IMPLEMENTASI NILAI-NILAI TOLERANSI PADA AKTIVIS SEKSI...
Transcript of IMPLEMENTASI NILAI-NILAI TOLERANSI PADA AKTIVIS SEKSI...
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI TOLERANSI
PADA AKTIVIS SEKSI KEROHANIAN ISLAM (SKI)
DI SMA NEGERI 1 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
IZZATIN NISA’
NIM: 23010150220
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ii
iii
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI TOLERANSI
PADA AKTIVIS SEKSI KEROHANIAN ISLAM (SKI)
DI SMA NEGERI 1 BRINGIN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh:
IZZATIN NISA’
NIM: 23010150220
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
iv
v
vi
HALAMAN PENGESAHAN
vii
MOTTO
خلقناكم من ذكر وأن ثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا إن أكرمكم عند اللو يا أي ها الناس إنا
أت قاكم إن اللو عليم خبي
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikankamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antarakamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Qs. Al-Hujurat: 13)
viii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya
dalams kripsi ini penulis mempersembahkan:
1. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberi kasih sayang, semangat,
motivasi, dukungan, nasehat, dan selalu memanjatkan doa yang tiada
hentinya demi kesuksesanku.
2. Saudara sekandungku Hanif Maftukhah dan Miftakhul Hidayat, terimakasih
atas doa dan motivasi yang tiada hentinya kepadaku sehingga proses
menempuh gelar sarjana ini bias tercapai.
3. Suamiku tercinta yang selalu menemani, memberiku kasih sayang,
memotivasi, memberikan dukungan, dan selalu memanjatkan doa yang tiada
hentinya demi kesuksesanku.
4. Adik tingkat sekamarku Siti Saniyah yang selalu bersedia membantuku dan
memberiku semangat dalam menyelesaikan skripsiku.
5. Teman-teman wisma Pandhito Wono diantaranya: mbak Tiara, mbak Diah,
mbak Eka, mbak Berlin, dan Ulfa yang selalu memotivasi dan meberiku
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabat seperjuanganku PAI angkatan 2015 khususnya progam studi
PAI.
7. Teman-teman KKN IAIN Salatiga 2019
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil „alamin, puji syukur kepada Allah Swt yang selalu
memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya yang begitu kecil ini dengan judul
Implementasi Nilai-nilai Toleransi pada Aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di
SMA Negeri 1 Bringintahun 2018/2019.
Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi
agung Muhammad Saw., kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang
selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya
umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. H. Zakiyyudin, M.Ag.
2. Dekan FTIK IAIN Salatiga, Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.
3. Ketua progam Studi PAI IAIN Salatiga, Ibu Dra. Hj. Siti Asdiqoh, M.Si.
4. Bapak Dr. H. Miftahuddin, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, meluangkan waktunya untuk
penulis, serta senantiasa memberikan motivasi kepada penulis sehingga
skripsi ini terselesaikan.
x
5. Bapak ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca
pada umumnya. Aamiin.
Salatiga, 22 Juli 2019
Izzatin Nisa’
NIM. 23010-15-0220
xi
ABSTRAK
Nisa’, Izzatin. 2019. Implementasi Nilai-nilai Toleransi pada Aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi, Salatiga: Progam Studi Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag.
Kata Kunci: Implementasi, Toleransi, Aktivis, dan Kerohanian Islam
Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) menggali informasi mengenai gambaran
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis SKI di SMA Negeri 1 Bringin 2)
mengetahui bentuk-bentuk implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis seksi
kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin 3) mengetahui faktor yang
mendorong dan menghambat implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis seksi
kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin.
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dan
bersifat deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara untuk mengetahui sudut pandang dari warga sekolah berkaitan dengan
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis seksi kerohanian Islam (SKI),
sedangkan data tambahan berupa wawancara, dokumentasi dan observasi.
Hasil dari penelitian ini adalah 1) Implementasi nilai-nilai toleransi pada
aktivis SKI diantaranya a) memberikan kebebasan dalam pembentukan karakter
cinta damai melalui lagu nasionalime. b) memberi kebebasan dalam menjalankan
perintah agama sesuai dengan keyakinan masing-masing. c) memberi kebebasan
dalam berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing. d) memberikan kebebasan
dalam mengikuti kegiatan Kerohanian Islam. e) tidak membeda-bedakan para
aktivis organisasi yang ada di sekolah. 2) Bentuk-bentuk implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis SKI dikategorikan menjadi a) sikap saling menghormati dan
menghargai antar penganut agama lain dalam bingkai acara peringatan hari besar
agama. b) memberikan kesempatan yang sama dalam melaksanakan kerohanian
agama. c) Mengucapkan selamat hari raya kepada pemeluk agama lain. d)
terbentuknya kepanitiaan bersama para aktvis organisasi dalam kegiatan di
sekolah tanpa memandang status agama. e) peduli dan tolong menolong terhadap
warga di sekolah tanpa memandang status agama dan sosial. 3) Faktor pendorong
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis SKI yaitu a) Faktor internal berupa
memahami Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, dorongan dari lembaga sekolah
untuk senantiasa menjaga kerukunan antara guru dan siswa, dan dukungan dari
sekolah dalam perayaan hari besar umat beragama. Sedangkan faktor penghambat
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis SKI yaitu a) dari guru dansiswa
meliputi permasalahan perbedaan pendapat terhadap kegiatan rohis. b) sarana dan
prasarana yaitu kurangnya fasilitas tempat untuk menunjang kegiatan kerohanian
Islam.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i
LEMBAR BERLOGO ........................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................vi
HALAMAN MOTTO .........................................................................................vii
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ix
ABSTRAK ..........................................................................................................xi
DAFTAR ISI .......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah ............................................................................1
B. FokusPenelitian .......................................................................................7
C. TujuanPenelitian .....................................................................................7
D. ManfaatPenelitian ...................................................................................8
xiii
E. DefinisiOprasional ..................................................................................9
F. SistematikaPenulisan...............................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tinjauan tentang Nilai Toleransi
a. Pengertian Nilai ...........................................................................15
b. Macam-macam Nilai ...................................................................16
c. Ciri-ciri Nilai ...............................................................................17
d. Bentuk-bentuk Nilai dengan Kepribadian yang ada dalam
Organisasi Masyarakat ................................................................17
e. Pengertian Toleransi....................................................................20
f. Toleransi dalam Pandangan Islam ..............................................22
g. Unsur-unsur Toleransi .................................................................23
h. Prinsip-prinsip Toleransi dalam Islam ........................................26
2. Tinjauan tentang Seksi Kerohanian Islam
a. Pengertian Seksi Kerohanian Islam ............................................29
b. Tujuan Kegiatan Sie kerohanian Islam .......................................31
c. Dasar Hukum Seksi Kerohanian Islam .......................................32
d. Materi Kegiatan Seksi Kerohanian Islam ...................................33
e. Jenis Kegiatan Seksi Kerohanian Islam ......................................38
f. Metode Pembinaan Sie Kerohanian Islam ..................................41
B. Kajian Pustaka .........................................................................................43
xiv
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..............................................................47
B. Kehadiran Penelitian ...............................................................................47
C. Lokasi Penelitian .....................................................................................48
D. Sumber Data ............................................................................................48
E. Metode Pengumpulan Data .....................................................................49
F. Analisis Data ...........................................................................................51
G. Pengecekan Keabsahan Data...................................................................51
H. Tahap-tahap Penelitian ............................................................................53
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Bringin ..............................................54
B. Data Khusus Kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin .....................61
C. Penyajian Data ........................................................................................64
D. Analisis Data ...........................................................................................78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................109
B. Saran ........................................................................................................109
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 tabeldata guru di SMA Negeri 1 Bringin tahun pelajaran 2018/2019
................................................................................................................... 57
2. Tabel 4.2 tabel data pesertadidik SMA Negeri 1 Bringin selama 3 tahun
terakhir ...................................................................................................... 59
3. Tabel 4.3 Data ruang sarana dan prasarana SMA Negeri 1 Bringin tahun
pelajaran 2018/2019 .................................................................................. 60
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Responden
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Bringin
Lampiran 4 Struktur Kepengurusan Kerohanian Islam SMA Negeri 1 Bringin
Tahun Pelajaran 2018/2019
Lampiran 5 Progam Kerja Kerohanian Islam SMA Negeri 1 Bringin Tahun
Pelajaran 2018/2019
Lampiran 6 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 7 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 8 Lembar Konsultasi Kripsi
Lampiran 9 Daftar Nilai SKK
Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 11 Foto-foto Hasil Observasi di SMA Negeri 1 Bringin
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam-macam
suku bangsa, bahasa dan agama. Hal inilah yang yang menjadikan negara
Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Keanekargaman di Indonesia
tersebut bisa dilihat dari Sabang sampai Merauke. Pulau Jawa sendiri
merupakan kelompok suku bangsa yang memiliki jumlah terbesar dengan
populasi sebanyak 95,2 juta jiwa (40,2%) dari pupulasi penduduk Indonesia.
Suku bangsa terbesar berikutnya berikutnya secara berturut-turut yaitu suku
Sunda dengan jumlah sebanyak 36,7 juta jiwa (15,5%), sedangkan suku Batak
sebanyak 8,5 juta jiwa (3,6%) dan suku asal Sulawesi lainnya sebanyak 7,6
juta jiwa (3,2%) (Na’im, 2010:8).
Kemajemukan bangsa Indonesia tidak hanya terlihat dari beragamnya
jenis suku bangsa, melainkan juga dari beragamnya agama yang dianut oleh
para penduduk. Kehidupan beragama dilingkungan masyarakat heterogen
dengan beragai latar belakang agama terbangun karena toleransi masyarakat
yang saling menghargai adanya perbedaan itu akan menciptakan kehidupan
beragama yang harmonis dilingkungan masyarakat. Berbagai kegiatan sosial
budaya di masyarakat seperti kegiatan gotong royong yang dilakukan
bersama-sama oleh semua anggota masyarakat tanpa melihat golongan, suku
bangsa maupun agama.
2
Agama yang paling banyak dianut oleh penduduk berturut-turut adalah
agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu dan lainnya.
Pada tahun 2010 pemeluk agama Islam tercatat sebanyak 207,2 juta jiwa
(87,18%), kemudian pemeluk agama Kristen sebanyak 16,5 juta jiwa (6,96%)
dan pemeluk agama Katholik sebanyak 6,9 juta jiwa (2,91%). Pemeluk agama
Hindu adalah sebanyak 1.703.254 jiwa (0,72%). Sementara itu, agama Kong
Hu Cu sebagai agama termuda yang diakui oleh pemerintah Indonesia dianut
sekitar 117,1 ribu jiwa (0.05%) (Na’im, 2010:8-10).
Keberagaman tidak hanya terjadi dilingkungan masyarakat, akan tetapi
keberagaman juga terjadi di lembaga-lembaga pendidikan. Lembaga
pendidikan merupakan badan usaha yang bergerak dan bertanggung jawab
atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak didik (Ahmadi, 2001:170).
Keberagaman yang terjadi di lembaga-lembaga pendidikan sama halnya
dengan keberagaman yang terjadi dilingkungan masyarakat. Keberagaman
tersebut meliputi agama, suku, jenis kelamin, bahasa dan lain sebagainya.
Dunia lembaga-lembaga pendidikan banyak yang menerima peserta didik dan
para tenaga pendidik dengan jenis keragaman, sehingga menuntut pihak
lembaga sekolah untuk untuk menanamkan sikap toleransi kepada masing-
masing peserta didik ataupun guru.
Menurut Zakiyuddin Baidhawy (2005:47) toleransi (tasamuh) adalah
modal utama dalam menghadapi keragaman dan perbedaan (tanawwu‟iyyah).
Keragaman (pluralitas) yaitu sebuah kenyataan hidup di mana setiap orang
harus berusaha sampai kepada sikap saling memahami satu sama lain. Dasar
3
keragaman adalah kesatuan tujuan dan dialog yang terbuka. Kesadaran
terhadap keragaman agama akan melahirkan keasadaran terhadap adanya
kesatuan iman. Kesatuan iman bekerja dan menjaga keberlangsungan sejarah
wahyu Tuhan, yang dimulai sejak Adam As sampai dengan nabi Muhammad
Saw (Abdusssami, 2003:104).
Dalam kehidupan yang memiliki keragaman tinggi seperti di Indonesia,
toleransi merupakan sikap yang sangat penting. Ada cukup banyak kasus
yang dapat menjadi bahan renungan bersama mengenai rendahnya nilai
toleransi dalam masyarakat kita. Kasus kekerasan, konflik, pertikaian, dan
sejenisnya adalah contoh betapa toleransi belum menjadi kesadaran bersama.
Toleransi merupakan sikap membiarkan ketidaksepakatan dan tidak menolak
pendapat, sikap, ataupun gaya hidup yang berbeda dengan pendapat, sikap,
dan gaya hidup sendiri (Naim, 2012:138). Oleh karena itu, toleransi menjadi
bagian yang sangat penting untuk kesadaran warga masyarakat yang akan
berimplikasi pada sikap saling menghormati, meghargai dan memahami satu
sama lain.
Dari adanya keragaman tersebut diharapkan manusia dapat menambil
hikmah penciptaan melalui potensi nalar, yang akan menjadikan modal untuk
mengembangkan kehidupan yang lebih bermanfaat. Akan tetapi tidak dapat
dipungkiri bahwa manusia mempunyai kesadaran yang berbeda-beda,
termasuk ego yang ada di dalamnya. Kesadaran ego inilah menjadi pekerjaan
yang sangat berat bagi manusia yang hingga saat ini tidak mudah untuk
menyelaraskannya. Semua serba interest, dan sangat mudah untuk menyulit
4
konflik-konflik, yang ironisnya hingga sampai saat ini masih menjadi
perdebatan.
Salah satu faktor yang sangat diyakini oleh masyarakat dalam
kelangsungan hidup saat ini yaitu pendidikan. Pendidikan merupakan kunci
kemajuan bagi manusia, semakin berkualitasnya sebuah pendidikaan yang
diselenggarakan oleh masyarakat atau bangsa, maka akan semakin berkualitas
pula masyakat atau bangsa tersebut. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Helmawati, 2013:13).
Pendidikanlah yang akan menjadikan setimulus dalam perubahan sosial
ke arah terbentuknya masyarakat yang dicita-citakan. Pendidikan merupakan
salah satu alternatif untuk mencapai sebuah kemajuan peradaban. Hal ini
disebabkan karena masalah pendidikan merupakan momen yang sangat
penting dalam kehidupan, tidak hanya sangat penting akan tetapi pendidikan
tidak dapat dipisahkan dalam sebuah kehidupan manusia. Baik dalam
kehidupan keluarga, bangsa maupun negara. Karena yang sangat menentukan
maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar adalah maju mundurnya sebuah
pendidikan di negara itu.
5
Menurut Mudjia Raharjo (2006:49) diantara fungsi pendidikan yang
menonjol yaitu sebagai wahana proses alih nilai. Maka Nampak sekali bahwa
pendidikan agama merupakan sebuah kemestian bagi upaya perbaikan
kehidupan agama dan moral demi masa depan bangsa yang lebih baik.
Melalui pendidikanlah penanaman nilai-nilai moral dapat dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Dengan demikian pendidikan agama yang selama ini menajdi
seolah mengalami aliensi ditengah realitas kependidikan nasional harus
segera diusahakan penataannya kembali. Hal ini juga berarti bahwa upaya
reaktualisasi pendidikan agama yang sesuai realitas sosial menjadi hal yang
tidak dapat dinafikkan. Tanpa usaha tersebut sangat sulit untuk menjadikan
pendidikan agama sebagai salah satu tokoh guru pembangunan kehidupan
moral yang nyatanya sangat diperlukan di negeri ini.
Upaya pembinaan dalam toleransi beragama di sekolah didasari dengan
akhlaq mulia yang berkaitan langsunng dengan pendidikan agama yang
didalamnya juga mengajarkan akhlak mulia. Untuk itu guru agama memiliki
peran yang sangat penting untuk menanamkan sikap toleransi antar umat
beragama, terlebih di SMA Negeri 1 Bringin yang siswanya heterogen.
SMA Negeri 1 Bringin merupakan salah satu sekolah menengah tingkat
atas yang memiliki khas dan keunikan tersendiri. SMA Negeri 1 Bringin
memiliki latar belakang peserta didik yang heterogen yang berasal dari
berbagai agama. Ada yang mempunyai latar belakang Islam, Kristen,
Katholik dan Buddha. Adapun mata pelajaran agama (binaan rohani) yang
6
diajarkan di SMA Negeri 1 Bringin, memiliki pendidikan semua agama dari
latar belakang sesuai kebutuhan dari agama siswa yang ada.
SMA Negeri 1 Bringin memiliki ekstrakurikuler yang diikuti oleh peserta
didik yang memiliki latar belakang agama Islam yakni kerohanian Islam. Di
kerohanian Islam tersebut banyak kegiatan-kegiatan tentang ke islaman, yang
dibina oleh semua guru pendidikan Agama Islam. Melihat dari latar belakang
guru dan peserta didik yang heterogen yang berasal dari berbagai agama,
kemudian bagaimana nilai-niai toleransi pada pada aktivis kerohanian Islam
di SMA Negeri 1 Bringin.
SMA Negeri 1 Bringin memiliki progam untuk mengimplementasikan
nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) melalui
kegiatan kerohanian Islam. Progam tersebut dituangkan dalam dokumen
kegiatan di sekolah yaitu dalam salah satu progam kerja. Sehingga progam
tersebut di implementasikan melalui kegiatan kerohanian Islam di sekolah
pada umumnya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian di SMA Negeri 1 Bringin. Untuk memudahkan dan terarahnya
penelitian, penulis merumuskannya dalam judul penelitian sebagai berikut
“IMPLEMENTASI NILAI-NILAI TOLERANSI PADA AKTIVIS
SEKSI KEROHANIAN ISLAM (SKI) DI SMA NEGERI 1 BRINGIN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019”
7
B. Fokus Penelitian
Rumusan masalah ini dimaksudkan agar penelitian tidak melebar
permasalahannya, sehingga mudah untuk memahami hasilnya. Berdasarkan
latar belakang yang telah penulis uraikan di atas dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah gambaran implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten
Semarang?
2. Apa saja bentuk-bentuk implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten
Semarang?
3. Faktor apakah yang mendorong dan menghambat nilai-nilai toleransi pada
aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin
Kabupaten Semarang?
C. Tujuan Penelitian
Pada umumnya penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi praktis
tentang implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam
(SKI) di SMA Negeri 1 Bringin. Secara spesifik penelitian ini menjawab
beberapa pokok masalah penelitian yaitu:
1. Untuk menggali informasi mengenai gambaran implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1
Bringin Kabupaten Semarang .
8
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian
Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang .
3. Untuk mengeksplorasi faktor yang mendorong dan menghambat
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam
(SKI) di SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang .
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Mengetahui gambaran implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten
Semarang.
b. Mengetahui bentuk-bentuk implementasi nilai-nilai toleransi pada
aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin
Kabupaten Semarang.
c. Mengetahui faktor yang mendorong dan menghambat implementasi
nilai-nilai tolaransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di
SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi IAIN Salatiga, khususnya jurusan PAI
1) Memberikan informasi kepada guru PAI dan Budi Pekerti bahwa
peran rohis dalam menjalankan kegiatan keagamaan dan
mengimplementasikan nilai-nilai toleransi harus selalu didukung
sehingga menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi warga sekolah.
9
2) Digunakan sebagai titik tolak dalam penelitian sejenis dengan
fokus yang berbeda, sehingga aspek lain yang berkaitan dengan
implementasi nilai-nilai tolerasni pada aktivis Seksi Kerohanian
Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang dapat
dipublikasikan.
b. Bagi Peneliti
1) Peneliti dapat berlatih menulis karya ilmiah yang baik.
2) Menambah khasanah pengetahuan tentang implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA
Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang serta dapat memberikan
tambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti.
c. Bagi SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang
1) Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan
kebijakan yang berkaitan dengan nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin
Kabupaten Semarang.
2) Dapat digunakan sebagai evaluasi dalam pelaksanaan
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian
Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin Kabupaten Semarang .
3) Bagi sekolah lain
Dapat digunakan sebagai rujukan dalam proses implementasi
nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di
sekolah.
10
E. Penjelasan Istilah
Untuk mendapat gambaran yang jelas, maka terlebih dahulu akan
dijelaskan beberapa pengertian istilah yang terdapat pada judul di atas.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Implementasi
Implementasi dalam arti luas merupakan suatu penerapan ide, konsep,
kebijakan, dan inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai
dan sikap (Susilo, 2007:174). Implementasi merupakan penerapan dari
sebuah hasil penelitian sebagai tindakan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang sebelumnya telah ditetapkan.
2. Nilai-Nilai Toleransi
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini
sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola
pemikiran dan perasaan, ketertarikan maupun perilaku (Zakiyah Darajat,
2000:260).
Menurut Zakiyuddin Baidhawy (2005:47) Toleransi (tasamuh) adalah
modal utama dalam menghadapi keragaman dan perbedaan
(tanawu‟iyyah).
Toleransi adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar,
keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain. Dalam literature
agama Islam, toleransi disebut dengan tasamuh yang dipahami sebagai
sifat atau sikap saling menghargai, membiarkan, atau membolehkan
11
pendirian (pandangan) orang lain yang bertentangan dengan kita (Naim,
2008:126).
Dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai toleransi adalah sebuah aspek-
aspek yang merupakan bagian dari toleransi, dimana jika aspek-aspek
tersebut diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari maka akan
menimbulkan dampak positif dalam dalam menghargai setiap keragaman.
Sedangkan toleransi yang dimaksud dalam penelitian ini lebih ditekankan
dalam toleransi yang ada di sekolah khususnya SMA Negeri 1 Bringin
dalam memberikan kebebasan dalam menjalankan kegiatan yang
berkaitan dengan keislaman, serta menerima, menghormati, menghargai,
memberikan kebebasan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan
kepercayaan masing-masing.
3. Aktivis
Definsi aktivis menurut kamus besar bahasa Indonesia (2011) adalah
orang (terutama anggota politik, sosial, buruh, petani, pemuda, wanita)
yang bekerja aktiv mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan
di organisasinya.
4. Seksi Kerohanian Islam (SKI)
Seksi Kerohanian Islam (SKI) adalah suatu kegiatan ekstrakulikuler
yang lebih menitik beratkan pada pembinaan dan pengembangan
kepribadian siswa secara utuh, tidak saja mencakup pengembangan
pengeahuan dan ketarmpilan melainkan juga pengembangan sikap yang
12
akan menetapkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan:12)
F. Sistematika Penulisan
Agar hasil penulisan skripsi ini mudah dipahami, maka penulis
menetapkan sistematika penulisannya tersebut untuk mengklasifikasikan
persoalan-persoalan yang telah ada.Penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu
bagian muka, bagian isi, dan bagian akhir. Adapun secara lebih rinci
sistematika penulisan skripsi ini adalahsebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal ini, meliputi: sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto,
pembahasan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, dan daftar lampiran.
2. Bagian Inti
Pada bagian ini terdiri dari beberapa bab yang masing-masing terdiri dari
subbab dengan susunan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab pertama berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, landasan
teori, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Kajian Pustaka
Bab kedua ini berisi tentang landasan teoretis dan kajian
pustaka. Pada subbab pertama landasan teoritis Nilai-nilai
13
Toleransi pada Aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI)
meliputi: pengertian nilai, macam-macam nilai, bentuk-
bentuk nilai dengan kepribadian yang ada dalam
organisasi masyarakat, dan ciri-ciri nilai. Selanjutnya
tinjauan tentang toleransi meliputi: pengertian toleransi,
pandangan Islam tentang toleransi, unsur-unsur toleransi
dalam Islam, dan prinsip-prinsip toleransi dalam Islam.
Dan tinjauan tentang Seksi Kerohanian Islam (SKI)
meliputi: pengertian seksi kerohanian Islam, tujuan
kegiatan seksi kerohanian Islam, materi kegiatan seksi
kerohanian Islam, jenis kegiatan seksi kerohanian Islam,
dan metode pembinaan seksi kerohanian Islam. Pada
subbab kedua kajian pustaka berisi tentang telaah terhadap
hasil penelitian terdahulu (prior research) yang relevan
dengan penelitian ini.
BAB III : Paparan Data Penelitian
Bab ketiga ini berisi tentang paparan data penelitian. Pada
subbab pertama berisi tentang gambaran umum SMA
Negeri 1 Bringin meliputi: sejarah singkat, visi dan misi,
struktur organisasi, keadaan siswa dan lain sebagainya.
Dan pada subbab kedua berisi tentang Implementasi Nilai-
nilai Toleransi pada Aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI)
di SMA Negeri 1 Bringin tahun pelajaran 2018/2019.
14
BAB IV : Analisis Data Penelitian
Bab keempat berisi tentang analisis pembahasan data
penelitian. Pada subbab pertama menganalisis tentang
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin. Pada
subbab kedua tentang bentuk-bentuk implementasi pada
aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1
Bringin tahun pelajaran 2018/2019. Dan subbab ketiga
tentang faktor yang mendorong dan menghambat nilai-
nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI)
di SMA Negeri 1 Bingin tahun pelajaran 2018/2019.
BAB V : Penutup
Bab lima merupakan penutup yang berisi tentang
kesimpulan dan saran-saran yang terkait dengan penelitian
ini dan kata penutup.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir dari skripsi ini, memuat: Daftar Pustaka, Lampiran-
lampiran, dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tinjauan tentang Nilai Toleransi
a. Nilai
1) Pengertian Nilai
Abdul Majid (2014:59) mengungkapkan bahwa nilai berasal
dari bahasa Latin “utilis” yang artinya berguna, mampu akan
berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang
dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan
seseorang atau sekelompok orang. Secara filosofi, nilai sangat
terkait dengan masalah etika. Etika juga sering disebut sebagai
filsafat nilai, yang mengkaji nilai-nilai moral sebagai tolak ukur
tindakan dan perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupan.
Nilai adalah sesuatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang
diyakini sebagai identitas yang memberikan corak yang khusus
pada pola pikiran, perasaan keterkaitan maupun pola tingkah laku
nilai biasanya digunakan sebagai standar untuk mengukur segala
sesuatu apakah baik atau tidak.
