INDEF - dosen.perbanas.id

16

Transcript of INDEF - dosen.perbanas.id

Page 1: INDEF - dosen.perbanas.id
Page 2: INDEF - dosen.perbanas.id

INDEF

Page 4: INDEF - dosen.perbanas.id

PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA | i

Daftar Isi

Daftar Isi i

Kata Pengantar ix

Pendahuluan 1

BAGIAN I

SINERGITAS STIMULUS FISKAL DAN PERCEPATAN

INFRASTRUKTUR 13

Membangun di Atas Ilusi Penerimaan Pajak? 14

Akhmad Akbar Susamto

Babak Baru Kebijakan Fiskal Indonesia 18

Anggito Abimanyu

Tantangan Pajak di Tahun Politik 21

Agust Supriadi

Optimalisasi Desentralisasi Fiskal untuk Kemakmuran

Rakyat 27

Arif Budimanta

Rasio Pajak 16%, Mungkinkah? 31

Dradjad H. Wibowo

Pajak, Ekonomi, dan Tahun Politik 36

Darussalam

Membangun di Atas Ilusi Penerimaan Pajak? 40

Dzulfian Syafrian

Menguji Efektifitas Stimulus Fiskal 44

Enny Sri Hartati

Utang, Pajak, dan Ketahanan Fiskal 50

Hidayat Amir

Page 5: INDEF - dosen.perbanas.id

ii | PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA

Koordinasi Fiskal dan Moneter untuk Ketahanan Fiskal dan

Stabilitas Ekonomi 54

I Kadek Dian Sutrisna Artha

Tarif Cukai Rokok Optimal Bagi Indonesia 58

Muliadi Widjaja

Beban Berat Utang BUMN dan Nasib Rakyat 62

Salamudin Daeng

Menjaga Momentum dan Menyusun Prioritas 68

Yustinus Prastowo

Pembiayaan Inovatif untuk Pembangunan Infrastruktur 72

Destry Damayanti

Kooptasi Modal Pada Infrastruktur 77

Ichsanuddin Noorsy

Dampak Infrastruktur terhadap Perekonomian 83

M. Rizal Taufikurahman

Potret Dinamika Pembangunan dan Racikan Fiskal

Era Kabinet Kerja 89

Mohammad Reza Hafiz. A

BAGIAN II

INKLUSI KEUANGAN 99

Tantangan Mencapai Single Digit Interest Rate 100

Abdul Manap Pulungan

Mendorong Inklusi Keuangan yang Berkualitas dan Berkeadilan 104

Agus Herta Sumarto

Tantangan Perbankan Indonesia di Masa Depan 107

Andry Asmoro

FinTech, Inklusi Keuangan dan Stabilitas Perekonomian 111

A. Prasetyantoko

Pendalaman Sektor Keuangan di Indonesia 117

Aviliani

Finansialisasi dan Ketimpangan Ekonomi Indonesia 121

Media Wahyudi Askar

Page 6: INDEF - dosen.perbanas.id

PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA | iii

Quo Vadis Konsolidasi Perbankan Indonesia? 125

Budi Santosa

Industri Jasa Keuangan (IJK) dan Pembangunan Nasional

Berkeadilan 128

Firmanzah

IZN dan Penguatan Kebijakan Perzakatan Nasional 132

Irfan Syauqi Beik

Penguatan Peran Keuangan Memacu Pertumbuhan

Berkesinambungan 136

Joshua Pardede

Menyoal Kembali Kedalaman Sektor Keuangan 140

Lukman Hakim

Inklusi Perbankan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) 144

Marsuki

Crypto Currencies: Peluang atau Ancaman Stabilitas Sistem

Keuangan? 148

Mochammad Doddy Ariefianto

Antisipasi Dampak Financial Technology dan Financial Innovation

terhadap Stabilitas Sistem Keuangan 152

Telisa Aulia Falianty

Kebijakan Moneter, Perbankan dan Ekonomi Lima Persenan 158

Umar Juoro

Uang Beredar: Cermin Benggala Sinkronisasi Kebijakan

Mikro-Makro 162

Yanuar Rizky

BAGIAN III

UMKM, INDUSTRI DAN PERSAINGAN USAHA 167

Ekonomi Politik “Kredit Usaha Rakyat” untuk Mendorong

Ekonomi yang Berkeadilan 168

Akhmad Syakir Kurnia

UMKM Tidak Sekadar Pengaman Ekonomi 175

Awalil Rizky

Page 7: INDEF - dosen.perbanas.id

iv | PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA

Potensi dan Optimalisasi UMKM dalam Era Disrupsi 180

Ina Primiana

Potensi dan Optimalisasi UMKM 185

Sugiyono Madelan

UMKM, Kemandirian dan Daya Saing Ekonomi Nasional 189

Miyasto

Upaya Akselerasi Industri Manufaktur 192

Andry Satrio Nugroho

Sekali lagi, Mendorong Sektor Industri Indonesia 196

Dendi Ramdani

Mendorong Peran Sektor Industri Berorientasi Ekspor 200

Eisha Maghfiruha Rachbini

Memperkuat Investasi Modal Sosial Menghadapi Revolusi

Industri Generasi Keempat 203

Evi Noor Afifah

Deindustrialisasi Prematur dan Jebakan Kelas Menengah 207

Mohammad Faisal

Global Value Chain dan Strategi Industrialisasi Kayu 213

Tauhid Ahmad

Paradigma “Flying Geese” dan Pemetaan Keunggulan Komparatif 219

Tri Widodo

Ekonometrika Persaingan Usaha 226

Eugenia Mardanugraha

Meningkatkan Efisiensi Sektor Industri Melalui Persaingan

Usaha Sehat 231

Maman Setiawan

BAGIAN IV

SDM, DAYA SAING DAN KEMANDIRIAN EKONOMI 237

Menunggu (Lulusan) Vokasi Bekerja 238

Berly Martawardaya

Mendorong Penguatan Peran Pendidikan Vokasi 242

Deniey A. Purwanto

Page 8: INDEF - dosen.perbanas.id

PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA | v

Beberapa Tantangan Ketenagakerjaan di Indonesia 248

Devanto Shasta Pratomo

Efisiensi Ekonomi Digital yang Melenakan Pasar Tenaga Kerja 252

Eka Puspitawati

Bonus Demografi, Tabungan Nasional dan Perbaikan Neraca

Transaksi Berjalan 256

Fakhrul Fulvian

Nawacita 100 Science & Techno Parks dan Arah Kebijakan

Inovasi 259

Hanif Muhammad

Negara dan Kuasa Pasar Perusahaan Teknologi 264

Harryadin Mahardika

ZIKR dan Kinerja Bisnis 270

M. Luthfi Hamidi

Ketimpangan Ketenagakerjaan dan Produktivitas Perekonomian 280

Ninasapti Triaswati

Membangun Ekonomi Kreatif Yang Berkelanjutan 284

Rachmat Adhani

Ekonomi Inovatif dan Kebutuhan SDM Pendidikan Tinggi 289

Rina Indiastuti

Revitalisasi Pendidikan Vokasi untuk Peningkatan Produktivitas

Tenaga Kerja 294

Sonny Harry B Harmadi

Bonus Demografi, Kualitas SDM, Kemiskinan, dan Ketimpangan 299

Suharyadi

Moving To Higher Gear: Prioritas SDM dan Inovasi Teknologi 305

Muhammad Syarkawi Rauf

Liberalisasi di Tengah Deindustrialisasi Dini 310

Ahmad Heri Firdaus

Kinerja Perdagangan Internasional Indonesia: Quo Vadiz? 314

Kodrat Wibowo

Perdagangan Bebas dan Industrialisasi 318

Piter A. Redjalam

Page 9: INDEF - dosen.perbanas.id

vi | PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA

Memperluas Perdagangan Bebas, Dapatkah Memperbaiki

Neraca Perdagangan? 322

Tony Irawan

Tantangan Memperbaiki Defisit Neraca Jasa 327 Widyastutik

Menuju Current Account Surplus 332 Wijayanto Samirin

Mitigasi Meningkatnya Harga Minyak Dunia 338 Eko Listiyanto

Politik Energi & BBM 343 Marwan Batubara

Ongkos Ekonomi dan Psikologis Harga BBM di Indonesia 350 Sahara

Meratakan Jalan Menata Ekonomi Nasional 355 Andrinof A Chaniago

Tantangan Populisme Ekonomi Presiden Jokowi 360 Arianto A. Patunru

Indonesia Peringkat Empat Dunia Pada 2045 366 Christianto Wibisono

Quo Vadis Kedaulatan Pangan dan Energi 371 Dina Nurul Fitria

Bencana Dalam Perspektif Ekonomi 374 Fajri Muharja

Membaca Arah Ekonomi Mendatang 379 Fithra Faisal Hastiadi

Lompat Katak Pertumbuhan di Tengah Ketatnya Likuiditas Global 384 Masyita Crystallin

Belajar dari Rupiah 388 Unggul Heriqbaldi

Underground Economy di Era Digital 393 Bhima Yudhistira Adhinegara

Page 10: INDEF - dosen.perbanas.id

PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA | vii

BAGIAN V PEMBANGUNAN PERTANIAN, PERDESAAN DAN DAERAH

TERTINGGAL 397

Penggerak Ekonomi Agribisnis Indonesia 398

Bayu Krisnamurthi

Kunci Keberhasilan Kemitraan Pertanian 404

M. Fadhil Hasan

Pengembangan Hortikultura untuk Pembangunan Pangan 408

Muhammad Firdaus

Sertifikasi Kopi, Mensejahterakan Siapa? 417

Esther Sri Astuti S.A.

Perhutanan Sosial: Hambatan dan Risiko 421

Ari Rakatama

Sudah Tepatkah Pemanfaatan Dana Desa Saat Ini? 429

Achmad Adhitya

Beban Berat Dana Desa 433

Candra Fajri Ananda

Keluar dari Perspektif Pembangunan Perdesaan yang Growth

Oriented 438

Didin S Damanhuri

Festival dan Pembangunan Ekonomi Lokal Inklusif-Kreatif 443

Dias Satria

Dana Desa sebagai Stimulator Perekonomian Desa 449

Dita Nurul Aini

Implementasi 4 Program Prioritas dalam Memajukan Desa 454

Eko Putro Sandjojo

Enigma Ekonomi Lokal di Jalur Non-Tol Trans Jawa 460

Muhammad Zulfikar Rakhmat

Permasalahan dan Alternatif Tata Kelola Kawasan Perbatasan

Natuna 464

Tirta N. Mursitama

Page 11: INDEF - dosen.perbanas.id

viii | PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA

BAGIAN VI

TANTANGAN MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN 469

Agenda Pendalaman Ekonomi 470

Ahmad Erani Yustika

Mencegah “Inequality for All” 475

Budi Hikmat

Ketimpangan Ekonomi dan Kualitas Gizi Masyarakat 481

Bustanul Arifin

Kesenjangan Ekonomi, Duri dalam Demokrasi 488

Didik J. Rachbini

Solidaritat Szuschlag 495

D. S. Priyarsono

Mendorong Momentum Penurunan Angka Kemiskinan 499

Elan Satriawan

Ketimpangan, Kemiskinan, dan Kesejahteraan: Sebuah Resume 504

Ginandjar Kartasasmita

Meningkatkan Governansi untuk Pembangunan 510

Imaduddin Abdullah

Pemerataan Ekonomi, dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 513

Lucky Bayu Purnomo

Desentralisasi Guna Mereduksi Ketimpangan Daerah 516

Riza Annisa Pujarama

Keniscayaan Ketimpangan 522

Rusli Abdulah

Rumah untuk Rakyat: Bagaimana Perkembangannya? 526

Winang Budoyo

Page 12: INDEF - dosen.perbanas.id

PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA | 117

Pendalaman Sektor Keuangan

di Indonesia

Aviliani

Dr. Aviliani adalah seorang ekonom senior INDEF.

Beliau menamatkan pendidikan S1 di Fakultas

Ekonomi Universitas Atmajaya Jakarta (1985).

Kemudian mendapatkan gelar S2 dari Fakultas Ilmu

Sosial (FISIP) Administrasi Niaga Universitas Indonesia

(1995). Pada 2012, menyelesaikan pendidikan Doktor

dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Aviliani aktif

sebagai sekretaris ISEI dan ketua bidang pengkajian

dan pengembangan Perbanas

Ekonomi Indonesia belum mampu melaju lebih cepat, sebagaimana

yang ditargetkan pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Saat itu, pemerintah optimis

mampu mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen per tahun,

sebagai suatu usaha untuk menekan berbagai persoalan sosial. Dengan

pertumbuhan tersebut, maka angka kemiskinan, pengangguran, dan

ketimpangan pendapatan dapat ditekan lebih cepat. Realisasi

pertumbuhan ekonomi masih jauh dari target yang ditetapkan. Hingga

Triwulan III-2017, pemerintah hanya mampu memenuhi rata-rata 5

persen per tahun. Dengan demikian, masih ada gap hingga 2 persen. Gap

2 persen sangatlah signifikan.

Salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya mengakselerasi

pertumbuhan ekonomi bersumber dari rendahnya peranan sektor

keuangan di Indonesia. Rasio kredit terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB) tidak lebih dari 40 persen. Indonesia kalah jauh dari negara-

Page 13: INDEF - dosen.perbanas.id

118 | PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA

negara sekawasan, terutama Thailand dan Malaysia. Realisasi

pertumbuhan kredit pun rata-rata di bawah 10 persen dalam dua tahun

terakhir. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga cenderung

melambat, karena terjadi perebutan antara pemerintah dan perbankan.

Pembiayaan defisit anggaran pemerintah menarik dana perbankan

karena menawarkan yield yang lebih tinggi. Kondisi yang demikian

berpengaruh terhadap likuiditas perbankan. Program pengampunan

pajak dan program keterbukaan informasi keuangan turut berperan

dalam keseimbangan dana, terutama pada bank menegah dan kecil.

Dalam publikasi Index Competitiveness 2017-2018 oleh World

Economic Forum (WEF), masalah daya saing Indonesia semakin

dipengaruh oleh akses terhadap sektor keuangan. Dari 16 faktor yang

ada, akses keuangan menempati posisi ke 3, dengan kontribusi sebesar

9,2 persen. Sementara itu kondisi infrastruktur, yang selama ini

menempati posisi tiga besar bersama dengan korupsi dan inefisiensi

birokrasi pemerintah, menurun ke peringkat 4. Jika dibandingkan

dengan publikasi WEF beberapa tahun lalu, masalah akses keuangan

tidak menjadi masalah utama di Indonesia. Pada publikasi WEF periode

2009-2010, misalnya, akses keuangan menempati peringkat ke 5,

dengan kontribusi sekitar 7,3 persen.

Memperdalam peran sektor keuangan yang lebih tinggi, semakin

mendesak dilakukan dan tidak dapat ditawar lagi. Ada beberapa

pengaruh positif dari pendalaman sektor keuangan, yaitu: Pertama,

peningkatan ketersediaan dana bagi pembangunan. Selama ini, sebagian

besar dana pembangunan hanya ditopang oleh sektor perbankan.

Peranan lembaga keuangan lainnya belum banyak berkembangan,

seperti pasar modal, dana pensiun, asuransi, hingga lembaga

pembiayaan lainnya. Indonesia memerlukan berbagai jenis instrumen

pembiayaan pembangunan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang

lebih cepat.

Kedua, pendalaman peranan sektor keuangan memengaruhi

efektivitas kebijakan moneter, terutama dalam pengelolaan nilai tukar

Rupiah. Jika pasar keuangan dalam, maka lalu lintas dana asing tidak

hanya bergerak pada satu instrumen keuangan. Dengan berbagai pilihan

yang ada, investor dapat melakukan diversifikasi terhadap portofolio

yang dimikian. Ketika terjadi goncangan (shock) maka pemilik dana

nonresiden, tidak langsung minggat dari Indonesia, tetapi dapat

bergerak ke instrumen lainnya. Hal ini akan berperan dalam menjaga

Page 14: INDEF - dosen.perbanas.id

PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA | 119

stabilitas nilai tukar Rupiah. Sebagian besar dana asing berada di pasar

modal (60 persen) dan Surat Berharga Negara (SBN, sekitar 40 persen).

Untuk memperdalam sektor keuangan, maka beberapa hal yang

harus dilakukan adalah

1. Mencapai target pertumbuhan ekonomi

Ada dua pendekatan yang menggambarkan hubungan antara

pertumbuhan ekonomi dan pendalaman keuangan yakni demand-following approach dan supply-leading hypothesis.

Pendekatan pertama menjelaskan arah dari pertumbuhan

ekonomi terhadap perkembangan sektor keuangan. Artinya,

penciptaan lembaga-lembaga keuangan modern merupakan

respons terhadap permintaan dari investor dan penabung di

sektor riil. Dengan demikian, ada pergerakan aktivitas (out)

terlebih dahulu dan kemudian direspon dengan kehadiran

sektor keuangan. Pada pendekatan kedua dijelaskan bahwa

syarat pertumbuhan output riil harus didahului dengan

pembangunan institusi dan pasar keuangan.

Pola yang terjadi di Indonesia cenderung pada demand-following

approach. Oleh karena itu, pemerintah perlu mencapai

pertumbuhan ekonomi semaksimal mungkin, dengan

mengggerakkan sektor-sektor perekonomian. Perbaikan iklim

usaha menjadi prasyarat penting untuk mencapai target

pertumbuhan ekonomi.

2. Mengurangi intervensi pemerintah di bidang harga

Pemerintah pun harus mengurangi intervensinya di bidang

harga. Penyesuaian harga listrik yang dilakukan beberapa

periode lalu, menyebabkan inflasi dan mendorong. Ada

beberapa jalur pengaruh inflasi terhadap permintaan kredit,

yaitu: Pertama, melalui suku bunga. Ada korelasi positif antara

inflasi dengan suku bunga. Bank harus menaikkan suku bunga

simpanan (cost of fund) untuk mengelola preferensi penempatan

dana investor. Lonjakan cost of fund memaksa naiknya suku

bunga kredit dan menakan permintaan pembiayaan. Sehingga,

permintaan kredit bergerak rendah dan cenderung melambat.

Kedua, melalui daya beli. Lonjakan inflasi menakan daya beli

konsumen, sehingga mereka akan mengurangi konsumsi untuk

Page 15: INDEF - dosen.perbanas.id

120 | PEMIKIRAN 100 EKONOM INDONESIA

memenuhi kebutuhan lainnya. Permintaan kredit akan menurun

sejalan dengan penurunan daya beli. Bagi dunia usaha, ekspansi

bisnis akan ditunda jika permintaan konsumen melemah.

Muaranya terekam dari perlambatan permintaan kredit.

3. Edukasi masyarakat

Fakta menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan Indonesia

masih tergolong rendah, meski meningkat. Otoritas Jasa

Keuangan (2017) menjelaskan bahwa pada 2016 indeks literasi

keuangan sebesar 29,66 persen; naik dari 21,84 persen pada

2013. Sedangkan indeks inklusi keuangan sebesar 67,82 persen

dari posisi 59,74 persen.

Kedalaman peran sektor keuangan dalam perekonomian akan

mampu menjamin ketersediaan dana bagi pembangunan. Sehingga,

aktivitas ekonomi berjalan dengan lancar dan peluang-peluang usaha

pun dapat terealisasi.

Page 16: INDEF - dosen.perbanas.id