IKM Penelitian DBD
-
Upload
luqmanul-hakim-junaidden -
Category
Documents
-
view
148 -
download
0
description
Transcript of IKM Penelitian DBD
-
SKRIPSI
OKTOBER 2014
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN
KELUARGA TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI
PERUMAHAN BANDAR BARU UDA, JOHOR, MALAYSIA
Disusun Oleh:
Nurintan Ruqayyah Bt Mohd Hizam
C111 10 844
Dosen pembimbing:
Dr. dr. Sri Ramadhany, M. Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
-
PANITIA SIDANG UJIAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Skripsi dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Keluarga Tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) di Perumahan Bandar Baru
Uda JB, Malaysia
telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin pada :
Hari/Tanggal : Rabu / 29 Oktober 2014
Waktu : 10.00 Wita
Tempat : Ruang Seminar PB.622 IKM&IKK FK UNHAS
Ketua Tim Penguji :
(Dr dr. Sri Ramadhnay, M.Kes )
Anggota Tim Penguji :
(Dr. dr. A. Armyn Nurdin, M.Sc) (dr. M. Rum Rahim, M.Sc)
-
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar hasil di Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu kedokteran Komunitas Fakultas kedokteran Universitas
Hasanuddin dengan judul:
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN
KELUARGA TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI
PERUMAHAN BANDAR BARU UDA JB, MALAYSIA
Hari/Tanggal : Rabu / 29 Oktober 2014
Waktu : 10.00 Wita
Tempat :Ruang Seminar PB.622 IKM&IKK FK
UNHAS
Makassar, 29 Oktober
2014
Pembimbing :
(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes )
-
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga
Tentang Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Perumahan Bandar
Baru Uda, JB, Malaysia.
oleh Nama: Nurintan Ruqayyah Bt Mohd Hizam Stambuk : C 111 10 844
Telah disetujui untuk dibacakan pada Seminar Proposal di Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar Pada :
Hari / tanggal : Kamis / agustus 2014
Pukul : 10.00 Wita
Tempat : Ruang Seminar PB. 622 IKM & IKK FK Unhas
Makassar, agustus 2014
Mengetahui,
Pembimbing I
Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes
-
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSETUJUAN CETAK
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR
ISI..i
DAFTAR
GAMBAR...iv
DAFTAR
TABELv
BAB I: PENDAHULUAN
1.1: Latar
belakang.......1
1.2: Rumusan
masalah.3
1.3: Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan
Umum...................4
1.3.2 Tujuan
Khusus..4
1.4: Manfaat
Penelitian..4
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1:
Pengetahuan.........5
2.1.2:
Sikap....6
2.1.3:
Tindakan..7
-
2.2: Tinjauan Umum DBD
2.2.1:
Definisi.8
2.2.2:Etiologi....8
2.2.3: Faktor-Faktor peningkatan Kasus DBD.9
2.2.4: Patofisiologi.11
2.2.5: Tanda dan Gejala.13
2.2.6: Diagnosis..14
2.2.7: Penatalaksanaan...15
2.2.8: Komplikasi dan Prognosis...17
2.2.9: Pencegahan..17
2.2.10: Pemberantasan Jentik.....19
BAB 3: KERANGKA KONSEP
3.1: Kerangka Konsep..22
3.2: Definisi Operasional.23
3.3: Cara Ukur
3.3.1: Pengetahuan.23
3.3.2: Sikap.24
3.3.3.: Tindakan..24
BAB 4: METODOLOGI PENELITIAN
4.1: Jenis Penelitian..25
4.2: Tempat dan waktu Penelitian25
4.3: Populasi dan Sampel
4.3.1: Populasi25
4.3.2: Sampel..25
4.3.3: Besar Sampel....26
4.3.4: Jenis dan Cara Pengumpulan Data...26
-
4.4: Managemen Data
4.4.1: Teknik Pengumpulan Data...27
4.4.2: Pengolahan Data..27
4.4.3: Analisis Data28
BAB 5: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1: Hasil
5.1.1: Gambaran umum daerah penelitian.29
5.1.2: Karakteristik dasar resnponden penelitian...29
5.1.3: Pengetahuan responden31
5.1.4: Sikap responden...33
5.1.5: Tindakan responden.34
5.2: Pembahasan
5.2.1: Karakteristik responden penelitian...35
5.2.2: Pengetahuan.36
5.2.3: Sikap.37
5.2.4: Tindakan...38
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1: Kesimpulan...39
6.2: Saran.....39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Tabel 10 terbesar penyakit menular di Malaysia tahun 2010, 2011
Gambar 1.2: Jumlah kasus yang terjangkit demam berdarah dengue dan
meninggal menurut provinsi tahun 2013 dan 2014
Gambar 2.1: Pedoman pengobatan DBD kelas 1 dan 2
Gambar 3: Skema kerangka konsep penelitian
-
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Definisi Operasional
Tabel 5.1. Distribusi karakteristik responden menurut pendidikan terakhir
Tabel 5.2. Distribusi karakteristik responden menurut pekerjaan
Tabel 5.3. Distribusi karakteristik responden menurut sumber yang diperoleh
tentang DBD
Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat pengetahuan responden
mengenai DBD di perumahan Bandar Baru Uda JB
Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan presentasi pengetahuan responden tiap
pertanyaan pengetahuan mengenai DBD
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan presentasi kategori sikap responden mengenai
DBD di perumahan Bandar Baru Uda JB.
Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan presentasi sikap responden mengenai DBD
berdasarkan jawaban tiap pernyataan
Tabel 5.9. Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat tindakan responden
mengenai DBD di
perumahan Bandar Baru Uda JB
Tabel 5.10. Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat tindakan mengenai DBD
berdasarkan jawaban tiap pernyataan
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Microsoft Excel
Lampiran 3 SPSS
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Seminar Proposal
Lampiran 5 Surat Kepada Penghulu Perumahan Bandar Baru Uda
Lampiran 6 Surat Penugasan Ujian
-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadrat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini hingga selesai. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi
persyaratan yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Atas berkat dan rahmatNya pulalah disertai usaha yang sungguh-sungguh, doa,
ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dan pengalaman selama masa
Kepaniteraan Klinik serta dengan arahan dan bimbingan dokter pembimbing, maka
skripsi yang berjudul GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN
TINDAKAN KELUARGA TERHADAP DBD DI PERUMAHAN BANDAR BARU
UDA JB, MALAYSIA dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ilmiah ini,
memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang tulus
terutama kepada Dr. dr. Sri Ramadhany, M.kes selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dengan tekun dan sabar memberikan arahan, koreksi dan
bimbingannya tahap demi tahap penyusunan skripsi ini. Waktu yang beliau berikan
merupakan kesempatan berharga bagi penulis untuk belajar lebih baik. Penulis juga
mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada beliau yang disela-
sela kesibukan beliau masih berkenan membimbing, berdiskusi dan mengarahkan
penulis selama proses penyusunan ini hingga selesai.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin
terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh itu ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya, juga saya sampaikan kepada:
-
1. Kepala bagian dan seluruh staf dosen Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Makassar.
2. Pimpinan dan staf-staf Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
3. Penghulu kampung dan pihak yang terlibat di perumahan Bandar Baru Uda
Johor yang telah banyak membantu dalam usaha memperoleh data yang saya
perlukan;
4. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan dukungan
materil dan moral;
5. Teman-teman sesame dokter muda seminggu penulis di Bagian IKM-IKK
6. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu
Penulis menyadari penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan
kelemahannya, hal ini disebabkan kerana terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki, untuk itu dengan segala kerendahan hati, saya menerima kritik dan saran
dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga penelitian
ini dapat memberi manfaat yang besar serta kontribusi untuk penelitian-penelitan
selanjutnya dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati dan melindungi kita
semua. Terima kasih.
Makassar, Oktober 2014
Penulis
-
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Skripsi, September 2014
ABSTRAK
Nurintan Ruqayyah Bt Mohd Hizam (C 111 10 844)
Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes
Gambaran Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keluarga Tentang
Demam Berdarah Dengue Di Perumahan Bandar Baru Uda, JB, Malaysia
Latar Belakang: Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah utama
penyakit menular di berbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau
incidence rate DBD meningkat dengan pesat di seluruh dunia. Diperkirakan 50 juta
orang yang terinfeksi DBD setiap tahunnya dan 2,5 miliar (1/5 penduduk dunia) orang
tinggal di daerah endemic DBD. Di Malaysia sendiri penyakit DBD masih mempunyai
incidence rate (IR) yang tinggi yaitu 45.6 per 100.000 penduduk untuk tahun 2011. Di
daerah Johor sendiri terdapat peningkatan jumlah kasus dengue dari tahun 2013
sehingga tahun 2014. Sejumlah 2,765 kasus yang didapatkan pada tahun 2013 dan
4,055 kasus dengue pada tahun 2014. Untuk dapat melakukan pencegahan penyakit
DBD, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah perilaku keluarga.
Tujuan dan Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan tentang DBD pada keluarga di salah satu perumahan
di Johor yaitu Bandar Baru Uda. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar
sampel sebanyak 100 orang yang tinggal di perumahan Bandar Baru Uda dan
memenuhi kriteria pemilihan sampai minimal jumlah sampel yang diperlukan
terpenuhi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29 September sampai 12 Oktober 2014
dan instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 7 item pertanyaan
tentang pengetahuan, 5 item tentang sikap dan 5 item tentang tindakan. Variabel yang
diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat.