Rokeach (dalam Hartono 2011:67) berpendapat bahwa, nilai
adalah sesuatu yang berhubungan dengan dimensi kognitif dan
efektif. Pendapat Rokeach tersebut berarti berbeda pandangan
dengan dhaver yang mengungkapkan bahwa nilai berhubungan
16
dengan dimensi kognitif (mind). Berbeda dengan kedua pendapat
tersebut, fleksibel mengungkapkan bahwa nilai terkait dengan
dimensi idea tau konsep dan emosi. Sholichin (2015:47) nilai
adalah penanam idea tau konsep yang bersifat emosional yang
dapat mendorong seseorang untuk mewujudkan idea atau konsep
tersebut. Sedangkan nilai-nilai karakter adalah ide atau konsep
yang dijadikan sebagai pedoman dalam berperilaku bagi
seseorang. Nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup,
yang member acuan, titik tolak dan tujuan hidup. Nilai adalah
suatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai
tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai
menyangkut pola piker dan tindakan, sehingga ada hubungan yang
amat erat antara nilai dan etika.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah
suatu yang penting atau yang berharga bagi manusia sekaligus inti
kehidupan dan diyakini sebagai standard tingkah laku, dan selain
itu nilai juga menjadi tolak ukur untuk memberikan identitas
terhadap segala sesuatu, apak itu baik atau tidak dan pantas
dihormati, dihargai, dipelihara, digunakan. Tanpa nilai manusia
tidak akan memiliki arti dalam kehidupannya, karena sebagai
dasar dari aktivitas hidup. Manusia harus memiliki nilai baikyang
melekat pada pribadi maupun masyarakatnya.
2) Macam-macam Nilai
17
Robert W. Rickey (dalam Muchson, 2000:19) membagi nilai
menjadi tujuh macam yaitu nilai intelektual, nilai personal dan
fisik, nilai kerja, nilai penyesuaian, nilai sosial, nilai keindahan
dan nilai reaksi. Sementara itu menurut Notonegoro (dalam
Winarno, 2011:128-129) membagi nilai menjadi tiga macam yaitu
nilai material, nilai vital, dan nilai kerohanian.
a) Nilai material adalah segala sesuatu yang berguna bagi
kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b) Nilai vital adalah segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c) Nilai kerohanian adalah segala sesuatu yang berguna bagi
rohani manusia. Nilai kerohanian ini meliputi:
(1) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (cipta, budi,
rasio) manusia;
(2) Nilai keindahan atau estetika yang bersumber pada unsur
perasaan perasaan manusia;
(3) Nilai kebaikan atau moral yang bersumber pada unsur
kehendak (karsa) manusia;
(4) Nilai religius (agama) yang merupakan nilai kerohanian
tertinggi dan mutlak bersumber pada kepercayaan
manusia.
3) Ciri-ciri Nilai
18
Menurut Bartens (2007:141), nilai memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a) Nilai itu berkaitan dengan subjek. Apabila tidak ada subjek
yang menilai maka tidak akan ada nilai;
b) Nilai tampil dalam suatu konteks yang praktis dan subjek ingin
membuat sesuatu;
c) Nilai menyangkut sifat-sifat yang ditambah oleh subjek pada
sifat yang memiliki objek.
4) Bentuk-bentuk Nilai dengan Kepribadian yang Ada dalam
Organisasi Masyarakat
Menurut Fremont E Kast dan James E Rosenzwig
(1995:35) Nilai dalam organisasi merupakan dasar utama untuk
pengambilan keputusan dan tindakan lain, dan karena itu
menentukan kerangka kerja dasar untuk pengambilan teori
organisasi dan praktek manajemen.
Nilai itu berkaitan erat dengan ideologi “kita menganggap
nilai itu sebagai dalil normatif, yang diyakini orang tentang apa
seharusnya keinginan manusia itu.” Nilai ditunjang oleh sanksi
dan fungsi yang dihayati sebagai keharusan dalam nilai bagaimana
seharusnya dunia sosial seseorang itu distruktur dan dilajankan,
yang kedua mengenai standar untuk menilai dan memperlakukan
(rationalize) harta individu dan pilihan sosial.” Pendekatan ini
menanamkan nilai sebagai standar normatif yang mempengaruhi
19
manusia dalam pemilihan mereka. Fungsi primer ini dalam
perilaku manajerial adalah bahwa ia merupakan determinan
(faktor penentu) dan garis pedoman untuk pengambilan keputusan
dan tindakan.
Bentuk-bentuk nilai yang ada diorganisasi dan masyarakat,
diantaranya:
a) Penghargaan akan orang lain
Menurut James L Gibson, dkk (1996:7) Organisasi
merupakan kesatuan yang memungkinkan masyarakat
mencapai suatu tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara
perorangan. Dalam organisasi tentu terdiri dari beberapa orang
yang mana setiap orang memiliki perbedaan pemikian,
perbedaan watak dan perbedaan sikap. Untuk itu nilai perlu
dikembangkan guna untuk menyesuaikan perbedaan-perbedaan
yang di bawa oleh masing-masing individu. Sehingga
perbedaan-perbedaan yang ada tidak dijadiakan suatu konflik
dan pertentangan, melainkan dijadikan sebagai suatu kekayaan
yang wajib dihargai. Untuk itu dalam organisasi terdapat nilai
penghargaan yang mencerminkan sikap toleransi seseorang.
Toleransi perlu dikembangkan dalam organisasi dengan tujuan
guna menghargai dan menghormati terhadap perbedaan orang
lain.
20
b) Percaya dan mendukung orang lain, sedangkan individunya
sendiri harus mampu bertanggung jawab
Demi tujuan bersama maka setiap orang harus saling
membantu dan bekerja sama, jangan bersikap individualis
maupun apatis dengan lingkungannya. Setiap anggota wajib
mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, serta membantu
anggotanya ketika mengalami kesulitan. Disamping itu, selain
anggota mempunyai kewajiban membantu satu sama lain, ia
juga berkewajiban melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh
rasa tanggung jawab.
c) Pengamanan kekuasaan (mengurangi tekanan pada wewenang)
Setiap anggota organisasi pasti memiliki wewenang dan
kekuasaan masing-masing yang harus diemban. Namun dalam
hal ini hendaknya setiap anggota dibekali nilai pengamanan
kekuasaan, sehingga tidak akan menyalahgunakan wewenang
dan kekuasaannya utuk kepentingan pribadinya sendiri. Ia tetap
harus menjalankan tugas sesuai dengan koridor-koridor
kekuasaan dan wewenang yang layak ia manfaatkan untuk
melaksanakan tugas yang sudah menjadi kewajibannya.
d) Konfrontasi (masalah yang tidak disembunyikan)
Dalam hal ini kita berbicara tentang keterbukaan, yang
mana dalam organisasi salah satunya harus terbuka. Segala
sesuatu yang berkaitan dengan organisasi tersebut hendaklah
21
disampaikan dengan cara terbuka dan setiap anggota berhak
mengetahui segala hal yang berkaitan dengan organisasi
tersebut.
b. Toleransi
1) Pengertian Toleransi
Toleransi bukan dari bahasa Indonesia tapi adalah bahasa
serapan dari Inggris “tolerance”. Berarti sikap menghargai,
menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan
(Abdussami, 2003:115). Sedangkan dalam bahasa Arab toleransi
adalah tasamuh, menurut formulais ini, yaitu “keinginan untuk
memberikan dan sabar terhadap orang lain yang pikiran dan cara
hidup berbeda, tanpa merusak iman.” Seterusnya, “toleransi juga
berarti memberikan kebebasan terhadap orang dan kelompok lain
untuk beribadah, dan mengatur kehidupan mereka selama tidak
bertentangan dengan kondisi stabilitas masyarakat (Effendi,
2011:328).
Sedangkan menurut Asyraf Abdul Wahab (dalam Yamin dan
Aulia, 2011:7), toleransi dalam konteks sosial-budaya merupakan
keniscayaan. Pada hakikatnya setiap masyarakat plural
membutuhkan kedamaian dan perdamaian. Kedua hal tersebut
adalah toleransi. Secara tegas, toleransi merupakan sikap moderat
yang bisa menghubungkan ketegangan antara pihak yang berbeda
dalam paham dan kepentingan tertentu. Toleransi menjadi
22
pembangun tingkat kesadaran maha tinggi, bahwa perbedaan
paham dan kepentingan adalah sangat wajar dalam kehidupan
manusia. Siapapun harus menyadari bahwa toleransi bukanlah
konstruksi pemikiran kelompok manusia tertentu melainkan
sebuah bangunan konsep kodrati dari Tuhan Yang Maha Esa
bahwa perbedaan dan keperbedaan tidak bisa dihindari ataupun
dijauhi akan tetapi menjadi bagian hidup manusia dalam
berbangsa dan itu harus dijadikan satu prinsip dasar dalam
menjalani kehidupan berbangsa, bukan kemudian mengingkari
dengan sedemikan rupa.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa toleransi
adalah sikap saling menghormati dan menghargai keyakinan atau
perbedaan orang orang lain serta menghargai cara berpikir tanpa
merusak keyakinan orang lain karena masyarakat plural sangat
membutuhkan perdamaian dan kedamain satu sama lain.
2) Toleransi dalam Pandangan Islam
Toleransi adalah pemberian kebebasan kepada sesama atau
warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannyaatau mengatur
hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing, selama dalam
menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan
tidak bertentangan dengan syarat-syarat asas terciptanya ketertiban
dan perdamaian dalam masyarakat (Hasyim, 1979:22).
23
Rasulullah Saw., sebagai penerima risalah ke Rasulullahan
memiliki sikap toleransi sangat tinggi. Di informasikan oleh
sejarawan, ketika tetangga nabi Muhammad Saw., yang memeluk
agama Yahudi sakit Rasulullah SAW datang menjenguknya. Anas
bin Malik meriwayatkan, ketika pembantu Rasulullah Saw., yang
menganut Yahudi sakit beliau menjenguk dan duduk disamping
kepalanya untuk menghibur. Setiap kali Abu Thalib, paman
Rasulullah Muhammad Saw., yang memeluk paganism
(penyembah berhala) sakit Rasulullah Saw., juga datang
menjenguknya (Mandarinnawa, 2014:40).
Sikap toleransi Rasulullah Saw., dan sahabatnya sebagaimana
tergambar di atas didasarkan pada kesadaran bahwa semua
manusia dengan beragam agama, suku, dan budaya berasal dari
leluhur yang sama. Dijelaskan dalam Qs. An-Nisa’ ayat 1
menandaskan:
ها زوجها وبث يا أي ها الناس ات قوا ربكم الذي خلقكم من ن فس واحدة وخلق من
هما رجالا كثيا ونساء وات قوا اللو الذي ت ساءلون بو والأرحام إن اللو كان عليكم رقيبامن
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya
Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.”(Qs. An-Nisa’:1).
24
Dengan demikian dalam Islam manusia dipercaya memiliki
keturunan yang sama, yakni keturunan nabi Adam dan Siti Hawa,
sehingga manusia diyakini saling bersaudara (ukhuwah insaniyah).
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa toleransi dalam
Islam yaitu saling meghormati dan menghargai perbedaan satu
sama lain dan penganut agama lain yang diwujudkan dalam sikap
saling bekerjama dalam kehidupan sosial.
3) Unsur-unsur Toleransi
Toleransi sebagai realitas juga dibentuk oleh nilai-nilai dalam
masyarakat itu seniri. Menrut Hasyim (1997, 23-25) unsur-unsur
toleransi antara lain:
a) Mengakui hak setiap orang
Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di
dalam menentukan sikap atau tingkah laku dan nasibnya
masing-masing. Tentu saja sikap dan perilaku yang dijalankan
itu tidak melanggar hak orang lain karena kalau demikian,
kehidupan masyarakat akan kacau. Hak disini menyangkut
pertama-tama adalah hak yang dimiliki individu-individu
terhadap negara maupun antar kelompok dan antar individu.
Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu
dalam mewujudkan hak-hak yang ia miliki.
Menurut Muchtar (2008:39) menejelaskan bahwa ada lima
hak dasar yang harus dihormati, yaitu:
25
(1) Hak untuk hidup
(2) Hak untuk beragama
(3) Hak untuk mendapatkan pendidikan
(4) Hak untuk bekerja
(5) Hak untuk berpendapat atau menentukan pilihan
b) Menghormati keyakinan orang lain
Menghormati keyakinan orang lain berarti memiliki sikap
lapang dada untuk menghormati dan membiarkan pemeluk
agama lain melaksanakan ibadah menurut ajaran dan ketentuan
agama masing-masing yang diyakininya, tanpa ada yang
menganggu atau memaksakan baik orang lain maupun dari
keluarga sekalipun. Apabila seseorang tidak menghormati
keyakinan orang lain, artinya soal perbedaan agama, perbedaan
keyakinan dan perbedaan pandangan hidup akan menjadi bahan
ejekan atau bahan cemoohan diantara satu dengan yang
lainnya.
c) Agree in disagreement
Agree in disagrement (setuju di dalam perbedaan) adalah
prinsip yang selalu digunakan oleh A. Mukti Ali. Perbedaan
tidak harus ada permusuhan, karena perbedaan selalu ada
didunia ini, dan perbedaan tidak harus menimbulkan
pertentangan. Setiap pemeluk agama hendaknya meyakini dan
26
mempercayai kebenaran agama yang dipeluknya merupakan
sikap yang wajar dan sangat logis.
Keyakinan dan kebenaran terhadap agama yang dipeluknya
ini tidak akan dia merasa eksklusif, akan tetapi justru mengakui
adanya perbedaan-perbedaan agama yang dianut orang lain
disamping tentu saja persamaan-persamaan dengan agama yang
dipeluknya. Sikap seperti ini akan membawa kepada
terciptanya sikap “setuju dalam perbedaan” yang sangat
diperlukan untuk membina dan mengembangkan paradigma
toleransi dan kerukunan hidup antar umat beragama.
There are many nations in the world with different colours,
creeds, and languages. These differences, as mentioned earlier,
have been a couse of enmity throughout history. The perceived
wisdom is that people can never manage to co-exist and that
disputes arise wherever such differences exist. However, this is
a great misconception and the facts are otherwise. In fact, it is
God Who created human beings in different communities and
in the Qur’an, He calls all people to peace and security (Yahya,
2003:43).
Perbedaan adalah suatu keniscayaan yang tidak bisa
dihindari karena perbedaan adalah sunnatullah atau ketetapan
Allah dimuka bumi ini. Oleh karena itu tidaklah benar
seseorang mempersalahkan perbedaan yang ada dalam dirinya
dengan orang lain. Karena hal tersebut hanya akan
menimbulkan perpecahan dimuka bumi ini.
4) Prinsip-Prinsip Toleransi dalam Islam
Toleransi (tasamuh) merupakan sikap tenggang rasa terhadap
realitas perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Realitas
27
perbedaan dan dampak kehidupan global semakin membutuhkan
sikap toleransi atas perbedaan yang ada (Rohmat, 2014:64).
Secara garis besar kata “tasamuh” berarti sikap ramah dengan
cara memudahkan, memberi kemurahan dan keluasan. Akan
tetapi, makna tersebut bukan mutlak sebagaimana dipahami secara
bebas sehingga menerima kebenaran yang jelas-jelas bersebrangan
dengan keyakinan sendiri, melainkan tetap menggunakan tolak
ukur al-Qur’an dan sunnah (Nuriz, 210:110-111).
Adapun prinsip-rinsip tasamuh (toleransi) dalam Islam adalah
sebagai berikut
a) Toleransi dalam hal aqidah atau keyakinan
Keyakinan atau aqidah adalah hal yang pokok dalam agama
Islam. Karenanya seseorang bisa dinyatakan kafir atau muslim.
Bagi seorang muslim aqidah harus dibangun atas dasar yang
diterima dari sumber yang benar. Dari suatu keyakinan akan
kebenaran mutlak. Hal yang demikian dimaksudkan agar dalam
keadaan bagaimanapun seorang muslim tidak kehilangan
identitas agamanya. Karena mempertahankan aqidah adalah
wajib hukumnya bagi seorang muslim sampai mati.
Salah satu nilai toleransi dalam Islam adalah kebebasan
berkeyakinan. Islam mengakui eksistensi agama lain dan
memberi kebebasan kepada setiap individu utuk memeluknya.
Karena toleransi dalam kehidupan beragama dapat terwujud
28
manakala ada kebebasan dalam masyarakat untuk memeluk
agama sesuai dengan kepercayaannya dan tidak memaksa
orang lain mengikuti agamanya.
Untuk itu kunci toleransi bukanlah membuang atau
relativasi ketidaksepakatan, tapi kemauan untuk menerima
ketidaksepakatan dengan sikap saling menghormati dan
menghargai. Dengan kebebasan seseorang dapat memilih
secara sadar dan tanpa paksaan. Jadi, adanya kebebasan
beryakinlah seorang muslim dituntut untuk bisa saling
menghormati agama lain tanpa mengorbankan keyakinan
sendiri.
Prinsip kebebasan beragama bukan berarti pembenaran
terhadap agama lain. Kebebasan tersebut merupakan hak setiap
orang dan fitrah manusia dari Tuhan (Allah), karena tabiat
manusia adalah menuhankan sesuatu. Oleh karena dalam
agama Islam tidak dibenarkan pemaksaan sebuah keyakinan
(iman) mengingat pembentukan keyakinan harus dilakukan
seseorang secara sadar dengan kerelaan hati dan penuh
tanggung jawab. Bahkan selain memberi kebebasan beragama,
Islam juga memberi kebebasan untuk tidak beragama sama
sekali atau atheis. Akan tetapi perlu diketahui setiap pilihan ada
konsekuensinya tersendiri. Jadi, prinsip kebebasan keyakinan
beragama dalam Islam merupakan hak dan fitrah manusia dari
29
Tuhan (Allah) untuk dipertanggung jawabkan oleh masing-
masing yang telah mempunyai keyakinan dalam beragama.
b) Toleransi dalam beribadah (ritual keagamaan)
Setiap agama memiliki ritual keagamaan atau bentuk-
bentuk peribadatan yang berbeda-beda. Selain tata cara yang
beraneka ragam, tempat dan waktu peribadan mereka juga
berbeda-beda. Meskipun beberapa terdapat persamaan, namun
sejatinya memiliki esensi yang tidak sama karena semuanya
berangkat dari ajaran dan keyakinan yang berbeda. Dengan
demikian sebagai umat beragama harus memahami bahwa
masing-masing agama mempunyai ajaran yang berbeda-beda.
Dengan demikian sebagai umat beragama harus memahami
bahwa masing-masing agama mempunyai tata cara dalam
peribadatan dan mempunyai ajaran yang berbeda-beda.
c) Toleransi dalam hubungan sosial
Kehidupan sosial tidak bisa dipisahkan dari agama dalam
Islam meskipun dalam bidang ini umat Islam bisa bersikap
lebih inklusif kepada umat lain dengan berpegang teguh pada
ketentuan yang ada. Pergaulan dan iteraksinya dalam sosial
bersama umat agama lain tidak dilarang sepanjang tidak
bertentangan dengan kontrol tersebut. Islam memberi
penekanan kepada umatnya untuk berbuat baik, menyebarkan
kasih sayang, saling membantu, dan berbuat adil. Semua itu
30
tidak dilaksanakan atau ditujukan hanya kepada sesama muslim
saja bahkan kepada non muslim sekalipun. Karena toleransi
antar umat beragama dalam muamalah duniawi memang
dianjurkan supaya tolong menolong, hidup dalam kerukunan
tanpa memandang perbedaan agama, suku, bahasa, dan ras.
Namun sikap saling membantu atau tolong menolong tersebut
tidak bisa dipahami secara bebas. Sebagai wahyu al-Qur’an dan
hadits adalah sebagai tolak ukurnya (kontrol) utamanya (Nuriz,
2015:115-120).
2. Tinjauan tentang Seksi Kerohanian Islam (SKI)
a. Pengertian Seksi Kerohanian Islam
Kegiatan Sie kerohanian Islam (SKI) adalah kegiatan
ekstrakurikuler yang lebih menitik beratkan pada bimbingan dan
pengembangan kepribadian secara utuh, tidak saja mencakup
pengembangan pengetahuan dan keterampilan melainkan juga
pengembangan sikap, perilaku pola pikir yang akan memantapkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 12).
Rohis adalah singkatan dari “Rohani Islam” yang merupakan
kegiatan organisasi yang ada di sekolah-sekolah menengah dan atas.
Rohis biasanya dikemas dalam satu wadah yaitu ekstrakurikuler, yang
di dalamnya mempunya struktur kepengurusan dan terdapat devisi-
devisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing.
31
Menurut Peter Salim dan Yenni Salim (2000:1132), Kerohanian
Islam berasal dari kata dasar “Rohani” mendapat awalan ke- dan
akhiran –an yang berarti hal-hal tentang rohani. Dan “Islam” adalah
mengikrarkan dengan lidah dan membenarkan dengan hati serta
mengerjakan dengan sempurna oleh anggota tubuh dan menyerahkan
diri kepada Allah Swt., dalam segala ketetapan-Nya dan dengan
segala qadha dan qadar-Nya (Rodliyatun, 2013:16).
Menurut Koesmarwanti (2000:52), kata kerohanian Islam ini sering
disebut dengan istilah “rohis” yang berarti suatu wadah besar yang
dimiliki oleh siswa untuk menjalankan aktivitas dakwah di sekolah.
Kegiatan rohani Islam (rohis) adalah suatu kegiatan bimbingan arahan
yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam rangka
menambah wawasan pengetahuan agama siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan. Meningkatkan suatu pengetahuan, keterampilan, nilai
sikap, memperluas cara berpikir siswa yang kesemuanya itu dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajarnya (Yusuf LN, 2004:36).
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kerohanian Islam
adalah suatu kegiatan ekstrakulikuler keagamaan di sekolah-sekolah
menengah ataupun atas yang diikuti oleh peserta didik yang ada di
sekolah. Kegiatan kerohanian Islam dilaksanakan diluar jam pelajaran
yang dibimbing oleh guru pendidikan agama Islam dan merupakan
suatu wadah besar yang dimiliki peserta didik dalam menjalankan
kegiatan dakwah di sekolah sebagai perwujudan pendidikan diluar
32
sekolah dengan progam pembinaan dan sarana yang tersedia untuk
mencapai tujuan tertentu.
b. Tujuan Kegiatan Sie kerohanian Islam
Sebagai suatu ilmu tentu saja bimbingan rohani Islam mempunyai
tujuan yang jelas. Tujuan bimbingan rohani Islam mempunyai tujuan
yang sangat jelas. Secara singkat bimbingan rohani Islam itu
dirumuskan sebagai berikut:
1) Tujuan umum
a) Membantu individu membentuk dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
b) Memberikan pertolongan kepada setiap individu agar sehat
secara jasmaniah dan rohaniah.
c) Meningkatkan kualitas keimanan, keislaman, keikhsanan, dan
ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari dan nyata.
d) Mengantarkan individu mengenal, mencintai dan berjumpa
dengan esensi diri dan cinta diri serta dzat yang Maha Suci
yaitu Allah Swt (Adz-Dzaky, 2002:18).
2) Tujuan khusus
a) Membantu individu agar terhindar dari masalah;
b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
digadapinya;
33
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber
masalah bagi dirinya dan orang lain (Faqih, 2001:36).
c. Dasar Hukum Seksi Kerohanian Islam
Dasar atau landasan hukum Seksi Kerohanian Islam (SKI) tersebut,
dalam buku panduan OSIS, bidang ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yang meliputi:
1) Pancasila, sila satu yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”
yang bertujuan:
a) Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur;
b) Untuk meningkatkan pengetahuan serta memantapkan
kepribadian yang mandiri.
2) UUD 1945, pasal 29 ayat 1
Yang berbunyi “Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha
Esa.”
3) UU. RI No. 2 1989 tentang system pendidikan nasional Indonesia
sebagaimana penulis cantumkan pada latar belakang.
d. Materi Kegiatan Seksi Kerohanian Islam
Secara garis besar inti dari materi Sie Kerohanian Islam (SKI)
masih berhubungan erat kaitanya dengan materi pendidikan agama
Islam yang diajarkan di sekolah-sekolah. Materi tersebut antara lain:
34
1) Keimanan
Keimanan atau aqidah adalah modal yang paling dasar bagi
seorang muslim untuk menjadikan dirinya menjadi manusia yang
sempurna, karena keimanan tertanam hati setiap manusia dan dari
imanlah sumber inspirasi bagi manusia untuk menjadi dirinya yang
lebih baik, bertindak adil serta berakhir menjadi orang yang
bertaqwa.
Pengetahuan tentang tauhid atau aqidah sangat dibutuhkan
bagi setiap muslim, karena seorang muslim yang boleh dikatakan
sebagai orang yang beriman yaitu mereka yang telah membenarkan
adanya Tuhan Yang Maha Agung, Tuhan Maha Pencipta angit dan
bumi, Tuhan yang menegtahui alam ghaib, Maha Pengatur, raja
segala sesuatu dan tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selainNya (Al-Jazair, 1990:1). Sebagaimana dalam firman Allah
Qs. Al-Hasyr ayat 22:
لام المؤمن المهيمن العزيز البار وس الس ىو اللو الذي لا إلو إلا ىو الملك القد
ا يشركون ر سبحان اللو عم المتكب
Artinya: “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang Maha
Tahu akan yang ghaib dan yang nyata. Dialah yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang”(Qs. Al-Hasyr: 22).
Materi aqidah merupakan materi inti dari mata pelajaran
pendidikan agama Islam baik itu di SD, SMP, SMA, maupun di
SMK. Karena itu adanya sie kerohanian Islam, yang di dalam
35
kegiatanya terdapat materi tentang keislaman, maka diharapkan
peserta didik dapat mengetahui tentang permasalahan aqidah dan
perannya sebagai umat Islam. Sehingga apabila mereka mengerti
materi aqidah yang ada di kajian SKI, maka ketika ia mempelajari
materi pendidikan agama Islam peserta didik akan lebih paham dan
akan lebih mudah untuk mempelajarinya.
Dengan materi keimanan, diharapkan peserta didik akan
mengetahui bahwa aqidah yang kuat akan lebih meningkatkan
keimanan dan keislaman seseorang. Sebagaimana pendapat Prof.
Hamka (1992:9):
“Iman yang berarti percaya dan Islam yang berarti
menyerah denga senang hati, timbulnya adalah setelah akal
itu sampai pada ujung perjalanan yang masih dapat
dijalaninya, oleh sebab itu semakin tinggi perjalanan akal,
bertambah banyak alat penegtahuan yang dipakai, pada
akhirnya bertambah tinggi pulalah martabat iman dan Islam
seseorang.”
Jadi jika seseorang telah beriman dan memfungsikan imannya
dalam amal perbuatanya, maka manusia akan mempunyai
pegangan aqidah yang kokoh dan tidak akan terjerumus dalam
kesesatan serta mengikuti perintah-Nya serta menjauhi larangan-
Nya. Ia juga tidak akan mudah putus asa dalam menghadapi
permasalahan. Ia juga akan memiliki akhlak mulia karena ia selalu
memegang teguh petunjuk Allah.
2) Ibadah
36
Ibadah adalah usaha mengikuti hukum-hukum dan aturan-
aturan Allah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai dengan
perintah-perintah-Nya, mulai akil baligh sampai meninggal dunia.
