II. TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Bimbingan dan …digilib.unila.ac.id/15293/3/BAB II.pdf · Dengan...
Transcript of II. TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Bimbingan dan …digilib.unila.ac.id/15293/3/BAB II.pdf · Dengan...
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Istilah bimbingan dan konseling sudah sangat populer dewasa ini, bahkan sangat
penting peranannya dalam sistem pendidikan kita. Menurut Sukardi (2008: 1)
bimbingan dan konseling merupakan salah satu komponen dari pendidikan kita,
mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan
tuntutan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan siswa pada
khususnya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutunya. Hal ini sangat
relevan jika dilihat dari perumusan bahwa pendidikan itu adalah merupakan usaha
sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi-potensinya
(bakat, minat, dan kemampuannya). Kepribadian menyangkut masalah perilaku
atau sikap mental dan kemampuannya meliputi masalah akademik dan
keterampilan. Tingkat kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
merupakan suatu gambaran mutu dari orang bersangkutan.
15
a. Pengertian Bimbingan
Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 29/90 menyebutkan bahwa:
“ bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan.”
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerimanya secara
positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan
dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal
secara objektif lingkungan, baik lingkungan fisik, dan menerima berbagai kondisi
lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan itu, yang
meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan
alam sekitar serta “ lingkungan yang lebih luas”, diharapakan menunjang proses
penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan yang dimaksud, serta dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan
berkelanjutan. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan
dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil
keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang
pendidikan, bidang karier, maupun bidang budaya/keluarga/kemasyarakatan.
Natawidjaja (dalam Sukardi, 2008: 19) menyatakan :
“bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut
dapat memahaminya dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.
Dengan demikian, dia akan dapat menikamati kebahagiaan hidupnya dan
dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat
16
pada umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri
secara optimal sebagai makhluk sosial.”
Sedangkan menurut Jones dkk (dalam Prayitno, 2004: 95) menyatakan :
“bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam
membuat pilihan-pilihan dan penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana.
Bantuan itu berdasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi yang merupakan
tugas dan hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri sejauh
tidak mencampuri hak orang lain. Kemampuan membuat pilihan seperti itu
tidak diturunkan (diwarisi), tetapi harus dikembangkan.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
adalah proses pemberian bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang secara
terus-menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau
sekelompok individu dapat mengembangkan kemampuannya serta dalam
mengambil keputusan sehingga menjadi individu yang mandiri. Bimbingan dapat
diberikan baik untuk menghindari kesulitan-kesulitan maupun untuk mengatasi
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya. Dengan
adanya bimbingan maka diharapkan agar individu dapat mencapai kesejahteraan
hidupnya.
b. Pengertian Konseling
Pengertian konseling yang dikemukakan oleh Natawidjaja (dalam Sukardi, 2008:
21) mendefinisikan bahwa :
“konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu
dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik
antara dua individu, di mana yang seorang (yaitu konselor) berusaha
membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang
dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada waktu yang akan datang.”
17
Sedangkan menurut Surya (dalam Sukardi, 2008: 38) mengungkapkan bahwa :
“konseling itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada konseli
supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk
dimanfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa
yang akan datang. Dalam pembentukan konsep yang sewajarnya
mengenai: (a) dirinya sendiri, (b) orang lain,(c) pendapat orang lain
tentang dirinya,(d) tujuan- tujuan yang hendak dicapai, dan (e)
kepercayaan.”
Menurut ASCA (American School Counselor Association) (dalam Yusuf, 2006:
33) mengemukakan bahwa:
“konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh
dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada
klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk
membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.”
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata
atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik,
human (manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan
atas norma-norma yang berlaku, agar klien memperoleh konsep diri dan
kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan
mungkin pada masa yang akan datang. Proses konseling dapat dilakukan secara
individual (two between person), dan konseling kelompok (group counseling).
Pemecahan masalah dalam proses konseling itu dijalankan dengan wawancara
atau diskusi antara klien dengan konselor dan wawancara itu dijalankan secara
face to face (tatap muka ). Keputusan akhir dari suatu masalah nantinya ada pada
diri konseli itu sendiri.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa bimbingan dan konseling di sekolah
adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor atau pembimbing
18
kepada seorang klien atau peserta didik secara berkesinambungan, agar dapat
menentukan pilihan-pilihan untuk menyesuaikan diri, memahami diri,
mengoptimalkan diri, membuat keputusan, dan menyelesaikan masalah serta
mencapai kemampuan yang optimal untuk memikul tanggung jawab atas
keputusan yang telah diambil untuk dirinya sendiri. Melalui bimbingan dan
konseling inilah upaya pencapaian tugas perkembangan peserta didik dapat
diwujudkan.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan
pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu bimbingan konseling memegang peranan
penting dalam mencapai program bimbingan di sekolah. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan anak untuk menhadapi kehidupan sebaik-baiknya sebagai pribadi
dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Dengan demikian kegiatan bimbingan
dan konseling mempunyai sasaran yang sangat penting untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
Menurut Prayitno dan Erman (2004: 114) tujuan umum dari layanan bimbingan
dan konseling adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri secara
optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya
(seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada
(seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai
dengan tuntutan positif lingkungannya. Berdasarkan tujuan di atas maka
bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna
dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi,
19
pilihan, penyesuaian, dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri
dan lingkungannya.
Menurut Prayitno dan Erman (2004: 114) tujuan khusus bimbingan dan konseling
merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung
dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai
dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah individu bermacam
ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-masing bersifat unik.
Tujuan bimbingan dan konseling untuk seorang individu berbeda dari (dan tidak
boleh disamakan dengan) tujuan bimbingan dan konseling. Dengan penjelasan di
atas konselor di tuntut untuk lebih peka dalam menghadapi masing-masing
individu yang bermasalah karena sesuai dengan tujuan tidak boleh disamakan
dengan yang lain terutama dalam hal pemecahan masalah.
Menurut Depdiknas (dalam Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Naskah Akademik ABKIN) : 2007)
tujuan pelayanan konseling pada latar belakang pendidikan formal yaitu
pelayanan bimbingan itu diberikan dengan tujuan agar peserta didik dapat:
a. merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta
kehidupannya di masa akan datang,
b. mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin,
c. menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat
serta lingkungan kerjanya,
d. mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Berdasarkan tujuan di atas dapat kita ketahui bahwa tujuan pelayanan konseling
pada latar belakang pendidikan formal yaitu konselor membantu konseli agar
20
dapat menyelesaikan studinya sehingga dapat menentukan kariernya agar dapat
merencanakan kehidupan yang masa datang, Konselor juga bertugas menggali
potensi-potensi yang dimiliki oleh masing-masing konseli sehingga dapat
mengembangkan dengan kekuatan yang dimiliki. Pada dasarnya konseli
mengalami kesulitan dalam menghadapi studinya, serta dalam penyesuaian di
dalam lingkugannya baik keluarga, masyarakat maupun lingkungan kerjanya,
disini konselor membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan berbagai
lingkungan dan mengatasi kesulitan tersebut.
3. Pentingnya Bimbingan di Sekolah Menengah Atas
Kebutuhan akan bimbingan adalah hal yang universal, tidak terbatas pada masa
anak dan masa remaja. Bimbingan yang diberikan pada masa-masa selanjutnya
akan menanmbah kemampuan anak memilih aktivitas dalam bidang pekerjaan,
kemasyarakatan, dan pendidikan secara bijaksana pada masa remaja dan masa
dewasa. Bimbingan preventif di sekolah menengah akan mengurangi kebutuhan
bimbingan di kemudian hari.
Menurut Winkel dan Hastuti (2007: 146) memasuki sekolah pada jenjang
pendidikan ini tidak membawa perubahan drastis dalam rutinitas sekolah bagi
siswa, karena dia sudah biasa dengan pergantian bidang studi dan tenaga pengajar
dalam jadwal pelajaran. Namun, rentang umur antara 16-19 tahun yang meliputi
sebagian besar dari masa remaja, merupakan masa yang sangat berarti bagi
perkembangan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, pelayanan bimbingan
harus lebih intensif dan lebih lengkap, dibanding dengan pelayanan di satuan
pendidikan di bawahnya.
21
Hurlock (1980) mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa transisi atau
peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami
berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Remaja dituntut untuk mampu
menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang
seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu membuat
kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan
remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan
psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut memperluas lingkungan
sosial diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan
lingkungan masyarakat lainnya.
Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan
orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat
yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga
dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada
diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja sering dikenal dengan
fase ”mencari jati diri” atau fase ”topan dan badai”. Remaja masih belum mampu
menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.
Pendidikan menengah berkenaan dengan tujuan institusional ditetapkan bahwa
pendidikan menengah bertujuan meningkatkan pengetahuan siswa untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk
22
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kesenian. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat
dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial.
Kebutuhan utama pada masa ini bersifat psikologis, seperti mendapat perhatian
tanpa pamrih negatif apapun, mendapat pengakuan terhadap keunikan pikiran dan
perasan mereka, menerima kebebasan yang wajar dalam mengatur kehidupannya
sendiri tanpa dilepaskan sama sekali dari perlindungan keluarga. Hal-hal yang
perlu dikembangkan dalam masa ini adalah rasa tanggung jawab, persiapan diri
untuk memasuki corak kehidupan orang dewasa, memantapkan diri dalam
memainkan peranan sebagai pria dan wanita, perencanaan masa depan sesuai
dengan bidang studi dan pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang
dianut dan keadaan nyata dalam masyarakat.
Menurut Winkel dan Hastuti (2007: 148) bimbingan kelompok maupun individual
diterapkan secara seimbang. Agar pelayanan sampai pada semua siswa, sebagian
besar kegiatan dilaksanakan dalam bentuk bimbingan kelompok. Namun, jika
siswa remaja sangat peka dalam hal-hal yang dianggap pribadi maka kesempatan
untuk konseling sewaktu-waktu harus tersedia.
4. Paradigma Bimbingan dan Konseling
Menurut Prayitno dkk (2004: 9) bimbingan dan konseling merupakan keahlian
pelayanan dengan paradigma layanan bantuan yang dapat bersifat pedagogis,
psikologis dan religius/spiritual. Dengan paradigma atau contoh perubahan
pelayanan bimbingan dan konseling mengacu pada upaya pendidikan dengan
memperhatikan faktor-faktor psikologis dan religius/spiritual individu yang
23
dilayani dan unsur budaya/etnis yang melatar belakangi individu sebagai peserta
didik/siswa.
a. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Bersifat Pedagogis
Materi layanan bimbingan dan konseling dikemas dengan memperhatikan
perkembangan ilmu, pengetahuan, teknologi, dan seni. Dari sudut pandang
pedagogis atau pendidikan, bimbingan dan konseling adalah bagian integral
dari pendidikan, yaitu tujuan pendidikan adalah juga menjadi tujuan
bimbingan dan konseling. Landasan, fungsi, prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling harus sejalan dengan konsep pendidikan. Dari pendekatan
pedagogis, siswa tidak hanya belajar melakukan latihan dan belajar melalui
pengajaran, juga belajar menjadi (learning to be), mengembangkan potensi
diri seoptimal mungkin, dan mengembangkan diri menjadi manusia seutuhnya
serta menyentuh hal-hal yang berurusan dengan (a) pengembangan hubungan
interpersonal, (b) interpersonal, (c) pengembangan motivasi, (d) komitmen, (e)
daya juang, (f) kematangan/ketahanlamaan (adversity), (g) mengembangkan
karier .
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu khusus, sehingga tugas dan
tanggung jawab yang diemban oleh para guru pembimbing/konselor dan guru
mata pelajaran yang alih fungsi pada bimbingan dan konseling perlu dievalusi
kembali. Menurut Kartadinata (dalam Prayitno, 2004: 10) sebutan konselor
secara eksplisit di dalam Undang-Undang No. 20/2003 tenatng Sistem
Pendidikan Nasional merupakan pengakuan formal terhadap eksistensi profesi
konselor sebagai tenaga pendidik lainnya seperti guru.
24
b. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Bersifat Psikologis
Pendekatan psikologis pada bimbingan dan konseling ialah pada bimbingan,
yang dilakukan pada awal memasuki SMA/MA, melibatkan orang tua dan
guru, dan bentuk bimbingan berupa pelatihan dengan materi pengembangan
dinamika kelompok, berpikir kritis dan kreatif, sedangkan pada konseling;
dapat dilakukan kapan saja dengan bekerjasama dengan guru mata pelajaran,
bila diperlukan kerjasama dengan pihak terkait. Pelayanan bimbingan dan
konseling merupakan proses bantuan bagi siswa dengan memperhatikan
kemungkinan dan kenyataan tentang adanya kesulitan siswa untuk mencapai
perkembangan yang optimal, sehingga guru pembimbing/konselor perlu
memberikan kepada siswa hingga mampu memahami diri, mengarahkan diri,
bertindak dan bersikap di dalam pengambilan keputusan dari pemecahan
masalahnya. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa agar
dapat memahami dirinya, memahami lingkungannya dalam tata kehidupan
dan mengembangkan rencana dan kemampuannya untuk mengambil
keputusan tentang masa depannya.
c. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Bersifat Spiritual/Religius
Adanya counseling spiritual yang diprogramkan secara formal dengan dasar-
dasar ilmiah pada program bimbingan dan konseling bidang kesehatan mental
dan penyembuhan penyakit jiwa, pelaksanaannya didasari dengan berbagai
disiplin ilmu seperti kesehatan mental, psychotherapy, faith healing
(penyembuhan melalui keimanan) dan prinsip-prinsip religio psychotherapy
dijadikan pegangan dalam pendekatan keimanan. Fungsi bimbingan dan
25
konseling sebagai fasilitator dan motivator klien dengan kemampuan yang ada
pada dirinya sendiri; fungsi pencegahan terhadap gangguan mental spiritual
dan lingkungan yang menghambat proses perkembangan hidup klien,
reppresif/kuratif terhadap penyakit mental dan spiritual klien dengan merujuk
kepada ahli (psikiater, psikolog,dan sebagainya).
Kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang
dialami kini, berdampak terpisahnya nilai-nilai spiritual, Charlene (dalam
Prayitno, 2004: 12) menyebutkan kondisi yang seperti ini sebagai “spiritual
wellness” suatu keadaan yang tercermin dalam keterbukaan terhadap dimensi
spiritual. Pada kondisi ini telah mendorong berkembangnya konseling yang
berfundasikan spiritual atau religi. Karakteristik manusia mempunyai
hubungan baik dengan Tuhan, sesama manusia dan alam semesta, bilamana
kondisi hubungan terputus; diperlukan konseling.Dalam proses konseling,
guru pembimbing/konselor menjalin hubungan dengan klien dan klien
memperbaiki hubungannya, baik dengan tuhan, sesama manusia dan alam
semesta.
Berdasarkan uraian di atas dengan paradigma atau contoh perubahan pelayanan
bimbingan dan konseling mengacu pada upaya pendidikan dengan memperhatikan
faktor-faktor psikologis dan religius/spiritual individu yang dilayani dan unsur
budaya/etnis yang melatar belakangi individu sebagai peserta didik/siswa. Dari
sudut pandang pedagogis atau pendidikan, bimbingan dan konseling adalah
bagian integral dari pendidikan, yaitu tujuan pendidikan adalah juga menjadi
tujuan bimbingan dan konseling. Dengan konseling spiritual maka dapat
mencegah terhadap gangguan mental spiritual dan lingkungan yang menghambat
26
proses perkembangan hidup klien, represif/kuratif terhadap penyakit mental dan
spiritual klien dengan merujuk kepada ahli (psikiater, psikolog,dan sebagainya).
Pendekatan psikologis pada bimbingan dan konseling ialah pada bimbingan, yang
dilakukan pada awal memasuki SMA/MA, melibatkan orang tua dan guru, dan
bentuk bimbingan berupa pelatihan dengan materi pengembangan dinamika
kelompok, berpikir kritis dan kreatif, sedangkan pada konseling; dapat dilakukan
kapan saja dengan bekerjasama dengan guru mata pelajaran, bila diperlukan
kerjasama dengan pihak terkait.
Bila pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling yang bersifat pedagogis,
psikologis, dan spiritual dapat berjalan dengan maka konselor akan lebih mudah
dalam memahami dari masing-masing individu. Ketiga sifat tersebut dapat
membantu individu dalam mencapai tujuan hidupnya. Dalam melakukan
pelayanan tersebut tentu konselor tetap berkolaborasi dengan personel pelaksana
yang lain.
5. Personil Bimbingan dan Konseling
Personel pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah segenap
unsur yang terkait dalam organigram pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah dengan koordinator dan guru pembimbing/ konselor sebagai pelaksana
utamanya. Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan di bawah tanggung
jawab Kepala Sekolah dan seluruh staf. Berikut ini adalah tugas para personel
bimbingan dan konseling menurut Supriatna (2011: 87):
27
a. Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah penanggung jawab kegiatan pendidikan di
Sekolah/Madrasah secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan
konseling. Tugas kepala sekolah dan wakil kepala sekolah adalah :
1) mengoordinasikan seluruh kegiatan pendidikan, yang meliputi
kegiatan pengajaran, pelatihan serta bimbingan dan konseling di
sekolah,
2) menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan
dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah,
3) memberikan kemudahan bagi terlaksananya program bimbingan dan
konseling di sekolah,
4) melakukan supervise terhadap pelaksanaan bimbingan dan konseling
di sekolah,
5) menetapkan koordinator guru bimbingan dan konseling yang
bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama guru
bimbingan dan konseling,
6) membuat surat tugas guru bimbingan dan konseling dalam proses
bimbingan dan konseling pada setiap awal catur wulan,
7) menyiapkan surat pernyataan melakukan kegiatan bimbingan dan
konseling sebagai bahan ususlan angka kredit bagi guru pembimbing,
8) mengadakan kerjasama dengan instansi lain yang terkait dalam
pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling,
9) mengoordinasikan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
kepada semua personil sekolah,
10) melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah terutama dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
b. Koordinator Bimbingan dan Konseling
Koordinator bimbingan dsan konseling adalah salah satu konselor diantaranya,
berperan sebagai pembantu kepala Sekolah/Madrasah bidang pelayanan
bimbingan dan konseling yang bertugas :
1) mengkoordinasikan konselor dalam :
i) memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling,
ii) menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling,
iii) melaksanakan program bimbingan dan konseling,
iv) mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling,
v) mengadakan tindak lanjut,
28
2) mengusulkan kepada kepala sekolah/madrasah mengusahakan bagi
terpenuhinya tenaga, prasarana dan sarana, alat dan perlengkapan
pelayanan bimbingan dan konseling,
3) mempertanggungjawab pelaksanaan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada kepala sekolah/madrasah,
4) berpartisipasi aktif dalam kegiatan kepengawasan oleh pengawas
sekolah/madrasah bidang bimbingan dan konseling.
c. Konselor
Konselor adalah tenaga pendidik yang berkualifikasi strata satu (S-1) program
studi bimbingan dan konseling dan menyelesaikan Pendidikan Profesi
Konselor (PPK). Sedangkan penerima/pengguna pelayanan profesi bimbingan
dan konseling dinamakan konseli. Konselor sebagai pelaksana utama, tenaga
inti dan ahli atau tenaga profesional, bertugas :
1) memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan konseling,
2) merencanakan program bimbingan dan konseling bersama coordinator
bimbingan dan konseling,
3) merumuskan persiapan kegiatan bimbingan dan konseling,
4) melaksanakan layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa yang
menjadi tangung jawabnya,
5) mengevaluasi proses dan hasil kegiatan layanan bimbingan dan
konseling,
6) menganalisis hasil evaluasi,
7) melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil analisis penelitian,
8) mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling,
9) mempertanggungjawabimbingan dan konselingan tugas dan kegiatan
kepada koordinator guru bimbingan dan konseling.
d. Guru Mata Pelajaan
Sebagai pengampu mata pelajaran dan/atau praktikum, guru dalam pelayanan
bimbingan dan konseling memiliki peran sebagai berikut :
1) membantu memasyarakatkan layanan bimbingan dan konseling
kepada peserta didik,
2) melakukan kerjasama dengan guru bimbingan dan konseling dalam
mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan bimbingan dan
konseling,
3) mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan bimbingan dan
konseling kepada guru bimbingan konseling,
29
4) mengadakan upaya tindak lanjut layanan bimbingan dan konseling
(program perbaikan dan program pengayaan),
5) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh
layanan bimbingan dan konseling dari guru bmbingan dan konseling,
6) membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta,
7) ikut serta dalam program layanan bimbingan dan konseling.
e. Wali Kelas
Sebagai pembina kelas, dalam pelayanan bimbingan dan konseling wali kelas
berperan :
1) Membantu guru pembimbing melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling yang menjadi tanggung jawabnya,
2) membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa,
khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya untuk mengikuti
layanan bimbingan dan konseling,
3) memberikan informasi tentang keadaan siswa kepada guru
pembimbing untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling,
4) menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang
perlu diperhatikan secara khusus,
5) ikut serta dalam konferensi kasus
f. Staf Administrasi
Staf administarsi memiliki peranan yang penting dalam memperlancar
pelaksanaan program bimbingan dan konseling yaitu :
1) membantu guru pembimbing (konselor) dan koordinator bimbingan
dan konseling dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah,
2) membantu guru pembimbing dalam menyiapkan seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling,
3) membantu guru pembimbing dalam layanan bimbingan dan
konseling.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa pelaksana bimbingan dan
konseling tidak hanya konselor tetapi terlibat juga di dalamnya mulai dari kepala
sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, koordinator
30
bimbingan dan konseling serta staf administrasi. Disini masing-masing personel
dituntut untuk melakukan kerjasama dengan baik sehingga pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dapat berjalan dengan lancar. Apabila ada
salah satu dari personel tidak melakukan tugasnya maka akan terjadi kendala
dalam pelaksanaan. Sebagai contoh guru mata pelajaran wajib melaporkan kepada
konselor tentang perkembangan belajar dari peserta didik yang diajarnya agar
konselor dapat mengikuti perkembangan dari masing-masing individu. Konselor
sebagai pelaksana utama juga harus aktif dalam menggali informasi dari masing-
masing personel.
6. Komponen Program Bimbingan dan Konseling
Menurut Depdiknas (dalam Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Naskah Akademik ABKIN): 2007)
program bimbingan dan konseling mengandung empat komponen pelayanan.
Komponen pelayanan ini membantu guru pembimbing dalam melaksanakan
pelayanan bimbingan dan konseling. Empat komponen pelayanan itu adalah :
a. Pelayanan Dasar
1. Pengertian
Pelayanan dasar diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh
konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal
atau kelompok yang disajikan secara sistematis dalam rangka
mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas-tugas
perkembangan (yang dituangkan sebagai standar kompetensi kemandirian)
yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil
31
keputusan dalam menjalani kehidupannya. Layanan dasar bimbingan ini juga
berisi layanan bimbingan belajar, bimbingan sosial, bimbingan pribadi dan
bimbingan karir, layanan ini untuk seluruh peserta didik, disajikan atau di
luncurkan dengan menggunakan Strategi klasikal dan dinamika kelompok.
2. Tujuan
Pelayanan ini bertujuan untuk membantu semua konseli agar memperoleh
perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh
keterampilan dasar hidupnya, atau dengan kata lain membantu konseli agar
mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya. Menurut Depdiknas
(dalam Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam
Jalur Pendidikan Formal (Naskah Akademik ABKIN): 2007) secara rinci
tujuan pelayanan dapat dirumuskan sebagai upaya untuk membantu konseli
agar:
1) memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan, sosial budaya dan agama),
2) mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi
tanggung jawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi
penyesuaian diri dengan lingkungannya,
3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya, dan
4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan
hidupnya.
Dengan tujuan di atas diharapkan pelaksanaan pelayanan dasar lebih terfokus
untuk mencapai tujuan tersebut sehingga dapat membantu konseli dalam
menyelesaikan masalah.
32
3. Fokus pengembangan
Untuk mencapai tujuan tersebut, fokus perilaku yang dikembangkan
menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karier. Semua ini
berkaitan erat dengan upaya membantu konseli dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya (sebagai standar kompetensi kemandirian). Materi
pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar kompetensi
kemandirian antara lain mencakup pengembangan:
1) self-esteem,
2) motivasi berprestasi,
3) keterampilan pengambilan keputusan,
4) keterampilan pemecahan masalah,
5) keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi,
6) penyadaran keragaman budaya,
7) perilaku bertanggung jawab.
Hal-hal yang terkait dengan perkembangan karier (terutama di tingkat
SLTP/SLTA) mencakup pengembangan:
1) fungsi agama bagi kehidupan,
2) pemantapan pilihan program studi,
3) keterampilan kerja profesional,
4) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-rohaniah) dalam
menghadapi pekerjaan,
5) perkembangan dunia kerja,
6) iklim kehidupan dunia kerja,
7) cara melamar pekerjaan,
8) kasus-kasus kriminalitas,
9) bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan
10) dampak pergaulan bebas.
Dengan adanya fokus pengembangan yang mencakup standar kompetensi
kemandirian maka pelaksanaan pelayanan dasar menjadi mudah dan terfokus
sehingga diharapkan guru pembimbing mampu melaksanakan pelayanan
dasar dengan optimal.
33
4. Strategi Implementasi Program
Strategi implementasi program untuk pelayanan dasar meliputi:
1) Bimbingan Kelas
Layanan bimbingan kelas adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan
yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung
dengan para peserta didik dikelas secara terjadwal, konselor memberikan
pelayanan bimbingan ini kepada peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas
ini bisa berupa diskusi kelas atau curah pendapat.
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan kelas
dapat diartikan sebagai layanan yang di berikan kepada semua siswa. Pada
bimbingan kelas ini menggunakan berbagai macam alat bantu seperti :
media cetak, media panjang, OHT, rekaman radio–tape dan lain-lain.
Layanan bimbingan kelas dapat mempergunakan jam pengembangan diri.
Layanan bimbingan klasikal mempunyai berbagai fungsi, antara lain:
a) dapat terjadinya interaksi sehingga saling mengenal antara guru
bimbingan dan konseling atau konselor dengan peserta didik atau konseli,
b) dapat terjalinnya hubungan emosional antara guru bimbingan dan
konseling dengan peserta didik sehingga akan terciptanya hubungan-
hubungan yang bersifat mendidik dan membimbing,
c) dapat terciptanya keteladanan dari guru bimbingan dan konseling bagi
peserta didik yng dapat berpengaruh terhadap perubahan-perubahan sikap
dan perilaku lebih baik pada peserta didik,
d) dapat sebagai wadah atau adanya media terjadinya komunikasi
langsung antara guru bimbingan dan konseling dengan peserta didik,
34
khusus bagi peserta didik dapat menyampaikan permasalahan kelas atau
curhat di kelas,
e) dapat terjadinya kesempatan bagi guru bimbingan dan konseling
melakukan tatap muka, wawancara dan observasi terhadap kondisi peserta
didik dan suasana belajar di kelas,
f) sebagai upaya pemahaman terhadap peserta didik dan upaya
pencegahan, penyembuhan, perbaikan, pemeliharaan, dan pengembangan
pikiran, perasaan, dan kehendak serta perilaku peserta didik.
2) pelayanan orientasi
Menurut Sukardi (2008: 60) layanan orientasi yaitu layanan bimbingan
dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak yang
lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik
(terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru
dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar
berperannya peserta didik di lingkungan baru. Menurut Sukardi (2002: 43)
fokus pelaksanaan layanan orientasi meliputi pengenalan lingkungan dan
fasilitas sekolah, menjelaskan peraturan dan hak-hak serta kewajiban
siswa, menjelaskan organisasi dan wadah-wadah yang dapat membantu
dan meningkatkan hubungan sosial siswa, menjelaskan kurikulum dengan
seluruh aspek-aspeknya, menjelaskan peranan kegiatan bimbingan karir,
dan menjelaskan peranan pelayanan bimbingan dan konseling.
35
3) pelayanan informasi
Menurut Sukardi (2002: 44) layanan informasi yaitu layanan bimbingan
yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain yang dapat
memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik (terutama orang
tua) dalam menerima dan memahami informasi (seperti informasi
pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar,
anggota keluarga, dan masyarakat. Fokus pelaksanaan layanan informasi
meliputi menjelaskan tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma,
dan sopan santun, menjelaskan fasilitas penunjang atau sumber belajar,
cara mempersiapkan diri dan belajar di sekolah, langkah-langkah yang
perlu ditempuh guna menetapkan karier, dan memasuki perguruan tinggi
yang sesuai dengan cita-cita karier.
4) bimbingan kelompok
Menurut Sofyan (1996: 35) bimbingan kelompok adalah layanan
bimbingan yang diberikan kepada sekelompok untuk memecahkan secara
bersama masalah-masalah yang menghambat perkembangan siswa. Fokus
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok menurut Sukardi (2002: 48)
meliputi pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat, dan minat dan cita-cita
serta penyalurannya, pengenalan kelemahan dan kekuatan diri serta
penanggulangannya, pengembangan kemampuan berkomunikasi,
pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, dan pengembangan
teknik-teknik pengusaan ilmu pengetahuan.
36
5) aplikasi instrumen
Menurut Sukardi (2002: 231-232) aplikasi instrumen bimbingan dan
konseling yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (klien),
keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih
luas. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik
tes maupun non-tes. Fokus pelaksanaan aplikasi instrumen meliputi
kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kondisi mental dan fisik siswa, pengenalan terhadap diri
sendiri, kemampuan pengenalan lingkungan dan hubungan sosial, tujuan,
sikap, kebiasaan, keterampilan, dan kemampuan belajar, informasi karier
dan pendidikan, dan kondisi keluarga dan lingkungan.
b. Pelayanan Responsif
1. Pengertian
Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang
menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan
segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam
proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Konseling individual,
konseling krisis, konsultasi dengan orang tua, guru, dan alih tangan kepada
ahli lain adalah ragam bantuan yang dapat dilakukan dalam pelayanan
responsif.
37
2. Tujuan
Tujuan pelayanan responsif adalah membantu konseli agar dapat memenuhi
kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu
konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Tujuan pelayanan ini dapat juga dikemukakan sebagai
upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi konseli
yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial-
pribadi, karier, dan atau masalah pengembangan pendidikan.
3. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan responsif bergantung kepada masalah atau kebutuhan
konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk
memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya
secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi
antara lain tentang pilihan karier dan program studi, sumber-sumber belajar,
bahaya obat terlarang, minuman keras, narkotika, pergaulan bebas. Masalah
lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan
mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri
konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai
tugas-tugas perkembangan. Masalah konseli pada umumnya tidak mudah
diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala
perilaku yang ditampilkannya. Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang
mungkin dialami konseli diantaranya:
1) merasa cemas tentang masa depan,
38
2) merasa rendah diri,
3) berperilaku impulsif (kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu
tanpa mempertimbangkan-nya secara matang),
4) membolos dari Sekolah/Madrasah,
5) malas belajar,
6) kurang memiliki kebiasaan belajar yang positif,
7) kurang bisa bergaul,
8) prestasi belajar rendah,
9) malas beribadah,
10) masalah pergaulan bebas (free sex),
11) masalah tawuran,
12) manajemen stress, dan
13) masalah dalam keluarga.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli dapat ditempuh dengan
cara asesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan
berbagai teknik, misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket
konseli, wawancara, observasi,sosiometri, daftar hadir konseli, leger, psikotes
dan daftar masalah konseli atau Alat Ungkap Masalah (AUM).
4. Strategi Implementasi Program
Strategi implementasi program untuk pelayanan responsif meliputi:
1) konseling individual,
2) konseling kelompok,
3) referral,
4) kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas,
5) kolaborasi dengan orang tua,
6) kolaborasi dengan pihak-pihak di luar sekolah,
7) konsultasi,
8) bimbingan teman sebaya,
9) kunjungan rumah, dan
10) konferensi kasus.
39
c. Perencanaan Individual
1. Pengertian
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada konseli agar mampu
merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan
masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya,
serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di
lingkungannya. Pemahaman konseli secara mendalam dengan segala
karakteristiknya, penafsiran hasil asesmen, dan penyediaan informasi yang
akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki konseli amat
diperlukan sehingga konseli mampu memilih dan mengambil keputusan yang
tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keber-
bakatan dan kebutuhan khusus konseli. Kegiatan orientasi, informasi,
konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi diperlukan di dalam
implementasi pelayanan ini.
2. Tujuan
Perencanaan individual bertujuan untuk membantu konseli agar:
1) memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya,
2) mampu merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karier, dan
3) dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan
rencana yang telah dirumuskannya.
Tujuan perencanaan individual ini dapat juga dirumuskan sebagai upaya
memfasilitasi konseli untuk merencanakan, memonitor, dan mengelola
rencana pendidikan, karier, dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya
sendiri. Isi layanan perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi
kebutuhan konseli untuk memahami secara khusus tentang perkembangan
40
dirinya sendiri. Dengan demikian meskipun perencanaan individual ditujukan
untuk memandu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan lebih bersifat
individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang
ditentukan oleh masing-masing konseli. Melalui pelayanan perencanaan
individual, konseli diharapkan dapat:
1) mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan,
merencanakan karier, dan mengembangkan kemampuan sosial-pribadi,
yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang
Sekolah/Madrasah, dunia kerja, dan masyarakatnya,
2) menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka
pencapaian tujuannya,
3) mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya,
4) mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.
Dengan tujuan pelayanan perencanaan di atas guru pembimbing dapat
melihat apakah konseli telah mencapai tujuan yang diharapkan oleh
pelayanan prencanaan. Jika konseli belum mampu mencapai tujuan tersebut
maka dapat dikatakan pelaksanaan pelayanan perencanaan individu belum
berhasil.
3. Fokus pengembangan
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan
pengembangan aspek akademik, karier, dan sosial-pribadi. Secara rinci
cakupan fokus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek :
1) akademik meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan
pemilihan pendidikan lanjutan atau pilihan jurusan, memilih kursus
atau pelajaran tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar
sepanjang hayat,
2) karier meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karier,
mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan
untuk kebiasaan bekerja yang positif, dan
41
3) sosial-pribadi meliputi pengembangan konsep diri yang positif, dan
pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
Aspek fokus pengembangan di atas tentu saja merupakan bidang-bidang
bimbingan dan konseling sehingga dalam memberikan pelayanan semua
aspek dapat terlaksana dari aspek pribadi, sosial, belajar dan karier.
4. Strategi Implementasi Program
Strategi implementasi program untuk pelayanan perencanaan individual
dapat dilakukan melalui pelayanan penempatan penyaluran untuk
membentuk peserta didik menempati posisi yang sesuai dengan bakat dan
minatnya. Konselor membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan
kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh.
d.Dukungan Sistem
Ketiga komponen diatas, merupakan pemberian bimbingan dan konseling
kepada konseli secara langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan
komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra struktur
(misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan
kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak
langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran
perkembangan konseli.
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar
penyelenggaraan pelayanan diatas. Sedangkan bagi personel pendidik lainnya
adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di
Sekolah/Madrasah. Dukungan sistem ini meliputi aspek-aspek:
42
1. Pengembangan Jejaring (networking)
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor yang meliputi:
1) konsultasi dengan guru-guru,
2) menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau
masyarakat,
3) berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-
kegiatan Sekolah/Madrasah,
4) bekerjasama dengan personel Sekolah/Madrasah lainnya dalam
rangka menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif
bagi perkembangan konseli,
5) melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan
erat dengan bimbingan dan konseling, dan
6) melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait
dengan pelayanan bimbingan dan konseling.
Dengan adanya pengembangan jejaring (network) akan mempermudah guru
pembimbing dalam melaksanakan dukungan sistem karena guru pembimbing
bukan satu-satunya penyelenggara bimbingan dan konseling. Dengan melakukan
kolaborasi maka guru pembimbing akan lebih mudah mendapat informasi yang
dibutuhkan mulai dari orang tua, guru mata pelajaran dan pihak-pihak lain yang
berhubungan dengan konseli.
2. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan,
memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling
melalui kegiatan-kegiatan (1) pengembangan program, (2) pengembangan
staf, (3) pemanfaatan sumber daya, dan (4) pengembangan penataan
kebijakan.
43
1) Pengembangan Profesionalitas
Konselor secara terus menerus berusaha untuk memutakhirkan
pengetahuan dan keterampilannya melalui (a) in-service training, (b) aktif
dalam organisasi profesi, (c) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah; seperti
seminar dan workshop (lokakarya), atau (d) melanjutkan studi ke program
yang lebih tinggi (Pascasarjana).
2) Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor perlu melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orang
tua, staf Sekolah/Madrasah lainnya, dan pihak institusi di luar Sekolah/
Madrasah (pemerintah, dan swasta) untuk memperoleh informasi, dan
umpan balik tentang pelayanan bantuan yang telah diberikannya kepada
para konseli, menciptakan lingkungan Sekolah/Madrasah yang kondusif
bagi perkembangan konseli, melakukan referal, serta meningkatkan kualitas
program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain strategi ini berkaitan
dengan upaya Sekolah/Madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsur-
unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu
pelayanan bimbingan. Jalinan kerjasama ini seperti dengan pihak-pihak :
(1) instansi pemerintah,
(2) instansi swasta,
(3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia),
(4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti psikolog,
psikiater, dokter, dan orang tua konseli,
(5) MGBK (Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling), dan
(6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan pekerjaan).
44
Dengan adanya kerjasama dengan pihak-pihak di atas jika guru
pembimbing membutuhkan bantuan maka akan mempermudah guru
pembimbing dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Dan
jika ada konseli yang tidak bisa ditangani oleh guru pembimbing maka
bisa dialihkan pada pihak yang lebih ahli dalam bidangnya.
3) Manajemen Program
Suatu program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan
terselenggara, dan tercapai bila tidak memiliki suatu sistem pengelolaan
(manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis,
dan terarah.
Dengan adanya komponen program bimbingan dan konseling yang mengandung
empat komponen pelayanan yaitu pelayanan dasar bimbingan, pelayanan
responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem itu lebih terlihat jelas dan
terperinci lagi bagaimana konselor memberikan pelayanan terhadap peserta didik.
Pada pelayanaan dasar konselor dapat melakukan layanan orientasi, layanan
informasi, bimbingan kelas, bimbingan kelompok, serta aplikasi instrumen yang
semuanya merupakan dasar dalam melakukan pelayanan bimbingan dan
konseling. Pelayanan responsif dilakukan saat konseli menghadapi kebutuhan dan
masalah yang memerlukan pertolongan segera misalnya dengan konseling
individual dan kolaborasi dengan pihak lain. Perencanaan individual yang
membantu konseli dalam merencanakan masa depan serta dukungan sistem yang
membantu konselor dalam mengembangkan kemampuan profesionalnya sebagai
45
seorang konselor misalnya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan bimbingan dan
konseling.
B. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah
Atas
1. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling
Terdapat beberapa prinsip-prinsip yang menjadi landasan bagi pelaksanaan
bimbingan dan konseling. Guru pembimbing yang telah memahami secara benar
dan mendasar prinsip-prinsip dasar bimbingan dan konseling ini akan dapat
menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan dalam
praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling.
Menurut Sukardi (2008: 40) prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai
berikut :
a. prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan yaitu :
1. bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang
umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi,
2. bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku
individu yang unik dan dinamis,
3. bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan
berbagai aspek perkembangan individu,
4. bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada
perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran layanan
bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik secara perorangan
maupun kelompok. Individu-individu itu sendiri bervariasi misalnya dalam
hal umurnya, jenis kelaminnya, status sosial ekonomi keluarga, kedudukan,
pangkat dan jabatannya, keterikatannya terhada suatu lembaga tertentu dan
variasi-variasi lainnya. Berbagai variasi itu menyebakan bimbingan dan
46
konselingan individu yang satu berbeda dari yang lainnya. Masing-masing
individu adalah unik. Secara lebih khusus lagi yang menjadi sasaran
pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu
, namun secara lebih nyata dapat kita lihat yaitu sikap dan tingkah lakunya
yang dipengaruhi oleh kepribadian dan konsep diri dari masing-masing
individu.
b. prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu yaitu:
1. bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut
pengaruh kondisi mental/ fisik individu terhadap penyesuaian dirinya
di rumah, di sekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan
pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi
mental dan fisik individu,
2. kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor
timbulnya masalah pada individu dan kesemuanya menjadi perhatian
utama pelayanan bimbingan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil bahwa berbagai faktor yang
mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positif.
Faktor-faktor yang pengaruhnya negatif akan menimbulkan hambatan-
hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu
yang akhirnya menimbulkan masalah tertentu pada diri individu. Masalah-
masalah yang timbul sangat bervariasi, baik dalam jenis dan intensitasnya.
Secara ideal pelayanan bimbingan dan konseling ingin membantu semua
individu dengan berbagai masalahnya itu.
c. prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan yaitu :
1. bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan
dan pengembangan individu; karena itu program bimbingan harus
disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta
pengembangan peserta didik,
47
2. program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan
kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga,
3. program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari
jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi,
4. terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu
adanya penilaiaan dan teratur.
Berdasarkan uraian di atas maka konselor bertanggung jawab sepenuhnya
atas penyusunan program pelayanan bimbingan dan konseling serta
pemberian pelayanan bimbingan dan konseling. Program ini berorientasi
pada seluruh sasaran layanan dengan memperhatikan masalah yang mungkin
timbul dan jenis layanan yang dapat diselenggarakan dan rentangan waktu
yang tersedia. Dalam penysusunan program pelayanan konselor tentu harus
memperhatikan kebutuhan individu berdasarkan jenjang pendidikannya serta
konselor harus melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pelayanan tersebut
agar dapat diketahui sejauh mana program pelayanan terlaksana.
d. prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan yaitu:
1. bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan
individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi permasalahan,
2. dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan
hendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu
sendiri, bukan karena kemauan atas desakan dari pembimbing atau
pihak lain,
3. permasalah individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang
yang relevan dengan permasalahan hasil pelayanan bimbingan,
4. kerjasama antara pembimbing, guru dan orang tua amat menentukan
hasil pelayanan bimbingan,
5. pengembangan program pelayaanan bimbingan dan konseling
ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran
dan penilaian terhadap individu yang terlihat dalam proses pelayanan
dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling dimulai dengan pemahaman tentang
48
tujuan layanan. Tujuan ini selanjutnya akan diwujudkan melalui proses
tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya yaitu konselor.
Konselor membantu konseli dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapinya dengan tujuan memandirikan konseli dalam pengambilan
keputusan. Disini konselor dapat melakukan kerjasama dengan orang tua,
serta guru dalam menentukan hasil pelayanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan.
Menurut Depdiknas (dalam Rambu- Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Naskah Akademik ABKIN): 2007)
disebutkan prinsip-prinsip itu adalah :
1. bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli,
Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli mengandung
arti bahwa semua konseli atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah
maupun yang bermasalah; baik pria maupaun wanita; baik anak-anak,
remaja, maupun dewasa.
2. bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi,
Prinsip bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi mengandung
arti bahwa setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan
melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan
keunikannya tersebut.
3. bimbingan menekankan hal yang positif,
Prinsip ini dimaksudkan untuk menumbuhkan persepsi yang positif pada
peserta didik bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan
yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, membantu peserta didik
49
membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan
dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4. bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama,
Bimbingan dan konseling bukan hanya tugas dan tanggung jawab
konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah.
5. pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan
dan konseling,
Prinsip pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam
bimbingan dan konseling mengandung arti bahwa bimbingan diarahkan
untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil
keputusan.
6. bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting kehidupan.
Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai seting kehidupan
mengandung arti bahwa pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya
berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga dan
lainnya.
Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil-hasil teori
dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi
penyelenggaraan pelayanan. Prinsip-prinsip itu berkenaan dengan sasaran
pelayanan, masalah individu, program dan penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling. Konselor terikat oleh prinsip-prinsip tersebut, di sekolah maupun
di luar sekolah.
50
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan konseling di sekolah semakin memiliki peranan yang penting dalam
menunjang proses pendidikan yang efektif dan efisien. Pelayanan bimbingan dan
konseling berguna dan memberikan manfaat untuk memperlancar dan
memberikan dampak positif sebesar-besarnya terhadap kelangsungan
perekembangan dan kehidupan itu. Selanjutnya secara rinci dikemukakan oleh
Yusuf (2006: 45-46) fungsi-fungsi bimbingan dan konseling adalah sebagai
berikut :
a. fungsi pemahaman,
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik
(siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Siswa
diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. fungsi pencegahan,
Fungsi pencegahan yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi
dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh peserta didik.
Konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan
dirinya.
51
c. fungsi perbaikan,
Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini
berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah
mengalami masalah baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar,
maupun karier. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan
remedial teaching.
d. fungsi pemeliharaan dan pengembangan.
Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik yang
ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-
hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini, sedangkan fungsi
pengembangan yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif yaitu
konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif yang memfasilitasi perkembangan siswa.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi-fungsi tersebut
diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana
terkandung di dalam masing-masing fungsi. Setiap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu
kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak
dicapainya secara jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi.
3. Jenis – Jenis Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Penyelenggaraan pendidikan terhadap anak didik dilakukan untuk tujuan tertentu
yang ingin dicapai yang tentunya bermacam-macam bentuknya yang harus
52
diberikan pada peserta didik di sekolah sedemikian rupa, sehingga tujuan tersebut
akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Adapun jenis-jenis bimbingan di
sekolah yang dikemukakan oleh seorang ahli dapat dikelompokkan menjadi
berikut yaitu :
a. bimbingan pribadi
Menurut Depdikbud (dalam Sukardi, 2008: 54) jenis bimbingan ini membantu
peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan
kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik
kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. Sedangkan dalam
Depdiknas (2004: 7) pelayanan bimbingan pribadi memantu peserta didik
mengenal, menemukan, dan menembangkan pribadi yang beriman, dan
bertakwa kepada Yang Maha Esa, mendiri serta sehat jasmani dan rohani.
Menurut Sukardi (2008: 55) bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-pokok
berikut:
1. pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
2. pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan pengembangannya
untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif, baik dalam
kehidupan sehari- hari maupun untuk peranannya di masa depan,
3. pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta
penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan produktif,
4. pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan usaha-usaha
penanggulangannya,
5. pemantapan kemampuan mengambil keputusan,
6. pemantapan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan
yang telah diambilnya,
7. pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik
secara rohaniah maupun jasmaniah.
53
b. bimbingan sosial
Jenis bimbingan ini membantu peserta didik dalam memahami dan menilai
serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif
dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang
lebih luas. Sedangkan dalam Depdiknas (2004: 7) pelayanan bimbingan sosial
membantu peserta didik memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan
dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung
jawab sosial. Menurut Sukardi (2008:55) bidang ini dapat dirinci menjadi
pokok-pokok berikut :
1. pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam lisan
maupun tulisan secara efektif,
2. pemantapan kemampuan menerima dan menyampaikan pendapat serta
berargumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif,
3. pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial, baik
di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat luas dengan menjunjung
tinggi tata krama, sopan santun, serta nilai-nilai agama, adat, hukum,
ilmu, dan kebiasaan yang berlaku,
4. pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis, dan produktif dengan
teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah yang lain, di luar
sekolah, maupun di masyarakat pada umumnya,
5. pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya
pelaksanaannya serta dinamis dan bertanggung jawab,
6. orientasi tentang hidup berkeluarga.
c. bimbingan belajar
Menurut Yusuf (2006: 37) Bimbingan belajar atau akademik yaitu bimbingan
yang diarahkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman
dan keterampilan dalam belajar dan memecahkan masalah-masalah belajar
atau akademik. Bimbingan belajar dilakukan dengan cara mengembangkan
suasana belajar-mengajar yang kondusif agar siswa terhindar dari kesulitan
54
belajar. Menurut Sukardi (2008: 56-57) bidang ini dapat dirinci menjadi
pokok-pokok berikut :
1. pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif dan efisien serta
produktif, baik dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar,
bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya, mengerjakan tugas,
mengembangkan keterampilan, dan menjalani program penilaian,
2. pemantapan sistem belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun
berkelompok,
3. pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai
dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian,
4. pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial, dan
budaya yang ada di lingkungan sekitar, dan masyarakat untuk
pengembangan penegtahuan dan keterampilan dan pengembangan diri
5. orientasi belajar di perguruan tinggi.
d. bimbingan karier
Bimbingan karier ialah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi
dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi
tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu; dan dalam
menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang
telah dimasuki. (W.S. Winkel, 1997:139). Sedangkan menurut Yusuf (2006:
38) bimbingan karier yaitu bimbingan untuk membantu siswa dalam
perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karier, seperti:
pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan,
perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan
pemecahan masalah-masalah karier yang dihadapi. Dalam bidang bimbingan
karier, membantu siswa merencanakan, dan mengembangkan masa depan
karier. Menurut Sukardi (2008: 59) bidang ini dapat dirinci menjadi pokok-
pokok berikut:
55
1. pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier
yang hendak dikembangkan,
2. pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya, khususnya
karier yang dikembangkan,
3. orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup,
4. orientasi dan informasi terhadap pendidikan yang lebih tinggi,
khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka jelas sekali bahwa pelaksanaan bimbingan
konseling di sekolah bertujuan untuk membantu penyelenggaraan pendidikan
sehingga hal tersebut dimungkinkan untuk tercapainya tujuan yang hendak
dicapai dalam pendidikan tersebut di sekolah. Dengan adanya bidang-bidang
bimbingan maka akan mempermudah konselor dalam membantu peserta didik
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dan menjadi individu yang mandiri.
4. Jenis-Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
Untuk memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan perlu dilaksanakan berbagai
kegiatan layanan bantuan. Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan
sebagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
sasaran layanan, yaitu peserta didik. Jenis layanan dan kegiatan tersebut perlu
terselenggara sesuai dengan keempat bidang bimbingan yang telah diuraikan di
atas. Menurut Sukardi (2008: 60-70) layanan bimbingan dan konseling sebagai
berikut :
a. layanan orientasi,
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak yang lain yang dapat
memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik (terutama orang tua)
56
memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik,
untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di
lingkungan baru.
b. layanan informasi,
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta
didik dan pihak- pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar
kepada peserta didik (terutama orang tua) dalam menerima dan memahami
informasi (seperti informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-
hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.
c. layanan penempatan dan penyaluran,
Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan bimbingan yang
memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang
tepat (misalnya penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan, atau program studi, program pilihan, magang, kegiatan kurikuler/
ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi
pribadinya.
d. layanan bimbingan belajar,
Layanan pembelajaran yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap
dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan
dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar
lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.
57
e. layanan konseling individual,
Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap
muka dengan guru pembimbing/konselor dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahannya.
f. layanan konseling kelompok, dan
Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan
sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari
narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna
untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai
pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Menurut Prayitno (dalam Sukardi, 2008: 65)
pelayanan bimbingan kelompok memanfaatkan dinamika kelompok untuk
mencapai tujuan pelayanan bimbingan.
g. layanan bimbingan kelompok.
Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
Dari uraian jenis-jenis layanan di atas maka setiap sekolah harus membuat
perencanaan program yang merupakan acuan dasar untuk pelaksanaan kegiatan
satuan layanan bimbingan dan konseling dengan memperhatikan kebutuhan atau
kondisi sekolah. Perencanaan itu berisi bidang layanan serta jenis layanan yang
dialokasikan menurut waktu, pembagian tugas para pelaksana dan
sarana/prasarana untuk mendukung kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
58
Dengan adanya jenis layanan di atas maka diharapkan dapat terlaksana terhadap
sasaran layanan yaitu peserta didik.
5. Kegiatan Pendukung Bimbingan dan Konseling
Dalam bimbingan dan konseling dapat dilakukan sejumlah kegiatan lain, yang
disebut kegiatan pendukung. Kegiatan pendukung pada umumnya tidak ditujukan
secara langsung untuk memecahkan atau mengentaskan masalah klien, melainkan
untuk memungkinkan diperolehnya data dan keterangan lain serta kemudahan-
kemudahan-kemudahan atau komitmen yang akan membantu kelancaran dan
keberhasilan kegiatan layanan terhadap peserta didik (klien). Menurut Prayitno
dan Erman (2004: 315-327) sejumlah kegiatan pendukung yang pokok adalah
sebagai berikut:
a. aplikasi instrumen,
Aplikasi instrumen bimbingan dan konseling yaitu kegiatan pendukung
bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang
peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan
lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
b. himpunan data,
Himpunan data yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan
pengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu diselenggarakan
secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
59
c. konferensi kasus,
Konferensi kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu
forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkan dapat
memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi
terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan dalam rangka konferensi
kasus bersifat terbatas dan tertutup.
d. kunjungan rumah, dan
Kunjungan rumah yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
memperoleh data, keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan peserta didik (klien) melalui kunjungan ke rumahnya.
e. alih tangan kasus.
Alih tangan kasus yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk
mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang
dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan penanganan kasus dari satu
pihak ke pihak lainnya.
Kegiatan pelayanan dan pendukung bimbingan dan konseling semuanya saling
terkait dan menunjang, baik langsung maupun tidak langsung. Saling berkaitan
antara layanan dan kegiatan pendukung itu menyangkut pula fungsi-fungsi yang
diemban oleh masing-masing pelayanan atau kegiatan pendukung. Dengan adanya
faktor pendukung di atas maka konselor akan memperoleh data dan/atau
keterangan lain yang akan membantu keberhasilan pelayanan.