Intervensi Pemimpin Lokal Dan Pendidikan Politik WN
-
Upload
andi-prasetya-raharja -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
description
Transcript of Intervensi Pemimpin Lokal Dan Pendidikan Politik WN
Intervensi pemimpin lokal dalam pemilihan
Para Pemimpin desa mempunyai peran penting dalam mempengaruhi keputusan rakyat
dalam memilih di banyak wilayah di Aceh. Rekomendasi atau nasihat keputusan siapa yang akan
dipilih merupakan hal yang seringkali diminta oleh masyarakat kepada pemimpin lokal. Di
dalam berbagai pertemuan desa yang membahas soal pemilihan, pendapat yang disuarakan oleh
anggota masyarakat yang berstatus tinggi memiliki pengaruh. Dengan kurangnya informasi
tentang calon dan kurangnya pengalaman dengan pemilihan demokratis, banyak pemilih
melaporkan bahwa mereka sangat dipengaruhi oleh pendapat tetangga dan terutama petunjuk
dari para sesepuh desa.1
Ketika seorang pemimpin lokal menyatakan dukungan dan merekomendasikan untuk
memilih calon tertentu, maka masyarakat akan mengikutinya atau dapat dikatakan “kompak”
memberikan dukungan. Memilih secara kompak dipandang positif karena hal itu menandakan
tidak adanya perpecahan politik di desa itu, dan karena warga desa kemudian akan memiliki
posisi tawar yang lebih kuat untuk meminta bantuan. Hal tersebut diakui para pemimpin lokal di
sana dimana ketika seorang pemimpin berkata A, maka semua akan memilih A. Ketika tidak
memilih calon yang direkomendasikan tak jarang diserukan ancaman apabila tidak memilih
sesuai kehendak para pempimpin lokal ini.
Ketaatan dari masyarakat mempengaruhi posisi tawar menawar pemimpin lokal dengan
calon yang didukung. Di sisi lain status dan kekuasaan seorang pemimpin lokal akan berkurang
ketika yang mereka dukung kemudian tidak memberi keuntungan kepada desa. Pada umumnya
pemimpin lokal yang dimaksud adalah pejabat desa(geuchik, sekertaris desa), sesepuh atau tetua
desa, orang-orang yang memiliki kualifikasi keagamaan yang kuat, atau orang yang berstatus
PNS, relative kaya dan berpendidikan tinggi. Dari kesemua pemimpin lokal tersebut, geuchik lah
yang paling berpengaruh dalam banyak kasus. Tingginya pengaruh geuchik terbukti ketika
Panwaslih mencatat berbagai pengaduan tentang tindakan mantan bupati yang menggunakan
jaringannya supaya para camat dan geuchik ikut membantu kampanye. Di Kecamatan Beutong,
Nagan Raya, sebagian besar geuchik mendukung mantan bupati, yang akhirnya menjadi
pemenang, T. Zulkarnaini. 26 dan 29 desa memilih T. Zulkarnaini, terkadang dengan margin
perolehan suara yang cukup besar.2
1 Clark Samuel dan P. Brain, Pilkada Damai, Demokrasi yang Rapuh : Pilkada Pasca Konflik dan Implikasinya, World Bank, Jakarta, 2008. Hal 482 Ibid Hal 49
Pendidikan Politik pada Warga Negara