Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually...
Transcript of Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually...
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY
INTELLECTUALLY REPETITON (AIR) PADA MATERI
BANGUN DATAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
KELAS VII SMP N 1 PABELAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi S1 Pendidikan Matematika
Disusun Oleh
SISCA PURNIAWATI
202009027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi : Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR) pada Materi Bangun Datar terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan
Nama : Sisca Purniawati
NIM : 202009027
Program Studi : Pendidikan Matematika
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITON (AIR) PADA MATERI
BANGUN DATAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP N 1 PABELAN
Disusun Oleh SISCA PURNIAWATI
202009027
Telah disetujui untuk diuji pada tanggal 24 Juni 2013
Menyetujui
iv
PERNYATAAN
Nama : Sisca Purniawati NIM : 202009027
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Bangun Datar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan” adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.
Salatiga, 28 Juni 2013
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Persembahan :
Karya sederhana ini KupersembahKan untuK:
1. Tuhan Yesus KrisTus Yang selalu menYerTai dan
memberikan kemudahan, serta kelancaran dalam
hidupku.
2. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang
senantiasa memberikan dukungan doa dan motivasi
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Teman-temanku seperjuangan, terima kasih atas
kebersamaan dan dukungan selama ini.
1. Hari ini Harus lebiH baik daripada Hari kemarin,
dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini.
2. Kegagalan adalah KesuKsesan yang tertunda.
3. Setiap keberhaSilan dalam hidupku hanya
karena anugerah Tuhan.
4. Setialah dalam perkara-perkara yang kecil,
maka tuhan akan mempercayakan kita
perkara-perkara yang besar.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, karena
atas hikmat, anugerah dan penyertaanNya, penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Bangun Datar terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen
Satya Wacana.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Jhon A. Titaley, Th.D, selaku Rektor Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu
di UKSW.
2. Dra. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan UKSW Salatiga yang telah memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
3. Kriswandani, S.Si, M.Pd, selaku Kaprogdi Pendidikan Matematika dan sekaligus
Pembimbing I. Terima kasih untuk waktu, kesabaran, dan kebaikan yang telah
Ibu berikan pada saat bimbingan, serta ilmu dan doa yang Ibu berikan pada
penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
4. Tri Nova Hasti Yunianta, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing II. Terima kasih untuk
waktu, kesabaran, dan kebaikan yang telah Bapak berikan pada saat
bimbingan, serta ilmu dan doa yang Bapak berikan pada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah membimbing
dan memberikan pengajaran berharga selama menempuh pendidikan di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UKSW Salatiga.
6. Drs. Kiswanto, selaku Kepala SMP Negeri 1 Pabelan yang telah berkenan
memberi izin untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 1 Pabelan.
7. Sri Mulyati, S.Pd, selaku guru matematika SMP Negeri 1 Pabelan yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
vii
8. Siswa-siswi SMP Negeri 1 Pabelan, khususnya siswa kelas VII C dan VII D yang
telah berpartisipasi dan membantu penulis dalam proses penelitian.
9. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan doa
dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabatku Susi, Wendy, Mursutami, dan Karnawati, terima kasih atas
kebersamaan dan dukungan selama ini.
11. Teman-teman Program Studi Pendidikan Matematika yang lain dan semua
pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis akan menerima dengan senang hati saran dan kritikan
terhadap perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.
Salatiga, Juni 2013
Sisca Purniawati
viii
ABSTRAK Purniawati, S. 2013. Implementasi Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition
(AIR) pada Materi Bangun Datar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari implementasi model
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada materi bangun datar dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pabelan. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes yang terdiri dari pretest dan posttest, serta dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji beda rata-rata (Mann Whitney U test). Hasil penelitian menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada implementasi model pembelajaran AIR tidak jauh berbeda atau sama dengan hasil belajar siswa pada model konvensional. Hal itu ditunjukkan dengan hasil uji beda rata-rata (Mann Whitney U test) dimana nilai signifikansi 0,671 > 0,05 dan nilai Z hitung < Z tabel (-0,424 < 1,645) yang berarti hasil belajar siswa pada model pembelajaran AIR lebih kecil atau sama dengan hasil belajar pada model konvensional. Meskipun demikian, implementasi model pembelajaran AIR pada pembelajaran Matematika kelas VII memberikan hasil yang cukup memuaskan. Rata-rata dan pencapaian hasil belajar siswa pada kelas VII C (model pembelajaran AIR) lebih baik daripada kelas VII D (model pembelajaran konvensional), meskipun selisih rata-rata dan pencapaian hasil belajar kedua kelas terlalu kecil. Rata-rata hasil belajar siswa kelas VII C 79,85 dan pencapaian hasil belajar siswa sebesar 76,5%, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas VII D 79,55 dan pencapaian hasil belajarnya sebesar 75,8%.
Kata kunci: model pembelajaran, Auditory Intellectually Repetition (AIR), hasil belajar
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................................ ..iii LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................... viii DAFTAR ISI ..............................................................................................................ix DAFTAR TABEL ........................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 1 B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................... 3 C. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................................... 3 D. MANFAAT PENELITIAN .................................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORITIS .......................................................................................... 5
1. Hasil Belajar ............................................................................................ 5 a. Definisi Hasil Belajar ........................................................................ 5 b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ............................. 7
2. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) .................. 8 a. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) .......................................................... 8 b. Definisi Model Pembelajaran AIR..................................................... 9 c. Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR .................................... 14
B. HASIL KAJIAN LAIN YANG RELEVAN ............................................................. 16 C. KERANGKA BERPIKIR ................................................................................... 17 D. HIPOTESIS ................................................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN ........................................................................................ 19 B. POPULASI DAN SAMPEL .............................................................................. 19 C. SETTING PENELITIAN ................................................................................... 19 D. DESAIN PENELITIAN .................................................................................... 20 E. DEFINISI OPERASIONAL ............................................................................... 20
1. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) ................ 20 2. Hasil Belajar .......................................................................................... 21
F. INSTRUMEN PENELITIAN ............................................................................. 21 1. Uji Validitas Instrumen Tes.................................................................... 22 2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes ................................................................ 23 3. Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes ............................................. 24
x
4. Analisis Daya Pembeda Instrumen Tes .................................................. 25 G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA..................................................................... 26 H. TEKNIK ANALISIS DATA ................................................................................ 27
1. Statistik Deskriptif ................................................................................. 27 2. Statistik Inferensial ............................................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN .................................................................... 29 B. DESKRIPSI HASIL PRETEST............................................................................ 29
1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest .............................................................. 29 2. Uji Normalitas Nilai Pretest ................................................................... 29 3. Uji Homogenitas Nilai Pretest................................................................ 31 4. Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Pretest .......................................... 32
C. DESKRIPSI HASIL POSTTEST ......................................................................... 33 1. Analisis Deskriptif Nilai Posttest ............................................................ 33 2. Uji Normalitas Nilai Posttest.................................................................. 33 3. Distribusi Frekuensi Nilai Posttest ......................................................... 35 4. Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Posttest ........................................ 36
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)................... 37
E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ................................................................ 38 BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN .............................................................................................. 41 B. SARAN ........................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 43
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR ........................................... 14 Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian di SMP Negeri 1 Pabelan .......................................... 19 Tabel 3.2 : Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest .......................................................…22 Tabel 3.3 : Hasil Uji Validitas Soal .......................................................................... 23 Tabel 3.4 : Hasil Uji Reliabilitas Soal ...................................................................... 24 Tabel 3.5 : Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ................................................... 25 Tabel 3.6 : Hasil Analisis Daya Beda Soal ............................................................... 26 Tabel 4.1 : Hasil Analisis Deskriptif Pretest ............................................................ 29 Tabel 4.2 : Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest .......................................................... 30 Tabel 4.3 : Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest ...................................................... 31 Tabel 4.4 : Hasil Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Pretest................................. 32 Tabel 4.5 : Hasil Analisis Deskriptif Posttest ........................................................... 33 Tabel 4.6 : Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest ........................................................ 34 Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Nilai Posttest ........................................................ 35 Tabel 4.8 : Pencapaian Hasil Belajar ...................................................................... 36 Tabel 4.9 : Hasil Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Posttest ............................... 36
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir ............................................................................. 17 Gambar 3.1 : Model Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design ......... 20 Gambar 4.1 : Grafik Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen (VII C) ................. ..30 Gambar 4.2 : Grafik Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol (VII D) ......................... 31 Gambar 4.3 : Grafik Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen (VII C) ................. 34 Gambar 4.4 : Grafik Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol (VII D) ........................ 35
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Soal Uji Coba Pretest ......................................................................... 45 Lampiran 2 : Uji Validitas Butir Soal Uji Coba Pretest ............................................. 48 Lampiran 3 : Soal Pretest dan Posttest .................................................................. 51 Lampiran 4 : Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ........................................... 53 Lampiran 5 : Daftar Nilai Pretest ........................................................................... 54 Lampiran 6 : Daftar Nilai Posttest .......................................................................... 55 Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1 ............................ 56 Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2 ............................ 63 Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 3 ............................ 68 Lampiran 10 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1 .................................................... 73 Lampiran 11 : Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 1 ............................................ 77 Lampiran 12 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2 .................................................... 81 Lampiran 13 : Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 2 ............................................ 82 Lampiran 14 : Lembar Kerja Siswa Pertemuan 3 .................................................... 84 Lampiran 15 : Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 3 ............................................ 85 Lampiran 16 : Foto-foto Dokumentasi ................................................................... 87 Lampiran 17 : Surat Izin Melakukan Penelitian ...................................................... 89 Lampiran 18 : Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian ................................. 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan cabang ilmu yang penting karena merupakan
prasyarat kelulusan bagi siswa, tetapi pada kenyataannya siswa masih
mengalami kesulitan dan kegagalan dalam belajar matematika. Gelman dalam
Handayani (2004) menyatakan bahwa pelajaran matematika merupakan
pelajaran yang potensial memberikan pengalaman salah dan gagal cukup
besar pada anak. Menurut pandangan siswa, matematika merupakan suatu
ilmu yang abstrak. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi dalam matematika
akan menganggap bahwa pelajaran matematika mudah, sedangkan bagi siswa
yang memiliki kemampuan rendah dalam matematika menganggap pelajaran
matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan.
Kesulitan siswa dalam belajar matematika disebabkan oleh dua faktor
yaitu faktor intelektual dan faktor pedagogis (Brueckner dan Bond dalam
Widdiharto, 2008). Faktor intelektual berkaitan dengan kesulitan siswa dalam
menguasai konsep, prinsip, atau algoritma, walaupun siswa telah berusaha
mempelajarinya. Siswa yang mengalami kesulitan mengabstraksi,
menggeneralisasi, berpikir deduktif, dan mengingat konsep-konsep maupun
prinsip-prinsip biasanya akan selalu merasa bahwa matematika itu sulit. Faktor
pedagogis yaitu faktor kurang tepatnya guru mengelola pembelajaran dan
menerapkan metodologi. Secara umum, cara guru memilih metode,
pendekatan, dan strategi dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap
kemudahan atau kesulitan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, guru harus
mampu menerapkan model pembelajaran yang inovatif sehingga siswa akan
merasa termotivasi untuk belajar matematika.
Salah satu model pembelajaran yang inovatif adalah Auditory
Intellectually Repetition (AIR). AIR merupakan salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif dimana guru sebagai fasilitator dan siswalah yang
lebih aktif (Suyatno, 2009). Model pembelajaran ini menganggap bahwa suatu
pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal, yaitu Auditory,
Intellectually, dan Repetition. Auditory berarti indera telinga digunakan dalam
belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
2
mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Intellectually berarti kemampuan
berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan
masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan. Repetition berarti pengulangan
diperlukan dalam pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan luas,
siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas dan kuis.
Model pembelajaran AIR terdiri dari tiga tahap sesuai dengan namanya,
yaitu tahap Auditory, Intellectually, dan Repetition (Meirawati dalam Yulianti,
2012). Kegiatan yang dilakukan dalam tahap Auditory adalah diskusi kelompok
dan mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa). Guru membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok dan membagikan LKS pada siswa, sedangkan siswa secara
berkelompok mengerjakan LKS dan bertanya mengenai soal LKS yang kurang
dipahami pada guru. Kegiatan dalam tahap Intellectually adalah mengerjakan
LKS dan presentasi hasil diskusi. Guru berperan untuk membimbing kelompok
belajar siswa dalam mengerjakan LKS, kemudian memberi kesempatan kepada
kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Tahap Repetition berisi
kegiatan latihan soal untuk menambah pemahaman siswa tehadap materi
yang telah dipelajari dan didiskusikan.
SMP Negeri 1 Pabelan memiliki siswa dengan kemampuan heterogen
pada tiap kelasnya, khususnya di kelas VII. Berdasarkan hasil wawancara
dengan guru Matematika kelas VII, diketahui bahwa selama mengajar, guru
sering menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok. Sebagian besar
siswa aktif berbicara di dalam kelas, khususnya saat diskusi, namun aktif dalam
arti yang negatif. Mereka aktif berbicara atau berdiskusi tentang hal-hal yang
tidak berkaitan dengan materi pelajaran, bahkan mereka seringkali tidak
memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru di kelas. Diskusi
kelompok yang terjadi lebih didominasi oleh siswa yang pandai. Ketuntasan
belajar di kelas kurang dari 50%, atau dapat dikatakan bahwa prestasi belajar
siswa rendah.
AIR merupakan salah satu model pembelajaran yang tepat jika
diterapkan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pabelan. Siswa diharapkan dapat
aktif berbicara atau berdiskusi dengan lebih terarah melalui model
pembelajaran AIR, karena yang didiskusikan adalah materi yang akan mereka
pelajari. Selain itu, di dalam model pembelajaran AIR terdapat aspek Auditory
dan Intellectually sehingga siswa tidak hanya dapat saling berdiskusi dengan
kelompoknya, tetapi siswa juga dapat belajar berpikir untuk memecahkan soal
3
atau masalah yang diberikan guru. Pengulangan (repetition) yang diberikan
guru akan lebih menambah pemahaman siswa terhadap materi yang
dipelajari.
