INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG BESERTA PEMERIKSAAN JVP

26
1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Sistem kardiovaskular di mulai di jantung, sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60 sampai 100 kali per menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena. Tujuan sistem kardiovaskular adalah mengambil oksigen di paru dan zat gizi yang diserap dari usus untuk disalurkan ke semua sel tubuh. Pada saat yang sama, sistem kardiovaskular mengangkut produk sisa metabolik yang dihasilkan oleh setiap untuk dibuang melalui paru atau ginjal. Jantung adalah sebuah rongga berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Jantung terdapat di dalam kantong sebuah kantong longgar berisi cairan yang disebut “perikardium”. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Atrium terletak di atas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan satu dari yang lain oleh katup satu arah. Sisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh dinding jaringan yang disebut septum. Dalam keadaan normal tidak terjadi pencampuran

Transcript of INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG BESERTA PEMERIKSAAN JVP

Page 1: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang

Sistem kardiovaskular di mulai di jantung, sebuah pompa berotot yang

berdenyut secara ritmis dan berulang 60 sampai 100 kali per menit. Setiap denyut

menyebabkan darah mengalir dari jantung ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan

tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung

melalui venula dan vena. Tujuan sistem kardiovaskular adalah mengambil oksigen

di paru dan zat gizi yang diserap dari usus untuk disalurkan ke semua sel tubuh.

Pada saat yang sama, sistem kardiovaskular mengangkut produk sisa metabolik

yang dihasilkan oleh setiap untuk dibuang melalui paru atau ginjal.

Jantung adalah sebuah rongga berotot dengan empat ruang yang terletak di

rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.

Jantung terdapat di dalam kantong sebuah kantong longgar berisi cairan yang

disebut “perikardium”. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan

kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Atrium terletak di atas ventrikel dan saling

berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan satu dari yang lain oleh katup

satu arah. Sisi kiri dan kanan jantung dipisahkan oleh dinding jaringan yang

disebut septum. Dalam keadaan normal tidak terjadi pencampuran darah antara

kedua atrium, kecuali pada masa janin, dan tidak pernah terjadi pencampuran

darah antara kedua ventrikel pada jantung yang sehat. Semua ruang tersebut

dikelilingi oleh jaringan ikat. Pada pemeriksaan jantung sendiri terdiri atas

berbagai macam pemeriksaan, terutama pemeriksaan JVP (Jugular Venous

Pressure ) yang akan dibahas lebih lanjut dalam referat ini.

I.B. Tujuan dan Manfaat

Penyusunan referat ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut dan lebih

dalam mengenai teknik pemeriksaan pada sistem kardiovaskular terutama pada

jantung sehingga dapat dipahami sebagaimana pentingnya teknik pemeriksaan

pada sistem kardiovaskular.

Page 2: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.A. Anatomi Jantung

(Gambar 1.1)

Jantung terletak di rongga dada di sebelah bawah kiri sternum dan

merupakan salah satu organ terpenting pada manusia yang berfungsi untuk

sirkulasi darah ke seluruh tubuh manusia, seperti gambar diatas jantung sendiri

terdiri atas atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, ventrikel kiri, septum

Page 3: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

3

jantung dan lapisan-lapisan jantung perikardium, myokardium dan endokardium,

semua organel bagian jantung tersebut mempunyai fungsi serta peran masing-

masing. Untuk pembahasan mengenai JVP, Anda harus tahu mengenai posisi

anatomis vena jugularis interna aupun eksterna yang merupakan vena superficial

yang mengalirkan darah dari bagian cranii sampai bermuara ke vena kava

superior, yang merupakan pintu masuknya darah menuju jantung ke atrium

dekstra. Untuk vena jugularis eskterna mulai tepat dibelakang angulus mandibulae

dari gabungan penyatuan vena auricularis posterior dengan divisi posterior vena

retromandibularis. Vena ini berjalan miring ke bawah menyilang musculus

sternocleidomastoideus dan tepat di atas clavicula di dalam trigonum posterior

menembus fascia profunda dan bermuara ke dalam vena subclavia. Ukuranya

sangat bervariasi, dan berjalan dari angulus mandibulae sampai ke pertengahan

clavicula.

Page 4: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

4

II.A.1 Vena Jugularis Interna

Vena jugularis interna menerima darah dari otak, wajah, dan leher. Vena

ini berawal dari foramen jugulare di tengkorak sebagai lanjutan dari sinus

sigmoideus. Vena ini turun melalui leher di dalam selubung carotis dan bergabung

dengan vena subclavia di belakang ujung medial clavicula untuk membentuk vena

brachiocephalica. Vena ini melebar pada ujung atasnya disebut bulbus superior

dan yang lainya di dekat ujung akhirnya disebut bulbus inferior. Tepat di atas

bulbus inferior terdapat valvula bicuspidalis yang merupakan bagian dari katup

bicuspidal atau mitral.

Batas-batas dari vena jugularis interna, Anterolateral: Kulit, fascia, m.

Sternocleidomastoideus, dan glandula paratiroidea. Bagian bawahnya ditutupi

oleh m. sternohyoideus, m. sternothyroideus, dan m. omohyoideus, yang terletak

diantara vena ini. Lebih ke atas, vena ini disilang oleh m. stylohyoideus, venter

posterior m. digastricus, dan pars spinalis N. Accessorius. Rantai nodi lymphoidea

cervicales profundi terletak di sepanjang vena ini. Posterior: Processus

transversus vertebrae cervicales, m. levator scapulae, m. scalenus medius dan

anterior, plexus cervicales, n. Phrenicus, truncus thyrocervicales, v. Vertebralis,

dan bagian pertama a. subclavia. Pada sisi kiri vena ini berjalan di depan ductus

thoracicus. Medial: Di atas terdapat a. carotis interna dan nervi craniales IX, X,

XI, dan XII. Di bawah terdapat a. carotis communis dan n. vagus.

II.B. Teknik Pemeriksaan

Ketika memulai pemeriksaan kardiovaskular, tinjau dahulu tekanan darah

dan frekuensi jantung yang dicatat pada saat melakukan Survei Umum dan Tanda-

Tanda Vital pada permulaan pemeriksaan fisik. Jika Anda harus mengulangi lagi

pemeriksaan ini atau jika pengukuran tekanan darah dan frekuensi jantung belum

dikerjakan, luangkan waktu untuk mengukurnya dengan menggunakan teknik

pemeriksaan yang optimal. Singkatnya untuk memeriksa tekanan darah, setelah

pasien dibiarkan istirahat selama sedikitnya 5 menit dalam ruangan yang tidak

berisik, kemudian pilih manset dengan ukuran yang tepat dan pasang manset

tersebut pada lengan pasien setinggi jantung. Lengan pasien dapat diletakkan di

Page 5: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

5

atas meja jika pasien duduk atau disangga pada ketinggian pertengahan dada jika

pasien berdiri. Pastikan bagian kantong yang ada di dalam manset itu berada di

tengah pada daerah arteri brakhialis. Pompa manset tersebut hingga 30 mmHg di

atas tekanan pada saat denyut nadi radialis menghilang. Ketika mengempiskan

manset tensimeter, dengarkan pertama-tama bunyi sedikitnya dua detak jantung

yang berurutan-bunyi ini menandai tekanan sistolik. Kemudian, dengarkan saat

hilangnya detak jantung yang menandai tekanan diastolik. Untuk mengukur

frekuensi detak jantung, raba denyut radialis dengan permukaan ventral jari

telunjuk dan jari tengah Anda, atau lakukan pengukuran frekuensi denyut apeks

jantung dengan menggunakan stetoskop. Pada sistem kardiovaskular terdiri atas

komponen-komponen pemeriksaan yang terdiri atas:

Tekanan vena jugularis

Carotid upstrokes dan ada-tidaknya bruit

Iktus kordis (titik impuls maksimal) dan setiap heaves, lift, atau thrill

Bunyi jantung pertama dan kedua, S1 dan S2

Ada-tidaknya bunyi jantung tambahan, S3 atau S4

Ada-tidaknya bising jantung (cardiac murmur)

II.B.1. Tekanan dan Pulsasi Vena Jugularis

Pengukuran JVP merupakan salah satu keterampilan yang paling penting

dan sering dilakukan dalam pemeriksaan fisik. Pada mulanya, tindakan ini

kelihatan sukar, tetapi dengan praktik dan pengawasan, Anda akan menemukan

bahwa JVP memberikan informasi yang sangat berguna tentang status volume

cairan tubuh pasien dan fungsi jantungnya. JVP mencerminkan tekanan dalam

atrium kanan atau tekanan vena sentral, dan sebaiknya JVP dinilai dari pulsasi

pada vena jugularis interna kanan. Namun, perhatikan bahwa vena jugularis dan

pulsasinya sulit dilihat pada anak yang berusia kurang dari 12 tahun; karena itu,

pemeriksaan tekanan dan pulsasi vena jugularis ini tidak bermanfaat untuk

mengevaluasi sistem kardiovaskular pada kelompok usia ini. Untuk membantu

Anda mempelajari bagian dari pemeriksaan jantung ini, langkah-langkah dalam

pemeriksaan JVP terdiri atas sebagai berikut:

Page 6: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

6

Upayakan agar pasien merasa nyaman. Tinggikan sedikit kepala pasien dengan

menaruh bantal di bawahnya sehingga otot-otot sternocleidomastoideusnya

kendur atau rileks.

Tinggikan kepala ranjang atau meja periksa hingga sudut 300. Miringkan

kepala pasien sedikit menjauhi sisi leher yang akan diperiksa.

Gunakan penerangan dari samping (tangensial) dan periksa kedua sisi leher.

Kenali vena jugularis eksterna pada setiap sisi, kemudian temukan pulsasi vena

jugularis interna.

Jika perlu, tinggikan atau turunkan kepala ranjang sampai Anda dapat melihat

titik osilasi atau meniskus pulsasi vena jugularis interna pada leher bagian

bawah.

Fokuskan perhatian Anda pada vena jugularis interna kanan. Cari pulsasinya

pada incisura sterni di antara insertio muskulus sternocleidomastoideus pada os

sternum dan klavikula, atau tepat di sebelah posterior muskulus

sternocleidomastoideus. Tabel dibawah ini akan membantu Anda membedakan

pulsasi vena jugularis interna dengan pulsasi arteri karotis.

Kenali titik pulsasi tertinggi pada vena jugularis interna kanan. Bentangkan

benda atau kartu yang berbentuk persegi secara horizontal dan titik ini dan

kemudian letakkan sebuah penggaris (dalam ukuran sentimeter) secara vertikal

pada angulus sterni sehingga terbentuk sudut sembilan puluh derajat yang

tepat. Ukur jarak vertikal dalam satuan sentimeter di atas angulus sterni tempat

benda yang dipegang horizontal itu menyilang penggaris. Jarak ini, yang

diukur dalam sentimeter di atas angulus sterni atau atrium, adalah JVP.

Page 7: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

7

(Gambar 1.3)

Perbedaan antara pulsasi vena jugularis dengan pulsasi arteri karotis.

Tabel 1.1

Pulsasi Jugularis Interna Pulsasi Karotis

Jarang dapat diraba

Sifatnya bergelombang (Undulasi),

cepat dan lembut, biasanya dengan

dua puncak dan dua palung /detak

jantung

Pulsasi akan menghilangkan jika

dilakukan penekanan ringan pada

vena jugularis

Ketinggian pulsasi berubah menurut

posisi tubuh pasien; ketinggianya akan

menurun jika posisi tubuh semakin

tegak

Biasanya ketinggian pulsasi menurun

pada inspirasi

Dapat diraba

Denyutan terasa memukul lebih

keras dengan komponen keluar

tunggal

Pulsasi tidak menghilang dengan

penekanan ini

Ketinggian pulsasi tidak berubah

oleh posisi tubuh pasien

Ketinggian pulsasi tidak dipengaruhi

oleh inspirasi

Page 8: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

8

Menentukan garis vertikal dan horizontal yang sebenarnya untuk

mengukur JVP bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sama seperti ketika

Anda ingin menggantung lukisan pada tembok secara lurus sementara pandangan

Anda dekat dengan lukisan tersebut. Letakkan penggariss Anda pada angulus

sterni dan kemudian sejajarkan posisinya dengan sesuatu di dalam ruangan yang

Anda ketahui berada dalam posisi vertikal. Selanjutnya, tempatkan selembar kartu

atau sebuah benda yang berbentuk persegi dengan sudut tegak lurus terhadap

penggaris tersebut. Kartu atau benda ini merupakan garis horizontal yang akan

Anda gunakan. Gerakan kartu atau benda tersebut turun naik-dalam posisi tetap

horizontal-sehingga tepi bawahnya berada tepat pada puncak pulsasi jugularis,

lalu baca jarak vertikal pada penggaris. Bulatkan hasil pengukuran Anda ke

bilangan sentimeter yang terdekat. Tekanan vena yang diukur melebihi 3 cm atau

mungkin 4 cm di atas angulus sterni, atau yang melebihi jarak total 8 cm atau 9

cm di atas atrium kanan, dianggap sebagai kenaikan di atas nilai yang normal.

Jika Anda tidak dapat melihat pulsasi pada vena jugularis interna, cari pulsasi

vena jugularis eksterna, kendati pulsasi tersebut mungkin tidak dapat dilihat di

sini. Jika Anda tidak melihat apa-apa, gunakan titik yang di atasnya terlihat vena

jugularis eksterna yang kolaps. Lakukan observasi ini pada tiap-tiap sisi leher.

Ukur jarak vertikal titik ini dari angulus sterni. Titik tertinggi pulsasi vena dapat

berada di bawah level atau ketinggian angulus sterni. Dalam keadaan ini, tekanan

vena tidak meninggi dan tidak memerlukan pengukuran.

II.B.2. Inspeksi dan Palpasi

Pada sebagian besar pemeriksaan jantung, pasien harus berbaring

terlentang sementara bagian atas ditinggikan dengan menaikan kepala ranjang

atau meja-periksa hingga sudut sekitar 300. Ada dua macam posisi yang

diperlukan: (1) posisi berbaring miring ke kiri, dan (2) posisi membungkuk ke

depan. Pemeriksa harus berdiri di sisi kanan pasien.

Page 9: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

9

Tabel di bawah ini merangkumkan posisi pasien dan urutan yang dianjurkan

untuk pemeriksaan tersebut.

Tabel 1.2

Urutan Pemeriksaan Jantung

Posisi Pasien

Berbaring terlentang dengan

kepala ranjang dinaikan hingga

sudut 300

Posisi ulkus dekubitus lateral-kiri

Berbaring terlentang dengan

kepala ranjang dinaikkan pada

sudut 300

Duduk dengan tubuh miring ke

depan sesudah menarik napas

secara penuh

Pemeriksaan

Lakukan inspeksi dan palpasi di daerah

prekordial: ruang sela iga ke-2; ventrikel

kiri termasuk iktus kordis (diameter,

lokasi, amplitudo, durasi).

Lakukan palpasi iktus kordis jika

sebelumnya tidak berhasil terdeteksi.

Dengarkaan pada daerah apeks dengan

menggunakan stetoskop (bell).

Dengarkan pada daerah trikuspid dengan

menggunakan bagian sungkup dari

stetoskop.

Dengarkan pada semua daerah auskultasi

dengan menggunakan membran dari

stetoskop.

Dengarkan di sepanjang tepi kiri os

sternum dan pada daerah apeks.

Page 10: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

10

(Gambar1.4)

Pada saat melakukan pemeriksaan jantung, jangan lupa untuk

membandingkan hasil-hasil temuan Anda dengan tekanan vena jugularis dan

denyut karotis pasien. Penting pula untuk mengidentifikasi lokasi anatomik hasil-

hasil temuan Anda saat terjadinya siklus kardiak.

a.) Perhatikan posisi lokasi anatomik bunyi jantung dalam pengertian ruang sela

iga dan jaraknya terhadap linea midsternalis, linea midklavikularis atau linea

aksilaris. Linea midsternalis akan memberikan titik nol yang paling andal

untuk pengukuran, kendati beberapa pakar merasa bahwa linea

midklavikularis dipengaruhi berbagai ukuran dan bentuk tubuh pasien.

b.) Kenali saat terjadinya impuls atau bunyi jantung dalam kaitanya dengan siklus

kardiak. Saat terdengarnya bunyi jantung sering kali dapat ditentukan hanya

melalui auskultasi. Pada sebagian besar pasien dengan frekuensi jantung yang

normal atau lambat, bunyi jantung yang berpasangan dapat mudah

diidentifikasi dengan mendengarkanya melalui stetoskop. S1 merupakan

bunyi pertama dari semua bunyi yang didengar, S2 merupakan bunyi kedua,

dan terdapat jeda (interval) diastolik yang relatif panjang yang memisahkan

pasangan bunyi yang satu dengan pasangan bunyi yang selanjutnya.

Page 11: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

11

Intensitas relatif bunyi jantung ini dapat pula membantu. Biasanya S1

terdengar lebih keras daripada S2 di daerah apeks kordis; yang lebih dapat

diandalkan lagi, biasanya S2 terdengar lebih keras daripada S1 didaerah bassis

kordis.

Para dokter yang sudah berpengalaman sekalipun terkadang tidak pasti

tentang saat terjadinya bunyi yang mereka dengar, terutama jika mereka juga

menemukan bunyi jantung tambahan dan bising jantung. Teknik yang dinamakan

“inching” dapat membantu mengatasi kesulitan ini. Kembalilah ke suatu tempat

pada dada-yang paling sering ke daerah bassis kordis-tempat bunyi S1 dan S2

mudah dikenali. Camkan iramanya dengan jelas di dalam ingatan Anda.

Kemudian, geser stetoskop Anda inci demi inci (karena itu, teknik ini dinamakan

inching) ke arah bawah pada dada pasien sampai Anda mendengar bunyi yang

baru.

Meskipun demikian, hasil dari auskultasi saja dapat menyesatkan. Sebagai

contoh, intensitas bunyi S1 dan S2 bisa saja abnormal. Lagi pula, pada frekuensi

jantung yang cepat, diastol akan memendek dan pada frekuensi sekitar 120 kali

/menit, lamanya diastol dan sistol tidak dapat dibedakan. Gunakan palpasi denyut

karotis atau iktus kordis sebagai pemandu waktu observasi Anda. Kedua denyut

ini terjadi pada sistol awal tepat sesudah bunyi jantung pertama. Inspeksi yang

cermat pada dada anterior dapat mengungkapkan lokasi iktus kordis atau apical

impulse (PMI; point of maximal impulse) atau lebih jarang lagi, gerakan ventrikel

pada S3 atau S4 sisi kiri. Penerangan dari samping akan memberikan lapangan

pandang yang paling jelas untuk melakukan observasi ini.

Gunakan palpasi untuk memastikan karakteristik iktus kordis. Palpasi juga

berguna untuk mendeteksi thrills dan gerakan ventrikel pada S3 atau S4. Pastikan

untuk memeriksa ventrikel kanan dengan melakukan palpasi daerah ventrikel

kanan pada tepi kiri-bawah os sterni dan pada daerah subsifoideus, palpasi daerah

arteri pulmonalis pada ruang sela iga ke-2 kanan. Tinjau kembali diagram pada

halaman berikut. Perhatikan bahwa “daerah-daerah” yang didesain untuk

ventrikel kiri dan kanan, arteri pulmonalis, dan aorta tetap akan ditemukan pada

Page 12: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

12

kebanyakan pasien yang jantungnya berada di dada sebelah kiri dengan anatomi

pembuluh darah besar yang normal.

Mulai pemeriksaan dengan melakukan palpasi secara menyeluruh pada

dinding dada. Pertama, lakukan palpasi untuk menemukan impuls dengan

menggunakan permukaan ventral jari tangan Anda. Pertahankan jari tangan

tersebut dalam posisi rata atau miring pada permukaan tubuh pasien dengan

melakukan penekanan yang ringan untuk lokasi S1 dan S2. Impuls ventrikel dapat

mengangkat atau mendorong jari tangan Anda. Kemudian lakukan palpasi untuk

mengecek thrills dengan cara menekankan permukaan ventral jari tangan Anda

secara kuat pada dada pasien. Jika pada auskultasi berikutnya ditemukan bising

dan keras, kembalilah dan periksa daerah tersebut sekali lagi untuk menemukan

thrills.

Iktus Kordis atau Apical Impulse (PMI, point of maximal impulse

daerah ventrikel kiri). Iktus kordis mempresentasikan pulsasi dini ventrikel kiri

yang cepat pada saat denyutan ini bergerak ke anterior ketika terjadi kontraksi dan

menyentuh dinding dada. Perhatikan, pada kebanyakan pemeriksaan, iktus kordis

merupakan titik impuls yang maksimal atau PMI; kendati demikian beberapa

kelainan patologis seperti pembesaran ventrikel kanan, dilatasi arteri pulmonalis

dan aneurisme aorta dapat menimbulkan pulsasi yang lebih menonjol daripada

denyutan apeks kordis. Jika Anda tidak dapat menemukan iktus kordis pada

pasien yang terlentang, minta pasien untuk memutar tubuh bagian atasnya ke kiri-

posisi ini dinamakan dekubitus lateral kiri. Lakukan palpasi sekali lagi dengan

permukaan ventral beberapa jari tangan. Jika Anda tetap tidak dapat menemukan

iktus kordis, mintalah pasien untuk menghembuskan napasnya secara penuh dan

kemudian berhenti bernapas selama beberapa detik. Ketika memeriksa pasien

wanita, Anda mungkin perlu menyingkirkan payudara kiri ke atas atau ke lateral;

sebagai alternatif lain, Anda dapat pula meminta pasien untuk melakukan sendiri

tindakan ini. Setelah Anda menemukan iktus kordis, lakukan penilaian yang lebih

halus dengan ujung-ujung jari tangan Anda dan kemudian dengan satu jari tangan.

Page 13: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

13

(Gambar 1.5)

(Gambar 1.6)

Dengan pengalaman, Anda akan belajar untuk mampu meraba iktus kordis

pada sebagian besar pasien, tetapi pada obesitas, dinding dada yang sangat berotot

atau pelebaran diameter anteroposterior dada dapat membuat iktus kordis tidak

teraba. Sebagian denyut apeks ini tersembunyi dalam dinding rongga dada pada

posisi apapun. Kini, lakukan pengkajian terhadap lokasi, diameter, amplitudo, dan

durasi iktus kordis. Mungkin Anda menghendaki pasien menghembuskan

napasnya dan kemudian menghentikan napasnya sejenak untuk mengecek hasil-

hasil temuan Anda.

Lokasi. Coba untuk memeriksa lokasi iktus kordis saat pasien terlentang

(supinasio) karena posisi dekubitus lateral kiri akan menggeser iktus kordis ke

Page 14: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

14

kiri. Tentukan lokasi dua tempat: ruang sela iga, biasanya ke-5 atau mungkin

pula ke-4, yang menjadi lokasi vertikal; dan jarak dalam cm dari linea

midsternalis yang menjadi lokasi horizontal. (Perhatikan , walaupun normalnya

iktus kordis akan jatuh secara kasar pada linea midklavikularis, namun

pengukuran dari garis ini kurang dapat diulangi dengan tepat karena para

klinisi berbeda-beda dalam memperkirakan titik tengah os klavikula.)

Diameter. Lakukan pengukuran diameter iktus kordis. Pada pasien yang

terlentang, biasanya iktus kordis berdiameter kurang dari 2,5cm dan hanya

menempati satu ruang sela iga. Diameter ini mungkin lebih lebar pada

dekubitus lateral kiri.

Amplitudo. Perkirakan amplitudo impuls ini. Biasanya amplitudonya kecil dan

terasa cepat serta seperti mengetuk. Sebagian orang muda mempunyai

amplitudo yang meningkat atau impuls yang hiperkinetik, khususnya jika

mereka berada dalam keadaan emosi atau setelah melakukan aktivitas fisik atau

olahraga, tetapi durasi iktus kordisnya tetap normal.

Durasi. Durasi merupakan karakteristik iktus kordis yang paling berguna untuk

mengidentifikasi hipertrofi ventrikel kiri. Untuk menilai durasinya, dengarkan

bunyi jantung sementara Anda meraba iktus kordis atau mengamati gerakan

stetoskop ketika Anda mendengarkan bunyi jantung di daerah apeks kordis.

Perkirakan bagian sistol yang diwakili oleh iktus kordis. Normalnya, iktus

kordis berlangsung selama dua pertiga sistol dan sering kali kurang dari

periode tersebut tetapi tidak terus teraba hingga bunyi jantung kedua.

S3 dan S4. Dengan inspeksi dan palpasi, Anda dapat menemukan gerakan

ventrikel yang sinkron dengan bunyi jantung ketiga dan keempat yang patologis,

Untuk menemukan impuls ventrikel kiri, raba denyut apeks secara lembut dengan

satu jari tangan. Pasien harus berbaring dengan sebagian tubuh berada dalam

posisi miring pada sisi kiri tubuhnya, menghembuskan napas, dan menghentikan

napasnya sebentar. Dengan membuat tulisan X dengan spidol pada apeks kordis.

Tepi Kiri Sternum pada Ruang Sela Iga ke-3, ke-4, dan ke-5 Daerah

Ventrikel Kanan. Pasien harus berbaring terlentang pada susut 300. Tempatkan

Page 15: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

15

ujung-ujung jari tangan Anda yang dibengkokkan pada ruang sela iga ke-3, ke-4,

serta ke-5, dan coba untuk meraba impuls sistolik yang dihasilkan oleh ventrikel

kanan. Sekali lagi, meminta pasien untuk mengeluarkan napasnya da kemudian

menghentikanya sejenak akan memperbaiki hasil pengamatan Anda.

Jika impuls sudah dapat diraba, lakukan penilaian terhadap lokasi,

amplitudo, dan durasinya. Ketukan sistolik yang singkat dengan amplitudo yang

rendah atau sedikit meningkat terkadang terasa pada individu yang dadanya tipis

dan dangkal, khususnya jika terdapat peningkatan volume sekuncup sebagaimana

terjadi pada keadaan cemas.

(Gambar 1.7)

Gerakan diastolik pada bunyi jantung ketiga dan keempat sisi yang kanan

terkadang dapat diraba. Raba gerakan tersebut pada ruang sela iga ke-4 dan ke-5.

Tentukan waktunya dengan auskultasi atau palpasi karotis.

Pada pasien yang diameter anteroposterior (AP) dadanya meningkat, palpasi

ventrikel kanan pada daerah epigastrium atau subsifoideus juga bermanfaat.

Dengan tangan yang diratakan, tekankan jari telunjuk Anda tepat di bawah

dinding iga (rib cage) dan kemudian geser jari tersebut ke atas ke arah bahu kiri

dan coba untuk merasakan pulsasi ventrikel kanan.

Page 16: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

16

(Gambar 1.8)

Minta pasien untuk menarik napas dan menghentikanya sejenak, hal ini

akan membantu. Posisi dalam keadan inspirasi ini akan menggerakan tangan Anda

menjauhi pulsasi aorta abdominalis yang jika tidak, dapat membingungkan Anda.

Gerakan diastolik pada S3 dan S4-jika terdapat gerakan-dapat juga diraba di sini.

Ruang Sela Iga ke-2 Kiri-Daerah Pulmonal. Ruang sela iga ini berada di

atas arteri pulmonalis. Ketika pasien menahan ekspirasi, cari dan raba untuk

menemukan impuls dan rasakan dengan palpasi untuk menemukan bunyi jantung

yang dapat diraba. Pada pasien yang dadanya tipis atau dangkal, terkadag pulsasi

arteri pulmonalis dapat diraba di sini khususnya sesudah melakukan aktivitas fisik

atau olahraga atau dalam keadaan emosi. Pulsasi yang menonjol di sini sering

terdapat pada dilatasi atau peningkatan aliran darah dalam arteri pulmonalis. S2

yang bisa diraba menunjukan adanya peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis

(hipertensi pulmoner).

Ruang Sela Iga ke-2 Kanan-Daerah Aorta. Ruang sela iga ini berada di

atas saluran keluar aorta. Bunyi jantung S2 yang dapat diraba menunjukan

hipertensi sistemik. Pulsasi di sini menunjukan dilatasi atau aneurisma aorta.

Page 17: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

17

BAB III

PENUTUP

III.A. Kesimpulan

Tekanan dalam vena jugularis mencerminkan tekanan atrium kanan dan

merupakan indikator penting secara klinis mengenai fungsi jantung dan serta

hemodinamika jantung kanan. JVP juga merupakan suatu teknik pemeriksaan

pada jantung. Pada mulanya, tindakan ini kelihatan sukar, tetapi dengan praktik

dan pengawasan, Anda akan menemukan bahwa JVP memberikan informasi yang

sangat berguna tentang status volume cairan tubuh pasien dan fungsi jantungnya.

sebaiknya JVP dinilai dari pulsasi pada vena jugularis interna. Estimasi JVP yang

paling baik dapat diperoleh dari vena jugularis interna dan biasanya pada sisi

kanan karena vena jugularis interna dekstra memiliki saluran anatomis yang

langsung menuju ke atrium dekstra.

Untuk langkah-langkah dalam pemeriksaan JVP. Upayakan agar pasien

terasa nyaman dan rileks, selanjutnya tinggikan kepala ranjang hingga 300,

kemudian periksa kedua sisi leher untuk mengenali pulsasi vena jugularis interna,

setelah itu bentangkan benda berbentuk persegi secara horisontal dari pulsasi vena

jugularis interna, letakkan sebuah penggaris secara vertikal pada angulus sterni

sehingga terbentuk sudut 900, dan terakhir ukur jarak vertikal dalam satuan

sentimeter di atas angulus sterni. Sedangkan untuk pemeriksaan dari inspeksi dan

palpasi dituntut agar setiap mahasiswa dapat mengetahui hemithorax kanan-kiri,

kelainan warna kulit, pelebaran pembuluh darah vena dan penyempitan atau

pelebaran sela iga (ICS).

III.B. Saran

Kepada pembaca dan penyimak referat ini, agar lebih mendalami materi

referat Inspeksi dan Palpasi Jantung, serta Pemeriksaan JVP oleh karena demikian

pentingnya fungsi dan manfaat dari referat ini untuk tubuh manusia mulai dari

aspek anatominya, pemeriksaanya beserta korelasi-korelasi kliniknya sehingga

dapat dipahami secara keseluruhan. Terima Kasih.

Page 18: INSPEKSI DAN PALPASI JANTUNG   BESERTA PEMERIKSAAN JVP

18

DAFTAR PUSTAKA

Bates B, Bickley LS, Hoekelman RA. A Guide to Physical Examination

and History Taking. 8th ed. JB. Lippincott, Philadelphia, 2008

Gambar : Elsevier.Seidel et al : Mosby’s Physical Examination Handbook

6th ed www.studentconsult.com. Diunduh 01/02/10.

Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. EGC. Jakarta. 1998

Richard S. Snell. 2006. Anatomi Klinik Dasar Edisi 6. EGC. Jakarta

R. Putz dan R. Pabst 2006. Atlas Anatomi Sobotta Edis 22. EGC. Jakarta