Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

14

Click here to load reader

Transcript of Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

Page 1: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

Isolasi dan Identifikasi Bakteri yang Berasosiasi dengan Larva

Attacus atlas L.

Naskah Publikasi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh:

Muhammad Nur Kholis

M 0407049

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

i

Page 2: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

PENGESAHAN

Naskah Publikasi

Isolasi dan Identifikasi Bakteri yang Berasosiasi dengan Larva

Attacus atlas L.

Oleh : Muhammad Nur Kholis

M0407049

Telah disetujui untuk dipublikasikan

Surakarta, Agustus 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Artini Pangastuti, M.Si. Dr. Agung Budiharjo, M.Si. NIP. 19750531 2000032 001 NIP. 19680823 2000031 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Biologi

Dr. Agung Budiharjo, M.Si. NIP. 19680823 2000031 001

ii

Page 3: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

Isolation and Identification of Bacteria Associating with larvae Attacus atlas L.

Muhammad Nur Kholis

Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

Attacus atlas L. lepidoptera insect that is widely used as a producer of wild

silk fibers. Properties owned wild silk fiber is much softer, heat resistant, and anti bacterial and does not cause allergies for the wearer. However, during this larval cocoon A.atlas only obtained directly from nature that will interfere with the preservation of this species and ecosystem balance. Research on A.atlas needed before making efforts towards cultivation of this species, especially from the microbiological component of the structure of bacterial communities associated with the insect has a role to its host species, including reproductive, digestive, nutrition, and pheromone production. Bacterial communities’ associated A.atlas premises can be a base and a handle to understand life in an attempt to cultivate them A.atlas.

The research was conducted in June 2010 - June 2011 at Central Laboratory and the Laboratory of Biology Department Sebelas Maret University. Samples were collected in Surakarta and Sragen. Samples of the digestive tract in the analysis metagenomik T-RFLP method using 16S rRNA to determine bacterial community. Samples were also analyzed by culture methods.

In cultures getting 14 isolates of bacteria the digestive tract A.atlas larvae. Diversity of bacterial communities associated with larvae A.atlas Sukoharjo areas have higher levels of diversity than the bacterial diversity in the Sragen. Sukoharjo has a lower level of uniformity in comparison with the uniformity of bacteria in Sragen. The results identified 14 isolates bacterial related to Alcaligenes faecalis strain Nic-2, Bacterium clone 3-42019, Uncultured bacterium clone nbt37a05 and Bacillus sp. AY-2011-RS25.

Key words: A. Atlas, culture, bacteria diversity.

iii

Page 4: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

PENDAHULUAN

Sutera adalah serat yang diperoleh dari kelompok serangga Lepidoptera.

Serat sutera berbentuk filamen dihasilkan oleh larva ulat sutera, saat membentuk

kepompong (Borror et al., 1992). Ulat sutera membuat kokon untuk melindungi

diri dari serangan predator dan kokon ini terbentuk pada stadium akhir dari daur

hidupnya sebelum berubah menjadi ngengat (Borror et al., 1992). Kokon A.atlas

belum dimanfaatkan secara maksimal untuk industri tekstil terutama dalam

pembuatan kain sutera yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (Situmorang,

1996). Menurut Akai (1997) dalam (Situmorang, 1996), ulat sutera liar seperti A.

atlas menghasilkan jenis sutera yang berbeda yaitu serat sutera liar jauh lebih

lembut, tahan panas, anti bakteri, filamen kokon banyak mengandung pori, dan

tidak menyebabkan alergi bagi pemakainya. Keunggulan tersebut memberikan

sebuah peluang potensi untuk pemanfaatan dan pembudidayaan A. atlas dalam

skala industri. Namun selama ini larva A.atlas dimanfaatkan secara eksploitasi

kokon langsung dari alam yang akan mengganggu kelestarian spesies ini serta

keseimbangan ekosistem.

Komunitas bakteri yang berasosiasi dengan larva A.atlas memiliki peranan

bagi spesies inangnya (Douglas, 2009). Peran tersebut dapat menguntungkan

inangnya dengan membantu nutrisi inang melalui produksi enzim-enzim hidrolitik

ekstraseluler, menghasilkan senyawa esensial, dan membantu sistem pertahanan

inang terhadap patogen. Saat ini penelitian tentang struktur komunitas bakteri

yang berasosiasi dengan serangga terutama pada ordo Lepidoptera masih minim

(Gringorten 1993; Makkar, 1996).

Analisis struktur komunitas bakteri pada larva A.atlas pada tempat berbeda

dapat dijadikan dasar dan pegangan memahami kehidupan A.atlas dalam usaha

membudidayakannya, sehingga produksi serat sutera maksimal serta tidak

merusak ekosistem yang ada di alam.

1

Page 5: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni 2010 - Juni 2011 di

Laboratorium Biologi Jurusan Biologi dan Laboratorium Pusat Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pengambilan Sampel

Sampel berupa larva Attacus atlas L. instar 5 dikoleksi dari daerah Sragen

dan Sukoharjo pada tanaman mahoni.

Kultur Bakteri

Sampel pencernaan larva dihomogenisasi dalam 0,85% NaCl steril dan

dibuat pengenceran berseri 10-1–10-7. Sebanyak 0,1 ml seri pengenceran disebar

pada medium padat Luria-Bertani (1% tryptone, 0,5% yeast extract, 0,5 % NaCl,

1% agar) dengan metode cawan sebar sebanyak tiga kali sebagai ulangan. Hasil

kultur kemudian diinkubasi selama 3x24 jam. Pengamatan koloni bakteri dengan

penghitungan metode TPC (total plate count) dan penampakan morfologi koloni

bakteri.

Karakteristik Morfologi Isolat

Isolat bakteri murni diidentifikasi morfologi selnya dengan menggunakan

uji pewarnaan gram dan pengamatan bentuk mikroba secara mikroskopik.

Ekstraksi DNA

Isolat murni bakteri saluran pencernaan larva A.atlas ditanam pada media

LB dan diletakan inkubator shaker 37 oC. Kemudian isolat tersebut di ekstraksi

dengan menggunakan GenJect Genomic DNA Extraktion Kit (Fermentas) diikuti

petunjuk dari produsen.

Amplifikasi Gen 16S rRNA

Amplifikasi Gen penyandi 16S rRNA dilakukan dengan primer forward

6FAM 5’-CAGGCCTAACACATGCAAGTC-3’ dan primer reverse 5’-

2

Page 6: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

CCCGGGAACGTATTCACCGC-3’ (Marchesi et al., 1998) dengan campuran

reaksi sebagai berikut: DNA 100 ng, 1x buffer (NEB, MA), 2 µl 10 mM dNTP

Mix, 2 U Taq DNA Polymerase (NEB, MA), 5 pmol masing-masing primer,

ddH2O sampai 50 µl. Program PCR terdiri dari 1 siklus pada 94°C selama 3

menit; 30 siklus pada 94°C selama 1 menit, 55°C selama 1 menit, 72°C selama 1

menit; 1 siklus pada 72°C selama 7 menit; diakhiri dengan penyimpanan pada

4°C. Bagian DNA utas tunggal dari amplikon didigesti dengan Mung Bean

Nuclease (NEB, MA) kemudian dipurifikasi dengan QIAquick Gel Extraction Kit

(Qiagen, Germany).

Sekuensing Gen penyandi 16S rRNA

Sekuensing dilakukan dengan menggunakan ABI Big Dye Terminator kit

(Perkin Elmer) dengan primer 63F. Siklus sekuensing dilakukan pada

ABIprism™ 3100 Automated DNA Sequencer (PE Applied Biosystem). Sekuens

gen penyandi 16S rRNA berukuran sekitar 1300 bp dibandingkan dengan

database menggunakan program BLAST pada situs web National Center for

Biotechnology Information (http://www.ncbi.nlm.gov/BLAST/). Pohon

filogenetika dikonstruksi berdasar sekuens yang telah dijajarkan dengan program

MEGA 4 (www.megasoftware.net).

Analisis Keragaman

Bacterial phylotype richness (S) merupakan total puncak TRF berbeda/tipe

restriksi yang berbeda yang ditemukan pada tiap sampel. Indeks Shannon-Wiener

(H’) dan evenness (E) dihitung untuk menggambarkan keragaman komunitas pada

tempat berbeda dan nilai penting relatif dari tiap filotipe dalam keseluruhan

komunitas. H’ dihitung dengan rumus sebagai berikut: H’= -Σ (pi) (ln pi) dengan

pi adalah kemelimpahan relatif dari fragment i. Evenness dihitung sebagai

berikut: E = H’/ Hmax dengan Hmax = ln S (Margalef, 1958). Profil komunitas

bakteri pada saluran pencernaan dibandingkan antar tempat berbeda.

Pohon filogenetika dikonstruksi berdasar sekuens yang telah dijajarkan

dengan program ClusstalX danMEGA 5 (www.megasoftware.net).

3

Page 7: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Isolasi Bakteri pada saluran pencernaan Larva A. atlas dengan metode kultur

Isolasi bakteri saluran pencernaan larva A.atlas pada tempat berbeda

dilakukan di daerah Kabupaten Sragen dan Sukoharjo.

Jumlah dan macam isolat bakteri saluran pencernaan larva A. atlas pada

populasi Sukoharjo disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Colony Forming Unit (CFU) dan nama isolat bakteri hasil isolasi dari saluran pencernaan larva A. atlas daerah Sukoharjo

No Nama Isolat Bakteri Log CFU

1 AA – 1 6.000 2 AA – 2 7.653 3 AA – 3 4.602 4 AA – 4 7.342 5 AA – 5 4.477 6 AA – 6 6.301 7 AA – 7 7.332 8 AA – 8 6.301 9 AA – 9 4.000 10 AA – 10 5.908 11 AA – 11 5.000 12 AA – 12 6.845 13 AA – 13 5.322 14 AA – 14 5.703

Jumlah total CFU 82.788

Jumlah isolat yang didapatkan pada sampel yang berasal dari daerah

Sukoharjo adalah sebanyak 14 isolat. Jumlah Log CFU bakteri hasil isolasi

saluran pencernaan larva A..atlas di daerah Sukoharjo sebesar 82.788 log CFU,

isolat bakteri AA – 2 memiliki CFU paling besar yaitu sebesar 7.653 log CFU,

sedangkan isolat yang memiliki CFU paling kecil adalah isolat AA – 9 yaitu

sebesar 4 log CFU. Hal ini menunjukkan baktei dominan yang berasal dari daerah

Sukoarjo adalah AA – 2.

Jumlah dan macam isolat bakteri saluran pencernaan larva A. atlas pada

daerah Sukoharjo disajikan pada Tabel 2.

4

Page 8: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

Tabel 2. Jumlah Colony Forming Unit (CFU) dan nama isolat bakteri hasil isolasi dari saluran pencernaan larva A. atlas daerah Sragen (Rianita, 2010).

No Nama Isolat Bakteri Log CFU

1 TSA-5.C/TTS-L 23.785

2 TSA-5.Y/1.3-N 6

3 TSA-6.A/3.2-R 25

4 TSA-6.Q/3.1-U 53

5 TSA-6.A/TTS-A 0.039

Jumlah total log CFU 107.824

Jumlah isolat bakteri yang didapatkan di daerah Sragen adalah sebanyak 5

isolat. Jumlah log CFU bakteri hasil isolasi saluran pencernaan larva A..atlas pada

daerah Sragen sebesar 107.824, isolat bakteri TSA-6.Q/3.1-U memiliki log CFU

paling besar yaitu sebesar 53 log CFU, sedangkan isolat yang memiliki log CFU

paling kecil adalah isolat TSA-6.A/TTS-A yaitu sebesar 0.039 log CFU. Hal ini

menunjukkan bakteri dominan yang berasal dari daerah Sragen adalah TSA-

6.Q/3.1-U.

Perbedaan jenis isolat bakteri dan jumlah CFU (colony forming unit)

saluran pencernaan larva A. atlas pada tempat berbeda disebabkan karena adanya

perbedaan kondisi alam yang ada pada kedua daerah tersebut yaitu pada daerah

Sukoharjo dan Sragen. Perbedaan kondisi alam akan mempengaruhi tanaman

inang dari larva A. atlas yaitu tanaman mahoni sehingga akan mempengaruhi

bakteri yang berasosiasi pada saluran pencernaan A.atlas, pada kondisi alam yang

mendukung akan mengakibatkan jumlah bakteri yang berasosiasi pada saluran

pencernaan akan semakin banyak jenis yang ditemukan.

Perbedaan jenis bakteri pada tiap sampel diduga dipengaruhi oleh faktor

lingkungan abiotik berupa intensitas cahaya dan kelembaban tanah pada tempat

pengambilan sampel.

Tabel 3. Hasil pengukuran faktor abiotik lokasi pengambilan sampel larva A. atlas

Lokasi dan waktu Faktor abiotik Intensitas cahaya (lux)

pH tanah Kelembaban tanah

Sukoharjo pukul 16.15 WIB 521 7 3.5 Sragen pukul 15:00 WIB 700 7,5 4

5

Page 9: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

Daerah Sukoharjo memiliki intensitas cahaya, pH tanah dan kelembapan

tanah yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan daerah Sragen (Tabel 3), hal

ini akan mempengaruhi jenis bakteri yang ada pada saluran pencernaan A.atlas.

Intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan mempengaruhi suhu udara sehingga

akan berpengaruh pada kondisi komunitas bakteri yang ada pada A.atlas karena

hanya pada suhu optimum bakteri dapat tumbuh maksimum. Daerah Sukoharjo

memiliki keanekaragaman isolat lebih tinggi dibandingkan dengan daearah Sragen

dimungkinkan karena daerah Sukoharjo memiliki faktor abiotik yang lebih

mendukung untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri.

Indeks keanekaragaman (Shanon-wiener) dan keseragaman (Eveenes)

komunitas bakteri yang berasosiasi saluran pencernaan A.atlas pada tempat

berbeda yaitu Kabupaten Sukoharjo dan Sragen disajikan Tabel 4.

Tabel 4. Indeks Shanon – wiener dan Eveenes komunitas bakteri saluran pencernaan larva A.atlas pada tempat berbeda

Lokasi Sampel Indeks Shanon-wiener ( H’ ) Eveenes ( E) Kabupaten Sukoharjo 1.49 0.65

Kabupaten Sragen 1.16 0.56

Nilai H’ di daerah Sukoharjo lebih besar dibandingkan dengan daerah

Kabupeten Sragen yaitu 1.49 dan 1.16. (Tabel 4), hal ini menunjukkan bahwa

komunitas bakteri yang berasosiasi pada saluran larva A.atlas sampel yang

berasal dari daerah Sukoharjo memiliki keanekaragaman yang lebih besar bila

dibandingkan dengan komunitas bakteri larva A.atlas sampel daerah Sragen.

Nilai E menunjukkan keseragaman dari suatu daerah tertentu, semakin kecil

nilai E, maka semakin kecil keseragaman suatu daerah, sebaliknya semakin besar

nilai E, maka akan menunjukkan keseragaman artinya pada komunitas tersebut

tidak dijumpai kelompok organism yang terlalu dominan. Nilai E pada daerah

Sukoharjo lebih besar dibandingkan dengan daerah Sragen yaitu 0.65 dan 0.56

(Tabel 4), hal ini menunjukan komunitas bakteri saluran larva A.atlas sampel

daerah Sukoharjo memiliki tingkat keseragaman yang lebih tinggi daripada

sampel daerah Sragen.

6

Page 10: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

Ekstraksi DNA dengan metode kultur dari isolat bakteri larva A.atlas

didapatkan DNA genom yang diinginkan.

Gambar 2. Hasil elektroforesis PCR dari ekstraksi kultur murni ( M : marker 1- 9 : produk PCR dari kultur isolat murni)

Amplifikasi DNA yang berasal dari kultur isolat murni didapatkan DNA

bakteri yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena DNA yang didapatkan dari

ekstraksi kultur murni terbebas dari adanya DNA dari organisme lain sehinga

DNA dapat teramplifikasi dengan baik.

DNA isolat bakteri yang dapat diamplifikasi 16S rRNA kemudian

didentifikasi. Hasil identifikasi didapatkan tiga jenis bakteri yang berkerabat dekat

dengan 14 isolat bakteri. Isolat AA – 1, AA – 2, AA – 4 dan AA – 14 berkerabat

dekat dengan Alcaligenes faecalis strain Nic-2. Sedangkan isolat AA – 3, AA – 6,

AA – 8, , AA – 9, AA – 10, AA – 11, AA – 12 dan AA – 14 berkerabat dekat

dengan Uncultured bacterium clone 3-42019. Isolat AA – 7 berkerabat dekat

dengan Uncultured bacterium clone nbt37a05 sedangkan isolat AA – 13

berkerabat dekat dengan Bacillus sp. AY-2011-RS25.

M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Marker DNA 10000 bp

8000 bp

6000 bp5000 bp

4000 bp4500 bp

3500 bp3000 bp2500 bp2000 bp1500 bp1000 bp750 bp500 bp250 bp

7

Page 11: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

Tabel 4. Hasil identifikasi isolat bakteri dari larva A.atlas

No Isolat

Hasil Identifikasi % Kesamaan No. Akses

AA – 1 Alcaligenes faecalis strain Nic-2 98 % HQ161777.1 AA – 2 Alcaligenes faecalis strain Nic-2 99 % HQ161777.1

AA – 3 Uncultured bacterium clone 3-42019

97 % JF775440.1

AA – 4 Alcaligenes faecalis strain Nic-2 97 % HQ161777.1

AA – 6 Uncultured bacterium clone 3-42019

98 % JN033068.1

AA - 7 Uncultured bacterium clone nbt37a05

97 % F7894180.1

AA – 8 Uncultured bacterium clone 3-42019

98 % JN033068.1

AA – 9 Uncultured bacterium clone 3-42019

99 % JN033068.1

AA – 10 Uncultured bacterium clone 3-42019

100 % JN033068.1

AA – 11 Uncultured bacterium clone 3-42019

99 % JN033068.1

AA – 12 Uncultured bacterium clone 3-42019

99 % JN033068.1

AA – 13 Bacillus sp. AY-2011-RS25 99 % FR871649.1 AA – 14 Alcaligenes faecalis strain Nic-2 97 % HQ161777.1

Hasil identifikasi dari 14 isolat bakteri yang berbeda hanya didapatkan 4

strain bakteri yang berkerabat dekat dengan isolat tersebut. Hal ini disebabkan

isolat yang memiliki kesamaan secara molekular belum tentu secara morfologi

atau karakter biokimia memiliki kesamaan. Meskipun ada beberapa isolat

memiliki kesamaan dengan jenis bakteri yang sama namun memiliki indeks

prosentase kesamaan yang berbeda hal ini dimungkinkan isolat tersebut termask

pada jenis bakteri yang sama namun memiliki strain yang berbeda.

Empat jenis bakteri yang memiliki kesamaan dengan 14 isolat tersebut

adalah Uncultured bacterium clone 3-42019, Uncultured bacterium clone

nbt37a05, Bacillus sp. AY-2011-RS25 dan Alcaligenes faecalis strain Nic-2.

Berdasarkan data Blast-n disebutkan bakteri Uncultured bacterium clone 3-42019,

Uncultured bacterium clone nbt37a05, Bacillus sp. AY-2011-RS25 diisolasi dari

lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga bakteri yang diisolasi dari saluran

8

Page 12: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

pencernaan larva A.atlas L. tersebut berasal dari lingkungan, dimungkinkan

berasal dari host atau tanaman inang yang digunakannya.

Alcaligenes faecalis termasuk dalam proteobacteria, bersifat motil, pertama

kali ditemukan pada feses namun saat ini dapat ditemukan di lingkungan. Bakteri

ini umumnya dianggap non patogen. Bakteri ini dapat mendegradasi urea untuk

kemampuan memproduksi serat sutera dan menciptakan amonia yang dapat

menigkatkan pH lingkungan (Anonim 1, 2011) . Bakteri ini juga ditemukan pada

endosimbion serangga Psyllids (Allen and van Dohlen., 1998) yang belum

diketahui fungi pada serangga tersebut. Bakteri ini juga didapatkan oleh Yubin et

al. (1994) pada tiga spesies Crithidia.

Analisis filogenetik molekular merupakan proses bertahap untuk mengolah

data sekuen DNA sehingga diperoleh hasil yang menggambarkan hubungan

kekerabatan antar sampel. Sampel isolat bakteri dianalisis pohon filognetiknya

dengan menggunakan program ClustalX dan Mega 5.

Gambar 12. Pohon filogenetik isolat bakteri larva A.atlas

Analisis filogenetik menunjukkan hubungan kekerabatan dari 13 isolat

bakteri di bagi menjadi dua cluster besar yaitu kelompok I dan kelompok II.

Kelompok I terdiri dari isolat AA 3,isolat AA 4, isolat AA 1, isolat AA 11, isolat

AA 2, isolat AA 6, isolat AA 8, isolat AA 12, isolat 9 dan isolat 10. Kelompok II

terdiri dari isolat AA 7 dan isolat AA 13. Isolat AA 10 dan isolat AA 9 memiliki

Isolat AA3

Isolat AA4

Isolat AA1

Isolat AA11

Isolat AA2

Isolat AA6

Isolat AA8

Isolat AA12

Isolat AA9

Isolat AA10

Isolat AA7

Isolat AA13

75

59

45

52

37

48

100

0.000.050.100.150.20

100

Kel.I

Kel.II

9

Page 13: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

hubungan filogenetik terdekat dari 13 isolat tersebut. Hal ini menunjukkan antara

isolat AA 10 dan isolat AA 9 memiliki hubungan kekerabatan paling dekat.

KESIMPULAN

Keanekaragaman komunitas bakteri yang berasosiasi dengan larva A.atlas

pada daerah kabupaten Sukoharjo memiliki tingkat keanekaragaman yang lebih

tinggi dibandingkan dengan keanekaragaman bakteri pada daerah kabupaten

Sragen.

10

Page 14: Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Yang Berasosiasi Dengan Larva a.atlas

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2011. Alcaligenes faecalis. www.wikipedia.com (di akses pada tanggal 4 Agustus 2011). Borror D.J., C.A.Triplehorn, N.F.Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran

Serangga. Edisi keenam. Diterjemahkan oleh: Soetiyono Partosoedjono. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Douglas A. E. 2009. The Microbial Dimension in Insect Nutritional Ecology. Fungctional Ecol 23: 38-47.

Gringorten, J.L., Crawford D.N/, and Harvey W.R. 1993. High pH in The Ectoperitrophic Space of The Larval Lepidopteran midgut. J. Exp. Biol. 183:353–359.

Makkar, H.P.S. and K.Becker. 1996. Effect of pH, Temperature, and Time on Inactivation of Tannins and Possible Implications of Detannification Studies. J. Agric. Food Chem. 44:1291–1295

Marchesi J.R., T.Sato, A.J. Weightman, T.A. Martin, J.C.Fry, S.J.Hiom, D. Dymock and Wade W.G. 1998. Design and evaluation of useful bacterium-specific PCR primers that amplify genes coding for bacterial 16S rRNA. Appl Environ Microbiol 64:795–799.

Margalef R. 1958. Information theory in ecology. General System 3:56-71. Pangastuti, A. 2006. Definisi Spesies Prokaryota Berdasarkan Urutan Basa Gen

Penyandi 16s rRNA dan Gen Penyandi Protein. Biodiversitas 7(3): 292-296.

Pangastuti A., A. Suwanto, Y. Lestari, M. T. Suhartono.2010. Bacterial communities associated with white shrimp (Litopenaeus vannamei) larvae at early developmental stages Biodiversitas 11(2) : 65 – 68

Rianita. 2010. Jenis Bakteri yang Dominan pada Telur dan Saluran Pencernaan Larva Attacus atlas L. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.

Situmorang, J., 1996. An attempt to Produce Attacus atlas Using Baringtonia

Leaves as Plant Fooder, Int.J.of Wild Silkmoth and Silk.Japan, 2:55-57

Stressmann F. A., G. B. Rogers, E. R. Klem, A. K. Lilley, S. H. Donaldson, T. W. Daniels, M. P. Carroll, N. Patel, B. Forbes, R. C. Boucher, M. C. Wolfgang, and K. D. Bruce. 2011. Analysis of the Bacterial Communities Present in Lungs of Patients with Cystic Fibrosis from American and British Centers Journal of Clinical Microbiology 49 (1) : 281–291

11