Model pembelajaran AIR ternyata memberikan pengaruh yang positif
terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut ditunjukkan melalui hasil-hasil
penelitian sebelumnya, diantaranya penelitian Ainia (2012) terhadap siswa
Kelas VII SMP Negeri se-Kecamatan Kaligesing, yang menyatakan bahwa hasil
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR lebih baik
daripada hasil belajar siswa dengan model konvensional. Penelitian Robert
(2010) terhadap siswa kelas VII MTs Muhammadiyah I Malang dan penelitian
Mawaddah (2009) terhadap siswa SMP Negeri 3 Batu memberikan hasil yang
memuaskan dimana ketuntasan belajar siswa secara klasikal lebih dari 80%
dan siswa memberikan respon yang positif terhadap model pembelajaran AIR.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini mencoba
untuk menerapkan model pembelajaran AIR dalam pembelajaran matematika.
Penelitian ini akan menunjukkan hasil dari implementasi model pembelajaran
AIR di kelas dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu,
disusun suatu penelitian yang berjudul “Implementasi Model Pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Bangun Datar terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Pabelan”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan yaitu: “Bagaimana implementasi model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) pada materi bangun datar dan pengaruhnya
terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP N 1 Pabelan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari implementasi
model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada materi
bangun datar dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMP N 1
Pabelan.
4
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk pengembangan
model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) yang nantinya
dapat diterapkan guru di dalam kelas.
2. Manfaat Praktis
Jika penelitian ini memberikan hasil yang baik, diharapkan guru dapat
menerapkan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) di
dalam kelas. Selain itu, melalui penerapan model pembelajaran AIR,
diharapkan dapat membangkitkan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORITIS
1. Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Sudjana (2007) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Kingsley dalam Suprijono (2011) membagi tiga macam hasil
belajar, yakni: keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan
pengertian, serta sikap dan cita-cita. Gagne dalam Suprijono (2011)
membagi lima kategori hasil belajar, yakni: informasi verbal,
keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan
motoris.
Berdasarkan sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan
pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom dalam Sudijono
(2008). Klasifikasi hasil belajar Bloom secara garis besar dibagi menjadi
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk
kognitif tingkat tinggi. Pengetahuan adalah kemampuan mengingat
materi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya. Pemahaman yaitu
kemampuan untuk mengerti atau mehamami materi pelajaran setelah
materi itu diketahui dan diingat. Aplikasi yaitu kemampuan
menafsirkan atau menggunakan materi yang sudah dipelajari ke dalam
situasi baru dan kongkret. Analisis merupakan kemampuan
menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-
komponen atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.
Sintesis adalah kemampuan menghimpun bagian-bagian ke dalam
suatu keseluruhan. Evaluasi yaitu kemampuan menggunakan
pengetahuan untuk membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan
kriteria tertentu.
6
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
dan internalisasi. Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam
menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya. Reaksi
merupakan kemampuan untuk mengikutsertakan diri secara aktif
dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan
salah satu cara. Penilaian yaitu memberikan nilai terhadap suatu
kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,
dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Organisasi
berarti mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru
yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan umum.
Internalisasi adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada empat aspek ranah
psikomotoris, yakni: gerakan tubuh yang mencolok, ketepatan gerakan
yang dikoordinasikan, perangkat komunikasi nonverbal, dan
kemampuan berbicara (Kibler, Barket, dan Miles dalam Dimyati, 2002).
Gerakan tubuh yang mencolok merupakan kemampuan gerakan tubuh
yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh
yang mencolok. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan adalah
keterampilan yang berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan
yang dikoordinasikan, biasanya berhubungan dengan gerakan mata,
telinga, dan badan. Perangkat komunikasi nonverbal yaitu kemampuan
mengadakan komunikasi tanpa kata. Kemampuan berbicara berarti
kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan.
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan
belajar dan tindakan mengajar (Dimyati, 2002). Dilihat dari sisi guru,
tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan
dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses
belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil
belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam
kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa
diukur melalui tes atau ulangan harian setelah berakhirnya kegiatan
7
pembelajaran, dalam hal ini yang diukur adalah pada ranah kognitif
siswa.
Penelitian ini mengacu pada teori hasil belajar menurut Dimyati
(2002), yang menyatakan bahwa hasil belajar diukur melalui tes atau
ulangan harian setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran dimana
yang diukur adalah ranah kognitif siswa.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Slameto (2003) mengungkapkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan
yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor
individu (intern) dan faktor yang ada pada luar individu yang disebut
dengan faktor ekstern.
Faktor individu atau intern meliputi: faktor biologis, faktor
psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor biologis antara lain: kesehatan,
gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis
terganggu maka akan mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis
meliputi: intelegensi, minat dan motivasi, serta perhatian ingatan
berpikir. Faktor kelelahan meliputi: kelelahan jasmani dan rohani.
Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan
haus serta mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu akan hilang.
Faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama
dan terutama. Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan dalam
ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam
ukuran besar. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum,
hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan berdisiplin di
sekolah. Faktor masyarakat yaitu bentuk kehidupan masyarakat sekitar
yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika lingkungan siswa
adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan
terdorong untuk lebih giat belajar.
Hal yang sama diungkapkan oleh Shabri (2005) bahwa hasil
belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu
faktor dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa. Faktor
8
yang datang dari diri siswa seperti kemampuan belajar (intelegensi),
motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, faktor fisik dan psikis.
Hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan
siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan (Clark, dalam Shabri,
2005). Artinya, selain faktor dari diri siswa sendiri, masih ada faktor-
faktor di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi
hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling
dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik
kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain: ukuran kelas, suasana
belajar, serta fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.
2. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
a. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR)
Teori belajar yang mendukung model pembelajaran AIR
diantaranya adalah aliran psikologis tingkah laku, serta pendekatan
pembelajaran matematika berdasarkan paham konstruktivisme.
Tokoh-tokoh dalam aliran psikologis tingkah laku diantaranya Ausubel
dan Edward L. Thorndike. Teori Ausubel dalam Suherman (2001)
dikenal dengan belajar bermakna dan pentingnya pengulangan
sebelum pembelajaran dimulai. Belajar bermakna merupakan suatu
proses untuk mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Winataputra,
2007). Teori Thorndike dalam Suherman (2001) salah satunya
mengungkapkan the law of exercise (hukum latihan) yang pada
dasarnya menyatakan bahwa stimulus dan respon akan memiliki
hubungan satu sama lain secara kuat jika proses pengulangan sering
terjadi. Semakin banyak kegiatan pengulangan dilakukan maka
hubungan yang terjadi akan semakin bersifat otomatis. Melalui latihan
atau pengulangan yang dilakukan dan proses belajar yang terjadi
dalam mempelajari suatu konsep, akan membantu penguasaan atau
proses belajar seseorang terhadap konsep lain yang sejenis atau mirip
(Thorndike dalam Winataputra, 2007).
9
Berdasarkan pendekatan paham konstruktivisme, pembelajaran
matematika adalah proses pemecahan masalah. Paul dalam Uno
(2007) mengemukakan bahwa aliran kontruktivisme memandang
bahwa untuk belajar matematika yang terpenting adalah bagaimana
membentuk pengertian pada siswa. Siswa dalam mempelajari
matematika senantiasa membentuk pengertian sendiri. Hal ini
menekankan bahwa pada saat belajar matematika yang terpenting
adalah proses belajar siswa. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator
yang mengarahkan siswa, meluruskan, dan melengkapi sehingga
konstruksi pengetahuan yang dimiliki siswa menjadi benar. Siswa
diberi kesempatan menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan.
b. Definisi Model Pembelajaran AIR
Suyatno (2009) menyatakan bahwa model pembelajaran AIR
(Auditory, Intellectually, Repetition) merupakan salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif, sehingga karakteristik dari model
pembelajaran kooperatif terdapat dalam model pembelajaran ini.
Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda (Isjoni, 2009). Slavin dalam Isjoni (2010) mengungkapkan
bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4–6 orang dengan
struktur kelompok heterogen. Slavin dalam Isjoni (2009) juga
menyatakan tiga karakteristik dari model pembelajaran kooperatif
yaitu penghargaan kelompok, penghargaan kelompok ini diperoleh jika
kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan;
pertanggungjawaban individu, pertanggungjawaban ini
menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling
membantu dalam belajar; serta kesempatan yang sama untuk berhasil,
setiap siswa baik yang berprestasi rendah atau tinggi sama-sama
memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik
bagi kelompoknya.
Suherman dalam Yulianti (2012) mengungkapkan model
pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang menganggap
10
bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga hal,
yaitu Auditory, Intellectually, and Repetition. Auditory berarti indera
telinga digunakan dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara,
presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi.
Intellectually berarti kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan
bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi, dan
menerapkan. Repetition berarti pengulangan diperlukan dalam
pembelajaran agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa
perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas, dan kuis.
1) Auditory
Auditory berarti indera telinga digunakan dalam belajar
dengan cara menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Linksman dalam
Alhamidi (2006) mengartikan auditory dalam konteks pembelajaran
sebagai belajar dengan mendengar, berbicara pada diri sendiri, dan
juga mendiskusikan ide dan pemikiran pada orang lain.
Salah satu aktifitas belajar adalah mendengar. Tidak mungkin
materi yang disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima
dengan baik oleh siswa apabila siswa tersebut tidak menggunakan
indera pendengaran dalam arti lain mendengar. Hal ini berarti
bahwa auditory sangat penting dalam memahami materi. Guru
harus mampu untuk mengondisikan siswa agar mengoptimalkan
indera telinganya, sehingga koneksi antara telinga dan otak dapat
dimanfaatkan secara optimal. Guru dapat meminta siswa untuk
menyimak, mendengar, berbicara, presentasi, berargumen,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi sehingga menciptakan
suasana belajar yang aktif.
Terdapat beberapa strategi belajar secara auditory yang
dikemukakan oleh Meier dalam Nirawati (2009) diantaranya:
mintalah siswa untuk berpasangan, membincangkan secara
terperinci apa yang baru mereka pelajari dan bagaimana
menerapkannya; mintalah siswa mempraktikkan suatu
keterampilan atau memperagakan suatu konsep sambil
mengucapkan secara terperinci apa yang sedang mereka kerjakan;
11
serta mintalah siswa untuk berkelompok dan berbicara pada saat
mereka menyusun pemecahan masalah.
De Porter (2003) mengungkapkan strategi mengajar scara
auditory yaitu: gunakan variasi lokal (perubahan nada, kecepatan,
dan volume) dalam presentasi; mengajar sesuai dengan cara
menguji, jika menyajikan informasi dalam urutan atau format
tertentu, ujilah informasi itu dengan cara yang sama; gunakan
pengulangan, minta siswa menyebutkan kembali konsep kunci dan
petunjuk; setelah tiap segmen pengajaran, minta siswa
memberitahukan teman di sebelahnya satu hal yang dia pelajari;
nyanyikan konsep kunci atau minta siswa mengarang lagu
mengenai konsep itu; kembangkan dan dorong siswa untuk
memikirkan jembatan keledai untuk menghafal konsep kunci; serta
gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin.
2) Intellectually
Intellectually diartikan sebagai belajar berpikir dan
memecahkan masalah. Intellectually yaitu belajar dengan berpikir
untuk menyelesaikan masalah. Kemampuan berpikir perlu dilatih
melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah,
mengonstruksi, dan menerapkan.
Menurut Meier dalam Nirawati (2009), intelektual
menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran mereka
secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan suatu pengalaman tersebut. Intelektual adalah
sebagian dari merenung, mencipta, memecahkan masalah dan
membangun makna. Intelektual merupakan penciptaan makna
dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berpikir,
menyatukan pengalaman belajar. Intelektual menghubungkan
pengalaman mental, fisik, emosional, dan gerak tubuh untuk
membuat makna baru bagi diri sendiri, sarana yang digunakan
pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, dan
pengetahuan menjadi pengalaman.
Meier dalam Nirawati (2009) menyatakan bahwa belajar
intelektual yaitu belajar melalui perenungan (tafakur), mencipta,
memecahkan masalah dan membangun makna. Aspek intelektual
12
dalam belajar akan terlatih jika siswa diajak terlibat dalam aktivitas
seperti: memecahkan masalah, menganalisis pengalaman,
melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi,
merumuskan pertanyaan, dan menerapkan gagasan baru saat
belajar. Intelektual menunjukkan kegiatan pikiran siswa secara
internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk
merenungkan pengalamannya.
Terdapat beberapa kegiatan dalam intelektual diantaranya:
menganalisis, memecahkan masalah, fokus, perhatian;
menghubungkan informasi dan mensintesis; menilai,
membandingkan, memeriksa, dan mencocokkan (Meier dalam
Nirawati, 2009).
Guru harus berusaha untuk merangsang, mengarahkan,
memelihara, dan meningkatkan intensitas proses berpikir siswa
demi tercapainya pemahaman konsep yang maksimal pada siswa.
Guru harus berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil.
3) Repetition
Pengulangan merupakan salah satu prinsip dasar
pembelajaran. Dimyati (2002) mengemukakan bahwa ada tiga teori
yang menekankan pentingnya pengulangan, yaitu: teori Psikologi
Daya, teori Psikologi Asosiasi (Koneksionisme), dan teori Psikologi
Conditioning. Teori Psikologi Daya menyatakan belajar adalah
melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya
mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Melalui pengulangan, maka daya-daya
tersebut akan berkembang. Teori Psikologi Asosiasi
(Koneksionisme) dengan hukum belajar dari Thorndike yaitu “law
of exercise” mengungkapkan bahwa belajar adalah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respons, serta pengulangan
terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang
timbulya respons benar.
Terakhir, teori Psikologi Conditioning yang merupakan
perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan
pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme,
belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka
13
pada Psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena saja
oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Menurut
teori ini, perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar
merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau
respon terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan,
mengulang-ulang suatu perbuatan sehingga menjadi suatu
kebiasaan.
Davies dalam Dimyati (2002) menyatakan bahwa penguasaan
secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara
keseluruhan lebih berarti, sehingga pengulangan masih diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip
pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia
mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam
permasalahan. Melalui kesadaran ini, diharapkan siswa tidak
merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk perilaku
pembelajaran yang merupakan implikasi pengulangan diantaranya
menghapal.
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu
memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang
membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan
pengulangan (Dimyati, 2002). Hal ini perlu dimiliki oleh guru karena
tidak semua pesan pembelajaran membutuhkan pengulangan.
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan di
antaranya adalah merancang pelaksanaan pengulangan,
mengembangkan atau merumuskan soal-soal latihan,
mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus
diulang, mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan, dan
membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi.
Pengulangan yang dilakukan tidak berarti dilakukan dengan
bentuk pertanyaan ataupun informasi yang sama, melainkan dalam
bentuk informasi yang bervariatif sehingga tidak membosankan.
Melalui pemberian soal dan tugas, siswa akan mengingat informasi-
informasi yang diterimanya dan terbiasa untuk menyelesaikan
permasalahan-permasalahan matematis.
14
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR
Suherman dalam Mardina (2012) menyatakan langkah-langkah dari
model pembelajaran AIR adalah seperti pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR
No Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa AIR 1. Pendahuluan Menjelaskan model
pembelajaran AIR pada siswa agar mengerti maksud dan tujuan model pembelajaran ini.
Mendengarkan dan bertanya.
Auditory
2. Kegiatan Inti Menjelaskan garis besar materi yang akan disampaikan.
Mendengarkan dan bertanya.
Auditory
Memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi lebih lanjut secara individual maupun kelompok.
Mempelajari materi dan memecahkan masalah.
Intellectually
Mendampingi siswa. Membuat ringkasan dan menemukan ide-ide pokok materi di dalam kelas.
Intellectualy
Menghubungkan ide-ide pokok dengan kehidupan nyata atau pelajaran yang pernah dipelajari sebelumnya.
Intellectualy
Secara bergantian mempresentasikan tentang materi yang telah mereka pelajari dan siswa yang lain menanggapinya.
Auditory
3. Penutup Membimbing siswa membuat kesimpulan materi belajar.
Membuat kesimpulan.
Auditory dan Intellectualy
Memberikan tugas atau kuis.
Mengerjakan tugas atau kuis.
Repetition
Mengakhiri pembelajaran
Mendengarkan guru.
Auditory
15
Langkah-langkah model pembelajaran AIR juga diungkapkan oleh
Meirawati (Yulianti, 2012) dimana langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1) Tahap Auditory
Kegiatan guru yaitu membagi siswa menjadi beberapa
kelompok kecil, memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan
secara kelompok, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami.
Kegiatan siswa adalah siswa menuju kelompoknya masing-
masing yang telah dibentuk oleh guru, siswa menerima LKS yang
diberikan oleh guru untuk dikerjakan secara kelompok, dan siswa
bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami kepada guru.
2) Tahap Intellectually
Kegiatan guru yaitu membimbing kelompok belajar siswa
untuk berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok sehingga
dapat menyelesaikan LKS, memberi kesempatan kepada beberapa
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya, serta
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya
dan mengemukakan pendapatnya.
Kegiatan siswa: mengerjakan soal LKS secara berkelompok
dengan mencermati contoh-contoh soal yang telah diberikan,
mempresentasikan hasil kerjanya secara berkelompok yang telah
selesai mereka kerjakan, siswa dari kelompok lain bertanya dan
mengungkapkan pendapatnya, sedangkan kelompok lain yang
mempresentasikan menjawab dan mempertahankan hasil kerjanya.
3) Tahap Repetition
Kegiatan guru: memberikan latihan soal individu kepada
siswa; dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara
lisan tentang materi yang telah dibahas.
Kegiatan siswa: mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh
guru secara individu, serta menyimpulkan secara lisan tentang
materi yang telah dibahas.
16
B. HASIL KAJIAN LAIN YANG RELEVAN
Terdapat beberapa hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan
penelitian ini, di antaranya adalah penelitian Qurotuh Ainia (2012), penelitian
Robert (2010), dan penelitian Emi Naziatul Mawaddah (2009). Penelitian
Qurotuh Ainia (2012) yang berjudul “Eksperimentasi Model Pembelajaran
Auditory Intellectualy Repetition (AIR) terhadap Prestasi Belajar dalam
Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Karakter Belajar pada Siswa Kelas VII
SMP Negeri Se-Kecamatan Kaligesing Tahun Pelajaran 2011/2012”,
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran AIR lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan model
pembelajaran konvensional.
Robert (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Model
Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dalam Pembelajaran
Matematika pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah I Malang”, diketahui
bahwa tingkat aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR
cukup baik dengan persentase 77%, siswa yang menyukai model pembelajaran
AIR sebanyak 80%, dan hasil belajar siswa menunjukkan ketuntasan belajar
siswa secara klasikal yaitu 88,46%.
Penelitian Emi Naziatul Mawaddah (2009) yang berjudul “Kreativitas
dan Hasil Belajar Matematika dalam Model Pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR) di SMP Negeri 3 Batu”, menyatakan bahwa
setelah diterapkan model pembelajaran AIR, tingkat kreatifitas siswa dalam
satu kelas mencapai rata-rata 68,68%, ketuntasan belajar klasikal sebesar
86,84%, dan sebanyak 89,47% siswa senang pada kegiatan pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran AIR.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Qurotuh Ainia (2012), yang
menyatakan bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran AIR lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan model
konvensional. Melalui penelitian ini, diharapkan terdapat pengaruh yang
positif dari implementasi model pembelajaran AIR terhadap hasil belajar
siswa, atau dengan kata lain hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran AIR diharapkan lebih baik daripada hasil belajar siswa saat
menggunakan model konvensional.
17
C. KERANGKA BERPIKIR
Model pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang menganggap
bahwa suatu pembelajaran akan efektif jika memperhatikan tiga aspek, yaitu
Auditory, Intellectually, dan Repetition. Aspek auditory berkaitan dengan
indera telinga siswa, dimana siswa belajar dengan mendengar, berdiskusi, dan
presentasi. Intellectually yaitu siswa belajar untuk berpikir dan memecahkan
masalah. Repetition yang berarti siswa perlu diberi kegiatan pengulangan
materi melalui latihan soal, pemberian tugas, atau kuis dengan tujuan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari lebih mendalam. Ketiga
aspek tersebut jika dintegrasikan tentu dapat mendukung hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, diharapkan melalui implementasi model
pembelajaran AIR dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penjelasan
tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
D. HIPOTESIS
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir, maka dirumuskan
hipotesis penelitian ini adalah hasil belajar siswa pada implementasi model
pembelajaran AIR lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan implementasi
model pembelajaran konvensional.
Implementasi Model Pembelajaran AIR
Hasil Belajar
18
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen semu.
Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan sebab-akibat dengan cara membandingkan hasil kelompok
eksperimen yang diberikan perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak
diberikan perlakuan. Penelitian ini termasuk eksperimen semu karena
kelompok kontrol tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
B. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VII sebanyak 212 siswa
yang tersebar ke dalam enam kelas, yaitu kelas VII A sampai dengan kelas VII
F. Kemampuan siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Pabelan merata, sehingga tidak
ada kelas unggulan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple
Random Sampling dimana setiap kelas memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel. Berdasarkan hasil pengambilan sampel, kelas VII C dan
VII D terpilih untuk menjadi sampel, sehingga sampel dari penelitian ini adalah
siswa kelas VII C dan kelas VII D. Kelas VII C sebagai kelas eksperimen,
sedangkan kelas VII D sebagai kelas kontrol. Jumlah siswa di kelas VII C
sebanyak 36 orang dan jumlah siswa di kelas VII D sebanyak 33 orang.
C. SETTING PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan mulai bulan April sampai dengan Mei 2013 di
SMP Negeri 1 Pabelan, Jalan Raya Salatiga – Bringin Km 8. Jadwal penelitian
yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Pabelan ditunjukkan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian di SMP Negeri 1 Pabelan
No. Hari, Tanggal Kegiatan 1. Rabu, 3 April 2013 Wawancara dengan guru Matematika 2. Kamis, 18 April 2013 Uji Coba Soal Pretest di Kelas VII F 3. Sabtu, 20 April 2013 Pretest di kelas VII D 4. Jumat, 26 April 2013 Pretest di kelas VII C 5. Senin, 29 April 2013 Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII D
menggunakan model pembelajaran konvensional
20
6. Jumat, 3 Mei 2013 Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII C menggunakan model pembelajaran AIR
7. Sabtu, 4 Mei 2013 Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII C menggunakan model pembelajaran AIR
8. Senin, 6 Mei 2013 Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII D menggunakan model pembelajaran konvensional
9. Jumat, 10 Mei 2013 Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII C menggunakan model pembelajaran AIR
10. Senin, 13 Mei 2013 Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII D menggunakan model pembelajaran konvensional
11. Sabtu, 11 Mei 2013 Posttest di kelas VII C 12. Kamis, 16 Mei 2013 Posttest di kelas VII D
D. DESAIN PENELITIAN
Desain dari penelitian eksperimen ini menggunakan model
Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design yang dapat
digambarkan seperti berikut ini:
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 - T2
Gambar 3.1 Model Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design
Keterangan:
T1 : Pretest (tes awal)
T2 : Posttest (tes akhir)
X : perlakuan dengan model pembelajaran Auditory Intellectually
Repetition (AIR)
E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
Model pembelajaran AIR adalah model pembelajaran yang
diterapkan pada kelas eskperimen yaitu kelas VII C. Model pembelajaran
ini terdiri dari tiga tahap yaitu:
a. Tahap Auditory
Kegiatan guru yaitu membagi siswa menjadi beberapa
kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 5 atau 6
orang, memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan secara
berkelompok, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami. Kegiatan siswa
21
adalah siswa menuju kelompoknya masing-masing yang telah
dibentuk oleh guru, siswa menerima LKS yang diberikan oleh guru
untuk dikerjakan secara berkelompok, dan siswa bertanya mengenai
soal LKS yang kurang dipahami kepada guru.
b. Tahap Intellectually
Kegiatan guru yaitu membimbing kelompok belajar siswa
untuk berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok sehingga dapat
menyelesaikan LKS, memberi kesempatan kepada beberapa
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya, serta
memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan
mengemukakan pendapatnya. Kegiatan siswa: mengerjakan soal LKS
secara berkelompok dengan mencermati contoh-contoh soal yang
telah diberikan, mempresentasikan hasil kerjanya secara
berkelompok yang telah selesai mereka kerjakan, siswa dari
kelompok lain bertanya dan mengungkapkan pendapatnya,
sedangkan kelompok yang presentasi menjawab dan
mempertahankan hasil kerjanya.
c. Tahap Repetition
Kegiatan guru: memberikan latihan soal individu kepada
siswa; dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara
lisan tentang materi yang telah dibahas. Kegiatan siswa:
mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru secara individu,
serta menyimpulkan secara lisan tentang materi yang telah dibahas.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan nilai yang diperoleh siswa setelah
mengikuti tes atau ulangan harian dimana yang diukur adalah ranah
kognitif siswa. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini diperoleh dari nilai
pretest dan posttest siswa.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah instrumen
tes berupa soal-soal yang diberikan dalam bentuk pretest dan posttest. Tes
diberikan kepada siswa secara individual untuk mengukur hasil belajar siswa.
Tes tertulis dilaksanakan sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan pada
kedua kelas (kelompok). Pretest dilaksanakan sebelum kedua kelompok
22
diberikan pembelajaran untuk mengukur kemampuan awal siswa, sementara
posttest diberikan setelah kedua kelompok diberikan pembelajaran. Berikut ini
adalah kisi-kisi dari instrumen tes.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator No. Soal
6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang.
Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang dan persegi ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya.
1, 2, 11
6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakan-nya dalam pemecahan masalah.
Menghitung keliling dan luas dari bangun persegi panjang dan persegi.
3, 4, 5, 6, 12,
13, 14, 15, 16
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas dari bangun persegi panjang dan persegi.
7, 8, 9, 10, 17, 18, 19,
20
1. Uji Validitas Instrumen Tes
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur melakukan fungsi ukurannya dan mampu memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran. Teknik yang digunakan
untuk mengetahui validitas instrumen adalah teknik korelasi Product
Moment dari Pearson.
Uji coba soal pretest dilakukan pada siswa kelas VII F. Uji
validitas soal dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel. Kriteria soal
dinyatakan valid jika nilai r > r tabel. Nilai r tabel untuk n = 35 dengan
taraf signifikansi 5% adalah 0,325. Soal dikatakan valid jika nilai
r > 0,325. Hasil perhitungan uji validitas soal dapat ditunjukkkan pada
Tabel 3.3.
