Jamur Kuping

38
STUDI TENTANG BUDIDAYA JAMUR KUPING (Auricularia sp.) DI BPTP KARANG PLOSO KABUPATEN MALANG (JAWA TIMUR) LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN Disusun oleh : RUSTAM NIM : 2009330018 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG 2013

Transcript of Jamur Kuping

Page 1: Jamur Kuping

STUDI TENTANG BUDIDAYA JAMUR KUPING (Auricularia sp.)DI BPTP KARANG PLOSO KABUPATEN MALANG (JAWA TIMUR)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Disusun oleh :RUSTAM

NIM : 2009330018

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWIMALANG

2013

Page 2: Jamur Kuping

STUDI TENTANG BUDIDAYA JAMUR KUPING (Auricularia Sp.)DI BPTP KARANG PLOSO KABUPATEN MALANG (JAWA TIMUR)

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGANSebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agroteknologi

Pada Fakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Disusun oleh :RUSTAM

NIM : 2009330018

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWIMALANG

2013

Page 3: Jamur Kuping
Page 4: Jamur Kuping

i

RINGKASAN

RUSTAM, 2009330018, Studi Tentang Budidaya Jamur Kuping (Auricularia sp.) diBPTP Karang Ploso Malang Jawa Timur. Dibawah bimbingan : Dra. Astutik, MP.

Jamur kuping (Auricularia sp.) merupakan tanaman saprofit yang saat inibanyak diminati masyarakat. Jamur banyak mengandung manfaat dan zat gizi.Manfaatatnya bisa menetralkan racun dalam tubuh, melancarkan sirkulasi darah,mencegah wasir, menyembuhkan anemia, menghentikan pendarahan, meningkatkanstamina tubuh serta mencegah radang usus dan radang tenggorokan. Sedangkankandungan gizinya meliputi protein, karbohidrat, serat, lemak, asam lemak, mineraldan vitamin.

Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di BPTP Karang Ploso, kabupatenMalang (Jawa Timur) dengan ketinggian tempat 500 meter diatas permukaan laut.Waktu pelaksanaan dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan Februari sampaiMaret 2012. Metode yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapang mulaidari pembuatan media, inokulasi, inkubasi, pemeliharaan, sampai dengan panen.

Hasil PKL di BPTP Karang Ploso diperoleh bahwa teknik tentang budidayajamur kuping yang pertama dilakukan adalah pembuatan substrat tanam. Setelah itudilakukan sterilisasi selama 6 jam. Setelah dilakukan sterilisasi proses selanjutnyaadalah inokulasi dengan bibit jamur 4-5%. Kemudian dilakukan inkubasi 1-2 bulan.Setelah miselium tumbuh hampir 90% untuk tahap selanjutnya yaitu masapenumbuhan jamur. Semua baglog dipindahkan ke ruang penumbuhan ataukumbung. Setelah 1 bulan atau setelah jamur mencapai bobot 65 gram denganukuran lebar tubuh buah 10-25 cm dilakukan proses pemanenan. Adapun hasil panendari 150 baglog menghasilkan jamur kuping seberat 6 kg atau rata-rata perbaglogmenghasilkan jamur kuping seberat 40 gram.

Kata Kunci : Jamur Kuping, Budidaya, dan Produksi

Page 5: Jamur Kuping

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis haturkan Kehadirat Allah SWT karena atas bimbinganserta tuntunanNya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktek KerjaLapangan (PKL) dengan baik.

Penulis menyadari bahwa laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) berhasildisusun karena bantuan serta dukungan dari semua pihak, untuk itu sepantasnyapenulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Widowati, MP. Selaku Dekan Fakultas Pertanian UniversitasTribhuwana Tunggadewi Malang

2. Ibu Ricky Indri Hapsari, SP. MP. Selaku Ketua Program Studi AgroteknologiUniversitas Tribhuwana Tunggadewi malang

3. Ibu Dra. Astutik, MP. Selaku pembimbing PKL yang telah banyakmemberikan arahan dan bimbingan

4. Mbak Lia Mei Narti, SP. Selaku pembimbing lapangan di BPTP KarangPloso.

5. Semua pihak yang telah mendukung baik secara langsung maupun tidaklangsung sehingga penulis dapat menyusun laporan PKL ini sampai selesai.

Penulis menyadari bahwa tulisan laporan PKL ini masih jauh darikesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran darisemua pihak demi kesempurnaan penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL).

Malang, 16 September 2013

Penulis

Page 6: Jamur Kuping

iii

DAFTAR ISI

RINGKASAN .............................................................................................. iKATA PENGANTAR ................................................................................. iiDAFTAR ISI ............................................................................................... iiiDAFTAR GAMBAR ................................................................................... ivDAFTAR TABEL ....................................................................................... vI PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang .............................................................................. 11.2. Tujuan ........................................................................................... 31.3. Manfaat ......................................................................................... 3

II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Jamur Kuping ................................................................................ 4

2.1.1. Manfaat Jamur Kuping ....................................................... 62.2.2. Nilai Gizi Jamur Kuping .................................................... 6

2.2. Siklus Hidup Jamur Kuping ........................................................ 92.3. Syarat Tumbuh Jamur Kuping ...................................................... 102.4. Budidaya Jamur Kuping ............................................................... 11

2.4.1. Benih ........................................................................................... 122.4.2. Media Tanam Jamur Kuping ...................................................... 122.4.3. Inokulum ..................................................................................... 132.4.4. Pemeliharaan Jamur Kuping ....................................................... 132.4.5. Penanggulangan Hama dan Penyakit .......................................... 16

III METODE3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................ 183.2. Alat dan Bahan ............................................................................. 183.3. Metode .......................................................................................... 18

IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Profil BPTP Karang Ploso ............................................................ 194.2. Budidaya Jamur Kuping di BPTP Karang Ploso .......................... 21

4.2.1. Pembuatan Substrat Tanam (bag log) ................................. 214.2.2. Pengemasan Substrat Tanam .............................................. 224.2.3. Sterilisasi Media Tanam ..................................................... 234.2.4. Pendinginan Medium ......................................................... 244.2.5. Inokulasi ............................................................................. 244.2.6. Inkubasi .............................................................................. 254.2.7. Pertumbuhan Jamur Kuping ............................................... 264.2.8. Panen .................................................................................. 27

V KESIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan ................................................................................... 295.2. Saran ............................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Jamur Kuping

v

DAFTAR TABEL

1. Perbandingan Kadar Protein, Karbohidrat dan Lemak Jamur ........... 7

2. Perbandingan Lemak dan Asam Lemak Jamur .................................. 7

3. Kandungan Jumlah Mineral Jamur Kuping ....................................... 8

4. Kandungan Vitamin Jamur Kuping ................................................... 9

5. Jenis-jenis Jamur Kontaminan dan Tanda Serangan .......................... 26

Page 8: Jamur Kuping

iv

DAFTAR GAMBAR

1. Kantor BPTP Karang Ploso .................................................... 192. Pencampuran Media Tanam ..................................................... 213. Pengemasan Substrat Tanam ................................................... 224. Proses Sterilisasi ...................................................................... 235. Proses Pendinginan Medium .................................................... 246. Proses Inokulasi ....................................................................... 247. Proses Inkubasi ....................................................................... 258. Pemeliharaan ............................................................................ 269. Proses Panen ............................................................................ 27

Page 9: Jamur Kuping

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jamur kuping (Auricularia sp.) merupakan tanaman saprofit yang sudah

dikenal dan diminati oleh masyarakat kita secara turun temurun sejak awal tahun

1920. Akan tetapi, pada masa tersebut masyarakat kita mengkonsumsi jamur

dengan cara memetik jamur yang tumbuh liar baik pada kayu-kayu di hutan

ataupun yang tumbuh pada tumpukan jerami padi di sawah (Suriawiria, 1997).

Jamur kuping mengandung 85-89% air, lemak 1,08-9% terdiri dari asam

lemak bebas trigliserida, sterol dan fosfolipid. Karbohidrat terdapat dalam bentuk

glikogen, kitin dan polimer N asetil glikosamin yang merupakan komponen

struktural sel jamur. Jamur juga mengandung vitamin tiamin, niasin, biotin dan

asam askorbat. Jamur kaya mineral Fosfor, Kalsium dan zat besi. Penelitian di

Minnesota Medical School, Amerika menunjukkan jamur kuping jika disajikan

dalam menu sehari-hari berkasiat melancarkan peredaran damah. Kekentalan

darah dapat diatasi dengan mengkonsumsi jamur kuping setiap hari sebanyak 5-10

gram (Posman Sibuea, 2004)

Jamur juga mengandung bermacam-macam vitamin walaupun tidak

mengandung vitamin A tetapi kandungan riboflavin thiamine dan asam nikotinnya

cukup tinggi. Begitu juga kandungan kalsium dan fosfornya tinggi, sedangkan

kalori dan kolesterolnya rendah sehingga sering kali jamur dikatakan sebagai

makanan pelangsing (Sinaga, 1993).

Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan terhadap jamur kuping

semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi di kota – kota besar, seperti Jakarta,

Page 10: Jamur Kuping

2

Bandung, Bekasi, Bogor, Tangerang, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.

Bahkan, peluang pasar untuk daerah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih

sangat besar dengan harga yang tinggi. Peningkatan jamur kuping terjadi karena

kesadaran masyarakat terhadap kesehatan cukup tinggi, karena kandungan gizi

yang cukup tinggi. Jamur kuping sangat mudah diolah menjadi berbagai masakan

lezat seperti sup, tumis jamur, tekwan, bakso, dan omlet. Dalam beberapa tahun

terakhir, permintaan terhadap jamur kuping semakin meningkat. Peningkatan ini

terjadi di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Bekasi, Bogor, Tangerang,

Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Bahkan peluang pasar untuk daerah

Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi masih sangat besar dengan harga yang tinggi

(Utoyo, N ; 2010).

Pasar potensial untuk jamur kuping selain untuk konsumsi dalam negeri

juga untuk keperluan ekspor. Beberapa negara pengimpor jamur kuping antara

lain Taiwan, Hongkong, dan Eropa pada umumnya. Data dari Biro Pusat Statistik

(BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 1997 ekspor jamur (termasuk jamur

kuping) mencapai 1.721.752 kilogram dengan nilai US$ 2.061374. Nilai ekspor

jamur kuping kering sendiri mencapai US$ 15/kg atau sama dengan Rp

105.000,00/kg (1 US$ = 7.000). Adapun harga jamur kuping di dalam negeri

khususnya di pasar swalayan/supermarket yang terdapat di kota-kota besar

mencapai Rp 30.000,00 sampai Rp 40.000,00/kg (per September 1999).

Sedangkan harga jamur kuping dalam keadaan basah berkisar antara Rp 6.000,00

sampai Rp 7.000,00/kg (Soenanto, H ; 2000).

Page 11: Jamur Kuping

3

Dalam desakan permintaan jamur kuping dari negara-negara tetangga yang

semakin besar perlu dipertimbangkan berbagai alternatif cara memenuhi

permintaan tersebut khususnya dari segi teknologi budidaya (Maryati, 2009).

1.2.Tujuan

A. Tujuan Umum

Praktek kerja lapang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan

pengalaman praktis kepada mahasiswa dalam rangka kesiapan menghadapi dunia

kerja yang mengarah pada kegiatan kewirausahaan dan penciptaan lapangan kerja.

B. Tujuan Khusus

Praktek kerja lapang bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari studi

tentang budidaya jamur kuping (Auricularia sp.)’

1.3. Manfaat

Hasil Praktek kerja lapang diharapkan dapat digunakan sebagai sarana

pembelajaran bagi mahasiswa pertanian mengenai studi tentang budidaya jamur

kuping (Auricularia sp.) sebagai acuan dalam penelitian lebih lanjut.

Page 12: Jamur Kuping

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Jamur Kuping

Menurut Tjitosomo (1984), seperti jamur kelas basidiomycetes lainnya,

hifa jamur kuping bersekat-sekat. Reproduksinya dapat secara seksual dan

aseksual. Secara seksual menghasilkan tubuh buah. Tubuh buah tersebut

dinamakan basidiokarp. Basidiokarp jamur kuping berbentuk lembaran berlekuk-

lekuk seperti kuping dan berwarna coklat tua pada bagian atas dan putih pada

bagian bawah. Didalam tubuh buah itulah terdapat anyaman hifa yang ujung-

ujungnya menggelembung. Gelembung itu yang dinamakan basidium. Jamur

kuping memiliki basidium yang bersekat-sekat. Diujung basidiumnya terdapat

basidiospora.

Jamur kuping mempunyai tubuh buah seperti daun telinga. Banyak pula

namanya, yaitu Hiratake, Mouleh, jamur kuping pohon atau kuping kayu, Supa

lember, He muk o (Cina), Kikurage (Jepang), Oortjeszwam (Eropa), Jew’s ear

(Yahudi) (Hendritomo, H. I ; 2010).

Jamur kuping memiliki tubuh buah duduk atau bertangkai pendek,

berbentuk mangkuk beraturan. Penampang berdiameter 5-10 cm. Jamur kuping

dalam kondisi basah mirip seperti agar-agar, sedangkan bila kering menjadi

kerupang mengkerut kecil berwarna cokelat tua atau hitam, dan apabila direndam

beberapa saat dengan air panas akan mekar kembali (Soenanto, H ; 2006).

Page 13: Jamur Kuping

5

Menurut Utoyo, N ; 2010, tubuh buah jamur berlekuk-lekuk, melebar

hingga 3-8 cm, dan bagian pinggir bergelombang. Tangkai buah pendek dan tidak

terlalu kelihatan. Dalam keadaan kering, jamur berkerut dan kaku.

Jamur kuping mempunyai ciri-ciri tubuh buah pada bagian bawah yang

melekat, bertangkai pendek, dan berbentuk mangkok tidak beraturan berbentuk

seperti kuping mencapai lebar 20 cm. Tubuh buah berdaging lunak seperti agar,

transparan, elastis, serta menjadi keriput, susut, dan liat bila dikeringkan, namun

bila direndam akan mekar kembali. Tubuh buah bagian permukaan atas agak

mengkilap dan halus, sedangkan pada bagian bawah berbulu halus dan

menghasilkan spora (Hendritomo, H. I ; 2010)

Menurut Hendritomo, H. I ; 2010, beberapa spesies jamur kuping yang

banyak dibudidayakan di Indonesia meliputi Tremella fuciformis (jamur kuping

agar, siro kikurage, white jelly), Auricularia polytricha (jamur kuping hitam,

black jelly, orage kikurage), Auricularia polytricha (jamur kuping hitam, black

jelly, orage kikurage). Tremella fuciformis (jamur kuping agar, siro kikurage,

white jelly) memiliki tubuh buah berwarna putih lebar, termasuk famili

Tremellaceae. Auricularia polytricha (jamur kuping hitam, black jelly, orage

kikurage) memiliki tubuh buah berwarna hitam keunguan dengan lebar 6-10 cm.

Hidup pada kayu sangat lembab (basah) di hutan atau kebun. Jamur kuping hitam

lebih banyak dijual dalam bentuk kering dan harus direndam di dalam air

sebelum dimasak. Jamur yang sudah dimasak mempunyai tekstur garing seperti

sewaktu memakan tulang muda dan tidak mempunyai rasa. Auricularia

Page 14: Jamur Kuping

6

judae(jamur kuping merah, red jelly, kikurage) memiliki tubuh buah berwarna

kemerahan dengan ukuran lebih lebar dibandingkan dengan jamur kuping hitam.

2.1.1. Manfaat Jamur Kuping

Jamur kuping selain enak dimakan dapat diolah sebagai obat untuk

berbagai penyakit, kurang darah, darah tinggi, ambeien, dan menstruasi tidak

lancar (Soenanto, H ; 2000).

Manfaat lain dari jamur kuping untuk mengatasi sesak nafas dan sakit

tenggorokan. Vitamin B kompleks dalam jamur kuping dapat mengatasi masalah

kulit seperti bisul dan alergi (Utoyo, N ; 2010). Senyawa lendir dapat menetralkan

racun yang terdapat pada makanan. Selain itu, khasiat jamur kuping antara lain

dapat mengencerkan cairan plasma darah atau melancarkan sirkulasi darah, dapat

mencegah penyakit wasir, menurunkan kadar kolesterol darah, menyembuhkan

anemia, menyembuhkan muntah darah, menyembuhkan keputihan, menghentikan

pendarahan, meningkatkan stamina tubuh, mencegah radang usus dan radang

tenggorokan, serta memusnahkan karsinogen. Jamur kuping juga dapat mengatasi

hal- hal yang berhubungan dengan kecantikan, seperti peremajaan kulit,

menghilangkan noda hitam, dan menghaluskan kulit (Hendritomo, H. I ; 2010).

2.1.2.Nilai Gizi Jamur Kuping

Menurut Utoyo, N ; 2010, kandungan gizi jamur kuping meliputi protein,

karbohidrat, serat, lemak, asam lemak, mineral, dan vitamin.

Page 15: Jamur Kuping

7

Tabel 1. Perbandingan Kadar Protein, karbohidrat dan lemak pada beberapa jenisjamur konsumsi

No. Jamur Protein (%) Karbohidrat (%) Serat (%)

1. Jamur kuping 4,2 82,5 19,8

2. Jamur merang 25,9 - 9,3

3. Jamur shiitake 13,4-17,5 67,5-78 7,3-8

4. Jamur kancing 23,9-34,8 51,3-62,5 8-10,4

5. Jamur tiram 10,5-30,4 57,6-81,8 7,5-8,7

Sumber : Shu-Ting Chang and Philllip G. Miles (2004)

Jamur kuping memiliki persentase kadar protein yang paling rendah

diantara jamur konsumsi lainnya, yaitu sebesar 4,2%. Namun, jamur kuping

mengandung karbohidrat dan serat yang paling tinggi dibandingkan dengan jamur

lainnya.Kandungan masing-masing karbohidrat dan serat jamur kuping sebesar

82,8% dan 19,8%. Karbohidrat yang terkandung dalam jamur kuping terdiri atas

pentosa, metil pentosa, heksosa, sama seperti disakarida, gula amino, gula

alkohol, dan gula asam. Serat merupakan salah satu bahan penting dalam diet

sehat dan seimbang. Diet yang memiliki kandungan serat tinggi sangat baik untuk

penderita diabetes. Konsumsi serat dapat mengurangi jumlah insulin yang

diperlukan sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi seimbang. Kandungan

serat yang terdapat pada jamur kuping sebesar 19,8%.

Tabel 2. Perbandingan lemak dan asam lemak pada beberapa jenis jamurkonsumsi

No. Jamur Lemak (gram/100gram berat kering)

% Asam Lemak per Berat KeringAsam Lemak

JenuhAsam Lemak

Tak Jenuh

1. Jamur kuping 8,3 25,8 74,22. Jamur merang 2,4 14,6 85,43. Jamur shiitake 4,9-8 19,9 80,14. Jamur kancing 1,7-8 19,5 80,55. Jamur tiram 1,6-2,2 20,7 79,3

Sumber : Data from Huang, B. H, et., Al., Mushroom Sci., 12, (1989)

Page 16: Jamur Kuping

8

Kadar lemak dan asam lemak pada beberapa jenis jamur berbeda-beda.

Lemak yang terkandung di dalam jamur berkisar 1,1-8,3% dengan kandungan

asam lemak jenuh sekitar 14,6-27,9%. Sementara itu, kandungan asam lemak tak

jenuh berkisar 72,1-85,4%. Jamur kuping mengandung asam lemak jenuh paling

tinggi yaitu sebesar 25,8% sedangkan kandungan asam lemak tak jenuh jamur

kuping memiliki persentase yang paling rendah yaitu sebesar 74,2% jika

dibandingkan dengan jamur lainnya.

Tabel 3. Kandungan jumlah mineral di dalam 100 gram jamur kuping kering

No. Kandungan Gizi Jumlah per 100 gram1. Kalsium (Ca) 159 mg2. Zat besi (Fe) 5,88 mg3. Magnesium (Mg) 83 mg4. Fosfor (P) 184 mg5. Potasium (K) 754 mg6. Natrium (Na) 35 mg7. Seng (Zn) 1,32 mg8. Tembaga (Cu) 0,18 mg9. Mangan (Mn) 1,95 mg10. Selenium (Se) 43,4 mcg

Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 22 (2009)

Jamur merupakan salah satu sumber makanan yang mengandung mineral

cukup tinggi. Kandungan mineral setiap jenis jamur berbeda-beda. Pada jamur

kuping, kandungan mineral makro terbanyak diantaranya kalium (K), fosfor (P) ,

kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan natrium (Na). Sementara itu, kandungan

mineral mikro diantaranya besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), dan

selenium (Se) paling sedikit dibandingkan dengan jenis jamur lainnya.

Page 17: Jamur Kuping

9

Tabel 4. Kandungan masing-masing vitamin di dalam 100 gram jamur kupingkering

No. Kandungan Vitamin Jumlah per 100 gram1. Vitamin C (total asam askorbat) -2. Tiamin 0,015 mg3. Riboflavin 0,844 mg4. Niacin 6,267 mg5. Asam pantotenat 0,481 mg6. Vitamin B6 0,112 mg7. Total folat 38 mcg8. Asam folat 0 mcg9. Folate, food 38 mcg10. Folate, DFE 38 mcg_DFE

Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 22 (2009)

Kandungan vitamin yang terdapat pada jamur kuping, yaitu tiamin (B1),

riboflavin (B2), niasin (B3), vitamin B6, asam pantotenat, dan asam folat.

Kandungan tertinggi vitamin adalah niasin (B3) sebesar 6,627 mg/100 gram jamur

kuping kering. Niasin berfungsi dalam sistem pencernaan, kesehatan kulit, sistem

saraf, serta membantu konvensi bahan makanan seperti lemak dan protein menjadi

energi. Fungsi yang sama juga terdapat pada vitamin B1 dan B2 yang termasuk

dalam vitamin B kompleks.

2.2.Siklus Hidup Jamur Kuping

Siklus hidup jamur kuping hampir sama dengan siklus hidup jenis jamur

dari kelas Basidiomycetes. Tahap-tahap pertumbuhan jamur kuping adalah

sebagai berikut:

a. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat

lembab akan tumbuh dan membentuk serat-serat halus menyerupai serat kasar

disebut miselium.

Page 18: Jamur Kuping

10

b. Jika keadaan lingkungan tempat miselium baik, dalam arti temperatur,

kelembaban, substrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan

miselium akan membentuk bakal tubuh buah jamur.

c. Bakal tubuh buah jamur kemudian membesar dan pada akhirnya membentuk

tubuh buah jamur yang kemudian dipanen.

d. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora, jika spora sudah matang

atau dewasa akan jatuh dari tubuh buah jamur (Suriawiria, 2006).

2.3.Syarat Tumbuh Jamur Kuping

Yang perlu diperhatikan dalam budidaya jamur kuping adalah pemilihan

lokasi. Jamur kuping memerlukan kondisi lingkunan yang sesuai (suhu,

kelembaban, maupun cahaya) agar dapat tumbuh optimal.

Menurut Suriawiria (1986), kondisi lingkungan tumbuh yang dikehendaki

oleh jamur kuping agar tercapai pertumbuhan optimal adalah :

1. Pada masa inkubasi membutuhkan suhu (20-25)0C dan kelembaban nisbi (80-

90)%.

2. Pada masa pertumbuhan membutuhkan suhu (28-30)0C dan kelembaban nisbi

(90-100)%.

3. Cahaya mempunyai daya merusak terhadap sel jamur, terutama cahaya dengan

gelombang pendek seperti ultra violet, infr merah dan sinar gamma, terutama

untuk sel-sel tanpa klorofil. Karenanya didalam pemeliharaan jamur masalah

cahaya perlu diperhatikan agar tidak mengenai sel secara langsung.

4. Jamur kuping juga membutuhkan media tumbuh yang mampu memenuhi

kebutuhan akan air dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

Page 19: Jamur Kuping

11

perkembangannya. Media yang digunakan biasanya berbentuk kayu

gelondongan atau serbuk gergaji yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain

sebagai tambahan.

2.4. Budidaya Jamur Kuping

Aspek budidaya merupakan bagian yang sangat penting dalam agribisnis

jamur kuping. Aspek budidaya ini berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas

hasil produksi jamur kuping.

Menurut Suriawiria (1986), faktor-faktor dasar yang harus diperhatikan

dalam budidaya jamur kuping adalah sebagai berikut :

a. Sanitasi dan keberhasilan lingkungan dari lokasi tempat penanaman berada.

Hal ini diharapkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan jenis-

jenis jamur lain yang tidak diharapkan kehadirannya.

b. Ruangan tempat penanaman dan pemeliharaan jamur. Ruang tempat

penanaman dan pemeliharaan jamur kuping harus dilengkapi dengan alat

pengatur suhu, kelembaban dan cahaya, atau dirancang bangunan khusus agar

suhu, kelembaban dan cahaya didalam ruangan dapat diubah-ubah sesuai

dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan jamur kuping.

c. Bahan baku dan bahan-bahan tambahan untuk pembuatan substrat.

d. Kualitas benih. Kualitas benih yang baik akan meningkatkan kuatitas dan

kualitas hasil panen yang diperoleh.

e. Pemeliharaan. Pemeliharaan jamur kuping menyangkut penyiraman,

pengaturan temperatur dan kelembaban ruangan,serta pemberantasan hama

(umumnya serangga) dan penyebab penyakit (bakteri pembusuk).

Page 20: Jamur Kuping

12

2.4.1.Benih

Kualitas benih jamur merupakan kunci keberhasilan budidaya jamur

kuping. Bila benih sudah kadaluwarsa maka dapat dipastikan hasilnya tidak akan

maksimal. Pemilihan benih/bibit yang baik perlu diperhatikan. Menurut tim

redaksi Majalah Trubus, edisiOktober 1999, benih yang baik paling tidak harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Benih berasal dari strain atau varietas unggul.

b. Umur benih optimal 45-60 hari.

c. Warna benih merata, tidak ada bercak-bercak berwarna lain.

d. Tidak terkontaminasi.

e. Belum ada tubuh jamur yang tumbuh pada benih.

2.4.2.Media Tanam Jamur Kuping

Media tanam yang digunakan dalam penanaman jamur kuping adalah

serbuk kayu, bekatul, kapur dan air.

1. Serbuk kayu

Serbuk kayu merupakan tempat tumbuh jamur kayu yang mengandung

serat organik (selulosa, hemi selulosa, dan lignin) sebagai sumber makanan jamur

(Suriawiria, 2006).

2. Bekatul

Bekatul merupakan hasil sisa penggilingan padi yang kaya vitamin,

terutama vitamin B komplek, merupakan bagian yang berperan dalam

pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur serta berfungsi sebagai pemicu

untuk pertumbuhan tubuh buah jamur (Suriawiria, 2006).

Page 21: Jamur Kuping

13

3. Kapur

Kapur berfungsi mengontrol pH media tanam agar sesuai dengan syarat

tumbuh jamur. Selain itu, kapur juga merupakan sumber kalsium. Kapur yang

digunakan sebagai bahan campuran media adalah kapur pertanian yaitu kalsium

karbonat (CaCO3) (Parjimo, 2007). Kapur digunakan sebagai pengatur pH

(keasaman) media tanam dan sebagai sumber kalsium (Ca) yang dibutuhkan oleh

jamur dalam pertumbuhannya. Jenis kapur yang digunakan dapat berupa kapur

CaCO3 atau kapur bangunan yang biasa disebut dengan mill (Muchroji dan

Cahyana, 2008).

4. Air

Air merupakan salah satu faktor untuk kelancaran dan pertumbuhan

miselium, agar dapat membentuk spora. Bila kelebihan air maka akan mati karena

jamur membutuhkan air dalam jumlah sedikit (Suriawiria, 2006).

2.4.3. Inokulum

Substrat tanam berbentuk serpihan atau serbuk kayu atau merupakan

campuran dari bahan-bahan lainnya, maka bibit dapat ditanamkan secara tersebar

dibagian atas permukaan substrat (kalau substrat ditempatkan pada tempat yang

rata) atau pada seluruh permukaan substrat (kalau substrat ditempatkan pada

tempat berbentuk kantung). Tempat substrat dapat terbuat dari bambu atau plastik

yang sudah diberi lubang (Maryati, 2009).

2.4.4.Pemeliharaan Jamur Kuping

Benih jamur yang sudah diinokulum umumnya masih dalam bentuk hifa

atau miselia. Di dalam substrat tanam, miselia ini akan tumbuh dan berkembang

Page 22: Jamur Kuping

14

ke segala arah. Kalau perkembangan miselia sudah cukup serta kondisi

lingkungannya sudah memadai, maka dari miselia tersebut akan tumbuh bakal

kuncup atau bakal tubuh buah, misalnya seperti bulatan sebesar kepala jarum

pentul. Kalau kondisi lingkungannya memenuhi syarat pertumbuhannya, maka

bakal kuncup tersebut akan tumbuh membesar sampai membentuk tubuh buah

yang disebut batang atau tubuh jamur.

Pemeliharaan jamur kuping ini diperlukan syarat ruangan harus steril agar

jamur tidak terkontaminasi oleh lingkungan, caranya lantai ruangan pemeliharaan

ditaburi kapur dan disemprot dengan baysal dicampur dengan air secukupnya.

Penataan atau penyusunan polybag disusun dalam keadaan posisi miring dengan

jarak dari permukaan tanah atau lantai kurang lebih 20 cm dan dibuat rak dari

bambu dengan penyusunan baris sekitar 70 cm. Setelah miselium tumbuh hampir

penuh (kurang 1/3 bagian dari panjang baglog) bisa dilakukan pembukaan baglog

dengan cara digores dengan cutter (pelubangan bisa satu tau dua lubang) menurut

yang akan ditumbuhkan.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan

jamur kuping adalah :

1. Air

Kandungan air dalam substrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan perkembangan miselium jamur. Kandungan air yang terlalu rendah

menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur terganggu,

sebaliknya bila kandungan air terlalu tinggi menyebabkan miselium jamur akan

membusuk dan mati.

Page 23: Jamur Kuping

15

2. Sumber Nutrien

Untuk kehidupan dan perkembangan jamur memerlukan makanan dalam

bentuk unsur-unsur kimia misal nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon yang

telah tersedia dalam jaringan kayu, walaupun dalam jumlah sedikit. Oleh karena

itu, diperlukan penambahan dari luar misal dalam bentuk pupuk yang digunakan

sebagai bahan campuran pembuatan substrat tanaman atau media tumbuh jamur

(Suriawiria, 2006).

3. Temperatur

Pada umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada kisaran temperatur

antara 22–28℃. Pada siang hari, temperatur di atas 28℃ jamur masih dapat

tumbuh dengan pertumbuhan terhambat dan hasil yang terhambat (Suriawiria,

2006). Temperatur untuk pembentukan tubuh buah jamur adalah 13-15℃.

Sedangkan temperatur untuk pembentukan miselium adalah 23-28℃ (Anonim,

2005).

4. Kelembaban

Secara umum jamur memerlukan kelembaban yang cukup tinggi,

kelembaban antara 95-100% menunjang pertumbuhan yang maksimum pada

kebanyakan jamur (Gunawan, 2005). Kelembaban minimal 85% dengan cara

penyiraman pada lantai, dinding dan atap minimal 2 kali sehari disesuaikan

dengan cuaca dan iklim. Kelembaban udara berkisar antara 90-96% (Anonim,

2005).

Page 24: Jamur Kuping

16

5. Cahaya

Jamur sangat peka terhadap cahaya matahari secara langsung. Tempat-

tempat yang teduh sebagai pelindung seperti di dalam ruangan merupakan tempat

yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur (Suriawiria, 2006).

Perkembangan miselium dan tubuh buah akan terhambat dengan adanya cahaya

langsung. Tempat penyimpanan harus tetap teduh dan sinar matahari tidak masuk

secara langsung ke dalam ruangan (Anonim, 2005).

6. Nilai Kontaminasi

Kontaminasi adalah masuknya atau hadirnya jamur asing yang merugikan.

Selama pemeliharaan pertumbuhan miselium jamur di dalam log harus diteliti

terutama jika ada pertumbuhan serat-serat berwarna gelap yang menandakan

kehadiran jamur asing yang tidak diharapkan. Jamur asing tersebut antara lain

Mucor, Rhizopus, Penicillium dan Aspergillus. Kontaminasi terjadi karena

sterilisasi yang tidak sempurna, bibit yang tidak murni, alat yang kurang bersih

dan kandungan air media terlalu tinggi (Anonim, 2005).

2.4.5.Penanggulangan Hama dan Penyakit

Untuk menghindari atau menekan penyebab hama dan penyakit selama

budidaya jamur, usaha pengontrolan harus dilakukan sedini mungkin secara

menyeluruh dan terpadu.

1. Bahan baku untuk substrat, khususnya serbuk gergaji kayu harus dipilih yang

benar -benar baik, tidak terlalu lama dalam penyimpanan dan tidak

mengandung bibit hama atau penyakit.

Page 25: Jamur Kuping

17

2. Penyiapan substrat untuk penanaman harus dilakukan sesuai ketentuan dalam

susunan, waktu proses dan waktu sterilisasi. Kadar air yang dibutuhkan oleh

substrat harus benar-benar sesuai dengan ketentuan, tidak terlalu kering atau

terlalu basah.

3. Kebersihan harus diutamakan, mulai dari peralatan yang digunakan, ruangan

tempat pemeliharaan, hingga para pengelolanya.

4. Selama pemeliharaan, log tanam yang telah ditanami bibit harus dikontrol

sedini munkin. Kontrol ini dilakukan mulai dari miselia, awal pertumbuhan,

hingga pembentukan tubuh buah. Dengan demikian, jika ada pertumbuhan

jamur asing, sedini mungkin sudah dapat dikenali kemudian dibuang

(Suriawiria, 2001).

Page 26: Jamur Kuping

18

III. METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada bulan Februari sampai

bulan Maret 2012 di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Karang Ploso,

kabupaten Malang (Jawa Timur).

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah

timbangan, sekop, gerobak sorong, polybag, potongan paralon kecil, drum

(steam), kumbung jamur, sendok bibit, buson, dan alat tulis. Bahan yang

digunakan adalah bibit jamur kuping, serbuk gergaji, bekatul/dedak dan kapur

pertanian.

3.3 Metode

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan dengan cara terjun

langsung ke lapang dengan melakukan kegiatan mulai dari pembuatan media,

inokulasi, inkubasi, pemeliharaan, sampai dengan panen.

Page 27: Jamur Kuping

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil BPTP Karang Ploso, Kabupaten Malang (Jawa Timur)

Institusi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) ialah unit

pelaksanaan teknis (UPT), dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

(Badan Litbang Pertanian) didaerah yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan

Mentri Pertanian (SK Mentan) nomor 798/Kpts/OT.210/12/94 Tanggal 19

Desember 1994. BPTP ialah fungsi unit Eselon IIIA yang secara struktural adalah

unit kerja dilingkupi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Pertanian (BBP2TP). Dalam pelaksanaan kegiatan, secara struktural Kepala Balai

dibantu oleh pejabat Eselon IV.

Gambar 1. Kantor BPTP Karang Ploso

BPTP Karang Ploso, Malang, Jawa Timur terletak di Jalan Raya Karang

Ploso km 4 dengan ketinggian tempat 500 m dpl. BPTP Karang Ploso ialah balai

pengkajian teknologi pertanian yang akan diterapkan kepada petani. Balai

tersebut memiliki mitra kerja yaitu dikawasan sayuran prima-3 Desa Tawang

Agro, Malang, Jawa Timur. Komoditas pertanian yang ada di BPTP Karang

Ploso beragam, yaitu bawang merah, padi, jagung, tomat, cabai merah besar, cabai

Page 28: Jamur Kuping

20

kecil, sedap malam, krisan, kangkung, dan komoditas hortikultura lain. BPTP

Karang Ploso telah menghasilkan varietas unggul bawang merah yaitu batu ijo,

bauji, dan super philip.

Sejarah pada awal pembentukannya, BPTP Jawa Timur merupakan

gabungan (merger) dari berbagai unit kerja dijajaran badan litbang pertanian yang

ada dijawa timur (16 unit kerja), yaitu eks sub Balithorti Malang, sub Balithorti

Tlekung, sub Balitan Mojosari, sub Balitnak Grati, beserta kebun percobaan yang

berada dibawahnya, dan Balai Informasi Pertanian Wonocolo, surabaya, yang

dibentuk berdasarkan SK mentan No 798/Kpts/OT.210/12/1994, desember 1994,

dan mulai efektif pada tanggal 1 April 1995 dengan nama BPTP Karang Ploso.

Dalam perjalanannya, BPTP Karang Ploso mengalami reorganisasi lagi dengan

keluarnya SK mentan terbaru No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, tanggal 14 juni 2001,

menjadi BPTP Jawa Timur dengan hanya dua unit kerja yang bergabung

didalamnya, yaitu Laboratorium Diseminasi Wonocolo dan Kebun Percobaan

Mojosari. Perubahan ini membawa konsekuensi terhadap enyempurnaan tugas dan

fungsi Balai secara keseluruhan.

BPTP Karang Ploso ialah Balai Pengkajian. Pengkajian ialah pengujian

kesesuaian beberapa teknologi yang dihasilkan balai penelitian komoditas

nasional dalam berbagai aspeknya. Kegiatan pengkajian dan diseminasi yang saat

ini dilakukan oleh BPTP Jatim adalah : Primatani (di 19 kabupaten), PUAP (31

Kabupaten), dan kerja sama dengan Diknas (SINTAN). Pada tahap berikutnya,

kegiatan pengkajian diikuti dengan diseminasi ( penyebarluasan) hasil-hasil kajian

agar dapat dikenal, diketahui, dipahami, dan pada gilirannnya diadopsi dan

Page 29: Jamur Kuping

21

diterapkan oleh petani secara lebih luas. Pada dasarnya seluruh lapisan

masyarakat dapat memperolehnya melalui berbagai layanan yang disediakan

BPTP Jatim.

BPTP Karang Ploso, Jawa Timur menyediakan fasilitas yang dapat

dimanfaatkan secara umum, yaitu :

1) Laboratorium Tanah, untuk analisis hara tanah dan pupuk

2) Laboratorium Kultur jaringan, untuk memproduksi benih

3) Laboratorium Hama dan Penyakit, untuk identifikasi OPT

4) Laboratorium Pasca Panen, untuk aplikasi teknologi pasca panen

5) Laboratorium Perbenihan, untuk produksi benih

6) Kebun percobaan, untuk studi dan agrowisata

7) Perpustakaan, jasapenelusuran, dan tempat Fotocopy.

4.2. Budidaya Jamur Kuping di BPTP Karang Ploso

4.2.1. Pembuatan Substrat Tanam (bag log)

Gambar 2. Pencampuran media tanam (serbuk gergaji,bekatul,kapur,air)

Page 30: Jamur Kuping

22

Pembuatan substrat tanam terdiri dari setengah paket dan satu paket.

Setengah paket berbahan Serbuk gergaji 50 kg, 350 gr kapur, 5 kg bekatul, dan air

secukupnya. Satu paket berbahan 100 kg, 700 gr kapur, 10 kg bekatul, dan air

secukupnya. Semua bahan dicampur menjadi satu, kecuali air. Pencampuran

dilakukan sebaik mungkin, hingga semua bahan benar-benar tercampur merarata.

Pencampuran yang tidak merata menyebabkan pertumbuhan miselium jamur juga

tidak merata. Air ditambahkan sedikit demi sedikit hingga kandungan air pada

semua bahan mencapai 60%. Substrat yang dibasahi harus segera dikemas,

jangan sampai ditunda. Penundaan waktu pengemasan menyebabkan substrat

tanam menjadi busuk dan berbau.

4.2.2. Pengemasan Substrat Tanam

Gambar 3. Pengemasan substrat tanam yang telah tercampur

Hasil pencampuran dimasukkan ke dalam kantong plastik putih bening

dengan kapasitas 2 kg. Pengisian substrat tanam harus dibuat padat dengan cara

dipukul pelan-pelan menggunakan cedokan yang dibuat dari bambu dan di

usahakan seragam berat tiap baglog. Baglog yang optimal berkisar 800-1200 gr.

Bagian ujung di pasang cincin (ring kepala) yang sudah tersedia, atau bisa juga

Page 31: Jamur Kuping

23

digunakan dari paralon kecil yang dipotong-potong hingga keadaan baglog

kencang. Baglog ditutup dengan menggunakan tutup yang telah tersedia atau bisa

juga menggunakan plastik, jika menggunakan plastik ikat menggunakan karet

gelang dan usahakan benar-benar kuat setelah selesai baglog tersebut siap untuk

di sterilkan.

4.2.3. Sterilisasi Media Tanam

Gambar 4. Proses sterilisasi

Tahap sterilisasi merupakan tahap yang sangat penting karena tahap ini

sangat menentukan keberhasilan bibit jamur untuk tumbuh dan menghasilkan

badan buah. Sterilisasi dilakukan untuk membunuh jasad renik atau

mikroorganisme yang terdapat pada bahan tanam atau tercampur dalam substrat.

Pada tahap ini pertama-tama kita susun baglog yang telah diisi media tadi serapi

mungkin, agar drum yang digunakan untuk sterilisasi tadi mampu menampung

sebanyak mungkin media yang telah dibuat. Setelah itu tutup atas drum

menggunakan plastik dan diikat menggunakan karet dari ban dalam sepeda motor,

jika tidak ada penutup khusus. Setelah itu baru nyalakan kompor gas untuk

melakukan sterilisasi. Sterilisasi untuk jamur kuping ini dilakukan selama 6 jam.

Page 32: Jamur Kuping

24

4.2.4. Pendinginan Medium

Gambar 5. Proses Pendinginan Medium

Setelah selesai disterilisasi, medium didinginkan selama 24 jam. Medium

dibiarkan dalam drum sebelum dilakukan proses inokulasi bibit jamur kuping.

4.2.5. Inokulasi

Gambar 6. Proses Inokulasi

Pemindahan bibit jamur dari botol ke dalam substrat tanam (baglog)

dinamakan dengan inokulasi. Inokulasi dilakukan pada ruang khusus atau benar-

benar steril untuk mencegah terjadi kontaminasi saat inokulasi. Proses inokulasi

pertama-tama tangan disemprot menggunakan alkohol, kemudian nyalakan buson

dengan korek api, setelah itu sendok bibit dan bibit jamur juga disemprotkan

Page 33: Jamur Kuping

25

dengan alkohol lalu disteril diatas buson. Ambil sendok bibit, kemudian gunakan

untuk mengkorek-korek bibit yang ada dalam botol. Bagian bibit paling atas

dibuang dan bagian berikutnya dimasukkan kedalam baglog melalui lubang cincin

kepala secukupnya. Baglog yang telah dimasukkan bibit kemudian digoyang-

goyang agar bibit merata di seluruh baglog. Satu botol bibit dapat digunakan

untuk 20-25 baglog. Baglog yang sudah diinokulasi ditutup kembali

menggunakan kertas dan karet gelang dan siap untuk di inkubasi.

4.2.6. Inkubasi

Gambar 7. Proses Inkubasi

Tahap setelah proses inokulasi selesai adalah proses penumbuhan

miselium jamur yang disebut inkubasi. Penataan baglog diatur tegak sehingga

pertumbuhan miselium dapat merata kearah bawah, saat inkubasi berlangsung

tidak boleh membuka tutup baglog karena dapat menyebabkan proses oksidasi

yang mengganggu proses pemecahan serat sel jamur akibatnya bibit tidak mampu

tumbuh dan mengalami kekeringan. Masa inkubasi berkisar 1-2 bulan. Ciri-ciri

inkubasi berhasil miselium tumbuh merata dan tidak spot atau tebal tipis,

miselium berwarna putih bersih dan tebal, bila baglog berwarna hijau, kuning atau

Page 34: Jamur Kuping

26

berlendir keputihan tandanya baglog tersebut terjadi kontaminasi dan harus segera

dibuang jauh dari tempat inkubasi bahkan kumbung jamur, karena baglog yang

terkontaminasi bisa menyebabkan baglog yang lain terkontaminasi juga. Jenis

jamur yang sering terkontaminasi media belum teridentifikasi karena keterbatasan

sarana dan prasarana. Beberapa jenis jamur yang sering mengkontaminasi media

beserta tandanya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis-jenis Jamur Kontaminan dan Tanda Serangan

Jenis Cendawan Tanda SeranganNeurospora Spp Tepung berwarna orange pada kapas penyumbatMucor Spp Noda berwarna hitam pada substrat (media tumbuh)Penicillium Spp Adanya miselium berwarna coklat pada substratTrichoderma Spp Bintik hijau pada substrat

4.2.7. Pertumbuhan Jamur Kuping

Gambar 8. Morfologi Jamur Kuping

Hasil proses inkubasi yang ditandai baglog telah berwarna putih maka

langkah berikutnya adalah pemindahan baglog tersebut ke ruang penumbuhan.

Syarat baglog yang sudah dapat dipindahkan ke ruang penumbuhan, miselium

yang tumbuh minimal telah mencapai separuh baglog. Penataan baglog dibuat

sedemikian rupa sehingga dalam satu rak dapat digunakan meletakkan baglog

Page 35: Jamur Kuping

27

dalam jumlah banyak dan juga bila baglog yang tersusun rapi didalam kumbung

juga memudahkan dalam proses pemeliharaan dan pemanena. Cara peletakkan

yang efektif dan efisien adalah dengan meletakkan dalam posisi tidur. Tutup ring

kepala dari kertas dibuka, agar oksigen dapat diserap oleh miselium jamur untuk

proses pembentukan atau pertumbuhan pin head. Penyiraman ruangan harus

dilakukan secara hati-hati dan tidak berlebihan karena air yang berlebihan akan

menyebabkan jamur menjadi busuk.

4.2.8. Panen

Gambar 9. Proses Panen

Panen dilakukan setelah jamur mencapai bobot 65 gr dengan ukuran lebar

tubuh buah 10-25 cm. Cara pemanenan menggunakan cutter, potong kira-kira 5

cm dari permukaan polibag atau baglog. Biarkan bekas potongan tersebut.

Selanjutnya polibag harus tetap terawat dengan baik. Polibag perlu disiram,

dijaga kelembaban dan suhunya sehingga dapat tumbuh jamur kembali untuk

panen berikutnya. Panen kedua dan seterusnya dapat dilakukan setiap 2-3 minggu

berikutnya. Setelah enam bulan, polibag-polibag tersebut harus diganti dengan

bibit yang baru. Sehingga, satu kali menanam bibit dapat dipanen enam kali.

Page 36: Jamur Kuping

28

Hasil panen dari 150 baglog di tempat PKL menghasilkan jamur kuping

seberat 6 kg atau rata-rata perbaglog menghasilkan jamur seberat 40 gram.

Rendahnya hasil panen karena kualitas nutrisi pada media (bekatul, kapur, dan

air), serta pengaruh lingkungan dan perawatan berupa kondisi suhu dan

kelembaban pada mushroom house (kumbung) yang kurang diperhatikan (Utoyo,

N ; 2010).

Page 37: Jamur Kuping

29

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktek kerja lapang di BPTP Karang Ploso diperoleh bahwa

teknik tentang budidaya jamur kuping yang pertama dilakukan adalah pembuatan

substrat tanam. Setelah itu dilakukan sterilisasi selama 6 jam. Setelah dilakukan

sterilisasi proses selanjutnya adalah inokulasi dengan bibit jamur 4-5%. Kemudian

dilakukan inkubasi1-2 bulan. Setelah miselium tumbuh hampir 90% untuk tahap

selanjutnya yaitu masa penumbuhan jamur. Semua baglog dipindahkan ke ruang

penumbuhan atau kumbung. Setelah 1 bulan atau setelah jamur mencapai bobot

65 gram dengan ukuran lebar tubuh buah 10-25 cm dilakukan proses pemanenan.

Adapun hasil panen dari 150 baglog menghasilkan jamur kuping seberat 6 kg atau

rata-rata perbaglog menghasilkan jamur kuping seberat 40 gram.

5.2.Saran

Dari hasil Praktek Kerja Lapang pada studi budidaya tentang jamur kuping

di BPTP karang ploso masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Kendala

tersebut berupa kebersihan tempat penyimpanan atau kumbung, tempat inokulasi

dan inkubasi yang kurang memadai dan kurang bersih sehingga terjadinya

kontaminasi yang cukup besar dan hasil panen yang tidak maksimal. Untuk itu

perlu dilakukan peninjauan kembali agar hasil panen lebih maksimal baik secara

kualitas maupun kuantitas.

Page 38: Jamur Kuping

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Budidaya Jamur Tiram Lebih Mudah Dengan Media Murah.http//www.cybertokoh.com/news/jamur.htm. Diakses Senin, 7 Juli2008.

Cahyana dan Muchroji. 2008. Budidaya Jamur Kuping. Jakarta : PenebarSwadaya.

Dewi, I. K. 2009. Efektivitas Pemberian Blotong Kering Terhadap PertumbuhanJamur Tiram Putih (Pleorotus ostreatus) Pada Media Serbuk Kayu.Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan. Jurnal. http://www.google.com/pdf. Diakses 23 Januari2010

Gunawan, Agustim W. 2005. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta : Penebarswadaya.

Hendritomo, H. I. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta : LilyPublisher.

Ismailiyati. 2006. Pemanfaatan Ampas Tebu dan Blotong Kering PG TasikmaduKaranganyar Sebagai Media Pertumbuhan Jamur Merang. SkripsiUniversitas Muhammadiyah Surakarta.

Martina, Lola. 2004. Blotong Menambah Isi Kantong. Jakarta : Intisari.

Maryati, S. 2009. Budidaya Jamur Kuping. Laporan Magang Universitas SebelasMaret Surakarta.

Parjimo dan Andoko, A. 2007. Budidaya Jamur. Jakarta : Agromedia Pustaka.

Sinaga, Meity Suradji. 2005. Jamur Merang dan Budidayanya. Jakarta : PenebarSwadaya.

Soenanto, H. 2000. Jamur Kuping. Semarang : Aneka Ilmu

Suriawiria, Unus. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta : Kanisius.

Utoyo, N. 2010. Bertanam Jamur Kuping di Lahan Sempit. Jakarta Selatan : :Agromedia Pustaka.

.