jiunkpe-ns-s1-2005-23499106-2986-power_supply-chapter2.pdf
-
Upload
bakhtiar-tiar -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
Transcript of jiunkpe-ns-s1-2005-23499106-2986-power_supply-chapter2.pdf
-
2. LANDASAN TEORI
Sebuah Power Supply DC disebut catu daya jenis switching (elektronik)
ditandai dengan penggunaan peranti semikonduktor yang berfungsi untuk men-
switch (mensakelar) atau menahan aliran arus didalam catu. Metoda ini memiliki
beberapa keuntungan daripada metoda tradisional (linier). Keuntungan utama
adalah memiliki efisiensi yang lebih baik daripada metoda linier, ukuran lebih
kompak, dan kemampuannya untuk dapat beroperasi pada kisaran tegangan
masukan lebih lebar.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori dasar yang dipakai
dalam perancangan Power Supply DC Mode Switching. Terlebih dahulu akan
diberikan penjelasan secara umum mengenai Power Supply DC Mode Switching.
2.1. Power Supply DC Mode Switching
Pada Switching Power Supply input tegangan AC dari jala-jala dirubah
menjadi tegangan DC melalui penyearah dan filter, tanpa melewati transformator
frekuensi rendah yang akan menghasilkan tegangan DC tinggi. Tegangan DC
tersebut kemudian dimasukkan pada switching element. Proses pensaklaran
beroperasi pada frekuensi tinggi antara 20 kHz sampai 1 MHz, tegangan DC
dipotong-potong menjadi gelombang kotak frekuensi tinggi yang kemudian di
masukkan ke penyarah dan filter lagi untuk menghasilkan tegangan DC yang
diinginkan. Sebagian dari output ini di monitor dan dibandingkan dengan
tegangan referensi dan sinyal error digunakan untuk mengkontrol waktu on-off
dari switch yang artinya meregulasi output. Karena switch hanya mengalami
posisi on atau off maka hanya mengalami disipasi daya yang kecil, yang
menghasilkan efisiensi daya yang tinggi sekitar 70 80 %. Power supply jenis ini
juga memiliki beberapa kekurangan yaitu menghasilkan noise dan ripple output
yang lebih tinggi, menghasilkan EMI / RFI dan desain yang lebih kompleks.
Tetapi dengan pendisainan yang hati-hati maka masalah ini dapat diatasi.
4 Universitas Kristen Petra
-
5
2.2. Penyearah dan Filter DC
Bagian ini berfungsi untuk mengubah tegangan AC menjadi menjadi
tegangan DC. Untuk lebih jelasnya maka berikut penjelasan masing-masing
rangkaian:
2.2.1. Penyearah
Penyearah adalah rangkaian yang berfungsi untuk mengubah tegangan AC
menjadi tegangan yang DC. Rangkaian penyearah secara umum dibagi menjadi 2
katagori ,yaitu:
Setengah Gelombang Rangkaian penyearah Setengah Gelombang (half wave) terdiri dari
1 buah dioda yang terpasang secara seri maju. Yang akan menghasilkan
sinyal setengah gelombang. Gambar 2.1 menunjukkan rangkaian
penyearah setengah gelombang.
Gambar 2.1. Penyearah Half Wave
Gelombang Penuh Rangkaian penyearah gelombang penuh (Full wave) ini terdiri dari
Dioda bridge yang menghasilkan penyearah gelombang penuh agar lebih
Universitas Kristen Petra
-
6
mudah membentuk sinyal DC yang rata. Gambar 2.2 menunjukkan
rangkaian penyearah Full wave.
Gambar 2.2. Penyearah Gelombang Penuh
2.2.2. Filter
Sinyal keluaran dari penyearah belum bapat dimasukkan langsung ke
rangkaian beban karena masih terdapat ripple tegangan. Cara menghilangkan
ripple ini dengan menggunakan kapasitor yang dipasang secara pararel dengan
beban , seperti pada gambar 2.3
Gambar 2.3. Filter DC
Universitas Kristen Petra
-
7
2.3. Bagian Inverter
Bagian ini dibentuk oleh dua buah bagian yaitu Transformator Pulsa dan
Pensaklar (switcher). Inverter ini merupakan inti dari sebuah switching power
supply dimana bagian ini dapat menaikkan (booster) dan menurunkan (buck)
daya. Berikut akan dijelaskan jenisjenis inverter dan bagian-bagiannya. Secara
umum inverter digambarkan seperti pada gambar 2.4.
Gambar 2.4. Rangkaian Inverter
Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.
2.3.1. Jenis jenis Inverter
Ada berbagai macam jenis metode inverter yang dapat digunakan untuk
proses switching, dimana pemilihan metode yang digunakan dapat berdasarkan
pada kisaran daya output yang diinginkan , berikut merupakan tabel jenis metode
dan kisaran output yang dihasilkan .
Tabel 2.1.jenis inverter1
Rangkaian Kisaran daya
Flyback 50 100 watt
Forward 100 200 watt
Push-Pull 200 500 watt
Half Bridge 200 500 watt
Full Bridge 500 2000 watt
1 Sumber: TEXAS INSRUMENT. Linier Circuit Databook Volume 3 .1989. p.80
Universitas Kristen Petra
-
8
Berikut akan dijelaskan mengenai metodemetode yang terdapat dalam
tabel diatas .
Metode flyback Metode flyback memiliki cara kerja yang berbeda dari metode
yang lainnya, saat transistor pada kondisi on arus mengalir melalui
kumparan primer dan menyimpan energi pada kumparan sekunder, karena
dioda D1 pada kondisi reverse bias maka tidak terjadi transfer energi
sehingga arus pada beban di supply oleh ouput kapasitor. Pada saat
transistor pada kondisi off dioda D1 menjadi forward dan mengisi output
kapasitor dan mengalirkan arus ke beban. namun metode ini memiliki
kestabilan daya kurang baik karena terjadi penumpukan energi pada
transformator, dimana energi tersebut dapat berbalik ke transistor
switching yang akan mengakibatkan kerusakan pada transistor tersebut.
Gambar 2.5 menunjukkan rangkaian dari sebuah flyback inverter .
Gambar 2.5. metoda Flyback
Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.
Universitas Kristen Petra
-
9
Metode forward Pada metode forward transformator digunakan dalam kondisi aktif
atau forward dimana transfer daya ke beban dilakukan pada saat transistor
on. Pada metode ini transformator memiliki lilitan ke-3, yang dihubungkan
pada dioda D3, Yang memiliki jumlah lilitan yang sama dengan lilitan
primer dan biasanya menggunakan lilitan bifilar. Lilitan ke-3 tersebut
memiliki fungsi utama untuk mengembalikan energi yang tersimpan pada
transformator ke sumber (line) yang dengan kata lain melakukan reset
pada transformator setiap cycle . Karena pada rangkaian ini memerlukan
waktu untuk set dan reset yang sama maka duty cycle nya tidak dapat
melebihi 50 % . Pada kondisi transistor on dioda D1 forward bias dan D2
reverse maka arus dan daya mengalir melalui dioda D1 ke filter C dan
beban, sedangkan pada kondisi transsistor off diode D2 berada dalam
kondisi forward bias dan akan mempertahankan arus ke beban. Pada saat
kondisi transistor off lilitan ke-3 dan diode D1 akan membalikkan
polaritas tegangan pada transformator yang berarti mereset transformator
tersebut. Gambar 2.6 menunjukkan rangkaian dari sebuah foward inverter.
Gambar 2.6. Metoda forward
Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.
Universitas Kristen Petra
-
10
Metode push pull Metode ini sebenarnya adalah dua forward converters yang bekerja
secara kebalikan, dimana untuk rangkaian Model ini menggunakan 2
saklar yang disulut (trigger) secara bergantian. Adapun penggunaannya
pada kumparan primer transformator pulsa harus dalam konfigurasi centre
tap (CT). Pada kondisi Q1 on dan Q2 off maka dioda D1 menjadi forward
bias dan arus mengalir melalui D1 ke Filter LC dan beban kemudian
kembali melalui center tap pada kumparan sekunder, pada saat Q1 off dan
Q2 on arus beban akan akan mengalir melalui dioda D2. Gambar 2.7
menunjukkan rangkaian dari sebuah push pull inverter .
Gambar 2.7. Metoda push pull
Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.
Metoda half bridge Metode ini merupakan metode yang paling popular untuk High
power converter. Metode ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan metode push pull, dimana sangat menguntung untuk tegangan
masukan DC yang tinggi karena tegangan tinggi tersebut akan dibagi 2
oleh dua buah kapasitor yang dihubungkan secara seri (C1, C2). Dimana
pada saat Q1 on dan Q2 off maka arus akan mengalir dari kutub positif
kapasitor C1 melalui Q1 ke kumparan primer tranformator kemudian
Universitas Kristen Petra
-
11
kembali ke kutub negatif C1, dimana pada kondisi ini arus beban pada
kumparan sekunder mengalir melalui D1. Pada saat Q1 off dan Q2 on arus
mengalir dari kutub positif C2 ke transformator kemudian melalui Q2 dan
kembali ke kutub negatif C2, sedangkan arus beban melalui D2. Gambar
2.8 menunjukkan rangkaian dari sebuah half bridge inverter.
Gambar 2.8. metoda half bridge
Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.
Metode full bridge Metode ini memiliki perbedaan besar dengan metode half bridge
dimana pada metode ini digunakan 4 buah transistor. Karena
menggunakan 4 buah transistor maka metode ini memiliki reabilitas yang
lebih baik. dimana pada saat Q1, Q3 on dan Q2, Q4 off maka arus akan
mengalir dari supply DC positif ke Q1 melalui kumparan primer
tranformator kemudian ke Q3 kembali ke supply DC negatif , dimana pada
kondisi ini arus beban pada kumparan sekunder mengalir melalui D1. Pada
saat Q1, Q3 off dan Q2, Q4 on maka arus akan mengalir dari supply DC
positif ke Q2 melalui kumparan primer tranformator kemudian ke Q4
kembali ke supply DC negatif, sedangkan arus beban melalui D2. Gambar
Gambar 2.9 menunjukkan rangkaian dari full bridge inverter .
Universitas Kristen Petra
-
12
Gambar 2.9. metoda full bridge
Sumber: Pressman, Abraham.I. Switching Power Supply Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1992. p.25.
2.3.2. Transformator Pulsa
Transformator pulsa merupakan sebuah komponen yang memiliki peranan
penting dalam mentransfer daya listrik, dari satu rangkaian (rangkaian primer) ke
rangkaian yang lain (rangkaian sekunder) dengan tidak mengubah frekuensi dan
bentuk gelombang. Transformator terdiri dari dua kumparan induktif yang
terpisah secara listrik tetapi terhubung secara magnetis.
Prinsip kerja transformator adalah induksi bersama (Mutual Induction) M
antara dua bagian primer dan sekunder yang dihubungkan oleh fluks magnet (, = B.A). Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan suatu tegangan bolak-
balik, maka fluks bolak-balik akan timbul di dalam inti. Sehingga akan
menimbulkan gaya gerak listrik (ggl) induksi yang sesuai dengan hukum Faraday.
Jika rangkaian kedua dihubungkan dengan beban, arus akan mengalir dalam
rangkaian dan daya listrik diberikan dari kumparan primer ke kumparan sekunder.
Dengan demikian sebuah transformator adalah suatu alat yang berfungsi
untuk mentransfer energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik
yang lain, yang dalam prosesnya tidak tidak melakukan perubahan pada frekuensi
dan bentuk aslinya, bekerja dengan sistem induksi elektromagnet.
Universitas Kristen Petra
-
13
2.3.2.1. Inti Transformator
Pada masa-masa awal penggunaan transformator, bahan feromagnetik
terutama besi banyak digunakan sebagai inti. Sejalan dengan waktu, ditemukan
bahan magnetik yang baru seperti ferrites dengan kerapatan tinggi yang sangat
diminati untuk miniaturisasi dalam elektronik.
Inti yang digunakan untuk transformator pulsa adalah menggunakan inti
jenis ferrite, yang mempunyai nama kimia Fe2O3XO, dimana X melambangkan
satu atau lebih dari satu logam lain, misalnya : Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Mg, Cd.
Ferrite dibentuk pada temperatur tinggi dari campuran oksida besi yang berbentuk
bubuk dan oksida-oksida logam lain.
Dipilihnya ferrite sebagai inti karena ferrite mempunyai keunggulan yaitu
mempunyai permeabilitas yang tinggi dan dapat dipergunakan untuk frekuensi
tinggi tanpa rugi-rugi arus Eddy menjadi besar. Ferrite sangat cocok dipakai
untuk frekuensi tinggi, dan secara khusus biasanya dipakai sebagai inti
transformator pulsa. Tetapi ferrite mempunyai bermacam-macam bentuk, antara
lain: pot cores, square cores (RM cores), E cores, H cores, U cores, dan toroids
(ring cores). Gambar 2.10 menunjukkan macam-macam inti ferrite .
Gambar 2.10. Bentuk-bentuk inti ferit
Sumber: Epcos. Ferrites Cores. Februari 2004.
Universitas Kristen Petra
-
14
2.3.2.2. Analisa Transformator
Untuk lebih mempermudah pemahaman maka dilakukan analisa pada
transformator ideal, Kumparan primer disebut Np, sementara kumparan sekunder
disebut Ns, induktansi primer disebut Lp, induktansi sekunder disebut Ls. M
adalah induktansi bersama (mutual inductance) yang terjadi antara kumparan
primer dan kumparan sekunder. Pada transformator terdapat koefisien K dimana
untuk transformator ideal nilai K = 1. Berikut ini adalah rumusan dasar yang yang
digunakan untuk analisa pada sebuah transformator.
LsLpMK = (2.1)
2
Nilai K < 1, untuk transformator tidak ideal
nNsNp
VpVo == (2.2)
n adalah perubahan rasio transformasi tegangan
nIsIp
VpVo == (2.3)
nNsNp
LpLs == (2.4)
Gambar 2.11. Transformator
2 Nadkarni, M.A., and S.R.Bhat. Pulse Transformers Design and Fabrication. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited. 1985.
Universitas Kristen Petra
-
15
Untuk sebuah transformator pulsa penentuan jumlah lilitan didapatkan dari hukum
Faraday, Dari hukum Faraday diperoleh rumusan dasar transformator yaitu:
810
=dtdBNAeE (2.5)3
E = tegangan pada tansformator (Volt)
N = jumlah lilitan
Ae = luas penampang inti (cm2)
dB = perubahan fluks (Gaus)
dt = waktu perubahan fluks (detik)
Dari rumus diatas dapat kita turunkan nilai kerapatan fluks (B) untuk memastikan
bahwa tranformator bekerja didaerah linier pada kurva magnetisasi, rumusan itu
adalah:
KfNpAeVpB
810)(= (2.6)3
Vp = tegangan puncak (Volt)
K = konstanta (4.44 untuk gelombang sinus)
= frekuensi (Hz)
Np = jumlah lilitan primer
Ae = luas penampang inti (cm2)
Untuk menghitung nilai induktansi dari kumparan digunakan rumusan :
lANoL
2 = (2.7)3 L : Induktansi (H)
: Permeabilitas inti (core) 0 : 4 .10 -7 N : Jumlah lilitan induktor
A : Luas penampang induktor (m2)
l : Panjang induktor
3 Chryssis, George. High-Frequency Switching Power Supply: Theory and Design. Singapore: McGraw-Hill,Inc. 1989.
Universitas Kristen Petra
-
16
2.4. Pulse Width Modulation (PWM)
Pulse width modulation adalah sebuah tipe modulasi dimana lebar pulsa
dapat diubah sesuai keinginan dan keperluan. Sebuah sinyal PWM memiliki
bentuk sinyal kotak dengan frekuensi tertentu yang perbandingan antara lebar
pulsa high dan low dapat diubah ubah, pembentukan sinyal PWM didapatkan
dengan membandingkan sebuah gelombang segitiga dengan frekuensi tertentu
dengan sebuah sinyal pembanding. Dimana pada saat sinyal pembanding lebih
tinggi daripada sinyal segitiga. Sinyal output menjadi high, dan pada saat sinyal
pembanding lebih rendah sinyal output menjadi low. dengan mengubah level
sinyal pembanding maka didapatkan lebar pulsa yang diinginkan, sedangkan
dengan merubah frekuensi dari sinyal segitiga didapatkan sinyal output dengan
frekuensi yang diinginkan.
