IDENTIFIKASI PROSES KOGNITIF SISWA DALAM · PDF filejurusan pendidikan matematika dan ilmu...
-
Upload
trankhuong -
Category
Documents
-
view
225 -
download
0
Transcript of IDENTIFIKASI PROSES KOGNITIF SISWA DALAM · PDF filejurusan pendidikan matematika dan ilmu...
IDENTIFIKASI PROSES KOGNITIF SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL FISIKA
TENTANG PERUBAHAN WUJUD
(SEBUAH STUDI KASUS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Timotius Vivid Nugroho
NIM 121424017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
IDENTIFIKASI PROSES KOGNITIF SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL FISIKA
TENTANG PERUBAHAN WUJUD
(SEBUAH STUDI KASUS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Timotius Vivid Nugroho
NIM 121424017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
”Anak muda tidak memilih jalan yang mendatar apalagi menurun.
Anak muda memilih jalan yang menanjak”
(Anies Baswedan)
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Bapak Vitus Supardi dan Ibu Christina Sri Mulatsih
Mateas Handy Wicaksono, Ludovikus Farrel Setiawan, Maria Setia Ifani
Keluarga besar di Ketapang, Klaten, Gamping, dan Jakarta.
Keluarga besar Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 31 Agustus 2016
Penulis,
Timotius Vivid Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma.
Nama : Timotius Vivid Nugroho
NIM : 121424017
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Identifikasi Proses Kognitif Siswa dalam Menyelesaikan Soal Fisika tentang
Perubahan Wujud
(Sebuah Studi Kasus)
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang dibuat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 31 Agustus 2016
Yang menyatakan,
Timotius Vivid Nugroho
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
IDENTIFIKASI PROSES KOGNITIF SISWA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL FISIKA
TENTANG PERUBAHAN WUJUD
(SEBUAH STUDI KASUS)
Timotius Vivid Nugroho. 2016. Identifikasi Proses Kognitif Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Fisika tentang Perubahan Wujud (Sebuah Studi Kasus).
Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Sanata, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi proses kognitif siswa
dalam menyelesaikan soal fisika tentang perubahan wujud dan melihat tahapan
problem solving-nya. Proses kognitif siswa ditinjau berdasarkan Taksonomi
Bloom hasil revisi. Tahapan problem solving siswa ditinjau berdasarkan tahapan
problem solving model Minnesota.
Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juli
2016. Responden penelitian berjumlah empat orang siswa SMA di Yogyakarta.
Metode pengambilan data berupa tes esai, think aloud, dan wawancara. Tes esai
yang digunakan berjumlah satu nomor. Data yang diperoleh berupa lembar
pengerjaan responden dan transkrip think aloud dan wawancara. Transkrip think
aloud dan wawancara disajikan dalam satu naskah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tahapan problem solving keempat
responden berbeda-beda dan tidak urut sesuai susunan model Minnesota, (2)
responden A dan B berhasil menjawab soal dengan benar, sedangkan responden C
dan D tidak berhasil menjawab soal dengan benar, dan (3) proses kognitif
responden A dan B yang teridentifikasi meliputi proses kognitif pada kategori
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi,
sedangkan responden C dan D meliputi proses kognitif pada kategori mengingat,
memahami, dan mengaplikasikan.
Kata kunci: Problem solving, proses kognitif, Taksonomi Bloom hasil revisi,
Model Minnesota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF STUDENT’S COGNITIVE PROCESS IN
SOLVING THE PROBLEM OF PHYSICS
ABOUT CHANGE OF PHASE
(A CASE STUDY)
Timotius Vivid Nugroho. 2016. Identification of Student’s Cognitive Process in
Solving the Problem of Physics about Change of Phase (A Case Study). Thesis.
Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science
Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma
University of Yogyakarta.
This research aims to identify the cognitive processes of students in
solving physics problem about change of phase and its problem solving. The
student’s cognitive processes were reviewed based on The Revision of Bloom’s
Taxonomy. The stages of student’s problem solving were reviewed based on
Minnesota Models
This research was a qualitative research. The research was held on May to
July 2016. Respondents were four students of senior high school in Yogyakarta.
The data collection methods used an essay test, think aloud, and interviews. The
number of items used in the essay test is one item. The data were obtained in the
form of students’ answer sheets and transcripts of think aloud and interviews.
Think aloud transcripts and interviews transcripts were presented in a single
manuscript.
The results showed that (1) the problem solving stages of the four
respondents were varied and there was no sequence according to the layout model
of Minnesota, (2) respondent A and B successfully answered the problem
correctly, while respondents C and D not successfully answered the problem
correctly, and (3) the cognitive processes of respondents A and B were identified
belong to cognitive processes in remembering, understanding, applying,
analyzing, and evaluating categories, while respondents C and D were belong to
cognitive processes in remembering, understanding, and applying categories.
Keywords: Problem solving, cognitive process, The revision of Bloom’s
Taxonomy, Minnesota Model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang
melimpah. Oleh karena rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Skripsi ini berjudul Identifikasi Proses Kognitif Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Fisika tentang Perubahan Wujud (Sebuah Studi Kasus).
Skripsi ini disusun sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian bersama yang melibatkan
penulis dan rekan, yaitu Barnabas Kresna Risfikawanto. Topik utama penelitian
yang diambil sama tetapi materi fisikanya berbeda.
Strategi kerja penelitan bersama ini adalah dengan mendiskusikan
rumusan masalah dan mempelajari teori pokok secara bersama-sama. Metode
penelitian dan analisis data dikembangkan bersama. Pembahasan dibahas dan
ditafsirkan dengan kalimat sendiri. Jika secara kebetulan ditemukan kalimat yang
sama, hal itu karena hasil diskusi dan sudah dengan persetujuan bersama.
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak
bimbingan, penilaian, saran dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dengan sabar dan
memberi masukan sebagai penyempurnaan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika, Bapak Domi Severinus M.Si. selaku dosen pendamping akademik, dan
seluruh dosen program studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan ilmu,
bimbingan, dan pengalaman belajar yang memadai kepada penulis selama
belajar di Universitas Sanata Dharma;
3. Mas Arif, Mas Sugeng, dan Mbak Tari selaku staf sekretariat JPMIPA yang
telah membantu segala hal terkait administrasi penulis selama kuliah;
4. Siswa-siswi yang telah bersedia menjadi responden penelitian ini;
5. Barnabas Kresna Risfikawanto selaku rekan kerja dalam penelitian ini;
6. Cosmas Jerry Anggoro, Anastasia Susi Murwaningsih, dan Gregorius
Adirahmat Sahu selaku sahabat yang bersedia memberi penilaian dan
masukkan untuk penelitian ini;
7. Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2012 yang telah membuka diri untuk
berdinamika, berbagi pengalaman, dan menerima penulis selama empat tahun
perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Penulis membuka
diri untuk menerima kritik dan saran yang membangun demi pengembangan ke
arah yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat menjadi referensi untuk keperluan
studi dan penelitian lebih lanjut.
Yogyakarta, 31 Agustus 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ...................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Batasan Masalah.................................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 8
A. Kategori-Kategori dalam Dimensi Proses Kognitif ............................ 8
B. Masalah (Problem) .............................................................................. 19
C. Pemecahan Masalah (Problem Solving).............................................. 20
D. Materi Perubahan Wujud Zat .............................................................. 25
BAB III METODOLOGI ................................................................................ 30
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 30
B. Responden Penelitian .......................................................................... 30
C. Desain Penelitian ................................................................................. 30
D. Waktu Penelitian ................................................................................. 31
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 31
F. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................. 32
G. Metode Analisis Data .......................................................................... 34
BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ........................ 38
A. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 38
B. Data ..................................................................................................... 38
C. Analisis Data dan Pembahasan ........................................................... 39
1. Responden A ................................................................................. 39
Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden A ...... 52
2. Responden B ................................................................................. 71
Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden B ...... 79
3. Responden C ................................................................................. 93
Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden C ...... 98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
4. Responden D ................................................................................. 108
Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden D ...... 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 122
A. Kesimpulan ......................................................................................... 122
B. Saran .................................................................................................... 123
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Rangkuman Definisi Proses-Proses Kognitif .................................. 9
Tabel 3.1 Coding data tahapan problem solving ............................................. 34
Tabel 3.2 Indikator proses kognitif ................................................................. 35
Tabel 4.1 Coding tahapan problem solving responden A ............................... 39
Tabel 4.2 Kategori kognitif responden A ........................................................ 46
Tabel 4.3 Coding tahapan problem solving responden B ............................... 71
Tabel 4.4 Kategori kognitif responden B ........................................................ 75
Tabel 4.5 Coding tahapan problem solving responden C ............................... 93
Tabel 4.6 Kategori kognitif responden C ........................................................ 96
Tabel 4.7 Coding tahapan problem solving responden D ............................... 108
Tabel 4.8 Kategori kognitif responden D ........................................................ 111
Tabel 4.9 Rangkuman Pembahasan Keempat Responden .............................. 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Flowchart tahapan problem solving model Minnesota ............... 24
Gambar 2.2 Grafik perubahan wujud .............................................................. 28
Gambar 4.1 Pola grafik perubahan wujud ...................................................... 39
Gambar 4.2 Perhitungan panas perubahan suhu untuk es ............................... 40
Gambar 4.3 Perhitungan panas perubahan suhu untuk air .............................. 40
Gambar 4.4 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es ................... 41
Gambar 4.5 Perbaikan perhitungan panas perubahan suhu untuk es .............. 41
Gambar 4.6 Perbaikan perhitungan panas perubahan suhu untuk air ............. 41
Gambar 4.7 Perbaikan perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es ... 42
Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black .................................................... 42
Gambar 4.9 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk es ..................... 43
Gambar 4.10 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk air .................. 43
Gambar 4.11 Perhitungan ulang panas perubahan wujud air menjadi es ....... 43
Gambar 4.12 Perhitungan ulang dengan asas black ........................................ 44
Gambar 4.13 Rentang kemungkinan letak suhu akhir campuran ................... 44
Gambar 4.14 Perhitungan nilai suhu akhir campuran ..................................... 45
Gambar 4.15 Persamaan panas perubahan suhu untuk es ............................... 46
Gambar 4.16 Persamaan panas perubahan suhu untuk air .............................. 46
Gambar 4.17 Persamaan panas perubahan wujud air menjadi es ................... 46
Gambar 4.18 Persamaan asas black ................................................................ 46
Gambar 4.19 Pemberian nilai besaran pada persamaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
panas perubahan suhu untuk air ...................................................................... 46
Gambar 4.20. Flowchart tahapan problem solving responden A ................... 70
Gambar 4.21 Besaran yang diketahui ............................................................. 71
Gambar 4.22 Persamaan asas black ................................................................ 72
Gambar 4.23 Perhitungan nilai panas perubahan suhu air dan es ................... 72
Gambar 4.24 Perhitungan panas perubahan wujud air .................................... 72
Gambar 4.25 Perhitungan suhu akhir campuran ............................................. 73
Gambar 4.26 Perhitungan ulang kedua suhu akhir campuran ......................... 73
Gambar 4.27 Perhitungan ulang suhu akhir campuran ................................... 74
Gambar 4.28. Flowchart tahapan problem solving responden B .................... 92
Gambar 4.29 Besaran yang diketahui ............................................................. 93
Gambar 4.30 Penentuan rumus untuk mencari suhu akhir ............................. 94
Gambar 4.31Eksekusi persamaan suhu akhir ................................................. 95
Gambar 4.32 Persamaan umum tentang panas perubahan suhu ..................... 96
Gambar 4.33 Flowchart tahapan problem solving responden C ..................... 107
Gambar 4.34 Besaran yang diketahui ............................................................. 108
Gambar 4.35 Pertanyaan soal .......................................................................... 108
Gambar 4.36 Persamaan panas perubahan suhu ............................................. 109
Gambar 4.37 Perhitungan suhu akhir campuran ............................................. 109
Gambar 4.38 Substitusi nilai pada persamaan asas black ............................... 112
Gambar 4.39. Flowchart tahapan problem solving responden D.................... 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN I Soal Perubahan Wujud ............................................................ 126
LAMPIRAN II Kunci Jawaban Soal .............................................................. 127
LAMPIRAN III Lembar Pengerjaan Responden A ........................................ 131
LAMPIRAN IV Lembar Pengerjaan Responden B ........................................ 133
LAMPIRAN V Lembar Pengerjaan Responden C ......................................... 134
LAMPIRAN VI Lembar Pengerjaan Responden D ........................................ 135
LAMPIRAN VII Transkrip Wawancara Responden A .................................. 136
LAMPIRAN VIII Transkrip Wawancara Responden B ................................. 142
LAMPIRAN IX Transkrip Wawancara Responden C .................................... 145
LAMPIRAN X Transkrip Wawancara Responden D ..................................... 149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2012
menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia usia 15 tahun di bidang
matematika, sains, dan membaca masih rendah. Indonesia berada di peringkat
ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi. Penilaian itu dipublikasikan oleh the
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Indonesia sedikit lebih baik dari Peru yang berada di ranking terbawah. Rata-
rata skor matematika siswa Indonesia adalah 375, rata-rata skor membaca 396,
dan rata-rata skor untuk sains 382. Rata-rata skor total OECD secara berurutan
adalah 494, 496, dan 501. PISA mengukur kecakapan siswa usia 15 tahun
dalam memecahkan masalah-masalah di kehidupan nyata (www.oecd.org).
Kemampuan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis adalah
sebagian kemampuan yang diperlukan pada abad 21. Oleh sebab itu, salah satu
prioritas dalam pembelajaran fisika yang tertuang pada Kompetensi Inti
Pengetahuan (KI-3) Kurikulum 2013 adalah keterampilan berpikir tingkat
tinggi dan pemecahan masalah. KI-3 kurikulum 2013 menghendaki siswa
mampu memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan menerapkannya pada bidang kajian yang spesifik
untuk memecahkan masalah (Kemendikbud, 2016: 1-4).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah siswa
dapat dikembangkan sekaligus diuji lewat pemberian soal-soal fisika. Menurut
Danovan dalam Winarti et al (2015: 66), penilaian yang dilakukan guru
selama ini cenderung menekankan pada perhitungan matematis. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa tidak dikembangkan. Senada dengan Rahmat,
Muhardjito, dan Siti (2014: 108) yang menyatakan bahwa siswa cenderung
langsung menggunakan persamaan matematis tanpa melakukan analisis,
menebak rumus yang digunakan, dan menghafal cara pengerjaan contoh soal
untuk digunakan pada soal lain. Setiap soal mempunyai karakteristik dan
konteks yang berbeda. Akibatnya, strategi tersebut tidak dapat digunakan
untuk menjawab soal lain yang karakteristik dan konteks berbeda. Strategi ini
disebut strategi pattern-matching (Heller dan Kenneth, 2010: 18; Sabella dan
Edward, 2007: 1019).
Pemahaman konsep dan prinsip dasar sangat penting sebelum
mencoba memecahkan soal-soal (Serway dan John, 2010). Konsep membantu
siswa untuk menyederhanakan, merangkum informasi, meningkatkan efisiensi
dari memori, komunikas,i dan penggunaan waktu mereka (Santrock, 2009: 2-
3).
Temuan Winarti et al (2015: 65-69) menunjukkan level soal-soal
ujian fisika yang diberikan guru lebih banyak berada pada level mengingat dan
mengaplikasi. Data penelitian tersebut menampilkan persentase level kognitif
dari soal: mengingat (12,7%), memahami (10,9%), mengaplikasikan (69%),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dan menganalisis (5,14%). Soal seperti ini hanya menguji kemampuan
berpikir tingkat rendah siswa.
Penelitian tentang problem solving siswa ketika menyelesaikan soal
fisika telah banyak dilakukan. Tandiramma, Mansyur, dan Darsikin (2014: 77-
85) meneliti tentang alur penalaran siswa dalam physics problem solving
ditinjau dari kerangka kerja Greeno. Responden penelitian berjumlah enam
siswa SMA. Metode yang digunakan adalah think aloud. Think aloud
menghendaki penyampaian kerja memori otak secara lisan. Hasil penelitian
berupa alur penalaran tiap responden ketika menyelesaikan soal. Alur tiap
responden berbeda-beda tergantung penguasaan konsep yang dimiliki masing-
masing responden.
Syukri, Halim, dan Meerah (2012: 61-67) meneliti tentang
penyelesaian masalah fisika kontekstual yang dilakukan 10 pakar fisika.
Model Minnesota dijadikan model rujukan penyelesaian masalah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pakar fisika melakukan 20 pendekatan
penyelesaian masalah sewaktu menyelesaikan masalah fisika kontekstual. Dari
hasil tersebut diperoleh satu model pendekatan umum penyelesaian masalah
yang sering dijalankan semua pakar. Model temuan tersebut berisi
(a)mengumpulkan informasi, (b)menentukan prinsip/konsep,
(c)mengidentifikasi variabel, (d)membuat hubungan kuantitatif, (e)membina
persamaan spesifik, (f)membuat substitusi, (g)membuat perhitungan,
(h)membuat keputusan, dan (i)memeriksa kembali jawaban. Penelitan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dilakukan Syukri, Halim, dan Meerah tidak membahas penyelesaian masalah
yang dilakukan oleh golongan pemula (novice).
Penelitian serupa lainnya dilakukan oleh Mufidah, Kadim, dan Sutopo
(2014: 1-9). Penelitian ini tentang perbedaan pola berpikir 5 siswa expert dan
5 siswa novice ketika memecahkan masalah getaran dan gelombang. Metode
yang digunakan adalah think aloud. Hasil penelitan menunjukkan adanya
perbedaan pola berpikir antara kelompok siswa expert dan novice ketika
memecahkan masalah. Pendekatan yang dilakukan siswa expert yaitu
menganalisis variabel, mengaitkan dengan prinsip fisika yang sesuai, dan
menarik kesimpulan/jawaban. Pendekatan yang dilakukan siswa novice yaitu
menyampaikan jawaban dan mengaitkannya dengan prinsip fisika, tetapi tidak
sesuai. Siswa novice mendapat jawaban yang tidak tepat karena tidak
mempertimbangkan hubungan antarvariabel dan prinsip yang sesuai,
walaupun rumus yang digunakan benar.
Temuan penelitian Tandiramma, Mansyur, dan Darsikin (2014: 77-
85), Syukri, Halim, dan Meerah (2012: 61-67), maupun Mufidah, Kadim, dan
Sutopo (2014: 1-9) adalah suatu pendekatan problem solving yang dilakukan
responden ketika menyelesaikan masalah fisika. Penelitan ketiganya berfokus
pada problem solving saja. Ketiga penelitan tidak meninjau proses kognitif
respondennya ketika menyelesaikan masalah.
Peneltian tentang kemampuan kognitif seseorang saat menyelesaikan
soal fisika pernah dilakukan Winarti (2015: 19-24). Responden penelitian
adalah tiga puluh mahasiswa semester IV yang telah menempuh mata kuliah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Fisika Dasar dan Termodinamika. Taksonomi Bloom dijadikan teori acuan
untuk kemampuan kognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
analisis dan evaluasi mahasiswa masih rendah. Keterbatasan penelitian ini
yaitu tidak meninjau kemampuan kognitif menghafal, memahami,
mengaplikasikan yang dimiliki responden. Penelitian ini juga tidak
menjelaskan alur problem solving responden.
Berdasarkan pengalaman belajar ketika di bangku SMA dulu, terdapat
hal menarik tentang pengajaran yang diberikan guru. Saat penjelasan materi
tentang perubahan wujud, contoh soal yang guru berikan justru untuk kasus
pencampuran dua objek yang tidak melibatkan peristiwa perubahan wujud
tetapi hanya perubahan suhu. Alhasil, ketika dihadapkan pada soal yang
konteksnya melibatkan perubahan wujud, kebanyakan siswa memaksakan
persamaan perubahan suhu untuk menjawab soal. Siswa menggunakan cara
yang sama persis dengan yang berikan guru saat membahas contoh soal.
Perubahan wujud adalah pokok bahasan fisika yang di dalamnya
menggunakan sedikit persamaan. Praktis hanya terdapat tiga persamaan pokok
yaitu persamaan panas perubahan suhu, persamaan panas perubahan wujud,
dan persamaan asas black. Namun demikian, tingkat kesulitan soal, khususnya
bagian menganalisis permasalahan, dapat divariasi sesuai keperluan.
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang identifikasi proses kognitif siswa SMA dalam menyelesaikan soal
fisika tentang perubahan wujud sekaligus meninjau tahapan problem solving
yang dilakukan. Proses kognitif siswa ditinjau berdasarkan Taksonomi Bloom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
hasil revisi. Taksonomi ini umum digunakan dalam bidang pendidikan
(Winarti et al, 2015; Kiong et al, 2012; Winarti, 2015). Tahapan problem
solving yang digunakan mengacu pada model Minnesota.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang ingin diteliti,
yaitu:
1. Bagaimana tahapan problem solving yang siswa tempuh saat
menyelesaikan soal fisika tentang perubahan wujud?
2. Bagaimana proses kognitif siswa saat menyelesaikan soal fisika tentang
perubahan wujud?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Responden penelitian berjumlah empat orang siswa kelas X.
2. Materi yang digunakan pada soal adalah perubahan wujud.
3. Bentuk soal yang digunakan berupa tes esai.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. mendeskripsikan tahapan problem solving yang siswa tempuh saat
menyelesaikan soal fisika tentang perubahan wujud;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. mendeskripsikan proses kognitif siswa saat menyelesaikan soal fisika
tentang perubahan wujud.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
a. Guru dapat mendiagnosis letak kekurangan kemampuan problem
solving siswa untuk kemudian ditindaklanjuti;
b. Guru dapat mengetahui kecenderungan cara siswa mengerjakan soal
tentang perubahan wujud;
c. Guru dapat mengetahui proses kognitif siswa saat menyelesaikan soal
fisika;
d. Hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi untuk guru supaya melatih
kemampuan problem solving siswa dengan soal-soal yang melibatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
2. Bagi Siswa
a. Siswa dapat mengetahui letak kekurangan ataupun kelebihan
kemampuan problem solving fisika mereka;
b. Siswa dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi ketika
menyelesaikan soal fisika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kategori-Kategori dalam Dimensi Proses Kognitif
Kognitif didefinisikan sebagai proses mental atau aktivitas pikiran
(Suharnan, 2005: 2). Proses mental atau pikiran itu meliputi bagaimana
seseorang memperoleh informasi, bagaimana informasi itu direpresentasikan
dan ditransformasikan sebagai pengetahuan, bagaimana pengetahuan itu
disimpan dalam ingatan kemudian dimunculkan kembali. Jadi, definisi proses
kognitif sama dengan kognitif itu sendiri. Proses kognitif tidak dapat diamati
secara langsung.
Anderson L. W. dan David R. K. pada tahun 2001 mempublikasikan
hasil revisi terhadap Taksonomi Bloom khususnya pada dimensi kognitif.
Taksonomi Bloom hasil revisi terdiri dari enam kategori, yaitu mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Kategori mengingat, memahami, dan mengaplikasikan termasuk kemampuan
berpikir tingkat rendah (lower order thinking skills). Kategori menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking skills) (Winarti et al, 2015: 66).
Buku terjemahan berjudul Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen karangan Anderson dan David, (2010)
menyebutkan bahwa setiap kategori terdiri dari beberapa proses kognitif.
Kategori-kategori tersebut dijabarkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Tabel 2.1 Rangkuman Definisi Proses-Proses Kognitif
No. Kategori dan Proses
Kognitif Nama-nama lain Definisi
1 MENGINGAT – Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang
Mengenali Mengidentifikasi Membandingkan informasi yang baru
diterima dengan pengetahuan identik
di memori jangka panjang.
Mengingat kembali Mengambil Mengambil pengetahuan yang relevan
dari memori jangka panjang untuk
diproses di memori kerja karena soal
menghendaki demikian.
2 MEMAHAMI – Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang
diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru
Menafsirkan Mengklarifiksasi
Memparafrasakan
Merepresentasi
Menerjemahkan
Mengubah satu bentuk informasi
(misalnya, angka) menjadi bentuk lain
(misalnya, kata-kata).
Mencontohkan Mengilustrasikan
Memberi contoh
Memberi contoh tentang konsep atau
prinsip umum.
Mengklasifikasikan Mengkategorikan
Mengelompokkan
Menentukan bahwa sesuatu termasuk
dalam kategori tertentu.
Merangkum Menggeneralisasi
Mengabstraksi
Mengabstraksikan tema umum atau
poin-poin penting.
Menyimpulkan Mengekstrapolasi
Menginterpolasi
Memprediksi
Membuat kesimpulan logis dari
informasi yang diterima.
Membandingkan Mengontraskan
Memetakan
Mencocokkan
Menentukan persamaan dan
perbedaan antara dua ide, dua objek,
peristiwa, dan semacamnya.
Menjelaskan Membuat model Membuat model sebab-akibat dalam
sebuah sistem
3 MENGAPLIKASIKAN – Menggunakan atau menerapkan suatu prosedur dalam keadaan
tertentu
Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan suatu prosedur pada
tugas yang familiar
Mengimplementasikan Menggunakan Menerapkan suatu prosedur pada
tugas yang tidak familiar
4 MENGANALISIS – Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan
hubungan antarbagian, antara bagian-bagian, dan struktur keseluruhannya
Membedakan Menyendirikan
Memilah
Memfokuskan
Memilih
Membedakan bagian materi pelajaran
uang relevan dari yang tidak relevan,
bagian yang penting dari yang tidak
penting dari sebuah struktur.
Mengorganisasi Menemukan
Koherensi
Membuat garis
besar
Menstrukturkan
Memadukan
Mendeskripsikan
peran
Mengidentifikasi elemen-elemen dan
mengenali bagaimana elemen-elemen
itu membentuk sebuah struktur yang
koheren.
Mengatribusikan Mendekonstruksi Menentukan sudut pandang, bias,
nilai, atau maksud di balik materi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
5 MENGEVALUASI – Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar.
Memeriksa Mengoordinasi
Mendeteksi
Memonitor
menguji
Menemukan inkonsistensi atau
kesalahan dalam suatu proses atau
produk; menentukan apakah suatu
proses atau produk memiliki
konsistensi internal; menemukan
efektivitas suatu prosedur yang sedang
dipraktikkan.
Mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi antara suatu
produk dan kriteria eksternal;
menentukan apakah suatu produk
memiliki konsistensi
eksternal;menemukan ketepatan suatu
prosedur untuk menyelesaikan
masalah.
6 MENCIPTA –memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan
koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
Merumuskan Membuat hipotesis Membuat hipotesis berdasarkan
kriteria.
Merencanakan Mendesain Merencanakan prosedur untuk
menyelesaikan suatu tugas
Memproduksi Mengkonstruksi Menciptakan suatu produk.
a. Mengingat
Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal
belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan
tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih kompleks. Kategori
Mengingat terdiri dari proses kognitif mengenali dan mengingat kembali.
1) Mengenali
Proses kognitif mengenali adalah mengambil pengetahuan identik
yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk
membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. Jika
menerima informasi baru, seseorang menentukan apakah informasi
tersebut sesuai dengan pengetahuan yang telah dipelajari sebelumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
atau tidak dan mencari kesesuaian di antara keduanya. Istilah lain dari
proses kognitif mengenali adalah mengidentifikasi.
2) Mengingat Kembali
Proses kognitif mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan
yang dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soalnya
menghendaki demikian. Soalnya sering berupa pertanyaan. Dalam
mengingat kembali, seseorang mencari informasi di memori jangka
panjang dan membawanya ke memori kerja untuk diproses. Istilah lain
dari proses kognitif mengingat kembali adalah mengambil.
b. Memahami
Seseorang dikatakan Memahami bila dapat mengkonstruksi makna
dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun
grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer.
Pengetahuan baru dihubungkan dengan pengetahuan lama. Pengetahuan
konseptual menjadi dasar untuk proses memahami. Kategori Memahami
meliputi proses kogntif menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.