Indikasi ibadah adalah kesetiaan, kepatuhan dan penghormatan
serta penghargaan kepada Allah Swt., serta dilakukan tanpa ada
batasan waktu (Muhaimin, dkk, 1994:256).
Tujuan manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi ini adalah
diperintahkan untuk beribadah kepadan-Nya. Sesuai dengan firman
Allah Qs. Adz-Dzariyat ayat 56 sebagai berikut:
وما خلقت الن والإنس إلا لي عبدون
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku” (Qs. Adz-Dzariyat: 56).
Materi ibadah sangat luas dan mencakup kegiatan dalam
kehidupan sehari-hari, baik itu ketika berhubungan dengan Allah
(hablumminallah) atau ketika berhubungan dengan manusia
(hablumminannats). Oleh karena itu materi ibadah telah diajarkan
ketika peserta didik duduk di bangkau sekolah dasar.
Hubungannya dengan itu, maka Sie Kerohanian Islam (SKI)
sebagai kegiatan yang bernuansa Islami. Secara khusus mengkaji,
membahas, dan mendiskusikan mengenai beberapa hal yang
kaitanya dengan ibadah. Misalnya bagimana praktek shalat yang
benar menurut Rasulullah saw., bagimana bermuamlah dengan
manusia, dan lain sebagainya. Dengan begitu akan membantu
37
peserta didik yang masih belum paham ketika ia mengikuti
pelajaran saat kegiatan belajar mengajar berlansung, karena
terbatasnya waktu pelajaran di sekolah, menyebabkan sering sekali
guru agama menerangkan materi secara sekilas dan global
mengenai materi yang diajarkan. Untuk itu secara tidak langsung
ada Sie Kerohanian Islam (SKI) yang akan banyak membantu
peserta didik dalam rangka memahami dan mengamalkan materi
pelajaran pendidikan agama Islam.
3) Akhlaq
Menurut Al-Ghazali mendefinisikan akhlaq sebagai sifat yang
melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan seseorang mudah
bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi atau dengan kata lain
sudah menjadi kebiasaan (Rusman, 2012:134).
Adapun tujuan pendidikan akhlaq menurut Abidun Ibnu Rusn
(1998:9) diantaranya:
a) Mendidik siswa supaya berlaku sopan santun dan akhlaq mulia
sesuai dengan ajaran Islam;
b) Membentuk kepribadian siswa, sebagai seorang muslim sejati;
c) Membiasakan sifat-sifat yang baik dan akhlaq yang mulia,
sopan santun, halus budi pekerti, sabar, serta menjadi sifat-sifat
yang buruk.
Kegiatan Sie Kerohanian Islam (SKI) dikaji pula tentang
masalah akhlaq yaitu yaitu tentang norma-norma atau aturan-aturan
38
dalam pergaulan lingkungan alam sekitarnya dan tentang aturan
yang baik ketika berhubungan dengan Tuhannya, dengan seperti itu
peserta didik akan lebih mengerti dan paham akan materi akhlak
dan bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
4) Studi tentang ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits
Al-Qur’an dan Hadits merupak sumber hukum Islam yang
utama dalan agama Islam. Manusia akan selamat di dunia dan di
akhirat apabila manusia mau berpegang teguh pada al-Qur’an dan
Hadist.
Sebagiamana sabda Rasulullah Saw.
الله اب ت ا ك م ب م ت ك ش ت ن ا ا قال النب صل الله عليو وسلم : تركت فيكم امرين لن تضلو ام
)رواه ابن عبد البر( و ي ب ن ة ن س و
Artinya: Nabi saw bersabda: “Aku tinggalkan pada kalian dua
perkara yang tidak yang tidak akan tersesat selama kalian
berpegang teguh kepada keduanya yaitu kitabullah dan sunnah
Nabi” (Ibnu Abdil Barri).
e. Jenis Kegiatan Seksi Kerohanian Islam
Rohis mempunyai tugas yang cukup serius yaitu sebagai lembaga
dakwah. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan yang tidak
hanya diikuti oleh anggotanya saja melainkan semua jajaran yang ada
di sekolah. Dakwah secara kelembagaan yang dilakukan oeh rohis
adalah dakwah aktual, yaitu terlibatnya rohis secara langsung dengan
objek dakwah melalui kegiatan-kegiatan bersifat sosial keagamaan
(Rodliyatun, 2013:16).
39
Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan menurut koesmarwanti
dan Nugroho Widiyantoro, antara lain adalah dakwah di sekolah yang
dibagi menjadi dua macam, yakni bersifat ammah (umum) dan
bersifat khasanah (khusus).
1) Dakwah ammah (umum)
Dakwah ammah adalah dakwah yang dilakukan dengan cara
umum. Dakwah ammah dalam sebuah sekolah adalah proses
penyebaran fikrah Islamiyah dalam rangka menarik simpati dan
meraih dukungan dari lingkungan sekolah. Karena sifatnya
demikian, dakwah ini harus dibuat dalam bentuk yang menarik,
agar para siswa mempunyai keinginan untuk mengikuti kegiatan
ini (Koesmarwanti dan Widiyantoro, 2000:129-140).
Kegiatan dakwah ammah (umum) meliputi:
a) Penyambutan siswa baru
Progam ini khusus diadakan untuk penyambutan adik-adik
yang menjadi siswa baru. Target progam ini adalah
mengenalkan siswa baru dengan kegiatan ayng dilakukan oleh
rohis, para pengurus rohis, dan semua hal yang terkait dengan
rohis.
b) Penyuluhan problem remaja
Progam penyuluhan problematika remaja seperti
penyuluhan tentang bahaya narkoba, tawuran, dan seks bebas.
Progam ini sangat penting untuk para remaja dizaman modern
40
ini. Untuk itu diharapkan progam ini banyak diminati oleh para
peserta didik.
c) Studi dasar Islam
Studi dasar Islam adalah progam kajian dasar Islam yang
materinya antara lain tentang aqidah, makna syahadatain,
mengenal Allah, mengenal Rasul, mengenal Islam, dan
menegnal al-Qur’an, peranan pemuda dan mengemban risalah,
ukhuwah urgensi tarbiyah Islamiah, dan sebagainya.
d) Perlombaan
Progam perlombaan yang biasanya diikutkan dalam progam
utama PHBI merupakan wahana menjaring bakat dan minat
para siswa di bidang keagamaan, ajang perkenalan (ta‟aruf)
silaturrahim antar kelas yang berbeda, dan syiar Islam.
e) Majalah dinding
Majalah dinding memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu
sebagai wahana informasi keIslaman dan pusat inforamsi
kegiatan Islam, baik internal sekolah maupun eksternal.
f) Kursus membaca al-Qur’an
Progam ini daat dilaksanakan melalui kerja sama dengan
pihak guru agama Islam di sekolah, sehingga mereka turut
mendukung dan menjadikannya sebagai bagian dari penilaian
mata pelajaran agama Islam (Koesmarwanti dan Widiyantoro,
2000:142-151).
41
2) Dakwah khasanah (khusus)
Proses pembinaan dalam rangka pembentukan kader-kader
dakwah dilingkungan sekolah. Dakwah khasanah bersifat selektif,
terbatas, dan lebih berorientasi pada proses pemilihan dan
penyeleksian. Dakwah khasanah meliputi:
a) Mabit. Mabit adalah bermalam bersama. Melatih kebersamaan
dan tanggung jawab.
b) Diskusi atau bedah buku. Untuk melatih mempertajam
pemahaman, memperluas wawasan serta meluruskan
pemahaman.
c) Daurah atau pelatihan. Memberikan pelatihan kepada siswa,
misalnya daurah al-Qur’an (bertujuan untuk membenarkan
bacaan al-Qur’an).
d) Penugasan. Sesuatu bentuk tugas mandiri yang diberikan
kepada peserta halaqoh, penugasan tersebut dapat berupa
hafalan al-Qur’an atau penugasan dakwah) (Koesmarwanti,
2000:159-161).
f. Metode Pembinaan Sie Kerohanian Islam
Metode berasal dari bahasa Jerman “methodica” artinya ajaran
tentang metode. Dalam bahasa Yunani, metode berasal dari bahasa
“methodos” artinya jalan, dalam bahasa Arab disebut dengan
“thariq”. Metode yaitu cara yang telah teratur dan berfikir baik-baik
untuk mencapai sesuatu maksud (dalam ilmu pengetahuan dan
42
sebagainya) (Hasanuddin, 1996:35). Secaar sematik “metode” berarti
cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan
hasil yang efektif dan efisien (Syukir, 1983:99). Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa metode pembinaan rohani Islam adalah
cara atau jalan yang ditempuh untuk tercapainya suatu tujuan
pembinaan rohani Islam yang efektif dan efisien.
Dalam uraian berikut ini penulis akan menguraikan beberapa
metode yang digunakan dalam kegiatan kerohanian Islam pada
umumya.
1) Metode ceramah
Metode ceramah yaitu suatu teknik atau metode pembinaan
yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara seorang
pembina pada aktivitas pembinaan. Ceramah dapat pula bersifat
berpidato (retorika), khutbah, mengajar dan sebagainya.
Kelebihan dari metode ceramah ini yaitu sifatnya yang sangat
fleksibel, mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
waktu yang tersedia. Jika waktunya terbatas, bahan atau materinya
dapat dipersingkat. Dan sebaliknya jika waktunya memungkinkan
(banyak) dapat disampaikan materi yang sebanyak-banyaknya dan
lebih mendalam. Sedangkan kelemahannya adalah kurang
efektifnya pemahaman materi oleh objek pembinaan atau
pendengar, karena komunikasinya hanya bersifat satu arah (Syukir,
1983:104-1070).
43
2) Metode tanya jawab
Metode tanya jawab atau dialog adalah penyampaian materi
pembinaan dengan cara mendorong para audience (peserta
pengajian) agar lebih aktif dan bersunggung-sungguh
memperhatikan materi yang diberikan. Sehingga dengan metode
ini audien akan langsung memahami persoalan-persoalan yang
dihadapinya.
Disamping itu kelebihan dari metode ini adalah sangat
berguna untuk mengurangi kesalah pahaman objek pembinaan,
menjelaskan perbedaan-perbedaan pandangan daam memahami
ajaran-ajaran agama dan menerangkan suatu persoalan yang belum
pernah dimengerti, yang kesemuanya itu dapat secara jelas dengan
langsung dijelaskan kepada objek pembinaan. Dalam metode ini
terdapat komunikasi oleh objek pembinaan. Sehingga pokok-pokok
persoalan agama dapat lebih luas dan lebih diketahui oleh audience
(Syukir, 1983:124).
B. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini, akan dideskripsikan beberapa penelitian yang
ada relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Penelitian-
penelitian tersebut nantinya akan dijadikan sebagai sandaran teoritis dalam
penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang penulis maksud adalah
sebagai berikut:
44
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Faizin (2016) mahasiswa UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2016 dengan judul “Strategi
Pengalaman Nilai-Nilai Toleransi Beragama pada Siswa melalui Binaan
Rohani di SMP Katholik Wityatama Kota Batu”, menyimpulan bahwa bina
iman atau binaan rohani di SMP Katholik Widyatama sangat baik. Hal ini
dibuktikan dengan adanya sikap menerima dalam hidup berdampingan
dengan warga sekolah yang heterogen, menghormati dan menghargai
perbedaan dan keyakinan orang lain, menjalin kerjasama dalam bidang social,
seperti adanya esktarkurikuler dan acara sekolah yang menyangkut
keagamaan. Strategi dalam menerapkan nilai-nilai toleransi beragama di SMP
Katholik Widyatama Kota Batu melalui dua tahap, yaitu 1) Pembinaan dalam
kelas. 2) Pembinaan luar kelas.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Rizky Utami (2018) mahasiswa IAIN
Salatiga pada tahun 2018 dengan judul “Implementasi Nilai-Nilai Toleransi
Antar Umat Beragama Pada Lembaga Pendidikan Non Muslim (Studi Kasus
di SMP Pangudi Luhur Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019”,
menyimpulkan bahwa Implementasi nilai-nilai toleransi antar umat beragama
di SMP Pangudi Luhur Salatiga dapat dikategorikan dalam dua bidang yakni
ritual dan sosial. 1) Toleransi bidang ritual diantaranya adalah mengizinkan
bedoa sesai dengan keyakinan masing-masing, mengingatkan untuk selalu
melakukan ibadah puasa bagi siswa muslim dan ikut memperingati hari besar
agama lain. 2) Toleransi dalam bidang sosial yaitu tidak membeda-bedakan
siswa, memberikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan,
45
memberikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pekerjaan,
memberikan kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi siswa,
keadilan dalam memberikan hukuman tanpa memandang status agama.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Salis Hijriyani (2014) mahasiswa
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2014 dengan judul
“Pengembangan Toleransi Antar Umat Beragama Bagi Siwa Kerohanian
Islam/Rohis dan Kerohanian Kristen/Rohkris di SMAN 1 Teladan
Yogyakarta”, menyimpulkan bahwa Secara umum pengembangan toleransi
antar umat beragama siswa rohis dan rohkris yang meliputi: 1. Siswa rohis
dan rohkris tidak melihat orang yang berbeda agama itu sebagai ancaman
melainkan sebagai mitra, saudara, dan competitor yang baik, 2. Siswa rohis
dan rohkris sudah memiliki kesadaran kepedulian sosial dengan baik, 3.
Pembina rohis dan rohkris bisa saling berkolaborasi untuk menyosialisasikan
serta memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya pengembangan
toleransi beragama yang harus diwujudkan di SMAN 1 Teladan Yogyakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Rofiqoh (2015:182-187) Mahasiswi UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2015 dengan judul “Penananaman
Sikap Toleran Beragama dalam Penidikan Agama”, yang menyimpulkan
bahwa keberhasilan dari penanaman sikap toleransi beragama dalam
pendidikan agama (Islam, Kristen, Katolik) diukur berdasarkan indikator-
indikator dari sikap toleransi beragama yang hendak dicapai, yaitu mengakui
hak setiap orang, menghormati keyakinan orang lain, agree in disagreement,
saling mengerti kesadaran dan kejujuran, serta jiwa falsafah pancasila.
46
Toleransi yang terdapat di sekolah ini pada dasarnya baru pada tingkat
toleransi pasif, yaitu toleransi yang baru sekedar menerima akan perbedaan
yang ada, mengakui hak peribadatan agama lain, serta menghargai dan
menghormati keyakinan orang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Novalian Kesumasari (2014) mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul “Pengaruh Pembinaan
Kerohanian Islam terhadap Kesadaran Beragama Narapidana (Studi Kasus
di Lembaga Pemasyakatan Wanita kelas IIA Tangerang)”, menyimpulkan
bahwa (1) Pelaksanaan pembinaan kerohanian Islam di Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Tangerang berbentuk progam pengajaran,
pelatihan, pembinaan, seperti kegiatan pelaksanaan pembinaan kerohanian
yang selalu dilaksanakan setiap senin hingga sabtu mulai pukul 08.00 pagi s/d
12.00 siang dengan agenda geiatan pembacaan iqro’ dan al-Qur’am
dilanjutkan dengan pengajian bersama dan tausiyah yang dipimpin langsung
oleh ustadz dan ustadzah yang terpercaya, (2) Terhadap pengaruh yang
signifikan antara Pembinaan Kerohanian Islam Terhadap Kesadaran
Beragama Narapidana Wanita Kelas IIA Tangerang, hal ini terlihat dari hasil
perolehan angka korelasi yang menunjukkan r hitung (rh) = 0,58 lebih besar
dari r tabel (rt) 5% = 0,361. Sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin
sering seorang narapidana mengikuti kegiatan pembinaan kerohanian Islam
berupa materi Pendidikan Agama Islam dengan membaca al-Qur’an dan
mengikuti tausiyah agama, maka lebih baik pula kesadaran beragama
narapidana.
47
Beberapa kepustakaan di atas, terdapat keterkaitan dengan skripsi yang
akan ditulis adalah toleransi beragamanya, akan tetapi perbedaanya penulis
melakukan penelitian ini melihat pada implementasi nilai-nilai toleransi pada
aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) dilihat dari kegiatan Kerohanian Islam.
Mengenai tempat penelitian penulis menetapkan di SMA Negeri 1 Bringin
sebagai wilayah penelitian penulis dengan pertimbangan kemampuan penulis.
Dengan demikian jelas perbedaan skripsi ini dengan skripsi di atas.
Skripsi ini tentang Implementasi Nilai-Nilai Toleransi pada Aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bingin.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research) dalam
pelaksanaannya menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis yang
umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu naskah wawancara,
pengamatan, serta penelaahan dokumenstudi dokumenter yang antara satu
dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan
(Sukmadinata, 2008:108).
Adapun penelitiannya berbentuk deskriptif yaitu penelitian yang
menggambarkan suatu obyek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.
Dengan demikian, pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami sebuah
fakta (understanding) bukan menjelaskan fakta (explanning) (Bungin,
2001:54). Penelitian ini digunakan selain untuk memahami fakta juga untuk
melaporkan hasil penelitian sebagaimana adanya dan penelitian ini bersifat
flexibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan dan hasil yang tak dapat
dipastikan sebelumnya (Arikunto, 2002:11).
B. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti di sekolah pada penelitian kualitatif sangatlah penting.
Karena peneliti harus melakukan pengamatan sekaligus terjun langsung ke
lapangan untuk mendapatkan hasil yang diperlukan untuk menunjang
penelitiannya. Peneliti melakukan penelitian langsung di SMA Negeri 1
49
Bringin dengan melakukan wawancara dan observasi dengan subjek
penelitian di SMA Negeri 1 Bringin.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah letak dimana penelitian akan dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bringin
pada Tahun Pelajaran 2018/2019. Adapun lokasi penelitian ini berada di
SMA Negeri 1 Bringin yang terletak di Jalan Wibisono, Gang II/No 3,
Bringin, Kabupeten Semarang, Jawa Tengah 50772 Waktu pelaksanaan
lapangan dimulai pada bulan Februari samapi dengan Maret 2019.
D. Sumber Data
Menurut Arikunto (2010:172) yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Apabila peneliti
menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Apabila
peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya bisa berupa
benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti menggunakan
dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data,
sedang isi catatan subjek penelitian atau vaiabel penelitian.
50
Sumber data dibedakan menjadi dua (2) antara lain:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya baik berupa wawancara ataupun observasi maupun laporan
dalam bentuk dokumen tidak resmi kemudian diolah oleh peneliti dari
sumber utama. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber utama yaitu
pembina kegiatan seksi kerohanian Islam, kepala sekolah, dan peserta
didik di SMA Negeri 1 Bringin.
2. Data Sekunder
Bungin (dalam Ibrahim, 2015:70) mengatakan bahwa, sumber data
sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber data primer. Adapun
data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa dokumen-dokumen
sekolah, literatur, maupun informasi lain tentang, visi, misi dan tujuan,
struktur organisasi serta catatan lain mengenai implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis seksi kerohanian Islam (SKI) di SMA N 1 Bringin.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Wawancara
Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:127) metode wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan yang
diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu.
Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan kepada Pembina kerohanian
Islam, kepala sekolah, peserta, dan aktivis rohis guna memperoleh
51
informasi terkait dengan implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara
membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada dan dipandang
relevan. Dalam pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, peraturan rapat, catatan seharian
dan sebagainya (Arikunto, 1989:131). Metode digunakan untuk
memperoleh data sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Bringin, visi dan misi,
identitas SMA Negeri 1 Bringin, struktur organisasi, keadaan guru,
keadaan siswa, keadaan sarana prasarana, dan implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1
Bringin.
3. Metode Observasi
Menurut Bungin (dalam Ibrahim, 2015:81) observasi atau pengamatan
adalah kegiatan seharian manusia dengan menggunakan panca indra mata
sebagai alat bantu utamanya, disamping indra lainnya seperti telinga,
hidung, mulut, dan kulit. Melalui metode observasi ini, peneliti bisa
memperoleh data tentang implementasi nila-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin, mengamati
kegiatan kerohanian Islam, mengamati lingkungan sekolah yaitu kondisi
lingkungan, kondisi ruang, sarana prasarana, dan sebagainya.
52
F. Analisis Data
Menurut Bungin (2010:83) dalam penelitian kualitatif dikenal ada dua
strategi analisis data yang sering digunakan bersama-sama atau secara
terpisah yaitu model strategi analisis deskriptif kualitatif dan atau model
startegi analisis verifikatif kualitatif. Kedua model analisis itu memberi
gambaran bagaimana alur logika analisis data pada penelitian kualitatif
sekaligus memberi masukan terhadap bagaimana teknik analisis data
kualitatif digunakan.
Proses berjalannya analisis data kualitatif menurut Seiddel, sebagaimana
dikutip Moleong (2009:248) adalah sebagai berikut:
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode
agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat
temuan-temuan umum.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Moleong (2009:320-321) yang dimaksud dengan keabsahan
data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:
1. Mendemonstrasikan nilai yang benar,
2. Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan
53
3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi
dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.
Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data menggunakan teknik
sebagai berikut:
1. Ketekunan pengamatan
Penyajian keabsahan data dengan ketekunan pengamatan dilakukan
dengan cara mengamati dan membaca secara cermat sumber data
penelitian sehingga data yang diperlukan dapat diidentifikasikan.
Selanjutnya, dapat diperoleh deskripsi-deskripsi yang akurat dalam proses
perincian maupun penyimpulan (Moleong, 2009:329-330).
2. Triangulasi
Menurut Moeleong (dalam Ibrahim, 2015:124) Triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data penelitian dengan cara membanding-
bandingkan antara sumber, teori, maupun metode atau teknik penelitian.
Karena itu, Moleong membagi teknik pemeriksaan keabsahan data ini
kepada triangulasi sumber, triangulasi, metode atau teknik, dan triangulasi
teori.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dengan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Menurut Patton (dalam
Moleong, 2009:331) triangulasi dengan metode terdapat dua strategi,
yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
54
beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
H. Tahap-tahap Penelitian
1. Kegiatan Administratif yang meliputi, pengajuan izin operasional untuk
penelitian dari kepala sekolah SMA Negeri 1 Bringin selaku penanggung
jawab, kemudian menyusun pedoman wawancara dalam melakukan
administrasi lainnya.
2. Kegiatan lapangan yaitu meliputi:
a. Menemui kepala sekolah untuk memberikan surat izin penelitian.
b. Menemui pembina kegiatan kerohanian Islam dan peserta didik yang
mengikuti kegiatan kerohanian Islam yang akan dijadikan subjek
penelitian.
c. Melakukan wawancara kepada para responden atau informan sebagai
langkah pengumpulan data.
d. Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan
untuk mempermudah dalam melakukan pemaknaan.
e. Melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan sebagai deskriptif
temuan penelitian.
f. Menyusun laporan akhir untuk dijilid dan dilaporkan.
55
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Bringin
1. Sejarah berdirinya SMA Negeri 1 Bringin
Atas persetujuan masyarakat desa Bringin, kecamatan Bringin,
kabupaten Semarang dalam Forum Rembug Desa, maka pemerintah
mempublikasikan distributor SA UGB di kecamatan Bringin. Status
tanah negara SMA Negeri 1 Bringin sewa dengan harga setiap tahun.
Pengukuhan status sekolah negeri dituangkan dalam surat keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
0210/0/1992 tanggal 1 April 1992 tentang Pembukuan dan Penegerian
Sekolah tahun pelajaran 1991/1992.
Selaku pelaksana tugas kepala sekolah yang pertama adalah kepala
SMA Negeri Klepu: Wurjanto Ws., BA, pada tahun 1990 gedung SD
Negeri 1 Bringin dengan kegiatan dilaksanakan setiap hari setelah
siswa atau siswi SD Negeri 1 Pulang. Setelah UGB jadi pada tahun
1991 untuk gedung baru yang berlokasi di jalan Wibisono gang II No.
3. Kepala sekolah pengampu: Drs. Gembong Loekito (1991-1998),
Drs. Sudiyono (1998-2002), Dra. Sri Sunarni (2002-2005), Dra. Mus
Sriyati Utami, M.M. (2005-2012), Dra. Yulia Susilowati, M.Pd. (2012-
2016), Paryanta (2016-2017), Woro Wirasti Poncowati, S.Pd. M.M.
sampai dengan November 2017, dan Tantri Ambarsari, S.Pd.M.Eng
sampai dengan sekarang.
56
Era globalisasi dengan semua implikasinya menjadi salah satu
pemicu masalah yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan
masyarakat, termasuk dalam penyediaan tenaga kerja trampil pada
dunia kerja. Dalam hal ini dunia pendidikan, khususnya SMA Negeri 1
Bringin bertekad memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi
peserta didiknya. Semua perkembangan teknologi dicoba untuk diikuti
dan diberikan kepada peserta didik lulusannya diharapkan mampu
beradaptasi dengan dunia kerja sesuai dengan jurusannya.
2. Letak Geografis
SMA Negeri 1 Bringin terletak di Jalan Wibisono, Gang II/No.3,
Kec. Bringin, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50772.
3. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Bringin
a. Visi
“Terwujudnya warga sekolah yang beriman dan bertaqwa, luhur
dalam budi pekerti unggul dalam berprestasi, berwawasan
lingkungan dan kearifan lokal serta berdaya saing global.”
b. Misi
1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa melalui pendalaman dan pengalaman ajaran agama.
2) Meningkatkan kesadaran dan mengembangkan nilai-nilai luhur
bangsa serta budi pekerti melalui berbagai strategi
implementasi pendidikan karakter dengan melibatkan seluruh
stake holder sekolah.
57
3) Membiasakan warga sekolah untuk menjaga kebersihan dan
kelestarian lingkungan.
4) Menumbuhkembangkan semangat berkompetisi dan berprestasi
secara sehat.
5) Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga
kependidikan agar memiliki pengetahuan dan keterampilan
serta etos kerja yang tinggi.
6) Meningkatkan prestasi akademik peserta didik melalui
penigkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
7) Meningkatkan prestasi non-akademik peserta didik dengan
mengoptimalkan kegiatan pembinaan bakat minat peserta didik
serta potensi yang ada.
8) Meningkatkan pengetahuan serta kecintaan terhadap budaya
dan seni daerah serta kemampuan mengembangkan potensi
lokal sehingga berdaya saing nasional maupun internasional.
9) Menumbuhkan wawasan global warga sekolah melalui
penguasaan teknologi informasi dan kompetensi bahasa asing.
4. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Bringin
Struktur organisasi adalah struktur yang mendasari keputusan para
pembina atau pendiri sekolah untuk mengawali suatu proses
prencanaan sekolah yang strategis. Struktur organisasi SMA Negeri 1
Bringin sebagaimana yang telah terlampir.
58
5. Keadaan Guru SMA Negeri 1 Bringin
Jumlah guru SMA Negeri 1 Bringin seluruhnya adalah 48 orang
dengan rincian nama dan latar belakang pendidikannya. Sebagaimana
pada tabel berikut:
Tabel 4.1
Tabel data guru SMA Negeri 1 Bringin tahun pelajaran 2018/2019
No. Nama Mata Pelajaran
1. Tantri Ambarsari, S.Pd.M.Eng. Kimia
2. Dra. Endang Hartini Kimia
3. Nurcahyo, S.Pd. Seni Musik
4. Agus Warsito, S.Pd, M.Pd. Geografi
5. Listiyani, S.Pd. Sosiologi
6. Muslih, S.Pd. PKN
7. Endardiyono, S.Pd. Fisika
8. Paryanta, S.Pd. Matematika
9. Dra. Sumini Bahasa Indonesia
10. Sri Pujiastuti, S.P. Biologi
11. Khofid, S.Pd. Matematika
12. Riningsih, S.Pd. Bimbingan Konseling
13. Erny Yuliati, S.Pd. Bahasa Inggris
14. D. Joko Wibowo, M.Pd. Ekonomi
15. Mudiono, S.Pd. Kimia
59
16. Budi Sutopo, S.SI Fisika
17. Y. Bangun Widadi, M.Pd. Matematika
18. Wahyu Haryanto, S.Pd. Biologi
19. Mujiyati, S.Pd. Penjasorkes
20. Didik Arijanto, S.Pd. Geografi
21. Yusnita Ariyansyah, S.Pd. Bahasa Inggris
22. Dra. Dwi Lestariningsih PKN
23. Sidiq Jaka Purnomo, S.Pd. Sejarah
24. Titik Insiroh, S.S. Sastra Indonesia
25. Rusmiah, S.Kom. PKWU
26. M. Fitri Krisnawan, S.Pd. Ekonomi
27. Siti Zulaihah, S.Pd. Bahasa Jawa
28. Anjas Karuniawan, S.Pd. Bahasa Inggris
29. Iza aziza, S.Pd. Seni Tari
30. Riska Yudha W., S.Pd. Bhs. Jepang
31. Titik Setyorini, S.Pd. Sejarah
32. Erni Riyanti, S.Pd. Kimia
33. Murni, S.Pd. Bahasa Indonesia
34. Danny Pratama, S.Pd. Penjasorkes
35. Moris Natangku, S.Ag. Pend. Agama Kristen
36. Alfiyani Khairun N., S.S. Bahasa Indonesia
37. Ahmad Nadhir, S.Pd.I. PAI & Budi Pekerti
60
38. Zaeni Hasan, S.Pd. Matematika
39. Dwi Astuti, S.Pd. Bahasa Inggris
40. Estiningtyas Retno W., S.Pd. Bahasa Inggris
41. Patmiyati, S.Pd. Bahasa Jawa
42. M. Fathoni Ananto W., S.Pd. Bimbingan Konseling
43. Indana Mashlahatur R. S.Pd.I. PAI & Budi Pekerti
44. Arifaul Masruroh, S.Pd. Matematika
45. Meyka Triadi, S.Pd. Sejarah
46. M. Abdul Wahid U., S.Pd.I PAI & Budi Pekerti
47. Devi Risna A., S.Pd. PKWU
48. Tia Ardiyanti, S.Pd. Penjasorkes
6. Keadaan Peserta Didik SMA Negeri 1 Bringin
Jumlah peserta didik SMA Negeri 1 Bringin selama 3 tahun
terakhir mengalami peningkatan. Jumlah siswa pada tahun pelajaran
2018/2019 sebanyak 763. Sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Tabel data peserta didik SMA Negeri 1 Bringin selama
3 tahun terakhir
Tahun
Pelajaran
Kelas
Jumlah X XI XII
2016/2017 244 245 222 711
61
2017/2018 274 238 241 753
2018/2019 257 270 236 763
7. Sarana dan Prasarana
Daftar sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Bringin
tahun pelajaran 2018/2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Data ruang sarana dan prasarana SMA Negeri 1 Bringin tahun
pelajaran 2018/2019
No. Jenis Ruangan Jumlah Keadaan
1. Kelas 22 Baik
2. Perpustakaan 1 Baik
3. Lab. Kimia 1 Baik
4. Lab. Biologi 1 Baik
5. Lab. Fisika 1 Baik
6. Lab. Bahasa 1 Baik
7. Lab. Multimedia 1 Baik
8. Mushola 1 Baik
9. UKS 2 Baik
10. Kantin 4 Baik
11. Kepala Sekolah 1 Baik
12. Waka Sekolah 1 Baik
13. TU 1 Baik
62
14. Guru 1 Baik
15. OSIS 1 Baik
16. Pramuka 1 Baik
18. Toilet 9 Baik
19. Kerohanian Islam (Rohis) - -
B. Data Khusus Kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin
1. Latar Belakang Berdirinya
Organisasi Kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin sudah berdiri
sejak lama, akan tetapi tidak berjalan secara terstruktur dan masih
bekerjasama dengan organisasi OSIS. Pada tanggal 9-12 oktober 2018
telah diadakan acara Apresiasi siswa kebangsaan Indonesia di Jakarta
yang di ikuti oleh ketua Rohis. Pada waktu itu ketua Rohis SMA Negeri 1
Bringin mendapatkan undangan untuk mewakili Jawa Tengah. Akan
tetapi pada waktu itu organisasi Rohis di SMA Negeri 1 Bringin belum di
resmikan. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Bringin meresmikan organisasi
rohis di SMA Negeri 1 Bringin pada tanggal 03 Oktober 2018. Pada
waktu itu kepala sekolah menunjuk ANR selaku guru mata pelajaran
pendidikan agama Islam untuk menjadi pembina Kerohanian Islam
(Rohis) di SMA Negeri 1 Bringin. Setelah itu pembina rohis menunjuk
salah satu siswa yaitu PLS dan MTA untuk menjadi ketua rohis angkatan
pertama sekaligus mewakili acara apresiasi siswa kebangsaan Indonesia
63
di Jakarta. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ANR selaku pembina
Seksi Kerohanian Islam, sebagai berikut:
“…Mengenai sejarah berdirinya Rohis di SMA Negeri 1 Bringin ini saya
kurang paham, yang jelas saya di sini meneuruskan dari sebelumnya yang
dibina oleh PRT. Sebenarnya Rohis di SMA Negeri 1 Bringin sudah ada
dari dulu. Akan tetapi rohis di sekolah ini kurang mendapatkan perhatian
dari lembaga sekolah, maka dari itu kegiatan rohis disini tidak dijalankan
secara terstruktur kalau ada kegiatan masih bekerjasama dengan OSIS.
Maka dari itu saya beserta guru PAI yang lainnya mempunyai keinginan
untuk memberikan jam tambahan diluar kegiatan belajar mengajar untuk
memberikan materi agama Islam seperti tajwid, pengajian kitab haid
untuk wanita dan lain sebagainya. Karena melihat dari kondisi peserta
didik yang sangat memprihatinkan untuk masalah akhlak dan ilmu
agamanya. Seiring berkembangnya zaman globalisasi yang sekarang ini
semuanya sudah serba elektronik, semua itu akan menjadikan nilai adab
menjadi berkurang. Maka dari itu lewat kegiatan Rohis ini akan
menjadikan peserta didik di SMA Negeri 1 Bringin ini mempunyai
akhlaqul karimah dan bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
Kegiatan ekstrakulikuler rohis baru diresmikan oleh kepala sekolah pada
tanggal 03 Oktober 2018, karena pada waktu itu Rohis SMA Negeri 1
Bringin mendapatkan undangan ke Jakarta untuk mewakili Jawa Tengah
dalam acara Apresiasi Siswa kebangsaan Indonesia yang diikuti oleh
ketua Rohis. Maka dari itu setelah Rohis diresmikan oleh kepala sekolah,
saya di tunjuk oleh kepala sekolah untuk menjadi pembina rohis angkatan
pertama, kemudian saya menunjuk salah satu siswa yaitu PLS dan MTA
untuk menjadi ketua rohis dan wakil ketua rohis sekaligus untuk mewakili
acara di Jakarta tersebut.” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019,
pukul 13.30-14.40, di ruang tamu).
Ekstrakurikuler Kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin sudah ada
sejak dulu. Akan tetapi rohis di SMA Negeri 1 Bringin kurang
mendapatkan perhatian dari pihak sekolah. Rohis baru diresmikan pada
tanggal 03 Oktober 2018. Yang melatar belakangi adanya rohis ini adalah
berawal dari keprihatinan guru PAI terhadap sikap dan prilaku siswa siswi
yang tidak menunjukkan perilaku secara islami, selain itu lemahnya ilmu
agama yang dimiliki oleh siswa siswi tersebut. Melalui kegiatan rohis ini
64
siswa akan dibina dan dibimbing dengan memberikan materi pendidikan
agama Islam sehingga ada perubahan yang signifikan terhadap perilaku
siswa. Selain itu siswa akan mendapatkan materi tambahan yang
berkaitan dengan materi pendidikan Agama Islam. Hal tersebut
sebagaimana diungkapkan oleh IMR selaku pembina 2 ekstrakurikuler
kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin, sebagai berikut:
“…Berdirinya Kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin sebenarnya
sudah ada sejak lama, akan tetapi rohis disini kurang mendapatkan
perhatian dari pihak sekolah. Jadi, rohis disini berjalan tanpa sesuai
struktur seperti rohis yang lainnya. Adapun yang melatarbelakangi dari
adanya rohis di sekolah ini yaitu saya sendiri selaku guru PAI beserta
guru PAI yang lainnya merasa prihatin dengan kondisi siswa yang
sekarang ini. Khususnya masalah ilmu agama mereka yang sangat kurang
serta prilaku dan sikap mereka yang tidak sesuai dengan aturan agama
Islam. Yang diinginkan guru PAI disini untuk siswa adalah siswa
memiliki ilmu pengetahuan agama Islam yang cukup untuk bekal mereka
seperti ilmu tajwid, bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar,
mampu bersuci sesuai dengan kaidahnya dan lain sebagainya. Selain itu
yang saya inginkan untuk siswa siswi adalah adanya perubahan sikap dan
perilaku yang signifikan siswa siswi dan selanjutnya siswa siswi yang
sudah masuk dalam kerohanian Islam mampu menjadi tauladan islami
bagi teman-temannya yang tidak mengikuti kerohanian Islam...”
(Wawancara dengan IMR, 26 Februari 2019, pukul 13.00-14.55, di teras
kantor guru).
2. Visi dan Misi
a. Visi
Terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT berakhlaq mulia, berilmu, dan beramal sholeh, serta selalu
bersikap toleran, terbuka, kritis, kreatif, dan inovatif.
b. Misi
1) Menerapkan ajaran-ajaran Islam Ahlussunnah Waljama‟ah dalam
kehidupan sehari-hari
65
2) Menjadikan Akhlaqul karimah sebagai karakter utama seorang
muslim dan muslimah
3) Meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar mengaji
4) Menjadikan muslim muslimah yang kritis, kreatif, dan inofatif
5) Meningkatkan minat baca peserta didik terhadap buku-buku Islami
maupun ilmu pengetahuan umum
6) Meningkatkan prsetasi akademik maupun non akademik
7) Menyelenggarakan pengajian rutin dan PHBI
8) Mencegah masuknya paham radikalisme
9) Menjaga kerukunan antar umat beragama
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan alur dan mekanisme pelaksanaan
kegiatan, pendelegasian tugas, wewenang, serta tanggung jawab, struktur
organisasi ekstralurikuler seksi kerohanian Islam di SMA Negeri 1
Bringin seperti yang terlampir.
C. Penyajian Data
1. Gambaran Umum Implementasi Nilai-nilai Toleransi pada Aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin
Nilai-nilai toleransi pada aktivis seksi kerohanian Islam di SMA
Negeri 1 Bringin sudah diterapkan semenjak adanya Rohis. Seluruh
anggota Rohis mereka harus hafal lagu Yalal Wathon dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam ataupun diluar sekolah.
Sebelum kegiatan kerohanian Islam dimulai mereka harus menyanyikan
66
lagu Yalal Wathon terlebih dahulu. Karena lagu Yalal Wathon merupakan
salah satu lagu yang mengedepankan arti penting dari toleransi. Karena
Yalal Wathon mempunyai arti “Cinta Tanah Air” Sebagaimana yang telah
disampaikan oleh bapak ANR selaku pembina Rohis:
“…Sejak adanya Rohis di sekolah ini yang kita pegang yaitu Yalal
Wathon atau cinta tanah air mbak. Semua anggota dari Rohis mereka
harus hafal lagu Yalal Wathon. Karena dari aktivis rohis kami
mengenalkan lagu Yalal Wathon di dalam organisasi Rohis . Dan ketika
akan dimulainnya kegiatan Rohis mereka harus menyanyikan lagu Yalal
Wathon. Selain itu mereka tidak hanya menghafalkan saja tetapi juga
harus menerapkan dalam kehidupan sehari-hari baik itu di dalam sekolah
maupun di luar sekolah supaya mereka mengenal pentingnya dari
toleransi. Apalagi di sekolah ini setiap orang mempunyai agama yang
berbeda-beda…” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul
13.30-14.40, di ruang tamu).
DAO selaku waka kesiswaan juga memaparkan:
“…Ketika Rohis mempunyai acara kerohanian Islam seperti maulid nabi
Muhammad SAW ataupun mujahadah untuk yang non muslim mereka
juga mengadakan acara tersendiri mbak mungkin seperti doa bersama di
ikuti oleh guru dan siswa yang beragama non muslim…” (Wawancara
dengan DAO, 25 Februari 2019, pukul 10.50-12.35, di ruang tamu).
Senada dengan pernyataan DAO, IMR selaku guru PAI di SMA
Negeri 1 Bringin mengatakan:
“…Aktivis Rohis dengan orang non muslim disini sama-sama
diperlakukan adil mbak. Contohnya ketika acara kemarin Rohis
mengadakan maulid nabi atau yang sekarang ini menjelang ujian para
aktivis Rohis mengadakan acara mujahadah bersama anak kelas XII, untuk
yang non muslim mereka juga mengadakan acara tersendiri. Jadi berdoa
ataupun ibadah sesuai keyakinan mereka masing-masing…” (Wawancara
dengan IMR, 26 Februari 2019, pukul 13.00-14.55, di teras kantor guru).
“…Terus kalau di sekolah ini lagi ada acara apapun para aktivis Rohis,
aktivis pramuka, aktivis OSIS, mereka juga sama-sama saling membantu
mbak…” (Wawancara dengan IMR, 26 Februari 2019, pukul 13.00-14.55,
di teras kantor guru).
67
Menurut observasi yang dilakukan hari Jum’at 28 Februari 2019
pukul 16.00-17.00, memperlihatkan bahwa hubungan antara aktivis rohis
dengan non muslim di SMA Negeri 1 Bringin terlihat sangat baik. Karena
dalam pengamatan peneliti para aktivis rohis sedang melaksanakan
mujahadah bersama yang diikuti oleh guru dan peserta didik kelas XII.
Untuk mereka yang non muslim mereka juga memilki acara tersendiri
yaitu doa bersama demi kelancaran dan kesuksesan ujian yang akan
dihadapi oleh peserta didik kelas XII. Dapat disimpulkan bahwa hubungan
toleransi para aktivis rohis dengan non muslim di SMA Negeri 1 Bringin
berjalan sangat baik dengan cara berlaku adil, dan memberikan kebebasan
dalam menjalankan ibadah sesuai keyakinan mereka masing-masing.
Bentuk toleransi lain yaitu sebagaimana yang dipaparkan oleh ANR:
“…Ada salah satu siswa laki-laki yang non muslim dia suka melihat anak-
anak dari rohis latihan rebana mbk. Karena memang dia dari dulu suka
sama yang namanya musik. Jadi kadang kalau ada latihan rebana dia ikut
melihat. Dari kita sendiri tidak ada yang melarangnya, kita malah sangat
senang…” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul 13.30-
14.40, di ruang tamu).
“…Misalkan kalau ada salah stau dari guru ataupun siswa yang tidak suka
dengan kegiatan dari rohis seperti rebana, mujahadah ataupun yang
lainnya mereka menganggap bahwa itu bid’ah. Kami para aktivis rohis
sendiri memakluminya. Karena kita disini harus menghargai pendapat
orang lain…” (Wawancara dengan bapak ANR, 25 Februari 2019, pukul
13.30-14.40, di ruang tamu).
Selain itu PLS selaku wakil ketua Kerohanian Islam (Rohis) juga
mengutarakan hal yang serupa:
“…Tidak ada yang merasa terganggu mbak entah itu dari guru ataupun
siswa, karena setiap organisasi yang ada di sekolah ini mereka
68
mempunyai kegiatan masing-masing. Jadi memiliki kebebasan masing-
masing dalam melaksanakan progam kerjanya…” (Wawancara dengan
PLS, 26 Februari 2019, pukul 10.00-10.45, di Perpustakaan).
MTA selaku ketua Kerohanian Islam (Rohis) mengatakan:
“…sudah sangat bagus mbak hubungan antara guru dan siswa dengan non
muslim tersendiri sudah sangat bagus, jadi apabila Rohis mempunyai
acara tersendiri seperti mujahadah, maulid nabi mereka juga mempunyai
acara kerohanian tersendiri sesuai dengan keyakinan mereka masing-
masing.” (Wawancara dengan MTA, 01 Maret 2019, pukul 10.30-11.20,
di Mushola).
IMR juga mengutarakan mengenai keikutsertaan siswa dalam
kegiatan progam kerja dari aktivis seksi kerohanian Islam (SKI):
“…Kita dari Rohis mempunyai beberapa kegiatan salah satune ngaos
kitab „ianatun nisa’ yang membahas masalah haid mbak. Selain itu juga
ada ngaos muroja‟ah al-Qur’an dan tajwid. Dari rohis sendiri tidak
mengharuskan semua mengikuti ngaji tersebut. Karena itu dari kesadaran
masing-masing dari siswa, misalkan tidak ikut tidak ada masalah tidak ada
teguran sama sekali dari Rohis. karena kita sendiri disini sangat prihatin
dengan kondisi anak yang sekarang ini banyak yang belum mengerti
caranya bersuci dan juga banyak yang belum bisa membaca al-Qur’an
dengan kaidah tajwid yang benar…” (Wawancara dengan IMR, 26
Februari 2019, pukul 13.00-14.55, diteras kantor guru).
IMR dan DAO juga mengutarakan bahwa tidak pernah ada perbedaan
antara aktivis Rohis dengan aktivis lainnnya yang ada di sekolah, mereka
di berikan kesempatan yang sama dalam melaksanakan tugas mereka
masing-masing.
“…Di sini semua guru maupun siswa tidak pernah ada yang mebeda-
bedakan antara si A dengan si B. Misalnya ya kamu jangan milih si A dia
itu kalau disuruh bekerja males, jangan milih si B dia itu nggak pake
jilbab. Tidak pernah ada kata seperti itu yang keluar dari ucapan guru
ataupun siswa mbak. Intinya di sini kalau ada kegiatan apapun para
aktivis-aktivis di sekolah seperti Rohis, pramuka, ataupun OSIS mereka
bekerja bereng-bareng demi mensukseskan kegiatan yang terlaksana.
Mereka di tunjuk atasan secara adil tanpa mebeda-bedakan status agama
maupun sosial.” (Wawancara dengan IMR, 26 Februari 2019, pukul 13.00-
14.55, di teras kantor guru).
69
DAO juga menyampaikan hal yang sama:
“…Tidak mbak, dari gurupun tidak pernah ada yang membeda-bedakan
aktivis yang satu dengan aktivis yang lainnya. Mereka masing-masing
diberikan tugas dan diberikan kepercayaan berdasarkan kemampuan
mereka masing-masing. tidak pernah ada yang milih atau menunjuk
berdasarkan status agama mereka itu tidak ada mbak misalnya yang
beragama Islam milih temannya yang beragama Islam yang Kristen
menunjuk temannya yang beragama Kristen, di sini sangat menjaga
toleransi dengan baik...” (Wawancara dengan DAO, 25 Februari 2019,
pukul 10.50-12.35, di ruang tamu).
“…Dalam pertemanan baik dari guru ataupun siswa di sini juga bagus
sekali mbak, antara yang muslim dan non muslim hubungan
pertemanannya sangat baik mbak. Gurunya bercanda bareng di kantor
yang siswa ya bercanda di kelas, ataupun jajan bareng di kantin seperti itu
mbak… ” (Wawancara dengan DAO, 25 Februari 2019, pukul 10.50-
12.35, di ruang tamu).
Berdasarkan hasil dokumentasi yang didapat peneliti menujukkan
beberapa foto kegiatan yang berkaitan dengan kebebasan dalam mengikuti
kegiatan atau progam kerja yang dilaksanakan oleh Seksi Kerohanian
Islam (SKI). Dalam foto tersebut terdapat beberapa kegiatan terdiri dari
rebana, kajian kitab I‟anatun nisa‟ dan murojaah al-Qur’an. Dalam
kegiatan tersebut aktivis Rohis tidak memaksakan para siswa untuk
mengikuti kegiatan tersebut. Karena kegiatan tersebut diikuti dari
kesadaran masing-masing siswa. Tidak ada hukuman atau teguran sama
sekali bagi yang tidak mengikuti kegiatan tersebut. Pada foto tersebut
terlihat ada salah satu siswa yang beragama non muslim sedang
menyaksikan anak-anak dari rohis sedang melakukan kegiatan latihan
rebana. Jadi dari foto tersebut juga menujukkan bahwa hubungan antara
Aktivis Seksi Kerohanian Islam (Rohis) dengan non muslim terjalin sangat
baik. Selain itu dalam hubungan sosial terjalin sangat bagus tidak pernah
70
membeda-bedakan para aktivis yang ada di sekolah. Mereka para aktivis
yang ada di SMA Negeri 1 Bringin diberikan tugas yang sama dan rata
tanpa memandang status agama dan sosial. Selain itu dalam hubungan
pertemanan mereka juga terjalin sangat bagus. Mereka saling menghormati
dan menghargai perbedaan atau keyakinan dalam beragama.
ANR juga mengungkapkan bahwa setiap ada kegiatan apapun yang
diikuti oleh semua guru ataupun yang diikuti oleh semua guru dan siswa,
ketika diakhir acara tersebut ada doa bersama-sama mereka berdoa sesuai
dengan keyakinan agamanya masing-masing. ANR menjelaskan:
“…Ketika ada acara apel pagi para bapak ibu guru ataupun acara yang
lain, kalau ada acara doa bersama. Mereka yang memimpin entah itu saya
ataupun yang lainnya, kami selalu mengatakan silahkan kita berdoa sesuai
keyakinan agama kita masing-masing…” (Wawancara dengan ANR, 25
Februari 2019, pukul 13.30-14.40, di ruang tamu).
“…Tapi kalau ada upacara yang dilaksanakan setiap hari senin selama dua
minggu sekali, yang mendapat tugas untuk memimpin doa diambilkan dari
anak aktivis Rohis mbak. Tapi untuk doanya yang kita baca menggunakan
cara Islam. Karena disini meskipun non muslimnya lumayan banyak tapi
mayoritas disini tetap banyak yang beragama Islam. Meskipun doanya
yang dibaca menggunakan cara Islam, untuk yang non muslim mereka
juga menghargai mbak, waktu pembacaan doa mereka juga menudukkan
kepala ikut berdoa sesui keyakinan mereka masing-masing…”
(Wawancara dengan bapak ANR, 25 Februari 2019, pukul 13.30-14.40, di
ruang tamu).
Selain itu DAO juga mengutarakan hal serupa:
“…Ketika doa bersama dengan semua guru ataupun peserta didik di SMA
Negeri 1 Bringin pasti kita mengatakan mari kita berdoa sesuai dengan
kepercayaan agama kita masing-masing seperti itu mbak. Tapi kalau
upacara pastinya di akhir ada doa, kalau waktu upacara doa yang dibaca
menggunakan doa cara agama Islam mbak. Tapi untuk yang non muslim
tidak ada problem sama sekali. Mereka juga ikut berdoa sesuai dengan
keyakinann yang mereka yakini…” (Wawancara dengan DAO, 25
Februari 2019, pukul 10.50-12.35, di ruang tamu).
71
Berdasarkan temuan peneliti melaui observasi, menunjukkan bahwa
implementasi nilai-nilai toleransi pada Aktivis Seksi Kerohanian Islam
(SKI) di SMA Negeri 1 Bringin sudah berjalan sangat baik, karena dalam
pengamatan peneliti menujukkan bahwa hubungan interaksi sosial antara
Aktivis Seksi Kerohanian Islam (Rohis) dengan guru atupun siswa di
sekolah tersebut berjalan dengan lancar. Mereka semua saling
menghormati dan menghargai dan menghormati atas kepercayaan mereka
dalam beragama serta menghormati perbedaan pendapat antara yang satu
dengan yang lainnya.
Manfaat dari implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin yang disampaikan oleh
ANR:
“…Salah satu manfaatnya yaitu Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di
sekolah ini yang sudah kami wujudkan adanya menghargai perbedaan
pendapat dan keyakinan dalam masing-masing beragama…” (Wawancara
dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul 13.30-14.40, di ruang tamu).
“…Kalau manfaatnya untuk organisasi Rohis yaitu bisa melaksanakan
kegiatan-kegiatan dengan baik dan lancar yang selama ini sudah
terlaksana…” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul 13.30-
14.40, di ruang tamu).
“Manfaat bagi guru dan siswa yaitu semakin erat tali silaturrahim antara
guru dengan siswa, karena kita tidak pernah membeda-bedakan agama dan
mereka juga bisa melakukan kegiatan kagamaan sesuai dengan
kepercayaan mereka masing-masing…” (Wawancara dengan ANR, 25
Februari 2019, pukul 13.30-14.40, di ruang tamu).
MTA selaku ketua Kerohanian Islam (Rohis) megutarakan hal yang
serupa:
“..Kami disini baik guru maupun siswa bisa bisa melaksanakan kegiatan
mereka sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing, dan
melaksanakan sesuai dengan tugas mereka masing-masing tanpa ada
72
paksaan sedikitpun mbk. Karena kami disini memegang tegung semboyan
Bhenika Tunggal Ika dan Pancasila.” (Wawancara dengan MTA, 01 Maret
2019, pukul 10.30-11.20, di Mushola).
Manfaat nilai-nilai toleransi menurut DAO yaitu:
“…Manfaatnya bagi siswa yaitu mereka bisa mengerti bahwa setiap agama
itu mempunyai keindahan tersendiri. Kalau bagi guru mereka juga tau
bahwa setiap agama mereka punya masing-masing ciri khas tersendiri…”
(Wawancara dengan DAO, 25 Februari 2019, pukul 10.50-12.35).
“…ternyata lantunan lagu-lagu Islami atau sholawatan yang biasanya
dilantunkan para anak-anak Rohis ternyata bisa menyentuh hati kita.
Seperti padang bulan ataupun lagu-lagu Islami yang lainnya…”
(Wawancara dengan DAO, 25 Februari 2019, pukul 10.50-12.35, di ruang
tamu).
PLS juga mengutarakan manfaat implementasi nilai-nilai toleransi
pada Aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI):
“…Siswa bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang sudah di progamkan oleh
pengurus Rohis tanpa ada unsur paksaan mbk. Misalnya kalau mereka
mau ikut ngaji kitab haid mau ikut rebana atau yang lainnya itu sesuai
dengan keinginan mereka masing-masing…” (Wawancara dengan PLS, 26
Februari 2019, pukul 10.00-10.45, di perpustakaan).
“…Kita juga bisa mempelajari perbedaan masing-masing umat beragama
dan juga bisa menambah kedekatan kita dengan guru ataupun siswa yang
beragama non muslim…” (Wawancara dengan PLS, 26 Februari 2019,
pukul 10.00-10.45, di Perpustakaan).
2. Bentuk-bentuk Toleransi pada Aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI)
di SMA Negeri 1 Bringin
Dari hasil wawancara waka kesiswaan, pembina rohis, dan ketua
rohis SMA Negeri 1 Bringin. Bentuk-bentuk nilai-nilai toleransi pada
Aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin adalah:
Ketika ada acara kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin, untuk
yang non muslim mereka mempunyai acara tersendiri sesuai dengan
73
agamanya masing-masing. Misalnya ketika ada acara pengajian akbar
dalam rangka peringatan maulid nabi Muhammad Saw., di SMA Negeri 1
Bringin untuk orang non muslim baik itu guru maupun peserta didik
mereka mempunyai acara bimbingan kerohanian sesuai dengan agama
yang dianutnya yaitu kegiatan doa bersama. Hal ini berdasarkan hasil
wawancara dengan ANR selaku pembina Seksi Kerohanian Islam (SKI)
di SMA Negeri 1 Bringin.
“…Ketika ada acara pengajian akbar bulan kemarin dalam rangka rangka
peringatan maulid nabi Muhammad Saw., di SMA Negeri 1 Bringin yang
dihadiri oleh habib Fahmi, untuk orang non muslim mereka juga
mempunyai acara tersendiri yang diikuti oleh semua guru dan peserta
didik. Jadi baik itu orang Islam maupun non muslim mereka masing-
masing mempunyai acara kerohanian tersendiri yang dikuti oleh semua
guru dan siswa...” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul
13.30-14.40, di ruang tamu).
Selain acara peringatan maulid nabi Muhammad Saw., Rohis juga
memiliki kegiatan penyembelihan hewan qurban pada waktu perayaan hari
raya idul Adha yang berkerja sama dengan anggota OSIS. Pada acara
kegiatan penyembelihan dan pemotongan hewan qurban untuk guru yang
beragama non muslim mereka juga ikut membantu mensukseskan dalam
kegiatan peenyembelihan dan pemotongan hewan qurban. Setelah selesai
pemotongan dan pembagian hewan qurban ada acara makan bersama yang
di ikuti oleh semua guru baik itu Islam maupun non muslim sebagai
ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu hewan
qurban juga dibagikan kepada semua guru dan siswa baik itu muslim
maupun non muslim serta dibagikan kepada masyarakat sekitar SMA
74
Negeri 1 Bringin. Hal ini berdasarkan hasil wawancara DAO selaku waka
kesiswaan di SMA Negeri 1 Bringin.
“…ketika hari raya Idul Adha anggota Rohis juga memiliki kegiatan
pemotongan hewan qurban yang bekerja sama dengan seluruh anggota
OSIS. Kalau ada kegiatan pemotongan hewan qurban seperti itu untuk
guru yang non muslim mereka juga ikut membantu mensukseskan acara
penyembelihan dan pemotongan hewan qurban. Setelah selesai
pemotongan hewan qurban ada acara syukuran makan bersama seluruh
anggota guru dan karyawan SMA Negeri 1 Bringin. Untuk mereka yang
non muslim juga ikut makan bersama dalam acara syukuran tersebut.
Untuk pembagian hewan qurban di sini dibagi rata seluruh angota guru,
karyawan, dan siswa baik itu yang muslim maupun non muslim.
Kemudian juga dibagikan kepada warga yang disekitar SMA negeri 1
Bringin…” (Wawancara dengan DAO, 25 Februari 2019, pukul 10.50-
12.35, di ruang tamu).
Selain itu ANR juga menjelaskan:
“…Selain kegiatan maulid nabi Muhammad Saw., Rohis disini juga
memiliki acara yang dilaksanakan ketika menjelang kegiatan ujian kelas
XII mbak yaitu kegiatan mujahadah yang dilaksanakan setiap hari jumat
pukul 15.30 yang di ikuti semua peserta didik kelas XII demi kelancaran
ujian yang akan di tempuh oleh peserta didik kelas XII. Untuk yang non
muslim mereka juga mempunyai acara tersendiri mbak seperti halnya
mujahadah yaitu berdoa bersama dengan guru dan peserta didik yang non
muslim demi kelancaran ujian yang akan ditempuh oleh peserta didik
kelas XII...” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul 13.30-
14.40, di ruang tamu).
PLS sebagai wakil ketua Seksi Kerohanian Islam (Rohis) juga
mengatakan:
“…Menurut saya ya mbak bentuk dari nilai toleransi pada aktivis Rohis
disini menurut saya sudah sangat baik mbak. Misalnya kalau ada kegiatan-
kegiatan kerohanian Islam seperti peringatan maulid nabi Muhammad
Saw., kegiatan mujahadah, dan kegiatan-kegiatan yang lainnya untuk guru
dan siswa siswi yang beragama non muslim mereka juga mempunyai acara
kerohanian sendiri sesuai kepercayaan mereka masing-masing. Karena
yang sekolah disini dari agama yang berbeda-beda dan juga gurunya
memiliki agama yang berbeda-beda. Meskipun di SMA Negeri 1 Bringin
disni mayoritas Islam tapi kita sebagai manusia harus saling menghormati
75
dan menghargai perbedaan masing-masing demi kenyamanan dan
ketentraman warga SMA Negeri 1 Bringin...” (Wawancara dengan PLS,
26 Februari 2019, pukul 10.00-10.45, di Perpustakaan).
MTA juga mengutarakan hal yang serupa:
“…Sudah baik mbak, kita disini saling menghargai perbedaan atau
keyakinan mereka masing-masing, memberikan kebebasan kepada mereka
dalam melakukakan ibadah. Jadi ketika Rohis memiliki acara yang
berkaitan dengan kerohanian Islam mereka juga memiliki acara
kerohanian tersendiri mbak…” (Wawancara dengan MTA, 01 Maret 2019,
pukul 10.30-11.20, di Mushola).
“..Misalnya mbak ketika hari raya Idul Adha kan ada pemotongan hewan
qurban untuk yang non muslim itu juga ikut membantu dan mereka
mendapat bagian daging qurban mbak…” (Wawancara dengan MTA, 01
Maret 2019, pukul 10.30-11.20, di Mushola).
Pada acara halal bihalal di sekolah mereka yang beragama non
muslim ikut antusias bersalam-salaman dengan orang Islam pada acara
halal bihalal tersebut. Begitupun waktu hari Raya Natal mereka dari
Aktivis Rohis pun ikut mengucapkan kepada temannya baik itu guru dan
peserta didik yang sedang merayakan hari Raya Natal. Selain itu orang
yang non muslim mereka juga memberikan kado kepada temannya yang
beragama Islam. Hal ini berdasarkan wawancara dengan IMR selaku
pembina Seksi Kerohanian Islam (Rohis):
“…Ketika ada acara halal bihalal mereka yang non muslim juga ikut
bersalam-salaman mbk ketika acara halal bihalal tersebut…” (Wawancara
dengan IMR, 26 Februari 2019, pukul 13.00-14.55, di teras kantor).
“…Pada waktu natalan juga mereka yang non muslim juga memberikan
kado atau bingkisan kepada teman-temannya yang beragama Islam.
Begitupun juga ketika natalan kita juga memberikan ucapan selamat
kepada guru ataupun peserta didik yang sedang merayakan
natalan….”…” (Wawancara dengan IMR, 26 Februari 2019, pukul 13.00-
14.55, di teras kantor).
76
Sebelum menjelang hari raya agama warga di SMA Negeri 1
Bringin baik itu guru, peserta didik maupun karyawan, mereka saling
mengucapkan selamat hari raya baik itu berupa ucapan ataupun kartu
ucapan kepada mereka yang sedang merayakan hari raya dari agama yang
mereka yakini. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan IMR selaku
pembina Kerohanian Islam.
“…Waktu perayaan hari raya setiap agama mereka semua saling
mengucapkan selamat hari raya baik itu dari guru, siswa maupun
karyawan mbak. Misalkan orang Islam sedang merayakan hari raya Idul
Fitri nereka yang non muslim juga mengucapkan selamat hari raya Idul
Fitri begitupun sebaliknya mbak…” (Wawancara dengan IMR, 26
Februari 2019, pukul 13.00-14.55, di teras kantor).
Hal yang serupa disampaikan oleh MTA selaku ketua Rohis:
“…Ketika perayaan hari besar setiap agama kami saling mengucapkan
selamat raya kepada teman ataupun guru dan karyawan di sekolah ini
mbak, sebagai bentuk toleransi kita terhadap umat beragama yang lainnya
baik itu berupa ucapan langsung kadang ya ada yang membuat kartu
ucapan terus dikasihkan kepada teman ataupun guru-guru kita mbak…”
(Wawancara dengan MTA, 01 Maret 2019, pukul 10.30-11.20, di
Mushola).
Mengedepankan sikap kepedulian dan tolong menolong yang
dilakukan oleh aktivis kerohanian Islam kepada guru ataupun peserta didik
tanpa memandang status sosial dan agama. Ketika ada salah satu dari
warga sekolah yang sedang mengalami kesulitan ataupun mengalami
musibah para aktivis rohis mereka memberikan pertolongan bagi mereka
yang sedang mengalami kesulitan, dan menjenguk orang yang sedang
mengalami musibah seperti sakit, kecelakaan ataupun yang lainnya.
Sebagimana yang diungkapkan oleh ANR selaku pembina Kerohanian
Islam.
77
“...Apabila kita dari guru ataupun siswa yang sedang mengalami musibah
seperti kecelaan ataupun sakit, ataupun dari saudara dari kerabat yang
meninggal, kita sebagai anggota Rohis khususnya menjenguk mereka
yang sedang mengalami musibah tanpa memandang status agama dan
sosial mereka mbak. Begitupun ketika teman kita membutuhkan bantuan
atau pertolongan kami dari anggota rohis juga siap membantu sesuai
dengan kemampuan kami…” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari
2019, pukul 13.30-14.40, di ruang tamu).
3. Faktor Pendorong dan Penghambat Implementasi Nilai-nilai
Toleransi pada Aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri
1 Bringin
Berdasarkan hasil dari wawancara kepada waka kesiswaan, pembina
Seksi Kerohanian Islam (SKI), dan juga ketua seksi kerohanian Islam
(SKI), faktor pendorong dan penghambat implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis seksi kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1
Bringin dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Menurut ANR selaku pembina Seksi Kerohanian Islam (SKI),
menjelaskan bahwa faktor pendorong implementasi nilai-nilai toleransi
pada aktivis Seksi Kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin adalah:
“…Untuk masalah ideologi hubungan antara guru dan siswa yang muslim
ataupun non muslim di SMA Negeri 1 Bringin ini berjalan dengan baik.
Karena seringnya kita berkumpul dengan orang non muslim. Karena kita
sebagai warga Indonesia yang menghargai ideologi pancasila atas
kesadaran kita terhadap Bhineka Tunggal Ika bahwa kita menyadari bahwa
Indonesia itu beraneka ragam agama, budaya, bahasa, dan suku. Jadi kita
disini harus saling menghormati dan menghargai kepercayaan masing-
masing…” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul 13.30-
14.40, di ruang tamu).
“…Misalnya ya mbak, ketika kita ada acara mujahadah setiap hari jumat
yang diadakan oleh rohis untuk kelas XII demi kelancaran ujian yang akan
dilaksanakan oleh siswa siswi kelas XII, untuk yang non muslim mereka
juga ada acara tersendiri untuk doa bersama sesuai keyakinannya masing-
78
masing mbak…” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul
13.30-14.40, di ruang tamu).
“…Tadi masalah ideologi pancasila, kalau untuk masalah i‟tiqot ya mbak,
misalnya kalau ada salah satu guru ataupun siswa yang mengatakan bahwa
doa bersama seperti mujahadah, manaqib dan lain sebagainya itu adalah
bid’ah tidak akan sampai kepada Allah. Misalnya kalau ada yang
mengatakan seperti itu, mari kita dibicarakan baik-baik, kalau mereka
tidak suka tidak apa-apa kita pun memakluminya. Bahwa kita disini harus
saling menghormati perbedaan dan keyakinan masing-masing itulah salah
satu kunci kita…” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul
13.30-14.40, di ruang tamu).
DAO menuturkan faktor-faktor pendukung implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) SMA Negeri 1
Bringin adalah:
“…Untuk nilai toleransi yang dipegang para aktivis seksi kerohanian
Islam disini adalah Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika mbak. Karena
lingkup di sekolah kita disini mempunyai agama yang beragam, jadi kita
disini harus menanamkan toleransi antar umat beragama agar tercipta
kerukunan antar umat beragama…” (Wawancara dengan DAO, 25
Februari 2019, pukul 10.50-12.35, di ruang tamu).
“…Yang kedua siswa disini yang aktiv di Rohis mereka dari awal sudah
memahami bahwa yang sekolah disini terdiri berbagai macam-macam
agama ada yang Islam, Kristen, Katholik, maupun Budha. Jadi mereka
semua mempunyai rasa saling memahami dan menghormati antar umat
beragama yang lain…” (Wawancara dengan DAO, 25 Februari 2019,
pukul 10.50-12.35, di ruang tamu).
Hal senada yang dipaparkan oleh PLS. PLS mengatakan:
“…Para aktivis SKI disini yang dipegang yaitu Pancasila mbak. Karena di
sekolah sini terdapat berbagai guru dan siswa yang mempunyai agama
yang berbeda-beda. Jadi kita harus saling menghormati dan menghargai
perbedaan satu dengan yang lainnya. Supaya hubungan silaturrahim antara
muslim dengan non muslim terjalin dengan baik mbak…” (Wawancara
dengan PLS, 26 Februari 2019, pukul 10.00-10.45, di Perpustakaan).
MTA juga menyampaikan hal yang serupa:
“…Kita disini memegang teguh Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika mbak.
adanya guru dan siswa yang saling menghormati kepercayaan mereka
79
masing-masing, tanpa ada unsur paksaan ataupun celaan dari orang
lain…” (Wawancara dengan MTA, 01 Maret 2019, pukul 10.30-11.20, di
Mushola).
Faktor penghambat implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin sebagaimana
yang dipaparkan oleh ANR:
“…Kalau yang menghambat untuk saat ini tidak ada mbak. Karena dari
kita sendiri sering berkumpul cara jawane ya guyon bareng sering juga
bersinambungan sama orang non muslim di sekolah ini. Jadi saling
menghormati dengan yang lainnya…” …”(Wawancara dengan ANR, 25
Februari 2019, pukul 13.30-14.40, di ruang tamu).
“…Kalau untuk masalah i‟tiqad ya mbk, dulu ada salah satu dari siswa
yang mempunyai muatan ala-ala, yang sudah disuntik dengan pemikiran
radikal. Mereka pernah mengatakan bahwa maulid, khataman, manaqib,
dan mujahadah itu bid’ah doanya tidak sampai kepada Allah dan tidak ada
zaman Rasulullah…” (Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul
13.30-14.40, di ruang tamu).
Hal senada juga diungkapkan oleh DAO:
“…Saya rasa tidak ada ya mbak, karena kita semua disini sudah menyadari
bahwa semua warga yang di SMA Negeri 1 Bringin ini mempunyai
kepercayaan atau agama yang berbeda-beda, ada yang Islam, Kristen,
Katholik maupun Budha. Jadi kita sudah saling memnghormati dan
menghargai satu sama lain...” (Wawancara dengan DAO, 25 Februari
2019, pukul 10.50-12.35, di ruang tamu).
Untuk mengatasi masalah tersebut, ANR mengatakan:
“…Yang paling penting itu dari siswa mbak. Kita pondasi diri siswa
dengan pondasi siswa dengan Islam yang rahmatan lilalamin. Kita bentuk
akhlaq siswa yang akhlaqul karimah. Cara mondasi diri siswa kita disini
dengan cara pelan-pelan. Kita menjelaskan dan memberikan pengetahuan
agar anak tersebut tidak terjerumus kedalam pemikiran-pemikiran yang
radikal…”(Wawancara dengan ANR, 25 Februari 2019, pukul 13.30-
14.40, di ruang tamu).
80
PLS selaku anggota Kerohanian Islam (Rohis) juga mengatakan:
“…Kalau untuk hubungan dengan non muslim baik itu siswa ataupun guru
tidak ada mbak. Karena kita disini sering kumpul bareng dengan non
muslim jadi silaturrahim antara mereka berjalan dengan baik mbak. Saling
menghormati, menghargai, membantu antara orang muslim maupun non
muslim…”(Wawancara dengan PLS, 26 Februari 2019, pukul 10.00-
10.45, di perpustakaan).
“… Kalau dilihat dari anggota atau pengurus Rohis, ada sebagian dari
anggota atau pengurus kadang rasa malas yang muncul pada diri mereka
juga ada mbak. Misalnya kalau dibagi tugas atau ada acara di Rohis dari
sebagian mereka ada yang tidak langsung gerak untuk melaksanakan tugas
mereka masing-masing…” (Wawancara dengan Putri Lestari, 26 Februari
2019, pukul 10.00-10.45, di Perpustakaan).
Untuk mengatasi masalah tersebut PLS mengatakan:
“…Memberikan motivasi kepada pengurus dan anggota rohis agar mereka
semua selalu bersemangat dalam memajukan Kerohanian Islam di SMA
Negeri 1 Bringin ini mbak…” (Wawancara dengan PLS, 26 Februari
2019, pukul 10.00-10.45, di Perpustakaan).
MTA juga menyampaikan faktor penghambat implementasi nilai-
nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (Rohis):
“…Untuk saat ini tidak ada mbak, hanya untuk masalah tempatnya saja,
untuk Rohis disini belum mempunyai tempat khusus untuk melaksanakan
kegiatan Kerohanian Islam. Kita disini masih menggunakan mushola
sebagai tempat kegiatan Rohis…” (Wawancara dengan MTA, 01 Maret
2019, pukul 10.30-11.20, di Mushola).
Untuk mengatasi masalah tersebut, MTA mengatakan:
“…Kita bilang kepada pihak sekolah untuk memberikan fasilitas tempat
untuk rohis untuk melaksanakan kegiatan Kerohanian Islam mbak…”
(Wawancara dengan MTA, 01 Maret 2019, pukul 10.30-11.20, di
Mushola).
81
D. Analisis Data
1. Implementasi Nilai-nilai Toleransi pada Aktivis Seksi Kerohanian
Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan kemudian peneliti
simpulkan bahwasannya implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin sudah berjalan
dengan baik. Hal tersebut terbukti dengan hasil wawancara, observasi
maupun dokumentasi yang telah peneliti lakukan menujukkan bahwa
tidak ada permasalahan dalam proses implementasi nilai-nilai toleransi
pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin,
karena semua para Aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) sudah
menyadari sebuah keragaman yang ada di SMA Negeri 1 Bringin dan ikut
serta dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama melalui
implementasi nilai-nilai toleransi.
Implementasi nilai-nilai toleransi merupakan penerapan nilai-nilai
yang terkandung di dalam makana toleransi. Pengertian toleransi menurut
Hasyim (2004:22) adalah sikap menghargai, menghormati keyakinan
orang lain tanpa memerlukan persetujuan. Dari pengrtian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa nilai-nilai toleransi itu sendiri mengenai
menghormati dan menghargai keyakinan.
Selaras dengan pendapat di atas, nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin adalah
menghormati dan menghargai keyakinan yang dianut oleh masing-masing
82
guru ataupun siswa. Hal ini terbukti dengan kebijakan yang ada di sekolah
dengan memberikan kebebasan dalam melakukan kegiatan keagamaan
sesuai kepercayaan mereka masing-masing.
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan waka kesiswaan, Pembina
rohis, serta Ketua rohis bahwa implementasi nilai-nilai toleransi pada
aktivs Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Memberikan kebebasan dalam pembentukan karakter cinta damai
melalui lagu nasionalisme
Salah satu yang bias dilakukan oleh seorang guru pada pelajaran
pertama sebelum memulai kegiatan belajar mengajar di dalam kelas
guru mengajak peserta didik untuk menyanyikan lagu semangat
nasionalisme salah satu diantaranya lagu Syubbanul Wathon (cinta
tanah air) – Yaa Lal Wathan – Hubbul Wathon minal Iman, tidak
hanya ketika apel upacara saja melainkan setiap hari sebelum dan
sesudah KBM sehingga timbul rasa cinta dan kasih sayang kepada
negaranya. Pada syiir tersebut dapat kita menemukan dalam lirik yang
kedua berbunyi “Hubbul Wathan minal Iman.” Hubbul Wathan adalah
menjadi bagian dari sikap seseorang yang menujukkan kecintaan.
Kecintaan yang dimaksud disini adalah kecintaan warga Negara
terhadap negaranya. Hal ini karena kecintaan terhadap negaranya
adalah bagian dari iman. Itu artinya, kecintaan terhadap Negara adalah
sesuatu yang sangat urgent dan memang seharusnya dimiliki oleh
83
setiap warga. Dalam bahasa Indonesia, Hubbul Wathan sering kali di
istilahkan dengan ungkapan nasionalisme.
Cinta tanah air adalah mengenal dan mencintai wilayah
nasionalnya sehingga selalu waspada serta siap membela tanah air
Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan
Negara oleh siapapun dan dari manapun (Koesoemo, 2007:134).
Cinta tanah air yaitu mencakup sikap dan perilaku yang mencerminkan
rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya, sehingga tidak
mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa
sendiri (Asmoro Achmadi, 2009:87-88).
Cinta tanah air juga mencakup cara berpikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa (Kemendiknas, 2010:10).
Menurut Suwarno, cinta tanah air yaitu mengenal dan mencintai
tanah air wilayah nasionalnya sehingga selalu waspada dan siap
membela tanah air Indonesia, terhadap segala bentuk ancaman
tantangan, hambatan dan gangguan yang dapat membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan Negara oleh siapapun dan dari
manapun sehingga diharapkan setiap warga negara Indonesia akan
mengenal dan memahami wilayah nusantara, memelihara melestarikan
84
mencintai lingkungannya dan senantiasa menjaga nama baik dan
mengharumkan negara Indonesia di mata dunia (Goar Suwarno,
2003:12).
Hal diatas selaras dengan kondisi yang ada di SMA Negeri 1
Beringin Kabupaten Semarang, dimana guru atau peserta didik
memberikan kesempatan yang sama untuk meningkatkan nasionalisme
melalui lagu yang bertemakan nasionalisme yang merupakan
manifestasi kesadran nasional dan mengandung cita-cita serta
mendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut kemerdekaan atau
mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan
negaranya. Kita sebagai warga negara Indonesia, sudah tentu merasa
bangga dan mencintai bangsa dan negara Indonesia. Kebanggaan dan
kecintaan kita terhadap bangsa dan negara tidak berarti kita merasa
lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan negara lain.
b. Memberi kebebasan dalam menjalankan perintah agama sesuai dengan
keyakinan masing-masing
Salah satu nilai toleransi dalam Islam adalah kebebasan
berkeyakinan. Islam mengakui eksistensi agama lain dalam
memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk memeluknya.
Karena toleransi dalam kehidupan beragama dapat terwujud manakala
ada kebebasan dalam masyarakat untuk memeluk agama sesuai dengan
kepercayaan dan tidak memaksa orang lain mengikuti agamanya.
85
Untuk itu kunci toleransi bukanlah membuang atau relativasi
ketidaksepakatan, tapi kemauan untuk menerima ketidakesepakatan
dengan sikap saling menghormati dan menghargai (Nuriz, 2015: 115-
120).
Salah satu kebebasan berkeyakinan yang dapat diwujudkan yaitu
memberikan kebebasan berdoa dan menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinan agama mereka masing-masing termasuk kedalam konsep
toleransi dengan menghormati keyakinan orang lain. Landasan
keyakinan diatas merupakan berdasarkan kepercayaan. Seseorang tidak
berhak memaksakan kepercayaan terhadap orang lain karena mereka
mempunyai prinsip tersendiri dalam menjalankan kehidupan mereka.
Landasan ini disertai catatan bahwa masalah keyakinan adalah urusan
pribadi setiap manusia.
Menghormati keyakinan orang lain berarti memiliki sikap lapang
dada untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama lain
melaksanakan ibadah menurut ajaran ketentuan agama masing-masing
yang diyakininya, tanpa ada yang mengganggu untuk memaksakan
baik orang lain maupun dari keluarga sekalipun. Apabila seorang tidak
menghormati keyakinan orang lain, artinya soal perbedaan agama,
perbedaan keyakinan dan perbedaan pandangan hidup akan menjadi
bahan ejekan atau bahan cemoohan diantara satu dengan yang lainnya
(Hasyim, 1997:23).
86
Hal tersebut di atas selaras dengan kondisi yang ada di SMA
Negeri 1 Bringin, ketika para aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI)
mempunyai kegiatan keagamaan seperti mujahadah, Isra’ Mi’raj,
Maulid Nabi maupun yang lainnya untuk mereka guru maupun peserta
didik yang beragama non muslim mereka juga mempunyai kesempatan
yang sama yaitu dengan melakukan kegiatan keagamaan sesuai dengan
kepercayaan mereka masing-masing. Menghormati agama lain itu
artinya kita tidak boleh memaksakan atau mengganggu bahkan
mencemooh peribadatan yang dilakukan oleh umat beragama yang
lain, akan tetapi kita harus memberikan kesempatan yang sama untuk
beribadah sesuai dengan agama atau kepercayaan yang dianutnya.
c. Memberi kebebasan dalam berdoa sesuai dengan keyakinan masing-
masing
Setiap agama memiliki ritual keagamaan atau bentuk-bentuk
peribadatan yang berbeda-beda. Selain tata cara yang beraneka ragam,
tempat dan waktu peribadan mereka juga berbeda-beda. Meskipun
beberapa terdapat persamaan, namun sejatinya memiliki esensi yang
tidak sama karena semuanya berangkat dari ajaran dan keyakinan yang
berbeda. Dengan demikian sebagai umat beragama harus memahami
bahwa masing-masing agama mempunyai ajaran yang berbeda-beda.
Dengan demikian sebagai umat beragama harus memahami bahwa
masing-masing agama mempunyai tata cara dalam peribadatan dan
mempunyai ajaran yang berbeda-beda (Nuriz, 2015: 115-120). Salah
87
satu contoh ritual keagamaan yaitu berdoa, memberikan kebebasan
setiap agama dalam berdoa sesuai dengan keyakinan mereka masing-
masing.
Memberikan kebebasan dalam berdoa sesuai dengan keyakinan
masing-masing merupakan salah satu bentuk toleransi dalam
menghormati keyakinan orang lain. Dalam menghormati keyakinan
orang lain berarti memiliki sikap lapang dada untuk menghormati dan
membiarkan pemeluk agama lain melaksanakan ibadah sesuai dengan
ajaran dan ketentuan agama mereka masing-masing yang diyakininya,
tanpa ada yang menganggu atau memaksakan baik orang lain maupun
keluarga sendiri.
Hal di atas selaras dengan kondisi yang ada di SMA Negeri 1
Bringin, dimana guru ataupun peserta didik mmberikan kesempatan
yang sama untuk berdoa sesuai dengan keyakinan mereka masing-
masing baik itu secara bersama-sama maupun individu. Tidak
memaksakan orang lain dalam berdoa merupakan salah satu bentuk
penghormatan antar umat beragama. Menghormati agama lain artinya,
tidak diperbolehkan memaksa, mencemooh bahkan mengganggu
peribadatan yang dilakukan oleh umat beragama lain, akan tetapi
memberikan kesempatan yang sama untuk beribadah sesuai dengan
keyakinan atau kepercayaan yang dianutnya.
88
d. Memberikan kebebasan dalam mengikuti kegiatan Kerohanian Islam
Tidak hanya memberikan kebebasan terhadap menjalankan
kegiatan beragama berdasarkan keyakinan masing-masing,
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam
(SKI) yang diterapkan di SMA Negeri 1 Bringin yaitu kita juga harus
memberikan kebebasan kepada siswa ataupun guru dalam mengikuti
kegiatan yang diadakan oleh rohis. Hal tersebut merupakan salah satu
sikap untuk saling menjaga toleransi antara umat muslim dengan umat
muslim lainnya, karena dalam Islam manusia dipercaya memiliki
keturunan yang sama, yakni keturunan nabi Adam dan Siti Hawa,
karena mereka diyakini saling bersaudara (ukhuwah insaniyah).
Menurut Rohmat (2014:64) toleransi (tasamuh) merupakan sikap
tenggang rasa terhadap realitas perbedaan dan tampak kehidupan
global semakin menumbuhkan sikap toleransi atas perbedaan yang ada.
Sikap toleransi Rasulullah dan sahabatnya sebagaimana tergambar
diatas didasarkan pada kesadaran bahwa semua manusia dengan
beragam agama, suku, dan budaya berasal dari leluhur yang sama. Di
jelaskan dalam Qs. An-Nisa’ayat 1 menandaskan:
ها زوجها وبث يا أي ها الناس ات قوا ربكم الذي خلقكم من ن فس واحدة وخلق من
هما رجالا كثيا ونساء وات قوا اللو الذي تساءلون بو والأرحام إن اللو كان عليكم رقيبا من
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah
menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang
89
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”(Qs. an-
Nisa’:1).
Hal tersebut di atas selaras dengan kondisi kerohanian Islam
(Rohis) yang ada di SMA Negeri 1 Bringin dengan memberikan
kebebasan kepada guru ataupun siswa dalam mengikuti kegiatan
seperti mengaji ataupun yang lainnya yang telah diselenggrakan oleh
anggota rohis. Tidak ada paksaan dari aktivis rohis terhadap siswa
untuk mengikuti kegiatan yang sudah terjadwal oleh rohis karena
mereka semua masing-masing memiliki hak tersendiri dalam
mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu kita juga harus menghargai dan
menghormati perbedaan pendapat orang lain dalam menanggapi
sebuah masalah karena kita sebagai umat Islam harus menjaga tali
silaturrahim antar umat Islam yang lain bertujuan untuk menjaga
persatuan umat Islam.
Agree in disagreement (setuju di dalam perbedaan) prinsip yang
selalu digunakan oleh A. Mukti Ali. Perbedaan tidak harus ada
permusuhan, karena perbedaan selalu ada didunia ini, dan perbedaan
tidak harus menimbulkan pertentangan. Setiap pemeluk agama
hendaknya meyakini dan mempercayai kebenaran agama yang wajar
dan sangat logis.
90
e. Tidak membeda-bedakan para aktivis organisasi yang ada di sekolah
Para aktivis-aktivis yang ada di SMA Negeri 1 Bringin, baik itu
dari aktivis OSIS, aktivis Kerohanian Islam, Aktivis Pramuka maupun
aktivis yang lainnya tidak ada yang dibeda-bedakan baik dari segi
sosial maupun agama. Sikap tidak membeda-bedakan para aktivis
organisasi yang ada di sekolah berdasarkan hasil wawancara dengan
waka kesiswaan dan pembina kerohanian Islam. Tidak pernah ada
perbedaan para aktivis yang ada di sekolah. Jadi, semua para aktivis
yang ada di sekolah dianggap memiliki hak dan kewajiban yang sama
sebagai Aktivis yang ada di sekolah. Dalam kegiatan-kegiatan yang
diprogamkan di sekolah, mereka para aktivis bekerja sama antara
aktivis yang satu dengan aktivis yang lainnya, serta diberikan tugas
yang sama rata berdasarkan kemampuan ataupun potensi yang mereka
miliki.
Di lihat dari konteks nilai-nilai toleransi menurut agama Islam,
tidak membeda-bedakan para aktivis yang ada di sekolah termasuk
dalam kategori penegakan keadilan, dimana semua aktivis yang ada di
sekolah dipandang sama tidak dibeda-bedakan. Ghofir (2017: 105-129)
menjelaskan bahwa keadilan yang dikehendaki Allah SWT merupakan
keadilan yang merata, untuk seluruh umat manusia tidak ada
perbedaan, baik muslim maupun non muslim, bahkan terhadap musuh
sekalipun dalam Qs. Al-Maidah ayat 8:
91
لا ت عدلوا يا أي ها الذين آمنوا كونوا ق وامين للو شهداء بالقسط ولا يرمنكم شنآن ق وم على أ
رب للت قوى وات قوا اللو إن اللو خبي با ت عملون اعدلوا ىو أق
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.(Qs. Al-Maidah:8).
Berdasarkan pemaparan yang ada di atas dapat disimpulkan
bahwasannya keadilan merukapan salah satu bentuk dari toleransi yang
harus ada. Keadilan harus ditegakkan dalam kehidupan agar tidak ada
yang merasa tertintimidasi dan terdiskriminasi. Keadilan sangat perlu
di terapkan dalam lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan
yang memiliki tenaga kependidikan ataupun peserta didik dari
berbagai macam-macam agama seperti halnya di SMA Negeri 1
Bringin. Dampak dari penerapan keadilan itu sendiri adalah akan
menjadikan kompak antara aktivis yang satu dengan yang lainnya dan
semakin semangat dalam melaksanakan tugas merka masing-masing.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin dapat menaruh
perhatian yang cukup besar terhadap toleransi. Berdasarkan dari hasil
wawancara dengan Pembina kerohanian Islam di SMA Negeri 1
Bringin beliau mengatakan perlunya implementasi nilai-nilai toleransi
pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin
92
ini. Di karenakan SMA Negeri 1 Bringin merupakan salah satu
lembaga yang guru ataupun siswanya memiliki agama yang
beragamam, nilai-nilai toleransi perlu diterapkan di SMA Negeri 1
Bringin agar dapat terwujud keutuhan dan persatuan, seperti halnya
semboyan NKRI Bhineka Tunggal Ika yang memmpunyai arti
berbeda-beda tetap satu.
Menurut Asyaraf Abdul Wahab (dalam Yamin dan Aulia, 2011:7)
Toleransi merupakan sikap moderat yang bisa menghubungkan
ketegangan antara pihak yang berbeda dalam paham dan kepentingan
tertentu. Toleransi menjadi pembangunan tingkat kesadaran Maha
Tinggi, bahwa perbedaan paham dan kepentingan adalah sangat wajar
dalam kehidupan manusia. Siapapun harus menyadari bahwa toleransi
bukanlah konstruksi pemikiran kelompok manusia tertentu melainkan
sebuah bangunan konsep kodrati dari Tuhan Yang Maha Esa bahwa
perbedaan dan keperbedaan tidak bisa dihindari ataupun dijauhi akan
tetapi menjadi bagian hidup manusia dalam berbangsa dan itu harus
dijadiakan satu prinsip dasar dalam menjalani kehidupan berbangsa,
bukan kemudian mengingkari dengan sedemikian rupa.
Dalam mewujudkan Bhineka Tunggal Ika oleh aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) merupakan bentuk kesadaran dari para aktivis
atas kedaan guru ataupun siswa yang mempunyai latar belakang yang
berbeda. Kesadaran tersebut akan menumbuhkan dampak positif di
lingkungan sekolah, karena akan menciptakan lingkungan sekolah
93
yang nyaman dan aman, saling menghormati dan menghargai
perbedaan yang ada.
Berkaitan dengan penilaian implementasi nilai-nilai toleransi pada
aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin
seluruh responden menyatakan sudah sangat baik. Pembina rohis
mengatakan bahwa implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis seksi
Kerohanian islam (SKI) di sekolah ini sudah cukup baik dengan
sebuah alasaan ketika ada sebuah acara yang diselenggarakan oleh
rohis seperti mujahadah atau yang lainnya mereka yang non muslim
juga mempunyai kesempatan yang sama dengan menyelenggarakan
kegiatan sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing.
Implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis seksi kerohanian
Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin dapat berjalan dengan baik
karena semua pihak menyadari bahwa perbedaan bukanlah suatu hal
yang perlu dibesar-besarkan dan sesuatu yang dijadikan sebagai
sumber konlik. Pluralisme merupakan sebuah keniscayaan dan
kenyataan dengan mengatakan hal di atas bukalah maksud saya untuk
mengajak kita menjadi seseorang yang relativis akan tetapi ingin
mengatakan bahwa kita perlu mempunyai sikap bjiaksana dan positif
terhadap perbedaan yang ada di lingkungan sekitar kita, bahwa kita
harus mempunyai hati atau sikap yang tulus harus menerima dan
menghormati perbedaan atau keyakinan yang dimiliki oleh orang lain.
94
Dari implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin yang sudah berjalan
dengan baik, memiliki manfaat yang sangat besar bagi semua warga
sekolah, baik guru, siswa, maupun karyawan. Adapun manfaat dari
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam
(SKI) di SMA Negeri 1 Bringin sebagai berikut:
1) Mewujudkan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di sekolah
Dalam upaya mengimplementasikan nilai-nilai Bhineka
Tunggal Ika di lingkungan sekolah, dapat disusun sebagai
kebijakan diantaranya bahwa sekolah bersifat terbuka dalam
penerimaan siswa baru, memberikan peluang dan kesempatan yang
sama untuk siswa yang berasal dari luar daerah dalam penerimaan
siswa baru, membangun prinsip toleransi di antara sesama siswa,
perlakuan yang adil terhadap siswa yang berbeda-beda latar
belakang, membangun kesadaran sesitifitas gender, mebangun
keberagaman inklusif, dan membangun kesadaran multikultur di
kalangan siswa (Arif, 2014:81).
Hal yang serupa juga sudah dilakukan oleh aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin yaitu dengan
membangun prinsip toleransi antara guru ataupun siswa baik itu
muslim maupun non muslim, perlakukan yang adil terhadap guru
ataupun siswa yang berbeda latar belakang agama. Sesuai dengan
kebijakan dari sekolah yaitu memberikan kesempatan atau peluang
95
kepada guru ataupun siswa yang mempunyai keyakinan yang
berbeda untuk melakukan kegiatan kegaman sesuai dengan
kepercayaan mereka maisng-masing sebagai bentuk upaya
mewujudkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
2) Memperkuat tali silaturrahim antara guru dan siswa
Rasulullah SAW sebagai penerima risalah ke Rasulullah
memiliki sikap toleransi sangat tinggi. Di informasikan oleh
sejarawan, ketika tetangga Rasulullah Muhammad SAW yang
memeluk agama Yahudi sakit Rasulullah SAW datang
menjenguknya. Anas bin Malik meriwayatkan, ketika pembantu
Rasulullah SAW yang menganut Yahudi sakit beliau menjenguk
dan duduk disamping kepalanya untuk menghibur. Setiap kali Abu
Thalib, paman Rasulullah Muhammad SAW yang memeluk
paganisme (penyembah berhala) sakit Rasulullah SAW juga datang
menjenguknya (Mandarinnawa, 2014:40).
Hubungan para aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) antara
guru maupun siswa di SMA Negeri 1 Bringin baik sudah berjalan
dengan baik. Mereka saling membantu sesuai apa yang mereka
butuhkan dengan tidak memandang status sosial maupun latar
belakang agama. Selain itu mereka juga sering bersinambungan
dengan orang-orang non muslim yang bertujuan untuk memperkuat
tali silaturrahim dengan orang-orang non muslim. Karena
96
silaturrahim mempunyai banyak faedah salah satunya yaitu Allah
akan memanjangkan umurbya dan memperluas rizkinya.
3) Menumbuhkan sikap saling menghormati, menghargai antara guru
dan siswa yang berbeda agama
Adapun sikap saling menghormati, menghargai, dan peduli
antara guru dan siswa dapat di temui di SMA Negeri 1 Bringin.
Sikap menghargai yaitu ditunjukkan dengan memberi kesempatan
untuk para guru ataupun siswa non muslim mengadakan acara
kerohanian sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing,
ketika para aktivis rohis sedang mengadakan acara keagamaan
yang diikuti oleh guru ataupun siswa yang beragama Islam. Sikap
saling menghormati dapat ditemui dengan memberikan kesempatan
berdoa sesuai dengan kepercayaan mereka masing-masing.
Menurut James L Gibson, dkk (1996:7) Toleransi itu perlu
dikembangkan dalam organisasi dengan tujuan guna menghargai
dan menghormati terhadap perbedaan orang lain. Konsep inilah
yang sesuai dengan realita di atas, dimana para aktivis rohis
mereka memberikan kesempatan kepada orang yang beragama non
muslim untuk melaksanakan kewajiban keagamaannya.
4) Menghargai keindahan dari sebuah kesenian dari agama lain
Seperti yang sudah dipaparkan oleh aktivis Seksi Kerohanian
Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin, mereka mengatakan bahwa
guru maupun siswa bisa merasakan keindahan sebuah kesenian
97
dari agama lain. Mereka yang beragama non muslim ikut
merasakan sebuah kesenian dari agama Islam yaitu Rebana. Selain
itu mereka semua juga merasakan keindahan dari masing-masing
agama yaitu ketika berdoa sesuai dengan keyakinan mereka
masing-masing. Ketika acara halal bihalal pun ketika sedang ada
acara halal bihalal para umat non muslim mereka juga ikut
bersalam-salaman dengan orang-orang muslim.
Berdasarkan fakta yang ada di atas menujukkan bahwa
toleransi apabila di praktikan dengan baik maka akan menimbulkan
banyak sekali dampak positif bagi mereka yang mau
menjalankannya. Akan tetapi jika perilaku di atas disikapi dengan
pemikiran yang negatif maka yang akan terjadi adalah perpecahan
dan konflik oleh individu yang merasa bahwa agamanyalah yang
paling benar.
2. Bentuk-bentuk Implementasi Nilai-nilai Toleransi pada Aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin
Dari hasil wawancara dari waka kesiswaan, pembina dan ketua
Seksi Kerohanian Islam (SKI) SMA Negeri 1 Bringin dapat
dikelompokkan bentuk-bentuk toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian
Islam (SKI) sebagai berikut:
a. Sikap saling menghormati dan menghargai antar penganut agama lain
dalam bingkai acara peringatan hari besar agama
98
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:8) kerukunan
adalah kehidupan beragama yang diwarnai oleh sesuatu yang baik dan
damai. Hidup rukun tidak bertengkar, melainkan bersatu hati dan
sepakat dalam berfikir dan bertindak demi mewujudkan kesejahteraan
bersama. Kerukunan beragama merupkan sesuatu yang harus
diterapkan dan ditanamkan dalam kehidupan kita. Nilai-nilai
kerukunan beragama perlu di terapkan kepada para pelajar, agar
mereka tidak terpengaruh terhadap publikasi media masa tentang
konflik yang dilatarbelakangi oleh agama.
Di SMA Negeri 1 Bringin memberikan kebebasan dalam
memperingati hari besar agama baik itu dari agama Islam, Kristen,
Katholik, dan Budha. Ketika aktivis rohis menyelenggarakan kegiatan
Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj maupun kegiatan keagamaan yang lainnya
untuk yang non muslim mereka juga diberikan kebebasan dalam
melaksanakan kegiatan sesuai dengan agama mereka masing-masing
yang diikuti oleh guru dan peserta didik. Karena di SMA Negeri 1
Bringin merupakan sekolah yang guru ataupun siswanya memiliki
kepercayaan atau agama yang berbeda-beda. Hal yang dilakukan oleh
para aktivis seksi kerohanian Islam kepada guru ataupun siswa yang
beragama non muslim, para aktivis rohis memberikan kesempatan atau
kebebasan kepada mereka untuk melaksanakan kewajiban atau
perintah agama sesuai dengan agama yang dianutnya. Hal tersebut
99
diterapkan di sekolah senantiasa kerukunan di SMA Negeri 1 Bringin
bisa terwujud karena sekolah tersebut memiliki pluralisme yang tinggi.
b. Memberikan kesempatan yang sama dalam melaksanakan kerohanian
agama
Pihak sekolah memberikan kebebasan dalam melaksanakan
kegiatan kerohanian agama sesuai dengan kepercayaan mereka
masing-masing. hal tersebut dilakukan ketika sekolah memiliki
kegiatan mujahadah akbar yang di ikuti oleh kelas XII yang akan
melaksanakan ujian sekolah, yang dibimbing oleh para aktivis
kerohanian Islam. Dalam acara tersebut mereka yang non muslim baik
itu Kristen, Katholik, dan Budha mereka juga melaksanakan kegiatan
Doa bersama yang di selenggarakan di bukit doa Goa Maria kerep.
Effendi (2010:31) menyatakan bahwa ketika diperjuangkan hak
kebebasan memeluk agama yang kita yakini maka pada saat yang sama
kita dituntut untuk memenuhi kewajiban untuk menghormati bahkan
membela kebebasan orang lain untuk memeluk agama yang mereka
yakini. Kita sebagai negara Pancasila yang memegang teguh Bhineka
Tunggal Ika maka kita harus menerapkan toleransi kepada orang lain.
Sebagaimana yang telah terjadi di SMA Negeri 1 Bringin masing-
masing warga sekolah memiliki hak untuk bebasa dalam memeluk
agama serta kebebasan dalam menjalankan kegiatan kerohanian agama
berdasarkan kepercayaan mereka masing-masing serta kewajibannya
adalah menghormati dan memberikan hak bagi orang lain khususnya
100
warga SMA Negeri 1 Bringin untuk menjalankan kegiatan kerohanian
agama sesuai dengan agama yang diyakininya.
c. Mengucapkan selamat hari raya kepada pemeluk agama lain
Ada beberapa opsi dalam masyarakat kita menjawab pluralitas
keagamaan salah satunya adalah mengembangkan kerjasama sosial-
keagamaan melalui berbagai kegiatan yang secara simbolik
memperlihatkan dan funsgional yang mendorong proses
pengembangan kehidupan beragama yang rukun.
Setiap hari besar keagamaan para warga sekolah di SMA Negeri 1
Bringin mereka saling memberikan ucapan selamat hari raya baik itu
dari guru, peserta didik, dan karyawan yang beragama lain baik dalam
bentuk lisan maupun kartu ucapan selamat. Hal tersebut dilakukan
untuk menghormati keyakinan orang lain.
Hal di atas sesuai dengan sikap masyarakat dalam menjawab
sebuah pluralitas agama di SMP Negeri 1 Bringin yaitu dalam
mengembangkan kerjasama sosial-keagamaan melalui berbagai
kegiatan yang dapat memupuk kerukunan. Salah satunya yaitu dengan
memberikan ucapan selamat hari raya kepada pemeluk agama lain,
kerena hal tersebut merupakan bentuk penghormatan dan penghargaan
terhadap agama dan keyakinan individu yang lain.
d. Terbentuknya kepanitiaan bersama para aktvis organisasi dalam
kegiatan di sekolah tanpa memandang status agama
101
Demi tujuan bersama maka setiap orang harus saling membantu
dan bekerja sama, jangan bersikap individualis maupun apatis dengan
lingkungannya. Setiap anggota wajib mengerjakan tugas-tugasnya
dengan baik, serta membantu anggotanya ketika mengalami kesulitan.
Disamping itu, selain anggota mempunyai kewajiban membantu satu
sama lain, ia juga berkewajiban melaksanakan tugas-tugasnya dengan
penuh rasa tanggung jawab.
Sebagaimana yang sudah terwujud di SMA Negeri 1 Bringin,
bahwasannya ketika di sekolah memiliki kegiatan yang sangat besar
seperti Pelepasan kelas XII, PPDB dan lain-lain yang memerlukan
kepanitian bersama baik itu dari aktivis Rohis, OSIS, Pramuka maupun
yang lainnya. Para aktivis tersebut dibentuk dalam kepanitiaan
bersama dalam kegiatan di sekolah tanpa memandang status sosial
maupun agama, mereka saling membantu antar anggota dan
melaksankan tugas-tugasnya dengan penuh rasa tanggung jawab.
e. Peduli dan tolong menolong terhadap warga di sekolah tanpa
memandang status agama dan sosial
Islam tidak memandang bahwa agama lain sebagai suatu ancaman
ataupun musuh yang harus disingkirkan secepatnya dari muka bumi
ini. Islam juga memandang perbedaan yang ada tidaklah dijadikan
sebagai alasan untuk memusuhi mereka. Sebaliknya Islam
menganggap mereka sebagai saudara dan partner dalam rangka
102
menjalin serta membina kehidupan yang baik untuk mencapai
kemajuan umat dalam masyarakat (Natsir, 1981:20).
Sebagaimana yang dilakukan oleh aktivis Seksi Kerohanian Islam
(SKI) di SMA Negeri 1 Bringin menunjukkan bahwa perbedaan bukan
menjadikan alasan untuk tidak melakukan interaksi sosial, akan tetapi
sebaliknya dari perbedaan tersebut tercipta sebuah persatuan yang
menumbuhkan sikap kepedulian antar sesama. Sikap tolong menolong
tersebut ditujukkan ketika para aktivis rohis ataupun para aktivis OSIS
dan aktivis yang lainnya mereka saling membantu dalam kegiatan-
kegiatan yang diselenggarakan di sekolah. Sedangkan sikap kepedulian
ditunjukkan ketika salah seorang siswa ataupun guru yang sedang
mengalami musibah seperti sakit, kecelakaan, saudara yang meninggal
ataupun yang lainnya, para aktivis Rohis mereka mempunyai inisiatif
untuk menjenguk maupun takziah kepada temannya yang sedang
mengalami musibah tanpa memandang status agama dan sosial.
3. Faktor Pendorong dan Penghambat Implementasi Nilai-nilai
Toleransi pada Aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri
1 Bringin
Berjalannya suatu kegiatan tidak pernah lepas dari faktor pendorong
dan penghambat. Faktor pendorong merupakan suatu yang dapat
menunjang kelancaran dalam sebuah implementasi tersebut dan hal itu
akan berdampak positif terhadap jalannya implementasi nilai-nilai
toleransi. Sedangkan faktor penghambat suatu yang dirasa akan
103
menghambat atau menghalangi jalan implementasi nilai-nilai toleransi
pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin.
a. Faktor Pendorong
Faktor pendorong implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin dibagi
menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan hal-hal yang berasal dari warga
sekolah yang dapat memperlancar proses implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA
Negeri 1 Bringin. Adapun faktor internal yang mendorong
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian
Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin sebagai berikut:
a) Memahami Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
Warga sekolah SMA negeri 1 Bringin baik guru, siswa
maupun karyawan sudah memahami bahwa negara Indonesia
merupakan negara dengan penduduk yang beragam baik
agama, suku, ras dan lain-lain, akan tetapi Indonesia memiliki
semboyan Bhineka Tunggal Ika yang mempunyai arti
berbeda-beda tapi tetap satu. Hal itulah yang dijadikan
sebagai pijakan dasar dalam implementasi nilai-nilai toleransi
pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1
Bringin. Kesadaran akan adanya perbedaan dan keharusan
104
untuk tetap bersatu di atas perbedaan itu yang akan
menjadikan implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA negeri 1 Bringin dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
Dalam upaya mengimplementasikan nilai-nilai Bhineka
Tunggal Ika dan Pancasila dilingkungan sekolah yang dapat
diterapkan di sekolah salah satunya yaitu menerapkan
toleransi. Menurut Abdussami (2003:115) toleransi bukan
dari bahasa Indonesia tapi adalah bahasa serapan dari Inggris
“tolerance” berarti sikap menghargai, menghormati
keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.
Upaya yang serupa juga sudah dilakukan oleh aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) dimana para guru atau siswa
yang beragama non muslim mempunyai kesempatan untuk
melaksanakan kegiatan kegamaannya sesuai dengan
kepercayaan mereka masing-masing. Perlakuan yang adil
terhadap orang yang mempunyai latar belakang agama yang
berbeda-beda merupakan sebagai bentuk upaya mewujudkan
Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila di sekolah.
b) Dorongan dari lembaga sekolah untuk senantiasa menjaga
kerukunan antara guru dan siswa
Agree in disagreement (setuju di dalam perbedaan)
adalah prinsip yang selalu digunakan oleh A. Mukti Ali.
105
Perbedaan tidak harus ada permusuhan, karena perbedaan
selalu ada didunia ini, dan perbedaan tidak harus
menimbulkan pertentangan. Setiap pemeluk agama
hendaknya meyakini dan mempercayai kebenaran agama
yang dipeluknya merupakan sikap yang wajar dan sangat
logis. Sikap yang seperti ini akan membawa kepada
terciptanya sikap “setuju dalam perbedaan” yang sangat
diperlukan untuk membina dan mengembangkan paradigma
toleransi dan kerukunan hidup antar umat beragama.
Dari pendapat di atas salah satu cara yang harus
dilakukan untuk memupuk kerukunan yaitu dengan cara
mengakui, menghormati, dan menghargai agama yang satu
dengan yang lainnya. Pemahaman tersebut dapat ditanamkan
dalam diri seorang guru dan peserta didik, akan tetapi tidak
hanya sebatas pemahaman, seorang guru ataupun peserta
didik harus bisa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti halnya yang sudah diterapkan oleh aktivis rohis
di SMA Negeri 1 Bringin proses pemahaman mengenai
pengakuan, penghormatan, dan pengharganan terhadap
agama lain senantiasa yang dilakukan untuk untuk
membentuk sikap saling menghargai dan saling menghormati
antar pemeluk agama lain.
