ISSN: 2087-7986 PUBLIKASI ILMIAHfani_ts.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · TENGAH DAS...
Transcript of ISSN: 2087-7986 PUBLIKASI ILMIAHfani_ts.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/... · TENGAH DAS...
PUBLIKASI ILMIAH PROPOSAL PENELITIAN
PENULIS
FEBRIANE PAULINA MAKALEW
JEANELY RANGKANG
ARSYUNI ALI MUSTARI
ROSSY TIMUR WAHYUNINGSIH
NIRWAN NASRULLAH
YOHANIS TULAK TODINGRARA’
ISKANDAR RAHIM
FANI YAYUK SUPOMO
DIYANTI
DODDY ARI S.
EDITOR
MUH.SALEH PALLU LAWALENNA SAMANG
M. W. TJARONGE HERMAN PARUNG
S.A. ADISASMITA M. ARSYAD THAHA
A. BAKRI MUHIDDIN
ISSN: 2087-7986
DITERBITKAN OLEH
PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN VOLUME XXXVI- SEPTEMBER 2016
ALAMAT:
Jalan Poros Gowa – Malino KM. 7 Sulawesi Selatan
Tel. 0411-580373, Fax. 0411-580373
Email: [email protected]
http://www.civileng-unhas.ac.id
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016
Penaggung Jawab
Dr.-Ing.Ir.Wahyu H. Piarah, MSME
Pimpinan Umum Prof.Dr.Ir.Lawalenna Samang, MS., M.Eng.
Pimpinan Redaksi Prof.Dr.Ir.Muh.Saleh Pallu, M.Eng.
Dewan Redaksi Prof.Dr.rer.nat. Ir. A.M. Imran Oemar
Ir. Baharuddin Mire, MT.
Dr.Ir. Andani, M.T.
Dr. Daeng Paroka, ST, MT.
Baharuddin Hamzah, ST, M.Arch, Ph.D.
Reviewer Prof.Dr.Ir.Trisutomo, MS.
Prof. Dr. Ir. Muh. Ramli Rahim, M.Eng.
Prof.Dr.-Ing. M.Yamin Jinca, MSTr.
Prof.Dr.Ir.Shirly Wunas, DEA
Prof.Dr.Ir.Nadjamuddin Harun, MS.
Prof.Dr.Ir.Mary Selintung, M.Sc.
Prof.Dr-Ing. Herman Parung, M.Eng.
Dr.Ir.Muhammad Ramli, MT.
Dr.Ir.M.Arsyad Thaha, MT.
Dr.Ir.Rudy Djamaluddin, ST., M.Eng.
Ir.Achmad Bakri Muhidding, M.Sc., PhD.
Redaktur Pelaksana Prof.Dr.M. Wihardi Tjaronge, ST, M.Eng.
Prof.Ir.Sakti Adi Adjisasmita,MS.,M.Sc.Eng.,PhD.
Dr.Eng.Tri Harianto, ST., M.Eng.
Dr.Eng.Mukhsan Putra Hatta, ST., MT.
Dr.Eng.A. Arwin Amiruddin, ST., MT.
Dr. Eng.Muhammad Isran Ramli, ST., MT.
Dr. M.Asad Abdurahman, ST., M.Eng., PM.
Sekretariat Hasdiana, ST.
SUSUNAN REDAKSI
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016
VOLUME XXXVI
Editorial
Para pembaca yang kami muliakan,
PUBLIKASI ILMIAH ini sebagai kumpulan makalah yang ditulis oleh mahasiswa
program doktor Teknik Sipil Universitas Hasanuddin. Makalah tersebut merupakan salah
satu persyaratan mahasiswa S-3 untuk mengikuti ujian kualifikasi doktor dan diterbitkan
secara berkala oleh jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Isi
makalah terdiri dari rencana penelitian disertasi yang menggambarkan ide dan gagasan
topik penelitian berbagai disiplin ilmu, baik dari kelompok bidang Teknik Sipil maupun
dari kelompok bidang non-Teknik Sipil dan juga sebagai wadah komunikasi ilmiah dan
menyebarluaskan rencana penelitian dan hasil penelitian dari para mahasiswa pascasarjana.
Kami telah berupaya menyajikan publikasi ini menjadi karya inovatif dari mahasiswa S3
untuk dapat bermakna bagi kita semua, terutama para akademisi termasuk mahasiswa
pascasarjana mengenal perkembangan ilmu ketekniksipilan. Namun kami menyadari
bahwa masih ada kekurangannya, karena itu para pembaca diharapkan untuk memberikan
masukan yang berharga pada penyempurnaan terbitan berikutnya.
Kepada para pembaca, kami ucapkan banyak terima kasih dan selamat berkarya untuk
Bangsa dan Negara.
