Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal
-
Upload
joko-soebagyo -
Category
Education
-
view
714 -
download
0
Transcript of Joko soebagyo s2 mat-782612081-perbaikan review journal
TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN
REVIEW JOURNAL
Working Memory and Intelligence: A Brief Review
JOKO SOEBAGYO782612081
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2013
Ulasan (Review)
Dari judul jurnal yang di ulas terdapat ada tiga istilah psikologi yaitu:
memory, working memory dan inteligence.
A. Memori
1. Definisi Memori
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memori adalah
1) kesadaran akan pengalaman masa lampau yg hidup kembali; ingatan;
2) catatan yg berisi penjelasan;
3) peringatan; keterangan.
Menurut Tulving & Craik (dalam Meinisa, 2012) mendefinisikan
memori sebagai cara-cara yang dengannya kita mempertahankan dan
menarik pengalaman-pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat ini.
Menurut Passer dan Smith (dalam Meinisa, 2012) menyatakan
bahwa memori merupakan suatu proses yang meliputi perekaman,
penyimpanan, dan pemanggilan informasi atau pengalaman. Memori
bersifat sangat kompleks dan dinamis.
Menurut Matlin (dalam Meinisa, 2012) mendefiniskan memori
sebagai proses untuk mempertahankan informasi.
Menurut Galotti (dalam Meinisa, 2012) mendefinisikan memori
sebagai suatu proses kognitif yang terdiri atas serangkaian proses, yakni :
penyimpanan (storage), retensi, dan pengumpulan informasi (information
gathering).
Sebagai sebuah proses, memori menunjukkan suatu mekanisme
dinamik yang diasosiasikan dengan penyimpanan (storing), pengambilan
(retaining), dan pemanggilan kembali (retrieving) informasi mengenai
pengalaman yang lalu (Bjorklund, Schneider, & Hernandez Blasi, 2003;
Crowder, 1976, dalam Paskah, 2009)
Menurut Santrock (dalam Meinisa, 2012) mendefiniskan memori
sebagai tempat penyimpanan informasi dari waktu ke waktu.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
memori adalah kemampuan mengingat yang meliputi perekaman,
penyimpanan, dan pemanggilan informasi atau pengalaman masa lampau
untuk digunakan saat ini.
2. Tahapan Memori
Atkinson dan Shiffrin (dalam Paskah, 2009) memperkenalkan model
tradisional dari memori yang terdiri dari tiga tahap, yaitu sensory
register/memory, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang.
Multi Store Model
(Atkinson and Shiffrin, 1968)
Menurut Lahey (dalam paskah, 2009) sensory register merupakan tahap
pertama dari memori yang berfungsi untuk menangkap semua
pengalaman sensori (berupa visual, auditori, dan sentuhan) hingga
akhirnya diproses. Proses encoding pada sensory register berlangsung
pada saat informasi diubah dalam bentuk impuls-impuls yang dapat
diproses otak. Pada proses penyimpanan, informasi yang berada dalam
sensory register tidak bertahan lama hanya sepersekian detik.
Dalam memori jangka pendek, tempat penyimpanan informasi sementara
7+2 menit (Baddeley, 2001), terjadi kegiatan: analisis bacaan, pemecahan
masalah, kapasitas terbatas. Sedangkan dalam memori jangka panjang,
dapat menyimpan memori dalam jumlah tak terbatas tetapi tidak dapat
diukur jumlahnya.
Secara tabel dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel Perbedaan Tahap Memori
3. Pemrosesan Informasi dalam Memori
Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam memori
menurut Sternberg, 2006 (dalam Paskah, 2009), yaitu:
a) Encoding
Tahap pertama dalam pemrosesan informasi adalah encoding. Encoding
merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah informasi sehingga
Fitur Sensory Register Memori jangkapendek
Memori jangkapanjang
Masuknyainformasi
Sebelum adanyaperhatian
Membutuhkanperhatian
Pengulangan
Caramempertahankaninformasi
Tidak mungkin Memberi lebihbanyak perhatiandan pengulangan
Menyusuninformasi dengantepat
Bentuk informasi Bentuk nyatadari input
Akustik, visual,dan makna
Berdasarkanmakna
Kapasitas Besar Kecil Tidak terbatasPenyebab lupa Faktor waktu Faktor waktu dan
adanyapergantianinformasi
Informasi tidakakan pernahhilang. Lupadisebabkan karenaketidakmampuanmemanggilinformasi dengansempurna
Durasi ±1 detik 7 – 9 menit Menit – tahunanPemanggilan - Secara otomatis Melalui proses
pencarian
individu dapat menempatkannya di dalam memori. Individu mengubah
informasi ke dalam bentuk psikologis yang dapat diterima mental.
