IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …eprints.ums.ac.id/58307/1/NASKAH PUBLIKASI...
Transcript of IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …eprints.ums.ac.id/58307/1/NASKAH PUBLIKASI...
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PADA SISWA TUNA DAKSA SEKOLAH LUAR BIASA
BAGIAN D YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT SURAKARTA
TAHUN 2017/2018
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II
Pada Program Studi Magister Pendidikan Islam
Oleh
IRIN APRILIA
O100130010
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017 M/1439
i
ii
iii
1
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PADA SISWA TUNA DAKSA SEKOLAH LUAR BIASA BAGIAN D
YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT SURAKARTA
TAHUN 2017/2018
ABSTRAK
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan sebuah lembaga pendidikan dibawah
departemen pendidikan nasional yang memiliki ciri khusus untuk mengantarkan
peserta didik menjadi generasi yang berwawasan luas, cakap dalam keilmuan dan
berakhlak mulia. SLB-D YPAC Surakarta ini memiliki peran dalam
mencerdaskan peserta didik, keluarga, dan kehidupan bangsa dengan
menyelenggarakan program pendidikan khusus bagi siswa tuna daksa dengan
kurikulum yang mengacu Direktorat PSLB Depdiknas. Masalah pokok dalam
penelitian ini adalah bagaimana implementasi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam pada siswa tuna daksa di SLB-D YPAC Surakarta dan faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi pembelajaran. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan implementasi pembelajaran dan menemukan faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB-D YPAC
Surakarta.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan menjabarkan
data-data yang terkumpul sebagai ruang lingkup penelitiannya dan lapangan
sebagai tempat penelitiannya (field reasearch). Data-data dikumpulkan dengan
menggunakan tenik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Semua data yang
telah dikumpulkan dengan berbagai teknik diatur, diurutkan, dikelompokkan dan
dikategorikan sehingga dapat ditemukan tema yang sesuai dengan implementasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa tuna daksa SLB-D YPAC
Surakarta.
Peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
siswa tuna daksa SLB-D YPAC Surakarta, terdapat kesesuaian dengan acuan
Direktorat PSLB Depdiknas dan sesuai dengan ketentuan yang dirumuskan oleh
sekolah baik dari perencanaan, pelaksanaan yang meliputi tujuan, materi dan
strategi, serta dari sistem evaluasi. Faktor penghambat proses pembelajaran
Pendidikan Agama Islam pada siswa tuna daksa terdapat pada faktor intern dan
ekstren. Keterbatasan fisik menyebabkan proses pembelajaran terkesan monoton
dan kurang bervariasi. Faktor pendukungnya adalah sekolah ini memiliki guru
yang berkompeten dibidangnya sesuai dengan lulusannya yaitu lulusan PGLB,
selain itu baik dari pihak sekolah maupun guru membertikan pelayanan secara
personal kepada masing-masing siswa tuna daksa.
Kata Kunci: Pembelajaran, Pendidikan Agama Islam, SLB-D YPAC Surakarta
ABSTRACT
Special School (SLB) is an educational institution under the national education
department that has a special characteristic to deliver learners into a generation
that is knowledgeable, proficient in knowledge and noble character. SLB-D YPAC
Surakarta has a role in educating students, families, and life of the nation by
2
organizing special education programs for disabled students with a curriculum
that refers to the PSLB of the national education department. The main problem
in this research is how the implementation of learning of Islamic Education on
students with disabilities in SLB-D YPAC Surakarta and what factors influence
learning. The purpose of this study is to describe the implementation of learning
and to find the factors that affect the learning of Islamic Education in SLB-D
YPAC Surakarta.
This research is included in qualitative research by describing the data
collected as the scope of research and field as the place of research (field
research). The data were collected using observation, interview, and
documentation. All data that has been collected with various techniques arranged,
sorted, categorized and categorized so that the theme can be found in accordance
with the implementation of learning Islamic education on students with
disabilities SLB-D YPAC Surakarta.
The researcher concludes that the learning of Islamic Religious Education
on students with SLB-D YPAC Surakarta is compatible with the PSLB Directorate
of Directorate of National Education and in accordance with the provisions
formulated by schools both from planning, implementation which includes
objectives, materials and strategies, and evaluation system. Factors inhibiting the
learning process of Islamic Religious Education on students with impairment are
in internal and extreme factors. Physical limitations make the learning process
seem monotonous and less varied. The supporting factor is that this school has a
competent teacher in its field according to its graduates who are PGLB
graduates, besides that both from the school and the teacher give personal service
to each student with disability.
Keywords: Learning, Islamic Education, SLB-D YPAC Surakarta
PENDAHULUAN
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus semakin hari semakin
berkembang serta perubahan yang cukup signifikan baik dari pemerintah, sekolah,
orang tua dan masyarakat pada umumnya. Pemerintah melalui berbagai kebijakan
terkait melakukan penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus,
serta penerimaan oleh sekolah dan masyarakat yang dapat membuat anak
berkebutuhan khusus memiliki kesempatan lebih luas untuk memperoleh
pendidikan seperti anak normal lainnya.
SLB-D YPAC Surakarta yang berada dibawah naungan Yayasan
Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surakarta memiliki layanan pendidikan bagi
penyandang cacat tubuh yaitu, TK (Taman Kanak-kanak), SD (Sekolah Dasar),
SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas). SLB-D
YPAC mengikuti kurikulum yang ditentukan oleh direktorat PSLB Depdiknas.
Semenjak Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) disosialisasikan pada Tahun 2003
SLB-D YPAC Surakarta sudah mulai melakukan pengelolaan pembelajaran
berdasarkan pilar-pilar yang sudah ditentukan, yaitu pilar PAKEM (Pembelajaran
3
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenagkan) dan pilar manajemen. Sehingga dalam
proses belajar mengajar PAI di sekolah (SLB), diharapkan dapat mencapai tujuan
belajar dengan sebaik-baiknya, khususnya bagi siswa tuna daksa.1
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan SLB-D YPAC Surakarta
menjadi perhatian tersendiri untuk diteliti guna mengetahui sampai sejauh mana
deskripsi dari keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan
oleh SLB-D YPAC Surakarta sebagai penyelenggara Berdasarkan latar belakang
itulah, maka dapat peneliti ingin mengetahui bagiamana implementasi
pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tuna daksa serta apa saja faktor
penghambat dan pendukung pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa
tuna daksa SLB-D YPAC Surakarta.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian yang ingi dicapai
oleh peneliti dalam penelitian adalah untuk mendeskripsikan pembelajaran
pendidikan agama Islam yang dilihat dari segi tujuan, materi, strategi dan sistem
evaluasi, serta untuk menemukan faktor penghambat dan pendukung
pembelajaran pendidikan Agama Islam pada siswa tuna daksa SLB-D YPAC
Surakarta. Penelitian ini diharapkan bisa mendatangkan manfaat secara teoritis
yaitu dijadikan informasi untuk mengembangkan keilmuan berkaitan dengan
pembelajaran pendidikan agama Islam.
Kajian pustakanya meliputi: 1). Nuryanto, tahun penelitian 2011 dalam
skripsinya yang berjudul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tuna Grahita
dan Tuna Daksa Kelas III di SLB Marsudi Putra II Bantul”. Skripsi ini membahas
tentang proses pembelajaran yang meliputi pula faktor pendukung dan
penghambat dalam penyampaian mata pelajar Pendidikan Agama Islam di SLB
marsudi Putra II Bantul. Adapun perbedaannya terletak pada Subyek dan Obyek
penelitian. 2). Pardjono dan Hestina Widiyawati, tahun penelitian 2001 dalam
jurnal yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi Di SMK
1 Pandak Bantul”. Jurnal ini membahas tentang mengeksplorasi penerapan
pembelajaran berbasis kompetensi pada program studi agribisnis produksi
tanaman di SMK 1 Pandak Bantul. 3). Sarifah, tahun penelitian 2008 dalam
skripsi yang berjudul “Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak
Tunanetra di SDLB Kuncup Mas Banyumas”. Skripsi ini menyimpulkan bahwa
guru pendidikan Agama Islam harus memiliki strategi yang diberikan kepada anak
didik (tunanetra), sehingga mudah menerima materi dengan memhami dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga penelitian tersebut
memiliki subyek pendidikan, begitu pula dengan penelitian ini subyek
1Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC Surakarta), Manajemen di SLB-D dan SLB-D1 di
YPAC Surakarta, Di akses dari https://ypac.or.id, Pada Tanggal 1 April 2017 pukul 09.00 WIB
4
penelitiannya adalah siswa tuna daksa dan mata pelajarannya pendidikan agama
Islam.
Penulisan penelitian ini menggunakan berbagai buku yang dijadikan
sebagai teori yang semuannya memiliki relevansi dengan penelitian yang
dilakukan, yaitu: Modifikasi Perilaku: Alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan
Khusus karya Purwanto, Pola Komunikasi Guru dan Murid di Sekolah luar Baisa
B Frobel Montessori Jakarta Timur Karya Khoir, Diktaktik Pendidikan Agama
karya Abdul Rachman Saleh, Nazaruddin Manajemen pembelajaran Implementasi
Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Umum. Efektif adalah ada efeknya, manjur dapat membawa hasil, sedangkan
efisien berarti tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak
membuang waktu, tenaga dan biaya.2 Pembelajaran yang efektif merupakan
pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri.3
METODE PENELITIAN
Obyek penelitian adalah tempat dilakukan penelitian, misalnya sekolah,
masyarakat dan lembaga yang diteliti.4 Adapun objek penelitian adalah sekolah,
yaitu SLB-D YPAC Surakarta. Subyek penelitian adalah orang atau masyarakat
yang akan digali informasinya untuk data penelitian.5 Subyek penelitiannya
adalah masyarakat SLB-D YPAC Surakarta, yaitu kepala sekolah, guru, peserta
didik, serta orang-orang yang dapat memberi pengayaan data pada penelitian ini.
