Isi Makalah

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masa kanak-kanak ovarium boleh dikatakan masih dalam keadaan istirahat, belum menunaikan faalnya dengan baik. Baru jika terjadi pubertas (akil balig), maka terjadilah perubahan-perubahan dalam ovarium yang mengakibatkan pula perubahan-perubahan besar pada seluruh badan wanita tersebut. Pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun dan dipengaruhi oleh keturunan, bangsa, iklim, dan lingkungan. Kejadian yang terpenting dalam pubertas ialah timbulnya haid yang pertama kali (menarche). Walaupun begitu menarche merupakan gejala pubertas yang lambat. Paling awal terjadi pertumbuhan payudara (thelarche), kemudian tumbuh rambut kemaluan (pubarche), disusul dengan tumbuhnya rambut di ketiak. Setelah tu barulah terjadi menarche, dan sesudah itu haid datang secara siklik. Haid (menstruasi) adalah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan menunaikan faalnya. Secara fisiologis menstruasi adalah proses hormonal dalam tubuh wanita sebagai hasil dari pelepasan ovum. Pelepasan itu terjadi ketika ovum yang ada di ovarium tidak dibuahi. Amenore adalah absennya perdarahan menstruasi. Amenore normal terjadi pada wanita prepubertal, kehamilan, dan postmenopause. Pada wanita usia reproduktif, yang harus diperhatikan pertama kali dalam mendiagnosa etiologi dari amenore adalah kehamilan. Apabila tidak ada kehamilan, barulah kita harus mencari alternatif lain untuk mencari etiologi dari amenore itu sendiri. Amenore primer adalah ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual sekunder normal atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuhan seksual sekunder tidak mendapatkan menstruasi. Diagnosa yang terjadi pada amenore primer termasuk diantaranya vaginal agenesis, sindroma insensitifitas androgen, sindroma Turner. Diagnosa yang lain tergantung pada pemeriksaan yang lain. B. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui penyebab terjadinya Amenorea 2.Mengetahui gejala dan tanda-tanda klinik pada pasien dengan Amenorea 3. Mengetahui cara penanganan atau pengobatan Amenorea 4.Mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada Pasien dengan Amenorea C. Manfaat Penulisan 1

Transcript of Isi Makalah

Page 1: Isi Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangDalam masa kanak-kanak ovarium boleh dikatakan masih dalam keadaan istirahat, belum menunaikan faalnya dengan baik. Baru jika terjadi pubertas (akil balig), maka terjadilah perubahan-perubahan dalam ovarium yang mengakibatkan pula perubahan-perubahan besar pada seluruh badan wanita tersebut. Pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun dan dipengaruhi oleh keturunan, bangsa, iklim, dan lingkungan. Kejadian yang terpenting dalam pubertas ialah timbulnya haid yang pertama kali (menarche). Walaupun begitu menarche merupakan gejala pubertas yang lambat. Paling awal terjadi pertumbuhan payudara (thelarche), kemudian tumbuh rambut kemaluan (pubarche), disusul dengan tumbuhnya rambut di ketiak. Setelah tu barulah terjadi menarche, dan sesudah itu haid datang secara siklik. Haid (menstruasi) adalah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan menunaikan faalnya. Secara fisiologis menstruasi adalah proses hormonal dalam tubuh wanita sebagai hasil dari pelepasan ovum. Pelepasan itu terjadi ketika ovum yang ada di ovarium tidak dibuahi. Amenore adalah absennya perdarahan menstruasi. Amenore normal terjadi pada wanita prepubertal, kehamilan, dan postmenopause. Pada wanita usia reproduktif, yang harus diperhatikan pertama kali dalam mendiagnosa etiologi dari amenore adalah kehamilan. Apabila tidak ada kehamilan, barulah kita harus mencari alternatif lain untuk mencari etiologi dari amenore itu sendiri. Amenore primer adalah ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual sekunder normal atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuhan seksual sekunder tidak mendapatkan menstruasi. Diagnosa yang terjadi pada amenore primer termasuk diantaranya vaginal agenesis, sindroma insensitifitas androgen, sindroma Turner. Diagnosa yang lain tergantung pada pemeriksaan yang lain.

B. Tujuan Penulisan1. Mengetahui penyebab terjadinya Amenorea2. Mengetahui gejala dan tanda-tanda klinik pada pasien dengan Amenorea3. Mengetahui cara penanganan atau pengobatan Amenorea4. Mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada Pasien dengan Amenorea

C. Manfaat Penulisan1. Memahami penyebab terjadinya amenorea2. Memahami gejala dan tanda-tanda klinik pada Pasien dengan Amenorea3. Memahami tindakan yang harus dilakukan pada Pasien dengan Amenorea4. Memahami manajemen asuhan keperawatan pada Pasien dengan Amenorea

1

Page 2: Isi Makalah

D. Sistematika PenulisanAdapun sistematika penulisan makalah ini yaitu:

Kata Pengantar Daftar IsiBab I PendahuluanA. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Manfaat PenulisanD. Sistematika Penulisan

Bab II Konsep DasarA. Konsep Dasar 1. Definisi 2. Anatomi Fisiologi 3. Etiologi 4. Patofisiologi5. Manifestasi Klinik6. Penatalaksanaan Medis7. Test Diagnostik 8. Komplikasi

B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan2. Diagnosa Keperawatan 3. Intervensi Keperawatan

Bab III Penutup Kesimpulan

Daftar Pustaka

2

Page 3: Isi Makalah

BAB IIKONSEP DASAR

1. DefinisiAmenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Prof. Dr dr Sarwono Prawiroharjo, 2005)

Amenorrhea bukan merupakan penyakit namun merupakan gejala. Amenorre dapat terjadi pada menopouse, sebelum pubertas, dalam kehamilan dan dalam masa laktasi. Bila tidak menyusukan, haid datang ± 3 bulan post partum namun bila menyusukan, haid datang pada bulan ke-66.

Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. (kamus istilah kedokteran)

Amenorrhea dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. amenorrhea primer

Amenorrhe primer berarti seorang perempuan belum mengalami haid setelah usia 18 tahun ke atas tidak mendapat haid tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder atau tidak terjadi haid sampai 14 tahun tanpa adanya tanda-tanda seks sekunder. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik, amenorrhea primer ini biasanya terjadi pada gadis dengan underweight atau pada aktivitas berat dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk memacu pelepasan hormon.

b. Amenorrhea sekunder

Amenorrhea adalah seorang wanita yang telah terjadi haid, tetapi haid terhenti untuk masa tiga siklus atau lebih dari enam bulan. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.

2. Anatomi Fisiologi

3

Page 4: Isi Makalah

4

Page 5: Isi Makalah

3. EtiologiAmenorrhea dapat terjadi akibat gangguan pada komponen yang berperan pada proses haid. Komponen tersebut digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Lingkungan

Kompartemen IV

Kompartemen III GnRH

Kompartemen II FSH LH

Kompartemen I

Estrogen Progesteron

Haid

a. Kelainan – kelainan tiap kompartemen yang bisa terjadi yaitu:

Kelainan Kompartemen I:

1) Kelainan saluran uterus

(a) Sindrom Asherman

Pada sindrom ini terjadi amenorrhea sekunder. Keadaan ini terjadi akibat kuretase

postpartum berlebihan sehingga terjadi sikatrik dan perlengketan. Endometrium

mungkin memiliki tekanan yang begitu besar. Pasien dengan asherman sindrom

dapat mengalamai keluhan lain seperti dismenorrhea dan hypomenorrhea. Pada

masa lalu, asherman sindorm diobati dengan dilatasi dan kuretase untuk

menghancurkan sikatrik. Sekarang dapat digunakan histeroskopi dengan

melisiskan adhesi dengan memotong dan membakar dengan hasil yang lebih baik

5

Susunan SSP

Hipotalamus (median eminence dan

hipofisi anterior )

Anterior pituitari

Ovarium

Uterus

Page 6: Isi Makalah

dibanding kuretase yang tidak terarah. Setelah dilakukan histeroskopi, perlu

dicegah terjadinya kembali perlengketan dengan memasang IUD. Dapat juga

menggunakan folley kateter pediatrik dengan memasukan 3 cc dan baru dilepas

setelah 7 hari sampai 9 hari.

(b) Mullerian anomali

Pada keadaan ini, vagina, servik dan uterus mungkin tidak ada. Atau pada keadaan

lain, uterus mungkin ada namun tidak terdapat rongga, atau terdapatnya rongga

namun endometrium sangat sedikit. Penanganan pada pasien ini dilakukannya

operasi dengan menggunakan teknik vecchietti atau teknik Frank untuk membentuk

saluran vagina buatan. Penundaan operasi dapat menyebabkan terjadinya

inflamasi.

(c) Insensitivitas Androgen (testicular feminization)

Insenitivitas androgen komplit didiagnosa bila didapatkan kanalis vagina namun

tidak didapatkan uterus. Pasien ini berupa pria pseudohermaprodit dimana

ketentuan pria ditentukan dari adanya kromosom XY dan pasien memilliki testes.

Pseudohermaprodit berarti genitalia berlawanan dengan gonad. Sehingga pada

pasien ini secara fenotip tampak seperti wanita tapi tidak ditemukannya rambut

pubis dan rambut ketiak. Pada pasien ini terdapat testosteron darah yang normal

atau sedikit meningkat dan kenaikan LH. Pada insensitivitas androgen inkomplit

(1:10 dibandingkan yang komplit), individu mendapat sedikit pengaruh androgen.

Individu ini mungkin memiliki pembesaran klitoris, dan phallus mungkin ada.

Rambut pubis dan ketiak ada dan terdapat pertumbuhan payudara.

Kelainan Kompartemen II

2) Kelainan ovarium

Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekunder.

30-40% amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium

(Gonadal disgenesis). Pasien ini dapat terdiri dari pasien dengan kariotip 45X

(50%), mosaik (25%), 46XX (25%). Wanita dengan gonadal disgenesis diseratai

amenorrhea sekunder berhubungan dengan kariotip 46xx, mosaik, 47 xxx ,dan

45x.

3) Sindrom Turner

Pada sindrom ini terjadi kehilangan satu X. Kromososm X aktif dalam oosit

untuk menghindari percepatan kematian folikel. Karena pada pasien ini terjadi

kekurangan folikel, terjadi kekurangan hormon sex gonadal saat pubertas

sehingga terjadi amenorrhea primer.

4) Kegagalan ovarium prematur

Sekitar 1% wanita akan mengalami hal ini sebelum usia 40 tahun. Hal ini juga

terjadi pada wanita dengan amenorrhea. Kegagalan ovarium yang prematur

6

Page 7: Isi Makalah

dapat disebabkan kelainan genetik dengan peningkatan kematian folikel. Dapat

juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.

5) Efek radiasi dan kemoterapi

Efek radiasi tergantung dari umur dan dosis radiasi. Fungsi barium dapat

kembali setelah bertahun-tahun kemudian. Di lain pihak kerusakan tidak akan

muncul hingga terjadinya kegagalan ovarium prematur. Ketika radiasi diberikan

di luar pelvis, radiasi tidak memberikan resiko terjadinya kegagalan ovarium

prematur. Gonad tidak dalam keadaan bahaya ketika di dapur menggunakan

oven microwave yang berdaya penetrasi rendah.

Kelainan Kompartemen III

Gangguan pada kompartemen ini dapat berupa gangguan pada hipofisis

anterior. Gangguan dapat berupa adanya tumor yang bersifat mendesak

ataupun menghasilkan hormon yang membuat haid menjadi terganggu. Tumor

mikroadenoma dapat diterapi dengan menggunakan agonis dopamin dimana

dopamin dapat menghambat pelepasan prolaktin lebih lanjut sehingga

pembesaran tumor hipofise dan prolaktinemia dapat dicegah. Operasi dapat

dilakukan terutama bila tumor masih kecil. Namun angka rekurensi setelah

operasi sangat besar lagipula struktur tumor sulit dibedakan dengan jaringan

hipofise sehat sehingga operasi sering kali meninggalkan sisa. Pada

makroadenoma dapat diberikan agonis dopamin terlebih dahulu untuk

memperkecil ukuran tumor. Setelah operasi dapat dilanjutkan dengan

pemberian radiasi namun radiasi ini dapat memicu terjadinya tumor di tempat

lain pada otak.

Kelainan Kompartemen IV

Gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak

langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmiter seperti serotonin

yang dapat menghambat lepasnya gonadotropin. Gangguan pada

kompartemen ini dapat terjadi pada penderita anoreksia nervosa maupun atlet

atau penari balet yang mengalami latihan dengan ketegangan. Amenorrhea

dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit lain seperti penyakit kronis

(TBC), penyakit metabolik seperti penyakit tiroid, pankreas dan glandula

suprarenalis, kelainan gizi (obesitas dan underweight), kelainan hepar dan

ginja.

b. Gejala pada amenorrhea primer adalah sebagai berikut:

Tertundanya menarke (menstruasi pertama), Kelainan bawaan pada sistem

kelamin (misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina,

serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu

7

Page 8: Isi Makalah

sempit/himen imperforata), Penurunan berat badan yang drastis (akibat

kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain lain),

Kelainan bawaan pada sistem kelamin, Kelainan kromosom (misalnya

sindroma Turner atau sindroma Swyer) dimana sel hanya mengandung 1

kromosom X), Obesitas yang ekstrim, Hipoglikemia, Disgenesis gonad,

Hipogonadisme hipogonadotropik, Sindroma feminisasi testis,Hermafrodit

sejati, Penyakit menahun, Kekurangan gizi, Penyakit Cushing, Fibrosis kistik,

Penyakit jantung bawaan (sianotik), Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor

adrenal, Hipotiroidisme, Sindroma adrenogenital, Sindroma Prader-Willi,

Penyakit ovarium polikista, Hiperplasia adrenal kongenital.

c. Gejala pada amenorrhea sekunder adalah sebagai berikut:

Kecemasan akan kehamilan, Penurunan berat badan yang drastis, Olah raga

yang berlebihan, Lemak tubuh kurang dari 15-17%extreme, Mengkonsumsi

hormon tambahan, Obesitas, Stres emosional, Menopause, Kelainan endokrin

(misalnya sindroma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar hormon

kortisol oleh kelenjar adrenal), Obat-obatan (misalnya busulfan, klorambusil,

siklofosfamid, pil KB, fenotiazid), Prosedur dilatasi dan kuretase, Kelainan pada

rahim, seperti mola hidatidosa (tumor plasenta) dan sindrom Asherman

(pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau

pembedahan).

Gejala-gejala yang mungkin timbul adalah sebagai berikut:

a.Anoreksia nervosa

Anoreksia nervosa merupakan suatu sindrom yang paling dramatis diantara

penyakit kejiwaan yang menyebabkan amenorrhea. Penyakit ini terutama

dijumpai pada wanita muda yang menderita gangguan emosional yang cukup

berat, terdapat amenorrhea yang terjadi sebelum penderita menjadi kurus

betul, tidak ada nafsu makan, ada gangguan gizi yang berat tetapi tanpa

latergi, dan rasa nyeri di epigastrium; selanjutnya terdapat tingkat

metabolisme basal yang rendah, hipoglikemia, suhu lebih rendah dari

normal, dan bradikardi,. Penderita tampaknya sangat kurus, ada gejala

hirsutisme dengan pertumbuhan rambut lanugo yang halus, rambut ketiak

dan pubis yang normal, dan atrofi alat-alat genitalia. Gejala-gejala

menunjukan adanya gangguan metabolisme karena menurunya fungsi

hipofisis, mungkin karena gangguan fungsi hipotalamus. Endokrinologik

menunjukan kadar hormon-hormon dibawah normal. Anoreksia nervosa

dapat dibedakan dari penyakit simmonds karena penderita tetap aktif.

8

Page 9: Isi Makalah

Penangan anoreksia nervosa harus dilakukan oleh ahli psikiatri. Jika berat

badan naik lagi, maka haid dapat kembali lagi dalam 3 bulan.

b.Gangguan poros hipotalamus-hipofisis (sindrom amenorrhea galaktorea)

Pada sindrom ini ditemukan amenorrhea, dan dari mammae dapat

dikeluarkan seperti air susu. Dasar sindrom ini ialah gangguan endokrin

berupa gangguan produksi Releasing Factor dengan akibat menurunnya

kadar FSH dan LH, dan gangguan produksi. Prolactin Inhibiting Factor

dengan akibat peningkatan pengeluaran prolactin. Karena hal-hal tersebut di

atas, terjadilah amenorrhea dan galaktorea. Penderita biasanya juga agak

gemuk, dan selanjutnya ditemukan atrofi alat-alat genitalia.

Amenorrhea galaktorea dapat ditemukan sesudah kehamilan. Di sini masa

laktasi menjadi jauh lebih panjang dari biasa; keadaan ini terkenal dengan

nama sindrom Chiari Frommel. Gejala-gejala yang sama dapat ditemukan

pada wanita tanpa ada hubungan dengan kehamilan, dan dinamakan

sindrom Ahumeda-del Castillo. Akhirnya amenorrhea dan galaktorea dapat

ditemukan pula pada tumor hipofisis yang memproduksi prolaktin (sindrom

Forbes Albright). Pemeriksaan hormonal pada sindrom amenorrhea

galaktorea menunjukan penurunan kadar FSH dan LH, dan peningkatan

kadar prolaktin, hormon-hormon lain dari hipofisis mempunyai kadar yang

normal. Etiologi sindrom amenorrhea galaktorea ini belum jelas, akhir-akhir

ini, selain tumor hipofisis sebagai penyebab ditemukan kasus-kasus pada

wanita yang lama minum obat anti hipertensi atau obat penenang

(phenothiazine dan lain-lain). Selanjutnya, sindrom dapat ditemukan pula

pada wanita-wanita yang setelah menghentikan minum pil kontrasepsi, tidak

saja menderita amenorrhea tetapi juga galaktorea.

c. Amenorrhea hipotalamik

Haid terjadi karena interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Oleh

bermacam-macam sebab, dapat terjadi gangguan dalam rantai yang

menghubungkan 3 alat tersebut. Perlu diketahui bahwa produksi hormon

gonadotropin ditentukan oleh 2 pusat di hipotalamus, yakni tonic centre dan

cyclic centre. Tonic centre mengatur produksi FSH dan LH hormone

gonadotropin khususnya LH, ditengah siklus yang menyebabkan ovulasi.

Pada kasus amenorrhea hipotalamik fungsi cyclic centre terganggu, hanya

tonic cetre yang berfungsi, sehingga hormone-hormon gonadotropin

dibentuk, tetapi tidak cukup untuk menimbulkan ovulasi.

9

Page 10: Isi Makalah

d. Tumor hipofisis

Diantara sebab-sebab yang lain amenorrhea tumor hipofisis merupakan

sebab yang jarang dijumpai, sebaliknya pada penderita dengan tumor

hipofisis adanya amonerrhea merupakan gejala yang sering didapat.

4. Patofisiologi

Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa tumor

yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi

terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan

oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan

neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.

Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea

primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (gonadal disgenesis). Kegagalan

ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian

folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan

kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang

banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan

hormone steroid seksual (estrogen dan progesterone) tidak tercukupi. Pada keadaaan

tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan

bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya

amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang

merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen

dan progesterone menurun. Pada keadaan stress berlebih cortikotropin realizinghormone

dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan

GnRH.

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :

1) Tidak terjadi haid

2) Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.

3) Nyeri kepala

4) Lemah badan

6. Penatalaksanaan Medis

Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah penurunan

berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang

tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk

menguranginya. Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi dan

semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3-6 bulan untuk

10

Page 11: Isi Makalah

memantau perkembangan puberitasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan

progesteron. Untuk merangsang perubahan pubertas pada anak perempuan yang

payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh, bisa

diberikan estrogen. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk

mengangkat tumor tesebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam otak biasanya diobati

dengan bromokriptin untuk mencegah pelepasan prolaktin yang berlebihan oleh tumor ini.

Bila perlu bisa dilakukan pengangkatan tumor. Terapi penyinaran biasanya baru

dilakukan jika pemberian obat ataupun pembedahan tidak berhasil.

7. Test Diagnostik

a. Tiap penderita harus diobati sesuai dengan sebabnya amenorrhea. Di bawah ini

hanya dikemukakan pandangan umum mengenai penanganan amerrhea tanpa

sebab yang khas. Amnerorrhea tidak memerlukan terapi. Misalnya, seorang wanita

berumur lebih dari 40 tahun dengan amenorrhea tanpa sebab yang mengkhawatirkan

tidak memerlukan pengobatan. Penderita-penderita dalam kategori ini yang

memerlukan terapi ialah wanita-wanita muda yang mengeluh tentang infertilitas, atau

yang sangat terganggu oleh tidak datangnya haid.

Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan,

ttermasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenaang, dan

sebagainya. Pengurangan berat badan pada wanita dengan obesitas tidak jarang

mempunyaipengaruh aik terhadap ammenorhea dan oligomenorea. Pemberian tiroid

tidak banyak gunanya, kecuali jika ada hipotiroidi. Demikian pula pemberian

kortikosteroid hanya bermanfaat pada amenorea berdasarkan gangguan fungsi

glandula suprarenalis (penyakit Addison laten).

Pemberian esterogen bersama dengan progesterone dapat menimbulkan

pendarahan secara siklis. Akan tetapi, pendarahan ini bersifat withdrawal bleeding,

dan bukan haid yang didahului oleh ovulasi. Terapi ini ada maknanya pada hipoplasia

uteri, dan kadang-kadang – walaupun jarang – dapat menimbulkan makanisme siklus

haid lagi pada gangguan yang ringan.

Terapi yang penntng bila pada pumeriksaan ginekologi tidak ada kelainan yang

mencolok yang dapat menyebabkan ovulasi. Dalam hal ini ada 2 cara, yang satu

ialah pemberian hormone gonadotropin yang berasal dari hipofisis, dan yang lain

pemberian klomifen. Pengobatan ini dibahas lebih lengkap dalam bab infertilitas.

b. Pemeriksaan penunjang

Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual

sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim,

perekatan dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, histerosal Pingografi,

histeroskopi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan

tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan

11

Page 12: Isi Makalah

kadar hormone FSH dan LH setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada

amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating

Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar hprmone

prolaktin dalam tubuh.

8. Komplikasi

Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhea adalah infertilitas. Komplikasi lainnya

adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat menggangu kompartemen IV dan

terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya munculnya gejala-

gejala lain akibat insufisiensi hormon seperti osteoporosis.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. ANAMNESA

Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Pertama, harus apakah amenorrhea

itu primer atau sekunder. Selanjutnya, perlu diketahui apakah ada hubungan anatara

amenorrhea dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan ganguan emosiona; apakah ada

kemungkinan kehamilan; apakah penderita penyakit akut atau menahun; apakah ada

gejala-gejala penyakit metabolik, dan lain-lain.

2. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan fisik yang pertam kali diperiksa adalah tanda-tanda vital, tinggi badan,

berat badan, perkembangan seksusal, pemeriksaan yan lainnya adalah:

1. Keadaan payudara

2. Keadaan rambut kemaluan dan genetalia eksternal

3. Keadaan vagina

4. Uterus : bila uterus membesar kehamilan bisa diperhitungkan

5. Servik : periksa lubang vagina

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat

tentangpenyakitnya (amenorrhea)

3. Gangguan konsep diri : HDR yang dihubungkan dngan ketidaknormalan (amenorrhea

primer)

4. Isolasi social yang dihubungkan dengan harga diri rendah

5. Perubahan proses keluarga brhubungan dengan komuniksi yang tidak efektif dalam

kluarga

6. Koping keluarga tidak efektif berhubungnan dengan komunikasi yang tidak ektif

dalam keluarga

7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakitnya, perubahan proses

keluarga

12

Page 13: Isi Makalah

8. Berduka antisipasi dapat dihubungkan dengan infertilitas.

D. INTERVENSI

1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi

Kriteria hasil :

Cemas berkurang

Tidak menunjukan perilaku agresif

Intervensi :

a) Kaji tingkat kecemasan : ringan, sedang, berat, panic.

b) Berikan kenyamanan dan ketentraman hati

c) Beri dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk

mengeksternalisasikan kecemasan

d) Anjurkan distraksi seperti nonton tv, dengarkan radio, permainan untuk

mengurangi kecemasan.

e) Singkirkan stimulasi yang berlebihan

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat tentang

penyakitnya ( amenorrhea )

a. Kriteria hasil : pasien mengetahui tentang penyakitnya

Intervensi :

a) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang dideritanya

b) Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien

c) Memberikan informasi dari sumber-sumber yang akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan

d) Gangguan konsep diri : HDR yang dihubungkan dengan ketidak normalan

( amenorrhea primer )

b. Kriteria hasil : Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal

Intervensi :

a) Tetapkan hubungan saling percaya perawat dan pasien

b) Cipakan batasan terhadap pengungkapan negative

c) Bantu untuk mengidentifikasi respon positif terhadap orang lain

d) Bantu penyusunan tujuan yang realitas untuk mencapai harga diri rendah yang

tinggi

e) Berikan penghargaan dan pujian terhadap pengembangan pasien dalam

pencapaian tujuan

3. Gangguan citra diri sosial yang dihubungkan dengan harga diri rendah

Kriteria hasil :

a. Melaporkan adanya interaksi dengan teman dekat, tetangga, atau masyarakat

b. Memulai berhubungan dengan orang lain

Intervensi :

a) Bina hubungan saling percaya

13

Page 14: Isi Makalah

b) Bantu pasien untuk membedakan antara persepsi dengan kenyataan

c) Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada perasaan

isolasi sosial

d) Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan dengan

tujuan yang sama

e) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan seperti pergi jalan-jalan.

4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan komunikasi yang tidak efektif dalam

keluarga

Kriteria hasil :

a. Memahami peran dalam peran keluarga

b. Berfungsi untuk saling memberikan dukungan kepada setiap anggota keluarga

Intervensi :

a) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat

pengobatan yang dianjurkan

b) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal

c) Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verba

d) Pertahankan ritual / rutinitas keluarga missal makan bersama, membuat

keputusan keluarga

e) Berikan penguatan positif terhadap penggunaan mekanisme koping yang

efektif

5. Koping keluarga tidak efektif berhubunga dengan komunikasi yang tidak efektif dalam

keluarga

Kriteria hasil :

Anggota keluarga akan :

a. Menyadari kebutuhan unit keluarga

b. Mulai menunjukan keterampilan interpersonal yang efektif

c. Menggunakan strategi penelesaian masalah yang lebih fleksibel

Intervensi :

a) Tingkatkan hubungan saling percaya, keterbukaan dalam keluarga

b) Anjurkan pasien / keluarga untuk berfokus pada aspek positif dari siuasi pasien

c) Bantu keluarga dalam megambil keputusan dan memecahkan masalah

d) Beri dorongan dalam keluarga untuk menyadari perubahan pada hubungan

interpersonal

e) Gali dampak nilai yang berkonflik / gaya koping dalam hubungan keluarga

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakitnya, ‘perubahan proses

keluarga

Kriteria hasil :

a. Mengungkapkan perasaan – perasaan yang berhubungan dengan emosional

14

Page 15: Isi Makalah

b. Mengidentifikasi pola koping personal

Intervensi :

a) Bina hubungan saling percaya

b) Kaji status koping individu yang ada

c) Membantu pasien dalam mengidentifikasi kekuatan personal

d) Jika individu marah : gali mengapa individu marah, akui bahwa setiap orang

dapat marah

e) Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang efektif

f) Instruksikan individu untuk melakukan tekhnik relaksasi

BAB III

PENUTUP

15

Page 16: Isi Makalah

KESIMPULAN

Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Prof. Dr dr Sarwono Prawiroharjo, 2005)

Amenorrhea bukan merupakan penyakit namun merupakan gejala. Amenorre dapat terjadi pada menopouse, sebelum pubertas, dalam kehamilan dan dalam masa laktasi. Bila tidak menyusukan, haid datang ± 3 bulan post partum namun bila menyusukan, haid datang pada bulan ke-66.

Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. (kamus istilah kedokteran)

Amenorrhea dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. Amenorrhea primer

Amenorrhe primer berarti seorang perempuan belum mengalami haid setelah usia 18 tahun ke atas tidak mendapat haid tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder atau tidak terjadi haid sampai 14 tahun tanpa adanya tanda-tanda seks sekunder. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik, amenorrhea primer ini biasanya terjadi pada gadis dengan underweight atau pada aktivitas berat dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk memacu pelepasan hormon.

b. Amenorrhea sekunder

Amenorrhea adalah seorang wanita yang telah terjadi haid, tetapi haid terhenti untuk masa tiga siklus atau lebih dari enam bulan. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Isi Makalah

Prawirohardjo,Sarwono.2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua Cetakan Keempat. Tridasa

Printer : Jakarta

Amenore askep-askeb-kita.blogspot.com | asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc 22 Maret 2011

17