Biasanya kode yang digunakan adalah kode semantik, visual, dan akustik.
Kode semantic didasarkan pada makna dan merupakan kode yang
dominan di dalam memori jangka panjang (long term memory). Kode
akustik didasarkan pada bahasa dan merupakan kode memori yang
dominan dalam memori jangka pendek (short term memory). Materi yang
ada di dalam kode akustik biasanya terdiri dari urutan huruf, angka,
ataupun kata-kata yang tidak bermakna. Sedangkan kode visual diwakili
oleh gambar.
b) Penyimpanan (storage)
Pemrosesan yang kedua adalah penyimpanan yang berfungsi untuk
mempertahankan informasi.
c) Pemanggilan (retrieval)
Pemrosesan yang ke tiga adalah pemanggilan. Pemanggilan adalah proses
mengakses kembali informasi yang telah disimpan. Menurut Hunt & Ellis
(dalam Paskah, 2009) proses pemanggilan ada dua, yaitu: recall dan
recognition.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Memori
Menurut Gunawan (dalam Paskah, 2009) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi memori, yaitu:
a) Informasi yang tidak relevan dan tidak penting
Informasi yang tidak relevan dan tidak penting tidak akan mendapat
perhatian dari individu.
b) Interfensi atau gangguan
Jika ada gangguan pada saat individu ingin memasukkan informasi ke
dalam memori maka informasi yang dimasukkan akan kacau. Contoh,
kebisingan.
c) Tidak fokus
Jika banyak informasi yang muncul pada saat kita ingin memasukkan
suatu informasi ke dalam memori maka hal ini mengakibatkan perhatian
terpecah.
d) Keadaan mental
Keadaan mental yang mempengaruhi memori adalah emosi. Keadaan
emosi akan mempengaruhi proses kognitif, seperti proses belajar dan
memori (Hunt & Ellis, 2004). Ganong (1973) menyatakan bahwa emosi
terdiri dari dua komponen, yaitu fisik dan mental. Komponen-komponen
tersebut meliputi kognitif (kesadaran akan sensasi), afek (perasaan akan
sesuatu), konatif (dorongan untuk berperilaku), dan perubahan fisik
(seperti hipertensi, berkeringat, dll). Mood merupakan pengalaman emosi
yang bertahan cukup lama (Matlin, 2005). Mood yang positif sangat
berperan dalam proses pemahaman. Sternberg (2006) menyatakan bahwa
hal-hal yang membangkitkan emosi akan merangsang sistem endokrin
untuk mengeluarkan hormon. Hormon tersebut akan menyebabkan
peningkatan kadar glukosa pada otak yang berfungsi untuk meningkatkan
memori. Pada proses belajar yang menjadi fokus perhatian adalah emosi
positif. Powless dan Nielson (2004) menyatakan bahwa emosi positif
dapat menimbulkan arousal yang akan berdampak pada pemanggilan
informasi.
e) Fisik yang lelah
Kondisi fisik yang lelah juga sangat berpengaruh terhadap daya serap
informasi dan akan berpengaruh terhadap memori. Pikiran dan tubuh
saling mempengaruhi, saat pikiran sedang kacau maka kondisi tubuh akan
terpengaruh.
f) Pengaruh zat kimia tertentu
Ada kebiasaan hidup yang kurang mendukung kerja otak, misalnya
kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan tertentu, biasanya obat
terlarang. Buzan (2003) menyatakan bahwa alkohol akan mempengaruhi
memori jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan secara konsisten.
B. Working Memory
1. Definisi Working Memory
Working memory adalah suatu proses aktif menyimpan informasi hingga
informasi itu dikeluarkan, misalnya terus memikirkan dan mengulang-
ulang suatu nomor telepon kepada diri sendiri hingga memencet nomor
telepon yang dituju. Perlu diingat bahwa inti dari working memory adalah
bukan pada memindahkan informasi dari STM ke LTM, melainkan terus
mengingat informasi untuk kepentingan yang sementara atau mendadak.
Bagian-bagian otak yang mempengaruhi kinerja working memory adalah
frontal cortex, parietal cortex, anterior angulate, dan bagian dari basal
ganglia.
Terdapat banyak teori mengenai working memory yang berasal dari
penelitian pada hewan dan penelitian imaging atau pembayangan pada
manusia. Misalnya menurut Postle (2006), working memory berhubungan
dengan STM. Teori Cowan (2001) menyatakan bahwa working memory
bukan sistem yang terpisah, tapi merupakan bagian dari LTM.
Representasi dalam working memory merupakan subbagian dari
representasi LTM. Menurut Cowan (2001), kapasitas working memory
orang dewasa muda ± 7 chunks (digit, huruf, kata-kata atau unit lain), ± 4
chunks pada orang dewasa muda dan semakin sedikit pada anak-anak dan
orangtua. Proses pemindahan dari STM ke LTM meliputi pengkodean
atau konsolidasi informasi. Semakin lama suatu informasi tersimpan di
STM, semakin mungkin pula informasi tersebut masuk ke dalam LTM.
2. Model Working memory
a. Baddeley and Hitch's Working Memory Model
Baddeley and Hitch's Working Memory Model
b. Model Tannock
C. Intelligence
1. Definisi Intelligence
Menurut KBBI, intelligence berarti mempunyai atau menunjukkan
tingkat kecerdasan yang tinggi; berpikiran tajam; cerdas; berakal.
Menurut J. Piaget, “Intelligence is assimilation to the extent that it
incorporates all the given data of experience within its framework ...There
can be no doubt either, that mental life is also accommodation to the
environment. Assimilation can never be pure because by incorporating
new elements into its earlier schemata the intelligence constantly modifies
the latter in order to adjust them to new elements.”
Menurut L. Thurstone, “Intelligence, considered as a mental trait,
is the capacity to make impulses focal at their early, unfinished stage of
formation. Intelligence is therefore the capacity for abstraction, which is
an inhibitory process.”
Menurut H. J. Eysenck, “Intelligence A: the biological substrate of
mental ability, the brains’ neuroanatomy and physiology; Intelligence B:
the manifestation of intelligence A, and everything that influences its
expression in real life behavior; Intelligence C: the level of performance
on psychometric tests of cognitive ability.” .
Menurut A. Binet, “It seems to us that in intelligence there is a
fundamental faculty, the alteration or the lack of which, is of the utmost
importance for practical life. This faculty is judgement, otherwise called
good sense, practical sense, initiative, the faculty of adapting ones self to
circumstances.”
Menurut A. Anastasi, “Intelligence is not a single, unitary ability,
but rather a composite of several functions. The term denotes that
combination of abilities required for survival and advancement within a
particular culture.”
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa intelligence
adalah suatu kombinasi kemampuan mental, manifestasi mental dan
kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyesuaikan diri, survive
dan inisiatif dalam berbagai macam situasi atau keadaan dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Jenis-jenis Intelligence
a. Menurut Howard Gardner pada tahun 1983 dalam bukunya The
Theory of Multiple Intelegence, mengusulkan tujuh macam komponen
kecerdasan, yang disebutnya dengan Multiple Intelegence (Intelegensi
Ganda) kemudian bertambah jadi delapan. Dalam buku terbarunya,
‘Intelligence Reframed : Multiple Intelligence for The 21st Century’
(1999), Howard Gardner, menambahkan dan menjelaskan 9
kecerdasan, yaitu: Intelegensi ganda tersebut meliputi: (1) kecerdasan
linguistic-verbal dan (2) kecerdasan logiko-matematik yang sudah
dikenal sebelumnya, ia menambahkan dengan komponen kecerdasan
lainnya yaitu (3) kecerdasan spasial-visual, (4) kecerdasan ritmik-
musik, (5) kecerdasan kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7)
kecerdasan intrapersonal. Sekarang tujuh kecerdasan tersebut di atas
sudah bertambah lagi dengan satu komponen kecerdasan yang lain,
yaitu (8) kecerdasan naturalis (9) Kecerdasan eksistensial (kecerdasan
makna).
b. Menurut British psychologist Charles Spearman (1863-1945)
described a concept he referred to as general intelligence, or the g
factor. After using a technique known as factor analysis to to examine
a number of mental aptitude tests, Spearman concluded that scores on
these tests were remarkably similar. People who performed well on
one cognitive test tended to perform well on other tests, while those
who scored badly on one test tended to score badly on others. He
concluded that intelligence is general cognitive ability that could be
measured and numerically expressed.
c. Menurut Psychologist Louis L. Thurstone (1887-1955) offered a
differing theory of intelligence. Instead of viewing intelligence as a
single, general ability, Thurstone's theory focused on seven different
"primary mental abilities." The abilities that he described were: (1)
Verbal comprehension (2) Reasoning (3) Perceptual speed (4)
Numerical ability (5) Word fluency (6) Associative memory (7) Spatial
visualization.
d. Menurut Robert Sternberg - Triarchic Theory of Intelligence: defined
intelligence as "mental activity directed toward purposive adaptation
to, selection and shaping of, real-world environments relevant to
one’s life." While he agreed with Gardner that intelligence is much
broader than a single, general ability, he instead suggested some of
Gardner's intelligences are better viewed as individual talents.
Sternberg proposed what he refers to as 'successful intelligence,'
which is comprised of three different factors: (1) Analytical
intelligence: This component refers to problem-solving abilities. (2)
Creative intelligence: This aspect of intelligence involves the ability to
deal with new situations using past experiences and current skills. (3)
Practical intelligence: This element refers to the ability to adapt to a
changing environment.
Berdasarkan informasi diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
intelligence tidak dapat dipastikan secara konsep. Sampai saat ini, masih
dalam perdebatan konsep mana yang akan dijadikan acuan dalam dunia
akademik.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelligence
Dalam buku Psikologi Pendidikan oleh H. Jaali pada tahun 2007, faktor
yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:
1) Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah,
antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu
kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar. Dan pintar sekali,
meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2) Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan
merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan
dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan
dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3) Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara
pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau
pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam
sekitarnya.
4) Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat
dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu
mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat
sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak.
Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk
menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan
faktor umur.
5) Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih
metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan
yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat
hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.
D. Hubungan antara Working Memory dan Intelligence
1. Keterkaitan antara definisi Working Memory dan Intelligence
Berdasarkan definisi dari working memory dan intelligence, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara working
memory dan intelligence.
2. Penelitian yang relevan
Beberapa penelitian mengenai hubungan antara working memory dan
intelligence, yaitu:
1) Working memory capacity and its relation to general intelligence oleh
Andrew R.A. Conway, Michael J. Kane and Randall W. Engle yang
menyimpulkan bahwa in summary, several recent latent variable
analyses suggest that WMC accounts for at least one-third and
perhaps as much as one-half of the variance in g. What seems to be
important about WM span tasks is that they require the active
maintenance of information in the face of concurrent processing and
interference and therefore recruit an executive attention-control
mechanism to combat interference.
2) Working memory and intelligence are highly related constructs, but
why? oleh Roberto Coloma, Francisco J. Abada, Ángeles Quirogab,
Pei Chun Shiha, Carmen Flores-Mendozac yang menyimpulkan
bahwa in summary, working memory and intelligence are highly
related because they share capacity limits. These limits refer to both
the amount of information that can be temporarily retained in a
reliable state (short-term storage) and the ability to update the
relevant information. Both mechanisms could rely on discrete brain
regions belonging to frontal and parietal areas. Nevertheless, further
research is intensively required to test the likelihood of this tentative
psycho-biological model of the working memory–intelligence
relationship.
3) Working Memory and Intelligence—Their Correlation and Their
Relation: Comment on Ackerman, Beier, and Boyle (2005) oleh Klaus
Oberauer (University of Potsdam), Ralf Schulze (Westfa¨lische
Wilhelms-Universita¨t Mu¨nster), Oliver Wilhelm (Humboldt-
University Berlin), Heinz-Martin Su¨ß (University of Magdeburg)
yang menyimpulkan bahwa The field is still far from consensus about
what WM is and how it functions, but there are various competing
theories that make testable empirical claims (for an overview, see
Miyake & Shah, 1999). Nothing comparable can be said about g.
4) Attention and working memory as predictors of intelligence oleh Karl
Schweizera dan Helfried Moosbruggera yang menyimpulkan bahwa
Overall, it is to be noted that about half of the variance of individual
differences in intelligence can be explained on the latent level by
means of attention and working memory in this study. Although this is
a considerable proportion of the variance of individual differences,
there is still a large proportion that needs to be predicted. To achieve
a higher rate in prediction, other sources have to be considered.
5) Working memory, fluid intelligence, and science learning oleh Kun
Yuan, Jeffrey Steedle, Richard Shavelson, Alicia Alonzo1, Marily
Oppezzo yang menyimpulkan bahwa Regarding the measurement of
WM, we found great variability among current measures. This variety
provided methods to measure WM from different perspectives, but
also created inconsistency and led to difficulty in comparing studies of
the relationship between WM and other constructs like fluid
intelligence and science achievement.
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari review jurnal karya Weng-Tink Chooi dari Advanced
Medical & Dental Institute, Universiti Sains Malaysia, Penang, Malaysia
dengan judul Working Memory and Intelligence: A Brief Review adalah:
1. Ada kesalahan persepsi mengenai intelligence dan general intelligence
(g factor). Penulis jurnal menyamakan arti antara intelligence dan
general intelligence (g factor). Berdasarkan definisi dan jenis-jenis
intelligence, sampai saat ini masih dalam perdebatan, apakah definisi dari
Howard Gardner, Charles Spearman, Louis L. Thurstone, atau Robert
Sternberg yang digunakan???
2. Beberapa penelitian yang relevan menghasilkan kesimpulan yang
berbeda-beda baik secara definisi maupun hasil sehingga dapat dikatakan
bahwa jurnal ini tidak dapat dijadikan acuan maupun pedoman dalam
penulisan laporan, makalah ataupun karya ilmiah lain dikarenakan
inkonsistensi definisi dan data.
F. Daftar Pustaka
1. Risky Amelia, Meinisa. (2012). Pengaruh Aroma Terhadap Kemampuan
Mengingat Jangka Pendek Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara. Skripsi. USU: Tidak diterbitkan.
2. Aprianti Sitanggang, Paskah. (2009). Pengaruh Tayangan Humor
Terhadap Peningkatan Memori Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara. Skripsi. USU: Tidak diterbitkan.
3. Conway, Andrew R.A et. al. (2003). Working memory capacity and its
relation to general intelligence. Jurnal TRENDS in Cognitive Sciences .
(Online), Vol.7 No.12 December 2003.
(http://www.psychology.gatech.edu/renglelab/publications/2003/Working
memory capacity and its relation to general intelligence.pdf, diakses 07
Februari 2013).
4. Coloma, Roberto et. al. (2008). Working memory and intelligence are
highly related constructs, but why?. Science Direct. (Online)
(
http://www.uam.es/personal_pdi/psicologia/fjabad/cv/articulos/intelligenc
e/Workingmemoryandintelligence2008.pdf, diakses 07 Februari 2013).
5. Oberauer, Klaus et. al. (2005). Working Memory and Intelligence—Their
Correlation and Their Relation: Comment on Ackerman, Beier, and Boyle
(2005). Psychlogical Bulletin. (Online), Vol. 131, No. 1 2005,
(http://jtoomim.org/brain-training/working memory and intelligence their
correlation and their relation comment on ackerman,beier and boyle.pdf,
diakses 07 Februari 2013).
6. Schweizera, Karl dan Helfried Moosbruggera. (2004). Attention and
working memory as predictors of intelligence oleh . Science Direct.
(Online), (http://jtoomim.org/brain-training/attention and working
memory as predictors of intelligence.pdf, diakses 07 Februari 2013).
7. Yuan, Kun et. al. (2006). Working memory, fluid intelligence, and science
learning oleh . Science Direct. (Online),
(
http://www.stanford.edu/dept/SUSE/SEAL/Reports_Papers/YuanEtal_W
orkingMemory.pdf, diakses 07 Februari 2013).
8. http://psychology.about.com/od/cognitivepsychology/p/intelligence.htm