106
c) Dukungan dari sekolah dalam perayaan hari besar umat
beragama
Faktor lain yang mempengaruhi adalah antusias guru
ataupun siswa dalam menghormati hari besar ummat
beragama. Ketika ada acara halal bihalal di sekolah untuk
orang yang non muslim mereka juga ikut antusias bersalam-
salaman pada acara halal bihal tersebut. Selain itu ketika ada
perayaan natal dari aktivis rohis mereka juga mengucapkan
selamat natal kepada guru ataupun peserta didik bagi yang
merayakannya. Begitupun ketika non muslim sedang
merayakan hari natal mereka juga memberikan kado atau
bingkisan kepada meraka yang beragama Islam. Pihak
sekolah mengagendakan acara tersebut merupaka sebagai
bentuk penghormatan terhadap hari besar agama lain.
2) Faktor Eksternal
Adanya dukungan dari para aktivis Seksi Kerohanian Islam
(SKI) dari sekolah lain merupakan faktor pendorong dari luar
yang membantu kelancaran implementasi nilai-nilai toleransi
pada aktivis seksi kerohania Islam (SKI) di SMA Negeri 1
Bringin. Para aktivis rohis SMA Negeri 1 Bringin mereka
mencari pengalaman atau pelajaran dari berbagai organisasi rohis
dari sekolah-sekolah lain seperti SMA Negeri 1 Ungaran. Mereka
107
mempunyai dukungan dari organisasi rohis dari sekolah lain
seperti SMA Negeri 1 Ungaran pentingnya menanamkan nilai-
nilai toleransi di sekolah.
Pada dasarnya semua kegiatan tidak akan berjalan dengan
lancar tanpa ada dukungan dari berbagai pihak yaitu guru, peserta
didik itu sendiri, dan organisasi rohis yang berada di luar sekolah.
Sehingga jika salah satu dari ketiga elemen tersebut tidak
terpenuhi makan akan menghambat kegiatan yang telah di
progamkan oleh aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) SMA
Negeri 1 Bringin.
b. Faktor Penghambat
1) Perbedaan pendapat dari guru dan siswa
Berdasarkan wawancara dari pembina rohis, ketua rohis dan
waka kesiswaan, hampir tidak ada faktor yang menghambat nilai-
nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA
Negeri 1 Bringin. Jawaban dari mayoritas responden mengatakan
bahwa faktor yang dirasa menghambat adalah permasalah individu
baik itu dari guru ataupun siswa yang dikarenakan perbedaan
pendapat dan ada beberapa dari anggota rohis yang kurang
semangatnya dalam melaksanakan tugas mereka masing-masing,
yang menyebabkan toleransi sedikit terhambat untuk
diimplementasikan. Menurut responden dulu ada salah satu siswa
yang mengatakan bahwa mereka tidak suka kegiatan yang berbau
108
bid’ah. Mereka mengatakan kegiatan seperti mujahadah, manaqib,
khataman dan lainnya itu tidak ada zaman Rasulullah mereka
menganggap itu adalah bid’ah. Dalam mengatasi masalah tersebut
pembina Rohis memberikan pengertian dan sangat menghargai
perbedaan pendapat yang disampaikan oleh salah satu peserta didik
tersebut. Adapun untuk membentengi atau mondasi kepada peserta
didik secara pelan-pelan dengan Islam yang rahmatan lil‟alamin
supaya mereka tidak terjerumus kedalam pemikiran-pemikiran
radikal yang mempunyai muatan ala-ala pada zaman sekarang,
pembina rohis memberikan pemahaman tentang ilmu agama yang
lebih dalam kepada peserta didik agar menjadi pribadi yang ahlaqul
karimah.
2) Sarana Prasarana
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada hari
selasa 26 Februari 2019, menyimpulkan bahwa salah satu
hambatan dalam implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
seksi kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin adalah
kurangnya sarana prasarana khusus organisasi rohis seperti
laboratorium agama yang dapat menunjang kelancaran aktivis rohis
dalam melakukan progam kegiatannya. Karena faktanya, untuk
selama ini ketika aktivis rohis sedang melakukan kegiatan mereka
masih menggunakan Mushola sebagai tempat mereka dalam
melakukan kegiatan.
109
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa:
1. Implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam
(SKI) di SMA Negeri 1 Bringin sudah berlajan dengan baik. Hal ini
ditunjukkan dengan beberapa sikap yang muncul dari penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
Adapun sikap yang menujukkan bahwa implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1
Bringin sudah berjalan dengan baik dapat dikategorikan dalam dua hal,
yaitu:
a. Memberi kebebasan dalam pembentukan karakter cinta damai melalui
lagu nasionalisme
b. Memberi kebebasan dalam menjalankan perintah agama sesuai
dengan keyakinan masing-masing;
c. Memberi kebebasan dalam berdoa sesuai dengan keyakinan masing-
masing;
d. Memberikan kebebasan dalam mengikuti kegiatan Kerohanian Islam;
e. Tidak membeda-bedakan para aktivis organisasi yang ada di sekolah.
2. Bentuk-bentuk nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI)
di SMA Negeri 1 Bringin dapat dikategorikan dalam kegiatan sebagai
berikut.
110
a. Sikap saling menghormati dan menghargai antar penganut agama lain
dalam bingkai acacra peringatan hari besar agama
Dalam memperingati hari besar agama guru maupun peserta didik
mereka memiliki kesempatan yang sama dalam melaksanakan
peringatan hari besar agama sesuai dengan kepercayaan mereka
masing-masing. Saling mengingatkan untuk saling menghargai dan
menghormati antar guru ataupun siswa yang berbeda agama.
b. Memberikan kesempatan yang sama dalam melaksanakan kerohanian
agama
c. Mengucapkan selamat hari raya kepada pemeluk agama lain
d. Terbentuknya kepanitiaan bersama para aktvis organisasi dalam
e. Peduli dan tolong menolong terhadap warga di sekolah tanpa
memandang status agama dan sosial
3. Faktor pendorong dan penghambat implementasi nilai-nilai toleransi pada
aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin
a. Faktor pendorong
1) Faktor internal
a) Pemahaman atas Bhineka Tunggal Ikan dan pancasila;
b) Cinta tanah air (Yalal Wathon);
c) Dorongan dari guru untuk senantiasa memupuk kerukunan di
sekolah;
d) Dukungan dari sekolah dalam perayaan hari besar umat
beragama.
111
2) Faktor eksternal
Dukungan dari organisasi Kerohanian Islam (Rohis) dari sekolah
lain Seperti SMA Negeri 1 Ungaran, pentingnya menerapkan
nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di
sekolah.
b. Faktor penghambat
1) Perbedaan pendapat dari guru dan siswa
Permasalah yang terjadi misalnya ketika ada perbedaan pendapat
karena masing-masing guru ataupun siswa memiliki cara pandang
atau cara berpikir yang berbeda-beda. Dalam menyelesaikan
persoalan tersebut ada yang meminta maaf dengan orang yang
bersangkutan, dan memecahkan sebuah masalah dengan
dibicarakan baik-baik dengan yang bersangkutan. Sedangkan
permasalahan yang disebabkan oleh anggota rohis yaitu kurang
semangat dalam melaksakan tugas mereka masing-masing.
Pembina rohis tetap memberikan motivasi kepada anggota atau
pengurus rohis supaya mereka tetap semangat dalam
menajalankan tugas mereka.
2) Sarana prasarana
Kurangnya sarana prasana tempat khusus untuk organisasi
Kerohanian Islam (Rohis) yang dapat menunjang kelancaran para
anggota Rohis dalam melaksanakan kegiatan.
112
B. Saran
1. Bagi Sekolah
Dalam penerapan nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam
(SKI) di SMA Negeri 1 Bringin diperlukan sarana prasana yang
menunjang untuk kegiatan kerohanian Islam, sehingga penerapan tersebut
dapat berjalan dengan lancar. Salah satu fasilitas yang dibutuhkan adalah
seperti laboratorium agama untuk melaksanakan kegiatan kerohanian
Islam.
2. Bagi Guru
Para guru khususnya kepada pengurus Kerohanian Islam (Rohis)
diharapkan senantiasa meningkatkan intensitasnya untuk memotivasi para
siswa supaya lebih semangat dalam mengikuti kegiatan kerohanian Islam
dan semangat dalam menjalankan tugas mereka. Selain itu diharapkan
memotivasi siswa untuk senantiasa menjaga kerukunan dan kesatuan di
sekolah maupun diluar sekolah.
3. Bagi Peserta Didik
Untuk para peserta didik SMA Negeri 1 Bringin dihapakan dapat
memupuk tali persatuan dan persahabatan dengan sikap toleransi yang
lebih baik sehingga kerukunan akan didapatkan dari interaksi yang positif
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdussami, Humaidy dan Masnun, Tahir. 2003. Islam dan Hubungan Antar
Agama (Wawasan untuk Para Da‟i). Yogyakarta: LKiS.
Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. 2002. Konseling dan Psikoterapi Islam.
Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam Upaya Pebentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Al-Jazair Jabir, Abu Bakar. 1990. Pola Hidup Muslim. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asmoro, Achmadi. 2009. Filsafat Pancasila dan Kewarganegaraan. Semarang:
RaSAIL Media Group.
Baidhawy, Zakiyuddin. 2005. Pendidikan Agama Berwawasan Multikutural.
Jakarta: Erlangga.
Bartens. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta.
Budiharjo. 2007. Konflik Antar Umat Agama Samawi dan Solusinya. Yogyakarta:
Sumbangsih Press.
Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Daradjat, Zakiyah. 2000. Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pedoman Peningkatan Keimanan dan
Ketaqwaan Siswa. Jakarta.
Effendi, Djohan. 2011. Merayakan Kebebasan Beragama. Jakarta: Yayasan Abad
Demokrasi.
Gowar, Suwarno. 2000. Panduaan Penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan
Bela Negara di Lingkungan Pekerjaan. Jakarta: Dirjen Sumber Daya
Manusia.
Hartono. 2011. Pendidikan Integratif. Purwokerto: STAIN Press.
Hasyim, Umar. 2007. Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam
Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerikunan Antar Agama. Surabaya: PT.
Bina Ilmu.
Helmawati. 2013. Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majlis Ta‟lim. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ibrahim. 2015. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
Kast E, Fremont, dan Rosenzwig, E James. 1995. Organisasi dan Manajemen.
Jakarta: Bumi Aksara.
Kemendiknas. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter
Bangsa. Jakarta: BPPS.
Koesmarwani dan widyantoro, Nugroho. 2000. Dakwah Sekolah di Era Baru.
Solo: Era Inter Media.
Koesoemo. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: Grasindo.
LN Muchson, AR. 2000. Dasar-Dasar Pendidikan Moral. Yogyakarta: FISE
UNY.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Muchtar, Heri Juhari. 2008. Fikih Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhaimin, dkk. 1994. Dimensi-Dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya Abditama.
Moeleong, J. Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Naim, Ngainun. 2012. Character Building. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
. 2008. Pendidikan Multikultural; Konsep dan Aplikasi.
Yogyakarta: Arruz Media.
Yusuf. 2004. Psikologi Belajar Agama. Bandung: Pustaka Banin Quraisyi.
Nuriz, Adib Fuadi. 2015. Problem Pluralisme Agama dan Dampaknya terhadap
Kehidupan Sosial Keagamaan. Ponorogo: Center for Islamic and Occidental
Study.
Raharjo, Mudjia (ed). 2006. Qua Vadis Pendidikan Islam Pembacaan Realitas
Pendidikan Islam, Sosial Keagamaan. Malang: UIN Press.
Rohmat. 2014. Tinjauan Multikultural dan Pendidikan Islam. Purwokerto: STAIN
Press.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Bandung: PT. Raja Grafindo
Persada.
Rusn, Abidun Ibnu. 2005. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. Jakarta:
Pustaka Pelajar.
Sukmadinata, Saudih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Susilo, Martoyo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogykarta: BPFE.
Syukir, Asmuni. 2003. Dasar-Dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas.
Yahya, Harun. 2003. Justice and Tolerance In The Qur‟an. Singapore:
Nickleodeon Books PTE LTD.
Yamin, Moh dan Aulia, Vivi. 2011. Meretas Pendidikan Toleransi. Malang:
Madani Aulia.
Winarno, Herimanto. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DATA RESPONDEN
1. Nama : DAO
Usia : 42 tahun
Jabatan : Waka Kesiswaan
2. Nama : ANR
Usia : 30 tahun
Jabatan : Pembina Kerohanian Islam (Rohis)
3. Nama : IMR
Usia : 26 tahun
Jabatan : Pembina Kerohanian Islam (Rohis)
4. Nama : MTA
Usia : 17 tahun
Jabatan : Ketua Kerohanian Islam (Rohis)
5. Nama : PLS
Usia : 16 tahun
Jabatan : Wakil Ketua Kerohanian Islam (Rohis)
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : DAO
Jabatan : Waka Kesiswaan
Wawancara Hari/Tanggal : Senin, 25 Februari 2019 pukul 10.50-12.35
Tempat : Ruang Tamu SMA Negeri 1 Bringin
B. Hasil Wawancara
Peneliti :Selamat siang pak, maaf sudah mengganggu waktu bapak,
saya Izzatin Nisa’, dari Mahasiswa IAIN Salatiga yang
melakukan penelitian di sekolah ini tentang implementasi
nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi kerohanian Islam di
SMA Negeri 1 Bringin.
Narasumber :Selamat siang mbak, baik mbak bagaimana ada yang bisa
saya bantu?
Peneliti :Saya disini akan membacakan beberapa pertanyaan kepada
bapak mengenai Rohis dan nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin.
Narasumber :Iya, silahkan mbak. Apa saja yang mau ditanyakan?
Peneliti :Langsung ke pertanyaan pertama ya pak, apa alasan
dibentuknya organisasi kerohanian Islam (Rohis) di sekolah
ini pak?
Narasumber :Untuk alasan di bentuknya dari Rohis ini yaitu untuk
menjadi wadah bagi anak-anak dalam mengembangkan
potensinya yang berkaitan dengan kerohanian Islam.
Peneliti :Sejak kapan dibentuknya kegiatan kerohanian Islam di
SMA Negeri 1 Bringin pak?
Narasumber :Di bentuknya dari kegiatan Rohis ini tentu sudah lama ada
mbak, untuk tahunnya kapan saya sendiri kurang paham
mbak, yang jelas sudah lama ada tapi Rohis di sini masih
bekerjasama dengan OSIS.
Peneliti :Bagaimana gambaran nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin pak?
Narasumber :Sudah bagus mbak penerapan nilai-nilai toleransi di
sekolah ini khususnya para aktivis dari Rohis itu sendiri.
Karena yang menjadi konsep kami disini adalah Pancasila
dan Bhineka Tunggal Ika karena lingkup di sekolah kita
mempunyai agama yang beraneka-ragam, jadi kita harus
saling menghormati kepada semua warga di SMA Negeri 1
Bringin.
Peneliti :Gambaran umum dari penerapan nilai-nilai toleransi pada
aktivis Seksi Kerohanian Islam itu seperti apa pak?
Narasumber :Iya misalnya ketika Rohis mengadakan acara yang
berkaitan dengan kerohanian Islam seperti maulid nabi
terus yang sekarang ini baru ada acara mujahadah untuk
kelas XII ketika mau menjelang ujian seperti ini, untuk
orang yang non muslim mereka juga mempunyai acara
sendiri seperti doa bersama di ikuti oleh guru dan siswa
seperti itu mbak. Saya tambahkan sedikit ya mbak, secara
umum mungkin di sekolah-sekolah lain juga sama mbak,
ketika berdoa bersama dengan semua guru maupun peserta
didik pasti kita mengatakan mari kita berdoa bersama
sesuai dengan keyakinan kita masing masing berdoa di
mulai seperti itu. Tapi kalau ada upacara setiap hari senin
ketika upacara mau selesai pasti di akhiri dengan doa, untuk
doa yang dibaca waktu upacara kita menggunakan doa
caranya agama Islam yang dipimpin oleh siswa biasanya
dari aktivis Rohis, tapi untuk mereka yang non muslim
tidak ada problem sama sekali mereka juga ikut berdoa
sesuai dengan keyakinan yang mereka yakini, jadi kita di
sini saling menghormati antar umat beragama mbak.
Peneliti :Apakah selama ini pernah ada yang membeda-bedakan
dari aktivis Rohis dengan aktivis yang lainnya pak?
Narasumber :Saya rasa selama ini tidak ada mbak, dari gurupun tidak
pernah ada yang membeda-bedakan aktivis yang satu
dengan aktivis yang lainnya. Mereka masing-masing
diberikan tugas dan diberikan kepercayaan berdasarkan
kemampuan mereka masing-masing. tidak pernah ada yang
milih atau menunjuk berdasarkan status agama mereka itu
tidak ada mbak misalnya yang beragama Islam milih
temannya yang beragama Islam yang Kristen menunjuk
temannya yang beragama Kristen, di sini sangat menjaga
toleransi dengan baik. Dalam pertemanan juga baik dari
guru ataupun siswa di sini juga bagus sekali mbak, antara
yang muslim dan non muslim hubungan pertemanannya
sangat baik mbak. Gurunya bercanda bareng di kantor yang
siswa ya bercanda di kelas, ataupun jajan bareng di kantin
seperti itu mbak.
Peneliti :Bagimana penilaian bapak mengenai penerapan nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam di SMA
Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Kami senang mbak, penerapan nilai-nilai toleransi pada
aktivis rohis di sekolah ini sudah baik mbak. Karena di sini
guru maupun peserta didiknya dari berbagai macam-macam
agama jadi kita harus saling menghormati dan menghargai
perbedaan setiap agama mereka masing-masing. Ketika hari
raya Idul Adha di sekolah ini juga qurban mbak, ketika ada
pemotongan hewan qurban yang di selenggarakan oleh para
aktivis Rohis yang bekerjasama dengan OSIS, untuk guru-
guru yang non muslim mereka juga ikut membantu
mensukseskan acara tersebut. Setelah selesai pemotongan
hewan qurban ada acara syukuran makan bersama seluruh
anggota guru dan karyawan SMA Negeri 1 Bringin. Untuk
mereka yang non muslim juga ikut makan bersama dalam
acara syukuran tersebut. Untuk pembagian hewan qurban di
sini dibagi rata seluruh angota guru, karyawan, dan siswa
baik itu yang muslim maupun non muslim mbak.
Kemudian juga dibagikan kepada warga yang disekitar
SMA negeri 1 Bringin.
Peneliti :Apa manfaat yang bapak dapatkan atau rasakan dari
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) tersebut?
Narasumber :Kalau manfaatnya ya bagi siswa mereka bisa mengetahui
bahwa setiap agama itu mempunyai keindahan tersendiri.
Begitupun juga bagi guru mereka juga tau bahwa setiap
agama mereka punyai masing-masing ciri khas tersendiri.
Kita tanamkan untuk saling menghormati ataupun
menghargai setiap keindahan dari agama mereka masing-
masing. Ternyata lantunan lagu-lagu Islami atau
sholawatan yang biasanya dilantunkan para anak-anak rohis
yang biasanya kita dengar ternyata bisa menyentuh hati
kita. Seperti padang bulan ataupun lagu-lagu Islami yang
lainnya.
Peneliti :Apa saja faktor yang mendorong implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam di SMA
Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Kesadaran kita terhadap Pancasila dan Bhineka Tunggal
Ika, Maka dari itu untuk nilai toleransi yang dipegang para
aktivis seksi kerohanian Islam disini adalah pancasila
mbak. Karena lingkup di sekolah kita disini mempunyai
agama yang beragam, jadi kita disini harus menanamkan
toleransi antar umat beragama agar tercipta kerukunan antar
umat beragama.
Peneliti :Apa saja faktor penghambat implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di
SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Saya rasa untuk sekarang ini faktor penghambatnya tidak
ada ya mbak, karena kita semua disini sudah menyadari
bahwa semua warga yang di SMA Negeri 1 Bringin ini
mempunyai kepercayaan atau agama yang berbeda-beda,
ada yang Islam, Kristen, Katholik maupun Budha. Jadi kita
sudah saling memnghormati dan menghargai satu sama lain
seperti itu.
Peneliti :Mungkin hanya ini saja yang dapat saya tanyakan kepada
bapak, demikian atas pertanyaan yang saya ajukan kepada
bapak, sebelumnya minta maaf sudah mengganggu waktu
bapak, dan terimakasih atas waktu yang bapak berikan
kepada saya.
Narasumber :Iya mbak tidak apa-apa, semoga sukses dilancarkan
skripsisnya dan semoga segera cepat selesai.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : ANR
Jabatan : Pembina Kerohanian Islam
Wawancara Hari/Tanggal : Senin, 25 Februari 2019 pukul 13.30-14.40
Tempat : Ruang Tamu SMA Negeri 1 Bringin
B. Hasil Wawancara
Peneliti :Assalamu’alaikum, pak.
Narasumber :Wa’alaikumussalam, pripun mbak nisa?
Peneliti :Maaf sudah mengganggu waktu bapak, saya disini akan
melakukan penelitian sebagai tugas skripsi saya tentang
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin. Saya
sekarang akan wawancara dengan bapak berkaitan dengan
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis seksi
kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin.
Langsung ke pertanyaan saja ya pak.
Narsumber : Iya mbak, silahkan.
Peneliti :Apa yang bapak ketahui tentang nilai-nilai toleransi?
Narasumber :Bagaimana kita sebagai seorang non muslim bisa
bersikap rahmatan lil‟alamin baik kepada siapapun
termasuk orang-orang non muslim tanpa memandang
perbedaan agama. Intinya kita sama-sama makhluk
ciptaan Tuhan sama-sama dikasih kebebasan untuk
melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan mereka
masing-masing.
Peneliti :Bagimana latar belakang berdirinya ekstrakulikuler
Kerohanian Islam (Rohis) di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Kalau mengenai sejarah berdirinya Rohis di SMA Negeri
1 Bringin ini saya kurang paham mbak Nisa, yang jelas
saya di sini meneuruskan dari sebelumnya yang dibina
oleh pak Paryanta. Sebenarnya Rohis di SMA Negeri 1
Bringin sudah ada dari dulu. Akan tetapi rohis di sekolah
ini kurang mendapatkan perhatian dari lembaga sekolah,
maka dari itu kegiatan rohis disini tidak dijalankan secara
terstruktur kalau ada kegiatan masih bekerjasama dengan
OSIS. Maka dari itu saya beserta guru PAI yang lainnya
mempunyai keinginan untuk memberikan jam tambahan
diluar kegiatan belajar mengajar untuk memberikan materi
agama Islam seperti tajwid, pengajian kitab haid untuk
wanita dan lain sebagainya. Karena melihat dari kondisi
peserta didik yang sangat memprihatinkan untuk masalah
akhlak dan ilmu agamanya. Seiring berkembangnya
zaman globalisasi yang sekarang ini semuanya sudah
serba elektronik yak an mbak, semua itu akan menjadikan
nilai adab menjadi berkurang. Maka dari itu lewat
kegiatan Rohis ini akan menjadikan peserta didik di SMA
Negeri 1 Bringin ini mempunyai akhlaqul karimah dan
bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Kegiatan
ekstra kurikuler rohis baru diresmikan oleh kepala sekolah
pada tanggal 03 Oktober 2018, karena pada waktu itu
Rohis SMA Negeri 1 Bringin mendapatkan undangan ke
Jakarta untuk mewakili Jawa Tengah dalam acara
Apresiasi Siswa Kebangsaan Indonesia yang di ikuti oleh
ketua Rohis. Maka dari itu setelah Rohis di resmikan oleh
kepala sekolah, saya di tunjuk ibu Tantri Ambarsari selaku
kepala sekolah untuk menjadi pembina rohis angkatan
pertama, kemudian saya menunjuk dua siswa putra dan
putri yaitu Putri Lestari dan Muhammad Tri Arifin untuk
menjadi ketua rohis dan wakil rohis sekaligus untuk
mewakili acara di Jakarta.
Peneliti :Apa saja progam kegiatan dari Kerohanian Islam di
sekolah ini pak?
Narasumber :Untuk progam dari kegiatan Rohis di sini ya diantaranya
ada maulid nabi mbak yang kemarin dirawuhi kaleh habib
Fahmi, terus ada mujahadah untuk kelas XII yang akan
ujian, terus ngaji kitab haid, tadarus al-Qur’an, tajwid dan
masih banyak lagi mbak, nanti minta saja progam kerjanya
sama ketua Rohis.
Peneliti :Materi apa saja yang diberikan dalam pelaksanaan
kegiatan Kerohanian Islam (Rohis) di sekolah ini pak?
Narasumber :Materinya ya ngaji itu mbak, ngajari anak ngaji, karena di
sini banyak anak yang lemah dalam ilmu agamanya, iya
kita membuat progam bagi mereka yang ingin ngaji.
Materi yang diajarkan ya terdiri dari ilmu tajwid, tadarus
al-Qur’an, ngaji kitab haid („Ianatun Nisa‟), dan BTA.
Tapi kalau BTA sudah di masukkan ke dalam materi PAI
mbak. Jadi kita menggunakan waktu 1 jam pelajaran untuk
mapel BTA mbak.
Peneliti :Metode apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan
kerohanian Islam (Rohis) di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Kita menggunakan metode dalam penyampaian materi
seperti yang di pondok-pondok mbak. Diantaranya ya
bandongan, sorogan, ceramah.
Peneliti :Bagaimana gambaran umum nilai-nilai toleransi pada
aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1
Bringin pak?
Narasumber :Yalal Wathon, Sejak adanya Rohis di sekolah ini yang
kita pegang yaitu Yalal Wathon atau cinta tanah air mbak.
Semua anggota dari Rohis mereka harus hafal lagu Yalal
Wathon. Karena dari aktivis rohis kami mengenalkan lagu
Yalal Wathon di dalam organisasi Rohis . Dan ketika akan
dimulainnya kegiatan Rohis mereka harus menyanyikan
lagu Yalal Wathon. Selain itu mereka tidak hanya
menghafalkan saja tetapi juga harus menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari baik itu di dalam sekolah maupun di
luar sekolah supaya mereka mengenal pentingnya dari
toleransi. Apalagi di sekolah ini setiap orang mempunyai
agama yang berbeda-beda. Apalagi di sekolah ini setiap
orang mempunyai agama yang berbeda-beda.
Peneliti :Apakah selama ini pernah ada problem terhadap guru
ataupun siswa dengan para aktivis SKI pak?
Narasumber :Sampai saat ini Alhamdulillah tidak ada mbak. Disini
juga ada salah satu siswa laki-laki yang non muslim dia
suka melihat anak-anak dari rohis latihan rebana mbk.
Karena memang dia dari dulu suka sama yang namanya
musik. Jadi kadang kalau ada latihan rebana dia ikut
melihat. Dari kita sendiri tidak ada yang melarangnya, kita
malah sangat senang. Selain itu misalkan kalau ada salah
satu dari guru ataupun siswa yang tidak suka dengan
kegiatan dari rohis seperti rebana, mujahadah ataupun
yang lainnya mereka menganggap bahwa itu bid’ah. Kami
para aktivis rohis sendiri memakluminya. Karena kita
disini harus menghargai pendapat orang lain mbak.
Peneliti :Ketika ada doa bersama dengan guru ataupun peserta
didik, doa yang dibaca itu menggunakan tata cara dari
agama khusus atau bagaimana pak?
Narasumber :Kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk
berodoa sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing
mbak. Salah satu contoh ya ketika ada apel pagi para
bapak ibu guru ataupun acara yang lain, kalau ada acara
doa bersama. Mereka yang memimpin entah itu saya
ataupun yang lainnya, kami selalu mengatakan silahkan
kita berdoa sesuai keyakinan agama kita masing-masing.
Tapi kalau ada upacara yang dilaksanakan setiap hari
senin selama dua minggu sekali, yang mendapat tugas
untuk memimpin doa diambilkan dari anak aktivis rohis
mbak. Tapi untuk doanya yang kita baca menggunakan
cara islam. Karena disni meskipun non muslimnya
lumayan banyak tapi mayoritas disini tetap banyak yang
beragama Islam. Meskipun doanya yang dibaca
menggunakan cara Islam, untuk yang non muslim mereka
juga menghargai mbak, waktu pembacaan doa mereka
juga menudukkan kepala ikut berdoa sesui keyakinan
mereka masing-masing.
Peneliti :Apa manfaat yang bapak dapat dari implementasi nilai-
nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI)
tersebut?
Narasumber :Salah satu manfaatnya secara umum yaitu Pancasila,
Bhineka Tunggal Ika, dan Yalal Wathon sebagai bentuk
cinta kita terhadap tanah air kita ini, dari ke tiga semboyan
tersebut di sekolah ini yang sudah kami wujudkan adanya
menghargai perbedaan pendapat dan keyakinan dalam
masing-masing beragama.
Peneliti :Apa saja bentuk toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian
Islam di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Bentuk-bentuk toleransinya banyak mbak. Diantarannya
ya ketika ada acara pengajian akbar bulan kemarin dalam
rangka rangka peringatan maulid nabi Muhammad Saw di
SMA Negeri 1 Bringin yang dihadiri oleh habib Fahmi,
untuk orang non muslim mereka juga mempunyai acara
tersendiri yang diikuti oleh semua guru dan peserta didik.
Jadi baik itu orang Islam maupun non muslim mereka
masing-masing mempunyai acara kerohanian tersendiri
yang dikuti oleh semua guru dan siswa.
Selain kegiatan maulid nabi Muhammad Saw., Rohis
disini juga memiliki acara yang dilaksanakan ketika
menjelang kegiatan ujian kelas XII mbak yaitu kegiatan
mujahadah yang dilaksanakan setiap hari jumat pukul
15.30 yang di ikuti semua peserta didik kelas XII demi
kelancaran ujian yang akan di tempuh oleh peserta didik
kelas XII. Untuk yang non muslim mereka juga
mempunyai acara tersendiri mbak seperti halnya
mujahadah yaitu berdoa bersama dengan guru dan peserta
didik yang non muslim demi kelancaran ujian yang akan
ditempuh oleh peserta didik kelas XII.
Itulah salah satu bentuk-bentuk dari toleransi pada aktivis
Kerohanian Islam mbak, kita sebagai makhluk yang
rahmatan lil‟alamin apik karo sopo wae, tidak
memandang perbedaan agama, budaya maupun yang lain.
Peneliti :Bagaimana sikap peduli dan tolong menolong yang
dilakukan oleh aktivis Rohis dengan warga di SMA
Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Sikap peduli kita sangat baik mbak. Apabila kita dari guru
ataupun siswa yang sedang mengalami musibah seperti
kecelaan ataupun sakit, kita sebagai anggota Rohis
khususnya menjenguk mereka yang sedang mengalami
musibah tanpa memandang status agama dan sosial
mereka mbak. Begitupun ketika teman kita membutuhkan
bantuan atau pertolongan kami dari anggota rohis juga
siap membantu sesuai dengan kemampuan kami
Peneliti :Apa saja faktor yang mendorong implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis seksi kerohanian Islam (SKI) di
SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Yang pertama untuk masalah ideologi hubungan antara
guru dan siswa yang muslim ataupun non muslim di SMA
Negeri 1 Bringin ini berjalan dengan baik. Karena
seringnya kita berkumpul dengan orang non muslim.
Karena kita sebagai warga Indonesia yang menghargai
ideologi pancasila atas kesadaran kita terhadap Bhineka
Tunggal Ika bahwa kita menyadari bahwa Indonesia itu
beraneka ragam agama, budaya, bahasa, dan suku. Jadi
kita disini harus saling menghormati dan menghargai
kepercayaan masing-masing. Terus misalnya ya mbak,
ketika kita ada acara mujahadah setiap hari jumat yang
diadakan oleh rohis untuk kelas XII demi kelancaran ujian
yang akan dilaksanakan oleh siswa siswi kelas XII, untuk
yang non muslim mereka juga ada acara tersendiri untuk
doa bersama sesuai keyakinannya masing-masing mbak.
Tadi yang pertama masalah ideologi pancasila, sekarang
kalau untuk masalah i‟tiqot ya mbak, misalnya kalau ada
salah satu guru ataupun siswa yang mengatakan bahwa
doa bersama seperti mujahadah, manaqib dan lain
sebagainya itu adalah bid’ah tidak akan sampai kepada
Allah. Misalnya kalau ada yang mengatakan seperti itu,
mari kita dibicarakan baik-baik, kalau mereka tidak suka
tidak apa-apa kita pun memakluminya. Bahwa kita disini
harus saling menghormati perbedaan dan keyakinan
masing-masing itulah salah satu kunci kita.
Peneliti :Apa saja faktor penghambat implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di
SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Kalau yang menghambat untuk saat ini tidak ada mbak.
Karena dari kita sendiri sering berkumpul cara jawane ya
guyon bareng sering juga bersinambungan sama orang
non muslim di sekolah ini. Jadi saling menghormati
dengan yang lainnya.
Kalau untuk masalah i‟tiqad ya mbk, dulu ada salah satu
dari siswa yang mempunyai muatan ala-ala, yang sudah
disuntik dengan pemikiran radikal. Mereka pernah
mengatakan bahwa maulid, khataman, manaqib, dan
mujahadah itu bid’ah doanya tidak sampai kepada Allah
dan tidak ada zaman Rasulullah seperti itu mbak.
Peneliti :Bagaimana cara bapak untuk mengatasi masalah tersbut?
Narasumber :Untuk mengatasinya yang paling penting itu dari siswa
mbak. Kita pondasi diri siswa dengan pondasi siswa
dengan Islam yang rahmatan lilalamin. Kita bentuk akhlaq
siswa yang akhlaqul karimah. Cara mondasi diri siswa kita
disini dengan cara pelan-pelan. Kita menjelaskan dan
memberikan pengetahuan agar anak tersebut tidak
terjerumus kedalam pemikiran-pemikiran yang radikal.
Peneliti :Mungkin hanya ini saja yang dapat saya tanyakan kepada
bapak, mohon maaf jika ada tutur kata saya dan tingkah
laku saya yang kurang berkenan di hati bapak, terimakasih
atas waktunya yang bapak berikan kepada saya.
Narasumber :Tidak apa-apa mbak, saya sangat senang, semoga
dikancarkan skripsinya. Barokallah.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : IMR
Jabatan : Pembina Kerohanian Islam
Wawancara Hari/Tanggal :Selasa 26 Februari 2019, pukul 13.00-14.55
Tempat : Teras Kantor Guru SMA Negeri 1 Brinngin
B. Hasil Wawancara
Peneliti :Assalamu’alaikum, bu indana.
Narasumber :Wa’alaikumussalam, pripun mbak nisa, enten nopo?
Peneliti :Saya mau wawancara sebentar buk, berkaitan dengan
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin.
Narasumber :Njeh mbak monggo silahkan, gimana yang mau
ditanyakan?
Peneliti :Bagaimana latar belakang berdirinya ekstrakulikuler
kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Untuk masalah berdirinya rohis saya tidak begitu paham
mbak. tapi yang jelas berdirinya Kerohanian Islam di
SMA Negeri 1 Bringin sebnarnya sudah ada sejak lama,
tetapi rohis disini kurang mendapatkan perhatian dari
pihak sekolah. Jadi ya, rohis disini berjalan tanpa sesuai
struktur seperti rohis yang lainnya. Adapun yang
melatarbelakangi dari adanya rohis di sekolah ini yaitu
saya sendiri selaku guru PAI seperti saya beserta guru PAI
yang lainnya merasa prihatin dengan kondisi siswa yang
sekarang ini. Khususnya masalah ilmu agama mereka
yang sangat kurang serta prilaku dan sikap mereka yang
tidak sesuai dengan aturan agama Islam. Yang diinginkan
guru PAI disini untuk siswa adalah siswa memiliki ilmu
pengetahuan agama Islam yang cukup untuk bekal mereka
seperti ilmu tajwid, bisa membaca al-Qur’an dengan baik
dan benar, mampu bersuci sesuai dengan kaidahnya dan
lain sebagainya. Selain itu yang saya inginkan untuk siswa
siswi adalah adanya perubahan sikap dan perilaku yang
signifikan siswa siswi dan selanjutnya siswa siswi yang
sudah masuk dalam kerohanian Islam mampu menjadi
tauladan islami bagi teman-temannya yang tidak
mengikuti kerohanian Islam.
Peneliti :Materi apa saja yang diberikan dalam pelaksanaan
kegiatan kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin buk?
Narasumber :Kalau materinya ya terdiri dari ngaji tajwid, terus ngaji
kitab „Ianatun Nisa‟ masalah haid untuk perempuan mbak
pada hari jum’at biasanya kalau waktu jum’atan ada ngaji
kitab tersebut untuk perempuan bagi yang mau mengikuti,
selain itu ya ada ngaji simakan al-Qur‟an, dan BTA.
Kalau BTA sudah di masukkan kedalam jam pelajaran
PAI.
Peneliti :Metode apa saja yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Untuk menyampaikan materi tersebut kami menggunakan
metode seperti yang ada di pondok mbak, seperti
bandongan, sorogan, ceramah.
Peneliti :Bagaimana gambaran umum nilai-nilai toleransi pada
aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1
Bringin buk?
Narasumber :Nilai-nilai toleransi disini sudah bagus mbak, para aktivis
Rohis dengan orang non muslim disini sama-sama
diperlakukan adil mbak. Contohnya ketika acara kemarin
rohis mengadakan maulid nabi, atau yang sekarang ini
menjelang ujian para aktivis Rohis mengadakan acara
mujahadah bersama anak kelas XII, untuk yang non
muslim mereka juga mengadakan acara tersendiri. Jadi
berdoa ataupun ibadah sesuai keyakinan mereka masing-
masing.
Terus misalnya kalau di sekolah ini lagi ada acara apapun
para aktivis Rohis, aktivis pramuka, aktivis OSIS, mereka
juga sama-sama saling membantu mbak.
Kita juga tidak memakskan siswa dalam mengikuti
kegiatan yang diselenggarakan olkeh rohis. Kita dari rohis
mempunyai beberapa kegiatan salah satune ngaos kitab
„ianatun nisa yang membahas masalah haid mbak. Selain
itu juga ada ngaos muroja’ah al-Qur’an dan tajwid. Dari
rohis sendiri tidak mengharuskan semua mengikuti ngaji
tersebut. Karena itu dari kesadaran masing-masing dari
siswa, misalkan tidak ikut tidak ada masalah tidak ada
teguran sama sekali dari rohis. karena kita sendiri disini
sangat prihatin dengan kondisi anak yang sekarang ini
banyak yang belum mengerti caranya bersuci dam juga
banyak yang belum bisa membaca al-Qur’an dengan
kaidah tajwid yang benar.
Peneliti :Apakah selama ini pernah ada yang membeda-bedakan
dari aktivis Rohis dengan aktivis yang lainnya buk?
Narasumber :Di sini semua guru maupun siswa tidak pernah ada yng
mebeda-bedakan antara si A dengan si B. Misalnya ya
kamu jangan milih si A dia itu kalau disuruh bekerja
males, jangan milih si B dia itu nggak pake jilbab. Tidak
pernah ada kata seperti itu yang keluar dari ucapan guru
ataupun siswa mbak. Intinya di sini kalau ada kegiatan
apapun para aktivis-aktivis di sekolah seperti Rohis,
pramuka, ataupun OSIS mereka bekerja bereng-bareng
demi mensukseskan kegiatan yang terlaksana. Mereka di
tunjuk atasan secara adil tanpa mebeda-bedakan status
agama maupun sosial.
Peneliti :Apa saja bentuk tolerenasi pada aktivis Seksi Kerohanian
Islam di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Bentuk toleransinya ya ketika maulid nabi dan mujahadah
itu mbak mereka yang non muslim memliki acara
tersendiri.
Peneliti :Selain dari bentuk-bentuk toleransi tersebut, ketika ada
acara halal bihalal untuk yang non muslim ikut acara
tersebut atau tidak buk?
Narasumber :Iya disini kami ada acara halal bihalal, Ketika ada acara
halal bihalal mereka yang non muslim juga ikut bersalam-
salaman mbk ketika acara halal bihalal tersebut.
Pada waktu natalan juga mereka yang non muslim juga
memberika kado atau bingkisan kepada teman-temannya
yang beragama Islam. Begitupun juga ketika natalan kita
juga memberikan ucapan selamat kepada guru ataupun
peserta didik yang sedang merayakan natalan.
Peneliti :Selain itu tadi, bentuk-bentuk nilai-nilai toleransi pada
aktivis SKI di sekolah ini apa buk?
Narasumber :Nopo njeh, itu mbak. Waktu perayaan hari raya setiap
agama mereka semua saling mengucapkan selamat hari
raya baik itu dari guru, siswa maupun karyawan mbak.
Misalkan orang Islam sedang merayakan hari raya Idul
Fitri mereka yang non muslim juga mengucapkan selamat
hari raya Idul Fitri begitupun sebaliknya mbak.
Peneliti :Mungkin hanya ini saja yang saya tanyakan bu,
terimakasih atas waktunya. Sebelumnya saya minta maaf
sudah menganggu kesibukan dari panjenengan.
Narasumber :Njeh sami-sami mbak, santai mawon mboten nopo-nopo.
Tidak mengganggu sama sekali. Semoga sukses selalu,
dilancarakan skripsinya, semoga di segerakan wisudanya.
Peneliti :Aamiin. Terimakasih buk.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : PLS
Jabatan : Wakil Ketua Kerohanian Islam
Wawancara Hari/Tanggal :Selasa 26 Februari 2019, pukul 10.00-10.45
Tempat : Perpustakaan
B. Hasil Wawancara
Peneliti :Assalamu’alaikum, sebelumnya minta maaf dek sudah
mengganggu waktunya, saya Izzatin Nisa’, Mahasiswa
IAIN Salatiga yang melakukan penelitian di sekolah ini
tentang implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin. Disini
saya akan wawancara dengan anda selaku ketua Kerohanian
Islam di sekolah ini.
Narasumber :Oh begitu, iya mbak silahkan, apa yang mau ditanyakan?
peneliti :Apa saja bentuk tolerenasi pada aktivis Seksi Kerohanian
Islam di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Bentuk-bentuk dari nilai toleransinya menurut saya ya
mbak bentuk dari nilai toleransi pada aktivis Rohis disini
menurut saya sudah sangat baik mbak. Misalnya kalau ada
kegiatan-kegiatan kerohanian Islam seperti peringatan
maulid nabi Muhammad Saw., kegiatan mujahadah, dan
kegiatan-kegiatan yang lainnya untuk guru dan siswa siswi
yang beragama non muslim mereka juga mempunyai acara
kerohanian sendiri sesuai kepercayaan mereka masing-
masing. Karena yang sekolah disini dari agama yang
berbeda-beda dan juga gurunya memiliki agama yang
berbeda-beda. Meskipun di SMA Negeri 1 Bringin disni
mayoritas Islam tapi kita sebagai manusia harus saling
menghormati dan menghargai perbedaan masing-masing
demi kenyamanan dan ketentraman warga SMA Negeri 1
Bringin.
Peneliti :Apa saja faktor yang mendorong implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam di SMA
Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Para aktivis SKI disini yang dipegang yaitu pancasila
mbak. kita memegang teguh semboyan pancasila, karena di
sekolah sini terdapat berbagai guru dan siswa yang
mempunyai agama yang berbeda-beda. Jadi kita harus
saling menghormati dan menghargai perbedaan satu dengan
yang lainnya. Supaya hubungan silaturrahim antara muslim
dengan non muslim terjalin dengan baik mbak.
Peneliti :Apa saja faktor penghambat implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam (SKI) di
SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Untuk faktor penghambatnya, kalau untuk hubungan
dengan non muslim baik itu siswa ataupun guru tidak ada
mbak. Karena kita disini sering kumpul bareng dengan non
muslim jadi silaturrahim antara mereka berjalan dengan
baik mbak. Saling menghormati, menghargai, membantu
antara orang muslim maupun non muslim.
Tapi kalau dilihat dari anggota atau pengurus Rohis, ada
sebagian dari anggota atau pengurus kadang rasa malas
yang muncul pada diri mereka juga ada mbak. Misalnya
kalau dibagi tugas atau ada acara di rohis dari sebagian
mereka ada yang tidak langsung gerak untuk melaksanakan
tugas mereka masing-masing.
Peneliti :Bagaimana cara mengatasi dari faktor penghambat tersebut
dek?
Narasumber :Memberikan motivasi kepada pengurus dan anggota rohis
agar mereka semua selalu bersemangat dalam memajukan
seksi kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin ini mbak.
Peneliti :Apakah dari aktivis-aktivis lain ada yang merasa terganggu
ketika Rohis melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan
Kerohanian Islam dek?
Narasumber :Tidak ada yang merasa terganggu mbak entah itu dari guru
ataupun siswa, karena setiap organisasi yang ada di sekolah
ini mereka mempunyai kegiatan masing-masing. Jadi
memiliki kebebasan masing-masing dalam melaksanakan
progam kerjanya.
Peneliti :Apa manfaat implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi Kerohanian Islam (SKI) di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Siswa bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang sudah di
progamkan oleh pengurus Rohis tanpa ada unsur paksaan
mbk. Misalnya kalau mereka mau ikut ngaji kitab haid mau
ikut rebana atau yang lainnya itu sesuai dengan keinginan
mereka masing-masing mbak.
Peneliti :Mungkin hanya itu saja yang dapat saya tanyakan dek,
sebelumnya minta maaf sudah mengganggu kegiatan
belajar sampean, terimakasih atas waktunya.
Narasumber :Iya mbak sama-sama, sama sekali tidak mengganggu.
Sukses dan lancar skripsinya ya mbak izza.
Peneliti :aamiin, terimakasih dek.
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama : MTA
Jabatan : Ketua Kerohanian Islam
Wawancara Hari/Tanggal : Jumat, 01 Maret 2019, pukul 10.30-11.20
Tempat : Mushola
B. Pedoman Wawancara
Peneliti :Selamat siang dek, maaf sudah menganggu waktunya.
Saya Izzatin Nisa’ mahasiswa dari IAIN Salatiga yang
sedang melakukan penelitian di sekolah ini tentang
implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi
Kerohanian Islam (SKI). Saya ingin wawancara dengan
anda selaku ketua Rohis di SMA Negeri 1 Bringin.
Narasumber :Iya mbak selamat siang, sama sekali tidak menganggu.
Justru saya sangat senang. Silahkan mbak mau tanya
tentang apa?
Peneliti :Menurut anda bagaimana gambaran umum implementasi
nilai-nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam
(SKI) di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Gambaran umum dari penerapan nilai-nilai toleransi pada
aktivis rohis disini sudah bagus mbak. Hubungan antara
guru dengan siswa dengan non muslim sendiri itu sudah
sangat bagus. Jadi apabila Rohis mempunyai acara
tersendiri seperti mujahadah, maulid nabi mereka juga
mempunyai acara kerohanian tersendiri sesuai dengan
keyakinan mereka masing-masing.
Peneliti :Apa manfaat implementasi nilai-nilai toleransi pada aktivis
Seksi kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Bisa melakukan kegiatan tanpa adanya paksaan mbak.
Kami disini baik guru maupun siswa bisa bisa
melaksanakan kegiatan mereka sesuai dengan kepercayaan
mereka masing-masing, dan melaksanakan sesuai dengan
tugas mereka masing-masing tanpa ada paksaan sedikitpun
mbk. Karena kami disini memegang tegung semboyan
Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila seperti itu mbak.
Peneliti :Menurut anda apa saja bentuk-bentuk implementasi nilai-
nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam di SMA
Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Bentuk-bentuk toleransi Rohis disini sudah baik mbak, kita
disini saling menghargai perbedaan atau keyakinan mereka
masing-masing, memberikan kebebasan kepada mereka
dalam melakukakan ibadah. Jadi ketika Rohis memiliki
acara yang berkaitan dengan kerohanian Islam mereka juga
memiliki acara kerohanian tersendiri mbak. Misalnya ya
mbak, ketika hari raya Idul Adha ada pemotongan hewan
qurban untuk yang non muslim itu juga mereka mendapat
bagian daging kurban mbak.
Terus kalau aktu perayaan hari raya setiap agama mereka
semua saling mengucapkan selamat hari raya baik itu dari
guru, siswa maupun karyawan mbak. Misalkan orang Islam
sedang merayakan hari raya Idul Fitri nereka yang non
muslim juga mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri
begitupun sebaliknya mbak.
Peneliti :Menurut anda apa faktor pendorong implementasi nilai-
nilai toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam di SMA
Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Sebagai pendorong penerapan nilai-nilai toleransi pada
aktivis rohis yaitu kita disini memegang teguh Pancasila
dan Bhineka Tunggal ika mbak. adanya guru dan siswa
yang saling menghormati kepercayaan mereka masing-
masing, tanpa ada unsur paksaan ataupun celaan dari orang
lain.
Peneliti :Apa faktor penghambat dari implementasi nilai-nilai
toleransi pada aktivis Seksi Kerohanian Islam di SMA
negeri 1 Bringin?
Narasumber :Untuk faktor penghambat untuk saat ini tidak ada mbak,
hanya saja untuk masalah tempatnya saja, untuk Rohis
disini belum mempunyai tempat khusus untuk
melaksanakan kegiatan Kerohanian Islam. Kita disini masih
menggunakan mushola sebagai tempat kegiatan Rohis.
Peneliti :Menurut anda bagaimana untuk mengatasi faktor
penghambat dari implementasi nilai-nilai toleransi pada
aktivis Seksi Kerohanian Islam di SMA Negeri 1 Bringin?
Narasumber :Kita bilang kepada pihak sekolah untuk memberikan
fasilitas tempat untuk rohis untuk melaksanakan kegiatan
Kerohanian Islam mbak.
Peneliti :Mungkin hanya itu saja dek yang dapat saya tanyakan,
sebelumnya saya minta maaf sudah menganggu waktunya.
Narasumber :Iya mbak tidak apa-apa, nanti kalau butuh bantuan yang
berkaitan dengan Rohis bisa menghubungi saya ya mbak.
semoga sukses dan lancar skripsinya.
Peneliti :Aamiin, baik terimakasih dek.
PROGAM KEGIATAN PENGURUS ROHIS SMA NEGERI 1 BRINGIN
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
No Bidang Progam
Harian Mingguan Tahunan
1 Bidang
Ibadah
- Sholat dzuhur
berjamaah
- Pembiasaan
Shalat Dzuha
- Kegiatan shalat
jum’at
- Khataman al-
Qur’an
- Membersihkan
mushola
- Kegiatan
istighosah
kelas XII
2 Bidang
Syi’ar
- Kegiatan
pelatihan rebana
- Qira’ah
- Pengembangan
mading
keislaman
- Pembuatan
kaligrafi/
khot/tulisan
motivasi di
dinding
sekolah
3 Bidang
Keilmua
n
- Pembiasaan
membaca buku
keislaman
- Pengajian kitab
haid
- Pembelajaran
membaca al-
Qur’an
- Pembelajran
tajwid
- BTA
- Pembelajaran
bahasa Arab
- Pesantren
kilat/
pesantren
ramadhan
- Pengadaan
buku-buku
Islam di
perpustakaa
n sekolah
4 Bidang
Seni dan
Budaya
- Menerapkan
budaya 3S
(senyum, sapa,
salam)
- Gerakan hemat
energi listrik
dan air
(melawan
kemubadziran)
- Pembelajaran
pidato
- Pembelajaran
dan
pengembangan
tadarus bersama
- Peringatan
hari besar
Islam
(PHBI)
- Kegiatan
lomba-
lomba
keagamaan
-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Izzatin Nisa’
NIM : 23010150220
Fakultas/Progam Studi : FTIK/PAI
Tempat/Tanggal Lahir :Kudus, 04 Juni 1997
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
No. Hp : 08985741841
Alamat : Desa Undaan Lor Rt.06/Rw.04 Kec. Undaan Kab.
Kudus
Nama Ayah : H. Syafi’i
Nama Ibu : Hj. Zulfah
Pendidikan : RA NU Tamrinut Thullab, lulus tahun 2003
MI NU Tamrinut Thullab, lulus tahun 2009
MTs NU Tamrinut Thullab, lulus tahun 2012
MA NU Banat Kudus, lulus tahun 2015
FOTO-FOTO
1. Kegiatan pelatihan rebana oleh anggota Kerohanian Islam (Rohis)
2. Kegiatan pembelajaran al-Qur’an oleh pembina Kerohanian Islam (Rohis)
3. Kegiatan doa bersama oleh guru dan peserta didik kelas XII yang beragama
non muslim SMA Negeri 1 Bringin
4. Kegiatan mujahadah oleh guru dan peserta didik kelas XII SMA Negeri 1
Bringin
5. Terbentuknya kepanitian bersama seluruh oganisasi yang ada di sekolah
dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
6. Foto kebersamaan dan kerukunan anggota kerohanian Islam (Rohis) dengan
temannya yang beragama non-muslim
7. Wawancara dengan Waka Kesiswaan SMA Negeri 1 Bringin
8. Wawancara dengan Pembina Kerohanian Islam (Rohis) I
9. Wawancara dengan Pembina Kerohanian islam (Rohis) II
10. Wawancara dengan Ketua Kerohanian Islam (Rohis)
11. Wawancara dengan wakil ketua Kerohanian Islam (Rohis)