Penulis menggunakan paradigma penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
memiliki beberapa arti atau definisi, maka dapat disimpulkan Pertama, penelitian
kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Kedua, penelitian
kualitatif dalam pengumpulan datanya secara fundamental sangat tergantung pada
proses pengamatan yang dilakukan oleh peneliti itu sendiri. Ketiga, penelitian
kualitatif temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk
hitung lainnya.6
Berdasarkan tempat penelitian, penulis menggunakan jenis penelitian
lapangan (field research), karena data-data yang diperlukan untuk menyusun
penelitian ini diperoleh dari lapangan yaitu SLB-D YPAC Surakarta. Penelitian
kepustakaan (Library research) penulis gunakan untuk mencari kajian-kajian teori
2Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Kompas
Gramedia, 2013), Hlm. 352. 3Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Hlm.171
4Sudarno Shobron, dkk. Pedoman Penulisan Tesis, (Surakarta: Sekolah Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014), Hlm.18. 5 Ibid. hlm.18
6 Muhammad Zuldafrial, Penelitian Kualitatif, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2012), hlm. 2
5
yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Sifat penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diperlukan dalam
kehidupan yang nyata dan sebenarnya.7
Berdasarkan tipe penelitian, penulis menggunakan penelitian tipe
deskriptif. Penelitian tipe ini adalah penelitian yang mendeskripsikan secara
terperinci realitas dan fenomena-fenomena dengan memberikan kritik atau
penilaian terhadap fenomena tersebut sesuai dengan sudut pandang atau
pendekatan yang digunakan.8 Penulis melakukan pengamatan dan
mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa
penyandang tuna daksa di SLB-D YPAC Surakarta tahun ajaran 2017/2018.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
phenomenologis, yakni mendekati secara mendalam suatu fenomena (peristiwa-
kejadian-fakta) yang menyita perhatian masyarakat luas karena keunikan dan
kedahsyatan fakta tersebut mempengaruhi masyarakat.9 Pendekatan
phenomenologis dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui berbagai
permasalahan implementasi dari pelaksanaan dan evaluasi di SLB-D YPAC
Surakarta. Ada dua data yang diharapkan dapat dikumpulkan dalam penelitian ini,
Pertama, data yang berkaitan dengan kondisi atau keadaan SLB-D YPAC
Surakarta. Kedua, data yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran
pendidikan agama Islam di SLB-D YPAc Surakarta. Data yang diambil tidak
lepas dari metode penelitian, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Analisis data adalah proses pengatur urutan data mengorganisasikan ke
dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian data. Analisis data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menyintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang tidak
dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.10
Penulis atau peneliti menggunakan teknik analisis data pendekatan kualitatif.
Analisis data pada penelitian ini dialkukan dengan mengorganisasikan data-data
yang sudah didapat dari lapangan. Selanjutnya memilah-milah dan mengelola data
yang ada, kemudian dikelompokkan berdasarkan kriteria masing-masing, yaitu
data tersebut termasuk data tujuan, materi, strategi, dan sistem evaluasi
7Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2007), hlm.4 8Sudarno Shobron.dkk, Buku Panduan Penulisan Tesis Magister Pendidikan Islam
Magister Pemikiran Islam dan Magister Hukum Islam, (Surakarta: PPs. Universitas
Muhammadiyah Surakarta,2016). Hlm.12 9 Ibid., hlm. 15 10
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,2007). hlm.248
6
pembelajaran pendidikan agama Islam yang dilaksanakan selama proses
pemebelajaran di SLB-D YPAC Surakarta Tahun 2017/2018. Untuk menganalisis
data-data yang terkumpul dan bersifat kualitatif yaitu dengan menggunakan
metode analisis data non statistik, yaitu dengan cara berpikir induktif dan
deduktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran itu disusun oleh guru, hal ini disesuaikan
dengan kurikulum, materi dan kebutuhan dalam proses pembelajaran.
Perencanaan harus disesuaikan dengan materi yang akan dikaji, metode, tempat
pembelajaran, strategi, dan juga media/alat peraga yang tersedia di sekolah
yang dapat mendukung dalam proses pembelajaran di dalam kelas, oleh karena
itu diperlukan adanya persiapan terlebih dahulu sehingga tujuan pembelajaran
dapat terlaksana dengan baik.
Perencanaan pembelajaran di SLB-D YPAC Surakarta, guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa RPP masih
menggunakan seperti sekolah pada umumnya dan terkadang tidak semua yang
yang direncanakan bisa sesuai dengan tahapannya, karena disesuaikan dengan
konsidi siswa dan kelas pada saat proses belajar mengajar. Perencanaan
pembalajaran di SLB-D YPAC Surakarta, sama dengan sekolah pada
umumnya, tetapi lebih disederhanakan yang biasanya disebut dengan
kurikulum fleksibelitas.
Berdasarkan hasil observasi sejauh ini perencanaan yang dibuat untuk
pembelajaran Pendidikan Agama Islam sesuai dengan apa yang dipaparkan
oleh pihak sekolah bahwa guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
membuat rencana pembelajaran pada setiap proses pembelajaran dan
menggunakan model kurikulum yang menganut kefleksibelitasan karena
disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Perencanaan pembelajara yang
dilakukan oleg guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam juga sesuai
dengan teori yang dipaparkan oleh beberapa para ahli (bab II:2-3), bahwa
perencanaan adalah proses penyususunan berbagai keputusan yang akan
dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk tujuan yang ditentukan.
B. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama
Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam pada siswa tuna daksa
yaitu, Pertama, menanamkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
yang berkembang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Kedua,
7
mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah cerdas, produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertolerasi, menjaga keharmonian secara
personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas
sekolah.
Berdasarkan hasil observasi di tiga kelas, yaitu kelas II SD, VIII SMP
dan XI SMA berserta hasil wawancara dengan Ibu Trini Yuniarti, S.Ag
selaku guru mata pelajaran pendidikan agama Islam, telah ditemukan
bahwa ada dua tujuan pembelajaran pendidikan Agama Islam di ketiga
kelas atau jenjang pendidikan. Tujuan yang pertama yaitu menanamkan
akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, pembiasan, serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang berkembang
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT sesuai dengan apa yang telah
dipaparkan oleh Abdul Rachman Saleh bahwa tujuan pendidikan agam
Islam bagi siswa penyandang ketunaan disekolah luar biasa merupakan
usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak
setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-
ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life. Selain itu
tujuan yang pertama sesuai dengan tujuan pembelajaran pendidikan yang
dipaparkan atau dirumuskan oleh tim sekolah SLB-D YPAC Surakarta
bahwa tujuan pembelajaran pendidikan adalah mematangkan moral dan
spiritual dalam proses pembelajaran dengan cara menanamkan nilai-nilai
norma kehidupan dan keagamaan pada siswa tuna daksa.
Tujuan kedua yaitu Mewujudkan manusia Indonesia yang taat
beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertolerasi,
menjaga keharmonian secara personal dan sosial serta mengembangkan
budaya agama dalam komunitas sekolah sesuai dengan apa yang
dipaparkan oleh Bandi Dephie bahwa tujuan pembelajaran pendidikan
agama Islam adalah Pertama, menghasilkan individu yang mampu
bertanggungjawab secara pribadi dan sosial, misalnya, dapat berhubungan
dengan orang lain, dapat turut berperan serta, dan dapat melakukan suatu
peran tertentu di lingkungan. Kedua, menghasilkan individu yang
mempunyai kematangan untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial.
Misalnya, mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui kematangan
berbahasa. Point b juga sesuai dengan tujuan yang dirumuskan oleh SLB-
D YPAC Surakarta yaitu pada bahwa tujuan pendidikan adalah untuk
mematangkan aspek sosial yang mana meliputi kegiatan kelompok dan
kebersamaannya perlu dikembangkan dengan pemberian peran pada siswa
8
tuna daksa agar turut serta bertanggung jawab atas tugas yang diberikan
serta dapat bekerjasama dengan kelompoknya.
Pemaparan-pemaparan mengenai tujuan pembelajaran pendidikan
agama Islam, baik yang dipaparkan oleh para ahli mapun yang dirumuskan
oleh SLB-D YPAC Surakarta yang tujuan secara umum sesuai dengan apa
yang dipaparkan oleh para ahli dan sesuai dengan yang dirumuskan oleh
SLB-D YPAC Surakarta. Tujuann pendidikan secara khusus bahwa tujuan
pendidikan agar peserta didik mempunyai keimanan dan ketaqwaan dalam
menjalankan ketentuan kehidupan beragama tidak sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang disampaikan oleh para ahli dan yang dirumuskan oleh
SLB-D YPAC Surakarta.
2. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB-D YPAC Surakarta
hampir sama dengan sekolah reguler. Adapun sedikit perbedaan tersebut
dikarenakan pada siswanya, yaitu siswa penyandang tuna daksa memiliki
kondisi tubuh yang berbeda-beda dalam menerima pembelajaran di kelas
dibandingkan dengan anak-anak normal. Materi pembelajaran dan
kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan anak didik tersebut. Suasana
pembelajaran di SLB-D YPAC Surakarta selama ini berlangsung dengan
pola tradisional dimana guru berdiri di depan kelas dan siswanya duduk di
kursinya diatur berjajar kebelakang.
Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan memproyeksikan tindakan
apa yang akan dilaksanakan dalam suatu proses belajar mengajar, yaitu
dengan mengkoordinasikan komponen-komponen pembelajaran. Sehingga
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, cara penyampaian kegiatan
(metode, model dan teknik), serta bagaimana mengukurnya menjadi efektif
dan efisien. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB-D YPAC
Surakarta dilakukan dalam tahap-tahap persiapan seperti menyusun
silabus, program tahunan, program semester, menyusun RPP dan tahap
pelaksanaan metode pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab,
demontrasi dan pemberian tugas serta tahap penilaian dilakukan dengan tes
lisan, tertulis dan praktik ibadah. Bahan atau materi pembelajaran
merupakan salah satu komponen yang harus ada untuk digunakan sebagai
pedoman penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Analisis mengenai materi pembelajaran pendidikan agama Islam
dilihat oleh penulis dari proses belajar mengajar pada 3 kelas, yaitu kelas II
SD, VIII SMP, dan XI SMA, yang mana penulis melakukan pengamatan
2x pada proses pembelajaran pendidikan agaam Islam dimasing-masing
kelas. Berdasarkan hasil observasi di kelas, telah ditemukan bahwa materi
9
pembelajaran pendidikan agama Islam pada jenjang pendidikan SD, SMP
dan SMA materi yang disampaikan oleh guru sesuai dengan yang
dipaparkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan
Sekolah Luar Biasa bahwa ruang lingkup materi akhlak dan budi pekerti
adalah perilaku terpuji. Materi tentang perilaku terpuji juga sesuai dengan
isi materi yang dipaparkan oleh SLB-D YPAC Surakarta bahwa tingkat
kompetensi jenjang pendidikan SD yaitu mempunyai ruang lingkup materi
Akhlak yang salah satu komponennya adalah perilaku terpuji.
3. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Guru dalam menyampaikan materi pendidikan agama Islam kepada
peserta didik pastilah menggunakan metode tertentu. Baik metode itu telah
ditentukan dalam kurikulum maupun metode yang ditentukan sendiri oleh
guru sesuai dengan kondisi dan situaasi yang dihadapi. Sebab peserta didik
disini adalah anak-anak cacat mental yang hanya punya inteli gence
Quatient (IQ) 50-90.
Metode merupakan salah satu komponen proses belajar mengajaar
yang dapat membatu guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada
siswaa. Maka dalam memilih dan menggunakan metode, guru harus
memilih metode yang relevan dengan materi yang akan disampaikan serta
harus mempertimbangkan faktor siswa, faktor fasilitas guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Pemilihan strategi merupakan salah satu perencanaan yang dilakukan
oleh guru sebelum mengajar. Setiap sekolah sudah menggunakan strategi
dalam proses belajar mengajar, termasuk SLB-D YPAC Surakarta. Hampir
semua guru sudah menggunakan strategi dalam proses belajar mengajar,
begitu halnya pula dengan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam,
beliau juga menggunakan strategi dalam proses belajar mengajar.
Penerapan strategi pada mata pelajaran pendidikan agama Islam
(PAI), dapat dilihat dari penyiapan materi pelajaran pendidikan agama
Islam (PAI) selama proses belajar mengajar mulai dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Proses pembelajaran SLB-D YPAC
Surakarta dimulai pada pukul 07.15 – 14.30 WIB. Karena SLB
mempunyai 2 tingkat pendidikan yaitu D dan D1, maka cara melakukan
proses pembelajaran yaitu tingkat pendidikan D proses pembelajarannya
sendiri serta mempunyai kelas yang terpisah dengan tingkat pendidikan D1.
Mata pelajaran pendidikan agama dilaksanakan dalam 2 jam (2 x 30 menit)
pada setiap masing-masing kelas mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA
dalam 1 pekan, sedangkan jam istirahat digunakan untuk
menerapkan/mempraktikkan proses pembelajaran dengan cara melakukan
10
sholat Dhuha pada istirahat pertama, dan Shalat Dzuhur pada istirahat
kedua sesuai dengan jadwal kelas masing-masing.
Menurut penjelasan Ibu Trini Yuniart, S.Ag, selaku guru mata
pelajaran pendidikan agama Islam SLB-D YPAC Surakarta mengatakan
bahwa penggunaan metode mengajar untuk anak-anak/siswa penyandang
tuna daksa sangat terbatas, karena tidak semua metode yang ditentukan
dalam kurikulum dapat diterapkan dalaam proses pembelajaran.
Analisis mengenai metode pembelajaran pendidikan agama Islam
dilihat oleh penulis dari proses belajar mengajar pada 3 kelas, yaitu kelas II
SD, VIII SMP, dan XI SMA, yang mana penulis melakukan pengamatan
2x pada proses pembelajaran pendidikan agama Islam dimasing-masing
kelas. Pada proses pembelajaran pendidikan agama Islam baik pada proses
pembelajaran yang pertama dan kedua guru menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan drill sesuai dengan yang
diapaparkan oleh Basyiruddin Usman yaitu bahwa penyelenggaraan proses
belajar mengajar untuk anak penyandang tuna daksa juga memiliki
beberapa metode pembelajaran antara lain yaitu: 1) metode ceramah. 2)
metode diskusi/tanya jawab. 3) metode pemberian tugas. 4) metode
demonstrasi. 5). Metode latihan. Metode yang digunakan pada 2x proses
pembelajaran pada jenjang pendidikan kelas II SD juga sesuai dengan
metode yang dipaparkan oleh SLB-D YPAC Surakarta, yaitu metode
ceramah, metode tanya jawab, metode latihan dan metode pemberian
tugas.
C. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi yang dilakukan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam
adalah dengan perbagai cara, yaitu Pertama, guru mengamati sikap dan
perilaku murid sehari-harinya. Kedua, guru menilai dari hasil keaktifan ketika
proses belajar mengajar. Ketiga, guru menggunakan evaluasi tertulis. Adapun
hasil dari evaluasi tertulis adalah berdasarkan pada nilai ulangan harian, ujian
tenga semester dan ujian akhir semester. Pada keadaan ini peneliti melakukan
observasi hanya sampai kegiatan ujian tengah semester maka hasil evaluasi
tertulis yang digunakan hanya berdasar pada nilai ulangan harian dan ujian
tengah semester.
Selain dari evaluasi tertulis, guru juga melakukan evaluasi dengan cara
melihat sikap siswa sehari-harinya disekolah. Mulai dari sikap siswa terhadap
guru, teman, dan seluruh warga sekolah. Bagaimana siswa bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar juga termasuk dalam penilaian, sikap
religiusistasnya juga dinilai berdasar siswa mau menjadi imam saat sholat
dhuha dan sholat dzuhur serta ketertiban dalam melaksanakan sholat.
11
Evaluasi mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan
dan pengajaran, sebab evaluasi akan memberikan masukan dan perbaikan
untuk meningkatkan hasil yang dicapai dalam berlangsungnya proses
pendidikan dan pengajaran baik itu untuk pendidikan, anak didik, maupun bagi
lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Suatu proses belajar mengajar tanpa diakhiri dengan evaluasi maka
kegiatan tersebut akan sia-sia, sebab tanpa ada hasil yang dapat dicapai.
Evaluasi pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB-D YPAC Surakarta
berfungsi untuk mengetahui dan menguji kemampuan para siswa dalam
menguasai dan memahami materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru.
Evaluasi yang dilakukan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam
pada jejang pendidikan tingkat SD, SMP dan SMA diberlakukan dengan sistem
yang sama, yang membedakan hanyalah model soal. Adapun cara evaluasinya
adalah dengan berbagai cara, yaitu Pertama, guru mengamati sikap dan
perilaku murid sehari-harinya. Kedua, guru menilai dari hasil keaktifan ketika
proses belajar mengajar. Ketiga, guru menggunakan evaluasi tertulis.
Hasil dari evaluasi tertulis adalah berdasarkan pada nilai ulangan
harian, ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Pada keadaan ini
peneliti melakukan observasi hanya sampai kegiatan ujian tengah semester
maka hasil evaluasi tertulis yang digunakan hanya berdasar pada nilai ulangan
harian dan ujian, sedangkan non tertulis guru melakukan evaluasi dengan cara
melihat sikap siswa sehari-harinya disekolah. Mulai dari sikap siswa terhadap
guru, teman, dan seluruh warga sekolah. Bagaimana siswa bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar juga termasuk dalam penilaian, sikap
religiusistasnya juga dinilai berdasar siswa mau menjadi imam saat sholat
dhuha dan sholat dzuhur serta ketertiban dalam melaksanakan sholat.
Evalusi sistem ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh SLB-D YPAC
Surakarta yaitu penilaian tersebut dengan tes dan non tes. Tes yang harus
diikuti adalah UTS dan UAS. Hasil UTS dan UAS anak yang buruk
menjadikan anak tetap tinggal kelas. SLB-D YPAC Surakarta mempunyai
bebrapa permasalahan yang bisa mengambat pembelajaran pendidikan agama
Islam, namun ada juga faktor yang bisa mendukung tercapainnya tujuan
pembelajaran pendidikan agama Islam serta bagaimana solusi dan ambatan
permasalahn tersebut.
Secara umum teknik evaluasi yang digunakan oleh pendidika di SLB-D
YPAC Surakarta masih saam dengan skolahh pada umunya, akan tetapi
perbedaanya terletak pada proses pelaksanaan tersebut yang dilakukan secara
berbeda-beda, yaitu dengan cara menyesuaikan kondisi serta kemampuan
peserta didik sebagai anak berkebutuhan khusu yang memiliki kekurangan baik
pada kondisi fisik, emosi dan mental, tetapi tidak sesuai dengan yang
12
dipaparkan oleh depdiknas yaitu: 1) Anak dikelompokkan sehomogen mungkin
untuk kemudahan dalam pemeblajaran, sehingga memudahkan dalam
penilaian. 2) Kenaiakan kelas berdasarkan evaluasi kemampuan yang
disesuaikan dengan tuntunan kurikulum dan berdasarkan usia. 3) Penerimaan
siswa baru dapat dilakukan sepanjang tahun ajaran. 4) kurikulum pendidikan
menganut fleksibilitas kurikulum. 5) Pelaporan hasil penilaian kemampuan
belajar peserta didik dilaporkan dalam bentuk kuantitatif dan kualitatif. 6)
Untuk anak yang kemampuan akademiknya kurang tidak diharuskan mengikuti
Ujian Akhir Nasional (UAN), cukup mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS)
dan akan memperoleh Surat Keterangan Tamat Belajar (SKTB). Bagi yang
mampu mengikuti UAN dan lulus akan memperoleh Surat Tanda Tamat
Belajar (STTB). 7) Pada SMPLB dan SMLB secara umum program penilaian
yang menggunakan program SKS sangat kecil kemungkinannya dilakukan
mengingat prinsip belajar Pendidikan Khusus yang mengacu pada fleksibilitas
materi, penilaian dan waktu.
D. Faktor Hambatan dan Faktor Pendukung Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
Banyak ahli mengemukakan pengertian tentang probelm. Ada yang
melihat problem sebagai ketidak sesuaian antara harapan dan kenyataan, ada
yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, serta ada yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan. Problem
pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran prosesbelajar mengajar yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan terkait dengan muatan materi pendidikan agama Islam
Kondisi tertentu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya, yaitu berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Problem belajar ini tidak hanya dialami oleh
siswa-siswa yang lambat saja dalam berlajarnya, tetapi juga dapat menimpa
siswa-siswa yang pandai atau cerdas. Demikian juga pada siswa penyandang
tuna daksa, problem belajar pendidikan agama Islam tidak semata akibat dari
kelemahan yang siswa miliki saja, akan tetapi ada faktor yang menjadi
penyebab timbulnya penghambat proses belajar pendidikan agama Islam bagi
siswa penyandang tuna daksa tersebut. Mengacu pada observasi proses
pembelajaran pendidikan agama Islam dan wawancara dengan guru mata
pelajaran, maka penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam bagi siswa
penyandang tuna daksa adalah sebagai berikut:
1. Siswa, penghambat pembelajaran dari segi siswa dibagi menjadi dua faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal, adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut:
13
a. Faktor Internal yaitu, Kondisi siswa yang tuna daksa sebagian besar
mempunyai kekurangan pada motorik yang dapat menyebabkan
terhambatnya ketrampilan menulis serta sebagai dari mereka memiliki IQ
rata-rata hanya 50-90. Siswa atau anak yang mempunyai ciri-ciri kurang
motoriknya dan kurang IQnya menyebabkan tingkah laku dalam kegiatan
menulis dan menggambar pun menjadi kaku.
b. Faktor Eksternal, Latar belakang keluarga yang variatif merupakan salah
satu faktor penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam.
Bervariatifnya latar belakang keluarga, sehingga dalam pengetahuan
agama masing-masing siswa tuna daksa pasti berbeda-beda, hal ini
berpengaruh pada kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam di
sekolah, tugas guru menjadi semakin baerat karena harus mendidik siswa
dari awal, khususnya bagi siswa yang kurang mendapat perhatian orang
tua dalam pengalaman/pengajaran agama Islam
2. Metode, metode belajar yang digunakan oleh guru pendidikan Agama Islam
adalah metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode
latihan dan metode pemberian tugas. Kelima metode tersebut sudah
diterapkan guru dengan semaksimal mungkin meskipun masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Seperti metode pemberian tugas, siswa kurang
dapat mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya yang diberikan oleh guru
dikarenakan siswa masih banyak yang belum dapat menulis, sehingga
pemberian tugas pun kurang bisa membantu peningkatan belajar terkesan
hanya untuk formalitas saja.
3. Materi, materi untuk anak tuna daksa perlu disederhanakan disesuaikan
dengan kemampuan siswa penyandang tuna daksa. Penyederhanaan materi
perlu dikoordinasi dengan kepala sekolah dan disesuaikan dengan
kurikulum yang dipakai sekolah.
4. Fasilitas, ada fasilitas yang hanya bisa dipakai oleh guru saja seperti Al
Qur’an berserta terjemahannya, sedangkan siswa hanya dapat menggunakan
LKS saja.
Proses belajar mengajar selain faktor yang menghambat pasti juga ada
faktor pendukung, sehingga proses belajar mengajar masih bisa berjalan
dengan baik walaupun banyak kendala-kendala yang terjadi. Adapun faktor-
faktor pendukung proses pembelajaraan pendidikan agama Islam adalah
sebagai berikut:
1. Guru, ada berapa faktor pendukung dari dalam diri guru yang
mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu :
a. Guru memberikan pelayanan / bimbingan secara individual langsung
didalam kelas pembelajaran bagi siswa yang pengetahuan agamnya
masih minim dan kecerdasannya sangat rendah. Semua ini dilakukan
14
karena mereka membutuhkan perhatian yang lebih dibandingkan siswa
lain, sehingga harus ada pendekaatan personal secara langsung disertai
dengan memberikan tugas-tugas untuk dirumah, selain itu guru
menyarankan siswa agar mengikuti TPA/TPQ dilingkungan rumah
masing-masing.
b. Guru SLB-D YPAC Surakarta merupakan tenaga pendidik yang
berkompeten dibidangnya dan sesuai dengan lulusannya, seperti PGLB
yaitu lulusan sarjana pendidikan khusus untuk mendidikan siswa
disekolah luar biasa, tetapi kalau untuk guru pendidikan Agama Islam
diampu oleh guru lulusan sarjana pendidikan Islam.
2. Sekolah, sama dengan dari segi guru sekolah mempunyai berberapa faktor
untuk mendukung proses pembelajaran pendidikan pada umumnya, dan
pendidikan agama Islam khususnya. Adapun faktor-faktor pendukungnya
adalah sebagai berikut:
a. Pihak sekolah memberikan himbauan dan pengertian kepada orang tua
murid melalui pertemuan rutin setiap semester.
b. Pihak sekolah memberikan undang khusus bagi orang tua oleh sekolah
sehubungan dengan tingkah laku anaknya di sekolah, sehingga orang tua
menambah perhatian, kesadaran beragamanya dan ikut serta dalam
mendidik pendidikan agama Islam untuk putra putri mereka.Pihak
sekolah meminta guru untuk banyak membaca buku-buku yang ada
kaitannya dengan anak-anak tuna daksa, agar lebih memahami keadaan
dan kebutuhan siswa dalam belajar.
PENUTUP
SLB-D YPAC Surakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan khusus
untuk siswa penyandang tuna daksa, yang memiliki tiga jenjang pendidikan yaitu
SD, SMP, dan SMA. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1) Implementasi pembelajaran pendidikan agama Islam
diteliti dari empat komponen, yaitu tujuan, materi, metode dan evaluasi
pembelajaran. 2) Faktor pengahambat dan faktor pendukung. Adapun kesimpulan
secara terperinci yaitu, a. Tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah
agar peserta didik mempunyai keimanan dan ketaqwaan dalam menjalankan
ketentuan kehidupan beragama. b. Materi pembelajaran pendidikan agama Islam
sesuai dengan tingkat kompetensi dan runag lingkup materi yang dirumuskan oleh
pemerintah dan sekolah. c. Metode pembelajaran yang digunakan oleh SLB-D
YPAC dalam proses belajar mengajar masih sangat minim dan kurang bervariasi,
karena guru hanya bisa menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab,
metode latihan, metode demontrasi, dan metode pemberian tugas, dikarena adanya
keterbatasan pada gerak motorik dan IQ siswa. d. Evaluasi pembelajaran
pendidikan agama Isalam yang diberlakukan oleh SLB-D YPAC Surakarta, yaitu
15
dengan cara tertulis dan tidak tertulis. Hasil evaluasi tertulis berdasarkan hasil
nilai ulangan harian, nilai ujian tengah semester dan nilai ujian akhir semester,
sedangkan untuk hasil evalausi tidak tertulis dengan cara melihat sikap siswa
sehari-hari di sekolah dan dinailai dari sikap religiussistasnya.
Faktor pembelajaran pendidikan agama Islam digolongkan menjadi dua
yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung. Faktor Penghambat proses
pembelajaran pendidikan agama Islam adalah 1). Siswa, penghambat
pembelajaran dari segi siswa dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Faktor Internal
yaitu, Kondisi siswa yang tuna daksa sebagian besar mempunyai kekurangan
pada motorik yang dapat menyebabkan terhambatnya ketrampilan menulis serta
sebagai dari mereka memiliki IQ rata-rata hanya 50-90. Siswa atau anak yang
mempunyai ciri-ciri kurang motoriknya dan kurang IQnya menyebabkan tingkah
laku dalam kegiatan menulis dan menggambar pun menjadi kaku. b. Faktor
Eksternal, Latar belakang keluarga yang variatif merupakan salah satu faktor
penghambat pembelajaran pendidikan agama Islam. Bervariatifnya latar belakang
keluarga, sehingga dalam pengetahuan agama masing-masing siswa tuna daksa
pasti berbeda-beda, hal ini berpengaruh pada kegiatan pembelajaran pendidikan
agama Islam di sekolah, tugas guru menjadi semakin baerat karena harus
mendidik siswa dari awal, khususnya bagi siswa yang kurang mendapat perhatian
orang tua dalam pengalaman/pengajaran agama Islam. 2). Metode, metode belajar
yang digunakan oleh guru pendidikan Agama Islam adalah metode ceramah,
metode tanya jawab, metode demonstrasi, metode latihan dan metode pemberian
tugas. Kelima metode tersebut sudah diterapkan guru dengan semaksimal
mungkin meskipun masih terdapat kekurangan-kekurangan. Seperti metode
pemberian tugas, siswa kurang dapat mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya
yang diberikan oleh guru dikarenakan siswa masih banyak yang belum dapat
menulis, sehingga pemberian tugas pun kurang bisa membantu peningkatan
belajar terkesan hanya untuk formalitas saja. 3). Materi, materi untuk anak tuna
daksa perlu disederhanakan disesuaikan dengan kemampuan siswa penyandang
tuna daksa. Penyederhanaan materi perlu dikoordinasi dengan kepala sekolah dan
disesuaikan dengan kurikulum yang dipakai sekolah. 4). Fasilitas, ada fasilitas
yang hanya bisa dipakai oleh guru saja seperti Al Qur’an berserta terjemahannya,
sedangkan siswa hanya dapat menggunakan LKS saja.
Faktor Pendukung antara lain yaitu 1). Guru, ada berapa faktor pendukung
dari dalam diri guru yang mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu : a. Guru
memberikan pelayanan / bimbingan secara individual langsung didalam kelas
pembelajaran bagi siswa yang pengetahuan agamnya masih minim dan
kecerdasannya sangat rendah. Semua ini dilakukan karena mereka membutuhkan
perhatian yang lebih dibandingkan siswa lain, sehingga harus ada pendekaatan
16
personal secara langsung disertai dengan memberikan tugas-tugas untuk dirumah,
selain itu guru menyarankan siswa agar mengikuti TPA/TPQ dilingkungan rumah
masing-masing. b. Guru SLB-D YPAC Surakarta merupakan tenaga pendidik
yang berkompeten dibidangnya dan sesuai dengan lulusannya, seperti PGLB yaitu
lulusan sarjana pendidikan khusus untuk mendidikan siswa disekolah luar biasa,
tetapi kalau untuk guru pendidikan Agama Islam diampu oleh guru lulusan sarjana
pendidikan Islam. 2). Sekolah, sama dengan dari segi guru sekolah mempunyai
berberapa faktor untuk mendukung proses pembelajaran pendidikan pada
umumnya, dan pendidikan agama Islam khususnya. Faktor-faktor pendukungnya
adalah sebagai berikut: a. Pihak sekolah memberikan himbauan dan pengertian
kepada orang tua murid melalui pertemuan rutin setiap semester. b. Pihak sekolah
memberikan undang khusus bagi orang tua oleh sekolah sehubungan dengan
tingkah laku anaknya di sekolah, sehingga orang tua menambah perhatian,
kesadaran beragamanya dan ikut serta dalam mendidik pendidikan agama Islam
untuk putra putri mereka. c. Pihak sekolah meminta guru untuk banyak membaca
buku-buku yang ada kaitannya dengan anak-anak tuna daksa, agar lebih
memahami keadaan dan kebutuhan siswa dalam belajar.
Dalam pengajaraan pendidikan agama Islam pada siswa tuna daksa, sedikit
berbeda dengan peserta didik normal, mengingat adanya keterbatasan gerak
motorik dan IQ, sehingga mereka lambat dalam menangkap mata pelajaran. Untuk
itu yang terpenting dalam pengajaran pendidikan agama Islam pada tuna daksa
adalah memberikan motivasi agar peserta didik sadar untuk menjalankan ibadah
wajib dalam kehidupan mereka. Dalam arti tidak menuntut mereka dapat
mengerjakan ibadah seccara sempurna seperti halnya orang normal tetapi
menumbuhkan kesadaran pada peserta didik.
Berdasarkan kesimpulan yang penulis kemukakan, perlu kiranya penulis
menyampaikan beberapa saran yaitu, kepala sekolah selaku pimpinan dituntut
menjadi motivator dan inovator dengan mengupayakan kualitas guru agama Islam
dengan mengadakan pelatihan atau penataran tentang pendidikan agama Islam
untuk anak-anak tuna daksa, serta memberi perhatian lebih dengan menambah
guru, khususnya guru pendidikan agama Islam serta perlu adanya partisipasi
dalam hal pengawasan dan bimbingan terhadap peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran. Guru perlu adanya persiapan yang baik dalam pelaksanaan
pembelajaran serta diperlukan kedalaman dan keluasan pengetahuan khususnya
bagi anak tuna daksa, sehingga dapat memahami karakteristiknya agar tujuan
pembelajaran pendidikan agama Islam dapat tercapai dengan baik. Partisipasi
aktif dari orang tua kepada anak tuna daksa sangat diperlukan dalam membimbing
pendidikan agama Islam pada anak di rumah, sehingga pendidikan dalam keluarga
dapat menunjang keberhasilan pendidikan agama di sekolah.
17
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Kompas Media
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara
Khoir. 2010. Pola Komunikasi Guru dan Murid di Sekolah Luar Biasa B (SLB-B)
Frobel Montesson Jakarta Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta:
Perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Lexy Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Nazarudin. 2007. Manajemen Pembelajaran; Implementasi Konsep, Karakteristik
dan Metodologi pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum.
Yogyakarta : Teras.
Purwanto. 2012. Modifikasi Perilaku: Alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Rachman, Saleh. 1976. Didaktik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang
Sudarno Shobron, dkk. 2014. Buku Panduan Penulisan Tesis Magister
Pendidikan Islam Magister Pemikiran Islam dan Magister Hukum
Islam. Surakarta: PPs. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
____________________. 2016. Buku Panduan Penulisan Tesis Magister
Pendidikan Islam Magister Pemikiran Islam dan Magister Hukum
Islam. Surakarta: PPs. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yayasan Pembinaan Anak Cacat Surakarta. 2014. Manajemen SLB-D dan SLB-D1
YPAC Surakarta. (Online), (http://ypac.or.id diakses 1 April 2017).
Zuldafrial, Muhammad. 2012. Penelitian Kualitatif. Surakarta: Yuma Media
Perkasa.