IMPLEMENTASI AKAD IJARAH BAGI NASABAH CALON JAMAAH …
Transcript of IMPLEMENTASI AKAD IJARAH BAGI NASABAH CALON JAMAAH …
IMPLEMENTASI AKAD IJARAH BAGI NASABAH CALON JAMAAH
UMRAH PADA BANK BNI SYARIAH MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum Ekonomi Syariah (S.H.) Pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
WAHYUNI PUSPITASARI
105 25 0221 14
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1439 H/2018 M
v
v
vii
vii
ABSTRAK
WAHYUNI PUSPITASARI. 105 25 0221 14. 2018. Implementasi Akad Ijarah Bagi Nasabah Calon Jamaah Umrah Pada Bank BNI Syariah Makassar. Dibimbing oleh Hurriah Ali Hasan dan Fakhruddin Mansyur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Akad Ijarah Bagi Nasabah Calon Jamaah Umrah Pada Bank BNI Syariah Makassar dan menguji boleh tidaknya menunaikan Ibadah Umrah dengan menggunakan pembiayaan dari pihak lain dalam bentuk hutang. Uji dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif untuk mengkaji sistem akad ijarah yang dilakukan di Bank BNI Syariah Makassar dengan kesesuaian aturan dalam Al-Quran dan Hadist serta mendapatkan penegasan fatwa dari pihak Ulama. Untuk uji tersebut dilakukan dimana data diperoleh dengan cara wawancara mendalam kepada pihak Bank BNI Syariah Makassar dan Ulama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi akad Ijarah pada talangan Umrah di Bank BNI Syariah Makassar yang bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan Ibadah Umrah masyarakat berjalan cukup baik karena banyak diminati oleh masyarakat, terutama yang memiliki dana terbatas yang tidak dapat mengumpulkan dana kontan untuk pelaksanaan Ibadah Umrah. Penerapan akad Ijarah pada Umrah di Bank BNI Syariah Makassar juga sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI dan syariat Islam yang tertuang dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah (2) ayat 282 dan Hadist Rasulullah, yang berarti produk Ijarah yang disediakan oleh Bank BNI Syariah Makassar tidak bertentangan dalam Al-Quran dan Hadist. MUI juga telah membolehkan pembiayaan Umrah ini dilaksanakan di Perbankan Syariah selama memenuhi syarat yang tertuang dalam fatwa DSN-MUI. Namun, karena dana talangan Umrah dari Perbankan Syariah bersifat pinjaman, sehingga masih ada Ulama yang tidak membolehkan Ijarah untuk dana talangan Umrah bagi masyarakat muslim, dan ada pula yang membolehkannya. Kata Kunci : Akad Ijarah, Ibadah Umrah, Bank BNI Syariah Makassar
viii
ABSTRACT
WAHYUNI PUSPITASARI. 105 25 0221 14. 2018. Implementation of Ijarah Contract for Customers of Umrah Jama’at Candidates at Bank BNI Syariah Makassar. Supervised by Hurriah Ali Hasan and Fakhruddin Mansyur.
This study aims to find out how the implementation of Ijarah contract for customers of Umrah jama‟at candidates at Bank BNI Syariah Makassar and test whether or not to perform Umrah Worship by using financing from other parties in the form of debt. The test was carried out using qualitative methods to examine the Ijarah contract system conducted at Bank BNI Syariah Makassar with the conformity of the rules in the Al-Quran and Hadith and get confirmation of the Fatwa from the Ulama. The test was conducted where the data is obtained by in-depth interviews with Bank BNI Syariah and Ulama.
The results showed that the implementation of the Ijarah contract on the Umrah bailouts at Bank BNI Syariah Makassar was aimed at facilitating the implementation of the community's Umrah Worship to run quite well because it was in great demand by the public, especially those with limited funds who couldn‟t collect cash for perform Umrah Worship. The application of the Ijarah contract on Umrah at Bank BNI Syariah Makassar has also been in accordance with the Fatwa from DSN-MUI and Islamic Sharia contained in the Al-Quran Surah Al-Baqarah (2) paragraph 282 and the Hadith of the Rasulullah, which means that the Ijarah products provided by Bank BNI Syariah Makassar are not contradictory to the Al-Quran and Hadith. The MUI has also allowed Umrah financing to be carried out Sharia Banking as long as it meets the requirements stated in the Fatwa from DSN-MUI. However, because the Umrah bailouts from Islamic Banking is the loan, so there are still Ulama who don‟t allow Ijarah to Umrah bailouts for Muslim communities, and some allow it. Keywords: Ijarah Contract, Umrah Worship, Bank BNI Syariah
Makassar
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbilaalamiin, puji dan syukur senantiasa teriring
dalam setiap hela nafas atas kehadirat dan junjungan Allah SWT.
Bingkisan salam dan shalawat tercurah kepada kekasih Allah, Nabiullah
Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya serta ummat yang
senantiasa istiqamah dijalan-Nya.
Tiada jalan tanpa rintangan, tiada puncak tanpa tanjakan, tiada
kesuksesan tanpa perjuangan. Dengan kesungguhan dan keyakinan
untuk terus melangkah, akhirnya sampai dititik akhir penyelesaian skripsi
yang berjudul “Implementasi Akad Ijarah Bagi Nasabah Calon Jamaah
Umrah Pada Bank BNI Syariah Makassar”. Namun, semua tak lepas
dari uluran tangan berbagai pihak lewat dukungan, arahan, bimbingan,
serta bantuan moril dan materil. Penulis hanya dapat mengucapkan terima
kasih seraya berdoa kepada Allah SWT semoga Dia memberikan
penghargaan yang besar-Nya kepada mereka (jazakumullah ahsanal
jaza).
Maka melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas
Agama Islam.
3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP., selaku ketua Prodi Hukum
Ekonomi Syariah.
4. Ibu Hurriah Ali Hasan, ST., ME., Ph.D dan Bapak Fakhruddin Mansyur,
S.E.I., M.E.I., selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
6. Kedua orang tua tercinta, bapak Drs. Suharto dan ibu Suriany, SE.,
yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberi dorongan moril
maupun materi selama menempuh pendidikan. Terima kasih atas doa,
x
motivasi dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Informan, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan informasi kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman dan sahabat penulis, yang selalu memberikan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Terakhir ucapan terima kasih juga disampaikan kepada mereka yang
namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Segala usaha dan upaya telah dilakukan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Namun penulis
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai
kekurangan sebagai akibat keterbatasan kemampuan. Oleh karena itu,
penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak
yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan
tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi
diri pribadi penulis. Aamiin.
Makassar, 28 Zulkaidah 1439 H
10 Agustus 2018 M
Penulis,
Wahyuni Puspitasari
NIM: 105 25 0221 14
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN JUDUL .............................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ....................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................ 8
A. Akad Ijarah ............................................................................... 8
B. Implementasi ............................................................................ 18
C. Umrah ...................................................................................... 19
D. Implementasi Ijarah Pada Umrah ............................................. 26
E. Penelitian Terdahulu ................................................................ 27
F. Kerangka Pikir .......................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 30
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 30
B. Lokasi dan Objek Penelitian ..................................................... 30
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ..................................... 30
D. Sumber Data ............................................................................ 31
xii
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 32
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 33
G. Teknik Analisis Data ................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 37
A. Gambaran Umum Bank BNI Syariah Makassar ....................... 37
B. Hasil Penelitian ........................................................................ 62
C. Pembahasan ............................................................................ 93
BAB V PENUTUP ................................................................................ 96
A. Kesimpulan .............................................................................. 96
B. Saran ........................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 98
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini perkembangan sektor keuangan mengalami pertumbuhan
yang cukup signifikan. Di antara indikator perkembangan tersebut adalah
meningkatnya kebutuhan terhadap berbagai fasilitas instrumen-instrumen
keuangan (Financial Instruments) baik melalui perbankan maupun
lembaga keuangan non bank. Selain itu, pertumbuhan lembaga-lembaga
keuangan syariah telah menjadi alternatif bagi para investor dan pelaku
ekonomi yang menuntut institusi dan instrumen keuangan (Islamic
Financial Institution) yang memenuhi ketentuan syariah (Syariah
Compliance).
Masyarakat muslim dihadapkan pada tantangan masalah
perekonomian, terutama dari segi keuangan yang halal. Ini disebabkan
karena banyak transaksi keuangan konvensional yang menawarkan
sistem yang berbasis riba. Kondisi ini terjadi meluas dan terkenal baik di
negara yang mayoritas muslim maupun non muslim bahkan di Barat.
Sebagai muslim maka perolehan harta harus dipertimbangkan unsur halal
dan tidak halal. Fenomena tersebut menjadi tantangan bagi masyarakat
muslim dalam melaksanakan kegiatan ekonomi yang baik untuk
menciptakan perekonomian rakyat sesuai syariat.
Ekonomi keuangan Syariah bertujuan mendorong pertumbuhan
ekonomi rakyat (umat), menjaga kestabilan juga keseimbangan sektor riil
1
2
dan sektor moneter, namun juga harus memperhatikan dasar hukum
Islam1 yaitu agar terhindar dari ketidakadilan. Keuangan Islam tentu
memiliki ciri khusus yang membedakan, yaitu terbebas dari segala unsur
riba, unsur kedzaliman, unsur eksploitasi, dan seluruh unsur yang
memusat pada ketidakadilan.
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Ali Imran, 3: 130).2
Pada sisi lain, keuangan konvensional dalam bentuk hutang
piutangnya adalah cara eksploitasi. Efisiensi dari keuangan Islam ini
akhirnya membentuk pemikiran yaitu terbentuknya lembaga keuangan
Islam baik perbankan maupun non perbankan. Lembaga ini sama-sama
memiliki misi keumatan yang jelas. Sistem operasionalnya menggunakan
syariah Islam, hanya produk dan manajemennya sedikit berbeda.
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang
dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan
sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut
maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta
1Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta:
Gema Insani, 2001), h. 18.
2Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha
Putra, 1989), h. 93.
3
larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram. Menurut
UU No. 21 tahun 2008 perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam pengertian lain Bank Syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta
peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariah Islam.3
Perbankan Syariah juga dalam aktivitasnya sebagai wadah dalam
menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana dari masyarakat
tersebut berdasarkan pada Undang-Undang No.7/46/PBI/2005 tentang
akad penghimpunan dana dan penyaluran dana bagi bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, guna
melaksanakan prinsip-prinsip Islam untuk saling membantu dan
bekerjasama didalam masyarakat agar dalam mengelola keuangan dapat
pula bermanfaat bagi masyarakat lainnya yang membutuhkan. Sehingga
rasa tolong-menolong dan saling memiliki dapat tumbuh di dalam diri
manusia tersebut.
Sebagaimana firman-Nya di dalam surat Al-Maidah (5) ayat 2 juga
menerangkan:
3Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan AMPYKPN, 2002), h. 13.
4
...
Terjemahnya:
“ … Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong untuk berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.4 Dewasa ini, tingkat kebutuhan masyarakat semakin hari semakin
bertambah. Jika tidak diimbangi dengan pendapatan yang juga bertambah
maka semakin berat beban yang harus ditanggung masyarakat, apalagi
ditambah dengan biaya-biaya yang tidak terduga yang dapat lebih
mempengaruhi kondisi keuangan mereka seperti biaya keberangkatan
Umrah. Akhir-akhir ini Umrah lebih banyak diminati oleh masyarakat
dikarenakan masa tunggu keberangkatannya yang tidak membutuhkan
waktu yang lama dibandingkan dengan haji yang membutuhkan waktu
bertahun-tahun untuk bisa berangkat. Selain itu Umrah dalam
penyelenggaraannya juga hanya memerlukan biaya yang lebih sedikit
daripada biaya penyelenggaraan haji yaitu hanya sekitar 15 - 25 juta.
Dengan melihat fenomena yang ada di masyarakat, Bank Syariah
khususnya Bank BNI Syariah Makassar harus mengikuti kebutuhan
nasabah yang semakin hari semakin bervariasi dengan memunculkan
produk pembiayaan baru, salah satunya adalah pembiayan konsumtif.
Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
4Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha
Putra, 1989), h. 152.
5
memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan.5 Menurut
jenis akadnya dalam produk pembiayaan syariah, pembiayaan konsumtif
dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu pembiayaan konsumen akad
Murabahah, pembiayaan konsumen akad IMBT (Ijarah Muntahiyah Bit
Tamlik), pembiayaan konsumen akad Ijarah, pembiayaan konsumen akad
Istishna, dan pembiayaan konsumen akad Qard dan Ijarah.6 Adapun jenis
produk pembiayaan konsumtif di Bank BNI Syariah Makassar antara lain:
penyaluran jasa multiguna, pembelian kendaraan, pergi Umrah, beli emas
logam mulia batangan, pembelian bangunan dan lain-lain. Salah satu
yang akan dibahas penulis adalah akad Ijarah dalam penyaluran jasa
pada pengurusan keberangkatan Ibadah Umrah di Bank BNI Syariah
Makassar. Hal ini dikarenakan Bank BNI Syariah Makassar telah
mengadakan pembiayaan talangan Umrah dengan menggunakan akad
Ijarah pada produknya BNI Fleksi Umrah iB Hasanah setelah
diberhentikannya pembiayaan talangan Haji.
Pada akhirnya kita akan melihat manajemen dan praktik yang
digunakan dalam akad Ijarah bagi nasabah calon jamaah Umrah di Bank
BNI Syariah Makassar. Bagaimana pelaksanaannya, manfaat, dampak
yang ditimbulkannya serta kesesuaian implementasinya terhadap fatwa
DSN-MUI. Dari latar belakang yang telah dijabarkan, maka penulis tertarik
5Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2001), h. 168.
6Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Cet. VII;
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 244.
6
mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Akad Ijarah Bagi
Nasabah Calon Jamaah Umrah Pada Bank BNI Syariah Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang
masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu :
1. Bagaimana implementasi akad Ijarah bagi nasabah calon jamaah
Umrah pada Bank BNI Syariah Makassar?
2. Apakah sistem penerapan akad Ijarah pada Umrah di Bank BNI
Syariah Makassar sudah sesuai fatwa DSN-MUI?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi akad Ijarah bagi nasabah calon
jamaah Umrah pada Bank BNI Syariah Makassar.
2. Untuk mengetahui sistem penerapan akad Ijarah pada Umrah di
Bank BNI Syariah Makassar sudah sesuai fatwa DSN-MUI.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini dibedakan dalam
manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat memberikan pengetahuan dan
pemahaman dalam bidang Ekonomi Islam dan lebih khususnya
terkait Perbankan Syariah mengenai akad ijarah.
7
b. Dapat dijadikan sebagai sarana referensi dalam melakukan
penelitian lain yang sesuai dengan bidang penelitian yang
penulis teliti.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Bank
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan semoga
hasil dari penelitian ini dapat membantu mempromosikan dan
memperkenalkan lebih lanjut tentang pembiayaan pengurusan
Ibadah Umrah terhadap masyarakat umum, dan juga bisa
memberi andil lebih kepada instansi terkait.
b. Bagi Masyarakat
Dengan dibuatnya penulisan ini diharapkan dapat
membantu masyarakat dalam memperoleh dan menggali
informasi mengenai produk pembiayaan pengurusan Ibadah
Umrah, sehingga masyarakat bisa lebih memahami bagaimana
dan apa yang harus dilaksanakan dalam menggunakan produk
pembiayaan untuk pengurusan Ibadah Umrah.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Akad Ijarah
1. Definisi Akad Ijarah
Akad dalam bahasa Arab yaitu al-aqad, jamaknya al-uqud,
berarti ikatan atau mengikat (ar-rabth). Menurut istilah (terminologi)
hukum Islam, akad adalah pertalian antara penyerahan (ijab) dan
penerimaan (qabul) yang dibenarkan oleh syariah, yang
menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya. Sedangkan
menurut Santoso, akad dalam arti khusus berarti keterkaitan
antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan
qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang
disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu.7
Secara etimologi (bahasa) akad mempunyai beberapa arti,
antara lain8 :
a. Mengikat (Ar-Rabthu), yaitu “Mengumpulkan dua ujung tali dan
mengikat salah satunya dengan yang lain sehingga
bersambung, kemudian keduanya menjadi sebagai sepotong
benda.”
b. Sambungan (‘Aqdatun), yaitu “Sambungan yang memegang
kedua ujung itu dan mengikatnya.”
7Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), h. 35.
8Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Cet. IX; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 44.
8
9
c. Janji (Al-‘Ahudu), sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran:
Terjemahnya:
“(bukan demikian), Sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertaqwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.” (QS. Ali Imran, 3: 76).9
....
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu....” (QS. Al-Maidah, 5: 1).10
Akad merupakan perjanjian dan pemufakatan yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih, di mana isi kesepakatan itu
tidak boleh menyimpang dan harus sejalan dengan hukum-hukum
syariah. Akad akan menjadi semacam pedoman dalam
bertransaksi, sekaligus mengandung konsekuensi bagi para pihak
untuk menaatinya.11 Dalam perbankan syariah akad yang
dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi (akhirat)
karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Seringkali
nasabah berani melanggar kesepakatan atau perjanjian yang telah
dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka,
9Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha
Putra, 1989), h. 84.
10Ibid, h. 152.
11Laksamana Yusak, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah, (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2009), h. 8.
10
tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memilki
pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.12 Jadi, menurut
penulis akad adalah perjanjian yang terdiri dari dua belah pihak
dan mengikat kedua pihak tersebut, serta terdapat ketentuan-
ketentuan yang harus disepakati.
Menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah, Al-Ijarah berasal
dari kata al-ajru yang berarti al-‘iwadhu yang berarti ganti danupah.
Sedangkan dalam pengertian Syara‟, Al-Ijarah ialah suatu jenis
akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.13
Pengertian lain dari ijarah menurut Syafi‟i Antonio adalah “akad
pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri”.14
Menurut Hanafiyah bahwa “ijarah ialah akad untuk
membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dengan sengaja
dari suatu zat yang disewa dengan imbalan” dan menurut
Muhammad Al-Syarbini al-Khatib bahwa “yang dimaksud dengan
ijarah adalah pemilikan manfaat dengan adanya imbalan dan
syarat-syarat”.15 Adapun ijarah dalam hukum Islam didefinisikan
12
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 29.
13Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1977), h. 1.
14Muhammad Syafi‟i Antonio, op. cit., h. 117.
15Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Cet. IX; Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 114-
115.