-
Hasil. Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas tingkat pengetahuan adalah
baik 62%, dengan sebagian besar berpendidikan Degree 50%. Didapatkan sikap yang
paling banyak dari responden termasuk kategori positif 83% dan tindakan responden
terbanyak termasuk dalam kategori salah 79%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
rata-rata keluarga di perumahan Bandar Baru Uda mempunyai tingkat pengetahuan
yang baik, bersikap positif dan tindakan salah.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, DBD, Keluarga
-
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Skripsi, October 2014
ABSTRAK
Nurintan Ruqayyah Bt Mohd Hizam (C 111 10 844)
Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes
Study of Knowledge, Attitude and Practice in Family about Dengue Hemorrhagic
Fever in the residential area of Bandar Baru Uda, JB, Malaysia
Background: Dengue hemorrhagic fever (DHF) is the main problem of communicable
diseases in various parts of the world. During the first decade of the incidence, incidence
rate of dengue fever is rapidly increasing throughout the world. An estimated 50 million people
infected with dengue each year, and 2.5 billion (one fifth of the world population) people live
in dengue endemic areas. In Malaysia the dengue disease incidence rate (IR) is high with
IR 45.6 per 100,000 population for the year 2011. In Johor itself, there is increment
number of dengue case from the year 2013 to 2014. In 2013, the number of dengue
case is 2,765 and in year 2014 the number of dengue case is 4,055. To be able prevent
dengue, one of the influencing factor is family.
Objective: The objective of this study is to determine the knowledge, attitude and
behaviour level of DHF aiming families in residential area of Bandar Baru Uda Johor.
This research method is descriptive with sample size of 100 people that live in Bandar
Baru Uda and meet the selection criteria until the required sample size is met. This research
was conducted from 29 September until 12 October 2014 and data were collected by
using questionnaires that contain of 7 questions to test the knowledge, 5 questions to
test the attitude and 5 questions to test the practices. The variables in this research are
knowledge, attitude and practice.
Results: The results of this study showed the majority of respondents had knowledge
level of good 62% with most of them are degree educated 50%. Attitude level obtained
by most of the respondents fall in the category of positive 83% and as for practice most
respondents are in the wrong category 79%. Conclusion from this reaserach is the
level of knowledge is good, attitude is positive and practice is wrong in family. Hence,
from the results of this research, government and health centers should increase the
societys level of practice through effective activities
Keywords: Knowledge, Attitude, Practice, DHF, Family
-
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan yang cukup serius di negara-negara berkembang tropis. Angka kejadian
demam dengue dan demam berdarah dengue (DBD) meningkat secara signifikan pada
beberapa tahun terakhir. Malaysia menggesa secretariat WHO dan negara-negara
anggota untuk memberikan perhatian khas kepada penyakit demam Denggi yang
didapati telah meningkat dengan secara mendadak sejak 50 tahun yang lalu di seluruh
dunia. Wabak denggi kini telah menyebar ke lebih dari 100 Negara dengan peningkatan
dua kali lipat jumlah kasus yang dilaporkan kepada WHO iaitu dari 1.2 juta pada tahun
2008 kepada 2.3 juta pada 2010. Statistik WHO menganggarkan lebih 40% daripada
penduduk dunia terdedah kepada risiko penyakit Denggi. Di Malaysia, rata-rata 5000
kasus dilaporkan kasus DBD setiap tahun pada awal tahun 1990. Angka kejadian juga
menunjukkan tren yang meningkat dari 44,3 kasus / 100.000 penduduk pada tahun
1999 menjadi 181 kasus / 100.000 penduduk pada tahun 2007 (1)
Denggi disebabkan oleh virus flavivirus yang mempunyai 4 serotip (DEN1,2,3 dan
4) yang menular melalui gigitan nyamuk Aedes betina. Dianggarkan 20% kes Denggi
adalah asimptomatik dan bagi kes yang bersimptom, presentasi boleh dalam DD, DDB
dan DSS dan kematian selalunya berlaku akibat daripada DDB atau DSS. Seorang
boleh dijangkiti Denggi lebih daripada sekali dalam hidupnya, jangkitan daripada satu
jenis serotip tidak memberi perlindungan kepada jangkitan serotip yang lain. Majoriti
daripada kes yang dilaporlan berlaku di kawasan bandar dan maklumat pemantauan
vektor mendapati 80% lokaliti yang wabak mempunyai indeks pembiakan Aedes yang
melebihi paras sensitif. Pembiakan dalam rumah masih tinggi yang didapati tidak
diambil perhatian oleh penghuni. Di luar rumah selain daripada kebersihan persekitaran
yang tidak bersih, sistem pelupusan sampah yang tidak teratur juga menyebabkan
tempat-tempat pengumpulan sampah menjadi tempat pembiakan nyamuk Aedes. (2)
-
Gambar 1.1 dan 1.2 menunjukkan di Malaysia, penyakit DBD masih mempunyai
incidence rate (IR) yang tinggi yaitu 45.6 per 100.000 penduduk untuk tahun 2011. Di
daerah Johor sendiri terdapat peningkatan jumlah kasus dengue dari tahun 2013
sehingga tahun 2014. Sejumlah 2,765 kasus yang didapatkan pada tahun 2013 dan 4055
kasus dengue pada tahun 2014. (3)
Sejumlah 90 lokaliti wabak yang masih aktif dilaporkan di 6 negeri iaitu 40 lokaliti
di Selangor, 26 lokaliti di Johor, 21 lokaliti di WP Kuala Lumpur & Putrajaya dan
masing-masing 1 lokaliti di Perak, Terengganu dan Sabah. Jika tiada tindakan daripada
masyarakat dan semua pihak berkenaan, kes serta kematian denggi akan terus
meningkat di Malaysia. Dikarenakan belum ditemukannya vaksin untuk DBD maka
pencegahan yang dapat dilakukan adalah manejemen lingkungan tempat tinggal terkait
pengkontrolan vektor virus Dengue dan perilaku proteksi pada manusia. Kawalan dan
pencegahan Denggi adalah tanggungjawab semua pihak termasuk ahli masyarakat itu
sendiri. Perumahan Bandar Baru Uda adalah di antara tempat tinggal yang mempunyai
angka kejadian DBD yang tinggi di Johor Bahru. Namun, belum ada penelitian yang
dilakukan terkait gambaran pengetahuan sikap dan tindakan masyarakat mengenai
DBD pada perumahan Bandar Baru Uda. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian ini. (1)
-
Gambar 1.1: Tabel 10 besar penyakit menular di Malaysia tahun 2010, 2011 (3)
-
Gambar 1.2: Jumlah kasus yang terjangkit demam berdarah dengue dan meninggal
menurut provinsi tahun 2013 dan 2014 (2)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah belum diketahuinya tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan
-
keluarga di perumahan Bandar Baru Uda, Johor Bahru terhadap penyakit Demam
Berdarah Dengue.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan
keluarga di perumahan Bandar Baru Uda Johor Bahru terhadap penyakit Demam
Berdarah Dengue.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi pengetahuan mengenai penyakit Demam Berdarah
Dengue pada keluarga di perumahan Bandar Baru Uda, Johor
2. Mengetahui distribusi sikap mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue pada
keluarga di perumahan Bandar Baru Uda, Johor
3. Mengetahui distribusi tindakan mengenai penyakit Demam Berdarah Dengue
pada keluarga di perumahan Bandar Baru Uda, Johor
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petugas
kesehatan setempat maupun dalam upaya penanggulangan masalah DBD di
perumahan Bandar Baru Uda dan wilayah Johor Bahru pada umumnya.
2. Sebagai tambahan ilmu, dan pengalaman berharga bagi peneliti dalam
melakukan penelitian kesehatan umumnya, dan terkait tentang DBD.
3. Sebagai acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian mengenai kasus DBD
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Pengetahuan (4)
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam
melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behaviour). Kedalaman pengetahuan yang diperoleh
seseorang terhadap suatu rangsangan dapat diklasifikasikan berdasarkan enam
tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Coprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek
yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu obyek
ke dalam komponen komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
-
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi penelitian
terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.2 Sikap (4)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat di tafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Tingkatan Sikap, terdiri
dari berbagai tingkatan, sebagai berikut:
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
objek.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab
pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, dalah
berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuating)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi dari sikap menghargai
4. Bertanggung jawab (responsible)
-
Bertanggung jawab atau segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Indikator Sikap Terhadap Kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan,
antara lain:
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang tehadap gejala atau tanda-tanda
penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit dan sebagainya.
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara
(berprilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap
makanan, minuman, olahraga, istirahat cukup dan sebagainya.
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya
terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan
limbah, polusi dan sebagainya.
2.1.3 Tindakan (4)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan. Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan:
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
b. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek
tingkat tiga.
-
d. Adopsi
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.
Indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di atas, yakni:
1. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit
Tindakan atau perilaku ini mencakup, antara lain:
a) Pencegahan penyakit, mengimunisasi anaknya, melakukan pengurasan bak
seminggu sekali dan sebagainya dan
b) Penyembuhan penyakit, minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan
anjuran-anjuran dokter dan sebagainya.
2. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup, antara lain:
a) Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang,
b) Olah raga secara teratur,
c) Tidak merokok dan sebagainya.
3. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
Tindakan atau perilaku ini mencakup, antara lain:
a) Membuang air besar di jamban (WC),
b) Membuang sampah pada pada tempatnya,
c) Menggunakan air bersih untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya.
