INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …
Transcript of INSTITUT TEKNOLOGI -PLN KAJIAN KELAYAKAN …
HALAMAN JUDUL
INSTITUT TEKNOLOGI -PLN
KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KOTA LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG BLANG ACEH
MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
FARIS MUHAMMAD CANCER SHARIEF
NIM : 2016 11 177
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK ELEKTRO
JAKARTA, 2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN SKRIPSI
KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH
DI KOTA LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG BLANG ACEH
MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)
Disusun Oleh:
FARIS MUHAMMAD CANCER SHARIEF NIM: 201611177
Diajukan untuk memenuhi persyaratan pada
Program Studi Strata Satu Teknik Elektro
FAKULTAS KETENAGALISTRIKAN DAN ENERGI TERBARUKAN INSTITUT TEKNOLOGI PLN Jakarta, 20 Agustus 2020
Mengetahui,
Kepala Program Studi S1 Teknik Elektro
(Tony Koerniawan, S.T., M.T.)
Disetujui, Pembimbing Skripsi Pertama
(Syarif Hidayat, S.Si, M.T.)
Pembimbing Skripsi Kedua
(Ir. Tasdik Darmana, M.T.)
iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Nama : Faris Muhammad Cancer Sharief
NIM : 20161177
Jurusan : S1 Teknik Elektro
Judul Skripsi : KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KOTA LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG BLANG ACEH MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)
Telah disidangkan dan dinyatakan lulus Sidang Skripsi pada Program Sarjana Strata 1 (S1), Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi – PLN pada tanggal 14 Agustus 2020.
Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan
1.Tony koerniawan,S.T.,M.T. Ketua Penguji
2. Sugeng Purwanto,S.T.,M.Sc. Sekretaris
3. Rizki pratama putera,S.T.,M.T. Anggota
Mengetahui :
Kepala program studi S1 Teknik elektro
(Tony koerniawan,S.t.,M.T.)
iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat:
Syarif Hidayat, S.Si., M.T. Selaku Pembimbing I Ir. Tasdik Darmana, M.T. Selaku Pembimbing II
Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya
sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.
Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :
1. Bapak Tony Koerniawan, ST., MT Selaku Ketua Prodi S1 Teknik Elektro.
2. Ibu Oktaria Handayani, S.T., M.T. Selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
Yang telah mengijinkan melakukan pengumpulan data, serta telah
mendidik dan mengajari mahasiswa yang bersangkutan untuk
menyelesaikan tugas akhir skripsi di kampus IT – PLN Jakarta.
.
Banda Aceh, 25 Juli 2020 Hormat Saya Faris Muhammad Cancer Sharief 2016-11-177
vi
INSTITUT TEKNOLOGI PLN
KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH
DI KOTA LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG
BLANG ACEH MENJADI PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA SAMPAH (PLTSa)
Faris Muhammad Cancer Sharief (2016-11-177)
Dibawah bimbingan Syarif Hidayat,S.Si, M.T.
ABSTRAK
Pencemaran area akibat sampah terus menjadi lama akan
semakin mengkhawatirkan. Tetapi dikala yang sama tenaga fosil yang ada terus menjadi menurun, sehingga manusia wajib mengganti tren penciptaan serta pemakaian bahan bakar, dari bahan bakar fosil ke bahan bakar non fosil ataupun tenaga baru terbarukan. Sehingga diperlukan pemecahan konkrit ialah pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah buat mengambil alih bahan bakar fosil. Sampah yang dinilai jadi sumber kasus nyatanya bisa diolah jadi pelet sampah serta mempunyai nilai kalor yang besar ialah 3. 802 Kkal/ Kilogram( hasil uji laboratorium tekmira). Nilai kalor tersebut setara dengan nilai kalor dari batu bara muda, sehingga sampah bisa digunakan bagaikan bahan bakar buat pengganti tenaga fosil. Pada Kajian Kelayakan Pemanfaatan Sampah di Kota Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang Menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah dibutuhkan 4 unit Trillion Gasifier (TG180) dan 2 unit genset caterpillar C399 dengan keluaran 600 kW. PLTSa dengan bahan bakar pelet sampah dinilai lebih efisien dan layak dibangun karena dengan Investasi sebesar Rp. 7.388.745.900,-.Dengan harga jual listrik Rp. 1.500,- per kWh dan bunga bank sebesar 12% pertahun menghasilkan NPV 11.472.014.458, IRR 19,943%, BCR 2,553 dan PBP 2 Tahun 5 bulan. Maka pemanfaatan pelet sampah sebagai bahan bakar PLTSa gasifikasi Downdraft sangat layak dibangun di kelurahan ujong blang.
Kata kunci : Pemanfaatan Sampah,PLTSa, gasifikasi downdraft,BBK
vii
INSTITUTE OF TECHNOLOGY PLN
WASTE UTILIZATION FEASIBILITY ASSESSMENT
IN THE CITY OF LHOKSEUMAWE KELURAHAN
UJONG BLANG ACEH
BECOME A WASTE POWER PLANT (PLTSa)
Faris Muhammad Cancer Sharief (2016-11-177)
Under the guidance of Syarif Hidayat,S.Si, M.T.
ABSTRACT
Environmental pollution due to waste will be increasingly worrying. But at the same time there is less and less available fossil energy, so humans must change trends in the production and use of fuels, from fossil fuels to non-fossil fuels or new renewable energy. So that a concrete solution is needed, namely the construction of a waste power plant to replace fossil fuels. Waste which is considered to be the source of the problem turns out to be able to be processed into garbage pellets and has a high heating value of 3,802 Kcal / Kg (Tekmira laboratory test results). The heating value is equivalent to the heating value of young coal, so that waste can be used as fuel to replace fossil energy. In the Feasibility Study of Waste Utilization in Lhokseumawe City, Ujong Blang Village, as a Waste Power Plant, 4 Trillion Gasifier (TG180) and 2 C399 caterpillar generator units with 600 kW output. PLTSa with waste pellet fuel is considered more efficient and feasible to be built because with an investment of Rp. 7,388,745,900, - with the selling price of electricity Rp. 1,500 per kWh and bank interest of 12% per year resulting in NPV of 11,472,014,458, IRR of 19,943%, BCR of 2,553 and PBP for 2 years and 5 months. So the use of waste pellets as Downdraft gasification fuel PLTSa is very feasible to be built in the village of Ujong Blang.
Keywords: Waste utilization,PLTSa,Downdraft gasification, fuel
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika Institut Teknologi - PLN, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Faris Muhammad Cancer Sharief
NIM : 2016-11-177
Program Studi : S1
Jurusan : Teknik Elektro
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Institut Teknologi – PLN Hak Bebas Royalty Non ekslusif (Non-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“KAJIAN KELAYAKAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KOTA
LHOKSEUMAWE KELURAHAN UJONG BLANG ACEH MENJADI
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SAMPAH (PLTSa)”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty
Non ekslkusif ini Institut Teknologi – PLN berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database)
merawat dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Banda Aceh
Pada Tanggal : 10 Agustus 2020
Yang Menyatakan
(Faris Muhammad Cancer Sharief)
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI .................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH .......................................................................... v
INSTITUT TEKNOLOGI PLN ................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. vi
ABSTRACT .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR TABEL........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xiii
BAB I .......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1.2 Permasalahan Penelitian .............................................................. 2
1.2.1 Identifikasi Masalah ....................................................................... 2
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah................................................................ 2
1.2.3 Rumusan masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 3
1.3.1 Tujuan penelitian ........................................................................... 3
1.3.2 Manfaat penelitian ......................................................................... 3
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................... 3
BAB II ......................................................................................................... 5
LANDASAN TEORI .................................................................................... 5
2.1 Tinjauan Pustaka........................................................................... 5
2.2 Landasan Teori ............................................................................. 6
2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) ............................... 6
2.2.2 Definisi Sampah ............................................................................ 6
2.2.3 Jenis – jenis dan dampak negatif dari sampah ............................. 7
2.2.4 Pengolahan sampah ..................................................................... 9
2.2.5 Pengelolaan Sampah di Kota Lhokseumawe Aceh ..................... 10
2.2.6 Teknologi Pengolahan Sampah Menjadi Tenaga Listrik (PLTSa)
x
11
2.2.7 Aspek Biaya PLTSa .................................................................... 17
2.2.8 Parameter Kelayakan Proyek ...................................................... 19
BAB III ...................................................................................................... 22
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 22
3.1 Analisis Kebutuhan ..................................................................... 22
3.2 Perancangan Penelitian .............................................................. 23
3.3 Teknik Analisis ............................................................................ 24
BAB IV ...................................................................................................... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 25
4.1 Proses Pembuatan Pelet Dari Sampah ....................................... 25
4.2 Kebutuhan Daya Penduduk Kelurahan Ujong Blang ................... 29
4.3 Rencana Pemilihan Lokasi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah ....................................................................................... 30
4.4 Kondisi kelistrikan Eksisting Kota Lhokseumawe Aceh ............... 31
4.5 Perencanaan Mesin Yang Akan Digunakan Dengan Teknologi Gasifikasi .................................................................................................. 32
4.6 Analisis Kelayakan ...................................................................... 35
4.7 Analisa Finansial ......................................................................... 39
BAB V ....................................................................................................... 46
PENUTUP ................................................................................................ 46
5.1 Simpulan ..................................................................................... 46
5.2 Saran........................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 48
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... 49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Kebutuhan mesin pada pabrik pelet ................................................. 27
Tabel 4. 2 Komponen yang terdapat pada TG180 ............................................ 33
Tabel 4. 3 Keperluan Pekerjaan Sipil ................................................................ 35
Tabel 4. 4 Keperluan Elektrikal serta Mekanikal ............................................... 36
Tabel 4. 5 Biaya EPC ........................................................................................ 36
Tabel 4. 6 Biaya Tunjangan Pegawai ............................................................... 38
Tabel 4. 7 Biaya Operasi dan Pemeliharaan..................................................... 38
Tabel 4. 8 Aspek biaya PLTSa Pelet Sampah .................................................. 39
Tabel 4. 9 Kelayakan Finansial ......................................................................... 40
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Jenis-jenis sampah ........................................................................ 8
Gambar 2. 2 dampak negatif akibat sampah ...................................................... 9
Gambar 2. 3 Teknologi pembakaran langsung ................................................ 12
Gambar 2. 4 Teknologi gasifikasi ...................................................................... 14
Gambar 2. 5 Teknologi biogas .......................................................................... 15
Gambar 2. 6 Pelet sampah ............................................................................... 17
Gambar 3. 1 Flow chart penelitian .................................................................... 23
Gambar 4. 1 Diagram alur pembuatan pelet sampah ....................................... 25
Gambar 4. 2 Contoh sketsa tempat yang akan dipergunakan guna memanen
hasil pelet sampah ............................................................................................ 26
Gambar 4. 3 Data Sampah Perhari ................................................................... 27
Gambar 4. 4 Proses pelet sampah menjadi listrik ............................................. 28
Gambar 4. 5 Data Jumlah penduduk Sumber:Badan Pusat Statistik ................ 29
Gambar 4. 6 Perencanaan Pemilihan Lokasi Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah. .............................................................................................. 31
Gambar 4. 7 Trilion Gasifier (TG180) ................................................................ 33
Gambar 4. 8 Genset Caterpillar G399 .............................................................. 35
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RAB PT.ALAM HIJAU ENERGI ..................................................... 50
Lampiran 2 Parameter PLTSa (PT.AHE) .......................................................... 51
Lampiran 3 NPV ................................................................................................ 52
Lampiran 4 IRR ................................................................................................. 53
Lampiran 5 BCR ............................................................................................... 54
Lampiran 6 PBP ................................................................................................ 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pencemaran terhadap lingkungan dikarenakan sampah sudah semakin
membahayakan apabila tidak diatasi dengan serius.pencemaran akibat sampah
dampaknya terhadap tanah, air dan udara.proses terjadinya pencemaran
lingkungan akibat sampah adalah terjadi berbagai unsur yaitu organik dan
anorganik yang tertimbun dan menjadi satu.sampah yang tertimbun sangat lama
tidak dilakukan pengolahan akan sangat berpotensi menjadi biang bahan
pencemar.kondisi tersebut akan semakin parah dengan adanya hujan yang
membasahi tumpukan sampah
Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi semakin besar pula
energi yang dibutuhkan manusia.akan tetapi di waktu yang sama energy fosil
yang telah tersedia akan semaking berkurang, sehingga penduduk bumi wajib
mengubah gaya produksi dan pemakaian bahan bakar, seperti bahan bakar
energi terbarukan atau non fosil, seperti pembangkit listirk tenaga sampah, air,
panas bumi, surya, angin dan lainnya.
Dari semua potensi sumber energi terbarukan yang saat ini belum
termanfaatkan dengan baik dan menjadi permasalahan serius khususnya di
perkotaan adalah sumber energi terbarukan dari sampah. Sebagai contoh
adanya sampah di Kota Lhokseumawe Aceh yang saat ini menghasilkan sampah
sekitar 75.000 kg setiap hari diperkirakan mampu menghasilkan energi listrik
sekitar 15 MW yang bisa membantu kebutuhan listrik di Kota Lhokseumawe
Kelurahan Blang ujong Aceh yang berbeban puncak sekitar 28, 3 MW. Jadi
dengan adanya Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Kota Lhokseumawe Aceh
bisa membantu kebutuhan listrik dan mengurangi sampah yang ada. Selain
sampah potensi yang lainnya adalah matahari, jadi di Kota Lhokseumawe Aceh
pembangkit alternatifnya yang cocok adalah pembangkit listrik tenaga surya
karena di lhokseumawe Aceh ini adalah kota terbesar kedua setelah banda Aceh
dimana banda Aceh merupakan ibu kota Aceh, lhokseumawe Aceh ini banyak
2
penduduk luar yang berkunjung sehingga Kota Lhokseumawe Aceh ini sebagai
jalur lintas sumatera dimana lhokseumawe ini kota tempat beristirahat yang ramai
diminati sehingga dengan adanya PLTSa kita dapat memanfaatkan sampah-
sampah dengan jumlah banyak sehingga Kota Lhokseumawe Aceh menjadi kota
ramah lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas adanya sumber daya lebih mudah didapatkan
dikarenakan sampah sangat mudah didapatkan karena semakin banyak
penduduk bumi maka makin banyak juga produksi sampah, sehingga sampah
dapat dijadikan sebagai bahan ideal guna diolah menjadi energi terbarukan
1.2 Permasalahan Penelitian
1.2.1 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah penelitian berikut untuk mengkaji kelayakan
pemanfaatan sampah di Kota Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang Aceh
menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
1.2.2 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah berikut mengkaji :
1. Sumber data yang diperoleh dari Dinas lingkungan hidup (DLH), Badan
Pusat Statistik (BPS) dan PT.AHE (Alam hijau energi) yang terkait pada
penelitian ini.
2. Subjek penelitian pada lingkup Kota Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang
.
3. Referensi yang di peroleh dari jurnal dan buku mengenai Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa) yang sudah lebih dulu terdapat di indonesia.
4. Tidak melakukan pembahasan tentang penyambungan keluaran
pembangkit pada jaringan PLN.
5. Tidak melakukan pembahasan tentang finansial pembuatan pellet sampah
6. Mengetahui tentang analisa ekonomi perencanaan pembagunan PLTSa
dengan bahan bakar pellet sampah di Kota Lhokseumawe kecamatan
Ujong Blang Aceh
1.2.3 Rumusan masalah
3
Rumusan masalah yang penulis ingin dijabarkan ialah:
1. Bagaimana kelayakan pembangunan PLTSa dengan bahan bakar pelet
sampah di Kota Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang Aceh?
2. Bagaimana potensi keekonomian pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah di Kota Lhokseumawe kecamatan Ujong Blang Aceh?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Skripsi berikut bertujuan guna:
1. Mengetahui perencanaan pada suatu proses pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah dan proses menjadi pelet sampah sampai menjadi
listrik.
2. Mengetahui kajian kelayakan finansial Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
dengan bahan bakar pelet sampah.
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat yang nantinya didapatkan dalam skripsi berikut ialah :
1. Guna mendapatkan pengalaman operasional pada suatu industri tentang
penerapan ilmu pengetahuan serta technology menurut bidang yang
didalami penulis.
2. Guna salah satu referensi serta sumber ilmu pengetahuan pada penulis
maupun membaca dan pihak lain yang berkepentingan .
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berikut terbagi dalam 5 (lima) BAB, yakni BAB I terdiri
dari ringkasan materi dasar berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, rumusan masalah, serta yang terakhir sistematika penulisan.
BAB ll yaitu landasan teori tentang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
serta tahapannya hingga menjadi listrik. BAB lll yaitu metodologi penelitian,
mencakup tahapan penelitian yang penulis laksanakan dari awal hingga tahap
penulisan laporan. BAB lV yaitu mencakup mengenai tahap pellet sampah
sampai menjadi listrik serta hasil dari perhitungan ekonomu di Kota
4
Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang Aceh. BAB V yaitu kesimpulan serta saran
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Menurut (Rachmad Ikhsan, 2014) Penggunaan LFG atau Landfill Gas
guna menghitung analisis ekonomi seperti penentuan nilai NPV, BCR, ROI, PP
di Kota Banda Aceh menggunakan Least Cost Method. Hasil dari perhitungan
menggunakan Least Cost Method didapat nilai potensi gas yang diperoleh =
1.992.522 m3/tahun serta energi listrik yang diperoleh ialah 15.065.329.579, IRR
=24%, BCR = 3,73 serta nilai PP = 4,01 Tahun, jadi hasil perolehan itu dapat
memenuhi kriteria kelayakan untuk dilakukan proyek pembangunan PLTSa di
Kota Banda Aceh.
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah atau PLTSa ialah pembangkit listrik
thermal beruap supercritical steam yang menggunakan sampah sebagai bahan
bakarnya atau lebih tepatnya gas methan pada sampah. Panas yang dihasilkan
dari sampah atau gas methan pada sampah yang di bakar akan memanaskan
uap pada boiler steam supercritical. Turbin uap serta flywheel yang terhubung
dalam generator dinamo bergerak akibat dari uap kompresi tinggi yang
dihasilkan. Kemudian, dengan perantara gear transmisi (transmisi otomatis)
karenanya dapat memproduksi listrik.
Suatu material yang tidak sengaja terbuang ataupun dibuang dengan
sengaja dari sumber aktivitas manusia tertentu ataupun tahap alam yang tak lagi
memiliki nilai ekonomi disebut juga sampah. Disebutkan juga pada Undang-
undang No 18 tahun 2008 mengenai Pengelolaan Sampah, dijabarkan juga
makna dari sampah yaitu sisa aktivitas keseharian manusia serta atau dari
tahapan alam yang berwujud padat.
Akibat positif yang diberikan pasca pencabutan subsidi BBM dimana
hendak berkembangnya kemampuan tenaga alternatif spesialnya tenaga
biomasa dari limbah sampah yang belum terolah buat memadai keperluan listrik
buat wilayah 3T. Pemanfaatan sampah itu sanggup mengubah tenaga fossil
6
yang makin menipis serta pula garapannya bisa menuntaskan kasus di wilayah
perkotaan. Sampah bisa diolah sehingga jadi dalam wujud briket sampah
ataupun bio–arang bagaikan substitusi bahan bakar rumah tangga konvensional
misalnya BBM serta gas LPG pula bisa dibangun jadi pellet yang memiliki kalori
besar bagaikan bahan baku pada pembangkit listrik. Parameter temperatur
proses karbonisasi diamati mempergunakan tungku pirolisa bersuhu 250°C,
300°C, serta 350°C juga dilaksanakan dalam penelitian tersebut. Briket dibentuk
melalui penggerusan serta pengayakan bagi butiran berukuran 40 mesh
sementara cara pencampuran serta pembentukannya yaitu menggunakan alat
cetak briket berbahan pembantu guna merekatkan yakni tepung kanji. Kemudian
menggunakan sinar matahari untuk proses pengeringan briket. Buat pengujian
mutu briket dicoba terhadap parameter perbandingan pencampuran arang serta
temperatur pada proses karbonisasi. Hasil uji coba briket yang dikatakan
bagaikan mutu baik merupakan yang mempunyai nilai kalor.(Supriatno)
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
PLTSa merupakan pembangkit listrik yang bahan bakarnya memanfaatkan
limbah sampah. Sampah digunakan buat memanaskan air dalam boiler. Boiler
hendak menciptakan uap panas yang setelah itu dimasukkan ke dalam turbin
uap yang nantinya hendak menggerakkan generator sehingga bisa dihasilkannya
listrik.
PLTBM ataupun pembangkit listrik tenaga biomassa merupakan
pembangkit listrik dengan memakai bahan bakar dari biomassa buat penuhi
kebutuhan listrik dalam jumlah beban yang relative kecil. PLTBM memiliki
komponen pendukung yang berbeda dengan pembangkit listrik yang lain dimana
biomassa mempunyai ciri yang berbeda. Antara lain komponen pendukung
tersebut merupakan perlengkapan permanen gas, water trap, gas holder serta
digester.
2.2.2 Definisi Sampah
7
Menurut SK SNI Tahun 1990, sampah merupakan limbah yang tersusun
dari sifat zat organik serta sifat non organik dimana sekiranya tidak diperlukan lagi
serta harus dilakukan pengelolaan agar nantinya tak membahayakan lingkungan
serta investasi pembangunan dapat terlindungi.
Para pakar memaknai sampah dengan pengertian yang berbeda – beda.
Tanjung mendefinisikan sampah yaitu sesuatu yang sudah tidak memiliki
kegunaan lagi yang sudah dibuang baik sengaja atau tidak sengaja oleh
penggunanya. Bahar, sampah adalah barang buangan berwujud padat yang
dengan adanya bahan padat tersebut dapat mengakibatkan menurunnya nilai –
nilai estetika pada lingkungan, membawa penyakit, nilai sumber daya,
menyumbat saluran air, menimbulkan polusi, serta banyak akibat negative lain
yang dapat disebabkan. Mustofa, sampah adalah material tak berharga lagi pada
pemakaiannya, barangnya cacat ataupun rusak.
Jadi dari definisi tersebut disimpulkan bahwasanya yang dimaksud
dengan sampah ialah benda yang berbentuk padat yang sudah tidak bernilai dan
berguna bagi pemakainya atau pemiliknya
2.2.3 Jenis – jenis dan dampak negatif dari sampah
2.2.4.2 Jenis Sampah
Kriteria berdasarkan sifat, bentuk dan sumbernya.
Kriteria sampah berdasarkan sifat ada dua jenis yakni sampah organik
serta anorganik.
1. Sampah organik ialah tipe sampah yang gampang membusuk, tersusun
dari senyawa tanaman serta hewan yang diperoleh dari alam ataupun
hasil aktivitas perikanan, pertanian ataupun sejenisnya. Sampah tipe ini
bisa dengan gampang terurai dalam proses natural. Misalnya: daun, kulit
telur, kayu, sampah dapur, kertas, kardus serta lainnya.
2. Sampah anorganik ialah tipe sampah yang susah membusuk, umumnya
bersumber dari energi alam yang tidak bisa diperbaharui semacam minyak
bumi, mineral ataupun proses industri. Sebagian tipe sampah anorganik
secara totalitas tidak bisa terurai oleh alam, serta sebagian yang lain bisa
8
terurai oleh alam tetapi dalam jangka waktu yang sangat lama. Contohnya:
karet, kaca, plastik, logam, kaleng, serta lain– lain.
Gambar 2. 1 Jenis-jenis sampah
2.2.4.3 Dampak Negatif Keberadaan Sampah
Menurut (Faizah, 2008), dampak negatif akan timbul apabila sampah tidak
dikelola secara sistematis serta bertahap. Diantaranya dampak yang ditimbulkan
ialah:
1. Kesehatan, yakni diantaranya dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit.
2. Lingkungan, yakni diantaranya punahmya flora serta fauna dan
menipisnya lapisan ozon.
3. Sosial ekonomi, yaitu pemandangan yang buruk serta berdampak pada
pariwisata.
9
Gambar 2. 2 dampak negatif akibat sampah
2.2.4 Pengolahan sampah
UU nomor 18 Tahun 2008 mendefinisikan pengelolaan sampah
merupakan aktivitas sistematis, merata serta berkelanjutan yang meliputi proses
pengurangan serta penindakan terhadap sampah. Dasar pada pengolahan
sampah yaitu mencakup lima aspek yakni mencegah dari sumbernya (pollution
prevention), pengurangan jumlah sampah (waste minimation), daur ulang
(recycling), pengolahan sampah yang tak mampu didaur ulang (treatment) serta
pembuangan (disposal). Aspek pertama sampai ketiga, erat hubungannya
dengan budaya masyarakat untuk aspek keempat serta kelima berhubungan
dengan teknologi.
2.2.6.2 Pengolahan sampah di Luar Negeri
Pengolahan sampah di luar negeri yang diuji coba di Eropa, Australia,
serta Jepang. Mereka menuju pada pengurangan timbunan sampah sejumlah
75% ialah memfokuskan dalam 3R (reduce, recycle and reuse). Pengelolaan
sampah diawali dari rumah tangga ialah dengan pemisahan sampah organik
serta anorganik, kantong sampah terbentuk dari material yang bisa di daur ulang,
serta sampah organic diangkut oleh truk yang mempunyai drum berbalik yang
sudah diperlengkapi dengan pisau pencacah serta mikroba yang bisa merombak
bahan organik (Siregar).
Teknologi oleh Keppler Seghers berpusat di negeri Belgia, tetapi industri
tersebut sudah membangun PLTSa di Cina, Korea, Italia, serta di negaranya
sendiri di Belgia. Informasi–informasi yang didapatkan dalam plant berikut
merupakan: sampah yang dipergunakan pada teknologi tersebut merupakan
sampah perkotaan, dengan 60% isi air sampah, pre- treatment yang dicoba ialah
sampah diaduk dalam bunker sepanjang 3–5 hari. Dengan ditaksir nilai kalor
merupakan sehabis pre-treatment merupakan 1000- 1400 kkal/ kilogram dengan
hasil output listrik 24 MW. Dengan temperature pembakaran diatas 850°C serta
waktu start up: 20 jam, lindi yang bisa diproduksi ialah 20% dari kapasitas
sampah.
2.2.6.3 Pengolahan Sampah di Indonesia
10
Posisi TPA Kota DKI Jakarta di wilayah Bantar Gebang–Bekasi.
Pengelolaan sampah dengan Metode Activated Sludge System (danau yang
diterapkan areasi dengan pengaduk bertenaga besar). Pada penerapannya
Pemda DKI Jakarta membayar Royalty ke Pemda Bekasi sejumlah Rp 60 juta/
ton sampah. Tujuan ASC ialah supaya bebas bau, panorama alam tak nikmat,
serta kemunculan penyakit.
Bandung mempunyai banyak posisi buat TPA semacam Jelekong,
Cicabe, Cikubang, serta Sarimukti. Tetapi, seluruhnya cuma bertabiat sedangkan
akibat keterbatasan lahan. Sehabis tragedy longsoran sampah pada TPA
Leuwigajah di tahun 2004, Pemkot Bandung telah mencanangkan mengelola
sampah dengan dengan metode pembakaran buat menciptakan listrik, tetapi
karna kasus lokasi yang memperoleh penolakan terus menerus proyek itu
dihibahkan pada Pemkab Bandung.
Kota Surabaya mempunyai TPA di wilayah Sukolilo serta Sidoharjo,
pada pengelolaan sampah Dinas Kebersihan mempunyai unit Incinerator
ataupun mesin pembakar dari Inggris. Pada keyataannya pengaplikasian
Incinerator kurang cocok buat diterapkan sebab kandungan air sampah
Indonesia sangat besar (lebih dari 80%).
2.2.5 Pengelolaan Sampah di Kota Lhokseumawe Aceh
Sistem Sistem pengelolaan sampah di Kota Lhokseumawe masih belum
optimal, dilihat dari metode kelola sampah masih mempergunakan sistem
kumpul angkut buang. Selain itu, tingkat pelayanan sampah hanya sebesar 38%,
sedangkan sampah yang tidak terlayani akan menyebabkan tumpukan sampah
di berbagai tempat. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pelayanan sampah Kota
Lhokseumawe masih dibawah standar pelayananan minimal yaitu 60%-90%. jadi
Untuk itu diperlukan peningkatan terhadap penanganan sampah yang optimal
khususnya pada pemanfaatan sampah untuk mengurangi timbunan sampah dan
beban di TPA mengurangi sampah yang ada kita dapat mendirikan Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah dikarenakan sampah yang terdapat pada Kota
Lhokseumawe Aceh mayoritasnya ialah sampah organik dan anorganik
11
2.2.6 Teknologi Pengolahan Sampah Menjadi Tenaga Listrik (PLTSa)
Terdapat berbagai bentuk teknologi pemanfaatan sampah yang dapat
diolah menjadi energi listrik seperti:
1. Pembakaran
2. Gasifikasi
3. Biogas
4. Sampah dirubah menjadi pelet
2.2.7.2 Proses Pembakaran
Teknologi pembakaran sampah bisa menciptakan panas yang nantinya
dipergunakan guna pemanasan air di dalam boiler guna menghasilkan uap. Uap
yang dihasilkan bisa dijual ataupun pula bisa dikonversikan jadi listrik dengan
turbin uap. Efisiensi dari trknologi thermal bisa menggapai 18%- 27%(dikala
menciptakan listrik) buat pembangkit berdimensi 25.000 hingga 600.000 ton per
tahun. Teknologi tersebut pula hendak menghasilkan sisa dari sampah berbentuk
abu, abu terbang, abu boiler, serta residu scrubber droprasi pembersihan
cerobong gas (Harahap, 2018)
Pengoperasian pada PLTSa yang memakai technology thermal wajib
dilindungi pada kondisi temperatur pembedahan kritis. Jika suhunya rendah,
senyawa beracun organic volatile ataupun VOC yang beresiko tidak bisa terurai
sempurna yang bisa mengganggu area serta Kesehatan manusia, dan ketentuan
standar keamanan nasional secara tidak langsung hendak dilanggar akibat emisi
gas pembangkit. Oleh sebab itu buat menggapai serta memikirkan temperatur
pembedahan minimum yang nyaman dikala volume aliran sampah bisa jadi
rendah ataupun memiliki kandungan air yang besar, bahan bakar bonus
semacam minyak bisa jadi dibutuhkan.
12
Gambar 2. 3 Teknologi pembakaran langsung
2.2.7.3 Teknologi Gasifikasi
Prinsip gasifikasi ialah sampah dikonversi jadi syngas-gas yang biasanya
tersusun dari hydrogen serta karbon dioksida dengan tata cara kekkurangan
hawa. Gas ini langsung bisa dimanfaatkan guna penggerak turbin gas, ataupun
bisa dipergunakan guna bahan bakar, setelah dibersihkan dari hydrogen sulfide
serta ammonia dalam turbin uap. komponen utama pada tahap gasifikasi
merupakan gasifer.(Siregar)
Didalam gasifier berlangsung proses gasifikasi yang tersusun dari
beberapa elemen, yakni :
1. Reaktor
Lokasi munculnya perubahan bio massa menjadi gas merupakan fungsi
utama reaktor. Bio massa dibakar di temperatur 500-1200°C. Karenanya unsur
C6H10O5 (Selulosa) terpecah menjadi CO, H2 serta CH4.
A. Zona Pengeringan
Yakni proses dimana kandungan pada air pada bio massa diekstraksi
menjadi bentuk uap tanpa dekomposisi kimia dari biomassa tersebut. Biomassa
+ Panas = Biomassa kering + Uap
B. Zona Pirolisis
Sehabis dicoba pengeringan bahan bakar hendak hadapi penyusutan
serta menerima panas sebesar 250-500°C dalam keadaan tidak terdapat hawa.
13
Pirolisis diawali dengan dekomposisi hemiselulosa di 200-250°C, dekomposisi
hemiselulosa hingga 350°C, serta pirolisis terhenti di 500°C. Berikutnya terjadi
pengarangan di 500-900°C, terjalin di batasan zona pirolisis serta oksidasi.
Produk tahap itu dibagi jadi produk cair(Tar), produk gas(H2, CO, H2O, CH4)
serta arang. Respon kimia pirolisis bisa disusun seperti berikut:
Pelet sampah yang kering + panas = arang + tar + gas (H2, CO, H2O, CH4).
C. Zona Pembakaran
Tahap menciptakan panas yang digunakan guna memanaskan susunan
karbon yang terdapat di bawah. Arang tercipta dari ujung zona pirolis setelah itu
masuk dalam oksidasi, setelah itu terbakar di zona pembakaran pembedahan
yang besar 900-1400°C. Pada gasifier downdraft suhu yang tinggi tersebut
hendak menghancurkan substansi tar agar isi tar jadi lebih rendah. Buat
menyempurnakan proses oksidasi dibutuhkan distribusi oksigen yang
menyeluruh sehingga bisa dihasilkan temperatur optimal dalam totalitas tahap
gasifikasi. Dekat 20%, arang dan volatile teroksidasi dengan menggunakan O2
yang terbatas, sisanya 80% arang turun ke bawah ke bagian reduksi yang hampir
keseluruhannya hendak dipergunakan, cuma menyisakan abu yang terjatuh
pada tempat pembuangan.
2C + O2 = 2CO + Energi termal 2CO + O2 = 2 CO2 + Energi termal
Tar minyak metana, dll = CO, CO2, H2O, CH4 + Energi termal
D. Zona Reduksi
Sesi berikut merupakan sesi akhir dalam reaktor gasifikasi serta proses
berarti supaya bisa terjadinya sebagian senyawa yang bermanfaat buat
combustible gas semacam H2, CH4, CO yang biasa diketahui dengan producer
gas. Prosedur dicoba dalam temperatur 400- 900°C.
1. Cyclone
Gas yang dihasilkan di proses berikut adalah dari reaktor yang
terpisahkan dari partikel debu, tar serta gas yang dipergunakan.
2. Wet Scrubber
Penyaring gas yang sudah terpisahkan di cyclone dari tar serta sisa
14
debu.
3. Dry Filter
Tahap penyaringan gas sampai menghasilkan kualitas gas yang lebih
kering serta bersih sebelum di injeksikan menuju mesin pembangkit listrik.
4. Gas Tank
Tempat untuk menyimpan dan menjaga kestabilan volume dari gas
untuk siap di injeksikan ke mesin pembangkit.
Gambar 2. 4 Teknologi gasifikasi
2.2.7.4 Biogas
Biogas ialah hasil proses anaerobic fermentation. anaerobic fermentation
ialah tahap biologis dimana kuman mikrobiologi menguraikan zat- zat organic
pada sampah. Setelah itu dari proses tersebut hendak menciptakan gas- gas
yang gampang dibakar misalnya gas metan(CH4). Gas metan tersebut bisa
dimanfaatkan bagaikan bahan bakar. Sebab prosesnya sangat bergantung pada
kuman, proses ini membutuhkan waktu yang lama serta cuma bisa menciptakan
listrik berskala relatif kecil. Tahap yang dibutuhkan 4-6 minggu dengan 1m3
menciptakan 1,25 kWh, tidak hanya itu tahap biogas berikut berikut hanya dapat
diimplementasikan pada sampah organik..
Dua metode yaitu anaerob digestion serta landfill gasification
(penumpukan) merupakan metode yang menggunakan teknoplogi biologi untuk
mngkonversi sampah menjadi energi listrik.
15
1. Anaerob Digestion
Biogas dihasilkan dengan terdapatnya dorongan kuman
metanogen ataupun metanogenik. Kuman ini secara natural ada pada
limbah yang memiliki bahan organic semacam limbah ternak serta
sampah organik. Tahap itu pula diucap dengan anaerobic digestion.
2. Landfill Gasifacation
Gas yang diproduksi limbah padat yang dibuang merupakan
definisi dari Gas Landfill. Sampah ditimbun serta di tekan secara mekanis
serta tekanan dari lapisan diatasnya.
Gambar 2. 5 Teknologi biogas
2.2.7.5 Pelet Sampah
Pelet sampah merupakan alternatif energy baru yang dapat
memproduksi gas dari tahap gasifikasi. Sehingga semua sampah dapat
digunakan untuk bahan bakar padat bermulalah konsep Zero Waste.
Proses secara kimia- hayati seperti digestasi an- aerobis serta timbunan
sanitasi pula bisa menciptakan gas biologi yang bersih, hendak namun pula
mempunyai efek kebocoran gas timbunan, dan mempunyai efisiensi tenaga yang
rendah. Pemprosesan limbah serta sampah lewat proses gasifikasi modern
tingkatkan efisiensi hingga 90% serta pula banyak kurangi akibat emisi bagi area.
1. Peyeumisasi
Peyeumisasi adalah sampah organic kering, plastik yang dimasukkan
kedalam keranjang bambu. Proses ini berguna mengecilkan berat sampah
16
serta menurunkan kadar air dalam sampah organic kering selama
seminggu.
2. RDF (Refuse Derived Fuel)
Tahap ini merupakan kenaikan nilai kalori sampah, dengan
metode biomekanis, paling utama buat merendahkan kandungan air
sampah serta kurangi emisi gas beresiko untuk area.
3. Gasifikasi
Gasifikasi ialah sesuatu mekanisme guna memproses pelet serta
briket. Keduanya dimasukan ke reaktor setelah itu dipanaskan di suhu
500-1200°C hingga lapisan senyawa C6H10O5 hendak berganti jadi CO,
H2, serta CH4. Pelet serta briket nantinya berperan bagaikan gas
pembakaran yang panasnya hendak dipergunakan untuk listrik.
4. Lindi
Lindi ialah produk dari tahap digestasi yang merupakan tahap
pengolahan sampah merubah ke gas metan serta cairan lindi.
Berikut ialah uraian proses pengolahan sampah sampai jadi listrik
kerakyatan ataupun LK:
1. Sampah organik serta non-organik dipisah dengan menempatkan ember
buat organik.
2. Petugas mengumpulkan serta memasukkan sampah organic ke digester
yang terletak pada lumbung LK
3. Jika terdapat sampah organik dicacah dulu setelah itu dicampurkan
dengan lidi supaya dapat jadi kompos supaya dapat ditambahkan ke
digester.
4. Sampah non-organik yang masih berharga semacam plastik sisa
dikumpulkan buat dijual
5. Sampah non-organik serta sisa-sisa sampah yang lain dihancurkan
dengan terbakar pada tungku. Panas yang tercipta hendak dikumpulkan
ke wujud biogas storage yang hendak didistribusikan ke genset yang
berikutnya hendak jadi energi listrik yang berguna untuk warga atau
masyarakat.
17
Gambar 2. 6 Pelet sampah
2.2.7 Aspek Biaya PLTSa
2.2.7.1 Capital Cost
Ialah bayaran yang wajib senantiasa dikeluarkan baik pembangkit baik
dioperasikan maupun tidak. Komponen tersebut biasanya tersusun dari bayaran
konstruksi pembangkit semacam pekerjaan sipil, bayaran pembelian turbin,
generator dll.
Elemen biaya pembangunan PLTSA yakni:
a. Engineering
Diantaranya detail desain, supersive, pembangunan serta
penyiapan dokumen teknis akhir untuk pembangunan pembangkit.
b. Peralatan Elektrik-Mekanik
Diantaranya pengadaan sarana serta peralatan yang akan di
gunakan.
c. Biaya Sipil
Pekerjaan pembangunan pembangkit meliputi pembangunan
konstruksi dan jalan raya.
d. Biaya Pengembangan
Indirect cost ataupun bayaran pengembangan. Elemen berikut
diperhitungkan sebagai akibat dari tahap penyiapan serta perencanaan
pembanguna pembangkit yang tak gambang serta membutuhkan
18
terdapat aktivitas pendukung.
Perkiraan biaya pengembangan dikategorikan dalam:
Manajemen proyek(10%) dari total bayaran raga pajak
Kontrak, Tender, serta Sah(5%) dari total bayaran raga serta pajak
diasumsikan buat PPN sebesar 10%
Total Capital Cost diperoleh dengan menjumlahkan seluruh Overnight
Cost dengan memperhitungkan beban bunga sepanjang masa konstruksi.
Overnight Cost diperoleh dari penjumlahan seluruh bayaran Engineering,
Procurement, serta Construction(EPC Cost) ditambahkan development cost
serta other cost.
2.2.7.2 Biaya Tetap Operasi dan Pemeliharaan
Bayaran senantiasa pembedahan serta pemeliharaan ialah bayaran
senantiasa yang bertabiat relative senantiasa sejauh masa pengoperasian
serta tak berbanding lurus dengan penciptaan listrik, antara lain: asuransi
pembangkit, bayaran pendapatan pegawai, pajak, dll.
Bayaran pembedahan serta pemeliharaan yang bersifat sistem berganti
sejauh masa pengoperasian yang berbanding lurus dengan penciptaan listrik
serta pola pengoperasian pembangkit. Bayaran tersebut diantaranya semacam
pelumas, konsumsi air, pemeliharaan teratur bersumber pada jumlah
pembedahan, suku cadang, dll.
2.2.7.3 Biaya Bahan Bakar
Peraturan Menteri Tenaga serta Sumber Energi Mineral No 12 Tahun
2017 memastikan bayaran bahan bakar buat pembangkit.
2.2.7.4 Faktor Diskonto
Nilai waktu duit ialah perihal yang bisa menyebabkan terdapatnya
perbandingan nilai duit pada waktu yang hendak tiba dengan saat ini. Perihal ini
bisa diatasi dengan didiskontokan nilai pada waktu mendatang supaya nilainya
sama dengan nilai mata duit dikala ini. Aspek diskonto merupakan aspek yang
19
digunakan buat memperhitungkan sekarangkan penerimaan pada waktu
mendatang. Aspek diskonto bisa di tentukan dengan metode menetukan
tingkatan diskonto yang berbentuk tingkatan suku bunga pasar ataupun bunga
bank.
(2.1)
dimana
DF = diskon faktor
i = Tingkat diskonto atau bunga bank n = masa operasi
2.2.8 Parameter Kelayakan Proyek
Parameter universal yang melaporkan sesuatu proyek ataupun usaha
supaya bisa dikatakan layak antara lain:
Net Present Value (NPV)
NPV ialah nilai saat ini dari totalitas discount cash flow ataupun
cerminan ongkos total ataupun pula bisa diucap bagaikan pemasukan
total proyek dilihat dengan nilai saat ini. Secara matematik nilai NPV bisa
dicari dengan memakai persamaan berikut:
(2.2)
Dimana :
NPV = Net Present Value
K = Discount rate yang dipakai
COF = Cash outflow atau investasi
CIFt = Cash in flow di periode t
N = Periode terakhir cash flow yang diharapkan
Internal Rate of Return (IRR)
IRR ialah besar tingkatan keuntungan yang dipakai guna
pelunasan total modal yang di pinjam supaya tercapainya penyeimbang
kearah nol dengan dengan pertimbangan keuntungan. IRR diarahkan
pada wujud persentase(%) per periode serta umumnya bernilai positif
(I>0). Perhitungan guna memperoleh nilai IRR mempergunakan
20
persamaan:
(2.3)
dimana:
IRR =Internal Rate of Return (%)
NPV1 =Net Present Value bertingkat bunga rendah
NPV2 = Net Present Value bertingkat bunga tinggi
i1 = tingkat bunga pertama (%)
Benefit Cost Ratio (BCR)
BCR merupakan perbandingan pemasukan total sepanjang
waktu operasi pembangkit dan biaya investasi awal. Guna mencari BCR
bisa diperoleh dengan mempergunakan rumus:
(2.4)
Payback Periode (PP)
Payback Periode merupakan berapa lama waktu yang
dibutuhkan guna pengembalian dana investasi mempergunakan rumus:
(2.5)
Perhitungan Spesific Fuel Consumption (SFC)
Spesific Fuel Consumption (SFC) merupakan jumlah bahan
bakar yang digunakan oleh pembangkit buat menciptakan energi 1 kw
sepanjang 1 jam. Bersumber pada SPLN Nomor. 80 Tahun 1989
dugunakan persamaan guna menghitung mengkonsumsi bahan bakar
sebagai berikut:
(2.6)
Dimana :
Q = jumlah bahan bakar yang dipergunakan (dalam ton)
21
kWH = jumlah kWH yang dibangkitkan oleh generator (Kwh)
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Analisis Kebutuhan
Dalam skripsi berikut peneliti hendak memakai tata cara kuantitatif
disebabkan pada riset ini diisi dengan wujud angka- angka. Riset kuantitatif itu
merupakan riset yang banyak buat mengunakan angka mulai dari pengambilan
informasi serta pengertian pada informasi tersebut, dan penampilan pada
hasilnya..
Beberapa aspek yang penting lainnya juga dapat diperhatikan dan di
Analisa untuk kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) aspek
teknis dan aspek social serta aspek lingkungan.
3.1.1 Variabel
Variable pada penelitian merupakan poin perhatian pada suatu penelitian,
sementara data ialah hasil dari pencatatan pada penelitian studi kelayakan
pemanfaatan pelet sampah di Kelurahan Ujong Blang menjadi PLTSa di
Kelurahan Ujong Blang, terbagi menjadi dua variable, yaitu :
1. Variabel independen
Variable indenpenden adalah variable yang menyebabkan
perubahan.variable indenpenden pada penelitian ini yaitu perencanaan PLTSa
di Kelurahan Ujong Blang.
2. Variabel dependen
Variable denpenden adalah variable yang menjadikan akibat perubahan .
Pada penelitian ini variable dependennya yaitu studi kelayakan pemanfaatan
pelet sampah di Kota Lhokseumawe Aceh menjadi PLTSa di Kelurahan Ujong
Blang.
23
3.2 Perancangan Penelitian
Guna mengkaji riset ini, dibutuhkan lapisan kerangka kerja ataupun Frame
Work yang tahap-tahapnya jelas. Rancangan kerja berikut ialah tahapan yang
dapat diterapkan guna menjabarkan permasalahan. Adapun rancangan kerja
pada riset yang hendak dipergunakan dapat diamati pada bagan berikut.
Gambar 3. 1 Flow chart penelitian
24
3.3 Teknik Analisis
Teknis analisi data yang akan dipergunakan dalam penelitian ialah:
1. Studi Literatur
Studi literatur dapat dilaksanakan guna memperoleh teori-teori yang
mendukung topik, kondisi tersebut berguna dalam penentuan metode pengolah
data serta analisa.
2. Pengumpulan Data
Digunakan tehnik observasi serta wawancara guna menganalisis serta
mengamati objek penelitian guna memperoleh informasi serta data yang
dibutuhkan peneliti.
3. Pengolahan Data
Data diolah dengan kuantitatif maupun kualitatif. Data secara kualitatif
dapat diolah dengan cara penjelasan deskriptif. sedangkan kuantitatif dapat
dilakukan perhitungan dengan matematis bedasarkan teori tersebut.
4. Penyajian Data
Data dijabarkan pada bentuk grafik maupun table agar mempermudah
pembacaan dan melampirkan dokumentasi guna pembuktian objek penelitian
tersebut.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Pembuatan Pelet Dari Sampah
Tata cara ilmiah yang sanggup memproses sampah organik serta non
organik dalam bak penampung dengan menggunakan kuman karenanya
sampah tersebut bisa menciptakan produk briket sampah yang mempunyai kalori
2500– 4000 kkal. Proses peunyeumisasi yang hendak mengganti sampah jadi
sumber tenaga yang yang mempunyai keahlian setingkat batu bara. Tahap
penyeumisasi ialah tahap yang sangat efisien dikarekan tanpa wajib terlebih dulu
memisahkan sampah organik serta anorganik, berikut tahapan produksi pelet
sampah:
Sampah Logam
Sampah anorganik
Bahan Baku Sampah Mesin Penghancur
(Pencacah) Gas Metan
Mesin penghancur (Pelembut) Lindi Bak Penampung
Mesin pencetak pelet Hasil Produksi Pelet Gambar 4. 1 Diagram alur pembuatan pelet sampah
26
4.5.1 Proses pembuatan pelet sampah
1. Pemisah antara logam serta sampah lain
Sampah yang hendak diolah jadi pelet wajib bebas dari sampah logam
serta sampah yang tak mempunyai energi bakar.
2. Mesin pencacah (Hammer Mill)
Hammer mill berperan bagaikan penggiling bahan baku supaya bahan
baku jadi lebih halus. Beroperasi dengan memukul bahan baku yang
dimasukkan menngunakan mata hammer bermotor penggerak
berkecepatan besar.
3. Bak penampung
Dipergunakan untuk penampung sampah yang sudah dicacah dalam
mesin penghancur bagaikan wadah buat melaksanakan pembusukan
yang mana sampah yang sudah hancur diberi ragi supaya membagikan
hasil briket dari sampah plastik yang sudah hadapi pembusukan ataupun
proses fermentasi kurang lebih sepanjang 7– 10 hari setelah itu sampah
dikirim ke konveyor buat dilembutkan lagi setelah itu di cetak jadi
konveyor.
4. Mesin Pencetak Pelet (peketisasi)
Merupakan tahap akhir dalam proses TOSS. Dengan tekanan yang
terjalin di mesin pelet menyebabkan produk penciptaan pelet mempunyai
kepadatan serta mutu sesuai dengan harapan.
Sumber: PT. AHE Gambar 4. 2 Contoh sketsa tempat yang akan dipergunakan guna
memanen hasil pelet sampah
27
4.5.2 Produksi sampah menjadi pelet sampah
Tabel 4. 1 Kebutuhan mesin pada pabrik pelet
Sumber: PT. AHE
Semua kebutuhhan mesin di pabrik pelet bersumber pada rencana
pabrik pelet guna bekerja 24 jam. Bersumber pada mesin nantinya pula
diperlukan sebagian tenaga kerja buat mengoperasikan mesin tersebut.
Gambar 4. 3 Data Sampah Perhari
Sumber: Dinas Lingkungan hidup Kota Lhokseumawe Aceh
28
Sampah total yang didapat dari data Dinas Lingkungan Hidup di Kota
Lhokseumawe Aceh dari seluruh sampah mencapai 86.630 Kg per hari,
Namun dapat dibulatkan 75.000 kg per hari dikarenakan sampah tiap
harinya akan berkurang dan bertambah jadi dari data tersebut dibulatkan
menjadi rata-rata. hingga pabrik pelet wajib sanggup menampung segala
sampah tersebut dan mengelolanya jadi bahan bakar. Kapasitas
penciptaan yang direncanakan di pabrik pelet berikut menggapai 37. 500
Kilogram per hari. Yang mana total sampah yang tiba/hari hadapi proses
pemilahan yang sanggup kurangi 10% hingga 20% jumlah sampah
(sampah yang masih bisa dijual), 5% residu(sampah yang tak mempunyai
energi bakar), serta 25% hadapi penyusutan dari tahap peuyeumisasi.
Jadi 50% total penyusutan sampah dari total sampah fresh yang masuk.
4.5.3 Proses pelet sampah hingga menjadi listrik
Gambar 4. 4 Proses pelet sampah menjadi listrik
Pelet sampah yang sudah terbuat hendak didistribusikan ke posisi
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah serta ditaruh dalam Gudang. Pelet
sampah dimasukkan dalam reaktor gasifier, di reaktor pelet sampah
terbakar sampai menciptakan syn gas. Pembakaran hendak berlangsung
29
sepanjang 45 menit. Sehabis pembakaran dalam tabung reaktor, syn gas
hendak masuk ke cyclone buat memisahkan syn gas dengan partikel debu
serta didinginkan dalam wet scrubber. Sehabis proses pendinginan syn
gas hendak disaring kembali di dalam dry filter guna mendapatkan syn gas
bermutu bagus. Syn gas yang bermutu baik hendak ditaruh di gas tank
saat sebelum diinjeksikan ke mesin genset. Gas tank hendak melindungi
tekanan gas antara 0, 5– 1 Bar. Syn gas diinjeksikan ke dalam genset
guna diganti ke listrik, serta siap buat didistribusikan ke konsumen.
4.2 Kebutuhan Daya Penduduk Kelurahan Ujong Blang
Berdasarkan perolehan data di PT. AHE, kebutuhan daya penduduk di
Kelurahan Ujong Blang rata – rata setiap harinya mengkonsumsi 1040 Watt daya
jadi dapat dihitung guna memenuhi kebutuhan daya penduduk .
Gambar 4. 5 Data Jumlah penduduk Sumber:Badan Pusat Statistik
30
Kebutuhan daya penduduk:
T=P.U (4.1)
Dimana : T= Total
P = Daya listrik dalam satuan watt(W) U = Unit Rumah
Jadi T = P x U
1040 Watt × 1025 unit x 45% Total = 479, 700 kWh
Sehingga total kebutuhan listrik rumah penduduk di Kelurahan Ujong
Blang ialah 479,700 kWh
4.3 Rencana Pemilihan Lokasi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah
Lokasi rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah,
dicapai selama kurang lebih 15 menit dari Kota Lhokseumawe, terletak di Kota
Lhokseumawe Kecamatan Banda Sakti Kelurahan Ujong Blang, berkoordinat
5°12'42."N Lintang Utara 97°06'52."E Bujur Timur.
31
Gambar 4. 6 Perencanaan Pemilihan Lokasi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah.
4.4 Kondisi kelistrikan Eksisting Kota Lhokseumawe Aceh
Sistem kelistrikan eksisting di Aceh tersusun dari sistem interkoneksi 150
kV Sumut-Aceh serta sub-sistem isolated bertegangan distribusi 20 kV. Dekat
70% dari sistem kelistrikan Aceh disuplai sistem interkoneksi 150 kV Sumbagut
serta 30% sisanya disuplai pembangkit PLTD isolated tersebar. Saat ini wilayah
yang telah disuplai sistem interkoneksi 150 kV ialah tepi laut timur Provinsi Aceh
lewat 7 gardu induk berlokasi di Kabupaten/ Kota; Tamiang, Aceh Timur, Langsa,
Lhokseumawe, Bireun, Pidie Jaya, Pidie, Banda Aceh serta Aceh Besar, dengan
sebagian besar posisi pembangkit terletak di Sumut. Segala daerah tepi laut
barat serta tengah Aceh dan kepulauannya masih disuplai oleh PLTD berbahan
bakar HSD lewat sistem kelistrikan 20 kV.
32
4.5 Perencanaan Mesin Yang Akan Digunakan Dengan Teknologi
Gasifikasi
4.5.1 Data Pengujian Gasifikasi Menggunakan Trillion Gasifier (TG30)
Bersumber pada perolehan informasi pada pengujian yang diterapkan di
Kabupaten Klungkung Bali dengan memakai TG30 serta generator set 33KVA
sepanjang 3 x 8 jam. Diperlukan 10 Kilogram pelet sampah perjamnya buat bisa
melaksanakan gasifikasi dan menciptakan listrik. Dalam pengujian itu
genset(generator set) memakai 2 bahan bakar(bi- fuel), ialah syn-gas serta solar
dengan perbandingan 80%: 20%.
4.5.2 Rancangan PLTSa Yang Akan Di Bangun Di Kelurahan Ujong Blang
Sangat erat kaitannya dari kapasitas PLTSa yang dirancang dengan hasil
penciptaan pelet, proses gasifikasi serta generator set yang digunakan. Terus
menjadi baik mutu pelet yang dibuat hingga hendak terus menjadi baik syngas
yang dihasilkan lewat tahap gasifikasi dan menyebabkan genset bisa bekerja
dengan normal hingga bisa menciptakan listrik.
1. Teknologi Gasifikasi
Rancangan yang dikerjakan oleh PT. AHE diperlukan 4 unit TG180.
Pemasok gas utama 3 unit, serta cadangan satu unit. Ada pula pertimbangan
memakai TG180 sebab banyak wilayah di Indonesia yang telah memakai
teknologi tersebut, efisiensi gasifikasi telah terbukti buat dipakai pada bermacam
beban, maintenance gasifikasi lebih gampang, serta konstruksi pekerjaan sipil
guna gasifikasi lebih simpel.
33
Gambar 4. 7 Trilion Gasifier (TG180)
Tabel 4. 2 Komponen yang terdapat pada TG180
34
2. Genset (Generator Set)
Genset ialah singkatan dari “generator set” ialah mesin ataupun
penggerak yang tersusun dari pembangkit listrik(generator) bermesin penggerak
yang tersusun dalam satu kesatuan guna menciptakan sesuatu tenaga dengan
besaran spesifik. Diharapkan dengan pengoperasian 3 unit gasifikasi(TG180)
sanggup memenuhi keperluan gas genset yang dipergunakan dalam sumber
PLTSa.
35
Gambar 4. 8 Genset Caterpillar G399
4.6 Analisis Kelayakan
4.6.1 Analisa finansial Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Pelet Sampah
Kelayakan finansial sangat berarti guna memperhitungkan kelayakn
investasi suatu pembangunan pembangkit listrik. Analisis finansial bisa
dipergunakan buat mengambil keputusan yang mengacu pada investasi yang
dikeluarkan terhadap keuntungan yang didapatkan sepanjang PLTSa pelet
sampah itu bekerja. Komponen-komponen bayaran guna pembangunan
pembangkit listrik tenaga pelet sampah berikut dapat dipecah dalam:
A. Biaya Investasi
Ialah fixed cost, ialah bayaran yang senantiasa wajib dikeluarkan
walaupun pembangkit beroperasi ataupun tidak.
Berikut hitungan bayaran investasi guna pembangunan pembangkit
listrik tenaga pelet sampah terdiri dari bayaran buat pekerjaan sipil, elektro
mekanika, desain, pemasangan/ konstruksi, pengadaan, serta tercantum
pajak dan bunga.
Tabel 4. 3 Keperluan Pekerjaan Sipil
36
Sumber: PT. AHE
Tabel 4. 4 Keperluan Elektrikal serta Mekanikal
Sumber: PT. AHE
Tabel 4. 5 Biaya EPC
37
Sumber: PT. AHE
Berdasarkan tabel (4.5) bisa diamati bahwasanya besarnya biaya
investasi dalam pembangunan PLTSa pelet sampah ialah Rp.
7.388.745.900,-
B. Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Biaya O/M merupakan biayan yang wajib diberikan secara
senantiasa pada tiap tahunnya. Bayaran pembedahan serta pemeliharaan
terdiri dari bayaran buat keperluan pegawai/ karyawan, bayaran
pemeliharaan teratur serta penjelasan pada masing- masing tahunnya dan
bayaran yang lain semacam pendapatan, bayaran kantor, pajak bumi
38
serta bangunan, serta suku cadang.
Tabel 4. 6 Biaya Tunjangan Pegawai
Sumber: PT. AHE
Tabel 4. 7 Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Dapat diamati pada table di atas bayaran total guna operasional
serta pemeliharaan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah ataupun PLTSa
dalam satu tahun ialah Rp. 2.651.369.059,00 ataupun Rp. 593,47 per
kWh. Pendapatan karyawan bersumber pada UMR ACEH yakni Rp.
3.500.000,00.
Parameter anggapan dasar guna rencana pada pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah pula dibutuhkan. Anggapan dasar
yang diartikan merupakan anggapan–anggapan yang berlaku universal
buat segala perencanaan PLTSa yang dianalisis. Anggapan dasar yang
dipergunakan guna menghitung kelayakan finansial pada PLTSa pelet
sampah ialah:
1. Usia ekonomis diasumsikan 12 tahun (ialah perkiraan usia
perlengkapan PLTSa pelet sampah).
39
2. Jangka waktu guna pembangunan proyek tersebut diasumsikan
sepanjang 2 tahun dengan Investment Disbrusment:
Tahun 1 : 40 persen
Tahun 2 : 60 persen
3. Tingkatan bunga pinjaman diasumsikan 12%
4. Nilai tukar dolar terhadap rupiah yakni Rp 14.200.
4.7 Analisa Finansial
Analisa finansial dicoba guna mengenali besar keuntungan secara
ekonomi yang hendak didapatkan owner proyek jika pembangunan pembangkit
listrik tenag pelet sampah itu bisa berjalan. Bayaran investasi guna PLTSa pelet
sampah cocok perhitungan ialah Rp. 7.388.745.900,- Peneliti menghitung
bayaran pembangunan PLTSa pelet sampah serta kriteria kelayakan proyek
tersebut memakai parameter Net Present Value(NPV), Internal Rate of
Return(IRR), Payback Period(PP), serta Benefit Cost Ratio(BCR).
Aspek Biaya PLTSa Pelet Sampah
Tabel 4. 8 Aspek biaya PLTSa Pelet Sampah
Menurut table aspek biaya diatas PLTSa pelet sampah didapatlah
pengeluaran yakni Rp. 957,- per kWh. Jadi listrik PLTSa pelet sampah bisa dijual
ke PLN seharga Rp. 1.500,- per kWh. Dikarenakan BPP di Kelurahan Ujong
Blang yakni Rp. 1.673,- per kWh. Karenanya PLN bisa menghemat 10,34%.
(INDONESIA, 55 K/20/MEM/2019)
Pendapatan PLTSa Sistem gasifikasi Downdraft
40
Guna evaluasi pemasukan yang didapatkan PLTSa pelet sampah sistem
gasifikasi Downdraft masing-masing tahunnya bisa dihitung bersumber pada
85% dikalikan dengan harga jual listrik per kWh kemudian dikalikan total
penciptaan tahunan.
𝑏𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 = 85% × ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑘𝑊ℎ × 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛𝑎𝑛
Menurut besar priduksi tahunan, tiap tahun bisa ditentukan pendapatan
PLTSa pelet sampah sistem gasifikasi Downdraft. Bagi harga jual ke listrik PLTSa
pelet sampah seharga Rp.1.500 /kWh. Jadi pendapatan yang didapatkan tiap
tahun ialah:
Benefit = 85% x Rp. 1.500 /kWh x 4.467.600 kWh
= Rp.5.696.160.000.
Maka diperoleh kelayakan finansial sebagai berikut:
Tabel 4. 9 Kelayakan Finansial
Investasi Rp 7.388.745.900
Pendapatan (Benefit) Rp 5.696.160.000
Biaya O&M Rp 2.651.369.059
Perhitungan kelayakan Finansial Pembangkit Listrik Tenaga
Biomassa
A. Net Present Value
NPV ialah selisih pengeluaran serta pendapatan yang sudah didiskom
dengan social opportunity cost of capital bagaikan diskon aspek, ataupun
dengan istilah lain arus kas yang diperkirakan di waktu yang hendak tiba
yang didiskonto dikala ini.
Bersumber pada pengolahan tabel dalam lampiran B total PV Gross
B– O& Meter yang ialah hasil kali Gross B– O& Meter dengan
41
aspek diskonto yakni Rp. 18.860.760.358,- serta total bayaran investasi
sepanjang masa konstruksi yakni Rp. 7.388.745.900,-. hingga nilai NPV
PLTBM bisa dihitung:
= Rp. 18.860.760.358 – Rp. 7.388.745.900
= Rp. 11.472.014.458, -
Hasil perhitungan menampilkan kalau nilai NPV lebih besar dari 0, jadi
nilai NPV bernilai Positif. NPV adalah Rp. 11.472.014.458,- menunjukkan
kalau arus kas proyek telah memadai buat membayar modal yang
diinvestasikan serta bisa membagikan tingkatan pengembalian yang
dibutuhkan atas modal itu, hingga proyek PLTSa pelet sampah tersebut
bisa dinyatakan layak.
B. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return ialah tata cara perhitungan tingkatan
pengembalian, yang mana nilai bersih saat ini dari seluruh arus kas dari
investasi tertentu sama dengan nol.
IRR ialah penanda tingkatan efisiensi suatu investasi, dengan
memandang berapa besar suku bunga yang bisa diberi bila dibanding
dengan suku bunga bank yang berlaku. Guna menghitung IRR tadinya
wajib dicari discount rate yang menciptakan NPV positif, setelah itu dicari
discount rate yang menciptakan NPV negative.
Menurut hasil olah data IRR di lampiran C diperoleh nilai NPV positif
Rp 11.472.014.458,- dalam suku bunga 41% serta nilai NPV negatif Rp –
82.620.935,- dalam suku bunga 41% jadi bisa dihitung nilai IRR
menggunakan rumus:
42
= 12% + 11.472.014.458
11.472.014.458−(−82.620.935)
× (41% − 12%) = 19, 943% I’ = suku bunga memberikan nilai NPV positif I” = suku bunga memberikan nilai NPV negatif
NPV’ = NPV posotif NPV” = NPV negatif
Hasil dari perhitungan tersebut didapatlah nilai IRR 19,943% serta
nilai tersebut lebih besar dibanding dengan suku bunga yang dipergunakan
ialah 12%. Perihal ini melaporkan kalau proyek PLTSa pelet sampah sistem
gasifikasi downdraft Layak secara finansial.
C. Benefit Cost Ratio (BCR)
BCR ialah rasio antara benefit dengan Total cost. Perhitungan nilai
ekuivalen bisa dicoba dengan memakai salah satu dari analisis nilai saat
ini, nilai di waktu yang hendak tiba ataupun nilai tahunan. Secara universal
sesuatu proyek bisa disebut layak secara finansial merupakan bila B/C lebih
dari 1 yang maksudnya keuntungan yang hendak didapatkan lebih besar
dari bayaran pengembalian investasi.
Berdasarkan pengolahan informasi tabel lampiran D di lampiran total
nilai Net Benefit Cost di masa konstruksi bernilai positif yakni Rp
7.388.745.900, serta sehabis masa pembedahan diperoleh nilai total Net
Benefit Cost yakni Rp 18.860.760.358 Sehingga bisa dihitung rasio benefit
terhadap Cost yang sudah didiskontokan:
= 18.860.760.358
7.388.745.900
= 2, 553
Bersumber pada perhitungan yang sudah dicoba tersebut diperoleh
43
nilai BCR 2,553 nilai tersebut memenuhi syarat BCR > 1 yang maksudnya
kalau keuntungan yang diperoleh sepanjang masa pembedahan lebih
besar dibanding besarnya bayaran investasi yang dikeluarkan guna
mendirikan pembangkit, jadi proyek PLTSa Pelet Sampah sistem gasifikasi
downdraft secara finansial l.
D. Pay Back Period
Pay Back Period ialah lama waktu jumlah pokok investasi/ modal
yang ditanam pada sesuatu proyek hendak kembali. Perolehan PBP
merupakan Kala nilai kumulatif berganti dari nilai negative jadi nilai positif.
PBP pula hendak bisa mengenali seberapa kilat modal hendak tertutup.
Dalam perencanaan PLTSa Pelet Sampah sistem gasifikasi
downdraft ini total bayaran investasi yang diperlukan guna pembangunan
yakni Rp. 7.388.745.900,- menurut hasil pengolahan informasi tabel PBP di
lampiran E bayaran investasi hendak tertutup pada tahun ke 3, sebab di
tahun ke 3 nilai komulatif Gross B– O&M telah melebihi nilai investasi Rp.
9.134.462.823.
Tahun Kembali bisa dikenal dengan menyamakan nilai investasi
terhadap pemasukan masing- masing tahunnya sehabis dikurangi dengan
bayaran O&M:
PBP = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
× 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑃𝑟𝑜𝑐𝑒𝑠
= 7.388.745.900
3.044.820.941 × 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
= 2, 42 x 1 tahun = 2 tahun 5 bulan
Berdasarkan hasil perhitungan yang sudah dicoba diperolehlah lama
periode pengembaliannya merupakan 2 tahun 5 bulan. Perolehan nilai PBP
lebih pendek dibanding usia PLTSa Pelet Sampah sistem gasifikasi
downdraft ialah 12 tahun hingga proyek PLTSa Pelet Sampah tersebut
dinilai Layak secara finansial.
44
4.7.2 Finansial Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
Finansial PLTSa bisa dilamati pada komponen C ialah bayaran guna
bahan bakar. Komponen C bisa dihitung dari kebutuhan bayaran bahan
bakar perbulan dipecah dengan penciptaan perbulannya. Buat memperoleh
perhitungan bayaran butuh dikenal SFC (spesific fuel consumption), sebab
SFC tersebut melaporkan jumlah konsumsi bahan bakar yang disantap
oleh pembangkit guna menciptakan energi 1 kwh/ jam.
Perhitungan Finansial:
a. Kapasitas yang dibutuhkan : 600 kW
b. Produksi bulanan : 𝐶𝐹 ×𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖×8760 12
𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
PLTSa = 85%×600 𝑘𝑊×8760
= 372.300 kWh /bulan 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
1. SFC kebutuhan pelet untuk membangkitkan 1 kWh
PLTSa : 0, 86
2. Kebutuhan bahan bakar
𝑆𝐹𝐶 × 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
PLTSa = 0, 86 × 372.300 𝑘𝑊ℎ
= 320.178 kg
3. Perhitungan finansial
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 × ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
PLTSa
Harga Pelet = Rp. 600 /Kg
Biaya perbulan = 320.178 Kg x Rp. 600 /Kg
= Rp. 192.106.800.
4. Komponen C
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
PLTD =
𝑅𝑝. 1.256.512.500
372.300 𝑘𝑊ℎ /𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
45
= Rp. 3.375
PLTSa =
𝑅𝑝. 192.106.800
372.300 𝑘𝑊ℎ /𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
= Rp. 516
Bersumber pada perhitungan finansial bahan bakar ataupun
komponen C tersebut bisa disimpulan ialah pemakaian PLTSa dengan
memakai bahan bakar pelet sampah yakni Rp. 516 per-kWh perbulannya.
46
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Menurut pembahasan serta hasil dari kajian kelayakan pemanfaatan
sampah di Kota Lhoksemawe Kelurahan Ujong Blang guna dijadikan Pembangkit
Listrik Tenaga Pelet Sampah atau PLTSa, diperoleh sejumlah kesimpulan, yakni
:
1. Pada Kota Lhokseumawe Aceh, sampah yang dapat diolah melalui proses
peunyeumisasi untuk dijadikan pelet sampah perharinya diperoleh 37.500
Kg pelet sampah, jadi tiap bulannya diperoleh 1.125.000 Kg pelet sampah
karenanya dapat memenuhi untuk kebutuhan bahan bakar pada
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah 750 kVA dengan sistem dasifikasi
downdraft, serta bisa dikembangkan di Kelurahan Ujong Blang dengan
mempergunakan gasifier (TG180) yang memerlukan pelet sebanyak
320.178 Kg setiap bulannya.
2. Menurut hasil perhitungan dari kelayakan finansial PLTSa berbahan bakar
pelet sampah yakni:
(a) NPV lebih dari 0 (>0) yakni 11.472.014.458
(b) IRR lebih dari suku bunga (12%) yakni 19,943%.
(c) BCR lebih dari 1(>1) yakni 2,553.
(d) Jangka waktu untuk pengambilan modal (PBP) kurang dari perkiraan
masa operasi pembangkit yakni didapatkan di tahun ke - 3.
5.2 Saran
Sejumlah saran yang dapat penulis berikan dalam penelitian berikut ialah:
1. Perlunya melakukan penilaian terhadap Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa) dengan memakai bahan bakar pelet sampah terkait
proses pembangkit listriknya supaya didapatkan jalan keluar pengolahan
sampah guna mengatasi permsalahan listrik yang ada di Indonesia.
47
2. Perlunya dilakukan kajian lanjutan terkait kemudahan pemanfaatan
sampah kota untuk digunakan sebagai pelet sampah yang nantinya akan
menjadi pemasok bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Sampah serta
guna mengurangi sampah yang terdapat di perkotaan dan dirumah -
rumah.
48
DAFTAR PUSTAKA Faizah. (2008). “Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat (studi
kasus di kota yogyakarta).”
Harahap, A. H. (2018). “Studi Kelayakan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Di
Kota Pekanbaru.” Hidup, D. L. (n.d.). DKI Jakarta.
Ikromi, M. (2017). “Feasibility Study Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (Studi Kasus TPA, Bakung Bandar Lampung.” INDONESIA, M. E.
(55 K/20/MEM/2019).
Nofri Dodi, S. S. (n.d.). “Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa) Kota Padang (Studi Kajian Di TPA Air Dingin
Kota Padang.” Nusantara, P. L. (n.d.). Jakarta.
Pujotomo, I. (n.d.). “Potensi Pemanfaatan BIOMASSA sekam Padi Untuk
Pembangkit Listrik Melalui Teknologi Gasifikasi.”
Rachmad Ikhsan, S. (2014). “Studi Kelayakan Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Sampah (PLTSa) Di TPA Kota Banda Aceh,” 5.
Sihite, A. S. (n.d.). “Studi Pengolahan Sampah Untuk Bahan Bakar Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah Mini Di Kawasan Medan Sungga.”
Siregar, K. (n.d.). Dr. S.TP, M.SI. “Teknologi Gasifikasi Dan Proses Produksinya.”
Statistik, B. P. (n.d.). Jakarta.
Supriyatno, M. C. (n.d.). “Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah Lingkungan
Kampus.” POLBAN BANDUNG, 5.
Syafrizal. (2014). “Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Kota (PLTSa)
Type Incinerator Solusi Listrik Alternatif Kota Medan,” 5.
49
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal
Nama : Faris Muhammad Cancer Sharief
NIM : 2016-11-177
Tempat /Tanggal Lahir : Bukit Tinggi, 13 Juli 1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Menikah
Program Studi : S1-Teknik Elektro
Alamat Rumah :Apartemen Taman Semanan Indah,Tower
Alamanda Lt 5 No.8 Cengkareng, Jakarta Barat
Telp / Hp : +6281288312977
Email : [email protected]
Pendidikan :
Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus
SD MIN Model 1 Banda Aceh - 2010
SMP SMP Fatih Bilingual School Banda Aceh
- 2013
SMA SMA Fatih bilingual School Banda Aceh
IPA 2016
Demikianlah daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jakarta, 16 Januari 2020
(Faris MCS)
50
LAMPIRAN
Lampiran 1 RAB PT.ALAM HIJAU ENERGI
Sumber gaji pegawai berdasarkan UMR ACEH Sumber Gasifikasi: http://www.trilliongasifier.com/ Sumber Engine Gas: https://www.olx.co.id/
51
Lampiran 2 Parameter PLTSa (PT.AHE)
52
Lampiran 3 NPV
53
Lampiran 4 IRR
54
Lampiran 5 BCR
55
Lampiran 6 PBP
56
INSTITUT TEKNOLOGI-PLN
DAFTAR KONSULTASI SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Nama Mahasiswa : Faris Muhammad Cancer sharief
NIM : 201611177
Program Studi : Teknik Elektro
Jenjang : Sarjana
Pembimbing Utama (Materi) : Syarif Hidayat, S.Si, M.T.
Judul Skripsi : Kajian Kelayakan Pemanfaatan Sampah di Kota
Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang Aceh
Menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah
(PLTSa)
No. Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing
1 14 Maret 2020 Konsultasi bagian Judul
2 18 April 2020 Konsultasi bagian Latar Belakang
3 26 April 2020 Konsultasi bagian rumusan masalah
4 10 Mei 2020 Konsultasi bagian tinjauan pusaka
5 23 Mei 2020 Konsultasi bagian PLTsa
6 18 Juni 2020 Konsultasi sampah dijadikan pelet
7 25 Juni 2020 Konsultasi teknologi gasififikasi
8 28 Juni 2020 Konsultasi bagian hammer mill
9 30 Juni 2020 Konsultasi kebutuhan daya
10 5Juli 2020 Konsultasi bagian Abstrak
11 14 Juli 2020 Konsultasi bagian daftar pusaka
12 22 Juli 2020 Konsultasi bagian kesimpulan
57
INSTITUT TEKNOLOGI-PLN
DAFTAR KONSULTASI SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
Nama Mahasiswa : Faris Muhammad Cancer sharief
NIM : 201611177
Program Studi : Teknik Elektro
Jenjang : Sarjana
Pembimbing Utama (Materi) : Ir. Tasdik Darmana, M.T.
Judul Skripsi : Kajian Kelayakan Pemanfaatan Sampah di
Kota Lhokseumawe Kelurahan Ujong Blang
Aceh Menjadi Pembangkit Listrik Tenaga
Sampah (PLTSa)
No. Tanggal Materi Bimbingan Paraf Pembimbing
1 19 Maret 2020 Judul Skripsi
2 21 April 2020 Latar Belakang
3 28 April 2020 Tujuan dan Manfaat
4 12 Mei 2020 Rumusan Masalah
5 25 Mei 2020 Tinjauan Pustaka
6 20 Juni 2020 Teori Pendukung
7 26 Juni 2020 Penulisan sesuaikan dengan
format
8 28 Juni 2020 Riview data
9 30 Juni 2020 Simpulan
10 7 Juli 2020 Abstrak
11 18 Juli 2020 Revisi Abstrak
12 24 Juli 2020 Review Bab 1-5
58