23
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Soal
No. Soal r Keterangan No. Soal r Keterangan 1 0,441 Valid 16 0,382 Valid 2 0,006 Tidak Valid 17 0,305 Tidak Valid 3 0,333 Valid 18 0,035 Tidak Valid 4 0,441 Valid 19 0,282 Tidak Valid 5 0,222 Tidak Valid 20 0,520 Valid 6 0,291 Tidak Valid 21 0,600 Valid 7 0,355 Valid 22 0,330 Valid 8 0,386 Valid 23 0,500 Valid 9 0,762 Valid 24 0,401 Valid 10 0,421 Valid 25 0,573 Valid 11 0,237 Tidak Valid 26 0,609 Valid 12 0,474 Valid 27 0,725 Valid 13 0,596 Valid 28 0,362 Valid 14 0,660 Valid 29 0,402 Valid 15 0,471 Valid 30 0,238 Tidak Valid Berdasarkan hasil uji validitas, terdapat 8 soal yang tidak valid
dan 22 soal yang valid. Soal-soal yang valid kemudian digunakan untuk
analisis pretest, sedangkan soal yang tidak valid dianggap sebagai soal
yang gugur. Soal tersebut dibuang dan tidak digunakan lagi dalam
analisis. Dari 22 soal yang valid diambil 20 soal untuk diuji
reliabilitasnya.
2. Uji Reliabilitas Instrumen Tes
Reliabilitas instrumen adalah ketepatan atau keajegan
instrumen tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapan
pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang
sama. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan
Rumus Alpha.
Selanjutnya, dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien
reliabilitas (푟 ) pada umunya digunakan patokan sebagai berikut
(Sudijono, 2008):
a. Apabila 푟 sama dengan atau lebih besar dari 0,70 berarti
instrumen yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan telah
memiliki reliabilitas yang tinggi (reliable).
b. Apabila 푟 lebih kecil dari 0,70 berarti bahwa instrumen yang
sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas
yang tinggi (unreliable).
24
Uji reliabilitas menggunakan Rumus Alpha dengan bantuan SPSS
17.00. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat ditunjukkan pada Tabel
3.4.
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Soal
Cronbach's Alpha N of Items
.837 20
Berdasarkan Tabel 3.4, diketahui bahwa koefisien reliabilitas
Alpha sebesar 0,837. Nilai tersebut lebih besar dari 0,70 sehingga dapat
disimpulkan bahwa soal yang diuji telah memiliki reliabilitas yang tinggi.
3. Analisis Tingkat Kesukaran Instrumen Tes
Tingkat kesukaran soal dapat diketahui dari besar kecilnya angka
indeks kesukaran soal. Angka indeks kesukaran item itu besarnya
berkisar antara 0 sampai dengan 1. Makin besar angka indeks kesukaran
makin mudah soal tersebut, sebaliknya makin kecil tingkat kesukaran
makin sukar soal tersebut.
Angka indeks kesukaran soal itu dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Du Bois dalam Sudijono
(2008), yaitu:
푃 =푁푁
Di mana:
푃 = proporsi = angka indeks kesukaran soal.
푁 = banyaknya siswa yang dapat menjawab dengan betul terhadap
butir soal yang bersangkutan.
푁 = jumlah siswa yang mengikuti tes.
Selanjutnya, penafsiran terhadap angka indeks kesukaran soal
dikemukakan oleh Witherington dalam Sudijono (2008) sebagai berikut:
Besarnya 푷 Interpretasi Kurang dari 0,25 Sukar 0,25 – 0,75 Sedang Lebih dari 0,75 Mudah
Analisis tingkat kesukaran dilakukan setelah pengujian validitas
dan reliabilitas instrumen. Hasil perhitungan analisis tingkat kesukaran
soal dapat dilihat pada Tabel 3.5.
25
Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal
No. Soal P Keterangan No. Soal P Keterangan 1 0,77 Mudah 11 0,83 Mudah 2 0,97 Mudah 12 0,60 Sedang 3 0,80 Mudah 13 0,37 Sedang 4 0,54 Sedang 14 0,91 Mudah 5 0,80 Mudah 15 0,80 Mudah 6 0,74 Sedang 16 0,86 Mudah 7 0,51 Sedang 17 0,71 Sedang 8 0,77 Mudah 18 0,91 Mudah 9 0,71 Sedang 19 0,66 Sedang
10 0,77 Mudah 20 0,77 Mudah Berdasarkan Tabel 3.5 diketahui bahwa dari 20 soal, terdapat 12
soal dengan kategori mudah dan 8 soal dengan kategori sedang.
4. Analisis Daya Pembeda Instrumen Tes
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk
dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi (pandai),
dengan siswa yang kemampuannya rendah (bodoh). Daya pembeda soal
dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi
soal, yang pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian siswa ke dalam
dua kelompok, yaitu kelompok atas (pandai) dan kelompok bawah
(bodoh). Cara penentuan kedua kelompok itu yaitu dengan mengambil
27% dari siswa yang termasuk kelompok atas dan 27% dari siswa yang
termasuk dalam kelompok bawah (Sudijono, 2008).
Besar kecilnya angka indeks diskriminasi soal dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
퐷 = 푃 − 푃
퐷 =퐵퐽−퐵퐽
Di mana:
퐷 = angka indeks diskriminasi soal.
푃 = proporsi siswa kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul
butir soal yang bersangkutan.
푃 = proporsi siswa kelompok bawah yang dapat menjawab dengan
betul butir soal yang bersangkutan.
퐵 = banyaknya siswa kelompok atas yang dapat menjawab dengan
betul butir soal yang bersangkutan.
26
퐽 = jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok atas.
퐵 = banyaknya siswa kelompok bawah yang dapat menjawab dengan
betul butir soal yang bersangkutan.
퐽 = jumlah siswa yang termasuk dalam kelompok bawah.
Sudijono (2008) mengungkapkan patokan yang umumnya
digunakan dalam interpretasi angka indeks diskriminasi adalah sebagai
berikut:
Besarnya Angka Indeks Diskriminasi Item (푫)
Klasifikasi Interpretasi
Kurang dari 0,20 Poor Daya pembedanya lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik.
0,20 – 0,40 Satisfactory Daya pembedanya cukup. 0,40 – 0,70 Good Daya pembedanya baik. 0,70 – 1,00 Excellent Daya pembedanya baik sekali. Bertanda negatif - Daya pembedanya negatif
(jelek sekali). Hasil perhitungan analisis daya beda soal dapat dilihat pada
Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Hasil Analisis Daya Beda Soal
No. Soal D Keterangan No. Soal
D Keterangan
1 0,22 Cukup 11 0,33 Cukup 2 0,11 Jelek 12 0,78 Baik sekali 3 0,22 Cukup 13 0,67 Baik 4 0,44 Baik 14 0,22 Cukup 5 0,78 Baik sekali 15 0,56 Baik 6 0,78 Baik sekali 16 0,22 Cukup 7 0,67 Baik 17 0,67 Baik 8 0,56 Baik 18 0,33 Cukup 9 0,78 Baik sekali 19 0,33 Cukup 10 0,56 Baik 20 0,56 Baik Berdasarkan Tabel 3.6, diketahui bahwa dari 20 soal tes yang
valid dan reliabel terdapat 1 soal yang memiliki daya pembeda jelek, 7
soal dengan daya pembeda cukup, 8 soal dengan daya pembeda baik,
dan 4 soal dengan daya pembeda yang baik sekali.
G. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data berupa tes dan dokumentasi. Tes digunakan
untuk memperoleh data hasil belajar matematika siswa yang terdiri dari
27
pretest dan posttest. Pretest diberikan sebelum diterapkan model
pembelajaran AIR, sedangkan posttest diberikan setelah model pembelajaran
AIR diterapkan di kelas. Dokumentasi untuk mengetahui kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa selama di kelas.
H. TEKNIK ANALISIS DATA
1. Statistik Deskriptif
Analisis data menggunakan statistik deskriptif meliputi penyajian data
melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan mean, dan
perhitungan persentase.
2. Statistik Inferensial
Analisis data menggunakan statistik inferensial meliputi:
a. Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normalitas data dari
distribusi nilai di setiap kelas, baik kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Uji normalitas data dilakukan dengan program
SPSS 17.00 menggunakan Kolmogorov Smirnov Test. Aturan
pengujian normalitas data adalah sebagai berikut:
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berditribusi normal
Kriterianya adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima,
sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka H1 yang diterima.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai
variansi yang sama atau tidak. Selain itu, uji homogenitas juga
digunakan untuk menentukan uji t yang sesuai. Uji t yang
dilakukan bila kedua kelas homogen adalah uji t dengan asumsi
variansi kedua kelas sama (equal variances assumed), sedangkan
bila kedua kelas tidak homogen, uji t yang dilakukan adalah uji t
dengan asumsi variansi kedua kelas tidak sama (equal variances
not assumed). Aturan pengujian homogenitas data adalah
sebagai berikut:
H0 : variansi kedua kelas sama (homogen)
28
H1 : variansi kedua kelas tidak sama (tidak homogen)
Kriterianya adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima,
sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka H1 yang diterima.
b. Uji Perbedaan Rata-rata
1) Uji t ( t-test)
Uji t (t-test) dilakukan dengan bantuan SPSS 17.0 untuk menguji
perbedaan rata-rata antara kelas ekperimen dan kelas kontrol.
Uji t (t-test) digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan
hasil belajar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran
AIR (kelas eksperimen) dan siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional (kelas kontrol). Aturan uji perbedaan
rata-rata adalah sebagai berikut:
H0 : 휇 ≤ 휇 (hasil belajar kelas eskperimen lebih kecil atau
sama dengan hasil belajar kelas kontrol)
H1 : 휇 > 휇 (hasil belajar kelas eskperimen lebih besar dari
hasil belajar kelas kontrol)
Kriterianya adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima,
sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka H1 yang diterima.
2) Mann-Whitney U test
Mann-Whitney U test dilakukan dengan bantuan SPSS 17.00
untuk menguji perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Uji ini digunakan jika distribusi nilai kelas
eksperimen dan kelas kontrol tidak normal. Aturan pengujiannya
adalah sebagai berikut:
H0 : 휇 ≤ 휇 (hasil belajar kelas eskperimen lebih kecil atau
sama dengan hasil belajar kelas kontrol)
H1 : 휇 > 휇 (hasil belajar kelas eskperimen lebih besar dari
hasil belajar kelas kontrol)
Kriterianya adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka H0 diterima,
sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka H1 yang diterima.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII C dan VII D SMP Negeri 1
Pabelan. Kelas VII C sebagai kelas eskperimen yaitu kelas yang mendapat
perlakuan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR),
sedangkan kelas VII D sebagai kelas kontrol yang berarti kelas ini mendapat
perlakuan model pembelajaran konvensional. Jumlah siswa kelas VII C dan VII
D masing-masing adalah 36 siswa dan 33 siswa.
B. DESKRIPSI HASIL PRETEST
1. Analisis Deskriptif Nilai Pretest
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai awal
kedua kelas sebelum diberi perlakuan. Tabel 4.1 menunjukkan hasil
analisis deskriptif yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS
17.00.
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Pretest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 36 30 100 68.19 17.572
Kontrol 32 40 95 69.06 13.938
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa kelas
eksperimen mempunyai nilai rata-rata 68,19, nilai minimum 30 dan nilai
maksimum 100. Kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 69,06, nilai
minimum 40 dan nilai maksimum 95. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan rata-rata yang cukup besar antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
2. Uji Normalitas Nilai Pretest
Uji normalitas pretest digunakan untuk mengetahui normalitas
data dari distribusi nilai di setiap kelas, baik kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS 17.00
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Aturan yang digunakan dalam uji
normalitas adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka nilai di kelas
berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka nilai
30
tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas nilai
pretest dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest
KELAS
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
EKSPERIMEN .100 36 .200*
KONTROL .135 32 .144
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan Tabel 4.2, diperoleh nilai signifikan untuk kelas
ekperimen adalah 0,200 > 0,05 dan kelas kontrol adalah 0,144 > 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai pretest kedua kelas berdistribusi
normal.
Selain itu, normalitas data dari distribusi nilai kedua kelas dapat
dilihat pada grafik normalitas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1
dan Gambar 4.2.
Gambar 4.1 Grafik Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen (VII C)
31
Gambar 4.2 Grafik Normalitas Nilai Pretest Kelas Kontrol (VII D)
3. Uji Homogenitas Nilai Pretest
Uji homogenitas digunakan untuk menentukan uji t yang sesuai.
Uji t yang dilakukan bila variansi kedua kelas sama (homogen) adalah uji t
dengan asumsi variansi hasil pretest kedua kelas sama (equal variances
assumed), sedangkan bila variansinya tidak homogen, uji t yang dilakukan
adalah uji t dengan asumsi variansi hasil pretest kedua kelas tidak sama
(equal variances not assumed). Uji homogenitas dalam penelitian ini
menggunakan program SPSS 17.00 dengan uji Anova Test of Homogeneity
of Variances. Aturan yang digunakan dalam uji homogenitas adalah jika
nilai signifikan > 0,05 maka variansi nilai kedua kelas sama (homogen),
sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka variansi nilai kedua kelas tidak
homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas nilai pretest dapat dilihat
pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.781 1 66 .100
32
Berdasarkan Tabel 4.3, didapatkan nilai signifikan adalah
0,100 > 0,05 sehingga nilai pretest kedua kelas mempunyai varian yang
sama (homogen).
4. Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Pretest
Uji beda rata-rata dua sampel nilai pretest digunakan untuk
mengetahui apakah kedua kelas mempunyai kemampuan awal yang sama
atau tidak. Perhitungan ini menggunakan program SPSS 17.00 yang
dilakukan dengan Independent Sampel t-test. Aturan yang digunakan
dalam uji beda rata-rata dua sampel adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka
kemampuan awal kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas
kontrol, sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka kemampuan awal kelas
eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Hasil perhitungan tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Pretest
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
F Sig. t Df Sig. (2-tailed)
Mean Differe
nce
Std. Error
Difference Lower Upper
Equal variances assumed
2.781 .100 -.224 66 .824 -.868 3.880 -8.614 6.878
Equal variances not assumed
-.227 65.200 .821 -.868 3.827 -8.511 6.775
Berdasarkan uji homogenitas yang telah dilakukan, diketahui
bahwa nilai pretest kedua kelas mempunyai varian yang sama (homogen)
sehingga dipilih Equal variances assumed untuk dipergunakan dalam uji t.
33
Uji t (t-test) menunjukkan nilai signifikan sebesar 0,824 > 0,05 maka dapat
disimpulkan kemampuan awal kelas eksperimen lebih kecil atau sama
dengan kelas kontrol.
Selain itu, jika melihat dari nilai t hitung, diketahui bahwa t hitung =
-0,224. Nilai t tabel dengan Df = 66 untuk uji pihak kanan (one-tailed)
adalah 1,671. Berdasarkan hasil perhitungan, ternyata t hitung lebih kecil
dari t tabel (-0,224 < 1.671) sehingga H0 diterima. Jadi, kesimpulannya
kemampuan awal kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas
kontrol. Karena kemampuan awal kedua kelas sama, kedua kelas dapat
diberi perlakuan model pembelajaran. Kelas eksperimen mendapat
perlakuan model pembelajaran AIR, sedangkan kelas kontrol mendapat
perlakuan model pembelajaran konvensional.
C. DESKRIPSI HASIL POSTTEST
1. Analisis Deskriptif Nilai Posttest
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai akhir
kedua kelas setelah diberi perlakuan. Tabel 4.5 menunjukkan hasil analisis
deskriptif yang diperoleh dengan menggunakan program SPSS 17.00.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Posttest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Eksperimen 34 40 100 79.85 18.319
Kontrol 33 50 100 79.55 14.327
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa kelas eksperimen
mempunyai nilai rata-rata 79,85, nilai minimum 40 dan nilai maksimum
100. Kelas kontrol mempunyai nilai rata-rata 79,55, nilai minimum 50 dan
nilai maksimum 100. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan rata-rata yang cukup besar antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
2. Uji Normalitas Nilai Posttest
Uji normalitas posttest digunakan untuk mengetahui normalitas
data dari distribusi nilai di setiap kelas, baik kelas eksperimen maupun
kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan program SPSS 17.00
menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Aturan yang digunakan dalam uji
normalitas adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka nilai di kelas
34
berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka nilai
tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas nilai
posttest dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Nilai Posttest
Berdasarkan Tabel 4.6, diperoleh nilai signifikan untuk kelas
ekperimen adalah 0,006 < 0,05 dan kelas kontrol adalah 0,003 < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai posttest kedua kelas tidak
berdistribusi normal.
Selain itu, normalitas data dari distribusi nilai kedua kelas dapat
dilihat pada grafik normalitas pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 yang
menunjukkan bahwa distribusi nilai posttest kedua kelas tidak normal.
Gambar 4.3 Grafik Normalitas Nilai Posttest Kelas Eksperimen (VII C)
KELAS
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
EKSPERIMEN .181 34 .006
KONTROL .194 33 .003
a. Lilliefors Significance Correction
35
Gambar 4.4 Grafik Normalitas Nilai Posttest Kelas Kontrol (VII D)
3. Distribusi Frekuensi Nilai Posttest
Hasil belajar berupa nilai posttest siswa dapat dideskripsikan dalam
dua cara yaitu berdasarkan kategori hasil belajar dan pencapaian hasil
belajar. Deskripsi hasil belajar berdasarkan kategori dapat dilihat pada
Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest
Kategori Range Kelas VII C Kelas VII D Jumlah Persentase Jumlah Persentase
TINGGI 81 – 100 16 47% 18 55% SEDANG 61 – 80 11 32% 8 24% RENDAH 40 – 60 7 21% 7 21%
Berdasarkan Tabel 4.7, diketahui bahwa di kelas VII C sebanyak
16 siswa (47%) memiliki hasil belajar yang tinggi, 11 siswa (32%) memiliki
hasil belajar sedang, dan hasil belajar rendah dimiliki oleh 7 siswa (21%).
Kemudian, hasil belajar tinggi dicapai oleh 18 siswa (55%) di kelas VII D,
8 siswa (24%) memiliki hasil belajar sedang, dan 7 siswa (21%) memiliki
hasil belajar rendah. Jika melihat pada kategori hasil belajar tinggi, dapat
diketahui bahwa persentase siswa yang mencapai hasil belajar tinggi di
kelas VII D lebih besar daripada persentase di kelas VII C.
36
Deskrpsi hasil belajar berdasarkan pencapaian hasil belajar dapat
dilihat pada Tabel 4.8. Pencapaian hasil belajar dapat dilihat dari
banyaknya siswa yang mencapai nilai KKM atau di atas nilai KKM. KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan sekolah adalah 70.
Tabel 4.8 Pencapaian Hasil Belajar
Nilai Kelas VII C Kelas VII D Jumlah Persentase Jumlah Persentase
≥ 70 26 76,5% 25 75,8% Berdasarkan Tabel 4.8, dapat diketahui bahwa pencapaian hasil
belajar dari kelas VII C adalah 76,5% dan kelas VII D adalah 75,8%. Artinya,
pencapaian hasil belajar kelas VII C lebih baik daripada kelas VII D,
meskipun selisih persentasenya kecil yaitu hanya 0,7%.
4. Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Posttest
Uji beda rata-rata dua sampel nilai posttest digunakan untuk
mengetahui apakah hasil belajar kelas eksperimen lebih besar daripada
hasil belajar kelas kontrol. Hasil pengujian normalitas terhadap distribusi
nilai posttest menunjukkan bahwa nilai posttest di kedua kelas tidak
berdistribusi normal, sehingga untuk menguji beda rata-rata nilai posttest
kedua kelas dilakukan dengan Mann-Whitney U Test. Perhitungan ini
menggunakan bantuan program SPSS 17.00. Aturan yang digunakan dalam
uji beda rata-rata dua sampel adalah jika nilai signifikan > 0,05 maka hasil
belajar kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas kontrol,
sedangkan jika nilai signifikan < 0,05 maka hasil belajar kelas eksperimen
lebih besar dari kelas kontrol. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Hasil Uji Beda Rata-rata Dua Sampel Nilai Posttest
Nilai Posttest
Mann-Whitney U 527.500
Wilcoxon W 1088.500
Z -.424
Asymp. Sig. (2-tailed) .671
a. Grouping Variable: KELAS
Berdasarkan Tabel 4.9, diketahui bahwa nilai signifikansi adalah
0,671 > 0,05 sehingga hasil belajar kelas eksperimen lebih kecil atau sama
dengan kelas kontrol. Selain itu, jika melihat dari nilai Z hitung, diketahui
37
bahwa Z hitung = -0,424. Nilai Z tabel untuk 훼 = 5% adalah 1,645.
Berdasarkan hasil perhitungan, ternyata Z hitung lebih kecil dari Z tabel
(-0,424 < 1.645) sehingga H0 diterima. Jadi, kesimpulannya hasil belajar
kelas eksperimen lebih kecil atau sama dengan kelas kontrol.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada model
pembelajaran AIR lebih kecil atau sama dengan hasil belajar siswa pada model
konvensional. Hasil ini tentu saja bertolak belakang dengan hasil penelitian
yang diharapkan, bahkan hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa hasil
belajar siswa pada model pembelajaran AIR lebih besar atau lebih baik
daripada hasil belajar siswa pada model konvensional. Hal itu terjadi karena
terdapat faktor-faktor yang turut berpengaruh dalam implementasi model
pembelajaran AIR di kelas. Faktor-faktor tersebut terbagi menjadi tiga yaitu
faktor dari siswa, guru, dan kondisi kelas.
1. Faktor dari Siswa
Faktor yang berasal dari siswa di antaranya adalah partisipasi dan
keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, serta perhatian siswa
saat kegiatan diskusi maupun presentasi. Selama kegiatan pembelajaran
di dalam kelas, tidak semua siswa berpartisipasi secara aktif dalam
kegiatan diskusi kelompok, bahkan terdapat siswa yang tidak berdiskusi
dan mengganggu siswa dari kelompok lain. Selain itu, terdapat siswa
yang tidak memperhatikan saat kegiatan diskusi maupun presentasi. -
2. Faktor dari Guru
Faktor dari guru di antaranya adalah penguasaan guru tentang
model pembelajaran AIR dan penguasaan kelas atau kemampuan guru
dalam mengontrol kelas. Model pembelajaran AIR merupakan salah satu
model pembelajaran baru sehingga guru harus benar-benar menguasai
tiap aspek dan langkah-langkah dari model pembelajaran ini. Penguasaan
guru tentang model pembelajaran AIR dalam penelitian ini dapat
dikatakan cukup, meskipun dalam pelaksanaannya masih terdapat
kekurangan. Guru harus lebih menekankan ketiga aspek model AIR
(Auditory, Intellectually, dan Repetition) dalam proses pembelajaran.
Selain itu, jika melihat dari faktor penguasaan kelas, guru dalam proses
38
penelitian kurang menguasai atau mengontrol kelas. Suasana kelas yang
terlalu ramai dan ukuran kelas menjadi faktor penyebabnya. Guru
seharusnya dapat lebih menguasai kelas sehingga kegiatan pembelajaran
dapat terkontrol dengan baik.
3. Faktor dari Kondisi Kelas
Ukuran kelas yang terlalu besar dengan jumlah siswa lebih dari 30
orang berpengaruh terhadap kondisi kelas. Kelas dengan ukuran yang
terlalu besar membuat suasana kelas menjadi kurang kondusif untuk
kegiatan pembelajaran. Pembentukan kelompok dalam model
pembelajaran AIR menjadi kurang efektif jika diterapkan pada ukuran
kelas yang besar.
E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari implementasi
model pembelajaran AIR pada materi bangun datar terhadap hasil belajar
siswa kelas VII SMP N 1 Pabelan. Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu
kelas VII C sebagai kelas eksperimen dan kelas VII D sebagai kelas kontrol.
Kedua kelas tersebut diberi pretest sebelum diberi perlakuan model
pembelajaran, untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelas. Analisis data
nilai pretest menyatakan bahwa kedua kelas memiliki distribusi nilai yang
normal dan homogen. Hasil analisis uji t (t-test) ternyata menunjukkan bahwa
kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama sehingga kedua kelas dapat
diberi perlakuan model pembelajaran.
Kemampuan akhir kedua kelas dapat diketahui melalui posttest yang
dilakukan setelah kedua kelas mendapat perlakuan model pembelajaran.
Analisis data nilai posttest menunjukkan bahwa nilai posttest kedua kelas tidak
berdistribusi normal. Hasil analisis Mann-Whitney U test menunjukkan nilai
signifikan 0,671 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar kelas VII C
(model pembelajaran AIR) lebih kecil atau sama dengan hasil belajar kelas VII
D (model pembelajaran konvensional). Hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa hasil belajar siswa pada implementasi model pembelajaran AIR lebih
baik daripada hasil belajar siswa dengan implementasi model pembelajaran
konvensional ditolak.
Hasil penelitian ini tentu bertolak belakang dengan hasil penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian Ainia (2012) terhadap siswa Kelas VII SMP Se-
39
Kecamatan Kaligesing. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa prestasi
belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR lebih baik
daripada prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pabelan justru
menyatakan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran AIR tidak jauh berbeda atau sama dengan hasil belajar siswa
pada model pembelajaran konvensional.
Perbedaan hasil belajar yang tidak signifikan dari kelas VII C dan VII D
berdasarkan hasil uji dengan bantuan SPSS disebabkan oleh beberapa faktor.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa terdapat tiga faktor yang
turut berpengaruh dalam implementasi model pembelajaran AIR yaitu faktor
dari siswa, guru, dan kondisi kelas. Ketiga faktor tersebut tidak hanya
berpengaruh pada proses pembelajaran, tetapi juga pada hasil belajar siswa.
Hal ini berarti model pembelajaran belum tentu berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa. Faktor dari siswa yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini
adalah partisipasi, keaktifan, dan perhatian siswa dalam kegiatan diskusi
maupun presentasi. Selama kegiatan pembelajaran di dalam kelas, tidak
semua siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi kelompok,
bahkan terdapat siswa yang tidak berdiskusi dan mengganggu siswa dari
kelompok lain. Selain itu, terdapat siswa yang tidak memperhatikan saat
kegiatan diskusi maupun presentasi. Hal itu menyebabkan suasana kelas
menjadi ramai dan kurang kondusif untuk kegiatan pembelajaran.
Faktor dari guru yaitu penguasaan guru tentang model pembelajaran
AIR dan kemampuan guru dalam mengontrol atau menguasai kelas. Tingkat
penguasaan guru tentang model pembelajaran AIR dapat dikatakan cukup,
meskipun masih terdapat kekurangan dalam praktiknya. Guru selama proses
pembelajaran kurang menguasai kelas. Ukuran kelas yang terlalu besar dan
suasana kelas yang terlalu ramai membuat guru sulit untuk mengontrol kelas.
Faktor kondisi kelas yaitu ukuran kelas yang terlalu besar. Ukuran kelas
yang besar membuat suasana kelas menjadi ramai karena jumlah siswa yang
cukup banyak. Pembentukan kelompok kurang efektif jika diterapkan pada
kelas besar karena tidak semua siswa berdiskusi dengan kelompoknya.
Selain ketiga faktor yang telah dijelaskan, terdapat faktor-faktor lain
yang turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal tersebut didukung oleh
pendapat Clark dalam Shabri (2005) yang menyatakan bahwa hasil belajar
40
siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi, kemampuan siswa kelas VII C dan VII D
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar mereka. Faktor lingkungan dalam
penelitian ini adalah suasana kelas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
suasana kelas VII C (model pembelajaran AIR) terlalu ramai atau kurang
kondusif untuk kegiatan pembelajaran. Hal tersebut tentu akan berpengaruh
pada hasil belajar siswa karena suasana kelas yang kurang kondusif akan
mengurangi tingkat konsentrasi siswa dalam belajar.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, diketahui bahwa rata-rata nilai
posttest kelas VII C (model pembelajaran AIR) adalah 79,85 dan kelas VII D
(model pembelajaran konvensional) adalah 79,55. Hal tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas VII C lebih baik daripada kelas VII D,
meskipun perbedaan rata-rata nilai kedua kelas terlalu kecil yaitu sebesar 0,3.
Temuan lain dari analisis hasil posttest kedua kelas adalah persentase siswa
yang mencapai hasil belajar tinggi di kelas VII D lebih besar daripada
persentase di kelas VII C. Persentase siswa di kelas VII D sebesar 55%,
sedangkan persentase di kelas VII C adalah 47%. Selain itu, jika dilihat dari
pencapaian hasil belajar maka pencapaian hasil belajar kelas VII C lebih baik
daripada kelas VII D, meskipun selisih persentasenya kecil yaitu 0,7%.
Pencapaian hasil belajar kelas VII C sebesar 76,5%, sedangkan di kelas VII D
adalah 75,8%. Hasil-hasil tersebut berarti menunjukkan bahwa implementasi
model pembelajaran di kelas VII C memberikan hasil yang cukup memuaskan,
karena rata-rata dan pencapaian hasil belajar siswa di kelas VII C lebih baik
daripada kelas VII D.
41
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dalam proses
pembelajaran matematika pada materi bangun datar dengan menggunakan
model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR), maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut: hasil belajar siswa pada implementasi
model pembelajaran AIR tidak jauh berbeda atau sama dengan hasil belajar
siswa pada model konvensional. Meskipun demikian, implementasi model
pembelajaran AIR memberikan hasil yang cukup memuaskan. Rata-rata dan
pencapaian hasil belajar siswa pada kelas VII C (model pembelajaran AIR)
lebih baik daripada kelas VII D (model pembelajaran konvensional), meskipun
selisih rata-rata dan pencapaian hasil belajar kedua kelas terlalu kecil. Rata-
rata hasil belajar siswa kelas VII C 79,85 dan pencapaian hasil belajar siswa
sebesar 76,5%, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas VII D 79,55 dan
pencapaian hasil belajarnya sebesar 75,8%.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan,
maka disampaikan saran sebagai berikut: model pembelajaran AIR dapat
digunakan guru sebagai salah satu model pembelajaran alternatif dalam
pembelajaran matematika. Implementasi pembelajaran dengan model AIR
memiliki beberapa kendala, sehingga dengan perbaikan dan persiapan yang
terencana lebih baik dapat mengantisipasi kendala tersebut. Guru harus
mampu menguasai model pembelajaran AIR dengan baik dan lebih
memfasilitasi siswa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik. Selain itu, guru juga harus mampu menguasai kelas sehingga kegiatan
pembelajaran dan suasana kelas dapat terkontrol. Siswa di dalam kelas juga
harus lebih aktif berpartisipasi dan lebih memperhatikan dalam kegiatan
pembelajaran, sehingga materi yang dipelajari benar-benar dapat dipahami
oleh siswa.
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Ainia, Q. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran Auditory Intellectualy
Repetition (AIR) terhadap Prestasi Belajar dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Karakter Belajar pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Se-Kecamatan Kaligesing Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Alhamidi, Y. R. 2006. Upaya Meningkatkan Kreativitas Matematika melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR). Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
DePorter, B. 2003. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Handayani, K. 2004. Pemanfaatan Alat Peraga Kubus Pecahan untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Panggung 09 Jepara Tahun Pelajaran 2003/2004. Skripsi.
Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mardina, T. 2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa melalui Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Operasi Pecahan di Kelas V SD Negeri No. 115479 AEK TAPA Kab. Labuhan Batu Utara T.A. 2011/2012. Skripsi. Universitas Pasundan.
Mawaddah, E. N. 2009. Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika dalam Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) di SMP Negeri 3 Batu. Skripsi.
Nirawati, N. 2009. Pengaruh Model AIR (Auditory, Intellectual, Repetition) dalam Pembelajaran Matematika terhadap Kompetensi Strategis (Strategic Competence) Siswa SMP. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Robert. 2010. Penggunaan Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) dalam Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas VII MTs Muhammadiyah I Malang. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Shabri, A. 2005. Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching. Jakarta: Quantum Teaching.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
44
Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Posdakarya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. dkk. 2001. Common Text Book: Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.
Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Masmedia Buana.
Uno, H. B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Widdiharto, R. 2008. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Proses Remidinya. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Winataputra, U. S. dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yulianti, P. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Auditory Intellectually, and Repetition (AIR) terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP. Skripsi. Universitas Pasundan.
45
Lampiran 1: Soal Uji Coba Pretest
1. Keempat sisi sama panjang dan semua sudut siku-siku merupakan ciri bangun … a. persegi panjang b. jajargenjang c. belah ketupat d. persegi
2. Banyaknya simetri lipat pada persegi … a. 2 c. 6 b. 4 d. 8
3. Pada bangun persegi di atas,
yang disebut dengan diagonal
adalah …
a. PQ dan RS c. PR dan QS b. PO dan RO d. PO dan QO
4.
Diketahui BO = 5 cm, maka BD =
… cm.
a. 5 c. 15
b. 10 d. 20
5. Keliling dari persegi yang panjang sisinya 12 cm adalah … a. 24 cm c. 72 cm b. 48 cm d. 144 cm
6. Panjang sisi dari persegi yang mempunyai luas 144 cm2 adalah … a. 36 cm c. 14 cm b. 24 cm d. 12 cm
7. Diketahui keliling suatu persegi 52 cm, maka panjang sisi persegi … a. 12 cm c. 14 cm b. 13 cm d. 15 cm
8. Luas daerah persegi 64 cm2. Keliling persegi tersebut … cm. a. 72 c. 32 b. 64 d. 16
9. Diketahui keliling suatu persegi 40 cm, luas persegi adalah … a. 50 cm2 c. 150 cm2 b. 100 cm2 d. 200 cm2
10. Luas dari persegi ABCD yang panjang sisinya 11 cm adalah … a. 44 cm2 c. 121 cm2 b. 22 cm2 d. 60 cm2
11. Sebuah halaman rumah berbentuk persegi dengan ukuran 5 m. Di sekeliling halaman rumah tersebut akan dipasang pagar. Panjang pagar yang diperlukan adalah … a. 10 m c. 20 m b. 15 m d. 25 m
12. Sebuah kolam ikan berbentuk persegi yang luasnya 36 m2. Keliling kolam tersebut … a. 24 m c. 12 m b. 18 m d. 6 m
13. Kakek mempunyai sebidang tanah berbentuk persegi dengan panjang sisi 12 m. Pada tanah tersebut dibuat sebuah kolam ikan berukuran 10 m x 6 m dan sisanya ditanami sayuran. Luas tanah yang ditanami sayuran adalah … a. 16 m2 c. 84 m2 b. 32 m2 d. 112 m2
P Q
R S
O
A B
O
C D
46
14. Lantai di sebuah kelas berbentuk persegi dengan keliling 28 m. Luas dari lantai tersebut … m2. a. 28 c. 35 b. 49 d. 42
15. Pak Budi memiliki sebidang tanah berbentuk persegi dengan ukuran 9 m. Luas tanah tersebut … m2. a. 18 c. 63 b. 36 d. 81
16. Banyaknya simetri lipat pada persegi panjang adalah … a. 2 c. 4 b. 3 d. 5
17.
Pada persegi panjang ABCD di atas, yang disebut dengan diagonal adalah … a. AB dan CD c. AC dan BD b. AO dan CO d. BO dan DO
18.
Sisi-sisi yang sama panjang dan sejajar dari bangun PQRS di atas adalah … a. PQ dan QR c. PS dan QS b. PR dan QS d. PS dan QR
19.
Jika diketahui OA = 26 cm, maka panjang AC adalah …
a. 78 cm c. 26 cm b. 52 cm d. 13 cm
20. Keliling dari suatu persegi panjang dengan ukuran panjang = 18 cm dan lebar = 12 cm adalah … a. 30 cm c. 108 cm b. 60 cm d. 216 cm
21. Keliling persegi panjang ABCD = 60 dm. Lebar 12 dm, panjang = … dm. a. 5 c. 18 b. 10 d. 48
22. Bangun persegi panjang dengan ukuran panjang 15 dm dan lebar 9 dm. Luas bangun tersebut …. a. 125 dm2 c. 135 dm2 b. 130 dm2 d. 140 dm2
23. Luas bangun persegi panjang 180 cm2, lebar 9 cm. Panjang bangun … a. 10 cm c. 16 cm b. 15 cm d. 20 cm
24. Panjang sebuah persegi panjang adalah dua kali lebarnya. Jika lebarnya 4 cm, luas persegi panjang tersebut adalah … a. 12 cm2 c. 24 cm2 b. 20 cm2 d. 32 cm2
25. Keliling persegi panjang 40 cm. Jika panjang = 12 cm, lebar = … a. 4 cm c. 12 cm b. 8 cm d. 28 cm
26. Sebidang tanah berbentuk persegi panjang, dengan panjang 25 m dan lebar 15 m. Keliling tanah tersebut adalah … a. 40 m c. 120 m b. 80 m d. 160 m
27. Pak Ahmad mempunyai sawah berbentuk persegi panjang, dengan panjang 18 m dan lebar 8 m. Luas sawah Pak Ahmad …
S
Q P
O
R
A
C D
O
B
A
C D
O
B
47
a. 26 m2 c. 72 m2 b. 52 m2 d. 144 m2
28. Diketahui keliling dari suatu pekarangan rumah adalah 50 m. Jika panjangnya 15 m, maka lebarnya adalah … a. 5 m c. 20 m b. 10 m d. 25 m
29. Lantai sebuah ruangan berukuran panjang 6 m dan lebar 4 m. Luas lantai itu adalah …
a. 10 m2 c. 24 m2 b. 12 m2 d. 20 m2
30. Halaman rumah Pak Hasan berbentuk persegi panjang dengan panjang 8 m dan lebar 6 m. Di sekeliling halaman rumah akan dipasang pagar. Panjang pagar yang diperlukan … m. a. 48 m c. 28 b. 24 m d. 14
48
Lampiran 2: Uji Validitas Butir Soal Uji Coba Pretest
Siswa No Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 5 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 6 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 9 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 12 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 13 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 14 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 15 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 18 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 20 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 21 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 23 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 24 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 26 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 27 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 29 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 30 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 34 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
0,44 0,01 0,33 0,44 0,22 0,29 0,35 0,39 0,76 0,42 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
49
Siswa No Item 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 3 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 4 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 5 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 12 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 13 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 14 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 15 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 16 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 17 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 19 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 21 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 22 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 23 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 24 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 25 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 26 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 27 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 28 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 29 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 30 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 34 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 35 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0
0,24 0,47 0,60 0,66 0,47 0,38 0,31 0,03 0,28 0,52 Valid Valid Valid Valid Valid Valid
50
Siswa No Item 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 3 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 5 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 9 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 12 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 13 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 14 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 15 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 16 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 17 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 18 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 19 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 20 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 21 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 23 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 24 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 26 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 27 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 28 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 29 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 30 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 35 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
0,60 0,33 0,50 0,40 0,57 0,61 0,72 0,36 0,40 0,24 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
51
Lampiran 3: Soal Pretest dan Posttest
1.
Pada bangun persegi di atas,
yang disebut dengan diagonal
adalah …
a. PQ dan RS c. PR dan QS b. PO dan RO d. PO dan QO
2.
Diketahui BO = 5 cm, maka
BD = … cm.
c. 5 c. 15
d. 10 d. 20
3. Diketahui keliling suatu persegi 52 cm, maka panjang sisi persegi adalah … a. 12 cm c. 14 cm b. 13 cm d. 15 cm
4. Luas daerah suatu persegi 64 cm2. Keliling persegi … a. 72 cm c. 32 cm b. 64 cm d. 16 cm
5. Diketahui keliling suatu persegi 40 cm, luas persegi adalah … a. 50 cm2 c. 150 cm2 b. 100 cm2 d. 200 cm2
6. Luas dari persegi ABCD yang panjang sisinya 11 cm adalah … a. 44 cm2 c. 121 cm2 b. 22 cm2 d. 60 cm2
7. Sebuah kolam ikan berbentuk persegi yang luasnya 36 m2. Keliling kolam tersebut …
a. 24 m c. 12 m b. 18 m d. 6 m
8. Kakek mempunyai sebidang tanah berbentuk persegi dengan panjang sisi 12 m. Pada tanah tersebut dibuat sebuah kolam ikan berukuran 10 m x 6 m dan sisanya ditanami sayuran. Luas tanah yang ditanami sayuran adalah … a. 16 m2 c. 84 m2 b. 32 m2 d. 112 m2
9. Lantai di sebuah kelas berbentuk persegi dengan keliling 28 m. Luas dari lantai tersebut … m2. a. 28 c. 35 b. 49 d. 42
10. Pak Budi memiliki sebidang tanah berbentuk persegi dengan ukuran 9 m. Luas tanah … m2. a. 18 c. 63 b. 36 d. 81
11. Banyaknya simetri lipat pada persegi panjang adalah … a. 2 c. 4 b. 3 d. 5
12. Keliling dari suatu persegi panjang dengan ukuran panjang 18 cm dan lebar 12 cm adalah … a. 30 cm c. 108 cm b. 60 cm d. 216 cm
13. Keliling persegi panjang ABCD 60 dm. Lebar 12 dm, panjang … a. 5 dm c. 18 dm b. 10 dm d. 48 dm
14. Bangun persegi panjang dengan ukuran panjang 15 dm dan lebar 9 dm. Luas bangun tersebut … a. 125 dm2 c. 135 dm2 b. 130 dm2 d. 140 dm2
R S
P Q
O
A B
O
C D
52
15. Luas bangun persegi panjang 180 cm2, lebar 9 cm. Panjang bangun … a. 10 cm c. 16 cm b. 15 cm d. 20 cm
16. Panjang sebuah persegi panjang adalah dua kali lebarnya. Jika lebarnya 4 cm, luas persegi panjang tersebut … a. 12 cm2 c. 24 cm2 b. 20 cm2 d. 32 cm2
17. Sebidang tanah berbentuk persegi panjang, dengan panjang 25 m dan lebar 15 m. Keliling tanah tersebut … a. 40 m c. 120 m b. 80 m d. 160 m
18. Pak Ahmad mempunyai sawah berbentuk persegi panjang, dengan panjang 18 m dan lebar 8 m. Luas sawah Pak Ahmad … a. 26 m2 c. 72 m2 b. 52 m2 d. 144 m2
19. Diketahui keliling dari suatu pekarangan rumah adalah 50 m. Jika panjangnya 15 m, maka lebarnya adalah … a. 5 m c. 20 m b. 10 m d. 25 m
20. Lantai sebuah ruangan berukuran panjang 6 m dan lebar 4 m. Luas lantai itu … a. 10 m2 c. 24 m2 b. 12 m2 d. 20 m2
53
Lampiran 4: Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest
1. C 2. B 3. B 4. C 5. B 6. C 7. A 8. C 9. B 10. D
11. A 12. B 13. C 14. C 15. D 16. D 17. B 18. D 19. B 20. C
54
Lampiran 5: Daftar Nilai Pretest
KELAS VII C (EKSPERIMEN)
NO NAMA SISWA NILAI 1 C1 50 2 C2 75 3 C3 30 4 C4 95 5 C5 90 6 C6 60 7 C7 95 8 C8 85 9 C9 80
10 C10 55 11 C11 80 12 C12 70 13 C13 45 14 C14 75 15 C15 100 16 C16 40 17 C17 65 18 C18 50 19 C19 80 20 C20 65 21 C21 80 22 C22 70 23 C23 50 24 C24 65 25 C25 95 26 C26 70 27 C27 80 28 C28 85 29 C29 50 30 C30 75 31 C31 75 32 C32 60 33 C33 45 34 C34 70 35 C35 55 36 C36 45
KELAS VII D (KONTROL)
NO NAMA SISWA NILAI 1 D1 80 2 D2 70 3 D3 50 4 D4 80 5 D5 95 6 D6 80 7 D7 65 8 D8 65 9 D9 65
10 D10 70 11 D11 75 12 D12 90 13 D13 40 14 D14 90 15 D15 75 16 D16 70 17 D17 65 18 D18 65 19 D19 70 20 D20 80 21 D21 90 22 D22 80 23 D23 50 24 D24 70 25 D25 45 26 D26 55 27 D27 60 28 D28 50 29 D29 70 30 D30 80 31 D31 50 32 D32 70
55
Lampiran 6: Daftar Nilai Posttest
KELAS VII C (EKSPERIMEN)
NO NAMA SISWA
NILAI
1 C1 70 2 C2 95 3 C3 40 4 C4 95 5 C5 100 6 C6 80 7 C7 100 8 C8 95 9 C9 70
10 C10 80 11 C11 95 12 C12 50 13 C13 60 14 C14 95 15 C15 65 16 C16 75 17 C17 75 18 C18 100 19 C19 100 20 C20 90 21 C21 50 22 C22 50 23 C23 90 24 C24 95 25 C25 80 26 C26 100 27 C27 50 28 C28 80 29 C29 90 30 C30 95 31 C31 50 32 C32 80 33 C33 80 34 C34 95
KELAS VII D (KONTROL)
NO NAMA SISWA
NILAI
1 D1 95 2 D2 80 3 D3 70 4 D4 95 5 D5 95 6 D6 85 7 D7 85 8 D8 60 9 D9 85
10 D10 60 11 D11 60 12 D12 90 13 D13 50 14 D14 65 15 D15 95 16 D16 70 17 D17 85 18 D18 85 19 D19 80 20 D20 100 21 D21 95 22 D22 95 23 D23 85 24 D24 70 25 D25 95 26 D26 60 27 D27 80 28 D28 55 29 D29 60 30 D30 95 31 D31 85 32 D32 85 33 D33 75
56
Lampiran 7: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri 1 Pabelan Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VII / 2 Pertemuan ke- : 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Ajaran : 2012/2013
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta
menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : 6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi,
trapesium, jajargenjang, belah ketupat, dan layang-layang.
Indikator : a. Menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari sisi, sudut, dan
diagonalnya. b. Menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya. A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi panjang ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya.
2. Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat persegi ditinjau dari sisi, sudut, dan diagonalnya.
Karakter siswa yang diharapkan :
a. Tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian tugas kelompok maupun tugas individu dengan tujuan siswa dapat mengerjakan tugas secara bertanggung jawab.
b. Kerja sama dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok sehingga siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan temannya di dalam kelompok.
c. Percaya diri dan rasa hormat ditanamkan melalui kegiatan presentasi di depan kelas, sehingga siswa belajar untuk menyampaikan pendapatnya dengan percaya diri, serta belajar untuk menghargai teman yang menyampaikan pendapat di depan kelas.
d. Rasa ingin tahu dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok.
B. Materi Ajar (Terlampir) 1. Sifat-sifat Persegi Panjang 2. Sifat-sifat Persegi
57
C. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
D. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan Belajar Waktu
1. 2.
Pendahuluan a. Orientasi
Guru memberi salam dan mengecek kesiapan siswa. Guru menjelaskan tujuan dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. b. Apersepsi
Mengingatkan siswa tentang materi persegi panjang dan persegi yang telah dipelajari siswa di Sekolah Dasar.
c. Motivasi Guru memberikan contoh permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari agar siswa dapat lebih termotivasi.
Kegiatan Inti a. Eksplorasi
1. Siswa menanggapi permasalahan-permasalahan sederhana yang diberikan guru.
2. Siswa menyimak penjelasan guru tentang cakupan materi yang akan dipelajari.
3. Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Elaborasi 1. Siswa membentuk kelompok dimana masing-
masing kelompok beranggotakan 5 atau 6 orang. 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) dibagikan kepada
masing-masing kelompok. 3. Siswa mendengarkan penjelsan guru tentang
tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok.
4. Siswa difasilitasi untuk berdiskusi sehingga memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis secara bertanggung jawab.
10 menit 50 menit
58
3.
5. Siswa berdiskusi dan bekerja sama di dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.
6. Siswa bertanya pada guru tentang pemasalahan yang ditemui dalam kegiatan diskusi kelompok.
7. Siswa yang telah menyelesaikan tugasnya mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
8. Siswa lain menyimak dan memperhatikan presentasi kelompok lain dengan rasa hormat.
9. Kelompok lain menanggapi presentasi dari kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya.
c. Konfirmasi 1. Guru memberikan umpan balik positif dan
penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya.
2. Guru memberikan konfirmasi tehadap hasil kegiatan pembelajaran.
3. Guru menjawab pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan.
Penutup a. Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman
pelajaran. b. Guru memberikan evaluasi berupa latihan soal kepada
siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
c. Guru menjelaskan rencana kegiatan untuk pertemuan berikutnya.
20 menit
E. Alat / Bahan / Sumber
a. Alat : spidol, whiteboard, gunting, selotip b. Bahan : Lembar Kerja Siswa (LKS), karton, kertas lipat warna-warni c. Sumber :
1. Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
2. Wagiyo, A, F. Surati, dan Irene Supradiarini. 2008. Pegangan Belajar Matematika 1: untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
59
F. Evaluasi / Penilaian Teknik : tertulis (tugas kelompok, tugas individu) Bentuk soal : uraian
Latihan Soal 1.
2.
3. Pada persegi PQRS berikut, diketahui panjang PR = 10 cm.
A B
C D Persegi panjang ABCD dengan
panjang AB = 12 cm dan AD =5 cm.
a. Tulislah dua pasang sisi yang
sejajar dan sama panjang!
b. Tentukan panjang BC dan DC!
K L
M N
O
Pada gambar di samping, KLMN
adalah sebuah persegi panjang dan
O adalah titik potong kedua
diagonalnya. Jika panjang KO = 5
cm, tentukan:
a. panjang MO;
b. panjang NO;
c. panjang LO;
d. panjang KM;
e. panjang LN.
P Q
R S
O
Tentukan:
a. panjang PO;
b. panjang QS;
c. panjang SO;
d. panjang QO.
60
4. Perhatikan persegi ABCD pada gambar di bawah ini.
Pabelan, 3 Mei 2013
A B
C D a. Tentukan besar dan !
b. Tentukan sudut-sudut lain yang
sama besar dengan !
c. Tentukan panjang AB, BC, EO, DE,
dan FB!
O
10 c
m
E
F
61
Materi Ajar:
A. PERSEGI PANJANG
1. Pengertian Persegi Panjang
Persegi panjang adalah bangun datar segi empat yang memiliki dua pasang
sisi sejajar dan memiliki empat sudut siku-siku.
2. Menempatkan Persegi Panjang pada Bingkainya
Persegi panjang dapat tepat menempati bingkainya kembali dengan
empat cara. Keempat cara itu dapat dilihat pada gambar berikut ini.
3. Sifat-sifat Persegi Panjang
a. Mempunyai empat sisi, dimana sisi-sisi yang berhadapan sama
panjang dan sejajar.
b. Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku (900).
c. Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan membagi dua
sama besar.
d. Dapat menempati bingkainya kembali dengan empat cara.
B. PERSEGI
1. Pengertian Persegi
Persegi adalah bangun segi empat yang memiliki empat sisi sama panjang
dan empat sudut siku-siku.
2. Menempatkan Persegi pada Bingkainya
Persegi dapat tepat menempati bingkainya kembali dengan delapan cara.
Kedelapan cara itu dapat dilihat pada gambar berikut ini.
62
3. Sifat-sifat Persegi
a. Mempunyai empat sisi yang sama panjang.
b. Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku (900).
c. Kedua diagonalnya sama panjang dan berpotongan membagi dua
sama besar.
d. Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-
diagonalnya.
e. Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama panjang
membentuk sudut siku-siku.
f. Suatu persegi dapat menempati bingkainya dengan delapan cara.
63
Lampiran 8: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri 1 Pabelan Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VII / 2 Pertemuan ke- : 2 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Ajaran : 2012/2013
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta
menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan
segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator : a. Menghitung keliling dan luas persegi panjang. b. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas
persegi panjang.
A. Tujuan Pembelajaran 1. Siswa dapat menghitung keliling dan luas persegi panjang. 2. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
keliling dan luas persegi panjang.
Karakter siswa yang diharapkan : a. Tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian tugas kelompok
maupun tugas individu dengan tujuan siswa dapat mengerjakan tugas secara bertanggung jawab.
b. Kerja sama dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok sehingga siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan temannya di dalam kelompok.
c. Percaya diri dan rasa hormat ditanamkan melalui kegiatan presentasi di depan kelas, sehingga siswa belajar untuk menyampaikan pendapatnya dengan percaya diri, serta belajar untuk menghargai teman yang menyampaikan pendapat di depan kelas.
d. Rasa ingin tahu dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok.
B. Materi Ajar (Terlampir) Keliling dan Luas Persegi Panjang
C. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
64
D. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan Belajar Waktu
1.
2.
Pendahuluan a. Orientasi
Guru memberi salam dan mengecek kesiapan siswa. Guru menjelaskan tujuan dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. b. Apersepsi
Siswa mengingat materi sifat-sifat persegi panjang dan persegi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
c. Motivasi Guru memberikan contoh permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari agar siswa dapat lebih termotivasi.
Kegiatan Inti a. Eksplorasi
1. Siswa menanggapi permasalahan-permasalahan sederhana yang diberikan guru.
2. Siswa menyimak penjelasan guru tentang cakupan materi yang akan dipelajari.
3. Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Elaborasi 1. Siswa membentuk kelompok dimana masing-
masing kelompok beranggotakan 5 atau 6 orang.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) dibagikan kepada masing-masing kelompok.
3. Siswa mendengarkan penjelsan guru tentang tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok.
4. Siswa difasilitasi untuk berdiskusi sehingga memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis secara bertanggung jawab.
5. Siswa berdiskusi dan bekerja sama di dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.
10 menit
30 menit
65
3.
6. Siswa bertanya pada guru tentang pemasalahan yang ditemui dalam kegiatan diskusi kelompok.
7. Siswa yang telah menyelesaikan tugasnya mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
8. Siswa lain menyimak dan memperhatikan presentasi kelompok lain dengan rasa hormat.
9. Kelompok lain menanggapi presentasi dari kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya.
c. Konfirmasi 1. Guru memberikan umpan balik positif dan
penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya.
2. Guru memberikan konfirmasi tehadap hasil kegiatan pembelajaran.
3. Guru menjawab pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan.
Penutup a. Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman
pelajaran. b. Guru memberikan evaluasi berupa latihan soal kepada
siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
c. Guru menjelaskan rencana kegiatan untuk pertemuan berikutnya.
40 menit
E. Alat / Bahan / Sumber a. Alat : spidol, whiteboard b. Bahan : Lembar Kerja Siswa (LKS) c. Sumber :
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
F. Evaluasi / Penilaian
Teknik : tertulis (tugas kelompok, tugas individu) Bentuk soal : uraian Penilaian :
66
Latihan Soal 1. Hitunglah keliling dan luas persegi panjang dengan ukuran sebagai berikut.
a. panjang = 20 cm dan lebar = 15 cm b. panjang = 36 cm dan lebar = 25 cm
2. Jika diketahui keliling persegi panjang = 60 cm dan lebarnya = 12 cm, maka panjangnya = ….
3. Jika diketahui luas persegi panjang = 400 cm2 dan panjangnya = 25 cm, maka lebarnya = ….
4. Halaman rumah berbentuk persegi panjang berukuran panjang 15 meter dan lebar 8 meter. Di sekeliling halaman itu, akan dipasang pagar dengan biaya Rp. 125.000,00 per meter. Berapakah biaya yang diperlukan untuk pemasangan pagar tersebut?
5. Seorang petani mempunyai sebidang tanah dengan ukuran panjang 30 meter dan lebar 14 meter. Jika tanah itu akan dijual dengan harga Rp. 200.000,00 per m2, tentukan harga tanah seluruhnya?
Pabelan, 4 Mei 2013
67
Materi Ajar: KELILING DAN LUAS PERSEGI PANJANG
Perhatikan gambar berikut.
Untuk menentukan luas persegi panjang, perhatikan kembali ganbar di atas. Luas
persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisinya.
Luas persegi panjang KLMN = KL x LM
= (5 x 3) satuan luas
= 15 satuan luas
Jadi, luas persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah
Gambar di samping menunjukkan persegi panjang
KLMN dengan sisi-sisinya KL, LM, MN, dan KN.
Keliling suatu bangun datar adalah jumlah semua
panjang sisi-sisinya.
Tampak bahwa panjang KL = NM = 5 satuan
panjang dan panjang LM = KN = 3 satuan panjang.
Keliling KLMN = KL + LM + MN + NK
= (5 + 3 + 5 + 3) satuan panjang
= 16 satuan panjang
Selanjutnya, garis KL disebut panjang (p) dan KN
disebut lebar (l).
Secara umum dapat disimpulkan bahwa keliling
persegi panjang dengan panjang p dan lebar l
adalah
K = 2(p + l) atau K = 2p + 2l
L = p x l = pl
68
Lampiran 9: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pertemuan 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Negeri 1 Pabelan Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : VII / 2 Pertemuan ke- : 3 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Tahun Ajaran : 2012/2013
Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta
menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar : 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan
segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Indikator : a. Menghitung keliling dan luas persegi. b. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung keliling dan luas
persegi. A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menghitung keliling dan luas persegi. 2. Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
keliling dan luas persegi.
Karakter siswa yang diharapkan : a. Tanggung jawab ditanamkan melalui pemberian tugas kelompok
maupun tugas individu dengan tujuan siswa dapat mengerjakan tugas secara bertanggung jawab.
b. Kerja sama dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok sehingga siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan temannya di dalam kelompok.
c. Percaya diri dan rasa hormat ditanamkan melalui kegiatan presentasi di depan kelas, sehingga siswa belajar untuk menyampaikan pendapatnya dengan percaya diri, serta belajar untuk menghargai teman yang menyampaikan pendapat di depan kelas.
d. Rasa ingin tahu dilatih melalui kegiatan diskusi kelompok.
B. Materi Ajar (Terlampir) Keliling dan Luas Persegi
C. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR)
69
D. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan Belajar Waktu
1.
2.
Pendahuluan a. Orientasi
Guru memberi salam dan mengecek kesiapan siswa. Guru menjelaskan tujuan dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. b. Apersepsi
Siswa mengingat materi sifat-sifat persegi panjang dan persegi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
c. Motivasi Guru memberikan contoh permasalahan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari agar siswa dapat lebih termotivasi.
Kegiatan Inti a. Eksplorasi
1. Siswa menanggapi permasalahan-permasalahan sederhana yang diberikan guru.
2. Siswa menyimak penjelasan guru tentang cakupan materi yang akan dipelajari.
3. Siswa menyimak dan mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
b. Elaborasi 1. Siswa membentuk kelompok dimana masing-
masing kelompok beranggotakan 5 atau 6 orang.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) dibagikan kepada masing-masing kelompok.
3. Siswa mendengarkan penjelsan guru tentang tugas yang harus dikerjakan oleh masing-masing kelompok.
4. Siswa difasilitasi untuk berdiskusi sehingga memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis secara bertanggung jawab.
5. Siswa berdiskusi dan bekerja sama di dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.
10 menit
30 menit
70
3.
6. Siswa bertanya pada guru tentang pemasalahan yang ditemui dalam kegiatan diskusi kelompok.
7. Siswa yang telah menyelesaikan tugasnya mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.
8. Siswa lain menyimak dan memperhatikan presentasi kelompok lain dengan rasa hormat.
9. Kelompok lain menanggapi presentasi dari kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya.
c. Konfirmasi 1. Guru memberikan umpan balik positif dan
penghargaan kepada kelompok yang telah mempresentasikan hasil diskusinya.
2. Guru memberikan konfirmasi tehadap hasil kegiatan pembelajaran.
3. Guru menjawab pertanyaan dari siswa yang mengalami kesulitan.
Penutup a. Siswa bersama dengan guru membuat rangkuman
pelajaran. b. Guru memberikan evaluasi berupa latihan soal kepada
siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
c. Guru menjelaskan rencana kegiatan untuk pertemuan berikutnya.
40 menit
E. Alat / Bahan / Sumber a. Alat : spidol, whiteboard, gunting, selotip b. Bahan : Lembar Kerja Siswa (LKS) c. Sumber :
Nuharini, Dewi dan Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
F. Evaluasi / Penilaian
Teknik : tertulis (tugas kelompok, tugas individu) Bentuk soal : uraian Penilaian :
71
Latihan Soal 1. Lengkapilah tabel di bawah ini!
No. Panjang sisi Keliling persegi Luas persegi a. 11 cm ……… cm ……… cm2 b. 15 cm ……… cm ……… cm2 c. ……… m 36 m ……… m2 d. ……… m 84 m ……… m2 e. ……… km ……… km 49 km2 f. ……… km ……… km 25 km2
2. Hitunglah panjang sisi dan keliling dari persegi yang mempunyai luas:
a. 144 cm2
b. 625 m2
3. Sebuah taman berbentuk persegi dengan panjang sisinya 10 m. Dalam taman
tersebut terdapat sebuah kolam renang yang berbentuk persegi panjang
dengan ukuran panjang 8 m dan lebar 6 m. Berapakah luas tanah dalam taman
yang dapat ditanami bunga?
4. Sebuah lantai berbentuk persegi dengan panjang sisinya 3 m. Lantai tersebut
akan dipasang ubin berbentuk persegi berukuran 30 cm x 30 cm. Tentukan
banyaknya ubin yang diperlukan untuk menutup lantai.
5. Halaman rumah Pak Budi berbentuk persegi dengan panjang sisinya adalah 12
m. Di sekeliling halaman rumah akan dipasang pagar. Tentukan panjang pagar
yang diperlukan.
Pabelan, 10 Mei 2013
72
Materi Ajar: KELILING DAN LUAS PERSEGI
Perhatikan gambar berikut.
Gambar di samping menunjukkan bangun persegi
KLMN dengan panjang sisi = KL = 4 satuan.
Keliling KLMN = KL + LM + MN + NK
= (4 + 4 + 4 + 4) satuan panjang
= 16 satuan panjang
Selanjutnya, panjang KL = LM = MN = NK disebut
sisi (s).
Jadi, secara umum keliling persegi dengan panjang
sisi (s) adalah
Luas persegi KLMN = KL x LM
= (4 x 4) satuan luas
= 16 satuan luas
Jadi, luas persegi dengan panjang sisi (s) adalah
K = 4s
L = s x s = s2
73
Lampiran 10: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 1
1. Buatlah sebuah persegi panjang dengan ukuran sembarang! Berilah nama pada
titik-titik sudut persegi panjang, misal ABCD seperti pada gambar di bawah ini!
Titik P, Q, R, dan S berturut-turut merupakan titik tengah sisi AB, BC, CD, dan
AD.
a. Jika ABCD dibalik menurut garis PR maka A akan menempati …, B akan
menempati …, C akan menempati …, D akan menempati …, BC akan
menempati …, dan AD akan menempati … . Jadi, BC = … dan PR disebut …
b. Jika ABCD dibalik menurut garis SQ maka A akan menempati …, B akan
menempati …, C akan menempati …, D akan menempati …, AB akan
menempati …, dan CD akan menempati … . Jadi, AB = … dan SQ disebut …
c. Apa yang dapat kamu simpulkan dari hasil-hasil di atas?
……………………………………………………………………………………………………………………
2. Gambarlah diagonal dari persegi panjang seperti pada gambar berikut ini!
a.
A B
D C
P
Q
R
S
A B
D C R Jika persegi panjang ABCD
dibalik menurut garis PR
maka A menempati …, C
menempati …, dan AC
menempati … . Jadi,
panjang AC sama dengan
panjang …
P
74
b.
c. Dari hasil-hasil tersebut, apa yang dapat kamu simpulkan?
……………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………….
3.
a. Jika persegi panjang ABCD dibalik menurut PR maka ∠퐷 menempati … .
Jadi,∠퐷 = …. . ∠퐴 menempati … . Jadi, ∠퐴 = ….
b. Jika persegi panjang ABCD dibalik menurut SQ maka ∠퐷 menempati … .
Jadi,∠퐷 = …. . ∠퐶 menempati … . Jadi, ∠퐶 = ….
c. Dari hasil-hasil di atas, apa yang dapat kamu simpulkan?
…………………………………………………………………………………………
4. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, persegi panjang dapat menempati
bingkainya kembali dengan berapa cara? Gambarkan!
………………………………………………………………………………………………
Kesimpulan :
Sifat-sifat persegi panjang :
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………..
A B
D C
O
A B
D C
P
Q
R
S
Jika persegi panjang ABCD
diputar 1800 dengan pusat
titik O maka:
O menempati …, A
menempati …, dan OA
menempati … . Jadi, OA = … .
O menempati …, B
menempati …, dan OB
menempati … . Jadi, panjang
OB = … .
75
1. Buatlah sebuah persegi dengan ukuran sembarang! Berilah nama pada titik-titik
sudut persegi, misal ABCD seperti pada gambar di bawah ini!
a. Tentukan sumbu-sumbu simetri dari persegi tersebut!
b. Baliklah persegi tersebut menurut sumbu simetrinya, sehingga persegi
dapat menempati bingkainya secara tepat!
c. Putarlah persegi tersebut sampai persegi dapat menempati bingkainya
kembali!
d. Berdasarkan kegiatan di atas, persegi dapat menempati bingkainya kembali
dengan berapa cara? Gambarkan!
………………………………………………………………………………………….
2. Perhatikan gambar-gambar berikut!
a. Jika persegi ABCD dibalik menurut diagonal BD maka A menempati …,
B menempati …, D menempati …, AB menempati …, dan AD menempati … .
Jadi, AD = …
b. Jika persegi ABCD dilipat terhadap garis EF maka A menempati …, D
menempati …, dan AD menempati … . Jadi, AD = …
c. Kesimpulan: AD = …. =…. = ….
A B
C D
A B
D C
A B
D C
F
E
76
3. Gambarlah diagonal-diagonal dari persegi seperti pada gambar berikut ini!
a. Jika persegi ABCD dibalik menurut diagonal BD maka O menempati …,
C menempati …, B menempati …, ∠퐶푂퐵 menempati …, dan ∠퐶퐵푂
menempati … . Jadi, ∠퐶푂퐵 = … dan ∠퐶퐵푂 = …
b. Jika persegi ABCD dibalik menurut diagonal AC maka O menempati …,
B menempati …, A menempati …, dan ∠퐴푂퐵 menempati … . Jadi, ∠퐴푂퐵 =
…, ∠퐴푂퐵 + ∠퐵푂퐶 = … . dan ∠퐴푂퐵 = … .
c. Kesimpulan:
Diagonal-diagonal persegi membagi …. dan berpotongan saling ….
Kesimpulan :
Sifat-sifat persegi :
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………..
A B
D C
O
77
Lampiran 11: Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 1
Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) 1
78
79
Contoh Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) 2
80
81
Lampiran 12: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 2
1. Perhatikan persegi panjang ABCD di bawah ini!
Kesimpulan :
Keliling persegi panjang = …………………..
2. Perhatikan persegi panjang–persegi panjang di bawah ini!
Isilah tabel di bawah ini :
No Panjang Lebar Luas 1. 2. 3. 4. 5.
2 …. …. …. ….
1 …. …. …. ….
2 = 2 x 1 … = … x … … = … x … … = … x … L = … x …
Kesimpulan :
Luas persegi panjang = …. x ….
A B
D C Jika AB = panjang (p)
BC = lebar (l)
Maka :
Keliling ABCD = …. + …. + … .+ ….
= …. + …. + …. + ….
= 2 …. + 2 ….
= 2 ( …. + ….)
(1)
(2) (3) (4)
p
l
(5)
p
l
82
Lampiran 13: Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 2
83
84
Lampiran `14: Lembar Kerja Siswa Pertemuan 3
1. Perhatikan persegi ABCD di bawah ini!
Kesimpulan :
Keliling persegi = …………………..
2. Perhatikan persegi–persegi di bawah ini!
Isilah tabel di bawah ini :
No Panjang Lebar Luas 1. 2. 3. 4. 5.
1 …. …. …. ….
1 …. …. …. ….
1 = 1 x 1 … = … x … … = … x … … = … x … L = … x …
Kesimpulan :
Luas persegi = …. x ….
A B
D C Keliling ABCD = …. + …. + … .+ ….
= …. + …. + …. + ….
= ….
(1) (2) (3)
(4) s (5)
s
s
85
Lampiran 15: Contoh Hasil Kerja Siswa Pertemuan 3
86
87
Lampiran 16: Foto-foto Dokumentasi
Siswa mengerjakan LKS dan berdiskusi bersama kelompoknya
Guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok
88
Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
Siswa mengerjakan latihan soal di depan kelas
89
Lampiran 17: Surat Izin Melakukan Penelitian
90
Lampiran 18: Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian