II. Tinjauan Pustaka
-
Upload
aldian-wiranata -
Category
Documents
-
view
1.360 -
download
0
Transcript of II. Tinjauan Pustaka
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 1/11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Budidaya Kangkung
Kangkung ( Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran
tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam
famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-
putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat
tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat,
hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup
ditempat yang berair dan basah (Edi dan Yusri, 2010).
Ada dua jenis penanaman kangkung yang diusahakan yaitu kering dan
basah. Dalam keduanya, sejumlah besar bahan organik (kompos) dan air
diperlukan agar tanaman ini dapat tumbuh dengan subur. Dalam penanaman
kering, kangkung ditanam pada jarak lima inci pada batas dan ditunjang
dengan kayu sangga. Kangkung dapat ditanam dari biji benih atau keratan
akar. kangkung sering ditanam pada semaian sebelum dipindahkan di kebun.
Daun kangkung dapat dipanen setelah enam minggu ditanam. Jika penanaman
basah digunakan, potongan sepanjang 12-inci ditanam dalam lumpur dan
dibiarkan basah. Semasa kangkung tumbuh, kawasan basah ditenggelami pada
tahap 6 inci dan aliran air perlahan digunakan. Aliran air ini kemudian
dihentikan apabila tanah harus digemburkan. Panen dapat dilakukan 30 hari
setelah penanaman. Apabila pucuk tanaman dipetik, cabang dari tepi daun
akan tumbuh lagi dan dapat dipanen setiap 7-10 hari. Semasa berbunga, pucuk
kangkung tumbuh dengan lambat, dengan pengolahan tanah dan panen
cenderung menggalakkan lebih banyak daun yang dihasilkan
(Primantoro, 1996).
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan
hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung dapat tumbuh
dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang
beriklim panas dan beriklim dingin Jumlah curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 2/11
hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di
sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada
umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di
padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun. Tanaman kangkung
membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup.
Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung
bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung
darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah
membusuk (Widiyanto, 1999).
B. Integrated Crop Management
Pengelolaan tanaman (crop management ) ialah aktivitas untuk
menumbuhkan tanaman yaitu mulai dari memilih benih, mengelola tanah,
mengelola pengairan, memupuk, mengatasi masalah gulam, jarak tanam,
mungkin juga termasuk teknik memanen hasil (Oka, 2005).
Melalui pendekatan model integrated crop management disamping
meningkatkan produktivitas juga masih mampu meningkatkan efisiensi
usahatani, terutama melalui penurunan penggunaan biaya agroinput berupa
benih dan penggunaan pupuk kimia sebagai akibat dari diterapkannya
komponen-komponen teknologi budidaya sinergis, seperti tanam tunggal bibit
muda, pemupukan N berdasarkan panduan bagan warna daun dan pemupukan
P dan K berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah. Pemanfaatan lahan
secara harmonis, menyeluruh (holistic) dan terpadu (integrated ) serta
berkelanjutan (sustainable) untuk berbagai peruntukan, yaitu: (i) produksi
biomassa (sektor pertanian), (ii) lingkungan hidup (iii) konservasi genetik. (iv)
ruang infra-stuktur, (v) sumber daya alam (pertambangan), dan (vi) estetika
dan budaya. Masing-masing anasir bentang lahan tentu saja tidak boleh lagi
saling menonjolkan kepentingan sektoral sendiri saja namun harus saling
berkaitan dan mendukung secara harmonis dan sinergis. Integrated crop
management merupakan pola holistic penggunaan lahan yang
mengintegrasikan proses regulasi alami menjadi aktivitas pertanian untuk
mencapai peralihan maksimal dari input off-farm dan untuk mempertahankan
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 3/11
pendapatan pertanian. Sistem-sistem yang terintegrasi didalamnya antara lain:
multifunctional crop rotation, integrated nutrient management, minimum soil
cultivation, integrated crop management, ecological infrastructure
management (Zaini dan Syam, 2004).
Pengelolaan tanaman terpadu adalah pendekatan dalam pengelolaan
lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara
terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan
petani, dan kelestarian lingkungan. Prinsip Pengelolaan tanaman terpadu
mencakup empat unsur, yaitu integrasi, interaksi, dinamis, dan partisipatif.