1) Menafsirkan
Proses kognitif menafsirkan adalah mengubah informasi dari satu
bentuk ke bentuk lain. Proses kogntif menafsirkan berupa pengubahan
kata-kata jadi kata-kata lain, gambar jadi kata-kata, kata-kata jadi
gambar, angka jadi kata-kata, kata-kata jadi angka, dan semacamnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Istilah lain dari proses kognitif menafsirkan adalah menerjemahkan,
memparafrasakan, menggambarkan, dan mengklarifikasi.
2) Mencontohkan
Proses kognitif mencontohkan adalah memberikan contoh tentang
konsep atau prinsip umum. Proses kognitif mencontohkan melibatkan
proses identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau prinsip umum dan
menggunakan ciri-ciri untuk memilih atau membuat contoh. Istilah
lain dari proses kognitif mencontohkan adalah mengilustrasikan dan
memberi contoh
3) Mengklasifikasikan
Proses kognitif mengklasifikasikan adalah mengetahui bahwa
sesuatu (misalnya, suatu contoh) termasuk dalam kategori tertentu
(misalnya, konsep atau prinsip). Proses kognitif mengklasifikasikan
melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri atau pola-pola yang sesuai
dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut. Istilah lain dari proses
kognitif mengklasifikasikan adalah mengkategorikan dan
mengelompokkan
4) Merangkum
Proses kognitif merangkum terjadi ketika siswa mengemukakan
satu kalimat yang merepresentasikan informasi yang diterima atau
mengabstrasikan sebuah tema. Proses kognitif merangkum melibatkan
proses membuat ringkasan. Istilah lain untuk proses kognitif
merangkum adalah menggeneralisasi dan mengabstraksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
5) Menyimpulkan
Proses kognitif menyimpulkan adalah proses menemukan pola
dalam sejumlah contoh. Proses kognitif menyimpulkan terjadi ketika
siswa dapat mengabstrasikan sebuah konsep atau prinsip yang
menerangkan contoh-contoh tersebut dengan mencermati dan menarik
hubungan di antara ciri-ciri setiap contohnya. Proses kognitif
menyimpulkan melibatkan proses kognitif membandingkan seluruh
contohnya dan juga proses kognitif mengeksekusi, yang merupakan
proses kognitif dalam kategori mengaplikasikan. Istilah lain dari
proses kognitif menyimpulkan adalah mengekstrapolasi,
menginterpolasi, dan memprediksi.
6) Membandingkan
Proses kognitif membandingkan adalah proses mendeteksi
persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide,
masalah, atau situasi. Istilah lain dari proses kognitif membandingkan
adalah mengontraskan, memetakan, dan mencocokan.
7) Menjelaskan
Proses kognitif menjelaskan adalah proses membuat model sebab-
akibat, yang mencakup setiap bagian pokok dari suatu sistem atau
setiap peristiwa penting dalam rangkaian peristiwa dan proses
menggunakan model ini untuk menentukan bagaimana perubahan pada
satu bagian dalam sistem tadi atau sebuah “peristiwa” dalam rangkaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
peristiwa tersebut memengaruhi perubahan pada bagian lain. Istilah
lain dari proses kognitif menjelaskan adalah membuat model.
c. Mengaplikasikan
Kategori mengaplikasikan melibatkan penggunaan prosedur-
prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan
masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural.
Kategori mengaplikasikan terdiri dari proses kognitif mengeksekusi dan
mengimplementasikan
1) Mengeksekusi
Dalam proses kognitif mengeksekusi, seseorang secara rutin
menerapkan prosedur ketika menghadapi tugas yang sudah familier
(misalnya soal latihan). Familiaritas tugas acap kali memberikan
petunjuk yang cukup untuk memilih prosedur yang tepat dan
menggunakannya. Proses kognitif mengeksekusi lebih sering
diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan dan algoritma
ketimbang dengan teknik dan metode. Istilah lain dari proses kognitif
mengeksekusi adalah melaksanakan
2) Mengimplementasikan
Proses kognitif mengimplementasikan adalah proses memilih dan
menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak
familier. Lantaran dituntut untuk memilih, seseorang harus memahami
jenis masalahnnya dan alternatif-alternatif prosedur yang tersedia.
Maka, proses kognitif mengimplementasikan terjadi bersamaan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kategori memahami dan mencipta. Siswa tidak segera mengetahui
mana prosedur (dari alternatif-alternatif yang ada) yang mesti dipakai.
Istilah lain dari proses kognitif mengimplementasikan adalah
menggunakan.
d. Menganalisis
Kategori Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi
jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar
bagian dan antar setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Menganalisis
juga dapat dipandang sebagai perluasan dari kategori memahami atau
sebagai pembuka untuk kategori mengevaluasi atau mencipta. Kategori
memahami, menganalisis, dan mengevaluasi kerap kali saling terkait.
Namun, terkadang orang yang memahami materi pelajaran belum tentu
dapat menganalisisnya dengan baik. Orang yang terampil menganalisisnya
belum tentu bisa mengevaluasinya. Kategori menganalisis meliputi proses
kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.
1) Membedakan
Proses kognitif membedakan melibatkan proses memilah-milah
bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Proses
kognitif membedakan terjadi sewaktu seseorang mendiskriminasikan
informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan tidak
penting, dan kemudian memerhatikan informasi yang relevan atau
penting. Istilah lain dari proses kognitif membedakan adalah
menyendirikan, memilah, memfokuskan, dan memilih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2) Mengorganisasi
Proses kognitif mengorganisasi melibatkan proses
mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses
mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur
yang koheren. Dalam proses kognitif mengorganisasi, seseorang
membangun hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren antar
potongan informasi. Proses kognitif mengorganisasi biasanya terjadi
bersamaan dengan proses kognitif membedakan. Seseorang awalnya
mengidentifikasi elemen-elemen yang relevan atau penting dan
kemudian menentukan sebuah struktur yang terbentuk dari elemen-
elemen itu. Istilah lain dari proses kognitif mengorganisasi adalah
menstrukturkan, memadukan, menemukan, koherensi, membuat garis
besar, dan mendeskripsikan peran.
3) Mengatribusikan
Proses kognitif mengatribusikan terjadi ketika siswa dapat
menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik
komunikasi. Proses kognitif mengatribusikkan melibatkan proses
dekonstruksi yang di dalamnya seseorang menentukan tujuan
pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru. Istilah lain dari
proses kognitif mengatribusikan adalah mendekonstruksi.
e. Mengevaluasi
Kategori mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan
berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Kriteria-kriteria yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.
Standar-standarnya bisa bersifat kuantitatif atau kualitatif. Standar –
standar ini berlaku pada kriteria. Kemampuan mengevaluasi membantu
seseorang mencari tahu apakah solusi yang dibuat efektif atau tidak.
Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa (keputusan-
keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan proses kognitif
mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria
eksternal).
1) Memeriksa
Proses kognitif memeriksa melibatkan proses menguji
inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk.
Istilah lain dari proses kognitif memeriksa adalah menguji, mendeteksi,
memonitor, dan mengoordinasi.
2) Mengkritik
Proses kognitif mengkritik melibatkan proses penilaian suatu
produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam
proses kognitif mengkritik, sesorang mencatat ciri-ciri positif dan
negatif dari suatu produk dan membuat keputusan setidaknya sebagian
berdasarkan ciri-ciri tersebut. Istilah lain dari proses kognitif
mengkritik adalah menilai.
f. Mencipta
Kategori mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen
jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Kategori mencipta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menghendaki seseorang untuk membuat produk baru dengan
mereorganisasi sejumlah elemen jadi suatu pola yang tidak pernah ada
sebelumnya. Kategori mencipta terdiri dari proses kognitif merumuskan,
merencanakan, dan memproduksi.
1) Merumuskan
Proses kognitif merumuskan melibatkan proses menggambarkan
masalah dan membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria
tertentu. Merumuskan melampaui batasan pengetahuan lama dan teori-
teori yang ada. Proses kognitif ini melibatkan proses berpikir divergen
dan menjadi inti dari apa yang disebut berpikir kreatif. Istilah lain dari
proses kognitif merumuskan adalah membuat hipotesis.
2) Merencanakan
Proses kognitif merencanakan melibat proses merencanakan
metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria
masalahnya, yakni membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.
Proses kognitif merencanakan adalah mempraktikkan langkah-langkah
untuk menciptakan solusi yang nyata bagi suatu masalah. Istilah lain
dari proses kognitif merencanakan adalah mendesain.
3) Memproduksi
Proses kognitif memproduksi melibatkan proses melaksanakan
rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-
spesifikasi tertentu. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, tujuan-
tujuan yang termasuk kategori mencipta bisa atau bisa pula tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
memasukkan orisinalitas atau kekhasan sebagai salah satu
spesifikasinya. Tujuan yang memasukkan orisinalitas atau kekhasan
merupakan tujuan memproduksi. Istilah lain dari proses kognitif
memproduksi adalah mengkonstruksi.
B. Masalah (Problem)
Stephen Krulik dan Jesse A. Rudnick (1996: 3) mendefinisikan
masalah sebagai sebuah situasi, baik kuantitatif atau kualitatif, yang
dihadapkan pada individu atau kelompok, yang memerlukan pemecahan,
tetapi individu tersebut tidak dapat melihat dengan jelas cara memperoleh
pemecahannya. Masalah muncul apabila ada halangan atau hambatan yang
memisahkan antara situasi sekarang (present state) dengan situasi yang dituju
(goal state) (Suharnan, 2005: 283).
Syarat dari sebuah masalah yaitu harus dapat menjamin bahwa siswa
tidak akan bisa menjawab secara tepat hanya dengan mengandalkan ingatan
(Anderson dan David, 2010: 108). Masalah yang memungkinkan seseorang
menemukan solusi dengan mudah dan sudah tahu cara untuk menghasilkannya
akan disebut “latihan”. Proses tersebut tidak termasuk dalam lingkup
pemecahan masalah. Istilah masalah dalam konteks penelitian ini adalah soal
fisika.
Patricia Heller dan Kenneth Heller (2010: 27) memberikan syarat-
syarat soal fisika yang layak digunakan untuk menguji kemampuan problem
solving siswa, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1. sulit untuk didapatkan jawabannya jika hanya menggunakan beberapa
persamaan dan sekedar memasukkan angka;
2. sulit untuk didapatkan jawabannya jika hanya sekedar melakukan
pencocokan pola pengerjaan yang sudah-sudah;
3. sulit untuk memecahkan masalah tanpa pertama-tama menganalisis
kejadian masalah itu;
Sulit untuk memahami apa yang sedang terjadi dalam soal tanpa
menggambar sebuah gambar dan menunjuk besaran-besaran penting pada
gambar itu;
4. menghidari penggunaan isyarat bantuan fisika seperti bidang miring,
bergerak dari diam, gerak peluru, dll.
Menghindari isyarat bantuan fisika membuat siswa sulit untuk melakukan
pencocokan pola. Justru siswa didorong untuk membangun hubungan
antara fisika dan struktur pengetahuan yang mereka punya;
5. diperkuat dengan analisis logis konsep-konsep dasar.
C. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pemecahan masalah digambarkan sebagai proses tiba di solusi ketika
seseorang awalnya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pemecahan masalah
adalah sarana yang memungkinkan seorang individu menggunakan
pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang diperoleh sebelumnya untuk
memenuhi tuntutan keadaan yang tidak familiar (Krulik dan Jesse, 1996: 3).
Untuk suatu masalah yang spesifik diperlukan suatu pemikiran yang terarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
secara langsung untuk menemukan suatu solusi. Pemecahan masalah
melibatkan penemuan sebuah cara yang sesuai untuk mencapai suatu tujuan
(Santrock, 2009: 26).
Patricia Heller dan Kenneth Heller (1999) mengembangkan tahapan
problem solving khusus bidang fisika. Tahapan problem solving ini dikenal
dengan sebutan model Minnesota. Tahapan problem solving ini berfokus pada
prosedur-prosedur untuk menyelesaikan soal-soal bidang fisika. Tahapan-
tahapan tersebut yaitu:
1. Fokus pada masalah
Pada langkah ini, deskripsi kualitatif dari masalah dibangun.
Pertama, setiap deskripsi dari masalah divisualisasikan dengan
menggunakan sketsa. Pernyataan singkat dari sesuatu yang ingin dicari
harus dituliskan. Gagasan-gagasan fisika yang berguna dalam masalah
dituliskan dan pendekatan-pendekatan terkait dideskripsikan. Ketika
menyelesaikan langkah ini maka tidak perlu harus mengacu pada
pernyataan masalah lagi.
2. Deskripsi secara fisika
Pada langkah ini diperlukan pemahaman kualitatif dari masalah
untuk menyiapkan solusi kuantitatif. Pertama, situasi masalah dipermudah
dengan mendeskripsikan masalah itu dalam diagram fisika yang
sederhana. Sesuatu yang ingin ditemukan harus dinyatakan kembali secara
matematis. Gagasan-gagasan fisika digunakan seperti yang telah
disebutkan dalam langkah 1 dan persamaan yang menyatakan hubungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
antarprinsip fisika dituliskan. Hasil dari langkah ini berisi semua informasi
yang relevan sehingga tidak perlu lagi melihat kembali langkah 1.
3. Merencanakan solusi
Pada langkah ini, deskripsi fisika diterjemahkan ke dalam
persamaan matematis dengan menggunakan persamaan yang telah
disebutkan dalam langkah 2. Setiap persamaan harus mempunyai tujuan
yang spesifik untuk menemukan besaran yang belum diketahui dalam
masalah tersebut. Sebuah persamaan biasanya membutuhkan besaran baru
yang tidak diketahui, yang harus dicari menggunakan persamaan lain. Saat
melakukan operasi matematik untuk mengisolasi sejumlah besaran yang
tidak diketahui, dapat membantu kita membuat garis besar agar sampai
pada solusi.
4. Mengeksekusi rencana
Pada langkah ini, rencana yang telah dibuat sebelumnya
dieksekusi. Semua besaran yang telah diketahui dimasukkan ke dalam
solusi aljabar seperti yang telah dijabarkan pada langkah 3. Langkah ini
dilakukan untuk menentukan nilai besaran yang belum diketahui.
5. Mengevaluasi jawaban
Langkah terakhir adalah memeriksa pekerjaan untuk melihat
bahwa yang telah dinyatakan itu sudah tepat, masuk akal, dan benar-benar
menjawab pertanyaan yang diminta.
Tahapan-tahapan di atas diperinci seperti gambar 2.1 pada halaman
selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
(berlanjut ke halaman berikut)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gambar 2.1 Flowchart tahapan problem solving model Minnesota
Sumber: Cooperative Group Problem Solving in Physics
(Heller dan Kenneth, 1999)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
D. Materi Perubahan Wujud Zat
1. Konsep kalor
Kalor adalah energi yang dipindahkan dari satu objek ke objek lain
karena perbedaan suhu (Giancoli, 2014: 484). Kalor didefinisikan sebagai
energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang
suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan (Kanginan, 2013:
324). Kalor tidak pernah mengalir dari benda bersuhu rendah ke benda
bersuhu tinggi secara spontan (Surya, 2010: 13).
Kalor dilambangkan dengan . Satuan SI untuk kalor adalah joule
atau biasa ditulis . Satuan kalor selain joule adalah kalori atau biasa
ditulis . Nilai setara dengan .
Bila kalor mengalir ke suatu benda, suhu benda akan naik (dengan
asumsi tidak ada perubahan wujud). Jumlah kalor yang dibutuhkan
untuk mengubah suhu dari suatu benda adalah proporsional terhadap
massa benda tersebut dan perubahan suhunya (Giancoli, 2014: 486).
Secara matematis dapat dituliskan seperti pada persamaan (2.1).
(2.1)
dengan adalah kalor (J), adalah massa benda (kg), adalah
perubahan suhu ( , dan adalah sebuah karakteristik kuantitas dari
benda yang disebut kalor jenis ( ).
Kalor jenis pada dasarnya merupakan suatu ukuran
ketidaksensitifan zat secara termal terhadap penambahan energi. Semakin
besar kalor jenis suatu bahan, semakin besar pula energi yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
ditambahkan pada bahan tersebut untuk menyebabkan suatu perubahan
suhu (Serway dan John, 2010: 42). Persamaan (2.1) berlaku jika terdapat
perubahan suhu.
2. Asas Black
Ketika dua benda berbeda suhu saling bersentuhan, maka benda
bersuhu lebih tinggi akan melepaskan energi ke benda bersuhu lebih
rendah. Akibatnya suhu benda yang tadinya tinggi akan turun dan suhu
benda yang tadinya rendah akan naik sampai suhu kedua benda menjadi
sama. Keadaan saat suhu kedua benda bernilai sama disebut
kesetimbangan termal (Serway dan John, 2010: 4). Pada peristiwa tersebut
berlaku hukum kekekalan energi. Menurut hukum kekekalan energi, total
kalor yang dipindahkan, baik ke dalam atau keluar dari sistem (benda yang
saling berinteraksi) tersebut adalah nol (Giancoli, 2014: 489). Secara
matematis dituliskan sebagai berikut,
(2.2)
atau persamaan (2.2) dapat dijabarkan menjadi seperti persamaan (2.3).
(2.3)
Bentuk lain dari persamaan (2.3) yang sering dijumpai yakni,
(2.4)
Persamaan (2.4) juga dikenal sebagai persamaan asas Black
3. Perubahan Wujud Zat
Suatu zat sering kali berubah suhunya ketika ada energi yang
dipindahkan pada zat tersebut. Akan tetapi, ada beberapa keadaan di mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
perpindahan energi tidak menghasilkan perubahan suhu pada zat tersebut.
Kasus ini terjadi saat zat berubah dari wujud yang satu ke wujud yang lain.
Peristiwa ini disebut perubahan wujud atau perubahan fase (Serway dan
John, 2010: 47). Ketika benda berubah wujud dari padat menjadi cair atau
dari cair menjadi gas, sejumlah energi tertentu terlibat dalam perubahan
wujud ini (Giancoli, 2014: 491). Jika es dipanasi (diberi kalor), beberapa
waktu kemudian es berubah wujud menjadi air, dan selanjutnya air
berubah wujud menjadi uap. Demikian pula jika uap air didinginkan.
Beberapa waktu kemudian uap air berubah wujud menjadi air, dan
selanjutnya air akan berubah wujud menjadi es (Kanginan, 2013: 332).
Jumlah energi yang dipindahkan selama perubahan wujud
tergantung pada jumlah zatnya. Jika energi sebesar Q dibutuhkan untuk
mengubah wujud zat bermassa m, perbandingan L = Q/m menunjukkan
karakteristik termal zat. Besaran L disebut juga dengan kalor laten zat.
Nilai L suatu zat berbeda dengan zat lainnya tergantung pada sifat alamiah
perubahan wujudnya, yang juga merupakan karakteristik zat. Dari
penjelasan di atas maka dapat diketahui bahwa energi yang dibutuhkan
untuk mengubah wujud suatu zat bermassa m mengikuti persamaan (2.5).
(2.5)
Persamaan (2.5) berlaku ketika terjadi perubahan wujud dari padat ke cair,
cair ke padat, cair ke gas, ataupun gas ke cair.
Untuk perubahan dari padat ke cair (mencair), istilah yang dipakai
adalah kalor laten peleburan. Simbolnya adalah . Jika perubahannya dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
cair ke padat (membeku), istilahnya diganti menjadi kalor laten
pembekuan. Nilai dan simbol dari kalor laten peleburan sama dengan kalor
laten pembekuan. Untuk air, perubahan wujud dari cair ke padat ataupun
padat ke cair terjadi pada suhu . Suhu ini disebut titik beku air.
Untuk perubahan dari cair ke gas (menguap), istilah yang dipakai
adalah kalor laten penguapan. Simbolnya adalah . Jika perubahannya
dari gas ke cair (mengembun), istilahnya diganti menjadi kalor laten
pengembunan. Nilai dan simbol dari kalor laten penguapan sama dengan
kalor laten pengembunan. Untuk air, perubahan wujud dari cair ke gas
ataupun gas ke cair terjadi pada suhu . Suhu ini disebut titik didih
air. Perlu diperhatikan bahwa untuk satu jenis zat (misal air), nilai dari
berbeda dengan .
Gambar 2.2 Grafik perubahan wujud
Untuk memahami peran kalor laten dalam perubahan wujud,
perhatikan energi yang dibutuhkan untuk mengubah 1 kg es bersuhu
menjadi uap air . Gambar 2.2 di atas menunjukkan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
eksperimen yang diperoleh saat energi ditambahkan secara berangsur-
angsur pada es.
Bagian A. Pada kurva ini terjadi perubahan suhu. Suhu es berubah dari
menjadi . Jika kalor jenis es adalah maka jumlah energi
yang harus diberikan pada es mengikuti persamaan (2.6).
(2.6)
Bagian B. Pada kurva ini terjadi perubahan wujud. Untuk mengubah es
bersuhu menjadi air bersuhu diperlukan energi yang besarnya
mengikuti persamaan (2.7).
(2.7)
Bagian C. Pada kurva ini terjadi perubahan suhu. Suhu air berubah dari
menjadi . Jika kalor jenis air adalah , maka besarnya energi
yang harus diberikan pada air mengikuti persamaan (2.8).
(2.8)
Bagian D. Pada kurva ini terjadi perubahan wujud. Untuk mengubah air
bersuhu menjadi uap air bersuhu , diperlukan energi yang
besarnya mengikuti persamaan (2.9).
(2.9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
METODOLOGI
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2008: 6).
B. Responden Penelitian
Responden penelitian ini berjumlah empat siswa SMA. Selanjutnya
identitas tiap responden diberi kode A, B, C, dan D. Keempat responden telah
mendapatkan materi tentang perubahan wujud di SMA masing-masing.
Responden A dan B berasal dari SMA Negeri yang sama. Responden C dan
D, masing-masing berasal dari SMA Swasta yang berbeda. Tiga responden
tergabung dalam tim olimpiade fisika di SMA masing-masing. Peneliti
meminta responden untuk mempelajari kembali materi secara pribadi sebelum
hari pengambilan data dimulai.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus
merupakan desain penelitian yang mendetail dari suatu subjek, keadaan, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
kejadian khusus. Sesuatu yang diteliti tersebut hanya satu atau kecil
lingkupnya. Studi kasus mudah untuk dilakukan dan juga tidak perlu
menggeneralisasi apapun (Suparno, 2010: 157).
D. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Yogyakarta pada bulan Mei – Juni 2016.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah tes esai, think aloud,
dan wawancara. Responden diminta untuk mengerjakan soal tentang
perubahan wujud yang telah disiapkan peneliti. Durasi pengerjaan soal tidak
dibatasi agar responden dapat berpikir secara maksimal tanpa tergesa-gesa.
Lembar pengerjaan responden dikumpul untuk dijadikan data.
Peneliti meminta responden untuk menyelesaikan soal sambil
mengungkapkan secara lisan proses berpikirnya. Permintaan ini bisa diulang
jika diperlukan. Segala sesuatu yang mereka katakan kemudian direkam dan
digunakan sebagai data untuk dianalisis. Metode ini cocok digunakan untuk
mengungkap proses kognitif seseorang. Metode ini disebut metode think aloud
(van Someren, Yvonne, dan Jacobijn, 1994).
Wawancara dilakukan untuk mengungkapkan cara berpikir responden
yang belum sempat dinyatakan secara lisan ketika mengerjakan soal. Kegiatan
responden ketika menyelesaikan soal, think aloud dan wawancara direkam
menggunakan handycam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Peneliti melakukan dua kali latihan pengambilan data sebelum
melakukan pengambilan data yang sesungguhnya. Latihan dilakukan untuk
dua responden yang berbeda. Latihan dilakukan untuk menguji apakah kalimat
soal yang digunakan mudah dipahami oleh reponden atau tidak. Jika kalimat
soal sulit dipahami, konstruksi kalimat tersebut diperbaiki. Selain itu, latihan
juga bertujuan supaya peneliti dapat terlatih melakukan wawancara.
F. Instrumen Pengumpulan Data
1. Tes esai
Soal disusun agar bisa mengungkap proses problem solving dan
proses kognitif responden ketika memecahkan masalah. Tingkatan soal
dibuat untuk melihat proses kognitif pada kategori mengingat, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, dan mengevaluasi. Soal tidak dibuat sampai
pada kategori mencipta. Soal yang digunakan berjumlah satu nomor. Soal
disusun berdasarkan syarat-syarat soal fisika yang layak digunakan untuk
menguji kemampuan problem solving siswa menurut Patricia Heller dan
Kenneth Heller (2010: 27), yaitu:
a. sulit untuk didapatkan jawabannya jika hanya menggunakan beberapa
persamaan dan sekedar memasukkan angka;
b. sulit untuk didapatkan jawabannya jika hanya sekedar melakukan
pencocokan pola pengerjaan yang sudah-sudah;
c. sulit untuk memecahkan masalah tanpa pertama-tama menganalisis
kejadian masalah itu. Sulit untuk memahami apa yang sedang terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dalam soal tanpa menggambar sebuah gambar dan menunjukan
besaran-besaran penting pada gambar itu;
d. menghidari penggunaan isyarat bantuan fisika seperti bidang miring,
bergerak dari diam, gerak peluru, dll. Menghindari isyarat bantuan
fisika membuat siswa sulit untuk melakukan pencocokan pola. Siswa
didorong untuk membangun hubungan antar konsep fisika dengan
struktur pengetahuan yang mereka punya;
e. soal diperkuat dengan analisis logis konsep-konsep dasar.
Soal yang digunakan dalam penelitian ini selanjutnya
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Tujuannya adalah untuk
melihat kelayakan soal sebagai insturmen. Soal disajikan dalam lampiran
I. Kunci jawaban soal dibuat berdasarkan tahapan problem solving model
Minnesota. Kunci jawaban soal disajikan dalam lampiran II.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan bersifat konfirmasi. Wawancara
dilakukan segera setelah responden menyelesaikan soal. Wawancara
dilakukan untuk mengungkap cara berpikir responden yang tidak sempat
disampaikan secara lisan ketika mengerjakan soal. Percakapan wawancara
direkam menggunakan handycam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
G. Metode Analisis Data
1. Membuat Transkrip Data
Hasil rekaman think aloud dan wawancara diubah menjadi bentuk
dialog tertulis untuk mempermudah proses analisis data. Transkrip think
aloud dan wawancara digabung menjadi satu naskah untuk tiap responden.
Transkrip tersebut terlampir pada lampiran VII, VIII, IX, dan X.
2. Coding Tahapan Problem Solving Responden
Coding data dilakukan untuk melihat tahapan problem solving
responden. Coding dibuat berdasarkan tahapan problem solving model
Minnesota. Panduan coding disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Coding data tahapan problem solving
Tahapan Problem Solving Kode
Fokus Pada Masalah 1
Mengkonstruksi gambaran mental urutan kejadian yang dideskripsikan dalam pernyataan
soal
1.1
Membuat sketsa gambar yang mewakili gambaran mental tersebut: termasuk informasi
yang diberikan
1.2
Menentukan pertanyaan soal 1.3
Memilih pendekatan yang mengarahkan pada solusi soal 1.4
Deskripsi Soal Secara Fisika 2
Mengkonstruksi diagram untuk menunjukkan hubungan penting dari ruang dan waktu
setiap objek
2.1
Memastikan semua simbol yang mewakili besaran pada diagram telah terdefinisi 2.2
Menyatakan besaran yang ditanya 2.3
Menyatakan hubungan matematis dari konsep-konsep dasar dan kendala-kendala khusus 2.4
Merencanakan Solusi 3
Memilih salah satu persamaan yang melibatkan besaran yang ditanya 3.1
Adakah besaran tambahan yang tidak diketahui?
Jika ya, memilih sebuah persamaan baru dari hubungan antar besaran yang mana
mencakup besaran baru yang belum diketahui
Jika tidak, menyelesaikan persamaan dari besaran yang belum diketahui tadi dan
mensubstitusikan ke persamaan sebelum
3.2
3.3
Menurunkan persamaan untuk besaran yang ditanya dan memeriksa satuan dari hasil
penurunan itu
3.4
Mengeksekusi Rencana 4
Memasukkan nilai dan satuan setiap besaran ke persamaan dari besaran yang ditanya 4.1
Memeriksa bahwa setiap besaran tambahan dari penyelesaian sudah dalam satuan yang
sesuai
4.2
Mengubah satuan dari besaran-besaran yang belum sesuai 4.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Menghitung nilai besaran yang ditanya dengan menggabungkan angka dan satuannya 4.4
Mengkonversi satuan yang diperlukan untuk menyederhanakan tampilan ke bentuk yang
mudah dipahami
4.5
Mengevaluasi Jawaban 5
Memeriksa bahwa jawaban sudah dinyatakan dengan tepat 5.1
Memeriksa bahwa jawaban sudah masuk akal 5.2
Memeriksa ulang penyelesaian yang dibuat 5.3
Tentukan jika jawaban sudah lengkap 5.4
3. Mengidentifikasi Proses Kognitif Responden
Identifikasi proses kognitif responden mengacu pada Taksonomi
Bloom hasil revisi. Indikator untuk mengidentifikasi proses kognitif yang
dimiliki responden ketika menyelesaikan soal disajikan pada tabel 3.2.
Setiap kategori kognitif terdiri dari beberapa proses kognitif. Indikator
dibuat untuk setiap proses kognitif. Indikator yang dibuat untuk setiap
proses kognitif ada yang berjumlah lebih dari satu. Jika salah satu
indikator sudah terpenuhi, maka itu sudah cukup untuk mengidentifikasi
proses kognitif yang terlibat. Dari proses kognitif yang terindikasi,
selanjutnya bisa diidentifikasi kategori kognitifnya.
Tabel 3.2 Indikator proses kognitif
Kategori Kognitif Proses Kognitif Indikator
Mengingat Mengenali - Responden menyebutkan/menuliskan
besaran-besaran yang diketahui
dansimbolnya yang sesuai. Besaran dan
simbolnya adalah dua hal yang identik karena
simbol adalah wujud pemodelan dari besaran.
Mengingat kembali - Responden menuliskan persamaan
untuk kasus panas yang
melibatkan perubahan suhu
- Responden menuliskan persamaan
untuk kasus panas yang melibatkan
perubahan wujud
- Responden menuliskan persamaan
untuk kasus serah terima
panas ketika dua objek dicampur
Memahami Menafsirkan - Responden mengkonstruksi kejadian yang
dideskripsikan pada soal ke dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
grafik
- Responden menyebutkan arti fisis dari
persamaan
- Responden menyebutkan arti fisis dari
persamaan
- Responden menyebutkan arti fisis dari asas
black
- Responden mengubah fenomena
pencampuran ke dalam bentuk persamaan
asas black
- Responden membaca arti grafik perubahan
wujud
- Responden menafsirkan hasil perhitungan
matematis ke dalam kata-kata sendiri
Mengklasifikasikan - Responden mengelompokkan panas mana
saja yang termasuk dalam dan
Merangkum - Responden mengkonstruksi kejadian yang
digambarkan pada soal dengan bahasa sendiri
Menyimpulkan - Responden menyimpulkan bahwa jika
air lebih kecil dari es, maka es
tidak akan sampai melebur
Membandingkan - Responden membandingkan bahwa
penggunaan panas saat perubahan suhu
berbeda dengan panas saat perubahan wujud
- Responden membandingkan massa air dan
massa es untuk memperkirakan wujud akhir
keduanya setelah dicampur
- Responden membandingkan nilai air
dengan es
Menjelaskan
- Responden menjelaskan bahwa ketika terjadi
pencampuran dua benda yang berbeda suhu,
maka benda yang panas akan memberikan
kalor pada benda yang lebih dingin.
- Responden menjelaskan akibat yang terjadi
jika air lebih kecil dari es
- Responden menjelaskan makna perubahan
suhu jika ditulis secara matematis
- Responden menjelaskan akibat yang terjadi
jika benda bersuhu 00C
Mengaplikasikan Mengeksekusi
- Responden langsung menggunakan
persamaan
untuk menyelesaikan soal
Mengimplementasikan
- Responden menggunakan persamaan panas
pada konteks yang tepat
- Responden memodifikasi persamaan asas
black sesuai dengan konteks peristiwa yang
terjadi
Menganalisis Membedakan - Responden memilih rumus yang tepat untuk
menghitung panas ketika terjadi perubahan
wujud dan panas ketika terjadi perubahan
suhu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
- Responden membagi empat proses penting:
penurunan suhu air, pembekuan air,
penurunan suhu air yang sudah membeku
sampai ke suhu akhir campuran, dan
kenaikan suhu es sampai ke suhu akhir
campuran
- Responden memecah permasalahan dengan
mencari dulu panas yang dilepas air dan
panas yang diserap es.
Mengorganisasi - Responden memadukan tiga jenis
perhitungan panas ke dalam ruas-ruas
persamaan asas black yang sesuai.
Mengevaluasi Memeriksa - Responden memutuskan bahwa air yang
membeku karena memenuhi syarat tertentu
yaitu air lebih kecil dari es
- Responden melakukan cek ulang jawaban
yang didapat berdasarkan kriteria yang
masuk akal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2016. Responden penelitian
berjumlah empat siswa dari tiga SMA yang berada di Yogyakarta. Peneliti
tidak memberikan penjelasan materi terlebih dahulu kepada responden.
Peneliti meminta responden untuk langsung mengerjakan soal yang telah
disiapkan.
Proses pengambilan data dilakukan dengan metode think aloud. Peneliti
meminta responden untuk mengungkapkan secara lisan apa yang sedang
dipikirkan ketika proses pengerjaan soal berlangsung. Metode wawancara
digunakan setelah responden selesai mengerjakan soal. Wawancara bersifat
konfirmasi untuk mengungkap cara berpikir siswa yang belum sempat
diungkapkan ketika mengerjakan soal.
B. Data
Data berupa lembar pengerjaan responden dan transkrip think aloud dan
wawancara. Untuk setiap responden, transkrip think aloud dan wawancara
disajikan dalam satu naskah. Transkrip terdiri dari dua bagian. Bagian I berisi
data yang diambil saat responden mengerjakan soal sampai akhir (think
aloud). Bagian II berisi data yang diambil saat peneliti meminta responden
menjelaskan ulang alur pengerjaan dari awal sampai akhir (wawancara).
Transkrip terlampir pada lampiran VII, VIII, IX, dan X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Responden A
Tabel 4.1 Coding tahapan problem solving responden A
A: Responden A
P: Peneliti
No. Kutipan Pernyataan Gambar Pengerjaan Responden
Kode
Tahapan
Problem
Solving
1 I A : {responden A membaca soal tanpa bersuara}
P : ”Menurutmu, bagaimana maksud soalnya itu?”
A : ”Eee… jadi ini pake asas black ngerjainnya”
P : ”Peristiwanya apa itu?”
A : ”Pencampuran. Es bersuhu -50C, ini kan dicampur sama air yang lebih panas, berarti es nya
nanti suhunya pasti naik sampai 00C kemudian diubah, kalau kalornya diserap, diubah jadi air.
Sedangkan yang air ini dari 60C kan dicampur sama yang lebih dingin, es, jadi suhunya nanti
turun.” Gambar 4.1Pola grafik perubahan wujud
1.4
1.1
2.1
II A : ”Dari soal yang pertama tadi, ada es 245 kg suhunya -50C dicampur dengan air 5,6 kg
suhunya 60C.”
2 II A : ”Diminta untuk menyelidiki wujud akhir campuran es dan air, terus suhu akhir campuran .” 1.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3 I A : ”Jadi misalnya, {sambil menulis persama.an seperti gambar 4.2} ini kalor es. Ini berarti
, kalor yang dibutuhkan es untuk mencapai suhu 00C itu
sama
dengan 612,5 kal.”
Gambar 4.2 Perhitungan panas perubahan suhu untuk
es
2.4
3.2
4 I A : ”Terus kalau yang kalor dari air {sambil menulis persamaan seperti gambar 4.3}. Massanya
5,6 kali 1 kali ∆T nya 6 sama dengan 33,6 kal.”
Gambar 4.3 Perhitungan panas perubahan suhu untuk
air
2.4
3.2
5 I A : ”Ini berarti kalor yang diperlukan es untuk menurunkan suhu dari -50C sampe 0
0C itu lebih
banyak dari kalor yang dilepaskan air untuk menurunkan suhu dari 60C ke 0
0C. Berarti yang
berubah wujud menjadi es itu yang air. Soalnya kalor yang dibutuhkan es itu masih lebih
banyak dari pada yang dilepaskan si air.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
6 I P : ”Kemudian pengerjaannya?”
A : ”Berarti coba kalor yang dilepaskan air untuk berubah jadi es seluruhnya {sambil menulis
persamaan seperti gambar 4.4}. . Massanya 5,6 kali 80 sama dengan 448.”
A : ”Berarti kalor yang harus dilepaskan dari air untuk berubah jadi es itu sebesar 448 kal.”
P : ”Itu kalor yang diapakan oleh air?”
A : ”Kalor yang dilepas air”
P : ”Supaya?”
A : ”Supaya berubah jadi es. Terus ini kan 448 ditambah 33,6 itu masih kurang dari ini {menunjuk
yang nilainya 612,5 kal}.Berarti suhu campurannya kurang dari 00C.”
Gambar 4.4 Perhitungan panas perubahan wujud air
menjadi es
2.4
3.2
7 I A : ”Berarti yang melepaskan air kan, 5,6.”
A :{berhenti sejenak dan baru menyadari bahwa satuannya belum sesuai}.
A : ”Oh… satuannya. Ini harusnya kilogram diubah ke gram.”
4.2
4.3
II A : ”Tadi di sini salah satuan. Tadi di sini kg, ini pake kal/gram, jadi kurang nol nol nya.”
8 I A : {memperbaiki nilai hasil akhir . Semula 612,5 menjadi 612500 seperti pada gambar 4.5}
Gambar 4.5 Perbaikan perhitungan panas perubahan
suhu untuk es
2.4
3.2
9 I A : {memperbaiki nilai perhitungan . Semula 33,6 kal menjadi 5600 kal seperti gambar 4.6}
Gambar 4.6 Perbaikan perhitungan panas perubahan
suhu untuk air
2.4
3.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
10
.
I A : {memperbaiki nilai perhitungan pembekuan. Semula 448 kal menjadi 448000 kal seperti
gambar 4.7}
Gambar 4.7 Perbaikan perhitungan panas perubahan
wujud air menjadi es
2.4
3.2
11 II A : ”Jadi karena yang dibutuhkan tadi lebih banyak dari yang dilepaskan, berarti ini yang air harus
melepaskan lebih banyak. Berarti airnya harus berubah jadi es. Terus karena setelah melepas
sejumlah kalor untuk jadi es juga masih kurang, jadi air yang jadi es tadi itu turun lagi”
12
.
I A : {kemudian responden lanjut masuk ke persamaan seperti gambar 4.8}
A : ”Q dari 60C sampe 0
0C ditambah Q laten ditambah lagi Q yang dari 0
0C sampe T sama dengan
Q es yang dari T sampe -50C. Ini tambah tambah sama dengan .
Ini massanya 5600, c nya 1, nya 6 ditambah 5600 kali 80 ditambah massanya 5600 kali ½
kali nya (0-T) sama dengan massanya 245 kali ½ kali nya (T-5).”
Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black
3.1
3.2
3.3
3.4
4.1
4.4
13
.
I A : {responden A meninjau kembali pengerjaan yang semula dikerjakan}
A : ”O…Kok salah. Oh.. ini belum tak kali 6 {sambil menunjuk perhitungan yang diawal}.”
A : ”Ini. Eh.. ulangi wae lah mas hehehe.”
5.2
5.3
{Responden mengulangi pekerjaan dari awal pada lembar baru}
14
.
I A : {Responden menuliskan kembali perhitungan pada lembar baru seperti pada gambar 4.9}
A : ” . Massanya 245000, c nya ½, nya (0-(-5)). Ini… 245000 kali 2,5. Hasilnya
612500 kal.”
2.4
3.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
II A : ”Jadi yang es itu kalau mau dinaikkan suhunya dari -50C sampai ke 0
0C, butuh panas 612500
kal…”
Gambar 4.9 Perhitungan ulang panas perubahan suhu
untuk es
15
.
I A : ”Terus ini yang {Responden menuliskan kembali perhitungan seperti pada gambar
4.10}.”
A : ” . Massanya 5600, c nya 1, nya 6. Hasilnya 33600 kal.”
Gambar 4.10 Perhitungan ulang panas perubahan
suhu untuk air
2.4
3.2
II P : ”Terus kok ini bisa 6 itu nilainya dapat dari mana?”
A : ”6-0”
A : ”… Sedangkan kalau air dari 60C turun ke 0
0C ini butuhnya…”
P : ”Butuh atau?”
A : ”Melepas kalor sebanyak 33600 kal.”
16
.
I A : ”Terus yang Q air jadi es {Responden menuliskan kembali perhitungan seperti
gambar 4.11}.”
Gambar 4.11 Perhitungan ulang panas perubahan
wujud air menjadi es
2.4
3.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
17
.
I A : {Responden menuliskan perhitungan seperti gambar 4.12}
A : ”5600 kali 1 kali 6 tambah 5600 kali 80 terus tambah lagi 5600 kali c nya ½ kali ∆T nya 0-(-
T), T nya kan negatif.”
P : ”Kenapa negatif itu? {peneliti menanyakan T yang bernilai negatif}”
A : ”Soalnya suhunya nanti kan di bawah 00C.”
P : ”Suhu apanya? Suhu yang mana?”
A : ”Suhu akhirnya.”
A : ”Terus sama dengan 24500 kali ½ kali -5-(-T)”
Gambar 4.12 Perhitungan ulang dengan asas black
3.1
3.2
3.3
3.4
4.1
4.4
18
.
I A : ”Loh? Salah?”
P : ”Salahnya dimana? Dapatnya berapa itu? Coba ditulis aja jawaban yang didapat itu
A : ”91,40”
P : ”Kok tau salah itu dari mana?”
A : ”Harusnya suhu campurannya antara -50C sampai 6
0C…”
5.2
19
.
I P : ”Ternyata didapat 91,4. Salahnya dimana itu?”
A : {Responden tampak mulai melakukan perhitungan ulang angka dengan kalkulator}
A : ”Kok salah ya?”
P : ”Di mana kira-kira kelirunya? Sudah ditemukan?”
A : {responden tampak melihat kembali pengerjaannya}
A : ”Emmm… salah positif negatif di ∆T nya.”
A :{responden mencoba mengubah-ubah tanda positif dan negatif pada ∆T}
Gambar 4.13 Rentang kemungkinan letak suhu akhir
campuran
5.3
II A : ”Terus disini salah. Suhunya di sini harusnya ini tadi dari T sampai -50C berarti T-(-5
0C)
{sambil menuliskan rentang suhu seperti gambar 4.13}.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
20 I A :{setelah menunggu cukup lama, peneliti mencoba membantu dengan pertanyaan pancingan}
P : ”Kalau arti ∆T itu menurut kamu apa?”
A : ”Perubahan T.”
P : ”Jadi kalau dimatematiskan?”
A : ”Yang lebih besar dikurangi yang lebih kecil.”
P : ”Apakah selalu demikian? Yang besar dikurangi yang kecil?”
A : ”{responden kebingungan} akhir dikurangi awal, awal dikurangi akhir?”
P : ”Akhir dikurangi awal, atau awal dikurangi akhir, atau yang besar dikurangi yang kecil?”
A : {mencoba mengotak-atik pemikiran dalam waktu yang cukup lama}
A : ”Ah jadi bingung hehehe.”
21
.
I A : {setelah mencoba-coba cukup lama, responden mulai melakukan pembenaran seperti pada
gambar 4.14}
Gambar 4.14 Perhitungan nilai suhu akhir campuran
4.1
4.4
II P : ”Ini bisa dapat T+5 tadi gimana mikirnya?”
A : ”Ini tadi T dikurangi -50C.”
P : ”T –(-5) itu artinya apa sih?”
A : ”Suhu yang lebih tinggi dikurangi suhu yang lebih rendah.”
22
.
I P : ”Gimana? Sudah yakin dengan jawaban itu?”
A : ”Insya Allah hehehe.”
P : ”Salahnya di bagian mana tadi?”
A : ”Ini di positif negatif {sambil menunjuk perhitungan ∆T}.”
5.2
5.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 4.2 Kategori kognitif responden A
A: Responden A
P: Peneliti
No. Pernyataan Responden Keterangan Proses Kognitif Kategori
Kognitif
1
Gambar 4.15 Persamaan panas perubahan suhu untuk es
- Responden A menuliskan dengan benar
persamaan panas perubahan suhu untuk
es.
Mengingat kembali Mengingat
Gambar 4.16 Persamaan panas perubahan suhu untuk air
- Responden A menuliskan dengan benar
persamaan panas perubahan suhu untuk
air.
Gambar 4.17 Persamaan panas perubahan wujud air menjadi es
- Responden A menuliskan dengan benar
persamaan panas perubahan wujud air
menjadi es.
Gambar 4.18 Persamaan asas black
- Responden A menuliskan dengan benar
persamaan asas black.
Gambar 4.19 Pemberian nilai besaran pada persamaan panas perubahan suhu
untuk air
- Responden A menuliskan simbol yang
sesuai untuk besaran-besaran yang
diketahui dari soal
Mengenali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2 A : ”Pencampuran. Es bersuhu -50C, ini kan dicampur sama air yang lebih
panas, berarti es nya nanti suhunya pasti naik sampai 00C kemudian diubah,
kalau kalornya diserap, diubah jadi air. Sedangkan yang air ini dari 60C kan
dicampur sama yang lebih dingin, es, jadi suhunya nanti turun.”
Gambar 4.1Pola grafik perubahan wujud
- Responden A mampu mengubah
informasi yang dideskripsikan dalam
soal ke bentuk grafik seperti gambar
4.1.
Menafsirkan Memahami
A : ”Jadi yang es itu kalau mau dinaikkan suhunya dari -50C sampai ke 0
0C,
butuh panas 612500 kal…”
Gambar 4.9 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk es
A : ”…Sedangkan kalau air dari 60C turun ke 0
0C ini butuhnya.”
P : ”Butuh atau?”
A : ”Melepas kalor sebanyak 33600 kal.”
Gambar 4.10 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk air
- Responden A menafsirkan arti dari
angka hasil perhitungan angka menjadi
kata-kata
A : ”Q dari 60C sampe 0
0C ditambah Q laten ditambah lagi Q yang dari 0
0C
sampe T sama dengan Q es yang dari T sampe -50C. Ini tambah
- Responden A mampu
mengelompokkan persamaan panas
Mengklasifikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
tambah sama dengan . Ini massanya 5600, c nya 1,
nya 6 ditambah 5600 kali 80 ditambah massanya 5600 kali ½ kali
nya (0-T) sama dengan massanya 245 kali ½ kali nya (T-5).”
Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black
mana saja yang termasuk Q lepas dan
Q terima.
A: Ini berarti kalor yang diperlukan es untuk menurunkan suhu dari -50C
sampe 00C itu lebih banyak dari kalor yang dilepaskan air untuk
menurunkan suhu dari 60C ke 0
0C. Berarti yang berubah wujud menjadi es
itu yang air. Soalnya kalor yang dibutuhkan es itu masih lebih banyak dari
pada yang dilepaskan si air.
- Responden A menyimpulkan bahwa air
akan membeku .
Menyimpulkan
A : ”Ini berarti kalor yang diperlukan es untuk menurunkan suhu dari -50C
sampe 00C itu lebih banyak dari kalor yang dilepaskan air untuk
menurunkan suhu dari 60C ke 0
0C. Berarti yang berubah wujud menjadi es
itu yang air. Soalnya kalor yang dibutuhkan es itu masih lebih banyak dari
pada yang dilepaskan si air.”
- Responden A membandingkan
perolehan nilai panas yang dilepas air
untuk menurunkan suhu dari 60C ke
00C dengan nilai panas yang
dibutuhkan es untuk menurunkan suhu
dari -50C sampe 0
0C.
Membandingkan
A : ”… Es bersuhu -50C, ini kan dicampur sama air yang lebih panas, berarti
es nya nanti suhunya pasti naik sampai 00C kemudian diubah, kalau
kalornya diserap, diubah jadi air. Sedangkan yang air ini dari 60C kan
dicampur sama yang lebih dingin, es, jadi suhunya nanti turun.”
- Responden A menjelaskan konsep
kalor bahwa kalor mengalir dari benda
bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah
Menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
3.
Gambar 4.2 Perhitungan panas perubahan suhu untuk es
Gambar 4.3Perhitungan panas perubahan suhu untuk air
- Responden A menuliskan persamaan
dan melakukan perhitungan yang
familiar tanpa perlu modifikasi
persamaan.
Mengeksekusi Mengaplikasikan
A : ”Q dari 60C sampe 0
0C ditambah Q laten ditambah lagi Q yang dari 0
0C
sampe T sama dengan Q es yang dari T sampe -50C. Ini tambah
tambah sama dengan . Ini massanya 5600, c nya 1,
nya 6 ditambah 5600 kali 80 ditambah massanya 5600 kali ½ kali
nya (0-T) sama dengan massanya 245 kali ½ kali nya (T-5).”
Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black
- Responden A melakukan prosedur
substitusi empat persamaan panas ke
persamaan asas black sesuai konteks
yang tepat
Mengimplementasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
4.
Gambar 4.2 Perhitungan panas perubahan suhu untuk es
Gambar 4.3Perhitungan panas perubahan suhu untuk air
Gambar 4.4 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es
- Responden A memilih melakukan
perhitungan panas satu per satu seperti
gambar 4.2 dan 4.4 untuk pertama-
tama mengetahui wujud akhir sistem.
- Setelah mengetahui wujud akhir
sistem, selanjutnya menghitung panas
perubahan wujud seperti gambar 4.3
Membedakan Menganalisis
Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black
- Responden A memadukan empat jenis
panas ke persamaan asas black dengan
benar
Mengorganisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
5. A : ”Loh? Salah?”
P : ”Salahnya dimana? Dapatnya berapa itu? Coba ditulis aja jawaban yang
didapat itu
A : ”91,40”
P : ”Kok tau salah itu dari mana?”
A : ”Harusnya suhu campurannya antara -50C sampai 6
0C. {sambil
menunjukkan gambar 4.13}”
Gambar 4.13 Rentang kemungkinan letak suhu akhir campuran
P : ”Ternyata didapat 91,4. Salahnya dimana itu?”
A : {Responden tampak mulai melakukan perhitungan ulang angka dengan
kalkulator}
A : ”Kok salah ya?”
P : ”Di mana kira-kira kelirunya? Sudah ditemukan?”
A : {responden tampak melihat kembali pengerjaannya}
A : ”Emmm… salah positif negatif di ∆T nya.”
A :{responden mencoba mengubah-ubah tanda positif dan negatif pada ∆T}
A : ”Terus disini salah. Suhunya di sini harusnya ini tadi dari T sampai -50C
berarti T-(-50C) {sambil menuliskan rentang suhu seperti gambar 4.13}.”
- Responden A menyadari bahwa hasil
suhu akhir yang di dapat tidak masuk
akal. Responden menyebutkan
seharusnya suhu campuran berada di
antara -50C sampai 6
0C.
- Responden A menyadari bahwa
kesalahan hasil terletak pada tanda
positif/negatif ∆T
Memeriksa Mengevaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden A
Tahapan problem solving responden A dapat diidentifikasi mencakup
tahap-tahap: (1) fokus pada masalah, (2) deskripsi secara fisika, (3) merencanakan
solusi, (4) mengeksekusi rencana, dan (5) mengevaluasi. Beberapa subtahapan
problem solving model Minnesota tidak terindentifikasi di tahapan problem
solving responden A. Susunan subtahapan problem solving responden A juga ada
yang tidak berurutan sesuai model tersebut. Alur tahapan problem solving
responden A secara keseluruhan disajikan dalam bentuk flowchart seperti pada
gambar 4.20 di akhir pembahasan responden A ini.
Responden A mampu berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills)
ketika mengerjakan soal. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat
teridentifikasi meliputi kategori menganalisis dan mengevaluasi. Kategori
menganalisis yang terlibat meliputi proses kognitif membedakan dan
mengorganisasi. Kategori mengevaluasi yang terlibat meliputi proses kognitif
memeriksa.
Kemampuan berpikir tingkat rendah (low order thinking skills) responden
A juga berhasil teridentifikasi. Kemampuan berpikir tingkat rendah yang
dimaksud meliputi kategori mengingat, memahami, dan mengaplikasikan.
Kategori mengingat meliputi proses kognitif mengingat kembali dan mengenali.
Kategori memahami meliputi proses kognitif menafsirkan, mengklasifikasikan,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Kategori mengaplikasikan
meliputi proses kognitif mengeksekusi dan mengimplementasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Responden A membaca soal tanpa bersuara. Kemudian, responden A
langsung menyebutkan bahwa asas black akan dipakai untuk mengerjakan soal.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa responden A memilih pendekatan yang
mengarah pada solusi. Pernyataan tersebut dapat dikategorikan tahapan problem
solving kode 1.4.
Responden A mengkonstruksi soal sebagai proses pencampuran es dan air.
Responden A dapat menjelaskan akibat dari pencampuran tersebut, yaitu es akan
mendapat panas dari air karena suhu air lebih tinggi. Pernyataan ini sesuai dengan
teori (Surya, 2010: 13). Responden A tampak memahami konsep kalor. Proses
kognitif tersebut masuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif
menjelaskan.
Saat awal mengerjakan soal, responden A tidak menggambarkan grafik
seperti gambar 4.1. Gambar 4.1 digambar setelah peneliti, di akhir pengerjaan,
meminta responden A mengkonfirmasi alur berpikirnya. Dengan kata lain,
responden A mampu mengimajinasi gambar tersebut dalam pikiran tanpa perlu
menggambarkannya secara tertulis. Responden A mampu mengubah informasi
yang dideskripsikan dalam soal ke dalam bentuk grafik seperti gambar 4.1. Proses
ini termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif menafsirkan.
Di bawah ini ditampilkan kutipan dan gambar 4.1 yang dibuat responden A.
Kutipan di bawah menunjukkan bahwa responden A menempuh tahapan problem
solving kode 1.1 yaitu mengkonstruksi gambaran mental urutan kejadian yang
dideskripsikan dalam soal.
A : {responden A membaca soal tanpa bersuara}
P : ”Menurutmu, bagaimana maksud soalnya itu?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
A : ”Eee… jadi ini pake asas black ngerjainnya”
P : ”Peristiwanya apa itu?”
A : ”Pencampuran. Es bersuhu -50C, ini kan dicampur sama air yang lebih
panas, berarti es nya nanti suhunya pasti naik sampai 00C kemudian
diubah, kalau kalornya diserap, diubah jadi air. Sedangkan yang air ini dari
60C kan dicampur sama yang lebih dingin, es, jadi suhunya nanti turun.”
Gambar 4.1Pola grafik perubahan wujud
Responden A tidak menuliskan besaran-besaran yang diketahui dari soal.
Responden A hanya menyebutkan beberapa besaran yang diketahui seperti massa
es, suhu es, massa air, suhu air. Besaran-besaran tersebut disebutkan setelah
peneliti mengkonfirmasi di akhir pengerjaan. Informasi besaran panas jenis air,
panas jenis es, dan panas peleburan tidak dituliskan dan tidak disebutkan oleh
responden A seperti tampak pada kutipan di bawah.
A : ”Dari soal yang pertama tadi, ada es 245 kg suhunya -50C dicampur
dengan air 5,6 kg suhunya 60C.”
Responden A tidak memerlukan pembuatan gambar yang realistik untuk
mengkonstruksi maksud soal. Responden A hanya menggunakan gambar grafik
yang merepresentasikan keadaan yang dideskripsikan di soal. Ini menunjukkan
bahwa tahapan problem solving kode 1.2 tidak teridentifikasi. Tahapan problem
solving kode 1.2 yaitu membuat sketsa gambar yang mewakili gambaran mental
urutan kejadian termasuk informasi yang diberikan. Menurut model Minnesota,
sketsa tersebut bersifat realistik supaya mempermudah visualisasi. Responden A
tidak membuat sketsa tersebut. Responden A langsung menempuh tahapan
problem solving kode 2.1 yaitu mengkonstruksi diagram yang menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
hubungan penting dari objek. Menurut model Minnesota, diagram tersebut
bersifat ideal. Diagram ideal adalah diagram yang hanya menggunakan simbol-
simbol tertentu untuk merepresentasikan objek atau kejadian sesungguhnya.
Responden A memahami pertanyaan dari soal. Responden A menyebutkan
bahwa soal meminta untuk menyelidiki wujud akhir campuran es dan air.
Kemudian, nilai suhu akhir campuran dicari, seperti tampak pada kutipan di
bawah. Kutipan di bawah menunjukkan bahwa responden A menempuh tahapan
problem solving kode 1.3. Jadi, dapat dikatakan bahwa responden A menjalankan
tahapan problem solving (1) fokus pada masalah untuk kode 1.1, 1.3, dan 1.4.
A : ”Diminta untuk menyelidiki wujud akhir campuran es dan air, terus suhu
akhir campuran .”
Responden A menggambar sebuah grafik seperti gambar 4.1 tanpa
menuliskan keterangan terkait. Proses mengkonstruksi diagram ini menurut teori
masuk pada tahapan problem solving kode 2.1. Responden A tidak
mendefinisikan simbol besaran-besaran lebih dulu pada tempat terpisah.
Responden A langsung menggunakan simbol besaran-besaran tersebut bersamaan
dengan proses perhitungan. Tahapan problem solving kode 2.2 tidak tampak.
Responden A tidak menuliskan simbol besaran yang ditanya sehingga tahapan
problem solving kode 2.3 tidak tampak. Responden A tidak menghimpun secara
khusus persamaan-persamaan yang nantinya akan digunakan. Responden A
menyatakan hubungan matematis dari konsep-konsep dasar tentang panas saat
hendak mencari nilai panas tersebut. Hubungan matematis tersebut ditunjukkan
pada gambar 4.2, 4.3, dan 4.4 di bawah. Langkah ini menunjukkan tahapan
problem solving kode 2.4. Jadi, dapat dikatakan bahwa tahapan problem solving
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
(2) deskripsi soal secara fisika yang dilakukan responden A yaitu kode 2.1, 2.2,
dan 2.4. Tahapan kode 2.1 itu pun dilakukan bersamaan dengan tahapan problem
solving (1) fokus pada masalah sebagai pengganti tahapan kode 1.2.
Perhitungan matematis pertama yang dilakukan responden A adalah
menghitung panas yang dibutuhkan es untuk menaikkan suhunya dari -50C ke 0
0C
seperti tampak pada gambar 4.2. Kemudian, respoden A menghitung panas yang
dilepaskan air untuk menurunkan suhunya dari 60C ke 0
0C seperti tampak pada
gambar 4.3. Langkah responden A ketika menuliskan persamaan matematis dari
konsep dasar panas perubahan suhu seperti pada gambar 4.2 dan gambar 4.3 dapat
dikategorikan dalam tahapan problem solving kode 2.4. Ketika persamaan
dituliskan seperti tampil pada gambar 4.2 dan gambar 4.3, menunjukkan bahwa
responden A memilih sebuah persamaan baru. Memilih persamaan baru dapat
dikategorikan ke dalam tahapan problem solving kode 3.2.
Menurut model Minnesota, tahapan problem solving (3) merencanakan
solusi yaitu membentuk beberapa persamaan menjadi satu persamaan yang
langsung menjawab besaran yang ditanya. Namun, yang terjadi sembari memilih
persamaan baru seperti gambar 4.2 dan 4.3, responden A langsung memasukkan
angka dan mengeksekusi perhitungan. Tahapan memasukkan angka dan
mengeksekusi perhitungan, menurut model Minnesota masuk dalam tahapan
problem solving (4) mengeksekusi rencana. Peneliti mengkategorikan langkah
seperti gambar 4.2 dan 4.3 tersebut ke dalam tahapan problem solving kode 3.2
karena paling mendekati. Perhitungan matematis oleh responden A tentang panas
perubahan suhu untuk es maupun air ditampilkan di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
A : ”Jadi misalnya, {sambil menulis persama.an seperti gambar 4.2} ini
kalor es. Ini berarti , kalor yang dibutuhkan es untuk mencapai
suhu 00C itu
sama dengan 612,5 kal.”
Gambar 4.2 Perhitungan panas perubahan suhu untuk es
A : ”Terus kalau yang kalor dari air {sambil menulis persamaan seperti
gambar 4.3}. Massanya 5,6 kali 1 kali ∆T nya 6 sama dengan 33,6
kal.”
Gambar 4.3 Perhitungan panas perubahan suhu untuk air
Dengan membandingkan dua nilai panas tersebut, responden A mendapat
informasi bahwa es tidak akan melebur. Air yang akan membeku. Kutipan di
bawah ini menunjukkan hal tersebut. Proses membandingkan dua nilai panas dan
menarik informasi penting tersebut termasuk dalam kategori memahami
khususnya proses kognitif membandingkan dan menyimpulkan.
A : ”Ini berarti kalor yang diperlukan es untuk menurunkan suhu dari -50C
sampe 00C itu lebih banyak dari kalor yang dilepaskan air untuk
menurunkan suhu dari 60C ke 0
0C. Berarti yang berubah wujud menjadi
es itu yang air. Soalnya kalor yang dibutuhkan es itu masih lebih
banyak dari pada yang dilepaskan si air.”
Proses ketika responden A menuliskan persamaan dan melakukan
perhitungan seperti gambar 4.2 dan 4.3 termasuk dalam kategori mengaplikasikan
khususnya proses kognitif mengeksekusi. Proses memasukkan angka ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
persamaan dan melakukan perhitungan tanpa perlu memodifikasi persamaan
termasuk dalam tugas yang familiar.
Responden A menuliskan persamaan panas seperti tampak pada gambar
4.2 dan 4.3 dengan benar. Ketika responden A menuliskan persamaan panas
tersebut mengartikan bahwa responden A mengambil pengetahuan tentang
persamaan panas dari memori jangka panjangnya karena menyadari bahwa
pengetahuan ini akan dipakai dalam pengerjaan soal. Proses ini termasuk kategori
mengingat khususnya proses kognitif mengingat kembali. Proses kognitif ini juga
dipakai saat menuliskan persamaan panas perubahan wujud dan persamaan asas
black.
Pada gambar 4.2 dan 4.3, responden A tampak langsung memasukkan
nilai besaran yang diketahui saat proses perhitungan. Responden A menempatkan
nilai besaran tersebut sesuai dengan simbol besaran dengan tepat. Proses ini
menunjukkan bahwa responden A membandingkan informasi besaran yang
diketahui dari soal dengan pengetahuan tentang simbol besaran yang sudah
dimiliki di memori jangka panjangnya. Proses ini termasuk kategori mengingat
khususnya proses kognitif mengenali.
Selanjutnya, responden A menghitung panas pembekuan air seperti
tampak pada kutipan dan gambar 4.4 di bawah ini. Sama seperti sebelumnya,
tahapan ini menunjukkan tahapan problem solving kode 2.4 dan 3.2.
P : ”Kemudian pengerjaannya?”
A : ”Berarti coba kalor yang dilepaskan air untuk berubah jadi es
seluruhnya {sambil menulis persamaan seperti gambar 4.4}. . Massanya 5,6 kali 80 sama dengan 448.”
A : ”Berarti kalor yang harus dilepaskan dari air untuk berubah jadi es itu
sebesar 448 kal.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
P : ”Itu kalor yang diapakan oleh air?”
A : ”Kalor yang dilepas air”
P : ”Supaya?”
A : ”Supaya berubah jadi es. Terus ini kan 448 ditambah 33,6 itu masih
kurang dari ini {menunjuk yang nilainya 612,5 kal}.Berarti suhu
campurannya kurang dari 00C.”
Gambar 4.4 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es
Responden A baru menyadari bahwa ada besaran yang satuannya belum
sesuai. Bagian ini menunjukkan bahwa responden A melakukan tahapan problem
solving kode 4.2. Responden A memperbaiki dengan mengubah satuan yang
sesuai. Langkah ini dapat diidentifikasi ke dalam tahapan problem solving kode
4.3. Kutipan yang menunjukkan bahwa responden A menyadari ketidaksesuaian
satuan ditampilkan di bawah ini.
A : ”Berarti yang melepaskan air kan, 5,6.”
A :{berhenti sejenak dan baru menyadari bahwa satuannya belum
sesuai}.
A : ”Oh… satuannya. Ini harusnya kilogram diubah ke gram.”
A : ”Tadi di sini salah satuan. Tadi di sini kg, ini pake kal/gram, jadi
kurang nol nol nya.”
Responden A memperbaiki perhitungan , , dan pembekuan,
seperti tampak pada gambar 4.5, 4.6, dan 4.7. Dengan kata lain, responden A
mengulangi tahapan problem solving kode 2.4 dan 3.2.
A : {memperbaiki nilai hasil akhir . Semula 612,5 menjadi 612500
seperti pada gambar 4.5}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 4.5 Perbaikan perhitungan panas perubahan suhu untuk es
A: {memperbaiki nilai perhitungan . Semula 33,6 kal menjadi 5600
kal seperti gambar 4.6}
Gambar 4.6 Perbaikan perhitungan panas perubahan suhu untuk air
A: {memperbaiki nilai perhitungan pembekuan. Semula 448 kal
menjadi 448000 kal seperti gambar 4.7}
Gambar 4.7 Perbaikan perhitungan panas perubahan wujud air
Dari perhitungan seperti pada gambar 4.5, 4.6, dan 4.7, responden A
mempertegas kesimpulannya bahwa bukan es yang berubah wujud tetapi justru air
yang berubah wujud. Pernyataan responden A tersebut ditampilkan pada kutipan
di bawah ini.
A : ”Jadi karena yang dibutuhkan tadi lebih banyak dari yang dilepaskan,
berarti ini yang air harus melepaskan lebih banyak. Berarti airnya
harus berubah jadi es. Terus karena setelah melepas sejumlah kalor
untuk jadi es juga masih kurang, jadi air yang jadi es tadi itu turun
lagi”
Jika dicermati kembali langkah kerja yang ditempuh responden A di atas,
tampak bahwa responden A membagi urutan pengerjaannya menjadi bagian per
bagian. Untuk bisa mengerjakan soal ini, harus diselidiki lebih dulu wujud akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sistem. Oleh sebab itu, responden A memecah permasalahan dengan pertama-
tama mencari kalor yang dilepas air dari 60C ke 0
0C. Kemudian, mencari panas
yang dibutuhkan es untuk menaikkan suhu dari -50C ke 0
0C. Dengan
membandingkan kedua panas tersebut, responden A dapat mengetahui wujud
akhir campuran, yaitu beku. Selanjutnya, responden A mencari panas pembekuan
air. Proses memecah permasalahan menjadi bagian-bagian kecil yang relevan
ini masuk ke dalam kategori menganalisis khususnya proses kognitif
membedakan. Kategori menganalisis termasuk kemampuan berpikir tingkat
tinggi (high order thinking skills) (Winarti et al, 2015: 66). Kemampuan
menganalisis seperti ini adalah kunci penting agar bisa menyelesaikan soal.
Analisis seperti ini akan membuka jalan untuk melakukan langkah-langkah
berikutnya.
Apabila responden A tidak bisa menganalisis seperti ini, sangat kecil
kemungkinan untuk bisa mengerjakan soal. Kemampuan menganalisis seperti ini
tidak akan terjadi jika responden A tidak memiliki pemahaman konsep yang baik
tentang perubahan wujud. Senanda dengan Serway dan John (2010) dan Santrock
(2009) yang mengatakan bahwa pemahaman konsep menjadi sangat penting
dalam membantu memecahkan soal.
Selanjutnya, responden A mensubstitusikan persamaan , , dan
untuk pembekuan ke persamaan asas black seperti tampak pada gambar 4.8 di
bawah. Langkah responden A memilih salah satu persamaan (asas black) yang
melibatkan besaran yang ditanya (suhu akhir T) masuk dalam tahapan problem
solving kode 3.1. Empat persamaaan panas yang ditulis responden A pada gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
4.8 termasuk persamaan baru karena untuk konteks yang baru juga. Persamaan
panas tersebut berbeda tujuannya dengan persamaan pada gambar 4.5, 4.6, dan 4.7
sebelumnya, walaupun simbol yang digunakan sama. Perbedaannya terletak pada
yang digunakan. Langkah responden A menuliskan empat persamaan panas
yang baru tersebut masuk dalam tahapan problem solving kode 3.2. Langkah
responden A menyelesaikan empat persamaan panas tersebut dan
mensubstitusikan ke persamaan asas black seperti gambar 4.8 dapat dikategorikan
ke dalam tahapan problem solving kode 3.3.
A : {kemudian responden lanjut masuk ke persamaan seperti gambar 4.8}
A : ”Q dari 60C sampe 0
0C ditambah Q laten ditambah lagi Q yang dari
00C sampe T sama dengan Q es yang dari T sampe -5
0C. Ini
tambah tambah sama dengan . Ini massanya
5600, c nya 1, nya 6 ditambah 5600 kali 80 ditambah massanya
5600 kali ½ kali nya (0-T) sama dengan massanya 245 kali ½ kali
nya (T-5).”
Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black
Responden A menurunkan persamaan tersebut sampai didapat besaran
yang ditanya yaitu suhu akhir campuran (T). Langkah ini masuk dalam tahapan
problem solving kode 3.4. Responden A memasukkan nilai dari masing-masing
besaran. Langkah ini mencerminkan tahapan problem solving kode 4.1.
Responden A menghitung nilai-nilai tersebut. Langkah menghitung ini masuk
tahapan problem solving kode 4.4. Gambar 4.8 menunjukkan bahwa responden A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
melakukan tahapan problem solving (3) merencanakan solusi kode 3.1, 3.2, 3.3,
dan 3.2 walaupun disertai dengan tahapan problem solving (4) mengeksekusi
rencana kode 4.1 dan 4.4.
Persamaan asas black adalah persamaan umum. Namun, jenis persamaan
panas apa saja yang terlibat dan bagaimana letak substitusinya ke dalam
persamaan asas black adalah tidak sembarang. Permasalahan asas black yang
digunakan untuk mengerjakan soal ini termasuk dalam kategori soal yang tidak
familiar. Alasannya adalah karena konteks soal bersifat khusus yaitu air yang
membeku. Ada empat persamaan panas yang harus disubstitusikan ke persamaan
asas black. Proses melakukan prosedur substitusi empat persamaan panas yang
terlibat ke persamaan asas black dengan tepat menunjukkan kategori
mengaplikasikan khususnya proses kognitif mengimplementasikan.
Gambar 4.8 menunjukkan bahwa responden A mengidentifikasi empat
persamaan panas yang terlibat dan mengetahui cara memadukan empat persamaan
panas itu agar membentuk sebuah struktur yang saling terkait lewat persamaan
asas black. Proses responden A memadukan empat persamaan panas ke
persamaan asas black termasuk kategori menganalisis untuk proses kognitif
mengorganisasi. Proses substitusi persamaan-persamaan panas ke ruas persamaan
asas black yang sesuai juga dapat dimasukkan ke dalam kategori memahami
khususnya proses kognitif mengklasifikasikan. Jadi, tampak bahwa pemahaman
konsep yang baik menunjang kemampuan menganalisis.
Responden A mendapatkan nilai suhu akhir campuran (suhu setimbang
sistem) tidak masuk akal dan terlampau besar. Nilai tersebut tidak responden A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
tulis di lembar kerja tetapi terlihat di kalkulator. Responden A menyadari bahwa
terdapat kesalahan. Responden A meninjau kembali perhitungan. Langkah ini
menunjukkan tahapan problem solving kode 5.2. Responden A menyadari bahwa
terjadi salah perhitungan pada . Ada angka yang belum ikut dikalikan.
Langkah ini menunjukkan bahwa responden A menempuh tahapan problem
solving kode 5.3. Responden A memutuskan untuk mengulangi perhitungan dari
awal agar tidak membingungkan.
A : {responden A meninjau kembali pengerjaan yang semula
dikerjakan}
A : ”O…Kok salah. Oh.. ini belum tak kali 6 {sambil menunjuk
perhitungan yang diawal}.”
A : ”Ini. Eh.. ulangi wae lah mas hehehe.”
Responden A kembali melakukan perhitungan nilai , , dan
pembekuan pada lembar baru. Langkah ini mengulangi tahapan problem solving
kode 2.4 dan 3.2. Responden A bisa membahasakan ulang arti fisis dari setiap
perolehan angka hasil perhitungan panas seperti pada kutipan di bawah. Proses
mengubah angka menjadi kata-kata seperti ini termasuk dalam kategori
memahami khususnya proses kognitif menafsirkan. Berikut langkah kerja yang
responden A ulangi.
A : {Responden menuliskan kembali perhitungan pada lembar baru
seperti pada gambar 4.9}
A : ” . Massanya 245000, c nya ½, nya (0-(-5)). Ini… 245000
kali 2,5. Hasilnya 612500 kal.”
A : ”Jadi yang es itu kalau mau dinaikkan suhunya dari -50C sampai ke
00C, butuh panas 612500 kal…”
Gambar 4.9 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk es
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
A : ”Terus ini yang {Responden menuliskan kembali perhitungan
seperti pada gambar 4.10}.”
P : ”Terus kok ini bisa 6 itu nilainya dapat dari mana?”
A : ”6-0”
A : ”… Sedangkan kalau air dari 60C turun ke 0
0C ini butuhnya…”
P : ”Butuh atau?”
A : ”Melepas kalor sebanyak 33600 kal.”
Gambar 4.10 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk air
A : ”Terus yang Q air jadi es {Responden menuliskan kembali
perhitungan seperti gambar 4.11}.”
Gambar 4.11 Perhitungan ulang panas perubahan wujud air menjadi es
Responden A mensubstitusi persamaan-persamaan panas di atas ke
persamaan asas black. Langkah ini mengulangi tahapan problem solving kode 3.1,
3.2, 3.3, 3.4, 4.1, dan 4.4. Responden A mendapat nilai suhu akhir campuran
sebesar seperti tampak pada gambar 4.12.
A : {Responden menuliskan perhitungan seperti
gambar 4.12}
A : ”5600 kali 1 kali 6 tambah 5600 kali 80 terus tambah lagi 5600 kali c
nya ½ kali ∆T nya 0-(-T), T nya kan negatif.”
P : ”Kenapa negatif itu? {peneliti menanyakan T yang bernilai negatif}”
A : ”Soalnya suhunya nanti kan di bawah 00C.”
P : ”Suhu apanya? Suhu yang mana?”
A : ”Suhu akhirnya.”
A : ”Terus sama dengan 24500 kali ½ kali -5-(-T)”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 4.12 Perhitungan ulang dengan asas black
Responden A menyadari bahwa nilai ini salah karena tidak masuk akal
sebab seharusnya nilainya berkisar antara -50C sampai 6
0C. Responden A
menyadari bahwa letak kesalahan terjadi pada tanda positif/negatif ∆T.
Responden A menyadari adanya kesalahan dan tahu alasannya. Proses seperti ini
termasuk kategori mengevaluasi khususnya proses kognitif memeriksa.
Kategori mengevaluasi juga termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi
(high order thinking skills) (Winarti et al, 2015: 66). Kriteria dan standar
yang digunakan responden A untuk mengevaluasi jawaban yaitu bahwa nilai
suhu akhir seharusnya berkisar antara -50C sampai 6
0C. Langkah meninjau
kembali perhitungan ini menunjukkan bahwa responden A melakukan tahapan
problem solving kode 5.2 dan 5.3.
A : ”Loh? Salah?”
P : ”Salahnya dimana? Dapatnya berapa itu? Coba ditulis aja jawaban
yang didapat itu
A : ”91,40”
P : ”Kok tau salah itu dari mana?”
A : ”Harusnya suhu campurannya antara -50C sampai 6
0C…”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gambar 4.13 Rentang kemungkinan letak suhu akhir campuran
P : ”Ternyata didapat 91,4. Salahnya dimana itu?”
A : {Responden tampak mulai melakukan perhitungan ulang angka
dengan kalkulator}
A : ”Kok salah ya?”
P : ”Di mana kira-kira kelirunya? Sudah ditemukan?”
A : {responden tampak melihat kembali pengerjaannya}
A : ”Emmm… salah positif negatif di ∆T nya.”
A :{responden mencoba mengubah-ubah tanda positif dan negatif pada
∆T}
A : ”Terus disini salah. Suhunya di sini harusnya ini tadi dari T sampai -
50C berarti T-(-5
0C) {sambil menuliskan rentang suhu seperti gambar
4.13}.”
Responden A mencoba-coba kemungkinan perhitungan dan akhirnya
mendapat nilai yang benar yakni . Gambar 4.14 menunjukkan bahwa
responden melakukan pengerjaan ulang dengan memasukkan angka dan
melakukan perhitungan. Langkah ini mengulang tahapan problem solving kode
4.1 dan 4.4. .
A: {setelah mencoba-coba cukup lama, responden mulai melakukan
pembenaran seperti pada gambar A.14}
Gambar 4.14 Perhitungan nilai suhu akhir campuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Responden A menyakini bahwa jawaban ini sudah benar dan masuk akal.
Langkah ini menunjukkan tahapan problem solving kode 5.4. Langkah memeriksa
ulang untuk meninjau letak kesalahan pengerjaan menunjukkan bahwa responden
A melalui tahapan problem solving (5) mengevaluasi jawaban khususnya kode
5.2, 5.3, dan 5.4.
P : ”Gimana? Sudah yakin dengan jawaban itu?”
A : ”Insya Allah hehehe.”
P : ”Salahnya di bagian mana tadi?”
A : ”Ini di positif negatif {sambil menunjuk perhitungan ∆T}.”
Kelemahan utama responden A adalah tentang konsep perubahan wujud
(∆T). Responden A mengalami kebingungan dalam pengoperasian tanda
positif/negatif ∆T. Responden A menganggap operasi ∆T adalah nilai yang besar
dikurangi nilai yang kecil. Padahal konsep perubahan dalam fisika adalah keadaan
akhir dikurangi keadaan awal. Kendala inilah yang membuat responden A sering
mengulangi pekerjaannya sehingga tidak efisien. Di samping itu, responden A
lupa untuk mengkonversi satuan di awal pengerjaan. Konversi satuan baru
dilakukan setelah melakukan operasi hitung. Oleh karena itu, alangkah baiknya
jika di awal seluruh satuan dari tiap besaran sudah dikonversi ke dalam satuan
yang sesuai.
P : ”Kalau arti ∆T itu menurut kamu apa?”
A : ”Perubahan T.”
P : ”Jadi kalau dimatematiskan?”
A : ”Yang lebih besar dikurangi yang lebih kecil.”
P : ”Apakah selalu demikian? Yang besar dikurangi yang kecil?”
A : ”{responden kebingungan} akhir dikurangi awal, awal dikurangi
akhir?”
P : ”Akhir dikurangi awal, atau awal dikurangi akhir, atau yang besar
dikurangi yang kecil?”
A : {mencoba mengotak-atik pemikiran dalam waktu yang cukup lama}
A : ”Ah jadi bingung hehehe.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 4.20 di halaman selanjutnya adalah flowchart tahapan problem
solving yang ditempuh responden A saat menyelesaikan soal. Peneliti menemukan
bahwa terdapat beberapa tahapan problem solving model Minnesota yang bisa
teridentifikasi pada tahapan problem solving milik responden A. Namun, urutan
tahapan problem solving responden A tidak tertib sesuai model Minnesota.
Beberapa subtahapan problem solving model Minnesota tidak ditemukan pada
tahapan problem solving responden A. Terkadang ada proses pengulangan
subtahapan. Terdapat pula subtahapan problem solving seperti misalnya deskripsi
secara fisika yang diapit subtahapan lain yaitu fokus pada masalah. Jika mengacu
model Minnesota, urutan seharusnya tidak demikian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Gambar 4.20. Flowchart tahapan problem solving responden A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2. Responden B
Tabel 4.3. Coding tahapan problem solving responden B
B: Responden B
P: Peneliti
No. Pernyataan Gambar Pengerjaan Responden
Kode
Tahapan
Problem
Solving
1 I B : {Responden membaca soal tanpa bersuara} 1.1
1.3
II P : ”Ya oke, sekarang saya minta tolong kamu jelasin dari pertama kamu baca
soal terus maksud dari soal menurut mu apa tadi?”
B : ”Es nya kan banyak terus airnya dikit, terus disuruh menyelidiki nanti esnya
malah mencair atau air nya yang malah membeku. Terus kalau udah gitu, terus
suhu akhirnya berapa.”
2 I B : {Responden menuliskan informasi besaran-besaran yang diketahui dari soal
seperti pada gambar 4.21}
Gambar 4.21 Besaran yang diketahui
1.2
4.2
4.3
3 I B : {responden membaca ulang soal tanpa bersuara}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4 I B : ”Caranya bebas kan?”
P : ”Iya, menurutmu bagaimana cara pengerjaannya?”
B : ”Jadikan harusnya, kalor yang masuk sama dengan kalor yang keluar. Berarti
kalor dari air diserap oleh es karena lebih dingin. {Responden menuliskan
persamaan seperti gambar 4.22}”
Gambar 4.22 Persamaan asas black
1.4
2.4
5 I B : {responden tampak memperhatikan ulang soal }
6 II B : ”Buat mencairkan es kan harus dinaikkan dulu suhu es nya dari -50C sampai
00C terus tu dikasih kalor buat melebur ...”
Gambar 4.23 Perhitungan nilai panas perubahan suhu untuk
air dan es
2.4
3.2
I B : {responden menulis persamaan seperti pada gambar 4.23}
II P : ”33600 kal itu didapat dari?”
B : ”Didapat dari m.c.∆T . Tapi ∆T yang air 60C.”
P : ”∆T = 60C didapat dari mana?”
B : ”Selisih suhunya dari 60C ke 0
0C. Soalnya kan nanti eeee ya gitu lah hehehe.”
7 I B: ”Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu buat naikin
suhunya harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya bakalan membeku ,es nya
ga bakalan mencair.”
B : ”Kalau biasanya es nya yang mencair. Tapi ini air nya yang jadi es. Jadi cuma
dibalik aja prosesnya.”
8 II B : ”Kalau soal biasanya kan, es terus mencair jadi air tapi kalau kasus soal ini
airnya yang membeku. Jadi nanti kalor dari air di lepas ke es. Tapi kan es nya
banyak, makanya airnya kalau terus dia membeku.”
B : ”Karena es nya banyak jadi kayaknya airnya bakalan membeku. Cuman tu
harus dibuktikan dulu.”
9 I B : {responden menulis persamaan kalor beku air seperti gambar 4.24}
Gambar 4.24 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi
es
2.4
3.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
10 II B : ”Terus habis itu pake asas black kan, .”
P : ”Yang masuk yang mana?”
B : ”Yang masuk yang es terus yang keluar itu yang air.”
B : ”Kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik suhunya, berarti
cuma . Terus kalau air, dia turun suhunya dari 60C sampai ke 0
0C.
Terus abis 00C itu dia membeku. Terus habis itu suhunya turun lagi karena
suhunya sama si es itu belum sama.”
Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran
3.1
3.2
3.3
3.4
4.1
4.4
I B : ”Karena es nya tidak sampai membeku, jadi hanya ada .”
B : {responden tampak kebingungan di bagian }
11 I B : ”Bukan ini jawabannya.”
P : ”Gimana? Ada yang keliru?”
5.2
12 I B : {responden tampak memeriksa ulang perhitungan dengan kalkulator}
B : ”Kayaknya ini harusnya -T {sambil menunjuk variabel T pada ruas }.”
P : ”Kenapa negatif?”
B : ”Karena 00-T.”
5.3
13 I B : {responden melakukan perhitungan ulang setelah mengganti varial T pada
ruas menjadi –T. Tampak seperti gambar 4.26}
Gambar 4.26 Perbaikan perhitungan nilai suhu akhir campuran
4.1
4.4
14 I B : ”Ehmm. Salah lagi.”
P : ”Kenapa salah?”
B : ”Harusnya tu suhunya akhir lebih dari -50C.”
P : ”Lebih dari -50C itu maksudnya di atas -5
0C atau di bawah -5
0C?”
B : ”Di atas -50C tapi di bawah 0
0C.”
5.2
5.3
15 I B : {responden melakukan perhitungan ulang angka dengan kalkulator} 4.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
B : {responden tampak mencoba mengkoreksi dan mencari cara yang mengarah
pada jawaban benar}
16 I B : {responden memulai ulang pengerjaan seperti tampak pada gambar 4.27}
Gambar 4.27 Perhitungan ulang nilai suhu akhir campuran
3.1
3.2
3.3
3.4
4.1
4.4
II B : ”… Terus dicoba kalau T, tapi hasilnya tu ga logis. Nah berarti 00C-T. Dicoba
gitu tapi juga hasilnya ga logis. Nah terus akhirnya mikirnya ini tu T-(-50C),
jadi harusnya T+50C. Terus dicoba dan didapat hasilnya ”
17 I P : ”Sudah? Berapa hasilnya?”
B : ”Suhu akhir sistem -1,0450C.”
P : ”Sudah yakin dengan jawaban itu?”
B : ”Insya Allah yakin.”
5.2
5.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel 4.4. Kategori kognitif responden B
B: Responden B
P: Peneliti
No. Pernyataan Responden Keterangan Proses Kognitif Kategori
Kognitif
1
Gambar 4.22 Persamaan asas black
- Responden B menuliskan persamaan-
persamaan panas dengan mengingat
kembali persamaan di memori jangka
panjangnya karena menyadari bahwa
persamaan ini akan dipakai dalam
pengerjaan soal..
Mengingat kembali Mengingat
Gambar 4.21 Besaran yang diketahui
- Responden B menuliskan simbol yang
sesuai untuk besaran-besaran yang
diketahui dari soal.
Mengenali
2 B : ”Caranya bebas kan?”
P : ”Iya, menurutmu bagaimana cara pengerjaannya?”
B : ”Jadikan harusnya, kalor yang masuk sama dengan kalor yang
keluar. Berarti kalor dari air diserap oleh es karena lebih dingin.
{Responden menuliskan persamaan seperti
gambar 4.22}”
Gambar 4.22 Persamaan asas black
- Responden B mengubah fenomena yang
dideskripsikan dalam soal ke bentuk
persamaan matematis.
Menafsirkan Memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
B: ”Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu
buat naikin suhunya harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya
bakalan membeku ,es nya ga bakalan mencair.”
- Responden B menafsirkan arti dari angka
hasil perhitungan menjadi kata-kata.
B : ”Kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik
suhunya, berarti cuma . Terus kalau air, dia turun
suhunya dari 60C sampai ke 0
0C. Terus abis 0
0C itu dia membeku.
Terus habis itu suhunya turun lagi karena suhunya sama si es itu
belum sama.”
B : ”Karena es nya tidak sampai membeku, jadi hanya ada
.”
Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran
- Responden B mengelompokkan
persamaan panas , , dan
sebagai panas yang dilepas air.
Sementara itu, persamaan panas
sebagai panas yang diserap air.
Mengklasifikasikan
B: Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu
buat naikin suhunya harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya
bakalan membeku ,es nya ga bakalan mencair.
- Responden B menyimpulkan bahwa es
akan mencair.
Menyimpulkan
B: ”Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu
buat naikin suhunya harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya
bakalan membeku ,es nya ga bakalan mencair.”
- Responden B membandingkan dua nilai
panas.
Membandingkan
B : ”Jadikan harusnya, kalor yang masuk sama dengan kalor yang
keluar. Berarti kalor dari air diserap oleh es karena lebih dingin ...”
- Responden B menjelaskan konsep kalor
bahwa kalor mengalir dari benda bersuhu
tinggi ke benda bersuhu rendah.
Menjelaskan
3
Gambar 4.23 Perhitungan nilai panas perubahan suhu untuk air dan es
- Responden B menuliskan persamaan dan
melakukan perhitungan yang familiar
tanpa perlu modifikasi persamaan.
Mengeksekusi Mengaplikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
B : ”Kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik
suhunya, berarti cuma . Terus kalau air, dia turun
suhunya dari 60C sampai ke 0
0C. Terus abis 0
0C itu dia membeku.
Terus habis itu suhunya turun lagi karena suhunya sama si es itu
belum sama.”
B : ”Karena es nya tidak sampai membeku, jadi hanya ada
.”
Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran
- Responden B melakukan prosedur
substitusi empat persamaan panas ke
persamaan asas black sesuai konteks
yang tepat.
Mengimplementasikan
4
Gambar 4.23 Perhitungan nilai panas perubahan suhu untuk air dan es
Gambar 4.24 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es
- Responden B memilih melakukan
perhitungan panas satu per satu seperti
gambar 4.23 untuk pertama-tama
mengetahui wujud akhir sistem.
- Setelah mengetahui wujud akhir sistem,
selanjutnya menghitung panas perubahan
wujud seperti gambar 4.24.
Membedakan Menganalisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran
- Responden B memadukan empat jenis
panas ke persamaan asas black dengan
benar.
Mengorganisasi
5 B : ”Ehmm. Salah lagi.”
P : ”Kenapa salah?”
B : ”Harusnya tu suhunya akhir lebih dari -50C.”
P : ”Lebih dari -50C itu maksudnya di atas -5
0C atau di bawah -5
0C?”
B : ”Di atas -50C tapi di bawah 0
0C.”
- Responden B menyadari bahwa hasil suhu
akhir yang di dapat tidak masuk akal
dengan alasan seharusnya suhu akhir
campuran berada di rentang suhu -50C
sampai 00C.
- Responden B menyadari bahwa kesalahan
hasil terletak pada tanda positif/negatif
∆T.
Memeriksa Mengevaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden B
Tahapan problem solving responden B dapat diidentifikasi mencakup
tahap-tahap: (1) fokus pada masalah, (2) deskripsi secara fisika, (3) merencanakan
solusi, (4) mengeksekusi rencana, dan (5) mengevaluasi. Beberapa subtahapan
problem solving menurut model Minnesota tidak terindentifikasi di tahapan
problem solving responden B. Susunan subtahapan problem solving responden B
juga ada yang tidak berurutan sesuai model tersebut. Alur tahapan problem
solving responden B secara keseluruhan disajikan dalam bentuk flowchart seperti
pada gambar 4.28 di akhir pembahasan responden B ini.
Responden B mampu berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills)
ketika mengerjakan soal. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat
teridentifikasi meliputi kategori menganalisis dan mengevaluasi. Kategori
menganalisis yang terlibat meliputi proses kognitif membedakan dan
mengorganisasi. Kategori mengevaluasi yang terlibat meliputi proses kognitif
memeriksa.
Kemampuan berpikir tingkat rendah (low order thinking skills) responden
B juga berhasil teridentifikasi. Kemampuan berpikir tingkat rendah yang
dimaksud meliputi kategori mengingat, memahami, dan mengaplikasikan.
Kategori mengingat meliputi proses kognitif mengingat kembali dan mengenali.
Kategori memahami meliputi proses kognitif menafsirkan, mengklasifikasikan,
menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Kategori mengaplikasikan
meliputi proses kognitif mengeksekusi dan mengimplementasikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Responden B membaca soal tanpa bersuara untuk memahami soal. Di awal
pengerjaan, responden B tidak menyebutkan dan tidak menggambarkan suatu
gambar apapun. Peneliti meminta responden B untuk menceritakan ulang proses
berpikirnya ketika memahami soal. Peneliti meminta hal tersebut setelah
responden B selesai mengerjakan soal. Kutipan di bawah paragraf ini
menunjukkan hal tersebut. Responden B menyebutkan objek yang terlibat yaitu es
dan air. Pernyataan ini menunjukkan bahwa responden B melakukan tahapan
problem solving kode 1.1. Kutipan di bawah ini juga menyatakan secara tersirat
bahwa responden B memahami soal sebagai peristiwa pencampuran es dan air.
Responden B menyebutkan pertanyaan soal yaitu menyelidiki wujud akhir
campuran dan suhu akhirnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa responden B
melakukan tahapan problem solving kode 1.3.
P : ”Ya oke, sekarang saya minta tolong kamu jelasin dari pertama kamu
baca soal terus maksud dari soal menurut mu apa tadi?”
B : ”Es nya kan banyak terus airnya dikit, terus disuruh menyelidiki nanti
esnya malah mencair atau air nya yang malah membeku. Terus kalau
udah gitu, terus suhu akhirnya berapa.”
Tahapan problem solving kode 1.2 adalah pembuatan sketsa gambar yang
mewakili gambaran mental tersebut, termasuk informasi yang diberikan. Gambar
4.21 di bawah menampilkan tulisan responden B tentang informasi besaran yang
diketahui di soal tanpa membuat sketsa gambar. Oleh sebab itu, dapat
diidentifikasi bahwa responden B melakukan tahapan problem solving kode 1.2.
Proses menuliskan simbol yang sesuai untuk besaran-besaran yang diketahui dari
soal termasuk kategori mengingat khususnya proses kognitif mengenali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Responden B memeriksa bahwa besaran massa air dan massa es belum
berada pada satuan gram. Pada gambar 4.21, responden B tampak langsung
mengkonversi satuan besaran massa yang semula kg menjadi gram. Langkah
mengkonversi satuan tersebut termasuk dalam tahapan problem solving kode 4.2
dan 4.3.
B:{Responden B menuliskan informasi besaran-besaran yang diketahui
dari soal seperti pada gambar 4.21}
Gambar 4.21 Besaran yang diketahui
Responden B membaca ulang soal. Responden B memilih persamaan asas
black untuk mengerjakan soal. Pemilihan pendekatan seperti ini menunjukkan
responden B melakukan tahapan problem solving kode 1.4. Kutipan dan gambar
4.22 di bawah menunjukkan bahwa responden B menuliskan persamaan-
persamaan yang akan dipakai untuk mengerjakan soal. Hal ini mengindikasikan
bahwa responden B melakukan tahapan problem solving kode 2.4, yaitu
menyatakan hubungan matematis dari konsep-konsep dasar. Proses mengubah
suatu permasalahan ke dalam persamaan matematik termasuk dalam kategori
memahami khususnya proses kogntif menafsirkan. Jadi, dapat dilihat bahwa
responden B melalui tahapan problem solving (1) fokus pada masalah kode 1.1,
1.2, 1.3, dan 1,4 walaupun tidak urut dan ada yang dilakukan bersamaan dengan
subtahapan problem solving lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Responden B menuliskan persamaan panas seperti pada gambar 4.22
mengartikan bahwa responden B mengambil pengetahuan tentang persamaan
panas dari memori jangka panjangnya karena menyadari bahwa pengetahuan ini
akan dipakai dalam pengerjaan soal. Proses ini termasuk dalam kategori
mengingat khususnya proses kognitif mengingat kembali. Responden B
menyebutkan bahwa kalor dari air akan diserap oleh es karena es lebih dingin.
Pernyataan ini sesuai dengan teori (Surya, 2010: 13). Responden B memahami
konsep kalor. Proses tersebut termasuk dalam kategori memahami khususnya
proses kognitif menjelaskan.
B : ”Caranya bebas kan?”
P : ”Iya, menurutmu bagaimana cara pengerjaannya?”
B : ”Jadikan harusnya, kalor yang masuk sama dengan kalor yang keluar.
Berarti kalor dari air diserap oleh es karena lebih dingin. {Responden
menuliskan persamaan seperti gambar 4.22}”
Gambar 4.22 Persamaan asas black
Pada gambar 4.22 tampak responden B awalnya menduga bahwa es yang
akan melebur. Responden B menuliskan persamaan panas perubahan wujud yaitu
di ruas kiri. Ruas kiri dari persamaan adalah untuk es, sementara ruas kanan
untuk air. Responden B kembali membaca ulang soal.
Responden B melakukan perhitungan panas perubahan suhu untuk air,
panas perubahan suhu untuk es, dan pengurangan kedua panas tersebut seperti
pada gambar 4.23 di bawah. Responden B melakukan perhitungan ini untuk
memastikan apakah es yang berubah wujud atau justru air yang berubah wujud.
Responden B tidak menyertakan satuan saat memasukkan angka ke persamaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Satuan ditulis pada hasil akhir perhitungan. Proses menuliskan persamaan dan
melakukan perhitungan seperti gambar 4.23 termasuk dalam kategori
mengaplikasikan khususnya proses kognitif mengeksekusi. Proses memasukkan
angka ke persamaan dan melakukan perhitungan tanpa perlu memodifikasi
persamaan termasuk dalam tugas yang familiar.
B : ”Buat mencairkan es kan harus dinaikkan dulu suhu es nya dari -50C
sampai 00C terus tu dikasih kalor buat melebur ...”
B : {responden menulis persamaan seperti pada gambar 4.23}
Gambar 4.23 Perhitungan nilai panas perubahan suhu untuk air dan es
P : ”33600 kal itu didapat dari?”
B : ”Didapat dari m.c.∆T . Tapi ∆T yang air 60C.”
P : ”∆T = 60C didapat dari mana?”
B : ”Selisih suhunya dari 60C ke 0
0C. Soalnya kan nanti eeee ya gitu lah
hehehe.”
Langkah responden B ketika menuliskan persamaan matematis dari
konsep dasar panas perubahan suhu seperti pada gambar 4.23 dapat masuk dalam
tahapan problem solving kode 2.4. Ketika responden B menuliskan persamaan
dan seperti gambar 4.23, dapat dikatakan bahwa responden B
memilih sebuah persamaan baru. Memilih persamaan baru dapat dikategorikan ke
dalam tahapan problem solving kode 3.2. Menurut model Minnesota, tahapan
problem solving (3) merencanakan solusi yaitu membentuk beberapa persamaan
menjadi satu persamaan terkait besaran yang ditanya. Namun, yang terjadi
sembari memilih persamaan baru seperti gambar 4.23, responden B langsung
memasukan angka dan mengeksekusi perhitungan. Tahapan memasukkan angka
dan mengeksekusi perhitungan, menurut model Minnesota masuk dalam tahapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
problem solving (4) mengeksekusi rencana. Peneliti mengkategorikan langkah
seperti gambar 4.23 tersebut ke dalam tahapan problem solving kode 3.2 karena
paling mendekati. Langkah responden B menuliskan hubungan matematis dari
konsep dasar seperti yang dideskripsikan di atas menunjukkan bahwa responden B
melakukan tahapan problem solving (2) deskripsi soal secara fisika walaupun
hanya kode 2.4 saja yang teridentifikasi.
Dari perhitungan seperti pada gambar 4.23, responden B menyimpulkan
bahwa bukan es yang berubah wujud tetapi justru air yang berubah wujud.
Pernyataan responden B tersebut ditampilkan pada kutipan di bawah ini.
B: ”Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu buat
naikin suhunya harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya bakalan
membeku ,es nya ga bakalan mencair.”
Responden B menyebutkan bahwa kalor 33600 kal adalah kalor dari air
dan kalor 612500 kal adalah kalor yang dibutuhkan es. Proses menafsirkan arti
dari angka hasil perhitungan angka menjadi kata-kata termasuk dalam kategori
memahami khususnya proses kognitif menafsirkan.
Dugaan awal reponden B yaitu es yang akan mencair ternyata keliru.
Proses membandingkan dua nilai panas dan menarik suatu kesimpulan bahwa es
tidak akan mencair termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif
membandingkan dan menyimpulkan. Responden B memperkuat kesimpulan ini
dengan melihat perbandingan antara massa es yang jauh lebih besar dari pada air.
Dugaan awal responden B bisa saja muncul karena kebanyakan soal-soal
yang diberikan guru di kelas lebih sering untuk kasus es yang mencair dan jarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
sebaliknya. Hal senada juga disebutkan responden B seperti pada kutipan di
bawah.
B : ”Kalau soal biasanya kan, es terus mencair jadi air tapi kalau kasus
soal ini airnya yang membeku. Jadi nanti kalor dari air di lepas ke es.
Tapi kan es nya banyak, makanya airnya kalau terus dia membeku.”
B : ”Karena es nya banyak jadi kayaknya airnya bakalan membeku.
Cuman tu harus dibuktikan dulu.”
Selanjutnya, responden B mencari nilai panas pembekuan air seperti tampil pada
gambar 4.24. Sama seperti sebelumnya, tahapan ini menunjukkan tahapan
problem solving kode 2.4 dan 3.2
Gambar 4.24 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es
Jika diperhatikan kembali gambar 4.23 di awal, responden B melakukan
perhitungan panas satu per satu. Responden B pertama-tama mencari kalor yang
dilepas air dari 60C ke 0
0C. Kemudian, responden B mencari panas yang
dibutuhkan es untuk menaikkan suhu dari -50C ke 0
0C. Dengan membandingkan
kedua panas tersebut, responden B dapat mengetahui wujud akhir campuran.
Urutan langkah-langkah ini menunjukkan bahwa responden B memecah
permasalahan menjadi bagian-bagian atau langkah-langkah kecil. Proses
memecah permasalahan menjadi bagian-bagian kecil yang relevan ini
termasuk dalam kategori menganalisis khususnya proses kognitif
membedakan. Kategori menganalisis termasuk kemampuan tingkat tinggi
(high order thinking skills) (Winarti et al, 2015: 66). Kemampuan
menganalisis adalah kunci penting agar bisa menyelesaikan soal. Analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
seperti ini akan membuka jalan untuk melakukan langkah-langkah
berikutnya.
Setelah mengetahui wujud akhir campuran, responden B menggunakan
konsep asas black untuk mencari suhu akhir campuran. Pengerjaan responden B
menggunakan konsep asas black ditunjukkan pada gambar 4.25.
B : ”Terus habis itu pake asas black kan, .”
P : ”Yang masuk yang mana?”
B : ”Yang masuk yang es terus yang keluar itu yang air.”
B : ”Kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik
suhunya, berarti cuma . Terus kalau air, dia turun suhunya
dari 60C sampai ke 0
0C. Terus abis 0
0C itu dia membeku. Terus habis
itu suhunya turun lagi karena suhunya sama si es itu belum sama.”B:
kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik suhunya,
berarti cuma . Terus kalau air, dia turun suhunya dari 60C
sampai ke 00C. Terus abis 0
0C itu dia membeku. Terus habis itu
suhunya turun lagi karena suhunya sama si es itu belum sama.
B : ”Karena es nya tidak sampai membeku, jadi hanya ada
.”
B : {responden tampak kebingungan di bagian }
Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran
Langkah responden B ini masuk dalam tahapan problem solving kode 3.1
yaitu memilih salah satu persamaan (yaitu asas black) yang melibatkan besaran
yang ditanya (yaitu suhu akhir T). Responden B menuliskan persamaan ,
, , dan . Empat persamaaan ini termasuk persamaan baru
karena untuk konteks yang baru juga. Persamaan dan berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dengan persamaan pada gambar 4.23 sebelumnya, meskipun simbol yang
digunakan sama. Perbedaannya terletak pada yang digunakan. Langkah
responden menuliskan empat persamaan panas yang baru tersebut masuk dalam
tahapan problem solving kode 3.2. Responden B mensubstitusi persamaan panas
yang baru tersebut ke persamaan asas black seperti pada gambar 4.25. Langkah ini
termasuk dalam tahapan problem solving kode 3.3 yaitu menyelesaikan
persamaan dari besaran yang belum diketahui dan mensubstitusikan ke persamaan
sebelum. Responden B menurunkan persamaan tersebut sampai didapat besaran
yang ditanya yaitu suhu akhir campuran (T). Langkah ini masuk dalam tahapan
problem solving kode 3.4. Gambar 4.25 menunjukkan bahwa responden B
melakukan tahapan problem solving (3) merencanakan solusi kode 3.1, 3.2, 3.3,
dan 3.2 walaupun disertai dengan tahapan problem solving (4) mengeksekusi
rencana
Gambar 4.25 memperlihatkan bahwa responden B juga memasukkan nilai
dari masing-masing besaran. Langkah ini mencerminkan tahapan problem solving
kode 4.1. Responden B menghitung nilai-nilai tersebut dan mendapatkan hasil
suhu akhir
. Langkah menghitung ini masuk tahapan problem solving
kode 4.4. Gambar 4.25 sekaligus menunjukkan bahwa responden B melakukan
tahapan problem solving (4) mengeksekusi rencana kode 4.1 dan 4.4. Kode 4.2
dan 4.3 sudah dilakukan di awal pengerjaan saat menuliskan konversi besaran.
Langkah pengerjaan seperti gambar 4.25 menunjukkan bahwa responden
B memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang
tidak familiar. Persamaan asas black adalah persamaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
berlaku umum. Namun, jenis persamaan panas apa saja yang terlibat dan
bagaimana letak substitusinya ke dalam persamaan asas black tergantung dari
konteks soal. Permasalahan asas black yang digunakan untuk mengerjakan soal ini
termasuk dalam kategori soal yang tidak familiar. Alasannya adalah karena
konteks soal bersifat khusus yaitu air yang membeku. Responden B melakukan
langkah ini dengan benar artinya responden B melakukan proses kognitif dalam
kategori mengaplikasikan khususnya proses kognitif mengimplementasikan.
Gambar 4.25 menunjukkan bahwa responden B mengidentifikasi empat
persamaan panas yang terlibat dan mengetahui bagaimana empat persamaan panas
itu dipadukan membentuk sebuah struktur yang saling terkait lewat persamaan
asas black. Proses responden B memadukan empat persamaan panas ke
persamaan asas black termasuk kategori menganalisis untuk proses kognitif
mengorganisasi. Kategori ini masuk dalam kemampuan berpikir tingkat
tinggi (Higher Order Thinking Skills) (Winarti et al, 2015: 66). Proses
substitusi persamaan-persamaan panas ke ruas persamaan asas black yang sesuai
juga dapat dimasukkan ke dalam kategori memahami khususnya proses kognitif
mengklasifikasikan. Untuk bisa melakukan substitusi ke persamaan asas black
dengan benar diperlukan pemahaman konsep tentang panas yang masuk dan panas
yang keluar sehingga tidak salah ruas. Maka tampak bahwa pemahaman konsep
yang baik menunjang kemampuan menganalisis.
Kutipan di bawah menunjukkan bahwa responden B menyadari hasil yang
didapat pada gambar 4.25 di atas tadi bukanlah jawaban yang benar. Responden B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
tidak langsung menyebutkan alasannya. Langkah responden B memeriksa bahwa
jawabannya belum masuk akal menunjukkan tahapan problem solving kode 5.2
B : ”Bukan ini jawabannya.”
P : ”Gimana? Ada yang keliru?”
Responden B memeriksa ulang penyelesaian yang dibuat. Langkah ini
menunjukkan tahapan problem solving kode 5.3. Responden B menyadari bahwa
letak kesalahnya terjadi pada tanda positf/negatif ∆T.
B : {responden tampak memeriksa ulang perhitungan dengan kalkulator}
B : ”Kayaknya ini harusnya -T {sambil menunjuk variabel T pada ruas
}.”
P : ”Kenapa negatif?”
B : ”Karena 00-T.”
Responden B melakukan perhitungan ulang seperti gambar 4.26. Langkah
ini mengulang tahapan problem solving kode 4.1 dan 4.4. Setelah memperoleh
hasil perhitungan, responden B kembali menganggap jawaban tersebut masih
salah. Langkah ini adalah pengulangan tahapan problem solving kode 5.2.
Responden B beralasan bahwa seharusnya suhu akhir campuran berada di antara -
50C sampai 0
0C.
B : {responden melakukan perhitungan ulang setelah mengganti varial T
pada ruas menjadi –T. Tampak seperti gambar 4.26}
Gambar 4.26 Perbaikan perhitungan nilai suhu akhir campuran
B : ”Ehmm. Salah lagi.”
P : ”Kenapa salah?”
B : ”Harusnya tu suhunya akhir lebih dari -50C.”
P : ”Lebih dari -50C itu maksudnya di atas -5
0C atau di bawah -5
0C?”
B : ”Di atas -50C tapi di bawah 0
0C.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Responden B menyadari bahwa letak kesalahan terjadi pada tanda
positif/negatif ∆T. Responden B menyadari adanya kesalahan dan tahu alasan hal
tersebut dikatakan salah. Kemampuan seperti ini termasuk kemampuan
kognitif kategori mengevaluasi khususnya proses kognitif memeriksa.
Kemampuan kognitif kategori mengevaluasi juga termasuk kemampuan
berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills) (Winarti et al, 2015: 66).
Kriteria dan standar yang digunakan responden B yaitu bahwa nilai suhu
akhir seharusnya berkisar di atas -50C tetapi di bawah 0
0C.
Responden B kembali melakukan perhitungan ulang mulai dari persamaan
asas black. Responden B mengubah tanda positif dan negatif seperti pada
gambar 4.27 di bawah. Langkah ini kembali mengulangi tahapan problem solving
kode 3.1, 3.2, 3.3, 3.4, 4.1, dan 4.4. Hasil akhir yang didapat yakni
. Responden B menyakini bahwa jawaban ini sudah benar dan masuk
akal. Bagian ini menunjukkan tahapan problem solving kode 5.4. Langkah
memeriksa ulang untuk meninjau letak kesalahan pengerjaan menunjukkan bahwa
responden B melalui tahapan problem solving (5) mengevaluasi jawaban
khususnya kode 5.2, 5.3, dan 5.4.
B : {responden memulai ulang pengerjaan seperti tampak pada gambar
4.27}
Gambar 4.27 Perhitungan ulang nilai suhu akhir campuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
P : ”Sudah? Berapa hasilnya?”
B : ”Suhu akhir sistem -1,0450C.”
P : ”Sudah yakin dengan jawaban itu?”
B : ”Insya Allah yakin.”
Kelemahan utama responden B sama dengan yang dialami oleh responden
A yaitu kebingungan dalam pengoperasian tanda positif/negatif ∆T. Kendala
inilah yang membuat responden B sering mengulangi pekerjaannya sehingga tidak
efisien. Responden B melakukan langkah coba-coba (trial and error) untuk bisa
mendapatkan jawaban yang benar. Berikut pernyataan responden B tentang hal
tersebut.
B : ”… Terus dicoba kalau T, tapi hasilnya tu ga logis. Nah berarti 00C-
T. Dicoba gitu tapi juga hasilnya ga logis. Nah terus akhirnya mikirnya
ini tu T-(-50C), jadi harusnya T+5
0C. Terus dicoba dan didapat
hasilnya ”
Gambar 4.28 di halaman selanjutnya adalah flowchart tahapan problem
solving yang ditempuh responden B saat menyelesaikan soal. Peneliti menemukan
bahwa terdapat beberapa tahapan problem solving model Minnesota yang bisa
teridentifikasi pada tahapan problem solving milik responden B. Namun
demikian, urutan tahapan problem solving responden B tersebut tidak tertib sesuai
model Minnesota. Beberapa subtahapan problem solving model Minnesota tidak
ditemukan pada tahapan problem solving responden B. Terdapat proses
pengulangan subtahapan. Terdapat pula subtahapan problem solving seperti
misalnya mengeksekusi rencana yang diapit sub tahapan lain yaitu fokus pada
masalah. Jika mengacu model Minnesota, urutan seharusnya tidak demikian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Gambar 4.28 Flowchart tahapan problem solving responden B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
3. Responden C
Tabel 4.5. Coding tahapan problem solving responden C
C: Responden C
P: Peneliti
No. Pernyataan Gambar Pengerjaan Responden
Kode
Tahapan
Problem
Solving
1 I C : {responden membaca soal tanpa bersuara dan menuliskan besaran-besaran yang
diketahui seperti pada gambar 4.29}
Gambar 4.29 Besaran yang diketahui
1.2
2 I C : ”Nah sedangkan di sini kita ga tau, dia berubah wujud, wujudnya apa. Ya wujudnya ada
ya, es sama air tapi nanti campurannya kita ga tau.”
P : ”Nah itu adalah pertanyaan yang pertama. bagaimana itu diselidiki?”
C : ”{responden membaca ulang pertanyaan} Selidiki wujud akhir dari es dan air pada
keadaan akhir sistem.”
1.3
3 I C : ”Berarti kalau mau diselidikinya dengan mencari suhu akhir campurannya.”
C : {responden terdiam sejenak dan tampak berpikir cara mencari suhu akhir campuran}
1.4
4 II C : ”Nah tapi yang saya pikir itu saya harus lihat dulu suhu akhirnya berapa sehingga nanti
kan dari suhunya, saya bisa menyimpulkan wujud akhir dari es dan air itu bagaimana.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
5 II P : ”Kalau didapat suhunya tidak minus, kesimpulannya apa? Terus kalau didapat suhunya
minus kesimpulannya apa?”
C : ”Kalau didapat suhunya minus berarti campurannya itu nanti jadi wujudnya padat. Kalau
ga minus berarti wujudnya akhirnya air.”
P : ”Berarti es menjadi air?”
C : ”Iya.”
P : ”Kalau yang minus?”
C : ”Air yang menjadi es.”
6 I C : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.30 untuk membentuk persamaan suhu
akhir campuran}
C : ”Ini ya kita cari dulu suhu akhirnya ya.”
Gambar 4.30 Pembentukan rumus untuk mencari
suhu akhir
2.4
3.1
3.2
3.3
3.4
II C : ”Saya menggunakan persamaan Q serap nya ini. Soalnya kan tadi dalam proses
perubahan, berarti ada eeeeeee istilahnya dalam proses perubahan itu kan membutuhkan
panas. Jadi, karena masih ada pengaruh panas maka ada juga pengaruh perubahan suhuya.
Maka saya gunakan persamaan panasnya itu massa es dikali panas jenisnya dikali
perubahan suhunya.”
C : ”Saya menggunakan persamaan asas black di mana besarnya kalor yang diserap sama
dengan kalor yang diterima. Nah berarti yang menerima kalor itu adalah es kemudian yang
melepas itu air nya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
7 I C : ”Nah berarti sekarang kita baru masukkan angka-angkanya.”
C :{responden memasukkan angka-angka pada persamaan Takhir yang telah dibentuk seperti
tampak pada gambar 4.31}
C : ”Biar gampang kita ubah satuannya jadi gram semua.”
C : {responden mengkonversi satuan massa es dan air saat memasukkan angka ke
persamaan pada gambar 4.31}
C : ”Berarti dari sini suhunya minus malah. Jangan-jangan suhu akhirnya lebih minus lagi
dari ini {sambil menunjuk besaran }.”
P : ”Dapatnya minus berapa?”
C : ”Suhunya -4,690C.”
Gambar 4.31 Eksekusi persamaan suhu akhir
4.1
4.2
4.3
4.4
8 II P : ”Tadi ada disinggung perubahan wujud juga ya?”
C : ”{responden tampak bingung}yang tadi awalnya ya? Awalnya ya ada, tapi itu yang saya
masih bingung itu dipake di mana. Tapi yang saya pikirkan dulu , saya harus mencari suhu
akhirnya. Q lepasnya sama juga massa airnya kalikan dengan panas jenis air kali perubahan
suhunya. Akhirnya diselesaikan secara matematis maka suhu akhir campuran es dan air
didapat -4,690C. Berarti kalau misalnya kita lihat dengan teorinya pada saat 0
0C ke atas itu
wujudnya air dan pada saat 00C ke bawah itu wujudnya padat.”
9 II C : ”Nah tapi kan di situ terjadi perubahan wujud. Ada yang kurang di persamaan ini kalau
menurut saya.{responden baru menyadari bahwa ada besaran yang kurang dalam
persamaan}”
5.2
10 II P : ”Kurangnya di mana?”
C : ”Ditambah di sini {menunjuk ruas Q serap} dengan panas yang dibutuhkan untuk
berubah wujud.”
5.3
11 II P : ”Yang berubah wujud siapa?”
C : ”Airnya yang berubah wujud menjadi es.”
P : ”Kok tau? Kenapa ga es yang berubah jadi air?”
C : ”Saya tau dari suhu akhir campurannya minus.”
12 II P : ”Padahal tadi katanya dipersamaan asas black ada sesuatu yang kurang.”
C : ”Ya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
P : ”Tapi kok bisa menyakini hasil T=-4,690C ini tetap dipakai untuk menarik kesimpulan?”
C : ”Oh iya ya hahaha.”
P : ”Terus gimana?”
13 II C : ”Berarti kita harus berpikir lebih awal siapa yang berubah wujud itu. Kalau sudah tau
siapa yang berubah wujud, nanti ditambahkan berapa kalor yang dibutuhkan untuk
merubah wujud.”
P : ”Gimana itu dijalankan?”
C : ”Eee….{responden diam sejenak untuk berpikir mencari solusinya}.”
Tabel 4.6. Kategori kognitif responden C
C: Responden C
P: Peneliti
No. Pernyataan Responden Keterangan Proses Kognitif Kategori
Kognitif
1
Gambar 4.32 Persamaan umum tentang panas perubahan suhu
- Responden C menuliskan persamaan-
persamaan panas dengan benar.
Mengingat kembali Mengingat
Gambar 4.29 Besaran yang diketahui
- Responden C menuliskan simbol yang
sesuai untuk besaran-besaran yang
diketahui dari soal.
Mengenali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
2
Gambar 4.32 Persamaan umum tentang panas perubahan suhu
C : ”Saya menggunakan persamaan asas black di mana besarnya kalor
yang diserap sama dengan kalor yang diterima. Nah berarti yang
menerima kalor itu adalah es kemudian yang melepas itu air nya.”
- Responden C mengelompokkan persamaan
panas sebagai
panas yang dilepas air. Sementara itu,
persamaan panas
sebagai panas yang diserap es.
Mengklasifikasikan Memahami
C : ”... Akhirnya diselesaikan secara matematis maka suhu akhir
campuran es dan air didapat -4,690C. Berarti kalau misalnya kita lihat
dengan teorinya pada saat 00C ke atas itu wujudnya air dan pada saat
00C ke bawah itu wujudnya padat.”
- Responden C menyimpulkan bahwa wujud
akhir campuran adalah beku.
Menyimpulkan
P : ”Kalau didapat suhunya tidak minus, kesimpulannya apa? Terus
kalau didapat suhunya minus kesimpulannya apa?”
C : ”Kalau didapat suhunya minus berarti campurannya itu nanti jadi
wujudnya padat. Kalau ga minus berarti wujudnya akhirnya air.”
P : ”Berarti es menjadi air?”
C : ”Iya.”
P : ”Kalau yang minus?”
C : ”Air yang menjadi es.”
- Responden C menjelaskankan jika suhu
akhir campuran bernilai negatif (-), maka
wujud akhir campuran adalah padat.Jika
suhu akhir campuran bernilai tidak negatif,
maka wujud akhirnya adalah air.
Menjelaskan
C : ”Saya menggunakan persamaan asas black di mana besarnya kalor
yang diserap sama dengan kalor yang diterima. Nah berarti yang
menerima kalor itu adalah es kemudian yang melepas itu air nya.”
- Responden C menjelaskan bahwa panas
berpindah dari air ke es
3
Gambar 4.32 Persamaan umum tentang panas perubahan suhu
- Responden C memaksa mengunakan
persamaan panas yang familiar ke
persamaan asas black untuk menjawab soal
yang tidak familiar.
Mengeksekusi Mengaplikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden C
Tahapan problem solving responden C dapat diidentifikasi mencakup
tahap-tahap: (1) fokus pada masalah, (2) deskripsi secara fisika, (3) merencanakan
solusi, (4) mengeksekusi rencana, dan (5) mengevaluasi. Beberapa subtahapan
problem solving menurut model Minnesota tidak terindentifikasi di tahapan
problem solving responden C. Khusus tahapan problem solving (3) merencanakan
dan (4) mengeksekusi rencana, responden C melakukan subtahapan tersebut
sesuai dengan urutan yang dideskripsikan pada model Minnesota. Alur tahapan
problem solving responden C secara keseluruhan disajikan dalam bentuk
flowchart seperti pada gambar 4.33 di akhir pembahasan responden C ini.
Responden C hanya bisa sebatas melibatkan kemampuan berpikir tingkat
rendah (low order thinking skills) saat mengerjakan soal penelitian ini. Kategori
kognitif paling tinggi yang dapat teridentifikasi adalah mengaplikasikan
khususnya proses kognitif mengeksekusi. Kategori kognitif lainnya yang
teridentifikasi yakni mengingat dan memahami. Kategori mengingat meliputi
proses kognitif mengingat kembali dan mengenali. Kategori memahami meliputi
proses kognitif mengklasifikasikan, menyimpulkan, dan menjelaskan.
Responden C membaca soal tanpa bersuara untuk memahami soal.
Responden C tidak menyebutkan dan tidak menggambarkan suatu sketsa apapun.
Responden C menuliskan langsung informasi besaran-besaran yang diketahui dari
soal disertai dengan simbol-simbolnya. Langkah ini dapat diidentifikasi ke dalam
tahapan problem solving kode 1.2. Proses menuliskan simbol yang sesuai untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
besaran-besaran yang diketahui dari soal termasuk dalam kategori mengingat
khususnya proses kognitif mengenali.
C : {responden membaca soal tanpa bersuara dan menuliskan besaran-
besaran yang diketahui seperti pada gambar 4.29}
Gambar 4.29 Besaran yang diketahui
Responden C tampak bingung karena wujud akhir sistem tidak diketahui.
Responden C membaca ulang pertanyaan. Responden C baru menyadari bahwa
soal justru menghendaki untuk menyelidiki wujud akhir dari es dan air pada
keadaan akhir sistem. Langkah responden C menyatakan pertanyaan soal masuk
dalam tahapan problem solving kode 1.3.
C : ”Nah sedangkan di sini kita ga tau, dia berubah wujud, wujudnya apa.
Ya wujudnya ada ya, es sama air tapi nanti campurannya kita ga tau.”
P : ”Nah itu adalah pertanyaan yang pertama. bagaimana itu diselidiki?”
C : ”{responden membaca ulang pertanyaan} Selidiki wujud akhir dari es
dan air pada keadaan akhir sistem.”
Responden C menyatakan bahwa untuk menyelidiki wujud akhir sistem,
harus dicari terlebih dulu suhu akhir campuran. Langkah responden C memilih
pendekatan dengan mencari suhu akhir campuran ini termasuk tahapan problem
solving kode 1.4. Maka tampak bahwa tahapan problem solving (1) fokus pada
masalah dapat teridentifikasi khususnya untuk kode 1.2, 1.3, dan 1.4.
C : ”Berarti kalau mau diselidikinya dengan mencari suhu akhir
campurannya.”
C : {responden terdiam sejenak dan tampak berpikir cara mencari suhu
akhir campuran}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
C : ”Nah tapi yang saya pikir itu saya harus lihat dulu suhu akhirnya
berapa sehingga nanti kan dari suhunya, saya bisa menyimpulkan wujud
akhir dari es dan air itu bagaimana.”
Responden C menyebutkan jika suhu akhir campuran bernilai negatif (-),
maka wujud akhir campuran adalah padat. Jika suhu akhir campuran bernilai tidak
negatif, maka wujud akhirnya adalah air. Pernyataan ini sudah benar. Responden
C tampak memahami syarat suatu benda dikatakan berwujud beku atau cair.
Proses ini menunjukkan kategori kognitif memahami khususnya proses kognitif
menjelaskan.
P : ”Kalau didapat suhunya tidak minus, kesimpulannya apa? Terus kalau
didapat suhunya minus kesimpulannya apa?”
C : ”Kalau didapat suhunya minus berarti campurannya itu nanti jadi
wujudnya padat. Kalau ga minus berarti wujudnya akhirnya air.”
P : ”Berarti es menjadi air?”
C : ”Iya.”
P : ”Kalau yang minus?”
C : ”Air yang menjadi es.”
Responden C menggunakan persamaan asas black seperti pada gambar
4.30 di bawah untuk mencari nilai suhu akhir campuran. Langkah responden C
menyatakan hubungan matematis dari konsep-konsep dasar dengan persamaan
asas black dapat dikategorikan ke tahapan problem solving kode 2.4. Persamaan
asas black dipilih karena dengan ini dapat melibatkan besaran yang ditanya yaitu
suhu akhir campuran . Langkah ini juga termasuk tahapan problem solving
kode 3.1.
Responden C memilih persamaan baru yaitu untuk
disubstitusikan pada ruas kiri dari persamaan asas black, sementara persamaan
baru yaitu untuk ruas kanan. Langkah memilih dan
mensubstitusikan persamaan baru ini masuk dalam tahapan problem solving kode
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
3.2 dan kode 3.3. Selanjutnya responden C menurunkan persamaan tersebut
sampai diperoleh satu persamaan tunggal yang tidak lain adalah persamaan untuk
mengetahui besaran suhu akhir yang ditanya. Langkah ini masuk dalam tahapan
problem solving kode 3.4. Maka tahapan problem solving (3) merencanakan
solusi yang responden C lakukan dapat teridentifikasi. Sementara itu, tahapan
problem solving (2) deskripsi secara fisika yang dapat teridentifikasi hanya untuk
kode 2.4. Langkah responden menurunkan persamaan suhu akhir campuran
disajikan pada gambar 4.30 di bawah ini.
C : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.30 untuk membentuk
persamaan suhu akhir campuran}
C : ”Ini ya kita cari dulu suhu akhirnya ya.”
Gambar 4.30 Penentuan rumus untuk mencari suhu akhir
Responden memilih persamaan dan persamaan
karena peristiwanya melibatkan proses perubahan suhu.
Proses menuliskan persamaan panas perubahan suhu dengan benar termasuk
kategori mengingat khususnya proses kognitif mengingat kembali. Substitusi
persamaan ke ruas kiri dan persamaan
ke ruas kanan dilandasi alasan bahwa es menerima panas sementara air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
yang melepas panas. Proses responden C menjelaskan bahwa es yang menerima
panas dan air yang melepas panas, menunjukkan bahwa responden memahami
konsep panas. Pernyataan ini sesuai dengan teori (Surya, 2010: 13). Proses ini
masuk kategori memahami khususnya proses kognitif menjelaskan. Proses ketika
responden C melakukan substitusi persamaan ke ruas kiri maupun kanan seperti
pada gambar 4.30, menunjukkan kategori memahami khususnya proses kognitif
mengklasifikasikan
C : ”Saya menggunakan persamaan Q serap nya ini. Soalnya kan tadi
dalam proses perubahan, berarti ada eeeeeee istilahnya dalam proses
perubahan itu kan membutuhkan panas. Jadi, karena masih ada
pengaruh panas maka ada juga pengaruh perubahan suhuya. Maka saya
gunakan persamaan panasnya itu massa es dikali panas jenisnya dikali
perubahan suhunya.”
C : ”Saya menggunakan persamaan asas black di mana besarnya kalor
yang diserap sama dengan kalor yang diterima. Nah berarti yang
menerima kalor itu adalah es kemudian yang melepas itu air nya.”
Selanjutnya, responden C memasukkan nilai dan satuan setiap besaran ke
persamaan yang telah dibentuk. Langkah ini termasuk tahapan problem
solving kode 4.1. Responden C melihat bahwa satuan untuk besaran massa es dan
air belum berada dalam satuan gram. Responden C kemudian mengubah satuan
besaran tersebut. Langkah memeriksa satuan yang belum sesuai dan
mengubahnya termasuk dalam tahapan problem solving kode 4.2 dan 4.3.
Responden C menghitung nilai besaran yang ditanya dengan menggabungkan
angka dan satuannya. Langkah ini masuk tahapan problem solving kode 4.4. Maka
tahapan problem solving (4) mengeksekusi rencana dapat teridentifikasi
khususnya kode 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4. Nilai suhu akhir campuran yang diperoleh
adalah seperti tampil pada gambar 4.31 di bawah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
C : ”Nah berarti sekarang kita baru masukkan angka-angkanya.”
C :{responden memasukkan angka-angka pada persamaan Takhir yang
telah dibentuk seperti tampak pada gambar 4.31}
C : ”Biar gampang kita ubah satuannya jadi gram semua.”
C : {responden mengkonversi satuan massa es dan air saat memasukkan
angka ke persamaan pada gambar 4.31}
C : ”Berarti dari sini suhunya minus malah. Jangan-jangan suhu akhirnya
lebih minus lagi dari ini {sambil menunjuk besaran }.”
P : ”Dapatnya minus berapa?”
C : ”Suhunya -4,690C.”
Gambar 4.31 Eksekusi persamaan suhu akhir
Oleh karena didapat nilai jawabannya adalah minus, maka responden C
menyimpulkan bahwa wujud akhir campuran adalah beku. Proses menarik
kesimpulan ini termasuk dalam kategori memahami khususnya proses kognitif
menyimpulkan. Namun, menurut kunci jawaban yang telah dibuat, jawaban suhu
akhir yang diperoleh responden C adalah salah. Peneliti mencoba meminta
pertanggungjawaban atas jawaban tersebut. Ketika ditanya tentang peristiwa
perubahan wujudnya, responden C kebingungan.
P : ”Tadi ada disinggung perubahan wujud juga ya?”
C : ”{responden tampak bingung}yang tadi awalnya ya? Awalnya ya ada,
tapi itu yang saya masih bingung itu dipake di mana. Tapi yang saya
pikirkan dulu , saya harus mencari suhu akhirnya. Q lepasnya sama juga
massa airnya kalikan dengan panas jenis air kali perubahan suhunya.
Akhirnya diselesaikan secara matematis maka suhu akhir campuran es
dan air didapat -4,690C. Berarti kalau misalnya kita lihat dengan
teorinya pada saat 00C ke atas itu wujudnya air dan pada saat 0
0C ke
bawah itu wujudnya padat.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Responden C menyadari bahwa seharusnya ada persitiwa perubahan
wujud. Responden C menyadari bahwa jawaban yang diperoleh tidak masuk akal.
Pada persamaan asas black seharusnya diikutsertakan panas perubahan wujud.
Langkah responden ketika memeriksa jawaban yang tidak masuk akal ini
termasuk tahapan problem solving kode 5.2. Ketika ditanya letak persamaan panas
perubahan wujud, responden C menjawab bahwa letaknya adalah diruas .
Responden C tampak memeriksa ulang pengerjaanya. Langkah ini masuk ke
tahapan problem solving kode 5.3. Maka tahapan problem solving (5)
mengevalusi yang dapat teridentifikasi hanya untuk kode 5.2 dan 5.3.
C : ”Nah tapi kan di situ terjadi perubahan wujud. Ada yang kurang di
persamaan ini kalau menurut saya.{responden baru menyadari bahwa
ada besaran yang kurang dalam persamaan}”
P : ”Kurangnya di mana?”
C : ”Ditambah di sini {menunjuk ruas Q serap} dengan panas yang
dibutuhkan untuk berubah wujud.”
Ketika ditanya objek yang berubah wujud, responden C menjawab air
yang berubah jadi es. Jawaban ini disimpulkan berdasarkan perolehan nilai suhu
akhir yang dikerjakan tadi. Padahal langkah yang ditempuh untuk mendapatkan
nilai suhu akhir tersebut sudah salah. Responden C kebingungan ketika peneliti
meminta konfirmasi atas pernyataan tersebut.
P : ”Yang berubah wujud siapa?”
C : ”Airnya yang berubah wujud menjadi es.”
P : ”Kok tau? Kenapa ga es yang berubah jadi air?”
C : ”Saya tau dari suhu akhir campurannya minus.”
P : ”Padahal tadi katanya dipersamaan asas black ada sesuatu yang
kurang.”
C : ”Ya.”
P : ”Tapi kok bisa menyakini hasil T=-4,690C ini tetap dipakai untuk
menarik kesimpulan?”
C : ”Oh iya ya hahaha.”
P : ”Terus gimana?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Setelah berpikir panjang, akhirnya responden menyadari bahwa
seharusnya dicari terlebih dahulu wujud akhir campuran. Namun ketika ditanya
bagaimana cara mencarinya, responden C tidak bisa menjelaskan.
C : ”Berarti kita harus berpikir lebih awal siapa yang berubah wujud itu.
Kalau sudah tau siapa yang berubah wujud, nanti ditambahkan berapa
kalor yang dibutuhkan untuk merubah wujud.”
P : ”Gimana itu dijalankan?”
C : ”Eee….{responden diam sejenak untuk berpikir mencari solusinya}.”
Responden C tidak bisa memperoleh jawaban yang benar.
Penyebabnya adalah ketidakmampuan berpikir analitis. Responden C tidak
mampu sampai berpikir bahwa pertama-tama yang harus diselidiki adalah
wujud akhir campuran kemudian bisa didapatkan suhu akhirnya.
Responden C justru mencari suhu akhirnya terlebih dahulu. Responden juga
tidak tahu cara menyelidiki wujud akhir campuran.
Gambar 4.30 menunjukkan bahwa responden C mengabaikan persamaan
panas perubahan wujud. Responden C hanya melibatkan panas perubahan suhu.
Jika mengetahui wujud akhir campuran terlebih dahulu, maka dapat
mensubtitusikan persamaan panas yang benar ke persamaan asas black.
Jika diamati, bentuk persamaan yang ditulis responden serupa dengan
persamaan . Bentuk persamaan ini familiar. Bentuk persamaan
seperti ini hanya berlaku untuk konteks soal yang tidak melibatkan perubahan
wujud. Soal yang penyelesaiannya menggunakan bentuk persamaan ini sangat
familiar dijumpai dalam pembelajaran di kelas. Sementara, soal dalam penelitian
ini termasuk soal yang melibatkan proses perubahan wujud. Soal yang digunakan
dalam penelitian ini termasuk soal yang tidak familiar. Ketika responden C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
menggunakan bentuk persamaan untuk menyelesaikan soal
dalam penelitian ini, maka hasil yang didapat pasti salah.
Responden C terkesan memaksakan persamaan itu untuk menyelesaikan
soal ini. Kebiasaan seperti ini oleh banyak peneliti disebut dengan strategi
pattern-matching (Heller dan Kenneth, 2010: 18; Sabella dan Edward, 2007:
1019). Proses kognitif yang terlibat saat melakukan strategi pattern-matching
hanya sebatas pada kategori mengaplikasikan khususnya proses kognitif
mengeksekusi. Kategori kognitif ini tergolong kemampuan berpikir tingkat
rendah (low order thinking skills) (Winarti et al, 2015: 66).
Urutan tahapan problem solving responden C khususnya pada tahapan (3)
merencanakan solusi dan (4) mengeksekusi rencana sudah persis sama dengan
model Minnesota. Namun, dari uraian di atas menunjukkan bahwa walaupun
urutan tahapan problem solving sesuai dengan model, responden C tetap tidak bisa
mendapatkan jawaban yang benar. Hal ini memberikan informasi bahwa proses
problem solving harus ditunjang dengan kemampuan kognitif tingkat tinggi,
dalam hal ini menganalisis.
Gambar 4.33 di halaman selanjutnya adalah flowchart tahapan problem
solving yang ditempuh responden C saat menyelesaikan soal. Beberapa tahapan
problem solving model Minnesota bisa teridentifikasi pada tahapan problem
solving milik responden C. Urutan tahapan problem solving (3) merencanakan
solusi dan (4) mengeksekusi rencana, sudah sesuai dengan model. Namun
responden C tidak berhasil menemukan jawaban yang benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Gambar 4.33 Flowchart tahapan problem solving responden C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
4. Responden D
Tabel 4.7. Coding tahapan problem solving responden D
D: Responden D
P: Peneliti
No. Pernyataan Gambar Pengerjaan Responden
Kode
Tahapan
Problem
Solving
1 I D : {responden membaca soal}
D :{responden menulis besaran-besaran yang diketahui dari soal seperti pada
gambar 4.34}
D : ”Berarti diketahui massa es nya itu 245kg, ya tho. Dengan T awalnya itu -50C.
Terus kemudian dicampur dengan air. Berarti massa air itu 5,6 kg. Suhu awal
air nya itu 60C,T0 airnya.”
D : ”Nah, sedangkan diketahui panas jenis air, berarti ,
sedangkan dan panas laten, panas laten itu L ya kalau ga
salah hehehe. Aku lupa hehehe . Kayaknya sih iya .”
Gambar 4.34 Besaran yang diketahui
1.1
1.2
2 I D : ”Dah tho, terus selidikilah wujud akhir dari es dan air pada keadaan akhir
sistem. Selidikilah wujud akhir, berarti yang ditanya pertama itu, {sambil
menulis seperti pada gambar 4.35} Wujud akhir dari es dan air. Terus berapa
suhu akhir sistem?”
Gambar 4.35 Pertanyaan soal
1.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
3 I D : ”Nah terus gimana ngerjainnya?”
D : ”Aku lupa e hehehe. Kalau ga salah sih gini, itu kan kita tahu kalor yang
dibutuhkan itu kan tapi ini kan suhu campuran haduh… {sambil
menuliskan persamaan seperti tampak pada gambar 4.36}.”
Gambar 4.36 Persamaan panas perubahan suhu
1.4
2.4
4 I D : ”Sek bentar. Peristiwa pertama, itu kan aku punya es. , ya ga sih
rumusnya itu tu? Ini kesetimbangan termal tho?”
P : ”Menurut mu bagaimana?”
D : ”Soalnya itu dia, berapa suhu akhir. Berarti sebenarnya yang mau dicari itu
kesetimbangan termal dia. Jadi suhu akhir ketika es dicampur sama air itu
berapa?”
P : ”Terus?”
D : ”Ya kalau kesetimbangan termal sih setau ku , kayaknya sih gitu.”
5 I D : ”{responden membaca ulang pertanyaan soal} Berapa suhu akhir.”
6 I D : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.37}
D : ”Berarti . Ehmmmm…. Lah , gimana dong? Ini massa es
nya 245, berarti pake rho es. Rho es itu kan 0,5. nya….. Ooo nya itu
berarti T awal, apa tadi. T awal es nya itu tadi -5. Oh di sini -5. Heh salah salah
salah, tho sama dengan di sini massa nya 5,6 di kali rho air nya 1,
nya . Berarti di sini 245 kali 0,5 kali sama dengan 5,6 kali
1 kali, nya ga tau, , nya berapa tadi, T air nya 6.”
D : ”Itu berarti 245 di kali 0,5. 122,5 berarti 5,6 . Kayaknya
sih gini. Berarti, 122,5 ditambah 61,25 sama dengan 5,6 min 33,6. Berarti,
122,5 ditambah 5,6 sama dengan -33,6 -61,25. Hah? Kok minus? 128,1
sama dengan -94,85. .”
Gambar 4.37 Perhitungan suhu akhir campuran
3.2
3.4
4.1
4.4
7 I D : ”Loh? Kok ? haduhh.” 5.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
8 I P : ”Gimana? Salahnya di mana?”
D : ”Sek…sek.. kalau suhu akhir, berarti tu kan massa 1 ditambah massa 2.
Berarti itu harusnya karna kan tadi dicampur. Berapa suhu akhir dari
es dan air?”
9 I D : ”Ehmmm…. Sek tak baca soalnya lagi. {re sponden membaca ulang soal}”
D : ”Sebongkah es massanya sekian, dia punya suhu minus sekian, terus es nya itu
kan dicampur sama air. Air nya itu massa nya sekian, berartikan .
Suhunya tu sekian. Jika airnya segitu, terus panas jenisnya segitu, panas
latennya segitu. Nah selidikilah wujud akhir.”
10 I D : ”Berarti aku punya tak tambah sama . Sek…sek…rho itu panas jenis
apa apa massa jenis ya? Ya bener panas jenis. Berarti aku punya , aku juga
punya , lalu . Gimana tho? Haduuuhh… sek, aku bingung beneran ini ni.”
11 I P : ”Gimana sudah puas dengan pemahaman soalnya?”
D : ”Belum belum belum. Ada yang kurang kayaknya.”
12 I D : ”Eeee… tapi kan harusnya massa nya itu dijumlahkan. Bener kok tapi masak
iya sih suhu akhirnya ? Ehm…. Terus itu kan ada panas laten, lah terus
buat apa?”
13 I P : ”Alur kejadiannya gimana sih itu seharusnya?”
D : ”Panas laten itu kan, kalau ketika dia berubah wujud itu dia tidak mengalami
perubahan suhu makanya itu tu disebut panas latennya. Terus buat apa dong?
Aku lupa a.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Tabel.4.8. Kategori kognitif responden D
D: responden D
P: peneliti
No. Pernyataan Responden Keterangan Proses Kognitif Kategori
Kognitif
1
Gambar 4.36 Persamaan panas perubahan suhu
- Responden D menuliskan persamaan-persamaan
panas dengan benar.
Mengingat kembali Mengingat
Gambar 4.34 Besaran yang diketahui
- Responden D menuliskan simbol yang sesuai
untuk besaran-besaran yang diketahui dari soal
Mengenali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
2
Gambar 4.38 Substitusi nilai pada persamaan asas black
D : ”Berarti . Ehmmmm…. Lah , gimana
dong? Ini massa es nya 245, berarti pake rho es. Rho es itu kan
0,5. nya….. Ooo nya itu berarti T awal, apa tadi. T
awal es nya itu tadi -5. Oh di sini -5. Heh salah salah salah,
tho sama dengan di sini massa nya 5,6 di kali rho air
nya 1, nya . Berarti di sini 245 kali 0,5 kali
sama dengan 5,6 kali 1 kali, nya ga tau,
, nya berapa tadi, T air nya 6.”
- Responden D mengelompokkan persamaan
panas perubahan suhu untuk es di ruas kiri dan
panas berubahan suhu untuk air di ruas kanan.
Mengklasifikasikan Memahami
3
Gambar 4.38 Substitusi nilai pada persamaan asas black
- Responden D memaksa mengunakan persamaan
panas yang familiar ke persamaan asas black
untuk menjawab soal yang tidak familiar.
Mengeksekusi Mengaplikasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Tahapan Problem Solving dan Proses Kognitif Responden D
Tahapan problem solving responden D dapat diidentifikasi mencakup
tahap-tahap: (1) fokus pada masalah, (2) deskripsi secara fisika, (3) merencanakan
solusi, (4) mengeksekusi rencana, dan (5) mengevaluasi. Meskipun demikian,
tampak bahwa responden D gagal memahami soal dengan baik. Beberapa
subtahapan problem solving menurut model Minnesota tidak terindentifikasi di
tahapan problem solving responden D. Alur tahapan problem solving responden D
secara keseluruhan disajikan dalam bentuk flowchart seperti pada gambar 4.39 di
akhir pembahasan responden D ini.
Proses kognitif responden D dalam menyelesaikan soal penelitian ini
sangat terbatas. Proses kognitif responden D yang bisa teridentifikasi yaitu
kategori mengingat, memahami, dan mengaplikasikan. Kategori mengingat
meliputi proses kognitif mengenali dan mengingat kembali. Kategori memahami
hanya meliputi proses kognitif mengklasifikasikan. Kategori mengaplikasikan
terbatas pada proses kognitif mengeksekusi. Semua kategori yang dapat
teridentifikasi dari responden D termasuk kemampuan berpikir tingkat rendah
(low order thinking skills).
Responden D membaca soal untuk memahaminya. Responden D
memahami soal sebagai proses pencampuran antara es dan air. Pernyataan ini
menunjukkan tahapan problem solving kode 1.1. Responden D tidak
menggambarkan suatu sketsa apapun. Responden D langsung menuliskan
informasi besaran-besaran yang diketahui dari soal disertai dengan simbol-
simbolnya. Namun, terdapat satu besaran yang simbolnya salah. Responden D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
memberi simbol panas jenis dengan . Simbol tersebut seharusnya untuk besaran
massa jenis. Langkah menuliskan besaran yang diketahui dapat diidentifikasi ke
dalam tahapan problem solving kode 1.2. Proses menuliskan simbol yang sesuai
untuk besaran-besaran yang diketahui dari soal termasuk dalam kategori
mengingat khususnya proses kognitif mengenali.
D : {responden membaca soal}
D :{responden menulis besaran-besaran yang diketahui dari soal seperti
pada gambar 4.34}
D : ”Berarti diketahui massa es nya itu 245kg, ya tho. Dengan T awalnya
itu -50C. Terus kemudian dicampur dengan air. Berarti massa air itu 5,6
kg. Suhu awal air nya itu 60C,T0 airnya.”
D : ”Nah, sedangkan diketahui panas jenis air, berarti ,
sedangkan dan panas laten, panas laten itu L ya
kalau ga salah hehehe. Aku lupa hehehe . Kayaknya sih iya .”
Gambar 4.34 Besaran yang diketahui
Responden D menyatakan dan menuliskan pertanyaan soal tanpa memberi
simbol untuk besaran yang ditanya tersebut. Langkah ini termasuk tahapan
problem solving kode 1.3. Pertanyaan soal dituliskan responden seperti tampak
pada gambar 4.35 di bawah ini.
D : ”Dah tho, terus selidikilah wujud akhir dari es dan air pada keadaan
akhir sistem. Selidikilah wujud akhir, berarti yang ditanya pertama itu,
{sambil menulis seperti pada gambar 4.35} Wujud akhir dari es dan
air. Terus berapa suhu akhir sistem?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Gambar 4.35 Pertanyaan soal
Responden D tampak sedikit bingung mengerjakan soal. Responden D
memilih pendekatan dengan menuliskan persamaan panas perubahan wujud.
Responden D beranggapan bahwa peristiwa tersebut adalah peristiwa
kesetimbangan termal. Langka memilih pendekatan ini termasuk tahapan problem
solving kode 1.4 dan 2.4. Proses menuliskan persamaan panas dengan benar
seperti gambar 4.36, termasuk kategori mengingat khususnya proses kognitif
mengingat kembali.
D : ”Nah terus gimana ngerjainnya?”
D : ”Aku lupa e hehehe. Kalau ga salah sih gini, itu kan kita tahu kalor
yang dibutuhkan itu kan tapi ini kan suhu campuran
haduh… {sambil menuliskan persamaan seperti tampak pada gambar
4.36}.”D: sek bentar. Peristiwa pertama, itu kan aku punya es. ,
ya ga sih rumusnya itu tu? Ini kesetimbangan termal tho?
D : ”Sek bentar. Peristiwa pertama, itu kan aku punya es. , ya ga
sih rumusnya itu tu? Ini kesetimbangan termal tho?”
P : ”Menurut mu bagaimana?”
D : ”Soalnya itu dia, berapa suhu akhir. Berarti sebenarnya yang mau
dicari itu kesetimbangan termal dia. Jadi suhu akhir ketika es dicampur
sama air itu berapa?”
P : ”Terus?”
D : ”Ya kalau kesetimbangan termal sih setau ku , kayaknya sih
gitu.”
Gambar 4.36 Persamaan panas perubahan suhu
Responden D langsung menggunakan persamaan seperti pada gambar
4.37. Langkah ini termasuk tahapan problem solving kode 3.2. Ketika menuliskan
persamaan panas perubahan suhu, responden D tidak memberi indeks keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
pada tiap besaran yang terlibat. Jika diperhatikan, ruas kiri adalah ruas untuk es
dan ruas kanan adalah ruas untuk air. Proses mengelompokkan seperti ini
termasuk kategori memahami khususnya proses kognitif mengklasifikasikan.
Responden D langsung memasukkan nilai tiap besaran ke dalam persamaan tanpa
mengikutsertakan satuan. Tampak pula responden D tidak mengkonversi satuan
massa es dan air ke gram. Langkah responden memasukkan nilai tiap besaran,
termasuk dalam tahapan problem solving kode 4.1. Responden menurunkan
persamaan setelah nilai setiap besaran dimasukkan. Langkah ini termasuk tahapan
problem solving kode 3.4. Responden melakukan perhitungan sampai didapat
nilai suhu akhir campuran. Langkah ini termasuk tahapan problem solving kode
4.4.
D : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.37}
D : ”Berarti . Ehmmmm…. Lah , gimana dong? Ini
massa es nya 245, berarti pake rho es. Rho es itu kan 0,5. nya…..
Ooo nya itu berarti T awal, apa tadi. T awal es nya itu tadi -5. Oh di
sini -5. Heh salah salah salah, tho sama dengan di sini massa
nya 5,6 di kali rho air nya 1, nya . Berarti di sini 245 kali
0,5 kali sama dengan 5,6 kali 1 kali, nya ga tau,
, nya berapa tadi, T air nya 6.”
D : ”Itu berarti 245 di kali 0,5. 122,5 berarti 5,6 . Kayaknya sih gini. Berarti, 122,5 ditambah 61,25 sama dengan 5,6
min 33,6. Berarti, 122,5 ditambah 5,6 sama dengan -33,6 -61,25.
Hah? Kok minus? 128,1 sama dengan -94,85. .”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Gambar 4.37 Perhitungan suhu akhir campuran
Nilai suhu akhir yang didapat yaitu . Bagian ini menunjukkan
tahapan problem solving kode 5.2. Responden D tidak yakin dengan hasil
temuannya. Responden D tidak bisa memberikan alasan yang rasional
D : ”Loh? Kok ? haduhh.”
Responden D tampak mencoba memahami ulang soal. Responden D
malah berpikiran untuk menjumlahkan massa es dan massa air karena peristiwa
tersebut adalah pencampuran. Tampak tanda-tanda bahwa responden D tidak
memahami maksud soal dengan baik. Responden D masih tetap tidak menyadari
bahwa simbol panas jenis yang digunakan adalah salah
P : ”Gimana? Salahnya di mana?”
D : ”Sek…sek.. kalau suhu akhir, berarti tu kan massa 1 ditambah massa
2. Berarti itu harusnya karna kan tadi dicampur. Berapa suhu
akhir dari es dan air?”
D : ”Ehmmm…. Sek tak baca soalnya lagi. {responden membaca ulang
soal}”
D : ”Sebongkah es massanya sekian, dia punya suhu minus sekian, terus
es nya itu kan dicampur sama air. Air nya itu massa nya sekian,
berartikan . Suhunya tu sekian. Jika airnya segitu, terus panas
jenisnya segitu, panas latennya segitu. Nah selidikilah wujud akhir.”
D : ”Berarti aku punya tak tambah sama . Sek…sek…rho itu panas
jenis apa apa massa jenis ya? Ya bener panas jenis. Berarti aku punya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
, aku juga punya , lalu . Gimana tho? Haduuuhh… sek, aku
bingung beneran ini ni.”
Responden D menyadari ada yang kurang yaitu panas laten. Namun,
responden D tidak tahu kegunaan panas laten yang diberikan dalam soal. Pada
akhirnya responden D tetap tidak bisa memperoleh jawaban yang benar.
Responden D mengakui bahwa ia lupa tentang konsep perubahan wujud.
P : ”Gimana sudah puas dengan pemahaman soalnya?”
D : ”Belum belum belum. Ada yang kurang kayaknya.”
D : ”Eeee… tapi kan harusnya massa nya itu dijumlahkan. Bener kok tapi
masak iya sih suhu akhirnya ? Ehm…. Terus itu kan ada panas
laten, lah terus buat apa?”
P : ”Alur kejadiannya gimana sih itu seharusnya?”
D : ”Panas laten itu kan, kalau ketika dia berubah wujud itu dia tidak
mengalami perubahan suhu makanya itu tu disebut panas latennya.
Terus buat apa dong? Aku lupa a.”
Masalah yang menyebabkan responden D tidak bisa mendapatkan
jawaban yang benar, sama persis dengan yang dialami responden C.
Responden D tidak bisa sampai berpikir analitis. Masalah diperparah karena
responden D lupa tentang konsep perubahan wujud. Gambar 4.37 menunjukkan
bahwa responden D mengabaikan persamaan panas perubahan wujud. Responden
D hanya melibatkan panas perubahan suhu. Oleh karena responden D
beranggapan bahwa terjadi peristiwa kesetimbangan termal, spontan persamaan
yang digunakan pun seperti yang tampak pada gambar 4.37.
Responden D memaksakan persamaan seperti yang ia tulis di gambar 4.37
untuk menyelesaikan soal ini. Responden D juga menggunakan strategi pattern-
matching seperti yang dilakukan responden C. Proses kognitif yang terlibat
hanya sebatas kategori mengaplikasikan khususnya proses kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
mengeksekusi. Kategori ini tergolong kemampuan berpikir tingkat rendah
(Low Order Thinking Skills)
Gambar 4.39 di halaman selanjutnya adalah flowchart tahapan problem
solving yang ditempuh responden D saat menyelesaikan soal. Tahapan problem
solving responden D sangat sederhana. Peneliti menemukan bahwa terdapat
beberapa tahapan problem solving model Minnesota yang bisa teridentifikasi pada
tahapan problem solving milik responden D. Beberapa subtahapan problem
solving model Minnesota tidak ditemukan pada tahapan problem solving
responden D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Gambar 4.39 Flowchart tahapan problem solving responden D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Rangkuman Pembahasan Keempat Responden
Tabel 4.9 Rangkuman Pembahasan Keempat Responden
N
o. Responden
Proses Problem
Solving Proses Kognitif Ketercapaian
1 A a. Tidak urut sesuai
model Minnesota
b. Tahapan
problem solving
responden A
ditunjukkan pada
gambar 4.20
a. Kategori Mengingat: mengingat kembali
dan mengenali.
b. Kategori Memahami: menafsirkan,
mengklasifikasikan, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan.
c. Kategori Mengaplikasikan: mengeksekusi
dan mengimplementasikan.
d. Kategori Menganalisis: membedakan dan
mengorganisasi.
e. Kategori Mengevaluasi: memeriksa.
Berhasil
mendapat
jawaban benar
2 B a. Tidak urut sesuai
model Minnesota
b. Tahapan problem
solving
responden B
ditunjukkan pada
gambar 4.28
a. Kategori Mengingat: mengingat kembali
dan mengenali.
b. Kategori Memahami: menafsirkan,
mengklasifikasikan, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan.
c. Kategori Mengaplikasikan: mengeksekusi
dan mengimplementasikan.
d. Kategori Menganalisis: membedakan dan
mengorganisasi.
e. Kategori Mengevaluasi: memeriksa.
Berhasil
mendapat
jawaban benar
3 C a. Tidak urut sesuai
model Minnesota
b. Tahapan problem
solving
responden C
ditunjukkan pada
gambar 4.32
a. Kategori Mengingat: mengingat kembali
dan mengenali.
b. Kategori Memahami: mengklasifikasikan,
menyimpulkan, dan menjelaskan.
c. Kategori Mengaplikasikan: mengeksekusi.
Tidak berhasil
mendapat
jawaban benar
4 D a. Tidak urut sesuai
model Minnesota
b. Tahapan problem
solving
responden D
ditunjukkan pada
gambar 4.38
a. Kategori Mengingat: mengingat kembali
dan mengenali.
b. Kategori Memahami: mengklasifikasikan.
c. Kategori Mengaplikasikan:
mengimplementasikan.
Tidak berhasil
mendapat
jawaban benar
Dari tabel 4.9 tampak bahwa tahapan problem solving responden tidak semata-
mata menentukan keberhasilan mendapatkan jawaban benar. Keberhasilan
responden mendapat jawaban benar tergantung proses kognitif yang terlibat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Setiap responden memiliki tahapan problem solving yang berbeda-beda.
Tahapan problem solving keempat responden tidak urut sesuai dengan
model Minnesota. Ada beberapa sub tahapan problem solving model
Minnesota yang tidak teridentifikasi pada tahapan milik responden.
2. Responden A dan responden B berhasil menjawab dengan benar,
sedangkan responden C dan responden D tidak.
3. Proses kognitif yang teridentifikasi dari responden A sama dengan
responden B, yaitu membedakan dan mengorganisasi untuk kategori
menganalisis; memeriksa untuk kategori mengevaluasi; mengingat
kembali dan mengenali untuk kategori mengingat; menafsirkan,
mengklasifikasikan, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan
untuk kategori memahami; mengeksekusi dan mengimplementasikan
untuk kategori mengaplikasikan.
4. Proses kognitif yang teridentifikasi dari responden C, yaitu mengingat
kembali dan mengenali untuk kategori mengingat; mengklasifikasikan,
menyimpulkan, dan menjelaskan untuk kategori memahami; mengeksekusi
untuk kategori mengaplikasikan. Proses kognitif yang teridentifikasi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
responden D, yaitu mengingat kembali dan mengenali untuk kategori
mengingat; mengklasifikasikan untuk kategori memahami; mengeksekusi
untuk kategori mengaplikasikan.
B. Saran
Saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai
berikut.
1. Bagi guru, guru diharapkan melatih kemampuan siswa menyelesaikan soal
fisikadengan tipe soal yang proses pengerjaannya membutuhkan tingkat
berpikir rendah sampai tinggi. Soal tidak hanya dibuat untuk level berpikir
mengingat, memahami, dan mengaplikasikan (Lower Order Thinking
Skills) tetapi juga untuk level menganalisis, mengevaluasi, bahkan
mencipta (Higher Order Thinking Skills).
2. Bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut untuk:
a. melakukan penelitian tentang metode pembelajaran yang mampu
memfasilitasi siswa agar bisa meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi dalam menyelesaikan soal-soal fisika;
b. melakukan penelitian untuk mengembangkan soal-soal fisika yang
mampu mengungkap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W. dan David R. K. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Giancoli, D.C. 2014. Fisika. Edisi 7, jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Heller, P. dan Kenneth H. 1999. Cooperative Group Problem Solving in Physics.
US: University of Minnesota.
_______. 2010. Cooperative Problem Solving in Physics A User’s Manual. US:
University of Minnesota.
Kanginan, M. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kemendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Atas/ Madrasah
Aliyah (SMA/MA) Mata Pelajaran Fisika. Jakarta.
Kiong, T.T. et al. 2012. Thinking Skills for Secondary School Students in
Malaysia. Dalam Journal of Research, Policy & Practice of Teachers &
Teacher Education, Vol 2. No 2, Desember. Hal 12-23.
Krulik, S. dan Jesse A. R. 1996. The New Sourcebook for Teaching Reasoning
and Problem Solving in Junior and Senior High School. Boston: Allyn and
Bacon
Moleong, L. J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
Mufidah, R., Kadim M., dan Sutopo. 2014. Pola Berpikir Siswa dalam
Memecahkan Masalah Getaran dan Gelombang dengan Metode Think Aloud
(Studi Kasus di SMP Negeri 4 Malang). Dalam Jurnal Online Universitas
Negeri Malang, Vol 2. No 1. Hal 1-9.
Rahmat, M., Muhardjito, dan Siti Z. 2014. Kemampuan Pemecahan Masalah
Melalui Strategi Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving Siswa
Kelas X SMA. Dalam Jurnal Fisika Indonesia, Vol XVIII. No 54, Desember.
Hal 108-112.
Sabella, M. S. dan Edward F. R. 2007. Knowledge Organization and Activation in
Physics Problem Solving. Dalam Am. J. Phys, Vol 75. No 11, November. Hal
1017-1028.
Santrock, J. W. 2009. Psikologi Pendidikan. Edisi 3, jilid 2. Jakarta: Salemba
Humanika.
Serway, R. A. dan John W. J. 2010. Fisika untuk Sains dan Teknik. Edisi 6, jilid 2.
Jakarta: Salemba Teknika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
van Someren, M.W., Yvonne F. B., dan Jacobijn A. C. S. 1994. The Think Aloud
Method A Practical Guide to Modelling Cognitive Processes. London:
Academic Press.
Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
Suparno, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Surya, Y. 2010. Suhu dan Termodinamika. Tangerang: PT Kandel.
Syukri, M., Halim L., dan Meerah T. S. M. 2012. Model Pendekatan Pakar Fisika
dalam Menyelesaikan Masalah Fisika Konteksual: Sebuah Studi Kasus.
Dalam Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol 8. No 1, Januari. Hal 61-67.
Tandiramma, H., Mansyur J., dan Darsikin. 2014. Alur Penalaran Siswa dalam
Physics Problem Solving Ditinjau dari Kerangka Kerja Greeno. Dalam
Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika ke-5, Vol 5. No1,
September. Hal 77-85.
Winarti. 2015. Profil Kemampuan Berpikir Analisis dan Evaluasi Mahasiswa
dalam Mengerjakan Soal Konsep Kalor. Dalam Jurnal Inovasi dan
Pembelajaran Fisika, Vol 2. No 1, Mei. Hal 19-24.
Winarti et al. 2015. Analysis of Higher Order Thinking Skills Content of Physics
Examinations in Madrasah Aliyah. Dalam Proceeding of International
Conference on Mathematics, Science, and Education 2015, Vol 2. No1,
September. Hal PE-65 – PE-69.
http://www.oecd.org
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
LAMPIRAN I
Soal Perubahan Wujud
1. Sebongkah es bermassa 245 kg bersuhu -50C dicampur dengan air bermassa
5,6 kg bersuhu 60C. Diketahui panas jenis air 1 kal/gram
0C, panas jenis es 0,5
kal/gram0C, dan panas peleburan 80 kal/gram. Jika panas peleburan sama
dengan panas pembekuan, selidikilah wujud akhir dari es dan air setelah
dicampur! Berapa suhu akhir sistem?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
LAMPIRAN II
Kunci Jawaban Soal
1. Fokus pada Masalah
Gambar kejadian dan informasi besaran yang diketahui:
Pertanyaan soal:
Selidikilah wujud akhir dari es dan air pada keadaaan akhir sistem! Berapa
suhu akhir sistem?
Pendekatan:
o Sistem adalah es dan air yang bercampur
o Asumsi: tidak ada panas yang keluar ataupun masuk sistem
o Melibatkan konsep panas perubahan suhu
o Melibatkan konsep perubahan wujud benda
o Melibatkan konsep asas black
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Deskripsi secara Fisika
Diagram perubahan wujud
Besaran yang dicari
Suhu akhir sistem =
Hubungan besaran terkait
panas untuk meleburkan es jadi air = panas untuk
membekukan air jadi es
panas untuk menaikan suhu benda
Rencana Penyelesaian
Ada tiga kemungkinan wujud akhir sistem:
a) semua es menjadi air.
Syarat: panas yang dilepas air air untuk jadi air minimal
bernilai sama dengan akumulasi panas yang dibutuhkan es untuk
jadi es dan panas yang dibutuhkan es untuk melebur jadi air
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
b) sebagian es menjadi air
Syarat: panas dari air lebih besar dari panas yang dibutuhkan es
untuk jadi es dan sisa panas tersebut lebih kecil dari panas yang
dibutuhkan es untuk melebur jadi air
c) air menjadi es seutuhnya
Syarat: panas yang dilepas air untuk jadi air lebih kecil dari panas
yang dibutuhkan es untuk jadi es .
Mencari panas yang dilepas air untuk jadi air
Mencari panas yang dibutuhkan es untuk jadi es
Mencari
Jika < maka ada kemungkinan air membeku seutuhnya sehingga air
harus melepas panas sebesar untuk membeku seutuhnya
Jika panas yang dilepas air ( + ) lebih kecil dari menunjukkan
bahwa panas sebesar ( + ) tidak mampu untuk menaikan suhu es dari
ke es . Namun hanya mampu menaikan suhu es ke suhu
.
Jadi, keadaan akhir adalah air menjadi es seutuhnya yang bersuhu
dan es yang mula-mula bersuhu akan menjadi es bersuhu
Suhu akhir sistem sama dengan suhu akhir es dan suhu akhir air yang jadi
es, maka berlaku konsep asas black
Eksekusi Rencana
Panas yang dilepas air untuk jadi air
Tanda negatif menunjukkan panas lepas dari air
Panas yang dibutuhkan es untuk jadi es
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Karena < maka ada kemungkinan air membeku seutuhnya sehingga
air harus melepas panas sebesar untuk membeku seutuhnya
Panas yang dilepas air untuk jadi es
Tanda negatif menunjukkan panas lepas dari air untuk jadi es
Jadi, keadaan akhir adalah air menjadi es seutuhnya
dan suhu akhir sistem sebesar Tc berada di antara sampai
Asas black
Karena air sudah menjadi es seutuhnya maka
Jadi, suhu akhir sistem adalah
Evaluasi Penyelesaian
Apakah hasil matematis menjawab pertanyaan? Ya, Wujud akhir dari
sistem adalah es bersuhu
Apakah satuan jawaban sudah sesuai dengan besaran yang ditanya? Ya,
satuan dari suhu adalah 0C
Apakah jawaban masuk akal? Ya, jawaban sudah masuk akal, dengan
massa es sebesar 245kg bersuhu -50C sementara massa air 5,6 kg
berusuhu 60C sangat dimungkinkan bahwa air menjadi es seutuhnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
LAMPIRAN III
Lembar Pengerjaan Responden A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Lembar Pengerjaan Responden A (lanjutan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN IV
Lembar Pengerjaan Responden B
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
LAMPIRAN V
Lembar Pengerjaan Responden C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
LAMPIRAN VI
Lembar Pengerjaan Responden D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
LAMPIRAN VII
Transkrip Wawancara Responden A
Kode Responden :A
Kode Peneliti :P
Bagian I: Responden A mengerjakan soal hingga Selesai
A : {responden A membaca soal tanpa bersuara}
P : ”Menurumu, bagaimana maksud soalnya itu?”
A : ”Eee… jadi ini pake asas black ngerjainnya”
P : ”Peristiwanya apa itu?”
A : ”Pencampuran. Es bersuhu -50C, ini kan dicampur sama air yang lebih panas, berarti
es nya nanti suhunya pasti naik sampai 00C kemudian diubah, kalau kalornya diserap,
diubah jadi air. Sedangkan yang air ini dari 60C kan dicampur sama yang lebih dingin,
es, jadi suhunya nanti turun.”
Gambar 4.1 Pola grafik perubahan wujud
A : ”Diminta untuk menyelidiki wujud akhir campuran es dan air, terus suhu akhir
campuran. berarti nanti pakai asas black ini.”
P : ”Kemudian apa yang harus dimulai?”
A : ”Berarti harus dicari dulu kalor yang dilepas air itu cukup ga untuk menaikan suhu es
dari -50C ke 0
0C. Maksudnya kalor yang dilepas air dari 6
0C ke 0
0C.”
A : ”Jadi misalnya, {sambil menulis persama.an seperti gambar 4.2} ini kalor es. Ini
berarti , kalor yang dibutuhkan es untuk mencapai suhu 00C itu
sama dengan 612,5 kal.”
Gambar 4.2 Perhitungan panas perubahan suhu untuk es
A : ”Terus kalau yang kalor dari air {sambil menulis persamaan seperti gambar 4.3}.
Massanya 5,6 kali 1 kali ∆T nya 6 sama dengan 33,6 kal.”
Gambar 4.3 Perhitungan panas perubahan suhu untuk air
A : ”Ini berarti kalor yang diperlukan es untuk menurunkan suhu dari -50C sampe 0
0C itu
lebih banyak dari kalor yang dilepaskan air untuk menurunkan suhu dari 60C ke 0
0C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Berarti yang berubah wujud menjadi es itu yang air. Soalnya kalor yang dibutuhkan es
itu masih lebih banyak dari pada yang dilepaskan si air.”
P : ”Kemudian pengerjaannya?”
A : ”Jadi nanti {sambil menulis persamaan }.”
A : ”Berarti coba kalor yang dilepaskan air untuk berubah jadi es seluruhnya {sambil
menulis persamaan seperti gambar 4.4}. . Massanya 5,6 kali 80 sama
dengan 448.”
A : ”Berarti kalor yang harus dilepaskan dari air untuk berubah jadi es itu sebesar 448
kal.”
Gambar 4.4 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es
P : ”Itu kalor yang diapakan oleh air?”
A : ”Kalor yang dilepas air”
P : ”Supaya?”
A : ”Supaya berubah jadi es. Terus ini kan 448 ditambah 33,6 itu masih kurang dari ini
{menunjuk yang nilainya 612,5 kal}.Berarti suhu campurannya kurang dari 00C.”
A : ”Berarti yang melepaskan air kan, 5,6.”
A :{berhenti sejenak dan baru menyadari bahwa satuannya belum sesuai}.
A : ”Oh… satuannya. Ini harusnya kilogram diubah ke gram.”
A : {memperbaiki nilai hasil akhir . Semula 612,5 menjadi 612500 seperti pada
gambar 4.5}
Gambar 4.5 Perbaikan perhitungan panas perubahan suhu untuk es
A : {memperbaiki nilai perhitungan . Semula 33,6 kal menjadi 5600 kal seperti
gambar 4.6}
Gambar 4.6 Perbaikan perhitungan panas perubahan suhu untuk air
A : {memperbaiki nilai perhitungan pembekuan. Semula 448 kal menjadi 448000
kal seperti gambar 4.7}
Gambar 4.7 Perbaikan perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es
A : {kemudian responden lanjut masuk ke persamaan seperti gambar 4.8}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
A : ”Q dari 60C sampe 0
0C ditambah Q laten ditambah lagi Q yang dari 0
0C sampe T
sama dengan Q es yang dari T sampe -50C. Ini tambah tambah
sama dengan . Ini massanya 5600, c nya 1, nya 6 ditambah 5600 kali 80
ditambah massanya 5600 kali ½ kali nya (0-T) sama dengan massanya 245 kali ½
kali nya (T-5).”
Gambar 4.8 Perhitungan dengan asas black
A : {responden A meninjau kembali pengerjaan yang semula dikerjakan}
A : ”O…Kok salah. Oh.. ini belum tak kali 6 {sambil menunjuk perhitungan yang
diawal}.”
A : ”Ini. Eh.. ulangi wae lah mas hehehe.”
{Responden A mengulangi pekerjaan dari awal pada lembar baru}
A : {Responden menuliskan kembali perhitungan pada lembar baru seperti pada
gambar 4.9}
A : ” . Massanya 245000, c nya ½, nya (0-(-5)). Ini… 245000 kali 2,5.
Hasilnya 612500 kal.”
Gambar 4.9 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk es
A : ”Terus ini yang {Responden menuliskan kembali perhitungan seperti pada
gambar 4.10}.”
A : ” . Massanya 5600, c nya 1, nya 6. Hasilnya 33600 kal.”
Gambar 4.10 Perhitungan ulang panas perubahan suhu untuk air
A : ”Terus yang Q air jadi es {Responden menuliskan kembali perhitungan
seperti gambar 4.11}.”
Gambar 4.11 Perhitungan ulang panas perubahan wujud air menjadi es
A : {Responden menuliskan perhitungan seperti gambar 4.12}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
A : ”5600 kali 1 kali 6 tambah 5600 kali 80 terus tambah lagi 5600 kali c nya ½ kali ∆T
nya 0-(-T), T nya kan negatif.”
P : ”Kenapa negatif itu? {peneliti menanyakan T yang bernilai negatif}”
A : ”Soalnya suhunya nanti kan di bawah 00C.”
P : ”Suhu apanya? Suhu yang mana?”
A : ”Suhu akhirnya.”
A : ”Terus sama dengan 24500 kali ½ kali -5-(-T)”
Gambar 4.12 Perhitungan ulang dengan asas black
A : ”Loh? Salah?”
P : ”Salahnya dimana? Dapatnya berapa itu? Coba ditulis aja jawaban yang didapat itu
A : ”91,40”
P : ”Kok tau salah itu dari mana?”
A : ”Harusnya suhu campurannya antara -50C sampai 6
0C. {sambil menunjukkan gambar
4.13}”
Gambar 4.13 Rentang kemungkinan letak suhu akhir campuran
P : ”Ternyata didapat 91,4. Salahnya dimana itu?”
A : {Responden tampak mulai melakukan perhitungan ulang angka dengan kalkulator}
A : ”Kok salah ya?”
P : ”Di mana kira-kira kelirunya? Sudah ditemukan?”
A : {responden tampak melihat kembali pengerjaannya}
A : ”Emmm… salah positif negatif di ∆T nya.”
A :{responden mencoba mengubah-ubah tanda positif dan negatif pada ∆T}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
A :{setelah menunggu cukup lama, peneliti mencoba membantu dengan pertanyaan
pancingan}
P : ”Kalau arti ∆T itu menurut kamu apa?”
A : ”Perubahan T.”
P : ”Jadi kalau dimatematiskan?”
A : ”Yang lebih besar dikurangi yang lebih kecil.”
P : ”Apakah selalu demikian? Yang besar dikurangi yang kecil?”
A : ”{responden kebingungan} akhir dikurangi awal, awal dikurangi akhir?”
P : ”Akhir dikurangi awal, atau awal dikurangi akhir, atau yang besar dikurangi yang
kecil?”
A : {mencoba mengotak-atik pemikiran dalam waktu yang cukup lama}
A : ”Ah jadi bingung hehehe.”
A : {setelah mencoba-coba cukup lama, responden mulai melakukan pembenaran seperti
pada gambar 4.14}
Gambar 4.14 Perhitungan nilai suhu akhir campuran
P : ”Gimana? Sudah yakin dengan jawaban itu?”
A : ”Insya Allah hehehe.”
P : ”Salahnya di bagian mana tadi?”
A : ”Ini di positif negatif {sambil menunjuk perhitungan ∆T}.”
Bagian II : Peneliti meminta responden A menjelaskan ulang alur pengerjaan
dari awal sampai akhir
P : ”Sekarang coba kamu urutkan lagi, dari awal kamu ngomong atau dari pertama
membahas soalnya sampai termasuk yang salah-salah tadi ya. Salahnya dimana
kemudian mikirnya gimana?”
A : ”Dari soal yang pertama tadi, ada es 245 kg suhunya -50C dicampur dengan air 5,6
kg suhunya 60C.”
P : ”Yang ditanya dari soal apa tho?”
A : ”Diminta untuk menyelidiki wujud akhir campuran es dan air, terus suhu akhir
campuran .”
A : ”Jadi yang es itu kalau mau dinaikkan suhunya dari -50C sampai ke 0
0C, butuh panas
612500 kal. Sedangkan kalau air dari 60C turun ke 0
0C ini butuhnya…. {sambil
membuat gambar 4.1}.”
Gambar 4.1 Pola grafik perubahan wujud
P : ”Butuh atau?”
A : ”Melepas kalor sebanyak 33600 kal.”
A : ”Jadi karena yang dibutuhkan tadi lebih banyak dari yang dilepaskan, berarti ini yang
air harus melepaskan lebih banyak. Berarti airnya harus berubah jadi es. Terus karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
setelah melepas sejumlah kalor untuk jadi es juga masih kurang, jadi air yang jadi es
tadi itu turun lagi”
A : ”Tadi di sini salah satuan. Tadi di sini kg, ini pake kal/gram, jadi kurang nol nol
nya.”
A : ”Terus disini salah. Suhunya di sini harusnya ini tadi dari T sampai -50C berarti T-(-
50C) {sambil menuliskan rentang suhu seperti gambar 4.13}.”
Gambar 4.13 Rentang kemungkinan letak suhu akhir campuran
P : ”Dari T sampai -50C atau dari -5
0C sampai T?”
A : “Dari -50C sampai T.”
P : ”Berarti secara matematis, mana dikurangi mana?”
P : ”Ini bisa dapat T+5 tadi gimana mikirnya?”
A : ”Ini tadi T dikurangi -50C.”
P : ”Oke itu untuk kasus yang ini ya.”
P : ”Terus kok ini bisa 6 itu nilainya dapat dari mana?”
A : ”6-0”
P : ”T –(-5) itu artinya apa sih?”
A : ”Suhu yang lebih tinggi dikurangi suhu yang lebih rendah.”
A : ”Kalau ini berarti ya 6-0.”
P : ”Kalau sepenangkapan mu, ∆T itu mana dikurangi mana sih?”
A : ”∆T itu kalau setau saya itu selisih.”
P : ”Oke deh. Terimakasih ya.”
A : ”Sama sama mas.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
LAMPIRAN VIII
Transkrip Wawancara Responden B
Kode Responden :B
Kode Peneliti :P
Bagian I: Responden B mengerjakan soal sampai akhir
B : {Responden membaca soal tanpa bersuara}
B : {Responden menuliskan informasi besaran-besaran yang diketahui dari soal seperti
pada gambar 4.21}
Gambar 4.21 Besaran yang diketahui
B : {responden membaca ulang soal tanpa bersuara}
B : ”Caranya bebas kan?”
P : ”Iya, menurutmu bagaimana cara pengerjaannya?”
B : ”Jadikan harusnya, kalor yang masuk sama dengan kalor yang keluar. Berarti kalor
dari air diserap oleh es karena lebih dingin. {Responden menuliskan persamaan
seperti gambar 4.22}”
Gambar 4.22 Persamaan asas black
B : {responden tampak memperhatikan ulang soal }
B : {responden menulis persamaan seperti pada gambar 4.23}
Gambar 4.23 Perhitungan nilai panas perubahan suhu untuk air dan es
B: ”Jadi, karena air cuma punya kalor 33600 kal sementara es nya itu buat naikin suhunya
harus butuh kalor 612500 kal berarti airnya bakalan membeku ,es nya ga bakalan
mencair.”
B : ”Kalau biasanya es nya yang mencair. Tapi ini air nya yang jadi es. Jadi cuma dibalik
aja prosesnya.”
B : {responden tampak membaca pertanyaan soal lagi}
B : {responden menulis persamaan kalor beku air seperti gambar 4.24}
Gambar 4.24 Perhitungan panas perubahan wujud air menjadi es
B : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.25}
B : ”Karena es nya tidak sampai membeku, jadi hanya ada .”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
B : {responden tampak kebingungan di bagian }
Gambar 4.25 Perhitungan nilai suhu akhir campuran
B : ”Bukan ini jawabannya.”
P : ”Gimana? Ada yang keliru?”
B : {responden tampak memeriksa ulang perhitungan dengan kalkulator}
B : ”Kayaknya ini harusnya -T {sambil menunjuk variabel T pada ruas }.”
P : ”Kenapa negatif?”
B : ”Karena 00-T.”
B : {responden melakukan perhitungan ulang setelah mengganti varial T pada ruas
menjadi –T. Tampak seperti gambar 4.26}
Gambar 4.26 Perbaikan perhitungan nilai suhu akhir campuran
B : ”Ehmm. Salah lagi.”
P : ”Kenapa salah?”
B : ”Harusnya tu suhunya akhir lebih dari -50C.”
P : ”Lebih dari -50C itu maksudnya di atas -5
0C atau di bawah -5
0C?”
B : ”Di atas -50C tapi di bawah 0
0C.”
B : {responden melakukan perhitungan ulang angka dengan kalkulator}
B : {responden tampak mencoba mengkoreksi dan mencari cara yang mengarah pada
jawaban benar}
B : {responden memulai ulang pengerjaan seperti tampak pada gambar 4.27}
Gambar 4.27 Perhitungan ulang nilai suhu akhir campuran
P : ”Sudah? Berapa hasilnya?”
B : ”Suhu akhir sistem -1,0450C.”
P : ”Sudah yakin dengan jawaban itu?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
B : ”Insya Allah yakin.”
Bagian II: Peneliti meminta responden B menjelaskan ulang alur pengerjaan dari
awal sampai akhir
P : ”Ya oke, sekarang saya minta tolong kamu jelasin dari pertama kamu baca soal terus
maksud dari soal menurut mu apa tadi?”
P : ”Kemudian kamu urutkan termasuk yang salah salah tadi kamu jelasin lagi. Mikirnya
gimana tadi? Kok sampai salah terus alasan salahnya kenapa? Terus bisa sampai
jawaban T=-1,0450C.”
B : ”Es nya kan banyak terus airnya dikit, terus disuruh menyelidiki nanti esnya malah
mencair atau air nya yang malah membeku. Terus kalau udah gitu, terus suhu akhirnya
berapa.”
B : ”Karena es nya banyak jadi kayaknya airnya bakalan membeku. Cuman tu harus
dibuktikan dulu.”
P : ”Cara buktikannya gimana?”
B : ”Buat mencairkan es kan harus dinaikkan dulu suhu es nya dari -50C sampai 0
0C
terus tu dikasih kalor buat melebur. Nah itukan butuhnya banyak. Tapi si air ini cuma
punya 33600 kal. Jadi ga cukup.”
P : ”33600 kal itu didapat dari?”
B : ”Didapat dari m.c.∆T . Tapi ∆T yang air 60C.”
P : ”∆T = 60C didapat dari mana?”
B : ”Selisih suhunya dari 60C ke 0
0C. Soalnya kan nanti eeee ya gitu lah hehehe.”
P : ”33600 kal itu kalor yang dipunyai siapa?”
B : ”Si air.”
B : ”Perhitungan 33600 itu sebenarnya didapat dari coba-coba kalau suhu akhir nya 00C.
Aku kan ga tau gimana caranya. Terus tu mau liat kayaknya es itu perlu banyak kalor
jadinya airnya bakalan membeku.”
B : ”Kalau soal biasanya kan, es terus mencair jadi air tapi kalau kasus soal ini airnya
yang membeku. Jadi nanti kalor dari air di lepas ke es. Tapi kan es nya banyak,
makanya airnya kalau terus dia membeku.”
P : ”Panas dari airnya dipakai es untuk apa?”
B : ”Menaikan suhu es.”
B : ”Kan nanti mencapai kesetimbangan termis.”
B : ”Terus habis itu pake asas black kan, .”
P : ”Yang masuk yang mana?”
B : ”Yang masuk yang es terus yang keluar itu yang air.”
B : ”Kan es nya kan ga sampai membeku tapi cuma sampai naik suhunya, berarti cuma
. Terus kalau air, dia turun suhunya dari 60C sampai ke 0
0C. Terus abis 0
0C
itu dia membeku. Terus habis itu suhunya turun lagi karena suhunya sama si es itu
belum sama.”
B : ”Terus ketemu
soalnya tu bingung ini 0
0C-T atau cuma T. Terus dicoba
kalau T, tapi hasilnya tu ga logis. Nah berarti 00C-T. Dicoba gitu tapi juga hasilnya ga
logis. Nah terus akhirnya mikirnya ini tu T-(-50C), jadi harusnya T+5
0C. Terus dicoba
dan didapat hasilnya ”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
LAMPIRAN IX
Transkrip Wawancara Responden C
Kode Responden :C
Kode Peneliti :P
Bagian I: Responden C mengerjakan soal sampai akhir
C : {responden membaca soal tanpa bersuara dan menuliskan besaran-besaran yang
diketahui seperti pada gambar 4.29}
Gambar 4.29 Besaran yang diketahui
C : ”Nah sedangkan di sini kita ga tau, dia berubah wujud, wujudnya apa. Ya wujudnya
ada ya, es sama air tapi nanti campurannya kita ga tau.”
P : ”Nah itu adalah pertanyaan yang pertama. bagaimana itu diselidiki?”
C : ”Berarti kalau mau diselidikinya dengan mencari suhu akhir campurannya.”
C : {responden terdiam sejenak dan tampak berpikir cara mencari suhu akhir
campuran}
C : ”{responden membaca ulang pertanyaan} Selidiki wujud akhir dari es dan air pada
keadaan akhir sistem.”
C : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.30 untuk membentuk persamaan
suhu akhir campuran}
C : ”Ini ya kita cari dulu suhu akhirnya ya.”
Gambar 4.30 Pembentukan rumus untuk mencari suhu akhir
C : ”Nah berarti sekarang kita baru masukkan angka-angkanya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
C :{responden memasukkan angka-angka pada persamaan Takhir yang telah dibentuk
seperti tampak pada gambar 4.31}
C : ”Biar gampang kita ubah satuannya jadi gram semua.”
C : {responden mengkonversi satuan massa es dan air saat memasukkan angka ke
persamaan pada gambar 4.31}
Gambar 4.31 Eksekusi persamaan suhu akhir
C : ”Berarti dari sini suhunya minus malah. Jangan-jangan suhu akhirnya lebih minus
lagi dari ini {sambil menunjuk besaran }.”
P : ”Dapatnya minus berapa?”
C : ”Suhunya -4,690C.”
Bagian II: Peneliti meminta responden C menjelaskan ulang alur pengerjaan dari
awal sampai akhir
P : ”Oke sekarang gimana kamu bisa mikir dari kamu awal sampai mendapat jawaban
Tskhit=-4,690C. Ketika mengerjakan tadi, yang dipikirkan dan direncakan apa sih yang
dibayangkan?”
C : ”Yang saya bayangkan awalnya ya dari soalnya dulu. Selidiki bahwa bagaimana
nanti wujud akhir dari campuran es dan air.”
C : ”Nah tapi yang saya pikir itu saya harus lihat dulu suhu akhirnya berapa sehingga
nanti kan dari suhunya, saya bisa menyimpulkan wujud akhir dari es dan air itu
bagaimana.”
P : ”Kalau didapat suhunya tidak minus, kesimpulannya apa? Terus kalau didapat
suhunya minus kesimpulannya apa?”
C : ”Kalau didapat suhunya minus berarti campurannya itu nanti jadi wujudnya padat.
Kalau ga minus berarti wujudnya akhirnya air.”
P : ”Berarti es menjadi air?”
C : ”Iya.”
P : ”Kalau yang minus?”
C : ”Air yang menjadi es.”
P : ”Terus kemudian?”
C : ”Setelah ini, asumsinya kan itu tadi.”
C : ”Saya menggunakan persamaan asas black di mana besarnya kalor yang diserap sama
dengan kalor yang diterima. Nah berarti yang menerima kalor itu adalah es kemudian
yang melepas itu air nya.”
C : ”Saya menggunakan persamaan Q serap nya ini. Soalnya kan tadi dalam proses
perubahan, berarti ada eeeeeee istilahnya dalam proses perubahan itu kan
membutuhkan panas. Jadi, karena masih ada pengaruh panas maka ada juga pengaruh
perubahan suhuya. Maka saya gunakan persamaan panasnya itu massa es dikali panas
jenisnya dikali perubahan suhunya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
P : ”Tadi ada disinggung perubahan wujud juga ya?”
C : ”{responden tampak bingung}yang tadi awalnya ya? Awalnya ya ada, tapi itu yang
saya masih bingung itu dipake di mana. Tapi yang saya pikirkan dulu , saya harus
mencari suhu akhirnya. Q lepasnya sama juga massa airnya kalikan dengan panas jenis
air kali perubahan suhunya. Akhirnya diselesaikan secara matematis maka suhu akhir
campuran es dan air didapat -4,690C. Berarti kalau misalnya kita lihat dengan teorinya
pada saat 00C ke atas itu wujudnya air dan pada saat 0
0C ke bawah itu wujudnya
padat.”
C : ”Nah tapi kan di situ terjadi perubahan wujud. Ada yang kurang di persamaan ini
kalau menurut saya.{responden baru menyadari bahwa ada besaran yang kurang
dalam persamaan}”
P : ”Kurangnya di mana?”
C : ”Ditambah di sini {menunjuk ruas Q serap} dengan panas yang dibutuhkan untuk
berubah wujud.”
P : ”Yang berubah wujud siapa?”
C : ”Airnya yang berubah wujud menjadi es.”
P : ”Kok tau? Kenapa ga es yang berubah jadi air?”
C : ”Saya tau dari suhu akhir campurannya minus.”
P : ”Padahal tadi katanya dipersamaan asas black ada sesuatu yang kurang.”
C : ”Ya.”
P : ”Tapi kok bisa menyakini hasil T=-4,690C ini tetap dipakai untuk menarik
kesimpulan?”
C : ”Oh iya ya hahaha.”
P : ”Terus gimana?”
C : ”Berarti kita harus berpikir lebih awal siapa yang berubah wujud itu. Kalau sudah tau
siapa yang berubah wujud, nanti ditambahkan berapa kalor yang dibutuhkan untuk
merubah wujud.”
P : ”Gimana itu dijalankan?”
C : ”Eee….{responden diam sejenak untuk berpikir mencari solusinya}.”
C : ”Kalau menurut saya yang berubah wujud itu adalah es nya.”
P : ”Alasannya?”
C : ”Alasannya karena pada bongkahan es nya nanti kan dikasih air yang suhunya lebih
tinggi dari pada es, otomatis es nya itu mengalami perubahan wujud menjadi cair.
Nanti pada saat dikasih air itu, masalahnya apakah pada es terjadi perubahan wujud
total atau…? Nah di situ dia saya bingung.”
P : ”Kemudian itu gimana dibuktikan dari kemungkinan itu?”
C : ”Berarti secara teori saja kalau ga melihat fisiknya, berarti menurut saya es ini
menjadi cair. Jadi saya harus menambahkan sesuatu atau panas pada es untuk merubah
wujudnya. Secara teorinya kan tidak mengalami perubahan suhu karena ada panas
tersembunyi yang dimiliki benda untuk berubah wujud. Nah berarti dari sini saya
tambahkan berapa besar kalornya.”
P : ”Kamu mengangap es yang berubah jadi air? Alasannya tadi apa, coba ulangi sekali
lagi?”
C : ”Alasannya itu, saya juga bingung sih sebenernya hahahahaha.”
C : ”Sebenarnya alasannya ini kurang tepat sih hehehe. kan ada sebongkah es tho,
dikasih air yang suhunya lebih besar, otomatis sebagian dari es ini kan ada yang
mencair tapi nanti kalau perubahan wujudnya itu, kurang pasti juga. Nanti kan bisa
setengah-setengah. Ada airnya ada es nya. Tapi ga terjadi perubahan wujud kalau gitu.
Itu dugaan saya. Tapi kalau di teorinya terjadi perubahan wujud.”
P : ”Membuktikannya gimana?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
C : ”Tapi kalau secara teorinya, {diam sejenak}.”
C : ”Kalau menurut saya dalam proses perubahan wujud ini, es nya yang menjadi air.”
C : ”Tapi masalahnya kalau kita lihat dari massa es nya juga, massa es nya jauh lebih
banyak. Bisa saja nanti walaupun suhu air lebih tinggi dari suhu es, es nya ga mencair.
Nah di sini saya bingung. Hehehe.”
P : ”Gimana gimana?”
C : ”Kalau dari suhu akhirnya yang kita peroleh, airnya yang berubah wujud jadi padat.
Tapi nanti dalam proses perubahan wujudnya, ada kalor yang digunakan untuk
merubah wujud.”
P : ”Berarti kesimpulan ini?”
C : ”Belum lengkap. Kalau benar juga masih belum. Kalau salah ga juga. Tapi ada yang
harus kita tambahkan kalornya.”
P : ”Ditambakah di mana? Berartikan kalau menambahkan sesuatu dipersamaan awal,
merubah kesimpulan akhir tadi dong?”
C : ”Iya ya… nyerah mas. Hahaha. Ga tau cara membuktikannya aku.”
P : ”Oh yasudah. Terimakasih ya.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
LAMPIRAN X
Transkrip Wawancara Responden D
Kode Responden :D
Kode Peneliti :P
Bagian I: Responden D mengerjakan soal sampai akhir
D : {responden membaca soal}
D :{responden menulis besaran-besaran yang diketahui dari soal seperti pada gambar
4.34}
D : ”Berarti diketahui massa es nya itu 245kg, ya tho. Dengan T awalnya itu -50C. Terus
kemudian dicampur dengan air. Berarti massa air itu 5,6 kg. Suhu awal air nya itu
60C,T0 airnya.”
D : ”Nah, sedangkan diketahui panas jenis air, berarti , sedangkan
dan panas laten, panas laten itu L ya kalau ga salah hehehe. Aku
lupa hehehe . Kayaknya sih iya .”
Gambar 4.34 Besaran yang diketahui
D : ”Dah tho, terus selidikilah wujud akhir dari es dan air pada keadaan akhir sistem.
Selidikilah wujud akhir, berarti yang ditanya pertama itu, {sambil menulis seperti
pada gambar 4.35} Wujud akhir dari es dan air. Terus berapa suhu akhir sistem?”
Gambar 4.35 Pertanyaan soal
D : ”Nah terus gimana ngerjainnya?”
D : ”Aku lupa e hehehe. Kalau ga salah sih gini, itu kan kita tahu kalor yang dibutuhkan
itu kan tapi ini kan suhu campuran haduh… {sambil menuliskan
persamaan seperti tampak pada gambar 4.36}.”
Gambar 4.36 Persamaan panas perubahan suhu
D : ”{responden membaca ulang pertanyaan soal} Berapa suhu akhir.”
D : {responden menulis persamaan seperti gambar 4.37}
D : ”Berarti . Ehmmmm…. Lah , gimana dong? Ini massa es nya
245, berarti pake rho es. Rho es itu kan 0,5. nya….. Ooo nya itu berarti T
awal, apa tadi. T awal es nya itu tadi -5. Oh di sini -5. Heh salah salah salah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
tho sama dengan di sini massa nya 5,6 di kali rho air nya 1, nya . Berarti di
sini 245 kali 0,5 kali sama dengan 5,6 kali 1 kali, nya ga tau, ,
nya berapa tadi, T air nya 6.”
Gambar 4.37 Perhitungan suhu akhir campuran
D : ”Itu berarti 245 di kali 0,5. 122,5 berarti 5,6 . Kayaknya sih gini.
Berarti, 122,5 ditambah 61,25 sama dengan 5,6 min 33,6. Berarti, 122,5
ditambah 5,6 sama dengan -33,6 -61,25. Hah? Kok minus? 128,1 sama dengan -
94,85. .”
D : ”Loh? Kok ? haduhh.”
P : ”Gimana? Salahnya di mana?”
D : ”Sek…sek.. kalau suhu akhir, berarti tu kan massa 1 ditambah massa 2. Berarti itu
harusnya karna kan tadi dicampur. Berapa suhu akhir dari es dan air?”
D : ”Ehmmm…. Sek tak baca soalnya lagi. {re sponden membaca ulang soal}”
D : ”Sebongkah es massanya sekian, dia punya suhu minus sekian, terus es nya itu kan
dicampur sama air. Air nya itu massa nya sekian, berartikan . Suhunya tu
sekian. Jika airnya segitu, terus panas jenisnya segitu, panas latennya segitu. Nah
selidikilah wujud akhir.”
D : ”Berarti aku punya tak tambah sama . Sek…sek…rho itu panas jenis apa apa
massa jenis ya? Ya bener panas jenis. Berarti aku punya , aku juga punya , lalu
. Gimana tho? Haduuuhh… sek, aku bingung beneran ini ni.”
P : ”Gimana sudah puas dengan pemahaman soalnya?”
D : ”Belum belum belum. Ada yang kurang kayaknya.”
D : ”Sek bentar. Peristiwa pertama, itu kan aku punya es. , ya ga sih rumusnya
itu tu? Ini kesetimbangan termal tho?”
P : ”Menurut mu bagaimana?”
D : ”Soalnya itu dia, berapa suhu akhir. Berarti sebenarnya yang mau dicari itu
kesetimbangan termal dia. Jadi suhu akhir ketika es dicampur sama air itu berapa?”
P : ”Terus?”
D : ”Ya kalau kesetimbangan termal sih setau ku , kayaknya sih gitu.”
D : ”Eeee… tapi kan harusnya massa nya itu dijumlahkan. Bener kok tapi masak iya sih
suhu akhirnya ? Ehm…. Terus itu kan ada panas laten, lah terus buat apa?”
P : ”Alur kejadiannya gimana sih itu seharusnya?”
D : ”Panas laten itu kan, kalau ketika dia berubah wujud itu dia tidak mengalami
perubahan suhu makanya itu tu disebut panas latennya. Terus buat apa dong? Aku lupa
a.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI