IDENTIFIKASI JAMUR PADA PAKAIAN BEKAS YANG DIJUAL DI ... JANNA.pdf · Peredaran pakaian bekas di...
Transcript of IDENTIFIKASI JAMUR PADA PAKAIAN BEKAS YANG DIJUAL DI ... JANNA.pdf · Peredaran pakaian bekas di...
IDENTIFIKASI JAMUR PADA PAKAIAN BEKAS YANG DIJUAL
DI BEBERAPA PASAR DI KOTA KENDARI
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH :
Nur JannaP00341014024
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2017
ii
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Nur Janna
Nim : P00341014024
TTL : Bangga, 21 Juni 1995
Suku/Bangsa : Buton/Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
B. Pendidikan
1. SD Negeri 3 Mawasangka, Tamat tahun 2008
2. SMP Negeri 1 Mawasangka, Tamat tahun 2011
3. SMA Negeri 1 Mawasangka, Tamat tahun 2014
4. Tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari Jurusan Analis Kesehatan sampai sekarang.
vi
ABSTRAK
Nur Janna (P00341014024) Identifikasi jamur pada pakaian bekasyang dijual di beberapa pasar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara,dibimbing oleh Bapak Petrus dan Ibu Ruth Mongan. (xiv + 6 tabel + 9gambar + 8 Lampiran). Direktur jendral standarisasi perlindungan konsumenKementrian perdagangan telah melakukan pengujian terhadap 25 contoh pakaianbekas yang beredar di pasar Senen Jakarta, berdasarkan hasil pengujian yangdilakukan, ditemukan sejumlah koloni jamur yang ditunjukkan parameterpengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada semua pakaian bekas yang nilainyacukup tinggi. Kandungan jamur sebesar 36.000 koloni/g. Timbulnya penyakit daripakaian bekas bisa berawal dari kontak langsung dengan kulit atau ditransmisikanoleh tangan manusia yang kemudian membawa infeksi masuk lewat mulut,hidung, dan mata. Berdasarkan temuan diatas penelitian ini dilakukan. Rumusanmasalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat jamur pada pakaian bekasyang dijual di beberapa pasar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya jamur pada pakaian bekasyang dijual di beberapa pasar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.Variabel penelitian ini adalah pakaian bekas yang dijual di 6 Pasar yang ada diKota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara yang masing-masing pasar telah diberikode yaitu kode A, kode B, kode C, kode D, kode E, dan kode F. Jenis penelitianyang digunakan adalah penelitian deskriptif, dilakukan pada tanggal 15 Juni-11Juli 2017. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proposive sampling.Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat koloni jamur pada 6 (100%) sampelpakaian bekas. Jenis jamur yang ditemukan Asperigilus sp. Dapat disimpulkanterdapat jamur pada semua pakaian bekas yang diteliti. Saran bagi penjual dankonsumen pakaian bekas agar tidak menempatkan pakaian bekas di tempatlembab karena dapat ditumbuhi jamur yang berbahaya bagi kesehatan.
Kata Kunci : Jamur, Pakaian bekasDaftar Pustaka : 40 buah (2000-2016)
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’ alaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul ‘’Identifikasi Jamur Pada Pakaian Bekas Yang Dijual di Beberapa
Pasar Yang ada di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini
disusun dalam rangka melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan program Diploma III (D III) Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari.
Rasa hormat, terimaksih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
ayah dan ibu tercinta atas semua bantuan moril maupun materil, motivasi,
dukungan dan cintah kasih yang tulus serta doanya demi kesuksesan studi yang
penulis jalani selama menuntun ilmu sampai selesainya karya tulisi ini. Proses
penulisan karya tulis ini telah melewati perjalanan panjang, dan penulis banyak
mendapatkan petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis juga menghaturkan rasa terimakasih kepada Bapak
Petrus,SKM.,M.Kes selaku pembimbing I dan ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.M.Pd
selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kesabaran dalam
membimbing dan atas segala pengorbanan waktu dan pikiran selama menyusun
karya tulis ini. Ucapan terimakasih penulis juga tunjukan kepada :
1. Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari Bapak Petrus,SKM.,M.Kes..
2. Kepala Kantor Badan Riset Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah
memberikan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan Analis Kesehatan Ibu Ruth Mongan, B.Sc.,S.Pd.M.Pd..
4. Kepala Laboratorium Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari Ibu
Satya Darmayani, S.Si.,M.Eng.
5. Ibu Sari musrifah,S.ST Selaku instrutur Laboratorium selama penelitian.
6. Ibu Askrening,SKM.,M.Kes, ibu Hj. St. Rachmi Misbah, S.Kp.,M.Kes ,
dan ibu Satya Darmayani, S.Si.,M.Eng. Terimakasih atas masukan, saran
dan kritik selama menguji.
viii
7. Bapak dan Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Analis
Kesehatan serta seluruh staf dan karyawan atas segala fasilitas dan
pelayanan akademik yang diberikan selama penulis menuntun ilmu.
8. Buat saudaraku-saudaraku Siti Salfia yang telah membantu memberikan
support, taklupa pula untuk adik-adik ku Jami, Indah, Alu, Lia, Ita dan
Risi terimakasih telah memberikan tawa dan candanya kepada penulis.
9. Buat seluruh teman-teman seangkatanku Aqli, Arya, Ichsan, Yaqub dan
terkhusus Ni’mah, serta teman-teman yang lain yang tidak bisa disebutka
namanya satu persatu terimakasih.
10. Kepada Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terselesainya
karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya dengan segala kekurangan dan
keterbatasan yang ada pada penulis, sehingga bentuk dan isi karya Tulis Ilmiah ini
masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat kekeliriuan, dan kekurangan.
Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya
Tulis ini.
Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................v
MOTTO....................................................................................................... vi
ABSTRAK.................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang....................................................................................1
b. Rumusan Masalah ..............................................................................4
c. Tujuan Penelitian................................................................................4
d. Manfaat Penelitian..............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Tinjauan umum tentang jamur............................................................6
b. Tinjauan umum tentang pakaian .....................................................18
c. Tinjauan umum tetang pakaian bekas ..............................................19
d. Tinjauan umum tetang Jamur yang terdapat pada pakaian bekas ....21
BAB III KERANGKA KONSEP
a. Dasar pemikiran................................................................................28
b. Kerangka pikir ..................................................................................29
c. Variabel penelitian............................................................................30
d. Definisi operasional dan Criteria Objectif........................................30
BAB IV METODE PENELITIAN
a. Jenis penelitian .................................................................................32
b. Waktu dan tempat penelitian ............................................................32
c. Populasi dan sampel .........................................................................32
d. Instrumen penelitian .........................................................................33
x
e. Prosedur pemeriksaan laboratorium .................................................35f. Jenis data ..........................................................................................39g. Pengolahan data................................................................................39h. Analisis data .....................................................................................40i. Penyajian data...................................................................................40j. Etika penelitian .................................................................................40
BAB V HASIL DAN PEMBAHASANa. Hasil penelitian .......................................................................41
b. Pembahasan .....................................................................................45
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan......................................................................................52
b. Saran .....................................................................................52
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Distribusi frekuensi pengambilan sampel pakaian bekas berdasarkan
pasar di Kota Kendari ....................................................................... 33
Tabel 2 Instrumen Penelitian di Lapangan.................................................... 33
Tabel 3 Instrumen Penelitian di Laboratorium ................................................. 34
Tabel 4 Bahan Penelitian................................................................................... 35
Tabel 5 Pertumbuhan koloni jamur pada media Sabouraud Dextrose Agar....... 44
Tabel 6 Jenis jamur yang tumbuh pada media Sabouraud Dextrose Agar....... 45
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Jamur Aspergilus niger ........................................................................23
Gambar 2. Jamur Aspergilus flavus .......................................................................24
Gambar 3. Jamur Aspergilus fumigatus.................................................................24
Gambar 4. Jamur Aspergilus parasiticus...............................................................25
Gambar 5. Jamur Candida albicans.......................................................................26
Gambar 6. Koloni jamur di hari pertama inkubasi ................................................37
Gambar 7. Koloni jamur di hari ketiga inkubasi ...................................................37
Gambar 8. Asperigilus niger .................................................................................38
Gambar 9. Asperigilus flavus dan Asperigilus parasiticus ....................................38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Dari Jurusan Analis Kesehatan.
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Dari Politeknik Kementrian KesehatanKendari.
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian dan Pengembangan.
Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.
Lampiran 5 : Proses Identifikasi Jamur Pada Sampel Pakaian Bekas.
Lampiran 6 : Lembar Hasil Penelitian
Lampiran 7 : Tabulasi Data
Lampiran 8 : Master Tabel
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Dari Jurusan Analis Kesehatan.
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian Dari Politeknik Kementrian KesehatanKendari.
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Dari Badan Penelitian dan Pengembangan.
Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian.
Lampiran 5 : Proses Identifikasi Jamur Pada Sampel Pakaian Bekas.
Lampiran 6 : Lembar Hasil Penelitian
Lampiran 7 : Tabulasi Data
Lampiran 8 : Master Tabel
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pakaian merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia,
sehingga kebutuhan akan pakaian jadi akan terus meningkat seiring
perkembangan populasi di dunia. Industri pakaian jadi dunia terus
berkembang diikuti ole perkembangan perdagangan Internasional untuk
produk tersebut. Namun demikian, pada beberapa dekade, muncullah isu
perdagangan pakaian bekas yang didasari oleh berbagai macam alasan.
Peredaran pakaian bekas di dunia dapat berupa hibah untuk korban
bencana alam ataupun perdagangan biasa seperti lelang baju bekas artis
atau sekadar mencari keuntungan dengan harga murah (Kemendang,
2015).
Isu perdangan pakaian bekas sudah merebak di berbagai negara di
dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Namun demikian, isu
yang berkembang memberikan dampak negatif bagi negara berkembang
yang seolah-olah menjadi penadah bagi pakaian bekas yang sudah tidak
dipakai dinegara maju. Penelitian Baden dan Barber (2005) menyebutkan
kontribusi perdagangan pakaian bekas sangat kecil (kurang dari 0,5%),
namun bagi beberapa negara Afrika, perdagangan pakaian bekas
memberikan kontribusi yang cukup besar (lebih dari 30% dari
perdagangan pakaian jadi). Disebutkan juga bahwa impor pakaian bekas
dapat menggagu kinerja industri tekstil di Afrika Barat, sehingga
menurunkan penjualan yang signifikan pada tahun 1980-an dan 1990-an.
Penurunan tersebut akibat harga impor pakaian bekas jauh lebih murah
dibandingkan dengan pakaian jadi yang diproduksi dalam negeri, sehingga
produk dalam negeri menjadi kurang berdaya saing (Kemendang, 2015:6).
Selain melakukan importasi pakaian Jadi dalam keadaan baru,
Indonesia juga melakukan importasi pakaian bekas. Pakaian Bekas
diimpor Indonesia dari Perancis dengan pangsa sebesar 26,9% terhadap
2
total impor Pakaian Bekas tahun 2014, diikuti Singapura (19,6%), Belanda
(14,7%), dan Amerika Serikat (10,6%)(Kemendang, 2015).
Di Indonesia penjual pakaian bekas sangat banyak, terdapat di
kota–kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang dan kota–
kota lainnya. Banyaknya penjualan pakaian bekas ini diakibatkan oleh
begitu besarnya minat konsumen terhadap pakaian impor dari luar negeri
sangatlah ditunggu–tunggu dan diincar. Banyaknya konsumen yang
beresiko dari produk barang bekas tersebut yang tidak aman dan tidak
higienis. Akan tetapi konsumen seakan tidak menghiraukan dari segi
kesehatan dari pakaian bekas tersebut, terbukti minat beli terhadap pakaian
bekas ini sangatlah banyak, tidak hanya konsumen kelas bawah saja akan
tetapi konsumen kelas menengah dan kelas atas pun mempunyai minat beli
terhadap pakaian bekas tersebut. Rata–rata konsumen yang membeli
pakaian bekas tersebut dikarenakan ingin terlihat stylis dengan budged
yang seminimalis mungkin, karena biasanya di toko-toko tersebut selalu
menyediakan pakaian-pakaian bekas yang mempunyai brand–brand yang
sangat bagus dan terbilang mahal sehingga konsumen dapat bergaya
dengan brand–brand dengan membeli pakaian dengan harga yang sangat
murah dibanding dari toko di mall yang sangat mahal (Permatasari, 2015).
