Isi Makalah
-
Upload
anggie-kakak-andi -
Category
Documents
-
view
46 -
download
0
Transcript of Isi Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangDalam masa kanak-kanak ovarium boleh dikatakan masih dalam keadaan istirahat, belum menunaikan faalnya dengan baik. Baru jika terjadi pubertas (akil balig), maka terjadilah perubahan-perubahan dalam ovarium yang mengakibatkan pula perubahan-perubahan besar pada seluruh badan wanita tersebut. Pubertas tercapai pada umur 12-16 tahun dan dipengaruhi oleh keturunan, bangsa, iklim, dan lingkungan. Kejadian yang terpenting dalam pubertas ialah timbulnya haid yang pertama kali (menarche). Walaupun begitu menarche merupakan gejala pubertas yang lambat. Paling awal terjadi pertumbuhan payudara (thelarche), kemudian tumbuh rambut kemaluan (pubarche), disusul dengan tumbuhnya rambut di ketiak. Setelah tu barulah terjadi menarche, dan sesudah itu haid datang secara siklik. Haid (menstruasi) adalah perdarahan yang siklik dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan menunaikan faalnya. Secara fisiologis menstruasi adalah proses hormonal dalam tubuh wanita sebagai hasil dari pelepasan ovum. Pelepasan itu terjadi ketika ovum yang ada di ovarium tidak dibuahi. Amenore adalah absennya perdarahan menstruasi. Amenore normal terjadi pada wanita prepubertal, kehamilan, dan postmenopause. Pada wanita usia reproduktif, yang harus diperhatikan pertama kali dalam mendiagnosa etiologi dari amenore adalah kehamilan. Apabila tidak ada kehamilan, barulah kita harus mencari alternatif lain untuk mencari etiologi dari amenore itu sendiri. Amenore primer adalah ketika wanita 16 tahun dengan pertumbuhan seksual sekunder normal atau 14 tahun tanpa adanya pertumbuhan seksual sekunder tidak mendapatkan menstruasi. Diagnosa yang terjadi pada amenore primer termasuk diantaranya vaginal agenesis, sindroma insensitifitas androgen, sindroma Turner. Diagnosa yang lain tergantung pada pemeriksaan yang lain.
B. Tujuan Penulisan1. Mengetahui penyebab terjadinya Amenorea2. Mengetahui gejala dan tanda-tanda klinik pada pasien dengan Amenorea3. Mengetahui cara penanganan atau pengobatan Amenorea4. Mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada Pasien dengan Amenorea
C. Manfaat Penulisan1. Memahami penyebab terjadinya amenorea2. Memahami gejala dan tanda-tanda klinik pada Pasien dengan Amenorea3. Memahami tindakan yang harus dilakukan pada Pasien dengan Amenorea4. Memahami manajemen asuhan keperawatan pada Pasien dengan Amenorea
1
D. Sistematika PenulisanAdapun sistematika penulisan makalah ini yaitu:
Kata Pengantar Daftar IsiBab I PendahuluanA. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Manfaat PenulisanD. Sistematika Penulisan
Bab II Konsep DasarA. Konsep Dasar 1. Definisi 2. Anatomi Fisiologi 3. Etiologi 4. Patofisiologi5. Manifestasi Klinik6. Penatalaksanaan Medis7. Test Diagnostik 8. Komplikasi
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan2. Diagnosa Keperawatan 3. Intervensi Keperawatan
Bab III Penutup Kesimpulan
Daftar Pustaka
2
BAB IIKONSEP DASAR
1. DefinisiAmenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Prof. Dr dr Sarwono Prawiroharjo, 2005)
Amenorrhea bukan merupakan penyakit namun merupakan gejala. Amenorre dapat terjadi pada menopouse, sebelum pubertas, dalam kehamilan dan dalam masa laktasi. Bila tidak menyusukan, haid datang ± 3 bulan post partum namun bila menyusukan, haid datang pada bulan ke-66.
Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. (kamus istilah kedokteran)
Amenorrhea dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. amenorrhea primer
Amenorrhe primer berarti seorang perempuan belum mengalami haid setelah usia 18 tahun ke atas tidak mendapat haid tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder atau tidak terjadi haid sampai 14 tahun tanpa adanya tanda-tanda seks sekunder. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik, amenorrhea primer ini biasanya terjadi pada gadis dengan underweight atau pada aktivitas berat dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk memacu pelepasan hormon.
b. Amenorrhea sekunder
Amenorrhea adalah seorang wanita yang telah terjadi haid, tetapi haid terhenti untuk masa tiga siklus atau lebih dari enam bulan. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.
2. Anatomi Fisiologi
3
4
3. EtiologiAmenorrhea dapat terjadi akibat gangguan pada komponen yang berperan pada proses haid. Komponen tersebut digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Lingkungan
Kompartemen IV
Kompartemen III GnRH
Kompartemen II FSH LH
Kompartemen I
Estrogen Progesteron
Haid
a. Kelainan – kelainan tiap kompartemen yang bisa terjadi yaitu:
Kelainan Kompartemen I:
1) Kelainan saluran uterus
(a) Sindrom Asherman
Pada sindrom ini terjadi amenorrhea sekunder. Keadaan ini terjadi akibat kuretase
postpartum berlebihan sehingga terjadi sikatrik dan perlengketan. Endometrium
mungkin memiliki tekanan yang begitu besar. Pasien dengan asherman sindrom
dapat mengalamai keluhan lain seperti dismenorrhea dan hypomenorrhea. Pada
masa lalu, asherman sindorm diobati dengan dilatasi dan kuretase untuk
menghancurkan sikatrik. Sekarang dapat digunakan histeroskopi dengan
melisiskan adhesi dengan memotong dan membakar dengan hasil yang lebih baik
5
Susunan SSP
Hipotalamus (median eminence dan
hipofisi anterior )
Anterior pituitari
Ovarium
Uterus
dibanding kuretase yang tidak terarah. Setelah dilakukan histeroskopi, perlu
dicegah terjadinya kembali perlengketan dengan memasang IUD. Dapat juga
menggunakan folley kateter pediatrik dengan memasukan 3 cc dan baru dilepas
setelah 7 hari sampai 9 hari.
(b) Mullerian anomali
Pada keadaan ini, vagina, servik dan uterus mungkin tidak ada. Atau pada keadaan
lain, uterus mungkin ada namun tidak terdapat rongga, atau terdapatnya rongga
namun endometrium sangat sedikit. Penanganan pada pasien ini dilakukannya
operasi dengan menggunakan teknik vecchietti atau teknik Frank untuk membentuk
saluran vagina buatan. Penundaan operasi dapat menyebabkan terjadinya
inflamasi.
(c) Insensitivitas Androgen (testicular feminization)
Insenitivitas androgen komplit didiagnosa bila didapatkan kanalis vagina namun
tidak didapatkan uterus. Pasien ini berupa pria pseudohermaprodit dimana
ketentuan pria ditentukan dari adanya kromosom XY dan pasien memilliki testes.
Pseudohermaprodit berarti genitalia berlawanan dengan gonad. Sehingga pada
pasien ini secara fenotip tampak seperti wanita tapi tidak ditemukannya rambut
pubis dan rambut ketiak. Pada pasien ini terdapat testosteron darah yang normal
atau sedikit meningkat dan kenaikan LH. Pada insensitivitas androgen inkomplit
(1:10 dibandingkan yang komplit), individu mendapat sedikit pengaruh androgen.
Individu ini mungkin memiliki pembesaran klitoris, dan phallus mungkin ada.
Rambut pubis dan ketiak ada dan terdapat pertumbuhan payudara.
Kelainan Kompartemen II
2) Kelainan ovarium
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekunder.
30-40% amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium
(Gonadal disgenesis). Pasien ini dapat terdiri dari pasien dengan kariotip 45X
(50%), mosaik (25%), 46XX (25%). Wanita dengan gonadal disgenesis diseratai
amenorrhea sekunder berhubungan dengan kariotip 46xx, mosaik, 47 xxx ,dan
45x.
3) Sindrom Turner
Pada sindrom ini terjadi kehilangan satu X. Kromososm X aktif dalam oosit
untuk menghindari percepatan kematian folikel. Karena pada pasien ini terjadi
kekurangan folikel, terjadi kekurangan hormon sex gonadal saat pubertas
sehingga terjadi amenorrhea primer.
4) Kegagalan ovarium prematur
Sekitar 1% wanita akan mengalami hal ini sebelum usia 40 tahun. Hal ini juga
terjadi pada wanita dengan amenorrhea. Kegagalan ovarium yang prematur
6
dapat disebabkan kelainan genetik dengan peningkatan kematian folikel. Dapat
juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan.
5) Efek radiasi dan kemoterapi
Efek radiasi tergantung dari umur dan dosis radiasi. Fungsi barium dapat
kembali setelah bertahun-tahun kemudian. Di lain pihak kerusakan tidak akan
muncul hingga terjadinya kegagalan ovarium prematur. Ketika radiasi diberikan
di luar pelvis, radiasi tidak memberikan resiko terjadinya kegagalan ovarium
prematur. Gonad tidak dalam keadaan bahaya ketika di dapur menggunakan
oven microwave yang berdaya penetrasi rendah.
Kelainan Kompartemen III
Gangguan pada kompartemen ini dapat berupa gangguan pada hipofisis
anterior. Gangguan dapat berupa adanya tumor yang bersifat mendesak
ataupun menghasilkan hormon yang membuat haid menjadi terganggu. Tumor
mikroadenoma dapat diterapi dengan menggunakan agonis dopamin dimana
dopamin dapat menghambat pelepasan prolaktin lebih lanjut sehingga
pembesaran tumor hipofise dan prolaktinemia dapat dicegah. Operasi dapat
dilakukan terutama bila tumor masih kecil. Namun angka rekurensi setelah
operasi sangat besar lagipula struktur tumor sulit dibedakan dengan jaringan
hipofise sehat sehingga operasi sering kali meninggalkan sisa. Pada
makroadenoma dapat diberikan agonis dopamin terlebih dahulu untuk
memperkecil ukuran tumor. Setelah operasi dapat dilanjutkan dengan
pemberian radiasi namun radiasi ini dapat memicu terjadinya tumor di tempat
lain pada otak.
Kelainan Kompartemen IV
Gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak
langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmiter seperti serotonin
yang dapat menghambat lepasnya gonadotropin. Gangguan pada
kompartemen ini dapat terjadi pada penderita anoreksia nervosa maupun atlet
atau penari balet yang mengalami latihan dengan ketegangan. Amenorrhea
dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit lain seperti penyakit kronis
(TBC), penyakit metabolik seperti penyakit tiroid, pankreas dan glandula
suprarenalis, kelainan gizi (obesitas dan underweight), kelainan hepar dan
ginja.
b. Gejala pada amenorrhea primer adalah sebagai berikut:
Tertundanya menarke (menstruasi pertama), Kelainan bawaan pada sistem
kelamin (misalnya tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina,
serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina terlalu
7
sempit/himen imperforata), Penurunan berat badan yang drastis (akibat
kemiskinan, diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain lain),
Kelainan bawaan pada sistem kelamin, Kelainan kromosom (misalnya
sindroma Turner atau sindroma Swyer) dimana sel hanya mengandung 1
kromosom X), Obesitas yang ekstrim, Hipoglikemia, Disgenesis gonad,
Hipogonadisme hipogonadotropik, Sindroma feminisasi testis,Hermafrodit
sejati, Penyakit menahun, Kekurangan gizi, Penyakit Cushing, Fibrosis kistik,
Penyakit jantung bawaan (sianotik), Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor
adrenal, Hipotiroidisme, Sindroma adrenogenital, Sindroma Prader-Willi,
Penyakit ovarium polikista, Hiperplasia adrenal kongenital.
c. Gejala pada amenorrhea sekunder adalah sebagai berikut:
Kecemasan akan kehamilan, Penurunan berat badan yang drastis, Olah raga
yang berlebihan, Lemak tubuh kurang dari 15-17%extreme, Mengkonsumsi
hormon tambahan, Obesitas, Stres emosional, Menopause, Kelainan endokrin
(misalnya sindroma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar hormon
kortisol oleh kelenjar adrenal), Obat-obatan (misalnya busulfan, klorambusil,
siklofosfamid, pil KB, fenotiazid), Prosedur dilatasi dan kuretase, Kelainan pada
rahim, seperti mola hidatidosa (tumor plasenta) dan sindrom Asherman
(pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau
pembedahan).
Gejala-gejala yang mungkin timbul adalah sebagai berikut:
a.Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan suatu sindrom yang paling dramatis diantara
penyakit kejiwaan yang menyebabkan amenorrhea. Penyakit ini terutama
dijumpai pada wanita muda yang menderita gangguan emosional yang cukup
berat, terdapat amenorrhea yang terjadi sebelum penderita menjadi kurus
betul, tidak ada nafsu makan, ada gangguan gizi yang berat tetapi tanpa
latergi, dan rasa nyeri di epigastrium; selanjutnya terdapat tingkat
metabolisme basal yang rendah, hipoglikemia, suhu lebih rendah dari
normal, dan bradikardi,. Penderita tampaknya sangat kurus, ada gejala
hirsutisme dengan pertumbuhan rambut lanugo yang halus, rambut ketiak
dan pubis yang normal, dan atrofi alat-alat genitalia. Gejala-gejala
menunjukan adanya gangguan metabolisme karena menurunya fungsi
hipofisis, mungkin karena gangguan fungsi hipotalamus. Endokrinologik
menunjukan kadar hormon-hormon dibawah normal. Anoreksia nervosa
dapat dibedakan dari penyakit simmonds karena penderita tetap aktif.
8
Penangan anoreksia nervosa harus dilakukan oleh ahli psikiatri. Jika berat
badan naik lagi, maka haid dapat kembali lagi dalam 3 bulan.
b.Gangguan poros hipotalamus-hipofisis (sindrom amenorrhea galaktorea)
Pada sindrom ini ditemukan amenorrhea, dan dari mammae dapat
dikeluarkan seperti air susu. Dasar sindrom ini ialah gangguan endokrin
berupa gangguan produksi Releasing Factor dengan akibat menurunnya
kadar FSH dan LH, dan gangguan produksi. Prolactin Inhibiting Factor
dengan akibat peningkatan pengeluaran prolactin. Karena hal-hal tersebut di
atas, terjadilah amenorrhea dan galaktorea. Penderita biasanya juga agak
gemuk, dan selanjutnya ditemukan atrofi alat-alat genitalia.
Amenorrhea galaktorea dapat ditemukan sesudah kehamilan. Di sini masa
laktasi menjadi jauh lebih panjang dari biasa; keadaan ini terkenal dengan
nama sindrom Chiari Frommel. Gejala-gejala yang sama dapat ditemukan
pada wanita tanpa ada hubungan dengan kehamilan, dan dinamakan
sindrom Ahumeda-del Castillo. Akhirnya amenorrhea dan galaktorea dapat
ditemukan pula pada tumor hipofisis yang memproduksi prolaktin (sindrom
Forbes Albright). Pemeriksaan hormonal pada sindrom amenorrhea
galaktorea menunjukan penurunan kadar FSH dan LH, dan peningkatan
kadar prolaktin, hormon-hormon lain dari hipofisis mempunyai kadar yang
normal. Etiologi sindrom amenorrhea galaktorea ini belum jelas, akhir-akhir
ini, selain tumor hipofisis sebagai penyebab ditemukan kasus-kasus pada
wanita yang lama minum obat anti hipertensi atau obat penenang
(phenothiazine dan lain-lain). Selanjutnya, sindrom dapat ditemukan pula
pada wanita-wanita yang setelah menghentikan minum pil kontrasepsi, tidak
saja menderita amenorrhea tetapi juga galaktorea.
c. Amenorrhea hipotalamik
Haid terjadi karena interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Oleh
bermacam-macam sebab, dapat terjadi gangguan dalam rantai yang
menghubungkan 3 alat tersebut. Perlu diketahui bahwa produksi hormon
gonadotropin ditentukan oleh 2 pusat di hipotalamus, yakni tonic centre dan
cyclic centre. Tonic centre mengatur produksi FSH dan LH hormone
gonadotropin khususnya LH, ditengah siklus yang menyebabkan ovulasi.
Pada kasus amenorrhea hipotalamik fungsi cyclic centre terganggu, hanya
tonic cetre yang berfungsi, sehingga hormone-hormon gonadotropin
dibentuk, tetapi tidak cukup untuk menimbulkan ovulasi.
9
d. Tumor hipofisis
Diantara sebab-sebab yang lain amenorrhea tumor hipofisis merupakan
sebab yang jarang dijumpai, sebaliknya pada penderita dengan tumor
hipofisis adanya amonerrhea merupakan gejala yang sering didapat.
4. Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat berupa tumor
yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat menjadi
terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan
oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan
neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan gonadrotropin.
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea
primer mengalami kelainan perkembangan ovarium (gonadal disgenesis). Kegagalan
ovarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian
folikel, dapat juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan
kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang
banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan
hormone steroid seksual (estrogen dan progesterone) tidak tercukupi. Pada keadaaan
tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan
bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu terjadinya
amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang
merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen
dan progesterone menurun. Pada keadaan stress berlebih cortikotropin realizinghormone
dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan
GnRH.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
1) Tidak terjadi haid
2) Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
3) Nyeri kepala
4) Lemah badan
6. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah penurunan
berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang
tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk
menguranginya. Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi dan
semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3-6 bulan untuk
10
memantau perkembangan puberitasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa diberikan
progesteron. Untuk merangsang perubahan pubertas pada anak perempuan yang
payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh, bisa
diberikan estrogen. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk
mengangkat tumor tesebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam otak biasanya diobati
dengan bromokriptin untuk mencegah pelepasan prolaktin yang berlebihan oleh tumor ini.
Bila perlu bisa dilakukan pengangkatan tumor. Terapi penyinaran biasanya baru
dilakukan jika pemberian obat ataupun pembedahan tidak berhasil.
7. Test Diagnostik
a. Tiap penderita harus diobati sesuai dengan sebabnya amenorrhea. Di bawah ini
hanya dikemukakan pandangan umum mengenai penanganan amerrhea tanpa
sebab yang khas. Amnerorrhea tidak memerlukan terapi. Misalnya, seorang wanita
berumur lebih dari 40 tahun dengan amenorrhea tanpa sebab yang mengkhawatirkan
tidak memerlukan pengobatan. Penderita-penderita dalam kategori ini yang
memerlukan terapi ialah wanita-wanita muda yang mengeluh tentang infertilitas, atau
yang sangat terganggu oleh tidak datangnya haid.
Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan,
ttermasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenaang, dan
sebagainya. Pengurangan berat badan pada wanita dengan obesitas tidak jarang
mempunyaipengaruh aik terhadap ammenorhea dan oligomenorea. Pemberian tiroid
tidak banyak gunanya, kecuali jika ada hipotiroidi. Demikian pula pemberian
kortikosteroid hanya bermanfaat pada amenorea berdasarkan gangguan fungsi
glandula suprarenalis (penyakit Addison laten).
Pemberian esterogen bersama dengan progesterone dapat menimbulkan
pendarahan secara siklis. Akan tetapi, pendarahan ini bersifat withdrawal bleeding,
dan bukan haid yang didahului oleh ovulasi. Terapi ini ada maknanya pada hipoplasia
uteri, dan kadang-kadang – walaupun jarang – dapat menimbulkan makanisme siklus
haid lagi pada gangguan yang ringan.
Terapi yang penntng bila pada pumeriksaan ginekologi tidak ada kelainan yang
mencolok yang dapat menyebabkan ovulasi. Dalam hal ini ada 2 cara, yang satu
ialah pemberian hormone gonadotropin yang berasal dari hipofisis, dan yang lain
pemberian klomifen. Pengobatan ini dibahas lebih lengkap dalam bab infertilitas.
b. Pemeriksaan penunjang
Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan seksual
sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi (indung telur, rahim,
perekatan dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG, histerosal Pingografi,
histeroskopi dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), apabila tidak didapatkan
tanda-tanda perkembangan seksualitas sekunder maka diperlukan pemeriksaan
11
kadar hormone FSH dan LH setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada
amenorrhea sekunder maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating
Hormon (TSH) karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar hprmone
prolaktin dalam tubuh.
8. Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhea adalah infertilitas. Komplikasi lainnya
adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat menggangu kompartemen IV dan
terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea. Komplikasi lainnya munculnya gejala-
gejala lain akibat insufisiensi hormon seperti osteoporosis.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. ANAMNESA
Anamnesis yang baik dan lengkap sangat penting. Pertama, harus apakah amenorrhea
itu primer atau sekunder. Selanjutnya, perlu diketahui apakah ada hubungan anatara
amenorrhea dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan ganguan emosiona; apakah ada
kemungkinan kehamilan; apakah penderita penyakit akut atau menahun; apakah ada
gejala-gejala penyakit metabolik, dan lain-lain.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik yang pertam kali diperiksa adalah tanda-tanda vital, tinggi badan,
berat badan, perkembangan seksusal, pemeriksaan yan lainnya adalah:
1. Keadaan payudara
2. Keadaan rambut kemaluan dan genetalia eksternal
3. Keadaan vagina
4. Uterus : bila uterus membesar kehamilan bisa diperhitungkan
5. Servik : periksa lubang vagina
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat
tentangpenyakitnya (amenorrhea)
3. Gangguan konsep diri : HDR yang dihubungkan dngan ketidaknormalan (amenorrhea
primer)
4. Isolasi social yang dihubungkan dengan harga diri rendah
5. Perubahan proses keluarga brhubungan dengan komuniksi yang tidak efektif dalam
kluarga
6. Koping keluarga tidak efektif berhubungnan dengan komunikasi yang tidak ektif
dalam keluarga
7. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakitnya, perubahan proses
keluarga
12
8. Berduka antisipasi dapat dihubungkan dengan infertilitas.
D. INTERVENSI
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria hasil :
Cemas berkurang
Tidak menunjukan perilaku agresif
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan : ringan, sedang, berat, panic.
b) Berikan kenyamanan dan ketentraman hati
c) Beri dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan kecemasan
d) Anjurkan distraksi seperti nonton tv, dengarkan radio, permainan untuk
mengurangi kecemasan.
e) Singkirkan stimulasi yang berlebihan
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat tentang
penyakitnya ( amenorrhea )
a. Kriteria hasil : pasien mengetahui tentang penyakitnya
Intervensi :
a) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang dideritanya
b) Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien
c) Memberikan informasi dari sumber-sumber yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan
d) Gangguan konsep diri : HDR yang dihubungkan dengan ketidak normalan
( amenorrhea primer )
b. Kriteria hasil : Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Intervensi :
a) Tetapkan hubungan saling percaya perawat dan pasien
b) Cipakan batasan terhadap pengungkapan negative
c) Bantu untuk mengidentifikasi respon positif terhadap orang lain
d) Bantu penyusunan tujuan yang realitas untuk mencapai harga diri rendah yang
tinggi
e) Berikan penghargaan dan pujian terhadap pengembangan pasien dalam
pencapaian tujuan
3. Gangguan citra diri sosial yang dihubungkan dengan harga diri rendah
Kriteria hasil :
a. Melaporkan adanya interaksi dengan teman dekat, tetangga, atau masyarakat
b. Memulai berhubungan dengan orang lain
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya
13
b) Bantu pasien untuk membedakan antara persepsi dengan kenyataan
c) Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada perasaan
isolasi sosial
d) Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan dengan
tujuan yang sama
e) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan seperti pergi jalan-jalan.
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan komunikasi yang tidak efektif dalam
keluarga
Kriteria hasil :
a. Memahami peran dalam peran keluarga
b. Berfungsi untuk saling memberikan dukungan kepada setiap anggota keluarga
Intervensi :
a) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat
pengobatan yang dianjurkan
b) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal
c) Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verba
d) Pertahankan ritual / rutinitas keluarga missal makan bersama, membuat
keputusan keluarga
e) Berikan penguatan positif terhadap penggunaan mekanisme koping yang
efektif
5. Koping keluarga tidak efektif berhubunga dengan komunikasi yang tidak efektif dalam
keluarga
Kriteria hasil :
Anggota keluarga akan :
a. Menyadari kebutuhan unit keluarga
b. Mulai menunjukan keterampilan interpersonal yang efektif
c. Menggunakan strategi penelesaian masalah yang lebih fleksibel
Intervensi :
a) Tingkatkan hubungan saling percaya, keterbukaan dalam keluarga
b) Anjurkan pasien / keluarga untuk berfokus pada aspek positif dari siuasi pasien
c) Bantu keluarga dalam megambil keputusan dan memecahkan masalah
d) Beri dorongan dalam keluarga untuk menyadari perubahan pada hubungan
interpersonal
e) Gali dampak nilai yang berkonflik / gaya koping dalam hubungan keluarga
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakitnya, ‘perubahan proses
keluarga
Kriteria hasil :
a. Mengungkapkan perasaan – perasaan yang berhubungan dengan emosional
14
b. Mengidentifikasi pola koping personal
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Kaji status koping individu yang ada
c) Membantu pasien dalam mengidentifikasi kekuatan personal
d) Jika individu marah : gali mengapa individu marah, akui bahwa setiap orang
dapat marah
e) Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang efektif
f) Instruksikan individu untuk melakukan tekhnik relaksasi
BAB III
PENUTUP
15
KESIMPULAN
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Prof. Dr dr Sarwono Prawiroharjo, 2005)
Amenorrhea bukan merupakan penyakit namun merupakan gejala. Amenorre dapat terjadi pada menopouse, sebelum pubertas, dalam kehamilan dan dalam masa laktasi. Bila tidak menyusukan, haid datang ± 3 bulan post partum namun bila menyusukan, haid datang pada bulan ke-66.
Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal. (kamus istilah kedokteran)
Amenorrhea dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Amenorrhea primer
Amenorrhe primer berarti seorang perempuan belum mengalami haid setelah usia 18 tahun ke atas tidak mendapat haid tetapi telah terdapat tanda-tanda seks sekunder atau tidak terjadi haid sampai 14 tahun tanpa adanya tanda-tanda seks sekunder. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan kongenital dan kelainan genetik, amenorrhea primer ini biasanya terjadi pada gadis dengan underweight atau pada aktivitas berat dimana cadangan lemak mempengaruhi untuk memacu pelepasan hormon.
b. Amenorrhea sekunder
Amenorrhea adalah seorang wanita yang telah terjadi haid, tetapi haid terhenti untuk masa tiga siklus atau lebih dari enam bulan. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
16
Prawirohardjo,Sarwono.2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua Cetakan Keempat. Tridasa
Printer : Jakarta
Amenore askep-askeb-kita.blogspot.com | asuhan-keperawatan-kebidanan.co.cc 22 Maret 2011
17