INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN …v2.karangasemkab.go.id/assets/download/INDIKATOR...10...
Transcript of INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN …v2.karangasemkab.go.id/assets/download/INDIKATOR...10...
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH
KABUPATEN KARANGASEM
TAHUN 2016
PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM
BADAN PERENCANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
INDIKATOR EKONOMI MAKRO
DAERAH
KABUPATEN KARANGASEM
TAHUN 2016
BADAN PERENCANAAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM
ii INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
iii
KATA PENGANTAR
Dengan Memanjatkan Puji Syukur Kehadapan Ida Sang Hyang
Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan bimbingan-Nya, Penyusunan Buku Indikator Ekonomi Makro Daerah Kabupaten Karangasem Tahun 2016 dapat diselesaikan dengan baik.
Buku ini menyajikan informasi mengenai gambaran umum kondisi ekonomi makro daerah Kabupaten Karangasem di tahun 2016 yang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Data statistik yang disajikan dalam buku ini dihimpun dan disiapkan oleh Bidang Analisis Data Pembangunan Perencanaan Program, Pengendalian Evaluasi Dan Pelaporan pada Bappelitbangda Kabupaten Karangasem, melalui sumber dari BPS dan beberapa sumber statistik lainnya yang diperoleh dari instansi seperti Bank Indonesia dan Bagian Keuangan Pemerintah Kabupaten Karangasem.
Meskipun publikasi ini telah disusun dengan sebaik-baiknya, Kami sadari masih terdapat banyak kekurangan. Namun demikian, penyempurnaan dan perbaikan selalu dilakukan. Karena itu, sumbangan pemikiran dari konsumen data sangat diharapkan untuk penyempurnaan buku ini pada tahun yang akan datang.
Kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya buku ini, Kami sampaikan terima kasih dan semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.
Amlapura, Nopember 2017 Bappelitbangda Kabupaten Karangasem
Kepala,
Drs. I MADE SUJANA ERAWAN Pembina Utama Muda
NIP. 19601231 198603 1 374
iv INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................... i HALAMAN KATALOG ................................................................ ii KATA PENGANTAR ................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................. v DAFTAR TABEL ....................................................................... vii DAFTAR GAMBAR .................................................................. ix BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................ 3 1.2 Maksud dan Tujuan .................................................. 5 1.3 Cakupan ................................................................... 6 1.4 Analisis dan Sumber Data ......................................... 6 1.5 Sistematika Penulisan ............................................... 7 BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI ....................................... 9 2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi ..................................... 11 2.2 PDRB Per Kapita ...................................................... 16 2.3 Laju Pertumbuhan PDRB Riil Per Kapita ................... 18 BAB III PERKEMBANGAN HARGA ......................................... 21 BAB IV KEUANGAN DAERAH ................................................ 31 4.1 Derajat Desentralisasi .............................................. 35 4.2 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah .................. 38 4.3 Rasio Efektivitas PAD ................................................. 40 BAB V PERBANKAN ............................................................. 43 5.1 Simpanan Masyarakat ............................................... 45 5.2 Pinjaman Perbankan ................................................. 48
vi INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN ........................................................... 53
6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka ................................. 55 6.2 Kemiskinan Makro .................................................... 57 6.3 Ketimpangan Pendapatan Penduduk ........................ 62
BAB VII PENUTUP .................................................................. 65
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Karangasem ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha, 2012-2016 (Persen) ................................................ 15
TABEL 2.2 Indikator Agregatif PDRB Kabupaten Karangasem,
2012-2016 ............................................................... 16 TABEL 4.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten
Karangasem Tahun 2012-2016 (Milyar Rp) ............ 35 TABEL 5.1 Posisi Pinjaman untuk Konsumsi Menurut
Penggunaannya yang Diberikan Bank Umum dan BPR di Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2016 (Trilyun Rp) .............................................................. 51
TABEL 5.2 Posisi Pinjaman untuk Modal Kerja dan Investasi
Menurut Sektor Ekonomi yang Diberikan Bank Umum dan BPR di Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2016 (Trilyun Rp) ........................................... 52
TABEL 6.1 Tingkat Kemiskinan di Bali Tahun 2014-2016 .......... 60
viii INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
ix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota se-Bali ADHK 2010 selama 2012-2016 (Persen) ................................... 12
GAMBAR 2.2 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi
Karangasem ADHK 2010, 2012-2016 (Persen) ................................................................... 13
GAMBAR 2.3 Perkembangan PDRB Per Kapita Atas Dasar
Harga Berlaku dan Konstan 2010 di Karangasem, 2012-2016 (Juta Rp).............. 17
GAMBAR 2.4 Laju Pertumbuhan PDRB Riil Per Kapita
ADHK 2010 di Karangasem, 2012-2016 (Juta Rp) ..................................................... 19
GAMBAR 3.1 Perkembangan Rata-Rata Harga Tingkat
Konsumen Perdesaan pada Beberapa Bahan Pokok yang Mengalami Flukktuasi Harga di Wilayah Kabupaten Karangasem selama 2012-2016 .................................................. 25
GAMBAR 3.2 Perkembangan Rata-Rata Harga Tingkat
Konsumen Perdesaan pada Beberapa Bahan Pokok yang Cenderung Mengalami Kenaikan Harga di Kabuapten Karangasem selama 2012-2016 .................................................. 27
GAMBAR 3.3 Besarnya Kenaikan Harga Tingkat Konsumen
pada Beberapa Bahan Pokok di Wilayah Perdesaan kabupaten karangasem Tahun 2016 Dibandingkan Tahun 2015 (Persen) . 29
x INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
GAMBAR 4.1 Perkembangan Derajat Desentralisasi di Karangasem Tahun 2012-2016 .................. 36
GAMBAR 4.2 Perkembangan Rasio Ketergantungan
Keuangan Daerah di Karangasem Tahun 2012-2016 (Persen) .................................... 39
GAMBAR 4.3 Perkembangan Rasio Efektivitas PAD di
Karangasem Tahun 2012-2016 (Persen) .... 41 GAMBAR 5.1 Posisi Simpanan Masyarakat pada Bank Umum
dan BPR yang Berlokasi di Kabupaten Karangasem tahun 2012-2016 (Trilyun Rp) 46
GAMBAR 5.2 Posisi Simpanan Masyarakat pada Bank
Umum dan BPR yang berlokasi di Kabupaten Karangasem Menurut Bentuk Simpanannya Tahun 2012-2016 (Trilyun Rp) .................... 47
GAMBAR 5.3 Posisi Pinjaman Perbankan dan Simpanan
Masyarakat pada Bank Umum dan BPR yang Berlokasi di Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2016 (Trilyun Rp)............................... 49
GAMBAR 5.4 Posisi Pinjaman Perbankan yang Diberikan Bank
Umum dan BPS Menurut Jenis Penggunaannya Tahun 2012-2016 (Trilyun Rp) .................. 50
GAMBAR 6.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) di Kabupaten Karangasem Tahun 2011-2015 (Trilyun Rp) ................... 56
GAMBAR 6.2 Gini Ratio Kabupaten Karangasem Tahun
2012-2016 ................................................. 64
Bab I
PENDAHULUAN
2 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEMTAHUN 2016
BAB I PENDAHULUAN
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, pembangunan ekonomi merupakan suatu
usaha untuk menaikkan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
penduduk dan disertai dengan perubahan mendasar dalam struktur
ekonomi suatu wilayah dan pemerataan pendapatan bagi penduduk
di wilayah tersebut. Pembangunan ekonomi memiliki tiga sifat.
Pertama, pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan
yang terjadi secara terus-menerus. Setiap wilayah harus mengalami
tahap-tahap perkembangan untuk menuju kondisi yang adil,
makmur, dan sejahtera. Kedua, pembangunan ekonomi berupaya
meningkatkan pendapaan per kapita masyarakat. Oleh karenanya,
sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemerintah, dan semua
elemen yang ada di suatu wilayah untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembangunan. Ketiga, upaya peningkatan pendapatan per
kapita ini berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Artinya
suatu perekonomian dapat dinyatakan berkembang apabila
pendapatan per kapita dalam jangka panjang cenderung meningkat.
Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan per kapita harus mengalami
kenaikan terus-menerus.
Bagi Karangasem sendiri, pembangunan ekonom iini sangat
penting mengingat begitu besarnya keinginan untuk terlepas dari
kemiskinan yang selama ini masih menjerat kehidupan penduduk di
wilayah ini. Diakui, Karangasem, yang terletak di bagian paling timur
di Pulau Bali, merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali
4 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEMTAHUN 2016
BAB I PENDAHULUAN
dengan tingkat kemiskinan yang relative masih cukup tinggi. Oleh
karenanya, berbagai usaha, baik yang sifatnya jangka panjang
maupun jangka pendek, senantiasa dilakukan dalam rangka
mengentaskan kemiskinan ini. Salah satunya yang penting dilakukan
adalah pembangunan ekonomi.
Disadari bahwa untuk menjamin keberlangsungan
pembangunan ekonomi untuk jangka panjang, sangat penting untuk
mengetahui kondisi terkini mengenai perkembangan ekonomi
wilayah secara menyeluruh untuk kemudian dapat memperkirakan
kondisi perekonomian di masa yang akandatang. Dengan demikian,
berbagai kebijakan dapat disusun dan diturunkan dalam bentuk
program dan kegiatan yang relevan dan tepat.
Pengalaman memperlihatkan bahwa terdapat satu syarat
yang diperlukan dalam mendukung keberhasilan pembangunan
ekonomi suatu wilayah. Syarat tersebut adalah mantapnya
pemahaman pemerintah setempat terkait makna indikator-
indikator dan variabel-variabel pembangunan sebagai dasar
perencanaan dan evaluasi dari kebijakan yang diambil pemerintah
pusat maupun daerah. Pemahaman yang memadai ini akan
membawa dampak positif berupa semakin terarahnya
penyelenggaraan pembangunan (termasuk di dalamnya kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, danpengendalian) dan
semakin tingginya respon masyarakat dalam menyukseskan
pembangunan dengan berupaya berkontribusi mewujudkan sasaran
yang telah ditargetkan.
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
5
BAB I PENDAHULUAN
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, maka sebagai
pijakan awal dirasa perlu disusun sebuah dokumen yang berisikan
informasi penting mengenai indikator-indikator pembangunan
ekonomi Kabupaten Karangasem. Indikator Ekonomi Makro Daerah
Kabupaten Karangasem Tahun 2016 merupakan satuan analisis
mengenai perkembangan ekonomi di Kabupaten Karangasem
khususnya pada tahun 2016. Pada kesempatan ini analisis lebih
ditekankan pada deskripsi mengenai indikator-indikator
pembangunan ekonomi Kabupaten Karangasem terkini.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penerbitan Indikator Ekonomi
Makro Daerah Kabupaten Karangasem Tahun 2016 ini adalah
sebagai tolok ukur untuk mengkaji kinerja ekonomi Kabupaten
Karangasem selama tahun 2016 serta keterbandingannya
(comparation) dengan keadaan di tahun-tahun sebelumnya.
Melalui publikasi ini diharapkan agar semua pihak yang
berkepentingan dalam perencanaan pembangunan daerah dapat
mempertimbangkan hal-hal yang dapat berpengaruh terhadap
jalannya roda pembangunan, agar dapat mengambil kebijakan yang
terbaik demi kelangsungan pembangunan di Kabupaten
Karangasem dalam kerangka pembangunan Bali secara utuh di
waktu mendatang.
6 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEMTAHUN 2016
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Cakupan
Dalam publikasi Indikator Ekonomi Makro Daerah
Kabupaten Karangasem Tahun 2016 ini tercakup beberapa agregat
ekonomi Kabupaten Karangasem seperti Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE), perkembangan harga di tingkat konsumen untuk
wilayah perdesaan, perkembangan keuangan daerah, simpanan
perbankan dan pinjaman masyarakat, serta implikasi dari
perkembangan ekonomi terhadap kondisisosial penduduk
Karangasem yang tercermin melalui tingkat penganggurannya,
kemiskinannnya, serta ketimpangan pendapatannya.
1.4 Analisis dan Sumber Data
Analisis yang digunakan dalam publikasi ini bersifat
deskriptif dengan komparatif data yang ada pada tahun 2016 dan
tahun-tahun sebelumnya.
Indikator ekonomi yang disajikan dalam publikasi ini
dihimpun dan disiapkan oleh Bappelitbangda Kabupaten
Karangasem, dengan mengutip dari BPS sebagai sumber utama dan
beberapa indikator diperoleh dari instansi lain seperti Bank
Indonesia dan Bagian Keuangan Pemerintah Daerah Karangasem.
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
7
BAB I PENDAHULUAN
1.5 Sistematika Penulisan
Indikator Ekonomi Makro Daerah Kabupaten Karangasem
Tahun 2016 ini disusun dalam tujuh bagian, yakni:
1. Pendahuluan, yang berisi latar belakang, maksud dan
tujuan penulisan, cakupan, analisis dan sumber data yang
digunakan, dan sistematika penulisan.
2. Pertumbuhan Ekonomi, menguraikan bagaimana laju
pertumbuhan ekonomi di Karangsem serta perkembangan
PDRB per kapitanya.
3. PerkembanganHarga, berisi uraian perkembangan harga di
tingkat konsumen untuk wilayah perdesaan di Karangasem.
4. Keuangan Daerah, menguraikan tentang pengelolaan
keuangan daerah di Karangasem yang berisikan beberapa
indikator seperti desentralisasi fiskal, rasio ketergantungan
keuangan daerah, dan rasio efektivitas PAD.
5. Perbankan, menguraikan tentang bagaimana
perkembangan simpanan pada bank umum dan BPR yang
ada di wilayah Kabupaten Karangasem dan juga
perkembangan bagaimana pinjaman perbankan baik oleh
masyarakat sebagai konsumen maupun pelaku usaha.
6. Pengangguran, Kemiskinan, dan Ketimpangan Pendapatan,
berisikan bagaimana perkembangan tingkat pengangguran,
kemiskinan, dan ketimpangan pendapatan penduduk di
tengah kondisi perekonomian Karangasem.
8 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEMTAHUN 2016
BAB I PENDAHULUAN
7. Penutup, berisi beberapa rangkuman dari kajian
pembahasan sebelumnya.
Bab II
PERTUMBUHAN EKONOMI
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
9
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
Halaman ini sengaja dikosongkan
10 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM 2016
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
2.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi
Bagi banyak kalangan, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE),
yang sebenarnya merupakan peningkatan PDRB riil (PDRB atas dasar
harga konstan), dirasa lebih penting dibandingkan nilai absolut
PDRB itu sendiri. Nilai absolut PDRB hanya menunjukkan besarnya
produksi barang dan jasa di suatu wilayah pada waktu tertentu.
Sementara LPE bisa menggambarkan tingkat perubahan produksi
yang terjadi di suatu wilayah. Secara tidak langsung, LPE bisa
menggambarkan perkembangan kondisi ekonomi suatu wilayah dari
waktu ke waktu.
Teori ekonomi klasik juga mengisyaratkan bahwa indikator
pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang paling penting
untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi di suatu
daerah atau wilayah. Selain itu, indikator ini juga lebih dikenal dan
lebih sering digunakan dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan.
Selama periode 2012-2016, rata-rata Laju Pertumbuhan
Ekonomi (LPE) Karangasem mencapai 6,00 persen. Seperti yang
diperlihatkan dalam GAMBAR 2.1, dibandingkan dengan seluruh
kabupaten/kota yang ada di Bali, Karangasem menempati posisi
terendah. Bila dibandingkan dengan rata-rata LPE Bali pada periode
yang sama pun (2012-2016), LPE Karangasem juga masih berada di
bawahnya. Hal ini mencerminkan bahwa kemajuan ekonomi
Karangasem tidak secepat kemajuan ekonomi Bali pada umumnya.
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
11
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
Meskipun demikian, patut diapresiasi karena selama 5 tahun
terakhir ekonomi Karangasem relatif stabil pada kisaran 5-6 persen.
GAMBAR 2.1.
Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota se-Bali ADHK 2010 selama 2012-2016 (Persen)
Dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun, maka tampak
bahwa tahun 2013 menjadi tahun puncak pertumbuhan ekonomi di
Karangasem. Pada tahun itu, sektor penyediaan akomodasi, makan,
dan minum, yang merupakan sektor ketiga yang memberikan
kontribusi terbesar terhadap perekonomian Karangasem,
mengalami pertumbuhan yang sangat baik dari 5,93 persen di 2012
menjadi 6,16 persen di 2013. Termasuk sektor transportasi, yang
merupakan sektor kedua yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap perekonomian Karangasem, juga mengalami pertumbuhan
cukup signifikan dari 7,63 persen di tahun 2012 menjadi 9,15 persen
6,90 6,84 6,67 6,60
6,29 6,13
6,01 6,01 6,00
5,405,605,806,006,206,406,606,807,00 Rata-Rata LPE Bali
= 6,53 Persen
12 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM 2016
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
di 2013. Sektor penggalian pun, yang menjadi andalan bagi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Karangasem masih mengalami
pertumbuhan hingga 7,75 persen di 2013.
GAMBAR 2.2.
Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Karangasem ADHK 2010, 2012-2016 (Persen)
Sumber : BPS
Di tahun 2014, meskipun ekonomi Karangasem tetap
tumbuh, namun laju yang dicapai lebih rendah dari tahun 2013.
Penyebabnya adalah menurunnya laju pertumbuhan beberapa
sektor, seperti penyediaan akomodasi, makan, dan minum yang
tumbuh hanya sebesar 4,99 persen, lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai 8,5 persen. Sektor penggalian
bahkan mengalami kontraksi atau perlambatan pertumbuhan
sebesar minus 1,45 persen. Salah satu penyebabnya adalah mulai
ditertibkannya usaha/perusahaan galian C ilegal mengingat begitu
5,93
6,16
6,01 6,00
5,92
5,80
5,85
5,90
5,95
6,00
6,05
6,10
6,15
6,20
2012 2013 2014 2015 2016
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
13
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
besarnya kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Belum lagi,
selesainya beberapa proyek pembangunan sarana dan prasarana
yang dibiayai dari APBD Karangasem, membuat sektor kontruksi
hanya tumbuh 0,51 persen setelah tahun 2013 pertumbuhannya
mencapai 6,33 persen.
Di tahun 2015, kemajuan ekonomi Karangasem tidaklah
berbeda jauh dengan 2014. Laju pertumbuhan ekonomi masih stabil
pada angka 6 persen. Beberapa sektor seperti pertanian, air dan
limbah, konstruksi, perdagangan, penyediaan akomodasi dan makan
minum, informasi dan komunikasi, jasa kesehatan, dan jasa lainnya
mengalami kenaikan laju. Sebaliknya, penggalian, listrik dan gas,
transportasi, real estate, dan administrasi pemerintahan mengalami
penurunan laju. Sedangkan sektor lainnya relatif stabil.
Di tahun 2016, kemajuan ekonomi Karangasem tidaklah
berbeda jauh dengan 2015. Laju pertumbuhan ekonomi sedikit
melambat yaitu berkisar pada angka 5,9 persen. Beberapa sektor
listrik dan gas, pengadaan air dan limbah, kontruksi, perdagangan,
transportasi, penyedia akomodasi dan makan minum, informasi dan
komunikasi, administrasi pemerintahan, dan jasa lainnya mengalami
kenaikan laju. Sebaliknya pertanian, penggalian, industri
pengolahan, jasa keuangan, real estate dan jasa pendidikan
mengalami penurunan laju
14 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM 2016
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
TABEL 2.1.
Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Karangasem ADHK 2010
Menurut Lapangan Usaha, 2012─2016 (Persen)
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015*
2016**
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
3,60 2,29 3,75 4,73 2.20
B Pertambangan dan Penggalian
14,96 7,75 -1,45 -2,60 -0.51
C Industri Pengolahan 5,61 9,40 7,66 7,60 4.24
D Pengadaan Listrik dan Gas 10,08 8,39 2,53 0,69 8.04
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
2,47 5,90 5,96 6,37 7.73
F Konstruksi 18,50 6,33 0,51 6,79 8.30
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
5,11 9,46 6,01 6,32 6.84
H Transportasi dan Pergudangan
7,63 9,15 10,49 8,63 9.39
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7,02 8,50 4,99 5,12 8.20
J Informasi dan Komunikasi 7,34 6,13 5,80 6,01 9.40
K Jasa Keuangan dan Asuransi
8,35 14,01 8,33 7,67 6.01
L Real Estat 5,62 7,33 7,61 5,48 4.91
M,N Jasa Perusahaan 1,32 9,59 6,32 6,95 5.47
O
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0,31 0,25 9,54 5,34 6.83
P Jasa Pendidikan -0,45 14,15 9,41 9,60 8.59
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
5,25 13,18 11,19 13,00 9.33
R,S,T,U Jasa lainnya 4,16 4,50 6,52 7,86 9.20
Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,93 6,16 6,01 6,00 5,92 * Angka sementara
** Angka sangat sementara
Sumber : BPS
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
15
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
2.2 PDRB Per Kapita
PDRB per Kapita merupakan suatu ukuran yang dapat
dijadikan cerminan ’kasar’ tentang tingkat kesejahteraan penduduk
di suatu wilayah. Dikatakan ’kasar’ karena angka ini hanya
menggambarkan produktivitas ekonomi suatu wilayah tetapi tidak
mencakup gambaran mengenai kondisi sosial masyarakat. Di
samping itu, data ini juga tidak bisa mencerminkan distribusi
pendapatan masyarakat secara riil, karena tidak semua masyarakat
memiliki akses serta pendapatan yang sama. Kendati demikian,
sebagai salah satu proxy untuk melihat tingkat kesejahteraan
penduduk, paling tidak angka ini dapat dijadikan gambaran untuk
melihat tingkat pendapatan mayarakat secara umum, sehingga
pemerintah dapat menilai pengaruh kinerja pembangunan yang
telah berjalan terhadap tingkat perekonomian penduduk, serta
dapat melakukan perbandingan antar wilayah atau pun antar tahun.
PDRB per kapita dihitung dengan cara membagi data PDRB
terhadap jumlah penduduk pada pertengahan tahun. PDRB
perkapita atas dasar harga berlaku menggambarkan besarnya nilai
tambah yang diciptakan atau diterima setiap penduduk pada tahun
tertentu, sehingga secara tidak langsung akan menggambarkan
tingkat kesejahteraan penduduk di daerah atau wilayah
bersangkutan. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan
berguna untuk mengetahui pertumbuhan riil dari pendapatan per
16 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM 2016
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
kapita. Semakin besar nilai PDRB per kapita, maka dapat dikatakan
suatu daerah atau wilayah makin sejahtera atau makmur.
GAMBAR 2.3.
Perkembangan PDRB per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 di Karangasem, 2012-2016 (Juta Rp)
Sumber : BPS
PDRB per kapita Karangasem tahun 2016 mencapai Rp 33,02
juta. Angka ini menunjukkan bahwa secara rata-rata, setiap
penduduk di Karangasem menerima pendapatan sebesar Rp 33,02
juta selama tahun 2016, atau sekitar Rp 2,8 juta per bulannya. Jika
dibandingkan dengan tahun 2012 dimana pada saat itu rata-rata
pendapatan penduduk Karangasem hanya sebesar Rp 20,47 juta
atau sekitar Rp 1,7 juta per bulan, maka terlihat adanya kenaikan
yang cukup besar selama 2012-2016. Secara kasar, dapat dikatakan
bahwa dari waktu ke waktu, kesejahteraan penduduk Karangasem
terlihat semakin membaik.
20,47 22,29
26,53 30,10
33,02
18,74 19,79 20,86 22,00 23,19
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
2012 2013 2014 2015 2016
Harga Berlaku Konstan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
17
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
Sejalan dengan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku yang
menunjukkan trend meningkat, PDRB per kapita atas dasar harga
konstan pun juga menunjukkan perilaku yang sama. Jika di tahun
2012, besarnya PDRB per kapita atas dasar harga konstan mencapai
Rp 18,74 juta maka di tahun 2016 sudah mencapai Rp 23,19 juta.
Secara lengkap, perkembangan indikator agregat PDRB Kabupaten
Karangasem dapat disimak dalam TABEL 2.2.
TABEL 2.2. Indikator Agregatif PDRB Kabupaten Karangasem,
2012-2016
No Indikator Tahun
2012 2013 2014 2015* 2016** [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
1 PDRB Harga Berlaku (Milyar Rp)
8 231,55 9 236,06 10 785,13 12 303,83 13 563,66
2 PDRB Harga Konstan (Milyar Rp)
7 538,03 8 002,14 8 482,95 8 992,28 9 524,67
3 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun (000 Org)
402,20 404,30 406,60 408,70 410,80
4 PDRB Per Kapita Harga Berlaku (Juta Rp)
20,47 22,29 26,53 30,10 33,02
5 PDRB Per Kapita Harga Konstan (Juta Rp)
18,74 19,79 20,86 22,00 23,19
* Angka sementara ** Angka sangat sementara
2.3 Laju Pertumbuhan PDRB Riil Per Kapita
Jika LPE menggambarkan perkembangan kondisi ekonomi
suatu wilayah dari waktu ke waktu, yang secara kasarnya
menunjukkan perkembangan kemampuan suatu wilayah dalam
memproduksi barang dan jasanya, maka laju pertumbuhan PDRB riil
18 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM 2016
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
per kapita menunjukkan perkembangan kemampuan setiap
penduduk dalam menghasilkan barang dan jasa. Semakin besar laju
pertumbuhan PDRB riil per kapita, maka semakin besar pula
perkembangan kemampuan setiap penduduk dalam melakukan
barang dan jasa. Oleh karenanya, indikator ini digunakan sebagai
pendekatan (aproksimasi) untuk melihat besarnya pertumbuhan
pendapatan yang diterima setiap penduduk.
Selama 2012-2016, laju pertumbuhan PDRB rill per kapita
untuk Kabupaten Karangasem berkisar antara 4 hingga 5 persen.
Seirama dengan LPE, laju pertumbuhan PDRB riil per kapita tertinggi
selama kurun waktu 5 tahun terakhir terjadi di tahun 2013 yang
mencapai 5,60 persen. Angka ini menunjukkan bahwa rata-rata
pendapatan yang diterima setiap penduduk Karangasem tahun 2013
tumbuh 5,60 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2012. Untuk
tahun 2014, nilainya sedikit lebih rendah, yakni hanya mencapai
5,41 persen. Sedangkan di tahun 2015, kondisinya sedikit membaik
hingga pendapatan penduduk mengalami pertumbuhan sebesar
5,47 persen. Namum di tahun 2016 mengalami penurunan
pertumbuhan dengan kondisi 5,41 persen hampir sama dengan
tahun 2014.
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
19
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
GAMBAR 2.4.
Laju Pertumbuhan PDRB Riil Per Kapita ADHK 2010 di Karangasem, 2012-2016 (Juta Rp)
Sumber : BPS, Data Diolah
5,34
5,60
5,41
5,47
5,41
5,20
5,25
5,30
5,35
5,40
5,45
5,50
5,55
5,60
5,65
2012 2013 2014 2015 2016
20 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM 2016
BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab III
PERKEMBANGAN HARGA
22 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB III PERKEMBANGAN HARGA
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
23
BAB III PERKEMBANGAN HARGA
Kestabilan harga merupakan prasyarat bagi pertumbuhan
ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan
manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya
pengendalian harga didasarkan pada pertimbangan bahwa kenaikan
harga yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif pada
kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, kenaikan harga yang
tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus
turun yang akan berimplikasi terhadap menurunnya standar hidup
masyarakat sehingga pada akhirnya berpotensi menjadikan semua
orang, terutama mereka yang masuk dalam kategori miskin,
bertambah miskin. Kedua, kenaikan harga yang tidak stabil akan
menciptakan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam mengambil
keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa kenaikan
harga yang tidak stabil akan menyulitkan masyarakat dalam
mengambil keputusan terkait masalah konsumsi, investasi, dan
produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan
ekonomi. Ketiga, pada skala nasional, tingkat kenaikan harga
domestik yang lebih tinggi dibandingkan negara tetangga
menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif
sehingga akan memberikan tekanan pada nilai rupiah.
Bagi Karangasem sendiri, yang didominasi wilayah
perdesaan, pemantauan harga barang-barang terutama untuk
wilayah perdesaan menjadi hal pokok yang harus dilakukan demi
menjaga kestabilan harga. Fokus utama adalah pemantauan
terhadap harga 16 bahan pokok seperti beras, gula pasir, bawang,
24 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB III PERKEMBANGAN HARGA
cabe, daging sapi dan ayam, telur, minyak tanah, LPG, garam,
minyak goreng, susu bubuk, jagung, mi instan, dan tepung terigu
yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Karangasem yang
umumnya tinggal di wilayah perdesaan. Secara umum, ke-16
komoditi tadi dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori berdasarkan
historis harganya di tingkat konsumen selama periode 2012-2016,
yakni kelompok komoditi dengan historis harga yang fluktuatif,
kelompok komoditi dengan historis harga yang cenderung naik, dan
kelompok komoditi dengan historis harga yang cukup stabil.
Pertama, kelompok komoditi dengan historis harga yang
cenderung fluktuatif terdiri dari 3 jenis komoditi, yakni bawang
merah, bawang putih, cabe rawit. Di tahun 2013, komoditi cabe
rawit, mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, bahkan
kenaikannya hingga mencapai 88 persen dan puncaknya di tahun
2015 namun pada tahun 2016 mengalami punurunan juga yang
signifikan hingga mencapai 79 persen. Untuk bawang merah dan
bawang putih ditahun 2013 tidak mengalami kenaikan harga,
namun di tahun 2014 sama-sama mengalami kenaikan hingga
mencapai 20 persen. Sementara itu, di tahun 2015, bawang merah
mengalami kenaikan harga namum bawang puting mengalami
penurunan harga. Sedangkan di tahun 2016 kondisinya berbanding
terbalik dimana bawang merah mengalami penurunan harga dan
bawang putih mengalami kenaikan harga. Perkembangan Rata-Rata
Harga Tingkat Konsumen Perdesaan pada Beberapa Bahan Pokok
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
25
BAB III PERKEMBANGAN HARGA
yang Mengalami Fluktuasi Harga di Wilayah Kabupaten Karangasem
selama 2012-2016 Gambar 3.1. di samping.
GAMBAR 3.1.
Perkembangan Rata-Rata Harga Tingkat Konsumen Perdesaan
pada Beberapa Bahan Pokok yang Mengalami Fluktuasi Harga di
Wilayah Kabupaten Karangasem selama 2012-2016
Sumber : Disperindag Kab. Karangasem
2012 2013 2014 2015 2016
Bawang Putih (Rp/Kg) 20.000 20.000 25.000 20.000 33.000
Bawang Merah (Rp/Kg) 25.000 25.000 30.000 35.000 28.000
Cabe Rawit (Rp/Kg) 40.000 75.000 90.000 120.000 25.000
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
26 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB III PERKEMBANGAN HARGA
Untuk komoditas yang masuk dalam kelompok pertama ini,
pemerintah perlu melakukan intervensi khusus dalam menjamin
kecukupan stok barang dan kelancaran distribusinya ke berbagai
wilayah Karangasem. Mengingat sebagian besar komoditas tersebut
merupakan hasil pertanian tanaman pangan, maka koordinasi
antara Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura serta
Dinas Perindustrian dan Perdagangan menjadi hal mutlak yang
harus dilakukan dalam mengendalikan harga di tingkat konsumen.
Kedua, kelompok komoditi dengan historis harga yang
cenderung naik terdiri dari 11 jenis komoditi, yaitu beras, daging
sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, minyak tanah, LPG, susu
bubuk instan, jagung ontongan muda dengan kulit, mis instan, dan
tepung terigu. Adapun komoditi yang mengalami kenaikan harga
terbesar selama periode 2012-2016 adalah daging sapi dan LPG
seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2. disamping.. Untuk LPG
sendiri, kenaikan harga yang ditimbulkan memang dipengaruhi
kebijakan pemerintah yang beberapa kali sempat menaikkan harga
LPG khususnya untuk tabung 15 Kg. Sementara itu, untuk harga
daging sapi lebih dipengaruhi ketersediaan stok di Karangasem dan
juga kebijakan impor pada skala nasional.
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
27
BAB III PERKEMBANGAN HARGA
GAMBAR 3.2.
Perkembangan Rata-Rata Harga Tingkat Konsumen Perdesaan
pada Beberapa Bahan Pokok yang Cenderung Mengalami Kenaikan
Harga di Kabupaten Karangasem selama 2012-2016
Sumber : Disperindag Kab. Karangasem
0
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
2012 2013 2014 2015 2016
Beras (Rp/Kg)
Gula Pasir (Rp/Kg)
Daging Sapi (Rp/Kg)
Daging Ayam Ras(Rp/Kg)
Minyak Tanah(Rp/Liter)
LPG (Rp/Tabung 15 Kg)
Susu Bubuk Instan(Rp/Kotak 400 gram)
Mi Instan (Rp/Bungkus70 gram)
Tepung Terigu (Rp/Kg)
Cabe Merah (Rp/Kg)
Garam BataBeryodium/Lokal
28 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB III PERKEMBANGAN HARGA
Ketiga, kelompok komoditi dengan historis harga yang
cukup stabil terdiri dari 2 jenis komoditi, yaitu Minyak Goreng dan
Telur Ayam Ras. Tercatat selama 2012-2016 rata-rata harga Minyak
Goreng mencapai Rp 13.000,-/Liter dan harga Telur Ayam Ras
mencapai Rp 1.000/Kg.
Secara umum, di tahun 2016, harga ke-16 komoditi di atas
cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan terbesar terjadi pada
komoditi bawang putih yang mengalami peningkatan harga sebesar
65 persen, yakni dari harga Rp 20 ribu/Kg di tahun 2015 menjadi Rp
33 ribu/Kg di tahun 2016. Setelah cabe merah disusul oleh mi instan
yang mengalami kenaikan harga sebesar 25 persen, dan cabe merah
sebesar 22 persen. Dengan demikian, terdapat 3 komoditi yang
mengalami kenaikan harga lebih dari 20 persen. Sebanyak 2
komoditi lainnya mengalami kenaikan harga sebesar 10-20 persen, 5
komoditi lainnya mengalami kenaikan harga di bawah 10 persen,
empat komoditi-yaitu gula pasir, telur ayam ras, daging ayam ras
dan minyak goreng tidak mengalami kenaikan harga, dan dua
komoditi sisanya-yaitu bawang merah dan cabe rawit justru
mengalami penurunan harga hingga mencapai 20 persen untuk
bawang merah dan 79 persen untuk cabe rawit, seperti
diperlihatkan dalam Gambar 3.3. berikut ini
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
29
BAB III PERKEMBANGAN HARGA
GAMBAR 3.3.
Besarnya Kenaikan Harga Tingkat Konsumen pada Beberapa
Bahan Pokok di Wilayah Perdesaan Kabupaten Karangasem Tahun
2016 Dibandingkan Tahun 2015 (Persen)
Sumber : Disperindag Kab. Karangasem
-79
-20
0
0
0
0
5
5
6
7
9
10
11
22
25
65
-100 -50 0 50 100
Cabe Rawit
Bawang Merah
Minyak Goreng
Daging Ayam Ras
Telur Ayam Ras
Gula Pasir
Garam Bata Beryodium
Susu Bubuk Instan
Beras
Tepung Terigu
LPG
Daging Sapi
Minyak Tanah
Cabe Merah
Mi Instan
Bawang Putih
30 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB III PERKEMBANGAN HARGA
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab IV
KEUANGAN DAERAH
32 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB IVKEUANGAN DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
33
BAB IVKEUANGAN DAERAH
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat
dinilai dengan uang. Keuangan daerah digunakan untuk membiayai
semua kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Sedangkan pengelolaan keuangan daerah adalah seluruh kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, serta
ditetapkan dengan peraturan daerah. Secara garis besar,
pengelolaan keuangan daerah meliputi 2 bidang pokok, yaitu
pengelolaan pendapatan daerah dan pengelolaan belanja daerah.
Keduanya memiliki kaitan penting terhadap perekonomian, dimana
perekonomian yang baik akan mendorong tingginya pendapatan
daerah dan pendapatan daerah yang tinggi bisa dimanfaatkan untuk
membiayai pembangunan dalam bentuk belanja daerah, yang pada
akhirnya mendukung perekonomian daerah. Dengan demikian,
APBD jelas memegang peranan penting dalam menunjang
perekonomian.
Dalam Pasal 5 UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, disebutkan bahwa
ada 3 sumber pendapatan daerah. Pertama, Pendapatan Asli
Daerah (PAD) merupakan penerimaan daerah yang diperoleh dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
34 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB IVKEUANGAN DAERAH
berdasarkan peraturan daerah sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Besaran PAD memiliki kaitan yang erat
dengan kemajuan ekonomi suatu wilayah. Wilayah yang mampu
menghasilkan PAD yang tinggi adalah wilayah-wilayah yang
mengetahui potensi ekonomi wilayahnya dengan baik dan mampu
menggerakkan, menggali, dan memanfaatkan potensi tersebut
sehingga mampu membiayai pembangunan di wilayahnya. Dengan
demikian, tingginya PAD merupakan cerminan dari baiknya kondisi
perekonomian di suatu daerah.
Sumber kedua, adalah Dana Perimbangan, merupakan
sumber pendapatan daerah yang berasal dari pusat (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara-APBN). Semakin besar Dana
Perimbangan, semakin besar pula ketergantungan pendanaan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat.
Ketiga, lain-lain pendapatan yang sah, terdiri atas
pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Pendapatan hibah
bisa berasal dari pemerintah asing, badan/lembaga asing,
badan/lembaga internasional, pemerintah/badan/lembaga dalam
negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah,
maupun barang dan/atau jasa, termasuk tenaga ahli dan pelatihan.
Sedangkan dana darurat berasal dari APBN yang dialokasikan
kepada daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar
biasa, dan/atau krisis solvabilitas. Adapun perkembangan masing-
masing sumber pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.1. berikut ini.
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
35
BAB IVKEUANGAN DAERAH
TABEL 4.1.
Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Karangasem Tahun
2012-2016 (Milyar Rp)
Rincian 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pendapatan Asli Daerah
144,04 168,65 239,43 243,13 232,64
Dana Perimbangan 578,46 644,19 933,03 706,43 937,63
Pendapatan Lainnya 184,54 228,73 75,93 418,03 291,75
Pendapatan Daerah 907,03 1.041,58 1.248,39 1.367,58 1.462,02
Sumber : Realisasi APBD Karangasem
Beberapa ukuran yang sering digunakan dalam melihat
kemampuan keuangan suatu daerah antara lain Derajat
Desentralisasi, Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah, Rasio
Efektivitas PAD, dan Tax Ratio. Masing-masing akan dijabarkan
secara singkat dalam uraian berikut ini.
4.1 Derajat Desentralisasi
Derajat desentralisasi dihitung berdasarkan perbandingan
antara jumlah PAD dengan total pendapatan daerah. Dengan kata
lain, rasio ini menunjukkan kontribusi PAD terhadap total
pendapatan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin
tinggi kemampuan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan
desentralisasi atau dengan kata lain semakin besar kemampuan
keuangan daerah untuk membiayai belanja pemerintah dalam
menjalankan roda pemerintahan. Adapun kriteria penilaian tingkat
36 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB IVKEUANGAN DAERAH
desentralisasi fiskal seperti yang digunakan Tim Litbang Depdagri-
Fisipol UGM sebagai berikut :
0,00-10,00 : Sangat Kurang
10,01-20,00 : Kurang
20,01-30,00 : Sedang
30,01-40,00 : Cukup
40,01-50,00 : Baik
> 50,00 : Sangat Baik
GAMBAR 4.1.
Perkembangan Derajat Desentralisasi di Karangasem
Tahun 2012-2016 (Persen)
Sumber : Diolah dari Data Realisasi APBD Karangasem
Secara umum, kontribusi PAD terhadap total pendapatan
daerah Kabupaten Karangasem pada periode 2012-2016 baru
mencapai kisaran 15-19 persen. Dengan mengacu kepada kriteria
15,88 16,19
19,18 17,78
15,91
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
2012 2013 2014 2015 2016
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
37
BAB IVKEUANGAN DAERAH
yang digunakan oleh Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM, derajat
desentralisasi Karangasem baru mencapai kategori kurang. Dengan
demikian, kemampuan keuangan daerah Karangasem dalam
membiayai pembangunannya dan mendukung otonomi daerah
masih kurang.
Sementara itu, dilihat dari perkembangannya, derajat
desentralisasi Karangasem cukup berfluktuatif namun menunjukkan
trend meningkat. Jika di tahun 2012 derajat desentralisasi
Karangasem mencapai 15,88 persen, maka di tahun 2016 malahan
menurun menjadi 15,91 persen. Hal ini merupakan indikasi semakin
turunnya partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah yang merupakan komponen utama PAD. Ketika
kemampuan masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi
menurun, artinya semakin turun pula tingkat kesejahteraan
masyarakat dan semakin memburuk pula kondisi perekonomian
daerah.
Semakin rendah masyarakat membayar pajak dan retribusi
daerah maka semakin rendah pula tingkat kesejahteraan
masyarakat dan semakin buruk pula perekonomian.
4.2 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah
diharapkan bisa menggali potensi yang ada di daerahnya guna
meningkatkan PAD, sehingga ketergantungan keuangan terhadap
pemerintah pusat bisa berkurang. Ketergantungan keuangan daerah
38 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB IVKEUANGAN DAERAH
terhadap pusat bisa dilihat melalui rasio ketergantungan keuangan
daerah yang bisa diperoleh dengan cara membandingkan jumlah
pendapatan transfer yang diterima (Dana Perimbangan) terhadap
total pendapatan daerah. Adapun kriteria penilaian ketergantungan
keuangan daerah sebagaimana yang digunakan Tim Litbang
Depdagri-Fisipol UGM adalah sebagai berikut :
0,00-10,00 : Sangat Rendah
10,01-20,00 : Rendah
20,01-30,00 : Sedang
30,01-40,00 : Cukup
40,01-50,00 : Tinggi
> 50,00 : Sangat Tinggi
Secara umum, Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah
terhadap total pendapatan daerah Kabupaten Karangasem pada
periode 2011-2015 mencapai kisaran 50-80 persen. Dengan
mengacu kepada kriteria yang digunakan oleh Tim Litbang Depdagri-
Fisipol UGM, ketergantungan keuangan daerah Karangasem berada
pada kategori sangat tinggi. Dengan demikian, ketergantungan
Karangasem terhadap pendanaan dari pusat masih sangat tinggi.
Sementara itu, dilihat dari perkembangannya, rasio
ketergantungan keuangan Karangasem cukup berfluktuatif namun
menunjukkan trend menurun. Jika di tahun 2012 rasionya mencapai
63,78 persen, maka di tahun 2016 hanya sebesar 62,72 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa meskipun ketergantungan Karangasem
terhadap pemerintah pusat masih berada dalam kategori tinggi,
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
39
BAB IVKEUANGAN DAERAH
namun dari waktu ke waktu semakin menurun. Kondisi tersebut
tentunya menjadi indikasi dari membaiknya perekonomian di
Karangasem
GAMBAR 4.2.
Perkembangan Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah di
Karangasem Tahun 2012-2016 (Persen)
Sumber : Diolah dari Data Realisasi APBD Karangasem
4.3 Rasio Efektivitas PAD
Efektivitas merupakan suatu ukuran berhasil tidaknya suatu
organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil
mencapai tujuan maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan
efektif. Untuk menilai efektivitas pengelolaan anggaran maka
digunakanlah rasio perbandingan antara realisasi pendapatan yang
diperoleh dengan target pendapatan yang telah ditetapkan dalam
APBD. Salah satu indikator yang penting, adalah Rasio Efektivitas
63,78 61,85
74,74
51,66
62,72
0,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
2012 2013 2014 2015 2016
40 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB IVKEUANGAN DAERAH
PAD. Rasio ini bertujuan untuk melihat keefektifan upaya yang
dilakukan pemerintah dalam mengumpulkan PAD. Adapun kriteria
penilaian efektivitas pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai
berikut :
>100 % : Sangat Efektif
100% : Efektif
90-99% : Cukup Efektif
75-89% : Kurang Efektif
<75% : Tidak Efektif
Rasio Efektivitas PAD Karangasem sendiri selama 5 tahun
terakhir berfluktuasi dengan nilai lebih dari 100 persen. Dengan
mengacu pada kriteria di atas, maka pengelolaan PAD Karangasem
termasuk pada kriteria sangat efektif. Adapun perkembangan Rasio
Efektivitas PAD Karangasem dapat dilihat pada GAMBAR 4.3.
berikut ini.
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
41
BAB IVKEUANGAN DAERAH
GAMBAR 4.3.
Perkembangan Rasio Efektivitas PAD di Karangasem
Tahun 2012-2016 (Persen)
Sumber : Diolah dari Data Realisasi APBD Karangasem
110,58
106,65
118,10
104,70
101,44
90,00
95,00
100,00
105,00
110,00
115,00
120,00
2012 2013 2014 2015 2016
42 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB IVKEUANGAN DAERAH
Halaman ini sengaja dikosongkan
Bab V
PERBANKAN
44 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB V PERBANKAN
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
45
BAB V PERBANKAN
Seiring dengan semakin berkembangnya perekonomian,
peranan dunia perbankan terlihat semakin nyata dan dibutuhkan.
Secara umum, perbankan mempunyai fungsi sebagai lembaga
intermediasi yang menghimpun dana dari masyarakat dan
memobilisasi dana-dana yang sifatnya menganggur untuk disalurkan
pada berbagai usaha yang sifatnya produktif. Begitu eratnya
hubungan antara perbankan dan perekonomian sehingga beberapa
indikator perbankan, seperti besarnya simpanan masyarakat,
pinjaman perbankan, dan kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) pada dasarnya bisa digunakan sebagai cerminan kasar
kondisi perekonomian dan kesejahteraan penduduk di suatu
wilayah.
5.1 Simpanan Masyarakat
Simpanan masyarakat merupakan simpanan milik pihak
ketiga (masyarakat) bukan bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) baik dalam rupiah maupun valuta asing yang berbentuk giro,
tabungan, dan simpanan berjangka, tidak termasuk simpanan milik
pemerintah pusat dan mereka yang bukan penduduk. Simpanan
masyarakat ini bisa digunakan sebagai cerminan tingkat
kesejahteraan penduduk secara kasar. Asumsinya, penduduk akan
bisa menyimpan atau menyisihkan sebagian pendapatannya ketika,
paling tidak, kebutuhan dasarnya telah terpenuhi. Atau dengan kata
lain semakin besar kemampuan masyarakat dalam menyisihkan
pendapatannya (dalam bentuk simpanan masyarakat), maka
46 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB V PERBANKAN
semakin besar kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya yang berarti semakin baik pula tingkat kesejahteraannya.
GAMBAR 5.1.
Posisi Simpanan Masyarakat pada Bank Umum dan BPR yang
Berlokasi di Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2016 (Trilyun Rp)
Sumber : Diolah dari Data Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Bank Indonesia Provinsi Bali
Selama 2012-2016, besarnya simpanan masyarakat pada
Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang berlokasi di
Karangasem menunjukkan trend meningkat. Jika di tahun 2012 baru
mencapai Rp 1,20 Trilyun maka di tahun 2016 meningkat menjadi
Rp 1,95 Trilyun. Peningkatan ini merupakan cerminan kasar dari
membaiknya kesejahteraan penduduk Karangasem sehingga
simpanan yang bisa disisihkan dari pendapatannya juga semakin
meningkat.
1,20 1,42
1,72 1,86
1,95
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
2012 2013 2014 2015 2016
INDIKATOR EKONOMI MAKRO KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
47
BAB V PERBANKAN
GAMBAR 5.2.
Posisi Simpanan Masyarakat pada Bank Umum dan BPR yang
Berlokasi di Kabupaten Karangasem Menurut Bentuk
Simpanannya Tahun 2012-2016 (Trilyun Rp)
Sumber : Diolah dari Data Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Bank Indonesia Provinsi Bali
Dilihat dari bentuk simpanannya, tabungan merupakan
bentuk yang paling diminati. Hal ini didasarkan pada kelebihan
tabungan yang memiliki sifat liquid, artinya dapat diambil sewaktu-
waktu. Selain itu, setoran awalnya pun relatif lebih ringan. Dengan
demikian, bila dicermati lebih jauh, orientasi penduduk Karangasem
dalam menabung baru sampai pada tujuan memenuhi kebutuhan
yang sifatnya mendadak, bukan fokus untuk investasi masa depan.
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
2012 2013 2014 2015 2016
Giro 0,20 0,19 0,27 0,25 0,25
Simpanan Berjangka 0,24 0,30 0,43 0,48 0,55
Tabungan 0,77 0,93 1,02 1,12 1,15
48 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB V PERBANKAN
5.2 Pinjaman Perbankan
Sebagai lembaga intermediasi, bank memiliki 2 fungsi
pokok, yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan juga
sebagai penyalur dana. Dalam menjalankan fungsinya yang kedua,
yaitu sebagai penyalur dana, bank memberikan pinjaman atau
kredit baik kepada masyarakat yang membutuhkan maupun pelaku
usaha yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Pada akhirnya,
dengan adanya fungsi bank sebagai penyalur dana, diharapkan bisa
memicu pertumbuhan sektor-sektor riil merangsang pertumbuhan
ekonomi yang semakin tinggi. Dengan melihat bagaimana pola
pinjaman perbankan di suatu daerah maka dapat dianalisis pola
pengelolaan keuangan penduduk di daerah tersebut.
Dari waktu ke waktu, besarnya pinjaman yang diberikan
Bank Umum dan BPR yang berlokasi di Karangasem menunjukkan
peningkatan, dari Rp 1,71 Trilyun di tahun 2012 menjadi Rp 3,41
Trilyun di tahun 2016. Sementara itu, bila dibandingkan dengan
simpanan masyarakat yang berhasil dihimpun pada periode yang
sama, maka terlihat bahwa nilai pinjaman perbankan masih lebih
besar.
INDIKATOR EKONOMI MAKRO KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
49
BAB V PERBANKAN
GAMBAR 5.3.
Posisi Pinjaman Perbankan dan Simpanan Masyarakat pada Bank
Umum dan BPR yang Berlokasi di Kabupaten Karangasem Tahun
2012-2016 (Trilyun Rp)
Sumber : Diolah dari Data Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Bank Indonesia Provinsi Bali
Dilihat dari jenis penggunaannya, pinjaman perbankan di
Karangasem didominasi untuk tujuan konsumsi. Jika di tahun 2012
nilainya baru mencapai Rp 0,74 Trilyun, maka di tahun 2016 nilainya
sudah mencapai Rp 1,37 Trilyun. Selama periode 2012-2016, sekitar
43 hingga 45 persen dari total pinjaman perbankan digunakan untuk
tujuan konsumsi. Masih pada periode yang sama, proporsi pinjaman
perbankan yang digunakan untuk modal kerja sedikit lebih rendah,
yakni hanya sekitar 40-42 persen. Sedangkan yang digunakan untuk
investasi hanya sekitar 14-17 persen.
1,71 1,86
2,51
2,99
3,41
1,20 1,42
1,72 1,86 1,95
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
2012 2013 2014 2015 2016
Pinjaman Perbankan Simpanan Masyarakat
50 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB V PERBANKAN
GAMBAR 5.4.
Posisi Pinjaman Perbankan yang Diberikan Bank Umum dan BPR
yang Berlokasi di Kabupaten Karangasem Menurut Jenis
Penggunaannya Tahun 2012-2016 (Trilyun Rp)
Sumber : Diolah dari Data Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Bank Indonesia Provinsi Bali
Khusus untuk kredit konsumsi, jika dicermati lebih jauh,
porsi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tinggal
sekitar 10-30 persen. Dilihat perkembangannya dari tahun ke tahun
maka tampak bahwa penggunaan kredit konsumsi untuk memenuhi
kebutuhan akan rumah tinggal menunjukkan trend menurun. Jika di
tahun 2012, proporsinya mencapai kisaran 22 persen terhadap total
kredit konsumsi, maka di tahun 2016 hanya mencapai 12 persen.
Faktor ini lah yang ditenggarai menjadi salah satu penyebab lesunya
bisnis real estate di Karangasem. Diperkirakan hal ini juga tidak
terlepas dari adanya program pemerintah dalam bidang perumahan
2012 2013 2014 2015 2016
Investasi 0,25 0,27 0,38 0,50 0,61
Modal Kerja 0,72 0,76 1,05 1,21 1,44
Konsumsi 0,74 0,83 1,09 1,28 1,37
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
INDIKATOR EKONOMI MAKRO KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
51
BAB V PERBANKAN
berupa bedah rumah serta rendahnya arus migrasi penduduk masuk
ke dalam wilayah Karangasem.
Di sisi lain, besarnya kredit konsumsi untuk kendaraan
bermotor justru menunjukkan peningkatan. Di tahun 2012, proporsi
kredit konsumsi untuk kendaraan bermotor terhadap total kredit
konsumsi baru mencapai 5 persen. Namun kini di tahun 2016 sudah
mencapai 6 persen. Perkembangan penggunaan kredit konsumsi
bisa dilihat pada TABEL 5.1. berikut ini.
TABEL 5.1.
Posisi Pinjaman untuk Konsumsi Menurut Penggunaannya yang
Diberikan Bank Umum dan BPR di Kabupaten Karangasem Tahun
2012-2016 (Trilyun Rp)
Rincian 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Rumah Tinggal 0,163 0,160 0,144 0,135 0,169
Flat & Apartemen 0,003 0,001 0,001 0,001 0,000
Rumah Toko & Rumah Kantor
- 0,000 0,001 0,000 0,001
Kendaraan Bermotor 0,037 0,045 0,066 0,082 0,080
Lainnya 0,538 0,626 0,875 1,064 1,120
Total Kredit Konsumsi
0,740 0,832 1,087 1,282 1,370
Sumber : Diolah dari Data Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Bank Indonesia Provinsi Bali
Sementara itu, untuk kredit modal kerja dan investasi,
sebagian besar didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran (PHR) yang proporsinya mencapai lebih dari 60 persen
terhadap total kredit untuk modal kerja dan investasi. Posisi kedua
52 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB V PERBANKAN
diduduki oleh sektor pertanian yang proprosinya berfluktuasi dalam
kisaran 8-11 persen. Sementara itu, sektor jasa-jasa menduduki
urutan ketiga dengan proporsi berfluktuasi dalam kisaran 7-10
persen. Perkembangan penggunaan kredit modal kerja dan investasi
menurut sektor ekonomi dalam dilihat dalam TABEL 5.2. berikut ini.
TABEL 5.2. Posisi Pinjaman untuk Modal Kerja dan Investasi Menurut Sektor
Ekonomi yang Diberikan Bank Umum dan BPR di Kabupaten
Karangasem Tahun 2012-2016 (Trilyun Rp)
Rincian 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
0,088 0,109 0,160 0,180 0,159
Pertambangan dan Penggalian
0,014 0,004 0,007 0,009 0,009
Industri Pengolahan 0,044 0,033 0,041 0,052 0,068
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,001 0,001 0,001 0,002 0,006
Konstruksi 0,048 0,040 0,050 0,059 0,050
Perdagangan, Hotel dan Restoran
0,673 0,752 0,997 1,174 1,471
Pengangkutan dan Komunikasi
0,007 0,005 0,016 0,015 0,025
Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan
0,022 0,015 0,047 0,062 0,045
Jasa-jasa 0,073 0,070 0,108 0,155 0,210
Total Kredit 0,970 1,030 1,427 1,707 2,043 Sumber : Diolah dari Data Statistik Ekonomi Keuangan Daerah Bank Indonesia
Provinsi Bali
Bab VI
PENGANGGURAN, KEMISKINAN,DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
54 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEMTAHUN 2016
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
55
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan rasio
antara jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah angkatan kerja.
Adapun penganggur terbuka adalah mereka yang memenuhi kriteria
sebagai berikut : (1) tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari
pekerjaan; (2) tidak memiliki pekerjaan dan sedang mempersiapkan
usaha; (3) tidak memiliki pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan
karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan; dan (4)
mereka yang sudah mempunyaia pekerjaan tetapi belum mulai
bekerja. Sedangkan angkatan kerja merupakan penduduk usia 15
tahun ke atas yang bekerja dan yang menganggur. Semakin besar
TPT maka semakin besar potensi kerawanan sosial yang
ditimbulkannya, contohnya kriminalitas. Sebaliknya, semakin
rendah TPT maka semakin stabil kondisi sosial dalam masyarakat.
Sehingga sangatlah tepat jika pemerintah seringkali menjadikan
indikator ini sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan.
Dari sisi internal, pengangguran dapat disebabkan oleh
beberapa hal, di antaranya tidak seimbangnya jumlah angkatan
kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia, kompetensi pencari
kerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, kurang
efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja, serta
meningkatnya peran dan aspirasi angkatan kerja wanita dalam
struktur angkatan kerja.
56 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEMTAHUN 2016
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
Sedangkan dari sisi eksternal, fenomena pengangguran juga
memiliki kaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja
(PHK), yang disebabkan antara lain perusahaan yang menutup atau
mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan
yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi,
hambatan dalam proses ekspor-impor, dan sebagainya. Di samping
itu, adanya urbanisasi, tekanan kenaikan upah di tengah dunia
usaha yang masih lesu, serta adanya kebijakan pemerintah yang
tidak berpihak kepada rakyat, seperti kenaikan BBM, serta adanya
pertumbuhan ekonomi yang hanya dinikmati kalangan tertentu saja
sedikit banyak juga memberikan pengaruh terhadap jumlah
pengangguran di suatu daerah.
Setelah sempat mengalami penurunan signifikan di tahun
2012, TPT di Karangasem kembali menunjukkan peningkatan hingga
menjadi 1,39 persen di tahun 2013, 2,05 persen di tahun 2014, dan
2,15 persen di tahun 2015. Peningkatan trend pengangguran di
Karangasem merupakan suatu sinyal yang jika tidak ditanggapi
dengan serius maka akan meningkatkan potensi timbulnya masalah
kerawanan sosial. Secara rinci perkembangan TPT di Karangasem
bisa dilihat dalam GAMBAR 6.1. berikut ini.
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
57
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
GAMBAR 6.1.
Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kabupaten
Karangasem Tahun 2011-2015 (Trilyun Rp)
Sumber : BPS (Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional)
6.2 Kemiskinan Makro
Untuk mengukur kemiskinan secara makro, BPS
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang
diukur dari sisi pengeluaran. Dengan demikian penduduk miskin
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita
perbulan dibawah garis kemiskinan.
58 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEMTAHUN 2016
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
BPS menggunakan beberapa indikator dalam pengukuran
tingkat kemiskinan, yaitu Garis Kemiskinan (GK), persentase
penduduk miskin, indeks kedalaman kemiskinan serta indeks
keparahan kemiskinan. Sumber data utama yang dipakai adalah
data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Panel Modul
Konsumsi dan KOR.
Garis Kemiskinan (GK) menunjukkan jumlah rupiah
minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok
minimum makanan yang setara dengan 2100 kilokalori per kapita
per hari dan kebutuhan pokok bukan makanan. Penduduk yang
memiliki rata-rata pengeluaran konsumsi per kapita per bulan di
bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Persentase penduduk miskin (Head Count Index - P0) adalah
persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK).
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan
ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai
indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty
Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Dalam upaya menanggulangi kemiskinan diperlukan
berbagai strategi yang tepat, melibatkan berbagai komponen
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
59
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
permasalahan, berkelanjutan dan tidak bersifat temporer.
Pemerintah daerah mulai meningkatkan perhatian dan kepedulian
terhadap masalah kemiskinan di Bali dengan tiga program pokok
yang salah satunya dikenal dengan pro poor. Namun demikian
kebijakan dan program yang dilaksanakan belum menunjukkan hasil
yang memuaskan. Masih ada beberapa kesenjangan antara rencana
dengan pencapaian tujuan karena program penanggulangan
kemiskinan masih berorientasi sektoral yang tidak terpadu dan
sering terkesan tumpang tindih antar program yang dilaksanakan
oleh lembaga yang menangani sektoral.
Berbagai program pemerintah disusun dan dilaksanakan
dengan tujuan pokok untuk menanggulangi kemiskinan telah
dilakukan. Seperti misalnya program Bantuan Langsung Tunai, atau
biasa disebut "BLT". Berikutnya, melalui pendekatan pembangunan
keluarga sejahtera, pemerintah juga memberikan bantuan modal
usaha berupa kredit usaha kesejahteraan rakyat (kukesra) kepada
para keluarga miskin, selanjutnya pada tahun 2006 program
luncuran pengentasan kemiskinan yaitu CBD melalui pendekatan
lembaga adat, Program Pengembangan Kecamatan dengan maksud
untuk pengembangan kemandirian masyarakat, dan Bantuan
Langsung Sementara Untuk Masyarakat (BLSM) Miskin dengan
kegiatan :
a. Bidang pendidikan melalui Biaya Operasional Sekolah
(BOS) dan Bea Siswa Miskin.
60 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEMTAHUN 2016
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
b. Bidang Kesehatan melalui JKBM dan Pelayanan
Kesehatan Dasar.
c. Bidang Infrastruktur Pedesaan melalui bantuan desa.
d. Program Raskin, PKH dan
e. Program KUBE
Disamping program tersebut diatas, berdasarkan basis
sasaran (penerima manfaat) dan tujuannya, program-program
penanggulangan kemiskinan dapat dibedakan dalam kelompok-
kelompok sebagai berikut :
1. Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis
Keluarga (Klaster Satu) seperti :
a. Program Keluarga Harapan (PKH)
b. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas)
c. Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin)
d. Program Beasiswa Pendidikan Untuk Keluarga
Miskin
2. Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan
Berbasis Pemberdayaan Masyarakat (Klaster Dua)
seperti :
a. PKKPM-PIE
b. KUBE
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
61
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
3. Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan
Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan
Kecil (Klaster Tiga) seperti :
a. Program Kredit Usaha Rakyat
Meski berbagai program ini dilaksanakan namun hasilnya
masih menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin masih cukup
besar dan angkanya mengalami tren peningkatan pada periode
tahun 2014 – 2015 namun program tersebut baru bisa kelihatan di
tahun 2016 dimana terdapat penurunan penduduk miskin.
Tabel 6.1
Tingkat Kemiskinan di Bali Tahun 2014 – 2016
Kabupaten / Kota
Garis Kemiskinan (GK) Jumlah Penduduk Miskin
(Ribu jiwa) Persentase
Penduduk Miskin
2014 2015 2016 2014 2015 2016 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Jembrana 306.586 330.073 354.901 15,78 15,83 14,53 5,83 5,84 5,33
Tabanan 338.299 365.022 392.479 24,36 24,05 21,90 5,61 5,52 5,00
Badung 423.568 454.916 470.732 15,42 14,40 12,91 2,54 2,33 2,06
Gianyar 298.465 320.805 339.414 22,48 22,89 22,13 4,57 4,61 4,44
Klungkung 253.717 264.866 284.789 12,28 12,11 11,21 7,01 6,91 6,35
Bangli 265.603 283.849 305.200 13,00 12,74 11,66 5,86 5,73 5,22
Karangasem 285.805 269.866 288.436 29,73 30,33 27,12 7,30 7,44 6,61
Buleleng 306.221 327.357 350.902 43,71 43,43 37,55 6,79 6,74 5,79
Kota Denpasar
426.513 463.271 483.821 19,20 20,94 19,17 2,21 2,39 2,15
Bali 301.747 321.834 338.967 195,96 218,79 174,94 4,76 5,25 4,25
Sumber: BPS
62 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEMTAHUN 2016
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
Karangasem sebagai bagian dari Bali ternyata masih
menyimpan jumlah penduduk miskin yang cukup tinggi. Namun
masih bisa mengalami penurunan pada tahun 2016. Berdasarkan
data yang ada pada tahun 2014, GK di Kabupaten Karangasem
sebesar Rp 285.805 per kapita per bulan, dan mengalami penurunan
sehingga menjadi Rp 269.866 per kapita per bulan di tahun 2015
dan meningkat lagi menjadi Rp 288.436 per kapita per bulan di
tahun 2016. Peningkatan besaran GK bisa diartikan sebagai
peningkatan jumlah pengeluaran rumah tangga per kapita per bulan
untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup berupa makanan
dan non makanan. Apabila GK di Karangasem naik dan tingkat
pendapatan masyarakat mengalami peningkatan, akan
mengakibatkan penurunan jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Karangasem. Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin
pada tahun 2016 dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain
kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang berpihak pada
rakyat kecil sehingga tingkat pendapatan masyarakat mengalami
peningkatan.
Selama 3 tahun terakhir jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Karangasen terdapat tren yang fluktuaktif dimana
apabila terjadi peningkatan besaran GK mengakibatkan terjadinya
penurunan jumlah penduduk miskin. Angka kemiskinan di
Kabupaten Karangasem 29,73 ribu jiwa (7,30%) di tahun 2014,
meningkat menjadi 30,33 ribu jiwa (7,44%) di tahun 2015 dan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
63
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
menurun 27,12 ribu jiwa (6,61%) di tahun 2016. Penurunan jumlah
dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Karangasem
merupakan keseriusan Pemerintah Kabupaten Karangasem dalam
menangani permasalahan sehingga tampak nyata dan membuahkan
hasil. Walaupun terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi akan
tetapi terjadi pemerataan tingkat pendapatan penduduk sehingga
bisa dirasakan oleh masyarakat.
6.3 Ketimpangan Pendapatan Penduduk
Strategi pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan
ekonomi dan pada akhirnya berdampak pada peningkatan
pendapatan penduduk masih menjadi prioritas program
pemerintah. Kita sering kali mendengar pemerintah menargetkan
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari capaian tahun
sebelumnya, kemudian berbagai program disusun untuk mencapai
target tersebut. Dengan pertumbuhan ekonomi diharapkan
pendapatan penduduk pun meningkat sehingga kesejahteraan
dapat terwujud.
Munculnya jumlah penduduk yang masih miskin
mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dicapai
ternyata tidak dinikmati oleh penduduk secara merata. Artinya
terjadi ketimpangan/ketidakmerataan pendapatan antara
penduduk yang miskin dan penduduk yang kaya. Umumnya
penduduk di perkotaan lebih beruntung karena mereka lebih besar
64 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEMTAHUN 2016
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
menikmati kue pertumbuhan ekonomi tersebut. Namun, kenyataan
menunjukkan bahwa di perkotaan pun masih banyak menyimpan
jumlah penduduk miskin yang cukup besar. Ketimpangan
pendapatan antar penduduk dapat diukur dengan 2 (dua)
pendekatan yang lazim digunakan yakni Koefisien Gini (Gini Ratio).
Besaran gini ratio terletak antara angka nol dan satu. Gini
ratio yang mendekati angka nol – menunjukkan tingkat kemerataan
yang hampir sempurna. Dengan kata lain, tingkat pendapatan orang
per orang sudah sangat merata. Sebaliknya semakin tinggi angka
gini ratio di suatu daerah maka semakin timpang pula distribusi
pendapatan di dearah tersebut. Besaran angka gini ratio yang
mendekati angka nol ataupun sebaliknya angka gini ratio yang
mendekati angka 1, sangat jarang terjadi bahkan hampir tidak
pernah terjadi.
Ketimpangan pendapatan berdasarkan gini ratio menurut
Oshima sebagai berikut: tingkat ketimpangan rendah, apabila gini
ratio antara 0 – 0,30 ; tingkat ketimpangan sedang, apabila gini ratio
antara 0,30 – 0,50; Tingkat ketimpangan tinggi, apabila gini ratio
lebih besar dari 0,50.
Dari GAMBAR 6.2. dapat dilihat bahwa besaran gini ratio
Kabupaten Karangasem pada periode 2012-2016 berada pada
kisaran 0,29 hingga 0,29. Dengan menggunakan kriteria Oshima,
maka tingkat ketimpangan pendapatan penduduk berada pada
kategori rendah. Jika dilihat perkembangannya dari 2012 hingga
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
65
BAB VI PENGANGGURAN, KEMISKINAN, DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN
2016 maka besaran ini cenderung menurun. Jika di tahun 2012, gini
ratio baru mencapai 0,29 maka di tahun 2016 masih tetap 0,29.
Penurunan ini mengindikasikan adanya pemerataan dan
berkurangnya ketimpangan pendapatan antar penduduk. Hal ini
semakin memperkuat pandangan yang muncul bahwa pertumbuhan
ekonomi yang tercipta di Karangasem sudah hampir secara merata
bisa dinikmati oleh seluruh penduduknya.
GAMBAR 6.2.
Gini Ratio Kabupaten Karangasem Tahun 2012-2016
Sumber: BPS
0,29
0,33
0,34
0,31
0,29
0,26
0,27
0,28
0,29
0,3
0,31
0,32
0,33
0,34
0,35
2012 2013 2014 2015 2016
Bab VII
PENUTUP
66 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB VIIPENUTUP
Halaman ini sengaja dikosongkan
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
67
BAB VIIPENUTUP
Kinerja pembangunan ekonomi Kabupaten Karangasem
pada tahun 2016 relatif cukup baik selama 5 tahun terakhir.
Walaupun pertumbuhan ekonomi yang melambat dimana pada
tahun 2012 ekonomi bisa tumbuh sebesar 5,93 persen namun di
tahun 2016 menurun sampai 5,92 persen. Akan tetapi nilai PDRB
per kapita, baik atas dasar harga berlaku maupun konstan, terus
mengalami peningkatan.
Sementara itu, perkembangan harga di tingkat konsumen
pada beberapa bahan pokok, seperti garam bata beryodium, mi
instan, tepung terigu, susu bubuk instan, daging ayam ras, minyak
tanah, beras, telur ayam ras, daging sapi, LPG, dan gula pasir, di
Karangasem pun relatif stabil pada kisaran 0-15 persen. Namun
demikian, pemerintah daerah harus berhati-hati terhadap komoditi
bawang merah, bawang putih, cabe rawit, dan cabe merah.
Perkembangan harga komoditi tersebut terlihat sangat bervariasi,
mengalami lonjakan harga yang sangat signifikan pada tahun
tertentu, namun anjlok pada tahun berikutnya. Ketersediaan stok
dan kelancaran distribusi barang menjadi prioritas pengendalian
harga untuk keempat komoditi tersebut agar dapat melindungi
produsen dari harga jual yang sangat rendah dan juga melindungi
konsumen dari harga beli yang relatif tinggi.
Dari sisi keungan daerah terlihat bahwa pengelolaan PAD di
Karangasem sangat efektif. Hal ini ditunjukkan melalui rasio
efektivitas PAD yang memberikan nilai di atas 100 persen. Namun
demikian, kemampuan daerah Karangasem dalam melaksanakan
68 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB VIIPENUTUP
otonomi daerah masih cukup rendah. Derajat desentralisasi fiskal
Karangasem baru mencapai nilai 15,91 persen di tahun 2016. Pada
tahun yang sama pula, ketergantungan keuangan daerah
Karangasem terhadap transfer dana dari pusat mencapai 62,77
persen sehingga masuk pada kategori sangat tinggi. Pun demikian,
bila dibandingkan dengan kondisi 2012, maka terlihat adanya
peningkatan yang cukup baik dari sisi pengelolaan keuangan daerah
yang ditunjukkan oleh semakin meningkatnya derajat desentralisasi
fiskal dan menurunnya rasio ketergantungan keuangan daerah.
Perbaikan kinerja ekonomi juga terlihat dari adanya
peningkatan dalam simpanan masyarakat pada Bank Umum dan
BPR di wilayah Karangasem. Kondisi tersebut sekaligus
mengindikasikan adanya peningkatan dalam kesejahteraan
penduduk secara rata-rata karena seseorang akan akan bisa
meningkatkan simpanan/tabungannya apabila pendapatannya pun
ikut meningkat. Dalam hal pinjaman perbankan, terlihat bahwa
kredit konsumsi masih menduduki posisi pertama dibandingkan
dengan kredit modal kerja maupun investasi. Peningkatan dalam
kredit konsumsi diharapkan akan bisa memacu pertumbuhan sektor
riil. Lebih detail, terlihat pula bahwa pemanfaatan kredit konsumsi
untuk perumahan mengalami penurunan, yang menjadi salah satu
alasanya lesunya bisnis real estate di Karangasem. Sementara itu
kredit untuk pembelian kendaraan bermotor justru mengalami
peningkatan. Di sisi lain, sektor perdagangan, hotel, dan restoran
menjadi sektor paling banyak menyerap pinjaman untuk modal
INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
69
BAB VIIPENUTUP
kerja dan investasi. Artinya, hingga saat ini pun bisnis pariwisata di
Karangasem dinilai masih sangat menjanjikan bagi banyak investor.
Perbaikan dalam kondisi perekonomiam di Karangasem
ternyata sudah bisa memberikan dampak positif tehadap kondisi
sosial yang ada. Di tahun 2016 ini, tercatat persentase penduduk
miskin dan gini ratio justru mengalami penurunan. Hai ini
menunjukkan bahwa upaya pemerataan ketimpangan penduduk
yang selama ini selalu bersinergis dengan upaya pengentasan
kemiskinan telah menunjukkan hasil yang positif. Hal ini juga
semakin memperkuat pandangan yang muncul bahwa pertumbuhan
ekonomi yang tercipta di Karangasem sudah hampir secara merata
bisa dinikmati oleh seluruh penduduknya. Keseriusan pemerintah
dalam menangani masalah ini tampak nyata dan sudah
membuahkan hasil.
70 INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2016
BAB VIIPENUTUP
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAPELITBANGDA KABUPATEN KARANGASEM
Jl. Diponegoro No. 52, Amlapura
Telp : (0363) 21159, Fax : (0363) 22339
Homepage: http://bappeda.karangasemkab.go.id/