II. Tinjauan Pustaka

11
 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Kangkung Kangkung (  Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih- putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat, hidup di tempat yang ke ring atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup ditempat yang berair dan basah (Edi dan Yusri, 2010). Ada dua jenis penanaman kangkung yang diusahakan yaitu kering dan basah. Dalam keduanya, sejumlah besar bahan organik (kompos) dan air diperlukan agar tanaman ini dapat tumbuh dengan subur. Dalam penanaman kering, kangkung ditanam pada jarak lima inci pada batas dan ditunjang dengan kayu sangga. Kangkung dapat ditanam dari biji benih atau keratan akar. kangkung sering ditanam pada semaian sebelum dipindahkan di kebun. Daun kangkung dapat dipanen setelah enam minggu ditanam. Jika penanaman basah digunakan, potongan sepanjang 12-inci ditanam dalam lumpur dan dibiarkan basah. Semasa kangkung tumbuh, kawasan basah ditenggelami pada tahap 6 inci dan aliran air perlahan digunakan. Aliran air ini kemudian dihentikan apabila tanah harus digemburkan. Panen dapat dilakukan 30 hari setelah penanaman. Apabila pucuk tanaman dipetik, cabang dari tepi daun akan tumbuh lagi dan dapat dipanen setiap 7-10 hari. Semasa berbunga, pucuk kangkung tumbuh dengan lambat, dengan pengolahan tanah dan panen cenderung menggalakkan lebih banyak daun yang dihasilkan (Primantoro, 1996). Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim

Transcript of II. Tinjauan Pustaka

Page 1: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 1/11

II.  TINJAUAN PUSTAKA

A.  Budidaya Kangkung

Kangkung ( Ipomoea sp.) dapat ditanam di dataran rendah dan dataran

tinggi. Kangkung merupakan jenis tanaman sayuran daun, termasuk kedalam

famili Convolvulaceae. Daun kangkung panjang, berwarna hijau keputih-

putihan merupakan sumber vitamin pro vitamin A. Berdasarkan tempat

tumbuh, kangkung dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Kangkung darat,

hidup di tempat yang kering atau tegalan, dan 2) Kangkung air, hidup

ditempat yang berair dan basah (Edi dan Yusri, 2010).

Ada dua jenis penanaman kangkung yang diusahakan yaitu kering dan

basah. Dalam keduanya, sejumlah besar bahan organik (kompos) dan air

diperlukan agar tanaman ini dapat tumbuh dengan subur. Dalam penanaman

kering, kangkung ditanam pada jarak lima inci pada batas dan ditunjang

dengan kayu sangga. Kangkung dapat ditanam dari biji benih atau keratan

akar. kangkung sering ditanam pada semaian sebelum dipindahkan di kebun.

Daun kangkung dapat dipanen setelah enam minggu ditanam. Jika penanaman

basah digunakan, potongan sepanjang 12-inci ditanam dalam lumpur dan

dibiarkan basah. Semasa kangkung tumbuh, kawasan basah ditenggelami pada

tahap 6 inci dan aliran air perlahan digunakan. Aliran air ini kemudian

dihentikan apabila tanah harus digemburkan. Panen dapat dilakukan 30 hari

setelah penanaman. Apabila pucuk tanaman dipetik, cabang dari tepi daun

akan tumbuh lagi dan dapat dipanen setiap 7-10 hari. Semasa berbunga, pucuk 

kangkung tumbuh dengan lambat, dengan pengolahan tanah dan panen

cenderung menggalakkan lebih banyak daun yang dihasilkan

(Primantoro, 1996).

Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan

hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung dapat tumbuh

dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang

beriklim panas dan beriklim dingin Jumlah curah hujan yang baik untuk 

pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim

Page 2: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 2/11

hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di

sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada

umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di

padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun. Tanaman kangkung

membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup.

Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung

bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung

darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah

membusuk (Widiyanto, 1999).

B.  Integrated Crop Management

Pengelolaan tanaman (crop management ) ialah aktivitas untuk 

menumbuhkan tanaman yaitu mulai dari memilih benih, mengelola tanah,

mengelola pengairan, memupuk, mengatasi masalah gulam, jarak tanam,

mungkin juga termasuk teknik memanen hasil (Oka, 2005).