2.2 Tinjauan umum DBD
2.2.1 Definisi
Infeksi virus dengue menyebabkan suatu spektrum penyakit, dimulai dari tanpa
gejala, demam ringan yang tidak khas sehingga demam berdarah klasik (DF) dan
demam dengue dengan manifestasi pendarahan, atau demam berdarah dengue (DBD)
dan sindroma syok dengue (DSS). Klasifikasi demam berdarah yang parah dipersulit
oleh adanya variasi dalam presentasi klinis, dikarenakan patofisiologi yang mendasari
dengue tersebut mungkin berbeda. (5)
-
2.2.2 Etiologi
Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue (DENV), RNA virus yang
berantai tunggal (sekitar 11 kilobases panjang) dengan nukleokapsid ikosahedral dan
ditutupi oleh amplop lipid. Virus ini termasuk dalam keluarga Flaviviridae, genus
Flavivirus, dan virus tipe-spesifik adalah yellow fever. (6)
Virus dengue memiliki empat serotipe antigen terkait tetapi berbeda: DENV-1,
DENV-2, DENV-3 dan DENV-4. Studi genetik dari strain liar menunjukkan bahwa 4
serotipe berevolusi dari satu nenek moyang pada populasi primata sekitar 1000 tahun
yang lalu dan kesemua 4 serotipe ini menyebar dalam siklus penularan perkotaan
manusia 500 tahun yang lalu di Asia atau Afrika. Pada tahun 1944, Albert Sabin
melakukan diferensiasi terhadap virus ini. Setiap serotipe diketahui mempunyai
genotipe yang beragam. Keparahan penyakit dipengaruhi oleh genotipe dan serotipe
virus, dan urutan dari infeksi dengan serotipe yang berbeda. Tinggal di daerah endemik
daerah tropis (atau panas, iklim lembab seperti Amerika Serikat bagian selatan), di
mana vektor nyamuk berkembang merupakan faktor risiko utama untuk terinfeksi.
Urbanisasi yang tidak dirancang dengan baik serta ledakan pertumbuhan populasi
manusia di dunia menyebabkan nyamuk mempunyai kontak yang lebih dekat dengan
manusia di sekitarnya. (6)
2.2.3 Faktor peningkatan kasus DBD
Faktor-faktor yang bertanggung jawab untuk peningkatan dramatis dan
munculnya epidemi dengue dan DBD, masing-masing, sebagai masalah kesehatan
masyarakat global dalam 17 tahun terakhir sangat kompleks dan tidak sepenuhnya
dipahami.Namun, pemulihan tampaknya terkait erat dengan perubahan demografi dan
sosial dari 50 tahun terakhir. Dua faktor penting adalah pertumbuhan penduduk yang
belum pernah terjadi sebelumnya dan urbanisasi yang tidak terencana dan tidak
terkendali, terutama di negara-negara tropis yang sedang berkembang. Kepadatan
perumahan yang tidak standar, buruk, kerusakan limbah dan sistem pengelolaan
sampah yang bersangkutan dengan urbanisasi yang tidak terencana memiliki kondisi
-
ideal untuk transmisi vektor nyamuk penular penyakit di pusat-pusat perkotaan tropis.
(7)
Faktor ketiga adalah kurangnya pengendalian nyamuk yang efektif di daerah
endemik dengue. Selama 25 tahun terakhir ini, penekanan hanya diberikan kepada
langkah pencegahan pembiakan nyamuk dengan cara penyemprotan (fogging).
Namun, langkah ini sudah tidak efektif lagi dalam usaha membunuh nyamuk dewasa.
Selain itu, distribusi geografis dan populasi kepadatan A. aegypti meningkat, terutama
di daerah perkotaan daripada daerah tropis. Hal ini adalah karena adanya peningkatan
jumlah habitat larva nyamuk di lingkungan rumah seperti plastik terbiodegradasi dan
ban bekas, sekaligus menyumbang dalam peningkatan prevalensi penyakit dengue
selama periode ini. (7)
Faktor keempat yang bertanggung jawab atas terjadinya dengue di seluruh
dunia adalah berlaku peningkatan dalam jumlah penduduk dunia yang sering
berpergian lewat udara. Hal ini merupakan mekanisme yang ideal sebagai satu bentuk
penyebaran dengue dan patogen lainnya ke pusat-pusat populasi perkotaan seluruh
dunia. Sebagai contoh, pada tahun 1994, sekitar 40 juta orang meninggalkan Amerika
Serikat lewat udara, lebih dari 50% dari mereka yang bepergian untuk bisnis atau
liburan ke negara-negara tropis di mana demam berdarah adalah endemik. Banyak
wisatawan terinfeksi saat mengunjungi daerah tropis,tetapi mulai menunjukkan gejala
setelah pulang ke rumah, sehingga terjadinya gerakan konstan dari infeksi virus dengue
terhadap manusia di seluruh dunia dan menyumbang kepada infeksi berulang dengan
strain dan serotipe virus yang baru. (7)
Faktor kelima yang telah berkontribusi terhadap peningkatan epidemi demam
berdarah adalah penurunan infrastruktur kesehatan masyarakat di sebagian besar
negara selama 30 tahun terakhir. Kekurangan sumber telah menyebabkan penurunan
dahsyat dalam melahirkan spesialis terlatih yang dapat mengembangkan program-
program yang efektif untuk pencegahan dan pengendalian vector-borne diseases.
-
Seiring dengan perubahan ini telah terjadi dalam kebijakan kesehatan masyarakat,rata-
rata kini lebih menekankan respon darurat terhadap epidemi dengan menggunakan
metode pengendalian nyamuk yang berteknologi tinggi berbanding pencegahan wabah
dengan cara membasmi sumber larva melalui kesehatan lingkungan yang telah terbukti
lebih efektif. (7)
2.2.4 Patofisiologi
Demam berdarah adalah penyakit disebabkan oleh 1 dari 4 virus terkait namun
berbeda dari segi serotipe yang ditularkan oleh nyamuk. Infeksi dengan satu serotipe
dengue menyebabkan seseorang mempunyai imunitas homotipik untuk seusia hidup
dan kekebalan heterotypic parsial dalam waktu yang sangat singkat, tetapi setiap
individu pada akhirnya dapat terinfeksi oleh semua serotipe 4. Beberapa serotipe yang
berbeda mungkin terdapat dalam suatu wilayah selama terjadinya epidemik. (6)
Nyamuk Aedes telah beradaptasi dengan baik dalam lingkungan tempat tinggal
manusia. Mereka seringkali berkembang biak di sekitar tempat yang terdapatnya
genangan air yang kecil dan biasanya ditemukan di ban bekas atau wadah kecil lainnya
yang dibuang oleh manusia. Manusia adalah inang yang paling mereka gemari.
Nyamuk Aedes betina mencari makanan pada siang hari. Gigitannya sering kali tidak
disadari dan mereka lebih cenderung menghisap darah di bagian badan seperti belakang
leher dan pergelangan kaki. Nyamuk ini sering mudah terganggu ketika sedang
menghisap darah dan akan berpindah ke mangsa yang lain. Hal inilah yang
memungkinkan mereka menjadi vektor penyakit DBD yang paling efisien. Biasanya,
seluruh keluarga terinfeksi dalam jangka waktu 24 hingga 36-jam dan sumber infeksi
tersebut mungkin dari gigitan tunggal seekor nyamuk yang terinfeksi. (6)
Manusia berfungsi sebagai reservoir utama penyakit demam berdarah.
Beberapa primata yang bukan manusia di Afrika dan Asia juga berfungsi sebagai inang,
namun tidak menyebabkan demam berdarah dengue. Nyamuk terinfeksi oleh virus
ketika mereka menghisap darah manusia pembawa virus. Seseorang dengan virus
-
dengue di dalam darahnya dapat menularkan virus terhadap nyamuk 1 hari sebelum
terjadinya onset periode demam. Pasien tersebut dapat menularkan penyakit DBD
selama 6-7 hari berikutnya. (6)
Nyamuk dapat menularkan dengue jika segera menggigit host lain. Selain itu,
penularan terjadi setelah 8-12 hari replikasi virus dalam kelenjar ludah nyamuk (masa
inkubasi ekstrinsik). Virus tidak mempengaruhi nyamuk. Nyamuk tetap terinfeksi
selama sisa hidupnya. Siklus hidup aegypti biasanya 21 hari, tetapi bervariasi dari 15
hingga 65 hari. Telur nyamuk Aedes dapat bertahan terhadap kondisi kering kira-kira
selama 1 tahun, teatpi dapat mati sekiranya berada di bawah suhu 10 C. Setelah
diinokulasi ke dalam inang manusia, demam berdarah memiliki masa inkubasi 3-14
hari (rata-rata 4-7 hari) ketika replikasi virus terjadi dalam sel dendritik target. Infeksi
sel target, terutamanya sistem retikulo-endotel, seperti sel-sel dendritik, hepatosit dan
sel endotel, menyebabkan terjadinya pembentukan produksi mediator kekebalan tubuh
yang berfungsi untuk mengawal jumlah, jenis, bentuk dan durasi seluler dan respon
imunitas seluler dan humoral terhadap infeksi virus pertama dan selanjutnya.
Infeksi virus dengue sering kali tidak jelas. Dalam kebanyakan kasus, terutama
pada anak-anak berusia kurang 15 tahun, pasien mempunyai gejala yang asimtomatik
atau demam ringan yang berlangsung 5-7 hari. Gejala biasanya sembuh dalam waktu
setelah 7-10 hari. Demam berdarah dengue dan sindroma syok dengue biasanya terjadi
pada hari ketiga hingga hari ketujuh pada infeksi dengue yang kedua pada pasien yang
telah memiliki imunitas terhadap serotipe virus dengue heterolog yang diperoleh
samada secara aktif atau pasif. Demam berdarah dengue jarang terjadi berbanding
demam dengue, namun memiliki presentasi klinis lebih dramatis. Di sebagian besar
wilayah Asia, DBD menjadi antara penyakit utama yang menyerang anak-anak. (6)
Demam berdarah dengue biasanya dimulai dengan manifestasi awal seperti
demam dengue biasa. Pada fase akut dengan demam (suhu 40 C), seperti demam
berdarah, gejala berlangsung sekitar 2-7 hari. Namun, pada individu dengan DBD,
demam muncul kembali, memberikan gambaran demam tersebut seperti kurva bifasik
atau saddleback. (6) Bersamaan dengan demam bifasik, pasien dengan DBD mengalami
trombositopenia progresif, peningkatan hematokrit (20% peningkatan absolut dari
-
baseline) dan albumin rendah (tanda-tanda syok hemokonsentrasi sebelumnya),
manifestasi hemoragik yang lebih jelas (> 50% dari pasien memiliki tes tourniquet
positif), dan efusi progresif (pleura atau peritoneal). Limfositosis, seringkali dengan
limfosit atipikal, biasanya terjadi sebelum penurunan suhu atau awal syok.
Transaminase mungkin akan sedikit meningkat disertai dengan hepatomegali pada
pasien dengan hepatitis akut. Fibrinogen yang rendah dan peningkatan produk fibrin
yang pecah adalah tanda-tanda koagulasi intravaskular diseminata.Asidosis metabolik
berat dan gagal sirkulasi darah turut bisa terjadi. (6)
Fitur kritis dari demam berdarah dengue adalah kebocoran plasma. Kebocoran
plasma adalah disebabkan oleh permeabilitas kapiler yang meningkat dan dapat
bermanifestasi sebagai hemokonsentrasi, efusi pleura dan ascites. Perdarahan adalah
disebabkan oleh kerapuhan kapiler dan thrombositopenia serta bisa bermanifestasi
dalam berbagai bentuk gejala, mulai dari peteki hingga perdarahan gastrointestinal
yang mengancam jiwa. Kerusakan hati bermanifestasi sebagai peningkatan kadar
alanine aminotransferase dan aspartat aminotransferase, albumin rendah, dan gangguan
parameter koagulasi (waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial). (6)
Pada dasarnya DSS adalah DBD yang berprogresif menjadi gangguan
peredaran darah, sehingga menyumbang kepada hipotensi, selisih tekanan nadi yang
sempit (
-
Gejala pertama pada DBD adalah demam tinggi terus menerus yang terjadi
secara tiba-tiba, sakit kepala, demam, mialgia, faringitis, flushing, anoreksia, mual, dan
nyeri perut epigastrium dan kuadran kanan atas. Demam tinggi dapat berlangsung
selama seminggu. tourniquet test yang dilakukan pada bagian ekstremitas
menunjukkan hasik yang positif. Petechiae bisa dilihat pada palatum molle, wajah, dan
ekstremitas sebagai akibat dari trombositopenia dan kapiler yang abnormal. Perdarahan
gingiva dan epistaksis terjadi dalam beberapa kasus. DBD yang progresif ditandai
dengan sakit perut yang parah, muntah terus menerus, hipotermia, atau perubahan
status mental (misalnya, lekas marah atau kesadaran menurun). Pasien akan mengalami
hipotensi dan takikardia pada hari ketiga hingga hari ketujuh dari penyakit. Efusi pleura
dan peritoneal sering terjadi, dan hemokonsentrasi ditandai dengan peningkatan sekitar
20% dari hematokrit pasien. Jumlah sel darah putih mungkin normal atau sedikit
meningkat, disertai dengan limfositosis dan limfosit atipikal.Transaminase dan
nitrogen urea yang meningkat turut bisa diobservasi pada pasien. (8)
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis klinis DBD adalah berdasarkan pada empat manifestasi karakteristik
utama:
(i) demam tinggi terus-menerus berlangsung 2-7 hari, (ii) cenderung hemoragik seperti
positif tourniquet test, petechiae atau epistaksis, (iii) trombositopenia (jumlah
trombosit 100 109 /l), dan (iv) bukti kebocoran plasma yang bermanifestasi sebagai
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit 20% di atas average untuk usia, jenis
kelamin dan populasi), ascites, dan efusi pleura. Untuk memastikan diagnosa klinis
dapat ditegakkan dengan menggunakan kriteria ini, maka haruslah dilakukan observasi
ketat, evaluasi hematokrit serial dan trombosit secara setiap hari. Efusi pleura dapat
dideteksi oleh foto toraks posisi lateral dekubitus kanan setelah 12-24 jam terjadi
penurunan suhu badan sehingga normal.
Tingkat keparahan DBD dibagi menjadi empat kategori: kelas I, tidak ada
perdarahan yang jelas tetapi tes tourniquet positif, Kelas II kecenderungan perdarahan
-
klinis sebagai peteki, epistaksis dan hematemesis, kelas III, gangguan sirkulasi yang
dimanifestasikan oleh nadi cepat dan lemah, selisih tekanan nadi sempit ( 20 mmHg)
atau hipotensi, adanya kulit lembab dingin dan gelisah, dan kelas IV, syok berat, denyut
jantung dan tekanan darah yang tidak terdeteksi. Pasien yang hampir syok atau dalam
kondisi syok biasanya tetap sadar. Kondisi seperti ini turut dikenali sebagai sindroma
syok dengue (DSS). (9)
Diagnosis infeksi dengue dikonfirmasi dengan melakukan isolasi virus dengan
metode kultur atau polymerase chain reaction (PCR) spesimen seperti serum pada
tahap awal demam. Penelitian serologis positif didefinisikan sebagai peningkatan
empat kali lipat atau lebih dalam tes inhibisi hemaglutinasi antara serum akut dan
konvalesen atau tes positif demam berdarah-spesifik IgM/IgG, dilakukan oleh enzim-
linked immunosorbent assay (ELISA). Infeksi dengue sekunder didefinisikan sebagai
titer penghambatan hemaglutinasi adalah 1:2560 atau lebih, atau rasio IgG dan IgM
adalah> 1,8. (9)
2.2.7 Penatalaksanaan
WHO telah mengeluarkan dokumen yang memfokuskan kepada pedoman
pengobatan demam dengue dan DBD/DSS. Pedoman ini mudah diikuti dan dapat
digunakan di rumah sakit sehingga pasien dimasukkan ke unit perawatan intensif
(ICU). Pengobatan demam dengue pada fase demam adalah pengobatan simptomatik.
Demam diobati dengan parasetamol. Salisilat dan NSAID harus dihindari karena
mengakibatkan kecenderungan pada anak-anak untuk terjadinya perdarahan mukosa.
Setiap pasien yang mengalami ekstremitas dingin, gelisah, sakit perut akut, penurunan
output urin, hemokonsentrasi dan perdarahan harus dirawat di rumah sakit. Anak-anak
dengan tingkat hematokrit meningkat dan trombositopenia tanpa gejala klinis harus
dirawat di rumah sakit. Anak-anak harus didorong untuk meningkatkan asupan cairan
oral mereka. Terapi cairan suportif dan agresif adalah landasan manajemen DBD
karena tidak ada obat antivirus khusus untuk infeksi dengue. Hal ini adalah penting
untuk mengawal tingkat fatalitas kasus DBD. (10)
-
.
Gambar 2.1 Pedoman pengobatan DBD kelas 1 dan 2 (10)
Di rumah sakit, semua anak tanpa hipotensi (DBD kelas I dan II) harus
diberikan suplai oksigen dan cairan. Pemberian oksigen lewat nasal continuous airway
pressure (NCPAP) lebih baik daripada menggunakan oxygen mask. selain itu,NCPAP
mengurangi kebutuhan untuk intubasi dan ventilasi. Ringer laktat diberikan dengan
kadar 7 mL / kg selama 1 jam. Setelah 1 jam, jika terjadi pembaikan dari penurunan
nilai hematokrit dan parameter penting yang lain, laju infus cairan dapat dikurangi
menjadi 5 mL / kg selama jam berikutnya dan sampai 3 mL / kg / jam selama 24-48
jam. Apabila pasien sudah berada dalam keadaan stabil (tekanan darah sudah kembali
normal, input oral anak sudah terjamin dan urin output telah mencapai jumlah yang
memuaskan) perawatan anak tersebut di rumah sakit bisa dihentikan. (10)
-
Jika nilai hematokrit menigkat dalam 1 jam dan parameter penting tidak
menunjukkan perbaikan, laju infus cairan harus ditambah menjadi 10 mL / kg selama
satu jam berikutnya. Jika masih belum terjadi perbaikan, laju infus cairan dapat
ditambah lagi menjadi 15 mL / kg selama jam ketiga. Jika tidak ada perbaikan diamati
pada parameter utama dan nilai hematokrit pada akhir jam ketiga, cairan koloid atau
plasma infus (10 ml / kg) diberikan. Setelah tingkat hematokrit dan tanda-tanda vital
stabil, laju infus harus dikurangi secara bertahap dan dihentikan selepas 24-48 jam. (10)
Pasien yang tidak berespon dengan terapi pengganti cairan cenderung
mengalami disfungsi miokard dan penurunan kinerja ventrikel kiri yang mudah
dideteksi oleh echocardiography(ECG). Transfusi darah atau platelet tidak bisa
didasarkan dengan mengambil kira jumlah platelet sahaja. Pada anak dengan
trombositopenia berat tanpa adanya perdarahan yang signifikan, hasil transfusi tidak
memberikan perubahan yang signifikan. Infusi plasma beku segar dan konsentrat
trombosit mungkin bermanfaat pada pasien dengan koagulasi intravaskular diseminata.
(10)
2.2.8 Komplikasi dan Prognosis
Tingkat fatalitas kasus demam berdarah dengue adalah setinggi 50% tanpa
pengobatan. Namun,dengan perawatan suportif yang tepat, tingkat fatalitas kasus bisa
berkurang menjadi 2-10%. Jika pasien bertahan hidup, biasanya tidak ada komplikasi
yang menyertai setelah demam berdarah dengue. (8)
2.2.9 Pencegahan
Nyamuk aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air
bersih seperti:
1. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari: bak mandi, WC, tempayan,
drum air, bak menara yang tidak tertutup, susia gali.
-
2. Wadah yang berisi air bersih atau air hujan: tempat minum burung, vas bunga, pot
bunga, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan
air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam
volume kecil.Pemberantasan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah dengue hingga
ke tingkat yang bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi. Kegiatan
pemberantasan nyamuk Aedes yang dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu: (11)
1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa
dilakukan dengan cara:
a. Pengasapan (Fogging)
Pengasapan atau fogging dengan menggunakan jenis insektisida misalnya,
golongan organophospat atau pyrethroid synthetic (Supartha,2008). Contohnya,
malathion dan fenthoin, dosis yang dipakai adalah 1 liter malathion 95% EC + 3
liter solar. Pengasapan dilakukan pada pagi antara jam 07.00-10.00 dan sore antara
jam 15.00-17.00 secara serempak. (11) Penyemprotan dilakukan dua siklus dengan
interval 1 minggu. Pada penyemprotan pertama, semua nyamuk yang mengandung
virus dengue (nyamuk infentif) dan nyamuk lainnya akan mati. Penyemprotan
kedua bertujuan agar nyamuk baru yang infektif akan terbasmi sebelum sempat
menularkan kepada orang lain. Dalam waktu singkat, tindakan penyemprotan dapat
membatasi penularan, akan tetapi tindakan ini harus diikuti dengan pemberantasan
terhadap jentiknya agar populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan serendah
rendahnya. (12) Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan menggunakan cara
penyemprotan pada dinding (residual spraying) karena nyamuk Ae.aegypti tidak
suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang tergantung seperti
kelambu dan pakaian yang tergantung. (13)
b. Penghalau nyamuk
Bahan aktif dalam produk penghalau nyamuk (biasanya senyawa yang dikenal
sebagai DEET) mengusir nyamuk tetapi tidak mematikan spesis tersebut.
Repellents kebanyakan hanya efektif khusus pada bagian badan yang telah disapu
dan bagian sekitarnya (kira-kira 4 cm). Meskipun leher, pergelangan tangan dan
-
pergelangan kaki sering disebut-sebut sebagai target untuk digigit nyamuk, namun
setiap bagian batang tubuh manusia itu terpapar pada resiko gigitan nyamuk aedes.
Ketika dipakai pada kulit, efek penghalau nyamuk membutuhkan waktu 15 menit
sampai 10 jam, tergantung pada sejumlah faktor seperti lingkungan dan
kelembaban, perumusan produk, konsentrasi formulasi dan jenis serangga
menggigit. Penggunaan repellents pada pakaian memperpanjang durasi efektivitas.
(14)
c. Obat nyamuk
Obat nyamuk spiral sebenarnya insektisida yang menguap yang mengandungi
piretroid sintetis sebagai bahan aktif. Air mengalir di kamar berventilasi
mempunyai efek dilutif pada insektisida. Kumparan cenderung membakar lebih
cepat dan memperpendek periode efektivitas. Beberapa versi menempatkan tikar
insektisida dalam menguap grid dan insektisida dipanaskan dengan listrik dari
substrat. Asap obat nyamuk menghalang akses nyamuk ke dalam ruangan.
Sebagian besar nyamuk yang terkena asap ini biasanya mati. Studi menunjukkan
bahwa kelompok bahan kimia allethrin dengan cepat dimetabolisme pada mamalia,
dan tidak ada laporan tentang akumulasi senyawa dalam jaringan hewan. Bahan
kimia ini sangat gampang terbiodegradasi dan terdisintergrasi di bawah sinar
matahari.Namun penggunaan jangka panjang sebaiknya dihindari. (14)
2.2.10 Pemberantasan jentik
Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara: (12)
a. Fisik
Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat
perindukkan. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang pada dasarnya ialah
pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang biak.
PSN ini dapat dilakukan dengan:
-
1) Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air
sekurangkurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk selama 7-10 hari.
2) Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan
tempat air lain.
3) Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung
sekurangkurangnya seminggu sekali.
4) Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas
seperti kaleng bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang
nyamuk.
5) Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan
tanah
6) Membersihkan air yang tergenang diatap rumah Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) pada dasarnya, untuk memberantas jentik atau mencegah
agar nyamuk tidak dapat berkembang biak. Mengingat Ae.aegypti tersebar
luas, maka pemberantasannya perlu peran aktif masyarakat khususnya
memberantas jentik Ae.aegypti di rumah dan lingkungannya masing-
masing. Cara ini adalah suatu cara yang paling efektif dilaksanakan karena:
(12)
a. bisa dilombakan untuk menjadi daerah yang terbersih
b. menjadikan lingkungan bersih
c. budaya bangsa Indonesia yang senang hidup bergotong royong
d. dengan lingkungan yang baik tidak mustahil, penyakit lain yang
diakibatkan oleh lingkungan yang kotor akan berkurang.
e. tidak memerlukan biaya yang besar
b. Kimia
Dikenal sebagai Larvasidasi atau Larvasiding yakni cara memberantas jentik
nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik
(larvasida). Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah temephos yang
-
berupa butiran butiran (sand granules). Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau
10 gram ( 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan
temephos ini mempunyai efek residu selama 3 bulan. Nama merek dagang temefos
adalah abate. Abate merupakan senyawa fosfat organik yang mengandung gugus
phosphorothioate. Bersifat stabil pada pH 8, sehingga tidak mudah larut dalam air
dan tidak mudah terhidrolisa. Abate murni berbentuk kristal putih dengan titik lebur
300 30,50 C. Mudah terdegradasi bila terkena sinar matahari, sehingga
kemampuan membunuh larva nyamuk tergantung dari degradasi tersebut. Gugus
phosphorothioate (P=S) dalam tubuh binatang diubah menjadi fosfat (P=O) yang
lebih potensial sebagai anticholinesterase. Kerja anticholinesterase adalah
menghambat enzim cholinesterase baik pada vertebrata maupun invertebrata
sehingga menimbulkan gangguan pada aktivitas syaraf karena tertimbunnya
acetylcholin pada ujung syaraf tersebut. (15)
Larva Aedes aegypti mampu mengubah P=S menjadi P=O ester labih cepat
dibandingkan lalat rumah, begitu pula penetrasi abate ke dalam larva berlangsung
sangat cepat dimana lebih dari 99% abate dalam medium diabsorpsi dalam waktu
satu jam setelah perlakuan. Setelah diabsorpsi, abate diubah menjadi produk-
produk metabolisme, sebagian dari produk metabolik tersebut diekskresikan ke
dalam air. (15) Namun cara ini tidak menjamin terbasminya tempat perindukkan
nyamuk secara permanen, karena masyarakat pada umumnya tidak begitu senang
dengan bau yang ditimbulkan larvasida selain itu pula diperlukan abate secara rutin
untuk keperluan pelaksanaannya.
c. Biologi
Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup, baik dari
golongan mikroorganisme, hewan invertebrata atau hewan vertebrata. Organisme
tersebut dapat berperan sebagai patogen, parasit atau pemangsa. Beberapa jenis
ikan pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk seperti ikan kepala timah (Panchax
panchax), ikan gabus (Gambusia affinis) dan ikan gupi lokal seperti ikan
-
P.reticulata. Pengendalian vektor DBD Ae.aegypti dengan menggunakan predator
M .aspericornis lebih efisien daripada menggunakan predator Ikan Cupang. Selain
cara diatas, ada pengendalian legislatif untuk mencegah tersebarnya serangga
berbahaya dari satu daerah ke daerah lain atau dari luar negeri ke Indonesia,
diadakan peraturan dengan sanksi pelanggaran oleh pemerintah. Pengendalian
karantina di pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Demikian pula penyemprotan
insektisida di kapal yang berlabuh atau kapal terbang yang mendarat di pelabuhan
udara. Keteledoran oleh karena tidak melaksanakan peraturan-peraturan karantina
yang menyebabkan perkembangbiakan vektor nyamuk dan lalat, dapat dihukum
menurut undang-undang. (16)
-
BAB 3
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka konsep
Kerangka konsep yang akan menjadi pengarah dalam penelitian ini adalah
Karakteristik responden, Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan terhadap penyakit Demam
Berdarah Dengue dan pencegahan nya.
Terdapat variabel yang ingin diketahui oleh peneliti. Variabel-variabel tersebut
adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan pada keluarga di perumahan Bandar Baru Uda
Johor Bahru.
Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut :
Gambar 3.1: Skema kerangka konsep penelitian
DBD
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
-
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
2.3 Cara ukur
2.3.1 Pengetahuan
Pengetahuan responden diukur melalui 7 pertanyaan. Jika pertanyaan
dijawab benar oleh responden maka diberi nilai 1, jika responden menjawab
salah maka diberi nilai 0. Sehingga skor total yang tertinggi adalah 10.
Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang dan kurang dengan definisi
sebagai berikut:
No Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
Pengetahuan Segala sesuatu
yang diketahui
responden tentang
DBD
Kuesioner 1. Baik
2. Sedang
3. Kurang
Ordinal
Sikap Tanggapan atau
reaksi responden
mengenai DBD
Kuesioner 1. Positif
2. Negatif
Ordinal
Tindakan Segala sesuatu
yang telah
dilakukan
responden
sehubungan
dengan
pengetahuan dan
sikap tentang DBD
Kuesioner 1. Benar
2. Salah
Ordinal
-
a) Baik apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya
tentang DBD (skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi yaitu
>7)
b) Sedang, apabila responden mengetahui sebagian tentang DBD (skor
jawaban responden 40%-75% dari nilai tertinggi yaitu 4-7)
c) Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil tentang DBD
(skor jawaban responden
-
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif yaitu menggambarkan pengetahuan, sikap
dan perilaku mengenai DBD pada keluarga di perumahan Bandar Baru Uda, Johor
Bahru. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara
objektif.
4.2 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di perumahan Bandar Baru Uda, Johor Bahru dan waktu
penelitian tanggal 29 September 12 Oktober 2014
4.3 Populasi dan sampel
4.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga di perumahan Bandar Baru
Uda, Johor Bahru yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah populasi kepala
keluarga di perumahan Bandar Baru Uda adalah sebanyak 2575 kepala keluarga
4.3.2 Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode quota sampling
dengan sampel adalah individu yang tinggal di Perumahan Bandar Baru Uda dan
memenuhi kriteria pemilihan sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.
Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
a. Sampel yang akan diwawancarai adalah kepala keluarga atau pasangannya
b. Telah tinggal di perumahan Bandar Baru Uda selama minimal satu tahun
Sedangkan kriteria eksklusi yang digunakan adalah
a. Tidak bersedia diikutsertakan dalam penelitian
-
b. Data tidak lengkap
4.3.3 Besar sampel
Dari jumlah populasi kepala keluarga yang diketahui, maka rumus yang digunakan untuk
perhitungan sampel adalah:
diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin:
n N 1 + N (d2)
Keterangan:
n = besar sampel
N = total populasi
d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan yakni 0,1
Jadi, besarnya sampel pada penelitian ini adalah:
n 2575
1 + 2575 (0.12)
n 96
4.3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dari penelitian adalah data primer. Penelitian ini
menggunakan 100 responden dikarenakan menurut jumlah populasi yang ada dalam
wilayah penelitian adalah 2575 sehingga jumlah responden yang diambil minimal 100
responden. Penelitian dilakukan langsung di perumahan Bandar Baru Uda dan peneliti
langsung turun ke lapangan dengan memberikan kuesioner pada keluarga
4.5 Manajemen Data
4.5.1 Teknik Pengumpulan data
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
Pengumpulan data dilakukan saat penelitian pada 29 September 12
Oktober 2014.
-
Data yang diperoleh, yaitu dari data primer, yaitu data yang didapatkan
dengan menggunakan kuisioner yang dijawab oleh responden, yaitu
keluarga di perumahan Bandar Baru Uda. Sebelum pengisian kuisioner,
peneliti memberikan petunjuk dalam pengisian kuisioner dan diberi
penjelasan bila responden mengalami kesulitan dan hal hal yang kurang
jelas.
4.5.2 Pengolahan Data
Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data hasil dari kuesioner dengan
menggunakan program komputer SPSS 16.0 dan Microsoft Excel untuk
memperoleh hasil statistik deskriptif yang diharapkan.
Tahapan pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Coding
Coding merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan
kode untuk masing-masing pertanyaan, kode yang diberikan akan
menjadi panduan untuk menentukan skor yang didapat responden.
2. Editing
Kegiatan yang dilakukan untuk menyunting data sebelum data
dimasukan, agar data yang salah atau meragukan dapat diklarifikasi lagi
kembali kepada responden.
3. Entry data
Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan sudah dilakukan
pengkodingan, langkah selanjutnya adalah memproses data agar
dianalisis. Pemprosesan data dilakukan dengan meng-entry data dari
kuesioner ke dalam komputer dengan menggunakan program komputer
sesuai dengan kode yang telah ditetapkan.
4. Cleaning data
-
Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada
kesalahan atau tidak. Tahapan cleaning data terdiri dari :
a. Mengetahui missing data.
b. Mengetahui variasi data.
c. Mengetahui konsistensi data.
4.5.3 Analisis Data
4.5.3.1 Analisis Univariat
Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa univariat dengan
menampilkan tabel-tabel distribusi untuk melihat gambaran distribusi frekuensi
responden menurut berbagai variabel yang diteliti.
4.5.4 Rencana Penyajian Data
Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk table distribusi.
4.6 Etika Penelitian
1. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan perizinan kepada pihak
yang berwenang terhadap lokasi penelitian tersebut
2. Memberi penjelasan terlebih dahulu kepada subjek yang akan mengisi kuesioner.
Peneliti akan menjaga kerahsiaan identitas subjek sehingga informasi tetap terjaga
kerahsiaannya
-
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pengetahun, sikap dan tindakan kepala keluarga tentnag penyakit DBD di perumahan
Bandar Baru Uda JB di mana penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 29 September
12 Oktober 2014. Penelitian ini diikuti 100 orang kepala keluarga yang telah bersedia
mengikuti penelitian dan menjawab dengan lengkap seluruh pertanyaan dan pernyataan
yang tertuang di kuesioner.
Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan
tindakan kepala keluarga tentang penyakit, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi
karakteristik responden yang berada di perumahan Bandar Baru Uda JB.
5.1 Hasil
5.1.1 Gambaran umum daerah penelitian
Ditinjau dari letak geografisnya, Bandar Baru Uda termasuk dalam daerah Johor
Bahru dengan luas wilayah 11075 Km2. Luas wilayah ini banyak digunakan untuk
pemukiman dan sarana umum (kantor, sekolah, tempat ibadah, kuburan dan sebagainya).
Daerah ini dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Kampung Melayu
b. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Tampoi
c. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Larkin
d. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Perling
5.1.2 Karakteristik dasar responden penelitian
Tabel 5.1 dan 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas responden mempunyai
pendidikan terakhir dijenjang S1 yaitu 50 orang (50%), diikuti dengan pendidikan D3
sebanyak 39 orang (39%), SMP & SMA sebanyak 6 orang (6%) dan hanya 5 orang (5%)
yang mempunyai pendidikan terakhir sekolah rendah. Pekerjaan terbanyak dari subjek
-
penelitian ini adalah yang bekerja kerajaan yaitu sebanyak 45 orang (45%), diikuti
dengan pekerjaan swasta sebanyak 36 orang (36%) dan yang paling sedikit adalah
sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja yaitu sebanyak 9 orang (9%).
Tabel 5.1: Distribusi karakteristik responden menurut pendidikan terakhir
Pendidikan terakhir Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 5 5
SMP & SMA 6 6
D3 39 39
S1 50 50
Total 100 100
Tabel 5.2: Distribusi karakteristik responden menurut pekerjaan
Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Kerajaan 45 45
Pegawai swasta 36 36
IRT/ Pensiunan 9 9
Lain-lain 10 10
Total 100 100
Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa masyarakat di perumahan Bandar Baru Uda
JB, rata-rata mendapat informasi tentang DBD melalui T.V yakni sebanyak 91 orang
(91%), sebanyak 63 orang (63%) mendapat informasi DBD melalui radio, 53 orang
(53%) melalui internet, 40 orang (40%) melalui koran, 37 orang (37%) melalui seminar
dan yang paling sedikit yakni hanya 33 orang mendapat informasi tentang DBD daripada
ahli keluarga atau teman.
-
Tabel 5.3 Distribusi karakteristik responden menurut sumber yang diperoleh
tentang DBD
Sumber Informasi Frekuensi Persentase (%)
Internet 53 53
T.V 91 91
Radio 63 63
Seminar 37 37
Koran 40 40
Ahli keluarga/teman 33 33
5.1.3 Pengetahuan responden
Dari tabel 5.4 tentang distribusi tingkat pengetahuan responden mengenai DBD
dapat dilihat sebagian besar responden yakni 62 orang (62%) termasuk ke dalam kategori
baik, 37 orang (37%) termasuk dalam kategori sedang dan hanya 1 (1%) orang termasuk
dalam kategori kurang.
Tabel 5.4: Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat pengetahuan responden
mengenai DBD di perumahan Bandar Baru Uda JB
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 62 62
Sedang 37 37
Kurang 1 1
Total 100 100
Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa masyarakat di perumahan Bandar Baru Uda
memiliki pengetahuan yang baik mengenai DBD yakni sebanyak 83 responden (83%)
telah mengetahui bahwa penyebab DBD adalah virus. 82 responden (82%) telah
mengetahui bahwa ciri-ciri nyamuk penular DBD adalah badan berwarna hitam
bergaris putih dan juga mengetahui bahwa orang yang terkena DBD perlu dipasang
kelambu. Terdapat 77 responden (77%) mengetahui bahwa cara mencegah DBD adalah
dengan cara membunuh nyamuk penular DBD. Sebanyak 81 responden (81%)
-
mengetahui bahwa jangkitan demam dengue melalui nyamuk hanya terjadi pada siang
hari. Sebanyak 74 orang (74%) mengetahui bahwa penyakit DBD dan DD adalah
penyakit yang berbeda dari hal gejala dan prognosa. Untuk pengetahuan tentang gejala
DBD dapat dilihat bahwa rata-rata responden menjawab gejala dari DBD adalah
demam dan sakit kepala yakni sebanyak 63 orang (63%).
Tabel 5.5: Distribusi frekuensi dan presentasi pengetahuan responden tiap
pertanyaan pengetahuan mengenai DBD
No Item pertanyaan Pengetahuan
Benar
n (%)
Salah
n (%)
1. Mengetahui penyebab DBD
a) Virus b) Bakteri c) Nyamuk
83
0
0
0
6
11
2. Mengetahui ciri-citi nyamuk penular DBD
a) Badan berwarna hitam bergaris putih b) Badan berwarna hitam bergaris coklat c) Badan berwarna hitam bergaris merah
82
0
0
0
6
12
3. Mengetahui cara mencegah DBD
a) Pemberian vaksin DBD b) Mandi dengan air bersih c) Melakukan dengan membunuh nyamuk
penular DBD
0
0
77
15
8
0
4. Mengetahui bahwa penyakit DBD dan DD adalah
penyakit yang berbeda dari hal gejala dan prognosa
74 26
5. Mengetahui bahwa jangkitan demam dengue melalui
nyamuk hanya terjadi pada siang hari
81 19
6. Mengetahui bahwa orang yang terkena DBD perlu
dipasang kelambu
82 18
7. Mengenal gejala DBD
a) Demam dan sakit kepala b) Nyeri otot dan bintik-bintik merah c) Perdarahan (mimisan/perdarahan gusi/ BAB
berdarah)
d) Pembesaran hati
63
58
34
21
63
58
34
21
-
5.1.4 Sikap responden
Hasil penelitian pada tabel 5.6 menunjukkan responden yang mempunyai sikap positif
adalah sebanyak 83 orang (83%), 17 orang (17%) bersikap negatif
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan presentasi kategori sikap responden mengenai
DBD di perumahan Bandar Baru Uda JB
Tingkat sikap Frekuensi (n) Presentase (%)
Positif 83 83
Negatif 17 17
Total 100 100
Tabel 5.7 memperlihatkan sebanyak 69 responden (69%) bersikap tidak setuju
bahwa orang kuat dan sihat tidak akan dijangkiti DBD, begitu juga responden tidak
setuju dengan pernyataan masih menyimpan botol-botol kosong kerana mungkin boleh
digunakan atau dijual suatu saat. Sebanyak 68 orang (68%) bersikap tidak setuju akan
mengumpulkan kaleng bekas dan pecahan botol jika keberadaannya sudah sangat
menganggu keindahan. 63 responden (63%) menganggap bahwa selama bak mandi
bersih, tidak akan mengurasnya itu tidak sesuai dan 60 responden (60%) tidak setuju
dengan pernyataan menutup tempat penampungan air yang berada di luar rumah
-
Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan presentasi sikap responden mengenai DBD
berdasarkan jawaban tiap pernyataan
5.1.5 Tindakan responden
Dari 5 pertanyaan untuk mengukur tindakan responden tentang DBD, pada
tabel 5.8 didapatkan sebanyak 21 orang (21%) dikategorikan tindakannya benar, 79
orang (79%) dikategorikan tindakannya salah.
Tabel 5.8. Distribusi frekuensi dan presentasi tingkat tindakan responden mengenai
DBD
Tingkat Tindakan Frekuensi (n) Presentase (%)
Benar 21 21
Salah 79 79
Total 100 100
No Item pertanyaan Sikap yang
diharapkan
Sesuai
n (%)
Tidak
sesuai
n (%)
1. Saya akan mengumpulkan tin kosong dan serpihan botol
jika keberadaannya sudah sangat menganggu keindahan
alam sekitar saya
32 68
2. Orang kuat dan sihat tidak akan dijangkiti demam dengue 31 69
3. Saya masih menyimpan botol-botol kosong kerana
mungkin boleh digunakan atau dijual suatu saat.
31 69
4. Selama kolah mandi saya bersih, saya tidak
membersihkan kolah mandi
37 63
5. Saya hanya akan menutup tempat takungan air yang
berada di luar rumah
40 60
-
Pada Tabel 5.9, diperlihatkan tindakan responden yang mayoritas dikategorikan
kurang diketahui menutup tempat penampungan air dengan rapi sebanyak 50
responden (50%) dan telah memberi air minum sebanyak-banyaknya jika ada salah
satu ahli keluarga diduga terkena DBD sebanyak 39 responden (39%). Hanya ada 34
orang (34%) yang melakukan pengompresan jika ada salah satu anggota keluarga yang
diduga terkena DBD, 31 orang (31%) sering memeriksa dan membersihkan saluran air
pada atap rumah dan sebanyak 29 orang (29%) yang melakukan pemberantasan sarang
nyamuk sekurang-kurangnya seminggu sekali.
Tabel 5.9: Distribusi frekuensi dan presentasi tindakan responden mengenai
DBD
No Item pertanyaan Tindakan
Benar
n
(%)
Salah
n
(%)
1. Menutup tempat penampungan air 50 50
2. Melakukan kompres jika ada salah satu ahli
keluarga yang diduga terkena DBD?
34 66
3. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk
sekurang-kurangnya seminggu sekali
29 71
4. Memeriksa dan membersihkan saluran air
pada atap rumah
31 69
5. Melakukan pemberian air minum sebanyak-
banyaknya jika ada salah satu ahli keluarga
diduga terkena DBD
39 61
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik responden penelitian
Dari hasil penelitian didapati mayoritas responden adalah 50 orang (50%) degree,
dan frekuensi yang terendah adalah dari golongan tingkat pendidikan SD yakni sebanyak
5 orang (5%). Pekerjaan terbanyak dari subjek penelitian ini adalah yang bekerja kerajaan
yaitu sebanyak 45 orang (45%) dan yang paling sedikit adalah sebagai ibu rumah tangga
yaitu sebanyak 9 orang (9%). Berdasarkan sumber informasi tentang DBD rata-rata
masyarakat di perumahan Bandar Baru Uda mendapat informasi DBD melalui T.V yakni
-
sebanyak 91 orang (91%) dan didapatkan hanya 33 orang (33%) mendapat sumber
informasi tentang DBD melaluiahli keluarga dna teman. Hal ini sama yang dikemukakan
oleh Kittigul et al (2003); Acharya et al (2005); Ibrahum et al (2009) menunjukkan bahwa
T.V merupakan media penting memberi informasi tentang DBD. Namun, dalam studi
Lao PDR menemukan ahli keluarga adalah sumber utama dalam memberikan informasi
tentang DBD.
5.2.2 Pengetahuan
Penelitian ini memperlihatkan tingkat pengetahuan tentang DBD yang baik
karena rata-rata nilai total pengethuan responden adalah 8 dari nilai maksimum 10. Pada
tabel, dapat dilihat mayoritas responden memiliki pengetahuan baik yakni 62 orang
(62%) dan 37 orang (37%) berpengetahuan sedang. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh hutapea (2007) dalam penelitiannya didapatkan 98.2% responden berpengetahuan
baik dan hanya 1.8% yang berpengetahuan sedang. Namun berbeda dengan apa yang
diperlihatkan oleh Florensi (2004) yakni sebanyak 79% responden mempunyai
pengetahuan sedang. Dengan mengetahui sebaran jawaban responden pada pernyataan
yang menilai pengetahuan, dapat dilihat sebanyak 83 orang menjawab penyebab DBD
adalah virus. Hal ini memperlihatkan bahwa penyerapan informasi yang disampaikan
oleh media adalah bagus. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Florensi (2004) yakni
sebanyak 52% responden dapat menjawab penyebab DBD adalah virus, sedangkan 42%
lainnya menjawab nyamuk.
Dari tabel, gejala dan tanda DBD yang diketahui paling banyak oleh responden
adalah demam dan sakit kepala yaitu sebanyak 63 orang (63%). Gejala pembesaran hati
adalah gejala DBD yang paling sedikit diketahui responden yaitu 21 orang (21%),
mungkin dikarenakan tidak setiap orang yang terkena DBD mempunyai gejala
pembesaran hati dan pembesaran hati dapat diketahui melalui pemeriksaan fisik yang
memerlukan kemampuan khusus.
-
Pendidikan merupakan sarana untuk mendapatkan informasi sehingga semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pula informasi yang didapatkan. Dilihat
dari distribusi jenjang pendidikan terakhir, repsonden terbanyak adalah lulusan degree
sebanyak 50 orang (50%). Responden yang rata-rata mempunyai pendidikan setingkat
degree memungkinkan kemudahan dalam penerimaan informasi dan komunikasi
walaupun masih ada responden yang masih dengan tingkat pendidikan SD sederajat
tetapi baik untuk memperoleh dan memahami informasi tentang DBD. Pengetahuan
terdiri dari berbagai tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
Mengacu kepada tingkatan pengetahuan responden mengenai DBD di perumahan
Bandar Baru Uda pada kategori baik dapat dikelompokkan pada tingkatan mengetahui
dan mampu memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Selain itu, pengetahuan baik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
sumber informasi dan faktor pendidikan serta faktor lingkungan. Semakin banyak orang
mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga, lingkungan tetangga, dari petugas
kesehatan maupun media cetak akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
5.2.3 Sikap
Sikap responden mengenai DBD tampak baik karena 83% dikategorikan
mempunyai sikap positif, dan hanya 17% yang bersikap negatif. Hasil ini berkebalikan
dengan Hutapea (2007) mendapatkan 99,7% responden mempunyai sikap yang baik.
Sejumlah 40 orang (40%) bersikap hanya akan menutup tempat penampungan air
yang berada di luar rumah, hal ini menunjukkan ketidaktahuan masyarakat mengenai
tempat perindukan yang paling nyamuk Aedes aegypti sukai adalah tempat penampungan
air yang di dalam rumah.
Responden yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa masih menyimpan
botol-botol bekas karena mungkin bisa digunakan atau dijual suatu saat sebanyak 69%.
Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Olga (2008) yakni ada 85,7% tidak setuju
-
dengan pernyataan masih menyimpan botol-botol bekas karena mungkin bisa
digunakan atau dijual suatu saat.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan seperti menerima, merespon, menghargai
dan bertanggungjawab. Mengacu pada tingkatan sikap yang disebutkan di atasm dapat
dijelaskan bahwa tingkatan sikap responden mengenai penyakit DBD presentase
terbesar pada kategori cukup dapat dikelompokkan pada tingkatan kurang mampu
menghargai ataupun bertanggungjawab dalam kegiatan pencegahan dan pengendalian
penyakit DBD.
5.2.4 Tindakan
Proporsi paling tinggi adalah responden dengan tindakan salah sebesar 79% Hasil
ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan oleh Marlina (2005) yang memperlihatkan
proporsi tertinggi untuk tindakan adalah kategori sedang.
Tindakan menutup tempat penampungan air ada 50% responden yang
melakukannya. Marlina (2005) menunjukkan hasil yang berbeda yakni sebanyak 79,7%
respondennya melakukan penutupan tempat penampungan air. Tindakan merupakan
realisasi dari pengalaman dan sikap menjadi perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan
respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata dan terbuka. Respon terhadap
stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, tetapi tidak selalu
orang yang berpengetahuannya baik langsung melakukan tindakan yang benar.
Hal lain yang menyebabkan tingkat tindakan yang kurang adalah pekerjaan
responden rata-rata sebagai pegawai negeri lebih banyak menghabiskan waktu di luar
rumah sehingga tidak mempunyai waktu untuk mengurus rumah dengan baik. Jika
tindakan belum berubah kea rah yang lebih baik, maka akan menjadikan salah satu factor
resiko terjadinya kasus DBD, oleh karena itu, petugas kesehatan harus mengembangkan
metode pencegahan penyakit DBD untuk mengubah perilaku masyarakat dengan
melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan DBD. Kegiatan
-
penceghan DBD yang dapat dilakukan adalah seperti menutup, menguras tempat
penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan serta
cara lain untuk mengusir atau menghindari gigitan nyamuk dengan meggunakan kelambu
ketika tidur, memakai obat anti nyamuk atau menyemprot dengan insektisida
-
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasilkuesioner dapat disimpulkan yaitu:
1. Tingkat pengetahuan responden masing-masing untuk pengetahuan baik
sebanyak 62%, pengetahuan sedang sebanyak 37%, pengetahuan kurang
sebanyak 1%. Hal ini menunjukkan pengetahuan responden terhadap DBD sudah
bagus.
2. Kategori sikap responden DBD masing-masing untuk sikap positif sebesar 83%,
sikap negatif sebanyak 17%. Hal ni menunjukkan bahwa sikap responden
mengenai DBD positif.
3. Tindakan responden tentang DBD yaitu yang benar sebanyak 21%, dan salah
sebanyak 79%. Hal ini menunjukkan tindakan responden mengenai DBD rata-
rata salah, baik dari segi pencegahan maupun penatalaksanaan awal DBD di
rumah.
6.2 Saran
a. Bagi masyarakat
Masyarakat diperumahan ini harus selalu mempertahankan pengetahuan dan
meningkatkan tindakan pencegahan DBD agar masyarakat terhindar dari DBD, serta
selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD.
b. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan perlu melakukan kegiatan yang mendukung pencegahan penyakit
DBD secara aktif dan rutin yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat,
sehingga dapat mempertahankan pengetahuan serta meningkatkan tindakan pencegahan
DBD.
c. Untuk pemerintah dan pihak berkuasa terkait
Hendaknya lebih mementingkan sistem pembuangan dan pemungutan sampah yang
berkesan terutama pembuangan sampah yang teratur bagi bekas yang berpotensi
-
pembiakan nyamuk Aedes. Selain itu sistem bekalan air harus bagus untuk
mengurangkan keperluan penyimpanan air tambahan dalam takungan.
-
DAFTAR PUSATAKA
1. Ministry of Health Malaysia. Health facts: dengue control 2010. Putrajaya MY: Ministry of Health, 2010.
2. Ministry Of Health. Clinical Practice Guidelines on Management of Dengue Infection in Adults (revised 2nd ed), 2010.
3. Ministry Of Health Malaysia. Annual Report, 2004. 4. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.2005. hal 43-64
5. George R, Ling LN, Chapter of Paediatrics In Consensus Statement on the Management of Dengue Infection in the Paediatric Population. Academy of
Medicine of Malaysia. Malaysia; 2008.
6. Shepherd SM, Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever In Emergency Medicine. http://emedicine.medscape.com/article/215840-overview#a0104. 3rd
February 2012.
7. Gubler DJ, Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. In Clinical Microbiology Reviews: Journal of American Society for Microbiology (ASM). United State
of America; July 1998.
8. Goldman L, Ausiello D. Viral Hemorrhagic Fever. In Cecil Medicine, 23rd Edition, United States of America: Elsevier Inc; 2007.
9. Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Pathophysiology and Management of Dengue Hemorrhagic Fever. Thailand; 2005.
10. Singhi S, Kissoon N, Bansal A, Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever: Management Issues in an Intensive Care Unit. In Jornal de Pediatria. Brazil;
2007.
11. Kebijaksanaan Program P2-DBD dan Situasi Terkini DBD Indonesia, Departemen Kesehatan RI: KepMenkes No. 581/1992 Tentang Pemberantasan
penyakit Demam Berdarah Dengue. Indonesia; 2004.
12. Respati YK, Keman S. Perilaku 3M, Abatisasi dan Keberadaan Jentik Aedes Hubungannya Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue. In Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol. 3, No 2. Indonesia; 2007.
13. Supartha IW. Pengedalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse). Universitas Udayana;
2008.
14. Chow A. Ye T, Ang LW. Primary Care Management of Dengue/Dengue Hemorrhagic Fever During an Outbreak. Singapore ;2005
15. Fahmi,M. 2006. Perbandingan Efektivitas Abate Dengan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle) Dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes Aegypti. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
http://eprints.undip.ac.id/21271/1/Fahmi.pdf.
16. Taviv Y, Saikhu A, Sitorus H. Pengendalian DBD Melalui Pemanfaatan Pemantau Jentik dan Ikan Cupang di Kota Palembang. Indonesia; 2010.
17. World Health Organization (WHO). Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control. Geneva: WHO, 2009.
-
18. Kittigul L, Suankeow K, Sujirarat D, Yoksan S. Dengue hemorrhagic fever: knowledge, attitude and practice in Ang Thong Province, Thailand. Southeast
Asian J Trop Med Public Health 2003; 34: 385-92.
19. Wahyuni S. Perilaku Ibu Rumah Tangga Terhadap Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Padanag Bulan
Kecamatan Medan Baru. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara. 1999.
20. Acharya A, Goswami K, Srinath S, Goswami A. Awareness about dengue syndrome and related preventive practices amongst residents of an urban
resettlement colony of south Delhi. J Vector Borne Dis 2005; 42: 122-7
21. Veronika. Hubungan Perilaku IRT dengan Pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru Tahun 2001. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. 2001
22. Ganie MW. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan tentang 3M (Mengubur Barang Bekas, Menutup dan Menguras Tempat Penanmpungan
Air) Pada Keluarga di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2009. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2009
23. Nalongsack S, Yoshida Y, Morita S, Sosouphanh K, Sakamoto J. Knowledge, attitude and practice regarding dengue among people in Pakse, Laos. Nagoya
J Med Sci 2009; 71: 29-37.
24. Rozita WM, Yap BW, Veronica S, Muhammad AK, Lim KH, Sumarni MG. Knowledge, attitude and practice (KAP) survey on dengue fever in an urban
Malay residential area in Kuala Lumpur. Malays J Public Health Med 2006;
6: 62-7
25. Swaddiwudhipong W, Lerdlukanavonge P, Khumklam P, Koonchote S, Nguntra P, Chaovakiratipong C. A survey of know-ledge, attitude and
practice of the prevention of dengue hemorrhagic fever in an urban
community of Thailand. Southeast Asian J Trop Med Public Health 1992; 23:
207-11
26. Degallier N, Vilarinhos PT, Carvalho MS, Knox MS, Caetano JJ. Peoples knowledge and practice about dengue, its vectors and control means in
Brasilia (DF), Brazil: its relevance with entomological factors. J Am Mosq
Control Assoc 2000; 16: 114-23.
27. Florensi, 2004. Perilaku Masyarakat Tentang Upaya Pencegahan Penyakit DBD Di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
28. Marlina, Siti, 2005. Peirlaku Keluarga terhadap Usaha Pencegahan Penyakit DBD di lingkungan Rumah di Desa Suka Makmur Kecamatan Delitua.
Fakutas Kedokteran USU.
-
LAMPIRAN
-
KUESIONER PENELITIAN
PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN MENGENAI DBD PADA
KELUARGA DI PERUMAHAN BANDAR BARU UDA, JOHOR BAHRU
Karakteristik sosio-demografik Responden:
No siri:
01. Taraf pendidikan ( ) sekolah rendah ( ) sekolah menengah
( ) diploma ( ) degree
02. Status pekerjaan ( ) kerajaan ( ) suri rumah
( ) swasta ( ) lain-lain
Sumber informasi tentang demam dengue
03. Pernahkah anda mendapat informasi tentang demam dengue?
( ) ya ( )tidak
Jika ya, dari mana anda mendapatkan sumber informasi tentang demam dengue?
( ) T.V ( ) Radio ( ) Surat akhbar
( ) Leaflet ( ) internet ( ) seminar
Pengetahuan tentang demam dengue
1. Menurut anda, apakah penyebab dari DBD?
a. Virus
b. Bakteria
c. Nyamuk
2. Apakah ciri-ciri nyamuk penular demam berdarah?
a. Badan berwarna hitam belang-belang putih
b. Badan berwarna hitam belang-belang coklat
c. Badan berwarna hitam belang-belang merah
3. Menurut anda, bagaimana cara untuk mencegah terkena DBD?
a. Pemberian vaksin DBD
-
b. Mandi dengan air bersih
c. Melakukan pencegahan dengan membunuh nyamuk penular DBD
Benar Salah
4. Demam berdarah dengue (DBD) dan demam
dengue (DD) adalah penyakit yang berbeza
kerana DBD mempunyai symptom yang lebih
berat dan DD mempunyai kemungkinan
sembuh lebih besar daripada DBD
5. Jangkitan demam dengue melalui nyamuk
hanya terjadi pada siang hari.
6. Jika seseorang didiagnosa DBD, perlu
disekitarnya dipasang kelambu untuk
mencegah nyamuk menggigit penderita DBD
sehingga tidak menjangkiti orang lain
7. Di bawah ini merupakan symptom DBD adalah (jawapan boleh lebih dari
satu..)
a. Demam dan skit kepala
b. Sakit otot dan bintik-bintik merah
c. Pendarahan (darah dari hidung/darah gusi/buang air besar berdarah)
d. Pembesaran hati
-
Sikap tentang demam dengue Setuju Tidak
setuju
1. Saya akan mengumpulkan tin kosong dan serpihan botol jika keberadaannya sudah
sangat menganggu keindahan alam
sekitar saya
2. Orang kuat dan sihat tidak akan dijangkiti demam dengue
3. Saya masih menyimpan botol-botol kosong kearana mungkin boleh
digunakan atau dijual suatu saat.
4. Selama kolah mandi saya bersih, saya tidak membersihkan kolah mandi
5. Saya hanya akan menutup tempat takungan air yang berada di luar rumah
Tindakan tentan