INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA …...2.3. Transportasi Kota Dalam Sebuah Sistem Tujuan dasar...
Transcript of INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA …...2.3. Transportasi Kota Dalam Sebuah Sistem Tujuan dasar...
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
KAJIAN KOMPARATIF KUALITAS
PELAYANAN ANGKUTAN UMUM ANTARA
KOTA SEMARANG – YOGYAKARTA
OLeh:
GORDIANUS JEMADI
ABSTRAK
Semarang dan Yogyakarta memiliki
karakteristik kota yang berbeda pada struktur
dan pola pertumbuhan kota. Perbedaan ini
yang mempengaruhi layanan angkutan umum
perkotaan di kota-kota tersebut. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan karakteristik layanan angkutan kota
antara Semarang dan Yogyakarta. Metode
analisis membandingkan layanan angkutan
umum perkotaan dengan layanan transportasi
dan terutama dengan layanan transportasi
umum, yaitu efektivitas dan efisiensi. Hasil
penelitian ini dapat digunakan untuk
pemerintah daerah sebagai salah satu review di
pembuatan wawasan sistem transportasi
umum perkotaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Perbedaan struktur
perkotaan Semarang dan Yogyakarta
berpengaruh terhadap layanan angkutan
umum perkotaan. Struktur kota Semarang
dengan desain konsentris dan ditambah dengan
cincin radial jaringan jalan menyebabkan
hampir semua jalur angkutan umum melalui
daerah kota turun sebagai pusat dari semua
kegiatan, berarti sementara struktur perkotaan
Yogyakarta dengan jaringan jalannya
kecenderungan untuk menyebarkan gerakan ke
seluruh kota yang menyebabkan aktivitas orang
menyebar relatif. Keadaan ini menyebabkan
jalur angkutan umum perkotaan juga tersebar
di seluruh Indonesia kota mengikuti jaringan
jalan hingga pedalamannya. Beberapa
mengusulkan untuk naik ke publik urban
layanan sistem transportasi di Semarang
membutuhkan evaluasi layanan transportasi
umum perkotaan lebih efisien dengan
mengurangi atau mengubah moda angkutan
umum dengan yang modalnya lebih besar
kapasitas sehingga dapat mengurangi masalah
lalu lintas di daerah kota, sementara Jogjakarta
perlu bekerja sama dengan daerah
pedalamannya karena hampir semua angkutan
umum perkotaan yang beroperasi di Jogjakarta
memiliki terminal awal dan akhir di luar
yurisdiksinya.
Kata kunci: Struktur perkotaan dan layanan
transportasi umum
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi merupakan salah satu
komponen utama dalam sistem
kehidupan,sistem pemerintahan dan sistem
kemasyarakatan.Kondisi sosial demografi
suatuwilayah memiliki pengarah terhadap
kinerja transportasi di wilayah tersebut.
Tingkatkepadatan penduduk akan memiliki
pengarah signifikan terhadap
kemampuantransportasi melayani kebutuhan
masyarakat. Pada daerah perkotaan,
kecenderungan yangterjadi adalah
meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi
karena tingkat kelahiran maupun urbanisasi.
Kota Semarang dan Jogjakarta
merupakan kota-kota yang terletak di tengah-
tengah pulau Jawa dengan karakteristik yang
berbeda dilihat dari struktur dan pola
perkembangan kotanya. Perbedaan struktur
dan pola perkembangan Kota Semarang dan
Jogjakarta ini secara tidak langsung
berpengaruh terhadap kinerja pelayanan
angkutan umum yang ada di kedua kota
tersebut. Dalam penelitian ini akan dilakukan
kajian komparatif terhadap pelayanan
angkutan umum penumpang perkotaan di
kedua kota tersebut berkaitan dengan
perbedaan struktur dan pola perkembangan
kota.
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
Wilayah perkotaan di Semarang
cenderung berkembang ke pinggiran kota,
dengan berkembangnya kota ke daerah
pinggiran ikut meningkatkan kebutuhan untuk
bertransportasi. Seiring dengan meningkatnya
kebutuhan bertransportasi ikut meningkat pula
kepemilikan kendaraan bermotor pribadi,
tetapi tidak disertai dengan penambahan
jaringan jalan dan pelebaran jalan yang
memadai, sehingga dikhawatirkan akan terjadi
kemacetan lalu lintas di banyak ruas jalan di
kota Semarang (Badan Perencanaan Daerah,
2018). Peran Busway sebagai angkutan umum
masal diharapkan dapat mengurangi
kemacetan yang timbul akibat perkembangan
kota itu tersebut. Struktur jaringan jalan di kota
Semarang yang berbentuk ring radial,
mengakibatkan hampir semua aktifitas
perjalanan menju pusat kota. Trayek angkutan
umum yang direncanakan juga banyak yang
melalui pusat kota dan mengakibatkan
terjadinya overlap (menumpuk) antar trayek
angkutan umum. Koridor V Busway Trayek
Elisabhet-Undip adalah trayek bus yang
melayani daerah perkampusan (mahasiswa)
dengan daerah pendidik, komersial dan daerah
permukiman. Dari pengamatan awal yang
dilakukan, untuk trayek Elisabhet-UNDIP,
terjadi penurunan kualitas pelayanan yang
ditandai dengan menurunnya load factor tetapi
disisi lain terjadi kemacetan yang cukup parah
diruas-ruas jalan di daerah pusat keramaian.
Oleh sebab itu kinerja pelayanan dari Busway
mesti sangat diperhatikan.
Yogyakarta memiliki karakteristik
khusus transportasi. Pola perjalanan di daerah
perkotaan di Yogyakarta ditentukan oleh
karakteristik populasi perkotaan di Kota
Yogyakarta. Penyebaran lokasi tempat kerja
atau sekolah yang terletak jauh dari tempat
tinggal cenderung menghasilkan masalah
transportasi. Setiap hari, banyak gerakan yang
dilakukan untuk pekerjaan dan sekolah
melintasi pusat kota yang berdampak ke jalan
kota. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pola pergerakan di Kota
Yogyakarta. Hasil yang didapat menunjukkan
bahwa sepeda motor merupakan moda
transportasi yang paling banyak digunakan.
Selain itu mayoritas kendaraan hanya
digunakan oleh satu orang pelaku perjalanan.
Peta struktur Kota semarang
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
Peta Kota Jogjakarta
1.2 Permasalahan
Kondisi sistem angkutan umum di Kota
Semarang dan di Kota Jogjakarta secara umum
sudah dalam kondisi yang kurang baik, ditandai
dengan tingkat pengisian (Load factor) yang
rendah, kondisi pelayanan buruk (waktu tunggu
lama, persediaan armada yang belum terlalu
banyak, hasil wawancara lansung), kualitas
pelayanan dan kenyamanan yang rendah dan
permasalahan keterlambatan inilah sehingga
membuat masyarakat cenderung memiliki
kendaraan pribadi dan tidak berminat
menggunakan kendaraan umum seperti BRT
Semarang dan Trans Jogja.
1.3 Maksud dan Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui perbedaan karakteristik secara
makro maupun secara mikro dari kualitas
kinerja pelayanan angkutan umum Trans
Semarang dan Trans Jogja dilihat dari
perbedaan struktur dan pola perkembangan
Kota dengan menggunakan pengukuran
indikator performansi kinerja angkutan umum.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari
penulisan artikel ini adalah memberikan
masukan kepada pemerintah daerah pada
umumnya dan pemerintah daerah Kota
Semarang dan Jogja pada khususnya Dinas
Perhubungan sebagai salah satu bahan
pertimbangan dalam pembuatan kebijakan
sistem angkutan umum dimasa yang akan
dating yaitu diantaranya: 1. Memberi gambaran
kepada operator tentang kondisi kinerja
pelayanan trayek angkutan kota yang ada
selama ini, guna meningkatkan kinerja
perusahaan. 2. Memberi pengetahuan kepada
masyarakat dalam menggunakan angkutan
umum.
1.5 Ruang Lingkup Masalah
Pada penelitian ini meliputi batasan
wilayah studi dan batasan substansi yaitu:
1) Wilayah Studi yang meliputi wilayah
administrasi kota yang menjadi
wilayah pelayanan angkutan kota.
2) Jenis angkutan umum yang diteliti
termasuk dalam kategori angkutan
penumpang perkotaan yang terikat
dalam trayek tetap dan teratur
sesuai dengan SK Walikota.
3) Substansi yang dibahas meliputi
parameter kinerja pelayanan
Angkutan Umum yaitu dari segi
efektifitas meliputi kemudahan,
kapasitas pelayanan, kualitas
pelayanan ( frekuensi, headway,
waktu tunggu, kecepatan dan waktu
perjalanan, dan jumlah rit) dan dari
segi efisiensi meliputi utilisasi dan
load factor pada jam puncak,
produktivitas, dan jam pelayanan.
4) Beberapa parameter disesuaikan
dengan kondisi angkutan kota serta
kemampuan penulis dalam
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
mengumpulkan data sekunder dan
primer.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Transportasi
Transportasi secara umum adalah suatu
kegiatan untuk memindahkan sesuatu (orang
dan/barang) dari satu tempat ke tempat lain,
baik dengan atau tanpa sarana (Setijowarno
dan Frazila, 2001)
Transportasi yang menyangkut
pergerakan orang dan barang pada hakekatnya
telah dikenal secara alamiah semenjak manusia
ada di bumi, meskipun pergerakan atau
perpindahan itu masih dilakukan secara
sederhana. Kebutuhan akan pergerakan selalu
menimbulkan permasalahan, khususnya pada
saat orang ingin bergerak untuk tujuan yang
sama di dalam daerah tertentu dan pada saat
yang bersamaan pula.
Pentingnya sarana transportasi dalam
perkembangan dunia bersifat multidimensi.
Sebagai contoh, salah satu fungsi transportasi
adalah menghubungkan tempat kediaman
dengan tempat bekerja atau para pembuat
barang dengan pelanggannya (Khisty,2005:1).
Sehingga transportasi dapat didefinisikan
sebagai proses kegiatan memindahkan atau
mengangkut sesuatu dari suatu tempat ke
tempat lain sehingga transportasi bukan
merupakan tujuan melainkan sarana untuk
mencapai tujuan guna menanggulangi
kesenjangan jarak dan waktu.
2.2. Pengertian Angkutan Umum Massal
Menurut UU no.14 tahun 1992 pasal 1
menyebutkan bahwa angkutan adalah
pemindahan orang dan/barang dari suatu
tempat ke tempat lain menggunakan
kendaraan. Selanjutnya dalam PP no. 41 tahun
1993 pasal 1 dijelaskan bahwa kendaraan
umum adalah setiap kendaraan bermotor yang
disediakan untuk dipergunakan oleh umum
dengan dipungut bayaran Sistem Angkutan
Umum Massal (SAUM) perkotaan (urban mass
transit) adalah sistem pelayanan angkutan
umum dalam kota yang beroperasi pada rute
tertentu, tempat berhenti tertentu, terjadwal
dan tarif tertentu, berkapasitas besar, baik
kapasitas angkut (jumlah
penumpang/kendaraan), maupun kapasitas
operasionalnya (jumlah penumpang/arah/jam)
(Subagio, 1995). Sifat operasi SAUM biasanya
sudah tidak terpengaruh oleh lalu lintas lain
atau mempunyai jalur sendiri dan terpisah,
sehingga kecepatan operasionalnya relatif
tinggi. Karena itu SAUM disebut juga sistem
angkutan umum massal cepat (mass rapid
transit).
2.3. Transportasi Kota Dalam Sebuah Sistem
Tujuan dasar perencanaan transportasi
adalah memperkirakan jumlah serta kebutuhan
akan transportasi pada masa mendatang atau
pada tahun rencana yang akan digunakan untuk
berbagai kebijakan investasi perencanaan
transportasi. Untuk lebih memahami dan
mendapatkan pemecahan masalah yang
terbaik, perlu dilakukan pendekatan secara
sistem transportasi. Sistem transportasi secara
menyeluruh (makro) dapat dipecahkan menjadi
beberapa sistem yang lebih kecil (mikro) yang
masing-masing saling terkait dan
mempengaruhi (Tamin,2000:27)
2.4. Jenis Angkutan Umum Massal
a. Heavy Rapid Transit
Sistem angkutan yang menggunakan kereta
berkinerja tinggi, mobil rel bertenaga listrik
yang beroperasi di jalur-jalur khusus eksklusif,
biasanya tanpa persimpangan, dengan
bangunan stasiun yang besar.
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
b. Light Rapid Transit
Merupakan sistem sarana transportasi terpadu
untuk mengangkut penumpang dimana
karakteristiknya berbeda dengan kereta api
konvensional dan merupakan lanjutan
pengembangan dari angkutan trem. LRT adalah
suatu moda transportasi yang menggunakan
lajur khusus, moda yang digerakkan dengan
energi listrik ini menawarkan kapasitas
penumpang yang besar, kecepatan cukup
tinggi, keamanan, kenyamanan, dengan biaya
yang terjangkau, contohnya adalah monorel.
c. Bus Rapid Transit
Secara umum BRT adalah angkutan berorientasi
pelanggan yang berkualitas tinggi, yang
memberikan mobilitas perkotaan yang cepat,
nyaman dan murah. BRT mengkombinasikan
stasiun, kendaraan, perencanaan dan elemen-
elemen sistem transportasi pintar ke dalam
sebuah sistem yang terpadu dan memiliki satu
identitas unik. Sistem BRT secara umum
memberi kelebihan, antara lain dapat
menaikturunkan penumpang dengan cepat,
penarikan ongkos yang efisien, halte dan
stasiun yang nyaman, teknologi bus bersih,
identitas pemasaran modern serta layanan
pelanggan yang sangat baik. BRT juga dikenal
dengan nama lain di berbagai tempat, termasuk
Sistem Bus Berkapasitas Tinggi, Sistem Bus
Berkualitas Tinggi, Bus-Metro, Sistem Bus
Ekspres, dan Sistem Busway.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam penelitian ini penulis
meggunakan pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif. Proses
dan makna (perspektif subyek) lebih
ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu
agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan. Selain itu landasan teori juga
bermanfaat untuk memberikan gambaran
umum tentang latar penelitian dan sebagai
bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat
perbedaan mendasar antara peran landasan
teori dalam penelitian kuantitatif dengan
penelitian kualitatif. Dalam penelitian
kuantitatif, penelitian berangkat dari teori
menuju data, dan berakhir pada penerimaan
atau penolakan terhadap teori yang digunakan;
sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti
bertolak dari data, memanfaatkan teori yang
ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir
dengan suatu “teori”. Pendekatan kualitatif
yang juga disebut dengan pendekatan
investigasi karena biasanya peneliti
mengumpulkan data dengan cara bertatap
muka langsung dan berinteraksi dengan orang-
orang di tempat penelitian (McMillan &
Schumacher, 2003). Penelitian kualitatif juga
bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui
prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya
( Strauss & Corbin, 2003). Sekalipun demikian,
data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif
memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu
penghitungan.
Bagan tersebut struktur merupkan
pendektan metode penelitian yang dipake
sebgai acuan penulisan dan penganalisaan studi
kasus dalam kajian komparatif kualitas layanan
angkutan umum antara kota semarang dan
kota Jogjakarta.
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
IV. HASIL
4.1. Kualitas Pelayanan
Kualitas layanan adalah bentuk
aktualisasi nyata secara fisik dapatterlihatatau
digunakan oleh pegawai sesuai dengan
penggunaan dan pemanfaatannyayang dapat
dirasakan membantu pelayanan yang diterima
oleh orang yangmenginginkan pelayanan,
sehingga puas atas pelayanan yang dirasakan,
yangsekaligus menunjukkan prestasi kerja atas
pemberian pelayanan yang diberikan
(Parasuraman, 2001:32).
4.1.1 Bukti Lansung
Pada suatu bentuk kualitas pelayanan
yang diperhatikanperusahaan, makaterdapat
suatu dimensi yang disebut dengan tangibles
atau bukti langsung. Buktilangsung disini dapat
diartikan sebagai bagaimana kemampuan
perusahaan atauprodusen dalam menunjukkan
eksistensi atau kemampuannya ketika
berhadapanlangsung dengan konsumen.
Tangibles disini tidak dapat diraba atau dilihat
olehkonsumen secara langsung, akan tetapi
dapat dirasakan dampaknya secaralangsung
dari hal-hal yang telah dilakukan perusahaan
tersebut.
4.1.2 Daya Tanggap
Daya tanggap adalah keinginan para
staf atau pegawai dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat dengan tanggap.
Responsiveness meliputi kesigapan karyawan
dalam membantu pelanggan dan memberikan
pelayanan yang cepat dan tanggap, yang
meliputi kesigapan karyawan dalam melayani
pelanggan, kecepatan karyawan dalam
menangani transaksi serta penanganan keluhan
dan komplen pelanggan. Menurut Parasuraman
dalam Hamdani 2006, daya tanggap merupakan
suatu kebijakan untuk membantu dan
memberikan pelayanan secara cepat (responsif)
dan tepat kepada pelanggan dengan
penyampaian informasi yang jelas. Daya
tanggap (responsivennes) para petugas BRT
Semarang terlihat pada saat melayani
penumpang mulai dari pembelian karcis bagi
para penumpang yang baru menggunakan dan
masih bingung dalam penggunaan smart card di
bantu oleh petugas dengan sabar dan ramah,
selain itu petugas penjaga yang berada d
shelter selalu memberikan informasi yang jelas
tentang jurusan dan jalur BRT yang di lalui
sehinggan masyarakat tidak perlu khawatir dan
bingung harus menggunakan jalur apa dan
kemana arah tujuannya, selain itu petugas BRT
selalu sigap dan tanggap dalam membantu
penumpang yang sudah tua dan disable
(penyandang cacat) pada saat akan naik ke BRT
hingga turun dari Bus. Selain itu masyarakat
juga bisa setiap saat menanyakan arah dan
tujuan BRT, an juga bagi para wisatawan yang
baru pertama kali ke semarang bisa
mendapatkan informasi mengenai tempat
wisata dan pusat kota Semarang berbeda jika
menggunakan angkutan umum lainnya yang
bisa menyusahkan penumpang dan
memanfaatkan penumpang yang baru pertama
kali ke semarang.
4.1.3 Kehandalan
Dalam melayani konsumen
sebaukbaiknya dan akhirnya bisa memberikan
suatu kepuasan konsumen tak bisa terlepas
dari kehandalan atau reliability dari perusahaan
tersebut dalam menunjukkan kualitas
terbaiknya sehingga konsumen merasa puas
dan tidak merasa keliru telah menggunakan
produk dari perusahaan tersebut. Sedangkan
definisi kehandalan atau reliability itu sendiri
menurut Parasuraman (2001) adalah setiap
pegawai memiliki kemampuan yang handal,
mengetahui mengenai seluk belum prosedur
kerja, mekanisme kerja, memperbaiki berbagai
kekurangan atau penyimpangan yang tidak
sesuai dengan prosedur kerja dan mampu
menunjukkan, mengarahkan dan memberikan
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
arahan yang benar kepada setiap bentuk
pelayanan yang belum dimengerti oleh
masyarakat, sehingga memberi dampak positif
atas pelayanan tersebut. Dimensi kehandalan
(reliability) dalam indikator kualitas pelayanan
merupakan hal penting dan vital bagi
perusahaan dalam menunjukkan kinerjanya
karena kehandalan merupakan bentuk ciri khas
atau karakteristik dari pegawai yang memiliki
prestasi kerja tinggi (Zoeldhan, 2012). Banyak
perusahaan yang berlomba-lomba
memperbaiki dimensi kehandalan dalam kinerja
mereka. Kehandalan yang dimaksud dapat
meliputi bagaimana kualitas kinerja karyawan,
kehandalan dalam menggunakan skill mereka
saat melayani konsumen, dan sebagainya
V. PEMBAHASAN
5.1 Kualitas Kinerja Pelayanan
5.1.1 Indikator dan Parameter Kinerja
Pelayanan
Pelayanan angkutan umum adalah
sistem operasi yang dilihat berdasarkan
penggunaan aktual dan potensial. Dengan
mengacu pada parameter yang digunakan oleh
Survey Research Institute (SRI) dengan
ditambah indicator lainnya menurut Bank Dunia
(1986) maka indikator dan parameter yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut :
Berdasarkan data kuisioner yang telah
disebarkan secara lansung kepada pengguna
BRT Trans Semarang saat sang peneliti
mencoba melakukan Trayek koridor Elisabhet –
Undip bahwa dari dua aspek diantaranya; dari
10 buah kuisioner. Aspek sarana dan prasarana
(Ketersediaan Kursi tunggu, papan informasi,
Kebutuhan khusus, kondisi bus dan halte, akses
informasi), Aspek Operasional
(rute,jadwal,waktu operasional, sebaran halte,
jumlah armada, tariff layanan, integrasi
layanan, waktu tunggu bus). Penilaian layanan
kuisioner ini menggunakan skala Likert, dimana
1 – 5 mempresentasikan kriteria tidak puas –
sangat puas ( 1 = tidak puas, 2 = kurang puas, 3
= netral, 4 = puas, 5 = sangat puas). Dari hasil
kuisioner tersebut dari aspek Fasilitas mayoritas
7 orang dari 10 orang pengguna menjawab
antara angka 3 – 4 ialah netral atau puas
dengan ketersediaan fasilitas. Sedangkat aspek
operasional 8 dari 10 orang pengguna
menyoroti hal yang sama yaitu masalah waktu
dan ketersediaan armada diantara angka 2 – 3
kurang puas dan netral.
Solider.or.id.Yogyakarta. Kepala UPT
Trans Jogja, Maryoto, mengakui bahwa
aksesibilitas pada sebagian besar shelter atau
halte dan armada bus Trans Jogja masih jauh
dari harapan difabel. Hal tersebut
disampaikannya pada Konferensi Pers yang
digelar oleh Komite Perlindungan dan
Pemenuhan Hak Difabel Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), di Angkringan KOBAR, Jalan
Atmosukarto, Kotabaru, Yogyakarta, Kamis
(9/11/2017). Namun demikian, Maryoto yang
baru menjabat sebagai Kepala UPT Trans Jogja
pada Maret 2017 itu, mengatakan sudah dan
akan terus berupaya menyediakan aksesibilitas
sebagaimana kebutuhan penumpang difabel.
Upaya penyediaan aksesibiltas yang
sesuai standar atau ketentuan, mulai
diupayakan pada tiga shelter yang berada di
sepanjang pedestrian Malioboro. Pada tiga
shelter tersebut, ramp dan handrail yang
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
dipasang sudah sesuai dengan standar, yakni
tidak terlalu curam dengan perbandingan 1 : 14
meter.
Mengingat terbatasnya anggaran yang
dimiliki UPT Trans Jogja, Maryoto meminta
masukan terkait halte mana saja yang sering
dipergunakan oleh difabel. Halte-halte tersebut
akan menjadi prioritas utama dalam
penyediaan aksesibilitas sebagaimana standar
dan kebutuhan para penumpang difabel.
Maryoto juga menyambut baik
masukan kritis yang disampaikan oleh
pengguna jasa (penumpang) Bus Trans Jogja,
Ajiwan Arif Hendradi seorang difabel low vision.
Harapan atas ketersediaan aksesibiltas fisik dan
nonfisik pada moda transportasi umum bus
Trans Jogja akan menjadi prioritas, terutama
pada titik-titik yang sering digunakan oleh
difabel.
Disfungsi areal shelter
Menanggapi jauhnya jarak halte dan
bus saat berhenti yakni 40-50 centi meter yang
seharusnya 10-15 cm, Maryoto mengatakan
bahwa hal tersebut terjadi karena adanya
aktivitas lain di sekitar shelter. Aktivitas lain
yang dimaksud ialah, dipergunakannya areal
sekitar shelter berjualan dan parkir saat
menjelang sore hari. “Ada disfungsi areal
sekitar shleter Bus Trans Jogja saat sore hari
tiba.Yakni di sekitar shelter, dipenuhi oleh
aktivitas orang berjualan dan parkir. Pokok
permasalahannya pada orang yang berjualan,
akibatnya bisa tidak bisa merapat dengan
shelter sebagaimana mestinya,” ungkap
Maryoto. Sedangkan terkait larangan petugas
pada shelter di bandara, UPT Trans Jogja dan
Dinas Perhubungan berada di luar otoritas
bandara. Untuk itu dibutuhkan kerja sama
lanjutan dengan Komite Difabel DIY untuk
bersama-sama mengkonformasi perihal
tersebut.
Selanjutnya terkait masukan Ajiwan
tentang kurang aware-nya pertugas bus,
terutama pengemudi yang mengemudi kurang
memperhatikan keselamatan penumpang, hal
tersebut akan disampaikannya dalam
pembinaan yang dilakukan pada setiap akhir
bulan.
Kepala UPT Trans Jogja tersebut
berharap kehadiran Komite Hak difabel DIY
atau perwakilan difabel untuk dapat hadir pada
pembinaan yang dilakukan pada tiap akhir
bulan. Informasi yang disampaikan langsung
oleh difabel sebagai pengguna jasa yang
dilakukan rutin, diyakininya akan memberikan
dampak positif terhadap perubahan sikap dan
pemberian layanan petugas bus Trans Jogja.
“Kehadiran difabel atau perwakilan Komite
Difabel DIY pada apel pembinaan, dapat juga
digunakan untuk mendiskusikan kebutuhan
terkait sarana dan prasarana yang aksesibel
bagi kawan-kawan difabel,” Maryoto
meyampaikan gagasan.
Terakhir, terkait tidak berfungsinya
informasi audio dan video lebih pada ada
tidaknya signal pada wilayah-wilayah tertentu.
Namun demikian kondisi tersebut akan menjadi
perhatian guna perbaikan pemberian layanan
atas bus Trans Jogja. Pengelola Bus Trans Jogja
tersebut mentargetkan tahun 2018, akan
menjadi tahun aksesibilitas sarana prasarana
shleter, armada dan petugas aksesibel bagi
difabel.
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
5.2 Infografis Penelitian
5.2.1 Gambar Trans Semarang (BRT)
5.2.2 Gambar Bus Trans Jogja (TJ)
5.2.3 Suasana dalam Trans semarang
5.2.4 Suasana dalam TJ
5.2.5 Gambar Trayek BRT Semarang
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
5.2.6 Gambar Trayek TJ
5.2.7 Gambar suasana dalam BRT Semarang
saat penelitian
VI. KESIMPULAN
Pada kajian komparatif kualitas kinerja
pelayanan angkutan umum antara kota
Semarang dan Yogyakarta keduanya hamper
memiliki permasalahan yang sama diantaranya
adalah kualitas pelayanan yang menurun dan
penyediaan armada bus yang masih kurang
memadai. Disisi lain terdapat perbedaan
karakteristik kota yang mengakibatkan cara
penanganan dan pendekatan evaluasi yang
berbeda yaitu dimana kota semarang yang
pada sebagian besar koridor yang dipadati
bangunan serta took-toko pinggir jalan yang
mengganggu aktivitas tranportasi sedangkan
kota Jogjakarta setiap koridornya cenderung
padat dan macet dikarenankan banyak
kendaraan yang masuk dan melewati kota
menuju jalan ringroad sehingga secara simultan
kendaraan bergerak diwaktu yang sama.
Kualitas pelayanan yang efektif dan
efisien, nyaman, aman dan tepat waktu adalah
harapan para pengguna angkutan umum
sehingga pada setiap kajian yang menemukan
permasalahan semacam ini akan menimbulkan
sebuah resume bawasannya setiap kota yang
berkembang memang akan selalu menghadapi
permasalahan seperti diatas pada operasional
angkutan umum sehingga penuisan ingin
menyampaikan dan menyimpulkan beberapa
factor yang mempengaruhi terjadinya
permasalahan diatas diantaranya;
1. Faktor lemahnya SDM para operator
angkutan umum.
2. Faktor finasial yang kurang memadai.
3. Faktor Kota yang terlajur tidak tertata
pada jaringan infrastruktur.
4. Faktor Budaya masyarakat yang masih
orientasi menggunakan kendaraan
pribadi.
5. Kurangnya perhatian pemerintah yang
lebih serius.
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA 2018
Kajian Komparatif Kualitas Pelayanan Angkutan Umum Antara Kota Semarang – Yogyakarta
6. Faktor kualitas Sarpras umum untuk
mendukung kelengkapan Operasional
angkutan.
Bebrapa factor tersebut sebagian dari
beberapa hal yang dialami kota Semarang dan
Yogyakarta.
DAFTAR SUMBER
http://jogja.tribunnews.com/2017/12/06/k
emacetan-di-yogyakarta
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/g
eoimage/article/view/4659
http://jateng.tribunnews.com/2018/03/16/
brt-belum-mampu-kurangi-kemacetan-kota-
semarang
https://semarang.solopos.com/read/20170
202/515/789532/transportasi-semarang-brt-
diterpa-masalah-semarang-tetap-raih-wtn
https://www.change.org/p/walikota-
yogyakarta-haryadi-suyuti-perbaiki-
transportasi-publik-trans-jogja
https://medium.com/planologi-
2015/serangkaian-kata-untuk-transportasi-
umum-di-jogjakarta
https://www.transportationissuesdaily.com
/masalah-transportasi-yang-dialami-oleh-
indonesia/
http://kampus-
sipil.blogspot.com/2013/04/pengertian-
angkutan-umum.html