Gambar 2.12. Pemodelan pulse width modulation
2.5. TL494
TL 494 adalah sebuah IC control pulse-width-modulation (PWM). Dengan
metode pengontrolan dengan memanfaatkan lebar pulsa untuk memberikan variasi
suplai arus.
Universitas Kristen Petra
-
17
Gambar 2.13. Susunan pin TL494CN
Sumber: Switchmode Pulse Width Modulation Control Circuit. Semiconductor Components Industries, LLC. April 2004.
Gambar 2.14. Timing Diagram TL494CN
Sumber: Switchmode Pulse Width Modulation Control Circuit. Semiconductor Components Industries, LLC. April 2004.
Universitas Kristen Petra
-
18
Gambar 2.15. Blok Diagram Internal TL494CN
Sumber: Switchmode Pulse Width Modulation Control Circuit. Semiconductor Components Industries, LLC. April 2004.
TL 494 adalah suatu sirkuit kontrol pulse width modulation berfrekuensi
tetap. Frekuensi pada oscilator internal ditentukan oleh komponen Ct dan Rt,
perhitungan nilai frekuensi oscilator ditentukan oleh persamaan:
CTRTf osc =
1 (2.8)
Tetapi frekuensi oscilator setara dengan frekuensi output hanya berlaku untuk
applikasi single-ended. Untuk aplikasi push-pull output frekuensi bernilai
setengah dari frekuensi oscilator.
Applikasi single-ended:
CTRTf osc =
1 (2.9)
Aplikasi push-pull:
( )CTRTf osc = 21 (2.10)
Universitas Kristen Petra
-
19
Untuk Mendapatkan nilai aktual dari keluaran (Vo) PWM (DC) maka berikut formulasinya; (lihat gambar 2.14)
Vo = Vi . Duty cycle
Vi = VE Q1 = VE Q2
VCEQ1 = VCEQ2 = 2 volt
Output PWM dihasilkan dengan perbandingan gelombang segitiga yang
dihasilkan dari internal oscilator dengan salah satu dari sinyal kontrol. Sinyal
kontrol dihasilkan dari dua sumber: rangkaian kontrol dead-time (off-time) dan
error amplifier. Dead-time kontrol input dibandingkan langsung dengan
komparator kontrol dead-time. Sedangkan PWM komparator membandingkan
sinyal kontrol yang dihasilkan oleh error amplifiers. Salah satu fungsi dari error
amplifier adalah untuk memonitor tegangan output dan memberikan gain yang
cukup agar kesalahan dalam millivolts pada input menghasilkan nilai yang cukup
pada sinyal kontrol untuk memberikan kontrol modulasi 100%.
TL494 dapat bekerja dengan 2 kondisi yaitu push-pull dan single-ended,
pada push-pull operation kontrol output yang dihubungkan dengan tegangan 5V
referensi, dimana kedua output transistor diaktifkan oleh pulse steering flip-flop.
Frekuensi output sama dengan setengah dari frekuensi osilator. Sedangkan pada
single-ended operation kontrol output dihubungkan ke ground untuk mematikan
pulse steering flip-flop. Ketika arus output drive lebih tinggi dibutuhkan untuk
single-ended operation, Q1 dan Q2 dapat dihubungkan secara paralel dan
frekuensi output-nya akan sama dengan frekuensi osilator.
TL 494 mempunyai tegangan referensi internal 5,0V yang mampu untuk
membangkitkan hingga 10mA dari arus beban untuk sirkuit bias eksternal. Nilai
referensi mempunyai ketelitian internal dari 5,0% dengan sebuah tipe
penyimpangan thermal kurang dari 50mV melebihi sebuah nilai operating
temperatur dengan range 00 700C.
Universitas Kristen Petra
master index: back to toc: help: ukp: