induksi

12
BAB I PENDAHULUAN Induksi persalinan adalah suatu stimulasi kontraksi pada ibu hamil yang belum inpartu baik secara mekanis maupun medikasi untuk merangsang timbulnya kontraksi rahin sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, dimana pada akselerasai persalinan tindakan – tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu. Induksi persalinan merupakan salah satu cara untuk mempermudah keluarnya bayi dari Rahim secara normal. Indikasi – indikasi yang penting adalah postmaturitas dan hipertensi dalam kehamilan yang >37 minggu. Untuk melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi, seperti : 1. Hendaknya serviks telah matang yaitu serviks sudah mendatar dan menipis serta sudah dapat dilalui oleh sedikitnya satu jari dan sumbu serviks menghadap ke depan. 2. Tidak ada cephalopelvik disproportion (CPD). 3. Tidak ada kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan. 4. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.

description

induksi persalinan

Transcript of induksi

Page 1: induksi

BAB I

PENDAHULUAN

Induksi persalinan adalah suatu stimulasi kontraksi pada ibu hamil yang belum

inpartu baik secara mekanis maupun medikasi untuk merangsang timbulnya kontraksi

rahin sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi

persalinan, dimana pada akselerasai persalinan tindakan – tindakan tersebut dikerjakan

pada wanita hamil yang sudah inpartu.

Induksi persalinan merupakan salah satu cara untuk mempermudah keluarnya

bayi dari Rahim secara normal. Indikasi – indikasi yang penting adalah postmaturitas dan

hipertensi dalam kehamilan yang >37 minggu. Untuk melakukan induksi persalinan perlu

dipenuhi beberapa kondisi, seperti :

1. Hendaknya serviks telah matang yaitu serviks sudah mendatar dan

menipis serta sudah dapat dilalui oleh sedikitnya satu jari dan sumbu

serviks menghadap ke depan.

2. Tidak ada cephalopelvik disproportion (CPD).

3. Tidak ada kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan.

4. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul.

Apabila beberapa syarat diatas tidak dapat dipenuhi, maka induksi persalinan

kemungkinana tidak akan memberikan hasil maksimal yang diharapkan.

Page 2: induksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Induksi persalinan adalah suatu stimulasi kontraksi pada ibu hamil yang belum

inpartu baik secara mekanis maupun medikasi untuk merangsang timbulnya kontraksi

rahin sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi

persalinan, dimana pada akselerasai persalinan tindakan – tindakan tersebut dikerjakan

pada wanita hamil yang sudah inpartu.

B. Indikasi

Indikasi melakukan induksi dapat berasal dari anak ataupun ibu, Induksi diindikasikan

jika manfaat bagi ibu atau janin melebihi manfaat jika kehamilan dilanjutkan. Induksi

meliputi kondisi segera. American College Of Obstetricans And Gynecologists (ACOG)

memberikasn beberapa indikasi untuk dilakukannya suatu induksi, antara lain:

Ruptur Membran (KPD) disertai korioamnionitis

Ruptur Membran (KPD) tanpa persalinan

Preeklampsia Berat

Hipertensi Gestasional

Kehamilan Postterm

C. Kontraindikasi

Kontraindikasi induksi serupa dengan kontraindikasi untuk menghindarkan persalinan

dan pelahiran spontan, diantaranya:

Makrosomia yang besar

Gestasi janin lebih dari Satu

Hidrosefalus

Malpresentasi

Status janin meresahkan

Page 3: induksi

D. Komplikasi / Risiko Induksi

Peningkatan angka komplikasi ibu yang berhubungan dengan induksi persalinan meliputi

pelahiran Caesar, korioamnionitis, dan atonia uteri.

Angka Pelahiran Caesar

Angka ini meningkat terutama pada nullipara yang menjalani induksi menurut

Luthy dkk,2004. Sejumlah telah melaporkan bahwa peningkatan risiko dua sampai

tiga kali lipat (Hoffman dan sciscione,2003; Maslow dan Sweeny,2000; Smith

dkk,2003). Pematangan serviks prainduksi mungkin tidak mengurangi angka

pelahiran Caesar pada nullipara dengan serviks yang tidak siap (Mercer,2005).

Pada penelitian cohort retrospektif, Hamar dkk(2001) menemukan bahwa angka

pelahiran Caesar setelah induksi elektif secara nyata meningkat pada perempuan

tanpa komplikasi antepartum dan dengan skor bishop 7 atau lebih dibandingkan

dengan perempuan yang mengalami persalinan spontan.

Korioamnionitis

Perempuan yang persalinannya diinduksi mengalami peningkatan insiden

korioamnionitis jika dibandingkan dengan perempuan yang bersalin spontan

(American College Of Obstetricans and Gynecologists).

Atonia Uteri

Atonia dan perdarahan pasca partum lebih sering terjadi pada perempuan yang

diinduksi. Risiko ini lebih sering pada perempuan dengan persalinan yang

diinduksi atau pada perempuan dengan korioamnionitis.

E. Harapan Induksi Persalinan

Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan keberhasilan induksi persalinan dan

mencakup multiparitas, IMT <30, serviks yang ideal, dan berat badan bayi

<3500gr(Peregrin,dkk2006; Pevzner,dkk 2009). Menurut penulis pada Obstetri Williams,

dikatakan bahwa dengan melakukan stimulasi uterus, minimum 12 jam dengan oksitosin

setelah rupture membrane, banyak nullipara yang sebelumnya berada dalam fase laten

Page 4: induksi

persalinan selama 6 dan 9 jam akhirnya memasuki persalinan aktif dan mengalami

persalinan per vaginam dengan aman.

F. Pematangan Serviks

Untuk menilai keberhasilan suatu induksi persalinan, salah satu faktor yang perlu

diperhatikan adalah kondisi serviks. Salah satu metode yang dapat dihitung untuk

memprediksi keluaran induksi persalinan adalah skor yang dipaparkan oleh bishop(1946)

atau dikenal dengan bishop score.

Teknik Farmakologis

Prostaglandin

Pada pemberian prostaglandin dapat merangsang otot – otot polos termasuk otot

Rahim. Prostaglandin yang spesifik untuk merangsang otot Rahim adalah PGE1

& PGE2 alfa.

o Prostaglandin E2

Menurut ACOG Pemberian prostaglandin E2 lokal (Dinoprostone) sering

digunakan untuk mematangkan serviks. Bentuk jelly (prepidil) tersedia

dalam suntikan 2,5mL untuk penyuntikan intraservikal yang berisi 0,5mg

dinoprostone. Ibu dalam posisi terlentang, ujung suntikan yang belum diisi

diletakkan diadalam serviks, dan gel tepat dimasukkan dibawah os serviks

interna. Setelah pemberian ibu tetap berbaring selama setidaknya 30menit.

Dosis dapat diulang setiap 6 jam dengan maksimum 3 dosis yang

direkomendasikan dalam 24 jam.

Page 5: induksi

Pemberian. Preparat prostaglandin seharusnya hanya diberika di atau

dekat ruang bersalin dan aktivitas uterus serta denyut jantung janin harus

dipantau (ACOG). Panduan ini berdasarkan risiko preparat prostaglandin

yang dapat menyebabkan taksistol uterus. Kontraksi biasanya mulai nyata

pada 1 jam pertama dan aktivitas puncak pada 4 jam pertama. Berdasarkan

panduan dikatakan bahwa sebaiknya pemberian oksitosin ditunda selama 6

– 12 jam setelah prostaglandin E2 diberikan

Efek Samping. Takisistol uterus merupakan kontraksi > 6 kali kontraksi

dalam 10 menit. Brindley dan sokol melaporkan bahwa setelah pemberian

prostaglandin E2 pervagina pada 1-5 % perempuan didapatkan taksistol

uterus. Kontraindikasi pemberian PGE2 adalah jika memiliki asma dan

glaucoma.

o Prostaglandin E1

Misoprostol adalah salah satu jenis prostaglandin E1 sintetik. Misoprostol

dengan sediaan 100 dan 200 ug. Dapat diberikan secara oral maupun

pervagina.

Pemberian. Beberapa peneliti mengatakan bahwa pemberian tablet

misoprostol yang dimasukkan ke dalam vagina efektivitasanya sama atau

lebih baik dibandingkan dengan gel prostaglandin E2 intraserviks. ACOG

meninjau kembali 19 percobaan secara acak yang memberikan

misoprostol intravagina dalam dosis berkisar 25-100ug pada lebih dari

1900 perempuan, dan direkomendasikan dosis 25ug. Sedangkan dosis

efektif jika diberikan per oral adalah setara 100ug. Baik misoprostol

vagina maupun oral dapat digunakan untuk mematangkan serviks maupun

induksi persalinan. Pemberian secara intravagina dengan dosis 25ug dan

per oral 100ug memiliki manfaat yang serupa dengan oksitosin intravena

untuk induksi persalinan. Pemberian secara intravagina dengan dosis 25ug

pada fornix posterior dapat diulang pemberiannya setelah 6 jam bila

kontraksi uterus masih belum ada. Bila dengan dosis 2 x 25ug masih

Page 6: induksi

belum terdapat kontraksi uterus, berikan ulang dengan dosis 50 ug.

Pemberian maksimum misoprostol adalah 4 x 50ug (200ug).

Efek Samping. Hofmeyer,dkk mengatakan bahwa pemberian

prostaglandin E1 dapat meningkatkan risiko terjadinya hiperstimulasi

uterus dengan perubahan denyut jantung janin yang merugikan. ACOG

juga menyatakan bahwa pelahiran Caesar sebelumnya merupakan

kontraindikasi pemberin PGE1 karena meningkatkan risiko rupture uterus.

Pemasangan Kateter Foley Transervikal

Pemasangan kateter ini tidak boleh dilakukan pada kasus perdarahan

antepartum, ketuban pecah dini atau infeksi. Tekanan ke arah bawah yang

diciptakan dengan menempelkan keteter pada paha dapat menyebabkan

pematangan serviks. Pada metode ini dapat dilakukan dengan atau tanpa infus

salin. Guiin,dkk & Sherman dkk merangkum 13 penelitian dengan kateter

berujung balon untuk menghasilkan dilatasi serviks dan hasilnya adalah

terjadi peningkatan skor bishop yang cepat dan persalinan yang lebih singkat

baik dengan atau tanpa infus salin. Rata – rata waktu pemasangan dilakukan

12 – 18 jam.

Dilatator servik higroskopik

Dilakukan menggunakan laminaria. Pemasangan ini dilakukan pada keadaan

dimana servik masih belum bisa membuka dan pemasangan laminaria dalam

kanalis servikalis selama 12 – 18 jam.

Page 7: induksi

G. Induksi Oksitosin

Infus Oksitosin

Pada penggunaan oksitosin, ACOG merekomendasikan pemantauan denyut

jantung janin dan kontraksi janin. Secara umum oksitosin harus dihentikan bila

jumlah kontraksi bertahan dengan frekuensi yang lebih banyak dari 5 selama 10

menit atau 7 kali selama 15 menit atau dengan pola denyut jantung yang

meresahkan yang persisten. Satu ampul 1mL mengandung 10 unit, dilarutkan

dalam 500mL larutan kristaloid dan diberikan melalui infus. Penelitian oleh

Parkland Hospital dan Satin menyatakan bahwa pemberian dengan dosis awal

6mU/menit dibandingkan dengan regimen lainnya menunjukan waktu persalinan

yang lebih singkat dan tingkat kegagalan induksi yang rendah.

Reginen Dosis awal

(mU/menit)

Penaikkan dosis

(mU/menit)

Interval(menit)

Rendah 0,5 -1,5 1 15 - 40

2 4,8,12,16,20,25,30 15

Tinggi 4 4 15

4,5 4,5 15-30

6 6a 20-40a Jika terjadi hiperstimulasi dan setelah infus oksitosin dihentikan maka dimulai

lagi dengan dosis ½ dosis sebelumnya dan dinaikkan 3mU/menit.

Page 8: induksi

1. Jika tidak tercapai kontraksi yang adekuat setelah jumlah tetesan mencapai 60

tpm

2. Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5 unit dalam 500ml kristaloid dan

sesuaikan tetesan infus sampai 30tpm (15mU/menit)

3. Naikkan jumlah tetesan infus 10tpm setiap 30 menit sampai kontraksi uterus

menjadi adekuat atau jumlah tetesan mencapai 60 tpm.

Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan konsentrasi yang lebih

tinggi maka :

o Infus oksitosin hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai

yaitu 1 jam setelah lahirnya plasenta.

o Pada multigravida : induksi dianggap gagal dan lakukan section sesarea

o Pada primigravida, infus oksitosin dapat dinaikkan konsentrasinya yaitu :

Naikkan jumlah tetesan dengan 10 tpm setiap 30 menit sampai

tercapai kontraksi uterus adekuat

Jika sudah mencapai 60 tpm kontraksi uterus masih tidak adekuat

maka induksi dianggap gagal dan lakukan section sesarea