ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf
-
Upload
faris-gooner-armada -
Category
Documents
-
view
47 -
download
6
description
Transcript of ISD Fuji Faris Vini Ipul.pdf
UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI
KETERTINGGALAN PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN TERPENCIL
Ketua : Fuji Astuti (13113600)
Pemasok : Faris Ghosy Armada (13113252)
Penyunting : Vini Dwi Hadyanti (19113157)
Penyelaras : Mohamad Saeful Rokhman (15113602)
Pembimbing : Yuniarso Arif Kresno Soedrasono
DEPOK
2013
PERNYATAAN ORIGINALITAS DAN PUBLIKASI
Kami yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama (NPM) : Fuji Astuti (13113600)
Faris Ghosy Armada (13113252)
Vini Dwi Hadyanti (19113157)
Mohamad Saeful Rokhman (15113602)
Judul : KETERTINGGALAN PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN
TERPENCIL
Menyatakan bahwa tulisan ini merupakan hasil karya kami sendiri dan dapat
dipublikasikan sepenuhnya oleh pihak Universitas Gunadarma. Segala kutipan dalam
bentuk apa pun telah mengikuti kaidah dan etika yang berlaku. Mengenai isi dan tulisan
adalah tanggung jawab Penulis, bukan Universitas Gunadarma.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan dengan penuh kesadaran.
Depok, 25 Oktober 2013
(Fuji Astuti)
(Faris Ghosy Armada)
(Vini Dwi Hadyanti)
(Mohamad Saeful Rokhman)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : KETERTINGGALAN PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN
TERPENCIL
Nama (NPM) : Fuji Astuti (13113600)
Faris Ghosy Armada (13113252)
Vini Dwi Hadyanti (19113157)
Mohamad Saeful Rokhman (15113602)
Menyetujui,
Pembimbing
Yuniarso Arif Kresno Soedrasono
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan berkat, anugerah dan karunia yang melimpah, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Penulisan Ilmiah ini.
Penulisan Ilmiah ini disusun guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai
gelar Setara Sarjana Muda pada jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer dan
Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma. Adapaun judul Penulisan Ilmiah ini adalah
“KETERTINGGALAN PEMBELAJARAN DI LINGKUNGAN TERPENCIL”.
Walaupun banyak kesulitan yang penulis harus hadapi ketika menyusun Penulisan
Ilmiah ini, namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya tugas ini
dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih, kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Orang Tua dan Keluarga
3. Rektor
4. Dekan
5. Ketua Jurusan
6. Pembimbing
7. Teman
Akhir kata, hanya kepada Tuhan jualah segalanya dikembalikan dan penulis sadari
bahwa penuisan ini masih jauh dari sempurna, disebabkan karena berbagai keterbatasan
yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menjadi perbaikan di masa yang akan datang.
Depok, 25 Oktober 2013
Penulis
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan
tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih
banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di
Indonesia terutama di daerah tepencil dan di perbatasan Negara Republik Indonesia. Ini
disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke-21 gelombang globalisasi dirasakan kuat
dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran
baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah
dunia yang baru, sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu
pendidikan. Baik pendidikan formal maupun nonformal. Dan hasil itu diperoleh setelah
kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi
penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan
bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia yang tidak kalah dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang
pendidikan, baik pendidikan formal maupun nonformal. Dan hal itulah yang
menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya
menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan
bangsa di berbagai bidang.
ada beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara lain sebagai
berikut :
1. Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta
didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan.
2. Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA),
matematika, serta bahasa terutama Bahasa Inggris padahal penguasaan materi
tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan IPTEK.
3. Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi yang melampaui waktu
standard yang sudah ditentukan.
4. Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi
pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang
cenderung terus meningkat. Secara empiris, kecenderungan meningkatnya
pengangguran tenaga terdidik disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang
masih di dominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat
mengutamakan efisiensi (padat modal dan padat teknologi). Dengan demikian,
pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebuh kecil dibandingkan
pertambahan jumlah lulusan lembaga pendidikan.
5. Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan
lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. Seperti terjadinya tawuran
pelajar dan kenakalan remaja. Dalam hal ini pemberian pendidikan agama menjadi
sangat penting sebagai landasan akhlak dan moral. Selain itu, budi pekerti yang
luhur juga perlu diberikan kepada peserta didik sejak dini. Dengan demikian, hal itu
akan menjadi landasan yang kuat bagi kekokohan moral dan etika setelah terjun ke
masyarakat. Masalah-masalah diatas erat kaitanya dengan kendala seperti keadaan
geografis, demografis, serta sosio-ekonomi besarnya jumlah penduduk yang
tersebar di seluruh wilayah geografis Indinesia cukup luas. Kemiskinan juga
merupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan erat dengan masalah
pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya disebabkan
oleh adanya kelemahan menejemen pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan,
tetapi karena juga menejemen pendidikan pada tingkat makro seperti rendahnya
efisiensi dan efektivitas pengolahan sistem pendidikan. Sistem dan dan tata
kehidupan masyarakat yang tidak kondusif turut menentukan rendahnya mutu
sistem pendidikan di sekolah yang ada gilirannya menyebabkan rendahnya mutu
peserta didik dan lulusannya. Kebijaksanaan dan progran yang ditujukan untuk
mengatasi berbagai permasalahan di atas, harus di rumuskan secara spesifik karena
fenomena dan penyebab timbulnya masalah juga berbeda-beda di seluruh wilayah
Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
1. Daerah-daerah yang pendidikannya masih tertinggal dibanding daerah-daerah lain
di Indonesia.
2. Kondisi dan proses pembelajaran di daerah terpencil.
3. Fasilitas, sarana dan prasarana pendidikan di daerah terpencil.
4. Standardisasi pendidikan dan kesejahteraan pendidikan.
RUANG LINGKUP
Makalah ini membahas mengenai :
a. Artikel terkait tentang pendidikan di daerah tertinggal.
b. Daftar daerah tertinggal.
c. Keterkaitan antara daerah tertinggal, rendahnya pendidikan, dan ilmu sosial dasar.
TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :
a. Mengetahui faktor penyebab suatu daerah dikatakan daerah tertinggal.
b. Menyelaraskan antara faktor penyebab daerah tertinggal dan rendahnya pendidikan
serta ilmu sosial dasar.
c. Membangkitkan rasa ingin peduli terhadap lingkungan bagi pemuda pemudi.
METODE PENELITIAN
Disesuaikan dengan tema yang kami pilih dan keterbatasan untuk menjangkau
daerah tersebut, maka metode penelitian yang kami ambil adalah metode pengamatan dan
diskusi. Pengamatan yang kami lakukan hanya sebatas berasal dari internet dan
diselaraskan dengan teori ilmu sosial dasar yang kami dapatkan.
SISTEMATIKA TULISAN ILMIAH
Berikut adalah sistematika dari makalah yang kami susun ini :
1. BAB I Pendahuluan
Berisi cakupan materi yang akan dibahas dan disertai tujuan dan latar belakang dari
masalah tersebut.
2. BAB II Tinjauan Pustaka
Berisi pembahasan lebih rinci mengenai topik masalah yang diambil dengan
menyertakan juga artikel-artikel terkait dan diselaraskan dengan teori ilmu sosial
dasar yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Artikel
Berikut adalah artikel-artikel yang kami jadikan bahan acuan dalam membahas
masalah pembelajaran yang tertinggal di wilayah terpencil :
INDONESIA adalah salah satu negara yang memiliki kemajemukan (unitax multipeks) dalam pelbagai
dimensi kehidupan, baik strata sosio-kultur, politik, ekonomi, juga kondisi geografis dan topografi
alamnya. Diversity yang dimiliki masyarakat bangsa Indonesia itu di suatu pihak menjadi kebanggaan, tetapi
di lain pihak menjadi penghambat dalam menjalankan roda pembangunan bangsa, khususnya pembangunan
di dunia pendidikan.
Kondisi dan karakter alam yang berbeda-beda berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat, dan
perbedaan ekonomi berpengaruh pada partisipasi masyarakat dalam memajukan dunia pendidikan di negara
ini. Perbedaan kondisi topografi alam juga berdampak pada lambat dan tidak meratanya penyebaran tenaga
guru, sarana dan informasi yang bisa menunjang kegiatan pendidikan di setiap sekolah yang ada. Akibatnya,
kita masih menemukan adanya daerah-daerah yang tergolong tertinggal, terbelakang, terdepan dan belum
tersentuh oleh pelayanan pendidikan yang layak dan memadai.
Permasalahan Pendidikan di Daerah 3T
Beberapa permasalahan penyelenggaraan pendidikan, khususnya di daerah Terdepan, Terpencil dan
Tertinggal (3T) antara lain; persedian tenaga pendidik, distribusi tidak seimbang, insentif rendah, kualifikasi
yang di bawah standard, guru-guru yang kurang kompeten serta ketidaksesuaian antara kualifikasi
pendidikan dengan bidang yang ditempuh, penerapan kurikulum di sekolah belum sesuai dengan mekanisme
dan proses yang distandardkan. Permasalahan lainnya adalah angka putus sekolah juga masih relatif tinggi.
Berangkat dari sejumlah permasalahan yang disebutkan di atas, pendidikan di daerah 3T perlu dikelola secara
khusus dan sungguh-sungguh supaya bisa maju sejajar dengan daerah lain. Hal ini bisa terwujud bila ada
perhatian dan keterlibatan dari semua komponen bangsa ini, baik yang ada di daerah maupun di pusat. Selain
itu, kebijakan pembangunan pemerintah daerah dan pusat memperioritaskan daerah 3T itu. Menteri
Pendidikan Nasional menegaskan daerah 3T memiliki peran strategis dalam memperkokoh ketahanan
nasional dan keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia, (Juknis SM-3T).
Sekolah-sekolah di daerah terpencil tidak memberikan kontribusi bagi investasi politis dan ekonomi, tetapi
pendidikan di daerah-daerah terpencil berkontribusi bagi pembentukan karakter manusia Indonesia yang
berkualitas kedepan.
Kondisi Objektif Salah Satu Sekolah di Daerah 3T
Kondisi Geografis
Secara geografis, SMPN Satap Kembang Lala berada di belahan Utara Manggarai Timur. Persisnya di
kampung Golo Cewo, desa Kembang Mekar, kecamatan Sambi Rampas-NTT. SMPN Satap ini berada di
daerah yang sedikit jauh dari pusat pelayanan pendidikan dan terkesan terisolir karena topografi alam yang
berbukit-bukit dan terjal.
SMPN Satap Kembang Lala adalah SMP Baru yang terletak di desa Kembang Mekar. SMPN Satap
Kembang Lala memiliki luas area sekitar 2.500 m2.. Gedung sekolah ini merupakan gedung SDI Kembang
Lala, karena kedua satuan pendidikan ini masih berada di bawah satu atap.
Secara topografis lingkungan sekolah ini berada di lereng bukit, di sebelah Timurnya area persawahan
masyarakat, di sebelah Baratnya kompleks Gereja Stasi Kembang Lala dan sebelah tenggaranya berbatasan
dengan kompleks postu dan kantor desa Kembang Mekar. Karena lokasi sekolah ini berada di antara kedua
kompleks umum ini, maka suasana lingkungan sekolah sangat kondusif bagi pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar.
Topografi yang berbukit-bukit berpengaruh pada arus transportasi dari kota kabupaten ke daerah ini. Hanya
dua kendaraan yang melintas ke desa Kembang Mekar. Jarak tempuh dari kota kabupaten kurang lebih 3 jam
dengan kendaraan. Jenis kendaraan yang biasa ditumpangi adalah dantruck yang telah dimodifikasi menjadi
oto penumpang alias oto kol. Tempat duduk dalam oto ini terbuat dari papan. Setelah turun dari mobil tulang
pinggang terasa sakit. Belum ada bus menuju kampung Golo Cewo. Dua kendaraan yang biasa bertaksi ke
daerah itu hanya sampai di ujung aspal. Kami harus berjalan kaki dari ujung aspal menuju kampung itu
kurang lebih 1 jam perjalanan. Kondisi aspal dari kota kabupaten ke kecamatan Sambi Rampas sangat sempit
dan medannya terjal, bahkan banyak yang sudah rusak. Sampai sekarang belum ada perhatian pemerintah
untuk memperbaiki kondisi jalan rusak tersebut.
Kondisi Pendidikan
Kondisi Fisik Gedung Sekolah
Secara fisik gedung sekolah ini masih kelihatan bagus karena usianya masih relatif muda. Suasana sekitar
gedung ini sepi dan sejuk karena di sekelilingnya masih banyak pohon yang rindang. Gedung sekolah
memiliki jumlah ruangan yang terbatas, empat ruang kelas, satu ruang guru, satu ruang perpustakaan yang
kosong dan 2 kamar WC. Oleh karena jumlah ruangan kelasnya masih terbatas, maka sekolah belum bisa
menyediakan sarana-sarana yang bisa mendukung kegiatan belajar-mengajar di satuan pendidikan itu.
Kegiatan belajar-mengajar untuk para siswa/i SMP di buat sore hari karena pagi harinya ruangan-rungan
kelas yang ada digunakan oleh anak-anak SD. Itu pun, karena ruangan terbatas maka anak-anak SD
menggunakan gedung gereja sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan belajar-mengajar.
Kondisi Siswa
Secara kuantitatif murid SMPN Satap Kembang Lala berjumlah 21 orang dan semuanya berada dalam satu
rombongan belajar. Pada awalnya mereka berjumlah 23 orang tetapi 2 orang harus berhenti sekolah karena
orang tua mereka tidak mampu membiayai pendidikan. Ironisnya, SMP Negeri satu atap ini membebankan
biaya pendidikan ke orang tua Rp. 100.000 per bulan, untuk biaya SPP. Angka ini melebihi SPP sekolah
swasta yang ada di sekitarnya.
Menyangkut daya serap murid terhadap mata pelajaran yang ada sangat variatif. Ada beberapa anak yang
memiliki daya serap yang sangat bagus, beberapa di antaranya memiliki daya serap yang cukup dan sebagian
kecilnya memiliki daya serap yang rendah.
Kondisi Guru
Guru-guru yang mengajar di SMPN Satap Kembang Lala sebagian besarnya adalah guru-guru Sekolah
Dasar, dan dua di antaranya adalah Guru SM-3T. Sejak sekolah ini dibuka belum ada tenaga guru yang
ditugaskan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga untuk mengabdi di SMP satap ini (persediaan guru
masih kurang). Sebagai solusinya kepala sekolah (yang adalah kepala SD) memanfaatkan guru-guru sekolah
dasar untuk mengisi kekosongan tenaga itu. Dampaknya guru-guru yang mengajar di SMP Satap ini
ditempatkan berdasarkan loyalitas dan dibayar murah. Hal ini berdampak juga pada motivasi kerja mereka.
Masalah lainnya, dedikasi yang mereka berikan tidak berangkat dari kompetensi dan spesifikasi ilmu yang
mereka miliki. Dengan demikian berdampak pada kualitas proses karena guru-guru belum memiliki
spesifikasi profesionalitas untuk jenjang pendidikan pada satuan itu. Kami sendiri melihat hal ini sebagai
suatu masalah serius yang harus segera dicarikan solusinya oleh dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
Manggarai Timur.
Guru-guru SM-3T yang datangpun menemukan kesulitan yang sama karena kedua guru SM-3T diminta oleh
kepala sekolah untuk mengajar mata pelajaran yang ada di luar spesifikasi dan kompetensi yang dimiliki.
Guru yang berlatar belakang pendidikan bahasa inggris mengajar mata pelajaran Matematika. Ini juga
berakibat pada kualitas proses.
Kurikulum Sekolah
Kurikulum yang berlaku di sekolah ini adalah KTSP sebagaimana yang berlaku secara nasional di semua
wilayah di Nusantara ini. Ketika kami melihat mekanisme penerapannya di lingkungan sekolah ini, KTSP
belum sungguh-sungguh diterapkan karena beberapa faktor berikut ini :
Faktor pertama adalah penempatan tenaga pengajar yang belum proporsional, karena pengajar yang ada
tidak memiliki kualifikasi akademik seperti yang diharapkan oleh sekolah. Akibatnya, guru yang mengajar
tidak mengikuti proses dan mekanisme penerapan kurikulum yang sebenarnya. Kedua, karena fasilitas
pendukung belajar, sekolah belum memiliki buku-buku sumber dan sarana lain seperti laboratorium dan arus
listrik yang mendukung kegiatan pembelajaran. Ketiga, untuk pembuatan perangkat dan proses, guru-guru
hanya berbuat sebatas apa yang mereka tahu, tanpa mengikuti panduan yang berlaku umum. Ini juga menjadi
suatu masalah yang terlihat di sekolah yang ada di daerah 3T.
Semua kondisi dan masalah riil yang ada di daerah 3T menjadi masalah bersama yang menggugah rasa
nasionalisme kita untuk mengatasinya. Dalam perpektif ini rasa nasionalisme yang kita bangun terbentuk
melalui kesadaran universal dari seluruh komponen bangsa untuk bersama-sama memberi prioritas bagi
percepatan pelayanan pendidikan dan peningkat mutu pendidikan di daerah 3T itu. Kita tidak lagi memikul
senjata untuk menentang segala bentuk kolonialisme dari luar, tetapi kita membangun semangat nasionalisme
untuk merasakan dan mengambil sikap kongkret dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi anak-anak
bangsa ini, terutama anak-anak bangsa yang terhimpit dan terlantar di balik deratan bukit dan lembah atau
yang berada di daerah yang terisolir dan tertinggal.
Masalah Pendidikan di Daerah Terpencil Belum Teratasi
MAMUJU — Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Mamuju St Saleha Duka
mengaku masalah pendidikan di daerah terpencil belum bisa diatasi. Menurut dia kondisi itu terjadi akibat
kantor cabang dinas (KCD) di kecamatan tidak proaktif.
“Sejuah ini KCD tidak ada yang melapor, sehingga kami menggap tak ada masalah. Tapi setelah kami lihat
masalah pendidikan di daerah terpencil sangat banyak, terutama di Pulau Bala-balakang,” kata Saleha Duka
kepada Radar Sulbar akhir pekan lalu.
Ia menjelaskan, masalah pendidikan di Pulau Bala-balakang yang belum bisa diatasi adalah tingkat kehadiran
guru. Alasan mereka, lanjut Saleha, akses ke pulau itu sangat sulit.
“Saya berpikir untuk mengatasi masalah ini harus ada pertemuan antara Dinas Pendidikan bersama
pemerintah kecamatan dan desa setempat. Pertemuan tersebut untuk mencari solusi apa yang bisa kita
lakukan,” imbuhnya.
Menurut Saleha, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kebijakan pengangkatan
guru kontrak dengan jangka waktu bertugas selama satu tahun. Dengan catatan guru kontrak yang bertugas
mendapat jaminan kesejahteraan dari pemerintah kabupaten.
“Atau bisa juga kita berdayakan putra daerah di sana untuk menjadi guru. Asalkan mereka memenuhi syarat
dan memiliki potensi. Tapi solusi mana yang akan kita gunakan bisa dilihat setelah ada pertemuan antara
kami dengan pemerintah kecamatan dan desa setempat, kami akan kaji mana yang tepat,” terang Saleha. (sol)
Berdasarkan kedua artikel tersebut, maka kami akan bahas lebih dalam mengenai masalah
pendidikan ini dengan membagi topic ini menjadi beberapa sub-bab, yaitu sebagai berikut :
a. Daerah yang Termasuk Daerah Terpencil
Daerah tertinggal adalah daerah yang memiliki kondisi berbeda dibandingkan
dengan daerah lainnya yang sudah memenuhi standard nasional negara tersebut.
Suatu daerah atau wilayah dapat dikatakan sebagai daerah tertinggal atau terpencil
karena disebabkan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Geografis
Pada umumnya sutu wilayah dikatakan terpencil karena letaknya yang jauh
dari perkotaan, berada di sekitar perbukitan, sehingga sulit untuk dijangkau
baik secara jaringan maupun transportasi.
2. Sumber daya manusia
Daerah yang tertingal cenderung memiliki sumber daya manusia yang
rendah dalam bidang pendidikan, pengetahuan maupun tingkat kreatifitas
dan inotifitas.
3. Sarana dan Prasarana
Terbatasnya jaringan atau perkembangan komunikasi, transportasi, air
bersih, dan pelayanan lainnya mengakibatkan penduduknya kesulitan untuk
melakukan aktivitas sosial.
4. Rawan Konflik dan Rawan bencana
Daerah yang rentan akan bencana alam, tentu mempengaruhi kemajuan
suatu daerah. Begitu juga dengan daerah yang rentan akan konflik, baik
konflik intern (dalam negara) ataupun terjadi peperangan dengan negara
tetangga, hal ini akan mempengaruhi minat murid untuk belajar dan
tentunya mempengaruhi minat para pendidik untuk melakukan aktivitas
belajar mengajar.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka di Indonesia saat ini terdapat banyak
kabupaten tertinggal, yaitu : DAFTAR 183 KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA
(1) NAD (12 DT)
1 SIMEULUE
2 ACEH SINGKIL
3 ACEH SELATAN
4 ACEH TIMUR
5 ACEH BARAT
6 ACEH BESAR
7 ACEH BARAT DAYA
8 GAYO LUES
9 NAGAN RAYA
10 ACEH JAYA
11 BENER MERIAH
12 PIDIE JAYA (DOB )
(2) SUMATERA UTARA (6 DT)
1 NIAS
2 TAPANULI TENGAH
3 NIAS SELATAN
4 PAKPAK BHARAT
5 NIAS BARAT (DOB)
6 NIAS UTARA (DOB)
(3) SUMATERA BARAT (8 DT)
1 KEPULAUAN MENTAWAI
2 PESISIR SELATAN
3 SOLOK
4 SIJUNJUNG
5 PADANG PARIAMAN
6 SOLOK SELATAN
7 DHARMAS RAYA
8 PASAMAN BARAT
(4) SUMATERA SELATAN (7 DT)
1 OGAN KOMERING ILIR
2 LAHAT
3 MUSI RAWAS
4 BANYUASIN
5 OKU SELATAN
6 OGAN ILIR
7 EMPAT LAWANG
(5) BENGKULU (6 DT)
1 KAUR
2 SELUMA
3 MUKOMUKO
4 LEBONG
5 KEPAHIANG
6 BENGKULU TENGAH
(6) LAMPUNG (4 DT)
1 LAMPUNG BARAT
2 LAMPUNG UTARA
3 WAY KANAN
4 PESAWARAN
(7) BANGKA BELITUNG (1 DT)
1 BANGKA SELATAN
(8) KEPULAUAN RIAU (2 DT)
1 NATUNA
2 KEPULAUAN ANAMBAS
(9) JAWA BARAT (2 DT)
1 SUKABUMI
2 GARUT
(10) JAWA TIMUR (5 DT)
1 BONDOWOSO
2 SITUBONDO
3 BANGKALAN
4 SAMPANG
5 PAMEKASAN
(11) BANTEN (2 DT)
1 PANDEGLANG
2 LEBAK
(12) NTB (8 DT)
1 LOMBOK BARAT
2 LOMBOK TENGAH
3 LOMBOK TIMUR
4 SUMBAWA
5 DOMPU
6 BIMA
7 SUMBAWA BARAT
8 LOMBOK UTARA (DOB)
(13) NTT (20 DT)
1 SUMBA BARAT
2 SUMBA TIMUR
3 KUPANG
4 TIMOR TENGAH SELATAN
5 TIMOR TENGAH UTARA
6 BELU
7 ALOR
8 LEMBATA
9 FLORES TIMUR
10 SIKKA
11 ENDE
12 NGADA
13 MANGGARAI
14 ROTE NDAO
15 MANGGARAI BARAT
16 MANGGARAI TIMUR (DOB)
17 NAGEKEO (DOB)
18 SABU RAIJUA (DOB)
19 SUMBA BARAT DAYA (DOB)
20 SUMBA TENGAH (DOB)
(14) KALIMANTAN BARAT (10 DT)
1 KAYONG UTARA
2 SAMBAS
3 BENGKAYANG
4 LANDAK
5 SANGGAU
6 KETAPANG
7 SINTANG
8 KAPUAS HULU
9 SEKADAU
10 MELAWI
(15) KALIMANTAN TENGAH (1 DT)
1 SERUYAN
(16) KALIMANTAN SELATAN (2 DT)
1 BARITO KUALA
2 HULU SUNGAI UTARA
(17) KALIMANTAN TIMUR (3 DT)
1 KUTAI BARAT
2 MALINAU
3 NUNUKAN
(18) SULAWESI UTARA (3 DT)
1 KEPULAUAN SANGIHE
2 KEPULAUAN TALAUD
3 KEPULAUAN SITARO (DOB)
(19) SULAWESI TENGAH (10 DT)
1 BANGGAI KEPULAUAN
2 BANGGAI
3 MOROWALI
4 POSO
5 DONGGALA
6 TOLI-TOLI
7 BUOL
8 PARIGI MOUTONG
9 TOJO UNA-UNA
10 SIGI (DOB)
(20) SULAWESI SELATAN (4 DT)
1 SELAYAR
2 JENEPONTO
3 PANGKAJENE KEPULAUAN
4 TORAJA UTARA (DOB)
(21) SULAWESI TENGGARA (9 DT)
1 BUTON
2 MUNA
3 KONAWE
4 KONAWE SELATAN
5 BOMBANA
6 WAKATOBI
7 KOLAKA UTARA
8 BUTON UTARA (DOB)
9 KONAWE UTARA (DOB)
(22) GORONTALO (3 DT)
1 BOALEMO
2 POHUWATO
3 GORONTALO UTARA (DOB)
(23) SULAWESI BARAT (5 DT)
1 MAJENE
2 POLEWALI MANDAR
3 MAMASA
4 MAMUJU
5 MAMUJU UTARA
(24) MALUKU (8 DT)
1 BURU SELATAN (DOB)
2 MALUKU BARAT DAYA (DOB)
3 MALUKU TENGGARA BARAT (DOB)
4 MALUKU TENGAH
5 BURU
6 KEPULAUAN ARU
7 SERAM BAGIAN BARAT
8 SERAM BAGIAN TIMUR
(25) MALUKU UTARA (7 DT)
1 MOROTAI (DOB)
2 HALMAHERA BARAT
3 HALMAHERA TENGAH
4 KEPULAUAN SULA
5 HALMAHERA SELATAN
6 HALMAHERA UTARA
7 HALMAHERA TIMUR
(26) PAPUA BARAT (8 DT)
1 KAIMANA
2 TELUK WONDAMA
3 TELUK BINTUNI
4 SORONG SELATAN
5 SORONG
6 RAJA AMPAT
7 MAYBRAT (DOB)
8 TAMBRAU (DOB)
(27) PAPUA (27 DT)
1 MERAUKE
2 JAYAWIJAYA
3 NABIRE
4 YAPEN WAROPEN
5 BIAK NUMFOR
6 PANIAI
7 PUNCAK JAYA
8 MIMIKA
9 BOVEN DIGOEL
10 MAPPI
11 ASMAT
12 YAHUKIMO
13 PEGUNUNGAN BINTANG
14 TOLIKARA
15 SARMI
16 KEEROM
17 WAROPEN
18 SUPIORI
19 DEIYAI (DOB)
20 DOGIYAI (DOB)
21 INTAN JAYA (DOB)
22 LANNY JAYA (DOB)
23 MAMBERAMO RAYA (DOB)
24 MAMBERAMO TENGAH (DOB)
25 NDUGA (DOB)
26 PUNCAK (DOB)
27 YALIMO (DOB)
- Menyadari akan banyaknya kabupaten yang masuk dalam daftar daerah
tertinggal, maka sepatutnya kita sadar seberapa rendahnya tingkat pendidikan di
negara ini.
b. Hubungan Daerah Tertinggal dengan Rendahnya Pendidikan
Dengan menyadari akan banyaknya daerah di Indonesia yang terkategorikan
sebagai daerah tertinggal, menimbulkan sebuah polemik. Semakin banyak dan
semakin tinggi penyebaran daerah tertinggal di negara ini maka semakin rendah
tingkat pendidikan negara ini. Lalu apa hubungan antara daerah tertinggal dan
rendahnya tingkat pendidikan? Disesuaikan dengan artikel yang ada dan
pemahaman kami, maka berikut ini adalah keterkaitan antara daerah tertinggal dan
pendidikan yang rendah :
Geografis.
Letak kabupaten atau wilayah tersebut yang pada dasarnya sulit untuk
dijangkau otomatis berimbas pada pembangunan sekolah atau tempat
pengajaran. Hal ini dapat diperumpamakan sebagai berikut, jika untuk
menjangkau desa A diperlukan waktu 3 jam dengan berjalan kaki, maka
untuk mencapai suatu sekolah yang berada di ujung desa diperlukan waktu
sekitar 4jam. Dengan perumpamaan seperti itu, maka para murid ataupun
pendidik yang yang akan menuju ke lokasi merasa kesulitan, belum lagi jika
harus melewati medan area yang sulit untuk dilewati atau diakses.
Kondisi sekolah
Kondisi sekolah sangat mempengaruhi tingkat pendidikan wilayah tersebut.
Sedangkan pembangunan sekolah bergantung pada dana yang diberikan
pemerintah daerah tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa daerah
terpencil seperti ini sebenarnya juga memerlukan perhatian khusus, karena
melihat kondisi sekolah di daerah terpencil memprihatinkan.
Sementara itu, kondisi sekolah sangat berpengaruh dengan tingkat perhatian
para murid dengan materi yang diajarkan. Kondisi yang nyaman dalam
ruangan tentu membuat para murid fokus dengan materi yang disampaikan,
begitu juga dengan para pengajar. Pengajar akan mudah menyalurkan
ilmunya kepada para murid. Sementara itu jika kita melihat gambar-gambar
yang ada, maka ini menjadi faktor penyebab menurunnya tingkat daya serap
para murid terhadap materi tersebut.
Mata pencahariaan
Daerah yang termasuk daerah tertinggal memiliki mata pencahariaan di
bidang pertanian, perairan. Maka dengan jenis mata pencahariaan tersebut
dapat ditafsir pendapatan yang diterima masing-masing kepala keluarga per
hari berapa dalam bentuk rupiah. Apalagi jika membayangkan pendapatan
per-kepala keluarga yang hanya berprofesi sebagai buruh kayu, karet atau
tikar dan semacamnya yang dalam sehari untuk makan pun tidak cukup.
Dengan kondisi yang memprihatinkan seperti ini, sebagai anak, maka
terkadang ia lebih memilih untuk mencari pekerjaan lain demi membantu
ayah ibunya. Kalaupun dibuat presentase maka, jumlah anak yang memilih
sekolahpun pasti tidak akan mencapai 50 %, karena jika sekolah dalam
daerah tersebut tetap menuntut biaya pendidikan, sedangkan penghasilan
sangat minimal, maka semakin rendah presentase jumlah murid yang
mengikuti pembelajaran tersebut.
Gizi
Disesuaikan dengan mata pencahariaan masing-masing kepala keluarga di
daerah terpencil, maka dapat disimpulkan seperti apa makanan yang
dikonsumsi warga pada daerah tersebut. Sementara seperti yang kita ketahui
bahwa segala bentuk makanan yang dikonsumsi warga tersebut secara tidak
langsung berpengaruh pada gizi anak-anak yang menjadi murid dalam
sekolah di daerah tersebut.
Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di daerah terpencil tentu relative sederhana
bahkan terkesan “apa adanya”, sementara untuk meningkatkan daya serap
murid pada suatu materi terkadang dibutuhkan sarana atau alat peraga yang
pas untuk menunjang materi tersebut.
Standardisasi Pengajar
Karena medan area yang sulit dijangkau, maka pada umumnya pengajar di
daerah terpencil merupakan sukarelawan yang hanya ingin berbagi ilmu.
Hal ini baik, karena mengasumsikan bahwa dalam daerah tersebut, walau
jauh dari kehidupan kota dan perkembangan teknologi, namun tingkat
kepedulian terhadap pendidikan masih cukup bagus. Namun di sisi lain,
pengajar yang hanya merupakan relawan saja, tanpa disadari secara tidak
langsung mengajar tanpa disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di
masa itu. Hal ini wajar, karena para pengajar pun tidak memiliki tingkat
pendidikan yang memenuhi standard nasional atau dapat dikatakan kurang
kompeten dalam mengajar. Namun sebenarnya jika keadaan
memungkinkan, akan jauh lebih baik jika para pengajar di daerah terpencil
ini bisa mendapat training terlebih dahulu atau dapat mengikkuti sertifikasi
agar kelak dapat lebih baik lagi dalam mengajar.
c. Kondisi Pembelajaran Di Daerah Tertinggal
Berdasarkan keterkaitan antara daerah tertinggal/terpencil dengan rendahnya tingkat
pendidikan di atas, dapat dibayangkan secara kasat mata betapa memprihatinkannya
kondisi pembelajaran di daerah tertinggal. Tidak jarang ditemui di beberapa wilayah
pedalaman, para murid dan pelajar melakukan aktivitas pembelajaran di ruang terbuka atau
lebih tepatnya di area seperti gambar-gambar berikut.
Keadaan sekolah atau area belajar seperti itu, kurang mendukung daya serap belajar para
murid. Terlebih jika terjadi hujan atau bencana alam yng lainnya, hal ini justru
menyebabkan kepanikan baik para pengajar dan pendidik. Akan lebih baik jika dibangun
area yang layak untuk dilakukan pengajaran.
d. Tingkat Pendidikan dan Ilmu Sosial Dasar
Masih membahas tingkat pendidikan, jika diselaraskan dengan teori ilmu sosial
dasar yang dipaparkan oleh H. Abu Ahmadi, maka ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang tersusun dengan sistematis dengan menggunakan kekuatan
pemikiran, pengetahuan yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh
setiap orang lain yang ingin mengetahuinya. Dalam bukunya pun, beliau
memaparkan bahwa tingkat pengetahuan atau pendidikan mempengaruhi
kemakmuran dan juga tingkat kemiskinan. Jadi secara tidak langsung, keadaan
pendidikan yang kurang memadai bahkan terbilang cukup memprihatinkan ini perlu
diperbaiki dan mulai ditingkatkan.
Kemudian siapakah yang harus ikut serta dalam meningkatkan pendidikan di
negara ini? Semua lapisan masrakat, baik pemerintahan ataupun rakyat biasa.
Sedangkan untuk pemuda pemudi, masih banyak hal yang dapat kita lakukan utnuk
membantu meningkatkan kualitas pendidikan negara :
Mensyukuri pendidikan yang bisa ditempuh.
Berjuang untuk mendapat pendidikan yang lebih baik.
Berusaha peduli dengan sekitar dengan cara berperan serta mengajar anak-
anak panti asuhan, atau menyalurkan dana
KESIMPULAN
Berdasarkan tinjauan tim kami dan disesuaikan dengan teori yang ada, maka dapat ditarik
kesimpuan bahwa kemajuan pendidikan di negara kita bukan hanya karena faktor geografis
saja, melainkan disebabkan banyak faktor. Namun kita sebagai generasi muda yang
beruntung dapat menikmati pendidikan, hendaknya dapat memanfaatkan ilmu yang kita
dapatkan dan menjadikan ilmu tersebut sesutau yang berharga dan bermanfaat bukan
hanya bagi kemajuan diri sendiri melainkan juga untuk kemajuan orang lain dan bangsa
kita sendiri tentunya.
DAFTAR PUSTAKA
http://berita.upi.edu/2013/07/09/kondisi-pendidikan-di-daerah-terdepan-terpencil-dan-
tertinggal/
http://radar-sulbar.com/mamuju/masalah-pendidikan-di-daerah-terpencil-belum-teratasi/
Buku karangan H. Abu Ahmadi