Salam
Redaksi
Alamat Redaksi
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jalan Poros Malino KM-14,5, Gowa 90245
Telp. 0411-587636, Fax. 0411-580505
Email:[email protected]
Website:http://www.civileng-unhas.ac.id
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016
VOLUME XXXVI
DAFTAR ISI
FEBRIANE PAULINA MAKALEW 1 - 10
Kapasitas Jalur Pejalan Kaki dan Pola Pergerakan Anak Sekolah di Wilayah Urban dan
Rural
JEANELY RANGKANG 11 - 20
Studi Eksperimental Tingkat Infiltrasi Pada Model Eco-Concrete Paving Block
ARSYUNI ALI MUSTARY 22 - 32
Model Revetment Block Precast Hexagonal Kombinasi Vegetasi Rumput Sebagai
Perkuatan Tebing Sungai
ROSSY TIMUR WAHYUNINGSIH 33 - 43
Studi Sistem Monitoring Deteksi Delaminasi Perkuatan GFRP Pada Balok Beton
Bertulang
NIRWAN NASRULLAH 44 - 54
Kajian Perilaku Peralihan Pengguna Moda Angkutan Pribadi ke Moda Angkutan Umum
dalam Perjalanan di Kabupaten Takalar
YOHANIS TULAK TODINGRARA’ 55 - 64
Studi Karakteristik Mikro Struktur Dan Tegangan Pada Material Berbasis Olahan Kapur
ISKANDAR RAHIM 65 - 74
Model Distribusi Sedimen Untuk Manajemen Umur Layanan Waduk
FANI YAYUK SUPOMO 75 - 84
Model Reduksi Debit Puncak di Hulu Sampai Tengah DAS Guna Penurunan Elevasi Muka
Air Banjir
DIYANTI 85 - 92
Pengaruh Restorasi Terhadap Morfologi Sungai Dalam Usaha Mereduksi Banjir di Daerah
Perkotaan
DODDY ARI S. 93 - 101
Kajian Pemilihan Moda Komuter Berdasarkan Persepsi Keselamatan Menuju Terciptanya
Transportasi yang Berkelanjutan
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016 |75
MODEL REDUKSI DEBIT PUNCAK DI HULU SAMPAI
TENGAH DAS GUNA PENURUNAN ELEVASI MUKA AIR
BANJIR
Fani Yayuk Supomo1, M. Saleh Pallu2, Rita Tahir Lopa3 dan M. Arsyad Thaha4
1.Mahasiswa Program S3 Teknik Sipil Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 6, Gowa, Telp. 0816-1397155 email : [email protected] 2.
Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 6, Gowa, Telp. 0811-444983 email :[email protected] 3.
Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 6, Gowa, Telp. 0813-8126-6719 email : [email protected] 4.
Staf Pengajar Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Malino Km. 6, Gowa, Telp. 0812-42985988 email : [email protected]
ABSTRAK Banjir yang melanda DKI Jakarta merupakan bencana yang melibatkan 3 wilayah sekaligus. Tingkat curah
hujan yang tinggi dengan tutupan lahan yang sudah beralih fungsi menjadi pemukiman maupun jalan
menjadikan limpasan yang terjadi menuju hilir semakin besar. Kerugian akibat banjir di bagian hilir Sungai
Ciliwung dirasa cukup besar baik dari segi material maupun non material. Limpasan langsung pada alirang
sungai ciliwung sejak tahun 2013 yang meningkat sebesar 50% (bagian hulu) dan 15% (bagian hilir)
mengakibatkan resiko kerugian akibat banjir di bagian hilir lebih besar. Penelitian ini dilakukan dengan
memberikan analisis model hidrograf guna penurunan debit puncak dari hulu menuju tengah aliran Sungai
Ciliwung. Reduksi debit yang diharapkan adalah sebesar 10% dengan penggunaan HSS ITB dan HSS
Gamma I. Pemodelan ini akan dianalisis dengan bantuan software MIKE 11 untuk debit aliran dari hulu dan
software iRIC untuk debit aliran di bagian tengah.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan temuan baru
berupa Model Reduksi Limpasan dan Hidrograf pada bagian tengah Ciliwung sebagai debit input menuju
bagian hilir aliranserta didapatkan potensi dan faktor yg berpengaruh pada pengurangan debit banjir dengan
pemanfaatan infrastruktur pengendali/konservasi efektif didasarkan dengan kondisi tata guna lahan, maupun
wilayah tangkapan di DAS Ciliwung.
Kata Kunci : curah hujan, tutupan lahan, limpasan, hidrograf
1. PENDAHULUAN
Banjir di wilayah Jakarta memiliki siklus banjir besar setiap lima tahun sekali. Pada
pertengahan tahun 2013, banjir besar kembali melanda Jakarta. Banjir ini menyebabkan
sebagian lebih kota Jakarta terendam air bahkan sampai menggenangi Istana Negara.
Aktivitas ekonomi, akses transportasi dan listrik dibuat lumpuh (Cipta Karya, 2013).
Menurut Badan Penanggulangan Bencana DKI Jakarta, banjir tersebut telah menggenangi
500 RT dan 204 RW di 44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan di DKI Jakarta.
Jumlah penduduk yang terendam 25.276 keluarga atau 94.624 jiwa, dan pengungsi
mencapai 15.447 jiwa.
Banjir periodik yang terjadi di Jakarta telah mengalami peningkatan akhir-akhir ini, dan
salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan frekuensi banjir yang terjadi di Jakarta di
sebabkan oleh meningkatnya debit banjir sungai Ciliwung yang berasal dari Daerah Aliran
Sungai Ciliwung. Penahan yang terdapat pada hulu aliran sungai, tidak memberikan
kontribusi yang besar pada pengurangan debit limpasan. Hal yang berpengaruh besar pada
volume aliran limpasan adalah intensitas curah hujan yang terjadi pada wilayah yang
dipengaruhi kondisi tangkapan hujannya. Adapun hal yang memiliki andil besar dalam
menurunkan debit aliran puncak, yaitu menempatkan fasilitas penyimpanan air hujan
melalui titik koordinat masing-masing wilayah sub DAS aliran sungai tersebut.
Berbagai pemodelan yang dikembangkan, baik pemodelan dengan Desain Low Impact
Development (LID), maupun pemodelan dengan memaksimumkan perubahan tata guna
lahan tidak terlepas dari pengaruh tingkat perpindahan penduduk, secara teoritis,
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016 |76
berdasarkan rumus debit banjir, dapat dijelaskan bahwa jika tata guna lahan mengalami
perubahan maka waktu pengaliran dari titik terjauh wilayah studi menuju titik pengamatan
akan berubah pula, dengan syarat kondisi curah hujan sama. Penggunaan lahan memiliki
dimensi ruang yang berkaitan dengan pola penggunaan lahan dan dimensi waktu yang
berkaitan dengan perubahan pola penggunaan lahan. Dengan demikian penggunaan lahan
di suatu wilayah bersifat dinamis dari waktu ke waktu. Pola penggunaan lahan, secara
tidak langsung merubah fungsi hidrologi daerah aliran sungai (DAS) yaitu sebagai
transmisi air (transmit water), fungsi penyangga (buffering) dan fungsi pelepasan air
secara bertahap (gradually releasewater). Wilayah tinjauan dapat dibagi menjadi sub
catchment area, dikarenakan tiap tata guna lahan memiliki nilai koefisien limpasan yang
berbeda-beda maka bila luasan tiap tata guna lahan diketahui, nilai koefisien limpasan
masing-masing sub catchment area dan catchment area secara keseluruhan dapat
diperoleh.
Letak geografis DAS ciliwung, terdapat pada 6037
’48
” – 6
046
’12 LS dan 106
049
’48
” -
10700
’0
” BT. Menurut data Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, DAS
Ciliwung meliputi areal 370.8 km2 dengan panjang sungai utamanya 124.1 km yang
terbagi kedalam tiga bagian yaitu hulu, tengah dan hilir, masing-masing dengan stasiun
pengamatan arus sungai di Bendung Katulampa Bogor, Ratu Jaya Depok dan Pintu Air
Manggarai Jakarta Selatan. Hulu DAS Ciliwung merupakan faktor utama supply debit
terbesar pada bendung katulampa. Perubahan lahan di kawasan hulu DAS Ciliwung dalam
beberapa tahun terakhir ini telah mengakibatkan berubahnya fungsi hidrologi DAS, yang
secara nyata telah meningkatkan frekwensi dan intensitas banjir bagi DKI Jakarta yang
melewati Sungai Ciliwung. Akibat perubahan lahan yang terjadi dalam dua dekade ini,
debit banjir yang terjadi meningkat sebesar 68% untuk Ciliwung Hulu dan 24% untuk
Ciliwung Tengah, sedangkan volume banjir yang terjadi meningkat sebesar 59 % untuk
Ciliwung hulu dan 15 % untuk Ciliwung Tengah. Untuk mengurangi debit banjir sungai
Ciliwung yang terjadi di Jakarta dapat dilakukan dengan mengurangi dan mengendalikan
debit banjir dan volume banjir yang terjadi di DAS ciliwung hulu dan tengah dengan cara
menampung sementara air semaksimal mungkin dalam kolam tampungan sebelum masuk
ke sungai Ciliwung.
Berdasarkan data yang ada, diketahui bahwa DAS Ciliwung Bagian Hulu mempunyai
curah hujan rata-rata sebesar 2929 - 4956 mm/ tahun. Perbedaan bulan basah dan kering
sangat menyolok yaitu 10,9 Bulan basah per tahun dan hanya 0,6 bulan kering per tahun.
Bagian tengah dari DAS Ciliwung mencangkup areal seluas 16.706 Ha yang merupakan
daerah bergelombang dan berbukit-bukit dengan variasi elevasi antara 100 m sampai 300
m dpl. Bagian tengah ini terdapat dua anak sungai yaitu Cikumpay dan Ciluar yang
bermuara di Sungai Ciliwung. Bagian tengah ini didominasi area dengan kemiringan
lereng 2-15%. Kemiringan Lereng DAS diatas kota Depok dibagi menjadi 5 kelas, mulai
dari topografi yang bergelombang/perbukita sampai lereng sangat curam.
Permasalahan inti dari penelitian ini, adalah menganalisa nilai debit puncak (upstream) di
Bendung Katulampa yang akan dijadikan Q input dalam proses pengolahan data yang
kemudian dapat digunakan untuk menentukan model hidrograf pada aliran di bagian
tengah Sungai Ciliwung sehingga mendapatkan konservasi yang tepat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besaran debit banjir tersebut akan diperhitungkan sesuai dengan tingkat
keutamaannya. Model hidrograf yang akan didapatkan menjadi besaran debit output dari
Bendung Ratu Jaya menuju bagian hilir aliran Sungai Ciliwung.
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016 |77
2. LANDASAN TEORI
2.1.Sistem Hidrologi dan Hidrolika Konsep dasar yang digunakan dalam setiap hidrologi adalah Daur Hidrologi. Konsep Daur
Air (hydrologic cycle) merupakan titik awal pengetahuan mengenai hidrologi. Dalam
siklus air yang tidak berpangkal dan tidak berakhir, air berpindah dari laut ke udara
(atmosfer) terus kepermukaan bumi dan kembali lagi ke laut, serta dalam perjalanannya
untuk sementara akan tertahan di tanah ataupun sungai dan tersedia untuk dimanfaatkan
oleh manusia dan makhluk hidup lainnnya serta kembali ke udara. Silkus hidrologi yang
merupakan siklus air yang terjadi, dengan intensitas curah hujan yang tinggi, maka dapat
diartikan sebagai banjir.
Gambar 1. Siklus Hidrologi
Lima faktor penting penyebab banjir antara lain: (i) Curah hujan (ii) Karakteristik daerah
aliran sungai (DAS) (iii) Kemampuan alur sungai mengalirkan air banjir (iv) Perubahan
tata guna lahan dan (v) Pengelolaan sungai meliputi tata wilayah, pembangunan sarana dan
prasarananya hingga tata pengaturanya. Keseluruhan komponen tersebut juga digunakan
dalam perencanaan hidrolika sebagai aspek aliran saluran terbuka yang dalam hal ini
merupakan keseluruhan badan sungai Ciliwung.
2.2. Perhitungan Debit Banjir
Model hidrologi adalah satu set pernyataan-pernyataan matematika yang menyatakan
hubungan antara fase- fase dari siklus hidrologi dan menggambarkan penyederhanaan
sistem alam seperti proses hidrologi yaitu hubungan antara intensitas hujan dan limpasan
yang terjadi dalam suatu daerah aliran sungai. Model hidrologi penting untuk aplikasi yang
berhubungan dengan pengelolaan daerah aliran sungai seperti perencanaan sumber daya air
kawasan, pengembangan dan 7 manajemen sumber daya air kawasan, perencanaan dan
memprediksi banjir, kuantitas dan kualitas air kawasan, hydro-ekologi dan pengaruh iklim
pada kawasan. Model hidrologi deterministik adalah model matematika yang hasil
akhirnya diketahui melalui kejadian-kejadian dan proses yang saling berhubungan yang
ada di dalam daerah aliran sungai tersebut. Berdasarkan spasial model hidrologi kawasan
terdiri dari model mengumpul ( lump ) dimana dalam analisisnya di lakukan pada
keseluruhan DAS dan model terdistribusi ( Distributed ) dimana dalam analisisnya
dilakukan pada sub das-sub das dan akhirnya dilakukan analisa sebagai satu kesatuan
DAS. Beberapa penggunaan rumus-rumus guna penentuan debit banjir yaitu :
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016 |78
1. Rumus Rasional
𝑄 = 0.278𝐶𝐼𝐴…………………………………………...………………...………. (1)
dimana, Q : debit banjir; C : koefisien pengaliran; I : intensitas curah hujan dan A : luasan
masing-masing tata guna lahan. Untuk mendapatkan nilai koefiesien aliran (limpasan),
dapat diperoleh dengan
total
nnn
xA
CAC
1
……………………………...…………………………………. (2)
2. Metode Polygon Thiessen
Perhitungan hujan rata-rata daerah dilakukan dengan memperhitungkan daerah pengaruh
tiap titik pengamatan.
𝑑 = 𝐴𝑖𝑑𝑖
𝐴
𝑛𝑖=1 ……………………………………………………………...…. (3)
3. Intensitas Curah Hujan
Karena metode rasional belum dapat memunculkan informasi kala ulang dibuat Intensitas
Durasi Frekuensi (IDF) dengan menggunakan metode Mononobe untuk mencari intensitas
hujannya, yaitu
𝐼 =𝑅24
24
24
𝑡
23 …………………………………………..……………………. (4)
4. Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi dibagi menjadi dua yaitu waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air
melalui permukaan tanah ke saluran terdekat (tof: time overland flow) dan waktu untuk
mengalir di dalam salurannya ke tempat yang diukur (tdf: time detention flow).
𝑡𝑐 = 0.87𝐿2
1000 𝑥 𝑆
0.385
………………………………………….…………………..…. (5)
𝑡𝑜𝑓 = 2
3𝑥3.28𝑥𝐿𝑥
𝑛𝑑
𝑆
0.167
………………………………….………..…….…….(6)
𝑡𝑑𝑓 =𝐿𝑠
60𝑥𝑉 …………….…………………………………………………... (7)
tdftoftc
………………………………………….…………………..…. (8)
5. Koefisien Aliran (Limpasan)
Besarnya koefisien pengaliran antara lain dipengaruhi oleh keadaan hujan, luas dan bentuk
daerah pengaliran, kemiringan DAS, daya infiltrasi dan perkolasi tanah. Debit aliran sungai
terdiri dari beberapa komponen, yaitu aliran langsung dan limpasan permukaan. Diantara
komponen tersebut limpasan permukaan penyumbang terbesar kejadian banjir. Limpasan
permukaan (Direct Run Off) merupakan besarnya air yang mengalir pada permukaan tanah
yang disebabkan oleh hujan. Besarnya aliran permukaan ini yang akan menyebabkan besar
kecilnya air yang mengalir atau tertampung menjadi debit aliran pada sungai atau DAS.
6. Hidrograf Satuan
Hidrograf adalah suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara debit dengan waktu.
Hasil yang diperoleh dari grafik tersebut nantinya adalah sebuah lengkung hidrograf.
Komponen-komponen yang merupakan sumber-sumber penyebab pengaliran di dalam
sungai terdiri dari : (1) aliran permukaan (surface runoff); (2) aliran bawah tanah (sub
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016 |79
surface flow); (3) aliran air tanah (groundwater flow), (4) air yang berasal langsung dari
hujan (channel precipitation).
Gambar 2. Perinsip Hidrograf Satuan
Bentuk lengkung hidrograf tergantung pada pada karakteristik hujan yang mengakibatkan
aliran. Pada umumnya semakin besar intensitas hujannya semakin tinggi puncak
hidrografnya. Untuk menentukan besarnya banjir di dalam sungai, perlu diketahui besarnya
aliran langsung (direct runoff) yang disebabkan oleh hujan. Hidrograf tersebut dipisah
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Aliran langsung (direct runoff) atau aliran hujan yaitu aliran permukaan sungai
(channel precipitation), dan aliran bawah tanah (interflow).
2. Aliran air tanah atau aliran dasar (base flow)
Hidrograf satuan síntesis memiliki beberapa metode perhitungan untuk membentuk grafik
tersebut. Adapun metode perhitungan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
HSS ITB dan HSS Gamma I. Analisis oleh kedua metode itu dilakukan pada pemodelan
hidrograf yang dibentuk, kemudian dilakukan perbandingan antara hasil pengukuran di
lapangan dengan hasil perhitungan hidrograf banjir kedua metode tersebut yang
selanjutnya dengan menggunakan parameter statistik berupa koefisien korelasi (R) dapat
diperoleh metode mana yang memiliki hubungan paling dekat dengan hasil pengukuran
debit dilapangan.
Hidrograf Satuan Sintesis ITB
Komponen penting pembentuk hidrograf satuan ini meliputi :
(1) Tinggi dan durasi hujan satuan
Tinggi hujan satuan yang umum digunakan adalah 1 inchi atau 1 mm. Durasi hujan satuan
umumnya diambil Tr = 1 jam, namun dapat dipilih durasi lain asalkan dinyatakan dalam
satuan jam (misal 0.5 jam, 10 menit = 1/6 jam). Jika durasi data hujan semula dinyatakan
dalam 1 jam, jika diinginkan melakukan perhitungan dalam interval 0.5 jam, maka tinggi
hujan setiap jam harus dibagi 2 dan didistribusikan dalam interval 0.5 jam.
(2) Time Lag (TL), Waktu Puncak (TP), dan Waktu Dasar (Tb);
Rumus time lag yang digunakan merupakan penyederhanaan dari rumus Snyder yaitu
:𝑇𝐿 = 𝐶𝑡0.81225𝐿0.6………………………………………………………………. (9)
Koefisien Ct diperlukan dalam proses kalibrasi harga Tp. Harga standar koefisien Ct adalah
1.0, jika Tp perhitungan lebih kecil dari Tp pengamatan, harga diambil Ct> 1.0 agar harga
Tp membesar. Jika Tp perhitungan lebih besar dari Tp pengamatan, harga diambil Ct< 1.0
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016 |80
agar harga Tp akan mengecil. Proses ini diulang agar Tp perhitungan mendekati Tp
pengamatan.
Rumus waktu puncak (TP) yaitu :
rLP TTT 50.0 ……………………………………………………….....…. (10)
Hidrograf Satuan Sintesis Gamma I
Komponen hidrograf satuan sintetik Gama 1 yang dicari terdiri dari 4 (empat) variabel
pokok yaitu: waktu naik/time to rise (TR), debit puncak/peak discharge (QP), waktu
dasar/time to base (TB) dan koefisien tampungan (K), dengan persamaanpersamaan (Harto,
1993) sebagai berikut:
277.10665.1100
43.0
3
SIMSF
LTR ………………………………........…. (11)
𝑄𝑃 = 0.1836𝐴0.5886𝑇𝑅−0.4008𝐽𝑁
0.2381………………………………..…....... (12)
𝑇𝐵 = 27.4132𝑇𝑅0.1457𝑆−0.0986𝑆𝑁
0.7344𝑅𝑈𝐴0.2574……………..…….....… (13)
1.3. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Pengelolaan daerah aliran sungai, tidak saja berhubungan dengan masalah teknis semata-
mata tetapi juga masalah sosial ekonomi yang sifatnya sangat kompleks. Penilaian
menggenai keberhasilan pengelolaan DAS secara praktis dapat ditinjau dari segi tata airnya
yaitu: (1) Stabilitas debit, air sungai pada musim kemarau dan musim penghujan seimbang
(2) Fluktuasi debitnya setiap tahun semakin menurun (3) Kadar lumpurnya semakin
berkurang dan (4) Kadar unsur hara terpelihara.
1.4. Penggunaan Software MIKE 11 dan iRIC
MIKE 11 merupakan program 1 dimensi dengan full dynamic wave untuk mengeksekusi
hidrograf inflow yang masuk ke sistem sungai menjadi fluktuasi aliran di sungai tersebut.
Program ini digunakan untuk menganalisa Open Chanel Flow. MIKE 11 terintegrasi penuh
dengan GIS modeling untuk manajemen pengendalian banjir. Pembangunan model ini
dilakukan pada ArcView GIS, dengan Pre-processing yaitu Floodplain Schematization
dan Post-processingyaitu :Flood Depth maps, Comparasion maps, dan Duration maps.
iRIC Software merupakan software yang digunakan untuk melakukan analisis aliran
sungai dan variasi palung sungai dengan mengkombinasikan fungsi dari MD_SWMS yang
merupakan kerjasama USGS (U.S. Geological Survey) dan RIC-Nays serta Foundation of
Hokkaido River Disaster Prevention Research Center. iRIC Software memiliki tiga
fungsi/fitur di dalamnya yang meliputi : preprocessor, postprocessor dan solver.
Gambar 3. iRIC Software Outline
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016 |81
3. METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Debit input dari Bendung Katulampa akan dianalisa berdasarkan besaran curah hujan rata-
rata dan nilai debit limpasan karena perubahan tata guna lahan di bagian hulu. Model
hydrograph ini yang akan digunakan sebagai salah satu pengendalian banjir sepanjang
aliran Sungai Ciliwung. Aliran puncak di bagian tengah ini akan disimulasikan melalui
software MIKE 11 dan iRIC Software guna mendapatkan model yang diinginkan.
Penelitian sepenuhnya dilakukan dengan memberikan beberapa alternatif model
hydrograph puncak dengan variabel-variabel tertentu yang ada di wilayah cangkupan DAS
Ciliwung Tengah. Selain itu, penelitian ini bersifat kuantitatif (melalui survey) dan
kualitatif.
Variabel adalah karakteristik yang dapat diukur baik secara numerik, maupun katagorik
pada umumnya, untuk mengukur ada tidaknya beda antara kelompok variabel yang
disebut bebas, terikat, dan perancu/pengganggu, yaitu
1. Variabel bebas : koefisien runoff, curah hujan rata-rata, intensitas curah hujan, waktu
aliran, debit input dari Bendung Katulampa
2. Variabel terikat : debit output di Bendung Ratu Jaya, model hydrograph di bagian
tengah
3. Variabel pengganggu : topografi, karakteristik tanah, geografi
Nilai debit input ini akan menentukan bentuk grafik hydrograph di bagian tengah yang
kemudian akan dilakukan pemodelan dengan menambahkan kondisi adanya waduk
tunggu/tampungan sementara yang waktunya akan diatur agar debit puncak dapat
berkurang. Perlakuan waduk tunggu tersebut dilakukan dengan menentukan segmen yang
tepat sepanjang bagian tengah DAS Ciwilung yang memiliki nilai debit terbesar. Simulasi
waduk tunggu/tampungan sementara ini akan dikondisikan pada iRIC Software sehingga
dapat diketahui berapa besaran debit yang harus dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Rencana penelitian terletak di wilayah bagian tengah DAS Ciliwung dengan luas 16.706
Ha yang meliputi wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan Kota Bekasi
dengan Bendung Ratu Jaya sebagai titik kontrol debit output. Selain curah hujan dan debit
input dari bagian hulu, besaran debit yang mengalir sepanjang Sungai Ciliwung bagian
tengah, juga didapatkan dari debit masukan sungai-sungai yang melingkupi wilayah tengah
tersebut.
Gambar 4. Skema Aliran DAS Ciliwung
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016 |82
3.3. Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peta topografi wilayah DAS Ciliwung,
peta tata guna lahan bagian hulu dan hilir, data curah hujan, data ketinggian Bendung
Katulampa dan Ratu Jaya Depok, Debit puncak di wilayah tengah. Peralatan yang
digunakan pada saat survey atau pengambilan data di lapangan maupun pada saat proses
analisis data yaitu kompas, GPS, alat tulis menulis, pita ukur serta software MIKE 11 dan
iRIC software.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk penelitian ini terdiri dari data primer maupun data sekunder
yang didapatkan melalui teknik pengumpulan data berupa :
a. Observasi (pengamatan di lapangan)
Merupakan data primer yang diperoleh peneliti melalui tahapan pengamatan langsung di
lapangan pada titik-titik pengamatan yang telah ditentukan, meliputi data panjang sungai
ciliwung bagian tengah, data curah hujan di stasiun pengamatan hujan di bagian tengah,
ketinggian muka air Bendung Katulampa dan ketinggian muka air Bendung Ratu Jaya
Depok.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh berupa data tata guna lahan, peta topografi wilayah hulu dan
tengah, data curah hujan selama 5 tahun, data ketinggian muka air Bendung Katulampa
dan Ratu Jaya selama 5 tahun, data karakteristik tanah, serta data pengembangan maupun
pengelolaan wilayah DAS Ciliwung.
3.5. Pengolahan Data
Data yang telah didapatkan baik melalui survey maupun data sekunder akan dilakukan
analisa dan pemasukkan dalam running software yang digunakan.
MIKE 11
Analisis software ini akan dilakukan pada Bendung Katulampa yang mana proses dalam
MIKE 11, terlebih dahulu harus dilakukan pemodelan Geographic Information System
(GIS) pada peta wilayah bagian hulu DAS Ciliwung. Nilai C suatu daerah memerlukan
informasi yang terdistribusi secara spasial yaitu jenis tanah, kemiringan lereng dan tata
guna lahan. Dari analisa spasial akan didapatkan peta output yang merupakan f (peta jenis
tanah, kemiringan lereng dan tata guna lahan) dimana peta tersebut merupakan peta input.
Kemudian peta output tersebut dikorelasikan dengan tabel nilai C yang memiliki banyak
variasi spasial. Hasil output MIKE 11 akan digunakan sebagai debit keluaran dari Bendung
Katulampa
iRIC Software
Penggunaan iRIC Software dilakukan untuk analisis model hydrograph aliran dibagian
tengah, dimana terlebih dahulu harus memasukkan topografi dari wilayah tersebut.
Penentuan segmen/bagian yang akan diletakkan simulasi waduk tunggu/tampungan
sementara ditentukan oleh besaran nilai debit masukkan dari sungai-sungai kecil di sekitar
bagian tengah maupun tambahan besaran curah hujan.
Analisis data curah hujan
Data curah hujan yang sudah diperoleh melalui pengamatan dan pengumpulan data di
stasiun hujan terkait, akan dilakukan perhitungan mulai dari penentuan curah hujan rata-
rata dengan metode Polygon Thiessen, kemudian menentukan intensitas curah hujan
dengan metode Mononobe. Hasil dari curah hujan ini akan digunakan untuk mencari
besaran debit banjir (Q) dengan metode rasional. Analisis ini juga menggunakan periode
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016 |83
ulang 5, 10 dan 20 tahunan. Penentuan Hidrograf Satuan Sintesis yang memenuhi nilai
pendekatan dengan kondisi dilapangan.
Pembentukan Hidrograf Inflow
Data ketinggian muka air di Bendung Katulampa digunakan untuk mendapatkan hidrograf
inflow dengan bantuan program MIKE 11 wilayah Hulu DAS Ciliwung. Selanjutnya
program satu dimensi dengan full dinamik wave yang tersedia padaprogram MIKE 11,
mengolah hidrograf inflow yang masuk ke sistem sungai ciliwung menjadi fluktuasi aliran
di sungai tersebut.
Pembentukan Model Hidrograf di bagian tengah
Pemodelaan model hydrograph di bagian tengah DAS Ciliwung dapat digunakan untuk
mengurangi besaran nilai aliran puncak, sehingga dapat di buat secara konstan. Model
yang coba diterapkan adalah dengan mengkondisikan aliran menuju bagian hilir akan
ditahan dalam waduk tunggu/tampungan sementara dengan dimensi yang akan disesuaikan
dengan volume air yang akan direduksi selama waktu yang ditentukan. Model ini dapat
dijadikan acuan dalam proses pengendalian banjir di wilayah DAS Ciliwung.
4. HASIL YANG DIHARAPKAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan temuan baru berupa Model Reduksi Limpasan
dan Hidrograf pada bagian tengah Ciliwung sebagai debit input menuju bagian hilir aliran.
Diharapkan dari penelitian ini, didapatkan potensi dan faktor yg berpengaruh pada
pengurangan debit banjir dengan pemanfaatan infrastruktur pengendali/konservasi efektif
didasarkan dengan kondisi tata guna lahan, maupun wilayah tangkapan di DAS Ciliwung.
Presentase yang diharapkan dapat diturunkan sebesar 10% sebelum debit aliran menuju
hilir dapat terealisasi, sehingga penurunan dampak/kerugian akibat luapan debit Sungai
Ciliwung dapat terjadi.
5. DAFTAR PUSTAKA
Musa, Saleh Pallu, Samang, Mukhsan (2014), Experimental Study of Hydrograph Model of
Catchment Area Based on Regional Characteristic, International Journal of Civil &
Environmental Engineering IJCEE-IJENS Vol: 14 No: 03
Lopa, Selintung, Lakatua, Chaerul, Hardiyanti (2014), Water Quality Monitoring of Unhas
Lake Water, International Journal of Engineering and Science Applications
Said, Manjang, Tjaronge, Thaha (2014), The Role of Mamasa Watershed Towards Bakaru
Power Plan Water Resources, Seminar On Intelligent Technology and Its Application
2014
Musa, Saleh Pallu, Samang, Mukhsan (2013), Experimental Study of Estimation Model for
Direct Run-off Volume with Soil Conservation Service (SCS) Model
(Case Study of Bantimurung Catchment Area in Maros Regency of South Sulawesi),
International Journal of Civil & Environmental Engineering IJCEE-IJENS Vol: 13 No: 03
Lopa, Shimatani, Maricar (2013), BELAJAR DARI PENGALAMAN JEPANG DALAM
UPAYA MENGENDALIKAN BANJIR DENGAN RESTORASI SUNGAI, PIT XXX
HATHI - Jakarta, 8-10 November 2013
Lopa, Shimatani (2013), Evaluation of Early Effects of the River Restoration Project
in the Kamisaigo River Japan, Proceedings of 2nd International Conferee on Environment,
Chemistry and Biology(ICECB 2013)Sweden, 13-14Desember 2013
Lopa (2012), Accuracy of Index Flood Method Applied in Two Different Regions In
Indonesia, Civil Engineering Forum Vol. XXI/1-Januari 2012.
Damodaram, Chandana (2013), Simulation-Optimization Approach to Design Low Impact
Development for Managing Peak Flow Alterations in Urbanizing Watersheds, Journal of
Water Resources Planning and Management, ASCE, May/June, 2013
Publikasi Ilmiah S3 Teknik Sipil Unhas, September 2016 |84
Anghileri, Daniela (2013), Optimizing Watershed Management by Coordinated Operation
of Storing Facilities, Journal of Water Resources Planning and Management, ASCE,
September/October, 2013
BPLHD Jawa Barat (2012), Gambaran Umum Wilayah Hulu DAS Ciliwung
Nanang Saiful Rizal (2011), Kajian Model Hidrograf Banjir Rencana Pada Daerah Aliran
Sungai (DAS), Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2011
Suripin (2004), Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta , Andi.