IMPLEMENTASI SISTEM KREDIT SEMESTER DALAM …
Transcript of IMPLEMENTASI SISTEM KREDIT SEMESTER DALAM …
IMPLEMENTASI SISTEM KREDIT SEMESTER
DALAM MEMAKSIMALKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMA NEGERI 1 MALANG
SKRIPSI
OLEH:
MIAWATI
NPM. 21601011026
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020
ABSTRAK
Miawati. 2020. Implementasi Sistem Kredit Semester dalam Memaksimalkan Kemampuan
Belajar Siswa pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Malang.
Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas
Islam Malang. Pembimbing 1: Dr. Rosichin Mansur, S.Fil., M.Pd. Pembimbing 2:
Indhra Musthofa, M.PdI.
Kata kunci: Sistem Kredit Semester, Pembelajaran, Kemampuan Belajar Siswa
Adanya Sistem Kredit Semester (SKS) dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk
memfasilitasi secara penuh terhadap kemampuan belajar siswa yang beragam. SMA Negeri 1
Malang merupakan sekolah penyelenggara SKS yang telah menerapkan SKS sejak tahun ajaran
2015/2016 hingga pada tahun ajaran 2018/2019 beralih pada SKS berbasis layanan homogen
dan layanan heterogen secara bersamaan. Layanan homogen merupakan layanan terhadap
kemampuan belajar siswa secara merata. Jadi guru memberikan layanan serta fasilitas yang
sama terhadap semua siswa tanpa mengkategorikan siswa sesuai dengan kecepatan belajarnya.
Sedangkan layanan heterogen merupakan layanan utuh terhadap kemampuan belajar siswa
yang tergolong ke dalam kelompok belajar cepat, normal, dan lambat dan berada dalam satu
ruang kelas yang sama. Dengan adanya layanan heterogen, siswa mampu belajar sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajarnya masing-masing.
Adapun fokus penelitian yaitu mengenai perencanaan pembelajaran berbasis SKS,
penerapan pembelajaran berbasis SKS, dan sistem penilaian berbasis SKS pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI). Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
perencanaan pembelajaran berbasis SKS, mendeskripsikan penerapan pembelajaran berbasis
SKS, dan mendeskripsikan sistem penilaian berbasis SKS pada pembelajaran PAI.
Pendekatan dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Sedangkan teknik analisis data menggunakan model Miles, Huberman dan Saldana yang
meliputi pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Adapun pengecekan keabsahan data menggunakan perpanjangan keikutsertaan, triangulasi,
dan diskusi sejawat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru PAI memiliki berbagai inovasi dalam
menyusun rancangan perencanaan pembelajaran dan sistem penilaian. Dalam perencanaan
pembelajaran, guru membuat inovasi program semester dengan alokasi waktu yang lebih cepat
sehingga peserta didik termotivasi untuk menyelesaikan Kompetensi Dasar (KD) sesuai target
yang telah ditetapkan oleh guru. Dalam penerapan pembelajaran, peserta didik lebih banyak
melakukan pembelajaran secara mandiri dan berkelompok. Guru memberikan Unit Kegiatan
Belajar Mandiri (UKBM) yang berisi rangkuman materi pembelajaran, tugas, dan latihan yang
harus dikerjakan oleh siswa. Aktivitas belajar tersebut menuntut peserta didik untuk aktif dalam
mencari dan menggali sumber belajar secara mandiri. Sedangkan dalam sistem penilaian, guru
menyusun format penilaian khusus yang memuat kode-kode penilaian yang mengandung
beberapa arti.
Saran terkait implementasi SKS yang lebih baik kedepannya yaitu untuk terus
mengadakan evaluasi terhadap penerapan pembelajaran berbasis SKS, menciptakan inovasi-
inovasi yang memudahkan guru dan peserta didik dalam mencapai keberhasilan tujuan
pembelajaran, serta membatasi akses internet sebagai sumber belajar dalam pembelajaran.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan dari waktu
ke waktu. Baik dari segi pembangunan, sarana prasarana, fasilitas, pelatihan
sumber daya manusia, program pendidikan, serta kurikulumnya. Segala upaya
tersebut dilakukan untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan yaitu
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Ilmy, Wahid, &
Muali, 2018: 45). Pencapaian keberhasilan dari tujuan pendidikan tersebut
diupayakan melalui berbagai program dan inovasi pendidikan yang terus
dikembangkan. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik,
perkembangan zaman, dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Salah satu komponen yang berkaitan erat dengan pengembangan
pendidikan yaitu mutu pendidikan yang dipengaruhi oleh kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang memuat isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2012: 16). Kurikulum
dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan program pendidikan. Dalam
penyusunannya sendiri, kurikulum didasarkan pada aspek agama, falsafah,
psikologis, dan sosial. Kurikulum telah berkembang dari yang semula Rentjana
Pembelajaran 1947-Rentjana Pelajaran Terurai 1952-Rentjana Pendidikan
1964-Kurikulum 1968-Kurikulum 1975-Kurikulum 1984-Kurikulum 1994-
2
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)-Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) hingga sekarang Kurikulum 2013. Kurikulum terus
mengalami penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Perubahan
tersebut dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang
terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.
Di era modern ini, Kurikulum 2013 dianggap paling sesuai untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik. Kurikulum 2013 didesain mampu
mengembangkan potensi peserta didik dari segi afektif, kognitif, dan
psikomotorik. Departemen pendidikan Nasional menjelaskan dalam visinya
bahwa kecerdasan mencakup cerdas intelektual, emosional, dan spiritual
(Nafia, 2017: 2). Kurikulum 2013 sengaja disusun berbeda dari kurikulum-
kurikulum sebelumnya. Jika pada kurikulum sebelumnya menekankan aspek
kognitif dan mengesampingkan aspek lainnya, maka dalam Kurikulum 2013
yang menjadi aspek utama adalah aspek afektif yang di dalamnya memuat
sikap spiritual dan sikap sosial, baru kemudian diikuti oleh aspek kognitif dan
aspek psikomotorik. Karena dirasa output yang dihasilkan yaitu peserta didik
pandai dan menguasai bidang pengetahuan, namun rendah pemahaman akan
moral dan sopan santun. Sehingga disusun kurikulum baru yang mampu
menjawab permasalahan tersebut. Dalam proses penerapannya, Kurikulum
2013 dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sejak tahun pelajaran
2013/2014 agar terjadi penguatan dan peningkatan mutu di sekolah. Pada tahun
pelajaran 2018/2019 seluruh satuan pendidikan diprogramkan sudah
menerapkan Kurikulum 2013 (Direktorat Pembinaan SMA, 2017: ii). Tahap-
tahap tersebut ditandai dengan adanya pelatihan, seminar, diklat, rapat, serta
3
perkumpulan yang ditujukan untuk guru, kepala sekolah, maupun tenaga
kependidikan lainnya. Hal ini merupakan bentuk perbaikan dari evaluasi
terhadap pelaksanaan Kurikulum 2013 sebelumnya. Sehingga setiap waktu
akan terus ada pengembangan dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah
melalui pengembangan mutu sumber daya manusia.
Adanya SKS (Sistem Kredit Semester) di Kurikulum 2013 merupakan
inovasi pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan utuh kepada
peserta didik dalam memenuhi kebutuhan serta memaksimalkan potensinya.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan
Menengah Pasal 1 menyebutkan bahwa “Sistem Kredit Semester adalah bentuk
penyelenggaraan pendidikan yang peserta didiknya menyepakati jumlah beban
belajar yang diikuti dan/atau strategi belajar setiap semester pada satuan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan/kecepatan belajarnya”
(Muhlis, 2017: 145). Hal ini didasarkan pada keberagaman yang dimiliki oleh
peserta didik yaitu minat, bakat, dan kemampuan belajar. Masing-masing
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda sehingga menghasilkan
kemampuan yang berbeda pula. Sehingga dengan adanya SKS, peserta didik
dibebaskan untuk memilih dan menentukan jumlah beban belajar yang akan
diikuti pada tiap semester. Tentunya dalam menentukan mata pelajaran serta
beban belajarnya, peserta didik akan didampingi oleh PA (Pembimbing
Akademik).
Pola pembelajaran sistem paket yang berlangsung selama ini kurang
memfasilitasi keragaman minat, bakat, serta kemampuan belajar peserta didik.
4
Sehingga dengan adanya SKS ini diharapkan mampu memfasilitasi
kemampuan belajar peserta didik secara maksimal. Dalam Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Menengah pasal 4
menyebutkan bahwa “pembelajaran dengan SKS dikelola dalam bentuk
pembelajaran yang berdiferensiasi bagi masing-masing kelompok peserta didik
yang berbeda kecepatan belajarnya”. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya
harus ada perbedaan layanan pembelajaran yang disesuaikan dengan
kemampuan belajar peserta didik. Layanan utuh pembelajaran mengacu kepada
konsep pembelajaran tuntas (mastery learning), yaitu strategi pembelajaran
yang menggunakan prinsip ketuntasan secara individual yang mensyaratkan
peserta didik menguasai seluruh KI (Kompetensi Inti) maupun KD
(Kompetensi Dasar) pada tiap-tiap mata pelajaran. Dengan demikian peserta
didik mendapatkan kesempatan untuk memperoleh perlakuan sesuai dengan
kapasitas dan prestasi belajar yang dimilikinya (Fauziah, 2019: 3). Peserta
didik dengan kemampuan belajar cepat akan bisa menyelesaikan pendidikan
dalam waktu kurang dari 6 (enam) semester dengan syarat telah menguasai
seluruh mata pelajaran. Bagi peserta didik dengan kemampuan belajar sedang
akan tetap bisa menyelesaikan pendidikan dalam waktu normal yaitu 6 (enam)
semester. Sedangkan bagi peserta didik dengan kemampuan belajar lambat
tetap difasilitasi sampai benar-benar mampu menyelesaikan seluruh mata
pelajaran dengan waktu belajar 8 (delapan) semester.
Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda (Uno,
2012: 45). Dalam belajar, peserta didik memiliki gaya dan cara yang berbeda
5
sesuai dengan kemampuan serta kecepatan belajar mereka masing-masing.
Setiap pelajaran yang diterima oleh peserta didik baik dalam kelas maupun luar
kelas tentu berbeda. Pengalaman belajar didapatkan dari keseharian yang
dilaluinya entah dari rumah, jalan, orang-orang sekitar, tempat bermain, tempat
belajar, dll yang akan mempengaruhi kemampuan belajarnya. Terdapat tiga
ranah atau aspek yang berkaitan dengan kemampuan belajar siswa yaitu ranah
kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah psikomotorik
(keterampilan). Ada siswa yang unggul dalam ranah kognitif namun kurang
dalam ranah afektifnya. Ada juga siswa yang unggul dalam ranah psikomotorik
namun kurang dalam ranah kognitifnya. Sehingga dengan adanya sistem kredit
semester maka setiap siswa difasilitasi sesuai bakat, minat, dan kemampuan
belajarnya masing-masing.
Sehubungan dengan adanya kebijakan pemerintah bahwa sekolah
diharuskan untuk memperhatikan potensi dari tiap-tiap peserta didik, maka
sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi yang menyebutkan bahwa “satuan pendidikan pada semua
jenis dan jenjang pendidikan menyelenggarakan program pendidikan dengan
menggunakan sistem paket atau Sistem Kredit Semester” (Moesthafa, 2018: 2-
3). Peralihan program pembelajaran dari sistem paket ke Sistem Kredit
Semester tentunya harus memperhatikan kesiapan sekolah. Karena kesiapan
sekolah yang menjadi penentu keberhasilan dalam pelaksanaan program SKS
tersebut. Kesiapan sekolah dalam menerapkan SKS dapat dinilai dari segi
fasilitas, sarana prasarana, sumber daya manusia, maupun model pembelajaran.
6
Program SKS merupakan kebijakan pemerintah yang ditangani oleh
Direktorat Pembinaan SMA sebagai bentuk upaya pemerintah untuk mencari
pola guna meningkatkan mutu pendidikan. Hanya sekolah-sekolah tertentu
yang ditunjuk oleh pemerintah yang dapat melaksanakan program SKS, salah
satunya SMA Negeri 1 Malang. Hal ini ditegaskan dalam tujuan sekolah pada
butir ke 12 dan 13 yaitu dapat meningkatkan pemahaman kurikulum 2013
dengan SKS terhadap segenap civitas akademia SMAN 1 Malang, serta dapat
meningkatkan layanan pendidikan dengan SKS agar dapat memberikan
peluang terhadap peserta didik yang cerdas dan mampu menyelesaikan
pendidikannya 4 semester atau 2 tahun.
Berdasarkan hasil observasi awal, sistem pembelajaran dengan
menggunakan SKS telah diterapkan pada semua mata pelajaran di SMA Negeri
1 Malang. Sekolah menggunakan layanan UKBM (Unit Kegiatan Belajar
Mandiri) pada saat proses pembelajaran, jadi masing-masing siswa sudah
memiliki UKBM dalam bentuk softcopy maupun hardcopy. Layanan UKBM
ini bukan satu-satunya perangkat pembelajaran yang harus digunakan, tetapi
salah satu komponen perangkat bahan ajar yang digunakan di sekolah
penyelenggara SKS. Sekolah juga menyediakan fasilitas layanan utuh
pembelajaran dalam bentuk unit-unit belajar pada tiap mata pelajaran. Adanya
unit-unit belajar utuh tersebut tergantung dari bakat, minat, dan
kemampuan/kecepatan belajar siswa yang diklasifikasikan sebagai pembelajar
cepat, normal, maupun lambat. Dengan unit-unit belajar ini para siswa dapat
menyelesaikan pendidikan secara lebih efisien dan juga difasilitasi secara
penuh oleh sekolah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
7
Dari segi perencanaan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran
PAI (Pendidikan Agama Islam) sudah dipersiapkan dengan baik dan matang
oleh guru. Mulai dari penyusunan program minggu efektif yang berdasar pada
kalender akademik pada tahun pelajaran yang berlangsung, berlanjut pada
prota (program tahunan), promes (program semester), penentuan KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal), silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran), UKBM, serta penilaian yang mencakup aspek afektif, kognitif,
dan psikomotorik. Namun peneliti menemukan permasalahan yang berkaitan
dengan perencanaan pembelajaran yaitu waktu yang telah ditetapkan oleh guru
dalam promes sebagai batas waktu pencapaian atau penguasaan materi
seringkali dianggap remeh oleh siswa. Hal ini banyak dilakukan oleh siswa
yang masuk dalam kategori kelompok pembelajar lambat yang memang
membutuhkan waktu lebih lama dari kelompok pembelajar cepat maupun
kelompok pembelajar normal.
Pada tahap penerapan pembelajaran berbasis SKS, siswa berperan
aktif dalam menggali dan mengumpulkan informasinya secara mandiri maupun
berkelompok. Dengan pedoman UKBM yang dimiliki oleh masing-masing
siswa, maka siswa ditugaskan untuk menyelesaikan pertanyaan dan latihan
yang ada dalam UKBM tersebut. Siswa dibebaskan untuk mencari sumber
belajar sendiri baik dari buku, internet, diskusi kelompok, maupun bertanya
pada guru. Namun sebagaimana yang diamati oleh peneliti, siswa cenderung
lebih suka mencari informasi lewat internet daripada bertanya pada guru.
Sehingga dikhawatirkan sumber dari internet kurang terpercaya dan
menimbulkan penafsiran yang rancu apabila tidak diimbangi dengan penjelasan
8
langsung dari guru, dan juga bisa jadi mengandung unsur kepentingan individu
maupun kelompok agama tertentu. Di samping itu banyak siswa yang memilih
jalan pintas yaitu menyontek pekerjaan teman dengan alasan agar cepat
menuntaskan materi pembelajaran sekarang dan dapat melanjutkan materi
selanjutnya. Sehingga siswa kurang menguasai materi secara keseluruhan dan
akibatnya akan kesulitan dalam mengerjakan ulangan harian.
Sedangkan sistem penilaian yang digunakan untuk mengukur
kemampuan belajar siswa terbagi dalam dua format. Format penilaian yang
pertama dikhususkan untuk menilai aspek kognitif (pengetahuan), sedangkan
format kedua untuk menilai aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotorik
(keterampilan). Yang menjadi permasalahan yaitu pada format penilaian
keterampilan diuraikan kriteria penilaian yang lebih merujuk pada penilaian
sikap seperti: bersikap taat aturan, peduli kepada orang lain, menunjukkan
sikap tanggung jawab, dst. Selain itu format penilaian memuat berbagai macam
kode seperti pada format penilaian keterampilan terdapat antara lain: Py
(Proyek), Pr (Praktik), Ft (Portofolio), Pd (Produk), sedangkan pada format
penilaian pengetahuan antara lain: T (Tulis), L (Lisan), Tg (Tugas) yang
dikelompokkan pada masing-masing UKBM. Berbagai macam kode tersebut
menimbulkan ketidakefektifan dalam penyajian nilai. Hal ini dikarenakan
terjadi penilaian ganda dalam format penilaian keterampilan dan format
penilaian pengetahuan. Misalnya tugas portofolio yang termasuk penilaian
keterampilan dengan kode Ft bisa juga dimasukkan dalam penilaian
pengetahuan dengan kode Tg. Kesenjangan inilah yang nantinya akan
membingungkan tidak hanya bagi guru sebagai penilai, tetapi juga siswa
9
sebagai objek yang dinilai. Bentuk format penilaian tiap guru mata pelajaran
PAI berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing. Sebagaimana yang
diketahui oleh peneliti bahwa format penilaian seperti yang disebutkan di atas
hanya digunakan oleh satu guru dengan tujuan untuk menilai kemampuan
belajar siswa secara rinci dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Implementasi Sistem Kredit Semester dalam
Memaksimalkan Kemampuan Belajar Siswa pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Malang”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian, maka yang menjadi fokus penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis
Sistem Kredit Semeter di SMA Negeri 1 Malang?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis
Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Malang?
3. Bagaimana sistem penilaian terhadap siswa pada pembelajaran Pendidikan
Agama Islam berbasis Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Malang?
10
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam berbasis Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Malang.
2. Untuk mendeskripsikan penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
berbasis Sistem Kredit Semester di SMA Negeri 1 Malang.
3. Untuk mendeskripsikan sistem penilaian terhadap siswa pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam berbasis Sistem Kredit Semester di
SMA Negeri 1 Malang.
D. Kegunaan Penelitian
1. Aspek Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan
pengetahuan mengenai inovasi pendidikan serta pelaksanaan pembelajaran
menggunakan SKS khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam, memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang akan
melakukan penelitian maupun mengadakan riset terkait judul penelitian
tersebut, serta menjadi bahan evaluasi dan perbaikan bagi lembaga-
lembaga pendidikan untuk menerapkan program pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai secara maksimal.
11
2. Aspek Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi sekolah, agar dapat dijadikan sebagai bentuk kontribusi pemikiran,
kajian pustaka, serta bahan evaluasi dan masukan terkait solusi dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Bagi guru, agar dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi guru khususnya
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk terus mengikuti
perubahan dalam rangka penyempurnaan kurikulum 2013 beserta
program-programnya, mengembangkan kemampuan serta keterampilan
melalui pelatihan maupun penelitian, serta memaksimalkan proses
pembelajaran sehingga dapat mencapai keberhasilan tujuan pendidikan.
c. Bagi siswa, diharapkan bisa mengubah proses pembelajaran dari yang
sebelumnya menggunakan sistem paket kemudian beralih
menggunakan sistem kredit semester dengan tujuan mampu
memaksimalkan potensi siswa berdasarkan bakat, minat, dan
kemampuan belajar masing-masing. Serta dapat menumbuhkan
semangat dan motivasi dalam belajar untuk mencapai hasil yang
maksimal.
d. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan
peneliti terhadap inovasi pendidikan yang sedang berkembang dalam
dunia pendidikan modern, serta dapat bermanfaat sebagai bekal dan
pedoman untuk bisa diamalkan di kemudian hari ketika terjun langsung
dalam dunia pendidikan.
12
e. Bagi khalayak umum, diharapkan dapat menjadi kajian terhadap
pendidikan di Indonesia sebagai bahan perbandingan layanan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan. Serta menjadi motivasi bagi
lembaga-lembaga pendidikan lainnya untuk menerapkan Sistem Kredit
Semester dengan mempertimbangkan berbagai hal berkaitan
dengannya.
E. Definisi Operasional
1. Sistem Kredit Semester (SKS) merupakan suatu bentuk dari inovasi
pendidikan yang terdapat dalam Kurikulum 2013 yang menawarkan peserta
didik untuk menyepakati jumlah beban belajarnya sendiri tiap semester
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan belajarnya masing-masing.
2. Kemampuan belajar adalah kompetensi yang dimiliki siswa sebagai hasil
dari proses pembelajaran yang telah dilalui dan dapat ditunjukkan melalui
prestasi belajarnya.
3. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang menanamkan nilai-nilai
Islami berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang bertujuan untuk
membentuk pribadi yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak dan berkepribadian mulia, serta bertanggung jawab terhadap diri
sendiri, negara, serta agamanya.
104
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan data, temuan penelitian, dan pembahasan
mengenai implementasi Sistem Kredit Semester dalam memaksimalkan
kemampuan belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMA Negeri 1 Malang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran berbasis SKS tidak jauh berbeda dengan
perencanaan pembelajaran berbasis sistem paket. Pada dasarnya, dalam
menyusun perencanaan pembelajaran guru berpedoman pada Peraturan
Menteri Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses. Namun
pemerintah tetap memberikan wewenang dan kebebasan untuk guru
dalam mengembangkan perencanaan pembelajarannya. Dalam mata
pelajaran PAI, guru membuat inovasi dalam menyusun perencanaan
pembelajaran dengan membuat alokasi waktu lebih cepat dari waktu
normal. Sehingga dengan alokasi waktu yang menjadi target pencapaian
ketuntasan KD tersebut, para siswa akan termotivasi untuk segera
menuntaskan KD-KDnya sesuai target dan akan terlihat
pengklasifikasian siswa dalam kategori belajar cepat, normal, dan
lambat. Apabila terdapat siswa yang acuh terhadap target tersebut,
maka guru sebagai motivator memberikan dukungan dan waktu
tambahan bagi mereka yang termasuk kategori lambat agar tetap bisa
menyelesaikan KD dalam batas waktu maksimal.
105
2. Penerapan SKS dalam pembelajaran di SMA Negeri 1 Malang
menggunakan layanan homogen dan layanan heterogen. Khususnya
dalam pembelajaran PAI, guru menggunakan layanan heterogen yang di
dalamnya terdapat kelompok belajar cepat, normal, dan lambat dalam
satu ruang kelas yang sama. Jenis pelayanan yang berbeda-beda sesuai
dengan kecepatan belajar siswa ini memunculkan beberapa keunggulan
dan juga kendala dalam pengaplikasiannya. Keunggulan dari penerapan
pembelajaran berbasis SKS yaitu siswa mampu belajar secara mandiri
dan mencari sumber belajarnya sendiri, siswa memiliki tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan juga kelompok belajarnya, siswa mendapatkan
layanan dan fasilitas sesuai dengan kemampuan dan kecepatan
belajarnya masing-masing. Sedangkan kendala dari penerapan
pembelajaran berbasis SKS yaitu siswa kurang mendapatkan penjelasan
secara mendalam terkait materi pelajaran dikarenakan siswa dituntut
untuk belajar secara mandiri, siswa lebih suka mencari sumber belajar
dari referensi lain termasuk internet sehingga enggan bertanya langsung
pada guru yang mengakibatkan perbedaan konsep karena sumber
informasi yang tidak akurat, serta siswa cenderung lebih banyak
bergaul dengan kelompok belajarnya saja.
3. Penilaian hasil belajar terhadap siswa mencakup aspek afektif, kognitif,
dan psikomotorik. Format penilaian yang disusun oleh guru berbeda-
beda sesuai dengan kebutuhan terhadap aspek yang akan dinilai. Guru
PAI menyusun format penilaian yang berbeda antara penilaian kognitif
dan penilaian afektif-psikomotorik. Pada penilaian kognitif terdapat
106
kode T, L, dan Tg yang maknanya berbeda-beda pada tiap UKBM.
Sedangkan pada penilaian afektif-psikomotorik terdapat kode Py yang
berarti projek, Pr yang berarti praktek, Ft yang berarti portofolio, dan
Pd yang berarti produk. Kode-kode yang dibuat oleh guru PAI dalam
format penilaian bertujuan untuk memudahkan beliau dalam
memberikan nilai pada setiap aktivitas belajar siswa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan apabila ada kesalahpahaman di kemudian hari.
Salah satu jenis penilaian yaitu formatif. Bagi siswa yang mendapat
nilai diatas KKM atau setara dengan KKM maka ia boleh melanjutkan
KD berikutnya. Bagi siswa yang tidak tuntas dalam melaksanakan ujian
formatif, maka ia diwajibkan mengikuti remidi untuk memperbaiki
nilainya agar sesuai dengan KKM. Sedangkan siswa yang belum
menuntaskan KD-KD selama satu semester maka ia diwajibkan untuk
mengikuti KHS sebagai syarat dalam melanjutkan semester berikutnya.
B. Saran
Saran ini berkaitan dengan implementasi Sistem Kredit Semester
dalam memaksimalkan kemampuan belajar siswa pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Malang dan ditujukan pada:
1. Kepala sekolah untuk terus mengadakan evaluasi terhadap
implementasi pembelajaran berbasis SKS sehingga dapat mengetahui
kendala-kendala yang ditemui pada saat proses pembelajaran serta
dapat memecahkan permasalahan tersebut dengan inovasi-inovasi yang
lebih baik untuk pembelajaran ke depannya. Kepala sekolah juga
107
diharapkan untuk sering mengadakan pelatihan, seminar, maupun
workshop bagi para guru agar dapat mengembangkan dan mengasah
kompetensi serta profesionalisme yang dimiliki.
2. Guru untuk selalu mengembangkan pengetahuan dan kompetensi yang
dimiliki sehingga mampu berinovasi demi pendidikan dan pembelajaran
yang lebih baik, untuk selalu mengarahkan dan memotivasi siswa agar
dapat menuntaskan kewajiban belajarnya, serta selalu memberikan
penjelasan dan pemahaman terkait materi yang bersangkutan dengan
keagamaan sehingga siswa tidak salah arah dan terpengaruh oleh
sumber yang kurang terpercaya.
3. Peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait
implementasi SKS dalam memaksimalkan kemampuan belajar siswa
dengan berbagai permasalahan yang lebih variatif dari lembaga
pendidikan yang berbeda pula.
DAFTAR RUJUKAN
Amiruddin. (2016). Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Parama Ilmu.
Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2017). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Daradjat, Z. (2011). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hartono, J. (2018). Metoda Pengumpulan dan Teknik Analisis Data. Yogyakarta:
CV. Andi Offset.
Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Kementerian Agama Republik Indonesia. (2014). Al-Qur’an Terjemah. Bandung:
PT Sygma Examedia Arkanleema.
Mahfudz, S. (2018). Qawaidul Fiqhiyah. Malang: Universitas Islam Malang.
Mudasir. (2010). Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia.
Muzakki, A. & K. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Surabaya: Kopertais IV Press.
Ngalimun. (2018). Evaluasi dan Penilaian Pembelajaran. Yogyakarta: Parama
Ilmu.
Sanjaya, W. (2015). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana.
Soebani, B. A. (2009). Metode Penelitian Hukum. Bandung: Pustaka Setia.
Sudarto. (1997). Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Syafe’i, R. (2010). Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia.
Umar, B. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: AMZAH.
Uno, H. B. (2012). Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Warso, A. (2017). Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan Ketrampilan di SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA/SMK Sesuai Kurikulum 2013. Yogyakarta: Graha
Cendekia.
Zuriah, N. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori-Aplikasi).
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Asmara, Dani. (2013). Pengembangan Keterampilan Sosial Bagi Calon Guru.
Jurnal Pendidikan. http://repository.upi.edu/4526, diakses 22 Oktober 2019.
Badan Standar Nasional Pendidikan Tahun 2010 tentang Panduan
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester. (Online), (https://bsnp-
indonesia.org/2010/06/22/panduan-sks-untuk-smpmts-dan-smama/), diakses
8 November 2019.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester (SKS) di SMA. (Online),
(https://www.academia.edu/34722473/Pedoman_Penyelenggaraan_Sistem_K
redit_Semester_SKS_di_SMA), diakses 24 November 2019.
Fauziah, S. (2019). Penerapan Sistem Kredit Semester (SKS) Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/46750, diakses 21
November 2019.
Hidayah, I. (2018). Penerapan Aplikasi Sistem Informasi Penilaian (SIP) Bandung
Juara dalam Meningkatkan Kinerja Camat dan Lurah Kota Bandung Tahun
2016-2017. Jurnal Pendidikan. http://digilib.uinsgd.ac.id/9640, diakses 3
April 2020.
Ilmy, Wahid, & Muali. (2018). Urgensi Keterlibatan Wali Asuh dalam Dinamika
Pendidikan di Pesantren. Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), 44–66.
http://jurnalpai.uinsby.ac.id/index.php/jurnalai/article/view/123, diakses 22
Oktober 2019.
Izzaty, E. (2016). Analisis Soal Buatan Guru Mata Pelajaran Biologi pada MAN
Sampit. Jurnal Pendidikan. http://digilib.iainpalangkaraya.ac.id/576, diakses
3 April 2020.
Juwariyah. (2009). Pengertian dan Komponen-komponen Pendidikan Islam
Perspektif Mahmud Yunus dan Muhammad ’Athiyah Al-Abrasyi (Tinjauan
Analisis Kritis). Mukaddimah, XV(26), 73–88. http://digilib.uin-
suka.ac.id/8623/1, diakses 17 Januari 2020.
Kurniawan, A. H. (2012). Pengaruh Kemampuan Kognitif Terhadap Kemampuan
Psikomotorik Mata Pelajaran Produktif Alat Ukur Siswa Kelas X Jurusan
Teknik Kendaraan Ringan di SMK Muhammadiyah Prambanan. Jurnal
Pendidikan. http://eprints.uny.ac.id/22215, diakses 22 November 2019.
Miles, Huberman & Saldana. (2014). Qualitative Data Analysis: A Methods
Sourcebook. https://books.google.co.id/, diakses 3 Januari 2020.
Moesthafa, I. (2018). Manajemen Kurikulum Sistem Kredit Semester dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMA Negeri 1 Probolinggo. Jurnal
Pendidikan. http://etheses.uin-malang.ac.id/11135, diakses 22 Oktober 2019.
Muhlis, A. (2017). Pengembangan Pembelajaran dengan Sistem Kredit Semester
di MTs Negeri Sumber Bungur Pamekasan. Jurnal Pendidikan.
http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/nuansa/article/download/131,
diakses 24 November 2019.
Nafia, M. I. (2017). Penerapan Sistem Kredit Semester di Sma Negeri 1 Kudus.
Jurnal Pendidikan. http://lib.unnes.ac.id/31067, diakses 22 Oktober 2019.
Nafis, I. U. (2013). Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam Bagi Penyandang
Tuna Netra di Balai Rehabilitasi Sosial Distrarastra Pemalang II. Jurnal
Pendidikan Volume 48–60. http://eprints.walisongo.ac.id/1587, diakses 3
April 2020.
Rahardjo, M. (2017). Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan
Prosedurnya. Jurnal Pendidikan. https://core.ac.uk/download/pdf/, diakses 31
Desember 2019.
Widiyansyah, H. (2015). Survei Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kabupaten Cilacap. Jurnal
Pendidikan. http://eprints.uny.ac.id/13609, diakses 3 April 2020.
Wulandari, Rizki. (2018). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Ditinjau dari
Gaya Belajar dalam Menyelesaikan Soal Materi Lingkaran Kelas VIII-A MTs
Assyafi’iyah Gondang Tulungagung. Jurnal Pendidikan.
http://digilib.uintulungagung.ac.id/3478, diakses 24 November 2019.