ITS-Master-12030-4107204716-Chapter1
-
Upload
supratno-arham -
Category
Documents
-
view
16 -
download
2
Transcript of ITS-Master-12030-4107204716-Chapter1
![Page 1: ITS-Master-12030-4107204716-Chapter1](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022072016/55cf9dcc550346d033af3d76/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran udara saat ini terutama pada kota-kota besar ataupun
kawasan-kawasan industri mulai dirasakan menjadi masalah yang cukup
memprihatinkan. Udara merupakan faktor lingkungan yang paling berhubungan
langsung dengan manusia yaitu untuk bernafas. Pencemaran terhadap udara
tentunya akan berakibat menurunnya kualitas kesehatan manusia selain juga
mahluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Komponen pencemar udara
yang paling berpengaruh adalah Karbon Monoksida (CO), Nitrogen Oksida
(NOx), Sulfur Oksida (SOx), Hidrokarbon (HC) dan Partikulat (PM).
Emisi NOx, SOx dan Partikulat merupakan emisi utama dari mesin diesel
kapal. Agar mesin diesel yang dipergunakan di kapal tidak melakukan
pencemaran udara sehingga tidak mengganggu kesehatan manusia dan tidak
merusak lingkungan sekitar maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang
bagaimana cara menurunkan emisi gas buang dengan pemilihan teknologi dan
metode apa yang tepat dalam mengatasi pencemaran udara akibat emisi yang
dikeluarkan oleh mesin diesel kapal.
Mesin diesel kapal adalah suatu mesin yang terbukti handal dan efisien
bahan bakar. Namun salah satu kekurangan/kelemahan mesin diesel adalah
adanya emisi pada gas buang yang berupa NOx, SOx, CO dan Partikulat yang
semuanya membahayakan kesehatan dan merusak kualitas udara, hujan asam
(HNO3 dan H2SO4) yang dapat mengakibatkan kanker juga gas CO yang dapat
mematikan apabila kita menghirupnya secara langsung, bertambahnya suhu bumi
akibat pertambahan CO2 atau Global Warming.
Buruknya kondisi kualitas udara akibat gas buang yang dikeluarkan mesin
diesel kapal mengakibatkan International Maritime Organization (IMO) mengatur
standar minimum emisi NOx dan SOx dalam ANNEX VI regulasi 13 dan 14.
Regulasi 13 menjelaskan batasan emisi NOx dari kapal seperti di bawah ini :
Dengan ketentuan sebagai berikut:
![Page 2: ITS-Master-12030-4107204716-Chapter1](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022072016/55cf9dcc550346d033af3d76/html5/thumbnails/2.jpg)
2
1. Peraturan ini berlaku untuk:
- Masing-masing kapal dengan daya output 130 KW yang dipasang pada kapal
yang dibangun setelah 1 Januari 2000.
- Setiap mesin diesel dengan daya output 130 KW yang telah dikonvensikan
setelah 1 Januari 2000.
2. Peraturan ini tidak berlaku untuk:
- Mesin yang dalam keadaan darurat, mesin yang dipasang pada sekoci
penyelamat ataupun disemua peralatan untuk keadaan bahaya.
- Mesin yang diletakkan pada kapal yang memiliki pelayaran yang terbatas,
atau kapal tersebut telah memiliki bendera dari administrasi dalam
mengendalikan emisi NOx.
Sementara itu regulasi 14 yang berisi peraturan tentang batasan emisi SOx
menjelaskan:
1. Kandungan sulfur di dalam bahan bakar yang digunakan pada kapal tidak
boleh melebihi 4.5% m/m.
2. Kandungan emisi SOx yang ada di kapal harus tetap dikontrol dan pada saat
kondisi berlayar: kandungan emisi gas buang yang dikeluarkan oleh kapal
tidak boleh lebih dari 1.5 % m/m, dan total emisi yang dikeluarkan dari mesin
hasil proses pembakaran dari setiap mesin diesel tidak boleh lebih dari 6 g
SOx/kWh atau lebih sedikit dari berat emisi SO2.
Telah banyak penelitian yang dilakukan dalam memberikan solusi
alternatif terhadap masalah penurunan emisi gas buang dari kapal antara lain
teknik yang diberikan oleh IMO yaitu:
1. Teknik dalam mengurangi emisi NOx yakni antara lain:
Penggunaan Bahan Bakar Rendah Nitrogen
Penurunan kadar nitrogen dalam bahan bakar akan secara otomatis
mengurangi pembentukan emisi NOx. Karena tidak mudah untuk mengurangi
begitu saja nilai nitrogen dalam bahan bakar, karenanya alternatif lain adalah
penggunaan bahan bakar metanol yang bebas nitrogen.
![Page 3: ITS-Master-12030-4107204716-Chapter1](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022072016/55cf9dcc550346d033af3d76/html5/thumbnails/3.jpg)
3
Emulsi
Penggunaan air yang dicampurkan dalam bahan bakar saat ini telah banyak
dilakukan. Penggunaan bahan bakar campuran ini dapat mengurangi emisi NOx
karena terjadinya proses ledakan mikro (micro explosion) dalam proses
pembakaran. Ledakan mikro ini terjadi karena perbedaan titik didih antara kedua
fluida.
Humidifikasi
Proses humidifikasi adalah dengan menyemprotkan air ke dalam aliran
udara masuk pada motor penggerak. Tujuan dari teknik ini adalah untuk
menurunkan suhu udara yang masuk kedalam ruang bakar yang pada akhirnya
temperatur pembakaran dapat diturunkan. Teknik ini diketahui dapat menurunkan
emisi NOx sampai 50%.
Miller System
Teknik ini dilakukan pertama kali oleh pabrik mesin Wartsila-NSD Sulzer
yaitu pada saat proses langkah hisap waktu terbukanya katup hisap diatur
sedemikian rupa untuk lebih lama agar kompresi rasio dapat diturunkan. Dengan
teknik ini akan diperoleh penurunan temperatur udara dan tekanan udara saat
proses pembakaran sehingga NOx dapat diturunkan. Penurunan dengan
penggunaan sistem ini mencapai 20%. Sistem ini semakin populer diterapkan
terutama bagi motor penggerak yang menggunakan turbocharger.
2. Teknik dalam mengurangi emisi SOx yakni antara lain:
De-sulphurisation
De-sulphurisation adalah proses pengolahan kembali produk bahan bakar
untuk mengurangi kandungan sulphurnya. Walau proses ini membutuhkan biaya
yang tinggi namun ada keuntungan yang diperoleh dari proses ini yaitu
didapatkannya sulphur untuk membantu proses industri terkait, misalnya industri
detergen, pulp, kulit dan lain sebagainya.
Disamping metode yang diberikan oleh IMO terdapat 3 jenis metode lain
yang sering diterapkan dalam menurunkan emisi NOx, SOx dan Partikulat yaitu:
![Page 4: ITS-Master-12030-4107204716-Chapter1](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022072016/55cf9dcc550346d033af3d76/html5/thumbnails/4.jpg)
4
1. Selective Catalytic Reduction (SCR) untuk mengurangi emisi NOx
Prinsip utama sistem Selective Catalytic Reduction (SCR) adalah
penggunaan urea ((NH2)2CO) atau amoniak (NH3). Bahan ini diinjeksikan ke
dalam aliran gas buang, dan NOx akan berubah menjadi N2 dan uap air. Reaksi
kimia yang terjadi seperti tertera di bawah ini:
2NO + 2NH3 + 1/2O2 = 2N2 + 3H2O
6NO2 + 8NH3 = 7N2 + 12H2O
Efisiensi dari sistem SCR ini sangat berarti untuk mengurangi emisi NOx yaitu
sebesar 90-95% dan menghasilkan nitrogen dan uap air yang tidak berbahaya bagi
lingkungan.
2. Seawater Exhaust Gas Scrubber untuk mengurangi emisi SOx
Prinsip utama sistem ini adalah mendinginkan gas buang sampai pada titik
embun dari gas buang tersebut dan mengakibatkan terjadinya kondensasi pada
SOx. Saat terjadinya pendinginan akibat kontak gas buang dengan air laut, dimana
air laut adalah asam natural dengan pH 8.1, terjadi kombinasi kerja yaitu
netralisasi dan pengenceran gas buang. Sistem ini awalnya banyak digunakan
sebagai sistem untuk de-sulphurisasi dalam industri, namun saat ini banyak
digunakan untuk aplikasi penurunan SOx di kapal. Dalam suatu kasus, emisi SOx
menurun dari 497 ppm menjadi 48 ppm dengan pH water scrubber menurun dari
8.01 menjadi 2.95, dari sifat basa menjadi sifat asam.
3. Electrostatics Precipitator (ESP) untuk mengurangi emisi Particulate
Matter (PM)
Prinsip utama sistem ini adalah menangkap atau mengikat debu yang
keluar dari hasil pembakaran dengan memberikan arus listrik tegangan tinggi pada
elektroda bermuatan positif yang terbuat dari pelat tembaga, kuningan ataupun
arang sehingga debu-debu akan termuati oleh muatan negatif akibatnya debu-debu
yang keluar dari hasil pembakaran tertarik atau terikat pada pelat-pelat yang
bermuatan positif dan gas bersih bergerak menuju cerobong asap. Debu-debu
yang terikat tadi kemudian ditampung pada pengumpul elektroda (collecting
![Page 5: ITS-Master-12030-4107204716-Chapter1](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022072016/55cf9dcc550346d033af3d76/html5/thumbnails/5.jpg)
5
electrode) dan kemudian jatuh ke bak penampung (dust hopper). Efisiensi dari
sistem ESP ini sangat berarti untuk mengurangi emisi Partikulat yaitu sebesar 90-
99% dan menghasilkan asap yang tidak berbahaya bagi lingkungan.
Dari semua teknik dan metode yang diberikan belum ada penelitian yang
paling optimal tentang hasil yang dicapai akibat dari penurunan emisi gas buang
tersebut, sehingga sangat perlu kiranya penelitian ini dilakukan.
Penelitian ini diawali dengan melakukan perbandingan dari hasil-hasil
penelitian terdahulu kemudian diidentifikasi dan pengukuran dilakukan terhadap
satu alat yang telah dibuat dan representatif. Data yang diperoleh kemudian diolah
melalui proses perhitungan, penggambaran, pemodelan, serta simulasi aliran
fluida pada alat yang dibuat (baik kondisi tetap maupun kondisi modifikasi
dengan memvariasikan bentuk dan ukuran alat), menggunakan paket program
ANSYS (CFD FLUENT dan GAMBIT). Hasil running simulasi di ANSYS CFD
FLUENT, berupa distribusi tekanan, kecepatan fluida, diameter kawat, jarak
antara kawat dengan kawat dan jarak sekat antara pelat dengan pelat kemudian
dianalisis untuk menghitung kecepatan aliran dan kandungan yang terdapat dalam
aliran tersebut yang paling optimal sesuai dengan aturan IMO yaitu MARPOL
Annex VI.
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan rekomendasi bagi
galangan atau para pemilik kapal dalam pemilihan mesin diesel kapal yang tepat
dalam mengatasi masalah pencemaran udara sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas udara yang lebih bersih.
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah
Permasalahan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah
sampai sejauh mana kinerja dari penelitian alat dengan memakai metode ESP
yang dilakukan. Permasalahan utama tersebut diuraikan lebih detail menjadi
beberapa tahap permasalahan, antara lain :
1. bagaimana desain (bentuk badan ESP) serta kinerja (kecepatan aliran dan hasil
penurunan gas buang yang dihasilkan. (kondisi tetap) ?
![Page 6: ITS-Master-12030-4107204716-Chapter1](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022072016/55cf9dcc550346d033af3d76/html5/thumbnails/6.jpg)
6
2. bagaimana memodelkan dan mensimulasikan aliran fluida pada ESP dan
cerobong pada saat kondisi tetap maupun pada kondisi perubahan kecepatan
putaran mesin (modifikasi) ?
3. apakah ada kemungkinan kenaikan efisiensi (penurunan kadar emisi gas
buang) yang dibutuhkan untuk mencapai kadar emisi yang paling optimal, dari
hasil simulasi terhadap model yang dibuat ?
4. bagaimana perhitungan sistem CFD (kondisi modifikasi) yang menghasilkan
kinerja ESP yang optimal (kandungan emisi gas buang kapal dapat dicapai
sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh IMO yaitu MARPOL Annex VI)
Untuk menjawab permasalahan yang ada maka dilakukan pembatasan
masalah, sebagaimana berikut ini :
1. penelitian dilakukan terhadap salah satu metode penurunan emisi gas buang
yang terdapat seperti uraian diatas yaitu tipe Electrostatics Precipitator (ESP);
2. data diambil dari beberapa hasil penelitian sebelumnya yang representatif ;
3. tipe yang dipakai adalah tipe wire plate dimana bentuk badan atau design ESP
dibuat tetap, jumlah, panjang, lebar dan jarak tiap collecting plate, dibuat
bervariasi yang kemudian dioptimasikan ;
4. modifikasi dilakukan dengan putaran mesin (rpm) pada kecepatan servis dan
mempergunakan jenis bahan bakar Marine Fuel Oil (MFO);
5. modifikasi dilakukan dengan memvariasikan ukuran ESP meliputi panjang,
tinggi plat pengumpul (collecting plate), jumlah plat pengumpul dan jarak
antara plat dengan plat.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
1. mendapatkan desain (bentuk dan ukuran ESP) serta kinerja aktual yang paling
optimal (menurunkan kadar emisi gas buang secara optimal dengan biaya
yang lebih murah);
2. mengetahui pengaruh hasil penelitian sebelumnya dan membandingkannya
terhadap kecepatan fluida yang melalui ESP melalui model dan simulasi
aliran fluida pada gas buang kapal dan cerobong ;
![Page 7: ITS-Master-12030-4107204716-Chapter1](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022072016/55cf9dcc550346d033af3d76/html5/thumbnails/7.jpg)
7
3. mendapatkan penempatan sistem ESP (kondisi modifikasi) yang
menghasilkan kinerja yang optimum (kandungan emisi gas buang kapal dapat
dicapai sesuai aturan IMO yaitu MARPOL Annex VI).
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain
1. terpenuhinya salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan studi
pascasarjana strata-2 (program magister) di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya ;
2. mengetahui kinerja dari salah satu metode penurunan kadar emisi gas buang
yang paling optimal yang pernah diteliti sebelumnya, melalui pemodelan dan
simulasi di komputer, sehingga alternatif modifikasi penempatan metode
penurunan kadar emisi gas buang yang akan dibuat tidak harus dilakukan
secara langsung pada kapal sesungguhnya yang akan membutuhkan biaya,
waktu, tenaga, dan resiko kegagalan relatif besar ;
3. memberikan informasi dan rekomendasi teknis mengenai alternatif
penempatan metode penurunan kadar emisi gas buang mesin diesel yang
handal dan hemat kepada galangan atau para pemilik kapal, guna pemilihan
dan penggunaan teknologi yang tepat dalam menerapkan metode tersebut
sehingga pencemaran udara dapat diatasi dan kapal tersebut dapat tetap laik
laut ;
4. menjadi bahan dasar untuk memberikan sertifikasi/penerbitan sertifikat,
"International Air Pollution Prevention (IAPP) Certificate" sesuai persyaratan
dalam Regulasi 5 dari ANNEX VI;
5. menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
permasalahan yang sama.
![Page 8: ITS-Master-12030-4107204716-Chapter1](https://reader035.fdocument.pub/reader035/viewer/2022072016/55cf9dcc550346d033af3d76/html5/thumbnails/8.jpg)
8
“Halaman ini sengaja dikosongkan ...”