11
sebagai suatu akad atas beban yang objeknya adalah manfaat dan
jasa.16
Sewa menyewa dalam konstitusi Negara Indonesia
berdasarkan KUHPer (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)
sebagaimana dalam pasal 1548. Sewa menyewa didefinisikan
sebagai suatu persetujuan, dengan pihak yang satu mengikatkan
diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak
yang lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga
disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu. Orang dapat
menyewakan berbagai jenis barang, baik yang tetap maupun yang
bergerak.17 Pada konstitusi Negara Indonesia juga telah diatur
mengenai landasan hukum sewa menyewa yang merupakan
kategori jenis hukum perdata. Pada Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPer) sewa menyewa dijelaskan dari pasal 1548
sampai pasal 1600. Sewa menyewa yang diatur dalam KUHPer ini
berupa penyewaan rumah dan penyewaan tanah pada pasal 1550-
1580, sewa rumah dan perabotannya pada Pasal 1581-1587, serta
sewa tanah mulai pasal 1588 hingga 1600.
Berdasarkan pengertian akad dan Ijarah diatas dapat
disimpulkan bahwa, Akad Ijarah merupakan akad kontrak antara
pihak yang menyewakan dan pihak penyewa atas pemanfaatan
16
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 54.
17Kemenkumham,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Litbang
Kemenkumham), h. 268.
12
barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa
(ujrah) yang telah disepakati oleh kedua belah pihak tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang atau jasa tersebut.
Sebagaimana yang disebutkan dalam fatwa DSN-MUI
No.112/DSN-MUI/IX/2017 tentang akad Ijarah bahwa Akad Ijarah
adalah akad sewa antara mu'jir (pemberi sewa) dengan musta’jir
(penyewa/penerima manfaat barang) atau antara musta'jir dengan
ajir (pihak yang memberikan jasa) untuk mempertukarkan
manfa'ah dan ujrah, baik manfaat barang maupun jasa.
2. Landasan Hukum Ijarah
...
Terjemahnya:
“... Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, makatidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah, 2: 233).18 Menurut ayat di atas disebutkan bahwa “apabila kamu
memberikan pembayaran yang patut” menunjukan adanya jasa
18
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra, 1989), h. 53.
13
yang diberikan berkat kewajiban membayar upah (fee) secara
patut, termasuk didalamnya jasa penyewaan atau leasing.19
Terjemahnya:
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: „Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya‟ ”. (QS. Al-Qashash, 28: 26).20 Landasan syariah lain yaitu dari hadist yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah, bahwa Nabi SAW bersabda :
أُ عُطُوا اْلأجِیْرَأَ جْرَهُ قَبْلَ انَْ یَّجِفَ عُرُ قُهُTerjemahnya:
“Berikanlah olehmu upah orang sewaan sebelum keringatnya kering.” Kebolehan mengambil upah yang dianggap sebagai
perbuatan baik. Jika ijarah suatu pekerjaan, maka kewajiban
pembayaran upahnya pada waktu berakhirnya pekerjaan.21
Riwayat lain yaitu dari Ibnu Abbas oleh Al Bukhari dan Muslim,
bahwa Nabi SAW bersabda :
لم) س بخا رى و م ا مَ أَ جْرَهُ (رواه ال اِحْتَجِمْ وَ اعْطِ الحُجَّ
19
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 118.
20Departemen Agama RI, op. cit., h. 603.
21Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 13, (Bandung: PT Alma‟arif, 1987), h. 21.
14
Terjemahnya:
“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.” Landasan Ijma’ nya ialah semua umat bersepakat, tidak ada
seorang ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma’) ini,
sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang berbeda
pendapat, tetapi hal itu tidak dianggap.22
Dalam pembiayaan ijarah konsep yang digunakan hampir
sama dengan pembiayaan murabahah yang menjadi pembeda
adalah objek transaksinya. Pada pembiayaan murabahah objek
yang diperjualbelikan adalah barang sedangkan dalam
pembiayaan ijarah objek transaksinya adalah manfaat maupun
jasa.23
3. Rukun dan Syarat Ijarah
a. Shigat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari
kedua belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara
verbal atau dalam bentuk lain.
b. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi
jasa dan penyewa/pengguna jasa.
c. Objek akad ijarah, yaitu:
1) Manfaat barang dansewa; atau
22
Ibid, h. 18.
23Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan Edisi 4, (Cet. VII;
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 137.
15
2) Manfaat jasa dan upah.24
4. Ketentuan Objek Ijarah
a. Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau
jasa.
b. Manfaat barang atau jasa harus dapat dinilai dan dapat
dilaksanakan dalam kontrak.
c. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak
diharamkan).
d. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai
dengan syariah.
e. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk
menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan
mengakibatkan sengketa.
f. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk
jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau
identifikasi fisik.
g. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar
nasabah kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu
yang dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan
sewa atau upah dalam ijarah.
h. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat
lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.
24
Fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.
16
i. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau sewa
dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.25
5. Kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan ijarah
a. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:
1) Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang
diberikan.
2) Menanggung biaya pemeliharaan barang.
3) Menjamin bila terjadi cacat pada barang yang disewakan.
b. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau
jasa:
1) Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk
menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai
akad (kontrak).
2) Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya
ringan (tidak materiil).
3) Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran
dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena
kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia
tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau
jika terjadi perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaiannya
25
Fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.
17
dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai
kesepakatan melalui musyawarah.26
6. Batalnya Ijarah
Menurut Sayyid Sabiq pada bukunya Fikih Sunnah, ijarah
dapat menjadi fasakh (batal) karena hal-hal sebagai berikut:
a. Terjadi aib pada barang sewaan yang kejadiannya di tangan
penyewa atau terlihat aib lama padanya.
b. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah dan binatang
yang menjadi ‘ain.
c. Rusaknya barang yang diupahkan (ma’jur ‘alaih) karena akad
tidak mungkin terpenuhi sesudah rusaknya (barang).
d. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan atau selesainya
pekerjaan atau berakhirnya masa, kecuali jika terdapat uzur
yang mencegah fasakh.
Ujrah diperbolehkan dalam pembiayaan ijarah dan lembaga
keuangan syariah boleh memperolehnya. Tetapi ujrah disyaratkan
diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik dalam sewa
menyewa maupun dalam upah mengupah.27 Menurut fatwa DSN-MUI
No. 112/DSN-MUI/IX/2017 tentang akad Ijarah, (1) Ujrah boleh berupa
uang, manfaat barang, jasa, atau barang yang boleh dimanfaatkan
menurut syariah (mutaqawwam) dan peraturan perundang-undangan
26
Fatwa DSN-MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.
27Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah Edisi 1, (Cet. IX; Jakarta: Rajawali Pers, 2014),
h. 118.
18
yang berlaku; (2) Kuantitas dan/atau kualitas ujrah harus jelas, baik
berupa angka nominal, presentase tertentu, atau rumus yang
disepakati dan diketahui oleh para pihak yang melakukan akad; (3)
Ujrah boleh dibayar secara tunai, bertahap/angsur, dan tangguh
berdasarkan kesepakatan sesuai dengan syariah dan/atau peraturan
perundang-undangan yang berlaku; (4) Ujrah yang telah disepakati
boleh ditinjau ulang atas manfaat yang belum diterima oleh Musta’jir
(penyewa/penerima manfaat barang) sesuai kesepakatan.
Pada ijarah beberapa barang yang dapat disewa seperti barang
modal, barang produksi, barang kendaraan transportasi juga
didalamnya termasuk jasa untuk membayar ongkos seperti uang
sekolah, tenaga kerja, kesehatan, dan lain-lain.28 Seperti yang
dijelaskan pada kitab Al Muhadzdzab dikutip dari Fatwa DSN-MUI
tentang multijasa bahwa boleh melakukan akad ijarah (sewa-
menyewa) atas manfaat karena keperluan manfaat sama dengan
keperluan terhadap benda. Oleh karena akad jual beli atas benda
dibolehkan maka sudah seharusnya boleh pula akad ijarah atas
manfaat.
B. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan atau penerapan suatu
kegiatan. Pengertian implementasi menurut Nurdin Usman,
28
Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 183.
19
“implementasi atau pelaksanaan adalah bermuara pada aktivitas, aksi,
tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi bukan
sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk
mencapai tujuan kegiatan”.29
Menurut Majone dan Wildavsky (2002), menjelaskan bahwa
“implementasi sebagai evaluasi”. Lebih lanjut diungkapkan oleh
Schubert (2002) menjelaskan bahwa ”implementasi adalah sistem
rekayasa”.30 Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) dijelaskan sebagai pelaksanaan atau penerapan. Artinya yang
dilaksanakan dan diterapkan adalah sesuatu yang telah dirancang/
didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa implementasi merupakan penerapan atau
pelaksanaan kebijakan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati
bersama.
C. Umrah
Umrah adalah salah satu kegiatan Ibadah dalam agama Islam.
Hampir mirip dengan Ibadah Haji, Ibadah ini dilaksanakan dengan cara
melakukan beberapa ritual ibadah di kota suci Mekkah, khususnya di
Masjidil Haram.
Pada istilah teknis syariah, Umrah berarti melaksanakan thawaf
di Ka‟bah dan Sa’i antara Shafa dan Marwah, setelah memakai ihram
29
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 70.
30Ibid.
20
yang diambil dari miqat. Sering disebut pula dengan haji kecil. Umrah
hukumnya fardhu, seperti halnya haji. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT sebagai berikut.
Terjemahnya:
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). dan bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.”(QS. Al-Baqarah, 2: 196).31
31
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra, 1989), h. 43.
21
Ayat tersebut mengandung makna bahwa Allah memerintahkan
umat Muslim untuk menunaikan Haji dan Umrah secara sempurna
(kedua-duanya dilaksanakan dengan baik). Rasulullah pun
menganjurkan perempuan untuk ikut berjihad sebagaimana laki-laki,
hanya caranya saja yang berbeda, yakni dengan melakukan Ibadah
Umrah. Hal ini sudah diterangkan dalam hadist Nabi dari „Aisyah R.A:
“Pernah aku bertanya, „Ya Rasul Allah, apakah kaum wanita wajib melakukan perjuangan?‟ „Ya,‟ jawab Rasul, „perjuangan tanpa perang, yaitu melakukan haji dan umrah.”
Tidak hanya itu, Allah juga menyerukan hambanya untuk
menunaikan Ibadah Haji dan Umrah melalui firman-Nya di dalam surat
Al-Baqarah (2) ayat 158 :
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui”.32
Perbedaan Umrah dengan Haji adalah pada waktu dan tempat.
Umrah dapat dilaksanakan sewaktu-waktu (setiap hari, setiap bulan,
setiap tahun) dan hanya di Mekkah, sedangkan haji hanya dapat
32
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra, 1989), h. 35.
22
dilaksanakan pada beberapa waktu antara tanggal 8 Dzulhijjah hingga
12 Dzulhijjah serta dilaksanakan sampai ke luar kota Mekkah.
Umrah secara bahasa mempunyai arti meramaikan atau
memeriahkan. Adapun menurut istilah, para ulama ahli fiqh
mendefinisikan Umrah sebagai: “Amalan yang dengan sengaja
dilakukan untuk mendatangi ka‟bah untuk melaksanakan ritual untuk
ibadah tertentu yang terdiri atas thawaf, sa’i dan tahallul (bercukur)”.
Umrah dapat juga diartikan mengunjungi Baitullah dengan
maksud beribadah kepada Allah dengan cara-cara tertentu menurut
syara‟. Ibadah Umrah juga dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
Umrah yang dilakukan sewaktu-waktu dan Umrah yang dilakukan
dalam rangkaian atau bersamaan dengan ibadah haji, sehingga
dilakukan pada bulan haji pula.33
Umrah menurut bahasa bermakna ziarah. Menurut istilah syara‟
Umrah ialah menziarahi Ka‟bah, melakukan tawaf di sekelilingnya,
bersa‟yu antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting
rambut. Syarat sah dalam melaksanakan ibadah Umrah sama dengan
syarat untuk mengerjakan haji, yaitu: merdeka (bukan budak atau
hamba sahaya), istitha’ah (mampu), dan ada mahram (khusus bagi
perempuan). Persyaratan dalam melaksanakan ibadah Umrah yaitu:
1. Beragama Islam.
33
A.Solihin As Suhaili, Kitab Super Lengkap Tuntutan Haji dan Umrah, (Jakarta: Cahaya Ilmu, 2015), h. 3.
23
2. Baligh (dewasa), berakal sehat dan merdeka. Orang yang baligh
sudah dapat membedakan mana yang benar dan mana yang tidak,
dan sudah mendapat tanggung jawab secara agama. Selain itu
orang yang memiliki akal sehat juga akan dapat mengikuti ketentuan
dan panduan-panduan dalam melaksanakan ibadah Umrah serta
orang yang merdeka tidak lagi berada dalam pengampuan (bukan
budak atau hamba sahaya).
3. Istitha’ah (mampu), baik secara materi, rohani, fisik, pengetahuan
dan keamanannya serta tidak terhalang atau mendapat izin untuk
perjalanan Umrah. Kemampuan materi juga tidak hanya memiliki
materi atau bekal dengan cukup untuk dirinya dan keluarga yang
ditinggalkannya, tetapi bagaimana harta tersebut diperoleh. Jangan
sampai harta yang digunakan untuk melaksanakan ibadah Umrah
bersumber dari sumber yang tidak halal.
4. Bisa melakukan perjalanan, maksudnya adalah mempunyai waktu
yang sesuai untuk berangkat Umrah. Namun jika ia belum memiliki
waktu yang sesuai misalnya karena kuota jamaah Umrah terbatas,
jamaah boleh mengundurkannya.34
Syarat-syarat mampu dalam ibadah Umrah yaitu:
1. Sehat jasmani dan rohani tidak dalam keadaan tua renta, sakit
berat, lumpuh, mengalami sakit parah menular, gila, stres berat, dan
lain sebagainya. Sebaiknya Umrah dilaksanakan ketika masih muda
34
A. Solihin As Suhaili, Kitab Super Lengkap Tuntutan Haji dan Umrah, (Jakarta: Cahaya Ilmu, 2015), h. 6-7.
24
belia, sehat dan gesit sehingga mudah dalam menjalankan ibadah
Umrah.
2. Memiliki uang yang cukup untuk ongkos naik Umrah pulang pergi
serta punya bekal selama menjalakan ibadah Umrah. Jangan
sampai terlunta-lunta di Arab Saudi karena tidak punya uang lagi.
Jika punya tanggungan keluarga pun harus tetap diberi nafkah
selama Umrah.
3. Keamanan yang cukup selama perjalanan dan melakukan ibadah
Umrah serta keluarga dan harta yang ditinggalkan selama Umrah.
Khusus bagi perempuan harus didampingi oleh suami atau mahram
laki-laki dewasa yang dapat dipercaya.35
Rukun Umrah adalah sesuatu perkara atau pekerjaan yang
harus dilakukan dalam mengerjakan proses ibadah Umrah dan
menentukan sah atau tidaknya ibadah tersebut. Dengan kata lain jika
tidak dilaksanakan maka batal ibadahnya. Yang termasuk dalam rukun
ibadah Umrah yaitu:
1. Ihram, ialah meniatkan salah satu dari dua ibadah, yaitu ibadah haji
atau Umrah, atau meniatkan untuk kedua ibadah itu sekaligus,
dengan disertai mengenakan pakaian tertentu untuk ihram.
2. Thawaf, adalah mengasingkan diri atau mengantarkan diri ke suatu
panggung replika padang mahsyar suatu tamsil bagaimana kelak
35
Ali Syariati, Rahasia Ibadah Haji, (Bandung: Mizan Pustaka, 2012), h. 23.
25
manusia dikumpulkan di suatu padang mahsyar dalam formasi antri
menunggu giliran untuk dihisab oleh Allah SWT.
3. Sa’i, adalah berjalan agak cepat antara shafa dan marwah
sebanyak tujuh kali, dimulai dari shafa dan terakhir dimarwah.
4. Tahallul (memotong rambut atau bercukur) adalah bagian dari rukun
Umrah. Dengan memotong rambut, apa yang dinamai tahallul,
sehingga larangan-larangan ihram yang sebelum ini haram
dilakukan, kini menjadi halal (boleh).
5. Tertib yaitu urut-urutan, dalam melaksanakan Umrah harus
urut/antri tidak boleh seenaknya saja.
Adapun wajib Umrah adalah melakukan Ihram ketika hendak
memasuki miqat dan bertahallul dengan menggundul atau memotong
sebagian rambut. Jenis-jenis Umrah yaitu:
1. Umrah Mufradah, adalah salah satu jenis Umrah yaitu manasik
khusus di miqat dan Mekkah. Disebut Umrah mufradah karena tidak
memiliki kaitan dengan haji dan dilakukan secara terpisah. Umrah
mufradah tidak terkhususkan pada zaman tertentu dan bisa
dilaksanakan sepanjang tahun. Meskipun sebagian riwayat Umrah
Rajabiyyah (Umrah yang dilaksanakan pada bulan Rajab) memiliki
fadhilah dan keutamaan yang lebih banyak.
2. Umrah Tamattu’ adalah ibadah Umrah yang dilaksanakan
bersamaan dengan Haji. Dimana orang yang melaksanakan ibadah
26
haji harus melakukan ibadah Umrah terlebih dahulu, lalu
melaksanakan amalan-amalan ibadah haji pada sekali perjalanan.36
D. Implementasi Ijarah Pada Umrah
Ijarah merupakan akad sewa menyewa. Dalam perbankan, akad
ini salah satunya ditujukan untuk nasabah calon jamaah Umrah dalam
bentuk pembiayaan konsumtif yang habis pakai untuk memenuhi
kebutuhan jasa pengurusan perjalanan ibadah Umrah nasabah. Salah
satu produk dari pembiayaan konsumtif bank untuk Umrah khususnya
pada Bank BNI Syariah Makassar adalah produk BNI Fleksi Umrah iB
Hasanah yaitu suatu kegiatan penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan yang menggunakan akad ijarah dan bekerjasama dengan
Biro Perjalanan Umrah. Di sini bank bertindak sebagai pemberi sewa
atau pemberi jasa, sedangkan nasabah bertindak sebagai penyewa
atau pengguna jasa. Bank akan memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau
fee dari nasabah atas pemanfaatan jasa pihak bank untuk pengurusan
perjalanan ibadah Umrah nasabah yang bersangkutan.
Implementasi ijarah pada Umrah yaitu pelaksanaan sistem akad
sewa menyewa jasa dalam bentuk pembiayaan yang diterapkan oleh
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) khususnya Bank BNI Syariah
Makassar pada pengurusan perjalanan ibadah Umrah yang sesuai
dengan fatwa DSN-MUI dimulai dari proses pengajuan permohonan
36
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Haji, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2007), h. 13.
27
pembiayaan dari nasabah kepada pihak Bank BNI Syariah Makassar
sampai pada proses pencairan dana pembiayaan serta pengembalian
dana pembiayaannya. Fatwa DSN-MUI yang terkait adalah
No.112/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Ijarah, No.09/DSN-MUI/
IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah, No.44/DSN-MUI/VIII/2004
Tentang Pembiayaan Multijasa, No.56/DSN-MUI/V/2007 Tentang
Ketentuan Review Ujrah Pada Lembaga Keuangan Syariah, dan
No.17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang
Menunda-nunda Pembayaran.
E. Penelitian Terdahulu
Skripsi karya Ahmad Pahrudin (2014) Prodi Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Analisis Penerapan Akad
Ijarah Pada Pembiayaan Ijarah di Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Pekerja Pos Indonesia” yang membahas tentang bagaimana
mekanisme pembiayaan dan prinsip penilaian pembiayaan ijarah
sehubungan dengan pembiayaan yang diajukan.
Skripsi karya Widiana Sisilia Yuliayu (2016) Prodi Manajemen
Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Pembiayaan
Talangan Dana Umroh Melalui Produk Ijarah Flexi iB Hasanah Umroh
Pada Bank BNI Syariah Cabang Jakarta Barat” yang membahas
tentang analisis kelayakan penilaian pembiayaan Umroh dengan
28
menggunakan akad ijarah pada Bank BNI Syariah Cabang Jakarta
Barat dilihat dari sejumlah kasus yang ditemukan pada nasabah dan
implementasinya lebih menekankan capacity terkait pendapatan calon
nasabah dan collacteral terkait jaminan atas pengajuan pembiayaan.
Perbedaan penelitian penulis dengan skripsi yang telah ada
yaitu dari segi pembahasan penelitiannya. Penulis akan menjelaskan
tentang kesesuaian fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI dengan
sistem akad ijarah yang diterapkan oleh Bank BNI Syariah pada
produk Fleksi Umrah iB Hasanah dan hukum menunaikan Ibadah
Umrah menggunakan uang pinjaman.
29
F. Kerangka Pikir
Studi Empirik
Ahmad Pahrudin (2014)
Analisis Penerapan Akad
Ijarah Pada Pembiayaan
Ijarah di Koperasi Jasa
Keuangan Syariah Pekerja
Pos Indonesia
Widiana Sisilia Yuliayu
(2016) Pembiayaan
Talangan Dana Umroh
Melalui Produk Ijarah Flexi
iB Hasanah Umroh Pada
Bank BNI Syariah Cabang
Jakarta Barat
Studi Teoritik
Fatwa DSN-MUI
No.09/DSN-MUI/IV/2000
Tentang Pembiayaan
Ijarah.
Fatwa Dewan Syariah
Nasional No.112/DSN-
MUI/IX/2017 Tentang Akad
Ijarah.
Fatwa Dewan Syariah
Nasional No.19/DSN-
MUI/VII/2004 Tentang
Pembiayaan Multijasa.
UU No. 21/2008 Tentang
Perbankan Syariah.
Ijarah menurut Hanafiyah
(Hendi Suhendi, Fiqh
Muamalah Cet. IX,
Jakarta: Rajawali Pers,
2014, h. 114-115).
Sewa menyewa menurut
KUHPer Pasal 1548-1600. Tujuan Penelitian
1. Pengembangan Ilmu
2. Manfaat Karya Ilmiah
3. Motivasi Penelitian Lanjutan
4. Kesimpulan
5. Saran
Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi akadIjarah
bagi nasabah calon jamaah umrah
pada Bank BNI Syariah?
2. Apakah sistem penerapan akad Ijarah
pada umrah di Bank BNI Syariah
sudah sesuai fatwa DSN-MUI?
Studi
Al-Quran dan As-Sunnah
Al-Quran
QS. Al-Maidah (5): 2, Tolong Menolong
QS. Ali Imran (3):76, Menepati Janji
QS. Al-Maidah (5): 1, Menepati Janji
QS. Al-Baqarah (2): 233, Upah Mengupah
QS. Al-Qashash (28): 26, Upah Mengupah
QS. Al-Baqarah (2): 158, Perintah Menunaikan Haji dan Umrah
QS. Al-Baqarah (2): 196, Perintah Menunaikan Haji dan Umrah
As-Sunnah
HR. Ibnu Majah, Upah Mengupah
HR. Al Bukhari dan Muslim, Upah Mengupah
HR. „Aisyah R.A, Perintah Menunaikan Haji dan Umrah
Judul Skripsi
Implementasi Akad Ijarah Bagi
Nasabah Calon Jamaah Umrah Pada
Bank BNI Syariah Makassar
Analisis Kualitatif
Pembahasan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
metode kualitatif. Kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna
(perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Negara Indonesia (BNI)
Syariah, Tbk Cabang Makassar, yang terletak di Jl. Dr. Sam. Ratulangi
No. 140, Telp. (0411) 8914670, Makassar, Sulawesi Selatan. Adapun
waktu penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 (dua) bulan,
yaitu 24 Februari – 24 April 2018.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
1. Implementasi Pembiayaan Umrah
Implementasi Pembiayaan Umrah adalah pelaksanaan pada
sistem penyaluran dana oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS)
untuk memenuhi kebutuhan nasabah dalam membiayai pengurusan
perjalanan Ibadah Umrah nasabah.
37
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatatif dan R&D, (Cet. X; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 85.
30
31
2. Akad Ijarah
Akad Ijarah merupakan akad kontrak antara pihak yang
menyewakan dan pihak penyewa atas pemanfaatan barang atau
jasa dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) yang
telah disepakati oleh kedua belah pihak tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang atau jasa tersebut.
D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
dua kategori, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data.38 Data yang diperoleh langsung dari
informan di lokasi penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian
penulis seperti staf Bank BNI Syariah Makassar dan Ulama.
2. Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, yaitu melalui orang lain
atau dokumen.39 Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder
adalah dokumen-dokumen, buku-buku dan data-data lain yang
berkaitan dengan judul penulis.
38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatatif dan R&D, (Cet. X; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 193.
39Ibid.
32
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dapat disebut sebagai alat. Yang dimaksud dengan
alat di sini adalah alat untuk mengumpulkan data.40 Begitu juga
pendapat Gulӧ, instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk
mengumpulkan data. Dalam metode penelitian kualitatif, peneliti
bahkan sebagai instrumen, sementara instrumen lainnya yaitu buku
catatan, tape recorder (video/audio), kamera dan sebagainya.41
Sebagaimana penyataan Sugiyono, bahwa dalam penelitian kualitatif
instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya
setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan
dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah
ditemukan melalui observasi dan wawancara.42
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada
dua macam, pertama, peneliti itu sendiri dikarenakan penelitian ini
bersifat kualitatif dan kehadiran peneliti di lapangan menjadi syarat
mutlak dalam memenuhi syarat pengumpulan data berupa
wawancara; kedua, menggunakan buku catatan yang berisi
pertanyaan-pertanyaan, tape recorder (video/audio), kamera dan
40
Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Cet. IX; Jakarta: Ghalia Indonesia, 2011), h. 87.
41W. Gulӧ, Metode Penelitian, (Jakarta: Grasindo, 2010), h. 123.
42Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatatif
dan R&D, (Cet. X; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 61.
33
sebagainya sebagai syarat dalam memenuhi pengumpulan data
melalui survei dan wawancara kepada informan dalam penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Penelitian kepustakaan (library research)
Yaitu penulis melakukan pengumpulan data dengan cara
membaca literatur yang relevan dengan judul, baik melalui buku
maupun melalui internet, serta bahan-bahan normatif berupa
produk hukum seperti Undang-Undang, PBI dan Fatwa DSN-MUI.
2. Penelitian dilapangan (Field Research)
a. Wawancara (Interview)
Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan
jalan wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada informan. Wawancara merupakan
salah satu bagian terpenting dari setiap survei. Tanpa
wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya
dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada
informan. Data semacam itu merupakan tulang punggung suatu
penelitian survei. Dalam penelitian ini peneliti akan
mewawancarai staf Bank BNI Syariah Makassar dan Ulama
sebagai sumber data dalam penelitian ini.
34
b. Observasi (observation)
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.43 Metode observasi adalah pengumpulan data yang
dilakukan dengan sengaja, sistematis mengenai fenomena
sosial dan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan
pencatatan. Dalam kaitannya dengan penelitian ini penulis
langsung terjun ke lapangan menjadi partisipan (observer
partisipatif) untuk menemukan dan mendapatkan data yang
berkaitan dengan obyek penelitian guna mengetahui bagaimana
implementasi akad Ijarah untuk nasabah calon jamaah Umrah.
c. Dokumentasi (Documentation)
Dokumentasi dapat dilakukan dengan cara pengumpulan
data beberapa informasi tentang data dan fakta yang
berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian baik dari
sumber dokumen yang dipublikasikan, jurnal ilmiah, koran,
majalah, website, dan lain-lain.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut
ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya ke dalam pola,
tema atau kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan
43
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Cet. VIII; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 158.
35
makna kepada analisis deskriptif, menjelaskan pola atau kategori,
hubungan antara berbagai konsep.
Data penelitian diolah dan dianalisis secara kualitatif yaitu
menganalisa data berdasarkan kualitasnya lalu dideskripsikan dengan
menggunakan kata-kata sehingga diperoleh bahasa atau paparan
dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti kemudian
dapat ditarik kesimpulan. Berikut adalah langkah-langkah model
analisis data Miles dan Huberman44 menyatakan sebagai berikut.
1. Reduksi data, data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya sangat
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti
telah dikemukakan, makin lama peneliti di lapangan, maka jumlah
data makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting. Dicari tema dan polanya dan membuang yang
tidak perlu. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
2. Display data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah menyajikan data. Penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
44
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatatif dan R&D, (Cet. X; Bandung: Alfabeta, 2010), h. 338.
36
dan sejenisnya. Dengan menyajikan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Penarikan kesimpulan atau verification, kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Bank BNI Syariah Makassar
1. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah, Tbk.
BNI Syariah adalah lembaga perbankan di Indonesia. Bank
ini semula bernama Unit Usaha Syariah Bank Negara Indonesia
yang merupakan anak perusahaan PT BNI, Persero, Tbk. Sejak
2010, Unit Usaha BNI Syariah berubah menjadi bank umum
syariah dengan nama PT Bank BNI Syariah.45
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan
ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3
(tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu
menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang
lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10
Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit
Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta,
Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya seiring
perkembangan usaha berbasis syariah di Indonesia, UUS BNI
terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang Utama dan 31
Kantor Cabang Pembantu.
45
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_BNI_Syariah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 01.21 WITA
37
38
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan
syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling)
dengan lebih kurang 1.500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI
Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.
Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai
oleh KH. Ma‟ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui
pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian
izin usaha kepada PT. Bank BNI Syariah, dan di dalam Corporate
Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat
temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana
tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan
beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS).
Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari
faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan
diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN). Disamping itu, komitmen Pemerintah
terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan
kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga
semakin meningkat. Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah telah
mencapai 65 Kantor Cabang di seluruh Indonesia, 161 Kantor
39
Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan
20 Payment Point. BNI Syariah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas
Jasa Keuangan.46
2. Visi dan Misi PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah, Tbk.
a) Visi
“Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam
layanan dan kinerja”.
b) Misi
1) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan
peduli pada kelestarian lingkungan.
2) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa
perbankan syariah.
3) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
4) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan
untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai
perwujudan ibadah.
5) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.47
3. Struktur Organisasi PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah,
Tbk. Cabang Makassar
Menurut Handoko, bahwa struktur organisasi merupakan
perwujudan yang menunjukkan hubungan diantara fungsi-fungsi
46
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/perusahaan/tentangbnisyariah/sejarah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 01.55 WITA
47https://www.bnisyariah.co.id/id-id/perusahaan/tentangbnisyariah/visimisi diakses
pada 25 Mei 2018 pukul 01.59 WITA
40
dalam suatu organisasi serta wewenang dan tanggung jawab
setiap anggota organisasi yang menjalankan tugasnya.48
Struktur organisasi dibentuk dalam rangka upaya
menjalankan organisasi secara efektif dan efisien, dibutuhkan
ketetapan Struktur Organisasi yang mengakomodasi pembagian
bidang-bidang kerja masing-masing secara definitif. Struktur suatu
organisasi ditunjukkan dalam bentuk suatu skema organisasi, yaitu
suatu gambar grafis yang menjelaskan berbagai hubungan antara
fungsi-fungsi dalam organisasi, baik vertikal maupun horizontal
serta baik antar bagian maupun antar individu. Hal ini dimaksudkan
agar seluruh karyawan dapat melihat dan mengetahui kedudukan
masing-masing serta wewenang dan tanggungjawabnya terhadap
pekerjaan dan perusahaan.
Berikut adalah susunan kepemimpinan PT. Bank Negara
Indonesia (BNI) Syariah, Tbk. Cabang Makassar.
48
Handoko, T. Hani, Manajemen Personalian dan Sumber Daya Manusia Edisi Ke-2, (Yogyakarta: BPFE UGM, 2010), h. 90.
41
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. BNI Syariah, Tbk. Cabang Makassar, 2018
4. Produk PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah, Tbk.
a. Pendanaan
1) BNI Giro iB Hasanah
BNI Giro iB Hasanah adalah simpanan transaksional
dalam mata uang IDR dan USD yang dikelola berdasarkan
prinsip syariah dengan pilihan akad Mudharabah Mutlaqah
atau Wadiah Yadh Dhamanah yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek, Bilyet
Giro, Sarana Perintah pembayaran lainnya atau dengan
Pemindahbukuan.
Manfaat :
Giro dapat dibuka atas nama perorangan maupun
perusahaan.
42
Tersedia dalam pilihan mata uang, yaitu Rupiah dan US
Dollar.
Dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan.
Fasilitas:
Buku Cek dan Bilyet Giro khusus mata uang Rupiah.
Hasanah Debit Silver sebagai kartu ATM (bagi Nasabah
Giro Perorangan).
Layanan Mobile Banking, Internet Banking, SMS Banking,
dan Phone Banking (transaksi non-finansial).
Intercity Clearing untuk kemudahan penarikan cek atau
bilyet giro dari bank-bank di seluruh Indonesia.
Laporan rekening koran dikirimkan setiap bulan.
Cetak rekening koran sesuai permintaan nasabah
dikenakan biaya Rp.1.000 per lembar.
Automatic Transfer System Online (Sweep Account
Online): Untuk pendebetan secara otomatis rekening
tabungan/giro lainnya milik nasabah apabila terjadi
transaksi penarikan pada rekening giro, namun saldo giro
tersebut tidak cukup. (Fasilitas pendebetan otomatis ini
tidak berlaku untuk transaksi yang menggunakan e-
channel).49
49
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bnigiroibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 09.20 WITA
43
2) BNI Deposito iB Hasanah
BNI Deposito iB Hasanah yaitu investasi berjangka
yang dikelola berdasarkan prinsip syariah yang ditujukan
bagi nasabah perorangan dan perusahaan, dengan
menggunakan akad mudharabah.
Fasilitas:
Bilyet Deposito.
Terdapat pilihan mata uang Rupiah dan US Dollar.
Terdapat pilihan jangka waktu : 1, 3, 6, 12 bulan.
Manfaat :
Dapat atas nama perorangan maupun perusahaan.
Bagi hasil dapat ditransfer ke rekening Tabungan, Giro
atau menambah pokok investasi (kapitalisasi).
Fasilitas ARO (Automatic Roll Over) yaitu perpanjangan
otomatis jika deposito jatuh tempo belum dicairkan.
Dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan.
Nisbah bagi hasil Deposito lebih tinggi dari nisbah
tabungan.50
50
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bnidepositoibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 09.29 WITA
44
3) BNI Tabungan iB Hasanah
a) BNI Dollar iB Hasanah
Tabungan yang dikelola dengan akad wadiah dan
mudharabah yang memberikan berbagai fasilitas serta
kemudahan bagi Nasabah Perorangan dan Non
Perorangan dalam mata uang USD.
Keunggulan :
Dapat dibuka untuk perorangan dan non perorangan.
Buku Tabungan.
E-Banking (SMS Banking, Phone Banking, Internet
Banking, Mobile Banking).51
b) BNI SimPel iB Hasanah
Tabungan dengan akad wadiah untuk siswa
berusia di bawah 17 tahun dengan persyaratan mudah
dan sederhana serta fitur yang menarik untuk
mendorong budaya menabung sejak dini.
Fasilitas:
Buku Tabungan.
Kartu ATM/Debit yang disebut Simpel iB Card.
Dapat menerima dana secara otomatis (otokredit) dari
rekening Tabungan iB Hasanah/iB Bisnis Hasanah/
51
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bnidollaribhasanah diakses pada 25 Mei pukul 09.34 WITA
45
Prima Hasanah/Giro iB Hasanah Perorangan IDR milik
orang tua/wali dengan menggunakan standing order.
E-Banking (ATM, SMS Banking, Phone Banking (cek
saldo), Internet Banking (cek saldo)).
Keunggulan :
Simpel iB Card sebagai kartu ATM pada jaringan ATM
(ATM BNI, ATM Bersama, ATM Link, ATM Prima &
Cirrus) dan kartu belanja (Debit Card) di merchant
yang menggunakan EDC BNI.
Nama anak tertera pada buku Tabungan dan Simpel
iB Card.
Dapat melakukan transaksi di counter teller BNI dan
BNI Syariah seluruh Indonesia.
SMS notifikasi ke HP Orangtua.52
c) BNI Baitullah iB Hasanah
BNI Baitullah iB Hasanah adalah tabungan
dengan akad Mudharabah atau Wadiah yang
dipergunakan sebagai sarana untuk mendapatkan
kepastian porsi berangkat menunaikan ibadah Haji
(Reguler/Khusus) dan merencanakan ibadah Umrah
sesuai keinginan penabung dengan sistem setoran
bebas atau bulanan dalam mata uang Rupiah dan USD.
52
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bnisimpelibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 09.38 WITA
46
Fasilitas:
Kartu Haji dan Umroh Indonesia.
Buku Tabungan.
Autokredit untuk setoran bulanan dari rekening
Tabungan iB Hasanah/Bisnis Hasanah/Prima Hasanah
Dapat didaftarkan menjadi calon jemaah haji melalui
SISKOHAT.
Terdapat pilihan mata uang yaitu Rupiah dan US
Dollar.
Manfaat :
Membantu Nasabah dalam merencanakan ibadah haji
dan Umrah.
Memudahkan Nasabah untuk mendapatkan porsi
keberangkatan haji karena sistem BNI Syariah telah
terhubung langsung dengan Sistem Komputerisasi Haji
Terpadu (SISKOHAT) yang berada dalam satu
provinsi dengan domisili nasabah.
Bebas biaya pengelolaan rekening bulanan.
