Iva Difteri
-
Upload
iva-dewi-permata-phily -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
Transcript of Iva Difteri
-
8/17/2019 Iva Difteri
1/14
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular,
disebabkan oleh Corynebacterium Diphtheriae dengan ditandai
pembentukan pseudo-membran pada kulit / atau mukosa.1
2.1 Etiologi
Corynebacterium Diphtheriae merupaka kuman batang gram positif,
tidak bergerak, pleomorfik, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, mati
dalam pemanasan 60°C, tahan dalam keadaan beku dan kering. Dengan
pewarnaan, kuman dapat tampak dalam susunan palisade, bentuk atau !,
atau merupakan kelompok dengan formasi mirip huruf "ina. #uman tumbuh
se"ara aerob, bisa dalam media sederhana, tetapi ebh baik dalam media yang
mengandung K-tellurit atau media loeffler. $ada membran mukosa manusia
C.diphtheriae dapat hidup bersama-sama dengan kuman diphtheroid saprofit
yang mempunyai morfologi serupa, sehingga untuk membedakan kadang-
kadang diperlukan pemeriksaan khusus dengan "ara fermentasi glikogen,
kan%i, glukosa, maltosa dan surosa.1
&e"ara umum, dikenal ' tipe utama C.diphtheriae yaitu tipe gra(is,
intermedius dan mitis, namun dipandang dari sudut antigenisitas sebenarnya
basil ini merupakan spesies yang bersifat heterogen dan mempunyai banyak
tipe serologi. )al ini mungkin bisa menerangkan mengapa pada seorang
pasien bisa terdapat kolonisasi lebih dari satu %enis C.diphtheriae. "iri khas
C.diphtheriae adalah kemampuannya memprduksi eksotoksin baik in (i(o
maupun in (itro. *ksotoksin ini merupakan suatu protein dengan berat
molekul 6+.000 delton, tidak tahan panas/"ahaya, mempunyai dua fragmen
-
8/17/2019 Iva Difteri
2/14
yaitu fragmen amino-terminal dan fragmen karboksi-terminal.
#emampuan suatu strain untuk membentuk toksin dipengaruhi oleh adanya
bakteriofag, toksin hanya bisa diproduksi oleh C.diphtheriae yang terinfeksi
oleh bakteriofag yang mengandung toxigene.1
ambar 1. Corynebacterium Diphtheriae
3.1 Epidemiologi
Difteria tersebar luas diseluruh dunia. ngka ke%adian menurun se"ara nyata setelah
perang dunia , umumnya tetapter%adi pada indi(idu yang berusia kurang dari 12 tahun
-
8/17/2019 Iva Difteri
3/14
yang tida mendapatkan imunisasi primer. meskipun demikian dalam suatu keadaan
wabah, angka ke%adian menurut ilmu tergantung status imunitas populasi setempat.
3aktor sosial ekonomi, pemukiman yang padat, nutrisi yang %elek, terbatasnya fasilitas
kesehatan, merupakan faktor penting ter%adinya penyakit. #ematian umumnya ter%adi
pada indi(idu yang belum mendapatkan imunisasi.1,4
#arier manusia yang asimptomatik dilaporkan men%adi reser(oar untuk
C.diphtheriae. nfeksi oleh C.diphtheriae d idapat melalui kontak dengan
pembawa / penderita aktif dari penyakit ini. akteri ini bisa ditransmisikan
melalui droplet ketika batuk, bersin, atau berbi"ara.4
5enurut laporan )7, difteri tersebar luas diseluruh dunia dan men%adi
endemik dibeberapa daerah berkembang didunia, termasuk asia, afrika,amerika selatan dan daerah mediterania.1,4,2
$enyakit ini mun"ul terutama pada bulan-bulan dimana temperatur lebih
dingin dinegara subtropis dan terutama menyerang anak-anak berumur
dibawah 12 tahun yang belum diimunusasi. ngka kesakitan dan kematian tahun
188+-1886 di 9umah &akit $ro(insi :akarta, &emarang, andung, $alembang dan ;%ung
$andang ternyata masih tetap tinggi.1
-
8/17/2019 Iva Difteri
4/14
#eterangan =
9&C5 > 9&. Dr. Cipto 5angunkusumo, :akarta?m > meninggal
9&)& > 9&. Dr. )asan &adikin, andung
9&& > 9&. Dr. ahidin &udiro )usodo, ;%ung $andang
9 > 9&. Dr. #ariadi, &emarang
9&; $5) > 9&. Dr.. 5uh. )usen, $alembang
$ada tahun +000 diseluruh dunia dilaporkan '0.000 kasus dan '.000
orang diantaranya meninggal karena penyakit ini. Di ndonesia, pada tahun
+011 dunia kesehatan masyarakat indonesia dike%utkan oleh adanya
penyebaran penyakit difteri di $rofinsi :awa
-
8/17/2019 Iva Difteri
5/14
menetapkan # #e%adian uar iasa penyakit difteri di %atim pada
7ktober +011. $enetapan status # dilakukan mengingat kasus ini telah
tersebar dihampir seluruh kabupaten / kota se-:awa
-
8/17/2019 Iva Difteri
6/14
5embran ini sukar terkelupas, kalau dipaksa lepas akan menimbulkan perdarahan.1,6
$ada pseudo-membran kadang dapat ter%adi infeksi sekunder dengan bakteri
misalnya,Streptococcus pyogenes. 5embran dan %aringan edematus dapat menyumbat %alan
nafas. angguan pernafasan /sufokasi bisa ter%adi dengan perluasan penyakit ke dalam
laring atau "abang trakea-bronkus.1
-
8/17/2019 Iva Difteri
7/14
Difteria hidung pada awalnya menyerupai common cold , dengan ge%ala pilek ringan
tanpa atau disertai ge%ala sistemik ringan. &ekret hidungpada awalnya serous berangsur
men%adi serosanguinus dan kemudian mukopurulen, menyebabkan le"et pada nares dan
bibis atas yang terlihat seperti impetigo. $ada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak
membran putih pada daerah septum nasi. bsorbsi toksin sangat lambat dan ge%ala
sistemik yang timbul tidak nyata sehingga diagnosis lambat dibuat. bsorbsi toksin
difteri pada hidung sangat lambat dan ge%ala sistemik yang timbul tidak nyata, sehingga
dalam penegakan diagnosis dibutuhkan waktu yang lebih lama. $ada penderita yang tidak
diobati, pengeluaran sekret akan berlangsung beberrapa hari sampai beberapa minggu,
dan ini merupakan sumber penularan. 1,6,G
.1.2 Difte#ia tonsil fa#ing
e%ala difteria tonsil-faring pada saat radang akut akan memberi keluhan nyeri
tenggorokan, demam sampai '@,2°C, nadi "epat, tampak lemah, nafas berbau, anoreksia
dan malaise. Dalam 1-+ hari kemudian timbul membran yang melekat, berwarna putih-
kelabu dapat menutup tonsil dan dinding faring, meluas ke u(ula dan palatum molle atau
ke bawah ke laring dan trakea. ;saha melepaskan membran akan mengakibatkan
pendarahan. Dapat ter%adi limfadenitis ser(ikalis dan submandibular, bila limfadenitis
ter%adi bersamaan dengan edema %aringan lunak leher yang luas, timbul bullneck .
&elan%utnya, ge%ala tergantung dari dera%at penetrasi toksin dan luas membran. $ada kasus
berat, dapat ter%adi kegagalan pernafasan atau sirkulasi. Dapat ter%adi paralisis palatum
molle baik uni maupun bilateral, disertai kesukaran menelan dan regurgitasi.&tupor,
koma, kematian bisa ter%adi dalam 1 minggu sampai 10 hari. $ada kasus sedang,
penyembuhan ter%adi berangsung-angsur dan bisa disertai penyulit miokarditis atau
neuritis. $ada kasus ringan membran akan terlepas dalam G-10 hari dan biasanya ter%adi
penyembuhan sempurna.1,6,@
.1.3 Difte#ia la#ing
Difteria laring biasanya merupakan perluasan difteri faring. $ada difteri faring primer
ge%ala toksik kurang nyata, oleh karena mukosa laring mempunyai daya serap toksin yang
rendah dibandingkan mukosa faring sehingga ge%ala obstruksi saluran nafas atas lebih
men"olok. $enderita denagn difteri laring sangat "endrung ter"ekik karena oedem
%aringan lunak serta bekuan nekrotik. e%ala klinis difteria laring sukar dibedakan dari
-
8/17/2019 Iva Difteri
8/14
tipe infeksious "roups yang lain, seperti nafas yang berbunyi, stridor yang progresif, suara
parau dan batuk kering. $ada obstruksi laring yang berat terdapat retraksi suprasternal,
interkostal dan suprakla(ikular. ila ter%adi pelepasan membran yang menutup %alan nafas
bisa ter%adi kematian mendadak.1,6,G,@
$ada kasus berat, membran dapat meluas ke per"abangan trakeobronkial. pabila
difteria laring ter%adi sebagai perluasan dari difteria faring, maka ge%ala yang tampak
merupakan "ampuran ge%ala obstruksi dan toksemia.1,@
.1.4 Difte#ia "%lit& '%l'o'aginal& "on(%ngti'a dan telinga
Difteria kulit, difteria (ul(o(aginal, difteria kon%ungti(a dan difteria telinga
merupakan tipe difteria yang tidak laim unusual . Difteria kulit berupa tukak di kulit,
tepi %elas dan terdapat membran pada dasarnya. #elainan "enderung menahun. Difteria
pada mata dengan lesi padakon%ungti(a berupa kemerahan, edema dan membran pada
kon%ungti(a berupa kemerahan, edema dan membran pada kon%ungti(a palpebra. $ada
telinga berupa otitis ekterna dengan sekret purulen dan berbau.1
.1. Pen)%lit
$enyulit difteria dapat ter%adi sebagai akibat inflamasi lokal atau akibat akti(itas
eksotoksin, maka penyulit difteria dapat dikelompokkan dalam obstruksi %alan nafas,
dampak eksotoksin terutama ke otot %antung, saraf dan gin%al, serta infeksi sekunder oleh
bakteri lain.1,@
*+t#%"si (alan nafas
Disebabkan oleh tertutupnya %alan nafas oleh membran difteria atau oleh karena
edema pada tonsil, faring, daerah submandibular dan ser(ikal.6,@
Dampa" to"sin
Dampak toksin dapat bermanifestasi pada %antung berupa miokarditis yang dapat
ter%adi baik pada difteria ringan maupun berat dan biasanya ter%adi pada pasien yang
terlambat mendapatkan pengobatan antitoksin.$ada umumnya penyulit miokarditis ter%adi
pada minggu ke-+, tetapi bisa lebih dini pada minggu pertama atau lebih lambat pada
minggu ke-6. 5anifestasi miokarditis dapat berupa takikardia, suara %antung redup,
terdengar bising %antung, atau aritmia. isa %uga ter%adi gagal %antung. #elainan
pemeriksaan elektrokardiogram dapat berupa ele(asisegmen &
-
8/17/2019 Iva Difteri
9/14
Pen)%lit pada sa#af
iasanya ter%adi lambat, bersifat bilateral,terutama mengenai saraf motorik dan
sembuh sempurna. ila ter%adi kelumpuhan pada palatum molle pada minggu ke-', suara
men%adi sengau, ter%adi regurgitasi nasal, kesukaran menelan. $aralisis otot mata biasanya
ter%adi pada minggu ke-2, meskipun dapat ter%adi antara minggu ke-2 dan ke-G. $aralisis
ekstremitas bersifat bilateral dan simetris disertai hilangnya deep tendon reflexes,
peningkatan kadar protein dalam likuor serebrospinal. $aralisis diafragma dapat ter%adi
pada minggu ke-2 dan ke-G sebagai akibat neuritis saraf frenikus.1
Infe"si se"%nde# +a"te#i
&etelah era penggunaan antibiotik se"ara luas, penyulit sekunder bakteri sudah sangat
%arang ter%adi.1
,.1.P#ognosis
$rognosis difteria setelah ditemukannya D& dan antibiotik lebih baik dari pada
sebelumnya. #eadaan demikian telah ter%adi di negara lain. Di ndonesia, pada daerah
kantong yang belum ter%amah imunisasi masih di%umpai kasus difteria berat dengan
prognosis buruk. 5enurut #rugman, kematian mendadak pada kasus difteria dapat
disebabkan oleh karena=1
1 obstruksi %alan nafas mendadak diakibatkan oleh terlepasnya membrana difteria
+ adanya miokarditis dan gagal %antung' paralisis diafragma sebagai akibat neuritis ner(us nefrikus.
nak yang pernah menderita miokarditis atau neuritis sebagai penyulit difteria, pada
umumnya akan sembuh sempurna tanpa ge%ala sisaH walaupun demikian pernah
dilaporkan kelainan %antung yang menetap.1
-.1 Im%nisasi
munisasi pasif diperoleh se"ara transplasental dari ibu yang kebal terhadap difteria
sampai 6 bulan dan suntikan antitoksin yang dapat bertahan selama +-' hari/minggu.
&edangkan imunitas aktif diperoleh setelah menderita aktif yang nyata atau inapparent
infection serta imunisasi toksoid difteria. munitas terhadap difteria dapat diukur dengan
u%i &"hi"k dan u%i 5oloney.1
DTp /$ole0ell pe#t%ssis dan DtaP /aell%le# pe#t%ssis
&aat ini telah ada (akksin Dta$ D
-
8/17/2019 Iva Difteri
10/14
Disamping (aksin D
-
8/17/2019 Iva Difteri
11/14
disuntikkan
spirasi semprit sebelum (aksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk ke
dalam (ena. pabila terdapat darah, buang dan ulangi dengan suntikan baru
;ntuk pemberian (aksin dengan lebih dari satu suntikan dapat diberikan pada bagian
ekstremitas berbeda.
;%i kepekaan &"hi"k menentukan kerentanan suseptibilitas seorang terhadap
difteria. ;%i &"hi"k dilakukan dengan menyuntikkan toksin difteria yang dilemahkan
se"ara intrakutan. ila tidak terdapat kekebalan tidak mempunyai antitoksin, toksin
akan menimbulkan nekrosis %aringanH makahasil disebut positif. Demikian sebaliknya,
apabila seorang mempunyai antitoksin, tidak mempunyai antitoksin, tidak menimbulkan
reaksi dan hasil dinyatakan negatif.1
;%i kepekaan 5oloney, lebih menentukan sensiti(itas terhadap produk bakteri dari
basil difteria. Dilakukan dengan "ara memberikan 0,1 ml larutan toksoid difteria se"ara
intradermal. 9eaksi positif bila dalam +4 %am timbul eritema I 10 mm, yang berarti
bahwa seorang telah mempunyai JpengalamanK dengan basil difteria sebelumnya
sehingga ter%adi reaksi hipersensiti(itas. #erugian u%i kepekaan 5oloney, toksoid difteria
bisa mengakibatkan timbulnya reaksi yang berbahaya.1
-.1 Pengo+atan
Um%m
$asien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusant enggorok negatif
+ kali berturut-turut. $ada umumnya pasien tetap diisolasi selama +-' minggu. stirahat
tirah baring selama kurang lebih +-' minggu, pemberian "airan serta diet yang adekuat.
#husus pada difteria laring di%aga agar nafas tetap bebas serta di%aga kelembaban udara
dengan menggunakan humidifier.1
K$%s%s
1.Antito"sin Anti Dip$t$e#ia Se#%m /ADS
ntitoksin harus diberikan segera setelah dibuat diagnosis difteria. Dengan
pemberian antitoksin pada hari pertama, angka kematian pada penderita kurang dari 1A.
Bamun dengan penundaan lebih dari hari ke-6 menyebabkan angka kematian ini bisa
meningkat sampai '0A.1
&ebelum pemberian D& harus dilakukan u%i kulit atau u%i mata terlebih dahulu, oleh
-
8/17/2019 Iva Difteri
12/14
karena pada pemberian D& dapat ter%adi reaksia nafilaktik, sehingga harus disediakan
larutan adrenalin 1=1000 dalam semprit. ;%i kulit dilakukan dengan penyuntikan 0,1m
D& dalam larutan garam fisiologis 1=1000 se"ara intrakutan. )asil positif %ikabila dalam
+0 menit ter%adi indurasi I 10 mm. u%i mata dilakukan dengan meneteskan 1 tetes larutan
serum 1=10 dalam garam fisiologis. $ada mata lain yang diteteskan garam fisiologis.
)asil positif bila dalam +0 menit tampak ge%ala hiperemis pada kon%ungti(a bulbi dan
lakrimasi. ila u%i kulit/mata positif, D& diberikan dengan "ara desensitisasi esredka.
ila u%i hipersensiti(itas tersebut di atasnegatif, D& harus diberikan sekaligus se"ara
intra(ena. Dosis D& ditentukan se"ara empiris berdasarkan berat penyakit dan lama
sakit, tidak tergantung pada berat badan pasien berkisar antara +0.000L1+0.000 # seperti
yang tertera pada tabel 2. $emberian D& intra(ena dalam larutan garam fisiologis
atau100m glukosa 2A dalam 1-+ %am. $engamatan terhadap kemungkinan efek samping
obat / reaksi sakal dilakukan selama pemberian antitoksin dan selama + %am berikutnya.
Demikian pula perlu dimonitor ter%adinya reaksi hipersensiti(itas lambat
serumsickness.1
2. Anti+ioti"
ntibiotik diberikan bukan sebagai pengganti antitoksin, melainkan untuk
membunuh bakteri dan menghentikan produksi toksin. $enisilin prokain 20.000-100.000
;/kg/hari selama 10 hari, bila terdapat riwayat hipersensiti(itas penisilin diberikan
eritromisin 40 mg/kg/hari.1
3.Ko#ti"oste#oid
elum terdapat persamaan pendapat mengenai kegunaan obat ini pada difteria.
Dian%urkan pemberian kortikosteroid pada kasus difteria yang disertai ge%ala =1
> 7bstruksi saluran nafas bagian atas dapat disertai atau tidak bullneck
> ila terdapat penyulit miokarditis. $emberian kortikosteroid untuk men"egah
miokarditis ternyata tidak terbukti. $rednison + mg/kg/hari selama + minggu
kemudian diturunkan dosisnya se"ara bertahap.
Pengo+atan pen)%lit
$engobatan terutama ditu%ukan untuk men%aga agar hemodinamika tetap baik. $enyulit
yang disebabkan oleh toksin umumnya re(ersibel. ila tampak kegelisahan, iritabilitas
serta gangguan pernafasan yangp rogresif merupakan indikasi tindakan trakeostomi.1
-
8/17/2019 Iva Difteri
13/14
Pengo+atan "onta"
$ada anak yang kontak dengan pasien sebaiknya diisolasi sampai tindakan berikutnya
terlaksana, yaitu biakan hidung dan tenggorokan serta ge%ala klinis diikuti setiap hari
sampai masa tunas terlampaui, pemeriksaan serologis dan obser(asi harian. nak yang
telah mendapat imunisasi dasar diberikan booster toksoid difteria.1
Pengo+atan "a#ie#
#arier adalah mereka yang tidak menun%ukkan keluhan, mempunyaiu%i &"hi"k
negatif tetapi mengandung basil difteria dalam nasofaringnya. $engobatan yang dapat
diberikan adalah penisilin 100 mg/kg/ hari oral/ suntikan, atau eritromisin 40
mg/kg/hari selama satu minggu. 5ungkin diperlukan tindakan tonsilektomi /
adenoidektomi.1
5.1 Penega$an
$en"egahan se"ara umum dengan men%aga kebersihan dan memberikanp engetahuan
tentang bahaya difteria bagi anak. $ada umumnya, setelah anak menderita difteria,
kekebalan terhadap penyakit ini sangat rendah sehingga perlu imunisasi. $en"egahan
se"ara khusus terdiri dari imunisasi D$< dan pengobatan karier. &eorang anak yang telah
mendapat imunisasi difteria lengkap, mempunyai antibodi terhadap toksin difteria tetapi
tidak mempunyai antibodi terhadap organisme nya. #eadaan demikian memungkinkans
oerang men%adi pengidap difteria dalam nasofaringnya karier atau menderita difteriaringan.1
-
8/17/2019 Iva Difteri
14/14