Icm Doktrin Manusia Dan Dosa Fk

3
1 VIII. MANUSIA DAN SIFAT-SIFAT DOSANYA A. NATUR DOSA Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dosa yang diperbuat Adam telah mengakibatkan adanya perubahan status/kedudukan manusia dari “tidak berdosa” menjadi “berdosa”. Sejak kejatuhan dalam dosa status manusia sudah bergeser dari yang ditetapkan oleh Allah, pergeseran inilah yang menjadi sumber dari segala macam dosa dan sejak itu pula manusia tidak dapat lari dari kenyataan adanya dosa. 1. Pandangan Umum tentang Sifat-sifat Dosa a. Teori Dualistik. Merupakan teori Gnostisisme, yang menganggap kebaikan dan dosa adalah dua eksistensi yang berjalan paralel yang bersifat kekal. Jadi pada dasarnya dipercaya bahwa dunia ini diperintah oleh dua kekuatan yaitu roh dan materi; baik dan buruk; terang dan gelap, yang terus menerus berperang. b. Teori bahwa dosa adalah kurangnya hal-hal penting dalam hidup. Dosa adalah eksistensi yang tidak dapat dihindari karena manusia pasti punya keterbatasan/ kelemahan/ketidaksempurnaan. Jadi dosa adalah akibat dari keterbatasan manusia. c. Teori bahwa dosa adalah ilusi. Dosa adalah ketidakcukupan pengetahuan manusia, khususnya yang didapat manusia melalui pancaindra. Oleh karena itu pancaindra menjadi alat dosa. d. Teori bahwa dosa adalah kebutuhan kesadaran akan Allah. Dalam diri manusia ada suatu tempat yang kosong yang hanya Allah yang bisa mengisinya. Jika manusia tidak menyadari akan kebutuhannya tsb. maka ia akan merasa bersalah dan berdosa. e. Teori bahwa dosa hanyalah mencakup tindakan saja. Pada umumnya manusia melihat perbuatan salah sebagai apa yang dilakukan/tidak dilakukan saja, dan tidak sebagai apa yang dipikirkan seseorang. f. Teori bahwa dosa adalah ketamakan. Bahwa pada dasarnya semua dosa dipicu oleh nafsu ketamakan/keserakahan manusia untuk memiliki lebih dari yang ia miliki. g. Teori bahwa dosa adalah kecenderungan natur manusia yang lebih rendah menuju pada kesadaran moral yang lebih tinggi (pengarus Teori Evolusi). 2. Pandangan Alkitab tentang Sifat-sifat Dosa a. Dosa tidak memiliki eksistensi yang independen. Dosa bukanlah suatu esensi atau substansi diri manusia (tidak tercipta bersama penciptaan manusia), tapi suatu “aksiden” yang menyebabkan kecacatan dalam diri manusia yang mulanya baik. Agustinus menyebutnya sebagai privatio boni, hilangnya kebaikan. Dosa tidak mengubah esensi tapi mengubah arah hidup manusia. Stuktur gambar Allah (esensi yang Allah karuniakan kepada manusia) masih ada, tetapi tidak lagi memberikan fungsi yang seharusnya, bahkan menyimpang dari fungsi yang telah ditentukan Allah, sehingga berbalik dipakai untuk menentang Allah. b. Dosa adalah jenis kejahatan yang sangat spesifik. Dosa adalah kejahatan moral yang aktif karena manusia adalah mahluk berakal sehingga dosa yang dilakukannya merupakan pilihan manusia sendiri (sengaja). Oleh karena itu dosa menghasilkan permusuhan aktif dengan Allah. c. Dosa memiliki sifat mutlak. Tidak ada keadaan yang netral antara baik dan jahat. Jika seseorang tidak dalam status yang benar maka ia pasti ada di posisi yang salah, karena tidak ada pilihan lain di antaranya. Oleh karena itu Alkitab selalu mengajak orang berdosa berbalik dari statusnya yang berdosa, artinya posisinya harus diubah mutlak. d. Dosa selalu memiliki hubungan dengan pelanggaran akan kehendak Allah. Dosa tidak dapat dilihat tanpa menghubungkan diri dengan Allah dan kehendak-Nya Doktrin Manusia dan Dosa (Antropologi & Hamartologi)

description

kuliah teo

Transcript of Icm Doktrin Manusia Dan Dosa Fk

Page 1: Icm Doktrin Manusia Dan Dosa Fk

1

VIII. MANUSIA DAN SIFAT-SIFAT DOSANYA

A. NATUR DOSASeperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa dosa yang diperbuat Adam telah mengakibatkan adanya perubahan status/kedudukan manusia dari “tidak berdosa” menjadi “berdosa”. Sejak kejatuhan dalam dosa status manusia sudah bergeser dari yang ditetapkan oleh Allah, pergeseran inilah yang menjadi sumber dari segala macam dosa dan sejak itu pula manusia tidak dapat lari dari kenyataan adanya dosa. 1. Pandangan Umum tentang Sifat-sifat Dosaa. Teori Dualistik. Merupakan teori Gnostisisme, yang menganggap kebaikan dan dosa

adalah dua eksistensi yang berjalan paralel yang bersifat kekal. Jadi pada dasarnya dipercaya bahwa dunia ini diperintah oleh dua kekuatan yaitu roh dan materi; baik dan buruk; terang dan gelap, yang terus menerus berperang.

b. Teori bahwa dosa adalah kurangnya hal-hal penting dalam hidup. Dosa adalah eksistensi yang tidak dapat dihindari karena manusia pasti punya keterbatasan/ kelemahan/ketidaksempurnaan. Jadi dosa adalah akibat dari keterbatasan manusia.

c. Teori bahwa dosa adalah ilusi. Dosa adalah ketidakcukupan pengetahuan manusia, khususnya yang didapat manusia melalui pancaindra. Oleh karena itu pancaindra menjadi alat dosa.

d. Teori bahwa dosa adalah kebutuhan kesadaran akan Allah. Dalam diri manusia ada suatu tempat yang kosong yang hanya Allah yang bisa mengisinya. Jika manusia tidak menyadari akan kebutuhannya tsb. maka ia akan merasa bersalah dan berdosa.

e. Teori bahwa dosa hanyalah mencakup tindakan saja. Pada umumnya manusia melihat perbuatan salah sebagai apa yang dilakukan/tidak dilakukan saja, dan tidak sebagai apa yang dipikirkan seseorang.

f. Teori bahwa dosa adalah ketamakan. Bahwa pada dasarnya semua dosa dipicu oleh nafsu ketamakan/keserakahan manusia untuk memiliki lebih dari yang ia miliki.

g. Teori bahwa dosa adalah kecenderungan natur manusia yang lebih rendah menuju pada kesadaran moral yang lebih tinggi (pengarus Teori Evolusi).

2. Pandangan Alkitab tentang Sifat-sifat Dosaa. Dosa tidak memiliki eksistensi yang independen. Dosa bukanlah suatu esensi

atau substansi diri manusia (tidak tercipta bersama penciptaan manusia), tapi suatu “aksiden” yang menyebabkan kecacatan dalam diri manusia yang mulanya baik. Agustinus menyebutnya sebagai privatio boni, hilangnya kebaikan. Dosa tidak mengubah esensi tapi mengubah arah hidup manusia. Stuktur gambar Allah (esensi yang Allah karuniakan kepada manusia) masih ada, tetapi tidak lagi memberikan fungsi yang seharusnya, bahkan menyimpang dari fungsi yang telah ditentukan Allah, sehingga berbalik dipakai untuk menentang Allah.

b. Dosa adalah jenis kejahatan yang sangat spesifik. Dosa adalah kejahatan moral yang aktif karena manusia adalah mahluk berakal sehingga dosa yang dilakukannya merupakan pilihan manusia sendiri (sengaja). Oleh karena itu dosa menghasilkan permusuhan aktif dengan Allah.

c. Dosa memiliki sifat mutlak. Tidak ada keadaan yang netral antara baik dan jahat. Jika seseorang tidak dalam status yang benar maka ia pasti ada di posisi yang salah, karena tidak ada pilihan lain di antaranya. Oleh karena itu Alkitab selalu mengajak orang berdosa berbalik dari statusnya yang berdosa, artinya posisinya harus diubah mutlak.

d. Dosa selalu memiliki hubungan dengan pelanggaran akan kehendak Allah. Dosa tidak dapat dilihat tanpa menghubungkan diri dengan Allah dan kehendak-Nya karena dosa merupakan pelanggaran akan hukum Allah. Bahkan untuk orang yang belum mengenal Allah, dosa merupakan pelanggaran akan norma-norma yang telah Allah tulis dalam hati manusia (Rom. 2:14-16). Oleh karena itu akibat dari dosa adalah pemisahan dari Allah.

e. Dosa mencakup kesalahan dan pencemaran. Kesalahan Adam telah mencemari manusia dan hal itu tidak dapat disingkirkan lagi, karena tindakan tsb. terkait dengan kedudukan/status Adam sebagai orang yang berdosa. Oleh karenanya semua umat manusia yang dilahirkan dari Adam sudah membawa natur yang telah tercemar/rusak. Tapi, selain itu pencemaran dosa juga melekat pada dosa perbuatan. Perbuatan dosa sering menghasilkan kebiasaan dosa, kebiasaan dosa pada gilirannya bisa menyebabkan bentuk kehidupan yang penuh dosa.

f. Dosa menempati kedudukan dalam hati. Dosa mengendap di hati, yang adalah organ utama jiwa, karena hati adalah sumber/pusat keluarnya segala sesuatu tentang hidup. Oleh karena itu dari hati dosa menyebar ke seluruh intelektual, kehendak, perasaan dan ke

Doktrin Manusia dan Dosa (Antropologi & Hamartologi)

Page 2: Icm Doktrin Manusia Dan Dosa Fk

2

seluruh tubuh manusia. Beberapa ayat Alkitab yang menunjukkan hati sebagai pusat/sumber: Ams. 4:23; Yer. 17:9; Mat. 15:19; Luk. 6:45b.

g. Dosa tidak hanya mencakup tindakan tetapi juga pikiran. Hukum Allah mengatakan bahwa dosa bisa mencakup pikiran sebagaimana juga ucapan atau perbuatan, sebagaimana tercantum dalam Hukum Kesepuluh (Kel. 20:17). Hal itu diulangi Yesus dalam Perjanjian Baru (Mat. 5:28). Juga Paulus menyebutnya sebagai “keinginan daging” (Gal. 5:16,17,24).

h. Dosa pada akarnya merupakan satu bentuk kesombongan. Berakar dari kejatuhan malaikat, maka setan pun menggoda Hawa untuk memiliki kesombongan yang sama, ”kamu akan menjadi seperti Allah.” (Kej. 3:5). Kesombongan merupakan dosa yang mendasari semua dosa lain, karena pada dasarnya dosa berarti keinginan untuk mandiri dan menolak untuk mengakui kebergantungan total kita kepada Allah.

i. Dosa biasanya berkedok. Manusia adalah mahluk “rasional”, sehingga selalu merasionalisasikan tindakan yang mereka tahu tidak seharusnya mereka lakukan.i. Dosa selalu dilakukan untuk suatu alasan yang “baik”. ii. Kesulitan untuk mengenali dosa sendiri. Manusia lebih mudah melihat dosa orang lain

daripada dirinya sendiri (Mat. 7:3).iii. Cenderung ditutup-tutupi.

3. Sifat Universalitas DosaBaik orang Kristen maupun bukan Kristen menyadari bahwa dosa memiliki sifat yang universal, karena setiap orang sadar atau tidak sadar mengakui kenyataan bahwa manusia selalu bergumul dengan kejahatan moral di dalam dirinya.

Bagi orang Kristen sifat universalitas dosa ini sangat jelas karena Alkitab menyatakan hal itu berkali-kali. Ada 4 relasi universalitas dosa yang dapat dijelaskan, yaitu relasi dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan setan dan dengan Allah:a. Dosa sebagai kuasa yang membelenggu. Sejak kejatuhan dalam dosa, di dalam

diri manusia ada kuasa yang mengikat (“bondage of the will)” yang mendorong manusia untuk melawan Allah. Disebut sebagai “kuasa” karena seringkali manusia tidak memiliki kekuatan untuk melawannya sehingga kebebasan manusia menjadi terganggu.

b. Dosa sebagai kelakuan yang merugikan. Dosa yang dilakukan didalam tindakan menjadi perbuatan yang merugikan orang lain, baik sadar atau tidak sadar.

c. Dosa sebagai alat pemersatu dengan setan. Selain dimengerti sebagai suatu kuasa dan kelakuan, dosa juga sebagai alat yang dipakai untuk mempersatukan manusia dengan setan.

d. Dosa sebagai sikap melawan Allah. Dosa menjadikan relasi manusia dengan Allah menjadi rusak. Bahkan lebih dari pada hanya rusak karena manusia menjadi berani melawan Allah, sebaliknya terhadap setan manusia menjadi begitu lemah.

B. DOSA ASAL Berasal sejak saat umat manusia berawal (Adam dan Hawa), yaitu sejak kejatuhan

manusia pertama. Merupakan sumber/asal dari dosa-dosa aktual. Bersifat universal: keadaan dan kondisi berdosa yang di dalamnya setiap manusia

dilahirkan. Merupakan kekuatan yang dominan di dalam kehidupan manusia dan semua manusia

terhubung di dalam solidaritas dosa (Emil Brunner). Dosa asal yang tinggal di dalam Adam, diimputasikan kepada umat manusia sebagai

keturunan Adam yang merupakan kepala dan perwakilan ras manusia. Bukan merupakan hasil imitasi karena diwarisi sejak saat manusia sebagai calon bayi. Bersifat orisinil, semua manusia ambil bagian di dalamnya sehingga membuat semua

manusia berdosa di hadapan Allah. Bahkan diperhitungkan kepada calon bayi (infants) yang dapat meninggal dalam

kandungan, walaupun belum melakukan dosa aktual. Meliputi status kesalahan manusia di hadapan hukum Allah dan juga kondisi moral yang

telah mengalami pencemaran natur yang menghasilkan dosa. Pencemaran natur asal memiliki aspek kerusakan pervasif dan ketidakmampuan rohani.

C. DOSA YANG TAK TERAMPUNI

Doktrin Manusia dan Dosa (Antropologi & Hamartologi)

Page 3: Icm Doktrin Manusia Dan Dosa Fk

3

Natur dosa yang membuatnya tidak mungkin bertobat yaitu secara permanen / terus-menerus dengan sengaja melakukan tindakan menghina / memandang rendah / tidak menghormati Allah Roh Kudus.

Kriterianya:a. Merupakan penolakan yang disengaja, bukan keraguan, terhadap kebenaran Kristus.b. Dilakukan oleh orang yang telah tahu tapi murtad.c. Sengaja melakukan pemadaman terang Roh Kudus.d. Meniadakan kemungkinan pertobatan.e. Tidak ada rasa takut lagi akan Allah.

Doktrin Manusia dan Dosa (Antropologi & Hamartologi)