JENIS WACANA, KOHESI, DAN KOHERENSI PADA FIKSI MINI …
Transcript of JENIS WACANA, KOHESI, DAN KOHERENSI PADA FIKSI MINI …
JENIS WACANA, KOHESI, DAN KOHERENSI PADA FIKSI MINI
DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Amry Nur Hidayat
144114010
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
JENIS WACANA, KOBESI, DAN KOBERENSI PADA FIKSI MINI
DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER
Oleh
al 31 .L.n~""; '1018tangg 0:: .
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Skripsi
JENIS WACANA, KOBESI, DAN KOHERENSI PADA FIKSI MINI
DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Amry NUT Hidayat
144114010
Ketua
Sekretaris
Penguji
3. Prof Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Januari 2018
Penulis
Amry Nur Hidayat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah
untuk Kepentingan Akademis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Amry Nur Hidayat
Nim : 144114010
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Jenis Wacana,
Kohesi, dan Koherensi pada Fiksi Mini dalam Media Sosial Twitter”.
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam
bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya
di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai pemilik.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal 11 Januari 2018
Yang menyatakan,
Amry Nur Hidayat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Skripsi ini saya persembahkan
untuk Bapak Komari dan Mamak Suparmi sebagai piala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
Bismilahirohmanirohim—Al-Fatihah
Segala sesuatu yang bisa kau bayangkan adalah nyata—Pablo Picaso
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Dengan nama Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Puji syukur
penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala rencana-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jenis Wacana, Kohesi, dan Koherensi
pada Fiksi Mini dalam Media Sosial Twitter”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi
Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Skripsi ini terselesaikan berkat dukungan dari berbagai pihak, baik
langsung atau pun tidak langsung. Oleh sebab itu, penulis bertanggung jawab
untuk mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak tersebut. Pertama,
almarhum Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum. sebagai dosen pembimbing I pada
awal skripsi ini dimulai. Beliau telah menyediakan banyak waktu untuk
mendengarkan dan mengoreksi argumen penulis sehingga akhirnya diperoleh
kematangan cara mengolah rumusan masalah.
Kedua, Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. sebagai pembimbing II
yang akhirnya menjadi dosen pembimbing tunggal bagi penulis dalam
mengerjakan skripsi. Selain keahlian dalam bidangnya, kesantunan dan
kerendahhatian Profesor Praptomo membuat penulis sangat termotivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Ketiga, seluruh dosen Program Studi Sastra Indonesia: almarhum Drs.
Hery Antono, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Drs. B. Rahmanto,
M.Hum., Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Sony Christian Sudarsono, S.S.,
M.A., M.M. Sinta Wardani, S.S., M.A., dan Dra. F. Tjahdrasih Adji, M.Hum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
yang telah menuntun dan membekali berbagai ilmu pengetahuan selama
perkuliahan.
Keempat, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap staf
sekretariat Fakultas Sastra atas pelayanan administrasi, baik pelayanan mengenai
perkuliahan atau pun bantuan selama penulis berkegiatan dalam organisasi
Himpunan Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia.
Pihak lain yang mendorong dan menyemangati penulis dalam
mengerjakan skripsi ini adalah keluarga dan sahabat. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bapak Komari, Mamak Suparmi, Dik Anisa, serta
Maria Anna Wulan Wahyuni.
Yogyakarta, 11 Januari 2018
Penulis
Amry Nur Hidayat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRAK
Hidayat, Amry Nur. 2017. “Jenis Wacana, Kohesi, dan Koherensi pada Fiksi Mini
dalam Media Sosial Twitter. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi
Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma.
Fiksi mini adalah karya sastra Indonesia pendek yang berkembang di
media sosial twitter. Skripsi ini membahas tentang jenis wacana, kohesi, dan
koherensi pada karya sastra tersebut. Jenis wacana yang dimaksud didasarkan
pada keaktifan partisipan, sementara kohesi dan koherensi digunakan untuk
menentukan kepaduan (hanya) pada tubuh fiksi mini, tidak termasuk topik dan
unsur lain. Tiga teori tersebut ditujukan untuk menentukan jenis-jenis wacana
pada fiksi mini, mendeskripsikan kohesi pada fiksi mini, dan mendeskripsikan
koherensi pada fiksi mini.
Data penelitian ini diambil dari akun twitter @fiksimini menggunakan
teknik catat sebanyak 100 data pada tahun 2017. Selanjutnya, data dianalisis
menggunakan metode agih dan teknik bagi unsur langsung (BUL). Hasil analisis
tersebut kemudian disajikan menggunakan metode informal, yaitu penyajian
menggunakan bahasa dan kata-kata.
Hasil penelitian ini meliputi tiga hal. Pertama, jenis wacana dalam fiksi
mini, yaitu wacana monolog dan wacana campuran monolog dan dialog. Kedua,
kohesi pada fiksi mini, yaitu kohesi kolokasi, kohesi penunjukan, kohesi
penggantian, kohesi pelesapan, kohesi antonimi, kohesi sinonimi, dan kohesi
hiponimi. Ketiga, koherensi pada fiksi mini, yaitu koherensi logis, koherensi
perian, koherensi kronologis, dan stimulus-respons.
Kata kunci : fiksi mini, jenis wacana, kohesi, koherensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
Hidayat, Amry Nur. 2017. “Kind of Discourse, Cohesion, and Coherence at Fiksi
Mini in Social Media Twitter. Undergraduate thesis. Study Program of
Indonesian Literary, Indonesia Literatuture Course, Sanata Dharma
University.
Fiksi mini is Indonesia short literature in social media twitter. This thesis
discusses kind of discourse, cohesion, and coherence in fiksi mini. Kind of
discourse that mentioned is basis to active participan, while cohesion and
coherence used for determine of discourses solid. That is mean only in fiksi mini
body, not included topic or another element. Three teory that mentioned used for
determine kind of discourse, describing cohesion in fiksi mini, and describing
coherence in fiksi mini.
Data of this research taked from twitter akun @fiksimini by note
technique. Furthrmore, datas analyzing by opportion method and straight devide
element (BUL). The result dished by informal method, that is dishing with
language and words.
Result of this research included three matter. First, kind of discourse in
fiksi mini, that is monologue discourse, mixed discourse monologue and dialogue,
and mixed discourse monologue and monologue. Second, cohesion in fiksi mini,
that is collocation cohesion, refence cohesion, subtitution cohesion, ellypsis
cohesion, antonymi cohesion, synonimi cohesion, and hyponimi cohesion. Third,
coherence in fiksi mini, that is time sequence coherence, logic coherence, perian
coherence, and stimulus-respons coherence.
Keyword : fiksi mini, kind of discourse, cohesion, coherence
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................ iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
MOTTO ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
ABSTRAK .................................................................................................. x
ABSTRACT .................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR SIMBOL ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ...................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... 9
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 9
1.5 Tinjauan Pustaka .................................................................................. 9
1.6 Landasan Teori ..................................................................................... 11
1.6.1 Fiksi Mini ................................................................................. 11
1.6.2 Jenis Wacana Berdasarkan Keaktifan Partisipan ..................... 16
1.6.3 Kohesi....................................................................................... 18
1.6.4 Koherensi ................................................................................. 23
1.7 Metode Penelitian ................................................................................ 26
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................... 27
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ............................................ 28
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ..................................... 30
1.8 Sistematika Penyajian .......................................................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II JENIS WACANA PADA FIKSI MINI
2.1 Pengantar .............................................................................................. 32
2.2 Wacana Monolog ................................................................................. 32
2.3 Wacana Campuran Monolog dan Dialog ............................................. 34
BAB III KOHESI PADA FIKSI MINI
3.1 Pengantar .............................................................................................. 38
3.2 Kohesi Kolokasi ................................................................................... 38
3.3 Kohesi Penunjukan .............................................................................. 40
3.4 Kohesi Penggantian ............................................................................. 41
3.5 Kohesi Pelesapan ................................................................................. 43
3.6 Kohesi Antonimi .................................................................................. 44
3.7 Kohesi Sinonimi ................................................................................... 46
3.8 Kohesi Hiponimi .................................................................................. 46
BAB IV KOHERENSI PADA FIKSI MINI
4.1 Pengantar .............................................................................................. 49
4.2 Koherensi Logis ................................................................................... 49
4.2.1 Koherensi Logis Kausalitas ........................................................ 49
4.2.2 Koherensi Logis Kontras ............................................................ 51
4.3 Koherensi Perian .................................................................................. 53
4.4 Koherensi Kronologis .......................................................................... 54
4.5 Koherensi Stimulus-respons ................................................................ 57
BAB V PENUTUP
1.1 Kesimpulan .......................................................................................... 61
1.2 Saran .................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 63
LAMPIRAN ............................................................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR SIMBOL
ikalimat : kalimat/ bagian (i) fiksi mini
iikalimat : kalimat/ bagian (ii) fiksi mini; dst.
kata/frasai :
kata atau frasa yang ada pada kalimat atau bagian (i) fiksi mini
kata/frasaii :
kata atau frasa yang ada pada kalimat atau bagian (ii) fiksi mini;
dst.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fiksi mini merupakan karya sastra di Indonesia yang memiliki bentuk
singkat serupa puisi namun memiliki isi serupa prosa. Berdasarkan bentuk, pada
awalnya fiksi mini memiliki panjang maksimal 140 karakter termasuk spasi dengan
atau tanpa judul. Hal tersebut karena dalam produksinya, fiksi mini memanfaatkan
media sosial twitter yang pada awalnya hanya memperbolehkan 140 karakter atau
kurang dalam sekali unggahan teks (tahun 2018 telah berubah menjadi 280
karakter). Sementara berdasarkan isi, fiksi mini tetap berusaha menyampaikan
adegan-adegan lengkap dan sistematis kepada pembaca seperti prosa panjang.
Dalam diktum yang ditulis oleh salah satu pionir fiksi mini, Agus Noor
(2010), diungkapkan bahwa konsep karya sastra ini menyampaikan cerita seluas
mungkin menggunakan kalimat sependek mungkin. Artinya, dengan bentuk
singkatnya fiksi mini diharapkan mampu menunjukan gagasan luas. Oleh karena
itu, penulis mengimpretasikan kalimat singkat yang dirangkai dalam karya sastra
ini harus memenuhi syarat sebagai sebuah wacana utuh. Berikut ini adalah contoh-
contoh fiksi mini:
(1) (Topik: berkelindan)
@AsepSud30979859 DI BAWAH PURNAMA - Cinta Romi dan Juli
bersemi diikuti ekor mereka yang berkelindan.
(Diunggah pada 25 Juli 2017)
(2) (Topik: rekonsilisiasi)
@omrtw PEDANG DAN TOMBAK - "Tuanku dan tuanmu telah berdamai,
lantas?" "Entahlah, yang penting aku nampak menakutkan bagimu!"
(Diunggah pada 16 Mei 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(3) (Topik: cebak)
@LelakiPesisir MENAMBANG - "Diam!" teriak Ibu. Di mulut kami emas-
emas menggumpal.
(Diunggah pada 14 Maret 2017)
Ketiga contoh fiksi mini di atas merupakan contoh yang telah ditulis
lengkap dengan topik dan tanggal pengunggahan oleh akun media sosial twitter
fiksi mini, yaitu @fiksimini. Adapun tubuh fiksi mini yang sebenarnya dari tiga
contoh tersebut adalah sebagai berikut:
(1) DI BAWAH PURNAMA - Cinta Romi dan Juli bersemi diikuti ekor mereka
yang berkelindan. Fiksi mini
(2) PEDANG DAN TOMBAK - "Tuanku dan tuanmu telah berdamai, lantas?"
"Entahlah, yang penting aku nampak menakutkan bagimu!"
(3) MENAMBANG - "Diam!" teriak Ibu. Di mulut kami emas-emas
menggumpal.
Adapun penampakan fiksi mini di dalam media sosial twitter adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Fiksi mini juga memiliki bagian-bagian tertentu yang tidak dapat diabaikan.
Fiksi mini selalu didahului oleh nama penulisnya, yaitu satu kata atau gugus huruf
yang diawali tanda “@”. Kemudian, meskipun tidak selalu ada, umumnya fiksi mini
diawali dengan judul. Judul tersebut ditulis menggunakan kata atau kalimat
bercetak kapital. Selanjutnya, di sebelah kanan judul terdapat isi fiksi mini. Isi fiksi
mini dapat terdiri dari satu atau dua kalimat. Oleh sebab itu, untuk selanjutnya
peniliti akan menulis data lengkap dengan topik dan tanggal pengunggahan, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
angka romawi bercetak superscript di setiap awal kalimat yang menjadi bagian
fiksi mini, sebagai berikut:
(1) (Topik: berkelindan)
@AsepSud30979859 iDI BAWAH PURNAMA - iiCinta Romi dan Juli
bersemi diikuti ekor mereka yang berkelindan.
(Diunggah pada 25 Juli 2017)
(2) (Topik: rekonsilisiasi)
@omrtw iPEDANG DAN TOMBAK – ii“Tuanku dan tuanmu telah
berdamai, lantas?” iii“Entahlah, yang penting aku nampak menakutkan
bagimu!”
(Diunggah pada 16 Mei 2017)
(3) (Topik: cebak)
@LelakiPesisir iMENAMBANG – ii“Diam!” teriak Ibu. iiiDi mulut kami
emas-emas menggumpal.
(Diunggah pada 14 Maret 2017)
Berdasarkan fiksi mini di atas dapat terlihat bahwa ketiganya memiliki
perbedaan. Pada fiksi mini (1) terlihat bahwa penulis menyajikan karyanya
menggunakan satu partisipan yang mengungkapkan cerita, yaitu narator yang
dijalankan oleh pembaca. Berlainan dengan data (1), pada fiksi mini (2), selain pada
bagian judul yang menggunakan satu partisipan sebagai narator, terlihat bahwa fiksi
mini ini menampilkan dua partisipan lain yang saling bercakap. Hal tersebut terlihat
dari adanya dua tuturan yang masing-masing diapit tanda petik ganda (“).
Sementara itu, pada fiksi mini (3), gaya tuturan langsung seperti fiksi mini (2)
muncul berdampingan dengan gaya pemaparan seperti fiksi mini (1). Namun, kedua
tuturan tersebut tidak saling bersahutan dan kedua partisipannya tidak bertukar
peran sebagai pendengar dan pembicara. Hal ini membuktikan adanya
keberagaman bentuk dalam fiksi mini terkait tokoh atau partisipan yang ada di
dalamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Mengenai keaktifan partisipan dalam sebuah wacana, Baryadi (2002:9)
menyebutkan bahwa wacana dapat dibedakan menjadi wacana monolog, wacana
dialog, dan wacana polilog. Wacana monolog atau monologue discourse adalah
wacana yang dalam pemproduksiannya hanya melibatkan pihak pembicara.
Wacana dialog atau dialogue discourse adalah wacana yang dalam
pemproduksiannya melibatkan dua pihak yang bergantian peran sebagai pembicara
dan pendengar. Sementara itu, wacana polilog atau poyilogue discourse adalah
wacana yang diproduksi melalui pertukaran tiga jalur atau lebih. Maka apabila
melihat pembagian jenis wacana berdasarkan keaktifan partisipan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (1) merupakan wacana monolog karena hanya
melibatkan satu partisipan. Sementara itu, fiksi mini (2) adalah wacana campuran
monolog dan dialog karena di dalamnya terdapat dua bagian, yaitu bagian yang
disampaikan oleh satu partisipan dan bagian yang disampaikan oleh dua partisipan
yang saling bertukar peran sebagai pendengar dan pembicara. Pada contoh (3), fiksi
mini ditampilkan penulis melalui dua partisipan, yaitu partisipan sebagai tokoh ibu,
dan partisipan tokoh aku. Akan tetapi, kedua partisipan tersebut tidak saling
bertukar peran meskipun keduanya saling menghasilkan tuturan. Oleh sebab itu
dapat disimpulkan kedua tuturan oleh masing-masing partisipan hanya sebagai
monolog.
Dengan mengesampingkan terlebih dahulu jenis wacana pada fiksi mini,
jika dilihat lebih teliti maka karya sastra pendek ini akan menampakkan penanda
tertentu yang membuat kalimat-kalimat di dalamnya padu. Kepaduan merupakan
syarat mutlak untuk menciptakan keutuhan wacana. Oleh karena itu, di dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
wacana harus terdapat kepaduan bentuk atau cohesion dan kepaduan makna atau
coherence. Perhatikan contoh berikut:
(4) (Topik: cebak)
@LelakiPesisir iMENAMBANG - ii"Diam!" teriak Ibu. iiiDi mulut kami
emas-emas menggumpal.
(Diunggah pada 14 Maret 2017)
Pada fiksi mini (4), ada beberapa kata yang membuat fiksi mini menjadi
padu, yaitu: (1) menambangi, (2) diamii, dan (3) emas-emasiii. Ketiga penanda
tersebut memiliki hubungan kolokatif. Kita ketahui bersama bahwa salah satu
tujuan dan hasil dari kegiatan menambang adalah emas. Sementara diam adalah
bagian dari adagium “diam itu emas”.
Penanda-penanda yang ditemukan dalam fiksi mini di atas merupakan bukti
adanya kohesi pada fiksi mini yang membuatnya utuh, yaitu kohesi kolokasi.
Kohesi atau cohesion adalah kepaduan yang berkenaan dengan hubungan bentuk
antara bagian-bagian dalam suatu wacana. Berdasarkan perwujudan lingualnya,
Halliday dan Hasan membedakan dua jenis kohesi, yaitu kohesi gramatikal
(gramatical cohesion) dan kohesi leksikal (lexical cohesion). Kohesi gramatikal
adalah keterikatan gramatikal antar bagian-bagian wacana, sedangkan kohesi
leksikal adalah keterikatan leksikal bagian-bagian wacana (Baryadi, 2002:17).
Selain kepaduan bentuk, keutuhan wacana juga dibangun oleh kepaduan
makna, atau koherensi. Koherensi atau coherence merupakan keterkaitan semantis
antara bagian-bagian wacana (Baryadi, 2002:29). Beberapa koherensi dalam
wacana adalah koherensi logis(kausalitas, kontras, aditif, rincian, dan temporal),
koherensi perian, koherensi kronologis atau hubungan perangkaian waktu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
koherensi pentahapan, koherensi stimulus-respons (fatis, informatif, pengukuhan,
penolakan, dan negosiatif). Perhatikan contoh berikut:
(5) (Topik: rekonsilisiasi)
@omrtw iPEDANG DAN TOMBAK - ii"Tuanku dan tuanmu telah
berdamai, lantas?" iii"Entahlah, yang penting aku nampak menakutkan
bagimu!"
(Diunggah pada 16 Mei 2017)
Fiksi mini (5) disampaikan penulis melalui tiga partisipan. Dalam fiksi mini
tersebut partisipan 1 menuturkan bagian (1), partisipan 2 menuturkan bagian (ii),
dan partisipan 3 menuturkan bagian (iii). Berdasarkan pembagian tersebut dapat
terlihat bahwa partisipan 2 memberi stimulus berupa pertanyaan, yaitu “Tuanku
dan tuanmu telah berdamai, lantas?”. Selanjutnya pertanyaan tersebut direspons
oleh partisipan 3 dalam bentuk jawaban, yaitu “Entahlah, yang penting aku nampak
menakutkan bagimu!”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (5)
mengandung koherensi stimulus-respons.
Berdasarkan pemaparan di atas, fiksi mini sebagai karya sastra baru di
Indonesia menjadi topik menarik untuk dikaji. Dalam mengkaji fiksi mini,
penelitian mengenai jumlah serta peran partisipan yang dilibatkan dalam fiksi mini
menjadi sangat perlu dilakukan untuk mengetahui gaya bercerita yang tepat dalam
rangka memperoleh keluasan makna dengan kepadatan bentuk. Oleh sebab itu,
penulis ingin menganalisis jenis-jenis wacana yang ada di dalam fiksi mini
didasarkan pada keaktifan partisipan. Selain itu, kohesi dan koherensi merupakan
unsur penting dalam membangun keutuhan gagasan yang belum pernah dibahas
dalam penelitian bertopik fiksi mini sebelumnya. Oleh sebab itu, dalam skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dilakukan penelitian mengenai kohesi untuk mengetahui kepaduan bentuk serta
penelitian koherensi untuk mengetahui kepaduan makna.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan
yang dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja jenis wacana pada fiksi mini berdasarkan keaktifan partisipan?
2. Bagaimana kohesi pada fiksi mini?
3. Bagaimana koherensi pada fiksi mini?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jenis-jenis wacana pada fiksi mini berdasarkan keaktifan
partisipan
2. Mendeskripsikan kohesi pada fiksi mini
3. Mendeskripsikan koherensi pada fiksi mini
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini berusaha menentukan jenis-jenis wacana berdasarkan
keaktifan partisipan, mendeskripsikan bentuk-bentuk kohesi, dan mendeskripsikan
bentuk-bentuk koherensi pada fiksi mini. Penelitian ini diharapkan memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
sekurang-kurangnya dua manfaat kepada pembaca dan penulis. Adapun dua
manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini menjelaskan jenis wacana yang terdapat pada
fiksi mini berdasarkan partisipan yang aktif membangun cerita. Selain itu,
penelitian ini menjelaskan kepaduan di dalam fiksi mini sebagai sebuah wacana.
Kepaduan tersebut berupa kepaduan bentuk dan kepaduan makna. Oleh sebab itu
manfaat hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai topik fiksi
mini dan referensi mengenai jenis wacana, kohesi, dan koherensi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dalam sudut pandang linguistik, penelitian ini membahas jenis wacana
dengan cara melihat jumlah partisipan dalam fiksi mini. Selain itu, penelitian ini
juga menjelaskan kepaduan bentuk dan kepaduan makna pada fiksi mini yang
membuatnya dapat menyampaikan gagasan utuh. Oleh sebab itu, hasil penelitian
ini dapat dimanfaatkan secara praktis oleh pembaca sebagai salah satu acuan dalam
menulis wacana pendek dan dalam membuat karya sastra fiksi mini.
1.5 Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai fiksi mini pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain.
Penelitian tersebut dilakukan oleh Anggino Tambunan pada tahun 2014, Iftaria Nur
Ariesta pada tahun 2013, dan Cicik Tri Jayanti pada tahun 2015. Berikut uraian
mengenai ketiga penelitian tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Dalam makalahnya yang berjudul “Fiksi Mini Sebagai Kesusastraan
Mutakhir dalam Pendekatan Sosiologi Sastra”, Tambunan (2014) menjelaskan
bahwa fiksi mini berhubungan dengan faktor kehidupan sosial budaya di
masyarakat. Hubungan tersebut mencakup realitas penulis, sasaran pembaca,
situasi pembaca, distribusi karya, publikasi karya, branding, dan bentuk apresiasi
karya.
Selain Tambunan, Ariesta (2013) juga membahas fiksi mini dalam
skripsinya yang berjudul “Produksi Pesan dan Pembentukan ‘Theater of Mind’
dalam Fiksi Mini di Twitter (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Penulis Fiksi Mini
dalam Memproduksi Pesan yang Membentuk ‘Theater of Mind’ di Twitter)”. Di
dalam penelitian tersebut dibahas bahwa penyampaian ide dan pesan oleh penulis
harus menggantung supaya dapat menciptakan theater of mind.
Kemudian, pada tahun 2015, Jayanti membahas fiksi mini dalam tesisnya
yang berjudul “Wacana Fiksi Mini Bahasa Indonesia: Analisis Struktur,
Keterpaduan, Permainan Bahasa, dan Fungsi”. Dalam penelitian tersebut diuraikan
mengenai struktur dan keterpaduan antarbagian, permainan bahasa, dan fungsi fiksi
mini. Dalam pembahasan struktur dan keterpaduan, Jayanti menjabarkan tentang
bagian-bagian fiksi mini berupa topik, judul, dan isi, serta keterpaduan di antara
ketiga bagian tersebut. Sementara dalam permainan bahasa, Jayanti mengungkap
metafor-metafor yang digunakan para fiksiminier untuk membuat fiksi mini. Selain
itu, fiksi mini memiliki fungsi-fungsi tertentu berdasarkan modusnya, salah satunya
adalah fungsi menyindir. Penjabaran tersebut ada pada pembahasan mengenai
fungsi fiksi mini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Dari uraian di atas, telah disimpulkan bahwa fiksi mini berhubungan dengan
kehidupan sosial budaya di masyarakat. Selain itu, Fiksi mini harus memiliki ide
cerita menggantung untuk menciptakan theater of mind serta memiliki keterpaduan
antar unsur.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian
yang belum dibahas sebelumnya. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan jenis
wacana fiksi mini berdasarkan keaktifan partisipan, kohesi, dan koherensi dalam
fiksi mini. Khusus pembahasan mengenai kohesi dan koherensi, dalam penelitian
ini akan dibahas kepaduan antarbagian di dalam tubuh fiksi mini. Pembahasan
tersebut tidak melibatkan unsur-unsur di luar tubuh fiksi mini seperti topik.
1.6 Landasan Teori
Kerangka berpikir penelitian ini secara umum dapat dijabarkan menjadi
empat butir. Keempat butir tersebut yaitu (1) fiksi mini, (2) jenis-jenis wacana
berdasarkan keaktifan partisipan, (3) kohesi, dan (4) koherensi. Uraian empat
kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.6.1 Fiksi Mini
Di luar pengertian sastra yang masih menjadi perdebatan, perkembangan
teknologi telah melahirkan jenis sastra baru, yaitu sastra cyber. Lahirya sastra cyber
di Indonesia diawali peluncuran laman www.cybersastra.net (per Januari 2018
terlacak dengan alamat laman cybersastra.org) dan kumpulan puisi Grafitti
Gratitude yang disunting oleh Cunong N.S., Medy Loekito, Nanang Suryadi, Sutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Iwan Soekri Munaf, dan Tulus Wijanarko pada 9 Mei 20013 (Sambodja via
Anggino, 2014:2).
Buku antologi yang digunakan oleh angkatan Balai Pustaka dan Pujangga
Baru bukan lagi sebagai satu-satunya media untuk mempublikasikan sebuah karya
sastra. Kini media yang paling banyak digunakan untuk mempublikasikan karya
sastra adalah media sosial di internet. Salah satu media sosial yang menjadi media
publikasi karya sastra adalah media sosial twitter.
Di media sosial twitter, karya sastra seperti puisi pendek banyak
bermunculan dengan berbagai alur penciptaan. Selain itu, jenis karya sastra yang
lahir dipengaruhi oleh media sosial twitter itu sendiri adalah fiksi mini.
Bila dilacak dari akun twitter resminya, yaitu @fiksimini, fiksi mini telah
ada di media sosial twitter sejak tahun 2010. Jejak tersebut terlihat dari unggahan
pertama kali yang mengajak untuk menulis fiksi mini pada 18 Maret 2010. Namun,
sebelum hadir di twitter, jejak fiksi mini sudah terlihat dalam unggahan Agus Noor
di laman daringnya, agusnoorfiles.wordpress.com, pada 21 September 2009.
Setelah lebih dari tujuh tahun hadir, hingga sekarang belum ada pengertian
yang jelas dan tepat mengenai fiksi mini oleh ahli. Oleh sebab itu, untuk memahami
apakah yang dimaksud dengan fiksi mini, sumber yang tersedia hanyalah tulisan
yang diunggah oleh pionir-pionir fiksi mini dalam laman daring mereka, salah
satunya adalah Agus Noor.
Dalam laman daring agusnoorfiles.wordpress.com, Noor (2009) menulis
bahwa di Prancis, fiksi mini dikenal dengan nama nouvelles, sementara orang
Jepang menyebut kisah-kisah mungil itu dengan nama “cerita setelapak tangan”,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
karena cerita itu memang cukup dituliskan di telepak tangan manusia. Ada juga
yang menyebutnya sebagai “cerita kartu pos” (postcard fiction), karena cerita itu
juga cukup bila ditulis dalam kartu pos. Di Amerika, karya sastra serupa fiksi mini
sering disebut fiksi kilat (flash fiction), dan ada yang menyebutnya sebagai sudden
fiction atau micro fiction. Selain itu, Sean Borgstrom memperkenalkan dengan
sebutan nanofiction.
Kemudian, Noor (2009) menyebut bahwa definisi fiksi mini hanya terdiri
dari secuil kalimat—berkisar empat sampai sepuluh kata, atau satu paragraf—
namun dari secuil kalimat tersebut diperoleh “keluasan dan kedalaman kisah”.
Tidak ada batasan yang jelas mengenai fiksi mini, namun apabila digunakan
sebagai kerangka, maka pada kisaran 50 kata sebuah karya dapat disebut sebagai
fiksi mini. Pengertian yang paling penting adalah bahwa fiksi mini harus tetap
menghasilkan sebuah kisah panjang, atsmosfir kisah yang luas, bayangan karakter,
memiliki konflik dan suspens, atau mungkin teka-teki yang tak kunjung selesai
menggunakan satuan bahasa yang sedikit. Penulis harus berusaha membuat cerita
menggunakan sesedikit kata, tetapi semakin luas kisah di dalamnya.
Jika melihat kembali definisi yang dituliskan oleh Noor di atas, terdiri dari
empat hingga sepuluh kata merupakan syarat yang tepat bagi fiksi mini yang
menggunakan sarana twitter, walaupun pada kenyataannya panjang bentuk fiksi
mini pada media sosial twitter tidak mengikuti definisi tersebut melainkan
mengikuti kebijakan media sosial twitter. Perlu diketahui bahwa sebelum
pertengahan tahun 2017, twitter memberikan kebijakan 140 karakter dalam sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
unggahan teks, sementara setelah pertengahan tahun 2017 twitter mengubah
kebijakannya menjadi 280 karakter.
Ketidakjelasan ukuran bentuk juga terjadi pada penulis-penulis yang
memegang definisi bahwa fiksi mini hanya terdiri dari 140 karakter, sekali pun
twitter telah mengubah kebijakan tersebut. Kembali mengenai hal yang berkaitan
dengan twitter, dalam penciptaannya, penulis fiksi mini harus mencantumkan
username akun twitter resmi fiksi mini, yaitu @fiksimini, yang terdiri dari 10
karakter. Dengan demikian, secara otomatis jumlah maksimal karakter fiksi mini
dalam twitter adalah 130 karakter.
Dalam proses penciptaan fiksi mini ada beberapa pihak yang terlibat, di
antaranya adalah: (1) admin akun @fiksimini atau disebut momod, (2) pengusul
topik, dan (3) penulis fiksi mini atau disebut fiksiminier. Pihak (1) atau momod
adalah pihak yang bertindak sebagai moderator dan berwenang menentukan fiksi
mini yang menarik atau tidak. Pihak (2) adalah pihak yang berperan mengusulkan
topik dengan cara mengunggah kata bercetak kapital dalam twitter dilengkapi label
atau hastag topikfiksimini (#topikfiksimini). Apabila topik itu dirasa menarik oleh
momod, maka usulan tersebut akan diunggah kembali oleh akun @fiksimini.
Sebenarnya pihak (2) tidak harus selalu ada karena topik bisa saja
dilontarkan oleh momod. Setelah topik tersedia, selanjutnya pihak (3) akan
menanggapi dengan fiksi mini-fiksi mini. Dalam men-tweet atau mengunggah
karyanya, penulis fiksi mini harus mencantumkan “@fiksimini” di dalamnya supaya
momod dapat menerima fiksi mini tersebut sebagai pesan masuk. Apabila fiksi mini
tersebut dinyatakan menarik, maka akan di-retweet atau diunggah kembali oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
momod sehingga seluruh pengikut akun @fiksimini dapat melihat unggahan
tersebut.
Adapun kisi-kisi lain yang diungkapkan oleh Noor (2009) adalah dalam
bentuk diktum sebagai berikut:
a. Diktum fiksi mini 1:
Menceritakan seluas mungkin dunia, dengan seminim mungkin kata.
b. Diktum fiksi mini 2:
Ibarat dalam tinju, fiksi mini serupa satu pukulan yang telak dan menohok.
c. Diktum fiksi mini 3:
Kisahnya ibarat lubang kunci, yang justru membuat kita bisa “mengintip”
dunia secara berbeda.
d. Diktum fiksi mini 4:
Bila novel membangun dunia. Cerpen menata kepingan dunia. Fiksi mini
mengganggunya.
e. Diktum fiksi mini 5 :
Fiksi mini yang kuat ibarat granat yang meledak dalam kepala kita.
f. Diktum fiksi mini 6:
Ia bisa berupa kisah sederhana, diceritakan dengan sederhana, tetapi selalu
terasa ada yang tidak sederhana di dalamnya.
g. Diktum fiksi mini 7:
Alurnya seperti bayangan berkelebat, tetapi membuat kita terus teringat.
h. Diktum fiksi mini 8:
Serupa permata mungil yang membiaskan banyak cahaya, kita terus
terpesona setiapkali membacanya.
i. Diktum fiksi mini 9:
Seperti sebuah ciuman, fiksi mini jangan terlalu sering diulang-ulang.
j. Diktum fiksi mini 10:
Bila puisi mengolah bahasa, fiksi mini menyuling cerita, menyuling dunia.
k. Diktum fiksi mini 11:
Ia tak semata membuat tawa. Karna ia adalah gema tawanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
l. Diktum fiksi mini 12:
Kau kira fiksi mini ialah kolam kecil, tapi kau tak pernah mampu menduga
kedalamanya.
m. Diktum fiksi mini 13:
Di ujung kisahnya: kita seperti mendapati teka-teki abadi yang tak bertepi.
n. Diktum fiksi mini 14:
Pelan-pelan kau menyadari, ia sebutir debu yang mampu meledakkan
semesta.
o. +1 Diktum fiksi mini terakhir:
Lupakan semua diktum itu. Mulailah menulis fiksi mini!
Berdasarkan pengertian di atas, fiksi mini yang akan menjadi objek material
penelitian ini adalah fiksi mini berbahasa Indonesia yang ada dalam media sosial
twitter dan yang telah diunggah kembali oleh akun @fiksi mini.
1.6.2 Jenis-Jenis Wacana Berdasarkan Keaktifan Partisipan
Wacana atau discourse adalah satuan bahasa terlengkap. Dalam hierarki
gramatikal, wacana merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana
direalisasikan dalam bentuk karangan utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.)
paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat lengkap (Kridalaksana,
2008:259).
Secara etimologis, kata wacana berasal dari kata vacana [vacana] ‘baca’
dalam bahasa Sansekerta (Gonda via Baryadi, 2017:32). Kata vacana dalam bahasa
Sansekerta kemudian diserap ke dalam bahasa Jawa Kuna menjadi wacana
[wacana] dan selanjutnya masuk ke dalam bahasa Jawa Baru menjadi wacana
‘bicara, kata, ucapan berkata’ (Prawirahatmadja via Baryadi, 2017:32). Kata
wacana dalam bahasa Jawa Baru lalu diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
wacana ‘ucapan, percakapan, kuliah’ (Poerwadarminta via Baryadi, 2017:32). Kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
wacana dalam bahasa Indonesia digunakan sebagai padanan kata discourse dalam
bahasa Inggris. Secara etimologis, kata discourse berasal dari kata discursus ‘lari
kian ke sana kemari’ dalam bahasa Latin. Kata discursus diturunkan dari
discurrere, gabungan dari dis dan currere yang berarti lari, berjalan kencang
(Webster via Baryadi, 2017:32).
Dalam sejarahnya, kajian wacana di Indonesia sudah dimulai oleh linguis
Indonesia pada pertengahan tahun 70-an. Publikasi kajian wacana tersebut antara
lain, “Keutuhan Wacana” oleh Kridalaksana (1978), “Benang Pengikat Wacana”
Dardjowijojo (1986), Buku Analisis Wacana oleh Samsuri (1987), Buku Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia oleh Moeliono (1988), dan “Keterpaduan,
Keruntutan, dan Keterbacaan Wacana Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah
Dasar: Suaru Kajian Analisis Wacana” oleh Tallei (1988) (Rani, dkk, 2006:14-15).
Sebagai satuan gramatikal terbesar, wacana dapat diklasifikasikan
menggunakan dasar-dasar tertentu. Menurut Baryadi (2002: 9), dasar-dasar tersebut
di antaranya (i) media yang dipakai untuk mewujudkannya, (ii) keaktifan pertisipan
komunikasi, (iii) tujuan pembuatan wacana, (iv) bentuk wacana, (v) langsung
tidaknya pengungkapan, (vi) genre sastra, dan (vii) isi wacana.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, keaktifan partisipan menjadi dasar dalam
penelitian ini. Selanjutnya, dalam dasar keaktifan partisipan di dalamnya, wacana
dibedakan menjadi tiga, yaitu (i) wacana monolog (monologue discourse), (ii)
wacana dialog (dialogue discourse), dan (iii) wacana polilog (poyilogue discourse)
atau percakapan (exchannge atau conversation) Baryadi (2002:11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Wacana monolog merupakan wacana yang hanya melibatkan satu
partisipan, yaitu pihak pembicara. Contoh wacana monolog lisan adalah ceramah
dan petuah, sementara contoh wacana monolog tertulis adalah berita dan karya
narasi tertulis (Baryadi, 2002:11).
Wacana dialog merupakan wacana yang melibatkan dua partisipan yang
bergantian peran sebagai pembicara dan pendengar. Contohnya adalah sapa
menyapa, tanya jawab, atau pun tawar menawar (Baryadi, 2002:11-12).
Wacana polilog atau percakapan merupakan wacana yang melibatkan tiga
atau lebih pembicara yang bergantian peran seperti halnya dialog. Pemproduksian
wacana jenis ini sama dengan wacana dialog, hanya saja terdapat lebih dari dua
jalur atau partisipan di dalamnya. Contoh wacana polilog adalah diskusi,
musyawarah, dan percakapan (Baryadi, 2002:12).
1.6.3 Kohesi
Kohesi atau cohesion adalah kepaduan yang berkenaan dengan hubungan
bentuk antara bagian-bagian dalam suatu wacana. Berdasarkan perwujudan
lingualnya, membedakan dua jenis kohesi, yaitu kohesi gramatikal atau gramatical
cohesion dan kohesi leksikal atau lexical cohesion (Halliday dan Hasan via Baryadi,
2002:17). Kohesi gramatikal adalah keterikatan gramatikal antar bagian-bagian
wacana. Beberapa yang termasuk ke dalam kohesi gramatikal adalah sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Penunjukan (reference)
Penunjukan merupakan kohesi gramatikal berupa satuan lingual
tertentu yang menunjuk satuan lingual lain yang mendahului maupun
mengikutinya (Baryadi, 2002:18). Dengan demikian terdapat dua unsur
dalam kepaduan bentuk penunjukan, yaitu unsur penunjuk (Upen) dan unsur
tertunjuk (Uter) (Ramlan, 1993:12).
Berdasarkan arah penunjukannya, kohesi penunjukan dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penunjukan anaforis (anaphoric
reference) dan penunjukan kataforis (cataphoric reference). Penunjukan
anaforis ditandai oleh adanya konstituen yang menunjuk konstituen di
sebelah kiri, sementara penunjukan kataforis ditandai konstituen yang
mengacu konstituen di sebelah kanan (Baryadi, 2002:18-19).
Dalam bahasa indonesia, penunjukan anaforis maupun kataforis
ditunjukan oleh kata yang bersifat deiksis, yaitu kata yang referennya
berpindah-pindah atau berganti-ganti tergantung pada siapa yang menjadi si
pembicara dan tergantung pada saat dan tempat dituturkan kata itu
(Kaswanti Purwo via Baryadi, 2002:20).
Kata-kata deiktis yang mewakili penunjukan anaforis dalam bahasa
Indonesia adalah ini, itu, tersebut, di atas, demikian, begini, dan begitu,
sementara penunjukan kataforis adalah berikut, berikut ini ini, begini,
demikian, yakni, dan yaitu (Baryadi, 2002:20).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b. Penggantian (substitution)
Pengantian adalah kohesi gramatikal yang berupa penggantian
konstituen tertentu dengan konstituen lain. Dalam kohesi ini terlibat dua
unsur, yaitu unsur terganti dan unsur pengganti. Bila unsur terganti berupa
unsur yang menyatakan orang (persona), unsur pengganti berupa pronomina
persona. Pronomina persona yang berfungsi sebagai penanda kohesi
penggantian biasanya pronomina persona ketiga seperti dia, ia, beliau,
beliau, (honorifik) (tunggal) dan mereka, beliau-beliau (honorifik) (jamak)
serta bentuk terikat –nya (jamak atau tunggal). Kata-kata tersebut disebut
pula deiksis persona. Bila unsur terganti berupa unsur bahasa yang
menyatakan tempat atau lokasi, unsur pengganti berupa pronomina lokatif.
Yang termasuk pronomina lokatif adalah sini, situ, dan sana. Perbedaan
penggunaan pronomina lokatif tersebut dalam konteks endofora dapat
ditentukan berdasarkan apa yang dinamakan “pusat deiksis” atau “titik nol”
dan kedudukan si penulis kisah (Kaswanti Purwo via Baryadi, 2002:22-23).
Kata sana menunjukan tempat yang jauh dari pusat deiksis, situ
menunjukan tempat yang agak jauh dari pusat deiksis, dan sini menunjukan
lokasi yang berada pada pusat deiksis (Baryadi, 2002:23-24).
c. Pelesapan (ellypsis)
Pelesapan adalah kohesi gramatikal yang berupa pelesapan (zero)
konstituen yang telah disebut (Baryadi, 2002:24) atau adanya unsur kalimat
yang tidak dinyatakan secara tersurat pada kalimat berikutnya (Ramlan,
1993:24).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
d. Perangkaian (conjunction)
Perangkaian merupakan kohesi gramatikal yang berwujud konjungsi
(Baryadi, 2002:24) atau kata-kata yang merangkaikan kalimat satu dengan
yang lain (Ramlan, 1993:26).
Penanda hubungan perangkaian ada yang berupa kata, misalnya
sebaliknya, namun, akhirnya, padahal, kemudian, tetapi, dan ada yang
berupa kelompok kata yang diakhiri dengan kata itu, begitu, atau demikian,
misalnya oleh karena itu, begitu, dan demikian itu merupakan unsur
pengganti, menggantikan unsur yang telah disebutkan di muka (Ramlan
2002:27)
Sementara itu, kohesi leksikal adalah keterikatan leksikal bagian-bagian
wacana (Baryadi, 2002:17). Kohesi leksikal dapat dirinci lebih lanjut menjadi
sebagai berikut:
a. Pengulangan (reiteration)
Pengulangan adalah kohesi leksikal berupa pengulangan konstituen
yang telah disebut (Baryadi, 2002:25). Yang dimaksud dengan pengulangan
dalam kohesi leksikal bukanlah proses reduplikasi yang merupakan proses
morfologis, melainkan pengulangan sebagai penanda hubungan antar
kalimat, yaitu adanya unsur pengulang yang mengulang unsur yang terdapat
pada kalimat depannya (Ramlan, 1993:30).
Terdapat 4 macam pengulangan, yaitu 1) pengulangan sama tepat,
2) pengulangan dengan perubahan bentuk, 3) pengulangan sebagian, dan 4)
pengulangan parafrase (Ramlan, 1993:31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Pengulangan sama tepat adalah apabila unsur pengulangan sama
dengan unsur diulang, hanya pada umumnya unsur pengulang diikuti unsur
penunjuk itu, ini, dan tersebut. Sementara itu, pengulangan dengan
perubahan bentuk adalah pengulangan yang disebabkan oleh keterikatan
bahasa, misalnya karena unsur diulang berupa kata kerja dan unsur
pengulang harus berupa kata benda (Ramlan, 1993:31-32).
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari unsur
diulang, sementara pengulangan parafrase adalah pengungkapan kembali
suatu konsepsi dengan bentuk bahasa yang berbeda (Ramlan, 1993:34-35).
b. Hiponimi (hyponimi)
Hiponimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal
yang bersifat hierarkis antara konstituen yang satu dengan konstituen yang
lain. Relasi makna tersebut terlihat dari hubungan antara konstituen yang
memiliki makna yang umum dengan konstituen yang memiliki makna
khusus. Konstituen yang bermakna umum disebut superordinat dan
konstituen yang bermakna khusus disebut hiponim (Baryadi, 2002:26).
Hiponim sama dengan sinonim, sebenarnya juga merupakan
pengulangan, hanya dalam hiponim unsur pengulangan mempunyai makna
yang mencakupi makna unsur terulang, atau sebaliknya makna unsur
terulang mencakupi makna unsur pengulangan (Ramlan, 1993:37).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
c. Sinonimi (synonimi)
Kohesi sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna
leksikal yang mirip antara satu konstituen yang satu dengan konstituen yang
lain. Sinonimi ini disebut juga ekuivalensi leksikal (Baryadi, 2002:27).
Yang dimaksud sinonimi di sini ialah satuan bahasa, khususnya kata
atau frase, yang bentuknya berbeda tetapi maknanya sama atau mirip.
Sinonim sebenarnya juga merupakan pengulangan, hanya pengulangan
dalam sinonim semata-mata pengulangan makna, berbeda dengan
pengulangan bentuk dan makna (Ramlan, 1993:36).
d. Antonimi (antonymi)
Antonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal
yang bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen yang satu dengan
konstituen yang lain (Baryadi, 2002:28).
e. Kolokasi (collocation)
Kolokasi merupakan kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang
berdekatan antara konstituen satu dengan yang lain (Baryadi, 2002:28).
1.6.4 Koherensi
Selain melalui kepaduan bentuk, keutuhan wacana dapat dibentuk melalui
kepaduan makna atau koherensi. Koherensi adalah keterkaitan semantis antara
bagian-bagian wacana (Baryadi, 2002:29). Berikut ini adalah beberapa jenis
koherensi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
a. Koherensi logis
Koherensi logis adalah korensi yang umumnya terdapat pada teks
eksposisi. Yang termasuk ke dalam korherensi logis adalah kausalitas,
kontras, aditif, rincian, dan temporal (Baryadi, 2002:29).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008:637)
kausalitas adalah perihal sebab akibat. Dalam wacana, terdapat pertalian
sebab akibat apabila yang satu menyatakan sebab atau alasan bagi kalimat
yang lain, yang merupakan akibatnya. Pertalian sebab akibat sering
ditunjukan oleh konjungsi oleh sebab itu, oleh karena itu, karenanya, maka,
dsb (Ramlan, 1993:51-52).
Kontras atau perlawanan (Ramlan, 1993:48) adalah kepaduan
makna yang mempertentangkan suatu hal, keadaan, atau perbuatan dengan
hal, keadaan, atau perbuatan lain. Kontras sering ditunjukan oleh penanda
hubungan sebaliknya, akan tetapi, tetapi, namun, padahal, walaupun
demikian, meskipun begitu, dsb (Ramlan, 1993:48-49).
Aditif atau lebih (Ramlan, 1993: 50), adalah kepaduan makna yang
menyatakan hal lebih dari kalimat-kalimat sebelumnya. Aditif sering
ditunjukan oleh penanda hubungan di samping itu, malah, malahan,
apalagi, lebih-lebih lagi, dan bahkan (Ramlan, 1993:50-51).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1057), rincian
adalah menyebutkan (menguraikan) sampai ke bagian yang sekecil-
kecilnya. Sementara itu, temporal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
(2008:1435) adalah berhubungan atau mengenai waktu; berkenaan dengan
waktu-waktu tertentu.
b. Koherensi perian
Koherensi perian atau rincian atau posesif adalah koherensi yang
umumnya terdapat dalam teks deskripsi (Baryadi, 2002:32). Perian atau
penjelasan (Ramlan, 1993:59) merupakan pertalian yang menyatakan
bahwa informasi pada kalimat yang satu memberikan penjelasan atau
keterangan lebih lanjut bagi informasi yang dinyatakan pada kalimat
lainnya. Pertalian penjelasan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu penjelasan
berupa keterangan lebih lanjut, penjelasan yang berupa misal atau contoh,
dan penjelasan berupa rincian (Ramlan 1993:59-60).
c. Koherensi kronologis
Koherensi kronologis adalah koherensi yang umumnya terdapat
dalam teks narasi. Koherensi ini ditunjukan oleh konjungsi-konjungsi yang
menyatakan hubungan seperti lalu, kemudian, sesudah itu, penanda kala
seperti dulu, sekarang, dan penanda aspek seperti akan, belum, sudah
(Baryadi, 2002:32).
d. Koherensi pentahapan
Koherensi pentahapan adalah koherensi yang umumnya terdapat
pada teks prosedural. Koherensi ini menjelaskan kepaduan pada tahap-tahap
terjadinya peristiwa (Baryadi, 2002:33).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
e. Koherensi stimulus-respons
Koherensi stimulus-respons umumnya terdapat dalam wacana
dialog, misalnya fatis, informatif, pengukuhan, penolakan, dan negosiatif.
Koherensi dalam wacana dialog tidak diwujudkan dalam bentuk penanda
sehingga harus dipahami melalui hubungan antar kalimatnya. Dengan
demikian, untuk memahami hal tersebut pembaca harus
mempertimbangkan faktor-faktor seperti pra anggapan, kesepakatan
bersama atau implikatur, dan konsekuensi langsung atau intalment
(Baryadi, 34-35).
1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan data
berupa karya sastra fiksi mini. Karya sastra fiksi mini yang dimaksud tersebut
berasal dari sumber data tertulis. Data fiksi mini yang diambil berasal dari tweet
atau unggahan pada media sosial twitter dalam akun @fiksimini.
Penelitian ini menggunakan 100 data berupa fiksi mini yang diambil dalam
rentang waktu 31 Januari 2017 hingga 25 Juli 2017. Hal tersebut dilakukan karena
mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya: Pertama, kebaruan data. Kedua,
keputusan moderator akun @fiksimini yang lebih selektif dibandingkan bulan atau
tahun sebelumnya. Hal tersebut terlihat dari fiksi mini-fiksi mini yang dipilih dan
diunggah ulang oleh akun @fiksimini lebih sedikit ketimbang tahun-tahun
sebelumnya. Meskipun jumlah fiksi mini yang diunggah lebih sedikit, namun
penulis menilai fiksi mini tersebut lebih bervariatif. Ketiga, ketercukupan data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Demi memenuhi jumlah 100 data, peneliti mengambil data berdasarkan tanggal
pengunggahan terbaru ke terlama, yaitu dari tanggal 25 Juli 2017 hingga 31 Januari
2017.
Selanjutnya, penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap
pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau penyediaan data (Sudaryanto, 2015:11) atau
penjaringan data (Kesuma, 2007:41) penelitian ini dilakukan melalui penyimakan
atau metode simak.
Metode simak tersebut diwujudkan dalam teknik dasar sadap dan teknik
lanjutan simak bebas libat cakap. Teknik sadap adalah menyadap penggunaan
bahasa seseorang atau beberapa orang yang berbentuk lisan atau tulisan (Kesuma,
2007:43). Sementara itu, teknik simak bebas libat cakap adalah teknik yang
dilakukan dengan menyimak tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan
(Kesuma, 2007:44). Selanjutnya, untuk melengkapi dua teknik tersebut digunakan
teknik catat.
Dalam penerapan teknik-teknik di atas, pengumpulan data penelitian ini
dilakukan dengan menyimak dan menyadap fiksi mini yang terdapat dalam akun
twitter @fiksimini. Langkah tersebut dilakukan peneliti yang bertindak sebagai
pembaca, bukan penulis atau pun admin akun @fiksimini. Selanjutnya, peneliti
mencatat data-data yang diperoleh, yaitu 100 fiksi mini yang diunggah dari 31
Januari hingga 25 Juli 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah data tersedia, dilakukan analisis data. Dalam melakukan analisis
data digunakan metode agih. Metode agih merupakan metode yang alat penentunya
menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri(Sudaryanto, 2015:18).
Metode agih dalam penelitian ini diterapkan melalui teknik dasar bagi unsur
langsung (BUL) dan teknik lanjutan baca markah.
Teknik BUL adalah teknik yang membagi satuan lingual datanya menjadi
beberapa bagian atau unsur; dan unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai
bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud. Adapun alat
penggerak bagi alat penentu—atau pirantinya—ialah daya bagi yang bersifat
intuitif, atau secara singkat: intuisi, sedangkan alat penentunya adalah jeda, baik
jeda yang silabik atau sendi maupun sintaktik atau ruas (Sudaryanto, 2015:37).
Sementara itu, teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara
membaca markah atau penanda dalam suatu konstruksi. Pemarkah tersebut berupa
imbuhan, kata penghubung, kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri
ketatabahasaan atau fungsi kata atau konstruksi (Kesuma, 2007:66).
Dalam penerapan teknik bagi unsur langsung (BUL), data fiksi mini yang
ada dibagi menjadi beberapa bagian dengan penanan angka romawi bercetak
superscript di awal setiap bagian fiksi mini. Perhatikan fiksi mini (6) berikut:
(6) (Topik: rekonsilisiasi)
@coffeetarian_ iSEHARI SETELAH DIMARAHI BAPAK - iiAkhirnya
telingaku kembali ke tempat masing-masing. iiiKemarin mereka saling
menjauh.
(Diunggah pada 16 Mei 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Selanjutnya, pada data yang telah dibagi berdasarkan teknik BUL tersebut
dilakukan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah. Teknik baca markah digunakan
untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu (1) menentukan jenis-jenis wacana pada
fiksi mini berdasarkan keaktifan partisipan, (2) mendeskripsikan kohesi pada fiksi
mini, dan (3) mendeskripsikan koherensi pada fiksi mini. Setelah dilakukan teknik
baca markah, didapati hal-hal sebagai berikut:
Pertama, untuk menentukan jenis wacana pada fiksi mini (6), peneliti
mengkonsentrasikan perhatian pada pertanyaan siapa partisipan yang berujar di
dalam fiksi mini? Dari pertanyaan tersebut didapati kata aku dalam frasa telingakuii.
Hal tersebut menandakan bahwa fiksi mini (6) ditampilkan melalui partisipan yang
merupakan tokoh pertama, aku. Selain tokoh pertama, dalam fiksi mini tersebut
disebutkan tokoh ketiga, yaitu bapak dan kata ganti mereka. Namun, tokoh ketiga
tersebut tidak aktif berpartisipasi atau tidak menanggapi tokoh aku. Oleh sebab itu,
dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (6) berjenis wacana monolog.
Kedua, untuk mendeskripsikan kohesi yang ada pada fiksi mini, peneliti
mengkonsentrasikan perhatian pada penanda dimarahi bapak(i), telingaku (ii), dan
mereka di bagian (iii). Frasa dimarahi bapak pada bagian (i) memiliki makna
terkena marah oleh bapak yang umumnya dilakukan dengan cara menjewer telinga.
Hal tersebut membuktikan adanya hubungan kolokatif antara frasa dimarahi bapaki
dan telingakuii. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa pada bagian ini fiksi mini (6)
mengandung kohesi kolokasi. Sementara itu, pada kalimat bagian (iii) terdapat kata
ganti mereka untuk menyebut telingakuii. Pada bagian tersebut, fiksi mini (6)
mengandung kohesi penggantian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Ketiga, untuk mendeskripsikan koherensi yang ada pada fiksi mini,
digunakan teknik baca markah serupa dua paragraf sebelumnya. Pada fiksi mini (6)
didapati penanda-penanda yang menyatakan hubungan koherensi, seperti penanda
kala setelahi dan akhirnyaii, serta penanda temporal kemariniii. Penanda-penanda
tersebut menyatakan urutan kejadian, sehingga membuktikan bahwa fiksi mini (6)
disusun berdasarkan koherensi kronologis.
Selain ditunjukan secara eksplisit melalui penanda-penanda, koherensi juga
dapat terjadi secara implisit atau tanpa penanda-penanda tertentu sehingga harus
dipahami melalui hubungan antarkalimatnya. Perhatikan fiksi mini (7) di bawah ini:
(7) (Topik: tanggul)
@momo_DM iTANGGUL JEBOL. iiBanjir kali ini berbeda. iii"Kaucium
bau aneh, Nak?" iv"Iya, Pak. Bau politik."
(Diunggah pada 21 Februari 2017)
Pada fiksi mini (7) terdapat kalimat tanya pada bagian (iii) yaitu “Kau cium
bau aneh, Nak?”. Dengan memperhatikan pertanyaan tersebut maka dapat
dipahami bahwa ada bau di antara mereka (praanggapan). Dari pertanyaan tersebut
sudah dapat dipastikan akan ada satu respons dari dua kemungkinan, yaitu iya atau
tidak. Selanjutnya, pada bagian (iv) terdapat penanda iya, Pak. yang merupakan
jawaban atau respon dari kalimat pada bagian sebelumnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (7) mengandung koherensi stimulus-respons
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah data dianalisis, hasil analisis tersebut disajikan menggunakan
metode informal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata,
walaupun dengan terminologi yang bersifat teknis (Sudaryanto, 2015:241). Dalam
penyajian ini, rumus-rumus atau kaidah-kaidah disampaikan dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kata-kata biasa, yaitu kata-kata yang apabila dibaca serta merta dapat langsung
dipahami (Kesuma, 2007:71). Penyajian analisis berupa kata-kata tersebut
merupakan penjabaran mengenai jenis wacana, kohesi, dan koherensi yang terdapat
pada fiksi mini.
1.8 Sistematika Penyajian
Uraian pada penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I terdiri dari delapan
bagian, yaitu (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4)
manfaat penelitian, (5) tinjauan pustaka, (6) telaah teori, (7) metode penelitian, dan
(8) sistematika penyajian.
Bab II berisi uraian pembahasan mengenai jenis wacana berdasarkan
keaktifan partisipan pada fiksi mini. Selanjutnya, pada bab III berisi uraian yang
membahas kepaduan bentuk atau kohesi pada fiksi mini. Pada bab IV berisi uraian
pembahasan mengenai kepaduan bentuk atau koherensi pada fiksi mini.
Terakhir, bab V terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran untuk
penelitian “Jenis Wacana, Kohesi, dan Koherensi pada Fiksi Mini dalam Media
Sosial Twitter”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB II
JENIS WACANA PADA FIKSI MINI
BERDASARKAN KEAKTIFAN PARTISIPAN
2.1 Pengantar
Pada bab ini dibahas hasil penelitian berupa jenis wacana pada fiksi mini
berdasarkan keaktifan partisipan. Berdasarkan jumlah partisipan yang terlibat
dalam membangun unsur cerita, fiksi mini dapat menjadi tiga jenis wacana, yaitu
wacana monolog (2.2) dan wacana campuran monolog dan dialog (2.3). Berikut ini
merupakan uraian dari kedua jenis wacana yang terdapat pada fiksi mini.
2.2 Wacana Monolog
Wacana monolog merupakan wacana yang pemproduksiannya hanya
melibatkan pihak pembicara (Baryadi, 2002:11). Monolog bersifat satu arah, yaitu
tidak melibatkan pihak lain untuk menanggapi. Fiksi mini sering kali disampaikan
penulis melalui gaya bercerita monolog. Gaya bercerita monolog tersebut dapat
berupa monolog oleh tokoh di dalam cerita atau pun berupa penghadiran narator
yang secara otomatis diperankan oleh pembaca. Monolog di dalam fiksi mini juga
dapat berupa tuturan langsung yang dicirikan dengan diapit oleh tanda petik dua (“)
atau pun berupa tuturan tidak langsung. Berikut ini wacana monolog pada fiksi
mini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
(8) (Topik: menyelinap)
@saqha1808 iHILANG MUKA. iiPasti karena menyelinap ke kamar Surti
lagi kan?
(Diunggah pada 18 Juli 2017)
(9) (Topik: menyelinap)
@greenziezs iTAMAN BUNGA. iiSurat ini masih terlipat rapi, dan, wangi. iiiKita pernah menyelinap ke dalamnya, dan aku keluar sendirian.
(Diunggah pada 18 Juli 2017)
(10) (Topik: menyelinap)
@ry4nn_ iTENGAH MALAM. iiPencuri itu menyelinap. iiiMasuk rumah
Tuhan.
(Diunggah pada 18 Juli 2017)
(11) (Topik: menyelinap)
@gontorha iMENYESAL - iiSetelah aku menghabisi nyawanya. Kini ia
lebih leluasa menyelinap ke kamar putriku.
(Diunggah pada 18 Juli 2017)
(12) (Topik: momod)
@suropati_16: iHUKUMAN MATI - iiTerdakwa tertunduk lemas, setelah
koin yang dilempar hakim tak sesuai pilihannya.
(Diunggah pada 12 Juli 2017)
Fiksi mini (8) dan (9) merupakan jenis wacana monolog berdasarkan
keaktifan partisipan di dalamnya. Keduanya disampaikan melalui satu arah, yaitu
pembicara. Fiksi mini (8) yang berjudul “Hilang Muka” berbentuk pertanyaan oleh
satu partisipan, yaitu pembaca sebagai tokoh. Sementara itu, fiksi mini (9) yang
bejudul Taman Bunga ditampilkan penulis melalui tuturan satu partisipan, yaitu
tokoh aku. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (8) dan (9)
berjenis wacana monolog.
Fiksi mini (10) hingga (12) merupakan jenis wacana monolog berdasarkan
keaktifan partisipannya. Fiksi mini (10) yang berjudul “Tengah Malam”, fiksi mini
(11) yang berjudul “Menyesal”, dan fiksi mini (12) yang berjudul “Hukuman Mati”,
ditampilkan penulis melalui satu partisipan, yaitu pembaca sebagai narator. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (10), (11), dan (12) berjenis wacana
monolog.
2.3 Wacana Campuran Monolog dan Dialog
Wacana monolog merupakan wacana yang pemproduksiannya hanya
melibatkan pihak pembicara (Baryadi, 2002:11). Sementara itu, wacana dialog
merupakan wacana yang pemproduksiannya melibatkan dua pihak yang bergantian
peran sebagai pembicara dan pendengar (Baryadi, 2002:11-12). Berikut contoh
penggunaan monolog dan dialog dalam fiksi mini.
(13) (Topik: sambal goreng hati)
@AlmiraRumi: iIBU TETAP TERSENYUM - iiMenyuguhkan sambel
goreng hati ke WIL ayah. iii"Lezat, Mbak! Ini hati apa?" iv"Hati suamiku."
(Diunggah pada 24 Juni 2017)
(14) (Topik: sensor)
@mrnhasbi iBLUR. ii"Bu, kenapa wajah Ayah kotak-kotak di-TV?" iii"Sttt,
itu bukan Ayah nak, itu Mawar."
(Diunggah pada 4 April 2017)
(15) (Topik: nikah)
@uguh08: iDOA SEHABIS MALAM PERTAMA - iiSemoga istriku tak
takut saat tahu aku sudah meninggal. iii"Aku tidak takut," sahutnya di
belakang.
(Diunggah pada 4 Maret 2017)
(16) (Topik: main)
@Erlyn_booklover: iPETAK UMPET- iiHari ini terasa beda. iii"Sepi ya, gak
ada Ani." iv"Iya, Sep. Tim SAR sudah menemukannya tadi malam."
(Diunggah pada 27 Februari 2017)
(17) (Topik: tanggul)
@momo_DM iTANGGUL JEBOL. iiBanjir kali ini berbeda. iii"Kaucium
bau aneh, Nak?" iv"Iya, Pak. Bau politik."
(Diunggah pada 21 Februari 2017)
Fiksi mini yang berjudul “Ibu Tetap Tersenyum” (13) dan “Blur” (14)
menggunakan dua jenis wacana dalam satu tubuh, yaitu sebagian berjenis wacana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
monolog dan sebagian berjenis wacana dialog dalam penyampaiannya. Fiksi mini
yang berjudul “Ibu Tetap Tersenyum” ditampilkan penulis melalui tiga partisipan.
Partisipan 1 terdapat pada kalimat bagian (i) dan (ii), yaitu IBU TETAP
TERSENYUM - Menyuguhkan sambel goreng hati ke WIL (wanita idaman lain)
ayah. Partisipan 2 dan partisipan 3 berturut-turut pada "Lezat, Mbak! Ini hati apa?"
dan "Hati suamiku.". Berdasarkan pembagian tersebut dapat terlihat bahwa tuturan
yang disampaikan partisipan 1 merupakan wacana monolog. Hal tersebut tampak
karena partisipan 1 tidak bertukar peran dengan partisipan 2 atau pun partisipan 3.
Sementara itu, partisipan 2 dan partisipan 3 merupakan wacana dialog karena
keduanya bertukar peran sebagai pembicara dan pendengar. Maka dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (13) terbagi atas dua jenis wacana, yaitu wacana
monolog dan wacana dialog.
Fiksi mini (14) yang berjudul “Blur” juga ditampilkan penulis melalui tiga
partisipan. Masing-masing partisipan beserta tuturannya adalah sebagai berikut:
Partisipan 1 : iBLUR.
Partisipan 2 : ii"Bu, kenapa wajah Ayah kotak-kotak di TV?"
Partisipan 3 : iii"Sttt, itu bukan Ayah nak, itu Mawar."
Dapat terlihat bahwa partisipan 1 bertutur tanpa bertukar peran dengan
partisipan lain. Sementara itu, partisipan 2 dan partisipan 3 saling bertukar peran
sebagai pembicara dan pendengar. Partisipan memberi pertanyaan sementara
partisipan 3 memberi penolakan. Maka dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (14)
merupakan wacana campuran monolog dan dialog.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Fiksi mini (15), (16), dan (17) ditampilkan penulis melalui tiga partisipan.
Pada fiksi mini (15), masing-masing partisipan beserta tuturannya adalah sebagai
berikut:
Partisipan 1 : iDOA SEHABIS MALAM PERTAMA
Partisipan 2 : iiSemoga istriku tak takut saat tahu aku sudah meninggal.
Partisipan 3 : iii"Aku tidak takut," sahutnya di belakang.
Tuturan yang dilakukan oleh partisipan 1 merupakan wacana monolog. Hal
itu karena tuturan tersebut tidak ditanggapi oleh partisipan lain. Selain itu,
partisipan 2 atau tokoh suami bertukar peran sebagai pembicara dan pendengar
dengan partisipan 3. Maka dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fiksi
mini (15) termasuk ke dalam wacana campuran dialog dan monolog.
Pada fiksi mini (16), masing-masing partisipan beserta tuturannya adalah
sebagai berikut:
Partisipan 1 : iPETAK UMPET
iiHari ini terasa beda.
Partisipan 2 : iii"Sepi ya, gak ada Ani."
Partisipan 3 : iv"Iya, Sep. Tim SAR sudah menemukannya tadi malam."
Tuturan (i) dan (ii) yang diungkapkan partisipan 1 merupakan wacana
monolog. Hal tersebut karena tidak adanya tanggapan dari partisipan lain lain.
Sementara itu, partisipan 2 dan partisipan 3 melakukan pertukaran peran sebagai
pembicara dan pendengar. Maka dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (16) termasuk
ke dalam wacana campuran monolog dan dialog.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Pada fiksi mini (17), masing-masing partisipan beserta tuturannya adalah
sebagai berikut:
Partisipan 1 : iTANGGUL JEBOL.
iiBanjir kali ini berbeda.
Partisipan 2 : iii"Kaucium bau aneh, Nak?"
Partisipan 3 : iv"Iya, Pak. Bau politik."
Tuturan (i) dan (ii) yang diungkapkan partisipan 1 merupakan wacana
monolog. Hal tersebut karena tidak adanya tanggapan dari partisipan lain lain.
Sementara itu, partisipan 2 dan partisipan 3 melakukan pertukaran peran sebagai
pembicara dan pendengar. Maka dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (17) termasuk
ke dalam wacana campuran monolog dan dialog.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
KOHESI PADA FIKSI MINI
3.1 Pengantar
Pada bab ini dibahas hasil penelitian berupa bentuk-bentuk kohesi pada fiksi
mini. Kohesi-kohesi tersebut ialah kohesi kolokasi (3.2), kohesi penunjukan (3.3),
kohesi penggantian (3.4), kohesi pelesapan (3.5), kohesi antonimi (3.6), kohesi
sininimi (3.7), dan kohesi hiponimi (3.8). Berikut ini merupakan uraian keenam
bentuk kohesi tersebut.
3.2 Kohesi Kolokasi
Kohesi kolokasi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna yang
berdekatan antara konstituen satu dengan konstituen lain (Baryadi, 2002:28).
Berikut ini adalah kohesi kolokasi pada fiksi mini:
(18) (Topik: momod)
@cerita_mini: iMIGRAIN. iiKeputusan moderator berat sebelah.
(Diunggah pada 12 Juli 2017)
(19) (Topik: kecanduan)
@Harry_Bawole iTIGA KALI LEBARAN TIDAK PERNAH PULANG. iiBang Toyib makin ketagihan.
(Diunggah pada 30 Mei 2017)
(20) (Topik: hilang)
@ivychininta: iDITELAN KEGELAPAN - iiTak lama terdengar suara
sendawa.
(Diunggah pada 28 April 2017)
(21) (Topik: terasi)
@ivychininta iTERCIUM BAU TERASI DARI KEJAUHAN - iiKami
merinding. iiiKali ini, siapa yang tertangkap dan difermentasikan?
(Diunggah pada 18 April 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
(22) (Topik: sadap)
@_isakk iSADAP - iiTeleponnya bergetah.
(Diunggah pada 7 Februari 2017)
Pada fiksi mini (18) terdapat kata migraini. Kata migraini memiliki arti
umum sakit kepala sebelah. Dengan demikian penyebutan kata sebelahii
menimbulkan sifat kolokatif di antara keduanya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (18) mengandung kohesi kolokasi.
Mengenai fiksi mini (19), pada akhir tahun 2012, seorang penyanyi dangdut
bernama Ade Irma memopulerkan lagu dengan judul “Bang Toyib” yang potongan
liriknya adalah sebagai berikut:
Bang Toyib, Bang Toyib,
Kenapa tak pulang-pulang
Anakmu, anakmu, rindu ingin bertemu
Tiga kali puasa
Tiga kali lebaran
Abang tak pulang-pulang
Sepucuk surat pun tak datang
Berawal dari lirik lagu tersebutlah kemudian nama Bang Toyib identik
dengan seorang laki-laki yang melakukan perbuatan tidak pulang ke rumah selama
tiga kali lebaran. Dengan demikian Bang Toyibii kolokatif dengan tiga kali lebaran
tidak pernah pulangii, yang menandakan fiksi mini (19) mengandung kohesi
kolokasi.
Pada fiksi mini (20) terdapat kata ditelani yang berkolokasi dengan kata
sendawaii. Hal tersebut merujuk pada arti telan, yaitu makan tanpa dikunyah dan
sendawa yang merupakan kebiasaan lazim setelah manusia makan. Maka dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (20) mengandung kohesi kolokasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pada fiksi mini (21) terdapat kata terasii, yaitu penyedap makanan dari
udang atau ikan kecil yang difermentasi. Dengan demikian terbukti bahwa terasii
dan difermentasikaniii berhubungan. Maka dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (21)
mengandung kohesi kolokasi.
Fiksi mini (22) memanfaatkan makna ganda sadap, yaitu mengambil
informasi rahasia dan mengambil cairan yang dihasilkan tumbuhan. Dengan
demikian sadapi berkolokasi dengan kata telepon dalam frasa teleponnyaii. Hal
tersebut merujuk pada makna sadap yang pertama, yaitu mengambil informasi
rahasia. Kata sadapi juga berkolokasi dengan kata dasar getah dalam kata jadian
bergetahii merujuk pada makna mengambil cairan yang dihasilkan tumbuhan. Maka
dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (22) mengandung kohesi kolokasi.
3.3 Kohesi Penunjukan
Kohesi penunjukan adalah kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual
tertentu yang menunjuk satuan lingual yang mendahului atau mengikuti (Baryadi,
2002:18). Berikut ini adalah kohesi penunjukan pada fiksi mini:
(23) (Topik: sensor)
@Vortgaz iSENSOR ANCAMAN MENYALA - iiSi bos berusaha
menenangkan karyawannya. "Tenang, itu istri saya."
(Diunggah pada 4 April 2017)
Pada fiksi mini (23) terdapat kata tunjuk ituii. Kata itu merupakan kata
tunjuk yang digunakan untuk menunjuk kata ancamani. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (23) mengandung kohesi penunjukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3.4 Kohesi Penggantian
Kohesi penggantian adalah kohesi gramatikal yang berupaya penggantian
konstituen tertentu dengan konstituen lain (Baryadi, 2002:20-21). Dalam kohesi ini
selalu terlibat dua unsur, yaitu unsur terganti dan unsur pengganti. Berikut ini
beberapa fiksi mini yang mengandung kohesi penggantian:
(24) (Topik: foto)
@Wiraadana: iFOTO SENJA - iiSesekali, terlihat senyum dan lambaian
tangan seseorang di sana.
(Diunggah pada 17 Februari 2017)
(25) (Topik: jarak)
@__Cendawan iSAUDARA JAUH - iiAku benci bila dia datang
berkunjung. iiiSetiap berbicara, kami harus jaga jarak minimal lima meter.
(Diunggah pada 31 Januari 2017)
(26) (Topik: berkeringat)
@AsepSud30979859: iOLAHRAGA - ii100 kali bolak-balik bumi matahari,
membuat para atlet berkeringat. iiiLelah, mereka tertidur di dalam lift.
(Diunggah pada 17 April 2017)
(27) (Topik: nikah)
@uguh08: iDOA SEHABIS MALAM PERTAMA - iiSemoga istriku tak
takut saat tahu aku sudah meninggal. iii"Aku tidak takut," sahutnya di
belakang.
(Diunggah pada 4 Maret 2017)
(28) (Topik: nikah)
@fiksimono: MALU - Setiap bercumbu dengan istri, Mono tak pernah
mau membuka baju. Takut ketahuan belangnya.
(Diunggah pada 4 Maret 2017)
(29) (Topik: sahur)
@De_Lassco: iDI MEJA MAKAN - iiSahur selesai. iii"Besok giliran siapa?"
tanya ayah menyeka liurnya.
(Diunggah pada 27 Mei 2017)
(30) (Topik: belasungkawa)
@De_Lassco iKEKASIHKU DIAM SERIBU BAHASA. iiPerlahan, hanya
airmata yang berkata-kata bersama taburan bunga di pusaranya.
(Diunggah pada 23 Mei 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pada fiksi mini (24) terdapat kata di sanaii. Kata lokatif di sana digunakan
untuk menggantikan seluruh bagian (i), yaitu frasa foto senjai. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (24) mengandung kohesi penggantian.
Pada fiksi mini (25) terdapat kata ganti diaii yang merupakan kata ganti
untuk frasa saudara jauhi. Maka dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (25)
mengandung kohesi penggantian.
Fiksi mini (26) dan (27) terbagi menjadi tiga bagian. Kedua fiksi mini
tersebut juga sama-sama mengandung kata ganti persona ketiga yang memadukan
bagian (ii) dan bagian (iii). Pada fiksi mini (26) terdapat kata ganti mereka pada
bagian (ii) untuk menggantikan kata para atlet pada bagian (iii). Oleh sebab itu,
dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (26) mengandung kohesi penggantian.
Sementara itu, pada fiksi mini (27) terdapat bentuk terikat –nya pada frasa sahutnya
dalam bagian (iii). Bentuk terikat –nya tersebut bertugas menggantikan kata istri
pafa bagian (ii). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam fiksi mini (27)
juga mengandung kohesi penggantian.
Dalam fiksi mini (28) terdapat bentuk terikat –nya pada dalam frasa
belangnya pada bagian (iii). Bentuk terikat –nya tersebut bertugas menggantikan
nama tokoh Mono pada bagian (ii). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
fiksi mini (28) mengandung kohesi penggantian.
Pada fiksi mini (29) dan (30) juga terdapat bentuk terikat –nya yang
berfungsi untuk menggantikan referen lain. Pada fiksi mini (29), terdapat bentuk
terikat –nya pada frasa liurnyaiii yang digunakan untuk menggantikan kata ayahiii.
Sementara itu, pada fiksi mini (52), bentuk terikat –nya yang terdapat pada frasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pusaranyaii digunakan untuk menggantikan frasa kekasihkui. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (29) dan (30) mengandung kohesi
penggantian.
3.5 Kohesi Pelesapan
Pelesapan adalah kohesi gramatikal yang berupa pelesapan (zero)
konstituen yang telah disebut (Baryadi, 2002:24). Pelesapan dalam fiksi mini dapat
berupa kata, frasa, atau seluruh unsur lingual dalam satu bagian fiksi mini ke dalam
bagian lain. Berikut ini penggunaan kohesi pelesapan pada fiksi mini:
(31) (Topik: olahraga)
@queen_arel: iMEMANAH. iiTujuanku hanya satu. iiiJantungmu.
(Diunggah pada 29 April 2017)
(32) (Topik: foto)
@Bungakata: iFOTO DALAM DOMPETKU - ii"Ini istrimu?" tanya
pacarku.
(Diunggah pada 17 Februari 2017)
(33) (Topik: jarak)
@_isakk iMENANAM POHON - iiIa memilih jarak. iiiSetelah pohon
ketiga, kami terpisah puluhan tahun cahaya.
(Diunggah pada 31 Januari 2017)
(34) (Topik: upil)
@Harry_Bawole iDI RUANG PEMERIKSAAN. ii"Sudah berapa korban
yang ditemukan?" iii"Baru 3, Pak." iv"Suruh dia terus mengupil!"
(Diunggah pada 7 Maret 2017)
(35) (Topik: pekat)
@cahaya_sore iKOPI BUATAN NENEK - ii"Jangan diminum ya nak, "
ucapnya dari dalam bingkai foto pada para tentara.
(Diunggah pada 28 Februari 2017)
Pada fiksi mini (31) terdapat kata memanahi yang lesap dalam bagian (ii)
dan bagian (iii) menjadi sebagai berikut: (ii) Tujuanku Ø hanya satu. (iii) Ø
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Jantungmu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (31)
mengandung kohesi pelesapan.
Sementara itu, pada fiksi mini (32) terdapat kata fotoi yang lesap dalam
bagian (ii) menjadi sebagai berikut: “Ini Ø istrimu?” tanya pacarku. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (32) mengandung kohesi pelesapan.
Selanjutnya, pada fiksi mini (33) terdapat kata pohoni yang lesap di dalam
bagian (ii) menjadi sebagai berikut: Ia memilih Ø jarak. Selain itu, juga terdapat
kata jarakii yang lesap dalam bagian (iii) menjadi sebagai berikut: Setelah pohon
ketiga, kami terpisah puluhan tahun cahaya. Dari pemaparan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (33) mengandung kohesi pelesapan.
Pada fiksi mini (34) terdapat kata korban dalam bagian (ii) yang lesap pada
bagian (iii) menjadi sebagai berikut: “Baru tiga Ø, Pak.”. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (34) mengandung kohesi pelesapan.
Sementara itu, pada fiksi mini (35) terdapat frasa kopi buatan neneki yang
lesap dalam bagian (ii) menjadi sebagai berikut: "Ø Jangan diminum ya nak,"
ucapnya dari dalam bingkai foto pada para tentara. Maka dapat disimpulkan
bahwa fiksi mini (35) juga mengandung kohesi pelesapan.
3.6 Kohesi Antonimi
Kohesi antonimi adalah kohesi leksikal berupa relasi makna leksikal yang
bersifat kontras atau berlawanan antara konstituen satu dengan konstituen lain
(Baryadi, 2002:28). Berikut ini kohesi antonimi pada fiksi mini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
(36) (Topik: bergerak)
@Datudwija: iJALANAN MACET - iiCiuman kami lancar sekali
(Diunggah pertama kali pada 25 Oktober 2012 dan diunggah kembali pada
pada 18 Maret 2017)
(37) (Topik: foto)
@DwiSuhendra4: iTERTANGKAP KAMERA. ii"Sial! Butuh berapa tahun
lagi untuk bebas?" geram pocong dalam foto.
(Diunggah pada 17 Februari 2017)
(38) (Topik: rudal)
@rie_kiara SERANGAN RUDAL DIMANA-MANA - Bumi hancur. Kami
selamat, setelah ayah mengajak kami ke dunia maya.
(Diunggah pada 11 April 2017)
Pada fiksi mini (36) terdapat kata maceti. Kata macet yang memiliki makna
tersendat berlawanan dengan kata lancarii yang bermakna tidak tersendat-sendat.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (36) mengandung kohesi
antonimi.
Pada fiksi mini (37) terdapat kata tertangkapi yang merupakan antonim dari
kata bebasii. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (37)
mengandung kohesi antonimi.
Sementara itu, pada fiksi mini (38) terdapat kata bumiii yang berantonim
dengan dunia mayaiii. Hal tersebut merujuk pada pengertian bumi yang berbentuk
realis dan dunia maya yang berbentuk abstrak atau bentuk digital. Maka dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (38) mengandung kohesi antonimi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3.7 Kohesi Sinonimi
Kohesi sinonimi adalah kohesi leksikal yang berupa relasi makna leksikal
yang mirip antara konstituen satu dengan konstituen lain. Sinonimi dapat disebut
pula ekuivalensi leksikal (Baryadi, 2002:27). Berikut ini adalah kohesi sinonimi
yang terdapat dalam fiksi mini:
(39) (Topik: pekat)
@AsepSud30979859 iSAHABAT KENTAL – ii"Apa kabar, Kawan?" ia
terdiam. iiiSuasana baru mencair, setelah kumasukan dia ke dalam air panas.
(Diunggah pada 28 Februari 2017)
Pada fiksi mini (39) terdapat kata sahabati. Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, lema sahabat memiliki arti kawan, teman, dan handai. Merujuk pada
pengertian tersebut maka kata sahabati memiliki hubungan ekuivalensi dengan kata
kawanii. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (39) mengandung
kohesi sinonimi.
3.8 Kohesi Hiponimi
Hiponimi merupakan kohesi leksikal yang menggunakan hubungan makna
leksikal yang bersifat hierarki antara konstituen satu dengan yang lain. Relasi
makna tersebut terlihat dari hubungan antara konstituen yang memiliki makna
umum dengan konstituen yang memiliki makna khusus(Baryadi, 2002:26). Berikut
ini kohesi hiponimi pada fiksi mini:
(40) (Topik: konsentrasi)
@agushamdan7: iUJI KONSENTRASI iiDi gambar hutan itu, mereka
melihat wajah seseorang. iiiHanya aku yang mendengar jeritannya.
(Diunggah pada 13 Maret 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(41) (Topik: foto)
@rusty_azha: iFOTO COPY - iiSesekali wajahnya tersenyum di balik
mesin cetak.
(Diunggah pada 17 Februari 2017)
(42) (Topik: sahur)
@De_Lassco: iSAHUR BERSAMA KELUARGA - iiAkhirnya terkabul,
meski jatah makanku masih di kolong meja.
(Diunggah pada 27 Mei 2017)
(43) (Topik: jarak)
@__Cendawan iSAUDARA JAUH - iiAku benci bila dia datang
berkunjung. iiiSetiap berbicara, kami harus jaga jarak minimal lima meter.
(Diunggah pada 31 Januari 2017)
(44) (Topik: jarak)
@_isakk iMENANAM POHON - iiIa memilih jarak. iiiSetelah pohon ketiga,
kami terpisah puluhan tahun cahaya.
(Diunggah pada 31 Januari 2017)
Pada fiksi mini (40), terdapat penanda konsentrasii. Kata konsentrasi akan
mengindikasikan dua perihal, yaitu melihatii dan mendengariii. Kata melihat dan
mendengar merupakan subordinat dari kata konsentrasi. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (40) mengandung kohesi hiponimi.
Pada fiksi mini (41) terdapat frasa foto copyi. Frasa foto copy tersebut
merupakan bagian dari fenomena berbahasa oleh masyarakat Indonesia, yaitu
penyebutan sebagian dari mesin cetak foto copy. Selanjutnya dapat dipahami bahwa
foto copyi merupakan mesin cetak yang khusus menggandakan dokumen. Dengan
demikian foto copyi merupakan hiponim dari mesin cetakii. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (41) mengandung kohesi hiponimi.
Secara umum, kata sahuri memiliki arti sebagai makan di waktu pagi
sebelum terbit matahari untuk mengawali ibadah puasa. Hal tersebut menandakan
sahur pada bagian (i) merupakan subordinat atau hiponim dari kata makan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
makanku pada bagian (ii). Melalui penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa
fiksi mini (42) juga mengandung kohesi hiponimi.
Pada fiksi mini (43) terdapat kata jarakiii. Secara otomatis kata jarak
memiliki hiponim jauh dan dekat. Hal tersebut membuktikan bahwa kata jarakiii
merupakan superordinat dari kata jauhii. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
fiksi mini (43) mengandung kohesi hiponimi.
Sementara itu, pada fiksi mini (44) penulis memanfaatkan kegandaan makna
jarakii. Apabila disandingkan dengan kata pohoniii, maka kata jarak memiliki
makna sebagai sebuah jenis pohon, yaitu Pohon Jarak. Dengan demikian terlihat
bahwa (pohon) jarak dan pohon memiliki hubungan hiponim, atau dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (44) mengandung kohesi hiponimi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB IV
KOHERENSI PADA FIKSI MINI
4.1 Pengantar
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian berupa jenis-jenis
koherensi yang terdapat dalam fiksi mini. Koherensi-koherensi tersebut ialah
koherensi logis (4.2) yang meliputi koherensi logis kausalitas (4.2.1) dan koherensi
logis kontras (4.2.2), koherensi perian (4.3), koherensi kronologis (4.4), dan
koherensi stimulus-respons (4.5). Berikut ini merupakan uraian ketiga koherensi
yang ditemukan dalam fiksi mini.
4.2 Koherensi Logis
Pada fiksi mini ditemukan dua macam koherensi logis, yaitu koherensi logis
kausalitas dan koherensi logis kontras. Berikut ini adalah fiksi mini yang
mengandung kepaduan makna atau koherensi logis berupa kausalitas dan kontras.
4.2.1 Koherensi Logis Kausalitas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:637) kausalitas adalah
perihal sebab akibat. berikut ini adalah fiksi mini yang mengandung koherensi logis
kausalitas.
(45) (Topik: kecanduan)
@Harry_Bawole iTIGA KALI LEBARAN TIDAK PERNAH PULANG - iiBang Toyib makin ketagihan.
(Diunggah pada 30 Mei 2017)
(46) (Topik: belasungkawa)
@DwiSuhendra4 iUCAPAN BELASUNGKAWA TERUS MENGALIR - iiJazad lelaki itu pun hanyut.
(Diunggah pada 23 Mei 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(47) (Topik: konsentrasi)
@Zalazora: iSALING MENATAP - iiSendok itu meleleh, begitu juga hati
gadis yang memegangnya.
(Diunggah pada 13 Maret 2017)
(48) (Topik: pekat)
@AgusHamdan7 iLOGATNYA MASIH KENTAL - iiKami tidak mengerti
apa yang dibicarakan kecap inggris itu.
(Diunggah pada 28 Februari 2017)
(49) (Topik: sontek)
@DwiSuhendra4: iTAKUT KETAHUAN - iiSontekan di balik rok Ani
mengeluarkan keringat dingin
(Diunggah pada 10 Februari 2017)
Pada data (45), fiksi mini terbagi menjadi dua bagian. Kedua bagian tersebut
padu, tetapi secara implisit atau harus dipahami melalui hubungan kedua kalimat.
Pada kalimat bagian (ii) yaitu Bang Toyib makin ketagihan merupakan akibat yang
timbul dari tiga kali tidak pernah pulang pada bagian (i) sebagai sebab. Hubungan
satu bagian yang menyatakan sebab atau akibat dari bagian yang lain tersebut
merupakan bukti adanya koherensi logis berupa kausalitas.
Pada data (46), (47), (48), dan (49), fiksi mini dapat dibagi menjadi dua
bagian. Bagian (i) dari semua fiksi mini tersebut menyatakan sebab dari makna
kalimat yang terdapat pada bagian (ii). Pada fiksi mini (46), hanyutii merupakan
bentuk akibat dari frasa terus mengalir pada bagian (i). Pada fiksi mini (47), saling
menatapi merupakan penyebab dari melelehii. Hal tersebut berhubungan dengan
fenomena kebahasaan yang terjadi khususnya di Indonesia pada kalangan anak
muda. Sementara itu, pada fiksi mini (48), logatnya masih kentali adalah sebab dari
kami tidak mengerti apa yang dibicarakan kecap inggris ituii. Terakhir, pada fiksi
mini (49), terdapat frasa takut ketahuan i yang merupakan sebab dari sontekan di
balik rok Ani mengeluarkan keringat dinginii.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan sebab akibat
yang menyatakan satu bagian dengan bagian lain dalam fiksi mini (46) hingga (49)
adalah bukti bahwa keempat fiksi mini tersebut mengandung koherensi logis, yaitu
berupa kausalitas.
4.2.2 Koherensi Logis Kontras
Kontras atau perlawanan (Ramlan, 1993:48) adalah kepaduan makna yang
mempertentangkan suatu hal, keadaan, atau perbuatan dengan hal, keadaan, atau
perbuatan lain. Kontras sering ditunjukan oleh penanda hubungan sebaliknya, akan
tetapi, tetapi, namun, padahal, walaupun demikian, meskipun begitu, dsb (Ramlan,
1993:48-49).
(50) (Topik: berbagi)
@__Cendawan: iBERBAGI SELIMUT - iiPadahal malam ini dingin sekali
tapi tetap kutolak. iiiAda musuhku di dalamnya.
(Diunggah pada 9 Juni 2017)
(51) (Topik: berkeringat)
@Rian_Adr1: iGADIS MALAS JUARA KELAS - iiPadahal yang dia hafal
hanya keringat asin gurunya.
(Diunggah pada 17 April 2017)
(52) (Topik: mantap jiwa)
@Erlyn_booklover: i“MANTAPKAN JIWAMU!” iiAyah memberi
semangat. iiiMeski bukan pertama kali dibakar, upacara ngaben selalu
membuatku gugup.
(Diunggah pada 11 Februari 2017)
(53) (Topik: belasungkawa)
@De_Lassco iBERDUKA CITA. iiMereka melihat karangan bunga, hanya
aku yang mendengar siksaan kematiannya.
(Diunggah pada 23 Mei 2017)
(54) (Topik: bergerak)
@Datudwija: iJALANAN MACET - iiCiuman kami lancar sekali -
@pramoeaga
(Diunggah pertama kali pada 25 Oktober 2012 dan diunggah kembali pada
pada 18 Maret 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pada fiksi mini (50) terdapat terdapat penanda padahalii dan tapiii yang
masing-masing diikuti oleh satuan lingual berlawanan, yaitu malam ini dingin
sekaliii yang berlawanan dengan (selimut) tetap kutolakii. Dengan demikian terlihat
bahwa fiksi (50) mengandung koherensi logis kontras.
Pada fiksi mini data (51) dan (52) juga terdapat penanda yang menunjukan
adanya perlawanan dari dua satuan lingual. Pada fiksi mini (51) terdapat kata
padahalii yang mempertentangkan kalimat gadis malas juara kelasi dan kalimat
yang dia hafal hanya keringat asin gurunyaii. Sementara pada fiksi mini (52)
terdapat kata meskiiii yang mempertentangkan bukan pertama kali dibakar dan
upacara ngaben selalu membuatku gugup pada bagian (iii). Dengan demikian, fiksi
mini (51) dan (52) dapat disimpulkan mengandung koherensi logis berupa kontras.
Pada fiksi mini data (53) dan (54), terdapat pertentangan antara satu satuan
lingual dengan satuan lingual lain. Pada bagian (ii) fiksi mini (53), terdapat kalimat
mereka melihat karangan bunga yang berlawanan dengan kalimat hanya aku yang
mendengar siksaan kematiannya. Sementara itu, pada fiksi mini (54) terdapat dua
keadaan sekaligus perbuatan lain yang saling berlawanan, yaitu jalanan macet pada
bagian (1) dan ciuman kami lancar sekali pada bagian (ii). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini data (53) dan (54) mengandung koherensi logis
berupa kontras.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
4.3 Koherensi Perian
Koherensi perian atau rincian atau posesif merupakan pertalian yang
menyatakan bahwa informasi pada kalimat yang satu memberikan penjelasan atau
keterangan lebih lanjut bagi informasi yang dinyatakan pada kalimat lainnya
(Ramlan, 1993: 59). Berikut ini adalah beberapa fiksi mini yang mengandung
koherensi perian.
(55) (Topik: rudal)
@Harry_Bawole iLOLOS DARI SERANGAN - iiHujan bom di mana-
mana. iiiPara tentara sembunyi di belakang gadis cilik berpayung itu.
(Diunggah pada 11 April 2017)
(56) (Topik: tani)
@RianAdr11012545: iPETANI MODERN - iiIa menanam jagung, tumbuh
gedung.
(Diunggah pada 1 Maret 2017)
(57) (Topik: pesta demokrasi)
@aryaindra_y: iMENJELANG PESTA RAKYAT - iiDapat amplop, seisi
rumah yang kegirangan tiba-tiba hening, mereka bisu kehilangan suara.
(Diunggah pada 15 Februari 2017)
(58) (Topik: sepele)
@Zalazora: iMULUTMU HARIMAUMU - iiJalanan penuh orang-orang
lalu lalang dengan kandang besi di bibir mereka.
(Diunggah pada 1 Februari 2017)
(59) (Topik: jarak)
@__Cendawan iSAUDARA JAUH - iiAku benci bila dia datang
berkunjung. iiiSetiap berbicara, kami harus jaga jarak minimal lima meter.
(Diunggah pada 31 Januari 2017)
Pada data (55), fiksi mini dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian (ii) dan (iii)
merupakan gambaran atau penjelasan bagian (i), yaitu mengenai lolos dari
serangan. Pada bagian (ii) menjelaskan mengenai serangan, sementara pada bagian
(iii) menjelaskan mengenai cara lolos dari serangan, yaitu sembunyi di belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
gadis cilik berpayung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (55)
mengandung koherensi perian.
Pada fiksi mini (56), kalimat ia menanam jagung, tumbuh gedung pada
bagian (ii) merupakan penjelasan mengenai apakah yang dimaksud dengan petani
moderni. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (56) juga
mengandung koherensi perian.
Pada fiksi mini (57), kalimat dapat amplop, seisi rumah yang kegirangan
tiba-tiba hening, mereka bisu kehilangan suara pada bagian (ii) merupakan
penjelasan peristiwa yang disebutkan dalam judul menjelang pesta rakyati.
Sementara itu, pada fiksi mini (58), mulutmu harimaumu pada bagian (i) justru
menjelaskan kalimat selanjutnya pada bagian (ii), yaitu jalanan penuh orang-orang
lalu lalang dengan kandang besi di bibir mereka. Pada fiksi mini (59), apa yang
dimaksud saudara jauh pada bagian (i) digambarkan lebih jelas pada bagian (iii),
yaitu kami harus jaga jarak minimal lima meteriii.
Dari pemaparan di atas, maka dapat terlihat bahwa satu bagian pada fiksi
mini (57), (58), dan (59) menjelaskan bagian yang lain. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa ketiga fiksi mini tersebut mengandung koherensi perian.
4.4 Koherensi Kronologis
Koherensi kronologis adalah koherensi yang menyatakan bahwa peristiwa
atau keadaan dilakukan secara berturut-turut. Koherensi yang umumnya ditemukan
dalam teks narasi ini sering ditunjukan oleh konjungsi yang menyatakan hubungan
temporal (lalu, kemudian, sesudah itu), penanda kala (dulu, sekarang), dan penanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
aspek (Akan, belum, sudah). Berikut ini adalah koherensi kronologis pada fiksi
mini.
(60) (Topik: menyelinap)
@gontorha iMENYESAL - iiSetelah aku menghabisi nyawanya, kini ia lebih
leluasa menyelinap ke kamar putriku.
(Diunggah pada 18 Juli 2017)
(61) (Topik: rekonsilisiasi)
@DwiSuhendra4 iHUBUNGAN KEMBALI MEMBAIK - iiSetelah Ayah
memutuskan ingatan kami.
(Diunggah pada 16 Mei 2017)
(62) (Topik: rekonsilisiasi)
@coffeetarian_ iSEHARI SETELAH DIMARAHI BAPAK - iiAkhirnya
telingaku kembali ke tempat masing-masing. iiiKemarin mereka saling
menjauh.
(Diunggah pada 16 Mei 2017)
(63) (Topik: kantin)
@Tikakayriela17 iDI SUDUT KANTIN - iiDudu dan Yuka saling
memandang tajam. iiiTak lama, mejapun terbelah.
(Diunggah pada 2 Mei 2017)
(64) (Topik: hilang)
@ivychininta: iDITELAN KEGELAPAN - iiTak lama terdengar suara
sendawa.
(Diunggah pada 28 April 2017)
Pada fiksi mini (60) terdapat kata setelahii dan kiniii. Kata setelah
menunjukan peristiwa yang telah lampau atau keadaan yang akan berubah, yaitu
aku menghabisi nyawanyaii. Selanjutnya, kata kini menunjukan peristiwa yang saat
ini sedang terjadi atau keadaan yang telah berubah dari keadaan sebelumnya, yaitu
ia lebih leluasa menyelinap ke kamar putrikuii. Berdasarkan hal tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (60) mengandung koherensi krologis.
Menyerupai fiksi mini (60), pada fiksi mini (61) terdapat kata setelahii. Kata
setelah tersebut mengindikasikan adanya peristiwa yang terjadi berturut-turut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Dengan adanya rentetan peristiwa tersebut maka dapat disimpulkan bahwa fiksi
mini (61) mengandung koherensi kronologis.
Kata setelahi juga dipakai dalam fiksi mini (62). Kata setelah berfungsi
menunjuk peristiwa yang telah lampau atau keadaan yang akan segera berubah,
yaitu peristiwa dimarahi bapaki. Selain itu, dalam fiksi mini (62) terdapat kata
akhirnyaii. Kata akhirnya berfungsi menujuk peristiwa yang terjadi saat ini dan
keadaan yang telah berubah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (62) mengandung koherensi kronologis.
Pada fiksi mini (63) terdapat frasa tak lamaiii. Frasa tak lama adalah diksi
yang dipakai penulis untuk menggantikan kata yang setara dengan setelah itu,
kemudian, atau lalu. Maka frasa tak lama sesuai apabila dipandang
menghubungkan peristiwa lampau, yaitu Dudu dan Yuka saling memandang tajam
dan peristiwa meja pun terbelah. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (63) mengandung koherensi kronologis.
Pada fiksi mini (64) terdapat frasa tak lamaii. Seperti pembahasan pada fiksi
mini sebelumnya, frasa tak lama adalah diksi yang dipakai penulis untuk
menggantikan kata yang setara dengan setelah itu, kemudian, atau lalu. Maka frasa
tak lama lazim menghubungkan peristiwa lampau, yaitu ditelan kegelapan dan
terdengar suara sendawa. Maka dapat disimpulkan bahwa frasa tak lamaii
menyatakan peritiwa yang berurutan dan membuktikan bahwa fiksi mini data (64)
mengandung koherensi kronologis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
4.5 Koherensi Stimulus-respons
Koherensi stimulus-respons adalah koherensi yang umumnya terdapat
dalam teks dialog. Artinya, ada pihak yang bertindak sebagai stimulan dan ada
pihak yang bertindak sebagai responden. Berikut ini adalah koherensi stimulus-
respons yang terdapat pada fiksi mini.
(65) (Topik: sambal goreng hati)
@AlmiraRumi: iIBU TETAP TERSENYUM - iiMenyuguhkan sambel
goreng hati ke WIL ayah. iii"Lezat, Mbak! Ini hati apa?" iv"Hati suamiku."
(Diunggah pada 24 Juni 2017)
(66) (Topik: sensor)
@DimASUpel iDILARANG SEBUT MERK - ii"Agamamu apa?" iii"Tuuut..."
(Diunggah pada 4 April 2017)
(67) (Topik: sensor)
@mrnhasbi iBLUR. ii"Bu, kenapa wajah Ayah kotak-kotak di-TV?" iii"Sttt,
itu bukan Ayah nak, itu Mawar."
(Diunggah pada 4 April 2017)
(68) (Topik: sensor)
@agushamdan7 iSEGELAS JUS LIDAH BUAYA. ii"Kenapa kamu
banting?!" iii"Ia meledekku!"
(Diunggah pada 4 April 2017)
(69) (Topik: upil)
@Harry_Bawole iDI RUANG PEMERIKSAAN. ii"Sudah berapa korban
yang ditemukan?" iii"Baru 3, Pak." iv"Suruh dia terus mengupil!"
(Diunggah pada 7 Maret 2017)
(70) (Topik: main)
@Erlyn_booklover: iPETAK UMPET- iiHari ini terasa beda. iii"Sepi ya, gak
ada Ani." iv"Iya, Sep. Tim SAR sudah menemukannya tadi malam."
(Diunggah pada 27 Februari 2017)
(71) (Topik: tanggul)
@momo_DM iTANGGUL JEBOL. iiBanjir kali ini berbeda. iii"Kaucium
bau aneh, Nak?" iv"Iya, Pak. Bau politik."
(Diunggah pada 21 Februari 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Fiksi mini data (65) ditampilkan penulis melalui tiga partisipan. Partisipan
1 menuturkan bagian (i) dan (ii), partisipan 2 menuturkan bagian (iii), dan
partisipan 3 menuturkan bagian (iv). Berdasarkan pembagian tersebut dapat
diketahui bahwa partisipan 2 memberi sebuah stimulus berupa pertanyaan kepada
partisipan 3, yaitu “Lezat, Mbak! Ini hati apa?”. Pertanyaan tersebut kemudian
direspons oleh partisipan 3 dalam bentuk jawaban, yaitu hati suamikuiv. Maka dapat
disimpulkan bahwa fiksi mini (65) mengandung koherensi stimulus-respons.
Fiksi mini (66) yang berjudul “Dilarang Sebut Merk” ditampilkan penulis
melalui tiga partisipan. Partisipan 1 menuturkan bagian (i), yaitu dilarang sebut
merk. Sementara itu, partisipan 2 menuturkan bagian (ii) dan partisipan 3
menuturkan bagian (iii). Berdasarkan pembagian tersebut dapat diketahui
partisipan 2 memberi stimulus dalam bentuk pertanyaan, yaitu “Agamamu apa?”.
Pertanyaan tersebut direspons oleh partisipan 3 dalam bentuk jawaban, yaitu
“Tuuut...”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (66)
mengandung koherensi stimulus-respons.
Fiksi mini (67) dan (68) ditampilkan penulis melalui tiga partisipan.
Partisipan 1 menuturkan bagian (i), partisipan 2 menuturkan bagian (ii), dan
partisipan 3 menuturkan bagian (iii). Dengan pola yang sama di antara kedua fiksi
mini tersebut, partisipan 2 memberi stimulus berupa pertanyaan. Kemudian,
partisipan 3 memberi respons dalam bentuk jawaban.
Para fiksi mini (67), pertanyaan sebagai stimulus yang diberikan oleh
partisipan 2 adalah ii"Bu, kenapa wajah Ayah kotak-kotak di-TV?". Sementara itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
respons yang diberikan dalam bentuk jawaban oleh partisipan 3 adalah penolakan,
yaitu iii"Sttt, itu bukan Ayah nak, itu Mawar.".
Pada fiksi mini (68), pertanyaan sebagai stimulus yang diberikan oleh
partisipan 2 adalah ii"Kenapa kamu banting?!". Pertanyaan tersebut kemudian
direspons dalam bentuk jawaban oleh partisipan 3, yaitu iii"Ia meledekku!". Dengan
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (67) dan (68) mengandung
koherensi stimulus-respons.
Fiksi mini (69) disajikan penulis melalui tiga partisipan. Partisipan 1
melakukan tuturan (i), partisipan 2 melakukan tuturan (ii) dan (iv), sedangkan
partisipan 3 malakukan tuturan (iii). Bagian (ii), yaitu “Sudah berapa korban yang
ditemukan?”, yang dituturkan oleh partisipan 2 adalah stimulus bagi tuturan (iii),
yaitu “Baru 3, Pak.”. Selain menjadi respons, tuturan (iii) tersebut berubah menjadi
stimulus bagi tuturan (iv) yaitu suruh dia terus mengupil!. Dengan pemaparan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (69) mengandung koherensi stimulus-
respons.
Fiksi mini (70) disajikan oleh penulis juga melalui tiga partisipan. Partisipan
1 menuturkan bagian (i) dan (ii), partisipan 2 menuturkan bagian (iii), dan
partisipan 3 menuturkan bagian (iv). Berdasarkan pembagian tersebut dapat terlihat
bahwa partisipan 2 memberi stimulus berupa pernyataan, yaitu "Sepi ya, gak ada
Ani.iii". Pernyataan tersebut direspons oleh partisipan 3 dalam bentuk pengukuhan,
yaitu "Iya, Sep. Tim SAR sudah menemukannya tadi malam.iv". Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa fiksi mini (70) mengandung koherensi stimulus-respons.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Pada fiksi mini (71) terdapat dialog yang merupakan pertanyaan dan
jawaban. Bagian (iii), yaitu “Kaucium bau aneh, Nak?”, yang dituturkan oleh
partisipan 2 merupakan pertanyaan yang bertindak sebagai stimulus. Sementara itu
tuturan (iv), yaitu “Iya, Pak. Bau politik.”, oleh partisipan 3 merupakan respons.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa koherensi yang terdapat dalam fiksi mini
data (71) adalah koherensi stimulus-respons.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian berjudul “Jenis Wacana, Kohesi, dan Koherensi pada Fiksi Mini
dalam Media Sosial Twitter” ini membahas tiga masalah, yaitu (1) jenis wacana
pada fiksi mini berdasarkan kaktifan partisipan, (2) kohesi pada fiksi mini, dan (3)
koherensi pada fiksi mini. Dari 100 data yang diteliti, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut.
Pertama, wacana monolog terdapat dalam seluruh data fiksi mini yang
diteliti. Sementara itu, sembilan dari seratus data yang sebagian berjenis wacana
monolog juga berjenis wacana dialog, sehingga dapat disebut berjenis wacana
campuran monolog dan dialog. Hasil ini menggambarkan bahwa gaya bercerita
dengan melibatkan satu partisipan memang lebih efektif untuk memperoleh
keluasan makna dalam bentuk singkat.
Kedua, 100 fiksi mini yang diteliti mengandung kepaduan bentuk atau
kohesi. Kohesi-kohesi yang terdapat pada fiksi mini bervariasi serta dapat
berjumlah lebih dari satu dalam satu fiksi mini. Kohesi-kohesi yang terdapat dalam
100 fiksi mini yang diteliti adalah sebagai berikut: kohesi kolokasi dalam 67 data,
kohesi penunjukan dalam 1 data, kohesi penggantian dalam 30 data, kohesi
pelesapan dalam 4 data, kohesi hiponimi dalam 12 data, kohesi antonimi dalam 3
data, dan kohesi sinonimi dalam 3 data. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan
bahwa hubungan kolokatif penanda-penanda dalam fiksi mini sangat efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
digunakan untuk membuat cerita yang mengembang tetapi tetap padu berdasarkan
bentuk.
Ketiga, sebagai faktor terpenting bagi keutuhan wacana, koherensi terdapat
dalam 100 fiksi mini yang diteliti. Dari 100 data yang diteliti, 25 data mengandung
koherensi logis, 62 data mengandung koherensi perian, 24 data mengandung
koherensi kronologis, dan 11 data mengandung koherensi stimus-respons. Jumlah
tersebut mengacu pada pengertian bahwa dalam satu fiksi mini dimungkinkan
terdapat lebih dari satu koherensi. Dengan demikian terlihat bahwa konsep satu
bagian fiksi mini menjelaskan bagian lain fiksi mini adalah kepaduan makna yang
paling sering digunakan. Hal tersebut berguna untuk memberi dampak keterkejutan
bagi pembaca.
5.2 Saran
Setelah semua permasalahan dalam penelitian “Jenis Wacana, Kohesi, dan
Koherensi pada Fiksi Mini dalam Media Sosial Twitter” ini terjawab, penulis
menyadari beberapa hal yang perlu peneliti anjurkan bagi peneliti-peneliti
selanjutnya. Penulis berharap penelitian mengenai fiksi mini dapat terus berlanjut
dan digali lebih dalam. Hal tersebut mengingat fiksi mini adalah bentuk karya sastra
baru yang sedang berkembang di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
DAFTAR PUSTAKA
Ariesta, Iftaria Nur. 2013. “Produksi Pesan dan Pembentukan ‘Theater Of Mind’
dalam Fiksi mini di Twitter ( Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Penulis
Fiksi mini dalam Memproduksi Pesan yang Membentuk ‘Theater of
Mind’ di Twitter)”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra, Universitas Negeri Surakarta, Surakarta.
Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa.
Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli
Baryadi, Isodorus Praptomo. 2017. “Koherensi dalam Wacana” dalam Wacana
sebagai Basis Analisis Bahasa. Solo: Penerbit dan Percetakan Media
Tama.
@fiksimini. 2017. Stable URL: https://twitter.com/fiksimini. Diakses: 1/8/2017,
19.00.
Jayanti, Cicik Tri. 2015. “Wacana Fiksi Mini Bahasa Indonesia: Analisis Struktur,
Keterpaduan, Permainan Bahasa, dan Fungsi”. Tesis pada Program Studi
Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa I.
Yogyakarta: Carasvatibook.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Noor, Agus. 2009. “Fiksi mini: Menyuling Cerita, Menyuling Dunia”. Stable URL:
https://agusnoorfiles.wordpress/tag/fiksi-mini-menyuling-cerita-menyu-
ling-dunia. Diakses: 1/8/2017, 20.00.
Noor, Agus. 2010. 14+1 Diktum fiksi mini. Stable URL: https://agusnoorfiles.
wordpress.com/ 2010/03/23/141-diktum-fiksi mini/. Diakses: 1/8/2017,
20.00.
Ramlan. 1993. Paragraf. Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Indonesia.
Yoyakarta: Andi Offside.
Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam
Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tambunan, Anggino. 2014. “Fiksi Mini Sebagai Kesusastraan Mutakhir dalam
Pendekatan Sosiologi Sastra”. http://susastra.fib.ui.ac.id/2017/01/
anggino. Diakses: 1/8/2017, 21.00.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
LAMPIRAN
1. Data Penelitian
(1.1) (topik: berkelindan)
@AsepSud30979859 DI BAWAH PURNAMA - Cinta Romi dan Juli
bersemi diikuti ekor mereka yang berkelindan.
(Diunggah pada 25 Juli 2017)
(1.2) (Topik: menyelinap)
@saqha1808 HILANG MUKA. Pasti karena menyelinap ke kamar Surti
lagi kan?
(Diunggah pada 18 Juli 2017)
(1.3) (Topik: menyelinap)
@greenziezs TAMAN BUNGA. Surat ini masih terlipat rapi, dan, wangi.
Kita pernah menyelinap ke dalamnya, dan aku keluar sendirian.
(Diunggah pada 18 Juli 2017)
(1.4) (Topik: menyelinap)
@ry4nn_ TENGAH MALAM. Pencuri itu menyelinap. Masuk rumah
Tuhan.
(Diunggah pada 18 Juli 2017)
(1.5) (Topik: menyelinap)
@gontorha MENYESAL - Setelah aku menghabisi nyawanya, kini ia lebih
leluasa menyelinap ke kamar putriku.
(Diunggah pada 18 Juli 2017)
(1.6) (Topik: momod)
@suropati_16: HUKUMAN MATI - Terdakwa tertunduk lemas, setelah
koin yang dilempar hakim tak sesuai pilihannya.
(Diunggah pada 12 Juli 2017)
(1.7) (Topik: momod)
@cerita_mini: MIGRAIN. Keputusan moderator berat sebelah.
(Diunggah pada 12 Juli 2017)
(1.8) (Topik: sambal goreng hati)
@AlmiraRumi: IBU TETAP TERSENYUM - Menyuguhkan sambel goreng
hati ke WIL ayah. "Lezat, Mbak! Ini hati apa?" | "Hati suamiku."
(Diunggah pada 24 Juni 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
(1.9) (Topik: sambal goreng hati)
@_ahmadtm: MENU SAMBAL GORENG HATI BUATAN IBU - Pedas,
manis. Warung makan kami tetap ramai, walau sering jatuh korban,
terutama pria.
(Diunggah pada 24 Juni 2017)
(1.10) (Topik: berbagi)
@__Cendawan: BERBAGI SELIMUT Padahal malam ini dingin sekali
tapi tetap kutolak. Ada musuhku di dalamnya.
(Diunggah pada 9 Juni 2017)
(1.11) (Topik: bekal)
@DimASUpel KEHABISAN BEKAL DI PERJALANAN - Kasihku tak
sampai.
(Diunggah pada 6 Juni 2017)
(1.12) (Topik: bekal)
@AlmiraRumi DI ATAS RAKIT - Kami menelan ludah, putaran botol
melambat, segera ketahuan siapa yang akan dimasak jadi bekalnya.
(Diunggah pada 6 Juni 2017)
(1.13) (Topik: bekal)
@elaien_ TAK MAU BERHENTI - Rokok itu masih menggerogoti paru-
paruku, meski tubuhku sudah terbaring kaku.
(Diunggah pada 30 Mei 2017)
(1.14) (Topik: kecanduan)
@Harry_Bawole TIGA KALI LEBARAN TIDAK PERNAH PULANG.
Bang Toyib makin ketagihan.
(Diunggah pada 30 Mei 2017)
(1.15) (Topik: sahur)
@De_Lassco: SAHUR BERSAMA KELUARGA - Akhirnya terkabul,
meski jatah makanku masih di kolong meja.
(Diunggah pada 27 Mei 2017)
(1.16) (Topik: sahur)
@De_Lassco: SAHUR HARI KE TUJUH - Kali ini ada rasa yang beda,
saat seseorang yang mirip ayahku membuang sisa makanannya di tong
sampah.
(Diunggah pada 27 Mei 2017)
(1.17) (Topik: sahur)
@De_Lassco: DI MEJA MAKAN - Sahur selesai. "Besok giliran siapa?"
tanya ayah menyeka liurnya.
(Diunggah pada 27 Mei 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
(1.18) (Topik: belasungkawa)
@De_Lassco BERDUKA CITA. Mereka melihat karangan bunga, hanya
aku yang mendengar siksaan kematiannya.
(Diunggah pada 23 Mei 2017)
(1.19) (Topik: belasungkawa)
@De_Lassco OTOKRASI BERAKHIR. Ibu kota menabur bunga. Warga
tetap boneka.
(Diunggah pada 23 Mei 2017)
(1.20) (Topik: belasungkawa)
@DwiSuhendra4 UCAPAN BELASUNGKAWA TERUS MENGALIR.
Jazad lelaki itu pun hanyut.
(Diunggah pada 23 Mei 2017)
(1.21) (Topik: belasungkawa)
@MistikusAnomali BENCANA BESAR - Tak ada yang
berbelasungkawa.
(Diunggah pada 23 Mei 2017)
(1.22) (Topik: belasungkawa)
@De_Lassco KEKASIHKU DIAM SERIBU BAHASA. Perlahan, hanya
airmata yang berkata-kata bersama taburan bunga di pusaranya.
(Diunggah pada 23 Mei 2017)
(1.23) (Topik: rekonsilisiasi)
@omrtw PEDANG DAN TOMBAK - "Tuanku dan tuanmu telah
berdamai, lantas?" "Entahlah, yang penting aku nampak menakutkan
bagimu!"
(Diunggah pada 16 Mei 2017)
(1.24) (Topik: rekonsilisiasi)
@DwiSuhendra4 HUBUNGAN KEMBALI MEMBAIK. Setelah Ayah
memutuskan ingatan kami.
(Diunggah pada 16 Mei 2017)
(1.25) (Topik: rekonsilisiasi)
@coffeetarian_ SEHARI SETELAH DIMARAHI BAPAK - Akhirnya
telingaku kembali ke tempat masing-masing. Kemarin mereka saling
menjauh.
(Diunggah pada 16 Mei 2017)
(1.26) (Topik: kantin)
@Tikakayriela17 DI SUDUT KANTIN - Dudu dan Yuka saling
memandang tajam. Tak lama, mejapun terbelah.
(Diunggah pada 2 Mei 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
(1.27) (Topik: kantin)
@_Kinang 15 TAHUN PERNIKAHAN - Kami kembali bernostalgia di
kantin SMA. Mengenang saat-saat aku menjadi muridnya.
(Diunggah pada 2 Mei 2017)
(1.28) (Topik: kantin)
@Rian_Adr1 SORE DI KANTIN. Dua bekal penuh lalat. Tapi, denting
sendok garpu masih sayup terdengar di meja itu, hingga kini.
(Diunggah pada 2 Mei 2017)
(1.29) (Topik: olahraga)
@Rmartadisastra: SIARAN OLAHRAGA LANGSUNG - "Goal!" teriak
microphone semangat.
(Diunggah pada 29 April 2017)
(1.30) (Topik: olahraga)
@Adfoldhitler: SIDANG PARIPURNA - "Saatnya mencari keringat,"
gumam pria itu.
(Diunggah pada 29 April 2017)
(1.31) (Topik: olahraga)
@queen_arel: MEMANAH. Tujuanku hanya satu. Jantungmu.
(Diunggah pada 29 April 2017)
(1.32) (Topik: olahraga)
@Adfoldhitler: IMPIANKU TERKABUL - Akhirnya aku bisa jogging
bersama wanita idamanku, meski dengan rantai yang melilit di leher.
(Diunggah pada 29 April 2017)
(1.33) (Topik: hilang)
@rizkymfachran: LUPA Ibu membongkar seisi rumah, mencari sebuah
kotak tua. Sepertinya Ayah kehilangan akal sehatnya.
(Diunggah pada 28 April 2017)
(1.34) (Topik: hilang)
@ivychininta: DITELAN KEGELAPAN - Tak lama terdengar suara
sendawa.
(Diunggah pada 28 April 2017)
(1.35) (Topik: terasi)
@ivychininta TERCIUM BAU TERASI DARI KEJAUHAN - Kami
merinding. Kali ini, siapa yang tertangkap dan difermentasikan?
(Diunggah pada 18 April 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
(1.36) (Topik: berkeringat)
@AsepSud30979859: OLAHRAGA - 100 kali bolak-balik bumi matahari,
membuat para atlet berkeringat. Lelah, mereka tertidur di dalam lift.
(Diunggah pada 17 April 2017)
(1.37) (Topik: berkeringat)
@Rian_Adr1: GADIS MALAS JUARA KELAS - Padahal yang dia hafal
hanya keringat asin gurunya.
(Diunggah pada 17 April 2017)
(1.38) (Topik: rudal)
@Harry_Bawole LOLOS DARI SERANGAN. Hujan bom di mana-mana.
Para tentara sembunyi di belakang gadis cilik berpayung itu.
(Diunggah pada 11 April 2017)
(1.39) (Topik: rudal)
@rie_kiara SERANGAN RUDAL DIMANA-MANA • Bumi hancur.
Kami selamat, setelah ayah mengajak kami ke dunia maya.
(Diunggah pada 11 April 2017)
(1.40) (Topik: rudal)
@DimASUpel TARGET TERKUNCI - Rudal siap ditembakkan. Kali ini
ia harus tepat sasaran jika ingin punya pacar.
(Diunggah pada 11 April 2017)
(1.41) (Topik: rudal)
@Tikakayriela17 BAKSO RUDAL - Meledak di dalam perut.
(Diunggah pada 11 April 2017)
(1.42) (Topik: sensor)
@DimASUpel DILARANG SEBUT MERK - "Agamamu apa?" "Tuuut..."
(Diunggah pada 4 April 2017)
(1.43) (Topik: sensor)
@Vortgaz SENSOR ANCAMAN MENYALA - Si bos berusaha
menenangkan karyawannya. "Tenang, itu istri saya."
(Diunggah pada 4 April 2017)
(1.44) (Topik: sensor)
@jurubaca TAK LOLOS SENSOR. **** ********* **** ***** *****
*****
(Diunggah pada 4 April 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
(1.45) (Topik: sensor)
@mrnhasbi BLUR. "Bu, kenapa wajah Ayah kotak-kotak di-TV?" "Sttt,
itu bukan Ayah nak, itu Mawar."
(Diunggah pada 4 April 2017)
(1.46) (Topik: jus)
@HamdaniEva BLENDER USANG. Ibu mengisinya hanya dengan air,
buah-buahannya ada di benak kami.
(Diunggah pada 21 Maret 2017)
(1.47) (Topik: sensor)
@agushamdan7 SEGELAS JUS LIDAH BUAYA. "Kenapa kamu
banting?!" "Ia meledekku!"
(Diunggah pada 4 April 2017)
(1.48) (Topik: pembunuhan)
@_isakk: "Benih? Bunuh!"
(Diunggah pertama kali pada 25 Juni 2010 dan diunggah kembali pada
pada 18 Maret 2017).
(1.49) (Topik: Щ(º ̩̩́Дº ̩̩̀щ))
@HamdaniEva: PINDAH AGAMA - Ia tersentak, disambut Tuhan yang
sama.
(Diunggah pertama kali pada 25 Mei 2013 dan diunggah kembali pada
pada 18 Maret 2017).
(1.50) (Topik: bergerak)
@Datudwija: JALANAN MACET - Ciuman kami lancar sekali
(Diunggah pertama kali pada 25 Oktober 2012 dan diunggah kembali pada
pada 18 Maret 2017).
(1.51) (Topik: vokal)
@MistikusAnomali: DIPERKOSA - Baru kali ini dia benar-benar
meminta Tuhan untuk diberikan suara.
(Diunggah pertama kali pada 2 September 2010 dan diunggah kembali
pada pada 18 Maret 2017)
(1.52) (Topik: berkumpul)
@agushamdan7: GEMPA BUMI Semua warga desa berkumpul di tempat
yang lebih aman. Kecuali adik yang masih selamat.
(Diunggah pada 17 Maret 2017)
(1.53) (Topik: cebak)
@DwiSuhendra4 GELI. Bumi mendadak goyang, mata bor kami
menyentuh perutnya.
(Diunggah pada 14 Maret 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
(1.54) (Topik: cebak)
@LelakiPesisir MENAMBANG - "Diam!" teriak Ibu. Di mulut kami
emas-emas menggumpal.
(Diunggah pada 14 Maret 2017)
(1.55) (Topik: konsentrasi)
@agushamdan7: UJI KONSENTRASI Di gambar hutan itu, mereka
melihat wajah seseorang. Hanya aku yang mendengar jeritannya.
(Diunggah pada 13 Maret 2017)
(1.56) (Topik: konsentrasi)
@Zalazora: SALING MENATAP - Sendok itu meleleh, begitu juga hati
gadis yang memegangnya.
(Diunggah pada 13 Maret 2017)
(1.57) (Topik: upil)
@Harry_Bawole DI RUANG PEMERIKSAAN. "Sudah berapa korban
yang ditemukan?" "Baru 3, Pak.” "Suruh dia terus mengupil!"
(Diunggah pada 7 Maret 2017)
(1.58) (Topik: upil)
@omrtw RAPAT - Tak ada usulan, jari kami terlalu sibuk menggali
kedalaman hidung.
(Diunggah pada 7 Maret 2017)
(1.59) (Topik: upil)
@HamdaniEva LAHAR DINGIN Terus mengalir bersama upil.
(Diunggah pada 7 Maret 2017)
(1.60) (Topik: seru)
@harian_siboy: SERU Kami masih bisa bahagia. Ibu dan adik pura-pura
berebut remote. Di balik jendela, Ayah susah payah berganti peran.
(Diunggah pada 6 Maret 2017)
(1.61) (Topik: seru)
@fiksimono: TUKAR GULING - Sudah kuduga, istrinya lebih seru dari
istriku.
(Diunggah pada 6 Maret 2017)
(1.62) (Topik: seru)
@harigelita: Pertandingan bola sedang seru-serunya, tiba-tiba mati lampu.
Televisinya mengumpat.
(Diunggah pada 6 Maret 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
(1.63) (Topik: seru)
@DwiSuhendra4: SELAMAT DARI MAUT "Untung aku bisa loncat dari
tubuhku!" seru nyawa kegirangan.
(Diunggah pada 6 Maret 2017)
(1.64) (Topik: nikah)
@uguh08: DOA SEHABIS MALAM PERTAMA- Semoga istriku tak
takut saat tahu aku sudah meninggal. "Aku tidak takut," sahutnya di
belakang.
(Diunggah pada 4 Maret 2017)
(1.65) (Topik: nikah)
@benjalang: "WALI NIKAHNYA JADI DATANG, TIDAK?" - Tanya
penghulu, dengan nada mendesak. Al masih diam terpaku, menatap ke luar
liontin.
(Diunggah pada 4 Maret 2017)
(1.66) (Topik: nikah)
@fiksimono: MALU - Setiap bercumbu dengan istri, Mono tak pernah
mau membuka baju. Takut ketahuan belangnya.
(Diunggah pada 4 Maret 2017)
(1.67) (Topik: nikah)
@Erlyn_booklover: BERBADAN DUA - "Saya lelah bolak-balik terus,"
ucap nyawaku menyeka keringat.
(Diunggah pada 4 Maret 2017)
(1.68) (Topik: nikah)
@__Cendawan: Setelah memutuskan menikah, keluargaku bukan
bertambah justru makin berkurang.
(Diunggah pada 4 Maret 2017)
(1.69) (Topik: tani)
@AsepSud30979859: CLBK - Di ladang kakek, aku mengelus rambut
jagung itu. Kali ini, untuk kedua kalinya kupetik mahkotanya.
(Diunggah pada 1 Maret 2017)
(1.70) (Topik: tani)
@AsepSud30979859: KUBUR - "Cangkul cangkul yang dalam!" Ibu
bernyanyi memberi isyarat. "Cepat, Pa. Anak-anak kita keburu siuman!"
(Diunggah pada 1 Maret 2017)
(1.71) (Topik: tani)
@AsepSud30979859: PANEN - "Sudah tua. Ayo tebas saja, Nak!" ujar
ayah. Aku tak tega, melihat golokku jantung pisang itu berdebar-debar.
(Diunggah pada 1 Maret 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
(1.72) (Topik: tani)
@RianAdr11012545: PETANI MODERN - Ia menanam jagung, tumbuh
gedung.
(Diunggah pada 1 Maret 2017)
(1.73) (Topik: tani)
@DwiSuhendra4: SELALU GAGAL PANEN - Petani itu menyekolahkan
sawahnya.
(Diunggah pada 1 Maret 2017)
(1.74) (Topik: pekat)
@cahaya_sore KOPI BUATAN NENEK - "Jangan diminum ya nak, "
ucapnya dari dalam bingkai foto pada para tentara.
(Diunggah pada 28 Februari 2017)
(1.75) (Topik: pekat)
@AgusHamdan7 LOGATNYA MASIH KENTAL. Kami tidak mengerti
apa yang dibicarakan kecap inggris itu.
(Diunggah pada 28 Februari 2017)
(1.76) (Topik: pekat)
@AsepSud30979859 SAHABAT KENTAL - "Apa kabar, Kawan?" ia
terdiam. Suasana baru mencair, setelah kumasukan dia ke dalam air panas.
(Diunggah pada 28 Februari 2017)
(1.77) (Topik: main)
@Erlyn_booklover: PETAK UMPET- Hari ini terasa beda. "Sepi ya, gak
ada Ani." "Iya, Sep. Tim SAR sudah menemukannya tadi malam."
(Diunggah pada 27 Februari 2017)
(1.78) (Topik: main)
@MistikusAnomali: GAME OVER - Aku kehabisan darah. Layar
komputer penuh lubang tembakan.
(Diunggah pada 27 Februari 2017)
(1.79) (Topik: tanggul)
@momo_DM TANGGUL JEBOL. Banjir kali ini berbeda. "Kaucium bau
aneh, Nak?" "Iya, Pak. Bau politik."
(Diunggah pada 21 Februari 2017)
(1.80) (Topik: tanggul)
@AgusHamdan7 SUNGAI TERUS MELUAP Satu persatu tangan
melambai, keluar dari tanggul.
(Diunggah pada 21 Februari 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
(1.81) (Topik: tanggul)
@AsepSud30979859 AIR BAH TIBA-TIBA DATANG - Tanggul hampir
jebol, adikku terus saja menangis. "Cepat susui, Bu!" ujar ayahku.
(Diunggah pada 21 Februari 2017)
(1.82) (Topik: foto)
@Wiraadana: FOTO SENJA - Sesekali, terlihat senyum dan lambaian
tangan seseorang di sana.
(Diunggah pada 17 Februari 2017)
(1.83) (Topik: foto)
@Indiejeans: SAKSI BISU Gambar di foto itu mulai bergerak memberi
isyarat.
(Diunggah pada 17 Februari 2017)
(1.84) (Topik: foto)
@rusty_azha: FOTO COPY Sesekali wajahnya tersenyum di balik mesin
cetak.
(Diunggah pada 17 Februari 2017)
(1.85) (Topik: foto)
@__Cendawan: FOTO PERNIKAHAN Aku meneteskan air mata. "Satu
jepretan lagi, Mas Fotografer!" ujar mantan pacarku.
(Diunggah pada 17 Februari 2017)
(1.86) (Topik: foto)
@Bungakata: FOTO DALAM DOMPETKU - "Ini istrimu?" tanya
pacarku.
(Diunggah pada 17 Februari 2017)
(1.87) (Topik: foto)
@DwiSuhendra4: TERTANGKAP KAMERA. "Sial! Butuh berapa tahun
lagi untuk bebas?" geram pocong dalam foto.
(Diunggah pada 17 Februari 2017)
(1.88) (Topik: pesta demokrasi)
@aryaindra_y: MENJELANG PESTA RAKYAT. Dapat amplop, seisi
rumah yang kegirangan tiba-tiba hening, mereka bisu kehilangan suara.
(Diunggah pada 15 Februari 2017)
(1.89) (Topik: pesta demokrasi)
@Erlyn_booklover: CALON TUNGGAL- Meski dipastikan menang,
wajahnya tetap keruh. Pesta demokrasi kali ini, ia sendirian.
(Diunggah pada 15 Februari 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
(1.90) (Topik: pesta demokrasi)
@AsepSud30979859: DENDAM - "Maafkan mama, Pa!" Bress, paku
menancap di kertas suara. Di rumah istri muda, suaminya meregang
nyawa.
(Diunggah pada 15 Februari 2017)
(1.91) (Topik: mantap jiwa)
@Erlyn_booklover: “MANTAPKAN JIWAMU!” Ayah memberi
semangat. Meski bukan pertama kali dibakar, upacara ngaben selalu
membuatku gugup.
(Diunggah pada 11 Februari 2017)
(1.92) (Topik: mantap jiwa)
@AsepSud30979859: EKSEKUSI HUKUMAN MATI - Senapan di
tangannya berkeringat. "Mantapkan jiwamu!" teriak telunjuk.
(Diunggah pada 11 Februari 2017)
(1.93) (Topik: sontek)
@DwiSuhendra4: TAKUT KETAHUAN Sontekan di balik rok Ani
mengeluarkan keringat dingin
(Diunggah pada 10 Februari 2017)
(1.94) (Topik: sadap)
@_isakk SADAP - Teleponnya bergetah.
(Diunggah pada 7 Februari 2017)
(1.95) (Topik: sadap)
@__Cendawan KENA GETAHNYA "Kulitmu gatal, kan? Sudah
kukatakan jangan sadap telepon itu."
(Diunggah pada 7 Februari 2017)
(1.96) (Topik: sadap)
@Rmartadisastra GOSIP - "Kedengaran-kedengaran!" seru dinding.
(Diunggah pada 7 Februari 2017)
(1.97) (Topik: sepele)
@Erlyn_booklover: ALBUM NOSTALGIA – Ibu terus menyanyikan lagu
kesukaannya. “Stop!” teriak Ayah berusaha menahan nyawanya.
(Diunggah pada 6 Februari 2017)
(1.98) (Topik: sepele)
@Zalazora: MULUTMU HARIMAUMU - Jalanan penuh orang-orang
lalu lalang dengan kandang besi di bibir mereka.
(Diunggah pada 1 Februari 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
(1.99) (Topik: jarak)
@__Cendawan SAUDARA JAUH - Aku benci bila dia datang
berkunjung. Setiap berbicara, kami harus jaga jarak minimal lima meter.
(Diunggah pada 31 Januari 2017)
(1.100) (Topik: jarak)
@_isakk MENANAM POHON - Ia memilih jarak. Setelah pohon ketiga,
kami terpisah puluhan tahun cahaya.
(Diunggah pada 31 Januari 2017)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI