IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN...
Transcript of IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN...
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS
KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG DALAM MEMBENTUK
PERILAKU RELIGIUS DAN ENTREPRENEURSHIP
DI MA NU HASYIM ASY’ARI 3 DAN
MA NU MAWAQI’UL ULUM
KABUPATEN KUDUS
Oleh
MIFTAKHUROZAQ
NIM. 12010160006
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS
KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG DALAM MEMBENTUK
PERILAKU RELIGIUS DAN ENTREPRENEURSHIP
DI MA NU HASYIM ASY’ARI 3 DAN
MA NU MAWAQI’UL ULUM
KABUPATEN KUDUS
Oleh
MIFTAKHUROZAQ
NIM. 12010160006
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan
Salatiga, 14 Maret 2019
Dr. Maslikhah, S.Ag., M.Si.
PEMBIMBING
ABSTRAK
Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Gusjigang dalam
Membentuk Perilaku Religius dan Entrepreneurship di MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan
MA NU Mawaqi’ul Ulum Kabupaten Kudus.
Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan
karakter berbasis kearifan lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan
entrepreneurship di MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
yang dirinci ke dalam tiga pertanyaan penelitian; Pertama, bagaimana muatan
implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Gusjigang dalam membentuk
perilaku religius dan entrepreneurship, Kedua, pola implementasi pendidikan karakter
berbasis kearifan lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan
entrepreneurship, Ketiga, dampak implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan
lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship.
Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subyek penelitian
Kepala MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus. Latar setting
penelitian di dua lokasi berbeda yaitu MA NU Hasyim Asy’ari 3 di Desa Honggosoco
Kecamatan Jekulo dan MA NU Mawaqi’ul Ulum di Desa Medini Kecamatan Undaan.
Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi,
triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan teori Miles dan Huberman
kemudian dilakukan validasi keabsahan dengan triangulasi sumber, triangulasi teknik
dan triangulasi waktu.
Penelitian tesis ini menghasilkan deskripsi dan analisis: Pertama, muatan
implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Gusjigang dalam membentuk
perilaku religius dan entrepreneurship dimulai dari perumusan kurikulum madrasah,
pengembangan komponen karakter, diterapkan melalui pembelajaran dan budaya
karakter madrasah. Kedua, pola implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan
lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship dengan
mengembangankan nilai utama Bagus, Ngaji, Dagang ke dalam komponen karakter,
melaksanakannya melalui kegiatan budaya madrasah, pengembangan diri dan pelatihan
life skill, kemudian ditindaklanjuti dengan program magang. Ketiga, Dampak
implementasi pendidikan karakter Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan
entrepreneurship menunjukkan respon yang positif ditandai dengan munculnya
religiusitas, kemandirian, kreatifitas dan jiwa marketing peserta didik.
Kata kunci: Gusjigang, Religius, Entrepreneurship
ABSTRACT
Implementation of Local Wisdom Based Character Education Gusjigang in Building
Religious and Entrepreneurship Behavior at MA NU Hasyim Asy'ari 3 and MA NU
Mawaqi'ul Ulum Kudus Regency.
This thesis research aims to find out the implementation of Gusjigang local
wisdom-based character education in shaping religious behavior and entrepreneurship
in MA NU Hasyim Asy'ari 3 and MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus which are detailed in
three research questions; First, how the content of Gusjigang's local wisdom-based
character education implementation in building religious behavior and
entrepreneurship. Secondly, the pattern of Gusjigang's local wisdom-based character
education implementation in building religious behavior and entrepreneurship. Third,
the impact of Gusjigang's local wisdom-based character education in building religious
behavior and entrepreneurship.
The method of this research uses qualitative research with the research subject
of headmaster of MA NU Hasyim Asy'ari 3 and MA NU Mawaqi'ul Ulum Kudus. The
places of research setting in two different locations, MA NU Hasyim Asy'ari 3 in
Honggosoco , Jekulo District and MA NU Mawaqi'ul Ulum in Medini , Undaan District.
Data collection techniques use the observation method, interviews, documentation, and
data triangulation. The data analysis technique uses Miles and Huberman theory then
validated with triangulation sources, technique and time triangulation.
This thesis research produces a description and analysis: First, the content of
the implementation of Gusjigang's local wisdom-based character education in building
religious behavior and entrepreneurship starting from the formulation of the madrasah
curriculum, the development of character components, is applied through learning and
the character culture of the madrasah. Secondly, the pattern of Gusjigang's local
wisdom-based character education implementation in building religious behavior and
entrepreneurship by developing the main values of Bagus, Ngaji, Dagang into character
components, implementing them through madrasah cultural activities, self-development
and life skills training, then followed up with an internship program. Third, the impact
of the implementation of Gusjigang character education in building religious behavior
and entrepreneurship shows a positive response characterized by the rise religiosity,
independence, creativity and marketing spirit of students.
Keywords: Gusjigang, Religious, Entrepreneurship
PRAKATA
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT dan mengharapkan Ridho serta
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Implementasi
Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Gusjigang dalam Membentuk Perilaku
Religius dan Entrepreneurship di MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul
Ulum Kabupaten Kudus. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk meraih
gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammmad SAW, semoga
kita mendapatkan syafaat-Nya kelak di yaumul qiyamah, amin. Penulis menyadari
tersusunnya penelitian tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Prof. Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag, selaku Direktur Program Pascasarjana IAIN
Salatiga sekaligus ketua sidang tesis yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyelesaian studi ini.
3. Bapak Hammam S., S.Pd., M.Pd., Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Agama Islam Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
4. Dr. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar
meluangkan waktu, tenaga, fikiran serta pengarahan dan motivasi yang luar biasa
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis ini dengan baik
5. Bapak dan ibu dosen Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah
banyak memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan.
6. Kepala Madrasah MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus, Ibu Hj. Zarotun dan Kepala
MA NU Mawaqi’ul Ulum Bapak H. Achmadi yang telah memberikan ijin
penelitian sehingga terselesaikannya penulisan tesis ini.
7. Bapak Zaenuri Abidin dan Ibu Sri Sunarti selaku orang tua penulis yang selalu
membimbing dan memberikan motivasi serta keluarga kecil adikku Maria Ulfa
Agustin yang tersayang.
8. Istri penulis Sri Kusmiyarsih, yang telah mendampingi dengan sabar dan pengertian
serta putri kesayangan Tsabita Zaqy Aliefia semoga menjadi anak yang sholihah,
amin.
9. Teman-teman mahasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga,
angkatan 2016 sebagai teman berbagi rasa dalam suka dan duka dan atas segala
kebersamaan, bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan dari isi maupun
tulisan tesis ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak menjadi masukan yang positif bagi penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan pembelajaran di madrasah
pada masa mendatang.
Salatiga, 13 Maret 2019
Penulis,
Miftakhurozaq
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
PRAKATA ................................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Signifikansi Penelitian ............................................................................ 5
D. Tinjauan Pustaka .................................................................................... 6
E. Metode Penelitian ................................................................................... 14
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 16
BAB II MUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS
KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG DALAM MEMBENTUK
PERILAKU RELIGIUS DAN ENTREPRENEURSHIP ..................... 17
A. Muatan Implementasi Pendidikan Karakter
Berbasis Kearifan Lokal Gusjigang di MA NU Hasyim
Asy’ari 3 Kudus ..................................................................................... 17
B. Muatan Implementasi Pendidikan Karakter
Berbasis Kearifan Lokal Gusjigang di MA NU Mawaqi’ul Ulum
Kudus ..................................................................................................... 20
BAB III POLA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG
DALAM MEMBENTUK PERILAKU RELIGIUS
DAN ENTREPRENEURSHIP.................................................................. 24
A. Pola Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Gusjigang di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus .................................. 24
B. Pola Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Gusjigang di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus ................................... 28
BAB IV DAMPAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG DALAM
MEMBENTUK PERILAKU RELIGIUS
DAN ENTREPRENEURSHIP.................................................................. 29
A. Dampak Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Gusjigang di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus .................................. 29
B. Dampak Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Gusjigang di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus ................................... 36
ix
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 39
A. Simpulan .............................................................................................. 39
B. Saran .................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 43
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pola Implementasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku
Religius di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus ............................ 21
Gambar 2.2. Pola Implementasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku
Religius di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus ............................ 23
Gambar 3.1. Pola Implementasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku
Entrepreneurship di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus ............ 28
Gambar 3.2. Pola Implementasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku
Entrepreneurship di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus ............. 29
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman wawancara pendidikan karakter Gusjigang
2. Verbatim wawancara
3. Dokumentasi penelitian
4. Surat ijin mengadakan penelitian
5. Surat keterangan telah mengadakan penelitian
6. Lembar bimbingan tesis
7. Biografi Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah telah merumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa dalam
Kurikulum 2013 (K13)1
sebagai perwujudan dari lima nilai utama falsafah
Pancasila yang saling berkaitan yaitu religiusitas, nasionalisme, kemandirian,
gotong royong, dan integritas yang terintegrasi dalam kurikulum, berorientasi
pada berkembangnya potensi peserta didik, keteladanan serta berlangsung melalui
pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.2
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan pendidikan
dengan tujuan utamanya mengimplementasikan Nawacita yang terintegrasi dalam
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir,
bersikap, dan bertindak menjadi lebih baik.3 Pendidikan karakter merupakan
prioritas rencana jangka panjang Pemerintah rentang tahun 2005 sampai 2025
seperti pendapat Abna Hidayati:
Basic of implementation of character education in schools are also listed
implicitly in the National Long-Term Development Planon 2005-2025, in
which the government makes character development as one of the
priorities of national development programs.4
1Permendikbud RI Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada
Satuan Formal, Pasal 2. 2Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter,
Pasal 3. 3Kemdikbud, Infografis PPK, Menumbuhkan Generasi Cerdas dan Berkarakter, Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018, 2. 4Abna Hidayati, “The Development of Character Education Curriculum for Elementary
Student in West Sumatera”, International Journal of Education and Research, Vol. 2 No. 6 (June
2014), 190.
2
Penguatan pendidikan karakter dalam K13 yang telah dirumuskan
Pemerintah tidak serta merta berjalan tanpa hambatan, data statistik menyebutkan
tingginya tindak kriminalitas, penyalahgunaan narkotika dan tawuran pelajar
mencapai angka sampai 75,11 % dalam kurun waktu enam tahun terakhir5, hal ini
menunjukkan bahwa sistem adopsi kurikulum pendidikan dari barat masih perlu
banyak pembenahan di berbagai sektor. KPK mencatat terjadi kenaikan perilaku
korupsi yang signifikan antara kurun waktu tahun 2015 sampai dengan 2017 yaitu
jumlah perkara yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht) tahun 2015
berjumlah 37 kasus, sedangkan tahun 2016 melonjak drastis menjadi 70 kasus dan
tahun 2017 naik menjadi 84 kasus korupsi.6
Mutu pendidikan di Indonesia ditinjau dari sisi kualitas sumber daya
manusia juga masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara lain.7 Kurikulum
yang sentralistik tanpa memerhatikan kondisi dan kebutuhan masyarakat bawah
juga belum mampu menghasilkan lulusan yang kreatif dan mandiri. Tingkat
pengangguran terbuka di Indonesia masih di dominasi usia lulusan sekolah
menengah atas yang mencapai 11,24 %8, artinya ada penawaran tenaga kerja yang
tidak terserap terutama pada tingkat lulusan pendidikan SMK dan SMA.
5Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan, Statistik Kriminal 2014, Jakarta: Badan
Pusat Statistik, 2014, 111. 6 KPK, Statistik TPK Inkracht, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2018, 1.
7Data World Education Ranking yang diterbitkan oleh Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD, 2015), Indonesia menempati urutan ke-69 dari total 75
negara. Riza Yonisa Kurniawan, “Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia untuk
Meningkatkan Mutu dan Profesionalisme Guru”, Seminar Konvensi Nasional Pendidikan
Indonesia (KONASPI), Jakarta 29 Mei 2017, Universitas Negeri Jakarta. 8 Nurma Midayanti, Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2018, Jakarta: Badan
Pusat Statistik, 2018, 3.
3
Pengembangan karakter dan budaya bangsa berbasis nilai-nilai religius dan
kemandirian di sekolah yang selaras dengan budaya lokal, regional dan nasional
yang terintegrasi dalam proses belajar mengajar, melibatkan komunikasi dua arah,
aktivitas siswa dan sumber belajar perlu disusun dengan baik, seperti pendapat
dari Arita Marini Character building in core activities in teaching learning
process involved teaching method, two-way communication, students activities,
learning resources.9
Konsep pendidikan karakter di sekolah yang dapat dikembangkan melalui
kearifan lokal sehingga dapat menjadi modal sosial bermasyarakat. Leo Agung S.
mengatakan bahwa to develop a local wisdom-based Social Science learning
model with building cognitive and affective aspects, and skill.10
Mengembangkan
model pembelajaran Ilmu Sosial berbasis kebijaksanaan lokal dengan membangun
aspek kognitif dan afektif dan keterampilan, salah satunya adalah dengan
mengimplementasikan pendidikan yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat
Kabupaten Kudus, yaitu spirit Gusjigang yang berasal dari tiga kata, gus atau
bagus (karakter mulia), ji (keilmuan yang selaras dengan perkembangan zaman)
berasal dari kata ngaji, dan gang (entrepreneurship) dari kata dagang.11
9
Arita Marini,”Character Building Through Teaching Learning Process: Lesson In
Indonesia”, International Journal of Sciences and Research, Vol. 73, Number 5 (May 2017), 177. 10
Leo Agung S., The Development of Local Wisdom-Based Social Science Learning
Model with Bengawan Solo as the Learning Source, American International Journal of Social
Science, Vol. 4, No. 4 (August 2015), 51. Lihat juga dalam Archanya Ratana, “Cultural Learning
Processes through Local Wisdom”, International Journal of Adult Vocational Education and
Technology, 6(2), 41-60, (April-June 2015 ), 42. 11
Sri Mulyani, “Peran Gusjigang dan Penerapan Akuntansi Terhadap Literasi Keuangan
PraNikah”,.Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Volume 2 No.2 (Oktober 2015), 164.
4
Peneliti tertarik memilih MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU
Mawaqi’ul Ulum Kudus sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan data awal
yang diperoleh, kedua lembaga pendidikan tersebut telah menerapkan spirit
Gusjigang yang dituangkan dalam kurikulum madrasah12
, selain itu letak
geografis kedua madrasah yang berada dalam lingkungan religius dengan berbagai
pondok pesantren yang ada disekitarnya menjadi lokasi yang tepat untuk
melakukan penelitian tentang bagaimana pembentukan perilaku religius siswa,
sedangkan Kabupaten Kudus sebagai kota kecil dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi cukup tinggi, dimana sektor industri sebagai penyangga utama
perekonomian dengan kontribusi sebesar 80,82%13
terhadap pendapatan daerah,
menjadikan MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum
memandang penting untuk membekali peserta didiknya dengan semangat
entrepreneur agar alumni mampu bersaing dalam kehidupan dan mempunyai jiwa
kemandirian yang tinggi.
Penelitian tentang implementasi spirit kearifan lokal Gusjigang dalam
proses pembelajaran menjadi satu hal yang sangat penting untuk dilakukan karena
Gusjigang dapat menjadi solusi alternatif sebagai sebuah pendekatan baru dalam
sistem pendidikan Islam berbasis kearifan lokal sebagai sumber inovasi dan
keterampilan yang dapat diberdayakan melalui kurikulum pendidikan di
madrasah.
12
Dokumentasi penelitian awal di MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul
Ulum Kab. Kudus pada tanggal 3 dan 5 November 2018. 13
Tim Penyusun BPS Kab. Kudus, Kabupaten Kudus dalam Angka 2018, Kudus: BPS
Kab. Kudus, 2018, 307.
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana muatan implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan
lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus ?
2. Bagaimana pola implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal
Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship di
MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus ?
3. Bagaimana dampak implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan
lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus ?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
a. Muatan implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal
Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship di
MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus.
b. Pola implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal
Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship di
MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus.
c. Dampak implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal
Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship di
MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus.
6
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoretis
Menambah khazanah keilmuan tentang konsep pendidikan karakter
berbasis kearifan lokal gusjigang dalam ranah pendidikan serta menjadi
rujukan bagi penelitian selanjutnya.
b. Manfaat praksis
1) Bagi madrasah, penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan
masukan dalam mengambil kebijakan untuk membentuk perilaku
religius dan entrepreneurship.
2) Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran
untuk menumbuhkan perilaku religius dan entrepreneurship.
3) Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pemahaman mengenai spirit Gusjigang sebagai warisan budaya asli
Kabupaten Kudus yang mulai terlupakan.
4) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan
bagaimana menumbuhkan perilaku religius dan entrepreneurship
melalui pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Gusjigang.
D. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Khasan Ubaidillah menyimpulkan pembelajaran berbasis kearifan
lokal Gusjigang, terdapat tiga hal yang dikembangkan yaitu aspek akhlak
terpuji bagus lakune anak didik, pengembangan aspek intelektual dan
7
agama.14
Penelitian ini mempunyai persamaan tentang implementasi
Gusjigang dalam pembelajaran, namun berbeda pada jenjang pendidikan
yang diteliti sehingga menghasilkan deskripsi yang berbeda pula. Relevansi
dengan tesis ini terdapat pada penelitian tentang aspek akhlak terpuji
dengan karakter baik (bagus).
Fulan Puspita menyebutkan keberhasilan pembentukan karakter
berbasis keteladanan melahirkan prestasi akademik dan non akademik.15
Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu sama-sama meneliti tentang
pembentukan karakter peserta didik di sekolah, perbedaannya dari segi isi
membahas pembentukan karakter berdasarkan keteladanan, sedangkan tesis
ini meneliti implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.
Relevansi penelitian tesis ini terdapat pada implementasi pembiasaan
budaya karakter madrasah.
Mohammad Salahuddin Al-Ayyuubi menyimpulkan bahwa
Gusjigang adalah konsep kearifan lokal warga Kudus yang diteladankan
secara turun temurun mencitrakan karakter seorang muslim yang bagus
akhlaknya, pandai mengaji, dan terampil berdagang16
Persamaan Penelitian
ini terletak pada kesimpulan bahwa Gusjigang adalah konsep kearifan lokal
warga Kudus yang perlu dikembangkan, sedangkan perbedaannya
14
Khasan Ubaidillah, “Pengembangan Karakter Anak Usia Dini melalui Pembelajaran
Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus di RA Qudsiyah Kudus)”, Tesis Prodi PGRA, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2012, 16. 15
Fulan Puspita, “Pembentukan Karakter Berbasis Pembiasaan dan Keteladanan (Studi
Atas Madrasah Tsanawiyah Negeri Yogyakarta I)”, Tesis Prodi PAI,, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2015, 8. 16
Mohammad Salahuddin Al-Ayyuubi, “Peranan Yanbuul Qur’an dalam Pelestarian
Spirit Gusjigang Kudus”, Pesantren Management and Development towards Globalization
Proceeding of 1st International Conference of Pesantren, Malang, 29th -30th July 2016, UIN
Maulana Malik Ibrahim.
8
penelitian ini dilakukan di pondok pesantren, adapun penelitian penulis
dilakukan di lembaga madrasah. Relevansi penelitian dengan tesis ini
adalah munculnya tiga dimensi konsep Gusjigang yakni ethic (gus),
academic (ji), dan economic (gang).
Nuskhan Abid menyebutkan bahwa dalam nilai-nilai Gusjigang
ditemukan soft skill kemampuan berkomunikasi dalam nilai “gus” soft skill
kerjasama tim dalam nilai “ji” dan soft skill keterampilan kewirausahaan dalam
nilai “gang”.17
Persamaan penelitian ini tentang topik pembahasan
Gusjigang yang menghasilkan konsep nilai, sedangkan perbedaannya
penelitian tersebut lebih bersifat teoretis sedangkan penelitian yang
dilakukan penulis lebih terperinci pada implementasinya dalam
pembelajaran. Relevansi penelitian dengan tesis ini tentang soft skill dengan
implikasi entreprenership peduli sosial, komunikatif dan berjiwa
marketing.
Maharromayati menyebutkan munculnya inisiatif melestarikan nilai
karakter Gusjigang sebagai pewarisan nilai melalui kecerdasan budaya,
pelestarian budaya lokal, membangun kemandirian ekonomi dan
menumbuhkan semangat peduli lingkungan.18
Fokus peneltian ini
mempunyai persamaan mengkaji tentang kearifan lokal Gusjigang,
sedangkan perbedaannya cenderung mengkaji spirit Gusjigang sebagai
warisan falsafah. Penelitian ini menggali implementasi Gusjigang dalam
17
Nuskhan Abid, “Relevansi Kearifan Lokal Gusjigang dengan Soft Skill dan Integrasinya
dalam Proses Pembelajaran”, Elementary, Vol 5, No. 2 (Januari-Juni 2017), 170-190. 18
Maharromayati, “Pewarisan Nilai Falsafah Budaya Lokal Gusjigang sebagai Modal
Sosial di Pondok Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Kudus”, Tesis, Universitas Negeri
Semarang, 2016, 19.
9
membentuk perilaku religius dan entrepreneurship di madrasah. Relevansi
tesis ini terdapat pada perilaku mandiri, peduli lingkungan dan peduli
sosial.
2. Kajian Teori
a. Pendidikan Karakter
Karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat
mendasar yang ada pada diri seseorang. Pendidikan karakter merupakan
upaya untuk menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi benih agar
peserta didik mampu menumbuhkan karakter khasnya pada saat menjalani
kehidupannya, dapat dikatakan karakter mengacu kepada serangkaian
perilaku (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan
keterampilan (skills).19
Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar)
untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara
objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik
untuk masyarakat secara keseluruhan.20
Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengenai pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013
memberi gambaran bahwa penanaman karakter bukan hanya penting,
tetapi mutlak dilakukan oleh bangsa Indonesia jika ingin menjadi bangsa
yang beradab karena banyak fakta membuktikan bahwa bangsa-bangsa
yang maju bukan disebabkan bangsa tersebut memiliki sumber daya alam
19
Buseri, Pendidikan Keluarga, Banjarmasin: Lanting Media Aksara, 2010, 72. 20
Thomas Lickona, Character Matters: Persoalan Karakter, terj. Juma Wadu Wamaungu
& Jean Antunes Rudolf Zien dan Editor Uyu Wahyuddin dan Suryani, Jakarta: Bumi Aksara,
2012, 5.
10
yang berlimpah, melainkan bangsa yang memiliki karakter unggul seperti
kejujuran, kerja keras dan tanggung jawab.
b. Kearifan Lokal Gusjigang
Kearifan lokal Gusjigang (Bagus, Ngaji, Dagang) tidak bisa lepas
dari genealogi budaya Kabupaten Kudus dan citra yang melekat pada diri
Sunan Kudus, tersimpan dalam makna simbolik sebagai waliyyul ‘ilmi dan
wali saudagar dengan komunitas masyarakat muslim di Kudus. Hubungan
keduanya memunculkan imaginasi paradigmatik yang akan melahirkan
kesadaran paradigmatik dimana dari sudut pandang kacamata semiotik hal
ini bukanlah sebuah kebetulan, komunikasi budaya memunculkan
hubungan paradigmatik antara Sunan Kudus dan masyarakat Kudus karena
keduanya memiliki “forma” yaitu kedekatan (close), sehingga melahirkan
identitas budaya Gusjigang sebagai bentuk kesinambungan budaya lokal
masyarakat kudus dengan Sunan Kudus yang menjadi model figur dalam
konstruksi sosiologis.21
Gusjigang menjadi nasehat agar menjadi insan
yang ideal, memiliki akhlak atau perangai yang bagus, berintelektualitas
tinggi dan mempunyai jiwa entrepreneur.
Spirit Gusjigang sebagai salah satu bentuk kearifan lokal,
melahirkan core value yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi basis
nilai dalam bidang pembangunan dari perspektif pendidikan Islam
sehingga ummat Islam menjadi kuat dan berkarakter baik, berwawasan
21
Nur Said, “Gusjigang dan Kesinambungan Budaya Sunan Kudus: Relevansinya bagi
Pendidikan Islam Berbasis Local Genius”, Jurnal Islam Empirik, Volume 6 No. 2 (Juli-Desember
2013), 120-123.
11
luas dan mempunyai life skill sebagaimana pendapat Muhammad Syukri
Salleh:
The Islamization of knowledge movement attempts to reform Muslim
approach to education by integrating Divine with human sources for
a powerful whole. The revealed knowledge is believed to be able to
provide a comprehensive spiritual and moral guidance in the sphere
of human action and universal laws.22
Ketiga core values Gusjigag meliputi, Pertama kata gus yang
bermakna bagus, dimaksudkan pentingnya memiliki karakter yang mulia
(akhlakul karimah), Kedua kata ji yang berasal dari kata ngaji (mengaji)
merupakan tradisi ilmiah yang dimaknai sebagai bentuk kegiatan semangat
menuntut ilmu, dan ketiga adalah kata gang yang berarti dagang sebagai
akar pembangun semangat entrepreneurship yang paling mendasar.23
c. Perilaku Religius
Perilaku diartikan kecenderungan yang relatif menetap yang beraksi
dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Perilaku
manusia menjadi suatu bentuk reaksi perasaan seseorang yang melahirkan
terhadap obyek dimana bisa menjadi hal yang mendukung (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable).24
Religius berasal dari
kata dasar religi yang berasal dari bahasa asing religion sebagai kata bentuk
dari kata benda yang berarti agama.25
Ekspresi dari kepercayaan terhadap
agama berupa amal ibadah dan doa menjadi suatu keadaan jiwa atau cara
22
Muhammad Syukri Salleh, Strategizing Islamic Education, International Journal of
Education and Research, Vol. 1 No. 6 (June 2013), 4. 23
Nur Said, Gusjigang dan Kesinambungan Budaya Sunan Kudus…, 127. 24
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2011, 118. 25
Jalaluddin, Psikologi Agama:Memahami Perilaku Keagamaan dengan Mengaplikasikan
Prinsip-Prinsip Psikologi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, 25.
12
hidup yang mencerminkan kecintaan atau kepercayaan terhadap Tuhan.
Zakavi menjelaskan The significance of this prayer becomes clearer when
we face the fact that humans are always at risk of intellectual and
behavioral deviation given their potential capacity.26
Kekuatan doa
dirasakan menjadi sangat jelas ketika seseorang mengalami cobaan sehingga
memunculkan rasa kedekatan religius terhadap Tuhan.
Perilaku Religius seseorang dalam agama Islam tidak hanya dapat
diwujudkan melalui aktifitas ritual saja, tetapi juga dilihat dari beberapa
dimensi yang lain. Menurut Hasan Basri secara umum dasar-dasar agama
Islam meliputi akidah, syari’ah dan akhlak27
yang saling berkaitan dan tidak
bertentangan, sebagaimana pendapat dari Adenigba yang mengatakan
Sharicah and Ḥaqiqah as independent concepts in Islām. Both usages have
been promoted diversely by different groupsin such a manner that one may
want to see the two terms as uncomplimentary and opposite.
d. Entrepreneurship
Entrepreneurship dapat dipahami sebagai penerapan kreativitas
untuk memecahkan permasalahan serta menghasilkan sesuatu yang
dibutuhkan masyarakat dengan gagasan inovatif, semangat memberikan
kontribusi positif dan dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada. 28
Pendapat ini juga sesuai dengan yang disampaikan Kim Hoe Looi,
26
Zakavi, Reflection on the Epistemic Foundations of Good Ending (GE) and the
Strategies to Reach it in the Holy Qur'an, Journal of Islamic Studies and Culture, Vol 6 No. 2
(December 2018), 18. 27
Hasan Basri, Pendalaman Akidah Akhlak, Bandung: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
2009, 176. 28
Dany Garjito, Berani Berwirausaha, Yogyakarta: Akmal Publishing, 2014, 7.
13
Entrepreneurship is a source of innovation, job creation and economic
growth, as such it is pivotal to attract the young and the educated to become
entrepreneurs29
Entrepreneurship berkaitan dengan perilaku, tindakan dan proses
yang dilakukan oleh para entrepreneur dalam merintis, menjalankan dan
mengembangkan usaha mereka. Pengertian ini mengandung arti bahwa
seorang entrepreneur adalah orang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, atau bisa juga
dengan menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang ada.30
Entrepreneurship merujuk pada proses atau kegiatannya, sedangkan
entrepreneur lebih merujuk pada pelakunya, yaitu orang yang mempunyai
kreativitas dan inovasi untuk mengubah peluang menjadi bisnis nyata yang
mendatangkan keuntungan. Pendorong perubahan inovasi dan kemajuan
perekonomian sebagian besar adalah orang-orang yang memiliki
kemampuan untuk mengambil resiko dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi.31
Kajian menurut ruang lingkup di atas, dapat disimpulkan bahwa
entrepreneurship mempunyai makna kemandirian perilaku, komitmen,
mempunyai kreatifitas dan inovasi untuk menemukan solusi dari
permasalahan yang dialami, serta mencakup hampir semua bidang yang ada
dalam bisnis.
29
Kim Hoe Looi, Undergraduate Students’ Entrepreneurial Intention: Born or Made?, Int.
J. Entrepreneurship and Small Business, Vol. 26, No. 1, (2015), 1. Lihat juga dalam Robert Zacca;
Mumin Dayan, Entrepreneurship: an Evolving Conceptual Framework, International Journal of
Entrepreneurship and Innovation Management (IJEIM) , Vol 21, No. 1-2 (January 2017), 1. 30
Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013, 20. 31
Dany Garjito, Berani Berwirausaha, …., 7.
14
E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.32
Peneliti mengumpulkan data-data
terkait penelitian di MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum
Kabupaten Kudus.
1. Subyek Penelitian
a. Kepala MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
sebagai narasumber terkait gambaran umum dan kondisi madrasah.
b. Guru MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
sebagai narasumber terkait dengan implementasi pendidikan karakter
berbasis kearifan lokal Gusjigang.
c. Siswa MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
sebagai subyek pendidikan dari implementasi pendidikan karakter berbasis
kearifan lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan
entrepreneurship.
2. Latar Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu MA NU
Hasyim Asy’ari 3 Kudus yang terletak di desa Honggosoco Kecamatan
Jekulo dan MA NU Mawaqi’ul Ulum yang terletak di desa Medini
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus, sedangkan waktu penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2019.
32
Penelitian dengan mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, perilaku, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007, 60.
15
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan:
a. Metode observasi untuk mengumpulkan data mengenai keadaan madrasah,
sarana dan prasarana serta kegiatan yang berkaitan dengan implementasi
pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Gusjigang.
b. Metode wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari
beberapa informan yaitu kepala madrasah, guru dan siswa serta
narasumber lain yang terkait dengan implementasi Gusjigang.
c. Dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data-data mengenai
gambaran umum madrasah, kurikulum, silabus, sumber materi yang
menjadi bahan kegiatan pembelajaran serta foto-foto pada saat penelitian.
d. Triangulasi data yaitu menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang telah ada.33 Data yang diperoleh kemudian diuji
kredibilitasnya dengan berbagai data yang ada dari beberapa sumber yang
ditemukan di lapangan.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teori dari Miles dan
Huberman yang langkah-langkahnya dimulai pada reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi data.34
Data yang telah dianalisis kemudian dilakukan
validasi keabsahan dengan melakukan triangulasi sumber, triangulasi teknik
dan triangulasi waktu.35
33
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Alfabeta, 2015, 330. 34
Sugiyono, Metode..., 337. 35
Sugiyono, Metode..., 372.
16
F. Sistematika Penulisan
Bab I berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi
penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II berisi tentang muatan implementasi pendidikan karakter berbasis
kearifan lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan
entrepreneurship di MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum
Kudus.
Bab III membahas pola implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan
lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship di MA
NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus.
Bab IV berisi tentang dampak implementasi pendidikan karakter berbasis
kearifan lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan
entrepreneurship di MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU Mawaqi’ul Ulum
Kudus.
Bab V merupakan penutup yang memuat simpulan dan saran. Bagian akhir
dari penelitian ini berisi jawaban atas fokus penelitian yang telah ditentukan serta
saran dari penulis yang berkaitan dengan hasil pembahasan yang telah diperoleh.
17
BAB II
MUATAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS
KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG DALAM MEMBENTUK
PERILAKU RELIGIUS DAN ENTREPRENEURSHIP
A. Muatan Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Gusjigang di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Madrasah Aliyah Hasyim Asy’ari 3 Kudus mengimplementasikan pendidikan
abad 21 dengan mengintegrasikan spirit Gusjigang sebagai pelengkap kurikulum
yang bersumber dari kearifan lokal Kabupaten Kudus dengan representasi bagus
dalam akhlak, gemar belajar dan mencari ilmu serta mempunyai jiwa wirausaha
(kemandirian)36
, dalam arti luas yaitu mengantarkan peserta didik untuk memiliki
karakter sebagai bekal berperilaku baik, memiliki kemampuan belajar untuk
mencipta diri secara spiritual dan duniawi serta memiliki kemandirian dan
kemampuan untuk berkarya sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Hj. Zarotun:
Madrasah kami merumuskan kurikulum sesuai dengan karakteristik
madrasah yang dituangkan melalui visi, misi dan tujuan dengan
mengintegrasikan nilai-nilai kearifan lokal Gusjigang yaitu mengarahkan
pembentukan karakter yang baik (gus) dalam membentuk karakter religius.
Pembentukan perilaku religius ini kita ke depankan karena menjadi bagian
paling inti dari di madrasah kami karena tujuan utama manusia diciptakan
adalah untuk beribadah kepada Alah. Dalam rangka mewujudkan semua
itu tentunya madrasah juga memfasilitasi dengan sarana dan prasarana
yang memadai seperti musholla madrasah, buku dan kitab pendukung
materi, serta alat-alat lainnya dan anggaran kegiatan, di samping itu juga
kebutuhan finansial dari para pendidik menjadi fasilitas yang perlu
diperhatikan juga (MA.H3.Zar.r).
36
Dikutip dari kata pengantar Kepala Madrasah dalam dokumen kurikulum MA NU
Hasyim Asy’ari 3 Kudus Tahun Pelajaran 2018/2019 (terlampir).
18
Penanaman nilai-nilai religius dibentuk dari core value Bagus dan Ngaji
dalam kearifan lokal gusjigang, kemudian dikembangkan ke dalam berberapa
komponen karakter Bagus yaitu religius, santun, jujur, toleransi, peduli sosial,
sedangkan pengembangan komponen karakter Ngaji terdiri dari menghargai
prestasi, gemar membaca, semangat kebangsaan dan rasa ingin tahu.37
Implementasi nilai-nilai Dagang dalam pembelajaran dimaknai lebih luas
sebagai pembentukan jiwa entrepreneur yang harus dimiliki peserta didik agar
kreatif dan inovatif menjaga eksistensi kehidupannya. Pengembangan kurikulum
kearifan lokal Gusjigang dalam membentuk perilaku entrepreneurship di MA NU
Hasyim Asy’ari 3 Kudus harus memenuhi kompetensi yang akan dicapai melalui
kurikulum 2013 yaitu berkaitan dengan pembentukan karakter bangsa dari
cakupan kompetensi lulusan sehingga untuk mencapai tujuan pembelajaran, core
value Dagang (Gang) dikembangkan menjadi beberapa komponen karakter yaitu
kreatif, mandiri, kerja keras dan tanggungjawab38
, seperti yang disampaikan oleh
Bapak Muhammad Arifin selaku Waka Kurikulum:
Penerapan nilai-nilai Dagang (gang) di madrasah dikembangkan melalui
komponen karakter kreatif, mandiri, kerja keras dan tanggungjawab,
adapun rumusan dalam kurikulum termasuk dalam kelompok
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan dimana prakteknya didukung
dengan kegiatan-kegiatan pengembangan diri yang ada dalam
ekstrakurikuler madrasah didukung dengan tenaga pendidik dari guru
sendiri dan tutor dari luar madrasah, harapannya akan muncul sikap dan
perilaku entrepreneurship dari peserta didik (MA.H3.Ar.e).
37
Dokumen Kurikulum MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus Tahun Pelajaran 2018/2019,
14. 38
Dokumen Kurikulum MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus…, 14.
19
Gambar 2.1. Integrasi Kearifan Lokal Gusjigang dalam Kurikulum
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus39
Berdasarkan bagan di atas, nampak bahwa muatan implementasi
pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Gusjigang dilaksanakan dengan
mengembangkan nilai-nilai Bagus, Ngaji dan Dagang menjadi berberapa
komponen karakter madrasah, di antaranya yaitu Bagus dengan karakter religius,
santun, jujur, toleransi, peduli sosial. Ngaji dikembangkan dengan karakter
39
Dokumen Kurikulum MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus…, 15.
KURIKULUM MADRASAH
KTSP & K.13
MULOK GUSJIGANG
Bagus
Ngaji
Dagang
Pengembangan Komponen
Karakter: Religius, Santun,
Jujur, Toleransi, Peduli
Sosial.
Pengembangan Komponen
Karakter: Menghargai
Prestasi, Gemar Membaca,
Semangat Kebangsaan, Rasa
Ingin Tahu.
Pengembangan Komponen
Karakter: Kreatif, Mandiri,
Kerja Keras, Tanggungjawab
- Pembelajaran
- Pengembangan
Diri
- Life skill
20
menghargai prestasi, gemar membaca, semangat kebangsaan, rasa ingin tahu,
sedangkan Dagang dikembangkan ke dalam beberapa komponen kreatif, mandiri,
kerja keras, tanggungjawab. Pengembangan komponen karakter tersebut
kemudian diintegrasikan dengan KTSP, K.13 dan mulok madrasah yang saling
berkaitan (terintegrasi) melalui proses pembelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan
pelatihan life skill bagi peserta didik.
B. Muatan Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Gusjigang di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Manifestasi nilai-nilai Gusjigang dalam membentuk karakter religius di MA NU
Mawaqi’ul Ulum Kudus tidak hanya dijadikan sebuah semboyan dalam makna
filosofi, namun juga diimplementasikan dalam rumusan kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, Bapak H. Achmadi selaku Kepala Madrasah menjelaskan tujuan
pokok penerapan spririt Gusjigang di madrasah sebagaimana berikut:
Filosofi Gusjigang di terapkan di madrasah kami yang pertama guna
membentuk siswa-siswi agar mempunyai karakter religius sebagai
perwujudan insan yang mempunyai kedekatan spiritual dengan Allah
SWT, ini merupakan inti dari makna bagus (gus) dalam Gusjigang
sebagaimana Allah menciptakan manusia tiada lain adalah untuk beribadah
kepadaNya, maka perilaku religius menjadi bagian yang paling utama
dalam tujuan pembelajaran di madrasah kami (MA.MU.Ah.r).
Spirit Gusjigang yang menjadi ciri khas madrasah dalam mengintegrasikan
kearifan lokal pada sistem pembelajaran kemudian diintegrasikan ke dalam
muatan kurikulum yang telah disusun di madrasah sehingga Gusjigang tidak
berdiri sendiri, namun menjadi pelengkap kurikulum baku yang sudah ada.
21
Gambar 2.2. Integrasi Kearifan Lokal Gusjigang dalam Kurikulum
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus40
Nilai-nilai religius yang diterapkan di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
dibentuk dari core value Bagus dan Ngaji. Komponen karakter Bagus
dikembangkan menjadi beberapa indikator karakter pendidikan yaitu religius,
tanggungjawab, santun, demokratis, peduli lingkungan, sedangkan
40
Dokumen Kurikulum MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus…, 10.
KURIKULUM MADRASAH
MA NU MAWAQI’UL ULUM
KUDUS
KTPS & K.13 MULOK GUSJIGANG
Bagus Ngaji Dagang Terintegrasi dalam Proses
Pembelajaran
- Pengembangan Diri
- Life Skill (ekstrakurikuler)
Komponen
karakter
Komponen
karakter
22
pengembangan komponen karakter Ngaji terdiri dari cinta ilmu, komunikatif,
menghargai prestasi dan gemar membaca.41
Konsep yang tersusun pada integrasi kearifan lokal Gusjigang dalam
kurikulum di MA NU Mawaqi’ul Ulum untuk membentuk perilaku
entrepreneurship didasari dari spirit Dagang (gang) dalam kearifan lokal
Gusjigang. Core value Dagang yang bertujuan membentuk jiwa entrepreneur
peserta didik dikembangkan menjadi beberapa komponen karakter dalam
pembelajaran, di antaranya yaitu karakter mandiri, kreatif, cinta tanah air dan
pantang menyerah.42
Muatan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Gusjigang di MA NU
Mawaqi’ul Ulum dikembangkan melalui nilai-nilai Bagus, Ngaji dan Dagang
menjadi berberapa komponen karakter madrasah, di antaranya yaitu Bagus dengan
karakter religius, tanggungjawab, santun, demokratis, peduli lingkungan. Ngaji
dikembangkan dengan karakter cinta ilmu, komunikatif, menghargai prestasi dan
gemar membaca, sedangkan Dagang dikembangkan ke dalam beberapa
komponen karakter mandiri, kreatif, cinta tanah air dan pantang menyerah.
Pengembangan komponen karakter Bagus dan Ngaji dan tersebut kemudian
diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran pada KTSP, K.13 serta mulok
madrasah, sedangkan implementasi core value Dagang difokuskan melalui
kegiatan pengembangan potensi diri (ekstrakurikuler) dan pembelajaran life skill
peserta didik.
41
Dokumen Kurikulum MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus Tahun Pelajaran 2018/2019, 9. 42
Dokumen Kurikulum MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus…, 9.
23
Berdasarkan paparan hasil penelitian tentang muatan pendidikan karakter
berbasis kearifan lokal Gusjigang yang diterapkan di MA NU Mawaqi’ul ulum
maupun MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus, mempunyai beberapa persamaan, di
antaranya berangkat dari kearifan lokal Kabupaten Kudus, dilakukan
pengembangan komponen karakter dari masing-masing core value Bagus, Ngaji
dan Dagang, terintegrasi dengan pembelajaran KTSP, K.13 dan mulok serta
keaktifan dalam kegiatan pengembangan potensi diri dan life skill bagi peserta
didik, sedangkan perbedaannya terdapat dalam pengembangan indikator dari
masing-masing core value Bagus, Ngaji, Dagang, kemudian nampak bahwa MA
NU Hasyim Asy’ari 3 lebih terintegrasi dalam mengimplementasikan nilai-nilai
Gusjigang baik dalam kegiatan pembelajaran, ektrakurikuler maupun life skill,
sedangkan MA NU Mawaqi’ul Ulum lebih memfokuskan penanaman nilai-nilai
Dagang melalui kegiatan ektrakurikuler dan pembelajaran life skill di luar kelas.
24
BAB III
POLA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS
KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG DALAM MEMBENTUK
PERILAKU RELIGIUS DAN ENTREPRENEURSHIP
C. Pola Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Gusjigang di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Muatan komponen karakter dari nilai-nilai Bagus yaitu religius, santun, jujur,
toleransi, peduli sosial serta pengembangan komponen karakter Ngaji yang terdiri
dari menghargai prestasi, gemar membaca, semangat kebangsaan dan rasa ingin
tahu, dijabarkan oleh MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus ke dalam budaya karakter
madrasah, yaitu berbagai kegiatan yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan
keseharian dan simbol-simbol dan dipraktikkan oleh kepala madrasah, guru dan
peserta didik, hal ini dijelaskan oleh Bapak Muhammad Arifin:
Madrasah menanamkan karakter religius melalui pembiasaan diri
melakukan shalat dhuha setiap jam 09.30 WIB, kemudian shalat Dhuhur
berjamaah setiap jam 12.30 WIB dan disambung kegiatan tambahan
tahtimul Qur’an setiap hari Sabtu jam 13.00 WIB dan istighasah rutin
setiap bulan tanggal 11 hijriyah sebagai sarana melatih taqarrub siswa
kepada Allah. Pembentukan perilaku religius siswa juga dilakukan melalui
kajian materi kitab Akhlak “Adabul ‘Alim wa Muta’alim yang
dimasukkan pelajaran muatan lokal madrasah serta tambahan kegiatan
pesantren kilat khusus di bulan Ramadhan (MA.H3.Ar.r).
Madrasah Aliyah Hasyim Asy’ari 3 Kudus juga mengembangkan karakter
santun, jujur, toleransi dan peduli sosial dalam kandungan Gus sebagai usaha
pihak madrasah untuk mencetak peserta didik dengan perilaku yang baik agar
menjadi modal sosial bermasyarakat.
25
Implementasi nilai-nilai karakter Ji (semangat menuntut ilmu) dengan
beberapa komponen karakternya terintegrasi dalam pembelajaran PAI dan mapel
umum karena Ngaji di sini tidak diartikan secara sempit sebagai kegiatan tadarus
atau membaca Al Qur’an saja namun dapat dimaknai secara lebih luas, yaitu
mengkaji berbagai dinamika kehidupan dalam berbagai perspektif keilmuan serta
ditambah beberapa materi muatan lokal yang menjadi ciri khas madrasah.
Ruang lingkup core value Dagang mencakup pengembangan komponen
karakter yang lebih luas yaitu karakter kreatif, mandiri, kerja keras dan
tanggungjawab. Pengembangan masing-masing komponen karakter
diimplementasikan dengan menjalankan budaya karakter madrasah, yang
dijelaskan oleh Bapak Sunarto selaku Waka Kesiswaan:
Jiwa entrepreneur peserta didik didasari dari berbagai kegiatan yang
mengasah perilaku kemandirian melalui berbagai kegiatan ekstra seperti
pramuka, pencak silat, rebana, bola volly, futsal, PMR, reboisasi, serta
bakti sosial pembersihan aliran sungai dan lingkungan sekitar madrasah.
Madrasah juga mengembangkan life skill peserta didik melalui pendidikan
kewirausahaan, otomotif, ketrampilan menjahit dan komputer
(MA.H3.Sn.e).
Pembelajaran ketrampilan hidup (life skill) menjadi bekal siswa dalam
menumbuhkan perilaku entrepreneurship sehingga muncul ide-ide kreatif dan
inovatif dalam kehidupannya dimana dalam pelaksanaannya ditindaklanjuti
dengan kegiatan magang bagi siswa-siswi di beberapa tempat usaha yang bekerja
sama dengan madrasah.
Berdasarkan pemaparan pola implementasi pendidikan karakter Gusjigang
dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship di atas, dapat diketahui
bahwa implementasi dilaksanakan dengan cara mengembangkan nilai-nilai utama
26
Bagus, Ngaji dan Dagang dengan komponen pengembangan karakter yang
tercantum dalam Perpres No. 87 Tahun 2017 tentang PPK dan Permendikbud
Tahun 2018 Nomor 20.
Komponen karakter yang tersusun dalam core Bagus, Ngaji dan Dagang
dijalankan dengan metode pembiasaan budaya karakter madrasah, yaitu
sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian dan
simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas, administrasi,
peserta didik, dan masyarakat sekitar sekolah seperti yang dijelaskan oleh Nuril
Furkan:
Cultural atmosphere of the school is a school that values imbued the
school. The atmosphere is reflected in the form of behavioral principals,
teachers, administrative personnel, and students interacting with each
other, the school organizational structure, policies, school rules, school
programs, clear job descriptions, procedures and governance mechanisms
work in school discipline school activities and extracurricular
intrakurikuler the traditions and customs of the school program
consistently43
Core value Bagus (gus) dikembangkan melalui kegiatan budaya karakter
madrasah seperti kejujuran dalam mengerjakan ulangan, toleransi terhadap pihak
lain, disiplin masuk tepat waktu,melakukan kunjungan ke lingkungan sekitar
madrasah sebagai wujud peduli sosial. Core value Ngaji (ji) diterapkan
terintegrasi dalam pembelajaran KTSP, K13, mulok madrasah, praktek
laboratorium, kunjungan expo perguruan tinggi, pemanfaatan perpustakaan, baca
kitab, tahtimul Qur’an dan kajian kitab bulan Ramadhan, sedangkan pola
implementasi core value Dagang (gang) dikembangkan menjadi beberapa
43
Nuril Furkan, “The Implentation of Character Education through the School Culture in
Sma Negeri 1 Dompu and Sma Negeri Kilo Dompu Regency”, Journal of Literature, Languages
and Linguistics - An Open Access International Journal, Vol.3, No. 7, (2014), 16.
27
komponen karakter kreatif, mandiri, kerja keras dan tanggungjawab dimana
karakter ini diimplementasikan melalui pembelajaran kewirausaan dan berbagai
kegiatan praktek dalam ekstrakurikuler kemudian ditindaklanjuti dengan program
magang di lembaga atau tempat yang telah ditentukan. MA NU Hasyim Asy’ari
juga bekerja sama dengan tenaga pendidik dari pihak luar madrasah yang
menguasai bidang-bidang ketrampilan tertentu sebagai pelatih atau tutor bagi
siswa-siswi dalam mengembangkan ketrampilannya di madrasah.
Gambar 3.1. Pola Implementasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
dan Entrepreneurship di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
28
D. Pola Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Gusjigang di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Implementasi Gusjigang dalam membentuk perilaku religius yang tersusun dalam
kurikulum pembelajaran di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus dirumuskan ke
dalam berbagai program budaya madrasahyang menjadi landasan perilaku, tradisi,
kebiasaan dan keseharian warga madrasah. Karakter religius menjadi tujuan
utama dalam pembelajaran di madrasah dengan membentuk peserta didik agar
mempunyai kedekatan spiritual dengan Allah SWT.
Kearifan lokal Gusjigang diterapkan secara terintegrasi ke dalam
kurikulum madrasah yang terbagi ke dalam tiga komponen utama yaitu komponen
mata pelajaran, komponen muatan lokal dan komponen pengembangan diri.
Pembagian tersebut bertujuan memudahkan guru dalam menerapkan nilai-nilai
karakter yang terdapat dalam karakter Bagus dan Ngaji. Nilai Gus sendiri
mengandung komponen karakter religius, santun, jujur, toleransi, peduli sosial,
sedangkan nilai Ji dikembangkan ke dalam komponen karakter rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, menghargai prestasi dan gemar membaca dimana
komponen karakter tersebut kemudian diimplementasikan melalui pembiasaan
budaya karakter madrasah MA NU Mawaqi’ul Ulum.
Pola implementasi dalam menanamkan karakter religius terbentuk secara
terstruktur mulai dari perumusan kurikulum madrasah kemudian pengembangan
nilai utama Bagus (gus) seperti karakter religius melalui kegiatan rutin doa awal
KBM dengan lantunan Asmaul Husna, shalat Dhuha, istighasah, tadarus Al
Qur’an dan shalat Dhuhur berjamaah, hafalan surat Yasin dan Kajian Kitab Salaf.
29
Karakter tanggungjawab seperti datang tepat waktu di madrasah, santun dalam
berbicara dan bersikap, demokratis terhadap peserta didik lainnya dan peduli
lingkungan dengan kegiatan rutin Jum’at bersih di madrasah. Nilai utama Ngaji
(ji) dikembangkan pada mata pelajaran umum dan agama ditambah kajian muatan
lokal dan pengembangan diri.
Konsep yang tersusun dalam integrasi kurikulum kearifan lokal Gusjigang
dalam membentuk perilaku entrepreneurship di MA NU Mawaqi’ul Ulum
Kabupaten Kudus dirumuskan ke dalam berbagai program budaya madrasah yang
menjadi landasan perilaku, tradisi dan kebiasaan keseharian di madrasah. Perilaku
entrepreneurship didasari dari spirit kearifan lokal Dagang (gang) yang
dikembangkan dari beberapa komponen karakter seperti yang telah dijelaskan
oleh Ibu Istifaizah selaku Waka Kurikulum:
Komponen karakter yang dapat dikembangkan dari nilai inti Dagang
(gang) meliputi karakter mandiri, kreatif, cinta tanah air, dan pantang
menyerah. Karakter-karakter tersebut menjadi landasan utama agar muncul
sikap dan perilaku kemandirian dan leadership siswa yang menjadi dasar
seorang entrepreneur (MA.MU.Is.e).
Bapak M. Mustofa selaku Waka Kesiswaan menjelaskan lebih lanjut:
Kami menanamkan kemandirian peserta didik melalui berbagai kegiatan
ekstrakurikuler seperti jurnalistik, drumband, komputer, PMR. Kreatif
dengan teater, , qiro’ah, kaligrafi dan rebana, cinta tanah air melalui
pramuka, olahraga dan olimpiade madrasah, sedangkan materi
pembelajaran yang berkaitan dengan ketrampilan hidup adalah tata busana,
menghias baki lamaran dan perbengkelan las, dalam pelaksanaannya
madrasah bekerja sama dan terbuka dengan tenaga dari luar madrasah
yang dianggap mampu dan berkompeten di bidangnya untuk menjadi
pengajar atau tutor bagi siswa-siswi karena keterbatasan ketrampilan yang
dimiliki oleh guru-guru di madrasah (MA.MU.Mus.e).
30
Paparan di atas menjelaskan bahwa pengembangan masing-masing
komponen karakter dalam pelaksanaannya ditindaklanjuti dengan menjalankan
budaya karakter madrasah melalui berbagai kegiatan praktik. Pelatihan
ketrampilan yang didapat selama mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,
ditindaklanjuti dengan magang di beberapa tempat usaha yang telah ditunjuk oleh
madrasah.
Penanaman perilaku entrepreneurship yang ada di MA NU Mawaqi’ul
Ulum menghasilkan sebuah pola implementasi yang bertujuan membentuk jiwa
entrepreneur siswa dan dikembangkan ke dalam berberapa karakter lebih spesifik
menjadi beberapa komponen karakter mandiri, kreatif, cinta tanah air dan pantang
menyerah. karakter ini kemudian diimplementasikan melalui berbagai kegiatan
praktek dan ditindaklanjuti dengan program magang dari peserta didik di lembaga
yang telah bekerja sama dengan madrasah.
MA NU Mawaqi’ul Ulum sangat memerhatikan pendidikan life skill
dengan membuka peran pendidik dari unsur masyarakat sesuai dengan bidang
keahlian masing-masing dalam rangka menambah wawasan pembelajaran bagi
peserta didik sekaligus masukan bagi pihak madrasah untuk lebih
mengembangkan program-program yang telah disusun dalam kurikulum, hal ini
sebagai evaluasi penyempurnaan bagi rumusan kurikulum untuk tahun berikutnya.
31
Gambar 3.2. Pola Implementasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
dan Entrepreneurship di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
32
BAB IV
DAMPAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS
KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG DALAM MEMBENTUK
PERILAKU RELIGIUS DAN ENTREPRENEURSHIP
E. Dampak Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Gusjigang di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Implementasi pendidikan karakter Gusjigang di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
dengan muatan-muatan kearifan lokalnya melalui filosofi Bagus (gus) dan Ngaji
(ji) membawa beberapa pengaruh terhadap perilaku religius peserta didik, salah
satunya adalah hasil wawancara dengan Muhammad Yusuf Falahi yang
mengatakan:
Melalui pembelajaran agama Islam di MA NU Hasyim Asy’ari 3, kami
lebih memahami bagaimana tentang keimanan kepada Allah, menjalankan
syariat Islam seperti shalat dhuha, shalat dhuhur berjamaah, istighasah,
tahtimul qur’an hingga praktek pengurusan jenazah, di sini tidak hanya
diajarkan secara teori, namun juga dipraktekkan secara langsung dalam
bentuk-bentuk ibadah sehari-hari, sehingga menambah wawasan keilmuan
Islam kami dan menambah keimanan terhadap Allah SWT
(MA.H3.Muh.ir).
Budaya madrasah yang dilaksanakan melalui kegiatan yang bersifat rutin
juga diimbangi dengan kegiatan yang bersifat kondisional, seperti kajian kitab
adab pada bulan Ramadhan dan acara peringatan hari besar Islam yang
diselenggarakan di madrasah yang juga membawa pengaruh positif pembentukan
karakter religius seperti yang disampaikan oleh Ludia Alfafa Faza:
33
Setiap bulan Ramadhan di madrasah kami diadakan kegiatan kajian kitab
Nashoihul Ibad karya Syech Nawawi Al Bantany yang berisi tentang
motivasi untuk berbuat kebaikan dan peringatan akan perbuatan buruk.
Dampak yang kami rasakan menjadi lebih mengetahui bagaimana cara-
cara memperbaiki akhlak agar menjadi lebih baik ke depannya. Selain itu
madrasah kami juga menyelenggarakan peringatan hari-hari besar Islam di
antaranya Maulid Nabi Muhammad SAW dan Isra’ Mi’raj, melalui
peringatan hari besar Islam menjadikan kita lebih mencintai Islam sebagai
agama yang benar dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT
melalui sejarah Islam di masa lalu serta rasa sebagai bangsa Indonesia
dengan ummat Islam terbesar di dunia (MA.H3.Lud.ir).
Muhammad Yusuf Falahi menambahkan bahwa:
Salah satu kegiatan madrasah dalam membentuk karakter religius adalah
membiasakan kami untuk melakukan kegiatan istighosah rutin setiap
tanggal 11 hijriyah dan tadarus Al Qur’an setiap hari Senin jam ke-9.
Dampak dari kegiatan tersebut bagi kami terasa lebih dekat dengan Allah
SWT dan sebagai sarana berdoa agar mendapat kemudahan dalam
menuntut ilmu serta menghadapi ujian yang sebentar lagi datang
(MA.H3.AW.ir).
Budaya madrasah sangat mempengaruhi prestasi dan perilaku peserta didik
karena merupakan jiwa dan kekuatan madrasah yang memungkinkan dapat
tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang
ada sehingga diperlukan reward and punishment dalam pelaksanaannya. Ludia
Alfafa Faza mengungkapkan:
Kami dibiasakan mengucapkan salam kepada Bapak/ Ibu Guru ketika
memasuki halaman madrasah, kemudian bersalaman dengan guru dan
harus datang tepat waktu sebelum bel masuk berbunyi karena ketika siswa
terlambat maka akan ada sanksi yang diberikan yaitu berdoa di depan guru
piket, tadarus Al Qur’an atau menghafalkan surat Yasin selama jam
pertama berlangsung namun ketika kami bisa berprestasi maka madrasah
juga akan memberikan penghargaan dalam bentuk beasiswa pendidikan
(MA.H3.MF.ir).
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa pendidikan karakter di
madrasah mengarahkan siswa-siswi agar terbiasa dengan amalan-amalan ibadah
Islam sehingga tidak merasa berat melakukannya ketika di rumah masing-masing,
34
bahkan dalam memberikan sanksi terhadap peserta didik yang terlambat juga
nampak untuk diarahkan kepada pembentukan perilaku religius siswa dengan
pemberian sanksi yang mendidik.
Implementasi muatan-muatan kearifan lokalnya Gusjigang membawa
beberapa dampak terhadap perilaku religius peserta didik, hasil penelitian di
lapangan menunjukkan bahwa terdapat pandangan yang positif dari para peserta
didik terhadap kegiatan yang bersifat religius di madrasah ditandai dengan hasil
wawancara yang mengungkapkan tanggapan terdapat program-program madrasah.
Dampak penerapan nilai-nilai Bagus (gus) terhadap penanaman perilaku religius
yaitu: a. Lebih memahami tentang keimanan kepada Allah, b. Terbiasa
melaksanakan ibadah ketika di rumah, c. Memunculkan rasa lebih dekat kepada
Allah, d. Sikap dan perilaku santun terhadap guru serta sesama. Dampak yang
dihasilkan dari karakter Ngaji (ji) di antaranya a. Pemahaman terhadap sejarah
Islam di dunia, b. Muncul rasa cinta terhadap tanah air, c. Berlomba-lomba untuk
dapat meraih prestasi di madrasah, d. Munculnya budaya literasi atau membaca.
Implementasi core value Dagang yang berasal dari spirit Gusjigang
diharapkan akan menumbuhkan sikap kemandirian siswa dan membentuk sebuah
perilaku entrepreneurship. Core value Dagang ini menghasilkan beberapa
tanggapan positif terhadap kegiatan yang mengarah kepada perilaku
entrepreneurship diantaranya seperti yang diungkapkan oleh Siti Zulfa Nadia,
salah satu siswi kelas XII:
Melalui pembelajaran prakarya dan wirausaha di madrasah, kami di didik
untuk kreatif dan inovatif dalam menciptakan sebuah produk yang
mempunyai nilai bisnis, seperti lampion dari benang, getuk krispi,bola-
bola coklat dan kue brownis. Hasil yang telah kami buat tersebut
35
dipasarkan menjadi sebuah nilai usaha di sekitar lingkungan madrasah, ada
juga yang dipasarkan melalui bisnis online, namun masih sebatas cash on
delivery (cod) karena terkendala belum punya rekening bank. Kegiatan ini
melatih kami untuk mempunyai sikap mandiri dan berani menjadi seorang
entrepreneur muda (MA.H3.Zul.ie).
Bekal ketrampilan juga diberikan melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti
yang disampaikan oleh Siti Zulfa Nadia:
Saya juga antusias mengikuti kegiatan ekstrakurikuler menjahit setiap hari
rabu siang, dari kegiatan tersebut saya mendapat pengetahuan tentang
cara-cara membuat pola pakaian hingga cara menjahitnya. Setelah kami
benar-benar dirasa mampu untuk menjahit sebuah produk pakaian jadi,
kemudian kami ditugaskan untuk praktek secara langsung di tempat PKL
yang telah bekerjasama dengan madrasah, dari kegiatan tersebut mampu
menambah wawasan dan ketrampilan kami sehingga menjadi bekal ketika
lulus dari madrasah nanti, dapat mengembangkan wirausaha di bidang
konveksi sesuai dengan ketrampilan yang kami dapat di madrasah, yang
menarik lagi adalah hasil limbah konveksi tidak kami buang melainkan
sebagian di daur ulang menjadi kerajinan boneka (MA.H3.Ani.ie).
Entrepreneurship menjadi salah satu kompetensi psikomotorik siswa
dalam rangka menyiapkan jiwa mandiri yang sebenarnya dimiliki oleh setiap
peserta didik, tetapi dalam jumlah dan kadar yang berbeda-beda, oleh karena itu
aspek tersebut harus diasah dan dipraktikkan sehingga dapat dikembangkan
menjadi karakter. Pendidikan entrepreneurship yang telah diterapkan di MA NU
Hasyim Asy’ari 3 Kudus telah membawa beberapa dampak positif kepada peserta
didik, di antaranya: a. Munculnya kreatifitas dan inovasi, b. Membentuk perilaku
mandiri, c. Tumbuh keberanian untuk mencoba, d. Komunikatif (mempunyai jiwa
marketing), e. Bertambahnya wawasan dan ketrampilan, f. Tanggungjawab dan
percaya diri, g. Peduli terhadap kelestarian alam. Peserta didik dibangun semangat
agar menjadi sosok yang logis, kreatif, spontan dan tegas, mempunyai perspektif
ke depan dan berorientasi pada hasil.
36
Implementasi core value dagang (gang) yang dilandasi dengan nilai-nilai
utama bagus (gus) menghasilkan pembelajaran kewirausahaan yang berasaskan
nilai-nilai luhur agama Islam agar peserta didik mampu bekerja dan berusaha
sesuai dengan ajaran Islam. Pengembangan komponen karakter kewirausahaan di
madrasah menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan guru untuk pengembangan
pendidikan entrepreneurship, dimana tujuannya adalah menyiapkan peserta didik
menjadi academic entrepreneur yang berkarakter.
F. Dampak Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal
Gusjigang di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Nilai religiusitas yang ditanamkan di madrasah bertujuan membentuk perilaku
religius yang sesuai dengan norma dan etika agama. Peserta didik yang sudah
terbiasa hidup dalam sebuah lingkungan yang penuh dengan kebiasaan rohani,
akan melekat dalam dirinya dan diterapkan dimanapun mereka berada. Gilang
Hadi Pranomo selaku peserta didik kelas XII MA NU Mawaqi’ul Ulum
mengungkapkan bahwa:
Pembiasaan ibadah yang diterapkan di madrasah kami secara tidak
langsung membuat terbiasa dalam melaksanakan ibadah di rumah, jadi
tidak hanya ketika di madrasah saja. Contohnya adalah melakukan shalat
dhuha di rumah ketika hari libur sekolah, selain itu kebiasaan
mengucapkan salam membawa dampak bertutur kata yang sopan,
mengucapkan terimakasih, mengucapkan permintaan maaf bila bersalah,
berkata dengan jujur sehingga membawa pengaruh positif bagi kami dalam
pergaulan (MA.MU.Gil.ir).
Perilaku religius juga membentuk pola fikir positif dan bertingkah laku
sopan santun terhadap orang lain, Sofiatun Nurun Nisa menyampaikan:
37
Salah satu penanaman perilaku religius di madrasah adalah diajarkannya
materi ilmu adab melalui kitab Ta’limul Muta’alim, kitab ini menerangkan
pedoman bagaimana akhlak seorang siswa dalam tholabul ‘ilmi di
madrasah, sikap tawadhu’ kepada guru, etika dalam pembelajaran dan
perilaku sehari-hari di madrasah, sehingga kami lebih mengerti bagaimana
seharusnya bersikap tawadhu’ kepada guru di madrasah, tidak berfikir
yang negatif walaupun diberi sanksi ketika melakukan kesalahan karena
kami tahu itu adalah untuk pembelajaran agar menjadi lebih baik
(MA.MU.Sof.ir).
Dampak yang secara langsung dirasakan siswa berkaitan dengan
religiusitas, di antaranya adalah: a. Menjalankan syariat agama dengan baik
(komponen karakter religius), b. Bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajiban
(komponen karakter tanggungjawab), c. Tawadhu’ terhadap guru (komponen
karakter santun). Dampak dari karakter Ngaji di antaranya a. Terbentuknya sikap
demokrasi (komponen karakter demokratis), b. Menjaga kelestarian alam sebagai
wujud rasa syukur kepada Allah (komponen karakter peduli lingkungan), c.
Tercipta kondusifitas pembelajaran di kelas (komponen karakter cinta ilmu
pengetahuan), d. Berbuat baik (ihsan) terhadap sesama (komponen karakter
komunikatif), e. Fastabiqul Khairat (komponen karakter menghargai prestasi),
f. Semangat membaca materi pelajaran (komponen karakter gemar membaca).
Entrepreneurship bukan sekedar pengetahuan teknik atau keterampilan,
tetapi lebih berorientasi pada sikap mental melalui proses diri dengan praktik dan
pengalaman yang berasal dari dorongan motivasi diri sendiri, oleh karena itu guru
sangat berperan penting dalam menanamkan sikap mental peserta didik melalui
proses pembelajaran. Bekal sikap mental itulah yang diharapkan muncul gagasan,
ide, dan pemikiran peserta didik dalam menghadapi kehidupannya, seperti yang
disampaikan oleh Bagas Adi Nugroho, siswa kelas XI:
38
Menurut penjelasan guru pembina ekstrakurikkuler kami, pembelajaran
entrepreneurship dibentuk dari sikap mental yang terlatih, mempunyai
karakter yang mandiri, kreatif dan ulet. Sikap-sikap tersebut dibentuk
melalui kegiatan ekstrakurikuler madrasah dan pelatihan ketrampilan
hidup sehingga membuat kami menjadi lebih percaya diri karena
mempunyai nilai lebih di luar pembelajaran sehari-hari (MA.MU.Bgs.ie).
Pembelajaran entrepeneurship selain untuk menjadikan peserta didik
menguasai kompetensi yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk
menjadikan peserta didik mengenal, menyadari dan menginternalisasikan dengan
senang hasil yang didapat dari pembelajaran entrepreneurship dalam perilaku
sehari-hari.
Dampak yang dihasilkan dari penanaman perilaku entrepreneurship di
madrasah antara lain: a. karakter yang mandiri dan percaya diri, b. kreatif dan
menghasilkan pengetahuan baru, c. pantang menyerah, d. mempunyai perspektif
membangun bangsa bagi masa depan, e. Internalisasi hasil yang didapat ke dalam
perilaku sehari-hari. Karakter mental yang telah terbentuk pada peserta didik
itulah yang diharapkan akan muncul gagasan, ide dan pemikiran peserta didik
dalam menghadapi kehidupan nyata setelah lulus dari madrasah.
39
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
a. Muatan implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal
Gusjigang di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus dilaksanakan dengan
mengembangkan nilai-nilai Bagus yaitu karakter religius, santun, jujur,
toleransi, peduli sosial. Ngaji dikembangkan dalam karakter menghargai
prestasi, gemar membaca, semangat kebangsaan, rasa ingin tahu. Dagang
dengan karakter kreatif, mandiri, kerja keras, tanggungjawab. Muatan
implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Gusjigang di
MA NU Mawaqi’ul Ulum dikembangkan melalui nilai-nilai Bagus dengan
karakter religius, tanggungjawab, santun, demokratis, peduli lingkungan.
Ngaji dengan karakter cinta ilmu, komunikatif, menghargai prestasi dan
gemar membaca. Dagang dikembangkan dalam komponen karakter
mandiri, kreatif, cinta tanah air dan pantang menyerah. Persamaan muatan
kedua madrasah terletak pada perumusan kurikulum madrasah dari nilai-
nilai Bagus, Ngaji dan Dagang, sedangkan perbedaannya terdapat pada
indikator karakter yang disusun dan implementasi perilaku
entrepreneurship, MA NU Hasyim Asy’ari 3 lebih terintegrasi dalam
menanamkan perilaku entrepreneurship ke dalam pembelajaran
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler, sedangkan MA NU Mawaqi’ul
Ulum lebih fokus pada kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler.
40
b. Pola implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal Gusjigang
dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship di MA NU
Hasyim Asy’ari 3 Kudus dimulai dari perumusan kurikulum madrasah,
pengembangan komponen karakter, diterapkan melalui budaya karakter
madrasah, pengembangan diri dan pelatihan kecakapan hidup (life skill)
yang nampak saling terintegrasi dalam pembelajaran intrakurikuler
maupun ekstrakurikuler. Pola implementasi di MA NU Mawaqi’ul Ulum
Kudus mempunyai beberapa persamaan dengan MA NU Hasyim Asy’ari 3
yaitu dimulai dari perumusan kurikulum madrasah, pengembangan
komponen karakter dan diterapkan melalui budaya karakter madrasah,
kegiatan pengembangan diri dan pelatihan kecakapan hidup (life skill).
Perbedaan terlihat dalam pengembangan indikator komponen karakter
Gusjigang serta lebih fokus pada kegiatan ektrakurikuler madrasah dalam
menanamkan perilaku entrepreneurship kepada peserta didik.
c. Dampak implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal
Gusjigang dalam membentuk perilaku religius dan entrepreneurship di
MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus menunjukkan respon yang positif
ditandai dengan munculnya religiusitas peserta didik. Dampak pendidikan
karakter Gusjigang dalam membentuk perilaku entrepreneurship juga
menunjukkan respon yang positif ditandai dengan munculnya kreatifitas
dan inovasi, mandiri, keberanian untuk mencoba, jiwa marketing,
bertambahnya wawasan dan ketrampilan, tanggungjawab dan percaya diri,
peduli terhadap kelestarian alam. Dampak di MA NU Mawaqi’ul Ulum
41
memunculkan perilaku religius menjalankan syariat agama dengan baik,
sedangkan dampak dalam membentuk perilaku entrepreneurship juga
menunjukkan respon yang positif ditandai dengan munculnya karakter
yang mandiri dan percaya diri, kreatif dan menghasilkan pengetahuan
baru, pantang menyerah, mempunyai perspektif membangun bangsa,
internalisasi hasil yang didapat ke dalam perilaku sehari-hari. Dampak
bagi kedua madrasah mempunyai persamaan dalam memunculkan perilaku
positif religiusitas dan entrepreneurship, sedangkan perbedaannya MA NU
Hasyim Asy’ari 3 lebih banyak dalam merumuskan program-program
madrasah, MA NU Mawaqi’ul Ulum lebih simpel dalam merumuskan
program-program madrasah ke dalam kurikulum.
B. Saran
a. Kepada Kasi Penmad Kementrian Agama Kabupaten Kudus untuk
menambah wawasan lebih luas kepada MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA
NU Mawaqiul Ulum berkaitan dengan pentingnya integrasi kearifan lokal
Gusjigang sehingga tidak hilang tergerus pesatnya perkembangan budaya
modern.
b. Kepada Kepala Madrasah MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU
Mawaqiul Ulum Kudus untuk lebih meningkatkan kerjasama dengan
beberapa pihak agar dapat menambah keilmuan peserta didik dalam
membentuk perilaku religius dan entrepreneurship sehingga pembelajaran
akan terasa lebih bermakna.
42
c. Kepada guru di lingkungan MA NU Hasyim Asy’ari 3 dan MA NU
Mawaqiul Ulum Kudus untuk lebih memotivasi peserta didik dan menjadi
tauladan untuk melakukan hal-hal positif menuju perilaku religius dan
entrepreneurship melalui kegiatan-kegiatan yang disusun melalui kearifan
lokal Gusjigang serta diimplementasikan melalui budaya karakter
madrasah.
43
DAFTAR PUSTAKA
Abid, Nuskhan, “Relevansi Kearifan Lokal Gusjigang dengan Soft Skill dan
Integrasinya dalam Proses Pembelajaran”, Elementary, Vol 5, No. 2
(Januari-Juni 2017): 170-190.
Agung S., Leo, The Development of Local Wisdom-Based Social Science
Learning Model with Bengawan Solo as the Learning Source, American
International Journal of Social Science, Vol. 4, No. 4 (August 2015): 41-
56.
Basri, Hasan, Pendalaman Akidah Akhlak, Bandung: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, 2009.
Buseri, Pendidikan Keluarga, Banjarmasin: Lanting Media Aksara, 2010.
Furkan, Nuril, “The Implentation of Character Education through the School
Culture in Sma Negeri 1 Dompu and Sma Negeri Kilo Dompu Regency”,
Journal of Literature, Languages and Linguistics - An Open Access
International Journal, Vol.3, No.7 (2014): 14-26.
Garjito, Dany, Berani Berwirausaha, Yogyakarta: Akmal Publishing, 2014.
Hidayati, Abna, “The Development of Character Education Curriculum for
Elementary Student in West Sumatera”, International Journal of Education
and Research, Vol. 2, No. 6 (June 2014): 190-207.
Hoe Looi, Kim, Undergraduate Students’ Entrepreneurial Intention: Born or
Made?, Int. J. Entrepreneurship and Small Business, Vol. 26, No. 1, (2015),
1-14.
Jalaluddin, Psikologi Agama:Memahami Perilaku Keagamaan dengan
Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi, Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008.
Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013.
Kemdikbud, Infografis PPK, Menumbuhkan Generasi Cerdas dan Berkarakter,
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.
KPK, Statistik TPK Inkracht, Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2018.
44
Lickona, Thomas, Character Matters: Persoalan Karakter, terj. Juma Wadu
Wamaungu & Jean Antunes Rudolf Zien dan Editor Uyu Wahyuddin dan
Suryani, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Maharromayati, “Pewarisan Nilai Falsafah Budaya Lokal Gusjigang sebagai
Modal Sosial di Pondok Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Kudus”,
Tesis, Universitas Negeri Semarang, 2016.
Marini, Arita,”Character Building Through Teaching Learning Process: Lesson In
Indonesia”, International Journal of Sciences and Research, Vol. 73,
Number 5 (May 2017): 174-186.
Midayanti, Nurma, Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2018, Jakarta:
Badan Pusat Statistik, 2018.
Mulyani, Sri, “Peran Gusjigang dan Penerapan Akuntansi Terhadap Literasi
Keuangan PraNikah”,.Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis, Volume 2
No.2 (Oktober 2015): 153-167.
Peraturan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter, Pasal 3.
Permendikbud RI Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter
pada Satuan Formal, Pasal 2.
Puspita, Fulan, “Pembentukan Karakter Berbasis Pembiasaan dan Keteladanan
(Studi Atas Madrasah Tsanawiyah Negeri Yogyakarta I)”, Tesis Prodi PAI,,
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015.
Ratana, Archanya, “Cultural Learning Processes through Local Wisdom”,
International Journal of Adult Vocational Education and Technology, 6, (2),
(April-June 2015): 41-60.
Robert Zacca; Mumin Dayan, Entrepreneurship: an Evolving Conceptual
Framework, International Journal of Entrepreneurship and Innovation
Management (IJEIM) , Vol 21, No. 1-2 (January 2017): 1-14.
Said, Nur, “Gusjigang dan Kesinambungan Budaya Sunan Kudus: Relevansinya
bagi Pendidikan Islam Berbasis Local Genius”, Jurnal Islam Empirik,
Volume 6, No. 2 (Juli-Desember 2013): 117-138.
Salahuddin Al-Ayyuubi, Mohammad, “Peranan Yanbuul Qur’an dalam
Pelestarian Spirit Gusjigang Kudus”, Pesantren Management and
Development towards Globalization Proceeding of 1st International
Conference of Pesantren, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 29th-30th
July 2016: 153-167.
45
Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan, Statistik Kriminal 2014, Jakarta:
Badan Pusat Statistik, 2014.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV Alfabeta, 2015.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2011.
Syaodih Sukmadinata, Nana, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007.
Syukri Salleh, Muhammad , Strategizing Islamic Education, International Journal
of Education and Research, Vol. 1, No. 6 (June 2013): 4-17.
Tim Penyusun BPS Kab. Kudus, Kabupaten Kudus dalam Angka 2018, Kudus:
BPS Kab. Kudus, 2018.
Ubaidillah, Khasan, “Pengembangan Karakter Anak Usia Dini melalui
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus di RA Qudsiyah
Kudus)”, Tesis Prodi PGRA, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
Yonisa Kurniawan, Riza, “Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia
untuk Meningkatkan Mutu dan Profesionalisme Guru”, Seminar Konvensi
Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI), Jakarta 29 Mei 2017,
Universitas Negeri Jakarta.
Zakavi, Reflection on the Epistemic Foundations of Good Ending (GE) and the
Strategies to Reach it in the Holy Qur'an, Journal of Islamic Studies and
Culture, Vol 6, No. 2 (December 2018): 18-29.
PEDOMAN WAWANCARA
POLA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG
DALAM MEMBENTUK PERILAKU RELIGIUS DAN ENTREPRENEURSHIP
No Kearifan Lokal
Gusjigang
Indikator Deskriptor Pertanyaan Informan
1. Bagus (gus) 1. Rumusan kurikulum
madrasah
1. Madrasah merumuskan
kurikulum yang berkaitan dengan
penanaman nilai-nilai religius
peserta didik
1. Bagaimana madrasah
merumuskan kurikulum yang
berkaitan dengan penanaman
nilai-nilai religius peserta didik ?
2. Kenapa penanaman nilai religius
menjadi tujuan utama ?
3. Fasilitas apa saja yang diberikan
madrasah dalam rangka
menanamkan perilaku religius
peserta didik ?
4. Bagaimana penerapan nilai-nilai
religius di madrasah ?
Kepala
Madrasah
2. Komponen kegiatan
perilaku religius
3. Modal sosial
bermasyarakat
melalui implementasi
nilai-nilai Bagus (gus)
2. Madrasah melaksanakan kegiatan
penanaman perilaku religius
3. Madrasah mengimplementasikan
komponen karakter santun, jujur,
toleransi dan peduli sosial
1. Kegiatan apa saja yang
dilaksanakan melalui pembiasaan
diri budaya madrasah ?
2. Bagaimana metode yang
digunakan madrasah dalam
rangka mengimplementasikan
komponen karakter santun, jujur,
toleransi dan peduli sosial ?
Waka
Kurikulum
2. Ngaji (ji) Komponen karakter dan
implementasi dari core
value Ngaji (ji)
Madrasah mengembangkan core
value Ngaji (ji) ke dalam komponen
karakter dan Mengimplementasikan
ke dalam berbagai kegiatan
Apa saja komponen karakter yang
terdapat dalam core value Ngaji (ji)
di madrasah dan bagaimana cara
menerapkannya ?
Waka
Kesiswaan
3. Dagang (gang) 1. Rumusan kurikulum
pembelajaran
entrepreneurship
1. Madrasah merumuskan
kurikulum yang berkaitan dengan
penanaman nilai-nilai
entrepreneurship peserta didik
1. Bagaimana madrasah menerapkan
nilai-nilai kearifan lokal Dagang
(gang) dalam pembelajaran ?
Waka
Kurikulum
2. Macam-macam
kegiatan core value
Dagang (gang) dalam
membentuk perilaku
entrepreneurship
2. Madrasah menyusun kegiatan
dari pengembangan komponen
karakter core value Dagang
(gang)
1. Kegiatan apa saja yang ada di
madrasah dalam menerapkan
komponen karakter dari core
value Dagang (gang) ?
2. Bagaimana tindak lanjut
pembelajaran entrepreneurship
bagi peserta didik ?
Waka
Kesiswaan
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLIKASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL GUSJIGANG
DALAM MEMBENTUK PERILAKU RELIGIUS DAN ENTREPRENEURSHIP
No Kearifan Lokal
Gusjigang
Indikator Deskriptor Pertanyaan Informan
1. Bagus (gus)
dan Ngaji (ji)
Memahami manfaat taat
terhadap perintah dan
larangan Allah serta aktif
dalam kegiatan
keagamaan Islam
Siswa menjalankan amalan
Islam secara rutin di madrasah
dan memahami manfaat bagi
dirinya dan orang lain
Kegiatan ibadah apa saja yang anda
lakukan di madrasah dan apa manfaat
yang anda rasakan secara langsung dari
penerapan pembelajaran religius di
madrasah ?
Siswa
2. Dagang (gang) Memahami manfaat dari
pembelajaran
entrepreneurship di
madrasah
Siswa merasakan dampak
positif pembelajaran
entrepreneurship di madrasah
1. Bagaimana pendapat anda dengan
mengikuti kegiatan pembelajaran
entrepreneurship di madrasah ?
2. Apa manfaat yang anda rasakan
secara langsung dari penerapan
pembelajaran entrepreneurship di
madrasah ?
3. Perilaku apa saja yang muncul dari
pembelajaran entrepreneurship di
madrasah ?
4. Apa harapan anda ke depan setelah
mendapat pembelajaran
entrepreneurship di madrasah ?
Siswa
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 1
Coding : (MA.H3.Zar.r)
Nama : Ibu Hj. Zarotun, S.Ag
Keterangan : Kepala MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Hari/ Tanggal : Selasa, 15 Januari 2019
Tempat : Ruang Kepala Madrasah
Tema : Pola Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Bagaimana madrasah merumuskan
kurikulum yang berkaitan dengan
penanaman nilai religius peserta didik ?
Madrasah kami merumuskan kurikulum
sesuai dengan karakteristik madrasah yang
dituangkan melalui visi, misi dan tujuan
dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan
lokal Gusjigang yaitu mengarahkan
pembentukan karakter yang baik (gus)
dalam membentuk karakter religius.
Rumusan kurikulum berdasarkan:
- Karakteristik madrasah
- Visi misi dan tujuan
- Integrasi kearifan lokal Gusjigang
- Terwujudnya Karakter baik
(bagus)
-
2. Kenapa penanaman nilai religius menjadi
tujuan utama ?
Pembentukan perilaku religius ini kita ke
depankan karena menjadi bagian paling inti
dari di madrasah kami karena tujuan utama
manusia diciptakan adalah untuk beribadah
kepada Alah.
Penanaman nilai religius:
- Tujuan utama manusia beribadah
kepada Allah
- Menjadi bagian paling penting
dan inti dari tujuan pembelajaran
madrasah
3. Fasilitas apa saja yang diberikan madrasah
dalam rangka menanamkan perilaku
religius peserta didik ?
Dalam rangka mewujudkan semua itu
tentunya madrasah juga memfasilitasi
dengan sarana dan prasarana yang memadai
seperti musholla madrasah, buku dan kitab
pendukung materi, serta alat-alat lainnya dan
anggaran kegiatan, di samping itu juga
kebutuhan finansial dari para pendidik
menjadi fasilitas yang perlu diperhatikan
juga
Fasilitas madrasah (sarana dan
prasarana pendukung penanaman
perilaku religius):
- Musholla madrasah
- Buku
- Kitab
- Alat praktikum
- Anggaran kegiatan
- Finansial pendidik
4. Bagaimana penerapan nilai-nilai religius di
madrasah ?
Penerapan nilai religius peserta didik
dikembangkan dari nilai-nilai Bagus (gus)
dan Ngaji (ji) dalam Gusjigang kemudian
dimasukan ke dalam kelompok
pembelajaran agama dan akhlak mulia,
terintegrasi dalam kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan budaya karakter madrasah,
pembelajaran KTSP dan K13, mata
pelajaran tambahan yang masuk ke dalam
mulok serta pengembangan diri kegiatan
ekstrakurikuler
- Pengembangan karakter nilai-
nilai Bagus dan Ngaji (ji)
- Termasuk dalam kelompok
pembelajaran agama dan akhlak
mulia
- Terintegrasi budaya karakter
madrasah, pembelajaran KTSP
dan K13, mulok, ekstrakurikuler
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 2
Coding : (MA.H3.Ar.r)
Nama : Bapak Muhammad Arifin, S.Pd.I
Keterangan : Waka Kurikulum MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Hari/ Tanggal : Selasa, 15 Januari 2019
Tempat : Ruang Guru
Tema : Pola Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan
melalui pembiasaan diri budaya
madrasah ?
Madrasah menanamkan karakter religius melalui
pembiasaan budaya karakter madrasah yaitu
melakukan shalat dhuha setiap jam 09.30 WIB,
kemudian shalat Dhuhur berjamaah setiap jam
12.30 WIB dan disambung kegiatan tambahan
tahtimul Qur’an setiap hari Sabtu jam 13.00 WIB
dan istighasah rutin setiap bulan tanggal 11
hijriyah sebagai sarana melatih taqarrub siswa
kepada Allah. Pembentukan perilaku religius
siswa juga dilakukan melalui kajian materi kitab
Akhlak “Adabul ‘Alim wa Muta’alim yang
dimasukkan pelajaran muatan lokal madrasah
serta tambahan kegiatan pesantren kilat khusus di
bulan Ramadhan.
- Melalui budaya karakter
madrasah yang religius:
- Shalat Dhuha
- Shalat Dhuhur berjamaah
- Tahtimul Qur’an
- Istighasah rutin 11 hijriyah
- Kajian kitab adabul ‘alim wa
muta’alim
- Pesantren Ramadhan
2. Bagaimana metode yang digunakan
madrasah dalam rangka
mengimplementasikan komponen
karakter santun, jujur, toleransi dan
peduli sosial ?
Perilaku santun diterapkan dengan membiasakan
bertutur kata dengan sopan dan tawadhu’ terhadap
guru, saling sapa dan salam, kemudian jujur dan
disiplin ditanamkan mulai awal masuk KBM,
berani berkata sebenarnya ketika ada
permasalahan melalui pendekatan personal
terhadap perserta didik dengan peran guru BK dan
wali kelas atau guru lain yang dianggap kompeten
dalam penanganan kasus tertentu, sedangkan
perilaku toleran di madrasah dalam penggunaan
sarana ibadah, perilaku peduli sosial ditanamkan
kepada peserta didik dengan penggalangan dana
sosial secara sukarela setiap hari dengan program
kotak amal kelas, masyarakat pun sangat
mengapresiasi kegiatan bakti sosial lingkungan
sekitar madrasah dengan melakukan kebersihan
musholla dan masjid serta membagikan peralatan
shalat.
Santun:
- Bertutur kata sopan
- Tawadhu’
- Salam dan sapa
Jujur:
- Berani berkata sebenarnya
- Adanya peran guru BK dan wali
kelas
- Guru lain yang kompeten
Toleran:
- Penggunaan sarana ibadah
Peduli sosial:
- Dana sosial kelas
- Bakti sosial
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 3
Coding : (MA.H3.Sn.r).
Nama : Bapak Sunarto, M.Pd.I
Keterangan : Waka Kesiswaan MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Hari/ Tanggal : Selasa, 17 Januari 2019
Tempat : Ruang Guru
Tema : Pola Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Apa saja komponen karakter yang terdapat
dalam core value Ngaji (ji) di madrasah
dan bagaimana cara menerapkannya ?
Pengembangan karakter dilakukan melalui
nilai-nilai utama Ngaji (ji) seperti rasa ingin
tahu, siswa didorong dengan pembelajaran
praktik, pemanfaatan laboratorium,
kunjungan keluar kelas dan ekspo perguruan
tinggi, sedangkan semangat kebangsaan
ditanamkan dengan kegiatan upacara rutin
setiap hari Sabtu dan juga hari besar
kenegaraan serta hari besar Islam sebagai
pendidikan hubbul wathan bagi siswa.
Pengembangan karakter menghargai prestasi
diberikan kepada siswa dalam bentuk
keikutsertaan dalam berbagai even
perlombaan seperti popda dan porsema
ditingkat kabupaten maupun propinsi dan
kita sudah berhasil menjuarai berbagai
kegiatan sampai tingkat nasional, salah
satunya adalah prestasi pencak silat, selain
itu ada juga pemberian penghargaan bagi
siswa-siswi yang berprestasi di bidang
Rasa ingin tahu:
- Pembelajaran praktik
- Pemanfaatan laboratorium
- Kunjungan keluar kelas
- Ekspo perguruan tinggi,
Semangat kebangsaan:
- Upacara rutin
- PHBI
Menghargai prestasi:
- Popda
- Porsema
Gemar membaca:
- Budaya literasi dengan
memanfaatkan perpustakaan
sebagai media baca
- Terintegrasi dalam pembelajaran
KTSP, K13 dan mulok madrasah
akademik maupun non akademik dalam
bentuk beasiswa. Karakter gemar membaca
ditanamkan madrasah melalui budaya
literasi dengan memanfaatkan perpustakaan
sebagai media baca siswa. Semua kegiatan
tersebut dilakukan dengan metode
pembiasan melalui budaya karakter
madrasah, terintegrasi dengan pembelajaan
KTSP dan K13 serta mulok madrasah.
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 4
Coding : (MA.MU.Ah.r)
Nama : Bapak H. Achmadi
Keterangan : Kepala MA NU Mawaqi’ul Ulum
Hari/ Tanggal : Rabu, 6 Februari 2019
Tempat : Ruang Kepala Madrasah
Tema : Pola Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Bagaimana madrasah merumuskan
kurikulum yang berkaitan dengan
penanaman nilai-nilai religius peserta
didik ?
Salah satu ciri khas dalam kurikulum madrasah
kami yaitu mengimplementasikan nilai-nilai
kearifan lokal asli Kabupaten Kudus yaitu
Gusjigang. Spirit Gusjigang terintegrasi ke
dalam struktur kurikulum pertama, pada
komponen mata pelajaran baik yang masih
menggunakan KTSP untuk kelas XII maupun
K13 untuk kelas X dan XI. Kedua, komponen
muatan lokal dan Ketiga, pada komponen
pengembangan diri
Rumusan kurikulum berdasarkan:
- Terintegrasi dalam struktur
kurikulum
- Terintegrasi komponen KTSP dan
K13
- Integrasi mulok madrasah
- Terintegrasi komponen
pengembangan diri
2. Kenapa penanaman nilai religius
menjadi tujuan utama ?
Filosofi Gusjigang di terapkan di madrasah kami
yang pertama guna membentuk siswa-siswi agar
mempunyai karakter religius sebagai perwujudan
insan yang mempunyai kedekatan spiritual
dengan Allah SWT, ini merupakan inti dari
makna bagus (gus) dalam Gusjigang
sebagaimana Allah menciptakan manusia tiada
lain adalah untuk beribadah kepadaNya, maka
perilaku religius menjadi bagian yang paling
Penanaman nilai religius:
- Karakter religius perwujudan
insan spiritual
- Kedekatan dengan Allah
- Kewajiban untuk beribadah
kepada Allah
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 5
Coding : (MA.MU.Is.R)
Nama : Ibu Istifaizah, S.Pd
Keterangan : Waka Kurikulum MA NU Mawaqi’ul Ulum
Hari/ Tanggal : Rabu, 6 Februari 2019
Tempat : Ruang Guru
Tema : Pola Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Kegiatan apa saja yang dilaksanakan
melalui pembiasaan diri budaya
madrasah ?
Dalam membentuk perilaku religius, madrasah
mengembangkan nilai Gus menjadi beberapa
komponen karakter yaitu religius,
tanggungjawab, santun, demokratis, dan peduli
lingkungan dilaksanakan melalui kegiatan
budaya madrasah, diantaranya datang tepat,
shalat dhuha, istighasah, tadarus Al Qur’an dan
Shalat Dhuhur berjamaah. Sedangkan karakter
Ji (Ngaji) meliputi komponen karakter cinta
ilmu, komunikatif, menghargai prestasi, gemar
membaca yang terintegrasi dengan mata
pelajaran umum dan agama baku ditambah
kajian muatan lokal dan pengembangan diri
seperti Tartilul Qur’an dan Hafalan Surat Yasin
Komponen karakter Bagus (gus):
- Religius, tanggungjawab, santun,
demokratis, peduli lingkungan
yang dilaksanakan dalam
kegiatan datang tepat, shalat
dhuha, istighasah, tadarus Al
Qur’an dan Shalat Dhuhur
berjamaah.
Komponen karakter Ngaji (ji):
- Cinta ilmu, komunikatif,
menghargai prestasi, gemar
membaca yang terintegrasi
dengan mata pelajaran umum,
agama, muatan lokal,
pengembangan diri.
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 6
Coding : (MA.H3.Ar.e)
Nama : Bapak Muhammad Arifin, S.Pd.I
Keterangan : Waka Kurikulum MA Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Hari/ Tanggal : Senin, 11 Februari 2019
Tempat : Ruang Guru
Tema : Pola Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Entrepreneurship
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Bagaimana madrasah menerapkan nilai-
nilai kearifan lokal Dagang (gang) dalam
pembelajaran ?
Penerapan nilai-nilai Dagang (gang) di
madrasah dikembangkan melalui komponen
karakter kreatif, mandiri, kerja keras dan
tanggungjawab, adapun rumusan dalam
kurikulum termasuk dalam kelompok
pembelajaran prakarya dan kewirausahaan
dimana prakteknya didukung dengan
kegiatan-kegiatan pengembangan diri yang
ada dalam ekstrakurikuler madrasah
didukung dengan tenaga pendidik dari guru
sendiri dan tutor dari luar madrasah,
harapannya akan muncul sikap dan perilaku
entrepreneurship dari peserta didik
- Komponen karakter Dagang
(gang) Karakter kreatif, mandiri,
kerja keras dan tanggungjawab.
- Termasuk dalam kelompok
pembelajaran prakarya dan
kewirausahaan
- Dilaksanakan melalui
ekstrakurikuler
- Pendidik / tutor dari dalam dan
luar madrasah
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 7
Coding : (MA.H3.Sn.e).
Nama : Bapak Sunarto, M.Pd.I
Keterangan : Waka Kesiswaan MA Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Hari/ Tanggal : Senin, 11 Februari 2019
Tempat : Ruang Guru
Tema : Pola Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Entrepreneurship
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Kegiatan apa saja yang ada di madrasah
dalam menerapkan komponen karakter dari
core value Dagang (gang) ?
Jiwa entrepreneur peserta didik didasari dari
berbagai kegiatan yang mengasah perilaku
kemandirian melalui berbagai kegiatan
ekstra seperti pramuka, pencak silat, rebana,
bola volly, futsal, PMR, reboisasi, serta
bakti sosial pembersihan aliran sungai dan
lingkungan sekitar madrasah. Madrasah juga
mengembangkan life skill peserta didik
melalui pendidikan kewirausahaan,
otomotif, ketrampilan menjahit dan
komputer
Didasari dengan perilaku
kemandirian:
- Pramuka, pencak silat, rebana, bola
volly, futsal, PMR, reboisasi, serta
bakti sosial pembersihan aliran
sungai dan lingkungan sekitar
madrasah
- Life skill peserta didik melalui
pendidikan kewirausahaan,
otomotif, ketrampilan menjahit dan
komputer
2. Bagaimana tindak lanjut pembelajaran
entrepreneurship bagi peserta didik ?
Dalam rangka menambah wawasan dan
keilmuan praktek ketrampilan siswa-siswi,
madrasah telah bekerja sama dengan
beberapa tempat usaha yang bisa dijadikan
lokasi magang oleh peserta didik, di
antaranya bengkel motor Kharis Jaya
sebagai tempat magang otomotif, Nada
Collection yang menjadi tempat magang
- Program magang dengan bekerja
sama: bengkel motor Kharis
Jaya, Nada Collection, Ungu
Komputer.
- Jadwal magang diatur kurang
lebih dua sampai tiga minggu
bersamaan dengan liburan
semester gasal
ketrampilan menjahit serta Ungu Komputer
yang menjadi tempat magang ketrampilan
service komputer. Adapun pelaksanaan
jadwal magang diatur selama kurang lebih
dua sampai tiga minggu bersamaan dengan
liburan semester gasal
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 8
Coding : (MA.MU.Is.e).
Nama : Ibu Istifaizah, S.Pd.
Keterangan : Waka Kurikulum MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 Februari 2019
Tempat : Ruang Guru
Tema : Pola Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Entrepreneurship
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Bagaimana madrasah menerapkan nilai-
nilai kearifan lokal Dagang (gang) dalam
pembelajaran ?
Komponen karakter yang dapat
dikembangkan dari nilai inti Dagang (gang)
meliputi karakter mandiri, kreatif, cinta
tanah air, dan pantang menyerah. Karakter-
karakter tersebut menjadi landasan utama
agar muncul sikap dan perilaku kemandirian
dan leadership siswa yang menjadi dasar
seorang entrepreneur
Komponen karakter Dagang:
- Mandiri
- Kreatif
- Cinta tanah air
- Pantang menyerah
Menjadi landasan utama sikap dan
perilaku kemandirian
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 9
Coding : (MA.MU.Mus.e)
Nama : Bapak M. Mustofa, S.Pd.I
Keterangan : Waka Kesiswaan MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 Februari 2019
Tempat : Ruang Guru
Tema : Pola Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Entrepreneurship
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Kegiatan apa saja yang ada di madrasah
dalam menerapkan komponen karakter dari
core value Dagang (gang) ?
Kami menanamkan kemandirian peserta
didik melalui berbagai kegiatan
ekstrakurikuler seperti jurnalistik,
drumband, komputer, PMR. Kreatif dengan
teater, , qiro’ah, kaligrafi dan rebana, cinta
tanah air melalui pramuka, olahraga dan
olimpiade madrasah, sedangkan materi
pembelajaran yang berkaitan dengan
ketrampilan hidup adalah tata busana,
menghias baki lamaran dan perbengkelan
las, dalam pelaksanaannya madrasah bekerja
sama dan terbuka dengan tenaga dari luar
madrasah yang dianggap mampu dan
berkompeten di bidangnya untuk menjadi
pengajar atau tutor bagi siswa-siswi karena
keterbatasan ketrampilan yang dimiliki oleh
guru-guru di madrasah
- Kemandirian: kegiatan
ekstrakurikuler seperti jurnalistik,
drumband, komputer, PMR.
Kreatif dengan teater, , qiro’ah,
kaligrafi dan rebana, cinta tanah air
melalui pramuka, olahraga dan
olimpiade madrasah
- Life Skill: tata busana, menghias
baki lamaran dan perbengkelan las
- Kerjasama dengan pihak luar
madrasah
2. Bagaimana tindak lanjut pembelajaran
entrepreneurship bagi peserta didik ?
Kami telah menunjuk beberapa tempat
usaha yang bisa menambah pengalaman
peserta didik dalam mempraktekkan
ketrampilan yang telah didapatnya di
madrasah, diantaranya bengkel Las
Berdikari yang menjadi tempat magang
untuk praktek ketrampilan pengelasan,
konveksi Busana Indah sebagai tempat
tempat praktek kegiatan menjahit, dan
sanggar ketrampilan YOI untuk praktek
menghias baki lamaran
- Program magang: bengkel las
Berdikari, konveksi Busana Indah,
sanggar ketrampilan YOI.
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 10
Coding : (MA.H3.Muh.ir)
Nama : Muhammad Yusuf Falahi
Keterangan : Siswa Kelas XII MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Hari/ Tanggal : Senin, 11 Februari 2019
Tempat : Ruang Kelas
Tema : Implikasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Kegiatan ibadah apa saja yang anda
lakukan di madrasah dan apa manfaat yang
anda rasakan secara langsung dari
penerapan pembelajaran religius di
madrasah ?
Melalui pembelajaran agama Islam di MA
NU Hasyim Asy’ari 3, kami lebih
memahami bagaimana tentang keimanan
kepada Allah, menjalankan syariat Islam
seperti shalat dhuha, shalat dhuhur
berjamaah, istighasah, tahtimul qur’an
hingga praktek pengurusan jenazah, di sini
tidak hanya diajarkan secara teori, namun
juga dipraktekkan secara langsung dalam
bentuk-bentuk ibadah sehari-hari, sehingga
menambah wawasan keilmuan Islam kami
dan menambah keimanan terhadap Allah
SWT
Salah satu kegiatan madrasah dalam
membentuk karakter religius adalah
membiasakan kami untuk melakukan
kegiatan istighosah rutin setiap tanggal 11
- Shalat Dhuha, Shalat Dhuhur
berjamaah, istighasah, tahtimul
Qur’an, praktek pengurusan
jenazah.
- Dipraktekkan secara langsung
- Menambah wawasan keilmuan
Islam kami dan menambah
keimanan terhadap Allah SWT
- Terasa lebih dekat dengan Allah
SWT dan sebagai sarana berdoa
agar mendapat kemudahan dalam
menuntut ilmu serta menghadapi
ujian yang sebentar lagi datang
hijriyah dan tadarus Al Qur’an setiap hari
Senin jam ke-9. Dampak dari kegiatan
tersebut bagi kami terasa lebih dekat dengan
Allah SWT dan sebagai sarana berdoa agar
mendapat kemudahan dalam menuntut ilmu
serta menghadapi ujian yang sebentar lagi
datang
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 11
Coding : (MA.H3.Lud.ir)
Nama : Ludia Alfafa Faza
Keterangan : Siswa Kelas XII MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Hari/ Tanggal : Senin, 11 Februari 2019
Tempat : Ruang Kelas
Tema : Implikasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Kegiatan ibadah apa saja yang anda
lakukan di madrasah dan apa manfaat yang
anda rasakan secara langsung dari
penerapan pembelajaran religius di
madrasah ?
Setiap bulan Ramadhan di madrasah kami
diadakan kegiatan kajian kitab Nashoihul
Ibad karya Syech Nawawi Al Bantany yang
berisi tentang motivasi untuk berbuat
kebaikan dan peringatan akan perbuatan
buruk. Dampak yang kami rasakan menjadi
lebih mengetahui bagaimana cara-cara
memperbaiki akhlak agar menjadi lebih baik
ke depannya. Selain itu madrasah kami juga
menyelenggarakan peringatan hari-hari
besar Islam di antaranya Maulid Nabi
Muhammad SAW dan Isra’ Mi’raj, melalui
peringatan hari besar Islam menjadikan kita
lebih mencintai Islam sebagai agama yang
benar dan meningkatkan keimanan kepada
Allah SWT melalui sejarah Islam di masa
lalu serta rasa sebagai bangsa Indonesia
dengan ummat Islam terbesar di dunia
- Kajian kitab Nashoihul Ibad di
bulan Ramadhan
- Dampak yang dirasakan menjadi
lebih mengetahui bagaimana cara-
cara memperbaiki akhlak agar
menjadi lebih baik ke depannya.
- Melalui PHBI lebih mencintai
Islam sebagai agama yang benar
dan meningkatkan keimanan
kepada Allah SWT melalui
sejarah Islam di masa lalu serta
rasa sebagai bangsa Indonesia
dengan ummat Islam terbesar di
dunia.
Kami dibiasakan mengucapkan salam
kepada Bapak/ Ibu Guru ketika memasuki
halaman madrasah, kemudian bersalaman
dengan guru dan harus datang tepat waktu
sebelum bel masuk berbunyi karena ketika
siswa terlambat maka akan ada sanksi yang
diberikan yaitu berdoa di depan guru piket,
tadarus Al Qur’an atau menghafalkan surat
Yasin selama jam pertama berlangsung
namun ketika kami bisa berprestasi maka
madrasah juga akan memberikan
penghargaan dalam bentuk beasiswa
pendidikan
- Ketika siswa terlambat maka akan
ada sanksi yang diberikan
- Ketika berprestasi madrasah
memberikan penghargaan dalam
bentuk beasiswa pendidikan
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 12
Coding : (MA.MU.Gil.ir)
Nama : Gilang Hadi Pranomo
Keterangan : Siswa Kelas XII MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 Februari 2019
Tempat : Ruang Kelas
Tema : Implikasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Kegiatan ibadah apa saja yang anda
lakukan di madrasah dan apa manfaat yang
anda rasakan secara langsung dari
penerapan pembelajaran religius di
madrasah ?
Pembiasaan ibadah yang diterapkan di
madrasah kami secara tidak langsung
membuat terbiasa dalam melaksanakan
ibadah di rumah, jadi tidak hanya ketika di
madrasah saja. Contohnya adalah
melakukan shalat dhuha di rumah ketika hari
libur sekolah. Selain itu kebiasaan
mengucapkan salam membawa dampak
bertutur kata yang sopan, mengucapkan
terimakasih, mengucapkan permintaan maaf
bila bersalah, berkata dengan jujur sehingga
membawa pengaruh positif bagi kami dalam
pergaulan
- Terbiasa melaksanakan Ibadah
- Bertutur kata sopan
- Pengaruh positif dalam pergaulan
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 13
Coding : (MA.MU.Sof.ir)
Nama : Sofiatun Nurun Nisa
Keterangan : Siswa Kelas XII MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 Februari 2019
Tempat : Ruang Kelas
Tema : Implikasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Kegiatan ibadah apa saja yang anda
lakukan di madrasah dan apa manfaat yang
anda rasakan secara langsung dari
penerapan pembelajaran religius di
madrasah ?
Salah satu penanaman perilaku religius di
madrasah adalah diajarkannya materi ilmu
adab melalui kitab Ta’limul Muta’alim,
kitab ini menerangkan pedoman bagaimana
akhlak seorang siswa dalam tholabul ‘ilmi di
madrasah, sikap tawadhu’ kepada guru,
etika dalam pembelajaran dan perilaku
sehari-hari di madrasah, sehingga kami lebih
mengerti bagaimana seharusnya bersikap
tawadhu’ kepada bapak dan ibu guru di
madrasah, tidak berfikir yang negatif
walaupun diberi sanksi ketika melakukan
kesalahan karena kami tahu itu adalah untuk
pembelajaran agar menjadi lebih baik ke
depannya
- Materi ilmu adab melalui kitab
Ta’limul Muta’alim
- Bersikap tawadhu’ kepada bapak
dan ibu guru
- Khusnudhon
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 14
Coding : (MA.MU.Ub.ir)
Nama : Ubaidillah
Keterangan : Siswa Kelas XI MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 Februari 2019
Tempat : Ruang Kelas
Tema : Implikasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Religius
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Kegiatan ibadah apa saja yang anda
lakukan di madrasah dan apa manfaat yang
anda rasakan secara langsung dari
penerapan pembelajaran religius di
madrasah ?
Dengan memiliki perilaku religius, membuat
suasana pembelajaran di kelas kami menjadi
lebih kondusif, siswa lebih bisa
berkonsentrasi pada pelajaran sebab
munculnya sikap tawadhu’ dan sopan santun
terhadap guru, tidak ramai dan gaduh karena
saling menghargai antar teman dengan
adanya sikap demokrasi dan toleransi
terhadap sesama. Kami juga diajarkan untuk
menjaga kelestarian alam sebagai wujud
rasa syukur kepada Allah atas apa yang telah
diberikan di bumi
- Suasana pembelajaran di kelas
kami menjadi lebih kondusif
- Sikap tawadhu’
- Sikap demokrasi
- Toleransi
- Rasa syukur kepada Allah
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 15
Coding : (MA.H3.Zul.ie)
Nama : Siti Zulfa Nadia
Keterangan : Siswa Kelas XII MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Hari/ Tanggal : Senin, 11 Februari 2019
Tempat : Ruang Kelas
Tema : Implikasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Entrepreneurship
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Bagaimana pendapat anda dengan
mengikuti kegiatan pembelajaran
entrepreneurship di madrasah ?
Melalui pembelajaran prakarya dan
wirausaha di madrasah, kami di didik untuk
kreatif dan inovatif dalam menciptakan
sebuah produk yang mempunyai nilai bisnis,
mempunyai sikap mandiri dan berani
menjadi seorang entrepreneur muda
- Mempunyai sikap kreatif
- Inovatif
- Menciptakan produk yang bernilai
bisnis
- Sikap mandiri
- Berani menjadi entrepeneurship
2. Apa manfaat yang anda rasakan secara
langsung dari penerapan pembelajaran
entrepreneurship di madrasah ?
Mampu menambah wawasan dan
ketrampilan kami sehingga menjadi bekal
ketika lulus dari madrasah nanti
- Menambah wawasan dan
ketrampilan
- Bekal life skill setelah menjadi
alumni
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 16
Coding : (MA.H3.Eko.ie)
Nama : Eko Bagus Hartanto
Keterangan : Siswa Kelas XI MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Hari/ Tanggal : Senin, 11 Februari 2019
Tempat : Ruang Kelas
Tema : Implikasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Entrepreneurship
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Apa harapan anda ke depan setelah
mendapat pembelajaran entrepreneurship
di madrasah ?
Harapan saya program-program ketrampilan
di madrasah bisa ditambah lebih banyak lagi
sehingga bisa menjadi bekal untuk bisa
berwiraswasta kelak setelah lulus dari
madrasah
Penambahan program-program life
skill agar dapat menjadi bekal setelah
menjadi alumni madrasah
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 17
Coding : (MA.MU.Bgs.ie)
Nama : Bagas Adi Nugroho
Keterangan : Siswa Kelas XI MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 Februari 2019
Tempat : Ruang Kelas
Tema : Implikasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Entrepreneurship
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Perilaku apa saja yang muncul dari
pembelajaran entrepreneurship di
madrasah ?
Pembelajaran entrepreneurship dibentuk
dari sikap mental yang terlatih, mempunyai
karakter yang mandiri, kreatif dan ulet.
Sikap-sikap tersebut dibentuk melalui
kegiatan ekstrakurikuler madrasah dan
pelatihan ketrampilan hidup sehingga
membuat kami menjadi lebih percaya diri
karena mempunyai nilai lebih di luar
pembelajaran sehari-hari
Terbentuk sikap mental:
- Mandiri
- Kreatif
- Ulet
- Percaya diri
VERBATIM WAWANCARA
Lampiran Wawancara 18
Coding : (MA.MU.Afd.ie)
Nama : Afid Rohman
Keterangan : Siswa Kelas XII MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Hari/ Tanggal : Selasa, 12 Februari 2019
Tempat : Ruang Kelas
Tema : Implikasi Gusjigang dalam Membentuk Perilaku Entrepreneurship
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
No Pertanyaan Jawaban Konversi
1. Apa harapan anda ke depan setelah
mendapat pembelajaran entrepreneurship
di madrasah ?
Harapan saya ketrampilan ini bisa menjadi
bekal setelah nanti lulus dari madrasah nanti
untuk bisa berwiraswasta
- Menjadi bekal ketrampilan setelah
menjadi alumni
DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto Gedung MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus terlihat dari atas
Foto Musholla MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Foto Musholla MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Wawancara tentang pola pembentukan perilaku religius
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Wawancara tentang implikasi pembentukan perilaku religius
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Wawancara tentang implikasi pembentukan perilaku entrepreneurship
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Ruangan pengembangan life skill tata busana
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Hasil kreatifitas siswa-siswi
di MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Kegiatan life skill teknik pengelasan
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Praktek pembuatan rak sepatu dalam kegiatan life skill teknik pengelasan
di MA NU Mawaqi’ul Ulum Kudus
Program magang life skill konveksi MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
Program magang life skill otomotif MA NU Hasyim Asy’ari 3 Kudus
BIOGRAFI PENULIS
A. Identitas Diri
1. Nama : Miftakhurozaq
2. NIM : 12010160006
3. Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 17 Nopember 1978
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Alamat : Hadipolo 05/01 Jekulo Kudus
6. Email : [email protected]
7. No. HP : 085875639864
B. Riwayat Pendidikan
1. SDN 2 Hadipolo lulus tahun 1990.
2. MTs. Darul Ulum Kudus lulus tahun 1993.
3. MAN 1 Kudus lulus tahun 1996.
4. S1. STAIN Salatiga (PAI/ Tarbiyah) lulus tahun 2000.
5. S2. IAIN Salatiga (PAI) lulus tahun 2019.
C. Prestasi Akademik
1. Peserta beasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan di UIN
Sunan Gunung Djati tahun 2009-2010.
2. Perserta terbaik kedua, Diklat Fungsional Guru Muda tingkat Jateng-DIY
di Balai Diklat Kemenag Jawa Tengah tahun 2014.
3. Pemateri Workshop Implementasi Metode Hypnoteaching bagi Guru PAI
di Kabupaten Kudus tahun 2016
4. Pemateri Workshop Implementasi Metode Hypnoteaching bagi Guru PAI
di Kabupaten Jepara tahun 2017
5. Pemateri Workshop Implementasi Metode Hypnoteaching MGMP Guru
PAI dan Bahasa Arab Kementrian Agama Kabupaten Garut Jawa Barat
tahun 2017
Salatiga, 14 Maret 2019
Penulis,
Miftakhurozaq