jiunkpe-ns-s1-2005-23499106-2986-power_supply-chapter2.pdf

16
2. LANDASAN TEORI Sebuah Power Supply DC disebut catu daya jenis switching (elektronik) ditandai dengan penggunaan peranti semikonduktor yang berfungsi untuk men- switch (mensakelar) atau menahan aliran arus didalam catu. Metoda ini memiliki beberapa keuntungan daripada metoda tradisional (linier). Keuntungan utama adalah memiliki efisiensi yang lebih baik daripada metoda linier, ukuran lebih kompak, dan kemampuannya untuk dapat beroperasi pada kisaran tegangan masukan lebih lebar. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori dasar yang dipakai dalam perancangan Power Supply DC Mode Switching. Terlebih dahulu akan diberikan penjelasan secara umum mengenai Power Supply DC Mode Switching. 2.1. Power Supply DC Mode Switching Pada Switching Power Supply input tegangan AC dari jala-jala dirubah menjadi tegangan DC melalui penyearah dan filter, tanpa melewati transformator frekuensi rendah yang akan menghasilkan tegangan DC tinggi. Tegangan DC tersebut kemudian dimasukkan pada switching element. Proses pensaklaran beroperasi pada frekuensi tinggi antara 20 kHz sampai 1 MHz, tegangan DC dipotong-potong menjadi gelombang kotak frekuensi tinggi yang kemudian di masukkan ke penyarah dan filter lagi untuk menghasilkan tegangan DC yang diinginkan. Sebagian dari output ini di monitor dan dibandingkan dengan tegangan referensi dan sinyal error digunakan untuk mengkontrol waktu on-off dari switch yang artinya meregulasi output. Karena switch hanya mengalami posisi on atau off maka hanya mengalami disipasi daya yang kecil, yang menghasilkan efisiensi daya yang tinggi sekitar 70 – 80 %. Power supply jenis ini juga memiliki beberapa kekurangan yaitu menghasilkan noise dan ripple output yang lebih tinggi, menghasilkan EMI / RFI dan desain yang lebih kompleks. Tetapi dengan pendisainan yang hati-hati maka masalah ini dapat diatasi. 4 Universitas Kristen Petra

Transcript of jiunkpe-ns-s1-2005-23499106-2986-power_supply-chapter2.pdf

  • 2. LANDASAN TEORI

    Sebuah Power Supply DC disebut catu daya jenis switching (elektronik)

    ditandai dengan penggunaan peranti semikonduktor yang berfungsi untuk men-

    switch (mensakelar) atau menahan aliran arus didalam catu. Metoda ini memiliki

    beberapa keuntungan daripada metoda tradisional (linier). Keuntungan utama

    adalah memiliki efisiensi yang lebih baik daripada metoda linier, ukuran lebih

    kompak, dan kemampuannya untuk dapat beroperasi pada kisaran tegangan

    masukan lebih lebar.

    Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori dasar yang dipakai

    dalam perancangan Power Supply DC Mode Switching. Terlebih dahulu akan

    diberikan penjelasan secara umum mengenai Power Supply DC Mode Switching.

    2.1. Power Supply DC Mode Switching

    Pada Switching Power Supply input tegangan AC dari jala-jala dirubah

    menjadi tegangan DC melalui penyearah dan filter, tanpa melewati transformator

    frekuensi rendah yang akan menghasilkan tegangan DC tinggi. Tegangan DC

    tersebut kemudian dimasukkan pada switching element. Proses pensaklaran

    beroperasi pada frekuensi tinggi antara 20 kHz sampai 1 MHz, tegangan DC

    dipotong-potong menjadi gelombang kotak frekuensi tinggi yang kemudian di

    masukkan ke penyarah dan filter lagi untuk menghasilkan tegangan DC yang

    diinginkan. Sebagian dari output ini di monitor dan dibandingkan dengan

    tegangan referensi dan sinyal error digunakan untuk mengkontrol waktu on-off

    dari switch yang artinya meregulasi output. Karena switch hanya mengalami

    posisi on atau off maka hanya mengalami disipasi daya yang kecil, yang

    menghasilkan efisiensi daya yang tinggi sekitar 70 80 %. Power supply jenis ini

    juga memiliki beberapa kekurangan yaitu menghasilkan noise dan ripple output

    yang lebih tinggi, menghasilkan EMI / RFI dan desain yang lebih kompleks.

    Tetapi dengan pendisainan yang hati-hati maka masalah ini dapat diatasi.

    4 Universitas Kristen Petra

  • 5

    2.2. Penyearah dan Filter DC

    Bagian ini berfungsi untuk mengubah tegangan AC menjadi menjadi

    tegangan DC. Untuk lebih jelasnya maka berikut penjelasan masing-masing

    rangkaian:

    2.2.1. Penyearah

    Penyearah adalah rangkaian yang berfungsi untuk mengubah tegangan AC

    menjadi tegangan yang DC. Rangkaian penyearah secara umum dibagi menjadi 2

    katagori ,yaitu:

    Setengah Gelombang Rangkaian penyearah Setengah Gelombang (half wave) terdiri dari

    1 buah dioda yang terpasang secara seri maju. Yang akan menghasilkan

    sinyal setengah gelombang. Gambar 2.1 menunjukkan rangkaian

    penyearah setengah gelombang.

    Gambar 2.1. Penyearah Half Wave

    Gelombang Penuh Rangkaian penyearah gelombang penuh (Full wave) ini terdiri dari

    Dioda bridge yang menghasilkan penyearah gelombang penuh agar lebih

    Universitas Kristen Petra

  • 6

    mudah membentuk sinyal DC yang rata. Gambar 2.2 menunjukkan

    rangkaian penyearah Full wave.

    Gambar 2.2. Penyearah Gelombang Penuh

    2.2.2. Filter

    Sinyal keluaran dari penyearah belum bapat dimasukkan langsung ke

    rangkaian beban karena masih terdapat ripple tegangan. Cara menghilangkan

    ripple ini dengan menggunakan kapasitor yang dipasang secara pararel dengan

    beban , seperti pada gambar 2.3

    Gambar 2.3. Filter DC

    Universitas Kristen Petra

  • 7

    2.3. Bagian Inverter

    Bagian ini dibentuk oleh dua buah bagian yaitu Transformator Pulsa dan

    Pensaklar (switcher). Inverter ini merupakan inti dari sebuah switching power

    supply dimana bagian ini dapat menaikkan (booster) dan menurunkan (buck)

    daya. Berikut akan dijelaskan jenisjenis inverter dan bagian-bagiannya. Secara

    umum inverter digambarkan seperti pada gambar 2.4.

    Gambar 2.4. Rangkaian Inverter

    Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.

    2.3.1. Jenis jenis Inverter

    Ada berbagai macam jenis metode inverter yang dapat digunakan untuk

    proses switching, dimana pemilihan metode yang digunakan dapat berdasarkan

    pada kisaran daya output yang diinginkan , berikut merupakan tabel jenis metode

    dan kisaran output yang dihasilkan .

    Tabel 2.1.jenis inverter1

    Rangkaian Kisaran daya

    Flyback 50 100 watt

    Forward 100 200 watt

    Push-Pull 200 500 watt

    Half Bridge 200 500 watt

    Full Bridge 500 2000 watt

    1 Sumber: TEXAS INSRUMENT. Linier Circuit Databook Volume 3 .1989. p.80

    Universitas Kristen Petra

  • 8

    Berikut akan dijelaskan mengenai metodemetode yang terdapat dalam

    tabel diatas .

    Metode flyback Metode flyback memiliki cara kerja yang berbeda dari metode

    yang lainnya, saat transistor pada kondisi on arus mengalir melalui

    kumparan primer dan menyimpan energi pada kumparan sekunder, karena

    dioda D1 pada kondisi reverse bias maka tidak terjadi transfer energi

    sehingga arus pada beban di supply oleh ouput kapasitor. Pada saat

    transistor pada kondisi off dioda D1 menjadi forward dan mengisi output

    kapasitor dan mengalirkan arus ke beban. namun metode ini memiliki

    kestabilan daya kurang baik karena terjadi penumpukan energi pada

    transformator, dimana energi tersebut dapat berbalik ke transistor

    switching yang akan mengakibatkan kerusakan pada transistor tersebut.

    Gambar 2.5 menunjukkan rangkaian dari sebuah flyback inverter .

    Gambar 2.5. metoda Flyback

    Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.

    Universitas Kristen Petra

  • 9

    Metode forward Pada metode forward transformator digunakan dalam kondisi aktif

    atau forward dimana transfer daya ke beban dilakukan pada saat transistor

    on. Pada metode ini transformator memiliki lilitan ke-3, yang dihubungkan

    pada dioda D3, Yang memiliki jumlah lilitan yang sama dengan lilitan

    primer dan biasanya menggunakan lilitan bifilar. Lilitan ke-3 tersebut

    memiliki fungsi utama untuk mengembalikan energi yang tersimpan pada

    transformator ke sumber (line) yang dengan kata lain melakukan reset

    pada transformator setiap cycle . Karena pada rangkaian ini memerlukan

    waktu untuk set dan reset yang sama maka duty cycle nya tidak dapat

    melebihi 50 % . Pada kondisi transistor on dioda D1 forward bias dan D2

    reverse maka arus dan daya mengalir melalui dioda D1 ke filter C dan

    beban, sedangkan pada kondisi transsistor off diode D2 berada dalam

    kondisi forward bias dan akan mempertahankan arus ke beban. Pada saat

    kondisi transistor off lilitan ke-3 dan diode D1 akan membalikkan

    polaritas tegangan pada transformator yang berarti mereset transformator

    tersebut. Gambar 2.6 menunjukkan rangkaian dari sebuah foward inverter.

    Gambar 2.6. Metoda forward

    Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.

    Universitas Kristen Petra

  • 10

    Metode push pull Metode ini sebenarnya adalah dua forward converters yang bekerja

    secara kebalikan, dimana untuk rangkaian Model ini menggunakan 2

    saklar yang disulut (trigger) secara bergantian. Adapun penggunaannya

    pada kumparan primer transformator pulsa harus dalam konfigurasi centre

    tap (CT). Pada kondisi Q1 on dan Q2 off maka dioda D1 menjadi forward

    bias dan arus mengalir melalui D1 ke Filter LC dan beban kemudian

    kembali melalui center tap pada kumparan sekunder, pada saat Q1 off dan

    Q2 on arus beban akan akan mengalir melalui dioda D2. Gambar 2.7

    menunjukkan rangkaian dari sebuah push pull inverter .

    Gambar 2.7. Metoda push pull

    Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.

    Metoda half bridge Metode ini merupakan metode yang paling popular untuk High

    power converter. Metode ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan

    dengan metode push pull, dimana sangat menguntung untuk tegangan

    masukan DC yang tinggi karena tegangan tinggi tersebut akan dibagi 2

    oleh dua buah kapasitor yang dihubungkan secara seri (C1, C2). Dimana

    pada saat Q1 on dan Q2 off maka arus akan mengalir dari kutub positif

    kapasitor C1 melalui Q1 ke kumparan primer tranformator kemudian

    Universitas Kristen Petra

  • 11

    kembali ke kutub negatif C1, dimana pada kondisi ini arus beban pada

    kumparan sekunder mengalir melalui D1. Pada saat Q1 off dan Q2 on arus

    mengalir dari kutub positif C2 ke transformator kemudian melalui Q2 dan

    kembali ke kutub negatif C2, sedangkan arus beban melalui D2. Gambar

    2.8 menunjukkan rangkaian dari sebuah half bridge inverter.

    Gambar 2.8. metoda half bridge

    Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.

    Metode full bridge Metode ini memiliki perbedaan besar dengan metode half bridge

    dimana pada metode ini digunakan 4 buah transistor. Karena

    menggunakan 4 buah transistor maka metode ini memiliki reabilitas yang

    lebih baik. dimana pada saat Q1, Q3 on dan Q2, Q4 off maka arus akan

    mengalir dari supply DC positif ke Q1 melalui kumparan primer

    tranformator kemudian ke Q3 kembali ke supply DC negatif , dimana pada

    kondisi ini arus beban pada kumparan sekunder mengalir melalui D1. Pada

    saat Q1, Q3 off dan Q2, Q4 on maka arus akan mengalir dari supply DC

    positif ke Q2 melalui kumparan primer tranformator kemudian ke Q4

    kembali ke supply DC negatif, sedangkan arus beban melalui D2. Gambar

    Gambar 2.9 menunjukkan rangkaian dari full bridge inverter .

    Universitas Kristen Petra

  • 12

    Gambar 2.9. metoda full bridge

    Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.

    2.3.2. Transformator Pulsa

    Transformator pulsa merupakan sebuah komponen yang memiliki peranan

    penting dalam mentransfer daya listrik, dari satu rangkaian (rangkaian primer) ke

    rangkaian yang lain (rangkaian sekunder) dengan tidak mengubah frekuensi dan

    bentuk gelombang. Transformator terdiri dari dua kumparan induktif yang

    terpisah secara listrik tetapi terhubung secara magnetis.

    Prinsip kerja transformator adalah induksi bersama (Mutual Induction) M

    antara dua bagian primer dan sekunder yang dihubungkan oleh fluks magnet (, = B.A). Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan suatu tegangan bolak-

    balik, maka fluks bolak-balik akan timbul di dalam inti. Sehingga akan

    menimbulkan gaya gerak listrik (ggl) induksi yang sesuai dengan hukum Faraday.

    Jika rangkaian kedua dihubungkan dengan beban, arus akan mengalir dalam

    rangkaian dan daya listrik diberikan dari kumparan primer ke kumparan sekunder.

    Dengan demikian sebuah transformator adalah suatu alat yang berfungsi

    untuk mentransfer energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik

    yang lain, yang dalam prosesnya tidak tidak melakukan perubahan pada frekuensi

    dan bentuk aslinya, bekerja dengan sistem induksi elektromagnet.

    Universitas Kristen Petra

  • 13

    2.3.2.1. Inti Transformator

    Pada masa-masa awal penggunaan transformator, bahan feromagnetik

    terutama besi banyak digunakan sebagai inti. Sejalan dengan waktu, ditemukan

    bahan magnetik yang baru seperti ferrites dengan kerapatan tinggi yang sangat

    diminati untuk miniaturisasi dalam elektronik.

    Inti yang digunakan untuk transformator pulsa adalah menggunakan inti

    jenis ferrite, yang mempunyai nama kimia Fe2O3XO, dimana X melambangkan

    satu atau lebih dari satu logam lain, misalnya : Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Mg, Cd.

    Ferrite dibentuk pada temperatur tinggi dari campuran oksida besi yang berbentuk

    bubuk dan oksida-oksida logam lain.

    Dipilihnya ferrite sebagai inti karena ferrite mempunyai keunggulan yaitu

    mempunyai permeabilitas yang tinggi dan dapat dipergunakan untuk frekuensi

    tinggi tanpa rugi-rugi arus Eddy menjadi besar. Ferrite sangat cocok dipakai

    untuk frekuensi tinggi, dan secara khusus biasanya dipakai sebagai inti

    transformator pulsa. Tetapi ferrite mempunyai bermacam-macam bentuk, antara

    lain: pot cores, square cores (RM cores), E cores, H cores, U cores, dan toroids

    (ring cores). Gambar 2.10 menunjukkan macam-macam inti ferrite .

    Gambar 2.10. Bentuk-bentuk inti ferit

    Sumber: Epcos. Ferrites Cores. Februari 2004.

    Universitas Kristen Petra

  • 14

    2.3.2.2. Analisa Transformator

    Untuk lebih mempermudah pemahaman maka dilakukan analisa pada

    transformator ideal, Kumparan primer disebut Np, sementara kumparan sekunder

    disebut Ns, induktansi primer disebut Lp, induktansi sekunder disebut Ls. M

    adalah induktansi bersama (mutual inductance) yang terjadi antara kumparan

    primer dan kumparan sekunder. Pada transformator terdapat koefisien K dimana

    untuk transformator ideal nilai K = 1. Berikut ini adalah rumusan dasar yang yang

    digunakan untuk analisa pada sebuah transformator.

    LsLpMK = (2.1)

    2

    Nilai K < 1, untuk transformator tidak ideal

    nNsNp

    VpVo == (2.2)

    n adalah perubahan rasio transformasi tegangan

    nIsIp

    VpVo == (2.3)

    nNsNp

    LpLs == (2.4)

    Gambar 2.11. Transformator

    2 Nadkarni, M.A., and S.R.Bhat. Pulse Transformers Design and Fabrication. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. 1985.

    Universitas Kristen Petra

  • 15

    Untuk sebuah transformator pulsa penentuan jumlah lilitan didapatkan dari hukum

    Faraday, Dari hukum Faraday diperoleh rumusan dasar transformator yaitu:

    810

    =dtdBNAeE (2.5)3

    E = tegangan pada tansformator (Volt)

    N = jumlah lilitan

    Ae = luas penampang inti (cm2)

    dB = perubahan fluks (Gaus)

    dt = waktu perubahan fluks (detik)

    Dari rumus diatas dapat kita turunkan nilai kerapatan fluks (B) untuk memastikan

    bahwa tranformator bekerja didaerah linier pada kurva magnetisasi, rumusan itu

    adalah:

    KfNpAeVpB

    810)(= (2.6)3

    Vp = tegangan puncak (Volt)

    K = konstanta (4.44 untuk gelombang sinus)

    = frekuensi (Hz)

    Np = jumlah lilitan primer

    Ae = luas penampang inti (cm2)

    Untuk menghitung nilai induktansi dari kumparan digunakan rumusan :

    lANoL

    2 = (2.7)3 L : Induktansi (H)

    : Permeabilitas inti (core) 0 : 4 .10 -7 N : Jumlah lilitan induktor

    A : Luas penampang induktor (m2)

    l : Panjang induktor

    3 Chryssis, George. High-Frequency Switching Power Supply: Theory and Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1989.

    Universitas Kristen Petra

  • 16

    2.4. Pulse Width Modulation (PWM)

    Pulse width modulation adalah sebuah tipe modulasi dimana lebar pulsa

    dapat diubah sesuai keinginan dan keperluan. Sebuah sinyal PWM memiliki

    bentuk sinyal kotak dengan frekuensi tertentu yang perbandingan antara lebar

    pulsa high dan low dapat diubah ubah, pembentukan sinyal PWM didapatkan

    dengan membandingkan sebuah gelombang segitiga dengan frekuensi tertentu

    dengan sebuah sinyal pembanding. Dimana pada saat sinyal pembanding lebih

    tinggi daripada sinyal segitiga. Sinyal output menjadi high, dan pada saat sinyal

    pembanding lebih rendah sinyal output menjadi low. dengan mengubah level

    sinyal pembanding maka didapatkan lebar pulsa yang diinginkan, sedangkan

    dengan merubah frekuensi dari sinyal segitiga didapatkan sinyal output dengan

    frekuensi yang diinginkan.

    Gambar 2.12. Pemodelan pulse width modulation

    2.5. TL494

    TL 494 adalah sebuah IC control pulse-width-modulation (PWM). Dengan

    metode pengontrolan dengan memanfaatkan lebar pulsa untuk memberikan variasi

    suplai arus.

    Universitas Kristen Petra

  • 17

    Gambar 2.13. Susunan pin TL494CN

    Sumber: Switchmode Pulse Width Modulation Control Circuit. Semiconductor Components Industries, LLC. April 2004.

    Gambar 2.14. Timing Diagram TL494CN

    Sumber: Switchmode Pulse Width Modulation Control Circuit. Semiconductor Components Industries, LLC. April 2004.

    Universitas Kristen Petra

  • 18

    Gambar 2.15. Blok Diagram Internal TL494CN

    Sumber: Switchmode Pulse Width Modulation Control Circuit. Semiconductor Components Industries, LLC. April 2004.

    TL 494 adalah suatu sirkuit kontrol pulse width modulation berfrekuensi

    tetap. Frekuensi pada oscilator internal ditentukan oleh komponen Ct dan Rt,

    perhitungan nilai frekuensi oscilator ditentukan oleh persamaan:

    CTRTf osc =

    1 (2.8)

    Tetapi frekuensi oscilator setara dengan frekuensi output hanya berlaku untuk

    applikasi single-ended. Untuk aplikasi push-pull output frekuensi bernilai

    setengah dari frekuensi oscilator.

    Applikasi single-ended:

    CTRTf osc =

    1 (2.9)

    Aplikasi push-pull:

    ( )CTRTf osc = 21 (2.10)

    Universitas Kristen Petra

  • 19

    Untuk Mendapatkan nilai aktual dari keluaran (Vo) PWM (DC) maka berikut formulasinya; (lihat gambar 2.14)

    Vo = Vi . Duty cycle

    Vi = VE Q1 = VE Q2

    VCEQ1 = VCEQ2 = 2 volt

    Output PWM dihasilkan dengan perbandingan gelombang segitiga yang

    dihasilkan dari internal oscilator dengan salah satu dari sinyal kontrol. Sinyal

    kontrol dihasilkan dari dua sumber: rangkaian kontrol dead-time (off-time) dan

    error amplifier. Dead-time kontrol input dibandingkan langsung dengan

    komparator kontrol dead-time. Sedangkan PWM komparator membandingkan

    sinyal kontrol yang dihasilkan oleh error amplifiers. Salah satu fungsi dari error

    amplifier adalah untuk memonitor tegangan output dan memberikan gain yang

    cukup agar kesalahan dalam millivolts pada input menghasilkan nilai yang cukup

    pada sinyal kontrol untuk memberikan kontrol modulasi 100%.

    TL494 dapat bekerja dengan 2 kondisi yaitu push-pull dan single-ended,

    pada push-pull operation kontrol output yang dihubungkan dengan tegangan 5V

    referensi, dimana kedua output transistor diaktifkan oleh pulse steering flip-flop.

    Frekuensi output sama dengan setengah dari frekuensi osilator. Sedangkan pada

    single-ended operation kontrol output dihubungkan ke ground untuk mematikan

    pulse steering flip-flop. Ketika arus output drive lebih tinggi dibutuhkan untuk

    single-ended operation, Q1 dan Q2 dapat dihubungkan secara paralel dan

    frekuensi output-nya akan sama dengan frekuensi osilator.

    TL 494 mempunyai tegangan referensi internal 5,0V yang mampu untuk

    membangkitkan hingga 10mA dari arus beban untuk sirkuit bias eksternal. Nilai

    referensi mempunyai ketelitian internal dari 5,0% dengan sebuah tipe

    penyimpangan thermal kurang dari 50mV melebihi sebuah nilai operating

    temperatur dengan range 00 700C.

    Universitas Kristen Petra

    master index: back to toc: help: ukp: