Isi Penelitian ASI Wonoayu New - Dipake2
-
Upload
rezachandra -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of Isi Penelitian ASI Wonoayu New - Dipake2
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Air Susu Ibu (ASI) terbukti secara alami memberi manfaat bagi bayi dan ibu.
Bagi ibu dapat mempercepat pemulihan kondisi pasca melahirkan dan bisa sebagai alat
kontrasepsi alami (penundaan kehamilan). Sedangkan bagi bayi, Asi sangat baik dari
aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, aspek neurolik, aspek
ekonomik. Disamping itu, ASI juga dapat melindungi bayi dari sindroma kematian
mendadak (Sudden Infant Death Syndrome / SIDS).
Di Kecamatan Wonoayu pada tahun 2014 bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif
sebesar 39,61% atau 444 dari 1.121 bayi yang ada, ada kenaikan bila dibanding cakupan
tahun 2012 yaitu bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif sebesar 25,38% atau 303 dari
1.194 bayi yang ada.
Dari data yang di terima, desa Mojorangagung pada tahun 2014 menjadi desa
dengan pemberian ASI tertinggi di kecamatan Wonoayu dengan persentase sebesar
100% atau 7 dari 8 bayi dan Desa Lambangan dengan presentase sebesar 19,35% atau 6
dari 32 bayi, yang merupakan desa dengan pemberian ASI Eksklusif terendah dari 23
desa yang ada di Kecamatan Wonoayu. Sehingga dari data di atas, peneliti mengambil
Desa Lambangan Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian :
Adakah beberapa faktor risiko ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan dalam pemberian
asi Eksklusif di Desa Lambangan , Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo Agustus
2014 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menganalisis Adakah beberapa faktor risiko ibu yang mempunyai bayi
6-12 bulan dalam pemberian asi Eksklusif di Desa Lambangan , Kecamatan
Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014 ?
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik ibu.
2
b. Mengidentifikasi usia ibu yang memiliki bayi usia > 6 bulan – 12 bulan
tentang ASI Eksklusif di Desa Lambangan Kecamatan Wonoayu
Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
c. Menganalisis faktor risiko usia ibu yang memiliki bayi usia > 6 bulan –
12 bulan terhadap pemberian ASI ekslusif di Desa Lambangan
Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
d. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi usia > 6
bulan bulan – 12 bulan tentang ASI Eksklusif di Desa Lambangan
Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
e. Menganalisis faktor risiko tingkat pengetahuan ibu yang memiliki bayi
usia > 6 bulan – 12 bulan terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa
Lambangan Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
f. Mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu yang memiliki bayi usia > 6
bulan – 12 bulan tentang ASI Eksklusif di desa Lambangan kecamatan
Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
g. Menganalisis faktor risiko tingkat pendidikan ibu yang memiliki bayi
usia > 6 bulan – 12 bulan terhadap pemberian ASI Eksklusif di desa
Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
h. Mengidentifikasi pekerjaan ibu yang memiliki bayi usia > 6 bulan – 12
bulan tentang ASI Eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu
Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
i. Menganalisis faktor risiko pekerjaan ibu yang memiliki bayi usia > 6
bulan – 12 bulan terhadap pemberian ASI Eksklusif di desa Lambangan
kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014
j. Mengidentifikasi jumlah penghasilan ASI Eksklusifala keluarga ibu
yang memiliki bayi usia > 6 bulan – 12 bulan tentang ASI Eksklusif di
desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus
2014
k. Menganalisis faktor risiko jumlah penghasilan ASI Eksklusifala keluarga
ibu yang memiliki bayi usia > 6 bulan – 12 bulan terhadap pemberian
ASI Eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten
Sidoarjo Agustus 2014.
3
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu informasi bagi
masyarakat tentang masalah pemberian ASI Eksklusif dan memotifasi
masyarakat agar lebih bisa meningkatkan pemberian ASI Eksklusif.
2. Bagi Puskesmas Wonoayu
Bahan masukan bagi puskesmas Wonoayu dalam menentukan langkah-
langkah untuk mencari solusi atas masalah memengaruhi pemberian ASI
Eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.
3. Bagi daerah lain
Bahan masukan yang bermanfaat dalam memecahkan masalah
pemberian ASI Eksklusif di daerah lain yang memiliki kondisi desa yang
serupa.
4. Penulis
Sebagai prasyarat yang harus dipenuhi dalam tugas kepaniiteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan bahan penelitian lebih lanjut.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak satupun makanan
lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai kelebihan yang meliputi
tiga aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek kejiwaan berupa jalinan kasih
sayang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak (Depkes RI, 2005).
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2009). ASI Eksklusif
(menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2
tahun (Kristiyansari, 2009). ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa
makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama
kehidupan (Depkes RI, 2005).
B. Kandungan ASI
Air susu ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6
bulan pertama kehidupan, dianjurkan pada masa ini bayi hanya diberikan ASI.
Kandungan zat gizi dalam ASI, menurut Soedibyo S. (1997) yaitu :
1. ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam
jumlah yang tepat.
2. ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan
laktosa merupakan zat yang diperlukan bayi manusia.
3. ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan pertama
tidak memerlukan vitamin tambahan.
4. ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat
besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi yang
disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat besi.
5. ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
6. ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat.
4
5
C. Manfaat ASI
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus
diberikan ASI Eksklusifada bayi segera setelah dilahirkan atau paling lambat 30 menit
setelah lahir, karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang produksi
ASI selanjutnya. ASI yang keluar beberapa hari setelah persalinan disebut kolostrum
(Depkes RI, 2005).
Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan ASI
Eksklusifada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun
mencukupi kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan masakan pralaktal
(sebelum ASI lancar diproduksi) lain harus harus dihindari (Depkes RI, 2005).
Pada usia 0 – 6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja (ASI esklusif), karena
produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh
kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI pada umur 0 – 4 bulan dapat
membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna
makanan bukan ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa menerima makanan bukan
ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, alergi dan bahaya
lain yang fatal. Tanda bahwa ASI Eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain bayi
tidak rewel dan tumbuh sesuai dengan grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
D. Cara ASI Melindungi terhadap Infeksi
Bayi yang disusui lebih sedikit terkena diare bila dibandingkan dengan bayi
yang diberikan makanan buatan. Bayi tersebut juga lebih sedikit menderita infeksi
saluran pernafasan dan telinga tengah. Bayi yang diberi ASI akan menderita infeksi
lebih sedikit, karena :
1. ASI bersih dan bebas bakteri sehingga tidak membuat bayi sakit.
2. ASI mengandung antibodi atau zat kekebalan immunoglobulin terhadap
banyak infeksi. Hal ini akan membantu melindungi bayi terhadap infeksi sampai
bayi bisa membuat antibodinya sendiri.
3. ASI mengandung sel darah putih atau leukosit hidup yang membantu
memerangi infeksi.
6
4. ASI mengandung zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bakteria
khusus yaitu laktobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi. laktobacillus
bifidus mencegah bakteria berbahaya lainnya tumbuh dan menyebabkan diare.
5. ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini mencegah
pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya yang memerlukan zat besi.
E. Pola pemberian ASI
Agar pemberian ASI Eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan
lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak dijadwal,
ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari. Ibu
menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui. Disamping
itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk
dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu
sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila
payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI, 2005).
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan psikologi
selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang menyusui
harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan, membuang rasa khawatir
yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya mencukupi untuk kebutuhan bayi
(Depkes RI, 1996).
F. Masalah Pemberian ASI
Kegagalan pemberian ASI Eksklusif akan menyebabkan kekurangan jumlah sel
otak sebanyak 15% – 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada
tahap selanjutnya. Pada umur 4 – 6 bulan (masa transisi), bayi terus minum ASI dan
mulai diperkenalkan dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI berbentuk
lumat atau setengah cair. Pada umur 6 – 9 bulan, kuantitas dan kualitas MP-ASI perlu
diperhatikan.MP-ASI diberikan sesuai dengan umur bayi, minimal diberikan 3 kali
sehari. Porsi MP-ASI setiap kali makan yaitu pada umur 6 bulan minimal 6 sendok
makan. Pada umur 7 bulan minimal 7 sendok makan. Pada umur 8 – 9 bulan berturut-
turut berikan 8 dan 9 sendok makan (Depkes RI, 2005).
7
Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan ASI Eksklusif ada
bayi agar pada saat umur 12 bulan, bayi sudah dapat makan bersama keluarga. Porsi
makan anak 12 bulan kira-kira separuh dari porsi orang dewasa. Pemberian ASI tetap
diberikan sampai bayi berumur 2 tahun. Makanan selingan yang bergizi (bubur kacang
hijau, biskuit, pepaya dan jeruk) perlu diberikan. Pada umur 24 bulan, secara bertahap
anak perlu disapih antara lain dengan menjarangkan waktu menyusui (Depkes RI,
1996).
Apabila ibu menghadapi masalah grafik pertubuhan bayi tidak sesuai KMS,
puting lecet, payudara bengkak, puting terbenam dan lain-lain dianjurkan menghubungi
petugas kesehatan, bidan, klinik laktasi di Rumah Sakit Sayang Bayi (RSSB) atau
Kelompok Pendudkung ASI (KPA). Bagi ibu pekerja dianjukan untuk tetap menyusui
sebelum dan sesudah bekerja (Depkes RI, 1996).
G. Apa yang dapat dilakukan oleh ibu pekerja
Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya. Dianjurkan untuk
mengikuti cara-cara dibawah ini untuk mencegah penurunan produksi ASI dan
penyapihan yang terlalu dini :
1. Sebelum ibu berangkat bekerja bayi harus disusui. Selanjutnya ASI diperas
dan disimpan untuk diberikan pada bayi selama ibu bekerja disamping susu
formula kalau masih diperlukan.
2. Bila mungkin, ibu pulang untuk menyusui pada tengah hari.
3. Bayi disusui lebih sering setelah ibu pulang kerja dan pada malam hari.
4. Tidak menggunakan susu formula pada hari libur.
5. Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah melahirkan, tunggu sampai 1 – 2
bulan untuk meyakinkan lancarnya produksi ASI dan masalah pada awal
menuyusui telah teratasi. Kalau ibu ingin memberikan susu formula dengan
menggunakan botol, maka dapat dicoba setelah ibu yakin bahwa bayinya telah
mampu menyusui pada ibu dengan baik untuk menghindari bayi bingung puting.
Pastikan bahwa hak azasi menyusui bagi ibu bekerja di sektor formal dan
informal didukung oleh pemerintah dan pengusaha. Mintalah menteri tenaga kerja untuk
mengesahkan konvensi perlindungan persalinan. Kampanyekan perlunya fasilitas dan
tetap memberi waktu menyusui atau memeras ASI ditempat kerja. Galilah cara-cara
8
kreatif untuk mendukung hak azasi menyusui ibu pekerja di sektor informal (Depkes RI,
2000).
Ditempat kerja, ibu dapat mengeluarkan ASI-nya dengan tangan dan disimpan
dalam wadah bersih, tertutup dan selanjutnya diberikan ASI Eksklusifadanya bayinya
saat ibu pulang kerumah. ASI yang dikeluarkan tadi dapat disimpan dan tidak rusak
selama 6 jam pada suhu kamar atau selama 24 jam dalam lemari es. Apabila bayi atau
anak sakit tetap teruskan menyusui dan berikan MP-ASI lebih cair atau lunak (Depkes
RI, 1996).
H. Cara Menyusui Bayi Terhadap Payudara Dalam Posisi Yang Benar
Cara-cara menyusui bayi dalam posisi yang benar yaitu :
1. Ibu harus duduk dan berbaring dengan santai. Kursi rendah biasanya jauh
lebih baik
2. Perhatikan cara memegang bayi sehingga bayi menghadap payudara dan
lambung bayi menempel pada ibu. Bila diinginkan ibu dapat mengendong bayi
diats bantal. Seluruh badan bayi harus menghadap payudara, tidak hanya
membelokkan ASI Eksklusifada bayi saja
3. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar ASI Eksklusifala dan
lehernya harus sedikit teregang.
4. Ibu harus memegang dan menawrkan seluruh payudaranya, tidak boleh
memencet puting susu atau aerolanya saja
5. Ibu menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting susu untuk
merangsang refleks rooting
6. Ibu menunggu sampai mulut bayi terbuka dan bayi ingin mulai menyusu,
serta cepat gerakan bayi ke payudara
7. Ibu harus mengarahkan bibir bawah bayi kedasar aerola. Hal ini membuat
puting susu diatas pusat mulut, sehingga puting mudah menyentuh dan
merangsang langit-langit (King FS, 2002).
9
Gambar 2. 1 Posisi yang benar saat menyusui (King, 2002)
I. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumberdaya
manusia. Menurut Andrew E. Sikula dalam Martoyo S. (1996) pendidikan adalah suatu
proses pendidikan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan prosedurnya
diorganisisr melalui konsep belajar manajerial perorangan dan pengetahuan teoritis
untuk tujuan umum.
Pendidikan diselenggarakan sebagi suatu proses pembudayaan dan
pembedayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan
diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan
diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi
segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan (Anonim, 2003).
Sciartino (1999) mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup merupakan
dasar dalam pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi serta
turut menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan
perilaku masyarakat. Menurut Sciartino, pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu
proses belajar yang memberikan latar belakang berupa mengajarkan ASI Eksklusifada
manusia untuk dapat berpikir secara obyektif dan dapat memberikan kemampuan untuk
menilai apakah budaya masyarakat dapat diterima atau mengakibatkan seseorang
merubah tingkah laku.
10
Menurut Maslow, motifasi berfaktor risiko dengan 5 (lima) macam kebutuhan
penting yang secara bersama dan membentuk hirarki yaitu :
1. Kebutuhan fisiologi (Physiologikal needs )
2. Kebutuhan rasa aman ( Safety needs )
3. Kebutuhan sosial ( Social needs )
Dari definisi di atas pendidikan dan latihan bersifat filosofis dan teoritis dan
lebih diarahkan untuk golongan manajer. Sedangkan latihan dimaksudkan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu
dalam waktu yang relatif singkat.
J. Istilah-istilah Yang Berhubungan dengan Pendidikan
1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
ASI Eksklusifribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003).
2. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan
jenis pendidikan tertentu (Anonim, 2005).
3. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan (Anonim, 2005).
4. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasaran
tingkatan perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan
kemampuan yang dikembangkan (Anonim, 2005).
5. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan
pendidikan suatu satuan pendidikan (Anonim, 2005).
6. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal dan informal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan (Anonim, 2005).
K. Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan
11
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
ASI Eksklusif pada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang bertanggung jawab (Anonim, 2003).
L. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskrimantif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural dan kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggaran sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multimakna.
3. Pendidikan diselenggarakan sebagi suatu proses pembudayaan dan
pembedayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan dielenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan (Anonim, 2003).
M. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami dan
pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif. Pengetahuan juga
berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang diperoleh dari hasil
belajar secara formal, informal dan non formal (Mangindaan, 1996) dalam Toruntju
(2005). Menurut Sarwono (1997) dalam Toruntju (2005) pengetahuan lebih bersifat
pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara obyektif.
Pengetahuan atau kognitif seseorang tentang ASI adalah hasil tahu yang terjadi
setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yang sebagian
12
besar diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan ini merupakan bagian
yang penting dalam membentuk perilaku seseorang. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa pengetahuan seseorang tentang ASI adalah merupakan hasil tahu seseorang
setelah melakukan berbagai penginderaan terhadap sejumlah obyek yang berkaitan
dengan pola pemberian ASI.
N. Status pekerjaan ibu
Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup
bagi anak-anak dan keluarga. Dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda yaitu sebagai
ibu rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu dituntut tanggung
jawabnya ASI Eksklusifada suami dan anak-anaknya, khususnya memelihara anak.
Keadaan yang demikian dapat mempengaruhi keadaan gizi keluarga khususnya anak
bayi dan usia sekolah. Ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
memperhatikan makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta
kurang perhatian dan pengasuhan ASI Eksklusif ada anak (Berg, A & Sajogyo, 1986).
O. Tingkat pendapatan keluarga
(Adisasmito, 2007) mengatakan di Indonesia dan negara lain menunjukkan
bahwa terdapat faktor risiko timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk, proporsi anak
yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan pendapatan. Semakin kecil
pendapatan penduduk, semakin tinggi persentase anak yang kekurangan gizi sebaliknya
semakin tinggi pendapatan semakin kecil persentase gizi buruk.
Menurut (Winarno, 1993) terdapat kecenderungan penurunan pengeluaran sesuai
dengan kenaikan pendapatannya, namun pengeluaran untuk pangan masih merupakan
bagian terbesar dari pengeluaran rumah tangga Indonesia, lainnya Winarno juga
menambahkan salah satu penyebab kurang gizi disebabkan oleh faktor ekonomi dan
sosial budaya yang secara nyata telah memberikan gambaran menyeluruh mengenai
masalah gizi di daerah masyarakat miskin. Faktor risiko pendapatan dan gizi dalam
keluarga didorong oleh pengaruh yang menguntungkan dari peningkatan pendapatan
untuk perbaikan kesehatan dan gizi. Sebaliknya jika pendapatan seseorang maka daya
beli berkurang sehingga kemungkinan kebiasaan makan dan cara lain menghalangi
perbaikan gizi sehingga kurang efektif untuk anak-anak.
FAKTOR INTERNAL
13
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan gambar :
: Faktor yang diteliti
: Faktor yang tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konsep, Modifikasi (Depkes RI, 2000).
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
1. Usia
2. Pengetahuan Ibu
3. Pendidikan Ibu
4. Pekerjaan Ibu
5. Penghasilan Keluarga
FAKTOR EKSTERNAL
1. Pelayanan Kesehatan
2. Lingkungan
13
14
Penjelasan :
Penelitian disusun dengan kerangka konsep pemberian ASI Eksklusif menjadi 2
(dua) bagian besar. Faktor internal diindikatori oleh penilaian seperti pendidikan,
pengetahuan, pekerjaan ibu dan penghasilan keluarga. Faktor eksternal diindikatori
penilaian berupa pelayanan kesehatan dan lingkungan.
Penelitian berjudul beberapa faktor risiko ibu yang mempunyai bayi 6-12 bulan
dalam pemberian asi Eksklusif di Desa Lambangan , Kecamatan Wonoayu, Kabupaten
Sidoarjo Agustus 2014, yang diteliti adalah faktor internal.
B. Hipotesis
1. Ada faktor risiko antara usia ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di desa
Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
2. Ada faktor risiko antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di
desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
3. Ada faktor risiko antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di
desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
4. Ada faktor risiko antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di
desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
5. Ada faktor risiko antara penghasilan keluarga dengan pemberian ASI
Eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus
2014.
15
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan rancangan
case-control analytic study yaitu rancangan penelitian epidemiologi yang mempelajari
faktor risiko antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus
(dengan paparan) dan kelompok kontrol (tanpa paparan) secara retrospektif untuk
mengidentifikasi kemungkinan faktor risikonya (Dawson, 2004). Dimana penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui faktor risiko beberapa faktor yang memengaruhi
pemberian ASI ekslusif Desa Lambangan Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo
pada Agustus 2014.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di Desa Lambangan Kecamatan Wonoayu Kabupaten
Sidoarjo, dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus - 13 September 2014.
C. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia > 6 bulan
bulan – 12 bulan di Desa Lambangan Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo, ,
sejumlah 30 orang.
Sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi
sebagai berikut:
1. Ibu yang memiliki bayi usia > 6 bulan bulan – 12 bulan bertempat tinggal di
Desa Lambangan, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo.
2. Mampu berkomuniksi dengan baik.
3. Bersedia diwawancarai.
Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia
≤ 6 bulan bulan – > 12 bulan .
Karena terdapat 6 kasus pemberian ASI Eksklusif selama 2013, maka sesuai
case-control study, peneliti mengalokasikan jumlah subjek yang diteliti disesuaikan
dengan standar minimal 30 yang akan menghasilkan distribusi normal (Dawson, 2004).
Kontrolnya adalah sebagai penentuan faktor yang memengaruhi pemberian ASI
15
16
ekslusif. Maka besar kontrol yaitu 30 (standar minimal) dikurangi jumlah kasus ( 22 )
sehingga kontrolnya menjadi 8.
D. Variable Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
tertentu. Variabel-variabel dalam penelitian ini,yaitu:
1. Variabel Bebas atau Variabel Independent :
a) Usia ibu
b) Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif
c) Tingkat pendidikan ibu
d) Jenis pekerjaan ibu
e) Tingkat penghasilan keluarga
2. Variabel Terikat atau Variabel Dependent :
Pemberian ASI ekslusif di Desa Lambangan, Kecamatan Wonoayu,
Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada
ibu yang mempunyai bayi usia > 6 bulan bulan – 12 bulan , meliputi :
a. Karakteristik ibu (usia ibu, pengetahuan ibu, pendidikan ibu, pekerjaan
ibu dan penghasilan keluarga)
b. Karakteristik anak (umur dan jenis kelamin)
2. Data sekunder didapatkan dari data yang ada di Puskesmas Wonoayu
Kabupaten Sidoarjo, yaitu seluruh data tentang ibu yang memiliki bayi usia > 6
bulan bulan – 12 bulan yang memberikan ASI ekslusif di Desa Lambangan
Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo pada bulan Agustus 2014.
F. Definisi Operasional Variabel
Tabel IV. 1 Definisi Operasional
NO VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL
KATEGORI SKALA
1. ASI ekslusif pemberian ASI saja a. Diberi asi Nominal
17
pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain
b. tidak diberi asi
2. Usia Rentang waktu antara saat lahir sampai saat pengambilan data, dihitung saat ulang tahun terakhir. (Nugroho,2000)
a. Usia ≤ 18 - 25 (elderly adulhood )
b. Usia > 25 - 60 (middle years)
Nominal
3. Pendidikan ijazah tertinggi yang diraih responden. Mulai dari tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, Perguruan tinggi/Akademi. Bila tidak memiliki ijazah dimasukkan golongan tidak sekolah / tidak tamat SD/MI.
a. Kurang: < Wajib
belajar 9 tahunb. Cukup
: ≥ Wajib belajar 9 tahun.
Nominal
4. Pengetahuan kemampuan ibu untuk menjawab pertanyaan mengenai ASI Eksklusif. Meliputi: Manfaat ASI, Pengertian ASI Eksklusif, alasan pemberian ASI Eksklusif, faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif, cara menyusui yang benar.
a. Pengetahuan kurang : Jika jawaban benar (< 80%)
b. Pengetahuan baik : Jika jawaban benar ( >80% - 100%)
Nominal
5. Pekerjaan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden sehingga memperoleh penghasilan (Notoatmodjo ,2010), Secara berurutan kriteria jenis pekerjaan diperkirakan menyebabkan kontak ibu dengan anak memakan waktu lebih lama sampai kurang lama yaitu: PNS atau Karyawan, Wiraswasta
a. Berkerjab. Tidak Bekerja
Nominal
18
atau Pedagang, Tani atau Buruh Tania atau Buruh, Ibu rumah tangga atau Tidak bekerja.
6. Penghasilan jumlah penghasilan yang didapat oleh keluarga dalam setiap bulannya, baik penghasilan ibu maupun bapak sebagai kepala keluarga. Tingkat penghasilan dikelompokkan menurut UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten Sidoarjo 2014
a. Penghasilan kurang : < Rp. 2.190.000,00
b. Penghasilan cukup : ≥ Rp. 2.190.000,00
Nominal
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dapat dibagi dalam beberapa tahapan
sebagai berikut :
a. Editing
Melakukan pengecekan kelengkapan data, kesinambungan data dan
keseragaman data sehingga menjamin validitas data.
b. Data entry
Memasukkan data ke dalam computer atau penyusunan secara manual.
c. Tabulating
Pengelompokan data dalam membentuk tabel sesuai bentuk variabel
yang akan dianalisis, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang.
d. Describing
Menggambarkan dan menerangkan data.
e. Analysis
Melakukan analisis dari persentase data yang didapat .
19
2. Analisis data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan suatu
data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara berkelompok (Riyanto,
2009). Tujuan dilakukan analisis ini adalah untuk menganalisiskan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti (Hastono, 2007).
Menurut Hastono (2007), pada dasarnya analisis merupakan
kegiatan meringkas suatu kumpulan data menjadi ukuran tengah dan
ukuran variasi, kemudian selanjutnya membandingkan gambaran-
gambaran tersebut antara satu kelompok subyek dan kelompok subyek
lain, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam analisis. Bentuk
peringkasan data dibedakan menurut jenis datanya yaitu numerik atau
kategorik. Pada data kategorik peringkasan data hanya menggunakan
distribusi frekuensi dengan ukuran persentase atau proporsi. Bentuk
penyajian analisis univariat dapat berupa tabel atau grafik. Analisis
univariat pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis variabel
dependen (pemberian ASI Eksklusif) dan variabel independen (umur ibu,
pendidikan ibu, pengetahuan, pekerjaan ibu dan penghasilan keluarga)
secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan
proporsinya.
2. Analisis bivariant
Analisis bivariant digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan yang signifikan antara dua variabel, atau bisa juga digunakan
untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara dua atau
lebih kelompok (Hastono,2007)
Pada penelitian ini menggunakan tabel silang untuk mengetahui
gambaran faktor risiko variabel-variabel bebas dengan pemberian ASI
Eksklusif di Desa Lambangan Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo
Agustus 2014.
20
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Data Desa
a. Kelurahan : Lambangan
b. Kecamatan : Wonoayu
c. Kabupaten/ kotamadya DATI II : Sidoarjo
d. Propinsi DATI I : Jawa Timur
2. Data Geografi
a. Luas dan Batas Wilayah
Luas desa atau kelurahan : 168,591 Ha
b. Batas Wilayah
1) Sebelah Utara : Desa Beciro Ngengor dan Desa Karang puri
Kecamatan Wonoayu
2) Sebelah Selatan : Desa Ploso dan Desa Mulyodadi Kecamatan
Wonoayu
3) Sebelah Barat : Desa Plaosan Kecamatan Wonoayu
4) Sebelah Timur : Desa Sawocangkring dan Desa Wonokasian
Kecamatan Wonoayu
c. Kondisi Geografis
1) Ketinggian tanah 13 meter dari permukaan laut
2) Topografi termasuk daerah dataran rendah
3) Suhu udara rata-rata ± 23 - 33 °C
d. Jarak :
20
21
1) Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan ± 5 km
2) Jarak dari ibu kota DATI II ± 15 km
3) Jarak dari ibu kota provinsi ± 27 km
3. Data Demografi
Jumlah penduduk Desa Lambangan :
a. Jumlah penduduk laki-laki : 1672 jiwa
b. Jumlah penduduk perempuan : 1486 jiwa
4. Sarana dan Prasarana Kesehatan :
a. Jumlah Posyandu : 1 posyandu
b. Bidan Desa : 1 orang
c. Jumlah Posyandu lansia : -
d. Jumlah Wonoayu Posyandu : -
e. Dokter praktik swasta : -
B. Karakteristik Responden
1. Berdasarkan usia
Tabel V.1 UsiaUsia Jumlah Persentase (%)
Usia > 25 - 60 19 63,33Usia ≤ 18 - 25 11 36,66
Total 30 100Sumber : hasil survei, 2014
22
37%
63%
Usia ≤ 18 - 25 (elderly adulthood )Usia > 25 - 60 (middle years)
Gambar V.1 Distribusi responden berdasarkan usia
2. Berdasarkan tingkat pendidikan Tabel V.2: Tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tidak tamat SD/MI 0 0
Tamat SD/MI 4 13,33
Tidak tamat SMP/MTs 3 10
Tamat SMP/MTs 9 30
Tidak tamat SMA/MA 2 6,66
Tamat SMA/MA 11 36,66
Tidak tamat Perguruan Tinggi / Akademi
1 3,33
Tamat Perguruan Tinggi / Akademi 0 0
Total 30 100Sumber : Hasil Survei, 2014
23%
77%
Kurang (Tidak tamat wa-jib belajar 9 tahun)Cukup (Minimal Tamat wajib belajar 9 tahun)
Gambar V.2 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
23
3. Berdasarkan tingkat pengetahuan
Tabel V.3: Tingkat pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Cukup 11 36,66
Kurang 19 63,33
Total 30 100Sumber : Hasil Survei, 2014
37%
63%
Cukup (bila jawaban benar ≥80%) Kurang (bila jawaban benar <80%)
Gambar V.3 Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan
4. Berdasarkan jenis pekerjaan
Tabel V.4 : Jenis pekerjaan
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)PNS/Karyawan 6 20Wiraswasta/Pedagang 0 0
Tani/Buruh tani/Buruh 2 6,66IRT/Tidak bekerja 22 73,33Total 30 100Sumber : Hasil Survei, 2014.
24
27%
73%
Bekerja Tidak Bekerja
Gambar V.4 Distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan
5. Berdasarkan tingkat penghasilan
Tabel V.5: Tingkat Penghasilan
Tingkat Penghasilan Jumlah Persentase (%)Kurang 27 90Cukup 3 10
Total 30 100Sumber : Hasil Survei, 2014.
90%
10%
Kurang (Penghasilan keluarga < Rp.2.190.000)Cukup (Penghasilan keluarga ≥ Rp. 2.190.000)
Gambar V.5 Distribusi responden berdasarkan tingkat penghasilan keluarga.
25
C. Analisis data bivariat
1. Analisis usia sebagai faktor risiko dalam pemberian ASI Eksklusif
Tabel V.6 : Analisis usia sebagai faktor risiko dalam pemberian ASI Eksklusif
Usia ASI EKSKLUSIFTotal (%)
Ya (%) Tidak (%)
Usia > 25 - 60 14 73,68% 5 26,31% 19 100%
Usia ≤ 18 - 25 8 72,72% 3 27,27% 11 100%
Total 22 73,33%
8 26,66% 30 100%
Sumber : Hasil Survei, 2014
OR(14/5) : (8/3) = 1,05
Tabel V.6 menunjukkan bahwa ibu dengan usia dewasa penuh 1,05 kali
memberikan ASI ekslusif dibandingkan dengan ibu dengan usia dewasa muda.
Hal ini menunjukkan usia menjadi faktor risiko bagi seorang ibu untuk
memberikan ASI eksklusif.
2. Analisis tingkat pendidikan sebagai faktor risiko dalam pemberian
ASI Eksklusif
Tabel V.7 : Analisis tingkat pendidikan sebagai faktor risiko dalam pemberian ASI Eksklusif
Tingkat Pendidikan
ASI EKSKLUSIFTotal (%)
Ya (%) Tidak (%)
Cukup 17 73,91% 6 26,08% 23 100%
Kurang 5 71,42% 2 28,57% 7 100%
Total 22 73,33%
8 26,66% 30 100%
Sumber : Hasil Survei, 2014.
OR(17/6) : (5/2) = 1,13
Tabel V.7 menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pendidikan yang cukup
1,13 kali memberi ASI ekslusif dibanding yang pendidikannya kurang.
26
Berdasarkan data ini, peneliti berpendapat bahwa tingkat pendidikan merupakan
salah satu faktor risiko seorang ibu dalam memberikan ASI EKSLUSIF
3. Analisis tingkat pengetahuan sebagai faktor risiko dalam pemberian asi eksklusif
Tabel V.8: Analisis tingkat pengetahuan sebagai faktor risiko dalam Pemberian ASI Eksklusif
Tingkat Pengetahuan
ASI EKSKLUSIFTotal (%)
Ya (%) Tidak (%)
Cukup 8 72,72% 3 7,27% 11 100%
Kurang 14 73,68% 5 26,31% 19 100%
Total 22 73,33% 8 26,66% 30 100%Sumber : Hasil Survei, 2014.
OR
(8/3) : (14/5) = 0,95
Tabel V.8 menunjukkan bahwa ibu dengan pengetahuan tentang ASI yang
cukup, 0,95 kali memberikan ASI eksklusif dibanding Ibu yang tidak memiliki
pengetahuan cukup. Maka peneliti mengasumsikan bahwa ada faktor risiko
antara tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eklsklusif pada anak bayi
mereka
4. Analisis faktor risiko jenis pekerjaan dalam pemberian ASI eksklusif
Tabel V.9 : Analisis faktor risiko jenis pekerjaan dalam pemberian ASI eksklusif
Jenis Pekerjaan ASI EKSKLUSIF Total (%)
Ya (%) Tidak (%)
Tidak Berkerja 18 81,81% 4 18,18% 22 100%
Berkerja 6 75% 2 25% 8 100%
Total 24 80% 6 20% 30 100%Sumber : Hasil Survei, 2014.
OR
(18/4) : (6/2) = 1,5
27
Tabel V.9 menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja 1,5 kali
memberikan ASI ekslusif dibanding ibu yang bekerja. Maka peneliti
mengasumsikan bahwa ada faktor risiko antara jenis pekerjaan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif pada anak bayi mereka
5. Analisis Faktor risiko Tingkat Penghasilan dalam Pemberian ASI eksklusif
Tabel V.10 : Analisis Faktor risiko Tingkat Penghasilan dalam Pemberian ASI eksklusif
Tingkat Penghasilan ASI EKSKLUSIFTotal (%)
Ya (%) Tidak (%)
Cukup 3 100% 0 0% 3 100%Kurang 19 70,37% 8 29,62% 27 100%Total 22 73,33% 8 26,66
%
30 100%
Sumber : Hasil Survei, 2014.
OR
(3/~) : (22/8) = ~
Tabel V.10 menunjukkan bahwa ibu yang berpenghasilan cukup, tidak
terhingga kali memilih memberikan ASI ekslusif dibanding dengan ibu yang
berpenghasilan kurang. Maka peneliti mengasumsikan bahwa ada faktor risiko
antara tingkat penghasilan orang tua dengan Pemberian ASI eksklusif pada anak
bayi mereka.
28
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Pengaruh faktor risiko usia ibu dalam pemberian ASI eksklusif
Dari tabel V.6 diperlihatkan bahwa ibu dengan usia dewasa penuh 1,05 kali
memilih memberikan ASI ekslusif dibanding ibu yang berusia dewasa muda. Angka ini,
walaupun tetap menunjukkan adanya faktor risiko, namun tidak terlalu berbeda jauh.
Artinya, baik pada umur dewasa muda maupun dewasa penuh hampir sama dalam hal
memilih memberikan ASI ekslusif.
B. Pengaruh faktor risiko tingkat pendidikan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif
Hasil analisis Tabel V.7 menunjukkan bahwa pada kelompok ibu dengan tingkat
pendidikan yang cukup (minimal SMP/sederajat) 1,13 kali memilih memberikan ASI
ekslusif dibanding ibu dengan pendidikan di bawah SMP. Angka Odds Ratio sebesar
1,13 tersebut menggambarkan keputusan ibu untuk memberikan ASI ekslusif maupun
tidak, hampir sama dalam kedua kelompok. Baik yang berpendidikan cukup maupun
berpendidikan di bawahnya.
Walau demikian, hal ini sekaligus dapat menjadi peluang bagi kader-kader
kesehatan bahwa sosialisasi pemberian ASI ekslusif dapat diberikan secara universal
tanpa memandang tingkat pendidikan ibu. Perlu adanya langkah-langkah mengenai
peningkatan pengetahuan atau pemahaman tentang ASI eksklusif melalui berbagai
penyuluhan. Penyuluhan sebaiknya dicari waktu yang tepat sesuai dengan kesempatan
yang dimiliki oleh ibu-ibu beranak bayi. Demikian juga perlu ditentukan siapa yang bisa
berperan sebagai agen perubahan (change agent) apakah tokoh-tokoh masyarakat,
petugas Puskesmas, atau pihak yang oleh masyarakat sebagai key person. Metode
penyuluhan sebaiknya juga dicari inovasi baru, tidak monoton seperti metode ceramah
dan sejenisnya yang selama ini dipandang membosankan. Pendekatan personal secara
persuasive mungkin bisa dicoba dalam memecahkan masalah ini.
29
C. Pengaruh faktor risiko tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif
Dari tabel V.8 diketahui bahwa kelompok ibu yang cukup memiliki
pengetahuan tentang ASI eksklusif, justru pemberian ASI eksklusif lebih rendah
dibanding dengan kelompok ibu yang kurang memahami tentang ASI eksklusif (Tabel
V.8) Dengan demikian, tingkat pemahaman tentang semua hal yang terkait dengan ASI
eksklusif bukan semata-mata penentu keputusan ibu untuk meberikan ASI ekslusif.
Hal ini menarik karena seharusnya dengan semakin bertambahnya
pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI ekslusif harusnya semakin mantap
pula untuk memilih memberikan ASI ekslusif. Namun pada penelitian ini, masih ada ibu
dengan pengetahuan cukup namun tetap tidak memberikan ASI ekslusif. Oleh karena
itu, perlu digali kembali faktor lain yang mempengaruhi ibu untuk memberikan ASI
ekslusif.
D. Pengaruh faktor risiko pekerjaan ibu dalam pemberian ASI eksklusif
Hal menarik ditunjukkan pada tabel V.9 di mana ibu yang tidak bekerja 1,5 kali
memilih meberikan ASI ekslusif dibanding ibu yang bekerja. Walaupun tidak sebesar
Odds Ratio dari faktor penghasilan, faktor pekerjaan ibu ini menjadi faktor risiko
pemberian ASI ekslusif.
Ibu yang tidak bekerja tentu lebih banyak waktu di rumah bersama bayinya.
Sehingga peluang memberikan ASI ekslusif lebih besar dibanding ibu-ibu yang bekerja.
Namun, dari hasil penelitian ada pula ibu yang tidak bekerja namun tetap tidak berhasil
memberikan ASI ekslusif. Begitu pula sebaliknya, ibu yang bekerja pun tetap ada yang
bisa memberikan ASI-nya secara ekslusif. Hal ini tentu perlu digali lebih dalam lagi
untuk mencari faktor-faktor lain yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya pemberian
ASI secara ekslusif ini.
E. Pengaruh faktor risiko tingkat penghasilan dengan pemberian ASI
eksklusif
Tabel V.10 menunjukkan bahwa ibu dengan penghasilan di atas 2.190.000
rupiah, tak terhingga kali memilih memberikan ASI ekslusif dibanding ibu yang
memiliki penghasilan di bawahnya. Rasio ini cukup besar dibanding beberapa faktor
sebelumnya. Hal ini menunjukkan, pendapatan ibu yang cukup menjadi faktor risiko ibu
28
30
untuk memberikan ASI ekslusif. Perlu dicari keterkaitan antara penghasilan ini terhadap
pemberian ASI ekslusif secara langsung. Bisa jadi dengan penghasilan yang cukup, ibu
tidak perlu lagi bekerja di luar rumah sehingga memberikan kesempatan baginya
memberikan ASI. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap hal
ini.
31
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Ada faktor risiko usia, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, jenis pekerjaan
dan penghasilan keluarga terhadap pemberian ASI ekslusif di desa Lambangan
kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
2. Jenis pekerjaan ibu dan jumlah penghasilan keluarga menjadi faktor risiko
tertinggi terhadap pemberian ASI ekslusif di desa Lambangan kecamatan
Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Agustus 2014.
B. SARAN-SARAN
1. Metode penyuluhan sebaiknya juga dicari inovasi baru, tidak monoton seperti
metode ceramah dan sejenisnya yang selama ini dipandang membosankan.
Pendekatan personal secara persuasif mungkin bisa dicoba dalam memecahkan
masalah ini, dengan mendatangi ibu-ibu yang terutama yang mempunyai bayi ke
rumah-rumah. Penyuluhan yang dapat diberikan berupa :
a. Pengetahuan tentang gizi bayi dan ASI eksklusif
b. Pengetahuan tentang manfaat ASI eksklusif
c. Pengetahuan mengenai kendala-kendala dalam pemberian ASI
ekslusif yang sering dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya
d. Penyuluhan tentang pola asuh yang baik dan asupan gizi yang sesuai
dengan tahapan perkembangan bayi.
2. Ibu sebaiknya turut andil dalam membantu ekonomi keluarga, dengan tidak
harus bekerja meninggalkan rumah. Misalkan diajarkan cara membuat
krupuk yang nantinya bisa dijual dirumah maupun dititipkan di sekitar
rumah. Pelatihan yang lain seperti merajut, pemanfaatan plastik bekas untuk
hiasan rumah dll. Sehingga, penghasilan keluarga dapat bertambah, namun
ibu tetap bisa ada di rumah dan berhasil memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Danuatmaja, Bonny; Meliasari, Mila. 40 Hari Pasca Persalinan. Puspa Swara ; Jakarta. 2007.
Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI. Jakarta. 1998.
Depkes RI. Standar Pelayanan Kebidanan, Dep, Kes RI. Jakarta. 2000
Departemen Kesehatan RI. Manajemen Laktasi. Jakarta. 2005.
Khomsan, Ali. Solusi Makanan Sehat. PT. Rajagravindo Persada ; Jakarta. 2006.
Kramer, MS, Kakuma R Infant growth and health outcomes associated with 3 compared with 6 mo of exclusive breastfeeding, American Journal of Clinical Nutrition, Vol. 78, No. 2, August 2003 dalam http://www.ajcn.org/cgi/content/abstract/78/2/291?ct. diakses pada 1 september 2014
Partiwi, Purwanti. Kendala Pemberian ASI Eksklusif, Bedah ASI. IDI DKI-BP FKUI ; Jakarta 2008.
Purwanti, Hubertin, S. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. EGC ; Jakarta. 2004.
Ramaiah, Savitri. ASI dan Menyusui. PT. Bhuana Ilmu Populer ; Jakarta. 2007.
Roesli, Oetami. Mengenal ASI Eksklusif, Trubus Agriwidya ; Jakarta. 2000.
Roesli, Oetami. ASI Eksklusif. Edisi II, Trubus Agriwidya ; Jakarta. 2004.
Roesli, Oetami. Petunjuk Praktis Menyusui, Trubus Agriwidya ; Jakarta. 2005.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2010.
Soetjiningsih, DSAK. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan ; EGC. 1997.
33