua sehingga terjadi harmonisasi dalam
memberikan harapan yang wajar pada anak dan cara menstimulasi anak
agar dapat mengenal konsep Geometri melalui pengamatan secara
langsung.
DAFTAR PUSTAKA
26
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada. Media Group
http:// id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini. diakses tanggal 14 April 2014.
http://kurikulumpaud.blogspot.com/2013/07 /pengertian-kognitif-pada-paud.html. diakses tanggal 14 April 2014.
http://primazip.wordpress.com/2014/04/03/hakikat-perkembangan-anak-usia-dini/). diakses tanggal 14 April 2014.
Husdarta, Nurlan. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta
Agustin, Mubair . 2008. Bimbingan Konseling untuk Anak, tidak diterbitkan
Negoro, 2003. Pengenalan geometri pada anak. http://duniaanakbalita. blogspot.com/2014/01/pengenalan-bentuk-geometri-pada-anak.html. diakses tanggal 14 April 2014.
Rudyanto. 2005. Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Ruseffendi, 1991. Dasar-Dasar Matematika Modern Untuk Guru. Bandung : Tarsito
Suyanto, Slamet. 2005.Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publising
Sumanto. 2005. Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK
Supriyono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM
Wahyudi, 2005. Permainan Puzzle. http://yhanapratiwi.files.wordpress.com /2014/03/puzzle.pdf.
1