Melalui pendekatan model integrated crop management  disamping

meningkatkan produktivitas juga masih mampu meningkatkan efisiensi

usahatani, terutama melalui penurunan penggunaan biaya agroinput berupa

benih dan penggunaan pupuk kimia sebagai akibat dari diterapkannya

komponen-komponen teknologi budidaya sinergis, seperti tanam tunggal bibit

muda, pemupukan N berdasarkan panduan bagan warna daun dan pemupukan

P dan K berdasarkan status hara tanah melalui uji tanah. Pemanfaatan lahan

secara harmonis, menyeluruh (holistic) dan terpadu (integrated ) serta

berkelanjutan (sustainable) untuk berbagai peruntukan, yaitu: (i) produksi

biomassa (sektor pertanian), (ii) lingkungan hidup (iii) konservasi genetik. (iv)

ruang infra-stuktur, (v) sumber daya alam (pertambangan), dan (vi) estetika

dan budaya. Masing-masing anasir bentang lahan tentu saja tidak boleh lagi

saling menonjolkan kepentingan sektoral sendiri saja namun harus saling

berkaitan dan mendukung secara harmonis dan sinergis. Integrated crop

management merupakan pola holistic penggunaan lahan yang

mengintegrasikan proses regulasi alami menjadi aktivitas pertanian untuk 

mencapai peralihan maksimal dari input off-farm dan untuk mempertahankan

Page 3: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 3/11

pendapatan pertanian. Sistem-sistem yang terintegrasi didalamnya antara lain:

multifunctional crop rotation, integrated nutrient management, minimum soil

cultivation, integrated crop management, ecological infrastructure

management (Zaini dan Syam, 2004).

Pengelolaan tanaman terpadu adalah pendekatan dalam pengelolaan

lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara

terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan

petani, dan kelestarian lingkungan. Prinsip Pengelolaan tanaman terpadu

mencakup empat unsur, yaitu integrasi, interaksi, dinamis, dan partisipatif.

Integrasi dalam implementasinya di lapangan, pengelolaan tanaman terpadu

mengintegrasikan sumber daya lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim untuk 

mampu meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi petani. Interaksi pengelolaan

tanaman terpadu berlandaskan pada hubungan sinergis atau interaksi antara

dua atau lebih komponen teknologi produksi. Dinamis pengelolaan tanaman

terpadu bersifat dinamis karena selalu mengikuti perkembangan teknologi dan

penerapannya disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani. Pendekatan

pengelolaan tanaman terpadu senantiasa mempertimbangkan lingkungan fisik,

biofisik, iklim, dan kondisi sosial-ekonomi petani setempat. Pengelolaan

tanaman terpadu juga bersifat partisipatif, yang membuka ruang bagi petani

untuk memilih, mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepada

penyuluh dan peneliti untuk menyempurnakan pengelolaan tanaman terpadu,

serta menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada petani yang lain

(Pracaya, 2008).

C.  Integrated Pest Management

Penggunaan pestisida oleh petani yang tidak tepat dan berlebihan,

dapat meningkatkan biaya produksi dan mengakibatkan dampak samping yang

merugikan terhadap lingkungan dan kesehatan petani itu sendiri maupun

masyarakat secara luas. Konsep PHT berawal dari perkembangan dan

penerapan PHT dalamsistem pertanian di tempat tertentu. Dalam hal ini,

pengendalian hama didasarkan pada pengetahuan dan informasi tentang

Page 4: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 4/11

dinamika populasi hama dan musuh alami serta keseimbangan ekosistem.

Keuntungan petaniPetani dapat meningkatkan keuntungan karena biaya input

pada sistempertanaman tidak terlalu tinggi, misalkan dengan mengunakan

pestisida nabatidan musuh alami. Petani juga tidak tergantung dengan

pestisida buatan pabrik yang harganya relatif mahal. Usaha konservasi

keseimbangn lingkungan dapat terus dijaga, karena pada konsep PHT

seluruhkomponen lingkungan tidak dihilangkan. Kondisi tanah, air, dan

tanaman yang ada di lahan pertanian tidak menurun.Sistem pertanian terpadu

merupakan tujuan jangka panjang PHT dengansasaran pencapaian produksi

tinggi, produk berkualitas, perlindungan dan peningkatan kemampuan tanah,

air, dan sumber daya lainnya yang tidak tercemar (Purnomo, 2010).

Taktik penerapan pengendalian hama terpadu diantaranya adalah: (a)

Pemanfaatan proses pengendalian alami dengan memanfaatkan musuh alami

hama; (b) Pengelolaan agroekosistem melalui bercocok tanam (pengendalian

hama secara kultur teknis) sehingga kurang sesuai bagi kehidupan dan

perkembangbiakan OPT, misalnya: penanaman varietas tahan,dan sanitasi

tanaman; (c) Pengendalian fisik dan mekanis; (d) penggunaan pestisida secara

selektif dengan memperhatikan AE (Ambang Ekonomi) dan juga TKE

(Tingkat Kerusakan Ekonomi) (Mutisari, 2010).

Banyak ahli memberikan batasan tentang PHT secara beragam, tetapi

pada dasarnya mengandung prinsip yang sama. PHT adalah pendekatan

ekologi yang bersifat multidisplin untuk pengelolaan populasi hama dengan

memanfaatkan beraneka ragam teknik pengendalian secara kompatibel dalam

suatu kesatuan kordinasi pengelolaan (Bottrell, 1979).

D.  Integrated Soil Management

Tanah yang dipergunakan diolah dengan cara dicangkul. Proses

penanaman dengan melakukan plot plot yang sudah terbentuk dan dibuat

lubang tanam sedalam 5 cm dengan cara ditugal dengan jarak tanaman tertentu

dan setiap lubang ditanamn dengan benih kacang tanah. Penjarangan

dilakukan satu minggu setelah tanam, masing-masing lubang tanam disisakan

Page 5: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 5/11

satu tanaman. Pendaringan dan penyiangan dilakukan pada saat tanaman

berumur tiga minggu (Ross, 2000).

Pengolahan tanah yang terus-menerus atau di atas kemapuan tanah

dapat mengakibatkan pemadatan pada lapisan tanah bagian bawah lapisan

olah, hal demikian menghambat pertumbuhan akar. Untuk mengatasi

kerusakan karena pengolahan tanah, diperkenalkan sistim pengolahan tanah

minimum (minimum tillage) yang diikuti oleh pemberian mulsa dapat

meningkatkan produksi pertain. Pengolahan tanah minimum adalah

pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa

melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan, misalnya di sekitar

lubang tumbuhnya tanaman. Manfaat pengolahan tanah secara minimum

adalah mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran pemukaan,

mengamankan dan memelihara produktifitas tanah agar tercapai produksi

yang setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas, meningkatkan

produksi lahan usahatani, dan menghemat biaya pengolahan tanah, waktu dan

tenaga kerja. Mulsa adalah sisa-sisa tanaman (serasah) yang susah lapuk.

Penggunaan mulsa ini bermanfaat sebagai pengendali gulma, meningkatkan

aktivitas organisme tanah, mengurangi penguapan air tanah dan dapat

menambah bahan organik setelah mulsa tersebut mulai lapuk 

(Firmansyah, 2003).

Tanah adalah sumber daya yang perlu dijaga kesuburannya agar tetap

dapat menghasilkan hasil yang maksimal tanpa merusak tanah. Pemakaian

tanah untuk pertanian dan perkebunan secara terus-menerus dapat membuat

tanah menjadi tidak subur atau tandus. Beberapa penyebab ketidaksuburan

tanah ialah seperti pemcemaran tanah oleh limbah buangan, pestisida, tanaman

monoton, dan lain sebagainya. Cara pemeliharaan tanah secara terpadu yang

dapat ditempuh yakni :

1.  Memberi pupuk atau pemupukan sesuai dengan jenis tanah baik pupuk 

kandang maupun pupuk buatan.

2.  Membuat saluran irigasi untuk pengairan, ketersediaan air dalam tanah.

3.  Membuat sengkedan untuk mencegah erosi tanah.

Page 6: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 6/11

4.  Menjaga tanah dari penggunaan zat / bahan-bahan kimua yang merugikan

dan tidak melakukan pembuangan zat-zat atau samaph yang dapat

menurunkan kesuburan tanah.

5.  Menanami lahan sesuai daya dukung lahan.

6.  Melakukan rotasi tanaman

7.  Melaksanakan penghijauan dengan cara memberi humus pada tanah.

8.  Mendukung keberadaan cacing tanah dan mikroba dalam tanah melalui

ketersediaan bahan organik untuk membantu menggemburkan tanah.

(Noor, 2001).

E.  Integrated Nutrient Management

Pengelolaan limbah peternakan terpadu merupakan salah satu alternatif 

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi dan

produktivitas agribisnis disertai meningkatnya daya dukung lingkungan.

Keberhasilan usaha pertanian tanaman, sangat dipengaruhi oleh ketersediaan

pupuk. Sampai saat ini, sebagian besar masih menggunakan pupuk buatan,

padahal selain ketersediaannya terus berkurang, penggunaan yang tidak 

bijaksana juga berdampak terhadap keseimbangan ekologis sehingga daya

dukung lingkungan terus menurun dan produktivitas usaha pertanian rendah.

Salah satu alternatif penanggulangan adalah meningkatkan produksi pupuk 

organik melalui pengelolaan dan pemanfaatan limbah peternakan secara

optimal. Pengolahan limbah peternakan sebagai bahan baku pupuk harus

dilakukan sesuai dengan kaidah alamiah, yaitu melalui proses biokonversi

(Sudiarto, 2010).

Bahan organik berperan penting dalam menentukan kemampuan tanah

untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Peran bahan organik adalah

meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan

kemampuan tanah memegang air, meningkatkan pori-pori tanah, dan

memperbaiki media perkembangan mikroba tanah. Tanah berkadar bahan

organik rendah berarti kemampuan tanah mendukung produktivitas tanaman

rendah. Hasil dekomposisi bahan organik berupa hara makro (N, P, dan K),

makro sekunder (Ca, Mg, dan S) merupakan nutrisi bagi tanah serta hara

Page 7: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 7/11

mikro yang dapat meningkatkan kesuburan tanaman. Hasil dekomposisi juga

dapat berupa asam organik yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi

tanaman. Bahan organik tanah dapat berasal dari:

a.  sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang dapat berupa:

daun, ranting dan cabang, batang, buah, dan akar.

b.  sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat berupa:

kotoran atau feces dan mikrofauna.

c.  sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: pupuk 

kandang, pupuk hijau, pupuk bokasi (kompos), dan pupuk hayati.

(Novizan, 2005).

Pemberian pupuk anorganik saja terurama pupuk posfat (P) belum

menjamin hasil yang maksimal, karena pupuk anorganik tidak mampu

memperbaiki struktur tanah. Oleh karena itu perlu penggunaan pupuk 

kandang. Peranan pupuk organik di dalam tanah sangat menyeluruh, secara

fisika memungkinkan membentuk agregat atau granulasi tanah sehingga

dengan perbaikan agregasi tanah akan mengakibatkan permeabilitas dan

peredaran udara di dalam tanah. Selain itu juga dapat meningkatkan daya

pegang hara dan air dari butir-butir tanah. Sedangkan fungsi kimia pupuk 

organik adalah sebagai suplai hara bagi tanaman, juga dapat meningkatkan

ketersediaan beberapa unsur hara dan efisiensi penyerapan fosfat. Juga fungsi

secara biologi sebagai sumber utama energi bagi aktivitas jasad renik tanah

(Arifin, 2000).

F.   Integrated Water Management

Sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar kebutuhannya

akan air yaitu meliputi jumlah sekitar 97% dari total kebutuhan air dalam

seluruh perekonomian. Untuk studi mengenai ketersediaan air itu diperlukan

pengetahuan tentang kondisi tanah yang ada, macam tanaman, pola tanam,

koefisien penggunaan air setiap jenis tanaman, serta perhitungan besarnya

aliran balik air ke masing-masing sungai (Suparmoko, 2010).

Pertanian beririgasi merupakan pengguna air terbesar. Pada umumnya,

lebih 80% dari air yang ada dicurahkan khusus untuk pertanian. Tetapi karena

Page 8: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 8/11

biasanya air disalurkan dengan gratis atau dengan tarif yang banyak disubsidi,

maka kecil sekali dorongan niat untuk menggunakan air secara efisien dan

retribusinya, jika ada, tidak akan mencukupi untuk pemeliharaan yang layak.

Maka hasilnya ialah penggunaan yang sangat tidak efisien, efisiensinya kira-

kira hanya di bawah 40% untuk seluruh dunia dan kemerosotan mutu yang

semakin melaju pada sistem yang semakin besar. Sesungguhnya efisiensi

dapat ditingkatkan dengan baik, yakni dengan perbaikan cara pengoperasian

dan pemeliharaan sistemnya, perbaikan saluran, pendataran lahan supaya

pembagian air dapat merata, penyesuaian antara banyaknya pelepasan air dari

tandon dan keperluan senyatanya di daerah hilir dan pengelolaan yang lebih

efektif apabila air tersebut sudah sampai di lahan pertanian atau dengan

menggunakan teknik yang lebih efisien seperti irigasi tetesan

(Harmayani, 2011)

Upaya-upaya konservasi air yang diarahkan pada pemanfaatan air

secara berkelanjutan dapat dilakukan diantaranya, pertama, mencari dan

membudidayakan tanaman yang efisien dalam menggunakan air, atau

mengganti dengan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Contoh

tanaman hemat air antara lain sorghum, ubi kayu, dan kacang tunggak.

Sedangkan, tanaman bernilai ekonomis tinggi yang dibudidayakan, antara lain

sawi, kol, kacang panjang,cabe, semangka dan timun. Upaya konservasi air

yang kedua  adalah mengurangi evaporasi (penguapan) air dengan cara

pemulsaan. Pemulsaan dilakukan dengan cara menempatkan potongan gulma

pada tanaman. Untuk mendapatkan gulma ini, petani memelihara rumput pada

lahan pertaniannya. Jika rumputnya mulai menguning rumput tersebut

dipotong lalu diikat dan dijadikan mulsa. Teknik pemulsaan ini mampu

mengurangi kehilangan air pada tanaman. Ketiga, pemanfaatan air bawah

tanah. Dibandingkan dengan air permukaan, keuntungan air bawah tanah

dapat disimpan lebih lama dan dapat digunakan untuk kebutuhan air

suplemen, serta kehilangan melalui evaporasi lebih sedikit. Selain itu, air

bawah tanah lebih murni, sehingga dapat diminum (Mosa , 2002).

Page 9: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 9/11

G.  Integrated Livestock Management

Penerapan sistem pertanian terpadu integrasi ternak dan tanaman

terbukti sangat efektif dan efisien dalam rangka penyediaan pangan

masyarakat. Siklus dan keseimbangan nutrisi serta energi akan terbentuk 

dalam suatu ekosistem secara terpadu. Sehingga akan meningkatkan efektifitas

dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan penurunan

biaya produksi. Kegiatan terpadu usaha peternakan dan pertanian ini,

sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian,

sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah karena limbah

peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian untuk makan ternak.

Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil

usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan tanah.

Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung

dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi

produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya

(Suparman, 2005).

Pola integrasi yang diterapkan dengan pendekatan zero waste dan

LEISA ( Low External Input Sustainable Agriculture) pada ternak sapi,

khususnya untuk commercial stock. Pengkajian terutama dilakukan terhadap

komponen-komponen teknologi yang terkait lansung dengan siklus integrasi

ternak-tanaman. Beberapa komponen teknologi yang telah diintroduksikan

sebelumnya dikaji efektifitas, kelayakan serta respon dari penggunanya.

Limbah pawija sebagian kecil pucuk jagung dimanfaatkan untuk pakan ternak 

dan sebagian besar terbuang. Dengan pengakajian, limbah palawija

dimanfatkan untuk pakan ternak. Dengan menambahkan bahan-bahan lain

limbah kering palwija dijadikan pakan dan pucuk jagung dibuat menjadi silase

sehingga lebih banyak yang bisa dimanfaatkan. Kotoran sapi dibuat sumber

biogas, selanjutnya limbah dari biogas dijadikan pupuk dikembalikan kepada

tanaman. Analisis output dari peternakan berupa pupuk kandang berupa urin

dan feces yang dihasilkan oleh sapi. Dalam satu tahun sapi dapat

menghasilkan pupuk kandang sekitar 5,4 ton dengan rincian tiap hari

Page 10: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 10/11

menghasilkan 15 kilogram kotoran. Dikaitkan dengan kebutuhan lahan,

informasi yang didapat bahwa sejumlah lima ekor sapi mampu mencukupi

kebutuhan pupuk organic selama satu tahun. Agar kotoran dapat menjadi

pupuk kandang biasanya diakukan dekomposisi selama 4 bulan agar pupuk 

kandang dapat langsung digunakan pada lahan pertanian (Winangun, 2005).

Sistem peternakan yang digunakan sebagai pakan berupa kotoran yang

dialirkan kepada biodigester. Biodigester berfungsi untuk mereduksi limbah

organik menjadi karbondioksida dan biomasa hasil dari biodigester tidak 

hanya dalam bentuk cair tetapi ada yang berupa padatan membentuk sendimen

untuk digunakan sebagai kompos bagi pertanian. Limbah cair berupa biomasa

dapat dimanfaatkan dengan cara dialirkan ke dalam kolam alga sehingga pada

kolam alga akan merangsang produksi mikroalga dan makroalga. Mikroalga

dan makroalga akan dialirkan ke dalam kolam ikan sebagai fitoplankton yang

dapat dimanfaatkan sebagai produsen yang dapat merangsang pembentukan

zooplankton yang digunakan sebagai pakan alami ikan sehingga akan didalam

kolam ikan terjadi proses trofic level sehingga konsumsi pakan buatan dapat

diminimalisir. Integrasi antara pertanian dan perikanan akan memberikan

solusi untuk mengatasi permasalahan global (Arie, 2000).

H.  Integrated Market Link Management 

Menurut A.T. Mosher salah satu syarat mutlak pembangunan pertanian

 jika pertanian akan dikembangkan dengan baik adalah adanya pasar untuk 

hasil-hasil usahatani. Hasil-hasil usahatani tentunya akan dipasarkan dan

dijual dengan harga yang cukup tinggi untuk menutup biaya dan tenaga

kerjayang telah dikeluarkan para petani sewaktu memproduksinya. Di dalam

memasarkan hasil-hasil produk pertanian ini diperlukan adanya permintaan

(demand ) akan hasil-hasil pertanian tersebut, sistem pemasarn, dan

kepercayaan petani pada sistem pemasaran tersebut (Arsyad, 1997).

Pola pemasaran konvensional yang dilakukan petani menyebabkan

tingkat harga yang diterima oleh petani pada umumnya relatif lebih kecil

dibandingkan dengan harga yang diterima oleh pedagang. Keuntungan yang

diterima oleh petani dari kegiatan usahataninya juga relatif kecil, sementara

Page 11: II. Tinjauan Pustaka

5/17/2018 II. Tinjauan Pustaka - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ii-tinjauan-pustaka-55b07ca22dc9f 11/11

konsumen harus membayar lebih mahal dari harga yang selayaknya

ditawarkan, hal ini sebagai akibat dari terjadinya biaya pemasaran yang tinggi

dari petani hingga sampai kepada konsumen akhir. Kenyataan lain

menunjukkan bahwa disamping lemahnya posisi tawar (bargaining posistion)

petani dalam pemasaran juga semakin maraknya produk-produk pesaing

khususnya produk import di pasar yang sama dalam negeri (Masturi, 2010).

Dengan adanya segmentasi pasar diharapkan petani dapat memilah dan

mengolah sendiri produk yang akan dijual, sama seperti yang dilakukan oleh

para pedagang pengumpul dan pengecer. Sehingga pendapatan petani yang

tadinya berbeda jauh dengan yang didapatkan oleh pedagang pengumpul dan

pengecer dapat menjadi lebih kecil perbedaannya (marjin tataniaga mengecil)

serta membangun kemandirian petani. Apabila telah dilakukan perbaikan

terhadap sistem pemasaran yang ada maka pemerintah dapat menerpkan

sistem pertanian yang berkelanjutan kepada masyarakat. Karena dengan

meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan efisiensi pemasaran

diharapkan masyarkat tertarik untuk menekuni bidang pertanian Indonesia

(Hanafie, 2010).