Bebas biaya penutupan rekening (khusus tabungan
rupiah).53
53
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bnibaitullahibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 09.42 WITA
47
d) BNI Prima iB Hasanah
BNI Prima iB Hasanah adalah tabungan dengan
akad Mudharabah yang memberikan berbagai fasilitas
serta kemudahan bagi Nasabah segmen high networth
individuals secara perorangan dalam mata uang rupiah
dan bagi hasil yang lebih kompetitif.
Keunggulan :
Zamrud Card sebagai kartu ATM pada jaringan ATM
(ATM BNI, ATM Bersama, ATM Link, ATM Prima &
Cirrus) dan kartu belanja (Debit Card) di merchant
berlogo Master Card di seluruh dunia.
Zamrud card dengan limit transaksi tarik tunai hingga
Rp10.000.000,-/hari, transfer hingga Rp100.000.000,
/hari (ke sesama BNI Syariah/BNI) dan Rp25.000.000,-
/hari (ke non BNI Syariah/BNI).
Fasilitas Executive Lounge di Bandara yang
bekerjasama dengan BNI Syariah.
Perlindungan Asuransi Jiwa.
Fasilitas autodebet untuk pembayaran tagihan tertentu
Fasilitas e-Banking (Internet Banking, SMS Banking,
Mobile Banking dan Phone Banking).
Mutasi transaksi di buku tabungan lebih detail.
48
Layanan antrian prioritas di kantor-kantor cabang BNI
Syariah dengan menunjukan Zamrud Card.
Dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan.
Pre-embossed Hasanah Card Platinum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Mendapatkan Special Birthday Gift.
Mendapatkan Special Event Invitation.54
e) BNI Tunas iB Hasanah
BNI Tunas iB Hasanah adalah tabungan dengan
akad Wadiah yang diperuntukkan bagi anak-anak dan
pelajar yang berusia di bawah 17 tahun.
Fasilitas:
Buku Tabungan.
Kartu ATM/Debit yang disebut Tunas Card.
Dapat menerima dana secara otomatis (otokredit) dari
rekening Tabungan iB Hasanah/iB Bisnis Hasanah/
Prima Hasanah/Giro iB Hasanah Perorangan IDR milik
orang tua/wali dengan menggunakan standing order.
E-Banking (ATM, SMS Banking, Phone Banking (cek
saldo), Internet Banking (cek saldo)).
54
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bniprimaibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 09.48 WITA
49
Manfaat :
Tunas Card sebagai kartu ATM pada jaringan ATM
(ATM BNI, ATM Bersama, ATM Link, ATM Prima &
Cirrus) dan kartu belanja (Debit Card) di merchant
yang menggunakan EDC BNI.
Nama anak tertera pada buku Tabungan dan Tunas
Card.
Dapat melakukan transaksi di counter teller BNI dan
BNI Syariah seluruh Indonesia.
SMS notifikasi ke HP Orangtua.
Desain Tunas Card yang menarik dan dapat
dipersonalisasi*).55
f) BNI Bisnis iB Hasanah
BNI Bisnis iB Hasanah adalah tabungan dengan
akad Mudharabah yang dilengkapi dengan detil mutasi
debet dan kredit pada buku tabungan dan bagi hasil
yang lebih kompetitif dalam mata uang rupiah.
Fasilitas:
Buku Tabungan.
Hasanah Debit Gold.
55
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bnitunasibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 09.51 WITA
50
E-banking (ATM, SMS Banking, Internet Banking,
Mobile Banking dan Phone Banking).
Manfaat :
Detail mutasi transaksi pada buku tabungan.
BNI Syariah Card Gold sebagai kartu ATM pada
jaringan ATM (ATM BNI, ATM Bersama, ATM Link,
ATM Prima & Cirrus) dan kartu belanja (Debit Card) di
merchant berlogo Master Card di seluruh dunia.
Dapat melakukan transaksi di counter teller BNI dan
BNI Syariah seluruh Indonesia.
Fasilitas Executive Lounge di Bandara yang
bekerjasama dengan BNI Syariah.
Pembukaan rekening otomatis berinfaq Rp 500,-.
Dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan.56
g) BNI iB Hasanah
BNI iB Hasanah adalah tabungan dengan akad
Mudharabah atau Wadiah yang memberikan berbagai
fasilitas serta kemudahan dalam mata uang Rupiah.
Fasilitas:
Buku Tabungan.
Hasanah Debit Silver.
56
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bnibisnisibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 09.56 WITA
51
E-banking (ATM, SMS Banking, Internet Banking,
Mobile Banking dan Phone Banking).
Keunggulan:
Hasanah Debit Silver sebagai kartu ATM pada jaringan
ATM (ATM BNI, ATM Bersama, ATM Link, ATM Prima
& Cirrus) dan kartu belanja (Debit Card) di merchant
berlogo Master Card di seluruh dunia.
Dapat melakukan transaksi di counter teller BNI dan
BNI Syariah seluruh Indonesia.
Pembukaan rekening otomatis berinfaq Rp 500,-.
Dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan.57
h) BNI Tapenas iB Hasanah
BNI Tapenas iB Hasanah adalah tabungan
berjangka dengan akad Mudharabah untuk perencanaan
masa depan yang dikelola berdasarkan prinsip syariah
dengan sistem setoran bulanan yang bermanfaat untuk
membantu menyiapkan rencana masa depan seperti
rencana liburan, ibadah Umrah, pendidikan ataupun
rencana masa depan lainnya.
Fasilitas:
Buku Tabungan.
57
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bniibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 09.59 WITA
52
Autodebet untuk setoran bulanan dari rekening
Tabungan iB Hasanah/Bisnis Hasanah/Prima Hasanah
Tersedia pilihan jangka waktu minimal 1 tahun hingga
maksimal 18 tahun.
Manfaat :
Bagi hasil lebih tinggi.
Setoran tetap bulanan minimal Rp.100.000,- s/d
Rp.5.000.000,-.
Asuransi otomatis bebas premi.
Manfaat perlindungan asuransi jiwa hingga senilai
Rp.1.000.000.000,-.
Manfaat perlindungan asuransi kesehatan hingga
Rp1.000.000,-/hari/orang.
Tersedia perlindungan asuransi jiwa plus asuransi
kesehatan tambahan dengan berbagai pilihan
besarnya premi.58
i) BNI TabunganKu iB Hasanah
BNI TabunganKu iB Hasanah ialah produk
simpanan dana dari Bank Indonesia yang dikelola
sesuai dengan prinsip syariah dengan akad Wadiah
58
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bnitapenasibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 10.03 WITA
53
dalam mata uang Rupiah untuk meningkatkan
kesadaran menabung masyarakat.
Fasilitas:
Buku Tabungan.
Hasanah Debit Silver.
E-Banking (ATM, SMS Banking, Internet Banking,
Mobile Banking dan Phone Banking).
Keunggulan:
Hasanah Debit Silver sebagai kartu ATM pada jaringan
ATM (ATM BNI, ATM Bersama, ATM Link, ATM Prima
& Cirrus) dan kartu belanja (Debit Card) di merchant
berlogo Master Card di seluruh dunia.
Bebas biaya pengelolaan rekening bulanan.
Pembukaan rekening otomatis berinfaq Rp 500,-.
Dapat dijadikan sebagai agunan pembiayaan.59
b. Pembiayaan Konsumer
1) BNI Griya iB Hasanah
BNI Griya iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan
konsumtif yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk
membeli, membangun, merenovasi rumah (termasuk ruko,
rusun, rukan, apartemen dan sejenisnya), dan membeli
tanah kavling serta rumah indent, yang besarnya
59
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pendanaan/bnitabungankuibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 10.08 WITA
54
disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan
kemampuan membayar kembali masing-masing calon
nasabah.
Keunggulan :
Proses lebih cepat dengan persyaratan yang mudah
sesuai dengan prinsip syariah.
Maksimum Pembiayaan s/d Rp. 25 Milyar.
Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 15 tahun
kecuali untuk pembelian kavling maksimal 10 tahun atau
disesuaikan dengan kemampuan pembayaran.
Jangka waktu s/d 20 tahun untuk nasabah fixed-income.
Uang muka ringan yang dikaitkan dengan penggunaan
pembiayaan.
Harga jual tetap tidak berubah sampai lunas.
Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara
otomatis atau dapat dilakukan di seluruh Kantor Cabang
BNI Syariah maupun BNI Konvensional.
Akad : Murabahah, Musyarakah Mutanaqisah.
Persyaratan :
Warga Negara Indonesia.
Usia minimal 21 tahun dan maksimal sampai dengan
saat pensiun pembiayaan harus lunas.
Berpenghasilan tetap dan masa kerja minimal 2 tahun.
55
Mengisi formulir dan melengkapi dokumen yang
dibutuhkan.
Ketentuan Biaya:
Asuransi : Jiwa dan Kerugian.
Notaris, Meterai, dll : Sesuai ketentuan yang berlaku
*Biaya sewaktu-waktu dapat berubah tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu.60
2) BNI Multiguna iB Hasanah
Fasilitas Pembiayaan Konsumtif yang diberikan
kepada anggota masyarakat untuk pembelian barang
kebutuhan konsumtif dan/atau jasa sesuai prinsip syariah
dengan disertai agunan berupa tanah dan bangunan yang
ditinggali berstatus SHM atau SHGB dan bukan barang
yang dibiayai.
Keunggulan :
Proses cepat dengan persyaratan yang mudah sesuai
dengan prinsip syariah.
Minimal pembiayaan Rp. 50 juta dan maksimum Rp. 2
Milyar.
Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 10 tahun.
Uang muka ringan.
60
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/bnigriyaibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 10.11 WITA
56
Angsuran tetap tidak berubah sampai lunas.
Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara
otomatis atau dapat dilakukan di seluruh Kantor Cabang
BNI Syariah maupun BNI Konvensional.
Akad : Murabahah atau Ijarah Multijasa.
Persyaratan :
Warga Negara Indonesia.
Usia minimal 21 tahun dan maksimal berusia 60 tahun
(pensiun) pembiayaan harus lunas.
Memiliki penghasilan tetap dan mampu mengangsur.
Melengkapi persyaratan dokumen yang ditentukan.
Ketentuan Biaya :
Asuransi : Jiwa dan kerugian.
Notaris, Materai, dll : sesuai ketentuan yang berlaku.61
3) BNI Oto iB Hasanah
BNI Oto iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan
konsumtif murabahah yang diberikan kepada anggota
masyarakat untuk pembelian kendaraan bermotor dengan
agunan kendaraan bermotor yang dibiayai dengan
pembiayaan ini.
61
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pembiayaan/bnisyariahmultiguna diakses pada 25 Mei 2018 pukul 10.17 WITA
57
Keunggulan :
Proses lebih cepat dengan persyaratan yang mudah
sesuai dengan prinsip syariah.
Minimal pembiayaan Rp.5 Juta dan maksimum Rp.1
Milyar.
Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 5 tahun.
Uang muka ringan.
Harga Jual tetap tidak berubah sampai lunas.
Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara
otomatis atau dapat dilakukan di seluruh Kantor Cabang
BNI Syariah maupun BNI Konvensional.
Akad : Murabahah.
Persyaratan :
Warga Negara Indonesia.
Usia minimal 21 tahun dan maksimal sampai dengan
saat pembiayaan lunas berusia maksimal 60 tahun.
Berpenghasilan tetap dan masa kerja minimal 2 tahun.
Mengisi formulir dan melengkapi dokumen yang
dibutuhkan.
Ketentuan Biaya :
Asuransi : Jiwa dan Kerugian.
Notaris, Meterai, dll : Sesuai ketentuan yang berlaku.
58
*Biaya sewaktu-waktu dapat berubah tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu.62
4) BNI Emas iB Hasanah
BNI Emas iB Hasanah merupakan fasilitas
pembiayaan yang diberikan untuk membeli emas logam
mulia dalam bentuk batangan yang diangsur setiap
bulannya melalui akad murabahah (jual beli).
Keunggulan :
Objek pembiayaan berupa logam mulia yang bersertifikat
PT ANTAM.
Angsuran tetap setiap bulannya selama masa
pembiayaan sampai dengan lunas.
Biaya administrasi ringan sesuai ketentuan yang berlaku.
Margin kompetitif.
Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara
otomatis.
Jangka waktu pembiayaan minimal 2 tahun dan
maksimal 5 tahun.
Maksimum pembiayaan sampai dengan
Rp.150.000.000,-.
62
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/bnisyariahotomotif diakses pada 25 Mei 2018 pukul 10.22 WITA
59
Dokumen yang Dibutuhkan :
Formulir Permohonan Pembiayaan.
Fotocopy KTP.
Fotocopy NPWP (untuk pembiayaan di atas
Rp.50.000.000,-).
Fotocopy Kartu Identitas Pegawai (untuk pegawai).
Persyaratan :
1. Berstatus sebagai pegawai aktif/profesional/pengusaha/
lainnya.
2. Usia minimal 21 tahun dan maksimal berusia 60 tahun
(pensiun) pembiayaan harus lunas.
3. Mempunyai penghasilan tetap dan kemampuan
mengangsur.63
5) BNI CCF iB Hasanah
CCF iB Hasanah adalah pembiayaan yang dijamin
dengan agunan likuid, yaitu dijamin dengan Simpanan
dalam bentuk Deposito, Giro, dan Tabungan yang
diterbitkan BNI Syariah.
Keunggulan :
Memberi kemudahan kepada nasabah yang mempunyai
Simpanan Rupiah ataupun Valas USD untuk
memperoleh pembiayaan dengan cara cepat.
63
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/bnisyariahkepemilikanemas diakses pada 25 Mei 2018 pukul 10.26 WITA
60
Maksimum pembiayaan sebesar 95% (untuk Simpanan
Rupiah) dan 60% (untuk Simpanan Valas USD) dari
jumlah nominal Deposito/Tabungan/Giro atas nama yang
dijaminkan.
Pembayaran angsuran dapat dilakukan di seluruh Kantor
Cabang BNI Syariah maupun BNI Konvensional.
Maksimal jangka waktu selama 3 (tiga) tahun.
Akad : Murabahah dan Ijarah Multijasa.
Persyaratan :
Warga Negara Indonesia.
Mengisi Formulir Permohonan.
Menyerahkan agunan atas nama berupa Deposito, Giro,
dan/atau Tabungan BNI Syariah.
Biaya administrasi : Silahkan hubungi cabang
terdekat.64
6) BNI Fleksi Umroh iB Hasanah
Pembiayaan konsumtif bagi anggota masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan pembelian Jasa Paket
Perjalanan Ibadah Umroh melalui BNI Syariah yang telah
bekerjasama dengan Travel Agent sesuai dengan prinsip
syariah.
64
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/bniccfibhasanah diakses pada 25 Mei 2018 pukul 10.30 WITA
61
Keunggulan :
Proses cepat dengan persyaratan yang mudah sesuai
dengan prinsip syariah.
Dapat membiayai perjalanan ibadah umroh orang
tua/mertua, suami/istri, dan anak-anak.
Maksimum pembiayaan Rp. 200 juta.
Jangka waktu pembiayaan sampai dengan 3 tahun atau
5 tahun untuk Nasabah payroll BNI atauBNI Syariah.
Tanpa agunan untuk nasabah payroll BNI Syariah.
Uang muka ringan.
Angsuran tetap tidak berubah sampai lunas.
Pembayaran angsuran melalui debet rekening secara
otomatis atau dapat dilakukan di seluruh Kantor Cabang
BNI Syariah maupun BNI Konvensional.
Akad : Ijarah Multijasa.
Persyaratan :
Warga Negara Indonesia.
Usia minimal 21 tahun dan maksimal berusia 60 tahun
(pensiun) pembiayaan harus lunas.
Memiliki penghasilan tetap dan mampu mengangsur.
Melengkapi persyaratan dokumen yang ditentukan.
62
Ketentuan Biaya: Biaya Asuransi, Biaya
Administrasi, Notaris, Materai, dll: sesuai ketentuan yang
berlaku.65
B. Hasil Penelitian
1. Implementasi Akad Ijarah Bagi Nasabah Calon Jamaah Umrah
Pada Bank BNI Syariah Makassar
Data wawancara pada bagian ini bertujuan untuk
menjelaskan tentang proses akad ijarah pada produk Fleksi Umrah
iB Hasanah yang sudah ditetapkan oleh pihak Bank.
a. Alasan Bank BNI Syariah mengadakan pembiayaan Fleksi
Umrah iB Hasanah
Pada tahun 2002 muncul pembiayaan untuk talangan
Haji oleh Perbankan Syariah dengan jangka waktu angsuran
maksimal 5 tahun. Namun setelah lama berjalan, bantuan
talangan Haji tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan
yang pesat terhadap waiting list calon Haji Indonesia. Hal ini
menyebabkan adanya daftar tunggu yang cukup panjang
terhadap kesempatan berangkat Haji yang terbatas, sehingga
Kementerian Agama menghapus pembiayaan talangan Haji
berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2016
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 30
65
https://www.bnisyariah.co.id/id-id/personal/pembiayaan/bnisyariahjasaumroh diakses pada 25 Mei 2018 pukul 10.38 WITA
63
Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji.66
Sejak tahun 2014 pembiayaan talangan Haji sudah
dihentikan di semua perbankan syariah. Hal ini salah satunya
disebabkan karena masa tunggu calon jamaah untuk
menunaikan Ibadah Haji sangat lama bahkan sampai 30 tahun.
Sehingga saat angsuran pembiayaan Haji calon jamaah sudah
lunas tetapi calon jamaah tersebut belum bisa berangkat ke
Tanah Suci karena menunggu daftar antrian Hajinya tiba.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Wina selaku
Head Sales BNI Syariah Makassar :
“Menurut para ulama juga untuk talangan Haji yang ditutup karena saat nasabah telah lunas mengangsur namun belum tentu berangkat Haji karena antrian Haji yang banyak sekali padahal seharusnya setelah lunas mengangsur maksimal 5 tahun nasabah sudah harus mendapatkan haknya dengan menunaikan ibadah Haji. Oleh karena itu talangan Haji diberhentikan oleh pemerintah”.
Pada kuota Haji yang disediakan pemerintah Arab Saudi
tiap tahunnya sangat terbatas sehingga calon jamaah harus
menunggu beberapa tahun dulu bahkan sampai 30 tahun
lamanya sebelum berangkat Haji. Sebagai solusi untuk tetap
menunaikan Ibadah ke Tanah Suci, maka umat Islam
cenderung mengambil paket Umrah dulu karena Ibadah Umrah
tidak dibatasi dan kapan saja bisa berangkat ke Tanah Suci
66
Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2016
64
sesuai jadwal dari travel. Sehingga Perbankan Syariah
khususnya Bank BNI Syariah mengadakan pembiayaan Fleksi
Umrah iB Hasanah ini karena melihat adanya pangsa pasar
dari minat masyarakat tersebut.
Seperti penjelasan yang dikemukakan oleh Ibu Wina
(pegawai Bank) bahwa :
“Karena menjawab kebutuhan masyarakat dalam hal ini jamaah masyarakat Islam. Dengan melihat trend 10 tahun terakhir ini, untuk memberangkatkan Haji jamaah Indonesia, pemerintah mengalami kesulitan dalam hal kuota dari Arab Saudi dibatasi sehingga jamaah Haji Indonesia yang terlalu banyak mendaftar harus menunggu antrian bertahun-tahun untuk berangkat Haji. Daripada terlalu lama menunggu antrian untuk berangkat Haji maka masyarakat cenderung mengambil ibadah Umrah dulu. Karena di Makassar untuk antrian Haji Reguler saja bisa menunggu sampai 30 tahun, apalagi Haji Khususnya (Plus) yang menunggu 6-7 tahun. Jadi tidak bisa jika tahun ini mendaftar dan tahun depan berangkat. Maka bank-bank memilih mengadakan pembiayaan Umrah karena melirik ada pasar dalam minat masyarakat yang ingin melaksanakan ibadah Umrah iru sangat besar, utamanya Makassar yang minat Umrah masyarakatnya menduduki peringkat ke-3 dari seluruh Indonesia setelah Jawa dan Sumatera. Biasanya untuk jamaah yang sudah berumur harus memiliki pendamping dan membutuhkan biaya tambahan, maka Bank Syariah melihat peluang tersebut untuk diadakan talangan Umrah”.
Ulama MUI juga menghalalkan produk Fleksi Umrah iB
Hasanah ini, seperti pada penjelesan Ibu Wina berikut.
“Kenapa ulama MUI menghalalkan produk ini, karena untuk memudahkan masyarakat dan produk ini mempunyai parameter untuk disetujui pembiayaannya seperti penghasilan bersih minimal 5 juta. Sudah banyak yang mengajukan pembiayaan ini namun banyak juga yang ditolak karena BI checking jelek, gaji tidak sampai 5 juta. Jadi otomatis tidak bisa diteruskan dan hanya orang-orang yang tersaring (terpilih) yang bisa diberikan Fleksi Umrah”.
65
Dengan demikian, pembahasan di atas menunjukkan
bahwa alasan diadakannya pembiayaan Fleksi Umrah iB
Hasanah ini adalah untuk menjawab kebutuhan masyarakat
Islam dan memudahkan masyarakat Islam untuk menunaikan
Ibadah Umrah ke Tanah Suci sebagai alternatif dari Ibadah
Haji, serta karena Bank Syariah utamanya BNI Syariah melihat
adanya pangsa pasar dari banyaknya minat umat Islam untuk
melaksanakan Umrah jika diadakannya pembiayaan ini.
b. Ijarah merupakan akad sewa-menyewa barang/jasa. Apa
saja yang disewakan dalam pembiayaan Fleksi Umrah iB
Hasanah?
Akad Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang dalam jangka waktu tertentu
dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang tersebut. Di samping
pengertian ijarah dalam konteks sewa menyewa, Ijarah ini
sendiri juga mengandung pengertian “ujroh” atau uang jasa
atau kadang disebut juga “fee”. Ijarah dalam pengertian ini
diberikan kepada seseorang atas jasa yang telah dilakukannya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Wina (pegawai
Bank) bahwa :
“Dipakai akad Ijarah karena tidak ada objek kasat mata seperti rumah, mobil, dan lain-lain, melainkan pelayanan jasa
66
yang dibutuhkan. Maka yang disewakan adalah jasa, yaitu jasa pemberangkatan ibadah Umrah”.
Pendapat di atas sesuai yang dikemukakan oleh Andi
Kardita Savitri selaku Senior Sales Bank BNI Syariah, yaitu :
“Kalau ijarah untuk Fleksi Umrah itu kan, dia terdiri dari penyewaan fasilitas Umrahnya. Jadi yang menyediakan penyewaan fasilitas Umrahnya itu, kan misalnya biaya pesawat, biaya hotel, maskapai, akomodasi selama disana, itu kan semuanya travel, BNI Syariah kan gak punya. Jadi kita sewa fasilitas itu ke travel-travel yang bekerja sama dengan BNI Syariah dan fasilitas-fasilitas itu kita kasih ke nasabah”.
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa yang
disewakan dalam produk Fleksi Umrah iB Hasanah adalah jasa
atas pemberangkatan Ibadah Umrah nasabah yang terdiri atas
penyewaan fasilitas Umrah nasabah.
c. Mekanisme/prosedur dalam pembiayaan Fleksi Umrah iB
Hasanah beserta syarat-syarat yang dilampirkan untuk
mengajukan pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah
Mekanisme akad ijarah yang dilakukan dalam transaksi
pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah adalah pertama-tama
calon nasabah mengajukan permohonan pembiayaan Umrah
dengan membawa dokumen sesuai persyaratan yang telah
ditentukan oleh Bank BNI Syariah. Selanjutnya pihak Bank BNI
Syariah akan memperlihatkan paket perjalanan Ibadah Umrah,
disitu calon nasabah akan memilih paketnya dan dilanjutkan ke
proses selanjutnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu
Kardita (Senior Sales) bahwa :
67
“Jadi mekanismenya yang pertama ada 2 (dua), bisa nasabah yang datang langsung ke BNI Syariah, bisa juga melalui travel rekanan BNI Syariah. Karena khusus Fleksi Umrah ini, Fleksi Umrah itu hanya bisa disalurkan sama travel yang sudah rekanan dengan BNI Syariah baik secara lokal maupun secara nasional, seperti itu. Jadi kalau misalnya nasabah datang ke BNI Syariah dia mau beli perjalanan paket Umrah, biasanya kita arahkan ke travel-travel yang rekanan dengan kami. Setelah mereka dari travel, itu biasanya kan ada harga paket, nah harga paket itu mereka memilih mau bulan
berapa, paketnya berapa hari, fasilitasnya ☆ berapa. Nah itu
sudah harus jelas diawal, harus ada tanggalnya, harus ada jadwalnya. Jadi kami hanya memfasilitasi fasilitas yang sudah ada, seperti itu. Sudah jelas harganya, sudah jelas mereka berangkatnya kapan. Setelah mereka pilih paketnya, pihak travel akan koordinasi kepada kami bahwa si calon jamaah ini benar memesan berapa paket di travel itu. Kemudian si nasabah itu melengkapi berkasnya, dokumen-dokumennya yang sudah kami siapkan, itu dilengkapinya ke BNI Syariah lagi, seperti itu”.
Hal ini sesuai dengan penjelasan Ibu Wina (pegawai
Bank) bahwa :
“Calon Nasabah mengajukan pembiayaan dengan melampirkan dokumen-dokumen persyaratan untuk pembiayaan Umrah. Nanti pihak Bank akan memperlihatkan daftar travel yang bekerjasama dengannya baik daftar seluruh Indonesia (nasional) maupun hanya daftar yang di Makassar saja (lokal). Nanti juga pihak Bank memperlihatkan daftar paket perjalanannya. Misal Travel A menjual 24 juta paket 9 hari
dengan hotel ☆3, Travel B menjual 25 juta untuk hotel ☆4 dan
paket 12 hari. Jadi tinggal nasabah mau pilih yang mana. Jika sudah deal dengan paket, barulah diproses Umrahnya”.
Proses selanjutnya yaitu melakukan simulasi terkait total
pembiayaan yang diajukan dan seberapa besar angsurannya.
Jika calon nasabah setuju, lalu ke tahap pengecekan BI
checking dan analisa kelayakan calon nasabah. Jika pihak
Bank BNI Syariah menyetujui pengajuan pembiayaan Umrah
68
calon nasabah, maka selanjutnya di atur jadwal akad dengan
nasabah. Namun terlebih dahulu calon nasabah harus
membuka rekening BNI Baitullah iB Hasanah di bagian
Customer Service. Rekening tersebutlah yang dipakai nantinya
untuk mutasi pencairan dana yang diterima dari Bank dan
dibayarkan ke Travel yang dipilih oleh nasabah dan sebagai
tempat untuk wajib setor angsuran dari pembiayaan yang
dipilih, karena nantinya pihak Bank BNI Syariah akan mendebet
(memotong) otomatis di tanggal 25 tiap bulannya dari rekening
nasabah tersebut. Seperti pada kutipan wawancara dengan
pihak Bank berikut.
“Proses cek yang pertama yaitu BI checking dari calon jamaah. Jika layak maka lanjut diproses. BI checking yaitu info tentang pinjaman nasabah di Bank lain atau tempat pembiayaan lain. Jika dilihat lancar dan tidak bermasalah maka dilanjut prosesnya. Setelah memilih paket Umroh dan lulus BI checking, lalu dianalisa kelayakannya, setelah disetujui kemudian diatur jadwal akadnya.....Setelah pembiayaan Umrahnya disetujui maka nasabah harus terlebih dahulu membuka rekening BNI Baitullah iB Hasanah karena rekening ini yang dipakai untuk memotong (mendebet) angsurannya tiap bulan, termasuk pada saat pencairan dana pembiayaannya masuk ke rekening nasabah dahulu kemudian pindah ke rekeningnya travel. Jadi nasabah cukup buka rekening di BNI Syariah nanti pembayaran angsurannya dibayar sebelum tanggal 25 tiap bulannya sudah masuk ke rekening BNI Syariahnya nasabah karena pihak Bank BNI Syariah akan mendebet (memotong) otomatis pada rekeningnya nasabah setiap tanggal 25 tiap bulannya untuk pembayaran angsurannya”.
Pihak Bank BNI Syariah telah menyetujui permohonan
nasabah, nasabah telah membuka rekening Baitullah,
69
mengatur jadwal akad, selanjutnya dilakukan akad antara pihak
Bank BNI Syariah dengan nasabah. Kemudian menunggu
pencairan dari Bank yang langsung masuk ke rekening
nasabah dan dimutasikan langsung oleh Bank ke rekening
Travel yang dipilih. Lalu nasabah akan mendapatkan jadwal
keberangkatan Umrahnya dari Travel, nasabah berangkat
sesuai paket yang dipilihnya, setelah itu nasabah wajib
mengangsur pembiayaannya tiap bulan. Seperti yang
dikemukakan oleh pihak Bank berikut.
“Sebelum akad wajib buka rekening BNI Syariah dan sebelum tanggal 25 setiap bulan, nasabah wajib menyetor ke rekening Baitullahnya. Jadi pada tanggal 25 tiap bulan nanti akan langsung di potong otomatis oleh sistem.....Setelah akad, pencairannya langsung dicairkan ke rekening jamaah lalu dipindah bukukan ke rekening travel. Jadi pihak Bank yang akan membayarkan ke travel. Nanti jamaah berangkat sesuai paket yang dipilihnya, setelah itu jamaah mengangsur tiap bulan. “Berangkatnya nasabah ke tanah suci setelah dicairkan dananya ke travel dan diberi jadwal keberangkatan oleh travel. Pihak Bank BNI Syariah meminta ke nasabah minimal 1 bulan sebelum keberangkatan harus sudah disetujui pembiayaannya (artinya sudah akad dan harga sudah dikunci oleh travel) karena adanya persiapan dari jamaah meenyangkut visa, paspor, meningitisnya dan segala macam agar nasabah konsentrasi kesitu”.
Untuk pembayaran angsurannya ditetapkan syarat oleh
BNI Syariah yaitu jika akad pada tanggal 1-15 maka angsuran
wajib disetor ke rekening nasabah sebelum tanggal 25 di bulan
yang sama saat akad dilakukan. Jika akad pada tanggal 16-31
maka angsuran wajib disetor ke rekening nasabah sebelum
70
tanggal 25 di bulan berikutnya setelah akad dilakukan.
Sebagaimana kutipan wawancara dengan pihak Bank berikut.
“Jika akad dilakukan dari tanggal 1-15 maka nasabah sudah wajib membayar angsuran di bulan berjalan (artinya tanggal 25 di bulan yang sama saat akad). Sedangkan jika akad dilakukan di tanggal 16 sampai akhir bulan maka nasabah sudah wajib membayar angsuran di bulan berikutnya”.
Jika suatu saat, nasabah lalai yaitu telat membayar
angsuran dari pembiayaan yang telah digunakan, maka pihak
Bank akan mengingatkan bahkan memberi teguran berupa
surat peringatan jika nasabah tidak menunjukkan sikap ingin
membayar angsurannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Head Sales BNI Syariah Makassar sebagai berikut.
“.....Kalau dia menunggak nanti bagian collection BNI Syariah yang akan mengingatkan dengan berkata "Bapak/Ibu angsurannya Bapak/Ibu belum dibayar bulan ini". Tiap bulan pihak Bank mengingatkan nasabah.....Di BNI Syariah tidak memakai sistem denda dan satu-satunya Bank Syariah yang telah menghapuskan denda. Jadi tidak boleh ada denda sekalipun sudah beberapa bulan menunggak dan yang BNI Syariah tagihkan itu total tunggakannya yang belum terbayarkan, tidak ada biaya plus-plus untuk dendanya. Jika lewat tanggal 25 dan ternyata setoran nasabah belum masuk maka bagian penagihan (collection) yang akan menelepon bahkan jika telah lompat bulan, akan didatangi dikantornya nasabah itu bekerja. Dan jika sudah 3 bulan menunggak maka akan diberikan somasi (surat peringatan) dan terus didatangi dan ditanya "Sebenarnya apa maunya pak? Inikan ibadah, biar bagaimana kan Bapak/Ibu sudah menjalankannya". Tapi rata-rata pasti bayar karena biar bagaimana, apalagi orang Makassar yang tinggi rasa siri'nya, sudah didatangi juga kantornya, dan sudah dilapor ke bagian bendahara kantornya nasabah, pasti nasabah akan malu-malu sendiri karena perjalanan ibadah ke tanah suci mau menunggak-nunggak pembayarannya”.
71
Persyaratan dokumen untuk pengajuan pembiayaan BNI
Fleksi Umrah iB Hasanah yang harus disiapkan oleh calon
nasabah sesuai yang tercantum pada brosur produk
pembiayaan konsumtif BNI Syariah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Persyaratan dokumen, uang muka dan agunan
Dokumen Fixed Income
Payroll Fixed Income Non Payroll
Non Fixed Income
Fotokopi KTP pemohon dan suami/istri*
√ √ √
NPWP √ √ √
Surat Nikah** √ √ √
Kartu Keluarga √ √ √
Slip Gaji √ √ -
Legalitas Usaha/Profesi - - √
Rekening Simpanan 3 bulan √ √ √
Uang Muka 0% 15% 30%
Agunan Tdk Ada Ada Ada
* Untuk pemohon pembiayaan bersama pasangan ** Untuk pemohon yang telah menikah
Sumber: Brosur BNI Fleksi Umrah iB Hasanah, 2018 Pada tabel di atas menunjukkan dokumen yang disiapkan
oleh nasabah terbagi menjadi beberapa kategori yaitu, Fixed
Income Payroll, Fixed Income Non Payroll, dan Non Fixed
Income. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Head Sales BNI
Syariah Makassar berikut.
“Pada produk BNI Fleksi Umrah iB Hasanah. Ada skim-skimnya (pembagian kategori nasabah) yaitu ada reguler dan non reguler. Reguler itu yaitu khusus untuk masyarakat yang merupakan karyawan atau pegawai negeri/swasta yang gajinya melalui BNI/BNI Syariah. Sedangkan non reguler yaitu kategori wiraswasta/pegawai yang gajinya bukan di BNI/BNI Syariah.
72
Fixed Income Payroll artinya gajinya di BNI/BNI Syariah, Fixed Income Non Payroll artinya gajinya buka BNI/BNI Syariah, dan Non Fixed Income artinya untuk golongan wiraswasta”.
Khusus untuk dokumen surat nikah bagi nasabah yang
belum menikah, maka melampirkan surat keterangan belum
menikah. Sebagaimana Head Sales BNI Syariah Makassar
menyatakan : “.....Kalau belum menikah ada surat keterangan
belum menikah dari kecamatan.....”.
Pada tabel persyaratan dokumen Fleksi Umrah juga
terdapat perbedaan dalam penentuan uang muka (DP), seperti
yang dikemukakan oleh Ibu Wina :
“Untuk yang reguler/Fixed Income Payroll dikenakan uang muka (DP) sebesar 0% artinya pembiayaannya 100% di cover (tanggung) oleh Bank BNI Syariah sepanjang calon nasabah yang bersangkutan layak setelah dianalisa bagian processing. Kalau gajinya non BNI/BNI Syariah artinya gajinya ada di Bank lain maka dikenakan uang muka (DP) 15% dari total pembiayaannya. Jadi jika pembiayaan yang diajukan 25 juta artinya 25 juta x 15% = 3.750.000 maka itulah yang disediakan oleh nasabah sebagai DP pembiayaan Umrahnya dan 85% disediakan oleh BNI Syariah. Jika wiraswasta maka uang mukanya (DP) lebih besar lagi yaitu 30% dari total pembiayaannya. Namun untuk masyarakat Sulsel jarang ada wiraswasta yang mengajukan untuk pembiayaan Umrah ini”.
Untuk agunan, pihak BNI Syariah mempersyaratkan
berupa aset tetap seperti sertifikat rumah, logam mulia, dan
deposito. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu Wina
sebagai berikut.
“Tidak ada jaminan jika total pembiayaannya tidak lebih dari atau sampai 50 juta. Tetapi jika pembiayaannya melebihi 50 juta, maka pihak Bank BNI Syariah wajib meminta jaminan fixed asset yaitu jaminan sertifikat rumah tinggal, baik itu
73
nasabah reguler maupun non reguler, tidak ada yang dibedakan”.
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ibu Andi Kardita
Savitri (Senior Sales Bank BNI Syariah Makassar) via telepon :
“Pemohon payroll BNI/BNI Syariah tidak ada syarat jaminan. Pemohon bukan nasabah payroll BNI/BNI Syariah, maka ada jaminan jika pinjaman lebih dari Rp 50 juta. Jaminan berupa logam mulia, deposito, ataupun sertifikat rumah”.
Berikut ini adalah tabel angsuran sesuai pada brosur
produk pembiayaan konsumtif BNI Syariah. Tabel angsuran
yaitu simulasi untuk angsuran nasabah nantinya yang
mengambil pembiayaan Umrah.
Tabel 4.2 Persyaratan dokumen, uang muka dan agunan
Harga Travel (Rp ribu)
Harga Fleksi Umrah
Jangka Waktu (bulan) dan Angsuran (Rp ribu)
12 24 36 48 60
15.000 Harga 16.200 17.400 18.600 19.800 21.000
Angsuran 1.350 725 517 412 350
25.000 Harga 27.000 29.000 31.000 33.000 35.000
Angsuran 2.250 1.208 861 687 583
50.000 Harga 54.000 58.000 62.000 66.000 70.000
Angsuran 4.500 2.417 1.722 1.375 1.167
100.000 Harga 108.000 116.000 124.000 132.000 140.000
Angsuran 9.000 4.833 3.444 2.750 2.333
200.000 Harga 216.000 232.000 248.000 264.000 280.000
Angsuran 18.000 9.667 6.889 5.500 4.667
Sumber: Brosur BNI Fleksi Umrah iB Hasanah, 2018
Selanjutnya untuk perhitungan simulasinya, dijelaskan
oleh Ibu Wina sebagai berikut.
“Misalnya 25 juta harga paket Umrahnya dari travel untuk 3 tahun (36 bulan) dan setelah masuk di Bank maka ada keuntungan (margin) Bank menjadi 31 juta dijual Bank ke nasabah dan keuntungan yang diambil Bank selama 3 tahun itu sebesar 6 juta. Selanjutnya untuk angsurannya maka 31 juta : 36 bulan = 861.000/bulan dan nilainya tidak berubah-ubah tiap bulannya sampai lunas”.
74
Untuk margin Bank, kardita menjelaskan :
“Kalau margin, kita sudah selalu tetapkan di awal, misalnya kita kan ada syarat uang muka, ada tanpa uang muka. Jadi misalnya harga travelnya 15 juta, ini asumsi tanpa uang muka. Kalau misalnya nasabah mengangsurnya 12 bulan, berarti harga jual kembali bank ke nasabah itu 16,2 juta. Berarti kan margin keuntungan bank selama 12 bulan ini 1,2 juta. Nah nasabah 16,2 juta ini mengembalikannya dalam bentuk angsuran yang tetap setiap bulan, inilah angsurannya (tunjuk brosur yang nominalnya 1,35 juta). Jadi margin kita sudah kasih simulasi di awal, begini loh keuntungan bank. Jadi marginnya bisa ditahu dari harga, harga jual bank dikurangi harga travel, itulah margin keuntungan bank. Kalau persentase keuntungan, bank syariah biasanya tidak menetapkan persentase, kita selalu menetapkan harga jual, langsung nominal”.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
mekanisme pembiayaan dalam produk Fleksi Umrah iB
Hasanah dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan,
selanjutnya pemilihan travel dan paket perjalanan Ibadah
Umrah. Kemudian diuji kelayakannya, jika disetujui maka
dilanjutkan dengan membuka rekening BNI Baitullah iB
Hasanah. Lalu penandatanganan akad, dana pinjaman cair ke
rekening nasabah, selanjutnya dimutasi oleh pihak Bank ke
rekening travel. Kemudian pemberian jadwal keberangkatan
Umrah oleh travel, nasabah mengurus masing-masing paspor,
visa, vaksin dan lain-lain selama 1 bulan sebelum berangkat.
Nasabah berangkat ke Tanah Suci dan kembali ke Tanah Air
dengan melanjutkan angsuran dari pembiayaannya. Jika
nasabah menunggak pembayaran maka tidak ada denda yang
diberikan atas keterlambatannya dan pihak Bank akan terus
75
mengingatkan serta memberi teguran kepada nasabah yang
tidak menunjukkan sikap ingin membayar.
d. Jumlah maksimal plafond yang dapat diberikan Bank BNI
Syariah kepada nasabah untuk pembiayaan Fleksi Umrah iB
Hasanah
Plafond adalah jumlah dana maksimum yang dapat
dipinjamkan oleh Bank (kreditur) kepada nasabah (debitur)
yang mengajukan pembiayaan. Bank BNI Syariah hanya dapat
memberikan pinjaman untuk pembiayaan paket perjalanan
Ibadah Umrah sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) dengan jangka waktu angsuran 1-3 tahun jika gaji
nasabah tidak melalui BNI/BNI Syariah dan 1-5 tahun jika
gajinya melalui BNI/BNI Syariah.
Sebagaimana Ibu Wina menyatakan bahwa :
“Plafond yang diberikan untuk pembiayaan Umrah ini dibatasi maksimal 200 juta..... Jangka waktu angsuran minimal 1 tahun/12 bulan dan maksimal 3 tahun/36 bulan (bila gajinya tidak di BNI/BNI Syariah) sampai 5 tahun/60 bulan (bila gajinya di BNI/BNI Syariah)”.
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwasanya
Bank BNI Syariah hanya dapat memfasilitasi pembiayaan
perjalanan Ibadah Umrah nasabah hingga sebesar Rp200 Juta
dengan jangka waktu 1-5 tahun saja.
76
e. Maksimal persentase dari penghasilan nasabah yang harus
disisihkan untuk membayar angsuran pengembalian
pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah
Di perbankan ataupun non perbankan manapun ada
yang namanya DSR (Debt Service Ratio) yaitu syarat yang
ditetapkan oleh Bank untuk nilai persentase maksimal pinjaman
yang dapat diberikan oleh Bank atas dasar perbandingan
besarnya angsuran pinjaman maksimal terhadap pendapatan
calon debitur (nasabah) tiap bulannya yang disetujui bank.
Misalnya 30%-80% dari pendapatan yang diterima calon
debitur (nasabah) setiap bulannya dapat dipakai untuk
mengangsur pinjaman yang digunakan, dan sisanya dipakai
untuk biaya kehidupan sehari-harinya.
Seperti pada penjelasan Ibu Wina (Head Sales) berikut.
“Di Bank BNI Syariah ada namanya Debt Service Ratio (DSR) yaitu 40% dari pendapatan bersih nasabah disisihkan untuk angsuran. Misal pendapatan bersih nasabah 10 juta/bulan, itu sudah dipotong dengan biaya-biaya lainnya. Jadi 10 juta x 40% = 4 juta itu untuk maksimal angsuran yang bisa diajukan tiap bulannya karena Bank BNI Syariah mempunyai asumsi bahwa 6 juta sisanya dipakai untuk biaya hidup nasabah”.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Senior Sales
Bank BNI Syariah yaitu : “Setelah dikurangi potongan-
potongan, kewajiban, nett 5 juta minimal penghasilan nasabah
baru bisa disetujui”.
77
Dari kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan
bahwa Bank BNI Syariah menetapkan DSR sebesar 40% dari
penghasilan bersih calon nasabah yang dapat dipakai untuk
mengangsur pinjaman yang telah diberikan oleh Bank atau
minimal 5 juta penghasilan calon nasabah agar disetujui
permohonan pembiayaannya.
f. Travel yang bekerjasama dan selain travel yang
bekerjasama dengan pihak bank BNI Syariah dalam
pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah
Untuk mengurangi resiko yang akan terjadi, pada produk
Fleksi Umrah iB Hasanah ini Bank BNI Syariah menyediakan
travel biro perjalanan Ibadah Umrah untuk calon nasabah. BNI
Syariah bekerjasama dengan ratusan travel yang ada di
seluruh Indonesia, baik travel skala lokal maupun skala
nasional. Sebagaimana penjelasan Ibu Kardita (pegawai Bank):
“Travel yang bekerjasama dengan BNI Syariah ada banyak. Kalau secara nasional yang ada travelnya disini ada NRA Travel, ada Kanomas Travel, ada Multazam, ada AliaGo, banyak”.
Hal ini didukung oleh pendapat Ibu Wina selaku Head
Sales Bank BNI Syariah :
“Travel yang bekerjasama ada ratusan dalam skala nasional jadi misal calon nasabah di Makassar dan mereka ingin berangkat dari Jakarta dan memilih travel di Jakarta karena ada keluarganya di Jakarta itu bisa saja. Karena terkadang ada jamaah yang maunya travel skala nasional yang sudah terkenal dan mempunyai cabang di seluruh Indonesia, seperti Maktour, Sahitour, dan Aliyah Wisata. Terkadang juga
78
ada yang mau skala lokal saja yang hanya mempunyai kantor utama di salah satu kota di Indonesia saja misalnya di Makassar. Makanya pihak Bank BNI Syariah mempunyai banyak daftar travel karena jamaah banyak maunya. Mereka biasanya ada yang tugas di Makassar tapi keluarganya ada di Jakarta, jadi maunya travel yang nasional karena tidak mengenal travel yang ada di Makassar sehingga dari Jakarta mereka akan langsung berangkat ke Jeddah misalnya”.
Calon nasabah pun tidak boleh memilih travel sendiri, di
luar daftar travel yang disediakan oleh Bank BNI Syariah.
Seperti penjelasan dari Ibu Wina selaku Head Sales BNI
Syariah Makassar berikut.
“Travel yang digunakan adalah travel yang sudah bekerjasama dengan BNI Syariah. Jadi misalnya si Fulan seorang PNS mengajukan pembiayaan tetapi ingin dengan pilihan travelnya sendiri dan setelah di cek oleh pihak BNI Syariah, travel tersebut belum bekerjasama maka tidak bisa menggunakan travel tersebut karena travel disediakan oleh Bank. Nasabah travel sudah ada ratusan di seluruh Indonesia yang bekerjasama dengan BNI Syariah karena PKSnya berlaku Nasional. Nanti pihak Bank akan memperlihatkan daftar travel yang bekerjasama dengannya baik daftar seluruh Indonesia (nasional) maupun hanya daftar yang di Makassar saja (lokal)”.
Terkait travel yang belum bekerjasama, Ibu Kardita juga
menjelaskan :
Kami selalu melalui proses analisa kerjasama dulu, dan proses analisa kerjasama itu cabang kami yang mengusulkan, tapi yang memutuskan kantor pusat. Boleh misalnya travel lokal yang mau kerjasama dengan BNI Syariah bisa, kami analisa dulu.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa calon
nasabah yang akan menggunakan pembiayaan Fleksi Umrah
iB Hasanah ini harus memilih salah satu travel dari ratusan
79
travel yang disediakan oleh Bank BNI Syariah untuk
meminimalisir resiko yang dapat terjadi kapan saja.
g. Apakah pihak Bank BNI Syariah turut mengawasi sampai
nasabah tersebut menunaikan Ibadah Umrah? Bagaimana
pengawasannya?
Pada produk Fleksi Umrah iB Hasanah, Bank BNI
Syariah hanya selaku penyedia biaya perjalanan Umrah
dengan menawarkan jasa pemberangkatan Ibadah Umrah.
Seperti menyediakan biro travel Umrah agar dapat dipastikan
nasabah tersebut berangkat ke Tanah Suci. Terkait vaksin dan
perlengkapan dokumen nasabah untuk ke Tanah Suci adalah
urusan masing-masing nasabah dan Bank BNI Syariah
memberi waktu 1 bulan sebelum keberangkatan untuk
mengurus itu semua. Seperti yang dijelaskan oleh Senior Sales
BNI Syariah :
“Pasti, karena kan kita disini jualan nama baik. Jadi travel-travel yang bekerja sama dengan BNI Syariah itu pasti juga sudah disaring. Jadi kami selalu memantau pada nasabah pas dia berangkat, mundur atau tidaknya jadwalnya. Terus selama disana akomodasinya bagaimana. Apakah sesuai dengan fasilitas yang dijanjikan atau tidak. Jadi kami memantau sampai nasabah kembali”.
Ibu Wina (pegawai bank) menambahkan penjelasan
sebagai berikut.
“BNI Syariah hanya khusus menyediakan biaya perjalanan Umrahnya. Tapi kalau untuk vaksin meningitis, paspor, dan lain-lain, ohh.. itu bukan urusannya Bank. Urusan jamaah yang mengurus masing-masing. Pihak Bank BNI
80
Syariah meminta ke nasabah minimal 1 (satu) bulan sebelum keberangkatan harus sudah disetujui pembiayaannya (artinya sudah akad dan harga sudah dikunci oleh travel) karena adanya persiapan dari jamaah meenyangkut visa, paspor, meningitisnya dan segala macam agar nasabah konsentrasi kesitu”.
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
BNI Syariah tidak hanya menyediakan biaya perjalanan Ibadah
Umrah tetapi juga turut mengawasi akomodasi yang diterima
oleh nasabah dari travel yang bekerjasama mulai dari
pemberangkatan ke Tanah Suci sampai tiba kembali ke Tanah
Air.
h. Resiko yang diterima pihak Bank BNI Syariah dalam
pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah
Setiap produk, setiap lembaga yang menyediakan
pembiayaan atau pinjaman pasti memiliki resiko. Baik itu resiko
karena si debitur (nasabah) telat membayar angsuran karena
pendapatan yang tidak seperti biasanya atau lupa
membayarnya, tidak mau membayar, acuh tak acuhnya si
debitur atas tagihan angsurannya, bahkan sampai meninggal
dunianya debitur yang belum melunasi pembiayaannya.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Ibu Wina
(Head Sales BNI Syariah Makassar) :
“Kalau resiko sih semua produk ada resiko. Nah seperti itu tadi yang namanya orang ambil pembiayaan, kadang kan telat-telat membayar, tapi itu lumrahlah. Semua bank pasti mengalami, bukan hanya bank, leasing saja yang semacam Adira itu juga mengalami seperti itu. Tapi yah mau mi diapa, itu
81
mi memang siklusnya. Yang namanya kehidupan kan, pendapatan tidak selamanya stabil. Mungkin bulan ini lancar, bulan depan yang tadinya sudah ada postnya untuk bayar angsuran, misalkan tiba-tiba ada keperluan mendadaknya. Misalnya apanya yang sakit, yang artinya itu sudah ada postnya untuk bayar angsuran, dialihkan dulu untuk pembayaran yang lain. Itu ji paling tantangannya kalo di kita”.
Terkait resiko jika nasabah meninggal dunia setelah
menunaikan Ibadah Umrah dan tidak dapat melanjutkan
angsurannya lagi, Ibu Wina juga menjelaskan :
“Jika setelah berangkat Umrah dan ternyata nasabah meninggal dunia maka akan ditanggung oleh asuransi jiwa. Tetapi dilihat terlebih dahulu sebab nasabah tersebut meninggal. Jika sebab meninggalnya karena penyakit turunan atau bawaan sejak lahir biasanya tidak dicover 100% oleh asuransi. Apalagi karena bunuh diri, asuransi tidak akan mengcover. Tetapi jika meninggalnya karena kecelakaan atau penyakit yamg tiba-tiba diderita maka itu akan dicover oleh asuransi. Karena sudah ada beberapa nasabah BNI Syariah yang meninggal setelah berangkat dan pembiayaannya belum lunas, asuransi mengcover 100%. Jadi asuransi yang mengambil alih pembiayaan nasabah dan asuransi pun yang melunasi ke Bank BNI Syariah”.
Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam produk pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah ini, pihak
Bank BNI Syariah menanggung resiko akibat telatnya nasabah
membayar angsuran atas pinjaman yang telah digunakannya
dan resiko meninggal dunianya nasabah yang belum melunasi
angsurannya.
82
2. Kesesuaian Sistem Penerapan Akad Ijarah Pada Umrah di Bank
BNI Syariah Makassar dengan Fatwa DSN-MUI
a. Bagaimana tanggapan Anda tentang adanya produk
Pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah?
Dengan adanya produk pembiayaan Fleksi Umrah iB
Hasanah di Bank BNI Syariah itu memberikan kemudahan
untuk calon jamaah yang ingin menunaikan Ibadah Umrah yaitu
ibadah yang sangat dicita-citakan oleh umat Islam khususnya di
Indonesia, namun masih terkendala karena kekurangan
finansial.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bapak Drs. H.
Mawardi Pewangi, M.Pd.I., selaku Wakil Ketua Pimpinan
Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan :
“Ya saya kira bagus. Ya.. Umrah ya itu dia kan mau menabung kan. Menabung untuk Umrah, yang Haji juga boleh. Umrah dan Haji. Tabungan Haji, Tabungan Umrah. Saya kira dalam Islam ya dan itu juga udah”.
Sementara itu, terkait tabungan Haji dan Umrah dalam
bentuk cicilan, Mawardi menjelaskan :
“.....Itu untuk apa yah.. Sebenarnya untuk menolong yah.. Yang orang belum mempunyai uang kontan, cicil menabung sedikit demi sedikit. Sama tukang becak juga banyak itu yah.. Berangkat Haji umumnya kenapa.. Dia cicil menabung yah.. Tabungan Umrah sedikit demi sedikit”.
Keberadaan pembiayaan Umrah melalui produk Fleksi
Umrah iB Hasanah dengan menggunakan akad Ijarah di Bank
83
BNI Syariah, pemuka agama Ustadz Ir. Solthan HS
menjelaskan:
“Jadi produknya memang bagus itu. Jadi salah satu produk Umrah atau Ibadah yang lain termasuk menunaikan Ibadah Haji mungkin, itu lewat program Hasanah, saya kira itu bagus sekali itu. Apalagi dikelola dengan syariah, memberikan kemudahan, menyelesaikannya juga tidak terlalu sulit. Jadi saya kira sudah bagus itu, membantu umat untuk melaksanakan Ibadah Umrah yang merupakan Ibadah yang dicita-citakan oleh seluruh umat Islam. Ya kalau mereka belum mampu, dalam hal ah.. misalnya untuk mengumpulkan dana langsung, kan ada yang bisa membantu lewat pembiayaan syariah yaitu akad ijarah”.
Mengenai produk pembiayaan yang disediakan oleh
Bank BNI Syariah, Solthan menjelaskan :
“Kebetulan saya juga nasabah BNI Syariah namun saya belum menggunakan Fleksi Umrah. Tapi pernah menggunakan untuk pembiayaan lain seperti pembangunan renovasi rumah, itu perbankan syariah karena kalau lewat syariah itu.. itu pembayarannya flat/tetap/tidak berubah. Itu kelebihannya kalau syariah. Insya Allah kalo ada rejeki, ada kesempatan, saya akan bisa melaksanakan salah satu produk dari Bank BNI Syariah yakni produk Fleksi Umrah iB Hasanah untuk melaksanakan Umrah dan BNI Syariah itu merupakan salah satu Bank Nasional yang punya track record dalam pengelolaan perbankan itu termasuk baik dan juga khususnya dalam Bank Syariah, BNI Syariah juga termasuk yang terbaik untuk Indonesia, Insya Allah”.
Ustadz Dr. H. Yusri Muhammad Arsyad, LC., MA selaku
komisi fatwa MUI juga mengemukakan pendapatnya tentang
pembiayaan Fleksi Umrah ini, yaitu :
“.....Nah ini kan juga mempermudah orang untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama-Nya.....Tapi ini harus betul-betul, berangkat naik Haji, pulang ke rumahnya, jadi gajinya ½ masuk ke Bank, ½ untuk makan”.
84
Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa
produk pembiayaan Umrah yang ditawarkan oleh Bank BNI
Syariah itu sangat bagus karena dapat memudahkan dan
membantu umat Islam dalam hal mempercepat terwujudnya
cita-cita jamaah untuk melaksanakan Ibadah Umrah, namun
terkendala karena tidak mempunyai uang kontan.
b. Bagaimana tanggapan Anda jika seseorang menunaikan
Ibadah Umrah menggunakan uang yang diperoleh dari hasil
hutang di Bank atau lembaga keuangan lainnya? Bolehkah?
Umrah ialah menziarahi Ka‟bah, melakukan tawaf di
sekelilingnya, bersa‟yu antara Shafa dan Marwah dan
mencukur atau menggunting rambut. Syarat sah dalam
melaksanakan ibadah umrah sama dengan syarat untuk
mengerjakan haji, yaitu: merdeka (bukan budak atau hamba
sahaya), istitha’ah (mampu), dan ada mahram (khusus bagi
perempuan). Sedangkan persyaratan dalam melaksanakan
Ibadah Umrah yaitu beragama Islam, baligh (dewasa), istitha’ah
(mampu), dan bisa melakukan perjalanan.67
Menurut tanggapan Pak Mawardi mengenai hal ini
adalah sebagai berikut.
“Iya.. Sebenarnya itu belum itu tuh ya, maunya tidak usah itu. Itu pinjaman aja dianggap belum mampu. Tidak boleh kita menunaikan Ibadah Haji menggunakan uang pinjaman. Itu
67
A. Solihin As Suhaili, Kitab Super Lengkap Tuntutan Haji dan Umrah, (Jakarta:
Cahaya Ilmu, 2015), h. 6-7.
85
namanya apa yah.. Karena itu Haji, mampu (istitha'ah). Mampu ekonomi, maksud ekonomi disini mampu berangkat, mampu pulang, mampu ditinggalkan, mampu setelah kembali. Kalau pinjaman, gak boleh. Nda boleh, belum kena kewajiban Haji. Apapun alasannya, pokoknya itu tidak boleh, itu tidak mampu yah. Haji itu syaratnya istitha'ah (mampu). Mampu ekonomi, mampu fisik, mampu manasik. Begitupun dengan Umrah”.
Sementara itu Ust. Solthan mengemukakan hal yang
berbeda, yaitu :
“Ya, terima kasih. Jadi yang pertama bahwa Ibadah Umrah adalah Ibadah yang menjadi keinginan seluruh umat Islam. Oleh karena itu, mereka berusaha bagaimana caranya bisa melaksanakan Ibadah Umrah tersebut. Salah satunya adalah melalui cara yang ditawarkan perbankan syariah. Ah.. dimana cara tersebut tidak melanggar syariat Islam dengan ketentuan bahwa: yang pertama, ada kesepakatan dari kedua belah pihak baik itu pengelola.. dalam hal ini Bank Syariah dan juga konsumen.. dalam hal ini umat yang akan melaksanakan Ibadah Umrah. Yang kedua, bahwa produk yang ingin ditawarkan oleh Bank Syariah dalam hal ini Umrah.. adalah memang betul-betul nyata daripada produk tersebut. Jadi tidak ada unsur manipulasi, tidak ada unsur-unsur yang bisa merugikan umat. Jadi pada dasarnya ibadah Umrah yang dilaksanakan dengan melalui pembiayaan seperti akad ijarah itu bisa dilaksanakan dan sesuai dengan syariat Islam dengan memenuhi ketentuan dua tadi”.
Hal ini mendapatkan penegasan dari Ust. Dr. Yusri
Arsyad selaku Komisi Fatwa MUI yaitu :
“.....Ini dibolehkan dalam agama kita. Yang penting sudah ditetapkan.....Ah.. Dengan syarat ya itu tadi, dicicil setelah pulang dari Umrah. Ini dibolehkan dalam agama kita. Jadi tidak ada gharar disitu, jelas sekali.....Ya, jadi saya pribadi, saya sebagai anggota MUI Makassar dan Sulawesi Selatan, yaitu ya di bolehkan, ulama kita membolehkan itu”.
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa masih ada
perbedaan pendapat di kalangan Ulama tentang kebolehan
menunaikan Ibadah Umrah dengan menggunakan pembiayaan
86
dari pihak lain dalam bentuk hutang, seperti yang disediakan
oleh Bank BNI Syariah melalui produk Ijarah. Namun MUI
sendiri membolehkan hal tersebut.
c. Bagaimana tanggapan Anda terhadap mekanisme/prosedur
yang diterapkan oleh Perbankan Syariah dalam akad Ijarah
pada pembiayaan Umrah? Apakah sudah sesuai dengan
fatwa DSN-MUI?
Mekanisme yang diterapkan oleh Perbankan Syariah
dalam pembiayaan Umrah khususnya pada BNI Syariah terkait
syarat dan ketentuan-ketentuan yang lainnya sudah sesuai
dengan fatwa DSN No.112/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad
Ijarah, No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah,
dan No.19/DSN-MUI/VII/2004 Tentang Pembiayaan Multijasa.
Menurut tanggapan Pak Mawardi, beliau yakin bahwa
semua itu telah diatur oleh Dewan Syariah dari Bank Syariah
masing-masing, seperti penjelasan beliau : “.....Ya saya yakin,
kan itu ada Dewan Syariahnya kan. Semua Bank Syariah itu
punya Dewan Syariah.....”
Sementara itu Ustadz Solthan menjelaskan :
“Ya, terima kasih. Jadi pada dasarnya akad Ijarah yang dilaksanakan oleh perbankan syariah dalam hal ini, itu sudah sesuai dengan apa yang menjadi dasar daripada akad Ijarah tersebut yaitu ketetapan dari Dewan Syariah Nasional (DSN) dan juga dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Jadi akad Ijarah itu, memberikan kemudahan kepada umat Islam untuk melaksanakan Umrah dengan pembiayaan yang ditalangi oleh perbankan syariah. Itu yang jelas bahwa antara perbankan
87
dengan umat yang akan melaksanakan Umrah itu tidak ada hal yang menjadi beban, yang bisa memberatkan daripada umat untuk menyelesaikan seluruh kesepakatan ijarah yang telah disepakati bersama”.
Sama halnya dengan pendapat Ust. Solthan, Komisi
Fatwa MUI menjelaskan :
“Ini mirip dengan KPR. Misal rumah harganya 100 juta, Bank membayar 100 juta ke pemilik rumah/perumahan. Nanti setelah dibayar 100 juta, sekarang yang ingin memiliki rumah itu harus bayar ke Bank sesuai harga yang diinginkan oleh Bank. Ya jelas di atas daripada harga 100 juta itu. Ya ini mirip-mirip, ini dibolehkan dalam agama kita. Yang penting sudah ditetapkan, yang penting Bank sudah membayar ke travel dan setelah dibayar, Bank menaikkan harganya dari 15 juta menjadi 19 juta atau 17 juta. Sekarang kamu bayar kepada saya 17 juta dan saya sudah bayarkan Umrah ini untuk kamu kepada travel. Jadi ada untungnya Bank disini 4 juta atau ada 2 juta untungnya itu Bank. Ah.. Dengan syarat ya itu tadi, dicicil setelah pulang dari Umrah. Ini dibolehkan dalam agama kita. Jadi tidak ada gharar disitu, jelas sekali. Ya kecuali kalau Bank disitu mengatakan bahwa kita naik turun harganya. Ini gak boleh, disitu ada sifat gharar-nya, ada bunga disitu.....Tapi di BNI Syariah kan tetap ji, jadi tidak ada gharar disitu dan sebenarnya disini transaksinya antara nasabah dan Bank, bukan lagi dengan pemilik travel, itu gak ada masalah. Ya, jadi saya pribadi, saya sebagai anggota MUI Makassar dan Sulawesi Selatan, yaitu ya di bolehkan, ulama kita membolehkan itu”.
Ust. Yusri Arsyad juga menegaskan bahwa penerapan
akad ijarah pada pembiayaan Umrah di Perbankan Syariah
sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI yang berlaku. Berikut
penjelasannya :
“Iya sudah sesuai. Ulama kita, kalau kita mau kembali ke ulama-ulama lain daripada Indonesia umpamanya kita melihat ulama dari Arab Saudi, ulama dari Mesir, ulama dari ini. Bisa kita lihat di youtube, bisa kita lihat atau fatwa-fatwa dari Arab Saudi, bagaimana masalah ini, itu ada tapi referensinya bahasa Arab. Tapi cukuplah kalau kita dari MUI, tapi kalau mau melihat buka-buka lagi di internet, bisa kita lihat, melihat bahwa itu
88
dibolehkan. Dan saya sendiri sudah mengkaji ini, itu insya Allah dibolehkan”.
Dengan demikian, dari hasil wawancara di atas, dapat
disimpulkan bahwa mekanisme pada pembiayaan Umrah pada
BNI Syariah sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
d. Adakah ayat dalam Al-Quran dan Hadist mengenai
pembiayaan Umrah dengan cara Ijarah?
Segala sesuatu di dunia ini sudah tertuang dan telah
diatur di dalam Al-Quran dan diperkuat oleh hadist-hadist
Rasulullah termasuk tentang pembiayaan dengan cara ijarah.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ust. Mawardi berikut ini.
“.....Yang penting ada isyaratnya.....Saya yakin itu berkemudahan karena di masa Nabi belum ada Bank. Ya kalau bicara itu.. Namanya Ijtihad Ulama. Gak ada ayatnya, gak ada hadistnya. Ya bicara Bank jangan cari hadistnya, ayatnya, gak ada. Karena Bank itu nanti dibelakang. Itu juga Bank itu dulu kan Pemerintah kan belum kembangkan, Ulama bertahap yah. Dulu Bank itu ada yang swasta, ada Bank negara. Ulama dulu mengatakan Bank swasta haram, Bank pemerintah boleh. Kenapa? Kalau Bank swasta, kalau rugi, bangkrut, nasabah rugi. Kalo Bank negara... Itu merubah Undang-Undang lagi. Bank swasta, Bank negara sudah sama-sama boleh karena dua-duanya ditanggung negara. Nah sekarang berubah lagi fatwanya. Ada Bank konvensional, ada Bank Syariah. Ulama lagi menghalalkan sebagai Bank Syariah. Kenapa? Karena tidak ada di masa nabi, jadi ijtihad aja, yang jelas Ulama itu membolehkan”.
Hal yang sama dijelaskan oleh Ust. Solthan :
“Ya. Jadi pada dasarnya di dalam konteks Al-Quran, apapun yang kita lakukan termasuk termasuk akad ijarah itu harus dilakukan dengan terbuka. Yang pertama, Surah Al-Baqarah ayat 282, Auudzubillah Himinassyaitoon Nirrojiim..”
89
....
“Yang artinya "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya". Dari kata "menulisnya" di sini, itu bermakna bahwa segala sesuatu termasuk akad ijarah itu perlu administrasi yang baik, perlu kesepakatan, perlu akad antara kedua belah pihak. Maka dalam Surah Al-Baqarah 282 ini memberi tekanan bahwa apapun yang kita lakukan, kesepakatan-kesepakatan akad termasuk akad ijarah, itu perlu menulisnya, perlu administrasi yang baik. Maka segala ketentuan yang telah dilaksanakan oleh Bank Syariah dalam hal ini, itu sudah memenuhi daripada syarat-syarat yang perlu diikuti oleh calon jamaah Umrah. Sebagaimana juga dengan Hadist Rasulullah yang artinya bahwa "Kedua belah pihak yang melakukan perjanjian itu harus ada kesepakatan pada keduanya sebelum mereka berpisah". Jadi artinya segala sesuatu yang sifatnya akad, sifatnya akad ijarah, itu memang perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan administrasi yang baik, tidak merugikan kedua belah pihak baik itu Bank Syariah itu sendiri maupun untuk umat yang akan melaksanakan Ibadah Umrah”.
Dari kedua pendapat di atas diperkuat oleh pendapat Ust.
Yusri Arsyad yaitu :
“Jadi kalau kalian utang piutang, harus ditulis. Nah ayat ini bukan berarti wajib. Kalau kita sudah saling percaya, boleh ditulis, boleh tidak. Tapi sebaiknya kita menulis karena kita saudara, karena suatu saat kadang bisa orang sekalipun saudara kadang menyeleweng juga. Jadi kita harus betul-betul selalu ditulis di atas hitam putih utang piutang itu siapapun dia, dengan orang tua juga boleh, dengan siapapun, karena akan terjadi penyesalan.Sekarang, ini kan termasuk utang piutang, ya sekarang Bank itu ketat sekali dengan jaminan-jaminan tertentu agar supaya orang ini sebagian daripada penghasilannya langsung ditransfer ke Bank, kan begitu. Itu termasuk dalam ayat ini. Jadi bagaimana cara penulisannya, itu tergantung dengan kita, sesuai dengan jaman. Ada yang ditulis dengan di komputer, ada lewat sistem seperti ini. Kita gak akan terbayangkan, kata-kata “ditulis” itu apa maksudnya. Ya jadi dikembangkan oleh manusia, yang penting orangnya tidak lari. Itu maksudnya ditulis. Jadi tujuan ditulis itu bagaimana orang itu tidak lari. Makanya Bank memberikan persyaratan-persyaratan, boleh saya bayarkan Umrahmu dengan syarat seperti ini, ada
90
jaminan, kamu punya gaji sekian per bulan, sekian langsung dipotong, sekian masuk otomatis, itu termasuk dibolehkan saja”.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan Ibadah Umrah dalam bentuk Ijarah sudah jelas
tertuang dalam Al-Quran dan Hadist.
e. Bagaimana tanggapan Anda tentang istilah "naik Haji bagi
yang mampu"? Apakah dengan menggunakan pembiayaan
untuk Umrah termasuk golongan tidak mampu?
Ibadah Haji adalah salah satu rukun Islam. Yang mana
diwajibkan bagi Muslim yang mampu untuk menjalankannya.
Dalam buku Ensiklopedia Islam Al Kamil yang ditulis oleh
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri (2007)
dijelaskan bagaimana maksud dari berhaji bagi yang mampu.
Yaitu, jika ia sehat jasmani, mampu untuk pergi, terdapat bekal
dan kendaraan yang dapat mengantarnya untuk menunaikan
ibadah haji tersebut, dan pulang kembali setelah terpenuhi
segala kewajibannya seperti utang-utang, juga adanya nafkah
untuk keluarga yang ditinggalkannya, dan apa yang dia miliki
melebihi dari kebutuhan primernya.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi
Selatan menyatakan bahwa : “.....Belum kena kewajiban Haji.
Karena belum mampu secara ekonomi.”
Sementara pendapat yang dipaparkan oleh Ust. Solthan
HS sebagai berikut.
91
“Iya. Jadi konteks tidak mampu di sini, makanya Ibadah Umrah dan Ibadah Haji ada kalimat istitha'ah. Jadi istitha'ah itu artinya mampu. Ya mampu dalam segi rohani (Ibadah), kemudian mampu dalam segi fisik atau materi. Jadi mampu di sini itu bukan mampu bahwa nanti harta kita terkumpul sekian puluh juta baru bisa Umrah gitu, atau bisa naik Haji. Kalau ada pembiayaan yang bisa membantu, ada lembaga yang bisa membantu untuk mempermudah daripada Ibadah kita itu saya kira sudah sesuai dengan syariah. Ah.. kemudian Ibadah juga misalnya Umrah atau Ibadah Haji itu kalau nanti misalnya uangnya si A terkumpul puluhan juta baru bisa berangkat, itu kan bermasalah lagi dengan umurnya (usianya). Jadi kalau nanti kumpul uangnya baru berangkat, jadi semakin.. semakin tua. Padahal Ibadah yang paling bagus itu adalah ibadah yang dilaksanakan dalam kondisi fisik sehat, kuat, makanya dilaksanakan dalam.. apa namanya.. umur-umur yang sifatnya masih bisalah untuk melaksanakan Ibadah secara maksimal”.
Pendapat Ust. Solthan di atas diperkuat oleh Ust. Dr. H.
Yusri Muhammad Arsyad, LC., MA yang menerangkan bahwa
ukuran mampu itu diartikan sesuai zaman dan menggunakan
pembiayaan untuk Umrah dikategorikan mampu jika jamaah
dapat melunasi cicilan setelah jamaah menunaikan ibadah
Umrah, seperti kutipan wawancara sebagai berikut.
“Begini, kalau kita berprinsip seperti itu, jadi kalau kita menghajikan orang. Misalnya saya punya uang, ini saya hajikan Anda, ambil uang ini. Sebenarnya Anda orang tidak mampu, biasanya membantu orang untuk bisa naik Haji, saya bantu dia untuk naik Umrah misalnya. Jadi kemampuan disini sekarang sudah berubah dari zaman ke zaman. Kita harus artikan fleksibel, arti kemampuan itu. “Walillahi ‘alannasi hijjul baiti manistatha’a ilaihi sabila”, manistatha’a itu ada 3 artinya kan, mampu harta, mampu jasmani dan keamanan, itu namanya mampu. Nah sekarang keamanan oke, sehat oke, sekarang tidak mampu uang. Sekarang kemampuan uang ini sekarang berubah dari zaman ke zaman, dari zaman Nabi sampai sekarang. Kemampuan ini bisa berupa ini tapi dengan cara seperti mencicil, apakah Anda mampu mencicil dengan seperti ini tanpa ada gharar, tanpa ada yang menyeleng-nyelengkan, tidak ada pertentangan dari agama, bisa mencicilnya. Jadi
92
ujung-ujungnya bisa dibayar tapi caranya berbeda, ada yang cash, ada yang secara angsuran, istilahnya taktib dengan jaminan-jaminan tertentu. Nah ini kan juga mempermudah orang untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama-Nya. Ini juga termasuk mampu. Jadi kemampuan itu berkembang pemahamannya. Tidak boleh kita mengambil dalam arti kemampuan itu seperti laterally, ada uang berangkat, tapi ada orang bisa mencicil dengan kemudahan dari orang yang mampu menanggung dulu. Tapi sekarang kalau kita menghutang, nah ini yang tidak boleh. Hutang dulu, nanti pulang ke rumahnya, nanti setelah pulang Haji, gue gak punya uang. Tapi ini harus betul-betul, berangkat naik Haji, pulang ke rumahnya, jadi gajinya ½ masuk ke Bank, ½ untuk makan. Jadi ini terperinci, termasuk mampu”.
Beliau juga menjelaskan ada bangsa lain yang
menunaikan Umrah tanpa memakai fasilitas penginapan dan
transportasi, asal ia mampu menjaga kesehatannya dan tidak
ada orang yang ia rugikan, seperti kutipan berikut.
“Ada juga orang naik Haji, tidak ada uang, tapi dia bisa jalan kaki ke Mekah, sampai disana dia hanya bisa minum ini, tidur dipinggir/di lapangan/di depan Masjidil Haram. Itu juga termasuk mampu, kemampuan nanti untuk bisa sengsara tapi bisa melaksanakan Haji dengan baik. Jangan artikan mampu dalam arti harus banyak uang tapi bisa hidup di sana. Bisa kita perhatikan di sana orang Afrika Selatan, Afrika Tengah. Mereka itu kalau Haji itu, mereka tidur di depan toko-toko, mereka tidak punya hotel. Jadi mereka WC-nya, mandinya, semua di dalam Masjidil Haram. Kalau Anda mampu seperti itu, ya silahkan. Ya apalagi dari Pakistan, Afganistan, mereka jalan kaki, mereka naik mobil, sampai disana gak punya rumah, gak punya hotel tapi dia bisa tidur di pekarangan masjid. Itu aman-aman saja, selama tidak ada orang yang dirugikan, dan kesehatan bisa terjamin, tidak sakit selama dia tidur di pekarangan-pekarangan masjid. Itu termasuk mampu juga namanya. Nah ini tidak masalah”.
Berdasarkan penjelasan di atas, Ibadah Haji dan Umrah
hanya diwajibkan bagi yang mampu. Dalam arti, mampu secara
ekonomi, fisik dan umur. Dukungan Bank Syariah melalui
93
produk Ijarah oleh sebagian Ulama dianggap sebagai cara
untuk membantu nasabah dalam memenuhi kebutuhan biaya
dengan cara yang lebih cepat.
C. Pembahasan
Implementasi akad ijarah bagi nasabah calon jamaah Umrah
pada Bank BNI Syariah Makassar berupa pembiayaan konsumtif
melalui produk BNI Fleksi Umrah iB Hasanah yang tujuannya untuk
memberikan kemudahan dan membantu nasabah calon jamaah Umrah
yang memliki dana terbatas dalam melaksanakan Ibadah Umrah. Maka
BNI Syariah melalukan kerjasama dengan Biro Perjalanan Umrah yang
telah dipercaya baik skala lokal maupun nasional untuk memfasilitasi
biaya paket perjalanan Ibadah Umrah nasabah dan turut mengawasi
selama nasabah melakukan Ibadah Umrah sampai selesai. Nasabah
yang mengajukan pembiayaan Umrah juga harus melalui analisa
kelayakan yang ketat sesuai peraturan yang diberlakukan oleh Bank
BNI Syariah Makassar.
Mekanisme pembiayaan dalam produk Fleksi Umrah iB
Hasanah dimulai dari pengajuan permohonan pembiayaan, selanjutnya
pemilihan travel dan paket perjalanan Ibadah Umrah. Kemudian diuji
kelayakannya, jika disetujui maka dilanjutkan dengan membuka
rekening BNI Baitullah iB Hasanah. Lalu penandatanganan akad, dana
pinjaman cair ke rekening nasabah, selanjutnya dimutasi oleh pihak
Bank ke rekening travel. Kemudian pemberian jadwal keberangkatan
94
Umrah oleh travel, nasabah mengurus masing-masing paspor, visa,
vaksin dan lain-lain selama 1 bulan sebelum berangkat. Nasabah
berangkat ke Tanah Suci dan kembali ke Tanah Air dengan
melanjutkan angsuran dari pembiayaannya. Jika nasabah menunggak
pembayaran maka tidak ada denda yang diberikan atas
keterlambatannya dan pihak Bank akan terus mengingatkan serta
memberi teguran kepada nasabah yang tidak menunjukkan sikap ingin
membayar.
Sistem penerapan akad ijarah pada Umrah di Bank BNI Syariah
Makassar sudah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI
No.112/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Ijarah, No.09/DSN-MUI/
IV/2000 Tentang Pembiayaan Ijarah, No.44/DSN-MUI/VIII/2004
Tentang Pembiayaan Multijasa, No.56/DSN-MUI/V/2007 Tentang
Ketentuan Review Ujrah Pada Lembaga Keuangan Syariah, dan
No.17/DSN-MUI/IX/2000 Tentang Sanksi Atas Nasabah Mampu Yang
Menunda-nunda Pembayaran. Hal ini juga telah jelaskan oleh komisi
Fatwa MUI bahwa produk Fleksi Umrah iB Hasanah ini dibolehkan
dalam agama Islam sepanjang tidak mengandung unsur gharar yang
merupakan riba dan tidak ada penyelewengan serta tidak ada
pertentangan dari agama.
Menunaikan Ibadah Umrah menggunakan dana pinjaman dari
lembaga keuangan termasuk Perbankan Syariah dibolehkan menurut
pendapat Komisi Fatwa MUI selama si peminjam dapat melakukan
95
pelunasan setelah ia melakukan Ibadah Umrah walaupun dengan cara
mencicil atau mengangsur setiap bulannya dari penghasilan yang
diperoleh si peminjam. Jadi calon jamaah tidak perlu lagi menunggu
hingga dananya terkumpul untuk melaksanakan Umrah dan dapat
dikategorikan mampu. Namun ada pula sebagian ulama yang tidak
membolehkannya dan harus menggunakan dana yang ditabungnya
sedikit-sedikit untuk melaksanakan ibadah Umrah. Karena jika mereka
meminjam dana dari lembaga keuangan untuk melaksanakan Umrah,
mereka belum termasuk golongan yang mampu.
Pada akad ijarah dalam produk BNI Fleksi Umrah iB Hasanah
disini tidak terdapat unsur riba karena tambahan yang diperoleh oleh
Bank Syariah dari nasabah merupakan selisih dari harga jual yang
ditawarkan travel ke Bank dan harga jual yang ditawarkan bank ke
nasabah. Selisih tersebut disebut fee/upah yang diberikan oleh
nasabah kepada Bank Syariah atas jasa Bank yang telah terlebih
dahulu mendapatkan kuota Umrah dari travel yang bekerjasama untuk
nanti disewakan kepada nasabah. Fee/upah inilah yang menjadi
keuntungan (margin) Bank dan nominalnya telah ditetapkan diawal
serta dapat diangsur bersamaan dengan harga jual paket yang
ditawarkan oleh bank. Nominal angsurannya pun nilainya tetap (sama)
sampai dengan lunas dan nominal angsurannya diperoleh dari harga
jual paket dibagi dengan lamanya masa pengembalian, misal 12 bulan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Implementasi akad ijarah bagi nasabah calon jamaah Umrah pada
Bank BNI Syariah Makassar berupa pembiayaan konsumtif melalui
produk BNI Fleksi Umrah iB Hasanah yang tujuannya untuk
memberikan kemudahan dan membantu nasabah calon jamaah
Umrah yang memliki dana terbatas dalam melaksanakan Ibadah
Umrah. Maka BNI Syariah melalukan kerjasama dengan Biro
Perjalanan Umrah yang telah dipercaya baik skala lokal maupun
nasional untuk memfasilitasi biaya paket perjalanan Ibadah Umrah
nasabah dan turut mengawasi selama nasabah melakukan Ibadah
Umrah sampai selesai. Nasabah yang mengajukan pembiayaan
Umrah juga harus melalui analisa kelayakan yang ketat sesuai
peraturan yang diberlakukan oleh Bank BNI Syariah Makassar.
2. Sistem penerapan akad ijarah pada Umrah di Bank BNI Syariah
Makassar sudah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-
MUI dan dibolehkan dalam agama Islam sepanjang tidak
mengandung unsur gharar yang merupakan riba dan tidak ada
penyelewengan serta tidak ada pertentangan dari agama.
Menunaikan Ibadah Umrah menggunakan dana pinjaman dari
lembaga keuangan termasuk Perbankan Syariah dibolehkan oleh
96
97
Komisi Fatwa MUI selama si peminjam dapat melakukan pelunasan
setelah ia melakukan Ibadah Umrah walaupun dengan cara
mencicil atau mengangsur setiap bulannya dari penghasilan yang
diperoleh si peminjam. Namun ada pula sebagian ulama yang tidak
membolehkannya dan harus menggunakan dana yang ditabungnya
sedikit-sedikit untuk melaksanakan ibadah Umrah. Karena jika
mereka meminjam dana dari lembaga keuangan untuk
melaksanakan Umrah, mereka belum termasuk golongan yang
mampu.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut.
1. Pihak Perbankan Syariah perlu memperjelas syarat akad ijarah
agar masyarakat mudah mengerti dan tidak terbebani hutang untuk
melaksanakan Ibadah.
2. Masyarakat hendaknya lebih mempertimbangkan penggunaan
dana talangan Umrah melalui produk ijarah agar tidak terbebani
hutang demi melaksanakan Ibadah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jaziri, Abdurrahman. t.th. al-Fiqh ‘Ala Madzahib al-Arba’ah. Beirut: Dar
al-Qalam.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2001. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik.
Jakarta: Gema Insani.
Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Perjanjian Syariah: Studi tentang Teori
Akad dalam Fikih Muamalat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
As Suhaili, A. Solihin. 2015. Kitab Super Lengkap Tuntutan Haji dan
Umrah. Jakarta: Cahaya Ilmu.
Ascarya. 2003. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Ash-Shawi, Abdullah al-Mushlih dan Shalah. 2004. Fiqh Ekonomi
Keuangan Islam. terj. Abu Umar Basyir. Jakarta: Darul Haq.
At-Tuwaijiri, Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah. 2007.
Ensiklopedia Islam Al Kamil. Bagian Ketiga Ibadah. Haji. Makna
Mampu Dalam Berhaji. Jakarta: Darus Sunnah.
Departemen Agama RI. 1989. Al-Quran dan Terjemahannya. Semarang:
CV Toha Putra.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Pembiayaan Ijarah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.112/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad
Ijarah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.19/DSN-MUI/VII/2004 Tentang
Pembiayaan Multijasa.
Handoko, T. Hani. 2010. Manajemen Personalian dan Sumber Daya
Manusia Edisi Ke-2. Yogyakarta: BPFE UGM.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2008. Jakarta: Balai Pustaka.
Karim, Adiwarman A. 2001. Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer.
Jakarta: Gema Insani.
98
99
_________. 2010. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Ed.4. Cet.7.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kasmir. 2002. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Moh. Nazir. 2011. Metode Penelitian Cet. ke-9. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Unit Penerbit
dan Percetakan AMPYKPN.
_________. 2005. Manajemen Bank Syariah; edisi revisi. Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan AMPYKPN.
Peraturan Menteri Agama No. 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank
Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Rahmawan A, Ivan. 2005. Kamus Istilah Akuntansi Syariah. Yogyakarta:
Pilar Media.
Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. 2008. Islamic Financial
Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
S. Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan Cet. ke-8. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sabiq, Sayyid. 1987. Fikih Sunnah 13. Bandung: PT Alma‟arif.
Sekretariat
Shihab, M. Quraish. 2012. Haji dan Umrah. Tangerang: Lentera Hati.
Sinar Grafika Offset. 2008. Undang-Undang Perbankan Syariah 2008 (UU
No. 21 Th. 2008). Jakarta: Sinar Grafika.
Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi
dan Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatatif dan R&D Cet. ke-10. Bandung: Alfabeta.
Suhendi, Hendi. 2014. Fiqh Muamalah Ed.1 Cet. 9. Jakarta: Rajawali
Pers.
100
Syariati, Ali. 2012. Rahasia Ibadah Haji. Bandung: Mizan Pustaka.
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. 2007. Pedoman Haji.
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
W. Gulӧ. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Grasindo.
Yusak, Laksamana. 2009. Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Zulkifli, Sunarto. 2007. Panduan Praktis Perbankan Syariah. Jakarta:
Zikrul Hakim.
_________. Profil BNI Syariah. www.bnisyariah.co.id
103
104
JUDUL SKRIPSI: IMPLEMENTASI AKAD IJARAH BAGI NASABAH
CALON JAMAAH UMRAH PADA BANK BNI
SYARIAH MAKASSAR
PIHAK BANK BNI SYARIAH MAKASSAR
1. Bagaimana sejarah Bank BNI Syariah?
2. Apa alasan Bank BNI Syariah mengadakan pembiayaan Fleksi
Umrah iB Hasanah?
3. Apa yang menjadi landasan hukum/syariah diadakannya
pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah?
4. Berapa lama pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah ini sudah
berjalan? Sejauh mana perkembangannya di Bank BNI Syariah
Makassar?
5. Apa ciri khas (keunggulan) pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah di
Bank BNI Syariah Makassar yang membedakan dengan bank
lainnya?
6. Berapa banyak nasabah yang mengajukan pembiayaan Fleksi
Umrah iB Hasanah dalam 1 tahun? Berapa banyak yang disetujui
dan berapa persen dari total nasabah Bank BNI Syariah Makassar?
7. Ijarah merupakan akad sewa-menyewa barang/jasa. Apa saja yang
disewakan dalam pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah?
8. Bagaimana mekanisme/prosedur dalam pembiayaan Fleksi Umrah
iB Hasanah mulai permohonan sampai pencairan dana pembiayaan?
9. Apa saja syarat-syarat yang dilampirkan untuk mengajukan
pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah?
106
10. Apa sajakah jaminan yang dapat diberikan nasabah untuk
pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah?
11. Berapa jumlah maksimal plafond yang dapat diberikan kepada
nasabah untuk pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah?
12. Berapa maksimal persentase dari penghasilan nasabah yang harus
disisihkan untuk membayar angsuran pengembalian pembiayaan
Fleksi Umrah iB Hasanah?
13. Seberapa besar persentase margin angsuran yang diberikan kepada
nasabah?
14. Bagaimana kriteria kelayakan nasabah agar dapat disetujui
permohonan pembiayaannya?
15. Berapa lama masa pengembalian pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah?
16. Bagaimana sistem pengembalian dana pembiayaan Fleksi Umrah iB
Hasanah?
17. Bagaimana tindakan pihak Bank BNI Syariah jika nasabah terlambat
membayar angsuran pengembaliannya?
18. Bagaimana tindakan pihak Bank BNI Syariah dalam mencegah agar
nasabah membayar angsuran tepat pada waktunya?
19. Bagaimana tindakan pihak Bank BNI Syariah jika ada nasabah yang
menunjukkan sikap tidak ingin membayar angsuran walaupun ia
mampu?
107
20. Bagaimana jika nasabah ingin melunasi pembiayaannya di awal
waktu sebelum masa berakhirnya akad ijarah yang telah disepakati
sebelumnya?
21. Bagaimana jika nasabah meninggal setelah menunaikan Ibadah
Umrah dan tidak dapat melakukan angsuran selanjutnya hingga
lunas?
22. Apakah ada travel yang bekerjasama dengan pihak bank BNI
Syariah dalam pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah? Travel apa
saja?
23. Apakah boleh nasabah mengajukan travel Umrah sendiri selain
travel yang bekerjasama dengan pihak bank BNI Syariah?
24. Sejauh mana keterlibatan travel dan pihak bank BNI Syariah dalam
pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah ini?
25. Apakah pihak Bank BNI Syariah turut mengawasi sampai nasabah
tersebut menunaikan Ibadah Umrah? Bagaimana pengawasannya?
26. Apa sajakah manfaat yang ditimbulkan dalam pembiayaan ini bagi
pihak Bank BNI Syariah?
27. Apa saja resiko yang diterima pihak Bank BNI Syariah dalam
pembiayaan Fleksi Umrah iB Hasanah?
PIHAK ULAMA
1. Bagaimana tanggapan Anda tentang adanya produk Pembiayaan
Fleksi Umrah iB Hasanah?
108
2. Bagaimana tanggapan Anda jika seseorang menunaikan Ibadah
Umrah menggunakan uang yang diperoleh dari hasil utang di Bank
atau lembaga keuangan lainnya? Bolehkah?
3. Bagaimana tanggapan Anda terhadap mekanisme/prosedur yang
diterapkan oleh Perbankan Syariah dalam akad Ijarah pada
pembiayaan Umrah? Apakah sudah sesuai dengan fatwa DSN-MUI?
4. Adakah ayat dalam Al-Quran dan Hadist mengenai pembiayaan Umrah
dengan cara ijarah?
5. Bagaimana tanggapan Anda tentang istilah "naik Haji bagi yang
mampu"? Apakah dengan menggunakan pembiayaan untuk Umrah
termasuk golongan tidak mampu?
DOKUMENTASI BERSAMA INFORMAN
Wawancara dengan Ibu
Andi Kardita Savitri
(Senior Sales BNI Syariah)
Wawancara dengan Bapak Ustadz
Dr. H. Yusri Muhammad Arsyad, L.C., MA
(Komisi Fatwa MUI Kota Makassar)
Wawancara dengan Bapak Ustadz
Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I.
(Wakil Ketua Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Sulawesi Selatan)
Wawancara dengan Bapak Ustadz
Ir. Solthan HS
(Pemuka Agama)
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Wahyuni Puspitasari, Ujung Pandang, 1 Juni 1996,
anak pertama dari pasangan Drs. Suharto dan
Suriany, SE. Alamat lengkap Jalan Wijaya Kusuma 1
Blok K2 No. 3, Kelurahan Banta-Bantaeng Kecamatan
Rappocini Kota Makassar. No. HP 0853 4003 234.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari tingkat
Sekolah Dasar di SD Negeri Kompleks Sambung Jawa
Makassar pada tahun 2002-2008. Selanjutnya ke jenjang Menengah
Pertama di SMP Negeri 24 Makassar pada tahun 2008-2011, kemudian
dilanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi lagi di SMA Negeri 14 Makassar
pada tahun 2011-2014. Setelah lulus sekolah, atas ridho dan rezeki dari
Allah SWT serta doa restu dari orang tua penulis, sehingga penulis kembali
melanjutkan studi pada tahun 2014, lulus dan terdaftar sebagai mahasiswa
pada program studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam di
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Selama penulis berstatus sebagai mahasiswa, selain fokus dibidang
akademik, penulis juga pernah aktif pada kegiatan kemahasiswaan
sebagai anggota COMPAS (Computer Applications Study) di IMM Febis
pada periode 2017-2018 untuk menambah ilmu terkait aplikasi komputer,
serta masih aktif di Ikatan Purna Paskibra SMAN 14 Makassar sampai
sekarang. Penulis juga sempat kuliah sambil bekerja di Bank Bukopin
Makassar pada tahun 2015. Pada saat semester akhir, penulis memilih
mendaftar menjadi Panwaslu untuk menambah pengalaman dan ilmu
dengan mengikuti training dan bertugas sebagai Pengawas Pemilu
Kelurahan Banta-Bantaeng Kecamatan Rappocini Kota Makassar di Pilwali
Makassar dan Pilwagub Sulsel pada bulan Juni 2018.