isi.doc

19
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era industri maju sekarang ini, perhatian manusia akan kesehatan semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan sikap yang semakin selektif terhadap apa yang dikonsumsi, memilih komoditas dengan nilai kesehatan tinggi, dan lebih memilih untuk kembali ke alam (back to nature) (Handajani dkk, 2006). Gerakan memanfaatkan obat alam ini timbul karena banyaknya efek samping yang tidak dikehendaki akibat penggunaan obat kimia murni (Hardono, 1997). Talok (Muntingia calabura L.) merupakan tanaman buah tropis termasuk famili Elaeocarpaceae yang mudah dijumpai. Talok berkhasiat sebagai antioksidan, obat sakit kuning, memelihara kesehatan hati dan ginjal, serta mencegah kanker (Sentra IPTEK net, 2005). Daun talok mengandung kelompok lignan antara lain flavonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol yang menunjukkan aktivitas antioksidatif (Priharyanti, 2007; Zakaria, 2007). Antioksidan pada daun talok tersebut diduga mampu melindungi sel tubulus proksimal ginjal dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Dalam penelitian ini digunakan karbon tetraklorida (CCl 4 ) sebagai induktor terjadinya nefrotoksik. Karbon tetraklorida merusak hampir semua sel tubuh, termasuk hati, ginjal, dan pembuluh darah (Sartono, 2002). Adanya efek merusak CCl 4 terhadap sel tubulus ginjal dapat dihambat dengan pemberian ekstrak daun talok. Penelitian ilmiah mengenai daun talok di Indonesia masih sangat terbatas. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengetahui lebih jauh tentang manfaat daun talok, terutama untuk melindungi kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh radikal bebas. B. Perumusan Masalah Apakah pemberian ekstrak daun talok (Muntingia calabura L.) dapat mengurangi kerusakan sel tubulus proksimal ginjal akibat nefrotoksisitas CCl 4 pada mencit? 1

Transcript of isi.doc

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era industri maju sekarang ini, perhatian manusia akan kesehatan semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan sikap yang semakin selektif terhadap apa yang dikonsumsi, memilih komoditas dengan nilai kesehatan tinggi, dan lebih memilih untuk kembali ke alam (back to nature) (Handajani dkk, 2006). Gerakan memanfaatkan obat alam ini timbul karena banyaknya efek samping yang tidak dikehendaki akibat penggunaan obat kimia murni (Hardono, 1997). Talok (Muntingia calabura L.) merupakan tanaman buah tropis termasuk famili Elaeocarpaceae yang mudah dijumpai. Talok berkhasiat sebagai antioksidan, obat sakit kuning, memelihara kesehatan hati dan ginjal, serta mencegah kanker (Sentra IPTEK net, 2005). Daun talok mengandung kelompok lignan antara lain flavonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol yang menunjukkan aktivitas antioksidatif (Priharyanti, 2007; Zakaria, 2007). Antioksidan pada daun talok tersebut diduga mampu melindungi sel tubulus proksimal ginjal dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Dalam penelitian ini digunakan karbon tetraklorida (CCl4) sebagai induktor terjadinya nefrotoksik. Karbon tetraklorida merusak hampir semua sel tubuh, termasuk hati, ginjal, dan pembuluh darah (Sartono, 2002). Adanya efek merusak CCl4 terhadap sel tubulus ginjal dapat dihambat dengan pemberian ekstrak daun talok.

Penelitian ilmiah mengenai daun talok di Indonesia masih sangat terbatas. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengetahui lebih jauh tentang manfaat daun talok, terutama untuk melindungi kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh radikal bebas. B. Perumusan Masalah

Apakah pemberian ekstrak daun talok (Muntingia calabura L.) dapat mengurangi kerusakan sel tubulus proksimal ginjal akibat nefrotoksisitas CCl4 pada mencit?C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah pemberian ekstrak daun talok (Muntingia calabura L.) dapat mengurangi kerusakan sel tubulus proksimal ginjal akibat nefrotoksisitas CCl4 pada mencit.D. Luaran yang DiharapkanDiharapkan hasil penelitian ini menjadi artikel ilmiah sebagai sumber informasi dan pengetahuan tentang khasiat ekstrak daun talok dan mampu mendorong penelitian ilmiah lebih lanjut tentang daun talok.E. Manfaat Penelitiana. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan ekstrak daun talok (Muntingia calabura L.) dapat mengurangi kerusakan sel tubulus proksimal ginjal akibat nefrotoksisitas CCl4 pada mencit.b. Manfaat Praktis

Memberikan informasi ilmiah bagi peneliti lain untuk melakukan uji klinis tentang khasiat ekstrak daun talok (Muntingia calabura L.) untuk mengurangi kerusakan ginjal akibat radikal bebas.II. TINJAUAN PUSTAKAA. Ginjal

Ginjal merupakan salah satu organ dalam sistem uropoetika (Junqueira, 1998) berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit serta asam-basa dengan cara menyaring darah, reabsorpsi selektif air, elektrolit, non- elektrolit, mengekskresikan kelebihannya sebagai kemih, mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin dan asam urat), zat kimia asing, mensekresi renin (penting untuk mengatur tekanan darah) dan bentuk aktif vitamin D (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoetin (penting untuk sintesis darah) (Price & Wilson, 1995). Secara histologis, ginjal terdiri atas :1) Nefron

Nefron adalah unit fungsional ginjal, berfungsi sebagai reabsorbsi dari semua molekul organik dari filtrat, reabsorbsi lebih dari 90 % air dari filtrat, dan sekresi bahan-bahan yang tidak berguna yang tertinggal pada proses filtrasi melalui aliran tubulus. Tiap-tiap nefron terdiri atas :a. Korpuskulum Ginjal atau Badan Malphigi

b. Tubulus Proksimal

c. Lengkung Henle

d. Tubulus Distal

2) Apparatus Jukstaglomerulus

Sel ini mempunyai inti berbentuk seperti rokok, sitoplasma penuh granula yang berwarna gelap oleh pewarnaan khusus (PAS-positif). Sel-sel jukstaglomerulus menghasilkan enzim renin yang akan bekerja pada protein plasma angiotensinogen (Junqueira, 1998).B. Karbon Tetraklorida (CCl4)

Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan zat kimia kelompok hidrokarbon terhalogenasi. CCl4 banyak digunakan sebagai pelarut dalam banyak proses industri, juga tersedia sebagai larutan untuk melepaskan plester adhesif. CCl4 dapat menekan dan merusak hampir semua sel tubuh manusia, termasuk sistem saraf pusat, hati, ginjal, dan pembuluh darah (Sartono, 2002). Tanda dan gejala kerusakan hati dan ginjal oleh CCl4 terlihat setelah beberapa jam sampai 2-3 hari (Goodman & Gilman, 2001).

Karbon tetraklorida dan metabolitnya sebelum diekskresikan ke dalam urin, terlebih dahulu dikonsentrasikan ke dalam tubulus proksimal ginjal melalui proses absorpsi dan sekresi aktif. Kadar sitokrom P450 pada tubulus proksimal ginjal lebih tinggi untuk mengaktifkan toksikan CCl4. Dengan demikian, tempat ini sering merupakan sasaran efek toksik (Lu, 1995). Toksisitas CCl4 tidak disebabkan oleh molekul CCl4 itu sendiri, tetapi pada konversi molekul CCl4 menjadi radikal bebas CCl3 oleh sitokrom P450 (Robbins & Kumar, 1995). Radikal bebas CCl3 akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal triklorometil peroksida ( CCl3O2 ) yang sangat reaktif (Hodgson & Levi, 2000). Radikal bebas ini akan bereaksi dengan asam lemak tak jenuh ganda menghasilkan peroksida lipid. Asam lemak tak jenuh ganda adalah komponen penting dari membran sel yang bila terserang radikal bebas akan menghasilkan peroksidasi yang selanjutnya akan mengubah struktur dan fungsi membran sel. Permeabilitas membran sel akan meningkat yang selanjutnya diikuti oleh influks massif kalsium dan kematian sel (Robbins & Kumar, 1995).

Menurut beberapa penelitian, CCl4 awalnya mengakibatkan jejas yang reversibel pada tubulus proksimal ginjal, pertama kali perubahan terjadi pada mitokondria diikuti pembengkakan sel dan proliferasi retikulum endoplasma permukaan halus. Bila kerusakan berlanjut, sel tubulus proksimal terus-menerus terpapar toksisitas CCl4 maka proses regenerasi tidak dapat berlangsung, sehingga sel tubulus proksimal akan mengalami kerusakan yang ireversibel ditandai dengan ditemukannya nekrosis sel yang dominan (Goodman & Gilman, 2001; Sartono, 2002).

C. Talok (Muntingia calabura L.)

Tanaman talok memiliki sistematika (taksonomi) sebagai berikut:

Kingdom

: Plantae

Subkingdom

: Trachebionta

Superdivisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Subkelas

: Dilleniidae

Bangsa

: Malvales

Famili

: Elaeocarpaceace

Genus

: Muntingia L.

Spesies

: Muntingia calabura L.

Skrining fitokimia pada daun talok (Muntingia calabura L.) mengandung kelompok senyawa atau lignan antara lain flavonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol (Zakaria, 2007). Lignan dari daun talok ini menunjukkan aktivitas antioksidatif (Priharyanti, 2007). Aktivitas antioksidatif daun talok (Muntingia calabura L.) yaitu pengikatan radikal bebas, dekomposisi peroksida, pengikatan katalis ion logam transisi, pencegahan inisiasi dan berlanjutnya kerusakan rantai hydrogen (Zakaria, 2007).

Pada tanaman talok banyak dilakukan penelitian yang menghasilkan data ilmiah tentang kandungan yang dihasilkan oleh tanaman ini, yaitu antiseptik, antiinflamasi dan antitumor (Wiwied, 2009).D. Mekanisme Perlindungan Ekstrak Daun Talok terhadap Nefrotoksisitas CCl4

Daun talok mengandung kelompok senyawa atau lignan antara lain flavonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol (Zakaria, 2007). Lignan dari daun talok ini menunjukkan aktivitas antioksidatif (Priharyanti, 2007; Zakaria, 2007). Antioksidan dari daun talok tersebut diduga mampu melindungi sel tubulus proksimal ginjal dari kerusakan yang diakibatkan radikal bebas.

Lignan daun talok merupakan antioksidan yang kerjanya mengikat radikal bebas. Prinsip kerja antioksidan ini adalah sebagai donor ion hidrogen (Lukitasari, 2006). Senyawa ini memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipid (R, ROO) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipid (Trilaksani, 2003). Lignan daun talok berfungsi untuk mencegah peroksidasi lipid dari asam lemak tak jenuh pada membran sel dengan memutus rantai yang bersifat lipofilik.

E. HipotesisEkstrak daun talok (Muntingia calabura L.) dapat mengurangi kerusakan sel tubulus proksimal ginjal akibat nefrotoksisitas karbon tetraklorida pada mencit.F. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI PENELITIANJenis penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium. Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) jantan galur Swiss webster sebanyak 24 ekor berumur 6-8 minggu dengan berat badan + 20 g. Sampel dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor mencit. Kelompok I adalah kelompok kontrol, dimana mencit diberi minyak kelapa 0,1 ml/20 gBB mencit per oral, kelompok II adalah kelompok mencit yang diberi karbon tetraklorida (CCl4) per oral dosis 0,007 ml/20 gBB mencit, kelompok III adalah kelompok mencit yang diberi ekstrak daun talok per oral dosis 4 mg/20 gBB dan CCl4 per oral dosis 0,007 ml/20 gBB mencit, kelompok IV adalah kelompok mencit yang diberi ekstrak daun talok per oral dosis 8 mg/20 gBB dan CCl4 per oral dosis 0,007 ml/20 gBB mencit. Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling. Rancangan penelitian ini adalah the post test only controlled group design (Taufiqqurohman, 2003). Variabel bebas penelitian ini adalah ekstrak daun talok. Variabel terikat penelitian ini adalah kerusakan sel tubulus proksimal ginjal. Variabel luar yang dapat dikendalikan yaitu variasi genetik, jenis kelamin, umur, suhu udara, berat badan, dan jenis makanan mencit semuanya diseragamkan. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan yaitu kondisi psikologis mencit dan kondisi awal ginjal mencit. Pemberian ekstrak daun talok diberikan secara per oral satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian ekstrak daun talok dengan dengan dosis sebesar 4 mg diberikan pada kelompok perlakuan 2, sedangkan dosis 8 mg diberikan pada kelompok perlakuan 3. Skala pengukuran variabel bebas adalah skala nominal.Kerusakan sel tubulus proksimal ginjal adalah gambaran mikroskopis sel tubulus proksimal ginjal setelah pemberian ekstrak daun talok, dan CCl4. Ada 3 klasifikasi yang digunakan dalam penilaian kerusakan histologis tubulus ginjal, yaitu normal diberi skor 0, jika gambaran mikroskopis tubulus proksimal tidak terlihat adanya tanda-tanda hiperemi, degenerasi albuminosa, degenerasi hidropik, perdarahan, dan nekrosis. Kerusakan ringan diberi skor 1, jika ditemukan adanya tanda-tanda hiperemi, edema, degenerasi albuminosa, degenerasi hidropik, dan atau sedikit perdarahan. Kerusakan berat diberi skor 2, jika terdapat tanda-tanda nekrosis yang dominan pada sel tubulus proksimal ginjal dengan atau tanpa terlihat tanda-tanda perdarahan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang mencit 4 buah (masing-masing untuk 6 ekor mencit), timbangan hewan, timbangan obat, alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja, lilin), alat untuk pembuatan preparat histologi, mikroskop cahaya media terang, gelas ukur dan pengaduk. Bahan yang akan digunakan yaitu karbon tetraklorida, makanan hewan percobaan (pellet dan air PAM), minyak kelapa (sebagai pelarut CCl4), aquades, bahan untuk pembuatan preparat histologi dengan pengecatan HE dan ekstrak daun talok.Pembuatan ekstrak daun talok (Muntingia calabura L.) yaitu daun talok diambil dari pohon talok (Muntingia calabura L.) di daerah Ngoresan, Kecamatan Jebres, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia pada bulan Februari 2009. Daun diambil sebanyak 5,53 gram. Daun dicuci dan dibilas dengan aquades untuk menghilangkan kotoran. Kemudian dikeringkan selama 3 hari dengan suhu rata-rata 40oC (Zakaria et al, 2007). Pembuatan ekstrak daun talok di Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Indonesia.

Sampel mencit 24 ekor yang diperoleh dari Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran UNS dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor dipilih secara random sampling. Sampel dilakukan adaptasi di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran UNS selama 7 hari. Hari berikutnya dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis dan dilakukan perlakuan.

Kelompok kontrol diberi diet standar dan minyak kelapa sebesar 0,1 ml selama 10 hari. Kelompok perlakuan 1 diberi dosis CCl4 sebesar 0,007 ml. Kelompok perlakuan 2 diberi ekstrak daun talok 4 mg dan dosis CCl4 sebesar 0,007 ml. Kelompok perlakuan 3 diberi ekstrak daun talok 8 mg dan dosis CCl4 sebesar 0,007 ml. Perlakuan diberikan 1 kali sehari mulai hari ke-1 sampai dengan hari ke-10. Semua pemberian ekstrak daun talok dan CCl4 dilakukan per oral. Hari ke-11 setelah perlakuan pertama diberikan, semua hewan percobaan dikorbankan dengan cara cervical dislocation. Kemudian organ ginjal kanan dan kiri diambil, untuk selanjutnya dibuat preparat histologi dengan metode blok parafin. Setiap ginjal yang diambil dibuat 3 irisan pada daerah korteks ginjal tepatnya di tubulus proksimal. Sehingga setiap kelompok mencit diperoleh 36 preparat yang akan dilakukan pengamatan mikroskopis.

Pengamatan preparat jaringan ginjal dengan pembesaran 100 kali untuk mengamati seluruh lapang pandang, kemudian ditentukan daerah yang akan diamati, yaitu tubulus proksimal. Pada tubulus proksimal terjadi absorpsi dan sekresi aktif serta kadar sitokrom P450 lebih tinggi untuk mendetoksifikasi atau mengaktifkan toksikan. Setiap preparat dilakukan pengamatan mikroskopis dengan pembesaran 400 kali sebanyak 3 lapang pandang. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan gambaran histologi ginjal berupa hiperemi, degenerasi albuminosa, degenerasi hidropik, perdarahan, dan nekrosis. Gambaran mikroskopis tubulus proksimal kemudian diklasifikasikan menjadi normal, kerusakan ringan, atau kerusakan berat. Data yang diperoleh kemudian diuji dengan uji statistik.

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan progam komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 15.0 for Windows dengan menggunakan uji statistik kruskal-wallis yang dilanjutkan dengan uji mann-whitney (Murthi, 1994).a. Uji statistik kruskal-wallis, untuk mengetahui adanya perbedaan dalam seluruh kelompok populasi. Hasil yang diharapkan dalam uji ini adalah perbedaan yang bermakna atau terdapat perbedaan gambaran histologis ginjal mencit kelompok kontrol K, kelompok perlakuan P1, P2, P3.

b. Uji statistik mann-whitney, untuk mengetahui letak adanya perbedaan dalam populasi. Uji ini antara kelompok K dengan P1, K dengan P2, K dengan P3, P1 dengan P2, P1 dengan P3, P2 dengan P3.

IV. PELAKSANAAN PROGRAM

A. Waktu dan Tempat PelaksanaanPenelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2009 di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret SurakartaB. Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual MACAM KEGIATANBULAN KE -

123456

1. Kegiatan Persiapan

Memesan bahan-bahan, mengumpulkan kepustakaan, mengumpulkan sampel, dan diskusi-diskusi

2. Kegiatan Pelaksanaan

Pemberian perlakuan, pengambilan jaringan, pewarnaan, dan scanning histologis

3. Penyusunan Laporan Penelitian

Penelitian laporan, perbanyakan, dan diskusi hasil penelitian

C. PelaksanaanNama KegiatanMaretApril

IIIIIIVIII

Pemberian perlakuan

Pengambilan ginjal mencit

Pembuatan preparat histologis ginjal mencit

Pengambilan data

Analisa data / pembahasan

D. Instrumen Pelaksanaan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kandang mencit 4 buah (masing-masing untuk 6 ekor mencit)

b. Timbangan obat dan timbangan hewan percobaanc. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, meja, lilin)

d. Alat untuk pembuatan preparat histologie. Mikroskop cahaya media terang

f. Handscoen, Sprayer alkohol, spuit injeksi 1 ml, sonde mencit, pengadukE. Rancangan dan Realisasi Biaya

Pada lampiran 4V. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil PenelitianDari hasil pengamatan didapatkan gambaran mikroskopis sel tubulus proksimal ginjal normal, kerusakan ringan, dan kerusakan berat. Tiap ginjal mencit dibuat 3 irisan preparat masing-masing untuk ginjal kanan dan ginjal kiri. Gambaran preparat normal diberi skor 0, kerusakan ringan diberi skor 1, dan kerusakan berat diberi skor 2, sehingga dari tiap kelompok ada 36 gambaran mikroskopis sel tubulus proksimal ginjal mencit. Data hasil pengamatan untuk masing-masing kelompok disajikan pada tabel 1.Data yang diperoleh dari pengamatan secara mikroskopis diuji dengan uji statistik menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 12.0 for Windows dengan menggunakan uji statistik kruskal-wallis yang dilanjutkan dengan uji mann-whitney.

Tabel 1. Tingkat kerusakan sel tubulus proksimal ginjal pada setiap

kelompok

KelompokTingkat kerusakan sel tubulus proksimal ginjalJumlah

NormalRinganBerat

K360036

P1063036

P2259236

P3315036

Sumber : Data Primer, 2009

Tabel 2. Ringkasan hasil perhitungan dengan uji mann-whitney (=0,05) pada empat kelompok sampel.

KelompokNilai pKeterangan

K-P10,000Perbedaan bermakna

K-P20,000Perbedaan bermakna

K-P30,021Perbedaan bermakna

P1-P20,000Perbedaan bermakna

P1-P30,000Perbedaan bermakna

P2-P30,046Perbedaan bermakna

Sumber : Data Primer, 2009

Keterangan :

K

: Kelompok kontrol, diberikan minyak kelapa 0,1 ml per oral

P1

: Kelompok perlakuan 1, diberikan larutan CCl4 0,007ml/20gBBP2

: Kelompok perlakuan 2, diberikan ekstrak daun talok 4mg/20gBB

dan larutan CCl4 0,007ml/20gBB mencit

P3

: Kelompok perlakuan 1, diberikan ekstrak daun talok 8mg/20gBB

dan larutan CCl4 0,007ml/20gBB mencitNilai p: nilai derajat kemaknaan

B. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, pada uji statistik kruskal-wallis diperoleh hasil perbedaan bermakna gambaran histologis pada seluruh kelompok perlakuan. Kemudian dilanjutkan dengan uji statistik mann-whitney didapatkan hasil perbedaan bermakna antara kelompok K dengan kelompok P1, kelompok K dengan kelompok P2, kelompok K dengan kelompok P3, kelompok P1 dengan kelompok P2, kelompok P1 dengan kelompok P3, kelompok P2 dengan kelompok P3.

Pada kelompok P1 dilakukan pemberian CCl4 sebagai induktor terjadinya nefrotoksik tanpa adanya penambahan nefroprotektor. Nefroprotektor diberikan kepada kelompok P2 dan P3 yaitu dengan pemberian ekstrak daun talok. Pada kelompok K tidak mendapatkan nefrotoksik maupun nefroprotektor. Adanya perbadaan yang bermakna antara kelompok K dan kelompok P1 menunjukkan bahwa CCl4 dapat menginduksi terjadinya kerusakan pada ginjal.

Pemberian CCl4 sebagai induktor nefrotoksik tanpa adanya penambahan nefroprotektor mengakibatkan kerusakan sel tubulus proksimal ginjal pada kelompok P1, yaitu didapatkan 6 sampel dengan tingkat kerusakan ringan dan 30 sampel dengan tingkat kerusakan berat, tanpa ada gambaran yang normal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa CCl4 merusak hampir semua sel tubuh, termasuk ginjal (Sartono, 2002). CCl4 dan metabolitnya sebelum diekskresikan ke dalam urin, terlebih dahulu dikonsentrasikan ke dalam tubulus proksimal ginjal melalui absorbsi dan sekresi aktif. Kemudian sitokrom P450 pada tubulus proksimal ginjal menyebabkan konversi molekul CCl4 menjadi radikal bebas CCl3- yang akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal triklorometil peroksida (CCl3O2-) (Hodgson dan Levi, 2000). Radikal bebas yang terbentuk ini akan bereaksi dengan asam lemak tak jenuh pada membran sel menyebabkan terjadinya kerusakan sel melalui peristiwa peroksidase lipid sehingga dengan pemberian CCl4 menyebabkan sebagian besar sampel menunjukkan gambaran sel tubulus proksimal ginjal yang mengalami kerusakan.Pada kelompok K, dimana hanya mendapat pemberian minyak kelapa, didapatkan gambaran histologis normal yaitu sebanyak 36 sampel, tanpa ada yang mengalami kerusakan ringan maupun kerusakan berat.Pada uji statistik antara kelompok P1 dengan kelompok P2, dan antara kelompok P1 dengan kelompok P3 terdapat perbedaan yang bermakna. Pada kelompok P2 dan kelompok P3,selain diberi CCl4 juga diberikan ekstrak daun talok. Peran CCl4 sebagai induktor nefrotoksik akan dinetralkan dengan pemberian ekstrak daun talok. Dalam hal ini ekstrak daun talok mengandung kelompok senyawa atau lignan antara lain flavonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol (Zakaria, 2007). Kelompok senyawa atau lignan dari daun talok ini menunjukkan aktivitas antioksidatif (Priharyanti, 2007). Aktivitas antioksidatif daun talok yaitu pengikatan radikal bebas, dekomposisi peroksida, pengikatan katalis ion logam transisi, pencegahan inisiasi, dan berlanjutnya kerusakan rantai hydrogen (Zakaria, 2007). Adanya efek perlindungan ekstrak daun talok tersebut akan melindungi ginjal mencit dari kerusakan yang diinduksi oleh CCl4. Pada kelompok P2, yaitu kelompok yang mendapatkan pemberian CCl4 dan ekstrak daun talok dengan dosis 4 mg/ 20 g BB mencit, didapatkan 2 sampel dengan tingkat kerusakan berat, 9 sampel dengan tingkat kerusakan ringan, dan 25 sampel normal. Sedangkan pada kelompok P3, yaitu kelompok yang mendapatkan pemberian CCl4 dan ekstrak daun talok dengan dosis 8 mg/ 20 g BB mencit didapatkan 5 sampel dengan tingkat kerusakan ringan dan 31 sampel normal tanpa adanya sampel dengan tingkat kerusakan berat. Sebagian besar sampel kelompok P2 dan P3 menunjukkan gambaran histologis ginjal yang normal, yang secara statistik terdapat perbedaan bermakna dengan kelompok P1 dengan sebagian besar sampel menunjukkan gambaran histologis tingkat kerusakan berat. Gambaran histologis ginjal mencit yang didapatkan pada kelompok P2 terdapat perbedaan yang bermakna dengan kelompok K. perbedaan ini timbul karena pada kelompok P2 masih didapatkan gambaran histologis ginjal dengan kerusakan ringan dan berat, tetapi sekitar 70% menunjukkan gambaran yang normal, yaitu sebanyak 25 gambaran normal dari 36 sampel. Hal ini meunjukkan bahwa dosis pemberian ekstrak daun talok pada kelompok P2 dapat mengurangi kerusakan pada ginjal akibat radikal bebas CCl4, Adapun gambaran histologis ginjal mencit pada kelompok P3 terdapat perbedaan yang bermakna dengan kelompok K. Perbedaan ini timbul karena pada kelompok P3 masih didapatkan gambaran histologis ginjal dengan kerusakan ringan dan berat, tetapi sekitar 86% menunjukkan gambaran yang normal, yaitu sebanyak 31 gambaran normal dari 36 sampel. Hal ini meunjukkan bahwa dosis pemberian ekstrak daun talok pada kelompok P3 dapat mengurangi kerusakan pada ginjal akibat radikal bebas CCl4.

Pada kelompok P2, yang mendapatkan pemberian dan ekstrak daun talok dengan dosis 4 mg/ 20 gBB gambaran histologis ginjal yang mengalami kerusakan ringan maupun berat lebih banyak dibanding kelompok P3, yaitu kelompok yang mendapatkan pemberian CCl4 dan ekstrak daun talok dengan dosis 8 mg/ 20 g BB. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun talok dengan dosis 8 mg/ 20 gBB menunjukkan hasil yang lebih baik terhadap gambaran histologis ginjal pada mencit, yaitu didapatkan gambaran histologis ginjal sebagian besar normal. Hal ini menunjukkan bahwa dosis ekstrak daun talok sebesar 8 mg/20 gBB lebih efektif dibandingkan dosis 4 mg/ 20gBB untuk mengurangi kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh radikl bebas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ekstrak daun talok dapat mengurangi kerusakan histologis ginjal mencit yang diinduksi CCl4.

VI. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan

Pemberian ekstrak daun talok (Muntingia calabura L.) dapat mengurangi kerusakan sel tubulus proksimal ginjal akibat nefrotoksisitas CCl4 pada mencit.B. Saran

1. Dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan dosis yang lebih bervariasi, sehingga dapat diketahui dosis yang lebih efektif dalam mengurangi kerusakan ginjal yang diinduksi CCl4.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak daun talok (Muntingia calabura L.) dalam mengurangi kerusakan organ tubuh lainnya.DAFTAR PUSTAKAGoodman, Louis & Gilman, 2001. The Pharmalogical: Basis of Therapeutics. 4th ed. Macmillan Publishing Co., Inc. New York. pp : 939-941.

Handajani, Sri, dkk., 2006. The Queen of Seeds: Potensi Agribisnis Komoditas Wijen. Yogyakarta : Andi.Hardono, Joko. 1997. Obat Tradisional dalam Zaman Teknologi. Majalah Kesehatan Masyarakat. 56 : 3=6.

Hodgsons, Enest & Levi, Patricia E., 2000. A Text Book of Modern Toxicology. 2nd ed. McGraw-Hill Companies Inc. USA. pp : 207-210.Junqueira C, Carneiro Jos, Kelley Robert, 1997. Histologi Dasar. Edisi 8. Jakarta : EGC. pp : 393-407.

Lukitasari, Rizkina, 2006. Efek Protektor Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L. Urban) terhadap Kerusakan Sel-Sel Hepar Mencit Akibat Paparan Karbon Tetraklorida. Surakarta : Fakultas Kedokteran UNS. SkripsiLu F.C. 1995. Toksikologi Dasar : Asas, Organ, Sasaran dan Penilaian Resiko. Penerjemah : Edi Nugroho. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Hal : 206-223Murthi, Bhisma, 1994. Penerapan Metode Statistik Non Parametrik Dalam Ilmu-Ilmu Kesehatan. Jakarta : PT Gamedia Pustaka Utama.Price, Sylvia Anderson & Wilson Lorraine Mc Carty, 1995. Patofisiologi. Jakarta : EGC. pp: 769-775.Priharyanti, Dwi. 2007. Muntingia calabura. http://florabase.calm.wa.gov.au/browse/flora?f=220&level=f&id=220 (15 Juli 2008) Robbins & Kumar, 1995. Buku Ajar Patologi II. Edisi 4. Jakarta : EGC. pp : 8-9 ; 203-204.

Sartono. 2002. Racun dan Keracunan. Widya Medika. pp : 241-243.Sentra IPTEK net. 2005. Kersen (Talok). http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?mnu=2&id=277 - 17k (10 Juli 2008)Siong, Pik. 2004. Efek Pemberian Minyak Wijen (Sesamun Indicum Linn) Terhadap Kerusakan Sel Hati Mencit yang Diinduksi Karbon Tetraklorida. Surakarta : Fakultas Kedokteran UNS. Skripsi.Taufiqqurohman, M. Arief, 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan. Surakarta : CSGF. Trilaksani, Wini. 2003 Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan

Peran Terhadap Kesehatan. http://tumoutou.net/6_sem2_023/ (13 Juli 2008)Wiwied, Ekasari. 2009. Tanaman Obat Berkhasiat Besar. http://www.pandjihomepage.com ( 10 Februari 2009)

Young, Barbara & Weath John W., 2000. Functional Histology. 4th ed. Sydney: Churchill Livingstone. pp : 300-301.Zakaria Zainul Amiruddin. 2007. Free Radical Scavenging Activity of Some Plants Available in Malaysia. IJPT 6: 87-91

Zakaria Zainul Amiruddin, Mustapha Safarul, Sulaiman Mohd. Roslan, Mat Jais Abdul Manan, Somchit Muhammad Nazrul, Abdullah Fatimah Corazon. 2007. The Antinociceptive Action of Aqueous Extract from Muntingia calabura Leaves: The Role of Opioid Receptors. Med Princ Pract. 16:130136.

Keterangan:

= menstimulasi

= menghambat

Donor ion hidrogen

Kerusakan sel tubulus proksimal ginjal berkurang

terhambat

Kadar peroksidasi lipid terhambat

Bereaksi dengan as lemak tak jenuh membran sel tubulus proksimal ginjal

Menghasilkan radikal bebas CCl3dan CCl3O2

Antioksidan

- flavonoid

- saponin

- polifenol

- tannin

- triterpene

Biotransformasi CCl4 oleh sitokrom P450 tubulus proksimal ginjal

Ekstrak DaunTalok

Memutus rantai lipofilik

peroksidasi lipid

Mencit jantan putih

CCl4 dosis toksik

13

10

9

6

4

3

13