Integrasi dalam implementasinya di lapangan, pengelolaan tanaman terpadu
mengintegrasikan sumber daya lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim untuk
mampu meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi petani. Interaksi pengelolaan
tanaman terpadu berlandaskan pada hubungan sinergis atau interaksi antara
dua atau lebih komponen teknologi produksi. Dinamis pengelolaan tanaman
terpadu bersifat dinamis karena selalu mengikuti perkembangan teknologi dan
penerapannya disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani. Pendekatan
pengelolaan tanaman terpadu senantiasa mempertimbangkan lingkungan fisik,
biofisik, iklim, dan kondisi sosial-ekonomi petani setempat. Pengelolaan
tanaman terpadu juga bersifat partisipatif, yang membuka ruang bagi petani
untuk memilih, mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepada
penyuluh dan peneliti untuk menyempurnakan pengelolaan tanaman terpadu,
serta menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada petani yang lain
(Pracaya, 2008).
C. Integrated Pest Management
Penggunaan pestisida oleh petani yang tidak tepat dan berlebihan,
dapat meningkatkan biaya produksi dan mengakibatkan dampak samping yang
merugikan terhadap lingkungan dan kesehatan petani itu sendiri maupun
masyarakat secara luas. Konsep PHT berawal dari perkembangan dan
penerapan PHT dalamsistem pertanian di tempat tertentu. Dalam hal ini,
pengendalian hama didasarkan pada pengetahuan dan informasi tentang
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 4/11
dinamika populasi hama dan musuh alami serta keseimbangan ekosistem.
Keuntungan petaniPetani dapat meningkatkan keuntungan karena biaya input
pada sistempertanaman tidak terlalu tinggi, misalkan dengan mengunakan
pestisida nabatidan musuh alami. Petani juga tidak tergantung dengan
pestisida buatan pabrik yang harganya relatif mahal. Usaha konservasi
keseimbangn lingkungan dapat terus dijaga, karena pada konsep PHT
seluruhkomponen lingkungan tidak dihilangkan. Kondisi tanah, air, dan
tanaman yang ada di lahan pertanian tidak menurun.Sistem pertanian terpadu
merupakan tujuan jangka panjang PHT dengansasaran pencapaian produksi
tinggi, produk berkualitas, perlindungan dan peningkatan kemampuan tanah,
air, dan sumber daya lainnya yang tidak tercemar (Purnomo, 2010).
Taktik penerapan pengendalian hama terpadu diantaranya adalah: (a)
Pemanfaatan proses pengendalian alami dengan memanfaatkan musuh alami
hama; (b) Pengelolaan agroekosistem melalui bercocok tanam (pengendalian
hama secara kultur teknis) sehingga kurang sesuai bagi kehidupan dan
perkembangbiakan OPT, misalnya: penanaman varietas tahan,dan sanitasi
tanaman; (c) Pengendalian fisik dan mekanis; (d) penggunaan pestisida secara
selektif dengan memperhatikan AE (Ambang Ekonomi) dan juga TKE
(Tingkat Kerusakan Ekonomi) (Mutisari, 2010).
Banyak ahli memberikan batasan tentang PHT secara beragam, tetapi
pada dasarnya mengandung prinsip yang sama. PHT adalah pendekatan
ekologi yang bersifat multidisplin untuk pengelolaan populasi hama dengan
memanfaatkan beraneka ragam teknik pengendalian secara kompatibel dalam
suatu kesatuan kordinasi pengelolaan (Bottrell, 1979).
D. Integrated Soil Management
Tanah yang dipergunakan diolah dengan cara dicangkul. Proses
penanaman dengan melakukan plot plot yang sudah terbentuk dan dibuat
lubang tanam sedalam 5 cm dengan cara ditugal dengan jarak tanaman tertentu
dan setiap lubang ditanamn dengan benih kacang tanah. Penjarangan
dilakukan satu minggu setelah tanam, masing-masing lubang tanam disisakan
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 5/11
satu tanaman. Pendaringan dan penyiangan dilakukan pada saat tanaman
berumur tiga minggu (Ross, 2000).
Pengolahan tanah yang terus-menerus atau di atas kemapuan tanah
dapat mengakibatkan pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah lapisan
olah, hal demikian menghambat pertumbuhan akar. Untuk mengatasi
kerusakan karena pengolahan tanah, diperkenalkan sistim pengolahan tanah
minimum (minimum tillage) yang diikuti oleh pemberian mulsa dapat
meningkatkan produksi pertain. Pengolahan tanah minimum adalah
pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa
melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan, misalnya di sekitar
lubang tumbuhnya tanaman. Manfaat pengolahan tanah secara minimum
adalah mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran pemukaan,
mengamankan dan memelihara produktifitas tanah agar tercapai produksi
yang setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas, meningkatkan
produksi lahan usahatani, dan menghemat biaya pengolahan tanah, waktu dan
tenaga kerja. Mulsa adalah sisa-sisa tanaman (serasah) yang susah lapuk.
Penggunaan mulsa ini bermanfaat sebagai pengendali gulma, meningkatkan
aktivitas organisme tanah, mengurangi penguapan air tanah dan dapat
menambah bahan organik setelah mulsa tersebut mulai lapuk
(Firmansyah, 2003).
Tanah adalah sumber daya yang perlu dijaga kesuburannya agar tetap
dapat menghasilkan hasil yang maksimal tanpa merusak tanah. Pemakaian
tanah untuk pertanian dan perkebunan secara terus-menerus dapat membuat
tanah menjadi tidak subur atau tandus. Beberapa penyebab ketidaksuburan
tanah ialah seperti pemcemaran tanah oleh limbah buangan, pestisida, tanaman
monoton, dan lain sebagainya. Cara pemeliharaan tanah secara terpadu yang
dapat ditempuh yakni :
1. Memberi pupuk atau pemupukan sesuai dengan jenis tanah baik pupuk
kandang maupun pupuk buatan.
2. Membuat saluran irigasi untuk pengairan, ketersediaan air dalam tanah.
3. Membuat sengkedan untuk mencegah erosi tanah.
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 6/11
4. Menjaga tanah dari penggunaan zat / bahan-bahan kimua yang merugikan
dan tidak melakukan pembuangan zat-zat atau samaph yang dapat
menurunkan kesuburan tanah.
5. Menanami lahan sesuai daya dukung lahan.
6. Melakukan rotasi tanaman
7. Melaksanakan penghijauan dengan cara memberi humus pada tanah.
8. Mendukung keberadaan cacing tanah dan mikroba dalam tanah melalui
ketersediaan bahan organik untuk membantu menggemburkan tanah.
(Noor, 2001).
E. Integrated Nutrient Management
Pengelolaan limbah peternakan terpadu merupakan salah satu alternatif
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan
produktivitas agribisnis disertai meningkatnya daya dukung lingkungan.
Keberhasilan usaha pertanian tanaman, sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
pupuk. Sampai saat ini, sebagian besar masih menggunakan pupuk buatan,
padahal selain ketersediaannya terus berkurang, penggunaan yang tidak
bijaksana juga berdampak terhadap keseimbangan ekologis sehingga daya
dukung lingkungan terus menurun dan produktivitas usaha pertanian rendah.
Salah satu alternatif penanggulangan adalah meningkatkan produksi pupuk
organik melalui pengelolaan dan pemanfaatan limbah peternakan secara
optimal. Pengolahan limbah peternakan sebagai bahan baku pupuk harus
dilakukan sesuai dengan kaidah alamiah, yaitu melalui proses biokonversi
(Sudiarto, 2010).
Bahan organik berperan penting dalam menentukan kemampuan tanah
untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Peran bahan organik adalah
meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan
kemampuan tanah memegang air, meningkatkan pori-pori tanah, dan
memperbaiki media perkembangan mikroba tanah. Tanah berkadar bahan
organik rendah berarti kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman
rendah. Hasil dekomposisi bahan organik berupa hara makro (N, P, dan K),
makro sekunder (Ca, Mg, dan S) merupakan nutrisi bagi tanah serta hara
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 7/11
mikro yang dapat meningkatkan kesuburan tanaman. Hasil dekomposisi juga
dapat berupa asam organik yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi
tanaman. Bahan organik tanah dapat berasal dari:
a. sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang dapat berupa:
daun, ranting dan cabang, batang, buah, dan akar.
b. sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat berupa:
kotoran atau feces dan mikrofauna.
c. sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: pupuk
kandang, pupuk hijau, pupuk bokasi (kompos), dan pupuk hayati.
(Novizan, 2005).
Pemberian pupuk anorganik saja terurama pupuk posfat (P) belum
menjamin hasil yang maksimal, karena pupuk anorganik tidak mampu
memperbaiki struktur tanah. Oleh karena itu perlu penggunaan pupuk
kandang. Peranan pupuk organik di dalam tanah sangat menyeluruh, secara
fisika memungkinkan membentuk agregat atau granulasi tanah sehingga
dengan perbaikan agregasi tanah akan mengakibatkan permeabilitas dan
peredaran udara di dalam tanah. Selain itu juga dapat meningkatkan daya
pegang hara dan air dari butir-butir tanah. Sedangkan fungsi kimia pupuk
organik adalah sebagai suplai hara bagi tanaman, juga dapat meningkatkan
ketersediaan beberapa unsur hara dan efisiensi penyerapan fosfat. Juga fungsi
secara biologi sebagai sumber utama energi bagi aktivitas jasad renik tanah
(Arifin, 2000).
F. Integrated Water Management
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar kebutuhannya
akan air yaitu meliputi jumlah sekitar 97% dari total kebutuhan air dalam
seluruh perekonomian. Untuk studi mengenai ketersediaan air itu diperlukan
pengetahuan tentang kondisi tanah yang ada, macam tanaman, pola tanam,
koefisien penggunaan air setiap jenis tanaman, serta perhitungan besarnya
aliran balik air ke masing-masing sungai (Suparmoko, 2010).
Pertanian beririgasi merupakan pengguna air terbesar. Pada umumnya,
lebih 80% dari air yang ada dicurahkan khusus untuk pertanian. Tetapi karena
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 8/11
biasanya air disalurkan dengan gratis atau dengan tarif yang banyak disubsidi,
maka kecil sekali dorongan niat untuk menggunakan air secara efisien dan
retribusinya, jika ada, tidak akan mencukupi untuk pemeliharaan yang layak.
Maka hasilnya ialah penggunaan yang sangat tidak efisien, efisiensinya kira-
kira hanya di bawah 40% untuk seluruh dunia dan kemerosotan mutu yang
semakin melaju pada sistem yang semakin besar. Sesungguhnya efisiensi
dapat ditingkatkan dengan baik, yakni dengan perbaikan cara pengoperasian
dan pemeliharaan sistemnya, perbaikan saluran, pendataran lahan supaya
pembagian air dapat merata, penyesuaian antara banyaknya pelepasan air dari
tandon dan keperluan senyatanya di daerah hilir dan pengelolaan yang lebih
efektif apabila air tersebut sudah sampai di lahan pertanian atau dengan
menggunakan teknik yang lebih efisien seperti irigasi tetesan
(Harmayani, 2011)
Upaya-upaya konservasi air yang diarahkan pada pemanfaatan air
secara berkelanjutan dapat dilakukan diantaranya, pertama, mencari dan
membudidayakan tanaman yang efisien dalam menggunakan air, atau
mengganti dengan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Contoh
tanaman hemat air antara lain sorghum, ubi kayu, dan kacang tunggak.
Sedangkan, tanaman bernilai ekonomis tinggi yang dibudidayakan, antara lain
sawi, kol, kacang panjang,cabe, semangka dan timun. Upaya konservasi air
yang kedua adalah mengurangi evaporasi (penguapan) air dengan cara
pemulsaan. Pemulsaan dilakukan dengan cara menempatkan potongan gulma
pada tanaman. Untuk mendapatkan gulma ini, petani memelihara rumput pada
lahan pertaniannya. Jika rumputnya mulai menguning rumput tersebut
dipotong lalu diikat dan dijadikan mulsa. Teknik pemulsaan ini mampu
mengurangi kehilangan air pada tanaman. Ketiga, pemanfaatan air bawah
tanah. Dibandingkan dengan air permukaan, keuntungan air bawah tanah
dapat disimpan lebih lama dan dapat digunakan untuk kebutuhan air
suplemen, serta kehilangan melalui evaporasi lebih sedikit. Selain itu, air
bawah tanah lebih murni, sehingga dapat diminum (Mosa , 2002).
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 9/11
G. Integrated Livestock Management
Penerapan sistem pertanian terpadu integrasi ternak dan tanaman
terbukti sangat efektif dan efisien dalam rangka penyediaan pangan
masyarakat. Siklus dan keseimbangan nutrisi serta energi akan terbentuk
dalam suatu ekosistem secara terpadu. Sehingga akan meningkatkan efektifitas
dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan
biaya produksi. Kegiatan terpadu usaha peternakan dan pertanian ini,
sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian,
sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah
peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk makan ternak.
Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil
usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah.
Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung
dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi
produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya
(Suparman, 2005).
Pola integrasi yang diterapkan dengan pendekatan zero waste dan
LEISA ( Low External Input Sustainable Agriculture) pada ternak sapi,
khususnya untuk commercial stock. Pengkajian terutama dilakukan terhadap
komponen-komponen teknologi yang terkait lansung dengan siklus integrasi
ternak-tanaman. Beberapa komponen teknologi yang telah diintroduksikan
sebelumnya dikaji efektifitas, kelayakan serta respon dari penggunanya.
Limbah pawija sebagian kecil pucuk jagung dimanfaatkan untuk pakan ternak
dan sebagian besar terbuang. Dengan pengakajian, limbah palawija
dimanfatkan untuk pakan ternak. Dengan menambahkan bahan-bahan lain
limbah kering palwija dijadikan pakan dan pucuk jagung dibuat menjadi silase
sehingga lebih banyak yang bisa dimanfaatkan. Kotoran sapi dibuat sumber
biogas, selanjutnya limbah dari biogas dijadikan pupuk dikembalikan kepada
tanaman. Analisis output dari peternakan berupa pupuk kandang berupa urin
dan feces yang dihasilkan oleh sapi. Dalam satu tahun sapi dapat
menghasilkan pupuk kandang sekitar 5,4 ton dengan rincian tiap hari
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 10/11
menghasilkan 15 kilogram kotoran. Dikaitkan dengan kebutuhan lahan,
informasi yang didapat bahwa sejumlah lima ekor sapi mampu mencukupi
kebutuhan pupuk organic selama satu tahun. Agar kotoran dapat menjadi
pupuk kandang biasanya diakukan dekomposisi selama 4 bulan agar pupuk
kandang dapat langsung digunakan pada lahan pertanian (Winangun, 2005).
Sistem peternakan yang digunakan sebagai pakan berupa kotoran yang
dialirkan kepada biodigester. Biodigester berfungsi untuk mereduksi limbah
organik menjadi karbondioksida dan biomasa hasil dari biodigester tidak
hanya dalam bentuk cair tetapi ada yang berupa padatan membentuk sendimen
untuk digunakan sebagai kompos bagi pertanian. Limbah cair berupa biomasa
dapat dimanfaatkan dengan cara dialirkan ke dalam kolam alga sehingga pada
kolam alga akan merangsang produksi mikroalga dan makroalga. Mikroalga
dan makroalga akan dialirkan ke dalam kolam ikan sebagai fitoplankton yang
dapat dimanfaatkan sebagai produsen yang dapat merangsang pembentukan
zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami ikan sehingga akan didalam
kolam ikan terjadi proses trofic level sehingga konsumsi pakan buatan dapat
diminimalisir. Integrasi antara pertanian dan perikanan akan memberikan
solusi untuk mengatasi permasalahan global (Arie, 2000).
H. Integrated Market Link Management
Menurut A.T. Mosher salah satu syarat mutlak pembangunan pertanian
jika pertanian akan dikembangkan dengan baik adalah adanya pasar untuk
hasil-hasil usahatani. Hasil-hasil usahatani tentunya akan dipasarkan dan
dijual dengan harga yang cukup tinggi untuk menutup biaya dan tenaga
kerjayang telah dikeluarkan para petani sewaktu memproduksinya. Di dalam
memasarkan hasil-hasil produk pertanian ini diperlukan adanya permintaan
(demand ) akan hasil-hasil pertanian tersebut, sistem pemasarn, dan
kepercayaan petani pada sistem pemasaran tersebut (Arsyad, 1997).
Pola pemasaran konvensional yang dilakukan petani menyebabkan
tingkat harga yang diterima oleh petani pada umumnya relatif lebih kecil
dibandingkan dengan harga yang diterima oleh pedagang. Keuntungan yang
diterima oleh petani dari kegiatan usahataninya juga relatif kecil, sementara
5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 11/11
konsumen harus membayar lebih mahal dari harga yang selayaknya
ditawarkan, hal ini sebagai akibat dari terjadinya biaya pemasaran yang tinggi
dari petani hingga sampai kepada konsumen akhir. Kenyataan lain
menunjukkan bahwa disamping lemahnya posisi tawar (bargaining posistion)
petani dalam pemasaran juga semakin maraknya produk-produk pesaing
khususnya produk import di pasar yang sama dalam negeri (Masturi, 2010).
Dengan adanya segmentasi pasar diharapkan petani dapat memilah dan
mengolah sendiri produk yang akan dijual, sama seperti yang dilakukan oleh
para pedagang pengumpul dan pengecer. Sehingga pendapatan petani yang
tadinya berbeda jauh dengan yang didapatkan oleh pedagang pengumpul dan
pengecer dapat menjadi lebih kecil perbedaannya (marjin tataniaga mengecil)
serta membangun kemandirian petani. Apabila telah dilakukan perbaikan
terhadap sistem pemasaran yang ada maka pemerintah dapat menerpkan
sistem pertanian yang berkelanjutan kepada masyarakat. Karena dengan
meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan efisiensi pemasaran
diharapkan masyarkat tertarik untuk menekuni bidang pertanian Indonesia
(Hanafie, 2010).