Intervensi Pemimpin Lokal Dan Pendidikan Politik WN

2
Intervensi pemimpin lokal dalam pemilihan Para Pemimpin desa mempunyai peran penting dalam mempengaruhi keputusan rakyat dalam memilih di banyak wilayah di Aceh. Rekomendasi atau nasihat keputusan siapa yang akan dipilih merupakan hal yang seringkali diminta oleh masyarakat kepada pemimpin lokal. Di dalam berbagai pertemuan desa yang membahas soal pemilihan, pendapat yang disuarakan oleh anggota masyarakat yang berstatus tinggi memiliki pengaruh. Dengan kurangnya informasi tentang calon dan kurangnya pengalaman dengan pemilihan demokratis, banyak pemilih melaporkan bahwa mereka sangat dipengaruhi oleh pendapat tetangga dan terutama petunjuk dari para sesepuh desa. 1 Ketika seorang pemimpin lokal menyatakan dukungan dan merekomendasikan untuk memilih calon tertentu, maka masyarakat akan mengikutinya atau dapat dikatakan “kompak” memberikan dukungan. Memilih secara kompak dipandang positif karena hal itu menandakan tidak adanya perpecahan politik di desa itu, dan karena warga desa kemudian akan memiliki posisi tawar yang lebih kuat untuk meminta bantuan. Hal tersebut diakui para pemimpin lokal di sana dimana ketika seorang pemimpin berkata A, maka semua akan memilih A. Ketika tidak memilih calon yang direkomendasikan tak jarang diserukan ancaman apabila tidak memilih sesuai kehendak para pempimpin lokal ini. Ketaatan dari masyarakat mempengaruhi posisi tawar menawar pemimpin lokal dengan calon yang didukung. Di sisi lain status 1 Clark Samuel dan P. Brain, Pilkada Damai, Demokrasi yang Rapuh : Pilkada Pasca Konflik dan Implikasinya, World Bank, Jakarta, 2008. Hal 48

description

asa

Transcript of Intervensi Pemimpin Lokal Dan Pendidikan Politik WN

Page 1: Intervensi Pemimpin Lokal Dan Pendidikan Politik WN

Intervensi pemimpin lokal dalam pemilihan

Para Pemimpin desa mempunyai peran penting dalam mempengaruhi keputusan rakyat

dalam memilih di banyak wilayah di Aceh. Rekomendasi atau nasihat keputusan siapa yang akan

dipilih merupakan hal yang seringkali diminta oleh masyarakat kepada pemimpin lokal. Di

dalam berbagai pertemuan desa yang membahas soal pemilihan, pendapat yang disuarakan oleh

anggota masyarakat yang berstatus tinggi memiliki pengaruh. Dengan kurangnya informasi

tentang calon dan kurangnya pengalaman dengan pemilihan demokratis, banyak pemilih

melaporkan bahwa mereka sangat dipengaruhi oleh pendapat tetangga dan terutama petunjuk

dari para sesepuh desa.1

Ketika seorang pemimpin lokal menyatakan dukungan dan merekomendasikan untuk

memilih calon tertentu, maka masyarakat akan mengikutinya atau dapat dikatakan “kompak”

memberikan dukungan. Memilih secara kompak dipandang positif karena hal itu menandakan

tidak adanya perpecahan politik di desa itu, dan karena warga desa kemudian akan memiliki

posisi tawar yang lebih kuat untuk meminta bantuan. Hal tersebut diakui para pemimpin lokal di

sana dimana ketika seorang pemimpin berkata A, maka semua akan memilih A. Ketika tidak

memilih calon yang direkomendasikan tak jarang diserukan ancaman apabila tidak memilih

sesuai kehendak para pempimpin lokal ini.

Ketaatan dari masyarakat mempengaruhi posisi tawar menawar pemimpin lokal dengan

calon yang didukung. Di sisi lain status dan kekuasaan seorang pemimpin lokal akan berkurang

ketika yang mereka dukung kemudian tidak memberi keuntungan kepada desa. Pada umumnya

pemimpin lokal yang dimaksud adalah pejabat desa(geuchik, sekertaris desa), sesepuh atau tetua

desa, orang-orang yang memiliki kualifikasi keagamaan yang kuat, atau orang yang berstatus

PNS, relative kaya dan berpendidikan tinggi. Dari kesemua pemimpin lokal tersebut, geuchik lah

yang paling berpengaruh dalam banyak kasus. Tingginya pengaruh geuchik terbukti ketika

Panwaslih mencatat berbagai pengaduan tentang tindakan mantan bupati yang menggunakan

jaringannya supaya para camat dan geuchik ikut membantu kampanye. Di Kecamatan Beutong,

Nagan Raya, sebagian besar geuchik mendukung mantan bupati, yang akhirnya menjadi

pemenang, T. Zulkarnaini. 26 dan 29 desa memilih T. Zulkarnaini, terkadang dengan margin

perolehan suara yang cukup besar.2

1 Clark Samuel dan P. Brain, Pilkada Damai, Demokrasi yang Rapuh : Pilkada Pasca Konflik dan Implikasinya, World Bank, Jakarta, 2008. Hal 482 Ibid Hal 49

Page 2: Intervensi Pemimpin Lokal Dan Pendidikan Politik WN

Pendidikan Politik pada Warga Negara