Namun belakangan ini warga Indonesia digemparkan dengan berita
yang tidak sedap tentang pakaian bekas. Direktur jendral standarisasi
perlindungan konsumen Kementrian perdagangan telah melakukan
pengujian terhadap 25 contoh pakaian bekas yang beredar di pasar. Contoh
diambil di Pasar Senen Jakarta terdiri atas beberapa jenis pakaian yaitu
pakaian anak (jaket), pakaian wanita (vest, baju hangat, dress, rok, atasan,
hot pants, celana pendek), pakaian pria (jaket, celana panjang, celana
pendek, kemeja, t-shirt, kaos, sweater, kemeja, boxer, celana dalam).
Pengujian dilakukan terhadap jamur (kapang atau khamir), berdasarkan
hasil pengujian yang dilakukan, ditemukan sejumlah koloni jamur yang
ditunjukkan oleh parameter pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada
3
semua contoh pakaian bekas yang nilainya cukup tinggi. Kandungan jamur
sebesar 36.000 koloni/g (Siaran Pers; 2015).
seperti yang diungkapkan Widodo, Direktur Jenderal Standardisasi
dan Perlindungan Konsumen. Jamur yang diduga hidup pada pakaian
bekas yaitu kapang (Aspergillus sp) dan khamir (Candida sp)
(Kementerian Perdagangan RI, 2015).
Timbulnya penyakit dari pakaian bekas impor ini bisa berawal dari
kontak langsung dengan kulit atau ditransmisikan oleh tangan manusia
yang kemudian membawa infeksi masuk lewat mulut, hidung, dan mata.
Aspergillus sp dapat menyebabkan penyakit pada paru-paru. Beberapa
mikosis paru ditemukan endemis di daerah tertentu seperti Amerika,
Afrika, Meksiko, Kanada dan Australia. Di Indonesia, angka kejadian
penyakit jamur pada saluran pernapasan belum diketahui (Khalik, 2017:1).
Candida albicans dapat menyebabkan penyakit pada berbagai organ tubuh
seperti kulit. Penyakit kulit semakin berkembang, hal ini dibuktikan dari
data Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang menunjukkan bahwa penyakit
kulit dan jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit se-Indonesia berdasarkan
jumlah kunjungan yaitu sebanyak 192.414 kunjungan dan 122.076
kunjungan di antaranya merupakan kasus baru. Sementara dari data Dines
Kesehatan Kota Kendari, menyatakan penyakit kulit infeksi selalu masuk
dalam 20 besar penyakit, pada tahun 2009 penyakit kulit infeksi berada
diurutan ke-8 dengan prevalensi 4,32%, dan pada tahun 2010 penyakit
infeksi kulit berada diurutan ke-2 dengan prevalensi 16,39%.
Pemeriksaan jamur terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik. Dalam pemeriksaan makroskopik jamur bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pertumbuhan jamur pada media yang dilakukan
dengan inokulasi jamur pada media. Dan pemeriksaan mikroskopik jamur
bertujuan untuk mengetahui jenis jamur yang mengontaminasi suatu
sampel yang dilakukan dengan melihat ciri-ciri jamur dibawa mikroskop
(Yulliawati, 2016). Pemeriksaan jenis jamur dilakukan dengan mengambil
4
koloni jamur yang telah ditumbuhkan pada media Sabouraud Dextrose
Agar (SDA), kemudian diletakan diatas obyek glass dan ditetesi dengan
larutan KOH 10%. Pemberian KOH 10% bertujuan untuk menghilangkan
berkas lemak yang terkandung sehingga memperjelas bentuk spora, hifa
dan miselium jamur dibawa mikroskop (Kumala, 2016: 32). Berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Monalisa (2015)
didapatkan dari 10 sampel pakaian bekas yang diperiksa tidak ditemukan
Candida albicans dan 80% pakaian bekas ditemukan Aspergillus sp.
Pengetahuan penjual kategori baik sebanyak 0,0%, sikap penjual kategori
baik sebanyak 3,3% dan tindakan penjual kategori baik sebanyak 1,7%.
Keluhan kesehatan kulit dirasakan 5,0% penjual dan keluhan kesahatan
pernafasan dirasakan 8,3% penjual.
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang tersebut, maka
peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Identifikasi Jamur Pada
Pakaian Bekas Yang Dijual di Beberapa Pasar Yang ada di Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ apakah
terdapat jamur pada pakaian bekas yang dijual di beberapa pasar di Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara?’’
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui adanya jamur pada pakaian bekas yang dijual di
beberapa pasar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengamati pertumbuhan koloni jamur dengan pengamatan
langsung (makroskopik).
b. Untuk mengamati jenis jamur yang diamati dibawah mikroskop
(mikroskopik)
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoristis
Sebagai sumbangan ilmiah terhadap almamater Program Studi D3
Analis Politeknik Kesehatan Kendari tentang identifikasi jamur pada
pakaian bekas yang dijual di beberapa pasar di Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara.
2. Manfaat praktisi
a. Bagi penjual pakain bekas sebagai bahan untuk meningkatkan
pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang bahaya kesehatan
pada pakaian bekas.
b. Bagi masyarakat Kota Kendari khususnya konsumen pakaian
bekas sebagai bahan untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan masyarakat tentang bahaya kesehatan pada pakaian
bekas.
c. Manfaat teoristis dari penelitian ini yaitu untuk menambah
wawasan bagi peneliti selanjutnya mengenai ada tidaknya jamur
pada pakaian bekas yang dijual di beberapa pasar di Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Jamur
1. Pengertian Jamur
Mikologi berasal dari bahasa Yunani mykes yang berarti jamur
dan logos yang berarti ilmu. Menurut Alexopoulos, dkk. (1996) dalam
Gandjar (2007), sebenarnya istilah mikologi kurang tepat. Istilah yang
tepat adalah mycetology, karena mykes berdasarkan tatabahasa Yunani
adalah myceto. Fungi dalam bahasa Latin juga berarti jamur. Jamur
merupakan mikroorganisme eukaryotik dengan tingkat biologisnya
yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri. Habitat hidupnya
terutama di alam seperti air dan tanah sebagai jamur saprofit.
Kehidupan jamur memerlukan suasana lingkungan dengan kelembapan
yang tinggi. Meskipun demikian jamur dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungan, sehingga jamur dapat hidup di gurun pasir yang
kering dan panas (Kumala, 2008).
Jumlah jamur yang sudah diketahui hingga kini adalah kurang
lebih 69.000 dari perkiraan 1.500.000 spesies yang ada di dunia dan
menurut Rafai (1995) di Indonesia terdapat kurang lebih 200.000
spesies. Dapat dipastikan bahwa Indonesia yang sangat kaya akan
diversitas tumbuhan dan hewan juga memiliki diversitas jamur yang
sangat tinggi mengingat lingkungan yang lembap dan suhu tropik yang
mendukung pertumbuhan jamur (Indrawati, 2016 : 4).
2. Sifat Umum Jamur
Jamur hidup secara heterotrof dengan menguraikan bahan-bahan
organik yang ada di lingkungannya. Misalnya, jamur hidup secara
saprofit, artinya hidup dari penguraian sampah-sampah organik seperti
bangkai, sisa-sisa tumbuhan, makanan, dan kaya lapuk. Jamur ada pula
yang hidup sebagai parasit dengan mendapatkan bahan organik dari
inangnya seperti kulit manusia, hewan, dan tumbuhan. Selain itu,
7
adapula jamur yang hidup simbiotik, yakni hidup bersama-sama
dengan organisme lain agar saling mendapatkan untung (simbiosis
mutualisme), seperti jamur yang hidup bersema ganggang membentuk
lumut kerak (Kumala, 2016:14).
3. Morfologi Jamur
Jamur tumbuh dalam dua bentuk dasar, sebagai yeast/kamir
dan molds/kapang. Pertumbuhan dalam bentuk mold adalah dengan
produksi koloni filamentosa multiseluler. Koloni ini mengandung
tubulus silindris yang bercabang yang disebut hifa, diameternya
bervariasi dari 2-10 μm. Massa hifa yang jalin-menjalin dan
berakumulasi selama pertumbuhan aktif adalah miselium. Beberapa
hifa terbagi menjadi sel-sel oleh dinding pemisah atau septa, yang
secara khas terbentuk pada interval yang teratur selama pertumbuhan
hifa. Hifa yang menembus medium penyangga dan mengabsorbsi
bahan-bahan makanan adalah hifa vegetatif atau hifa substrat.
Sebaliknya, hifa aerial menyembul di atas permukaan miselium dan
biasanya membawa struktur reproduktif dari mold (Brooks dkk, 2005).
Semua jamur mempunyai dinding sel kaku yang penting untuk
menentukan bentuknya. Dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk
oleh lapisan karbohidrat, rantai-rantai panjang polisakarida, juga
glikoprotein dan lipid. Selama infeksi, dinding sel jamur mempunyai
sifat-sifat patobiologi yang penting. Komponen permukaan dinding
memperantai penempelan jamur pada sel inang. Beberapa ragi dan
mold memberi melanin pada dinding sel, memberikan pigmen coklat
atau hitam. Jamur yang demikian adalah dematiaceous. Dalam
beberapa penelitian, melanin berhubungan dengan virulensi (Brooks
dkk, 2005).
4. Reproduksi Jamur
Spora jamur memiliki berbagai bentuk dan ukuran, dan dapat
dihasilkan secara seksual maupun aseksual. Pada umumnya spora
adalah organisme uniseluler, tetapi ada juga spora multiseluler. Spora
8
dihasilkan di dalam atau dari struktur hifa yang terspesalisasi. Ketika
kondisi lingkungan memungkinkan, pertumbuhan yang cepat, jamur
mengkloni diri mereka sendiri dengan cara menghasilkan banyak sekal
spora secara aseksual. Terbawa oleh angin atau air, spora-spora
tersebut berkecambah jika berada pada tempat yang lembab pada
permukaan yang sesuai (Campbell, 2010). Menurut Ida
Indrawati(2016) bahwa spora seksual yang dihasilkan dari peleburan
dua nukleus. Ada beberapa spora seksual yaitu:
a. Askospora (spora bersel satu terbentuk didalam kantung yang
disebut askus. Biasanya terdapat 8 askospora didalam setiap askus)
b. Basidiospora (spora bersel satu berbentuk gada yang dinamakan
basidium)
c. Zigospora (spora besar dan berdinding tebal yang terbentuk apabila
ujung-ujung dua hifa secara seksual serasi dinamakan gametangia)
d. Oospora (spora terbentuk didalam struktur betina khusus yang
disebut oogonium, Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan
di anteridium menghasilkan oospora, Dalam setiap oogonium
terdapat satu atau lebih oosfer).
5. Klasifikasi Jamur
Jamur diklasifikasikan ke dalam empat divisi yaitu Zygomycota,
Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota (Irianto, 2013 : 27).
Devisi yang tersebar adalah Ascomycota yang mencakup lebih dari
60% jamur yang telah diketahui dan 40% yang belum diketahui. Jamur
patogenik sisanya antara lain Zygomycota, Basidiomycota dan
Deumycota. Semua spesies jamur dimasukan dalam satu devisi, begitu
pula Kelas, Ordo, dan Famili yang tepat, berdasarkan cara reproduksi
seksualnya, sifat fenotipnya, serta hubungan filogenetiknya. Ada
banyak spesies yang diberi nama berbeda yang mencerminkan bentuk
repruduksi seksual dan aseksual (Widhi,2013 : 654).
9
a. Divisi Zygomycota
Taksonomi dari divisi zygomycota adalah sebagai berikut
(Citrosupomo,2005 : 31-34) :
Kingdom : Fungi
Divisi : Zygomycota
Ordo :1). Mucoromycotina
2). Chytridiaceae
Family : 1). Murcoraceae
2). Chytridiaceae
Genus : 1). a) Mucor
b) Rhizopus
2). Chytridium
Spesies :1). a) Mucor dubius dan Mucor Javanicus
b) Rhyzopus oryzae
2). Chytridium confervae
Jamu dari divisi Zyomycota ada yang hidup saprofit misalnya
jamur pada nasi, roti, kedelai (tempe), dan bahan makanan lain.
Adapula yang hidup sebagai parasit misalnya penyebap penyakit
busuk pada ubi jalar. Ryzopus oryzae dimanfaatkan dalam bidang
industri, dimana jamur ini dapat mengahasilkan enzim
amiloglukosidase untuk menghidrolisis pati menjadi glukosa
(Achmad, 2011 : 9).
Tubuh zygomycota terdiri dari benang hifa yang bersekat
melintang, misalnya penyebap, ada pula yang bersekak melintang.
Hifa bercabang-cabang banyak dan dinding selnya mengandung kitin
(Indrawati,2014 : 78).
Jamur zygomycota berkembang biak secara aseksual.
Beberapa hifa akan tumbuh ke atas dan ujungnya mengembung
sporangium. Spotangium kemudian pecah dan spora tersebar, spora
jatu ditempat yang sesuai akan tumbuh dan membentuk benang baru
(Indrawati,2014 : 78)
10
b. Divisi Ascomycota
Taksonomi dari divis ascomycota adalah sebagai berikut
(Citrosupomo, 2005 : 34-45) :
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Class : 1). Archiascomycetes
2). Euascomycetes
3). Sodariomycetes
Ordo : 1) a) Pneumocytidales
b) Schizosaccharomycetales
c) Neolectales
d) Protomycateles
e) Taphrinales
2) Saccharomycatales
3) Incertae sedis
4) Hypocreales
Family :1) Pneumocystidaceae
2) Saccharomycetaceae
3) Monascaceae
4) Nectriaceae
Genus :1) Pnemocystis
2) a) Saccharomyces dan Candida
3) Monascus
4) Fusarium
Spesies : 1) Pneumocytis jirovecii
2) Saccharomyces javensis
Saccharomyces secundus
Saccharomycess tuac
Saccaromyces cerevisiae
Candida albicans
3) Monascus pupureus
11
4) a) Fusarium proliferatum
b) Fusarium verticillioides
c) Fusarium subglutinans
d) Fusarium sporotrichiades
e) Fusarium graminearu
Divisi Ascomycota ini bercirikan talus yang terdiri dari miselium
bersepta. Reproduksi seksual membentuk askospora di dalam askus.
Ada yang hidup sebagai parasit, yang menimbulkan penyakit pada
tumbuhan. Jamur Ascomycota “jamur kantung” ada yang uniseluler dan
multiseluler. Jamur ini ada yang bersifat parasit dan ada juga yang
bersifat saprofit. Kebanyakan Ascomycetes membentuk askus dalam
jasad buah yang kompleks (Syamuri, dkk, 2000 : 122)
Ascomycota saprofit banyak dimanfaatkan untuk pembuatan tape,
kecap, oncom, roti. Sacharomyces cervisae bermanfaat untuk
pembuaran roti memfermentasi alkohol pada gula. Untuk yang hidup
sebagai parasit dapat menimbulkan penyakit pada manusia contohnya
Saccharomyces menyebapkan epitel mulut putih pada anak-anak yang
disebut saccharomykosis. Claviceps merupakan jamur pada tanaman
perkebunan seperti coklat, tembakau, tebu, kopi, karet, jeruk, teh, serta
tanaman palawija seperti padi pada jagung (Syamsuri,dkk,200 : 115).
Jamur genus Fusarium sp juga dapat menggagu kesehatan
misalnya Fusariumm proliferatum, F.verticillioides dan F.subglutinans
adalah jamur penghasil toksin fumonisi yang dapat menyebapkan
neutotoksik, hepatotoksik, dan imunosupresif dan neuro toksik. Selain
itu jamur genus candida sp dapat menyebapakan infeksi kulit dan
saluran pernapasan (Ahmad, 2009 : 17).
12
c. Divisi Basidiomycota
Taksonomi dari divis Basidiomycota adalah sebagai berikut
(Citrosupomo, 2005 : 34-45) :
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
Class : 1). Urediniomycetes
2). Hymenomycetes
3). Ustilaginomycetes
4). Esobasidiomycetes
5). Tremellomycetes
6). Homobasidiomycetes
Ordo : 1). Uredinales
2). a) Agaricales
b) Gasteromycetes
c) Aphyllophorales
3). Ustilaginomycetes
4). Malasseziales
5). Tremellales
6). a) Cantharellales
b) Agaricales
7). Lycoperdales
Family :1). Pucciniaceae
2). a) Agaricaceae
b) Tricholomataceae
3). Thelephoraceae
4). Malasseziaceae
5). Triphosporonaceae
6). a) Cantharellaceae
b) Psathyrellaceae
7). Lycoperdaceae
13
Genus : 1). Puccinia
2). a) Asperigilus
b) Tricholoma
3). Polyporus
4). Malassezia
5). Trichosporon
6). a) Cantharellus
b) Coprinus
7). Vascellum
Spesies : 1). Puccinia polysora
2). a) Agaricus bisporus dan Agaricus brunnrscens
b) Tricholoma sejunctum
3). a) Polyporus arcluris
b) Polyporus cocos
4). Malassezia furfur
5). Trichosporon beigelii
6). a) Cantharellus cibarius dan Cantharellus lutescens
b)Coprinus atramentarius dan Coprinus macrorhizus
7). Vascellum pratense
Jamur Basiodiomycota memiliki tubuh buah (basidiokarp) yang
besar sehingga mudah untuk diamati. Bentuk jamur ini ada yang seperti
payung, kuping, dan setengah lingkaran. Tubuh buah Basidiomycota
terdiri atas tudung (pileus), bilah (lamella), dan tangkai. Reproduksi
secara aseksual menghasilkan konidia. Adapun secara seksual terjadi
dengan cara perkawinan antara hifa yang berbeda jenisnya. Pada saat
perkawinan ini, hifa yang berbeda jenis tersebut bersatu dan dinding
selnya hancur. Akibat dari hancurnya dinding sel ini, plasma sel akan
bercampur atau disebut juga plasmogami. Pada saat pencampuran plasma
sel, inti pun bersatu dan berkembang menjadi hifa dikariotik yang
diploid. Hifa dikariotik ini nantinya akan mengalami meiosis dan
menjadi inti yang haploid. Contoh jamur divisio ini adalah jamur merang
14
(Volvariella volvaceae) dan jamur kuping (Auricularia polytricha).
Kebanyakan jamur dari divisio Basidiomycota ini dapat dikonsumsi
(Firmansya, 2009).
d. Deuteromycota
Taksonomi dari divisi deuteromycota adalah sebagai
berikut (Citrosupomo, 2005 : 81-90) :
Kingdom : Fungi
Divisi : Deuteromycota
Class : 1). Deuteromycetes
2). Sordariomycetes
3). Para coelomycetes
Ordo : 1). a) Eutrotiales
b) Onygenales
2). Hyporcreales
Family :1). a) Trichocomaceae
b) Arthrodernataceae
2). Tolypocladium
Genus : 1). a) Asperigilus dan Penicilium
b) Trichophyton dan Epiderniton
2). Tolypocladium
Spesies : 1). a) Asperigilus fumingitus
Asperigilus niger
Asperigilus flavus
Asperigilus parasiticus
Penicillium verruconsum
Penicillium expanxum
Penicillium citrinum
Penicillium chysogrnum
b) Trichophyton rubrumTrichophyton mentographitesEpidermiophyton floocosum
2) Tolypocladium inflatum
15
Beberapa jamur penghasil enzim ekstraseluler dari divisi
deuteromycota yang dimanfaatkan dalam industri, contohnya enzim
amilase untuk merombak pati dab dekstrin menja]adi maltosa serta
maltoriosa digunakan dalam indusrri roti (Asperigullus oryzae), serta
enzim lipase untuk memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak
diperlukan dalam industri deterjen (Penicillium requefortii)
(Achamad,2011: 9).
Berbagai penyakit yang disebapkan oleh jamur pada manusia
banyak disebapkan oleh golongan jamur dari divisi deuteromycota,
misalnya dari genus Trichophyton sp dapat menyebapakn penyakit kulit
ring worm dan kaki atlit.(Syamsuri,2000 : 123).
Selain jamur yang telah disebutkan, terdapat jamur lain yang
menggagu kesehatan misalnya dari genus asperigilus sp, Asperigilus
flavus, dapat menghasilkan toksin alfayoksin B1 dabn B2 yang dapat
menyebapkan hepatotoksik, karsinogenik, mutagenik,. A.Parasticus
penghasil toksin alfatoksin B1, B2, G2 yang dapat menyebapkan
hepatotoksik, karsinogenik, mutagenik, dan imunosupresif. A.Fumigatus,
A,Niger. Penghasil toksi okratoksin yang dapat menyebapkan
karsinogenik, dan imunosupresif (Ahmad, 2009 :17).
Selain genus Asperigilus sp, Penisilium sp juga dapat menggagu
kesehatan manusia misalnya Penicilium verrucossum penghasil toksin
okratoksin yang dapat menyebapkan karsinogenik, imunosupresif, dan
neurotoksik Dan P.citrinum penghasil toksin citrinin yang dapat
menyebapkan neprotoksi. Devisi deuteromycota meliputi jamur yang
tingkat reproduksi seksualnya belum ditemukan. Namun demikian untuk
memudahkan dan karena konidium begitu jelas (Ahmad, 2009 :17).
16
6. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Jamur
a. Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi jamur, nutrien-
nutrien baru dapat dimanfaatkan sesudah jamur mengekskresi
enzim-enzim ekstraseluler yang dapat mengurai senyawa-senyawa
yang lebih sederhana. Misalnya, apabila substratnya nasi, atau
singkong, atau kentang, maka jamur tersebut harus mampu
mengekskresikan enzim a-amilase untuk mengubah amilum
menjadi glukosa, senyawa glukosa tersebut kemudian diserap oleh
jamur. jamur yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai
komposisi substrat dengan sendirinya tidak dapat memanfaatkan
nutrien-nutrien dalam substrat tersebut (Indrawati , 2016: 44).
b. Kelembapan
Pada umumnya Jamur tingkat rendah seperti Rhizopus atau
Mucor memerlukan lingkungan dengan kelembapan nisbi 90%,
sedangkan kapang Asperigilus, Penicilium, Fusarium, dan banyak
Hyphomycetes lainya dapat hidup pada kelembapan nisbi yang lebih
rendah, yaitu 80%. Jamur yang tergolong xerofilik tahan hidup pada
kelembapan 70%, misalnya Wallemia sebi, Asperigilus glaucus,
banyak strain Asperigilus tamarii dan A.flavus (Indrawati, 2016:44).
c. Suhu
Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk
pertumbuhan, jamur dapat dikelompokan sebagai jamur psikrofil,
mesofil,dan termofil. Mengetahui kisaran pertumbuhan suatu jamur
sangat penting terutama bila isolat-isolat tersebut akan digunakan
diindustri. Misalnya, Jamur yang termofil atau termotoleran
(Candida tropicalis, Paecilomyces variotii, dan Mucor miehei),
dapat memberikan produk yang optimal meskipun terjadi
peningkatan suhu, karena metabolisme Jamurnya, sehingga industri
tidak memerlukan penambahan alat pendingin (Indrawati, 2016:45).
d. Derajat keasaman lingkungan
17
Ph substrat sangat penting untuk pertumbuhan jamur, karena
enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai
dengan aktivasinya pada pH tertentu. Umumnya jamur menyenangi
pH dibawa 7,0. Jenis-jenis khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH
yang cukup rendah, yaitu pH 4.5-5,5 (Indrawati, 2016:45).
e. Bahan Kimia
Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah
pertumbuhan Jamur. Misalnya, natrium benzoat dimasukan kedalam
bahan pangan sebagai pengawet karena senyawa tersebut tidak
bersifat toksik untuk manusia. Senyawa formalin juga disemprotkan
pada tekstil yang akan disimpan untuk waktu tertentu sebelum
dijual. Hal ini terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang yang
bersifat selulolitik, seperti Chaetomium globasum, Asperigilus
niger, dan Cladosporium cladosporides yang dapat merapuhkan
tekstil, atau meninggalkan noda-noda hitam akibat sporulasi yang
terjadi, sehingga menurunkan kualitas bahan tersebut (Indrawati,
2016:46).
7. Pemeriksaan Jamur
Pemeriksaan jamur terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik. Dalam pemeriksaan makroskopik jamur bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pertumbuhan jamur pada media yang
dilakukan dengan inokulasi jamur pada media. Dan pemeriksaan
mikroskopik jamur bertujuan untuk mengetahui jenis jamur yang
mengontaminasi suatu sampel yang dilakukan dengan melihat ciri-ciri
jamur dibawa mikroskop (Yulliawati,2016).
a. Inokulasi Jamur
Inokulasi Jamur adalah suatu proses pemisahan dan
pemindahan jamur dari lingkungan alam bebas untuk
menumbuhkannya disuatu medium buatan, gunanya adalah agar
diperoleh biakan murni didalam medium buatan tersebut
(Waluyo,2007).
18
a. Medium
Medium Umum untuk inokulasi jamur umumnya mengunakan
Potato Dextrose Agar (PDA), Malt Extract Agar (MEA), Czapek Dox
Agar(CDA), Carrot Agar (CA), Oat Meal Agar (OA), Dichloran Rose
Bengal Chloramphenicol Agar (DRBC), Taoga Exract 6% Sucrose
Agar (TEA).Resep media Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol
Agar (DRBC), Taoga Exract 6% Sucrose Agar (TEA) (Indrawati
,2016:163).
b. Pemeriksaan jamur dibawa mikroskop
Pemeriksaan jenis jamur dibawa mikroskop bertujuan untuk
melihat bentuk spora, hifa, dan miselium jamur yang tumbuh
sehingga jamur dapat diidentifikasi jenisnya. Pemeriksaan ini
dilakukan mengunakan mikroskop pembesaran 10x dan 40x, ini
dilakukan untuk preparat basah ( Kumala,2016:32).
Pemeriksaan jenis jamur dilakukan dengan mengambil koloni
jamur yang telah ditumbuhkan pada Sabouraud Dextrose Agar
(SDA), kemudian diletakan diatas obyek glass dan ditetesi dengan
larutan KOH 10%. Pemberian KOH 10% bertujuan untuk
menghilangkan berkas lemak yang terkandung sehingga
memperjelas bentuk spora, hifa dan miselium jamur dibawa
mikroskop ( Kumala,2016:32).
B. Tinjauan Umum Tentang Pakaian
1. Pengertian Pakaian
Pakaian adalah segalah sesuatu yang digunakan untuk menutupi
tubuh. Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia selain makanan
dan tempat berteduh. Manusia membutuhkan pakaian untuk menutupi
tubuhnya, namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia,
pakaian juga digunakan sebagai simbol status, maupun kedudukan
seseorang yang memakainya (Budi,2015).
19
Perkembangan pakaian di Indonesia tidak lepas dari latar belakang
sejarah Bangsa Indonesia sebagai negara jajahan. Warga pribumi kala
itu berusaha untuk meniru mode berpakaian Bangsa Eropa yang
menjajah Bangsa Indonesia oleh karenanya sedikit banyak mode
berpakaian dipengaruhi oleh Bangsa Eropa. Perkenalan warga pribumi
dengan gaya berpakaian Bangsa Eropa kemudian membawa mereka
menjadi masyarakat yang peka terhadap perkembangan mode, terlebih
lagi di era globalisasi yang salah satunya ditandai dengan semakin
mudahnya penyebaran pakaian ke seluruh penjuru dunia. Kemajuan
teknologi informasi yang menjadikan dunia seakan tanpa batas.
Pakaian mampu membatasi masyarakat dalam kelompok-kelompok
tertentu berdasarkan kriteria sosial, politik dan budaya tertentu
(etd.repository.ugm.ac.id).
2. Fungsi Pakaian
a. Pakaian Sebagai Alat Pelindung
Pakaian sebagai alat pelindung diri dari berbagai tantangan
alam, misalnya dari angin, panas, hujan, sengatan binatang dan
sebagainya. Salah satu yang dapat dijadikan alat melindung badan
agar tetap sehat yaitu busana, apabila bahan, model, warna sesuai
dengan cuaca atau kondisi lingkungan dimana pakaian itu
dipergunakan (Budi,2015).
b. Pakaian Sebagai Alat Memperindah diri
Pada dasarnya adalah bahwa manusia adalah mahluk yang
senang pada sesuatu yang serasi, bagus dan indah, dapat dikatakan
manusia membutuhkan sesuatu yang indah atau senang melihat
yang indah (Budi,2015).
c. Pakaian Sebagai Alat Penunjang Komunikasi
Seperti kita ketahui dalam komunikasi terdapat peryataan atar
manusia. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan
(message) dari komunikator (commicator) kepada komunikan
(communicant). Pada umumnya, salah satu yang dipakai waktu
20
berkomunikasi adalah pakaian, dengan demikian pakaian dapat
dikatakan sebagai suatu alat penunjang yang dipergunakan dalam
komunikasi (Budi,2015).
C. Tinjauan Umum Tentang Pakaian Bekas
1. Pengertian Pakaian Bekas
Pakaian bekas merupakan pakaian yang dibeli dan dipakai dari
konsumen pertama kemudian dijual kembali kepada konsumen kedua
ataupun seterusnya. Pakaian ini memiliki daya tarik tersendiri bagi
masyarakat yaitu selain memiliki kualitas yang baik juga harga yang
relatif murah .Umumnya pakaian bekas ini memiliki merek-merek
yang sudah diakui kualitasnya dan dengan model yang tidak
ketinggalan zaman. Masyarakat menyebut pakaian bekas dengan
istilah Cakar (Bekas tetapi berkelas), masyarkat Kendari sendiri
menyebut pakain bekas ini dengan istila’’RB’’ (rombengan), yang
oleh warga Kendari dan sekitarnya di pahami sebagai kode untuk
menyebut pakaian bekas Impor, dari mulai kaos, celana, sepatu,
aksesoris hingga kasur spring bed (Suhartono,2012).
2. Pakaian Bekas di Kendari
Ibu kota provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) saat ini boleh jadi
merupakan salah satu tempat paling nyaman untuk membeli pakaian
bekas Impor. Beragam model bekas produk dari berbagai negara,
seperti AS, Australia, Jepang, China, Singapura, dan Malaysia, tak
hanya muda didapati dijual pedagang Kaki-5 diberbagai sudut kota,
hampir semua pasar di kota Kendari menyediakan penjualan pakaian
bekas impor tersebut (Noesa: 2015).
Terdapat ribuan warga sejak tahun 80-an telah menjadikan
penjualan berang-berang bekas Impor sebagai mata pencaharian
utama. Warga di kota Kendari seperti umumnya penduduk di Provinsi
Sultra menamai barang-barang bekas Impor yang diperdagangkan
dengan sebutan RB. RB merupakan singkatan dari kata Rombengan.
Hal ini dikarenakan sebelum pakaian bekas Impor memasuki pasar
21
hingga ke pelosok, penduduk diwilayah ini sudah akrab dengan istila
penjalualan pakaian rombengan. Yakni sejenis PK-5 yang secara
khusus menjual pakaian-pakaian bekas yang dibeli dari penduduk
kemudian dijual kembali di tepi-tepi jalan atau berkeliling masuk
kawasan pemukiman menjajakan barang dagangannya (Noesa: 2015).
Pedagang Baju Rombengan tempo dulu tak hanya menjual baju
atau celana bekas pakaian buatan dalam negeri tapi juga sudah banyak
menjual pakaian bekas merek luar negeri. Baju atau celana rombengan
bermerek luar negeri sekalipun bekas dari dulu cepat laku dipasaran
karena selalu kelihatan masi baru, harganya murah dan masi tahan
pakai dibandingkan pakaian baru buatan negeri. Bursa penjualan RB
yang sudah sejak puluhan tahun marak di kota Kendari kini juga telah
melahirkan sejumlah cabang usaha ikutan yang baru. Di antaranya,
terlihat beberapa tempat penjualan RB di sejumlah pasar di kota
Kendari, seperti di Pasar Wua-Wua, pasar Korem, Pasar Lawata, Pasar
Andonohu, Pasar Baruga dan Pasar Lapulu (Noesa: 2015).
D. Tinjauan Tentang Jamur Yang Terdapat Pada Pakaian Bekas
Suhu dan kelembapan di Indonesia baik untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan jamur, salah satu tempat yang baik bagi
perkembangbiakan jamur yaitu pada pakaian bekas Impor (Monalisa,
2015).
Jamur yang dapat hidup pada pakaian bekas adalah Aspergillus sp,
dan Candida sp (Kementerian Perdagangan RI, 2015).
1. Aspergillus sp
Aspergillus sp terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di
daerah tropik dengan kelembapan yang tinggi. Meskipun terdapat lebih
dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia
ialah Aspergillus flavus dan Aspergillus niger, yang semuanya menular
dengan transmisi inhalasi. A. niger juga mampu memproduksi
mikotoksin, karena memiliki gen yang mampu memproduksinya.
Habitat asli Aspergillus dalam tanah, kondisi yang menguntungkan
22
meliputi kadar air yang tinggi (setidaknya 7%) dan suhu tinggi.
Tanaman yang sering terkena termasuk sereal (jagung, sorgum, millet
mutiara, beras, gandum), minyak sayur (kacang tanah, kedelai, bunga
matahari, kapas), rempah-rempah (cabe, lada hitam, ketumbar, kunyit,
jahe), dan kacang-kacangan pohon (almond, pistachio, walnut, kelapa,
kacang Brazil) (Ghofur, 2008).
Aspergillus sp tumbuh secara cepat, menghasilkan hifa aerial
dengan panjang ciri struktur konidia yang khas, konidiofora panjang
dengan vesikel terminal yang fialidnya menghasilkan rantai konidia
yang bertumbuh secara basipetal (Ghofur, 2008).
Asperigilus sp dapat menghasilkan mikotoksin yang dapat
menyerang sistem saraf pusat mempengaruhi hati dan ginjal bahkan
dapat menyebapkan kematian. Penyakit yang ditimbulkan disebut
Aspergillosis, dengan menyebapkan radang pada selaput lendir, mata,
bronchus, telingga, dan paru-paru (Irianto, 2013 : 78).
Dari sekian banyak mikotoksin, aflatoksin merupakan salah
satu yang terpenting di Indonesia. Kondisi iklim tropis sangat sesuai
dengan pertumbuhan kapang khususnya Aspergillus flavus atau
Aspergillus parasiticus yaitu dua jenis kapang yang memproduksi
berbagai jenis aflatoksin. Aflatoksin dapat mengakibatkan kerusakan
hati, organ tubuh yang sangat penting dan juga berperan dalam
detotsikasi aflatoksin itu sendiri. Apabila aflatoksin dikonsumsi dalam
jumlah yang kecil tetapi terus menerus maka dapat menyebabkan
kanker hati (Ghofur, 2008).
Kemampuan aflatoksin untuk menginduksi kanker hati diduga
karena aflatoksin dapat terikat oleh makro molekul dari jaringan hati.
Enzim yang berperan dalam perusakan aflatoksin dalam hati adalah
enzim dari jenis oksidoreduktase (Ghofur, 2008)
Empat jenis organnisme yang sering berhubungan dengan
infeksi pada manusia Asperigilus fumiigatus, Asperigilus niger,
Asperigilus flavus, dan Asperigilus parasiticus. Asperigilus sp
23
memiliki koloni berfilamen (mold), datar, permukaan velvety atau
powderi, warna koloni putih, hijau, hijau tua, coklat kekuningan, dan
hitam (tergantung spesiesnya) dengan aerrial hifa mengandung
konidiafor yang ujungnya vesikel dan menghasilkan konidia dari
phialid/sterigma biseriate atau uniseriate (Irianto, 2013 : 78).
Koloni Aspergillus niger pada saat mudah berwarna putih, dan
akan berubah menjadi hitam setelah terbentuk konidiospora.
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau kuning
dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap sampai hitam.
Kepala konidia berwarna hitam, bulat, cenderung memisah menjadi
bagian-bagian yang lebih longgar dengan bertambahnya umur.
Konidiospora memiliki dinding yang halus dan berwarna coklat
(Hidayat, 2007).
Gambar 1. Jamur Aspergillus niger (Sumber: Irianto,2013:84).
Koloni Aspergillus flavus pada saat muda berwara putih, dan akan
berubah menjadi berwarna hijau kekuningan setelah membentuk konidia.
Kepala konidia berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua kekuningan,
berbentuk bulat, konidiofor berdinding kasar, hialin. Vesikula berbentuk
bulat hingga semi bulat. Fialid langsung duduk pada vesikul. Jamur ini
dapat menyebapkan kanker pada manusia (Kumala, 2016 : 29).
24
Gambar 2. Aspergillus flavus (Irianto, 2013 : 85).
Aspergillus fumingatus memiliki koloni saat mudah berwarna
putih dan dengan cepat berubah menjadi hijau seiring dengan
terbentuknya konidia. Kepala konidia berbentuk kolumner, koniofor
pendek, berdinding halus, berwarna hijau. Visikula berbentuk ganda,
berwarna hijau. Konidia bulat sampai semi bulat berwarna hijau,
berdinding kasar. Pada mutela konidia berbentuk hingga semi bulat,
berwarna hijau pucat ( Kumala, 2016 : 30).
Gambar 3. Aspergillus fumigatus (Iriato, 2013 : 85).
Aspergillus parasiticus memiliki koloni mencapai diameter 4
cm dalam waktu 3 hari, terdiri dari lapisan berwarna putih dan suatu
lapisan konidiofor yang berwarna kuning. Konidiofor berwarna jernih
dan kasar. Vesikel berbentuk bulat hingga semi bulat, dan berdiameter
25 sampai 45 µm. Konidia berwarna kuning, berbentuk bulat hingga
semi bulat, berdiameter 3,6 µm (Kumala, 2016 : 31).
25
Gambar 4. Aspergillus parasiticus (Irianto, 2013 : 85).
2. Candida sp
Candida albicans hidup sebagai saprofit, merupakan flora normal
pada mulut, tenggorokan, saluran pencernaan, vagina, lipatan kulit dan
di alam ditemukan pada tanah, air, serangga dan tumbuh-tumbuhan.
Candida albicans mudah tumbuh pada suhu 20Cº-37Cº, tahan terhadap
suhu dingin, tetapi sensitif terhadap suhu panas 50Cº-60Cº (Firda,
2015). Diperkirakan sekitar 25%-50% individu sehat mengandung
jamur kandida di dalam mulut sebagai flora normal (Kumala, 2006).
Pada keadaan tertentu, sifat kandida ini dapat berubah menjadi patogen
dan dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis atau
kandidosis (Siregar, 2005).
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena
kemampuannya untuk tumbuh dapat dilakukan dalam dua bentuk yang
berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi
blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa
semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang
mempengaruhinya. Sel ragi (blastospora) memiliki ciri-ciri yaitu
berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 4-6 μm.
Candida albicans memperbanyak diri dengan cara membentuk tunas
yang akan terus memanjang hingga membentuk pseudohifa.
Pseudohifa terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk
bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain, terdapat
blastospora berukuran besar dalam jumlah sedikit yang berbentuk bulat
atau seperti botol. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora
26
yang berdinding tebal dan bergaris tengah sekitar 8-12 μm (Annisa,
2015:4).
Gambar 5. Candida albicans (Annisa,2015:4).
Spesies Candida dapat mudah tumbuh dengan cepat pada
medium agar sederhana yang mengandung peptone, dextrose, maltose
atau sukrose dengan membentuk koloni ragi dengan sifat-sifat khas,
yakni : menonjol dari permukaan medium, permukaan koloni halus
licin, berwarna putih kekuning-kuningan, dan berbau ragi. Pada
keadaan tertentu sifat candida dapat berubah menjadi pathogen dan
dapat menyebabkan penyakit yang disebut kandidiasis atau kandidosis
(Siregar, 2005).
Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk
tunas, spora jamur disebut blastospora. Membentuk hifa semu
(pseudohifa) yang sebenarnya adalah rangkaian blastospora.
Berdasarkan bentuk-bentuk jamur tersebut dikatakan bahwa C.
albicans menyerupai ragi (yeast like), untuk membedakannya dari
jamur yang hanya membentuk blastospora (Jawetz, 2007).
C. albicans dapat hidup sebagai saprofit atau yang disebut
saprobe, yaitu organisme yang melekat pada inang dan menyerap
makanannya melalui organisme yang telah mati tanpa menyebabkan
suatu kelainan di dalam tubuh manusia. Infeksi yang disebabkan oleh
27
C. albicans disebut kandidiasis. Proses infeksi dimulai dengan
perlekatan C. albicans pada sel epitel. Kemudian C. albicans
mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan
protein sel pejamu , sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, C.
albicans juga mengeluarkan mikotoksin, diantaranya gliotoksin yang
mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun
lokal. Untuk mengetahui patogenitas Candida dilakukan dengan uji
germ tube (GTT), yaitu penembahan serum pada koloni C. albicans.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya gumpalan sehingga
menandakan bahwa candida tersebut patogen (Monalisa, 2015 : 6).
Sumber infeksi secara normal berasal dari pasangan seksual
wanita, dan masa inkubasinya 2-3 hari. Faktor resiko pada pria hampir
sama dengan wanita. Penularan C. albicans pada pria diperkirakan
sekitar 10%. Di samping infeksi langsung, manifestasi lain C. albicans
adalah dermatitis tingkat rendah pada penis pria yang berhubungan
seksual dengan wanita yang menderita candidosis vagina. Dermatitis
ini tampak melalui iritasi dan hiperaemia yang terjadi dalam beberapa,
jam atau beberapa hari setelah hubungan seksual. Pertimbangan
tentang natural histori candidosis vagina menyatakan bahwa bila
wanita dapat menularkan penyakit ini pada pria, bukan tidak mungkin
terjadi proses sebaliknya (Hendrawati, 2008).
28
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran
Pakaian bekas merupakan pakaian yang dibeli dan dipakai dari
konsumen pertama kemudian dijual kembali kepada konsumen kedua
ataupun seterusnya. Hal ini dapat menyebapkan kontaminasi berbagai zat
yang berasal dari konsumen sebelumnya yang mengunakan pakaian
tersebut seperti bekas partikel ragi, feses, bekas ludah, bakteri kulit, dan
bakteri vagina melekat pada baju-baju tersebut. Paling banyak ditemukan
di daerah ketiak dan pangkal paha, apabila terdapat zat – zat tersebut pada
pakaian bekas hal ini dapat menyebabkan hidupnya jamur pada pakaian
bekas tersebut.
Faktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya jamur pada
pakaian bekas yaitu lingkungan tempat penjualan yang kotor, lembab serta
bercampur dengan penjual lain, tempat penyimpanan pakaian bekas yang
tidak bersih. Untuk mengetahui ada tidaknya jamur pada sampel pakaian
bekas maka perlu dilakukan pemeriksaan jamur. Pemeriksaan jamur terdiri
dari pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik. Dalam pemeriksaan
makroskopik jamur bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pertumbuhan jamur pada media yang dilakukan dengan inokulasi jamur
pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA), Dimana Sampel diambil
dari pakaian bekas dengan cara pulasan (swab) kemudian ditanam pada
media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)dan inkubasi dilakukan pada suhu
37°C selama 72 jam, apabila adanya pertumbuhan koloni jamur yang
terlihat maka dilanjutkan pada pemeriksaan mikroskopik jamur yang
bertujuan untuk mengetahui jenis jamur yang mengontaminasi suatu
sampel yang dilakukan dengan melihat ciri-ciri jamur dibawa mikroskop.
Pemeriksaan jenis jamur dilakukan dengan mengambil koloni jamur yang
telah ditumbuhkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA),
kemudian diletakan diatas obyek glass dan ditetesi dengan larutan KOH
29
10% kemudian dilakukan pemeriksaan dibawa mikroskop dengan
pembesaran 10x dan 40x. Pemberian KOH 10% bertujuan untuk
menghilangkan berkas lemak yang terkandung sehingga memperjelas
bentuk spora, hifa dan miselium jamur dibawa mikroskop
B. Kerangka Pikir
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Varibel yang tidak diteliti
Pemeriksaan mikroskopik(Mengidentifikasi jenis jamur
dengan KOH 10% dibawamikroskop pembesaran 10x dan
40x).
Kondisi tempatpenjualan
Kondisi
Pakaian
Pakaianbekas
Diduga TerjadiKontaminasi Jamur
Pemeriksaan makroskopik (Sampel diambil dari pakaianbekas dengan cara pulasan kemudian di Inokulasi padamedia SDA pada suhu 37°C selama 72 jam).
Adakoloni jamur
Tidak adakoloni jamur
Aspergilus sp
Candida sp
Jenis Lain
30
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (Independen) adalah sampel pakaian bekas yang dijual
di beberapa Pasar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Variabel terikat (Dependen) adalah jamur yang ditemukan pada
pakaian bekas.
D. Definisi operasional dan Criteria Objectif
1. Pakaian bekas merupakan pakaian yang dibeli dan dipakai dari
konsumen pertama kemudian dijual kembali kepada konsumen kedua
ataupun seterusnya.
2. Jamur merupakan mikroorganisme eukaryotik dengan tingkat
biologisnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri.
3. Jamur yang dimaksud adalah jamur yang di peroleh dari sampel
pakaian bekas yang diambil dengan cara pulasan kemudian
ditumbuhkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA).
4. Pemeriksaan makroskopik jamur bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pertumbuhan jamur pada media yang dilakukan dengan
inokulasi jamur pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) :
Kriteria Objektif
a. Ada : Ditandai dengan koloni berbentuk seperti beludru atau
berbentuk bulat atau semi bulat, dan berwarna putih atau hijau tua
atau kuning atau hijau kekuningan atau hitam dan abu-abu dan
koloni halus licin, berwarna putih kekuning-kuningan, dan berbau
ragi.
b. Tidak ada : ditandai dengan tidak terlihatnya ciri-ciri koloni jamur
seperti diatas.
5. Pemeriksaan mikroskopik jamur bertujuan untuk mengetahui jenis
jamur yang mengontaminasi suatu sampel yang dilakukan dengan
melihat ciri-ciri jamur dibawa mikroskop dengan pemberian KOH 10%
yang bertujuan untuk menghilangkan berkas lemak yang terkandung
sehingga memperjelas bentuk spora, hifa dan miselium jamur dibawa
mikroskop :
31
Kriteria Objektif
a. Spesies Aspergillus sp, Jika dilihat dibawa mikroskop ditemukan
hifa bersepta, miselium bercabang, ada konidiospora.
Konidiosporanya berbentuk secara bebas dan ujungya
mengembung, konidia berangkai-rangkai dan berbentuk bulat.
b. Spesies Candida sp, Jika dilihat dibawa mikroskop bentuk
C.albicans menyerupai ragi (yeast like), membentuk tunas yang
akan terus memanjang hingga membentuk pseudohifa, terdapat
blastospora berukuran besar dalam jumlah sedikit yang berbentuk
bulat seperti botol. Sel blastospora dapat berkembang menjadi
klamidospora yang berdinding tebal .
c. Bukan Spesies Jamur Aspergillus sp dan Candida sp Jika dilihat
dibawa mikroskop tidak ditemukan ciri-ciri jamur seperti diatas.
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang ini adalah penelitian deksriptif untuk
mengidentifikasi adanya jamur pada pakaian bekas yang dijual di beberapa
Pasar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Analis
Kesehatan Politeknik Kesehatan Kendari.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Juni – 11 Juli 2017.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti (Nasir, 2011 :
188). Populasi dalam penelitian ini adalah pakaian bekas yang dijual di
beberapa Pasar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Pasar
Lawata, Pasar Korem, Pasar Basah, Pasar Sentral Wua-Wua, Pasar
Anduonohu dan Pasar Sentral Lapulu) Total populasi dalam penelitian
ini adalah 6 penjual pakaian bekas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, dimana
sampel dalam yang diteliti adalah pakaian bekas yang dijual di Pasar
Lawata (1 penjual pakaian bekas), Pasar Korem (1 penjual pakaian
bekas) , Pasar Basah (1 penjual pakaian bekas), Pasar Sentral Wua-
Wua (1 penjual pakaian bekas), Pasar Anduonohu (1 penjual pakaian
bekas) dan Pasar Sentral Lapulu (1 penjual pakaian bekas). Teknik
penerikan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling, dimana
pengambilan sampel dilakukan dengan sengaja (Nasir, 2011: 211).
33
Pemberian identitas pada sampel yang akan diteliti dilakukan
dengan pemberian kode, adapun kode yang diberikan sebagai berikut :
Disribusi frekuensi pengambilan sampel berdasarkan pasar dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Distribusi frekuensi pengambilan sampel pakaian bekasberdasarkan pasar di Kota Kendari.
No Nama Pasar KodeSampel
Jumlasampel yangdiambil (F)
Presentase(%)
1 Pasar Lawata A 1 16,67
2 Pasar Korem B 1 16,67
3 Pasar Basah C 1 16,67
4 Pasar Sentral Wua-Wua D 1 16,67
5 Pasar Anduonohu E 1 16,66
6 Pasar Sentral Lapulu F 1 16,66
Total 6 100Sumber : data primer, 2017
D. Instrument Penelitian
1. Instrumen penelitian yang dibawa ke lokasi pengambilan sampel
Tabel 2. Instrumen Penelitian di Lapangan
No Nama alat Kegunaannya
1 Kantong plastik sebagai wadah sampel
2 Pulpen untuk menandai identitas sampel yang terdiri dari
nama, nama pasar menggunakan kode.
3 Kertas label Sebagai tempat untuk menulis identitas sampel
34
2. Instrumen penelitian di Laboratorium
Instrument penelitian yang digunakan di Laboratorium terdiri atas alat
dan bahan yang dapat dilihat pada tebel berikut :
a. Alat Penelitian
Tabel 3. Instrumen Penelitian di Laboratorium
No Nama alat Kegunaannya
1 Autoclave Sebagai alat untuk sterilisasi alat dan madia
2 Kapas lidi steril Sebagai alat pengambilan sampel pakaian bekas,
yang dilakukan dengan cara pulasan (Swab)
3 Cawan petri Sebagai wadah media untuk pertumbuhan jamur
4 Mikroskop Sebagai alat untuk mengamati koloni jamur untuk
mengetahui jenis jamur
5 Kaca obyek Untuk meletakan obyek yang akan diamati
6 Cover glass Untuk menutupi koloni yang ditetesi KOH agar
lensa obyektif tidak kotor pada saat pemeriksaan
dibawa mikroskop
7 Lampu spiritus Untuk pemanasan media SDA yang telah
dilarutkan, menjaga kontaminasi jamur pada saat
diambil dari media
8 Lembar Observasi Digunakan sebagai lembar pengisian hasil
pemeriksaan yang merupakan alat ukur hasil
penelitian
9 Inkubator Sebagai alat untuk menginkubasi media
35
b. Bahan Penelitian
Tabel 4. Bahan Penelitian
No Nama Bahan Kegunaannya
1 Media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA)
Medium umum untuk pertumbuhan jamur
2 KOH 10% Untuk pemeriksaan jenis jamur dibawa
mikroskop (untuk memperlihatkan hifa dan
spora jamur)
3 Aquades Digunakan untuk bahan pembuataan media.
4 Kertas pH Untuk memeriksan pH aquades pada saat
pembuatan media.
5 Kapas Untuk menutup erlenmeyer pada saat
pembuatan media.
E. Prosedur Pemeriksaan Laboratorium
1. Pra Analitik
a. Sterilisasi alat dan bahan
Alat yang digunakan terlebih dahulu disterilkan kedalam
autoclave untuk membebaskan tiap benda atau subtansi dari semua
kehidupan dalam bentuk apapun. Alat dan bahan yang deigunakan
seperti cawan petri, erlenmeyer, kapas lidi dan media SDA
dimasukan kedalam Autoclave dengan suhu 121 º c selama 15
menit.
b. Pembuatan media inokulasi jamur
Media yang digunakan untuk inokulasi jamur yaitu
Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Pembuatan dilakukan dengan
menimbang media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)sebanyak 11,1
gram kemudian dilarutkan dalam 170 ml aquadest, periksa pH
aquadest terlebih dahulu (pH 5,6) kemudian larutan tersebut
dipanaskan sampai mendidih kemudian dibuat perbanyakan
sebagai tempat penanaman inokulum. Perbanyakan masal
36
dilakukan pada cawan petri. Setelah media dituangkan pada
cawan petri selanjutnya disterilkan dalam autoklave selama 15
menit pada tempertatur 121 º c. Setelah media dalam cawan petri
dingin, dilakukan inokulasi dari sumber isolat pada permukaan
agar.
2. Analitik
a. Pemeriksaan Makroskopik
1) Pengambilan spesimen dari pakaian bekas dilakukan dengan cara
pulasan (swab) menggunakan kapas lidi steril.
2) Bahan pemeriksaan dari swab langsung ditanam ke media
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan disebar menggunakan ose
steril.
3) Seluruh cawan petri diinkubasi mengunakan inkubator pada
suhu 37 º c selama 72 jam.
4) Dilakukan pengamatan secara makroskopik koloni jamur yang
tumbuh pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA).
b. Pemeriksaan Mikroskopik
1) Koloni jamur yang tumbuh pada media SDA diletakan diatas
obyek glass dengan mengunakan ose.
2) Kemudian teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% pada kaca
obyek. Kemudian tutup dengan Cover glass.
3) Amati dibawa mikroskop dengan pembesaran 10x dan 40x.
37
3. Pasca Analitik
a. Pembacaan hasil permeriksaan Makroskopik
1) Pertumbuhan koloni jamur pada media SDA pada hari pertama
inkubasi ditandai dengan terlihat koloni berwarna putih
Gambar 6. Koloni jamur di hari pertama inkubasi(Sumber : data primer, 2017)
2) Hari ketiga inkubasi koloni jamur berubah warna, ada yang
berwarna hitam, hijau kekunigan, dan ada yang koloninya
memenuhi cawan petri dan mempunyai lapisan menyerupai
kapas.
Gambar 7. Koloni jamur di hari ketiga inkubasi(Sumber : data primer, 2017)
Koloni hitam
Koloni menyerupai
kapas
Kolonikekuningan
Koloniberwarna putih
38
b. Pembacaan hasil pemeriksaan Mikroskopik
Hasil pengamatan jenis jamur secara mikroskopik
didapatkan ciri-ciri jamur sebagai berikut, ditemukan hifa bersepta,
ada konidiospora, kepala konidia berwarna hitam dan bulat. Dari
ciri-ciri yang ditemukan dapat dilaporkan jamur yang diamati
termasuk jenis jamur Asperigillus niger.
Gambar 8. Asperigilus niger (Sumber : data primer, 2017)
Hasil pengamatan jenis jamur secara mikroskopik
didapatkan ciri-ciri jamur sebagai berikut, ditemukan hifa bersepta,
memiliki konidiospora yang panjang, kepala konidia berwarna
hitam dan bulat. Dari ciri-ciri yang ditemukan dapat dilaporkan
jamur yang diamati termasuk jenis jamur A.flavus.
Gambar 9. Asperigilus flavus (Sumber : data primer, 2017)
Kepala konidia
Konidiospora
Kepala konidia
Konidiospora
39
Hasil pengamatan jenis jamur secara mikroskopik
didapatkan ciri-ciri jamur sebagai berikut, ditemukan hifa bersepta,
konidiospora jernih dan kasar, dan mempunyai vesikel yang
berbentuk bulat.
Gambar 10. Asperigilus parasiticus (Sumber : data primer, 2017)
F. Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan di
Laboratorium Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kendari.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari literatur perpustakaan maupun pihak
terkait yang ada hubungannya dengan objek penelitian termasuk data
awal lokasi pasar.
G. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Coding, yaitu memberikan kode pada sampel pakaian bekas yang
diteliti untuk memudahkan dalam memasukan ke program computer.
2. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah diperoleh.
3. Skoring adalah perhitungan secara manual dengan menggunakan
kakulator untuk presentase setiap variabel yang diteliti.
Vesikel
Konidiospora
40
4. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk kemudian dirangkap dan
disusun dalam bentuk tabel agar dapat dibaca dengan mudah.
H. Analisis Data
Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
Analisis data deskriptif merupakan analisis yang dipakai untuk
menganalisis data dengan mengambarkan data-data yang sudah
dikumpulkan. Dimana analisis deskpritif dilakukan dengan melihat ada
tidaknya koloni jamur, kemudian menentukan jenis koloni jamur yang
tumbuh pada media. =Keterangan :
X : Presentase Variabel yang diteliti
f : Frekuensi kategori variabel yang diamati
n : Jumlah sampel penelitian
K : Konstanta (100%) (Nasir, 2011:275).
I. Penyajian Data
Data yang tersedia disajikan dalam bentuk tebel distribusi
frekuensi kemudian dinarasikan dalam bentuk kata-kata.
J. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak subyek.
Dalam penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi antara lain :
1. Anoniminiti (tanpa nama)
Dilakukan dengan cara tidak memberikan nama responden pada
lembar alat ukur, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data.
2. Condfidentiality (kerahasian)
Dilakukan dengan menjamin kerahasian hasil penelitian baik
informasi maupun masalah-masalah lainya. Informasi yang
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya ole peneliti.
41
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Beberapa pasar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara, yang
dijadikan tempat pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu :
a. Pasar Lawata
Pasar Lawata adalah pasar tradisional yang dibangun oleh
Pemkot Kendari sebagai relokasi kawasan pasar tiban yang tiap
sore memenuhi ruas Jalan Lawata. Sebagian besar pedagang
memang rela dipindahkan di gedung pasar yang megah saat itu.
Namun, belakangan seluruh pedagang malah keluar gedung,
membuka lapak non permanen dan menjajakan dagangan di areal
parkiran dengan alasan lebih mudah menggaet. Alhasil gedung
yang kini dibiayai mahal kini kosong karana ditinggal pedagang
yang lebih suka berjualan luar ruangan.
Pasar Lawata merupakan pasar tradisional tak beda dengan
pasar tradisional lainnya, disini pedagang lebih banyak menjual
sayur-mayur, buah, rempah-rempah, ikan, dan pakaian bekas yang
dijajakan memanjang sekitar 200 meter.
Penjual pakaian bekas di pasar Lawata berjumlah 42
penjual yang kemudian dari 42 penjual tadi diambil 1 penjual
dengan cara proposive sempling untuk dijadikan sampel penelitan
yang diberi kode A.
b. Pasar Korem
Pasar Korem adalah pasar tradisional yang terletak di jalan
Syeh Yusuf, Kelurahan Korunba, Kecamatan Mandonga,
Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Letak Pasar
Korem pada sebalah utara merupakan Pasar Basah , pada bagian
timur pasar terdapat sungai lahundape, dibagian barat pasar
42
merupakan mall mandonga, sedangkan pada bagian selatan pasar
merupakan korem 143/HO.
Pasar Korem merupakan pasar tradisional seperti pasar
tradisional pada umumnya, dimana pasar ini terdiri dari kios-kios
sederhana, ada yang beratapkan seng adapula yang beratapkan
terpal, serta ada yang menjual dengan dasaran terbuka. Di Pasar
Korem kondisi tempat penjualanya kotor serta tidak beraturan.
Dimana penjual sayur, buah-buahan, ikan, pakaian baru, penjual
asesoris, penjual pakaian bekas, penjual jamu, penjual sembako
berdempet-dempet tidak beraturan.
Penjual pakaian bekas di pasar Korem berjumlah 72 penjual
yang kemudian dari 72 penjual tadi diambil 1 penjual dengan cara
proposive sempling untuk dijadikan sampel penelitan yang diberi
kode B.
c. Pasar Basah
Pasar Basah adalah pasar tradisional yang berada di jantung
kota. Pasar ini terletak di jalan Lasandara, Kelurahan Korumba,
Kecamatan Mandonga, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Latak Pasar Basah pada sebelah utara pasar
merupakan jalan poros Lasandara, Pada bagian timur pasar terdapat
sungai lahundape, di bagian barat pasar merupakan , mall
mandonga, sedangkan pada bagian selatan pasar merupakan Pasar
Korem.
Bangunan Pasar Basah terdiri dari tiga lantai, dimana
terdapat kios, serta lodz di dalamnya. Pada lantai 1 gedung
digunakan sebagai tempat penjualan sayur-sayuran, buah-buahan,
dan juga ikan, untuk lantai 2 digunakan sebagai tempat penjualan
sembako, obat-obatan, asesoris, jajan-jajanan, dan juga ikan,
sedangkan dilantai 3 digunakan sebagai tempat penjualan pakaian,
sepatu, dan juga sendal.
43
Penjual pakaian bekas di pasar Basa berjumlah 19 penjual
yang kemudian dari 19 penjual tadi diambil 1 penjual dengan cara
proposive sempling untuk dijadikan sampel penelitan yang diberi
kode B.
d. Pasar Sentral Wua-Wua
Pasar Sentral Wua-Wua adalah pasar yang dibangun ulang.
Karena pasar yang sebelumnya (Pasar Baru) terbakar, seluruh
pedagangnya direlokasi ke daerah yang akhirnya disebut Pasar
Pajang, karena letaknya yang memanjang menyebar memenuhi
sepanjang jalan yang berjarak sekitar 2 Km dari pasar asalnya.
Pasar Sentral Wua-Wua terletak di jalan MT Haryono, Kelurahan
Anaiwai, Kecamatan Wua-Wua, Kabupaten Kota Kendari, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Pasar Sentral Wua-Wua merupakan salah satu
pasar modern yang ada di Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara, Pasar Sentar Wua-Wual terbangun diatas lahan seluas
11.092 M² dengan luas bangunan 8.019 M² dimana pasar ini terdiri
dari 748 unit kios dilantai satu dan dua, 462 lapak di pasar besar
dan 46 unit disediakan untuk pedagang campuran.
Penjual pakaian bekas di pasar Sentral Wua-Wua berjumlah
2 penjual yang kemudian dari 2 penjual tadi diambil 1 penjual
dengan cara proposive sempling untuk dijadikan sampel penelitan
yang diberi kode D.
e. Pasar Anduonohu
Pasar Anduonohu adalah pasar tradisional yang dibangun
pada tahun 1997 yang terletak di jalan poros Anduonohu,
Kelurahan Anduonohu, Kecamatan Poasia, Kabupaten Kota
Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pasar Anduonohu
merupakan pasar tradisional pada umumnya, Pasar Anduonohu
memiliki luas lahan 5000 M² dan luas bagunan pasar 4500 M²
dimana pasar ini terdiri dari kios yang berjumlah 253 petak, lods
128 petak, jumlah lapak 72 unit.
44
Penjual pakaian bekas di pasar Andounohu berjumlah 14
penjual yang kemudian dari 15 penjual tadi diambil 1 penjual
dengan cara proposive sempling untuk dijadikan sampel penelitan
yang diberi kode E.
f. Pasar Sentral Lapulu
Pasar Sentral Lapulu adalah pasar tradisional yang terletak
di Jalan Setia Budi, Kelurahan Lapulu, Kecamatan Abeli,
Kabupaten Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pasar Sentral Lapulu merupakan pasar tradisional seperti
pasar tradisional pada umumnya, dimana pasar ini terdiri dari 160
kios dan los sebanyak 32 unit untuk penjual ikan atau daging
ditambah beberapa bangunan pendukung.
Penjual pakaian bekas di pasar Lawata berjumlah 24
penjual yang kemudian dari 24 penjual tadi diambil 1 penjual
dengan cara proposive sempling untuk dijadikan sampel penelitan
yang diberi kode F.
2. Variabel Penelitian
Sampel diperoleh dari 6 pasar yaitu dari Pasar Lawata, Pasar
Korem, Pasar Basah, Pasar Sentral Wua-Wua, Pasar Anduonohu dan
Pasar Sentral Lapulu. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
porposive sampling dimana sampel diambil dengan sengaja sesuai
keinginan peneliti dan kemudian tiap pasar diberi kode (kode A, kode
B, kode C, kode D, kode E, kode F.
a. Pengamatan pertumbuhan koloni jamur pada media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA) dengan pengamatan langsung
(makroskopik)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Laboratorium
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Kendari tentang
identifikasi jamur pada pakaian bekas yang dijual dibeberapa pasar
di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara mengunakan metode
Pulasan (Swab), maka diperoleh hasil pertumbuhan jamur pada
45
media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dilihat pada tabel dibawa
ini.
Tabel 5. Pertumbuhan koloni jamur pada media SabouraudDextrose Agar (SDA) (Makroskopik)
No KodeSampel
Hasil Pengamatan Koloni Jamur Pada MediaSabouraud Dextrose Agar (SDA) (makroskopik)
1A Ada Pertumbuhan Koloni
2B Ada Pertumbuhan Koloni
3C Ada Pertumbuhan Koloni
4D Ada Pertumbuhan Koloni
5E Ada Pertumbuhan Koloni
6 F Ada Pertumbuhan KoloniSumber : data primer, 2017
Tabel 5 menunjukan bahwa, semua sampel pakaian bekas yang
diteliti telah ditumbuhi jamur.
b. Pengamatan jenis jamur yang tumbuh dari koloni Sabouraud
Dextrose Agar (SDA) dengan penambahan KOH 10% yang
diamati dibawah (mikroskopik).
Tabel 6. Jenis jamur yang tumbuh pada media SabouraudDextrose Agar (SDA) (Mikroskopik)
No KodeSampel
Hasil identifikasi jamur setelah dilakukanpemeriksaan dibawah mikroskop (mikroskopik).
Asperigilus sp Candida albicans
1A A. niger Tidak ada
2B A. niger dan A.flavus Tidak ada
3C A. parasiticus Tidak ada
4D A. niger dan A.flavus Tidak ada
5E A. parasiticus Tidak ada
6 F A. flavus Tidak adaSumber : data primer, 2017
46
Tebel 6 menunjukan bahwa tidak ditemukan keberadaan Candida
albicans pada pakaian bekas, tetapi semua pakaian bekas yang
diperiksa ditemukan keberadaan Aspergillus sp yaitu pada sampel A
ditumbuhi jamur Asperigilus niger pada sampel B dan D telah
ditumbuhi jamur Aspergilus niger dan Aspergilus flavus, dan pada
sampel C dan E telah ditumbuhi Asperigilus parasiticus sedangkan
pada sampel F ditumbuhi Asperigilus flavus.
B. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 15 Juni -
11 Juli 2017 di Laboratorium Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Kendari tentang identifikasi Jamur pada pakaian bekas yang di jual di
beberapa pasar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara yang
bertujuan untuk mengetahui adanya koloni jamur yang mengontaminasi
pakaian bekas, serta jenis jamur yang tumbuh pada sampel pakaian bekas
tersebut, diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Pengamatan pertumbuhan koloni jamur pada media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA) dengan pengamatan langsung (makroskopik)
Setelah dilakukan pemeriksaan jamur secara makroskopik, yaitu
untuk mengamati pertumbuhan koloni jamur pada media Sabouraud
Dextrose Agar (SDA), yang dilakukan dengan cara sampel diambil
dari pakaian bekas dengan cara pulasan kemudian ditanam pada media
dan diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 72 jam.
Pertumbuhan di hari pertama pada semua pakaian bekas yang
diteliti menunjukan telah ditumbuhi jamur dibuktikan dengan
pertumbuhan koloni pada media SDA dengan ciri-ciri semua koloni
berwarna putih. Setalah hari ketiga semua koloni jamur berubah
warna, ada yang berwarna hitam, hijau kekuningan, dan ada yang
kolninya hampir memenuhi cawan petri dan mempunyai lapisan
menyerupai kapas.
Berdasarkan ciri-ciri pertumbuhan koloni jamur pada media SDA
yang diamati, koloni jamur yang tumbuh menyerupai koloni jamur
47
Asperigillus sp jenis A. niger, A. flavus, dan A. parasiticus. Dimana
koloni Aspergillus niger pada saat mudah berwarna putih, dan akan
berubah menjadi hitam setelah terbentuk konidiospora, koloni
Aspergillus flavus pada saat muda berwara putih, dan akan berubah
menjadi hijau kekuningan setelah membentuk konidia, dan
Aspergillus parasiticus memiliki koloni mencapai diameter 4 cm
dalam waktu 3 hari, terdiri dari lapisan berwarna putih dan suatu
lapisan konidiofor yang berwarna kuning (Hidayat, 2007).
2. Pengamatan jenis jamur yang tumbuh dari koloni Sabouraud Dextrose
Agar (SDA) dengan penambahan KOH 10% yang diamati dibawah
(mikroskopik).
Pemeriksaan jenis jamur dilakukan dengan mengambil koloni
jamur yang telah ditumbuhkan pada media SDA, kemudian diletakan
diatas obyek glass dan ditetesi dengan larutan KOH 10%. Pemberian
KOH 10% bertujuan untuk menghilangkan berkas lemak yang
terkandung sehingga memperjelas bentuk spora, hifa dan miselium
jamur dibawa mikroskop (Kumala,2016:32).
Hasil pengamatan jenis jamur secara mikroskopik didapatkan ciri-
ciri jamur sebagai berikut, ditemukan hifa bersepta, ada konidiospora,
kepala konidia berwarna hitam dan bulat. Dari ciri-ciri yang
ditemukan dapat dilaporkan jamur yang diamati termasuk jenis jamur
Asperigillus sp(A.niger. A.flavus dan A.parasiticus).
Aspergillus niger memiliki bulu dasar berwarna putih atau
kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat gelap
sampai hitam. Kepala konidia berwarna hitam, bulat, cenderung
memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar dengan
bertambahnya umur. Konidiospora memiliki dinding yang halus dan
berwarna coklat (Hidayat, 2007). Asperigilus flavus memiliki kepala
konidia berwarna hijau kekuningan hingga hijau tua kekuningan,
berbentuk bulat, konidiofor berdinding kasar, hialin. Vesikula
berbentuk bulat hingga semi bulat. Fialid langsung duduk pada vesikul.
48
Jamur ini dapat menyebapkan kanker pada manusia. Dan Asperigilus
parasiticus Vesikel berbentuk bulat hingga semi bulat, dan berdiameter
25 sampai 45 µm. Konidia berwarna kuning, berbentuk bulat hingga
semi bulat, berdiameter 3,6 µm (Kumala, 2016).
Berdasarkan hasil pemeriksaan jamur yang dilakukan secara
makroskopik dan mikroskopik didapatkan pada semua pakaian bekas yang
diteliti telah ditumbuhi jamur, dibuktikan dengan pertumbuhan koloni
pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Setelah dilakukan
pemeriksaan mikroskopik diketahui bahwa jamur yang tumbuh pada
semua pakaian bekas adalah jenis jamur Asperigillus sp.
Dimana Pada sampel A ditemukan jamur Asperigilus niger, sampel
A merupakan pakaian bekas (kaos pria) yang diperoleh dipasar Lawata,
dimana kondisi tempat penjualan pakaian bekas di pasar ini tidak terlalu
kotar dan dilakukan secara terbuka di pinggir jalan sehingga dapat dengan
medah pakaian bekas terkontaminasi berbagai mikroganisme termasuk
jamur.
Pada sampel B ditemukan jenis jamur Asperigilus niger dan
Asperigilus flavus, sampel B merupakan pakaian bekas (celana puntung
pria) yang diperoleh dipasar Korem, dimana kondisi tempat penjualn
pakaian bekas di pasar ini sangat kotor dan dilakukan diluar ruangan
sehingga dapat dengan mudah terkontaminasi berbagai mikroganisme
termasuk jamur.
Pada sampel C ditemukan jenis jamur Asperigilus parasiticus,
sampel C merupakan pakaian bekas (celana wanita) yang diperoleh dipasar
Basah, dimana kondisi tempat penjualn pakaian bekas di pasar ini tidak
terlalu kotor dan dilakukan didalam ruangan.
Pada sampel D ditemukan jenis jamur Asperigilus niger dan
Asperigilus flavus, sampel D merupakan pakaian bekas (kaos berkerah
pria) yang diperoleh dipasar Sentral Wua-Wua, dimana kondisi tempat
penjualn pakaian bekas di pasar ini tidak terlalu kotor dan dilakukan
didalam ruangan yang berdekatan dengan penjual bahan makanan
49
sehingga dapat dengan mudah terkontaminasi berbagai mikroganisme
termasuk jamur.
Pada sampel E ditemukan jenis jamur Asperigilus parasiticus,
sampel E merupakan pakaian bekas (celana dalam) yang diperoleh dipasar
Anduonohu, dimana kondisi tempat penjualn pakaian bekas di pasar ini
sangat kotor dan dilakukan di pinggir jalan sehingga dapat dengan mudah
terkontaminasi berbagai mikroganisme termasuk jamur. Dan sampel F
ditemukan jenis jamur Asperigilus flavus, sampel F merupakan pakaian
bekas (jeket wanita) yang diperoleh dipasar Sentral Lapulu, dimana
kondisi tempat penjualn pakaian bekas di pasar ini sangat kotor dan
dilakukan diluar ruangan sehingga dapat dengan mudah terkontaminasi
berbagai mikroganisme termasuk jamur.
Jamur Aspergillus sp terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di
daerah tropik dengan kelembapan yang tinggi. Meskipun terdapat lebih
dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia
ialah Aspergillus niger, Aspergillus flavus, dan Asperigilus parasiticus
yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi. A. niger mampu
memproduksi mikotoksin, karena memiliki gen yang mampu
memproduksinya. Habitat asli Aspergillus dalam tanah, kondisi yang
menguntungkan meliputi kadar air yang tinggi (setidaknya 7%) dan suhu
tinggi. Aspergillus flavus atau Aspergillus parasiticus yaitu dua jenis jamur
yang memproduksi berbagai jenis aflatoksin. Aflatoksin dapat
mengakibatkan kerusakan hati, organ tubuh yang sangat penting dan juga
berperan dalam detotsikasi aflatoksin itu sendiri. Apabila aflatoksin
dikonsumsi dalam jumlah yang kecil tetapi terus menerus maka dapat
menyebabkan kanker hati (Ghofur, 2008).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Herna Monalisa Hura tentang Analisis keberadaan Candida albicans
dan Aspergilus sp serta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang
bahaya kesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan Tanjung
Selamat Kecamatan Medan pada tahun 2015, dimana hasil penelitian
50
didapatkan keberadaan jamur jenis Asperigilus sp yaitu Asperigilus niger
,Asperigillus flavus dan tidak ditemukan adanya Candida albicand.
Seperti yang diungkapkan Widodo, Direktur Jenderal Standardisasi
dan Perlindungan Konsumen. Jamur yang diduga hidup pada pakaian
bekas yaitu kapang (Aspergillus sp) dan khamir (Candida sp)
(Kementerian Perdagangan RI, 2015). Namun pada penelitian ini hanya
didapatkan adanya jenis jamur dari spesies Asperigilus sp yaitu Aspergilus
niger, Aspergilus flavus, Asperigilus parasiticus, penyebap tidak
diemukannya jamur Candida albicands pada penelitian ini dengan yaitu di
akibatkan jamur Candida albicand sensitif terhadap suhu panas yaitu
50ºC-60ºC (Firda, 2008). Apabila pakaian bekas yang diperjual belikan
terpapar sinar matahari maka jamur Candida albicand yang ada akan
segera mati, hal ini mungkin menyebapkan pemeriksaan laboratorium
tidak ditemukan keberadaan jamur Candida albicand.
51
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 15
Juni – 11 Juli tentang identifikasi jamur pada pakaian bekas yang di jual di
beberapa pasar di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengamatan pertumbuhan koloni jamur pengamatan
langsung (makroskopik) ditemukan koloni jamur pada semua pakian
bekas yang diteliti.
2. Hasil pengamatan jenis jamur dengan yang diamati dibawah
mikroskop (mikroskopik) ditemukan jenis jamur Asperigillus sp pada
semua pakaian bekas yang diteliti.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan, khususnya jurusan Analis Politeknik
Kesehatan Kendari agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang
jamur pada pakaian bekas yang dijual di beberapa pasar yang ada di
Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
2. Bagi penjual pakaian bekas agar lebih meningkatkan pengetahuan
mereka tentang bahaya kesehatan dan penyakit pada pakaian bekas,
tempat hidup jamur, pertumbuhan jamur, ciri-ciri pakaian yang
mengandung jamur, jalur masuk dan penyakit yang disebabkan jamur
pada tubuh manusia serta pengetahuan tentang perlakuan yang tepat
sewaktu berjualan dan memakai pakaian bekas.
3. Bagi konsumen pakaian bekas agar memakai masker dan sarung
tangan sewaktu membeli pakaian bekas dan sebelum memakai pakaian
bekas sebaiknya dipisahkan dengan cucian lainnya, diberi cairan
antiseptik seperti pemutih, serta merebus dengan air mendidih selama
5 menit agar pakaian yang digunakan bebas dari jamur.
52
4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat memahami bahwa pada pakaian
bekas didapatkan jamur Asperigillus sp yang dapat membahayakan
kesehatan, sehinggah perlunya peneliti selanjutnya untuk meneliti ada
tidaknya jenis jamur lain pada pakaian bekas.
53
DAFTAR PUSTAKA
Achmad . 2011. Panduan lengkap jamur. Penerbar Swadaya : Jakarta.
Achmadi U F. 2013. Dasar-Dasar penyakit berbasis lingkungan. Rajawali Pers :Jakarta.
Ahamad R Z. 2009. Cemaran kapang pada pakan dan pengendaliannya. LitbangPertanian : Bogor.
Anies. 2006. Manajemen berbasis Lingkungan. Eles Media Komputindo : Jakarta.
Annisa I A. 2015. Gambaran mikroskopik candida albicans dengan mengunakanlarutan NaoH sebagai alternatif larutan KOH. Jurusan AnalisKesehatan Politeknik Kesehatan Bandung : Bandung.
Arikunto S. 2013. Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktik. Rineka Cipta :Jakarta.
Budi A. 2015. Identifikasi bakteri Escherichia coli pada pakaian bekas. JurusanTinggi Agama Islam Negri(STAIN) : Batusangkar.
Brok G F, Butel J S. & Morse S A. 2005. Mikrobiologi kedokteran, Ahli bahasaMudihardi E, Kuntamah, Wasito, et al. Selembah : Jakarta.
Campbell N A, J B Reece & L G Mitchell. 2010. Biologi edisi ke delapan.Erlangga : Jakarta.
Citrosupomo G. 2005. Taksonomi tumbuhan obat-obatan. Gadja Mada UniversityPerss : Yogyakarta.
Nasir dkk. 2011. Metodeologi penelitian kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010.
Firda. 2015. Candida albicans. http://firda05.wordpress.com/2008/12028/candida-albicans/. Diakses pada tanggal 16 Juni 2017.
Firmansyah R, Agus Muwardi & Umar Riandi. 2009. Mudah dan aktif belajarbiologi dua untuk kelas X SMA/MA. Pusat Perbukuan Depdiknas :Jakarta.
Ghofur I. 2008. Identifikasi Aspergilus sp pada oncom yang dijual di pasartradisional dan pasar moderen. Universitas Negri Malang : Malang.
Guillaume V. 2004. Aspergillus niger.http://www.geniebio.ac-aix-marseille.fr/zimages/spip.php/ diakses pada tanggal 2 Mei 2017.
54
Hidayat N. 2007. Aspergillus niger.www.wordpress.com/ diakses pada tanggal 2Mei 2017.
Hendarawati D Y. 2008. Candida albicans. http://www.google.co.id. Diaksespada tanggal 30 April 2017.
Http://etd.ugm.ac.id/index.mod=penelitian_detail&sut, diakses pada tanggal 30April 2017.
Indrawati G, Wellyzar S & Ariyanti. 2014. Mikologi dasar dan terapan. YayasanPustaka Obor Indonesia : Jakarta.
_ _ _. 2016. Mikologi dasar dan terapan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia :Jakarta.
Irianto K. 2013. Parasitologi medis. Alfabeta : Bandung.
Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2007. Mikrobiologi kedokteran. ECG : Jakarta.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010. Jakarta.
Kementrian Perdagangan. 2015. Laporan analisis impor pakaian bekas. Jakarta.
Khalik M D. 2017. Prevalensi penemuan jamur pada sputum terduga tuberkulosisparu yang diperiksa di RSUP DR. M. Universitas Andalas : Padang.
Kumala N D. 2016. Identifikasi fungi pada jamu bubuk yang dijual di pasartradisional Kota Kendari. Analis Kesehatan Poltekes Kendari :Kendari.
Kumala W. 2006. Mikologi dasar kedokteran Universitas Trisakti : Jakarta.
Malik dkk. 2012. Impact of brand image, service quality and price on costumerSatistion in Pakistan.
Monalisa H. 2015. Analisis keberadaan Candida albicans dan Aspergillus spserta keluhan kesehatan dan perilaku penjual tentang bahayakesehatan pada pakaian bekas di pasar Melati Kelurahan TanjungSlamat. Universitas Sumatra Utara : Medan.
Nasir M. 2011. Metedologi penelitian kesehatan. Nuha Medika : Yongyakarta.
Noesa M. 2015. Murahnya baju, celana dan sepatu impor ’RB’ di kotaKendari.http://m.kompasnia.com/mahajinoesa/murahnya-baju-celana-dan-sepatu-impor-rb-di-kendari_55.28 Maret 2015.Diakses padatanggal 01 Juni 2017.
Nuraeni E. 2007. Panduan praktikum jamur mata kuliah botani. FakultasPendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (UPI) : Bandung.
55
Permatasari P. 2015. Perlindungan hukum konsumen terhadap perdaganganpakaian impor bekas ditinjau dari Undan-Undang No 8 tahun 1999tentang perlindungan konsumen .Uiversitas Brawijaya : Malang.
Rakhamawati A. 2010. Keaneka ragaman hayati. Biologi FMIPA UNY :Jongjakarta.
Siaran Pers. 2015.Pakaian bekas mengandung ribuan bakteri. KementrianPerdagangan Republik Indonesia. 4 Februari 2015.Diakses padatanggal 24 Mei 2017.
Siregar. 2005. Penyakit jamur kulit. Buku Kedektoran ECG : Jakarta.
Suhartono E. 2012. Laporan penelitian perdagangan cakar Kota ParepareSulawesi Selatan _ Mahaligai mudayaku.htm Akses Tanggal 29 April2017.
Syamsuri I. 2000. Biologi 2000. Erlangga : Jakarta.
Widhi N A. 2013. Mikrobiologi kedokteran. ECG : Jakarta.
Yulliawati T. 2016. Pasti untung dari budi daya jamur . Agromedia : Jakarta.
56
57
58
59
60
61
Lampiran 6. Proses Penelitian Identifikasi Jamur Pada Pakaian Bekas YangDijual di beberapa Pasar Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara.
Pengambilan Sampel Pakaian bekas
Pasar A Pasar B
Pasar C Pasar D
Pasar E Pasar F
61
Lampiran 6. Proses Penelitian Identifikasi Jamur Pada Pakaian Bekas YangDijual di beberapa Pasar Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara.
Pengambilan Sampel Pakaian bekas
Pasar A Pasar B
Pasar C Pasar D
Pasar E Pasar F
61
Lampiran 6. Proses Penelitian Identifikasi Jamur Pada Pakaian Bekas YangDijual di beberapa Pasar Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara.
Pengambilan Sampel Pakaian bekas
Pasar A Pasar B
Pasar C Pasar D
Pasar E Pasar F
62
Mensterilkan alat
Menimbang Media SDA
Pemeriksaan PH media
62
Mensterilkan alat
Menimbang Media SDA
Pemeriksaan PH media
62
Mensterilkan alat
Menimbang Media SDA
Pemeriksaan PH media
63
Melarutkan Media
Mensterilkan Media
63
Melarutkan Media
Mensterilkan Media
63
Melarutkan Media
Mensterilkan Media
64
Penuangan Media
Inokulasi Sampel Pakaian Bekas Pada Media SDA
Inkubasi Media SDA Pada Inkubator
64
Penuangan Media
Inokulasi Sampel Pakaian Bekas Pada Media SDA
Inkubasi Media SDA Pada Inkubator
64
Penuangan Media
Inokulasi Sampel Pakaian Bekas Pada Media SDA
Inkubasi Media SDA Pada Inkubator
65
Mengidentifikasi koloni Jamur
Hari 1 inkubasi
Hari 3 inkubasi
Pemeriksaan jenis jamur dibawa mikroskop
65
Mengidentifikasi koloni Jamur
Hari 1 inkubasi
Hari 3 inkubasi
Pemeriksaan jenis jamur dibawa mikroskop
65
Mengidentifikasi koloni Jamur
Hari 1 inkubasi
Hari 3 inkubasi
Pemeriksaan jenis jamur dibawa mikroskop
66
Jenis jamur dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x
A. Asperigilus niger
B. Asperigilus flavus
C. Asperigilus parasiticus
66
Jenis jamur dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x
A. Asperigilus niger
B. Asperigilus flavus
C. Asperigilus parasiticus
66
Jenis jamur dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x
A. Asperigilus niger
B. Asperigilus flavus
C. Asperigilus parasiticus
67